Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Doktrin pemilihan yang tidak bersyarat ini lebih
lazim dikenal dengan sebutan Predestinasi.
I) Definisi Predestinasi.
1) Sejak semula (sebelum penciptaan
segala sesuatu) Allah sudah menetapkan orang-orang
tertentu untuk diselamatkan / masuk ke surga. Sisanya
ditetapkan untuk binasa / masuk ke neraka.
2) Allah menentukan semua ini semata-mata
berdasarkan kehendakNya sendiri, dan sama
sekali bukan karena apapun yang ada atau yang akan ada dalam diri orang-orang
itu.
3) Penetapan Allah ini pasti terjadi / tidak
mungkin gagal.
Kalau saudara menginginkan
definisi Predestinasi yang lebih terperinci, yang betul-betul disusun dengan
kata-kata ilmu hukum, saudara bisa melihat ‘Westminster
Confession of Faith’, Chapter III, no 3,4,5,6,7 di bawah ini:
a) “By the decree of God, for the manifestation of His
glory, some men and angels are predestinated unto
everlasting life; and others foreordained to
everlasting death” (= Oleh ketetapan Allah, bagi perwujudan
kemuliaanNya, sebagian manusia dan malaikat telah
dipredestinasikan untuk hidup yang kekal; sedangkan yang lain ditetapkan untuk kebinasaan yang kekal).
Penekanan bagian ini: baik manusia maupun malaikat, sebagian ditetapkan
untuk selamat, sebagian lainnya ditetapkan untuk binasa.
b) “These angels and men, thus predestinated, and
foreordained, are particularly and unchangeably
designed, and their number so certain and definite,
that it cannot be either increased or diminished” (= Para
malaikat dan manusia yang sudah dipredestinasikan dan ditetapkan lebih dahulu
ini, direncanakan secara khusus dan tak bisa berubah,
dan jumlah mereka adalah begitu pasti dan tertentu,
sehingga tidak dapat bertambah atau berkurang).
Penekanan bagian ini: Predestinasi itu tidak bisa berubah / gagal.
c) “Those of mankind that are predestinated unto life,
God, before the foundation of the world was laid, according to His eternal and
immutable purpose, and the secret counsel and good pleasure of His will, hath
chosen, in Christ, unto everlasting glory, out of His
mere free grace and love, without any foresight
of faith, or good works, or perseverance in either of them, or any other thing
in the creature, as conditions, or causes moving Him thereunto: and all
to the praise of His glorious grace” (= Sebagian dari umat manusia yang
telah dipredestinasikan untuk memperoleh hidup kekal, sebelum dunia dijadikan,
sesuai rencanaNya yang kekal dan tidak bisa berubah, serta rencana rahasia dan
kerelaan kehendakNya, oleh Allah telah dipilih di dalam Kristus untuk
mendapatkan kemuliaan kekal, semata-mata karena kasih
karunia dan cintaNya yang cuma-cuma, tanpa lebih
dulu melihat akan adanya iman, perbuatan baik, atau ketekunan di dalam diri
mereka, atau hal-hal lain apapun dalam ciptaan tersebut, sebagai syarat atau
penyebab yang dapat menggerakkanNya ke sana, dan semuanya ini bagi
pujian kasih karuniaNya yang mulia).
Penekanan bagian ini: pemilihan Allah itu sama sekali tidak didasarkan
pada adanya iman, perbuatan baik ataupun ketekunan yang akan ada dalam diri
orang pilihan, tetapi semata-mata didasarkan pada kehendak Allah yang
berdaulat.
d) “As God hath appointed the elect unto glory, so hath
He, by the eternal and most free purpose of His will, foreordained
all the means thereunto. Wherefore, they who are elected, being fallen
in Adam, are redeemed by Christ, are effectually
called unto faith in Christ by His Spirit working in due season, are justified,
adopted, sanctified, and kept by His power, through faith, unto salvation.
Neither are any other redeemed by Christ, effectually called, justified,
adopted, sanctified, and saved, but the elect only” (= Sebagaimana
Allah telah menetapkan orang-orang pilihanNya kepada kemuliaan, Dia juga, oleh
kehendakNya yang kekal dan bebas, telah menentukan
caranya / jalannya untuk mencapai hal itu. Karena itu, mereka yang
dipilih, yang telah jatuh di dalam Adam, ditebus oleh Kristus, dipanggil secara efektif ke dalam iman di dalam Kristus oleh
RohNya yang bekerja pada saatnya, dibenarkan, diangkat menjadi anak,
dikuduskan, dan dipelihara oleh kuasaNya, melalui iman, kepada keselamatan.
Tidak ada yang lain yang ditebus oleh Kristus, dipanggil secara efektif,
dibenarkan, diangkat menjadi anak, dikuduskan, dan diselamatkan, kecuali orang-orang
pilihan saja).
Penekanan bagian ini: bagi orang pilihanNya, Allah tidak hanya
menentukan tujuan akhirnya, tetapi juga saat dan cara / jalan untuk mencapai
tujuan akhir itu, yaitu melalui Kristus, pekerjaan Roh Kudus, iman dsb.
e) “The rest of mankind God was
pleased, according to the unsearchable counsel of His own will, whereby
He extendeth or withholdeth mercy, as He pleaseth, for the glory of His
sovereign power over His creatures, to pass by; and to
ordain them to dishonour and wrath for their sin, to the praise of His glorious justice” (= Sisa dari umat manusia lainnya, Allah
berkenan,
sesuai dengan rencana yang tak terselami dari kehendakNya sendiri, dengan mana
Dia memberikan atau menahan belas
kasihanNya, sesuai kerelaanNya, untuk kemuliaan dari kuasaNya yang berdaulat
atas makhluk ciptaanNya, untuk melewati; dan menentukan
mereka kepada kehinaan dan murka untuk dosa-dosa mereka, bagi pujian terhadap keadilanNya yang mulia).
Penekanan bagian ini: selain
dari orang pilihan, maka Allah melewati (tidak menyelamatkan) umat manusia yang
lain, dan menetapkan mereka untuk dihukum karena dosa-dosa mereka. Dengan
demikian terlihat keadilan Allah.
II) Dasar Kitab Suci Predestinasi.
A) Ayat-ayat
Kitab Suci tanpa penjelasan / tafsiran / komentar.
Pdt. Jusuf B. S. menganggap bahwa
orang-orang Calvinist memang mempunyai dasar ayat Kitab Suci untuk ajarannya,
tetapi semua itu sudah diputarbalikkan, ditafsirkan
dengan akal dsb, sehingga menjadi ajaran yang salah / sesat. Ini
terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:
·
“Teori2
manusiawi ini seolah-olah didasarkan atas ayat2 Alkitab, tetapi ayat-ayat ini diputarbalikkan atau diartikan dengan akal,
sehingga artinya menyesatkan 2Pet 3:16” - ‘Diktat PD’ (keluaran Gereja Bukit
Zaitun), hal 6.
·
“Teori-teori
manusiawi inilah yang memojokkan Allah menjadi pembohong, tetapi sebetulnya, merekalah yang memutarbalikkan kebenaran ini” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’,
hal 25.
·
“Ada
beberapa ayat-ayat dan fakta-fakta yang sulit dimengerti oleh beberapa orang,
tetapi dengan akalnya mereka memaksa untuk mengerti,
diartikan menurut pengertiannya sendiri, menurut teori-teorinya sendiri, dan
diputarbalikkan sedemikian rupa sehingga keluar teori-teori manusiawi
yang mendatangkan kebinasaan atas dirinya sendiri dan orang-orang yang mau
percaya kepadanya” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 26.
Ayat-ayat Kitab Suci tanpa penjelasan / tafsiran / komentar di bawah
ini saya berikan untuk menunjukkan:
1. Bahwa di sini tidak
ada pemutar-balikan, penafsiran salah, ataupun penafsiran menurut akal sendiri.
Ini betul-betul hanyalah ayat Kitab Suci tanpa penjelasan / penafsiran /
komentar, sehingga jelas tidak ada pemutar-balikan, penafsiran menurut
akal sendiri, dsb!
2. Bahwa Predestinasi bukanlah sekedar
merupakan ajaran saya / golongan Reformed / Calvinist / John Calvin, ataupun
merupakan penafsiran saya / golongan Reformed / Calvinist / John Calvin tentang
Kitab Suci, tetapi betul-betul merupakan ajaran Kitab
Suci sendiri!
Dan saya memberikan berpuluh-puluh ayat
untuk menunjukkan bahwa ayat dasar untuk Predestinasi bukanlah hanya satu atau
dua ayat saja, tetapi sangat banyak!
Janganlah
meloncati ayat-ayat Kitab Suci ini, karena tanpa itu saudara tidak akan bisa
mengetahui apakah memang Kitab Suci mengajarkan Predestinasi atau tidak! Karena
itu, hendaklah saudara, lebih-lebih kalau saudara adalah orang Arminian atau
orang yang terpengaruh oleh ajaran Arminian, membaca dan merenungkan ayat-ayat
di bawah ini!
1) Ayat-ayat yang menunjukkan / menyebutkan adanya
orang pilihan (elect).
Mat 22:14 - “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit
yang dipilih”.
Mat 24:22,24 - “(22) Dan
sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan
ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang
pilihan waktu itu akan dipersingkat. ... (24) Sebab Mesias-mesias
palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda
yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka
menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Mat 24:31 - “Dan Ia akan
menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat
bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke
ujung langit yang lain”.
Luk 18:7a - “Tidakkah
Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya
yang siang malam berseru kepadaNya?”.
Ro 8:33 - “Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?”.
Ro 11:5-8 - “(5) Demikian
juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan
kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka
bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu
bukan lagi kasih karunia. (7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang
dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih
telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah
tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak,
memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai
kepada hari sekarang ini.’”.
Ro 16:13 - “Salam kepada
Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan
salam kepada ibunya, yang bagiku adalah juga ibu”.
Kol 3:12 - “Karena itu,
sebagai orang-orang pilihan Allah yang
dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan
hati, kelemahlembutan dan kesabaran”.
1Tes 1:4-5 - “(4) Dan kami
tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. (5) Sebab Injil yang kami beritakan
bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan
kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu
tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu”.
2Tim 2:10 - “Karena itu
aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang
pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus
Yesus dengan kemuliaan yang kekal”.
Tit 1:1 - “Dari Paulus,
hamba Allah dan rasul Yesus Kristus untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan
kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita”.
1Pet 1:1-2 - “(1) Dari
Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, (2) yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana
Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus
Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai
sejahtera makin melimpah atas kamu”.
1Pet 2:8-9 - “(8) Mereka
tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu
mereka juga telah disediakan. (9) Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terangNya yang ajaib”.
1Pet 5:13 - “Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga
dari Markus, anakku”.
2Yoh 1 - “Dari penatua
kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya
yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku saja yang mengasihi kamu, tetapi juga
semua orang yang telah mengenal kebenaran”.
2Yoh 13 - “Salam kepada
kamu dari anak-anak saudaramu yang terpilih”.
2) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah memilih
/ menetapkan / menentukan orang-orang tertentu untuk diselamatkan.
Kis 13:48 - “Mendengar itu
bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan
firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah
untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
Kis 22:14 - “Lalu katanya:
Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau
untuk mengetahui kehendakNya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar
suara yang keluar dari mulutNya”.
Ro 8:29-30 - “(29) Sebab
semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari
semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya,
mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga
dimuliakanNya”.
Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di
dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
Ef 1:11 - “Aku katakan
‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan
- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima
bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu
bekerja menurut keputusan kehendakNya”.
1Tes 5:9 - “Karena Allah
tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh
keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
2Tes 2:12-13 - “(12) supaya
dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. (13)
Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu,
saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang
menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai”.
Yak 2:5 - “Dengarkanlah,
hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah
memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi
kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya
kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”.
3) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kehendak /
rencana Allahlah yang menentukan / menyebabkan keselamatan seseorang.
Mat 11:25-27 - “(25) Pada
waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan
bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi
orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
(26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan
kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak
seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”.
Yoh 5:21 - “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan
orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan
barangsiapa yang dikehendakiNya”.
Ro 10:20 - “Dan dengan
berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan
ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku’”.
2Tim 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan
kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan
maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah
dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
Yak 1:18 - “Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman
kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak
sulung di antara semua ciptaanNya”.
NIV: “He chose to give us birth through the word of
truth, that we might be a kind of firstfruits of all he created” (= Ia memilih untuk melahirkan kita melalui firman
kebenaran, supaya kita bisa menjadi buah sulung dari semua ciptaanNya).
4) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang
tertentu diselamatkan karena karunia Tuhan, sedangkan orang-orang lain binasa,
karena Tuhan tidak menghendaki keselamatan mereka.
Mat 13:10-15 - “(10) Maka
datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata
kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi
kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya
akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai,
apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada
mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar,
mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah
nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti,
kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa
ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat
tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan
telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan
mereka”.
Yoh 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab
Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan
mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan
menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.
5) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah
menyediakan Kerajaan surga / tempat di surga untuk orang-orang tertentu.
Mat 20:23 - “Yesus berkata
kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah
kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah
menyediakannya’”.
Mat 25:34 - “Dan Raja itu
akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang
diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah
disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”.
6) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa ada
orang-orang yang ditentukan untuk dihukum.
Yoh 17:12 - “Selama Aku
bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah
Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari
mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah
ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab
Suci”.
Amsal 16:4 - “TUHAN membuat
segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka”.
Yudas 4 - “Sebab
ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu,
yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk
dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan
kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang
menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.
7) Text
istimewa dari Predestinasi.
Ro 9:6-29 - “(6) Akan
tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal
dari Israel adalah orang Israel, (7) dan juga tidak semua yang terhitung
keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: ‘Yang berasal dari Ishak yang
akan disebut keturunanmu.’ (8) Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah
anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.
(9) Sebab firman ini mengandung janji: ‘Pada waktu seperti inilah Aku akan
datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki.’ (10) Tetapi bukan hanya
itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu
dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum
melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba
anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi
membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas
kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati
kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada
kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.
(17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan
engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya
namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia
menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati
siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku:
‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang
kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?
Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau
membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk
tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama
suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk
dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan
murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk
kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas
benda-benda belas kasihanNya yang telah
dipersiapkanNya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah
dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara
bangsa-bangsa lain, (25) seperti yang difirmankanNya juga dalam kitab nabi
Hosea: ‘Yang bukan umatKu akan Kusebut: umatKu dan yang bukan kekasih:
kekasih.’ (26) Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini
bukanlah umatKu,’ di sana
akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’ (27) Dan Yesaya
berseru tentang Israel:
‘Sekalipun jumlah anak Israel
seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan. (28) Sebab apa
yang telah difirmankanNya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan
segera.’ (29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: ‘Seandainya Tuhan
semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti
Sodom dan sama
seperti Gomora.’”.
8) Ayat-ayat
lain yang mendukung adanya Predestinasi.
Yoh 15:16 - “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya
kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena
kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih
kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Kis 9:15 - “Tetapi firman Tuhan kepadanya:
‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan
bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta
raja-raja dan orang-orang Israel”.
Kis 18:10 - “Sebab Aku
menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya
engkau, sebab banyak umatKu di kota ini”.
Ro 11:25 - “Sebab,
saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu
mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel
telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah
masuk”.
1Kor 1:27-30 - “(27) Tetapi
apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah
untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan
apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih
Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih
Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada
seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. (30) Tetapi oleh Dia
kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi
kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”.
B) Dasar-dasar
lain dari Predestinasi.
1) Pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu,
maka ada yang diciptakan sebagai benda, sebagai tumbuh-tumbuhan, sebagai
binatang, sebagai manusia dan sebagai malaikat. Ini semua dilakukan berdasarkan
kehendak dan kemurahan hati Allah, bukan karena Ia melihat akan adanya sesuatu
yang baik dalam ciptaanNya itu.
Calvin: “Let
them answer why they are men rather than oxen or asses. Although it was in
God’s power to make them dogs, he formed them to his own image” [= Biarlah mereka (orang-orang
yang menolak Predestinasi) menjawab
mengapa mereka adalah manusia dan bukannya sapi atau keledai. Sekalipun Allah
berkuasa membuat mereka jadi anjing, Ia membentuk mereka sesuai gambarNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter
XXII, no 1.
Kalau Allah yang berdaulat itu
mempunyai hak untuk menciptakan sebagai benda, binatang, tumbuh-tumbuhan,
manusia, ataupun malaikat, mengapa Ia tidak mempunyai hak untuk melakukan
Predestinasi?
2) Persoalan bayi yang mati.
Ada pandangan-pandangan yang bertentangan tentang
seseorang yang mati pada waktu masih bayi. Tetapi ini tidak jadi soal di sini. Kalau bayi mati itu masuk surga berarti bayi itu ditentukan /
dipredestinasikan untuk selamat, karena bayi itu masuk surga tanpa ia
beriman kepada Kristus ataupun melakukan perbuatan baik apapun juga. Sedangkan kalau bayi mati itu masuk neraka, maka itu berarti bayi itu
ditentukan untuk binasa, karena ia tidak diberi kesempatan apapun untuk
bertobat / percaya kepada Yesus ataupun berbuat baik. Jadi,
apakah kita percaya bahwa bayi mati itu masuk surga atau neraka, tetap
menunjukkan bahwa ada predestinasi terhadap bayi-bayi itu. Juga terlihat
bahwa predestinasi terhadap bayi-bayi ini tidak
tergantung pada iman maupun perbuatannya, karena ia sudah mati tanpa bisa
beriman ataupun berbuat apapun.
Catatan: Arminianisme percaya bahwa
bayi mati akan masuk surga.
3) Binasanya orang kafir yang mati tanpa Taurat /
Injil / kesempatan untuk bertobat.
Ada orang-orang yang dibiarkan oleh Allah
untuk mati tanpa kesempatan untuk bertobat:
a) Dalam Perjanjian Lama, di luar orang Yahudi
hampir semuanya binasa tanpa kesempatan.
Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa
tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum
Taurat”.
Orang-orang non Yahudi yang
selamat hanyalah orang seperti Rahab, Rut, Naaman, dsb, yang masuk ke dalam
agama Yahudi.
b) Dalam Perjanjian Baru, ada orang-orang yang
mati tanpa pernah mendengar Injil, dan ini juga binasa tanpa ada kesempatan
untuk percaya kepada Yesus.
Ro 10:13-14 - “(13) Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi
bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka
tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu
rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan
bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia
tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang
Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang
memberitakan Injil kepadaNya.
Jadi, kalau tidak ada orang
yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa mendengar tentang Dia,
sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya,
sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah
bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti
tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke
tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
Loraine Boettner: “In
fact the belief that the heathens without the Gospel are lost has been one of
the strongest arguments in favour of foreign missions” (= Kenyataannya kepercayaan
bahwa orang kafir tanpa Injil akan terhilang merupakan salah satu argumentasi
terkuat yang mendukung misi asing) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 119.
Bandingkan juga dengan
Yeh 33:8 yang berbunyi:
“Kalau Aku berfirman kepada orang
jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! - dan engkau
tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya
bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati
dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab
atas nyawanya dari padamu”.
Loraine Boettner: “When the
watchman sees danger coming but does not give the people warning they perish in
their iniquity, Ezek. 33:8, - true, the watchman will be held responsible, yet
that does not change the fate of the people” (= Pada waktu penjaga melihat bahaya datang tetapi
tidak memperingatkan orang-orang, mereka binasa dalam kesalahan mereka, Yeh
33:8, - memang benar bahwa penjaga itu dianggap bertanggung jawab, tetapi itu
tidak mengubah nasib orang-orang itu) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 119.
Jelas bahwa
orang-orang yang tidak diberi kesempatan untuk bertobat ini, adalah orang-orang
yang memang ditetapkan untuk binasa.
Loraine Boettner:
· “The
problem of the heathens, who live and die without the Gospel, has always been a
thorny one for the Arminians who insist that all men have sufficient grace if
they will but make use of it” (= Problem orang kafir, yang hidup dan mati tanpa
Injil, selalu menjadi duri bagi orang Arminian, yang berkeras bahwa semua
manusia mempunyai kasih karunia yang cukup kalau saja mereka mau
menggunakannya) - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 118.
· “Only
in Calvinism, ... and its doctrine of grace through which some are sovereignly
rescued and brought to salvation while others are passed by, do we find an
adequate explanation of the phenomenon of the heathen world” (= Hanya dalam Calvinisme, ...
dan doktrin kasih karunianya melalui mana beberapa orang secara berdaulat
ditolong dan dibawa pada keselamatan sementara yang lain dilewati, bisa kita
dapatkan penjelasan yang memadai tentang phenomena dunia kafir) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 121.
4) Pemilihan
terhadap Israel
dalam Perjanjian Lama.
Ul 7:6 & Ul 32:8-9 menunjukkan
pemilihan Tuhan atas Israel.
·
Ul 7:6 - “Sebab
engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah
yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk
menjadi umat kesayanganNya”.
·
Ul 32:8-9 - “(8)
Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa,
ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah
bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel. (9) Tetapi bagian TUHAN ialah umatNya, Yakub ialah milik yang ditetapkan
bagiNya”.
Alasan pemilihan Israel:
¨
Ul 4:37 - “Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah
membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatanNya yang besar”.
¨
Ul 10:14-15 - “(14) Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah
yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi
dengan segala isinya; (15) tetapi hanya oleh nenek
moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan
merekalah, yakni kamu, yang dipilihNya dari segala bangsa, seperti
sekarang ini”.
¨
Ul 7:7-8 - “(7)
Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa
manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu
ini yang paling kecil dari segala bangsa? - (8) tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang
telah diikrarkanNya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu
keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari
tangan Firaun, raja Mesir”.
¨
Ul 9:4-6 - “(4)
Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir
mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki
negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau
mereka dari hadapanmu. (5) Bukan karena jasa-jasamu
atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka,
tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka
dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkanNya dengan
sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. (6) Jadi
ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN,
Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya
engkau bangsa yang tegar tengkuk!”.
Israel diberi tanah Kanaan (ini jelas
berhubungan dengan pemilihan terhadap mereka), bukan karena jasa mereka. Bahkan
dikatakan secara explicit bahwa
mereka adalah ‘bangsa yang tegar tengkuk’ (Ul 9:6b bdk. Kel 32:9).
¨
Bandingkan juga dengan Yeh 16:1-14 di bawah ini, yang
jelas menunjukkan ketidak-layakan Israel waktu dipilih / diambil oleh
Tuhan.
Yeh 16:1-14 - “(1) Lalu
datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, beritahukanlah kepada
Yerusalem perbuatan-perbuatannya yang keji (3) dan katakanlah: Beginilah firman
Tuhan ALLAH kepada Yerusalem: Asalmu dan kelahiranmu
ialah dari tanah Kanaan; ayahmu ialah orang Amori dan ibumu orang Heti. (4)
Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau
tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak
digosok atau dibedungi dengan lampin. (5) Tidak seorangpun merasa sayang
kepadamu sehingga diperbuatnya hal-hal itu kepadamu dari rasa belas kasihan;
malahan engkau dibuang ke ladang, oleh karena orang pandang enteng kepadamu
pada hari lahirmu. (6) Maka Aku lalu dari situ dan Kulihat engkau
menendang-nendang dengan kakimu sambil berlumuran darah dan Aku berkata
kepadamu dalam keadaan berlumuran darah itu: Engkau
harus hidup (7) dan jadilah besar seperti tumbuh-tumbuhan di ladang!
Engkau menjadi besar dan sudah cukup umur, bahkan sudah sampai pada masa
mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh, tetapi engkau
dalam keadaan telanjang bugil. (8) Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat
engkau, sungguh, engkau sudah sampai pada masa cinta berahi. Aku menghamparkan
kainKu kepadamu dan menutupi auratmu. Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian
dengan engkau, demikianlah firman Tuhan ALLAH, dan dengan itu engkau Aku punya.
(9) Aku membasuh engkau dengan air untuk membersihkan darahmu dari padamu dan
Aku mengurapi engkau dengan minyak. (10) Aku mengenakan pakaian berwarna-warna
kepadamu dan memberikan engkau sandal-sandal dari kulit lumba-lumba dan tutup
kepala dari lenan halus dan selendang dari sutera. (11) Dan Aku menghiasi
engkau dengan perhiasan-perhiasan dan mengenakan gelang pada tanganmu dan
kalung pada lehermu. (12) Dan Aku mengenakan anting-anting pada hidungmu dan anting-anting
pada telingamu dan mahkota kemuliaan di atas kepalamu. (13) Dengan demikian
engkau menghias dirimu dengan emas dan perak, pakaianmu lenan halus dan sutera
dan kain berwarna-warna; makananmu ialah tepung yang terbaik, madu dan minyak
dan engkau menjadi sangat cantik, sehingga layak menjadi ratu. (14) Dan namamu
termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna
adanya, oleh karena semarak perhiasanKu yang Kuberikan kepadamu, demikianlah
firman Tuhan ALLAH.’”.
Dari semua alasan ini terlihat bahwa Israel
dipilih sama sekali bukan karena mereka baik, tetapi karena itulah kehendak
Allah. Kalau kita bisa mempercayai bahwa Israel dipilih semata-mata
berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat, lalu mengapa kita tidak bisa percaya
bahwa kitapun dipilih semata-mata berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat?
Catatan: Memang pemilihan Israel
berbeda dengan Predestinasi, karena tidak semua Israel selamat. Tetapi B. B.
Warfield menganggap bahwa Israel
ini adalah simbol dari orang pilihan yang sejati.
B. B. Warfield: “...
though Israel as a nation constituted the chosen people of God ..., yet we must
not lose from sight the fact that the nation as such
was rather the symbolical than the real people of God, and was His
people at all, indeed, only so far as it was, ideally or actually, identified
with the inner body of the really ‘chosen’” (= ... sekalipun Israel sebagai bangsa
membentuk umat pilihan Allah ..., tetapi kita tidak boleh mengabaikan fakta
bahwa bangsa itu lebih merupakan simbol dari pada umat
Allah yang sungguh-sungguh, dan mereka hanya menjadi umatNya kalau
mereka secara ideal dan sungguh-sungguh bergabung dengan tubuh dalam dari
orang-orang pilihan yang sungguh-sungguh) - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 290.
5) Adanya
malaikat pilihan.
1Tim 5:21 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya kupesankan dengan
sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam
segala sesuatu tanpa memihak”.
Perhatikan juga Mat 25:41
yang menunjukkan bahwa Tuhan menyiapkan / menyediakan neraka untuk ‘reprobate angels’ (= malaikat-malaikat
yang ditetapkan untuk binasa).
Mat 25:41 - “Enyahlah dari hadapanKu, hai
kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api
yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
Kalau predestinasi bisa
terjadi dalam dunia malaikat, mengapa tidak bisa terjadi dalam dunia manusia?
Sebagai tambahan dalam
persoalan ini, perlu diketahui bahwa ada perbedaan antara pemilihan pada
malaikat dan pada manusia (R. L. Dabney, ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 231-232):
a) Pada manusia: semua manusia berdosa, lalu dari
antara mereka dipilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan melalui iman.
Pada malaikat: semua
malaikat suci, dan dari antara mereka lalu dipilih malaikat-malaikat tertentu.
Yang dipilih dijaga supaya tidak jatuh; yang tidak dipilih akan jatuh.
b) Manusia dipilih melalui / di dalam Yesus Kristus.
Malaikat tidak dipilih dalam
seorang Pengantara, karena mereka suci dan karena itu tidak memerlukan
penebusan.
6) Kitab Kehidupan.
Kitab Kehidupan mencatat nama dari
orang-orang yang selamat, atau dengan kata lain, orang yang namanya tercatat
dalam Kitab Kehidupan itulah yang akan masuk surga.
Wah 21:27 - “Tetapi tidak
akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian
atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”.
Sebaliknya, orang yang namanya tidak
tercatat dalam kitab kehidupan itu akan masuk ke neraka.
Wah 20:15 - “Dan setiap
orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Sesuatu yang menarik dan harus
diperhatikan tentang kitab kehidupan ini ialah bahwa Tuhan bukannya baru menuliskan nama seseorang di dalam kitab itu pada
waktu orang itu bertobat / percaya kepada Yesus! Nama seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum
dijadikan.
Ini bisa terlihat dalam Wah 13:8
yang berbunyi: “Dan
semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang
yang namanya tidak tertulis sejak
dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah
disembelih”.
Bandingkan juga dengan Wah 17:8
yang berbunyi: “Dan
mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab
kehidupan sejak dunia
dijadikan, akan heran, apabila ....”.
Memang kalau kita melihat Wah 13:8
dan Wah 17:8 di atas, kita melihat bahwa kedua ayat itu berbicara tentang
orang yang namanya tidak tertulis dalam kitab
kehidupan sejak dunia dijadikan. Tetapi bahwa orang-orang tertentu namanya
tidak tertulis dalam kitab kehidupan, secara implicit / tidak langsung menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa orang
yang namanya ada dalam kitab kehidupan, juga sudah tercatat sebelum dunia
dijadikan.
Hal yang perlu kita ketahui tentang
Wah 13:8 ini adalah bahwa dalam bahasa Yunaninya, kata-kata ‘sejak
dunia dijadikan’
mempunyai 2 kemungkinan:
a) Dihubungkan dengan ‘penulisan
dalam kitab kehidupan’.
Ini sesuai dengan terjemahan Kitab Suci
Indonesia,
dan juga RSV, NASB, dan ASV.
Wah 13:8 - “Dan semua
orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari
Anak Domba, yang telah disembelih”.
Kalau dipilih arti ini, maka
Wah 13:8 ini menjadi seperti Wah 17:8.
b) Dihubungkan dengan ‘penyembelihan
Anak Domba’.
Ini sesuai dengan KJV yang
menterjemahkan:
“...
whose names are not written in the book of life of the
Lamb slain from the foundation of the world” (= ... yang
namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan dari Anak
Domba yang disembelih sejak dunia dijadikan).
NIV dan NKJV menterjemahkan seperti
KJV.
William Barclay memilih pandangan yang
pertama, dengan berkata: “We have in
these two translations two equally precious truths. But, if we must choose, we
must choose the first, because there is no doubt that is the way in which John
uses the phrase when he repeats it in Revelation 17:8” (= Dalam
kedua terjemahan ini kita mempunyai dua kebenaran yang sama berharga. Tetapi,
jika kita harus memilih, kita harus memilih yang pertama, karena tidak ada
keraguan bahwa demikianlah Yohanes menggunakan ungkapan itu ketika ia
mengulanginya dalam Wahyu 17:8).
Catatan: perlu diingat bahwa andaikatapun yang
benar dari dua kemungkinan ini adalah yang kemungkinan yang kedua, tetap ada
Wah 17:8 yang jelas-jelas berbicara bahwa tertulisnya / tidak tertulisnya
nama dalam kitab kehidupan itu sudah dilakukan sejak dunia dijadikan!
William Barclay, yang bukanlah seorang
Calvinist, menafsirkan arti ungkapan itu dengan berkata:
“The meaning would then be that God has chosen his own from
before the beginning of time, and nothing in life or in death,
nothing in time or eternity, nothing that the Devil or the Roman Empire can
ever do can pluck them from his hand” (= Artinya
adalah bahwa Allah telah memilih milikNya sejak sebelum permulaan waktu,
dan tidak ada sesuatupun dalam kehidupan atau kematian, tidak ada sesuatupun
dalam waktu atau kekekalan, tidak ada sesuatupun yang bisa dilakukan oleh Setan
atau Kekaisaran Romawi yang bisa mengambil mereka dari tanganNya).
George Eldon Ladd, yang juga bukan
seorang Calvinist, dalam tafsirannya tentang Wah 13:8 berkata:
“For
the book of life, see 3:5. Here and in 21:27, it is called the Lamb’s book of
life. It is the register of those who have been saved by faith in the crucified
Lamb of God. That their names were written before
the foundation of the world carries the assurance that even though they seem to
be powerless before the attacks of the beast, they are really in the keeping
providence of God and have been since the foundation of the world.
‘Before the foundation of the world’ grammatically can modify either ‘written’
(as in RSV) or ‘slain’ (as in AV), but the parallel thought in 17:8 decides in
favour of the former construction” [= Untuk kitab kehidupan, lihat 3:5. Di
sini dan dalam 21:27, itu disebut kitab kehidupan Anak Domba. Itu adalah
catatan tentang mereka yang telah diselamatkan oleh iman dalam Anak Domba Allah
yang tersalib. Bahwa nama mereka telah tertulis
sebelum dunia dijadikan memberikan kepastian bahwa sekalipun mereka
kelihatannya tidak berdaya di hadapan serangan binatang itu, sebetulnya mereka
ada dalam pemeliharaan Providensia Allah dan telah ada sejak dunia dijadikan.
‘Sebelum dunia dijadikan’ secara tatabahasa bisa menjelaskan baik ‘tertulis’
(seperti dalam RSV) ataupun ‘disembelih’ (seperti dalam AV/KJV), tetapi
pemikiran yang paralel dalam 17:8 mendukung konstruksi yang pertama] - ‘A
Commentary on the Revelation of John’, hal 181.
William Hendriksen, dalam tafsirannya
tentang Wah 13:8 berkata:
“But
even in these most dreadful days that shall precede Christ’s second coming
there will be believers on earth, those whose names have been written from
eternity in the Lamb’s book of life (cf. 17:8). Because
of the fact that God has elected them from eternity to salvation in
sanctification of the Spirit and belief of the truth (2Thes. 2:13), these
individuals cannot perish. The government of antichrist may destroy their
bodies, but it cannot destroy their souls” [= Tetapi bahkan pada hari-hari yang
paling mengerikan yang akan mendahului kedatangan Kristus yang keduakalinya,
tetap akan ada orang-orang percaya di bumi, mereka yang namanya telah tertulis
dari kekekalan dalam kitab kehidupan Anak Domba (bdk. 17:8). Disebabkan oleh fakta bahwa Allah telah memilih mereka sejak
kekekalan untuk diselamatkan dalam pengudusan Roh dan kepercayaan
pada kebenaran (2Tes 2:13), individu-individu ini tidak bisa binasa.
Pemerintahan antikristus bisa menghancurkan tubuh mereka, tetapi tidak bisa
menghancurkan jiwa mereka] - ‘More than
Conquerors’, hal 147.
Leon Morris (Tyndale), dalam
tafsirannya tentang Wah 13:8 berkata:
“But
the significant thing is that their names are not written in the book of life. John wants his little handful of persecuted Christians to see
that the thing that matters is the sovereignty of God, not the power
of evil. When a man’s name is written in the book of life he will not be
forgotten. His place is secure” (= Tetapi hal yang penting adalah bahwa
nama-nama mereka tidak tertulis dalam kitab kehidupan. Yohanes ingin sedikit orang-orang kristen yang dianiaya itu
melihat bahwa hal yang berarti adalah kedaulatan Allah, bukan kuasa
jahat. Kalau nama seseorang tertulis dalam kitab kehidupan, ia tidak akan
dilupakan. Tempat / kedudukannya adalah aman / pasti).
Dan tentang Wah 17:8 Leon Morris
berkata:
“The
reminder that this goes back to the foundation of the world is a reminder of God’s eternal purpose” (= Mengingatkan
bahwa hal ini sudah ada pada penjadian dunia adalah mengingatkan
tentang Rencana Allah yang kekal).
Bahwa nama seseorang sudah tertulis
atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sebelum dunia dijadikan, jelas
menunjukkan bahwa selamat atau tidaknya seseorang sudah ditentukan sejak dunia
belum dijadikan. Inilah Predestinasi!
7) Kelahiran baru (Regeneration), yang merupakan pekerjaan Roh Kudus, dan yang
dilakukan sesuai kehendak Roh Kudus, menunjukkan adanya Predestinasi.
Untuk mengerti ini kita
perlu mengerti dahulu apakah regeneration
/ kelahiran baru itu.
a) Apakah regeneration itu?
1. Regeneration tidak sama dengan
iman / pertobatan!
Banyak orang bersaksi bahwa
ia dilahirbarukan tanggal sekian tahun sekian, dsb. Yang ia maksudkan adalah
pada saat itu ia bertobat / percaya kepada Kristus, tetapi ia mencampuradukkan
hal itu dengan regeneration. Ini jelas merupakan pengertian yang salah,
karena regeneration harus mendahului
iman, dan tanpa regeneration
seseorang tidak mungkin bisa beriman kepada Kristus.
2. Regeneration juga tidak sama dengan
perubahan hidup / pengudusan.
Kalau seseorang sudah bisa
meninggalkan dosa-dosanya dan mengubah hidupnya ke arah yang positif, maka
sering dikatakan bahwa ia sudah mengalami regeneration
/ kelahiran baru. Ini lagi-lagi merupakan pandangan yang salah, karena
perubahan hidup / pengudusan terjadi sesudah seseorang beriman, sehingga jelas
bahwa regeneration harus mendahului
pengudusan.
3. Regeneration adalah pekerjaan penciptaan
yang dilakukan Allah dalam diri manusia yang mengubah
manusia itu dari keadaan mati secara rohani menjadi hidup secara rohani.
Karena itu ada yang menyebut regeneration
sebagai spiritual
resurrection (= kebangkitan rohani).
b) Regeneration
dalam arti sempit dan luas (Louis Berkhof).
1. ‘Regeneration
dalam arti sempit’.
Ini menunjuk pada saat
pertama penanaman hidup yang baru dalam roh / jiwa manusia, dan kalau mau
dianalogikan dalam dunia jasmani, maka ini menunjuk
pada pembuahan (saat sperma bertemu dengan sel telur).
Di
dalam theologia, kalau dibicarakan tentang regeneration,
biasanya arti sempit inilah yang dimaksudkan.
2. ‘Regeneration dalam
arti yang luas’.
Di sini, hidup yang baru
yang tadinya ada di dalam, mulai muncul ke permukaan, sehingga bisa disadari
oleh orangnya sendiri, bahkan mungkin terlihat oleh orang lain.
Ini bisa
dianalogikan dengan kelahiran (saat bayi keluar dari kandungan).
Pembedaan ini sangat
penting, karena dalam Kitab Suci, ayat-ayat yang berhubungan dengan regeneration, kadang-kadang menunjuk
pada regeneration dalam arti pertama,
dan kadang-kadang menunjuk pada regeneration
dalam arti kedua, sehingga kalau kita tidak membedakan kedua arti itu, kita
akan menjumpai hal-hal kontradiksi dalam Kitab Suci.
c) Sifat-sifat / ciri-ciri regeneration:
1. Regeneration
terjadi dalam sub-conscious
life (= alam bawah sadar) dari
manusia.
Dasar:
a. Analogi: bayi tidak menyadari saat ia
dilahirkan, apalagi pada saat pembuahan yang menjadikan dia!
b. Yoh 3:8 - “Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar
bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari
mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh”.
2. Regeneration bersifat monergistic.
Istilah monergistic adalah suatu istilah
theologia yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu MONO (= satu) dan ERGA (= work / pekerjaan), dan ini menunjukkan
bahwa ‘hanya satu pihak yang bekerja’.
Jadi berbeda dengan
pengudusan dimana dua pihak, yaitu Allah dan kita,
sama-sama bekerja untuk melakukan hal itu (Synergistic),
maka dalam terjadinya regeneration, hanya satu pihak yang bekerja, yaitu Allah!
Bagaimana dengan manusianya? Manusianya pasif secara
total, dan sama sekali tidak ikut mengerjakan regeneration itu!
Dasar Kitab Suci:
a. Bahwa regeneration
terjadi dalam alam bawah sadar, sudah
menunjukkan secara jelas bahwa orang yang dilahirbarukan itu pasif total.
Bagaimana ia bisa berbuat sesuatu tentang apa yang terjadi di alam bawah
sadarnya?
b. Kata ‘dilahirkan’ (bdk. Yoh 3:3,5) adalah suatu kata
kerja pasif.
c. Analogi dengan
kelahiran jasmani: Sama seperti kita tidak melakukan apapun pada saat
kita dilahirkan secara jasmani, demikian juga kitapun tidak melakukan apapun
pada saat kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus!
Memang dalam kelahiran jasmani, bayi yang dilahirkan itu juga pasif
total, dalam arti ia sama sekali tidak membantu terjadinya kelahiran
itu. Apalagi kalau kita berbicara tentang pembuahan /
pertemuan sperma dan sel telur (regeneration
dalam arti sempit), maka bayi itu lebih-lebih pasif total!
d. Yoh 1:13 yang berbunyi “Orang-orang yang diperanakkan
bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan
laki-laki, melainkan dari Allah”, menunjukkan bahwa dalam
terjadinya regeneration, manusianya
sama sekali tidak ikut campur.
Yoh 1:13 ini
menjelaskan tentang ‘anak-anak Allah’ dalam Yoh 1:12. Kata-kata ‘bukan dari darah atau dari
daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan laki-laki’ menunjukkan bahwa dalam
persoalan regeneration manusia sama sekali tidak punya peranan, sedangkan
kata-kata ‘melainkan
dari Allah’
menunjukkan bahwa regeneration merupakan pekerjaan
Allah saja!
e. Yoh 3:6 yang berbunyi “Apa yang dilahirkan dari daging
adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”, juga menunjukkan bahwa
dalam terjadinya regeneration,
manusianya sama sekali tidak ikut campur.
Ayat ini jelas menunjukkan
bahwa ‘daging’ / ‘manusia’ hanya bisa melahirkan ‘daging’ (= manusia yang dikuasai
dosa). Hanya Roh (Roh Kudus) yang bisa melahirkan ‘roh’ (manusia yang dikuasai Roh
Kudus).
f. Mengingat bahwa regeneration adalah spiritual
resurrection (= kebangkitan rohani), maka adalah sesuatu yang tidak masuk
akal untuk berkata: ‘saya ikut bekerja sama dengan
Allah untuk membangkitkan diri saya sendiri yang mati’! Jadi jelas bahwa dalam
pembangkitan rohani itu hanya Allah / Roh Kudus yang bekerja, sedangkan
manusianya pasif total.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
Yoh 3:7b yang berbunyi:
“Kamu harus dilahirkan kembali”, memerintahkan kita untuk dilahirbarukan!
Jawaban terhadap keberatan
ini:
Yoh 3:7
bukanlah suatu perintah, tetapi menunjukkan bahwa kelahiran baru adalah syarat mutlak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
William Hendriksen: “It
does not refer to the realm of moral duty, but to that of the divine decree” (= Itu tidak menunjuk pada
kewajiban moral, tetapi pada ketetapan ilahi).
Illustrasi: Orang yang mau jadi ABRI,
tinggi badan harus 170 cm, usia harus 21 tahun ke atas, berat badan harus diatas 60 kg. Kata
‘harus’ di sini tidak berarti bahwa itu adalah perintah, tetapi menunjukkan
bahwa itu adalah syarat!
Karena regeneration / kelahiran baru adalah pekerjaan Roh Kudus secara
mutlak, maka tidak ada hal apapun yang bisa dilakukan oleh manusia supaya hal
itu bisa terjadi.
Bandingkan dengan buku
tulisan Billy Graham, yang adalah seorang Arminian, yang berjudul ‘How to be born again’ (= Bagaimana
caranya supaya dilahirkan kembali). Dari judulnya saja sudah jelas menunjukkan
pengertiannya yang salah tentang kelahiran baru!
3. Regeneration
dilakukan sesuai kehendak dan kedaulatan Roh Kudus.
Yoh 3:8 - “Angin
bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau
tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan
tiap-tiap orang yang lahir dari Roh”.
Kata-kata ‘angin
bertiup kemana ia mau’ menunjukkan bahwa Roh Kudus bekerja / melahirbarukan sesukaNya.
Ini
menunjukkan bahwa Ia memilih orang-orang tertentu sesuai kehendakNya untuk
dilahirbarukan, dan Ia tidak melahirbarukan yang lain. Ini jelas menunjuk pada
Predestinasi!
8) Doktrin Total
Depravity, dan doktrin bahwa iman adalah pemberian Allah, menunjukkan
adanya Predestinasi.
Loraine Boettner: “If
the doctrine of Total Inability or Original Sin be admitted, the doctrine of
unconditional Election follows by the most inescapable logic”
(= Jika doktrin tentang Ketidak-mampuan Total atau Dosa Asal diterima, maka
doktrin pemilihan yang tidak bersyarat akan mengikuti oleh suatu logika yang
tidak terhindarkan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 95.
Keadaan Total Depravity dari manusia, tidak memungkinkan manusia untuk
percaya kepada Yesus dengan kekuatan dan kemauannya sendiri. Ini sudah saya
bahas dalam pelajaran tentang Total
Depravity, dan tidak akan saya ulangi di sini.
Tetapi Kitab Suci maupun
fakta menunjukkan bahwa ada orang-orang tertentu yang ternyata beriman /
percaya kepada Yesus. Mengapa bisa demikian? Karena adanya:
a) Pekerjaan Allah di dalam diri mereka.
Ini terlihat dari ayat-ayat
di bawah ini:
Yoh 6:37a - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu”.
Yoh 17:2b - “Ia akan memberikan hidup kekal
kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya”.
Yoh 17:6 - “Aku telah menyatakan namaMu
kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu
dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah
memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu”.
Yoh 17:9 - “Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah
milikMu”.
Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat
datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa
yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir jaman”.
1Kor 1:30a - “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus”.
b) Pemberian iman / pertobatan dari Allah kepada
mereka.
Kis 11:18b - “Jadi kepada bangsa-bangsa lain
juga Allah mengaruniakan pertobatan yang
memimpin kepada hidup”.
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga
untuk menderita untuk Dia”.
Jadi, kalau ada orang yang
percaya kepada Yesus, itu karena Allah bekerja dalam dirinya dan memberikan
iman kepadanya. Sebaliknya kalau ada orang yang terus menolak Kristus sampai ia
mati, itu disebabkan karena Allah tidak bekerja dalam dirinya dan / atau tidak
memberikan iman kepadanya. Jadi, adanya orang yang percaya dan yang tidak
percaya, menunjukkan bahwa ada orang yang diberi iman dan tidak diberi iman
oleh Bapa. Jadi di sini ada pemilihan / penetapan dari Bapa, tentang siapa yang
diberi iman (Elect - orang yang
dipilih / ditentukan untuk selamat) dan siapa yang tidak diberi iman (Reprobate - orang yang dipilih /
ditentukan untuk binasa). Semua ini mendukung doktrin Reformed / Calvinisme
tentang Unconditional Election /
Predestinasi.
Arthur W. Pink menguraikan
hal ini dengan cara yang menarik. Ia berkata: “‘Salvation is
of the Lord’ (Jonah 2:9); but the Lord does not save all. Why not? He does save
some; then if He saves some, why not others? Is it because they are too sinful
and depraved? No; for the apostle wrote, ‘This is a faithful saying, and worthy
of all acceptation, that Christ Jesus came into the world to save sinners; of
whom I am chief’ (1Tim. 1:15). Therefore, if God saved the ‘chief’ of sinners,
none are excluded because of their depravity. Why then does not God save all?
Is it because some are too stony-hearted to be won? No; because of the most
stony-hearted people of all it is written, that God will yet ‘take the stony
heart out of their flesh, and will give them a heart of flesh (Ezek. 11:19)” [= ‘Keselamatan adalah dari
TUHAN’ (Yunus 2:9); tetapi Tuhan tidak
menyelamatkan semua orang. Mengapa tidak? Ia memang menyelamatkan sebagian
orang; lalu jika Ia menyelamatkan sebagian orang, mengapa Ia tidak
menyelamatkan yang lain? Apakah karena mereka
terlalu berdosa dan bejat? Tidak; karena rasul menulis, ‘Perkataan ini
benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa’
(1Tim 1:15). Karena itu, jika Allah menyelamatkan orang yang paling
berdosa, tidak ada yang tidak bisa diselamatkan karena kebejatan mereka. Lalu
mengapa Allah tidak menyelamatkan semua? Apakah karena
sebagian orang terlalu keras hatinya untuk dimenangkan? Tidak; karena
tentang bangsa yang paling keras hatinya dituliskan, bahwa Allah akan ‘mengambil
hati yang keras itu dari daging mereka, dan akan memberikan hati dari daging’
(Yeh 11:19)]
- ‘The Sovereignty of God’, hal 45.
Penekanan dari kutipan di
atas ini adalah: manusia tidak selamat bukan karena mereka terlalu jahat /
keras hati.
Arthur W. Pink lalu
melanjutkan: “Why is it that all are not saved, particularly all
who hear the Gospel? Do you still answer, Because the majority refuse to
believe? Well, that is true, but it is only a part of the truth. It is the
truth from the human side. But there is a Divine side too, and this side of the
truth needs to be stressed or God will be robbed of His glory” (= Mengapa tidak semua
diselamatkan, khususnya semua yang mendengar Injil? Apakah kamu tetap menjawab,
Karena mayoritas menolak untuk percaya? Itu memang benar, tetapi itu hanyalah
sebagian dari kebenaran. Itu adalah kebenaran dari
sudut manusia. Tetapi ada sudut Allah juga, dan sudut kebenaran ini perlu
ditekankan, atau Allah akan dirampok kemuliaanNya) - ‘The Sovereignty of God’, hal 46.
Penekanan dari kutipan di
atas ini adalah: sekalipun memang benar bahwa manusia tidak selamat karena
mereka menolak untuk percaya, tetapi itu adalah dari sudut pandang manusia. Ada sudut pandang Allah
yang juga harus diperhatikan.
Arthur W. Pink melanjutkan
lagi: “The unsaved are lost because they refuse to
believe; the others are saved because they believe. But why do these others
believe? What is it that causes them to put their trust in Christ? Is it
because they are more intelligent than their fellows, and quicker to discern
their need of salvation? Perish the thought, ‘Who
maketh thee to differ from another? And what hast thou that thou
didst not receive? Now if thou didst receive it, why dost thou glory, as if
thou hadst not received it?’ (1Cor. 4:7)” [= Orang yang tidak selamat terhilang karena mereka
menolak untuk percaya; yang lain diselamatkan karena mereka percaya. Tetapi mengapa yang lain ini percaya? Apa yang menyebabkan
mereka percaya kepada Kristus? Apakah karena
mereka lebih pandai dari pada sesama mereka, dan lebih cepat melihat kebutuhan
keselamatan mereka? Buanglah pikiran itu, ‘Karena
siapa yang membuat engkau berbeda dari orang lain? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau
terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri,
seolah-olah engkau tidak menerimanya?’ (1Kor 4:7)] - ‘The Sovereignty of God’, hal 46.
Catatan: 1Kor 4:7 versi Kitab
Suci Indonesia
berbunyi: “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?
Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang
menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak
menerimanya?”.
Bagian yang saya garisbawahi
itu salah terjemahan.
NIV: “For who makes you different from anyone else?
What do you have that you did not receive? And if you did receive it, why do
you boast as though you did not?” (= Karena siapa yang
membuat engkau berbeda dari orang lain? Dan apakah yang engkau
punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya,
mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?).
Penekanan dari kutipan di
atas ini adalah: seseorang bisa percaya, bukan karena ia lebih baik dari
orang-orang yang tidak percaya.
Akhirnya Arthur W. Pink
menyimpulkan dan sekaligus memberikan dasar Kitab Suci untuk kesimpulannya itu:
¨ “It
is God himself who makes the difference between the elect and the non-elect,
for of His own it is written, ‘And we know that the Son of God is come, and
hath given us an understanding, that we may know Him that is true’ (1John
5:20)”
[= Adalah Allah sendiri yang membuat perbedaan antara
orang pilihan dan orang yang bukan pilihan, karena tentang milikNya
dituliskan, ‘Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar’
(1Yoh 5:20)] - ‘The Sovereignty of God’,
hal 46.
¨ “Faith
is God’s gift, and ‘all men have not faith’ (2Thess. 3:2); therefore, we
see that God does not bestow this gift upon all. Upon whom then does He bestow
this saving favour? And we answer, upon His own elect - ‘As many as were
ordained to eternal life believed’ (Acts 13:48)” [= Iman
adalah pemberian / karunia Allah, dan ‘bukan semua orang beroleh iman’
(2Tes 3:2); karena itu, kita melihat bahwa Allah tidak memberikan pemberian /
karunia ini kepada semua orang. Lalu kepada siapa Ia
memberikan hadiah / kemurahan yang menyelamatkan ini? Dan kami menjawab, kepada
orang pilihanNya - ‘Semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang
kekal, menjadi percaya’ (Kis 13:48)] - ‘The
Sovereignty of God’, hal 47.
Penekanan
dari kesimpulan ini adalah: perbedaan yang menyebabkan satu orang percaya
sedangkan yang lain tidak, terletak dalam
diri Allah. Ia memberikan
iman hanya kepada orang-orang pilihan!
9) Bahwa manusia diselamatkan semata-mata karena
kasih karunia Allah, bukan karena perbuatan baik manusia, tidak bisa tidak akan
menunjuk pada adanya Predestinasi.
Kitab Suci memang secara jelas mengajar
bahwa manusia diselamatkan semata-mata oleh kasih karunia Allah, dan sama
sekali bukan karena perbuatan baik manusia.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Kalau keselamatan memang bukan terjadi
karena perbuatan baik manusia, tetapi karena pemberian kasih karunia, maka
jelaslah bahwa siapa yang diselamatkan dan siapa yang tidak diselamatkan
tergantung kepada Allah. Kalau Allah memberikan kasih karuniaNya kepada
seseorang maka orang itu akan percaya kepada Yesus dan selamat. Sebaliknya
kalau Allah menahan kasih karuniaNya dari diri seseorang (dan Ia berhak
melakukan hal ini - bdk. Ro 9:15,18), maka orang itu tidak akan percaya kepada
Yesus dan tidak akan selamat. Lalu siapa yang diberi
kasih karunia dan siapa yang tidak? Berdasarkan apa Allah memilih? Jelas berdasarkan Predestinasi / pemilihan Allah. Memang
Predestinasi berhubungan sangat erat dengan kasih karunia.
Hal ini terlihat dari Ef 1:4-8a
yang berbunyi: “(4)
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum
dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5)
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya, (6) supaya terpujilah kasih karuniaNya
yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang
dikasihiNya. (7) Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan,
yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih
karuniaNya (8a) yang dilimpahkanNya kepada kita”.
Perhatikan bahwa kalau dalam
Ef 1:4-5 Paulus berbicara tentang Predestinasi / pemilihan, maka dalam
Ef 1:6-8a ia berbicara tentang kasih karuniaNya. Bahkan dalam Ef 1:6
itu ada kata-kata “supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia”, yang jelas menunjukkan bahwa tujuan
Predestinasi / pemilihan itu adalah untuk meninggikan kasih karunia Allah.
Hubungan erat antara Predestinasi dan
kasih karunia Allah ini juga terlihat dari Ro 11:5-6 yang berbunyi: “(5) Demikian
juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi
karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak
demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Pdt. Jusuf B. S. dan Guy
Duty sama-sama menekankan keselamatan yang merupakan anugerah / pemberian
cuma-cuma dari Allah berdasarkan Ef 2:8-9, tetapi anehnya mereka tetap mengakui
bahwa manusia selamat karena kemauan mereka, dan
bahkan dipilih oleh Allah karena Allah melihat lebih dulu kebaikan mereka /
iman mereka. Ini jelas merupakan suatu
kontradiksi! Bahwa mereka berdua memang mengajarkan kontradiksi itu,
akan saya tunjukkan di bawah ini, melalui kutipan-kutipan dari buku-buku
mereka.
a) Pdt. Jusuf B. S.
1. Dalam bukunya ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’,
hal 9, ia berkata: “Kita menerima keselamatan dari Tuhan dengan cuma-cuma, bukan
karena jasa, kebaikan, usaha atau pekerjaan kita”. Dan ia lalu mengutip Ef 2:8 sebagai dasar. Saya setuju dengan
kata-katanya di sini.
2. Tetapi lalu dalam buku yang sama, hal 67, ia
berkata:
“Ada seseorang
ditanya, kalau sekarang mati, ke mana? Jawabnya tegas: ‘Ke Surga!’. Kalau lima
tahun lagi mati, ke mana? Orang itu berpikir lalu katanya: ‘Kalau saya tetap setia, saya ke Surga!’. Betulkah
ini? Kepastian keselamatan kita, tergantung dari Allah
dan kita. Allah 100 % menghendaki keselamatan kita. Ia tidak pernah
berubah Ibr 13:8. Sebab itu sekarang hanya tergantung
dari kita. Kalau kita sungguh-sungguh,
itu berarti kita akan tumbuh, tidak tinggal kanak-kanak rohani,
pasti naik, kita juga pasti tetap selamat. Jadi kepastian keselamatan itu tergantung dari kesungguhan kita dengan kata
lain: tergantung dari tingkat kerohanian kita”.
Dari kata-katanya ini jelas terlihat
bahwa kesetiaan, kesungguhan dan bahkan tingkat
kerohanian seseorang berperan / punya andil dalam keselamatan seseorang!
Ini jelas menjurus pada ajaran sesat ‘Salvation by works’ (= Keselamatan
karena perbuatan baik), dan bertentangan dengan kata-katanya sendiri
yang telah saya kutip di atas dan juga bertentangan dengan Kitab Suci.
b) Guy Duty.
1. Dalam bukunya ‘Keselamatan bersyarat atau tanpa
syarat?’, ia berkata:
· “Keselamatan adalah anugerah, kasih, dan belas
kasihan dari Allah bagi umat manusia yang berdosa” - hal 38.
· “Tanpa anugerah dan kasih Allah yang tak dapat dibeli dan
tak terbalaskan, tidak ada orang berdosa yang diselamatkan ... Tetapi anugerah Allah yang cuma-cuma, yang sebenarnya tidak layak
kita terima, ...” - hal 115.
2. Tetapi lucunya dalam bagian-bagian lain dari
buku yang sama, ia lalu mengatakan hal-hal yang bertentangan, seperti:
· “Kata-kata
‘predestinasi’ dan ‘pemilihan’, bagaimana-pun tidak dapat mengubah fakta bahwa Allah
membuat rencana kekal-Nya bagi manusia menurut apa
yang Ia ketahui terlebih dahulu, yaitu apa yang akan manusia perbuat
dengan kuasa mereka untuk memutuskan secara bebas” - hal 126.
· “Apakah itu
Yakub, Esau, Firaun, orang-orang Yahudi, atau orang-orang kafir, tak seorangpun yang dipredes-tinasikan tanpa memandang
kepada tindakan bebas dari kehendaknya sendiri. Teks-teks yang mereka
kutip ini tidak membuktikan keselamatan tanpa syarat.
Teks-teks ini tidak mengesampingkan kehendak
manusia sebagai satu syarat untuk memperoleh belas kasihan ilahi” - hal 110.
· “Lalu mengapa
Allah lebih menyukai Yakub dan mengabaikan Esau? Ingat definisi-definisi
Leksikon-leksikon terkemuka tentang pemilihan yang menyiratkan arti ‘pilihan
(choice), memilih (select), yaitu, yang terbaik dari
antara jenisnya atau kelasnya’ -- ‘dipilih (selected), yaitu dari
antara yang berkualitas lebih baik dari lainnya’.
Alasan-alasan Allah bagi pemilihannya atas Yakub
dengan melampaui Esau adalah alasan-alasan yang ditemukan dalam kepribadian
kedua orang ini, ... Marilah kita melihat sekilas kepribadian dari kedua
orang itu, dan melihat jika hal ini benar” - hal 103.
Guy Duty lalu menguraikan
panjang lebar segala ‘kebaikan Yakub’ dan ‘kejelekan Esau’ (hal
103-104).
Dari semua ini jelas terlihat bahwa
sama seperti Pdt. Jusuf B. S., Guy Duty juga mengatakan bahwa kehendak dan kebaikan manusia itu mempunyai andil dalam keselamatannya,
dan dengan demikian menentang ajarannya sendiri di atas, yaitu bahwa manusia diselamatkan hanya karena anugerah cuma-cuma dari
Allah.
Pikirkan sendiri, apakah ajaran Pdt.
Jusuf B. S. dan Guy Duty ini sesuai dengan Ro 11:5-6, yang jelas-jelas
menekankan kasih karunia dan menyingkirkan perbuatan baik, sebagai alasan
pemilihan / Predestinasi?
Ro 11:5-6 - “(5)
Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut
pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu
terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Sekarang kita melihat hal ini dari
sudut Reformed / Calvin sendiri.
Loraine Boettner: “Through
the election of individuals the truly gracious character of salvation is most
clearly shown. Those who declare that salvation is
entirely by the grace of God, and yet deny the doctrine of election, hold an
inconsistent position” (= Melalui
pemilihan individu-individu sifat keselamatan yang betul-betul karena kasih
karunia ditunjukkan secara paling jelas. Mereka yang
menyatakan bahwa keselamatan itu sepenuhnya oleh kasih karunia Allah, tetapi
menyangkal doktrin pemilihan, memegang posisi yang tidak konsisten) - ‘The Reformed Doctrine
of Predestination’, hal 95.
Calvin: “We
shall never be clearly persuaded, as we ought to be, that our salvation flows
from the wellspring of God’s free mercy until we come to know his eternal
election, which illumines God’s grace by this contrast: that he does not
indiscriminately adopt all into the hope of salvation but gives to some what he
denies to others”
(= Kita tidak akan pernah diyakinkan secara jelas,
seperti yang seharusnya, bahwa keselamatan kita mengalir dari mata air belas
kasihan cuma-cuma dari Allah sampai kita mengenal pemilihanNya yang kekal,
yang menerangi kasih karunia Allah oleh kontras ini: bahwa Ia tidak secara sama rata mengadopsi semua orang ke dalam
pengharapan keselamatan tetapi memberikan kepada sebagian orang apa yang tidak
Ia berikan kepada yang lain) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 1.
Dalam buku tafsirannya tentang surat
Roma, Calvin mengomentari Ro 11:6 dengan berkata: “But
if no regard to works can be admitted in election, without obscuring the
gratuitous goodness of God, which he designed thereby to be so much commended
to us, what answer can be given to Paul by those infatuated persons,
(phrenetici - insane,) who make the cause of election to be that worthiness in
us which God has foreseen? For whether you introduce works future or past, this
declaration of Paul opposes you; for he says, that grace leaves nothing to
works. ... why God, before the foundation of the world, chose only some and
passes by others: and he declares, that God was led to make this difference by
nothing else, but by his own good pleasure; for if any place is given to works,
so much, he maintains, is taken away from grace. It hence follows, that it is
absurd to blend foreknowledge of works with election. For if God chooses some
and rejects others, as he has foreseen them to be worthy or unworthy of
salvation, then the grace of God, the reward of works being established, cannot
reign alone, but must be only in part the cause of our election” (= Tetapi
jika perbuatan baik tidak bisa diterima dalam pemilihan, tanpa mengaburkan
kebaikan yang bersifat kasih karunia dari Allah, yang Ia rencanakan dengan cara
itu supaya sangat kita hargai, jawaban apa yang bisa diberikan kepada Paulus
oleh orang-orang gila itu, yang mengatakan bahwa penyebab dari pemilihan adalah
kelayakan dalam diri kita yang telah dilihat lebih dulu oleh Allah?
Karena apakah kamu mengajukan perbuatan baik yang akan datang ataupun yang
lalu, pernyataan Paulus ini menentangmu; karena ia mengatakan, bahwa kasih
karunia tidak menyisakan apapun untuk perbuatan baik. ... mengapa Allah, sebelum dunia dijadikan, hanya memilih sebagian dan melewati
yang lain: dan ia menyatakan bahwa Allah dipimpin untuk membuat
perbedaan ini bukan oleh apapun yang lain, tetapi oleh kerelaan kehendakNya; karena
jika ada tempat yang diberikan kepada perbuatan baik, ia berpendapat bahwa begitu
banyak yang diambil dari kasih karunia. Karena itu, adalah
sesuatu yang menggelikan untuk memadukan / mencampur ‘pengetahuan lebih dulu
tentang perbuatan baik’ dengan ‘pemilihan’. Karena jika Allah memilih
sebagian orang dan menolak yang lain, karena Ia telah melihat lebih dulu apakah
mereka layak atau tidak layak untuk keselamatan, maka kasih karunia Allah,
dengan ditegakkannya / adanya upah perbuatan baik, tidak bisa bertahta
sendirian, tetapi harus merupakan hanya sebagian dari penyebab pemilihan).
Calvin lalu melanjutkan dengan
membicarakan tentang Abraham (bacalah Ro 4:1-5 dan Ro 3:24!)
dan berkata: “... if works come to the account, when
God adopts a certain number of men unto salvation, reward is a matter of debt,
and that therefore it is not a free gift” (= ... jika
perbuatan baik diperhitungkan pada waktu Allah mengadopsi sejumlah orang
tertentu untuk keselamatan, pahala / upah adalah persoalan hutang, dan karena itu
bukan lagi merupakan pemberian cuma-cuma).
Ro 4:1-5 - “(1) Jadi apakah akan
kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia
beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab
apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan
Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan
sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang
tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya
diperhitungkan menjadi kebenaran”.
Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus”.
10) Ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa orang-orang yang belum percaya
kepada Kristus, yang sudah disebut dengan
istilah ‘umat Tuhan’, ‘domba’, dan bahkan ‘anak Allah’. Ini jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang pilihan
Allah.
a) Kis 18:9b-10 - “(9b) ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman
dan jangan diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang
akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu
di kota ini’”.
Kata-kata ini diucapkan oleh
Tuhan kepada Paulus, yang pada saat itu sedang menghadapi kemarahan orang-orang
Yahudi di Korintus. Tuhan tidak menghendaki Paulus meninggalkan tempat itu,
sebaliknya Tuhan menyuruh Paulus untuk terus memberitakan Injil di situ.
Mengapa? Karena ada banyak ‘umat Tuhan’ di sana. Orang-orang itu
masih kafir, tetapi Tuhan menyebut mereka sebagai ‘umatNya’ karena mereka
adalah orang-orang pilihanNya, yang pasti akan bertobat. Supaya mereka
bisa bertobat, maka Paulus harus memberitakan Injil di sana.
b) Yoh 10:16 - “Ada
lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang
ini; domba-domba itu harus
Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu”.
Kata-kata ‘bukan dari kandang ini’ menunjukkan bahwa mereka
adalah orang-orang non Yahudi yang pada saat itu belum percaya. Kata-kata ‘akan mendengarkan suaraKu’ lebih-lebih menunjukkan
bahwa mereka belum percaya kepada Yesus. Tetapi mereka sudah disebut sebagai ‘domba’! Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang pilihan!
Calvin: “Thus,
according to the secret election of God, we are already
sheep in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves
by the calling, by which he gathers us into his fold” (= Jadi, menurut pemilihan yang rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam
hatiNya, sebelum kita dilahirkan, tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri
kita oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita ke dalam
kandangNya).
Calvin: “Therefore, according to God’s secret predestination (as Augustine says), ‘many sheep are without, and many wolves are within.’” [= Karena itu, menurut
predestinasi rahasia dari Allah (seperti dikatakan Agustinus), ‘banyak
domba ada di luar, dan banyak serigala
ada di dalam’] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book IV, Ch.
1, no 8.
c) Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya
sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus
akan mati untuk bangsa itu, (52) dan
bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga
untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak
Allah yang tercerai-berai”.
Kata-kata ‘bangsa itu’ jelas menunjuk kepada bangsa Yahudi, sedangkan kata-kata ‘anak-anak
Allah yang tercerai-berai’ jelas menunjuk kepada orang-orang non Yahudi yang saat itu
belum percaya kepada Yesus. Mengapa orang-orang non Yahudi yang belum percaya ini sudah disebut ‘anak-anak
Allah’?
Jelas karena mereka adalah orang pilihan Tuhan, yang pasti akan bertobat, dan
pasti akan dikumpulkan dan dipersatukan oleh kematian Yesus!
Calvin (tentang
Yoh 11:52): “But how comes it that they who, in
consequence of being wretchedly scattered and wandering, became the enemies of
God, are here called the children of
God? I answer, as has been already said, God had in his breast children, who in themselves were
wandering and lost sheep, or rather who were the farthest possible from being
sheep, but, on the contrary, were wolves and wild beasts. It is therefore by election that he reckons as the children of God, even before they
are called, those who at length begin to be manifested by faith both
to themselves and to others” (= Tetapi bagaimana mungkin bahwa mereka yang, sebagai
konsekwensi dari keberadaan mereka yang tersebar dan mengembara secara buruk,
menjadi musuh-musuh Allah, di sini disebut anak-anak Allah? Saya menjawab,
seperti telah dikatakan, Allah mempunyai di dadaNya anak-anak, yang dalam diri
mereka sendiri adalah domba-domba yang mengembara dan terhilang, atau lebih
tepat, ada dalam kemungkinan yang terjauh dari keberadaan sebagai domba, tetapi
sebaliknya, adalah serigala-serigala dan binatang-binatang liar. Karena itu, adalah oleh pemilihan maka Ia menganggap /
memperhitungkan sebagai anak-anak Allah, bahkan sebelum mereka dipanggil, mereka yang akhirnya mulai dinyatakan oleh iman, baik
kepada diri mereka sendiri dan kepada orang-orang lain).
Bdk. Yoh 17:20-21 - “(20)
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; (21)
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Saya menantang orang Arminian, khususnya Pdt. Jusuf
B. S., untuk menjelaskan dari sudut pandang Arminian, mengapa dalam ketiga text
di atas ini orang-orang yang tidak percaya bisa disebut dengan istilah ‘umat
Tuhan’, ‘domba’ dan bahkan ‘anak Allah’!
11) Adanya
pertanyaan ‘Apakah
Allah tidak adil?’ dalam Ro 9:14.
Ro 9:6-15 - “(6)
Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang
berasal dari Israel adalah orang Israel, (7) dan juga tidak semua yang
terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: ‘Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu.’
(8) Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi
anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. (9) Sebab firman ini
mengandung janji: ‘Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan
mempunyai seorang anak laki-laki.’ (10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih
terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa
leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum
melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya
- (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan
menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah
Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku
akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku
akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.
Memang kalau
seseorang untuk pertama kalinya mendengar doktrin Predestinasi, biasanya reaksi
yang pertama muncul adalah ‘Allah itu tidak adil’. Tentang apakah adanya Predestinasi itu memang menunjukkan
bahwa Allah itu tidak adil atau tidak, akan saya bahas belakangan. Di sini
saya hanya ingin menunjukkan bahwa adanya pertanyaan ‘Apakah
Allah tidak adil?’ dalam Ro 9:14 itu jelas menunjukkan bahwa
doktrin Predestinasi ini memang adalah ajaran Kitab Suci / Paulus.
Dalam Ro 9:6-9 Paulus mengajarkan
tentang pemilihan terhadap Ishak, bukan terhadap Ismael. Lalu dalam
Ro 9:10-13 Paulus mengajarkan tentang pemilihan terhadap Yakub dan
penolakan terhadap Esau, yang ia katakan sama sekali tidak didasarkan pada
perbuatan mereka (karena mereka sudah dipilih sebelum mereka dilahirkan),
tetapi pada panggilan / kehendak Allah. Lalu dalam Ro 9:14, Paulus
menanyakan suatu pertanyaan yang ia tahu pasti akan timbul dalam diri orang
yang mendengar tentang doktrin Predestinasi yang baru ia ajarkan: ‘Apakah Allah tidak adil?’.
Kalau doktrin Predestinasi ini tidak
ada, atau kalau Tuhan melakukan Predestinasi / pemilihan dengan melihat pada
perbuatan baik manusia yang akan terjadi, maka
pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ itu tidak akan muncul dalam Ro 9:14!
Tetapi ternyata pertanyaan itu muncul, dan ini membuktikan bahwa doktrin
Predestinasi itu memang adalah ajaran Paulus / Kitab Suci!
12) Segala
sesuatu tergantung Tuhan, dan ini bisa terlihat dari:
1Sam 2:6-8 - “(6) TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke
dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. (7) TUHAN
membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga. (8) Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan
mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama
dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan”.
Ayub 1:21 - “katanya:
‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku
akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN
yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.
Maz 75:7-8 - “(7) Sebab
bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi
Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan
ditinggikanNya yang lain”.
Maz 135:6-7 - “(6) TUHAN melakukan apa yang dikehendakiNya, di langit dan di
bumi, di laut dan di segenap samudera raya; (7) Ia menaikkan kabut dari
ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia mengeluarkan angin dari dalam
perbendaharaanNya”.
Amsal 16:1 - “Manusia dapat
menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah
berasal dari pada TUHAN”.
Amsal 16:4 - “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing,
bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka”.
Amsal 16:9 - “Hati manusia
memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang
menentukan arah langkahnya”.
Amsal 16:33 - “Undi dibuang
di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari
pada TUHAN”.
Amsal 19:21 - “Banyaklah
rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah
yang terlaksana”.
Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN,
dialirkanNya ke mana Ia ingini”.
Amsal 21:31 - “Kuda diperlengkapi
untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan
TUHAN”.
Mat 10:29-30 - “(29) Bukankah
burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun
dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. (30) Dan
kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
Kalau segala sesuatu terjadi karena kehendak
Tuhan, maka selamat atau tidaknya manusia pasti juga tergantung Tuhan / kehendak Tuhan,
dan ini menunjuk pada Predestinasi.
Catatan: Bagian ini saya bahas singkat saja,
karena ini saya bahas secara mendetail
/ panjang lebar dalam buku ‘Providence of God’.
III) Penjabaran / penguraian Predestinasi.
1) Predestinasi bersifat kekal.
Mengapa kita mempercayai
bahwa Predestinasi itu bersifat kekal?
a) Allah adalah ‘intelligent being’ (= makhluk berakal / makhluk cerdas).
Bahwa Allah adalah ‘intelligent being’, terlihat dari
manusia yang juga adalah ‘intelligent
being’, padahal manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Keberadaan Allah sebagai ‘intelligent being’ ini tidak
memungkinkan ada saat dimana Ia tidak mempunyai rencana sama sekali.
Bahkan ada ahli theologia yang berani
mengatakan bahwa Allah tidak lebih dulu ada dibanding dengan rencanaNya.
Sepintas lalu ini kelihatan extrim dan merupakan suatu pendewaan terhadap
rencana Allah. Tetapi coba renungkan: bisakah saudara membayangkan adanya saat
dimana Allah, yang adalah ‘intelligent
being’ itu, ada dalam keadaan bermalas-malasan tanpa mempunyai rencana
apapun? Saya sendiri tidak bisa membayangkan hal itu, dan karena itu saya
berpendapat bahwa Rencana Allah sudah ada sejak kekekalan.
Herman Bavinck: “Scaliger
correctly observed that God’s decree was not preceded by a long period of
reflection and deliberation, so that for a long time God would have been
without purpose and without a will ... It is impossible
to conceive of God as a being without a purpose and without an active and
operative will”
(= Scaliger secara benar mengamati bahwa ketetapan Allah tidak didahului oleh
waktu pemikiran dan pertimbangan yang lama, sehingga untuk waktu yang lama
Allah tidak mempunyai tujuan / rencana dan tidak mempunyai kehendak ... Adalah tidak mungkin untuk membayangkan Allah sebagai
makhluk tanpa tujuan / rencana dan tanpa kehendak yang aktif dan operatif) - ‘The Doctrine of God’, hal 370.
Herman Hoeksema: “God
is en eternally active God. ... We must, therefore,
not imagine, ... that God the Lord began to be active when in the beginning He
created the heavens and the earth, while before the creation He was completely
idle and inactive”
(= Allah adalah Allah yang aktif secara kekal. ... Karena
itu, kita tidak boleh membayangkan bahwa Allah
Tuhan mulai aktif ketika pada mulanya Ia menciptakan langit dan bumi, sementara
sebelum penciptaan Ia sepenuhnya bermalas-malasan / menganggur dan tidak aktif) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 153.
b) Kemahatahuan dan kemahabijaksanaan Allah
menyebabkan Ia bisa merencanakan seluruh rencanaNya dari sejak kekekalan.
Kalau manusia membuat
rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada
di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru
kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari
perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb.
Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam
seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak
mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa
membuat rencana lanjutan.
Tetapi Allah yang
maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!
c) Kitab Suci menyatakan bahwa Rencana Allah
(secara umum) memang bersifat kekal / sudah ada sejak kekekalan.
2Raja 19:25 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari
jauh hari, dan telah merancangnya pada
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat
sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
Maz 139:16 - “mataMu
melihat selagi aku bakal anak, dan dalam
kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
Yes 37:26 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari
jauh hari dan telah merancangnya dari
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat
sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
Yes 46:10-11 - “(10) yang
memberitahukan dari mulanya hal yang
kemudian dan dari zaman purbakala apa
yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala
kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan
orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah
mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya,
maka Aku hendak melaksanakannya”.
d) Dalam persoalan Predestinasipun, Kitab Suci
menyatakan bahwa Allah telah merencanakannya sejak kekekalan.
2Tim 1:9 - “Dialah yang
menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan
perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang
telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum
permulaan zaman”.
Ef 1:4-5,11 - “(4) Sebab di
dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula
oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya, ... (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah
kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari
semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud
Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”.
2Tes 2:13 - “Akan tetapi
kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara,
yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya
telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam
kebenaran yang kamu percayai”.
Ro 9:11-13 - “(11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan
yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya
diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12)
dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13)
seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Ro 8:29-30 - “(29) Sebab
semua orang yang dipilihNya dari semula,
mereka juga ditentukanNya dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan
mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang
dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
Wah 13:8 - “Dan semua
orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya
tidak tertulis sejak dunia dijadikan di
dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih”.
Wah 17:8 - “Dan mereka
yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila ....”.
2) Predestinasi bersifat ‘unconditional’
/ tak bersyarat.
Kebanyakan gereja percaya Predestinasi,
tetapi apa dasarnya Allah memilih? Jawaban
terhadap pertanyaan ini menentukan apakah orang itu Reformed atau tidak.
Kalau jawabannya menunjukkan suatu ‘conditional election’ (= pemilihan yang bersyarat), dimana Predestinasi /
pemilihan itu tergantung pada kehidupan manusianya
(Allah memilih orang karena Ia tahu bahwa orang itu baik / akan menjadi baik /
akan beriman), maka orang itu bukan Reformed / Calvinist.
Sebaliknya kalau jawabannya menunjukkan
suatu ‘unconditional
election’ (= pemilihan yang tidak bersyarat),
dimana Predestinasi / pemilihan itu sama sekali tidak
tergantung pada kehidupan manusia yang dipilih, tetapi semata-mata tergantung
kepada Allah, maka orang itu Reformed / Calvinist (Catatan:
tetapi tentu ada hal-hal lain yang harus ia percayai untuk betul-betul disebut
Reformed / Calvinist).
a) Dasar Kitab Suci dari Predestinasi / pemilihan
yang tidak bersyarat.
1. Di atas sudah kita pelajari bahwa Predestinasi
bersifat kekal. Jadi, kita sudah dipilih sebelum kita lahir, dan ini
menunjukkan bahwa pemilihan ini tidak tergantung perbuatan / hidup kita (unconditional).
Ro 9:11 - “Sebab waktu
anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat,
- supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya”.
2. Kita sudah melihat bahwa pemilihan terhadap Israel
dilakukan bukan karena mereka baik, tetapi semata-mata karena kehendak Allah.
Calvin menjadikan ini sebagai salah satu dasar dari Unconditional Election (= pemilihan yang tidak bersyarat).
Calvin: “...
let those now come forward who would bind God’s election either to the
worthiness of men or to the merit of works. Since they see one nation preferred
above all others, and hear that God was not for any
reason moved to be more favorably inclined to a few, ignoble - indeed,
even wicked and stubborn - men, will they quarrel with him because he chose to
give such evidence of his mercy?” (= ... biarlah maju ke depan mereka yang mengikat
pemilihan Allah pada kelayakan manusia atau pada jasa pekerjaan / perbuatan
baik mereka. Karena mereka melihat satu bangsa dipilih di atas yang lain, dan
mendengar bahwa Allah bukan karena alasan apapun
digerakkan untuk bersikap lebih baik kepada segelintir orang-orang hina /
rendah / tercela, bahkan jahat dan tegar tengkuk, akankah mereka bertengkar
dengan Dia karena Ia memilih untuk memberikan bukti dari belas kasihanNya?) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no
5.
3. Yoh 15:16a - “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu”.
Calvin: “We
therefore find Christ’s statement to his disciples, ‘You did not choose me, but
I chose you’ (John 15:16), generally valid among all believers. There he not
only rules out past merits but also indicates his disciples had nothing in
themselves for which to be chosen if he had not first turned to them in his
mercy”
[= Karena itu kita menemukan pernyataan Kristus kepada murid-muridNya: ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu’ (Yoh 15:16), yang merupakan suatu hal yang benar / sah secara umum
di antara semua orang percaya. Di sana
Ia bukan hanya menyingkirkan
jasa-jasa pada waktu lampau tetapi juga menyatakan bahwa murid-muridNya tidak
mempunyai apapun dalam diri mereka sendiri yang menyebabkan mereka dipilih,
kalau Ia tidak lebih dulu berbalik kepada mereka dalam belas kasihanNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no
3.
4. Ro 11:35 - “Atau siapakah yang pernah memberikan
sesuatu kepadaNya, sehingga Ia harus menggantikannya?”.
Calvin: “And
how is Paul’s statement to be understood, ‘Who has
first given to him, and he shall receive recompense’ (Rom. 11:35)? He means to show that God’s goodness so anticipates men that among them he
finds nothing either past or future to win them his favor” [= Dan bagaimana pernyataan
Paulus dimengerti: ‘Siapakah yang lebih dulu
memberikan sesuatu kepadaNya, dan ia akan menerima balas jasa’ (Ro 11:35)? Ia bermaksud menunjukkan bahwa kebaikan Allah begitu mendahului manusia sehingga di
antara mereka Ia tidak menemukan apapun, baik di waktu lampau maupun di waktu
yang akan datang, yang menyebabkan Ia bersikap baik kepada mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no
3.
Catatan: terjemahan Kitab Suci
Indonesia berbeda dengan KJV dalam Ro 11:35 ini, tetapi kalau kita
menggunakan terjemahan Indonesia ataupun NIV / NASB maka tetap akan cocok
dengan argumentasi Calvin.
5. 2Tim 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita
dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan
kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri,
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
Ayat ini jelas menunjukkan
bahwa Predestinasi tidak tergantung perbuatan baik / kehidupan kita, tetapi
tergantung pada Rencana Allah dan kasih karunia Allah.
6. Ro 9:11-13 - “(11) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi
ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur
kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan
belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan
menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub,
tetapi membenci Esau’”.
Ini adalah dasar yang sangat
kuat / menyolok bahwa Predestinasi tidak dilakukan
karena Allah melihat / tahu lebih dulu bahwa orang itu bakal baik / beriman.
Calvin:
· “Suppose we admit that Jacob was chosen because he had worth arising
out of virtues to come; why should Paul say that he had not yet been born?
... But the apostle proceeds to resolve this difficulty, and teaches that the
adoption of Jacob comes not from works but from God’s call” (= Kalau
kita mengakui bahwa Yakub dipilih karena ia mempunyai kelayakan yang
ditimbulkan oleh kebaikannya di masa yang akan datang; mengapa Paulus harus mengatakan bahwa ia belum dilahirkan? ... Tetapi sang rasul meneruskan untuk memecahkan
kesukaran ini, dan mengajar bahwa pengangkatan Yakub sebagai anak tidak datang
dari perbuatan tetapi dari panggilan Allah) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 4.
· “But
because he well knew that God could foresee nothing
good in man except what he had already determined to bestow by the benefit of
his election, he does not resort to that absurd disorder of putting good
works before their cause”
[= Tetapi karena ia (Paulus) tahu benar bahwa Allah
tidak melihat lebih dulu apapun yang baik dalam diri manusia kecuali apa yang
Ia telah tetapkan untuk berikan sebagai manfaat pemilihanNya, ia tidak
mengambil jalan menuju urutan kacau yang menggelikan yang menempatkan perbuatan
baik sebelum penyebabnya] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book III, Chapter XXII, no 5.
· “Esau
and Jacob are brothers, born of the same parents, as yet enclosed in the same
womb, not yet come forth into the light. In them all
things are equal, yet God’s judgment of each is different. For he receives one
and rejects the other. It was only by right of primogeniture that one
excelled the other. Yet even that is disregarded, and what is denied to the
elder is given to the younger” (= Esau dan Yakub adalah saudara, dilahirkan dari
orang tua yang sama, dan masih terbungkus dalam kandungan yang sama, belum
dilahirkan. Dalam diri mereka semua hal adalah sama,
tetapi penghakiman Allah terhadap mereka masing-masing berbeda. Karena Ia
menerima yang satu dan menolak yang lain. Hanya karena hak kesulungan
maka seseorang melebihi yang lain. Tetapi bahkan hal itu diabaikan, dan apa
yang tidak diberikan kepada yang lebih tua diberikan kepada yang lebih muda) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no
5.
The Biblical Illustrator:
Old Testament (tentang 2Sam 1:26): “THE LOVE OF CHRIST WAS WONDERFUL
WHEN WE CONSIDER THOSE HE LOVED. ... There was nothing lovely in us. It is as
natural for anything lovely to draw forth our admiration as for the magnet to
attract the iron or the flower to attract the bee. There was great reason why
Jonathan should love David. But when we come to consider our Lord’s love for
us, we have to say - What was there in me that could merit esteem, Or give the
Creator delight? It is recorded that a minister once
announced his intention of being in the vestry of his Church, for a certain
time on a certain day, to meet any one who might have scriptural difficulties,
that he might try to solve them. Only one came. ‘What is your difficulty,’ said
the minister. The man answered, ‘My difficulty is in the ninth chapter
of Romans, where it says, ‘Jacob have I loved, but Esau have I hated.’ ‘Yes,’
said the minister, ‘there is great difficulty in that verse; but which part of
the verse forms your difficulty?’ ‘The latter part, of course,’ said the man.
‘I cannot understand why God should hate Esau.’ The
minister’s reply was this: ‘The verse has often been a difficulty to me, but my
difficulty has always been in the first part of the verse; I never could
understand how God could love that wily, deceitful, supplanting scoundrel,
Jacob.’”
(= Kasih Kristus itu sangat indah pada
waktu kita mempertimbangkan mereka yang Ia kasihi. ... Tidak ada yang
bagus dalam diri kita. Merupakan sesuatu yang alamiah / wajar untuk apapun yang
bagus untuk menarik kekaguman kita seperti magnet menarik besi, atau bunga
menarik lebah. Ada
alasan yang besar / agung mengapa Yonatan mengasihi Daud. Tetapi pada waktu
kita mempertimbangkan kasih Tuhan kita bagi kita, kita harus mengatakan - Ada
apa di dalam diriku yang bisa layak mendapatkan penghargaan, Atau memberikan
sang Pencipta kesenangan? Ada tercatat bahwa seorang pendeta suatu kali
mengumumkan tujuan / maksudnya untuk berada di suatu tempat di Gerejanya, untuk
waktu tertentu pada hari tertentu, untuk menemui siapapun yang mungkin
mempunyai kesukaran berkenaan dengan Kitab Suci, supaya ia bisa mencoba untuk
membereskannya. Hanya satu orang yang datang. ‘Apa kesukaranmu’, kata sang
pendeta. Orang itu menjawab, ‘Kesukaranku ada dalam pasal ke 9 dari Roma,
dimana dikatakan, ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau’. ‘Ya’, kata sang
pendeta, ‘ada kesukaran yang besar dalam ayat itu; tetapi bagian yang mana dari
ayat itu yang membentuk kesukaranmu?’ ‘Bagian yang terakhir, tentu saja’, kata
orang itu. ‘Saya tidak bisa mengerti mengapa Allah harus membenci Esau’. Jawaban sang pendeta adalah ini: ‘Ayat ini telah sering
merupakan suatu kesukaran bagiku, tetapi kesukaranku selalu ada dalam bagian
pertama dari ayat itu; aku tidak pernah bisa mengerti bagaimana Allah bisa
mengasihi Yakub yang cerdik / licik, penuh tipu daya / dusta, bajingan
pengganti itu’.).
7. Ro 9:14-16 - “(14) Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada
Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas
kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati’. (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha
orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.
Bandingkan bagian yang
digaris-bawahi dengan Ro 9:16 versi KJV yang menterjemahkan ayat ini secara
hurufiah: “So then it is not of him that willeth, nor of him
that runneth, but of God that sheweth mercy” [= Jadi hal itu bukanlah dari
dia yang mau, bukan juga dari dia yang berlari (maksudnya ‘berusaha’), tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan].
Calvin berkata bahwa
Ambrose, Origen, Jerome mengatakan bahwa Allah membagikan kasih karuniaNya di
antara manusia seperti yang Ia lihat lebih dulu (foresaw) bahwa mereka akan
menggunakannya dengan baik. Calvin juga mengatakan bahwa mula-mula
Agustinus juga mempunyai pandangan seperti ini, tetapi lalu berubah. Agustinus
menggunakan Ro 9:14 sebagai dasar. Ia berkata bahwa kalau memang Allah membagikan kasih karuniaNya kepada
orang-orang yang Ia lihat lebih dulu akan menggunakannya dengan baik, maka
Ro 9:14 ini adalah tempat yang tepat untuk menyatakan hal itu. Tetapi
Paulus justru mengatakan Ro 9:15-16, yang sama sekali bertentangan dengan
pandangan itu.
8. Pemilihan Efraim atas Manasye.
Kej 48:13-14,17-20 - “(13) Setelah
itu Yusuf memegang mereka keduanya, dengan tangan kanan dipegangnya Efraim,
yaitu di sebelah kiri Israel, dan dengan tangan kiri Manasye, yaitu di sebelah
kanan Israel, lalu didekatkannyalah mereka kepadanya. (14) Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya
di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas
kepala Manasye - jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.
... (17) Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas
kepala Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya
untuk memindahkannya dari atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye. (18) Katanya kepada ayahnya: ‘Janganlah
demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas
kepalanya.’ (19) Tetapi ayahnya menolak, katanya: ‘Aku
tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan
menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya
akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan
keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa.’ (20) Lalu
diberkatinyalah mereka pada waktu itu, katanya: ‘Dengan menyebutkan namamulah
orang Israel
akan memberkati, demikian: Allah kiranya membuat engkau seperti Efraim dan
seperti Manasye.’ Demikianlah didahulukannya Efraim
dari pada Manasye”.
b) Jangan mencampuradukkan ‘pemilihan yang tidak bersyarat’ dengan ‘keselamatan yang tidak bersyarat’. Ini adalah 2 hal yang
berbeda seperti langit dengan bumi!
Calvinisme memang
mengajarkan ‘pemilihan
yang tidak bersyarat’ (unconditional election),
dimana Allah memilih seseorang tanpa tergantung pada kehidupan orang itu.
Tetapi Calvinisme tidak pernah mengajarkan ‘keselamatan tanpa syarat’! Keselamatan
tentu ada syaratnya, yaitu orangnya harus mendengar Injil, lalu percaya kepada
Yesus, dan bertekun ikut Yesus sampai mati (sebetulnya yang terakhir ini
merupakan bukti keselamatan).
Pdt. Jusuf B. S. secara memfitnah menyatakan pandangan Calvinisme
dengan cara sebagai berikut: “Dilayani
atau tidak dilayani, kalau mereka sudah ditentukan selamat, akhirnya toh tetap
selamat, sebab Tuhan berdaulat penuh” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 35.
Guy Duty, dalam seluruh
bukunya ‘Keselamatan bersyarat atau
tanpa syarat?’, menekankan dari awal sampai akhir bahwa keselamatan itu bukan tanpa syarat (unconditional), tetapi dengan syarat (conditional), dan syaratnya adalah
‘percaya’. Dan ini dijadikannya sebagai suatu serangan terhadap ‘Calvinisme’
seakan-akan Calvinisme mengajar bahwa ‘Unconditional
Election’ berarti bahwa orang yang dipilih tetap akan selamat sekalipun
orangnya tidak percaya, atau tidak percaya sampai akhir.
Bahwa Guy Duty memang
mempunyai anggapan salah tentang Calvinisme seperti itu, atau memfitnah
Calvinisme seperti itu, saya buktikan dengan memberikan beberapa kutipan dari
bukunya itu.
1. Pada bagian Pendahuluan dari bukunya itu, Guy
Duty menuliskan surat
dari seorang pendeta kepada Guy Duty yang menanggapi buku Guy Duty ini. Dan
saya mengutip sebagian surat
itu yang berbunyi sebagai berikut: “Anda
telah mengadakan pendekatan tentang pokok ini dari sudut yang sangat
menyegarkan. Karya akademik ini tidak hanya menghadapi argumen-argumen dari
guru-guru Kepastian Keselamatan Kekal dengan telak, tetapi juga membuktikan
dari Alkitab, bahwa keselamatan itu bersyarat, dan hanya didasarkan pada fakta bahwa orang
beriman harus terus percaya” - hal 10.
Jadi setelah pendeta itu
membaca buku Guy Duty, ia diyakinkan bahwa ‘Calvinisme’ itu salah, karena
‘Calvinisme’ mengajarkan keselamatan
tanpa syarat, dimana orang yang sudah dipilih tetap akan selamat sekalipun
tidak terus menerus percaya. Sayang sekali pendeta ini sama tidak mengertinya
dengan Guy Duty bahwa Calvinisme tidak pernah mengajar seperti itu!
2. Guy Duty mengutip kata-kata Strombeck, yang ia
katakan adalah seorang Calvinist, dalam bukunya yang berjudul ‘Shall Never Perished’ (= Takkan pernah
binasa), yang berbunyi: “Diajarkan
dalam Ef 1:13-14, bahwa setelah seseorang percaya (suatu tindakan yang
telah selesai dikerjakan), ia dimeteraikan dengan Roh Kudus sampai pada
penebusan milik yang sudah dibeli. Bagian Alkitab
ini sekaligus mengesampingkan argumentasi bahwa seseorang harus terus percaya.
Tidak perlu iman yang terus menerus di pihak orang yang diselamatkan
...(hal 130-131)” - hal 27.
Terhadap hal ini perlu saya
tegaskan bahwa:
a. Saya tidak pernah mendengar tentang adanya
seorang ahli theologia Reformed / Calvinist yang bernama Strombeck.
b. Kalau Strombeck memang menulis seperti yang
dikutip oleh Guy Duty itu, saya bisa pastikan bahwa ia bukanlah seorang
Calvinist / Reformed, bahkan ia bukan seorang kristen. Ia adalah orang sesat /
nabi palsu.
c. Calvinisme yang sejati tidak pernah mengajar
seperti kutipan Guy Duty dari kata-kata Strombeck tersebut di atas.
3. Dalam bagian yang lain Guy Duty juga mengatakan
sebagai berikut: “Dengan
fakta-fakta ini di hadapan kita dapatkah para pembaca setuju dengan para
penulis Calvinis yang dikutip di bawah ini? ‘Mereka
yang diselamatkan bukan diselamatkan karena iman mereka atau pertobatan mereka
atau alasan-alasan lain yang ada pada mereka.’
‘Jadi panggilan Allah dilakukan, adalah dalam rangka untuk menggenapi maksud
Allah sendiri, terlepas dari segala perbuatan yang
dilakukan oleh orang yang diselamatkan’” - hal 32.
4. Dalam bagian lain lagi Guy Duty berkata: “Biarlah pembaca mempertimbangkan
pernyataan sederhana dari Kristus tentang keselamatan yang bersyarat ini, dan
kemudian membaca apa yang dikatakan oleh para guru Kepastian Keselamatan Kekal:
‘Tidak perlu iman yang terus menerus di pihak orang
yang diselamatkan’ -- ‘Orang yang sudah
dipredestinasikan, diselamatkan tanpa memandang apa yang boleh atau yang tidak
boleh ia perbuat’” - hal 83.
Perlu saudara ketahui bahwa
saya adalah seorang Calvinist yang sangat keras dan saya mempunyai dan membaca
banyak sekali buku-buku yang ditulis oleh Calvin sendiri maupun ahli-ahli
theologia Calvinist / Reformed (seperti Louis Berkhof, R. L. Dabney, Charles
Hodge, John Murray, William G. T. Shedd, Herman Bavinck, John Owen, G. C.
Berkouwer, B. B. Warfield, Loraine Boettner, R. C. Sproul, dsb), tetapi saya belum pernah menjumpai satupun dari mereka mengatakan /
mengajarkan hal sesat semacam itu. Lucunya Guy Duty tidak
menyebutkan siapa penulis Calvinist / para guru Kepastian Keselamatan Kekal
yang ia maksudkan (dalam 2 kutipan yang terakhir di atas), dan dari buku apa ia
mengutip kata-kata itu. Atau ini juga merupakan fitnahan Guy Duty terhadap Calvinisme?
Yang saya pertanyakan adalah: apakah Pdt. Jusuf B.
S. dan Guy Duty memang salah mengerti tentang Calvinisme, atau mereka memang
memfitnah Calvinisme? Kalau kemungkinan pertama yang benar, maka adalah sesuatu
yang menggelikan dan menyedihkan bahwa seseorang bisa menyerang sesuatu yang
tidak ia mengerti. Kalau kemungkinan kedua yang benar, maka ini lebih
menyedihkan lagi, karena bagaimana mungkin seseorang yang mengaku sebagai hamba
Tuhan bisa memfitnah seperti itu. Tetapi kemungkinan kedua ini bukannya
merupakan sesuatu yang mustahil. Perhatikan kata-kata Charles Hodge dan Charles
Haddon Spurgeon di bawah ini.
¨ Charles Hodge: “That
there are formidable objections to the Augustinian doctrine of divine
sovereignty cannot be denied. They address themselves even more powerfully to
the feelings and to the imagination than they do to understanding. They are therefore often arrayed in such distorted and
exaggerated forms as to produce the strongest revulsion and abhorrence.
This, however, is due partly to the distortion of the truth and partly to the
opposition of our imperfectly or utterly unsanctified nature, to the things of
the Spirit, of which the Apostle speaks in 1Cor. 2:14” (= Bahwa ada keberatan-keberatan
yang berat / hebat terhadap doktrin Agustinus tentang kedaulatan ilahi tidak
dapat disangkal. Mereka lebih tertuju pada perasaan
dan imajinasi dari pada pada pengertian. Karena itu mereka sering diatur / disusun dalam bentuk yang menyimpang
dan dilebih-lebihkan supaya menghasilkan reaksi mendadak dan kejijikan yang
paling kuat. Bagaimanapun, hal ini sebagian disebabkan oleh penyimpangan
kebenaran dan sebagian lagi oleh oposisi dari diri manusia yang pengudusannya
belum sempurna atau belum ada sama sekali, terhadap hal-hal dari Roh, tentang
mana sang Rasul berbicara dalam 1Kor 2:14) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 349.
Catatan: 1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak
menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu
kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai
secara rohani”.
¨ Charles Haddon Spurgeon: “The
doctrine of election has been made into a great bugbear by its unscrupulous
opponents and its injudicious friends. I have read some very wonderful sermons
against this doctrine, in which the first thing that
was evident was that the person speaking was totally ignorant of his subject.
... The usual way of composing a sermon against the doctrine of grace is this,
- first exaggerate and belie the doctrine, and then
argue against it. ... Nobody ever believed the
doctrine of election as I have heard it stated by Arminian controversialists.
... Is it remarkable that we are as eager to denounce
the dogmas imputed to us as ever our opponents can be? Why do they
earnestly set themselves to confute what no one defends? They might as well
spare themselves the trouble” (= Doktrin pemilihan telah dibuat menjadi momok
yang besar oleh penentang-penentangnya yang tidak teliti dan teman-temannya
yang tidak bijaksana. Saya telah membaca beberapa khotbah yang luar biasa yang
menentang doktrin ini, dimana hal pertama yang nyata
adalah bahwa orang yang berbicara sama sekali tidak mempunyai pengertian
tentang pokok yang dibicarakannya. ... Jalan / cara yang umum untuk
menyusun khotbah untuk menentang doktrin kasih karunia adalah ini, - mula-mula lebih-lebihkan dan nyatakanlah doktrin ini secara
salah, dan setelah itu berargumentasilah menentangnya. ... Tidak seorangpun pernah mempercayai doktrin pemilihan seperti
yang saya dengar pendebat-pendebat Arminian menyatakannya. ... Bukankah merupakan sesuatu yang luar biasa / hebat bahwa
kita sama bersemangatnya dengan penentang-penentang kita untuk mencela dogma
yang mereka hubungkan dengan kita?
Mengapa mereka begitu bersungguh-sungguh menyiapkan diri mereka untuk menyangkal
/ membantah apa yang tidak dipertahankan oleh seorangpun? Mereka lebih baik
menghemat / menyimpan jerih payah mereka) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 36-37.
Kata-kata Hodge dan Spurgeon
ini penting untuk saudara perhatikan dalam menghadapi setiap serangan orang
Arminian (termasuk Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty) yang mengextrimkan dan
memfitnah Calvinisme sehingga tidak mirip Calvinisme, dan baru setelah itu
menyerangnya.
Catatan: belakangan ini muncul Suhento Liauw dan Steven Liauw (mereka ini
bapak dan anak, yang sama-sama punya gelar doktor theologia), yang juga
menyerang Calvinisme dengan cara yang sama seperti Pdt. Jusuf B. S. dan Guy
Duty.
Dan Guy Duty juga memberikan
tuduhan sebagai berikut:
“Dalam tulisan-tulisan para guru
Kepastian Keselamatan Kekal, anda tidak akan dapat
menemukan kata predestinasi yang dipakai dalam hubungannya dengan pokok-pokok
tentang keselamatan yang bersyarat seperti yang telah anda baca di
atas” -
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 37.
Ini jelas-jelas merupakan suatu fitnahan dari Guy
Duty, dan juga menunjukkan betapa sembrononya / sembarangannya Guy Duty
menyatakan Calvinisme!
Bahwa Calvinisme memang
menghubungkan ‘Predestinasi’ dengan ‘keselamatan bersyarat’ terlihat dengan
jelas dari acrostic TULIP (5 points
Calvinisme), yang:
a. Pada point ke 2 menyatakan Predestinasi.
b. Pada point ke 4 menyatakan bahwa kasih karunia
Allah tidak bisa ditolak. Ini jelas menunjukkan bahwa orang yang dipilih dan
diberi kasih karunia itu tidak bisa tidak pasti akan beriman kepada Yesus.
c. Pada point ke 5 menyatakan bahwa orang percaya
itu karena pekerjaan Allah dalam dirinya pasti akan bertekun ikut Yesus sampai
mati!
Saya juga akan membuktikan
bahwa orang Calvinist menghubungkan predestinasi dengan keselamatan bersyarat
dengan memberikan kutipan-kutipan kata-kata Calvin, R. L. Dabney, R. C. Sproul,
B. B. Warfield, dan juga dari Westminster
Confession of Faith di bawah ini, yang semuanya
percaya bahwa sekalipun kita dipilih untuk diselamatkan, tetapi kita juga harus
percaya. Allah yang sudah menetapkan keselamatan seseorang juga akan
bekerja untuk membuat orang itu menjadi percaya sampai akhir hidupnya.
Calvin: “Election
is to be understood and recognized in Christ alone. ... Accordingly, those whom
God has adopted as his sons are said to have been chosen not in themselves but
in his Christ (Eph. 1:4)”
[= Pemilihan hanya dimengerti dan dikenali dalam Kristus saja. ... Karena itu,
mereka yang Allah adopsi sebagai anak-anakNya dikatakan telah dipilih bukan
dalam diri mereka sendiri tetapi dalam KristusNya (Ef 1:4)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no
5.
Robert L. Dabney: “God’s
act in forming His decree is unconditioned on anything to be done by His
creatures. In another sense, a multitude of the things decreed are conditional;
God’s whole plan is a wise unit, linking means with ends, and causes with
effects. In regard to each of these effects, the occurrence of it is
conditional on the presence of its cause, and is made so dependent by God’s
decree itself. But while the events decreed are conditional, God’s act in
forming the decree is not conditional, on anything which is to occur in time;
because in the case of each dependent event, His decree as much determined the
occurrence of the cause, as of its effect. And this is true equally of those
events in His plan dependent on the free acts of free agents” (= Tindakan Allah dalam
membentuk ketetapanNya tidak disyaratkan pada apapun yang akan dilakukan oleh
makhluk ciptaanNya. Dalam pengertian yang lain, banyak hal-hal yang ditetapkan
yang bersyarat; seluruh rencana Allah merupakan kesatuan yang bijaksana,
menghubungkan cara / jalannya dengan tujuannya, dan menghubungkan sebab dengan
akibatnya. Memperhatikan pada setiap akibat, terjadinya hal itu disyaratkan
pada adanya penyebab, dan dibuat begitu tergantung oleh ketetapan Allah
sendiri. Tetapi sementara kejadian yang ditetapkan itu
bersyarat, tindakan Allah dalam membentuk ketetapan itu tidak bersyarat,
pada apapun yang akan terjadi dalam waktu; karena dalam kasus dari setiap
kejadian, ketetapanNya menetapkan terjadinya penyebabnya maupun akibatnya. Dan
ini sama benarnya tentang kejadian-kejadian dalam rencanaNya yang tergantung
pada tindakan bebas dari agen yang bebas) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 218-219.
Karena kata-kata ini cukup
sukar, maka saya jelaskan sebagai berikut: Pada waktu
Allah menetapkan bahwa si A akan selamat, maka itu bersifat tidak bersyarat,
artinya itu bukan karena Allah melihat si A bakal percaya, bakal menjadi baik
dsb. Tetapi keselamatan si A bersyarat, yaitu
kalau ia percaya kepada Yesus. Tetapi Allah,
yang menetapkan keselamatan si A, pasti juga menetapkan caranya / jalannya
supaya si A selamat (misalnya si B menginjilinya sehingga si A percaya kepada
Yesus).
Allah
B menginjili A ®
A percaya Kristus ® A selamat
Robert L. Dabney: “His
decree includes means and conditions” (= KetetapanNya mencakup cara-cara / jalan-jalan
dan syarat-syarat) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 220.
Dabney lalu memberikan
2Tes 2:13 dan 1Pet 1:2 sebagai pendukung pandangannya.
2Tes 2:13 - “Akan tetapi
kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara,
yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah
memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh
yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai”.
Kata-kata ‘Allah dari mulanya telah memilih kamu
untuk diselamatkan’ jelas menunjuk pada Predestinasi, sedangkan kata-kata ‘dalam Roh
yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai’ menunjukkan cara / jalan untuk
mencapai ketetapan Tuhan itu.
1Pet 1:1-2 - “(1) Dari
Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, (2) yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa
kita, dan yang dikuduskan oleh Roh,
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya.
Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu”.
Kata-kata ‘orang-orang yang dipilih, sesuai dengan
rencana Allah, Bapa kita’ jelas menunjuk pada Predestinasi, sedangkan kata-kata ‘yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan
darahNya’
menunjukkan cara / jalan untuk mencapai ketetapan Tuhan itu.
Dabney menambahkan lagi: “The
sophism of the Arminian is just that, in this case, already pointed out; confounding conditionality of events decreed, with
conditionality of God’s decree” (= Kesalahan dari orang Arminian dalam hal ini
adalah seperti telah ditunjukkan; mencampuradukkan
persyaratan dari hal-hal yang ditetapkan dengan persyaratan dari ketetapan
ilahi)
- ‘Lecturein Systematic Theology’,
hal 222.
R. C. Sproul: “We
must be careful to distinguish between conditions that are necessary for
salvation and conditions that are necessary for election. ... There are all sorts of conditions that must be met for
someone to be saved. Chief among them is that we must have faith in Christ.
Justification is by faith. Faith is a necessary requirement. To be sure, the
Reformed doctrine of predestination teaches that all the elect are indeed
brought to faith. God insures that the conditions necessary for salvation are
met”
(= Kita harus hati-hati membedakan antara syarat-syarat yang diperlukan untuk
keselamatan dan syarat-syarat yang diperlukan untuk pemilihan. ... Ada segala macam persyaratan yang harus dipenuhi supaya
seseorang diselamatkan. Yang terutama dari
mereka adalah bahwa kita harus mempunyai iman kepada Kristus. Pembenaran
adalah oleh iman. Iman adalah persyaratan yang diperlukan. Jelasnya, doktrin
Reformed tentang Predestinasi mengajarkan bahwa semua orang pilihan memang
dibawa kepada iman. Allah memastikan bahwa persyaratan yang perlu untuk
keselamatan dipenuhi) - ‘Chosen
By God’, hal 155.
Arthur W. Pink: “It is not true that, because God has chosen a certain one to
salvation, he will be saved willy-nilly, whether he believes or not:
nowhere do the Scriptures so represent it. The same
God who predestined the end, also appointed the means; the same God who ‘chose
unto salvation,’ decreed that His purpose should be realized through the work
of the Spirit and belief of the truth” (= Adalah
tidak benar bahwa karena Allah telah memilih orang tertentu untuk keselamatan,
bagaimanapun juga ia akan diselamatkan, apakah ia percaya atau tidak:
Kitab Suci tidak pernah menggambarkannya seperti itu. Allah
yang sama yang mempredestinasikan akhir / tujuannya, juga menetapkan cara /
jalannya; Allah yang sama yang ‘memilih kepada keselamatan’, menetapkan bahwa
RencanaNya harus diwujudkan melalui pekerjaan Roh dan kepercayaan pada
kebenaran) - ‘The Sovereignty of God’,
hal 52.
B. B. Warfield: “Of
course this election is to privileges and means of grace; and without these the
great end of the election would not be attained: for the
‘election’ is given effect only by the ‘call,’ and manifests itself only in
faith and the holy life” (= Tentu saja pemilihan ini adalah bagi hak dan
cara / jalan kasih karunia; dan tanpa hal-hal ini tujuan besar dari pemilihan
tidak akan tercapai: karena ‘pemilihan’ hanya terjadi /
terlaksana oleh ‘panggilan’, dan mewujudkan dirinya sendiri hanya dalam iman
dan kehidupan yang kudus) - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 301.
B. B. Warfield: “In
the case of neither class, that of the elect as little as that of those that
are without, are the purpose of God wrought out without the co-operation of the
activities of the subjects”
(= Tidak ada golongan yang manapun, baik golongan pilihan maupun yang diluar
pilihan, dalam mana rencana / tujuan Allah dilaksanakan tanpa kerja sama dari
aktivitas orangnya) - ‘Biblical and Theological
Studies’, hal 302.
‘Westminster
Confession of Faith’, Chapter III, no 6:
“As God hath appointed the elect unto glory, so hath
He, by the eternal and most free purpose of His will, foreordained all the
means thereunto. Wherefore, they who are elected, being fallen in Adam, are
redeemed by Christ, are effectually called unto faith in Christ by His Spirit
working in due season, are justified, adopted, sanctified, and kept by His power,
through faith, unto salvation. Neither are any other redeemed by Christ,
effectually called, justified, adopted, sanctified, and saved, but the elect
only” (= Sebagaimana
Allah telah menetapkan orang-orang pilihanNya kepada kemuliaan, Dia juga, oleh
kehendakNya yang kekal dan bebas, telah menentukan caranya / jalannya untuk
mencapai hal itu. Karena itu, mereka yang dipilih, yang telah jatuh di dalam
Adam, ditebus oleh Kristus, dipanggil secara efektif ke dalam iman di dalam
Kristus oleh RohNya yang bekerja pada saatnya, dibenarkan, diangkat menjadi
anak, dikuduskan, dan dipelihara oleh kuasaNya, melalui iman, kepada
keselamatan. Tidak ada yang lain yang ditebus oleh Kristus, dipanggil secara
efektif, dibenarkan, diangkat menjadi anak, dikuduskan, dan diselamatkan,
kecuali orang-orang pilihan saja).
Saya kira saya sudah lebih dari cukup menunjukkan
bukti-bukti bahwa ahli-ahli theologia Calvinist tidak mengajar seperti apa yang
dikatakan oleh Guy Duty! Jadi di sini terbukti hitam di atas putih bahwa Guy Duty
memang memfitnah. Dan saya berpendapat bahwa Gereja Bukit Zaitun dan tim
penterjemah buku Guy Duty bukannya tanpa salah pada waktu mereka menterjemahkan
dan menyebarkan buku yang berisikan fitnahan ini! Saya berharap mereka bisa
bertobat!
3) Predestinasi pasti terjadi / tidak mungkin gagal.
a) Rencana Allah secara umum tidak bisa berubah
ataupun gagal.
Orang Arminian / non
Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa
Rencana Allah bisa gagal.
Pdt. Jusuf B. S. dalam
bukunya ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’ berkata sebagai berikut:
· “(Memang, setiap dosa yang
diperbuat itu merusak banyak hal-hal yang baik (Pkh 9:18), bahkan
rencana-rencana indah kelas I bisa hilang seperti Musa, Harun, Israel
yang batal tidak jadi masuk Kanaan). Jangan sampai berulang-ulang jatuh,
rencana Tuhan bagi kita rusak dan tidak ada pahalanya” (hal 79).
· “Takdir Allah dapat berubah oleh
manusia”
(hal 116).
Ia lalu memberi contoh:
Niniwe, Ahab, Hizkia.
· “Tetapi rencana Allah bagi
anak-anaknya itu sebagian bantut, sebagian jadi, tergantung dari orang itu
sendiri. Meskipun Allah sudah tahu akan batal, pada beberapa orang Allah toh
memberikan semua ini” (hal 119).
Sebetulnya pandangan
Arminian yang mengatakan bahwa Rencana Allah bisa gagal atau bahwa Allah bisa
mengubah RencanaNya merupakan:
1. Suatu penghinaan bagi Allah karena ini
menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencanaNya dan
gagal dalam mencapai rencanaNya!
2. Pandangan yang bertentangan dengan logika.
Mengapa bisa demikian? Karena
Allah itu mahatahu dan karena itu pada waktu Ia merencanakan, tentu Ia sudah
tahu apakah RencanaNya itu akan berhasil atau akan gagal. Kalau Ia
sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal / akan diubah, mengapa Ia tetap
merencanakannya?
3. Pandangan yang jelas bertentangan dengan
ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini:
·
Bil 23:19 - “Allah
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak
manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak
melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”
·
1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus
menyesal”.
·
Maz 110:4 - “TUHAN
telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal:
‘Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek’”.
Catatan: dalam Kitab Suci memang ada ayat-ayat
yang mengatakan bahwa Allah menyesal (Kej 6:5-6 Kel 32:10-14 1Sam 15:1 Yes 38:1,5 Yer 18:8
Yunus 3:10 Amos 7:3,6),
atau seolah-olah mengubah rencanaNya, seperti dalam kasus raja Hizkia
(2Raja 20:1-6). Ini akan saya jelaskan belakangan pada waktu menjelaskan
tentang doktrin ‘Providence of God’. Untuk sementara ini
cukup saudara renungkan ini: kalau ayat-ayat itu memang menunjukkan bahwa Allah
itu menyesal sehingga mengubah rencanaNya, lalu mengapa dalam Kitab Suci juga
ada ayat-ayat di atas yang jelas-jelas menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin
menyesal?
·
Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana
bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya
turun-temurun”.
·
Yes 14:24-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah
bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang
Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah
akan terlaksana: (25) Aku akan membinasakan orang Asyur dalam
negeriKu dan menginjak-injak mereka di atas gunungKu; kuk yang diletakkan
mereka atas umatKu akan terbuang dan demikian juga beban yang ditimpakan mereka
atas bahunya.’ (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi,
dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat
menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya
ditarik kembali?”.
·
Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya
hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang
berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala
kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari
timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya,
Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
·
Ayub 23:13 - “Tetapi
Ia tidak pernah berubah - siapa dapat menghalangi Dia? Apa
yang dikehendakiNya, dilaksanakanNya juga”.
·
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
·
Ibr 6:17 - “Karena
itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya
dengan sumpah”.
b) Kalau Rencana Allah secara umum tidak bisa
berubah / gagal, maka jelas bahwa Predestinasi, yang merupakan sebagian dari
Rencana Allah, juga tidak bisa berubah / gagal.
Dan tidak bisa gagalnya Predestinasi juga
didukung secara khusus oleh ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini:
1. Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang
yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi
percaya”.
Perhatikan bahwa di sini tidak
dikatakan bahwa ‘sebagian
orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menjadi percaya’, tetapi ‘semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup
yang kekal, menjadi percaya’.
2. Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku
memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan
kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan
untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Bagian yang saya garisbawahi itu
menunjukkan secara jelas bahwa tidak ada orang pilihan yang bisa binasa / masuk
neraka! Hanya orang yang bukan pilihan yang akan binasa.
3. Ro 11:25 - “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu
jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini:
Sebagian dari Israel
telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh
dari bangsa-bangsa lain telah masuk”.
Tujuan Allah menegarkan Israel
/ Yahudi adalah supaya Injil bisa diberitakan kepada orang-orang non Yahudi,
sehingga menyelamatkan orang pilihan Allah di kalangan bangsa-bangsa non Yahudi
itu. Dan Ro 11:25 ini menunjukkan bahwa Israel akan tetap tegar, sampai ‘jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk’!
Selama ada satu saja orang pilihan di antara bangsa-bangsa non Yahudi yang
belum diselamatkan, Allah tetap menegarkan Israel, dan Allah bekerja untuk
mencari dan mempertobatkan satu orang itu. Setelah itu baru Tuhan bekerja untuk
mempertobatkan Israel /
Yahudi (itupun tentu hanya orang Israel / Yahudi yang termasuk orang
pilihan).
Bandingkan ini dengan
Luk 21:24b - “dan
Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu”.
Tentang kata-kata ‘zaman
bangsa-bangsa’ itu ‘New Geneva Study
Bible’ memberi komentar sebagai berikut: “This may mean
the time when the Gentiles will have their triumph over Israel, or the time when the gospel is preached to the Gentiles,
or both”
(= Ini bisa berarti waktu dimana bangsa-bangsa non Yahudi akan mendapatkan
kemenangan atas Israel, atau waktu dimana Injil
diberitakan kepada bangsa-bangsa non Yahudi, atau kedua-duanya).
‘Zaman
bangsa-bangsa’
ini tidak akan genap sebelum setiap orang non Yahudi yang adalah orang pilihan
Allah, diselamatkan!
4. Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya
dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga
dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan
mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
Sebetulnya tanpa
dijelaskanpun ayat ini sudah jelas menunjukkan bahwa orang yang dipilih /
ditentukan oleh Allah itu pada akhirnya pasti akan dimuliakan.
Tetapi ada satu hal lain
yang menarik yang bisa didapatkan dari ayat ini, yaitu bahwa Ro 8:29-30 ini
menggunakan kata-kata kerja dalam bentuk lampau (past tense).
NIV: “For
those God foreknew he also predestined to be conformed to the likeness of his
Son, that he might be the firstborn among many brothers. And those he predestined, he also called;
those he called, he also justified; those he justified,
he also glorified” (= Karena
mereka yang diketahuiNya lebih dulu, juga dipredestinasikanNya untuk menjadi
serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak
saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang
dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga
dimuliakanNya).
Memang tidak aneh kalau ‘foreknew’
(= diketahui lebih dulu) dan ‘predestined’ (= dipredestinasikan) ada dalam
bentuk lampau, karena itu memang terjadi pada masa yang lampau, tetapi mengapa ‘called’
(= dipanggil), ‘justified’ (=
dibenarkan), dan ‘glorified’ (=
dimuliakan), juga ada dalam bentuk lampau? Loraine Boettner memberikan
penafsiran yang menarik tentang hal ini dimana ia berkata: “Paul
has cast the verse in the past tense because with God the purpose is in
principle executed when formed, so certain is it of fulfillment” (= Paulus telah melemparkan ayat
itu ke dalam past tense karena dengan Allah, maksud / tujuan / rencana itu pada
dasarnya dilaksanakan pada saat dibentuk, begitu pastinya penggenapan tujuan
itu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 85-86.
c) Konsekwensi dari pasti terjadinya Predestinasi.
1. Keselamatan kita tidak terletak dalam tangan
kita, tetapi dalam kehendak / keputusan Allah.
Memang dari sudut manusia, seseorang selamat karena
ia percaya kepada Yesus. Tetapi dari sudut Allah, seseorang bisa percaya dan
selamat, karena ia sudah dipilih oleh Allah.
Loraine Boettner mengutip
kata-kata Martin Luther:
“God’s
decree of predestination is firm and certain; and the necessary resulting from
it is, in like manner, immovable, and cannot but take place. For we ourselves are so feeble, that if the matter were left
in our hands, very few, or rather none, would be saved; but Satan would
overcome us all”
(= Ketetapan Allah tentang Predestinasi adalah teguh dan pasti; dan karena itu
tidak berubah, dan tidak bisa tidak terjadi. Karena
kita sendiri adalah begitu lemah, sehingga kalau persoalannya diletakkan dalam
tangan kita, sangat sedikit, bahkan tidak ada, yang akan selamat; tetapi Setan
akan mengalahkan kita semua) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 187.
Bandingkan kata-kata ini,
khususnya pada bagian yang saya garisbawahi, dengan ajaran Pdt. Jusuf B. S.
dalam bukunya ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’ (hal 11-13,15-20), dimana
secara berulangkali dan secara bertele-tele menyatakan bahwa Allah selalu menghendaki keselamatan manusia, setan selalu
menghendaki kebinasaan manusia, dan karena itu keselamatan manusia tergantung
pada manusia itu sendiri, apakah ia mau percaya kepada Yesus atau tidak.
2. Kalau seseorang belum percaya kepada Yesus,
memang tidak bisa diketahui apakah ia orang pilihan atau bukan. Sekalipun ia
sudah lama menolak Kristus, tetap belum tentu bahwa ia adalah orang yang tidak
dipilih (reprobate). Karena siapa
tahu ia akan bertobat? Hanya kalau seseorang menolak Kristus sampai mati, barulah jelas bahwa ia termasuk orang
yang tidak dipilih.
Tetapi, kalau seseorang bisa menjadi orang kristen
yang sejati (betul-betul percaya kepada Yesus), ia bisa yakin bahwa ia adalah
orang pilihan.
Pdt. Jusuf B. S.
berulang-ulang berkata bahwa orang tidak bisa tahu apakah ia adalah orang
pilihan atau bukan.
· “sebab siapa yang tahu dengan
pasti keputusan Allah tentang dirinya?” (hal 37).
· “Mereka tidak akan tahu kalau
mereka sudah dipilih akan selamat atau tidak. Saul mula-mula begitu berapi-api
dan penuh dengan Roh, akhirnya bunuh diri dan mati dalam dosanya, terhilang.
Siapa dapat mengira kalau Saul yang begitu berapi-api, penuh dengan Roh Allah
akhirnya binasa? Juga aktif, berapi-api seperti Yudas Iskariot, Iskandar,
Ananias, Safira, dan lain-lain, tetapi akhirnya binasa. Begitu pula dengan
mereka. Mana mungkin mereka tahu kalau mereka termasuk pilihan Tuhan yang akan
selamat sebelum mereka mati” (hal 35-36).
Catatan: Nama ‘Iskandar’ berasal dari 1Tim 1:20
dalam Kitab Suci Indonesia Terjemahan Lama. Dalam Terjemahan Baru orang itu
disebut ‘Alexander’.
Cara pengajaran Pdt. Jusuf
B. S. ini betul-betul menggelikan karena ia memasukkan
ajaran Arminian (tentang kemungkinan untuk murtad) ke dalam pemikiran orang
Calvinist pada waktu memperkirakan apakah dirinya termasuk orang pilihan atau
tidak. Dalam Calvinisme tidak dipercaya adanya orang kristen sejati yang
bisa murtad! Karena itu, orang kristen yang sejati bisa yakin bahwa ia pasti
selamat dan bahwa ia adalah orang pilihan.
Tetapi dalam persoalan
meyakini diri sendiri sebagai orang pilihan, ada suatu peringatan yang sangat
penting untuk diperhatikan.
Charles Haddon Spurgeon:
“We
have known more than once in our day of some men who pretended to know their
election by their impudence. They had got into their head the presumption that
they were elected, and though they lived on in sin, and still did as they
liked, they imagined they were God’s chosen. This is what I call presuming upon
election by sheer impudence. We know of others, alas! who have imagined
themselves to be elect, because of the visions that they have seen when they
have been asleep or when they have been awake - for men have walking dreams -
and they have brought these as evidence of their election” (= Kita sering tahu akan adanya
orang-orang yang menganggap dirinya tahu pemilihan mereka oleh kelancangan mereka. Mereka memasukkan
kesombongan ke dalam kepala mereka bahwa mereka telah dipilih, dan sekalipun
mereka terus hidup dalam dosa, dan tetap melakukan seperti yang mereka senangi,
mereka mengira / mengkhayalkan bahwa mereka adalah
orang-orang pilihan Allah. Ini adalah apa yang saya sebut mengira / menduga tentang pemilihan dengan kelancangan /
kekurangajaran. Kita tahu tentang orang-orang lain yang mengira / mengkhayalkan bahwa diri mereka adalah orang
pilihan, karena penglihatan yang telah mereka lihat pada saat mereka tidur atau
pada waktu mereka sedang sadar / bangun - karena manusia bisa mimpi
sambil berjalan - dan mereka menggunakan hal-hal ini
sebagai bukti pemilihan mereka) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 13
Camkan kata-kata Spurgeon ini! Hanya kalau saudara
betul-betul adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan, dan iman itu memang terbukti dengan adanya perbuatan baik /
ketaatan, maka saudara boleh yakin / percaya bahwa saudara adalah orang
pilihan.
Tetapi:
·
kalau
saudara sekedar adalah orang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi terus
hidup dalam dosa, dan bahkan mencintai dosa,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang rajin pergi ke gereja, dibaptis,
melayani / mempunyai jabatan tinggi dalam gereja,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang ada dalam keluarga kristen selama
puluhan atau bahkan ratusan tahun,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang berbahasa Roh, yang sukar dipastikan
asli tidaknya,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang mengalami pertolongan Tuhan /
kesembuhan secara mujijat / kesembuhan ilahi,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang pernah mendapat penglihatan,
·
atau
kalau saudara sekedar adalah orang yang percaya pada doktrin tentang
Predestinasi,
maka jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
saudara adalah orang pilihan.
4) Reprobation (= penentuan
binasa).
Kita sudah membahas banyak
tentang pemilihan / penentuan untuk selamat yang Allah lakukan (election). Sekarang kita akan membahas
tentang Reprobation (= penentuan
binasa).
a) Calvin sendiri jelas percaya pada doktrin reprobation / penentuan binasa ini.
Ini terlihat dari
kutipan-kutipan dari kata-kata Calvin di bawah ini:
· “...
eternal life is foreordained for some, eternal
damnation for others”
(= ... hidup yang kekal ditentukan lebih dulu untuk sebagian manusia, penghukuman kekal untuk yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no
5.
· “...
predestination, by which God adopts some to hope of life, and sentences others to eternal death” (= ... predestinasi, dengan mana
Allah mengadopsi sebagian manusia kepada pengharapan kehidupan, dan memvonis yang lain pada kebinasaan kekal) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no
5.
· “Indeed
many, as if they wished to avert a reproach from God, accept election in such
terms as to deny that anyone is condemned. But they do this very ignorantly and
childishly, since election itself could not stand except as set over against
reprobation”
(= Memang banyak orang, karena mereka tidak ingin Allah dicela, menerima
pemilihan dalam
istilah-istilah sedemikian rupa sehingga menolak adanya penentuan
binasa. Tetapi mereka melakukan hal ini secara bodoh
dan kekanak-kanakan, karena pemilihan itu
sendiri tidak bisa berdiri / bertahan kecuali diimbangi oleh penentuan binasa)
- ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book III, Chapter XXIII, no 1.
·
Calvin (tentang Mal 1:2-3): “As to reprobation, I know that many greatly dislike this doctrine - that some are
rejected, and that yet no cause can be found in themselves why they thus remain
disapproved by God. But there is here need of docility and of a meek spirit, to
which Paul also exhorts us, when he says, “O
man, who art thou who answerest against God?” (Romans 9:20.) For were it lawful to investigate the cause, surely Paul, who had
been taken up to the third heaven, might have showed us the way; but he is here
silent and drives us away from the indulgence of a bold and an over curious
spirit. Since the Holy Spirit by the mouth of Paul restrains the presumption of
men, that they may not dare to go beyond this step - that God hardens whom he
wills and rejects whom he wills, why do men leap beyond this, except they
wilfully seek to carry on war with God?”
(= ).
·
Calvin (tentang Mal 1:2-3): “and yet they pretend modesty, and under
this pretext they seek to bury the doctrine of election; we ought, they say, to
speak soberly of mysteries. This last sentence I allow fully; but what is our
sobriety but our docility? that is, when we embrace what God declares in his
word, and never allow ourselves to investigate more than what he teaches us. But
they would extinguish God’s word; nay, they dare openly to pronounce
blasphemies against God, and to find fault with the Spirit, who has spoken by
the prophets and the apostles. We indeed see that there
are many devils who preach modesty, when their object is to suppress the
light and this chief doctrine, the main basis of our salvation; and they extort
wicked edicts from the ignorant and the slumbering, as though it were in the
power of men, by babbling about things unknown, and by
barbarously mixing all things together, to thrust God as it were from his
celestial throne. This is horribly monstrous, and ought to be detested
by all; for it would be better that all the empires of the world should be
swallowed up in the lowest depths, than that mortal creatures should raise
themselves up as it were into heaven, and attempt to penetrate into the secret
things of God. But, however, when the whole world
either assail this doctrine by barking, or seek to subvert it by threats
and terrors, or when all in various ways manifest their rage, and when they
roll thunders who seem to themselves to be very powerful, it behoves us to hold
fast this doctrine, that God alone is the author of our salvation, because he
has been pleased freely to elect us, and also that he possesses power over all
the human race, so that some, according to his will, are elected and some are
rejected, and that he ever acts justly, and holds secret the cause both of
election and of reprobation. But it is no wonder that we are so blind, for we
are stupid by nature, nay, blind altogether; and were we angels, it would be
still our duty reverently to regard the manifold wisdom of God, which no human
minds, no, not even angelic minds, can fully comprehend” (= ).
b) Dasar dari doktrin reprobation.
1. Ini merupakan konsekwensi logis dari doktrin
pemilihan (election).
Ada orang-orang yang percaya
pada ‘single
predestination’, dimana mereka hanya
percaya bahwa Allah menentukan / memilih sebagian manusia untuk diselamatkan,
tetapi Allah tidak menetapkan sisanya untuk dibinasakan. Tetapi ini adalah pandangan yang tidak konsekwen dari orang
yang kurang bisa menggunakan logikanya, karena doktrin reprobation memang merupakan konsekwensi logis dari doktrin election. Kalau hanya sebagian
manusia yang dipilih / ditetapkan untuk selamat, sedangkan setelah mati hanya
ada surga dan neraka, maka tidak bisa tidak, orang yang tidak dipilih untuk
selamat sama dengan ditetapkan untuk binasa. Karena itu kita harus percaya
bukan pada ‘single predestination’
tetapi pada ‘double
predestination’, dimana selain kita percaya bahwa Allah memilih
sebagian manusia untuk diselamatkan, kita juga percaya bahwa Allah menetapkan
sisanya untuk dihukum.
Louis Berkhof: “The
decree of election inevitably implies the decree of reprobation. ... If He has
chosen or elected some, then He has by that very fact also rejected others” (= Ketetapan tentang pemilihan
secara tak terhindarkan menunjuk pada ketetapan tentang reprobation. ... Jika
Ia telah memilih sebagian, maka
oleh fakta itu Ia juga telah menolak yang lain) - ‘Systematic Theology’, hal 117-118.
Loraine Boettner: “The
very terms ‘elect’ and ‘election’ imply the terms ‘non-elect’ and
‘reprobation’”
(= Istilah-istilah ‘orang pilihan’ dan ‘pemilihan’ secara tidak langsung
menunjuk pada ‘orang yang bukan pilihan’ dan ‘penentuan binasa’) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 104.
2. Adanya banyak orang yang mati tanpa mendapatkan
kesempatan untuk bertobat.
Dalam Perjanjian Lama,
hampir semua orang non Yahudi tidak selamat dan dalam Perjanjian Baru juga
banyak orang mati sebelum mendengar Injil. Jelas bahwa mereka ini tidak
mendapat kesempatan bertobat, dan karena itu termasuk reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa.
3. Ayat-ayat Kitab Suci yang mendasari doktrin reprobation.
·
Amsal 16:4 - “TUHAN membuat segala sesuatu untuk
tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka”.
·
Mat 11:20-24 - “(20)
Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia
paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim!
Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan
dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan
sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat
yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota
itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: (24) Pada
hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom
akan lebih ringan dari pada tanggunganmu’”.
Yesus berkata bahwa kalau di Tirus, Sidon, dan Sodom ada mujijat-mujijat terjadi, seperti yang terjadi di
Khorazim, Betsaida dan Kapernaum, maka Tirus, Sidon,
dan Sodom pasti
sudah bertobat. Tetapi mengapa Tuhan dalam kenyataannya tidak memberi
mujijat-mujijat itu kepada mereka? Jelas karena mereka termasuk reprobate!
John Calvin: “Among the people of Nineveh
[cf. Matthew 12:41] and of Sodom, as Christ testifies, the preaching of the
gospel and miracles would have accomplished more than in Judea [Matthew 11:23].
If God wills that all be saved, how does it come to pass that he does not open
the door of repentance to the miserable men who would be better prepared to
receive grace?” (=) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
III, Chapter 24, no 15.
·
Mat 11:25 - “Pada
waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan
bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi
orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang
kecil”.
·
Yes 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan
katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti:
jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati
bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya
melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan
matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu
berbalik dan menjadi sembuh’”. Bdk. Mat 13:10-15
Mark 4:12 Luk 8:10 Yoh 12:37-40
Kis 28:26-27 Ro 11:7-8.
Mat 13:10-15 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya
dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam
perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui
rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
(12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia
berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya
akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam
perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan
sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada
mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan
mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak
menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat
mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.
Ro 11:7-8
- “(7)
Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang
yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang
yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka
tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak
mendengar, sampai kepada hari sekarang ini’”.
Komentar
Calvin tentang ayat-ayat ini:
“Observe that he directs his voice to
them but in order that they may become even more deaf;
he kindles a light but that they may be made even more
blind; he sets forth doctrine but that they may
grow even more stupid; he employs a remedy but so
that they may not be healed” (= Perhatikan bahwa Ia menujukan
suaraNya kepada mereka tetapi supaya mereka menjadi
makin tuli; Ia menyalakan cahaya tetapi supaya
mereka menjadi makin buta; Ia menyatakan doktrin / ajaran tetapi supaya mereka menjadi makin bodoh; Ia
menggunakan obat tetapi supaya mereka tidak disembuhkan) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no 13.
·
Yoh 17:12 - “Selama
Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah
Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari
mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah
ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab
Suci”.
Dalam
ayat ini sebetulnya terjemahan Kitab Suci Indonesia terlalu keras. Bandingkan
dengan NASB yang memberikan terjemahan hurufiah: “and
not one of them perished but the son of perdition” (= dan tidak
seorangpun dari mereka yang binasa selain anak
kehancuran / neraka).
Dalam ‘Webster’s New World
Dictionary’ dikatakan bahwa istilah ‘perdition’ bisa diterjemahkan bermacam-macam:
*
‘complete and irreparable loss; ruin’ (= kehilangan yang lengkap dan tidak
bisa dibetulkan; kehancuran).
*
‘the loss of a soul or of hope for
salvation; damnation’ (= kehilangan jiwa atau pengharapan untuk selamat;
penghukuman / pengutukan).
*
‘the place or condition of damnation;
hell’
(= tempat atau kondisi penghukuman; neraka).
·
Ro 9:13,17,18,21-22 - “(13) seperti ada tertulis: ‘Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’
... (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku
membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau,
dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas
kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia
menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. ... (21) Apakah tukang
periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang
sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?
(22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah
menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda
kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan”.
B. B. Warfield: “Certainly
St. Paul as explicitly affirms the sovereignty of reprobation as of election,
... if he represents God as sovereignly loving Jacob, he represents Him equally
as sovereignly hating Esau; if he declares that He has mercy on whom He will,
he equally declares that He hardens whom He will” (= Santo
Paulus memang menegaskan kedaulatan dari reprobation
secara sama explicitnya dengan kedaulatan dari election, ... jika ia menggambarkan Allah secara berdaulat
mengasihi Yakub, ia secara sama menggambarkanNya secara berdaulat membenci
Esau; jika ia menyatakan bahwa Ia mempunyai belas kasihan bagi siapa yang Ia
kehendaki, ia secara sama menyatakan bahwa Ia mengeraskan siapa yang Ia
kehendaki)
- ‘Biblical and Theological Studies’,
hal 317.
·
1Pet 2:8 - “Mereka
tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan”.
Kitab Suci terjemahan Indonesia ini salah terjemahan.
Perhatikan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini:
*
NASB: “for they
stumble because they are disobedient to the word, and to this doom they were
also appointed”
(= karena mereka tersandung karena mereka tidak taat kepada firman, dan pada tujuan / nasib ini mereka juga telah ditetapkan).
*
NIV: “They stumble
because they disobey the message - which is also what they were destined for” (= Mereka
tersandung karena mereka tidak mentaati pesan / firman - yang juga merupakan apa yang telah ditentukan untuk mereka).
*
KJV: “even to them
which stumble at the word, being disobedient: whereunto also they were
appointed”
(= bahkan bagi mereka yang tersandung pada firman, karena tidak taat: untuk mana mereka juga telah ditetapkan).
*
RSV: “for they
stumble because they disobey the word, as they were destined to do” (= karena mereka
tersandung karena mereka tidak mentaati firman, sebagaimana
mereka telah ditentukan untuk melakukannya).
·
Yudas 4 - “Sebab
ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu,
yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum.
Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah
kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya
Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Calvin menganggap ini
menunjuk pada penetapan yang kekal dari Allah, dengan kata lain dalam Rencana
Allah orang-orang itu telah ditentukan untuk dihukum.
Tetapi dalam ayat ini kata ‘ditentukan’ sebetulnya juga merupakan kata yang terlalu keras,
karena dalam bahasa Yunaninya digunakan kata PROGEGRAMMENOI
yang artinya adalah: ‘having been previously written’ (= telah dituliskan lebih dulu).
Bandingkan dengan NIV yang
menterjemahkan bagian ini secara hurufiah: “For certain
men whose condemnation was written about long ago ...” (= Karena orang-orang tertentu yang
penghukumannya sudah dituliskan sejak dahulu).
Adanya kata ‘dituliskan’ ini
menyebabkan adanya orang-orang yang menganggap bahwa ini tidak menunjuk pada
ketetapan yang kekal dari Allah, tetapi pada Perjanjian Lama maupun nubuat dari
Yesus dan rasul-rasul (Misalnya Mat 18:7).
Tetapi seorang penafsir
Calvinist / Reformed bernama Thomas Manton, dalam buku tafsirannya tentang surat Yudas, memberikan
komentar sebagai berikut:
“The
meaning of the metaphor is to show that these decrees are as certain and determinate
as if he had a book wherein to write them” (= Arti dari kiasan ini adalah untuk menunjukkan
bahwa ketetapan-ketetapan ini adalah sama pasti dan tertentunya seperti kalau
ia mempunyai sebuah buku dimana ia menuliskannya).
Jadi Thomas Manton tidak menganggap
ini menunjuk pada tulisan Kitab Suci / Firman Tuhan, tetapi sebagai suatu
kiasan yang menunjukkan suatu kepastian.
Mengapa dasar Kitab Suci
dari reprobation hanya sedikit, atau
setidaknya lebih sedikit dibandingkan dengan dasar dari election? Louis Berkhof menjawab sebagai berikut: “Since
the Bible is primarily a revelation of redemption, it naturally does not have
as much to say about reprobation as about election. But what it says is quite
sufficient”
(= Karena Alkitab terutama merupakan wahyu tentang penebusan, secara alamiah
Alkitab tidak berbicara tentang reprobation
sebanyak tentang election. Tetapi apa
yang Alkitab katakan sudah cukup) - ‘Systematic
Theology’, hal 118.
c) Alasan / dasar Allah melakukan reprobation.
Baik Robert L. Dabney maupun
Loraine Boettner percaya bahwa sekalipun iman dan /
atau perbuatan baik bukanlah dasar dari election,
tetapi dosa merupakan dasar dari reprobation.
Robert L. Dabney: “...
it is disputed what is the ground of this righteous preterition of the
non-elect. The honest reader of his Bible would suppose that it was, of course,
their guilt and wickedness foreseen by God, and, for wise reasons, permissively
decreed by Him. This, we saw, all but the supralapsarian admitted in substance.
God’s election is everywhere represented in Scripture, as an act of mercy, and
His preterition as an act of righteous anger against sin” (= ... diperdebatkan apa yang menjadi dasar dari pelewatan yang benar dari orang
yang tidak dipilih. Pembaca Alkitab yang jujur akan menganggap bahwa itu tentu adalah kesalahan dan kejahatan mereka yang dilihat
lebih dulu oleh Allah, dan, karena alasan-alasan yang bijaksana,
diijinkan olehNya. Kami melihat bahwa hal ini pada
pokoknya diterima oleh semua kecuali oleh penganut Supralapsarianisme. Pemilihan Allah dimana-mana dinyatakan dalam Kitab Suci,
sebagai suatu tindakan belas kasihan, dan pelewatanNya
sebagai tindakan kemarahan yang benar terhadap dosa) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 240.
Catatan: saya berpendapat bahwa
tidak benar kalau semua menerima pandangan ini kecuali penganut Supralapsarian-isme.
Loraine Boettner: “‘When
the Arminian says that faith and works constitute the ground of election we
dissent,’ says Clark. ‘But if he says that
foreseen unbelief and disobedience constitute the ground of reprobation we
assent readily enough. A man is not saved on the ground of his virtues but he
is condemned on the ground of his sin. As strict Calvinists we insist that
while some men are saved from their unbelief and disobedience, in which all are
involved, and others are not, it is still the sinner’s sinfulness that
constitutes the ground of his reprobation. Election and reprobation proceed on
different grounds; one the grace of God, the other the sin of man’” (= ‘Pada waktu orang Arminian
berkata bahwa iman dan ketaatan / perbuatan baik merupakan dasar pemilihan,
kami tidak setuju,’ kata Clark. ‘Tetapi jika ia berkata bahwa ketidakpercayaan dan ketidaktaatan
yang telah dilihat lebih dulu merupakan dasar dari reprobation, kami menyetujui dengan cepat. Seseorang
tidak diselamatkan berdasarkan kebaikannya, tetapi ia dihukum berdasarkan
dosanya. Sebagai Calvinist yang ketat, kami berkeras bahwa sementara
sebagian manusia diselamatkan dari ketidak-percayaan dan ketidaktaatan mereka,
di dalam mana semua orang terlibat, dan sebagian yang lain tidak diselamatkan, adalah keberdosaan dari orang berdosa itu yang merupakan
dasar dari reprobationnya. Election dan reprobation bertolak dari dasar yang
berbeda; yang satu berdasarkan kasih karunia Allah,
yang lain berdasarkan dosa manusia) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 114.
Tetapi Charles
Hodge tidak setuju bahwa dosa adalah dasar dari reprobation. Dasar dari reprobation
tetap adalah kedaulatan Allah.
Charles Hodge: “God
condemns no man, and foreordains no man to condemnation, except on account of
his sin. But the preterition of such men, leaving them, rather than others
equally guilty, to suffer the penalty of their sins, is distinctly declared to
be a sovereign act”
(= Allah tidak menghukum siapapun, dan tidak
menentukan lebih dulu siapapun kepada penghukuman, kecuali karena dosanya.
Tetapi tindakan melewati mereka, meninggalkan mereka,
dan bukannya orang-orang lain yang sama bersalahnya, untuk mendapatkan hukuman
atas dosa-dosa mereka, dinyatakan secara jelas sebagai tindakan yang berdaulat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 346.
Louis Berkhof mendukung
Hodge dengan berkata:
· “...
the decree of reprobation comprises two elements, namely, preteri-tion or the
determination to pass by some men; and condemnation (sometimes called
precondemnation) or the determination to punish them who are passed by for
their sins”
[= ... ketetapan reprobation
terdiri dari dua elemen, yaitu, preterition atau penentuan
untuk melewati sebagian manusia; dan hukuman
(kadang-kadang disebut hukuman sebelumnya) atau penentuan untuk menghukum
mereka yang dilewati karena dosanya] - ‘Systematic
Theology’, hal 116.
· “Preterition
is a sovereign act of God, and act of His mere good pleasure, in which the
demerits of man do not come into consideration ... The reason for preteretion
is not known by men. It cannot be sin, for all men are sinners. We can only say
that God passed some by for good and wise reasons sufficient unto Himself” (= Tindakan
melewati merupakan tindakan berdaulat dari Allah, dan tindakan dari
kerelaanNya, dimana pelanggaran / kesalahan manusia tidak dipertimbangkan ... Alasan
dari tindakan melewati itu tidak diketahui oleh manusia. Alasannya tidak mungkin adalah dosa, karena semua orang
adalah orang berdosa. Kita hanya dapat berkata bahwa Allah melewati
sebagian orang karena alasan-alasan yang baik dan bijaksana yang cukup untuk
diriNya sendiri) - ‘Systematic Theology’, hal
116.
Dengan demikian Louis
Berkhof mempunyai pandangan yang sama dengan B. B. Warfield di bawah ini.
B. B. Warfield:
“Were
not all men sinners, there might still be an election, as sovereign as now; and
there being an election, there would still be as sovereign a rejection: but the
rejection would not be a rejection to punishment, to destruction, to eternal
death, but to some other destiny consonant to the state in which those passed
by should be left. It is not indeed, then, because men are sinners that men are
left unelected; election is free, and its obverse of rejection must be equally
free: but it is solely because men are sinners that what they are left to is
destruction”
(= Andaikata semua manusia tidak berdosa, tetap bisa
ada pemilihan, yang sama berdaulatnya dengan sekarang; dan dengan adanya
pemilihan, juga ada penolakan yang sama berdaulatnya: tetapi penolakan itu
tidak akan merupakan penolakan kepada hukuman, kepada penghancuran, kepada
kematian kekal, tetapi kepada tujuan yang lain yang sesuai / cocok dengan
keadaan dimana orang-orang yang dilewati itu berada. Jadi, bukannya karena mereka berdosa sehingga mereka lalu tidak
dipilih; pemilihan itu bebas, dan pasangannya yaitu penolakan harus sama
bebasnya: tetapi karena semua manusia adalah
orang berdosa maka mereka ditinggalkan kepada penghancuran) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 317.
Saya lebih setuju dengan
pandangan dari Charles Hodge, Louis Berkhof, B. B. Warfield, karena
Ro 9:11-13 yang berbunyi:
“(11) Sebab waktu anak-anak
itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau
yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan,
bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan
kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak
yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau’”.
Jelas bahwa ayat ini
menunjukkan bahwa sama seperti pemilihan Yakub tidak
tergantung perbuatan Yakub, demikian juga
penolakan / reprobation terhadap Esau
juga tidak tergantung pada dosa Esau.
d) Guna / tujuan dari reprobation.
Loraine Boettner mengatakan
bahwa guna / tujuan reprobation
adalah:
1. Untuk menyatakan kebencian Allah terhadap dosa
dan juga untuk menyatakan keadilan Allah.
2. Untuk orang pilihan,
hal ini menyebabkan kita sadar akan apa yang seharusnya kita terima andaikata
Allah tidak bermurah hati kepada kita. Kesadaran seperti ini sudah ada
pada waktu orang pilihan ini hidup di dunia, dan ini menyebabkan kita
lebih menghargai kasih dan kemurahan hati Allah yang telah menyelamatkan kita,
sehingga kita akan lebih bersyukur kepada Allah, memuji Allah, dan mengasihi
Allah. Tetapi di dunia, adanya banyak penderitaan atau kadang-kadang
kesenangan, sering membuat kita lupa akan nasib kita yang seharusnya andaikata
Allah tidak bermurah hati kepada kita. Tetapi nanti
pada waktu kita sudah masuk ke surga, kesadaran ini akan lebih nyata lagi,
karena dari Luk 16:22-23 dan Wah 14:10 terlihat bahwa orang-orang
yang masuk ke surga dan ke neraka bisa saling melihat. Jadi
nanti di surga kita bisa melihat
orang-orang yang ada di neraka, dan menyadari sepenuhnya bahwa itulah nasib
kita andaikata Allah tidak bermurah hati kepada kita.
Calvin menyatakan guna /
tujuan dari reprobation ini dengan
mengutip kata-kata Agustinus: “The Lord can therefore also give
grace ... to whom he will ... because he is merciful, and not give to all
because he is a just judge. For by giving to some what
they do not deserve, ... he can show his free grace ... By not giving to all, he can manifest what all deserve” (= Karena itu Tuhan juga bisa
memberi kasih karunia ... kepada siapa yang dikehendakiNya ... karena Ia
berbelas kasihan, dan tidak memberikan kepada semua karena Ia adalah Hakim yang
adil. Karena dengan memberikan kepada sebagian apa yang
tidak layak mereka dapatkan, ... Ia bisa menunjukkan kasih karuniaNya yang
cuma-cuma ... Dengan tidak memberikan kepada
semua, Ia bisa menunjukkan apa yang semua layak dapatkan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no
11.
e) Pelaksanaan dari
penentuan binasa ini.
R. L. Dabney: “...
God does nothing to those thus passed by, to make their case any worse, or to
give any additional momentum to their downward course. He leaves them as they
are”
(= ... Allah tidak melakukan apa-apa kepada mereka yang
dilewatiNya, untuk membuat keadaan mereka menjadi lebih buruk, atau
untuk memberikan tambahan momentum pada kejatuhan mereka. Ia membiarkan mereka
sebagaimana adanya mereka) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 239.
R. L. Dabney: “When
it is said that God hardens the non-elect, it is not, and cannot be intended,
that He exerts positive influence upon them to make them worse. ... God is only
the negative cause of hardening - the positive depravation comes only from the
sinner’s own voluntary feelings and acts. And the mode in which God gives place
to, or permits this self-inflicted work, is by righteously withholding His
restraining word and Spirit; and second, by surrounding the sinner (through His
permissive providence) with such occasions and opportunities as the guilty
man’s perverse heart will voluntarily abuse to increase his guilt and obduracy” [= Ketika dikatakan bahwa Allah
mengeraskan orang yang bukan pilihan, itu tidak berarti
bahwa Ia menggunakan pengaruh positif pada mereka untuk membuat mereka
makin jelek. ... Allah hanyalah merupakan
penyebab negatif dari pengerasan - kebejadan positif datang hanya
dari perasaan dan tindakan sukarela dari orang berdosa itu. Dan cara
dimana Allah memberi tempat, atau mengijinkan pekerjaan yang timbul dengan
sendirinya ini, adalah dengan secara benar menahan
firman dan RohNya yang mengekang; dan kedua, dengan
melingkupi orang berdosa itu (melalui ProvidensiaNya yang mengijinkan) dengan
kejadian dan kesempatan yang akan disalah-gunakan secara sukarela oleh orang
yang hatinya bengkok dan salah untuk meningkatkan kesalahannya dan
kebandelannya] - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 242-243.
Dengan demikian, sekalipun
Allah menetapkan seseorang untuk binasa, tetapi nanti orang itu sendiri yang
dengan sukarela memilih kehidupan yang berdosa, menolak Kristus dsb, sehingga
ia binasa karena kesalahannya sendiri.
Pertanyaan: Kalau Allah
membiarkan orang dalam dosa dan tidak menolong mereka, apakah itu berarti bahwa
Allah melakukan dosa pasif (bdk. Amsal 24:11-12)? R. L. Dabney mengatakan
tidak, karena hukum yang mengikat kita tidak berlaku
bagi Allah, yang adalah pembuat hukum dan yang berada di atas hukum!
Dasar Alkitab dari point
ini:
Dalam persoalan ini, dalam
Alkitab ada dua kelompok ayat:
1. Ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa
dalam hal buruk / dosapun Allah bekerja secara aktif.
Contoh:
a. Kej 45:5-8 - “(5)
Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena
kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena
telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak
atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku
mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini
dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.
(8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini,
tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi
Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah
Mesir”.
Bdk. Maz 105:17 - ‘diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf,
yang dijual sebagai budak’.
b. Maz 105:25
- “diubahNya
hati mereka untuk membenci umatNya, untuk memperdayakan hamba-hambaNya”.
Bdk. Kel 1:8-10 - “(8)
Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak
mengenal Yusuf. (9) Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: ‘Bangsa Israel
itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. (10) Marilah kita
bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah
banyak lagi dan - jika terjadi peperangan - jangan bersekutu nanti dengan musuh
kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.’”.
c. Kel 4:21
- “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu
engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah
Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak
membiarkan bangsa itu pergi”.
2. Ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa
dalam hal buruk / dosa Allah bekerja secara pasif.
Contoh:
a. Ro 1:24,26,28
- “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka
akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26)
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada
hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan
persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan karena mereka tidak
merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah
menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga
mereka melakukan apa yang tidak pantas”.
b. Maz
81:12-13 - “(12) Tetapi
umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13)
Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan
hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti
rencananya sendiri!”.
c. Kis 14:16
- “Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya
masing-masing”.
Adanya dua kelompok ayat ini
menyebabkan kita ‘menjadi serba salah’ dalam
menafsirkan. Kalau kita menganggap Allah aktif dalam
pelaksanaan rencana yang berhubungan dengan dosa, maka kita mengabaikan
kelompok ayat yang kedua, dan kalau kita
menganggap Allah hanya sekedar mengijinkan dalam persoalan dosa (seperti yang
dilakukan oleh Arminianisme), maka kita mengabaikan kelompok ayat yang pertama.
Jadi, satu-satunya cara /
jalan, yang betul-betul mempedulikan kedua kelompok ayat itu adalah menafsirkan
sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan rencana
yang berhubungan dengan dosa, Allah memang bekerja secara pasif, yaitu menarik
kasih karuniaNya, dan mengijinkan setan dan / atau manusia untuk menggoda
manusia yang ditetapkan untuk jatuh ke dalam dosa itu sehingga dosa itu pasti
terjadi.
Supaya tidak dianggap bahwa
Allah hanya semata-mata mengijinkan terjadinya dosa, maka diberi ayat-ayat
kelompok pertama.
Ayat-ayat kelompok pertama
bisa ada dalam Alkitab, untuk menunjukkan bahwa semua itu terjadi karena
penentuan Allah. Allah adalah first cause
/ penyebab pertama dari segala sesuatu.
Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena kalau saya membangun sebuah
rumah, sekalipun saya membangun rumah itu menggunakan orang lain (pemborong,
kuli dsb) dan tidak membangunnya sendiri, saya tetap bisa berkata bahwa sayalah
yang membangun rumah.
Catatan: kalau mau tahu lebih mendalam lagi tentang hal ini,
baca buku saya yang berjudul ‘Providence of God’.
5) Predestinasi, kehendak bebas dan tanggung jawab manusia.
a) Banyak orang Reformed yang tidak setuju dengan
istilah free will ( = kehendak
bebas).
Charles Haddon Spurgeon: “Any
man who should deny that man is a free agent might well be thought unreasonable,
but free-will is a different thing from free-agency. Luther denounces free-will
when he said that ‘free-will is the name for nothing’; and President Edwards
demolished the idea in his mastery treatise” (= Orang yang menyangkal bahwa manusia adalah agen
bebas akan dianggap tidak masuk akal / tidak rasionil, tetapi kebebasan kehendak berbeda dengan tindakan bebas. Luther mencela kehendak bebas
ketika ia berkata bahwa ‘kehendak bebas adalah nama untuk sesuatu yang tidak
ada’; dan Presiden Edwards menghancurkan gagasan / idee ini dalam bukunya yang
luar biasa) - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 7, hal 10.
Robert L. Dabney: “...
I have not used the phrase ‘freedom of the will’. I exclude it, because
persuaded that it is inaccurate, and that it has occasioned much confusion and
error. Freedom is properly predicated of a person, not of a faculty. ... I have
preferred therefore to use the phrase, at once popular and exact: ‘free agency’
and ‘free agent’”
(= Saya tidak memakai ungkapan ‘kebebasan kehendak’. Saya meniadakannya
karena diyakinkan bahwa itu adalah tidak tepat, dan bahwa itu menimbulkan
banyak kebingungan dan kesalahan. Kebebasan secara
tepat ditujukan kepada seseorang, bukan pada bagian dari jiwa / pikiran.
... Karena itu saya lebih menyukai untuk menggunakan ungkapan yang sekaligus
populer dan tepat: ‘tindakan bebas’ dan ‘agen bebas’) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 129.
Catatan:
· Istilah ‘agent’ berarti ‘a person
that performs actions or is able to do so’ (= seseorang yang melakukan
tindakan-tindakan atau yang mampu melakukannya).
· Istilah ‘agency’ berarti ‘action’
(= tindakan) atau ‘the business of a
person’ (= kegiatan / kesibukan seseorang).
Ini diambil dari Webster’s New World Dictionary.
Tetapi karena istilah ‘free will’ sudah begitu populer, dan
lebih-lebih dalam kalangan orang awam di Indonesia istilah kehendak bebas
sangat populer sedangkan istilah ‘agen bebas’ dan ‘tindakan bebas’ tidak pernah
terdengar, maka saya tetap menggunakan istilah free will / kehendak bebas. Tetapi tentu saja kita harus
berhati-hati terhadap penyalahgunaan dari istilah free will / kehendak bebas ini.
b) Arti yang salah dan benar dari free will ( = kehendak bebas).
1. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti
bahwa manusia itu bebas secara mutlak.
Kalau kita meninjau doktrin
Allah (theology), maka kita bisa
melihat bahwa satu-satunya makhluk yang bebas mutlak
adalah Allah, dan Allah menciptakan segala sesuatu dan membuat segala
sesuatu tergantung kepada diriNya (Neh 9:6
Maz 94:17-19 Maz 104:27-30 Kis 17:28 1Tim 6:13 Ibr 1:3). Jadi
jelas bahwa manusia tidak bebas secara mutlak, tetapi sebaliknya tergantung
kepada Allah.
2. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti
bahwa manusia selalu bisa / mampu melakukan apa yang ia kehendaki.
Ini berlaku dalam hal:
a. Biasa / jasmani. Misalnya manusia boleh saja
ingin terbang, tetapi ia tidak bisa terbang.
b. Rohani. Orang berdosa di luar Kristus tidak
bisa berbuat baik atau datang kepada Kristus dengan kekuatannya sendiri. Bahkan
orang kristenpun sering menginginkan hal yang baik tetapi tidak mampu
melakukannya (Ro 7:18-23 Mat 26:41).
Jadi, free will / kehendak bebas tidak
berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan apa yang ia kehendaki.
3. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti
pada saat manapun dalam kehidupannya, manusia itu betul-betul bisa memilih
beberapa tindakan sesuai dengan kehendaknya sendiri.
Orang Reformed mempercayai
bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Allah, dan pasti akan terjadi sesuai kehendak Allah. Karena itu adalah omong kosong kalau kita dalam hal ini beranggapan
bahwa manusia betul-betul bisa memilih tindakan sesuai dengan kemauannya.
Sebaliknya, ia pasti akan melakukan tindakan yang telah
ditentukan oleh Allah.
Catatan: kalau mau mengetahui tentang penentuan mutlak dari
Allah atas segala sesuatu, bacalah buku saya yang berjudul ‘Providence
of God’.
4. Free will / kehendak
bebas berarti: semua yang manusia lakukan, ia lakukan sesuai dengan ketetapan
Tuhan, tetapi pada saat yang sama, ia tetap melakukan itu karena itu memang
adalah kehendaknya / keputusannya. Ia tidak dipaksa oleh Allah untuk
melakukan kehendak / ketetapan Allah tersebut. Ia akan secara sukarela
melakukan ketetapan Allah tersebut.
Bahkan pada saat
manusia itu dipaksa untuk melakukan sesuatu, ia tetap melakukan sesuai
keputusan / kehendaknya sendiri. Misalnya: seseorang ditodong dan dipaksa untuk menyerahkan uangnya.
Ia bisa saja memutuskan untuk melawan, apapun resikonya. Tetapi setelah ia
mempertimbangkan resiko kehilangan nyawa / terluka, maka ia mengambil keputusan
untuk menyerahkan uangnya. Ini tetap adalah keputusan / kehendak bebasnya. Karena itu sebetulnya ungkapan bahasa Inggris ‘I did it against my will’ (= aku
melakukan itu bertentangan kehendakku) adalah sesuatu yang salah.
Yang bisa terjadi adalah: sesuatu dilakukan terhadap kita bertentangan dengan
kehendak kita. Misalnya kita diikat lalu dibawa ke tempat yang tidak
kita ingini. Tetapi ini bukan kita yang melakukan.
Jadi, kalau kita melakukan
sesuatu, itu karena kita mau / menghendaki untuk melakukan hal itu.
c) Predestinasi tidak menghancurkan kebebasan
manusia.
Pdt. Jusuf B. S. secara memfitnah menggambarkan
Calvinisme sebagai berikut: “Tidak ada kemauan bebas dari manusia” -
‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 22.
Saya katakan bahwa Pdt. Jusuf B. S. memfitnah Calvinisme, bukan sekedar menyerang Calvinisme, karena ia menuliskan kalimat
itu di bawah point ke 2 dari lima pokok Calvinisme, yang ia sebut dengan
istilah ‘Ikatan Takdir’. Jadi pada waktu orang membaca bukunya, maka orang
jelas akan mengambil kesimpulan bahwa itu adalah ajaran Calvinisme. Padahal
Calvinisme tidak pernah mengajarkan seperti itu.
Sekalipun Calvinisme
mempercayai kedaulatan Allah yang menentukan keselamatan seseorang dan bahkan
juga menentukan segala sesuatu yang lain, tetapi Calvinisme
tetap mempercayai kebebasan manusia. Mengapa? Karena dalam Kitab Suci
kita melihat bahwa sekalipun segala sesuatu terjadi sesuai kehendak / rencana
Allah, tetapi pada waktu manusianya melakukan hal itu, ia tidak dipaksa, tetapi
melakukannya dengan sukarela.
Misalnya:
1. Pada waktu mengutus Musa kepada Firaun, Tuhan
berkata bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun (Kel 4:21 7:3). Ini menunjukkan bahwa Tuhan sudah
menentukan bahwa Firaun tidak akan melepaskan Israel. Tetapi pada waktu Musa
sampai kepada Firaun, dikatakan bahwa ‘Firaun
mengeraskan hatinya sendiri’ (Kel 7:22
8:15,19,32 9:34-35 14:5).
2. Yudas mengkhianati / menyerahkan Yesus sesuai
dengan ketetapan Allah (Luk 22:22), tetapi pada
waktu Yudas melakukan hal itu, ia betul-betul melakukannya dengan kehendaknya
sendiri. Kita tidak melihat bahwa Allah memaksa dia untuk mengkhianati
Yesus.
3. Orang-orang yang membunuh Yesus melakukan hal
itu sesuai dengan apa yang sudah Allah tentukan dari semula (Kis 4:27-28),
tetapi pada waktu mereka melakukannya, mereka
betul-betul bebas, dan melakukannya atas kehendak mereka sendiri.
Sekarang
perhatikan beberapa kutipan atau penjelasan dari beberapa ahli theologia
Reformed yang jelas mempercayai baik ‘kedaulatan Allah’ maupun ‘kebebasan
manusia’.
Robert L. Dabney: “...
God executes this purpose as to man’s acts, not against but through and with
man’s own free will. In producing spiritually good acts, He ‘worketh in man to
will and to do’ and determines that he ‘shall be willing in the day of His
power’. And in bringing about bad acts, He simply leaves the sinner in
circumstances such that he does, of himself only, yet certainly, choose the
wrong”
(= ... Allah melaksanakan rencanaNya yang berkenaan
dengan tindakan manusia, bukan menentang tetapi melalui dan dengan kehendak
bebas manusia. Dalam menghasilkan
tindakan-tindakan yang baik secara rohani, Ia ‘bekerja dalam manusia
untuk menghendaki dan melakukan’ dan menentukan bahwa ia ‘akan mau pada hari
kuasaNya’. Dan untuk menghasilkan tindakan-tindakan
yang jahat, Ia hanya membiarkan orang berdosa itu dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga ia melakukan, hanya dari dirinya sendiri, tetapi
dengan pasti, memilih yang jahat / salah) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 223.
Catatan: kata-kata yang diletakkan
di antara tanda petik itu diambil dari Fil 2:13 dan Maz 110:3 (versi KJV).
R. C. Sproul, dalam bukunya ‘Chosen by
God’, menjelaskan beberapa point sehubungan dengan hubungan antara
kedaulatan Allah dan kebebasan manusia ini:
a. Ia berkata bahwa kita tidak menerima
kontradiksi, sehingga kalau kedaulatan Allah memang bertentangan dengan
kebebasan manusia, maka salah satu harus dibuang.
“If
human freedom and divine sovereignty are real contradictions, then one of them,
at least, has to go”
(= Jika kebebasan manusia dan kedaulatan ilahi sungguh-sungguh bertentangan,
maka sedikitnya salah satu dari mereka harus dibuang) - ‘Chosen by God’, hal 41.
b. Tetapi ia lalu berkata bahwa yang bertentangan
/ kontradiksi dengan kedaulatan Allah bukanlah kebebasan manusia, tetapi
kebebasan mutlak dari manusia, yang ia sebut dengan istilah autonomos (self-law). Tetapi perlu diingat bahwa Calvinisme
memang tidak mempercayai kebebasan mutlak dari manusia (lihat arti yang
salah dan benar dari free will dalam
point b di atas).
c. Sedangkan kedaulatan Allah dan kebebasan
manusia bukanlah merupakan suatu kontradiksi
tetapi merupakan suatu paradox, yaitu hal-hal
yang kelihatannya saja merupakan kontradiksi.
Charles Hodge: “God can control the free acts of rational
creatures without destroying either their liberty or their responsibility” (= Allah
bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk
rasionil tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 332.
Saya berpendapat bahwa bagian yang harus
diperhatikan dalam kata-kata Charles Hodge ini adalah ‘God can’ (= Allah bisa).
Kalau saya membuat film, maka saya akan menyusun
naskah, dimana setiap pemain sudah ditentukan harus bertindak apa atau berkata
apa. Tetapi selalu ada sedikit kebebasan bagi para pemain. Kalau saya tidak
memberikan kebebasan sama sekali, maka para pemain itu akan menjadi robot, yang
tidak lagi mempunyai kebebasan apapun.
Tetapi Allah berbeda dengan saya atau dengan manusia
lain. Allah bisa menentukan dan mengontrol segala sesuatu sampai detail-detail yang sekecil-kecilnya,
tanpa menghancurkan kebebasan manusia! Bagaimana Ia bisa melakukan hal itu,
merupakan suatu mystery bagi kita, tetapi yang jelas Kitab Suci menunjukkan
bahwa Allah memang menentukan dan menguasai segala sesuatu, tetapi manusia
tetap mempunyai kebebasan.
d) Karena Predestinasi tidak membuang kebebasan
manusia, maka Predestinasi juga tidak membuang tanggung jawab manusia.
Ada 2 hal yang dimaksud dengan ‘tanggung jawab’ di
sini:
1. Manusia bertanggung jawab / wajib berusaha
mentaati Tuhan / Firman Tuhan.
Jadi kita tidak boleh hidup
apatis / acuh tak acuh dengan alasan bahwa Allah toh sudah menentukan segala
sesuatu. Bandingkan dengan Ul 29:29 yang berbunyi: “Hal-hal
yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah
kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala
perkataan hukum Taurat ini”.
‘Hal-hal
yang tersembunyi’ menunjuk pada Rencana Allah yang tidak kita ketahui. Ul 29:29
mengatakan bahwa ‘hal-hal yang tersembunyi’ ini ialah bagi Allah, bukan bagi kita!
Jadi kita tidak boleh menjadikannya sebagai dasar hidup kita.
‘Hal-hal
yang dinyatakan’ menunjuk pada hukum Taurat / Firman Tuhan,
dan inilah yang harus kita gunakan sebagai dasar hidup kita.
Contoh: Tuhan sudah memilih
orang-orang tertentu untuk selamat dan orang-orang tertentu untuk binasa,
tetapi kita tidak tahu siapa yang dipilih untuk
selamat dan siapa yang ditentukan untuk binasa. Jadi itu adalah kehendak
Allah yang tersembunyi dan tidak boleh kita jadikan
dasar / pedoman hidup kita, misalnya dengan berpikir / bersikap seperti
ini:
a. Sekarang ini saya tidak perlu percaya kepada
Yesus. Kalau saya memang ditentukan selamat, nanti pasti akan percaya dengan
sendirinya.
b. Mungkin orang itu bukan orang pilihan, sehingga
hanya membuang-buang waktu dan tenaga untuk menginjili dia. Biarkan saja dia,
kalau ternyata dia orang pilihan, toh nanti akan percaya dengan sendirinya.
Kita harus hidup berdasarkan
Firman Tuhan (kehendak Allah yang dinyatakan bagi kita), misalnya:
· Kis 16:31 - perintah
untuk percaya kepada Yesus.
· Mat 28:19-20 - perintah
untuk memberitakan Injil kepada semua orang.
2. Manusia harus bertanggung jawab / dihukum
karena ketidak-taatannya.
Kalau manusia tidak bebas
(seperti robot / wayang), maka ia tidak bertanggung jawab atas tindakannya.
Tetapi karena ia bebas, maka ia bertanggung jawab.
J. I. Packer: “God’s
sovereignty and man’s responsibility are taught us side by side in the same
Bible; sometimes indeed, in the same text” (= Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia
diajarkan berdampingan dalam Alkitab yang sama; bahkan kadang-kadang dalam text
yang sama)
- ‘Evangelism and the Sovereignty of God’,
hal 22.
Dan ia lalu memberikan
contoh Luk 22:22 yang berbunyi sebagai berikut: “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan,
akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia
diserahkan”.
Kata-kata ‘Anak Manusia memang
akan pergi seperti yang telah ditetapkan’ menunjukkan kedaulatan Allah, sedangkan
kata-kata ‘celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan’ menunjukkan adanya tanggung
jawab manusia pada waktu ia melakukan apa yang Tuhan tetapkan itu.
Memang sepintas
lalu, kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia kelihatan sebagai suatu
kontradiksi.
Ini terlihat dari Ro 9:19 dimana Paulus, setelah mengajarkan Predestinasi
dan kedaulatan Allah dalam Ro 9:6-18, lalu menanyakan pertanyaan yang ia
perkirakan bakal muncul dalam diri orang yang mendengar ajaran Predestinasi dan
kedaulatan Allah.
Ro 9:19 - “Sekarang kamu akan berkata
kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang
menentang kehendakNya?’”.
NASB: “You
will say to me then, ‘Why does He still find fault? For who resists His will?’” (= Lalu kamu akan berkata
kepadaku: ‘Mengapa Ia masih menyalahkan / mencari kesalahan?
Karena siapa yang menahan / menolak kehendakNya?’).
KJV / RSV »
NASB.
NIV: “One
of you will say to me: Then why does God still blame us? For who resists his
will?”
(= Salah satu dari kamu akan berkata kepadaku: Lalu mengapa Allah masih
menyalahkan kita? Karena siapa yang menahan / menolak kehendakNya?).
Jadi, karena Allah dalam
kedaulatanNya sudah menetapkan / mempredestinasikan, dan kehendak Allah pasti
terjadi sehingga tidak bisa ditolak, maka orang lalu
merasa aneh bahwa manusia masih harus bertanggung jawab / disalahkan oleh Allah.
Andaikata Paulus menganggap
bahwa karena adanya kedaulatan Allah / Predestinasi
maka manusia tidak lagi perlu bertanggung jawab, maka ia akan menjawab
dengan berkata: ‘Siapa bilang bahwa Allah
menyalahkan kamu? Karena Ia yang menetapkan segala sesuatu dan karena
kehendakNya pasti terjadi, maka Ia tidak akan menyalahkan kamu kalau kamu
berbuat dosa atau tidak percaya’.
Andaikata Paulus memang tidak setuju dengan kedaulatan Allah yang menetapkan segala
sesuatu, maka ia akan menjawab pertanyaan itu dengan kata-kata: ‘Allah
tidak menetapkan apa-apa, karena itu kamu bertanggung jawab’.
Tetapi Paulus tidak menjawab seperti itu. Perhatikan jawaban Paulus
dalam Ro 9:20-21: “(20)
Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk
berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21)
Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari
gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu
benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.
J. I. Packer mengomentari
ayat ini dengan berkata:
“What
the objector has to learn is that he, a creature and a sinner, has no right
whatsoever to find fault with the revealed ways of God. Creatures are not
entitled to register complaints about their Creator” (= Apa yang harus dipelajari
oleh orang yang mengajukan keberatan itu adalah bahwa ia,
seorang makhluk ciptaan dan seorang berdosa, tidak mempunyai hak apapun untuk
tidak puas / berkeberatan dengan jalan Allah yang dinyatakan.
Makhluk-makhluk ciptaan tidak berhak menyatakan keluhan / ucapan yang
menyatakan ketidakpuasan tentang Pencipta mereka) - ‘Evangelism and the Sovereignty of God’, hal 23.
Banyak orang kristen yang
tidak senang dengan 2 hal yang kelihatan kontradiksi ini, sehingga lalu
bersikap salah:
a. Menekankan kedaulatan
Allah dan mengabaikan tanggung jawab manusia. Ini
Hyper-Calvinisme / fatalisme!
Orang yang belum percaya tidak perlu berusaha untuk percaya, karena kalau
mereka sudah dipilih untuk selamat toh nanti akan percaya dengan sendirinya,
dan kalau mereka memang ditentukan untuk binasa, maka mereka toh tidak akan
bisa percaya. Juga kalau kita sebagai orang kristen bertemu dengan orang yang
belum percaya, kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya, karena kalau ia
memang orang pilihan nanti ia toh akan percaya dengan sendirinya, dan kalau ia
adalah orang yang ditentukan untuk binasa, maka penginjilan kita toh akan
sia-sia.
Dan orang Arminian sering menuduh / memfitnah bahwa
Calvinisme adalah seperti ini. Bandingkan dengan fitnahan Pdt. Jusuf B. S. yang
berbunyi sebagai berikut: “Dilayani atau tidak dilayani, kalau mereka sudah
ditentukan selamat, akhirnya toh tetap selamat, sebab Tuhan berdaulat penuh” -
‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 35.
Tetapi fitnahan ini salah dan bodoh, karena Hyper-Calvinisme bukanlah Calvinisme!
b. Menekankan tanggung
jawab manusia dan mengabaikan kedaulatan Allah. Ini Arminianisme.
Calvinisme yang
benar memperhatikan baik kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manusia.
Arthur W. Pink: “Two
things are beyond dispute: God is sovereign, man is responsible. ... To
emphasize the sovereignty of God, without also maintaining the accountability
of the creature, tends to fatalism; to be so concerned in maintaining the
responsibility of man, as to lose sight of the sovereignty of God, is to exalt
the creature and dishonour the Creator” (= Dua hal tidak perlu diperdebatkan: Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab.
... Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab
dari makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan tanggung jawab manusia, sehingga
tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama dengan meninggikan makhluk ciptaan
dan merendahkan sang Pencipta) - ‘The
Sovereignty of God’, hal 9.
Arthur W. Pink: “We
are enjoined to take ‘no thought for the morrow’ (Matt 6:34), yet ‘if any
provide not for his own, and specially for those of his own house, he hath
denied the faith, and is worse than an infidel’ (1Tim 5:8). No sheep of
Christ’s flock can perish (John 10:28,29), yet the Christian is bidden to make
his ‘calling and election sure’ (2Peter 1:10). ... These things are not
contradictions, but complementaries: the one balances the other. Thus, the
Scriptures set forth both the sovereignty of God and the responsibility of man” [= Kita dilarang untuk
‘menguatirkan hari esok’ (Mat 6:34), tetapi ‘jika ada seorang yang tidak
memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan
lebih buruk dari orang yang tidak beriman’ (1Tim 5:8). Tidak ada domba Kristus
yang bisa binasa (Yoh 10:28-29), tetapi orang kristen diperintahkan untuk
membuat ‘panggilan dan pilihannya teguh’ (2Pet 1:10). ... Hal-hal ini tidaklah bertentangan tetapi saling melengkapi:
yang satu menyeimbangkan yang lain. Demikian Kitab Suci menyatakan kedaulatan
Allah dan tanggung jawab manusia] - ‘The
Sovereignty of God’, hal 11.
Charles Haddon Spurgeon: “man,
acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by
that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot
tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free
agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God
has predestinated everything yet man is responsible” (= manusia, bertindak sesuka
hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan yang
berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak
bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui
dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah
mempredestinasikan segala sesuatu, tetapi manusia bertanggungjawab) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.
Barnes’ Notes (tentang Kis
2:23): “We
have here a striking and clear instance of the doctrine that the decrees of God
do not interfere with the free agency of people. This event was certainly
determined beforehand. Nothing is clearer than this. It is here expressly
asserted; and it had been foretold with undeviating certainty by the prophets.
God had, for wise and gracious purposes, purposed or decreed in his own mind
that his Son should die at the time and in the manner in which he did; for all
the circumstances of his death, as well as of his birth and his life, were
foretold; and yet in this the Jews and the Romans never supposed or alleged
that they were compelled or cramped in what they did. They did what they chose.
If in this case the decrees of God were not inconsistent with human freedom,
neither can they be in any case. Between those decrees and the freedom of man
there is no inconsistency, unless it could be shown - what never can be that
God compels people to act contrary to their own will. In such a case there
could be no freedom. But that is not the case with regard to the decrees of
God” (= ).
J. I. Packer,
dalam bukunya yang berjudul ‘Evangelism
and the Sovereignty of God’ menghubungkan kedaulatan Allah dengan tanggung
jawab tertentu dari orang kristen, yaitu pemberitaan Injil. Ia berkata:
· “the
sovereignty of God in grace is the one thing that prevents evangelism from
being pointless. For it creates the possibility - indeed, the certainty - that
evangelism will be fruitful”
(= kedaulatan Allah dalam kasih karunia adalah satu hal yang mencegah supaya
penginjilan tidak menjadi tanpa arti. Karena itu menciptakan kemungkinan -
bahkan kepastian - bahwa penginjilan itu akan berbuah) - hal 106.
· “What,
then, are we to say about the suggestion that a hearty faith in the absolute
sovereignty of God is inimical to evangelism? We are bound to say that anyone
who makes this suggestion thereby shows that he has simply failed to understand
what the doctrine of divine sovereignty means” (= Lalu apa yang akan kita
katakan tentang usul / saran bahwa iman yang sungguh-sungguh kepada kedaulatan
mutlak dari Allah bertentangan dengan penginjilan? Kita harus mengatakan bahwa
siapapun yang membuat usul / saran itu dengan itu menunjukkan bahwa ia tidak
mengerti apa arti dari doktrin kedaulatan ilahi) - hal 125.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar