I) Keselamatan orang percaya.
Bagi orang
percaya, semua tuduhan dan hukuman terhadap dosanya sudah bubar
(ay 33-34 bdk. Yes 50:8-9a).
Tetapi ay 33-34 versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
Ay 33-34: “(33) Siapakah yang akan
menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah
yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih
lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah
menjadi Pembela bagi kita?”.
NASB: “(33) Who will bring a charge against God’s elect?
God is the one who justifies; (34) who is the one who condemns? Christ Jesus is
He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who
also intercedes for us” [= (33) Siapa yang akan menuduh orang pilihan
Allah? Allah adalah orang yang membenarkan; (34) siapa orang yang menghukum?
Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan,
yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga membela / menengahi / berdoa syafaat
untuk kita].
Jadi,
ay 33-34 ini menunjukkan bahwa pembenaran Allah adalah jawab bagi orang
yang mau menuduh kita. Dengan adanya pembenaran Allah ini, jelas bahwa semua
tuduhan akan bubar (ay 33a). Sebetulnya dengan bubarnya tuduhan, maka
otomatis hukuman juga bubar. Tetapi toh untuk membubarkan hukuman itu masih
ditambahkan lagi ay 33b-34 yang menunjukkan 3 hal yaitu:
1) Kematian Kristus (ay 34a).
Kematian Kristus
terjadi untuk menebus dosa kita / menanggung hukuman dosa kita. Ini jelas tidak
memungkinkan kita dihukum, karena hukuman dosa kita sudah dipikul oleh Kristus
di kayu salib.
2) Kebangkitan Kristus (ay 34b).
Penghapusan dosa
memang terjadi karena kematian Kristus, tetapi bahwa dosa-dosa kita betul-betul
sudah beres, dibuktikan oleh kebangkitan Kristus. Andaikata Kristus hanya mati
di salib untuk menebus dosa kita, tetapi tidak bangkit dari antara orang mati,
maka itu menunjukkan bahwa Ia tidak mampu membereskan dosa kita. Karena itu
Paulus berkata bahwa jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah iman kita,
karena sekalipun kita beriman, kita masih hidup dalam dosa.
1Kor 15:14,17
- “(14) Tetapi andaikata
Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu. ... (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”.
Tetapi
kenyataannya adalah: Kristus sudah bangkit dari antara orang mati, dan itu
membuktikan bahwa Ia sudah berhasil membereskan seluruh dosa kita. Kebangkitan
Kristus membuktikan keefektifan kematian Kristus untuk menebus dosa kita.
Karena itu dalam ay 34 ada kata-kata ‘bahkan
lebih lagi’.
3) Keberadaan Kristus di sebelah kanan Allah
sebagai Pembela / Pengantara / Jurusyafaat kita (ay 34c).
Jadi bisa
dibayangkan jika kita (orang percaya) berbuat dosa, dan Bapa murka kepada kita,
maka Yesus membela kita dengan berkata: ‘Bapa, Aku sudah menderita dan
mati di salib untuk membayar dosa itu, ampu-nilah Dia!’. Dan Bapa
yang adil, yang tidak mungkin akan menghukum dosa 2 x (pada diri Kristus dan
pada diri kita), pasti akan mengampuni dosa kita itu!
Semua ini
merupakan jawab bagi orang yang mau menghukum kita. Jadi semua ini menunjukkan
secara dobel bahwa tidak mungkin bisa ada hukuman bagi kita. Ini sesuai dengan
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus”.
Renungkan:
apakah saudara yakin bahwa saudara tidak mungkin akan dihukum?
II) Penderitaan bagi orang kristen.
Apa yang sudah
kita bahas sampai sini merupakan hal yang enak / menyenangkan bagi orang
kristen. Tetapi perlu diketahui bahwa kalau kita menjadi orang kristen / anak
Allah, atau ada dalam keadaan diselamatkan, maka hidup kita tidak selalu enak.
Paulus menunjukkan adanya beberapa hal yang tidak enak, yaitu:
1) Lawan.
Ay 31: “Sebab itu apakah yang akan kita
katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan
kita?”.
Bahwa dengan
Allah kita tidak bisa dikalahkan, itu tidak berarti tidak ada orang yang
melawan kita. Setan selalu menggerakkan anak-anaknya untuk melawan kita!
2) Orang yang mau menggugat / menghukum kita (ay
33).
Sekalipun
tuduhan dan hukuman sebetulnya sudah bubar, itu tidak berarti bahwa tidak ada
orang yang menuduh dan ingin menghukum kita. Setan bisa bekerja untuk menuduh
dan menghukum kita, seringkali bahkan melalui diri kita sendiri, tetapi juga
melalui orang lain. Misalnya:
·
adanya pikiran bahwa dosa kita terlalu besar
atau terlalu sering diulang sehingga Allah pasti tidak mengampuni kita.
· waktu kita berbuat dosa, ada orang yang
‘menyerang’ kita dengan berkata: ‘Hidupmu begitu kok yakin masuk surga’.
· orang agama lain / aliran lain (misalnya Islam,
Saksi Yehuwa), yang menyatakan bahwa orang kristen justru pasti masuk neraka /
dimusnahkan.
3) Macam-macam penderitaan (ay 35,36,38-39).
a) Ay 35: “Siapakah yang akan memisahkan
kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan,
atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”.
·
‘penindasan’.
Ini salah terjemahan.
NASB: ‘tribulation’ (= kesengsaraan).
Ini menunjukkan semua
problem / penderitaan dari luar.
·
‘kesesakan’.
Ini menunjuk
pada problem di dalam diri kita, seperti kesedihan, keputus-asaan, depresi,
dsb.
·
‘penganiayaan’.
Ini menunjuk
pada penyiksaan yang dilakukan oleh orang non kristen kepada kita karena iman,
pelayanan dan ketaatan kita kepada Tuhan.
·
‘kelaparan’
dan ‘ketelanjangan’.
Ini menunjuk
pada kemiskinan. Karena itu jangan heran kalau dalam situasi ekonomi ini ada
banyak orang kristen yang menjadi miskin.
·
‘bahaya’
atau ‘pedang’.
Ini menunjuk
pada hal-hal yang membahayakan jiwa kita.
b) Ay 36: “Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena
Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap
sebagai domba-domba sembelihan.’”.
Ini dikutip
dari Maz 44:23 - “Oleh
karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap
sebagai domba-domba sembelihan”.
Ini menunjukkan
bahwa orang percaya selalu ada dalam bahaya. Ini terjadi ‘karena Engkau’, yaitu
karena iman, ketaatan, pelayanan kepada Kristus.
c) Ay 38-39: “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik
yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Ini menunjukkan
banyak hal yang berusaha memisahkan kita dari Allah.
Apakah hal-hal
di atas ini harus membuat kita menjadi takut?
III) Orang percaya tidak usah takut. Mengapa?
1) Karena Allah di pihak kita (ay 31).
Ay 31: ‘Jika
Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?’.
NIV: ‘If God is for us, who can be against
us?’.
Kata ‘jika’
bukannya menunjukkan bahwa Allah bisa ada di pihak kita, tetapi bisa juga
tidak. Hendriksen menafsirkan ini sebagai berikut: ‘Jika Allah di
pihak kita, dan Ia memang di pihak kita, siapakah lawan kita?’.
Bahwa Allah memang ada di pihak kita, terlihat dari kerelaanNya menyerahkan
AnakNya bagi kita (ay 32).
Jika semua orang
pro saudara, itu tidak ada artinya; tetapi sebaliknya jika Allah pro saudara,
sekalipun semua orang anti saudara, saudara tidak perlu takut.
2) Allah mau menyerahkan AnakNya bagi kita; Ia
tentu mau mengaruniakan segala sesuatu kepada kita.
Ay 32: “Ia, yang tidak menyayangkan
AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua,
bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?”.
a) ‘menyerahkanNya
bagi kita semua’.
·
‘Menyerahkan’
berarti memberikan untuk disalib.
· ‘kita
semua’ harus diartikan sesuai dengan kontex, yang mempersoalkan
orang percaya / pilihan (bdk. ay 33).
b) Karena Allah mau menyerahkan
AnakNya bagi kita, maka Ia pasti mau ‘mengaruniakan
segala sesuatu’ kepada kita.
· Kata ‘mengaruniakan’
diterjemahkan dari kata Yunani KHARISETAI (= ‘freely give’ / memberi dengan cuma-cuma), yang mempunyai akar kata
KHARIS (= grace / kasih karunia).
·
‘segala
sesuatu’.
William G. T.
Shedd menafsirkan bahwa kata ‘segala
sesuatu’ ini menunjuk kepada “everything
requisite to eternal life” (= segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk hidup yang kekal).
Kalau orang
kristen bisa murtad sehingga gagal masuk surga, seperti yang dipercaya oleh
orang Arminian, maka jelas ay 32 ini harus dihapus dari Kitab Suci!
John Murray
kelihatannya berpandangan sama dengan Shedd.
Tetapi William
Hendriksen berkata: “I can see no good
reason to limit the expression ‘all things’ to spiritual blessings, as some do.
... The expression ‘all things’ should therefore be interpreted in an
unqualified sense: material as well as spiritual things”
(= Saya tidak bisa melihat alasan yang baik untuk membatasi ungkapan ‘segala
sesuatu’ pada berkat rohani, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang. ...
Karena itu ungkapan ‘segala sesuatu’ harus ditafsirkan dalam arti yang mutlak /
tak terbatas: hal-hal yang bersifat materi maupun rohani).
Kalaupun
William Hendriksen benar, bagian ini tetap tidak bisa diartikan seakan-akan
Allah memanjakan kita sebagai anak-anakNya dengan memberikan apapun yang kita
minta / inginkan. Ia adalah Bapa yang bijaksana, yang hanya memberikan apa yang
baik kepada kita.
3) Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari
kasih Kristus, atau dari kasih Allah dalam Kristus Yesus.
Ay 35,38-39:
“(35) Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? ...
(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
(39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu
makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita”.
a) Ay 35 mengatakan ‘kasih Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena
kasih Allah tidak bisa dicari di luar Kristus.
Juga istilah ‘kasih Kristus’ ini
bukan menunjuk kepada ‘kasih kita kepada Kristus’, tetapi menunjuk kepada
‘kasih Kristus kepada kita’.
b) Ay 35b adalah contoh
hal-hal yang sering kita anggap sebagai bukti bahwa kita ditinggal / tidak
dipedulikan oleh Allah. Tetapi Paulus mengatakan bahwa ini tidak akan
memisahkan kita dari kasih Kristus.
Kata ‘memisahkan’ dalam
ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah KHORISEI, yang sebetulnya berarti
‘menceraikan’,
seperti dalam Mat 19:6 1Kor
7:10,11,15.
Dalam
Perjanjian Lama, Allah ‘menceraikan’ Israel karena perzinahan rohani /
penyembahan berhala yang mereka lakukan.
Yer 3:8 - “Dilihatnya, bahwa oleh karena
zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan
memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak
setia itu tidak takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal”.
Tetapi dalam
Perjanjian Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap kita.
Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap
setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.
Dalam hidup
suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu bisa menyebabkan perceraian;
seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa karena
krisis moneter, maka banyak pasangan muda yang bercerai. Tetapi ay 35 ini
menjamin bahwa Allah tidak akan menceraikan kita!
c) Ay 38-39: “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik
yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Ini adalah
hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari Allah
(Catatan: kata ‘memisahkan’
dalam ay 39 menggunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan
bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita dari Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran
Arminian benar, bahwa orang bisa murtad sehingga kehilangan keselamatannya,
maka itu berarti bahwa ‘hidup’
bisa memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan bahwa bukan
hanya ‘maut’,
tetapi juga ‘hidup’,
tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang
menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang baik, tetapi ada yang
berpendapat bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang jahat / setan. Kalau
menunjuk pada malaikat yang baik, maka ini merupakan suatu hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), sama seperti dalam
Gal 1:8, karena malaikat yang baik tidak mungkin berusaha memisahkan kita
dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang
menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan, mungkin karena dalam Ef 6:12 kata
itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa juga ini menunjuk kepada pemerintah
manusia. Pemerintah bisa berubah sikap dari pro kristen / netral menjadi anti
kristen (seperti dalam Kel 1:8-dst). Tetapi inipun tidak bisa memisahkan
kita dari Allah.
Perlu diingat
bahwa Ro 13:1b berkata: “tidak ada pemerintah, yang tidak
berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”.
Mengingat bahwa
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita
(Ro 8:28), maka Ia pasti tidak akan memberikan pemerintah yang akan
membuat kita terpisah dari Dia. Ia mungkin memberikan pemerintah yang anti
kristen, tetapi Ia pasti memberi kekuatan bagi kita.
5. ‘Baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang’.
Bagian ini
salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan ini menyebabkan bagian ini
seolah-olah merupakan keterangan dari ‘pemerintah-pemerintah’,
padahal sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor things present, nor things to come’
(= tidak hal-hal sekarang, tidak hal-hal yang akan datang).
Jadi, bagian
ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah dari ‘pemerintah-pemerintah’),
dan menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Dengan
berlalunya waktu, maka godaan memang berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa
memisahkan kita dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajarkan
adanya jaminan keselamatan (sekali selamat pasti tetap selamat). Lagi-lagi
terlihat, bahwa seandainya ajaran Arminian benar, bahwa orang kristen bisa murtad
dan kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan datang’
ini harus dibuang dari ay 38-39.
Calvin: “The meaning then is, - that we
ought not to fear, lest the continuance of evils, however long, should
obliterate the faith of adoption. This declaration is clearly against the
schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of final perseverance,
except through the gift of special revelation, which they make to be very rare.
By such a dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing,
except it extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to
feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on until
the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah, bahwa
kita tidak boleh takut, bahwa dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun
lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi. Pernyataan ini jelas menentang
para ahli theologia, yang berbicara dan mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak
seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir, kecuali melalui karunia wahyu
khusus, yang mereka katakan sebagai jarang terjadi. Dengan dogma seperti
itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu kosong kecuali iman itu
diperluas sampai kematian bahkan melampaui kematian. Tetapi sebaliknya kita
harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam kita,
akan meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus).
Bdk.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’,
kata ini bisa menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di
atas, maupun yang ada di bawah’.
Bagian ini juga
salah terjemahan, dan menyebabkan bagian ini seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal
seharusnya tidak.
NASB: ‘nor height, nor depth’ (= tidak
ketinggian, tidak kedalaman).
Macam-macam
penafsiran:
·
‘height’
/ ‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak / mulia; sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada
keadaan hina / tidak enak.
·
Surga maupun neraka. Kalau diartikan seperti
ini, mungkin ini merupakan hyperbole
(= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus
tidak mungkin masuk neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang
beriman bisa masuk neraka, itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah
dalam Kristus Yesus Tuhan kita!
·
apapun yang ada di surga maupun di bumi.
8. ‘Makhluk lain’.
NASB: ‘nor any other created thing’ (= tidak
benda ciptaan lain yang manapun juga).
NIV: ‘nor anything else in all creation’ (=
tidak suatu benda apapun dalam seluruh ciptaan).
Lit: ‘nor any other creature’ (= tidak
makhluk ciptaan lain yang manapun juga).
Ini memberikan
ketidak-mungkinan yang mutlak bagi seorang kristen untuk terpisah dari Allah /
kasih Allah dalam Kristus Yesus!
Loraine
Boettner: “The assurance that
Christians can never be separated from the love of God is one of the greatest
comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to destroy the grounds
for any rejoicing among the saints on earth; for what kind of rejoicing can
those have who believe that they may at any time be deceived and led astray?
... It is not until we duly appreciate this wonderful truth, that our salvation
is not suspended on our weak and wavering love to God, but rather upon His
eternal and unchangeable love to us, that we can have peace and certainty in
the Christian life” (= Kepastian / jaminan bahwa
orang-orang kristen tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah
satu dari penghiburan terbesar dalam kehidupan kristen. Menyangkal doktrin ini
sama dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara orang-orang
kudus di bumi; karena sukacita apa yang bisa dimiliki oleh mereka yang percaya
bahwa setiap saat mereka bisa ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita
menghargai kebenaran luar biasa ini dengan seharusnya, bahwa keselamatan kita
bukannya tergantung pada kasih yang lemah dan terombang-ambing dari kita kepada
Allah, tetapi tergantung pada kasih yang kekal dan tidak bisa berubah dari
Allah kepada kita, barulah kita bisa mempunyai damai dan kepastian dalam hidup
kristen ini) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 194-195.
Loraine
Boettner: “The saints in
heaven are happier but no more secure than are true believers here in this
world” (= Orang-orang kudus di surga
lebih berbahagia tetapi tidak lebih aman / terjamin dari pada orang-orang
percaya yang sejati di sini di dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
4) Kita lebih dari pemenang, oleh Dia yang
mengasihi kita.
Ay 37: “Tetapi dalam semuanya itu kita
lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”.
Mari kita soroti
ay 37 ini sepotong demi sepotong.
a) ‘Dalam
semuanya itu’ (ay 37).
‘Semuanya itu’
menunjuk pada penderitaan-penderitaan dalam ay 35-36. Dalam ay 37
Paulus memang mengatakan kita menang, bahkan lebih dari pemenang, tetapi Paulus
juga mengatakan ‘dalam
semuanya itu’, yang jelas menunjukkan bahwa kita mengalami semua
penderitaan itu.
Bdk.
Wah 7:14 - “Maka
kataku kepadanya: ‘Tuanku, tuan mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku:
‘Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar;
dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak
Domba”.
Kalau Yesus
harus mengalami kematian dan baru sesudah itu mengalami kebangkitan, kenaikan
ke surga dan kedudukan di sebelah kanan Allah, maka kalau kita memang adalah
pengikut Kristus, kita juga harus seperti itu. Kita mengalami bermacam-macam
penderitaan, tetapi akhirnya kita menang!
Ini kontras /
berbeda sekali dengan ‘kemenangan’ versi Theologia Kemakmuran, dimana orang
kristen dikatakan menjadi kaya raya, sembuh dari penyakit, sukses, dsb. Ini
adalah ‘kemenangan’ tanpa salib, dan pada hakekatnya bukanlah kemenangan!
b) ‘kita
lebih dari pada orang-orang yang menang’ (ay 37).
Berbicara
tentang kemenangan di sini tidak bisa dilepaskan dari kemenangan Kristus dalam
ay 34, yaitu:
·
kemenangan melalui salib.
Sekalipun salib
itu sendiri sebetulnya menunjukkan kekalahan, tetapi bahwa Yesus bisa mengatasi
ketakutanNya di taman Getsemani sehingga akhirnya Ia mau mati di salib, jelas
menunjukkan suatu kemenangan.
·
kemenangan melalui kebangkitan.
Kebangkitan
Yesus menunjukkan kemenanganNya terhadap maut, dosa dan setan.
·
kenaikan ke surga dan keberadaan Yesus di
sebelah kanan Allah, sebagai penguasa seluruh alam semesta.
Karena Yesus
menang, kita yang beriman dan oleh iman itu dipersatukan dengan Yesus, juga
pasti menang, bahkan lebih dari pemenang.
c) ‘oleh
Dia yang telah mengasihi kita’ (ay 37).
NIV/NASB: ‘through Him’ (= melalui
Dia).
Ini perlu
dicamkan, karena kita tidak bisa menang dengan kekuatan kita sendiri. Kita
hanya bisa menang melalui Dia.
Fil 4:13 - “Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.
NASB: “I can do all things through Him who strengthens me” (= Aku
dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku).
Kesimpulan / Penutup:
Melalui kematian dan
kebangkitanNya Yesus memberikan keselamatan kepada kita yang percaya. Kita
memang akan mengalami banyak penderitaan, tetapi keselamatan kita terjamin.
Sama seperti Kristus sudah menang, kitapun pasti menang! Tetapi tetaplah di
dalam Dia dan bersandar kepadaNya. Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara!
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar