ARTI KATA
I) Nama (tempat, kota, gunung, orang).
Sekalipun
suatu nama ada artinya, tetapi tidak selalu ada hubungannya dengan kontext.
Jadi, kadang-kadang perlu / bisa dibahas (misalnya nama ‘Yesus’ dalam
Mat 1:21); tetapi kadang-kadang tidak boleh dibahas karena memang tidak
ada hubungannya dengan kontext [misalnya nama ‘Teofilus’ yang berarti ‘a friend of God’ (= sahabat Allah)
dalam Kis 1:1 dan Luk 1:3].
II) Kata biasa (kata kerja, kata benda, kata sifat).
1) Suatu kata tidak selalu mempunyai arti yang
sama.
Suatu
kata sering mempunyai beberapa arti dan bisa saja pada suatu bagian diambil
arti yang pertama dan pada bagian yang lain diambil arti yang kedua.
Misalnya
kata ‘pencobaan / mencobai’, ‘iman’, ‘percaya’, ‘selamat’, ‘jiwa’, tidak selalu
sama artinya.
Contoh:
baca Yak 2:14-26.
Kalau kita sudah pernah membaca
surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini bertentangan
dengan banyak bagian surat-surat Paulus (Ro 3:28 kelihatannya bertentangan
dengan Yak 2:24; Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan
dengan Yak 2:21).
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti
untuk bisa memperdamaikan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
a) Mereka
mempunyai perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk
orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan
karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan
habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro
3:27-28 Gal 2:16,21 Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada
orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama
sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan
baik.
b) Mereka menggunakan kata-kata yang sama tetapi
dengan arti yang berbeda.
1. Istilah
‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini
maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri
kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang
menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan
istilah ini, ia memaksudkannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena
itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.
2. Istilah
‘iman / percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini,
maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus (saving faith / iman yang menyela-matkan).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah
ini, maka ia me-maksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. Yak 2:14
- ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
3. Istilah
‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini,
maka artinya adalah ‘orang-nya dibenarkan oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah
ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya:
pengakuannya benar / tidak dusta).
Kesimpulan:
Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus
punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa
dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan
kebenarannya melalui perbuatan baik.
Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk
memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation
by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus, atau mungkin
ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri
tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25
2:12). Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa
sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus,
itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
2) Kadang-kadang suatu kata mengalami
perkembangan dalam artinya.
Baik
sekali untuk membahas perkembangan arti tersebut, tetapi kita harus membahas
dalam bahasa aslinya, bukan bahasa Inggris / Indonesianya.
Contoh
yang benar: membahas perkembangan kata ‘mamon’ dalam Mat 6:24.
Wiliam
Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia mengatakan bahwa ‘mamon’
berarti ‘milik secara materi’ / ’material
possessions’ dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang mengandung arti
buruk.
Tetapi
dalam sejarah ada perkembangan arti dari kata ‘mamon’ itu.
·
mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ (= mempercayakan). Jadi,
mula-mula mamon diartikan sebagai harta yang dipercayakan kepada bank /
orang lain.
· lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan
tetapi menjadi sesuatu yang dipercayai.
·
akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup manusia dan lalu
ditulis dengan huruf besar (Mamon).
Jadi,
dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini terlihat bahwa mamon yang mula-mula
tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia.
Contoh
yang salah: membahas kata ‘kekuatan / power’
dalam Ro 1:16. Banyak orang yang membahas kata bahasa Inggris ‘dynamite’ (= dinamit) yang diturunkan
dari kata bahasa Yunani DUNAMIS (yang diterjemahkan kekuatan / power dalam Ro 1:16 tersebut),
padahal kata Yunani DUNAMIS belum tentu mengandung arti seperti dynamite. Ini dilakukan oleh sebuah buku
Saat Teduh (‘Streams in the Desert’,
vol I, April 8), yang menterjemahkan 2Kor 12:10, dengan mengubah kata-kata
‘maka aku kuat’ menjadi ‘then I am
dynamite’ (= maka aku adalah dinamit).
III) Macam-macam arti kata.
Suatu
kata bisa diartikan secara:
1) Literal / hurufiah.
2) Figurative / kiasan.
3) Symbolic / lambang.
Kalau
salah pilih, tentu saja artinya jadi kacau. Misalnya seperti dalam
Mat 16:5-12 Yoh 2:18-21 Yoh 11:11-13.
Contoh:
1) Kata ‘pedang’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dalam arti betul-betul menunjuk pada pedang biasa.
Contoh:
·
Mat 26:51 - Petrus membacok telinga hamba imam besar
dengan pedang.
·
Bil 22:29 - Bileam tidak mempunyai pedang untuk
membunuh keledainya.
b) Bisa diartikan sebagai kiasan, dan
menunjuk pada:
·
hukuman / hak menghukum (Ro 13:4 - “Tidak percuma pemerintah menyandang pedang”).
·
peperangan / pertengkaran / perpisahan (Mat 10:34 - “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”).
·
peperangan / pertumpahan darah (2Sam 12:10 - karena
Daud berzinah dan membunuh, maka Tuhan memberi hukuman yaitu: “pedang tidak akan menyingkir dari
keturunanmu sampai selamanya”).
c) Bisa diartikan
sebagai lambang dan menunjuk pada Firman Tuhan.
Contoh:
·
Ef 6:17 - “pedang
Roh, yaitu Firman Allah”.
·
Ibr 4:12 - “Sebab firman
Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”.
Kadang-kadang tidak mudah untuk
mengatakan apakah suatu kata termasuk hurufiah, kiasan atau lambang. Contohnya
kata ‘pedang’ dalam Luk 22:35-38, yang akan saya jelaskan di bawah ini.
a. Dalam Luk 22:35-36a, Yesus dan
murid-muridNya membicarakan peristiwa dalam:
·
Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15.
·
Luk 10:1-12,17-20.
Saat itu orang-orang yang diutus oleh
Yesus tidak kekurangan apa-apa sekalipun mereka pergi tanpa membawa apa-apa.
b. Luk 22:35-36 ini menunjukkan bahwa akan
terjadi kontras yang sangat besar antara dulu dan sekarang. Dulu mereka enak,
banyak orang mau menerima mereka, menjamu mereka dsb. Tetapi sekarang /
sebentar lagi, keadaan akan berubah, dan hidup maupun pelayanan mereka akan
menjadi sukar dan berat.
Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari
bagian ini:
·
Text-text seperti Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 /
Luk 10:1-12,17-20 tidak boleh dijadikan dasar untuk mengutus seorang hamba
Tuhan / misionaris tanpa bekal apa-apa.
Luk 22:35-36 ini menunjukkan
secara jelas bahwa Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 itu
berlaku untuk sementara saja!
·
Tuhan tidak selalu mau melakukan mujijat. Kalau misalnya
Tuhan itu mau selalu melakukan mujijat seperti:
*
gagak yang memberi makan Elia.
*
5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang.
maka jelas bahwa murid-murid itu tetap
tidak perlu membawa bekal, uang dsb.!
c. Luk 22:37 menunjukkan alasan mengapa
kontras dulu dan sekarang itu akan terjadi.
·
Luk 22:37 ini merupakan kutipan dari Yes 53:12.
Kristus yang adalah orang benar itu,
harus dianggap sebagai ‘pemberontak’ [NIV/NASB: ‘transgressors’ (= pelanggar hukum)] supaya kita yang adalah
pemberontak / pelanggar hukum (bdk. Yes 53:5) bisa dianggap sebagai orang
benar! Bdk. 2Kor 5:21.
·
Yesus mengutip Yes 53:12 ini untuk menunjukkan bahwa
Firman Tuhan sudah menubuatkan bahwa Ia akan dianggap sebagai pemberontak /
pelanggar hukum, dan sebentar lagi nubuat itu akan tergenapi:
*
Mat 26:47,55 - Ia ditangkap seperti penyamun.
*
Mat 26:65 - Ia dianggap sebagai penghujat.
*
Mat 27:63 - Ia dianggap sebagai penyesat [NIV: deceiver (= penipu)].
*
Salib adalah hukuman untuk orang yang sangat jahat dan
terkutuk (Gal 3:13 Ul 21:23).
*
Ia mati di antara 2 penjahat (bdk. Yes 53:9,12 Mark 15:27-28).
Karena Ia dianggap sebagai orang jahat, maka
jelas bahwa murid-muridNya juga tidak akan diterima seperti dulu! Inilah yang
menyebabkan hidup dan pelayanan murid-murid akan menjadi berat dan sukar.
d. Apa
arti ‘pedang’ dalam Luk 22:36?
Adam Clarke: “I must confess that the
matter about the swords appears to me very obscure. I am afraid I do not
understand it, and I know of none who does” (=
Saya harus mengakui bahwa persoalan tentang pedang ini kelihatan sangat kabur
bagi saya. Saya tidak mengertinya dan saya tidak tahu ada orang yang mengerti
hal ini).
Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata
‘pedang’ dalam Luk 22:36 ini:
·
Kata ini diallegorikan, dan diartikan sebagai Firman Tuhan
(bdk. Ef 6:17). Bahkan ada orang yang menambahkan bahwa ‘2 pedang’ dalam
Luk 22:38 menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!
Keberatan terhadap pandangan ini:
*
Tidak ada alasan yang menyebabkan bagian ini boleh
dialegorikan seperti itu. Dan kalaupun mau dialegorikan, apa dasarnya untuk
mengatakan bahwa pedang melambangkan Firman Tuhan? Bahwa dalam Ef 6:17
pedang menggambarkan Firman Tuhan, itu tidak berarti bahwa disini juga harus
begitu! Disamping itu, kalau pedang diartikan sebagai Firman Tuhan, lalu apa
artinya ‘menjual jubah’ di sini?
*
Saat itu belum ada Perjanjian Baru!
*
Pedang yang digunakan oleh Petrus dalam Mat 26:51 jelas
adalah salah satu dari 2 pedang dalam Luk 22:38! Jadi jelas bahwa itu
adalah pedang sungguhan!
·
Ada yang menghurufiahkan kata pedang dalam
Luk 22:36 ini. Jadi mereka mengartikan bahwa Yesus betul-betul menyuruh
mereka yang tidak mempunyai pedang untuk menjual jubahnya dan membeli pedang.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau
memang Yesus menyu-ruh membeli pedang sungguhan, mengapa waktu Petrus meng-gunakan
pedang itu, Yesus justru menegurnya (Mat 26:51-52)?
Jawab terhadap keberatan ini: Yesus
memaksudkan pedang itu untuk melindungi diri mereka sendiri, bukan untuk
melindungi Yesus.
Keberatan terhadap jawaban ini:
*
bahwa orang kristen harus menjaga diri dengan pedang pada
waktu mengalami masa sukar dalam pelayanan, adalah sesuatu yang bertentangan
dengan seluruh Kitab Suci. Kekristenan tidak pernah boleh dipertahankan /
disebarkan dengan kekerasan.
*
setelah Yesus naik ke surga sekalipun tidak pernah ada murid
yang betul-betul membawa pedang untuk menjaga diri.
·
Di sini Yesus berbicara secara figurative (= dalam arti kiasan).
Ia tidak memaksudkan mereka betul-betul
harus menjual jubah untuk membeli pedang. Seluruh ay 36 hanya menunjukkan
bahwa hidup dan pelayanan akan menjadi sukar dan berat, dan karena itu mereka
perlu untuk lebih berjaga-jaga / berhati-hati.
Ini adalah pandangan dari mayoritas
penafsir, dan inilah pan-dangan yang saya terima.
e. Luk 22:38 menunjukkan bahwa murid-murid
itu salah mengerti kata-kata Yesus. Mereka menghurufiahkan kata-kata Yesus itu!
Tetapi, kalau memang mereka salah
mengerti, mengapa Yesus lalu berkata ‘sudah cukup’ (Luk 22:38b)?
Kata-kata ‘sudah cukup’ ini jelas tidak menunjuk pada 2 pedang
yang ditunjukkan oleh murid-murid kepada Yesus, karena:
·
Kalau kata-kata ini memang menunjuk pada 2 pedang itu, maka
jelas bahwa ‘pedang’
dalam Luk 22:36 mempunyai arti hurufiah. Tetapi kalau ‘pedang’ dalam Luk 22:36 itu mempunyai
arti hurufiah, maka jelas bahwa 2 pedang itu tidak mungkin cukup untuk 11
orang. Dengan demikian, kata-kata ‘sudah cukup’ dalam Luk 22:38 itu akan bertentangan
dengan kata-kata ‘dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan
membeli pedang’
dalam Luk 22:36.
·
Terjemahan hurufiah dari kata-kata itu adalah ‘It is enough’ (bentuk tunggal), bukan ‘they are enough’ (bentuk jamak), sehingga tidak mungkin menunjuk pada dua
buah pedang!
Kalau memang kata-kata ‘sudah cukup’ itu tidak menunjuk pada 2 pedang, lalu
menunjuk kepada apa? Jelas menunjuk pada pembicaraan mereka. Jadi, Yesus
menghentikan pembicaraan tentang hal itu, mungkin karena Ia merasa jengkel
dengan kebodohan murid-murid yang selalu tidak mengerti apa yang Ia katakan,
atau karena memang saat itu sudah tidak ada waktu bagiNya untuk menjelaskan hal
itu.
2) Kata ‘api’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dimana kata ‘api’ betul-betul menunjuk pada ‘api biasa’.
Contoh:
Bil 11:1-2
- karena Israel
bersungut-sungut, Tuhan menjadi murka dan menghukum mereka dengan api.
Yoh 21:9
- “Ketika mereka tiba di
darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ada ikan dan roti”.
b) Bisa diartikan
secara kiasan, dan menunjuk pada:
·
hukuman (Mat 3:12 - “debu
jerami itu akan dibakarnya dengan api
yang tidak terpadamkan”).
·
penderitaan / kesukaran (Maz 66:12 - “... kami telah menempuh api dan air; tetapi
Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas”).
·
perlindungan (Zakh 2:5 - “Aku
sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di
sekelilingnya”).
c) Bisa diartikan
sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Firman Tuhan (Yer 23:29 - “Bukankah
firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN”).
·
Roh Kudus (Kis 2:3 - ada lidah api yang hinggap pada
orang-orang kristen dan mereka lalu penuh dengan Roh Kudus).
Sebetulnya
api di sini adalah api biasa, tetapi ada yang menganggap bahwa api di sini juga
merupakan simbol kehadiran Roh Kudus.
3) Kata ‘air’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dan menunjuk pada air biasa, seperti dalam
Kej 21:14-19 Mat 17:15 Mat 14:29.
b) Bisa diartikan
sebagai kiasan dan menunjuk pada kesukaran / penderitaan, seperti dalam
Maz 66:12.
c) Bisa diartikan
sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Roh Kudus (Yeh 47:1-5).
·
Firman Tuhan (Maz 1:2-3).
4) Kata ‘anggur’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah dan menunjuk pada anggur biasa, seperti dalam
Yoh 2:1-11 Luk 10:34.
b) Bisa diartikan
sebagai kiasan dan menunjuk pada cinta, seperti dalam Kidung Agung 1:2.
c) Bisa diartikan
sebagai lambang dan menunjuk pada darah Kristus (Mat 26:26-28).
Catatan: di sini anggur juga ada arti
hurufiahnya, karena mereka juga minum anggur sungguh-sungguh, tetapi sekaligus
juga melambangkan darah Kristus.
5) Kata ‘merpati’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dan menunjuk pada merpati biasa, seperti dalam
Kej 8:8 Yoh 2:16.
b) Bisa diartikan
sebagai kiasan dan menunjuk pada ketulusan / innocency (= keadaan tidak bersalah), seperti dalam Mat 10:16.
c) Bisa diartikan
sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus seperti dalam Mat 3:16.
6) Kata ‘terang’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dan menunjuk pada terang biasa, seperti dalam
Kej 1:3,14-18.
b) Bisa diartikan
sebagai kiasan dan menunjuk pada keadaan enak / diberkati, seperti dalam Amsal
4:18.
c) Bisa diartikan
sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Firman Tuhan (Maz 119:105).
·
Yesus (Yoh 1:5,9 Yoh
8:12 Yoh 9:5).
·
Orang kristen (Mat 5:14
Ef 5:8).
7) Kata ‘angin / badai’.
a) Bisa diartikan
secara hurufiah, dan menunjuk pada angin biasa, seperti dalam
Kej 8:1b Mat 8:24.
b) Bisa diartikan
sebagai kiasan dan menunjuk pada problem / penderitaan, seperti dalam Mat
7:25-27.
c) Bisa diartikan
sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus, seperti dalam Yoh 3:8 Yeh 37:9,10,14.
Kesalahan
yang banyak terjadi pada jaman sekarang adalah menafsirkan suatu kata yang
sebetulnya berarti hurufiah sebagai simbol / lambang.
Contoh:
·
Yoh 2:1-11 - ‘anggur’ ditafsirkan sebagai cinta. Orang
yang kehabisan cinta dalam pernikahan, dipulihkan oleh Yesus.
·
Mat 14:29 - ‘air’ ditafsirkan sebagai Firman Tuhan;
jadi Petrus berjalan di atas Firman Tuhan.
·
Mat 17:15 - ‘air dan api’ ditafsirkan sebagai dosa satu
dan dosa lain; jadi setan membanting orang itu dari satu dosa ke dosa lain.
·
Bil 22:29 - Bileam tidak punya pedang, ditafsirkan: Bileam
tidak punya Firman Tuhan.
·
Kej 2:10-14 - ‘sungai’ ditafsirkan sebagai karunia.
·
Yoh 21:1-14 -
‘ikan’ ditafsirkan sebagai bangsa.
·
Kel 3:5 - ‘kasut’ ditafsirkan sebagai dosa. Orang yang
mau datang kepada Tuhan harus meninggalkan dosa.
·
Kis 20:7-12 - ‘jendela’ ditafsirkan sebagai perbatasan
antara gereja dan dunia.
·
2Raja 5 - ‘kusta’ ditafsirkan sebagai dosa.
·
Yoel 2:23 - ‘hujan awal’ ditafsirkan sebagai pencurahan
karunia bahasa Roh pada hari Pentakosta, sedangkan ‘hujan akhir’ ditafsirkan
sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada jaman ini (abad 20).
·
Kej 3:7,21 - ‘daun-daun’ ditafsirkan sebagai
agama-agama, sedangkan ‘kulit binatang’ ditafsirkan sebagai Kristus.
·
Yoh 13:30 - kata ‘malam’ diartikan secara kiasan / lambang.
Wiliam Barclay: “Judas went out - and it was
night. John has a way of using words in the most pregnant way. It was night for
the day was late; but there was another night there. It is always night when a
man goes from Christ to follow his own purposes. It is always night when a man
listens to the call of evil rather than the summons of good. It is always night
when hate puts out the light of love. It is always night when a man turns his
back on Jesus” (= Yudas keluar
- dan saat itu sudah malam. Yohanes mempunyai cara menggunakan kata-kata
sehingga sarat dengan arti. Itu sudah malam karena hari itu sudah larut; tetapi
ada ‘malam’ yang lain di sini. Selalu merupakan ‘malam’ kalau seseorang
meninggalkan Kristus untuk mengikuti tujuan / rencananya sendiri. Selalu
merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang lebih mendengarkan panggilan kejahatan
dari pada panggilan kebaikan. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu kebencian
memadamkan terang dari kasih. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang
menghadapkan punggungnya terhadap Yesus) - hal 147.
Thomas Whitelaw: “Perhaps also symbolical of
the spiritual condition of the traitor, within whom, as well as round whom, it
was night” (= Mungkin juga
merupakan simbol dari kondisi rohani dari si pengkhianat, di dalam siapa, dan
juga di sekitar siapa, itu adalah malam) - hal 295.
Pulpit Commentary: “The night into which Judas
stepped forth was but a faint figure of the deeper night of a soul into which
Satan had entered” (= Malam ke
dalam mana Yudas melangkah merupakan suatu gambaran yang samar-samar dari malam
yang lebih dalam dari sebuah jiwa ke dalam mana Setan telah masuk) - hal 200.
Leon Morris (NICNT): “‘Night’ is more than a time
note. In view of the teaching of this Gospel as a whole it must be held to
point us to the strife between light and darkness and to the night, the black
night, that was in the soul of Judas (cf. 11:10). He had cut himself off from the
light of the world and accordingly shut himself up to night” [= ‘Malam’ merupakan sesuatu yang lebih dari
sekedar petunjuk waktu. Dari sudut pandang pengajaran dari Injil ini secara
keseluruhan, itu harus dianggap sebagai menunjukkan kepada kita peperangan
antara terang dan kegelapan dan pada malam, malam yang gelap, yang ada dalam
jiwa Yudas (bdk. 11:10). Ia telah memotong dirinya sendiri dari terang dunia
dan karena itu mengurung dirinya pada malam] - hal 628.
John G. Mitchell: “Not to have Jesus Christ in
your heart and life means night. ... Here is Judas who spent three and a half
years with his wonderful Savior. And when he left, he not only went out into
the darkness at midnight, but he went out into impenetrable darkness” (= Tidak mempunyai Yesus dalam hati dan hidupmu
berarti ‘malam’. ... Di sinilah Yudas yang melewatkan 3 1/2 tahun bersama
dengan Juruselamatnya yang ajaib / luar biasa. Dan ketika ia pergi, ia tidak
hanya pergi ke dalam kegelapan pada tengah malam, tetapi ia pergi keluar ke dalam
kegelapan yang tak dapat ditembus) - hal 259.
William Hendriksen: “It was night when Judas
left that room, night outside; night also inside the heart of Judas” (= Waktu itu hari sudah malam ketika Yudas
meninggalkan ruangan itu, malam di luar; malam juga di dalam hati Yudas) - hal 250.
Bagaimanapun menariknya penafsiran yang
alegoris ini, saya tetap menganggapnya sebagai salah. ‘Malam’ di sini bersifat
hurufiah, seperti yang dikatakan oleh Barnes’ Notes.
Barnes’ Notes: “It was in the evening, or
early part of the night. What is recorded in the following chapters took place
the same night” (= Itu terjadi
pada malam, atau bagian awal dari malam itu. Apa yang dicatat dalam pasal-pasal
selanjutnya terjadi pada malam yang sama) - hal 331.
Hati-hati
untuk tidak meniru kesalahan dalam contoh-contoh yang salah di atas! Yang
hurufiah harus ditafsirkan sebagai hurufiah, bukan sebagai kiasan / lambang!
Suatu
kesalahan yang juga sangat sering terjadi adalah dimana orang merohanikan
sesuatu yang bersifat jasmani.
Contoh:
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta, diterapkan pada
kebutaan rohani.
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh, diterapkan pada
kelumpuhan rohani.
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang mati, diterapkan pada
kematian rohani.
Sebagai
patokan perlu diketahui bahwa:
¨
Cerita sejarah (Historical
Narrative) harus diartikan secara hurufiah.
¨
Syair mengandung banyak kiasan / figurative.
¨
Allegory / Apocaliptic literature mengandung banyak lambang / symbol.
SIMILE & METAPHOR
PARABLE & ALLEGORY
I) Simile & Metaphor.
A) Simile.
Ciri-ciri Simile:
1) Ini adalah perbandingan yang dinyatakan
(expressed comparison) antara 2 hal.
2) Selalu menggunakan kata ‘seperti’ (‘like / as’).
Contoh:
Yer 23:29
- “Bukankah firmanKu seperti
api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit
batu?”.
3) Dalam membandingkan, maka 2 hal yang
diperbandingkan itu tetap dipisah (tidak dicampur aduk).
Contoh:
Yes 55:10-11
- “Sebab seperti hujan dan
salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi,
membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada
penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firmanKu yang keluar
dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya”.
Ay 10
membicarakan hal pertama (hujan dan salju), sedangkan ay 11 membicarakan
hal ke 2 (firman Tuhan).
B) Metaphor.
Ciri-ciri
Metaphor:
1) Ini juga merupakan suatu perbandingan
antara 2 hal, tetapi perbandingannya tidak dinyatakan (‘unexpressed / implied comparison’).
2) Tidak ada kata ‘seperti’.
3) 2 hal yang diperbandingkan itu
dicampur.
Contoh: Yoh 8:12 - ‘Akulah Terang Dunia’.
Di
sini pencampuran itu tidak terlalu kelihatan, tetapi pencampuran itu akan lebih
terlihat dalam Allegory yang merupakan ‘extended
Metaphor’ (= Metaphor yang panjang).
C) Penafsiran
Simile & Metaphor.
Satu
hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penafsiran Simile dan Metaphor
adalah: baik Simile maupun Metaphor
hanya menekan-kan adanya persamaan-persamaan tertentu antara 2 hal yang
diper-bandingkan itu (jadi bukan segala sesuatunya sama!).
Ini sama seperti kalau dalam
pembicaraan sehari-hari saya berkata: ‘orang itu seperti keledai’, maka itu tentu
tidak berarti bahwa orang itu berkaki empat, mempunyai ekor, berwarna abu-abu,
dsb. Saya hanya memaksudkan adanya persamaan tertentu antara keledai dan orang
itu, yaitu sama-sama bodoh.
Contoh:
Mat 5:13
- ‘kamu adalah garam dunia’.
Metaphor
ini menunjukkan adanya persamaan tertentu antara garam dan orang kristen.
Misalnya: garam mencegah kebusukan, mengenakkan makanan, mengasinkan /
mempengaruhi makanan. Orang kristen juga harus demikian. Ini semua adalah
persamaan-persamaan yang dapat diambil. Tetapi ada hal-hal yang tidak cocok
antara orang Kristen dan garam. Misalnya:
·
Garam berfungsi untuk membunuh bekicot; kita tentu tidak
bisa berkata bahwa orang Kristen harus memusuhi / membunuh bekicot.
·
Makanan yang terlalu banyak garam, rasanya justru jadi tidak
enak; ini tentu tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa dalam dunia
sebaiknya hanya ada sedikit orang Kristen.
Kalau
hal ini tidak diperhatikan, dan kita menganggap bahwa 2 hal yang
diperbandingkan itu sama dalam segala hal, maka sudah pasti akan terjadi ajaran
yang kacau.
Contoh:
Salah satu ayat yang dipakai oleh orang
yang pro Toronto Blessing adalah
Yer 23:9 yang berbunyi: “Mengenai
nabi-nabi. Hatiku hancur dalam dadaku, segala tulangku goyah. Keadaanku seperti
orang mabuk, seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur,
oleh karena TUHAN dan oleh karena firmanNya yang kudus”.
Adanya kata-kata ‘seperti orang mabuk’
dan ‘seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur’, dipakai sebagai dasar
untuk mengatakan bahwa pada saat itu nabi Yeremia mengalami hal-hal seperti
yang dialami oleh orang-orang yang terkena Toronto Blessing, seperti
terhuyung-huyung, bergerak seperti orang sakit ayan, roboh dan berguling-guling
di lantai, muntah-muntah, ngomong ngelantur tidak karuan, dsb.
Jadi, terlihat bahwa di sini orang yang
pro Toronto Blessing ini menyamakan 2 hal yang diperbandingkan itu dalam
segala hal (atau setidaknya mereka mengambil terlalu banyak persamaan),
padahal ayat itu hanya memaksudkan persamaan tertentu saja antara
Yeremia dan orang mabuk. Mungkin maksudnya hanya: Yeremia merasa lemas, sama
seperti orang mabuk.
Harus diakui bahwa tidak selalu gampang
diketahui persamaan yang mana yang boleh diambil, dan persamaan yang mana yang
tidak boleh diambil. Untuk bisa mengetahui hal itu, tentu kita harus melihat:
¨
kontexnya.
¨
seluruh Kitab Suci.
Kalau kita mengambil persamaan yang
ternyata menghasilkan ajaran yang out of
context, atau ajaran yang menentang bagian lain dari Kitab Suci, maka itu
berarti kita mengambil persamaan yang salah.
II) Parable (= perumpamaan).
A) Ciri-ciri
Parable / perumpamaan.
1) Parable / perumpamaan adalah Simile
yang panjang (extended Simile).
2) Dalam Parable / perumpamaan sering
(tapi tidak selalu) digunakan kata ‘seperti’.
Contoh:
Mat 13:24
- “Yesus membentangkan suatu perumpamaan
lain lagi kepada mereka, kataNya: Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang
yang menaburkan benih yang baik di ladangnya”.
Kata
‘seumpama’ di sini seharusnya adalah ‘seperti’.
Tetapi
pada waktu Yesus menceritakan perumpamaan dalam Mat 13:3-dst, Ia tidak menggunakan kata ‘seperti’.
3) 2 hal yang diperbandingkan (perumpamaan
dan arti / penerapannya) tetap dipisahkan (tidak dicampur).
Contoh:
Dalam
Mat 13:47-50, ay 47-48 adalah perumpamaannya, sedangkan penerapan /
artinya ada pada ay 49-50.
4) Biasanya hanya menekankan 1 kebenaran
rohani dan biasanya fokus / arah dari perumpamaan itu terlihat dengan jelas.
Contoh:
·
Luk 15:4-7 - Allah senang kalau orang berdosa bertobat.
·
Luk 18:1-8 - kita harus berdoa dengan tekun.
·
Luk 18:9-14 - harus berdoa / menghadap Tuhan dengan
rendah hati / sadar akan keberdosaannya.
Tetapi
kadang-kadang toh ada perumpamaan yang mengandung banyak kebenaran rohani dan
yang fokus / arahnya tidak terlihat dengan jelas.
Contoh:
Luk 16:19-31 (cerita tentang Lazarus dan orang kaya).
Catatan: apakah Luk 16:19-31 itu adalah
suatu perumpamaan atau bukan, adalah suatu hal yang banyak diperdebatkan.
B) Tujuan
Parable.
1) Memperjelas suatu
kebenaran sehingga lebih mudah dimengerti dan lebih mudah untuk diingat.
Contoh:
·
Kalau Yesus hanya sekedar mengatakan: ‘Tekunlah berdoa’, maka murid-murid akan melupakannya
dalam waktu yang singkat. Tetapi dengan memberikan Luk 18:1-8, ajaran itu
akan menancap dalam diri setiap murid.
·
Kalau Yesus hanya mengajar: ‘Ampunilah sesamamu’, maka mungkin sekali murid-murid akan
segera lupa. Tetapi dengan memberikan Mat 18:21-35 maka ajaran itu akan
lebih mudah diingat.
2) Kebalikan dari
yang no 1 tadi, kadang-kadang Parable / perumpamaan digunakan justru untuk
menyembunyikan arti dari suatu ajaran.
Contoh:
Mat 13:10-15 - “Maka
datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata
kepada mereka dalam perumpamaan?’ Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun
juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku
berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka
tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak
mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan
mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat,
namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya
berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat
dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya,
lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.
Dari
tanya jawab ini terlihat bahwa Yesus menggunakan perumpamaan supaya orang lain
tidak mengerti apa yang Ia ajarkan, sehingga nubuat Yesaya tergenapi. Tetapi
pada waktu Ia sendirian dengan murid-muridNya, Ia lalu menjelaskan arti
perumpamaan itu kepada mereka (Mat 13:18-dst).
3) Untuk menegur.
Contoh:
·
2Sam 12:1-7.
Ini
adalah cerita tentang nabi Natan yang ingin menegur Daud. Kalau dari semula
Natan langsung menyatakan kesalahan Daud, mungkin sekali Daud tidak mau
mendengarnya. Karena itu Natan lalu menggunakan suatu perumpamaan / cerita, dan
setelah Daud bereaksi terhadap perumpamaan / cerita itu, barulah Natan
menerapkan perumpamaan itu kepada diri Daud sendiri.
·
Mat 21:33-45.
Di
sini Yesus ingin menegur imam-imam dan orang-orang Farisi. Kalau Ia
langsung menegur kesalahan mereka, pasti mereka akan langsung marah, sehingga
mungkin Yesus tidak bisa menyelesaikan teguranNya. Karena itu Ia menceritakan
suatu perumpamaan, dan setelah itu baru menerapkannya kepada diri mereka.
C) Menafsirkan Parable / perumpamaan.
1) Seringkali sebelum
atau sesudah Parable / perumpamaan sudah diberikan artinya atau petunjuk yang
jelas mengenai arti / arah / fokus / tujuan perumpamaan itu.
Contoh:
·
Mat 18:21-35 - arti / petunjuknya ada pada
ay 21,22,35.
·
Mat 22:1-14 - arti / petunjuknya ada pada ay 14.
·
Mat 25:1-13 - arti / petunjuknya ada pada ay 13.
Kalau
arti / fokus sudah diberikan, maka kita tidak boleh memberikan arti / arah /
fokus yang lain.
Contoh:
¨
Dalam Luk 8:11, kata ‘benih’ menunjuk pada ‘Firman Allah’. Kita boleh menerapkan ‘benih’ ini pada ‘Injil’ karena ‘Injil’ adalah sebagian dari ‘Firman Allah’. Tetapi kalau kita mengartikannya
sebagai ‘perbuatan baik’, atau ‘doa’, maka ini tentu salah.
¨
Perumpamaan dalam Mat 7:24-27, sudah diberi arti /
fokus, yaitu setelah mendengar firman kita harus melaksanakannya.
Tetapi
ada banyak pengkhotbah yang menguraikan bahwa batu yang dijadikan dasar /
fondasi rumah itu adalah Kristus. Dengan demikian, perumpamaan ini bukan lagi
mengkontraskan ‘orang yang mendengar tetapi tidak mentaati firman’ (ay 26a) dengan ‘orang yang
mendengar firman dan mentaatinya’ (ay 24a), tetapi mengkontraskan ‘orang yang
percaya kepada Kristus’ dengan ‘orang yang tidak percaya kepada Kristus’. Ini tentu saja salah, karena tidak
sesuai dengan arah / fokus / tujuan perumpamaan yang sebenarnya.
¨
Luk 15:1-32 penekanan kontexnya adalah: Tuhan mau
menerima orang berdosa yang bertobat. Ada
beberapa ajaran yang ‘aneh / lucu’ yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak
memperhatikan penekanan kontex ini, misalnya:
*
William Barclay memberikan komentar bahwa Yesus tidak
percaya ‘total depravity’ (= doktrin
Calvinisme yang mengatakan bahwa manusia itu bejad total), karena dalam
ay 17, anak bungsu itu sadar sendiri.
*
Domba yang hilang menggambarkan orang yang tersesat karena
kebodohannya, dan ia dicari oleh Tuhan. Mata uang yang hilang menggambarkan
orang yang tersesat bukan karena kesalahannya, dan ia juga dicari oleh Tuhan.
Anak yang hilang menggambarkan orang yang sesat secara sengaja, dan ia tidak
dicari oleh Tuhan.
*
Pelagianisme mengatakan bahwa anak bungsu kembali pada
bapanya tanpa perantara; jadi, manusia bisa kembali kepada Allah tanpa melalui
Kristus.
*
Seorang pendeta menafsirkan ‘jubah’ dalam Luk 15:22 sebagai ‘pengudusan’. Padahal penekanan kontex adalah
penerimaan kembali sebagai anak, bukan pengudusan.
Tetapi
ada perumpamaan yang tidak diberi arti / petunjuk, mungkin karena dianggap
sudah cukup jelas.
Contoh: Luk 16:19-31 Mat 13:31-32 Mat 13:33 Mat 13:44 Mat 13:45-46.
2) Dalam suatu
perumpamaan ada fokus dan detail-detail.
Ada 2 pandangan yang bertentangan tentang
penafsiran fokus dan detail-detail
ini.
·
Chrysostom mengatakan bahwa hanya fokusnya yang penting dan
harus diperhatikan, sedangkan detail-detailnya
hanya merupakan hiasan belaka, sehingga sama sekali tidak boleh dipedulikan.
·
Cocceius mengatakan bahwa semua detail-detail adalah penting dan harus diperhatikan / dibahas.
Kedua
pandangan ini sama-sama extrim dan salah. Pandangan yang pertama menimbulkan
kerugian-kerugian tertentu, karena dengan mengabaikan detail-detail tertentu yang sebetulnya cukup penting, kita
mengurangi apa yang bisa kita dapatkan dari Kitab Suci. Pandangan kedua adalah
pandangan yang berbahaya karena dengan memperhatikan semua detail, mungkin sekali kita akan membahas detail yang sebetulnya tidak penting sehingga pembahasan akan
keluar dari fokus.
Yang benar adalah: fokus dari parable harus
diketahui lebih dulu. Detail-detail
hanya ada artinya dan dianggap penting kalau detail-detail itu sesuai dengan arah fokus. Detail-detail yang tidak sesuai dengan arah fokus harus diabaikan.
Contoh:
Mat 13:24-30
fokusnya adalah: dalam kerajaan Allah, orang kristen asli dan orang kristen
palsu terus ada bersama-sama sampai akhir jaman.
Ada detail-detail
yang perlu diperhatikan karena sesuai dengan arah fokus, misalnya:
¨
orang kristen asli dan palsu itu mirip (gandum mirip dengan
lalang).
¨
orang kristen palsu sengaja disusupkan oleh setan.
Tetapi
ada detail-detail yang tidak sesuai
dengan fokus dan harus diabaikan seperti: musuh menabur benih lalang pada waktu
semua tidur (ay 25). Kalau detail
yang tidak sesuai dengan fokus ini kita bahas dan kita lalu mengatakan bahwa
Tuhan tidak tahu pada waktu setan bekerja, maka jelas timbul ajaran yang salah!
Contoh-contoh
lain tentang detail-detail yang tidak
sesuai dengan fokus perumpamaan:
Ã
Luk 18:1-8 fokusnya adalah berdoalah dengan tekun.
Bahwa Allah digambarkan sebagai seorang hakim yang lalim, ini adalah detail yang tidak sesuai dengan fokus.
Ini harus diabaikan!
Ã
Luk 15:11-32 fokusnya adalah Tuhan senang orang berdosa
itu bertobat. Bahwa anak bungsu itu kembali sendiri (tidak dicari / dibantu
oleh ayahnya), itu adalah detail yang
tidak sesuai dengan fokus. Karena itu tidak bisa dijadikan dasar untuk
mengatakan bahwa manusia bisa bertobat dengan kekuatannya sendiri (bdk.
Yoh 6:44,65 yang secara explicit mengatakan bahwa manusia tidak bisa
datang kepada Yesus kalau bukan karena pekerjaan Bapa yang menarik dia /
mengaruniakan iman kepadanya).
3) Biasanya kata-kata
dalam perumpamaan diartikan secara hurufiah dan biasanya tidak diartikan per
kata / per bagian, tetapi secara keseluruhan.
Contoh:
Luk 15
menekankan bahwa Allah senang kalau ada orang yang bertobat.
Contoh
yang salah:
Ada orang menafsirkan Luk 10:25-37
(Perumpamaan tentang orang Samaria
yang murah hati) sebagai berikut:
·
‘turun’ (ay 30) = turun secara rohani.
·
‘orang’ (ay 30) = orang berdosa.
·
‘penyamun’ (ay 30) = setan.
·
‘imam dan orang Lewi’ (ay 31,32) = agama dan
perbuatan-perbuatan baik.
·
‘orang Samaria’ (ay 33) = Yesus.
·
‘minyak’ (ay 34) = Roh Kudus.
·
‘penginapan’ (ay 34) = gereja.
·
‘pemilik penginapan’ (ay 35) = pendeta / hamba Tuhan.
·
‘2 dinar’ (ay 35) = Kitab Suci (Perjanjian Lama
+ Perjanjian Baru).
Ini
jelas adalah sesuatu yang salah karena perumpamaan tidak dimaksudkan untuk
dibahas kata per kata. Disamping itu, pemba-hasan seperti itu jelas keluar dari
fokus. Perhatikan bahwa perum-pamaan ini diceritakan oleh Yesus untuk menjawab
pertanyaan dalam Luk 10:29 - “Dan siapakah sesamaku manusia?”. Kalau perumpamaan yang merupakan
jawaban Yesus itu diartikan seperti itu, maka jelas bahwa jawaban itu sama
sekali tidak cocok dengan pertanyaannya.
Tetapi
kadang-kadang ada perumpamaan yang diartikan kata per kata. Tetapi dalam hal
ini Kitab Suci sendiri memberikan artinya.
Contoh:
¨
Mat 13:18-23 - arti dari perumpamaan tentang penabur yang
menabur di empat golongan tanah.
¨
Mat 13:36-43 - arti dari perumpamaan tentang lalang di
antara gandum.
III) Allegory.
A) Ciri-ciri Allegory.
1) Allegory adalah
metaphor yang panjang (extended metaphor).
2) Pada Allegory, 2
hal yang diperbandingkan (kiasan dan arti / pene-rapannya) dicampur-baurkan.
B) Contoh allegory.
1) Yoh 15:1-8.
Kalau
bagian ini diceritakan dalam bentuk Parable / perumpamaan, maka Yesus akan
bercerita tentang hal pertama, yaitu pokok anggur, pengusaha kebun anggur,
ranting-ranting anggur, daun-daun anggur yang perlu dibersihkan, buah anggur
dsb sampai semua selesai, lalu barulah Ia akan bercerita tentang hal
kedua yaitu arti / penerapannya.
Tetapi
karena Ia menceritakannya sebagai suatu Allegory, maka bukan hal itu yang kita
jumpai. Ia berpindah dari hal 1 ke hal 2 , lalu ke hal 1 lagi, lalu ke hal 2
lagi dst. Jadi jelas kedua hal yang diper-bandingkan itu tidak dipisahkan
tetapi justru dicampur aduk. Inilah Allegory!
2) Yeh 23:1-dst.
Ay 1-4a
merupakan kiasannya, tetapi ay 4b memberikan arti / penerapannya. Lalu
ay 5a melanjutkan kiasannya, tetapi pada akhir ay 5 (‘Asyur’) dan
ay 6 kembali pada arti / penerapannya. Ay 7a merupakan kiasannya, ay
7b merupakan arti / penerapannya, dst.
3) Yeh 13:10-15
- “Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan
umatKu dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai
sejahtera - mereka itu mendirikan tembok dan lihat,
mereka mengapurnya - katakanlah kepada mereka yang mengapur tembok itu: Hujan
lebat akan membanjir, rambun akan jatuh dan angin tofan akan bertiup! Kalau
tembok itu sudah runtuh, apakah orang tidak akan berkata kepadamu: Di mana
sekarang kapur, yang kamu oleskan itu? Oleh
sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Di dalam amarahKu Aku akan membuat angin
tofan bertiup dan di dalam murkaKu
hujan lebat akan membanjir, dan di
dalam amarahKu rambun yang membinasakan akan jatuh. Dan Aku akan meruntuhkan tembok yang
kamu kapur itu dan merobohkannya ke tanah, supaya dasarnya menjadi kelihatan;
tembok kota itu
akan runtuh dan kamu akan tewas di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.
Begitulah Aku akan melampiaskan amarahKu atas tembok itu dan kepada
mereka yang mengapurnya dan Aku akan berkata kepadamu: Lenyap temboknya dan
lenyap orang-orang yang mengapurnya”.
Catatan: yang saya garis-bawahi merupakan kiasannya, sedangkan
yang saya cetak miring merupakan arti / penerapannya.
4) Yeh 19:1-9.
5) Maz 80:9-16.
6) 1Kor 3:10-15.
7) 1Kor 5:6-8.
8) Ef 6:11-17.
C) Menafsirkan
allegory.
Arti
dari Allegory sudah ada pada Allegory itu sendiri. Memang kadang-kadang artinya
tidak diberikan secara explicit,
tetapi seluruh bagian itu bisa menunjukkan arti yang benar secara implicit.
Arti
yang sudah ada ini tidak boleh diubah!
D) Beberapa
hal penting berhubungan dengan Allegory.
1) Kitab Wahyu bukan
Allegory karena tidak memberikan arti.
2) Suatu historical narrative (cerita sejarah)
tidak boleh diallegorikan!
3) Type berbeda
dengan Allegory.
Contoh Type: ular tembaga (Bil 21:4-9 Yoh 3:14-15).
Tentang
Type ini kita akan membahasnya dalam pelajaran yang akan datang.
4) Kitab Kidung Agung
banyak diperdebatkan. Banyak orang yang menganggap kitab ini sebagai suatu
Allegory yang menggambarkan percintaan antara Kristus dengan orang percaya.
Tetapi Kidung Agung tidak memberikan arti. Jadi saya condong untuk mengambil
kesimpulan bahwa Kidung Agung bukanlah suatu Allegory.
TYPE
Pendahuluan:
Pada pelajaran tentang ‘Arti Kata’,
saya mengatakan bahwa pada jaman sekarang banyak orang yang melambangkan /
mengallegorikan bagian-bagian Kitab Suci yang bersifat hurufiah.
Contoh: kasut Musa dalam Kel 3:5
ditafsirkan sebagai lambang dari dosa. Ini salah! Salah satu cara untuk
mengetahui bahwa suatu bagian itu bersifat hurufiah dan tidak boleh ditafsirkan
sebagai lambang adalah kalau bagian Kitab Suci itu adalah suatu cerita sejarah
(historical narative). Kel 3 itu
jelas adalah cerita sejarah, sehingga pasti bersifat hurufiah, bukan lambang.
Tetapi bagaimana misalnya dengan
Bil 21:4-9? Itu jelas adalah peristiwa sejarah! Tetapi mengapa
Yoh 3:14-15 seakan-akan menganggapnya sebagai lambang? Ini sebetulnya
bukan lambang tetapi TYPE!
I) Apakah Type itu?
A) Type adalah hal-hal dalam Kitab Suci yang
ditentukan Allah sebagai bayangan dari hal-hal lain yang terjadi sesudahnya.
Jadi,
ada 2 hal yang berhubungan, dimana hal pertama terjadi lebih dulu
dan merupakan bayangan / Type dari hal kedua yang terjadi belakangan.
Hal pertamanya disebut Type; dan hal
keduanya disebut Anti-Type.
B) Macam-macam Type:
1) Orang.
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus (Ro
5:14).
2) Binatang.
Contoh: domba untuk korban pengampunan dosa
adalah Type dari Kristus yang dikorbankan untuk dosa kita (Yoh 1:29 1Pet 1:19 Wah 5:6,7).
3) Benda.
Contoh: tirai yang memisahkan Ruang Suci dan
Ruang Maha Suci dalam Kemah Suci / Bait Allah, yang sobek waktu Kristus mati
(Bdk. Kel 26:31-33
Mat 27:51
Ibr 9:3,8 Ibr 10:19-20). Ini
merupakan Type dari keterpisahan Allah dan manusia, yang diperdamaikan oleh
kematian Kristus.
Tetapi
di sini ada sesuatu yang agak aneh, karena Type dan Anti-Typenya terjadinya
bersamaan. Karena itu mungkin kita harus meninjaunya secara keseluruhan. Dalam
Bait Allah ada tirai yang memisahkan Allah dan manusia, dan hanya Imam Besar
boleh masuk ke Ruang Maha Suci, sebagai pengantara antara Allah dan manusia.
Kematian Kristus merupakan Anti Type dari semua itu, karena dengan kematianNya
Ia membereskan dosa dan memperdamaikan Allah dan manusia sehingga tidak ada
lagi tirai ataupun imam besar.
4) Peristiwa.
Contoh: peristiwa ular tembaga
(Bil 21:4-9 Yoh 3:14,15).
5) Jabatan.
Contoh: imam / imam besar (Ibr 2:17 Ibr 4:14,15).
6) Ketentuan.
Contoh: dalam Perjanjian Lama ada ketentuan
dimana semua harus disucikan dengan darah, dan ini merupakan Type dari
ketentuan dalam Perjanjian Baru dimana orang hanya bisa mendapat pengampunan
dosa oleh darah Kristus (Ibr 9:19-22).
II) Ciri-ciri Type.
1) Baik Type maupun Anti-Typenya haruslah
merupakan fakta dalam Kitab Suci!
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus. Baik
Adam maupun Kristus adalah fakta dalam Kitab Suci. Jadi ini memenuhi syarat
Type yang pertama.
Syarat
pertama ini memungkinkan kita membedakan Type dengan:
a) Allegory, karena
dalam Allegory, bagian yang bersifat lambang itu bukanlah fakta.
Contoh: dalam Yoh 15:1-8 tanaman anggur
itu bukanlah fakta, tetapi sekedar suatu cerita!
b) Parable /
Perumpamaan, karena dalam Perumpamaan / Parable cerita yang dipakai tidak
sungguh-sungguh terjadi.
Contoh: perumpamaan tentang anak yang hilang
(Luk 15:11-32) jelas bukan merupakan fakta, tetapi sekedar suatu cerita.
2) Harus ada bukti / dasar bahwa suatu Type
memang ditentukan / dimaksudkan Allah untuk menjadi bayangan dari Anti-Typenya.
Tetapi, ada perbedaan pendapat tentang seberapa jelas bukti itu harus ada.
Ada 3 pendapat:
a) Bukti / dasar itu
harus tertulis secara explicit dalam
Kitab Suci.
Misalnya:
1. Bil 21:4-9
bdk. Yoh 3:14-15
2. Ro 5:14
secara explicit mengatakan bahwa Adam
adalah Type dari Kristus.
3. 1Kor 5:7 -
Anak Domba Paskah adalah Type dari Kristus.
b) Asal ada persamaan
/ analogi antara hal pertama dan hal kedua, maka hal pertama boleh dianggap
sebagai Type dari hal kedua.
Misalnya:
1. Elia / Henokh
adalah Type dari Kristus, karena sama-sama diangkat ke surga.
Tidak
satu bagian Kitab Sucipun yang mengatakan bahwa Elia / Henokh adalah gambaran
dari Kristus, tetapi karena persamaannya, maka Elia / Henokh dianggap sebagai
Type dari Kristus.
2. Semua nabi adalah
Type dari Kristus, karena sama-sama mengajar Firman Tuhan.
3. Semua raja adalah
Type dari Kristus, karena sama-sama raja.
4. Pengorbanan Ishak
adalah Type dari pengorbanan Kristus, karena sama-sama anak tunggal.
c) Harus ada dasar
Kitab Suci, tetapi tidak perlu secara explicit.
Misalnya:
1. Bahtera Nuh adalah
Type dari Kristus (Mat 24:37-39).
2. Darah pada ambang
pintu (Kel 12:12,13) adalah Type dari darah Yesus (1Kor 5:7).
Sukar
dipastikan yang mana yang benar dari ketiga pandangan ini. Pandangan yang kedua
jelas adalah pandangan yang berbahaya karena dengan mudah kita bisa berkata
bahwa seadanya orang dalam Perjanjian Lama adalah Type dari Kristus karena
sama-sama keturunan Adam. Ini jelas merupakan sesuatu yang salah!
Petunjuk: kalau ingin tahu apakah suatu bagian
Kitab Suci adalah suatu Type atau bukan, saudara harus membaca semua bagian
Kitab Suci yang berhubungan dengan bagian tersebut. Untuk ini saudara bisa
menggunakan footnote dari Alkitab,
atau menggunakan buku-buku seperti Konkordansi, Nave's Topical Bible, Thompson
Bible, dsb.
3) Harus ada persamaan / analogi antara Type dan
Anti-Typenya.
Contoh: Bil 21:4-9 dan Yoh 3:14-15.
a) Ular tembaga
ditinggikan; Yesus disalib / diberitakan.
Catatan: dalam hal ini ada yang berpendapat
bahwa peninggian ular analog dengan penyaliban Yesus, karena melalui penyaliban
Yesus juga ditinggikan. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa dengan
peninggian ular dimaksudkan supaya semua orang bisa melihatnya, dan dengan
demikian analoginya bukan penyaliban Yesus tetapi pemberitaan tentang Yesus.
b) Yang memandang
ular tembaga akan sembuh; yang percaya kepada Yesus akan selamat.
c) Ular tembaga
adalah satu-satunya jalan kesembuhan; Yesus adalah satu-satunya jalan
keselamatan.
4) Kadang-kadang sekalipun antara Type dan
Anti-Type ada persamaannya, tetapi yang ditekankan bukannya persamaannya tetapi
pertentangannya (dikontraskan).
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus (Ro
5:14).
Memang
ada persamaannya, yaitu kedua-duanya adalah wakil / kepala manusia. Tetapi
Ro 5:15-19 dan 1Kor 15:21,22,45-47 lebih menunjukkan kontras antara
Yesus dan Adam.
5) Type selalu mendahului Anti-Type, dan Typenya
tidak berlaku lagi setelah Anti-Typenya datang.
Contoh:
a) Hukum-hukum yang
berhubungan dengan upacara-upacara agama Yahudi (ceremonial law). Ini menunjuk kepada Kristus (Kol 2:16-17),
dan digenapi dengan kedatangan Kristus, sehingga setelah Kristus datang, tidak
perlu dilakukan lagi.
Kol 2:16-17 - “(16)
Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya
ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah
Kristus”.
b) Imam adalah Type
dari Kristus. Setelah Kristus datang, imam tak diperlukan lagi. Kita tidak
perlu mengaku dosa kepada imam / pendeta, tetapi kepada Allah melalui Kristus.
Gereja Roma Katolik tetap mempunyai imam (pastor) dan jemaatnya mengaku dosa
kepada pastor. Jadi mereka tetap berpegang pada Typenya sekalipun
penggenapannya / Anti-Typenya sudah datang. Ini salah.
c) Domba untuk korban
dosa adalah Type dari Kristus, sehingga setelah Kristus datang, kita tidak lagi
perlu mempersembahkan domba kalau kita berbuat dosa.
d) Kemah Suci / Bait
Allah merupakan Type dari gereja. Karena itu jaman sekarang (setelah kematian
dan kebangkitan Yesus) tidak boleh ada Bait Allah lagi.
e) Bangsa Israel
adalah Type dari gereja / orang kristen. Setelah adanya gereja / orang kristen,
maka bangsa Israel
tidak lagi bisa disebut sebagai bangsa pilihan Allah. Gereja / orang kristenlah
yang merupakan orang pilihan Allah (1Pet 2:9).
Catatan: hal ini menimbulkan pro kontra,
karena ada yang berpendapat bahwa Israel tetap merupakan bangsa
pilihan.
Syarat
dimana ‘Type selalu mendahului Anti-Type’ ini menyebabkan bahwa kejatuhan
‘Bintang Timur / Putera Fajar’ dalam Yes 14:12-15 dan juga raja Tirus dalam Yeh
28:1-19 tidak mungkin merupakan Type dari kejatuhan setan. Dan karena kedua
peristiwa itu merupakan fakta sejarah, maka keduanya juga tidak boleh dianggap
sebagai perum-pamaan atau allegory yang menyimbolkan kejatuhan setan. Saya
ber-pendapat bahwa kedua peristiwa itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kejatuhan setan.
III) Contoh-contoh Type.
1) Melkizedek (Kej 14:17-20) adalah Type
dari Kristus (Ibr 5:6
Ibr 7:1-17).
2) Batu karang yang mengeluarkan air
(Kel 17:6) adalah Type dari Kristus (1Kor 10:3,4).
3) Ceremonial
law (= hukum-hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan) adalah Type
dari Kristus (Kol 2:16-17).
4) Hukum Taurat adalah Type dari keselamatan
yang akan datang (Ibr 10:1).
5) Yunus adalah Type dari Kristus
(Mat 12:38-41).
6) Sabat adalah Type dari istirahat kekal di
surga (Ibr 4:1-11).
7) Daud adalah Type dari Kristus (ini banyak
terlihat dalam Kitab Mazmur).
8) Salomo adalah Type dari Kristus
(Mat 12:42).
9) Israel melewati Laut Merah adalah
Type daripada baptisan (1Kor 10:1,2).
IV) Penafsiran Type.
1) Harus diperhatikan:
a) Hal-hal yang sama
(analog) antara Type dan Anti-Type. Tetapi tidak boleh terlalu dicari-cari /
dibuat-buat.
Contoh:
1. Dalam menafsirkan
peristiwa ular tembaga (Bil 21:4-9), ada orang yang menafsirkan bahwa:
a. Tembaga lebih
rendah dari emas. Ini dianggap menunjuk kepada kesederhanaan Kristus.
b. Tembaga mempunyai
cahaya suram. Ini dianggap sebagai keilahian Kristus yang diselubungi
kemanusiaanNya.
c. Tembaga yang padat
menunjuk kepada kekuatan ilahi Yesus.
2. Kayu penaga dan
emas dalam Kemah Suci (Kel 25:10-11) dianggap sebagai Type dari
kemanusiaan dan keilahian Kristus.
Ini
semua adalah persamaan yang terlalu dicari-cari.
b) Hal-hal yang
berbeda antara Type dan Anti-Type, dimana Anti-Typenya selalu lebih mulia /
agung / hebat dari Typenya.
Misalnya: Mat 12:41-42 Ibr 3:3-6 Ibr 10:11-14.
c) Hal-hal yang
bertentangan antara Type dan Anti-Type.
Misalnya: Ro 5:14-19 1Kor 15:21,22,45-47.
2) Anti-Type menunjukkan kebenaran secara lebih
jelas / lengkap daripada Typenya.
Kita
tidak akan mendapatkan apa-apa dari peristiwa ular tembaga atau batu karang
yang mengeluarkan air, sebelum Anti-Typenya (yaitu Kristus) datang.
3) Hanya sebagian dari sesuatu hal yang adalah
Type.
Jadi,
sama seperti pada waktu menafsirkan Simile dan Metaphor, dimana hanya hal-hal
tertentu saja yang disamakan, maka dalam penafsiran Type dan Anti-Typenya hanya
hal-hal tertentu yang disamakan atau dikontraskan.
Misalnya: Daud adalah Type dari Kristus. Tetapi
perzinahan Daud jelas bukan Type!
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar