Pendahuluan:
Kita semua tentu pernah merasakan
adanya dosa-dosa yang terus melekat dalam diri kita, di dalam dosa mana kita
sering jatuh bangun, sehingga tidak jarang kita mengalami perasaan frustrasi
karena hal ini.
Karena itulah maka hari ini saya
akan membahas tentang mortification.
I) Apakah mortification itu?
Dalam
Ro 8:13 ini istilah mortification
ini digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan
perbuatan-perbuatan tubuh’.
1) ‘Perbuatan-perbuatan
tubuh’.
Kata ‘tubuh’ dalam
ay 13b artinya sama dengan kata ‘daging’
dalam ay 13a. Jadi, ‘perbuatan
tubuh / daging’ ini bisa disamakan dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk
pada semua dosa dalam hidup kita.
2) ‘Mematikan’
(= to mortify).
a) ‘To mortify sin’ (=
mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa, berpura-pura saleh,
kesalehan lahiriah dsb.
John Owen:
“When a man on some outward
respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a
changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed
hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath
got another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is
more holy” (= Pada waktu seseorang
kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu dosa, mungkin orang akan
melihatnya sebagai orang yang telah berubah. Tetapi Allah tahu bahwa terhadap
dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan yang terkutuk, dan ia
telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari pada sebelumnya. Ia
telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari hatinya semula, bukan
hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 25.
Mortification bukan cuma kesalehan di
luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang tenang, tidak mudah
marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian, iri hati,
percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.
Penerapan:
Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah (seperti pergi ke gereja,
dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak percaya dan jahat?
b) Artinya sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’
/ membuang dosa / semua yang tak sesuai dengan Firman Tuhan / kehendak Allah,
bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga di dalam hati.
Memang manusia
lama ini sudah disalibkan dengan Kristus (Ro 6:6). Ini dimulai pada saat
kelahiran baru (Ro 6:3-5). Tetapi ini harus dilanjutkan / ditingkatkan
sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam dunia ini kita tidak akan bisa
mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi tujuan kita.
II) Siapa yang harus melakukan mortification?
1) Orang yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Ro 8:13),
yaitu orang kristen di Roma kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari
Kol 3:5, karena kalau dilihat Kol 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada
orang percaya.
2) Ada
bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification, yaitu ia tidak akan
datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan perbaikan hidup. Dan
pada saat ia gagal melakukan mortification
itu, ia bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu
sia-sia dsb. Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.
Karena itu,
terhadap orang yang belum percaya, kita hanya menginjilinya menyuruhnya datang
kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya kita menyuruhnya melakukan mortification.
III) Mengapa kita harus terus melakukan mortification?
1) Karena dosa terus bertindak dalam diri kita
menghasilkan perbuatan daging.
John Owen:
“When sin lets us alone we may
let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most
quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought
our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions,
even where there is least suspicion” (= Kalau dosa
membiarkan kita / tak mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi
karena dosa itu tidak pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang
tenang, maka usaha kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam
setiap kondisi, bahkan pada saat ada kecurigaan yang paling kecil) -
‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 11.
2) Dosa bukan hanya akan terus bekerja /
bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau tidak terus dimatikan, dosa itu akan
melahirkan dosa-dosa yang hebat, yang oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (=
dosa-dosa terkutuk, memalukan, menghancurkan jiwa).
John Owen:
“Every unclean thought or glance
would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every
thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head”
(= Setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau
memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran
tentang ketidak-percayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh
sampai puncaknya) - ‘The Works
of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and
Sin’), hal 12.
Bandingkan
dengan:
· Ibr 3:13 - “Tetapi
nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan
‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya
karena tipu daya dosa”.
· Gal 5:19-21 - “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan,
iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah”.
·
2Sam 11 - Daud mula-mula hanya melihat
Batsyeba, tetapi lalu berzinah dengannya, membunuh Uria, dsb.
John Owen:
“It is modest, as it were, in its
first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them,
it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in
the same kind” (= Pada gerakan dan usul
mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati
kita, dosa itu merperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih
jauh) - ‘The Works of John
Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’),
hal 12.
Penerapan:
a) Kalau perzinahan itu mau
menguasai saudara bisa saja mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak
saudara untuk ‘mengagumi keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara
ke dalam perzinahan dalam hati (Mat 5:28), dan akhirnya ke dalam
perzinahan fisik. Karena itu hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada
waktu ia pertama kali datang kepada saudara!
b) Kalau ketamakan mau menguasai
saudara, mungkin mula-mula ia datang berjubahkan ayat Kitab Suci, seperti:
·
2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.
· Amsal 6:6-8 - “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah
lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau
penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya
pada waktu panen”.
Tetapi
lama-kelamaan ia akan mendesak saudara untuk mendapatkan uang makin lama makin
banyak, dan membuat saudara tidak puas dengan berapapun banyaknya uang yang
saudara miliki, dan mendorong saudara untuk mendapatkannya tanpa peduli caranya
halal atau tidak.
John Owen
menambahkan sebagai berikut:
“One lust, or a lust in one man,
may receive many accidental improvements, heightenings, and strengthenings,
which may give it life, power, and vigour, exceedingly above what another lust
hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature) in another man”
[= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima kemajuan,
peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan semangat yang
jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang sama (yaitu,
nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 29.
Maksudnya
adalah: satu dosa tertentu, misalnya ketamakan bisa mengalami kemajuan
sedemikian rupa dalam diri seseorang, sehingga melebihi dosa-dosa lain dalam
diri orang tersebut, misalnya kesombongan, perzinahan, dan sebagainya. Juga
bisa melebihi dosa yang sama, yaitu ketamakan, dalam diri orang lain.
John Owen juga
memberi petunjuk tentang dosa yang sudah berkembang sampai pada taraf
berbahaya:
a) Kalau dosa itu sudah mendarah daging
untuk waktu yang lama.
Renungkan:
apa dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta?
Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?
b) Kalau kita menyetujui dosa
itu, dan kita tidak berusaha untuk membunuhnya, atau sebaliknya, kita berusaha
untuk membenarkan diri sekalipun ada dosa.
Misalnya:
· dapat pacar yang tidak seiman, dan kita berkata:
yang penting orangnya baik, dan kadang-kadang dia juga mau pergi ke gereja.
·
bisnis yang kotor tetap dipertahankan, dengan
alasan semua orang juga begitu.
c) Kalau kita menghibur diri
dengan mengatakan / berpikir bahwa Kristus sudah mati dan menebus dosa itu,
lalu kita terus melakukan dosa itu.
· 2Raja 5:18 - “Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam
perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah
di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah
dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.’”.
Naaman mau
meneruskan kebiasaannya untuk masuk ke kuil Rimon bersama rajanya, dan minta
Tuhan mengampuni hal tersebut. Bahwa Elisa menyetujui, tidak berarti bahwa itu
merupakan hal yang benar. Nabi juga bisa salah dan berkompromi!
·
Yudas 4 - ‘menyalahgunakan
kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu’!
· Ro 6:1-2 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih
dapat hidup di dalamnya?”.
d) Kalau kita senang / mencintai
dosa itu (sekalipun kita tak melakukannya).
3) Dosa memberikan banyak hal negatif, yaitu:
a) Merusak kerohanian,
menghancurkan semangat dan damai.
John Owen:
“Every unmortified sin will
certainly do two things: - [1] It will weaken the soul, and deprive it of its
vigour. [2] It wil darken the soul, and deprive it of its comfort and peace”
[= Setiap dosa yang tidak dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu
akan melemahkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya. (2)
Dosa itu akan menggelapkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan
damai darinya] - ‘The Works of
John Owen’, vol 6 (‘Temptation and
Sin’), hal 22.
Contoh:
· Maz 38:5,9 - “(5) sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya
seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. ... (9) aku
kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup
jantungku”.
·
Maz 40:13 - “Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak
terbilang banyaknya. Aku telah terkejar oleh kesalahanku, sehingga aku tidak
sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di kepalaku, sehingga
hatiku menyerah”.
KJV: ‘I am not able to look up’ (= Aku tidak bisa memandang ke atas).
· 1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu”.
· 1Yoh 3:17 - “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat
saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”.
·
Tentang ‘kehilangan
damai’ lihat:
* Im 26:17b,36-37a - “(17) Aku sendiri akan menentang
kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu
akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar
kamu. ... (36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku
akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh
mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan
mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah,
sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh
tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang,
sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di
hadapan musuh-musuhmu”.
* Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang
mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
*
1Raja 8:38 - “lalu seseorang atau segenap umatMu Israel ini
memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya -
karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri
- ”.
Kontext dari
doa Salomo di sini adalah bahwa kalau orang Israel berbuat dosa kepada Tuhan. Kata-kata ‘apa yang merisaukan hatinya sendiri’,
jelas menunjukkan bahwa dosa menghancurkan damai / sukacita.
Illustrasi:
Ini seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh
banyak semak, rumput dsb disekelilingnya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap
hidup, tetapi tidak akan bagus / sehat.
Sebaliknya, ada
janji yang diberikan kalau kita melakukan kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’
(Ro 8:13).
Hidup disini
dikontraskan dengan ‘mati’
dalam ay 13a atau ‘kebinasaan’
dalam Gal 6:8.
Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak
hanya menunjuk pada hidup yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang
kuat, penuh semangat dan sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam
1Tes 3:8 - ‘Sekarang
kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud
Paulus bukan sekedar ‘hidup
kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.
Jadi yang
dijanjikan di dalam Ro 8:13 ini adalah: ‘Kamu
akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan
saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.
b) Tidak dilepaskan dari
penderitaan, doa yang tidak dijawab.
Hos 5:13-15
- “Ketika Efraim melihat
penyakitnya, dan Yehuda melihat bisulnya, maka pergilah Efraim ke Asyur dan
mengutus orang kepada Raja ‘Agung’. Tetapi iapun tidak dapat menyembuhkan kamu
dan tidak dapat melenyapkan bisul itu dari padamu. Sebab Aku ini seperti singa
bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda. Aku, Aku ini akan
menerkam, lalu pergi, Aku akan membawa lari dan tidak ada yang melepaskan. Aku
akan pergi pulang ke tempatKu, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajahKu.
Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku”.
Zakh 7:8-14
- “(8) Firman TUHAN
datang kepada Zakharia, bunyinya: (9) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam:
Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang
kepada masing-masing! (10) Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing
dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap
masing-masing.’ (11) Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya
bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. (12)
Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar
pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui rohNya dengan
perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari
pada TUHAN. (13) ‘Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil,
demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN
semesta alam. (14) Oleh sebab itu Aku meniupkan mereka seperti angin badai ke
antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka, dan sesudahnya tanah itu
menjadi sunyi sepi, sehingga tidak ada yang lalu lalang di sana; demikianlah
mereka membuat negeri yang indah itu menjadi tempat yang sunyi sepi.’”.
Bdk. Yoh
9:31 Yes 59:1-2 Yes 1:15
Amsal 1:24-28.
c) Dosa sebabkan pelayanan kita tak
diberkati / sia-sia.
Pelayanan
tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no b) di atas, maka jelas pelayanan
akan sia-sia.
Bdk. juga
dengan:
· 1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab
kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu
tidak sia-sia”.
·
2Tim 2:20-22 - “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot
dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai
untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika
seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot
rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai
tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu
jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”.
d) Dosa menyebabkan kita dikeraskan
hatinya.
Ibr 3:12-13
- “Waspadalah, hai
saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya
jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.
Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat
dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar
hatinya karena tipu daya dosa”.
Kekerasan hati
ini menyebabkan kita menjadi tak takut kepada Allah, meremehkan / mengecilkan
dosa itu, dsb.
e) Adanya hukuman
/ hajaran Tuhan.
Maz 89:32-33
- “(32) jika ketetapanKu
mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan
membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan
pukulan-pukulan”.
Bandingkan dengan Yunus yang ditelan ikan.
Bagaimana
kalau ada orang kristen yang berbuat dosa tetapi dibiarkan oleh Tuhan? Mungkin
belum waktunya (Tuhan masih sabar), atau mungkin ia bukan anak Tuhan, dan Tuhan
tidak merasa perlu menghajar anaknya setan!
4) Dosa menyedihkan /
mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).
IV) Bagaimana caranya melakukan mortification?
1) Cara melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.
John Owen:
“Mortification from a
self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a
self-righteousness, is the soul and substance of all false religion in the
world” (= Tindakan mematikan dosa
dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri,
menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama
palsu dalam dunia) - ‘The
Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation
and Sin’), hal 7.
Dalam melakukan
mortification ini harus ada kesadaran yang mendalam bahwa kita tidak mampu
untuk melakukannya, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat kita harus
bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus yang
menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa kita
tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic, yaitu suatu hal yang
terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh Kudus dan manusia!
John Owen:
“He works in us and with us, not
against us or without us” (= Ia bekerja di dalam kita dan
bersama kita, bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 20.
2) Kita tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa
itu. Kita harus mempunyai pengertian yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan
jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa
itu. Contoh:
·
2Raja 5:18 - Naaman adalah contoh orang yang
meremehkan dosa.
· Amsal 7:23b - “sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung
dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam”.
Orang ini terus
mengikuti perempuan jalang, karena ia tidak sadar bahwa hidupnya terancam.
Bandingkan juga
dengan ajaran Gereja Roma Katolik tentang venial
sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.
Kita memang
percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi kita tidak percaya adanya dosa yang
boleh diremehkan! Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut.
Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan
manusia dari Allah. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus
harus mati di atas kayu salib.
3) Kita tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu saja, tetapi
harus melakukannya pada semua dosa (bdk. 2Kor 7:1b - “marilah kita menyucikan diri
dari semua pencemaran jasmani dan rohani”).
Mengapa?
a) Biasanya orang memilih untuk
membunuh dosa yang menyebabkan hidupnya tidak damai, tidak enak, dsb, tetapi
membiarkan dosa yang tidak menyebabkan hal-hal itu. Ini menunjukkan bahwa mortification yang ia lakukan
didasarkan pada self-love (= kasih
pada diri sendiri)!
b) Bisa saja dosa-dosa yang mau
kita buang itu tidak bisa mati, justru karena adanya dosa-dosa yang kita
biarkan.
c) Allah sering menghukum satu
dosa dengan membiarkan orang itu jatuh ke dalam dosa-dosa lain.
Maz 81:12-13
- “(12) Tetapi umatKu
tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel
tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan
hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!”.
Ro 1:24,26,28
- “(24) Karena itu Allah
menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga
mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26) Karena itu Allah
menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri
mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan
karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah
menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas”.
Jadi, dosa yang
satu bisa berhubungan dengan dosa yang lain.
d) Dosa yang dibiarkan itu akan
merusak persekutuan kita dengan Allah, dan rusaknya persekutuan dengan Allah
ini menyebabkan kita tidak punya kekuatan untuk membuang dosa yang ingin kita
buang.
Renungkan:
dosa apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?
4) Mortification harus dilakukan dengan terus
menerus memerangi / melemahkan dosa itu. Jangan hanya kadang-kadang,
karena pada saat kita berhenti memerangi dosa itu, maka ia bertumbuh / menguat.
John Owen:
“Cease not a day from this work;
be killing sin or it will be killing you” (= Jangan berhenti
satu haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu)
- ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 9.
Tujuannya supaya
dosa terus berkurang dalam kekuatannya, maupun dalam seringnya muncul dalam
diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama dipelihara dan menjadi kuat, harus
dilemahkan / diperangi terus menerus. Inilah yang disebut dengan ‘menyalibkan
daging dengan segala keinginannya’ (Gal 5:24).
Perlu juga
diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan,
maka mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan melemah
dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering terjadi
bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.
Catatan:
Makin hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita putus asa, merasa gagal /
sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu, tetapi kalau penyaliban
itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.
5) Melakukan hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ /
bertentangan dengan dosa itu.
Contoh:
· kalau saudara suka ngaret / datang terlambat,
maka janganlah sekedar datang persis pada waktunya, tetapi datanglah kepagian,
bahkan sangat kepagian. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi
sifat ngaret itu!
·
kalau saudara medit / kikir, justru keluarkan
uang, tetapi harus dengan cara yang benar, misalnya dengan memberikan uang
kepada gereja / orang yang layak dibantu.
· kalau saudara tamak, justru tolak tawaran
bisnis, sekalipun sebetulnya memungkinkan untuk menerimanya!
·
kalau saudara sering tidak memberikan
persembahan persepuluhan, justru berikan persembahan perlimaan, sekaligus untuk
membayar hutang saudara kepada Tuhan!
· kalau saudara selalu hidup / berjalan dengan
penglihatan / logika, justru saudara harus berani untuk mengambil resiko untuk
hidup / berjalan dengan iman (bdk. 2Kor 5:7).
· kalau saudara sombong / senang dianggap hebat /
disanjung, justru buatlah supaya saudara direndahkan. Misalnya: pada waktu
berkumpul kumpul dengan teman-teman yang kaya, saudara pakai pakaian sederhana
/ murah, tanpa perhiasan. Atau dengan berani bertanya (sekalipun akan dianggap
bodoh) pada waktu ada sesuatu yang tidak saudara mengerti dalam pembicaraan.
· kalau TV menjadi ‘allah lain’ dalam hidup
saudara, maka saudara harus dengan sengaja tidak menonton acara yang saudara
senangi sekalipun sebetulnya ada waktu untuk menontonnya.
· kalau saudara malas / tidak senang bersekutu
dengan sesama saudara seiman, saudara justru harus mengadakan banyak waktu
untuk bersekutu.
·
kalau saudara malas melayani, justru saudara
harus meminta pelayanan yang merepotkan!
·
kalau saudara membenci / mendendam kepada seseorang, saudara justru
harus mendoakan dia dan melakukan sesuatu yang baik kepadanya (Mat 5:44).
· kalau saudara senang memfitnah / menjelekkan
orang, saudara justru harus membicarakan kebaikan orang.
·
kalau saudara senang bersungut-sungut, saudara
justru harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.
·
kalau pikiran saudara sering kotor / cabul,
saudara justru harus mengisinya dengan hal-hal yang baik, seperti Firman Tuhan
(bdk. Fil 4:8).
· kalau saudara mempunyai keinginan menyeleweng,
saudara justru harus mendekat kepada istri saudara dan menunjukkan kasih
saudara kepadanya.
Bagian ini
membutuhkan perenungan! Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa
yang bertentangan dengannya yang harus saudara lakukan?
6) Menjauhi pencobaan yang membawa kita pada
dosa itu.
Perlu juga
diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan seperti tanaman yang menghasilkan
buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup bagi kita untuk menghancurkan
buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!
Pertama-tama
kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam diri kita, lalu kita harus
mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai dalam mengalahkan kita, situasi
apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita betul-betul seperti perang, dimana
kita harus menyelidiki kekuatan dan kelemahan dan taktik dari musuh kita.
John Owen:
“This is a folly that possesses
many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible of their
sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter fruit, but
cherish the poisonous root” (= Ini adalah kebodohan yang
merasuk / menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan / pengertian yang
cepat dan hidup tentang dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap
pencobaan mereka; tidak senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi /
memelihara / memberi makan akar yang beracun) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 118.
Adalah sesuatu
yang kurang ajar kalau kita berdoa ‘jangan
membawa kami ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a), tetapi kita terus
menerus menyenangi dan mendatangi pencobaan!
Penerapan:
· kalau kelemahan saudara adalah perzinahan, maka
saudara harus menjauhi film yang merangsang, buku / bacaan yang porno /
membangkitkan nafsu, dan juga teman-teman yang omongannya erotis / cabul /
membangkitkan nafsu, lebih-lebih teman yang mengajak untuk berzinah.
·
kalau kelemahan saudara adalah dalam hal
menonton TV, sumbangkan TV saudara ke gereja!
·
kalau kelemahan saudara adalah merokok, jauhi
teman yang merokok.
Renungkan:
Apa kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan
pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?
7) Menghidupkan manusia baru (vivification).
Kalau mortification adalah mematikan manusia
lama, maka vivification adalah menghidupkan
manusia baru. Kalau mortification
adalah sesuatu yang negatif, maka vivification
adalah sesuatu yang positif. Kalau mortification
adalah berusaha untuk berhenti berbuat dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik. Kedua hal ini harus dilakukan
secara serentak!
Contoh dari vivification:
·
berbakti dengan rajin.
Saudara
hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau saudara sakit, atau hujan begitu
lebat sampai banjir 3 meter!
·
belajar Firman Tuhan melalui Pemahaman Alkitab, cassette
khotbah, buku makalah!.
·
Berdoa, secara pribadi maupun dalam Persekutuan
Doa di gereja.
·
Melayani / memberitakan Injil.
· Melakukan semua hal yang baik / sesuai dengan
Firman Tuhan, seperti menolong orang, mengasihi istri, mentaati suami, dsb.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar