I) Hak kita berhubungan dengan Roh Kudus (2Kor 1:21-22).
2Kor 1:21-22
- “(21)
Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya
atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
Hak-hak /
hal-hal yang kita terima adalah:
1) Pengurapan.
Perhatikan
kata-kata ‘Allah yang
telah mengurapi’ dalam ayat di atas.
Bdk.
Kis 10:37b-38 - “... tentang Yesus dari Nazaret:
bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa”.
Charles Hodge:
“In like manner Christians are
spoken of as anointed, because by the Spirit they are consecrated to God and
qualified for his service. ... When Paul says here, ‘hath anointed us’, he
means by ‘us’ all Christians, and of course the anointing to which he refers is
that which is common to all believers” (= Dengan cara
yang sama orang Kristen dikatakan diurapi, karena oleh Roh mereka dikuduskan
bagi Allah dan memenuhi syarat untuk pelayananNya. ... Pada waktu Paulus
berkata di sini, ‘telah mengurapi kita’, yang ia maksudkan dengan ‘kita’ adalah
semua orang Kristen, dan tentu saja pengurapan yang ia maksudkan adalah
pengurapan yang bersifat umum bagi semua orang percaya) - hal 400.
2) Pemeteraian.
Perhatikan
kata-kata ‘memeteraikan
tanda milikNya atas kita’ dalam 2Kor 1:22 di atas.
Ef 1:13 - “Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.
Charles Hodge:
“A seal is used, 1. To indicate proprietorship.
2. To authenticate or prove to be genuine. 3. To preserve safe or inviolate.
The Holy Spirit, which in one view is an unction, in another view is a seal. He
marks those in whom he dwells as belonging to God. They bear the seal of God
upon them. ... He also bears witness in the hearts of believers that they are
the children of God. He authenticates them to themselves and others as genuine
believers. And he effectually secures them from apostasy and perdition. ...
This last idea is amplified in the next clause; and hath given the earnest of
the Spirit in our hearts” (= Suatu meterai digunakan, 1.
Untuk menunjukkan kepemilikan. 2. Mengesahkan atau membuktikan keaslian. 3.
Menjaga supaya aman atau tidak dilanggar / tidak hancur. Roh Kudus, yang dari
satu sisi adalah suatu pengurapan, dari sisi yang lain adalah suatu meterai. Ia
menandai mereka, dalam siapa Ia tinggal, sebagai milik Allah. Mereka mempunyai
meterai Allah pada diri mereka. ... Ia juga bersaksi dalam hati orang-orang
percaya bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Ia mengesahkan mereka terhadap
diri mereka sendiri dan orang-orang lain sebagai orang-orang percaya yang
sejati. Dan Ia secara effektif mengamankan mereka dari kemurtadan dan
kebinasaan / kehancuran / penghukuman. ... Gagasan terakhir ini diperkuat dalam
anak kalimat selanjutnya; ‘dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita
sebagai jaminan’) - hal 400-401.
3) Pemberian Roh Kudus sebagai jaminan
Perhatikan
kata-kata ‘yang
memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah
disediakan untuk kita’ (2Kor 1:22).
· 2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah
yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada
kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
· Ef 1:14 - “Dan
Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh
seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Charles Hodge:
“The Holy Spirit is itself the
earnest, i. e. at once the foretaste and pledge of redemption. The word
ARRABON, pledge, is a Hebrew word, ... It is properly that part of the purchase
money paid in advance, as a security for the remainder. ... So certain,
therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final salvation”
(= Roh Kudus itu sendiri adalah jaminan,
yaitu sekaligus suatu icip-icip dan jaminan penebusan. Kata ARRABON, jaminan,
adalah suatu kata Ibrani, ... Itu sebetulnya merupakan bagian dari uang
pembayaran yang dibayarkan lebih dulu, sebagai suatu jaminan untuk pembayaran
sisanya. ... Karena itu, sepasti Roh itu tinggal di dalam kita, begitulah
pastinya keselamatan akhir kita) - hal 401.
Baik no 2
maupun no 3 menunjukkan bahwa orang percaya itu aman dalam Kristus. Tetapi
seakan-akan ini belum cukup, ayat di atas masih berbicara tentang ‘peneguhan dalam Kristus’
(2Kor 1:21 - ‘Dia
yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus’).
Charles Hodge:
“As by the pronouns ‘we’ and
‘us’, in what precedes, the apostle had meant himself and Silas and Timothy,
here where he has reference to all believers he unites them with himself, ‘us
with you’. The constancy in faith which God gave was not a gift peculiar to
teachers, but common to all true Christians” (= Kalau dengan
kata ganti orang ‘kami’, dalam bagian yang sebelumnya, sang rasul memaksudkan
dirinya sendiri dan Silas dan Timotius, maka di sini dimana ia memaksudkan
semua orang percaya, ia mempersatukan mereka dengan dirinya sendiri, ‘kami
bersama-sama dengan kamu’. Ketetapan dalam iman yang Allah berikan bukanlah
suatu karunia yang khusus bagi para guru / pengajar, tetapi umum bagi semua
orang Kristen yang sungguh-sungguh) - hal 399-400.
Charles Hodge:
“There is but one thing stated in
these verses, and that is that God establishes or renders his people firm and
secure in their union with Christ, and in their participation of the benefits
of redemption. How he does this, and the evidence that he does it, is expressed
or presented by saying he hath anointed, sealed, and given us the earnest of
the Spirit” (= Hanya ada satu hal yang
dinyatakan dalam ayat-ayat ini, dan itu adalah bahwa Allah meneguhkan atau
membuat umatNya teguh dan aman dalam persatuan mereka dengan Kristus, dan dalam
partisipasi mereka terhadap keuntungan penebusan. Bagaimana Ia melakukan hal
ini, dan bukti bahwa Ia melakukan hal ini, dinyatakan atau disajikan dengan
mengatakan bahwa Ia telah mengurapi, memeteraikan, dan memberikan kita jaminan
Roh) - hal 401.
II) Kewajiban kita berhubungan dengan Roh Kudus (Ef 4:30 1Tes 5:19).
1) Jangan mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).
Ef 4:30 - “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan”.
a) Kata-kata ‘yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan’ dalam Ef 4:30b menunjukkan bahwa
orang yang dilarang mendukakan Roh Kudus ini adalah orang kristen yang sejati.
b) Istilah ‘mendukakan Roh Kudus’
menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah seorang pribadi! Ini perlu dicamkan pada
waktu menghadapi ajaran sesat seperti Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Roh
Kudus hanyalah suatu kuasa / pengaruh dari Allah.
Herbert
Lockyer: “A mere influence
cannot be grieved. When we speak of grief, we speak of personality. Grief is
connected with feelings and feelings with personality”
(= Sekedar suatu pengaruh tidak bisa didukakan. Pada waktu kita berbicara
tentang kedukaan, kita berbicara tentang kepribadian. Kedukaan berhubungan
dengan perasaan dan perasaan berhubungan dengan kepribadian) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 212.
c) Karena kasih dari Roh Kudus
itu hebat, maka kedukaanNya bisa sangat dalam.
Herbert
Lockyer: “Grieving the
Spirit, we grieve a loving friend. ... The deeper the love, the keener the grief.
Thus, the grief of the Spirit can be very deep, seeing His love is divine”
(= Mendukakan Roh, kita mendukakan seorang sahabat yang mengasihi. ... Makin
dalam kasih, makin hebat kedukaannya. Jadi, kedukaan Roh bisa sangat dalam,
mengingat kasihNya bersifat ilahi) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 213.
d) Dengan mendukakan Roh Kudus
kita secara otomatis mendukakan diri kita sendiri.
Herbert
Lockyer: “By grieving Him we
do not lose nor drive the Holy Spirit out of our hearts, which, of course, is
impossible. When we grieve the Spirit we lose the joy, power, and assurance of
the saved state” (= Dengan mendukakan Dia kita
tidak kehilangan ataupun mengusir Roh Kudus dari hati kita, yang jelas adalah
mustahil. Pada waktu kita mendukakan Roh Kudus kita kehilangan sukacita, kuasa,
dan keyakinan keselamatan) - ‘The
Holy Spirit of God’, hal 212.
Herbert
Lockyer: “What we must never
forget is that in troubling the Spirit we also trouble ourselves. ... If we
make the loving Spirit sad, the reflex of such sadness will be felt in our own
feelings. ... Contrariwise, in pleasing Him we ourselves are filled with
pleasure” (= Apa yang tidak boleh kita
lupakan adalah bahwa dalam mendukakan Roh kita juga mendukakan diri kita
sendiri. ... Jika kita membuat Roh yang mengasihi itu sedih, pantulan dari
kesedihan seperti itu akan terasa dalam perasaan kita sendiri. ... Sebaliknya,
dalam menyenangkan Dia kita sendiri akan dipenuhi dengan kesenangan)
- ‘The Holy Spirit of God’, hal 213.
e) Kita mendukakan Roh Kudus
kalau kita memberontak terhadapNya / berbuat dosa.
Kasus-kasus
dimana seseorang / sekelompok orang mendukakan Allah / Roh Kudus:
· Maz 78:40-41 - “(40) Berapa kali
mereka memberontak terhadap Dia di padang
gurun, dan menyusahkan hatiNya di padang
belantara! (41) Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati
Yang Kudus dari Israel ”.
· Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak
dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan
Ia sendiri berperang melawan mereka”.
Kedua-duanya
disebabkan oleh pemberontakan. Kita memberontak terhadap Allah kalau kita
melakukan dosa, khususnya dosa yang disengaja dan dilakukan dengan sikap tegar
tengkuk.
2) Jangan memadamkan Roh Kudus.
1Tes 5:19 - “Janganlah padamkan Roh”.
Apa artinya, dan
bagaimana kita bisa, memadamkan Roh?
a) Memadamkan semangat pelayanan.
Herbert
Lockyer: “Resist the Spirit
(Acts 7:51). Man as a sinner can resist the Spirit. ... Grieve the Spirit (Eph.
4:30). ... man as a saint can grieve the Spirit. ... Quench the Spirit (1Thess.
5:19). Man as a servant can quench the Spirit”
[= Menentang / menolak Roh (Kis 7:51). Manusia sebagai orang berdosa bisa
menentang / menolak Roh. ... Mendukakan Roh (Ef 4:30). ... Manusia sebagai
orang kudus bisa mendukakan Roh. ... Memadamkan Roh (1Tes 5:19). Manusia
sebagai seorang pelayan bisa memadamkan Roh] - ‘The Holy Spirit of God’, hal 218-219.
Tafsiran ini
kelihatannya didukung oleh 2 ayat di bawah ini:
· 2Tim 1:6 - “Karena itulah
kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu
oleh penumpangan tanganku atasmu”.
· 1Tim 4:14 - “Jangan lalai dalam
mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh
nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua”.
Kata ‘mengobarkan’ secara
hurufiah artinya adalah ‘menyalakan’,
‘menyebabkan terbakar’,
‘mengobarkan lagi’,
atau ‘menjaga agar tetap
berkobar’.
Sekarang mari
kita melihat 2Tim 1:6-8 - “(6)
Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada
padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita
bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan
janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah
menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah”.
Kalau kita
melihat 2Tim 1:6-8 itu, maka kelihatannya pengobaran karunia itu terjadi
melalui keberanian memberitakan Injil dan kerelaan menderita karena Injil, dan
sebaliknya kalau seorang kristen tidak memberitakan Injil / takut memberitakan
Injil / malu memberitakan Injil maka ini sama dengan memadamkan Roh.
Kalau saya
katakan ‘berani memberitakan Injil’, maka tentu yang saya maksudkan adalah
‘berani memberitakan Injil yang benar’, bukan ‘Injil yang diubahkan’.
Bambang
Noorsena dari Gereja Orthodox Syria berulang-ulang membanggakan bahwa ‘berita
Injil’ yang ia beritakan terhadap orang Islam, sekalipun tidak mempertobatkan
orang Islam itu, tetapi tidak menyebabkan orang itu memusuhinya. Ia bahkan
menyalahkan orang kristen yang dikecam karena memberitakan Injil; karena mereka
tidak ‘bijaksana’ dalam memberitakan Injil. Dia sendiri karena memberitakan
‘Injil’ dengan cara yang ‘bijaksana’, lalu tidak dikecam. Saya menganggap ini
sebagai suatu keanehan. Mengapa?
Karena
pemberitaan Injil mempunyai 2 kemungkinan: atau orang yang kita injili itu
bertobat / percaya kepada Yesus, atau orang itu akan menolak Injil. Kalau ia
menolak, maka yang sering terjadi adalah bahwa ia bukan sekedar menolak Injil,
tetapi sekaligus menolak / membenci / memusuhi kita. Ini terjadi pada diri
Yesus, Petrus, Paulus, dan rasul-rasul yang lain, yang karena penginjilan
dimusuhi, dianiaya, dan bahkan dibunuh / mati syahid.
Bandingkan juga
dengan:
¨
Yoh 15:18-19 - “(18) Jikalau dunia membenci kamu,
ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19)
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya.
Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari
dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
¨ Luk 6:22-23,26 - “(22) Berbahagialah
kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan
kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23)
Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya upahmu
besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah
memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu;
karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi
palsu”.
Karena itu,
kalau berita Injil dari Bambang Noorsena tidak mempertobatkan tetapi tetap
tidak menyebabkan permusuhan, pasti ada sesuatu yang salah dengan ‘berita
Injil’nya. Kebijaksanaan (baca: kebijaksinian) duniawi dari Bambang
Noorsena ini telah memodifikasi Injil sehingga bisa diterima oleh orang Islam,
misalnya dengan mengatakan bahwa Yesus hanyalah ‘tuan’ dan bukan ‘Tuhan’, atau
dengan tidak mengakui adanya 3 pribadi dalam Allah Tritunggal (Yesus sebelum
inkarnasi hanya diakui sebagai existence
/ keberadaan, bukan sebagai person /
pribadi). Dengan kata lain, ia memberitakan suatu ‘Injil yang berbeda’ atau
‘Yesus yang lain’ dengan yang ada dalam Kitab Suci.
Bandingkan
dengan:
*
Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik
dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada
orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil
Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang
telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami
katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah
kamu terima, terkutuklah dia”.
*
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan
Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada
kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain
dari pada yang telah kamu terima”.
Sekarang mari
kita kembali pada 2Tim 1:6 - “Karena itulah kuperingatkan
engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan
tanganku atasmu”.
Tentang ayat
ini Calvin berkata: “This exhortation is
highly necessary; for it usually happens, and may be said to be natural, that
the excellence of gifts produces carelessness, which is also accompanied by
sloth” (= Peringatan ini sangat
penting; karena biasanya terjadi, dan bisa dikatakan merupakan sesuatu yang
alamiah, bahwa keunggulan / kehebatan dari karunia-karunia menimbulkan
kesembronoan, yang juga disertai dengan kemalasan) - hal 189.
Orang yang
mempunyai hanya sedikit karunia juga mempunyai kecenderungan untuk tidak
melayani, tetapi menguburkan talentanya (Mat 25:18), tetapi orang yang
mempunyai karunia yang hebat mempunyai kecenderungan untuk bersikap malas /
sembrono, melayani asal-asalan dsb. Misalnya, pengkhotbah yang pandai
berkhotbah, fasih bicara, lalu merasa tidak perlu mempersiapkan khotbah, karena
merasa mampu berkhotbah tanpa persiapan. Guru Sekolah Minggu yang pandai
mendongeng, merasa mampu mendongeng dengan baik biarpun tanpa persiapan, dan
karena itu lalu tidak merasa perlu mempersiapkan ajarannya dengan
sebaik-baiknya. Demikian juga orang yang mempunyai karunia menyanyi, lalu ikut
koor / vocal group tanpa latihan yang serius, dsb.
Calvin: “Let us therefore remember that
we ought to apply to use the gifts of God, lest, being unemployed and
concealed, they gather rust” (= Karena itu baiklah kita ingat
bahwa kita harus menggunakan karunia-karunia Allah, supaya jangan mereka
berkarat karena tidak dipakai dan disembunyikan) - hal 189.
Penerapan:
apakah saudara tidak pernah melayani Tuhan? Atau apakah saudara dulu melayani,
tetapi sekarang mulai malas? Ingat bahwa Roh Kudus diberikan sebagai pengurapan
untuk memperlengkapi saudara dalam pelayanan (lihat point I,1 di atas). Karena
itu gunakanlah hidup saudara untuk melayani Tuhan!
b) Memadamkan terang Roh Kudus
dalam hati kita dengan mengabaikan pengajaran Firman Tuhan.
Calvin
menganggap bahwa kata ‘memadamkan’
dalam 1Tes 5:19 itu muncul karena Roh Kudus mempunyai fungsi menerangi
hati kita. Tetapi Roh Kudus menerangi kita melalui FirmanNya, sehingga kalau
Firman Tuhan disia-siakan / diabaikan, maka itu sama dengan memadamkan Roh.
Calvin juga memperhatikan bahwa 1Tes 5:19 (tentang memadamkan Roh) disusul oleh
1Tes 5:20, yang melarang orang kristen menganggap rendah nubuat /
pengajaran Firman, dan ia menganggap bahwa menganggap rendah nubuat / khotbah
merupakan salah satu hal yang memadamkan Roh.
Calvin: “as the Spirit of God illuminates
us chiefly by doctrine, those who give not teaching its proper place, do, so
far as in them lies, quench the Spirit. ... Let every one, therefore, who is
desirous to make progress under the direction of the Holy Spirit, allow himself
to be taught by the ministry of the prophet” (= karena Roh
Allah menerangi kita / memberi pencerahan kepada kita terutama oleh pengajaran,
mereka yang tidak memberikan tempat yang benar pada pengajaran, sejauh ini
tergantung kepada mereka, memadamkan Roh. ... Karena itu, baiklah setiap orang
yang ingin membuat kemajuan di bawah pimpinan Roh Kudus, mengijinkan dirinya
sendiri untuk diajar oleh pelayanan nabi) - hal 299.
Calvin juga
membandingkan hal ini dengan orang yang dibicarakan dalam Ibr 6:4-6, yaitu
orang yang hatinya pernah diterangi oleh Roh Kudus tetapi yang akhirnya murtad.
Penerapan:
apakah saudara mengabaikan Firman Tuhan? Apakah saudara mengabaikan khotbah
dalam Kebaktian? Apakah saudara mengabaikan Pemahaman Alkitab?
c) Ada juga yang mengatakan bahwa pemadaman Roh
ini bisa terjadi karena pengabaian terhadap doa / saat teduh atau karena
kelalaian berbakti / bersekutu. Juga bisa terjadi karena dosa, keduniawian /
cinta dunia / uang (Mat 6:24 Yak 4:4),
dsb.
Kesimpulan / penutup.
Kita mempunyai hak-hak yang hebat
berhubungan dengan Roh Kudus. Kita diurapi, dimeteraikan, diberi jaminan,
sehingga kita tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi kita juga mempunyai
kewajiban, yaitu membuang dosa, rajin melayani Tuhan, dan rajin belajar Firman
Tuhan. Dengan demikian kita tidak mendukakan atau memadamkan Roh.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar