I) Nubuat tentang kelahiran Yesus (ay 5a).
1) Ay 5a ini jelas merupakan nubuat tentang
kelahiran Yesus.
Tetapi ada yang
aneh dengan nubuat ini, yaitu dalam Kitab Suci Indonesia itu ditunjukkan dalam
waktu lampau (ay 5: ‘telah
lahir’ ... ‘telah diberikan’).
Tetapi Kitab
Suci bahasa Inggris ada yang memberikannya dalam bentuk present tense (waktu sekarang), dan ada bahkan yang dalam future tense (waktu yang akan datang).
KJV/RSV/NIV: ‘is born ... is given’.
NASB: ‘will be born ... will be given’.
Sebetulnya yang
benar justru adalah Kitab Suci Indonesia ,
karena dalam bahasa Ibraninya memang digunakan bentuk lampau.
E. J. Young:
“He speaks of the birth as though
it had already occurred, even though from his standpoint it was yet to take
place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran
itu seakan-akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih
akan terjadi di masa yang akan datang) - hal 329.
Mengapa dalam
bentuk lampau? Ada
2 kemungkinan jawaban:
a) Sekalipun ini adalah nubuat,
tetapi digunakan bentuk lampau, seakan-akan hal itu sudah terjadi, untuk
menunjukkan kepastian terjadinya nubuat itu.
b) Barnes’ Notes: “Not that he was born when the
prophet spake. But in prophetic vision, as the events of the future passed
before his mind, he saw that promised son, and the eye was fixed intently on
him” (= Bukan bahwa ia telah
dilahirkan pada waktu sang nabi berbicara. Tetapi dalam penglihatan yang
bersifat nubuat, pada waktu peristiwa-peristiwa dari masa yang akan datang
lewat di depan pikirannya, ia melihat anak yang dijanjikan itu, dan matanya
diarahkan dengan sungguh-sungguh kepadanya) - hal 191.
Jadi, Yesaya
menuliskannya dalam bentuk lampau, karena ia sudah melihat Anak itu dalam
penglihatan yang diberikan kepadanya.
2) ‘seorang
putera telah diberikan untuk kita’ (ay 5).
Menyoroti kata
‘telah diberikan‘ ini Barnes’ Notes memberi komentar sebagai berikut: “The Messiah was pre-eminently
the gift of the God of love. Man had no claim on him, and God voluntarily gave
his Son to be a sacrifice for the sins of the world”
(= Mesias merupakan pemberian dari Allah yang adalah kasih. Manusia tidak
mempunyai hak atasNya, dan Allah dengan sukarela memberikan AnakNya untuk
menjadi korban untuk dosa-dosa dunia) - hal 191.
Bdk. Yoh 3:16 - “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
tetapi beroleh hidup yang kekal”.
II) Nama Kristus.
Ay 5b: ‘namanya disebutkan orang’.
Ini tak berarti bahwa Kristus betul-betul dipanggil dengan nama ini. Artinya:
Kristus layak mendapatkan sebutan-sebutan / nama-nama ini karena ini memang
menunjukkan diri dan karakterNya.
Sekarang mari
kita membahas nama-nama dalam ay 5b ini.
1) ‘Penasihat
Ajaib’.
RSV/NIV/NASB: ‘Wonderful Counsellor’ (= Penasihat
Ajaib).
KJV: ‘Wonderful, Counsellor’ (= Ajaib,
Penasihat).
a) Ada yang menyatukan kedua istilah ini menjadi
satu nama (seperti KS Indonesia, RSV, NIV, NASB)
Yang menyatukan
kedua istilah ini menganggap bahwa nama ini sesuai dengan Yes 28:29 (NIV):
‘wonderful
in counsel’ / ‘ajaib
dalam nasehat’ (KS Indonesia menterjemahkan ‘ajaib dalam keputusan’).
Dalam Yes 28:29 itu hal itu ditujukan kepada YAHWEH. Dengan demikian pada
waktu dalam ay 5b ini nama ini diberikan kepada Kristus, ini menunjukkan
keilahian Kristus.
b) Tetapi ada yang memisahkan
kedua istilah ini menjadi 2 nama (seperti KJV).
Kebanyakan
buku-buku tafsiran yang saya pakai menganggap bahwa 2 istilah ini harus
dipisah. J. A. Alexander menyatakan bahwa kata ‘wonderful’
/ ‘ajaib’
(kata sifat) secara hurufiah terjemahannya adalah ‘wonder’
/ ‘keajaiban’
(kata benda), dan karenanya memang lebih cocok kalau diterjemahkan sebagai 2
nama.
·
ajaib / keajaiban.
Charles
Haddon Spurgeon: “Beloved,
there are a thousand things in this world, that are called by names that do not
belong to them, but in entering upon my text, I must announce at the very
opening, that Christ is called Wonderful, because he is so. God the Father
never gave his Son a name which he did not deserve”
(= Saudara yang kekasih, ada 100 hal di dunia ini, yang disebut dengan nama
yang tidak semestinya, tetapi pada waktu memasuki text saya, saya harus
mengumumkan pada pembukaannya, bahwa Kristus disebut Ajaib, karena Ia memang
begitu. Allah Bapa tidak pernah memberi AnakNya nama yang tidak layak Ia
dapatkan) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 108.
Mesias memang
ajaib dalam keberadaanNya sebagai Allah dan manusia dalam 1 pribadi, dalam
ajaranNya yang mengherankan banyak orang (bdk. Mat 7:28), dalam
tindakanNya, dalam kelahiranNya dari perawan, kematianNya, kebangkitanNya dan
kenaikanNya ke surga, dll.
Juga kasih
karunia Allah yang menebus dosa kita dan menyelamatkan kita melalui kedatangan
dan penebusan Kristus, lebih ajaib dari mujijat apapun.
·
‘Counsellor’
(= Penasihat).
Bdk.
Yes 11:2 yang menubuatkan bahwa pada Kristus ada ‘roh hikmat’. Kristus
memang memberi kita hikmat sehingga kita menjadi bijaksana (bdk.
Amsal 8:12-30 1Kor 1:24,30).
Ia menasehati kita dari dalam melalui Roh Kudus, dan Ia juga menasehati kita
dari luar melalui hamba-hambaNya / para pemberita Firman Tuhan.
Tentang nama ‘Counsellor’ (= Penasihat) ini Charles Haddon
Spurgeon memberikan komentar sebagai berikut:
“It was by a Counsellor that this
world was ruined. Did not Satan mask himself in the serpent, and counsel the
woman with exceeding craftiness, that she should take unto herself of the fruit
of the tree of knowledge of good and evil, in the hope that thereby she should
be as God? Was it not that evil counsel which provoked our mother to rebel
against her Maker, and did it not as the effect of sin, bring death into this
world with all its train of woe? Ah! beloved, it was meet that the world should
have a Counsellor to restore it, if it had a Counsellor to destroy it. It was
by counsel that it fell, and certainly, without counsel it never could have
arisen. But mark the difficulties that surrounded such a Counsellor. ‘Tis easy
to counsel mischief; but how hard to counsel wisely! To cast down is easy, but
to build up how hard!” (= Adalah karena seorang
penasihat dunia ini dihancurkan / dirusakkan. Bukankah Setan menyembunyikan
dirinya dalam ular, dan menasehati si perempuan dengan kelicikan yang hebat,
sehingga ia mengambil bagi dirinya buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat,
dengan harapan bahwa dengan itu ia akan menjadi seperti Allah? Bukankah nasehat
jahat itu yang menyebabkan ibu kita memberontak terhadap Penciptanya, dan
tidakkah itu sebagai akibat dosa membawa kematian ke dalam dunia ini dengan
semua rentetan kesengsaraan / kutuk? Ah, saudara yang kekasih, adalah cocok
bahwa dunia ini mempunyai seorang Penasihat untuk memulihkannya, jika dunia ini
mempunyai seorang Penasihat untuk menghancurkannya. Adalah karena suatu nasehat
dunia ini jatuh, dan pastilah tanpa nasehat dunia ini tak bisa dibangkitkan.
Tetapi perhatikan kesukaran yang meliputi Penasihat itu. Adalah mudah untuk
memberi nasehat yang jahat; tetapi alangkah sukarnya memberikan nasehat yang
bijaksana! Menghancurkan itu mudah, tetapi alangkah sukarnya membangun)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and
Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 115.
2) ‘Allah
yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
E. J. Young:
“Whereas the word ELOHIM in the
Old Testament may some-times apply to beings lesser than God, such is not the
case with EL. This desig-nation is reserved for the true God and for Him alone”
(= Kalau kata ELOHIM dalam Perjanjian Lama kadang-kadang bisa digunakan
terhadap makhluk yang lebih rendah dari Allah, tidak demikian halnya dengan EL.
Nama ini disediakan untuk Allah yang benar dan hanya untuk Dia saja).
Louis Berkhof
(hal 48) kelihatannya menentang pandangan E. J. Young ini, dan saya juga
berpendapat bahwa kata-kata E. J. Young di sini adalah salah, karena jelas ada
banyak kasus dimana kata EL digunakan bukan untuk menunjuk kepada Allah yang
benar. Contoh:
· Kel 15:11 - “Siapakah yang
seperti Engkau, di antara para allah (ELIM, bentuk jamak dari
EL),
ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusanMu, menakutkan karena
perbuatanMu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?”.
·
Kel 34:14 - “Sebab janganlah
engkau sujud menyembah kepada allah (EL)
lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu”.
· Ul 32:12 - “demikianlah TUHAN
sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah (EL)
asing menyertai dia”.
· Hak 9:46 - “Mendengar itu
masuklah seluruh warga kota
Menara-Sikhem ke dalam liang di bawah kuil El-Berit”. Bdk. Hak 9:33
dan 9:4 dimana digunakan kata ‘BAAL-BERIT’.
Tetapi istilah ‘Allah yang perkasa’
yang digunakan terhadap Yesus ini tetap menunjukkan keilahian Yesus, karena
dalam Yes 10:21 istilah yang persis sama (EL GIBOR) digunakan untuk Allah.
Jadi bahwa di sini istilah / nama ini diberikan kepada Kristus, menunjukkan
bahwa Ia adalah Allah.
Pulpit
Commentary: “What the Messiah
was to do, could be done by none less than God. He was to redeem mankind; he
was to vanquish death and sin; he was to triumph over Satan; he was to be a
meritorious Sacrifice. ‘God with us’ had already been declared to be one of his
names (ch 7:14). Now he is announced as ‘God the Mighty One’”
[= Apa yang harus dilakukan oleh Mesias, tidak bisa dilakukan oleh siapapun
yang lebih rendah dari Allah. Ia harus menebus umat manusia; Ia harus
mengalahkan kematian dan dosa; Ia harus menang atas Setan; Ia harus menjadi
Korban yang bermanfaat. ‘Allah bersama / dengan kita’ telah dinyatakan sebagai
salah satu dari nama-namaNya (pasal 7:14). Sekarang Ia
diumumkan sebagai ‘Allah yang perkasa’] - hal 170.
3) ‘Bapa
yang kekal’.
KJV/RSV/NIV: ‘everlasting Father’ (= Bapa yang
kekal).
NASB: ‘eternal Father’ (= Bapa yang kekal).
a) Sebutan ‘Bapa’ bagi Kristus
ini membingungkan, sehingga menim-bulkan ajaran sesat.
Pulpit
Commentary: “He is the Son,
and yet it can be said of him that he is the ‘Everlasting Father.’ This last
assertion seems to be the most astonishing of them all. ‘The Son is the
Father.’” (= Ia adalah Anak, tetapi bisa
dikatakan tentang Dia bahwa Ia adalah ‘Bapa yang kekal’. Pernyataan terakhir
ini kelihatannya merupakan yang paling mengherankan dari semua. ‘Anak adalah
Bapa’) - hal 181.
Tafsiran ini
jelas berbau ajaran Sabelianisme, yang merupakan ajaran sesat tentang Allah
Tritunggal, karena ajaran ini mempercayai bahwa Allah Tritunggal bukan terdiri
dari 3 pribadi tetapi 3 perwujudan. Jadi mereka beranggapan bahwa yang
berinkarnasi menjadi manusia adalah Allah Bapa sendiri!
b) Dalam hubunganNya dengan
pribadi-pribadi lain dalam Tritunggal, Kristus jelas tidak bisa disebut ‘Bapa’.
Charles
Haddon Spurgeon: “the
Messiah is not here called ‘Father,’ by way of any confusion with him who is
pre-eminently called ‘THE FATHER.’ Our Lord’s proper name, so far as Godhead is
concerned, is not the Father, but the Son. Let us beware of confusion. The Son
is not the Father, neither is the Father the Son; and though they be one God,
essentially and eternally, being for evermore one and indivisible, yet still
the distinction of persons is to be carefully believed and observed”
(= Mesias di sini tidak disebut ‘Bapa’ untuk mengacaukan dengan Dia yang
disebut ‘Bapa’. Nama yang benar dari Tuhan kita, berkenaan dengan keilahian,
bukanlah Bapa, tetapi Anak. Biarlah kita berhati-hati terhadap kekacauan. Anak
bukanlah Bapa, dan Bapa bukanlah Anak; dan sekalipun mereka adalah satu Allah,
secara hakiki dan kekal, karena selama-lamanya adalah satu dan tak
terbagi-bagi, tetapi perbedaan pribadi harus tetap dipercaya dan diperhatikan)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and
Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 132.
Barnes’
Notes: “The term ‘Father’
is not applied to the Messiah here with any reference to the distinction in the
Divine nature; for that word is uniformly, in the Scriptures, applied to the
first, not to the second person of the Trinity”
(= Istilah ‘Bapa’ di sini tidak diterapkan kepada Mesias berhubungan dengan
perbedaan dalam hakekat ilahi; karena dalam Kitab Suci kata itu secara seragam
diterapkan kepada pribadi pertama, bukan kepada pribadi kedua dari Tritunggal)
- hal 193.
c) Dalam hubunganNya dengan
orang percaya, bisakah Kristus disebut Bapa?
E. J. Young
menafsirkan bahwa nama ini berarti bahwa Kristus itu adalah Bapa secara kekal.
Dan Ia bertindak seperti seorang Bapa.
Tetapi bukankah
Kitab Suci tidak pernah menyebut Kristus sebagai ‘Bapa’? Ia disebut ‘saudara kita’
(Ro 8:29 Mat 12:50 Mat 25:40 Ibr 2:11-12
bdk. Yoh 20:17).
Tetapi dalam
Mat 9:2,22 Wah 21:7 Yesus menyebut ‘anakKu’ (tetapi, Wah
21:7 ini tentang Allah Bapa atau tentang Kristus?).
Saya sendiri
tetap mempunyai kecondongan bahwa dalam hubunganNya dengan orang percayapun
Kristus tidak cocok disebut ‘Bapa’.
d) Apa arti istilah ‘Bapa yang kekal’ ini?
Barnes’
Notes: “Literally, it is
the Father of eternity” (= Secara hurufiah, ini adalah
Bapa dari kekekalan) - hal 193.
Matthew
Henry: “He is the
everlasting Father, or the Father of eternity;”
(= Ia adalah Bapa yang kekal, atau Bapa dari kekekalan;).
Adam Clarke:
“‘The everlasting Father.’ ‘The
Father of the everlasting age.’ Or Abiy
ad, the Father of eternity.” (= ‘Bapa yang
kekal’. ‘Bapa dari jaman yang kekal’. Atau ABIY AD, Bapa dari kekekalan.).
Jamieson,
Fausset & Brown: “the
‘everlasting Father’ ... - literally, ‘The
Father of eternity’ (AD).” [= sang ‘Bapa yang kekal’ ... -
secara hurufiah, ‘Bapa dari kekekalan’ (AD)].
E. J. Young: “The word AD signifies
perpetuity or duration. It may have the sense of eternity, as when Isaiah
speaks of the ‘high and lofty One that inhabiteth eternity …’ (57:15).” [= Kata AD menunjuk / berarti kekekalan atau durasi. Itu bisa
mempunyai arti kekekalan, seperti pada waktu Yesaya berbicara tentang
‘Seseorang yang tinggi yang menghuni kekekalan’ (57:15).].
Catatan:
Yes 57:15 diambil dari KJV/RSV.
Dalam Yes 57:15
kata yang diterjemahkan ‘eternity’ (=
kekekalan) adalah AD, yang menurut Bible Works 7 adalah suatu kata benda!
The Bible
Exposition Commentary (New Testament): “‘Everlasting
Father’ does not suggest that the Son is also the Father, for each Person in
the Godhead is distinct. ‘Father of eternity’ is a better translation. Among
the Jews, the word ‘father’ means ‘originator’ or ‘source.’ For example, Satan
is the ‘father (originator) of lies’ (NIV John 8:44, NIV).”
[= ‘Bapa yang kekal’ tidak menunjukkan / berarti bahwa Anak juga adalah Bapa,
karena setiap Pribadi dalam Allah adalah berbeda. ‘Bapa dari kekekalan’
merupakan suatu terjemahan yang lebih baik. Di antara orang-orang Yahudi, kata
‘bapa’ berarti ‘pemulai’ atau ‘sumber’. Sebagai contoh, Iblis adalah ‘bapa
(pemulai) dari dusta-dusta (NIV Yoh 8:44, NIV)].
Catatan:
sekalipun kebanyakan Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘the eternal / everlasting Father’ (= Bapa yang kekal), tetapi ada
yang menterjemahkan ‘the Father of
eternity’ (= Bapa dari kekekalan), seperti CJB (The Complete Jewish Bible
1998), DBY (The Darby Bible 1884 / 1890), YLT (Young’s Literal Translation 1862
/ 1898).
1. Kata ‘Bapa’ oleh Pulpit
Commentary diartikan ‘Protector’ (=
pelindung), seperti dalam Ayub 29:16 Ayub disebut sebagai ‘bapa bagi orang miskin’,
dan dalam Yes 22:21 Elyakim disebut sebagai ‘bapa bagi penduduk Yerusalem’. Juga bisa
ditambahkan arti ‘Creator’ (=
Pencipta) dan ‘Preserver’ (=
Pemelihara).
2. Calvin mengartikan istilah
ini sebagai ‘Bapa dari
kekekalan’, dimana ‘Bapa’
diartikan ‘author’ / ‘pencipta’ atau ‘sumber’.
Bandingkan
dengan:
a. Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab
ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
b. Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh
hidup?”.
Dalam kedua
ayat di atas ini, kelihatannya istilah ‘bapa’ harus diartikan sebagai ‘pencipta
/ sumber’.
3. Istilah ‘Bapa’ di sini harus
diartikan sesuai dengan kebiasaan orang di sana pada jaman itu
Charles
Haddon Spurgeon: “It
is the manner of the Easterns to call a man the father of a quality for which
he is remarkable. To this day, among the Arabs, a wise man is called ‘the
father of wisdom;’ a very foolish man ‘the father of folly.’ The predominant quality
in the man is ascribed to him as though it were his child, and he the father of
it. Now, the Messiah is here called in the Hebrew ‘the father of eternity,’ by
which is meant that he is pre-eminently the possessor of eternity as an
attribute. Just as the idiom, ‘the father of wisdom,’ implies that a man is
pre-eminently wise, so the term, ‘Father of eternity,’ implies that Jesus is
pre-eminently eternal; that to him, beyond and above all others, eternity may
be ascribed. ... not only is eternity ascribed to Christ, but he is here
declared to be parent of it. Imagination cannot grasp this, for eternity is a
thing beyond us; yet if eternity should seem to be a thing which can have no
parent, be it remembered that Jesus is so surely and essentially eternal, that
he is here pictured as the source and Father of eternity. Jesus is not the
child of eternity, but the Father of it. Eternity did not bring him forth from
its mighty bowels, but he brought forth eternity”
(= Merupakan kebiasaan orang Timur untuk menyebut seseorang sebagai bapa dari kwalitet yang luar biasa /
lain dari yang lain dalam dirinya. Sampai saat ini, di antara orang Arab,
seorang yang bijaksana disebut ‘bapa dari hikmat’; seorang yang sangat bodoh
disebut ‘bapa dari kebodohan’. Kwalitet yang utama / menonjol dalam seseorang
dianggap berasal dari dia seakan-akan itu adalah anaknya, dan ia adalah bapa
dari kwalitet itu. Sekarang, Mesias di sini disebut dalam bahasa Ibrani ‘bapa
dari kekekalan’ dengan mana dimaksudkan bahwa ia adalah pemilik dari kekekalan
sebagai suatu sifat. Sama seperti ungkapan ‘bapa dari hikmat’ menunjukkan bahwa
orang itu bijaksana, demikian pula istilah ‘Bapa dari kekekalan’ menunjukkan
bahwa Yesus itu kekal; sehingga di atas semua yang lain, kekekalan dianggap
berasal dari dia. ... bukan hanya kekekalan dianggap berasal dari Kristus,
tetapi di sini ia dinyatakan sebagai orang tua dari kekekalan. Imaginasi tidak
dapat mengertinya, karena kekekalan merupakan sesuatu yang melampaui kita;
tetapi jika kekekalan kelihatannya adalah hal yang tidak bisa mempunyai orang
tua, haruslah diingat bahwa Yesus begitu kekal secara pasti dan hakiki,
sehingga di sini ia digambarkan sebagai sumber dan Bapa dari kekekalan. Yesus
bukanlah anak dari kekekalan, tetapi Bapa dari kekekalan. Kekekalan tidak
melahirkannya, tetapi ia melahirkan kekekalan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 134-135.
Barnes’
Notes: “it may be used in
accordance with a custom in Hebrew and in Arabic, where he who possess a thing
is called the father of it. Thus ‘the father of strength’ means strong; ‘the
father of knowledge’, intelligent; ‘the father of glory’, glorious; ‘the father
of goodness’, good; ‘the father of peace’, peaceful. According to this, the
meaning of the phrase, ‘the Father of eternity’ is properly eternal”
(= ini mungkin dipakai sesuai dengan kebiasaan dalam bahasa Ibrani dan Arab,
dimana ia yang memiliki sesuatu disebut bapa dari sesuatu itu. Jadi, ‘bapa dari
kekuatan’ berarti kuat; ‘bapa dari pengetahuan’ berarti pandai; ‘bapa dari
kemuliaan’ berarti mulia; ‘bapa dari kebaikan’ berarti baik; ‘bapa dari damai’
berarti cinta damai. Menurut ini, arti dari ungkapan ‘Bapa dari kekekalan’
adalah kekal) - hal 193.
Barnes’
Notes: “He is not merely
represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure, as even
‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself to his
paternity” (= Ia tidak semata-mata
digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu penggambaran yang
kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan kekekalan
berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) - hal 193.
Apakah istilah
ini hanya menunjukkan kekekalan Kristus, atau bahkan menunjukkan bahwa Kristus
adalah pencipta, sumber, dan pemelihara dari kekekalan, itu tetap menunjukkan
keilahian Kristus.
4) ‘Raja
Damai’ [prince of peace (=
pangeran damai)].
a) ‘Raja’
atau ‘Pangeran’?
Istilah yang
benar memang adalah ‘Pangeran
Damai’, tetapi saya berpendapat bahwa istilah ‘prince’ (= pangeran),
digunakan karena Yesus adalah Anak Allah. Dengan memberi gelar ‘Pangeran’ kepada
Yesus, maka secara implicit Allah Bapa digambarkan sebagai Raja. Tetapi saya
berpendapat tidak terlalu jadi soal kalau kita mau menyebut Yesus sebagai ‘Raja Damai’, karena:
· kita tahu dari Yoh 5:18 dan
Yoh 10:30-33 bahwa istilah ‘Anak Allah’ sebetulnya menunjukkan bahwa Yesus
adalah Allah.
·
ay 5b menunjukkan Yesus sebagai Raja.
Ay 5b: ‘dan lambang pemerintahan ada di
atas bahunya’.
NIV: ‘and the government will be on his shoulders’
(= dan pemerintahan akan ada di atas bahunya).
Ini menunjukkan
bahwa Kristus adalah Raja atau Kristus memegang pemerintahan.
·
ay 6 juga menunjukkan Yesus sebagai Raja, bahkan
sebagai Raja Damai.
Ay 6: ‘tahta Daud’.
Daud diberi
janji bahwa kerajaannya akan kekal (2Sam 7:12-dst), dan ini digenapi dalam diri
Kristus [bdk. Amos 9:11 - pondok Daud yang roboh dibangunkan kembali oleh Allah
(dalam diri Kristus)].
J. A.
Alexander: “the Messiah is
not only called the Branch or Son of David (2Sam 7:12,13 Jer 23:5
33:15), but David himself (Jer 30:9
Ezek 34:23,24 37:24 Hos 3:5). The two reigns are identified, not
merely on account of an external resemblance or a typical relation, but because
the one was really a restoration or continuation of the other. ... The Jewish
nation, as a spiritual body, is really continued in the Christian church”
[= Mesias bukan hanya disebut sebagai Tunas atau Anak Daud (2Sam 7:12,13 Yer 23:5
33:15), tetapi juga disebut Daud sendiri (Yer 30:9 Yeh 34:23,24
37:24 Hos 3:5). Kedua
pemerintahan ini disamakan, bukan semata-mata karena kemiripan lahiriah atau
hubungan yang khas, tetapi karena yang satu betul-betul merupakan pemulihan
atau kelanjutan dari yang lain. ... Bangsa Yahudi, sebagai suatu tubuh rohani,
betul-betul dilanjutkan dalam Gereja Kristen] - hal 135.
Penerapan:
Apakah Yesus adalah Raja dalam hidup saudara? Menjadikan Yesus sebagai Raja
atau sebagai Tuhan dalam hidup kita, tidaklah terlalu berbeda. Jadi hal ini
bisa dibandingkan dengan Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud”. Pemberitaan Injil oleh malaikat pada Natal yang pertama ini menggabungkan 2 gelar
bagi Yesus, yaitu ‘Juruselamat’
dan ‘Tuhan’.
Orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat, juga harus menerimaNya sebagai
Tuhan. Orang yang menolak Dia sebagai Tuhan, sebetulnya juga tidak pernah
menerimaNya sebagai Juruselamat.
b) Raja / Pangeran Damai.
Yesus disebut
Raja / Pangeran Damai karena:
·
Ia mendamaikan manusia (yang mau percaya
kepadaNya) dengan Allah (Ro 5:1
Ef 2:16-18
2Kor 5:18-21).
Siapapun
saudara dan bagaimanapun jahatnya saudara, kalau saudara mau percaya kepada
Yesus, maka saudara akan diperdamaikan dengan Allah. Sebaliknya, betapapun
baiknya / salehnya saudara, saudara tetap mempunyai dosa yang menjadikan
saudara musuh Allah. Jadi saudarapun harus percaya kepada Yesus supaya bisa
diperdamaikan dengan Allah.
·
Ia memberikan damai dalam hati orang yang
percaya kepadaNya (Yoh 14:27 Mat
11:28-30).
E. J. Young:
“True peace comes to us because a
Child was born. That Child, and He alone, is the Prince of Peace. Would we have
peace, it is to Him that we must go” (= Damai yang
sejati datang kepada kita karena seorang Anak dilahirkan. Anak itu, dan hanya
Dia saja, adalah Pangeran Damai. Jika kita menginginkan damai, kepada Dialah
kita harus pergi) - hal 340.
· Ia mendamaikan orang dengan orang
(Ef 2:14). Ini terwujud dalam persekutuan orang Kristen.
·
E. J. Young: “This
One is a Prince, and He seeks the greatness of His kingdom and of Himself not
in war, as do ordinary rulers, but in peace” (= Orang ini
adalah seorang Pangeran, dan Ia mengusahakan kebesaran KerajaanNya dan DiriNya
sendiri bukan dalam perang, seperti yang dilakukan penguasa-penguasa biasa,
tetapi dalam damai) - hal 339.
E. J. Young:
“Peace and the government are
mentioned together. This is striking, for most governments find their increase
through war. Unlike other kingdoms, this one will grow through the means of
peace, through the gracious working of the Spirit of God in the hearts of men
and through the preaching of the gospel” (= Damai dan
pemerintahan disebutkan bersama-sama. Ini menyolok, karena kebanyakan
pemerintahan mendapatkan perluasan melalui perang. Tidak seperti
kerajaan-kerajaan yang lain, yang ini akan bertumbuh melalui jalan damai, melalui
pekerjaan kasih karunia dari Roh Allah dalam hati manusia dan melalui
pemberitaan injil) - hal 343. Bdk. Mat 20:24-28 Mat 26:47-56
Luk 9:51-56 1Pet 2:23.
Penerapan:
kalau saudara mau Kerajaan ini bertumbuh, banyaklah memberitakan Injil.
c) PemerintahanNya berbeda
dengan pemerintahan seorang tiran / diktator.
Ini terlihat
dari kata-kata ‘dengan
keadilan dan kebenaran’ dalam ay 6b.
d) Kerajaan dari Raja Damai ini
kekal, dan ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘tidak
akan berkesudahan’ dalam ay 6a, dan kata-kata ‘dari sekarang sampai
selama-lamanya’ dalam ay 6c (bdk. Dan 2:44a Dan 7:27
Luk 1:32-33).
Bahwa Kerajaan
ini kekal, jelas menunjukkan bahwa ini tidak menunjuk pada kerajaan yang
berlangsung selama 1000 tahun (hurufiah) seperti yang dipercaya oleh sebagian
orang kristen.
E. J. Young:
“That interpretation which would
apply this prophecy to a literal throne of David to be established in Jerusalem during a
‘millennium’ must be rejected for the following reasons: The reign begins with
the birth of the YELED, who sits upon the throne of David and reigns eternally.
To limit this reign to a period of one thousand years is to neglect the words,
‘there is no end.’ And to make the beginning coincide with the beginning of a
millennium is to ignore the fact that it begins with the birth of the Child”
(= Penafsiran yang menerapkan nubuat ini kepada tahta hurufiah dari Daud yang
akan ditegakkan di Yerusalem pada kerajaan 1000 tahun harus ditolak karena
alasan sebagai berikut: Pemerintahan itu dimulai dengan kelahiran dari sang
YELED, yang duduk di atas tahta Daud dan memerintah secara kekal. Membatasi
pemerintahan ini pada masa 1000 tahun berarti mengabaikan kata-kata ‘tidak akan
berkesudahan’. Dan membuat permulaannya bertepatan dengan permulaan dari
kerajaan 1000 tahun berarti mengabaikan fakta bahwa kerajaan itu dimulai dengan
kelahiran dari sang Anak) - hal 343.
Catatan:
YELED adalah kata Ibrani yang artinya ‘a boy’ (= seorang anak
laki-laki).
e) KerajaanNya ini bertumbuh
terus.
Sebetulnya hal
ini bisa terlihat dari ay 6a. Tetapi ay 6a versi Kitab Suci Indonesia salah
terjemahan, sehingga tidak menunjukkan hal itu.
Ay 6a: ‘Besar kekuasaannya, dan damai
sejahtera tidak akan berkesudahan’.
NIV: ‘of the increase of his government
and peace there will be no end’ (= tentang pertumbuhan dari
pemerintahannya dan damai tidak akan berkesudahan).
NASB: ‘there will be no end to the increase
of His government or of peace’ (= tidak akan ada kesudahan bagi pertumbuhan
dari pemerintahaNya atau dari damai).
Adam Clarke: “his government increases, and
is daily more and more extended, and will continue till all things are put
under his feet” (= pemerintahanNya bertumbuh,
dan makin hari makin meluas, dan akan berlanjut sampai segala sesuatu
diletakkan di bawah kakiNya) - hal 65.
Bdk.
1Kor 15:25 - “Karena Ia
harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya
di bawah kakiNya”.
Calvin: “Though the kingdom of Christ is
in such a condition that it appears as if it were about to perish at every
moment, yet God not only protects and defends it, but also extends its
boundaries far and wide, and then preserves and carries it forward in
uninterrupted progression to eternity. We ought firmly to believe this, that
the frequency of those shocks by which the Church is shaken may not weaken our
faith, when we learn that, amidst the mad outcry and violent attacks of
enemies, the kingdom of Christ stands firm through the invincible power of God,
so that, though the whole world should oppose and resist, it will remain through
all ages. We must not judge of its stability from the present appearances of
things, but from the promise, which assures us of its continuance and of its
constant increase” (= Sekalipun kerajaan Kristus
ada dalam keadaan sedemikian rupa dimana kelihatannya kerajaan itu akan binasa
setiap saat, tetapi Allah bukan hanya melindungi dan mempertahankannya, tetapi
juga memperluas batasannya, dan lalu memeliharanya dan meneruskannya dalam
kemajuan yang tak putus-putusnya sampai kekekalan. Kita harus dengan teguh
mempercayai hal ini, supaya goncangan-goncangan yang sering menimpa Gereja
tidak melemahkan iman kita, pada waktu kita mempelajari / mendengar bahwa di
tengah-tengah teriakan marah dan serangan bengis dari para musuh, kerajaan
Kristus berdiri teguh melalui kuasa Allah yang tak terkalahkan, sehingga
sekalipun seluruh dunia melawan dan menentang, kerajaan itu akan tetap ada
sepanjang jaman. Kita tidak boleh menilai kestabilan kerajaan itu berdasarkan
kelihatannya pada saat ini, tetapi dari janji, yang meyakinkan kita tentang
kelanjutannya dan tentang pertumbuhan / perluasannya yang konstan) -
hal 313-314.
Pulpit
Commentary: “It must be
progressive, because it has vitality, which necessarily involves increase and
growth; it must be aggressive, because there is a war-spirit in all
righteousness; it cannot abide quietly beside evil, or rest until all evil is
conquered and won” (= Itu harus progresif / maju,
karena itu mempunyai vitalitas / kekuatan yang hidup, yang pasti menyangkut
pertambahan dan pertumbuhan; itu harus agresif, karena di situ ada roh perang
dalam semua kebenaran; itu tidak bisa tinggal dengan tenang disamping
kejahatan, atau beristirahat sampai semua kejahatan dikalahkan) -
hal 183.
Penerapan:
apakah saudara agresif dalam Pemberitaan Injil? Apakah saudara selalu
‘memerangi’ kejahatan?
Kesimpulan / penutup.
Calvin: “Now, to apply this for our own
instruction, whenever any distrust arises, and all means of escape are taken
away from us, whenever, in short, it appears to us that everything is a ruinous
condition, let us recall to our remembrance that Christ is called Wonderful,
because he has inconceivable methods of assisting us, and because his power is
far beyond what we are able to conceive. When we need counsel, let us remember
that he is the Counsellor. When we need strength, let us remember that he is
Mighty and Strong. When new terrors spring up suddenly every instant, and when
many deaths threaten us from various quarters, let us rely on that eternity of
which he is with good reason called the Father, and by the same comfort let us
learn to soothe all temporal distresses. When we are inwardly tossed by various
tempests, and when Satan attempts to disturb our consciences, let us remember
that Christ is The Prince of Peace, and that it is easy for him quickly to
allay all our uneasy feelings. Thus will these titles confirm us more and more
in the faith of Christ, and fortify us against Satan and against hell itself”
(= Sekarang, untuk menerapkan ini bagi pengajaran kita, kapanpun ada
ketidak-percayaan yang muncul, dan semua jalan keluar diambil dari kita,
singkatnya, kapanpun kelihatan bagi kita bahwa segala sesuatu ada dalam kondisi
yang hancur, biarlah kita mengingat bahwa Kristus disebut Ajaib, karena Ia
mempunyai metode-metode yang tak dapat dibayangkan / dipahami untuk menolong
kita, dan karena kuasaNya jauh melebihi apa yang bisa kita bayangkan. Pada
waktu kita membutuhkan nasehat, biarlah kita mengingat bahwa Ia adalah
Penasehat. Pada waktu kita membutuhkan kekuatan, biarlah kita mengingat bahwa
Ia Perkasa dan Kuat. Pada waktu ketakutan yang baru mendadak muncul, dan pada
waktu banyak kematian mengancam kita dari banyak sudut, biarlah kita bersandar
pada kekekalan terhadap apa Ia dengan alasan yang benar disebut Bapa, dan oleh
penghiburan yang sama biarlah kita belajar untuk menenangkan / menyejukkan
semua kesukaran / kesusahan yang sementara. Pada waktu kita diombang-ambingkan
secara batin oleh bermacam-macam badai, dan pada waktu Setan mencoba mengganggu
hati nurani kita, biarlah kita mengingat bahwa Kristus adalah Raja / Pangeran
Damai, dan bahwa adalah mudah bagiNya untuk menenangkan secara cepat semua
perasaan gelisah / tak tenang kita. Demikianlah gelar-gelar ini akan membuat
kita makin lama makin teguh dalam iman dari Kristus, dan membentengi kita
terhadap Setan dan terhadap neraka sendiri) - hal 312-313.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar