Pendahuluan:
Perlu diketahui bahwa Gereja
Orthodox Syria yang asli berbeda dengan Gereja Orthodox Syria versi Bambang
Noorsena. Gereja Orthodox Syria yang asli, sama seperti Gereja-gereja Orthodox
yang lain, sekalipun mempunyai kesalahan-kesalahan / kesesatan-kesesatan yang
juga cukup banyak, berpegang sangat kuat pada Pengakuan-pengakuan Iman gereja
mula-mula, sehingga justru bagus dalam doktrin tentang diri Kristus maupun
Allah Tritunggal. Tetapi Bambang Noorsena, yang menganggap bahwa 2 doktrin
tersebut sangat dibenci oleh orang-orang Islam, lalu justru memodifikasi kedua
doktrin tersebut, untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang Islam, supaya
orang-orang Islam bisa menerima ajarannya.
Beberapa kesalahan yang saya
ketahui dari Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena:
I) Dalam persoalan Kristologi (doktrin tentang Kristus).
1) Dalam persoalan ketuhanan dan keilahian
Yesus.
Sekalipun dalam
khotbahnya dalam Seminar / Kursus Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, Bambang
Noorsena mengatakan bahwa Yesus adalah Allah, bahkan sepenuhnya Allah, tetapi
dalam khotbah-khotbahnya yang terdahulu, ia pernah menyatakan bahwa Yesus bukan
Tuhan dan bukan Allah (the God).
Ia berkata bahwa
istilah ‘Tuhan’ dalam bahasa Inggris adalah ‘Lord’
dan dalam bahasa Yunani adalah KURIOS. Ini bisa diartikan sebagai ‘Tuhan’ atau
sebagai ‘Tuan’. Ini memang benar. Tetapi ia lalu mengatakan bahwa Yesus disebut
‘Tuhan’ dalam arti yang ke 2!
Juga tentang
istilah ‘Allah’ ia berkata bahwa kata ‘Allah’ dalam bahasa Arab selalu menunjuk
kepada Allah yang benar, dan karenanya seharusnya diterjemahkan ‘the God’. Ia lalu mengatakan
bahwa ia setuju kalau dikatakan ‘God
become man’, tetapi tidak setuju kalau dikatakan ‘Allah (the God) menjadi manusia’. Dengan
demikian secara implicit ia tidak mengakui bahwa Yesus adalah Allah / ‘the God’.
Catatan:
ini diajarkan oleh Bambang Noorsena dalam khotbahnya di restoran Bon Ami tgl 11
Pebruari 1999, dan saya mempunyai bukti rekaman khotbahnya.
Penyangkalan
terhadap keilahian Yesus juga diberikan oleh seorang anak buah Bambang
Noorsena. Ia menggunakan 1Kor 8:6 untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah
Allah.
1Kor 8:6 - “namun bagi kita hanya ada satu
Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang
untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya
segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Tanggapan
saya:
a) Perlu diketahui bahwa ‘½
Tuhan’ atau ‘½ Allah’, atau ‘adanya Allah besar dan Allah kecil’, merupakan
pemikiran dari:
· agama-agama non kristen atau kafir, seperti
dalam kepercayaan-kepercayaan Hindu dan Yunani.
·
sekte-sekte sesat seperti Saksi Yehovah.
Dalam Kristen /
Alkitab, batasan antara ‘Allah’ dan ‘bukan Allah’ itu sangat tajam, dan
karenanya seseorang itu hanya bisa mempunyai 2 kemungkinan: atau ia adalah
Allah sepenuhnya, atau ia sama sekali bukan Allah. Alkitab kita tidak pernah
menunjukkan adanya sesuatu / seseorang yang adalah ½ Allah atau sebagian Allah,
atau Allah kecil. Dan ini merupakan pilihan kita berkenaan dengan keilahian
Yesus. Atau Ia adalah Allah sepenuhnya dan dalam arti setinggi-tingginya, atau
Ia sama sekali bukan Allah.
b) Bukti keilahian dan ketuhanan Yesus.
1. Yesus disebut Yahweh / Yehovah.
Yer 23:5-6
- “Sesungguhnya, waktunya akan datang,
demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia
akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan
kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan
hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya:
TUHAN-keadilan kita”.
Yer 23:5-6
jelas merupakan nubuat tentang Yesus Kristus. Yesus memang sering disebut dan
dinubuatkan sebagai ‘tunas’, misalnya dalam Yes 4:2 Yes 11:1
Yes 53:2.
Dalam
Yer 23:5-6 itu Yesus disebut sebagai ‘Tuhan
keadilan’, dimana kata ‘Tuhan’
(semuanya dengan huruf besar / capital
letters) tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah Yahweh / Yehovah.
Perlu diketahui
bahwa dalam Perjanjian Lama, kata ‘Tuhan’ (hanya ‘T’nya
yang huruf besar, huruf-huruf yang lain adalah huruf kecil) berasal dari kata
bahasa Ibrani ADONAY, sedangkan kata ‘Tuhan’ (semua dengan huruf
besar / capital letters) berasal dari
kata bahasa Ibrani YAHWEH / YEHOVAH.
Juga perlu diketahui
bahwa dalam Kitab Suci istilah bahasa Ibrani ‘ADONAY’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang
yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan istilah
bahasa Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)],
atau istilah bahasa Yunani ‘THEOS’ (= Allah), atau istilah bahasa Yunani
‘KURIOS’ (= Tuhan), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan
manusia (Misalnya: Kel 4:16
Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6
Kis 28:6).
Tetapi
sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’ (= TUHAN / LORD)
tidak pernah digunakan untuk siapapun selain Allah, karena YAHWEH / YEHOVAH
adalah nama dari Allah! Dan karena itu kalau dalam Yer 23:5-6 Yesus
disebut dengan sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’, maka tidak bisa tidak hal ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah sendiri dalam arti yang
setinggi-tingginya!
2. Yesus adalah ‘the God’.
Terhadap
kata-kata Bambang Noorsena bahwa Yesus bukanlah ‘the God’, saya menunjukkan Tit 2:13 dan Ibr 1:8
yang secara explicit menyebut Yesus
sebagai Allah.
· Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.
Bagian
terakhir dari ayat ini memungkinkan 2 cara pembacaan:
*
(Allah
yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus Kristus).
Kalau dipilih pembacaan yang ini,
maka ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.
*
(Allah
yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.
Kalau dipilih pembacaan yang ini,
maka ayat ini menunjukkan Yesus sebagai Allah.
NIV
kelihatannya memilih pilihan kedua karena NIV menterjemahkannya sebagai
berikut: ‘while we wait for the blessed
hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (=
sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari
Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Saya sendiri
memilih pembacaan kedua, karena untuk kata ‘appearing’
(= penampilan / pemunculan) digunakan kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang
menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya (bdk. 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1,8). Karena itu jelas bahwa ayat ini
tidak berbicara tentang 2 pribadi (yang pertama adalah ‘Allah yang
mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita
Yesus Kristus’), tetapi ayat ini hanya berbicara tentang 1 pribadi,
yaitu Yesus Kristus, yang disebutkan sebagai ‘Allah yang
mahabesar dan Juruselamat kita’. Dengan demikian menjadi jelas bahwa
di sini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘Allah yang
mahabesar’, atau dalam NIV disebutkan ‘our great God and Savior’ (= Allah kita yang besar
dan Juruselamat kita).
·
Ibr 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.’”.
Satu hal
penting yang perlu diperhatikan dari 2 ayat di atas ini adalah bahwa kata
‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘definite
article’ (= kata sandang), yang dalam bahasa Inggris seharusnya
diterjemahkan ‘the’.
Untuk kata
‘Allah’ dalam Tit 2:13 digunakan istilah bahasa Yunani TOU THEOU,
sedangkan untuk kata ‘Allah’ dalam Ibr 1:8 digunakan istilah bahasa Yunani
HO THEOS, dimana kata TOU dan HO adalah definite article (= kata sandang). Karena itu jelaslah bahwa
istilah itu tidak bisa diterjemahkan ‘a
god’, tetapi ‘the God’.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa ajaran Bambang Noorsena, yang menyatakan
bahwa Yesus bukanlah ‘the God’
bertentangan frontal dengan kedua ayat ini.
Catatan:
kalau saudara melihat kedua ayat ini dalam Kitab Suci bahasa Inggris, maka
memang kata ‘the’ itu tidak ada, karena
kalau diberi kata ‘the’ itu, maka
kalimatnya menjadi sangat kacau bunyinya.
3. 1Kor 8:6 justru
menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah.
1Kor 8:4-6
- “Tentang hal makan daging persembahan
berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari
pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di
sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’
yang demikian - namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan:
·
Perhatikan
kata-kata ‘satu Tuhan saja,
yaitu Yesus Kristus’.
Ini tidak memungkinkan diartikan ‘tuan’, karena kalau ‘tuan’ pasti tidak cuma
satu, tetapi banyak (ay 5b - ‘banyak tuhan yang demikian’).
·
Kalau
dari kata-kata ‘hanya
ada satu Allah saja, yaitu Bapa’ disimpulkan bahwa Yesus bukanlah Allah, maka konsekwensinya, dari
kata-kata ‘satu Tuhan saja,
yaitu Yesus Kristus’,
harus disimpulkan bahwa Bapa itu bukan Tuhan. Ini tentu tidak akan diterima
oleh siapapun kecuali oleh orang yang sesat.
·
Juga
perhatikan bagian selanjutnya dari ay 6 itu, yang mengatakan: ‘yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan
dan yang karena Dia kita hidup’. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah dalam arti yang
setinggi-tingginya.
·
Sekalipun Bapa adalah Allah, dan Yesus juga
adalah Allah, tetapi tetap hanya ada satu Allah. Demikian juga sekalipun Yesus
adalah Tuhan, dan Bapa juga adalah Tuhan, tetapi kita hanya mempunyai satu
Tuhan. Ini disebabkan karena sekalipun Allah itu terdiri dari 3 pribadi tetapi
hanya mempunyai 1 hakekat. Kristen memang tidak mempercayai banyak Allah /
Tuhan. Sebaliknya kita percaya adanya hanya satu Allah / Tuhan (Ul 6:4 1Kor 8:4
1Tim 2:5 Yak 2:19).
Calvin:
“Three are spoken of, each of
which is entirely God, yet there is not more than one God”
(= Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak
ada lebih dari satu Allah) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
Pengakuan Iman Athanasius:
“15. Thus the Father is God,
The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And
yet there are not three Gods, but one God.
17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is
Lord. 18. And yet there are not
three Lords, but one Lord.
19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess
each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic
religion from saying that there are three Gods or Lords”
(= 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus
adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada
tiga Allah, tetapi satu Allah.
17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh
Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi
tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.
19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran
Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai
Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal /
am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.) - A. A. Hodge,
‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
Catatan:
*
kata ‘Katolik’ di sini tidak ada hubungannya
dengan Gereja Roma Katolik. Arti kata ‘Katolik’ adalah Universal / Am. Ingat
bahwa credo / pengakuan iman ini diciptakan di sekitar jaman Athanasius, yang
hidup pada abad ke 4, jauh sebelum adanya Roma Katolik.
*
Beberapa ahli theologia mengatakan bahwa
sebetulnya Athanasius bukanlah pengarang dari credo ini. Mungkin diberi nama
‘Athanasius’ karena credo ini sesuai dengan ajaran Athanasius.
·
penafsiran
yang sehat tidak akan menafsirkan suatu ayat sehingga bertentangan dengan
ayat-ayat lain dalam Kitab Suci. Jadi, 1Kor 8:6 ini tidak boleh diartikan
untuk menentang keilahian Yesus yang secara jelas dinyatakan dalam banyak ayat
Kitab Suci.
c) Apakah penjelasan tentang
ketuhanan dan keilahian Yesus seperti ini merupakan taktik penginjilan kepada
‘orang seberang’?
Dalam
perdebatan antara saya dan beberapa anak buah Bambang Noorsena, dikatakan oleh
seorang dari mereka bahwa semua ini merupakan ‘taktik penginjilan kepada orang
seberang’. Mereka berpendapat bahwa ‘orang seberang’ (orang Islam) itu sangat
alergy terhadap ajaran tentang keilahian dan ketuhanan Yesus, dan karena itu
mereka mengatakan bahwa Yesus hanya ‘tuan’ dan bukan ‘the God’.
Dasar yang
mereka ajukan adalah:
·
ini mentaati perintah Yesus untuk menjadi ‘cerdik
seperti ular’ (Mat 10:16).
·
murid-murid Yesus mula-mula juga dilarang untuk
memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias, karena dianggap bahwa orang-orang
Yahudi itu belum waktunya mendengar hal itu. Lalu mereka membuat analogi:
‘orang seberang’ itu juga belum waktunya mendengar bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Allah (the God). Karena itu maka
diberitakan sebagai ‘tuan’ dan ‘bukan the
God’.
Catatan:
perdebatan saya dengan beberapa anak buah Bambang Noorsena, dilakukan di GEKARI
(Jl Dhamahusada Indah Barat III, Surabaya), tanggal 20 April 1999, dan saya
mempunyai bukti rekaman perdebatan tersebut.
Saya menjawab
argumentasi mereka ini sebagai berikut:
1. ‘Tidak
memberitakan’ berbeda dengan ‘memberitakan yang salah / sesat’!
Murid-murid
Yesus itu ‘tidak
memberitakan keMesiasan Yesus’ atau ‘menunda pemberitaan
tentang keMesiasan Yesus’. Ini berbeda dengan Bambang Noorsena /
Gereja Orthodox Syria, yang ‘memberitakan berita yang diubah
menjadi sesat’.
Memberitakan
Yesus yang berbeda atau Yesus yang lain, sama dengan memberitakan Injil yang
berbeda / Injil yang lain, dan ini jelas dikecam, dan bahkan dikutuk oleh
Paulus.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang
datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan,
atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau
Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
Gal 1:6-9 - “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik
dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang
yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan
kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang
kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu
injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.
2. Kalau ia melakukan hal ini memang sebagai taktik
penginjilan, maka perlu dipertanyakan: kapan ia akan memberitahu orang itu
ajaran yang benar tentang keilahian Yesus? Pada waktu orang itu sudah siap
untuk mendengar hal itu, bukankah akan ada orang baru lain dalam gerejanya yang
belum siap mendengar berita itu?
Juga perlu dipertanyakan: bagaimana
kalau ‘orang seberang’ itu mati sebelum mendengar ajaran yang benar tentang
ketuhanan dan keilahian Kristus? Apakah ia bisa diselamatkan dengan mempercayai
Yesus hanya sebagai ‘tuan’ dan bukan sebagai ‘the God’?
3. Yesus memang mengajar kita untuk menjadi ‘cerdik seperti ular’ tetapi perintahnya dalam Mat 10:16
itu tidak hanya berhenti di situ, tetapi dilanjutkan dengan kata-kata ‘dan tulus seperti merpati’. Saya berkata kepada mereka bahwa
dengan melakukan taktik penginjilan seperti itu, mereka memang ‘cerdik seperti ular’, tetapi ‘tulusnya juga seperti ular’.
4. Paulus berkata dalam 1Kor 1:22-23 - “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan
orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Jadi, Paulus bukan memberitakan apa
yang diinginkan oleh orang Yahudi ataupun Yunani. Ia memberitakan salib / apa
yang benar, tidak peduli mereka alergy terhadap salib / kebenaran tersebut, dan
tidak peduli apakah kebenaran itu mereka anggap kebodohan atau menjadi batu
sandungan bagi mereka atau tidak.
5. Perlu juga saya tambahkan bahwa dari banyak
kali saya mendengar khotbah Bambang Noorsena, baik melalui cassette maupun
secara langsung, saya belum pernah mendengar ia memberitakan Injil, dan
mendorong orang untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia
hanya sibuk menjelaskan dan mempertahankan ke-exentrik-an dari ajaran / gerejanya.
Ini memang merupakan resiko kalau seseorang memegang suatu pandangan yang
exentrik. Otomatis ada banyak orang yang menyerang, sehingga ia akan terpaksa
menghabiskan seluruh waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membela diri dari
semua serangan tersebut, sehingga tidak ada yang tersisa untuk melakukan
pemberitaan Injil.
Catatan: yang saya maksudkan dengan ‘Injil’
di sini adalah kabar baik, dimana manusia berdosa yang seharusnya masuk ke
neraka selama-lamanya, telah diberikan jalan keselamatan melalui penderitaan
dan kematian Kristus di kayu salib, dan dengan demikian bisa masuk surga asal
mau percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
d) Apakah Bambang Noorsena mengubah
doktrin Kristologinya?
Setelah
perdebatan antara 2 anak buahnya dengan saya, kelihatannya Bambang Noorsena
mengubah Kristologinya. Dalam khotbahnya tentang ‘keilahian Yesus’ yang saya
dengar sendiri di Hotel Sahid, tgl 21 Mei 1999, ajarannya menjadi lain. Ia
menyatakan Yesus itu adalah Firman dan Firman itu adalah Allah. Tetapi:
1.
Firman itu kelihatannya ia anggap hanya sebagai
‘kata-kata Allah’.
2.
Kelihatannya ia tidak menerima Yesus dalam
kekekalan itu sebagai Pribadi, tetapi hanya sebagai ‘existence’ (= keberadaan).
Tanggapan
saya:
Bahwa Yesus
disebut Firman, tidak berarti bahwa Yesus sebelum inkarnasi hanyalah sekedar
‘kata-kata Allah’, sekedar suatu ‘existence’
/ keberadaan dan bukan suatu pribadi.
Dr. Kelly:
·
“Greek
Logos is totally impersonal; Stoic Rational; whereas Hebrew idea of Logos is
personal” (= Logos dalam pemikiran Yunani
sama sekali bukan pribadi; dalam pemikiran Stoa rasionil; sedangkan dalam
gagasan Ibrani Logos bersifat pribadi).
· “Logos
is the self-communication of the personality of God”
(= Logos adalah pengkomunikasian kepribadian Allah).
·
“Word
is a who” (= Firman itu adalah siapa).
Catatan:
maksudnya Firman itu bukan ‘sesuatu’ tetapi ‘seseorang’.
Dasar dari
kepribadian Kristus sebelum inkarnasi ini bisa dilihat di bawah nanti pada
waktu saya menjelaskan adanya kejamakan (lebih dari satu pribadi) dalam diri
Allah.
2) Dalam persoalan ‘natures’ (= hakekat-hakekat) dari Kristus.
Ia menolak kalau
Gereja Orthodox Syria dianggap sebagai Monophysite
(ajaran yang mengatakan bahwa setelah inkarnasi Kristus hanya mempunyai satu nature / hakekat), yang memang merupakan
ajaran sesat. Tetapi anehnya ia juga menolak istilah duophysite (dua natures
/ hakekat), dengan alasan takut
menjadi seperti Nestorianisme. Padahal:
a) DUOPHYSITE justru merupakan
istilah yang digunakan dan disetujui oleh Pengakuan Iman Chalcedon, yang mengatakan
bahwa Kristus setelah inkarnasi itu ‘existing
in two natures’ (= ada / mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat). Yunani: EN
DUO PHUSESIN. Latin: in duabus naturis.
b) Ini sama sekali berbeda
dengan Nestorianisme, yang mengajarkan 2 pribadi (DUO-HUPOSTASIS).
Catatan:
dalam Kristologi, kata ‘nature’ harus
diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
3) Kristus mempunyai ‘satu kodrat ganda’.
Dalam khotbahnya
dalam Seminar / Kursus Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, Bambang Noorsena
mengatakan bahwa dalam diri Yesus ‘kodrat ilahi’ dan ‘kodrat manusia’ menjadi
‘satu kodrat ganda’.
Tanggapan
saya:
a) Menurut saya ini bukan hanya
salah tetapi juga bertentangan logika. Ingat bahwa doktrin Tritunggal maupun
Kristologi memang melampaui akal, tetapi tidak bertentangan dengan
akal. Kalau kita mengatakan Allah itu mempunyai 1 hakekat / essence dalam 3 pribadi, atau Kristus
itu 1 pribadi dengan 2 hakekat / natures,
itu melampaui akal, tetapi tidak bertentangan dengan akal. Tetapi kalau kita
berkata Allah itu satu pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama, itu
bertentangan dengan akal. Demikian juga kalau dikatakan Yesus itu satu kodrat
dan 2 kodrat, atau satu kodrat ganda. Kita harus mengatakan satu
pribadi dengan 2 hakekat / natures.
Ia menjawab
dengan mengatakan perbedaan seperti ini bukan perbedaan dalam substansi ajaran.
Jangan terjebak dalam terminologi.
Tanggapan
saya atas jawabannya:
Ini
kelihatannya merupakan cara mengelak yang favorit bagi Bambang Noorsena. Ia
berulangkali menggunakan ungkapan yang sejenis, seperti:
·
‘ini hanya saling silang bahasa’.
·
‘ini hanya persoalan terminologi’.
·
‘kita hanya salah paham’.
·
‘bahasa theologia kami berbeda’.
·
dan sebagainya.
Padahal perlu
diingat bahwa theologia memang adalah
persoalan terminologi, misalnya:
¨
Doktrin Allah Tritunggal yang benar adalah bahwa
Allah hanya mempunyai satu hakekat dalam 3 pribadi. Tetapi Sabelianisme
mengajar satu hakekat dalam 3 perwujudan. Kalau mereka mengatakan bahwa ini
hanya merupakan ‘persoalan terminologi’, apakah saudara mau menerima?
¨
Arianism mengatakan Yesus itu ‘dari zat yang
berbeda’ (Heteroousios) dengan Bapa. Pengakuan Iman
Nicea / Athanasius menggunakan istilah HOMOOUSIOS (= dari zat yang
sama). Semi-Arianism lalu mau mengambil jalan tengah dan menggunakan
istilah HOMOIOUSIOS (= dari zat yang serupa / mirip). Ini tetap
ditolak dan dianggap sesat! Mereka tidak mengatakan: ‘Ah tidak apa-apa, ini
bukan substansi ajaran yang berbeda, tetapi cuma persoalan terminologi!’.
Jadi, sekali
lagi saya tekankan, theologia adalah persoalan terminologi, dan harus
menggunakan kata / istilah yang precise
(= persis) / akurat. Theologia yang benar menggunakan istilah / terminologi
yang benar. Begitu istilah / terminologinya salah, maka theologianya juga salah
/ sesat.
b) Sebetulnya setelah kembali di
rumah, saya mengerti apa yang ia maksudkan dengan ‘satu kodrat ganda’
itu. Ia berusaha menterjemahkan kata-kata Yunani EIS ... MIAN HUPOSTASIN dari
Pengakuan Iman Chalcedon. Kata EIS MIAN / MIA bisa diterjemahkan ‘one virtually by union’
/ ‘satu,
tetapi sebetulnya karena persatuan’ (bdk. Mat 19:5-6) - Harold
K. Moulton, ‘The Analytical Greek Lexicon
Revised’, hal 119. Jadi kelihatannya ini merupakan terjemahan Yunani
dari kata Ibrani EKHAD, yang berarti ‘a
compound one’ (= satu gabungan).
Rupanya ini
yang diterjemahkan oleh Bambang Noorsena sebagai ‘satu ... ganda’
tersebut. Saya berpendapat ia seharusnya menggunakan istilah ‘satu
yang terdiri dari dua’.
Tetapi
disamping itu saya menganggap Bambang Noorsena juga salah dalam penggunaan kata
‘kodrat’, karena ia berkata ‘kodrat manusia’
dan ‘kodrat
ilahi’ menjadi ‘satu kodrat ganda’.
Dalam Pengakuan Iman Chalcedon, untuk kata kodrat yang pertama dan kedua
digunakan kata PHUSIS, sedangkan untuk yang ketiga digunakan kata yang berbeda
yaitu HUPOSTASIS. Tetapi Bambang Noorsena tetap menggunakan kata yang sama.
Jadi ia tetap bertentangan dengan Pengakuan Iman Chalcedon.
Dalam Pengakuan
Iman Gereja Orthodox Syria yang saya dapatkan dari internet bagian itu
dikatakan dengan kata-kata ‘...
the church maintains that the incarnate Word of God has one person of two,
and one compound nature, without confusion or mixture or change, ...’
(= ... gereja mempertahankan bahwa Firman Allah yang telah berinkarnasi itu
mempunyai satu pribadi yang terdiri dari dua, dan satu hakekat
gabungan, tanpa kekacauan atau percampuran atau perubahan, ...).
Ini berbeda
dengan ajaran Bambang Noorsena, dan lebih mendekati Pengakuan Iman Chalcedon,
tetapi tetap mempunyai perbedaan dengan Pengakuan Iman Chalcedon, karena
Pengakuan Iman Gereja Orthodox Syria berbicara tentang ‘one compound nature’ / ‘satu hakekat gabungan’ (sekalipun tanpa
kekacauan, percampuran atau perubahan), sedangkan Pengakuan Iman Chalcedon
mengatakan 2 natures / hakekat.
Pengakuan
Iman Chalcedon:
“We, then, following the holy
Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our
Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood;
truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with
the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to
the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages
of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and
for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the
Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing
in two natures without mixture, without change, without division, without
separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by
their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and
concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into
two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the
Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning
Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of
the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami
semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk
mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna
dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan
sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut
keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut
kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal
sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum
segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang
Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan
yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai
keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa
perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak
dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari
setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu
keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi,
tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah
Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan
tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan
seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).
Catatan:
jika saudara ingin mengerti lebih banyak tentang diri Kristus, tentang
Pengakuan Iman Chalcedon, ajaran-ajaran sesat tentang Kristologi, persoalan
pribadi dan hakekat, dsb., maka bacalah buku saya yang berjudul ‘Christology’.
II) Dalam persoalan doktrin Allah Tritunggal.
Kelihatannya
Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena tidak mengakui bahwa Allah
Tritunggal itu mempunyai 3 pribadi.
Saya
menyimpulkan ini dari beberapa sudut:
1) Dari Bambang Noorsena sendiri.
Dalam khotbah
tentang ‘keilahian Kristus’ di Hotel Sahid tanggal 21 Mei 1999, Bambang
Noorsena menyinggung tentang Allah Tritunggal, dan kelihatannya ia beranggapan
bahwa Allah Tritunggal itu adalah Allah Bapa, Firman / Hikmat, dan Roh Allah.
Ia mengatakan
bahwa Firman Allah itu adalah Allah sendiri, tetapi terbedakan dari sudut
HUPOSTASISnya, yang ia artikan sebagai ‘keberadaan’ [padahal HUPOSTASIS
seharusnya artinya adalah person /
pribadi (Latin: persona)]. Ia menolak terjemahan ‘oknum’ dengan alasan bahwa
istilah itu mempunyai konotasi negatif, tetapi ia tidak membahas istilah
‘pribadi’ yang tidak mempunyai konotasi negatif. Baru pada Seminar / Kursus
Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, ia menggunakan istilah ‘pribadi’ untuk
Yesus. Saya menduga bahwa ia melakukan ini hanya untuk menyesuaikan diri dengan
STRIS.
2) Dari anak buah Bambang Noorsena.
Dalam perdebatan
2 anak buah Bambang Noorsena dengan saya, sekalipun akhirnya mereka terpaksa
mengakui bahwa Yesus betul-betul adalah Tuhan dan Allah, tetapi mereka tetap
tidak mau mengakui bahwa Allah Tritunggal mempunyai 3 pribadi. Sama seperti
Bambang Noorsena, mereka berkata bahwa Yesus sebelum inkarnasi hanyalah suatu ‘existence’ (= keberadaan). Mereka
menganggap bahwa Allah hanyalah 1 pribadi, tetapi mempunyai unsur Firman dan
Roh.
3) Dari pemberitaan koran ‘Bangsa’.
Koran
‘Bangsa’, hari Kamis tanggal 25 Mei 2000: “Konsep teologi
menurut ajaran KOS antara zat dan sifat adalah dua esensi berbeda namun satu.
Zatnya adalah Allah dan sifatnya adalah al-Kalam dan Ruh Qudus. Jadi al-Kalam
dan Ruh Qudus itu berada dalam zat. Konsep ini sama dengan pendapat Asy’ariyah,
dimana antara zat dan sifat itu mempunyai esensi berbeda tapi keduanya satu”
- hal 11, kolom 6.
4) Dari Pdt. Yusuf Rony.
Pdt. Yusuf Rony,
yang pernah bergabung dengan Gereja Orthodox Syria, sekarang juga mempunyai
pandangan yang sama.
Majalah
‘NARWASTU’, bulan Juni 2000: “Jadi monoteisme Abraham itu meeting point, ketemu dengan agama
Islam, juga dengan agama Yahudi. ... telah terjadi pergeseran dalam dunia
Kristen yang tidak lagi menyembah Tuhan, yang disembah justru istilah
‘Trinitas’. Istilah Trinitas itulah yang dibela yang dipahami bahkan disembah.
Esensinya sudah hilang sama sekali. Padahal semula pengertian Tiofilos dalam
rumusannya tidak menggunakan istilah Trinitas tapi menggunakan istilah Ausia dan Hipostasis. Ausia dalam
agama Islam berarti: Sifat. Jadi firman
itu adalah sifat, bukan Allah yang menjadi manusia, tapi firman yang menjadi
manusia. Jadi di sini disimpulkan dengan kata lain, bahwa yang disembah
adalah Dzat. Dzat itu tidak bisa disamakan dengan apapun. Karenanya, monoteisme
agama Yahudi adalah akar dari monoteisme agama Kristen, itu seharusnya. ...
Anak di sini adalah sifat dari Dzat.
Bahasa Yunaninya hipostasis dari Ausia. ... Dalam Yohanes 17:5 Aku sudah ada bersama Bapa sebelum dunia
dijadikan. Sebelum dunia dijadikan makhluk sudah ada belum? Belum ada.
Sedangkan Yesus yang berbicara itu adalah makhluk. Waktu itu tentu ia tidak
berbicara sebagai makhluk yang menjadi manusia, ia sebagai Firman yang melekat
sehakekat di dalam diri Bapa. Yohanes 1:1, Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Allah, Firman itu
adalah Allah. Firman itu, lho ...
bukan Yesus. Ini sehakekat. Jadi Allah itu memiliki Firman juga memiliki Roh. Roh
dan Firman adalah dua sifat yang mutlak ada, harus ada, wajib ada, dan
mustahil tidak ada. Itu adalah Allah yang kami yakini. ... Yang namanya Allah
itu harus ada Roh dan Firman. Kalau Roh dan Firman datang belakangan, dalam
arti diciptakan kemudian oleh Allah, berarti Allah sempat tidak punya Roh dan
Firman. Jadi sekali lagi Allah yang kami yakini sudah ada Roh dan Firman. Dia
Allah yang mutlak dalam keesaan-Nya. ... Jadi kita jangan mengatakan
Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus” - hal 21-22.
Catatan:
cetak miring asli dari majalahnya, tetapi garis bawah dari saya.
Tanggapan
saya:
1) Ajaran mereka tentang Allah Tritunggal jelas
berbeda dengan yang seharusnya. Ajaran yang benar tentang Allah Tritunggal
adalah bahwa Allah mempunyai hanya satu hakekat, tetapi 3 pribadi.
Dasar Kitab
Sucinya adalah sebagai berikut: Pada satu pihak, Kitab Suci menyatakan keesaan
Allah (Ul 6:4 1Kor 8:4 1Tim 2:5
Yak 2:19), tetapi pada pihak yang lain, kita melihat bahwa Kitab Suci
menyatakan adanya kejamakan dalam diri Allah, misalnya dengan adanya:
a) Penggunaan kata ganti orang
bentuk jamak untuk diri Allah.
Kej 1:26 -
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas
seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi’”.
b) Pembicaraan antara satu
pribadi dengan pribadi yang lain.
Maz 2:7 - “Aku mau menceritakan tentang
ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan
pada hari ini.”.
c) Saling kasih-mengasihi antara
pribadi-pribadi itu (Mat 3:17 Yoh
17:23-24).
Yoh 17:23-24 - “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku
supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah
mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga
berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar
mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau
telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.
d) Pengutusan pribadi yang satu
oleh pribadi yang lain (Yoh 14:26
Yoh 15:26 Yoh 17:3).
Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang
akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari
Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku”.
Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus”.
Catatan:
ini hanya sebagian kecil dari dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.
Jika mau mempelajarinya lebih mendetail,
bacalah buku saya yang berjudul ‘Theology
/ Doktrin Allah’.
Pengakuan Iman Athanasius:
“3. But the Catholic faith
is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor
separating the substance. 5. For
the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son, and of
the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty. 7. What the Father is, the same is the
Son, and the Holy Ghost. 8. The
Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated. 9. The Father is immense, the Son
immense, the Holy Ghost immense.
10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost
eternal. 11. And yet there are not
three eternals, but one eternal.
12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense,
but one uncreated, and one immense.
13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent,
the Holy Ghost is omnipotent.
14. And yet there are not three omnipotents, but one
omnipotent. 15. Thus the Father is
God, The Son is God, the Holy Ghost is God.
16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is
Lord, the Holy Ghost is Lord.
18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by
Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are
prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or
Lords. 20. The Father was made from
none, nor created, nor begotten.
21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created,
but begotten. 22. The Holy Ghost is
from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but
proceeding. 23. Therefore there is
one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not
three Holy Ghosts. 24. And in this
trinity no one is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons
are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both
unity in trinity, and trinity in unity is to be worship.”
(= 3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami
menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran
pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat.
5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi
yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari
Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan /
kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya.
7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh
Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak
tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.
9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha
besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu
kekal, Roh Kudus itu kekal.
11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga
(makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang
tidak dicipta, dan satu yang maha besar.
13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa,
Roh Kudus adalah maha kuasa.
14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha
kuasa. 15. Demikian juga Bapa
adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi
satu Allah. 17. Demikian pula Bapa
adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi
satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana
kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi
secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang
oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau
Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari
apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan.
21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi
diperanakkan. 22. Roh Kudus itu
dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi
keluar. 23. Karena itu ada satu
Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga
Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal
ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih
kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi
yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua
secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal,
maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
2) Dalam ajaran tentang Allah Tritunggal (dan
juga tentang Kristologi dan doktrin keselamatan) tidak ada ‘meeting point’ (= titik temu) antara Kristen dan Islam, yang
memang merupakan 2 agama yang berbeda! Kalau Bambang Noorsena bisa membuat
titik temu, jelas itu disebabkan ia sudah mengkompromikan ajaran Kristen dan
mengajarkan kesesatan.
Bahkan menurut
saya juga tidak ada ‘meeting point’
dengan agama Yahudi, karena agama Yahudi hanya berdasarkan Perjanjian Lama,
yang sekalipun sudah mengandung ajaran tentang Allah Tritunggal, tetapi masih
samar-samar. Jadi monoteisme agama Yahudi adalah monoteisme yang mutlak,
sedangkan monoteisme kristen adalah monoteisme yang tidak mutlak, karena kita
mempercayai Allah yang esa dalam 3 pribadi.
Loraine
Boettner: “This doctrine, we
find, is of such a nature that, on the one hand, it avoids the hard monotheism
of the Jews and Mohammedans, and on the other, the crass polytheism of the
Greeks and Romans” (= Kami mendapatkan bahwa
doktrin ini mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga pada satu sisi doktrin ini
menghindari monotheisme yang keras dari orang-orang Yahudi dan Islam, dan pada
sisi yang lain menghindari polytheisme yang bodoh dari orang Yunani dan Romawi)
- ‘Studies in Theology’, hal 110.
3) Bambang Noorsena kelihatannya bukan hanya mau
mempertemukan doktrin Allah Tritunggal dalam Kristen dan doktrin tentang Allah
dalam ajaran Islam, tetapi ia juga mau membuat doktrin Allah Tritunggal itu
menjadi ajaran yang masuk akal / bisa diterima oleh akal. Dengan mengatakan
bahwa Allah hanya 1 pribadi, yang mempunyai Firman dan Roh, maka jelas sekali
itu merupakan suatu doktrin yang bisa diterima akal (tetapi tidak alkitabiah).
Dalam
mempelajari doktrin tentang Allah, perlu diketahui dan dicamkan bahwa otak kita
yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti total Allah yang tidak terbatas. Jika
ada orang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa diterima
akal, itu pasti sesat!
4) Pada waktu saya menelusuri sejarah tentang
ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, maka saya mendapatkan bahwa kelihatannya
ajaran Bambang Noorsena tentang Allah Tritunggal ini mempunyai kemiripan dengan
ajaran sesat tentang Allah Tritunggal yang disebut Dynamic Monarchianism. Kata
Monarchianism berarti ‘pemerintah / penguasa tunggal’. Ajaran ini menekankan
keesaan Allah, dan ini menyebabkan mereka mengorbankan keilahian Kristus.
Dr. Freundt:
“The third century is one in
which many anti-trinitarian theories were developed as an attempt to
preserve belief in one God along with belief in Christ as the Son of God.
(Monarchianism comes from two Greek words meaning a single ruler.) The
Monarchianism believed that the doctrine of the Trinity, developed by the
Apologists and the old Catholic theologians put in jeopardy the unity of God”
[= Abad ketiga merupakan saat dimana banyak teori-teori anti-tritunggal
berkembang sebagai suatu usaha untuk menjaga kepercayaan kepada satu Allah
bersama-sama dengan kepercayaan kepada Kristus sebagai Anak Allah.
(Monarchianisme berasal dari 2 kata Yunani yang berarti satu pemerintah /
penguasa.) Para pengikut Monarchianisme percaya bahwa doktrin tentang
Tritunggal yang dikembangkan oleh para Apologists dan ahli-ahli teologia
Katolik / Universal membahayakan kesatuan / keesaan Allah] - ‘Early
Christianity’, hal 47.
Louis Berkhof:
“This is the type of
Monarchianism that was mainly interested in maintaining the unity of God,
and was entirely in line with the Ebionite heresy of the early Church and with
present-day Unitarianism” (= Ini merupakan jenis
Monarchianisme yang mempunyai keinginan utama untuk mempertahankan keesaan
Allah, dan sepenuhnya sejalan dengan bidat Ebionite dari Gereja mula-mula
dan dengan Unitarianisme pada jaman sekarang ini) - ‘The History of Christian Doctrines’,
hal 77.
Sesuatu yang
menarik adalah bahwa ajaran ini diajarkan oleh seorang yang bernama Artemon,
seorang yang lahir di Syria, dan seorang pengajar yang paling terkenal
dari ajaran ini bernama Paul dari Samosata, seorang bishop dari Antiokhia,
Syria (Louis Berkhof, ‘The History of
Christian Doctrines’, hal 78). Adapun ajaran Paul dari Samosata adalah
sebagai berikut.
Louis Berkhof:
“According to him the Logos was
indeed homoousios or consubstantial with the Father, but was not a distinct
Person in the Godhead. He could be identified with God, because He existed
in Him just as human reason exists in man. He was merely an impersonal power,
present in all men, but particularly operative in the man Jesus. ... By this
construction of the doctrine of the Logos Paul of Samosata maintained the unity
of God as implying oneness of person as well as oneness of nature, the Logos
and the Holy Spirit being merely impersonal attributes of the Godhead; and
thus became the forerunner of the later Socinians and Unitarians”
(= Menurutnya Logos memang sehakekat atau dari zat / substansi yang sama dengan
Bapa, tetapi bukan merupakan seorang Pribadi yang berbeda dalam diri Allah.
Ia bisa disamakan dengan Allah, karena Ia ada dalam Dia sama seperti pikiran /
akal manusia ada dalam manusia. Ia hanya semata-mata merupakan kuasa yang bukan
merupakan pribadi, hadir dalam semua manusia, tetapi khususnya bekerja dalam
manusia Yesus. ... Dengan konstruksi doktrin tentang Logos ini, Paul dari
Samosata mempertahankan kesatuan / keesaan Allah sebagai kesatuan pribadi
maupun kesatuan hakekat, karena Logos dan Roh Kudus semata-mata merupakan
sifat-sifat, yang bukan merupakan pribadi, dari Allah; dan dengan demikian
menjadi pelopor dari ajaran Socinians dan Unitarians yang muncul belakangan)
- ‘The History of Christian Doctrines’,
hal 78.
Selanjutnya
Louis Berkhof (hal 83) juga mengatakan bahwa kalau Tertullian dan Hippolytus
mempertahankan doktrin Allah Tritunggal terhadap ajaran Monarchianism di Barat,
maka Origen mempertahankan doktrin Allah Tritunggal terhadap ajaran
Monarchianism di Timur (ingat bahwa Syria termasuk Timur!). Tetapi
doktrin Allah Tritunggal dari Origen ternyata cacat, karena ia menganggap bahwa
Anak lebih rendah dari pada Bapa dalam hal hakekatnya.
Louis Berkhof:
“The Father communicated to the
Son only a secondary species of divinity, which may be called Theos, but not Ho Theos. He sometimes even speaks of the Son as Theos Deuteros. This is the most
radical defect in Origen’s doctrine of the Trinity”
(= Bapa memberikan kepada Anak hanya sejenis keilahian yang kedua / kelas
dua, yang bisa disebut THEOS / Allah / God, tetapi tidak HO THEOS / Sang Allah / the God. Ia kadang-kadang bahkan berbicara tentang Anak sebagai
THEOS DEUTEROS / Allah yang kedua. Ini merupakan cacat yang paling radikal
dalam doktrin tentang Tritunggal dari Origen) - ‘The History of Christian Doctrines’, hal 84.
III) Dalam persoalan doktrin Alkitab.
Dalam acara
tanya jawab di Hotel Sahid, April 1999, Bambang Noorsena secara terang-terangan
menolak beberapa hal yang merupakan ciri khas golongan yang Alkitabiah dan
Injili, yaitu:
1) Semboyan ‘Back
to the Bible’ (= Kembali kepada Alkitab).
Ia berkata bahwa
semboyan ini merupakan produk golongan Protestan sebagai reaksi terhadap
golongan Roma Katolik. Sedangkan Gereja Orthodox Syria sudah ada sebelum Roma
Katolik, dan bahkan ia sebut sebagai ‘mbahnya Katolik’, sehingga tidak mengenal
hal ini.
Ada keanehan
dalam sesumbar tentang ‘mbahnya Katolik’ ini, karena koran ‘Bangsa’ mengatakan
bahwa Gereja Orthodox Syria lahir baru pada abad 18, sehingga tidak mungkin ada
sebelum Katolik, apalagi menjadi ‘mbahnya Katolik’.
Koran
‘Bangsa’, hari Jum’at tanggal 26 Mei 2000: “KOS, menurut
Syamsudduha, lahir pada akhir abad XVIII di Timur Tengah. Kelahiran KOS
di Timur Tengah itu sebagai reaksi atas perkembangan Kristen di Eropa yang
semangatnya mulai menurun” - hal 1, kolom 1-2.
Catatan:
Drs. Syamsudduha adalah dosen Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel Surabaya.
Satu pertanyaan
yang harus ditanyakan dalam persoalan penolakan semboyan ‘Back to the Bible’ (= Kembali kepada Alkitab) ini adalah: kalau ia
tidak mau kembali kepada Alkitab, lalu dengan otoritas apa / siapa ia mengajar,
dan apa yang ia pakai sebagai dasar dalam mengajar?
Ini merupakan
suatu kesalahan yang sangat parah, sehingga saya berpendapat bahwa andaikata
Bambang Noorsena benar dalam semua doktrin yang lain, dan salah hanya dalam hal
ini saja, itu sudah cukup untuk menganggapnya sebagai sesat!
2) Doktrin tentang ‘Inerrancy of the Bible’ (= Ketidakbersalahan Alkitab).
Ia secara
terang-terangan menyerang doktrin ini dengan mengatakan bahwa dalam Alkitab ada
banyak hal-hal yang bertentangan seperti:
a) Dalam 1Sam 17 Goliat
dibunuh oleh Daud, tetapi dalam 2Sam 21:19 Goliat dibunuh oleh Elhanan.
Tanggapan
saya: Ini menunjukkan kebodohan dan kesesatan Bambang Noorsena. Perlu
diingat bahwa pada jaman itu ada banyak orang yang namanya sama, dan perlu juga
dilihat bagian paralel dari 2Sam 21 itu, yaitu 1Taw 20:5 yang
mengatakan bahwa orang yang dibunuh oleh Elhanan itu bernama Lahmi dan
merupakan saudara dari Goliat yang dibunuh oleh Daud dalam 1Sam 17.
b) Maz 45:7 (‘Takhtamu kepunyaan
Allah’) bertentangan dengan Ibr 1:8 (‘TakhtaMu, ya Allah’).
Tanggapan
saya: Maz 45:7 itu salah terjemahan. Perhatikan terjemahan-terjemahan
bahasa Inggris dari Maz 45:7 (Ps 45:6) di bawah ini:
KJV/NASB: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya
Allah).
RSV: ‘Your divine throne’ (= Takhta ilahiMu).
Ini ngawur.
NIV: ‘Your throne, O God’ (= TakhtaMu, ya
Allah).
Jadi,
sebetulnya Maz 45:7 itu persis sama dengan Ibr 1:8.
Sebagai orang
yang mengerti bahasa Ibrani, Bambang Noorsena pasti tahu bahwa Maz 45:7 itu
salah terjemahan, tetapi ia tetap menggunakan ayat yang salah terjemahan itu
untuk membuktikan pandangannya bahwa Alkitab ada salahnya. Ini merupakan
kesesatan / penyesatan yang disengaja!
Saya ingin
menambahkan mengapa orang kristen yang Alkitabiah dan Injili mempercayai bahwa
Alkitab itu inerrant (= tak ada
salahnya). Alasannya adalah:
·
Alkitab itu adalah Firman Allah. Adalah kegilaan
untuk mempercayai bahwa Allah bisa salah dalam berbicara.
·
Berulangkali dinyatakan dalam Kitab Suci bahwa
Alkitab tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi (Ul 4:2 Ul 12:32
Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19). Kalau memang Alkitab ada
salahnya, bukankah bagian yang salah itu boleh dibuang dan lalu ditambahkan
bagian yang benar? Adanya larangan seperti ini menunjukkan bahwa Alkitab memang
tidak ada salahnya.
Catatan:
yang kita percayai sebagai sama sekali tidak ada salahnya adalah Alkitab
aslinya (autograph), dan bukan
manuscript / copy / salinan, apalagi yang sudah diterjemahkan ke bahasa lain.
William G. T.
Shedd: “One or the other
view of the Scriptures must be adopted; either that they were originally
inerrant and infallible, or that they were originally errant and fallible. The
first view is that of the church in all ages: the last is that of the
rationalist in all ages. He who adopts the first view, will naturally bend all
his efforts to eliminate the errors of copyists and harmonize discrepancies,
and thereby bring the existing manuscripts nearer to the original autographs.
By this process, the errors and discrepancies gradually diminish, and belief in
the infallibility of Scripture is strengthened. He who adopts the second view,
will naturally bend all his efforts to perpetuate the mistakes of scribes, and
exaggerate and establish discrepancies. By this process, the errors and
discrepancies gradually increase, and disbelief in the infallibility of
Scripture is strengthened” (= Salah satu dari
pandangan-pandangan tentang Kitab Suci ini harus diterima; atau Kitab Suci
orisinilnya itu tidak bersalah, atau Kitab Suci orisinilnya itu bersalah.
Pandangan pertama adalah pandangan dari gereja dalam segala jaman: pandangan
yang terakhir adalah pandangan dari para rasionalis dalam segala jaman. Ia yang
menerima pandangan pertama, secara alamiah akan berusaha untuk menyingkirkan
kesalahan-kesalahan dari para penyalin dan mengharmoniskan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian,
dan dengan itu membawa manuscript itu lebih dekat kepada autograph yang
orisinil. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan
ketidaksesuaian-ketidaksesuaian berkurang secara bertahap, dan kepercayaan
terhadap ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan. Ia yang menerima pandangan
yang kedua, secara alamiah akan berusaha untuk mengabadikan / menghidupkan
terus-menerus kesalahan-kesalahan dari ahli-ahli Taurat / para penyalin, dan
melebih-lebihkan dan meneguhkan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian itu. Melalui
proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian bertambah
secara bertahap, dan ketidakpercayaan kepada ketidakbersalahan Kitab Suci
dikuatkan) - ‘Calvinism: Pure
and Mixed’, hal 137.
IV) Dipertahankannya hal-hal Perjanjian Lama yang seharusnya dibuang pada jaman Perjanjian Baru.
1) Gereja Orthodox Syria masih mempunyai imam,
yang bernama Henney Sumali.
Dalam jaman
Perjanjian Lama memang ada imam sebagai pengantara antara Allah dan manusia.
Dan imam jaman Perjanjian Lama ini merupakan TYPE dari Yesus Kristus. Pada
waktu Yesus sebagai ANTI-TYPEnya datang, mati dan bangkit, maka TYPE ini sudah
tergenapi, dan karena itu tidak boleh terus diberlakukan. Ini disimbolkan
dengan sobeknya tirai Bait Suci pada saat kematian Kristus (Mat 27:51). Jadi
sejak kematian dan kebangkitan Yesus, Yesuslah satu-satunya Imam / pengantara
kita (1Tim 2:5 Ibr 4:14).
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia
yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Calvin: “they who have actually learned
the office of Christ will be satisfied with having him alone, and that none
will make mediators at their own pleasure but those who neither know God nor
Christ” (= mereka yang betul-betul telah
belajar tentang jabatan / tugas Kristus akan puas dengan mempunyai Dia saja,
dan bahwa tidak ada orang yang akan membuat pengantara-pengantara sesuka mereka
kecuali mereka yang tidak mengenal Allah maupun Kristus) - hal 60.
Kalau sekarang
pada jaman Perjanjian Baru kita masih mempunyai imam, maka itu merupakan
penghinaan terhadap ke-imam-an Yesus.
2) Masih adanya sunat / khitan.
Koran
‘Bangsa’, hari Rabu tanggal 24 Mei 2000: “Ajaran lain yang
juga mirip dengan Islam adalah soal khitan. Penganut KOS juga khitan. Hanya
saja khitan versi KOS bukanlah karena atas dasar syariah, melainkan terdorong
tradisi, sebagaimana tradisi Yahudi yang mengkhitan bayi usia 8 hari. Tradisi
khitan dalam KOS adalah mengkhitan anak laki-laki pada usia 12 seperti Nabi
Ismail yang ketika sunat berusia 12 tahun. Khitan dalam pengertian KOS
adalah baptisan atau taharat. Dalam makna religiusnya adalah pentahiran
(pensucian) jasmani dan rahani” - hal 11, kolom 4-5.
Ada 2 hal yang
perlu diperhatikan dari kutipan di atas:
a) Perhatikan bagian terakhir
kutipan di atas. Kalau memang ada makna religiusnya, yaitu pentahiran /
pensucian jasmani dan rohani, maka jelas bahwa itu bukan sekedar tradisi!
Bandingkan
dengan ajaran Kitab Suci tentang sunat dalam Perjanjian Baru:
·
Gal 2:3-5
- “Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama
dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan
dirinya. Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk,
yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang
kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat
memperhambakan kita. Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada
mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu”.
·
Gal
5:2-6 - “Sesungguhnya,
aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama
sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap
orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman,
kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang
ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai
sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih”.
Dalam tafsirannya tentang bagian ini Calvin
mengatakan:
*
“The
tendency of their whole doctrine is to blend the grace of Christ with the merit
of works, which is impossible. Whoever wishes to have the half of Christ, loses
the whole” (= Kecenderungan dari seluruh
doktrin mereka adalah mencampurkan kasih karunia Kristus dengan jasa dari
perbuatan baik, yang merupakan sesuatu yang mustahil. Siapapun yang ingin
mendapatkan setengah dari Kristus, kehilangan seluruhnya) - hal 148.
*
“the
Divine appointment of circumcision was only for a time. After the coming of
Christ, it ceased to be a Divine institution, because baptism had succeeded in
its room” (= penetapan Ilahi tentang sunat
hanya untuk sementara waktu. Setelah kedatangan Kristus, sunat berhenti menjadi
hukum / sakramen Ilahi, karena baptisan telah menggantikan tempatnya)
- hal 150.
·
Gal 6:15
- “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak
ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya”.
·
Kis 15:1-2a
- “Beberapa orang datang dari Yudea ke
Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak
disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat
diselamatkan.’ Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah
pendapat mereka itu”.
·
Ro 2:28-29
- “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang
yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan
secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak
keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara
hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah”.
·
Kol
2:11-12 - “Dalam Dia kamu
telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan
sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena
dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati”.
Bandingkan dengan bagian kutipan di
atas yang menyatakan bahwa ‘Khitan
dalam pengertian KOS adalah baptisan atau taharat’.
Padahal dalam Kol 2:11-12 ini terlihat bahwa dalam Perjanjian Baru,
baptisan seharusnya menggantikan sunat!
Tentang Kol
2:11 ini Calvin berkata: “He
proves that the circumcision of Moses is not merely unnecessary, but is opposed
to Christ, because it destroys the spiritual circumcision of Christ. For
circumcision was given to the Fathers that it might be the figure of a
thing that was absent: those, therefore, who retain that figure after
Christ’s advent, deny the accomplishment of what it prefigures”
(= Ia membuktikan bahwa sunat dari Musa bukan sekedar tidak perlu, tetapi
bertentangan dengan Kristus, karena itu menghancurkan sunat rohani dari
Kristus. Karena sunat diberikan kepada Bapa-bapa supaya sunat itu bisa
menjadi gambaran dari hal yang absen pada saat itu: karena itu, mereka
yang mempertahankan gambar itu setelah kedatangan Kristus, menyangkal
pencapaian / penyelesaian dari apa yang digambarkan oleh sunat itu)
- hal 184.
b) Hal yang lain yang perlu
disoroti adalah: mengapa mereka sunat pada usia 12 tahun?
Dalam persoalan
bilangan ‘12’ ini saya bertanya-tanya: Apakah korannya salah cetak? Karena
menurut saya Ismael disunat pada usia 13 tahun, bukan 12 tahun. Ini bisa
dilihat dengan membandingkan Kej 16:15-16 (Ismael lahir pada waktu Abraham
berusia 86 tahun) dengan Kej 17:1,23 (waktu Ismael disunat Abraham berusia
99 tahun)].
Tetapi lebih
penting lagi adalah pertanyaan: Mengapa mereka disunat pada usia 12 / 13 tahun
seperti Ismael / orang Islam, bukan pada usia 8 hari seperti Ishak
(Kej 21:4)? Bukankah usia 8 hari itu merupakan ketetapan Tuhan
(Kej 17:12)? Kalau memang tidak mau peduli dengan ketetapan Tuhan
tersebut, mengapa tidak sekalian menuruti sunatnya Abraham yang dilakukan pada
usia 99 tahun (Kej 17:24)?
Bambang
Noorsena berulang-ulang berkata bahwa kekristenan di Indonesia sudah
diwesternisasikan. Tetapi kelihatannya dalam persoalan ini, dia yang mengalami
peng-Arab-an / peng-Islam-an!
3) Adanya jam doa / solat 7 waktu (Catatan:
adanya waktu sembahyang dalam Kis 3:1 ia pakai sebagai dasar), adanya
penggunaan kiblat pada waktu doa.
a) Tentang jam doa.
Koran
‘Bangsa’, hari Rabu tanggal 24 Mei 2000: “Kalau dalam Islam
shalat hanya lima waktu (Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’), tetapi KOS
malah menyerukan umatnya untuk shalat tujuh kali (waktu). ... Rincian shalat
itu sebagai berikut. Salat Subuh dilaksanakan sebagai penyambutan kebangkitan
Isa Al Masih. Setelah shalat Subuh kemudian mereka shalat lagi pada sekitar jam
9 (dalam Islam disebut dhuha). Shalat ini dimaksudkan sebagai peringatan
terhadap pengadilan Isa al-Masih. Jam 12 (dhuhur) penganut KOS shalat lagi.
Shalat ini dimaksudkan sebagai peringatan terhadap penyaliban Isa, sedang shalat
Ashar dimaksudkan sebagai peringatan terhadap waktu turunnya Isa dari Salib.
Sedang shalat ghurub (dalam Islam shalat maghrib) dimaksudkan sebagai
peringatan terhadap pemakaman Isa. Usai melaksanakan shalat ghurub penganut KOS
kemudian shalat Isya. Setelah itu baru shalat lail (malam). ‘Isa sudah berpesan
bahwa dia akan kembali di waktu malam seperti pencuri,’ kata Henney”
- hal 1, kolom 1-3.
Bambang
Noorsena bahkan mengatakan bahwa Kristen tidak punya jam doa karena sudah
dimodernisir (oleh Barat). Dan dalam salah satu khotbahnya ia mengatakan bahwa
Martin Luther masih mempunyai jam doa, tetapi hanya 2, yaitu pagi dan sore.
b) Tentang kiblat.
Koran
‘Bangsa’, hari Rabu tanggal 24 Mei 2000: “Berbeda dengan
Islam yang jika shalat menghadap ka’bah yang dari Indonesia masuk kategori arah
barat, penganut KOS malah menghadap ke arah timur, yaitu menghadap baitul
Maqdis” - hal 1, kolom 3.
Saya tidak tahu
apa Baitul Maqdis itu, dan waktu saya menanyakan kepada seorang Islam, ia
menjawab bahwa itu adalah nama sebuah mesjid di Yerusalem.
Tanggapan saya:
a) Yoh 4:19-24 - “Kata perempuan itu kepadaNya: ‘Tuhan,
nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah
di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.’
Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba,
bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam
roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah
itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan
kebenaran.’”.
Perhatikan
bahwa perempuan Samaria itu menanyakan tempat menyembah yang benar. Dengan kata
lain, ia mempersoalkan ibadah yang bersifat lahiriah, yang memang merupakan
ciri khas ibadah Perjanjian Lama. Tetapi Yesus mengatakan bahwa ‘saatnya
akan datang dan sudah tiba sekarang’ (artinya saat itu adalah masa
transisi) bahwa tempat penyembahan tidak lagi dipersoalkan. Yang dipersoalkan
adalah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Dengan kata-kata ini Yesus membuang
semua ibadah lahiriah, dan menekankan ibadah rohani. Yang dimaksud dengan
ibadah lahiriah adalah:
·
kiblat. Sekalipun ini memang ada pada jaman
Perjanjian Lama (bdk. Daniel 6:11 1Raja
8:44 2Taw 6:34), tetapi ini dihapuskan
pada jaman Perjanjian Baru.
·
tempat doa yang ditetapkan.
·
posisi tubuh dalam doa.
·
jam doa.
b) Tidak ada yang bagian Kitab
Suci yang mengajarkan bahwa kita harus berdoa untuk memperingati kebangkitan
Yesus, penguburan Yesus dan sebagainya. Lebih-lebih untuk berdoa pada tengah
malam karena Yesus berjanji akan datang seperti pencuri di waktu malam. Ini
merupakan penafsiran yang menggelikan dari ayat itu, karena ayat itu tidak bisa
diartikan bahwa Yesus akan datang keduakalinya pada malam hari / tengah malam.
Ayat itu hanya berarti bahwa Yesus akan datang pada saat yang tidak terduga.
Mat 24:43-44 - “Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan
rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti
ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah
kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu
duga”.
c) Dalam 1Tes 5:17 Paulus mengatakan ‘Tetaplah
berdoa’.
NIV: ‘pray continually’ (= berdoalah terus
menerus).
NASB: ‘pray without ceasing’ (= berdoalah tanpa
henti-hentinya).
Dengan
kata-kata ini Paulus jelas menghapus jam doa, dan ini menunjukkan bahwa ‘tidak
mempunyai jam doa’ bukannya merupakan kekristenan yang sudah diwesternisasikan,
tetapi merupakan kekristenan yang alkitabiah!
Tentang Kis 3:1
yang menunjukkan masih adanya jam doa, perlu diketahui bahwa:
·
Jaman Kisah Rasul adalah masa transisi
dari jaman Perjanjian Lama ke jaman Perjanjian Baru. Karena itu masih adanya
jam doa dalam Kitab Kisah Para Rasul tidak bisa dijadikan dasar untuk terus
memberlakukan jam doa.
·
Pada saat terjadinya Kis 3:1 itu, jelas bahwa
1Tes 5:17 belum ditulis.
d) Saya tidak yakin sama sekali
bahwa Martin Luther mempunyai jam doa. Mungkin Bambang Noorsena
mencampuradukkan jam doa dengan kebiasaan doa. Hampir setiap orang kristen
mempunyai kebiasaan doa, atau pada pagi, atau pada malam, dan sebagainya. Dan
saya percaya Martin Luther juga demikian. Ini sangat berbeda dengan orang yang
mempunyai jam doa. Perbedaannya biasanya terletak dalam 2 hal:
·
kalau itu hanya merupakan kebiasaan berdoa, maka
tidak akan jadi soal kalau saatnya digeser 15 menit atau bahkan 30 menit.
Tetapi kalau itu jam doa, maka waktunya harus persis.
·
kalau itu hanya merupakan kebiasaan berdoa, maka
isi dari doanya bisa berubah-ubah. Tetapi kalau itu jam doa, biasanya isi doanya
selalu sama.
V) Lain-lain.
1) Dalam persoalan Maria.
a) Bambang Noorsena mempercayai
keperawanan abadi dari Maria.
Catatan:
untuk ini saya juga mempunyai bukti rekaman khotbahnya, tetapi saya tidak tahu
dimana khotbah itu disampaikan.
b) Kelihatannya mereka juga
mempercayai kesucian Maria, dan mempraktekkan ‘penghormatan’ kepada Maria,
menyetujui doa ‘Salam Maria’ (dengan alasan bahwa Gabriel juga memberi salam
kepada Maria - Luk 1:28), dan menyetujui Maria sebagai Ibu Gereja.
Koran
‘Bangsa’, hari Selasa tanggal 23 Mei 2000: “Menurut Henney,
dalam Injil ini banyak pararel kisah-kisah yang sejajar dengan kisah-kisah
dalam al-Qur’an. Ia mencontohkan, dalam al-Qur’an dikatakan Maryam dan
putranya adalah manusia yang suci. Dalam ajaran KOS juga ada penghormatan
(semacam salawat dalam Islam). Hanya saja salawat dalam KOS diarahkan pada
Maryam, sedangkan dalam Islam pada Nabi Muhammad SAW” - hal 11,
kolom 5.
Dalam salah
satu khotbahnya Bambang Noorsena mengatakan bahwa Salam Maria adalah sesuatu
yang Alkitabiah, karena kalimat pertama yaitu ‘Salam Maria, penuh
kasih karunia, Tuhan beserta denganmu’, maupun kalimat kedua yaitu ‘berbahagialah
engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus’
diambil dari Alkitab.
Tanggapan
saya:
a) Kitab Suci memang mengajarkan
keperawanan Maria, sampai ia melahirkan Kristus. Tetapi Kitab Suci tidak pernah
mengajarkan keperawanan yang abadi dari Maria. Ajaran tentang
keperawanan yang abadi dari Maria ini bertentangan dengan Mat 1:24-25 - “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf
berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil
Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus”. Perhatikan bahwa ayat ini tidak mengatakan
bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria ‘sampai selama-lamanya’, tetapi ‘sampai ia (Maria) melahirkan anaknya laki-laki’.
b) Alkitab berkata bahwa sejak
kejatuhan Adam ke dalam dosa semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan
bahkan berbuat dosa (Ayub 25:4 Maz
51:7 Maz 58:4 Pengkhotbah 7:20 Ro 3:10-12,23 Ro 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah
Tuhan Yesus sendiri (2Kor 5:21
Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa Maria adalah
manusia berdosa seperti kita.
Orang Roma
Katolik menekankan kesucian Maria karena mereka ber-pendapat bahwa kalau Yesus
itu suci, maka Maria, yang melahirkan-Nya, juga harus suci. Tetapi doktrin ini
mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau karena Yesus itu suci maka
Maria harus suci, maka karena Maria suci kedua orang tua Maria harus suci. Dan
kalau kedua orang tua Maria suci, maka keempat kakek nenek Maria harus suci.
Kalau ini diteruskan maka akan menunjukkan bahwa Adam dan Hawapun harus suci!
Ini adalah konsekwensi logis yang pasti tidak akan diterima baik oleh orang
Roma Katolik maupun Orthodox Syria!
c) Tentang ‘Salam Maria’.
·
Isi salam Gabriel hanya berbunyi: “Salam, hai engkau yang dikaruniai,
Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Ini tentu sangat berbeda dengan isi dari ‘Salam
Maria’ (Hail Mary / Ave Maria), yang
berbunyi sebagai berikut: “Hail
Mary, full of grace, the Lord is with thee; blessed art thou amongst women, and
blessed is the fruit of thy womb, Jesus. Holy Mary, mother of God, pray for us
sinners, now and at the hour of our death. Amen.”
(= Salam Maria, penuh kasih karunia, Tuhan beserta denganmu; berbahagialah
engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus. Maria yang
kudus, bunda Allah, berdoalah untuk kami orang-orang berdosa, sekarang dan pada
saat kematian kami. Amin).
Ini jelas
merupakan suatu doa yang ditujukan kepada Maria, dan jelas merupakan
sesuatu yang salah.
·
Memang kalimat pertama yaitu ‘Salam
Maria, penuh kasih karunia, Tuhan beserta denganmu’ diambil dari
Alkitab (Luk 1:28), dan kalimat kedua yaitu ‘berbahagialah
engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus’
juga diambil dari Alkitab (Luk 1:42). Tetapi bagaimana dengan kalimat
ketiga yaitu ‘Maria yang kudus, bunda Allah, berdoalah untuk kami
orang-orang berdosa, sekarang dan pada saat kematian kami’? Mengapa
kalimat ketiga ini tidak dibahas oleh Bambang Noorsena? Yang ini jelas tidak
ada dalam Alkitab!
·
Maria sudah mati, dan Kitab Suci tidak pernah
mengajar untuk melakukan penghormatan kepada orang yang sudah mati. Gabriel
(Luk 1:28) maupun Elisabet (Luk 1:42) memberi salam kepada Maria,
pada saat Maria masih hidup. Ini tentu berbeda dengan kalau kita sekarang
memberi salam kepada Maria yang sudah mati.
d) Kalau karena Gabriel memberi
salam kepada Maria, lalu dimunculkan doa Salam Maria, maka perlu kita ingat
bahwa Yesus juga memberi salam kepada para muridNya (Mat 28:9), dan Paulus
memberi salam kepada sederetan orang dalam Ro 16:3-15. Lalu mengapa Gereja
Orthodox Syria tidak membuat doa Salam Petrus, doa Salam Matius, dsb?
e) Kitab Suci juga tidak pernah
mengajarkan bahwa Maria adalah Ibu Gereja.
2) Tradisi Arab / Syria seperti penggunaan peci
/ jilbab dan penggunaan bahasa Arab, Syria dan sebagainya.
Tanggapan saya:
Kita tidak perlu
meniru tradisi Arab / Syria, karena kita bukannya tinggal di Arab / Syria. Bdk.
1Kor 9:20-22 - “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang
Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup
di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum
Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku
dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah,
karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi
seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah.
Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin
memenangkan beberapa orang dari antara mereka”.
Ayat ini
menunjukkan bahwa Paulus menyesuaikan dirinya dengan orang yang ia layani.
Berdasarkan ayat ini, kita yang tinggal di Indonesia harus menyesuaikan diri
dengan tradisi Indonesia (selama tradisi itu tidak bertentangan Firman Tuhan),
bukan menyesuaikan diri dengan tradisi Arab / Syria.
Kalau mereka
mengatakan bahwa penggunaan jilbab dan bahasa Arab merupakan tradisi Islam, dan
Gereja Orthodox Syria menyesuaikan diri dengan tradisi Islam tersebut untuk
memenangkan orang Islam, menurut saya alasan ini tidak terlalu kuat, karena
orang Islam yang menggunakan peci / jilbab, apalagi yang bisa menggunakan
bahasa Arab, presentasinya tidaklah terlalu besar.
Saya pernah 2 x
mengikuti semacam kebaktian / persekutuan Gereja Orthodox Syria di Hotel Sahid,
dan saya melihat suasana yang bukan suasana gereja, tetapi lebih mirip suasana
mesjid. Disamping itu baik dalam liturgi kebaktian, maupun dalam khotbah,
digunakan begitu banyak bahasa asing (Arab, Syria, Ibrani, Yunani) yang
seringkali digunakan tanpa terjemahan, yang menyebabkan jemaat menjadi semacam
penonton yang tidak mengerti apa-apa, sehingga tidak bisa betul-betul ikut
berbakti dengan hati / pikiran mereka. Saya pikir mereka perlu merenungkan
kata-kata Paulus di bawah ini:
·
1Kor 14:9 - “Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa
roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang
dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di
udara!”.
·
1Kor 14:19 - “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku
lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang
lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh”.
Kesalahan lain
dalam penekanan bahasa Arab ini adalah bahwa Bambang Noorsena seringkali
menafsirkan suatu ayat berdasarkan bahasa Arab, yang justru berbeda dengan
bahasa aslinya, sehingga justru menjadi salah. Misalnya: ia mengatakan bahwa
Kel 20:3 seharusnya diterjemahkan ‘Jangan ada padamu illah lain
(bukan allah lain) di hadapanKu’, dengan alasan bahwa dalam bahasa
Arab, kata ‘Allah’ selalu menunjuk kepada Allah yang benar. Tetapi perlu
diingat bahwa Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, dan bukan dalam
bahasa Arab. Dan dalam bahasa Ibrani, istilah ELOHIM bisa menunjuk kepada Allah
yang benar maupun kepada berhala / dewa.
3) Penggunaan bahasa asli (Ibrani dan Yunani)
yang membahayakan / menyesatkan.
a) Bahasa asli sebagai sebagai pameran dan
pemikat.
Dalam
khotbah-khotbahnya Bambang Noorsena sering menggunakan kata-kata bahasa asing
(Arab, Ibrani, Yunani, Aramaic, dsb), tanpa ada gunanya. Bahkan ia
pernah berkhotbah dimana pada awal khotbah ia membacakan seluruh text dalam
bahasa Yunani. Saya tidak menentang penggunaan bahasa asli atau bahasa asing
dalam khotbah, selama memang ada gunanya. Yang saya tekankan adalah penggunaan
bahasa asli / asing yang tidak ada gunanya. Penggunaan bahasa asing tanpa ada
gunanya ini juga diikuti oleh anak-anak buah Bambang Noorsena. Semua ini
memberikan kesan mereka ingin memamerkan kepandaian mereka, mungkin supaya
orang terkesan dan lalu mengikuti mereka.
Berkenaan
dengan hal ini saya ingin mengingatkan saudara bahwa orang yang menguasai
bahasa asli belum tentu benar, apalagi paling benar. Mengapa saya
berpendapat demikian? Karena kalau orang yang menguasai bahasa asli memang
pasti benar, maka orang-orang Yahudi pada jaman Yesus tentu semua sudah
bertobat dan menjadi orang yang benar, karena mereka menguasai semua bahasa
asli tersebut. Kenyataannya mereka sesat dan menolak Kristus! Karena itu
janganlah mengikuti Bambang Noorsena hanya karena ia menguasai bahasa asli!
b) Bahasa asli untuk menyesatkan.
Pengkhotbah
memang gampang menyesatkan pendengar dengan menggunakan bahasa asli, karena
jemaat umumnya tidak punya akses kepada bahasa aslinya. Dan hal seperti ini
dilakukan oleh Bambang Noorsena.
Contoh:
·
Dalam sebuah bukunya ia menterjemahkan ulang
Maz 133:1 - “Nyanyian
ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara
diam bersama dengan rukun!”. Ia lalu menuliskan ayat ini dalam bahasa Ibrani yang
ditransliterasikan (dituliskan dengan huruf biasa / Latin), dan lalu
menterjemahkan ulang ayat ini dimana ia mengubah kata ‘saudara-saudara’
menjadi ‘semua
orang’. Padahal kata Ibrani yang dipakai adalah AKHIM yang artinya
memang ‘saudara-saudara’ (Akh
artinya ‘saudara’, sedangkan AKHIM adalah bentuk jamaknya).
Saya menduga ia
sengaja mengubah ayat ini menjadi salah untuk mendukung ‘kerukunan’ yang ia
bina dengan ‘orang seberang’.
·
dalam salah satu khotbahnya Bambang Noorsena
menterjemahkan kata-kata Ibrani AD ET YOLEDAH YALADAH dalam Mikha 5:2
sebagai ‘perempuan
yang ditentukan akan melahirkan’, padahal sebetulnya sama
sekali tidak ada kata ‘ditentukan’.
·
dalam salah satu khotbahnya, Bambang Noorsena
mengatakan bahwa dalam Kis 10:2-3 ada sembahyang Minkah. Katanya ini tidak ada dalam Alkitab bahasa Indonesia
tetapi ada dalam bahasa aslinya. Saya mengecheck hal ini, dan ternyata dalam
bahasa aslinya / Yunani, kata MINKAH itu tidak ada.
·
dalam khotbah-khotbahnya Bambang Noorsena sering
menggunakan kata HUPOSTASIS, tetapi kadang-kadang ia artikan sebagai ‘sifat’,
kadang-kadang ia artikan sebagai ‘existence’
(= keberadaan), dan terakhir dalam Seminar / Kursus Singkat STRIS
tanggal 3 Juli 2000, ia artikan sebagai ‘pribadi’.
·
Dalam acara tanya jawab dalam Seminar / Kursus
Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, Bambang Noorsena berkata bahwa kata ‘iman’
dan ‘perbuatan
baik’ hanya satu kata dalam bahasa Ibrani. Waktu mendengar itu saya
sudah tidak percaya, karena 2 kata itu sangat berbeda. Tetapi saya tetap
mengechek ulang hal ini. Saya mencari kata ‘percaya’ dalam
Perjanjian Lama dan saya ingat akan Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Kata Ibrani yang dipakai adalah Veheemin (= and he believed / dan ia percaya). Lalu saya mencari kata ‘berbuat
baik’, dan saya menjumpai dalam Yer 13:23 - “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya
atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik,
hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”. Kata Ibraninya adalah lehetiv (= to do good / berbuat baik). Jelas bahwa kedua kata itu sama sekali
berbeda, dan karena itu jelas merupakan suatu omong kosong kalau ‘iman’ dan
‘perbuatan baik’ merupakan satu kata dalam bahasa Ibrani. Kalaupun kata ‘iman’
sudah mencakup perbuatan baik, itu tidak berarti bahwa tidak ada kata lain yang
artinya memang ‘perbuatan baik’.
Disamping itu,
theologia tentang keselamatan karena iman atau perbuatan baik jelas lebih
ditekankan dalam Perjanjian Baru, dan karena itu harus ditelusuri dalam
Perjanjian Baru / bahasa Yunani, bukan Perjanjian Lama / bahasa Ibrani. Dan
bahasa Yunani jelas membedakan kedua istilah itu.
Saya setuju
bahwa iman dan perbuatan baik tidak bisa dipisahkan, artinya kalau ada iman
pasti ada perbuatan baik.
Tetapi
sekalipun kedua hal itu tidak bisa dipisahkan, mereka dapat dibedakan dan harus
dibedakan. Kita diselamatkan hanya oleh iman, tetapi iman itu haruslah iman
sejati yang menyatakan dirinya melalui perbuatan baik. Karena itu muncul
kata-kata ‘we are justified
by faith alone, but not by faith that is alone’
(= kita dibenarkan oleh iman saja, tetapi bukan oleh iman yang ada sendirian).
4) Roh Kudus keluar hanya dari Bapa.
Kristen (dan
Katolik) percaya bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.
Doktrin ini
terlalu dalam dan rumit untuk dibahas di sini, dan saya beranggapan bahwa kalau
mereka salah dalam persoalan ini, itu tidak terlalu jadi soal, karena ini sama
sekali bukan merupakan doktrin dasar dalam kekristenan.
5) Bambang Noorsena berulangkali menyatakan
kebanggaannya karena ia diterima oleh tokoh-tokoh ‘orang seberang’ (padahal
‘orang seberang’ itu tidak bertobat / percaya kepada Yesus), dan ia mengecam
orang kristen yang tidak diterima oleh ‘orang seberang’.
Ia juga
mengatakan bahwa dengan sistim penyampaian seperti yang ia lakukan, sekalipun
ia tidak mengkompromikan kepercayaannya, tetapi bisa terjadi ‘agree in disagreement’ (= setuju di
dalam ketidaksetujuan).
Tanggapan
saya tentang hal ini:
a) Perlu dipertanyakan mengapa
ia bisa diterima oleh ‘orang seberang’ padahal mereka tidak bertobat / percaya
kepada Yesus? Jelas karena ajaran yang ia beritakan adalah Kitab Suci / Injil
yang sudah disesuaikan dengan telinga ‘orang seberang’ itu.
Misalnya ia berkata: kalau bicara
kepada orang Islam sebut Bapa sebagai Wujutulah
(= the existence of God / keberadaan
Allah), Anak sebagai Kalimatulah
(= Firman Allah), Roh Kudus sebagai Rohulah
(= Roh Allah), pasti tidak ada batu sandungan.
Bandingkan sikap kompromi Bambang
Noorsena ini dengan kata-kata Paulus dalam:
·
2Kor 4:2
- “Tetapi kami menolak segala perbuatan
tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan
firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan
demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di
hadapan Allah”.
·
1Kor 1:22-23
- “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan
orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Paulus tetap memberitakan salib,
sekalipun itu adalah batu sandungan!
b) Pada waktu Yesus sendiri,
rasul-rasul, dan orang-orang kristen abad pertama (bahkan nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama) memberitakan Injil / Firman Tuhan, saya tidak melihat bahwa
orang-orang yang menolak mereka lalu ‘setuju di dalam ketidak-setujuan’.
Sebaliknya mereka memusuhi, memfitnah, dan tidak jarang menganiaya dan membunuh
pemberita Injil / Firman Tuhan tersebut. Mengapa? Karena berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, mereka ini tidak mengkompromikan Injil /
Firman Tuhan tersebut. Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam 2Kor 4:2 di
atas.
c) Dalam Kitab Suci ada beberapa
ayat yang berhubungan dengan hal ini yaitu:
·
Yoh 15:18-20a - “Jikalau dunia
membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya.
Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari
dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan
kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah
menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.
·
Mat 10:21-28 - “Orang akan menyerahkan saudaranya
untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan
memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan
dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai
pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang
satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. Seorang
murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi
seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut
Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap
mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan
tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang
Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang
dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah
kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa
membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik
jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Renungkan kedua
text di atas ini. Kalau Bambang Noorsena bisa tidak dimusuhi dengan sistim
pemberitaan yang ia gunakan, bukankah ia menjadi hamba / murid yang lebih
tinggi dari Tuan / Gurunya?
·
Luk 6:22-23 - “Berbahagialah
kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan
kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya upahmu
besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah
memperlakukan para nabi”.
·
Luk 6:26 - “Celakalah kamu,
jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka
telah memperlakukan nabi-nabi palsu”.
Saya ingin
memberikan beberapa kutipan yang berhubungan dengan hal ini:
Calvin: “We cannot be Christ’s soldiers
on any other condition, than to have the greater part of the world rising in
hostility against us, and pursuing us even to death. The state of the matter is
this. Satan, the prince of the world, will never cease to fill his followers
with rage, to carry on hostilities against the members of Christ”
(= Kita tidak bisa menjadi tentara Kristus dengan kondisi / keadaan yang lain
selain mendapatkan sebagian besar dunia ini memusuhi kita, dan mengejar kita
sampai mati. Keadaannya adalah seperti ini. Setan, penguasa dunia ini, tidak
akan pernah berhenti untuk mengisi pengikut-pengikutnya dengan kemarahan,
meneruskan permusuhan terhadap anggota-anggota Kristus).
Luther: “The Church is the community of
those who are persecuted and martyred for the gospel’s sake”
(= Gereja adalah kumpulan orang yang dianiaya dan dibunuh karena Injil).
Charles
Haddon Spurgeon: “If
we were more like Christ, we would be more hated by His enemies. It were a sad
dishonor to a child of God to be the world’s favourite. It is a very ill omen
to hear a wicked world clasp its hands and shout ‘Well done’ to the Christian
man. He may begin to look to his character and wonder whether he has not been
doing wrong, when the unrighteous give him their approbation”
(= Jika kita lebih menyerupai Kristus, kita akan lebih dibenci oleh
musuh-musuhNya. Merupakan sesuatu yang memalukan dan menyedihkan bagi seorang
anak Allah untuk menjadi favorit / kesayangan dunia. Merupakan suatu pertanda
yang sangat buruk untuk mendengar dunia yang jahat bertepuk tangan dan
berteriak ‘Baik sekali perbuatanmu’ kepada orang Kristen. Ia boleh mulai
melihat pada karakternya dan bertanya-tanya apakah ia tidak melakukan apa yang
salah, pada waktu orang yang tidak benar memberinya persetujuan / penerimaan
mereka) - ‘Morning and
Evening’, Nov 10, evening.
Leon Morris
(Tyndale):
·
“It
is a danger when all men speak well of you, for this can scarcely happen apart
from sacrifice of principle” (= Merupakan sesuatu yang
berbahaya kalau semua orang memuji / berbicara baik tentang kamu, karena ini
hampir tidak mungkin terjadi terpisah dari pengorbanan prinsip).
·
“It
is the false prophets who win wide acclaim (cf. Je. 5:31). A true prophet is
too uncomfortable to be popular” [= Adalah
nabi-nabi palsu yang memenangkan banyak tempik sorak (bdk. Yer 5:31). Seorang
nabi yang benar terlalu tidak menyenangkan untuk menjadi populer].
William
Hendriksen: “When everybody
speaks well of you it must be that you are a deceitful, servile flatterer”
(= Kalau setiap orang berbicara baik tentang kamu / memuji kamu, itu pasti
karena kamu adalah seorang penjilat yang mau merendahkan diri dan bersifat
penipu).
Dari semua ini,
menurut saya, penerimaan oleh ‘orang seberang’ itu tidak seharusnya membuat dia
menjadi bangga, tetapi sebaliknya harus membuat ia malu.
Kesimpulan:
1) Bambang Noorsena adalah
seekor bunglon yang selalu menyesuaikan ajarannya dengan orang-orang kepada
siapa ia berkhotbah. Ini menyebabkan ia kadang-kadang kelihatan lumayan baik.
Ini juga yang menyebabkan ia sangat berbahaya.
2) Gereja Orthodox Syria versi
Bambang Noorsena adalah gereja sesat, dan Bambang Noorsena adalah seorang nabi
palsu, karena Gereja Orthodox Syria / Bambang Noorsena salah dalam banyak persoalan
dasar dari kekristenan.
Dalam persoalan
adanya banyak orang Kristen yang menyebut Gereja Orthodox Syria sebagai sesat,
Bambang Noorsena mengatakan: ‘Nenek moyangnya sendiri
dikatakan sesat?’. Jadi kelihatannya ia mempunyai motto ‘right or wrong my ancestors’
(= benar atau salah nenek moyang saya). Terhadap kata-kata ini saya
ingin menjawab dengan mengutip suatu bagian Kitab Suci, yaitu dari
Ul 13:6-11 yang berbunyi: “Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu
laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu
membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang
tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, salah satu allah
bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari
padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, maka janganlah engkau mengalah kepadanya
dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya,
janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, tetapi bunuhlah dia!
Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian
seluruh rakyat. Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena
ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah
membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Maka seluruh
orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan
melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu”.
Dengan mengutip
text ini saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa text ini harus dilakukan
secara hurufiah, yaitu dengan betul-betul menghukum mati penyesat tersebut,
karena ini merupakan hukum negara pada saat itu, yang tidak harus diberlakukan
di tempat lain dan pada jaman yang berbeda. Tetapi saya mengutip text ini
dengan maksud untuk menekankan bahwa dalam persoalan kesesatan, kita tidak
boleh mengenal keluarga. Kita harus mengasihi Kristus lebih dari keluarga
(Mat 10:37 Luk 14:26), dan karena itu
jika ada keluarga dekat yang sesat, kita harus tetap mengecam dan bahkan
menjauhi dia (setelah menasehatinya - Tit 3:10). Apalagi kalau yang disebut
keluarga itu adalah nenek moyang yang jauh, apalagi hanya dalam arti rohani.
Karena itu tidak peduli Gereja Orthodox Syria adalah nenek moyang atau bukan
nenek moyang, mereka tetap harus dikecam karena kesesatannya!
Pdt. Yusuf
Rony, dulunya bergabung dengan Gereja Orthodox Syria, dan memujinya secara luar
biasa. Tetapi belakangan ia lalu meninggalkan Gereja Orthodox Syria. Dan
majalah Narwastu bulan Juni 2000, hal 18, menuliskan tentang Pdt. Yusuf Rony
sebagai berikut:
“Beberapa
bulan setelah memproklamirkan diri sebagai pemeluk Orthodox, dalam wawancara
khusus dengan Narwastu ia
menyatakan telah keluar dari Orthodox. Bahkan dengan tegas ia mengatakan bahwa masuknya
dia ke Orthodox merupakan kesalahan besar. ‘Dari pada sesat, lebih baik
saya bertobat. Saya tetap Protestan, ... ”.
Saudara bukan hanya wajib
menjauhi Gereja Orthodox Syria dan tidak mendukungnya, tetapi juga
memperingatkan / memberitahu orang-orang yang disesatkan oleh gereja ini!
Dan bagi Bambang Noorsena dan
kelompoknya, saya ingin mengingatkan kata-kata Tuhan Yesus dalam Mat 18:7
- “Celakalah dunia dengan segala
penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya”.
-o0o-
Apendix
Sebagai tambahan saya ingin
memberikan Pengakuan Iman Athanasius secara keseluruhan karena ini merupakan
yang pengakuan iman yang paling mendetail
berkenaan dengan doktrin tentang Allah Tritunggal, dan karena itu merupakan
pengakuan iman yang sangat penting.
Pengakuan Iman
Athanasius:
“1. Whosoever
wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic
faith. 2. Which, unless each one
shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever. 3. But the Catholic faith is this, that
we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor
separating the substance. 5. For
the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost
another. 6. But of the Father, of
the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and
co-eternal majesty. 7. What the
Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son
uncreated, the Holy Ghost uncreated.
9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost
immense. 10. The Father is eternal,
the Son eternal, the Holy Ghost eternal.
11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings)
uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is
omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three
omnipotents, but one omnipotent.
15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods,
but one God. 17. Thus The Father is
Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.
18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by
Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are
prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or
Lords. 20. The Father was made from
none, nor created, nor begotten.
21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created,
but begotten. 22. The Holy Ghost is
from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but
proceeding. 23. Therefore there is
one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not
three Holy Ghosts. 24. And in this
trinity no one is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons
are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both
unity in trinity, and trinity in unity is to be worship. 26. Therefore, he who wishes to be saved
must think thus concerning the trinity.
27. But it is necessary to eternal salvation that he should also
faithfully believe the incarnation of our Lord Jesus Christ. 28. It is, therefore, true faith that we
believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man. 29. He is God, generated from eternity
from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his
mother. 30. Perfect God, perfect
man, subsisting of a rational soul and human flesh. 31. Equal to the Father is respect to
his divinity, less than the Father in respect to his humanity. 32. Who, although he is God and man, is
not two but one Christ. 33. But
one, not from the conversion of his divinity into flesh, but from the
assumption of his humanity into God.
34. One not at all from confusion of substance, but from unity of
person. 35. For as a rational soul
and flesh is one man, so God and man is one Christ. 36. Who suffered for our salvation,
descended into hell, the third day rose from the dead. 37. Ascended to heaven, sitteth at the
right hand of God the Father omnipotent, whence he shall come to judge the
living and the dead. 38. At whose
coming all men shall rise again with their bodies, and shall render an account
for their own works. 39. And they
who have done well shall go into life eternal; they who have done evil into
eternal fire. 40. This is the
Catholic faith, which, unless a man shall faithfully and firmly believe, he can
not be saved.” (= 1. Barangiapa yang ingin
diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang /
mempercayai iman Katolik / universal / am.
2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara
sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik / universal / am
adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal
dalam kesatuan. 4. Tidak ada
kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu,
dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang
lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari
Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan
keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga
dengan Anak, dan juga Roh Kudus.
8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak
diciptakan. 9. Bapa itu maha besar,
Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.
10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal,
tetapi satu yang kekal.
12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga
tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha
besar. 13. Dengan cara yang sama
Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha
kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga
yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.
15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus
adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada
tiga Allah, tetapi satu Allah.
17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh
Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi
tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.
19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran
Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai
Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal /
am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak
diciptakan, tidak diperanakkan.
21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi
diperanakkan. 22. Roh Kudus itu
dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi
keluar. 23. Karena itu ada satu
Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga
Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal
ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih
kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi
yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua
secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal,
maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin
diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal. 27. Tetapi adalah perlu untuk
keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari
Tuhan kita Yesus Kristus.
28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan
mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan
dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang
sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal
keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan
manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus.
33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi
daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam
Allah. 34. Satu, sama sekali bukan
karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. 35. Karena sebagaimana jiwa yang
rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah
satu Kristus. 36. Yang menderita
untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara
orang mati. 37. Naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan
tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka
sendiri. 39. Dan mereka yang telah
berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat
jahat ke dalam api yang kekal.
40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang
percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan) - A. A.
Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal
117-118.
A. A. Hodge mengomentari
pengakuan iman Athanasius ini dengan kata-kata sebagai berikut:
“It
presents a most admirably stated exposition of the faith of all Christians, and
it is objected to only because of the ‘damnatory clause,’ which ought never to
be attached to any human composition, especially one making such nice
distinctions upon so profound a subject” [= Ini menyajikan
exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang Kristen, dan
keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’, yang tidak
pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya tentang
sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang
persoalan yang begitu mendalam] - ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
Catatan: yang dimaksud
dengan ‘damnatory clause’ (= kalimat
ancaman / kutukan) adalah point no 1,2,26,40.
Saya setuju dengan kata-kata A.
A. Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang begitu rumit ini bukanlah
doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena itu tidak boleh dijadikan
sebagai syarat keselamatan. Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau
ada orang ‘kristen’ yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan
ia telah mendapat penjelasan tentang Allah Tritunggal lengkap dengan
dasar-dasarnya, tetapi ia menolaknya, maka mungkin sekali kita bisa berkata
bahwa orang itu pasti bukan kristen sejati, dan karenanya ia tidak selamat.
Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang baik I.Q.nya maupun
pendidikannya sangat rendah, sehingga memang tidak memungkinkannya mengerti
tentang doktrin yang rumit seperti ini, sukar dipercaya bahwa kepercayaan
tentang doktrin ini menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.
-o0o-
https://www.youtube.com/watch?v=PHhmrATzVJ0
BalasHapusYesus = Allah
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=_incLzfQA6c
Blok syarat fitnah
BalasHapusMaaf pak.. Jangan cepat menghakimi..
BalasHapusSok tahu...
BalasHapusSebagai orang tdk berpendidikan, Bahasa pak bambang lebih mudah dimengerti, itu saja..
BalasHapusSaya lebih mengerti Penjelasa Dr Bambang dripada Anda
BalasHapusYakinilah yang anda yakini dan gak usah ngobok-obok keyakinan lain. Apalagi merasa lebih benar
BalasHapus