Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
B) Doktrin
Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini dianggap
bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bisa menolak kasih
karunia Allah itu.
a) Luk 7:30
- “Tetapi
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak
maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.”.
Adam Clarke:
“‘Rejected
the counsel of God.’ Or, frustrated the will of God. ... The will of God was
that all the inhabitants of Judea should repent at the preaching of John, be
baptized, and believe in Christ Jesus. Now as they did not repent, &c., at
John’s preaching, so they did not believe his testimony concerning Christ: thus
the will, gracious counsel, or design of God, relative to their salvation, was
annulled or frustrated” (= ‘Menolak maksud / rencana Allah’.
Atau, ‘menggagalkan kehendak Allah’. ... Kehendak
Allah adalah bahwa semua penduduk Yudea bertobat oleh pemberitaan / khotbah
Yohanes, dibaptiskan, dan percaya kepada Kristus Yesus. Sekarang, karena
mereka tidak bertobat dsb, oleh khotbah Yohanes, demikian juga mereka tidak
percaya pada kesaksiannya mengenai Kristus: maka kehendak, maksud / rencana
yang penuh kasih karunia, atau rancangan dari Allah, berhubungan dengan
keselamatan mereka, dibatalkan atau digagalkan) - hal 413.
Lenski: “Their leaders, ...
refused John’s baptism and thus from the start ‘nullified’ (ἀθετέω), made void the
counsel of God for themselves. This counsel (βουλή) is what the
will of God fixed and planned; it was exhibited in John and in his work.” [= Pemimpin-pemimpin mereka, ...
menolak baptisan Yohanes dan dengan demikian dari permulaan ‘menghapuskan’ (ATHETEO), membatalkan rencana Allah bagi
diri mereka sendiri. Rencana ini (BOULE) adalah apa yang kehendak Allah
tentukan dan rencanakan; itu ditunjukkan dalam Yohanes dan dalam
pekerjaannya.].
Catatan: saya tak tahu kata ‘nya’ (his) yang terakhir itu menunjuk kepada Allah atau kepada
Yohanes Pembaptis.
Jadi, jelaslah bahwa kedua penafsir Arminian ini
menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa kehendak / rencana Allah digagalkan
oleh orang-orang itu.
Luk 7:30 - ‘menolak maksud Allah terhadap diri mereka’.
KJV: ‘rejected
the counsel of God against themselves’ (= menolak rencana Allah terhadap /
menentang mereka sendiri).
NIV: ‘rejected God’s purpose for themselves’ (= menolak rencana Allah untuk / bagi
mereka sendiri).
Mari kita menyoroti kata ‘maksud’ [Inggris: ‘counsel’
(= rencana); Yunani: BOULE].
Ada yang mengatakan bahwa kata Yunani BOULE menunjuk
pada rencana kekal dari Allah, sedangkan kata Yunani Thelema menunjuk pada perintah Allah. Dengan demikian Luk 7:30,
yang menggunakan kata Yunani BOULE, menunjukkan bahwa rencana kekal dari Allah
itu bisa digagalkan oleh kehendak bebas dari manusia.
Ada 2 hal yang saya berikan sebagai tanggapan:
1. Mengatakan
bahwa manusia bisa menggagalkan rencana Allah bertentangan dengan banyak ajaran
Alkitab, yang menyatakan rencana Allah tidak bisa gagal.
·
Ayub 42:1-2 - “(1)
Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau
sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.”.
·
Maz 33:10-11 - “(10)
TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;
(11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya,
rancangan hatiNya turun-temurun.”.
·
Yes 14:24,26-27 - “(14)
TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi,
dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan
terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai
seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat
menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya
ditarik kembali?”.
·
Yes 25:1 - “Ya
TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur
bagi namaMu; sebab dengan
kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan
rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
·
Yes 37:26 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari
jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku
mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang
berkubu menjadi timbunan batu.”.
·
Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang
dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya,
siapakah yang dapat mencegahnya?”.
·
Yes 46:10-11 - “(10)
yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa
yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu
akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang
memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari
negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku
hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak
melaksanakannya.”.
·
Yer 4:28 - “Karena
hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku
telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku
tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
Memang, baik dari sudut logika, maupun dari sudut
Alkitab, jelas bahwa adanya kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah menyebabkan rencana
Allah tidak mungkin bisa gagal / digagalkan oleh siapapun / apapun juga.
2. Setelah
saya memeriksa penggunaan kata BOULE dan THELEMA dalam seluruh Kitab Suci, saya
yakin bahwa pembedaan seperti ini tidak bisa dipertanggung-jawabkan, karena:
a. Kata
Yunani THELEMA memang sering digunakan untuk menunjuk pada perintah Allah,
seperti misalnya dalam Mat 7:21 dan Luk 12:47.
Mat 7:21 - “Bukan setiap
orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak
BapaKu yang di sorga.”.
Luk 12:47 - “Adapun
hamba yang tahu akan kehendak tuannya,
tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang
dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.”.
Tetapi kata ini juga sangat sering digunakan untuk
menunjuk pada rencana kekal dari Allah, yaitu dalam:
Mat 6:10 - “datanglah
KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi
seperti di sorga.”.
Mat 26:42 - “Lalu
Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.
Kis 21:14 - “Karena
ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan!’”.
Ro 1:10 - “Aku
berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku
akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.”.
Ro 15:32 - “agar
aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak
Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu.”.
1Kor 1:1 - “Dari
Paulus, yang oleh kehendak Allah
dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita,”.
2Kor 1:1 - “Dari Paulus,
yang oleh kehendak Allah menjadi rasul
Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus
dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya.”.
Gal 1:4 - “yang
telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari
dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak
Allah dan Bapa kita.”.
Ef 1:1,5 - “(1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak
Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus
Yesus. ... (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus
Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.
Kol 1:1 - “Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah,
dan Timotius saudara kita,”.
2Tim 1:1 - “Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah
untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,”.
1Pet 3:17 - “Sebab
lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena
berbuat jahat.”.
1Pet 4:19 - “Karena
itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak
Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang
setia.”.
1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya
kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta
sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.
Kata ‘kehendak’ dalam ayat-ayat di atas ini menggunakan kata THELEMA,
padahal ini pasti menunjuk pada rencana kekal dari Allah.
b. Kata
Yunani BOULE dalam ayat-ayat tertentu memang menunjuk pada rencana kekal dari
Allah, seperti misalnya dalam Kis 2:23 dan Kis 4:28.
Kis 2:23 - “Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan
rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa
durhaka.”.
Kis 4:28 - “untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu.”.
Tetapi kata itu juga pernah digunakan untuk menunjuk
pada perintah Allah, yaitu dalam Kis 13:36 dan Kis 20:27.
Kis 13:36 - “Sebab
Daud melakukan kehendak Allah pada
zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia
memang diserahkan kepada kebinasaan.”.
Jelas bahwa kata ‘kehendak’ di sini tidak mungkin menunjuk pada rencana Allah,
karena Daud tidak tahu rencana Allah itu. Ini pasti menunjuk pada
perintah-perintah Allah, dan menunjukkan Daud sebagai orang yang taat kepada
Tuhan.
Kis 20:27 - “Sebab aku tidak lalai memberitakan
seluruh maksud Allah kepadamu.”.
Kata ‘maksud’ di sini menggunakan kata BOULE, dan tidak mungkin
kata ini menunjuk pada rencana kekal dari Allah, karena Paulus tidak mungkin
bisa memberitakan seluruh rencana kekal dari Allah, yang tidak dia ketahui.
Yang dimaksud pasti adalah perintah / ajaran dari Allah.
c. Sesuatu
yang menarik terjadi dalam Ef 1:11 - “Aku katakan ‘di dalam Kristus’,
karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari
semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang
di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan
kehendakNya -”.
KJV: ‘who worketh
all things after the counsel of his own will’ (= yang mengerjakan
segala sesuatu menurut rencana dari kehendakNya sendiri).
Untuk kata ‘counsel’
digunakan kata BOULE, sedangkan untuk kata ‘will’ digunakan kata THELEMA.
3. Komentar-komentar
dari beberapa penafsir.
Norval Geldenhuys / NICNT (tentang Luk 7:30): “Here boulh (BOULE) does
not refer to the eternal decree of God (Eph. 1:1), which cannot be broken or
put aside by the creature, but to God’s dispensing of salvation as it is
revealed in John’s mission and work’.” [= Di
sini BOULE tidak menunjuk pada ketetapan kekal dari Allah (Ef 1:1),
yang tidak bisa dihancurkan atau disingkirkan oleh makhluk ciptaan, tetapi pada penyaluran / pembagian keselamatan sebagaimana
dinyatakan dalam misi dan pekerjaan Yohanes’.] - hal 230.
Robert L. Dabney: “When
it is said that the Pharisees rejected the counsel of God concerning
themselves, the word ‘counsel’ means but ‘precept.’” (= Ketika dikatakan bahwa orang-orang Farisi
menolak maksud / rencana Allah mengenai diri mereka sendiri, kata ‘maksud / rencana’ hanya berarti ‘perintah / ajaran’) - ‘Lectures in
Systematic Theology’, hal 222.
Barnes’ Notes ( tentang Luk 7:30): “‘The counsel of God.’ The counsel of God toward
them was the solemn admonition by John to ‘repent’ and be baptized, and be
prepared to receive the Messiah. This was the command or revealed will of God
in relation to them. When it is said that they ‘rejected’ the counsel of God,
it does not mean that they could frustrate his purposes, but merely that they
violated his commands. Men cannot frustrate the ‘real’ purposes of God, but
they can contemn his messages, they can violate his commands, and thus they can
reject the counsel which he gives them, and treat with contempt the desire
which he manifests for their welfare”
(= ‘Rencana Allah’. Rencana Allah terhadap mereka
adalah nasehat khidmat oleh Yohanes untuk bertobat dan dibaptis, dan
dipersiapkan untuk menerima sang Mesias. Ini
adalah perintah dan kehendak yang dinyatakan dari Allah berkenaan dengan mereka.
Pada waktu
dikatakan bahwa mereka ‘menolak’ rencana Allah, itu tidak berarti bahwa mereka
bisa menggagalkan rencanaNya, tetapi semata-mata bahwa mereka melanggar
perintah-perintahNya. Manusia tidak bisa
menggagalkan rencana yang sungguh-sungguh dari Allah, tetapi mereka bisa meremehkan
berita-beritaNya, mereka bisa melanggar perintah-perintahNya, dan
dengan demikian mereka bisa menolak rencana yang Ia berikan kepada mereka, dan
memperlakukan dengan jijik keinginan yang Ia nyatakan bagi kesejahteraan mereka).
William Hendriksen: “Probable meaning
in the light of the context: Jesus has shown that John was great indeed (verse
28). As God’s voice to the people he had pressed upon them these divine requirements: they must turn from
their evil ways and bear good fruit.” [= Arti yang memungkinkan dalam
terang dari kontext: Yesus telah menunjukkan bahwa Yohanes memang orang besar
(ay 28). Sebagai suara Allah kepada bangsa itu ia telah menekankan kepada
mereka tuntutan-tuntutan ilahi ini:
mereka harus berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat dan menghasilkan buah
yang baik.].
b) Mat
23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau
yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus
kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan
anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah
sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.
Ayat ini sangat banyak digunakan oleh orang-orang
Arminian / non Reformed untuk menekankan free
will, dan juga untuk menentang doktrin Irresistible
Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini.
Adam Clarke (tentang Mat 23:37): “1. It is evident that our blessed Lord seriously
and earnestly wished the salvation of the Jews. 2. That he did everything that
could be done, consistently with his own perfections, and the liberty of his
creatures, to effect this. 3. That his tears over the city, Luke 19:41,
sufficiently evince his sincerity. 4. That these persons nevertheless perished.
And 5. That the reason was, they would not be gathered together under his
protection: therefore wrath, i.e. punishment, came upon them to the uttermost.
From this it is evident that there have been persons whom Christ wished to
save, and bled to save, who notwithstanding perished, because they would not
come unto him, John 5:40” (= 1. Adalah
jelas bahwa Tuhan kita yang terpuji secara serius
dan sungguh-sungguh menginginkan keselamatan dari orang-orang Yahudi.
2. Bahwa Ia melakukan segala sesuatu yang bisa
dilakukan, dengan / secara konsisten dengan kesempurnaanNya sendiri, dan
kebebasan dari makhluk-makhlukNya, untuk menghasilkan hal ini. 3. Bahwa
air mataNya atas / karena kota itu, Luk 19:41, secara cukup menunjukkan
dengan jelas ketulusan / kesungguhanNya. 4. Bahwa meskipun
demikian orang-orang ini binasa. Dan 5. Bahwa alasannya adalah, mereka tidak mau dikumpulkan bersama-sama
di bawah perlindunganNya: karena itu murka, yaitu hukuman, datang
kepada mereka sampai sepenuhnya. Dari ini adalah
jelas bahwa disana ada orang-orang yang Kristus ingin untuk selamatkan, dan berkorban
/ mencurahkan darah untuk menyelamatkan, tetapi yang bagaimanapun juga binasa,
karena mereka tidak mau datang kepadaNya, Yoh 5:40).
Luk 19:41 - “Dan
ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia
menangisinya,”.
Yoh 5:39-40 - “(39)
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi
walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh
hidup itu.”.
Kata ‘olehNya’
merupakan terjemahan yang salah.
KJV/RSV/NASB: ‘in
them’ (= dalam mereka).
NIV: ‘by them’
(= oleh mereka).
Catatan: kepercayaan Arminian bahwa Tuhan
sungguh-sungguh ingin menyelamatkan semua orang, dan melakukan apa yang bisa Ia
lakukan untuk mencapai hal itu, tetapi toh akhirnya orang-orang itu binasa,
menurut saya berbau penghujatan, karena menunjukkan ‘ketidak-mampuan’ Allah! Juga pandangan ini
tak bisa menjawab pertanyaan ini: ‘Kalau memang pandangan itu benar, mengapa ada
banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil?’.
Lenski: “the very ones
whom Jesus willed to gather refused to be gathered: rulers and people alike.
... John describes Jesus’ ministry in the capital at length, but all of Jesus’
ministry to the Jews is here included: ‘thy children,’ the nation. One of the
inexplicable features of divine love is the fact that, in spite of the
infallible foreknowledge that all will be in vain, its call and its effort to
save never cease until the very end. Judas is another example. Such knowledge
would either stop us at once or make our efforts a mere pretense. So far is God
above us in this respect that our minds cannot follow his ways.” (= orang-orang
yang Yesus mau kumpulkan menolak untuk dikumpulkan: pemimpin-pemimpin dan
orang-orang sama saja. ... Yohanes akhirnya menggambarkan pelayanan Yesus di
ibu kota, tetapi semua pelayanan Yesus kepada orang-orang Yahudi dicakup di
sini: ‘anak-anakmu’, bangsa itu. Salah satu dari hal menonjol yang tidak bisa dijelaskan
tentang kasih ilahi adalah fakta bahwa, sekalipun ada pra-pengetahuan yang
tidak bisa salah bahwa semua akan sia-sia, panggilan
dan usaha dari kasih ilahi untuk menyelamatkan tak pernah berhenti sampai akhir.
Yudas adalah contoh yang lain. Pengetahuan seperti itu atau akan menghentikan
kita dengan segera atau membuat usaha-usaha kita semata-mata suatu
kepura-puraan. Begitu
jauh Allah itu ada di atas kita dalam hal ini sehingga pikiran kita tidak bisa
mengikuti jalan-jalanNya.).
Komentar
saya:
1. Lagi-lagi,
bagaimana kata-kata Lenski ini bisa sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang
yang sampai mati tidak mendengar Injil?
2. Sekalipun
saya percaya bahwa ada hal-hal berkenaan dengan Allah dan rencanaNya yang tidak
bisa dijelaskan, tetapi tentang hal yang sedang dibicarakan ini, saya tidak
percaya bahwa itu termasuk dalam golongan yang tidak bisa dijelaskan. Lalu
mengapa Lenski mengatakan ‘tidak bisa dijelaskan’? Karena dia mengikuti
pandangan yang salah! Pandangan salah itu menyebabkan munculnya suatu
kontradiksi, yang ia usahakan untuk tutup-tutupi dengan kata-kata ‘tidak bisa
dijelaskan’.
Lenski: “The verb ἠθέλησα denotes the
gracious, saving will of Jesus. It is the so-called antecedent will which takes
into account only our lost condition from which it works to deliver us and not
our reaction to this will. The will which deals with this reaction is always
the subsequent will, and for the obdurate this will is judgment. Determinism
and other confusions result when this distinction is ignored. The gracious
antecedent will and its call to grace is equal for all. To make it serious and
real only in the case of one class of men and only a pretense in the case of
another class, is to attribute duplicity to God, against which all Scripture
cries out, Rom. 11:32. ... Who dares to say that Jesus willed to save even the
Sanhedrists less than he willed to save the Twelve; or Judas less than Peter?” [= Kata kerja ἠθέλησα / ETHELESA (= ingin / rindu) menunjuk pada kehendak
Yesus yang murah hati / bersifat kasih karunia dan menyelamatkan. Adalah
apa yang disebut ‘kehendak
yang mendahului’ yang mengingat hanya akan kondisi terhilang kita
dari mana itu bekerja untuk membebaskan kita dan tidak mengingat akan reaksi kita
terhadap kehendak ini. Kehendak yang menangani reaksi ini selalu adalah kehendak yang berikut
/ sesudahnya, dan bagi orang-orang yang keras kepala kehendak ini
adalah penghakiman. Determinisme dan
kebingungan-kebingungan yang lain dihasilkan pada waktu pembedaan ini
diabaikan. Kehendak
yang mendahului yang murah hati dan panggilannya kepada kasih
karunia adalah sama / setara bagi semua orang. Membuatnya
serius dan sungguh-sungguh hanya dalam kasus dari satu golongan manusia, dan
hanya merupakan suatu kepura-puraan dalam kasus dari golongan yang lain, sama
dengan menghubungkan sikap bermuka dua kepada Allah, terhadap / menentang hal
mana seluruh Kitab Suci berteriak, Ro 11:32. ... Siapa berani mengatakan bahwa Yesus ingin menyelamatkan bahkan para
Sanhedrin kurang dari Ia ingin menyelamatkan 12 Rasul; atau Yudas kurang dari
Petrus?].
Ro 11:32 - “Sebab Allah
telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya
Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas
mereka semua.”.
Catatan: Determinisme secara
kasar bisa disamakan dengan doktrin Predestinasi.
Tanggapan
saya:
1. Lenski
menganggap ada dua kehendak, ‘kehendak yang mendahului’
yang ingin menyelamatkan, dan ‘kehendak yang
berikutnya / sesudahnya’ yang merupakan penghakiman terhadap orang-orang
yang keras kepala. Ini menunjukkan adanya perubahan rencana dalam diri Allah,
dan ini bertentangan dengan banyak ayat di bawah ini:
2Raja 19:25 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari
jauh hari, dan telah merancangnya pada zaman purbakala? Sekarang Aku
mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang
berkubu menjadi timbunan batu.”.
Ayub 42:1-2
- “(1) Maka jawab Ayub kepada
TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.”.
Maz 33:10-11 - “(10)
TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku
bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap
selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26-27 - “(14)
TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti
yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah
rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang
teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta
alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya
telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah
Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah
ada sejak dahulu.”.
Yes 37:26 - “Bukankah telah
kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh
hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya,
bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
Yes 46:10 - “yang memberitahukan
dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai,
dan segala kehendakKu akan
Kulaksanakan,”.
Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi
akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah
mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak
akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
2. Tentang kata-kata Lenski bahwa panggilan
Allah setara bagi semua orang, lagi-lagi saya tekankan, bagaimana mungkin ini
sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang mati tanpa pernah mendengar Injil?
3. Lenski menggunakan Ro 11:32 tanpa
memperhatikan kontext dari ayat itu, yang menunjukkan bahwa Allah sengaja
mengeraskan hati orang-orang Yahudi, sehingga mereka menolak Kristus, dan lalu
Allah bisa mengalihkan Injil kepada orang-orang non Yahudi.
Ro 11:7-8,11,15,25,30
- “(7) Jadi
bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang
terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang
lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk
tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang
ini.’ ... (11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus
jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran
mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya
membuat mereka cemburu. ... (15) Sebab jika penolakan
mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka
mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? ... (25) Sebab,
saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu
mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah
menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
... (30) Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,”.
Jadi, apa arti dari Ro
11:32?
Ro 11:32 - “Sebab Allah
telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya
Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas
mereka semua.”.
Kata-kata ‘mereka semua’,
dilihat dari kontextnya, tidak mungkin menunjuk kepada semua orang tanpa
kecuali, tetapi menunjuk kepada ‘semua orang-orang pilihan’!
4. Tentang kalimat terakhir, saya tanggapi
dengan mengatakan bahwa saya bukan hanya berani
mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A lebih dari si B, tetapi saya bahkan berani
mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A dan sama sekali tidak ingin
menyelamatkan si B.
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya
itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu
dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan
dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya (Dia yang memanggil) - (12)
dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13)
seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Bagaimana text seperti ini
bisa diartikan bahwa Allah ingin menyelamatkan Esau sama seperti Ia ingin
menyelamatkan Yakub? Yang benar adalah: Ia merencanakan untuk menyelamatkan
Yakub, tetapi tidak Esau!
Bandingkan dengan Yoh
17:9,20 yang menunjukkan bahwa Yesus hanya berdoa untuk orang-orang yang sudah
percaya dan orang-orang yang akan percaya. Jadi Ia berdoa untuk orang-orang
pilihan, BUKAN UNTUK DUNIA!
Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk
mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu,
sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan
untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya
kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Lenski: “So this nation
belonged to Jesus, and as his very own he willed to gather it together. ...
Nothing is more tragic than the outcome of this gracious will of Jesus: ‘and
you did not will.’ As so often, the adversative idea is added with a telling
copulative καί. ... The
sentence ought to close: ‘and
you willed’; but now it closed: ‘and
you willed NOT!’ Only this, nothing more, is said. No qualification, no
modifiers, no explanations, no additions. The one fatal thing is: ‘you did not
will.’ Despite its brevity this expression includes
many facts. Grace is not irresistible; every case of resistance proves this,
notably this glaring case of the Jews. Damnation results from man’s own will
which becomes permanent, obdurate, unaccountable resistance against God’s will
of grace. The more God draws the will with the power of grace, the more this
will rejects God until grace can do no
more.” (= Maka bangsa ini
adalah milik Yesus, dan sebagai milikNya, Ia ingin mengumpulkannya
bersama-sama. ... Tak ada yang lebih tragis dari
pada hasil dari kehendak yang murah hati dari Yesus: ‘Dan kamu tidak mau’.
Seperti begitu sering, gagasan yang berlawanan ditambahkan dengan kata
penghubung yang berpengaruh, KAI. ... Kalimat itu seharusnya ditutup dengan
‘dan kamu mau’; tetapi sekarang itu ditutup dengan ‘dan kamu tidak mau!’ Hanya ini, tak ada lain, yang dikatakan. Tak ada kwalifikasi / syarat /
pembatasan, tak ada pemodifikasi, tak ada penjelasan, tak ada tambahan. Satu
hal yang fatal adalah: ‘kamu tidak mau’. Sekalipun
singkat, ungkapan ini mencakup banyak fakta. Kasih karunia bukannya tidak bisa
ditolak; setiap kasus dari penolakan membuktikan ini, khususnya kasus yang
menyolok dari orang-orang Yahudi ini. Penghukuman muncul dari kehendak manusia
sendiri yang menjadi penolakan yang permanen, keras kepala, tak bisa
dipertanggung-jawabkan terhadap / menentang kehendak dari kasih karunia Allah.
Makin Allah menarik
kehendak itu dengan kuasa dari kasih karunia, makin kehendak ini menolak Allah sampai kasih karunia tidak bisa melakukan
apa-apa lagi.).
Tanggapan
saya:
1. Lenski
terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa ayat ini membicarakan kehendak / rencana
Allah. Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa Yesus mempunyai 2
kehendak, ilahi dan manusiawi. Ini bisa saja hanya menunjuk pada kehendak
manusiawiNya. Kedua, penggunaan kata ‘kehendak’ untuk Allah, bisa
mempunyai 3 arti, yaitu:
a. Rencana
Allah. Ini tak bisa gagal.
b. Keinginan
/ kesenangan Allah. Ini bisa gagal.
c. Perintah
/ larangan Allah. Ini bisa gagal / dilanggar oleh manusia.
2. Kata-kata
bagian akhir dari kutipan dari Lenski di atas, betul-betul konyol, karena
menunjukkan bahwa Allahnya frustrasi, karena Ia mau memberikan kasih karunia,
tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi menghadapi kekuatan dari free will manusia yang menolaknya.
Lenski: “Why do some
wills resist thus? This asks for a reasonable explanation for an unreasonable
act - no such explanation exists. To say that this is due to inborn sin is not
an explanation, for men who have the same inborn sin are won, and their wills
assent under grace. Moreover, this obdurate resistance is produced only when
grace operates with its power. The spring is poisonous and throws out a
poisonous stream. The gratia sufficiens is applied to
spring and stream with power sufficiens to unpoison
both. Behold, now the spring
and the stream are a hundred times more poisonous than before. Explain that!
All we know is that the mystery of this resistance lies in the will itself and
in no way in God. How could Satan fall? How could Adam sin? How can man resist
grace and salvation? How can a believer whose will is changed turn to unbelief
and be damned? It is all one and the same question.” (= Mengapa beberapa kehendak menolak seperti itu? Ini
menanyakan / meminta untuk suatu penjelasan yang masuk akal untuk suatu
tindakan yang masuk akal - penjelasan seperti itu tidak ada. Mengatakan bahwa
ini disebabkan oleh dosa bawaan (sejak lahir) bukanlah suatu penjelasan, karena
orang-orang yang mempunyai dosa bawaan (sejak lahir) yang sama dimenangkan, dan
kehendak mereka menyetujui di bawah kasih karunia. Selanjutnya, penolakan yang
keras kepala ini dihasilkan hanya pada waktu kasih karunia bekerja dengan
kuasanya. Sumbernya beracun dan mengeluarkan suatu aliran yang beracun. Kasih karunia yang cukup diterapkan kepada
sumber dan aliran dengan kuasa yang cukup untuk membuang racun keduanya.
Lihatlah, sekarang sumber dan alirannya adalah 100 x lebih beracun dari pada
sebelumnya. Jelaskan itu! Semua yang kami ketahui
adalah bahwa misteri dari penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan
sama sekali bukan di dalam Allah. Bagaimana Iblis bisa jatuh?
Bagaimana Adam bisa berdosa? Bagaimana manusia bisa menolak kasih karunia dan
keselamatan? Bagaimana seorang percaya yang kehendaknya diubah bisa berbalik
pada ketidakpercayaan dan binasa? Ini semua merupakan pertanyaan yang satu dan
yang sama.).
Tanggapan
saya:
Semua pertanyaan yang oleh Lenski dianggap tak bisa
dijawab ini bisa dijawab seandainya ia memeluk Calvinisme. Mari kita membahas
pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sebagai misteri oleh Lenski ini dari sudut
Calvinisme.
1. Mengapa
sebagian orang menolak? Calvinisme menjawab: karena mereka tak diberi kasih
karunia. Mengapa mereka tidak diberi kasih karunia? Karena mereka bukan orang-orang
pilihan Allah.
2. Sekarang
kita perhatikan kata-kata Lenski yang ini ‘Semua yang kami ketahui adalah
bahwa misteri dari
penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan sama sekali bukan di
dalam Allah.’.
Arminianisme
mempercayai bahwa semua manusia sejak lahir telah diberi kasih karunia yang
mendahului (prevenient grace),
sehingga semua ada pada level yang sama, bisa berbuat baik dan bisa percaya
kepada Kristus. Kalau penolakan mereka bukan karena sesuatu yang ada di dalam
diri Allah (predestinasi), maka itu pasti karena kehendak mereka sendiri,
dimana ada yang mau dan ada yang tidak mau. Lalu mengapa ada yang percaya dan
ada yang tidak? Pasti karena yang satu lebih baik dari yang lain. Tetapi Lenski
jelas tak mau menerima ini, sehingga ia menganggap ini sebagai suatu misteri,
padahal ini sebetulnya bukan misteri.
Calvinisme
mengajarkan bahwa penolakan mereka ini memang karena sesuatu dalam diri Allah
(predestinasi)!
3. Bagaimana Iblis dan Adam bisa
jatuh? Calvinisme menjawab: karena itu adalah rencana Allah, sehingga pada
waktuNya, Ia menarik kasih karuniaNya dari mereka, dan secara tak terhindarkan,
merekapun jatuh.
4. Bagaimana manusia bisa menolak
kasih karunia dan keselamatan? Calvinisme menganggap ini sebagai suatu omong
kosong. Kalau Allah memang memberi kasih karunia dan bermaksud untuk
menyelamatkan, maka orang itu tidak akan menolaknya.
5. Bagaimana
orang percaya bisa berbalik / murtad dan akhirnya binasa? Calvinisme lagi-lagi menganggap
ini sebagai omong kosong, karena orang percaya yang sejati tidak mungkin murtad
(1Yoh 2:19).
Word Biblical Commentary (tentang Mat 23:37): “In the message of the dawning of the
kingdom, this salvation had been offered repeatedly to the Jews. ... Despite the
invitation to receive what Jesus was bringing, the Jews refused it: καὶ
οὐκ ἠθελήσατε, ‘and you would not have it’ (cf. 22:3; Luke 19:14; John 1:11; 5:40).” [= Dalam pesan
tentang menyingsingnya kerajaan, keselamatan ini
telah ditawarkan secara berulang-ulang kepada orang-orang Yahudi.
... Sekalipun ada undangan untuk menerima
apa yang Yesus sedang bawa, orang-orang Yahudi menolaknya: KAI OUK ETHELESATE,
‘dan kamu tidak menghendakinya’ (bdk. 22:3; Luk
19:14; Yoh 1:11; 5:40).] - Libronix.
Mat 22:3 - “Ia menyuruh
hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin
itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.”.
Luk 19:14 - “Akan
tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul
dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang
ini menjadi raja atas kami.”.
Yoh 1:11 - “Ia datang kepada
milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.
Yoh 5:40 - “namun
kamu tidak mau datang kepadaKu untuk
memperoleh hidup itu.”.
Jadi, Yesus ingin mengumpulkan orang-orang Yahudi itu,
diartikan bukan sebagai rencana Allah, yang
lalu gagal / ditolak oleh orang-orang Yahudi itu, tetapi
hanya dianggap sebagai undangan untuk percaya, atau penawaran keselamatan,
kepada orang-orang Yahudi itu.
Matthew Henry (tentang Mat
23:37): “‘How often!’ Christ often came up to Jerusalem, preached,
and wrought miracles there; and the meaning of all this, was, he would have
gathered them. He keeps account how often his calls have been repeated. As
often as we have heard the sound of the gospel, as often as we have felt the
strivings of the Spirit, so often Christ would have gathered us.” (= ‘Betapa sering!’ Kristus sering datang / naik ke Yerusalem,
berkhotbah, dan melakukan mujijat-mujijat di sana; dan arti dari semua ini
adalah, ‘Ia mau mengumpulkan mereka’. Ia mencatat berapa sering panggilanNya
telah diulang. Sesering kita telah mendengar suara
dari injil, sesering kita telah merasakan usaha / perjuangan dari Roh, begitu
seringnya Kristus mau mengumpulkan kita.).
Calvin
(tentang Mat 23:37): “Again,
when the sophists seize on this passage, to prove free will, and to set aside
the secret predestination of God, the answer is easy. ‘God wills to gather all men,’ say they;
‘and therefore all are at liberty to come, and their will does not depend on the election of God.’ I reply: The will of God, which is here mentioned,
must be judged from the result. For since by his word he calls all men
indiscriminately to salvation, and since the end of preaching is, that all
should betake themselves to his guardianship and protection, it may justly be
said that he wills to gather
all to himself. It is not, therefore, the secret purpose of God, but his will, which is manifested by the
nature of the word, that is here described; for, undoubtedly, whomsoever he
efficaciously wills to gather, he inwardly draws by his
Spirit, and does not merely invite by the outward voice of man. If it be objected, that it is absurd to suppose
the existence of two wills in
God, I reply, we fully believe that his will
is simple and one; but as our minds do not fathom the deep abyss of secret
election, in accommodation to the capacity of our weakness, the will of God is exhibited to us in two
ways. And I am astonished at the obstinacy of some people, who, when in
many passages of Scripture they meet with that figure of speech (a]nqrwpopa>qeia)
which attributes to God human feelings, take no offense, but in this case alone
refuse to admit it. But as I have elsewhere treated this subject fully, that I
may not be unnecessarily tedious, I only state briefly that, whenever the
doctrine, which is the standard of union, is brought forward, God wills to gather all, that all who do not come may be inexcusable.” [= Lagi-lagi, pada waktu para Sophists menggunakan
text ini untuk membuktikan kehendak bebas, dan untuk menyingkirkan predestinasi
rahasia dari Allah,
jawabannya mudah. ‘Allah
menghendaki untuk mengumpulkan semua manusia’, kata mereka; ‘dan karena itu
semua bebas untuk datang, dan kehendak mereka tidak tergantung pada pemilihan
dari Allah’. Saya menjawab: Kehendak Allah, yang disebutkan di
sini, harus dinilai dari hasilnya. Karena oleh firmanNya Ia memanggil
semua orang tanpa pembedaan kepada keselamatan,
dan karena tujuan dari pemberitaan adalah, supaya semua orang membawa
diri mereka sendiri pada penjagaan dan perlindunganNya, maka secara benar
dikatakan bahwa Ia menghendaki untuk mengumpulkan semua orang kepada diriNya
sendiri. Karena itu, bukanlah rencana rahasia dari Allah, tetapi kehendakNya,
yang dinyatakan oleh sifat dasar dari firman yang digambarkan di sini;
karena, dengan tak diragukan, siapapun yang Ia kehendaki secara efektif untuk
kumpulkan, Ia tarik dari dalam oleh RohNya, dan tidak semata-mata undang oleh
suara lahiriah dari manusia. Jika ada yang keberatan,
bahwa adalah menggelikan untuk menganggap keberadaan dari dua kehendak di dalam
Allah, saya menjawab, kami sepenuhnya percaya bahwa kehendakNya sederhana dan
satu; tetapi karena pikiran kita tidak mengerti jurang yang dalam dari
pemilihan rahasia, dalam penyesuaian dengan kapasitas dari kelemahan kita,
kehendak Allah dinyatakan kepada kita dengan dua jalan / cara. Dan saya heran pada kekeras-kepalaan
dari sebagian orang, yang pada waktu dalam banyak text dari Kitab Suci mereka
bertemu dengan gaya bahasa itu (ANTHROPOPATHEIA) yang menghubungkan dengan
Allah perasaan-perasaan manusia, tidak marah / tersandung, tetapi dalam kasus
ini saja menolak untuk mengakuinya. Tetapi seperti saya telah membahas di
tempat lain pokok / hal ini dengan sepenuhnya, supaya saya tidak membosankan
secara tidak perlu, saya hanya menyatakan secara singkat bahwa, kapanpun
doktrin ini, yang adalah standard dari persatuan, dikemukakan, Allah
menghendaki untuk mengumpulkan semua orang, sehingga semua orang yang tidak
datang tidak bisa dimaafkan.].
Catatan:
‘sophist’ = ahli argumentasi dalam kepausan / Katolik.
Jadi, sama
seperti dua penafsir di atas, Calvin menafsirkan bahwa Yesus ingin mengumpulkan
semua orang itu melalui pemberitaan Injil / firman.
Tetapi
Calvin menambahkan bahwa ini (kerinduan Yesus, tangisan Yesus) merupakan bahasa
Anthropopathy, yaitu gaya bahasa yang menggambarkan Allah dengan
perasaan-perasaan manusia.
Dan Calvin
menambahkan lagi bahwa orang-orang Arminian itu, yang dalam banyak bagian
Alkitab yang lain bertemu dengan gaya bahasa ini, sama sekali tidak
mempersoalkannya, tetapi di sini, dan hanya di sini, mempersoalkannya, dan
tidak mau mengakui ini sebagai Anthropopathy.
c) Yes
65:2 - “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan
yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.
Sebelum kita membahas ayatnya, mari kita memperhatikan
kontext dari ayat itu.
Yes 65:1-2 - “(1) Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada
orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang
tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang
tidak memanggil namaKu. (2) Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu
kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan
mengikuti rancangannya sendiri;”.
E. J. Young (tentang Yes 65:1): “God here speaks of the Gentiles, who, in
contrast to the Jews, have received His grace even
though they had not asked for it. ... In other words, God’s free
grace reached those who did not know Him and who made no effort to find Him.
They in fact were found of Him. Isaiah’s forceful language simply asserts the
reality of sovereign and free grace given to sinners who deserve it not, and
who have had no concern for it.” (= Allah di sini berbicara
tentang orang-orang non Yahudi, yang, dalam kontras dengan orang-orang Yahudi, telah menerima kasih karuniaNya sekalipun mereka tidak
mencarinya. ... Dengan kata lain, kasih karunia yang cuma-cuma dari
Allah mencapai mereka yang tidak mengenalNya dan tidak melakukan usaha untuk
mencariNya. Mereka sesungguhnya ditemukan olehNya. Bahasa / kata-kata yang kuat
dari Yesaya hanya menegaskan kenyataan dari kasih
karunia yang berdaulat dan cuma-cuma yang diberikan kepada orang-orang berdosa
yang tak layak mendapatkannya, dan yang tak mempedulikannya.).
Jadi, ayat sebelumnya, yaitu Yes 65:1 ini justru
merupakan bukti dari doktrin Irresistible
Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), karena bangsa yang tidak
mencari Tuhan, justru diselamatkan oleh Tuhan. Sekarang, bagaimana dengan Yes
65:2-nya?
E. J. Young (tentang Yes 65:2): “Verses 1 and 2 are a general answer to
the question raised in the preceding chapter, namely, ‘Will there ever be an
end to the divine wrath? Must God’s own people forever suffer the hiding of His
face?’ By way of answer, God declares that He will indeed come in grace, but to
a people who had not sought Him, i.e. the Gentiles. To the chosen people,
however, which throughout their entire history had been rebellious (cf. 63:10), there was no hope. It is the truth that
Christ later declared: ‘The kingdom of God shall be taken from you, and shall
be given to a nation which shall bring forth fruit’ (Matt. 21:43; cf. also
Deut. 32:5,6,21).” [= Ayat 1 dan 2 merupakan suatu jawaban umum
terhadap pertanyaan yang diberikan dalam pasal
sebelumnya, yaitu, ‘Apakah akan ada suatu akhir dari murka ilahi?
Haruskah bangsa / umat Allah sendiri selama-lamanya mengalami penyembunyian
wajahNya?’ Sebagai jawaban, Allah menyatakan bahwa
Ia memang akan datang dengan kasih karunia, tetapi kepada suatu bangsa yang tidak
mencariNya, yaitu orang-orang non Yahudi. Tetapi kepada bangsa pilihan, yang selama
seluruh sejarah mereka telah menjadi bangsa pemberontak (bdk. 63:10), disana
tidak ada harapan. Ini merupakan kebenaran yang belakangan Kristus nyatakan:
‘Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan kepada suatu
bangsa yang akan mengeluarkan / menghasilkan buah’ (Mat 21:43; bdk. juga Ul
32:5,6,21).].
Catatan: pertanyaan dalam pasal
sebelumnya yang dipersoalkan oleh E. J. Young saya berikan di bawah ini.
Yes 64:8-12 - “(8)
Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan
Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu. (9) Ya
TUHAN, janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk
seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami sekalian adalah umatMu. (10)
Kota-kotaMu yang kudus sudah menjadi padang gurun, Sion sudah menjadi padang
gurun, Yerusalem sunyi sepi. (11) Bait kami yang kudus dan agung, tempat nenek
moyang kami memuji-muji Engkau, sudah menjadi umpan api, maka milik kami yang
paling indah sudah menjadi reruntuhan. (12) Melihat
semuanya ini, ya TUHAN, masakan Engkau menahan diri, masakan Engkau tinggal
diam dan menindas kami amat sangat?”.
Yes 63:10 - “Tetapi
mereka memberontak dan mendukakan Roh
KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang
melawan mereka.”.
Mat 21:43 - “Sebab
itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah
akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan buah Kerajaan itu.”.
Ul 32:5,6,21 - “(5)
Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan
noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. (6) Demikianlah engkau
mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak
bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan
menegakkan engkau? ... (21) Mereka membangkitkan
cemburuKu dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hatiKu dengan
berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang
bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal.”.
Tetapi, kalau Yes 65:1 merupakan bukti dari Irresistible Grace (= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak), tidakkah Yes 65:2 merupakan kebalikannya? Allah kelihatannya
membatalkan pemilihanNya dan pemberian kasih karuniaNya kepada Israel karena
mereka terus memberontak. Mengapa kasih karunia Allah itu tidak bisa
mempertobatkan mereka?
Yes 65:2 - “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang
menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.
E. J. Young (tentang Yes 65:2): “Spreading out the hand is an action
denoting God’s love and willingness to receive His people. God performed this
action not merely once, but all the
day,” (= Mengulurkan
tangan adalah suatu tindakan yang menunjukkan kasih dan kerelaan Allah untuk
menerima bangsaNya. Allah melakukan tindakan ini bukan hanya satu kali tetapi
sepanjang hari,).
Calvin (tentang Yes 65:2): “He accuses the Jews, and complains of
their ingratitude and rebellion; and in this manner he proves that there is no
reason why they should say that the Lord does them wrong if he bestow his grace
on others. The Jews conducted themselves proudly and insolently toward God, as
if they had been elected through their own merit. On account of their
ingratitude and insolence the Lord rejects them as unworthy, and complains that
to no purpose did he ‘stretch out his hands’ to draw and bring them back to
him. By ‘the stretching out of the hands’ he means the daily invitation. There
are various ways in which the Lord ‘stretches out his hands to us;’ for he
draws us to him, either effectually or by the word. In this passage it must
relate chiefly to the word. The Lord never speaks to us without at the same
time ‘stretching out his hand’ to join us to himself, or without causing us to
feel, on the other hand, that he is near to us. He even embraces us, and shews
the anxiety of a father, so that, if we do not comply with his invitation, it
must be owing entirely to our own fault.” (= Ia menuduh orang-orang Yahudi, dan mengeluh
tentang rasa tidak tahu terima kasih dan pemberontakan mereka; dan dengan cara
ini ia membuktikan bahwa disana tidak ada alasan mengapa mereka harus berkata
bahwa Tuhan melakukan kesalahan kepada mereka jika Ia memberikan kasih
karuniaNya kepada orang-orang lain. Orang-orang Yahudi bertingkah laku secara
sombong dan kurang ajar terhadap Allah, seakan-akan mereka telah dipilih
melalui jasa mereka sendiri. Karena rasa tidak tahu terima kasih dan
kekurang-ajaran mereka, Tuhan menolak mereka sebagai tidak layak, dan mengeluh
bahwa tidak ada gunanya Ia ‘mengulurkan tanganNya’ untuk menarik dan membawa
mereka kembali kepadaNya. Dengan
‘mengulurkan tangan’ ia memaksudkan undangan harian. Di sana ada bermacam-macam cara dalam mana Tuhan
‘mengulurkan tanganNya kepada kita’; karena Ia menarik kita kepadaNya, atau secara efektif, atau oleh
firman. Dalam text ini, itu harus
berhubungan terutama dengan
firman. Tuhan tidak pernah berbicara kepada kita tanpa pada saat
yang sama ‘mengulurkan tanganNya’ untuk menggabungkan kita dengan diriNya
sendiri, atau tanpa menyebabkan kita untuk merasa, di sisi lain, bahwa Ia dekat
dengan kita. Ia bahkan memeluk kita, dan menunjukkan kekuatiran seorang bapa,
sehingga jika kita tidak memenuhi / mengikuti undanganNya, itu harus dianggap
sepenuhnya sebagai kesalahan kita sendiri.).
Jadi jelas bahwa menurut Calvin, Yes 65:2 tidak
menunjukkan pemberian Irresistible Grace
(= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) kepada Israel, yang ternyata akhirnya
bisa mereka tolak. Kata-kata ‘mengulurkan
tangan’ diartikan oleh Calvin hanya
sebagai pemberitaan firman kepada mereka, atau merupakan panggilan luar /
lahiriah kepada mereka.
d) Luk
9:23 - “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”.
Betul-betul tolol bahwa dari kata ‘mau’ di sini Lenski menganggap bahwa Yesus tidak mengajarkan Irresistible Grace (= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak)!
Lenski: “‘Christ does
not pull his sheep by a rope; in his army are none but volunteers.’ E. Frommel.
Jesus knows of no irresistible grace but only of the grace which draws the will
and wins it for himself. And this grace excludes no one - TIS is like a blank
space into which you are invited to write your name, no matter who you may be” [= ‘Kristus tidak menarik dombaNya dengan sebuah tali; dalam
pasukannya tidak ada orang kecuali sukarelawan’. E. Frommel. Yesus tidak mengenal kasih karunia yang tidak bisa ditolak
tetapi hanya kasih karunia yang menarik kemauan / kehendak dan memenangkannya
untuk diriNya sendiri. Dan kasih karunia ini tidak mengeluarkan siapapun - kata
Yunani TIS (=
anyone / siapapun / setiap orang) adalah seperti suatu spasi / tempat
kosong ke dalam mana engkau diundang untuk menuliskan namamu, tak peduli
siapapun engkau adanya] - hal 517.
Tanggapan saya:
1. Bagaimana
kata-kata Lenski ini bisa diharmoniskan dengan fakta bahwa ada banyak orang
yang sampai mati tidak pernah diberi kesempatan untuk mendengar Injil?
2. Bagaimana
kata-kata Lenski pada bagian awal dari kutipan di atas bisa sesuai dengan
ayat-ayat ini yang menunjukkan bahwa Allah memang menarik orang-orang sehingga
menjadi orang-orang yang percaya?
Bdk. Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun
yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik
oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak
ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.’”.
Kesimpulan: semua ayat yang menunjukkan penolakan manusia tidak
menunjuk pada penolakan terhadap kasih karunia Allah, tetapi hanya menunjukkan
penolakan manusia terhadap Injil / undangan lahiriah dari Tuhan!
C) Doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak) ini dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab yang
menawarkan keselamatan kepada setiap orang.
Misalnya:
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang (Inggris: whoever
/ whosoever / barangsiapa) yang
percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Ini
berlaku juga untuk ayat-ayat lain yang menunjukkan adanya undangan kepada
setiap orang untuk datang kepada Tuhan dan diselamatkan. Ayat-ayat seperti ini
dianggap menunjukkan bahwa manusia mampu percaya kepada Kristus asal ia mau,
dan karena itu tidak dibutuhkan
Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).
R.
C. Sproul: “non-Reformed
views find one of their main proof texts to argue that fallen man retains a
small island of ability to choose Christ. It is John 3:16: ‘For God so loved
the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him
should not perish but have everlasting life.’ What does this famous verse teach
about fallen man’s ability to choose Christ? The answer, simply, is nothing. The argument used by
non-Reformed people is that the text teaches that everybody in the world has it
in their power to accept or reject Christ. A careful look at the text reveals,
however, that it teaches nothing of the kind. What the text teaches is that
everyone who believes in Christ will be saved. Whoever does A (believes) will
receive B (everlasting life). The text says nothing, absolutely nothing, about
who will ever believe. It says nothing about fallen man’s natural moral
ability. Reformed people and non-Reformed people both heartily agree that all
who believe will be saved. They heartily disagree about who has the ability to
believe. Some may reply, ‘All right. The text does not explicitly teach that fallen men
have the ability to choose Christ without being reborn first, but it certainly implies that.’ I am not willing to
grant that the text even implies such a thing. However, even if it did it would
make no difference in the debate. Why not? Our rule of interpreting
Scripture is that implications drawn from the Scripture must always be
subordinate to the explicit teaching of Scripture. We must never, never, never
reverse this to subordinate the explicit teaching of Scripture to possible
implications drawn from Scripture. This rule is shared by both Reformed and
non-Reformed thinkers. If John 3:16 implied a universal natural human ability
of fallen men to choose Christ, then that implication would be wiped out by
Jesus’ explicit teaching to the contrary. We have already shown that Jesus
explicitly and unambiguously taught that no man has the ability to come to him
without God doing something to give him that ability, namely drawing him.” [= pandangan-pandangan
non-Reformed menemukan satu dari text-text bukti utama mereka untuk
berargumentasi bahwa manusia yang telah jatuh mempertahankan suatu pulau kecil
dari kemampuan untuk memilih Kristus. Itu adalah Yoh 3:16: ‘Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.’ Apa yang diajarkan oleh
ayat yang terkenal ini tentang kemampuan dari manusia yang telah jatuh untuk
memilih Kristus? Jawabannya, sederhana, tidak ada. Argumentasi yang
digunakan oleh orang-orang non-Reformed adalah bahwa text ini mengajar bahwa
setiap orang dalam dunia mempunyai dalam kuasa mereka untuk menerima atau
menolak Kristus. Tetapi suatu pandangan yang teliti pada text itu menyatakan
bahwa text itu tidak mengajar apapun tentang hal itu. Apa yang diajarkan oleh
text itu adalah, bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus akan
diselamatkan. Siapapun yang melakukan A (percaya) akan menerima B (hidup yang
kekal). Text itu tidak berkata apa-apa tentang siapa yang akan percaya. Text
itu tidak berkata apa-apa tentang kemampuan moral alamiah dari manusia yang
telah jatuh. Orang Reformed dan orang non-Reformed
sama-sama setuju dengan sungguh-sungguh bahwa semua orang yang percaya akan
diselamatkan. Mereka sungguh-sungguh tidak setuju tentang siapa yang
mempunyai kemampuan untuk percaya. Sebagian
mungkin menjawab, ‘OK, textnya tidak secara explicit mengajar bahwa manusia
yang telah jatuh mempunyai kemampuan untuk memilih Kristus tanpa
dilahir-barukan lebih dulu, tetapi text itu pasti secara implicit mengajarkan
hal itu’. Saya tidak mau mengakui bahwa text itu
bahkan secara implicit mengajarkan hal seperti itu. Tetapi, bahkan seandainya
text itu mengajarkan hal itu secara implicit, itu tidak akan membuat perbedaan
dalam debat ini. Mengapa tidak? Peraturan kita tentang menafsirkan Kitab Suci
adalah bahwa kesimpulan yang ditarik dari Kitab Suci harus selalu tunduk pada
ajaran explicit dari Kitab Suci. Kita tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah
boleh membalik ini, untuk menundukkan ajaran explicit Kitab Suci pada
kesimpulan yang memungkinkan yang ditarik dari Kitab Suci. Peraturan ini
dipakai bersama-sama oleh baik pemikir-pemikir Reformed maupun non-Reformed.
Seandainya Yoh 3:16 secara implicit mengajarkan
suatu kemampuan manusia alamiah yang bersifat universal dari manusia yang telah
jatuh untuk memilih Kristus, maka kesimpulan itu akan dihapuskan oleh ajaran
explicit yang sebaliknya dari Yesus. Kami telah menunjukkan bahwa Yesus secara explicit dan secara
tak meragukan mengajarkan bahwa tak ada orang yang mempunyai kemampuan untuk
datang kepadaNya tanpa Allah melakukan sesuatu yang memberinya kemampuan itu,
yaitu menariknya (Yoh 6:44).]
- ‘Chosen by God’, hal 73-74.
R.
C. Sproul: “Fallen man is
flesh. In the flesh he can do nothing to please God. Paul declares, ‘The
fleshly mind is enmity against God; for it is not subject to the law of God,
nor indeed can be. So then,
those who are in the flesh cannot
please God’ (Rom. 8:7, 8). We ask, then, ‘Who are those who are ‘in the
flesh’?’ Paul goes on to declare: ‘But you are not in the flesh but in the
Spirit, if indeed the Spirit of God dwells in you’ (Rom. 8:9). The crucial word
here is ‘if’. What
distinguishes those who are in the flesh from those who are not is the
indwelling of the Holy Spirit. No one who is not reborn is indwelt by God the
Holy Spirit. People who are in the flesh have not been reborn. Unless they are
first reborn, born of the Holy Spirit, they cannot be subject to the law of
God. They cannot please God. God commands us to believe in Christ. He is
pleased by those who choose Christ. If unregenerate people could choose Christ,
then they could be subject to at least one of God’s commands and they could at
least do something that is pleasing to God. If that is so, then the apostle has
erred here in insisting that those who are in the flesh can neither be subject
to God nor please him.” [= Manusia yang
telah jatuh adalah daging. Dalam daging ia tidak bisa melakukan apapun untuk
memperkenan Allah. Paulus menyatakan, ‘Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini
memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin
berkenan kepada Allah.’ (Ro 8:7,8). Maka kita
bertanya, ‘Siapakah mereka yang ada di dalam daging?’ Paulus melanjutkan untuk
menyatakan: ‘Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika
memang Roh Allah diam di dalam kamu.’ (Ro 8:9). Kata yang sangat penting di
sini adalah kata ‘jika’. Apa yang membedakan mereka yang ada dalam daging
dengan mereka yang tidak, adalah penghunian oleh Roh Kudus. Tak seorangpun yang
tidak dilahirkan kembali dihuni oleh Allah Roh Kudus. Orang-orang yang ada di
dalam daging, belum dilahirkan kembali. Kecuali mereka pertama-tama dilahirkan
kembali, dilahirkan dari / oleh Roh Kudus, mereka tidak bisa tunduk pada hukum
Allah. Mereka tidak bisa memperkenan Allah. Allah memerintahkan kita untuk
percaya kepada Kristus. Ia diperkenan oleh mereka yang memilih Kristus. Jika
orang-orang yang belum dilahirbarukan bisa memilih Kristus, maka mereka bisa
tunduk pada sedikitnya satu dari perintah-perintah Allah, dan mereka setidaknya
bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan / memperkenan Allah. Jika demikian,
maka sang rasul telah bersalah di sini dalam berkeras bahwa mereka yang ada
dalam daging tidak bisa tunduk kepada Allah ataupun memperkenan Dia.]
- ‘Chosen by God’, hal 74-75.
Loraine Boettner: “But some may ask, Do not the many passages in the Bible
such as, ‘If thou shalt obey,’ ‘If thou turn unto Jehovah,’ ‘If thou do that
which is evil,’ and so forth, at least imply that man has free will and ability?
It does not follow, however, that merely because God commands man is able to
obey. ... In these passages man is taught not what he can do, but what he ought
to do;” (= Tetapi
beberapa orang bisa bertanya, Bukankah banyak text dalam Alkitab seperti ‘Jika
engkau taat’, ‘Jika engkau berbalik kepada Yehovah’, ‘Jika engkau melakukan apa
yang jahat’, dsb, setidaknya menunjukkan secara implicit bahwa manusia
mempunyai kehendak bebas dan kemampuan? Tetapi bukanlah
merupakan konsekwensinya, bahwa semata-mata karena Allah memerintahkan, maka
manusia mampu untuk mentaati. ... Dalam
text-text ini manusia diajar bukan apa yang bisa
ia lakukan, tetapi apa yang harus
ia lakukan;) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 178.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar