Sekelumit tentang Kharismatik
I) Sejarah singkat.
- Gereja Pentakosta mulai ada pada kurang lebih tahun 1901.
* Kalau
pada awal abad ke 16 muncul gereja Protestan dari kalangan gereja Roma Katolik,
maka pada awal abad 20 muncul gereja Penta-kosta dari kalangan gereja
Protestan. Tetapi timbulnya Protestan disebabkan karena
penyimpangan-pengimpangan dalam gereja Roma Katolik dan keinginan para tokoh
Reformasi (Martin Luther, John Calvin dsb) untuk kembali pada ajaran kristen
yang sudah ada sejak abad pertama (Back
to the Bible). Sedangkan pecahnya Pentakosta dari Protestan menimbulkan
ajaran dan praktek yang baru.
Catatan:
Kalau saudara ingin tahu tentang
munculnya gereja Protestan dari antara gereja Roma Katolik, bacalah buku saya
yang berjudul “Roma Katolik vs Kristen
Protestan”.
* Peristiwa
ini dimulai dengan adanya seorang perempuan yang bernama Agnes Ozman, yang
dianggap sebagai orang pertama yang mencari baptisan Roh Kudus dengan bahasa
Roh dan menerimanya. Peristiwa yang terjadi di Azusa Street pada tanggal 1
Januari 1901 dan inilah yang melahirkan gerakan / gereja Pentakosta (John F.
MacArthur, Jr. dalam buku ‘The
Charismatics’, p 62).
- Selama lebih kurang 50 tahun aliran Pentakosta itu tetap merupakan suatu aliran yang kecil, tetapi pada tahun 1955 mulai menyebar.
- Pada bulan April 1960, rektor dari Episcopal Church di Van Nuys, California, yang bernama Dennis Bennet mengumumkan kepada jemaat bahwa ia menerima baptisan Roh dan bahasa Roh / lidah. Peristiwa ini masuk televisi dan surat kabar di Amerika, dan juga masuk buku-buku, dan peristiwa ini disebut-sebut sebagai peristiwa yang menyebabkan ter-sebarnya gerakan Kharismatik.
- Sesuatu yang perlu diperhatikan dari sejarah singkat Kharismatik ini adalah bahwa Kharismatik baru muncul pada abad ke 20! Kalau memang ajaran Kharismatik ini berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan lebih dari 19 abad untuk menemukannya?
II) Istilah ‘Kharismatik’.
Kata Yunani CHARIS berarti Grace (= kasih karunia).
Kata Yunani CHARISMA berarti Gift (= karunia).
Kata Yunani CHARISMATA berarti Gifts (= Karunia-karunia).
Penggunaan kata CHARISMA / CHARISMATA
sangat luas:
- Dalam Ro 12:6 dan 1Kor 12:4, CHARISMA berarti karunia-karunia untuk melayani.
- Dalam Ro 1:11, CHARISMA tidak menunjuk pada karunia-karunia untuk melayani, tetapi mungkin menunjuk kepada penguatan iman (baca Ro 1:12).
- Dalam 2Kor 1:11, CHARISMA menunjuk pada pembebasan yang dialami oleh Paulus (baca 2Kor 1:10). Karena itu, NASB menterjemahkan favor (= kemurahan hati / bantuan / pertolongan), dan NIV menterjemahkan gracious favor (= bantuan / pertolongan yang murah hati).
- Dalam 1Kor 7:7, CHARISMA menunjuk pada karunia menikah dan karu-nia membujang (celibat).
- Dalam Ro 11:29, Kitab Suci Indonesia salah terjemahan karena kata Yunani yang digunakan adalah CHARISMATA dan karena itu, seharus-nya bukan diterjemahkan ‘kasih karunia’ tetapi ‘karunia-karunia’. Dan di sini, kata itu menunjuk pada hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepada Israel.
- Dalam Ro 5:15a,16b, kata CHARISMA menunjuk kepada kebenaran dan hidup di dalam Kristus.
- Dalam Ro 6:23, CHARISMA menunjuk pada hidup kekal.
Kesimpulan:
CHARISMA / CHARISMATA adalah suatu
istilah yang sangat flexible, karena
istilah itu bisa digunakan dalam banyak arti. Tapi arti-arti yang banyak itu
bukannya tidak berhubungan satu dengan yang lain. Semua CHARISMA / CHARISMATA
adalah perwujudan dari CHARIS (= kasih karunia) dan setiap perwujudan dari
CHARIS adalah CHARISMA / CHARISMATA (bdk. Ro 12:6a).
Dari sini kita bisa mendapatkan
beberapa hal:
1) Menggunakan
istilah ‘Kharismatik’ untuk menyebut satu golongan orang kristen sebetulnya
adalah salah! Seseorang bisa menjadi orang kristen jelas karena kasih karunia Allah (bdk. Ef
2:8-9). Itu adalah karunia Allah bagi orang itu. Jadi, sebetulnya setiap orang
kristen adalah ‘orang Kharismatik’! Dan karena keberadaan gereja juga adalah
perwujudan kasih karunia Allah, maka sebetulnya setiap gereja adalah ‘gereja
Kharismatik’!
Catatan:
Karena istilah ‘Kharismatik’ ini sudah
terlanjur digunakan secara salah (salah kaprah), maka dalam buku ini saya tetap
menggunakan istilah itu sesuai dengan penggunaan pada umumnya.
2) Ajaran
yang memisahkan karunia-karunia untuk pelayanan menjadi 2 golongan, yaitu
karunia-karunia yang bersifat kharismatik (seperti bahasa roh, nubuat, dsb)
dan karunia-karunia yang bersifat non kharismatik (seperti mengajar, dsb)
adalah salah! Semua karunia-karunia merupakan perwujudan dari kasih karunia
Allah, dan karena itu sebetulnya semua karunia-karunia itu bersifat
kharismatik!
3) Memisahkan
sama sekali antara ‘karunia-karunia Roh’ (untuk pelayanan) dan ‘buah Roh’
adalah sesuatu yang salah! Memang ‘karunia-karunia Roh’ berbeda dengan ‘buah
Roh’. Tetapi keduanya adalah perwujudan dari kasih karunia Allah. Jadi,
sebetulnya buah Roh juga termasuk ka-runia!
III) Mengapa Kharismatik tumbuh begitu cepat?
1) Pada
umumnya ajarannya enak didengar telinga (bdk. 2Tim 4:3-4).
Contoh:
·
Pada
umumnya mereka memang menegur dosa, tetapi lalu mengata-kan bahwa hal itu
disebabkan karena adanya roh tertentu dalam diri kita (roh zinah, roh
kemalasan, dsb). Cara mengkambinghitamkan roh jahat / melemparkan kesalahan
kepada roh jahat seperti ini menye-babkan jemaat tidak merasa sakit hati /
marah karena teguran itu.
·
Pada
umumnya mereka mengajarkan bahwa orang kristen yang sakit pasti sembuh, orang
kristen pasti kaya, bebas dari kesukaran, dsb.
Ajaran seperti ini jelas jauh lebih
enak didengar telinga dari pada ajaran yang menunjukkan bahwa kalau ikut Yesus
berarti kita meng-ambil jalan yang sempit (Mat 7:13-14), atau ajaran yang
mengharus-kan kita untuk menyangkal diri dan memikul salib (Mat 16:24),
atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau kita mengikut Yesus kita pasti akan
mengalami segala penderitaan dan penganiayaan dari dunia (Mat 5:10-12 Yoh 15:18-20) dsb.
Catatan: Tidak ada keseragaman dalam ajaran
Kharismatik, sehingga bisa terjadi perbedaan yang sangat besar antara orang
Kharismatik yang satu dan orang Kharismatik yang lain. Tidak semua orang
Kharismatik mengajarkan bahwa orang kristen harus kaya, bebas dari problem,
dsb. Tetapi ada banyak yang mengajar begitu.
·
Khotbah-khotbahnya
pada umumnya dipenuhi dengan dongeng, ke-saksian dan lelucon, yang jelas lebih
mudah didengar dari pada suatu khotbah yang betul-betul mendalami Kitab Suci.
2) Penekanan
puji-pujian dan musik.
Ini bisa membuat orang yang sumpek
menjadi senang / lega. Tetapi harus diingat bahwa hal yang sama juga bisa
terjadi kalau orang mendengar musik duniawi. Pada umumnya ini merupakan
kelegaan / sukacita yang semu / sementara, kecuali kalau puji-pujian rohani dan
musik itu disertai dengan pengajaran Firman Tuhan yang baik.
3) Adanya
claim bahwa mereka bisa melakukan
mujijat.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan
berhubungan dengan hal ini:
·
Mujijat
/ sesuatu yang bersifat supranatural / gaib selalu menarik perhatian manusia
(pertunjukan debus, jaran kepang dan tenaga dalampun ditonton banyak orang!).
Kalau ada 2 kesaksian dimana yang satu
adalah kesaksian yang ‘biasa-biasa’ saja (misalnya seseorang bersaksi bahwa ia
disembuh-kan oleh Tuhan melalui seorang dokter), sedang yang satunya adalah
kesaksian tentang suatu mujijat kesembuhan, maka jelas bahwa kesaksian yang
kedua lebih menarik untuk didengar.
·
Orang
yang sakit berat yang secara medis sudah tidak ada harapan, tentu akan
coba-coba pergi ke gereja yang mengclaim
bisa memberi-kan kesembuhan ilahi.
Tetapi perlu diingat bahwa sekalipun
mujijat bisa mengumpulkan banyak orang, tetapi mujijat tidak menjamin
terjadinya pertobatan yang sejati. Contohnya bisa saudara lihat dalam
Yoh 6 dimana lebih dari 5000 orang yang dikenyangkan secara mujijat oleh
Yesus dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan itu (Yoh 6:1-15) akhirnya
meninggal-kan Yesus (Yoh 6:66). Bandingkan juga dengan Yoh 2:23-25 dan Yoh
11:45-53 yang jelas menunjukkan bahwa mujijat tidak menyebabkan orang
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus..
4) Suamnya
gereja-gereja Protestan pada umumnya!
Tidak adanya Injil, dan pemberitaan
Firman Tuhan / khotbah yang ‘asal jadi’ dalam banyak gereja Protestan yang
liberal ataupun yang suam, menyebabkan orang kristen yang haus secara rohani
lalu menjadi liar dan mencari kebutuhan rohani itu di gereja / persekutuan
Kharismatik. Kalaupun di situ mereka tidak mendapatkan Firman Tuhan yang bagus,
setidaknya pujian-pujian, musik, dan pembangkitan emosi dalam
kebak-tian-kebaktian itu membuat mereka menjadi lega (sekalipun mungkin sekali
kelegaan itu adalah sesuatu yang bersifat semu / sementara).
Karena itu, pendeta-pendeta gereja
Protestan yang melihat dombanya ‘dicuri’ oleh gereja / persekutuan Kharismatik
seharusnya bukannya menjadi marah kepada ‘pencuri domba’ itu, tetapi
seharusnya mengintrospeksi dan memperbaiki dirinya sendiri, khususnya dalam
hal khotbah / pemberitaan Firman Tuhan. Kalau mereka betul-betul memberikan
ma-kanan rohani yang baik, dan bukan khotbah yang ‘asal jadi’, pasti
domba-domba itu tidak akan lari (mungkin hanya kambing-kambingnya yang lari)!
Bdk. Yoh 10:3-5.
Catatan:
Bahwa gereja Kharismatik tumbuh pesat,
tidak menjamin bahwa mereka benar-benar tumbuh dalam pandangan Tuhan. Kalau
orang-orang itu datang ke gereja hanya untuk mendapat berkat / kesembuhan,
jelas itu tidak bisa disebut sebagai pertumbuhan yang sejati. Juga, ‘tumbuh
pesat’ tidak menjamin bahwa mereka diberkati oleh Tuhan atau bahwa ajaran
mereka itu benar. Banyak agama-agama lain, bahkan sekte-sekte sesat, yang juga
‘tumbuh pesat’!
IV) Hal-hal yang positif tentang Kharismatik.
1) Adanya
Injil.
Dibandingkan dengan kebanyakan gereja
Protestan, apalagi gereja-gere-ja Protestan yang sudah dikuasai golongan
Liberal (yang mempercayai bahwa di luar Kristus ada jalan keselamatan), maka
pada umumnya dalam gereja-gereja Kharismatik lebih banyak pemberitaan Injil
(sekalipun juga ada banyak di antara mereka yang menyelewengkan Injil, karena
mereka tidak menekankan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi sebagai
Pelaku mujijat / Penyembuh / Pemberi berkat / kekayaan).
2) Pada
umumnya mereka lebih berani.
Pada umumnya mereka lebih berani dalam
melakukan sharing, dan juga dalam
menyatakan Yesus sebagai Tuhan / Juruselamat, dan juga Yesus sebagai
satu-satunya jalan ke surga, kepada orang-orang yang beragama lain sekalipun.
Keberanian ini seharusnya ditiru oleh
gereja-gereja Protestan, yang biasanya selalu bersikap ‘bijaksana’ (atau
‘bijaksini’?) dengan tidak memberitakan Injil kepada orang non kristen.
3) Pada
umumnya mereka lebih berkobar-kobar bagi Tuhan, baik dalam hal melayani,
memberitakan Injil, mensharingkan
pengalaman mereka / ber-kat Tuhan yang mereka terima, mengajak orang lain ke
gereja, maupun dalam memberi persembahan (sekalipun dalam hal ini motivasinya
seringkali salah).
Adalah sesuatu yang aneh kalau orang
Protestan, yang sering mengang-gap bahwa dirinya lebih mengerti Firman Tuhan
dari pada orang Kharis-matik, ternyata menjadi suam dalam segala hal! Mungkin
orang Protestan perlu untuk membaca dan merenungkan Wah 3:15-16 yang
berbunyi: “Aku
tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya
jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak
dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu”.
4) Mereka
kelihatannya lebih berhasil menarik orang-orang beragama lain untuk masuk ke
gereja (termasuk orang-orang dari aliran kebatinan, orang-orang yang mempunyai black magic, bahkan orang-orang dari
dunia artis seperti bintang-bintang film, penyanyi dan orang-orang duniawi
lainnya).
5) Puji-pujian
dan musik.
Dalam hal ini mereka jauh lebih baik
dan lebih bersemangat. Tapi, se-kalipun ini adalah segi positif mereka,
seringkali di sini juga terletak kelemahan mereka karena:
·
Puji-pujian
yang terlalu lama itu (kadang-kadang mencapai satu setengah jam atau lebih)
mendesak pemberitaan Firman Tuhan. Pada waktu Firman Tuhan diberitakan jemaat
sudah lelah / loyo. Jemaat memang masih tetap bisa mendengar khotbah kalau
khotbahnya hanya berupa dongeng, kesaksian dan lelucon. Tetapi kalau
khot-bahnya berupa ‘makanan keras’, mereka akan kesulitan untuk berkon-sentrasi
dalam keadaan loyo seperti itu.
·
Puji-pujian
yang terlalu lama, menyebabkan banyak jemaat lalu sengaja datang terlambat / ngaret. Dan mereka ngaret secara tidak tanggung-tanggung, karena ada yang ngaret 1 jam bahkan lebih! Akhirnya
banyak orang terbiasa ngaret dalam
kebaktian lain.
Kalau saudara adalah orang kristen yang
sering ngaret, pikirkan bahwa saudara
adalah tentara Kristus (2Tim 2:3-4), yang seharusnya mempunyai
disiplin tinggi dan karenanya tidak patut untuk ngaret!
·
Emosi
yang dibangkitkan secara berlebih-lebihan menyebabkan me-reka mirip penggemar
musik rock. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah pada saat itu hati / pikiran
mereka betul-betul memuji Tuhan? Atau hanya sekedar melampiaskan emosi saja?
6) Emosi
yang ikut dilibatkan dalam kebaktian:
Kita memang harus berbakti bukan hanya
dengan otak, tapi juga dengan perasaan / emosi kita (bdk. Mat 22:37). Tetapi,
seringkali mereka terlalu melibatkan emosi, sehingga menjadi histeris
atau sehingga otak mereka sama sekali tidak dipakai. Ini tentu saja salah!!
Bandingkan dengan 1Kor 14:15 yang jelas mengharuskan penggunaan pikiran
dalam kebak-tian.
7) Pada
umumnya mereka lebih banyak berdoa dibandingkan dengan orang Protestan.
Tetapi perlu juga dipertanyakan: apa
yang mereka doakan? Hanya minta kesembuhan dan berkat / kekayaan? Kalau
demikian, tentu saja salah!
8) Pada
umumnya mereka lebih bisa mendengar Firman Tuhan (lebih tahan lama)
dibandingkan dengan orang Protestan, lebih-lebih dibandingkan dengan orang
Protestan dari gereja-gereja yang khotbahnya hanya se-kitar 20-25 menit!
9) Pada
umumnya mereka kelihatan lebih sukacita dibandingkan dengan orang Protestan.
10) Pada
umumnya gereja-gereja Kharismatik lebih bersatu.
Terhadap gereja Kharismatik yang
ber’merk lain’ mereka tidak bersaing-an, bahkan tetap mau mendukung pada waktu
mengadakan KKR dsb. Ini berbeda sekali dengan kebanyakan gereja Protestan, yang
sama sekali tidak mau tahu dengan sesama gereja Protestan yang ber’merk lain’,
dan yang bahkan seringkali menganggap gereja ‘merk lain’ itu sebagai
saing-annya! Ini tidak mirip dengan orang yang buka gereja tetapi mirip dengan
orang yang buka warung, yang lalu menganggap warung ‘merk lain’ sebagai
saingannya.
V) Kesalahan Utama Kharismatik.
Kesalahan utama Kharismatik adalah
dalam hal penggunaan Kitab Suci.
1) Ajaran mereka sering didasarkan pada ‘Kitab
Suci + sesuatu’.
‘Sesuatu’ itu bisa berupa pengalaman,
penglihatan, mimpi, nubuat, kata-kata Tuhan secara langsung, Rhema, dsb.
Bahkan ada banyak orang Kharismatik yang
lebih mengandalkan ‘sesuatu’ ini dari pada Kitab Suci / Firman Tuhannya
sendiri.
Bandingkan dengan semboyan Reformasi,
yaitu SOLA SCRIPTURA (= hanya Kitab Suci).
2) Mereka
sering menggunakan Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) yang salah.
Contoh:
a) Mereka hanya melihat / menyoroti ayat-ayat
tertentu dari Kitab Suci dan menutup / mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci
yang lain, yang berhubungan dengan ayat-ayat yang mereka soroti itu.
Misalnya: mereka hanya melihat
Mat 7:7-8 dan lalu berkata bahwa semua doa pasti dikabulkan, dan mereka
mengabaikan:
·
Mat 7:11
yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan permintaan ‘yang baik’. Dan perlu
diingat bahwa karena kebodohan kita, maka ‘baik’ menurut Tuhan bisa saja ‘tidak
baik’ menurut kita, dan sebaliknya (bdk. Yes 55:8-9).
·
1Yoh 5:14
yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan doa kita kalau kita meminta sesuatu
‘menurut kehendakNya’.
·
2Kor 12:1-10
yang menunjukkan bahwa doa Pauluspun bisa tidak dikabulkan oleh Tuhan!
b)
Dalam
Kitab Suci ada:
·
bagian-bagian
yang bersifat descriptive (=
menggambarkan).
Ini mencakup semua bagian Kitab Suci
yang merupakan cerita historis. Bagian-bagian ini hanya menggambarkan apa yang
terjadi pada saat itu, tetapi tidak memaksudkan untuk menggunakan hal itu
sebagai rumus / norma.
Contoh:
*
Peristiwa
Yesus dan Petrus berjalan di atas air (Mat 14:22-33) memang betul-betul
terjadi, dan Tuhan bisa saja mengulang hal itu pada jaman ini, kalau Dia mau.
Tetapi bagian ini tentu bukan maksudnya untuk dijadikan hukum / norma dalam
hidup kita, seakan-akan semua orang kristen harus bisa berjalan di atas air!
*
Peristiwa
kebangkitan Lazarus (Yoh 11) memang betul-betul terjadi, dan Tuhan bisa
saja mengulangnya pada jaman ini, ka-lau Ia mau. Tetapi bagian ini tentu tidak
boleh dijadikan dasar untuk mengajar bahwa Tuhan selalu mau membangkitkan orang
kristen yang mati! Hal yang sama berlaku untuk penyembuhan-penyembuhan yang
dilakukan oleh Yesus. Itu hanyalah bagian descriptive,
dan karenanya bukan merupakan norma / hukum!
·
bagian-bagian
yang bersifat didactic (= mengajar).
Ini mencakup semua bagian Kitab Suci
yang bersifat pengajaran, dan ini adalah bagian-bagian yang betul-betul
merupakan hukum / norma.
Contoh:
*
Yoh 3:16
memang merupakan norma / hukum: semua / setiap orang yang percaya kepada Yesus
tidak akan binasa tetapi beroleh hidup yang kekal!
*
1Tes
5:16-18 memang merupakan norma: semua orang kristen harus bersukacita, berdoa
dan mengucap syukur senantiasa.
*
10
hukum Tuhan (Kel 20:3-17) jelas juga merupakan hukum / norma.
Tetapi, orang-orang Kharismatik pada
umumnya tidak mengerti prinsip Hermeneutics ini dan mereka menggunakan
bagian-bagian yang ber-sifat descriptive
sebagai hukum / norma, seakan-akan itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Contoh:
¨ mereka menganggap Kis 2:1-13
(rasul-rasul berbahasa Roh pada saat menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta)
sebagai dasar bahwa orang kristen harus berbahasa Roh / lidah. Padahal bagian
ini adalah bagian yang bersifat descriptive
(= menggambarkan), sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma.
¨ mereka menggunakan cerita-cerita dimana
Yesus menyembuhkan orang sakit sebagai dasar bahwa semua orang kristen yang
sakit pasti disembuhkan. Padahal ini adalah bagian yang bersifat descriptive, sehingga tidak boleh
dijadikan hukum / norma.
Mengapa bisa terjadi kesalahan-kesalahan
seperti ini? Salah satu alasan adalah karena orang Kharismatik menjadi pendeta
/ pengkhotbah / pengajar Firman Tuhan tanpa melalui pendidikan Theologia. Ini
disebab-kan karena mereka percaya bahwa:
1. Roh Kudus bisa mengajar mereka secara
langsung.
Sekalipun Roh Kudus bisa mengajar
langsung, tetapi perlu diingat bahwa Ia pada umumnya mengajar menggunakan
manusia / hamba-hamba Tuhan (bdk. Ef 4:11-dst).
2. Rasul-rasul juga tidak sekolah Theologia,
tetapi tetap bisa dipakai dengan hebat oleh Tuhan. Untuk ini perlu diingat
bahwa sekalipun rasul-rasul tidak sekolah Theologia, tetapi:
a. Mereka menguasai bahasa Ibrani dan Yunani,
yang merupakan bahasa asli Kitab Suci. Dengan demikian mereka tidak perlu
mempelajari hal itu. Ini tentu berbeda dengan kita yang tidak menguasai bahasa
Ibrani maupun Yunani, sehingga harus mempelajarinya di sekolah Theologia.
b. Mereka hidup di Palestina pada jaman
penulisan Kitab Suci sehingga mereka tahu segala latar belakang, tradisi,
kebudayaan dsb, yang tidak kita ketahui kecuali kita mau mempelajarinya.
c. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang dari
kecil dididik dalam pengajaran Firman Tuhan yang kuat (jelas sangat berbeda
dengan Sekolah Minggu jaman sekarang).
d. Mereka ikut Yesus selama tiga setengah tahun
dan melihat hidup Yesus yang suci, melihat mujijat-mujijat Yesus, dan mendengar
ajaran-ajaran Yesus secara langsung. Ini tentu lebih hebat dari sekolah
Theologia yang manapun!
Memang sekarang ada banyak pendeta
Kharismatik yang melalui pendidikan sekolah Theologia, tetapi banyak dari
mereka belajar di sekolah Theologia dimana dosen-dosennya tidak pernah sekolah
Theo-logia! Ini seperti orang buta menuntun orang buta!
Tidak adanya pendidikan Theologia ini
menyebabkan mereka tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci),
sehingga mereka menafsirkan banyak bagian Kitab Suci secara salah!
Pengalaman dan petunjuk Tuhan
di luar Kitab Suci
Pada pelajaran 1 telah kita pelajari bahwa kesalahan utama /
dasar dari Kharismatik adalah bahwa ajaran mereka didasarkan pada ‘Kitab Suci +
sesuatu’. Yang dimaksud dengan ‘sesuatu’ itu bisa berupa macam-macam hal
seperti:
·
pengalaman.
· ajaran-ajaran
yang didapatkan melalui nubuat / bahasa Roh / mimpi / penglihatan /
pendengaran.
·
suara
Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita / RHEMA.
Pada pelajaran ini kita akan membahas hal-hal tersebut.
I) Pengalaman.
1) Dalam
kalangan Kharismatik sering ada pengalaman-pengalaman yang aneh-aneh, seperti:
·
seseorang
melihat Tuhan dalam acara televisi.
Yang dimaksud bukannya ada film dalam
TV dan Tuhan mengguna-kan film itu untuk berbicara kepadanya. Tetapi maksudnya
adalah bahwa tahu-tahu Tuhan muncul dalam acara TV untuk menggantikan acara TV
yang ada saat itu dan berbicara kepadanya!
·
seseorang
berhasil mengajar anjingnya memuji Tuhan dengan suatu unknown bark (= salakan / gonggongan yang tidak dikenal).
·
seseorang
diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat foto dari mata-hari terbit, dan pada
waktu foto itu jadi, ada bayangan Allah dalam foto itu. Ia lalu menjual foto
itu dengan harga $ 9.95 per buah.
·
seseorang
bersaksi bahwa ia mengalami kematian, pergi ke surga dan neraka, lalu kembali
ke bumi dan hidup lagi.
·
seorang
pengkhotbah mengaku berulang-ulang melihat Yesus pada waktu ia sedang
berkhotbah.
·
seorang
pengkhotbah mengaku bahwa ia diajar langsung oleh Tuhan selama 40 hari dan 40
malam tentang arti dari seluruh Kitab Suci.
Cerita-cerita yang aneh-aneh seperti
itu diterima dengan mudah oleh kebanyakan orang Kharismatik tanpa memeriksa
/ menguji dahulu apakah pengalaman-pengalaman itu sesuai dengan Kitab Suci
atau tidak. Padahal Kitab Suci dengan jelas menyuruh kita untuk menguji hal-hal
seperti itu (bdk. 1Tes 5:21 1Yoh 4:1).
1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang
baik”.
1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya
akan se-tiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari
Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia”.
Sekalipun kita percaya bahwa Allah itu
mahakuasa dan bisa saja melakukan hal yang aneh / spektakuler, tetapi perlu
dipertanyakan:
a) Apakah
pengalaman itu sesuai dengan Kitab Suci?
Ingat bahwa Allah tidak mungkin
memberikan pengalaman yang ber-tentangan dengan FirmanNya!
Misalnya kalau ada orang yang berkata
bahwa Allah membawa dia ke neraka supaya bisa menyaksikan neraka kepada
orang-orang lain, tetapi ia lalu menggambarkan neraka itu secara berbeda dengan
apa yang digambarkan oleh Kitab Suci (misalnya dengan mengatakan bahwa neraka
itu ada di perut bumi), maka itu jelas tidak boleh dipercaya. Ada 2 kemungkinan: atau orang itu sekedar
mengarang bualan / cerita dusta, atau ia diberikan wahyu oleh setan!
b) Apa
tujuan Allah memberikan pengalaman yang aneh itu?
Allah tidak mungkin sekedar memberikan
sesuatu yang aneh tanpa ada tujuan apa-apa! Misalnya orang yang anjingnya
menggonggong dengan gonggongan yang tidak dikenal. Apa gerangan maksud Allah
memberikan hal seperti itu? Allah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan
bagi anak-anakNya (bdk. Ro 8:28), bukan memberikan hal spektakuler yang tidak
berguna!
2) Dalam
Kharismatik, pengalaman sering lebih diutamakan / dipentingkan dari Kitab
Suci.
Seorang Kharismatik berkata: “Aku tidak peduli apa yang
dikatakan oleh Kitab Suci. Aku mempunyai pengalaman!”.
Sekalipun tidak semua orang Kharismatik
mempunyai pandangan seperti itu, tetapi ada banyak dari mereka yang
mementingkan pengalamannya lebih dari Kitab Suci. Kalau mereka menceritakan
pengalamannya, dan kita lalu mendebatnya dan menunjukkan bahwa pengalaman itu
tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka reaksi yang sering muncul adalah: “Pokoknya aku mengalami hal itu!”. Bukankah ini menunjukkan bahwa ia
lebih mementingkan pengalamannya dari Kitab Suci? Ini adalah sesuatu yang
berbahaya, karena pengalaman bisa diberikan oleh setan!
3) Dalam
Kharismatik, pengalaman sering dianggap sebagai fakta.
Ada 2 hal yang perlu saudara ketahui:
a) Pengalaman
belum tentu betul-betul adalah fakta / kebenaran.
Mengapa demikian? Karena pengalaman itu
masih membutuhkan penafsiran / analisa! Supaya saudara bisa mengerti apa yang
saya maksudkan, perhatikan contoh-contoh di bawah ini:
· ada
seorang yang sembuh dari penyakitnya setelah didoakan oleh seorang pendeta. Ia
lalu bersaksi bahwa ia mengalami kesembuh-an dari Tuhan. Apakah ini adalah suatu
fakta / kebenaran? Sebe-tulnya belum tentu! Karena bisa saja pendeta itu
sebetulnya adalah nabi palsu yang menyembuhkan dengan menggunakan nama Yesus
(bdk. Mat 7:22-23). Tetapi orang Kharismatik pada umumnya tidak memikirkan
kemungkinan seperti ini.
· ada
orang kristen yang dirasuk setan. Orang Kharismatik lalu menganggap itu sebagai
fakta / kebenaran, dan mereka lalu mengajarkan bahwa orang kristen bisa dirasuk
setan. Tetapi, bisakah dipastikan kalau orang yang kerasukan itu adalah orang
kristen yang sejati? Ingat bahwa 11 murid Yesus saja tidak tahu kalau Yudas
Iskariot bukanlah orang kristen sejati! Dan pastikah bahwa orang itu kerasukan
setan? Apakah bukan sekedar gejala kejiwaan? Orang Kharismatik pada umumnya
mengabaikan ke-mungkinan-kemungkinan seperti ini.
b) Kalau suatu pengalaman betul-betul adalah
fakta / kebenaran, maka Kitab Suci tidak mungkin bertentangan dengan pengalaman
itu.
Misalnya pada tahun 1492, Columbus mengalami dan
membuktikan bahwa bumi ini bulat. Maka Kitab Suci tidak boleh menabrak fakta
ini. Kata-kata ‘ujung bumi’ di dalam Kitab Suci (Misalnya: Maz 19:5 Yes 40:28) tidak boleh ditafsirkan sekan-akan
Kitab Suci mengajarkan bahwa bumi ini berbentuk seperti meja segi empat.
4) Dalam
Kharismatik, pengalaman satu orang diharuskan menjadi pengalaman orang yang
lain. Ini adalah sesuatu yang sangat lazim dalam kalangan Kharismatik.
Misalnya:
·
ada
seseorang yang sakit. Ia lalu berdoa dan ia disembuhkan secara mujijat. Maka ia
lalu beranggapan bahwa semua orang kristen yang sakit pasti akan disembuhkan
secara mujijat kalau mereka berdoa.
·
ada
orang kristen yang mendapatkan karunia bahasa Roh. Ini me-nyebabkan ia lalu
beranggapan bahwa semua orang kristen harus bisa berbahasa Roh.
Sikap semacam ini jelas adalah sikap
yang salah, karena dalam Kitab Suci saja terlihat dengan jelas bahwa pengalaman
seseorang belum tentu bisa menjadi pengalaman orang yang lain.
Memang ada pengalaman yang berlaku
umum. Ini adalah pengalaman yang betul-betul mempunyai dasar Kitab Suci.
Misalnya: Kitab Suci men-janjikan bahwa orang yang percaya dan mentaati Yesus
akan menda-patkan damai dan sukacita (Mat 11:28 Yes 48:18 Yoh 14:27 Gal 5:22-23). Maka kalau saya, atau siapapun
juga, mau percaya kepada Yesus, pasti akan mendapatkan damai dan sukacita.
Tetapi ada juga pengalaman yang hanya
terjadi pada satu atau beberapa orang saja.
Misalnya:
·
sekalipun
Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati, itu tidak berarti bahwa semua
orang kristen yang mati juga akan dibangkitkan setelah 4 hari!
·
sekalipun
Petrus bisa berjalan di atas air, itu tidak berarti bahwa semua orang kristen
harus bisa berjalan di atas air!
Adanya pertentangan antara apa yang
dialami oleh seseorang dan apa yang dialami oleh orang yang lain, menunjukkan
bahwa pengalaman setiap orang tidak selalu sama.
Misalnya:
·
apa
yang dialami oleh orang yang menerima Roh Kudus? Dalam Kis 2:1-4 ada bunyi
seperti tiupan angin keras, lidah-lidah api yang hinggap pada kepala mereka,
dan lalu ada bahasa Roh. Dalam Kis 10:44-46 hanya ada bahasa Roh. Dalam
Kis 19:6 ada bahasa Roh dan nubuat. Dalam Kis 2:41 tidak ada apa-apa!
·
Petrus
masuk penjara 2 x dan 2 x juga ia dibebaskan secara mujijat
(Kis 5:19 Kis 12:6-11). Paulus
juga mengalami hal seperti itu, sekali-pun mujijatnya berbeda
(Kis 16:19-dst). Tetapi Yohanes Pembaptis masuk penjara dan lalu dipenggal
(Mat 14:1-12). Demikian juga dengan Yakobus (Kis 12:1-2).
·
Seorang
pendeta berkata: pada waktu Petrus berkhotbah (pada hari Pentakosta -
Kis 2), ia mendapatkan 3000 orang bertobat. Tetapi pada waktu Stephanus
berkhotbah, ia mendapatkan 3000 batu (Kis 6-7)!
II) Mimpi, nubuat, bahasa Roh, pendengaran, penglihatan.
Jelas sekali bahwa dalam Kitab Suci
Tuhan memang sering menggunakan cara-cara / hal-hal
ini untuk berbicara kepada manusia. Tetapi persoalannya, apakah sampai jaman
sekarangpun Tuhan masih menggunakan cara-cara itu untuk berbicara kepada
manusia?
A) Pandangan
Kharismatik.
1) Tuhan jelas masih menggunakan cara-cara
tersebut untuk berbicara kepada manusia, karena Tuhan itu tidak berubah (Ibr
13:8).
Tanggapan saya:
Terlepas dari masih atau tidaknya Tuhan
berbicara kepada manusia melalui hal-hal tersebut, perlu kita ketahui bahwa
sekalipun Yesus tidak berubah, itu tidak berarti bahwa Ia pasti terus
melakukan apa yang dahulu pernah Ia lakukan. Misalnya: Ia pernah menciptakan
alam semesta, tetapi Ia tidak mengulangi hal itu. Tuhan pernah menghukum
seluruh bumi dengan air bah, tetapi Ia bahkan berjanji tidak akan melakukannya
lagi (Kej 9:9-17). Yesus pernah mati di atas kayu salib, dan Ia tidak
melakukan hal itu lagi (Ibr 9:27-28). Dahulu Allah berbicara kepada
umatNya dengan perantaraan nabi-nabi, tetapi pada zaman akhir Ia berbicara
kepada umatNya dengan perantaraan Yesus (Ibr 1:1). Jadi, sekalipun Yesus
tidak berubah, bisa saja Ia tidak melakukan lagi apa yang dahulu pernah Ia
lakukan!
2) Kis 2:17-21 menunjukkan bahwa Tuhan
masih menggunakan hal-hal itu untuk berbicara kepada manusia. Jadi, mimpi,
nubuat dll yang ada dalam Kitab Suci hanyalah suatu model. Semua itu tetap
terjadi pada saat ini.
Tanggapan saya:
Perlu diketahui bahwa Kis 2:17-21
(kutipan Petrus tentang nubuat nabi Yoel) bisa saja diartikan bahwa mimpi,
penglihatan dsb itu hanya terjadi setelah hari Pentakosta sampai selesainya
penulisan Kitab Suci, dan tidak mesti diartikan sampai Yesus datang kembali.
3) Banyak orang Kharismatik yang bahkan lebih
menekankan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan melalui nubuat, bahasa Roh,
penglihatan, pendengaran dsb, dari pada Kitab Suci / Firman Tuhan sendiri.
Banyak orang Kharismatik, yang kalau ingin mengetahui kehendak Tuhan, bukannya
mencari / mempelajarinya dalam Kitab Suci, tetapi meminta Tuhan memberinya
petunjuk melalui nubuat, penglihatan, dsb.
Tanggapan saya:
Ini jelas salah. Kitab Suci tidak boleh
diabaikan, tetapi harus dipelajari sehingga kita bisa mengetahui kehendak
Tuhan.
B) Pandangan
Anti Kharismatik.
1) Orang-orang yang anti Kharismatik, seperti
John F. MacArthur, Jr. dan Victor Budgen, menganggap bahwa jaman sekarang Tuhan
sudah tidak lagi menggunakan mimpi, nubuat, dll, untuk berbicara kepada
manusia. Mereka berpendapat bahwa kalau pada jaman sekarang hal itu masih
terjadi, maka itu akan merusak otoritas dari Kitab Suci dan akan menyebabkan
orang kristen mengabaikan Kitab Suci.
2) Dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’,
hal 135, Victor Budgen mengutip kata-kata dari Martin Luther (1483-1546) yang
berkata sebagai berikut:
“The
Scripture is so full, that as for visions and revelations, nec curo, nec
desidero, I neither regard nor desire them” (= Kitab Suci begitu penuh, sehingga untuk
penglihatan dan wahyu, aku tidak mempedulikan mau-pun menginginkannya).
Budgen melanjutkan dengan mengatakan:
Waktu Luther mendapat penglihatan tentang Kristus, setelah berdoa dan berpuasa
selama 1 hari, maka Luther lalu berteriak:
“Avoid
Satan, I know no image of Christ but the Scriptures” (= Menjauhlah / pergilah setan,
aku tidak tahu gambar Kristus selain Kitab Suci).
Dalam buku yang sama, hal 138, Budgen
mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia Reformed yang hidup pada
tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut tentang ‘revelations’ (= wahyu):
“They
are of two sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether
they contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional
thereunto, or seemingly confirmatory thereof, they are universally to be
rejected, the former being absolutely false, the latter useless. ... By
subjective revelations, nothing is intended but that work of spiritual
illumination whereby we are enabled to discern and understand the mind of God
in the Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers
(Eph 1:16-19) ...”
[= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan subyektif. Yang
tergolong jenis pertama (wahyu obyektif), apakah itu berisikan ajaran yang
bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci,
atau ajaran yang keli-hatannya meneguhkan Kitab Suci, harus ditolak secara
universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir karena tidak berguna. ...
Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah pekerjaan pen-cerahan
rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan mengerti pikiran Allah
dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi orang percaya
(Ef 1:16-19) ...].
Lalu dalam hal 183, Budgen mengutip
lagi dari Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut:
“Every
now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or
some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always
fools ready to follow any impostor” (= sesekali muncullah seorang penyesat, seorang
wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai
gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap
untuk meng-ikuti seadanya penipu).
Catatan: 3 orang yang dikutip oleh Budgen ini
semuanya hidup pada jaman dimana Kharismatik (bahkan Pentakosta) belum ada!
Perhatikan tahun dimana mereka hidup. Karena itu mereka ini tidak bisa disebut
sebagai ‘anti kharismatik’!
C) Pandangan
saya.
1) Nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran
yang ada pada jaman sekarang banyak sekali yang palsu. Bisa dipastikan sebagian
besar adalah palsu, artinya tidak datang dari Tuhan tetapi mungkin dari orang
itu sendiri, atau orangnya hanya membual, atau datang dari setan. Ini sesuai
dengan peringatan Yesus dan Kitab Suci bahwa menjelang akhir jaman akan ada
banyak pemalsuan dari setan.
Contoh:
·
Penginjil
Kharismatik dari Amerika, Oral Robert, mengatakan bahwa Tuhan menuntut dari dia
uang sebanyak 4,5 juta dollar atau ia akan dipanggil pulang. Ini jelas adalah
palsu, karena bagaimana mungkin Tuhan menjadi seorang teroris yang begitu gila
dengan menyandera anakNya sendiri?
·
Seorang
penginjil berkata bahwa Yesus sering menampakkan diri kepada dia (tanpa berbuat
apa-apa, hanya tersenyum dsb) bahkan pada saat kebaktian / khotbah sedang berlangsung.
Ini juga pasti palsu, karena Tuhan menghendaki kebaktian berlangsung dengan
tertib dan teratur (1Kor 14:33,40), sehingga tidak mungkin Ia sen-diri
lalu merusak ketertiban itu.
2) Nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran,
mimpi yang isinya adalah pengajaran yang berlaku umum (untuk semua orang), saya
yakin sudah tidak ada lagi pada jaman ini. Alasannya: kalau hal-hal itu
masih ada, maka harus dituliskan menjadi Kitab Suci jilid II dan itu jelas
tidak mungkin.
Contoh:
·
Ada seorang penginjil yang mengatakan
bahwa ia diajar langsung oleh Allah selama 40 hari tentang arti dari seluruh
Kitab Suci. Ini jelas merupakan ajaran yang berlaku untuk semua orang. Kalau
memang ajaran itu dari Tuhan, berarti pasti itu adalah ajaran yang infallible & inerrant (= tidak ada
salahnya), dan sudah seharusnya ditulis menjadi Kitab Suci jilid II. Mengapa
itu tidak dia lakukan? Hal seperti ini jelas adalah palsu!
·
Ada orang yang berkata bahwa Tuhan membawa
dia ke neraka, dan ia lalu menuliskan apa yang ia lihat itu dalam buku yang
berjudul ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang
Neraka’. Ini jelas merupakan ajaran yang berlaku umum, dan merupakan kitab
Suci jilid II. Karena itu, ini pasti palsu!
3) Tentang nubuat, bahasa Roh, penglihatan,
pendengaran, mimpi yang isinya adalah tentang hal-hal yang hanya ditujukan
kepada satu atau sekelompok orang saja (tidak berlaku umum), pada saat / sikon
tertentu saja, saya ragu-ragu / tidak pasti apakah semua ini juga tidak
ada lagi pada jaman sekarang.
Misalnya ada orang kristen mengalami
problem yang berat yang menyebabkan ia mau bunuh diri. Tidak mungkinkah Tuhan
melakukan intervensi dan memberi dia penglihatan sehingga ia dikuatkan /
dihiburkan dan tidak jadi bunuh diri?
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Tidak ada satu ayat Kitab Sucipun yang secara
jelas menyatakan bahwa nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran itu sudah
tidak ada lagi. Saya berpendapat bahwa kata-kata John Owen di atas tidak
mempunyai dasar Kitab Suci yang jelas dan meyakin-kan.
b) Dalam Kitab Suci ada nubuat-nubuat yang
terjadi, tetapi isi nubuat itu tidak dimasukkan ke dalam Kitab Suci.
Contoh: Bil 11:27. Disini Kitab Suci Indonesia salah
terjemahan. NIV: Eldad and Medad are
prophesying in the camp (= Eldad dan Medad sedang bernubuat dalam kemah).
Mereka jelas bernubuat, dan nubuat itu
datang dari Tuhan, tetapi isi nubuat itu tidak dicatat dalam Kitab Suci.
Jadi, kalau jaman sekarang ada nubuat,
bahasa Roh, dsb, tidak harus menimbulkan Kitab Suci jilid II, dan dengan
demikian tidak merusak otoritas dari Kitab Suci.
c) Ada
hal-hal penting yang tidak bisa kita ketahui dari Kitab Suci. Misalnya: Siapa
jodoh yang Tuhan kehendaki bagi kita? Dimana kita harus bekerja?
Tuhan memang punya banyak cara untuk
bisa menunjukkan kehendakNya kepada kita dalam hal-hal seperti itu, tetapi
tidak mungkinkah untuk hal-hal ini Tuhan lalu menggunakan hal-hal seperti
nubuat, bahasa Roh, dsb untuk menunjukkan kehendakNya kepada kita?
4) Kalau saudara mengalami nubuat, bahasa Roh,
penglihatan, dsb, periksalah / ujilah dengan Kitab Suci / Firman Tuhan. Ingat
bahwa setan juga bisa memberikan hal-hal seperti itu (bdk.
Mat 24:23-25 2Kor 11:14 Gal 1:6-9).
Kalau saudara kurang mempunyai
pengertian Kitab Suci, mintalah seorang hamba Tuhan (yang sejati) untuk
membantu saudara dalam menguji dengan menggunakan Kitab Suci.
Contoh pengujian: Ada pendeta / penginjil yang berkata bahwa
Yesus berulang-ulang / terus menerus menampakkan diri kepadanya pada waktu ia
sedang berkhotbah (dan Yesusnya tidak melakukan apa-apa kecuali hanya
tersenyum, duduk dsb). Padahal dalam 1Kor 14:33,40 dikatakan bahwa Tuhan
menghendaki ketertiban dalam kebaktian. Karena itu, tidak mungkin Yesus
menampakkan diri tanpa ada gu-nanya dan merusak ketertiban dalam
kebaktian. Karena ini berten-tangan dengan Kitab Suci, maka ini pasti palsu
(mungkin sekedar merupakan isapan jempol pendeta / penginjil itu, atau
penglihatan itu datang dari setan).
III) Suara Roh Kudus dalam hati / pikiran kita.
Yang saya maksudkan dengan ‘suara Roh
Kudus’ di sini bukanlah suara yang bisa terdengar oleh telinga kita, tetapi
juga bukan sekedar ‘dorongan Roh Kudus’ dalam hati kita. Yang saya maksud
betul-betul adalah ‘suara Roh Kudus’ yang berbicara dalam hati / pikiran kita
sehingga tanpa suatu proses pemikiran, kita tahu apa yang Ia kehendaki.
Ada banyak orang yang menyatakan bahwa
mereka pernah mengalami hal seperti ini. Dalam banyak kasus bahkan dikatakan
bahwa mereka berdialog dengan Tuhan / Roh Kudus.
A) Pandangan
Kharismatik.
Boleh
dikatakan semua orang Kharismatik menerima hal ini.
B) Pandangan
anti Kharismatik.
Mereka menolak adanya hal seperti ini
pada jaman sekarang ini. Mengapa? Karena mereka berpendapat bahwa sama seperti
nubuat, ba-hasa Roh, penglihatan dsb, maka ‘suara Roh Kudus’ dalam hati /
pikiran kita adalah sesuatu yang datang langsung dari Allah dan pasti tidak
mungkin salah. Kalau hal seperti itu masih ada pada jaman ini, itu akan merusak
keunikan dan otoritas Kitab Suci.
C) Pandangan
saya.
1) Saya percaya bahwa Roh Kudus bisa
mengingatkan kita akan Firman Tuhan yang sudah pernah kita pelajari / dengar,
untuk menegur, menguatkan atau menghibur kita. Ini memang adalah salah satu
tugas Roh Kudus (Yoh 14:26) dan ini harus diterima oleh setiap orang
kristen, termasuk yang anti Kharismatik.
2) Tetapi suara Roh Kudus dalam hati / pikiran
kita jelas tidak sama dengan no 1 di atas. Melalui suara Roh Kudus ini Roh
Kudus di-katakan bisa berdialog, menjelaskan arti ayat Kitab Suci, atau
menyu-ruh kita melakukan hal-hal lain. Jadi berbeda dengan no 1 di atas
dimana Ia hanya mengingatkan kita akan hal-hal yang sudah pernah kita pelajari
/ dengar, maka disini Ia memberikan sesuatu yang belum pernah kita ketahui.
Apakah hal seperti ini masih ada atau
tidak, saya ragu-ragu. Alasan keragu-raguan saya adalah:
a) Tuhan adalah Gembala kita. Itu berarti Ia
memimpin kita dalam segala hal, termasuk yang kecil-kecil. Padahal Kitab Suci
jelas tidak mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Lalu, bagaimana Tuhan
menunjukkan jalanNya kepada kita dalam hal-hal yang tidak ada dalam Kitab Suci?
Misalnya, bagaimana Ia menunjukkan ke-pada seseorang jodoh dari orang itu?
Memang karena kemaha-kuasaanNya Ia bisa menggunakan banyak cara untuk
menunjuk-kan hal itu, misalnya dengan mengatur situasi dan kondisi di sekitar
kita, atau dengan memimpin kita dalam proses pemikiran kita. Tetapi karena
dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Roh Kudus itu diberikan untuk memimpin kita,
tidak mungkinkah Roh Kudus itu memimpin kita dalam hal itu melalui suaraNya
dalam hati / pikiran kita?
b) Bahwa ada banyak orang kristen mengaku pernah
mendengar suara seperti itu bukanlah bukti yang kuat untuk memastikan masih
adanya hal itu pada jaman ini. Karena persoalannya adalah: bagaimana bisa
dipastikan bahwa itu adalah suara Roh Kudus? Apakah itu bukan sekedar suara
hati atau naluri / indera ke 6?
c) Bahwa ada banyak orang kristen tidak pernah
mengalami hal ini, bukanlah merupakan bukti bahwa hal ini pasti tidak ada lagi.
Mungkin itu adalah semacam karunia khusus yang hanya diberikan oleh Tuhan
kepada orang-orang kristen tertentu saja.
3) Pesan
saya:
Kalau saudara pernah / sering mendengar
‘suara’ seperti itu, maka:
a) Ingatlah bahwa suara itu bisa datang dari
setan sekalipun suara itu terbukti benar dan memberikan kebaikan kepada
saudara.
Jonathan Edwards (1703-1758) mengatakan
sebagai berikut:
“One
erroneous principle, than which scarce any has proved more mischievous to the
present glorious work of God, is a notion that it is God’s manner in these
days, to guide his saints, at least some that are more eminent, by inspiration
or immediate revelation. They suppose he makes known to them what shall come to
pass hereafter, or what it is his will that they should do, by impressions made
upon their minds, either with or without texts of Scripture; whereby something
is made known to them, that is not taught in Scripture. By such a notion the
devil has a great door opened for him; and if once this opinion should come to
be fully yielded to, and established in the church of God, Satan would have
opportunity thereby to set up himself as the guide and oracle of God’s people,
and to have his word regarded as their infallible rule, and so to lead them
where he would, and to introduce what he pleased, and soon to bring the Bible
into neglect and contempt. Late experience, in some instances, has shown that
the tendency of this notion is to cause persons to esteem the Bible as in a
great measure useless” (=
Satu prinsip yang salah, yang jarang ada tandingannya dalam merusak / merugikan
pekerjaan Allah yang mulia pada jaman ini, adalah suatu anggapan bahwa adalah
merupakan cara Allah pada jaman ini, untuk me-mimpin para orang kudusNya,
setidaknya beberapa orang yang lebih menonjol, dengan menggunakan ilham atau
wahyu langsung. Mereka menganggap Ia memberitahu mereka apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang, atau apa yang Ia kehendaki untuk mereka lakukan,
dengan suatu kesan yang dibuat dalam pikiran mereka, dengan atau tanpa text
Kitab Suci; dengan mana sesuatu, yang tidak diajarkan dalam Kitab Suci,
dinyatakan kepada mereka. Dengan adanya pandangan / anggapan seperti itu, setan
mempunyai sebuah pintu besar yang terbuka bagi dia; dan sekali pandangan ini
diterima secara penuh, dan ditegakkan dalam gereja Allah, maka setan akan
mempunyai kesempatan melalui hal ini untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai
pemandu dan kata-kata ilahi dari umat Allah, dan menjadikan kata-katanya
sebagai peraturan yang tidak bisa salah dari umat Allah, dan dengan demikian
membawa mereka kemanapun ia mau, dan mengajukan apapun yang ia senangi, dan dengan cepat menyebabkan Alkitab
diabaikan dan dihina. Pengalaman akhir-akhir ini, dalam beberapa contoh,
menunjukkan bahwa pandangan / anggapan ini mempunyai kecondongan untuk
menyebabkan orang-orang menganggap Alkitab itu sia-sia) - Victor Budgen, ‘The Cha-rismatics and the Word of God’, pp 176-177.
Jonathan Edwards memang termasuk orang
yang tidak menerima adanya suara Roh Kudus dalam hati / pikiran kita pada jaman
ini. Kalaupun saudara tidak bisa
menyetujui dia dalam hal ini, kata-katanya tetap penting untuk saudara
perhatikan! Bahaya yang ia kuatirkan adalah kalau setan yang memberikan
suara itu. Kalau saudara menganggap bahwa setan tidak mungkin membe-rikan suara
yang benar / baik, maka saudara perlu ingat bahwa setan adalah pendusta yang
sangat licik dan banyak akalnya. Ia bisa saja mula-mula memberikan suara yang
benar / baik, dan sesudah suaranya itu saudara percayai secara mutlak, ia mulai
memberikan hal-hal yang salah!
Ul 13:1-3 memberikan peringatan
tentang kemungkinan akan terjadinya peristiwa sebagai berikut: ada seorang nabi
/ pemimpi yang menubuatkan suatu tanda, dan tanda itu lalu terjadi (ini
menyebabkan ia dipercaya). Tetapi setelah itu ia mengajak orang Israel untuk
menyembah berhala. Tuhan berkata bahwa orang Israel tidak boleh menurutinya.
Ini menunjukkan bahwa setan mula-mula
bisa memberikan hal-hal yang baik / benar, dengan tujuan untuk mendapatkan
kepercayaan kita. Setelah kita mempercayainya, maka ia menyesatkan kita.
Illustrasi:
Ada orang yang pada waktu mau membunuh
tikus-tikus di rumahnya, mula-mula memberi makan tikus-tikus itu. Setelah semua
tikus-tikus itu ‘percaya’ kepadanya dan selalu memakan habis makanan yang ia
sediakan tanpa curiga, ia lalu memberi makanan yang dicampur racun. Tikus-tikus
yang sudah menaruh kepercayaan kepadanya tertipu dan mereka mati semua di dalam
satu malam!
Maukah saudara mati diracun oleh setan
dengan cara seperti itu? Kalau saudara tidak mau diracun oleh setan dengan cara
seperti itu maka checklah setiap suara dengan menggunakan Kitab Suci!
Roh Kudus tidak mungkin memberikan suara / petunjuk yang bertentangan dengan
Kitab Suci! Jadi jangan ada saat dimana saudara sudah begitu mempercayai suara
itu sehingga saudara langsung menerimanya tanpa mengecheck dengan Kitab Suci!
b) Jangan mengabaikan Kitab Suci dalam mencari
pimpinan Tuhan. Sekalipun dalam Kitab Suci banyak orang mendapatkan pimpinan
Tuhan melalui mimpi, nubuat, tanda, suara Tuhan / Roh Kudus dsb, tetapi
semua itu terjadi pada saat Kitab Suci belum lengkap! Setelah Kitab Suci
lengkap, maka pada umumnya Tuhan mem-berikan pimpinanNya melalui Kitab Suci
(kalau tidak, apa gunanya Ia memberikan Kitab Suci kepada kita?).
Kalaupun saudara sering mendapatkan
pimpinan Roh Kudus melalui suara Roh Kudus tersebut, ingatlah bahwa pada umumnya
Tuhan tetap memimpin melalui Kitab Suci. Bacalah Maz 119:105 dan
Mat 22:29! Jadi, apapun yang terjadi, jangan sekali-kali meng-abaikan
Kitab Suci. Pelajarilah Kitab Suci dengan tekun untuk mendapatkan pimpinan
Tuhan!
PENGGUNAAN OTAK / PIKIRAN
A) Ajaran Kharismatik.
1) Penggunaan
pikiran / otak adalah sesuatu yang menentang Roh Kudus / pekerjaan Roh Kudus.
2) Kita
harus membuang pikiran, supaya kita terbuka terhadap pekerjaan Tuhan secara
langsung.
3) Persekutuan
terindah / tertinggi dengan Allah tercapai pada waktu pikiran kita dibuang /
disingkirkan / tidak digunakan.
Bahwa banyak orang Kharismatik
mempercayai ajaran di atas ini terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:
Peter Masters mengutip kata-kata
seorang tokoh Kharismatik yang bernama John Wimber yang mengatakan:
“Fear
of losing control is threathening to most Western Christians” (= Rasa takut kehilangan
kontrol adalah sesuatu yang mengancam / menakutkan bagi keba-nyakan orang barat
kristen) -
Peter Masters, ‘The Healing Epidemic’,
p 181.
Dalam buku yang sama, hal 181-182,
Peter Masters lalu melanjutkan dengan mengatakan:
- “He (John Wimber) insists that we must overcome our fears, because rational control must be forfeited for tongue-speaking to occur; for soaring ecstatic sensations to be felt in worship; for messages from God to be received directly into the mind, and for miraculous events to happen, such as healings” [= Ia (John Wimber) berkeras bahwa kita harus mengalahkan rasa takut kita, karena kontrol pikiran harus ditinggalkan supaya bahasa lidah / Roh bisa terjadi; supaya rasa gembira yang luar biasa dapat dirasakan dalam kebaktian; supaya pesan-pesan Allah dapat diterima langsung pada otak, dan supaya mujijat-mujijat, seperti kesembuhan, bisa terjadi].
- “Increasing numbers of healers are practising the technique of putting sick people into trance states which knock out their power of rational control” (= makin banyak penyembuh-penyembuh yang mempraktekkan tehnik yang membuat orang sakit masuk dalam keadaan trance / tak sadar yang memukul K.O. kekuatan kontrol pikiran mereka).
- “Most charismatic healing meetings now begin with strenuous efforts to help people to surrender their rational control and behave in a completely un-inhibited way. The goal is that worshippers should be ‘open’ to accept anything that happens, no matter how strange, inexplicable or bizzare it may be. Loud, rhythmic music forms the basis of worship, and all present are urged to join in with arm-waving, body-swaying, foot-tapping, and even dancing and leaping in the air. Rational control must at all costs be swept away because nothing which occurs must be impeded, tested or evaluated by the intelligent mind, versed in the Word of God” (= Kebanyakan kebaktian kesembuhan Kharismatik di-mulai dengan usaha keras untuk menolong jemaat untuk membuang kontrol pikiran mereka dan bertindak / bersikap tanpa rasa malu. Tujuannya adalah supaya jemaat terbuka untuk menerima apapun yang terjadi, tidak peduli betapa anehnya, tidak masuk akalnya, dan ajaibnya hal yang terjadi itu. Musik yang keras adalah dasar dari kebaktian / ibadah itu, dan semua orang yang hadir didorong untuk menggerak-gerakkan tangan, tubuh, kaki, dan bahkan berdansa dan melompat-lompat. Apapun yang terjadi, kontrol pikiran harus dibuang karena apapun yang terjadi tidak boleh dihalangi, diuji atau dievaluasi oleh pikiran yang benar-benar mengetahui / mengenal Firman Allah).
- “By discarding the law of sound mind charismatics have rendered themselves highly gullible in the face of false teaching, exaggeration and lies” (= Dengan membuang hukum akal sehat, orang-orang Kharismatik telah membuat diri mereka sendiri mudah tertipu dalam menghadapi ajaran sesat / palsu, cerita-cerita yang dilebih-lebihkan, dan dusta).
Contoh-contoh pikiran yang dibuang / di
by pass:
¨ Orang yang ‘nggeblak’. Memang ada orang
yang pura-pura saja / ikut-ikutan nggeblak, tetapi ada juga yang betul-betul
pingsan / kehilangan kesadarannya. Ini jelas membuang pikiran / akal.
¨ Orang yang menjadi histeris pada saat
penyembahan dalam kebaktian / persekutuan Kharismatik. Ini tidak terlalu
berbeda dengan orang-orang yang nonton pagelaran musik Rock!
¨ Berdoa dengan bahasa roh. Ini adalah
suatu usaha untuk berdoa tanpa menggunakan otak, padahal Firman Tuhan
mengatakan bahwa kita harus berdoa dengan menggunakan pikiran (Bdk. 1Kor
14:14,15).
¨ Banyak chairman (= pemimpin liturgi) yang berbicara, menyanyi dan berdoa
dengan cara sedemikian rupa sehingga terlihat jelas bahwa mereka hanya
menggunakan perasaan mereka, dan membuang pikiran mereka! Juga banyak orang
yang memberikan sharing dengan cara
yang sama.
¨ Mengaminkan segala sesuatu yang
dikatakan pengkotbah / chairman dari
atas mimbar, tanpa peduli betapa tidak masuk akalnya dan betapa tidak
alkitabiahnya ajaran yang mereka berikan (bdk. Kis 17:11).
¨ Mempercayai segala kesaksian yang disharingkan tanpa mempedulikan betapa
tidak masuk akalnya dan betapa tidak alkitabiahnya cerita yang disharingkan.
¨ Toronto Blessing adalah contoh yang
paling mutakhir tentang pikiran yang dibuang atau di-by pass!
B) Pandangan saya.
1) Adanya
pikiran adalah salah satu ciri manusia sebagai peta dan teladan Allah. Tanpa
pikiran, manusia tidak berbeda dengan binatang (Ayub 39:16-20 Maz 32:9
Maz 49:21
Maz 73:22 Yudas 10).
Jadi, orang yang berusaha membuang pikirannya, sebetulnya sedang berusaha
untuk menjadi binatang!
2) Dengan
pikiran saja, manusia memang tidak akan bisa mengenal Allah. Harus ada Kitab
Suci / Firman Tuhan dan Roh Kudus yang bekerja di dalam diri manusia. Tetapi,
hanya dengan Kitab Suci dan Roh Kudus, tanpa otak, kita juga tidak akan bisa
mengenal Allah!
Dasar Kitab Suci:
·
Mat 22:29
- kata ‘mengerti’ jelas menunjukkan penggunaan otak!
·
Mat 13:51 Mat 15:16 Mat 16:9,11 -- Yesus jelas menekankan
penger-tian. Dan ini tidak mungkin bisa ada tanpa penggunaan otak.
·
Ef 4:17-18
menunjukkan otak orang non kristen; Ef 4:20,21,23 me- nunjukkan otak orang
kristen. Ef 4:23 itu menunjukkan bahwa menjadi orang kristen tidak berarti
bahwa pikirannya dibuang, tetapi diperba-harui.
·
Luk 24:45
berbunyi: “Lalu
Ia membukakan pikiran mereka,
sehingga mereka mengerti Kitab Suci”. Ini menunjukkan pentingnya penggunaan
otak, Kitab Suci dan pekerjaan Tuhan.
3) Kitab
Suci juga menunjukkan pentingnya penggunaan otak dalam ber-bagai hal, seperti:
·
Dalam
pertobatan (Luk 15:17 - ‘menyadari’).
·
Dalam
menerima Firman Tuhan (Mat 13:23 - ‘mengerti’).
·
Dalam
pertumbuhan pengenalan akan Tuhan (2Pet 1:5-6 - ‘pengetahuan’).
·
Dalam
mengasihi Tuhan (Mat 22:37 - ‘akal budi’).
·
Dalam
memberitakan Injil / Firman Tuhan (Kis 6:9-10 - ‘bersoal jawab’;
Kis 9:22 - ‘membuktikan’).
·
Dalam
berdoa dan menyanyi (1Kor 14:15 - ‘dengan akal budiku’).
·
Dalam
memecahkan perbedaan pendapat Theologia (Kis 15:7 - ‘per-tukaran
pikiran’).
·
Dalam
berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan (1Tim 1:13 Ro 10:2).
Dalam kedua ayat ini terlihat bahwa
karena tidak adanya pengertian yang benar, Paulus (sebelum ia bertobat) dan
orang-orang Yahudi mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang salah.
·
Kitab
Amsal menekankan hikmat. Hikmat menyangkut pengertian / pengetahuan. Lihat
Amsal 1:17 2:1-6 9:10
12:1 18:2-3 19:2. Jadi, kalau kita membuang pikiran, itu
berarti kita juga membuang hikmat yang justru ditekankan pentingnya oleh Kitab
Amsal!
4) Kitab
Suci mengharuskan kita mempunyai akal sehat.
Dalam 1Tim 3:2, salah satu syarat
untuk penilik jemaat adalah ‘bijaksana’. Kata ini diterjemahkan berbeda-beda.
NASB: prudent (= bijaksana, hati-hati).
NIV: self-controlled (= menguasai diri).
RSV: sensible (= berpikiran sehat / bijaksana).
KJV: sober (= waras / bijaksana).
Kata bahasa Yunaninya adalah: SOPHRON
(= soundminded / berpikiran sehat)
yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu SOZO [= I save (= aku menyelamatkan)] dan PHREN [= mind (= pikiran)].
Kata Yunani yang sama terdapat dalam
Tit 1:8 Tit 2:2,5,12
(diterjemah-kan ‘bijaksana’), dalam Tit 2:6 (diterjemahkan ‘menguasai
diri’), dan da-lam 1Pet 4:7 (diterjemahkan ‘kuasailah dirimu’).
Semua ayat ini jelas menunjukkan bahwa
berpikiran sehat merupakan keharusan bagi setiap orang kristen!
5) Kita
harus menggunakan otak / pikiran, tetapi kita tidak boleh bersandar
pada pikiran! (Ams 3:5).
Kalau Kharismatik mengambil sikap
extrim kiri yaitu membuang / tidak menggunakan pikiran, maka liberalisme dan
banyak orang Protestan mengambil sikap extrim kanan yaitu bersandar pada
pikiran. Kedua extrim ini harus dijauhi!
Otak harus digunakan di bawah pimpinan
Tuhan untuk mengerti Kitab Suci, bukan untuk menghakimi Kitab Suci!
6) Ada beberapa hal yang
bisa membuang pikiran sehat:
·
minuman
keras.
·
narkotik.
·
penyakit,
misalnya gila.
·
usia
tua, dimana orang menjadi pikun.
·
occultisme,
yaitu praktek-praktek yang berhubungan dengan kuasa gelap, seperti semedi, trance, hipnotis, dsb.
Empat hal yang pertama adalah persoalan
jasmani, dan hanya occultisme yang merupakan persoalan rohani. Kalau
Kharismatik membuang pikiran, maka Kharismatik sudah termasuk dalam occultisme!
Dr. Kurt Koch, seorang ahli occultisme, dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’ (hal 29-34) memang
memasukkan ‘Charismatic Movements’ ke dalam daftar hal-hal yang termasuk
occultisme!
Pesan-pesan yang perlu
diperhatikan:
Penggunaan otak / pikiran itu penting,
dan karena itu jangan malas menggunakan otak dalam segala sesuatu, seperti:
·
pada
waktu mendengar khotbah (bdk. Kis 17:11).
·
pada
waktu memberitakan Firman Tuhan / memberitakan Injil.
·
dalam
menentang ataupun menyetujui suatu pendapat.
·
dalam
menentang / menyetujui suatu praktek rohani tertentu.
BAPTISAN ROH KUDUS
A) Pandangan Kharismatik.
1) Orang
Kharismatik pada umumnya berpendapat bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh
(sudah selamat, sudah menjadi anak Allah) bisa saja belum mempunyai Roh Kudus.
Jadi ada ‘gap’ (= selang waktu)
anta-ra saat seseorang itu percaya kepada Kristus dan saat orang itu mene-rima
Roh Kudus / baptisan Roh Kudus. Dengan demikian baptisan Roh Kudus dianggap
sebagai ‘second work of grace’ (=
pekerjaan kasih karunia yang kedua).
Bahwa ini memang merupakan ajaran
Kharismatik, terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:
a) “Apa yang dapat kita perbuat
untuk membantu seseorang untuk menerima Roh Kudus? Kita harus membantu calon
penerima Roh Kudus untuk menyadari bahwa Tuhan telah memberikan Roh KudusNya
dan selanjutnya terserah kepadanya (calon yang bersangkutan) untuk menerima Roh
Kudus itu sekarang! Jelaskanlah kepada calon itu bahwa ia tidak perlu mengemis-ngemis
kepada Tuhan. Kita adalah anak-anak Tuhan, ....
Berikanlah petunjuk kepada calon
penerima Roh Kudus itu bahwa sekarang juga ia sudah diselamatkan, sehingga
iapun sudah siap untuk dapat menerima Roh Kudus. ...
Akan tetapi apabila seseorang itu
telah diselamatkan, maka keadaannya memang sudah ‘beres’ dan sudah siap untuk
dapat menerima Roh Kudus”
(Kenneth Hagin, ‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’, hal 3-4).
b) “Roh Kudus itu mutlak perlu bagi
setiap orang yang menyebut diri kristen. Yang menjadi pertanyaan adalah:
Dapatkah semua orang kristen menerima Roh Kudus? .... Alkitab katakan bahwa
semua orang yang telah diselamatkan akibat percaya Tuhan Yesus, sudah dapat
menerima karunia tersebut, tidak ada perkecualian” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI
Bethany, hal 25).
Perhatikan bahwa disatu pihak orang itu
disebut dengan istilah ‘anak Tuhan / orang kristen’, ‘sudah / telah
diselamatkan’, ‘percaya Tuhan Yesus’, tetapi pada saat yang sama ia tetap
disebut sebagai ‘calon penerima Roh Kudus’ atau ‘sudah dapat menerima karunia
tersebut’, yang menunjukkan bahwa ia belum mempunyai Roh Kudus.
2) Orang
Kharismatik pada umumnya juga mengharuskan setiap orang kristen untuk berusaha
mengalami baptisan Roh Kudus. Jadi, setiap orang kristen harus mencari Baptisan
Roh Kudus ini. Tiap orang kristen harus mengalami ‘pentakosta’nya masing-masing
/ sendiri-sendiri.
3) Orang
Kharismatik pada umumnya menyamakan / mencampur-adukkan ‘Baptisan Roh Kudus’
dengan ‘kepenuhan Roh Kudus’.
Perhatikan kutipan di bawah ini:
“Istilah ‘penuh dengan Roh Kudus’
maupun ‘dibaptis dengan Roh Kudus’, sesungguhnya yang dimaksud adalah
‘dipenuhi dengan Roh Kudus’” (‘Roh Kudus’, School
of Ministry GBI Bethany,
hal 24).
4) Orang
Kharismatik pada umumnya juga berpendapat bahwa baptisan Roh Kudus itu ditandai
dengan bahasa Roh / lidah.
Ini terlihat dari kutipan-kutipan di
bawah ini:
a) “Jelaskanlah kepada calon
penerima Roh Kudus, bahwa dialah yang harus berbicara. Roh Kudus akan bekerja
melalui perantaraan organ suaranya (bibir dan lidahnya), dan calon penerima itu
harus mengeluarkan suara dan berbicara untuk mengucapkan kata-kata. ...
Memang sudah dapat diharapkan
bahwa apabila calon penerima Roh Kudus itu menerima Roh Kudus, maka iapun akan
berbicara dalam bahasa roh sesuai dengan Roh yang memberikan pengucapannya
kepa-danya”
(Kenneth Hagin, ‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’, hal 5-6).
b) “Saat menerima Roh Kudus, dengan
iman kita harus memulai berbicara Berbahasa Roh. The Holy Spirit gives utterance, but man does the speaking (= Roh Kudus memberikan ucapan, tetapi manusialah
yang mengucapkannya / berbicara).
...
Dari semua keterangan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua orang yang dibaptis Roh Kudus mempunyai
Bukti atau Tanda awal yaitu berkata-kata dalam bahasa roh. Tidak ada bukti awal
lain yang ditulis dalam Perjanjian Baru setelah Pentakosta selain berkata-kata
dalam bahasa roh”
(‘Roh Kudus’, School
of Ministry GBI Bethany,
hal 25,30,31).
5) Orang
Kharismatik pada umumnya berpendapat bahwa dalam baptisan Roh Kudus ini yang
membaptis adalah Roh Kudus sendiri. Istilah dalam bahasa Inggrisnya ‘Baptism of the Holy Spirit’ (=
baptisan dari Roh Kudus) menunjukkan Roh Kudus sebagai oknum yang
membaptis.
6) Tentang
cara menerima baptisan Roh Kudus ini tidak ada keseragaman pendapat di kalangan
orang Kharismatik.
a) Ada
yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus itu harus
menyucikan diri.
b) Ada
yang berpendapat bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus tidak perlu
menyucikan diri.
c) Ada
yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus itu harus berdoa
untuk minta baptisan Roh Kudus.
d) Ada
yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus tidak perlu
berdoa untuk meminta hal itu.
e) Ada
yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus harus berpuasa.
f) Ada
yang mengatakan bahwa supaya seseorang bisa menerima baptisan Roh Kudus maka
dibutuhkan penumpangan tangan seorang hamba Tuhan.
Ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“Dengan cara penumpangan tangan
seorang hamba Tuhan, seorang kristen dapat menerima karunia Roh Kudus” (‘Roh Kudus’, School of Ministry GBI
Bethany, hal 25).
g) Ada
yang berkata bahwa orang yang mau menerima baptisan Roh Kudus harus berbicara
dalam bahasa Roh dengan iman, maka ia akan menerima baptisan Roh Kudus.
Ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“Katakanlah kepadanya supaya ia
membuka mulutnya dengan lebar dan bebas, serta mengambil napas sedalam-dalamnya
dan menyatakan kepada Tuhan di dalam jiwa nuraninya, ‘Saya menerima Roh Kudus
sekarang ini juga oleh karena saya percaya sepenuhnya’. Desaklah dia untuk
tidak usah mengucapkan sepatah kata pun bahasa yang dipakainya sehari-hari.
Sebab orang tidak mungkin bisa berbicara dalam dua macam bahasa secara serentak
...
Apabila anda melihat Roh Tuhan
mulai menggerakkan bibirnya, katakanlah kepadanya dengan gamblang untuk
berucap apa saja yang paling mudah baginya. Apabila orang itu telah mengangkat
suaranya melalui imannya dan percaya sepenuhnya kepada Allah, dan apabila dia
sendiri dapat mendengar gema ucapan kata-katanya itu dalam bahasa yang jelas,
maka anda dapat mengetahui bahwa orang itu telah menerima Roh Kudus. ...
Anda tidak mungkin minum air
dengan keadaan mulut tertutup, maka demikian pula Anda tidak mungkin menerima
Roh Kudus dengan keadaan mulut Anda tertutup. Berbicara dalam bahasa roh
sebenarnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara Anda dengan Roh Kudus” (‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh
Kudus’, hal 8,9).
B) Pandangan saya / Reformed.
1) Tidak
ada ‘gap’ antara saat percaya dan saat menerima Roh Kudus / menerima baptisan
Roh Kudus! Kita menerima baptisan Roh Kudus / menerima Roh Kudus pada saat kita
percaya kepada Kristus!
Catatan: Menerima baptisan Roh Kudus artinya
sama dengan menerima Roh Kudus (bdk. Kis 1:5,8
Kis 2:1-4 Kis 11:15-16).
Dasar Kitab Suci:
a) Perhatikan / baca ayat-ayat ini:
·
Ef 1:13b
- “... di dalam
Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa
pemeteraian / pemberian Roh Kudus itu terjadi pada saat kita percaya!
·
Ef 3:17
- “sehingga oleh
imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar
di dalam kasih”.
·
Gal 3:2,5,14
- “(2) Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu:
Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena
percaya kepada pemberitaan Injil? ... (5) Jadi bagaimana sekarang, apakah
Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang
melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan
hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil? ... (14) Yesus
Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada
bangsa-bangsa lain, sehingga oleh
iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.
·
Gal 4:6
- “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam
hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.
·
1Yoh
4:13 - “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita
tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat
bagian dalam RohNya”.
b) Ro 8:9b mengatakan: “...jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia
bukan milik Kristus”.
Sedangkan orang yang percaya kepada
Kristus menjadi anak Allah (Yoh 1:12). Jadi, jelas bahwa orang yang percaya
kepada Kristus itu adalah milik Allah / Kristus! Jadi, jelas ia pasti punya Roh
Kudus!
c) Penggunaan istilah ‘Baptisan Roh
Kudus’ (Mat 3:11 Mark 1:8 Luk 3:16
Yoh 1:33 Kis 1:5 Kis 11:16 1Kor 12:13) menunjukkan bahwa hal itu
pasti terjadi pada saat pertama seseorang menjadi orang kristen! Mengapa?
Karena baptisan air merupakan tanda, sedangkan baptisan Roh Kudus merupakan
realitanya. Jadi, kalau baptisan air merupakan tanda pertama yang
diberikan pada waktu seseorang menjadi orang kristen, maka baptisan Roh Kudus
haruslah merupakan realita pertama yang dialami seseorang pada waktu ia
menjadi orang kristen / percaya Yesus!
Dalam Kis 10:47 Kornelius menerima
realitanya (yaitu baptisan Roh Kudus) dan karena itu Petrus menganggap ia tidak
boleh menahan tandanya (yaitu baptisan air).
Kis 10:47 - “‘Bolehkah
orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka
telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?’”.
Dalam Kis 19:2-3 waktu Paulus
mendengar bahwa mereka tidak pernah mendengar tentang Roh Kudus (realita), maka
Paulus lalu menanyakan tentang baptisan air (tanda).
Kis 19:2-3 - “(2)
Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi
percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah
mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau
begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan
baptisan Yohanes.’”.
Jadi, dari 2 bagian ini jelas bahwa
baik Petrus maupun Paulus sangat menghubungkan baptisan Roh Kudus dan baptisan
air yang merupakan hal-hal yang pertama yang harus diterima oleh seseorang
waktu ia pertama-tama menjadi orang kristen.
d) 1Kor 12:13 - “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu
Roh”.
Sekarang mari kita memperhatikan
kata-kata yang saya garisbawahi dalam 1Kor 12:13 itu:
1. ‘kita
semua’.
Kata ‘semua’ jelas menunjukkan bahwa
Paulus tidak berpendapat bahwa ada orang kristen yang sudah mempunyai Roh Kudus
dan ada orang kristen yang belum mempunyai Roh Kudus. Semua orang kristen (yang
sejati!) pasti sudah mempunyai Roh Kudus!
2. ‘telah
dibaptis’.
Ini menunjuk kepada masa lampau. Jadi,
bagi semua orang kristen (yang sejati!) penerimaan Roh Kudus itu sudah terjadi!
3. ‘menjadi’.
Ini salah terjemahan! Kata bahasa
Yunaninya adalah EIS yang artinya into
(= ke dalam).
NIV: ‘For we were all baptized by one Spirit into one body’ (=
Karena kita semua telah dibaptis oleh satu Roh ke dalam satu tubuh).
Jadi, baptisan Roh Kudus memasukkan
kita ke dalam satu tubuh (yaitu tubuh Kristus), dan karena itu jelaslah bahwa
‘baptisan Roh Kudus’ dan ‘masuknya kita ke dalam tubuh Kristus’ terjadi pada
saat yang sama, yaitu pada saat kita percaya!
Satu hal penting yang harus
diperhatikan tentang 1Kor 12:13 ini adalah: ayat ini terletak dalam
konteks di mana Paulus menekankan kesatuan orang kristen. Bahwa kontex ini
memang menekankan kesatuan orang kristen terlihat dari:
a. 1Kor
12:4-6 - ‘satu’.
b. 1Kor
12:8,9 - ‘Roh
yang sama’.
c. 1Kor
12:11 - ‘Roh
yang satu dan yang sama’.
d. 1Kor
12:12 - ‘tubuh
itu satu’.
Dan ay 13 adalah klimax dari
kontex yang menekankan kesatuan orang kristen ini! Jadi, baptisan Roh Kudus
yang disebut oleh Paulus dalam ay 13 itu dimaksudkan untuk menunjukkan
kesatuan orang kristen! Kesatuan ini terlihat karena semua orang kristen telah
mengalami baptisan Roh Kudus!
Untuk jelasnya saya berikan di sini
1Kor 12:4-13 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
(5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. (6) Dan ada
berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang
mengerjakan semuanya dalam semua orang. (7) Tetapi kepada tiap-tiap orang
dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang
seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada
yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan
pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang
Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan
karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan
karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini
dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia
kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. (12) Karena
sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala
anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula
Kristus. (13) Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan
kita semua diberi minum dari satu Roh”.
Tetapi dalam ajaran Kharismatik, maka
doktrin tentang baptisan Roh Kudus itu justru menjadi sesuatu yang memecah
gereja menjadi 2 bagian / golongan, yaitu ‘orang yang sudah menerima’ dan
‘orang yang belum menerima’ baptisan Roh Kudus! Ini jelas tidak sesuai dengan
maksud Paulus dalam menuliskan 1Kor 12:13!
e) Sekarang, saya akan membahas 3 peristiwa
dalam Kitab Suci dimana kelihatannya ada ‘gap’
(= selang waktu) antara saat seseorang percaya kepada Yesus dan saat orang itu
menerima baptisan Roh Kudus.
1. Peristiwa
pertama ialah dalam Kis 1-2.
Murid-murid Tuhan Yesus jelas sudah
percaya, tetapi belum me-nerima Roh Kudus dan baru menerimaNya dalam
Kis 2:4. Di sini memang ada ‘gap’!
Tetapi ini terjadi sebelum hari Pentakosta (hari turunnya / pencurahan
Roh Kudus)! Mereka sudah percaya tetapi belum menerima Roh Kudus, karena Roh
Kudus memang belum dicurahkan! (bdk. Yoh 7:39
16:7). Ini tentu berbeda dengan jaman sekarang dimana hari Pentakosta
sudah terjadi.
2. Perisiwa kedua ialah dalam Kis 8:14-17 - “(14)
Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka
mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. (15) Setibanya di situ kedua rasul itu
berdoa, supaya orang-orang Samaria
itu beroleh Roh Kudus. (16) Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di
antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (17) Kemudian
keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan) dan karena
itu tidak bisa dijadikan norma / rumus. Dalam bagian-bagian lain tidak ada ‘gap’!
b. Ini adalah bagian yang istimewa / lain
daripada yang lain. Keistimewaannya terlihat dari datangnya rasul-rasul kepada
orang-orang Samaria
itu. Tidak ada peristiwa lain dimana sese-orang itu percaya dan lalu perlu
didatangi oleh rasul. Lalu apa istimewanya Kis 8:14-17 ini sehingga
rasul-rasul perlu dida-tangkan? Bagian ini istimewa karena:
·
Yang
diinjili saat itu adalah orang Samaria
(Kis 8:5,14).
·
Orang
Samaria sangat
bermusuhan dengan orang Yahudi (Yoh 4:9).
·
Kalau
orang Samaria masuk ke dalam gereja begitu saja,
maka bisa dipastikan hal itu akan memecah gereja menjadi golongan Yahudi dan
golongan Samaria.
Untuk mencegah terjadinya perpecahan
itu, maka Allah menahan Roh KudusNya (tidak memberikan Roh KudusNya waktu
orang-orang itu percaya). Lalu Allah mengutus rasul-rasul Yahudi untuk datang
ke sana dan mendoakan / menum-pangi tangan, dan
orang-orang Samaria
itu menerima Roh Kudus. Dengan demikian orang Samaria itu akan tunduk kepada
otoritas dari rasul-rasul Yahudi itu, dan orang-orang Yahudi, yang tahu bahwa
orang Samaria menerima Roh Kudus melalui doa / penumpangan tangan rasul-rasul
Yahudi, akan menerima orang-orang Samaria itu ke dalam gereja.
c. Peristiwa ini takkan terulang lagi. Dasarnya?
Karena dalam Kitab Suci, memang tidak pernah terulang lagi. Jadi, Samaria dianggap sebagai
wakil dari semua bangsa-bangsa lain.
3. Peristiwa ketiga ialah dalam Kis 19:1-7 - “(1)
Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah
pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya
kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’
Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan
baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’
(4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah
bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada
Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka
mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6)
Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas
mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah
mereka adalah kira-kira dua belas orang”.
Perhatikan hal-hal ini:
a. Orang-orang itu tidak pernah mendengar
tentang Roh Kudus (ay 2).
b. Mereka dibaptis dengan baptisan Yohanes (ay
3).
Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang
itu belum betul-betul kristen. Rupa-rupanya mereka ‘bertobat’ karena
penginjilan yang tidak sempurna dari Apolos (bdk. Kis 18:24-26 yang
menunjukkan adanya kekurangan dalam pengertian Apolos, yang lalu diperbaiki
oleh Priskila dan Akwila). Karena itu Paulus lalu memberitakan Injil lagi
kepada mereka (Kis 19:4), dan ini menyebabkan mereka bertobat / percaya
dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka lalu menerima Roh Kudus. Jadi, tidak
ada ‘gap’ dalam Kis 19:1-7!
2) Tiap
orang kristen yang sejati pasti sudah mengalami baptisan Roh Kudus, sehingga
tidak perlu lagi untuk meminta / mencari, dsb. Perlu saudara camkan bahwa Kitab
Suci tidak pernah menyuruh kita meminta / mencari Baptisan Roh Kudus. Kitab
Suci hanya menyuruh kita percaya kepada Kristus (Misalnya Yoh 3:16 Kis 16:31), karena dengan percaya kepada
Kristus kita pasti menerima baptisan Roh Kudus.
3) Baptisan
Roh Kudus tidak sama dengan kepenuhan Roh Kudus!
Baptisan Roh Kudus adalah penerimaan
Roh Kudus. Ini hanya terjadi sekali saja, karena sekali Roh Kudus itu masuk, Ia
tidak akan keluar selama-lamanya.
Dalam Yoh 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan
Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya”.
Tetapi kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi
berulang-ulang. Ini terlihat dari:
a) Ef 5:18 - “Dan
janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah
kamu penuh dengan Roh”.
Kata bahasa Yunani PLEROUSTHE dalam
Ef 5:18 ada dalam bentuk present
imperative (= kata perintah bentuk present).
Berbeda dengan aorist imperative (=
kata perintah bentuk lampau) yang hanya perlu ditaati sekali saja, maka present imperative ini harus ditaati
terus-menerus.
b) Petrus mengalami kepenuhan Roh Kudus
berulang-ulang (Kis 2:4 Kis 4:8 Kis 4:31).
Catatan:
Memang dalam Kis 2:4 orang-orang
yang menerima baptisan Roh Kudus itu langsung dipenuhi dengan Roh Kudus. Tetapi
tidak selalu terjadi seperti itu.
4) Memang
ada peristiwa-peristiwa dimana baptisan Roh Kudus disertai dengan bahasa Roh /
lidah (Kis 2:4
Kis 10:44-46 Kis 19:6
dan mungkin juga Kis 8:17,18).
Tetapi, ada juga peristiwa-peristiwa
dimana baptisan Roh Kudus tidak disertai bahasa Roh / lidah.
Contoh: Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15 Kis 16:31-33.
Orang-orang dalam peristiwa-peristiwa
ini pasti menerima Roh Kudus, khususnya 3000 orang dalam Kis 2:41, karena
itulah yang dijanjikan oleh Petrus, yang dalam Kis 2:38 berkata: “Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Tetapi tidak satupun di antara
orang-orang itu yang berbicara dalam bahasa roh!
Bahkan orang yang dipenuhi Roh Kuduspun
tidak mesti berbahasa roh. Contoh: Stefanus (Kis 6:8-8:1a). Dalam
Kis 7:55 dikatakan bahwa ia penuh dengan Roh Kudus, tetapi tidak pernah
dikatakan bahwa ia berbicara dalam bahasa roh!
5) Dalam
baptisan Roh Kudus itu, yang menjadi pembaptis bukanlah Roh Kudus, tetapi Yesus
sendiri!
Dasar Kitab Sucinya:
a) Mat 3:11
Mark 1:8 Luk 3:16 dan Yoh 1:33 dengan jelas menunjukkan
bahwa Yesuslah yang akan membaptis dengan Roh Kudus!
Mat 3:11 - “Aku
membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasutNya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.
Yoh 1:33 - “Dan
akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan
air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas
seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh
Kudus”.
b) Dalam
terjadinya suatu peristiwa baptisan, maka harus ada:
1. Pembaptis.
2. Yang
dibaptis.
3. Elemen
/ zat untuk membaptis.
Yang
membaptis Yang dibaptis Elemen / zat
1. Yohanes
Pembaptis Orang Yahudi air
2. Pendeta Orang
kristen air
3. Yesus Orang
kristen Roh Kudus
Keterangan:
No 1 adalah baptisan Yohanes, no 2
adalah baptisan kristen, no 3 adalah baptisan Roh Kudus.
Sekarang, kalau dalam no 3 itu Roh
Kudus adalah yang membaptis, lalu apa elemen untuk membaptisnya?
c) 1Kor 12:13 (KJV, RSV, NIV, NASB): ‘by one Spirit’ (= oleh
satu Roh). Ini seolah-olah menunjukkan bahwa dalam peristiwa baptisan Roh
Kudus, yang membaptis adalah Roh Kudus.
Tetapi kata Yunani yang dipakai disini
adalah EN yang bisa berarti in, into,
with, by (= dalam, ke dalam, dengan, oleh).
Adalah sesuatu yang aneh bahwa dalam
1Kor 12:13 ini dipilih terjemahan by
(= oleh). Mengapa? Karena dalam Kitab Suci hanya ada 7 ayat yang menyebutkan
baptisan Roh Kudus, yaitu Mat 3:11
Mark 1:8 Luk 3:16 Yoh 1:33
Kis 1:5 Kis 11:16 1Kor 12:13. Dalam Mat 3:11 Mark 1:8
Luk 3:16 Yoh 1:33 Kis 1:5
Kis 11:16 kata Yunani yang sama (EN) oleh KJV, RSV, NIV, NASB
diterjemahkan dengan with (= dengan),
kecuali dalam Yoh 1:33, NASB menterjemahkan in (= dalam). ASV lebih konsisten karena menterjemahkan semua
dengan in (= dalam).
KJV RSV NIV NASB ASV
Mat 3:11 with with with with in
Mark 1:8 with with with with in
Luk 3:16 with with with with in
Yoh 1:33 with with with in in
Kis 1:5 with with with with in
Kis 11:16 with with with with in
1Kor 12:13 by by by by in
John Stott mengatakan bahwa dalam 1Kor
12:13 itupun kata Yunani EN itu seharusnya diterjemahkan with (= dengan). Jadi, Roh Kudus adalah elemen pembaptisan dan
bukan si pembaptis!
Kesimpulan:
Istilah ‘baptism of the Holy Spirit’ (= baptisan dari Roh Kudus) adalah
istilah yang salah karena menunjukkan Roh Kudus sebagai si pembaptis. Istilah
yang benar adalah ‘Baptism with the Holy
Spirit’ (= baptisan dengan Roh Kudus).
6) Cara
menerima Baptisan Roh Kudus adalah dengan cara bertobat / per- caya kepada
Yesus (Kis 2:38).
Kis 2:38 - “Jawab
Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu
akan menerima karunia Roh Kudus”.
Di atas sudah saya katakan bahwa Kitab
Suci tidak pernah menyuruh kita untuk mencari Baptisan Roh Kudus. Kitab Suci
hanya menyuruh kita untuk percaya kepada Yesus, karena dengan percaya kepada
Yesus otomatis kita menerima Roh Kudus.
MASIH ADAKAH BAHASA ROH ITU?
Pandangan Kharismatik: Ya, bahasa Roh jelas masih ada!
Pandangan Anti Kharismatik: Tidak! Bahasa Roh / lidah lenyap
dengan le-nyapnya rasul-rasul.
Dasar pandangan ini:
I) Sejarah.
- Bapa-bapa gereja tidak pernah menulis apa-apa tentang terjadinya ba-hasa Roh / lidah. Clement of Rome, Justin Martyr, Origen, Chrysostom, Augustine menganggap bahasa Roh terjadi pada saat-saat awal dari kekristenan (jaman rasul-rasul).
- Dalam empat sampai lima abad yang pertama dalam kekristenan / gereja, orang-orang yang dilaporkan telah berbicara dalam bahasa Roh hanyalah pengikut Montanus yang sesat dan muridnya yang bernama Tertullian.
Vincent (tentang 1Kor 12:10): “Ecstatic conditions and manifestations marked the Montanists at
the close of the second century, and an account of such a case, in which a
woman was the subject, is given by Tertullian
. Similar phenomena have emerged at
intervals in various sects, at times of great religious excitement, as among
the Camisards in France,
the early Quakers and Methodists, and especially the Irvingites”
(= ).
- Lalu pada abad ke 17 dilaporkan adanya bahasa Roh dalam grup yang disebut Cevenol Priests di Perancis. Grup ini juga sesat.
- Pada tahun 1731 ada bahasa Roh dalam Roman Catholic Reformers yang disebut the Jansenists. Ini jelas juga grup sesat.
- The Shakers, pengikut dari Mother Ann Lee, yang hidup pada tahun 1736-1784, menggunakan bahasa Roh. Mother Ann Lee menganggap dirinya sebagai ‘the female equivalent of Jesus Christ’ (= orang perem-puan yang setara dengan Yesus Kristus) dan menganggap sex sebagai dosa, sekalipun dilakukan di dalam pernikahan. Semua ini sudah cukup untuk menganggapnya sebagai seorang yang sesat.
- Tahun 1830, seorang yang bernama Edward Irving (di London) men-dirikan the Irvingites. Grup ini berbicara dalam bahasa Roh. Ini juga grup yang sesat.
Kesimpulan:
Sejarah menunjukkan bahwa sejak
lenyapnya rasul-rasul, maka orang-orang yang berbicara dalam bahasa Roh
hanyalah orang-orang dari aliran sesat.
Sanggahan Kharismatik:
Yoel 2:23 berbicara tentang ‘hujan awal
dan hujan akhir’.
Hujan awal adalah pencurahan Roh Kudus
dan bahasa Roh pada hari Penta-kosta. Hujan akhir adalah pencurahan Roh Kudus
pada abad ke 20. (Saya berpendapat bahwa penafsiran semacam ini tidak dapat di
pertanggung jawabkan. Kata-kata ‘hujan awal dan hujan akhir’ dalam Yoel 2:23 jelas
mempunyai arti hurufiah, sehingga penafsirannya tidak boleh diallegorikan /
dilambangkan seperti itu).
Sanggahan saya:
Faktor sejarah tidak cukup kuat untuk
dijadikan dasar pandangan ini. Siapa tahu ada bahasa Roh dari orang kristen
yang sungguh-sungguh, tetapi tidak dilaporkan?
II) Semua karunia mujijat lenyap bersama dengan rasul-rasul.
Bahasa Roh adalah salah satu dari
karunia-karunia mujijat. Tujuan mujijat adalah untuk membuktikan bahwa:
a) Suatu
ajaran memang betul-betul merupakan wahyu dari Tuhan.
b) Seseorang
betul-betul adalah hamba Tuhan (rasul / nabi).
Dasar Kitab Sucinya: Kel 4:1-9 Kel 19:9
Ul 34:10-12 2Raja-raja 5:8 Maz 74:9
Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3-4.
Sekarang Kitab Suci sudah lengkap,
sehingga pasti tidak ada wahyu yang baru lagi dari Tuhan. Rasul dan nabi sudah
tidak ada lagi. Jadi, karunia mu-jijat juga harus lenyap. Kalau karunia
mujijat masih ada, maka itu
memung-kinkan terjadinya Kitab Suci jilid II.
Sanggahan saya:
·
Tujuan
mujijat bukan hanya untuk membuktikan bahwa suatu ajaran me-rupakan wahyu Tuhan
dan bahwa seseorang betul-betul hamba Tuhan (rasul / nabi). Bisa saja hanya
untuk menolong seseorang, Tuhan mela-kukan mujijat.
- Kata-kata dari orang yang bernubuat / berbahasa Roh tidak mesti masuk dalam Kitab Suci. Sehingga kalau jaman sekarang ada orang bernubuat / berbahasa Roh, itu tidak perlu menimbulkan Kitab Suci jilid II.
Misalnya:
Bil 11:27 (NIV): “Eldad and Medad are prophesying in the
camp” (= Eldad dan Medad sedang bernubuat dalam perkemahan).
Ini jelas nubuat yang sungguh-sungguh /
dari Tuhan, tetapi toh isi / berita dari nubuat itu tidak dimasukkan ke dalam
Kitab Suci. Hal yang sama terjadi dalam Kis 19:6.
- Orang-orang Anti Kharismatik menganggap bahwa orang yang mempu-nyai karunia mujijat sudah tidak ada lagi, tetapi mujijat masih ada pada jaman ini. Bukankah analoginya adalah orang yang mempunyai karunia berbahasa Roh sudah tidak ada, tetapi bahasa Roh masih ada? (artinya: seseorang mungkin hanya berbahasa Roh satu atau dua kali saja, lalu tidak pernah berbahasa Roh lagi).
III) 1Kor 13:8-13.
Bagian Kitab Suci ini digunakan baik
oleh pihak Kharismatik maupun oleh pihak Anti Kharismatik untuk mendukung
pandangan masing-masing.
Orang Kharismatik menganggap bahwa
1Kor 13:10 menunjuk kepada akhir jaman, sehingga mereka lalu berpendapat
bahwa bahasa Roh baru berhenti pada akhir jaman.
Tetapi, orang-orang Anti Kharismatik
menganggap bahwa kata-kata ‘Jika yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10
telah terjadi pada saat kanon Kitab Suci sudah lengkap, yaitu pada akhir abad
pertama.
Dasar pandangan orang-orang Anti
Kharismatik ini:
a) Kata
‘yang sempurna’ (perfection) dalam
1Kor 13:10 dalam bahasa Yuna-ninya adalah TO TELEION yang sebetulnya
berarti ‘the completed thing’ (=
benda lengkap). Kata ini digunakan 18 kali dalam Perjanjian Baru dan tidak
pernah menunjuk kepada akhir jaman / kedatangan Kristus ke dua kalinya / surga.
b) 1Kor 13:10
harus menunjuk kepada Kitab Suci, karena 1Kor 13:12 juga menunjuk kepada
Kitab Suci.
Buktinya:
·
Kata
‘cermin’ dalam 1Kor 13:12 dalam bahasa Yunaninya adalah ESOPTRON. Ini
hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru. Peng-gunaan yang lain ada dalam
Yak 1:23, dan di sana
jelas menunjuk pada Kitab Suci.
·
Dalam
1Kor 13:12 ada kata-kata ‘melihat dalam cermin’. Melihat siapa? Bandingkan
dengan Yak 1:23-24. Jelas melihat diri sendiri! Kitab Suci memang
berfungsi untuk menunjukkan kepada kita siapa diri kita yang sebenarnya.
·
Dalam
1Kor 13:12 ada kata-kata ‘melihat muka dengan muka’. Apa artinya? Bandingkan
dengan Bil 12:6-8 dan Kel 33:9-11. Dalam kedua bagian ini, Musa dikatakan
berhadapan dengan Tuhan (muka dengan muka) dan itu menunjukkan bahwa ia
mendapat wahyu yang lebih lengkap. Jadi, kalau dalam kedua bagian itu kata-kata
‘berhadapan muka’ (muka dengan muka) digunakan untuk mengkontraskan wahyu yang
sebagian dan wahyu yang lebih penuh / lengkap, maka dalam 1Kor 13:12
kata-kata itu digunakan untuk mengkontraskan wahyu yang sebagian dengan wahyu
yang terakhir / seluruhnya.
c) Kalau
1Kor 13:10 menunjuk kepada akhir jaman / surga, maka 1Kor 13:13 menjadi
sesuatu yang tidak masuk akal, karena di surga iman dan pengharapan sudah tidak
ada lagi (Ro 8:24 2Kor 5:7 Ibr 11:1). Jadi, jelas bahwa 1Kor 13:10
menunjuk pada hidup di dunia ini.
Sanggahan saya:
a. Dalam
Kitab Suci, kata bahasa Yunani ‘TO TELEION’ digunakan dalam Mat 5:48 Mat 19:21
Ro 12:2 1Kor 2:6 1Kor 13:10
1Kor 14:20 Ef 4:13 Fil 3:15
Kol 1:28 Kol 4:12 Ibr 5:14
Ibr 9:11 Yak 1:4 Yak 1:17,25
Yak 3:2 1Yoh 4:18.
Kalau kita meneliti ayat-ayat ini
satu-persatu, maka jelaslah bahwa kata TO TELEION tidak mesti berarti ‘the completed thing’ (= benda lengkap).
b. Tentang
1Kor 13:12:
·
Dalam
Yak 1:23 tidak dikatakan secara jelas bahwa ‘cermin’ adalah lambang Kitab
Suci. Dan kalaupun dalam Yak 1:23, cermin adalah lambang Kitab Suci, belum
tentu dalam 1Kor 13:12 harus juga berarti Kitab Suci. Kata ‘ular’ yang
sering melambangkan setan, dalam Yoh 3:14,15 melambangkan / menjadi TYPE dari
Yesus.
·
‘melihat
dalam cermin’ dalam 1Kor 13:12 bisa ditafsirkan ‘melihat Yesus / Allah’.
Pada saat kita mati, kita akan melihat Allah (Ayub 19:26 1Yoh 3:2).
·
Dalam
Bil 12:6-8 dan Kel 33:9-11 kata-kata ‘berhadapan muka’ (muka dengan muka) tidak
berarti bahwa Musa mendapat wahyu yang lebih lengkap. Kata-kata itu berarti
bahwa Musa mempunyai hubungan yang istimewa dengan Tuhan. Kalau kata-kata
‘berhadapan muka’ ditafsir-kan ‘mendapat wahyu yang lengkap’, maka dari Ul
34:10 kita harus menarik kesimpulan bahwa setelah Musa tidak ada lagi nabi yang
mendapat wahyu yang lebih lengkap dari Musa. Dan ini jelas salah!
c. Tentang
1Kor 13:13.
Terjemahan Indonesia tidak tepat. Ini sama
dengan terjemahan RSV yang juga tidak tepat. Tetapi, perhatikan
terjemahan-terjemahan ini:
NIV : ‘And now these three remain ...’ (= Dan sekarang
tinggallah ketiga hal ini ...).
NASB: ‘But now abide ...’ (= Tetapi sekarang tinggallah
...).
KJV : ‘And now abideth ...’ (= Dan sekarang tinggallah
...).
Adanya kata ‘now / sekarang’ menunjukkan bahwa sekalipun 1Kor 13:10-12
menunjuk kepada akhir jaman / saat kita di surga, tetapi 1Kor 13:13 tetap
menunjuk kepada saat sekarang ini.
d. Kata
‘nanti’ dalam 1Kor 13:12
menunjuk pada saat yang sama dengan ‘jika
yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10.
Dalam 1Kor 13:12 Paulus menggunakan
kata ‘kita / we’ dan ‘aku / I’. Kita tahu bahwa Paulus mati pada
lebih kurang tahun 67 Masehi, sehingga jelas bahwa Paulus mati sebelum Kitab
Suci lengkap. Kalau kata-kata ‘jika yang sempurna tiba’ dalam 1Kor 13:10
diartikan terjadi pada saat kanon Kitab Suci lengkap, maka itu berarti bahwa
pada saat Paulus mati, ia belum mengalami 1Kor 13:12! Ini tidak mungkin!
e. Sebelum
munculnya Kharismatik modern, sangat sedikit penafsir yang menganggap
1Kor 13:10 menunjuk kepada lengkapnya Kitab Suci. Bah-kan orang-orang Anti
Kharismatik pada jaman inipun banyak yang meng-anggap bahwa 1Kor 13:10
bukan menunjuk kepada lengkapnya Kitab Suci, tetapi pada akhir jaman atau pada
saat seseorang mati.
Jadi, jelas bahwa mayoritas penafsir
tidak setuju dengan penafsiran bahwa 1Kor 13:10 menunjuk kepada lengkapnya
Kitab Suci.
Kesimpulan:
Bahasa Roh / lidah masih ada! Tetapi ini tidak berarti bahwa
saya mempercayai bahasa Roh yang sekarang banyak terdapat sebagai bahasa Roh
yang betul-betul datang dari Tuhan! Saya menganggap bahwa hampir semua bahasa
Roh yang saat ini banyak terdapat adalah buatan manusia atau datang dari setan.
Tapi saya percaya bahwa masih ada kemungkinan akan adanya bahasa Roh yang asli!
HARUSKAH KITA BERBAHASA ROH?
Menghadapi pertanyaan ‘Haruskah orang kristen berbahasa
Roh?’, mayoritas orang Kharismatik akan menjawab: ‘Ya, orang kristen harus
berbahasa Roh!’.
Lihat 2 kutipan di bawah ini!
“Berbicara dalam Bahasa Roh hendaknya merupakan
semacam arus air yg tidak boleh menjadi kering, karena ia akan memperkaya
kehidupan rohani seseorang secara pribadi” (Buku ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ karangan
Kenneth E. Hagin, hal 13) .
“Bahasa lidah itu harus seperti aliran sungai yang
tak pernah kering, karena dengannya akan memperkaya kehidupan kerohanian dan
kekristenan kita”
(Buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany,
hal 27).
Alasan-alasan yang dikemukakan:
1) Bahasa Roh adalah bukti baptisan Roh /
kepenuhan Roh (Kis 2:4 Kis 10:46).
Bahkan ada penulis Kharismatik yang mengatakan bahwa bukti dari baptisan Roh /
kepenuhan Roh bukanlah buah Roh, tetapi bahasa Roh.
Untuk ini lihat kutipan di bawah ini:
“Ada beberapa orang yang mengajarkan bahwa
‘buah Roh’ itulah bukti seseorang telah atau belum menerima Roh Kudus.
Sebenarnya, pengujian tentang ‘buah Roh’ ini harus ditolak karena bertentangan
dengan Alkitab dengan alasan: buah Roh bukanlah pengujian yang diterapkan oleh
para rasul itu sendiri. Kis 10:45-46; Kis 8:14-20; Kis 19:6. Apakah yang menyakinkan
Petrus, Paulus dan rasul-rasul yang lain itu bahwa bangsa-bangsa lain juga
dapat mengalami keselamatan melalui iman kepada Yesus? Satu hal hanya satu
alasan: yaitu kenyataan bahwa mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata
dalam bahasa roh. Dalam seluruh pertanggungjawaban itu, tidak pernah ada
anjuran sedikitpun, baik dari Petrus atau rasul yang lain, untuk mencari bukti
atau tanda lain dalam kehidupan mereka selain kenyataan bahwa mereka
berkata-kata dalam bahasa roh. Di sana
tidak ada pertanyaan tentang buah Roh. Dalam hal ini para rasul betul-betul
logis. Bukan karena buah Roh tidak penting, tetapi karena buah Roh itu
berdasarkan sifatnya sungguh-sungguh berbeda dari karunia. Karunia diterima
sebagai suatu tindakan iman; sedangkan buah Roh dihasilkan melalui proses yang
perlahan-lahan dan setahap demi setahap, dimana di dalamnya termasuk menanam,
memelihara, dan mengusahakannya. Baptisan Roh Kudus adalah karunia (suatu
pengalaman tersendiri) yang diterima dengan iman. Bukti seseorang telah
menerima karunia ini, ialah bahwa ia berkata-kata dalam bahasa roh. Sedangkan
salah satu tujuan penting karunia ini diberikan ialah agar memungkinkan
seseorang menghasilkan buah roh yang lebih baik daripada yang pernah dapat dihasilkannya.
Tidak salah untuk memberikan tekanan pada pentingnya buah roh. Yang salah
adalah bila kita mengacaukan antara karunia dan buah roh, mengacaukan bukti
penerimaan karunia dengan tujuan karunia itu diberikan” (Buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan
School of Ministry GBI Bethany, hal 31).
Jawaban saya:
a) Bahasa
Roh yang asli, karena itu merupakan suatu karunia, hanya bisa dimiliki oleh
orang kristen yang sejati (demikian juga dengan semua karunia yang lain).
Karena itu, dalam Kis 10, pada waktu Petrus melihat orang-orang itu
berbahasa Roh, ia yakin bahwa orang-orang itu sudah mengalami baptisan Roh /
menerima Roh Kudus. Tetapi persoalannya, kalau Petrus bisa membedakan asli
tidaknya bahasa Roh itu, kita tidak bisa atau sukar sekali bisa membedakannya!
Karena itu bahasa Roh sukar dijadikan ukuran apakah seseorang itu sudah
menerima Roh Kudus atau tidak.
b) Kis
2:4 dan Kis 10:46 adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Bagian
semacam ini tidak bisa dijadikan rumus! Bahwa Yesus berpuasa 40 hari / malam,
tidak berarti bahwa orang kristen harus juga melakukan hal itu. Bahwa Yesus
hanya mempunyai 12 murid, tidak berarti bahwa seorang pendeta hanya boleh
mempunyai 12 jemaat. Bahwa Petrus bisa berjalan di atas air, tidak berarti
bahwa orang kristen sekarang harus bisa berjalan di atas air. Mengapa? Karena
semua ini adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive. Ini tidak boleh dijadikan rumus / norma dalam hidup
kita!
Dalam Luk 1:67 dikatakan bahwa
Zakharia penuh Roh Kudus dan ia lalu bernubuat. Juga dalam Kis 19:6
dikatakan ada orang-orang yang me-nerima Roh Kudus dan mereka lalu berbahasa
Roh dan bernubuat. Apakah semua ini juga mau dijadikan rumus, dan kita lalu
percaya bahwa orang yang mempunyai Roh Kudus harus bernubuat? Tentu saja tidak,
karena bagian-bagian ini juga merupakan bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive!
Dalam Kitab Suci juga ada
peristiwa-peristiwa lain di mana orang percaya kepada Kristus (jelas mereka
menerima baptisan Roh Kudus - bdk. Kis 2:38), tetapi tidak mengalami bahasa Roh
(Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15,31-33). Stefanus yang penuh Roh
Kudus (Kis 7:55) juga tidak pernah dikatakan berbahasa Roh.
c) Kitab
Suci jelas mengatakan bahwa ‘buah’ adalah bukti pertobatan yang sejati! (Mat
3:7-10 Mat 7:16-20). Tugas Roh Kudus
memang memimpin kita ke dalam kebenaran (Yoh 16:13). Juga jelas bahwa buah
Roh Kudus (Gal 5:22,23) adalah hasil pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita.
Tidak adanya buah Roh menunjukkan secara jelas bahwa seseorang belum bertobat /
menerima Roh Kudus! Pandangan ini sejalan dengan kata-kata Yakobus yang
berbunyi ‘iman tanpa perbuatan adalah mati / kosong’ (Yak 2:17,26), dan juga
dengan ajaran Tuhan Yesus tentang pokok anggur dan rantingnya (Yoh 15:1-8 -
perhatikan bahwa ranting yang tidak berbuah, yang akhirnya dipotong dan dibakar
itu, jelas menggambarkan orang kristen KTP yang tidak mengeluarkan buah Roh
Kudus).
Ada banyak orang Kharismatik yang mengaku
telah dibaptis Roh Kudus / penuh Roh Kudus karena telah berbahasa Roh. Tetapi
kehidupan mereka tidak berbeda sedikitpun dari orang kafir. Bahkan sering
mereka mempu-nyai kepercayaan yang jelas tidak injili / tidak alkitabiah,
seperti:
·
tidak
yakin masuk ke surga karena masih banyak dosanya.
·
yakin
masuk surga karena sudah dibaptis.
·
Orang
Katolik Kharismatik yang masih ‘memegang’ Marianya.
·
dsb.
Orang-orang seperti itu, sekalipun
sudah berbahasa roh, jelas belum sungguh-sungguh bertobat (dengan demikian
jelas juga bahwa bahasa roh mereka pasti palsu). Kalau mereka betul-betul
bertobat, buah Roh pasti ada!
2) Bahasa Roh membangun iman orang yang
berbicara di dalam bahasa Roh itu (1Kor 14:4
Yudas 20).
Jawaban saya:
a) Yudas 20
tidak berbicara tentang Bahasa Roh! Demikian juga dengan Ro 8:26 dan Ef 6:18!
‘Berdoa di dalam Roh’ berarti ‘doa yang
dipimpin oleh Roh Kudus’. Ini adalah doa biasa, bukan doa dengan bahasa Roh!
Perlu saudara ketahui bahwa istilah ‘bahasa Roh’ dalam Kitab Suci selalu
ditunjukkan dengan menggunakan kata bahasa Yunani GLOSSA, dan kata ini tidak
muncul baik dalam Yudas 20 maupun Ro 8:26 dan Ef 6:18! Karena itu adalah
sangat tidak beralasan untuk mengatakan bahwa istilah ‘berdoa di dalam Roh’
dalam Yudas 20 ataupun Ro 8:26 dan Ef 6:18 menunjuk pada ‘doa dalam bahasa
Roh’.
b) Bahasa
Roh adalah salah satu karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:7- 11,27-30).
Tujuan karunia-karunia itu adalah untuk membangun jemaat / gereja
(1Kor 12:7
1Kor 14:5,12,17,26
Ef 4:11-12 1Pet 4:10).
Tuhan
tidak pernah memberikan karunia yang berguna untuk mem-bangun diri kita
sendiri. Semua karunia diberikan untuk membangun gereja / tubuh Kristus dan
bukannya diri sendiri!
Illustrasi: Dalam tubuh tidak ada anggota tubuh
yang mempunyai kegunaan / fungsi hanya untuk dirinya sendiri. Semua anggota
berfungsi untuk seluruh tubuh atau untuk anggota tubuh yang lain!
Lalu apa arti 1Kor 14:4? Ini
adalah sindiran / bahasa sinis. Surat Korintus memang banyak mengandung
sindiran / bahasa sinis. (1Kor 4:8,10
2Kor 10:1,2 2Kor 11:1,5b 2Kor 12:12-13). Jadi, adalah sangat beralasan
untuk mengatakan bahwa 1Kor 14:4 juga suatu sindiran / bahasa sinis!
Mungkin maksud Paulus dengan 1Kor 14:4 adalah untuk menunjukkan
ketidakbergunaan bahasa Roh, dan sekaligus untuk menyerang / me-nyindir
keegoisan orang Korintus. Tetapi ia sama sekali tidak memak-sudkan bahwa bahasa
Roh akan membangun diri sendiri!
c) Yang
membangun iman bukanlah bahasa Roh, tetapi Firman Tuhan, ka- rena Firman Tuhan
adalah makanan rohani! (Kis 20:32
1Kor 3:2 Ibr 5:12-14 1Pet 2:2-3).
3) Bahasa Roh
menyucikan diri kita.
Lihat kutipan di bawah ini:
“Kalau orang yang menerima Roh
Kudus masih belum berubah sifatnya, pasti pada hari itu mereka tidak berdoa
dalam bahasa roh dan tidak melakukan persekutuan yang mantap dengan Allah. Saya
tahu betul hal ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.
Akan tetapi apabila seseorang mau
membuang waktu cukup untuk melakukan
persekutuan dengan Allah, berbicara dalam bahasa roh, maka ia akan memperoleh
kesadaran yang dalam tentang kehadiran dan bermukimnya Tuhan di dalam dirinya,
sehingga tidak mungkin lagi ia berkata-kata atau berbuat sesuatu yang tidak
pantas” (Buku
‘Tujuh Langkah Untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 19).
Penyucian diri itu terjadi dalam
hal-hal seperti:
a) Membuang
egoisme. Kalau seseorang berdoa biasa, maka ia akan ber- doa untuk kepentingan
dirinya. Ini doa yang egois! Tetapi, kalau sese-orang berdoa dengan bahasa Roh,
Roh Kuduslah yang memberikan kata-katanya, sehingga ia bebas dari egoisme.
b) Menguasai
lidah. Lihat 2 buah kutipan di bawah ini:
·
“Dalam
Yakobus 3:8 dikatakan: ‘Tetapi tidak seorangpun berkuasa menjinakkan
lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh dengan racun
yang mematikan’. Tetapi apabila kita berbicara bahasa roh, maka kita akan
mengekang lidah kita menurut kuasa Roh Kudus untuk berbicara dalam bahasa roh.
Hal ini merupakan langkah panjang menuju pengekangan penuh bagi anggota-anggota
tubuh kita untuk berserah kepada Tuhan. Sebab apabila anda bisa mengendalikan
lidah maka anda pun dapat mengendalikan setiap anggota tubuh anda yang lain” (Buku ‘Tujuh Langkah untuk Menerima
Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 31).
·
“Berbahasa
lidah akan membuat atau membawa lidah senantiasa ada dalam kontrol Roh......
Kita melihat kehidupan murid
Yesus sendiri yang bernama Petrus. Sebelum ia penuh dengan Roh Kudus walaupun
ia adalah seorang murid tetapi ia tidak dapat menjinakkan dan menguasai
lidahnya (ia berjanji mau mati untuk Yesus mau masuk penjara demi Yesus, tetapi
pada akhirnya dia meng-khianati Yesus). Lidah Petrus penuh dusta dan kutuk;
tetapi setelah ia penuh dengan Roh Kudus, maka Petrus berubah, dengan ucapan
lidahnya sekali berkotbah dapat mempertobatkan 3000 orang sekaligus
(Kis 2:41). Dengan perkataan lidahnya dia bangkitkan orang lumpuh (Kis 3:6);
Lidah seseorang yang penuh dengan urapan Roh kudus akan menjadi lidah yang
terjinakkan lagi lidah yang penuh dengan kuasa Allah” (Buku ‘Holy Spirit / Roh Kudus’
terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 29).
c) Dalam
hal-hal lain. bahasa Roh mengingatkan kita bahwa Roh Kudus berada di dalam
kita, dan ini menyebabkan kita menahan diri dari dosa. Lihat kutipan di bawah
ini:
“Dengan berbahasa lidah kita akan
senantiasa diingatkan bahwa Roh Kudus di dalam kita. Dan ini akan mempengaruhi
seluruh roda kehidupan kita sehari-hari ke arah kehidupan yang serba positif
(kalau engkau berbahasa lidah, kau akan sadar adanya Roh Kudus di dalammu, maka
Dia akan menjadi rem akan perbuatan jahat najis, dosa yang akan kau kerjakan).
Tak mungkin seseorang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan akan mendukakan Roh
Kudus. Tak mungkin seorang percaya berbahasa lidah sambil berzina, mencuri,
marah, dll. Bahasa lidah akan senantiasa mengingatkan kita bahwa ada Roh Kudus
di dalam kita” (Buku
‘Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal 27,28).
Jawaban saya:
a) Kita
toh tidak mungkin berbicara / berdoa dengan bahasa Roh 24 jam / hari. Lalu
bagaimana dengan egoisme dan penggunaan lidah yang salah pada saat kita tidak
berbahasa Roh?
b) Kitab
Suci tidak pernah mengajar bahwa bahasa Roh itu bisa menyucikan kita. Bahasa
Roh adalah suatu karunia! Tujuannya untuk pelayanan, bukan untuk menyucikan
diri!
c) Kitab
Suci berkata bahwa Firman Tuhanlah yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menyucikan
kita (Yer 23:29 Maz 119:9 Yoh 15:3
Ef 6:17).
d) Mengingat
bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita memang penting untuk usaha menyucikan
diri (bdk. 1Kor 3:16 1Kor 6:19-20).
Tetapi, kita bisa mengingat bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita tanpa
mengguna-kan bahasa Roh!
e) Doa
dengan bahasa Roh memang tidak egois. Tetapi doa dengan bahasa Roh pada
hakekatnya tidak meminta apa-apa. Kata-kata dalam doa itu tidak berasal dari
diri kita sendiri dan tidak kita mengerti! Jadi, kita sendiri tidak meminta
apa-apa. Pada-hal Yesus memerintahkan kita untuk me-minta kepadaNya (Mat
7:7 Yoh 16:24). Kalau kita tidak meminta
apa-apa, kita justru berdosa!
f) Doa
biasa (tanpa menggunakan bahasa Roh) tidak harus merupakan doa yang egois.
Kalimat pertama yang Yesus ucapkan di atas kayu salib (‘Ya Bapa ampunilah
mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ - Luk 23:34) jelas
merupakan suatu doa biasa, tetapi sama sekali tidak kelihatan egoisme dalam doa
ini!
4) Kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita
berdoa. Dalam doa dengan ba- hasa Roh, Roh Kudus menolong kita untuk berdoa
(Ro 8:26 1Kor 14:14
diterjemahkan ‘rohku, dengan bantuan Roh
Kudus dalam diriku, berdoa....’).
Orang-orang Kharismatik tertentu juga
mengatakan bahwa:
- Dengan menggunakan doa bahasa Roh, kita bisa berdoa untuk kebutuh- an yang tidak kita sadari.
- Roh Kudus bukan hanya mengajar kita berdoa, tetapi bahkan juga mengajari posisi doa yang benar! Baca Kutipan di bawah ini:
“Sementara berdoa dalam bahasa
roh itu saya meletakkan satu kepalan tanganku atas yang lainnya; lalu terasa
seperti ada suatu tarikan yang kuat sekali yang hendak menyeret tanganku ke
samping. Dengan sekuat tenaga yang ada padaku saya berusaha mengepalkan
tanganku, akan tetapi secara bergantian tangan saya itu ditarik lagi ke sebelah
samping yang lainnya. Hal yang sama terjadi 3x berturut-turut. Lalu Roh Tuhan
berbicara kepada saya: ‘Orang yang cara berdoanya keliru akan membuat semua hal
meleset dari tempat seharusnya’. Sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya
berdoa” (Buku
‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ karangan Kenneth E. Hagin, hal 22).
- Karena doa Bahasa Roh adalah doa yang dipimpin oleh Roh Kudus, maka orang yang mentertawakan orang yang sedang berdoa dengan bahasa Roh sama dengan mentertawakan Roh Kudus!
Jawaban saya:
a) Ro 8:26
tidak mempersoalkan doa dengan bahasa Roh! Kata bahasa Yunani GLOSSA yang
selalu muncul kalau Kitab Suci memaksudkan ‘bahasa Roh’ ternyata tidak muncul
dalam Ro 8:26 ini. Jadi ayat ini tidak berbicara tentang ‘doa dalam bahasa Roh’
tetapi berbicara tentang doa biasa! Dalam doa biasapun kita membutuhkan
pertolongan Roh Kudus!
b) Pada
waktu mau menafsirkan 1Kor 14:14 kita harus membaca seluruh kontexnya
lebih dulu! Bacalah 1Kor 14:13-17, bahkan lebih baik lagi, bacalah seluruh
1Kor 14!! Saudara akan melihat bahwa 1Kor 14 mene-kankan bahwa nubuat
lebih penting / berguna daripada bahasa Roh! 1Kor 14:13-17 justru
menekankan pentingnya penggunaan akal / otak dalam memuji / bersyukur / berdoa!
Jadi, jelas bahwa ayat ini tidak mungkin mendukung penggunaan bahasa Roh dalam
doa!
c) Kitab
Suci tidak pernah menuntut posisi doa tertentu!! Tidak mungkin Roh Kudus lalu
menuntut apa yang tidak dituntut oleh Kitab Suci, atau me-nyalahkan apa yang
tidak disalahkan oleh Kitab Suci. Saya yakin bahwa pengalaman Kenneth Hagin
yang ia ceritakan di atas, sekedar me-rupakan isapan jempolnya, atau diberikan
oleh setan!
5) Paulus berkata bahwa pengucapan syukur dengan
menggunakan bahasa Roh adalah sesuatu yang sangat baik (1Kor 14:17).
Jawaban saya:
Ini jelas adalah suatu penafsiran yang
hanya memperhatikan suatu bagian ayat, tetapi mengabaikan kontexnya! Kontex
dari ayat yang dipersoalkan (1Kor 14:13-17) justru menekankan penggunaan
akal / pikiran!
Juga perhatikan kata ‘sekalipun’ dalam
1Kor 14:17 itu! Ini jelas hanya meru-pakan suatu pengandaian! Jadi, maksud
Paulus adalah ‘andaikatapun peng-ucapan syukurmu (yang menggunakan bahasa Roh)
itu sangat baik, itu sia-sia karena tidak ada yang mengerti’.
6) Paulus bersyukur atas bahasa Roh dan Paulus
banyak berbahasa Roh (1Kor 14:18).
Jawaban saya:
a) Paulus
memang tidak menghina bahasa Roh. Ini terlihat dari kata- katanya dalam 1Kor
14:5a,18,39b.
b) Tapi
bagaimanapun dalam 1Kor 14:18 ini Paulus tidak mendorong orang untuk
berbahasa Roh! Lalu apa arti 1Kor 14:18 ini? Perlu kita ingat bahwa dalam
seluruh 1Kor 14 Paulus menekankan bahwa nubuat lebih penting / berguna
dari bahasa Roh. Orang Korintus bisa saja lalu menganggap bahwa Paulus mengatakan
demikian karena Paulus iri hati dengan bahasa Roh yang dimiliki oleh orang
Korintus. Tetapi ternyata Paulus sendiri banyak berbahasa Roh! Ia bersyukur
akan hal itu, karena seandainya ia tidak pernah berbahasa Roh, maka mungkin
sekali orang Korintus akan menuduhnya iri hati. Tetapi karena ia sendiri banyak
berbahasa Roh, maka tidak ada alasan bagi orang Korintus untuk menganggap
Paulus iri hati.
c) 1Kor 14:18
ini jelas tidak mengharuskan orang kristen berbahasa Roh! Sekalipun
Paulus banyak berbahasa Roh dan andaikatapun ia bersyukur atas hal itu, itu
tidak berarti orang kristen harus berbahasa Roh!
7) Paulus suka supaya semua orang Korintus
berbahasa Roh (1Kor 14:5).
Jawaban saya:
a) Bacalah
seluruh 1Kor 14:5! Kalau 1Kor 14:5 itu lalu ditafsirkan seakan-akan
Paulus mengharuskan orang kristen untuk berbahasa Roh, maka konsekwensinya orang
kristen juga harus bernubuat! Tetapi jarang atau bahkan tidak ada orang
Kharismatik yang berpendapat seperti itu!
b) Perhatikan
kata-kata ‘lebih daripada itu’ dalam 1Kor 14:5. Penekanan 1Kor 14:5
adalah: nubuat lebih penting daripada bahasa roh!! Jadi, 1Kor 14:5 ini bisa
diucapkan dengan kata-kata sendiri sebagai berikut: ‘Aku senang semua kamu
berbahasa Roh. Itu tidak jelek! Tetapi aku lebih senang lagi kalau kamu semua
bernubuat! Itu jauh lebih baik!’
8) 1Kor 14:22a berkata bahwa bahasa Roh adalah tanda
untuk orang yang tak beriman. Seorang penulis Kharismatik mengartikan ayat ini
sebagai berikut: orang yang mempersoalkan / menolak bahasa Roh menandakan orang
itu tidak ada iman kesana. Lihat kutipan di bawah ini.
“Yang terakhir sekarang adalah:
Mengapa Paulus berkata bahwa ‘bahasa roh adalah tanda untuk orang yang tidak
beriman?’ 1Kor 14:22. Yang jelas Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa orang
yang berkata-kata dengan bahasa roh itu orang yang tidak beriman, karena
ayat-ayat sebelumnya Paulus menunjukkan bahwa bahasa roh itu penting untuk
membangun diri sendiri, dan Paulus suka kalau semua orang berbahasa roh seperti
dia yang berbahasa roh lebih dari semua orang Korintus. Yang dimaksudkan Paulus
adalah: Jika ada orang yang tidak percaya atau mempersoalkan bahkan menolak dan
menentang bahasa roh, itu adalah ‘tanda’ bahwa mereka adalah orang yang tidak
ada iman ke sana
. Jadi bahasa roh adalah patokan yang mendasar; jika menolak, itu tanda tidak
ada iman” (Dari
buku ‘The Holy Spirit / Roh Kudus’ terbitan School of Ministry GBI Bethany, hal
34).
Jawaban saya:
a) Tafsiran
ini jelas sekali membengkokkan arti ayat itu! Lagi pula, kalau 1Kor 14:22a
ditafsirkan seperti itu, bagaimana kita harus mengartikan 1Kor 14:22b?
Disamping itu, apa artinya kata-kata ‘tidak ada iman ke sana’? Ini suatu istilah baru dalam dunia
Theologia!
b) 1Kor 14:22a
memang tidak berarti bahwa orang-orang yang berbahasa Roh itu adalah orang yang
tidak beriman. Rasul-rasul berbahasa Roh dalam Kis 2. Dan jelas bahwa mereka
adalah orang-orang yang beriman!
c) Lalu
apa arti 1Kor 14:22a? Ada
2 kemungkinan arti:
·
Artinya:
bahasa Roh adalah hukuman untuk orang Yahudi yang tidak beriman.
Baca 1Kor 14:21 dan bandingkan dengan
Yes 28:9-12. Dalam Yes 28 itu orang-orang Israel / Yahudi tidak mau percaya /
taat pada waktu mendengar Firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri. Karena itu
Tuhan berkata melalui Yesaya bahwa Ia akan berfirman dengan menggunakan bahasa
asing (bangsa asing yang akan menindas mereka).
·
1Kor
14:22a bisa diartikan secara lain. Dalam hal ini 1Kor 14:22 tidak dihubungkan
dengan 1Kor 14:21, tetapi dengan seluruh bagian yang mendahuluinya. Jadi,
artinya adalah: bahasa Roh, karena itu adalah suatu mujijat, maka itu lebih
cocok untuk orang yang tidak beriman. Mujijat itu akan menarik perhatian
mereka, sehingga mereka mau mendengar Firman Tuhan (bdk. Kis 2:1-13). Tetapi
kalau orangnya sudah beriman, tidak lagi dibutuhkan mujijat / bahasa Roh. Untuk
orang beriman ini digunakan nubuat.
Saya lebih condong pada penafsiran yang
kedua, tetapi yang manapun dari dua arti ini yang benar, itu tetap menahan
orang kristen dari peng-gunaan bahasa Roh di dalam gereja, yang merupakan
kumpulan orang beriman!
9) Bahasa Roh adalah bahasa rahasia, sehingga
setanpun tidak mengerti (1Kor 14:2). Karena itu penting sekali bagi kita untuk
berdoa dengan bahasa Roh!
Jawaban saya:
Kita perlu menyelidiki arti kata
‘rahasia’ (Inggris: mystery; Yunani:
MUS-TERION) yang digunakan dalam 1Kor 14:2 ini.
Kata ini dipakai juga dalam Ro
16:25 1Kor 2:7 Ef 3:3
dan Kol 1:26. Untuk bisa mengerti
artinya bacalah Ro 16:25-27 1Kor
2:7 Ef 3:2-6 Kol 1:25-27! Dari bagian-bagian itu jelaslah
bahwa ‘mystery / rahasia’ itu adalah
berita Injil! Dahulu memang tersembunyi, tetapi saat itu sudah dinyatakan oleh
Allah.
Tetapi mengapa dalam 1Kor 14:2
dikatakan bahwa orang itu berkata-kata kepada Allah? Ini lagi-lagi hanya suatu
sindiran / bahasa sinis! Dengan kata lain, Paulus berkata: ‘Kamu yang berbahasa
Roh, kamu sebetulnya mem-beritakan Injil, tetapi karena tidak ada yang mengerti
kamu, kamu pada hakekatnya sedang berkhotbah kepada Allah!’
Jelas bahwa 1Kor 14:2 tidak bisa
diartikan seakan-akan ‘bahasa Roh adalah bahasa rahasia yang tak dimengerti
oleh siapapun juga termasuk setan’!
10) Doa menggunakan bahasa Roh adalah doa yang
sempurna, karena kata- katanya diberikan oleh Roh Kudus.
Jawaban saya:
a) Kita
memang harus berdoa sesuai kehendak Tuhan, supaya doa kita bisa dikabulkan oleh
Tuhan (1Yoh 5:14). Tetapi kita hanya bisa mengetahui kehendak Allah kalau
kita belajar Firman Tuhan! Jadi, dengan belajar Firman Tuhan kita bisa
menyempurnakan doa kita.
b) Dalam
doa biasapun, Roh Kudus membantu kita! (Ro 8:26)
c) Kalau
toh doa kita tidak sempurna, Allah akan menyempurnakan / me-nyensor doa itu. Ia
hanya akan mengabulkan permintaan kita yang baik (Mat 7:11). Jadi, tidak ada
yang perlu dikuatirkan!!
d) Orang-orang
yang berdoa dalam bahasa Roh itu pada hakekatnya tidak meminta apa-apa kepada
Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Roh Kudus yang memberikan kata-kata itu dan
mereka tidak mengerti apa-apa tentang doanya.
11) Yes 28:11-12. Yang dimaksud tempat
perhentian / peristirahatan adalah doa dengan bahasa Roh!
Jawaban saya:
Yes 28:11 merupakan nubuat bahwa Allah
akan menggunakan orang yang berbahasa asing untuk mengajar bangsa Israel.
Jadi, sebetulnya ayat ini bukanlah nubuat akan datangnya bahasa Roh!
Yes 28:12 lebih-lebih lagi tidak
berbicara tentang bahasa Roh! Kata-kata ‘tempat perhentian / peristirahatan’
artinya sama seperti kata ‘kelegaan’ dalam Mat 11:28.
12) Dalam Mark 16:17 dikatakan bahwa
bahasa Roh adalah tanda orang ber-iman.
Jawaban saya:
a) Perlu
diketahui bahwa Mark 16:9-20 sangat diperdebatkan keasliannya (yang
memperdebatkan hal ini bukanlah orang liberal yang tidak menghargai otoritas
Kitab Suci, tetapi orang-orang injili / alkitabiah). Memang mungkin sekali Mark
16:9-20 bukanlah bagian orisinil dari Kitab Suci tetapi merupakan suatu
penambahan! Alasannya:
·
Manuscript-manuscript
berbeda satu dengan yang lain dalam bagian ini.
*
ada
manuscript-manuscript yang memuat Mark 16:9-20.
*
ada
manuscript-manuscript (Yang paling kuno dan yang bisa di- percaya) yang hanya
terhenti sampai Mark 16:8 [headnote
NIV: ‘the
two most reliable early manuscripts do not have Mark 16:9-20’ (= Dua manuscript yang paling
kuno dan paling bisa dipercaya tidak mempunyai Mark 16:9-20). Footnote
NASB: ‘Some of the oldest mss. do not
contain vv 9-20’ (=
Beberapa dari manuscript yang paling kuno tidak mempunyai ay 9-20)].
*
ada
1 manucript yang tidak memuat Mark 16:9-20, tetapi menam-bahkan
Mark 16:8b “Dengan
singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya.
Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-muridNya memberitakan dari
Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang
kekal itu” (lihat
Footnote / catatan kaki RSV yang
berbunyi sebagai berikut:
“Some of the most ancient authorities
bring the book to a close at the end of verse 8. One authority concludes the
book by adding after verse 8 the following: But they reported briefly to Peter
and those with him all that they had been told. And after this, Jesus himself
sent out by means of them, from east to west, the sacred and imperishable
proclamation of eternal salvation. Other authorities include the preceding
passage and continue with verses 9-20. In most authorities verses 9-20 follow immediately after verse 8; a few
authorities insert additional material after verse 14” (= beberapa otoritas
/ manuscript yang paling kuno mengakhiri kitab ini pada akhir ayat 8. Satu
otoritas / manuscript menyimpulkan kitab ini dengan menambahkan setelah ayat 8
kata-kata ini: Tetapi mereka menyampaikan secara singkat kepada Petrus dan
mereka yang bersama dengan dia semua yang telah diceritakan kepada mereka.
Sesudah ini, Yesus sendiri memberitakannya dengan perantaraan mereka, dari
Timur ke Barat, proklamasi keselamatan yang kudus / sakral dan tak bisa binasa
itu. Otoritas / manuscript yang lain memasukkan bagian sebelumnya dan
melanjutkan dengan ayat 9-20. Dalam kebanyakan otoritas / manuscript
ayat 9-20 langsung menyusul ayat 8; sedikit otoritas / manuscript
memasukkan tam-bahan materi setelah ayat 14).
Catatan: Kitab Suci Indonesia menulis baik
Mark 16:8b maupun Mark 16:9-20 (KJV / RSV / NIV / NASB tidak ada yang
menulis Mark 16:8b).
·
Bentuk
dan kata-kata Mark 16:9-20 berbeda dengan bentuk dan kata-kata dalam
seluruh Markus.
Contoh:
Mark 16:9, secara hurufiah: ‘the first day’ (= hari pertama).
Mark
16:2, secara hurufiah: ‘day one’ (=
hari satu).
b) Kalaupun
Mark 16:9-20 itu mau diterima sebagai Kitab Suci, maka kita perlu
memperhatikan bahwa dalam Mark 16:17-18, ada 5 tanda yang menyertai orang
kristen:
·
mengusir
setan.
·
berbicara
dalam bahasa baru / Roh.
·
memegang
ular.
·
minum
racun maut tetapi tidak celaka.
·
menyembuhkan
orang sakit.
Tanda ke 3 dan ke 4 tidak di claim oleh kebanyakan orang Kharismatik.
Mereka hanya menekankan pengusiran setan, penyembuhan penyakit, dan bahasa Roh.
Mengapa? Ini menunjukkan ketidak-konsekwenan!
c) Kalau
bahasa Roh merupakan tanda orang beriman, mengapa Stefanus (Kis 6-7) tidak
pernah berbahasa Roh? Dan apakah semua orang Pro-testan (termasuk John Calvin,
Martin Luther, Billy Graham, dsb) tidak beriman? Dan apakah selama lebih dari
18 abad, dalam gereja tidak ada orang beriman? (Ingat bahwa bahasa Roh baru
mulai populer pada awal abad 20, dan makin menjadi-jadi mulai sekitar 1960-an).
Ada orang Kharismatik yang lalu berkata:
‘orang-orang Protestan itu bukannya tidak beriman, tetapi tidak dewasa dalam
iman’. Tetapi ini tidak masuk akal sebab:
·
Mark 16:17-18
mengatakan bahwa itu adalah tanda orang percaya, bukan tanda orang yang dewasa
dalam iman!
·
Kis 10:44-46,
orang yang berbahasa Roh itu baru bertobat! Bagai-mana mungkin mereka dewasa
dalam iman?
·
Bahasa
Roh adalah suatu karunia yang tujuannya untuk melayani, bukan untuk mengukur
kedewasaan iman seseorang! Ini sama saja dengan karunia berkhotbah, karunia
menyanyi dsb, yang sama sekali tidak menunjukkan kedewasaan iman seseorang.
·
Orang
Korintus yang berbahasa Roh itu ternyata dianggap ‘bayi’ oleh Paulus (1Kor
3:1-2).
·
Apakah
selama 18 abad tidak ada orang yang dewasa imannya dalam gereja?
Kesimpulan:
Semua dasar yang dipakai untuk mengatakan bahwa orang
kristen harus berbahasa Roh, ternyata tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena
itu saya menyimpulkan bahwa orang kristen tidak harus berbahasa Roh! Ini sesuai
dengan:
1) 1Kor
12:7-11, yang berbunyi sebagai berikut:
“Tetapi kepada tiap-tiap orang
diberikan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang
Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain
Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang
seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan
bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang
sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus,
seperti yang dikehendakiNya”.
.
2) 1Kor
12:28-30 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dan Allah telah menetapkan
beberapa orang dalam Jemaat: per-tama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga
sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan
mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk
berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau
pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dengan bahasa roh, atau
untuk menafsirkan bahasa roh?
Pertanyaan dalam 1Kor 12:29-30 ini
jelas harus dijawab dengan ‘tidak’!
Karena itu, kalau saudara tidak bisa berbahasa Roh, jangan
menjadikan hal itu suatu alasan untuk meragukan iman saudara, ataupun untuk
meragukan sudah tidaknya saudara dibaptis dengan Roh Kudus! Yang penting adalah
bahwa saudara percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan; sedangkan
berbahasa Roh atau tidak, itu tidak penting!
AKIBAT KEHARUSAN BERBAHASA ROH
Banyak orang kristen yang beranggapan bahwa doktrin
Kharismatik yang mengharuskan orang kristen berbahasa Roh bukanlah ajaran yang
terlalu berbahaya. Tetapi perlu diingat bahwa doktrin ini menimbulkan akibat-akibat negatif seperti:
I) Banyak orang kristen yang meragukan imannya.
Karena dikatakan bahwa orang kristen harus
bisa berbahasa Roh, maka orang kristen yang tidak bisa berbahasa Roh, dan yang
tidak punya pe-ngertian Firman Tuhan yang terlalu baik, lalu menjadi ragu-ragu
terhadap iman mereka sendiri. Mereka lalu bertanya-tanya: ‘Benarkah saya sudah
percaya kepada Yesus? Apakah saya sudah mempunyai Roh Kudus? Kalau ya, mengapa
saya tidak bisa berbahasa Roh? Apa yang salah dengan iman / kekristenan saya?’.
Kalau saudara adalah orang kristen yang
meragukan iman / kekristenan saudara, maka pikirkan / renungkan 2 hal di bawah
ini:
1) Kalau
saudara meragukan iman / kekristenan saudara karena:
·
saudara
ragu-ragu tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
·
saudara
ragu-ragu tentang penebusan / penghapusan seluruh dosa saudara.
·
saudara
tidak cinta / rindu Firman Tuhan.
·
saudara
tidak mengalami perubahan hidup ke arah yang positif.
Maka harus saya katakan bahwa keraguan
saudara tentang iman / kekristenan saudara itu memang sah! Mungkin sekali
saudara memang bukan orang kristen yang sejati dan belum diselamatkan.
Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara,
maka saudara akan diselamatkan!
2) Tetapi
kalau saudara meragukan iman / kekristenan saudara, hanya karena saudara tidak
bisa berbahasa Roh, maka itu bukanlah keraguan yang sah. Saudara sudah ditipu
oleh setan melalui ajaran Kharismatik jaman ini!
II) Banyak orang kristen ‘mencari’ bahasa Roh.
Mereka ‘mencari’ / berusaha mendapatkan
bahasa Roh dengan bermacam-macam cara seperti berdoa / meminta kepada Tuhan, belajar
berbahasa Roh, dsb. Disamping itu juga ada ‘hamba-hamba Tuhan’ yang mengajarkan
cara-cara untuk bisa berbahasa Roh (kursus bahasa Roh) dan bahkan ada banyak
gereja-gereja yang punya hari pertemuan khusus untuk orang-orang yang ingin
mendapatkan bahasa Roh.
Sekarang, yang perlu kita pertanyakan
adalah: bisakah / bolehkah orang kristen
mencari / berusaha mendapatkan suatu karunia tertentu?
Orang-orang Kharismatik pasti menjawab
dengan jawaban: Ya! Dasar Kitab Suci yang biasanya mereka pakai untuk jawaban
ini adalah 1Kor 12:31 1Kor
14:1,12,13,39 yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita memang bisa berusaha
(bahkan ‘harus berusaha’) mendapatkan karunia-karunia tertentu yang tadinya
tidak kita miliki.
Tanggapan saya:
1) Kitab
Suci jelas berkata bahwa pemberian karunia-karunia dilakukan oleh Allah / Roh
Kudus sesuai dengan kehendakNya (bukan sesuai kehendak kita / orang
kristen!).
Dasar Kitab
Sucinya adalah:
·
1Kor 12:7-11.
Perhatikan khususnya kata-kata ‘seperti
yang dikehendakiNya’, dimana kata ‘Nya’ menunjuk kepada Roh Kudus’. Ini jelas
menunjuk-kan bahwa pemberian karunia tergantung kehendak Roh Kudus, bukan
kehendak kita / orang kristen.
·
Ibr
2:4.
*
Ibr 2:4
dalam terjemahan bahasa Indonesia hanya menyebutkan ‘Roh Kudus’, tetapi KJV /
RSV / NIV / NASB semua menyebutkan ‘gifts
of the Holy Ghost / Spirit’ (= karunia-karunia Roh Kudus).
*
Ayat
ini juga diakhiri dengan kata-kata ‘menurut kehendakNya’, dan ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa pembagain karunia-karunia Roh Kudus itu terjadi sesuai dengan
kehendak Roh Kudus, bukan sesuai kehendak / keinginan orang kristen.
Jadi, jelas bahwa Kitab Suci
mengajarkan bahwa pemberian karunia-karunia itu dilakukan sesuai kehendak Allah
[the sovereign will of God (=
kehendak yang berdaulat dari Allah)]. Jadi, kalau kita sudah mempunyai suatu
karunia tertentu, maka jelas bahwa merupakan kehendak Allah bahwa kita
mempunyai karunia itu, dan bukan merupakan kehendak Allah bahwa kita mempunyai
karunia yang lain. Karena itu, kalau kita diberi suatu karunia dan kita lalu
berdoa untuk meminta karunia yang lain, maka itu jelas merupakan doa yang tidak
akan dikabulkan oleh Tuhan karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (1Yoh
5:14).
2) Setiap
orang kristen adalah anggota-anggota tubuh Kristus (1Kor 12:12,13,27).
Jelas bahwa tiap anggota tubuh mempunyai
kemampuan dan fungsinya sendiri-sendiri dan tidak mungkin satu anggota tubuh
menginginkan kemampuan dari anggota tubuh yang lain.
Misalnya: jari ingin melihat, atau telinga
ingin berbicara. Ini pasti tidak mungkin!
3) Penjelasan
tentang 1Kor 12:31 (bdk. 1Kor 14:1,12,39).
a) Peter Masters dan John C. Whitcomb dalam buku
‘The Charismatic Phenomenon’ berkata
bahwa:
·
ayat
ini tidak ditujukan kepada pribadi-pribadi dalam gereja tetapi kepada gereja
secara keseluruhan / kolektif. Jadi, yang dimaksud oleh Paulus bukanlah
supaya setiap orang kristen mencari karunia yang terutama, tetapi supaya gereja
secara keseluruhan mencari karunia-karunia yang terutama. Karena dalam
1Kor 14 Paulus lalu mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah karunia yang
ter-utama, maka gereja secara keseluruhan harus mencari karunia ini. Jadi
misalnya pada waktu gereja mencari pendeta, gereja harus mencari orang yang
memang mempunyai karunia berkhotbah / mengajarkan Firman Tuhan.
Catatan:
Ini seperti perintah untuk bersaksi
sampai ke ujung bumi dalam Kis 1:8. Ini bukan perintah untuk setiap individu
Kristen, seakan-akan setiap orang Kristen harus keliling dunia untuk
memberitakan Injil! Ini adalah perintah yang diberikan kepada Gereja yang Kudus
dan Am secara kolektif. Jadi bisa saja ada orang kristen yang ter-panggil untuk
memberitakan Injil kepada bangsanya sendiri / kotanya sendiri, tetapi ada juga
yang terpanggil untuk menjadi missionaris untuk pergi memberitakan Injil ke
pelosok-pelosok dunia.
·
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam 1Kor 12:31 adalah ZELOUTE (Kata
ZELOUTE ini juga digunakan dalam
1Kor 14:1,12,39). Sekarang perlu dipertanya-kan: betulkah ZELOUTE
berarti ‘berusahalah untuk memperoleh’? Kata ZELOUTE sebetulnya berarti ‘to be zealous for something’ (=
bersemangat untuk sesuatu). ‘Bersemangat untuk sesuatu’ tentu tidak sama dengan
‘berusahalah untuk memperoleh’! Kalau kita dikatakan harus bersemangat untuk
suatu karunia Roh Kudus tertentu, tentu itu tidak bisa diartikan bahwa kita
disuruh berusaha untuk memperoleh karunia itu!
b) John Calvin (ingat bahwa ia hidup pada abad
16, jauh sebelum ada gerakan Kharismatik) mengatakan bahwa:
·
ZELOUTE
artinya adalah ‘seek after’ (=
carilah), tetapi juga bisa diterjemahkan ‘value
highly’ (= hargailah / nilailah tinggi).
·
Orang-orang
Korintus menginginkan karunia-karunia untuk ‘show’
(= dipamerkan) seperti karunia bahasa Roh. Melalui ayat ini Paulus ingin
membetulkan keinginan mereka. Paulus ingin mereka lebih menghargai karunia
bernubuat, bukan karunia bahasa Roh.
·
Calvin
juga beranggapan bahwa ayat ini ditujukan untuk gereja, bukan untuk pribadi.
Kesimpulan:
1Kor 12:31 menunjukkan bahwa
Paulus menginginkan supaya gereja lebih
menghargai karunia-karunia yang terutama yaitu ‘karunia bernu-buat’ (bdk.
1Kor 14:1,12,39). Ayat ini jelas tidak menyuruh orang kristen mencari / mengusahakan suatu karunia
tertentu!
4) Andaikatapun
kata ZELOUTE diterjemahkan ‘berusahalah untuk memper-oleh’, tetap saja dari
sini kita tidak akan mendapatkan doktrin bahwa orang kristen harus mencari
karunia bahasa Roh. Karena apa? Dalam 1Kor 12:31 dikatakan bahwa ‘berusahalah
untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama’. Dan bahasa Roh
jelas bukan karunia yang paling utama! Mengapa?
·
Karena
baik dalam daftar karunia dalam 1Kor 12:8-10 maupun dalam
1Kor 12:28-30, bahasa Roh dan penafsiran bahasa Roh selalu diletakkan di
tempat yang terakhir!
·
Bacalah
seluruh 1Kor 14 dan saudara akan melihat dengan jelas bahwa Paulus /
Firman Tuhan mengajarkan bahwa karunia bernubuat jauh lebih penting / berguna
dari karunia bahasa Roh. Dan 1Kor 14:1,39 menyebutkan secara explicit bahwa yang harus dicari adalah
karunia bernubuat, bukan karunia bahasa Roh!
5) Lalu
mengapa dalam 1Kor 14:13 seseorang yang mempunyai karunia bahasa Roh
diharuskan meminta karunia penafsiran bahasa Roh?
Ini suatu perkecualian. Mengapa
dikecualikan? Rupa-rupanya karena karunia bahasa Roh dan karunia penafsiran
bahasa Roh adalah dua karunia yang berpasangan. Karena itu seringkali
disebutkan secara berurutan (1Kor 12:10,30) dan dikatakan bahwa karunia
bahasa Roh tidak ada gunanya, kalau tidak disertai karunia penafsiran bahasa
Roh (1Kor 14:5-9,26-28), dan jelas bahwa karunia penafsiran bahasa Roh juga
tidak ada gunanya kalau tidak disertai karunia bahasa Roh. Karena itulah maka orang
yang mempunyai karunia bahasa Roh disuruh meminta karunia penafsiran bahasa
Roh.
Dalam perkecualian ini sajalah kita
bisa meminta suatu karunia, tetapi tidak bisa dalam hal-hal yang lain.
III)Timbul bahasa roh yang palsu.
Gereja (dan persekutuan) Pentakosta dan
Kharismatik jaman sekarang dipe-nuhi dengan ‘bahasa roh’. Dalam setiap
pertemuan ibadah / persekutuan, bahkan tiap hari secara pribadi, berjuta-juta
orang Kharismatik di seluruh dunia ‘berbahasa roh’. Perlu saudara perhatikan bahwa ini adalah suatu keadaan yang bahkan
dalam Kitab Sucipun tidak pernah terjadi!
Dalam Kitab Suci peristiwa bahasa Roh
hanya terjadi pada Kis 2:1-13 Kis
10:44-46 Kis 19:1-6. Lalu ada
beberapa bagian lain yang membicarakan bahasa Roh yaitu dalam
Mark 16:17 1Kor 12-14. Mengapa
dalam Kitab Suci sendiri begitu sedikit, sedangkan jaman sekarang begitu sering
/ banyak orang berbahasa roh? Jelas bahwa sekarang ada banyak bahasa roh yang
palsu, bahkan mayoritas dari bahasa roh jaman sekarang ini adalah bahasa roh
yang palsu!
Sekarang saya akan membahas bahasa roh
yang palsu:
A) Bahasa roh yang dipelajari / diusahakan.
1)
Ada seorang penulis Kharismatik yang
berkata:
“Experience
seems to prove that the majority of those who reach out simply to God, do
receive the gift of speaking in another language. Psychologically the only
explanation that satisfies me is the fact that this is a potential capacity,
dormant in most people, awakened in the Christian by the Holy Spirit and filled
with meaning”
(= Pengalaman kelihatannya membuktikan bahwa mayoritas dari mereka yang hanya
mengulurkan tangannya kepada Allah, menerima karunia untuk berbicara dalam
bahasa yang lain. Secara psikologis satu-satunya penjelasan yang memuaskan saya
adalah fakta bahwa ini merupakan kapasitas yang potensial, tidur dalam
kebanyakan orang, dibangunkan dalam diri orang kristen oleh Roh Kudus dan diisi
dengan arti) - dikutip
oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, p 66.
2)
Dalam
terjadinya bahasa roh, Roh Kudus tidak berbicara; manusialah yang berbicara.
“The
Holy Spirit gives utterance, but man does the speaking” (= Roh Kudus memberikan ucapan,
tetapi manusialah yang mengucapkannya) - dari Buku ‘Roh Kudus’, SOM GBI Bethany, hal. 25).
Dasar Kitab Suci yang mereka pakai:
*
Kis
2:4 - ‘mereka mulai berkata-kata’.
*
Kis
19:6 - ‘mereka berkata-kata’.
Dari dua ajaran tersebut diatas, lalu
timbullah teori-teori untuk belajar bahasa Roh!
Teori 1:
a) Berhentilah berbicara dalam bahasa saudara
sendiri, bahkan jangan mengucapkan sepatah katapun yang saudara kenal.
b) Jangan takut menerima bahasa Roh yang palsu.
c) Berbicaralah dengan penuh keyakinan, dengan
iman bahwa Tuhan akan membentuk kata-kata itu menjadi bahasa Roh.
d) Jangan pikirkan apa yang kau katakan.
e) Kata-kata pertama akan terasa aneh, tetapi
kalau diteruskan, maka bibir / lidah akan bergerak dengan bebas dan Roh Kudus
akan mulai membentuk bahasa Roh yang indah.
Contoh:
1. Assemblies
of God handbook:
“Help
the candidate see that the Gift is already given and that all that he has to do
is receive it. Lead him to realize that anyone who is saved through baptism is
prepared to receive a Baptism of the Spirit. Tell him that when hands are laid
on him he is to receive the Holy Spirit: tell the candidate to move on his vocal
cords, but that he must co-operate with the experience as well: tell him to
throw away all fear that this experience may be false: tell him to open his
mouth wide and breathe as deeply as possible at the same time telling himself
that he is receiving the Spirit now” (= Tolonglah calon itu untuk melihat bahwa Karunia
itu telah diberikan dan apa yang harus ia lakukan hanyalah menerimanya.
Bimbinglah ia untuk menyadari bahwa setiap orang yang telah diselamatkan
melalui baptisan telah siap untuk menerima Baptisan Roh Kudus. Katakanlah
kepadanya bahwa pada waktu tangan diletakkan di atasnya ia akan menerima Roh
Kudus: suruhlah calon itu untuk menggerakkan pita suaranya, tetapi ia juga
harus bekerja sama dengan pengalaman itu: suruhlah ia untuk mem-buang semua rasa
takut bahwa pengalaman itu bisa palsu: suruhlah ia membuka mulutnya lebar-lebar
dan bernafas sedalam mungkin dan pada saat yang sama memberitahu dirinya
sendiri bahwa sekarang ia sedang menerima Roh) - dikutip oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’,
p 65.
2. Anglican
Charismatic:
“Open
your mouth and show that you believe the Lord has baptized you in the Spirit by
beginning to speak. Don’t speak English, or any other language you know, for
God can’t guide you to speak in tongues if you are speaking in a language known
to you”
(= Bukalah mulutmu dan tunjukkanlah bahwa kamu percaya bahwa Tuhan telah
membaptis kamu dalam Roh dengan mulai berbicara. Jangan berbicara dalam bahasa
Inggris, atau bahasa apapun yang kamu kenal, karena Allah tidak dapat
membimbing kamu untuk berbicara dalam bahasa Roh jika kamu sedang berbicara
dalam bahasa yang kamu kenal) - dikutip oleh Victor Budgen dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’,
p 65.
Victor Budgen lalu menambahkan:
“The
same writer says that on these occasions people may experience ‘involuntary
tremblings, stammering lips, or chattering teeth’. He reassures them that it is
all part of the package and may simply indicate that they have resisted him
with their lips hitherto”
(= Penulis yang sama mengatakan bahwa pada peristiwa-peristiwa ini orang bisa
mengalami ‘gemetar yang tidak disengaja, bibir yang menggagap, atau gigi yang
gemeletuk’. Ia menenteramkan hati mereka dengan mengatakan bahwa itu merupakan
bagian dari paket dan mungkin hanya menunjukkan bahwa sampai saat itu mereka
telah menahan / menolak Dia dengan bibir mereka).
3. Dalam buku yang berjudul ‘Prison to Praise’, yang ditulis oleh Merlin R. Carothers, pp
33-34, ada cerita sebagai berikut (langsung saya berikan terjemahan bebas):
Ada orang yang ditumpangi tangan dan
didoakan untuk bisa menerima baptisan Roh Kudus. Tetapi tidak terjadi apa-apa,
dan orang itu tidak merasa apa-apa.
Lalu si penumpang tangan mulai berdoa
dengan bahasa roh, tetapi orang itu tetap tidak melihat, mendengar atau merasa
apa-apa.
Lalu si penumpang tangan bertanya:
‘Apakah dalam hatimu ada kata-kata yang tidak kaumengerti?’.
Orang itu menjawab: ‘Ya’.
Penumpang tangan bertanya lagi: ‘Kalau
kata-kata itu kauucapkan, apakah kamu merasa dirimu tolol?’.
Orang itu menjawab: ‘Ya’.
‘Maukah kamu menjadi tolol atau
dianggap tolol demi Kristus?’.
Lalu orang itu mengucapkan kata-kata
itu dan ia berbahasa roh.
Teori 2:
Teori ini lebih ‘sederhana’ dari
teori 1 di atas. Caranya hanyalah dengan mengucapkan kata-kata yang sama
secara cepat dan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama (15 - 30 menit atau
bahkan lebih).
Contoh kata-kata yang bisa digunakan:
*
La-la-la-la-la...
*
Glory-glory-glory-glory...
*
Haleluya-haleluya-haleluya...
*
Praise
Him-praise Him-praise Him...
Perlu saudara perhatikan bahwa
teori 2 ini jelas bertentangan dengan teori 1, karena dalam
teori 2 ini mereka mengucapkan kata-kata yang mereka mengerti seperti
Haleluya, Praise Him, dsb, padahal dalam teori 1 mereka tidak boleh
mengucapkan kata yang mereka kenal.
Tanggapan saya:
1) Kalau bahasa Roh dianggap sebagai ‘potential capacity, dormant in most people’
(= kapasitas yang potensial, tidur dalam kebanyakan orang), maka:
a)
Itu
bertentangan dengan 1Kor 12:10-11 yang jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh
tidak diberikan kepada semua orang.
b)
Itu
berarti bahwa bahasa Roh itu dari manusia, bukan dari Allah.
2) Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang
berbahasa Roh karena kehendak / usahanya sendiri! Di antara orang-orang yang
berbahasa Roh dalam Kis 2:1-13, Kis 10:44-48 maupun Kis 19:1-7,
tidak ada satupun yang mengusahakan bahasa Roh itu dengan cara seperti teori 1
maupun teori 2.
Juga, sebetulnya bahasa Roh hampir sama
dengan nubuat; perbedaannya hanyalah nubuat dilakukan dalam bahasa biasa,
sedangkan bahasa Roh dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari. Sedangkan
tentang nubuat, dikatakan dalam 2Pet 1:21 - “sebab
tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.
Saya yakin bahwa prinsip tentang nubuat
ini berlaku juga untuk bahasa Roh. Jadi, bahasa Rohpun tidak mungkin dihasilkan
oleh kehendak manusia, tetapi harus oleh dorongan Roh Kudus.
Bahasa roh yang dipelajari / diusahakan
baik dengan mengunakan teori 1 atau teori 2 itu, jelas adalah bahasa roh
ciptaan manusia karena diusahakan oleh manusia dan dilakukan karena kehendak
manusia! Bahkan mungkin juga bahwa bahasa roh itu memang datang bukan dari
manusia itu sendiri tetapi dari roh jahat!
Terhadap serangan seperti ini, orang
Kharismatik mengatakan bahwa kalau mereka memulai dengan bunyi-bunyi seperti
itu, itu tidak berarti bahasa Roh itu adalah ciptaan manusia. Mereka
mengeluarkan bunyi-bunyi itu sebagai tindakan iman, dan Roh Kudus akan
menghargai tin-dakan iman itu dengan memberikan bahasa Roh yang sebenarnya.
Tetapi perlu diingat bahwa dalam seluruh
Kitab Suci tidak ada dasar secuilpun untuk mendukung ajaran seperti ini! Coba
cari sendiri, dalam Kitab Suci bagian mana ada orang belajar bahasa Roh dengan
cara seperti ini (berbicara sebagai tindakan iman)? Bagaimana mungkin itu
disebut sebagai tindakan iman, padahal tidak ada dasar Kitab Suci / Firman
Tuhannya? Bukankah sesuatu hanya bisa disebut sebagai ‘tindakan iman’ kalau itu
dilakukan berdasarkan Firman Tuhan?
3) Dalam Kitab Suci memang dikatakan bahwa
manusianyalah yang berbicara dalam bahasa Roh. Tetapi tidak pernah dikatakan
bahwa manusianya yang harus bicara dulu, baru nanti bahasa Rohnya menyusul!
4) Mereka mengatakan ‘jangan pikirkan apa yang
kau katakan’. Ini lagi-lagi merupakan suatu contoh yang menunjukkan bahwa
ajaran Kharis-matik sering membuang pikiran! Tetapi Kitab Suci / Firman Tuhan
tidak pernah mengajar kita untuk membuang ratio / pikiran. Memang Firman Tuhan
berkata bahwa kita tidak boleh bersandar pada ratio / pikiran (Amsal
3:5), tetapi Firman Tuhan tidak pernah mengajar kita untuk tidak menggunakan
pikiran! Pikiran yang dipenuhi Firman Tu-han dan dipimpin oleh Roh Kudus adalah
sesuatu yang mutlak perlu supaya kita bisa membedakan antara yang benar dan
yang palsu!
5) Ajaran yang mengatakan untuk tidak boleh
takut akan menerima bahasa Roh yang palsu, jelas adalah ajaran yang berbahaya!
Kitab Suci / Firman Tuhan menyuruh kita untuk menguji segala sesuatu
(1Yoh 4:1 1Tes 5:21).
Bagaimana mungkin mereka bisa mengatakan bahwa calon itu tidak perlu takut
untuk menerima bahasa Roh yang palsu?
Kenneth Hagin (seorang tokoh
Kharismatik) dalam bukunya yang berjudul ‘Tujuh Langkah untuk Menerima Roh
Kudus’, bahkan menga-takan “Tidak
ada bahayanya apabila kita menerima sesuatu yang keliru atau palsu!” (hal 7). Ini betul-betul adalah ajaran
yang tolol! Kalau yang palsu itu memang tidak berbahaya, apa gunanya setan
memberikan yang palsu?
Pada akhir jaman ini dimana sesuai
dengan nubuat Tuhan Yesus ada banyak nabi palsu, ajaran palsu / sesat, mujijat
palsu, dsb (Mat 24:23-24), maka jelaslah bahwa kita harus berhati-hati
terhadap semua kepalsuan, khususnya yang bersifat rohani (hamba Tuhan, gereja,
ajaran, mujijat, bahasa Roh, nubuat, penglihatan, dsb).
6) Ada
karunia-karunia yang tidak bersifat mujijat, seperti karunia mengajar,
menyanyi, berkhotbah, dsb. Orang yang tidak mempunyai karunia ini tetap tidak
akan bisa melakukannya dengan baik sekalipun ia belajar. Tetapi orang yang mempunyai
karunia itu tetap harus belajar untuk mengasah karunia itu sehingga makin baik.
Tetapi juga ada karunia-karunia yang
bersifat mujijat seperti bahasa roh, bernubuat, menyembuhkan orang sakit, dsb.
Yang ini tidak pernah bisa dipelajari / diusahakan / diasah / ditingkatkan dsb.
7) Teori 1 mengatakan bahwa orang yang ingin
mendapatkan bahasa Roh itu harus berbicara dengan penuh keyakinan. Jadi, mereka
harus mengucapkan apa saja yang ada dalam hatinya (kata-kata yang tidak
dimengerti!).
Kenneth Hagin dalam bukunya ‘Tujuh
Langkah untuk Menerima Roh Kudus’ mengatakan bahwa calon penerima Roh Kudus itu
harus “membuka
mulutnya dengan lebar dan bebas, serta mengambil nafas sedalam-dalamnya”. Juga supaya orang itu lalu “dengan gamblang untuk berucap
apa saja yang paling mudah baginya” (hal 8).
Untuk mendukung teorinya ini Kenneth
Hagin lalu menggunakan Yoh 7:37. Ia berkata: “Yesus berkata: ‘Marilah datang kepadaku dan
minumlah’. Yang dimaksud oleh Yesus disini adalah Roh Kudus. Apabila seseorang
mau minum air, maka iapun membuka mulutnya dan mengambil napas dalam-dalam.
Anda tidak mungkin minum air dengan keadaan mulut tertutup, maka demikian pula
anda tidak mungkin menerima Roh Kudus dengan keadaan mulut anda tertutup.” (hal 9).
Ini betul-betul adalah ajaran tolol
yang menggelikan! Mengapa?
a) Karena dalam Kitab Suci tidak pernah ada
orang menerima Roh Kudus dengan mulut terbuka dan sebagainya!
b) Yoh 7:37 jelas tidak bisa diartikan
secara hurufiah begitu! Kalau Yoh 7:37 boleh diartikan begitu, maka:
·
berdasarkan
Yoh 6:53 (‘makan daging Anak Manusia’) maka orang yang mau percaya Yesus
harus mengunyah (memamah biak seperti sapi?).
·
berdasarkan
Mat 16:24 (‘memikul salib’), semua orang kristen / orang yang
mengikut Yesus harus berjalan dengan membung-kuk!
·
berdasarkan
Gal 5:24 (‘menyalibkan daging’), maka semua orang kristen harus
betul-betul menyalibkan dirinya.
·
berdasarkan
Wah 3:20 (‘membukakakan pintu’) orang yang mau menerima Yesus harus
membuka pintu rumahnya (atau bajunya, supaya Yesus bisa masuk ke dalam hatinya?).
Ini jelas adalah hal-hal yang hanya
bisa dipercaya oleh orang yang tidak waras!
8) Mereka berbahasa Roh dengan mengeluarkan
bunyi yang sama terus- menerus!
a) Malaikatpun tidak mungkin hanya menggunakan 1
atau 2 bunyi untuk memaksudkan banyak hal.
b) Tidak ada grammar
(= tata bahasa) maupun vocabulary (=
perbendaharaan kata) yang berbeda dalam bahasa Roh itu, kare-na mereka hanya
mengucapkan kata yang sama terus-menerus.
Seseorang memberikan komentar tentang
bahasa Roh mereka “The total absence of language
characteristics”
(= Tidak ada ciri-ciri bahasa sama sekali).
Terhadap serangan ini orang Kharismatik
menjawab: itu seperti telegram, yang mengeluarkan bunyi yang sama, tetapi
bunyi yang sama itu nantinya menghasilkan kata-kata yang berbeda.
Tetapi tidak ada dasar Kitab Suci
sedikitpun tentang jawaban / penjelasan itu, dan karenanya penjelasan itu tidak
bisa diterima!
9) Hal lain yang perlu disoroti dan dianggap
aneh adalah fakta bahwa para pembicara bahasa roh itu pada umumnya menggunakan
bunyi-bunyi / suara-suara yang sama.
“It
is striking that many of the different tongue speakers use the same terms and
sounds. They all generally speak the same way” (= Adalah sesuatu yang menyolok
bahwa banyak dari orang-orang yang berbahasa Roh itu menggunakan
istilah-istilah dan bunyi-bunyi yang sama. Pada umumnya mereka semua berbicara
dengan cara yang sama)
- John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The
Charismatics’, p 176.
Ini menunjukkan bahwa bahasa Roh mereka
adalah hasil dari ‘kursus bahasa Roh’.
10) John F. MacArthur, Jr. memberikan suatu
kutipan yang menarik sebagai berikut:
“Rise
upon your feet, speak or make some sound and continue to make sounds of some
kind and the Lord will make a tongue or language of it” (= Berdirilah, dan ucapkanlah
atau buatlah bunyi dan teruslah membuat bunyi-bunyi tertentu dan Tuhan akan
membuatnya menjadi bahasa Roh) - John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The Charismatics’, p 178.
Ini adalah cara yang sama dengan cara
yang banyak dipakai oleh orang-orang Kharismatik untuk mengajarkan bahasa Roh.
Sesuatu yang sangat menarik adalah bahwa John F. MacArthur, Jr. mengata-kan bahwa kata-kata ini
diucapkan oleh Joseph Smith yang adalah pendiri gereja Mormon! Bagaimana
mungkin ajaran Kharismatik jaman ini bisa sama dengan ajaran dari pendiri
gereja Mormon, yang jelas-jelas adalah gereja yang sesat?
B) Bahasa Roh yang timbul karena effek psikologis.
John F. MacArthur, Jr. dalam bukunya ‘The Charismatics’ (p 177)
me-ngatakan bahwa beberapa kasus bahasa roh bisa dijelaskan secara psikologis.
Orang yang berbahasa roh itu masuk dalam ‘motor
automatism’, yang secara klinis digambarkan sebagai suatu pemutusan radikal
di dalam dirinya dari hal-hal di sekelilingnya. Motor automatism itu meng-hasilkan pemutusan dari hampir semua
otot-otot dari kontrol otak.
Ia juga berkata bahwa orang-orang yang
menerima bahasa roh jenis ini serupa dengan orang-orang yang menonton musik
Rock. Dalam kegembiraan dan emosi yang meluap-luap, ditengah-tengah musik /
lagu yang keras, mereka menyerahkan kontrol dari pita suara dan sebagian besar
otot-otot mereka. Mereka jatuh ke tanah, meloncat-loncat, dsb.
Karena itu tidak heran bahwa dalam
persekutuan / kebaktian Kharismatik, musik selalu begitu keras dan emosi
selalu diusahakan untuk dibang-kitkan! Dalam gereja-gereja Protestan, dimana
hal-hal ini tidak ada, juga tidak ada bahasa roh.
C) Bahasa roh dari setan.
1) Perlu kita sadari bahwa setan selalu berusaha
memalsu hal-hal yang dari Tuhan, seperti: Mesias palsu, nabi palsu, rasul
palsu, malaikat palsu, pelayan palsu, Injil palsu, mujijat / tanda palsu,
nubuat palsu, pengusiran setan yang palsu, dsb (Mat 24:4,5,11,23,24 Mat 7:21-23
2Kor 11:13-15
Gal 1:6-7
Kel 7:10-12,20-22
Kel 8:5-7,17-18).
Jelas bahwa dalam hal bahasa Roh, setan
juga berusaha memalsu. Berbeda dengan bahasa roh buatan manusia, atau bahasa
roh yang timbul karena effek psikologis, maka bahasa roh dari setan ini
betul-betul terlihat sebagai mujijat.
Beberapa waktu yang lalu di sebuah surat kabar diberitakan
bahwa pegawai-pegawai suatu pabrik rokok tertentu tahu-tahu berbicara da-lam
bahasa asing yang sama sekali tidak mereka ketahui sebelumnya, padahal para
pegawai itu sama sekali bukan orang kristen. Bisa dipastikan bahwa ini adalah
bahasa roh dari setan.
Adanya bahasa roh dari setan ini juga
terbukti dari adanya bahasa roh dalam banyak agama-agama lain diluar kristen,
bahkan dalam aliran- aliran setan seperti Voodoo
dan Spiritist.
2) Kalau seseorang meminta sesuatu secara paksa
(mendesak Tuhan), maka bukan tidak mungkin kalau setanlah yang lalu datang dan
mengabulkan permintaannya.
Dr Kurt Koch, seorang ahli Occultisme,
dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’,
hal 32, mengutip suatu cerita dari buku yang ditulis oleh seorang yang bernama
Vim Malgo sebagai berikut:
“A
lady who belonged to the Roman Catholic charismatic movement prayed for a long
time for the baptism of the Spirit. Nothing obvious happened. She did not speak
in tongues. Finally she cried out to the Lord in desperation, ‘I have now been
asking You so long, and You have not given me my request. If You do not give me
the baptism of the Spirit, I will speak to Your mother about it’. At that very
moment she began to speak in tongues. Vim Malgo adds: ‘Here again we cannot
speak of a baptism of the Spirit, but rather of baptism with spirits’” [= Seorang perempuan dari
kalangan Roma Katolik Kharismatik berdoa untuk waktu yang lama untuk
mendapatkan baptisan Roh Kudus. Tidak ada hal yang jelas yang terjadi. Ia tidak
berbicara dalam bahasa Roh. Akhirnya ia berteriak kepada Tuhan dengan putus
asa: ‘Aku telah begitu lama meminta baptisan Roh, dan Engkau belum mengabulkan
permintaanku. Jika Engkau tidak memberiku baptisan Roh, aku akan berbicara
dengan ibumu (Maria) tentang hal ini’. Pada saat itu juga ia mulai berbicara
dalam bahasa roh. Vim Malgo menambahkan: ‘Di sini lagi-lagi kita tidak bisa
berbicara tentang baptisan Roh, tetapi tentang baptisan roh-roh].
IV)Apa bahayanya bahasa roh yang palsu?
1) Yang
dari setan:
Sekalipun tidak bisa dipastikan apa
bahayanya / apa tujuan setan memberikan bahasa roh, tetapi ini jelas berbahaya,
karena kalau tidak, setan tidak akan memalsu.
Hal-hal yang mungkin menjadi tujuan
setan adalah:
a)
Seseorang
mengatakan bahwa bahasa roh palsu itu menjadi jalan bagi setan untuk masuk dan
menguasai gereja itu! Memang kalau bahasa roh itu dari setan, jelas bahwa itu
termasuk occultisme, dan itu tentu bisa menjadi jalan masuk bagi setan untuk
menguasai orang-orang dalam gereja itu!
b)
Supaya
orang kristen terus mengarahkan perhatiannya pada bahasa roh, sehingga lalu mengabaikan
Firman Tuhan, Pemberitaan Injil, dsb. Juga supaya mereka terus berdoa dengan
bahasa roh, dimana pada hakekatnya mereka tidak minta apa-apa dan bisa
dikatakan sebetul-nya tidak berdoa.
c)
Membuat
orang itu menjadi sombong rohani, karena merasa diri sangat rohani dan penuh
dengan Roh Kudus. Dalam kesombongan-nya mereka bahkan sering beranggapan bahwa
gereja Protestan tidak mempunyai Roh Kudus. Perlu diingat bahwa ‘penuh dengan
Roh Kudus’ dan ‘sombong’ adalah 2 hal yang sangat bertentangan!
d)
Hal
lain yang mungkin adalah: supaya orang itu mempunyai rasa aman / keyakinan
keselamatan yang palsu. Banyak orang kristen KTP yang mempunyai iman dan
pengertian yang kacau tentang Injil dan keselamatan, tetapi merasa yakin bahwa
dirinya betul-betul adalah orang kristen / anak Allah yang pasti akan masuk
surga, hanya karena mereka sudah berbahasa roh! Pada akhir jaman orang-orang
ini akan mengalami hal yang mirip dengan apa yang Yesus katakan dalam Mat
7:22-23 yang berbunyi sebagai berikut:
“Pada hari terakhir banyak orang
akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan
mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujijat demi namaMu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”.
2) Yang
dari manusia:
a)
Itu
adalah suatu dusta sengaja, karena orang yang sebetulnya tidak punya bahasa
Roh, lalu berbuat seakan-akan punya bahasa Roh. Dengan ini mereka bersikap
munafik dan mendustai orang-orang di sekelilingnya!
b)
Itu
merupakan suatu kesengajaan untuk memalsukan sesuatu yang dari Allah.
Jangan lupa bahwa bahasa Roh yang benar
adalah suatu karunia dari Allah. Dengan seseorang mengusahakannya sendiri, ia
menjadi se-orang pemalsu karunia Allah.
c)
Ini
bisa menjadikan seseorang jadi kecanduan.
Ini sama dengan musik / nyanyian (dan
juga sama dengan morfin, ecstasy,
ganja, dsb). Mula-mula mungkin hanya membutuhkan waktu 15 menit dan orang sudah
merasa ‘high’ dimana mereka
terbangkit semangatnya / emosinya. Tetapi makin lama membutuhkan waktu yang
makin banyak dan makin lama makin sukar untuk mendapatkan rasa ‘high’ itu. Dan ini bisa menyebabkan
rasa bosan, frustrasi, putus asa dsb.
V) Cara mengecheck bahasa Roh asli / palsu.
1) Orang
yang berbahasa Roh itu Kristen sungguh-sungguh atau tidak?
a) Periksalah kepercayaan / pengertian orang itu
tentang hal-hal dasar dari kekristenan. Misalnya:
·
Apakah
ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan
sungguh-sungguh manusia?
·
Apakah
ia mengerti dan percaya bahwa keselamatan terjadi karena iman, bukan karena
perbuatan baik?
·
Apakah
ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dan
satu-satunya jalan ke surga?
·
Apakah
ia mempunyai keyakinan selamat / masuk surga, dan apakah keyakinan ini
mempunyai dasar yang benar?
Kalau pengertian dan kepercayaannya
tentang hal-hal dasar ini sudah salah, ia pasti bukanlah orang kristen yang
sejati.
b) Periksalah
hidup orang itu (bdk. Mat 7:15-20).
Kalau orang itu:
·
sama
sekali tidak mengalami perubahan hidup ke arah yang positif, maka ia pasti
bukan kristen (Yak 2:17,26).
·
hidup
dalam dosa / berbuat dosa dengan sengaja dan terus menerus, meremehkan dosa,
bangga pada waktu berbuat dosa, atau tidak membenci dosa, maka ia juga pasti
bukan kristen.
·
kalau
orang itu tidak cinta Firman Tuhan / tidak senang belajar Firman Tuhan, itu
lagi-lagi menandakan bahwa ia adalah orang kristen KTP!
Kalau ia bukan orang Kristen yang
sejati, sudah pasti bahasa rohnya palsu, karena bahasa Roh, sama dengan
karunia-karunia Roh yang lain, hanya diberikan kepada orang yang betul-betul
percaya kepada Kristus.
2) Apakah
orang itu dalam berbahasa Roh menuruti peraturan Tuhan dalam 1Kor 14:26-28
tentang penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian? Ada 3 peraturan tentang penggunaan bahasa Roh
dalam kebaktian:
a)
Maksimum
2-3 orang.
b)
Harus
satu persatu, tidak boleh berbarengan.
c)
Harus
ada penafsiran / penterjemahan.
Kalau peraturan ini dilanggar (dan
hampir semua orang yang berbahasa roh pada jaman ini melanggar peraturan ini!),
maka mungkin sekali itu adalah bahasa roh yang palsu!
3) Bahasa
Rohnya harus betul-betul bahasa manusia (real
human language).
Orang-orang Kharismatik menganggap
bahwa ada bahasa Roh yang ada-lah bahasa manusia dan ada bahasa Roh yang adalah
bahasa malaikat.
Dasar Kitab Suci mereka:
·
1Kor 13:1
- ‘bahasa malaikat’.
·
1Kor 14:2
- ‘rahasia’ dan ‘tak ada orang yang mengerti
bahasanya’.
Tanggapan saya:
a) 1Kor 13:1-3 jelas merupakan gaya bahasa Hyperbole
(= gaya bahasa
yang melebih-lebihkan)! Perhatikan 1Kor 13:2,3 yang juga melebih-lebihkan
dan bahkan tidak pernah betul-betul terjadi.
Jadi, tidak bisa diartikan bahwa memang
ada bahasa Roh yang ada-lah bahasa malaikat.
b) 1Kor 14:2.
Kata ‘rahasia’ (Inggris: mystery; Yunani: MUSTERION).
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani
MUSTERION itu dipakai di:
·
Mat
13:11 / Mar 4:11 / Luk 8:10.
·
Ro
11:25 Ro 16:25.
·
1Kor
2:7 4:1
13:2 14:2 15:51.
·
Ef
1:9 3:3,4,9 5:32
6:19.
·
Kol
1:26-27 2:2 4:3.
·
2Tes
2:7.
·
1Tim
3:9,16.
·
Wah
1:20 10:7 17:5-7.
Bacalah semua ayat-ayat itu dan
periksalah apa arti dari kata ‘rahasia’ itu. Dengan 2Tes 2:7 sebagai
perkecualian, jelas semua ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa ‘rahasia’ itu:
¨ Bukanlah sesuatu yang tersembunyi yang
tidak diketahui orang.
¨ Adalah kebenaran Allah / Injil yang
dulunya tersembunyi, tetapi yang sekarang sudah dinyatakan oleh Allah.
Jadi, jelaslah bahwa kata ‘rahasia’ dalam 1Kor 14:2 tidak berarti
bahwa itu adalah bahasa malaikat yang tidak dimengerti oleh seorangpun.
c) 1Kor
14:2 - ‘sebab tak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’.
·
Kata
‘bahasanya’ ini sebetulnya tidak ada!
NASB: ‘for no one understands’ (= karena tidak seorangpun mengerti).
NIV / RSV: ‘no one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).
KJV: ‘for no man understandeth him’ (= karena tidak seorangpun mengerti
dia).
·
Yang
dimaksud dengan ‘tidak ada seorangpun yang mengerti’ adalah ‘tidak ada
seorangpun dari orang-orang yang hadir saat itu di tempat itu yang mengerti’
(bukan ‘tidak ada seorangpun di seluruh dunia yang mengerti’). Bandingkan
dengan 1Kor 14:16 yang mengatakan ‘yang hadir’.
d) Ada
beberapa hal yang menunjukkan bahwa bahasa roh itu haruslah bahasa manusia:
·
John
F. MacArthur, Jr mengatakan bahwa kata Yunani ‘GLOSSA’ dalam Kitab Suci umumnya
berarti bahasa manusia. Memang se-kalipun kata ‘GLOSSA’ sering diartikan
‘lidah’ biasa (Mark 7:33,35 Ro 3:13 Yak 3:5
Kis 2:3) tetapi kalau kata ‘GLOSSA’ ini menunjuk pada ‘bahasa’ maka itu
selalu berarti ‘bahasa manusia’ (seperti dalam Wah 5:9 7:9
10:11 13:7 14:6
17:15).
·
Ada 3 kata bahasa Yunani yang bisa
diartikan ‘menafsirkan’:
*
‘HERMENEUO’.
Ini dipakai dalam 1Kor 12:10 1Kor 14:26. Kata ini juga dipakai dalam
Yoh 1:38,42 Yoh 9:7 Ibr 7:2. Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa
kata itu harus diartikan ‘menterjemahkan’.
*
‘DIERMENEUO’.
Ini dipakai dalam 1Kor 12:30 1Kor 14:5,13,27,28. Kata ini juga dipakai
dalam Kis 9:36 dan Luk 24:27.
*
‘METHERMENUO’.
Ini dipakai dalam Mat 1:23 Mark 5:41
Mark 15:22,34 Yoh 1:41 Kis 4:36
Kis 13:8.
Ketiga kata ini sebetulnya artinya sama
yaitu ‘menafsirkan’, ‘menjelaskan’, ‘menterjemahkan’. Tetapi dalam Perjanjian
Baru selalu diambil arti ‘menterjemahkan’, kecuali dalam Luk 24:27 dimana
harus diartikan ‘menafsirkan’ / ‘menjelaskan’. Karena itu, dalam 1Kor 12:10,30
dan 1Kor 14:5,13,26,27,28 besar kemungkin-annya juga harus diambil arti
‘menterjemahkan’. Dan kalau ini benar, maka itu harus berarti bahwa bahasa roh
itu adalah bahasa manusia (bukan sekedar bunyi yang aneh-aneh yang sama
terus-menerus dan tidak mengandung arti apa-apa! Yang seperti itu tidak bisa
diterjemahkan, karena bukan bahasa!)
Editor dari Calvin’s Commentary: “... every language is intelligible to some nation or
other; ... The very use of the term ‘interpret’ and ‘interpretation’, as
applied to this subject, also proves that he could only have intelligent
language in view: it being a contradiction in terms to speak of interpreting
that which has no meaning” (= ... setiap bahasa bisa dimengerti bagi beberapa
bangsa atau lainnya; ... Penggunaan dari istilah ‘menafsirkan’ dan
‘penafsiran’, seperti yang diterapkan pada pokok ini, juga membuktikan bahwa ia
hanya bisa mempunyai bahasa yang bisa dimengerti dalam pandangannya: merupakan
suatu istilah yang kontradiksi untuk berbicara tentang penafsiran yang tidak
mempunyai arti) -
hal 440-441 (footnote).
·
Dalam
1Kor 14:10-11 secara implicit
ditunjukkan bahwa bahasa roh harus merupakan bahasa manusia / asing.
Kesimpulan:
Sekalipun tidak 100 % yakin,
tetapi saya mempunyai kecondongan sangat kuat bahwa bahasa roh haruslah bahasa
manusia (bahasa asing). Jadi, kalau ada orang yang ‘berbahasa roh’ dengan
mengeluarkan bunyi yang sama terus-menerus, yang jelas bukan bahasa manusia,
maka saya mempunyai kecondongan sangat kuat untuk menganggapnya sebagai bahasa
roh yang palsu.
DOA / dialog DENGAN BAHASA ROH
Kebanyakan orang Kharismatik menyetujui dan bahkan
menganjurkan dilaku-kannya doa dalam bahasa Roh. Ayat Kitab Suci yang sering
dipakai sebagai dasar adalah:
1) 1Kor 14:2
yang berbunyi sebagai berikut:
“Siapa yang berkata-kata dengan
bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak
ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang
rahasia”.
Ada 2 hal mereka soroti dari ayat ini:
a) 1Kor 14:2a
mengatakan bahwa orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata
kepada manusia, tetapi kepada Allah. Berkata-kata kepada Allah adalah berdoa.
Jadi, ini menunjukkan bahwa bahasa roh memang boleh dipakai untuk berdoa.
b) 1Kor 14:2b
berbicara tentang ‘hal-hal yang rahasia’ yang diucapkan oleh orang yang
berbahasa roh, sehingga tidak dimengerti oleh siapapun. Ini mereka pakai
sebagai dasar untuk menggunakan bahasa roh dalam doa. Mereka beranggapan bahwa
kalau kita berdoa dengan bahasa biasa, maka setan akan mengerti / mengetahui
permintaan kita, dan ia bisa menyabot jawaban Tuhan sehingga tidak kita terima.
Tetapi kalau kita berdoa dengan bahasa roh, maka setanpun tidak mengerti
permintaan kita, sehingga tidak bisa menyabot jawaban Tuhan!
2) 1Kor
14:14-15 yang berbunyi sebagai berikut:
“Sebab jika aku berdoa dengan
bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan
berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku,
tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”.
Dalam ayat ini Paulus secara explicit /
jelas berbicara tentang ‘berdoa dengan bahasa roh’.
3) 1Kor 14:28
yang berbunyi sebagai berikut:
“Jika tidak ada seorangpun yang
dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan
hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa kalau
dalam pertemuan jemaat kita ingin berbahasa roh tetapi tidak ada yang dapat menafsirkannya,
maka kita harus berdiam diri, dan hanya berkata-kata kepada diri sendiri dan
kepada Allah. Lagi-lagi, ‘berkata-kata kepada Allah’ adalah sama dengan berdoa. Jadi ayat
ini menunjukkan bahwa kalau tidak ada penterjemah / orang yang mem-punyai karunia
menafsirkan bahasa roh, maka bahasa roh itu boleh dipakai untuk berdoa kepada
Allah.
Tanggapan saya:
1) 1Kor 14:2 tidak mendukung doa dengan
bahasa Roh, karena ayat ini hanya merupakan suatu sindiran.
Jadi arti ayat ini adalah: sekalipun /
andaikatapun pada waktu berbahasa Roh seseorang memberitakan kebenaran ilahi /
Injil, tetapi karena tidak ada yang mengerti, maka Allah adalah satu-satunya
pendengar!
Sedangkan tentang arti kata ‘rahasia’ telah dibahas dalam pelajaran
Kharismatik 7. Dan kalau kita mengerti arti kata ‘rahasia’ itu maka kita juga akan mengerti bahwa
kata itu tidak bisa diartikan bahwa tidak ada seorang-pun, termasuk setan, yang
mengerti.
Kesimpulan: ayat ini tidak mengajar doa
dengan bahasa Roh.
2) Tentang 1Kor 14:14-15 ada beberapa hal yang
perlu diketahui / diperhatikan:
a) Ay
14: ‘rohkulah yang berdoa’.
Kata ‘rohku’ di sini ditafsirkan bermacam-macam
oleh para penafsir:
1.
Roh
Kudus.
2.
‘roh’
diartikan ‘nafas’. Jadi, nafas dan organ-organ kita dipakai untuk berdoa.
3.
Karunia
rohani / karunia bahasa Roh.
b) Ay
14: ‘akal budiku tidak turut berdoa’. Ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: unfruitful (= tidak berbuah).
Untuk ini juga ada beberapa penafsiran:
1.
Otakku
tidak mengerti apa yang aku katakan.
2.
Otakku
tidak dipakai untuk menyusun / membentuk doa itu.
3.
Otakku
tidak berbuah dalam diri orang yang mendengar (karena mere-ka tidak mengerti).
c) Ay
14 ini hanyalah suatu illustrasi / contoh untuk menekankan pentingnya
penggunaan akal / pikiran, dan tidak boleh diartikan bahwa hal itu (doa dengan
bahasa Roh) betul-betul terjadi dalam hidup Paulus.
d) Hal
yang terpenting adalah: ay 14 ini terletak dalam kontex (ay 13-17)
yang menekankan penggunaan akal budi / pikiran. Dan karena itu tidak mungkin
ay 14 itu justru menganjurkan orang untuk berdoa dengan bahasa Roh, dimana
akal / pikiran justru tidak dipakai!
Saya berpendapat bahwa ay 14 ini
justru melarang doa dengan bahasa Roh! Bacalah ay 13-17 sekali lagi!
3) 1Kor 14:28.
Perhatikan bahwa kontex ayat ini
(ay 26-28) tidak berbicara tentang ‘doa dengan bahasa Roh’ tetapi ‘bahasa
Roh’ biasa. Jadi jelas bahwa 1Kor 14:28 itu bukannya menyuruh / mengijinkan
orang berdoa dengan bahasa Roh.
Arti 1Kor 14:28 adalah: bahasa Roh
(bukan doa dengan bahasa Roh!) tanpa penterjemahan, hanya boleh digunakan dalam
saat teduh pribadi, dimana seseorang sedang sendirian dengan Allah.
4) Bahasa Roh berisi berita dari Allah untuk
manusia, dan bukannya berita dari manusia kepada Allah. Dasar Kitab Sucinya:
a)
Dalam
Kis 2:4,11 dikatakan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari
Pentakosta, mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh
Allah. Jelas bahwa ini mencakup salib dan ke-bangkitan Yesus, dan semua ini
jelas merupakan berita dari Allah untuk manusia.
b)
Dalam
1Kor 14:2 ‘hal-hal yang rahasia’ menunjuk pada kebenaran ilahi / Injil
(tentang arti kata ‘rahasia’ lihat pelajaran Kharismatik 7). Ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa bahasa Roh berisikan berita dari Allah untuk ma-nusia.
c)
Dalam
1Kor 14:5 dikatakan bahwa bahasa Roh yang ditafsirkan / diterje-mahkan
menjadi seperti nubuat (membangun jemaat). Jadi jelas bahwa isinya juga seperti
nubuat, yaitu berita dari Allah untuk manusia.
d)
Dalam 1Kor 14:6 dikatakan bahwa
bahasa Roh seharusnya berisikan ‘pe-nyataan
Allah’ (Inggris: ‘God’s revelation’), ‘pengetahuan’,
‘nubuat’, ‘penga-jaran’.
Kalau tidak, itu tidak ada gunanya. Semua hal-hal itu jelas berisikan berita
dari Allah untuk manusia.
e)
Ay 13,27,28 menunjukkan bahwa
bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan
bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada
Allah, apa gunanya penterjemahan?
f)
Dalam
Kis 10:46 istilah ‘memuliakan Allah’ tidak menunjukkan bahwa mereka memuji
Tuhan, tetapi bisa diartikan seperti dalam Kis 2:11, di-mana mereka
menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ini lagi-lagi
merupakan berita dari Allah bagi manusia.
Kesimpulan: kalau bahasa Roh harus berisi berita
dari Allah untuk manusia, maka jelas bahwa berdoa dalam bahasa Roh adalah
sesuatu yang mustahil, karena doa berisikan berita dari manusia kepada Allah
Hal ini jelas juga bisa digunakan untuk
menentang praktek ‘dialog dalam bahasa
roh’ (antara manusia dengan manusia). Seorang penginjil menceritakan kepada
saya bahwa Rodney Howard Browne (tokoh Toronto Blessing) berdialog dengan
Kenneth Copeland (yang juga tokoh Toronto Blessing) dalam bahasa roh. Ini
lagi-lagi jelas merupakan suatu kegilaan yang tidak alkitabiah, karena memang
tidak ada dasarnya sedikitpun dalam Alkitab! Karena bahasa Roh menyampaikan berita
dari Allah kepada manusia, maka pada waktu digunakan seseorang untuk
menyampaikan berita dari Allah kepada orang lain, pembicaraannya hanya bisa
terjadi dalam satu arah, seperti dalam Kis 2:1-13, bukan dalam dua arah /
dialog! Saya percaya bahwa 2 orang itu melakukannya sebagai suatu sandiwara
supaya dianggap hebat / rohani!
NGGEBLAK / TUMBANG DALAM ROH
Dalam banyak gereja / persekutuan kharismatik sering terjadi
adanya orang yang ditumpangi tangan, lalu orang itu jatuh pingsan (ke depan /
ke belakang):
·
ada
yang hanya sekedar ikut-ikutan / pura-pura.
·
ada
yang jatuh karena didorong oleh orang yang menumpangi tangan.
·
ada
yang betul-betul jatuh karena pingsan / kehilangan kesadarannya.
I) Pandangan Kharismatik.
1) Hal
ini (nggeblak) terjadi pada saat orang itu menerima baptisan / pengurapan Roh
Kudus. Bisa terjadi dalam kelompok ataupun secara pribadi. Perhatikan kutipan
di bawah ini:
“....hal ‘tumbang dalam Roh’,
yang terjadi pada saat seseorang itu menerima baptisan / pengurapan Roh Kudus,
baik orang percaya tsb menerimanya melalui penumpangan tangan dari seorang
hamba Tuhan ataupun tidak. Tumbang dalam Roh yang dalam bahasa Inggrisnya
dikatakan ‘slain in the Spirit’,
terjadi bisa dalam suatu kelompok (orang banyak) di dalam kebaktian persekutuan
umum atau pada kebaktian di gereja, juga pada pelayanan-pelayanan pribadi” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3,
kol 1).
2) Ada orang Kharismatik
yang berpendapat bahwa hal ini harus terjadi setidaknya 2-3 minggu sekali,
bahkan ada yang berkata bahwa hal itu harus terjadi sesering mungkin.
John F. MacArthur Jr. menuliskan
pembicaraannya dengan seorang Kharismatik sebagai berikut:
“I
have talked with one charismatic who said: ‘Oh, Yes, it’s vital to be slain in
the Spirit. In fact, you should never go for more than 2 or 3 weeks without
being slain in the Spirit’. Another fellow told me that there are no limits to
it. It becomes a contest to see who can get ‘slain’ the most often” (= Saya telah berbicara dengan
seorang kharismatik yang berkata: ‘O ya, adalah merupakan sesuatu yang vital /
penting untuk tumbang / rebah di dalam Roh. Bahkan kamu tidak boleh hidup lebih
dari 2 atau 3 minggu tanpa tumbang / rebah di dalam Roh’. Seorang lain berkata
kepada saya bahwa tidak ada batasan terhadap hal itu. Itu menjadi suatu
pertandingan untuk melihat siapa yang bisa tumbang / rebah paling sering) - ‘The
Charismatics’, p 31.
3) Ada orang Kharismatik
lain yang berkata bahwa ‘nggeblak
itu enak, karena dari Roh Kudus’.
4) Ada yang mengatakan bahwa
hal itu akan didahului dengan tanda-tanda seperti bibir bergetar, adanya
semacam aliran listrik, air mata yang tidak dapat ditahan, getaran pada badan,
sentuhan kuat, sehingga akhirnya jatuh.
‘Pada saat seperti itu, bagi
seseorang Kuasa Tuhan dirasakan sehingga bibir yang terus-menerus bergetar
dengan tidak dapat ditahan. Bagi orang yang lain, Kuasa Tuhan dapat dirasakan
seolah-olah ada aliran listrik yang mengalir dari ujung kepala terus bergerak
sampai ke ujung kaki. Pengalaman lain yang dapat terjadi yaitu mengalirnya air
mata yang tidak terbendung, dan terus-menerus membasahi pipi. Ada pula dirasakan sebagai adanya getaran-
getaran pada badan yang terus-menerus. Dan Kuasa Tuhan dapat juga dirasakan
sebagai adanya suatu sentuhan yang kuat, sehingga kita tidak sanggup bertahan,
dan akhirnya jatuh dan terlentang di lantai’ (‘Warta Bethany’ Edisi no. 30, hal 3, kol 3).
Ayat-ayat
Kitab Suci yang dipakai sebagai dasar:
1) Daniel
10:7-9.
“Dari ayat ini kita mengetahui
bahwa bagaimana Kuasa Roh Kudus dapat membuat Daniel tak berdaya, tak mempunyai
tenaga lagi., sehingga ia terjatuh, tertelungkup dengan muka ke tanah .....
Disini kita juga ketahui bahwa oleh karena Kuasa Roh Kudus, seseorang dapat
terjatuh bukan ke arah belakang, tetapi terjatuh ke depan” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3
kol 1,2).
2) 2Taw
5:1-14 (khususnya ay 13,14).
Tentang text Kitab Suci ini dikatakan:
“Oleh karena awan kemuliaan
Tuhan, maka para imam-imam itu tidak tahan berdiri..... ‘the priest could not stand’....tidak sanggup berdiri adalah berarti
tumbang atau terkulai dalam kemuliaan Tuhan atau tumbang dalam Roh”.
Sedangkan tentang 2Taw 7:3 dikatakan
sebagai berikut:
“Dengan demikian tidak saja para
imam yang tumbang dalam Roh, oleh karena kemuliaan Tuhan, tetapi juga ‘segenap
orang Israel’ atau segenap umat Tuhan dapat tumbang dalam Roh” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3
kol 2).
3) Wah 1:10-17,
khususnya ay 17, yang menunjukkan bahwa ketika melihat Yesus, rasul
Yohanes tersungkur di depan kaki Yesus sama seperti orang mati.
4) Yoh 18:1-6,
khususnya ay 6, yang menunjukkan bahwa pada waktu Yesus berkata ‘Akulah
Dia’, maka orang yang mau menangkap Yesus mundur dan jatuh ke tanah.
II) Tanggapan saya.
1) Dalam
Kitab Suci memang sering ada orang-orang yang jatuh / rebah / pingsan, tetapi
tidak pernah ada orang yang jatuh / rebah / pingsan karena menerima Roh
Kudus!
Mari kita perhatikan keempat bagian
Kitab Suci yang mereka pakai di atas:
a) Daniel
10:7-9.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
·
Daniel
jatuh bukan karena ia menerima Roh Kudus!
·
Daniel
jatuh karena takut melihat penglihatan itu.
Ini adalah sesuatu yang sering terjadi
dalam Kitab Suci. Perhatikan Kel 19:16-25 dan 20:18-21 Hak 6:22-23
Hak 13:20-22 1Raja-raja 19:12,13 Yes 6:1-5
Luk 1:11-13,26-30,65
Luk 2:8-10 Mat 17:6 Mat 28:1-5
Mark 16:4-8 Luk 24:4,5 Wah 22:8. Saya berpendapat bahwa ini adalah
sesuatu yang wajar, karena kalau melihat setan saja orang bisa begitu takut
sampai pingsan, lebih-lebih kalau seseorang melihat malaikat atau Tuhan
sendiri!
Karena Daniel jatuh disebabkan rasa
takut, maka jelas bahwa bukan Tuhan yang menjatuhkan Daniel!
·
Pada
waktu Daniel jatuh / pingsan, ia dibangunkan oleh Tuhan (Daniel 10:10).
Lalu Tuhan berkata kepadanya ‘jangan takut’ (Daniel 10:12). Ia lalu
ditolong sehingga bisa berbicara (Daniel 10:15-16), dan diberi kekuatan (Daniel
10:16-19).
Sehubungan dengan ini ada 2 hal yang
perlu dipertanyakan:
*
mengapa
dalam kalangan Kharismatik hanya ada nggeblaknya, tetapi tidak ada peristiwa
dimana Tuhan membangunkan orang yang nggeblak, seperti yang dialami oleh Daniel
di sini?
*
kalau
dalam kalangan Kharismatik ada orang yang ‘nggeblak’, pada saat itu orang itu
tidak boleh dibangunkan! Mengapa?
b) 2Taw
5:1-14 2Taw 7:1-3 (bdk. 1Raja-raja
8:1-11).
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
·
Ini
juga bukan penerimaan Roh Kudus!
·
Disini
para imam tidak pingsan, bahkan tidak terkulai / jatuh / rebah dsb! Yang
dimaksud adalah bahwa mereka tidak bisa meneruskan tugas / pelayanan mereka
sebagai imam, karena adanya kemu-liaan Allah yang memenuhi Bait Allah itu.
Bandingkan ini dengan:
*
2Taw 5:14
(NIV): “and the priests could not
perform their service because of the cloud, for the glory of the LORD
filled the temple
of God” (= dan para
imam tidak bisa menyelenggarakan pelayanan / kebaktian disebabkan oleh
awan itu, karena kemu-liaan TUHAN memenuhi Bait Allah)
*
Kel
40:34,35 dimana Musa mengalami hal yang sama. Ia tidak jatuh, tetapi tidak bisa
masuk. Bdk. Kis 7:32b.
*
Wah
15:8.
·
2Taw
7:3 jelas sekali menunjukkan bahwa bangsa Israel bukannya jatuh / rebah /
pingsan, tetapi sujud menyembah Allah.
c) Wah
1:10-17.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Ay 10
mengatakan bahwa waktu itu rasul Yohanes ‘dikuasai oleh Roh Kudus’ (ini bukan
baptisan Roh, karena Baptisan Roh hanya terjadi sekali dan itu terjadi dalam
Kis 2 pada diri Yohanes).
·
Yang
menyebabkan Yohanes jatuh bukanlah penguasaan oleh Roh Kudus ini! Yang
menjatuhkan Yohanes adalah penglihatan yang ia lihat (baca ay 17!).
·
Jadi,
sama seperti dalam peristiwa Daniel di atas, di sini Yohanes juga sangat takut,
sehingga ‘paralyzed’ / ‘lumpuh’ dan
lalu jatuh (perhatikan kata-kata ‘jangan takut’ pada ay 17b).
·
Sekalipun
jatuh, Yohanes tidak pingsan karena dalam ay 17b-dst Tuhan mengajak dia
bicara!
d) Yoh
18:1-6.
Orang-orang ini memang jatuh karena
kuasa Tuhan. Tetapi, ini jelas bukan penerimaan Roh Kudus, karena mereka bukan
orang percaya. Juga tidak dikatakan bahwa mereka pingsan!
Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat
Kitab Suci lain yang serupa:
a. Yeh
1:28 2:1-2 3:23-24.
Yeh 2:2 seharusnya berbunyi (NIV) “as he spoke, the Spirit came into me dan
raised me to my feet” [= sementara Ia berbicara, Roh (Kudus) datang
kepadaku dan membangunkan aku].
Yes 3:24 seharusnya berbunyi (NIV)
“Then the Spirit came into me and raised
me into my feet” [= Lalu Roh (Kudus) datang kepadaku dan membangunkan aku].
Jadi, dalam bagian ini bisa kita lihat
bahwa Yehezkiel jatuh, karena melihat penglihatan, tetapi ia justru
diperintahkan untuk berdiri (Yeh 2:1) dan waktu Roh Kudus datang kepadanya, Roh
Kudus itu justru membangunkan dia! Jadi, Roh Kudus tidak menjatuhkan dia, malah
membangunkan dia! Ini tidak cocok dengan doktrin Kharismatik ten-tang ‘tumbang
dalam Roh’!
b. Kis
9:4-9.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
·
Paulus
memang rebah, tetapi tidak pingsan!
·
Ini
bukan saat Paulus terima Roh Kudus, karena saat itu ia belum bertobat!
·
Ia
jatuh karena penglihatan (cahaya) itu, bukan karena Roh Kudus!
c. 1Sam
19:23-24.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Bagian
ini salah terjemahan!
NIV: ”So Saul went to Naioth at Ramah. But the Spirit of God came upon him,
and he walked along prophesying until he came to Naioth. He stripped off
his robes and also prophesied in Samuel’s presence. He...” (= Lalu
Saul pergi ke Nayot di Rama. Tetapi Roh Allah datang kepadanya, dan ia berjalan
sambil bernubuat sampai ia tiba di Nayot. Ia membuka jubahnya dan juga bernubuat
di hadapan Samuel. Ia ...).
Jadi, Saul bukannya kepenuhan Roh,
tetapi bernubuat! (kesalahan penterjemahan yang sama terjadi pada ay 20
akhir, ay 21 tengah, dan ay 21 akhir!).
·
Untuk
mengerti bagian ini, kita perlu memperhatikan seluruh kontex!
*
Dalam
1Sam 17 kita melihat bahwa Daud mengalahkan Goliat.
*
Dalam
1Sam 18:6-7 kita melihat bahwa rakyat menyanjung Daud lebih dari Saul.
*
Dalam
1Sam 18:8-11 kita melihat bahwa Saul menjadi iri hati kepada Daud. Lalu
ada roh jahat yang berkuasa atasnya dan ia berusaha membunuh Daud.
*
Dalam
1Sam 19:9-10 kita melihat bahwa Saul kembali dikuasai roh jahat dan ia
berusaha membunuh Daud lagi.
*
Lalu
dalam 1Sam 19:18-24 kita melihat bahwa 3 x Saul mengi-rim
orang-orangnya untuk membunuh Daud, tetapi 3 x juga Roh Kudus datang pada
orang-orang itu, sehingga mereka bukan-nya membunuh Daud, tetapi bernubuat.
Akhirnya Saul sendiri datang untuk membunuh Daud dan untuk ke 4 x nya Roh
Ku-dus datang (sekali ini kepada Saul) dan menyebabkan Saul tidak bisa
membunuh Daud, tetapi juga bernubuat.
Jadi, kesimpulannya: Dalam bagian ini,
Roh Kudus datang bukan demi kebaikan
orang kepada siapa Ia datang. Ia datang kepada orang-orang Saul dan kepada Saul
sendiri (yang jelas bukan anak-anak Tuhan) untuk melakukan intervensi guna
mencegah mereka membunuh Daud!
Jadi jelas bahwa bagian inipun tidak
bisa dipakai sebagai dasar untuk membenarkan ajaran / praktek ‘tumbang dalam
Roh’.
Dari semua penjelasan ini jelas bahwa
dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada orang jatuh / rebah / pingsan karena
menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus! Doktrin Kharismatik tentang ‘rebah
/ tumbang dalam Roh’ bukanlah ajaran Alkitab!
2) Doktrin
‘tumbang dalam Roh’ bukan saja tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi juga tidak ada
dalam sejarah gereja (baik ajarannya maupun prakteknya!).
Ajaran maupun praktek dari doktrin
‘tumbang dalam Roh’ baru muncul mulai sekitar tahun 1960. Kalau ajaran ini
memang berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu lebih dari 19 abad
untuk menemukan-nya?
3) Salah
satu dari hal-hal yang merupakan buah dari Roh Kudus adalah ‘penguasaan diri’
(Gal 5:22-23). Karena itu, kalau seseorang menerima Roh Kudus / dipenuhi
Roh Kudus, seharusnya ia makin bisa menguasai diri! Tetapi orang-orang yang
nggeblak itu justru kehilangan kesadaran-nya, bahkan ada yang lalu mulutnya
berbuih / berbusa, kaki, dan tangannya kejang-kejang seperti orang sakit ayan
/ epilepsi. Mereka justru kehilangan penguasaan dirinya dan lebih mirip orang
mabuk / gila / kerasukan setan daripada orang Kristen. Bagaimana mungkin Roh
Kudus masuk dalam diri seseorang dan memenuhinya tetapi justru menghancurkan
penguasaan diri, yang merupakan buah Roh Kudus?
4) Dalam
Kitab Suci Tuhan / Roh Kudus tidak pernah membanting-banting anak-anakNya.
Kalau ada satu oknum yang suka / sering membanting- banting orang dan membuat
mulut orang menjadi berbusa, maka oknum itu adalah setan! Perhatikan ayat-ayat
ini:
Mat 17:15 - “katanya:
‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh
ke dalam api dan juga sering ke dalam air”.
Mark 9:25-27 - “Ketika
Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu
dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan
tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan
memasukinya lagi!’ Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang
anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati,
sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ Tetapi Yesus memegang
tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri”.
Luk 9:38-43 - “Seorang
dari orang banyak itu berseru, katanya: ‘Guru, aku memohon supaya Engkau
menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku. Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak
ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa.
Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya.
Dan aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu,
tetapi mereka tidak dapat.’ Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak
percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan
sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!’ Dan ketika anak itu mendekati
Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya.
Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu
mengembalikannya kepada ayahnya”.
Karena itu, saya lebih percaya bahwa
orang-orang yang nggeblak / pingsan itu, apalagi yang mulutnya berbusa, sedang
kerasukan setan dan bukannya sedang menerima / dipenuhi Roh Kudus!
Perlu saudara ingat bahwa dengan
menggunakan hipnotisme, yang jelas termasuk occultisme / penggunaan kuasa
gelap, seseorang bisa mem-buat orang lain pingsan / rebah! Ada kemungkinan besar bahwa banyak orang
menggunakan hal ini di dalam gereja, supaya dianggap ‘mem-punyai kuasa Tuhan’,
padahal sebetulnya mereka menggunakan kuasa setan!
Catatan:
Kalau saudara mau melihat penjelasan
saya yang lebih terperinci tentang hal ini, saudara bisa membacanya dalam buku
saya yang berjudul “Toronto Blessing, Alkitabiahkah?”.
5) Orang
yang kerasukan setan, kalau setannya diusir dan lalu mening-galkan orang itu,
memang bisa rebah (bdk. Mark 9:25-27). Mungkin ini terjadi karena tubuh
yang tadinya dipakai oleh setan untuk mengamuk, lalu menjadi kehabisan tenaga
pada waktu setan meninggalkannya.
6) Satu
hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: dalam Majalah Intisari bulan
September 1992, Dr. Luh Ketut Suryani, kepala bidang Labora-torium Psikiatri
Universitas Udayana Bali mengatakan:
·
“Ada beberapa cara yang
memungkinkan seseorang mencapai trance. Antara lain lewat meditasi, hipnotisme,
obat-obatan, pemusatan pikiran pada sepenggal pengalaman, yang bisa pula
berbarengan dengan situasi yang monoton, rangsangan berirama, keletihan
fisik, ketegangan atau pengharapan emosional. ... trance terjadi karena adanya
kekuatan hipnotis (oleh diri sendiri atau orang lain), dan dipicu oleh
iringan tetabuhan yang monoton” (hal 106).
·
“Pertunjukan
debus yang dipimpin seorang syeh juga disertai alunan alat musik sederhana
untuk mengiringi para pezikir yang selalu me-nyanyikan lagu puji-pujian
kepada Tuhan. Demikian pula pada kuda lumping yang diiringi seperangkat
tetabuhan dan disertai seorang ‘du-kun’ sebagai penanggung jawab atas
keselamatan pemain. Irama musik pengiring kedua bentuk kesenian ini
sama-sama monoton. Jadi apapun yang monoton yang diarahkan terhadap seseorang
pada dasarnya mampu menjadikan kesurupan” (hal 138).
Catatan:
¨ kata-kata Dr. Luh Ketut Suryani ini
bisa menjelaskan mengapa dalam persekutuan dan kebaktian gereja-gereja
Pentakosta dan Kharismatik, sering terjadi trance,
tumbang dalam roh dsb. Itu semua terjadi karena musik / lagu yang monoton
(ingat bahwa lagu yang sama yang diulang-ulang terus menerus sampai puluhan
kali, jelas merupakan sesuatu yang monoton).
¨ ini juga menjelaskan mengapa orang yang
‘belajar bahasa Roh’ dengan mengucapkan kata yang sama terus menerus, akhirnya
meng-alami trance dan betul-betul
berbahasa roh (tentu bukan bahasa Roh dari Tuhan!). Persoalannya adalah bahwa
pengucapan kata yang sama secara terus menerus juga merupakan sesuatu yang
monoton.
Selanjutnya, Dr. Luh Ketut Suryani juga menambahkan lagi:
“Tapi kalau penari Bali puasnya tak terlukiskan. Bahkan, dalam tarian
keagamaan di pura, kepuasan itu berwujud ketenangan batin yang masih
berlangsung sampai tiga hari” (hal 138).
Ketenangan batin semacam ini juga
disaksikan oleh seorang kristen bernama Yan Solihin, yang bertobat dari praktek
Yoga dan penyembuhan menggunakan Yoga. Dalam bukunya yang berjudul ‘Lepas dari
belenggu Yoga’, hal 39-40, ia berkata:
“Setelah itu, penyembuh akan
menyalurkan prana ke pasien-pasiennya. Metode yang umum digunakan adalah dengan
menumpangkan tangan di dahi pasien. ... Pada waktu itu pasien akan merasakan
tubuhnya seolah-olah dialiri arus listrik yang halus atau rasa hangat yang
menjalari tubuhnya, yang merupakan ciri dari prana. Sesudah pasien dipenuhi
prana, biasanya ia akan mengalami ekstase, yaitu perasaan bahagia yang
sangat mendalam di dalam hatinya. Perasaan itu bisa berupa rasa haru yang
sangat dalam, ataupun perasaan-perasaan lain”.
Catatan: yang dimaksud dengan ‘prana’
adalah tenaga / energi dalam Yoga.
Jadi, baik tarian Bali,
maupun Yoga (dan mungkin banyak praktek-praktek occultisme yang lain), bisa
memberikan ketenangan batin / damai. Ini bisa menjelaskan mengapa orang-orang
yang mengalami ‘tumbang dalam Roh’, Toronto Blessing dsb, berkata bahwa hal itu
enak, atau berkata bahwa mereka merasa sukacita / damai sejahtera, dsb
(Catatan: saya berpendapat ini hanya damai yang semu, bukan damai dan sukacita
sejati yang dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan damai dengan membuat
anakNya rebah!).
Kesimpulan:
- Orang yang kerasukan setan, setelah setan diusir, bisa (tetapi tidak harus) jatuh / pingsan.
- Orang yang menerima Roh Kudus tidak mungkin jatuh / rebah / pingsan!
- ‘Nggeblak’ yang terjadi pada seseorang yang tidak kerasukan setan (terjadi bukan pada peristiwa pengusiran setan), adalah pekerjaan setan! Mungkin ini adalah semacam hipnotisme, atau praktek occultisme yang lain!
Karena itu, kalau hal semacam itu
terjadi di sekitar saudara, maka:
1) Berdoalah
supaya Tuhan melindungi saudara, maupun orang-orang lain dari pekerjaan setan.
2) Hati-hati
terhadap hamba Tuhan yang bisa membuat orang pingsan. Mereka mungkin sekali
adalah nabi palsu (serigala berbulu domba) yang menggunakan ilmu hitam, supaya
dianggap ‘sakti’, sehingga dipercaya / diikuti banyak orang.
3) Hati-hati
juga terhadap orang yang nggeblak itu. Kalau orang itu betul-betul orang
Kristen, tidak mungkin setan bisa menjatuhkan dia. Bahwa dia bisa dijatuhkan
oleh kuasa gelap, mungkin sekali menunjukkan bahwa ia bukan orang Kristen
sejati.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar