Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Luk 23:26-31 - “(26)
Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari
Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas
bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. (27) Sejumlah besar orang
mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.
(28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem,
janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan
anak-anakmu! (29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah
perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya
tidak pernah menyusui. (30) Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung:
Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! (31) Sebab
jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi
dengan kayu kering?’”.
Pendahuluan.
Dalam kalangan Kristen ada suatu
bahaya yang sangat banyak terjadi, yaitu dimana seseorang hanya beriman secara
intelektuil saja. Dengan kata lain, ia mengerti tentang Injil, dan pikirannya
mempercayainya, tetapi hati dan kehendak tidak mengikuti pikirannya tersebut.
Ilustrasi: ada traktat
yang berjudul: ‘Missing heaven by 18
inches’. Penekanan traktat ini adalah orang yang beriman hanya dengan
otaknya saja, tidak akan masuk surga. Karena jarak dari otak - hati (heart)
adalah 18 inci, maka traktat itu diberi judul seperti itu.
Tetapi hari ini saya membahas
suatu bahaya lain, yang kontras / berkebalikan dengan yang tadi. Yaitu bahaya
dimana seseorang perasaannya pro Yesus, tetapi pikirannya tidak terlalu
mengerti tentang injil, dan sebetulnya ia bukan orang yang percaya kepada
Yesus.
I) Perempuan-perempuan Yerusalem menangisi Yesus.
1) Peristiwa ini terjadi pada saat Yesus
digiring ke tempat penyaliban (ay 26).
Itu berarti
bahwa Yesus sudah dicambuki, dan sudah penuh dengan darah.
2) Perempuan-perempuan Yerusalem menangisi
Yesus.
Ay 27: “Sejumlah besar
orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi
Dia”.
a) Ini menunjukkan bahwa tidak
semua orang Yahudi saat itu membenci Kristus.
Tidak semua
orang Yahudi di Yerusalem berteriak ‘Salibkan Dia!’ atau menyetujui teriakan
itu! Ada orang-orang Yahudi yang pro / mengasihi Yesus, atau setidaknya merasa
kasihan kepada Yesus, sehingga menangisi Dia.
b) Perempuan-perempuan ini bukan
perempuan-perempuan yang ada dalam kelompok murid-murid Yesus.
William
Hendriksen mengatakan (hal 1024) bahwa kita tidak boleh mengacaukan
perempuan-perempuan ini dengan Maria Magdalena dan perempuan-perempuan yang
lain yang betul-betul adalah murid-murid Yesus. Perempuan-perempuan di sini
bukan murid-murid Yesus! Ini mungkin bisa disebut sebagai simpatisan Kristen!
Atau mungkin lebih tepat simpatisan Yesus! Mereka tidak percaya / mengikut
Yesus, tetapi bersimpati atas penderitaanNya.
c) Pada umumnya, perempuan lebih
banyak ‘main perasaan’ dari pada laki-laki.
A. T. Robertson: “‘In
the Gospels there is no instance of a woman being hostile to Christ’ (Plummer).
Luke’s Gospel is appropriately called the Gospel of Womanhood (Luke 1:39-56;
2:36-38; 7:11-15; 37-50; 8:1-3; 10:38-42; 11:27; 13:11-16)”
[= ‘Dalam kitab-kitab Injil tidak ada contoh dari seorang perempuan yang
bermusuhan terhadap Kristus’ (Plummer). Injil Lukas secara tepat / benar
disebut sebagai Injil dari ke-perempuan-an (Luk 1:39-56; 2:36-38; 7:11-15; 37-50; 8:1-3; 10:38-42;
11:27; 13:11-16)].
d) Apa yang dilakukan perempuan-perempuan
itu?
A. T. Robertson: “‘Bewailed.’
ekoptonto. Imperfect middle of koptoo, ‘to cut, smite,’ an old and
common verb. Direct middle, they were smiting themselves on the breast”
(= ‘Menangisi’ EKOPTONTO. Bentuk imperfect middle dari KOPTOO, ‘memotong,
memukul’, suatu kata yang kuno dan umum. Bentuk direct middle, mereka memukul
dada mereka sendiri).
A. T. Robertson: “‘Lamented.’
ethreenoun. Imperfect active of threeneoo, old verb from threomai, ‘to cry aloud, lament.’”
(= ‘Meratapi’. ethreenoun. Bentuk
imperfect active dari threeneoo,
suatu kata kerja kuno dari threomai,
‘menangis dengan keras, meratap’).
e) Bahayanya perasaan kasihan terhadap
Yesus.
Ada bahayanya
kalau orang percaya kepada Yesus hanya dengan otak / inteleknya saja. Tetapi
dari bacaan ini ada bahaya sebaliknya, yaitu kalau kita ‘pro Yesus’ hanya
karena perasaan kasihan saja.
Matthew
Henry: “Many that were
mourners, true mourners, who followed him, bewailing and lamenting him. These
were not only his friends and well-wishers, but the common people, that were
not his enemies, and were moved with compassion towards him, because they had
heard the fame of him, and what an excellent useful man he was, and had reason
to think he suffered unjustly. ... many bewail Christ that do not believe in
him, and lament him that do not love him above all”
(= Banyak orang-orang yang berkabung, orang-orang yang berkabung dengan
sungguh-sungguh, yang mengikutiNya, meratapi dan menangisi Dia. Orang-orang ini
bukan hanya sahabat-sahabat dan orang-orang yang mengharapkan hal yang baik
bagiNya, tetapi orang-orang biasa, yang bukanlah musuh-musuhNya, dan digerakkan
oleh belas kasihan terhadapNya, karena mereka telah mendengar kemasyhuranNya,
dan betapa Ia adalah seseorang yang sangat berguna, dan mempunyai alasan untuk
berpikir bahwa Ia menderita secara tidak adil. ... banyak orang meratapi
Kristus tetapi tidak percaya kepadaNya, dan menangisiNya tetapi tidak
mengasihiNya di atas semua).
Adam Clarke:
“the sufferings of Christ are not
a subject of sorrow to any man; but, on the contrary, of eternal rejoicing to
the whole of a lost world” (= Penderitaan-penderitaan
Kristus bukanlah subyek dari kesedihan bagi siapapun; tetapi sebaliknya, subyek
dari kesukacitaan bagi seluruh dunia yang hilang).
Adam Clarke:
“Some have even prayed to
participate in the sufferings of Christ. Relative to this point, there are many
unwarrantable expressions used by religious people in their prayers and hymns.
To give only one instance, how often do we hear these or similar words said or
sung: ‘Give me to feel thy agonies! One drop of thy sad cup afford!’ Reader!
one drop of this cup would bear down thy soul to endless ruin; and these
agonies would annihilate the universe. He suffered alone; for of the people
there was none with him; because his sufferings were to make an atonement for
the sins of the world: and in the work of redemption he had no helper”
(= Sebagian orang bahkan berdoa supaya bisa berpartisipasi dalam
penderitaan-penderitaan Kristus. Berhubungan dengan hal ini, ada banyak
ungkapan yang tak berdasar yang digunakan oleh orang-orang yang religius dalam
doa-doa dan puji-pujian mereka. Untuk memberi satu contoh, betapa sering kita
mendengar kata-kata ini atau kata-kata yang serupa dikatakan atau dinyanyikan:
‘Berilah aku untuk merasakan penderitaan-penderitaanMu! Berikan satu tetes dari
cawanMu yang menyedihkan!’ Pembaca! satu tetes dari cawan ini akan menekan
jiwamu kepada kehancuran tanpa akhir; dan penderitaan-penderitaan ini akan
memusnahkan alam semesta. Ia menderita sendirian; karena dari orang-orang yang
ada di sana tidak seorangpun bersamaNya; karena penderitaan-penderitaanNya
adalah untuk membuat suatu penebusan untuk dosa-dosa dunia: dan dalam pekerjaan
penebusan Ia tidak mempunyai penolong) - hal 495-496.
II) Yesus menegur perempuan-perempuan itu.
1) Ay 28: “Yesus berpaling kepada mereka dan
berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!”.
a) Yesus berkata kepada puteri-puteri Yerusalem.
Mayoritas
orang-orang Yahudi di Yerusalem bukanlah orang yang percaya kepada Yesus. Ini
terlihat dari kata-kata Yesus dalam Mat 23:37-38 - “(37) ‘Yerusalem,
Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang
yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu
tidak mau. (38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.
b) Yesus berkata: ‘Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah
dirimu sendiri dan anak-anakmu!’.
Kata-kata ‘janganlah
kamu menangisi Aku’ bukanlah suatu teguran seolah-olah hal itu
adalah suatu dosa. Tujuan Yesus mengatakan ini adalah: mengalihkan perhatian
mereka dari penderitaan yang sedang Ia alami kepada hukuman Allah yang akan
menimpa orang-orang Yahudi itu. Ini yang lebih perlu untuk ditangisi!
Seringkali kita
sedih untuk suatu obyek kesedihan yang salah. Misalnya kalau saudara mempunyai
2 anak, yang satu kaya tetapi tidak Kristen, yang lain melarat tetapi Kristen.
Saudara sedih untuk yang mana?
c) Yesus sendiri tidak pernah
menangisi diriNya sendiri, tetapi Ia sudah menangisi Yerusalem, yaitu dalam
Luk 19:41-44 - “(41) Dan ketika Yesus telah
dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, (42) kataNya: ‘Wahai,
betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk
damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. (43) Sebab
akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu
mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, (44) dan mereka
akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka
tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain,
karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.’”.
d) Kontras antara nasib Yesus dan
perempuan-perempuan ini.
William
Hendriksen mengatakan (hal 1024) bahwa berkenaan dengan Yesus, sekalipun saat
itu Ia sedang menderita, dan sebentar lagi akan mengalami penderitaan yang
lebih hebat lagi secara fisik maupun batin, tetapi masa depan Yesus tetap
terjamin. Tetapi perempuan-perempuan itu, kecuali mereka bertobat, mempunyai
masa depan yang sangat suram. Dan demikian juga dengan anak-anak mereka! Yang
menantikan mereka bukan hanya kehancuran Yerusalem, tetapi lebih dari itu,
hukuman kekal dari Tuhan.
William
Hendriksen: “for the
impenitents the suffering will never end: Jerusalem’s fall will be only a
foretaste of their everlasting damnation” (= bagi
orang-orang yang tidak bertobat penderitaan tidak akan pernah berakhir:
kejatuhan Yerusalem hanya akan menjadi suatu cicipan dari hukuman kekal mereka)
- hal 1025.
e) Kata-kata Yesus ini
menunjukkan bahwa Ia tidak pernah mengasihani diriNya sendiri, tetapi selalu
memikirkan kebaikan / pertobatan orang-orang lain, bahkan pada saat Ia sangat
menderita.
William
Hendriksen: “the entire address
of Jesus to ‘the daughters of Jerusalem’ ... is an unfogettable manifestation
of the Savior’s complete lack of self-pity and of his ardent desire, even now,
that the impenitent may repent and be saved” (= seluruh amanat
Yesus kepada perempuan-perempuan Yerusalem ... merupakan suatu perwujudan yang
tidak terlupakan dari sama sekali tidak adanya rasa kasihan pada diri sendiri
dari sang Juruselamat, dan dari keinginanNya yang berkobar-kobar, bahkan pada
saat itu, supaya orang-orang yang belum bertobat bisa bertobat dan
diselamatkan) - hal 1026.
Penerapan: apakah saudara juga
mempunyai perasaan seperti itu, apalagi pada saat saudara menderita?
f) Kata-kata Yesus itu juga
menunjukkan bahwa Ia tidak membutuhkan belas kasihan kita. Yang Ia inginkan
bukanlah supaya kita menangisi Dia, tetapi supaya kita percaya kepadaNya!
Pulpit
Commentary: “He
does not want our pity. This would be a wasted and mistaken sentiment” (= Ia tidak membutuhkan /
menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan
salah).
Matthew
Henry: “those were
profitless tears that they shed for him” (= itu merupakan
air mata yang tidak berguna yang mereka curahkan bagiNya).
Matthew
Henry: “We must not be
affected with the death of Christ as with the death of a common person whose
calamity we pity, or of a common friend whom we are likely to part with. The
death of Christ was a thing peculiar; it was his victory and triumph over his
enemies; it was our deliverance, and the purchase of eternal life for us. And
therefore let us weep, not for him, but for our own sins, and the sins of our
children, that were the cause of his death; and weep for fear ... of the
miseries we shall bring upon ourselves, if we slight his love, and reject his
grace, as the Jewish nation did, which brought upon them the ruin here
foretold” (= Kita tidak boleh dipengaruhi
oleh kematian Kristus seperti oleh kematian dari orang biasa, yang kita
kasihani karena bencana yang mereka alami, atau dari seorang teman biasa dengan
siapa kita mungkin sekali akan berpisah. Kematian Kristus merupakan suatu hal
yang khas; itu merupakan kemenanganNya atas musuh-musuhya; itu merupakan
pembebasan kita, dan pembelian hidup kekal bagi kita. Dan karena itu, hendaklah
kita menangis, bukan untuk Dia, tetapi untuk dosa-dosa kita sendiri, dan
dosa-dosa dari anak-anak kita, yang merupakan penyebab dari kematianNya; dan
menangis karena takut ... pada kesengsaraan-kesengsaraan yang kita bawa kepada
diri kita sendiri, jika kita meremehkan kasihNya, dan menolak kasih karuniaNya,
seperti yang dilakukan oleh bangsa Yahudi, yang membawa kepada diri mereka
sendiri kehancuran yang Ia ramalkan di sini).
Lenski: “These women are representative.
Hence we have this record of their weeping. The sufferings of Jesus still
arouse the emotions of especially the softhearted. But all sentimentality
regarding Jesus is useless even when it brings tears to the eyes. Let sinners
weep for themselves, and for their sins, let them sob like Peter (22:62), their
tears may then lead to something that is worth while”
[= Perempuan-perempuan ini merupakan wakil. Karena itu kita mempunyai catatan
tentang tangisan mereka ini. Penderitaan Yesus tetap membangkitkan emosi,
khususnya dari orang-orang yang berhati lembut. Tetapi semua perasaan-perasaan
yang sentimentil berkenaan dengan Yesus tidak berguna bahkan pada saat itu
menyebabkan mereka menangis. Hendaklah orang-orang berdosa menangis bagi diri
mereka sendiri, dan bagi dosa-dosa mereka, hendaklah mereka menangis seperti
Petrus (22:62), maka air mata mereka bisa membimbing pada sesuatu yang lebih
berharga] - hal 1127-1128.
David
Gooding: “It was, it seems, a psychological reaction
to the sight of ‘such a nice young man’ being so rudely taken out to such a
hideously cruel death. It had nothing to do with moral conscience or
repentance. In a month’s time they would have forgotten it. Christ wanted no
such pity”
(= Kelihatannya itu adalah reaksi psikhologis terhadap pemandangan tentang
‘seorang muda yang baik’ yang dengan begitu kasar dibawa keluar kepada suatu
kematian yang kejam dan mengerikan. Itu tidak berhubungan dengan hati nurani
moral atau pertobatan. Dalam waktu satu bulan mereka akan melupakannya. Kristus
tidak menginginkan belas kasihan seperti itu) - hal 341.
Leon Morris (Tyndale): “Jesus
greets them as ‘Daughters of Jerusalem,’ ... At this moment, as He goes out to
execution, Jesus thinks not of Himself but of them. He wants their
repentance, not their sympathy” (= Yesus menyebut
mereka sebagai ‘puteri-puteri Yerusalem’, ... Pada saat ini, pada saat Ia pergi
keluar untuk dihukum mati, Yesus tidak berpikir tentang diriNya sendiri tetapi
tentang mereka. Ia menginginkan pertobatan mereka, bukan simpati mereka) - hal 325.
Norval Geldenhuys (NICNT): “It
is not sympathy but sincere faith in Him and genuine repentance that Jesus
expects from us” (= Bukan simpati tetapi iman
yang tulus / sungguh-sungguh kepadaNya dan pertobatan sejati yang Yesus
harapkan dari kita) - hal
605.
g) Bahaya dari air mata pada saat KKR.
Dalam suatu KKR
seringkali ada banyak orang yang menangis. Jangan senang kalau melihat hal
seperti itu, karena ini tidak menjamin apa-apa, dan perlu dipertanyakan: apakah
mereka menangis karena mereka memang bertobat dan lalu beriman kepada Kristus,
atau hanya sekedar tergerak perasaannya, tetapi tidak bertobat / percaya dengan
sungguh-sungguh?
Spurgeon: “‘I
have seen something wonderful, this morning,’ said one who had listened to a
faithful and earnest preacher, ‘I have seen a whole congregation in tears.’ ‘Alas!’
said the preacher, ‘there is something more wonderful still, for the most of
them will go their way to forget that they ever shed a tear.’ Ah, my
hearers, shall it be always so - always so? Then, O ye impenitent, there shall
come to your eyes a tear which shall drip for ever, a scalding drop which no
mercy shall ever wipe away; a thirst that shall never be abated; a worm that
shall never die, and a fire that never shall be quenched. By the love you bear
your souls, I pray you escape from the wrath to come!”
(= ‘Aku telah melihat sesuatu yang luar biasa, pagi ini,’ kata seseorang yang
telah mendengar pada seorang pengkhotbah yang setia dan sungguh-sungguh, ‘Aku
telah melihat seluruh jemaat mencucurkan air mata’. ‘Aduh’ kata sang
pengkhotbah, ‘ada sesuatu yang lebih luar biasa lagi, karena kebanyakan dari
mereka akan pergi untuk melupakan bahwa mereka pernah mencucurkan air mata’.
Oh, para pendengarku, akankah itu selalu demikian - selalu demikian? Maka, O
kamu yang tidak bertobat, akan datang pada matamu air mata yang akan menetes
selama-lamanya, suatu tetes yang panas yang tidak akan pernah dihapus oleh
belas kasihan; suatu rasa haus yang tidak akan pernah diredakan / berkurang;
ulat yang tidak akan pernah mati, dan api yang tidak akan pernah dipadamkan. Demi
kasihmu kepada jiwamu, aku memohon supaya kamu meloloskan diri dari murka yang
akan datang!) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 655.
Spurgeon: “May
you accept him to-day as your deliverer, and so be saved; for if not, the most
virtuous regrets concerning his death, however much they may indicate your
enlightenment, will not manifest your true conversion”
(= Hendaklah kamu menerima Dia hari ini sebagai Pembebas / Penyelamatmu, dan
dengan demikian diselamatkan; karena jika tidak, penyesalan / kesedihan yang
paling baik mengenai kematianNya, betapapun banyaknya itu menunjukkan
pencerahanmu, tidak akan menunjukkan pertobatanmu yang sejati) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 656-657.
2) Ay 29-30: “(29) Sebab
lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang
rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. (30)
Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan
kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!”.
a) Ini menunjukkan bahwa Yesus
sudah melihat lebih dulu apa yang akan terjadi pada bangsa Yahudi. Ini
menunjukkan kemahatahuan Yesus, dan dengan demikian ini menunjukkan keilahian
Yesus!
b) Dahsyatnya kehancuran Yerusalem pada
tahun 70 M.
Ceritanya adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 66 M. terjadi suatu pemberontakan
Yahudi terhadap Romawi yang saat itu sedang menguasai mereka.
2. Pada tahun 68 M., Vespasian, yang
ditugaskan oleh kaisar Nero untuk menangani pemberontakan ini, sudah
mengisolasi Yerusalem, dan siap mengepung Yerusalem.
3. Tetapi karena adanya suatu keributan /
kekacauan dalam kekaisaran Romawi, kaisar Nero lalu bunuh diri.
4. Tahun 69 M., Vespasian lalu menjadi
kaisar Romawi dan ia menugaskan anaknya, yaitu Titus, untuk menangani pemberontakan
Yahudi itu.
5. Tetapi karena Yerusalem adalah kota yang
terletak di gunung dan dipertahankan oleh orang‑orang yang fanatik, maka kota
itu sukar dikalahkan.
6. Akhirnya Titus memutuskan untuk mengepung
Yerusalem (bdk. Luk 21:20 - ‘dikepung’!) supaya mereka kelaparan.
7. Setelah dikepung selama 5‑6 bulan, akhirnya
pada tahun 70 M. Yerusalem jatuh.
Pada waktu perang mulai di tahun 66 M.
orang‑orang Yahudi Kristen mentaati perintah Tuhan Yesus dalam Luk 21:21 /
Mat 24:16-18, dan mereka lari meninggalkan Yerusalem ke tempat yang
bernama Perean Pella. Karena itu, pada saat Yerusalem dihancurkan, tidak ada
orang kristen yang mati di sana!
Sebaliknya, orang‑orang Yahudi yang kafir,
mengabaikan perintah Yesus ini dan mereka justru lari ke dalam kota Yerusalem!
Ini menyebabkan pada saat Titus mengepung Yerusalem, maka di dalam kota
Yerusalem terjadi kelaparan yang luar biasa hebatnya, sehingga banyak orang
yang mati kelaparan, dan bahkan dilaporkan adanya ibu yang memanggang dan
memakan bayinya sendiri! (bdk. Ul 28:53).
Josephus mengatakan bahwa saat itu ada 1,1
juta orang Yahudi yang mati di Yerusalem! Orang di dalam kota Yerusalem bisa
begitu banyak karena Titus melakukan pengepungan pada masa Paskah / Passover,
dimana semua orang Yahudi dari segala penjuru datang ke Yerusalem. Sebagian
mati karena kelaparan; sebagian yang lain mati karena pedang; dan banyak juga
(dalam jumlah ratusan orang) yang mati disalib setelah terlebih dulu disesah,
persis seperti apa yang dialami oleh Yesus! (Bdk. Mat 27:25 - “Dan seluruh rakyat itu menjawab: ‘Biarlah darahNya
ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’”).
Josephus juga mengatakan bahwa ada 97.000
orang Yahudi ditawan. Yang tinggi / gagah disimpan oleh Titus sebagai bukti
kemenangan; sisanya dibagi‑bagi ke propinsi‑propinsi Romawi untuk diadu dengan
binatang buas, dikirim ke Mesir untuk bekerja, dijual sebagai budak, dsb. Semua
ini menggenapi kata‑kata Yesus dalam Luk 21:24 - “dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai
tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.’”.
c) Ini menunjukkan hebatnya hukuman Allah
sehingga:
1. Sekalipun sebetulnya anak
adalah berkat Tuhan, tetapi pada saat itu orang akan menyesal bahwa dirinya
mempunyai anak. Kata ‘berbahagialah’
sebetulnya terjemahannya adalah ‘blessed’
(= diberkatilah). Jadi, pada saat itu mereka akan menganggap
perempuan yang tidak mempunyai anak sebagai ‘diberkati’ oleh Tuhan. Sebaliknya
mereka menyesal bahwa mereka mempunyai anak. Yesus bahkan menggunakan kata ‘celakalah’
bagi ibu-ibu yang pada saat itu mempunyai anak. Mengapa? Karena pada saat itu
anak mereka akan mengalami penderitaan yang hebat dan bahkan kematian!
Bdk.
Luk 21:20-24 - “(20) ‘Apabila kamu melihat
Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah
dekat. (21) Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan
diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, (22)
sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. (23) Celakalah
ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab
akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa
ini, (24) dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan
ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.’”.
Perasaan bahwa
perempuan-perempuan yang tidak punya anak diberkati oleh Tuhan lebih-lebih
merupakan sesuatu yang aneh di sana pada jaman itu, karena dalam keadaan normal
‘tidak mempunyai anak’ dianggap sebagai suatu tragedi, dan menurut Barclay (hal
283) merupakan suatu alasan yang sah bagi seorang suami untuk menceraikan
istrinya.
2. Pada saat itu mereka lebih
suka kalau gunung dan bukit runtuh menimpa mereka.
Ay 30: “Maka
orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan
kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!”. Bandingkan ini dengan:
·
Hos 10:8 - “Bukit-bukit
pengorbanan Awen, yakni dosa Israel, akan dimusnahkan. Semak duri dan rumput
duri akan tumbuh di atas mezbah-mezbahnya. Dan mereka akan berkata kepada
gunung-gunung: ‘Timbunilah kami!’ dan kepada bukit-bukit: ‘Runtuhlah menimpa
kami!’”.
·
Wah 6:15-17 - “(15) Dan raja-raja
di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta
orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke
dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (16) Dan mereka
berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah
menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta
dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab sudah tiba hari besar murka
mereka dan siapakah yang dapat bertahan?”.
William
Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata dalam Hos 10:8 berkenaan dengan
hukuman Allah terhadap Samaria pada waktu mereka dihancurkan oleh Asyur. Lalu
yang ada dalam Lukas ini berkenaan dengan hukuman Tuhan terhadap Yerusalem pada
waktu mereka dihancurkan oleh Romawi. Sedangkan yang ada dalam kitab Wahyu
berkenaan dengan hukuman Tuhan pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang
kedua-kalinya. Yang paling hebat jelas adalah yang terakhir.
Baik Albert
Barnes maupun Matthew Henry menganggap bahwa orang-orang itu minta supaya
gunung-gunung dan bukit-bukit runtuh menimpa mereka untuk melindungi mereka
dari murka Allah yang luar biasa hebatnya pada saat itu.
Matthew
Henry: “They that would
not flee to Christ for refuge, and put themselves under his protection, will in
vain call to hills and mountains to shelter them from his wrath”
(= Mereka yang tidak mau lari kepada Kristus untuk perlindungan, dan meletakkan
diri mereka sendiri di bawah perlindunganNya, akan dengan sia-sia memanggil
bukit-bukit dan gunung-gunung untuk melindungi mereka dari murkaNya).
d) Dari semua ini terlihat bahwa:
1. Orang jahat yang sekarang
kelihatan menang, tidak akan bertahan lama. Lambat atau cepat, hukuman Tuhan
akan menimpa mereka.
Calvin: “the wicked gain nothing by a
little delay; ... he will rise with a drawn sword against those whose sins he
appeared for a time not to observe” (= orang-orang jahat
tidak akan mendapatkan apa-apa oleh sedikit penundaan; ... Ia akan bangkit
dengan pedang yang terhunus terhadap mereka yang dosa-dosanya kelihatannya
tidak Ia perhatikan untuk sementara waktu) - hal 293,295.
2. Allah sangat murka dengan
perlakuan orang-orang Yahudi terhadap Yesus. Tetapi Ia tetap membiarkan hal
itu; mengapa? Jelas bahwa karena tanpa hal itu tidak ada keselamatan bagi umat
manusia. Jadi, jelas bahwa penderitaan dan kematian Kristus terjadi sebagai
penebusan bagi dosa umat manusia!
Calvin: “since God revenge it with such
severity, he would never permitted his Son to endure it, unless he had intended
that it should be an expiation for the sins of the world”
(= karena Allah membalas dengan kekerasan seperti itu, Ia tidak akan pernah
mengijinkan AnakNya untuk mengalami semua itu, kecuali Ia memaksudkan bahwa itu
harus menjadi suatu penebusan bagi dosa-dosa dunia) - hal 293.
3) Ay 31: “Sebab jikalau orang berbuat
demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?’”.
Kayu kering di
sini menggambarkan orang Yahudi yang bejad, sedangkan kayu hidup menggambarkan
Yesus yang suci. Manusia lebih cenderung untuk membakar kayu kering dari pada
kayu hidup. Jadi arti kata-kata Yesus ini adalah: kalau Yesus yang tidak
berdosa saja diperlakukan seperti itu oleh orang Romawi, apalagi orang-orang
Yahudi yang bejad itu. Pasti akan diperlakukan dengan lebih kejam! Hal ini
digenapi pada tahun 70 Masehi pada saat orang Romawi menghancurkan Yerusalem
dan Bait Allah.
Matthew Henry:
“they may be applied more
generally to all the revelations of God’s wrath against sin and sinners: ... If
God did this to the Son of his love, when he found sin but imputed to him, what
shall he do to the generation of his wrath, when he finds sin reigning in them?
... The consideration of the bitter sufferings of our Lord Jesus should engage
us to stand in awe of the justice of God, and to tremble before him. The best
saints, compared with Christ, are dry tree; if he suffer, why may not they
expect so suffer? And what then shall the damnation of sinners be?”
(= kata-kata ini bisa diterapkan secara lebih umum bagi semua penyataan murka
Allah terhadap dosa dan orang-orang berdosa: ... Jika Allah melakukan hal ini
kepada AnakNya yang dikasihiNya, pada waktu Ia hanya menemukan dosa yang
diperhitungkan kepadaNya, apa yang akan Ia lakukan kepada angkatan yang
dimurkaiNya, pada waktu ia menemukan dosa bertakhta di dalam mereka? ...
Pertimbangan / perenungan tentang penderitaan yang pahit dari Tuhan kita Yesus
seharusnya mengajak / menarik kita untuk berdiri dengan takut dan hormat
terhadap keadilan dari Allah, dan gemetar di hadapanNya. Orang-orang kudus yang
terbaik, dibandingkan dengan Kristus, adalah kayu kering; jika Ia menderita,
mengapa mereka tidak mengharapkan untuk menderita? Dan lalu, bagaimana bakalnya
hukuman dari orang-orang berdosa?).
Kesimpulan / penutup.
Jangan hanya kasihan / menangisi
Kristus yang menderita. Ia tidak membutuhkan / menginginkan belas kasihan /
tangisan saudara. Ia menginginkan iman dan pertobatan saudara. Bertobatlah dan
percayalah kepada Dia, atau bencana dan hukuman kekal yang menimpa orang-orang
Yahudi pada jaman itu akan menimpa saudara. Kiranya Tuhan memberkati saudara
semua.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar