I) Yesus diserahkan kepada Pilatus
(Yoh 18:28-32).
1) Ini mereka lakukan karena di bawah penjajahan
Romawi mereka dilarang menjatuhkan dan melaksanakan hukuman mati. Dalam kasus
Stefanus (Kis 7:57-60), mereka melanggar peraturan itu.
2) Tuduhan orang-orang Yahudi terhadap Yesus.
Dalam sidang
Mahkamah Agama tuduhan mereka yang terutama adalah penghujatan, karena Yesus
menganggap diri sebagai Anak Allah (Mat 26:63-66). Tetapi mereka tahu
bahwa tuduhan seperti itu tidak akan ada artinya di depan Pontius Pilatus, dan
karena itu di depan Pilatus mereka mengubah
tuduhan itu menjadi:
·
Yesus adalah seorang penjahat (Yoh 18:29-30).
· menyesatkan bangsa, melarang orang membayar
pajak kepada Kaisar, dan menyatakan diri sebagai raja (Luk 23:2).
Semua ini jelas
merupakan tuduhan palsu. Kebencian mereka terhadap Yesus menyebabkan mereka
melakukan segala macam cara asalkan bisa membunuh Yesus.
William
Barclay: “Hatred is a
terrible thing and does not hesitate to twist the truth”
(= Kebencian adalah hal yang mengerikan dan tidak segan-segan untuk
membengkokkan kebenaran) - hal 236.
3) Penyerahan kepada Pilatus
ini harus terjadi supaya nubuat Yesus tentang kematianNya digenapi
(Yoh 18:32 - “Demikianlah hendaknya supaya
genaplah firman Yesus, yang dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Ia akan
mati”).
a) Yesus telah mengatakan bahwa
Ia harus mati melalui salib (Yoh 12:32 Mat 20:19 Mat 26:2), padahal hukuman mati untuk
seorang penghujat seharusnya adalah perajaman (Im 24:16). Dengan
dilaksanakannya hukuman mati oleh pihak Romawi, maka akhirnya Yesus mati
melalui penyaliban, seperti yang telah Ia nubuatkan.
b) Yesus juga telah menubuatkan
bahwa Ia harus diserahkan ke tangan orang non Yahudi (Mat 20:19).
Karena itu Ia harus mati di tangan orang Romawi, bukan di tangan orang Yahudi.
Catatan:
dalam Mat 20:19, kata-kata ‘bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘bangsa-bangsa’;
NIV/NASB menterjemahkan ‘Gentiles’ /
‘bangsa-bangsa non Yahudi’.
II) Pilatus mengadili Yesus (18:33-19:15).
Dalam proses
pengadilan ini terjadi dialog yang cukup banyak antara Yesus dan Pilatus, dan
antara Pilatus dengan orang-orang Yahudi. Ada beberapa hal yang
ingin saya soroti dari dialog ini.
1) Yesus adalah Raja (18:33-37a).
Yoh 18:37b
- “Engkau
mengatakan bahwa Aku adalah raja”.
William
Hendriksen: “The reply cannot
mean, ‘That is what you are saying, but I have never said that,’ The
immediately following context leaves room for only one interpretation, namely,
that Jesus in replying, ‘You say that I am a king,’ definitely meant that
Pilate was correct in inferring that the prisoner possessed and claimed royal
authority! Note what follows: ‘For this purpose was I born,’ etc. Hence, the
meaning is ‘I am, indeed, a king; I was born for this very purpose.’”
(= Jawaban ini tidak bisa berarti: ‘Itu adalah yang kaukatakan, tetapi Aku
tidak pernah mengatakan itu’. Kontext setelahnya hanya memungkinkan satu
penafsiran, yaitu bahwa Yesus dalam menjawab: ‘Engkau mengatakan bahwa Aku
adalah raja’, secara jelas memaksudkan bahwa Pilatus
benar dalam menyimpulkan bahwa sang tahanan mempunyai dan mengclaim otoritas raja! Perhatikan bagian
berikutnya: ‘Untuk itulah Aku lahir’ dst. Jadi, artinya adalah ‘Aku memang
adalah seorang raja; Aku lahir untuk tujuan ini’) - hal 409.
Jadi, Yesus
mengaku bahwa Ia memang adalah Raja, tetapi KerajaanNya bersifat rohani.
Andaikata kerajaanNya bersifat duniawi maka hamba-hambaNya pasti akan melawan
di bawah pimpinanNya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya
(Yoh 18:36-37 bdk.
Yoh 18:10-11).
Renungkan:
apakah Yesus adalah Raja dalam hidup saudara?
2) Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran
(Yoh 18:37b-38).
a) Yesus memberi kesaksian
tentang kebenaran, dan setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suaraKu (Yoh 18:37b).
Kata ‘mendengarkan’ di sini
harus diartikan ‘mendengar dan taat’, bukan ‘asal mendengar’!
b) Yoh 18:38 - “Kata
Pilatus kepadaNya: ‘Apakah kebenaran itu?’. Sesudah mengatakan demikian,
keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang
Yahudi ....”.
William
Hendriksen: “Pilate blurts out:
‘What is truth,’ not realizing that the answer was standing in front of
him” (= Pilatus
mengatakan: ‘Apakah kebenaran itu’, tanpa menyadari bahwa jawabannya sedang
berdiri di depannya) - hal 410. Bdk. Yoh 14:6 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan ....’”.
3) Pilatus
tidak mendapati kesalahan pada diri Yesus.
Yoh 19:6b -
“sebab
aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya”.
Dalam Injil
Yohanes, ini adalah untuk ketiga-kalinya Pilatus
mengatakan itu; yang pertama dan kedua ada dalam Yoh 18:38b dan
Yoh 19:4b. Dan dalam Injil-injil yang lain hal itu tercatat dalam Mat
27:23,24 Mark 15:14 Luk 23:4,13-15,22.
Calvin: “he had several times acquitted
him with his own mouth, in order that we may learn from it, that it was for our
sins that he was condemned, and not on his own account”
(= ia telah beberapa kali membebaskanNya dari tuduhan dengan mulutnya sendiri,
supaya kita bisa mengertinya dari sini, bahwa untuk dosa-dosa kitalah Ia
dihukum, dan bukan karena dosa-dosaNya sendiri) - hal 223.
4) Pilatus
berusaha membebaskan Yesus.
a) Menyuruh orang Yahudi
memilih: membebaskan Yesus atau Barabas (Yoh 18:39-40 bdk. Mat 27:15-19).
1. Pada saat itu ada kebiasaan
untuk membebaskan seorang penjahat pada hari Paskah. Calvin mengatakan bahwa
kebiasaan / tradisi melepaskan seorang penjahat pada hari Paskah merupakan
kebiasaan yang salah, karena itu sama dengan membenarkan orang salah (bdk.
Amsal 17:15).
2. Pilatus
lalu menawarkan apakah ia harus membebaskan Yesus atau Barabas.
· Barabas adalah seorang penyamun dan pembunuh
yang terkenal kejahatannya (18:40 bdk. Mat 27:15-26 Mark 15:6-15 Luk 23:17-25
Kis 3:14).
· Pilatus memberikan
pilihan seperti itu, karena ia mengira bahwa orang-orang Yahudi itu tentu akan
memilih untuk melepaskan Yesus dari pada melepaskan Barabas.
· Pilatus
berpikir bahwa yang penting ia bisa membebaskan Yesus; tidak jadi soal
sekalipun Yesus bebas dengan predikat ‘penjahat yang dibebaskan pada Paskah’.
3. Di luar dugaan Pilatus,
orang-orang Yahudi, yang telah dihasut oleh imam-imam kepala dan tua-tua
(Mat 27:20), meminta untuk melepaskan Barabas (18:40).
John Henry
Jowett: “Barabbas rather
than Christ! The destroyer of life rather than the Giver of life! This was the
choice of the people; and it is a choice which has often stained and defiled my
own life. When I choose revenge rather than forgiveness, I am preferring
Barabbas to Christ. ... When I choose carnal passion before holiness, I am
preferring Barabbas to Christ” (= Barabas dan
bukannya Kristus! Pembunuh kehidupan dan bukannya Pemberi kehidupan! Ini adalah
pilihan dari orang-orang itu; dan itu adalah suatu pilihan yang sering menodai
dan menajiskan hidup saya sendiri. Pada saat saya memilih balas dendam dan
bukannya pengampunan, saya memilih Barabas dan bukannya Kristus. ... Pada saat
saya memilih nafsu daging lebih dari kekudusan, saya memilih Barabas dan
bukannya Kristus) - ‘Spring of
the Living Water’, March 28.
b) Menyesah Yesus (Yoh 19:1-5 bdk.
Luk 23:22b).
1. Dalam Injil Yohanes
diceritakan bahwa Pilatus menyesah Yesus
sebagai suatu usaha untuk melepaskan Yesus dari kematian. Ia berpikir bahwa
setelah Yesus disesah, orang banyak itu akan kasihan kepadaNya dan berhenti
menuntut kematianNya (Ini jelas merupakan kompromi yang salah, karena kalau ia
beranggapan Kristus tidak salah, ia tidak boleh mencambuki Kristus). Tetapi
dalam Injil Matius dan Markus, penyesahan Yesus terjadi setelah persidangan
selesai, dan ini merupakan pendahuluan terhadap penyaliban (Mat 27:26 Mark 15:15b). Karena itu ada penafsir yang
mengatakan bahwa penyesahan terhadap Yesus dilakukan 2 x.
2. Sekarang mari kita perhatikan
beberapa kutipan tentang tradisi pencambukan / penyesahan di bawah ini.
Pulpit
Commentary: “This was no
ordinary whip, but commonly a number of leather thongs loaded with lead or
armed with sharp bones and spikes, so that every blow cut deeply into the
flesh, causing intense pain” (= Ini bukannya cambuk biasa,
tetapi biasanya merupakan sejumlah tali kulit yang dimuati / dibebani / diberi
timah atau diperlengkapi dengan tulang-tulang runcing dan paku-paku, sehingga
setiap cambukan mengiris dalam ke dalam daging, menyebabkan rasa sakit yang
sangat hebat) - ‘Matthew’,
hal 586.
William
Hendriksen: “The Roman scourge
consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the
ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of
bone. The stripes were laid especially (not always exclusively) on the victim’s
back, bared and bent. The body was at times torn and lacerated to such an
extent that deep-seated veins and arteries - sometimes even entrails and inner
organs - were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt,
often resulted in death” (= Cambuk Romawi terdiri dari
gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya
dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan
tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama, tetapi tidak selalu
hanya, pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Tubuh itu
kadang-kadang koyak dan sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan
arteri yang terletak di dalam - kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian
dalam - menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh
dilakukan terhadap warga negara Romawi, sering berakhir dengan kematian)
- hal 414.
William
Barclay: “When a man was
scourged he was tied to a whipping-post in such a way that his back was fully
exposed. The lash was a long leather thong, studded at intervals with pellets
of lead and sharpened pieces of bone. It literally tore a man’s back into
strips. Few remained conscious throughout the ordeal; some dies; and many went
raving mad” (= Pada waktu seseorang disesah
ia diikat pada tiang pencambukan sedemikian rupa sehingga punggungnya terbuka
sepenuhnya. Cambuk itu adalah tali kulit yang panjang, yang pada jarak tertentu
ditaburi dengan butiran-butiran timah dan potongan-potongan tulang yang
diruncingkan. Itu secara hurufiah merobek punggung seseorang menjadi
carikan-carikan. Sedikit orang bisa tetap sadar melalui siksaan itu; sebagian
orang mati; dan banyak yang menjadi gila) - hal 244.
Leon Morris
(NICNT): “Scourging was a
brutal affair. It was inflicted by a whip of several thongs, each of which was
loaded with pieces of bone or metal. It could make pulp of man’s back”
(= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan
sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi
potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi
bubur) - hal 790.
Leon Morris
(NICNT): “... Josephus tells
us that a certain Jesus, son of Ananias, was brought before Albinus and ‘flayed
to the bone with scourges’ ... Eusebius narrates that certain martyrs at the
time of Polycarp ‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries,
so that the hidden contents of the recesses of their bodies, their entrails and
organs, were exposed to sight’ ... Small wonder that men not infrequently died
as a result of this torture” (= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus
tertentu, anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai
tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu
pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan
arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh
mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ...
Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini)
- hal 790.
Sebetulnya saudara dan sayalah yang seharusnya
dicambuki sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Kristus telah memikul
hukuman kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepadaNya, kita bebas dari
hukuman dan mendapatkan hidup yang kekal. Bdk. Yes 53:5 - “oleh bilur-bilurNya
kita telah menjadi sembuh”. Kesembuhan yang dimaksudkan di sini jelas adalah
‘kesembuhan rohani’.
3. Ternyata dengan cara ini Pilatus gagal lagi untuk membebaskan Yesus, karena
orang-orang Yahudi sama sekali tidak merasa kasihan terhadap Yesus, dan tetap
menuntut penyaliban terhadap Yesus (19:6-7).
Calvin: “we see here the amazing cruelty
of the Jewish nation, whose minds are not moved to compassion by so piteous a
spectacle; but all this is directed by God, in order to reconcile the world to
himself by the death of his Son” (= kita melihat di
sini kekejaman yang mengherankan dari bangsa Yahudi, yang pikirannya tidak tergerak
kepada belas kasihan oleh tontonan yang begitu menyedihkan / memilukan; tetapi
semua ini diarahkan oleh Allah, untuk mendamaikan dunia kepada diriNya sendiri
oleh kematian AnakNya) - hal 215.
Calvin: “When he labours so earnestly,
and without any success, we ought to recognise in this the decree of Heaven, by
which Christ was appointed to death” (= Pada waktu ia
berusaha dengan begitu sungguh-sungguh, dan tanpa hasil, kita harus mengenali
dalam hal ini ketetapan Surga, dengan mana Kristus ditetapkan untuk mati)
- hal 214.
5) ‘Pukulan mematikan’ dari orang-orang Yahudi
terhadap Pilatus .
a) Yoh 19:12 - ‘Jikalau
engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar’.
Barclay (hal
236-dst) mengatakan bahwa sebelum peristiwa ini Pilatus
sudah pernah melakukan 2 x kesalahan, yang dilaporkan kepada kaisar. Ancaman di
sini berhubungan dengan kedua kesalahan terdahulu itu. Seakan-akan mereka
berkata: ‘Pilatus , ingatlah bahwa engkau sudah
punya 2 catatan kesalahan di hadapan kaisar. Kalau kali ini kami melaporkan
kamu lagi, kamu pasti akan dipecat / dihukum oleh kaisar’.
William
Barclay: “He was blackmailed
into assenting to the death of Christ, because his previous mistakes had made
it impossible for him both to defy the Jews and to keep his post. Somehow one
cannot help being sorry for Pilate. He wanted to do the right thing, but he had
not the courage to defy the Jews and do it. He crucified Jesus in order to keep
his job” (= Ia dipaksa / diancam untuk
menyetujui kematian Kristus, karena kesalahan-kesalahannya yang terdahulu
menyebabkan tidak mungkin baginya untuk menentang orang-orang Yahudi dan
mempertahankan jabatannya. Bagaimanapun juga seseorang tidak bisa tidak merasa
kasihan kepada Pilatus . Ia ingin melakukan hal
yang benar, tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk menentang orang-orang
Yahudi dan melakukan hal yang benar itu. Ia menyalibkan Yesus untuk
mempertahankan pekerjaannya) - hal 240.
Penerapan:
pernahkah saudara ‘menyalibkan’ Yesus / menyakiti Yesus untuk mempertahankan
pekerjaan saudara? Misalnya dengan mau menuruti perintah boss untuk berdusta?
b) Yoh 19:15 - “Kami tidak
mempunyai raja selain dari pada Kaisar”.
Pada waktu Roma
menjajah mereka, dan lalu mengadakan sensus untuk mengatur perpajakan,
orang-orang Yahudi melawan / memberontak, karena mereka berkeras bahwa Tuhan
adalah raja mereka, dan hanya kepada Dia mereka mau membayar upeti / pajak.
Tetapi sekarang, kebencian mereka kepada Yesus, dan keinginan mereka untuk
membunuh Yesus menyebabkan mereka lalu berkata: “Kami tidak
mempunyai raja selain dari pada Kaisar” (Yoh 19:15).
William
Barclay: “Never in history
was the insanity of hatred so vividly shown” (= Dalam sejarah
tidak pernah ditunjukkan kegilaan dari kebencian secara begitu hidup)
- hal 236.
Tetapi,
sekalipun kata-kata ini adalah dusta dan kemunafikan, kata-kata ini memaksa Pilatus memenuhi tuntutan mereka. Kalau tidak, ia akan
digolongkan dengan Yesus sebagai pemberontak terhadap kaisar.
III) Pilatus menyerahkan Yesus untuk
disalibkan (19:16-18).
1) Hal-hal yang perlu diketahui tentang tradisi
penyaliban.
William
Barclay: “There was no more
terrible death than death by crucifixion. Even the Roman themselves regarded it
with a shudder of horror. Cicero
declared that it was ‘the most cruel and horrifying death.’ Tacitus said that
it was a ‘despicable death.’ It was originally a Persian method of execution.
It may have been used because, to the Persians, the earth was sacred, and they
wished to avoid defiling it with the body of an evil-doer. So they nailed him
to a cross and left him to die there, looking to the vultures and the carrion
crows to complete the work. The Carthaginians took over crucifixion from the
Persians; and the Romans learned it from the Carthaginians. Crucifixion was
never used as a method of execution in the homeland, but only in the province,
and there only in the case of slaves. It was unthinkable that a Roman citizen
should die such a death. ... It was that death, the most dreaded in the ancient
world, the death of slaves and criminals, that Jesus died”
(= Tidak ada kematian yang lebih mengerikan dari pada kematian melalui
penyaliban. Bahkan orang Romawi sendiri memandangnya dengan ngeri. Cicero menyatakan bahwa
itu adalah ‘kematian yang paling kejam dan menakutkan’. Tacitus berkata bahwa
itu adalah ‘kematian yang tercela / hina / keji’. Pada mulanya itu adalah cara
penghukuman mati orang Persia .
Itu digunakan karena bagi orang Persia bumi / tanah itu kudus / keramat, dan
mereka ingin menghindarkannya dari kenajisan dari tubuh dari pelaku kejahatan.
Jadi mereka memakukannya pada salib dan membiarkannya mati di sana,
mengharapkan burung nazar dan burung gagak pemakan bangkai menyelesaikan
pekerjaan itu. Orang Carthage mengambil-alih
penyaliban dari orang Persia ,
dan orang Romawi mempelajarinya dari orang Carthage . Penyaliban tidak pernah digunakan
sebagai cara penghukuman mati di tanah air mereka, tetapi hanya di
propinsi-propinsi jajahan mereka, dan hanya dalam kasus budak. Adalah sangat
tidak terpikirkan bahwa seorang warga negara Romawi harus mati dengan cara itu.
... Kematian seperti itulah, kematian yang paling ditakuti dalam dunia purba,
kematian dari budak dan orang kriminil, yang dialami oleh Yesus) -
hal 250.
Pulpit
Commentary: “the most painful,
barbarous, and ignominious punishment which the cruelty of man ever invented”
(= hukuman yang paling menyakitkan, biadab / kejam, dan tercela / memalukan
yang pernah ditemukan oleh kekejaman manusia) - ‘Matthew’, hal 585.
William
Hendriksen: “Rome generally (not always!) reserved this
form of punishment for slaves and those who had been convicted of the grossest
crimes. ... It has been well said that the person who was crucified ‘died a
thousand deaths.’ Large nails were driven through hands and feet (20:25; cf.
Luke 24:40). Among the horrors which one suffered while thus suspended (with
the feet resting upon a little tablets, not very far away from the ground) were
the following: severe inflammation, the swelling of the wounds in the region of
the nails, unbearable pain from torn tendons, fearful discomfort from the
strained position of the body, throbbing headache, and burning thirst (19:28)”
[= Roma pada umumnya (tidak selalu!) menyimpan jenis hukuman ini untuk
budak-budak dan mereka yang terbukti bersalah dalam kejahatan-kejahatan yang
paling besar. ... Dikatakan secara benar bahwa orang yang disalib ‘mati 1000
kali’. Paku-paku besar dipakukan menembus tangan dan kaki (20:25; bdk. Luk
24:40). Di antara hal-hal yang mengerikan yang diderita seseorang pada saat
tergantung seperti itu (dengan kaki berpijak pada potongan kayu kecil, tidak
terlalu jauh dari tanah) adalah hal-hal berikut ini: peradangan yang sangat
hebat, pembengkakan dari luka-luka di daerah sekitar paku-paku itu, rasa sakit
yang tidak tertahankan dari tendon-tendon yang sobek, rasa tidak enak yang sangat
hebat karena posisi tubuh yang terentang, sakit kepala yang berdenyut-denyut,
dan rasa haus yang membakar (19:28)] - hal 427.
Pulpit
Commentary: “Nails were driven
through the hands and feet, and the body was supported partly by these and
partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet,
often seen in picture, was never used” (= paku-paku
menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku
ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat
duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah
digunakan) - ‘Matthew’,
hal 588.
Catatan:
kata-kata Hendriksen bertentangan dengan Pulpit Commentary, karena Hendriksen
mengatakan ada tempat pijakan kaki, sedang Pulpit Commentary mengatakan tidak
ada.
2) Yesus mengalami penghakiman dan penyaliban
demi kita yang berdosa.
Calvin: “For the Son of God chose to
stand bound before an earthly judge, and there to receive sentence of death, in
order that we, delivered from condemnation, may not fear to approach freely to
the heavenly throne of God” (= Karena Anak Allah memilih
untuk berdiri dengan terikat di depan hakim dunia, dan menerima hukuman mati di
sana, supaya kita, dibebaskan dari penghukuman, tidak usah takut mendekat
secara bebas pada tahta surgawi Allah) - ‘Harmony of Matthew, Mark, Luke’, hal 275.
Calvin: “So then, the Son of God stood,
as a criminal, before a mortal man, and there permitted himself to be accused
and condemned, that we may stand boldly before God. His enemies, indeed,
endeavoured to fasten upon him everlasting infamy; but we ought rather to look
at the end to which the providence of God directs us. For if we recollect how
dreadful is the judgment-seat of God, and that we could never have been
acquitted there, unless Christ had been pronounced to be guilty on earth, we
shall never be ashamed of glorying in his chains”
(= Demikianlah, Anak Allah berdiri, sebagai seorang kriminil, di depan manusia
yang fana / bisa mati, dan di sana mengijinkan dirinya sendiri dituduh dan
dihukum, supaya kita bisa berdiri dengan berani di depan Allah. Musuh-musuhNya
memang berusaha melekatkan padaNya hal yang buruk / memalukan yang bersifat
kekal; tetapi kita harus melihat pada akhirnya kemana Providensia Allah mengarahkan
kita. Karena jika kita mengingat betapa menakutkan tahta penghakiman Allah, dan
bahwa kita tidak akan pernah bisa dibebaskan di sana , kecuali Kristus dinyatakan bersalah di
bumi, kita tidak akan pernah malu untuk bermegah dalam belengguNya)
- ‘Harmony of Matthew, Mark, Luke’,
hal 275.
Kesimpulan / penutup.
Yesus sudah diadili, dihukum dan disalib bagi kita,
dan karena itu kalau saudara mau percaya dan menerima Kristus sebagai
Juruselamat saudara, maka semua dosa saudara akan diampuni, dan saudara tidak
perlu takut pada penghakiman akhir jaman, dan saudara pasti akan masuk ke
surga. Tetapi kalau saudara menolak Yesus, tidak ada pengampunan bagi saudara,
dan penghakiman akhir jaman akan menjadi saat yang sangat menakutkan bagi
saudara, dan saudara akan dihukum selama-lamanya di neraka. Pilihan ada di
tangan saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar