Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
1) Luk 23:34 - “Yesus
berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
2) Luk 23:43 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
3) Yoh 19:26-27 - “(26)
Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian
kataNya kepada muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya”.
4) Mat 27:46 - “Kira-kira
jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’
Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Mark 15:34
- “Dan
pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama
sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”.
5) Yoh 19:28 - “Sesudah
itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
6) Yoh 19:30 - “Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia
menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
7) Luk 23:46 - “Lalu
Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 19:30): “there is something very striking, surely,
in the fact that our Lord uttered on the cross precisely Seven Sayings - that
number which all Scripture teaches us to regard as sacred and complete; and
when we observe that of the Four Evangelists no one reports them all, while
each gives some of them, we cannot but look upon them - with Bengel - as four
voices which together make up one grand Symphony” [= pasti ada sesuatu yang sangat menyolok
dalam fakta bahwa Tuhan kita mengucapkan pada kayu salib persis 7 kalimat -
bilangan yang seluruh Kitab Suci ajarkan kepada kita untuk dianggap sebagai
bilangan yang keramat dan sempurna; dan pada waktu kita memperhatikan bahwa
dari Empat Penginjil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) tidak seorangpun yang melaporkan
seluruhnya, tetapi setiap orang dari mereka memberikan beberapa / sebagian dari
7 kalimat itu, kita tidak bisa tidak melihat pada mereka - bersama Bengel -
sebagai 4 suara yang bersama-sama membentuk satu Simfoni yang besar / agung].
-o0o-
Kalimat pertama
Luk 23:34
Luk 23:34 - “Yesus
berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
1) Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat
ini diragukan keasliannya karena beberapa manuscript kuno tidak mempunyai ayat
ini!
NIV memberikan catatan kaki yang
berbunyi: “Some early manuscripts do not have this
sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak
mempunyai kalimat ini).
RSV memberikan catatan kaki yang
berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence
‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas / salinan-salinan kuno
yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’).
NKJV memberikan catatan tepi yang
berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later
addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam
kurung sebagai penambahan belakangan).
ASV memberikan catatan kaki yang
berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus
said, Father, forgive them; for they know not what they do.’”
(= Beberapa otoritas / salinan kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa,
ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).
KJV dan NASB tidak memberikan catatan
kaki apapun.
Pulpit Commentary: “These
words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however,
in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of
the old versions, and are undoubtedly genuine”
(= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas / salinan yang paling
tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts yang
paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak
diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.
Catatan: kata-kata ini membingungkan. Apakah
ada beda antara ‘authorities’ (= salinan) dan ‘manuscripts’
(= naskah)?
Leon Morris (Tyndale): “There
is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and
some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been
omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest
it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection
that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and
afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard
the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini.
Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik
berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan
kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang
sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk
menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni
bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran
Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap
kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.
The New Bible Commentary: Revised: “34a
is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either
as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous
tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not
answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang
menakutkan / berat dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus
dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai
potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh
penyalin-penyalin yang merasa bahwa itu (doa Yesus) tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.
Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara
nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan
perkataan itu meninggallah ia”.
Doa Stefanus ini dianggap meniru /
meneladani doa Kristus yang sedang kita bahas. Kalau Kristus tidak pernah
menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan bisa meneladaninya.
A. T. Robertson: “Some
of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it
is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus
spoke these words, for they are utterly unlike any one else”
(= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat
ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil
Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu
sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New
Testament’, vol 2, hal 284-285.
Bruce M. Metzger: “The
absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most
impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by
copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not
forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had
remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part
of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical
origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional
place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in
the transmission of the Third Gospel” (= Absennya
kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan
sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai
penghilangan / pembuangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang,
menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni
orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak
dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan
suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa
itu berasal usul dari Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung
ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh
penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran
Injil ketiga ini) - ‘A
Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.
Catatan:
- kata-kata Metzger
pada bagian awal dari kutipan di atas saya anggap aneh. Mengapa ia berkata
‘hampir tidak bisa
dijelaskan sebagai ...’?
Kebanyakan penafsir justru menganggap hal itu sebagai alasannya.
- kata ‘dominical’ diterjemahkan ‘having to do with Jesus as
the Lord’ (= berurusan
dengan Yesus sebagai Tuhan) dalam Webster’s New World Dictionary.
Wycliffe Bible Commentary: “This
verse, like one or two others preceding (Luke 22:19,43) is absent from some of
the best manuscripts. Like several other such disputed texts, it is undoubtedly
a genuine utterance of Jesus. It is harder to account for its omission than
for its inclusion” [= Ayat ini, seperti
satu atau dua ayat yang mendahuluinya (Lukas 22:19,43) absen dari beberapa
manuscripts yang terbaik. Seperti beberapa text lainnya yang diperdebatkan
seperti itu, ini tidak diragukan merupakan ucapan asli dari Yesus. Adalah
lebih sukar untuk menerangkan penghapusannya dari pada pemasukkan /
penambahannya].
Catatan: saya kira kata-kata yang
saya garis-bawahi itu merupakan pertimbangan yang penting. Kalau kata-kata itu
memang asli bisa dipikirkan alasan mengapa kata-kata itu dihapuskan, yaitu
karena doa ini dianggap tidak dijawab. Tetapi kalau kata-kata itu tidak asli,
mengapa gerangan ada orang-orang yang berani menambahkannya?
William
Hendriksen mengatakan (hal 1028) bahwa ada orang-orang yang hendak menghapuskan
kata-kata ini, dengan alasan: mereka yang membunuh Yesus adalah reprobate (= orang-orang yang ditentukan
untuk binasa), dan Allah tidak memberkati reprobate.
Karena itu, Yesus tidak mungkin berdoa untuk mereka.
Saya sendiri
menyimpulkan bahwa ini merupakan kata-kata asli dari Yesus, dan juga merupakan
bagian asli dari Injil Lukas. Saya tak setuju dengan kata-kata dari A. T.
Robertson dan Bruce M. Metzger yang mengatakan bahwa ini mungkin bukan bagian
dari Injil Lukas tetapi pasti merupakan kata-kata asli dari Yesus. Kalau itu
adalah kata-kata asli dari Yesus, tidak mungkin kata-kata itu tak tercatat
dalam Kitab Suci. Mengingat bahwa kata-kata itu begitu penting, dan diucapkan
pada saat Ia berada di kayu salib, rasanya tidak mungkin kata-kata itu bisa
tidak dituliskan dalam Kitab Suci. Perlu diingat bahwa kata-kata ini hanya ada
dalam Injil Lukas.
2) “Ya Bapa, ampunilah mereka”.
a) Ini jelas merupakan suatu doa, dan merupakan
penggenapan dari Yes 53:12 - “Sebab itu Aku akan membagikan
kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh
orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah
menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa
untuk pemberontak-pemberontak”.
KJV: ‘made intercession for
the transgressors’
(= melakukan / menaikkan doa syafaat untuk pelanggar-pelanggar).
Arthur W.
Pink: “That Christ should
make intercession for His enemies was one of the items of the wonderful
prophecy found in Isaiah 53. This chapter tells us at least ten things about
the humiliation and suffering of the Redeemer”
(= Bahwa Kristus melakukan / menaikkan doa syafaat bagi musuh-musuhNya
merupakan salah satu dari hal-hal dari nubuat yang luar biasa dalam Yesaya 53.
Pasal ini memberitahu kita setidaknya 10 hal tentang perendahan dan penderitaan
dari sang Penebus) - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11-12.
Penerapan: ini merupakan bukti bahwa
Kitab Suci memang merupakan Firman Tuhan. Kalau tidak, bagaimana mungkin ada
begitu banyak nubuat dalam Kitab Suci, yang semuanya terjadi dengan sempurna?
Ini merupakan keunggulan Kitab Suci kita dibandingkan dengan Kitab Suci
agama-agama lain, yang tidak mempunyai nubuat sama sekali, atau hampir-hampir
tidak mempunyainya!
b) Saat pengucapan kata-kata ini.
Kebanyakan
penafsir beranggapan / menduga bahwa kata-kata ini diucapkan Yesus, atau pada
saat paku-paku dipakukan ke tangan dan kakiNya, atau pada waktu kayu salib itu
ditegakkan. Jadi, pada saat dimana rasa sakit itu mencapai puncaknya, dan
biasanya orang-orang yang tersalib itu mengeluarkan segala macam makian,
kutukan, dan sumpah serapah, Yesus justru mengucapkan doa yang begitu agung dan
penuh kasih!
Pulpit
Commentary: “These first of the
seven words from the cross seem, from their position in the record, to have
been spoken very early in the awful scene, probably while the nails were being
driven into the hands and feet” (= Yang pertama
dari 7 kata-kata / kalimat dari kayu salib kelihatannya, dari posisi mereka
dalam catatan, telah diucapkan sangat awal dalam suasana / adegan yang
mengerikan itu, mungkin sementara paku-paku dipakukan ke dalam tangan dan kaki)
- hal 240.
Pulpit
Commentary: “When - at what
particular point did he say that? It is commonly believed that he uttered this
most gracious prayer just at the time of the actual crucifixion. Just
when the nails were driven into those hands, the hands that had constantly
been employed in some ministry of mercy; into those feet that had been
constantly carrying him on some errand of kindness; or just when the heavy
cross, with its suffering Victim fastened upon it, had been driven into the
ground with unpitying violence; - just then, at the moment of most
excruciating pain and of intolerable shame, he opened his lips to pray for
mercy on his executioners” (= Kapan - pada saat khusus mana
Ia mengucapkannya? Pada umumnya dipercaya bahwa Ia mengucapkan doa yang paling
penuh kasih karunia ini persis pada waktu tindakan penyaliban itu
sungguh-sungguh dilakukan. Persis pada waktu paku-paku dipakukan ke
dalam tangan-tangan, tangan-tangan yang telah secara terus menerus
digunakan dalam pelayanan belas kasihan; ke dalam kaki-kaki yang telah
terus menerus membawaNya dalam missi kebaikan; atau persis pada saat kayu
salib yang berat, dengan Korban yang sedang menderita dilekatkan padanya,
dimasukkan ke dalam tanah dengan kekerasan tanpa belas kasihan; - persis
pada saat itu, pada saat dari rasa sakit yang luar biasa dan rasa malu yang tak
tertahankan, Ia membuka bibirNya untuk mendoakan belas kasihan bagi para
pelaksana hukuman matiNya) - hal 254.
c) Ini adalah saat dimana seharusnya Yesus bisa
dikuasai oleh kepahitan.
Pulpit
Commentary mengatakan (hal 254) bahwa Yesus menyadari akan
ketidak-bersalahanNya yang sempurna, dan juga akan tujuanNya yang murni dan
paling mulia / agung, tetapi Ia mendapati diriNya bukan hanya tidak dibalas
atau dihargai, tetapi disalah-mengerti, diperlakukan dengan jahat, dihukum
berdasarkan tuduhan yang sepenuhnya palsu, dan dihukum mati dengan cara yang
paling kejam dan memalukan. Pada saat itu Ia merupakan obyek dari kekejaman
yang paling tidak berbelas-kasihan yang bisa diberikan oleh manusia, dan sedang
mengalami penderitaan pada tubuh dan pikiran / jiwa yang betul-betul membuatNya
sangat menderita. Apakah aneh kalau pada saat seperti itu semua sifatNya yang
baik berubah menjadi roh yang masam? Tetapi pada saat itu, dan di bawah
perlakuan seperti itu, Ia melupakan diriNya sendiri untuk mengingat kesalahan
dari mereka yang sedang melakukan kesalahan kepadaNya. Ia bukannya memelihara /
menyimpan perasaan kebencian, tetapi Ia menginginkan supaya mereka bisa
diampuni dari kesalahan mereka!
Lenski: “This is surely the first word
that Jesus uttered while he was on the cross. ... It was uttered while the
crucifixion was in progress or immediately thereafter. This simple prayer is
astounding; ... The climax of suffering is now being reached, but the heart of
Jesus is not submerged by this rising tide - he thinks of his enemies and of
all those who have brought this flood of suffering upon him. ... He might have
prayed for justice and just retribution; but his love rises above his
suffering, he prays for pardon for his enemies. Such love exceeds comprehension
and yet reveals the source whence our redemption and our pardon flow”
(= Ini pasti adalah kata-kata pertama yang diucapkan Yesus pada waktu Ia berada
di salib. ... Itu diucapkan pada waktu penyaliban sedang berlangsung atau
persis sesudahnya. Doa yang sederhana ini merupakan sesuatu yang mengherankan;
... Sekarang puncak penderitaan itu sedang terjadi, tetapi hati Yesus tidak
tenggelam oleh air pasang yang naik ini - Ia memikirkan musuh-musuhNya dan
semua mereka yang telah membawa air bah penderitaan ini kepadaNya. ... Ia bisa
berdoa untuk keadilan dan pembalasan yang adil; tetapi kasihNya naik melebihi
penderitaanNya, Ia berdoa untuk pengampunan bagi musuh-musuhNya. Kasih seperti
itu melampaui pengertian dan menyatakan sumber dari mana penebusan dan
pengampunan kita mengalir) - hal 1132-1133.
d) Kata ‘ampunilah’.
1. Arti dari kata ‘ampunilah’.
William
Hendriksen: “the verb here used
has a very wide meaning (this, by the way, is true)”
[= kata kerja yang digunakan di sini mempunyai arti yang sangat luas (ini
memang benar)] - hal 1028.
Ini menyebabkan
ada orang-orang yang menafsirkan bahwa Yesus bukan memintakan pengampunan,
tetapi hanya meminta supaya Bapa menahan murkaNya, dan tidak menumpahkannya
pada saat itu (William Hendriksen, hal 1028).
William
Hendriksen: “‘Forgive them’
means exactly that. It means ‘blot out their transgressions completely. In thy
sovereign grace cause them to repent truly, so that they can be and will be
pardoned fully.’” (= ‘Ampunilah mereka’
betul-betul berarti seperti itu. Itu berarti ‘hapuskanlah pelanggaran mereka
sama sekali. Dalam kasih karuniaMu yang berdaulat buatlah mereka supaya
sungguh-sungguh bertobat, sehingga mereka bisa dan akan diampuni sepenuhnya’.)
- hal 1028.
2. Yesus meminta supaya mereka diampuni melalui
pertobatan / iman.
Jelas bahwa
Yesus bukan meminta bahwa mereka diampuni begitu saja, tanpa pertobatan /
iman, tetapi melalui pertobatan / iman.
Lenski: “By no means a pardon without
repentance - that would run counter to all Scripture and to the very redemption
Jesus was now effecting. But a pardon through repentance when the truth would
be brought home to them as the Acts passages brought it home”
(= Sama sekali bukan suatu pengampunan tanpa pertobatan - itu akan bertentangan
dengan seluruh Kitab Suci dan dengan penebusan yang sekarang sedang diadakan /
dijalankan oleh Yesus. Tetapi suatu pengampunan melalui pertobatan pada waktu
kebenaran menyadarkan / menginsyafkan mereka seperti dalam kitab Kisah Para
Rasul) - hal 1134-1135.
3. Yesus memintakan ampun untuk
dosa ini saja atau untuk semua dosa mereka?
Lenski
mengatakan (hal 1134-1135) bahwa jelas bukan hanya dosa membunuh Yesus ini saja
yang dimintakan ampun oleh Yesus, karena kalau demikian, apa gunanya? Mereka
mempunyai banyak dosa-dosa lain, dan kalau hanya dosa ini saja yang diampuni,
mereka tetap akan masuk ke neraka.
Lenski: “not of one sin only but of all
their sins. In other words, Jesus prays that the Father may give these
murderers of his time, grace, and the knowledge that may bring them the
Father’s pardon” (= bukan hanya tentang satu dosa
saja tetapi tentang semua dosa mereka. Dengan kata lain, Yesus berdoa supaya
Bapa memberi para pembunuh ini waktu, kasih karunia, dan pengetahuan yang bisa
membawa pengampunan Bapa kepada mereka) - hal 1135.
Sepanjang yang
saya ketahui, tak ada penafsir lain yang menafsirkan seperti ini. Dan menurut saya,
kita tidak perlu menafsirkan seperti ini. Yesus berdoa hanya untuk pengampunan
dari dosa ini saja, tetapi seperti dikatakan di atas, itu bukan pengampunan tanpa
pertobatan / iman, tetapi melalui pertobatan / iman. Dan kalau mereka
betul-betul bertobat / beriman, maka tentu bukan hanya dosa ini saja yang
diampuni tetapi semua dosa-dosa mereka yang lain.
e) Pada saat ini Yesus mempraktekkan ajaranNya
sendiri.
Mat 5:44 - “Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu”.
Pulpit
Commentary: “There never had
been such a forgiving spirit manifested since the world began”
(= Tidak pernah roh pengampunan seperti itu dinyatakan sejak dunia ini mulai)
- hal 264.
f) Perbandingan dengan kata-kata orang-orang
lain pada waktu mau mati.
Pulpit
Commentary: “Different from
other holy dying men, he had no need to say, ‘Forgive me.’”
(= Berbeda dengan orang-orang kudus yang mau mati, Ia tidak perlu berdoa:
‘Ampunilah Aku’.) - hal 240.
g) Perbandingan dengan teriakan darah Habel.
Bdk.
Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan
kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah
Habel”.
1. Darah Habel.
Kej 4:10 -
“FirmanNya:
‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari
tanah”.
Ibr 11:4 -
“Karena
iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada
korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia
benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia
masih berbicara, sesudah ia mati”.
Mungkin
teriakan darah Habel adalah seperti ini: ‘Ya Tuhan, aku adalah anakMu yang
setia kepadaMu, aku selalu memberi yang terbaik kepadaMu, aku selalu berusaha
untuk mentaatiMu. Tetapi Tuhan, sekarang aku dibunuh tanpa alasan. O Tuhan yang
maha adil, apakah Engkau akan berdiam diri melihat pembunuhan yang keji atas
diriku ini?’.
Dengan kata
lain, darah Habel berteriak kepada Allah untuk menuntut keadilan, menuntut
Allah menghukum Kain, sehingga akhirnya Allah betul-betul menghukum Kain (Kej
4:11-12).
Tentu saja ini
merupakan suatu kiasan. Sebetulnya bukan darah itu berteriak, tetapi pada waktu
darah itu tercurah, Allah melihatnya dan Allah menghukum.
Kalau saudara
beranggapan bahwa kata-kata seperti ini hanyalah khayalan saya, dan kalau
saudara beranggapan bahwa orang-orang beriman yang mati dibunuh tidak mungkin
berdoa supaya Allah menghukum orang-orang yang membunuh mereka, maka lihatlah
ayat di bawah ini.
Wah 6:10 -
“Dan
mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa
yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami
kepada mereka yang diam di bumi?’”.
Yang berbicara
dalam ayat-ayat ini adalah orang-orang beriman yang mati dibunuh, dan mereka
meminta Allah menghakimi / menghukum orang-orang yang membunuh mereka!
2. Darah pemercikan (= darah Kristus).
‘Darah
pemercikan’ dalam Ibr 12:24 itu jelas menunjuk pada darah
Yesus. Darah Yesus juga berteriak kepada Allah! Tetapi bagaimana teriakan darah
Yesus itu? Apakah darahNya berteriak seperti ini: ‘Bapa, Engkau
melihat AnakMu yang Tunggal, yang selalu hidup berkenan kepadaMu. Engkau lihat
tangan dan kakiKu yang selalu melakukan hal-hal yang baik, dan melayani Engkau,
sekarang dipakukan di kayu salib. Engkau melihat wajahKu yang selalu
memancarkan kasih, sekarang diludahi, ditampar, dan berlumuran darah dari
kepalaKu yang ditusuk dengan mahkota duri. Ya Bapa yang maha adil, hukumlah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan ini, dan buanglah mereka
ke dalam neraka!’.
Seandainya
darah Yesus berteriak seperti itu kepada Allah, maka celakalah kita semua!
Tetapi puji Tuhan, darah Yesus tidak berteriak seperti itu.
Ibr 12:24
- “dan
kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara
lebih kuat dari pada darah Habel”.
Kata-kata ‘lebih
kuat’ ini salah terjemahan; seharusnya ‘lebih baik’!
TB2-LAI sama salahnya dengan
TB1-Lembaga Alkitab Indonesia; tetapi TL justru lebih benar.
TL: ‘yang mengatakan perkara-perkara yang lebih baik
daripada darah Habel’.
KJV: ‘speaketh better
things than that of Abel’ (= mengatakan hal-hal yang lebih baik dari pada hal-hal yang
dikatakan Habel).
RSV: ‘speaks more
graciously than the blood of Abel’ (= berbicara dengan lebih murah hati dari pada
darah Habel).
NIV: ‘speaks a better
word than the blood of Abel’ (= mengucapkan suatu kata / ucapan yang lebih baik dari pada
darah Habel).
NASB: ‘speaks better
than the blood of Abel’ (= berbicara lebih baik dari pada darah Habel).
Ibr 12:24b (FAYH): ‘dan kepada darah yang dipercikkan yang
memberikan anugerah pengampunan, bukan seperti darah Habel yang menjerit
menuntut balas’.
Jadi, sekalipun darah Yesus memang
berteriak kepada Allah, tetapi berbeda dengan darah Habel yang berteriak
menuntut balas / keadilan, maka darah Yesus berteriak dengan nada yang lebih
baik. Darah Yesus berteriak senada dengan doa Yesus di kayu salib dalam
Luk 23:34 ini: ‘Ya
Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.
h) Ini
menunjukkan tujuan penderitaan dan kematian Kristus.
Matthew Henry: “the sayings of Christ upon the cross as
well as his sufferings had a further intention than they seemed to have. This
was a mediatorial word, and explicatory of the intent and meaning of his death:
... The great thing which Christ died to purchase and procure for us is the
forgiveness of sin”
(= kata-kata Kristus di kayu salib maupun penderitaanNya mempunyai maksud /
tujuan lebih jauh dari pada kelihatannya. Ini merupakan kata-kata pengantaraan,
dan merupakan penjelasan dari maksud / tujuan dan arti dari kematianNya: ...
Hal yang besar / agung yang dibeli dan diperoleh oleh kematian Kristus bagi
kita adalah pengampunan dosa).
i) Orang
yang paling berdosapun bisa diampuni.
Matthew Henry: “the greatest sinners may, through Christ,
upon their repentance, hope to find mercy. Though they were his persecutors and
murderers, he prayed, Father, forgive them” (= orang-orang yang paling berdosa bisa, melalui
Kristus, pada pertobatan mereka, berharap untuk menemukan belas kasihan. Sekalipun
mereka adalah penganiaya dan pembunuhNya, Ia berdoa: ‘Bapa, ampunilah mereka’).
Arthur W.
Pink: “In praying for His
enemies not only did Christ set before us a perfect example of how we should
treat those who wrong and hate us, but He also taught us never to regard any as
beyond the reach of prayer. If Christ prayed for His muderers then surely we
have encouragement to pray now for the very chief of sinners! Christian reader,
never lose hope” (= Dalam berdoa untuk
musuh-musuhNya Kristus bukan hanya memberikan di depan kita suatu teladan yang
sempurna tentang bagaimana kita harus memperlakukan mereka yang berbuat salah
dan membenci kita, tetapi Ia juga mengajar kita untuk tidak pernah menganggap
siapapun berada di luar jangkauan doa. Jika Kristus berdoa untuk
pembunuh-pembunuhNya maka pasti kita sekarang mendapatkan dorongan untuk berdoa
bagi orang-orang yang paling berdosa! Pembaca Kristen, jangan pernah kehilangan
pengharapan) - ‘The Seven
Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 10.
j) Mengapa
Yesus memintakan pengampunan bagi orang-orang itu dari Bapa, dan bukannya
memberikan sendiri pengampunan itu, seperti yang dalam kasus-kasus lain Ia
lakukan? Bandingkan dengan:
·
Mat 9:2
- “Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang
lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka,
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah
diampuni.’”.
·
Luk 7:48
- “Lalu Ia berkata kepada perempuan itu:
‘Dosamu telah diampuni.’”.
Jawaban:
1. Memberi
pengampunan dosa merupakan hak dari Allah saja.
Mark 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia
menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah
sendiri?’”.
2. Di
sini Yesus bertindak sebagai Pengantara.
Yesus memang adalah Allah dan
manusia. Karena itu, Ia bisa memberikan pengampunan dosa. Tetapi di sini,
sekalipun Ia tetap adalah Allah, tetapi Ia tidak bertindak sebagai Allah,
melainkan sebagai Pengantara. Karena itu, Ia memintakan pengampunan dari Bapa.
3. Disamping itu, pemberian pengampunan hanya
bisa diberikan kepada orang-orang yang betul-betul sudah bertobat / percaya.
Sedangkan untuk orang-orang yang belum bertobat, hanya doa seperti inilah yang
Ia berikan. Allahpun tidak bisa memberikan pengampunan kepada orang-orang yang
tidak bertobat / percaya, karena ini akan menabrak firmanNya sendiri.
3) “sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat”.
a) Potongan ini memberikan batasan doa dari
Yesus.
Ada pro dan
kontra berkenaan dengan bagi siapa doa ini dinaikkan oleh Yesus. Siapa saja
yang Ia doakan supaya diampuni oleh Bapa?
1. Ada yang tidak membatasi jangkauan doa ini,
dan menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan
bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita.
C. H. Spurgeon: “I
believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and
Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a
certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the
immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were
those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the
accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa
yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat
manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu;
tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak
wangi yang mahal itu, adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang
melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.
C. H. Spurgeon: “for,
though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we
really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his
prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’”
(= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh
Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga
menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.
Catatan: Saya tak setuju dengan pandangan
Spurgeon ini.
2. Ada
juga yang membatasi orang-orang yang didoakan oleh Yesus.
Tetapi tetap saja ada perdebatan
dalam kelompok ini berkenaan dengan siapa yang tercakup dan yang tidak tercakup
dalam doa Yesus ini.
Barnes’
Notes: “The prayer was
offered for those who were guilty of putting him to death. It is not quite
certain whether he referred to the ‘Jews’ or ‘to the Roman soldiers.’ Perhaps
he referred to both” (= Doa itu dinaikkan bagi mereka
yang bersalah membunuh Dia. Tidak pasti apakah Ia memaksudkan ‘orang-orang
Yahudi’ atau ‘para tentara Romawi’. Mungkin Ia memaksudkan keduanya).
David Gooding: “it
was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what
they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his
prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well
what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be
immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ
certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang
memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh
membimbing kita untuk memperluas jangkauan doaNya lebih dari yang Ia maksudkan.
Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia
lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang
tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat,
pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal
342.
Catatan:
·
saya
tidak setuju dengan bagian yang saya garis-bawahi dari kata-kata David Gooding
ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu
‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni
melalui pertobatan’.
·
juga
saya tak setuju dengan pandangannya bahwa mendoakan seseorang yang tahu
kesalahan yang ia lakukan, dan tidak punya niat untuk bertobat, merupakan suatu
tindakan yang tidak bermoral.
A. T. Robertson: “Jesus
evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for
the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para
tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New
Testament’, vol 2, hal 285.
Calvin: “It is probable, however, that
Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched
multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated
wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no
ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= Tetapi adalah mungkin bahwa
Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang
bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang
dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan
yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah
orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk
mereka) - hal 301.
Sukar untuk menetapkan batasan dari
doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat’ ditambahkan
oleh Yesus, pasti memang untuk membatasi orang-orang yang Ia doakan dengan doa
tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan; mereka
menyalibkan Yesus hanya karena menuruti perintah atasan mereka. Dan bahkan
sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan
itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya
kejahatan mereka.
William
Hendriksen: “the soldiers
certainly did not know. But even the members of the Sanhedrin, though they must
have known that what they were doing was wicked, did not comprehend the extent
of that wickedness” (= para tentara pasti tidak
tahu. Tetapi bahkan anggota-anggota dari Sanhedrin, sekalipun mereka pasti tahu
bahwa apa yang mereka lakukan adalah jahat, tetapi mereka tidak mengerti
sepenuhnya luas / tingkat dari kejahatan itu) - hal 1028.
Orang-orang yang menyalibkan Yesus,
bukannya tidak tahu bahwa mereka melakukan dosa, atau bahwa mereka menyalibkan
orang yang tidak bersalah. Mereka hanya tidak tahu bahwa mereka menyalibkan
Mesias / Juruselamat / Allah yang menjadi manusia. Mereka memang telah
mendengar tentang hal-hal ini, tetapi mereka tidak mempercayainya dan itu
dianggap sebagai ‘tidak mengetahuinya’.
Ini terlihat dari beberapa ayat di
bawah ini:
·
Kis 3:14-17
- “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar,
serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah
Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah
saksi. (16) Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah
menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah
memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai
saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena
ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.
Catatan:
kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada!
Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti
pemimpin-pemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (=
sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).
·
Kis 13:27
- “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak
mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi
perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.
KJV: ‘they knew him not’ (=
mereka tidak mengenalNya).
RSV: ‘did not recognize him’
(= tidak mengenaliNya).
NASB: ‘recognizing neither Him’
(= tidak mengenaliNya).
NIV: ‘did not recognize Jesus’
(= tidak mengenali Yesus).
·
Ada
juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang
mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka
tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka
kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat
Allah’.
1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang
telah matang, yaitu hikmat
yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini,
yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan
ialah hikmat Allah yang
tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan
Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya,
sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan
yang mulia”.
Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra,
apakah kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah / surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson menganggap bahwa
kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap
kata ‘nya’ itu menunjuk kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “It was ignorance on the part of many which
led to this great crime, but culpable ignorance. They should have known better” (= Merupakan ketidak-tahuan pada pihak dari
banyak orang yang membimbing pada kejahatan yang besar ini, tetapi ini
merupakan ketidak-tahuan yang bersalah / patut dicela. Mereka seharusnya
mengetahui dengan lebih baik) - hal 264.
Memang ada ketidak-tahuan yang
sungguh-sungguh, yang boleh dikatakan bukan merupakan kesalahan dari orang itu.
Misalnya seandainya mereka tinggal di hutan belantara, maka ketidak-tahuan
mereka tentang Yesus tentu tak bisa disalahkan. Tetapi karena mereka tinggal di
sekitar Yesus, dan mendengar ajaran / claimNya, dan juga mereka mempunyai
Perjanjian Lama yang banyak menubuatkan tentang Yesus, maka ketidak-tahuan
mereka merupakan ketidak-tahuan yang bersalah / patut dikecam.
Lenski: “Were Caiaphas and Pilate included? We
prefer not to pass judgment on individuals, for God alone knows the hearts and
to what degree they sin against better knowledge” (= Apakah Kayafas dan Pilatus termasuk?
Kami memilih untuk tidak menghakimi individu-individu, karena hanya Allah yang
mengetahui hati dan sampai sejauh mana mereka berbuat dosa terhadap pengetahuan
yang lebih baik) -
hal 1133-1134.
Tetapi ada satu hal yang saya
pikirkan, yang entah mengapa tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu
tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni
(Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Kalau itu
benar, maka secara intelektual mereka tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak
Allah, dan karena itu Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga
dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya
berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa
kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang
berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut:
tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.
b) Contoh
pengampunan terhadap orang yang berdosa dalam ketidak-tahuan.
1Tim 1:13 - “aku (Paulus) yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya
itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
c) Yesus
tidak berdoa untuk mereka yang tahu apa yang mereka perbuat. Apakah itu berarti
dosa sengaja tak bisa diampuni?
I. Howard
Marshall (NICNT) mengatakan
bahwa dalam Perjanjian Lama ada pembedaan tentang dosa yang tidak disadari /
tidak disengaja, untuk mana disediakan pengampunan, dan dosa yang disengaja,
untuk mana tidak disediakan pengampunan. Yang terakhir ini hanya bisa ditebus
oleh kematian dari orang yang berdosa itu.
Untuk dosa-dosa
yang tidak disadari / tidak disengaja, perhatikan ayat-ayat ini:
·
Im 4:2 - “‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak
dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia
memang melakukan salah satu dari padanya,”.
Im 4:3b menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga
dosa itu bisa diampuni.
·
Im 4:13 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap
umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah
satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah,”.
Im 4:14nya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini
sehingga dosa itu bisa diampuni.
·
Im 4:22 - “Jikalau yang berbuat dosa itu seorang pemuka yang tidak dengan
sengaja melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, Allahnya, sehingga ia
bersalah,”.
Im 4:23bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga
dosa itu bisa diampuni.
·
Im 4:27 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu seorang
dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN,
sehingga ia bersalah,”.
Im 4:28bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini
sehingga dosa itu bisa diampuni.
·
Im 5:2-6,9,14-15,17-19 - “(2)
Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, baik bangkai binatang liar
yang najis, atau bangkai hewan yang najis, atau bangkai binatang yang mengeriap
yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka ia menjadi najis dan bersalah.
(3) Atau apabila ia kena kepada kenajisan berasal dari manusia, dengan
kenajisan apapun juga ia menjadi najis, tanpa menyadari hal itu, tetapi
kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah. (4) Atau apabila seseorang
bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang baik,
sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari hal
itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu
perkara itu. (5) Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu,
haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, (6) dan haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai
tebusan salah karena dosa itu seekor betina dari domba atau kambing, menjadi
korban penghapus dosa. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi
orang itu karena dosanya. ... (9) Sedikit dari
darah korban penghapus dosa itu haruslah dipercikkannya ke dinding mezbah,
tetapi darah selebihnya haruslah ditekan ke luar pada bagian bawah mezbah;
itulah korban penghapus dosa. ... (14) TUHAN berfirman kepada Musa: (15)
‘Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam
sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang
tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut
syikal kudus, menjadi korban penebus salah. ... (17) Jikalau seseorang berbuat
dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya,
maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba
jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai
korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang
itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu,
sehingga ia menerima pengampunan. (19) Itulah
korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN.’”.
·
Im 22:14 - “Apabila seseorang dengan tidak sengaja memakan persembahan
kudus, ia harus memberi gantinya kepada imam
dengan menambah seperlima.”.
·
Bil 15:22-29 - “(22) ‘Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah
satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa, (23)
yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN kepadamu dengan perantaraan Musa,
mulai dari hari TUHAN memberikan perintah-perintahNya dan seterusnya
turun-temurun, (24) dan apabila hal itu diperbuat di luar pengetahuan
umat ini, tidak dengan sengaja, maka
haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran
menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan
korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai
korban penghapus dosa. (25) Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi
segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi
tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa
persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN,
karena hal yang tidak disengaja itu. (26) Segenap umat Israel akan
beroleh pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, karena
hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja. (27)
Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina
berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; (28) dan imam haruslah
mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja
berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan
pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing
yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi mereka
berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja”.
Sedangkan untuk
dosa sengaja, yang tidak disediakan cara untuk mendapatkan pengampunan,
perhatikan ayat-ayat ini:
Bil 15:30-31 - “(30)
Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel
asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan
dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap
firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan,
kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Victor P.
Hamilton (‘Handbook on the Pentateuch’,
hal 260-262) mengatakan bahwa dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan
adanya korban hanya untuk dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak disadari, maka
ada orang-orang yang menyimpulkan bahwa:
1. Dalam Perjanjian Lama dosa
yang bisa diampuni memang hanyalah dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak
diketahui. Sedangkan orang-orang yang melakukan dosa-dosa yang disengaja harus
dihukum mati (hal 259-260). Bdk. Bil 15:27-31 yang seolah-olah menekankan
hal itu secara explicit.
2. Ini menunjukkan kesuperioran
korban Kristus dibandingkan dengan korban-korban dalam Perjanjian Lama, karena
korban Kristus bisa mengampuni bukan hanya dosa-dosa yang tidak disengaja,
tetapi juga dosa-dosa yang disengaja.
Pulpit
Commentary (tentang Bil 15:30): “No
provision was made under the Law for the pardon of a wilful sin against God - a
sin of defiance. Thus the Law brought no satisfaction to the tender conscience,
but rather conviction of sin, and longing for a better covenant. Herein is at
once contrast and likeness: contrast, in that the gospel hath forgiveness for
all sin and wickedness” (= Tidak ada persediaan yang
dibuat di bawah hukum Taurat untuk pengampunan terhadap dosa sengaja terhadap
Allah - suatu dosa yang menantang. Jadi, hukum Taurat tidak membawa pemuasan
kepada hati nurani yang lembut, tetapi keyakinan / kesadaran akan dosa, dan
kerinduan / keinginan pada suatu perjanjian yang lebih baik. Di sini sekaligus
ada suatu kontras dan persamaan. Kontras, dalam hal bahwa injil mempunyai
pengampunan untuk semua dosa dan kejahatan) - hal 184.
Bdk.
Kis 13:39 - “Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya
memperoleh pembebasan dari segala
dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Tetapi Victor P.
Hamilton tidak setuju dengan kesimpulan seperti ini, dan ia mengatakan bahwa
pernyataan bahwa dalam Perjanjian Lama hanya dosa-dosa yang tidak disengaja
yang bisa diampuni juga merupakan sesuatu yang harus dipertanyakan
kebenarannya. Alasannya:
a. Kalau kita melihat
Im 6:1-7, maka tidak mungkin kita menyimpulkan bahwa yang dibicarakan di
sini adalah dosa-dosa yang tidak disengaja.
Im 6:1-7 -
“(1)
TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah
setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang
dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang
dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, (3) atau
bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta -
dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa - (4)
apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia
memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang
telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, (5) atau
segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar
gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya
kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya. (6) Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari
kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan
menyerahkannya kepada imam. (7) Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu
di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apapun yang
diperbuatnya sehingga ia bersalah.’”.
Perhatikan
bagian yang saya beri garis bawah tunggal. Itu tidak mungkin dianggap sebagai
dosa-dosa yang tidak disengaja! Tetapi perhatikan ay 6-7nya, yang saya beri
garis bawah ganda! Toh ada korban untuk dosa-dosa seperti itu, sehingga
dosa-dosa seperti itu bisa diampuni.
b. Terjemahan dari Bil 15:30 itu salah
secara cukup fatal!
Bil 15:30-31 - “(30)
Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel
asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan
dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap
firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan,
kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Kata-kata ‘dengan sengaja’ itu salah terjemahan!
KJV: ‘presumptuously’ (= dengan sombong / angkuh).
RSV: ‘with a high hand’ (= dengan tangan teracung).
NIV/NASB: ‘defiantly’ (= dengan menantang).
Ini kesalahan penterjemahan yang
cukup fatal, karena penterjemahan ini penting untuk menafsirkan apa yang
dimaksud dengan ‘dosa sengaja dan tidak disengaja’ itu!
Kelihatannya, karena Bil 15:22-31 mengkontraskan
dosa yang tidak disengaja dengan dosa yang dilakukan dengan angkuh / menantang
Tuhan, maka harus ditafsirkan bahwa asal orangnya tidak berbuat dosa dengan
sikap menantang Tuhan, maka itu dianggap sebagai dosa dengan tidak sengaja.
Victor P.
Hamilton lalu menyimpulkan bahwa dalam Perjanjian Lama bukan orang yang
melakukan dosa sengaja, tetapi orang yang tidak bertobat, yang tidak bisa
diampuni (hal 261-262).
Sekarang, mari
kita kembali pada persoalan kita. Mungkinkah dosa sengaja merupakan dosa yang
tidak bisa diampuni?
I. Howard
Marshall (NICNT): “Let it be plainly said that if there were no
forgiveness for deliberate sins, then we would all be under God’s condemnation,
for which of us has not sinned deliberately since our conversion and new
birth?”
(= Hendaklah dikatakan dengan jelas bahwa seandainya tidak ada pengampunan
untuk dosa-dosa sengaja, maka semua orang akan berada di bawah penghukuman
Allah, karena siapa dari kita yang tidak berbuat dosa dengan sengaja sejak
pertobatan dan kelahiran baru kita?) - hal 248.
4) Apakah
doa Yesus ini dijawab / dikabulkan oleh Allah / Bapa?
a) Jelas
bahwa ada orang-orang yang Yesus doakan, yang lalu bertobat.
Sebagian jawaban adalah bahwa
kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada
mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan
diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan
(Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam
Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah
murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam
menyerahkan diri dan percaya”.
Calvin: “Nor can it be doubted that this
prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many
of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa
doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa
banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka
curahkan) - hal 301.
Matthew Henry: “This prayer of Christ was answered not long
after, when many of those that had a hand in his death were converted by
Peter’s preaching”
(= Doa Kristus ini dijawab tidak lama setelahnya, pada waktu banyak dari mereka
yang ikut membunuh Yesus bertobat oleh khotbah Petrus).
Arthur W. Pink: “Here then is the Divine explanation of the
three thousand converted under a single sermon. It was not Peter’s eloquence
which was the cause but the Saviour’s prayer” (= Di sinilah penjelasan Ilahi tentang
3.000 orang yang bertobat oleh 1 khotbah. Bukan kefasihan Petrus yang merupakan
penyebab tetapi doa dari sang Juruselamat) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on
the Cross’, hal 11.
b) Tetapi
apakah semua orang untuk siapa Yesus berdoa pada saat ini, akhirnya bertobat
dan diampuni?
John Owen
mengatakan (‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 177) bahwa Bapa selalu
mendengar doa Anak / Yesus, dan ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di
bawah ini:
·
Yoh 11:42 - “Aku
tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang
banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
·
Maz 2:7-8
- “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia
berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah
kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu,
dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu”.
Jadi, bagaimana? Haruskah kita
beranggapan bahwa semua orang yang Yesus doakan saat itu betul-betul bertobat?
Bukankah kelihatannya tidak memungkinkan untuk mengambil pandangan seperti itu?
Atau, karena dalam Yoh 17:9,20
Yesus berdoa hanya untuk orang-orang pilihan saja, mungkin berdasarkan
ayat-ayat itu kita harus menafsirkan bahwa dalam doa Yesus di kayu salib itu,
Ia tidak berdoa untuk orang-orang non pilihan. Dengan demikian semua orang yang
Ia doakan memang bertobat.
Bdk. Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk
dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu,
sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku
berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan
mereka”.
5) Kata-kata
ini merupakan teladan bagi kita.
Matthew Henry: “This is written also for example to us. ...
We must pray for our enemies, and those that hate and persecute us, must extenuate
their offences, and not aggravate them as we must our own” (= Ini dituliskan juga sebagai teladan bagi
kita. ... Kita harus berdoa untuk musuh-musuh kita, dan mereka yang membenci
dan menganiaya kita, kita harus memperlunak / memperingan pelanggaran-pelanggaran
mereka, dan tidak memperburuknya sebagaimana kita harus melakukannya pada
pelanggaran-pelanggaran kita sendiri).
Barclay: “When the unforgiving spirit is threatening
to turn our hearts to bitterness, let us hear again our Lord asking forgiveness
for those who crucified him and his servant Paul saying to his friends, ‘Be
kind to one another, tender-hearted, forgiving one another, as God in Christ
forgave you.’ (Ephesians 4:32.)” [= Pada waktu roh yang tidak mengampuni sedang
mengancam untuk membelokkan hati kita pada kepahitan, hendaklah kita mendengar
lagi Tuhan kita meminta pengampunan bagi mereka yang menyalibkanNya dan
hambaNya Paulus berkata kepada teman-temannya: ‘hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah
di dalam Kristus telah mengampuni kamu’ (Ef 4:32)] - hal 285.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar