Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Kalimat KEDUA
Luk 23:43
Luk 23:43 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Luk 23:39-43 - “(39)
Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah
Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’ (40) Tetapi yang seorang
menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang
engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab
kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini
tidak berbuat sesuatu yang salah.’ (42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus.’”.
I) Penjahat yang menghujat Kristus.
1) Text ini
menunjukkan bahwa Kristus disalibkan di antara 2 penjahat.
a) Ini bukan
kebetulan, tetapi diatur oleh Allah untuk menggenapi ketentuan / rencanaNya dan
juga nubuat Firman Tuhan.
Arthur Pink: “It was no accident that the Lord
of Glory was crucified between two thieves. There are no accidents in a world
that is governed by God. Much less could there have been any accident on that
Day of all days, or in connection with that Event of all events - a Day and an
Event which lie at the very centre of the world’s history. No; God was presiding
over that scene. From all eternity He had decreed when and where and how and
with whom His Son should die. Nothing was left to chance or the caprice of man.
All that God had decreed came to pass exactly as He had ordained, and nothing
happened save as He had eternally purposed. Whatsoever man did was simply that
which God’s hand and counsel ‘determined to be done’ (Acts 4:28). When Pilate
gave orders that the Lord Jesus should be crucified between the two
malefactors, all unknown to himself, he was but putting into execution the
eternal decree of God and fulfilling His prophetic word. Seven hundred years
before this Roman officer gave command, God had declared through Isaiah that
His Son should be ‘numbered with the transgressors’ (Isa 53:12). ...Not a single
word of God can fall to the ground. ‘Forever, O LORD, Thy word is settled in
heaven’ (Ps 119:89). Just as God had ordained, and just as He had announced,
so it came to pass”
[= Bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan Kemuliaan disalibkan di antara 2 pencuri.
Tidak ada kebetulan dalam dunia yang diperintah oleh Allah. Lebih-lebih lagi
tidak ada kebetulan pada Hari segala hari, atau dalam hubungannya dengan
Peristiwa di antara segala peristiwa - suatu Hari dan Peristiwa yang terletak
di pusat sejarah dunia. Tidak; Allah mengontrol adegan / peristiwa itu. Dari
kekekalan Allah telah menentukan kapan dan dimana dan bagaimana dan dengan
siapa AnakNya harus mati. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan atau karena
perubahan pikiran manusia. Semua yang telah Allah tentukan terjadi persis
seperti yang Ia tentukan, dan tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali yang
sudah Ia rencanakan secara kekal. Apapun yang manusia lakukan hanyalah apa yang
kuasa / tangan dan rencana / kehendak Allah ‘tentukan untuk terjadi’ (Kis
4:28). Ketika Pilatus memberikan perintah supaya Tuhan Yesus disalibkan di
antara 2 kriminil, tanpa ia sendiri sadari, ia sedang melaksanakan ketetapan
kekal dari Allah dan menggenapi firman nubuatanNya. Tujuh ratus tahun sebelum
pejabat Romawi ini memberikan perintah, Allah telah menyatakan melalui nabi
Yesaya bahwa AnakNya harus ‘diperhitungkan sebagai pemberontak / pelanggar’
(Yes 53:12). ... Tidak satupun dari firman Allah bisa jatuh ke tanah / gagal.
‘Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firmanMu ditetapkan di surga’ (Maz 119:89
- diterjemahkan dari KJV). Persis seperti yang Allah telah tentukan, dan persis
seperti yang Ia beritakan, begitulah hal itu terjadi] - ‘The Seven
Sayings of the Saviour on the Cross’, hal
24-25.
Yes 53:12
- “Sebab
itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia
akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia
telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan
berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.
Mungkin saudara
bertanya: mengapa digunakan Yes 53:12, dan bukannya Yes 53:9?
Yes 53:9 -
“Orang
menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada
di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu
tidak ada dalam mulutnya”.
Jawabannya
adalah: karena kalimat yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.
Kitab Suci
Indonesia: ‘dan
dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat’.
KJV: ‘and with the rich in
his death’ (= dan dengan / bersama orang kaya dalam matinya).
RSV: ‘and with a rich man
in his death’ (= dan dengan / bersama seorang kaya dalam matinya).
NIV: ‘and
with the rich in his death’ (= dan bersama orang kaya dalam
kematiannya).
NASB: ‘Yet
He was with a rich man in His death’ (= Tetapi Ia bersama dengan seorang
kaya dalam matiNya).
Jadi, ayat yang
menubuatkan bahwa Yesus akan mati di antara 2 penjahat bukanlah Yes 53:9 tetapi
Yes 53:12.
b) Ini menunjukkan Kristus sebagai Pengganti
(substitute) kita!
Arthur Pink: “Why did God order it that His
beloved Son should be crucified between two criminals? Certainly God had a
reason; a good one, ... was not the Saviour numbered with transgressors to show
us the position He occupied as our Substitute? He had taken the place which was
due us, and what was that but the place of shame, the place of transgressors,
the place of criminals condemned to death!” (= Mengapa Allah mengatur
sehingga AnakNya yang kekasih harus disalibkan di antara 2 penjahat? Pasti
Allah mempunyai alasan; suatu alasan yang baik, ... bukankah sang Juruselamat
terhitung di antara pelanggar-pelanggar / pemberontak-pemberontak untuk
menunjukkan kepada kita posisi yang Ia tempati sebagai Pengganti kita? Ia telah
mengambil tempat yang seharusnya adalah milik kita, dan apakah itu selain
tempat yang memalukan, tempat dari pelanggar-pelanggar /
pemberontak-pemberontak, tempat dari penjahat-penjahat yang dihukum mati!)
- ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 25.
Bdk.
Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti
domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita sekalian”.
c) Penjahat-penjahat
itu ‘digantung’
(ay 39).
Dari istilah ‘digantung’ ini Adam
Clarke menafsirkan bahwa berbeda dengan Kristus yang betul-betul disalibkan
(dipaku pada kayu salib), maka penjahat-penjahat itu hanya diikatkan pada kayu
salib, dan karena itu Kristus mati lebih cepat dari mereka (Yoh 19:31-33).
Tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran Adam Clarke ini karena:
1. Mat 27:44
dan Mark 15:32 mengatakan bahwa penjahat-penjahat itu ‘disalibkan’.
Mat 27:44 - “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga”.
Mark 15:32 - “Baiklah Mesias, Raja Israel itu,
turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua orang yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga”.
2. Dalam
Luk 23:33, kata kerja ‘menyalibkan’
digunakan baik untuk Yesus, maupun untuk kedua penjahat tersebut.
Luk 23:33 - “Ketika mereka sampai di tempat
yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga
kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di
sebelah kiriNya”.
3. Dalam
Yoh 19:31, kata ‘tergantung’ digunakan
untuk ketiga orang tersebut.
Yoh 19:31 - “Karena hari itu hari persiapan
dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada
kayu salib - sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka datanglah
orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang
itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”.
Kesimpulannya: kata ‘disalibkan’ dan ‘digantung’
digunakan secara interchangeable (= bisa dibolak balik).
2) Penjahat
ini menghujat Yesus (ay 39).
Mat 27:44 dan Mark 15:32 menggunakan kata ‘mencela’,
tetapi Luk 23:39 ini menggunakan kata yang jauh lebih keras yaitu ‘menghujat’.
Mat 27:44 - “Bahkan penyamun-penyamun yang
disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga”.
Mark 15:32 - “Baiklah Mesias, Raja Israel itu,
turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua orang yang
disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga”.
Luk 23:39 - “Seorang dari penjahat yang
digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus?
Selamatkanlah diriMu dan kami!’”.
Ini menunjukkan bahwa:
a) Lukas
tidak menceritakan bagian yang persis sama dengan yang diceritakan oleh Matius
dan Markus. Pentingnya hal ini akan kita lihat belakangan.
b) Penjahat
ini betul-betul orang yang keterlaluan. Sudah mau mati masih menghujat orang
lain. Andaikatapun Yesus memang adalah seorang penipu / penjahat, apa perlunya
ia menghujat Yesus? Ini adalah contoh orang yang bertekun dalam dosa sampai
mati!
Apakah saudara adalah orang yang bertekun dalam dosa seperti penjahat
ini?
3) Hujatannya.
Ay 39: “Seorang dari penjahat yang
digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah
diriMu dan kami!’”.
a) ‘Bukankah Engkau
adalah Kristus?’.
Ini jelas diucapkan oleh penjahat itu dengan nada mengejek, dan justru
menunjukkan ketidak-percayaannya bahwa Yesus adalah Kristus / Mesias. Ini juga
merupakan ejekan yang sama dengan yang diberikan oleh para imam kepada Yesus.
Luk 23:35 - “Orang banyak berdiri di situ dan
melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: ‘Orang lain Ia
selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia adalah
Mesias, orang yang dipilih Allah.’”.
b) ‘Selamatkanlah
diriMu dan kami’.
Sekalipun ini juga bisa diucapkan sebagai ejekan, tetapi mungkin sekali
dalam dirinya ada keinginan untuk betul-betul diselamatkan oleh Yesus.
Barnes’ Notes: “‘Save
thyself and us.’ Save our lives. Deliver us from the cross. This man did not
seek for salvation truly; he asked not to be delivered from his sins; if he
had, Jesus would also have heard him. Men often, in sickness and affliction,
call upon God. They are earnest in prayer. They ask of God to save them, but it
is only to save them from temporal death. It is not to be saved from their
sins, and the consequence is, that when God does raise them up, they forget
their promises, and live as they did before, as this robber would have done if
Jesus had heard his prayer and delivered him from the cross”
(= ‘Selamatkanlah diriMu dan kami’. Selamatkanlah jiwa kami. Bebaskanlah kami
dari salib. Orang ini tidak sungguh-sungguh mencari keselamatan; ia tidak
meminta untuk dibebaskan dari dosa-dosanya; seandainya ia memintanya, Yesus
akan sudah mendengarkannya juga. Manusia dalam keadaan sakit dan menderita,
sering memanggil Allah. Mereka sungguh-sungguh dalam doa. Mereka meminta Allah
untuk menyelamatkan mereka, tetapi hanya menyelamatkan mereka dari kematian
sementara. Bukan untuk menyelamatkan mereka dari dosa-dosa mereka, dan
konsekwensinya adalah, pada waktu Allah memang mengangkat mereka, mereka
melupakan janji-janji mereka, dan mereka hidup seperti sebelumnya, seperti yang
akan dilakukan oleh perampok ini seandainya Yesus mendengar doanya dan
membebaskannya dari salib).
Penerapan: bandingkan ini dengan banyak
orang Kristen jaman sekarang, yang hanya meminta kesembuhan dari penyakit,
pertolongan dari problem, meminta untuk menjadi kaya, dan sebagainya.
Dua pernyataan tersebut di atas adalah dua pernyataan yang kontradiksi!
Ia tidak percaya Yesus, tetapi ia ingin diselamatkan. Itu mustahil bisa
terjadi, karena Yesus sendiri berkata: “Jikalau
kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”
(Yoh 8:24b). Mengapa demikian? Karena tanpa memiliki Yesus sebagai Penebus
/ Juruselamat dosa saudara, maka saudara sendirilah yang harus membayar hutang
dosa saudara!
Penerapan: Kalau saudara tidak percaya kepada Yesus, jangan
berharap saudara bisa selamat! Kalau saudara ingin selamat, percayalah dan
datanglah kepada Yesus! Ia adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12
1Yoh 5:11-12).
4) Tidak takut kepada Allah,
bahkan pada saat mau mati.
Ay 40: “Tetapi yang seorang menegor dia,
katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau
menerima hukuman yang sama?”.
Sebetulnya, seseorang yang tahu bahwa dirinya akan segera mati, akan
takut terhadap Allah kepada siapa ia harus menghadap dan
mempertanggung-jawabkan seluruh hidupnya / dosa-dosanya. Tetapi penjahat ini,
sama sekali tak mempedulikan hal itu, dan bahkan menggunakan sisa hidupnya yang
tinggal sedikit itu untuk terus berbuat dosa.
Menurut saya, ini membuktikan adanya reprobation
(= penentuan binasa). Atau, setidaknya membuktikan bahwa manusia tidak mungkin
mau ataupun bisa bertobat kalau bukan karena pekerjaan Tuhan dalam dirinya.
II) Penjahat yang bertobat.
1) Dalam
Mat 27:44 / Mark 15:32 dikatakan bahwa kedua penjahat itu mencela
Yesus, tetapi dalam Luk 23:39-42 dikatakan bahwa hanya satu penjahat yang
menghujat Yesus, sedangkan yang satunya justru menegur temannya itu, dan lalu
menyatakan imannya kepada Yesus.
Bagaimana cara mengharmoniskan Mat 27:44 / Mark 15:32 dengan
Luk 23:39-42? Ada beberapa cara:
a) Calvin
menganggap bahwa Matius dan Markus menggunakan gaya bahasa synecdoche,
dimana sekalipun mereka menuliskan seluruhnya (kedua penjahat), tetapi yang
mereka maksudkan adalah sebagian (salah satu penjahat).
Gaya bahasa seperti ini sering dipakai bahkan dalam pembicaraan
sehari-hari, misalnya: kalau kesebelasan sepak bola Indonesia kalah, maka orang
berkata ‘Indonesia kalah’.
b) Dalam
Kitab Suci kadang-kadang plural / jamak bisa diartikan singular /
tunggal.
Contoh: kata ‘mereka’ dalam
Mat 2:20 jelas menunjuk pada satu orang, yaitu Herodes (Mat 2:19).
Mat 2:19-20 - “(19) Setelah Herodes mati,
nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: (20)
‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya dan berangkatlah ke tanah Israel,
karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.’”.
c) Matius
dan Markus menceritakan bagian yang tidak persis sama dengan yang diceritakan
oleh Lukas. Matius dan Markus hanya menceritakan bagian awalnya, sedangkan
Lukas hanya menceritakan bagian akhirnya.
Jadi, mula-mula kedua penjahat itu mencela
Yesus. Ini yang diceritakan dalam Mat 27:44 / Mark 15:32. Tetapi
belakangan / akhirnya salah satu dari penjahat-penjahat itu bertobat, tetapi
yang satunya bahkan menjadi bertambah jahat sehingga lalu menghujat Yesus, dan ini menyebabkan penjahat yang bertobat itu
menegur dia. Ini yang diceritakan dalam Luk 23:39-41.
Saya setuju dengan penafsiran yang ke 3 ini.
2) Faktor-faktor
yang menghalangi dan mendukung pertobatannya.
a) Faktor
yang menghalangi pertobatannya: Yesus yang mengaku sebagai Anak Allah, Mesias,
Raja, dan Juruselamat itu, pada saat itu sedang tergantung dengan tidak berdaya
di atas kayu salib. Menurut logika duniawi, ini tentu merupakan suatu hal yang
menggelikan atau merupakan suatu kebodohan!
Bdk. 1Kor 1:18,22,23 - “(18) Sebab pemberitaan tentang
salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi
kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. ... (22)
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi
suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
b) Faktor-faktor
yang mendukung pertobatannya:
1. Rasa takut kepada Allah pada
saat ia mau mati.
Ay 40: “Tetapi yang seorang menegor dia,
katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau
menerima hukuman yang sama?”.
Tegurannya ini secara implicit menunjukkan bahwa ia sendiri mempunyai
rasa takut kepada Allah pada saat itu.
Ini menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil kita juga perlu
memberitakan tentang keadilan Allah, hukuman Allah, kengerian neraka dsb,
supaya orang yang kita injili itu menjadi takut dan bertobat.
2. Sikap dan
kesucian Yesus yang terlihat mulai saat Ia dicambuki, digiring, disalibkan dsb.
Ay 41: “Kita memang selayaknya dihukum,
sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang
ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’”.
Mungkin sekali pertobatannya terjadi karena ia melihat bahwa Yesus sangat
berbeda dengan orang-orang lain pada waktu disalibkan. Perbedaannya:
a. Pada
waktu Yesus diejek, dihina, dsb, Ia tidak membalas.
b. Pada
waktu paku menembus tangan dan kaki, apalagi pada waktu kayu salib yang tadi
terbaring di tanah itu lalu ditegakkan, orang yang tersalib biasanya
melontarkan segala macam kutukan, sumpah serapah dan cacian. Tetapi Yesus
justru berkata: “Ya
Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
(Luk 23:34a).
c. Dalam
mengalami semua penderitaanNya, Yesus tidak takut tetapi tetap tenang dan
berserah kepada BapaNya.
Kalau saja kita bisa mempunyai sikap dan kesucian seperti ini, maka pasti
kitapun akan menarik banyak orang datang kepada Yesus! Maukah saudara berusaha
meneladani sikap dan kehidupan Yesus?
3. Firman
yang pernah ia dengar, baik secara langsung atau tak langsung, dari Yesus
(ay 42 bdk. Mat 24:30 25:31
Yoh 18:33,36-37).
Ay 42: “Lalu ia berkata: ‘Yesus,
ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Mungkin ia pernah mendengar, baik secara langsung atau tidak langsung,
ajaran Yesus dalam ayat-ayat seperti ini.
Mat 24:30 - “Pada waktu itu akan tampak tanda
Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan
melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala
kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Mat 25:31 - “‘Apabila Anak Manusia datang
dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaanNya”.
Yoh 18:33,36-37 - “(33) Maka kembalilah Pilatus ke
dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau
inikah raja orang Yahudi?’ ... (36) Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia
ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya
Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari
sini.’ (37) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab
Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan
untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suaraKu.’”.
Pada saat ia mendengarnya, ia tidak bertobat. Tetapi sekarang pada saat
ia mau mati, ia menanggapinya dan bertobat!
Ini suatu hal yang harus selalu kita pikirkan pada saat kita memberitakan
Injil dan ditolak. Sekalipun pada saat itu orang yang kita injili itu menolak,
tetapi tetap ada kemungkinan bahwa dikemudian hari ia bertobat. Jadi, jangan
kecewa, putus asa, apalagi berhenti dalam memberitakan Injil, pada waktu
saudara ditolak.
4. Pekerjaan Roh Kudus dalam
dirinya.
Ini jelas harus ada karena tanpa ini tidak seorangpun bisa datang kepada
Yesus.
Bandingkan dengan:
·
Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada
seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang
mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia
berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat
datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
·
1Kor 12:3 - “Karena itu aku mau
meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah,
dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat
mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.
3) Imannya.
a) Imannya terlihat
dari:
1. Ia sadar
bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya.
Ay 40,42: “(40) Tetapi yang seorang menegor
dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau
menerima hukuman yang sama? ... (42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan
aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Apakah saudara juga menyadari hal ini?
2. Ia sadar
bahwa Allah itu adil dan akan menghukum orang berdosa (ay 40).
Ada banyak orang hanya menyoroti kasih Allah saja, sehingga mereka
mengabaikan keadilan dan penghukuman Allah! Bagaimana dengan saudara?
3. Ia sadar dirinya adalah orang
yang berdosa dan patut dihukum.
Ay 41: “Kita memang selayaknya
dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita,
tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’”.
Apakah saudara menganggap diri saudara baik dan layak masuk surga? Kalau
ya, saudara justru pasti akan masuk neraka!
Orang ini sadar
akan dosanya, dan merasa layak menerima hukuman mati di kayu salib. Memang
kesadaran akan dosa merupakan suatu persyaratan untuk bisa beriman kepada
Kristus. Kalau seseorang tak sadar dosa, untuk apa ia menerima Kristus sebagai
Juruselamat / Penebus? Orang yang tak menyadari bahwa dirinya sakit tak akan
membutuhkan dokter.
4. Ia percaya bahwa Yesus tidak
melakukan sesuatu yang salah.
Ay 41: “Kita memang selayaknya dihukum,
sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang
ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’”.
a. Penjahat ini lebih melek
matanya dari pada para imam!
Matthew
Henry: “The chief priests
would have him crucified between the malefactors, as one of them; but this
thief has more sense than they, and owns he is not one of them. Whether he had
before heard of Christ and of his wonderous works does not appear, but the
Spirit of grace enlightened him with this knowledge, and enabled him to say,
‘This man has done nothing amiss.’” (= Imam-imam
kepala menyuruh menyalibkan Dia di antara penjahat-penjahat, sebagai salah
seorang dari mereka; tetapi pencuri ini lebih mempunyai pengertian dari mereka,
dan mengakui bahwa Ia bukan salah satu dari mereka. Apakah sebelumnya ia telah
mendengar tentang Kristus dan tentang pekerjaan-pekerjaanNya yang ajaib tidak
terlihat, tetapi Roh kasih karunia menerangi dia dengan pengetahuan ini, dan
memampukan ia untuk berkata: ‘Orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah’).
b. Dengan
demikian ia pasti juga percaya bahwa claim Yesus, yang menyatakan
diriNya sebagai Mesias dan Anak Allah, pasti juga benar. Mengapa? Karena kalau claim itu salah, itu berarti Yesus
memang berbuat sesuatu yang salah.
Apakah saudara percaya akan claim Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Anak
Allah?
5. Ia
percaya bahwa Yesus akan datang sebagai Raja pada kedatanganNya yang
keduakalinya.
Ay 42: “Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah
akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Untuk kata ‘ingatlah’ digunakan bentuk aorist
imperative (= kata perintah bentuk lampau), yang menunjukkan bahwa ia hanya
minta untuk diingat 1 x saja pada saat Yesus datang kedua-kalinya itu (Lenski,
hal 1144).
Barnes’ Notes: “‘Remember me.’ This is a phrase praying for
favor, or asking him to grant him an interest in his kingdom, or to acknowledge
him as one of his followers. It implied that he believed that Jesus was what he
claimed to be - the Messiah; that, though he was dying with them, yet he would
set up his kingdom; and that he had full power to bless him, though about to
expire”
(= ‘Ingatlah akan aku’. Ini merupakan suatu ungkapan untuk meminta suatu
kebaikan / pertolongan, atau memintaNya untuk memberikan baginya suatu hak
dalam KerajaanNya, atau untuk mengakuinya sebagai salah satu pengikutNya.
Secara implicit ini menunjukkan bahwa ia percaya bahwa Yesus adalah seperti
yang Ia claim, sang Mesias; sehingga, sekalipun Ia sedang sekarat bersama
mereka, tetapi Ia akan mendirikan KerajaanNya; dan bahwa Ia mempunyai kuasa
penuh untuk memberkatinya, sekalipun Ia hampir mati).
Wycliffe Bible
Commentary: “This
man showed amazing confidence in Jesus; for he saw him dying on a cross, and
yet believed that he would come in a kingdom” (= Orang ini menunjukkan keyakinan yang
mengherankan kepada Yesus; karena ia melihatNya sekarat di kayu salib, tetapi
percaya bahwa Ia akan datang dalam suatu Kerajaan).
Mengomentari ayat ini Calvin berkata: kalau penjahat itu bisa menerima
Yesus sebagai Raja pada saat Yesus sedang terpaku di atas kayu salib, maka
celakalah kita kalau sekarang setelah Yesus bangkit, naik ke surga, duduk di
sebelah kanan Allah, kita tidak menerimaNya sebagai Raja dalam kehidupan kita.
6. Ia menyerahkan keselamatan
jiwanya kepada Yesus.
Ay 42: “Lalu ia berkata: ‘Yesus,
ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Perhatikan bahwa ia tidak mempersoalkan keselamatan jasmaninya seperti
penjahat yang pertama (ay 39), tetapi ia mempersoalkan jiwanya setelah
ia mati!
Ia mempunyai pikiran yang jauh lebih bagus dari temannya itu, dan juga
dari banyak gereja / hamba Tuhan / orang kristen yang hanya menekankan manfaat
Yesus bagi hidup sekarang ini, seperti memberikan kesembuhan, memberikan berkat
/ kekayaan, menolong dari problem dsb.
Kalau saudara adalah hamba Tuhan / orang Kristen seperti ini, maka
renungkan kata-kata Paulus dalam 1Kor 15:19 yang berbunyi: “Jikalau kita hanya dalam hidup
ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang
paling malang dari segala manusia”.
Renungkanlah: apakah saudara sudah percaya kepada Yesus demi
keselamatan jiwa saudara pada hidup yang akan datang?
b) Bukti
imannya.
Sekalipun hidup penjahat ini sudah tinggal sangat singkat, tetapi tetap
ada pengudusan, biarpun sedikit, yang membuktikan kesejatian imannya.
1. Tadi,
bersama-sama penjahat yang satunya, ia mencela Yesus (Mat 27:44 Mark 15:32). Tetapi sekarang, pada waktu
penjahat satunya itu menghujat Yesus, ia bukan saja tidak ikut menghujat,
tetapi ia bahkan berani menegur temannya itu (ay 39-41).
Ada banyak orang yang tidak berani menegur anaknya yang melakukan
kesalahan yang dulu ia sendiri juga lakukan (misalnya tidak jujur dalam
ulangan). Tetapi penjahat ini, baru saja mencela Yesus, tetapi sekarang berani
menegur temannya yang menghujat Yesus. Ini sesuatu yang luar biasa!
2. Ia adalah orang yang tahu diri
dan rendah hati!
Bandingkan dengan Yakobus dan Yohanes yang minta duduk di kiri dan kanan
Yesus.
Mark 10:35-37 - “(35) Lalu Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepadaNya: ‘Guru, kami harap
supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!’ (36) JawabNya kepada
mereka: ‘Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?’ (37) Lalu kata mereka: ‘Perkenankanlah
kami duduk dalam kemuliaanMu kelak, yang seorang lagi di sebelah kananMu dan
yang seorang di sebelah kiriMu.’”.
Tetapi penjahat ini hanya minta ‘diingat’ oleh Yesus (ay 42).
Permintaan yang rendah hati dan tahu diri seperti ini harus kita tiru, bahkan
kalau dalam hidup ini kita sudah banyak melakukan banyak hal untuk Tuhan.
Bdk. Luk 17:7-10 - “(7) ‘Siapa di antara kamu yang
mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan
berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8)
Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku.
Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan
sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada
hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10)
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.’”.
Matthew
Henry: “All he begs is,
‘Lord, remember me,’ referring himself to Christ in what way to remember him.
It is a request like that of Joseph to the chief butler, ‘Think on me.’ (Gen.
40:14), and it sped better; the chief butler forgot Joseph, but Christ
remembered this thief” [= Semua yang ia minta adalah
‘Tuhan, ingatlah aku’, menyerahkan dirinya sendiri kepada Kristus, dengan cara
apa Ia mau mengingatnya. Ini merupakan suatu permohonan seperti permohonan
Yusuf kepada juru minuman, ‘Ingatlah kepadaku’ (Kej 40:14), dan itu berhasil
dengan lebih baik; juru minuman itu melupakan Yusuf, tetapi Kristus mengingat
pencuri ini].
Penerapan: adanya pengudusan menunjukkan kesejatian iman penjahat
itu (bdk. Yak 2:17,26). Bagaimana dengan iman saudara? Apakah juga
disertai dengan pengudusan / perbuatan baik / ketaatan yang membuktikan
kesejatiannya? Kalau tidak, jangan pernah mimpi bahwa saudara akan
diselamatkan!
III) Jawaban Yesus (ay 43).
Luk 23:43 -
“Kata
Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
1) Ketika dicela /
dihujat, Yesus tidak menjawab; tetapi pada waktu Ia melihat ada penjahat yang
membutuhkan Firman Tuhan, bimbingan dan hiburan, Ia menjawabnya! Kalau kita
mungkin terbalik! Pada saat ada orang mencela, kita menjawabnya, tetapi pada
waktu ada orang membutuhkan Firman Tuhan, hiburan dan bimbingan, kita bungkam
seribu bahasa!
Juga perlu saudara perhatikan bahwa kata-kata Yesus ini bukan sekedar
hiburan kosong yang tidak benar! Ini adalah kebenaran, yang pasti melegakan
sekali bagi penjahat itu.
Penerapan: berusahalah untuk menghibur orang, tetapi jangan
memberikan hiburan kosong yang tidak benar. Itu sama dengan dusta!
2) Perhatikan bahwa
dalam penderitaan yang luar biasa hebatnya, dan dalam detik-detik terakhir
hidupNya, Yesus tetap melayani BapaNya dan sesama manusiaNya.
Berbeda dengan penjahat yang pertama, yang bertekun dalam dosa sampai
pada akhir hidupnya, maka Yesus tekun dalam berbuat baik / melayani sampai pada
akhir hidupNya!
Matthew Henry:
“Though Christ himself was now in
the greatest struggle and agony, yet he had a word of comfort to speak to a
poor penitent that committed himself to him” (= Sekalipun
Kristus sendiri sekarang sedang berada dalam pergumulan dan kesakitan yang
terbesar, tetapi Ia mempunyai suatu ucapan penghiburan bagi seorang petobat
yang menyerahkan dirinya sendiri kepadaNya).
3) Mari sekarang
kita mempelajari kata-kata Yesus ini.
Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
a) “Kata
Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ...”.
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘Verily
I say unto thee.’ ‘Since thou speakest as to the King, with kingly authority
speak I to thee.’”
(= ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu’. ‘Karena engkau berbicara seperti kepada
sang Raja, dengan otoritas seorang raja Aku berbicara kepadamu).
b) “hari
ini juga”.
1. Saksi-Saksi
Yehuwa menghubungkan kata-kata ‘hari ini’ dengan ‘Aku
berkata kepadamu’, bukan dengan kata-kata ‘engkau akan ada
bersama-sama Aku di dalam Firdaus’.
Berbeda dengan kita yang
menganggap ‘Firdaus’ sebagai ‘surga’, maka Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa
‘Firdaus’ ini menunjuk kepada ‘bumi yang akan disempurnakan nanti’, dan karena
itu Firdaus itu belum ada pada jaman sekarang ini. Ini menyebabkan mereka
‘terpaksa’ mengubah terjemahan dari Luk 23:43 (Catatan: sebetulnya
ini merupakan perubahan yang sia-sia, karena dalam 2Kor 12:4 Paulus telah
diangkat ke Firdaus!).
Mari kita perhatikan
perubahan yang dilakukan oleh orang-orang sesat ini!
Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan
Aku di dalam Firdaus.’”.
TDB: “Dan
ia mengatakan kepadanya, ‘Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu hari
ini: Engkau akan bersamaku di Firdaus”.
Kalau menggunakan versi
bahasa Inggris maka perubahannya hanya terletak pada perubahan letak dari satu
koma (’).
RSV: “And
he said to him, ‘Truly, I say to you, today you will be with me in
Paradise.’”
(= Dan Ia berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, hari ini
engkau akan bersama Aku dalam Firdaus).
NWT: “And
he said to him: ‘Truly I tell you today, You will be with me in
Paradise.’”
(= Dan Ia berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu hari ini,
Engkau akan bersama Aku dalam Firdaus).
Catatan: TDB dan NWT merupakan Kitab Suci
Saksi Yehuwa. Yang NWT (= New World Translation) adalah aslinya, dalam bahasa
Inggris, sedangkan TDB (= Terjemahan Dunia Baru) adalah terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
Ada beberapa
alasan yang secara kelewat jelas menunjukkan ketidakmungkinan terjemahan NWT /
TDB ini.
a. Ini adalah terjemahan yang tidak masuk
akal.
Tidak pernah
ada siapapun (baik dalam Alkitab maupun dalam kehidupan sehari-hari), yang
mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini’.
Sudah tentu pada saat seseorang mengatakan sesuatu, ia mengatakannya hari ini /
saat ini. Kalau bukan ‘hari ini’, lalu
kapan? Kemarin? Besok pagi? Karena hal itu merupakan sesuatu yang sudah jelas,
tidak ada orang berkata seperti itu.
b. Selain kata-kataNya kepada
penjahat yang bertobat dalam Luk 23:43 ini, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ sebanyak 140 x, dengan perincian sebagai berikut:
·
Dalam Injil Matius, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ 57 x, yaitu dalam
Mat 5:18,20,22,26,28,32,34,39,44
6:2,5,16,25,29 8:10,11 10:15,23,42
11:9,11,22,24 12:6,31,36 13:17
16:11,28 17:20 18:3,10,13,18,19,22 19:9,23,24,28
21:21,31,43 23:36,39 24:2,34,47
25:12,40,45 26:13,21,29,34,64.
·
Dalam Injil Markus, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ 16 x, yaitu dalam Mark 3:28 5:41
8:12 9:1,13,41 10:15,29
11:23,24 12:43 13:30
14:9,18,25,30.
·
Dalam Injil Lukas, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ 38 x, yaitu dalam Luk 3:8 4:24,25
7:9,14,26,28,47 9:27 10:12
11:8,9,51
12:4,5,8,22,27,37,44,59
13:24,35 14:24 15:7,10
16:9 17:34 18:8,14,17,29
19:26,40 21:3,32 22:16,34.
·
Dalam Injil Yohanes Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ itu 29 x, yaitu dalam Yoh 1:50,51 3:3,5,7,11
4:35 5:19,24,25 6:26,32,47,53
8:24,34,51,58 10:1,7 12:24
13:16,20,21,38 14:12 16:20,23
21:18.
Yesus tidak
pernah mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini’.
Jadi kalau Luk 23:43 diterjemahkan seperti itu, itu merupakan terjemahan
yang mengada-ada, dan secara sangat jelas menunjukkan kekurang-ajaran NWT / TDB
dalam melakukan penterjemahan!
2. Bukan di masa yang akan datang
yang jauh, tetapi ‘hari ini juga’.
Perhatikan juga bahwa penjahat itu hanya minta supaya Kristus mengingat
Dia. Kapan? Pada saat Kristus datang kembali! Tetapi bagaimana jawaban Yesus? ‘Engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus’! Kapan? ‘Hari
ini’!
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘Thou
art prepared for a long delay before I come in My Kingdom, but not a day’s
delay shall there be for thee; thou shall not be parted from Me even for a
moment, but together we shall go, and with Me, before this day expire, shalt
thou be in paradise.’”
(= Engkau siap untuk suatu penundaan yang lama sebelum Aku datang dalam
KerajaanKu, tetapi tidak akan ada penundaan satu haripun untuk engkau; engkau
tidak akan berpisah dari Aku bahkan untuk satu saat, tetapi kita akan pergi
bersama-sama, dan bersama Aku, sebelum hari ini berlalu, engkau akan ada di
Firdaus).
Bdk. Ef 3:20-21 - “(20) Bagi Dialah, yang dapat
melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan,
seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, (21) bagi Dialah
kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai
selama-lamanya. Amin”.
c) Firdaus
adalah surga, bukan tempat penantian.
William Hendriksen: “what
is meant by Paradise? Paradise is heaven” (= apa yang
dimaksudkan dengan Firdaus? Firdaus adalah surga) - hal 1033.
Dasarnya: Kata ‘Firdaus’ berasal dari
kata bahasa Yunani PARADEISOS, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan paradise
(= surga).
Kata Yunani itu muncul hanya 3 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam
Luk 23:43 ini, dalam 2Kor 12:4 dan dalam Wah 2:7.
1. Dalam
2Kor 12:4, kalau kita membandingkannya dengan 2Kor 12:2, maka jelas bisa
kita dapatkan bahwa Firdaus adalah surga, karena dalam 2Kor 12:2 Paulus
mengatakan diangkat ke sorga, sedangkan dalam 2Kor 12:4 Paulus mengatakan
diangkat ke Firdaus.
2Kor 12:2,4 - “(2) Aku tahu tentang seorang
Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu,
entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.
2. Dalam
Wah 2:7 dikatakan bahwa dalam taman Firdaus itu terdapat pohon kehidupan.
Sedangkan dari Wah 22:2,14,19 terlihat bahwa pohon kehidupan itu ada di
surga. Kesimpulannya lagi-lagi adalah bahwa Firdaus adalah surga!
Wah 2:7 - “Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang,
dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.’”.
Wah 22:2,14,19 - “(2) Di tengah-tengah jalan kota
itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan
yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu
dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. ... (14) Berbahagialah mereka yang
membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan
dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. ... (19) Dan jikalau
seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini,
maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota
kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.
3. Kalau
dalam 2 ayat itu Firdaus menunjuk pada surga, maka jelas bahwa dalam
Luk 23:43 juga harus diartikan sebagai surga! Dan kalau dalam
Luk 23:43 ini kata ‘Firdaus’ tidak diartikan sebagai ‘surga’, maka akan
terjadi kontradiksi antara kata-kata Yesus di sini dengan kata-kata Yesus yang
terakhir, yaitu ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawa(roh)Ku’ (Luk
23:46).
Kalau Firdaus menunjuk pada surga, maka ini
menunjukkan bahwa:
a. Pada saat
Yesus mati, Ia langsung pergi ke surga.
Bdk. Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring:
‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata
demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Catatan: kata ‘nyawa’ seharusnya
adalah ‘roh’.
Penyerahan rohNya ke dalam tangan Bapa jelas menunjukkan bahwa begitu
mati roh dari manusia Yesus pergi ke surga!
Jadi jelaslah bahwa Yesus tidak turun kemana-mana, baik ke neraka,
kerajaan maut ataupun tempat penantian!
Kalau demikian, apa artinya kata-kata ‘turun ke neraka / kerajaan maut’
dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli? Calvin mengatakan bahwa kalimat ini menunjuk
pada penderitaan rohani yang dialami oleh Yesus, pada saat Ia masih hidup /
terpancang di atas kayu salib, tepatnya pada saat Ia berteriak ‘Eli,
Eli, lama sabakhtani?’. Ingat bahwa di neraka orang terpisah dari
Allah (bdk. 2Tes 1:9). Karena itu, pada saat Yesus terpisah dari Allah, Ia
dikatakan ‘turun ke neraka’.
Jadi Calvin beranggapan bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula
menunjukkan penderitaan Yesus secara jasmani yang terlihat oleh mata manusia,
yaitu ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, mati dan dikuburkan’.
Setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu menunjukkan penderitaan Yesus secara
rohani yang tidak terlihat oleh mata manusia, yaitu ‘turun ke neraka’.
Keberatan: kalau memang Yesus langsung ke surga pada saat mati,
mengapa setelah Ia bangkit Ia mengatakan bahwa Ia belum pergi kepada Bapa?
Yoh 20:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Janganlah
engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.
Jawab: Kata-kata ‘janganlah engkau memegang Aku’
dalam Yoh 20:17 tidak mungkin berarti bahwa Ia tidak mau disentuh oleh Maria
Magdalena, karena Ia membiarkan murid-murid dan perempuan-perempuan yang lain
menyentuhNya setelah Ia kebangkitanNya (Mat 28:9b Luk 24:39-40 Yoh 20:27). Jadi, kata-kata itu
maksudnya adalah ‘jangan menahan / nggandoli Aku’.
Dengan demikian kata-kata ‘belum pergi kepada Bapa’
tidak menunjuk ke belakang (antara kematian dan kebangkitan), tetapi menunjuk
ke depan, pada kenaikanNya ke surga (perhatikan Yoh 20:17b yang jelas
berbicara tentang kenaikanNya ke surga).
Jadi Yesus, yang tahu bahwa Maria Magdalena itu bermaksud menahan Dia
selama-lamanya di dunia ini, lalu berkata ‘Jangan menahan / nggandoli Aku,
karena Aku harus naik ke surga / pergi kepada Bapa!’.
Dengan demikian, Yoh 20:17 ini tidak menunjukkan bahwa antara
kematian dan kebangkitan, Yesus tidak pergi ke surga!
b. Pada saat
mati, penjahat yang bertobat itu (dan juga semua orang yang betul-betul percaya
kepada Yesus) langsung masuk ke surga (hanya roh / jiwanya, sedangkan tubuhnya
menunggu kedatangan Kristus yang keduakalinya).
Ini menunjukkan bahwa:
·
Pada saat mati, jiwa tetap ada sekalipun terpisah
dari tubuh.
Barnes’ Notes: “from
the narrative we may learn: 1. That the soul will exist separately from the
body; for, while the thief and the Saviour would be in Paradise, their bodies
would be on the cross or in the grave” (= dari cerita ini
kita bisa belajar: 1. Bahwa jiwa akan ada secara terpisah dari tubuh; karena,
sementara si pencuri dan sang Juruselamat akan ada di Firdaus, tubuh-tubuh
mereka akan ada di salib atau di kuburan).
Calvin: “souls, when they have departed from their bodies, continue to
live; otherwise the promise of Christ, which he confirms even by an oath, would
be a mockery”
(= jiwa-jiwa, pada waktu mereka telah terpisah dari tubuh-tubuh mereka, tetap
hidup; kalau tidak maka janji Kristus, yang Ia teguhkan dengan suatu sumpah,
akan merupakan suatu olok-olok).
·
Doktrin yang mengajarkan bahwa antara kita mati
sampai Kristus datang kembali jiwa / roh kita tidur (di kuburan), adalah
doktrin yang salah! Penjahat ini tidak berada di kuburan sampai Kristus datang
kedua-kalinya, tetapi langsung masuk surga pada hari itu juga.
Juga perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya dalam Luk 16:19-31
sama-sama sadar dan tidak tidur setelah mereka mati! Juga mereka (rohnya) tidak
ada di kuburan tetapi sudah ada di surga / neraka!
·
Doktrin yang mengajarkan adanya tempat
penantian, juga adalah ajaran yang salah.
Kalau memang Firdaus berarti tempat penantian, dan penjahat itu masuk
tempat penantian lebih dulu, itu berarti bahwa Kristus juga pergi ke tempat
penantian (karena Ia berkata: ‘... hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus’). Apa gerangan
yang Ia lakukan di tempat penantian? Dan bagaimana hal ini bisa diharmoniskan
dengan kata-kataNya dalam Luk 23:46 - “Ya Bapa, ke dalam tanganMu
kuserahkan nyawa(roh)Ku”?
Adalah menggelikan untuk mengatakan bahwa ‘tangan Bapa’ menunjuk
pada tempat penantian!
·
Doktrin / dogma tentang api penyucian juga
salah!
*
Doktrin tentang api penyucian sama sekali tidak
punya dasar Kitab Suci!
*
Doktrin api penyucian menghina penebusan Kristus
yang sudah membereskan semua dosa-dosa kita!
*
Kalau memang api penyucian itu ada, maka pasti
penjahat ini harus lama sekali berada di situ!
Lenski: “Jesus
also did not say: ‘Today thou shalt be in purgatory!’ Yet if a sinner ever
deserved a long term in purgatory, this malefactor was such a one. His
immediate transfer into heaven is proof that is fatal to the idea of a
purgatory or of an intermediate place” (= Yesus juga
tidak berkata: ‘Hari ini engkau akan ada di api penyucian!’ Tetapi jika pernah
ada seorang berdosa yang layak untuk ada di api penyucian untuk masa yang lama,
maka sang penjahat ini adalah orang seperti itu. Perpindahannya secara langsung
ke surga merupakan bukti yang fatal bagi gagasan tentang api penyucian atau
tentang tempat penantian) - hal 1147.
d) Jadi,
kata-kata Kristus ini menunjukkan / menjamin bahwa penjahat itu masuk surga
pada hari itu juga.
A. W. Pink
mengatakan bahwa dalam pertobatan dan keselamatan dari penjahat ini kita bisa
melihat secara paling jelas bahwa keselamatan betul-betul merupakan anugerah /
kasih karunia dari Allah, karena penjahat ini boleh dikatakan tidak mempunyai
perbuatan baik apapun.
Matthew
Henry: “He lets all
penitent believers know that when they die they shall go to be with him there”
(= Ia menghendaki semua orang-orang percaya yang bertobat untuk mengetahui
bahwa pada saat mereka mati mereka akan pergi bersama dengan Dia di sana).
e) Penjahat
itu selamat / masuk surga sekalipun ia bertobat pada saat terakhir hidupnya.
William Barclay: “this
story tells us above all that it is never too late to turn to Christ. There are
other things of which we must say, ‘The time for that is past. I am grown too
old now.’ But we can never say that of turning to Jesus Christ. So long as a
man’s heart beats, the invitation of Christ still stands. ... It is literally
true that while there is life there is hope” (= cerita ini di
atas segala-galanya memberitahu kita bahwa tidak pernah terlambat untuk
berbalik kepada Kristus. Ada hal-hal lain tentang mana kita harus berkata: ‘Waktu
untuk hal itu sudah lewat. Aku telah terlalu tua sekarang’. Tetapi kita tidak
pernah bisa mengatakan itu tentang tindakan berbalik kepada Yesus Kristus.
Selama jantung seseorang masih berdenyut, undangan dari Kristus masih berlaku.
... Merupakan sesuatu yang benar secara hurufiah bahwa selama di sana masih ada
hidup di sana masih ada harapan) - hal 287.
Memang, selama saudara masih hidup, saudara bisa bertobat / datang kepada
Yesus, dan saudara akan diselamatkan. Tetapi, jangan secara sengaja menunda pertobatan
saudara sampai pada detik terakhir hidup saudara! Ingat bahwa:
1. Saudara tidak tahu apa yang
akan terjadi besok.
Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena
esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu”.
Bagaimana kalau saudara mati secara mendadak dan tidak sempat bertobat?
Saudara akan masuk ke neraka sekali dan selama-lamanya, dan pada saat itu,
segala penyesalan / pertobatan tidak ada gunanya.
2. Allah tidak membiarkan dirinya
dipermainkan.
Gal 6:7 - “Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang
akan dituainya”.
Kalau saudara sengaja menunda pertobatan saudara dengan maksud supaya
saudara bisa menikmati dosa dalam dunia, dan tetap masuk surga, maka ingatlah
dan renungkan baik-baik Gal 6:7 ini!
Matthew
Henry: “This malefactor,
when just ready to fall into the hands of Satan, was snatched as a brand out of
the burning, and made a monument of divine mercy and grace, and Satan was left
to roar as a lion disappointed of his prey. This gives no encouragement to
any to put off their repentance to their death-bed, or to hope that then they
shall find mercy; for, though it is certain that true repentance is never too
late, it is as certain that late repentance is seldom true”
(= Penjahat ini, persis ketika hampir jatuh ke tangan Iblis, direnggut seperti
puntung dari api, dan membuat suatu monumen tentang belas kasihan dan kasih
karunia ilahi, dan Iblis ditinggalkan meraung seperti seekor singa yang kecewa
tentang mangsanya. Ini tidak memberikan dorongan bagi siapapun untuk menunda
pertobatan mereka sampai pada ranjang kematian mereka, atau untuk berharap
bahwa pada saat itu mereka akan menemukan belas kasihan; karena, sekalipun
merupakan sesuatu yang pasti bahwa pertobatan yang sejati tidak pernah
terlambat, juga sama pastinya bahwa pertobatan yang lambat jarang merupakan
pertobatan yang sejati).
J. C. Ryle: “I
know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest
on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might
take comfort in them about the friends they lose. But I am afraid in
ninety-nine cases out of a hundred such evidences are not to be depended on. I
suspect that, with rare exceptions, men die just as they have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang
senang membicarakan bukti-bukti ranjang kematian. Mereka bersandar pada
kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan kelemahan,
seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang sahabat
mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100
bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan
perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.
Karena itu, kalau saat ini saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, datanglah dan percayalah kepada
Dia sekarang juga! Sama seperti Yesus mau menerima penjahat yang bertobat itu,
Ia pasti juga mau menerima saudara, bagaimanapun jahatnya dan berdosanya hidup
saudara selama ini!
f) Penjahat
yang satu selamat / masuk surga, tetapi penjahat yang lain tidak.
Barnes’ Notes: “Such a result of preaching the gospel would
not have been unlike what has often occurred since, where, while the gospel has
been proclaimed, one has been ‘taken and another left;’ one has been melted to
repentance, another has been more hardened in guilt” (= Hasil pemberitaan Injil seperti itu akan
seperti yang telah terjadi sejak saat itu, dimana sementara injil telah
diberitakan, ‘yang seorang akan dibawa, dan yang lain akan ditinggalkan’; yang
satu dilelehkan pada pertobatan, yang lain lebih dikeraskan dalam kesalahan).
Bdk. Mat 24:40-41 - “(40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di
ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (41)
kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang
akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan”.
Matthew
Henry: “Christ was
crucified between two thieves, and in them were represented the different
effects which the cross of Christ would have upon the children of men, to whom
it would be brought near in the preaching of the gospel. They were all
malefactors, all guilty before God. Now the cross of Christ is to some a savour
of life unto life, to others of death unto death. To them that perish it is
foolishness, but to them that are saved it is the wisdom of God and the power
of God” (= Kristus disalibkan di antara
dua pencuri, dan dalam diri mereka digambarkan hasil-hasil yang berbeda yang
didapatkan oleh salib Kristus terhadap anak-anak manusia, kepada siapa salib
itu akan dibawa mendekat dalam pemberitaan Injil. Mereka semua adalah penjahat,
semua bersalah di hadapan Allah. Bagi sebagian orang, salib Kristus adalah bau
kehidupan yang menghidupkan, bagi yang lain, itu adalah bau kematian yang
mematikan. Bagi mereka yang binasa itu adalah kebodohan, tetapi bagi mereka
yang diselamatkan itu adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah).
2Kor 2:16a - “Bagi yang terakhir kami adalah bau
kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang
menghidupkan”.
1Kor 1:18 - “Sebab pemberitaan tentang salib memang
adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang
diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah”.
Arthur Pink: “Again; was He not crucified with
the two thieves, so that in those three crosses and the ones who hung upon them
we might have a vivid and concrete representation of the drama of Salvation and
man’s response thereto - the Saviour’s redemption; the sinner repenting and
believing; and the sinner reviling and rejecting?” (= Selanjutnya; bukankah Ia
tersalib bersama dua pencuri, supaya dalam tiga salib dan orang-orang yang
tergantung padanya kita mendapatkan suatu gambaran yang hidup dan konkrit
tentang drama dari Keselamatan dan tanggapan manusia terhadapnya - penebusan
sang Juruselamat; orang berdosa yang bertobat dan percaya; dan orang berdosa
yang memaki-maki dan menolak?) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the
Cross’, hal 25.
f) Sekalipun
penjahat yang bertobat ini selamat / masuk surga pada saat ia mati, tetapi
pertobatan / imannya pada saat itu tidak membatalkan hukuman mati yang sedang
ia jalani ataupun menghapuskan rasa sakit yang sedang ia derita.
Bdk. Yoh 19:31-32 - “(31) Karena hari
itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal
tergantung pada kayu salib - sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka
datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki
orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (32) Maka datanglah
prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang
lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus”.
1. Dalam tradisi penyaliban
orang Romawi, mereka membiarkan begitu saja orang yang disalib itu sampai mati.
Ini bisa memakan waktu berhari-hari. Setelah orang itu mati, kadang-kadang
mereka membiarkan mayat itu begitu saja pada salibnya sebagai peringatan bagi
semua orang, dan kadang-kadang mereka menurunkannya dan membiarkan mayat itu dimakan
burung pemakan bangkai atau anjing.
Leon Morris
(NICNT): “The
Roman custom was to leave the bodies of crucified criminals on their crosses as
a warning to others. It was therefore necessary to obtain permission before
removing a body”
(= Kebiasaan Romawi adalah membiarkan mayat-mayat dari orang-orang kriminil
yang disalib itu pada salib mereka sebagai suatu peringatan bagi yang lain.
Karena itu perlu mendapatkan ijin sebelum menurunkan suatu mayat / tubuh) - hal 817.
William
Barclay: “When
the Romans carried out crucifixion under their own customs, the victim was
simply left to die on the cross. He might hang for days in the heat of the
midday sun and the cold of the night, tortured by thirst and tortured also by
the gnats and the flies crawling in the weals on his torn back. Often men died
raving mad on their crosses. Nor did the Romans bury the bodies of crucified
criminals. They simply took them down and let the vultures and the crows and
the dogs feed upon them”
(= Pada waktu orang Romawi melakukan penyaliban dalam tradisi mereka, korban
dibiarkan begitu saja untuk mati pada salib. Ia bisa tergantung selama
berhari-hari dalam panasnya matahari pada tengah hari dan dinginnya malam,
disiksa oleh kehausan dan disiksa juga oleh serangga dan lalat yang merayap
pada punggungnya yang sudah tercabik-cabik. Seringkali orang-orang mati pada
salib mereka sambil ngoceh tak karuan seperti orang gila. Juga orang Romawi
tidak mengubur mayat-mayat dari penjahat-penjahat yang disalib. Mereka hanya
menurunkan mereka dan membiarkan burung pemakan bangkai dan gagak dan anjing
memakan mereka) - hal 260.
2. Orang-orang (tokoh-tokoh)
Yahudi meminta dilakukannya pematahan kaki dan penurunan mayat dari kayu salib
(ay 31). Mengapa?
a. Karena mereka harus
mempersiapkan diri untuk masuk hari Sabat (ay 31).
Persiapan
Sabat dimulai Jum’at pukul 3 siang.
b. ‘Sabat itu adalah hari
yang besar’ (ay 31).
Maksudnya hari
itu adalah hari Sabat yang istimewa, karena menjelang / bertepatan dengan
Paskah / Passover (= hari
peringatan keluarnya orang Israel dari Mesir).
Pulpit
Commentary: “on that particular
year the weekly sabbath would coincide with the 15th of Nissan,
which had a sabbath value of its own” (= pada tahun itu
sabbat mingguan bertepatan dengan tanggal 15 dari bulan Nissan, yang mempunyai
nilai sabbat sendiri) - hal 436.
c. Mereka tidak mau bahwa pada
hari Sabat yang istimewa itu, tanah mereka dinajiskan oleh adanya mayat / orang
yang tergantung pada salib.
Bdk.
Ul 21:22-23 - “(22) ‘Apabila seseorang berbuat
dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian
kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan
semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada
hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah
engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik
pusakamu.’”.
Tentang hukum
dalam Ul 21:22-23 ini, perlu diketahui bahwa pada jaman Perjanjian Lama
salib belum dikenal. Karena itu Ul 21:22-23 sebetulnya menunjuk pada
hukuman gantung dimana orangnya langsung mati, atau menunjuk kepada orang yang
setelah dihukum mati, lalu mayatnya digantung.
Tetapi pada
jaman Yesus, hukum ini diterapkan pada penyaliban, yang bisa berlangsung
berhari-hari. Bahwa orang yang disalib bisa bertahan berhari-hari, terlihat
dari kutipan-kutipan di bawah ini:
·
‘The International Standard Bible
Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Cross’ berkata sebagai
berikut: “The length
of this agony was wholly determined by the constitution of the victim and the
extent of the prior flogging, but death was rarely seen before 36 hours had
passed”
(= Lamanya / panjangnya penderitaan ini sepenuhnya ditentukan oleh keberadaan
korban itu secara fisik dan mental dan tingkat pencambukan yang mendahuluinya,
tetapi kematian jarang terlihat sebelum 36 jam berlalu).
·
Thomas Whitelaw: “When violence was not used, the
crucified often lived 24 or 36 hours, sometimes three days and nights” (= Kalau kekerasan tidak
digunakan, orang yang disalib sering hidup selama 24 atau 36 jam,
kadang-kadang 3 hari 3 malam) - hal 410.
·
William Barclay dalam komentarnya tentang
Luk 23:32-38 berkata sebagai berikut: “Many
a criminal was known to have hung for a week upon his cross until he
died raving mad”
(= Banyak penjahat diketahui tergantung selama seminggu pada salibnya
sampai ia mati sambil mengoceh tidak karuan seperti orang gila).
·
Barnes’ Notes: “The law required that the bodies of those who were
hung should not remain suspended during the night. See Deut. 21:22-23. That law
was made when the punishment by crucifixion was unknown, and when those who
were suspended would almost immediately expire. In the punishment by
crucifixion, life was lengthened out for four, five, or eight days” (= Hukum Taurat melarang mayat-mayat dari mereka
yang digantung tetap tergantung pada malam hari. Lihat Ul 21:22-23. Hukum itu
dibuat pada waktu hukuman dengan penyaliban tidak dikenal, dan pada waktu
mereka yang digantung akan segera mati. Dalam hukuman dengan penyaliban, hidup
diperpanjang sampai empat, lima, atau delapan hari).
·
‘Unger’s Bible Dictionary’ dalam artikel
berjudul ‘Crucifixion’ berkata sebagai berikut: “Instances are on record of
persons surviving nine days” (= Ada contoh-contoh / kejadian-kejadian yang
tercatat dari orang-orang yang bertahan sampai 9 hari).
Bdk.
Mark 15:44 - “Pilatus heran waktu mendengar
bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya
apakah Yesus sudah mati”.
Pilatus merasa
heran karena Yesus mati dengan begitu cepat, dan ini menunjukkan bahwa biasanya
penyaliban membutuhkan waktu lebih lama untuk membunuh korbannya.
d. Kalau orang hukuman itu
diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup, maka itu berarti bahwa ia
tidak jadi dihukum mati. Karena itulah para tokoh Yahudi itu meminta dilakukan
pematahan kaki lebih dulu, supaya orang hukuman itu cepat mati. Setelah
orangnya mati, barulah mayatnya diturunkan.
Dari semua ini
terlihat bahwa orang-orang Yahudi ini berusaha mentaati peraturan kecil (yaitu
Ul 21:22-23), tetapi melanggar peraturan besar, yaitu membunuh Yesus yang
tak bersalah. Bandingkan dengan kecaman Yesus terhadap mereka dalam Mat
23:23-24 - “(23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin
buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya
kamu telan”.
Charles
Haddon Spurgeon: “Their
consciences were not wounded by the murder of Jesus, but they were greatly
moved by the fear of ceremonial pollution. Religious scruples may live in a
dead conscience”
(= Hati nurani mereka tidak terluka oleh pembunuhan terhadap Yesus, tetapi
mereka sangat tergerak oleh rasa takut akan pencemaran yang bersifat upacara.
Keberatan agamawi yang kecil-kecil bisa hidup dalam hati nurani yang mati)
- ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI -
‘The Passion and Death of Our Lord’,
hal 665.
3. Tentang pematahan kaki.
Para penafsir
mengatakan bahwa pematahan kaki orang yang disalib ini dilakukan pada bagian di
antara lutut dan pergelangan kaki, dan ini dilakukan dengan menggunakan besi
atau martil yang berat. Ini tentu merupakan suatu tindakan yang sangat kejam,
karena menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi pematahan kaki ini
‘mengandung kebaikan’ karena hal ini mempercepat kematian.
Pulpit
Commentary: “Though
a cruel act, it was designed to shorten the sufferings of the crucified” (= Sekalipun merupakan tindakan
yang kejam, tindakan ini bertujuan untuk memperpendek penderitaan orang yang
disalib) - hal 439.
Pulpit
Commentary: “
... a brutal custom, which added to the
cruel shame and torment, even though it hastened the end” (= ... kebiasaan / tradisi yang
brutal, yang ditambahkan pada rasa malu dan penyiksaan yang kejam, sekalipun
ini mempercepat kematian) - hal 432.
Ada 2 pandangan
mengapa pematahan kaki bisa mempercepat kematian:
a. Karena sesak nafas.
Orang yang
disalib sukar bernafas, dan setiap mau bernafas harus menjejakkan kakinya untuk
mengangkat dadanya ke atas. Pada waktu kaki-kakinya dipatahkan, maka ia tidak
lagi bisa melakukan hal ini, dan akan mengalami sesak nafas, yang mempercepat
kematiannya.
F. F. Bruce:
“The common view
today seems to be that the breaking of the legs hastened death by asphyxiation.
The weight of the body fixed the thoracic cage so that the lungs could not
expel the air which was breathed in, but breathing by diaphragmatic action
could continue for a long time so long as the legs, fastened to the cross,
provided a point of leverage. When the legs were broken this leverage was no
longer available and total asphyxia followed rapidly” (= Kelihatannya pandangan yang
umum pada jaman ini adalah bahwa
pematahan kaki mempercepat kematian oleh sesak nafas. Berat badan menyebabkan
ruang dada tidak bisa dikempiskan sehingga paru-paru tidak dapat mengeluarkan
udara yang dihisap, tetapi bernafas dengan menggunakan diafragma bisa dilakukan
untuk waktu yang lama selama kaki, yang dipakukan pada salib, memberikan
tekanan ke atas. Pada waktu kaki-kaki dipatahkan pengangkatan ke atas ini tidak
ada lagi, dan sesak nafas total akan menyusul) - hal 375.
b. Adanya rasa sakit yang luar
biasa atau shock / kejutan yang ditimbulkannya, sehingga menyebabkan
terjadinya kematian.
Charles
Haddon Spurgeon: “...
hastening death by the terrible pain which it would cause, and the shock to the
system which it would occasion”
(= ... mempercepat kematian oleh rasa sakit yang luar biasa yang disebabkannya,
dan kejutan pada sistim yang ditimbulkannya) - ‘A Treasury of
Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI, hal 666.
William Hendriksen:
“Such breaking of the
bones (crurifragium, as it is called) by means of the heavy blows of a hammer
or iron was frightfully inhuman. It caused death, which otherwise might be
delayed by several hours or even days. Says Dr. S. Bergsma in an article ...:
‘The shock attending such cruel injury to bones can be the coup de grace
causing death’”
[= Pematahan tulang (disebut dengan istilah crurifragium) dengan cara pemukulan
menggunakan martil atau besi merupakan sesuatu yang menakutkan yang tidak
manusiawi. Ini menyebabkan kematian, yang sebetulnya bisa ditunda beberapa jam
atau bahkan beberapa hari. Kata Dr. S. Bergsma dalam suatu artikel... :
‘Kejutan yang ditimbulkan oleh pelukaan yang kejam pada tulang seperti itu bisa
menjadi tindakan yang mengakhiri penderitaan dengan kematian’] - hal 436.
Ada juga yang
menggabungkan kedua pandangan di atas.
Leon Morris
(NICNT): “The
victims of this cruel form of execution could ease slightly the strain on their
arms and chests by taking some of their weight on the feet. This helped to
prolong their lives somewhat. When the legs were broken this was no longer
possible. There was then a greater constriction of the chest, and the death
came on more quickly. This was aided also, of course, by the shock attendant on
the brutal blows as the legs were broken with a heavy mallet” (= Korban-korban dari hukuman
mati yang kejam ini bisa mengurangi sedikit ketegangan pada lengan dan dada
mereka dengan memindahkan sebagian berat pada kaki / menekan pada kaki. Ini
menolong untuk memperpanjang hidup mereka. Pada saat kaki mereka dipatahkan ini
tidak lagi mungkin dilakukan. Karena itu lalu terjadi kesesakan yang lebih
besar pada dada, dan kematian datang lebih cepat. Tentu saja ini didukung pula
oleh kejutan yang menyertai pukulan-pukulan brutal pada saat kaki-kaki mereka
dipatahkan dengan martil yang berat) - hal 817-818.
Encyclopedia
Britannica 2000 dengan topik ‘Crucifixion’: “Death, apparently caused by exhaustion or by heart failure, could
be hastened by shattering the legs (crurifragium) with an iron club, so that shock
and asphyxiation soon ended his life”
[= Kematian, rupanya disebabkan oleh kehabisan tenaga atau oleh gagal jantung,
bisa dipercepat oleh penghancuran kaki-kaki (crurifragium) dengan suatu
pentungan besi, sehingga kejutan / shock dan sesak nafas segera
mengakhiri hidupnya].
4. Para tentara Romawi lalu
mematahkan kaki dari 2 penjahat yang disalib bersama Yesus (ay 32).
a. Sesuatu yang penting
diperhatikan dalam bagian ini adalah bahwa penjahat yang bertobat mengalami
nasib yang sama dengan penjahat yang tidak bertobat. Tuhan tidak lalu
mengadakan ‘rapture’ (= pengangkatan) bagi dia sebelum hal itu
dilakukan!
Matthew
Henry: “One of these
thieves was a penitent, and had received from Christ an assurance that he should
shortly be with him in paradise, and yet died in the same pain and misery that
the other thief did” (= Satu dari pencuri-pencuri ini
bertobat, dan telah menerima dari Kristus suatu jaminan bahwa ia akan segera
bersamaNya di Firdaus / surga, tetapi ia mati dengan rasa sakit dan
kesengsaraan yang sama seperti yang dirasakan oleh pencuri yang lain).
Charles
Haddon Spurgeon: “It
is a striking fact that the penitent thief, although he was to be in Paradise
with the Lord that day, was not, therefore, delivered from the excruciating
agony occasioned by the breaking of his legs. We are saved from eternal misery,
not from temporary pain. ... You must not expect because you are pardoned, even
if you have the assurance of it from Christ’s own lips, that, therefore, you
shall escape tribulation”
(= Adalah merupakan fakta yang menyolok bahwa pencuri / penjahat yang bertobat,
sekalipun akan bersama dengan Tuhan di Firdaus pada hari itu, tidak dibebaskan
dari penderitaan yang menyakitkan yang ditimbulkan oleh pematahan kakinya. Kita
diselamatkan dari kesengsaraan kekal, bukan dari rasa sakit sementara. ...
Engkau tidak boleh mengharapkan, karena engkau diampuni, bahkan jika engkau
mendapatkan keyakinan tentangnya dari bibir Kristus sendiri, bahwa karena itu
engkau akan lolos dari kesengsaraan) - ‘A Treasury of Spurgeon on
The Life and Work of Our Lord’, vol VI - ‘The Passion and Death of Our Lord’,
hal 666.
Penerapan:
·
Seorang kristen berkata kepada saya bahwa
menurut dia 5 orang kristen yang mati dibakar di Situbondo pada beberapa waktu
yang lalu itu, pasti tidak merasa sakit. Sebelum mereka merasa sakit, Tuhan
sudah ‘mengangkat’ mereka. Saya sama sekali tidak yakin akan kebenaran
kata-kata yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci ini!
·
Kalau ada gempa bumi, banjir, atau bencana lain
apapun juga, jangan heran kalau gereja / orang kristen juga terkena. Tuhan
memang bisa menghindarkan hal itu dari gereja / orang kristen, dan
kadang-kadang Ia melakukan hal itu, tetapi seringkali Ia membiarkan orang
kristen terkena bencana bersama-sama dengan orang kafir!
b. Sekalipun pematahan kaki ini
memberi penderitaan yang luar biasa bagi penjahat yang bertobat itu, tetapi
pematahan kaki ini juga dipakai oleh Tuhan untuk memberi berkat kepadanya,
karena melalui pematahan kaki ini ia mati pada hari itu juga, sehingga
kata-kata / janji Yesus kepadanya dalam Luk 23:43 tergenapi.
Charles
Haddon Spurgeon: “Suffering
is not averted, but it is turned into a blessing. The penitent thief entered
into Paradise that very day, but it was not without suffering; say, rather,
that the terrible stroke was the actual means of the prompt fulfilment of his
Lord’s promise to him. By that blow he died that day; else might he have
lingered long”
(= Penderitaan tidak dicegah / dihindarkan, tetapi penderitaan itu diubah
menjadi suatu berkat. Pencuri yang bertobat itu masuk ke Firdaus hari itu juga,
tetapi itu tidak terjadi tanpa penderitaan; sebaliknya pukulan yang mengerikan
itu merupakan jalan / cara yang sebenarnya untuk penggenapan yang tepat dari
janji Tuhannya kepadanya. Oleh pukulan itu ia mati pada hari itu; kalau tidak
ia mungkin akan tetap hidup lama) - ‘A Treasury of Spurgeon on
The Life and Work of Our Lord’, vol VI, hal 666.
Calvin: “What is
promised to the robber does not alleviate his present sufferings, nor make any
abatement of his bodily punishment. This reminds us that we ought not to judge
of the grace of God by the perception of the flesh; for it will often happen
that those to whom God is reconciled are permitted by him to be severely
afflicted. So then, if we are dreadfully tormented in body, we ought to be on
our guard lest the severity of pain hinder us from tasting the goodness of God;
but, on the contrary, all our afflictions ought to be mitigated and soothed by
this single consolation, that as soon as God has received us into his favor,
all the afflictions which we endure are aids to our salvation. This will cause
our faith not only to rise victorious over all our distresses, but to enjoy
calm repose amidst the endurance of sufferings”
(= Apa yang dijanjikan kepada perampok itu tidak mengurangi penderitaannya pada
saat itu, ataupun mengurangi / meredakan hukuman fisiknya. Ini mengingatkan
kita bahwa kita tidak boleh menilai kasih karunia Allah oleh penglihatan /
pemahaman daging; karena akan sering terjadi bahwa mereka dengan siapa Allah
diperdamaikan diijinkan untuk menderita secara hebat. Jadi, kalau kita disiksa
secara menakutkan secara fisik, kita harus berjaga-jaga supaya jangan hebatnya
rasa sakit menghalangi kita untuk mengecap / merasakan kebaikan Allah; tetapi
sebaliknya, seluruh penderitaan kita harus dikurangi / diredakan dan
ditenangkan oleh penghiburan tunggal ini, bahwa begitu Allah telah menerima
kita ke dalam kebaikanNya, semua penderitaan yang kita alami adalah
penolong-penolong ke arah keselamatan kita. Ini akan menyebabkan iman kita
bukan hanya naik dan menang atas semua penderitaan kita, tetapi juga menikmati
istirahat / ketenangan di tengah-tengah penderitaan).
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar