Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
I) Keselamatan.
1) Setiap orang membutuhkan keselamatan.
Mengapa?
a) Karena setiap orang adalah
orang berdosa (Ro 3:23).
Bukan cuma
sekedar berdosa sedikit tetapi sangat berdosa. Misalnya perintah untuk
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap kekuatan, segenap
jiwa, mungkin sekali tidak ada yang pernah melakukan dengan sempurna. Itu
berarti, ditinjau dari hukum itu saja, kita berbuat dosa setiap saat.
b) Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan
kita. Mengapa?
1. Karena manusia di luar
Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Kita lahir
sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan untuk
berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa
kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.
Kej 8:21b
- “Aku takkan mengutuk
bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat
dari sejak kecilnya”.
Illustrasi:
Makhluk yang lahir sebagai monyet akan secara otomatis melakukan hal-hal yang
biasa dilakukan oleh monyet. Demikian juga makhluk yang dilahirkan sebagai
orang berdosa akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh
orang berdosa.
Sebetulnya,
manusia berdosa itu bukan hanya cenderung kepada dosa, tetapi bahkan sama
sekali tidak bisa berbuat baik, dan selalu berbuat dosa saja. Ini sebetulnya
sudah terlihat dari Kej 6:5 di atas, tetapi lebih terlihat lagi dari
Tit 1:15 yang berbunyi: “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi
orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci,
karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Ini menunjukkan
bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi,
tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang
miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a. Karena tindakan itu tidak
dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15
- “Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
b. Karena tindakan itu tidak dilakukan
untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31:
“Jika engkau makan atau
jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan
oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati
yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya
adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah.
Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2. Kalaupun ia bisa berbuat
baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa dosa
tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang
berbunyi: “(16) Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21) sekiranya
ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini
saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim
itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat
bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
2) Yesus sudah memberikan jalan keselamatan
kepada manusia berdosa itu, dengan jalan menjadi manusia, menderita dan mati di
kayu salib, untuk menebus dosa-dosa manusia. Dengan itu Ia menjadi satu-satunya
jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis
4:12 1Yoh 5:11-12).
3) Kita bisa diselamatkan, karena ‘iman saja’
(Sola Fide / only faith), bukan karena ‘perbuatan baik’ atau karena ‘iman +
perbuatan baik’.
Bahwa Kitab Suci
memang mengajarkan bahwa perbuatan baik tidak punya andil dalam keselamatan,
terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum
Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan
hukum Taurat”.
Ro 9:30-32 - “(30) Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang
tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena
iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan
mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena
Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi
apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku
telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati
hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada
Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
Karena iman itu
sendiri adalah pemberian Allah (Fil 1:29), maka jelas bahwa seluruh
keselamatan merupakan anugerah. Dan karena itu kita percaya bukan hanya kepada
SOLA FIDE (= hanya iman), tetapi juga kepada SOLA GRATIA (= hanya kasih
karunia), karena kedua hal itu berhubungan sangat dekat, dan sama-sama
bertentangan dengan ajaran yang mempercayai adanya andil manusia dalam
memperoleh keselamatan.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada
orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24,27-28
- “(24) dan oleh kasih
karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak
ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28)
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia
melakukan hukum Taurat”.
Ro 4:2-5 - “(2)
Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar
untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan
nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang
yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai
haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada
Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.
4) Iman yang sejati / sungguh-sungguh memang
harus diikuti oleh pertobatan dari dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).
Mengapa
demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima
Roh Kudus (Yoh 7:38-39
Ef 1:13-14), dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup
orang itu (Gal 5:22-23).
Kalau ada orang
yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak
berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia
tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
Sekalipun iman
yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan,
tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan
perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit --> obat -->
sembuh --> olah
raga / bekerja
dosa --> iman -->
selamat --> taat
/ berbuat baik
Apa yang
menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja
hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang
berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa
berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga
dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik.
Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi
dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada
yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita
melihat pada garis waktu, maka akan terlihat hal-hal sebagai berikut:
a) Sejak lahir sampai seseorang
percaya kepada Yesus, ia tak bisa berbuat baik SAMA SEKALI (Ro
3:10-12 Ro 6:20).
Ro 3:10-12 - “(10)
seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12)
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak.”.
Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa,
kamu bebas dari kebenaran.”.
b) Kalau pada suatu saat ia
percaya kepada Yesus, maka pada saat itu juga ia diselamatkan / mendapatkan
keselamatan (Luk 19:9).
Luk 19:9 -
“Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah
terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
c) Ia pasti pada saat itu juga
mendapatkan Roh Kudus (Kis 2:38 Ef
1:13).
Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan
hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu
telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu
juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.
d) Roh Kudus itu aka
mengeluarkan buah Roh (Gal 5:22-23), sehingga hidup orang itu secara sedikit
demi sedikit akan dikuduskan.
Jadi terlihat dengan jelas
bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik, dan juga bukannya iman + perbuatan
baik, yang menyebabkan kita diselamatkan, karena keselamatannya telah terjadi
sebelum perbuatan baik itu mulai muncul.
Kesimpulan dari
bagian ini: keselamatan hanya karena iman, dan itu betul-betul merupakan
anugerah murni!
II) Keselamatan tidak bisa hilang.
Kalau ditanya:
bisakah orang kristen kehilangan keselamatannya?, maka ajaran Reformed /
Calvinisme dan Arminianisme bertentangan dalam menjawab pertanyaan ini. Ajaran
Reformed / Calvinisme mengatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sedangkan
Arminianisme mengatakan keselamatan bisa hilang.
Mengapa saya
mempercayai ajaran Reformed / Calvinisme yang mengatakan keselamatan tidak bisa
hilang?
1) Ajaran Arminian bertentangan dengan SOLA FIDE
dan SOLA GRATIA yang baru saya ajarkan di atas. Penyangkalan terhadap doktrin Perseverance of the Saints (= Ketekunan
orang-orang kudus) ini menyebabkan keselamatan akhir tergantung kepada
usaha dan kehendak manusia.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Kepastian
keselamatan kita tergantung dari Allah dan kita. Allah 100 % menghendaki
keselamatan kita. Ia tidak pernah berubah Ibr 13:8. Sebab itu sekarang hanya
tergantung dari kita. Kalau kita sungguh-sungguh, itu berarti kita akan tumbuh,
tidak tinggal kanak-kanak rohani, pasti naik, kita juga pasti tetap selamat.
Jadi kepastian keselamatan itu tergantung dari kesungguhan kita dengan kata
lain tergantung dari tingkat rohani kita” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 67.
Pdt. Jusuf B.
S.: ‘Keselamatan
itu bisa hilang tetapi orang beriman yang mau tetap selamat, tidak akan
kehilangan keselamatannya” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
73.
Misalnya ada 2
orang beriman yang sejati, yaitu A dan B. A sungguh-sungguh berusaha untuk
tetap selamat dan karena itu tetap selamat, sedangkan B tidak / kurang
berusaha, sehingga akhirnya kehilangan keselamatannya.
a) Jadi apa yang membedakan A
dan B? Apa yang akhirnya menyebabkan A masuk surga sedangkan B masuk neraka?
Kesungguhan A dalam memelihara keselamatannya, bukan? Jelas bahwa kebaikan
si A mempunyai andil dalam keselamatannya. Dengan demikian itu bertentangan
dengan dengan SOLA FIDE dan SOLA GRATIA.
b) Kalau si A ditanya: ‘mengapa
kamu selamat, B tidak?’.
‘Karena saya
percaya kepada Kristus’.
‘Si B juga
percaya kepada Kristus, mengapa dia tidak selamat?’
‘Karena dia
tidak percaya sampai akhir’.
‘Mengapa kamu
bisa percaya sampai akhir, dan B tidak?’.
‘Mungkin karena
saya lebih banyak berdoa, lebih tidak duniawi, lebih cinta Tuhan, lebih
sungguh-sungguh dalam berusaha, lebih tekun, dsb’.
Ini memang
merupakan jawaban yang tak terhindarkan. Dengan kata lain: si A selamat dan
si B tidak, karena si A lebih baik dari pada si B.
Memang
konsekwensi seperti ini tidak akan disetujui oleh orang Arminian.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Kita
menerima keselamatan dari Tuhan dengan cuma-cuma, bukan karena jasa, kebaikan,
usaha atau pekerjaan kita” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
9. Dan ia lalu mengutip Ef 2:8 sebagai dasar.
Tetapi
ketidak-setujuannya ini menyebabkan ia menjadi tidak konsisten dengan ajarannya
di atas, yang menunjukkan bahwa orang kristen yang bisa tetap selamat adalah
mereka yang mau bersungguh-sungguh dalam berusaha memelihara keselamatan
mereka.
Bandingkan
dengan kata-kata Council of Trent (Gereja Roma Katolik) yang mengutuk orang
yang mempercayai ‘pembenaran oleh iman saja’ (justification by faith alone).
Council of Trent, Chapter XVI, Canon IX: “If any one saith that by faith
alone the impious is justified in such wise as to mean, that nothing else is
required to co-operate in order to the obtaining of the grace of justification,
and that it is not in any way necessary, that he be prepared and disposed by
the movement of his own will: let him he anathema” (= Jika seseorang berkata bahwa
oleh iman saja orang jahat dibenarkan, dan mengartikan bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang dibutuhkan untuk bekerja sama supaya mendapatkan kasih karunia
pembenaran, dan bahwa tidak dibutuhkan dalam hal apapun bahwa ia disiapkan dan
diatur / dicondongkan oleh gerakan kehendaknya sendiri: terkutuklah dia)
- Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 512.
Canon XXIV: “If
any one saith, that the justice received is not preserved and also increased
before God through good works; but that the said works are merely the fruits
and signs of justification obtained, but not a cause of the increase thereof:
let him he anathema”
(= Jika seseorang berkata bahwa pembenaran yang diterima itu tidak dipelihara
dan juga ditingkatkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik; tetapi bahwa
perbuatan baik yang disebutkan tadi semata-mata merupakan buah dan tanda /
bukti dari pembenaran yang didapatkan, tetapi bukan suatu penyebab dari
peningkatan itu: terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic
Theology’, hal 512.
Sekalipun ini sebetulnya
lebih sesat dari pada kata-kata Pdt. Jusuf B. S. tadi, tetapi ini lebih
konsisten dengan pandangan bahwa keselamatan bisa hilang, yang juga dianut oleh
Roma Katolik. Tetapi ketidak-konsistenan pandangan Arminian dalam hal ini
merupakan ‘ketidak-konsistenan yang menguntungkan’, karena dengan demikian
mereka tak bisa disebut sebagai ‘SESAT’. Paling-paling saya menganggap mereka
‘berbau kesesatan’.
R. C. Sproul: “Evangelicals
are so called because of their commitment to the biblical and historical
doctrine of justification by faith alone.
Because the Reformers saw sola fide as
central and essential to the biblical gospel, the term evangelical was
applied to them. Modern evangelicals in great numbers embrace the sola fide of the Reformation, but have
jettisoned the sola gratia that
undergirded it. Packer and Johnston assert: ‘Justification
by faith only’ is a truth that needs interpretation. The principle of sola fide is not rightly
understood till it is seen as anchored in the broader principle of sola gratia. What is the source
and status of faith? Is it the God-given means whereby the God-given
justification is received, or is it a condition of justification which is left
to man to fulfill? Is it a part of God’s gift of salvation, or is it man’s own
contribution to salvation? Is our salvation wholly of God, or does it
ultimately depend on something that we do for ourselves? Those who say the
latter (as the Arminians later did) thereby deny man’s utter helplessness in
sin, and affirm that a form of semi-Pelagianism is true after all. It is no
wonder, then, that later Reformed theology condemned Arminianism as being in
principle a return to Rome (because in effect it turned faith into a
meritorious work) and a betrayal of the Reformation (because it denied the
sovereignty of God in saving sinners, which was the deepest religious and
theological principle of the Reformers’ thought). Arminianism was, indeed, in
Reformed eyes a renunciation of New Testament Christianity in favour of New
Testament Judaism; for to rely on oneself for faith is no different in
principle from relying on oneself for works, and the one is as un-Christian and
anti-Christian as the other. In the light of what Luther says to Erasmus, there
is no doubt that he would have endorsed this judgment. I must
confess that the first time I read this paragraph, I blinked. On the surface it
seems to be a severe indictment of Arminianism. Indeed it could hardly be more
severe than to speak of it as ‘un-Christian’ or ‘anti-Christian.’ Does this
mean that Packer and Johnston believe Arminians are not Christians? Not
necessarily. Every Christian has errors of some sort in his thinking. Our
theological views are fallible. Any distortion in our thought, any deviation
from pure, biblical categories may be loosely deemed ‘un-Christian’ or
‘anti-Christian.’ The fact that our thought contains un-Christian elements does
not demand the inference that we are therefore not Christians at all. I agree
with Packer and Johnston that Arminianism contains un-Christian elements in it
and that their view of the relationship between faith and regeneration is
fundamentally un-Christian. Is this error so egregious that it is fatal to
salvation? People often ask if I believe Arminians are
Christians? I usually answer, ‘Yes, barely.’ They are Christians by what we
call a felicitous inconsistency.
What is this inconsistency? Arminians affirm the
doctrine of justification by faith alone. They agree that we have no
meritorious work that counts toward our justification, that our justification
rests solely on the righteousness and merit of Christ, that sola
fide means justification is by Christ alone,
and that we must trust not in our own works, but in Christ’s work for our
salvation. In all this they differ from Rome on
crucial points. Packer and Johnston note that later Reformed theology, however,
condemned Arminianism as a betrayal of the Reformation and in principle as a
return to Rome. They point out that Arminianism ‘in effect turned faith into a
meritorious work.’ We notice that this charge is qualified by the words ‘in effect.’ Usually Arminians deny that their faith is a meritorious
work. If they were to insist that faith is a meritorious work, they would be
explicitly denying justification by faith alone. The Arminian
acknowledges that faith is something a person does. It is a work, though not a
meritorious one. Is it a good work? Certainly it is not a bad work. It is good
for a person to trust in Christ and in Christ alone for his or her salvation.
Since God commands us to trust in Christ, when we do so we are obeying this
command. But all Christians agree that faith is something we do. God does not
do the believing for us. We also agree that our justification is by faith
insofar as faith is the instrumental cause of our justification. All the
Arminian wants and intends to assert is that man has the ability to exercise
the instrumental cause of faith without first being regenerated. This position
clearly negates sola gratia, but
not necessarily sola fide. Then
why say that Arminianism ‘in effect’ makes faith a meritorious work? Because
the good response people make to the gospel becomes the ultimate determining
factor in salvation. I often ask my Arminian friends why they are Christians
and other people are not. They say it is because they believe in Christ while
others do not. Then I inquire why they believe and others do not? ‘Is it
because you are more righteous than the person who abides in unbelief?’ They
are quick to say no. ‘Is it because you are more intelligent?’ Again the reply
is negative. They say that God is gracious enough to offer salvation to all who
believe and that one cannot be saved without that grace. But this grace is
cooperative grace. Man in his fallen state must reach out and grasp this grace
by an act of the will, which is free to accept or reject this grace. Some
exercise the will rightly (or righteously), while others do not. When pressed
on this point, the Arminian finds it difficult to escape the conclusion that
ultimately his salvation rests on some righteous act of the will he has
performed. He has ‘in effect’ merited the merit of Christ, which differs only
slightly from the view of Rome.” [= Orang-orang
‘injili’ disebut demikian karena komitmen mereka pada doktrin Alkitabiah dan
bersifat sejarah, dari ‘pembenaran oleh iman saja’. Karena para tokoh Reformasi
melihat SOLA FIDE sebagai bersifat pokok dan penting / bersifat hakiki pada
injil yang Alkitabiah, maka istilah ‘injili’ diterapkan kepada mereka. Orang-orang Injili modern dalam jumlah yang besar memeluk /
mempercayai SOLA FIDE dari Reformasi, tetapi telah membuang SOLA GRATIA yang
menopang di bawahnya. Packer dan Johnston menegaskan: ‘Pembenaran oleh iman saja’ adalah suatu kebenaran yang
membutuhkan penafsiran. Prinsip dari SOLA FIDE tidak dimengerti secara benar
sampai itu terlihat dijangkarkan pada prinsip yang lebih luas tentang SOLA
GRATIA. Apa yang merupakan sumber dan keadaan / posisi dari iman? Apakah
iman adalah cara yang Allah berikan dengan mana pembenaran yang Allah berikan
diterima, atau apakah iman adalah suatu
syarat pembenaran yang ditinggalkan kepada manusia untuk digenapi / dilakukan
oleh manusia? Apakah iman merupakan
sebagian dari pemberian keselamatan dari Allah, atau apakah iman merupakan sumbangsih manusia sendiri pada
keselamatan? Apakah keselamatan kita
sepenuhnya dari Allah, atau apakah iman
pada akhirnya tergantung pada sesuatu yang kita lakukan bagi diri kita sendiri? Mereka yang mengatakan yang belakangan (seperti yang
dilakukan oleh orang-orang Arminian yang belakangan) dengan itu menyangkal
ketidak-berdayaan sama sekali dari manusia dalam dosa, dan menegaskan bahwa
bagaimanapun suatu bentuk dari semi-Pelagianisme adalah benar. Maka tidaklah
mengherankan bahwa theologia Reformed yang belakangan mengecam Arminianisme
sebagai dalam prinsip suatu tindakan kembali pada Roma (karena sebetulnya /
dalam faktanya Arminianisme mengubah iman menjadi suatu pekerjaan yang
mempunyai jasa) dan suatu pengkhianatan dari Reformasi (karena Arminianisme
menyangkal kedaulatan Allah dalam penyelamatan orang-orang berdosa, yang
merupakan prinsip agamawi dan theologis yang terdalam dari pemikiran
tokoh-tokoh Reformasi). Di mata orang-orang Reformed, Arminianisme memang
adalah suatu penolakan / penyangkalan dari kekristenan Perjanjian Baru dan
suatu dukungan kepada Yudaisme Perjanjian Baru; karena bersandar pada diri sendiri untuk iman secara prinsip tak berbeda dari
bersandar kepada diri sendiri untuk perbuatan baik,
dan yang satu sama tidak Kristen dan anti Kristennya seperti yang lain. Dalam terang dari apa yang Luther katakan kepada Erasmus,
disana tidak ada keraguan bahwa ia akan sudah mengesahkan / menyokong penghakiman
/ penilaian ini. Saya harus mengakui bahwa pertama kali saya membaca
paragraf ini, saya mengedipkan mata. Di permukaan ini kelihatannya merupakan
suatu tuduhan serius terhadap Arminianisme. Memang hampir tak bisa lebih keras
dari pada berbicara tentang Arminianisme sebagai ‘tidak Kristen’ atau ‘Anti
Kristen’. Apakah ini berarti bahwa Packer dan
Johnston mempercayai bahwa orang-orang Arminian bukanlah orang-orang Kristen?
Tidak harus demikian. Setiap orang Kristen mempunyai kesalahan-kesalahan dari
jenis tertentu dalam pemikirannya. Pandangan-pandangan theologis kita bisa
salah. Distorsi apapun dalam pemikiran kita, penyimpangan apapun dari
kategori-kategori yang murni dan Alkitabiah bisa secara longgar dianggap
sebagai ‘tidak Kristen’ atau ‘anti Kristen’. Fakta bahwa pemikiran theologis
kita mengandung elemen-elemen yang tidak Kristen tidaklah menuntut kesimpulan
bahwa karena itu kita bukanlah orang-orang Kristen sama sekali. Saya
setuju dengan Packer dan Johnston bahwa Arminianisme mengandung elemen-elemen
yang tidak Kristen di dalamnya dan bahwa pandangan mereka tentang hubungan
antara iman dan kelahiran baru secara dasari tidak Kristen. Apakah kesalahan
ini begitu menyolok sehingga itu merupakan sesuatu yang fatal terhadap
keselamatan? Orang-orang sering bertanya apakah saya
percaya bahwa orang-orang Arminian adalah orang-orang Kristen? Saya biasanya
menjawab, ‘Ya, hampir tidak’. Mereka adalah orang-orang Kristen oleh apa
yang kami sebut suatu
ketidak-konsistenan yang menguntungkan. Ketidak-konsistenan
apa ini? Arminianisme menegaskan doktrin pembenaran
oleh iman saja. Mereka setuju bahwa kita tidak mempunyai perbuatan / pekerjaan
yang berjasa yang diperhitungkan pada pembenaran kita, bahwa pembenaran kita
bersandar semata-mata pada kebenaran dan jasa dari Kristus, bahwa SOLA FIDE
(iman saja) berarti pembenaran adalah oleh Kristus saja, dan bahwa kita harus
percaya bukan kepada pekerjaan / perbuatan baik kita sendiri, tetapi kepada
pekerjaan Kristus untuk keselamatan kita. Dalam
semua ini mereka berbeda dari Roma pada pokok-pokok yang penting.
Tetapi Packer dan Johnston memperhatikan bahwa theologia Reformed yang
belakangan mengecam Arminianisme sebagai suatu pengkhianatan terhadap Reformasi
dan secara prinsip sebagai suatu tindakan kembali kepada Roma. Mereka menunjukkan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam
faktanya mengubah iman menjadi suatu pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai
jasa’. Kami memperhatikan bahwa tuduhan ini disyaratkan oleh kata-kata
‘sebetulnya / dalam faktanya’. Biasanya orang-orang
Arminian menyangkal bahwa iman mereka adalah suatu pekerjaan / perbuatan baik
yang mempunyai jasa. Seandainya mereka berkeras bahwa iman adalah suatu
pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa, mereka secara explicit
menyangkal pembenaran oleh iman saja. Orang-orang Arminian mengakui
bahwa iman adalah sesuatu yang seseorang lakukan. Itu adalah suatu pekerjaan /
perbuatan, sekalipun bukan suatu pekerjaan / perbuatan yang mempunyai jasa. Apakah itu suatu pekerjaan baik? Pasti itu bukanlah suatu pekerjaan
yang buruk / jahat. Adalah baik bagi seseorang untuk percaya kepada
Kristus dan kepada Kristus saja untuk keselamatannya. Karena Allah
memerintahkan kita untuk percaya kepada Kristus, pada waktu kita melakukannya
kita sedang mentaati perintah ini. Tetapi semua orang
Kristen setuju bahwa iman adalah sesuatu yang kita lakukan. Allah tidak
melakukan tindakan percaya itu untuk kita. Kita juga setuju bahwa pembenaran
kita adalah oleh iman sejauh iman adalah penyebab yang bersifat alat dari
pembenaran kita. Semua yang orang-orang Arminian inginkan dan maksudkan untuk
tegaskan adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melaksanakan penyebab
yang bersifat alat dari iman tanpa harus dilahir-barukan lebih dulu. Posisi ini secara jelas meniadakan SOLA GRATIA, tetapi tidak
harus meniadakan SOLA FIDE. Lalu mengapa
mengatakan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam faktanya’ membuat iman suatu
pekerjaan yang mempunyai jasa? Karena tanggapan yang baik yang dibuat oleh
orang-orang kepada injil menjadi faktor penentu akhir dalam keselamatan.
Saya sering bertanya kepada teman-teman Arminian saya
mengapa mereka adalah orang-orang Kristen dan orang-orang lain tidak. Mereka
mengatakan bahwa itu disebabkan karena mereka percaya kepada Kristus sedangkan
orang-orang lain tidak. Lalu saya bertanya mengapa mereka percaya dan
orang-orang lain tidak? ‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih benar dari
pada orang yang tinggal dalam ketidak-percayaan?’ Mereka dengan cepat menjawab
‘tidak’. ‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih pandai?’ Lagi-lagi jawabannya
adalah ‘tidak’. Mereka mengatakan bahwa Allah itu cukup murah hati untuk
menawarkan keselamatan kepada semua orang yang percaya dan bahwa seseorang
tidak bisa diselamatkan tanpa kasih karunia itu. Tetapi kasih karunia ini adalah
kasih karunia yang bersifat kerja sama. Manusia dalam keadaannya yang sudah
jatuh harus menjangkau dan memegang kasih karunia ini oleh suatu tindakan dari
kehendak, yang bebas untuk menerima atau menolak kasih karunia ini. Sebagian
menggunakan kehendak dengan benar, sedangkan yang lain tidak. Pada waktu
ditekan pada titik ini, orang-orang Arminian mendapati bahwa sukar untuk lolos
dari kesimpulan bahwa pada akhirnya keselamatannya berdasar / bersandar pada
suatu tindakan benar dari kehendak yang telah ia lakukan. Ia
‘sebetulnya / dalam faktanya’ mengambil jasa Kristus yang hanya sedikit berbeda
dengan pandangan dari Roma.] - ‘Willing to Believe’,
hal 24-26.
Catatan: kalau dalam kutipan ini dikatakan ‘Roma’
maksudnya adalah ‘Gereja Roma Katolik’.
Sekarang
perhatikan beberapa kutipan dari para ahli theologia Reformed di bawah ini:
Herman
Hoeksema: “Hence, according
to them, it is abundantly plain that perseverance and the final salvation
depend on man” (= Karena itu, menurut mereka,
adalah sangat jelas bahwa ketekunan dan keselamatan akhir tergantung kepada
manusia) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 551-552.
Louis Berkhof: “The
denial of the doctrine of perseverance virtually makes the salvation of man
dependent on the human will rather than on the grace of God. This consideration
will, of course, have no effect on those who share the Pelagian conception of
salvation as autosoteric - and their number are great - but certainly ought to
cause those to pause who glory in being saved by grace”
(= Penyangkalan terhadap doktrin ketekunan sebenarnya membuat keselamatan
manusia tergantung pada kehendak manusia dan bukannya pada kasih karunia Allah.
Tentu saja pertimbangan ini tidak mempunyai pengaruh pada mereka yang mempunyai
konsep Pelagianisme tentang keselamatan sebagai penyelamatan diri sendiri - dan
jumlah mereka banyak - tetapi pasti pertimbangan ini harus menyebabkan mereka,
yang bermegah dalam keselamatan karena kasih karunia, untuk berhenti sejenak) - ‘Systematic Theology’, hal
549.
Loraine
Boettner: “Arminianism
denies this doctrine of Perseverance, because it is a system, not of pure
grace, but of grace and works; and in any such system the person must prove
himself at least partially worthy” (= Arminianisme menyangkal doktrin ketekunan ini,
karena Arminian merupakan suatu sistim bukan hanya dari kasih karunia murni,
tetapi dari kasih karunia dan perbuatan baik; dan dalam sistim seperti itu
seseorang harus membuktikan bahwa dirinya sedikitnya layak sebagian / mempunyai
kelayakan sebagian) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 187.
Dan kalau memang keselamatan akhir
tergantung manusia itu sendiri, maka itu menyebabkan orang kristen berada dalam
posisi yang sangat genting / berbahaya.
Louis Berkhof: “The
idea is that, after man is brought to a state of grace by the operation of the
Holy Spirit alone, or by the joint operation of the Holy Spirit and the will of
man, it rests solely with man to continue in faith or to forsake the faith,
just as he sees fit. This renders the cause of man very precarious and makes it
impossible for him to attain to the blessed assurance of faith. Consequently,
it is of the utmost importance to maintain the doctrine of perseverance. In the
words of Hovey, ‘It may be a source of great comfort and power, - an incentive
to gratitude, a motive to self-sacrifice, and a pillar of fire in the hour of
danger.’” [= Gagasannya (dari orang Arminian) adalah,
setelah seorang manusia dibawa ke suatu keadaan kasih karunia oleh pekerjaan
Roh Kudus saja, atau oleh kerja sama dari Roh Kudus dan kehendak manusia,
sekarang semata-mata terserah kepada orang itu untuk terus dalam iman atau
untuk meninggalkan iman, seperti yang ia anggap baik. Ini membuat perkara
manusia ini sangat genting / berbahaya, dan membuat mustahil baginya untuk
mencapai keyakinan iman / keselamatan. Karena itu, mempertahankan doktrin
ketekunan merupakan sesuatu yang terpenting. Dalam kata-kata dari Hovey:
‘Doktrin itu bisa menjadi sumber dari penghiburan dan kuasa, - suatu dorongan
kepada rasa syukur, suatu motivasi kepada pengorbanan diri sendiri, dan suatu
tiang api pada saat bahaya’.] - ‘Systematic Theology’, hal 549.
Loraine Boettner
mengutip kata-kata Luther: “we
ourselves are so feeble, that if the matter were left in our hands, very few,
or rather none, would be saved; but Satan would overcome us all” (= kita sendiri adalah begitu
lemah, sehingga seandainya persoalannya diletakkan dalam tangan kita, sangat
sedikit, atau sama sekali tidak ada, yang akan diselamatkan; tetapi Setan akan
mengalahkan kita semua) - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 187.
Bdk. Yes 1:9 - “Seandainya
TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas,
kita sudah menjadi seperti Sodom,
dan sama seperti Gomora”.
Calvin (tentang Yes 1:9): “as if he had said, Be
not deceived by flatteries; you would be in the same condition that Sodom and
Gomorrah now are, were it not that God, in compassion on you, has preserved a remnant. This agrees with the words of Jeremiah, It is of the Lord’s
mercies that we are not consumed. (Lamentations 3:22.)” [= seakan-akan Ia telah berkata, ‘Jangan
ditipu oleh bujukan-bujukan; kamu akan ada dalam keadaan yang sama dengan
keadaan Sodom dan Gomora sekarang, seandainya bukan karena Allah, dalam belas
kasihan kepadamu, tidak memelihara / melindungi / menjaga suatu sisa. Ini
sesuai dengan kata-kata Yeremia, ‘Adalah dari belas kasihan Tuhan bahwa kita
tidak dihabiskan’ (Ratapan 3:22).].
Rat 3:22 - “Tak
berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmatNya”.
KJV: ‘It is of the LORD’S mercies that we are not consumed,
because his compassions fail not’ (= Adalah
dari / karena belas kasihan TUHAN sehingga kita tidak dihabiskan, karena belas
kasihanNya tidak gagal).
Mat 24:22 - “Dan
sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan
ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan
dipersingkat”.
Loraine
Boettner: “If
Arminianism were true, Christians would still be in very dangerous positions,
with their eternal destiny suspended upon the probability that their weak,
creaturely wills would continue to choose right. ... His assurance is based
largely on self-confidence. Others have failed, but he is confident that he
will not fail. But what a delusion is this when apllied to the spiritual realm!
What a pity that any one who is at all acquainted with his own tendency to sin
should base his assurance of salvation upon such grounds! His system places the
cause of his perseverance, not in the hands of an all-powerful, never-changing
God, but in the hands of weak sinful man” (= Seandainya Arminianisme
benar, orang-orang Kristen tetap ada dalam posisi yang sangat berbahaya, dengan
nasib / tujuan kekal digantungkan pada kemungkinan dimana kehendak mereka yang
lemah dan bersifat makhluk ciptaan, akan terus memilih yang benar. ...
Keyakinanannya secara umum didasarkan pada keyakinan terhadap diri sendiri.
Orang-orang lain telah gagal, tetapi ia yakin bahwa ia tidak akan gagal. Tetapi
kalau ini diterapkan terhadap dunia rohani, itu betul-betul merupakan khayalan
/ tipuan. Betul-betul menyedihkan bahwa ada orang yang mengenal
kecenderungannya sendiri ke dalam dosa, mendasarkan keyakinan keselamatannya
pada dasar seperti itu! Sistimnya meletakkan
persoalan ketekunannya, bukan dalam tangan Allah yang maha kuasa dan tak
pernah berubah, tetapi dalam tangan orang berdosa yang lemah) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 193-194.
2) Kitab Suci berulangkali menjanjikan bahwa
orang yang percaya kepada Yesus mendapatkan hidup kekal (Yoh
3:16,36 Yoh 6:47 dsb).
Yang ingin saya
tekankan di sini adalah kata ‘kekal’, yang berarti terus menerus tanpa ada
akhirnya. Kalau orang kristen yang sejati, yang sudah betul-betul diselamatkan
bisa jatuh dalam dosa sedemikian rupa sehingga tersesat, murtad dan akhirnya
terhilang, maka sebetulnya pada saat ia percaya kepada Yesus, ia bukannya
diberi hidup kekal, tetapi hidup bersyarat. Apa syaratnya?
Syaratnya adalah jangan sesat / murtad. Kalau memang ini keadaannya, maka
keadaan orang kristen sejati itu sama seperti keadaan Adam sebelum jatuh ke
dalam dosa. Ia mempunyai hidup, tetapi bukan hidup kekal, melainkan
hidup bersyarat. Apa syaratnya? Tidak makan buah terlarang.
Tetapi tidak ada
bagian Kitab Suci manapun yang mengatakan: percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan mendapat hidup bersyarat. Itu bukan ajaran Kitab
Suci, dan dengan demikian ajaran Arminian tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kitab
Suci mengajarkan: yang percaya kepada Yesus mendapatkan hidup kekal.
Karena itu tidak ada apapun yang bisa membuat mereka kehilangan hidup tersebut.
Louis Berkhof:
“According to
Scripture the believer is already in this life in possession of salvation and
eternal life, John 3:36; 5:24; 6:54. Can we proceed on the assumption that
eternal life will not be everlasting?” (= Menurut Kitab Suci orang percaya dalam hidup ini
sudah mempunyai keselamatan dan hidup yang kekal, Yoh 3:36; 5:24; 6:54. Bisakah
kita meneruskan pada anggapan bahwa hidup yang kekal tidak akan bersifat
kekal?) - ‘Systematic Theology’, hal 548.
R. L. Dabney:
“The principle then
implanted, is a never-dying principle. In every believer an eternal spiritual
life is begun. If all did not persevere in holiness, there would be some in
whom there was a true spiritual life, but not everlasting. The promise would
not be true”
(= Prinsip yang ditanamkan pada saat itu, adalah prinsip yang tidak pernah
mati. Dalam setiap orang percaya, suatu kehidupan rohani yang kekal dimulai.
Jika semua tidak bertekun dalam kekudusan, maka ada sebagian dari mereka dalam
siapa ada kehidupan rohani yang benar, tetapi tidak kekal. Maka janji itu tidak
benar) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 692-693.
Keberatan:
1Yoh 3:15 -
“Setiap
orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu,
bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di
dalam dirinya”.
Ayat ini
menunjukkan bahwa orang bisa kehilangan hidup yang kekal, yang tadinya telah ia
miliki.
Jawaban saya:
Ayat ini
berbicara dari sudut pandang manusia. Kalau kita melihat seseorang mengaku
percaya kepada Kristus, maka kita menganggap orang itu sudah mendapat hidup
yang kekal. Tetapi pada waktu kita melihat orang itu tidak mempunyai kasih, dan
bahkan membenci saudaranya, maka kita tahu bahwa ia bukan orang kristen yang
sejati, dan lalu dikatakan bahwa ‘ia tidak tetap memiliki hidup
yang kekal di dalam dirinya’. Tetapi fakta sebenarnya adalah: ia
tidak pernah betul-betul percaya, dan tidak pernah betul-betul mendapatkan
hidup yang kekal.
Perlu
ditambahkan komentar Matthew Henry tentang bagian ini.
Matthew Henry: “‘...
he who hates his brother hath not eternal life abiding in him," v. 15. Or,
he abideth in death, as it is expressed, v. 14” (=
‘... ia yang membenci saudaranya tidak tetap
memiliki hidup yang kekal dalam dirinya,’ ay 15. Atau, ia tetap ada di dalam
maut, sebagaimana dinyatakan, ay 14).
1Yoh 3:14-15: “(14) Kita tahu, bahwa kita
sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi
saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (15)
Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan
kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang
kekal di dalam dirinya”.
Jadi, ‘tidak tetap memiliki hidup yang kekal’ (ay 15b) adalah
sama dengan ‘tetap di dalam maut’ (ay 14b), yang menunjukkan kalau orang itu
tidak pernah selamat!!
3) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap
penebusan dan pembenaran kita.
Satu-satunya
dasar mengapa kita bisa dibenarkan adalah penebusan oleh Yesus Kristus dan kebenaranNya
yang diberlakukan bagi kita. Kalau ada orang yang betul-betul percaya kepada
Yesus Kristus sehingga diampuni dan dibenarkan, tanpa peduli bagaimana
kejahatannya dahulu, dan lalu menjadi tidak benar lagi dan masuk ke dalam
penghukuman, maka hal itu pasti merupakan suatu penghinaan terhadap penebusan
maupun kehidupan yang benar dari Yesus Kristus.
R. L. Dabney:
“As all Christians
agree, the sole ground of the acceptance of believers is the justifying
righteousness of Jesus Christ. ... this ground of justification, this atonement
for sin, this motive for the bestowal of divine love, is perfect. Christians
atonement surmounts the demerit of all possible sin or ingratitude. His
righteousness is a complete price to purchase the sinner’s pardon and acceptance.
See Heb. 9:12; 10:12 and 14; Jno. 5:24. ... Can one who has been fully
justified in Christ, whose sins have been all blotted out, irrespective of
their heinousness, by the perfect and efficacious price paid by Jesus Christ,
become again unjustified, and fall under condemnation without a dishonour done
to Christ’s righteousness?”
(= Sebagaimana disetujui oleh semua orang kristen, satu-satunya dasar dari
penerimaan orang-orang percaya adalah kebenaran yang membenarkan dari Yesus
Kristus. ... dasar dari pembenaran ini, penebusan dosa ini, motivasi untuk
pemberian kasih ilahi ini, adalah sempurna. Penebusan orang-orang Kristen
mengatasi kesalahan dari semua dosa atau rasa tidak tahu terima kasih yang
memungkinkan. KebenaranNya merupakan harga yang lengkap / sempurna untuk
membeli pengampunan dosa dan penerimaan orang-orang berdosa. Lihat Ibr 9:12;
10:12 dan 14; Yoh 5:24. ... Bisakah seseorang yang telah sepenuhnya dibenarkan
dalam Kristus, yang dosa-dosanya telah dihapuskan, terlepas dari kejahatan mereka,
oleh harga yang sempurna dan manjur yang dibayar oleh Yesus Kristus, lalu
menjadi tidak benar lagi, dan jatuh di bawah penghukuman, tanpa dilakukan suatu
penghinaan terhadap kebenaran Kristus?) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 691.
Illustrasi:
ada orang berhutang kepada saudara. Saya membayar hutang orang itu seluruhnya,
sehingga saudara lalu menganggap hutang itu lunas. Tahu-tahu, entah apa yang
dilakukan oleh orang itu, saudara kembali menganggapnya masih berhutang kepada
saudara. Dengan tindakan ini, saudara menghina pembayaran yang sudah saya
lakukan!
Dalam illustrasi
ini, saudara bisa menjawab: belum tentu. Karena bagaimana kalau orang itu
berhutang lagi? Bukankah boleh ia dianggap kembali sebagai orang yang
berhutang? Memang ya. Tetapi dalam dunia rohani, tidak bisa diterapkan seperti
itu, karena pada saat Yesus Kristus membayar hutang kita, Ia membayar semuanya,
bahkan dosa-dosa yang akan datang. Dan karena itu kalau kita tahu-tahu dianggap
sebagai orang yang berhutang / tidak benar, itu merupakan penghinaan terhadap
penebusan yang Ia lakukan.
4) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap
pekerjaan Roh Kudus dalam diri / hati kita.
Roh
Kudus diberikan kepada setiap orang yang percaya, dan tujuan pemberian ini
adalah supaya Roh Kudus itu membimbing, menolong, menopang, menguatkan,
menghibur, menegur, dan sebagainya. Dengan kata lain, Roh Kudus menggantikan
peranan Yesus terhadap murid-muridNya selama Ia masih hidup di dunia ini. Kalau
kita ternyata bisa tersesat / murtad dan lalu kehilangan keselamatannya, maka
itu berarti Roh Kudus tidak becus dalam melakukan tugasNya.
Louis Berkhof mengutip kata-kata
Dabney: “It
is a low and unworthy estimate of the wisdom of the Holy Spirit and of His work
in the heart, to suppose that He will begin the work now, and presently desert
it; that the vital spark of heavenly birth is an ‘ignis fatuus’, burning for a
short season, and then expiring in utter darkness; that the spiritual life
communicated in the new birth, is a sort of spasmodic or galvanic vitality,
giving the outward appearance of life in the dead soul, and then dying”
(= Kita menilai hikmat dari Roh Kudus dan dari pekerjaanNya dalam hati sebagai
rendah dan tak berharga, jika kita menganggap bahwa Ia mau mulai bekerja sekarang, dan dalam
waktu singkat meninggalkannya; sehingga percikan api yang vital dari kelahiran
surgawi adalah suatu ‘ignis fatuus’, menyala untuk waktu yang singkat, dan lalu
mati dalam kegelapan total; sehingga kehidupan rohani yang diberikan dalam
kelahiran baru, adalah suatu kehidupan yang bersifat sementara atau seperti
arus listrik dari batere, memberikan penampilan lahiriah dari kehidupan dalam
jiwa yang mati, dan lalu sekarat / mati) - ‘Systematic Theology’, hal 547.
5) Orang percaya tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Ro 6:14 - “Sebab kamu tidak akan
dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi
di bawah kasih karunia”.
Loraine
Boettner: “Paul
teaches that believers are not under law, but under grace, and that since they
are not under the law they cannot be condemned for having violated the law. ‘Ye
are not under law but under grace,’ Rom. 6:14. Further sin cannot possibly
cause their downfall, for they are under a system of grace and are not treated
according to their deserts. ... The one who attempts to earn even the smallest
part of his salvation by works becomes ‘a debtor to do the whole law’ (that is,
to render perfect obedience in his own strength and thus earn his salvation),
Gal. 5:3. We are here dealing with two radically different systems of
salvation, two systems which, in fact, are diametrically opposed to each other.
... Hence if any Christian fell away, it would be because God
had withdrawn His grace and changed His method of procedure - or, in other
words, because He had put the person back under a system of law” [= Paulus mengajar bahwa
orang-orang percaya tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia, dan karena mereka tidak berada di bawah hukum Taurat mereka tidak bisa
dihukum karena melanggar hukum Taurat. ‘kamu tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia’, Ro 6:14. Dosa-dosa selanjutnya tidak
mungkin bisa menyebabkan kejatuhan mereka, karena mereka ada di bawah sistim
dari kasih karunia dan tidak diperlakukan sesuai dengan yang mereka layak
dapatkan. ... Seseorang yang berusaha untuk mendapatkan bahkan bagian terkecil
dari keselamatannya menjadi ‘seorang yang berhutang untuk melakukan seluruh
hukum Taurat’ (yaitu, memberikan ketaatan yang sempurna dengan kekuatannya
sendiri dan dengan demikian layak mendapatkan keselamatannya), Gal 5:3. Di
sini kita menangani 2 sistim keselamatan yang sangat berbeda, 2 sistim yang
dalam faktanya bertentangan satu sama lain. ... Jadi, jika orang Kristen
manapun jatuh / murtad, itu disebabkan karena Allah telah menarik kasih karuniaNya
dan mengubah metode prosedurNya - atau, dengan kata lain, karena Ia telah
meletakkan orang itu kembali di bawah sistim dari hukum Taurat] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 184,185.
Bdk.
Mat 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang
itu enak dan bebanKupun ringan.’”. Bdk. 1Yoh 5:4a - ‘Perintah-perintahNya
itu tidak berat’.
Calvin
mengatakan bahwa sebetulnya, yang diundang di sini bukanlah seadanya orang yang
letih lesu dan berbeban berat, tetapi orang yang letih lesu dan berbeban berat karena
dosa. Ia berusaha untuk hidup suci, membuang dosa, dsb, tetapi ia tidak
mampu. Ini menyebabkan ia tidak yakin akan keselamatannya dan ia takut terhadap
murka Allah, dan ini yang menyebabkan ia merasakan beban yang berat. Contoh
yang menyolok tentang orang seperti ini adalah Martin Luther sebelum
pertobatannya. Yesus mengundang orang seperti ini untuk datang kepadaNya. Dan
Ia menjanjikan kelegaan / ketenangan, kuk yang enak, dan beban yang ringan.
Apakah kalau kita ikut Kristus bebannya betul-betul ringan? Saya yakin tidak.
Tetapi tetap disebut ‘ringan’ dalam perbandingan dengan orang di luar Kristus.
Yang di dalam Kristus mengusahakan ketaatan dengan keyakinan bahwa dirinya
sudah selamat, yang di luar Kristus mengusahakan ketaatan supaya selamat. Itu
yang membedakan sehingga yang pertama merasakan bebannya ringan, yang kedua
merasakan bebannya berat.
Kalau kita
menerima ajaran Arminian, bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan
keselamatannya, maka janji Yesus ini harus dibuang. Beban orang kristen sama
beratnya dengan beban orang yang non kristen, karena sama-sama tidak yakin
nanti akan selamat atau tidak!
6) Arminianisme ini bertentangan dengan Ro 8:28
dan 1Kor 10:13.
Ro 8:28 - “Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
1Kor 10:13
- “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Bdk. 2Pet 2:9a - “maka
nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan”.
Dalam kedua
janji di atas ini, yang saya yakin hanya berlaku untuk orang kristen yang
sejati, Allah berjanji untuk:
a) Memberikan yang baik bagi
orang percaya.
b) Membatasi pencobaan sehingga tidak
lebih dari kekuatan orang percaya. Dan dalam 2Pet 2:9a dikatakan bahwa
Tuhan tahu bagaimana caranya menyelamatkan orang saleh / orang kristen dari
pencobaan.
2Pet 2:9a - “maka nyata, bahwa Tuhan tahu
menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan”.
Kalau memang ada
orang kristen yang sejati yang sudah diselamatkan yang bisa murtad dan lalu
terhilang selama-lamanya, maka perlu dipertanyakan:
1. Mengapa Allah tidak memanggil
ia pulang pada waktu ia ada dalam keadaan selamat? Bukankah itu lebih baik baginya
dari pada dibiarkan hidup tetapi lalu murtad dan binasa?
2. Mengapa Allah tidak membatasi
pencobaan yang dialami orang tersebut? Dan mengapa Allah tidak tahu / tidak
bisa menyelamatkan orang kristen dari pencobaan?
Apakah 1Kor
10:13, dan juga Ro 8:28, tidak berlaku bagi orang itu?
Pdt. Jusuf B.
S.: “Tentu
Allah membatasi setan dalam usahanya ini, supaya jangan manusia dicobai lebih
dari kemampuannya (1Kor 10:13), kalau tidak, semua manusia akan binasa”
- ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 19.
Kelihatannya ia
menganggap bahwa 1Kor 10:13 ini berlaku untuk semua orang. Allah membatasi
pencobaan (secara umum), karena kalau tidak, maka semua manusia akan binasa.
Dengan dibatasi, maka sebagian manusia saja yang binasa. Berarti pada
orang-orang itu pencobaan terlalu berat. Lalu mengapa ada yang dijaga sehingga
pencobaannya tidak terlalu berat dan ada yang dibiarkan dicobai secara terlalu
berat?
Saya berpendapat
bahwa baik Ro 8:28, maupun 1Kor 10:13, hanya berlaku untuk orang
kristen yang sejati, dan kedua ayat itu menjamin bahwa orang kristen sejati
tidak mungkin kehilangan keselamatannya!
Calvin (tentang 1Kor
10:13): “Now God helps us in two ways, that we may not be overcome by the
temptation; for he supplies us with strength, and he sets limits to the temptation.
It is of the second of these ways that the
Apostle here chiefly speaks. At the same time, he does not exclude the former -
that God alleviates temptations, that they may not overpower us by their
weight. For he knows the measure of our power, which he has himself conferred.
According to that, he regulates our temptations. The term ‘temptation’ I take here as denoting, in a general way, everything that allures us”
(= ).
Charles Hodge (tentang 1Kor 10:13): “‘But God is faithful.’ He has promised to preserve his people, and therefore his
fidelity is concerned in not allowing them to be unduly tempted. Here, as in
1:9, and every where else in Scripture, the security of
believers is referred neither to the strength of the principle of grace infused
into them by regeneration, nor to their own firmness, but to the fidelity of
God. He has promised that those given to the Son as his inheritance,
should never perish. They are kept, therefore, by the power of God, through
faith, unto salvation, 1 Peter 1:4”
(= ).
Adam Clarke (tentang 1Kor 10:13): “‘But such as is common to
man.’ Anthroopinos.
Chrysostom has properly translated this word anthroopinos
as: toutesti mikros, brachus,
summetros; that is, small, short, moderate, Your temptations or trials
have been but trifling in comparison of those endured by the Israelites; they
might have been easily resisted and overcome. Besides, God will not suffer you to be tried above the strength he gives you;
but as the trial comes, he will provide you with sufficient strength to resist
it; as the trial comes in, he will make your way out. The words are very remarkable, poieesei sun too peirasmoo kai teen ekbasin,
He will, with the temptation, make the deliverance, or way out.’ Satan is never permitted to block up
our way, without the providence of God making a way through the wall. God ever
makes a breach in his otherwise impregnable fortification. Should an upright soul get into difficulties and straits, he
may rest assured that there is a way out, as there was a way in; and that the
trial shall never be above the strength that God shall give him to bear it” (= ).
Sesuatu yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bahwa 1Kor 10:13 ini diberikan persis setelah 1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh
berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Jadi, setelah ada peringatan untuk
berhati-hati, ada jaminan bahwa Tuhan akan menolong sehingga kita tidak mungkin
jatuh, dalam arti ‘terhilang’!
7) Dasar dari
keselamatan kita adalah kasih yang tidak berubah dari Allah.
Yer 31:3 - “Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya:
Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan
kasih setiaKu kepadamu”.
Calvin (tentang Yer 31:3): “It is, therefore, a doctrine
especially useful, when the Prophet shews, that whatever blessings God has at
any time conferred on his ancient people, they ought to be ascribed to his
gratuitous covenant, and that that covenant is eternal: and hence there is
no doubt but that God is at this day prepared to secure the salvation of all
the godly; for he remains ever the same, and never changes; and he would
also have his fidelity and constancy to shine forth in the covenant which he
has made with his Church. Since, then, the covenant of God is inviolable and
cannot fail, even were heaven and earth brought into confusion, we ought to
feel assured that God will ever be a deliverer to us: how so? because his
covenant remains the same; and, therefore, his power to deliver us will remain
the same. This is the use we ought to make of this clause” (= ).
R. L. Dabney:
“The sovereign and
unmerited love is the cause of the believer’s effectual calling, Jer. 31:3;
Rom. 8:30. Now, as the cause is unchangeable, the effect is unchangeable. ...
When He first bestowed that grace, He knew that the sinner on whom He bestowed
it was totally depraved, and wholly and only hateful in himself to the divine
holiness; and therefore no new instance of ingratitude or unfaithfulness, of
which the sinner may become guilty after his conversion, can be any provocation
to God, to change His mind, and wholly withdraw His sustaining grace. God knew
all this ingratitude before. He will chastise it, by temporarily withdrawing
His Holy Spirit, or His providential mercies; but if He had not intended from
the first to bear with it, and to forgive it in Christ, He would not have
called the sinner by His grace at first” (= Kasih yang berdaulat dan
tidak layak kita dapatkan, adalah penyebab dari panggilan effektif terhadap
orang percaya, Yer 31:3; Ro 8:30. Sekarang, karena penyebabnya tidak
bisa berubah, maka akibatnya juga tidak bisa berubah. ... Pada saat Ia pertama
kalinya memberikan kasih karunia itu, Ia sudah tahu bahwa orang berdosa, kepada
siapa Ia memberikan kasih karunia itu, adalah bejad secara total dan hanya
membangkitkan kebencian dalam dirinya terhadap kekudusan ilahi; dan karena itu
tidak ada contoh baru dari rasa tidak tahu terima kasih atau ketidak-setiaan,
tentang mana orang berdosa itu bisa menjadi bersalah setelah pertobatan, bisa
menjadi sesuatu yang membuat Allah menjadi marah, mengubah pikiranNya, dan
menarik kembali kasih karuniaNya sepenuhnya. Allah tahu tentang semua rasa
tidak tahu terima kasih ini sebelumnya. Ia akan menghajarnya, dengan secara
sementara menarik Roh KudusNya, atau belas kasihan providensiaNya; tetapi
seandainya Ia dari semula tidak bermaksud untuk menganggung semua itu dengan
sabar, dan mengampuninya dalam Kristus, maka Ia tidak akan memanggil orang
berdosa itu dengan kasih karuniaNya dari semula) - ‘Lectures in
Systematic Theology’, hal 690,691.
Kata-kata Dabney
ini mungkin agak membingungkan bagi orang yang tidak terbiasa dengan bahasa
Theologia. Karena itu akan saya ulangi dengan kata-kata saya sendiri sebagai
berikut: Yang menyebabkan Allah memanggil kita adalah kasih Allah. Kasih Allah
ini tidak bisa berubah. Karena itu panggilanNya juga tidak berubah. Pada saat
Allah mau menyelamatkan seseorang, Allah sudah tahu bahwa orang itu adalah
orang yang bejat secara total, sehingga yang bisa dilakukan orang itu selalu
adalah hal-hal yang menjengkelkan Dia, karena semua manusia memang seperti itu.
Karena itu, pada saat orang itu menjadi orang kristen, tidak ada dosa apapun
yang mengejutkan Allah, yang lalu menyebabkan Allah membatalkan keselamatan
orang itu. Kalau dari semula Ia memang tidak bermaksud untuk terus menanggung
dengan sabar dosa-dosa orang itu dan mengampuninya melalui darah Kristus, maka
dari semula Ia juga tidak akan memanggil / menyelamatkan orang itu.
Yer 31:3 - “Dari
jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih
yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu”.
Yes 54:10 - “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan
bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setiaKu tidak akan beranjak dari padamu
dan perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani
engkau.”.
8) Allah itu setia.
2Tim 2:12-13
- “(12)
jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita
menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia
tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
1Kor 1:8-9
- “(8)
Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak
bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu
kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
Ro 11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan
panggilanNya”.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
R. L. Dabney:
“the Apostle says,
Phil. 1:6, that from the first day of their conversion till now, his prayers
for his Philippian converts had always been offered in joy, because he was
confident that the Redeemer, who had begun the blessed work in them, by their
regeneration, faith, and repentance, would continue that work of
sanctification, till it was perfected at the second coming of Jesus Christ, in
the resurrection of their bodies, and their complete glorification” (= sang Rasul berkata, Fil 1:6,
bahwa dari hari pertama dari pertobatan mereka sampai sekarang, doa-doanya
untuk petobat-petobat Filipi selalu dinaikkan dengan sukacita, karena ia yakin
bahwa sang Penebus, yang telah memulai pekerjaan yang baik di dalam mereka,
oleh kelahiran baru, iman dan pertobatan mereka, akan meneruskan pekerjaan
pengudusan itu, sampai itu disempurnakan pada kedatangan Yesus Kristus yang
keduakalinya, dalam kebangkitan tubuh mereka, dan pemuliaan mereka yang
sempurna) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 688.
Dabney lalu menambahkan: “This work was begun in them by
God, not by their own free choice, independent of grace; for that choice always
would have been, most freely and heartily, to choose sin. It must have been
begun by God from deliberate design; for God worketh all things after the
counsel of His own will. That design and purpose of mercy was not founded on
anything good in them, but on God’s unchangeable mercy; and therefore it would
not be changed by any of their faults, but the unchanging God would carry it
out to perfection”
(= Pekerjaan ini dimulai di dalam mereka oleh Allah, bukan oleh pemilihan bebas
mereka sendiri, tak tergantung dari kasih karunia; karena pilihan itu, dengan
sangat bebas dan sungguh-sungguh / antusias, selalu akan memilih dosa. Itu
harus dimulai oleh Allah dari perencanaan yang disengaja; karena Allah
mengerjakan segala hal sesuai dengan rencana dari kehendakNya sendiri. Rencana
belas kasihan tidak didasarkan pada apapun yang baik dalam diri mereka, tetapi
pada belas kasihan Allah yang tidak berubah; dan karena itu, itu tidak akan
diubah oleh kesalahan apapun dari mereka, tetapi Allah yang tidak berubah itu
akan melaksanakannya sampai pada kesempurnaan) - ‘Lectures in
Systematic Theology’, hal 688.
1Tes 5:24 -
“Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan
menggenapinya”.
2Tes 3:3 - “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan
memelihara kamu terhadap yang jahat”.
John Owen
tentang Yer 32:40: “The
security hereof depends not on anything in ourselves. All that is in us is to
be used as a means of the accomplishment of this promise; but the event or
issue depends absolutely on the faithfulness of God. And the whole certainty
and stability of the covenant depends on the efficacy of the grace administered
in it to preserve men from all such sins as would disannul it” (= Kepastian / keamanan ini
tidak tergantung pada apapun dalam diri kita sendiri. Semua yang ada dalam kita
digunakan sebagai cara / jalan untuk mencapai janji ini; tetapi peristiwa atau
hasilnya tergantung secara mutlak pada kesetiaan Allah. Dan seluruh kepastian
dan kestabilan dari perjanjian tergantung pada kemujaraban dari kasih karunia
yang diberikan di dalamnya untuk menjaga manusia dari semua dosa-dosa yang bisa
membatalkannya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, hal 338.
Yer
32:40 - “Aku
akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi
mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut
kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
Loraine Boettner
mengutip kata-kata Martin Luther:
“God’s decree of predestination
is firm and certain; and the necessary resulting from it is, in like manner,
immovable, and cannot but take place. For we ourselves are so feeble, that
if the matter were left in our hands, very few, or rather none, would be saved;
but Satan would overcome us all” (= Ketetapan Allah tentang Predestinasi adalah
teguh dan pasti; dan karena itu tidak berubah, dan tidak bisa tidak terjadi. Karena
kita sendiri adalah begitu lemah, sehingga kalau persoalannya diletakkan dalam
tangan kita, sangat sedikit, bahkan tidak ada, yang akan selamat; tetapi Setan
akan mengalahkan kita semua) - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 187.
Loraine
Boettner: “The more we think of these matters, the more thankful we
are that our perseverance in holiness and assurance of salvation is not
dependent on our own weak nature, but upon God’s constant sustaining power. We
can say with Isaiah, ‘Except Jehovah of hosts had left us a very small remnant,
we should have become as Sodom, we should have
been like unto Gomorrah.’
Arminianism denies this doctrine of Perseverance, because it is a system, not
of pure grace, but of grace and works; and in any such system the person must
prove himself at least partially worthy” (= ) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 187.
Yes 1:9 - “Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit
orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora”.
9) Allah berkuasa menjaga anak-anakNya.
Yoh 10:27-29
- “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup
yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.
(29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun,
dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Mengapa dalam ayat ini Yesus menjamin
bahwa mereka pasti tidak akan binasa selama-lamanya? Karena orang percaya ada
dalam tangan Yesus yang maha kuasa, sehingga tidak ada yang bisa merebut dari
tanganNya. Seakan-akan itu belum cukup, Ia menambahkan lagi, tangan Bapa,
pencipta langit dan bumi. Dengan dua tangan yang maha kuasa seperti itu menggenggam
kita, maka tidak seorangpun (termasuk setan) bisa merebut kita dari tangan
Mereka.
Selain itu, bagian ini ada dalam
kontext yang menunjukkan Yesus sebagai Gembala yang baik.
Yoh 10:11
- “Akulah gembala yang baik. Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
Kalau ada domba yang sampai hilang,
maka yang salah adalah gembalanya. Sama seperti kalau seorang penjaga anak
kecil, kehilangan anak yang dijaganya. Yang disalahkan tidak mungkin anak itu;
yang disalahkan pasti penjaganya. Demikian juga dalam hal domba. Domba memang
bodoh dan tidak mempunyai alat pembelaan diri. Dan karena itu ia membutuhkan
gembala yang menjaganya dengan gada dan tongkat (Maz 23:4) dan yang
memimpinnya ke air yang tenang dan padang
yang berumput hijau (Maz 23:2). Kalau ada domba yang sangat nakal,
kadang-kadang gembala mematahkan satu kakinya, dan lalu membalutnya. Selama
kaki itu belum sembuh, domba itu akan selalu dekat dengan si gembala, dan
diberi makan dari tangan gembala. Nanti kalau kakinya sudah sembuh, ia akan
menjadi ‘domba teladan’. Karena itu kalau sampai seorang gembala kehilangan
domba, bukan dombanya yang salah, tetapi gembala itu yang salah. Kecuali
saudara berani mengatakan bahwa Yesus adalah Gembala yang bodoh / ceroboh,
janganlah percaya bahwa orang kristen sejati bisa murtad dan kehilangan
keselamatannya!
Bandingkan juga dengan Yeh 34:1-16 - “(1)
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah
melawan gembala-gembala Israel,
bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang
menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya
digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya
kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri
tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu
obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang,
yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan
kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan demikian mereka berserak, oleh
karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di
hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua
bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa
seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya. (7) Oleh sebab itu, hai
gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (8) Demi Aku yang hidup, demikianlah
firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-dombaKu menjadi mangsa dan
menjadi makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya
tidak ada, oleh sebab gembala-gembalaKu tidak memperhatikan domba-dombaKu,
melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-dombaKu tidak
digembalakannya - (9) oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman
TUHAN: (10) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan
gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-dombaKu dari mereka dan
akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-dombaKu. Gembala-gembala itu
tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan
domba-dombaKu dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya.
(11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan
akan mencarinya. (12) Seperti seorang
gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya,
begitulah Aku akan mencari domba-dombaKu dan Aku
akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan
pada hari berkabut dan hari kegelapan. (13) Aku akan membawa mereka keluar
dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan
membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas
gunung-gunung Israel,
di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. (14) Di
padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka
dan di atas gunung-gunung Israel
yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana
di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur
menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. (15) Aku sendiri akan
menggembalakan domba-dombaKu dan Aku akan membiarkan mereka berbaring,
demikianlah firman Tuhan ALLAH. (16) Yang
hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan
Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan
Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Jelas bahwa
dalam text di atas ini Allah mengkontraskan diriNya sendiri dengan
gembala-gembala yang brengsek. Para gembala
yang brengsek itu, salah satu cirinya adalah ‘tidak mencari domba-domba yang
terhilang / tersesat’ (ay 4-6), sedangkan Allah sebagai Gembala yang baik
justru sebaliknya, yaitu mencari domba-domba yang hilang / tersesat,
menyelamatkan mereka dari segala tempat dan membawa mereka pulang (ay
11-12,16)!
Kalau orang
kristen yang sejati bisa kehilangan iman, itu menjadikan Allah / Yesus sebagai
gembala yang sama brengseknya dengan gembala-gembala yang Allah kecam dalam Yeh
34 ini!
10) Kristus berdoa syafaat untuk umatNya
(Yoh 17:20,24 Ibr 7:25 Luk 22:31-32) dan Bapa selalu mendengarkan
doaNya (Yoh 11:42).
Yoh 17:20,24 - “(20)
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang
percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; ... (24) Ya Bapa, Aku mau supaya, di
manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang
telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah
Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia
dijadikan”.
Ibr 7:25 - “Karena
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia
datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara
mereka”.
Luk 22:31-32
- “(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (32) tetapi Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf,
kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
Yoh 11:42 -
“Aku
tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang
banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’”.
11) Adanya Roh Kudus sebagai meterai dan
jaminan bagi kita.
2Kor 1:22 -
“memeteraikan
tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
2Kor 5:5 - “Tetapi
Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan
bagi kita”.
Ef 1:13-14
- “(13)
Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu
Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah
jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan
yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Salah satu
fungsi dari ‘meterai’ adalah menjamin keamanan. Dan ‘jaminan’ bisa diartikan
sebagai ‘uang muka’ atau ‘tanggungan’. Kalau Roh Kudus menjadi meterai dan
jaminan, maka itu memastikan bahwa keselamatan kita tidak bisa hilang.
Catatan:
kata ‘penebusan’ biasanya berarti pembebasan dari kutuk /
hukuman, dan pemulihan diri kita sehingga kembali diperkenan oleh Allah. Tetapi kadang-kadang kata
‘penebusan’ ini menunjuk pada pembebasan total dari segala kejahatan, yang
terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. Arti kedua ini digunakan
misalnya dalam:
a) Luk 21:28 - “Apabila
semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu
[NIV: ‘redemption’ (= penebusan)]
sudah dekat.’”.
b) Ro 8:23 - “Dan
bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh,
kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak,
yaitu pembebasan [NIV:
‘redemption’ (= penebusan)] tubuh
kita”.
c) Ef 4:30 - “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang
hari penyelamatan [NIV:
‘redemption’ (= penebusan)]”.
Dan Hodge
mengatakan, bahwa dalam Ef 1:14, arti kedua inilah yang harus diambil.
Charles
Hodge: “The word
redemption, in its Christian sense, sometimes means that deliverance from the
curse of the law and restoration to the favour of God, of which believers are
in this life the subjects. Sometimes it refers to that final deliverance from
all evil, which is to take a place at the second advent of Christ. ...There can
be no doubt that it here refers to this final deliverance” (= Kata ‘penebusan’, dalam arti Kristen,
kadang-kadang berarti pembebasan dari kutuk dari hukum Taurat dan pemulihannya
sehingga kembali diperkenan oleh Allah, tentang mana orang-orang percaya dalam
hidup ini adalah subyeknya. Kadang-kadang kata itu menunjuk pada pembebasan
terakhir dari segala kejahatan, yang akan terjadi pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya. ... Tidak diragukan bahwa di sini kata itu menunjuk pada
pembebasan akhir ini) - ‘Ephesians’, hal 5-6.
R. L. Dabney:
“The use of a seal is
to ratify a covenant, and make the fulfilment of it certain to both parties. An
‘earnest’ (avrrabwn) is a small portion of the thing
covenanted, given in advance, as a pledge of the certain intention to bestow
the whole, at the promised time. ... Unless the final perseverance of believers
is certain, it could be no pledge nor seal” [= Kegunaan dari suatu meterai
adalah untuk mengesahkan perjanjian, dan membuat penggenapannya pasti bagi
kedua pihak. Suatu ‘jaminan / uang muka’ (avrrabwn) adalah sebagian kecil dari hal
yang dijanjikan, diberikan di muka, sebagai jaminan dari maksud tertentu untuk
memberikan seluruhnya, pada saat yang dijanjikan. ... Kecuali ketekunan akhir
dari orang-orang percaya merupakan sesuatu yang pasti, tidak bisa ada jaminan
atau meterai] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 692.
Charles Hodge: “The
Holy Spirit is itself ‘the earnest,’ i.e. at once the foretaste and pledge of
redemption. ... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain
is our final salvation” (= Roh Kudus sendiri adalah ‘jaminan’,
yaitu sekaligus merupakan cicipan dan jaminan / janji tentang penebusan. ...
Karena itu, sepasti seperti Roh Kudus tinggal di dalam kita, demikianlah
pastinya keselamatan akhir kita) - ‘I & II Corinthians’, hal
401.
12) Tuhan berjanji bahwa tidak ada
apapun yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus atau dari kasih Allah dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.
Ro 8:35-39
- “(35)
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan
atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut
sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ (37)
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh
Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, (39) baik yang di atas,
maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan
kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
a) Ay 35 mengatakan ‘kasih
Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena kasih Allah tidak bisa dicari di luar
Kristus. ‘Kasih Kristus’ ini bukan menunjuk kepada ‘kasih kita kepada Kristus’,
tetapi menunjuk kepada ‘kasih Kristus kepada kita’.
b) Ay 35b berbicara tentang
‘penindasan, kesesakan, penganiayaan,
kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang’. Ini merupakan contoh
hal-hal yang sering kita anggap sebagai bukti bahwa kita ditinggal / tidak
dipedulikan oleh Allah. Tetapi Paulus mengatakan bahwa hal-hal ini tidak akan
memisahkan kita dari kasih Kristus.
Kata ‘memisahkan’
dalam ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah KHORISEI, yang sebetulnya
berarti ‘menceraikan’,
seperti dalam Mat 19:6 1Kor
7:10,11,15.
Dalam
Perjanjian Lama, Allah menceraikan Israel karena perzinahan rohani /
penyembahan berhala yang mereka lakukan (Yer 3:8). Tetapi dalam Perjanjian
Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap kita. Bandingkan dengan
2Tim 2:13 - “jika
kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.
Dalam hidup
suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu bisa menyebabkan perceraian;
seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa karena
krisis moneter, maka banyak pasangan muda yang bercerai. Tetapi ay 35 ini
menjamin bahwa Allah tidak akan menceraikan kita!
c) Ay 38-39: hal-hal lain yang
juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari Allah (Catatan: kata
‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan
bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita dari Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran
Arminian benar, bahwa orang bisa murtad sehingga kehilangan keselamatannya,
maka itu berarti bahwa ‘hidup’ bisa memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini
Paulus mengatakan bahwa bukan hanya ‘maut’, tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa
memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang menganggap bahwa
ini menunjuk kepada malaikat yang baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini
menunjuk kepada malaikat yang jahat / setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang
baik, maka ini suatu hyperbole (= gaya
bahasa yang melebih-lebihkan), sama seperti dalam Gal 1:8, karena malaikat
yang baik tidak mungkin berusaha memisahkan kita dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang menafsirkan bahwa
ini menunjuk kepada setan, mungkin karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada
setan. Tetapi bisa juga ini menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa
berubah sikap dari pro kristen / netral menjadi anti kristen (seperti dalam
Kel 1:8-dst). Tetapi inipun tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
5. ‘Baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang’.
Bagian ini
salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan ini menyebabkan bagian ini
seolah-olah merupakan keterangan dari ‘pemerintah-pemerintah’, padahal
sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor
things present, nor things to come’ (= tidak hal-hal sekarang, tidak
hal-hal yang akan datang).
Jadi, bagian
ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah dari ‘pemerintah-pemerintah’), dan
menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Dengan
berlalunya waktu, maka godaan memang berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa
memisahkan kita dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajarkan
adanya jaminan keselamatan (sekali selamat pasti tetap selamat). Lagi-lagi
terlihat, bahwa seandainya ajaran Arminian benar, bahwa orang kristen bisa
murtad dan kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan
datang’ ini harus dibuang dari ay 38-39.
Calvin: “The meaning then is, - that we
ought not to fear, lest the continuance of evils, however long, should
obliterate the faith of adoption. This declaration is clearly against the
schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of final perseverance,
except through the gift of special revelation, which they make to be very rare.
By such a dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing,
except it extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to
feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on until
the day of the Lord Jesus”
(= Jadi artinya adalah, - bahwa kita tidak boleh takut, bahwa dengan
berlanjutnya kejahatan, betapapun lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi.
Pernyataan ini jelas menentang para ahli theologia, yang berbicara dan
mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir,
kecuali melalui karunia wahyu khusus, yang mereka katakan sebagai jarang
terjadi. Dengan dogma seperti itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu
kosong kecuali iman itu diperluas sampai pada kematian dan bahkan melampaui
kematian. Tetapi sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai
pekerjaan yang baik di dalam kita, akan meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus).
Bdk. Fil 1:6.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti
‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di atas, maupun yang ada di bawah’.
Bagian ini juga
salah terjemahan, dan menyebabkan bagian ini seolah-olah menerangkan
‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya tidak.
NASB: ‘nor
height, nor depth’ (= tidak ketinggian, tidak kedalaman).
Macam-macam
penafsiran:
a. ‘Height’ /
‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak / mulia; sedangkan ‘depth’
/ ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan hina / tidak enak.
b. Surga maupun neraka. Kalau
diartikan seperti ini, mungkin ini merupakan hyperbole (= gaya bahasa yang
melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk
neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa masuk neraka,
itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan
kita!
c. Apapun yang ada di surga
maupun di bumi.
8. ‘Makhluk
lain’.
NASB: ‘nor
any other created thing’ (= tidak benda ciptaan lain yang manapun juga).
NIV: ‘nor
anything else in all creation’ (= tidak suatu benda apapun dalam seluruh
ciptaan).
Lit: ‘nor
any other creature’ (= tidak makhluk ciptaan lain yang manapun juga).
Semua ini
memberikan ketidakmungkinan yang mutlak bagi seorang kristen untuk terpisah
dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!
13) Dari adanya janji-janji Allah:
a) Dalam Perjanjian Lama:
1. 1Sam 12:22 - “Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya, sebab
namaNya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk membuat kamu menjadi
umatNya?”.
2. Maz 89:31-38 - “(31) Jika
anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32)
jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu,
(33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan
mereka dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih setiaKu
tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal
kesetiaanKu. (35) Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar
dari bibirKu tidak akan Kuubah. (36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusanKu,
tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud:
(37) Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari
di depan mataKu, (38) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang
setia di awan-awan.’ Sela”.
Catatan: kata-kata ini dijanjikan oleh Tuhan
kepada Daud (Maz 89:21 bdk. 2Sam
7:12-16).
3. Yes 43:1-5 - “(1) Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan
engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: ‘Janganlah takut, sebab Aku
telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini
kepunyaanKu. (2) Apabila
engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui
sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui
api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. (3) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu,
Yang Mahakudus, Allah Israel,
Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan
Syeba sebagai gantimu. (4) Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, dan
Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan
bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu. (5) Janganlah takut, sebab Aku ini
menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan
menghimpun engkau dari barat”.
4. Yes 54:9-10 - “(9) Keadaan ini bagiKu seperti pada zaman Nuh: seperti Aku
telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi,
demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan
tidak akan menghardik engkau lagi. (10) Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang,
tetapi kasih setiaKu tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damaiKu
tidak akan bergoyang,
firman TUHAN, yang mengasihani engkau”.
5. Yes 59:21 - “Adapun Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka, firman
TUHAN: RohKu yang
menghinggapi engkau dan firmanKu yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan
meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari
sekarang sampai selama-lamanya, firman TUHAN”.
6. Yer 32:38-40 - “(38) Maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan menjadi
Allah mereka. (39) Aku
akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut
kepadaKu sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang
kemudian. (40) Aku
akan mengikat perjanjian kekal dengan
mereka, bahwa Aku tidak
akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan
menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari
padaKu”.
7. Yeh 36:25-27 - “(25) Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan
mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku
akan mentahirkan kamu. (26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang
baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Adam Clarke (tentang Yeh 36:27): “‘And I will put my Spirit within you.’ To keep the
heart of flesh alive, the feeling heart still sensible, the loving heart still
happy. I will put my Spirit, the great principle of light, life, and love,
within you, to actuate the new spirit, and to influence the new affections and
passions; that the animal spirit may not become brutish, that the mental powers
become not foolish. I will put my Spirit within you, so that since the new
spirit may influence the new heart, so will MY SPIRIT influence YOUR new
spirit, that each may have a proper mover; and then all will be pure, regular,
and harmonious, when passion is influenced by reason, and reason by the Holy
Ghost. And the cause shall be evidenced by the effects; for I will cause you to
walk in my statutes-not only to believe and reverence my appointments relative
to what I command you to perform; but ye shall walk in them, your conduct shall
be regulated by them. ‘And ye shall keep my judgments;’ whatsoever I enjoin you
to avoid. And ye shall do them - ye shall not only avoid every appearance of
evil, but keep all my ordinances and commandments unblamably. Here is the
salvation that God promises to give to restored Israel; and here is the
salvation that is the birthright of every Christian believer: the complete
destruction of all sin in the soul, and the complete renewal of the heart; no
sin having any place within, and no unrighteousness having any place without.
‘But where are they that are thus saved?’ Ans. Wherever true Christians are to
be found. ‘But I know many true Christians that have not this salvation, but
daily mourn over their evil hearts?’ Ans. They may be sincere, but they are not
true Christians; i.e., such as are saved from their sins; the true Christians
are those who are filled with the nature and Spirit of Christ. But I will ask a
question in my turn: ‘Do those you mention think it a virtue to be always
mourning over their impurities?’ Most certainly. Then it is a pity they were
not better instructed. It is right they should mourn while they feel an impure
heart; but why do they not apply to that blood which cleanses from all
unrighteousness, and to that Spirit which cleanses the very thoughts of the
heart by his inspiration? Many employ that time in brooding and mourning over
their impure hearts, which should be spent in prayer and faith before God, that
their impurities might be washed away. In what a state of nonage are many
members of the Christian church!” (= ).
Catatan: komentarnya kok sepertinya Reformed???
8. Dan 11:32 - “Dan orang-orang
yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan
kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya
akan tetap kuat dan akan bertindak”.
9. Hos 2:18-19 - “(18) Aku akan menjadikan engkau isteriKu untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau
isteriKu dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. (19)
Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN”.
b) Dalam Perjanjian Baru:
1. Mat 12:20 - “Buluh yang patah
terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.
Inilah sikap dari Tuhan Yesus
terhadap anakNya yang mundur dari Dia atau jatuh ke dalam dosa. Ia bukannya
justru membuang mereka, tetapi menolong mereka.
2. Mat 24:22-24 - “(22)
Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak
akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu
akan dipersingkat. (23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu:
Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24) Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya
mungkin’ jelas menunjukkan bahwa penyesatan terhadap orang pilihan
itu tidak mungkin terjadi.
3. Yoh 4:13-14 - “(13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia
akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang
akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal.’”.
4. Yoh 6:39-40 - “(39)
Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua
yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya
Kubangkitkan pada akhir zaman. (40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya
setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang
kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.
Mula-mula Yesus
menyatakan doktrin ini secara negatif, dimana Ia mengatakan bahwa Bapa
menghendaki supaya orang yang sudah diberikanNya kepada Yesus tidak ada
yang hilang (ay 39). Lalu Yesus menyatakan doktrin ini secara positif,
dimana Ia mengatakan bahwa Bapa menghendaki supaya setiap orang yang percaya
kepada Yesus beroleh hidup yang kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman (ay
40).
5. Yoh 11:25-26 - “(25)
Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang
percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan
hal ini?’”.
6. Yoh 13:1 - “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus
telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia
mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya”.
7. Yoh 14:16 - “Aku akan minta
kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Dalam jaman
Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada orang kristen bukan untuk sementara
waktu, tetapi untuk selama-lamanya. Ini menjamin bahwa kita tidak akan
kehilangan keselamatan kita.
8. Ro 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang
sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Loraine Boettner:
“Here the very point
stressed is that our standing with God is not based on our deserts. It was
‘while we were enemies’ that we were brought into spiritual life through
sovereign grace; and if He has done the greater, will He not do the lesser?” (= Di sini hal yang ditekankan
adalah bahwa kedudukan kita dengan Allah tidaklah didasarkan pada kelayakan
kita. Adalah pada saat ‘ketika kita masih seteru’ kita dibawa ke dalam
kehidupan rohani melalui kasih karunia yang berdaulat; dan jika Ia telah melakukan
yang lebih besar, tidakkah Ia akan melakukan yang lebih kecil?) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 185.
9. Ro 8:29-30 - “(29)
Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang
ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang
dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya,
mereka itu juga dimuliakanNya”.
Text ini
menunjukkan adanya suatu rantai yang tidak terputuskan. Semua orang yang
ditentukan untuk selamat, akan dipanggil oleh Allah, dan mereka yang dipanggil
ini akan dibenarkan, dan mereka yang dibenarkan ini akan dimuliakan. Tidak ada
yang kancrit / kehilangan keselamatannya!
10. Ro 14:4 - “Siapakah
kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah
ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia
akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.
11. 2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu
membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang kristen sejati bisa
murtad, dan terhilang, maka kata ‘selalu’ dalam ayat di atas, harus diganti
dengan ‘kadang-kadang’, atau ‘sering’, atau ‘biasanya’.
12. 2Kor 4:8-9,14 - “(8)
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak binasa. ... (14) Karena kami tahu, bahwa Ia, yang
telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama
dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada
diriNya”.
Dalam penderitaan bagaimanapun,
Paulus tetap yakin akan keselamatannya.
13. 2Tim 1:12 - “Itulah sebabnya
aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa
aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah
dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
14. 2Tim 4:18 - “Dan
Tuhan akan melepaskan
aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya
di sorga. BagiNyalah
kemuliaan selama-lamanya! Amin”.
15.Ibr 6:19-20 -
“(19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke
belakang tabir, (20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita,
ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai
selama-lamanya”.
16. Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan
apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi
kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang
yang percaya dan yang beroleh hidup”.
17. Ibr 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju
kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu
kepada kesempurnaan,
yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”. Bagian yang digaris-bawahi itu
salah terjemahan; bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Looking unto Jesus the author and finisher of our faith’ (= Memandang kepada Yesus, pencipta dan penyempurna dari iman kita).
Yesus disebut sebagai author /
pencipta, dan finisher / penyempurna / penyelesai dari iman
kita. Mungkinkah Ia disebut demikian, kalau Ia membiarkan
iman kita berhenti di tengah jalan, sehingga kita murtad dan binasa?
18. Ibr 12:9-10 - “(9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh
ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih
taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka
mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap
baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusanNya”.
Kalau kita berbuat dosa, maka Bapa
akan menghajar kita demi kebaikan kita. Tujuannya apa? Supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusanNya. Kalau Allah tidak berhasil melakukan hal itu, Ia
bukanlah seorang Bapa yang baik.
19. Ibr 13:5b - “Karena Allah telah
berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Janji ini
berlaku hanya untuk orang kristen yang sejati. Bagaimana janji ini bisa
tergenapi, kalau ada orang kristen sejati yang murtad dan lalu binasa?
20. 1Pet 1:5 - “Yaitu
kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir”.
21. 1Pet 5:10 - “Dan
Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus
kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya”.
22. 1Yoh 3:9 - “Setiap
orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi
tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir
dari Allah”.
23. 1Yoh 5:18 - “Kita
tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia
yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya”.
24. 2Yoh 9 - “Setiap
orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak”.
25. Yudas 24 - “Bagi
Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang
membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
III) Serangan dari Arminianisme dengan jawabannya.
1) Nama bisa dihapus dari kitab kehidupan.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Buku
kehidupan adalah catatan dari orang-orang percaya yang masuk Surga, termasuk
segala pahalanya, yang ditulis Allah. Buku ini tidak berbentuk seperti buku catatan
kita, juga bukan seperti disket-disket komputer, tetapi jauh lebih canggih
yaitu suatu catatan dengan cara Illahi yang sempurna, tidak bisa salah / hilang
dan betul-betul tercatat dengan rapi, teliti, langkah (?) dan betul”
- ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 55.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Di
mana terdapat buku ini? Terletak di hadapan hadirat Tuhan, itu berarti ada di
dalam Surga” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 56.
Kelihatannya dia
percaya bahwa betul-betul ada catatan seperti itu, sekalipun bentuknya tidak ia
ketahui. Pertanyaannya: apakah Allah membutuhkan catatan dalam bentuk apapun?
Pdt. Jusuf B.
S.: “Buku
Kehidupan bukanlah catatan dari nama-nama orang yang pernah lahir dan hidup di
dunia. Tetapi setiap orang yang percaya, yang mengakui nama Yesus, ia selamat
dan menjadi putra Allah, baru namanya ditulis di dalam buku hayat” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 60.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Nama
di dalam Buku Kehidupan masih dapat dihapus! Selama kita hidup di dunia ini,
masih dapat terjadi perubahan. Bukan satu kali selamat tetap selamat. Sebab itu
Tuhan menyuruh kita memelihara keselamatan itu dengan hati-hati” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
63.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Dalam
Kel 32:33 nama-nama orang Israel
akan dihapus dari dalam Buku Kehidupan oleh sebab dosa-dosanya. Tuhan tidak
akan mengancam atau menindak dengan sesuatu dusta atau omong kosong. Sebab itu
penghapusan nama dari Buku Kehidupan itu ada, bisa terjadi! Musa memintakan
ampun sehingga hal itu ditunda” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’,
hal 64.
Dan tentang Wah
3:5, ia berkata sebagai berikut: “Juga di sini Tuhan menjanjikan
pada orang yang menang bahwa namanya akan jadi permanen di dalam Buku
Kehidupan, sebab mereka menang. Tetapi orang-orang yang selalu jatuh bangun
dalam dosa itu dalam bahaya. Kalau mereka terus menuruti daging dan hidup dalam
dosa sampai mati, maka namanya yang sudah tertulis di dalam Buku Kehidupan akan
terhapus dari dalamnya dan itu berarti tidak masuk dalam Kerajaan Surga”
- ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 65.
Jawaban saya:
a) Memang benar bahwa kitab
kehidupan mencatat nama-nama orang yang percaya kepada Yesus dan diselamatkan
(Luk 10:20 Fil 4:3 Wah 20:12,15
Wah 21:27).
Karena itu
jangan puas / bersukacita kalau nama saudara sekedar tercatat di gereja, bahkan
tercatat sebagai orang yang menduduki jabatan tertentu dalam gereja / donatur
gereja. Ini tidak menjamin keselamatan saudara! Tetapi kalau saudara percaya
kepada Yesus dengan sungguh-sungguh, maka nama saudara tercatat dalam kitab kehidupan,
dan itu yang menjamin keselamatan saudara!
b) Penulisan nama dalam kitab
kehidupan sudah dilakukan sejak dunia belum dijadikan!
Kalau kitab
kehidupan itu mencatat nama-nama orang-orang yang percaya kepada Yesus, maka
logikanya kita juga harus beranggapan bahwa penulisan nama terjadi pada saat
seseorang percaya kepada Yesus (seperti yang diajarkan oleh Pdt. Jusuf B. S. di
atas).
Tetapi ternyata
tidak demikian! Kitab Suci mengajar bahwa Tuhan bukannya baru menuliskan nama
seseorang di dalam kitab itu pada waktu orang itu bertobat / percaya kepada
Yesus! Nama seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan.
Ini bisa
terlihat dalam 2 ayat Kitab Suci yaitu Wah 13:8 dan Wah 17:8.
1. Wah 17:8 - “Dan mereka yang diam di bumi,
yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia
dijadikan, akan heran, apabila ....”.
2. Wah 13:8 - “Dan semua orang yang diam di
atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak
dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah
disembelih”.
Hal yang perlu
kita ketahui tentang Wah 13:8 ini adalah bahwa dalam bahasa Yunaninya,
kata-kata ‘sejak
dunia dijadikan’ mempunyai 2 kemungkinan:
a. Dihubungkan dengan ‘penulisan dalam
kitab kehidupan’.
Ini sesuai
dengan terjemahan Kitab Suci Indonesia,
dan juga RSV, NASB, dan ASV. Kalau dipilih arti ini, maka Wah 13:8 ini
menjadi seperti Wah 17:8.
b. Dihubungkan dengan ‘penyembelihan Anak
Domba’.
Ini sesuai
dengan KJV yang menterjemahkan: “...
whose names are not written in the book of life of the Lamb slain from the
foundation of the world”
(= ... yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan dari Anak Domba yang
disembelih sejak dunia dijadikan).
NIV dan NKJV
menterjemahkan seperti KJV.
William Barclay
(lebih-lebih orang-orang Reformed) memilih pandangan yang pertama, dengan
berkata: “We have in
these two translations two equally precious truths. But, if we must choose, we
must choose the first, because there is no doubt that is the way in which John
uses the phrase when he repeats it in Revelation 17:8” (= Dalam kedua terjemahan ini
kita mempunyai dua kebenaran yang sama berharga. Tetapi, jika kita harus
memilih, kita harus memilih yang pertama, karena tidak ada keraguan bahwa demikianlah
Yohanes menggunakan ungkapan itu ketika ia mengulanginya dalam Wahyu 17:8) - hal 96.
Catatan:
perlu diingat bahwa andaikatapun yang benar dari dua kemungkinan ini adalah
yang kemungkinan yang kedua, tetap ada Wah 17:8 yang jelas-jelas berbicara bahwa
tertulisnya / tidak tertulisnya nama dalam kitab kehidupan itu sudah dilakukan
sejak dunia dijadikan!
Memang kalau
kita melihat Wah 13:8 dan Wah 17:8 di atas, kita melihat bahwa kedua
ayat itu berbicara tentang orang yang namanya tidak tertulis dalam kitab
kehidupan sejak dunia dijadikan. Tetapi bahwa orang-orang tertentu namanya
tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan, secara implicit
/ tidak langsung menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa orang yang namanya ada
dalam kitab kehidupan, juga sudah tercatat sejak dunia belum dijadikan.
Bahwa nama
seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sebelum
dunia dijadikan, jelas menunjukkan bahwa selamat atau tidaknya seseorang sudah
ditentukan sejak dunia belum dijadikan. Inilah Predestinasi!
Calvin
(tentang Maz 69:29): “the
book of life being nothing else than the eternal purpose of God, by which he
has predestinated his own people to salvation”
(= kitab kehidupan bukan lain dari pada rencana kekal Allah, dengan mana Ia
telah mempredestinasikan umatNya kepada keselamatan) - hal 73.
Calvin
(tentang Kel 32:32): “By
‘the book,’ in which God is said to have written His elect, must be understood,
metaphorically, His decree” (= Dengan kata ‘kitab’, dalam
mana dikatakan Allah telah menuliskan orang-orang pilihanNya, harus dimengerti,
secara simbolis, ketetapanNya) - hal 361-362.
Calvin
(tentang Luk 10:20): “As
it was the design of Christ to withdraw his disciples from a transitory joy,
that they might glory in eternal life, he leads them to its origin and source,
which is, that they were chosen by God and adopted as his children. ... The
metaphorical expression, ‘your names are written in heaven,’ means, that they
were acknowledged by God as His children and heirs, as if they had been
inscribed in a register” (= Karena tujuan Kristus adalah
untuk menarik murid-muridNya dari sukacita yang fana / tidak kekal, supaya
mereka bisa bermegah dalam kehidupan yang kekal, Ia memimpin mereka kepada asal
usul dan sumber dari keselamatan itu, yaitu bahwa mereka telah dipilih oleh
Allah dan diadopsi menjadi anak-anakNya. ... Ungkapan yang bersifat simbolis
‘namamu tertulis di surga’ berarti bahwa mereka diakui oleh Allah sebagai
anak-anak dan pewaris-pewarisNya, seakan-akan mereka telah dituliskan
dalam sebuah daftar / catatan) - hal 34-35.
B. B.
Warfield: “Book
of life ..., which is certainly a symbol of Divine appointment to
eternal life revealed in and realized through Christ” (= Kitab kehidupan ..., yang
merupakan simbol dari penetapan pada kehidupan kekal yang dinyatakan
dalam Kristus dan diwujudkan melalui Kristus) - ‘Biblical and
Theological Studies’, hal 306.
John Owen:
“This book of life is
no other but the roll of God’s elect, immutable designation of them unto grace
and glory”
(= Kitab Kehidupan ini bukan lain dari daftar nama orang-orang pilihan Allah,
penandaan yang kekal terhadap mereka kepada kasih karunia dan kemuliaan)
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 341.
Dengan
mengatakan bahwa kitab kehidupan ini adalah suatu simbol, kelihatannya baik
Calvin maupun Warfield tidak mempercayai bahwa kitab seperti itu betul-betul
ada. Ini cuma suatu simbol yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan itu sudah
tertentu dan mereka pasti akan selamat. Tidak mungkin terjadi kesalahan dalam
hal ini, karena Allah itu maha tahu dan tidak mungkin salah.
c) Penghapusan nama dari kitab kehidupan.
Maz 69:29
- “Biarlah
mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama
dengan orang-orang yang benar!”.
Kel 32:31-33
- “(31)
Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat
dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi
sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah
yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.
Ayat-ayat di
atas ini tidak boleh diartikan bahwa nama memang bisa dihapus dari kitab
kehidupan. Alasannya:
1. Predestinasi / rencana Allah
tidak mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes
14:24,26-27).
2. Kita tidak boleh menafsirkan
Maz 69:29 dan Kel 32:32-33 itu sehingga bertentangan dengan Wah 3:5 -
“Barangsiapa
menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan
menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya
di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya”.
John Stott (hal
97,98) mengatakan bahwa kata-kata ‘tidak akan menghapus’
dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘double negatives’ (2 x kata
‘tidak’), dan ini menunjukkan suatu penekanan bahwa Kristus tidak akan
menghapus nama mereka dari kitab kehidupan.
Tetapi orang
Arminian akan berkata: ‘Itu janji bagi orang kristen yang menang. Tetapi orang
kristen yang kalah, namanya akan dihapuskan dari kitab kehidupan’.
Pdt. Jusuf
B. S.: “Juga di sini (dalam Wah 3:5) Tuhan menjanjikan pada
orang yang menang bahwa namanya akan jadi permanen di dalam Buku Kehidupan,
sebab mereka menang. Tetapi orang-orang yang selalu jatuh bangun dalam dosa
itu dalam bahaya. Kalau mereka terus menuruti daging dan hidup dalam dosa
sampai mati, maka namanya yang sudah tertulis di dalam Buku Kehidupan akan
terhapus dari dalamnya dan itu berarti tidak masuk dalam Kerajaan Surga”
- ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 65.
Saya menjawab
argumentasi ini dengan 2 pertanyaan:
a. Orang kristen mana yang tidak
jatuh bangun dalam dosa? Jatuh bangun dalam dosa itu pasti terjadi pada diri
orang kristen manapun, termasuk Paulus (Ro 7:15-19 bdk. 1Yoh 1:10). Ini berbeda
dengan ‘terus menuruti daging dan hidup dalam dosa sampai mati’ yang jelas
menunjukkan bahwa orangnya adalah orang kristen KTP.
b. Apakah orang kristen yang
sejati bisa kalah? Jelas tidak mungkin. Bandingkan dengan:
·
Ro 8:35-37 - “(35) Siapakah yang
akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36)
Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang
hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ (37) Tetapi dalam
semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah
mengasihi kita”.
Ini masih
ditambahi lagi dengan Ro 8:38-39 yang menjamin bahwa tidak ada apapun yang bisa
memisahkan kita (orang kristen) dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita.
·
Wah 17:14 - “Mereka akan berperang melawan
Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah
Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama
dengan Dia juga
akan menang, yaitu mereka yang terpanggil,
yang telah dipilih dan yang setia.’”.
Catatan:
kata-kata ‘juga akan menang’ (yang saya cetak miring) sebetulnya tidak ada,
tetapi secara implicit itu ada.
·
1Kor 15:57 - “Tetapi syukur
kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita”.
·
2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi
Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang
kristen sejati tidak mungkin kalah, maka jelas bahwa Wah 3:5 itu berlaku
untuk setiap orang kristen dan dengan demikian penghapusan nama dari kitab
kehidupan itu tidak mungkin terjadi.
Sekarang mari
kita membahas lebih teliti kedua text tersebut di atas.
Text pertama: Maz 69:29 - “Biarlah
mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama
dengan orang-orang yang benar!”.
Beberapa
penafsir seperti Adam Clarke, Albert Barnes, dan Keil & Delitzsch,
menafsirkan bahwa ayat ini artinya adalah bahwa Daud berdoa supaya mereka
dibunuh, dan tidak mendapat kehidupan yang panjang yang dijanjikan Allah kepada
pengikut-pengikutNya.
Calvin
mengatakan bahwa kata-kata ini disesuaikan dengan kapasitas pengertian manusia.
Calvin: “he denounces against them
eternal destruction, which is the obvious meaning of the prayer, that they
might be blotted out of the book of the living; for all those must inevitably
perish who are not found written or enrolled in the book of life. This is indeed an improper manner of speaking; but it is one
well adapted to our limited capacity, the book
of life being nothing else than the eternal purpose of God, by which he has
predestinated his own people to salvation. God, it is certain, is
absolutely immutable; and, farther, we know that those who are adopted to the
hope of salvation were written before the foundation of the world, (Eph. 1:4;)
but as God’s eternal purpose of election is incomprehensible, it is said, in accommodation to the imperfection of the human
understanding, that those whom God openly, and by manifest signs, enrols among
his people, ‘are written.’ On the other hand, those whom God openly rejects and
casts out of his Church are, for the same reason, said ‘to be blotted out.’”
(=) - hal 73-74.
Calvin: “Yet I do not deny that the Spirit
sometimes accommodates the utterance to the measure of our understanding - for
instance, when he says: ‘They shall not be in the secret of my people, or be
enrolled in the register of my servants’ (Ezek. 13:9). It is as if God were
beginning to write in the book of life those whom he reckons among the number
of His people, although we know, as Christ bears witness (Luke 10:20), that the
names of the children of God have been written in the book of life from the
beginning (Phil. 4:3). But these words simply express the casting away of those
who seemed the chief among the elect, as the psalm had it: ‘Let them be blotted
out of the book of life; let them not be enrolled among the righteous’ (Ps.
69:28; cf. Rev. 3:5)” [=] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book III, Chapter 24, no 9.
Catatan:
·
Luk 10:20 secara hurufiah seharusnya adalah
‘your names have been written in
heaven’ (= namamu telah tertulis di surga).
·
Fil 4:3
- “Bahkan,
kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena
mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan
Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum
dalam kitab kehidupan”.
·
sebetulnya kalau mau menunjukkan bahwa nama
sudah tertulis dalam kitab kehidupan sejak semula, lebih baik menggunakan Wah
13:8 dan Wah 17:8.
Spurgeon
menafsirkan bahwa penghapusan nama dari kitab kehidupan menunjukkan bahwa nama
itu tidak pernah dituliskan dalam kitab kehidupan itu.
C. H.
Spurgeon: “the
inner meaning of being blotted out from the book of life is to have it made
evident that the name was never written there at all. Man in his imperfect copy
of God’s book of life will have to make many emendations, both of insertion and
erasure; but, as before the Lord, the record is for ever fixed and unalterable” (= arti di dalam dari
penghapusan dari kitab kehidupan adalah untuk membuatnya jelas bahwa nama itu
tidak pernah dituliskan di sana sama sekali. Manusia dalam copynya yang tidak
sempurna dari kitab kehidupan Allah akan harus membuat banyak koreksi /
perubahan, baik tentang pemasukan dan penghapusan; tetapi di hadapan Tuhan,
catatan itu tetap / tertentu dan tidak bisa berubah selama-lamanya)
- ‘The Treasury of David’, vol 2, hal 184.
Matthew Poole
mengatakan (hal 110) bahwa nama seseorang dikatakan ditulis dalam kitab
kehidupan, atau dihapuskan dari kitab kehidupan, sesuai dengan kelihatannya
dari jalan kehidupan mereka. Tetapi bahwa penghapusan nama tidak bisa diartikan
secara hurufiah, terlihat dengan jelas dari bagian akhir dari Maz 69:29 itu.
Psalm 69:28
(KJV): ‘Let them be blotted out of the
book of the living, and not be written with the righteous’ (=
Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, dan tidak ditulis dengan
orang benar).
Catatan:
Kata Ibraninya bisa diartikan ‘menulis’ atau ‘mencatat’.
Kata-kata Poole ini perlu diperhatikan. Memang Maz 69:29 itu
mengidentikkan ‘penghapusan nama’ dan ‘tidak dituliskannya nama’.
W. S. Plumer:
“To ‘be blotted out of this book’
is the same thing as not to ‘be written with the righteous’. The clauses are
parallel” (= Dihapuskan dari kitab ini
adalah sama dengan tidak ditulis dengan orang benar. Kedua kalimat itu paralel)
- ‘The Psalms’, hal 684.
Pulpit
Commentary memberikan penafsiran yang berbeda / bertentangan. Ia berkata: “‘And not be written with the
righteous;’ i.e. not remain written in the book side by side with the
names of the righteous” (= ‘Dan tidak ditulis dengan
orang benar’; artinya tidak tetap tertulis dalam kitab itu bersama-sama
dengan nama-nama orang benar) - hal
55.
Tetapi kata ‘remain’ (= tetap) ini sebetulnya tidak
ada dalam ayat itu, dan karena itu penafsiran ini tidak bisa diterima!
Text kedua: Kel 32:31-33 - “(31)
Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat
dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi
sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah
yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.
Adam Clarke
mengatakan bahwa kitab itu merupakan catatan dari orang-orang Israel. Yang namanya dihapus adalah
orang-orang yang tidak diperkenankan untuk masuk ke Kanaan.
Pulpit
Commentary mengatakan (hal 343) bahwa ada yang mengartikan bahwa kata-kata Musa
dalam Kel 32:32 ini hanya sekedar berarti ‘Bunuhlah aku’. Jadi, kitab itu
hanya diartikan sebagai kitab yang mencatat nama-nama orang-orang yang masih
hidup, dan tak berhubungan dengan keselamatan. Tetapi Pulpit Commentary sendiri
lebih setuju bahwa itu juga berhubungan dengan keselamatan.
Sama seperti
dalam tafsirannya tentang Maz 69:29 di atas Calvin (hal 361-362) menganggap
bahwa istilah ‘penghapusan nama’ dipakai untuk menyesuaikan dengan pengertian
manusia (semacam bahasa antropomorphis). Tentu kita tidak bisa mengartikan
bahwa bisa terjadi perubahan dalam rencana kekal Allah. Istilah ‘penghapusan
nama’ itu hanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan akhirnya menyatakan bahwa
orang-orang reprobate, yang untuk sementara kelihatannya terhitung bersama-sama
dengan orang-orang pilihan, sebetulnya sama sekali tidak termasuk di dalamnya.
Calvin: “In these words God adapt Himself
to the comprehension of the human mind, when He says, ‘Him will I blot out;’
for hypocrites make such false profession of His name, that they are not
accounted aliens, until God openly renounces them: and hence their manifest
rejection is called erasure” (= Dalam kata-kata ini Allah
menyesuaikan diriNya sendiri dengan pengertian pikiran manusia, pada saat Ia
berkata ‘Aku tidak akan menghapuskannya’; karena orang-orang munafik membuat
pengakuan palsu tentang namaNya supaya mereka tidak dianggap sebagai orang
asing / non kristen, sampai Allah secara terbuka menyangkal mereka sebagai
anak: dan karena itu penolakan yang nyata ini disebut penghapusan) -
hal 362.
Juga dalam
Kel 32:33 itu, mungkin sekali Tuhan menggunakan kata-kata itu untuk
menyesuaikan dengan kata-kata Musa dalam Kel 32:32.
Kesimpulan: Kitab
kehidupan hanya merupakan simbol dari predestinasi. Penghapusan nama dari kitab
kehidupan tidak benar-benar ada. Istilah itu digunakan hanya karena Allah
menyesuaikan diri dengan pengertian manusia yang terbatas, sehingga Ia
menggambarkan tindakanNya seperti tindakan manusia yang mencatat, menghapus dan
sebagainya. Orang yang ‘dihapus namanya’ adalah orang kristen KTP, yang
sebetulnya tidak pernah tercatat di dalam kitab kehidupan itu. Bagi orang
percaya / pilihan, namanya sudah ada dalam kitab kehidupan sejak dunia belum
dijadikan dan tidak mungkin akan dihapuskan.
2) Kitab Suci mengatakan bahwa orang benar yang
berbalik ke dalam dosa akan binasa.
Yeh 3:20 - “Jikalau
seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku
meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak
memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan
kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Yeh 18:24 -
“Jikalau
orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala
kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala
kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena
ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya”.
Yeh 18:26 -
“Kalau
orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia
mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya”.
Yeh 33:13 -
“Kalau
Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan
kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya
tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang
diperbuatnya”.
Yeh 33:18 -
“Jikalau
orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan, ia harus mati
karena itu”.
Inti dari
penafsiran Arminian tentang text-text di atas adalah bahwa ‘orang benar’
diartikan sebagai orang yang betul-betul percaya dan betul-betul sudah
dibenarkan. Jadi text-text tersebut di atas mereka artikan bahwa orang kristen
sejati bisa murtad sehingga lalu kehilangan keselamatannya.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Orang
yang sudah dibenarkan di dalam Kristus, tetapi kemudian berbalik berbuat dosa,
tidak mau bertobat, sampai mati tetap hidup di dalam dosa, keselamatannya
hilang, ia mati dalam dosa” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
45.
Ia lalu mengutip
Yeh 33:13 sebagai dasar.
Adam Clarke (tentang
Yeh 3:20): “From these
passages we see that a righteous man may fall from grace, and perish
everlastingly. Should it be said that it means the self-righteous, I reply,
this is absurd; for self-righteousness is a fall itself, and the sooner a man
falls from it the better for himself. Real, genuine righteousness of heart and
life is that which is meant. Let him that standeth take heed lest he fall”
(= Dari text-text ini kita melihat bahwa seorang yang benar bisa jatuh dari
kasih karunia, dan binasa secara kekal. Jika dikatakan bahwa itu berarti
kebenaran diri sendiri, saya menjawab bahwa ini menggelikan; karena kebenaran
diri sendiri itu sendiri merupakan suatu kejatuhan, dan makin cepat seseorang
jatuh dari padanya, makin baik untuk dirinya sendiri. Kebenaran yang
sungguh-sungguh dan asli / sejati dari hati dan kehidupan adalah apa yang dimaksudkan
di sini. ‘Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah
supaya ia jangan jatuh’) - hal 432.
Adam Clarke (tentang
Yeh 18:24): “Can a man who was
once holy and pure, fall away so as to perish everlastingly? YES. For God says,
‘If he turn away from his righteousness;’ not his self-righteousness, the gloss
of theologians: for God never speaks of turning away from that, for, in his
eyes, that is a nonentity. There is no righteousness or holiness but what
himself infuses into the soul of man, and as to self-righteousness, i.e., a
man’s supposing himself to be righteous when he has not the life of God in his
soul, it is the delusion of a dark and hardened heart; therefore it is the real
righteous principle and righteous practice that God speaks of here. And he
tells us, that a man may so ‘turn away from this,’ and so ‘commit iniquity,’
and ‘acts as the wicked man,’ that his righteousness shall be no more mentioned
to his account, ... So then, God himself informs us that a righteous man may
not only fall foully, but fall finally” (= Bisakah
seseorang yang pada suatu saat pernah kudus dan murni, jatuh / murtad sehingga
binasa secara kekal? YA. Karena Allah berkata: ‘Jika ia berbalik dari
kebenarannya’; bukan kebenarannya sendiri, komentar dari para ahli theologia:
karena Allah tidak pernah mengatakan tentang berbalik dari hal itu, karena di
mataNya, hal itu tidak ada. Tidak ada kebenaran atau kekudusan kecuali apa yang
Ia sendiri masukkan ke dalam jiwa manusia, dan berkenaan dengan kebenaran diri
sendiri, yaitu anggapan orang bahwa dirinya benar padahal ia tidak mempunyai
kehidupan Allah dalam jiwanya, itu merupakan suatu khayalan dari hati yang
gelap dan dikeraskan; karena itu adalah prinsip kebenaran dan praktek kebenaran
yang sejati yang Allah bicarakan di sini. Dan Ia memberitahu kita, bahwa
seseorang bisa ‘berbalik dari hal ini’ dan ‘melakukan kejahatan’, dan
‘bertindak seperti orang jahat’, sehingga kebenarannya tidak akan
diperhitungkan lagi, ... Maka demikianlah, Allah sendiri menginformasikan
kepada kita bahwa seorang yang benar bukan hanya bisa jatuh secara buruk /
jahat, tetapi juga jatuh pada akhirnya / sampai akhir) - hal 471.
Jawaban saya:
a) Keberatan terhadap penafsiran di atas:
1. Dalam Yeh 33:13, yang
jelas merupakan ayat yang paralel dengan Yeh 18:24 ini, justru disebutkan
bahwa orang itu mempercayai ‘kebenarannya’.
Yeh 33:13
- “Kalau
Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya
dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan
diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya”.
Bdk. penggunaan
kata ‘kebenaran’
dalam:
a. Ro 10:3 - “Sebab,
oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka
berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak
takluk kepada kebenaran Allah”.
b. Gal 5:4 - “Kamu
lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat;
kamu hidup di luar kasih karunia”.
c. Fil 3:6,9 - “(6)
tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat. ... (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku
sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan”.
2. Mereka menafsirkan text-text
tersebut di atas tanpa mempedulikan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, seperti
Yoh 8:31 1Yoh 2:18-19 2Yoh 9 yang jelas mengatakan bahwa hanya
orang kristen KTPlah yang bisa murtad, sedangkan orang kristen sejati pasti
bertahan sampai akhir.
b) Calvin / orang Reformed
menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘orang benar’ dalam text-text itu
hanyalah orang yang kelihatannya benar, atau orang benar secara lahiriah, atau
orang kristen KTP.
Calvin (tentang
Yeh 3:20): “Here it may be
asked, how can the just turn aside, since there is no righteousness without the
spirit of regeneration? But the seed of the Spirit is incorruptible, (1Pet.
1:23,) nor can it ever happen that his grace is utterly extinguished; for the
Spirit is the earnest and the seal of our adoption, for God’s adoption is
without repentance, as Paul says. (Rom. 11:29.) Hence it may seem absurd to
say, that the just recedes and turns aside from the right way. That passage of John
is well known - if they had been of us, they had remained with us, (1John
2:19,) but because they have departed, that falling away proves sufficiently
that they were never ours. But we must here mark, that ‘righteousness’ is
here called so, which has only the outward appearance and not the root: for
when once the spirit of regeneration begins to flourish, as I have said, it
remains perpetually” [= Di sini bisa ditanyakan:
bagaimana orang benar bisa menyimpang / berbalik, karena tidak ada kebenaran
tanpa kelahiran baru? Tetapi benih dari Roh tidak dapat binasa (1Pet 1:23),
juga tidak pernah bisa terjadi bahwa kasih karuniaNya dipadamkan secara total;
karena Roh itu adalah jaminan dan meterai dari pengadopsian kita, karena
pengadopsian Allah tidak akan disesali, seperti yang dikatakan oleh Paulus (Ro
11:29). Karena itu adalah menggelikan untuk mengatakan bahwa orang benar mundur
dan menyimpang dari jalan yang benar. Text dari Yohanes merupakan text yang
terkenal - ‘jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka
tetap bersama-sama dengan kita’ (1Yoh 2:19), tetapi karena mereka telah
meninggalkan kita, kemurtadan itu membuktikan secara cukup bahwa mereka tidak
pernah termasuk pada kita. Tetapi di sini kita harus memperhatikan, bahwa
‘kebenaran’ di sini disebut demikian, yang hanya mempunyai penampilan lahiriah
dan tidak mempunyai akarnya: karena kalau satu kali roh kelahiran baru
mulai tumbuh dengan subur, seperti yang telah saya katakan, itu akan tinggal
secara kekal] - hal 159.
Catatan:
perhatikan bahwa berbeda dengan para penafsir Arminian, maka Calvin menafsirkan
text-text tersebut dengan memperhatikan ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan
dengan text-text itu.
Calvin
tentang Yeh 18:24: “In
fine, we see that the word ‘righteousness’ is referred to our senses, and not
to God’s hidden judgment; so that the Prophet does not teach anything but what
we perceive daily” (= Kesimpulannya, kita melihat
bahwa kata ‘kebenaran’ dihubungkan dengan panca indera kita, dan bukannya
dengan penghakiman / penilaian yang tersembunyi dari Allah; sehingga sang nabi
tidak mengajar apapun kecuali apa yang kita rasakan / mengerti sehari-hari)
- ‘Commentary on Ezekiel’, hal 251.
c) Bandingkan dengan
Yeh 36:26-27 yang menjamin bahwa orang percaya tidak mungkin murtad.
Yeh 36:26-27
- “(26)
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku
akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang
taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Mungkinkah
Yehezkiel menentang sendiri ucapannya di sini?
d) Keberatan terhadap penafsiran Calvin /
Reformed.
Yeh 33:13
- “Kalau
Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia
mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan
kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang
diperbuatnya”.
Dalam ayat ini Tuhan
sendiri yang mengatakan bahwa orang itu pasti hidup. Karena itu jelaslah
bahwa istilah ‘orang benar’ menunjuk kepada orang yang betul-betul adalah orang
benar.
Jawaban saya:
Sekalipun Tuhan
sendiri yang berbicara, Ia tetap sering berbicara dari sudut pandang manusia.
Misalnya dalam Yer 18:8
1Sam 15:11 - Tuhan sendiri yang berkata bahwa Ia menyesal. Ini
tetap harus dianggap dari sudut pandang manusia, dan demikian juga semua ayat
Kitab Suci yang mengatakan bahwa Allah menyesal, karena:
1. Allah yang maha tahu tidak
mungkin menyesal, karena ‘menyesal’ hanya bisa terjadi kalau kita tahu apa yang
tadinya kita tidak tahu. Misalnya kita membeli barang yang kita kira sebagai
barang yang bagus, tetapi ternyata palsu / jelek. Setelah kita tahu kejelekan /
kepalsuan barang itu, kita menyesal. Tetapi Allah itu maha tahu sehingga Ia
mengetahui segala-galanya dari semula, dan karena itu Ia tidak mungkin
menyesal!
2. Bil 23:19a dan
1Sam 15:29 mengatakan bahwa Allah bukanlah manusia sehingga harus
menyesal.
Bil 23:19
- “Allah
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia
menyesal”.
1Sam 15:29
- “Lagi
Sang Mulia dari Israel
tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus
menyesal.’”.
Catatan:
perhatikan bahwa dalam 1Sam 15 itu, mula-mula dikatakan ‘Allah menyesal’
(ay 11), lalu dikatakan ‘Allah tidak tahu menyesal’ (ay 29), dan
akhirnya dikatakan ‘Allah menyesal’ lagi (ay 35b).
Saya
berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang
kelihatannya kontradiksi ini, yaitu dengan menganggap bahwa:
a. Bagian yang mengatakan ‘Allah
menyesal’ merupakan bagian yang menggambarkan peninjauan dari sudut manusia.
b. Bagian yang mengatakan ‘Allah
tidak tahu menyesal’ merupakan bagian yang menggambarkan peninjauan dari sudut
Allah.
3. Kel 32:7-14 - “(7)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang
kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. (8) Segera juga mereka
menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat
anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan
korban, sambil berkata: Hai Israel,
inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (9) Lagi
firman TUHAN kepada Musa: ‘Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka
adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. (10) Oleh sebab itu biarkanlah Aku,
supaya murkaKu bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi
engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.’ (11) Lalu Musa mencoba
melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: ‘Mengapakah, TUHAN, murkaMu
bangkit terhadap umatMu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan
kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? (12) Mengapakah orang Mesir
akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka
kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi?
Berbaliklah dari murkaMu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena
malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umatMu. (13) Ingatlah kepada Abraham,
Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah
demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat
keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah
Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk
selama-lamanya.’ (14) Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang
dirancangkanNya atas umatNya”.
Kalau bagian
ini mau diartikan secara hurufiah, menjadi sesuatu yang sangat menggelikan,
karena Tuhan menyesal setelah dinasehati oleh Musa. Lebih-lebih kalau kita melihat dalam terjemahan KJV/RSV, dimana untuk
kata ‘menyesal’ digunakan kata ‘repent’ (= bertobat), maka penafsiran secara hurufiah ini menjadi makin tidak
masuk akal.
Jadi, sekalipun
Tuhan sendiri yang berbicara, Ia sering menyesuaikan kata-kataNya dengan
kapasitas pengertian kita yang terbatas! Dan itu juga yang terjadi dengan Yeh
33:13!
3) Kemurtadan Saul dan Yudas Iskariot.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Contoh
yang jelas dapat dilihat dari riwayat hidup Saul dan Yudas. Saul sudah penuh
dengan Roh Kudus 1Sam 10:6. Ia bernubuat bersama-sama para nabi yang lain (1Sam
10:10-11). Ia mengerjakan beberapa banyak hal-hal yang indah-indah di dalam
pimpinan Roh Kudus (1Sam 11:6) dan seterusnya. Tetapi sayang, ia tidak mau dipimpin
Roh Kudus terus menerus. Ia melakukan kehendaknya sendiri melawan Roh Kudus
sehingga akhirnya Roh Kudus meninggalkannya dan ia berakhir dalam daging (1Sam
16:14). Roh setan masuk, merasuknya sampai akhirnya ia didorong untuk bunuh
diri dan mati di tangan iblis! Begitu juga dengan Yudas. Yudas adalah seorang
yang dipilih Tuhan Yesus lewat doa semalaman (Luk 6:12-16). Tidak mungkin Putra
Manusia Yesus memilih orang yang belum percaya, sebab pada waktu itu Dia belum
tahu tentang akhir dari Yudas. Ia dipilih menjadi bendahara (Yoh 12:6).
Biasanya yang dipilih itu orang yang rohani dan bisa dipercaya. Ia juga
mengusir setan dan menyembuhkan orang bersama-sama dengan murid-murid lainnya
(Luk 9:1-6). Pada waktu Putra Manusia Yesus dengan ilham Roh mengatakan bahwa
ada seorang yang akan mengkhianati Dia, tidak ada seorangpun yang curiga pada
Yudas, sebab Yudas bukan pengkhianat dari permulaan! Mereka justru menanyakan
dirinya sendiri. ... Yudas ini termasuk orang seperti Matius 7:21-23, yaitu
orang yang sudah pernah percaya, tetapi kemudian undur, dan sampai mati tidak
bertobat kembali. Sebab itu ia binasa ... Jadi orang percaya yang tidak
berjaga-jaga bisa undur dan binasa” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 45-46.
Juga dalam Kitab
Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya kemurtadan, seperti 1Tim
1:19-20 2Tim 2:17-18 2Tim 4:10
2Pet 2:1,2 Ibr 6:4-6.
Jawaban saya:
a) Baik raja Saul maupun Yudas
Iskariot dianggap oleh Pdt. Jusuf B. S. sebagai orang-orang kristen sejati yang
lalu murtad dan akhirnya binasa. Pada waktu saya membaca buku Pdt. Jusuf B. S.
yang berjudul ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, saya menyimpulkan bahwa salah
satu problem terbesar dengannya adalah bahwa ia kelihatannya menganggap semua
orang kristen sebagai orang kristen yang sejati. Dengan kata lain, ia
kelihatannya tidak percaya adanya orang kristen KTP. Sampai-sampai ‘tanah
berbatu’ (Mat 13:5-6,20-21), Yudas Iskariot, raja Saul, orang-orang dalam
Mat 7:21-23, lima
anak dara yang bodoh (Mat 25:1-13) semuanya dianggap sebagai orang kristen yang
sejati yang lalu murtad. Padahal Kitab Suci sering berbicara tentang orang
kristen KTP, seperti dalam:
1. Perumpamaan lalang di antara
gandum (Mat 13:24-30,36-43), dimana lalang jelas menggambarkan orang
kristen KTP.
2. Aalegori pokok anggur dan
ranting-rantingnya (Yoh 15:1-8), dimana ranting yang tidak berbuah jelas
menggembarkan orang kristen KTP.
3. Tanah berbatu dan tanah
bersemak duri (Mat 13:5-7,20-22) yang jelas menggambarkan orang kristen
KTP karena mereka tidak berbuah.
Kitab Suci juga
sering mengatakan bahwa seseorang ‘percaya’ atau bahwa orang itu adalah
‘murid’, tetapi penyebutan itu hanya disesuaikan dengan pengakuan dari orang
tersebut. Dalam faktanya, orang itu tidak betul-betul percaya.
Contoh:
a. Yoh 2:23-25 - “(23)
Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya
dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24)
Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia
mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi
kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati
manusia”.
Perhatikan text
di atas ini. Ay 23nya mengatakan banyak orang percaya kepada Yesus, tetapi
ay 24-25 menunjukkan sikap Yesus terhadap mereka. Ia tidak mau
mempercayakan diri kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua. Jelas bahwa
mereka itu hanya mengaku percaya, tetapi sesungguhnya tidak betul-betul
percaya.
b. Kis 8:9-13 yang
menunjukkan bahwa Simon tukang sihir ‘menjadi percaya’ (ay 13). Tetapi
kalau kita membaca cerita itu terus, maka terlihat bahwa sebetulnya ia belum
sungguh-sungguh percaya. Itu terlihat dari dari kata-kata Petrus yang begitu
keras kepada Simon tukang sihir (ay 20-23), yang tidak memungkinkan untuk
ditujukan kepada orang kristen yang sejati.
Saya
berpendapat bahwa Yudas Iskariot maupun raja Saul hanyalah orang kristen KTP.
Ada beberapa hal yang
menunjukkan bahwa Yudas Iskariot hanyalah orang kristen KTP:
·
Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus
tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan
menyerahkan Dia”.
Betul-betul
ajaib bahwa dengan adanya ayat seperti ini, yang secara jelas menunjukkan
ketidakpercayaan dari Yudas Iskariot, Pdt. Jusuf B. S. bisa tetap beranggapan
bahwa Yudas Iskariot sudah percaya dan karena itu dipilih oleh Yesus.
·
Yoh 6:70 - “Jawab
Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang memilih kamu yang dua belas
ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis’”.
·
Yoh 13:10b-11 - “(10b) ‘Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua’.
(11) Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia
berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.
·
Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku
berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini:
Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
·
Yoh 12:6 yang menunjukkan bahwa pada waktu
mengikut Yesus, Yudas adalah seorang pencuri yang sering mencuri uang kas yang
ia pegang.
Yudas Iskariot
dipilih menjadi salah seorang dari 12 rasul, bukan karena ia beriman. Juga
bahwa ia ikut menyembuhkan dan mengusir setan, tidak menjamin bahwa ia adalah
orang yang sungguh-sungguh beriman, karena Mat 7:22-23 menunjukkan adanya
orang-orang seperti itu, yang akhirnya tidak pernah dikenal oleh Kristus.
Yudas dipilih
karena ia memang harus menjadi pengkhianat. Hal itu memang sudah ditentukan,
seperti dikatakan dalam Luk 22:21-22 - “(21) Tetapi, lihat, tangan orang
yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. (22) Sebab Anak
Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi,
celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
Yoh 17:12
- “Selama
Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah
Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari
mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Yang saya
garis-bawahi itu bukan terjemahan yang hurufiah; bandingkan dengan terjemahan KJV: ‘but the son of
perdition’ (=
kecuali anak kebinasaan).
Calvin
memberikan komentar sebagai berikut tentang bagian ini:
“Judas is excepted, and not
without reason; for, though he was not one of the elect and of the true flock
of God, yet the dignity of his office gave him the appearance of it. ... that
no one might think that the eternal election of God was overturned by the
damnation of Judas, he immediately added, that he was the son of perdition. By
these words Christ means that his ruin, which took place suddenly before the
eyes of men, had been known to God long before; for ‘the son of perdition,’
according to the Hebrew idiom, denotes a man who is ruined, or devoted to
destruction”
(= Yudas dikecualikan, dan bukannya tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah
salah seorang dari orang-orang pilihan dan dari kawanan domba Allah, tetapi
kewibawaan dari jabatannya seolah-olah menunjukkan hal itu. ... supaya tidak
seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari Allah dibalikkan oleh
penghukuman Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa ia adalah ‘anak kebinasaan /
neraka’. Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa kehancurannya, yang
terjadi secara mendadak di hadapan manusia, telah diketahui oleh Allah jauh
sebelumnya; karena ‘anak kebinasaan / neraka’ menurut ungkapan Ibrani, menunjuk
pada seseorang yang dihancurkan, atau disediakan untuk kehancuran) -
hal 176.
John Calvin:
“Christ says that ‘no one
perished but the son of perdition’ (John 17:12); this is indeed an inexact
expression but not at all obscure; for he was counted among Christ’s sheep not
because he truly was one but because he occupied the place of one. The Lord’s
assertion in another passage that he was chosen by him with the apostles is
made only with reference to the ministry. ‘I have chosen twelve,’ he said, ‘and
one of them is a devil.’ (John 6:70 p.) That is, he had chosen him for the
apostolic office. But when he speaks of election unto salvation, he banishes
him far from the number of the elect: ‘I am not speaking of you all; I know
whom I have chosen’ (John 13:18). If anyone confuses the word ‘election’ in the
two passages, he will miserably entangle himself; if he notes their difference,
nothing is plainer” [= Kristus berkata bahwa ‘tidak
seorangpun yang binasa, kecuali anak kebinasaan’ (Yoh 17:12); ini memang merupakan
ungkapan yang tidak tepat / akurat tetapi bukannya sama sekali kabur; karena ia
terhitung di antara domba-domba Kristus bukan karena ia betul-betul adalah
domba tetapi karena ia menempati tempat dari domba. Penegasan Tuhan dalam text
yang lain bahwa ia dipilih olehNya dengan rasul-rasul hanya dibuat berhubungan
dengan pelayanan. ‘Aku sendiri yang memilih kamu yang dua belas ini’, kataNya,
‘tetapi satu di antara mereka adalah Iblis’ (Yoh 6:70). Yaitu, Ia
telah memilihnya untuk jabatan rasul. Tetapi pada waktu Ia berbicara tentang
pemilihan kepada keselamatan, Ia membuangnya (Yudas) jauh-jauh dari orang-orang
pilihan: ‘Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah
Kupilih’ (Yoh 13:18). Jika ada orang yang mencampuradukkan kata ‘pemilihan’
dalam kedua text itu, ia akan bingung sendiri; jika ia memperhatikan
perbedaannya, tidak ada yang lebih jelas] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no
9.
Juga raja Saul,
sekalipun dikatakan penuh dengan Roh Kudus, tidak bisa dianggap sebagai orang
kristen yang sejati, karena peranan / fungsi Roh Kudus pada jaman Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru berbeda. Pada jaman Perjanjian Baru memang orang yang
sudah memiliki Roh Kudus pasti adalah orang kristen yang sejati. Tetapi pada
jaman Perjanjian Lama Roh Kudus diberikan hanya supaya orang yang bersangkutan
bisa melakukan pelayanan / tanggung jawabnya. Bdk. Kel 28:3 Kel 35:30-36:2 Bil 11:17
Bil 11:25-27. Karena Saul diangkat menjadi raja, maka Tuhan memberikan
Roh Kudus supaya ia bisa melakukan tanggung jawabnya. Tetapi setelah Saul jatuh
ke dalam dosa dan lalu ditolak oleh Tuhan sebagai raja, maka Roh Kudus itupun
ditarik kembali. Hal seperti ini (penarikan Roh Kudus) tidak mungkin terjadi
dalam jaman Perjanjian Baru, karena adanya janji Tuhan seperti dalam Yoh
14:16 Ibr 13:5.
Bahwa Saul
bukanlah raja yang dikehendaki Tuhan, dan diberikan untuk menghajar Israel yang
memaksa meminta raja, terlihat dari Hos 13:11 - “Aku memberikan
engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.
Kesimpulan:
sama seperti Yudas Iskariot, Saul bukannya kehilangan keselamatan, tetapi
memang tidak pernah selamat. Mereka bisa murtad, karena mereka hanyalah orang
kristen KTP. Bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin murtad ditunjukkan
secara jelas dalam 1Yoh 2:19.
b) Semua ayat Kitab Suci yang
menunjukkan kemurtadan, harus diartikan sebagai orang kristen KTP yang murtad,
karena Kitab Suci sendiri memberikan jaminan bahwa orang kristen yang sejati
tidak mungkin murtad, yaitu dalam:
·
Yoh 8:31 - “Maka kataNya
kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam
firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Ayat ini
menunjukkan bahwa kalau seseorang tidak tetap dalam firman (murtad), ia bukan
benar-benar murid Kristus. Dengan kata lain ia adalah orang kristen KTP.
·
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku,
waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar,
seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus.
Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk
pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka
tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata,
bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Ayat ini
menunjukkan hal yang kurang lebih sama dengan ayat di atas. Kalau seorang
kristen keluar dari kita (murtad) itu menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh
termasuk pada kita. Dengan kata lain ia bukan orang kristen yang sejati. Dan
ayat ini memberikan jaminan: orang yang sungguh-sungguh termasuk pada kita
(orang kristen yang sejati), pasti akan tetap bersama kita (berarti tidak
mungkin murtad).
· 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal
di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki
Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar