Ibr 6:19-20 - “(19)
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (20) di mana Yesus telah masuk sebagai
Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar
sampai selama-lamanya”.
Yoh 14:1-6 - “(1)
‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.
(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan
ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau
pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya:
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
I) Pengharapan.
Dalam pembicaraan sehari-hari kalau kita menggunakan kata ‘pengharapan’ atau ‘berharap’, maka itu tidak menunjuk pada suatu kepastian, tetapi hanya
merupakan suatu keinginan yang bisa terjadi, tetapi bisa juga tidak.
Misalnya:
1) Si A berharap
untuk menjadi dokter, tetapi ternyata lulus SMApun tidak bisa.
2) Kita berharap
gereja kita bertumbuh menjadi 500 orang, tetapi ternyata sampai sekarang cuma
100 orang.
Dalam Kitab Sucipun kata ‘pengharapan’ sering digunakan dalam arti seperti itu.
Misalnya:
a) Amsal 11:7
- “Pengharapan orang fasik
gagal pada kematiannya, dan harapan orang jahat menjadi sia-sia”.
b) Yes 20:5
- “Maka orang akan terkejut dan
malu karena Etiopia, pokok pengharapan mereka, dan karena Mesir,
kebanggaan mereka”.
Tetapi dalam Kitab Suci seringkali kata ‘pengharapan’ digunakan dalam arti yang pasti, atau bisa diartikan sebagai ‘keyakinan’.
Misalnya:
1. Kis 24:15
- “Aku menaruh pengharapan
kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang
mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar”.
2. Ro 5:2
- “Oleh Dia kita juga beroleh jalan
masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita
berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan
Allah”.
Dalam arti seperti itulah kata ‘pengharapan’ digunakan dalam Ibr 6:19-20 ini.
Ibr 6:19-20 - “(19) Pengharapan itu
adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke
belakang tabir, (20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita,
ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai
selama-lamanya”.
Bagi orang kristen, pengharapan akan keselamatan / masuk surga bukan
sekedar suatu pengharapan dalam arti bisa terjadi, bisa juga tidak. Bagi orang
kristen, pengharapan bukan berarti ‘mungkin’, atau ‘mudah-mudahan’, atau ‘kemungkinan besar’. Sama sekali tidak! Dalam agama lain tidak ada kepastian
keselamatan. Mengapa? Karena semua agama lain mendasarkan keselamatannya pada
perbuatan baik. Setidaknya perbuatan baik mempunyai andil dalam keselamatan
mereka. Dan karena tidak seorangpun bisa tahu berapa banyaknya dosa maupun
perbuatan baiknya, maka jelas bahwa dalam agama lain tidak mungkin ada seorangpun
yang bisa yakin akan keselamatannya. Tetapi dalam kekristenan ada kepastian
keselamatan. Pengharapan untuk masuk surga bukan cuma ‘mungkin’,
‘mudah-mudahan’, dsb, tetapi merupakan sesuatu yang pasti. Mengapa?
II) Alasan kepastian keselamatan.
1) Kristen
mendasarkan keselamatan sama sekali bukan pada perbuatan baik, tetapi pada
iman.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri”.
2) Karena
di atas kayu salib Yesus sudah menebus semua dosa kita.
Ini dinyatakan oleh:
a) Kata-kata
‘Sudah
selesai’ di kayu
salib’ (Yoh 19:30).
b) Ayat-ayat
seperti:
1. Yeh 36:25 - “Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.
2. Kol 2:13 - “Kamu
juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat
secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia
mengampuni segala pelanggaran kita”.
3. 1Yoh 1:7,9 - “(7)
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang,
maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus,
AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
4. Tit 2:14 - “yang
telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala
kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri,
yang rajin berbuat baik”.
3) Karena
Yesus sudah bangkit dari antara orang mati.
Kalau Yesus tidak bangkit, itu
menunjukkan bahwa maut sebagai upah dosa (Ro 6:23) belum Ia bereskan, dan
dengan demikian dosa-dosa kita juga belum beres. Tetapi bahwa Ia sudah bangkit
dari antara orang mati, itu menunjukkan bahwa semua dosa kita sudah Ia
bereskan.
4) Karena
kenaikan Yesus ke surga.
Mengapa kenaikan Yesus ke surga
bisa memberi kepastian keselamatan?
a) Kenaikan Yesus ke surga dan diterimanya Ia di
surga oleh Allah Bapa, menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa manusia
memang sudah selesai.
b) Karena Yesus berkata bahwa Ia pergi / naik ke
surga untuk menyediakan / mempersiapkan tempat bagi kita (yang percaya
kepadaNya), dan Ia akan kembali untuk membawa kita ke tempatNya, supaya dimana
Ia berada di situ kita berada.
Yoh 14:1-6 - “(1) ‘Janganlah gelisah hatimu;
percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. (2) Di rumah BapaKu banyak
tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah
pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
(4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya:
‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke
situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
c) Karena Ibr 6:19-20 berkata bahwa Yesus
masuk ke surga sebagai Perintis bagi kita.
Ibr 6:19-20 - “(19) Pengharapan itu adalah sauh
yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang
tabir, (20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika
Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya”.
NIV: ‘(19) We have this
hope as an anchor for the soul, firm and secure. It enters the inner sanctuary
behind the curtain, (20) where Jesus, who went before us, has entered on our
behalf. He has become a high priest forever, in the order of Melchizedek’ [= (19) Kami / kita mempunyai pengharapan
ini sebagai suatu sauh / jangkar untuk jiwa, teguh dan aman / pasti. Itu
(pengharapan tersebut) memasuki ruang maha suci di balik tabir, (20) kemana
Yesus, yang pergi di depan kita / mendahului kita, telah masuk demi kepentingan
kita. Ia telah menjadi Imam Besar selama-lamanya, menurut peraturan
Melkisedek].
Karena penulis surat Ibrani ini menulis kepada orang-orang
Yahudi, maka ia menggunakan Kemah / Bait Suci sebagai gambaran (Calvin, hal
154).
Calvin: “this was shadowed forth formerly
under the Law; for the high priest entered the holy of holies, not in his own
name only, but also in that of the people, ... so that in the person of one man
all entered into the sanctuary together. ... Rightly then does the Apostle
speak, when he reminds them that our high priest has entered into heaven; for
he has not entered only for himself, but also for us” [= ini dulu digambarkan di bawah
hukum Taurat; karena imam besar memasuki ruang maha suci, bukan hanya dalam
namanya sendiri, tetapi juga dalam nama umat / bangsa (Israel), ... sehingga dalam diri satu
orang semua masuk ke dalam ruang maha suci bersama-sama. ... Maka benarlah
kata-kata sang Rasul, pada waktu ia mengingatkan mereka bahwa Imam Besar kita
telah masuk ke dalam surga; karena Ia tidak masuk hanya untuk diriNya sendiri,
tetapi juga untuk kita] - hal 154.
Catatan: Calvin menyebut ‘rasul’ karena ia
beranggapan bahwa penulis surat
Ibrani adalah rasul Paulus. Tetapi hampir semua penafsir-penafsir jaman
sekarang menganggap bahwa Paulus bukanlah penulis dari surat Ibrani.
Calvin: “There is therefore no reason to
fear that access to heaven will be closed up against our faith, as it is never
disjoined from Christ. And as it becomes us to follow Christ who is gone
before, he is therefore called our Forerunner, or precursor” (= Karena itu tidak ada alasan
untuk takut bahwa jalan masuk ke surga akan ditutup terhadap iman kita, karena itu
(surga
/ jalan masuk ke surga)
tidak pernah dipisahkan dari Kristus. Dan karena kita mengikut Kristus yang
telah pergi / masuk ke sana
lebih dulu, karena itu Ia disebut Perintis kita) - hal 154.
Editor dari Calvin’s Commentary: “The prodromoV (PRODROMOS) is one who goes before to
prepare the way for those who follow him. ... He has not only gone to prepare a
place for his people; but he is also their leader whom they are to follow; and where
he has entered they shall also enter. His entrance is a pledge of their
entrance” [= Kata prodromoV / PRODROMOS artinya adalah seseorang yang
berjalan di depan / pergi dahulu untuk mempersiapkan jalan bagi mereka yang
mengikuti dia. ... Ia (Yesus)
bukan hanya pergi untuk mempersiapkan tempat bagi umatNya; tetapi Ia juga
adalah Pemimpin mereka yang harus mereka ikuti; dan kemana Ia telah masuk,
mereka juga akan masuk. Masuknya Dia merupakan jaminan masuknya mereka] - hal 154-155 (footnote).
Karena itulah maka dalam
ay 19nya dikatakan bahwa ‘pengharapan
itu adalah sauh / jangkar yang kuat dan aman bagi jiwa kita’.
Orang-orang Arminian menafsirkan
text yang indah ini sedemikian rupa sehingga menghancurkan kepastian
keselamatan, dan menjadikan ‘pengharapan’ sekedar sebagai suatu keinginan yang
bisa terjadi, bisa juga tidak.
Pulpit Commentary: “The
Divine purpose may have been evinced by supplies of grace so abundant as to
remove all doubt of the possibility of success; yet through the human will
there may be failure; ... faith and patience are the conditions of fulfilment” (= Rencana ilahi mungkin telah
ditunjukkan dengan jelas oleh suplai kasih karunia yang begitu banyak sehingga
menyingkirkan semua keragu-raguan tentang kemungkinan kesuksesan; tetapi
melalui kehendak manusia bisa ada kegagalan; ... iman dan kesabaran adalah
syarat dari penggenapan) - hal 163.
Bandingkan dengan komentar Calvin
di bawah ini, yang betul-betul menunjukkan jaminan keselamatan bagi orang
kristen yang sejati.
Calvin: “It is a striking likeness when
he compares faith leaning on God’s word to an anchor; for doubtless, as long as
we sojourn in this world, we stand not on firm ground, but are tossed here and
there as it were in the midst of the sea, and that indeed very turbulent; for
Satan is incessantly stirring up innumerable storms, which would immediately
upset and sink our vessel, were we not to cast our anchor fast in the deep. ...
Thus when we united to God, though we must struggle with continual storms, we
are yet beyond the peril of shipwreck. Hence he says, that this anchor
is ‘sure’ and ‘stedfast,’ or safe and firm” (= Merupakan suatu kemiripan
yang menyolok pada waktu ia membandingkan iman yang bersandar pada Firman Allah
sebagai suatu jangkar; karena tidak diragukan bahwa selama kita tinggal dalam
dunia ini, kita tidak berdiri pada tanah yang kokoh, tetapi kita
diombang-ambingkan kesana kemari seakan-akan kita ada di tengah-tengah laut,
yang betul-betul sedang bergolak; karena setan / Iblis dengan tak
henti-hentinya membangkitkan sangat banyak badai, yang akan segera membalikkan
dan menenggelamkan kapal kita, seandainya kita tidak membuang / memasukkan
jangkar kita dengan teguh di kedalaman. ... Karena itu pada waktu kita
dipersatukan dengan Allah, sekalipun kita harus bergumul dengan badai yang
terus menerus, tetapi kita berada di luar bahaya kapal karam / kecelakaan
kapal. Karena itu ia berkata bahwa sauh / jangkar ini ‘pasti’ dan
‘teguh’, atau aman dan teguh) - hal 153.
Seorang penafsir lain dari Pulpit
Commentary memberikan komentar yang sangat bertentangan dengan komentar dari
penafsir dari Pulpit Commentary di atas (ingat bahwa Pulpit Commentary mencakup
tulisan dari banyak penulis / penafsir), dengan kata-kata di bawah ini.
Pulpit Commentary: “This
text suggests, first of all, that the Christian life is a life of storm. It is
exposed to storms of persecution, of doubt, of remorse, of inward corruption,
of outward adversity, and to the last great storm of death. But, blessed be
God, believers possess complete security in the midst of these storms” (= Pertama-tama text ini
menunjukkan secara implicit bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan badai. Itu
terbuka terhadap badai penganiayaan, keragu-raguan, penyesalan, kejahatan /
kebejatan di dalam, kesengsaraan luar / lahiriah, sampai pada badai besar
terakhir yaitu kematian. Tetapi terpujilah Allah, karena orang-orang percaya
mempunyai keamanan yang sempurna di tengah-tengah badai-badai ini) - hal 165.
Pulpit Commentary: “This
hope enables the Christian in deep distress to say, ‘Why art thou cast down, O
my soul?’ (Ps. 42:11). And in wildest storms it inspires him to sing, ‘God is
our Refuge and Strength, a very present Help in trouble,’ etc. (Ps. 46:1-3,7)” [= Pengharapan ini memampukan
orang kristen dalam kesukaran / kesusahan / penderitaan yang dalam untuk
berkata: ‘Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku?’ (Maz 42:12). Dan dalam
badai yang paling hebat ini mengilhaminya untuk menyanyi: ‘Allah itu bagi kita
tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat
terbukti’, dst. (Maz 46:2-4,8)] - hal 172-173.
Maz 42:12 - “Mengapa engkau tertekan, hai
jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!”.
Maz 46:2-4,8 - “(2) Allah itu bagi kita tempat
perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
(3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
gunung-gunung goncang di dalam laut; (4) sekalipun ribut dan berbuih airnya,
sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela ... (8) TUHAN semesta alam
menyertai kita, kota
benteng kita ialah Allah Yakub. Sela”.
Merupakan suatu yang menarik bagi saya bahwa
sekalipun pada awal dari Ibrani pasal 6 ini (ay 4-6) terdapat text yang
sering dianggap sebagai dasar bahwa keselamatan bisa hilang / orang kristen
bisa kehilangan keselamatannya, tetapi pada akhir dari Ibr 6 ini diberikan
suatu jaminan keselamatan bagi orang kristen yang sejati. Jadi, yang bisa
murtad dalam ay 4-6 itu, pastilah hanya orang kristen KTP. Orang kristen
yang sejati mempunyai jangkar yang ‘kuat
dan aman’ / ‘pasti dan teguh’. Ini memang tidak berarti bahwa
kita boleh hidup secara sembrono. Jaminan dari Allah tidak membuang tanggung
jawab kita untuk hidup dengan sebaik-baiknya! Tetapi bagaimanapun juga, jaminan
bagi orang percaya itu merupakan jaminan yang mutlak!
Kesimpulan / penutup.
Hari ini kita
merayakan Hari Kenaikan Kristus ke surga. Apakah saudara merayakan dengan suatu
pengharapan / keyakinan bahwa suatu hari kelak, saudara pasti akan masuk ke
surga dan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya?
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar