Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Kalimat kelima
Yoh 19:28
Yoh 19:28 - “Sesudah
itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’”.
Yoh 19:28-30 - “(28)
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah
Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’ (29) Di
situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang,
yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu
mengunjukkannya ke mulut Yesus. (30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu,
berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan
nyawaNya”.
Sesuatu yang perlu diperhatikan
bahwa dalam Kitab Suci diceritakan 2 x pemberian minum kepada Yesus. Yang
pertama Ia tolak, yang kedua Ia terima. Matius dan Markus menceritakan kedua
pemberian minum tersebut, tetapi Yohanes hanya menceritakan pemberian minum
yang kedua.
Mark 15:23,36a - “(23)
Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia
menolaknya. ... (36a) Maka datanglah seorang dengan bunga karang,
mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan
memberi Yesus minum”.
Mat 27:34,48 - “(34)
Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia
mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. ... (48) Dan segeralah datang
seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur
asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum”.
I) Yesus menolak minuman.
Dalam
Mat 27:34 dikatakan bahwa minuman yang ditolak oleh Yesus itu adalah ‘anggur
bercampur empedu’, dan dalam Mark 15:23 dikatakan bahwa itu
adalah ‘anggur
bercampur mur’. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah
anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur.
Pulpit Commentary: “‘They offered him
wine, mixed with narcotic gall,’ to stupefy his senses and lull his physical
agony” (=
‘Mereka menawarkan Dia anggur, dicampur dengan empedu narkotik’, untuk membius
perasaannya dan meredakan penderitaan fisikNya) - hal 425.
Adam Clarke: “This vinegar must
not be confounded with the vinegar and gall mentioned Matt. 27:34, and Mark
15:23. That, being a stupifying potion, intended to alleviate his pain, he
refused to drink; but of this he took a little, and then expired, ver. 29” (= Cuka / anggur asam ini tidak
boleh dicampur-adukkan dengan cuka / anggur dan empedu yang disebutkan dalam
Mat 27:34 dan Mark 15:23. Itu, karena merupakan obat / minuman pembius yang
dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit, Ia tolak untuk minum; tetapi yang ini
Ia meminumnya sedikit, dan lalu mati, ay 29) - hal 653.
Adam Clarke: “Some person, out
of kindness, appears to have administered this to our blessed Lord; but he, as
in all other cases, determining to endure the fulness of pain, refused to take
what was thus offered to him”
(= Beberapa orang, karena kebaikan, kelihatannya memberikan ini kepada Tuhan
kita yang diberkati / terpuji; tetapi Ia, seperti dalam semua kasus yang lain,
memutuskan untuk menahan rasa sakit sepenuhnya, menolak untuk meminum apa yang
ditawarkan kepadaNya) -
hal 273.
Bdk. Amsal 31:6-7 - “(6) Berikanlah minuman keras itu
kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. (7)
Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat
kesusahannya”.
Tetapi pada
saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminumnya.
Mengapa? Padahal sebentar lagi Ia minta minum (Yoh 19:28 - ‘Aku haus’),
dan mau meminum minuman yang diberikan kepadaNya (Mark 15:36 Yoh 19:29-30). Beberapa penafsir
mengatakan bahwa Ia tidak mau meminum anggur bercampur empedu / mur itu, karena
itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius / mengurangi rasa
sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas
kasihan kepada mereka.
Ketidak-mauanNya
menerima pengurangan rasa sakit / penderitaan merupakan sesuatu yang aneh.
Orang kristen yang sejati mempunyai keyakinan keselamatan, dan karena itu
mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan /
rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat
tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi? Kalau saudara pergi ke dokter gigi
untuk dicabut giginya, atau kalau saudara akan dioperasi, tentu saudara senang
menerima pembiusan supaya tidak mengalami rasa sakit.
Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit /
penderitaanNya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul
hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin
memikul seluruh hukuman dosa manusia!
Andaikata saja
pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakitNya berkurang,
katakanlah 10 %, maka itu berarti Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa
saudara dan saya. Tahukah saudara apa akibatnya? Saudara boleh saja betul-betul
percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya
90 % dari dosa-dosa saudara yang ditebus / dibayar oleh Yesus. Sedangkan
10 % sisanya, saudara harus menanggungnya sendiri. Kalau hal ini terjadi,
maka renungkanlah 2 hal di bawah ini:
1) 10 % dari dosa kita itu luar biasa
banyaknya.
Kalau saudara
menganggap diri saudara itu baik, atau kalau saudara beranggapan bahwa jumlah
dosa saudara cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan saudara tidak
mengerti Firman Tuhan, yang merupakan standard Allah untuk menentukan dosa.
Kalau saja saudara mengerti Firman Tuhan, dan saudara membandingkannya dengan
hidup saudara, maka saya yakin saudara akan menemui berjuta-juta dosa.
Kalau kita
menyoroti hukum Tuhan yang berbunyi ‘Jangan berdusta’
saja, maka berapa dosa yang saudara temukan dalam hidup saudara? Mulai saat
saudara masih kecil sampai sekarang, berapa kali saudara berdusta kepada orang
tua, kakek / nenek, guru di sekolah, teman, kakak / adik, teman kerja / rekan
bisnis, langganan, pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada pengemis
(dengan berkata ‘tidak punya uang’ padahal saudara punya)? Hanya dari satu
hukum itu saja, sudah sukar menghitung jumlah dosa saudara! Bagaimana kalau
ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan iri hati, hormatilah orang tuamu, hukum hari sabat, hukum
antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum yang
dianggap ‘tidak masuk akal’, seperti:
·
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati,
pikiran, akal budi (Mat 22:37).
·
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri (Mat 22:39).
·
Kasihilah musuhmu, doakan orang yang menganiaya
kamu (Mat 5:44).
·
Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan,
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Ro 12:17,21).
·
Bersukacitalah senantiasa (1Tes 5:16).
·
Mengucap syukurlah dalam segala hal (1Tes
5:18).
Karena itu
10 % dari dosa kita pastilah luar biasa banyaknya. Kalau dosa kita
jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari dosa kita berarti 100.000 dosa!
2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri
saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya!
Ada agama lain
yang mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap
orang akan ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan
neraka, dan kalau lebih berat perbuatan baiknya maka orangnya akan dimasukkan
surga. Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada kemungkinan
saudara akan masuk surga kalau saudara memikul sendiri 10 % dosa saudara.
Tetapi Kitab Suci / Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Ro 6:23 mengatakan
bahwa “upah dosa ialah
maut”! Jadi, tidak dikatakan kalau dosanya banyak / besar / lebih
banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya maut! Hanya dikatakan bahwa upah
dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu dosa saja sudah cukup untuk membawa
saudara kedalam neraka sampai selama-lamanya!
Mengapa demikian?
Karena Kitab Suci / Firman Tuhan mengajar bahwa perbuatan baik tidak bisa
menutup dosa (Gal 2:16,21). Memang, kalau saudara ditangkap polisi karena
melanggar peraturan lalu lintas dan akan menghadapi persidangan, bisakah
saudara lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik saudara itu menyebabkan
saudara tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi, hukum
duniapun mengatakan bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan demikian
juga ajaran dari Kitab Suci / Firman Tuhan! Karena itulah maka satu dosa saja
sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!
Sekarang,
bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal di atas ini? 10 % dari dosa saudara
bukan main banyaknya, sedikitnya ada 100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah
cukup membuang saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya. Bagaimana kalau
saudara harus menanggung 100.000 dosa atau bahkan lebih dari itu?
Karena itu, andaikata Yesus mau meminum
minuman yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat manusia, mulai dari
Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai
selama-lamanya!
Tetapi puji Tuhan, Yesus menolak minuman
yang mengandung ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya sebagian atau
90 % hukuman dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman
dosa kita!!
II) Yesus minta minum.
1) Yesus minta minum, dengan berkata ‘Aku
haus’ (Yoh 19:28).
Setelah Yesus
menolak minuman bius itu, Ia lalu disalibkan. Dan pada waktu ada di kayu salib,
Ia berkata: ‘Aku haus’
(Yoh 19:28).
2) Yesus memang sangat kehausan, karena:
a) Ia sudah ditawan sejak
kemarin malam, dan sebagai tawanan Ia pasti tidak diperlakukan dengan baik.
Jadi mungkin sekali Ia tidak diberi makanan ataupun minuman. Ini tentu
menyebabkan Ia menjadi haus.
b) Ia digiring kesana kemari
(kepada Mahkamah Agama, kepada Pontius Pilatus, kepada Herodes, kembali kepada
Pontius Pilatus, dsb). Perjalanan ini tentu menambah kehausan Yesus.
c) Ia dicambuki dan dipukuli dan
dimahkotai dengan duri. Semua ini menimbulkan luka-luka yang mengeluarkan darah
/ cairan tubuh sangat banyak, dan ini juga pasti menimbulkan kehausan yang luar
biasa.
d) Ia harus memikul kayu salib
yang cukup berat sejauh kurang lebih 1 km. Ini pasti menyebabkan Ia
mengeluarkan banyak keringat, dan ini menambah kehausanNya.
e) Ia disalibkan mulai pukul 9
pagi (Mark 15:25). Memang mulai pukul 12 siang terjadi kegelapan (Mark
15:33), tetapi mulai pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang Ia boleh dikatakan
dijemur di panas matahari yang terik.
Semua hal di
atas ini sudah pasti memberikan kehausan kepada Yesus, dan ini bukanlah
kehausan biasa, tetapi suatu kehausan yang bukan main hebatnya. Dan semua ini
sesuai dengan nubuat Maz 22:16 yang berbunyi: “lidahku melekat pada langit-langit mulutku”
(Catatan: bacalah seluruh Maz 22 itu, khususnya ay 2,8-9,17b,19 dan
saudara akan melihat dengan jelas bahwa itu adalah Mazmur tentang salib).
Bahwa
Maz 22:16 itu menggunakan istilah ‘lidah yang melekat pada
langit-langit mulut’, jelas menunjukkan kehausan yang luar biasa,
dimana seluruh mulut betul-betul kering sehingga lidah melekat pada
langit-langit.
A. T. Robertson: “Thirst
is one of the severest agonies of crucifixion”
(= Kehausan adalah salah satu dari penderitaan yang paling hebat dari
penyaliban).
Barnes’ Notes: “Thirst was one of the most distressing
circumstances attending the crucifixion. The wounds were highly inflamed, and
the raging fever was caused usually by the sufferings on the cross, and this
was accompanied by insupportable thirst” (= Kehausan adalah salah satu
keadaan yang paling membuat menderita yang menyertai penyaliban. Luka-luka itu
meradang dengan hebat, dan demam yang tinggi biasanya terjadi oleh
penderitaan-penderitaan pada salib, dan ini disertai / diiringi oleh kehausan
yang tak tertahankan) - hal 354.
3) Mengapa Yesus harus mengalami kehausan? Tidak
cukupkah penderitaan cambuk dan salib yang Ia alami? Mengapa Kristus masih harus mengalami kehausan?
a) Karena
hal itu sudah dinubuatkan dalam:
·
Maz 22:16
- ‘lidahku
melekat pada langit-langit mulutku’.
·
Maz 69:22b
- ‘pada waktu aku
haus mereka memberi aku minum anggur asam’.
b) Supaya orang berdosa yang mengalami kehausan yang tak terpuaskan
bisa terpuaskan dalam Kristus.
Spurgeon: “We
know from experience that the present effect of sin in every man who indulges
in it is thirst of soul. The mind of man is like the daughters of the
horseleech, which cry for ever ‘Give, give.’ Metaphorically understood, thirst
is dissatisfaction, the craving of the mind for something which it has not, but
which it pines for. Our Lord says, ‘If any man thirst, let him come unto me and
drink,’ that thirst being the result of sin in every ungodly man at this
moment. Now Christ standing in the stead of the ungodly suffers thirst as a
type of his enduring the result of sin”
(= Kami mengetahui dari pengalaman, bahwa akibat saat ini dari dosa dalam
setiap orang yang menuruti keinginan hatinya di dalamnya adalah kehausan dari
jiwa. Pikiran manusia adalah seperti anak perempuan dari lintah, yang terus
berteriak ‘Berilah, berilah’. Dimengerti secara kiasan, kehausan adalah
ketidak-puasan, keinginan dari pikiran untuk sesuatu yang tidak dipunyainya,
tetapi yang diharapkannya. Tuhan kita berkata: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia
datang kepadaKu dan minum’, kehausan itu merupakan akibat dari dosa dalam
setiap orang jahat pada saat ini. Sekarang Kristus yang berdiri di tempat
orang-orang jahat, menderita kehausan sebagai suatu simbol dari pemikulan
akibat dosa) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of our Lord’, vol VI, hal 562.
William Hendriksen: “the emphasis is on
the infinite love of the Lord, revealed in being willing to suffer burning
thirst in order that for his people he might be the everlasting fountain of
living water”
(= penekanannya adalah pada kasih yang tak terbatas dari Tuhan, dinyatakan
dalam kerelaanNya untuk menderita / mengalami kehausan yang membakar supaya Ia
bisa menjadi sumber yang kekal dari air hidup bagi umatNya) - hal 434.
c) Karena dosa pertama-tama masuk ke dalam dunia melalui mulut, maka
pemberesan dosa juga harus berurusan dengan mulut.
Spurgeon: “See,
brethren, where sin begins, and mark that there it ends. It began with the
mouth of appetite, when it was sinfully gratified, and it ends when a kindred
appetite is graciously denied. Our first parents plucked forbidden fruit, and
by eating slew the race. Appetite was the door of sin, and therefore in that
point our Lord was put to pain. With ‘I thirst’ the evil is destroyed and
receives its expiation. ... A carnal appetite of the body, the satisfaction of
the desire for food, first brought us down under the first Adam, and now the
pang of thirst, the denial of what the body craved for, restores us to our
place” (= Lihatlah, saudara-saudara, dimana dosa
mulai, dan tandailah bahwa di sana dosa berakhir. Dosa dimulai dengan mulut
yang ingin makan, dan pada saat itu dipuaskan secara berdosa, dan dosa berakhir
pada saat nafsu makan yang sama ditolak dengan kasih karunia. Orang tua pertama
kita memetik buah terlarang, dan dengan memakannya membunuh umat manusia. Nafsu
makan adalah pintu dari dosa, dan karena itu dalam hal itu Tuhan kita disakiti.
Dengan kata-kata ‘Aku haus’ kejahatan dihancurkan dan mendapatkan penebusannya.
... Nafsu makan yang bersifat daging dari tubuh, pemuasan dari keinginan akan
makanan, mula-mula membawa kita turun di bawah Adam pertama, dan sekarang rasa
sakit dari kehausan, penyangkalan dari apa yang sangat diinginkan oleh tubuh,
memulihkan kita ke tempat kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and
Work of our Lord’, vol VI, hal 562.
Catatan: saya memberikan pandangan Spurgeon di
sini, hanya karena saya merasa bahwa pandangannya merupakan sesuatu yang
menarik. Tetapi saya tidak yakin apakah pandangannya ini benar atau tidak.
d) Supaya kita yang percaya tidak perlu masuk ke neraka dan mengalami
kehausan yang kekal.
Spurgeon: “thirst
will also be the eternal result of sin, for he says concerning the rich
glutton, ‘In hell he lift up his eyes, being in torment,’ and his prayer, which
was denied him, was, ‘Father Abraham, send Lazarus, that he may dip the tip of
his finger in water and cool my tongue, for I am tormented in this flame.’ Now
recollect, if Jesus had not thirsted, every one of us would have thirsted for
ever afar off from God, with an impassable gulf between us and heaven. Our
sinful tongues, blistered by the fever of passion, must have burned for ever
had not his tongue been tormented with thirst in our stead”
(= kehausan juga akan menjadi akibat kekal dari dosa, karena Ia berkata tentang
orang kaya yang rakus, ‘Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut /
neraka ia memandang ke atas’, dan doanya, yang tidak dikabulkan, adalah: ‘Bapa
Abraham, suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini’. Sekarang
ingatlah bahwa seandainya Yesus tidak mengalami kehausan, setiap kita akan
mengalami kehausan selama-lamanya terpisah dari Allah, dengan jurang yang tak
terseberangi antara kita dengan surga. Lidah-lidah kita yang berdosa, melepuh /
kepanasan oleh demam dari nafsu / penderitaan, harus terbakar selama-lamanya,
seandainya lidahNya tidak disiksa oleh kehausan di tempat kita / menggantikan
kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’,
vol VI, hal 562-563.
Matthew
Henry: “The torments of
hell are represented by a violent thirst in the complaint of the rich man that
begged for a drop of water to cool his tongue. To that everlasting thirst we
had been condemned, had not Christ suffered for us”
(= Siksaan-siksaan neraka digambarkan oleh kehausan yang hebat dalam keluhan
dari orang kaya yang mengemis untuk setetes air untuk mendinginkan /
menyejukkan lidahnya. Pada kehausan kekal itu kita telah dihukum, seandainya
Kristus tidak menderita bagi kita).
Bdk. Luk 16:23-24 - “(23) Orang kaya itu juga mati,
lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke
atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24)
Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus,
supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab
aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.
Karena Yesus
saat ini sedang memikul seluruh hukuman dosa manusia, maka jelas bahwa Ia harus
memikul juga kehausan yang luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka.
4) Satu hal yang harus dipertanyakan adalah:
Apakah dengan meminta minum dan mendapatkannya ini penderitaanNya tidak
berkurang sehingga Ia tidak memikul 100 % hukuman dosa kita?
Ada 3 hal yang
perlu diberikan sebagai jawaban:
a) Yesus meminta minum dengan tujuan
supaya Firman Tuhan digenapi.
Perhatikan
Yoh 19:28 yang berbunyi: “berkatalah
Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - ‘Aku haus!’.
Kitab Suci yang
mana? Jawabnya adalah Maz 69:22b yang berbunyi: “Pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum
anggur asam”. Ingat bahwa ini juga merupakan suatu nubuat yang berhubungan
dengan Mesias / Yesus. Karena itu, tidak bisa tidak nubuat ini harus digenapi.
Adam Clarke:
“‘I thirst.’ The scripture that
referred to his drinking the vinegar is Psa. 69:21. The fatigue which he had
undergone, the grief he had felt, the heat of the day, and the loss of blood,
were the natural causes of this thirst. This he would have borne without
complaint; but he wished to give them the fullest proof of his being the
Messiah, by distinctly marking how everything relative to the Messiah, which
had been written in the prophets, had its complete fulfilment in him”
(= ‘Aku haus’. Kitab Suci yang berkenaan dengan peminuman cuka / anggur asam adalah
Maz 69:22. Kelelahan yang telah Ia alami, kesedihan yang telah Ia rasakan,
cuaca panas dari siang hari, dan kehilangan darah, merupakan penyebab-penyebab
alamiah dari kehausanNya. Ini akan Ia tanggung tanpa keluhan; tetapi Ia
ingin memberikan kepada mereka bukti yang paling penuh dari keberadaanNya
sebagai Mesias, dengan menandai dengan jelas bagaimana segala sesuatu yang
berhubungan dengan Mesias, yang telah ditulis dalam kitab nabi-nabi,
mendapatkan penggenapan sempurna dalam Dia).
Maz 69:22
- “Bahkan,
mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka
memberi aku minum anggur asam”.
KJV: ‘They gave me also gall
for my meat; and in my thirst they gave me vinegar to drink’ (= Mereka juga memberiku empedu
sebagai makananku; dan dalam kehausanku mereka memberiku minum cuka / anggur
asam).
Dalam
tafsirannya tentang Yoh 19:28-37, J. C. Ryle berkata sebagai berikut: “Three several predictions are
specially mentioned, in Exodus, Psalms, and Zechariah, which received their
accomplishment at the cross. Others, as every well-informed Bible-reader knows,
might easily be added. All combine to prove one and the same thing. They prove
that the death of our Lord Jesus Christ at Golgotha was a thing foreseen and
predetermined by God. Hundreds of years before the crucifixion, every part of
the solemn transaction was arranged in the Divine counsels, and the minutest
particulars were revealed to the Prophets. From first to last it was a thing
foreknown, and every portion of it was in accordance with a settled plan and
design. In the highest fullest sense, when Christ died, He ‘died according to
the Scriptures.’ (1Cor. 15:3)” [= Tiga ramalan
yang terpisah disebutkan secara khusus, dalam Keluaran, Mazmur, dan Zakharia,
yang menerima penggenapan mereka di kayu salib. Yang lain-lain, seperti yang
diketahui oleh setiap pembaca Alkitab yang diajar dengan baik, bisa ditambahkan
dengan mudah. Semua secara bersama-sama membuktikan hal yang satu dan yang
sama. Mereka membuktikan bahwa kematian dari Tuhan kita Yesus Kristus di
Golgota merupakan suatu hal yang dilihat lebih dulu dan ditentukan lebih dulu
oleh Allah. Ratusan tahun sebelum penyaliban, setiap bagian dari transaksi yang
keramat / kudus telah diatur / disusun / ditetapkan dalam Rencana Ilahi, dan
fakta-fakta yang terkecil dinyatakan / diwahyukan kepada nabi-nabi. Dari awal
sampai akhir itu merupakan hal yang diketahui lebih dulu, dan setiap bagian
darinya sesuai dengan rencana dan design yang ditetapkan. Dalam arti yang
paling tinggi dan paling penuh, pada saat Kristus mati, Ia ‘mati sesuai dengan
Kitab Suci’ (1Kor 15:3)] - ‘Expository
Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 353.
J. C. Ryle:
“We need not hesitate to regard
such fulfilments of prophecy as strong evidence of the Divine authority of God’s
Word. The Prophets foretell not only Christ’s death, but the particulars of His
death. This shows their inspiration. It is impossible to explain so many
accomplishments of predicted circumstances upon any other theory. To talk of
luck, chance, and accidental coincidence, as sufficient explanation, is
preposterous and absurd. The only rational account is the inspiration of God.
The Prophets who foretold the particulars of the crucifixion, were inspired by
Him who foresees the end from the beginning; and the books they wrote under His
inspiration ought not to be read as human compositions, but Divine. Great
indeed are the difficulties of all who pretend to deny the inspiration of the
Bible. It really requires more unreasoning faith to be an infidel than to be a
Christian. The man who regards the repeated fulfilments of minute prophecies
about Christ’s death, such as the prophecies about His dress, His thirst, His
pierced side, and His bones, as the result of chance, and not of design, must
indeed be a credulous man” (= Kita tidak perlu ragu-ragu
untuk menganggap penggenapan-penggenapan nubuat seperti itu sebagai bukti yang
kuat dari otoritas Ilahi dari Firman Allah. Nabi-nabi menubuatkan bukan hanya
kematian Kristus, tetapi detail-detail dari kematianNya. Ini menunjukkan
pengilhaman mereka. Adalah tidak mungkin untuk menjelaskan begitu banyak
pencapaian dari keadaan-keadaan yang diramalkan berdasarkan teori lain apapun.
Berbicara tentang kemujuran / keberuntungan, kebetulan, dan kejadian yang
kebetulan, sebagai penjelasan yang cukup, adalah tidak masuk akal dan
menggelikan. Satu-satunya pandangan yang rasionil adalah pengilhaman dari
Allah. Nabi-nabi yang meramalkan detail-detail dari penyaliban, diilhami oleh
Dia yang melihat lebih dulu akhirnya dari semula; dan kitab-kitab yang mereka
tulis di bawah pengilhamanNya tidak seharusnya dibaca sebagai karangan manusia
tetapi karangan ilahi. Sangat besar kesukaran-kesukaran dari semua orang yang
menolak pengilhaman dari Alkitab. Betul-betul membutuhkan iman yang lebih tak
masuk akal untuk menjadi seorang kafir dari pada untuk menjadi seorang Kristen.
Orang yang menganggap penggenapan-penggenapan yang berulang-ulang dari
nubuat-nubuat kecil tentang kematian Kristus, seperti nubuat-nubuat tentang
pakaianNya, kehausanNya, sisi / rusukNya yang ditusuk, dan tulang-tulangNya,
sebagai hasil dari kebetulan, pastilah merupakan orang yang terlalu cepat
percaya) - ‘Expository
Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 353-354.
b) Kristus minta minum supaya Ia
bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah
selesai’ (ay 30), yang mempunyai arti sangat penting bagi kita,
supaya kita tahu tentang kesempurnaan penebusan Kristus bagi dosa kita.
Tanpa minuman
itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan
yang luar biasa itu, tidak akan bisa mengucapkan kata-kata itu.
William Hendriksen: “It has been
suggested that Jesus desired to slake his agonizing thirst in order to be able
to utter the loud cry recorded in Luke 23:46 ... It is possible, but the text
does not say anything to this effect” (= Telah diusulkan bahwa Yesus ingin memuaskan
kehausannya yang menyakitkan supaya bisa mengucapkan teriakan keras yang
dicatat dalam Luk 23:46 ... Itu mungkin, tetapi textnya tidak mengatakan
apapun yang artinya seperti itu) - hal 434.
c) Ia minta minum setelah Ia
tahu bahwa semua sudah selesai.
Perhatikan
sekali lagi ay 28 yang berbunyi: “Sesudah
itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah
Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus’”.
Jadi, setelah
penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa kita, barulah Ia
berkata ‘Aku
haus’. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:
“Now, it ought to be remarked,
that Christ does not ask any thing to drink till all things have been
accomplished ... No words can fully express the bitterness of the sorrows which
he endured; and yet he does not desire to be freed from them, till the justice
of God has been satisfied, and till he has made a perfect atonement” (= Harus diperhatikan, bahwa
Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai / tercapai ...
Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang
ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah
telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna).
Penutup.
Kristus tidak mau memikul hanya
sebagian, atau sebagian besar, dari dosa-dosa kita. Ia mau dan telah memikul
seluruh dosa-dosa kita. Bahwa Ia minta minum, itu tidak berarti penderitaanNya
dalam memikul hukuman dosa kita dikurangi. Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa
pemikulan hukuman dosa kita yang sedang Ia lakukan, sudah selesai. Karena itu,
kalau saudara percaya kepada Dia, saudara tidak mungkin bisa dihukum. Tetapi
kalau saudara menolak Dia, saudara akan mengalami kehausan seperti yang dialami
orang kaya di dalam neraka. Pilihan ada di tangan saudara. Kiranya Tuhan
memberkati saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar