I) Arah hidup Paulus.
1) Manusia lahiriah Paulus semakin merosot
(2Kor 4:16).
‘Manusia lahiriah’
bukan menunjuk kepada ‘manusia lama’, tetapi kepada ‘tubuh’. Keadaan makin
merosot ini tentu bukan hanya berlaku atas diri Paulus, tetapi juga atas semua
manusia, termasuk saudara dan saya. Tidak ada orang yang tambah lama tambah
kuat atau tambah lama tambah sehat! Semua orang menjadi makin tua, makin lemah,
dan makin sakit-sakitan!
2) Paulus mengalami penderitaan.
2Kor 4:17 -
‘Sebab penderitaan
ringan yang sekarang ini’. Ini terjemahan yang kurang tepat.
NIV: ‘For our light and momentary troubles’
(= Karena kesukaran / penderitaan kita yang ringan dan sementara).
RSV: ‘For this slight momentary
affliction’ (= Karena penderitaan sementara yang ringan ini).
KJV: ‘For our light affliction, which is but
for a moment’ (= Karena kesukaran / penderitaan kita yang ringan, yang
hanya untuk sementara).
NASB: ‘For momentary, light affliction’
(= Karena penderitaan ringan dan sementara).
Sekalipun dalam
2Kor 4:17 ia mengatakan bahwa penderitaannya ringan dan bersifat
sementara, tetapi sebetulnya penderitaannya ini:
a) Sama sekali tidak ringan.
Bdk.
2Kor 5:4a - “Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita
mengeluh oleh beratnya tekanan”. Bandingkan juga dengan:
· 1Kor 4:9-13 - “(9) Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan
kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang
yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia,
bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. (10) Kami bodoh oleh karena Kristus,
tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia,
tetapi kami hina. (11) Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang,
dipukul dan hidup mengembara, (12) kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.
Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; (13) kalau
kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan
sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini”.
· 2Kor 1:8-9 - “(8) Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu
tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia
Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu
berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. (9) Bahkan kami
merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi,
supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya
kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati”.
· 2Kor 11:23-29 - “(23) Apakah mereka pelayan Kristus? - aku berkata
seperti orang gila - aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih
sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
(24) Lima kali
aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25)
tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami
karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. (26) Dalam
perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari
pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota , bahaya di padang
gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27)
Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku
lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28)
dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu
untuk memelihara semua jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah,
tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku
hancur oleh dukacita?”.
b) Berlangsung terus menerus mulai saat ia
bertobat sampai ia mati.
Ia mengatakan ‘sementara’ untuk
mengkontraskan dengan penderitaan kekal di neraka.
Charles Hodge:
“These afflictions in themselves,
and as they affected Paul’s consciousness, were exceedingly great; ... His
afflictions were not light in the sense of giving little pain. ... They were
not momentary so far as the present life was concerned. They lasted from his
conversion to his martyrdom” (= Penderitaan ini sendiri, dan
ketika penderitaan itu menyerang kesadaran Paulus, adalah sangat hebat; ...
Penderitaannya tidak ringan dalam arti bahwa penderitaan itu memberikan rasa
sakit hanya sedikit. ... Penderitaan itu tidaklah bersifat sementara sejauh
hidup yang sekarang ini yang dipersoalkan. Penderitaan itu berlangsung mulai
saat pertobatannya sampai ia mati syahid) - hal 479-480.
3) Jauh dari Tuhan.
2Kor 5:6b -
‘kami masih jauh dari
Tuhan’.
KJV/NASB: ‘we are absent from the Lord’ (= kami
absen dari Tuhan).
RSV/NIV: ‘we are away from the Lord’
(= kami jauh dari Tuhan).
Calvin: “‘We are absent from the Lord.’
Scripture everywhere proclaims, that God is present with us: Paul here teaches,
that we are absent from him. This is seemingly a contradiction; but this
difficulty is easily solved, when we take into view the different respects, in
which he is said to be present or absent. ... He is present with his believing
people by the energy of His Spirit; he lives in them, resides in the midst of
them, nay more, within them. But in the mean time he is absent from us,
inasmuch as he does not present himself to be seen face to face, because we are
as yet in a state of exile from his kingdom, and have not as yet attained that
blessed immortality, which the angels that are with him enjoy”
(= Kita absen dari Tuhan. Kitab Suci dimana-mana menyatakan bahwa Allah hadir
dengan kita: Paulus di sini mengajarkan bahwa kita absen dari Dia. Ini
kelihatannya merupakan kontradiksi; tetapi kesukaran ini mudah untuk
diselesaikan, pada waktu kita memperhatikan sudut pandang yang berbeda dimana
Ia dikatakan hadir atau absen / tidak hadir. ... Ia hadir bersama umatNya yang
percaya oleh kekuatan RohNya; Ia hidup di dalam mereka, tinggal di
tengah-tengah mereka, bahkan lebih dari itu, Ia tinggal di dalam mereka. Tetapi
sementara itu Ia absen dari kita, karena Ia tidak menghadirkan diriNya sendiri
untuk dilihat muka dengan muka, karena kita masih ada dalam keadaan pengasingan
dari kerajaanNya, dan belum mencapai ke-tidak-bisa-binasa-an yang mulia, yang
dinikmati oleh para malaikat yang bersama dengan Dia) - hal 220-221.
Dalam
penjelasannya tentang 2Kor 5:7 Calvin berkata: “He
states the reason, why it is that we are now absent from the Lord - because we
do not as yet see him face to face. (1Cor. 13:12.) The manner of that absence
is this - that God is not openly beheld by us”
[= Ia menyatakan alasan, mengapa kita sekarang absen dari Tuhan - karena kita
belum melihatNya muka dengan muka. (1Kor 13:12). Cara ke-absen-an /
ketidak-hadiran itu adalah ini - bahwa Allah tidaklah terlihat secara terbuka
oleh kita] - hal 221.
Bdk. 1Kor 13:12
- “Karena
sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi
nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan
tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku
sendiri dikenal”.
4) Mati.
2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika
kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan
suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal,
yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
2Kor 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan
terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.
a) ‘kemah’.
Tubuh yang
sekarang ini disebut ‘kemah’ untuk
menunjukkan bahwa itu hanya bersifat sementara (bdk. 2Pet 1:13-14). Ini
dikontraskan dengan ‘suatu tempat kediaman di sorga
bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh
tangan manusia’ (5:1b). NASB: ‘a
building from God, a house not made with hands, eternal in
the heavens’ (= suatu bangunan dari Allah, suatu rumah yang
tidak dibuat oleh tangan, kekal di surga).
Bandingkan juga
dengan Luk 16:9 yang sekalipun menggambarkan surga dengan sebutan ‘kemah’
tetapi menambahkan kata ‘abadi’. Juga
bandingkan dengan Ibr 9:11 yang juga menyebutkan surga dengan istilah ‘kemah’,
tetapi menambahkan kata-kata ‘yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini’.
b) ‘dibongkar’.
NASB: ‘is torn down’ (= dibongkar /
dirobohkan).
RSV/NIV: ‘is destroyed’ (= dihancurkan).
KJV: ‘were dissolved’ (= larut / hancur).
Kata-kata ‘kemah tempat kediaman kita di
bumi ini dibongkar’ maupun kata-kata ‘beralih dari tubuh ini’ artinya sama,
yaitu ‘mati’.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· Yes 38:9-12 - “(9) Karangan Hizkia, raja Yehuda, sesudah ia sakit
dan sembuh dari penyakitnya: (10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku
harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya
dari hidupku. (11) Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang
yang hidup; aku tidak akan melihat seorangpun lagi di antara penduduk dunia.
(12) Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala;
seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; TUHAN
memutus nyawaku dari benang hidup”.
· 2Pet 1:13-15 - “(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap
mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah
tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan
kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku
itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.
Jelas bahwa
bukan hanya Paulus yang pasti mengalami kematian. Kita semua, termasuk saudara,
juga demikian!
Penerapan: apakah saudara pernah
memikirkan bahwa suatu saat, lambat atau cepat, saudara pasti mati? Siapkah
saudara kalau kematian itu terjadi saat ini?
Bdk. Maz
90:10,12 - “(10) Masa hidup kami 70 tahun dan jika kami kuat,
80 tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya
buru-buru, dan kami melayang lenyap. ... (12) Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”.
5) Menghadap takhta pengadilan Kristus.
2Kor 5:10 -
“Sebab kita semua
harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh
apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat”.
a) Kristus akan menjadi Hakim
pada akhir jaman; ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah.
Charles
Hodge: “As Christ is to be
the judge, as all men are to appear before him, as the secrets of the hearts
are to be the grounds of judgment, it is obvious that the sacred writers
believed Christ to be a divine person, for nothing less than omniscience could
qualify any one for the office here ascribed to our Lord”
(= Karena Kristus akan menjadi Hakim, karena semua orang akan menghadap di
hadapanNya, karena rahasia dari hati adalah dasar penghakiman, jelaslah bahwa
penulis-penulis sakral / kudus percaya bahwa Kristus adalah Pribadi ilahi,
karena hanya kemaha-tahuan yang bisa memenuhi syarat bagi siapapun untuk
jabatan / tugas yang di sini dianggap sebagai milik Tuhan kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 501.
b) Menghadap takhta pengadilan
Kristus.
Bukan hanya
Paulus yang akan menghadap takhta pengadilan Kristus, semua orang, termasuk
saudara, juga demikian! Kalau saudara sudah percaya kepadaNya, saudara tidak
usah takut menghadapi hal itu.
1Yoh 4:17-18
- “(17)
Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita
mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti
Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. (18) Di dalam kasih yang sempurna tidak
ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan
mengandung hukuman dan barangsiapa takut ia tidak sempurna di dalam kasih”.
Tetapi kalau
saudara belum percaya kepada Yesus, celakalah saudara pada waktu itu!
II) Hidup Paulus tetap benar. Mengapa bisa demikian?
1) Paulus tidak tawar hati.
2Kor 4:16 -
“Sebab itu kami tidak
tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun
manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”.
Mengapa Paulus
bisa tidak tawar hati?
a) Karena ia percaya adanya kebangkitan
orang mati.
2Kor 4:14
- “Karena kami tahu,
bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga
bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan
kamu kepada diriNya”.
b) Karena ia percaya manusia
batiniahnya diperbaharui dari hari ke hari.
2Kor 4:16b
- ‘manusia batiniah kami
dibaharui dari sehari ke sehari’.
TB2: ‘manusia batiniah kami diperbarui
dari hari ke hari’.
Tetapi benarkah
manusia batiniah kita diperbarui dari hari ke hari? Bukankah kita sering merasa
ada saat-saat dimana manusia batiniah kita justru makin merosot?
Pulpit
Commentary: “Day by day? Ah!
are there not idle days, apparently useless days, even days when prayer and
holy service seem a burden? Doubtless; but we must not conclude that these
seasons are altogether unprofitable. If we are learning nothing else, we are
learning how weak and impotent we are, and how unreliable are our constitution
and habits except we have daily renewing grace”
(= Hari demi hari? Ah, apakah di sana
tidak ada hari-hari yang sia-sia / terbuang percuma, kelihatannya merupakan
hari-hari yang tak berguna, bahkan hari-hari dimana doa dan kebaktian /
pelayanan kudus kelihatan sebagai suatu beban? Tidak diragukan; tetapi kita
tidak boleh menyimpulkan bahwa saat-saat ini sama sekali tidak bermanfaat. Jika
kita tidak sedang belajar sesuatu apapun, maka kita sedang belajar betapa lemah
dan tak berdayanya kita, dan betapa tak dapat dipercayanya komponen-komponen
yang membentuk kita dan kebiasaan kita kecuali kita mendapatkan kasih karunia
yang memperbaharui kita setiap hari) - hal 99-100.
c) Karena ia menganggap
penderitaannya ringan dan bersifat sementara (2Kor 4:17. Lihat pembetulan
terjemahan di atas pada point I,2).
Kata ‘ringan’ dalam
2Kor 4:17 ini hanya dalam perbandingan dengan kemuliaan yang akan datang
(dikontraskan dengan kata ‘weight’ dalam
terjemahan NASB/Lit). Demikian juga kata ‘sementara’
tidak berarti ‘cuma
sebentar’ tetapi dikontraskan dengan kata ‘kekal’.
Charles
Hodge: “These afflictions
in themselves, and as they affected Paul’s consciousness, were exceedingly
great; ... His afflictions were not light in the sense of giving little pain.
... It was only by bringing these sufferings into comparison with eternal
glory that they dwindled into insignificance. So also when the apostle says
that his afflictions were but for a moment, it is only when compared with
eternity. They were not momentary so far as the present life was concerned.
They lasted from his conversion to his martyrdom”
(= Penderitaan ini sendiri, dan ketika penderitaan itu menyerang kesadaran
Paulus, adalah sangat hebat; ... Penderitaannya tidak ringan dalam arti bahwa
penderitaan itu memberikan rasa sakit hanya sedikit. ... Hanya dengan
membandingkan penderitaan ini dengan kemuliaan kekal maka penderitaan itu
menjadi kecil sehingga tidak berarti. Begitu juga ketika sang rasul berkata
bahwa penderitaannya hanya sebentar / singkat, itu hanya pada waktu
dibandingkan dengan kekekalan. Penderitaan itu tidaklah bersifat sementara
sejauh hidup yang sekarang ini yang dipersoalkan. Penderitaan itu berlangsung
mulai saat pertobatannya sampai ia mati syahid) - hal 479-480.
d) Karena ia percaya
penderitaannya mengerjakan kemuliaan baginya.
2Kor 4:17
- ‘mengerjakan bagi
kami’.
Lit: ‘works for us’.
Alangkah
berbedanya sikap Paulus di sini dengan sikap Yakub dalam Kej 42:36, dimana
Yakub berkata: ‘Aku inilah yang menanggung segala-galanya’.
Ini salah terjemahan.
NIV: ‘Everything is against me’ (= Segala
sesuatu menentang aku).
KJV/NASB: ‘all these things are against me’
(= Semua hal ini menentang aku).
Adam Clarke:
“All these things are against me,
said poor desponding Jacob; whereas, instead of being against him, all
these things were for him” (= Semua hal-hal
ini menentang aku, kata Yakub yang putus asa; padahal semua hal-hal itu
bukannya menentang dia, tetapi untuk dia).
Pulpit
Commentary:
· “So
God’s providences are often misinterpreted by his saints”
(= Demikianlah providensia Allah sering disalah-mengerti / disalah-tafsirkan
oleh orang-orang kudusNya).
· “How
often the believer says, ‘All these things are against me.’ when he is already
close upon that very stream of events which will carry him out of his distress
into the midst of plenty, peace, and joy of a healed heart in its recovered
blessedness” (= Betapa sering orang percaya
berkata: ‘Semua hal ini menentang aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran
peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke
tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan dalam
keberkatan yang dipulihkan).
Pada saat itu
Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa dimana
ia bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengerjakan
baginya pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat seperti itu ia justru
menjadi putus asa, dan mengira bahwa segala sesuatu menentangnya.
Bagi kita,
karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya
Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap
gulita, sehingga ia menjadi putus asa.
Penerapan:
Kalau saudara adalah seorang anak Tuhan yang sungguh-sungguh, maka Tuhan tidak
pernah dan tidak akan pernah bekerja menentang saudara. Sebaliknya Ia
selalu bekerja untuk saudara! Bdk. Ro 8:28 (KJV): “... all things work together for
good to them that love God” (= ... segala sesuatu bekerja
bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah).
Karena itu
kalau saudara adalah anak Allah, dan pada saat ini segalanya kelihatan gelap
gulita bagi saudara, jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah
mengarahkan semua itu pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti
Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan
saudara!
e) Ia tidak memperhatikan yang
kelihatan / yang sementara tetapi yang tidak kelihatan / yang kekal.
2Kor 4:18
- “Sebab kami tidak
memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang
kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.
2) Tabah.
2Kor 5:6,8
- ‘tabah’.
NASB/RSV: ‘good courage’ (= tabah / teguh hati).
Ini yang diterima oleh Hodge.
NIV/KJV: ‘confident’ (= yakin).
Sekalipun selama
hidup ia tetap jauh dari Tuhan / absen dari Tuhan, tetapi ia tetap tabah /
yakin. Mengapa? Karena ia berjalan / hidup dengan iman bukan dengan
penglihatan.
2Kor 5:7 - “Sebab
hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.
NASB: ‘For we walk by faith not by sight’ (=
Karena kita berjalan dengan iman bukan dengan penglihatan).
NIV: ‘We live by faith not by sight’ (= Kita
hidup dengan iman bukan dengan penglihatan).
Absennya kita
dari Tuhan / jauhnya kita dari Tuhan (2Kor 5:6b) menyebabkan kita harus
berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan.
3) Ia bukan hanya tidak takut mati, tetapi
bahkan rindu pada kematian. Hal ini terlihat dari:
a) 2Kor 5:2-3.
· 2Kor 5:2 - “Selama kita di
dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi (di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini)”.
* Kata-kata yang saya letakkan dalam tanda kurung
itu seharusnya tidak pernah ada. Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris
maupun TB2-LAI bagian itu tidak ada.
*
2Kor 5:2 - ‘mengenakan’.
Rumah di surga itu digambarkan sebagai pakaian (5:3).
Charles
Hodge: “As the house from
heaven is spoken of as a garment, being houseless is expressed by the word
‘naked’” (= Sebagaimana rumah dari surga
dikatakan sebagai pakaian, ‘tidak mempunyai rumah’ dinyatakan oleh kata
‘telanjang’) - hal 494.
· Mengeluh dalam 2Kor 5:2 ini disebabkan
kerinduan pada surga, bukan seperti mengeluh dalam 2Kor 5:4 yang terjadi
karena beratnya penderitaan.
b) 2Kor 5:4b - “karena
kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama”. Ini salah
terjemahan. TB2-LAI juga tidak memperbaiki kesalahan ini.
NASB: ‘because we do not want to be unclothed, but
to be clothed’ (= karena kita tidak mau telanjang, tetapi berpakaian).
Mungkin artinya
sama seperti 5:8 - “terlebih suka kami beralih dari
tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.
Jadi ini
lagi-lagi menunjukkan keinginan untuk mati.
Mengapa Paulus
bisa tidak takut mati, dan bahkan rindu pada kematian?
1. Karena ia yakin akan keselamatannya.
¨
2Kor 5:1 - “Karena kami tahu,
bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah
menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman
yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
Kata ‘tahu’ (bdk.
1Yoh 5:13) menunjukkan bahwa Paulus yakin akan keselamatannya. Demikian
juga semua orang kristen harus yakin akan keselamatannya.
¨
2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah
yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada
kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
Allahlah yang
mempersiapkan kita supaya sesuai dengan rumah di surga itu, dan Ia memberikan
kita Roh KudusNya sebagai jaminan.
Charles
Hodge: “All therefore in
whom the Spirit dwells, i.e. manifests his permanent presence by producing
within them the Christian graces, have the pledge of immediate admission into
heaven when they die, and of a glorious resurrection when the Lord comes”
(= Karena itu semua di dalam siapa Roh itu tinggal, yaitu menyatakan
kehadiranNya yang permanen dengan menghasilkan di dalam mereka kasih karunia
Kristen, mempunyai jaminan tentang ijin masuk ke surga langsung pada waktu
mereka mati, dan tentang kebangkitan yang mulia pada saat Tuhan datang)
- hal 496.
Tetapi
bagaimana ia bisa yakin akan masuk surga padahal 2Kor 5:10 mengatakan: “Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap
orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya
dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”. Bukankah Paulus juga
banyak dosanya seperti yang ia akui sendiri dalam Ro 7:18-19 1Tim 1:15 Gal 1:13
Fil 3:6a dsb? Jelas karena ia percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat
dosanya. Ini menyebabkan ia tidak mungkin bisa dihukum (Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”).
Charles
Hodge: “according to
Scriptures and the doctrine of all Protestant churches, the blood of Jesus
Christ cleanses from all sin, whether committed before or after baptism or
conversion. ... On the ground of the one offering of Christ, by which those who
believe are forever sanctified, (i.e. atoned for,) God does not impute to the
penitent believer his sins unto condemnation. He is not judged by the law or
treated according to its principles, for then no man could be saved. But he is
treated as one for all whose sins, past, present, and future, an infinite
satisfaction has been made, and who has a perpetual claim to that satisfaction
so long as he is united to Christ by faith and the indwelling of his Spirit.
... The sacrifice of Christ avails for the sins committed from the foundation
of the world to the final consummation. It affords a permanent and all-sufficient
reason why God can be just and yet justify the ungodly”
[= menurut Kitab Suci dan doktrin / ajaran semua gereja-gereja Protestant,
darah Yesus Kristus menyucikan / membersihkan dari semua dosa, apakah itu
dilakukan sebelum atau sesudah baptisan atau pertobatan. ... Berdasarkan satu
korban Kristus, dengan mana mereka yang percaya dikuduskan (yaitu ditebus)
untuk selamanya, Allah tidak memperhitungkan kepada orang percaya yang sudah
menyesal / bertobat dosa-dosanya kepada penghukuman. Ia tidak dihakimi oleh
hukum atau diperlakukan menurut prinsip-prinsip dari hukum itu, karena kalau
demikian tidak ada orang yang bisa diselamatkan. Tetapi ia diperlakukan sebagai
seseorang untuk siapa dosa-dosanya, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan
datang, telah dibuatkan pelunasan / penebusan yang tak terbatas, dan yang
mempunyai hak yang kekal terhadap pelunasan / penebusan itu asalkan ia
dipersatukan dengan Kristus oleh iman dan penghunian RohNya. ... Korban Kristus
bermanfaat untuk dosa-dosa yang dilakukan sejak penciptaan dunia sampai akhir
jaman. Itu memberikan alasan yang kekal dan mencukupi segala sesuatu mengapa
Allah bisa adil dan tetap membenarkan orang yang jahat] - ‘I & II Corinthians’, hal 502-503.
2. Karena ia percaya bahwa
begitu ia mati, ia langsung masuk surga.
¨
2Kor 5:1 - “Karena kami tahu,
bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah
menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman
yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
NIV/NASB: ‘we have a building from God’.
Perhatikan kata
‘have’ yang ada dalam present tense. Ini menunjukkan bahwa
begitu kita mati kita langsung mendapatkan rumah itu.
Charles
Hodge: “The present tense,
EKHOMEN, is used because the one event immediately follows the other; there is
no perceptible interval between the dissolution of the earthly tabernacle and
entering on the heavenly house. As soon as the soul leaves the body it is
in heaven. ... The soul therefore at death enters a house whose builder is God”
(= Present tense, EKHOMEN, digunakan
karena peristiwa yang satu langsung mengikuti yang lain; di sana tidak ada selang waktu yang terlihat di
antara hancurnya kemah duniawi dan masuknya ke rumah surgawi. Begitu jiwa
meninggalkan tubuh, jiwa itu ada di surga. ... Karena itu pada saat
kematian jiwa memasuki suatu rumah yang pembangunnya adalah Allah) -
hal 489.
¨
5:8b: ‘terlebih suka kami beralih dari
tubuh ini untuk menetap pada Tuhan’.
NASB: ‘to be at home with the Lord’ (= ada di
rumah bersama Tuhan).
NIV: ‘at home with the Lord’ (= di rumah
bersama Tuhan).
Lit: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke
rumah kepada Tuhan).
Jadi, ini
menunjukkan bahwa bagi Paulus ‘mati’
sama dengan ‘pulang ke
rumah Bapa’ dan ini menunjukkan bahwa begitu seorang kristen mati ia
langsung masuk surga.
Catatan:
bagian ini juga menunjukkan bahwa keinginannya untuk mati, bukanlah sekedar
merupakan keinginan yang bersifat egois untuk bebas dari segala penderitaan
duniawi, tetapi karena ia ingin bersama dengan Tuhan. Bdk. Fil 1:23 - “aku
ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus”.
Charles
Hodge: “The soul of the
believer does not cease to exist at death. It does not sink into a state of
unconsciousness. It does not go into purgatory; but, being made perfect in
holiness, it does immediately pass into glory. As soon as it is absent from the
body, it is present with the Lord” (= Jiwa dari orang
percaya tidak berhenti ada pada saat kematian. Jiwa itu tidak tenggelam /
terbenam ke dalam keadaan tidak sadar. Jiwa itu tidak pergi ke api penyucian;
tetapi, setelah disempurnakan dalam kekudusan, jiwa itu langsung masuk ke dalam
kemuliaan. Begitu jiwa itu absen dari tubuh, jiwa itu hadir bersama Tuhan)
- hal 488-489.
3. Karena tanpa kematian ia tidak bisa
masuk surga.
Calvin: “they feel this life to be a
burden, because in it they cannot enjoy true and perfect blessedness, because
they cannot escape from the bondage of sin otherwise than by death, and hence
they aspire to be elsewhere” (= mereka merasa hidup ini
sebagai suatu beban, karena mereka tidak bisa melepaskan diri dari belenggu
dosa selain oleh kematian, dan karena itu mereka ingin ada di tempat lain)
- hal 218-219.
Bdk.
1Kor 15:50 - ‘daging dan darah tidak mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah’. Karena itu harus mati dulu baru bisa masuk
surga.
4) Baik hidup atau mati Paulus berusaha
menyenangkan Tuhan.
2Kor 5:9 - “Sebab
itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami
diam di luarnya, supaya kami berkenan kepadaNya”.
NASB: ‘Therefore also we have as our ambition,
whether at home or absent, to be pleasing to Him’ (= Karena itu juga kita
mempunyai sebagai ambisi kita, apakah di rumah atau absen, untuk
memperkenan / menyenangkan Dia).
Bdk. Ro 14:8 - “Sebab jika
kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.
Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”.
Penerapan:
apakah saudara mempunyai ambisi untuk menyenangkan Tuhan. Atau hanya ambisi
untuk sukses secara duniawi, menjadi kaya, dsb.?
Mengomentari
tentang 2Kor 5:10 (menghadap takhta pengadilan Kristus), William Barclay
berkata: “Even when Paul was
thinking of the life to come, he never forgot that we are on the way not only
to glory, but also to judgment” (= Bahkan pada
waktu Paulus sedang berpikir tentang kehidupan yang akan datang, ia tidak
pernah melupakan bahwa kita ada dalam jalan bukan hanya menuju kemuliaan,
tetapi juga menuju penghakiman) - hal 206.
Memang penebusan
Kristus menyebabkan kita yang percaya kepadaNya tidak lagi bisa dihukum, tetapi
pahala di surga tergantung pada kehidupan kita. Makin kita hidup memperkenan
Allah, makin besar pahala kita, dan sebaliknya. Karena itu Paulus berusaha
untuk hidup berkenan kepada Allah (2Kor 5:9). Kita seringkali cuma
memikirkan tentang masuk surganya, sehingga kita cuma kepingin mati, tetapi
kita tidak berusaha memperkenan Allah.
Penutup.
Semua orang mengalami kemerosotan
secara jasmani, mengalami penderitaan, dan akhirnya akan mati dan menghadap
pengadilan Kristus.
Kita bisa menghadapi semua itu
dengan cara yang salah, misalnya:
·
dengan tetap tidak mau percaya kepada Yesus.
·
dengan menjadi kecewa dan putus asa.
·
dengan mengarahkan hidupnya pada hal-hal
duniawi, khususnya uang.
·
dengan berjalan dengan penglihatan, bukan dengan
iman.
·
dengan hidup memperkenan diri sendiri, bukan
memperkenan Allah.
·
dengan sikap takut pada kematian dan pada
penghakiman akhir jaman.
Tetapi kita juga bisa menghadapi
semua itu dengan cara yang benar, seperti yang dilakukan oleh Paulus. Yang mana
yang saudara pilih?
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar