I) Salib mendamaikan kita dengan Allah.
1) Kita (orang yang belum percaya) membutuhkan
pendamaian dengan Allah. Mengapa? Karena:
a) Kita hidup jauh dari Allah
(ay 21 bdk. Ef 2:12b - ‘tanpa Allah’).
b) Kita memusuhi Allah dalam
hati dan pikiran kita (ay 21).
·
‘dalam hati dan pikiran’ (ay 21). Ini salah.
NASB: in mind (= dalam pikiran).
NIV: in your mind (= dalam pikiranmu).
·
memusuhi Allah dalam pikiran ini tidak mesti
diartikan bahwa dalam pikirannya manusia itu betul-betul membenci Allah dan
menganggap Allah sebagai musuhnya. Tetapi maksudnya adalah bahwa kita selalu
menginginkan hal-hal yang tidak disenangi oleh Allah (bdk. Ro 8:7-8).
Calvin: “We all, however, stand in need
of Christ as our peace-maker, because we are the slaves of sin, and where sin
is, there is enmity between God and men” (= Bagaimanapun
kita semua membutuhkan Kristus sebagai pendamai kita, karena kita adalah hamba
dosa, dan dimana dosa ada, di situ ada permusuhan antara Allah dengan manusia).
c) ‘Memusuhi Allah dalam
pikiran’ akhirnya terwujud melalui ‘perbuatanmu yang jahat’ (ay 21).
Memang kalau
pikiran kita tidak benar, maka lambat atau cepat kehidupan kita (kata-kata
maupun tindakan) juga akan tidak benar.
Karena semua
ini, maka murka Allah ada di atas kita (Ef 2:3
Yoh 3:36), dan kita membutuhkan pendamaian. Ini perlu disadari oleh
semua manusia, yang belum percaya kepada Kristus!
2) Pendamaian oleh Kristus.
Ay 20: ‘oleh
Dialah Ia mendamaikan segala sesuatu
dengan diriNya ... sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib
Kristus’.
Bdk.
Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan
pen-damaian karena iman, dalam darahNya”.
Calvin: “such is the determination of God
- not to communicate himself, or his gifts to men, otherwise than by his Son.
‘Christ is all things to us: apart from him we have nothing. ... we cannot be
joined to God otherwise than through him” (= begitulah
ketetapan / penentuan Allah - tidak memberikan diriNya sendiri, atau
karunia-karuniaNya kepada manusia kecuali melalui AnakNya. ‘Kristus adalah
segala-galanya bagi kita: terpisah dari Dia kita tidak mempunyai apa-apa. ...
kita tidak bisa disatukan / digabungkan dengan Allah kecuali melalui Dia).
Pendamaian
manusia dengan Allah hanya dimungkinkan melalui Kristus karena Kristus
sudah mati di salib, mencurahkan darahNya untuk mene-bus dosa kita. Ini yang
seharusnya direnungkan / dikenang dalam mera-yakan Jum’at Agung! Kita harus
merenungkan salib Kristus sedemikian rupa sampai kita betul-betul merasakan
kasih Allah kepada kita, dan juga sampai kita membalas mengasihi Allah.
William
Barclay: “The Cross is the
proof that there is no length to which the love of God will refuse to go in
order to win men’s hearts; and a love like that demands an answering love. If
the Cross will not waken love in men’s hearts, nothing will”
(= Salib adalah bukti bahwa tidak ada jarak yang tidak mau ditempuh oleh kasih
Allah untuk memenangkan hati manusia; dan kasih seperti itu menuntut kasih
balasan. Jika salib tidak membangunkan / menghidupkan kasih dalam hati manusia,
maka tidak ada apapun yang akan membangunkan / menghidupkannya).
3) Siapa yang diperdamaikan dengan Allah?
Ay 20
mengatakan ‘segala sesuatu’ dan bahkan menambahi dengan kata-kata ‘baik yang
ada di bumi, maupun yang ada di sorga’.
Macam-macam
tafsiran:
a) Malaikat juga punya dosa. Dasar Kitab
Suci: Ayub 4:18 15:15.
Calvin mengatakan
bahwa sekalipun malaikat tidak mempunyai dosa tetapi kesucian mereka kotor
dibandingkan dengan kebenaran / kesucian Allah, sehingga mereka juga perlu
pendamai.
Keberatan:
malaikat hanya mempunyai 2 kemungkinan:
·
jatuh dalam dosa ini. Ini menjadi setan dan para
pengikutnya, dan yang ini jelas tidak ditebus (Ibr 2:14-17).
·
Tetap suci. Yang ini tidak membutuhkan penebusan
/ pendamaian.
b) Origen, yang menurut
Hendriksen adalah Universalist yang pertama, berpendapat bahwa ini menunjukkan
bahwa Iblis dan malaikat-malaikatnya juga ditebus, sehingga nanti pada akhirnya
mereka juga diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Kristus.
c) Theodoret dan Erasmus:
malaikat-malaikat itu bukan diperdamaikan dengan Allah, tetapi dengan manusia.
Tetapi ini bertentangan dengan kata-kata ‘dengan diriNya’ dalam ay 20.
Hebatnya Barclay mengang-gap ini sebagai ‘the
most interesting suggestion’ (= usul yang paling menarik).
d) ‘Yang ada di sorga’ menunjuk
kepada semua orang pilihan / percaya yang sudah mati, sedangkan ‘yang ada di
bumi’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang masih hidup.
Sebagai
tambahan, bandingkan ini dengan ay 23: ‘dikabarkan di seluruh alam
di bawah langit’. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘has been proclaimed to every creature under
heaven’ (= telah dikabarkan kepada setiap makhluk ciptaan di bawah langit).
NASB/Lit: ‘was proclaimed in all creation under
heaven’ (= telah dikabarkan dalam semua ciptaan di bawah langit).
Ini tidak
ditafsirkan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada setan, binatang, atau batu /
pohon, tetapi diartikan bahwa Paulus memberita-kan Injil kepada ‘semua
manusia’! Jadi ay 20 juga tidak perlu mencakup malaikat, setan atau
binatang.
Tetapi mengapa
untuk ay 20 kita tidak menafsirkan ‘semua orang’ tetapi ‘semua orang
pilihan’? Karena:
· Ay 20 tidak menyebut yang di neraka. Jadi memang
ada orang yang tidak diperdamaikan dengan Allah.
· Jika ‘segala sesuatu’ dalam ay 20 ini
‘semua orang’, maka ini menjurus pada Universalisme, karena ay 20 ini
mengatakan ‘memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya’.
Calvin: “Should any one, on the pretext
of the universality of the expression, move a question in reference to devils,
whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not even of the wicked
men: though I confess that there is a difference, inasmuch as the benefit of
redemption is offered to the latter, but not to the former”
(= Jika ada orang, dengan dalih keuniversalan pernyataan ini, menanyakan
pertanyaan berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah pendamai mereka?
Saya menjawab, Tidak, bahkan Kristus bukanlah pendamai orang-orang jahat:
sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan, karena keuntungan penebusan
ditawarkan kepada orang-orang jahat, tetapi tidak kepada setan).
Catatan:
yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (=
orang-orang jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (= orang yang ditentukan
untuk binasa).
Lalu bagaimana
kita bisa tahu kita orang pilihan atau bukan? Kalau saudara bisa percaya kepada
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka saudara adalah orang pilihan. Kalau
saudara bukan orang pilihan, paling banter saudara hanya bisa menjadi orang
kristen KTP.
II) Apa yang harus dilakukan setelah damai dengan Allah?
1) Pengudusan (ay 22).
Tujuan dari
perdamaian itu adalah kekudusan (bdk. Ef 2:10).
Beberapa
penafsir mengatakan bahwa ‘tak bercela dan tak bercacat di
hadapan Allah’ ini menunjuk pada keadaan orang percaya pada akhir
jaman. Memang sekalipun dalam hidup ini kita berjuang menguduskan diri, kita
tetap tidak bisa menjadi ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ pada
akhir jaman. Kita tetap membutuhkan penghapusan dosa melalui darah Kristus.
Tetapi itu tidak berarti bahwa kita lalu boleh mengabaikan pengudusan itu!
Kristus mati untuk dosa kita bukan supaya kita bisa terus hidup di dalam dosa!
Bdk. 2Kor 5:15.
2) Bertekun dalam iman (ay 23).
a) Kata-kata ‘sebab itu’ di awal
ay 23 merupakan terjemahan yang salah.
NIV/NASB: ‘if’ (= jika).
Yunani: EI (=
jika).
Jadi ‘tak
bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ dalam ay 22, hanya bisa terjadi
kalau kita bertekun dalam iman.
William
Hendriksen: “Divine
preservation always presupposes human perseverance. Perseverance proves faith’s
genuine character, and is therefore indispensable to salvation”
(= Pemeliharaan ilahi selalu mensya-ratkan ketekunan manusia. Ketekunan
membuktikan sifat asli dari iman, dan karena itu mutlak dibutuhkan).
b) Hal-hal yang bisa menggeser
kita dari iman / pengharapan Injil adalah:
·
ajaran sesat. Ini yang dipersoalkan oleh Paulus
di Kolose ini.
·
problem / kesukaran / penderitaan. Ingat akan
tanah golongan ke 2 (Mat 13:5-6,20-21).
· daya tarik duniawi (uang, sex, kekuasaan,
kesenangan). Ingat tanah golongan 3 (Mat 13:7,22).
c) Hal-hal yang perlu dilakukan
supaya bisa bertekun dalam iman, adalah:
·
belajar Firman Tuhan.
·
berdoa.
3) Melayani Injil (ay 23b,25-28).
Ay 23: ‘pelayannya’
dimana kata ‘nya’ jelas menunjuk pada ‘Injil’.
William
Hendriksen: “A minister of the
Gospel is one who knows the gospel, has been saved by the Christ of the gospel,
and with joy of heart proclaims the gospel to others. Thus he serves the cause
of the gospel” (= Seorang pelayan Injil adalah
seorang yang mengetahui Injil, telah diselamatkan oleh Kristus dari Injil, dan
dengan sukacita dari hati memberitakan Injil kepada orang-orang lain. Jadi ia
melayani gerakan Injil).
Pada hari Jum’at
Agung ini renungkan seberapa aktifnya saudara dalam memberitakan Injil? Sudah
cukup aktifkah? Atau sebaliknya kurang aktif? Atau sudah berkurang
keaktifannya, dalam arti dulu aktif sekarang tidak?
Kristus mati
bukan hanya untuk saudara, tetapi untuk semua orang pilihan, dan banyak dari
orang pilihan yang belum mendengar Injil dan karenanya belum diselamatkan. Kita
memang tidak bisa tahu yang mana dari orang-orang yang belum percaya itu yang
adalah orang pilihan dan yang mana yang bukan, dan karena itu kita harus
memberitakan Injil kepada semua orang.
4) Menderita untuk jemaat / gereja (ay 24).
a) Ay 24: ‘aku boleh menderita’.
NASB: ‘in my sufferings’ (= dalam
penderitaan-penderitaanku). Ini bentuk jamak.
Kelihatannya
pada saat menulis surat Kolose ini Paulus ada dalam penjara (bdk. 4:10,18). Ini
jelas merupakan penderitaan yang hebat. Tetapi hebatnya, ia bersukacita karena
hal itu (ay 24a)!
b) ‘aku boleh menderita karena
kamu, dan menggenapkan dalam daging-ku apa yang kurang pada penderitaan
Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat’ (ay 24b).
Roma Katolik
menafsirkan bahwa ay 24b ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus tidak
sempurna, perlu ditambahi dengan pende-ritaan dari para martir. Dan memang
dalam ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan dengan ketidaksempurnaan
penebusan Kristus, seperti:
·
api pencucian.
·
perbuatan baik manusia punya andil dalam
keselamatan.
Tetapi
ay 24b ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan Kristus tidak sempurna,
karena:
1. Itu bertentangan dengan
ajaran Kitab Suci yang ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Yoh 19:30 dan Ibr 10:11-14.
2. Dalam surat Kolose Paulus
justru menyerang ajaran sesat yang menekankan ketidak-cukupan penebusan
Kristus, dan Paulus menekankan kecukupan penebusan Kristus. Jadi tidak mungkin
dalam Kol 1:24 Paulus justru berbicara sebaliknya, dan dengan demikian
menentang kata-katanya sendiri.
Herbert M.
Carson (Tyndale): “Furthermore,
he is dealing here at Colossae with a false teaching which denies the
sufficiency of the work of Christ, and insists that it must be supplemented by
asceticism and other human endeavours. Paul has replied in his opening chapter
with an uncompromising stress on the preeminence of Christ, and the
completeness of the redemption which He has accomplished. Is it then likely
that he would cast this position to the winds and introduce a view which
envisaged the perfecting of an incomplete atonement?”
(= Selanjutnya, di sini di Kolose ia sedang menangani ajaran sesat yang
menyangkal kecukupan pekerjaan Kristus, dan mendesak bahwa itu harus ditambahi
dengan pertapaan dan usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah menjawab
dalam pasal pembukaannya dengan penekanan yang tidak berkompromi pada
penonjolan Kristus, dan kelengkapan / kesempurnaan dari penebusan yang telah Ia
selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang ia membuang pandangannya dan
mengajukan suatu pandangan yang menggambarkan penyempurnaan dari suatu
penebusan yang tidak lengkap?) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians
and Philemon’, hal 50.
Catatan: bagian yang saya
garis bawahi itu mungkin menunjuk kepada ayat-ayat seperti Kol 1:13-14,20-22 - “(13)
Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam
Kerajaan AnakNya yang kekasih; (14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita,
yaitu pengampunan dosa. ... (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala
sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga,
sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (21) Juga kamu yang
dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran
seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikanNya,
di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus
dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya”.
Bandingkan juga
dengan Kol 2:8-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan
kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan
roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (9) Sebab dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, (10) dan kamu telah dipenuhi di
dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. (11) Dalam Dia kamu
telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan
sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12)
karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh
pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
(14) dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada
kayu salib: (15) Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka. (16)
Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya
ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah
Kristus. (18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang
pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya
yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana
seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan
sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati
bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di
dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22)
semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut
perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun
nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri,
menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.
3. Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘penderitaan’
tak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menunjuk kepada penderitaan
Kristus dalam menebus dosa manusia.
Herbert M.
Carson (Tyndale): “The
very word used here for suffering, thlipsis,
is nowhere used in the New Testament to describe the atoning death of Christ,
and, as Lightfoot points out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial
act’” (= Kata yang digunakan di sini
untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk
menggambarkan kematian Kristus untuk menebus dosa, dan, seperti ditunjukkan
oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan pengorbanan’) - ‘The
Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50-51.
4. Dalam ay 25 Paulus
menyebut dirinya ‘pelayan
jemaat’. Jika dalam ay 24 ia memang mengajarkan bahwa
penderitaan yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa, seharusnya ia
mengaku diri sebagai ‘pengantara’
atau ‘penebus’.
Lalu, apa
artinya ay 24b ini?
1. Ini adalah penderitaan dalam pembangunan
tubuh Kristus, dan dalam hal ini Kristus memberikan tempat untuk penderitaan
lebih lanjut bagi para pengikutNya.
William
Barclay: “He thinks of the
sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus
Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt
and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who
serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her
from errors, is doing the work of Christ. And if such service involves
suffering and sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very
suffering of Christ” (= Ia berpikir tentang
penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan Yesus Kristus sendiri.
Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja harus dibangun dan
diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan benar; karena itu,
setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas batasan-batasannya,
meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang melakukan pekerjaan
Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup penderitaan dan pengorbanan, penderitaan
itu memenuhkan dan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus).
James
Fergusson (Geneva): “As
the personal sufferings of Christ were for the church’s redemption, and to
satisfy the Father’s justice for the sins of the elect, Acts 20:28, which he
did completely, John 19:30; so the suffering of the saints are also for the
church’s good, though not for her redemption or expiation of sin, neither in
its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by their example,
James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to confirm that
truth for which they do suffer, Phil. 2:17” (= Seperti
penderitaan pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk memuaskan
keadilan Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang Ia lakukan
secara lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari orang-orang kudus
juga untuk kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya atau penebusan /
pembayaran dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya, 1Yoh 1:7;
tetapi untuk mendidik gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10, untuk
menghibur gereja dalam penderitaan, 2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan
kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).
2. Karena adanya kesatuan antara
Kristus dan para pengikutNya, maka pada waktu pengikutNya menderita, Kristus
juga menderita dalam dia.
James
Fergusson (Geneva): “The
sufferings of Paul, and of any other saints, are the sufferings of Christ, and
the filling up of his sufferings; not as if Christ’s personal sufferings for
the redemption of sinners were imperfect, and so to be supplied by the
sufferings of others, (see Heb. 10:14) but such is that sympathy betwixt Christ
and believers, Acts 9:4, and so strict is that union among them, whereby he and
they do but make up one mystical Christ, 1Cor. 12:12, that in those respects
the sufferings of the saints are his sufferings, to wit, the sufferings of
mystical Christ, which are not perfect nor filled up, until every member of his
body endure their own allotted portion and share”
(= Penderitaan dari Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan
Kristus, dan memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan
penderitaan pribadi Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak
sempurna, dan karena itu harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain,
(lihat Ibr 10:14) tetapi begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang
percaya, Kis 9:4, dan begitu ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan
mereka membentuk satu Kristus yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu
penderitaan orang-orang kudus adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari
Kristus mistik, yang tidak sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya
menanggung bagian mereka).
Pulpit
Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan alasan sebagai berikut: “this view identifies Pauls’
sufferings with his Master’s while he expressly distinguishes them”
(= pandangan ini mengidentikkan penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya
sementara ia secara jelas membedakan mereka).
3. Ini ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.
William
Hendriksen: “... although
Christ by means of the affliction which he endured rendered complete
satisfaction to God, so that Paul is able to glory in nothing but the cross
(Gal. 6:14), the enemies of Christ were not satisfied! They hated Jesus with
insatiable hatred, and wanted to add to his afflictions. But since he is no
longer physically present on earth, their arrows, which are meant especially
for him, strike his followers. It is in that sense that all true believers are
in his stead supplying what, as the enemies see it, is lacking in the
afflictions which Jesus endured. Christ’s afflictions overflow toward us”
[= ... sekalipun Kristus melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan
pemuasan lengkap / penuh kepada Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya
dalam salib (Gal 6:14), musuh-musuh Kristus tidak dipuaskan! Mereka
membenci Yesus dengan kebencian yang tidak terpuaskan, dan ingin menambah
penderitaanNya. Tetapi karena Ia tidak lagi hadir secara jasmani di bumi ini,
panah-panah mereka, yang sebetulnya dimaksudkan secara khusus untuk Dia,
menyerang pengikut-pengikutNya. Adalah dalam arti ini dimana semua orang yang
sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh
itu melihatnya, yang kurang dalam penderitaan yang telah Yesus tanggung.
Penderitaan Kristus meluap / melimpah kepada kita].
Bdk.
Kis 9:4-5 2Kor 1:5 Gal 6:17
Fil 3:10 Wah 12:13
(‘perempuan’ = gereja).
Kesimpulan / penutup:
Untuk saudara yang belum yakin
akan keselamatan / perdamaian dengan Allah, cepatlah datang kepada Kristus dan
menerimaNya sebagai Juruselamat pribadi saudara. Untuk saudara yang sudah
diperdamaikan dengan Allah, berjuanglah dalam pengudusan, bertekunlah dalam
iman, aktiflah pemberitaan Injil, dan juga maulah dalam menderita bagi gereja!
Kiranya Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar