Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Pelajaran dasar
I) Pentingnya pelajaran dasar / katekisasi yang baik
Dalam Kis 18:24-28 ada suatu cerita yang menarik
yang menunjukkan betapa pentingnya pelajaran dasar yang baik bagi orang
kristen, apalagi bagi seorang pelayan Tuhan / pemberita Firman Tuhan.
Kis 18:24-28 - “(24) Sementara
itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari
Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal
Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan
bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia
hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di
rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa
dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27)
Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim
surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di
Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna
bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah
orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus
adalah Mesias”.
Cerita ini adalah cerita tentang
seorang yang bernama Apolos. Ada beberapa hal yang diceritakan tentang Apolos
oleh text ini:
1) Asal usul Apolos.
Ay 24: “Sementara itu
datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari
Aleksandria. Ia seorang yang
fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.
Kota Alexandria (Mesir) mempunyai semacam sekolah
theologia dan merupakan pusat ‘ahli theologia’ pada jaman itu. Mungkin sekali Apolos
merupakan lulusan dari sekolah theologia itu.
2) Pengetahuan Apolos.
a) Ia
dikatakan ‘sangat
mahir dalam soal-soal Kitab Suci’.
Yang dimaksud dengan ‘Kitab Suci’ di sini mungkin sekali
hanyalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru belum ditulis. Kalaupun ada
sebagian Perjanjian Baru yang sudah ditulis, mungkin belum dianggap sebagai
Kitab Suci.
b) Juga dikatakan bahwa ia ‘telah menerima pengajaran tentang jalan Tuhan’.
Ay 25a: “Ia telah
menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan”.
1. Kata-kata ‘jalan Tuhan’ (ay 25) ataupun ‘jalan Allah’ (ay 26) jelas
menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2 18:26
19:9,23 22:4 24:14,22).
Kis 9:2 - “dan meminta surat
kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik,
supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan
Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem”.
Kis 19:9,23 - “(9) Tetapi ada
beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan
mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus
meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari
berbicara di ruang kuliah Tiranus. ... (23) Kira-kira pada waktu itu timbul
huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan”.
Kis 22:4 - “Dan aku telah
menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki
dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara”.
Kis 24:14,22 - “(14) Tetapi aku
mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan
menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku
percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam
kitab nabi-nabi. ... (22) Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan
Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: ‘Setibanya kepala pasukan
Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu.’”.
2. Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ (ay 25) dalam bahasa Yunaninya adalah HEN
KATECHEMENOS, dan dari kata KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’
(= katekisasi / pelajaran dasar).
Jadi, Apolos sudah mendapatkan
katekisasi / pelajaran dasar tentang kekristenan.
c) Tetapi lalu dalam ay 25b dikatakan bahwa
ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’.
Ay 25: “Ia telah menerima
pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti
ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes”.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan tentang bagian
ini:
1. Kata-kata
‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu synecdoche (= suatu gaya
bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya, atau sebaliknya).
Misalnya:
·
kalau dikatakan
bahwa Washington memaklumkan perang terhadap Moskow, tentu maksudnya Amerika
Serikat memaklumkan perang terhadap Rusia.
·
Kalau ada
pemberitaan tentang pertandingan sepak bola dan dikatakan ‘Indonesia kalah’,
yang dimaksudkan sebenarnya adalah ‘Kesebelasan Indonesia kalah’.
·
kalau dikatakan ‘mata Tuhan ada di segala tempat’
(Amsal 15:3), maksudnya adalah ‘Allah ada di segala tempat’.
Pada waktu dikatakan ‘baptisan
Yohanes’, tidak mungkin yang dimaksudkan betul-betul hanya baptisan Yohanes
saja. Masakan Apolos yang katanya ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’,
dan yang adalah seorang pengkhotbah itu, hanya tahu tentang baptisan Yohanes
saja? Pasti yang dimaksudkan adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis,
termasuk pengajaran Firman Tuhan yang ia lakukan.
Bdk. Mat 21:23-27 - “(23) Lalu Yesus
masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala
serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?’
(24) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan
kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga
kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. (25) Dari manakah baptisan
Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di
antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata
kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? (26) Tetapi
jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua
orang menganggap Yohanes ini nabi.’ (27) Lalu mereka menjawab Yesus: ‘Kami
tidak tahu.’ Dan Yesuspun berkata kepada mereka: ‘Jika demikian, Aku juga tidak
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.’”.
Dalam text ini terjadi hal yang sama. Tidak mungkin
yang dimaksudkan oleh Yesus dengan ‘baptisan Yohanes’ dalam ay 25 itu
betul-betul hanya ‘baptisan Yohanes saja’. Pasti maksudnya adalah seluruh
pelayanan Yohanes Pembaptis. Demikian juga dalam Kis 18:25 ini. Maksudnya,
Apolos hanya mengetahui pelayanan / pengajaran Yohanes Pembaptis.
2. Kalau
Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelaslah bahwa ia pasti
tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam ajaran Yohanes
Pembaptis.
Yoh 1:29-36 - “(29)
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:
‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (30) Dialah yang
kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah
mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (31) Dan aku sendiripun
mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis
dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ (32) Dan Yohanes memberi
kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati,
dan Ia tinggal di atasNya. (33) Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang
mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau
engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah
itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. (34) Dan aku telah melihatNya dan memberi
kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’ (35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di
situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia
berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.
Yoh 3:26-30 - “(26)
Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang
bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau
telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’
(27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi
dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (28) Kamu sendiri dapat
memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus
untuk mendahuluiNya. (29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki;
tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang
mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu.
Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. (30) Ia harus makin
besar, tetapi aku harus makin kecil”.
3. Sekalipun
Apolos tahu tentang Mesias dan pasti juga mengajarkan tentang Mesias, tetapi,
dari kata-kata ‘ia
hanya mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos
tentang dasar-dasar kekristenan / Injil. Kita tidak bisa tahu dengan pasti apa
yang kurang dalam pengertian dan pengajaran Apolos itu, tetapi sesuatu yang
kurang itu pastilah merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan
dengan kematian atau kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan
Akwila tidak akan terlalu mempersoalkannya. Tetapi kenyataannya, mereka
mempersoalkannya, dan mereka membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarnya
lagi (ay 26).
3) Karunia Apolos.
a) Ia fasih bicara.
Ay 24: “Sementara itu
datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari
Aleksandria. Ia seorang yang
fasih berbicara dan sangat
mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.
b) Ia mempunyai
karunia untuk berdebat.
Ay 28: “Sebab dengan
tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan
dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Memang ay 28 ini menceritakan pelayanannya
setelah pengetahuannya yang kurang itu diperbaiki oleh Priskila dan Akwila (ay
26). Tetapi jelas bahwa karunia ini sudah ada sebelum pengertiannya diperbaiki
oleh Priskila dan Akwila.
4) Apolos melakukan
pelayanan (ay 25-26a).
a) Pertama-tama kita perhatikan bagaimana ia
melakukan pelayanannya.
Ay 25,26,28: “(25) Ia telah
menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara
dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui
baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.
Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah
mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. ... (28) Sebab dengan
tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan
membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Ada semangat, ada keberanian, dan
ada ketekunan. Ini merupakan 3 hal yang sangat penting dalam pelayanan!!
b) Apolos giat dalam memberitakan ‘Injil’.
Ay 25-26a: “(25) Ia telah
menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan
teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan
Yohanes. (26a) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.”.
Dengan pengertian yang mempunyai kekurangan
yang cukup penting itu, Apolos memberitakan ‘Injil’ / mengajar tentang Yesus. Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini
menyebabkan ia mengajarkan hal-hal yang salah / sesat? Kekurangan pengertian
memang memungkinkan terjadinya pengajaran hal-hal yang salah / sesat, tetapi
dalam kasus Apolos ini, tidak terjadi pengajaran hal-hal yang salah / sesat.
Ini terlihat dari ay 25 yang
mengatakan: ‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’.
Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan terjemahan yang kurang tepat. Kata
Yunani yang dipakai di sini adalah AKRIBOS.
KJV menterjemahkan: ‘diligently’
(= dengan rajin / tekun). Ini terjemahan
yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB menterjemahkan: ‘accurately’ (=
dengan akurat / tepat), dan ini terjemahan yang benar.
Jadi, Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah.
Sebaliknya ia mengajar dengan akurat / tepat. Tetapi, ada hal-hal yang
benar dan penting yang tidak dia ajarkan karena keterbatasan / kekurangan pengetahuannya.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Apollos’ message was not inaccurate or
insincere; it was just incomplete” (= Berita / pesan dari Apolos
bukanlah tidak akurat atau tidak tulus; tetapi hanya tidak lengkap).
c) Hasil
pelayanan Apolos.
Kalau saudara ingin tahu hasil dari pelayanan Apolos
pada waktu pengertiannya masih mempunyai kekurangan yang sangat penting itu,
maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh beberapa penafsir sebagai
orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu.
Kis 19:1-7 - “(1)
Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah
pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2)
Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi
percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah
mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau
begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan
Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang
telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya
kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka
mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
(6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
(7) Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang”.
Dari Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma
menghasilkan orang kristen KTP, yang akhirnya diiinjili ulang oleh Paulus
sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.
Mengapa semua ini bisa terjadi
pada seorang lulusan sekolah theologia / pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah:
karena ia mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar yang kurang baik!
5) Priskila dan Akwila memperbaiki kekurangan Apolos dalam
pengertiannya.
Priskila dan Akwila, sekalipun
mereka adalah orang Kristen biasa / awam, tetapi telah mempelajari Injil dari
Paulus, karena di Korintus Paulus tinggal serumah dengan mereka.
Kis 18:1-4 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke
Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila,
yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila,
isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang
Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka
melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka
bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. (4) Dan setiap hari
Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang
Yahudi dan orang-orang Yunani”.
Catatan: Priskila dan Akwila terus menyertai Paulus sampai Kis
18:19 dimana Paulus lalu meninggalkan mereka berdua di Efesus, dan di Efesus
mereka lalu bertemu dengan Apolos.
Priskila dan Akwila membawa
Apolos ke rumah mereka, dan memperbaiki pengertiannya yang kurang itu.
Ay 26b: “Tetapi setelah
Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan
teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.
Ini boleh dikatakan merupakan
pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah
theologia / seorang pengkhotbah! Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a) Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah
theologia, mau diajar lagi tentang pelajaran dasar kekristenan, oleh
orang-orang awam seperti Priskila dan Akwila, menunjukkan kerendahan hatinya
yang luar biasa, yang patut ditiru.
Adam Clarke:
“This
eloquent man, and mighty in the Scriptures, who was even a public teacher, was
not ashamed to be indebted to the instructions of a Christian woman, in matters
that not only concerned his own salvation, but also the work of the ministry,
in which he was engaged. It is disgraceful to a man to be ignorant, when he may
acquire wisdom; but it is no disgrace to acquire wisdom from the meanest person
or thing”
(= Orang yang fasih bicara ini, yang hebat dalam Kitab Suci, yang bahkan adalah
seorang pengkhotbah umum, tidak malu untuk berhutang budi pada pengajaran dari
seorang perempuan Kristen, dalam hal-hal yang bukan hanya berkenaan dengan
keselamatannya sendiri, tetapi juga dengan pekerjaan pelayanan, dalam mana ia
terlibat. Adalah memalukan bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan,
pada waktu ia bisa mendapatkan hikmat; tetapi bukanlah sesuatu yang memalukan
untuk mendapatkan hikmat dari orang atau hal yang paling hina).
Penerapan: apakah saudara malas belajar pelajaran dasar karena
saudara adalah seorang majelis / guru Sekolah Minggu? Tirulah Apolos, yang
sekalipun sudah lulus sekolah theologia, dan sudah menjadi seorang pengkhotbah,
tetapi tetap mau diajar pelajaran dasar lagi.
b) Priskila
dan Akwila tidak merasa minder / takut untuk membenahi seorang pengkhotbah
dalam pengetahuannya yang kurang.
c) Sekarang
mari kita memperhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos.
Ay 26b: “...
setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka
dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia ay 26b ini
kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam ay 25.
Ay 25-26: “(25)
Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara
dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui
baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi
setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan
dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.
Tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani kata yang
digunakan dalam ay 26 berbeda dengan yang digunakan dalam ay 25. Kalau
ay 25 menggunakan kata Yunani AKRIBOS, maka ay 26 menggunakan kata
Yunani AKRIBESSERON, yang merupakan the comparative form (= bentuk
pembanding) atau the comparative adverb (= kata keterangan pembanding) dari
kata Yunani AKRIBOS yang digunakan dalam ay 25. Jadi, kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti ‘dengan akurat’, maka kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 26 seharusnya berarti ‘dengan lebih
akurat’ [RSV/NASB: ‘more
accurately’ (= dengan lebih akurat)].
Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar
kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya dengan akurat. Tetapi
Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos
dengan lebih akurat lagi!
6) Pelayanan
Apolos setelah diperbaiki pengertiannya oleh Priskila dan Akwila.
Ay 27-28: “(27)
Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim
surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di
Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat
berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia
membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa
Yesus adalah Mesias”.
Jelas bahwa ia melanjutkan pelayanannya yang semula,
yaitu memberitakan Injil / Yesus, dan ia melakukannya dengan cara berdebat, dan
lalu dikatakan bahwa ‘oleh
kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang
percaya’ (ay 27b). Kalimat ini diterjemahkan
secara berbeda boleh dikatakan oleh semua Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘who, when he was come, helped them much which
had believed through grace’ (= yang, ketika ia
datang, banyak menolong mereka, yang telah percaya melalui kasih karunia).
RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV ≈ KJV.
Tetapi Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa banyak yang
memperdebatkan, apakah kata-kata ‘through
grace’ (= melalui kasih karunia) itu harus
dihubungkan dengan ‘kebergunaan Apolos’ (seperti dalam terjemahan LAI), atau
dengan ‘telah menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos’
(seperti dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).
Dan ia beranggapan bahwa penekanan dari text ini adalah keberhasilan
pelayanan Apolos, dan karena itu aneh kalau kata-kata ‘through grace’
(= melalui kasih karunia) dihubungkan dengan ‘menjadi percayanya orang-orang
Kristen yang dilayani oleh Apolos. Jauh lebih cocok, kalau kata-kata ‘through grace’
(= melalui kasih karunia) itu dihubungkan dengan keberhasilan / kebergunaan
Apolos. Vincent mempunyai pandangan yang sama dengan Jamieson, Fausset &
Brown.
Albert Barnes juga beranggapan bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui
kasih karunia) bisa dihubungkan
dengan Apolos atau dengan orang-orang Kristen yang telah menjadi percaya.
Tetapi bertentangan dengan Jamieson, Fausset & Brown, ia menganggap bahwa
yang benar adalah yang terakhir (seperti Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).
Adam Clarke malah menganggap bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui
kasih karunia) berhubungan dengan kedua hal itu. Jadi, baik kebergunaan Apolos maupun menjadi percayanya
orang-orang Kristen itu, terjadi oleh kasih karunia. Saya beranggapan bahwa
secara theologis Adam Clarke benar. Tetapi kalau kita menyoroti ay 27 itu, maka
kata-kata ‘through
grace’
(= melalui kasih karunia) hanya bisa
menunjuk kepada salah satu dari kedua hal itu.
Jamieson, Fausset & Brown:
“‘Who,
when he was come, helped them much (was a great acquisition to the Achaian
brethren), which had believed through grace.’ If this is the right way of
rendering the words, it is one of those incidental expressions which show that
faith is being a production of God’s grace in the heart was so current and
recognized a truth that is was taken for granted, as a necessary consequence of
the general system of grace, rather than expressly insisted on. In this sense
the words have certainly been understood by the majority of interpreters. But Grotius,
Bengel, Olshausen, Meyer, Webster and Wilkinson, and Lechler, connect the words
‘through grace’ with Apollos, not with the Corinthian converts-translating
thus: ‘who, when he was come, helped them much through grace who had believed;’
and though once disinclined to this, we now judge it to be the true sense of
the statement. For what the historian tells us is not that Apollos helped the
believers at Corinth, by operating successfully on themselves - to the
enlargement of their knowledge, the furtherance of their faith, their growth in
grace: in that case it might have been quite natural to tell us that it was
those whom the grace of God had first brought into subjection to Christ who
were thus furthered in the divine life by Apollos. But the whole service which
the historian says Apollos rendered to the Corinthian believers, ‘when he was
come’ - or, on his first arrival - consisted in his adding to their numbers
from without, or at least bearing down all opposition from their Jewish
adversaries. And since the whole stress of the statement is laid upon the
success of Apollos’ labours among the unbelieving Jews, it seems more natural
to understand the historian to mean that it was ‘through grace’ that Apollos
carried all before him in his discussions with them, than that he should have
meant to tell us that those who were believers long before he arrived had
‘believed through grace.’” (= ).
Vincent: “‘Through
grace.’ ... Expositors differ as to the connection; some joining ‘through grace
with them which had believed,’ insisting on the Greek order of the words; and
others with ‘helped,’ referring to grace conferred on Apollos. I prefer the
latter, principally for the reason urged by Meyer, that ‘the design of the text
is to characterize Apollos and his work, and not those who believed.’” (= ).
Barnes’ Notes: “‘Which had
believed through grace.’ The words ‘through grace’ may either refer to Apollos,
or to the Christians who had believed. If to him, it means that he was enabled
by grace to strengthen the brethren there; if to them, it means that they had
been led to believe by the grace or favor of God. Either interpretation makes
good sense. Our translation has adopted what is most natural and obvious” (= ).
Catatan: Ketiga
kutipan ini tidak saya terjemahkan karena intinya telah saya berikan di atas.
Kebergunaan Apolos yang hebat ini terjadi di Akhaya
(ay 27). Korintus
adalah ibu kota dari Akhaya. Hebatnya pelayanan Apolos di Akhaya / Korintus
terlihat dari:
a) Di Korintus sampai muncul ‘kelompok Apolos’.
1Kor 1:12 - “Yang aku maksudkan
ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku
dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan
Kristus”.
1Kor 3:4 - “Karena jika yang
seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku
dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia
duniawi yang bukan rohani?”.
Orang-orang Korintus yang suka
grup-grupan sampai ada yang mendewakan dia sedemikian rupa, sehingga menganggap
diri dari grup Apolos. Ini bukan kesalahan Apolos, tetapi kesalahan orang-orang
Korintus itu sendiri. Ada penafsir (The Biblical Illustrator) yang menganggap bahwa
Apolos tak mau datang ke Korintus dalam 1Kor 16:12, sekalipun Paulus
sendiri mendesaknya untuk datang, karena ia tidak senang didewakan! Tetapi penekanan
saya adalah: kalau ia tidak hebat dalam pelayanannya, tidak akan ada orang yang
mau membanggakan diri dengan sebutan ‘kelompok / grup Apolos’!
b) Paulus jelas menganggap dia sebagai pelayan
Tuhan dan rekan kerjanya!
1Kor 3:5-9 - “(5)
Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu
menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan
kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang
menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam
maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya
sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja
Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.
Kesimpulan:
Apolos yang
sudah menerima katekisasi, dan punya perngertian Kitab Suci yang hebat, sudah
berkhotbah dsb, tetapi mempunyai kekurangan dalam pelajaran dasar, ternyata hanya
menghasilkan orang kristen KTP dalam pelayanan yang ia lakukan dengan
mati-matian. Tetapi setelah kekurangan pengertian dasarnya diperbaiki, ia
menjadi orang yang sangat berguna bagi gereja / Tuhan.
Ini menunjukkan
bahwa katekisasi yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal ini
bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara (dan tentunya juga keselamatan
saudara), tetapi juga pelayanan saudara atau iman dan keselamatan dari
orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang katekisasi
(yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb). Saudara harus mementingkan
mutunya!
Kalau katekisasi
yang kurang baik saja bisa mengakibatkan hal-hal seperti itu, bagaimana kalau
saudara tidak pernah ikut katekisasi?
II) Lamanya mengajar pelajaran dasar.
Dari Kis 18:11 kita bisa melihat bahwa di
Korintus Paulus mengajar Firman Tuhan selama 18 bulan atau satu setengah tahun.
Kis 18:11 - “Maka
tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia
mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka”.
Kata ‘di situ’ itu dimana? Bdk. Kis 18:1-2,18 - “(1) Kemudian
Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus
ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia
baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius
telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus
singgah ke rumah mereka. ... (18) Paulus tinggal beberapa hari lagi di
Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke
Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar.
Priskila dan Akwila menyertai dia”.
Jadi, semua ini terjadi di
Korintus, karena baru dalam ay 18 Paulus meninggalkan Korintus.
Sekarang mari kita melihat
beberapa ayat dalam surat Korintus untuk mengetahui apa pandangan Paulus
tentang pelayanannya selama 18 bulan itu di Korintus.
1Kor 3:2,6,10 - “(2) Susulah
yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat
menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. ... (6) Aku
menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. ... (10)
Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai
seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain
membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan,
bagaimana ia harus membangun di atasnya”.
Dalam ay 2 ia mengatakan
bahwa ia hanya memberi mereka susu, bukan makanan keras. Dalam ay 6
ia mengatakan ia hanya menanam (= memberitakan Injil), Apolos yang
menyiram (memberi pelajaran untuk menumbuhkan). Dalam ay 10 ia mengatakan
bahwa ia hanya meletakkan dasar, dan orang lain yang membangun di atas
dasar yang telah ia letakkan itu.
Dalam
waktu yang begitu lama (18 bulan!), ia cuma menanam, meletakkan dasar, dan
memberi susu! Ini menunjukkan bahwa mengajar pelajaran dasar bukanlah hal yang
mudah dan bisa dilakukan dengan cepat-cepat!
Ini
harus dicamkan oleh para pemimpin gereja (majelis dan hamba Tuhan) dan para
pengurus persekutuan, yang selalu ingin cepat-cepat membangun jemaatnya
dengan thema yang muluk-muluk / sukar, padahal di antara jemaatnya banyak bayi
kristen, bahkan banyak orang kristen KTP!
Ini
juga harus dicamkan oleh banyak orang yang tidak senang dengan katekisasi yang
merupakan pelajaran dasar kekristenan, atau yang menghendaki supaya katekisasi
itu dilakukan secara singkat!
Memang satu hal yang paling dibutuhkan untuk belajar
Alkitab / Firman Tuhan adalah ketekunan. Tidak ada jalan pintas dalam belajar
Alkitab, dimana dalam waktu beberapa bulan kita bisa menguasai Alkitab. Kita
harus belajar dengan tekun, sedikit demi sedikit, sampai kita mati dan bertemu
muka dengan muka dengan Pengarang dari Alkitab.
Dan pertama-tama kita harus mempunyai pengertian dasar
yang baik. Saya merencanakan untuk mengkhotbahkan pelajaran dasar di gereja ini
setiap minggu pertama. Datanglah secara rutin, dan juga ajaklah orang-orang
lain, supaya baik saudara maupun mereka juga bisa mempunyai pengertian dasar
yang baik. Tuhan memberkati saudara.
KRISTEN & AGAMA LAIN
Amsal
14:12 - “Ada jalan yang disangka orang
lurus, tetapi ujungnya menuju maut”.
Amsal
16:25 - “Ada jalan yang disangka lurus,
tetapi ujungnya menuju maut”.
Amsal
12:15 - “Jalan orang bodoh lurus dalam
anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak”.
Jalan
orang berdosa bisa benar dalam anggapannya sendiri, lebih-lebih kalau ia
melakukan kebaikan atau mempunyai agama secara lahiriah / sebagai kedok dari
kemunafikannya, atau ia telah melakukan reformasi sebagian dalam kehidupannya,
upacara-upacara agama (misalnya baptisan), dan semangat yang buta (misalnya jihad),
dan sebagainya. Mereka mengkhayalkan bahwa dengan semua ini mereka akan pergi
ke surga (Matthew Henry).
Keil
& Delitzsch: “The rightness
is present only as a phantom, for it arises wholly from a terrible
self-deception; the man judges falsely and goes astray when, without regard
to God and His word, he follows only his own opinions” (= Ke-benar-an
hanya ada sebagai suatu khayalan, karena hal itu muncul sepenuhnya dari suatu
penipuan yang buruk sekali terhadap diri sendiri; orang itu menilai secara salah
dan tersesat, pada waktu, tanpa mempedulikan Allah dan FirmanNya, ia
hanya mengikuti pandangannya sendiri).
Adam
Clarke: “it may be his
own false views of religion: he may have an imperfect repentance, a false
faith, a very false creed; and he may persuade himself that he is in the direct
way to heaven”
(= itu bisa adalah pandangannya yang salah tentang agama: ia bisa mempunyai
pertobatan yang tidak sempurna, suatu iman yang palsu, suatu pengakuan iman
yang sangat salah; dan ia bisa membujuk / meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia
ada dalam jalan yang langsung menuju surga).
Yang
dimaksud dengan ‘jalan’ dalam Amsal 14:12 di atas tentu bukan jalan duniawi,
tetapi jalan secara rohani. Dalam dunia ini ada banyak ‘jalan’, yaitu agama-agama
yang beraneka ragam. Banyak orang yang berkata bahwa semua agama itu sama.
Tetapi ini adalah pendapat yang salah. Memang kalau kita hanya melihat pada
hukum-hukum moral / etika, atau apa yang dilarang dan apa yang diharuskan /
diperintahkan, maka semua agama mempunyai banyak persamaan, dan hanya sedikit
perbedaan. Misalnya: semua agama melarang berdusta, berzinah, membenci /
membunuh, kurang ajar kepada orang tua, dan sebagainya.
Tetapi begitu kita melihat pada doktrin, maka
semua agama berbeda, bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Dan kristen,
kalau itu mau disebut sebagai suatu agama, secara doktrinal merupakan agama
yang paling berbeda dibandingkan dengan agama-agama yang lain.
Penerapan:
Karena itu, kalau ada orang yang tidak senang doktrin, dan hanya senang pada
ajaran-ajaran yang bersifat praktis seperti moral dan etika, sebetulnya tak
terlalu jadi soal bagi orang itu apakah ia beragama kristen atau beragama lain,
apakah ia mengikuti gereja kristen yang benar atau yang sesat.
Dan perbedaan-perbedaan antara Kristen dan
agama-agama lain itu justru merupakan perbedaan-perbedaan yang bersifat prinsip
/ dasar, seperti:
I) Pengakuan terhadap Yesus Kristus.
Agama kristen mempercayai Yesus Kristus sebagai:
1) Tuhan /
Allah.
Istilah ‘Tuhan’ menunjuk pada kedudukan / jabatan,
sedangkan istilah ‘Allah’ menunjuk kepada ‘jenis makhluk’nya. Kristen
mempercayai Yesus baik sebagai Tuhan maupun sebagai Allah!
Sedangkan agama lain / sekte paling-paling hanya
menganggap Yesus sebagai orang yang baik / saleh, atau sebagai nabi.
Dalam hal ini harus diwaspadai ajaran dari sekte
seperti Unitarianisme / Saksi Yehuwa, dan juga dari Gereja Orthodox Syria versi
Bambang Noorsena, yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah ‘Tuhan’
tetapi ‘tuan’, bukanlah ‘Allah’ sungguh-sungguh tetapi hanya ‘allah kecil’.
Ini sesat dan bukan ajaran kristen, karena kristen yang benar mempercayai Yesus
betul-betul sebagai Allah dan Tuhan dalam arti kata yang setinggi-tingginya,
setara dengan Bapa dan Roh Kudus.
Catatan: perlu diketahui
bahwa Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena menyimpang
dalam hal ini dari Gereja Orthodox Syria yang asli.
2) Juruselamat
/ Penebus dosa, yang membayar hutang dosa kita.
Jadi, Kristen mempercayai, sesuai dengan ajaran Kitab
Suci, bahwa Yesus yang adalah Tuhan / Allah sendiri, karena kasihNya kepada
manusia berdosa, mau menjadi manusia, dan lalu menderita dan mati di kayu salib
untuk menebus dosa manusia. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang
dihukum, tetapi Yesus rela menjadi pengganti bagi kita, dan memikul hukuman kita,
sehingga kalau kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan dihukum, tetapi
sebaliknya diselamatkan / diampuni.
Tidak ada agama lain yang mempunyai seorang
Juruselamat / Penebus dosa. Prinsip
dari semua agama-agama lain adalah:
a) Manusia
sendirilah yang harus membayar hutang dosanya sendiri.
Subhadra Bhiksu: A Buddhist Catechism: “No one can be redeemed by another. No
God and no saint is able to shield a man from the consequences of evil doings.
Every one of us must become his own redeemer” (= Tak seorangpun
bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang
bisa membentengi seorang manusia dari konsekwensi dari tindakan jahat. Setiap
orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 590.
b) Allah,
karena Ia adalah maha pengasih dan penyayang, mengampuni manusia berdosa begitu
saja tanpa ada penebusan ataupun penghukuman. Dari sudut pandang Kristen, ini
menunjukkan Allah itu kehilangan keadilanNya.
Catatan: dalam persoalan pengakuan terhadap Yesus Kristus ini,
Katolik sama dengan Kristen, karena Katolik juga mempercayai Yesus sebagai
Tuhan / Allah, maupun sebagai Juruselamat / Penebus dosa.
II) Prinsip kekristenan adalah Allah mencari manusia.
Prinsip dari semua agama lain adalah manusia
mencari Allah (dengan jalan membuang dosa, berbuat baik, berbakti, dsb).
Thomas Arnold:
“The
distinction between Christianity and all other systems of religion consists
largely in this, that in these others, men are found seeking after God, while
Christianity is God seeking after men” (= Perbedaan antara Kekristenan
dan semua sistim agama lain sebagian besar terletak di sini, yaitu bahwa dalam
agama-agama lain, manusia didapati mencari Allah, sedangkan Kekristenan adalah
Allah mencari manusia) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 95.
Untuk bisa mengetahui yang mana prinsip yang benar /
yang sesuai dengan ajaran Kitab Suci kita, mari kita melihat beberapa point di
bawah ini:
1) Kej 3:6-9
- “(6) Perempuan itu melihat, bahwa buah
pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik
hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminyapun memakannya. (7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu,
bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
(8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan
dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya
itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN
Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’”.
Kalau kita melihat dalam
Kej 3 ini, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka mereka
tidak mencari Allah (Kej 3:6-7). Sebaliknya pada waktu mereka
mendengar kedatangan Allah, maka mereka justru bersembunyi (Kej 3:8). Allahlah
yang mencari mereka dengan memanggil: “Di manakah engkau?” (Kej 3:9). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah
tidak tahu dimana mereka berada. Allah hanya mau mereka datang kepadaNya dan
mengaku dosa. Tetapi bagaimanapun juga di sini kita melihat suatu prinsip yang
sudah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa untuk pertama kalinya, yaitu
Allahlah yang mencari manusia dan bukan sebaliknya!
2) Dalam Luk 19:10, Yesus berkata: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.
Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada Yesus,
yang juga adalah Allah sendiri. Jadi ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pada
waktu manusia itu terhilang dalam dosa, Allah mencari manusia untuk
menyelamatkannya.
Bdk. Yeh 34:16 - “Yang hilang akan Kucari,
yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan
Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan
menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Tidak ada domba hilang yang
mencari gembalanya, gembalanyalah yang mencari domba yang hilang itu.
3) Dalam Ro 3:11 dikatakan bahwa: “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari
Allah”.
Ro 3:11 ini perlu dicamkan
khususnya pada waktu kita melihat ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari
Allah, seperti:
·
1Taw 16:11 - “Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah
wajahNya selalu!”.
·
Maz 27:8 - “Hatiku mengikuti firmanMu: ‘Carilah wajahKu’;
maka wajahMu kucari, ya TUHAN”.
·
Maz 105:3-4 - “(3) Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus, biarlah
bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! (4) Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah
wajahNya selalu!”.
·
Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui;
berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
·
Amos 5:4-6 -
“(4) Sebab beginilah firman TUHAN kepada
kaum Israel: ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup! (5) Janganlah kamu
mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba,
sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap.’ (6) Carilah
TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf
bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi
Betel”.
Ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah ini,
tidak menunjukkan bahwa manusia bisa mencari Allah, dan juga tidak menunjukkan
bahwa ada manusia yang mencari Allah. Manusia mungkin sekali ikut agama
tertentu untuk mencari keselamatan. Mereka bisa saja mencari berkat
Tuhan. Tetapi
manusia tidak mungkin mencari Allah.
Tetapi benarkah manusia tidak
akan pernah mencari Allah? Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu
baru bisa terjadi kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di
dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak mencari
manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu
tidak akan mencari Allah.
Jadi, prinsip yang benar tetap
adalah ‘Allah mencari manusia’, bukan ‘manusia mencari Allah’.
III) Keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.
Dalam semua agama-agama lain,
keselamatan didapatkan karena perbuatan baik, atau karena iman /
percaya + perbuatan baik. Jadi, dalam semua agama-agama
lain, perbuatan baik mempunyai andil untuk menyelamatkan manusia / membawa
manusia ke surga.
Untuk menunjukkan hal itu, saya
akan membahas secara singkat prinsip keselamatan dari agama-agama besar dalam
dunia:
1) Yudaisme /
agama Yahudi.
Fritz Ridenour (tentang ajaran Yudaisme / agama Yahudi
tentang ‘keselamatan’): “Anyone, Jew or
not, may gain salvation through commitment to the one God and moral living” (= Siapapun, orang Yahudi atau bukan, bisa
mendapatkan keselamatan melalui komitmen kepada satu Allah dan hidup yang
bermoral) - ‘So What’s
the Difference’, hal 63.
2) Agama Hindu.
Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Hindu): “Man is justified through devotion, meditation, good
works and self-control” (= Manusia
dibenarkan melalui pembaktian, meditasi, perbuatan baik dan penguasaan diri sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 82.
3) Agama
Buddha.
Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama
Buddha): “Man is saved by self-effort only” (= Manusia diselamatkan hanya oleh usaha sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 92.
4) Agama Islam.
Fritz Ridenour (tentang ajaran Islam tentang
‘keselamatan’): “Man earns
his own salvation, pays for his own sins”
(= Manusia memperoleh keselamatannya sendiri, membayar untuk
dosa-dosanya sendiri) - ‘So What’s
the Difference’, hal 72.
Catatan: kata ‘to earn’
sebetulnya berarti ‘memperoleh
karena telah melakukan sesuatu’.
5) Dalam
agama-agama lain secara umum.
Fritz Ridenour:
“Many
religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always
different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation
from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other
religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa,
tetapi solusi mereka selalu berbeda dengan solusi dari kekristenan. Sementara
kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman
kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di salib, agama-agama lain
mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau pemeliharaan
peraturan-peraturan dan hukum-hukum)
- ‘So
What’s the Difference’, hal 17.
6) Agama Katolik.
Dalam persoalan ini Roma Katolik
termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:
a) Baptisan dianggap mutlak perlu untuk
keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.
b) Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa
besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin
dianggap bisa menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat
seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa ketaatan
seseorang punya andil dalam keselamatannya.
c) Dipercaya adanya api penyucian, ke dalam mana
semua ‘orang percaya’ yang kurang sempurna hidupnya, akan masuk; dan surga, ke
dalam mana orang percaya yang kehidupannya memenuhi standard Tuhan, akan masuk.
Bahwa Katolik menekankan
pentingnya perbuatan baik untuk keselamatan / masuk surga, juga bisa terlihat
dari kutipan-kutipan di bawah ini:
·
Fritz Ridenour: “Roman Catholicism teaches that faith is just the
beginning of salvation, so the believer must constantly work throughout his
life to complete the process”
(= Roma Katolik mengajar bahwa iman hanyalah permulaan dari keselamatan,
sehingga orang percaya harus terus menerus bekerja dalam sepanjang hidupnya
untuk melengkapi proses itu) - ‘So What’s
the Difference’, hal 41.
·
Fritz Ridenour: “The Catholic believes that good works are necessary
for salvation” (= Orang
Katolik percaya bahwa perbuatan baik perlu untuk keselamatan) - ‘So What’s the Difference’, hal 45.
·
Fritz Ridenour
(tentang keselamatan dalam Roma Katolik):
“Salvation
is secured by faith plus good works - as channeled through the Roman Catholic
Church” (= Keselamatan
dipastikan oleh iman ditambah perbuatan baik - seperti yang disalurkan melalui
Gereja Roma Katolik) - ‘So What’s
the Difference’, hal 45-46.
Dalam agama kristen / kekristenan, kita
bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Jadi,
dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi
perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita /
membawa kita ke surga.
Bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan
baik sama sekali tidak mempunyai andil dalam keselamatan, terlihat dari
ayat-ayat di bawah ini:
·
Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang
datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ:
‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa,
kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan
keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan,
supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi
kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal
itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka
berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka
menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal
itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di
Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua,
lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan
mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi
percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan
diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul
dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu
lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan
berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak
semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa
lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal
hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia
mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia
sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia
menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau
mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang
tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11)
Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita
akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk.
ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini
ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal
itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
- Ro 3:24,27-28 - “(24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
·
Ro 9:30-32 - “(30)
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain
yang tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran
karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan
mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan
karena iman, tetapi karena perbuatan”.
- Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
·
Gal 3:6-11 - “(6)
Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal
itu kepadanya sebagai kebenaran. (7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup
dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. (8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya
mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman,
telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa
akan diberkati.’ (9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati
bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (10) Karena semua orang, yang
hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis:
‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis
dalam kitab hukum Taurat.’ (11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di
hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang
benar akan hidup oleh iman.’”.
- Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
·
Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia
bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
·
Bahwa perbuatan
baik tidak mempunyai andil dalam keselamatan seseorang, juga bisa terlihat dari
selamatnya penjahat yang bertobat di atas kayu salib, padahal ia hanya percaya
kepada Kristus (pada akhir hidupnya) dan boleh dikatakan tidak mempunyai
perbuatan baik.
Luk 23:42-43 - “(42) Lalu
ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’
(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga
engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Catatan: point terakhir ini, bahwa manusia diselamatkan hanya
melalui iman, akan saya bahas secara lebih terperinci lagi di kemudian hari.
DASAR KEKRISTENAN / INJIL
Hal-hal
yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:
1) Dosa.
2) Hukuman
bagi manusia berdosa.
3) Penebusan oleh Yesus Kristus, melalui
kematian dan kebangkitanNya.
4) Iman / percaya dan pertobatan.
5) Gunanya
perbuatan baik / ketaatan, dan apa hubungan perbuatan baik / ketaatan dengan
iman.
I) Dosa.
1) Pentingnya kesadaran akan dosa.
Dalam
point ini, yang menjadi tujuan saya bukanlah sekedar supaya saudara merasa
bahwa diri saudara adalah orang yang berdosa, tetapi supaya saudara sadar bahwa
diri saudara adalah orang yang penuh dengan dosa, sangat berdosa. Saya ingin
menyadarkan saudara bahwa saudara bukan putih, ataupun abu-abu, ataupun putih
dengan bintik-bintik hitam, tetapi hitam legam! Kesadaran akan dosa seperti itu
adalah sesuatu yang sangat penting, karena kalau kita tidak menyadari bahwa
kita adalah orang yang berdosa seperti itu, maka kita tidak akan merasa butuh
seorang Juruselamat. Orang yang merasa dirinya baik adalah orang yang paling
jauh dari keselamatan / paling tidak bisa diselamatkan.
Bandingkan dengan
ayat-ayat di bawah ini:
·
Ro 10:1-3 - “(1)
Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka
diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa
mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3)
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka
berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak
takluk kepada kebenaran Allah”.
·
Luk 16:15 - “Lalu Ia berkata
kepada mereka: ‘Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah
mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah”.
·
Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa
orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,
Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk
berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang
Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap
syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut
cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh
dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah
dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Perhatikan beberapa
kutipan di bawah ini:
¨ Thomas Carlyle: “The deadliest sins were the
consciousness of no sin” (=
Dosa-dosa yang paling mematikan adalah kesadaran terhadap tidak adanya dosa) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’,
hal 605.
¨ Martin Luther: “The recognition of sin is the beginning
of salvation” (=
Pengenalan akan dosa adalah permulaan dari keselamatan) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 607.
¨ Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than
self-righteousness, or more hopeful than contrition” (= Tidak ada
apapun yang lebih mematikan dari pada perasaan bahwa diri sendiri itu benar,
atau yang lebih memberikan pengharapan dari pada perasaan berdosa) - ‘Morning and Evening’, September 29,
morning.
¨ Anonymous: “There is more
hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (= Ada lebih
banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada
harapan yang ada bagi ‘seorang kudus’ yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’,
hal 345.
Alkitab jelas mengatakan tak ada orang yang baik. Ro
3:12 - “Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”.
Tetapi celakanya, ada banyak
orang yang merasa dirinya baik. Ini adalah ‘orang kudus’ yang menipu dirinya
sendiri. Contohnya adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman
Yesus.
Kesadaran akan dosa sendiri itu
begitu penting, dan karena itu kalau dalam pelajaran ini saudara sepertinya
‘ditelanjangi’ dosa-dosanya, maka:
a) Jangan menjadi marah.
Yak 1:19-22 - “(19) Hai
saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat
untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah; (20) sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan
Allah. (21) Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang
begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di
dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. (22) Tetapi hendaklah kamu
menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian
kamu menipu diri sendiri”.
Kontext dari Yak 1:19 itu adalah dalam urusan
mendengar Firman Tuhan. Jadi ayat itu memperingatkan kita supaya tidak cepat
marah pada saat mendengar Firman Tuhan.
Barnes’ Notes (tentang Yak 1:19): “The particular point here is, however, not
that we should be slow to wrath as a general habit of mind, which is indeed
most true, but in reference particularly to the reception of the truth” (= Tetapi hal
yang khusus / terutama di sini adalah, bukan bahwa kita harus lambat untuk
marah sebagai suatu kebiasaan umum dari pikiran kita, yang memang merupakan
sesuatu yang benar, tetapi berkenaan secara khusus dengan penerimaan
kebenaran).
Barnes’ Notes (tentang Yak 1:19): “We should lay aside all anger and
wrath, and should come to the investigation of truth with a calm mind, and an
imperturbed spirit. A state of wrath or anger is always unfavorable to the
investigation of truth. Such an investigation demands a calm spirit, and he
whose mind is excited and enraged is not in a condition to see the value of
truth, or to weigh the evidence for it” (= Kita harus
mengesampingkan semua kemarahan dan kemurkaan, dan harus datang pada
penyelidikan kebenaran dengan pikiran yang tenang, dan suatu roh yang tenang /
tak terganggu. Suatu keadaan murka atau marah selalu tidak baik / tidak
menguntungkan bagi penyelidikan kebenaran. Penyelidikan seperti itu
menuntut suatu roh yang tenang, dan ia yang pikirannya dikacaukan / diprovokasi
atau dijadikan marah tidaklah dalam suatu keadaan untuk melihat nilai dari
kebenaran, atau untuk menimbang bukti dari kebenaran itu).
Calvin (tentang Yak
1:19): “as long as wrath bears rule there is no
place for the righteousness of God”
(= selama kemarahan memerintah di sana tidak ada tempat untuk kebenaran Allah).
Pada waktu mendengar Firman Tuhan seseorang bisa marah
karena bermacam-macam alasan:
1. Waktu
pergi ke gereja, hatinya sudah sumpek.
Ini bisa terjadi karena banyak
hal. Mungkin karena di rumah bertengkar dengan istri, atau mungkin karena di
jalan dipotong oleh becak / bemo, atau karena bermacam-macam hal lain yang terjadi
sebelum orang itu datang ke gereja. Karena itu penting sekali kita datang ke
gereja agak pagi, sekitar 15 menit sebelum kebaktian mulai, supaya bisa ada
waktu untuk menenangkan diri dari kemarahan tersebut.
2. Khotbah
itu menegur kehidupan saudara.
Misalnya saudara sering korupsi dan pengkhotbahnya
membicarakan hukum ‘jangan mencuri’. Atau saudara sering berzinah, dan
pengkhotbah berbicara tentang hukum ‘jangan berzinah’ dan sebagainya. Saudara
harus belajar untuk mau dengan senang hati mendengar teguran dari Firman Tuhan
yang menyatakan dosa-dosa saudara.
Perhatikan beberapa ayat dari Amsal ini:
·
Amsal 10:17 -
“Siapa
mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran,
tersesat”.
·
Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan;
tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.
·
Amsal 15:5 -
“Orang
bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak”.
·
Amsal 15:10 - “Didikan yang
keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci
kepada teguran akan mati”.
·
Amsal 15:32 - “Siapa
mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan
teguran, memperoleh akal budi”.
Dan juga, saudara harus ingat
bahwa kalau pengkhotbah memberitakan suatu teguran yang didasarkan Firman
Tuhan, maka sebetulnya teguran itu datang dari Tuhan, dan bukan dari
pengkhotbah itu sendiri. Jadi, kalau saudara marah, saudara marah kepada Tuhan,
dan bukan kepada pengkhotbah itu saja.
3. Khotbah
itu menyerang kepercayaan / doktrin / aliran saudara.
Pada waktu saudara mendengar suatu ajaran yang
bertentangan / berbeda dengan apa yang selama ini saudara percayai, jangan
cepat-cepat menerima ataupun menolak / marah. Yang harus dilakukan adalah
mendengar apa argumentasi / dasar Kitab Suci dari ajaran itu, lalu
membandingkannya dengan argumentasi / dasar Kitab Suci dari apa yang selama itu
saudara percayai. Kalau ajaran baru itu mempunyai argumentasi / dasar Kitab
Suci yang lebih baik / kuat, maka saudara tidak boleh marah, atau bersikap acuh
tak acuh, tetapi saudara harus menyesuaikan kepercayaan saudara dengan ajaran
tersebut.
4. Saudara
merasa pengkhotbah itu cuma bisa berkhotbah tetapi dia sendiri tidak melakukan
khotbahnya. Dalam kasus seperti ini, ingat bahwa:
a. Seorang
pengkhotbah harus mengkhotbahkan bukan hanya hal-hal yang bisa dia lakukan,
tetapi juga hal-hal yang belum bisa ia lakukan. Kalau pengkhotbah hanya boleh
mengkhotbahkan apa yang bisa ia lakukan dari Firman Tuhan, maka hanya sedikit
yang bisa ia khotbahkan. Hukum terutama dalam Mat 22:37 tak bisa
dikhotbahkan oleh siapapun, karena tak ada orang yang bisa melakukan hukum itu
dengan sempurna! Seorang pengkhotbah harus mengkhotbahkan seluruh Firman Tuhan,
dan tidak ada pengkhotbah yang bisa melakukan semua yang ia khotbahkan, kalau
ia betul-betul mengkhotbahkan seluruh Firman Tuhan.
Alexander Whyte:
“Only
once did God choose a completely sinless preacher” (= Hanya satu
kali Allah memilih seorang pengkhotbah yang sama sekali tidak berdosa) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 94.
b. Itu
urusan pengkhotbah itu sendiri dengan Tuhan.
Ro 14:12 - “Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”.
c. Saudara
tetap wajib mendengar dan berusaha mentaati ajarannya yang benar itu.
Mat 23:1-3 - “(1)
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya:
(2) ‘Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
(3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala
sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti
perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya”.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi telah ‘menduduki kursi Musa’. Artinya ‘telah menjadi pengajar
Firman Tuhan’. Dalam Mat 23:3b Yesus mengatakan bahwa mereka hanya ‘mengajarkannya tetapi tidak melakukannya’. Tetapi dalam Mat 23:3a,
Yesus tidak menyuruh murid-muridNya supaya tidak mendengar / mentaati mereka,
tetapi sebaliknya, tetap menyuruh mereka mentaati ajaran itu (selama ajaran itu
benar).
Ilustrasi: kalau saudara
bersama-sama teman-teman sekerja saudara sedang bicara dengan keras, bergurau,
sehingga menimbulkan kegaduhan dalam tempat kerja saudara, lalu boss saudara
merasa terganggu, dan ia lalu menyuruh seorang pegawai lain untuk menyuruh
saudara tenang, maka saudara harus menuruti perintah itu, tak peduli pegawai
yang disuruh boss itu sendiri membuat keributan! Kalau ia sendiri ribut, itu
urusan dia dengan boss, tetapi urusan saudara adalah mentaati boss saudara!
Ada saat dimana seseorang bukan
hanya boleh marah, tetapi harus marah, pada saat mendengar suatu khotbah, yaitu
pada saat pengkhotbah memberikan ajaran sesat. Tetapi perlu diingat bahwa kalau
khotbah / ajaran itu sesat, maka sebetulnya itu bukanlah Firman Tuhan. Sabar
pada waktu mendengar ajaran sesat, bukanlah sabar, tetapi bodoh / blo’on.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu
sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada
yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang
telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
Wah 2:1-2 - “(1) ‘Tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh
bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas
itu. (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau
telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
Perhatikan bahwa dalam
2Kor 11:4 ‘kesabaran’ seseorang pada waktu mendengar ajaran sesat justru
dikecam, dan dalam Wah 2:2 ‘ketidak-sabaran’ seseorang (atau ‘kemarahan’
seseorang) terhadap nabi-nabi palsu justru dipuji.
b) Jangan berhenti mengikuti pelajaran ini
dengan alasan saudara merasa tidak damai, tidak sukacita dsb. Teguran dosa
memang bisa membuat kita sedih, sumpek, gelisah dan sebagainya. Tetapi itu
tetap tidak boleh membuat kita berhenti mendengar.
Bdk. 2Kor 7:8-10 - “(8) Jadi
meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku
tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa
surat itu menyedihkan hatimu - kendatipun untuk seketika saja lamanya -
(9), namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita,
melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu
itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan
oleh karena kami. (10) Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan
pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi
dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”.
Bandingkan
Yudas Iskariot, yang berdukacita lalu bunuh diri, dengan Petrus, yang
berdukacita (setelah menyangkal Yesus 3x) tetapi lalu bertobat.
Sebaliknya bersyukurlah atas
kesadaran terhadap dosa itu, dan bertekunlah dalam belajar Firman Tuhan, karena
dengan makin menyadari dosa, saudara akan lebih mudah untuk percaya kepada
Yesus dan diselamatkan.
Sekarang bagaimana dengan orang-orang yang sudah
sungguh-sungguh Kristen? Apakah kesadaran akan dosa juga perlu bagi mereka?
Jelas ya! Bagi saudara yang adalah orang yang sudah betul-betul percaya kepada
Kristus, kesadaran akan dosa itu tetap merupakan sesuatu yang sangat penting,
karena:
1. Kesadaran
terhadap dosa itu bisa memberikan kerendahan hati kepada saudara, dan
menyebabkan saudara tidak sembarangan dalam menghakimi orang yang berbuat
salah.
2. Kesadaran
terhadap dosa itu memungkinkan saudara menyesali dosa itu, minta ampun atasnya,
bertobat darinya, dan lebih berjuang dalam pengudusan.
2) Kitab Suci /
Firman Tuhan adalah standard untuk menentukan dosa atau tidak.
Banyak orang menentukan sesuatu itu dosa atau tidak,
dengan menggunakan standard yang salah. Contoh standard yang salah adalah:
a) Apakah
yang ia lakukan itu merugikan / menyakiti orang lain atau menyenangkan orang
lain.
Tindakan / kata-kata yang merugikan / menyakiti orang
lain ia anggap sebagai berdosa, sedangkan tindakan / kata-kata yang tidak
merugikan / menyakiti orang lain ia anggap tidak berdosa. Sebaliknya, kalau
tindakan / kata-katanya menyenangkan orang lain, maka ia menganggapnya sebagai
suatu kebaikan.
Ini jelas merupakan omong kosong, karena orang lain
itu, karena ia juga adalah orang berdosa seringkali menjadi sakit hati oleh
tindakan / kata-kata kita yang benar, dan sebaliknya, seringkali menjadi senang
karena tindakan / kata-kata kita yang salah.
b) Pandangan
umum / manusia.
Ini jelas salah, karena seluruh dunia adalah orang
berdosa sehingga sering terjadi bahwa suatu dosa dianggap benar oleh
masyarakat, dan sebaliknya, sesuatu yang benar justru dicela / dikecam.
Illustrasi:
Dalam kalangan orang gila, yang waras itu yang dianggap gila! Dalam gereja yang
sudah meninggalkan Alkitab, orang kristen yang Injili / Alkitabiah dianggap
sebagai orang extrim, fanatik, dsb.
Penerapan:
Jangan melakukan sesuatu hanya karena semua orang menyetujuinya atau juga
melakukannya, dan jangan menolak melakukan sesuatu hanya karena banyak orang menentang
hal itu. Bisa saja, semua orang banyak itu salah semua! Kebenaran bukan
demokrasi! Suara terbanyak belum tentu merupakan sesuatu yang benar! Pada jaman
Yesus, hanya sedikit orang yang setuju dengan Dia, tetapi Dia yang benar!
c) Suara hati / hati nurani.
Memang kadang-kadang suara hati
masih bisa dijadikan standard, tetapi seringkali tidak bisa. Mengapa? Karena:
1. Perlu diingat bahwa karena manusianya
berdosa, maka suara hatinyapun ikut dikotori oleh dosa.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis
dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal
maupun suara hati mereka najis”.
Karena itu suara hati /
hati nurani tidak lagi bisa menjadi standard yang benar.
2. Suara hati akan padam kalau tidak dituruti.
Seseorang yang mencuri /
menyontek / berzinah untuk pertama kalinya, biasanya mendapatkan bahwa suara
hatinya mengecam dirinya, sehingga ia menjadi gelisah, takut, berdebar-debar,
dsb. Tetapi kalau ia meneruskan tindakan itu, maka lama-kelamaan suara hatinya
akan diam.
3. Suara hati sangat dipengaruhi pandangan
sekitar / umum.
Seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang suka mencaci maki / mengeluarkan kata-kata
kotor, tidak akan ditegur oleh hati nuraninya pada waktu ia mengeluarkan makian
/ kata-kata kotor. Seseorang yang melakukan dosa yang sudah umum dilakukan
orang di sekitarnya, seperti berdusta atau ngaret (terlambat), mungkin sekali
suara hatinya tidak akan menegur dia.
Jadi jelaslah bahwa suara hati
ini tidak bisa dijadikan standard yang akurat untuk menentukan apakah sesuatu
tindakan itu dosa atau tidak.
Penerapan: Karena itu, janganlah
saudara berani melakukan sesuatu hal, hanya karena perasaan / hati saudara
tetap merasa enak! Sebaliknya, janganlah saudara tidak melakukan sesuatu hal,
hanya karena hati / perasaan saudara merasa tidak enak.
Standard
yang benar untuk menentukan apakah sesuatu itu dosa atau tidak adalah Kitab
Suci / Firman Tuhan!
Ini terlihat dari:
a) 2Tim 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran”.
Jadi ayat ini mengatakan bahwa
salah satu fungsi Firman Tuhan adalah untuk menunjukkan kesalahan / dosa-dosa
kita. Jadi Firman Tuhan itu seperti cermin bagi kita yang bisa kita pakai untuk
melihat kejelekan-kejelekan kita sendiri.
b) 1Yoh 3:4 - “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa
ialah pelanggaran hukum Allah”.
c) Ro
3:20b - “oleh
hukum Taurat orang mengenal dosa”.
Illustrasi: Dalam setiap negara ada
undang-undang. Apakah tindakan kita salah atau benar tidak didasarkan pada
apakah tindakan kita menyenangkan orang lain atau menyakiti hati orang, juga
tidak pada pandangan umum ataupun pandangan pribadi, tetapi didasarkan pada
undang-undang tersebut. Tidak peduli semua orang senang pada tindakan kita itu,
atau hati / pikiran kita menganggap tindakan kita itu benar, ataupun seluruh
masyarakat menganggap tindakan kita itu benar, tetapi kalau undang-undang menganggap
tindakan itu salah, maka kita salah.
Kitab Suci / Firman Tuhan adalah
undang-undang yang Allah berikan kepada kita, dan karena itu Kitab Suci /
Firman Tuhan ini adalah standard hidup kita.
Jadi,
kalau saudara mau melakukan sesuatu, maka jangan pedulikan orang lain menjadi
senang atau tidak karena tindakan kita, dan juga jangan pedulikan pandangan
umum ataupun hati nurani saudara, tetapi pikirkan lebih dulu bagaimana
pandangan / ajaran Kitab Suci tentang hal itu. Kalau Kitab Suci menyetujuinya,
maka lakukanlah; sebaliknya kalau Kitab Suci mengecamnya / menganggapnya
sebagai dosa, maka janganlah melakukannya.
3) Terjadinya dosa.
a) Dosa bisa dilakukan melalui perbuatan,
perkataan, ataupun hati / pikiran / motivasi yang salah.
1. Melalui
perbuatan (Kel 23:24 Im 5:18 Im 18:17,23
Im 19:20,29 Mat 23:3 Luk 23:41 Yoh 3:19
Kis 8:11 Kis 14:15 Kis 19:18 Kis 22:20 Ro 13:12). Misalnya berzinah, membunuh,
dsb.
2. Melalui
perkataan (Amsal 18:8 Amsal
22:12 Pkh 5:1-6 Pkh 10:12-13
Yes 3:8 Yes 8:20 Yes 32:7
Mat 12:31-37). Misalnya dusta, fitnah, mengeluarkan kata-kata kotor
/ cabul, memaki-maki, membicarakan kejelekan orang tanpa ada gunanya,
dsb.
3. Melalui
hati / pikiran / motivasi yang berdosa (Ul 15:9 Ayub 21:27
Yes 29:24 Mat 15:19 Luk 5:22
Luk 6:8 Luk 9:47 Luk 11:17). Misalnya iri hati, benci, pergi
ke gereja untuk cari pacar, memberi persembahan supaya diberkati oleh Tuhan,
dsb.
b) Dosa bisa dilakukan secara aktif atau secara pasif.
1. Secara aktif, dimana kita melakukan
sesuatu yang dilarang oleh Allah, misalnya kita berzinah, kita membunuh orang,
dsb.
2. Secara pasif, dimana kita tidak
melakukan apa yang Allah perintahkan.
Yak 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
Bandingkan juga dengan ‘kambing-kambing’ dalam Mat
25:31-46 yang dihukum karena tidak melakukan apa yang baik.
Contoh:
·
tidak pergi ke gereja pada hari Minggu (kecuali karena
sakit).
·
tidak mau belajar
Firman Tuhan / berdoa / memuji Tuhan / melayani Tuhan.
·
tidak mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, pikiran, perasaan (Mat 22:37). Saya kira setiap
orang senantiasa berbuat dosa karena tidak mentaati hukum ini!
·
tidak mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat
22:39).
·
tidak menolong mereka yang membutuhkan pertolongan /
layak ditolong, padahal kita bisa melakukannya (Amsal 3:27 Mat 25:42-45).
c) Dosa bisa dilakukan dengan sengaja / disadari atau dengan
tidak sengaja / tidak disadari.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
1. Sekalipun
dosa yang tidak disengaja lebih ringan dari dosa yang disengaja, tetapi dosa
yang tidak disengaja itu tetap adalah dosa! (Kel 21:12-13 Im 4:1,13,22,27 Im 5:2-4,14,17 Bil 35:9-25 Ul 19:4-13 Luk 12:48).
Kel 21:12-14 - “(12)
‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga
mati, pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak
disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku
akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari. (14) Tetapi
apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil
orang itu dari mezbahKu, supaya ia mati dibunuh”.
Bil 35:9-25 - “(9)
TUHAN berfirman kepada Musa: (10) ‘Berbicaralah kepada orang Israel dan
katakanlah kepada mereka: Apabila kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah
Kanaan, (11) maka haruslah kamu memilih beberapa kota yang menjadi kota-kota
perlindungan bagimu, supaya orang pembunuh yang telah membunuh seseorang dengan
tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana. (12) Kota-kota itu akan menjadi
tempat perlindungan bagimu terhadap penuntut balas, supaya pembunuh jangan
mati, sebelum ia dihadapkan kepada rapat umat untuk diadili. (13) Dan kota-kota
yang kamu tentukan itu haruslah enam buah kota perlindungan bagimu. (14) Tiga
kota harus kamu tentukan di seberang sungai Yordan sini dan tiga kota harus
kamu tentukan di tanah Kanaan; semuanya kota-kota perlindungan. (15) Keenam
kota itu haruslah menjadi tempat perlindungan bagi orang Israel dan bagi orang
asing dan pendatang di tengah-tengahmu, supaya setiap orang yang telah membunuh
seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana. (16) Tetapi
jika ia membunuh orang itu dengan benda besi,
sehingga orang itu mati, maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu
dibunuh. (17) Dan jika ia membunuh orang itu dengan
batu di tangan yang mungkin menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang
itu mati, maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh. (18) Atau
jika ia membunuh orang itu dengan benda kayu di tangan yang mungkin
menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang itu mati, maka ia seorang
pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh. (19) Penuntut darahlah yang harus
membunuh pembunuh itu; pada waktu bertemu dengan dia ia harus membunuh dia. (20)
Juga jika ia menumbuk orang itu karena benci
atau melempar dia dengan sengaja, sehingga orang itu mati, (21) atau jika
ia memukul dia dengan tangannya karena
perasaan permusuhan, sehingga orang itu mati, maka pastilah si pemukul itu
dibunuh; ia seorang pembunuh; penuntut darah harus membunuh pembunuh itu, pada
waktu bertemu dengan dia. (22) Tetapi jika ia sekonyong-konyong menumbuk orang
itu dengan tidak ada perasaan permusuhan, atau dengan tidak sengaja
melemparkan sesuatu benda kepadanya, (23) atau dengan kurang ingat menjatuhkan
kepada orang itu sesuatu batu yang mungkin menyebabkan matinya seseorang,
sehingga orang itu mati, sedangkan dia tidak merasa bermusuh dengan orang
itu dan juga tidak mengikhtiarkan celakanya, (24) maka haruslah rapat umat
mengadili antara orang yang membunuh itu dan penuntut darah, menurut
hukum-hukum ini, (25) dan haruslah rapat umat membebaskan pembunuh dari tangan
penuntut darah, dan haruslah rapat umat mengembalikan dia ke kota perlindungan,
ke tempat ia telah melarikan diri; di situlah ia harus tinggal sampai matinya imam
besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus”.
Ul 19:4-6,11-12 - “(4)
Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh
tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja
dan dengan tidak membenci dia sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi
ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan
kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu
mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu
kota itu dan tinggal hidup. (6) Maksudnya supaya jangan penuntut tebusan darah
sementara hatinya panas dapat mengejar pembunuh itu, karena jauhnya perjalanan,
menangkapnya dan membunuhnya, padahal pembunuh itu tidak patut mendapat
hukuman mati, karena ia tidak membenci dia sebelumnya. ... (11) Tetapi
apabila seseorang membenci sesamanya manusia,
dan dengan bersembunyi menantikan dia, lalu bangun menyerang dan memukul dia,
sehingga mati, kemudian melarikan diri ke salah satu kota itu, (12) maka
haruslah para tua-tua kotanya menyuruh mengambil dia dari sana dan menyerahkan
dia kepada penuntut tebusan darah, supaya ia mati dibunuh”.
Luk 12:47-48 - “(47)
Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak
mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan
menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus
mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit
pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan
banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan
lebih banyak lagi dituntut.’”.
2. Kesengajaan
memperberat dosa, sehingga biarpun suatu dosa relatif kecil (seperti ngaret /
terlambat, iri hati, berdusta, dsb), tetapi kalau terus menerus dilakukan
dengan sengaja, ini diperhitungkan cukup berat!
d) Semua tindakan yang bertentangan dengan
Firman Tuhan, baik secara explicit maupun secara implicit, adalah dosa.
Sebagai
contoh, perzinahan secara explicit bertentangan dengan hukum ‘jangan berzinah’ (Kel
20:14). Pembunuhan secara explicit bertentangan dengan hukum ‘jangan membunuh’ (Kel
20:13). Tetapi bagaimana dengan tindakan merokok? Tidak ada ayat Kitab Suci
yang secara explicit bertentangan dengan tindakan ini. Tetapi ini tidak berarti
bahwa orang Kristen boleh merokok. Ada hukum kasih dalam Mat 22:39 yang
memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri.
Tindakan merokok jelas merusak diri sendiri, maupun orang-orang lain di sekitar
si perokok itu, dan karena itu merupakan tindakan yang tidak mengasihi, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang-orang lain. Jadi, sekalipun
tindakan merokok tidak bertentangan secara explicit dengan ayat manapun dalam
Kitab Suci, tetapi tindakan itu bertentangan secara implicit dengan ayat Kitab
Suci. Jadi itu tetap merupakan dosa.
4) Hukum Taurat (10 Hukum Tuhan) terdapat dalam Kel 20:3-17 dan
Ul 5:7-21, dan merupakan bagian Firman Tuhan yang mempunyai fungsi khusus
dalam menunjukkan dosa-dosa kita.
Ro 3:20 - “Sebab tidak
seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum
Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”.
1Tim 1:8-11 - “(8) Kita tahu
bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (9) yakni dengan keinsafan
bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang
durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi
dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh
pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta,
bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan
ajaran sehat (11) yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha
bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku”.
Dalam
pelajaran-pelajaran yang akan datang, sambil mempelajari arti dari 10 Hukum
Tuhan itu, marilah kita membandingkannya dengan hidup kita sendiri
supaya kita bisa mengetahui / menyadari dosa-dosa kita.
10 hukum Tuhan
Kel 20:1-17 - “(1) Lalu Allah
mengucapkan segala firman ini: (2) ‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau
keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (3) Jangan ada padamu allah
lain di hadapanKu. (4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang
ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air
di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia
kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang
pada perintah-perintahKu. (7) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan
sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya
dengan sembarangan. (8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki,
atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut
dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya. (12) Hormatilah ayahmu dan ibumu,
supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. (13)
Jangan membunuh. (14) Jangan berzinah. (15) Jangan mencuri. (16) Jangan
mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. (17) Jangan mengingini rumah
sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.
Wycliffe Bible Commentary: “The Law was not given as a means of
salvation” (=
Hukum Taurat tidak diberikan sebagai jalan keselamatan).
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The
law was never given as a way of salvation for either Jews or Gentiles, because
‘by the works of the law shall no flesh be justified’ (Gal 2:16). Salvation
is not a reward for good works but the gift of God through faith in Jesus
Christ (Rom 4:5; Eph 2:8-9). The Law reveals God’s righteousness and demands
righteousness, but it can’t give righteousness (Gal 2:21): only Jesus
Christ can do that (2 Cor 5:21). The law is a mirror that reveals where
you’re dirty, but you don’t wash your face in the mirror (James 1:22-25).
Only the blood of Jesus Christ can cleanse us from sin (1 John 1:7,9; Heb
10:22). God doesn’t give His Spirit to us because we obey the law (Gal 3:2)
but because we trust Christ (4:1-7), nor does He give us our inheritance
through the law (3:18). The one thing the dead sinner needs is life (Eph
2:1-3), but the law can’t give life (Gal 3:21). Then what’s the
purpose of the law? It’s God’s way of showing us our sins and stripping us of
our self-righteousness so that we cry out for the mercy and grace of God.
God gives His Holy Spirit to all who believe on (in?) His
Son, and the Spirit enables us to obey God’s will and therefore fulfill the
righteousness of the law (Rom 8:1-3)” [= Hukum Taurat tidak pernah
diberikan sebagai suatu jalan keselamatan untuk Yahudi ataupun non Yahudi,
karena ‘tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat’
(Gal 2:16). Keselamatan bukanlah pahala untuk perbuatan baik tetapi
karunia dari Allah melalui iman kepada Yesus Kristus (Ro 4:5; Ef 2:8-9).
Hukum Taurat menyatakan kebenaran Allah dan menuntut kebenaran, tetapi hukum
Taurat tidak bisa memberikan kebenaran (Gal 2:21): hanya Yesus Kristus bisa
melakukan hal itu (2Kor 5:21). Hukum Taurat adalah sebuah cermin yang
menyatakan dimana kamu kotor, tetapi kamu tidak mencuci wajahmu dalam cermin
itu (Yak 1:22-25). Hanya darah Yesus Kristus bisa membersihkan kita dari
dosa (1Yoh 1:7,9; Ibr 10:22). Allah tidak memberikan Roh KudusNya kepada
kita karena kita mentaati hukum Taurat (Gal 3:2) tetapi karena kita
mempercayai Kristus (4:1-7), juga Ia tidak memberi kita warisan kita melalui
hukum Taurat (3:18). Satu hal yang dibutuhkan orang berdosa yang mati (rohani)
adalah kehidupan (Ef 2:1-3), tetapi hukum Taurat tidak bisa memberikan
kehidupan (Gal 3:21). Lalu apa tujuan dari hukum Taurat? Itu adalah
jalan Allah untuk menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita dan menelanjangi kita
dari perasaan bahwa diri kita sendiri benar sehingga kita berteriak untuk belas
kasihan dan kasih karunia Allah. Allah memberikan Roh KudusNya kepada semua
yang percaya kepada AnakNya, dan Roh memampukan kita untuk mentaati kehendak
Allah dan karena itu menggenapi kebenaran dari hukum Taurat (Ro 8:1-3)].
Ro 4:5 - “Tetapi kalau
ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang
durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.
Ro 8:1-3 - “(1) Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. (2)
Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa
dan hukum maut. (3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena
tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus
AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah”.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu,
bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah
percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam
Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku
tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum
Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Gal 3:2,18,21 - “(2) Hanya ini
yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena
melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? ... (18)
Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak
berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan
kasih karuniaNya kepada Abraham. ... (21) Kalau demikian, bertentangankah hukum
Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum
Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran
berasal dari hukum Taurat”.
Gal 4:1-7 - “(1) Yang
dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak
berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;
(2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang
telah ditentukan oleh bapanya. (3) Demikian pula kita: selama kita belum akil
balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. (4) Tetapi setelah genap
waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan
takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk
kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. (6) Dan karena kamu
adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang
berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ (7) Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;
jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah”.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri”.
Ibr 10:22 - “Karena itu
marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
Yak 1:22-25 - “(22) Tetapi
hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya
mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang
sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24) Baru saja ia
memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25)
Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan
orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya,
tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika
kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita
beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Pulpit
Commentary: “The ten
commandments form a summary of our main duties towards God, and towards man.
... According to the division adopted by the English Church, and by the
reformed churches generally, the first four lay down our duty to our Maker, the
last six our duty to our fellow men” (= 10 hukum Tuhan membentuk
suatu ringkasan dari kewajiban-kewajiban utama kita terhadap Allah dan terhadap
manusia. ... Menurut pembagian yang diambil oleh Gereja Inggris, dan oleh
gereja-gereja Reformed pada umumnya, empat hukum yang pertama memberikan
kewajiban kita kepada Pencipta kita, enam hukum yang terakhir memberikan
kewajiban kita kepada sesama manusia kita).
Penerapan:
ada banyak orang yang berkata: ‘Aku tidak pernah berbuat jahat kepada manusia’.
Atau ‘Aku tidak pernah merugikan orang lain’, dan sebagainya. Orang-orang
seperti itu perlu mengerti bahwa dosa bukan hanya terjadi kalau kita berbuat
jahat kepada sesama manusia, atau merugikan sesama manusia, tetapi juga, bahkan
khususnya, kalau kita berbuat jahat kepada Tuhan atau menyakiti hati Tuhan. Juga
mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka selalu berbuat jahat kepada Tuhan
atau menyakiti hati Tuhan. Bahkan kalau tindakan itu menyenangkan hati manusia atau
menolong / menguntungkan sesama manusia, tetapi menyakiti hati Allah, itu
adalah dosa.
HUKUM 1
Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu
(Kel 20:3)
1) Persoalan terjemahan dari ayat ini.
Kel 20:3 - “Jangan ada
padamu allah lain di hadapanKu”.
a) Yang benar ‘allah lain’ atau ‘illah
lain’?
Ada orang-orang kristen, seperti Bambang Noorsena,
yang mengatakan bahwa dalam bahasa Arab, kata ‘Allah’ selalu menunjuk kepada Allah yang benar, dan karena
itu kata-kata ‘allah lain’ harus diganti dengan ‘ilah
lain’. Terhadap argumentasi ini saya
menjawab bahwa Alkitab kristen tidak ditulis dalam bahasa Arab, tetapi dalam
bahasa Ibrani dan Yunani, dan karena itu kita tidak boleh menafsirkannya
berdasarkan bahasa Arab. Sedangkan dalam bahasa Ibrani maupun Yunani tidak
dibedakan kata yang digunakan untuk Allah yang benar dan allah yang palsu.
Dalam Kel 20:3 ini untuk kata ‘allah’ digunakan kata bahasa Ibrani ELOHIM, sama dengan kata
yang digunakan untuk menunjuk kepada Allah yang benar. Jadi, menurut saya
terjemahan ‘allah lain’ harus dipertahankan.
b) Bentuk
tunggal.
KJV: ‘Thou shalt have no other gods before me’.
Kata bahasa Inggris ‘Thou’ merupakan bentuk tunggal, dan dalam
bahasa Ibraninya memang menggunakan kata ganti orang kedua tunggal
laki-laki. Juga kata ‘engkau’ dalam Kel 20:2 menggunakan
bentuk tunggal. Mengapa digunakan bentuk tunggal, padahal ditujukan kepada
semua orang / seluruh bangsa Israel?
Pulpit Commentary: “The
use of the second person singular is remarkable when a covenant was being made
with the people (Ex 19:5). The form indicated that each individual of the
nation was addressed severally, and was required himself to obey the law, a
mere general national obedience being insufficient” [= Penggunaan
dari orang kedua tunggal merupakan sesuatu yang layak diperhatikan pada waktu
suatu perjanjian sedang dibuat dengan bangsa itu (Kel 19:5). Bentuk ini menunjukkan
bahwa ini ditujukan kepada setiap individu dari bangsa itu secara terpisah, dan
dituntut sendiri untuk mentaati hukum, semata-mata suatu ketaatan nasional yang
umum tidaklah cukup].
Bdk. Ro 14:12 - “Demikianlah setiap
orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri
kepada Allah”.
Catatan: ini berlaku juga untuk hukum-hukum yang lain dari 10
hukum Tuhan ini.
2) Penekanan hukum ini: obyek / tujuan
penyembahan hanya satu yaitu Allah (tidak boleh ada allah lain).
a) Kita harus
menyembah Allah.
Wah 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan
kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat
demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang
memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah
roh nubuat.’”.
Ul 6:13 - “Engkau harus
takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi
namaNya haruslah engkau bersumpah”.
b) Tidak ada
siapapun / apapun selain Allah yang boleh menjadi obyek penyembahan / ibadah
kita.
Mat 4:10 - “Maka
berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Matthew Henry:
“The
first commandment concerns the object of our worship, Jehovah, and him only” (= Hukum pertama bersangkutan dengan obyek / tujuan
dari penyembahan kita, Yehovah, dan hanya Dia saja).
Barnes’ Notes:
“The
meaning is that no god should be worshipped in addition to Yahweh. Compare Ex
20:23. The polytheism which was the besetting sin of the Israelites did not in
later times exclude Yahweh, but associated Him with false deities” (= Artinya
adalah bahwa tidak ada allah boleh disembah sebagai tambahan terhadap Yahweh.
Bandingkan dengan Kel 20:23. Polytheisme yang merupakan dosa yang terus menerus
menyerang orang-orang Israel pada waktu-waktu belakangan tidaklah membuang
Yahweh, tetapi menggabungkan Dia dengan allah-allah palsu).
Kel 20:23 - “Janganlah
kamu membuat di sampingKu allah perak, juga allah emas janganlah kamu
buat bagimu”.
Bagi Allah, dari pada seseorang menyembah Dia dan
juga menyembah allah-allah lain, lebih baik tidak usah menyembah Dia sama
sekali (‘Better nothing than something!’).
Calvin: “He not only
repudiates all mixed worship, but testifies that He with rather be accounted
nothing than not be worshipped undividedly” (= Ia bukan hanya menolak semua penyembahan
campuran, tetapi memberi kesaksian bahwa Ia lebih baik dianggap tidak ada dari
pada disembah dengan tak sepenuhnya / dengan terbagi-bagi) - hal 420.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
·
1Raja 18:21
- “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu
dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati?
Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi
rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun”.
·
Yos 24:14-15
- “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan
TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah
allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat
dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak
baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu
akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang
sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku
dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!’”.
3) Hukum
pertama ini bertentangan dengan ajaran Arianisme maupun Saksi Yehuwa, yang
menganggap Yesus sebagai ‘allah kecil’ (a god / suatu allah), yang
terpisah dan berbeda sama sekali dengan Bapa. Seandainya Yesus memang seperti
itu, maka orang Kristen memang mempunyai ‘allah lain’. Dalam ajaran Kristen yang benar, sekalipun
dipercayai bahwa Yesus memang adalah Allah, tetapi Ia mempunyai satu hakekat
dengan Bapa, atau Ia satu dengan Bapa (Yoh 10:30), sehingga Ia bukan ‘allah lain’.
Yoh 10:30 - “Aku
dan Bapa adalah satu.’”.
Calvin: “The orthodox
Fathers aptly used this passage against the Arians; because, since Christ is
everywhere called God, He is undoubtedly the same Jehovah who declares Himself
to be the One God, and this is asserted with the same force respecting the Holy
Spirit” (= Bapa-bapa
Gereja yang orthodox sering menggunakan text ini terhadap pengikut Arianisme;
karena, karena Kristus dimana-mana disebut Allah, tak diragukan bahwa Ia adalah
Yehovah yang sama yang menyatakan diriNya sendiri sebagai satu-satunya Allah,
dan ini ditegaskan dengan kekuatan yang sama berkenaan dengan Roh Kudus) - hal 420.
Pada jaman sekarang, dengan adanya Saksi Yehuwa, yang
merupakan reinkarnasi dari Arianisme, maka kita bisa menggunakan ayat ini
dengan cara yang sama terhadap mereka, seperti Bapa-bapa dahulu menggunakannya
terhadap Arianisme.
4) Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
a) Menyembah
banyak allah / dewa, atau melakukan syncretisme / menggabungkan 2 agama
atau lebih.
1Raja 18:21 - “Lalu
Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu
berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan
kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah
katapun”.
Misalnya: meskipun sudah menjadi orang kristen, tetapi
masih pergi ke G. Kawi, kelenteng, dsb. Atau, sudah menjadi orang kristen
tetapi masih ikut kebatinan, menggunakan magic, dsb.
Ada orang kristen / hamba Tuhan yang begitu takut
dengan tuduhan melakukan pengkristenan / kristenisasi, sehingga pada waktu
memberitakan Injil, mereka berkata: ‘Aku tidak minta kamu pindah agama. Aku
hanya minta kamu percaya kepada Kristus’.
Kata-kata bodoh ini sama artinya dengan menyuruh seseorang menjadi seorang syncretist,
yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum pertama ini!
b) Berdoa
kepada roh-roh nenek moyang / orang tua.
c) Berdoa kepada Maria / orang suci / malaikat.
d) Sembahyang
di kuburan (Cing Bing), memberi sesajen, dsb.
e) Menyembah
manusia, baik pai-kwie maupun sungkem.
Bdk. Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya:
‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
f) Menyimpan /
mempercayai jimat, benda-benda G. Kawi / kelenteng seperti: Hu, Pat-kwa,
kantong merah G. Kawi, dll.
g) Pelanggaran
terhadap hukum pertama ini terjadi bukan hanya kalau kita betul-betul menyembah
allah / dewa lain, tetapi juga kalau kita mempunyai apapun atau siapapun yang
kita utamakan / kasihi lebih dari Allah.
Matthew Henry:
“The
sin against this commandment which we are most in danger of is giving the glory
and honour to any creature which are due to God only. Pride makes a god of
self, covetousness makes a god of money, sensuality makes a god of the belly;
whatever is esteemed or loved, feared or served, delighted in or depended on,
more than God, that (whatever it is) we do in effect make a god of” [= Dosa terhadap hukum ini yang paling membahayakan
kita adalah memberikan kemuliaan dan hormat kepada makhluk ciptaan manapun,
yang seharusnya adalah hak Allah saja. Kesombongan membuat dirinya sendiri
suatu allah, ketamakan membuat uang sebagai allah, hawa nafsu membuat perut menjadi
suatu allah; apapun yang dinilai atau dicintai, ditakuti atau dilayani,
disenangi atau dibuat bergantung, lebih dari Allah, sebetulnya hal itu (apapun
adanya itu) kita jadikan suatu allah].
Contoh hal-hal yang bisa kita utamakan / kasihi lebih
dari Allah, dan dengan demikian menjadi allah lain bagi kita:
1. Diri
sendiri (Luk 14:26b).
Luk 14:26 - “‘Jikalau
seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri,
ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Perintah untuk ‘membenci’ di sini tentu tidak boleh
diartikan betul-betul disuruh membenci. Maksudnya adalah ‘harus kurang
mengasihi mereka / diri sendiri dibandingkan dengan Allah / Yesus’.
Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia
tidak layak bagiKu”.
Kalau saudara royal dalam mengeluarkan uang untuk diri
sendiri (untuk makanan, pakaian, bepergian, dsb), tetapi pelit / kikir dalam
memberi persembahan kepada Tuhan, maka saudara sudah mengutamakan diri sendiri
lebih dari pada Tuhan.
2. Keluarga, seperti suami, istri, orang tua,
anak, cucu, dsb (Luk 14:26a).
Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang
datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya
sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Sama seperti di atas, ini harus
dibandingkan dengan Mat 10:37, dan artinya adalah: kita tidak boleh mengasihi
keluarga kita lebih dari Tuhan.
Setiap orang kristen memang harus
mengasihi keluarga dan mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga, dan ini
tetap harus dilakukan.
1Tim 5:8 - “Tetapi jika ada
seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya,
orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”.
Tetapi kalau ia melakukan semua
itu begitu rupa sehingga menyingkirkan / menggeser kedudukan Tuhan sebagai yang
terutama dalam hidupnya, maka semua itu menjadi allah lain.
3. Pekerjaan / uang.
Bdk. Mat 6:24 - “Tak seorangpun
dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang
seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan
tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan
kepada Mamon (= dewa uang).’”.
Semua orang kristen memang wajib
untuk bekerja sehingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya.
2Tes 3:10-12 - “(10) Sebab, juga
waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena
kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja,
melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (12) Orang-orang yang
demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka
tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya
sendiri”.
Tetapi kalau pekerjaan diutamakan
sedemikian rupa sehingga menggeser kedudukan Allah sebagai yang terutama /
terpenting dalam hidupnya, maka pekerjaan itu menjadi allah lain.
Kalau
suatu pekerjaan harus dilakukan dengan melakukan dosa, baik itu dosa aktif
seperti dusta atau bekerja pada hari Minggu, maupun itu dosa pasif seperti
tidak bisa berbakti, tidak bisa belajar Firman Tuhan, tidak bisa melayani dsb,
dan saudara tetap melakukan pekerjaan itu, maka jelas bahwa pekerjaan itu sudah
menjadi ‘allah lain’ bagi saudara!
4. Boss
/ rekan bisnis.
5. Study
/ pelajaran sekolah.
Tentu saja pelajar / mahasiswa kristen juga harus
belajar dengan baik, tetapi pelajaran itu tidak boleh menggeser kedudukan
Allah. Kalau ia belajar sedemikian rupa sehingga mengabaikan / tak punya waktu
untuk kebaktian, saat teduh dsb, maka pelajaran itu menjadi allah lain baginya.
6. Pacar
/ teman.
7. Hobby,
seperti nonton bioskop, TV, olah raga, dsb.
8. Undangan
pernikahan / HUT.
a. Kalau
saudara membuang kebaktian, karena adanya undangan pernikahan / HUT, maka itu
berarti saudara sudah mengutamakan undangan pernikahan lebih dari Tuhan.
b. Juga
kalau misalnya hujan lebat saudara tidak berbakti, tetapi dengan curah hujan
yang sama, saudara tetap bisa pergi untuk memenuhi undangan pernikahan, maka
itu jelas menunjukkan bahwa saudara mengutamakan undangan pernikahan itu lebih
dari pada Tuhan.
9. Handphone.
Harus diakui bahwa handphone memang merupakan sesuatu
yang sangat menolong kita. Tetapi bagaimanapun handphone tidak boleh kita
letakkan di atas Tuhan, misalnya dengan cara tetap menyalakan handphone pada waktu
berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, dsb, dan begitu
handphone berbunyi, kita langsung meninggalkan Tuhan dan menerima handphone
tersebut. Atau ada sms masuk dan kita lalu membalas sms itu dalam kebaktian /
acara gereja.
Bdk. Mal 1:8 - “Apabila
kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat?
Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?
Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu,
apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam”.
Catatan: Kata ‘bupati’ seharusnya adalah ‘gubernur’.
Dalam Mal 1:8 ini Tuhan membandingkan sikap
orang-orang Israel kepada Tuhan dengan sikap mereka kepada gubernur. Mereka
tidak berani mempersembahkan binatang buta kepada seorang gubernur, tetapi
anehnya, mereka berani melakukannya kepada Tuhan!
Dalam penggunaan handphone juga sama. Bayangkan
saudara sedang berbicara dengan presiden, atau gubernur, atau walikota.
Tahu-tahu handphone saudara berbunyi, atau ada sms masuk. Beranikah saudara
meninggalkan presiden / gubernur / walikota itu untuk menerima handphone
saudara atau membalas sms itu? Saya yakin saudara tidak akan berani! Tetapi
mengapa saudara berani melakukannya kalau saudara sedang berbakti / berbicara kepada
Tuhan?
Saudara harus menghormati, mementingkan dan
mengutamakan Tuhan di atas handphone, atau urusan apapun yang diberikan oleh
handphone tersebut, dan karena itu matikanlah (atau setidaknya silent-kan tanpa getaran) handphone pada waktu melakukan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan! Ini juga berlaku untuk telpon rumah biasa!
10. Gereja / aliran.
Kalau seseorang mendengar
Firman Tuhan yang menyerang ajaran gerejanya / alirannya, dan ia memang tidak
bisa menjawab serangan itu, karena memang serangan itu benar, tetapi ia tetap
mengukuhi pandangan gereja / alirannya yang tidak bisa dipertahankan itu, maka
ia sudah menempatkan gereja / alirannya di atas Tuhan dan firmanNya, dan dengan
demikian menjadikan gereja / alirannya sebagai ‘allah lain’!
11. Pendeta sendiri / pendeta tertentu yang
diidolakan.
Sadari
bahwa pendeta manapun tetap adalah manusia, dan karena itu bisa salah, baik
dalam hidup maupun ajarannya. Kalau ada orang yang menunjukkan kesalahan
pendeta saudara / pendeta yang saudara idolakan, dan sekalipun saudara tidak
bisa membantahnya, tetapi saudara tetap membela pendeta itu mati-matian, dan
bahkan menjadi marah, maka saudara meletakkan pendeta itu di atas kebenaran /
firman, dan pada hakekatnya, di atas Allah. Jelas bahwa pendeta itu sudah
menjadi ‘allah lain’ dalam kehidupan saudara.
12. Pelayanan saudara sendiri.
Bdk. Luk 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus
dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang
perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu
mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan
dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani.
Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku
membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi
Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan
banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
C. H. Spurgeon:
“if
you suppose that you will be nearer to Christ by entering the ministry, you are
very much mistaken. ... You will find yourself cumbered with much serving, even
in the service of the Lord; and it is very easy to lose the Master in the
Master’s work” (= jika engkau mengira bahwa engkau akan lebih
dekat kepada Kristus dengan memasuki pelayanan, engkau sangat keliru. ...
Engkau akan mendapati dirimu sendiri dibebani dengan banyak pelayanan, bahkan
dalam melayani Tuhan; dan adalah sangat mudah untuk kehilangan Tuhan / Guru itu
dalam pekerjaan Tuhan / Guru itu)
- ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 280.
Sekalipun kita melakukan pelayanan itu untuk Allah,
tetapi kalau kita begitu sibuk dengan pelayanan sehingga tidak ada waktu untuk
bersekutu dengan Tuhan (saat teduh / doa), dan tidak ada waktu untuk belajar
Firman Tuhan, maka pelayanan itu menjadi ‘allah lain’ bagi kita.
Dari contoh-contoh di atas, terlihat dengan jelas bahwa ada banyak
hal-hal yang baik, seperti keluarga, pekerjaan, study, dsb, yang dalam
dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang salah / berdosa, bahkan merupakan sesuatu
yang baik. Tetapi pada waktu hal-hal itu diutamakan melebihi Tuhan dan
menggeser / membuang Tuhan dari hidup kita, maka semua itu menjadi allah lain,
dan itu adalah dosa! Setan sering berusaha supaya kita menjadikan apa yang
seharusnya ‘the second best’ (= hal terbaik kedua) menjadi ‘the best’
(= hal yang terbaik) dalam hidup kita, dan dengan demikian hal itu menjadi ‘allah
lain’ dalam hidup kita.
Calvin: “if God have not
alone the pre-eminence, His majesty is so far obscured” (= jika Allah tidak sendirian mempunyai keutamaan,
keagunganNya dikaburkan) - hal 418.
C. H. Spurgeon:
“Anything
becomes an idol when it keeps us away from God” (= Segala
sesuatu menjadi berhala kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).
Augustine: “Christ is not
valued at all unless he be valued above all” (= Kristus
tidak dihargai sama sekali kecuali Ia dihargai di atas semua) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 78.
The Bible Exposition Commentary: Old
Testament tentang 2Sam 2:4b-7: “Augustine of Hippo said, ‘Jesus Christ will be Lord of all or He
will not be Lord at all.’” (= Agustinus dari Hippo
berkata, ‘Yesus Kristus akan menjadi Tuhan dari semua atau Ia tidak akan
menjadi Tuhan sama sekali’.).
Saya pernah membaca cerita tentang seorang pendeta di
Inggris yang memberitahu pelayannya bahwa kalau ia sedang berdoa ia tidak mau
diganggu oleh siapapun. Tetapi suatu hari ketika pendeta itu sedang berdoa, ada
tamu datang, dan ketika si pelayan itu melihat tamu itu, ia lalu ‘membangunkan’
si pendeta dari doanya. Si pendeta memarahi pelayannya dengan berkata: ‘Bukankah sudah kuberitahu bahwa aku tidak mau
diganggu kalau sedang berdoa?’.
Tetapi pelayannya menjawab: ‘Tuan, tamu yang
datang adalah anaknya raja’. Pendeta
itu menjawab: ‘Saya tidak
peduli dia anak raja. Beritahu dia untuk menunggu, karena saya sedang berbicara
dengan Rajanya sendiri’.
Ini adalah contoh dimana seseorang betul-betul
mengutamakan Tuhan!
5) Ancaman
hukuman terhadap pelanggaran hukum ini.
Kel 22:20 - “Siapa
yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah
ia ditumpas.’”.
Ini hanya hukuman dalam dunia, dan setelah itu, dalam
kekekalan masih ada hukuman neraka!
Renungkan: berapa kali saudara
melanggar hukum pertama ini? Seandainya dalam Kitab Suci hanya ada satu hukum
ini saja, maka dosa kita sudah bukan main banyaknya! Karena itu, setiap kita membutuhkan Yesus sebagai
Juruselamat / Penebus dosa. Kalau kita tidak mempunyai Juruselamat / Penebus
dosa, maka dosa-dosa kita gara-gara melanggar hukum pertama ini saja sudah
lebih dari cukup untuk membawa kita ke neraka selama-lamanya! Sudahkan saudara
mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara? Kalau belum,
datanglah kepada Dia, dan percayalah / terimalah Dia sebagai Juruselamat /
Penebus dosa saudara!
HUKUM 2 (1)
Jangan membuat dan menyembah patung berhala
(Kel 20:4-6)
Kel 20:4-6 - “(4) Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan
yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku
menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi
Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.
1) Penafsiran Kel 20:4-5.
Kel 20:4 melarang untuk membuat patung. Ada 2
kemungkinan untuk menafsirkan bagian ini:
a) Kel 20:4
ditafsirkan secara terpisah dari Kel 20:5, tetapi yang dimaksud dengan ‘patung’
bukanlah patung biasa, tetapi ‘patung berhala’ [NIV/NASB: ‘an idol’ (=
patung berhala)].
Calvin kelihatannya
mengambil pandangan ini. Ia mengatakan bahwa hukum kedua ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama melarang pendirian / pembuatan patung, dan bagian kedua
melarang penyembahan terhadap patung itu.
b) Kel 20:4
dan Kel 20:5 tidak boleh dipisahkan sehingga berdiri sendiri-sendiri,
tetapi harus ditafsirkan dalam suatu kesatuan. Jadi, yang dilarang bukanlah ‘membuat patung’ dan ‘menyembah patung’, tetapi ‘membuat patung
untuk disembah’.
Pulpit Commentary: “Verses
4 and 5 are to be taken together, the prohibition being intended, not to forbid
the arts of sculpture and painting, or even to condemn the religious use of
them, but to disallow the worship of God under material forms” (= Ayat 4 dan 5
harus diartikan bersama-sama, larangan yang dimaksudkan, bukanlah melarang seni
memahat dan melukis, atau bahkan mengecam penggunaan agamawi dari mereka,
tetapi tidak mengijinkan penyembahan Allah di bawah bentuk-bentuk materi).
Catatan: saya tidak mengerti mengapa Pulpit Commentary
mengijinkan patung untuk penggunaan agamawi. Matthew Henry melarang hal itu
(lihat kutipan dari Matthew Henry di bawah). Mungkin mereka memaksudkan
‘penggunaan agamawi’ yang berbeda.
Bdk. Im 26:1 - “‘Janganlah kamu membuat berhala bagimu,
dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir
janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya,
sebab Akulah TUHAN, Allahmu”.
Jadi, membuat patung, asal bukan patung berhala
(seperti patung Buddha, Kwan Im, dsb), atau patung untuk disembah, bukanlah
dosa. Bahwa membuat patung biasa, selama bukan dengan tujuan untuk
menyembahnya, tidak dilarang, terlihat dari beberapa bagian Kitab Suci dimana
Tuhan sendiri menyuruh membuat patung, misalnya:
1. Patung
ular tembaga.
Bil 21:8-9 - “(8)
Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada
sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap
hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup”.
Tuhan sendiri yang menyuruh membuat patung ular ini,
sehingga tindakan Musa membuat patung itu jelas bukan dosa. Memang akhirnya
patung ini dihancurkan, tetapi itu terjadi karena akhirnya patung ini disembah
(2Raja 18:4).
2Raja 18:4 - “Dialah
yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala
dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga
yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar
korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan”.
2. Patung
kerub di atas tutup tabut perjanjian.
Kel 25:18-20 - “(18)
Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan,
pada kedua ujung tutup pendamaian itu. (19) Buatlah satu kerub pada ujung
sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup
pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya. (20) Kerub-kerub
itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi
tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup
pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu”.
Juga dalam Bait Allah buatan Salomo ada ukiran kerub
dan hal-hal lain, dan ini tidak pernah dikecam / disalahkan.
1Raja 6:18,29,32 - “(18)
Kayu aras sebelah dalam rumah itu berukirkan buah labu dan bunga mengembang;
semuanya ditutupi kayu aras, tidak ada batu kelihatan. ... (29) Dan pada segala
dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga
mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar. ... (32)
Pada kedua daun pintu yang dari kayu minyak itu ia mengukir gambar kerub, pohon
korma dan bunga mengembang, kemudian dilapisinya dengan emas; juga pada kerub
dan pada pohon korma itu disalutkannya emas”.
Matthew Henry:
“It
is certain that it forbids making any image of God (for to whom can we liken
him? Isa 40:18,25), or the image of any creature for a religious use” [= Adalah pasti
bahwa itu melarang gambar / patung apapun dari Allah (karena dengan siapa bisa
kita samakan / serupakan Dia? Yes 40:18,25), atau gambar / patung dari makhluk
ciptaan apapun untuk suatu penggunaan agamawi].
Yes 40:18,25 - “(18)
Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap
serupa dengan Dia? ... (25) Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan
Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus”.
Jamieson, Fausset & Brown: “Under the auspices of Moses himself,
figures of cherubim, brazen serpents, oxen, and many other things were made and
never condemned. The mere making of them was no sin, it was the making with the
intent to give idolatrous worship” (= Di bawah nubuat / ajaran Musa
sendiri, bentuk / gambar / patung dari kerub-kerub, ular tembaga, sapi jantan,
dan banyak hal-hal lain dibuat dan tidak pernah dikecam. Semata-mata membuat
mereka bukanlah dosa, yang merupakan dosa adalah membuat dengan maksud / tujuan
untuk memberikan penyembahan yang bersifat pemberhalaan).
Catatan: saya tak tahu dimana ada ajaran Musa tentang patung
sapi jantan.
Hal seperti ini perlu diketahui karena pada jaman ini
ada banyak gereja atau hamba Tuhan (biasanya dari kalangan Pentakosta /
Kharismatik) yang begitu extrim dengan menyuruh menghancurkan seadanya
patung, lebih-lebih kalau patungnya berbentuk naga atau orang yang matanya
seperti mata setan, dsb.
2) Penekanan hukum ini: cara penyembahan
harus benar.
Kalau diperhatikan sepintas lalu, maka hukum 1 dan
hukum 2 ini kelihatannya tumpang tindih (overlap). Apa sebetulnya perbedaan
kedua hukum ini?
Matthew Henry:
“The
first commandment concerns the object of our worship, Jehovah, and him only ...
The second commandment concerns the ordinances of worship, or the way in which
God will be worshipped, which it is fit that he himself should have the
appointing of. ... The prohibition: we are here forbidden to worship even the
true God by images” (= Hukum pertama bersangkutan dengan obyek dari
ibadah / penyembahan kita, Yehovah, dan hanya Dia saja ... Hukum kedua
bersangkutan dengan peraturan ibadah / penyembahan, atau cara dengan mana Allah
akan disembah, yang adalah cocok bahwa Dia sendiri yang menetapkannya. ...
Larangannya: di sini kita dilarang untuk menyembah bahkan Allah yang benar
dengan menggunakan patung-patung).
Jadi, kalau hukum 1 mempersoalkan tujuan / obyek
penyembahannya harus benar, maka hukum 2 ini menekankan cara
penyembahannya juga harus benar. Sekalipun kita mempunyai obyek / tujuan
penyembahan yang benar, yaitu Allah, tetapi kalau kita menyembahNya dengan cara
yang salah, yaitu melalui patung, maka kita berdosa. Untuk itu perhatikan
ayat-ayat di bawah ini:
a) Kel 32:1-6
- “(1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa
Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka
mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: ‘Mari, buatlah untuk kami allah, yang
akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami
keluar dari tanah Mesir - kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.’ (2)
Lalu berkatalah Harun kepada mereka: ‘Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada
pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya
kepadaku.’ (3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada
pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (4) Diterimanyalah itu dari
tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak
lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: ‘Hai Israel, inilah Allahmu, yang
telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!’ (5) Ketika Harun melihat
itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya:
‘Besok hari raya bagi TUHAN!’ (6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka
mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu
duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan
bersukaria”.
Ini cerita tentang bangsa Israel
yang jatuh ke dalam penyembahan anak lembu emas. Sebetulnya tujuan mereka
bukanlah menyembah anak lembu emas itu sendiri, tetapi menyembah Allah. Ini
terlihat dari Kel 32:5 dimana Harun berkata: ‘Besok hari raya bagi TUHAN’. Tetapi penyembahan terhadap
Allah itu mereka lakukan melalui anak lembu emas / berhala, dan ini menyebabkan
Tuhan murka dan menghukum mereka.
b) Ul 12:4,31
- “(4) Jangan kamu berbuat seperti itu
terhadap TUHAN, Allahmu. ... (31a) Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap
TUHAN, Allahmu”.
NIV: “You must not worship the LORD your God in their way” (= Kamu
tidak boleh menyembah TUHAN Allahmu dengan cara mereka).
Ayat ini dengan jelas menunjukkan larangan penyembahan
terhadap Allah dengan cara orang kafir / Kanaan (yaitu menyembah Allah
menggunakan berhala).
c) Hakim
8:22-27 - “(22) Kemudian berkatalah orang
Israel kepada Gideon: ‘Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu
maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang
Midian.’ (23) Jawab Gideon kepada mereka: ‘Aku tidak akan memerintah kamu dan
juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu.’
(24) Selanjutnya kata Gideon kepada mereka: ‘Satu hal saja yang kuminta
kepadamu: Baiklah kamu masing-masing memberikan anting-anting dari jarahannya.’
- Karena musuh itu beranting-anting mas, sebab mereka orang Ismael. (25) Jawab
mereka: ‘Kami mau memberikannya dengan suka hati.’ Dan setelah dihamparkan
sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting dari jarahannya ke
atas kain itu. (26) Adapun berat anting-anting emas yang dimintanya itu ada
seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung bulan-bulanan, perhiasan
telinga dan pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh raja-raja Midian, dan
belum terhitung kalung rantai yang ada pada leher unta mereka. (27) Kemudian Gideon
membuat efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di
sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi
rumahnya”.
d) Hakim 17:1-13 - “(1) Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha namanya.
(2) Berkatalah ia kepada ibunya: ‘Uang perak yang seribu seratus itu, yang
diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk - aku sendiri
mendengar ucapanmu itu - memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya.’
Lalu kata ibunya: ‘Diberkatilah kiranya anakku oleh TUHAN.’ (3) Sesudah
itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi
ibunya berkata: ‘Aku mau menguduskan uang itu bagi TUHAN, aku
menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan
dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu.’ (4) Tetapi
orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil
dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung
pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah
Mikha. (5) Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim,
ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya. (6) Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang
Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
(7) Maka ada seorang muda dari Betlehem-Yehuda, dari kaum Yehuda; ia seorang
Lewi dan tinggal di sana sebagai pendatang. (8) Lalu orang itu keluar dari kota
Betlehem-Yehuda untuk menetap sebagai pendatang di mana saja ia mendapat
tempat; dan dalam perjalanannya itu sampailah ia ke pegunungan Efraim di rumah
Mikha. (9) Bertanyalah Mikha kepadanya: ‘Engkau dari mana?’ Jawabnya kepadanya:
‘Aku orang Lewi dari Betlehem-Yehuda, dan aku pergi untuk menetap sebagai
pendatang di mana saja aku mendapat tempat.’ (10) Lalu kata Mikha kepadanya:
‘Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku
akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu.’
(11) Orang Lewi itu setuju untuk tinggal padanya. Maka orang muda itu menjadi
seperti salah seorang anaknya sendiri. (12) Mikha mentahbiskan orang Lewi itu;
orang muda itu menjadi imamnya dan diam di rumah Mikha. (13) Lalu kata Mikha:
‘Sekarang tahulah aku, bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena
ada seorang Lewi menjadi imamku.’”.
e) 1Raja 12:25-33 - “(25) Kemudian Yerobeam memperkuat Sikhem di pegunungan
Efraim, lalu diam di sana. Ia keluar dari sana, lalu memperkuat Pnuel. (26)
Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali
kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban
sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan
berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan
membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah
menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia
berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai
Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari
tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain
ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab
rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung
yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan
mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. (32)
Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas
bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik
tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban
kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel
imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya. (33) Ia naik tangga mezbah
yang dibuatnya di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang
kedelapan, dalam bulan yang telah direncanakannya dalam hatinya sendiri; ia
menentukan suatu hari raya bagi orang Israel dan ia naik tangga mezbah itu
untuk membakar korban”.
Thomas Manton:
“It
is idolatry not only to worship false gods in the place of the true God, but to
worship the true God in a false manner” (= Adalah
merupakan penyembahan berhala bukan hanya menyembah allah-allah palsu
menggantikan tempat Allah yang benar, tetapi juga menyembah Allah yang benar
dengan cara yang palsu / salah).
Bandingkan ini dengan kata-kata dari banyak orang: yang penting
tujuannya benar, yaitu menyembah Allah, caranya berbeda tidak apa-apa. Ini
jelas merupakan suatu omong kosong! Kitab Suci mengajar kita bahwa bukan
tujuannya saja yang harus benar, tetapi caranya juga harus benar!
Karena itu, jangan menganggap bahwa Allah mau menerima
seadanya penyembahan yang dilakukan manusia menurut pemikiran dan khayalannya
masing-masing.
Bdk. Yoh 4:23-24 - “(23)
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
(24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam
roh dan kebenaran.’”.
Bandingkan juga dengan Kol 2:8,16-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan
kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan
roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. ... (16) Karena itu
janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau
mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah
bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (18)
Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura
merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya
yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari
mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi,
menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan
Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada
rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah
ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai
barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan
ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya
penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri,
menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.
Perhatikan penyembahan dan peraturan-peraturan dari
ajaran sesat yang dibicarakan oleh Paulus dalam text di atas ini. Kelihatannya
ada kerendahan hati, dan bahkan kelihatannya penuh hikmat, tetapi dikecam oleh
Paulus, karena tidak sesuai dengan Kristus / Kitab Suci!
3) Contoh
pelanggaran terhadap hukum ini (Catatan: ada hal-hal yang overlap /
bertumpukan antara pelanggaran terhadap hukum pertama dan pelanggaran terhadap
hukum kedua):
a) Menyembah
patung berhala, atau lebih tepat, menyembah Allah melalui patung
berhala.
Bagaimana kalau saudara diminta seseorang untuk
mengantarkan dia pergi ke kelenteng / kuil berhala, supaya dia bisa beribadah
melalui penyembahan berhala? Haruskah, atau bolehkah, saudara ‘berbuat baik’
dengan mengantarkan dia?
Dalam kontext gereja kita yang berdampingan dengan
kelenteng, apakah merupakan suatu ‘perbuatan baik’ kalau kita memberi jalan
bagi orang-orang yang mau menyembah berhala di kelenteng?
b) Menyembah /
menghormati / mencium Kitab Suci.
Kita memang mempercayai dan
menghormati Kitab Suci sebagai Firman Allah. Tetapi bukan bendanya / bukunya
itu sendiri yang kita hormati, melainkan isinya.
‘Mencium’ sering berarti
‘menyembah’, dan hal ini terlihat dari ayat-ayat ini:
1Raja 19:18 - “Tetapi Aku akan
meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud
menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.
Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka
terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan
berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan
tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah
manusia mencium anak-anak lembu!”.
Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku
pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan
indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan
tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut
dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari”.
Maz 2:11-12 - “(11) Beribadahlah
kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar, (12)
supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya
menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung padaNya!”.
Ini salah terjemahan, dan RSV
sama salahnya.
KJV: ‘(11) Serve the LORD with fear, and rejoice with
trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry, and ye perish from the
way, when his wrath is kindled but a little. Blessed are all they that put
their trust in him’ [= (11) Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan
bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan
marah, dan kamu binasa di jalan, pada saat murkaNya dinyalakan sedikit saja.
Diberkatilah semua mereka yang meletakkan kepercayaan mereka kepadaNya].
NIV/NASB/ASV/NKJV ≈ KJV.
c) Menyembah /
menghormati / mencium salib, patung Yesus / Maria / malaikat / orang suci
(Gereja Katolik).
Karena itu hati-hatilah dengan benda-benda seperti
salib, patung / gambar Yesus dan sebagainya. Semua itu bukan dosa selama kita
tidak menyembahnya. Tetapi kalau ada sedikit saja rasa hormat dalam hati kita
terhadap benda-benda itu, maka itu menjadi penyembahan berhala, dan itu
merupakan dosa!
d) Berdoa
sambil menghadap pada salib atau sambil membayangkan Yesus.
D. L. Moody:
“someone
says, ‘I find pictures are a great help to me, and images. I know that they are
not themselves sacred, but they help me in my devotion to fix my thoughts on
God.’” (= seseorang
berkata: ‘Aku mendapati gambar-gambar sebagai suatu pertolongan yang besar
bagiku, dan juga patung-patung. Aku tahu bahwa dalam dirinya sendiri mereka
tidak kudus / keramat, tetapi mereka menolongku dalam ibadahku untuk memusatkan
pikiranku kepada Allah) - ‘D. L. Moody
On The Ten Commandments’, hal 34.
Terhadap kata-kata seperti ini D. L. Moody menjawab
dengan kata-kata sebagai berikut: “Whatever comes between my soul and my Maker is
not a help to me, but a hindrance. God has given different means of grace
by which we can approach Him. Let us use these, and not seek for other things
that He has distinctly forbidden”
(= Apapun yang datang di antara jiwaku dan Penciptaku bukanlah suatu
pertolongan bagiku, tetapi suatu halangan. Allah telah memberikan cara / jalan kasih karunia yang
berbeda melalui mana kita bisa mendekati Dia. Hendaklah
kita menggunakan hal-hal ini, dan tidak mencari hal-hal lain yang secara jelas
telah Ia larang) - ‘D. L. Moody
On The Ten Commandments’, hal 34.
e) Berdoa
sambil menggunakan yosua / kemenyan.
Sekalipun dalam Perjanjian Lama ada penggunaan
kemenyan (Im 2:1,15 dsb), tetapi dalam sejak sobeknya tirai Bait Allah
pada saat Yesus mati (Mat 27:50-51), maka seluruh Bait Allah, imam-imam,
korban-korban dan upacara-upacara (termasuk sunat dan Perjamuan Paskah), dan
jelas juga penggunaan kemenyan, harus disingkirkan. Jadi pada jaman Perjanjian
Baru penggunaan kemenyan tidak lagi diijinkan.
f) Menyembah
roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus.
Saya pernah pergi ke gereja dimana pada waktu
mengadakan Perjamuan Kudus, pendeta dan majelisnya berlutut dan menyembah pada
seluruh meja Perjamuan Kudus, dimana terletak roti dan anggur yang akan
digunakan dalam Perjamuan Kudus. Ini jelas juga salah. Roti dan anggur hanyalah
lambang dari tubuh dan darah Kristus, bukan Kristusnya sendiri, sehingga
penyembahan terhadap hal-hal itu merupakan penyembahan berhala.
Sekalipun bukan menyembah roti dan anggur dalam
Perjamuan Kudus, tetapi kalau saudara mempunyai rasa hormat terhadap
benda-benda itu, itu sudah merupakan penyembahan berhala!
g) Memberhalakan
minyak urapan, atau benda-benda apapun yang diberikan ‘pendeta-pendeta’ sebagai
semacam jimat.
Karena itu, hati-hati dengan pendeta-pendeta yang
memberi sapu tangan atau benda apapun, yang katanya telah didoakan, dan disuruh
untuk diletakkan di bawah bantal dan sebagainya. Ini jelas merupakan pemberhalaan!
h) Kepercayaan
terhadap magic / sihir dan semua penggunaannya (bdk. Kel 22:18 Ul 18:10-14 2Taw 33:6 Kis 8:9-11). Magic / sihir sering
dilakukan atas nama Allah (bandingkan dengan Toronto Blessing, nggeblak /
tumbang dalam Roh dsb), tetapi sebetulnya magic atau sihir mendapatkan
kekuatannya dari setan. Karena itu, orang yang melakukan hal ini sama saja dengan
menyembah setannya sendiri. Kalau saudara adalah orang
yang senang menggunakan kuasa gelap untuk mendapatkan keinginan saudara,
perhatikan kata-kata dalam Yes 47:9b - “Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa
engkau, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu”.
i) Dalam Perjanjian Baru, ini mencakup semua penyembahan terhadap
Allah yang dilakukan tanpa melalui Yesus.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu
esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
manusia Kristus Yesus”.
Yoh 14:6 - “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.
Calvin: “although Moses
only speaks of idolatry, yet there is no doubt but that by synecdoche, as in
all the rest of the Law, he condemns all fictitious services which men in their
ingenuity have invented” (= sekalipun
Musa hanya berbicara tentang penyembahan berhala, tetapi tidak diragukan bahwa
oleh suatu synecdoche, seperti dalam seluruh sisa hukum Taurat, ia mengecam
semua ibadah khayalan yang telah manusia temukan dalam kepintaran mereka) - hal 107.
Penerapan: sama dengan persoalan mengantar orang ke kelenteng
tadi, sekarang hal itu bisa diperluas sehingga mencakup semua agama yang
jelas-jelas bertentangan dengan Alkitab, yaitu tidak melalui Yesus Kristus.
Apakah merupakan suatu perbuatan baik untuk mengantarkan seseorang ke gereja
sesat, atau tempat ibadah agama lain (sekalipun tidak menyembah berhala, tetapi
tidak menggunakan Yesus)??? Apakah merupakan suatu perbuatan baik untuk
memberikan kemudahan pada orang-orang yang beragama lain sehingga mereka bisa
melakukan ibadahnya, yang adalah sesat, kalau ditinjau dari Kitab Suci kita? Kita
memang harus bertoleransi, tetapi kita tidak boleh berkompromi! Kita tidak
boleh menghina agama lain, ataupun menghalangi orang yang beragama lain untuk
melakukan ibadah mereka, tetapi kita juga tidak boleh membantu mereka dalam
hal itu!
Renungkan: berapa kali saudara
melanggar hukum kedua ini?
HUKUM 2 (2)
Jangan membuat dan menyembah patung berhala
(Kel 20:4-6)
Kel 20:4-6 - “(4) Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau
yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan
yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku
menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi
Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.
4) Katolik dan hukum kedua.
a) Perubahan
hukum ke 2 dalam Gereja Roma Katolik.
Merupakan suatu fakta bahwa Gereja Roma Katolik
dipenuhi dengan patung yang disembah. Bagaimana mereka bisa melakukan hal itu
dengan adanya hukum kedua ini? Jawabannya adalah: dalam Katolik 10 hukum
Tuhannya berbeda.
Matthew Henry: “The use of images in
the church of Rome, at this day, is so plainly contrary to the letter of this
command, and so impossible to be reconciled to it, that in all their catechisms
and books of devotion, which they put into the hands of the people, they leave
out this commandment, joining the reason of it to the first; and so the third
commandment they call the second, the fourth the third, &c.; only, to make
up the number ten, they divide the tenth into two. Thus have they committed two
great evils, in which they persist, and from which they hate to be reformed;
they take away from God’s word, and add to his worship” (= Penggunaan
patung-patung dalam gereja Roma, pada jaman ini, adalah dengan begitu jelas
bertentangan dengan huruf dari hukum ini, dan begitu tidak mungkin / mustahil
untuk diperdamaikan / diharmoniskan dengannya, sehingga dalam semua katekisasi
dan buku-buku pembaktian / ibadah mereka, yang mereka letakkan di tangan dari
umat / orang-orang, mereka menghapuskan hukum ini, menggabungkan artinya dengan
hukum yang pertama; dan dengan demikian hukum ketiga mereka sebut kedua,
keempat mereka sebut ketiga, dst.; hanya, untuk membuat / mengejar bilangan
sepuluh, mereka membagi hukum kesepuluh menjadi dua. Dengan demikian mereka
telah melakukan dua kejahatan besar, dalam mana mereka berkeras, dan dari mana
mereka tidak senang untuk direformasi; mereka mengambil / membuang dari firman
Allah, dan menambah pada ibadah / penyembahanNya).
Adam Clarke:
“To
countenance its image worship, the Roman Catholic church has left the whole of
this second commandment out of the decalogue, and thus lost one whole
commandment out of the ten; but to keep up the number they have divided the
tenth into two commandments. This is totally contrary to the faith of God’s elect
and to the acknowledgment of that truth which is according to godliness. ...
This corruption of the word of God by the Roman Catholic Church stamps it, as a
false and heretical church, with the deepest brand of ever-enduring infamy!” (= Untuk
merestui / mendukung penyembahan berhalanya, gereja Roma Katolik telah membuang
seluruh hukum kedua dari 10 hukum Tuhan, dan dengan demikian kehilangan /
menghilangkan satu hukum penuh dari sepuluh; tetapi untuk menjaga / mengejar
bilangan 10 itu mereka telah membagi hukum ke 10 menjadi dua hukum. Ini
bertentangan secara total dengan iman / ajaran dari orang-orang pilihan dan
dengan pengakuan terhadap kebenaran itu yang sesuai dengan kesalehan. ...
Perusakan firman Allah ini oleh Gereja Roma Katolik mencapnya sebagai gereja
yang palsu / sesat dan bersifat bidat, yang merupakan cap / merk yang paling
dalam dari keburukan yang bertahan selama-lamanya!).
10 Hukum Tuhan versi Katolik (ini saya ambil dari
‘Catechism of the Catholic Church’ tahun 1992):
1. I am the LORD
your God: you shall not have strange Gods before me (= Akulah TUHAN Allahmu: jangan mempunyai Allah-allah
asing di hadapanKu).
2. You shall not
take the name of the LORD your God in vain (= Jangan menggunakan nama TUHAN Allahmu dengan sia-sia).
3. Remember to
keep holy the LORD’S Day (= Ingatlah
untuk menguduskan Hari TUHAN).
4. Honor your
father and your mother (= Hormatilah
bapa dan ibumu).
5. You shall not
kill (= Jangan membunuh).
6. You shall not
commit adultery (= Jangan berzinah).
7. You shall not
steal (= Jangan mencuri).
8. You shall not
bear false witness against your neighbor
(= Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu).
9. You shall not
covet your neighbor’s wife (= Jangan
menginginkan istri sesamamu).
10. You shall not
covet your neighbor’s goods (= Jangan
menginginkan barang-barang / harta benda sesamamu).
Jadi, mereka menghapuskan hukum ke 2 lalu menjadikan
hukum ke 3 sebagai hukum ke 2, hukum ke 4 sebagai hukum ke 3 dst. Lalu mereka
memecah hukum ke 10 menjadi 2, yaitu hukum ke 9 dan ke 10, untuk tetap
mendapatkan bilangan 10.
Penghapusan hukum ke 2 ini jelas merupakan suatu
tindakan menginjak-injak Kitab Suci, dan menunjukkan betapa tidak Alkitabiahnya
gereja Katolik! Disamping itu, merupakan sesuatu yang tidak masuk akal dan
tidak Alkitabiah untuk membagi hukum ke 10 menjadi 2, karena:
a. Kalau
‘jangan mengingini istri sesamamu’ disebutkan sebagai hukum ke 9 seperti dalam versi
Katolik, itu mungkin masih bisa disesuaikan dengan Ul 5, dimana kata-kata ‘istri sesamamu’ menduduki tempat pertama, dan lalu disusul dengan ‘rumah, ladang, hamba, lembu, keledai sesamamu’.
Ul 5:21 - “Jangan
mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau
ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya,
atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.
Tetapi bagaimana hal itu bisa disesuaikan dengan
Kel 20:17, dimana kata-kata ‘rumah sesamamu’ menduduki tempat pertama, dan sesudah itu baru ‘istrinya’?
Kel 20:17 - “Jangan
mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau
hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya,
atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.
b. Pada
waktu Paulus mengutip hukum ke 10 ini, ia memperlakukannya sebagai satu
kesatuan.
Calvin (tentang Kel 20:12): “the prohibition of God to covet either our
neighbour’s wife or his house, is foolishly separated into two parts, whereas
it is quite clear that only one thing is treated of, as we gather from the
words of Paul, who quotes them as a single Commandment. (Rom. 7:7.) ... the
fact itself explains how one error has grown out of another; for, when they had
improperly hidden the Second Commandment under the First, and consequently did
not find the right number, they were forced to divide into two parts what was
one and indivisible” [= larangan
Allah untuk mengingini istri sesama kita atau rumahnya, secara bodoh dipisahkan
menjadi 2 bagian, padahal adalah cukup jelas bahwa hanya satu hal yang
dibicarakan, seperti yang bisa kita dapatkan dari kata-kata Paulus, yang
mengutip mereka sebagai satu Hukum (Ro 7:7). ... fakta itu sendiri menjelaskan
bagaimana satu kesalahan telah tumbuh dari kesalahan yang lain; karena, pada
waktu mereka secara tidak benar telah menyembunyikan Hukum kedua di bawah Hukum
pertama, dan karena itu tidak bisa mendapatkan bilangan yang benar (tak bisa
mendapatkan bilangan 10), mereka
terpaksa membagi menjadi 2 bagian apa yang seharusnya adalah satu dan tidak
bisa dibagi-bagi] - hal 6.
Bdk. Ro 7:7 - “Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa?
Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal
dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak
mengatakan: ‘Jangan mengingini!’”.
Apa yang mengejutkan adalah: susunan / urut-urutan 10
hukum versi Katolik itu didapatkan dari Agustinus, dan juga diikuti oleh Luther
/ gereja Lutheran.
Keil & Delitzsch: “The
second view was brought forward by Augustine, and no one is known to have
supported it previous to him. In his Quaest. 71 on Ex., when treating of the
question how the commandments are to be divided ... He then proceeds still
further to show that the commandment against images is only a fuller
explanation of that against other gods, but that the commandment not to covet
is divided into two commandments by the repetition of the words, ‘Thou shalt
not covet,’ ... In this division Augustine generally reckons the commandment
against coveting the neighbour’s wife as the ninth, according to the text of
Deuteronomy; although in several instances he places it after the coveting of
the house, according to the text of Exodus. Through the great respect that
was felt for Augustine, this division became the usual one in the Western
Church; and it was adopted even by Luther and the Lutheran Church” (= Pandangan
kedua diajukan oleh Agustinus, dan tak diketahui adanya seorangpun yang
mendukung pandangan ini sebelum dia. Dalam buku / tulisannya Quaest. 71 tentang
Ex. / Kel., pada waktu membahas pertanyaan bagaimana hukum-hukum harus dibagi
... Ia lalu melanjutkan lebih jauh lagi untuk menunjukkan bahwa hukum terhadap
patung-patung hanyalah penjelasan yang lebih lengkap dari hukum terhadap
allah-allah lain, tetapi bahwa hukum untuk tidak mengingini dibagi menjadi dua
hukum oleh pengulangan ‘Janganlah engkau menginginkan’, ... Dalam pembagian ini
Agustinus secara umum menganggap hukum terhadap menginginkan istri sesama
sebagai yang kesembilan, sesuai dengan text dari Ulangan; sekalipun dalam
beberapa hal ia menempatkannya setelah menginginkan rumah, sesuai dengan text
dari Keluaran. Melalui rasa hormat yang besar yang dirasakan terhadap
Agustinus, pembagian ini menjadi sesuatu yang biasa di Gereja Barat; dan itu
diadopsi bahkan oleh Luther dan Gereja Lutheran).
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan bahwa kita
harus hati-hati terhadap rasa hormat / kagum terhadap seorang hamba Tuhan, tak
peduli siapapun dia adanya. Semua hamba Tuhan ada di bawah Firman Tuhan!
Keil & Delitzsch: “It
must be decided from the text of the Bible alone. Now in both substance and
form this speaks against the Augustinian, Catholic, and Lutheran view, and in
favour of the Philonian, or Oriental and Reformed. In substance; for whereas no
essential difference can be pointed out in the two clauses which prohibit
coveting, so that even Luther has made but one commandment of them in his
smaller catechism, there was a very essential difference between the
commandment against other gods and that against making an image of God, so far
as the Israelites were concerned, as we may see not only from the account of
the golden calf at Sinai, but also from the image worship of Gideon (Judg
8:27), Micah (Judg 17), and Jeroboam (1 Kings 12:28ff.)” [= Itu harus
ditentukan dari text Alkitab saja. Baik dalam isinya maupun bentuknya ini
berbicara menentang pandangan Agustinus, Katolik, dan Lutheran, dan berpihak
pada Philonian, atau Timur dan Reformed. Dalam isinya; karena sementara tidak
ada perbedaan yang hakiki bisa ditunjukkan dalam kedua anak kalimat yang
melarang untuk menginginkan, sehingga bahkan Luther telah membuat mereka
menjadi hanya satu hukum dalam katekisasi kecilnya, ada perbedaan yang sangat
hakiki antara hukum menentang allah-allah lain dan perintah / hukum menentang
pembuatan patung dari Allah, sejauh berkenaan dengan bangsa Israel, seperti
bisa kita lihat bukan hanya dari cerita tentang anak lembu emas di Sinai,
tetapi juga dari penyembahan patung dari Gideon (Hak 8:27), Mikha (Hak 17), dan
Yerobeam (1Raja 12:28-dst)].
Mungkin Keil & Delitzsch memberikan ayat-ayat
referensi di atas untuk menunjukkan bahwa sekalipun orang-orang itu menyembah
Allah, dan tidak menyembah allah lain, tetapi karena penyembahan itu
dilakukan melalui patung, mereka tetap berdosa. Ini secara jelas membedakan
hukum pertama dan hukum kedua.
Wycliffe Bible Commentary: “There are different ways of
dividing the Commandments. The Lutheran and Roman Catholic churches follow
Augustine in making verses 2-6 the first commandment, and then dividing verse
17, on covetousness, into two. Modern Judaism makes verse 2 the first
commandment and verses 3-6 the second. The earliest division, which can be
traced back at least as far as Josephus, in the first century A.D., takes Exo
20:3 as the first command and 20:4-6 as the second. This division was supported
unanimously by the early church, and is held today by the Eastern Orthodox and
most Protestant churches” (= Ada
cara-cara yang berbeda tentang pembagian dari Hukum-hukum ini. Orang-orang
Lutheran dan Roma Katolik mengikuti Agustinus dengan membuat ay 2-6 hukum
pertama, dan lalu membagi ay 17, tentang keinginan / menginginkan, menjadi dua
hukum. Yudaisme modern membuat ay 2 sebagai hukum pertama dan ay 3-6 hukum
kedua. Pembagian yang paling awal, yang bisa ditelusuri jejaknya sejauh
Yosephus, pada abad pertama Masehi, menganggap Kel 20:3 sebagai hukum pertama
dan 20:4-6 sebagai hukum kedua. Pembagian ini didukung dengan suara bulat oleh
gereja awal, dan dipegang / dipercayai sekarang oleh Gereja Orthodox Timur dan
kebanyakan gereja-gereja Protestan).
Catatan: bagaimana Yudaisme bisa menganggap ay 2 sebagai
hukum pertama, padahal ay 2 berbunyi: “‘Akulah
TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan”? Ini suatu pernyataan,
bukan hukum / perintah / larangan!
b) Penyembahan
atau penghormatan?
Calvin mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik berusaha
menghindari hukum kedua ini dengan membedakan istilah LATRIA dan DULIA. Mereka
mengatakan bahwa LATRIA merupakan penyembahan terhadap Allah, sedangkan
DULIA hanya merupakan penghormatan, yang mereka tujukan kepada malaikat,
orang-orang suci, dan patung (Catatan: untuk Maria mereka menggunakan istilah
lain lagi, yaitu Hyper Dulia,
yang tetap mereka anggap sebagai penghormatan, bukan penyembahan).
Mereka menganggap bahwa yang dilarang oleh hukum kedua
hanyalah LATRIA, bukan DULIA. Tetapi Calvin mengatakan bahwa ini suatu
penghindaran yang sia-sia, karena kalau dilihat dari Kel 20:5a, Musa
melarang segala bentuk dan upacara penyembahan, dengan menggunakan istilah ‘menyembah’,
lalu menggunakan istilah kedua, yaitu kata Ibrani AVAD, yang arti sebenarnya
adalah ‘to
serve’ (= melayani /
beribadah). Calvin menganggap bahwa
istilah kedua ini mencakup penghormatan.
Bdk. Kel 20:5a - “Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya”.
KJV: ‘Thou shalt not bow down
thyself to them, nor serve them’ (= Jangan membungkuk
/ menyembah mereka, ataupun melayani mereka / beribadah
kepada mereka).
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
1. Biarpun mereka
membedakan istilahnya, tetapi apa yang mereka lakukan dalam melakukan
penyembahan dan penghormatan, adalah persis sama. Bukankah lucu kalau
istilahnya dibedakan, tetapi tindakannya persis sama?
2. Mengapa mereka
menghapus hukum kedua dari 10 hukum mereka, kalau mereka memang tidak salah
dalam hal ini?
5) Hal-hal
lain tentang patung berhala.
a) Dalam
Alkitab ‘menyembah berhala’ dianggap melakukan perzinahan / persundalan rohani.
Ini jelas juga berlaku untuk ‘mempunyai / menyembah allah lain’.
Yer 3:6-9 - “(6)
TUHAN berfirman kepadaku dalam zaman raja Yosia: ‘Sudahkah engkau melihat apa
yang dilakukan Israel, perempuan murtad itu, bagaimana dia naik ke atas setiap
bukit yang menjulang dan pergi ke bawah setiap pohon yang rimbun untuk bersundal
di sana? (7) PikirKu: Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepadaKu,
tetapi ia tidak kembali. Hal itu telah dilihat oleh Yehuda, saudaranya
perempuan yang tidak setia. (8) Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya
Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya
surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak
takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal. (9) Dengan sundalnya yang sembrono itu maka ia mencemarkan negeri dan
berzinah dengan menyembah batu dan kayu”.
Ul 31:16 - “TUHAN berfirman
kepada Musa: ‘Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan
nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti
allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan
meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjianKu yang Kuikat dengan mereka”.
Kita yang percaya memang sudah dipertunangkan dengan
Kristus, dan karena itu, kalau kita menyembah berhala / mempunyai allah lain
maka kita dianggap berzinah secara rohani. Ini bukan melanggar hukum ke
7 tetapi hukum ke 1 dan 2.
b) Ada dosa-dosa
lain yang biasanya / seringkali menyertai penyembahan berhala.
Dosa-dosa lain yang sering menyertai penyembahan
berhala pada jaman Kitab Suci adalah: penggunaan kuasa gelap / persekutuan
dengan roh jahat / setan, pelacuran / perzinahan, pengorbanan manusia.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The idol worship of the pagan nations
was not only illogical and unbiblical, but it was intensely immoral (temple
prostitutes and fertility rites), inhuman (sacrificing children), and demonic
(1 Cor 10:10-22). No wonder the Lord commanded Israel to destroy the temples,
altars, and idols of the pagans when they invaded the land of Canaan (Deut
7:1-11)”
[= Penyembahan berhala dari bangsa-bangsa kafir bukan hanya tidak logis dan
tidak Alkitabiah, tetapi itu sangat tidak bermoral (pelacuran kuil dan upacara
kesuburan), tak manusiawi (pengorbanan anak-anak), dan bersifat setan (1Kor
10:10-22). Tak heran Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menghancurkan
kuil-kuil, mezbah-mezbah, dan berhala-berhala dari orang-orang kafir pada waktu
mereka menyerbu tanah Kanaan (Ul 7:1-11)].
1. Ayat-ayat
yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dan pengorbanan anak, dan bahkan
dengan sihir dan banyak hal yang berhubungan dengan kuasa gelap.
2Taw 33:6 - “Bahkan, ia mempersembahkan
anak-anaknya sebagai korban dalam api di Lebak Ben-Hinom; ia melakukan
ramal, telaah dan sihir, dan menghubungi para pemanggil arwah dan para
pemanggil roh peramal. Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga
ia menimbulkan sakit hatiNya”.
Yeh 20:31 - “Dalam membawa
persembahan-persembahanmu, yaitu mempersembahkan anak-anakmu sebagai
korban dalam api, kamu menajiskan dirimu dengan segala berhala-berhalamu sampai
hari ini, apakah Aku masih mau kamu minta petunjuk dari padaKu, hai kaum
Israel? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak mau lagi
kamu minta petunjuk dari padaKu”.
2. Ayat
yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dengan perzinahan / pelacuran.
Ul 23:17-18 - “(17) ‘Di antara anak-anak perempuan
Israel janganlah ada pelacur bakti, dan di antara anak-anak lelaki
Israel janganlah ada semburit bakti. (18) Janganlah kaubawa upah
sundal atau uang semburit ke dalam rumah TUHAN, Allahmu, untuk menepati
salah satu nazar, sebab keduanya itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.’”.
KJV: “There shall be no whore of the daughters of
Israel, nor a sodomite of the sons of Israel” (= Jangan ada pelacur dari
anak-anak perempuan Israel, ataupun seorang penyodomi dari anak-anak lelaki
Israel).
RSV: “‘There shall be no cult prostitute of the
daughters of Israel, neither shall there be a cult prostitute of the sons of
Israel” (= Jangan ada pelacur penyembahan agama dari anak-anak perempuan
Israel, juga jangan ada pelacur penyembahan agama dari anak-anak lelaki Israel).
NIV: “No Israelite man or woman is to become a
shrine prostitute” (= Jangan ada laki-laki atau perempuan Israel yang
menjadi pelacur kuil).
NASB: “‘None of the daughters of Israel shall be a
cult prostitute, nor shall any of the sons of Israel be a cult prostitute”
(= Jangan seorangpun dari anak-anak perempuan Israel menjadi pelacur
penyembahan agama, atau dari anak-anak lelaki Israel yang menjadi pelacur
penyembahan agama).
Catatan: kata ‘cult’ dalam RSV/NASB berarti ‘suatu
sistim penyembahan atau upacara agamawi’ (Webster’s New World Dictionary).
Barnes’ Notes:
“Prostitution
was a common part of religious observances among idolatrous nations, especially
in the worship of Ashtoreth or Astarte” (= Pelacuran
merupakan bagian umum dari ibadah agamawi di antara bangsa-bangsa penyembah
berhala, khususnya dalam penyembahan Asytoret atau Astarte).
Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa
‘pelacur bakti’ adalah perempuan-perempuan yang dibaktikan pada pelayanan /
penyembahan dari Astarte / Asytarot (Venus) dan keuntungan dari pelacuran itu
dimasukkan ke dalam kas dari kuil. Sedangkan ‘semburit bakti’ adalah pelacur
laki-laki, yang dibaktikan kepada dewi yang sama. Mereka diberi pakaian
perempuan, dan membujuk orang-orang untuk melakukan tindakan homosex.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘There
shall be no whore of the daughters of Israel,’ [qdeeshaah] -
a female devoted to the service of Astarte or Ashtaroth (Venus), and the
profits of whose prostitution were applied to the treasury of her temples. Nor
a sodomite, [qaadeesh] -
a male prostitute, consecrated to the worship of the same goddess. These
wretched creatures, dressed in female habiliments, frequented the streets of
cities, or wandered into country villages as mendicants, exhibiting small
shrines of Astarte, and enticing the populace to unnatural crime. Both of these
were attaches to the temple of the Syrian goddess” (=
).
3. Ayat-ayat
/ text yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dengan persekutuan dengan
roh jahat / setan.
1Kor 10:14-22 - “(14)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
(15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana.
Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! (16) Bukankah cawan pengucapan
syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah
Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh
Kristus? (17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu
tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. (18)
Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang
dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah? (19) Apakah yang
kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu?
Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah,
bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan
kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
(21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh
jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga
dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan
cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?”.
c) Apakah
patung berhala ada roh jahatnya?
Hab 2:19 - “Celakalah
orang yang berkata kepada sepotong kayu: ‘Terjagalah!’ dan kepada sebuah batu
bisu: ‘Bangunlah!’ Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan
perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya”.
Kelihatannya ayat ini menunjukkan bahwa patung berhala
tidak ada setannya / roh jahatnya, tetapi sebetulnya bukan itu maksudnya. Pada
waktu dikatakan bahwa dalam patung berhala itu tidak ada roh, maksudnya adalah
bahwa patung berhala itu mati. Kata ‘roh’ dalam Hab 2:19 itu diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani RUAKH,
tetapi KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkannya ‘breath’ (= nafas).
Bandingkan dengan Yak 2:26 - “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian
jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
Jadi, maksud dari ayat ini hanyalah bahwa patung
berhala itu mati, dan karena itu merupakan suatu ketololan untuk menyembah
kepada sesuatu yang mati. Berhala yang mati juga dikontraskan dengan Allah yang
hidup.
Bdk. Yer 10:8-16 - “(8)
Berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka. - (9) Perak kepingan
dibawa dari Tarsis, dan emas dari Ufas; berhala itu buatan tukang dan buatan
tangan pandai emas. Pakaiannya dari kain ungu tua dan kain ungu muda, semuanya
buatan orang-orang ahli. - (10) Tetapi TUHAN adalah Allah yang benar, Dialah
Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murkaNya, dan
bangsa-bangsa tidak tahan akan geramNya. (11) Beginilah harus kamu katakan
kepada mereka: ‘Para allah yang tidak menjadikan langit dan bumi akan lenyap
dari bumi dan dari kolong langit ini.’ (12) Tuhanlah yang menjadikan bumi
dengan kekuatanNya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaanNya, dan yang
membentangkan langit dengan akal budiNya. (13) Apabila Ia memperdengarkan
suaraNya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi,
Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari
perbendaharaanNya. (14) Setiap manusia ternyata bodoh, tidak berpengetahuan,
dan setiap pandai emas menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa
di dalamnya, (15) semuanya adalah kesia-siaan, pekerjaan yang menjadi buah
ejekan, dan yang akan binasa pada waktu dihukum. (16) Tidaklah begitu Dia yang
menjadi bagian Yakub, sebab Dialah yang membentuk segala-galanya, dan Israel
adalah suku milikNya; namaNya ialah TUHAN semesta alam!”.
Catatan: kata ‘nyawa’ dalam Yer 10:14 juga berasal dari
kata bahasa Ibrani RUAKH, dan KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV juga menterjemahkan ‘breath’
(= nafas).
Bdk. 1Tes 1:9 - “Sebab
mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan
bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah
yang hidup dan yang benar”.
Jadi, saya berpendapat bahwa Hab 2:19 itu bukan
dasar untuk mengatakan bahwa patung berhala tidak ada roh jahatnya. Saya
berpendapat adalah memungkinkan bahwa setan memasuki suatu patung berhala,
karena ia senang disembah (bdk. Mat 4:10). Juga jelas bahwa adalah mungkin
bahwa ialah yang mengabulkan doa-doa yang dinaikkan kepada / melalui patung
itu.
d) Kebodohan
dari penyembahan berhala.
Penyembahan terhadap patung berhala bukan hanya
merupakan dosa, tetapi juga merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena orang
itu membuat patung, lalu menyembah patung buatan tangannya sendiri! Disamping
itu, patung berhala itu merupakan benda mati, yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Bagaimana mungkin seseorang berdoa dan memohon kepadanya?
Barnes’ Notes (tentang Maz 115:8): “People who do this show that they are
destitute of all the proper attributes of reason, since such gods cannot help them.
It is most strange, as it appears to us, that the worshippers of idols did not
themselves see this; but this is in reality no more strange than that sinners
do not see the folly of their course of sin; that people do not see the folly
of worshipping no God” (= Orang-orang yang melakukan hal ini
menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai sifat-sifat yang benar dari akal,
karena allah-allah / dewa-dewa seperti itu tidak bisa menolong mereka. Adalah
paling / sangat aneh, seperti kelihatannya bagi kita, bahwa penyembah-penyembah
dari berhala-berhala itu sendiri tidak melihat hal ini; tetapi ini dalam
realitanya tidak lebih aneh dari pada bahwa orang-orang berdosa tidak melihat
kebodohan dari jalan mereka yang berdosa; bahwa orang-orang tidak melihat
kebodohan dari penyembahan terhadap yang bukan Allah).
Ada beberapa ayat Kitab Suci yang menunjukkan
kebodohan penyembahan berhala, seperti:
1. Ul 4:28
- “Maka di sana kamu akan beribadah kepada
allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat,
tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium”.
2. Maz 115:4-8
- “(4) Berhala-berhala mereka adalah perak
dan emas, buatan tangan manusia, (5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat
berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (6) mempunyai
telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat
mencium, (7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki,
tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
(8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang
percaya kepadanya”.
3. Yes 2:8
- “Negerinya penuh berhala-berhala; mereka
sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri dan kepada yang dikerjakan oleh
tangannya”.
4. Yer 10:5
- “Berhala itu sama seperti orang-orangan
di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab
tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat
berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat.’”.
5. Hakim 6:25-32
- “(25) Pada malam itu juga TUHAN
berfirman kepadanya: ‘Ambillah seekor lembu jantan kepunyaan ayahmu, yakni
lembu jantan yang kedua, berumur tujuh tahun, runtuhkanlah mezbah Baal
kepunyaan ayahmu dan tebanglah tiang berhala yang di dekatnya. (26) Kemudian
dirikanlah mezbah bagi TUHAN, Allahmu, di atas kubu pertahanan ini dengan
disusun baik, lalu ambillah lembu jantan yang kedua dan persembahkanlah korban
bakaran dengan kayu tiang berhala yang akan kautebang itu.’ (27) Kemudian
Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan diperbuatnyalah seperti yang
difirmankan TUHAN kepadanya. Tetapi karena ia takut kepada kaum keluarganya dan
kepada orang-orang kota itu untuk melakukan hal itu pada waktu siang, maka
dilakukannyalah pada waktu malam. (28) Ketika orang-orang kota itu bangun
pagi-pagi, tampaklah telah dirobohkan mezbah Baal itu, telah ditebang tiang
berhala yang di dekatnya dan telah dikorbankan lembu jantan yang kedua di atas
mezbah yang didirikan itu. (29) Berkatalah mereka seorang kepada yang lain:
‘Siapakah yang melakukan hal itu?’ Setelah diperiksa dan ditanya-tanya, maka
kata orang: ‘Gideon bin Yoas, dialah yang melakukan hal itu.’ (30) Sesudah itu
berkatalah orang-orang kota itu kepada Yoas: ‘Bawalah anakmu itu ke luar; dia
harus mati, karena ia telah merobohkan mezbah Baal dan karena ia telah menebang
tiang berhala yang di dekatnya.’ (31) Tetapi jawab Yoas kepada semua orang yang
mengerumuninya itu: ‘Kamu mau berjuang membela Baal? Atau kamu mau menolong
dia? Siapa yang berjuang membela Baal akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal
itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya
dirobohkan orang.’ (32) Dan pada hari itu diberikan oranglah nama Yerubaal
kepada Gideon, karena kata orang: ‘Biarlah Baal berjuang dengan dia, setelah
dirobohkannya mezbahnya itu.’”.
Kenyataannya, Baal tidak (bisa) mengapa-apakan Gideon!
6. Tetapi
mungkin ayat / text yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala secara
paling menyolok adalah Yes 44:9-20 yang berbunyi sebagai berikut: “(9) Orang-orang
yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang
kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu
tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan
mendapat malu. (10) Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak
memberi faedah? (11) Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan
tukang-tukangnya adalah manusia belaka. Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan
mendapat malu bersama-sama. (12) Tukang besi membuatnya dalam bara api dan
menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di
tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak
minum air sehingga ia letih lesu. (13) Tukang kayu merentangkan tali pengukur
dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan
pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki
kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan
dalam kuil. (14) Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon
saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara
pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar.
(15) Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk
memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia
membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi
patung lalu sujud kepadanya. (16) Setengahnya dibakarnya dalam api dan
di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu
sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: ‘Ha, aku sudah menjadi
panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ (17) Dan sisa kayu itu dikerjakannya
menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan
berdoa kepadanya, katanya: ‘Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ (18)
Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab
matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup
juga, sehingga tidak dapat memahami. (19) Tidak ada yang mempertimbangkannya,
tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: ‘Setengahnya
sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah
kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa
kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?’ (20) Orang yang
sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat
menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: ‘Bukankah dusta yang menjadi
peganganku?’”.
Adam Clarke (tentang Yes 44:12): “The sacred writers are generally large
and eloquent upon the subject of idolatry; they treat it with great severity,
and set forth the absurdity of it in the strongest light. But this passage of
Isaiah, Isa 44:12-20, far exceeds anything that ever was written upon the
subject, in force of argument, energy of expression, and elegance of
composition”
(= Penulis-penulis kudus biasanya berbicara panjang lebar dan fasih tentang
pokok penyembahan berhala; mereka menanganinya dengan kekerasan yang besar, dan
menunjukkan sifat menggelikannya dalam terang yang paling kuat. Tetapi text
dari Yesaya ini, Yes 44:12-20, jauh melebihi apapun yang pernah ditulis tentang
pokok ini, dalam kekuatan argumentasi, tenaga pengungkapan, dan keanggunan
penyusunan).
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 44:10): “‘Who hath formed a god?’ - sarcastic
question: ‘How debased the man must be who forms a god!’ It is a contradiction
in terms. A made god, worshipped by its maker! (1 Cor 8:4.)” [= ‘Siapa yang
telah membentuk suatu allah?’ - pertanyaan sarkastik: ‘Betapa rendahnya derajat
orang yang membentuk suatu allah!’ Itu merupakan istilah yang kontradiksi.
Suatu allah yang dibuat, disembah oleh pembuatnya! (1Kor 8:4).].
D. L. Moody:
“A
man must be greater than anything he is able to make or manufacture. What folly
then to think of worshipping such things!”
(= Seseorang pasti lebih besar dari apapun yang mampu ia buat atau hasilkan.
Jadi alangkah tololnya untuk berpikir tentang penyembahan terhadap hal-hal
seperti itu!) - ‘D. L. Moody
On The Ten Commandments’, hal 33.
Bdk. Yer 16:20 - “Dapatkah
manusia membuat allah bagi dirinya sendiri? Yang demikian bukan allah!’”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar