Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
I) Terjadi beberapa kali pengejekan terhadap Yesus.
Mat 26:67-68 - “(67) Lalu mereka meludahi
mukaNya dan meninjuNya; orang-orang lain memukul Dia, (68) dan berkata:
‘Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?’”.
Bandingkan dengan:
· Mark 14:65
- “Lalu mulailah
beberapa orang meludahi Dia dan menutupi mukaNya dan meninjuNya sambil berkata
kepadaNya: ‘Hai nabi, cobalah terka!’ Malah para pengawalpun memukul Dia”.
· Luk 22:63-65
- “(63) Dan
orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuliNya. (64)
Mereka menutupi mukaNya dan bertanya: ‘Cobalah katakan siapakah yang memukul
Engkau?’ (65) Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepadaNya”.
Catatan: Dalam Injil Lukas, bagian ini diceritakan
sebelum sidang (Luk 22:63-64). Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Luk 22
mengandung banyak hal yang ditulis secara tidak khronologis.
Matthew Henry mengatakan bahwa sekalipun
mereka telah menjatuhkan hukuman mati, tetapi mereka tidak mempunyai kuasa untuk
melakukannya, karena mereka ada di bawah penjajahan Romawi. Karena itu,
sementara mereka mempunyai Yesus dalam kuasa mereka, mereka melakukan semua
kejahatan yang bisa mereka lakukan terhadap Yesus.
Sebetulnya, di semua negara yang beradab,
orang-orang yang sudah dijatuhi hukuman ada di bawah perlindungan hukum.
Hukuman yang dijatuhkan sudah cukup bagi mereka. Tetapi di sini, pada waktu
mereka sudah menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus, mereka bersikap seakan-akan
hukuman mati itu masih terlalu baik bagi Dia. Dan siapa orang-orang ini? Jelas
mereka adalah orang-orang yang sama dengan orang-orang yang menjatuhkan hukuman
mati tersebut. Mereka adalah Sanhedrin, anggota-anggota Mahkamah Agama Yahudi!
a) Yesus
diludahi.
Diludahi, dalam kalangan Yahudi, merupakan
suatu penghinaan yang luar biasa.
Ini bisa terlihat dari:
·
Bil 12:14
- “Kemudian
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Sekiranya ayahnya meludahi mukanya, tidakkah
ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke
luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali.’”.
·
Ul 25:5-10
- “(5) ‘Apabila
orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka
mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang
mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya
haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan
demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (6) Maka anak sulung yang nanti
dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati
itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel. (7) Tetapi jika
orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri
saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata:
Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau
melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku. (8) Kemudian para tua-tua
kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap
berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri -
(9) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para
tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya
sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau
membangun keturunan saudaranya. (10) Dan di antara orang Israel namanya
haruslah disebut: Kaum yang kasutnya ditanggalkan orang.’”.
Kalau bagi orang Yahudi biasa, diludahi
sudah merupakan penghinaan yang luar biasa, apalagi bagi Kristus, yang adalah
Allah yang menjadi manusia?
b) Yesus
ditinju dan dipukul.
Clarke mengatakan bahwa kata Yunani yang
diterjemahkan ‘meninju’ memang artinya ‘meninju’. Sedangkan yang diterjemahkan
‘memukul, artinya ‘menampar dengan tangan terbuka’.
Bdk.
Mat 26:67 (KJV): ‘others
smote him with the palms of their hands’ (= yang lain memukul Dia
dengan telapak tangan mereka).
Albert Barnes mengatakan bahwa arti
sebenarnya dari kata ini adalah ‘memukul dengan tongkat’. Tetapi kata itu juga
bisa diartikan ‘menampar’ (dengan telapak tangan).
c) Yesus
diejek.
Albert Barnes mengatakan bahwa dalam Injil
Lukas ditambahkan kata-kata ‘dan
banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepadaNya’ (Luk 22:65). Ini merupakan sesuatu yang
menarik, karena dalam pengadilan mereka menganggap bahwa Yesus menghujat Allah.
Tetapi Kitab Suci / Firman Tuhan menyatakan bahwa merekalah yang melakukan
penghujatan! Mengapa? Karena Yesus adalah Anak Allah dan mereka tidak
mempercayai hal itu, dan bahkan menghinaNya.
Dalam Markus maupun Lukas dikatakan bahwa
mereka menutupi mukanya, dan lalu meninjuNya sambil berkata: ‘Hai nabi, cobalah terka!’.
Matthew Henry mengomentari hal ini dengan
berkata bahwa mereka mempermainkan jabatan nabi dari Yesus, dan juga mereka
menjadikan kemaha-tahuan ilahi sebagai permainan anak-anak.
2) Di
hadapan Herodes.
Luk 23:8-12 - “(8) Ketika Herodes melihat
Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering
mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus
mengadakan suatu tanda. (9) Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus,
tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. (10) Sementara itu imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang
berat terhadap Dia. (11) Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan
mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepadaNya lalu mengirim Dia
kembali kepada Pilatus. (12) Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan
Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan”.
a) Motivasi
Pontius Pilatus dan providensia Allah.
Matthew Henry mengatakan bahwa Pontius
Pilatus sudah muak persoalan ini, dan ingin membuangnya, dan ini kelihatannya
merupakan alasan sebenarnya mengapa ia mengirimkan Yesus kepada Herodes. Tetapi
di atas semua ini, Allah mengatur semuanya untuk menggenapi nubuat dalam Kitab
Suci dalam Maz 2:2, seperti terlihat dari Kis 4:26-27.
Maz 2:2 - “Raja-raja dunia bersiap-siap dan
para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya”.
Kis 4:26-27 - “(26) Raja-raja dunia bersiap-siap
dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi”.
b) Motivasi
Herodes dan sikap Yesus.
Matthew Henry mengatakan bahwa Herodes
ingin bertemu dengan Yesus bukan karena ia menyenangi ajaranNya, tetapi
semata-mata karena rasa ingin tahu. Dan untuk memuaskan rasa ingin tahunya
inilah maka ia berharap untuk melihat mujijat yang Yesus lakukan. Karena itulah
maka ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus. Tetapi Yesus tidak menjawab
sepatah katapun. Ia tidak mau memuaskan rasa ingin tahu Herodes, dan Ia tidak
mau melakukan satu mujijatpun. Ia mau melakukan mujijat untuk pengemis yang
paling miskin / malang, tetapi Ia menolak untuk melakukannya bagi raja yang
sombong, untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Matthew Henry (tentang Luk 23:1-12): “Herod thought, now
that he had him in bonds, he might command a miracle, but miracles must not be
made cheap, nor Omnipotence be at the beck of the greatest potentate” (= Herodes mengira, sekarang ia
mendapatkan Dia dalam tangannya, ia bisa memerintahkan suatu mujijat, tetapi
mujijat-mujijat tidak boleh dijadikan barang murahan, ataupun kemahakuasaan
ditundukkan kepada raja yang paling besar sekalipun).
Wycliffe Bible Commentary
(tentang Luk 23:9): “Jesus did not fear
Herod, and refused to waste his time on a trifler” (= Yesus tidak takut
kepada Herodes, dan menolak untuk membuang waktuNya bagi seorang yang tidak
penting).
Penerapan: alangkah berbedanya sikap Yesus ini dengan
sikap kebanyakan ‘pendeta’ jaman sekarang, yang selalu ‘siap melayani’ / tunduk
kepada orang-orang gede / kaya.
c) Luk 23:10 menunjukkan bahwa tokoh-tokoh Yahudi mengikutiNya
dan memfitnah Dia di hadapan Herodes.
Luk 23:10 - “Sementara itu imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang
berat terhadap Dia”.
KJV: ‘And the chief priests and scribes stood and vehemently
accused him’ (= Dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
berdiri dan menuduhNya dengan berapi-api).
Matthew Henry mengatakan bahwa kata-kata
yang saya garis-bawahi itu sebetulnya terjemahannya adalah ‘dengan kurang ajar dan dengan
berani’. Ia juga
mengatakan bahwa bukan hal baru kalau orang-orang kristen dan pelayan-pelayan
Tuhan yang saleh, yang sebetulnya bersahabat dengan pemerintahan sipil,
difitnah sebagai pemecah dan musuh dari pemerintah.
d) Herodes menjadikan Yesus tidak ada apa-apanya, padahal Dia yang
menciptakan segala sesuatu!
Luk 23:11a - “Maka mulailah Herodes dan
pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia”.
KJV: ‘And Herod with his men of war set him at
nought, and mocked him’ (= Dan Herodes dan tentaranya membuatNya
tidak ada apa-apanya, dan mengolok-olokNya).
Matthew
Henry menambahkan bahwa dengan tindakan ini Herodes mempunyai sikap yang lebih
buruk terhadap Yesus dari Pontius Pilatus.
Matthew Henry (tentang Luk 23:1-12): “Herod, who had
been acquainted with John Baptist, and had more knowledge of Christ too than
Pilate had, was more abusive to Christ than Pilate was; for knowledge
without grace does but make men the more ingeniously wicked” (= Herodes, yang mengenal
Yohanes Pembaptis, dan mempunyai lebih banyak pengetahuan tentang Kristus dari
pada Pilatus, lebih kejam / menghina terhadap Kristus dari pada Pilatus; karena
pengetahuan tanpa kasih karunia hanya membuat orang-orang lebih jahat).
3) Yang
dilakukan oleh para tentara Romawi.
Mat 27:27-31 - “(27) Kemudian serdadu-serdadu
wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan
berkumpul sekeliling Yesus. (28) Mereka menanggalkan pakaianNya dan mengenakan
jubah ungu kepadaNya. (29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya
di atas kepalaNya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kananNya.
Kemudian mereka berlutut di hadapanNya dan mengolok-olokkan Dia, katanya:
‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’ (30) Mereka meludahiNya dan mengambil buluh itu
dan memukulkannya ke kepalaNya. (31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka
menanggalkan jubah itu dari padaNya dan mengenakan pula pakaianNya kepadaNya.
Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan”.
Mark 15:16-20a - “(16) Kemudian serdadu-serdadu
membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh
pasukan berkumpul. (17) Mereka mengenakan jubah ungu kepadaNya, menganyam
sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepalaNya. (18) Kemudian mereka
mulai memberi hormat kepadaNya, katanya: ‘Salam, hai raja orang Yahudi!’ (19)
Mereka memukul kepalaNya dengan buluh, dan meludahiNya dan berlutut
menyembahNya. (20a) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu
itu dari padaNya dan mengenakan pula pakaianNya kepadaNya”.
Yoh 19:2-3,5 - “(2) Prajurit-prajurit menganyam
sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepalaNya. Mereka memakaikan Dia
jubah ungu, (3) dan sambil maju ke depan mereka berkata: ‘Salam, hai raja orang
Yahudi!’ Lalu mereka menampar mukaNya. ... (5) Lalu Yesus keluar, bermahkota
duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: ‘Lihatlah manusia
itu!’”.
a) Semua tindakan-tindakan dalam text di atas ini dilakukan oleh para
tentara Romawi.
Dalam Mat 27:26 Yesus disesah, lalu
diserahkan untuk disalibkan. Sekarang, sementara salib disiapkan, Yesus ada di
tangan para tentara Romawi, yang lalu mengejek dan mempermainkanNya
habis-habisan. Mereka tidak mengenal Dia, tidak pernah dirugikan oleh Dia,
tidak bermusuhan dengan Dia, tetapi bisa begitu jahat terhadap Dia.
Penerapan: pernahkah / seringkah saudara berbuat jahat kepada orang yang sama
sekali tidak pernah bersalah kepada saudara? Berbuat jahat kepada orang yang
bersalah kepada kita sudah merupakan dosa, apalagi berbuat jahat kepada orang
yang tidak pernah berbuat salah kepada kita!
b) Pontius Pilatus juga harus dipersalahkan dalam hal ini.
Matthew Henry mengatakan bahwa hal-hal ini
terjadi di gedung pengadilan, atau rumah / istana dari Pontius Pilatus
(Mat 27:27 Mark 15:16), tempat
dimana seharusnya orang-orang yang ditindas dilindungi, tetapi yang justru
menjadi tempat terjadinya kebiadaban ini. Mungkin Pontius Pilatus tidak
memerintahkan hal ini, tetapi dengan membiarkan hal ini terjadi, ia jelas harus
dipersalahkan.
Matthew Henry (tentang Mat 27:27-31): “those in authority
will be accountable, not only for the wickedness which they do, or appoint, but
for that which they do not restrain, when it is in the power of their hands.
Masters of families should not suffer their houses to be places of abuse to
any, nor their servants to make sport with the sins, or miseries, or religion,
of others”
(= mereka yang mempunyai kekuasaan akan bertanggung jawab, bukan hanya untuk
kejahatan yang mereka lakukan, atau tetapkan, tetapi juga untuk kejahatan yang
tidak mereka cegah, padahal itu ada dalam kuasa mereka. Tuan / kepala dari
keluarga tidak boleh mengijinkan rumah-rumah mereka menjadi tempat dilakukannya
kekejaman, ataupun tempat dimana pelayan-pelayan mereka membuat orang-orang
lain sebagai lelucon berkenaan dengan dosa, atau penderitaan, atau agama).
c) Pakaian
Yesus ditanggalkan dan Ia lalu diberi jubah ungu (Mat 27:28).
Kata ‘ungu’ ini sebetulnya salah terjemahan!
NIV/NASB: ‘a scarlet robe’ (= jubah
merah tua).
Tetapi dalam Mark 15:17 dan
Yoh 19:2 memang dikatakan ‘jubah
ungu’ [NIV / NASB: ‘purple’
(= ungu)].
Jadi, apa warna dari jubah itu sebetulnya?
Merah tua atau ungu? Ada beberapa cara untuk mengharmoniskan bagian-bagian yang
kelihatannya kontradiksi / bertentangan ini:
1. Warna
jubah itu ada di antara merah tua dan ungu.
2. J. A. Alexander mengatakan bahwa istilah bahasa Yunani untuk warna
sangat tidak pasti, sehingga yang mereka sebut dengan ‘ungu’ adalah warna-warna yang terletak di antara
merah cerah sampai pada biru gelap.
3. Kain / jubah ungu pada saat itu adalah kain yang sangat mahal, dan
hanya dipakai oleh orang-orang kaya, raja atau orang yang mendapat penghormatan
dari raja (bdk. Ester 8:15
Daniel 5:7,29 Luk 16:19 Wah 17:4). Karena itu, jelas tidak mungkin
bahwa tentara Romawi itu betul-betul memakaikan jubah ungu kepada tubuh Yesus
yang penuh dengan darah itu. Sama seperti mahkota yang dipakaikan bukanlah
mahkota sungguh-sungguh tetapi mahkota duri, dan tongkat kerajaan yang
diberikan bukanlah tongkat kerajaan sungguh-sungguh tetapi hanya sebatang buluh
(ay 29), maka jelaslah jubah yang dipakaikan bukanlah betul-betul jubah
ungu.
Jadi, mungkin sekali Matius menuliskan ‘merah tua’ sesuai dengan aslinya, tetapi Markus dan
Yohanes menuliskan ‘ungu’ karena mereka meninjaunya dari sudut
pemikiran para tentara Romawi itu.
d) Yesus diberi mahkota duri dan sebatang buluh di tangan kananNya
(Mat 27:29a).
Ada penafsir yang menganggap ini
betul-betul ditujukan sebagai siksaan dan karena itu mereka menggambarkan duri
itu panjang-panjang sehingga mencocok / melukai kepala Yesus.
Tetapi banyak juga penafsir yang
beranggapan bahwa mahkota duri ini tidak dimaksudkan untuk menyiksa Yesus,
tetapi hanya untuk mengejek Yesus. Ini lebih sesuai dengan kontex dari
Mat 27:27-31 ini yang memang secara umum bukan menunjukkan penyiksaan,
tetapi pengejekan. Kalau memang demikian mungkin sekali durinya tidaklah
panjang-panjang, tetapi bagaimanapun duri ini tetap bisa melukai kepala Yesus,
apalagi ketika kepala yang bermahkotakan duri itu dipukul dengan buluh (Mat
27:30).
e) Mereka
berlutut di hadapanNya / menyembahNya (Mat 27:29b).
Matthew Henry mengatakan bahwa di sini
mereka mempermainkan jabatan raja dari Yesus dengan pura-pura menyembahNya,
tetapi akan datang waktunya dimana mereka sungguh-sungguh harus menyembah Dia,
pada saat Yesus datang kedua-kalinya (bdk. Fil 2:9-11). Bisakah saudara
bayangkan betapa takutnya orang-orang itu pada saat itu?
Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10)
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada
di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus
Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
f) Mereka
mengejekNya dan meludahiNya (Mat 27:29c,30a,31).
g) Mereka
memukulkan buluh itu ke kepala Yesus (Mat 27:30b).
Tindakan ini pasti menusukkan duri-duri itu
lebih dalam lagi ke kepala Yesus!
4) Yang
terjadi setelah penyaliban.
Mat 27:39-44 - “(39) Orang-orang yang lewat di
sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, (40) mereka berkata: ‘Hai
Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga
hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!’
(41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan
Dia dan mereka berkata: (42) ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri
tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan
kami akan percaya kepadaNya. (43) Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah
Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah
berkata: Aku adalah Anak Allah.’ (44) Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga”.
Mark 15:29-32 - “(29) Orang-orang yang lewat di
sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: ‘Hai Engkau
yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
(30) turunlah dari salib itu dan selamatkan diriMu!’ (31) Demikian juga
imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka
sendiri dan mereka berkata: ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri
tidak dapat Ia selamatkan! (32) Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari
salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua orang yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga”.
Luk 23:35-37 - “(35) Orang banyak berdiri di
situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: ‘Orang lain
Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia
adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.’ (36) Juga prajurit-prajurit
mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepadaNya (37) dan
berkata: ‘Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diriMu!’”.
a) Setelah disalibkanpun ejekan terhadap Yesus tidak berhenti, karena
orang-orang yang lewat menghujat dan mengejekNya (Mat 27:39-40).
Kata-kata dalam Mat 27:40 bukan
sekedar ejekan, tetapi juga fitnahan, karena Yesus tidak pernah berkata bahwa
Ia akan merubuhkan Bait Allah.
Bdk. Yoh 2:19 - “Jawab Yesus kepada mereka:
‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’’”.
b) Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala dan tua-tua juga mengejek
Dia.
Mat 27:41-43 - “(41) Demikian juga imam-imam
kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan
mereka berkata: (42) ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak
dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami
akan percaya kepadaNya. (43) Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah
menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata:
Aku adalah Anak Allah.’”.
1. Ini betul-betul sesuatu yang ‘hebat’! Ahli-ahli Taurat adalah
pengajar firman saat itu; dan imam-imam adalah pengantara manusia berdosa
dengan Allah! Tetapi mereka bisa melakukan sesuatu yang begitu rendah! Seorang
tokoh agama tidak pantas melakukan pengejekan, bahkan kalaupun Yesus adalah
orang yang jahat!
Pulpit Commentary: “They forgot the dignity of their office” (= Mereka melupakan martabat
dari jabatan mereka yang kudus).
2. Injil / salib memang kelihatan bodoh, menggelikan, bahkan
memalukan, kalau dilihat dengan logika duniawi. Bagaimana mungkin orang yang
mengaku sebagai Allah, Raja dan Juruselamat, bisa menderita tidak berdaya di
kayu salib dan kelihatan kalah secara total?
Bandingkan dengan:
·
1Kor 1:18,22,23
- “(18) Sebab
pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
... (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari
hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk
orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan
Yahudi suatu kebodohan”.
·
Ro 1:16
- “Sebab aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani”.
Bagian yang saya garis-bawahi itu salah
terjemahan.
NIV: ‘I am not ashamed of the gospel’ (= aku tidak malu karena Injil).
Ayat-ayat di atas ini memang menunjukkan
bahwa Injil mengandung bagian yang memalukan / menggelikan. Tetapi bagaimanapun
juga Mark 8:38 / Luk 9:26 melarang kita malu karena Yesus / Injil!
Mark 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena
Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan
berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak
dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.
Penerapan: seringkah saudara merasa malu:
·
karena
saudara adalah orang kristen?
·
pada
waktu memberitakan Injil?
3. Ejekan
dari para tokoh agama ini.
Mat 27:42-43
- “(42) ‘Orang
lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja
Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. (43)
Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau
Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.’”.
a. Matthew Henry mengatakan bahwa serangan ini
ada persamaannya dengan pencobaan yang dilakukan oleh Iblis terhadap Yesus di
padang gurun, yang diawali dengan kata-kata ‘Jika Engkau Anak Allah ...’ (bdk. Mat 4:3).
b. ‘Orang
lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!’.
Matthew Henry mengatakan bahwa tadi Yesus
sudah dipermainkan dalam jabatanNya sebagai Raja dan nabi. Sekarang ia
dipermainkan dalam jabatanNya sebagai Juruselamat.
c. ‘Baiklah
Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya’.
Mereka mengatakan bahwa mereka mau percaya
kepada Yesus kalau Yesus turun dari salib. Orang-orang ini hanya mau ikut Yesus
kalau Yesus kelihatan menang (turun dari salib).
Penerapan: jaman sekarang juga ada banyak orang yang hanya mau ikut Yesus kalau
jalan kristen kelihatannya menang, misalnya orang kristen harus sembuh dari
penyakit, banyak yang mengalami mujijat, menjadi kaya, dan sebagainya.
Hati-hati dengan ajaran seperti ini! Dari apa yang Yesus alami disini, maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa jalan kristen justru sering kelihatan kalah!
Matthew Henry (tentang Mat 27:39-44): “They promised
that, if he would come down from the cross, they would believe him. ... If
he had come down from the cross, they might with as much reason have said that
the soldiers had juggled in nailing him to it, as they said, when he was raised
from the dead, that the disciples came by night, and stole him away” (= Mereka berjanji bahwa jika Ia
turun dari salib, mereka akan percvaya kepadaNya. ... Seandainya Ia turun
dari salib, mereka mungkin mempunyai sama banyaknya alasan untuk mengatakan
bahwa para tentara telah menipu dengan berpura-pura memakukan Dia pada salib,
seperti yang mereka katakan, pada waktu Ia bangkit dari antara orang mati,
bahwa murid-murid datang pada malam, dan mencuri mayatNya).
Mereka berkata bahwa mau percaya kepada
Yesus kalau Yesus turun dari salib, tetapi anehnya pada waktu Yesus memberikan
mujijat yang lebih besar, yaitu bangkit dari antara orang mati, mereka tetap
tidak mau percaya kepada Yesus!
Pulpit Commentary: “Sceptics are ever ready to prescribe to God what
miracles he must work in order to gain their confidence, as though that
confidence also were an infinite benefit to him. When Christ gave them the more
astonishing evidence of his Messiahship by rising from the dead, they did not
believe”
[= Skeptic (orang yang ragu-ragu / tak percaya) selalu siap untuk menentukan
bagi Allah mujijat apa yang harus Ia lakukan untuk mendapatkan kepercayaan /
keyakinan mereka, seakan-akan keyakinan mereka itu merupakan suatu keuntungan
yang tak terhingga bagi Dia. Ketika Kristus memberikan kepada mereka bukti yang
lebih mengherankan tentang keMesiasanNya dengan bangkit dari antara orang mati,
mereka tidak percaya].
Pulpit Commentary: “The sign he had given them was not his coming down
from the cross, but his coming up from the grave” (= Tanda yang Ia telah berikan
kepada mereka bukanlah turun dari salib, tetapi naik / bangkit dari kubur).
d. ‘Ia
menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepadaNya!’.
Mereka mempunyai anggapan seperti
teman-teman Ayub. Kalau seseorang menderita dan Allah tak segera menolongnya,
itu berarti Allah tidak mempedulikan orang itu, karena orang itu pasti adalah
orang brengsek.
c) Kedua penjahat yang disalibkan bersamaNya juga mengejekNya
(ay 44).
Seharusnya mereka yang senasib dengan Dia
tidak bersikap seperti ini, tetapi bagaimanapun, inilah kenyataannya.
Semua pengejekan ini merupakan penggenapan
dari Maz 22:7-9 - “(7)
Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang
banyak. (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan
bibirnya, menggelengkan kepalanya: (9) ‘Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia
yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan
kepadanya?’”.
II) Sikap Yesus menghadapi semua ejekan ini.
1) Yesus
tidak menjawab / balas memaki / mengejek.
Pada waktu diejek seperti ini Kristus tidak
menjawab / membalas (1Pet 2:23). Ini merupakan penggenapan dari
Yes 53:7.
1Pet 2:23 - “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi
Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil”.
Yes 53:7 - “Dia dianiaya, tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.
2) Yesus
memilih untuk tidak turun dari salib tetapi tetap terpaku pada salib sampai
mati.
Calvin (tentang Mat 27:40): “The Son of God
determined to remain nailed to the cross for the sake of our salvation” (= Anak Allah berketetapan untuk
tetap terpaku pada salib demi keselamatan kita) - hal 305.
Barnes mengatakan bahwa Yesus tidak turun
dari salib karena pada masa yang lalu Ia sudah banyak melakukan mujijat, dan
sekarang adalah saat bagiNya untuk melakukan penebusan. Ia telah menubuatkan
kematianNya dan sekarang adalah saatnya untuk itu. Karena itu Ia memilih untuk
mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.
III) Semua ejekan ini mempunyai makna.
1) Diludahi.
Calvin (tentang Mat 27-27-dst): “Our filthiness deserves that God should hold it in
abhorrence, and that all the angels should spit upon us; but Christ, in order
to present us pure and unspotted in presence of the Father, resolves to be spat
upon, and to be dishonoured by every kind of reproaches” (= Kekotoran kita layak
mendapatkan bahwa Allah menganggapnya menjijikkan, dan bahwa semua malaikat
meludahi kita; tetapi Kristus, untuk menghadirkan kita murni dan tak bercacat
di hadapan Bapa, memutuskan untuk diludahi, dan dihina dengan setiap jenis
celaan) - hal 290.
2) Diberi
jubah ungu.
J. C. Ryle (tentang Yoh 19:2): “Our Lord was
clothed with a robe of shame and contempt, that we might be clothed with a
spotless garment of righteousness, and stand in white robe before the throne of
God” (=
Tuhan kita dipakaiani dengan jubah yang memalukan dan menjijikkan, supaya kita
bisa dipakaiani dengan jubah kebenaran yang tak bernoda, dan berdiri dalam
jubah putih di hadapan takhta Allah) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 305.
3) Diberi
mahkota duri.
Matthew Henry (tentang Mat 27:27-31): “thorns came in
with sin, and were part of the curse that was the product of sin, Gen. 3:18. Therefore
Christ, being made a curse for us, and dying to remove the curse from us, felt
the pain and smart of those thorns” [= duri-duri masuk (ke dalam dunia) bersama dengan
dosa, dan merupakan bagian dari kutuk yang merupakan hasil dari dosa, Kej 3:18.
Karena itu, Kristus, yang dijadikan kutuk karena kita, dan mati untuk
menyingkirkan kutuk itu dari kita, merasakan rasa sakit dari duri-duri ini].
Kej 3:18 - “semak duri dan rumput duri
yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu”.
J. C. Ryle (tentang Yoh 19:2): “He, the innocent
sin-bearer, wore the crown of thorns, that we, the guilty, might wear a crown
of glory”
(= Ia, pemikul dosa yang tidak bersalah, memakai mahkota duri, supaya kita,
bisa memakai mahkota kemuliaan) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 304.
4) Tak
bisa menyelamatkan diriNya sendiri dan tidak bisa turun dari salib.
Matthew Henry (tentang Mat 27:39-44): “They take it for
granted that he could not save himself, and therefore had not the power he
pretended to, when really he would not save himself, because he would die to
save us”
(= Mereka menganggap bahwa Ia tidak bisa menyelamatkan diriNya sendiri, dan
karena itu tidak mempunyai kuasa yang kataNya dimilikinya, padahal sebetulnya
Ia tidak mau menyelamatkan diriNya sendiri, karena Ia mau mati untuk
menyelamatkan kita).
A. T.
Robertson (tentang Mat 27:42): “If he had saved himself now, he could not
have saved any one. The paradox is precisely the philosophy of life proclaimed
by Jesus himself (Matt. 10:39)” [= Seandainya Ia menyelamatkan diriNya
sendiri sekarang, Ia tidak bisa menyelamatkan siapapun. Paradox ini persis
merupakan filsafat kehidupan yang dinyatakan oleh Yesus sendiri (Mat 10:39)].
Mat 10:39 - “Barangsiapa mempertahankan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya”.
Perlu disadari bahwa kalau Yesus turun dari
salib untuk menyelamatkan diriNya sendiri, ia mungkin kelihatannya menang,
tetapi sebetulnya Ia kalah, karena Ia tidak jadi menebus dosa manusia! Mereka
mengatakan akan percaya kepadaNya kalau Ia turun dari salib, padahal seandainya
Yesus turun dari salib, maka tidak ada gunanya kita percaya kepadaNya.
William Barclay: “They all centred round one thing - the claims that
Jesus had made and his apparent helplessness on the Cross. It was precisely
there that the Jews were so wrong. They were using the glory of Christ as a
means of mocking him. ‘Come down,’ they said, ‘and we will believe on you’. But
as General Booth once said, ‘It is precisely because he would not come down
that we believe in him’”
(= Mereka semua menyoroti satu hal - pengakuan yang dibuat Yesus dan keadaan
dimana Ia kelihatannya tidak berdaya di atas kayu salib. Tetapi justru disana
orang-orang Yahudi itu salah. Mereka menggunakan kemuliaan Kristus sebagai cara
/ sarana untuk mengejek Dia. ‘Turunlah’, kata mereka, ‘dan kami akan percaya
kepadaMu’. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Jendral Booth, ‘Justru karena Ia
tidak mau turun maka kita percaya kepadaNya’).
Pulpit Commentary: “He might, indeed, have answered the jibe by coming
down from the cross; but then, as Bishop Pearson says, in saving himself he
would not have saved us”
(= Ia bisa saja menjawab ejekan itu dengan turun dari salib; tetapi, seperti
yang dikatakan oleh Bishop Pearson, dalam menyelamatkan diriNya sendiri, Ia
tidak akan menyelamatkan kita).
Bdk. Yoh 12:24 - “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia
tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah”.
Matthew Henry (tentang Mat 27:27-31): “All this misery
and shame he underwent, that he might purchase for us everlasting life, and
joy, and glory.”
(= Semua kesengsaraan dan rasa malu ini Ia alami, supaya Ia bisa membeli bagi
kita hidup kekal, dan sukacita, dan kemuliaan).
IV) Sikap / tanggapan kita yang seharusnya.
1) Jelas
bahwa sikap pertama dan terutama dari kita adalah bahwa kita percaya kepada
Kristus yang telah rela mengalami begitu banyak penderitaan untuk menebus
dosa-dosa kita. Apakah saudara percaya bahwa saudara, sebagai orang berdosa,
yang seharusnya mengalami semua itu, tetapi Kristus telah mengalaminya untuk
saudara?
Karena Kristus telah diejek / dipermalukan
/ direndahkan, maka saudara bisa dipermuliakan / ditinggikan. Tetapi itu hanya
terjadi kalau saudara percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat
saudara.
2) Jangan
heran kalau suatu hari saudara, demi Kristus, harus mengalami hinaan / ejekan
seperti yang Kristus alami. Bukankah Yesus sendiri berkata bahwa seorang murid
tidak lebih dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari tuannya? Bdk.
Mat 10:24-25 - “(24) Seorang murid tidak lebih
dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi
seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika
ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi
seisi rumahnya”.
Matthew Henry (tentang Mat 27:39-44): “Many people would
like the King of Israel well enough, if he would but come down from the cross,
if they could have his kingdom without the tribulation through which they must
enter into it. But the matter is settled; if no cross, then no Christ, no
crown. Those that would reign with him, must be willing to suffer with him, for
Christ and his cross are nailed together in this world” (= Banyak orang menginginkan
Raja Israel, seandainya Ia mau turun dari salib, seandainya mereka bisa
mendapatkan kerajaanNya tanpa kesengsaraan melalui mana mereka harus masuk ke
dalamnya. Tetapi persoalannya ditetapkan: jika tidak ada salib, maka tidak ada
Kristus, tidak ada mahkota. Mereka yang akan memerintah dengan Dia, harus mau
menderita dengan Dia, karena Kristus dan salibNya dipakukan bersama-sama dalam
dunia ini).
J. C. Ryle (tentang Yoh 19:2): “When John Huss,
the martyr, was brought forth to be burned, they put a paper over his head, on
which were pictured three devils, and the title ‘heresiarch.’ When he saw it,
he said, ‘My Lord Jesus Christ, for my sake, did wear a crown of thorns; why
should not I, therefore, for His sake, wear this ignominious crown?’” (= Pada waktu John Huss, sang
martir, dibawa untuk dibakar, mereka meletakkan kertas di atas kepalanya,
dimana digambarkan 3 setan, dan gelar ‘pimpinan / kepala dari sekte sesat’.
Pada waktu ia melihatnya, ia berkata: ‘Tuhanku Yesus Kristus, demi aku, memakai
mahkota duri; karena itu, mengapa demi Dia aku tidak mengenakan mahkota yang
memalukan ini?’) - ‘Expository
Thoughts on the Gospels’,
(John volume III), hal 304.
3) Jangan
meniru dunia yang menghina / mengejek / merendahkan Kristus; sebaliknya,
layanilah dan muliakanlah Dia.
Adam Clarke (tentang Mat 27:29): “Let the world do
what it will to render the royalty and mysteries of Christ contemptible, it is
my glory to serve a King thus debased; my salvation, to adore that which the
world despises; and my redemption, to go unto God through the merits of him who
was crowned with thorns.’”
(= Biarlah dunia melakukan apa yang ia maui untuk membuat kerajaan dan misteri
Kristus sebagai sesuatu yang menjijikkan, adalah kemuliaan / kemegahanku untuk
melayani seorang Raja yang begitu direndahkan; keselamatanku adalah memuja apa
yang direndahkan oleh dunia; dan penebusanku adalah untuk pergi kepada Allah
melalui jasa dari Dia yang telah dimahkotai dengan duri).
4) Kalau
Allah untuk sementara waktu tidak menolong saudara dari kesukaran saudara,
seperti yang Ia lakukan terhadap Kristus pada waktu Kristus ada di kayu salib,
jangan menuruti bujukan setan, yang mengatakan bahwa Ia tidak mampu menolong
saudara, dan Ia tidak mengasihi / mempedulikan saudara!
Calvin (tentang Mat 27:39,40): “And whenever God
does not assist us according to our wish, but conceals his aid for a little
time, it is a frequent stratagem of Satan, to allege that our hope was to no
purpose, as if his promise had failed. ... And lest we should come to tempt God
in a manner similar to that in which those men tempted him, let us allow God to
conceal his power, whenever it pleases Him to do so, that he may afterwards
display it at his pleasure at the proper time and place” (= Dan kapanpun Allah tidak
menolong kita sesuai keinginan kita, tetapi menyembunyikan pertolonganNya untuk
sedikit waktu, merupakan tipu daya / muslihat Setan, untuk mengatakan bahwa
pengharapan kita tak ada gunanya, seakan-akan janjiNya telah gagal. ... Dan
supaya jangan kita mencobai Allah dengan cara yang sama seperti orang-orang itu
mencobai Dia, hendaklah kita membiarkan Allah menyembunyikan kuasaNya, kapanpun
itu menyenangkan Dia untuk melakukan hal itu, supaya belakangan Ia bisa
menunjukkannya sesuai perkenanNya pada waktu dan tempat yang tepat) - hal 304-305.
Calvin menyoroti kata-kata ‘diriNya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan’ (Mat 27:42),
dan juga kata ‘sekarang’ yang seharusnya ada dalam Mat 27:42,43.
Mat 27:42 (NIV): ‘Let him come down
now from the cross’ (= Baiklah Ia turun dari salib sekarang).
Mat 27: 43 (NIV): ‘Let God rescue him now’
(= Biarlah Allah menolong Dia sekarang).
Calvin (tentang Mat 27:42,43): “Because Christ does not immediately deliver
himself from death, they upbraid him with inability. And it is too customary
with all wicked men to estimate the power of God by present appearances, so
that whatever he does not accomplish they think that he cannot accomplish, and
so they accuse him of weakness, whenever he does not comply with their wicked
desire. ... This, as I said a little ago,
is a very sharp arrow of temptation which Satan holds in his hand, when
he pretends that God has forgotten us, because He does not relieve us speedily
and at the very moment. ... Satan, therefore, attempts to drive us to
despair by this logic, that it is vain for us to feel assured of the love of
God, when we do not clearly perceive his aid. And as he suggests to our
minds this kind of imposition, so he employs his agents, who contend that God
has sold and abandoned our salvation, because he delays to give his assistance.
We ought, therefore, to reject as false this argument, that God does not
love those whom he appears for a time to forsake; and, indeed, nothing is more
unreasonable than to limit his love to any point of time. God has, indeed,
promised that he will be our deliverer; but if he sometimes wink at our
calamities, we ought patiently to endure the delay. It is, therefore, contrary
to the nature of faith, that the word ‘now’ should be insisted on by those whom
God is training by the cross and by adversity to obedience, and whom he
entreats (meminta)
to pray and to call on his name; for these are rather the testimonies of his
fatherly love, as the apostle tells us, (Heb. 12:6.) But there was this peculiarity
in Christ, that, though he was the well-beloved Son, (Matth. 3:17; 17:5,) yet
he was not delivered from death, until he had endured the punishment which we
deserved; because that was the price by which our salvation was purchased” [= Karena Kristus tidak
segera membebaskan diriNya sendiri dari kematian, mereka mencelaNya dengan
ketidak-mampuan. Dan adalah biasa bahwa orang-orang jahat menilai kuasa Allah
oleh hal-hal yang terlihat sekarang ini, sehingga apapun yang Ia tidak lakukan
mereka kira Ia tidak bisa melakukannya, dan mereka menuduhNya dengan kelemahan,
kapanpun Ia tidak memenuhi keinginan mereka yang jahat. ... Ini seperti
yang tadi baru saya katakan, merupakan suatu panah pencobaan yang tajam yang
dipegang oleh setan di tangannya, pada waktu ia membujuk kita supaya kita
percaya bahwa Allah telah melupakan kita, karena Ia tidak membebaskan kita
dengan cepat dan pada saat itu juga. ... Karena itu setan mencoba untuk
menggiring kita pada keputus-asaan dengan menggunakan logika ini, bahwa adalah
sia-sia bagi kita untuk yakin akan kasih Allah, pada waktu kita tidak secara
jelas merasakan pertolonganNya. Dan pada saat ia mengusulkan pada pikiran
kita tipuan ini, ia juga menggunakan agen-agennya, yang berargumentasi bahwa
Allah telah menjual dan meninggalkan keselamatan kita, karena Ia menunda untuk
memberikan pertolonganNya. Karena itu kita harus menolak argumentasi yang
salah ini, bahwa Allah tidak mengasihi mereka yang kelihatannya Ia tinggalkan
untuk sementara waktu; dan memang tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari
pada membatasi kasihNya pada waktu tertentu. Allah memang berjanji bahwa Ia
akan menjadi Pembebas kita; tetapi jika Ia kadang-kadang seolah-olah tidak
melihat pada bencana-bencana yang menimpa kita, kita harus dengan sabar menahan
/ memikul penundaan tersebut. Karena itu, merupakan sesuatu yang bertentangan
dengan sifat dari iman, bahwa kata ‘sekarang’ dipaksakan oleh mereka yang Allah
latih oleh salib dan kesengsaraan supaya bisa taat dan yang Ia minta untuk
berdoa dan berseru kepada namaNya; karena ini lebih merupakan kesaksian dari
kasih bapa, seperti yang dikatakan oleh sang rasuk (Ibr 12:6). Tetapi ada
keanehan ini dalam Kristus, dimana sekalipun Ia adalah Anak yang dikasihi (Mat
3:17; 17:5), tetapi Ia tidak dibebaskan dari kematian, sampai Ia telah
mengalami hukuman yang sebetulnya layak kita dapatkan; karena itulah harga
dengan mana keselamatan kita dibeli] - hal 306,307.
Penerapan: Seringkah saudara menganggap bahwa Allah telah melupakan /
meninggalkan saudara kalau Ia tidak menolong / menjawab doa saudara dengan
segera? Ingatlah bahwa itu adalah bujukan setan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar