Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
II KORINTUS 5:15; MATIUS 27:26-50
Pendahuluan:
Penderitaan dan kematian Yesus di atas
kayu salib sudah sering kita dengar, tetapi seringkali hal ini tidak terlalu
berkesan kepada kita karena:
·
hanya diberitakan secara sepintas lalu.
·
hanya kita dengar / baca dengan otak, tidak dengan hati.
·
tidak pernah kita renungkan.
Karena itu, hari ini saya mengajak
saudara untuk melihat lebih jelas tentang penderitaan dan kematian yang Yesus
alami bagi kita itu, supaya saudara bisa merenungkannya sehingga semua itu
menjadi sesuatu yang ‘hidup’ untuk kita semua!
I) Kristus telah mati (2Kor 5:15).
A) Kristus adalah Allah sendiri, yang lalu
menjadi manusia dengan tujuan utama untuk menderita dan mati bagi manusia yang
berdosa (Mat 20:28 Yoh 12:27 Ibr 2:14,16-17 1Pet 1:18-20).
B) Penderitaan dan kematian Kristus:
Untuk
bisa melihat lebih jelas tentang penderitaan dan kematian Yesus, mari kita
melihat Mat 27!
1) Yesus disesah (Mat
27:26)
Hal
itu diceritakan begitu singkat, sehingga bisa saja kita menganggap itu sebagai
penderitaan yang kecil! Tetapi sesungguhnya jelas tidak demikian. Untuk
menunjukkan betapa hebatnya penyiksaan ini, saya memberikan kutipan kata-kata
William Barclay yang berbunyi sebagai berikut:
“Roman
scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied
behind him, and he was tied to a post with his back bent double and
conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong,
studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such
scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips
of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost
their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat.
Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu
tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk.
Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan
potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan
seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men-jadikan tubuh
telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang
meradang dan berdarah’. Ada
orang yang mati kare-nanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi
gila?) karena-nya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir
pencambukan].
Leon Morris (NICNT):
“Scourging was a
brutal affair. It was inflicted by a whip of several thongs, each of which was loaded
with pieces of bone or metal. It could make pulp of a man’s back” (= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal.
Hal itu diberikan dengan sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit,
yang masing-masing diberi potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat
punggung seseorang menjadi bubur).
William Hendriksen:
“The Roman
scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were
attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply
pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim’s back,
bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment,
one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result
that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins
and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such
flogging, from which Roman citizens were exempt (cf. Acts 16:37), often
resulted in death” (= Cambuk Romawi
terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang
ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan
potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada
punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang
dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu
sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang
dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh
darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan
organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang
tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering
berakhir dengan kematian).
Kalau
seseorang dicambuki dengan cambuk biasa saja, maka itu sudah merupakan suatu
penderitaan / penyiksaan yang hebat. Apalagi kalau seseorang dicambuki dengan
cambuk Romawi. Pada waktu cambuk Romawi itu dicambukkan ke punggung yang sudah
ditelanjangi, maka benda-benda tajam yang ada pada cambuk itu menancap di
punggung dan menggoresnya / mengirisnya. Itu baru cambukan pertama. Pada waktu
cambukan kedua diberikan maka bisa saja benda-benda tajam pada cambuk itu
menancap persis pada bagian yang sudah terluka / tergores / teriris oleh
cambukan pertama tadi. Tentunya ini akan memperdalam luka tadi. Demikian
seterusnya sampai punggung yang dicambuki itu secara hurufiah menjadi hancur /
menjadi pita-pita atau bahkan menjadi bubur, dan pembuluh darah dan organ tubuh
bagian dalam menjadi terbuka / terlihat.
Sekarang,
bisakah saudara merasakan beratnya siksaan ini? Satu-satunya hal yang ‘enak’
dari penyiksaan ini adalah bahwa pencam-bukan sebelum penyaliban ini
mempercepat kematian di atas kayu salib (karena darah yang keluar sangat
banyak)!
Bayangkan
dan renungkan penyesahan yang Yesus alami ini! Ia mengalami hal ini untuk
menebus dosa-dosa saudara! Masihkah saudara mau meremehkan dosa?
2) Yesus diejek dan
dihina.
Sebelum
Yesus disalibkan, Ia sudah mengalami hinaan dan ejekan (Mat 27:28-31).
Pada
saat Yesus sudah ada di kayu salib, Iapun tetap masih mene-rima hinaan dan
ejekan (Mat 27:39-44). Perhatikan kebodohan dari pengejek-pengejek itu
dalam Mat 27:40,42! Mereka berkata bahwa mereka mau percaya kepada Yesus
kalau Yesus turun dari kayu salib!
William
Booth (pendiri ‘Bala Keselamatan’) mengomentari bagian ini dengan mengatakan:
“It
is precisely because he would not come down that we believe in him” (= Justru karena Ia tidak mau turun maka kita
percaya kepada Dia).
Memang,
kalau Kristus tidak tahan terhadap hinaan / ejekan itu, dan Ia turun dari kayu
salib, maka tidak ada Juruselamat / Penebus dosa bagi kita, dan tidak ada
gunanya bagi kita untuk percaya kepada Dia. Semua ini akan menyebabkan kita
semua akan masuk neraka! Tetapi, puji Tuhan ,
Ia mau menahan ejekan dan hinaan
itu demi kita!
William
Barclay memberikan komentar sebagai berikut atas peristiwa ini: “The Jews could
see God only in power; but Jesus showed that God is sacrificial love” (= Orang-orang Yahudi itu hanya bisa melihat Allah
dalam kuasa, tetapi Yesus menunjukkan bahwa Allah adalah kasih yang berkorban).
3) Yesus memikul
salib (Mat 27:32 bdk. Yoh 19:17).
a) Yang dipikul bukan
seluruh salib, tetapi hanya bagian yang hori-zontal, sedangkan bagian yang
vertikal ‘menunggu’ di tempat penyaliban. Tetapi bagian horizontal inipun cukup
berat.
b) Orang yang akan
disalib itu harus memikul salibnya ke tempat penyaliban, dan ia digiring
melewati route / jalur yang sejauh
mungkin, dengan tujuan supaya bisa dilihat oleh sebanyak mung-kin orang,
sebagai suatu peringatan bagi orang-orang itu.
4) Yesus disalibkan
(Mat 27:35).
a) Pemberian minum sebelum penyaliban.
Persis
sebelum Yesus disalibkan, Ia diberi minum anggur bercam-pur empedu, tetapi
setelah mengecapnya, Ia menolak minuman itu (Mat 27:34). Untuk mengetahui
alasan penolakan ini, marilah kita melihat kata-kata William Barclay lagi:
“At
that moment, in order to deaden the pain, the criminal was given a drink of
drugged wine ... as an act of mercy ... but he would not drink it, for he was
determined to accept death at its bitterest and at its grimmest and to avoid no
particle of pain” (= Pada saat
itu, untuk mematikan / mengurangi rasa sakit, kriminil itu diberi minuman
anggur bius ... sebagai tindakan belas kasihan ... tetapi Ia tidak mau
meminumnya, karena Ia telah bertekad untuk menerima kematian yang paling pahit
dan seram dan untuk tidak menghindari sedikitpun rasa sakit).
Jadi,
jelas bahwa Yesus sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa kita. Kalau Ia
mau meminum anggur bius itu, maka rasa sakitnya akan dikurangi sehingga Ia
tidak memikul seluruh hukuman dosa kita. Kalau itu, terjadi, maka sekalipun
kita seka-rang percaya kepada Dia, maka tetap ada sebagian dosa yang harus kita
tanggung sendiri! Itu pasti akan mengakibatkan semua kita masuk ke neraka!
Tetapi puji Tuhan , Ia menolak minuman itu karena Ia mau memikul
100% hukuman dosa kita! Karena itu, kalau sekarang kita percaya kepada Yesus,
maka 100% dosa kita diampuni (baik dosa-dosa yang lalu, yang sekarang, maupun
yang akan datang) dan kita tidak mungkin akan dihukum (bdk. Ro 8:1)!
b) Penyaliban.
Setelah
menolak anggur bius itu, Yesus disalibkan! Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui
tentang penyaliban:
1. Penyaliban adalah hukuman yang paling
mengerikan!
Seorang
penulis Yahudi yang bernama Klausner berkata:
“Crucifixion
is the most terrible and cruel death which man has ever devised for taking
vengeance on his fellow-men” (= Penyaliban
adalah kematian yang paling mengerikan dan kejam yang pernah dipikirkan /
ditemukan manusia terhadap sesamanya).
2. Bentuk dari salib.
Yang
paling kuno hanya berbentuk suatu tiang saja. Kata Yu-nani yang diterjemahkan
‘salib’ adalah STAUROS yang sebe-tulnya berarti ‘an upright stake’ (= tiang tegak).
Tetapi
dengan berlalunya waktu, lalu muncul beberapa variasi:
a. Ada yang berbentuk
seperti salib yang kita kenal sekarang. Kayu vertikal bisa sama atau lebih
panjang dari kayu hori-zontalnya.
b. Ada yang berbentuk
huruf ‘T’.
c. Ada yang berbentuk
huruf ‘X’.
d. Ada yang berbentuk
huruf ‘Y’.
Dari
Mat 27:37 dimana dikatakan bahwa di atas kepala Yesus ada tulisan,
maka kemungkinan besar salib Yesus berbentuk seperti yang lazim kita kenal
(variasi 1).
3. Penyaliban.
Supaya
saudara bisa membayangkan dan merasakan betapa beratnya hukuman ini, maka saya
lagi-lagi memberikan kutipan kata-kata William Barclay sebagai berikut:
“When
they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground.
The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were
not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a
ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised
upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands.
The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was
left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of
hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib
itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan
tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya
diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya),
menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada
waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging
di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan
kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman
tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus,
menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku
hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak dipaku.
Ini ia dasarkan pada:
a. Tradisi.
b. Yoh 20:25,27
yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Tetapi
saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tangannya, tetapi juga kakinya.
Alasan saya:
a. Penulis-penulis
lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan
oleh Barclay. Ada penjahat yang kakinya dipaku menjadi satu, dan ada juga yang
kakinya dipaku secara terpisah.
b. Maz 22, yang
adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu), berkata pada
ay 17b: ‘mereka menu-suk tangan dan kakiku’.
c. Dalam
Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada
bekas pakunya!
Klausner
juga menggambarkan hebatnya penderitaan orang yang disalib sebagai berikut:
“The
criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging.
There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend
himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body
and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu
dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah
karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan
kepanasan(?), bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari
nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah].
Barclay
lalu mengatakan:
“It
is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly -
for us” (= Itu bukanlah suatu
gambaran yang bagus, tetapi itu adalah apa yang diderita oleh Yesus Kristus -
dengan sukarela - bagi kita).
5) Yesus juga
mengalami penderitaan rohani (ay 46).
Dalam
12 Pengakuan Iman Rasuli ada kalimat yang berbunyi: ‘turun ke dalam neraka /
kerajaan maut’.
Bagian
ini seringkali ditafsirkan secara salah dan diartikan bahwa Yesus betul-betul
turun ke neraka / Hades / Sheol / tempat penantian, dan lalu memberitakan Injil
di sana (ayat
pendukung yang dipakai secara salah adalah 1Pet 3:18-20). Akhirnya, dari
sini timbul ajaran yang mengatakan bahwa kalau di dunia ini kita tidak
bertobat, maka ada kesempatan ke dua untuk bertobat, yaitu di tempat penantian,
pada waktu Yesus menginjili kita di sana .
Keberatan
terhadap ajaran itu:
a) Andaikatapun
dahulu, antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus betul-betul turun ke tempat
penantian untuk memberitakan Injil, itu tidak berarti bahwa sekarang Ia akan
melakukannya lagi!
Jangan
percaya akan adanya kesempatan yang kedua! Itu adalah ajaran sesat! Kalau
memang ada kesempatan kedua, untuk apa Firman Tuhan menyuruh kita mati-matian
memberitakan Injil? Dan untuk apa Firman Tuhan menyuruh kita bertobat
cepat-cepat?
b) Luk 23:46,
yang paralel dengan Mat 27:50, menunjukkan bahwa setelah mati, Yesus pergi
kepada BapaNya (ke surga). Dan Luk 23:43 menunjukkan bahwa Ia pergi ke Firdaus
(dari 2Kor 12:2,4 terlihat bahwa Firdaus adalah surga!).
Dari
ayat-ayat ini jelaslah bahwa pada saat mati, Yesus tidak turun kemana-mana,
tetapi pergi ke surga!
Catatan: Yoh 20:17 juga sering ditafsirkan
secara salah sehingga seolah-olah berarti bahwa Yesus tidak pergi ke surga
antara kematian dan kebangkitanNya. Tetapi ayat itu tidak berarti begitu! Dalam
ayat itu Yesus bukannya melarang Maria ‘memegang’ Dia (bdk. Mat 28:9
dimana Yesus dipeluk), tetapi melarang Maria untuk ‘menggandoli’ Dia (NIV: ‘Do not hold on to me‘; NASB: ‘Stop clinging to me’), karena Ia harus
pergi kepada Bapa (artinya: karena Ia harus naik ke surga!).
Arti
yang benar: kata-kata ‘turun ke dalam neraka / Kerajaan Maut’ menunjukkan
penderitaan / kematian rohani yang dialami oleh Yesus. Calvin berkata bahwa 12
Pengakuan Iman Rasuli mula-mula menunjukkan penderitaan secara jasmani (yang
terlihat oleh mata) yang dialami oleh Yesus, dan setelah itu menunjukkan
penderitaan rohani (yang tak terlihat oleh mata).
Dan
hal ini terjadi pada Mat 27:46 pada saat Yesus berkata: ‘AllahKu, AllahKu,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?’. Ini adalah suatu penderitaan / kematian
rohani bagi Yesus karena saat itu Allah Bapa meninggalkan Dia (Yesus sebagai
Allah dan manusia!). Ini bukanlah suatu perpisahan lokal, tetapi perpisahan
rohani! Dan ini adalah sesuatu yang paling menyakitkan bagi Yesus, karena
sepanjang hidupNya Ia tidak pernah berpisah dengan BapaNya!
II) Kristus mati untuk semua orang (2Kor 5:15).
1) Ia mati untuk orang / manusia.
Semua
manusia adalah manusia berdosa yang sama sekali tidak layak dikasihi, apalagi
ditebus dengan pengorbanan sebesar itu! Tetapi inilah kasih karunia Kristus,
yang rela memberi penebusan / anugerah kese-lamatan kepada kita, padahal kita
sama sekali tidak layak untuk diberi apapun, kecuali kutukan dan hukuman kekal
di neraka!
2) Ia mati untuk ‘semua
orang’.
Dalam
ayat ini kata-kata ‘semua orang’ tidak betul-betul berarti ‘semua orang’,
tetapi berarti ‘semua orang pilihan’.
Dasar
dari pandangan ini:
a) Dalam Kitab Suci,
kata ‘semua’ memang tidak selalu berarti ‘semua’. Kadang-kadang kata ‘semua’
berarti ‘semua orang pilihan / semua orang yang percaya’.
Misalnya:
Ro 5:18b 1Kor 15:22b Kis 2:17.
b) ‘untuk semua orang’ (2Kor 5:14-15).
Kata
‘untuk’ berasal dari kata Yunani HUPER yang berarti ‘instead of / in place of’ (= sebagai pengganti). Orang yang telah
digantikan oleh Kristus dalam memikul hukuman, pasti tidak mungkin dihukum,
karena kalau ia tetap dihukum itu berarti Allah menagih hutang yang sudah
dibayar oleh Kristus! Itu jelas tidak adil!
Kalau
dikatakan bahwa Kristus telah mati untuk semua orang, artinya adalah: Kristus
telah mati sebagai pengganti semua orang. Kalau kata ‘semua’ betul-betul
diartikan sebagai ‘semua’, maka itu berarti bahwa ayat ini mengajarkan
Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa semua orang akhirnya akan masuk
surga), yang jelas merupa-kan ajaran sesat!
c) Kalau ‘semua
orang’ berarti ‘semua orang pilihan’, maka ini cocok dengan 2Kor 5:15b,
yang mengatakan ‘telah mati dan dibangkitkan untuk mereka’, karena kata ‘mereka’ ini menunjuk pada ‘orang-orang yang
hidup’.
III) Tujuan kematian Kristus.
Dalam
2Kor 5:15 dikatakan bahwa tujuan kematian Kristus adalah: ‘supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia’.
Jadi,
ada 3 hal yang menjadi tujuan:
1) Pertama-tama supaya mereka ‘hidup’.
Yang
dimaksud dengan hidup di sini tentu saja adalah hidup secara rohani. Semua
manusia di dalam Adam mati secara rohani, dan Yesus datang untuk mati bagi
kita, supaya dengan demikian, Ia bisa memberi hidup secara rohani kepada kita
(Yoh 10:10).
Supaya
kita menerima hidup itu, maka kita harus percaya kepada Dia (Yoh 11:25-26).
Hanya
percaya? Mengapa begitu mudah? Seorang penafsir menjawab pertanyaan ini dengan
mengatakan:
“The
reason it is so easy to obtain salvation is because it cost God so much” (= Alasan mengapa begitu mudah bagi kita untuk
mendapatkan keselamatan adalah karena Allah sudah membayar mahal untuk itu).
Sekalipun
caranya mudah, tetapi kalau tidak kita lakukan, kita tidak akan mendapatkan
hidup, dan itu berarti kita akan masuk neraka!
Sudahkah
saudara betul-betul percaya Yesus?
2) Supaya orang yang ‘hidup’, tidak hidup untuk
dirinya sendiri.
a) Banyaknya problem
dan kenikmatan dunia bisa menyebabkan kita hidup untuk diri sendiri, bahkan
untuk dosa / setan!
b) Seseorang
mengatakan: “The
root of sin is I” (= Akar dari
dosa adalah aku).
c) Yesus sudah rela
mengalami penderitaan dan kematian yang begitu mengerikan bagi kita. Pantaskah
kalau kita tanggapi dengan hidup untuk diri sendiri? Maukah saudara mati bagi
diri sendiri?
3) Supaya orang yang ‘hidup’ itu hidup untuk
Kristus.
Kalau
no 2 di atas adalah sesuatu yang bersifat negatif, maka no 3 ini bersifat
positif. 2 hal ini saling melengkapi. Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain.
a) Umat manusia.
b) Binatang (grup pencinta binatang).
c) Ilmu pengetahuan.
d) Kesenian / musik.
e) Negara / bangsa.
f) Keluarga dsb.
Sekalipun
mereka tidak melakukan hal yang negatif, tetapi mereka belum melakukan hal yang
positif! Kristus bukan hanya menghendaki supaya kita tidak lagi hidup untuk
diri kita sendiri, tetapi juga supaya kita hidup untuk Dia! Kita tentu masih
juga harus memperhatikan keluarga, negara dan bangsa, umat manusia dsb, tetapi
tujuan tertinggi / tujuan akhir kita adalah Kristus!
Penutup:
Renungkan segala penderitaan dan
kematian yang Kristus alami bagi saudara, dan ambillah keputusan untuk:
1) Percaya dengan
sungguh-sungguh kepada Dia.
2) Mati bagi diri
saudara sendiri.
c) Hidup bagi Dia.
Maukah saudara?
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar