Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
LUKAS
13:1-9
Pendahuluan:
Kalau kita mendengar berita tentang
kematian yang mengerikan yang di alami seseorang, maka kita sering menganggap
bahwa orang itu mengalami hal itu sebagai hukuman dari Tuhan, karena ia sangat
berdosa di hadapan Tuhan, atau lebih berdosa dibandingkan dengan orang lain
Pandangan seperti ini sudah ada pada
jaman dulu.
I) Pandangan umum pada saat itu.
Pada
jaman itu ada pandangan yang umum yang mengatakan bahwa orang benar / saleh
pasti akan diberkati Tuhan sehingga akan selamat dan baik-baik saja. Sehingga
kalau seseorang terkena bencana yang hebat, apalagi mengalami kematian yang
mengerikan, itu membuktikan bahwa Tuhan tidak berkenan akan hidup orang itu dan
karena itu Tuhan memberikan bencana / kematian itu sebagai hukuman.
Pandangan
ini mirip sekali dengan pandangan banyak orang Kharismatik jaman ini, dan juga
dengan ajaran Theologia Kemakmuran!
Bahwa
pandangan seperti itu merupakan pandangan yang umum pada saat itu bisa terlihat
dari:
· pada waktu Ayub menderita / terkena bencana yang hebat,
teman-teman-nya menganggap bahwa Ayub hidup sangat berdosa dan menyuruhnya
bertobat (bdk. Ayub 4:7 22:4-10).
· dalam Yoh 9:2 ketika murid-murid Yesus melihat orang
yang buta sejak lahirnya, mereka bertanya kepada Yesus: ‘Rabi, siapakah yang
berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan
buta?’
· dalam Kis 28:3-4, ketika Paulus digigit oleh ular
berbisa, orang-orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh!
Juga
dalam Luk 13:1-5 ini diceritakan tentang 2 buah peristiwa yang
menun-jukkan bahwa banyak orang mempunyai pandangan seperti itu:
1) Peristiwa yang diceritakan beberapa orang
kepada Yesus, dimana ada orang-orang Galilea yang dibunuh oleh Pilatus (ay 1).
Mungkin
sekali orang-orang Galilea itu sedang mempersembahkan kor-ban di Bait Allah
ketika mereka dibantai oleh tentara yang disuruh oleh Pilatus ,
sehingga darah mereka tertumpah ke mezbah dan bercampur dengan darah dari
binatang yang sedang dikorbankan kepada Tuhan.
Orang-orang
yang menceritakan peristiwa ini kepada Yesus tidak men-ceritakan peristiwa ini
untuk menunjukkan kekejaman Pilatus , ataupun
untuk menunjukkan bahwa mereka berbelas kasihan kepada orang-orang yang
dibantai itu. Dari jawaban Yesus dalam ay 2-3 terlihat bahwa pada saat
orang-orang itu menceritakannya, mereka mempunyai anggapan bahwa:
· orang-orang itu mengalami kematian yang mengerikan karena
hukum-an Tuhan atas dosa-dosa mereka yang luar biasa hebatnya.
· kalau mereka sendiri (orang-orang yang menceritakan
peristiwa itu kepada Yesus) sekarang masih hidup dan tidak mengalami nasib
seperti orang-orang yang dibantai Pilatus , itu
menunjukkan bahwa mereka lebih baik hidupnya dari orang-orang yang mati secara
mengerikan itu.
2) Peristiwa 18 orang yang mati ditimpa menara
di kolam Siloam (ay 4).
Peristiwa
ini diceritakan oleh Yesus sendiri sebagai tambahan atas cerita yang pertama
tadi, karena Ia tahu bahwa sekalipun kedua peristiwa itu mempunyai perbedaan
(pada peristiwa pertama orang-orang itu mati dibunuh, sedangkan pada peristiwa
kedua orang-orang itu mati karena kecelakaan), tetapi orang-orang itu mempunyai
penafsiran yang sama terhadap peristiwa ini, yaitu bahwa orang-orang itu mati
karena dosa mereka yang hebat.
II) Pandangan Tuhan Yesus.
1) Tuhan Yesus tidak menyetujui pandangan yang
mengatakan bahwa orang yang mengalami kematian yang mengerikan pasti adalah orang
yang sangat berdosa sehingga dihukum oleh Tuhan dengan cara itu. Ini terlihat
dari kata-kata: ‘Tidak! KataKu kepadamu’, yang Ia katakan sampai 2 kali (ay
3,5).
a) Perhatikan bahwa
sekalipun ini adalah pandangan umum, tetapi Ye-sus berani menentangnya secara
terang-terangan. Bagaimana sikap saudara terhadap pandangan umum yang salah,
misalnya:
·
semua agama itu sama.
·
orang kristen tidak boleh fanatik (bdk. Wah 3:15-16).
·
orang kristen harus sembuh dari penyakit.
·
orang bisa sakit pasti karena dirasuk roh jahat dsb.
b) Ketidak setujuan
Yesus terhadap pandangan umum ini memang se-suai dengan Kitab Suci:
·
Kitab Suci memang menunjukkan bahwa kematian yang
mengeri-kan / adanya bencana belum tentu merupakan hukuman atas dosa
orang yang mengalaminya.
Memang
ada orang-orang yang mengalami kematian yang menge-rikan sebagai hukuman Allah
atas dosa-dosanya, seperti:
*
Izebel dalam 2Raja-raja 9:10-37 bdk. 1Raja-raja 21:23.
*
Yudas Iskariot dalam Mat 27:5 dan Kis 1:18.
*
nabi yang diterkam singa dalam 1Raja-raja 13:20-25.
Tetapi
juga ada banyak orang yang mengalami bencana / kematian yang mengerikan bukan
sebagai hukuman Allah atas dosa-dosa mereka, seperti:
*
Ayub.
*
raja Yosia (2Raja-raja 22-23).
*
Elisa (2Raja-raja 13:14).
Sebaliknya,
Kitab Suci juga menunjukkan adanya orang-orang jahat / fasik yang mati dengan
tenang.
Ayub 21:7-15
- “(7)
Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi
bertambah-tambah kuat? (8) Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu
diperhatikan mereka. (9) Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan, pentung
Allah tidak menimpa mereka. (10) Lembu jantan mereka memacek dan tidak gagal,
lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran. (11) Kanak-kanak mereka
dibiarkan keluar seperti kambing domba, anak-anak mereka melompat-lompat. (12)
Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan rebana dan kecapi, dan bersukaria
menurut lagu seruling. (13) Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam
kemujuran, dan dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati.
(14) Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari kami! Kami tidak suka
mengetahui jalan-jalanMu. (15) Yang Mahakuasa itu apa, sehingga kami harus
beribadah kepadaNya, dan apa manfaatnya bagi kami, kalau kami memohon
kepadaNya?”.
· Kitab Suci mengajar bahwa Tuhan mempunyai waktu yang
berbe-da dalam menghukum orang yang berbeda. Misalnya dalam Kej 19:1-29 Sodom
dan Gomora dihancurkan, tetapi dalam Kej 15:12-16 dikatakan bahwa untuk orang
Amori / Kanaan, Ia menunggu 400 tahun lagi!
Tuhan
sering menunda hukuman (ay 6-9), dan Ia mempunyai belas kasihan / kemurahan
hati yang berbeda untuk setiap orang (Ro 9:15,18), sehingga lamanya penundaan
itu bisa berbeda untuk setiap orang.
Karena
itu jelaslah bahwa orang-orang yang masih hidup tidak bisa beranggapan bahwa
orang yang sudah mati pasti lebih berdosa dari diri mereka, karena mungkin saja
mereka yang sebetulnya lebih berdosa, tetapi Tuhan masih menunda penghukumanNya
atas diri mereka.
·
Dalam dunia ini Allah memang membiarkan orang saleh dan
orang jahat hidup bersama-sama, dan mereka sama-sama terbuka ter-hadap bencana
ataupun kematian, bahkan terhadap kematian yang mengerikan.
Dalam
kehidupan yang akan datang, barulah mereka dipisahkan (Mat 25:31-46),
sehingga yang saleh akan bahagia sedangkan yang jahat akan menderita. Pada saat itulah baru kita bisa menilai
siapa yang saleh dan siapa yang jahat dari keba-hagiaan / penderitaan yang
mereka alami.
·
Kalaupun bencana dan kematian yang dialami seseorang itu
adalah hukuman Tuhan, itu jelas belum seluruh hukuman Tuhan, karena masih ada
neraka! Bencana / kematian / penderitaan di dunia itu diberikan oleh Tuhan
hanya supaya kita ‘mencicipi’ hukuman Tuhan! Dan bisa saja si A diberi cicipan
yang lebih banyak dari si B (sehingga si B lebih enak hidupnya dari si A),
sekalipun si B lebih berdosa dari si A!
2) Tuhan Yesus juga berpandangan bahwa bencana /
kematian yang me-ngerikan yang menimpa orang lain, merupakan panggilan untuk
bertobat bagi kita yang masih hidup (ay 3,5)!
Ini
menunjukkan betapa kuatnya dorongan untuk memberitakan Injil dalam diri Tuhan
Yesus! Ia bisa saja hanya menjelaskan bahwa pandang-an umum itu salah, tetapi
tidak menyuruh mereka bertobat. Tetapi
Ia ter-nyata melanjutkan dengan
menyuruh mereka bertobat!
Penerapan:
Gunakan
setiap kesempatan untuk membelokkan pembicaraan pada pemberitaan Injil!
Misalnya kalau seseorang menceritakan kesukaran-kesukarannya kepada saudara,
jangan sekedar menghiburnya, tetapi sekaligus arahkan pembicaraan itu kepada
Injil sehingga orang itu bisa datang / percaya kepada Yesus.
Sekarang
mari kita membahas tentang pertobatan yang ditekankan oleh Tuhan Yesus:
a) Ingat bahwa
saudara yang masih hidup juga adalah orang yang berdosa, dan karena itu, jelas
bahwa saudarapun bisa mengalami bencana / kematian yang mengerikan seperti yang
dialami oleh orang-orang itu. Karena itu, setiap saudara melihat / mendengar
bencana / kematian yang dialami orang lain, renungkanlah kehidupan saudara yang
berdosa, dan bertobatlah!
Pulpit
Commentary:
·
“The fate of the dead was no proof of special sin,
but it was a clear call to repentance addressed to the survivors” (= Nasib dari orang yang mati bukanlah bukti adanya
dosa khusus, tetapi merupakan panggilan bertobat yang nyata yang ditujukan
kepada orang-orang yang masih hidup)
·
“These terrible calamities are allowed to occur, not
that we may uncharitably criticize the conduct of the dead, but that we may
carefully review the conduct of ourselves who survive, and repent before God” (= Bencana-bencana yang mengerikan itu diijinkan
untuk terjadi bukan supaya kita bisa dengan keras mengkritik kelakuan orang
yang sudah mati, tetapi supaya kita yang masih hidup dengan teliti memeriksa
kembali kelakuan kita, dan bertobat di hadapan Allah).
b) Pertobatan
mempunyai 2 aspek.
Ini
terlihat karena kata ‘bertobat’ dalam ay 3 menggunakan kata Yunani yang
berbeda dengan kata ‘bertobat’ dalam ay 5.
·
Kata ‘bertobat’ dalam ay 3 berasal dari kata Yunani
METANOETE.
A. T. Robertson: “metanoeete
... Present active subjunctive of metanoeoo,
to change mind and conduct, linear action, keep on changing” (= METANOEETE ...
Subjunctive aktif dalam bentuk present dari METANOEOO, mengubah pikiran dan
kelakuan, tindakan tetap, terus berubah) - ‘Word Pictures in the New Testament’,
vol 2, hal
185.
·
Kata ‘bertobat’ dalam ay 5 berasal dari kata Yunani
METANOESETE.
A. T. Robertson: “metanoeeseete.
First aorist active subjunctive, immediate repentance in contrast to continued
repentance, metanoeete in Luke
13:3” (= METANOEESEETE. Subjunctive aktif dalam bentuk lampau, pertobatan
sesaat yang kontras dengan pertobatan yang terus menerus, METANOEETE dalam Luk
13:3) - ‘Word
Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 186.
Ini menunjukkan bahwa pertobatan sejati selalu mempunyai 2
aspek:
1. Datang dan percaya
kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Juruselamat saudara. Ini hanya perlu
dilakukan 1 x seumur hidup!
Kristen
adalah satu-satunya agama yang mengajarkan adanya Juruselamat / Penebus (orang
yang membayar hutang dosa saudara).
Dalam
agama-agama lain, manusia harus berusaha membayar hutang dosanya sendiri dengan
kekuatan dan usahanya sendiri! Tetapi kekristenan mengajarkan bahwa Allah
sendiri telah menger-jakan keselamatan untuk kita yaitu dengan jalan menjadi
manusia dan mati di salib untuk menebus dosa kita. Dan karena Allah telah
selesai mengerjakan keselamatan bagi kita, maka tidak ada lagi usaha yang perlu
kita lakukan untuk selamat. Kita hanya perlu percaya bahwa Yesus telah
mengerjakan semua itu bagi kita! Tetapi ingat bahwa sekalipun ini kelihatannya
merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, tetapi ini bukanlah sesuatu yang
remeh, karena kalau saudara tidak melakukannya, saudara pasti akan binasa /
masuk ke neraka! Sudahkah saudara datang dan percaya kepada Yesus sebagai
Juruselamat / Penebus dosa saudara?
2. Senantiasa
berusaha membersihkan diri dari dosa, baik dosa aktif (melakukan apa yang
dilarang oleh Tuhan), maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan
oleh Tuhan), misalnya dengan:
·
memberikan diri dibaptis.
·
rajin ke gereja / berbakti kepada Tuhan.
·
rajin dalam belajar Firman Tuhan / datang dalam Pemahaman
Alkitab.
·
rajin dalam bersaat teduh / berdoa.
·
melayani Tuhan / memberitakan Injil.
·
memberikan persembahan persepuluhan / biasa.
·
berusaha bersekutu dengan sesama saudara seiman.
· membuang semua dusta, kesombongan, percabulan, perzi-nahan,
kemalasan, pencurian, kebencian, kemunafikan, dsb.
Memang
kita diselamatkan hanya karena iman, bukan karena perbuatan baik
(Ef 2:8-9), tetapi orang yang mengaku beriman tetapi tidak mewujudkan iman
itu dengan perbuatan baik, jelas sebetulnya bukanlah orang yang beriman
(Yak 2:17,26).
c) Untuk lebih
menekankan tentang pertobatan, maka Tuhan Yesus lalu menyambung kata-kataNya
dengan memberikan suatu perumpamaan (ay 6-9).
Tujuan
/ penekanan utama dari perumpamaan ini adalah: kalau saudara diberi kesempatan
untuk bertobat, janganlah sia-siakan kesempatan itu dengan mengeraskan hati
saudara, tetapi sebaliknya cepatlah bertobat / bertobatlah sekarang! Kalau
tidak, hukuman pasti akan menimpa saudara!
·
Setelah tidak menghasilkan buah selama 3 tahun (ay 7), pohon
ara itu diberi kesempatan 1 tahun lagi (ay 8-9). Kalau tetap tidak
ber-buah, maka pohon itu akan ditebang.
Tentu
saja ‘1 tahun’ itu tidak boleh diartikan secara hurufiah. Itu adalah suatu jangka
waktu yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri, yang tidak kita ketahui, dan untuk
setiap orang jangka waktunya bisa berbeda-beda. Tetapi bagaimanapun juga, ini
menunjukkan bahwa kesempatan itu terbatas!
Seseorang
mengatakan:
“God
is very patient. However, his patience does not last forever” (= Allah itu sangat sabar. Tetapi, kesabaranNya
tidak berlangsung selama-lamanya).
Ingatlah
bahwa sekalipun Allah itu maha kasih / sabar, tetapi Ia juga suci dan adil,
sehingga ada saatnya Ia akan menghukum orang berdosa yang tidak mau bertobat.
Bandingkan dengan Nahum 1:3 yang berbunyi: “TUHAN
itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari
hukuman orang yang bersalah” dan Ro 2:4-5 yang berbunyi: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya,
kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan
hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada
hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.
·
kita tidak tahu dimana batasan antara 3 tahun (ay 7)
dan 1 tahun (ay 8-9) itu terjadi dalam hidup kita. Itu bisa terjadi pada saat
ini, tetapi juga bisa sudah terjadi dahulu! Siapa tahu saat ini saudara sudah
ada pada hari ke 365 dari waktu 1 tahun itu?
Dua
hal ini sama-sama menekankan perlunya untuk bertobat seka-rang juga! Jangan
sekali-kali menunda pertobatan!
d) Apa yang terjadi
kalau orang yang diberi kesempatan bertobat itu tetap tidak mau bertobat?
·
Ia akan ditebang (ay 9).
·
Ia akan binasa (ay 3,5).
Ay 3,5:
‘kamu semua akan binasa dengan cara demikian’.
RSV /
NASB: ‘you will all likewise perish’.
Kata ‘likewise’ ini bisa ditafsirkan dengan
dua cara:
*
diartikan: ‘dengan cara yang sama’.
Kalau
diambil arti ini, maka akan menjadi seperti terjemahan Indonesia . Tetapi penafsiran ini
tidak masuk akal, karena itu berarti bahwa semua orang itu harus mati dengan 2
cara, yaitu seperti ay 1 dan seperti ay 4.
*
diartikan: ‘juga’.
Kalau
diambil arti ini, maka akan menjadi seperti terjemahan NIV: ‘you too
will all perish’ (= kamu semua juga
akan binasa).
Saya
lebih setuju dengan penafsiran ini.
Jadi,
arti ay 3,5 itu adalah: kalau mereka tidak bertobat, mereka juga akan
binasa (bisa dengan cara yang berbeda).
Penutup:
Di sekitar kita banyak kematian (karena
bencana alam, perang, pembunuhan, penyakit, kecelakaan dsb). Kalau sampai saat
ini saudara yang berdosa masih hidup, itu hanya penundaan hukuman, dan itu
merupakan kesempatan untuk bertobat bagi saudara! Karena itu bertobatlah dengan
datang kepada Kristus dan membuang semua dosa dari hidup saudara. Kalau saudara
terus menolak, celakalah saudara! Perhatikan Ro 2:4-5 sekali lagi.
Roma 2:4-5 - “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa
maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh
kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan
dinyatakan”.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar