I) Perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi?
Calvin: “Some look upon it as a simple
parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the
narrative of an actual fact” (= Sebagian orang memandangnya
sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya
menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi)
- hal 184.
II) Bagian yang kelihatan (ay 19-22a,23a).
Bagian yang
kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang dalam cerita ini (Lazarus dan orang
kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.
Sekarang mari
kita mempelajari beberapa hal dari bagian ini.
1) Kedua orang itu sama-sama adalah orang
Yahudi.
a) Untuk Lazarus itu terlihat
dari namanya.
Nama Lazarus
berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).
b) Untuk orang kaya ini terlihat dari:
1. Ia menyebut Abraham dengan
sebutan ‘bapa’
(ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan sebutan ‘anak’
(ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini tidak mungkin diartikan
dalam arti rohani (seperti misalnya dalam Luk 19:9), karena orang kaya ini
jelas bukan orang beriman. Jadi, sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan
secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa orang kaya ini adalah keturunan
Abraham.
2. Ia mempunyai 5 saudara, dan
Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan
para nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk pada Perjanjian Lama.
Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan bahwa mereka adalah
orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau mereka adalah orang Yahudi, maka jelas
bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.
Catatan:
para penafsir biasanya menyebut orang kaya ini dengan sebutan ‘Dives’, yang
sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata bahasa
Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).
2) Kedua orang ini mempunyai 2 kehidupan yang
sangat kontras (ay 19-21).
a) Yang satu sangat kaya, yang
lain sangat miskin.
Dalam
terjemahan Kitab Suci Indonesia
dikatakan bahwa Lazarus adalah seorang ‘pengemis’
(ay 20). Demikian juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis).
Sebetulnya kata
Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’, dan karena itu RSV/NASB
yang menterjemahkan ‘a poor man’ (=
seorang miskin), merupakan terjemahan yang lebih benar.
Barnes’
Notes: “‘Beggar.’
Poor man. The original word does not mean ‘beggar,’ but simply that he was
‘poor.’ It should have been so translated to keep up the contrast with the
‘rich man.’”
(= ‘Pengemis’. Orang miskin. Kata orisinilnya tidak berarti ‘pengemis’ tetapi
hanya bahwa ia ‘miskin’. Itu seharusnya diterjemahkan demikian untuk memelihara
/ melanjutkan kontras dengan ‘orang kaya’.) - hal 234.
Selanjutnya
perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang
miskin’ ini digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada
beberapa kata yang bisa diartikan sebagai ‘orang
miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya
sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’ tetapi
ini menunjuk kepada ‘orang
miskin yang masih mempunyai sedikit uang’. Tetapi kata PTOCHOS
menunjuk kepada ‘orang
miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa’.
Pulpit
Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam Mat 5:3 sebagai berikut:
· “PTOCHOS,
in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty than PENES
(2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan
klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari
PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.
· “The
PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS
is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has nothing
superfluous, the PTOCHOS nothing at all”
(= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin sehingga ia mendapatkan
roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS
adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya
melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara
berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) -
hal 147.
Perbedaan ini
ditunjukkan secara menyolok dalam cerita tentang seorang janda miskin yang
memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam Luk 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat
mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam
peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan
dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang
itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.
Dalam
Luk 21:2 ada kata ‘miskin’
dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi dalam Luk 21:2 digunakan
kata Yunani PENICHROS sedangkan dalam Luk 21:3 digunakan kata Yunani
PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun janda itu
miskin, tetapi ia masih mempunyai uang sedikit (2 peser), dan karenanya
digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak
mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.
b) Yang satu ‘setiap
hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu’
(ay 21).
William Barclay: “In that time there were no knives, forks or
napkins. Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were
cleansed by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That
was what Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau
serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan
dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah
yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.
c) Yang satu mempunyai rumah;
yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay 20).
d) Yang satu berpakaian ‘jubah
ungu dan kain halus’ (ay 19a); yang lain bahkan tidak bisa
membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga anjing-anjing menjilati
luka-lukanya (ay 21b).
Andaikata cerita
ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang menginginkan
kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Bukankah demikian?
3) Kedua orang ini sama-sama mati (ay 22a,23a)!
Ditinjau dari
satu sudut, orang miskin lebih sukar mati dari orang kaya. Mengapa? Karena
orang kaya bisa membeli segala makanan yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk,
kolesterolnya naik, dan mudah terkena serangan jantung / stroke. Sedangkan
orang miskin makanannya sederhana sehingga relatif bebas dari bahaya itu.
Tetapi, ditinjau
dari sudut yang lain, orang miskin lebih mudah mati dibandingkan dengan orang
kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya sakit, ia dengan mudah membeli obat,
pergi ke dokter, bahkan kalau perlu berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan
penyakitnya. Tetapi kalau orang miskin sakit, ia tidak bisa membeli obat atau
pergi ke dokter, sehingga cepat mati.
Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin, tua
atau muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk. Ibr
9:27 - “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi”).
Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu akan
‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada hari ini, siapkah saudara?
4) Kedua orang ini sama-sama dikubur.
Memang untuk
orang kaya disebutkan penguburannya (ay 23a), sedangkan untuk Lazarus
tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya
pasti akan mengganggu banyak orang. Orang kaya diceritakan penguburannya
sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus dikubur secara sederhana, sedangkan
orang kaya dikubur dengan upacara yang hebat, peti mati yang mahal, kuburan
yang indah dsb.
Biasanya
manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di sini. Kematian dan penguburan
dianggap sebagai akhir segala-galanya. Karena itu manusia berusaha mati-matian
untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam cerita ini, Yesus melanjutkan
dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan, yang seringkali diabaikan
orang.
III) Bagian yang tidak kelihatan / tidak diperhatikan (ay 22b,23b-31).
Bagian yang
tidak kelihatan ini diceritakan dalam ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya
jauh lebih panjang dari bagian yang kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam
hidup kita, kita harus lebih menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.
Bdk.
1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam
hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang
dari segala manusia”.
Memang Kristus juga berguna untuk hidup yang
sekarang ini, tetapi yang terutama Ia berguna untuk hidup setelah kematian.
Jadi kalau selama ini saudara mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi
berkat jasmani, penolong dari kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan
oleh Paulus di sini! Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi
kehidupan saudara setelah kematian!
Dalam bagian
yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham
(ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya
adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang
diberikan oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham
seakan-akan ia adalah anak kecil, tetapi bahwa ia ada dalam pelukan Abraham,
dan ini menunjukkan bahwa ia ada di surga.
Catatan: hal yang sama terjadi dalam
Yoh 1:18, dimana kata ‘pangkuan’
seharusnya adalah ‘dada’.
Yoh 1:18 -
“Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan
Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.
Adam Clarke: “Abraham’s bosom was a phrase used among the
Jews to signify the paradise of God” (= Dada Abraham merupakan suatu ungkapan yang digunakan
di antara orang-orang Yahudi untuk menunjuk surganya Allah) - hal 465.
Sementara itu
orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’
(ay 23). Kata-kata ‘alam
maut’ ini menterjemahkan kata bahasa Yunani HADES, dan di sini jelas
artinya adalah neraka [KJV/NIV: ‘hell’
(= neraka)], karena orang kaya itu ‘menderita sengsara’
(ay 23a), ‘sangat
kesakitan dalam nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat menderita’
(ay 25b). Orang kaya ini adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.
What
money cannot buy.
“Money will buy a bed but not
sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a
house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture;
amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to
everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang
tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi
tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi
tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan;
barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak
kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali
ke surga).
Apa yang bisa kita
pelajari dari semua ini?
1) Ini menunjukkan adanya kehidupan setelah
kematian.
Dan Kitab Suci
jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang sekarang ini singkat
(Maz 90:10 Yak 4:14),
sebaliknya hidup setelah kematian itu kekal.
2) Dalam kehidupan setelah kematian itu hanya
ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Surga merupakan tempat yang menyenangkan,
sedangkan neraka merupakan tempat penyiksaan yang mengerikan! Karena hanya ada
2 tempat setelah kematian, maka kalau saudara tidak masuk ke surga, maka tidak
ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena itu pastikan bahwa saudara
sedang menuju ke surga!
3) Setelah kematian, kita akan langsung
pergi ke surga atau ke neraka.
Ini bertentangan
dengan:
a) Pandangan yang menyatakan adanya api
pencucian (Roma Katolik).
Doktrin omong
kosong ini memang tidak pernah mempunyai dasar Kitab Suci apapun kecuali yang
diputar-balikkan semaunya sendiri.
b) Kepercayaan tentang adanya tempat
penantian.
Orang yang
percaya akan adanya tempat penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai
kedatangan Yesus yang keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi
perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih
hidup (ay 28), dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang untuk
keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga.
Jadi jelas bahwa tidak ada tempat penantian.
Memang sebelum
kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa /
rohnya, dan itupun mungkin belum dengan pahala / hukuman yang seharusnya. Nanti
pada saat Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging / orang mati,
dan penghakiman akhir jaman. Maka barulah jiwa / roh dipersatukan kembali
dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka dengan pahala / hukuman yang
seharusnya.
c) Pandangan yang berkata bahwa
pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang
keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur
/ tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar! Orang kaya itu merasa sakit.
Bagaimana mungkin ia merasa sakit kalau ia tidak sadar?
4) Sekarang keadaan terbalik; dan kontrasnya
menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di dunia (ay
23-24).
Keadaan orang
kaya ini seperti yang digambarkan dalam Maz 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila
seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab
pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak
akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada
masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap
dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya,
yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan
segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan
yang dibinasakan”.
5) Keadaan itu bersifat permanen / tidak bisa
berubah (ay 25-26).
Orang kaya itu
minta air (sekarang ia mengemis kepada Lazarus!), tetapi Abraham menolak
permintaan itu (ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak
terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa
menyeberang, baik dari surga ke neraka maupun dari neraka ke surga
(ay 26). Ini menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di
surga dan sekali masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!
Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the
unbelievers after death as a fixed state. The most important passage that comes
into consideration here is Luke 16:19-31.” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang
tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang
paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Kepermanenan di
surga / neraka ini bertentangan dengan:
a) Ajaran yang mengatakan adanya
‘second chance’ (= kesempatan kedua).
Mereka berkata bahwa kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka
nanti akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat penantian.
Lebih sesat dari itu adalah ajaran Andereas
Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati, rohnya bisa
gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa diinjili dan
bisa bertobat dan diselamatkan. Ini semua adalah ajaran sesat, dan jelas
bertentangan dengan cerita ini, karena dalam cerita ini orang kaya itu jelas
sekali menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa diselamatkan / diampuni!
William Hendriksen: “it will become clear that the one great
truth here emphasized is that once a person has died, his soul having been
separated from his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed
forever. There is no such thing as a ‘second’ chance” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran
besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati,
setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau
dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.
b) Ajaran yang mengatakan bahwa
hukuman di neraka itu hanya bersifat sementara.
Saya ingin memberikan beberapa
kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26 yang diberi
judul ‘The Bridgeless Gulf ’
(= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).
Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to
bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its
floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be
made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia ’s
glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron,
and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara .
This very week I saw the first chains which span the deep rift through which
the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge
across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings
could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no
human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which
no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of
joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the
wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so
that there can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani
banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa
diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air
terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif
terdengar di atas gemuruh Niagara . Minggu yang
baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan
Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga
manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi
oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak
pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan
dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam
mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang
suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia
yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, hal 414.
Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for
ever”
(= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
hal 418.
Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall
be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the
eternal Sabbath”
(= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya.
Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
hal 419-420.
Catatan:
kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.
Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so
nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to
dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the
fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm.
See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell;
it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet;
everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease,
there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is
no pause in hell’s torments”
(= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian
juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus
tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan
tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air
surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga
adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di
neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan,
tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin
topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya.
Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan,
tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan
neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, hal 421.
Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with
God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are
unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity,
but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang
manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi
mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk
belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
hal 421.
Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the
celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without
relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without
end”
(= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah
penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa
pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
hal 422.
Spurgeon: “There is only one thing that I know of in
which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to
come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never
being spent”
(= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu
bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang,
murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan
dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 422.
Kalau ada saudara
yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata
Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum
terlambat!
6) Penyesalan setelah kematian tidak ada gunanya
(ay 27-31).
Kalau orang kaya
itu begitu ingin bahwa saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti
ia sendiri juga sangat ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata aku dulu mau
mempedulikan Injil yang diberitakan oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku
...’. Ini semua sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada
Yesus, lakukanlah sekarang. Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan tidak
berguna!
Louis Berkhof: “It (Scripture) also
invariably represents the coming final judgment as determined by the things
that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way
on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa penghakiman
terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak
pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa yang
terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang
keduakalinya] - ‘Systematic Theology’, hal 693.
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,
sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis
bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani memang digunakan
kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini.
Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti hanya tergantung pada apa yang
dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang
dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.
Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati
itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa
bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam
penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya
selama ia berada dalam tubuhnya.
IV) Mengapa Lazarus masuk surga dan orang kaya masuk neraka?
Apakah ini
disebabkan karena Lazarus miskin dan menderita selama hidupnya di dunia
sedangkan orang kaya hidup enak? Jadi setelah kematian keadaan lalu dibalik?
Apakah kata-kata Abraham dalam ay 25 mengajarkan hal itu? Ay 25: “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah,
bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus
segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Tidak, bukan itu alasannya. Abraham
kaya tetapi ia masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan
setelah mati lalu masuk neraka!
Kalau begitu karena apa?
1) Untuk
orang kaya.
a) Ia jelas mempunyai banyak dosa, termasuk dosa
pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.
William Barclay: “As someone said, ‘It was not what Dives did
that got him into gaol; it was what he did not do that got him into hell.’ ...
It is a terrible warning that the sin of Dives was not that he did wrong
things, but that he did nothing” (= Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang
dilakukan oleh Dives yang memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak
dilakukannya yang memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu
peringatan yang mengerikan bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal
yang salah, tetapi bahwa ia tidak melakukan apa-apa) - hal 214.
Catatan: yang disebut dengan ‘Dives’ adalah
orang kaya itu. Kata itu berasal dari kata Latin yang artinya ‘kaya’.
Bandingkan kata-kata Barclay di atas
dengan:
· Yak 4:17
- “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
· Mat 25:41-45
- “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka
yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat
Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau
sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu
lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya
juga untuk Aku”.
Karena itu pada saat memikirkan dosa,
jangan hanya memikirkan hal salah yang saudara perbuat, tetapi pikirkan juga
hal baik yang tidak saudara lakukan, seperti:
¨
tidak
ke gereja.
¨
tidak
belajar Firman Tuhan.
¨
tidak
berdoa.
¨
tidak
melayani Tuhan / memberitakan Injil.
¨
tidak
mengasihi Allah.
¨
tidak
menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
¨
dan
sebagainya.
b) Ia tidak percaya kepada Kristus.
Dari mana kita
tahu bahwa ia bukan orang percaya?
· dari ajaran seluruh Kitab Suci yang mengatakan
bahwa orang percaya pasti diampuni dan masuk surga, sedangkan orang yang tidak
percaya pasti masuk neraka.
· Bandingkan dengan Wah 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan
api itu”.
Orang kaya itu tidak punya nama; itu
menunjukkan ia bukan orang percaya. Lazarus punya nama; itu menunjukkan ia
orang percaya.
· Ay 29: “Tetapi
kata Abraham: Ada
pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian
itu”.
Norval Geldenhuys (NICNT): “From these words it follows that the rich man was lost
because he did not listen to the Law and the Prophets, and not because he was
rich” (= Dari
kata-kata ini terlihat bahwa orang kaya itu terhilang karena ia tidak
mendengarkan pada Hukum Taurat dan kitab para nabi, dan bukan karena ia kaya) - hal 430.
Dalam kontex
Kitab Suci maka jelaslah bahwa point b) ini harus lebih ditekankan dari pada
point a) di atas. Semua orang punya banyak dosa, baik aktif maupun pasif. Itu
tidak menghalangi mereka masuk ke surga asal mereka mau percaya kepada Kristus.
Tetapi orang yang tidak percaya kepada Kristus betapapun baik / saleh hidupnya
dan betapapun sedikitnya dosanya, akan masuk ke neraka, karena ia tetap adalah
orang berdosa yang harus dihukum untuk dosa-dosanya.
2) Untuk Lazarus.
Ia pasti juga
adalah orang berdosa, tetapi ia adalah orang yang percaya. Ini menyebabkan ia
masuk surga.
V) Tanggapan kita.
1) Untuk orang yang belum percaya.
Cepatlah
bertobat dan percaya kepada Kristus (bdk. Kis 16:31 Yoh 3:16).
a) Jangan mencari mujijat dulu
baru mau percaya. Mengapa?
·
Karena Tuhan tidak selalu mau memberi mujijat
(ay 27-31 bdk. 1Kor 1:22-23).
·
Adanya mujijat tidak menjamin seseorang menjadi
percaya (ay 30-31). Bandingkan dengan Yoh 11:47-53 Yoh 12:9-11 yang menunjukkan adanya
mujijat, yaitu pembangkitan Lazarus oleh Yesus, tetapi yang terjadi bukannya
pertobatan dari orang-orang Yahudi, tetapi sikap tegar tengkuk, yang mereka
wujudkan dengan ingin membunuh Yesus maupun Lazarus.
b) Kita mempunyai Kitab Suci lengkap,
bukan hanya Perjanjian Lama.
Kalau kelima
saudara orang kaya itu tidak diberi mujijat, dan dianggap bisa percaya /
bertobat karena mereka mempunyai Perjanjian Lama, apalagi kita yang hidup dalam
jaman Perjanjian Baru, yang mempunyai seluruh Kitab Suci (Perjanjian Lama +
Perjanjian Baru)!
Kitab Suci ini,
khususnya Perjanjian Baru, memberitahu kita tentang kematian Yesus untuk
dosa-dosa kita dan bahwa dengan percaya kepada Yesus kita pasti selamat.
Kita memang
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan orang-orang jaman Perjanjian Lama,
yang hanya mempunyai Perjanjian Lama. Tetapi adanya keuntungan itu memberikan
kita tanggung jawab yang lebih besar. Kalau kita tetap tidak percaya kepada
Kristus, maka kita pasti akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari pada
mereka yang tidak percaya / bertobat pada jaman Perjanjian Lama. Bdk. Luk 12:47-48.
Karena itu cepatlah percaya, sebelum terlambat.
2) Untuk saudara yang sudah percaya tetapi hidup
menderita.
Penderitaan bisa
disebabkan karena dosa. Jadi periksalah hidup saudara. Kalau memang ada dosa,
bertobatlah.
Tetapi
penderitaan menimpa saudara belum tentu karena dosa. Bisa justru karena saudara
taat kepada Tuhan. Kalau ini kasus saudara, maka jangan menganggap Tuhan tidak
adil. Jangan hanya melihat bagian yang kelihatan, lihatlah / renungkanlah
bagian yang tidak kelihatan dalam cerita ini. Tetaplah ikut Tuhan dalam suka
maupun duka. Nanti saudara akan bertemu Dia dalam Kerajaan Surga.
-AMIN-