Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Mat 27:32 - “Ketika
mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang
bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus”.
Mark 15:20b-21 - “(20b)
Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan. (21) Pada waktu itu lewat
seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru
datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus”.
Luk 23:26 - “Ketika
mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene,
yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya,
supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus”.
Yoh 19:16-17 - “(16)
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka
menerima Yesus. (17) Sambil memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang
bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota”.
I) Pemikulan salib oleh Yesus.
1) Pelaksanaan hukuman mati yang dilakukan
secepat mungkin.
Dari Kitab Suci,
khususnya dari Injil Yohanes, terlihat bahwa begitu Pontius Pilatus menyetujui
hukuman mati bagi Yesus, maka hukuman mati itu cepat-cepat dilakukan. Spurgeon
mengatakan bahwa dalam semua negara yang beradab, selalu ada jangka waktu
tertentu antara vonis hukuman mati dan pelaksanaan hukuman mati tersebut. Ini
untuk memungkinkan adanya hal-hal baru yang muncul, yang bisa membatalkan
hukuman mati tersebut. Tetapi dalam kasus Yesus, itu tidak terjadi. Mereka
cepat-cepat berusaha melaksanakan hukuman mati tersebut.
a) Ditinjau dari sudut tokoh-tokoh Yahudi.
Ditinjau dari
sudut tokoh-tokoh Yahudi, ini tidak mengherankan. Mereka takut ada hal-hal
tertentu yang terjadi yang menyebabkan hukuman mati itu dibatalkan / tak jadi
dilaksanakan.
b) Ditinjau dari sudut Pontius Pilatus.
Tetapi dari
sudut Pontius Pilatus, itu mengherankan. Ia sebetulnya punya hak untuk mengharuskan
adanya jangka waktu tersebut. Mengapa ia tidak melakukannya? Mungkin karena
tadinya ia sudah ‘mengalah’ dalam persoalan hukuman mati terhadap Yesus (ia
tahu sebetulnya Yesus tak bersalah, tetapi ia tetap menyetujui hukuman mati
tersebut karena desakan orang-orang Yahudi), maka apa bedanya kalau sekarang ia
mengalah lagi?
C. H. Spurgeon: “When
once we begin to make the wishes of other men our law we know not to what
extremity of criminality we may be led; and so the Saviour’s hasty execution is
due to Pilate’s vacillating spirit” (= Pada waktu
kita satu kali mulai menjadikan keinginan orang-orang lain sebagai hukum bagi
kita, kita tidak tahu sampai kriminilitas terjauh yang bagaimana kita bisa
dibimbing; dan demikianlah exekusi yang tergesa-gesa dari Juruselamat kita
disebabkan oleh pikiran / perasaan Pilatus yang terombang-ambing) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 439.
Penerapan: jangan mau menuruti keinginan
orang-orang lain yang saudara tahu sebagai sesuatu yang salah. Sekali saudara
menurutinya, itu akan membimbing saudara makin lama makin salah!
2) Yesus
memikul salibNya sendiri.
a) Salib yang sesungguhnya berbeda dengan apa
yang sering kita bayangkan.
Matthew
Henry: “It was a long and
thick piece of timber that was necessary for such a use, and some think it was
neither seasoned nor hewn” (= Salib itu merupakan kayu /
pohon yang panjang dan tebal yang dibutuhkan untuk penggunaan seperti itu, dan
sebagian orang menganggap bahwa kayu / pohon itu tidak diperbagus atau
dibentuk).
Jadi, pohon
yang digunakan sebagai salib itu jelas bukan hanya berat tetapi juga kasar,
sehingga makin menyakitkan dalam pemikulannya. Karena itu, jangan
membandingkan, atau menyamakan, salib yang asli dengan salib pada kalung yang
saudara pakai, atau salib yang digantungkan di rumah / kamar saudara, yang
merupakan salib yang kecil, ringan, halus, dan bahkan indah!
b) Pemikulan
salib.
1. Ini
merupakan bagian dari hukuman.
Barnes’
Notes (tentang Mat 27:32): “It
was a part of the usual punishment of those who were crucified that they should
bear their own cross to the place of execution”
(= Merupakan suatu bagian dari hukuman yang umum dari mereka yang
disalibkan bahwa mereka harus memikul
salib mereka sendiri ke tempat exekusi).
2. Bagian salib yang dipikul.
William Barclay
mengatakan bahwa yang dipikul hanyalah bagian horizontal dari salib, sedangkan
bagian vertikalnya sudah menunggu di tempat penyaliban. Tetapi tidak semua
penafsir setuju dengan dia. Juga perlu diingat bahwa ada bermacam-macam bentuk
salib, dan sebetulnya kita tidak tahu persis bentuk salib yang bagaimana yang
digunakan terhadap Yesus.
c) Apa
yang Yesus alami dalam pemikulan salib.
1. Yesus digiring ke tempat penyaliban sambil
memikul salibNya sendiri.
a. Seperti
Anak Domba digiring ke tempat pembantaian.
Matthew
Henry: “We have here the
blessed Jesus, the Lamb of God, led as a lamb to the slaughter, to the
sacrifice” (= Di sini kita mendapati Yesus
yang terpuji, Anak Domba Allah, digiring seperti seekor domba ke tempat
pembantaian, pada pengorbanan).
Bdk. Yes 53:7
- “Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti
anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.
b. Merupakan TYPE dari Ishak?
Hendriksen
beranggapan bahwa peristiwa ‘Yesus memikul salibNya sendiri’
merupakan sesuatu yang mengingatkan kita akan ‘Ishak yang memikul
kayu bakarnya sendiri’ (Kej 22:6). Dan Leon Morris mengatakan (hal
804) bahwa banyak orang menganggap dari peristiwa ini bahwa Ishak adalah TYPE
dari Kristus.
2. Bagi Kristus yang baru saja
dicambuki, pemikulan salib itu bukan hanya berat, tetapi juga sangat
menyakitkan, karena kayu salib yang berat dan kasar itu harus dipikul pada
pundakNya yang sudah hancur / penuh dengan luka cambuk.
Matthew
Henry: “The blessed body
of the Lord Jesus was tender, and unaccustomed to such burdens; it had now
lately been harassed and tired out; his shoulders were sore with the stripes
they had given him; every jog of the cross would renew his smart, ... yet all
this he patiently underwent, and it was but the beginning of sorrows”
(= Tubuh yang diberkati dari Tuhan Yesus adalah lembut, dan tidak terbiasa
dengan beban seperti itu; tubuh itu baru saja disiksa dan lelah sekali;
pundak-pundakNya luka-luka oleh pencambukan yang diberikan kepadaNya; setiap
sentakan dari salib akan memberikan rasa sakit yang baru, ... tetapi semua ini
Ia jalani dengan sabar, dan itu hanya merupakan permulaan dari kesedihan /
penderitaan).
3. Ada yang mengatakan bahwa
dalam perjalanan memikul salib seringkali orang hukuman itu dicambuki di
sepanjang jalan.
William
Barclay: “Often
the criminal had to be lashed and goaded along the road, to keep him on his
feet, as he staggered to the place of crucifixion” (= Seringkali orang kriminil itu
harus dicambuki dan didorong dengan tongkat sepanjang jalan, supaya ia tetap
berdiri pada kakinya, pada waktu ia berjalan terhuyung-huyung menuju tempat
penyaliban) - ‘The Gospel of
John’, vol 2, hal 250.
d) Jalan
salib / VIA DOLOROSA.
Route pemikulan
salib ini selalu dipilih yang sejauh mungkin (ada yang mengatakan jaraknya 1
km), dengan tujuan sebanyak mungkin orang bisa melihat penghukuman penjahat itu
dan lalu takut untuk berbuat jahat.
Ini
betul-betul sesuatu yang merendahkan dan mempermalukan Yesus karena hal ini
menjadikan Dia ‘tontonan’ bagi orang banyak.
Tetapi William
Barclay mengatakan bahwa ada alasan lain untuk hal ini.
William
Barclay: “...
there was a merciful reason. ... the long route was chosen, so that if anyone
could still bear witness in his favour, he might come forward and do so. In
such a case, the procession was halted and the case retried” (= ... ada alasan belas kasihan.
... route / jalan yang panjang dipilih, supaya jika ada seseorang yang bisa
memberi kesaksian membela dia, orang itu bisa maju ke depan dan melakukannya.
Dalam hal itu, proses penyaliban itu dihentikan dan kasusnya diperiksa ulang)
- ‘The Gospel of John’, vol 2, hal
251.
Tetapi
betul-betul menyedihkan bahwa dalam kasus Kristus tidak ada seorangpun yang
berani maju ke depan untuk membela Dia!
II) Yesus dibantu oleh Simon.
1) Pertentangan antara penulis-penulis Injil?
Matius, Markus
dan Lukas mengatakan bahwa Simonlah yang memikul salib Yesus, tetapi
Yoh 19:17 mengatakan bahwa Yesuslah yang memikul salib itu.
Yoh 19:17 -
“Sambil
memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak,
dalam bahasa Ibrani: Golgota”.
Yohanes tidak
menceritakan tentang Simon dari Kirene yang memikul salib Yesus
(Mat 27:32). Dari penggabungan text-text ini harus disimpulkan bahwa
mula-mula Yesus memikul salibNya sendiri, dan setelah Ia ambruk karena tidak
kuat lagi, maka Simon dari Kirene menggantikan Dia memikul salibNya.
2) Seberapa banyak dari salib itu yang dipikul
oleh Simon?
Clarke
menganggap (hal 273) bahwa Simon dari Kirene hanya memikul sebagian dari
salib. Jadi ia bukan menggantikan Kristus tetapi membantu Kristus untuk memikul
salib. Karena itu Luk 23:26b mengatakan ‘dipikulnya sambil
mengikuti Yesus’. Terjemahan hurufiahnya: ‘memikulnya di belakang Yesus’.
Barnes’ Notes
(tentang Mat 27:32): “Weak,
however, and exhausted by suffering and watchfulness, he probably sunk under
the heavy burden, and they laid hold of Simon that he might bear ‘one end’ of
the cross, as Luke says, ‘after Jesus.’” (= Bagaimanapun,
lemah dan kehabisan tenaga oleh penderitaan dan tidak tidur, Ia mungkin ambruk
di bawah beban yang berat, dan mereka menangkap / memegang Simon supaya ia
memikul satu ujung dari salib, seperti dikatakan oleh Lukas, ‘di belakang Yesus
/ mengikuti Yesus’.).
Tetapi ada yang
mempunyai pandangan yang berbeda tentang kata-kata ‘di belakang Yesus’ ini.
A. T. Robertson: “Luke
adds ‘after Jesus’ ... Jesus bore his own cross until he was relieved of it,
and he walked in front of his own cross for the rest of the way”
(= Lukas menambahkan ‘di belakang Yesus’ ... Yesus memikul salibNya sendiri
sampai Ia dibebaskan darinya, dan Ia berjalan di depan salibNya sendiri untuk
sisa dari perjalanan itu).
Tetapi mayoritas
penafsir mengambil pandangan pertama.
3) Tentara Romawi tidak betul-betul ingin
menolong Yesus.
Matthew Henry:
“they laid Christ’s cross upon
him, that he might bear it after Jesus (v. 26), lest Jesus should faint under
it and die away, and so prevent the further instances of malice they designed.
It was pity, but a cruel pity, that gave him this ease”
[= mereka meletakkan salib Kristus kepadanya, supaya ia memikulnya di belakang
Yesus (ay 26), supaya jangan Yesus pingsan di bawahnya dan mati, dan dengan
demikian menghalangi hal-hal jahat selanjutnya yang telah mereka rencanakan].
Jadi, Yesus
‘ditolong’ supaya bisa disiksa lebih banyak lagi!
4) Simon ‘membantu’ Yesus dalam memikul salib.
a) Siapakah Simon itu?
Barnes’ Notes
(tentang Mat 27:32): “‘A
man of Cyrene.’ Cyrene was a city of Libya, in Africa, lying west of Egypt.
There were many Jews there, and they were in the habit, like others, of going
frequently to Jerusalem” (= ‘Seorang dari Kirene’. Kirene
adalah kota dari Lybia, di Afrika, terletak di sebelah Barat dari Mesir. Ada
banyak orang-orang Yahudi di sana, dan mereka mempunyai kebiasaan, seperti
orang-orang Yahudi yang lain, untuk sering pergi ke Yerusalem).
b) Simon dipaksa memikul salib.
1. Salib yang datang secara mendadak.
Matthew
Henry: “they compelled one
Simon of Cyrene to carry his cross for him. He passed by, coming out of the
country or out of the fields, not thinking of any such matter. Note, We must
not think it strange, if crosses come upon us suddenly, and we be surprised by
them” (= mereka memaksa seorang Simon
dari Kirene untuk memikul salibNya bagiNya. Ia lewat, datang dari desa atau
dari padang, tanpa memikirkan hal seperti itu. Perhatikan, Kita tidak boleh
menganggap sebagai sesuatu yang aneh, jika salib-salib datang pada kita dengan
mendadak, dan kita dikejutkan olehnya).
2. Kepahitan Simon karena dipaksa memikul salib
Yesus.
Simon dipaksa
untuk memikul salib Yesus. Dari kata ‘paksa’ ini terlihat bahwa Simon bukanlah
orang Kristen pada saat itu. Tetapi mungkin gara-gara ia dipaksa memikul salib
Yesus ini, ia akhirnya menjadi orang Kristen.
Barclay mengatakan bahwa Simon adalah
seorang Yahudi yang datang dari Tripoli (Lybia), untuk merayakan Paskah di
Yerusalem. Tetapi persis pada waktu ia sampai di Yerusalem, ia bertemu dengan
Yesus yang memikul salib, dan Yesus jatuh karena tidak kuat memikul salib itu.
Seorang tentara Romawi menyentuhkan tombaknya pada pundak Simon, yang merupakan
tanda bahwa ia disuruh memikul salib Yesus. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan
Simon. Ia pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, yang merupakan suatu
keinginan dalam hidupnya, tetapi ia mendapati dirinya memikul salib Yesus.
Pasti hatinya dipenuhi dengan kepahitan terhadap tentara Romawi itu, dan
mungkin juga terhadap ‘orang kriminil’ ini, yang telah melibatkannya dalam
‘kejahatan’Nya.
3. Kepahitan
yang menyebabkan pertobatan / keselamatan.
Barclay melanjutkan ceritanya dengan
membandingkan dengan Mark 15:21 - “Pada waktu itu
lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan
Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk
memikul salib Yesus”.
Dalam ayat ini Simon digambarkan sebagai
ayah dari Aleksander dan Rufus. Kita tidak biasanya memperkenalkan seseorang
dengan nama anak-anaknya, kecuali anak-anak tersebut sangat dikenal dalam
masyarakat kepada siapa kita memperkenalkan orang itu. Lalu siapa Aleksander
dan Rufus ini?
a. Alexander.
Adam Clarke menganggap bahwa mungkin
Aleksander ini adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan dalam
Kis 19:33 - “Lalu
seorang bernama Aleksander didorong ke depan oleh orang-orang Yahudi. Ia
mendapat keterangan dari orang banyak tentang apa yang terjadi. Segera ia
memberi isyarat dengan tangannya dan mau memberi penjelasan sebagai pembelaan
di depan rakyat itu”.
b. Rufus.
Ada persetujuan umum bahwa Markus menuliskan
Injilnya kepada gereja Roma. Karena itu, mari sekarang kita melihat pada surat
Paulus kepada gereja Roma. Di antara salam-salamnya pada akhirnya ia menulis: “Salam
kepada Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan salam kepada ibunya, yang bagiku
adalah juga ibu” (Ro
16:13). Jadi, dalam gereja Roma ada Rufus, seorang Kristen yang disebut sebagai
salah seorang pilihan Allah, dengan ibunya yang begitu dikasihi oleh Paulus
sehingga ia sebut sebagai ibunya. Bisa jadi bahwa ini adalah Rufus yang sama
dengan Rufus yang adalah anak dari Simon, dan bahwa ibunya adalah istri dari
Simon.
Kalau semua ini benar, ini menunjukkan bahwa
istri dan kedua anak Simon menjadi orang-orang kristen. Dan itu mungkin terjadi
karena Simonnya lebih dulu menjadi Kristen, yang lalu diikuti oleh keluarganya.
Dan mungkin sekali pertobatan Simon terjadi pada saat ia memikul salib Yesus.
William Barclay: “It
may well be that as he looked on Jesus Simon’s bitterness turned to wondering
amazement and finally to faith; that he became a Christian; and that his family
became some of the choicest souls in the Roman church. It may well be that
Simon from Tripoli thought he was going to realize a life’s ambition, to celebrate
the Passover in Jerusalem at last; that he found himself sorely against his
will carrying a criminal’s cross; that, as he looked, his bitterness turned to
wonder and to faith; and that in the thing that seemed to be his shame he found
a Saviour” (= Bisa jadi bahwa pada saat ia
memandang kepada Yesus, kepahitan Simon berbalik menjadi keheranan dan akhirnya
menjadi iman; sehingga ia menjadi orang kristen; dan keluarganya menjadi
jiwa-jiwa yang paling berharga dalam gereja Roma. Merupakan sesuatu yang memungkinkan
bahwa Simon dari Tripoli berpikir bahwa ia akan mewujudkan ambisi hidupnya,
untuk akhirnya bisa merayakan Paskah di Yerusalem; bahwa ia mendapati dirinya,
sangat bertentangan dengan kehendaknya, mengangkat salib seorang kriminil;
bahwa pada saat ia memandang, kepahitannya berbalik menjadi keheranan dan
menjadi iman; dan bahwa dalam hal yang kelihatannya merupakan aib baginya ia
menemukan seorang Juruselamat) - hal 283.
Spurgeon: “Simon
was pressed into this duty. ... Simon was a pressed man, and probably not a
disciple of Christ at the time when he was loaded with the cross. How often has
a burden of sorrow been the means of bringing men to the faith of Jesus!”
(= Simon dipaksa ke dalam kewajiban ini. ... Simon adalah orang yang dipaksa,
dan mungkin ia bukanlah murid Yesus pada saat ia dibebani dengan salib. Betapa
sering suatu beban kesedihan telah menjadi cara / jalan untuk membawa
orang-orang pada iman terhadap Yesus) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of
our Lord’, vol VI, hal 447.
Spurgeon: “His
contact with the Lord in that strange compulsory way probably wrought out for
him another and more spiritual contact which made him a true cross-bearer”
(= Kontak / pertemuannya dengan Tuhan dengan cara aneh yang mengharuskan,
mungkin membuat baginya suatu kontak / pertemuan yang lain dan yang lebih
rohani, yang membuatnya sebagai seorang pemikul salib yang sungguh-sungguh) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 456.
Bdk. 2Kor 7:8-10 - “(8) Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu
dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku
menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu -
kendatipun untuk seketika saja lamanya -, (9) namun sekarang aku bersukacita,
bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu
bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu
sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. (10) Sebab dukacita menurut
kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak
akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”.
4. Selain menyebabkan pertobatan / keselamatan, pemikulan salib ini
juga memberikan penghormatan kepada Simon dari Kirene ini.
Matthew Henry:
“The cross was a very troublesome
unwieldy load: but he that carried it a few minutes, had the honour to have his
name upon the record in the book of God, though otherwise an obscure person; so
that, wherever this gospel is preached, there shall this be told for a memorial
to him: in like manner, though no affliction, no cross, for the present, be
joyous, but grievous, yet afterward it yields a crown of glory to them that are
exercised thereby” (= Salib itu merupakan suatu
beban yang sangat berat dan mengganggu: tetapi ia yang memikulnya beberapa
menit, mendapatkan kehormatan dengan mendapatkan namanya tercatat dalam buku
Allah / Alkitab, sekalipun sebetulnya ia merupakan orang yang tidak dikenal;
sehingga dimanapun Injil ini diberitakan, hal ini akan diceritakan sebagai
suatu peringatan tentang dia: dengan cara yang sama, sekalipun tak ada
penderitaan, dan tak ada salib, yang untuk sekarang ini merupakan sesuatu yang
menyenangkan, tetapi menyedihkan, tetapi belakangan itu akan memberikan suatu
mahkota kemuliaan bagi mereka yang dilatih dengan cara itu).
Bdk. Ibr 12:9-11 - “(9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya
kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita
harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab
mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka
anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya”.
c) Spurgeon menghubungkan Simon dari
Kirene dengan Simon Petrus.
Ia berkata bahwa Simon dari Kirene memikul
salib Yesus karena Simon Petrus tidak ada.
C. H.
Spurgeon: “‘His name was Simon: and where was that
other Simon? What a silent, but strong rebuke this would be to him. Simon
Peter, Simon son of Jonas, where wast thou? Another Simon has taken thy place.
Sometimes the Lord’s servants are backward where they are expected to be
forward, and he finds other servitors for the time. If this has ever happened
to us it ought gently to rebuke us as long as we live. Brothers and sisters,
keep your places, and let not another Simon occupy your room. It is of Judas
that it is said, ‘His bishopric shall another take;’ but a true disciple will
retain his office. Remember that word of our Lord, ‘Hold that fast which thou
hast, that no man take thy crown.’ Simon Peter lost a crown here, and another
head wore it” [= Namanya adalah Simon: dan dimana Simon
yang satunya? Ini merupakan suatu hardikan yang tenang tetapi keras baginya.
Simon Petrus, Simon bin Yunus / Yohanes, dimanakah engkau? Seorang Simon yang
lain telah mengambil tempatmu. Kadang-kadang pelayan-pelayan Tuhan mundur pada
saat mereka diharapkan untuk maju, dan Ia mendapatkan pelayan-pelayan yang lain
untuk saat itu. Jika ini pernah terjadi pada kita, itu seharusnya memarahi /
menegur kita dengan lembut selama kita hidup. Saudara-saudara dan
saudari-saudari, tetaplah di tempatmu, dan jangan biarkan seorang Simon yang
lain menempati tempatmu. Tentang Yudas dikatakan ‘Biarlah jabatannya diambil
orang lain’ (Kis 1:20b); tetapi seorang murid sejati akan mempertahankan
jabatannya. Ingatlah kata-kata Tuhan kita ‘Peganglah apa yang ada padamu,
supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’ (Wah 3:11). Simon Petrus
kehilangan mahkota di sini, dan sebuah kepala yang lain memakai mahkota itu] - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal
447-448.
III) Tanggapan kita.
1) Pertama-tama kita harus percaya kepada Yesus.
Jangan
cepat-cepat berpikir tentang keharusan kita untuk memikul salib. Yang
pertama-tama harus dilakukan adalah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita! Mengapa? Karena Yesus memikul salib karena Ia mau mati pada
salib itu. Dan untuk apa Ia mau mati seperti itu? Untuk menebus dosa kita dan
menyelamatkan kita. Dan keselamatan hanya terjadi pada diri kita kalau kita
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sudahkan saudara
percaya kepada Dia?
2) Hal yang membahayakan tentang salib.
James,
Cardinal Gibbons: “We
do not attach any intrinsic value to the Cross; this would be sinful and
idolatrous. Our veneration is referred to Him who died upon it”
(= Kita tidak melekatkan nilai yang hakiki pada Salib; ini merupakan tindakan
yang berdosa dan bersifat penyembahan berhala. Pemujaan diarahkan / diberikan
kepada Dia yang mati pada salib itu) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 143.
Penerapan: orang Kristen tidak dilarang
memakai kalung salib, atau memasang tanda / gambar salib di rumah / kamarnya
dan sebagainya. Tetapi ingat, kalau ada sedikit saja rasa hormat terhadap salib
itu, atau kalau ada sedikit saja kepercayaan terhadap salib itu (misalnya bahwa
salib itu bisa melindungi saudara, mengusir setan dsb), saudara sudah berdosa
dengan melakukan pemberhalaan.
Kita memuja /
menyembah dan percaya kepada Yesusnya, bukan pada salibnya, dan bukan juga
kepada Maria, Kitab Suci, dan sebagainya.
3) Kita juga harus mau memikul salib.
Yesus
rela memikul salib demi kita. Maukah saudara memikul salib atau menderita
karena Dia?
a) Yesus sendiri memerintahkan kita untuk
memikul salib.
Mat 16:24
- “Lalu
Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
b) Bagi orang Kristen, pemikulan
salib merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan.
C. H. Spurgeon: “Simon
is the representative of the church which follows Christ bearing his cross.
Here we may recall the language of Paul: ‘I fill up that which is behind ... of
the suffering of Christ for his body’s sake, that is the church.’ Everyone that
will live godly in Christ Jesus must suffer persecution”
(= Simon adalah wakil dari gereja yang mengikuti Kristus memikul salibNya. Di
sini kita mungkin mengingat kata-kata Paulus: ‘Aku mengisi / memenuhi apa yang
masih tertinggal ... dari penderitaan Kristus bagi tubuhNya, yaitu gereja’.
Setiap orang yang mau hidup saleh dalam Kristus Yesus harus menderita
penganiayaan) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 449.
Kol 1:24 -
“Sekarang
aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku
apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat”.
Catatan: jangan tafsirkan ayat ini
seakan-akan penderitaan Kristus itu masih kurang. Artinya adalah penderitaan
orang-orang kristen dalam pembangunan tubuh Kristus / gereja. Dalam hal ini
Kristus memberi tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para pengikutNya.
2Tim 3:12
- “Memang
setiap orang yang mau hidup beribadah (saleh) di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya”.
C. H.
Spurgeon: “There
are no crown-wearers in heaven who were not cross-bearers here below” (= Tidak ada pemakai mahkota di
surga yang bukan pemikul salib di sini di bawah) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.
c) Tuhan kadang-kadang
memberikan tambahan penderitaan pada saat kita merasa bahwa beban kita sudah
terlalu berat.
George
Hutcheson: “It
may please the Lord to let trial and great weakness meet together, and to lay
on crosses when we seem very unmeet for bearing of them; for Christ, after he
is wearied all night, and spent with former sufferings, is made to bear his
cross, till he faint again” (= Tuhan bisa berkenan untuk membiarkan
pencobaan dan kelemahan yang besar bertemu, dan untuk memberikan salib-salib
pada waktu kita kelihatannya tidak cocok untuk memikulnya; karena Kristus, setelah
Ia dilelahkan sepanjang malam, dan mengalami banyak penderitaan sebelumnya,
dibuat untuk memikul salibNya, sampai Ia jatuh / pingsan lagi) - hal 400.
Penerapan: kadang-kadang kita merasa
bahwa beban kita sudah sangat berat / terlalu berat, sehingga kita mengharapkan
bahwa Tuhan memberikan ‘istirahat’ / kelegaan kepada kita, tetapi Tuhan justru
membiarkan beban-beban lain ditambahkan kepada diri kita. Kalau saudara
mengalami hal seperti itu, jangan terlalu heran, karena Kristus sendiri
mengalaminya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan melanggar janjiNya dalam
1Kor 10:13. Sekalipun kita menganggap bahwa pencobaan yang kita alami
sudah melampaui kekuatan kita, tetapi kalau Tuhan tetap menambahinya, maka itu
berarti bahwa dalam pandangan Tuhan pencobaan itu belum melampaui kekuatan
kita.
d) Jangan membuat salib sendiri.
C. H. Spurgeon: “Mark,
it was not a cross of his own making, ... It was Christ’s cross; and he carried
it not before Christ, ... He carried it after Christ in its right place. This
is the order, - Christ in front bearing all our sin, and we behind enduring
shame and reproach for him, and counting it greater riches than all the
treasures of Egypt” (= Perhatikan, itu bukan salib yang ia buat
sendiri, ... Itu merupakan salib Kristus; dan ia memikulnya bukan di depan
Kristus, ... Ia memikulnya di belakang Kristus, di tempat yang benar. Inilah
urut-urutan yang benar, - Kristus di depan memikul semua dosa kita, dan kita di
belakang memikul rasa malu dan celaan untuk Dia, dan menganggapnya sebagai harta
/ kekayaan yang lebih besar dari pada semua kekayaan Mesir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 229.
Bdk.
Ibr 11:24-26 - “(24) Karena iman maka Musa,
setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, (25) karena ia lebih suka
menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati
kesenangan dari dosa. (26) Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai
kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia
arahkan kepada upah”.
Martin Luther: “No man ought to lay a cross upon himself,
or to adopt tribulation, as is done in popedom; but if a cross or tribulation
come upon him, then let him suffer it patiently, and know that it is good and
profitable for him”
(= Tak seorangpun harus meletakkan salib pada dirinya sendiri, atau mengambil
kesukaran, seperti yang dilakukan dalam kepausan; tetapi jika salib atau
kesukaran datang kepadanya, hendaklah ia mengalaminya dengan sabar, dan
mengetahuinya bahwa itu baik dan bermanfaat untuknya) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’,
hal 144.
e) Hal-hal yang harus diingat dalam
memikul salib.
1. Memikul salib melibatkan penyangkalan diri.
Anonymous:
“The cross is ‘I’ crossed out”
[= Salib adalah aku (I) yang dicoret] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 142.
Catatan: ini merupakan kata-kata yang
pada saat diterjemahkan, kehilangan artinya sama sekali.
2. Menolak memikul salib sering
membuatnya lebih berat, atau membuatnya digantikan dengan salib lain yang lebih
berat. Tuhan selalu memberikan salib yang paling cocok untuk kita.
Henri
Frederic Amiel: “To repel one’s
cross is to make it heavier” (= Menolak salib sama dengan
membuatnya lebih berat) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 142.
Buku Saat Teduh
‘The Springhouse Daily Devotional’
yang ditulis oleh Fred Bauer, pada cover belakangnya memberikan suatu cerita
sebagai berikut:
“A story is told about a weary
housewife who once complained to God about the weight of her cross. ‘It is
simply too much for me to bear,’ she cried. The Lord was sympathetic. ‘Give me
your cross,’ He said, ‘and I’ll put it in a sack with all other crosses people
have to carry. Then you can choose another one.’ She readily agreed, but each
cross she drew from the bag was too heavy. Finally, near the bottom, she found
one much lighter than all the rest. ‘I’ll take this one, Lord,’ she said,
satisfied at last. ‘Fine,’ He answered, ‘but you should know that’s the very
cross you had before.’” (= Ada suatu cerita tentang
seorang ibu rumah tangga yang suatu kali mengeluh kepada Allah tentang beratnya
salibnya. ‘Itu terlalu berat bagiku untuk dipikul’, jeritnya. Tuhan bersimpati.
‘Berikan salibmu keadaKu’, Ia berkata, ‘dan Aku akan meletakkannya dalam sebuah
kantong bersama semua salib-salib yang lain yang harus dipikul oleh
orang-orang. Lalu engkau bisa memilih salib yang lain’. Ia dengan cepat setuju,
tetapi setiap salib yang ia ambil dari kantong itu terlalu berat. Akhirnya,
dekat dengan dasar kantong, ia menemukan sebuah salib yang jauh lebih ringan
dari semua sisa salib yang ada. ‘Aku mengambil yang ini, Tuhan’, katanya, puas
pada akhirnya. ‘Baik’, jawabNya, ‘tetapi engkau harus tahu bahwa itu adalah
salib yang engkau miliki sebelumnya’).
3. Tak ada salib, tak ada mahkota.
English
Proverb: “No cross, no
crown” (= Tak ada salib, tak ada
mahkota) - ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’, hal 143.
4. Memikul
salib dengan benar memberikan keuntungan kepada kita.
W. E.
Orchard: “It may
take a crucified church to bring a crucified Christ before the eyes of the
world” (=
Mungkin membutuhkan gereja yang disalibkan untuk membawa Kristus yang tersalib
ke depan mata dari dunia) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 145.
Dalam buku Saat Teduh ‘Streams
in the Desert’, vol 3, February 22, ada syair tentang salib yang berbunyi
sebagai berikut:
“God laid upon my back a grievous
load, (= Allah meletakkan di punggungku beban yang
menyedihkan,)
A heavy cross to bear along the
road. (= Suatu salib yang berat untuk dipikul sepanjang
jalan.)
I staggered on, and lo! one weary
day, (= Aku terhuyung-huyung, dan lihat! suatu hari
yang melelahkan,)
An angry lion sprang across my
way. (= Seekor singa yang marah meloncat tepat di
jalanku.)
I prayed to God, and swift at His
command (= Aku berdoa kepada Allah, dan dengan cepat pada
perintahNya)
The cross became a weapon in my
hand (= Salib itu menjadi senjata di tanganku)
It slew my raging enemy, and then
(= Itu membunuh musuhku yang marah, dan lalu)
Became a cross upon my back
again. (= Menjadi salib di punggungku lagi.)
I reached a desert. O’er the
burning track (= Aku mencapai padang pasir. Pada suatu jalan
yang membakar)
I persevered, the cross upon my
back. (= Aku bertekun, salib itu di punggungku.)
No shade was there, and in the
cruel sun (= Tak ada bayang-bayang di sana, dan di matahari
yang kejam)
I sank at last, and thought my
days were done. (= Aku akhirnya roboh, dan mengira hari-hariku
sudah berakhir.)
But lo! the Lord works many a
blest surprise - (= Tetapi lihat! Tuhan mengerjakan banyak kejutan
yang memberkati - )
The cross became a tree before my
eyes! (= Salib itu menjadi suatu pohon di depan mataku!)
I slept; I woke, to feel the
strength of ten. (= Aku tidur; aku bangun, merasakan kekuatan dari
10 orang.)
I found the cross upon my back again.
(= Aku mendapati salib itu pada punggungku lagi.)
And thus through all my days from
then to this, (= Dan demikianlah sepanjang semua hari-hariku
sejak saat itu sampai sekarang,)
The cross, my burden, has become
my bliss. (= Salib itu, bebanku, telah menjadi berkatku.)
Nor ever shall I lay the burden
down, (= Aku tak akan pernah meletakkan / menurunkan
beban itu,)
For God some day will make the
cross a crown!”
(= Karena suatu hari Allah akan membuat salib itu suatu mahkota!).
Ini menunjukkan
bahwa salib, atau beban yang berat dan menyedihkan, sering berguna bagi kita.
Kalau tidak, Allah tak akan mengijinkan itu menimpa kita. Bdk. Ro 8:28!
Kesimpulan / penutup.
Bagi saudara yang belum percaya,
cepatlah percaya kepada Kristus, sebelum terlambat. Bagi saudara yang sudah
percaya, maulah memikul salib yang Tuhan berikan kepada saudara. Itu bukan
hanya berguna bagi saudara, tetapi juga akan menghasilkan mahkota di surga bagi
saudara. Tuhan memberkati saudara!
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar