Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
III) Kematian dan kebangkitan Yesus.
Sebelum saya membahas
tentang karya penyelamatan yang Yesus lakukan bagi kita, terlebih dulu saya
ingin membahas tentang diri Yesus sendiri. Setelah inkarnasi, Yesus adalah
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
A)
Yesus adalah Allah.
Bukti bahwa
Yesus adalah Allah:
1) Yesus menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’.
Saksi-Saksi Yehuwa
maupun para Unitarian berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah,
maka Ia bukan Allah. Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak
pernah mengclaim
diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak Allah.
Jawaban:
a) Yesus memang tidak pernah
menyatakan diri sebagai ‘Allah’;
Ia selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak
Allah’. Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah
kita harus membentuk pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya
berdasarkan kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab
Suci yang lain? Yang dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus
sendiri saja, atau juga bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus
sendiri tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat
Kitab Suci yang menyatakan demikian, seperti Yes 9:5 Yoh 1:1
Yoh 20:28 Kis 20:28 Ro 9:5
Tit 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1
1Yoh 5:20 Wah 1:8 dsb. Ayat-ayat
ini tidak akan saya bahas sekarang, karena akan saya bahas belakangan.
b) Ingat bahwa suatu istilah
dalam Kitab Suci harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang
jaman itu tentang istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman
sekarang tentang istilah tersebut.
Tentang
istilah ‘Anak
Allah’ yang digunakan oleh Yesus terhadap diriNya sendiri
ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan mengatakan bahwa istilah
‘Anak Allah’
menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu beranak, dsb. Karena itu
jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah penafsiran
yang menggunakan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah ‘Anak Allah’
itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina,
dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada jaman itu.
Kalau
begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine
memberikan komentar sebagai berikut: “absolute
Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense, is intended in the title” (= keAllahan yang mutlak, bukan
keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang dimaksudkan dalam
gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’,
hal 1061.
Tetapi,
apa dasarnya pandangan seperti ini?
1. Kita bisa mendapatkan
jawabannya dengan membandingkan istilah ‘Anak Allah’ dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang sama-sama
merupakan gelar / sebutan yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya
sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa
Yesus ‘betul-betul
manusia’, maka istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan bahwa
Yesus ‘betul-betul
Allah’.
Maz 8:5 - “apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.
Dalam ayat ini jelas ada dua
kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda.
Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!
2. Bandingkan dengan Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di
perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Pikirkan ayat ini! Mereka
menganggap Yesus betul-betul adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu
menyembah Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu ‘bukan
Allah’,
atau ‘lebih rendah
dari Allah’,
maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi (bangsa monotheist, yang
hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa
mereka menganggap istilah ‘Anak
Allah’
berarti ‘Allah
sendiri’.
3. Bandingkan dengan
Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia
berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja
juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya,
bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan
bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya
dengan Allah”.
NIV/NASB: ‘making himself
equal with God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).
Catatan:
kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyamakan’
dalam Yoh 5:18 adalah kata yang sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan
‘setara’
dalam Fil 2:6. Jadi artinya ‘menyetarakan’
/ ‘menyederajatkan’,
bukan betul-betul ‘mengidentikkan’.
Di
sini terlihat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’,
orang-orang Yahudi pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus
menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau
menganggap diri setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan
terhadap Allah, dan karena itu mereka mau merajam Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa
maupun para Unitarian menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya
merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi
tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.
Jawaban:
Kalau
itu memang merupakan pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang
kata-kata Yesus itu, mengapa Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?
Dalam
perdebatan antara saya dengan para Unitarian, mereka mengatakan bahwa Yesus
sendiri mengoreksi pandangan salah dari orang-orang Yahudi itu dengan
mengucapkan kata-kata dalam Yoh 5:19 - “Maka Yesus menjawab
mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat
mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”.
Sekarang
mari kita membahas Yoh 5:19 ini.
a. ‘Anak
tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu
sendiri’).
Ayat ini dipakai oleh Arius
/ Arianisme (yang nantinya menjadi dasar dari ajaran Saksi Yehuwa) untuk
mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan
apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi sebetulnya ayat ini
sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus
menunjukkan diriNya sebagai Anak Allah, dan menyamakan diriNya dengan Allah
(ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan
ketidak-mampuanNya.
Kalau demikian, apa arti /
maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan
kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan
Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun
tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!
Jadi, Yesus dan Bapa tidak
bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan
Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata
Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat
Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka
itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak
bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak
bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.
b. ‘Jikalau Ia
tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu
juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).
·
Kata ‘apa’ dalam bagian ini seharusnya
adalah ‘apapun’.
RSV/NIV/NASB: ‘whatever’ (= apapun).
KJV: ‘what
things soever’
(= hal-hal apapun juga).
Jadi kata-kata Yesus di sini
menunjukkan bahwa Anak / Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan oleh Bapa.
Padahal, apa yang dilakukan oleh Bapa jelas merupakan pekerjaan ilahi, seperti
menciptakan alam semesta dengan segala isinya, membangkitkan orang mati, dsb.
Bahwa Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan Bapa, menunjukkan bahwa Yesus
/ Anak adalah Allah!
·
Jangan mengartikan bagian ini seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru
BapaNya! Tentang bagian ini NICNT mengutip kata-kata Westcott, yang berkata
sebagai berikut: “The things that the Father does
that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of
nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh Bapa
juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan
hakekatNya).
·
Kalau ay 19 berarti bahwa Yesus hanya bisa meniru apa yang Bapa
lakukan, bagaimana mungkin Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah
melihat Bapa melakukan hal itu?
·
Hal lain yang tidak memungkinkan penafsiran Unitarianisme ini adalah
bahwa seluruh kata-kata Yesus dalam Yoh 5:19 ada dalam present tense. Kalau itu
diartikan tindakan meniru, seharusnya ada dalam bentuk lampau.
4. Yoh 10:30-33 - “(30)
Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil
batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan
baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di
antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang
Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah [NWT / TDB: “make yourself a god”
(= menjadikan dirimu suatu allah)]” (bdk.
Yoh 10:36b - “Karena
Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.).
Catatan: kata-kata ‘menyamakan diriMu dengan Allah’ seharusnya adalah ‘membuat diriMu Allah’.
Dalam
Yoh 10:33, sekalipun kata-kata itu memang itu diucapkan oleh orang-orang
Yahudi, tetapi lagi-lagi kata-kata itu pasti benar. Mengapa? Karena kalau
kata-kata itu salah, Yesus pasti akan membetulkannya / mengoreksinya; Ia pasti
akan menyangkal bahwa Ia menyetarakan diriNya dengan Allah. Tetapi Yesus tidak
pernah melakukan hal itu! Kalau saudara membaca Yoh 10:34-39 terlihat
dengan jelas bahwa Yesus bukannya membetulkan kesalahan mereka, tetapi
sebaliknya justru menegaskan bahwa kata-kata mereka itu benar. Supaya lebih
jelas, mari kita pelajari bagian itu.
Yoh 10:34-39
- “(34) Kata
Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah
berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu
disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36)
masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah
diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku
Anak Allah? (37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu,
janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak
mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu
boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’
(39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan
mereka”.
a. Hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dari seluruh jawaban Yesus ini adalah: terhadap kata-kata
orang-orang Yahudi dalam ay 33 (bahwa Yesus menyetarakan diri dengan
Allah), Yesus tidak menyangkalnya!
Dalam
persoalan Sabat, pada saat mereka menyalahkan Yesus, Yesus sering membantahnya
(Mat 12:1-8 Mat 12:9-15a Luk 13:10-17 Luk 14:1-6 Yoh 5:16-17 Yoh 7:22-24). Tetapi dalam hal ‘tuduhan’
menyetarakan diri dengan Allah, Yesus tidak pernah membantahnya
(Yoh 5:17-18 Yoh 10:30-38).
Kalau memang pendapat / penafsiran mereka itu salah, mengapa Yesus tidak pernah
membantahnya?
Loraine
Boettner: “And Jesus did not deny, but
acknowledged, the accuracy of their charge. If they had been wrong a word
from Him would have set them right, and it would have been nothing short of
criminal for Him to have withheld it. ... It was not because of a slight
misunderstanding of His claims that He allowed Himself to be murdered by His
enemies, but because His claims were insisted upon by Him and accurately
understood and resented by the Jews that He went to the cross” (= Dan Yesus tidak menyangkal,
tetapi mengakui, keakuratan dari tuduhan mereka. Seandainya mereka salah,
maka satu kata dari Dia akan membetulkan mereka, dan merupakan suatu tindakan kriminil
dari Dia untuk menahan / tidak mengucapkan kata itu. ... Bukan karena suatu
kesalah-pahaman yang kecil tentang claimNya sehingga Ia mengijinkan
diriNya sendiri dibunuh oleh musuh-musuhNya, tetapi karena Ia berkeras /
bersikukuh tentang claimNya, dan claimNya itu dimengerti secara akurat
dan dibenci oleh orang-orang Yahudi sehingga Ia disalibkan)
- ‘Studies in Theology’,
hal 155.
b. Jawaban Yesus dalam ay 34-38 terdiri dari 2
hal:
·
Ay 34-36:
Ay
34b dikutip dari Maz 82:6. Yesus berkata bahwa dalam Kitab Suci juga ada orang
yang disebut dengan istilah ‘allah’,
dan itu tidak dianggap penghujatan. Yesus tidak memaksudkan bahwa Ia juga
adalah ‘allah’
dalam arti yang sama. Yesus tidak menyejajarkan diriNya dengan hakim-hakim yang
disebut ‘allah’
itu. Maksud Yesus adalah: kalau mereka, yang adalah manusia biasa / hakim, bisa
disebut ‘allah’
tanpa harus menghujat Allah, maka lebih-lebih Dia, yang adalah Mesias. Pada
waktu Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak
Allah’, tentu itu bukan penghujatan.
·
Ay 37-38: Hal kedua yang Yesus tekankan
adalah: mujijat-mujijat yang Ia lakukan seharusnya membuat mereka mempercayai
kata-kataNya.
c. Ada 3 kalimat / pernyataan yang artinya sama.
Yoh 10:30-39
- “(30) Aku
dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu
untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik
yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di
antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang
Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.’ (34) Kata Yesus kepada
mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman:
Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan,
disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36) masihkah kamu
berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam
dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
(37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya
kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya
kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui
dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ (39)
Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka”.
Ingat
bahwa semua persoalan ini muncul karena dalam Yoh 10:30 Yesus berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’.
Sekarang
perhatikan bahwa dalam ay 36b Yesus berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku Anak Allah’”.
Ini aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku dan
Bapa adalah satu’”? Bukankah kata-kata ‘Aku dan Bapa adalah satu’
dalam ay 30 itu yang dipersoalkan di sini?
Juga
dalam ay 38b, Yesus berkata: “Supaya
kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam
Bapa”. Ini juga aneh! Mengapa Ia
tidak berkata: “Supaya
kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa ‘Aku dan Bapa adalah satu’”?
Jawabannya:
jelas karena ketiga kalimat itu: yaitu:
·
Aku dan Bapa adalah satu (ay 30).
·
Aku adalah Anak Allah (ay 36b).
·
Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa
(ay 38b bdk. Yoh 14:8-11).
maksudnya
adalah sama! Semuanya menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
5. Yoh 19:7 - “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami
mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap
diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap diriNya sebagai
Anak Allah’ adalah ‘Ia
membuat diriNya sendiri Anak Allah’.
Bdk.
Mark 14:61-64 - “(61)
Tetapi Ia
tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali
lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62)
Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’
(63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita
perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah.
Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa
Dia harus dihukum mati”.
Pengakuan Yesus bahwa
diriNya adalah Anak Allah membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya
menghujat Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan
lagi-lagi, tidak ada bantahan / pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan
tersebut.
Kesimpulan: Dari kelima point di atas
ini, jelas bahwa pengakuan Yesus bahwa Ia adalah ‘Anak Allah’ adalah sama
dengan pengakuan bahwa diriNya adalah Allah / setara dengan Allah.
Pertanyaan: apakah saudara
percaya bahwa Yesus adalah Allah sendiri? Kalau ya, apakah saudara mengarahkan
hidup saudara sesuai dengan kepercayaan tersebut?
2) Ada banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.
a) Maz 45:7-8 - “(7) Takhtamu
kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.
Ay 8,
khususnya ay 8b, menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi ay 7 menekankan
keilahianNya. Tetapi dalam
Kitab Suci Indonesia
ay 7 ini salah terjemahan!
RSV: ‘Your divine throne’ (= Takhta
ilahiMu). Ini juga salah terjemahan.
KJV: ‘Thy throne, O God’ (=
TakhtaMu, ya Allah).
NIV/NASB: ‘Your throne, O God’ (=
TakhtaMu, ya Allah).
NWT / TDB: “God is your throne” (= Allah adalah takhtamu).
1. Penterjemahan Maz 45:7 ini.
Penterjemahan seperti
Kitab Suci Indonesia
merupakan terjemahan yang mustahil sama sekali.
Matthew Poole
(tentang Ibr 1:8): “some heretics, to
elude this proof of Christ’s Deity, would make ‘God’ the genitive case in the
proposition, as, Thy throne of God, expressly contrary to the grammar, both in
Hebrew and Greek” (= beberapa orang sesat / bidat, untuk menghindarkan bukti
KeAllahan Kristus ini, membuat kata ‘Allah’ menjadi kasus genitif dalam hal
ini, sehingga menjadi ‘Takhtamu dari / milik Allah’, secara jelas bertentangan
dengan tata bahasa, baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani) - hal 811.
Calvin: “The Jews, indeed, explain
this passage as if the discourse were addressed to God, but such an
interpretation is frivolous and impertinent. Others of them read the word µyhla, Elohim, in the genitive case, and translate it ‘of God,’ thus:
‘The
throne of thy God.’ But for this there is no foundation, and
it only betrays their presumption in not hesitating to wrest the Scriptures so
shamefully, that they may not be constrained to acknowledge the divinity of the
Messiah.” (=
orang-orang Yahudi, memang menjelaskan ayat ini seakan-akan percakapan itu
ditujukan kepada Allah, tetapi penafsiran seperti itu sembrono / tolol dan
kurang ajar. Orang-orang lain dari mereka membaca kata ELOHIM, dalam kasus
genitif, dan menterjemahkannya ‘dari / milik Allah’, maka menjadi ‘Takhta dari
/ milik Allahmu’. Tetapi untuk ini disana tidak ada dasar, dan itu hanya
memperlihatkan kesombongan mereka yang tidak ragu-ragu membengkokkan Kitab Suci
dengan cara yang begitu memalukan, supaya mereka tidak terpaksa untuk mengakui
keilahian dari sang Mesias).
Dalam bahasa
Ibraninya digunakan hanya 2 kata. Kata pertama adalah KISAKA, yang berarti ‘your throne’ (= takhtamu), dan kata kedua adalah ELOHIM, yang berarti ‘God’ (= Allah). Karena itu, hanya ada 2 kemungkinan untuk menterjemahkan:
a. Kata ‘Allah’ dianggap sebagai bentuk sapaan, sehingga terjemahannya menjadi ‘O
God’ / ‘ya Allah’
(KJV/ASV/NKJV/NIV/NASB).
b. Ditambahkan kata ‘is’ (= adalah) di tengah-tengah kedua kata
itu, sehingga menjadi ‘Your throne is God’ (= ‘Takhtamu adalah
Allah’) atau ‘God
is your throne’ (= Allah adalah takhtamu) seperti dalam NWT / TDB.
Dalam bahasa Ibrani penambahan seperti ini memang biasa terjadi,
dan ini bisa terlihat dari kata-kata di bawah ini.
Menahem Mansoor: “Hebrew has no special words for the English verbs am, are, or is.
They were understood from the context. Thus, the present tense of to be is not
expressed in Hebrew. When you translate into English, you must add the
appropriate English verb” (= Bahasa Ibrani tidak
mempunyai kata-kata khusus untuk kata-kata kerja bahasa Inggris ‘am’, ‘are’, atau ‘is’. Kata-kata itu dimengerti dari kontextnya. Maka / karena itu,
bentuk present dari ‘to be’ tidak dinyatakan dalam bahasa Ibrani. Pada waktu engkau
menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris, engkau harus menambahkan kata kerja
bahasa Inggris yang sesuai) - ‘Biblical Hebrew
Step By Step’, vol I, hal 61.
Sebagai contoh
kalau dalam bahasa Ibrani seseorang mau mengatakan ‘I
am the mother’ (= aku adalah sang ibu), maka ia hanya mengatakan:
MxehA ynixE
(dibaca dari kanan ke kiri)
HA-EM ANI
the mother I
sang ibu aku
Tetapi dalam
menterjemahkan kita tidak bisa menterjemahkan: ‘I
the mother’ (= Aku sang ibu). Kita harus menambahkan kata ‘am’ (= adalah) sehingga menjadi ‘I
am the mother’ (= Aku adalah sang ibu).
Jadi sebetulnya,
ditinjau dari sudut bahasa, terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi
Yehuwa, yaitu ‘Allah adalah takhtaMu’ merupakan sesuatu yang memungkinkan.
Tetapi ditinjau dari sudut artinya, terjemahan itu sangat tidak masuk
akal. Mengapa? Karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan NWT
/ TDB menunjukkan bahwa ada seseorang (siapapun dia adanya) yang duduk di atas Allah, yang jelas
merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Karena itu
Alexander MacLaren mengatakan bahwa terjemahan ini: “may
fairly be pronounced impossible” (= bisa dengan adil / wajar dinyatakan
sebagai mustahil) - hal 70.
Barnes’ Notes: “Unitarians proposed to translate this, ‘God is thy throne;’ but
how can God be a throne of a creature? What is the meaning of such an
expression? Where is there one parallel” (= Para
Unitarian / orang-orang yang mempercayai bahwa Allah itu tunggal mutlak
mengusulkan untuk menterjemahkan ini: ‘Allah adalah takhtamu’; tetapi bagaimana
Allah bisa menjadi suatu takhta dari suatu makhluk ciptaan? Apa arti dari
ungkapan seperti itu? Dimana ada satu ungkapan lain yang paralel dengannya?) - hal 1229.
Keil &
Delitzsch: “God is neither the
substance of the throne, nor can the throne itself be regarded as a
representation or figure of God” (= Allah bukan zat dari takhta, juga
takhta itu sendiri tidak bisa dianggap sebagai wakil atau gambar dari Allah) - hal 82.
John Owen mengutip
kata-kata Stuart sebagai berikut:
“Where is God ever said to be the throne of his creature? and what
could be the sense of such an expression?” (= Dimana pernah dikatakan bahwa Allah adalah takhta dari makhluk
ciptaanNya? dan apa yang bisa menjadi arti dari ungkapan seperti itu?) - ‘Hebrews’,
vol 3, hal 179 (footnote).
John Owen
menambahkan dengan berkata bahwa penterjemahan ‘Your
Throne is God’ (= Takhtamu adalah Allah) itu “Is contrary to the universally constant use of the expression in
Scripture; for wherever there is mention of the throne of Christ, somewhat
else, and not God, is intended thereby” (= Bertentangan dengan penggunaan tetap secara universal / tanpa
kecuali dari ungkapan itu dalam Kitab Suci; karena dimanapun disebutkan tentang
takhta Kristus, maka adalah sesuatu yang lain, dan bukannya Allah, yang
dimaksudkan dengannya) - ‘Hebrews’, vol 3, hal 182.
2. Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Kristus
saja.
Memang apakah
Maz 45 ini pada mulanya (secara orisinil) memang ditujukan kepada seorang raja
manusia / Salomo atau tidak, menimbulkan perdebatan yang cukup hebat.
a. Daud.
b. Salomo, yang menikah dengan putri Firaun!
c. Ahab. Mengapa bisa muncul dugaan bahwa raja
ini adalah Ahab? Karena:
·
Ahab mempunyai istana gading - 1Raja 22:39 bdk.
Maz 45:9b.
·
adanya istilah ‘Puteri Tirus’ dalam Maz 45:13.
Tetapi Izebel
adalah putri raja Sidon ,
bukan Tirus. Dan kelihatannya Maz 45:13 tidak menunjukkan bahwa putri Tirus itu
adalah istri raja itu, tetapi hanya orang yang datang membawa
pemberian-pemberian.
Pulpit
Commentary (hal 352) menganggap ‘Puteri Tirus’ ini sebagai gambaran dari orang-orang kafir / non Yahudi
secara umum.
d. Yoram, anak Yosafat, yang menikah dengan
Atalya, anak Ahab dan Izebel (bdk. 2Raja 8:18,26).
e. Seorang raja Persia . Alasannya adalah bahwa
istilah yang diterjemahkan ‘permaisuri’ dalam Maz 45:10 digunakan untuk ratu Persia
dalam Neh 2:6. Tetapi merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal bahwa
raja di sini menunjuk kepada seorang raja Persia , karena bagaimana mungkin
muncul kata-kata ‘Allah, Allahmu’ (Maz 45:8) untuk seorang raja
kafir?
Alexander
MacLaren menganggap (hal 66,74,78) bahwa Maz 45 ini memang menunjuk kepada
seorang raja, tetapi ia tidak bisa mengatakan siapa raja ini. Ini adalah
seorang raja ideal, yang merupakan type dari Kristus.
Calvin [juga
Derek Kidner (Tyndale)] beranggapan bahwa Maz 45 ditujukan kepada Salomo,
yang merupakan TYPE dari Yesus.
Calvin: “Although he is called ‘God’, because God has imprinted some mark
of his glory in the person of kings, yet this title cannot well be applied to a
mortal man; for we nowhere read in Scripture that man or angel has been
distinguished by this title without some qualification. It is true,
indeed, that angels as well as judges are called collectively Myhlx, ELOHIM, gods; but not
individually, and no one man is called by this name without some word
added by way of restriction, as when Moses was appointed to be a god to
Pharaoh, (Exod. 7:1.) From this we may naturally infer, that this psalm
relates, as we shall soon see, to a higher than any earthly kingdom” [= Sekalipun ia
disebut ‘Allah’, karena Allah telah menanamkan tanda kemuliaanNya dalam diri
dari raja-raja, tetapi gelar ini tidak bisa dengan benar diterapkan kepada
seorang manusia biasa; karena kita tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa
manusia atau malaikat telah diistimewakan / ditonjolkan dengan gelar ini tanpa
pembatasan. Memang benar bahwa malaikat-malaikat maupun hakim-hakim disebut
secara kolektif dengan sebutan ELOHIM, allah-allah; tetapi tidak
secara individuil, dan tidak ada satu orangpun yang dipanggil dengan nama
ini tanpa tambahan kata-kata sebagai pembatasan, seperti pada waktu Musa
diangkat menjadi allah bagi Firaun, (Kel 7:1). Dari sini kita secara wajar
menyimpulkan, bahwa mazmur ini berkenaan, seperti yang akan kita lihat, dengan
suatu kerajaan yang lebih tinggi dari kerajaan duniawi manapun] - hal 178.
Calvin: “the posterity of David typically represented Christ to the
ancient people of God” (= keturunan Daud mewakili Kristus sebagai suatu TYPE kepada /
bagi umat Allah jaman dulu) - hal 180.
Calvin: “in the kingdom
of Solomon God had
exhibited a type or figure of that everlasting kingdom which was still to be
looked for and expected” (= dalam kerajaan Salomo Allah telah menunjukkan suatu TYPE /
bayangan atau gambaran dari kerajaan kekal itu, yang masih harus dicari dan
diharapkan) - hal 180.
Calvin: “there is the name Myhlx , ELOHIM, which it is proper to notice. It is no doubt also
applied to angels and men, but it cannot be applied to a mere man without
qualification. And, therefore, the divine majesty of Christ, beyond all
question, is expressly denoted here” (= di sana ada nama ELOHIM, yang perlu
diperhatikan. Tidak diragukan bahwa nama ini juga diterapkan kepada
malaikat-malaikat dan orang-orang, tetapi nama itu tidak bisa diterapkan kepada
seorang manusia biasa tanpa pembatasan. Dan karena itu, tanpa keraguan,
keagungan ilahi dari Kristus ditunjukkan secara jelas di sini) - hal 181.
Calvin (tentang
Ibr 1:8): “Whosoever will read the
verse, who is of a sound mind and free from the spirit of contention,
cannot doubt but that the Messiah is called God” (= Siapapun yang
membaca ayat itu, yang mempunyai pikiran yang sehat dan bebas dari roh
perdebatan / perbantahan, tidak bisa meragukan bahwa Mesias disebut Allah) - hal 45.
Catatan: yang disebut ‘the verse’ (= ayat itu), adalah Maz 45:7.
Berbeda dengan Calvin, maka John
Owen, Pulpit Commentary, dan Albert Barnes menganggap bahwa Maz 45 ini hanya
menunjuk kepada Yesus saja.
Barnes’ Notes
(tentang Maz 45): “The remaining
opinion, therefore, is that the psalm had original and exclusive
reference to the Messiah. ... the psalm had original and sole reference to the
Messiah” (= Karena itu, pandangan yang tersisa adalah bahwa mazmur itu
mempunyai hubungan orisinil dan exklusif dengan sang Mesias. ... Mazmur
itu mempunyai hubungan orisinil dan satu-satunya dengan sang Mesias) - hal 27,28.
Catatan: kata ‘exclusive’ / exklusif
artinya adalah: sendirian, tanpa disertai yang lain, terpisah dari yang lain.
Pulpit
Commentary (tentang Maz 45): “To no one, indeed,
but Jesus, can we apply the epithets which are herein used” [= Tidak kepada
seorangpun, kecuali Yesus, kita bisa menerapkan julukan-julukan /
ungkapan-ungkapan / penggambaran-penggambaran yang digunakan di dalam (Mazmur) ini] - hal 354.
Charles Haddon Spurgeon: “Some here see Solomon and Pharaoh’s
daughter only - they are short-sighted; others see both Solomon and Christ -
they are cross-eyed; well-focused spiritual eyes see here Jesus only” (= Sebagian orang melihat di sini hanya
Salomo dan puteri Firaun - mereka mempunyai pandangan cupet / rabun dekat;
orang-orang lain melihat baik Salomo maupun Kristus - mereka juling; mata
rohani yang terfokus dengan baik, melihat di sini Yesus saja) - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 315.
Argumentasi-argumentasi
yang diberikan oleh orang-orang yang mempercayai bahwa Maz 45 ini hanya
menunjuk kepada Yesus saja, adalah sebagai berikut:
a. Maz 45 ini
membicarakan seorang raja, dan Yesus memang adalah Raja, sekalipun secara
rohani.
Bdk. Yoh
18:36-37 - “(36)
Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini,
pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang
Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’ (37) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab
Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan
untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suaraKu.’”.
b. Maz 45:3 - “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk
selama-lamanya”.
Catatan: ada yang menterjemahkan kata-kata ‘sebab itu’ sebagai ‘sebab’.
·
Raja
itu disebut terelok dari antara anak-anak manusia.
Ini tidak boleh diartikan secara fisik, karena akan bertentangan dengan
Yes 53:2 yang mengatakan ‘ia
tidak tampan’.
Pulpit
Commentary: “This kind of beauty
- the soul speaking through the countenance - is what we cannot suppose absent
in our Lord Jesus” (= Jenis keelokan / keindahan ini - jiwa yang berbicara melalui
wajah - adalah apa yang tidak bisa kita anggap tidak ada dalam Tuhan kita
Yesus) - hal 353.
Point ini jelas
tidak cocok untuk Ahab ataupun Yoram, yang adalah raja-raja yang brengsek.
·
Kata ‘kemurahan’ diterjemahkan ‘grace’ (= kasih karunia) oleh
KJV/RSV/NIV/NASB. Bdk. Luk 4:22 (‘indah’ seharusnya ‘gracious’ / ‘bersifat kasih karunia’) yang menunjukkan bahwa ini digenapi
dalam diri Kristus.
c. Maz 45:5 - “Dalam semarakmu itu
majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan
kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat!”.
Kata ‘perikemanusiaan’ oleh NIV
diterjemahkan ‘humility’ (= kerendahan-hati); oleh KJV/NASB
diterjemahkan ‘meekness’ (= kelemah-lembutan).
Pulpit
Commentary: “‘Meekness’ is about
the very last thought associated with earthly kings (but see Matt. 11:29)” [=
‘Kelemah-lembutan’ adalah pemikiran yang terakhir berhubungan dengan raja-raja
duniawi (tetapi lihat Mat 11:29)] - hal 355.
Mat 11:29 -
“Pikullah
kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.
Jadi, bagian ini
boleh dikatakan tidak cocok dengan raja manusia manapun, dan hanya cocok untuk
Yesus.
d. Maz 45:5-6 -
“(5)
Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan!
Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! (6)
Anak-anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di
bawah kakimu”.
Salomo tidak
pernah dikenal sebagai raja yang suka berperang (bdk. 1Taw 22:9), tetapi
Maz 45:5-6 menggambarkannya demikian. Sebaliknya, Mesias memang dianggap
sebagai ‘pahlawan perang’ (tentu saja dalam arti rohani), yang akan membebaskan
Israel
/ Yehuda (Yer 23:6).
Barnes’ Notes: “It is to be remembered that the expectation of a Messiah was the
peculiar hope of the Jewish people. He is really the ‘hero’ of the Old
Testament” (= Harus diingat bahwa pengharapan tentang seorang Mesias adalah
pengharapan yang khas dari bangsa Yahudi. Ia betul-betul adalah ‘pahlawan’ dari
Perjanjian Lama) - hal 28.
Pulpit
Commentary: “All the enemies of
Messiah shall one day be chastised, and fall before him” (= Semua musuh-musuh
dari Mesias akan dihukum pada satu hari, dan jatuh di hadapanNya) - hal 351.
W. S. Plumer
mengutip kata-kata Morison sebagai berikut: “By
the two methods of judgment and mercy the Messiah deals with the children of
men: his arrows either pierce the heart and humble it to receive his great
salvation, or they smite the guilty opposer in the dust, and leave him the
instructive monument of divine wrath” [= Dengan dua metode dari penghakiman
dan belas kasihan sang Mesias menangani anak-anak manusia: anak-anak panahnya
menikam jantung / hati dan merendahkannya untuk menerima keselamatannya yang
besar, atau mereka memukul penentang yang bersalah dalam debu, dan
meninggalkannya sebagai monumen pengajaran
dari murka ilahi] - hal 520.
e. Maz 45:6,18
- “(6)
Anak-anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa
jatuh di bawah kakimu. ... (18) Aku mau
memasyhurkan namamu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan
bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya”.
Bandingkan juga
dengan istilah ‘puteri Tirus’ dalam ay 13.
Pulpit
Commentary: “He should have universal
sway, and not over Israel
only” (= Ia harus mempunyai kekuasaan universal, dan bukan hanya atas Israel
saja) - hal 355.
Ini lagi-lagi
tidak cocok dengan raja-raja Israel
/ Yehuda, atau raja manapun, dan hanya cocok untuk Yesus.
f. Maz 45:7 - “Takhtamu kepunyaan
(Ya) Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran”.
Kata-kata ‘Ya Allah’ tidak cocok
baik untuk Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun.
W. S. Plumer: “It cannot without violence be applied to Solomon” [= Ini tidak dapat
diterapkan kepada Salomo tanpa melakukan kekerasan (terhadap ayat ini)] - hal 516.
Kalaupun
kata-kata ‘Ya Allah’ itu mau diterjemahkan seperti NWT / TDB atau seperti
terjemahan-terjemahan yang lain, tetap saja ada kata-kata ‘Takhtamu ... tetap
untuk seterusnya dan selama-lamanya’ dalam Maz 45:7 ini, yang tidak
cocok baik untuk Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun, dan hanya
cocok untuk Yesus saja.
Pulpit
Commentary: “A dominion to which
there will never be any end. This is
never said, and could not be truly said, of any earthly kingdom. When
perpetuity is promised to the throne of David (2Sam 7:13-16; Ps. 89:4,36,37),
it is to that throne as continued in the reign of David’s Son, Messiah” [= Suatu kekuasaan
yang tidak pernah ada akhirnya. Ini
tidak pernah dikatakan, dan tidak bisa secara benar dikatakan, tentang kerajaan
duniawi manapun. Pada waktu kekekalan dijanjikan pada takhta dari
Daud (2Sam 7:13-16; Maz 89:5,37,38), itu adalah bagi takhta itu, yang berlanjut
dalam pemerintahan dari Anak Daud, Mesias] - hal 351.
Charles Haddon Spurgeon: “To whom can this be spoken but our Lord?
... His enlightened eye sees in the royal Husband of the church, God, God to be
adored, God reigning, God reigning everlastingly. ... Blind are the eyes that
cannot see God in Christ Jesus” [= Kepada siapa kata-kata ini bisa diucapkan kecuali
kepada Tuhan kita? ... Matanya (mata si pemazmur) yang diterangi melihat dalam Suami rajani
dari Gereja, Allah, Allah yang bertakhta, Allah yang bertakhta selama-lamanya.
... Butalah mata yang tidak bisa melihat Allah dalam Kristus Yesus] - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 318.
g. Maz 45:8 - “Engkau mencintai
keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah
mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi
teman-teman sekutumu”.
·
Ayat ini menunjukkan bahwa raja
itu saleh
/ suci, karena dikatakan bahwa ia mencintai keadilan dan membenci kefasikan.
·
Dan kalau tadi raja itu disebut sebagai ‘Allah’, maka sekarang
dikatakan bahwa ia diurapi oleh Allahnya.
Calvin
mengatakan bahwa dalam Maz 45 ini, Kristus bukan hanya digambarkan sebagai
Allah saja, tetapi juga sebagai Allah yang menjadi manusia (Pengantara), dan
karena itu Maz 45:8 (kata-kata ‘Allah, Allahmu telah mengurapi engkau’) kelihatannya
menunjukkan bahwa Ia lebih rendah dari Allah.
Pulpit
Commentary: “He should be God,
and yet be anointed by God. (Vers. 6,7.) How enigmatical before fulfilment! How
fully realized in our Immanuel, in him who is at once God and man, David’s Son,
yet David’s Lord!” [= Ia harus adalah Allah, tetapi diurapi oleh Allah (ayat 7,8).
Alangkah membingungkannya hal itu sebelum hal itu digenapi! Betapa penuhnya hal
itu terwujud dalam Imanuel kita, dalam Dia yang pada saat yang sama Allah dan
manusia, Anak Daud, tetapi juga Tuhan Daud!] - hal 355.
Charles Haddon Spurgeon: “Observe the indisputable testimony to
Messiah’s Deity in verse six, and to his manhood in the present verse. Of whom
could this be written but of Jesus of Nazareth ?
Our Christ is our Elohim. Jesus is God with us” [= Perhatikan kesaksian yang tidak dapat
dibantah tentang KeAllahan Mesias dalam ayat 7, dan tentang kemanusiaannya
dalam ayat ini (ay 8). Tentang siapa hal ini bisa ditulis kecuali tentang
Yesus dari Nazaret? Kristus kita adalah Elohim kita. Yesus adalah Allah dengan
/ bersama kita] - ‘The Treasury of David’,
vol I, hal 318.
·
Juga kata-kata ‘mengurapi engkau dengan minyak ... melebihi teman-teman
sekutumu’ pada ay 8b menunjukkan bahwa raja ini menerima pengurapan yang
lebih tinggi dari teman-teman sekutunya. Hal ini juga cocok dengan
penggenapannya dalam diri Kristus.
Bahwa Kristus
memang diurapi terlihat dari nama ‘Mesias’ / ‘Kristus’, yang artinya ‘yang diurapi’, dan juga ayat-ayat di bawah ini:
*
Kis 4:27 - “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota
ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel
melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi”.
*
Kis 10:38 - “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana
Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan
berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai
Iblis, sebab Allah menyertai Dia”.
*
Luk 4:18 - “‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
Aku”.
Dan bahwa Yesus
diurapi lebih dari orang-orang lain / teman-teman sekutuNya, terlihat
dari Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman
Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas”.
Ayat ini
menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang mendapat pengurapan Roh Kudus
sebanyak yang Yesus terima. Dalam arti yang sesungguhnya, Yesus adalah
satu-satunya orang yang secara mutlak betul-betul dipenuhi dengan Roh Kudus.
h. Maz 45:10 -
“di
antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu
berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir”.
Tetapi bagaimana
dengan Maz 45:10 yang berbicara tentang ‘permaisuri’ dari raja itu?
Bukankah ini lebih cocok menunjuk kepada seorang raja manusia / Salomo? John
Owen mengatakan bahwa tidak mungkin Roh Kudus merayakan pernikahan Salomo
dengan seorang perempuan kafir, mengingat itu merupakan sesuatu yang dilarang
oleh Tuhan [‘Hebrews’, vol 3, hal 179
(footnote)].
Tetapi kalau
diterapkan kepada Kristus, bukankah lebih tidak cocok mengingat Kristus tidak
pernah menikah? Jawabnya: secara jasmani, Kristus memang tidak menikah, tetapi
secara rohani ‘gereja’ disebut sebagai ‘mempelai dari Anak Domba’ (bdk. Ef 5:23-32 2Kor 11:2
Wah 21:2,9 Wah 22:17).
Barnes’ Notes: “That queen is the ‘bride of the Lamb’ - the church” (= Permaisuri / ratu
itu adalah ‘mempelai / pengantin dari Anak Domba’ - Gereja) - hal 28.
i. Maz 45:11 -
“Dengarlah,
hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah
bangsamu dan seisi rumah ayahmu!”.
Permaisuri /
puteri itu disuruh mendengarkan sang raja, dan melupakan bangsa dan seisi rumah
ayahnya. Ini mungkin sekali bisa dianalogikan dengan kata-kata Yesus dalam
Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
W. S. Plumer: “It is easy to love the best earthly and temporal things
excessively; but it is impossible to love Christ too much” (= Adalah mudah
untuk mencintai hal-hal duniawi dan sementara yang terbaik secara berlebihan;
tetapi merupakan sesuatu yang mustahil untuk terlalu mengasihi Kristus) - hal 521.
j. Maz 45:12 -
“Biarlah
raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah
tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him’ (= karena ia
adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia).
Dalam ayat ini
raja itu disebut sebagai ‘Tuhan’ dari sang Permaisuri, dan Permaisuri itu disuruh sujud
kepada raja itu.
W. S. Plumer: “If Christ is the Husband, he is also the Lord of his church” (= Jika Kristus
adalah Suami , Ia juga adalah Tuhan dari gereja) - hal 521.
Penyebutan ‘Tuhan’, dan khususnya,
perintah untuk sujud kepada raja dalam Maz 45:12 ini merupakan suatu
argumentasi yang sangat kuat untuk mengatakan bahwa Maz 45 ini berbicara
tentang Kristus, dan bahkan hanya berbicara tentang Kristus. Mengapa?
Karena dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada perintah untuk menyembah
kepada yang bukan Allah. Kalau yang dibicarakan adalah Salomo / raja
manusia biasa, maka perintah untuk sujud ini merupakan perintah untuk menyembah
Salomo / manusia, dan ini bertentangan dengan seluruh Kitab Suci.
W. S. Plumer: “Christ is to be obeyed and worshipped. ... Others have had
dominion over us; but to Christ only may we yield implicit and supreme
obedience. ... Even in his humiliation Jesus Christ never refused humble and
adoring worship. He receives the worship of angels and saints in glory, Rev.
5:9-14” (= Kristus harus ditaati dan disembah. ... Orang-orang lain
mempunyai kekuasaan atas kita; tetapi hanya kepada Kristus saja kita boleh
memberikan ketaatan yang penuh dan yang tertinggi. ... Bahkan dalam
perendahanNya, Yesus Kristus tidak pernah menolak penyembahan yang bersifat
rendah hati dan memuja. Ia menerima penyembahan dari malaikat-malaikat dan
orang-orang kudus dalam kemuliaan, Wah 5:9-14) - hal 518.
k. Maz 45:17 - “Para
bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak-anakmu nanti; engkau akan
mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi”.
·
Dalam ayat ini dikatakan bahwa para bapa leluhur
(bentuk jamak) dari sang raja akan digantikan oleh anak-anak dari raja itu.
Keil &
Delitzsch: “Solomon, however,
had a royal father, but not royal fathers” [= Tetapi Salomo
mempunyai seorang bapa yang adalah raja (Daud), tetapi tidak
mempunyai bapa-bapa leluhur (jamak) yang adalah
raja-raja] - hal 75.
Tetapi Kristus,
sebagai manusia, memang mempunyai banyak nenek moyang yang adalah raja-raja.
·
Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa anak-anak dari raja itu
akan menjadi ‘pembesar di seluruh bumi’. Ini juga tidak
cocok bagi Salomo atau raja duniawi manapun, dan hanya cocok untuk Kristus
(bdk. Ibr 2:10 Wah 5:10).
·
Jangan terlalu merasa aneh bahwa gereja / orang-orang
percaya kadang-kadang disebut sebagai permaisuri / istri / mempelai dari
Kristus, tetapi kadang-kadang disebut sebagai ‘anak’ seperti dalam Maz 45:17 ini, dan
juga disebut sebagai ‘teman sekutu’ seperti dalam Maz 45:8b. Memang Kitab Suci memberikan
bermacam-macam gambaran tentang orang percaya dalam hubungannya dengan Kristus.
Sebagai ‘saudara’ (Ro 8:29), sebagai ‘anak’ (Mark 2:5 Mark 10:24 Yoh 13:33), sebagai ‘hamba’
(Yoh 15:20), sebagai ‘sahabat’ (Yoh 15:14), sebagai ‘mempelai’ (Wah 21:9),
dsb.
Jadi, terlihat dengan jelas bahwa
banyak dari detail-detail dari
Maz 45 ini yang tidak bisa diterapkan pada seorang manusia biasa. Dan
karena itu saya menyimpulkan bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Kristus
saja, tidak kepada Salomo atau raja duniawi manapun. Sebetulnya dari hal ini
saja, seluruh argumentasi dari Saksi Yehuwa sudah runtuh, karena mereka
mendasarkan argumentasi mereka pada anggapan bahwa Maz 45 ini pada mulanya /
secara orisinil berbicara tentang seorang raja manusia, yaitu Salomo.
3. Maz
45:7 ini dikutip dalam Ibr 1:8, dan jelas diterapkan kepada Yesus!
Ibr 1:8 - “Tetapi
tentang (kepada)
Anak Ia
berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.
KJV/RSV: ‘Thy throne, O God’ (=
TakhtaMu, ya Allah).
NIV/NASB: ‘Your throne, O God’ (=
TakhtaMu, ya Allah).
Aneh juga bahwa dalam Maz 45:7 Kitab
Suci Indonesia dan RSV salah terjemahan, tetapi dalam Ibr 1:8, kedua-duanya
menterjemahkannya secara benar, padahal Ibr 1:8 mengutip dari Maz 45:7!
Adam Clarke: “this
very verse the apostle, Heb 1:8, has applied to Jesus Christ. On this I shall
make a very short remark, but it shall be conclusive: If the apostle did not
believe Jesus Christ to be the true and eternal God, he has utterly misapplied
this Scripture.” (= Ayat ini, sang Rasul, Ibr 1:8, telah
terapkan kepada Yesus Kristus. Tentang ini saya akan memberikan kata-kata
pendek, tetapi itu akan meyakinkan: Seandainya sang rasul tidak mempercayai
Yesus Kristus sebagai Allah yang sejati / benar dan kekal, ia telah sama sekali
salah menerapkan Kitab Suci ini).
b) Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa
yang Kekal, Raja Damai”.
Ayat ini pada bagian awalnya
menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi pada bagian akhirnya menekankan
keilahianNya. Dan ayat ini menyebut Yesus sebagai ‘Allah yang perkasa’!
Saksi Yehuwa mengatakan
bahwa Yesus hanya disebut dengan istilah ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR), bukan ‘Allah yang maha kuasa’ (Ibrani: EL SHADDAY)
seperti Bapa.
Kej 17:1 - “Ketika Abram berumur sembilan
puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman
kepadanya: ‘Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapanKu dengan
tidak bercela”.
Karena itu, Yesus hanyalah
‘allah kecil’, bukan betul-betul Allah.
Jawaban saya:
1. Istilah ‘allah kecil’ yang digunakan oleh
Saksi Yehuwa hanya bisa ada dalam Polytheisme, yang mempercayai banyak dewa /
allah, dan yang satu lebih besar dari yang lain.
Walter
Martin: “the Watchtower ... make Jesus ‘a
second god’ and thus introduce polytheism into Christianity” [= Menara Pengawal ... membuat
Yesus ‘allah yang kedua’ dan dengan demikian memasukkan polytheisme ke dalam
kekristenan] - ‘The
Kingdom of the Cults’, hal 69.
Catatan:
istilah ‘the Watchtower’ (= Menara Pengawal) merupakan nama dari majalah
pertama dan terutama dari Saksi Yehuwa, sehingga menjadi semacam merk yang khas
bagi mereka.
Jadi, kepercayaan
Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘allah
kecil’ itu membuat Saksi Yehuwa menjadi satu golongan
dengan agama-agama kafir. Saksi Yehuwa menuduh, atau lebih tepat memfitnah, bahwa
banyak ajaran Kristen yang berasal dari kepercayaan kafir, misalnya ajaran
tentang Allah Tritunggal, tentang jiwa yang tidak bisa mati, tentang neraka,
dan sebagainya, tetapi sebetulnya ini seperti ‘maling teriak maling’,
karena ajaran Saksi Yehuwa sendirilah yang berbau kepercayaan kafir.
2. Pandangan Saksi Yehuwa
tentang Yesus sebagai ‘allah
kecil’ ini juga bertentangan dengan:
a. Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.
Lucunya,
Saksi-Saksi Yehuwa justru menggunakan Kel 20:3 ini untuk menyerang doktrin
Allah Tritunggal (‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 13). Tetapi
serangan itu justru menjadi bumerang yang berbalik menghantam diri mereka
sendiri, karena anggapan mereka bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’ yang betul-betul
terpisah dari Allah / Yehuwa / Yahweh, jelas menunjukkan bahwa mereka
mempunyai ‘allah
lain’! Ini berbeda dengan kekristenan yang benar, yang
sekalipun menganggap bahwa Yesus adalah Allah, dan bahwa Ia adalah pribadi yang
berbeda dengan Bapa, tetapi pada saat yang sama mempercayai bahwa Yesus dan
Bapa mempunyai hanya satu hakekat, dan karena itu Yesus bukanlah ‘allah / Allah lain’!
Bdk. Yoh 10:30 - “Aku
dan Bapa adalah satu”.
b. Yes 44:6 - “Beginilah firman TUHAN, Raja dan
Penebus Israel ,
TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak
ada Allah selain dari padaKu”.
c. Yes 45:5 - “Akulah TUHAN dan tidak ada
yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau,
sekalipun engkau tidak mengenal Aku”.
d. Yes 43:10 - “‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’
demikianlah firman TUHAN, ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan
percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada
Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”.
Walter
Martin: “if there has been ‘no god formed
before or after Me’ (Jehovah speaking in Isaiah 43:10), then it is impossible
on that ground alone, namely God’s declaration, for any other god (‘a God’
included) to exist”
[= jika tidak ada allah dibentuk sebelum atau sesudah Aku (Yehovah yang
berbicara dalam Yesaya 43:10), maka adalah mustahil berdasarkan pernyataan
Allah ini saja, untuk adanya allah lain apapun / manapun (termasuk ‘suatu
Allah’)] - ‘The
Kingdom of the Cults’, hal 89.
Walter
Martin: “we find that Jehovah declares in
Isaiah 44:6 that He alone is ... the only God, ... Since Jehovah is the only God,
then how can the LOGOS be ‘a god,’ a lesser god than Jehovah, as Jehovah’s
Witnesses declare in John 1:1? ... However, despite the testimony of Scripture
that ‘... before me there was no God formed, neither shall there be after me’
(Isaiah 43:10), the ‘a god’ fallacy is pursued and taught by Jehovah’s
Witnesses in direct contradiction to God’s Word” [= kita mendapati bahwa Yehovah
menyatakan dalam Yes 44:6 bahwa Ia saja yang adalah ... satu-satunya
Allah, ... Karena Yehovah adalah satu-satunya Allah, maka bagaimana LOGOS bisa
adalah ‘suatu allah’, allah yang lebih kecil / rendah dari pada Yehovah,
seperti yang dinyatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam Yoh 1:1? ... Tetapi,
sekalipun ada kesaksian dari Kitab Suci bahwa ‘... sebelum Aku tidak ada Allah
dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi’ (Yes 43:10), pemikiran yang
keliru tentang ‘suatu allah’ terus diikuti dan diajarkan oleh Saksi-Saksi
Yehuwa dalam suatu kontradiksi langsung dengan Firman Allah]
- ‘The Kingdom of the
Cults’, hal 91.
Lagi-lagi dalam hal ini, kalau kekristenan mengakui
Yesus sebagai Allah, itu tidak bertentangan dengan ayat-ayat seperti
Yes 43:10 44:6 45:5, karena kekristenan mempercayai bahwa
Yesus (sebagai Allah) tidak dicipta, dan sekalipun kekristenan mempercayai
Yesus sebagai Allah, tetapi pada saat yang sama juga mempercayai kesatuan
Yesus dengan Bapa (dan dengan Roh Kudus), sehingga kekristenan tetap
mempercayai adanya hanya satu Allah.
Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap Yesus
sekedar sebagai ‘suatu allah’, yang dicipta oleh Bapa / Yehuwa, dan yang
betul-betul berbeda dan terpisah secara total dari Allah, jelas
bertentangan dengan ayat-ayat dalam Yesaya tersebut.
3. Istilah ‘Allah
yang perkasa’
dalam Yes 9:5 berasal dari kata Ibrani EL GIBOR. Apa artinya?
EL artinya ‘Allah’ tetapi
bisa juga diartikan ‘seseorang yang kuat’, ‘kekuatan’, ‘kuasa’, dan GIBOR
artinya ‘strong / mighty’ (= kuat / perkasa) - Bible Works 7.
Tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa sebutan ini menunjuk kepada ‘allah kecil’ yang tingkatannya
lebih rendah dari Allah yang maha kuasa.
Adam
Clarke: “°Eel gibowr, the prevailing or
conquering God.” (= EL GIBOR, Allah yang menang dan
menaklukkan).
Jamieson, Fausset &
Brown: “Horsley
translates, ‘God the mighty Hero,’ or ‘Warrior,’ °Eel gibowr: the
character in which He will manifest Himself against the anti-Christian enemy
(Rev 19:11-15).” [= Horsley menterjemahkan, ‘Allah sang
Pahlawan atau Pejuang / Prajurit yang kuat’, EL GIBOR: karakter dalam mana Ia
akan menyatakan diriNya sendiri terhadap musuh yang anti Kristen (Wah 19:11-15)].
Barnes’
Notes: “the natural and
obvious meaning of the expression is to denote a divine nature” (= arti yang alamiah dan jelas dari ungkapan ini adalah menunjukkan
suatu hakekat ilahi).
Calvin: “‘The mighty God.’ la (El) is
one of the names of God, though derived from ‘strength,’
so that it is sometimes added as an attribute. But here it is evidently a
proper name, because Isaiah is not satisfied with it, and in addition to it
employs the adjective rwbg, (gibbor,)
which means ‘strong.’ And
indeed if Christ had not been God, it would have been unlawful to glory
in him; for it is written, ‘Cursed be he that trusteth in man.’ (Jeremiah
17:5.) ... For if we find in Christ nothing but the flesh and nature of man,
our glorying will be foolish and vain, and our hope will rest on an uncertain
and insecure foundation; but if he shows himself to be to us God and ‘the mighty God,’
we may now rely on him with safety. With good reason does he call him ‘strong or mighty,’ because
our contest is with the devil, death, and sin, (Ephesians 6:12,) enemies too
powerful and strong, by whom we would be immediately vanquished, if the ‘strength’ of
Christ had not rendered us invincible. Thus we learn from this title that there
is in Christ abundance of protection for defending our salvation, so that we
desire nothing beyond him; for he is God, who is pleased to show himself ‘strong’ on
our behalf.” [= ‘Allah yang
perkasa / kuat’. EL adalah salah satu nama / sebutan Allah, sekalipun
diturunkan dari ‘kekuatan’, sehingga itu kadang-kadang ditambahkan sebagai
suatu sifat. Tetapi di sini itu dengan jelas merupakan suatu nama diri, karena
Yesaya tidak puas dengannya, dan sebagai tambahan baginya menggunakan kata
sifat GIBOR, yang berarti ‘kuat’. Dan memang seandainya Kristus bukan Allah,
adalah tidak sah untuk bermegah dalam Dia; karena dituliskan ‘Terkutuklah ia
yang percaya kepada manusia’ (Yer 17:5). ... Karena jika kita tidak menemukan
apapun dalam Kristus kecuali daging dan hakekat manusia, kemegahan kita adalah
bodoh dan sia-sia, dan pengharapan kita akan berdasar pada suatu dasar yang
tidak pasti dan tidak aman; tetapi jika Ia menunjukkan diriNya sendiri bagi kita
sebagai Allah dan ‘Allah yang perkasa / kuat’, kita sekarang bisa bersandar
kepadaNya dengan aman. Dengan alasan yang baik ia menyebutNya ‘kuat dan
perkasa’, karena pertempuran / perjuangan kita adalah melawan setan, kematian,
dan dosa, (Ef 6:12), musuh-musuh yang terlalu berkuasa dan kuat, oleh siapa
kita akan segera dikalahkan, jika ‘kekuatan’ dari Kristus tidak membuat kita
tak terkalahkan. Maka kita belajar dari gelar ini bahwa dalam Kristus ada
perlindungan yang berlimpah-limpah untuk mempertahankan keselamatan kita,
sehingga kita tidak menginginkan apapun diluar Dia; karena Ia adalah Allah,
yang berkenan menunjukkan diriNya sendiri ‘kuat’ demi kepentingan kita].
Yer 17:5 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,”.
Ef 6:12 - “karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”.
4. Istilah ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR) juga digunakan
dalam Yes 10:21, tetapi dalam ayat itu istilah itu digunakan untuk menunjuk kepada
Bapa / Yahweh.
Yes 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa
orang Israel dan orang yang
terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang
mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN,
Yang Mahakudus, Allah Israel ,
dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di
hadapan Allah yang perkasa (IBRANI: EL GIBOR)”.
Pada waktu saudara
menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa, katakan: kalau istilah EL GIBOR / ‘Allah
yang perkasa’
ini artinya hanya ‘allah kecil’, maka itu berarti bahwa Bapa / Yahweh juga
adalah ‘allah kecil’. Karena baik Yesus maupun Yahweh sama-sama disebut dengan
gelar ‘Allah yang perkasa’, maka mereka harus memilih,
arti ‘allah kecil’ yang konswekwensinya adalah bahwa Yahweh sendiri juga adalah
‘allah kecil’, atau arti ‘sungguh-sungguh Allah’ yang konsekwensinya adalah
bahwa Yesus juga adalah ‘sungguh-sungguh Allah’.
Leupold: “He is himself God. That the divine character of the
‘child’ is here asserted appears also from the fact that Isaiah uses the same
title unequivocally for God in 10:21”
(= Ia sendiri adalah Allah. Bahwa karakter ilahi dari ‘anak’ itu ditegaskan di
sini juga terlihat dari fakta bahwa Yesaya mengunakan gelar yang sama dengan
jelas / tanpa ragu-ragu untuk Allah dalam Yes 10:21) - Libronix.
Barnes’ Notes: “‘The
mighty God.’ ... This is one, and but one out of many, of the instances in
which the name God is applied to the Messiah; compare
John 1:1; Rom 9:5; 1 John 5:20; John 20:28; 1 Tim 3:16; Heb 1:8. The name
‘mighty God,’ is unquestionably attributed to the true God in Isa 10:21.
... the fact that the name God is so often applied to Christ in the New
Testament proves that it is to be understood in its natural and obvious
signification.” (= ‘Allah yang perkasa’. ... Ini adalah satu, tetapi satu dari banyak,
dari contoh-contoh dalam mana sebutan ‘Allah’ diterapkan kepada sang Mesias;
bandingkan Yoh 1:1; Ro 9:5; 1Yoh 5:20; Yoh 20:28; 1Tim 3:16; Ibr 1:8. Sebutan
‘Allah yang perkasa’ tidak diragukan dianggap sebagai milik dari Allah yang
benar / sejati dalam Yes 10:21. ... fakta bahwa sebutan Allah itu begitu
sering diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru membuktikan bahwa itu
harus dimengerti dalam arti normal dan jelas.).
Catatan: tentang 1Tim 3:16,
hanya KJV yang menggunakan kata ‘Allah’, dan ini sangat diperdebatkan
keasliannya. Karena itu, saya tidak menggunakannya untuk membuktikan keilahian
Yesus. Ayat-ayat yang lain yang digunakan oleh Barnes akan saya bahas dalam
pelajaran selanjutnya.
Ada yang mengatakan bahwa
kata EL berbeda dengan ELOHIM dalam arti, kalau kata ELOHIM bisa digunakan
untuk yang bukan Allah, maka kata El (bentuk tunggalnya) tidak bisa, dan selalu
menunjuk kepada Allah yang benar.
E. J. Young (tentang Yes
9:5): “Whereas the word
ELOHIM in the Old Testament may
sometimes apply to beings lesser than God, such is not the case with EL. This designation
is reserved for the true God and for Him alone.” (= Sementara kata ELOHIM dalam
Perjanjian Lama kadang-kadang bisa diterapkan kepada makhluk-makhluk yang lebih
rendah dari pada Allah, tidak demikian kasusnya dengan EL. Penyebutan ini
disediakan untuk Allah yang benar / sejati dan untuk Dia saja.) - Libronix.
Tetapi saya tidak setuju
dengan E. J. Young hal ini. Saya menemukan 2 ayat dalam Perjanjian Lama dimana
kata EL digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah.
Kel 34:14 - “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah
(Ibrani:
EL) lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.”.
Ul 32:12 - “demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia,
dan tidak ada allah (Ibrani: EL) asing menyertai dia.”.
Istilah ‘allah
lain’ atau ‘allah
asing’ dalam
kedua ayat di atas, jelas tidak menunjuk kepada Allah yang benar / sejati.
Dalam Bible Works 7 juga dikatakan bahwa EL bisa menunjuk kepada ‘false god’
(allah palsu / dewa).
5. Yesus dinyatakan sebagai ‘Allah yang besar’
dalam Tit 2:13 - “dengan
menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan
kemuliaan (Allah yang Mahabesar
dan Juruselamat kita) Yesus Kristus”.
Catatan: tanda kurung dari saya; dan kata ‘maha’ yang saya
coret seharusnya tidak ada.
NIV: ‘while
we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God
and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan
yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Ayat ini, yang menyebut
Yesus dengan sebutan ‘Allah yang besar’, betul-betul menabrak secara frontal
ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’.
6. Yesus juga disebut maha kuasa, tetapi dalam Perjanjian Baru
/ bahasa Yunani.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah,
yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Memang karena ini dalam
Perjanjian Baru, maka tentu tidak digunakan kata Ibrani SHADDAY, tetapi kata
Yunani PANTOKRATOR.
c) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di
sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang
mengatakan bahwa ‘Firman
itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Bapa’.
Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran”.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit
mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Pertama-tama, adalah bantahan dari
Unitarianisme (Frans Donald, Benny dsb).
Mereka menterjemahkan /
menafsirkan bagian akhir dari Yoh 1:1 itu sebagai ‘Firman itu adalah ilahi’. Jadi, Yesus hanya bersifat
ilahi, tetapi bukan betul-betul Allah.
Mereka memberikan illustrasi
sebagai berikut: Kata ‘si manis’ adalah kata benda. Tetapi kalau kata sandang
tertentunya dibuang, maka menjadi ‘manis’, yang adalah kata sifat.
Jawaban saya:
1. Illustrasi ini sama sekali tidak cocok, dan
sengaja menyesatkan. Mengapa? Karena kata ‘Allah’ adalah kata benda. Mengapa
ilustrasinya menggunakan kata ‘manis’ yang merupakan kata sifat? Kalau
ilustrasinya juga menggunakan kata benda, seperti ‘raja’ dan ‘sang raja’, maka
keduanya tetap kata benda. Jadi, ada atau tidak adanya kata sandang tertentu
tidak terlalu membuat perbedaan.
2. Dalam bahasa Yunani kata sifat ‘ilahi’ itu
ada, yaitu THEIOS, misalnya dalam 2Pet 1:3.
2Pet 1:3 - “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan
kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan
kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib”.
Mengapa bukan kata ini yang
digunakan kalau memang mau mengatakan ‘ilahi’?
Kedua, adalah bantahan dari Saksi Yehuwa.
Catatan: sebetulnya Saksi Yehuwa
juga termasuk Unitarian, tetapi mereka merupakan kelompok khusus / tersendiri,
dan berbeda dengan kelompok dari Benny, Frans Donald dan sebagainya.
Saksi Yehuwa mengatakan
bahwa dalam Yoh 1:1 itu kata ‘Allah’ muncul 2x.
Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Kata ‘Allah’ yang pertama menunjuk
kepada Bapa, dan yang ini menggunakan kata sandang tertentu. Jadi,
terjemahannya seharusnya adalah ‘the God’ (= sang Allah). Ini
betul-betul Allah.
Tetapi kata ‘Allah’ yang kedua, yang menunjuk
kepada Firman / Yesus, tidak mempunyai kata sandang tertentu, dan itu bukanlah
Allah sungguh-sungguh. Karena itu mereka menterjemahkan ‘a god’ (= suatu allah), yang mereka artikan sebagai ‘allah kecil’.
Jawaban saya:
1. Kata sandang dan hubungannya dengan
kata ‘Allah’.
a. Berbeda dengan bahasa Inggris
yang mempunyai indefinite
article / kata sandang tidak tertentu (yaitu ‘a’
/ ‘an’), maka bahasa Yunani
tidak mempunyainya.
Dana & Mantey: “The
Greek had no indefinite article, though tij
and ei[j sometimes approximated this
idiom (cf. Lk. 10:25; Mt. 8:19).” [= Bahasa Yunani tidak mempunyai kata sandang tidak
tertentu, sekalipun tij (TIS) dan ei[j (HEIS) kadang-kadang sangat dekat / mirip dengan
ungkapan ini (bdk. Luk 10:25; Mat 8:19)] - ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 136.
b. Fungsi / kegunaan dari kata
sandang tertentu dalam bahasa Yunani.
Dana & Mantey: “The
function of the article is to point out an object or to draw attention to it.
Its use with a word makes the word stand out distinctly” [= Fungsi dari kata sandang (tertentu) adalah untuk menunjukkan suatu
obyek atau untuk menarik perhatian kepada obyek itu. Penggunaannya dengan suatu
kata membuat kata itu menonjol secara jelas] - ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 137.
c. Digunakan atau tidak
digunakannya definite
article / kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani.
·
Ada atau
tidaknya kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani tidak selalu sama dengan
terjemahannya dalam bahasa Inggris.
Jadi,
sering terjadi dimana kata Yunani yang mempunyai kata sandang tertentu
diterjemahkan ke bahasa Inggris tanpa kata sandang tertentu, seperti kata ‘God’ (= Allah)
yang pertama dalam Yoh 1:1b itu, yang dalam bahasa Yunaninya adalah TON
THEON (= the God).
Demikian
pula sebaliknya, kata Yunani yang tidak mempunyai kata sandang tertentu
kadang-kadang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan menggunakan kata
sandang tertentu.
Dana
& Mantey: “It is
important to bear in mind that we cannot determine the English translation by
the presence or absence of the article in Greek. Sometimes we should use the
article in the English translation when it is not used in the Greek, and
sometimes the idiomatic force of the Greek article may best be rendered by an
anarthrous noun in English” (= Penting untuk diingat bahwa kita tidak bisa
menentukan terjemahan bahasa Inggris dengan ada atau tidak adanya kata sandang
dalam bahasa Yunaninya. Kadang-kadang kita harus menggunakan kata sandang dalam
terjemahan bahasa Inggris pada waktu kata sandang itu tidak digunakan dalam
bahasa Yunaninya, dan kadang-kadang kekuatan dari ungkapan dari kata sandang
bahasa Yunani bisa diterjemahkan dengan paling baik oleh suatu kata benda yang
tidak mempunyai kata sandang dalam bahasa Inggris)
- ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 150-151.
·
Kalau suatu kata benda dalam bahasa Yunani
mempunyai kata sandang tertentu, maka benda itu pasti tertentu; tetapi
sebaliknya, kalau suatu kata benda tidak mempunyai kata sandang tertentu, maka
bendanya bisa tertentu bisa tidak.
Dana
& Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson: “Whenever the
article occurs the object is certainly definite. When it is not used the object
may or may not be”
(= Pada waktu kata sandang itu muncul, obyeknya pasti tertentu. Pada waktu kata
sandang itu tidak digunakan, obyeknya bisa tertentu atau tidak tertentu)
- ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 137.
·
Nama-nama, dan semua kata-kata benda yang
merupakan obyek tunggal, seperti ‘kematian’,
‘kehidupan’,
‘dunia’,
dsb. tidak membutuhkan kata sandang tertentu untuk menjadi tertentu.
A. T. Robertson, dalam tafsirannya tentang
1Kor 3:22, mengatakan: “All the words in this verse and 23
are anarthrous, though not indefinite, but definite. ... Proper names do not
need the article to be definite nor do words for single objects like ‘world,’ ‘life,’ ‘death.’” (= Semua
kata-kata dalam ayat ini dan ayat 23 tidak mempunyai kata sandang tertentu,
sekalipun bukannya tidak tertentu, tetapi tertentu. ... Nama-nama yang
sungguh-sungguh / nama-nama pribadi / diri, tidak membutuhkan kata sandang
tertentu supaya menjadi tertentu, dan demikian juga dengan obyek-obyek tunggal seperti ‘dunia’,
‘kehidupan’, ‘kematian’) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol IV,
hal 100,101.
Kata-kata
A. T. Robertson ini tentu juga bisa diterapkan untuk kata ‘Allah’,
karena Allah juga merupakan obyek tunggal! Jadi, kata ‘Allah’
sekalipun tidak menggunakan kata sandang tertentu, tetap tertentu, dan karena
itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’
/ ‘suatu allah’!
Dana
& Mantey: “Sometimes
with a noun which the context proves to be definite the article is not used” (=
Kadang-kadang dengan suatu kata benda yang kontextnya membuktikan sebagai
tertentu, kata sandang tertentu tidak digunakan)
- ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 149.
Kesimpulan: tidak
adanya kata sandang tertentu sebelum kata ‘God’
/ ‘Allah’
dalam Yoh 1:1c dalam bahasa Yunaninya, tidak membuat kata itu menjadi
tidak tertentu.
d. Kata ‘Allah’
(secara umum, bukan hanya dalam Yoh 1:1 ini) tidak harus mempunyai kata
sandang tertentu.
Perhatikan
bahwa ia menggunakan kata ‘may’ (= bisa).
Itu berarti ‘tidak
harus’.
Dana
& Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson yang mengomentari kata THEOS
berkenaan dengan kata sandang, dengan kata-kata sebagai berikut: “(THEOS) is treated like a proper name and may have it or not have it” [= (THEOS) diperlakukan seperti nama sungguh-sungguh / nama
diri / pribadi dan bisa mempunyai kata sandang atau tidak mempunyainya]
- ‘A Manual Grammar of the
Greek New Testament’, hal 140.
Catatan: ini menjadi sama seperti kata Yunani KURIOS
(= Tuhan), yang juga sering dianggap sebagai ‘proper name’ (= nama sungguh-sungguh / nama diri /
pribadi), dan lalu tidak diberi kata sandang tertentu.
Walter
Martin: “Omission
of the article with THEOS does not mean that ‘a god’ other than the one true
God is meant. ... In other words, the writers of the New Testament
frequently do not use the article with THEOS and yet the meaning is
perfectly clear in the context, namely that the One True God is intended” (=
Tidak adanya kata sandang dengan THEOS tidak berarti bahwa yang dimaksudkan
adalah ‘suatu allah’ yang lain / berbeda dari satu-satunya Allah yang benar.
... Dengan kata lain, penulis-penulis dari Perjanjian Baru sering tidak
menggunakan kata sandang dengan THEOS tetapi artinya sangat jelas dalam
kontext, yaitu bahwa satu-satunya Allah yang benar yang dimaksudkan)
- ‘The Kingdom of the
Cults’, hal 86,86.
Catatan: ada ratusan kali penggunaan kata ‘Allah’
tanpa menggunakan definite
article / kata sandang tertentu dalam Perjanjian Baru.
2. Sebetulnya, istilah ‘a
god’ / ‘suatu
allah’ untuk Yesus ini adalah istilah omong kosong
ciptaan mereka sendiri, yang mungkin mereka sendiri tidak mengerti artinya.
Kalau saudara
berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang hal ini, tanyakan kepada mereka:
Apakah ‘suatu
allah’ itu? Ia Allah atau bukan? Atau, apakah Ia adalah ‘allah kecil’
atau ‘setengah
allah’?
Perlu diingat
bahwa Kitab Suci tidak pernah membicarakan hal seperti ini. Kitab Suci memang
membicarakan dewa-dewa / allah-allah kafir, tetapi Kitab Suci juga mengatakan
bahwa mereka sebetulnya tidak ada / tidak mempunyai existensi (1Kor 8:4-6).
Dengan demikian Kitab Suci memberikan batasan yang sangat keras antara ‘Allah’
dan ‘bukan Allah’.
Atau sesuatu / seseorang itu adalah Allah (sungguh-sungguh dan sepenuhnya),
atau ia sama sekali bukan Allah! Tidak ada sesuatu / seseorang yang bisa
disebut ‘allah
kecil’, ‘setengah
allah’, dsb.
Dan penatua Saksi
Yehuwa yang berdiskusi dengan saya, setelah saya desak dengan kata-kata di
atas, akhirnya mengaku bahwa Yesus sama sekali bukan Allah. Lalu saya
bertanya lagi: ‘Kalau
begitu mengapa Kitab Suci menyebut Yesus sebagai Allah?’.
Ia menjawab: ‘Karena
Yesus yang paling dekat dengan Allah’. Ini jawaban yang dipaksakan,
dan sangat tidak masuk akal. Karena, apakah orang yang paling dekat dengan
presiden harus disebut sebagai ‘suatu
presiden’?
3. Yesus berulangkali disebut ‘the
God’ (HO
THEOS / TOU
THEOU) dalam Kitab Suci.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengutip kata-kata bodoh dari suatu buletin / seorang Teolog Katolik
bernama Karl Rahner, yang mengatakan bahwa Yesus tidak pernah disebut HO THEOS
(= ‘the God’).
Kata-kata ini bodoh, tetapi kebodohan seperti ini banyak sekali, karena bukan
hanya buletin / teolog itu saja yang menyatakan kata-kata bodoh itu.
Tidak peduli
berapa banyak orang yang mengatakan kata-kata itu, tetapi kata-kata itu jelas
bodoh dan salah, karena dalam Kitab Suci ada 7 atau 8 ayat yang secara explicit menyebut Yesus
dengan sebutan ‘Allah’,
dan dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), sehingga secara
hurufiah seharusnya diterjemahkan ‘the God’.
Catatan: saya mengatakan ‘7 atau 8 ayat’, karena satu ayat
yaitu 2Tes 1:12 diperdebatkan terjemahannya. Kalau ayat itu dihitung, ada
8 ayat yang menyatakan bahwa Yesus adalah ‘the
God’. Kalau ayat itu tidak dihitung, hanya ada 7 ayat
yang menyatakan Yesus sebagai ‘the God’.
Ayat-ayat
itu adalah:
a. Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku
dan Allahku!’”.
b. Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan [Allah yang Mahabesar dan Juruselamat
kita] Yesus Kristus” (tanda kurung
dari saya).
c. Ibr 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia
berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.
d. 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan
rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh
iman oleh karena keadilan [Allah dan
Juruselamat kita], Yesus Kristus” (tanda kurung dari
saya).
2Pet 1:1
(NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ”
[= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus].
Jadi
di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.
e. 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa
Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya
kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus
Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
f. Wah 1:7-8 - “(7) Lihatlah , Ia
datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang
telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8)
‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
g. 2Tes 1:12
- “sehingga
nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut
kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus”.
Catatan: terjemahan dari Kitab Suci Indonesia
ini (dan juga terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV) tidak menunjukkan
Yesus sebagai Allah. Tetapi NIV memberikan catatan kakinya yang memberikan
terjemahan alternatif, yaitu: ‘our God and Lord, Jesus Christ’ (= Allah dan Tuhan kita, Yesus
Kristus).
Dalam terjemahan ini, Yesus Kristus disebut baik dengan kata ‘Allah’ maupun ‘Tuhan’.
Ke 7-8 ayat ini
secara explicit
menyebut Yesus sebagai Allah, dan dalam ke 7-8 ayat ini, kata ‘Allah’
dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite
article.
Jadi, kalau
Yoh 1:1c diterjemahkan ‘the
Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah),
seperti dalam NWT / TDB, itu akan bertentangan dengan ke 7-8 ayat di atas.
Bagaimana mungkin Kitab Suci di bagian yang satu menyebut Yesus sebagai ‘a
god’ dan di bagian-bagian yang lain menyebut Yesus
sebagai ‘the God’?
Saya
ingin mengingatkan akan hukum penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa yang
mengatakan: “Dua hal dapat membantu kita mengerti
Alkitab dengan benar. Pertama, pertimbangkan ikatan kalimat (ayat-ayat di
sekitarnya) dari suatu pernyataan. Kemudian, bandingkan ayat-ayat dengan
pernyataan-pernyataan lain dalam Alkitab yang membahas pokok yang sama. Dengan
cara demikian, kita membiarkan Firman Allah sendiri membimbing pikiran kita,
dan penafsirannya bukan dari kita sendiri tetapi dari Alkitab. Itulah cara yang
dipakai dalam publikasi-publikasi Watch Tower ” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’,
hal 48.
Mengapa teori yang
bagus ini tidak mereka terapkan dalam penterjemahan / penafsiran dari
Yoh 1:1c ini? Mengapa mereka menterjemahkan / menafsirkan Yoh 1:1c
ini sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus sebagai ‘a
god’ / ‘suatu
allah’, dan dengan demikian bertentangan dengan 7-8 ayat
lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan Yesus sebagai ‘the
God’?
4. Allah (Bapa / YAHWEH) disebut ‘a God’ (= suatu Allah)
dalam banyak ayat versi KJV, RSV, NIV maupun NWT. Mengapa ayat-ayat ini
tidak menyebabkan mereka menganggap bahwa Bapa / Yahweh juga adalah ‘suatu
allah’ / ‘allah kecil’?
Mari kita perhatikan banyak contoh di bawah ini:
a. Kej 16:13b (RSV): ‘Thou art a
God of seeing’ (= Engkau
adalah seorang / suatu Allah penglihatan).
NWT: “You are a God of sight” (= Engkau adalah seorang / suatu Allah
dari penglihatan).
TDB: “Allah yang melihat”.
Jadi di sini TDB menyimpang dari NWT, karena
kalau TDB menuruti NWT, TDB seharusnya menterjemahkan ‘seorang
/ suatu Allah yang melihat’. Dan ini terus dilakukan oleh TDB terhadap semua ayat-ayat di bawah ini,
dimana NWT menggunakan kata-kata ‘a
God’ untuk Allah
(Bapa / YAHWEH).
b. Ul 32:4b (KJV): ‘for all
his ways are judgment: a God of truth and without iniquity’ (= karena semua jalanNya adalah adil: suatu
/ seorang Allah dari kebenaran dan tanpa kesalahan).
NWT:
“For
all his ways are justice. A God of faithfulness, with whom there is no
injustice” (=
Karena semua jalanNya adalah keadilan. Seorang / suatu Allah dari
kesetiaan, pada siapa tidak ada ketidak-adilan).
TDB: “Allah yang setia”.
c. 1Sam 2:3b (KJV): ‘let not
arrogancy come out of your mouth: for the LORD is a God of knowledge’ (= janganlah kecongkakan keluar dari
mulutmu: karena TUHAN adalah seorang / suatu Allah dari pengetahuan).
NWT: “Let
nothing go forth unrestrained from YOUR
mouth, For a God of knowledge Jehovah is” (= Janganlah apapun keluar tanpa dikekang
dari mulutmu, Karena Yehovah adalah seorang / suatu Allah dari
pengetahuan).
TDB: “Yehuwa adalah Allah pengetahuan”.
d. 1Sam 17:46b (KJV): ‘that all
the earth may know that there is a God in Israel ’ (= supaya seluruh bumi tahu bahwa ada suatu
/ seorang Allah di Israel).
NWT: “and
people of all the earth will know that there exists a God belonging to Israel ” (= dan bangsa-bangsa dari seluruh bumi akan tahu bahwa ada seorang /
suatu Allah kepunyaan Israel ).
TDB: “ada Allah bagi Israel ”.
e. Neh 9:17b (KJV): ‘but thou
art a God ready to pardon, gracious and merciful’ (= tetapi Engkau adalah seorang / suatu
Allah yang siap untuk mengampuni, penuh kasih karunia dan belas kasihan).
NWT: “But
you are a God of acts of forgiveness, gracious and merciful” (= Tetapi Engkau adalah seorang / suatu Allah
dari tindakan pengampunan, penuh kasih karunia dan belas kasihan).
TDB: “engkau adalah Allah yang mengampuni”.
f. Maz 5:5a
(Psalm 5:4a - KJV): ‘For thou
art not a God that hath pleasure in wickedness’ (= Karena Engkau bukanlah seorang /
suatu Allah yang senang dengan kejahatan).
NWT: “For you are not a God taking
delight in wickedness” (= Karena Engkau
bukanlah seorang / suatu Allah yang senang dengan kejahatan).
TDB: “Karena engkau bukanlah Allah yang senang akan kefasikan”.
g. Maz 58:12b (Psalm 58:11b
- KJV): ‘verily he
is a God that judgeth in the earth’ (= sesungguhnya Ia adalah seorang / suatu Allah
yang menghakimi di bumi).
NWT: “Surely there exists a God that
is judging in the earth” (= Pastilah ada seorang
/ suatu Allah yang sedang menghakimi di bumi).
TDB: “Sesungguhnya ada Allah yang bertindak sebagai hakim di bumi”.
h. Maz 68:21a (Psalm 68:20a - NIV): ‘Our God
is a God who saves’ (= Allah
kita adalah seorang / suatu Allah yang menyelamatkan).
NWT: “The (true) God is for us a God
of saving acts” [= Allah yang
(benar) bagi kita adalah seorang / suatu Allah dari tindakan-tindakan
penyelamatan].
TDB: “Bagi kita, Allah yang benar adalah Allah yang menyelamatkan”.
i. Maz 86:15a (KJV): ‘But thou,
O Lord, art a God full of compassion’ (= Tetapi Engkau, Ya Tuhan, adalah seorang / suatu
Allah dari perasaan simpati / kasihan).
NWT: “But you, O Jehovah, are a God
merciful dan gracious” (= Tetapi
Engkau, Ya Yehovah, adalah seorang / suatu Allah yang penuh belas
kasihan dan kasih karunia).
TDB: “Tetapi engkau, oh, Yehuwa, adalah Allah yang berbelas kasihan dan
murah hati”.
j. Maz 99:8 (KJV): ‘Thou
answeredst them, O LORD our God: thou wast a God that forgavest them,
...’ (= Engkau
menjawab mereka, Ya TUHAN Allah kami: Engkau adalah seorang / suatu Allah
yang mengampuni mereka, ...).
NWT: “O Jehovah our God, you yourself
answered them. A God granting pardon you proved to be to them, ...” (= Ya Yehovah Allah kami, Engkau sendiri
menjawab mereka. Engkau terbukti sebagai seorang / suatu Allah yang
mengampuni bagi mereka, ...).
TDB: “Bagi mereka, engkaulah Allah yang mengaruniakan pengampunan”.
k. Yes 30:18b (KJV): ‘for the
LORD is a God of judgment’ (= karena TUHAN adalah seorang / suatu Allah dari penghakiman).
NWT: “For Jehovah is a God of
judgment” (= Karena
Yehovah adalah seorang / suatu Allah penghakiman).
TDB: “Karena Yehuwa adalah Allah keadilan”.
l. Yes 45:15 (KJV): ‘Verily
thou art a God that hidest thyself, O God of Israel ,
the Saviour’ (= Sesungguhnya
Engkau adalah seorang / suatu Allah yang menyembunyikan diriMu sendiri,
ya Allah Israel ,
sang Juruselamat).
NWT: “Truly you are a God keeping
yourself concealed, the God of Israel ,
a Savior” (= Sesungguhnya
Engkau adalah seorang / suatu Allah yang menjaga diriMu sendiri
tersembunyi, sang Allah Israel ,
seorang Juruselamat).
TDB: “engkaulah Allah yang tetap membuat dirimu tersembunyi”.
m. Yer 23:23 (KJV): ‘Am I a
God at hand, saith the LORD, and not a God afar off?’ (= Apakah Aku adalah seorang / suatu
Allah yang dekat, kata TUHAN, dan bukan seorang / suatu Allah yang
jauh?).
NWT: “‘Am I a God nearby,’ is the
utterance of Jehovah, ‘and not a God far away?’” (= ‘Apakah Aku seorang / suatu Allah
yang dekat’, adalah ucapan dari Yehovah, ‘dan bukan seorang / suatu Allah
yang jauh?’).
TDB: “‘Apakah Aku hanya Allah yang dekat,’ demikianlah ucapan Yehuwa,
‘dan bukan Allah yang jauh?’”.
n. Yer 51:56b (NIV): ‘For
the LORD is a God of retribution; he will repay in full’ (= Karena TUHAN adalah seorang / suatu
Allah pembalasan; Ia akan membalas / membayar kembali dengan penuh).
NWT: “for Jehovah is a
God of recompenses. Without fail he will repay” (= karena Yehovah adalah seorang / suatu
Allah pembalasan. Tanpa gagal Ia akan membayar kembali).
TDB: “sebab Yehuwa adalah Allah
pembalasan”.
o. Daniel 2:28a,47b (KJV): ‘(28a) But
there is a God in heaven that revealeth secrets, ... (47b) your God is a
God of gods’ [= (28a)
Tetapi ada seorang / suatu Allah di surga yang menyatakan
rahasia-rahasia, ... (47b) Allahmu adalah seorang / suatu Allah dari
allah-allah].
NWT: “(28a) However there exists a God
in the heavens who is a Revealer of secrets, ... (47b) the God of you men is a
God of gods” [= (28a) Tetapi
ada seorang / suatu Allah di surga yang adalah seorang yang menyatakan
rahasia-rahasia, ... (47b) Allahmu orang-orang adalah seorang / suatu Allah
dari allah-allah].
TDB: “(28a) ada Allah Penyingkap rahasia ... (47b) Allahmu adalah Allah
segala allah”.
p. Mikha 7:18 (KJV): ‘Who is a
God like unto thee’ (= Siapa
yang adalah seorang / suatu Allah seperti Engkau).
NWT: “Who is a God like you, ...” (= Siapa yang adalah seorang / suatu
Allah seperti Engkau, ...).
TDB:
“Siapakah Allah seperti engkau, ...”.
q. Mark 12:27 /
Luk 20:38.
Luk
20:38 (KJV): ‘For he is
not a God of the dead, but of the living: for all live unto him’ (= Karena
Ia bukanlah suatu Allah
dari orang mati, tetapi dari orang hidup: karena semua hidup bagi Dia).
Luk
20:38 (NWT): “He
is a God, not of the dead, but of the living, for they are all living to
him.’” (= Ia
bukanlah suatu Allah dari orang mati, tetapi dari orang hidup, karena
mereka semua hidup bagi Dia).
Catatan:
·
Kata Yunani yang dipakai adalah THEOS (tanpa
kata sandang tertentu). Mark 12:27 juga demikian, dan di sana NWT juga menterjemahkan ‘a
God’
(= suatu Allah).
·
Baik dalam Mark 12:27 maupun
Luk 20:38, TDB menyimpang dari NWT, karena TDB tidak menterjemahkan ‘a
God’ ini sebagai ‘suatu Allah’, tetapi sebagai ‘Allah’.
Robert
M. Bowman Jr.: “Particularly
startling are Mark 12:27 and Luke 20:38, parallel passages in which Jesus calls
the true God ‘a God.’ ... Jehovah, then, is ‘a God,’ according to the JWs’ own
translation!” (= Mengejutkan secara khusus adalah Mark 12:27 dan
Luk 20:38, text-text yang paralel dimana Yesus menyebut Allah yang benar
sebagai ‘suatu Allah’. ... Maka, Yehovah adalah ‘suatu Allah’ menurut
terjemahan dari Saksi-Saksi Yehuwa sendiri!) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the
Gospel of John’, hal 48.
Tetapi
ternyata dalam ayat paralelnya dalam Injil Matius, yaitu Mat 22:32, dalam
bahasa Yunaninya digunakan definite
article / kata sandang tertentu di depan kata THEOS (HO
THEOS), sehingga di sini baik KJV maupun NWT menterjemahkan ‘the
God’
(= sang Allah).
Catatan: ada textual problem dalam ayat ini, karena ada manuscripts yang
mengatakan HO THEOS, dan ada yang hanya THEOS.
Kalau
NWT menterjemahkan Mark 12:27 dan Luk 20:38 sebagai ‘a
God’
(= suatu Allah), tetapi menterjemahkan ayat paralelnya,
yaitu Mat 22:32 dengan ‘the God’ (= sang Allah),
bukankah mereka mengindentikkan ‘a God’ (= suatu Allah)
dengan ‘the God’ (= sang Allah)? Lalu mengapa
mereka menterjemahkan Yoh 1:1c sebagai ‘a god’ (= suatu allah)
dan menafsirkannya sebagai allah kecil, yang lebih rendah dari Yehuwa?
r. 1Kor 14:33a (NIV): ‘For
God is not a God of disorder but of peace’ (= Karena Allah bukanlah seorang / suatu
Allah dari kekacauan tetapi dari damai).
NWT: “For God is (a God) not of
disorder, but of peace” [= Karena Allah
adalah (seorang / suatu Allah) bukan dari ketidak-teraturan, tetapi dari
damai].
TDB: “Karena Allah
bukanlah Allah kekacauan, tetapi Allah kedamaian”.
Lagi-lagi TDB menterjemahkan berbeda dengan
NWT.
Catatan: memang dalam 1Kor 14:33 ini NWT meletakkan kata ‘a God’ (= suatu /
seorang Allah) itu dalam tanda
kurung, karena sebetulnya kata-kata itu memang tidak ada dalam bahasa aslinya.
Tetapi tetap terlihat dari ayat ini bahwa mereka tidak keberatan untuk menyebut
Bapa / YAHWEH dengan sebutan ‘a
God’ (= suatu / seorang Allah), tetapi tetap menganggapnya sebagai Allah
yang sebenarnya, bukan sebagai ‘allah kecil’, ‘bersifat ilahi’, dan sebagainya.
Catatan:
·
Karena
ayat-ayat Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani dan karena itu tidak
menggunakan kata THEOS, dan karena dalam 1Kor 14:33 sebetulnya kata ‘a God’ (= seorang / suatu Allah) itu tidak ada, maka dalam bagian ini serangan
terkuat kita adalah dengan menggunakan Mark 12:27 / Luk 20:38, dan
dengan membandingkan dengan paralelnya, yaitu Mat 22:32.
·
Bagian ini
bisa kita gunakan untuk menyerang terjemahan TDB yang berbeda dengan NWT.
Mengapa dalam penterjemahan Yoh 1:1c, pada waktu NWT menterjemahkan ‘a god’, TDB menterjemahkan ‘suatu
allah’, sedangkan dalam
semua ayat di atas ini tidak demikian?
c) Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaanNya
sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah
yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
TDB: “yang memiliki bapak-bapak
leluhur dan yang menurunkan Kristus sebagai manusia: Allah, yang ada di atas
segalanya, diagungkanlah untuk selama-lamanya. Amin.”.
Kelihatannya TDB mau
memisahkan kalimat yang saya garis bawahi dalam Ro 9:5 itu, dengan kalimat
sebelumnya, dan menganggap bahwa kalimat pertama berbicara tentang Kristus,
sedangkan kalimat kedua (yang saya garis bawahi) mereka anggap sebagai suatu
doxology (= kata-kata pujian) dari Paulus kepada Allah (Bapa). Jadi, dengan
terpisahnya kedua kalimat ini, maka Ro 9:5 ini tidak menunjukkan Kristus
sebagai Allah.
Jawaban
saya:
1. Persoalan terjemahan.
RSV juga
menterjemahkan seperti TDB.
RSV: ‘to them belong the patriarchs, and of their
race, according to the flesh, is the Christ. God who is over all be blessed for
ever. Amen.’ (= mereka memiliki bapa-bapa leluhur, dan
Kristus adalah dari bangsa mereka, menurut daging. Allah yang ada di atas
segala sesuatu terpujilah selama-lamanya. Amin.).
Tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan seluruhnya dalam 1 kalimat (tak
termasuk kata ‘Amin’nya).
KJV: ‘Whose are the fathers, and of whom as concerning the
flesh Christ came, who is over all, God blessed for ever.’ (= Yang
memiliki bapa-bapa leluhur, dan dari siapa berkenaan dengan daging Kristus
datang, yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji untuk
selama-lamanya.).
NIV: ‘Theirs are the patriarchs,
and from them is traced the human ancestry of Christ, who is God over all, forever praised!’ (= Milik
merekalah bapa-bapa leluhur, dan dari mereka ditelusuri jejak dari keturunan
manusia dari Kristus, yang adalah Allah di atas segala sesuatu, dipuji
selama-lamanya!).
NASB: ‘whose are the fathers, and from whom is the Christ according to the flesh, who is over all, God blessed forever.’ (= yang
memiliki bapa-bapa leluhur, dan dari siapa Kristus menurut daging, yang ada di
atas segala sesuatu, Allah yang terpuji selama-lamanya).
Semua terjemahan ini menunjukkan Kristus sebagai Allah.
Perhatikan beberapa komentar tentang terjemahan dari Ro 9:5 ini.
Bible
Knowledge Commentary: “Some take these
words as a separate sentence (see NIV marg.), but the NIV text seems
preferable.” [= Sebagian / beberapa orang mengambil kata-kata
ini sebagai suatu kalimat yang terpisah (lihat catatan tepi dari NIV), tetapi
text dari NIV kelihatannya lebih baik.].
Adam Clarke: “I pass by the
groundless and endless conjectures about reversing some of the particles and
placing points in different positions, since they have been all invented to get
rid of the doctrine of Christ’s divinity, which is so obviously acknowledged by
the simple text; it is enough to state that there is no omission of these
important words in any manuscript or version yet discovered.” (= Saya abaikan
dugaan-dugaan yang tak berdasar dan tak ada habisnya tentang pembalikan /
perubahan beberapa dari partikel dan penempatan titik-titik dalam posisi-posisi
yang berbeda, karena semua itu diciptakan untuk menyingkirkan doktrin tentang
keilahian Kristus, yang dengan begitu jelas diakui oleh text yang sederhana itu;
adalah cukup untuk menyatakan bahwa di sana tidak ada penghapusan dari
kata-kata penting ini dalam manuscript atau versi manapun yang telah ditemukan.).
Barnes’
Notes: “‘God blessed
forever.’ This is evidently applied to the Lord Jesus; and it proves that he is
divine. If the translation is fairly made, and it has never been proved to be
erroneous, it demonstrates that he is God as well as man. The doxology ‘blessed
forever’ was usually added by the Jewish writers after the mention of the name
God, as an expression of reverence.” (= ‘Allah yang terpuji selama-lamanya’. Ini dengan jelas diterapkan
kepada Tuhan Yesus; dan ini membuktikan bahwa Ia adalah Ilahi / Allah. Jika
terjemahan dibuat dengan adil / jujur, dan terjemahan itu belum pernah
dibuktikan sebagai salah, maka terjemahan itu mendemonstrasikan bahwa Ia adalah
Allah maupun manusia. Kata-kata pujian / doxology ‘dipuji selama-lamanya’
biasanya ditambahkan oleh penulis-penulis Yahudi setelah penyebutan nama /
sebutan Allah, sebagai suatu ungkapan penghormatan.).
A. T. Robertson: “‘Who is over all, God blessed
for ever.’ ... A clear
statement of the deity of Christ following the remark about his humanity. This
is the natural and the obvious way of punctuating the sentence. To make a full
stop after sarka (or colon) and
start a new sentence for the doxology is very abrupt and awkward.”
[= ‘Yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji selama-lamanya’. ... Suatu pernyataan yang jelas tentang keilahian
dari Kristus setelah kata-kata tentang kemanusiaanNya. Ini adalah cara yang
wajar / alamiah dan jelas tentang pemberian tanda-tanda baca dari kalimat ini.
Memberi suatu titik (atau titik dua) setelah SARKA / flesh / daging dan memulai
suatu kalimat baru untuk doxology / kata-kata pujian adalah sangat mendadak /
tak terduga dan janggal / canggung.].
Calvin: “They who break off this
clause from the previous context, that they may take away from Christ so clear
a testimony to his divinity, most presumptuously attempt, to introduce darkness
in the midst of the clearest light; for the words most evidently mean this, - ‘Christ, who is from the
Jews according to the flesh, is God blessed for ever.’” (= Mereka yang memutus anak kalimat ini dari
kontext sebelumnya, sehingga mereka bisa membuang dari Kristus suatu kesaksian
yang begitu jelas tentang keilahianNya, usaha yang paling kurang ajar / tak
berdasar, untuk memperkenalkan kegelapan di tengah-tengah terang yang paling
jelas; karena kata-kata itu dengan sangat jelas berarti ini, - ‘Kristus, yang
adalah dari bangsa Yahudi menurut daging, adalah Allah yang terpuji
selama-lamanya’.).
2. Dalam Ro 9:5a Paulus baru membicarakan
hakekat manusia Kristus. Jadi, sangat cocok kalau dalam Ro 9:5b ini ia
memberikan penggambaran tentang hakekat ilahi Kristus, dan bukannya memberikan
suatu doxology bagi Bapa (seperti dalam TDB dan RSV).
Charles Hodge: “On any other interpretation there is
nothing to answer to the to kata sarka / TO KATA SARKA. ... Why not
simply say, ‘of whom Christ came?’ This would have expressed everything, had
not the apostle designed to bring into view the divine nature” [= Pada
penafsiran lain yang manapun, tidak ada apapun yang sesuai dengan kata-kata to kata sarka (TO KATA
SARKA = menurut daging / sebagai manusia). ... Mengapa ia tidak sekedar
berkata: ‘dari siapa Kristus datang’? Ini akan menyatakan segala sesuatu,
seandainya sang rasul tidak merencanakan untuk menyatakan hakekat ilahi (dari Kristus)] - ‘Romans’, hal 300.
Kalau saya
sederhanakan kata-kata dari Charles Hodge ini maka ia berkata sebagai berikut: Kalau
Paulus sekedar membicarakan bahwa Mesias itu diturunkan dari bangsa Yahudi, dan
ia tidak berkeinginan untuk membicarakan keilahian Mesias itu, untuk apa ia
menambahkan kata-kata ‘sebagai
manusia’ (terjemahan hurufiah: ‘menurut daging’)? Adanya
kata-kata ‘sebagai
manusia’ / ‘menurut
daging’ ini menuntut kontrasnya, yaitu penggambaran
tentang Mesias itu menurut hakekatNya yang lebih tinggi, yaitu sebagai Allah.
Ini serupa dengan yang ada dalam Ro 1:3-4.
Ro 1:3-4 - “(3) tentang AnakNya, yang menurut daging
diperanakkan dari keturunan Daud, (4) dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh
kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang
berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”.
Calvin juga memberikan
argumentasi yang serupa tetapi ia menambahkan sesuatu lagi.
Calvin: “But we have here a
remarkable passage, - that in Christ two natures are in such a manner
distinguished, that they are at the same time united in the very person of
Christ: for by saying that Christ had descended from the Jews, he declared his
real humanity. The words ‘according to the flesh,’ which are added, imply that
he had something superior to flesh; and here seems to be an evident distinction
made between humanity and divinity. But he at last connects both together,
where he says,
that the Christ, who had descended from the Jew’s according to the
flesh, is God blessed for ever. We must further observe, that this
ascription of praise belongs to none but only to the true and eternal God; for
he declares in another place, (1Timothy 1:17,) that it is the true God alone to
whom honor and glory are due.” [=
Tetapi di sini kita mempunyai suatu text yang luar biasa / hebat, - bahwa dalam
Kristus dua hakekat dengan suatu cara tertentu dibedakan, sehingga / bahwa
mereka pada saat yang sama bersatu dalam pribadi dari Kristus: karena dengan
mengatakan bahwa Kristus telah diturunkan dari bangsa Yahudi, ia menyatakan
kemanusiaanNya yang sungguh-sungguh. Kata-kata ‘menurut daging’, yang
ditambahkan, secara implicit menunjukkan bahwa Ia mempunyai sesuatu yang lebih tinggi
dari daging; dan di sini kelihatan dibuat suatu pembedaan yang jelas antara
kemanusiaan dan keilahian. Tetapi ia akhirnya menghubungkan keduanya
bersama-sama, dimana ia berkata, bahwa Kristus, yang telah diturunkan dari
bangsa Yahudi menurut daging, adalah Allah yang terpuji selama-lamanya. Selanjutnya
kita harus memperhatikan, bahwa pernyataan pujian ini tidak menjadi milik
siapapun kecuali hanya bagi Allah yang benar dan kekal; karena ia menyatakan di
tempat lain, (1Tim 1:17), bahwa adalah Allah yang benar saja bagi siapa hormat
dan kemuliaan merupakan hak.].
1Tim 1:17 - “Hormat dan
kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang
tak nampak, yang esa! Amin.”.
Bdk. Wah 5:12-13 - “(12) katanya
dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima
kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan
puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di
bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya,
berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah
puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”.
Catatan: kata ‘puji-pujian’ dalam Wah 5:12 maupun
Wah 5:13 diterjemahkan ‘blessing’ oleh KJV/RSV/NASB, dan sebetulnya
sama dengan yang digunakan dalam Ro 9:5, hanya saja di sini digunakan kata
bendanya, sedangkan dalam Ro 9:5 digunakan kata kerjanya.
d) Fil 2:5b-7 - “(5b)
... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan
telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia”.
Sekarang perhatikan
bagaimana terjemahan dari Kitab Suci Saksi Yehuwa.
TDB:
“(5)
Peliharalah sikap mental ini dalam dirimu, yang juga ada dalam Kristus Yesus,
(6) yang, walaupun ada dalam wujud Allah, tidak pernah mempertimbangkan
untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah”.
Jadi,
dalam penafsiran / penterjemahan dari Kitab Suci Saksi Yehuwa ini, ayat ini
menunjukkan bahwa Yesus tidak mempunyai kesetaraan dengan Allah, dan Ia tidak
memikirkan untuk menjadi setara dengan Allah / merebut kesetaraan itu.
Catatan: saya tak tahu bagaimana
mereka menafsirkan kata-kata ‘dalam wujud
Allah’
dalam ay 6nya.
Jawaban saya:
1. Text ini juga jelas menunjukkan keilahian Kristus, karena:
a. Istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ dalam ay 6a sudah jelas
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
b. Dan kalau kata-kata dalam ay 7 yang
mengatakan ‘mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia’ diartikan bahwa Yesus betul-betul
menjadi manusia, maka konsekwensinya, kata-kata dalam ay 6a yang
mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam
rupa Allah’
dan ‘setara dengan Allah’ haruslah diartikan bahwa
Yesus betul-betul adalah Allah.
2. Penterjemahan Saksi Yehuwa
(TDB) itu bertentangan dengan ay 6a.
Kita
tidak boleh menafsirkan seakan-akan ayat itu artinya adalah: ‘Yesus itu lebih rendah dari
Allah, dan Ia tidak mempertimbangkan untuk merampas kesetaraan dengan Allah
itu’, seperti penterjemahan / penafsiran dari
Saksi-Saksi Yehuwa. Mengapa? Karena kalau kita memilih penafsiran Saksi-Saksi
Yehuwa itu, maka Fil 2:6b ini akan bertentangan dengan Fil 2:6a, yang
menunjukkan keilahian Kristus (yang sudah dijelaskan di atas).
3. Penterjemahan Saksi Yehuwa (TDB) itu tidak cocok dengan
kontext (Fil 2:1-4).
Dalam Fil 2:1-4 Paulus
sedang menasehati supaya jemaat Filipi mempunyai kerendahan hati dan kasih /
ketidak-egoisan.
Fil 2:1-4 - “(1) Jadi karena dalam Kristus
ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra
dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini:
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
(3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap
yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga”.
Lalu dalam Fil 2:5-dst,
Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai teladan dalam hal kerendahan hati dan
kasih / ketidak-egoisan.
Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Sedangkan dalam terjemahan
dari TDB itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu lebih rendah dari Allah dan tidak
ingin merebut kesetaraan dengan Allah, maka itu bukan merupakan suatu contoh
kerendahan hati ataupun kasih / ketidak-egoisan, tetapi hanya merupakan absennya suatu kegilaan!
Illustrasi: kalau saudara adalah warga
negara Indonesia, dan saudara tidak berusaha untuk melakukan kudeta,
menggulingkan presiden, dan menjadi presiden menggantikan presiden yang sah, maka
apakah itu menunjukkan bahwa saudara adalah warga negara yang baik dan rendah
hati? Tentu saja tidak! Itu hanya menunjukkan bahwa saudara tidak gila!
Demikian juga kalau Yesus
lebih rendah dari Allah, dan Ia hanya tidak berusaha untuk menjadi setara dengan
Bapa, itu sama sekali tidak menunjukkan suatu kerendahan hati ataupun kasih.
Itu hanya menunjukkan bahwa Ia tidak gila. Dengan demikian Fil 2:5-6 ini
menjadi tidak cocok dengan kontextnya (Fil 2:1-4).
Tetapi dalam terjemahan kita
sendiri, maka Yesus yang setara dengan Allah itu, rela direndahkan dengan
menjadi manusia, supaya bisa mati menebus dosa kita. Ini dengan jelas memang
menunjukkan suatu kerendahan hati dan kasih / ketidak-egoisan.
Jadi, terjemahan kita lebih
cocok dengan kontextnya, sedangkan TDB sama sekali tidak cocok dengan
kontextnya!
e) Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang
penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat
kita Yesus Kristus”.
Bagian
terakhir dari ayat ini (yang saya garis bawahi) memungkinkan 2 cara pembacaan:
1. (Allah yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus
Kristus).
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat
ini membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang Mahabesar’, dan
yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’. Dengan demikian ayat ini
tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.
2. (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus
Kristus.
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat
ini hanya membicarakan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan
sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun sebagai ‘Juruselamat kita’.
Saksi
Yehuwa jelas memilih pembacaan pertama.
TDB: “seraya kita menantikan harapan
yang bahagia dan manifestasi yang mulia dari Allah yang besar dan dari
Juru Selamat kita, Kristus Yesus”.
NIV
memilih pembacaan kedua karena NIV menterjemahkannya sebagai berikut: ‘while
we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and
Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia -
penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus).
Saya sendiri memilih
pembacaan kedua, karena:
a. Kata ‘appearing’ (= penampilan / pemunculan), yang dalam Kitab Suci
Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’, diterjemahkan dari kata bahasa
Yunani EPIPHANEIA, yang selalu menunjuk pada kedatangan Yesus, dan tidak
pernah menunjuk kepada Bapa.
Perhatikan ayat-ayat di
bawah ini, yang adalah semua ayat dalam Perjanjian Baru, selain Tit 2:13,
yang menggunakan kata Yunani EPIPHANEIA itu.
·
2Tes 2:8 - “pada
waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus
akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia
datang kembali”. Ini salah terjemahan.
NASB: ‘by the appearance
of His coming’ (= oleh pemunculan / penampilan
kedatanganNya).
Di sini digunakan kata EPIPHANEIA.
·
1Tim 6:14 - “Turutilah
perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan
kita Yesus Kristus menyatakan diriNya”.
NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).
Di sini digunakan EPIPHANEIA.
·
2Tim 1:10 - “dan
yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus,
yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak
dapat binasa”.
NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).
·
2Tim 4:1,8 - “(1)
Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan
yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya
dan demi KerajaanNya: ... (8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran
yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya;
tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.
NIV/NASB menterjemahkan ‘appearing’ (= pemunculan / penampilan), baik untuk ay 1 maupun untuk ay 8.
Karena itu jelas bahwa ayat
ini tidak berbicara tentang 2 pribadi (yang pertama adalah ‘Allah
yang mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat
kita Yesus Kristus’), karena kalau demikian maka kata Yunani EPIPHANEIA harus diterapkan
kepada Bapa. Ayat ini hanya berbicara tentang 1 pribadi, yaitu Yesus Kristus,
yang disebutkan sebagai ‘Allah yang mahabesar dan
Juruselamat kita’, atau dalam NIV disebutkan sebagai ‘our great God and
Savior’ (= Allah yang besar dan Juruselamat kita). Sebutan ‘our
great God’
/ ‘Allah yang mahabesar’ untuk Yesus ini secara
jelas menunjukkan keilahianNya.
2. Pembacaan kedua ini sesuai dengan hukum
bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa
Yunani yang lain.
Dana & Mantey mengatakan
bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case
/ kasus yang sama, dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda yang
pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua,
maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang
dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata
benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147). Dengan kata
lain, kedua kata benda itu berkenaan dengan satu pribadi!
Jadi, rumus ini berlaku kalau 3 syarat ini dipenuhi:
a. Ada 2 kata benda dengan
case / kasus yang sama.
b. Kedua kata
benda itu dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan).
c. Kata benda
pertama mempunyai kata sandang tertentu, sedangkan kata benda kedua tidak.
Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu
istilah dalam gramatika bahasa Yunani.
Sekarang mari
kita melihat hubungan rumus bahasa Yunani ini dengan Tit 2:13.
Tit 2:13
- “Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.
k.b. 1 k.b. 2
pribadi yg digbrkan
kata
penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda
dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’.
Kedua kata benda itu
dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan).
Kata benda yang pertama,
yaitu ‘Allah
yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu
(TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang
kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya
(SOTEROS).
Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari
kata ‘Yesus
Kristus’.
Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran
lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus
Kristus dengan istilah ‘Allah
yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.
f) 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus,
kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena
keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
2Pet 1:1 (NASB): ‘...
by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ’ (= ... oleh
kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi di sini Yesus disebut
dengan istilah ‘Allah
dan Juruselamat kita’.
Di sini kita kembali bertemu
dengan hukum bahasa Yunani yang telah kita bahas pada pembahasan Tit 2:13 di
depan.
2Pet 1:1b - “Allah dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus”.
k.b.1 k.b.2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda
dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’.
Kedua kata benda itu
dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan).
Kata benda yang pertama
(k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang (TOU
THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2),
yaitu ‘Juruselamat’,
tidak
mempunyainya (SOTEROS).
Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari
kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua,
yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan
terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan
Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.
Sekarang mari kita
bandingkan dengan terjemahan dari TDB.
TDB: “Dari Simon Petrus, budak dan
rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang memperoleh iman sebagai hak istimewa
yang sama seperti yang kamu miliki, oleh karena keadilbenaran Allah kita dan
Yesus Kristus, Juru Selamat itu”.
Ini terjemahan yang kurang
ajar, karena dalam bahasa Yunaninya kata ‘Juruselamat’ ada di depan kata ‘Yesus Kristus’. Dalam TDB dibalik, untuk memisahkan kata ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’.
g) Ibr 1:8 - “Tetapi
tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah,
tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat
kebenaran”.
1. Terjemahan.
Kata-kata ‘tentang
Anak’
bisa diterjemahkan ‘kepada Anak’.
KJV: ‘But unto the Son he saith’ (= Tetapi kepada Anak
Ia berkata).
RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia .
Calvin (hal 44)
menterjemahkan seperti KJV dan demikian juga dengan John Owen (‘Hebrews: The
Epistle of Warning’, hal 10).
Dan Bible Works
7 menunjukkan bahwa kedua terjemahan, seperti Kitab Suci
Indonesia/RSV/NIV/NASB, maupun seperti KJV/NKJV, memungkinkan.
Saya lebih
condong dengan terjemahan dari KJV karena kalau dilihat kata-katanya
selanjutnya maka memang ayat ini menunjukkan bahwa Bapa berbicara kepada
Anak, bukan tentang Anak.
Jadi, ayat ini
menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada Anak / Yesus, dan menyebutNya sebagai ‘Allah’!
a. Unitarianisme.
Ibr 1:8-9 merupakan
kutipan dari Maz 45:7-8, yang berbunyi sebagai berikut: “(7)
Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan
minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.
Unitarianisme mengatakan
bahwa yang benar adalah Maz 45:7, dan ini tidak menunjukkan Yesus sebagai
Allah.
Jawaban saya:
Kata ‘kepunyaan’ dalam Maz 45:7 itu salah terjemahan; karena seharusnya kata itu tidak ada. RSV
menterjemahkan ‘Your divine throne’ (= Takhta ilahiMu’), dan ini juga
salah terjemahan. Terjemahan yang seharusnya adalah: ‘TakhtaMu,
ya Allah’,
seperti dalam terjemahan KJV/NIV/NASB.
Catatan:
tentang Maz 45:7 sudah saya bahas panjang lebar di depan.
b. Saksi Yehuwa.
TDB: “Allah
adalah takhtamu”.
Ditinjau dari sudut bahasa,
terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu ‘Allah
adalah takhtaMu’ atau ‘takhtaMu
adalah Allah’, merupakan sesuatu yang
memungkinkan. Tetapi ditinjau dari sudut artinya, terjemahan itu sangat
tidak masuk akal. Mengapa? Karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan TDB itu
seharusnya mereka artikan bahwa ‘Kristus duduk di atas Allah’, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.
2. Kontext.
Kontext mendukung penafsiran bahwa Ibr 1:8 ini menunjukkan Yesus
sebagai Allah.
Ibr 1:1-14 - “(1) Setelah
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada
nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, (2) maka pada zaman akhir ini
Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia
tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah
menjadikan alam semesta. (3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud
Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan
setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang
Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada
malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih
indah dari pada nama mereka. (5) Karena kepada siapakah di antara
malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah
Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi
AnakKu?’ (6) Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia
berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’ (7) Dan tentang
malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai
dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia
berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada
mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan
tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya
itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau
gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau
tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’ (13) Dan kepada siapakah di
antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai
Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’ (14) Bukankah mereka semua adalah
roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh
keselamatan?”.
Perhatikan beberapa point ini:
a. Ay 3-5
menunjukkan bahwa Yesus / Anak jauh lebih tinggi dari malaikat-malaikat.
Ay 3-5: “(3) Ia adalah
cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada
dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama
yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka. (5) Karena
kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu
Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi
BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.
Hanya Allah yang bisa mempunyai kedudukan seperti itu.
b. Ay 6
menunjukkan bahwa Allah memerintahkan semua malaikat untuk menyembah Yesus.
Ay 6: “Dan ketika Ia
membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah
harus menyembah Dia.’”.
Ayat yang
dianggap sama dengan Ibr 1:6 adalah Maz 97:7 yang berbunyi: “Semua orang yang beribadah kepada patung akan
mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala
allah sujud menyembah kepadaNya.”.
Calvin dan
banyak penafsir lain menganggap bahwa kata ‘allah’ dalam Maz 97:7 menunjuk
kepada ‘malaikat-malaikat’, sehingga Maz 97:7 ini sejalan / sama dengan Ibr
1:6.
Hanya Allah yang boleh disembah (Mat 4:10); jadi Yesus pasti adalah
Allah!
Mat 4:10 - “Maka berkatalah
Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Kata Yunani
yang diterjemahkan ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 adalah PROSKUNESATOSAN, yang
berasal dari kata dasar PROSKUNEO. Dan tentang kata ini John Owen berkata: “In the New Testament it is nowhere used
but for that religious worship which is due to God alone. And when it is
remembered of any that they did proskunei~n or perform the
duty and homage denoted by this word unto any but God, it is remembered as
their idolatry, Revelation 13:12,15.” (= Dalam Perjanjian Baru kata itu tidak digunakan
dimanapun kecuali untuk penyembahan agamawi itu yang merupakan hak Allah saja.
Dan pada waktu diingat tentang siapapun yang melakukan proskunei~n / PROSKUNEIN
atau melakukan kewajiban dan penghormatan / penyembahan yang ditunjukkan oleh
kata ini kepada siapapun kecuali Allah, itu diingat sebagai pemberhalaan
mereka, Wahyu 13:12,15) - ‘Hebrews’, vol 1, hal 174 (AGES).
Wah 13:12,15
- “(12) Dan
seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia
menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah (PROSKUNESOUSIN) binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. ...
(15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung
binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu
rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah (PROSKUNESOSIN) patung binatang itu, dibunuh.”.
c. Dalam ay 7 malaikat-malaikat jelas
disebut sebagai ‘pelayan-pelayan’, tetapi
dalam ay 8 Yesus / Anak disebut ‘Allah’, dan
mempunyai takhta yang kekal dan tongkat kebenaran.
Ay 7-8: “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang
membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala
api.’ (8) Tetapi tentang Anak
Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah,
tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat
kebenaran.”.
Calvin
(tentang Ibr 1:8): “Whosoever will
read the verse, who is of a sound mind and free from the spirit of contention,
cannot doubt but that the Messiah is called God.” (= Siapapun
yang membaca ayat ini, yang mempunyai pikiran sehat dan bebas dari roh /
kecenderungan pertikaian, tidak bisa meragukan bahwa sang Mesias disebut
‘Allah’).
Calvin
(tentang Ibr 1:8): “whose throne
can be said to be established forever, except that of God only? Hence the
perpetuity of his kingdom is an evidence of his divinity.” (= takhta siapa
bisa dikatakan sebagai ditegakkan selama-lamanya, kecuali takhta dari Allah
saja? Karena itu, kekekalan dari kerajaanNya merupakan suatu bukti dari
keilahianNya.).
d. Bahwa pada ay 9 dikatakan bahwa Allah
mengurapi Yesus, bukan masalah, karena ayat itu menunjukkan / menekankan
kemanusiaan Yesus.
Ay 9: “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan;
sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai
tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
e. Ay 10 menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan’, menunjukkan kekekalanNya (‘Pada
mulanya’), dan bahwa Ia adalah Pencipta.
Ay 10: “Dan: ‘Pada mulanya,
ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar
bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”.
f. Ay 11-12
mengkontraskan seluruh ciptaan yang berubah dan akan binasa / musnah, dengan
Yesus / Anak yang tetap / tak berubah dan kekal. Tidak bisa tidak, ini
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
Ay 11-12: “(11) Semuanya
itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada,
dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan
Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak
berkesudahan.’”.
g. Ay 13-14
lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih tinggi dari malaikat-malaikat.
Ay 13-14: “(13) Dan kepada
siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah
kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’ (14) Bukankah
mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka
yang harus memperoleh keselamatan?”.
Kesimpulan: seluruh kontext memang menunjukkan bahwa Yesus adalah
Allah.
h) 1Yoh 5:20
- “Akan tetapi kita tahu,
bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita,
supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang
benar dan hidup yang kekal.”.
1. Calvin
mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk menerapkan kalimat
terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:
a. Calvin dan
A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah
yang benar’, dalam kalimat yang
terakhir itu, tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah
2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah
yang benar’?
b. Kalimat
terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia
adalah’. Terjemahan ini agak kurang
tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya
adalah ‘This
is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat
sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.
c. Adanya
sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes
memang sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh
3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68 10:28
1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus
adalah Allah.
2. Sekarang mari kita
bandingkan dengan terjemahan dari TDB.
Kitab Suci
Indonesia
(LAI): “di
dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah
Allah yang benar dan hidup yang kekal.”.
TDB: “melalui Yesus Kristus, Putranya. Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi”.
TDB membalik kata-kata ‘Yesus Kristus’ dengan ‘Putranya’. Apa tujuannya TDB membalik seperti itu? Jelas supaya kata-kata ‘Inilah
Allah yang benar dan kehidupan abadi’ bisa
dihubungkan dengan kata ‘nya’ (yang jelas menunjuk kepada Bapa), bukan dengan ‘Yesus Kristus’. Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran TDB dalam melakukan
penterjemahan.
Anehnya, NWT yang merupakan bahasa asli dari TDB, tidak membalik
seperti itu.
NWT: “his
Son Jesus Christ. This is the true God and life everlasting”
(= AnakNya Yesus Kristus. Ini adalah Allah yang benar dan hidup yang
kekal).
i) Yoh 1:18
- “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem
text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang
lain). Ada 4
golongan manuscript:
1. ‘the
only begotten’ (= satu-satunya yang
diperanakkan).
2. ‘the
only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang
diperanakkan).
3. ‘the
only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah
yang diperanakkan).
4. ‘(the)
only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang
diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (‘the only begotten God’),
tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten God’).
Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang keempatlah yang
benar, dengan alasan:
1. Ini didukung oleh
manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu
manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak
dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang
ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap
sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan
atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.
2. Ini merupakan ‘bacaan
yang lebih sukar’ (‘more difficult reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar
/ ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa
penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang
tidak masuk akal’ menjadi ‘yang
masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang
masuk akal’ menjadi ‘yang
tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin
manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin
mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1, maka tidak
mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih
tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak
masuk akal’. Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3. Sebaliknya,
kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak
masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya
menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
Saksi-Saksi Yehuwa juga menterjemahkan berdasarkan manuscript golongan
4 ini.
Yoh 1:18 (NWT): ‘the only begotten god’ (= satu-satunya allah yang diperanakkan).
Yoh 1:18 (TDB): “satu-satunya
allah yang diperanakkan”.
Jadi, sekalipun terjemahan dari NWT / TDB ini berbeda dengan terjemahan
kita (LAI), tetapi sebetulnya terjemahan NWT / TDB ini berasal dari manuscript
yang paling benar. Tetapi mereka salah dalam satu hal, yaitu bahwa mereka
menggunakan kata ‘god’ / ‘allah’ dan bukannya ‘God’ / ‘Allah’.
Bdk. NASB: ‘the only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa Yesus disebut demikian “karena
keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.
Ini sama sekali tidak masuk akal. Mengapa kalau kedudukanNya unik, lalu
harus disebut sebagai ‘satu-satunya Allah yang
diperanakkan’? Itu sama sekali tidak ada
hubungannya dengan keunikan!
Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang
diperanakkan), maka:
a. Secara implicit
ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah
yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai
dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini
juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation of the Son’, yang
mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.
c. Ini
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi
Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi , Ia
adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.
j) Yoh
20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku
dan Allahku!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan demikian hanya
sebagai seruan keheranan / karena kaget. Tetapi ini sama sekali tidak mungkin,
karena:
1. Tomas
mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.
NASB (Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to Him, ‘My Lord
and my God!’” (= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan bahwa dalam terjemahan
NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang mengucapkan
kata-kata seperti ‘Ya
Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada
siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu
berkata: ‘Tuhanku
dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus.
Jelas bahwa Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.
2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan
menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan
Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan
/ sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Satu hal
lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat ini adalah bahwa Yesus bukan
saja tidak menegur / memarahi / menyalahkan Tomas atas kata-katanya itu, tetapi
Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas
menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh
Tomas terhadap diriNya itu.
k) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah
seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
RSV: ‘which he
obtained with the blood of his own Son’ (= yang didapatNya dengan darah dari
AnakNya sendiri). Ini sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia .
KJV: ‘which he
hath purchased with his own blood’ (= yang telah dibeliNya dengan
darahNya sendiri).
NIV: ‘which he bought
with his own blood’ (= yang telah Ia beli dengan
darahNya sendiri).
NASB: ‘which He
purchased with His own blood’ (= yang telah Ia beli dengan
darahNya sendiri).
Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada. Perlu diketahui bahwa dalam
ayat ini, semua manuscripts Yunani tidak mempunyai kata ‘Anak’. Jadi perbedaan terjemahan-terjemahan itu
muncul bukan karena ada problem text, tetapi hanya karena sebagian penterjemah
keminter. Mereka merasa tidak masuk akal bahwa Allah punya darah, dan karena
itu mereka menambahkan kata ‘Anak’.
Kalau kata ‘Anak’ itu dihapus, seperti seharusnya, maka kata ‘Nya’ menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi pada saat yang sama pasti menunjuk
kepada Yesus, karena adanya kata ‘darah’. Jadi, ayat ini menyatakan Yesus sebagai
Allah.
l) Wah 1:8 -
“‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah,
yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa yang
dibicarakan dalam Wah 1:8 ini bukan Yesus tetapi Yehuwa (‘Bertukar Pikiran
Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 400-401). Dan TDB menterjemahkan kata-kata ‘Tuhan
Allah’
dalam Wah 1:8 itu dengan istilah ‘Allah
Yehuwa’.
TDB: “‘Aku adalah Alfa dan Omega,’
kata Allah Yehuwa, ‘Pribadi yang sekarang ada dan yang dahulu ada dan
yang akan datang, Yang Mahakuasa”.
Jawaban saya:
1. Dari mana muncul kata ‘Yehuwa’ itu? Ini terjemahan yang kurang ajar! Kata ‘Yehuwa’ itu tidak pernah ada dalam bahasa asli
(Yunani) dari Wah 1:8 itu, dan bahkan nama ‘Yehuwa’ / ‘YAHWEH’ tidak pernah muncul dalam seluruh bahasa
asli / Yunani dari Perjanjian Baru.
2. Siapa yang
berbicara dalam Wah 1:8?
Untuk bisa tahu dengan jelas siapa yang berbicara dalam Wah 1:8
ini, mari kita membaca lagi bagian itu mulai dari ay 7nya.
Wah 1:7-8 - “(7)
Lihatlah , Ia
datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang
telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8)
‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Kontext sebelumnya, yaitu Wah 1:7, jelas menunjuk kepada Yesus.
Dan kalau kita membaca kontext setelah Wah 1:8 itu, yaitu
Wah 1:9-dst, maka kita melihat bahwa di sana rasul Yohanes mendapat penglihatan
tentang Yesus.
Wah 1:9-20 - “(9) Aku,
Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena
firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (10) Pada hari Tuhan aku
dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring,
seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di
dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke
Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’ (12)
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku
berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di
tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah
yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari
emas. (14) Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara
di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah. (16) Dan di tangan kananNya
Ia memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata
dua, dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. (17) Ketika aku melihat
Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia
meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah
Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah,
Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan
kerajaan maut. (19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang
terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. (20) Dan rahasia ketujuh
bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu:
ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu
ialah ketujuh jemaat.’”.
Kalau yang dibicarakan dalam Wah 1:7nya adalah Yesus, dan
Wah 1:9-dst juga membicarakan tentang Yesus, maka yang berbicara dalam
Wah 1:8nya pasti juga Yesus.
William Hendriksen: “That this glorious title refers
to Christ should not be open to doubt. Both the immediately preceding and the
immediately succeeding context have reference to Christ (see verses 7,13)”
[= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak boleh diragukan.
Baik kontext yang persis mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya
mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than Conquerors’, hal 54.
3. Dalam Wah 1:8
ini dikatakan bahwa yang berfirman adalah ‘Tuhan
Allah’. Jadi jelaslah bahwa Yesus
disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’. Dan di sini kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya adalah HO THEOS (= ‘the God’).
Masih ditambahkan lagi bahwa Ia menyebut diriNya ‘Yang
Mahakuasa’.
Sekalipun ada banyak ayat
Kitab Suci yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, tetap saja Saksi-Saksi Yehuwa menolak keilahian
Yesus. Mereka berkata bahwa dalam Kitab Suci kata ‘allah’ / ‘Allah’ sering diberikan kepada yang bukan Allah,
baik itu malaikat, manusia, dewa / berhala, atau bahkan setan. Jadi, pada waktu
Yesus disebut ‘Allah’ itu tidak membuktikan bahwa
Ia adalah Allah.
Tanggapan
saya:
1. Perlu diperhatikan bahwa: sekalipun dalam Kitab Suci kata ‘allah’ memang bisa digunakan untuk malaikat, setan, dan bahkan manusia,
tetapi kata itu tidak pernah digunakan sesering kata itu digunakan
terhadap Yesus.
2. Pada
saat Kitab Suci menyebut seseorang yang bukan Allah yang sesungguhnya dengan
sebutan ‘allah’, Kitab Suci selalu menunjukkan secara
jelas bahwa orang-orang itu disebut ‘allah’ bukan dalam arti seperti biasanya / yang
sesungguhnya.
Contoh:
a. Kel 7:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan
menjadi nabimu”.
Perhatikan
bahwa sekalipun ayat ini menyebut Musa sebagai ‘Allah’, tetapi ada tambahan
kata-kata ‘bagi
Firaun’. Dan ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah
Allah dalam arti yang sesungguhnya.
b. Kel 12:12 - “Sebab
pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak
manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah (ELOHEY = gods of / allah-allah dari)
di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN”.
Jelas
bahwa kata ‘allah’
di sini tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, karena dikatakan bahwa Allah
yang sejati itu akan menghukum ‘semua allah’
ini. Jadi di sini kata itu menunjuk kepada dewa-dewa sembahan Mesir, yang
sering berupa binatang, khususnya sapi. Pada saat Tuhan menghukum Mesir dengan
membunuh semua anak sulung, maka anak binatang (dewa / allah mereka) juga ikut
dibunuh / dihukum.
c. Kel 20:3 - “Jangan
ada padamu allah (ELOHIM)
lain di hadapanKu”.
Adanya
kata-kata ‘lain’ dan ‘di
hadapanKu’, membuat ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan ‘allah’
bukanlah Allah yang sebenarnya.
Selain
dalam ayat ini, dalam banyak ayat-ayat lain, kata ‘allah’
digunakan untuk menunjuk kepada dewa / berhala dari bangsa-bangsa kafir, dan
kontextnya selalu menunjukkan secara jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah
yang sesungguhnya, tetapi hanya dewa / berhala yang dalam Kitab Suci dikatakan
tidak mempunyai existensi (Bdk. 1Kor 8:4-6).
d. Hak 5:8 - “Ketika
orang memilih allah (ELOHIM)
baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun
tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel ”.
Kata-kata
dari ayat ini yang mengatakan bahwa ‘orang
memilih allah baru’, sudah menunjukkan bahwa kata ‘allah’
ini tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa
orang-orang Israel
memilih dewa / berhala baru (sambil meninggalkan YAHWEH), dan sebagai akibatnya
terjadilah bencana seperti perang dan sebagainya.
e. 1Sam 28:13b:
“Perempuan itu
menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi (ELOHIM) muncul dari dalam bumi.’”.
KJV: ‘gods’ (= allah-allah).
RSV/NWT: ‘a god’ (= suatu allah).
NIV: ‘a spirit’ (= suatu roh).
NASB: ‘a divine being’ (= suatu makhluk yang ilahi).
Kata Ibrani yang dipakai adalah ELOHIM.
·
Kata ELOHIM menunjuk kepada
penampilan yang supranatural / gaib.
·
Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh
dikatakan merupakan allah dari si dukun yang memanggilnya.
Tidak
peduli mana arti yang benar, yang jelas ayat itu sendiri secara menyolok
menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ELOHIM di sini bukanlah Allah yang
sesungguhnya. Ada
yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel, tetapi saya yakin
bahwa itu salah, dan bahwa ini hanyalah setan yang menyamar sebagai roh Samuel.
Jika saudara mau mempelajari hal ini secara mendetail, bacalah buku saya yang
berjudul ‘Penginjilan
Terhadap Orang Mati’.
f. Maz 82:1-8 - “(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri
dalam sidang ilahi, di antara para allah (Ibrani:
ELOHIM) Ia
menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak
kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan
kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4)
Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan
orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan
mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman:
‘Kamu adalah allah (Ibrani: ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi
kamu sekalian. - (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang
pembesar kamu akan tewas.’ (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab
Engkaulah yang memiliki segala bangsa”.
Yang
disebut ELOHIM (‘allah-allah’)
dalam ay 1 dan ay 6 itu jelas adalah hakim-hakim yang lalim / tidak
adil pada saat itu. Sekalipun mereka disebut ‘allah-allah’ (ELOHIM), tetapi mereka
jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari:
·
mereka ini bukan satu orang tetapi
sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan
menimbulkan polytheisme.
·
mereka dihakimi oleh Allah (ay 1).
·
mereka menghakimi dengan tidak adil
(ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5).
·
mereka akan mati seperti manusia (ay
7).
g. Maz 95:3 - “Sebab
TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah
(ELOHIM)”.
Dalam
ayat ini yang disebut ‘allah’
(ELOHIM) juga adalah sekelompok orang. Ada
yang menganggap mereka ini sebagai dewa-dewa, dan ada juga yang menganggap
mereka ini sebagai malaikat-malaikat. Bahwa mereka ini sekelompok, bukan
tunggal, dan bahwa TUHAN dikatakan mengatasi mereka semua, jelas menunjukkan
bahwa pada saat kata ‘allah’
(ELOHIM) diterapkan kepada mereka, kata itu tidak digunakan dalam arti yang
sebenarnya.
h. Maz 96:4-5 - “(4)
Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah
(ELOHIM).
(5) Sebab segala allah (ELOHIM) bangsa-bangsa adalah hampa,
tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit”.
Ayat
ini dengan jelas menunjukkan bahwa yang disebut ‘allah’
di sini adalah berhala-berhala / dewa-dewa.
i. Maz 97:7,9 - “(7) Semua
orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan
diri karena berhala-berhala; segala allah (ELOHIM) sujud menyembah kepadaNya. ... (9) Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang
Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah
(ELOHIM).”.
Calvin dan banyak penafsir lain menafsirkan
bahwa kata ‘allah’
(ELOHIM) dalam 2 ayat ini menunjuk kepada malaikat-malaikat. Apapun arti yang
diberikan kepada kata ‘allah’
di sini, jelas bahwa kalimatnya menunjukkan bahwa ‘allah’
dalam kedua ayat ini bukan betul-betul ‘Allah’!
j. Maz 138:1 - “Aku hendak bersyukur kepadaMu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah (ELOHIM) aku akan bermazmur bagiMu”.
Calvin menganggap bahwa kata ELOHIM di sini
menunjuk atau kepada malaikat-malaikat atau kepada raja-raja; Calvin lebih
condong pada arti pertama. Siapapun yang disebut sebagai ELOHIM di sini, jelas
sekali bahwa mereka bukanlah Allah dalam arti sesungguhnya, karena dalam ayat
ini Allah yang sesungguhnya disebut ‘Mu’,
kepada siapa Daud bersyukur dan bermazmur.
k. 1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal
makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak
ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’ (THEOI = gods / allah-allah), baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar
ada banyak ‘allah’ (THEOI) dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi
kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal
segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus
Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup”.
Apakah yang disebut dengan ‘allah’
dalam ay 5 itu, malaikat atau berhala, tidak jadi soal. Yang jelas kata-kata dalam
ay 4 dan dalam ay 6nya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam ay 5 itu bukan
betul-betul Allah.
l. Kis 12:22 - “Dan rakyatnya bersorak
membalasnya: ‘Ini suara allah (THEOU) dan bukan suara manusia!’”.
Jelas
bahwa ini tidak menunjuk kepada Allah yang benar, karena kata-kata ini
ditujukan kepada Herodes (baca kontextnya).
m. 2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak
percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga
mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah
gambaran Allah”.
KJV/RSV/NASB:
‘the god of this world’ (= allah dari dunia ini).
NIV: ‘the god of this age’ (= allah dari jaman ini).
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘ilah’ (‘god’
/ allah) di sini adalah HO THEOS (= the
God / sang Allah)! Jelas bahwa di sini kata itu tidak
menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan, yang
membutakan pikiran manusia.
n. 2Tes 2:4 - “yaitu lawan yang meninggikan
diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah (THEON). Bahkan ia duduk di Bait Allah
dan mau menyatakan diri sebagai Allah (TOU
THEOU)”.
Kontext
menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak menunjuk kepada Allah yang sebenarnya,
tetapi mungkin ini menunjuk kepada Antikristus.
Jadi,
dengan banyak contoh (dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) saya sudah
menunjukkan bahwa kalau kata ‘Allah’
digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka selalu diberi penjelasan yang
secara jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati.
Tetapi
pada waktu kata ‘Allah’
digunakan untuk Yesus, Kitab Suci tidak memberi petunjuk apapun bahwa kata itu
digunakan bukan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya bahkan
memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa Ia memang adalah Allah yang
sejati.
Calvin (tentang Maz 45:7): “when
the name µyhla, Elohim is
ascribed either to angels or men, some other mark is at the same time usually
added, to distinguish between them and the only true God; but here it is
applied to Christ, simply and without any qualification.” (= Pada waktu nama / sebutan µyhla, ELOHIM diberikan atau kepada malaikat-malaikat atau
manusia-manusia, pada saat yang sama beberapa tanda lain biasanya ditambahkan,
untuk membedakan antara mereka dan satu-satunya Allah yang benar; tetapi di
sini sebutan itu diterapkan kepada Kristus, secara sederhana dan tanpa pembatasan
/ persyaratan apapun.).
A.
H. Strong: “It is sometimes
objected that the ascription of the name ‘God’ to Christ proves nothing as to
his absolute deity, since angels and even human judges are called gods, as
representing God’s authority and executing his will. But we reply that, while
it is true that the name is sometimes so applied, it is always with adjuncts
and in connections which leaves no doubt of its figurative and secondary
meaning. When, however, the name is applied
to Christ, it is, on the contrary, with adjuncts and in connections which
leaves no doubt that it signifies absolute Godhead” (= Kadang-kadang
diajukan keberatan yang mengatakan bahwa pemberian nama ‘Allah’ kepada Kristus
tidak membuktikan apa-apa berkenaan dengan keilahianNya yang mutlak, karena
malaikat-malaikat dan bahkan hakim-hakim manusia disebut allah-allah, karena
mewakili otoritas Allah dan melaksanakan kehendakNya. Tetapi kami menjawab
bahwa sekalipun memang benar bahwa nama itu kadang-kadang diterapkan seperti
itu, itu selalu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang
membuang semua keragu-raguan tentang arti kiasan dan arti sekundernya. Tetapi pada waktu nama itu diterapkan kepada
Kristus, sebaliknya itu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam
hubungan yang membuang semua keragu-raguan bahwa itu menunjukkan keAllahan yang
mutlak) - ‘Systematic
Theology’, hal
307.
Contoh:
a. Yes 9:5 yang mengatakan bahwa
Yesus adalah Allah yang perkasa, menambahi dengan sebutan-sebutan ilahi yang
lain, baik dalam Yes 9:5 itu sendiri, maupun dalam ayat selanjutnya (Yes
9:6).
Yes 9:5-6 - “(5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai. (6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera
tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia
mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang
sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal
ini.”.
Catatan: Yes 9:5a menekankan
kemanusiaan Yesus, tetapi bagian akhirnya menekankan keilahianNya.
b. Yoh 1:1c, yang mengatakan
bahwa ‘Firman
(Yesus)
itu adalah Allah’, didahului oleh kata-kata ‘Pada mulanya adalah
Firman’, yang menunjukkan kekekalan dari Firman itu.
Kata-kata ‘pada mulanya’
itu muncul lagi dalam Yoh 1:2, dan lalu
dilanjutkan dengan Yoh 1:3, yang menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu
adalah Pencipta segala sesuatu!
Yoh
1:1-3 - “(1) Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. (2) Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. (3) Segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala
yang telah dijadikan”.
c. Ro 9:5, yang menyatakan
Yesus sebagai Allah, juga menambahkan bahwa Ia ada di atas sesuatu, dan harus
dipuji selama-lamanya.
Ro
9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.
Amin!”.
d. Ibr 1:8, selain menyebut
Anak sebagai Allah, juga mengatakan bahwa Ia mempunyai takhta yang kekal, dan
masih disusul lagi oleh Ibr 1:10-12 yang menyatakan Anak sebagai Tuhan,
dan sebagai Pencipta, yang kekal dan yang tidak pernah berubah.
Ibr 1:8-12
- “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia
berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya
Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi,
dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan
menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti
jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan
diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan
tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
e. Wah 1:8, selain menyebut
Yesus sebagai ‘Tuhan
Allah’, juga menyebutNya dengan sebutan ‘Yang Mahakuasa’
dan ‘Alfa dan
Omega’.
Wah
1:8 - “‘Aku adalah Alfa
dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang
akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Semua
ini menunjukkan bahwa sebutan ‘Allah’ bagi Yesus tidak bisa disamakan dengan
sebutan ‘allah’ bagi malaikat, setan, dan manusia. Pada saat sebutan ‘Allah’
itu digunakan untuk Yesus, itu betul-betul menyatakan bahwa Yesus adalah Allah
yang sungguh-sungguh dan dalam arti yang setinggi-tingginya!
3) Kitab Suci memberikan nama-nama / gelar-gelar
ilahi untuk Yesus.
Contoh:
a) Yesus disebut YAHWEH / YHWH!
Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan
datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi
Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan
keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan,
dan Israel
akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang
kepadanya: TUHAN-keadilan kita”.
Yang dimaksudkan dengan ‘Tunas adil bagi Daud’ dalam text ini jelas adalah
Yesus. Jadi ayat ini jelas juga merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam
ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN
keadilan’,
dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YHWH / YAHWEH. Ini
adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi para Saksi Yehuwa karena
dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YHWH / YAHWEH.
Perlu diketahui bahwa dalam
Kitab Suci kata Ibrani ‘ADONAY’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk
seseorang yang bukan Allah, misalnya dalam Yes 21:8.
Yes 21:8 - “Kemudian berserulah orang yang melihat itu: ‘Di
tempat peninjauan, ya tuanku (ADONAY), aku berdiri senantiasa
sehari suntuk, dan di tempat pengawalanku aku terpancang setiap malam.’”.
Demikian juga dengan kata
Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau kata Yunani THEOS (= God
/ Allah), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia
(Misalnya: Kel 4:16
Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6).
Kel 4:16 - “Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan
demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah
(ELOHIM)
baginya.”.
Kis 28:6 - “Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau
akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka
melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka
berpendapat, bahwa ia seorang dewa (THEON).”.
Tetapi sebutan YHWH / YAHWEH
(= TUHAN / LORD) adalah nama pribadi dari Allah sendiri
(Kel 3:15 Yes 42:8), dan
karena itu, tidak pernah digunakan untuk pribadi manapun selain Allah
(Maz 83:19)!
Kel
3:15 - “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan
kepada orang Israel :
TUHAN (YHWH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu
untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun.”.
Yes
42:8 - “Aku ini TUHAN (YHWH),
itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang
lain atau kemasyhuranKu kepada patung.”.
Maz 83:19 - “supaya mereka tahu bahwa Engkau
sajalah yang bernama TUHAN (YHWH), Yang Mahatinggi atas
seluruh bumi”.
NIV menterjemahkan
secara berbeda.
NIV: ‘Let
them know that you, whose name is the LORD - that you alone are the Most High
over all the earth’ (= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau, yang namaNya adalah TUHAN -
bahwa Engkau saja adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).
Tetapi KJV/RSV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia .
KJV: ‘That men may know that thou, whose name
alone is JEHOVAH, art the most high over all the earth’ (= Supaya manusia bisa mengetahui bahwa
Engkau sendiri yang namaNya adalah Yehovah, adalah yang maha tinggi atas
seluruh bumi).
RSV: ‘Let them know that thou alone, whose name
is the LORD, art the Most High over all the earth’ (= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau
saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).
NASB: ‘That
they may know that Thou alone, whose name is the LORD, Art the Most High over
all the earth’ (= Supaya mereka bisa mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah
TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).
Karena itu, kalau Yesus
disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH dalam Yer 23:6, itu jelas menunjukkan
bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
b) Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan kepada Allah
(Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8
Hos 13:4). Jadi, ini merupakan gelar-gelar ilahi. Tetapi dalam
Perjanjian Baru, sebutan-sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4
Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet 2:20
2Pet 3:18).
Yes 43:3,11 - “(3) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu,
Yang Mahakudus, Allah Israel ,
Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia
dan Syeba sebagai gantimu. ... (11) Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada
juruselamat selain dari padaKu”.
2Tim 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan
oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.
c) Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan
istilah Immanuel, yang artinya
adalah ‘God with us’ (= Allah dengan kita).
Mat 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu
akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan
menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita”.
d) ‘Yesus’ dan ‘Tuhan’ / ‘Allah’ digunakan secara interchangeable (bisa dibolak-balik).
Ini terlihat kalau kita
melihat Mark 5:18-20 dan Luk 8:38-39.
Mark 5:18-20 - “(18)
Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan
itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. (19) Yesus tidak
memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu,
kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu
yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah
mengasihani engkau!’ (20) Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di
daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan
mereka semua menjadi heran”.
Luk 8:38-39 - “(38)
Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia
diperkenankan menyertaiNya. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah
ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah
atasmu.’ Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah
diperbuat Yesus atas dirinya”.
Yesus yang menyembuhkan orang itu. Tetapi dalam Mark 5:19
Yesus menyuruh orang itu untuk menceritakan apa yang diperbuat Tuhan
atasnya, sedangkan dalam Luk 8:39 Ia menyuruh orang itu untuk menceritakan
apa yang diperbuat Allah atasnya. Lalu bagaimana tanggapan orang itu?
Baik Markus maupun Lukas mengatakan bahwa orang itu lalu memberitakan apa yang
diperbuat Yesus atasnya (Mark 5:20
Luk 8:39). Jadi, jelas bahwa ‘Yesus’ dan ‘Tuhan’
/ ‘Allah’
bisa dibolak-balik dan itu berarti Yesus adalah Tuhan / Allah!
e) 1Kor 2:8 menyebut Yesus
sebagai ‘the Lord of glory’
(= Tuhan kemuliaan / Tuhan yang mulia).
1Kor
2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang
mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan
Tuhan yang mulia”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Lord of glory’ (= Tuhan kemuliaan).
Albert
Barnes dalam tafsirannya tentang 1Kor 2:8 mengatakan bahwa:
1. Dalam Maz 24:7-10, YAHWEH
disebut / diberi gelar ‘the
King of glory’ (= Raja kemuliaan).
Maz 24:7-10
- “(7) Angkatlah
kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang
berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! (8) ‘Siapakah itu Raja
Kemuliaan?’ ‘TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!’ (9)
Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai
pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! (10) ‘Siapakah
Dia itu Raja Kemuliaan?’ ‘TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!’ Sela”.
Perhatikan
bahwa kata ‘TUHAN’
semua hurufnya menggunakan huruf besar, dan ini menunjukkan bahwa itu berasal
dari kata Ibrani YHWH yang merupakan nama pribadi dari Allah.
2. Dalam Kis 7:2, Allah
disebut / diberi gelar ‘the
God of glory’ (= Allah yang maha mulia / Allah kemuliaan).
Kis 7:2
- “Jawab
Stefanus: ‘Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang
Mahamulia telah menampakkan diriNya kepada bapa leluhur kita Abraham,
ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran ”.
KJV/RSV/NIV/NASB/Lit: ‘the God
of glory’ (= Allah
kemuliaan).
Jadi,
kalau sekarang dalam 1Kor 2:8 Yesus disebut dengan ‘the Lord of glory’
(= Tuhan kemuliaan), maka Barnes menganggap itu sebagai gelar ilahi yang
diberikan kepada Yesus, dan ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah sendiri.
f) Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan
‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
Ibr 1:8,10 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak
Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya
Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah
tongkat kebenaran. ... (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah
meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu”.
Kata-kata ‘tentang Anak’ seharusnya diterjemahkan ‘kepada Anak’. Jadi, dalam text ini Allah
berbicara kepada Yesus, dan menyebutNya sebagai ‘Allah’ dan ‘Tuhan’!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar