YOHANES 19:1-5,16-30
I) Penderitaan dan kematian Kristus.
1) Kristus dicambuki (ay 1).
a) Berapa set pencambukan yang dialami
oleh Yesus?
Kalau kita
melihat dalam Injil Yohanes, maka Pontius Pilatus dihadap-kan pada 2 pilihan:
· Melepaskan Yesus, tetapi menghadapi kemarahan
orang-orang Yahudi. Sebetulnya inilah yang ia inginkan dan inilah yang
seha-rusnya ia lakukan, karena ia tahu bahwa Yesus tidak bersalah.
· Menyalibkan Yesus yang tidak bersalah sesuai
dengan keinginan orang-orang Yahudi itu.
Pontius Pilatus
lalu ingin mengambil jalan tengah (kompromi), dengan jalan mencambuki Yesus. Ia
pikir mungkin dengan demikian orang-orang Yahudi itu sudah cukup puas, dan
tidak meneruskan tuntutan mereka untuk menyalibkan Yesus. Jadi dalam Injil
Yohanes (juga dalam Luk 23:16,22), pencambukan diberikan kepada Yesus
dengan tujuan untuk melepaskan Yesus, dan ini dilakukan sebelum sidang selesai.
Tetapi dalam Injil Matius dan Markus (Mat 27:26 Mark 15:15) pencambukan dilakukan
sebagai pendahuluan penyaliban, dan dilakukan setelah persidangan selesai.
Karena itu ada orang yang berpendapat bahwa Yesus dicambuki 2 x (2 set
pencambukan). Tetapi banyak penafsir yang tidak setuju dengan ini.
Kalaupun Yesus
hanya mengalami 1 set pencambukan, tahukah sau-dara berapa kali cambuk itu
menghajar punggung Yesus? Orang Ya-hudi terikat oleh hukum Tuhan dalam Ul 25:3
yang melarang melaku-kan pencambukan lebih dari 40 x. Dan karena mereka takut
salah hitung sehingga melanggar hukum itu, maka pada waktu mereka mencambuki,
mereka hanya melakukannya sebanyak 39 x (bdk. 2Kor 11:24 dimana Paulus
mengalami pencambukan 39 x itu sebanyak 5 kali). Tetapi yang mencambuki Yesus
adalah orang Romawi yang terkenal kejam, dan tidak terikat pada hukum Tuhan.
Jadi bisa saja Yesus dicambuki lebih dari 40 x!
b) Hebatnya pencambukan:
Untuk bisa
mengerti lebih baik tentang hebatnya penderitaan Kristus pada waktu disesah,
mari kita lihat komentar-komentar di bawah ini.
Leon Morris
(NICNT):
“Scourging was a brutal affair.
It was inflicted by a whip of several thongs, each of which was loaded with
pieces of bone or metal. It could make pulp of a man’s back”
(= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan
sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi
potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung seseorang
menjadi bubur).
Leon Morris
(NICNT):
“... Josephus tells us that a
certain Jesus, son of Ananias, was brought before Albinus and ‘flayed to the
bone with scourges’ ... Eusebius narrates that certain martyrs at the time of
Polycarp ‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries, so that
the hidden contents of the recesses of their bodies, their entrails and organs,
were exposed to sight’ ... Small wonder that men not infrequently died as a
result of this torture” (= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus
tertentu, anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai
tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu
pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan
arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh
mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ...
Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini).
c) Pada waktu memikul salib ke
tempat penyaliban (ay 17), biasanya orang hukuman itu dicambuki sepanjang
jalan.
William
Barclay:
“Often the criminal had to be
lashed and goaded along the road, to keep him on his feet, as he staggered to
the place of crucifixion” (= Seringkali orang kriminil itu
harus dicambuki dan didorong dengan tongkat sepanjang jalan, supaya ia tetap
berdiri pada kakinya, pada waktu ia berjalan terhuyung-huyung menuju tempat
penyaliban) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 250.
d) Yesus rela mengalami
penyesahan itu untuk kita (bdk. Yes 53:4-6
1Pet 2:24).
Yes 53:4-6
berbunyi: “Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi
dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat
seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN
telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Kita yang
adalah orang berdosa, dan karena itu kitalah yang seharusnya mengalami hukuman
seperti itu. Tetapi Yesus yang tidak ber-salah, karena kasihNya kepada kita,
rela menanggung hukuman itu bagi kita, supaya kalau kita percaya kepada Dia,
kita bebas dari semua hukuman dosa!
2) Kristus dihina / diejek / dipermalukan.
Ini mencakup
beberapa hal:
a) Pemberian mahkota duri di
kepala Yesus dan pemberian jubah ungu (ay 2).
·
Pemberian jubah ungu bertujuan untuk mengejek,
karena pada jaman itu jubah ungu hanya dipakai oleh orang kaya, bangsawan, raja
dsb (bdk. Luk 16:19). Sekalipun demikian, bagi Yesus ini juga merupakan
penderitaan yang hebat. Pada waktu jubah ungu itu dipakaikan kepadaNya, memang
tidak apa-apa. Tetapi pada waktu jubah ungu itu dilepaskan, itu pasti sangat
menyakitkan, karena jubah ungu itu sudah melekat pada luka-luka di tubuh
Kristus.
· Ada yang menganggap bahwa pemberian mahkota duri
bertujuan untuk menyiksa, dan karenanya untuk membuat mahkota itu mereka
menggunakan tanaman berduri panjang yang mencocok kepala Yesus. Ada juga yang
menganggap bahwa ini hanya ber-tujuan mengejek, bukan untuk menyiksa, sehingga
mereka mem-buat mahkota itu sedemikian rupa sehingga duri-durinya mengha-dap ke
atas.
William
Hendriksen menghubungkan mahkota duri ini dengan Kej 3:18 dengan berkata:
“... the fact that thorns and
thistles are mentioned in Gen 3:18 in connection with Adam’s fall. Hence, here
in 19:2,3 Jesus is pictured as bearing the curse that lies upon nature. He
bears it in order to deliver nature (and us) from it”
[= ... fakta bahwa duri dan rumput duri disebutkan dalam Kej 3:18 dalam
hubungannya dengan kejatuhan Adam. Karena itu, di sini dalam 19:2,3 Yesus
digambarkan menang-gung / memikul kutuk yang ada pada alam. Ia memikulnya untuk
membebaskan alam (dan kita) dari kutuk itu].
b) ‘Penghormatan’ yang diberikan
kepadaNya sebagai raja Yahudi dan penamparan (ay 3).
c) Penelanjangan terhadapNya (ay 23-24).
·
pembagian pakaian dan pengundian jubah ini
menggenapi nubuat dalam Maz 22:19.
·
Pulpit Commentary:
“It is implied that his body was
exposed naked on the cross” (= Secara tidak langsung
dikatakan bahwa tubuhNya telanjang di kayu salib).
Bisakah saudara
bayangkan bagaimana malunya kalau ditelan-jangi di depan umum? Itulah yang
Yesus alami untuk saudara!
·
Mengapa Yesus harus mengalami hal yang memalukan
ini?
*
Lagi-lagi karena Ia sedang menggantikan kita
memikul hukum-an dosa kita. Pernahkah saudara pikirkan / renungkan bahwa pada
pengadilan akhir jaman nanti manusia berdosa akan di-permalukan? Bayangkan
kalau semua dosa kita dibuka dalam pengadilan itu, termasuk segala dusta,
pencurian, kemunafikan, percabulan, penyelewengan, perzinahan, dsb. Kristus
memikul semua ini bagi kita, dan karena itu Ia harus dipermalukan!
*
Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:
“Let us also learn that Christ
was stripped of his garments, that he might clothe us with righteousness; that
his naked body was exposed to the insults of men, that we may appear in glory
before the judgment-seat of God” (= Marilah kita
belajar bahwa Kristus dilepas jubahNya, supaya Ia bisa memberi kita pakaian
dengan kebenaran; bahwa tubuhNya yang telanjang terbuka terhadap
penghinaan-penghinaan manusia, supaya kita bisa muncul dalam kemuliaan di depan
tahta pengadilan Allah).
3) Kristus disalibkan.
Hal-hal yang
perlu diketahui tentang tradisi penyaliban:
a) Pemikulan salib (ay 17).
Orang yang
disalib harus memikul salibnya menuju tempat penyaliban melalui route yang dipilih sepanjang mungkin.
Mengapa?
·
untuk memperingati supaya orang lain tidak
berbuat jahat.
·
William Barclay mengatakan bahwa ada alasan
lain:
“... there was a merciful reason.
... the long route was chosen, so that if anyone could still bear witness in
his favour, he might come forward and do so. In such a case, the procession was
halted and the case retried” (= ... ada alasan belas kasihan.
... route / jalan yang panjang dipilih, supaya jika ada seseorang yang bisa
memberi kesaksian mem-bela dia, orang itu bisa maju ke depan dan melakukannya.
Dalam hal itu, proses penyaliban itu dihentikan dan kasusnya diperiksa ulang).
Betul-betul
menyedihkan bahwa dalam kasus Kristus tidak ada seorangpun yang berani maju ke
depan untuk membela Dia!
Bagi Kristus
yang baru saja dicambuki, pemikulan salib itu bukan hanya berat, tetapi juga
sangat menyakitkan, karena kayu salib yang kasar itu mengenai pundakNya yang
penuh dengan luka cambuk.
b) Penyaliban terjadi di luar
kota (ay 17 - ‘pergi ke luar’. Bdk. Mat 27:32).
· Karena Kristus dianggap menghujat Allah
(ay 7 bdk. Mat 26:65), maka mereka menghukum mati Dia di luar kota.
Bdk. Im 24:14,23 yang menunjukkan bahwa firman Tuhan mengajarkan bahwa
penghujat Allah harus dihukum mati di luar perkemahan. (bdk. 1Raja-raja
21:13 Kis 7:58).
Catatan:
sekalipun yang melaksanakan penghukuman mati itu ada-lah tentara Romawi, tetapi
tokoh-tokoh Yahudi jelas mempunyai ‘suara’ yang sangat kuat (bdk. Mat 27:62-66 Mat 28:11-15).
·
Tetapi semua ini justru menjadikan Kristus
sebagai ANTI TYPE / penggenapan dari korban penghapus dosa, yang adalah TYPE
dari Kristus, yang harus dibakar / dibunuh di luar perkemahan (Kel 29:14 Im 4:12,21 9:11
16:27 Bil 19:3 bdk. Ibr 13:11-12).
Dari semua ini
terlihat dengan jelas bahwa semua ini dikontrol oleh Allah, sehingga
terlaksanalah Rencana Allah, yang memang sudah menetapkan Kristus sebagai
penggenapan dari korban penghapus dosa.
c) Adanya ‘tempat duduk’ pada
kayu salib yang menahan sebagian berat badan sehingga tidak merobek luka /
lubang paku di tangan.
Pulpit
Commentary:
“A sedile was arranged to bear a
portion of the weight of the body, which would never have been sustained by the
gaping wounds” (= Sebuah tempat duduk diatur
untuk memikul sebagian berat tubuh, yang tidak akan pernah bisa ditahan oleh
luka-luka yang menganga).
‘The International Standard Bible
Encyclopedia’ dalam article yang berjudul ‘Cross’ berkata sebagai berikut:
“A small wooden block (sedicula)
or a wooden peg positioned midway on the upright supported the body weight as
the buttocks rested on it. This feature was extremely important in cases of
nailing since it prevented the weight from tearing open the wounds”
[= sebuah kotak kayu kecil (sedicula) atau sebuah pasak kayu diletakkan di
tengah-tengah tiang tegak untuk menahan berat tubuh pada saat pantat terletak
di sana. Bagian ini sangat penting dalam kasus pemakuan karena ini mencegah
berat badan sehingga tidak merobek luka].
Barnes’
Notes tentang Mat 27:32:
“On the middle of that upright
part there was a projection, or seat, on which the person crucified sat, or, as
it were, rode. This was necessary, as the hands were not alone strong enough to
bear the weight of the body” (= Di tengah-tengah bagian tegak
itu ada suatu tonjolan, atau tempat duduk, di atas mana orang yang disalib itu
duduk, atau, mengendarai. Ini penting, karena tangan saja tidak kuat menahan
berat badan) - hal 138.
d) Penyaliban tidak selalu
dilakukan dengan pemakuan, kadang-kadang dengan tali (diikat pada salib), dan
kadang-kadang menggunakan ikat-an dan paku (mungkin kalau orangnya gemuk /
berat). Tetapi dalam kasus Yesus jelas dilakukan dengan paku.
Barnes’
Notes tentang Mat 27:32:
“The feet were fastened to this
upright piece, either by nailing them with large spikes driven through the
tender part, or by being lashed by cords. To the cross-piece at the top, the
hands, being extended, were also fastened, either by spikes or by cords, or
perhaps in some cases by both. The hands and feet of our Saviour were both
fastened by spikes” (= Kaki dilekatkan pada tiang
tegak, atau dengan memakukannya dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui
bagian-bagian yang lunak, atau dengan meng-ikatnya dengan tali. Pada bagian
salib yang ada di atas, tangan, yang direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan
paku-paku atau dengan tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh keduanya.
Tangan dan kaki dari Tuhan kita keduanya dilekatkan dengan paku-paku) - hal 138.
Barnes’
Notes tentang Yoh 21:18:
“The limbs of persons crucified
were often bound instead of being nailed, and even the body was sometimes
girded to the cross” (= Kaki dan tangan dari orang
yang disalibkan seringkali diikat dan bukannya dipaku, dan bahkan tubuhnya
kadang-kadang diikatkan pada salib) - hal 360.
Point c (adanya
‘tempat duduk’) dan point d (digunakannya tali untuk mengikat) ini menyebabkan
pemakuan bisa dilakukan pada tangan. Kita tidak perlu menyimpulkan bahwa
pemakuan dilakukan pada per-gelangan tangan.
e) Pemakuan dilakukan pada saat
kayu salib ditidurkan di tanah, dan se-telah itu kayu salib beserta orang yang
tersalib itu diberdirikan, dan kayu salib itu dimasukkan ke lubang yang
tersedia.
Barnes’ Notes
dalam komentarnya tentang Mat 27:35 berkata sebagai berikut:
“The manner of the crucifixion
was as follows: - After the criminal had carried the cross, attended with every
possible jibe and insult, to the place of execution, a hole was dug in the
earth to receive the foot of it. The cross was laid on the ground; the persons
condemned to suffer was stripped, and was extended on it, and the soldiers
fastened the hands and feet either by nails or thongs. After they had fixed the
nails deeply in the wood, they elevated the cross with the agonizing sufferer
on it; and, in order to fix it more firmly in the earth, they let it fall
violently into the hole which they had dug to receive it. This sudden fall must
have given to the person that was nailed to it a most violent and convulsive
shock, and greatly increased his sufferings. The crucified person was then
suffered to hang, commonly, till pain, exhaustion, thirst, and hunger ended his
life” (= Cara penyaliban adalah
sebagai berikut: - Setelah kriminil itu membawa salib, disertai dengan setiap
ejekan dan hinaan yang dimungkinkan, ke tempat penyaliban, sebuah lubang digali
di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib diletakkan di tanah; orang yang
diputuskan untuk menderita itu dilepasi pakaiannya, dan direntangkan pada salib
itu, dan tentara-tentara melekatkan tangan dan kaki dengan paku atau dengan
tali. Setelah mereka memakukan paku-paku itu dalam-dalam ke dalam kayu, mereka
menaikkan / menegakkan salib itu dengan penderita yang sangat menderita
padanya; dan, untuk menancapkannya dengan lebih teguh di dalam tanah, mereka menjatuhkan
salib itu dengan keras ke dalam lubang yang telah digali untuk menerima salib
itu. Jatuhnya salib dengan mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang
disalib suatu kejutan yang keras, dan meningkatkan penderitaannya dengan hebat.
Orang yang disalib itu lalu menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit,
kehabisan tenaga, kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya) - hal 139.
f) Hukuman salib adalah penderitaan yang
luar biasa.
Barnes’ Notes
melanjutkan komentarnya tentang Mat 27:35 dengan berkata sebagai berikut:
“As it was the most ignominious
punishment known, so it was the most painful. The following circumstances make
it a death of peculiar pain: (1.) The position of the arms and the body was
unnatural, the arms being extended back and almost immovable. The least motion
gave violent pain in the hands and feet, and in the back, which was lacerated
with stripes. (2.) The nails, being driven through the parts of the hands and
feet which abound with nerves and tendons, created the most exquisite anguish.
(3.) The exposure of so many wounds to the air brought on a violent
inflammation, which greatly increased the poignancy of the suffering. (4.) The
free circulation of the blood was prevented. More blood was carried out in the
arteries than could be returned by the veins. The consequence was, that there
was a great increase in the veins of the head, producing an intense pressure
and violent pain. The same was true of other parts of the body. This intense
pressure in the blood vessels was the source of inexpressible misery. (5.) The
pain gradually increased. There was no relaxation, and no rest.”
[= Itu adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang dikenal manusia, dan
itu juga adalah hukuman yang paling menyakitkan. Hal-hal berikut ini menyebabkan
penyaliban suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.) Posisi lengan dan
tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke belakang dan hampir tidak bisa
bergerak. Gerakan yang paling kecil memberikan rasa sakit yang hebat pada
tangan dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik dengan cambuk.
(2.) Paku-paku, yang dimasukkan melalui bagian-bagian tangan dan kaki yang
penuh dengan syaraf dan otot, memberikan penderitaan yang sangat hebat. (3.)
Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan peradangan yang hebat,
yang sangat meningkatkan kepedihan / ketajaman penderitaan. (4.) Peredaran
bebas dari darah dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh arteri-arteri
dari pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-pembuluh darah balik. Akibatnya
ialah, terjadi peningkatan yang besar dalam pembuluh darah balik di kepala,
yang menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang sama terjadi
dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan yang hebat dalam pembuluh darah
adalah sumber penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa sakit itu naik
secara bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada istirahat] - hal 139.
William
Barclay, dalam komentarnya tentang Luk 23:32-38, berkata sebagai berikut:
“The terror of crucifixion was
this - the pain of that process was terrible but it was not enough to kill, and
the victim was left to die of hunger and thirst beneath the blazing noontide
sun and the frost of the night” (= Hal yang
mengerikan / menyeramkan dari penyaliban adalah ini - rasa sakit dari proses
penyaliban itu luar biasa, tetapi tidak cukup untuk membunuh, dan korban
dibiarkan mati oleh kelaparan dan kehausan di bawah sinar matahari yang
membakar dan cuaca beku pada malam hari) - hal 284.
Barnes’ Notes,
dalam komentarnya tentang Mat 27:32, berkata sebagai berikut:
“... the body was left exposed
often many days, and not unfrequently suffered to remain till the flesh had
been devoured by vultures, or putrefied in the sun” (=
tubuh itu dibiarkan terbuka seringkali sampai beberapa hari, dan tidak jarang
orang itu terus menderita sampai dagingnya dimakan oleh burung pemakan bangkai,
atau membusuk di bawah matahari).
Catatan:
dalam kasus Yesus memang penyaliban tidak berlangsung berhari-hari.
Mungkin hanya berlangsung selama ±
6 jam, yaitu mulai pukul 9 pagi (Mark 15:25) sampai Ia mati pada ±
pukul 3 siang (Mat 27:46-50).
4) Kristus mengalami kehausan (ay 28-29).
a) Kehausan adalah salah satu
penderitaan hebat yang selalu menyertai penyaliban.
Barnes’
Notes:
“Thirst was one of the most
distressing circumstances attending the crucifixion. The wounds were highly
inflamed, and the raging fever was caused usually by the sufferings on the
cross, and this was accompanied by insupportable thirst”
(= Kehausan adalah salah satu keadaan yang paling membuat menderita yang
menyertai penyaliban. Luka-luka itu meradang dengan hebat, dan demam yang
tinggi biasanya terjadi oleh penderitaan-penderitaan pada salib, dan ini
disertai / diiringi oleh kehausan yang tak tertahankan).
b) Mengapa Kristus harus mengalami
kehausan?
·
Karena itu sudah dinubuatkan dalam:
*
Maz 22:16 - ‘lidahku melekat pada
langit-langit mulutku’.
*
Maz 69:22b - ‘pada waktu aku
haus mereka memberi aku minum anggur asam’.
· Karena orang yang masuk neraka juga akan
mengalami kehausan (bdk. Luk 16:23-24). Dan Kristus memikul hukuman itu,
sehingga harus merasakan kehausan yang luar biasa.
c) Kristus minta minum supaya:
·
nubuat dalam Maz 69:22b tergenapi (ay 28).
· Ia bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah
selesai’ (ay 30), yang mem-punyai arti sangat penting bagi
kita. Tanpa minuman itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering
karena kehaus-an yang luar biasa itu tidak akan bisa mengucapkan kata-kata itu.
d) Pada waktu Kristus minta
minum, Ia diberi anggur asam (ay 29).
Ada 3 hal yang
ingin saya persoalkan di sini:
·
Ay 29: ‘anggur asam’.
Ini sama dengan
terjemahan NASB yang menterjemahkan ‘sour
wine’. Tetapi KJV/RSV/NIV menterjemahkan ‘vinegar’ (= cuka).
Leon Morris
(NICNT):
“‘vinegar’ is a term which
signifies a cheap wine, the kind of drink that was used by the masses”
(= ‘cuka’ adalah suatu istilah yang berarti anggur murah, jenis minuman yang
digunakan oleh orang banyak).
· Mengapa tentara-tentara itu mau memberiNya
minum? Biasanya orang disalib tidak diberi minum. Jelas bahwa di sini Allah
bekerja, sehingga nubuat dalam Maz 69:22b itu terjadi.
· Dengan Kristus meminta minum, dan diberi minum,
apakah itu berarti bahwa penderitaanNya dikurangi sehingga Ia tidak me-nanggung
100 % hukuman dosa kita? Tidak! Karena Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa
semua sudah selesai (ay 28), artinya penebusan yang Ia lakukan sudah cukup
untuk menebus dosa kita. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:
“Now, it ought to be remarked,
that Christ does not ask any thing to drink till all things have been accomplished
... No words can fully express the bitterness of the sorrows which he endured;
and yet he does not desire to be freed from them, till the justice of God has
been satisfied, and till he has made a perfect atonement”
(= Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua
telah selesai / tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara
penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya,
sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan
yang sempurna).
Tetapi
bagaimana mungkin sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin
berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘sudah selesai’
itu dengan memperhitungkan kematian-Nya yang akan terjadi. Atau ada juga yang
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah selesai’ adalah
penderitaan aktifNya dalam memikul hukuman dosa.
5) Kristus mati.
Dengan demikian
Ia membayar upah dosa yang adalah maut! Ia yang hidup rela mati, supaya kita
yang mati dalam dosa bisa hidup!
II) Tanggapan terhadap penderitaan &
kematian Yesus.
A) Tanggapan yang salah:
1) Tidak percaya / acuh tak acuh.
Kalau saudara
bersikap seperti ini, maka itu berarti saudara harus memikul sendiri hukuman
dosa saudara di dalam neraka!
2) Kasihan kepada Kristus.
Dalam
perjalanan memikul salib ke luar kota, terjadi peristiwa dalam
Luk 23:27-32 (bacalah bagian ini dalam Kitab Suci saudara).
Pulpit
Commentary mengomentari bagian ini dengan berkata:
“He does not want our pity. This
would be a wasted and mistaken sentiment” (= Ia tidak
membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang
sia-sia dan salah).
Kalau saudara
mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus,
saudara sudah ditipu oleh setan. De-ngan adanya perasaan kasihan itu saudara
seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara
membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus!
B) Tanggapan yang benar:
1) Percaya dan menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat (ay 35 20:31).
Kalau saudara
mau percaya kepada Kristus, maka saudara harus percaya hanya kepada
Kristus. Tentang kata-kata ‘sudah selesai’ da-lam ay 30, Calvin memberi
komentar sebagai berikut:
“If we give our assent to this
word which Christ pronounced, we ought to be satisfied with his death alone for
salvation, and we are not at liberty to apply for assistance in any other
quarter” (= Jika kita menyetujui
kata-kata yang Kristus ucapkan, kita harus puas dengan kematianNya saja untuk
keselamatan, dan kita tidak boleh menggunakan bantuan dari sudut lain manapun).
Karena itu,
jangan menggabungkan Kristus dengan kepercayaan / agama lain, dengan
kepercayaan kepada Maria atau orang suci, dengan kepercayaan pada perbuatan
baik saudara sendiri, dsb. Keselamatan kita terjadi hanya karena jasa
penebusan Kristus, yang kita terima dengan iman!
2) Kasihilah Yesus lebih dari
segala sesuatu / siapapun juga, baik keluarga, anak, uang / pekerjaan, study,
teman, hobby, hal-hal du-niawi dsb.
Kalau saudara
mengasihi apapun / siapapun ( keluarga, anak, pacar, pekerjaan, uang, study,
hobby, dsb) lebih dari Kristus, renungkan: pantaskah semua itu saudara utamakan
di atas Kristus, yang sudah rela menderita dan mati secara begitu mengerikan
dan memalukan bagi saudara? Tidakkah saudara seharusnya mengasihi Kristus lebih
dari segala-galanya? Maukah saudara berusaha untuk bisa lebih mengasihi Yesus,
dengan lebih banyak merenungkan apa yang sudah Ia lakukan bagi saudara, dengan
lebih banyak bersekutu dengan Dia, dengan lebih banyak belajar tentang Dia
(dari Firman Tuhan), dan dengan lebih banyak mentaati Dia?
Adanya kasih
kepada Kristus inilah yang memungkinkan kita rela berkorban dalam pelayanan,
ketaatan, dalam memberi persembahan, dsb.
3) Tidak hidup untuk diri
sendiri, tetapi untuk Tuhan / kebenaran.
2Kor 5:15
berbunyi: “Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka”.
1Pet 2:24
- “Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya
kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran”.
Penerapan:
renungkan baik-baik! Untuk apa / siapa saudara hidup? Untuk diri saudara
sendiri? Untuk keluarga? Untuk ilmu pengetahuan? Untuk negara dan bangsa?
Tujuan tertinggi dan termulia dalam hidup ini adalah untuk Tuhan!
4) Berjuang melawan dosa hingga
mencucurkan darah.
Ibr 12:1-4 - “Karena
kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah
kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan
berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah
kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan
Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari
pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam
pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah”.
Kalau saudara
adalah orang yang sungguh-sungguh sudah percaya kepada Yesus, saya yakin
saudara pasti sudah pernah dan sudah sering bergumul melawan dosa. Tetapi
seberapa hebat pergumulan yang saudara lakukan? Ayat ini menuntut suatu
pergumulan melawan dosa sampai pada titik dimana kita mencurahkan darah. Jadi
kita harus rela berkorban apapun dalam pergumulan melawan dosa itu, dan kalau
perlu kita harus rela berkorban nyawa. Maukah saudara melakukannya?
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar