Mat 11:28-30 - “(28)
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
(30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
Yoh 14:27 - “Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa
yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah
gelisah dan gentar hatimu”.
Tetapi adalah suatu fakta bahwa pada umumnya manusia justru tidak
memiliki damai dalam hatinya.Yang ada dalam dirinya adalah kekuatiran,
kekecewaan, kecemasan, ketakutan, kesumpekan, hati yang kosong, dan sebagainya.
Illustrasi: ada
seseorang yang pergi ke dokter dan mengatakan kalau hatinya selalu gelisah dan
tidak damai, sehingga ia tidak bisa tidur. Setelah dokter itu memeriksanya,
ternyata tidak ada penyakit apa-apa. Dokter itu lalu berkata: ‘Kamu sebetulnya
tidak sakit. Saya kira kamu hanya stress saja. Kamu harus mencari hiburan
supaya stressmu bisa hilang. Saya dengar bahwa di lapangan sana ada sirkus, dan ada badut yang sangat
lucu, dan membuat semua orang ketawa terpingkal-pingkal. Itu baik untuk kamu.
Cobalah ke sana
dan nonton sirkus dan badut itu’. Orang itu menjawab: ‘Dokter tidak mengerti,
sayalah badut itu’. Badut itu bisa membuat orang tertawa, dan dia sendiri
kelihatannya senang dan juga tertawa, tetapi ternyata dalam hatinya ia
sebetulnya sedih.
Bdk. Amsal 14:13 - “Di
dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan
kedukaan”.
I) Cara-cara yang banyak ditempuh
manusia untuk mencari damai.
Manusia yang tidak memiliki damai itu lalu
berusaha untuk mendapatkan damai, dan mereka berusaha dengan bermacam-macam
cara, seperti:
1) Manusia
berusaha untuk bebas.
Mereka berpendapat bahwa yang menyebabkan
mereka tidak bahagia / tidak damai adalah batasan-batasan dalam hidup mereka.
a) Di sekolah, guru-guru / dosen-dosen membatasi.
b) Di rumah, orang tua membatasi.
c) Di tempat kerja, boss / atasan membatasi.
d) Dalam negara, sebagai anggota masyarakat, undang-undang membatasi.
e) Di gereja dan dalam kehidupan sehari-hari, Firman Tuhan membatasi.
Mereka mengira bahwa ini yang menyebabkan
hidup mereka tidak enak, tidak bahagia, tidak damai. Mereka mengira bahwa kalau
semua batasan itu dibuang, maka hidup menjadi senang, bahagia, dan damai. Jadi,
mereka lalu membuang semua batasan-batasan itu. Mereka ingin bebas, dalam
segala hal. Hidup semau gue, free sex, dan sebagainya.
Tetapi betulkah hidupnya lalu menjadi enak,
senang, bahagia, dan damai? Di negara-negara barat, dimana kebebasan jauh lebih
besar dari di Indonesia ,
justru tambah banyak orang yang sakit jiwa. Seorang dokter mengatakan kepada
saya, bahwa tidak ada obat penenang / obat tidur yang tidak laku!
Bdk. Pkh 2:10-11 - “(10) Aku tidak merintangi mataku
dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita
apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah
segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah
dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih
payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring
angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.
2) Manusia
berusaha untuk mengejar kepandaian.
Mereka mengira bahwa yang menyebabkan hidup
itu tidak enak, tidak bahagia, tidak damai, adalah karena mereka tidak
mempunyai kepandaian. Mereka mengira bahwa kalau mereka pandai, mempunyai
banyak pengetahuan / ilmu, maka mereka akan senang, bahagia, dan damai. Lalu
mereka belajar / sekolah mati-matian. Apa hasilnya? Mereka menjadi orang-orang
yang pinter, yang kepalanya penuh, tetapi hatinya kosong! Saya yakin bahwa
saudara mengenal / mengetahui banyak orang-orang yang sangat pinter dan
terpelajar, tetapi hidupnya sama sekali tidak bahagia / tidak damai!
Bdk. Pkh 1:17-18 - “(17) Aku telah membulatkan hatiku untuk
memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari
bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin, (18) karena di dalam banyak
hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak
kesedihan”.
Catatan: tentu yang dimaksud hikmat dan pengetahuan
di sini, adalah hikmat dan pengetahuan duniawi / sekuler.
3) Manusia
berusaha untuk menjadi populer / kaya.
Mereka mengira bahwa mereka tidak bahagia /
tidak damai, karena mereka tidak terkenal, dan mereka miskin. Bagi orang-orang
yang tidak terkenal dan miskin, segala sesuatu repot. Mau sekolah repot, mau
cari pacar repot, mau cari kerja repot. Jadi mereka lalu berusaha untuk menjadi
terkenal dan kaya. Betulkah setelah menjadi terkenal dan kaya mereka menjadi
senang, bahagia dan damai? Saya yakin saudara juga tahu / kenal orang-orang
yang terkenal / kaya yang sama sekali tidak bahagia / tidak damai! Contoh:
a) Mohammad Ali, siapa yang lebih terkenal dan kaya dari dia? Apakah
dia damai? Dalam suatu percakapan dengan George Foreman, ia pernah mengatakan
bahwa ia tidak mempunyai damai, dan Foreman menginjili dia, dengan mengatakan
bahwa Ali harus datang kepada Kristus untuk bisa mendapatkannya.
b) Merlyn Monroe, bintang film, sex bom yang paling top pada tahun
1950an. Ia bintang film pertama yang berani main telanjang. Ia cantik,
terkenal, dan pasti kaya. Tetapi ia mati bunuh diri!
Bdk. Pkh 2:4-11 - “(4) Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan
besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; (5)
aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan
rupa-rupa pohon buah-buahan; (6) aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi
dari situ tanaman pohon-pohon muda. (7) Aku membeli budak-budak laki-laki dan
perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak
sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum
aku. (8) Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja
dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan
biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak
gundik. (9) Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada
siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu
hikmatku tinggal tetap padaku. (10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun
yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab
hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.
(11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan
segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah,
segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada
keuntungan di bawah matahari”.
4) Manusia
berusaha untuk mencari kesenangan-kesenangan.
Mereka berpikir bahwa hati yang tidak bahagia
/ tidak damai ini harus dihibur. Dan itu bisa dilakukan dengan macam-macam hal,
seperti: pesta, makan, diskotik, film / bioskop, shopping, jalan-jalan /
piknik, sex, dan bahkan dengan narkoba!
Memang pada waktu mereka sedang melakukan
hal-hal itu, mungkin hatinya bisa senang, tetapi kesenangan itu hanya
kesenangan daging / lahiriah, yang bersifat semu dan sementara! Pada waktu
semua itu selesai, ketidak-damaian / kekosongan hati itu kembali lagi.
Bdk. Pkh 2:8,10-11 - “(8) Aku mengumpulkan bagiku juga perak
dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku
biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia,
yakni banyak gundik. ... (10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun
yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab
hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih
payahku. (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan
tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah,
lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang
tak ada keuntungan di bawah matahari”.
5) Manusia
berusaha untuk mencari kesibukan.
Mereka merasakan bahwa kalau mereka sedang
menganggur, maka ketidak-damaian, kegelisahan, kesumpekan / kekosongan hati itu
makin terasa. Karena itu mereka lalu berpikir untuk mengatasinya dengan terus
menerus menyibukkan diri.
Mereka bisa menyibukkan diri dengan
macam-macam hal, seperti:
a) Bekerja / sekolah / belajar.
b) Main game.
c) Olah raga.
d) Membaca buku, seperti novel, majalah, buku silat, dan sebagainya.
e) Keluyuran.
f) Dan sebagainya.
Bisakah hal-hal ini memberi kebahagiaan /
kedamaian? Tidak, orang Jawa bilang paling-paling mereka ‘keslimur’ untuk
sementara. Begitu mereka nganggur, ketidak-damaian dsb itu datang kembali.
Secara sadar atau tidak, setiap manusia
pernah melakukan cara-cara tersebut di atas untuk memperoleh damai. Tetapi
cara-cara itu tidak mungkin memberikan damai yang sejati. Untuk bisa
mendapatkan damai yang sejati, mula-mula kita perlu tahu apa yang menjadi
sumber / menyebabkan ketidak-damaian itu.
II) Sumber ketidak-damaian dan pemberesannya.
1) Sumber
ketidak-damaian.
Apa sebabnya manusia menjadi tidak damai?
Apakah pada saat Allah menciptakan manusia, sudah demikian halnya? Tidak! Allah
menciptakan manusia tanpa penderitaan, baik fisik maupun batin.
Kej 1:31 - “Maka
Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang
dan jadilah pagi, itulah hari keenam”.
Jadi, mula-mula semua baik, manusia bahagia
dan damai. Tetapi dalam Kej 3, dosa lalu masuk ke dalam dunia, dan lalu
apa akibatnya? Mereka putus hubungan dengan Allah, karena Allah yang suci itu
tak bisa bersekutu dengan manusia yang berdosa! Dan putusnya hubungan dengan
Allah ini menyebabkan mereka lalu mengalami ketakutan, rasa malu, dan segala
sesuatu dalam hati yang bersifat negatif! Manusia memang direncanakan untuk hidup
bersekutu dengan Allah, dan selama manusia hidup sesuai dengan rencana itu,
mereka bahagia dan damai. Tetapi begitu mereka hidup tidak sesuai dengan
rencana itu, mereka akan kehilangan damai.
Illustrasi: sepeda motor direncanakan oleh pabriknya menggunakan ban yang diisi
angin. Kalau kita menggunakannya sesuai rencana itu, maka akan enak. Tetapi
kalau kita menggunakannya tidak sesuai dengan rencana itu, misalnya kita isi
dengan semen, supaya tidak bisa gembos, maka tidak akan enak!
Kej 3:6-10 - “(6)
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu
ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya
yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (7) Maka terbukalah
mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (8) Ketika mereka mendengar bunyi
langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara
pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan
berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku
mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku
telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’”.
Yes 48:22 - “‘Tidak
ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Amsal 28:1 - “Orang
fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman
seperti singa muda”.
Im 26:14-17,36-37 - “(14) ‘Tetapi jikalau kamu tidak
mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, (15) jikalau kamu
menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar peraturanKu, sehingga kamu tidak
melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu, (16) maka Akupun
akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu,
batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan
sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu. (17) Aku
sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan
mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari,
sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. ... (36) Dan mengenai mereka yang
masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam
hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun
yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari
seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada
orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang
kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar
tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu”.
Ul 28:15,65-67 - “(15) ‘Tetapi jika engkau tidak
mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala
perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala
kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau: ... (65) Engkau tidak akan
mendapat ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat
berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang
penuh rindu dan jiwa yang merana. (66) Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan
malam engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. (67) Pada waktu pagi engkau
akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan
berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa
yang dilihat matamu”.
Rat 1:20 - “Ya,
TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku
terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak;
di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit
sampar”.
2) Usaha
membereskan sumber ketidak-damaian itu.
Kalau sekarang kita sudah mengetahui bahwa
sumber ketidak-damaian itu adalah dosa, maka kita harus berusaha untuk
membereskannya. Selama dosa itu belum beres, maka ketidak-damaian itu tetap
ada.
Illustrasi: Ada
seorang tuan yang kaya, memiliki rumah besar dan halaman yang luas, dan ia
memiliki 2 orang pelayan, yang satu tugas di dalam rumah, dan yang lain tugas
di luar rumah (halaman). Pegawai yang tugas luar, katakan saja namanya si A,
suatu hari menggiring banyak bebek milik tuannya untuk masuk ke kandangnya.
Tetapi satu bebek nakal, dan terus lari. Akhirnya si A marah dan melempar bebek
itu dengan batu. Celakanya, batu itu kena kepala bebek itu sehingga bebek itu mati. Si A
ketakutan, dan waktu ia lihat kiri dan kanan dan tak ada orang, ia lalu
mengubur bebek itu dengan diam-diam. Tetapi tanpa ia sadari pelayan yang tugas
di dalam rumah, katakan saja namanya si B, melihat semua perbuatannya. Si B
diam saja, tetapi pada waktu ketemu si A, ia lalu berkata: ‘A, kamu harus isi
air di bak kamar mandi!’. Si A berkata: ‘Lho itu kan tugasmu, aku tugas di luar, kamu di
dalam’. Si B berkata: ‘Kamu tidak mau? Ingat bebek!’. Si A terkejut dan takut.
Ternyata si B tahu, dan ia dengan terpaksa harus menuruti perintah si B, kalau
tidak, ia takut dilaporkan sang majikan. Tetapi si B lalu menyuruh dia
melakukan semua tugas si B, dan setiap kali ia menolak, si B mengancam dengan
kata ‘bebek’! Si A mula-mula bertahan dalam keadaan itu, tetapi kala kelamaan
ia tidak tahan lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengakui kesalahannya kepada
tuannya. Dan tuannya mengampuninya. Si B, yang tidak tahu akan hal itu,
menyuruh si A lagi. Tetapi sekarang, sekalipun diancam dengan kata ‘bebek’, si
A tak peduli! Ia sudah diampuni sehingga tak usah takut lagi!
Demikian juga dengan kita. Kita semua adalah
orang berdosa. Selama dosa kita belum dibereskan, kita akan terus takut dan
tidak mempunyai damai! Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sumber ketidak-damaian
itu harus dibereskan. Kalau dosa beres, maka hubungan dengan Allah menjadi
baik, dan kita akan damai. Tetapi sekarang, persoalannya jadi sukar, karena
tidak ada orang yang bisa membereskan dosanya sendiri!
Illustrasi: monyet yang masuk rawa tak bisa mengeluarkan dirinya sendiri, kecuali
seseorang di luar menarik dia.
Dosa itu tidak bisa dibereskan dengan:
a) Membenarkan
diri / tak mengakui dosa tersebut.
Lihat Adam dan Hawa yang melakukan hal ini.
Itu tidak akan membereskan dosa mereka.
Bdk. Maz 32:1-5 - “(1) Dari Daud. Nyanyian pengajaran.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2)
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang
tidak berjiwa penipu! (3) Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu
karena aku mengeluh sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku
dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela
(5) Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata:
‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau
mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
b) Menutupinya
dengan perbuatan baik.
Illustrasi: Menutupi dosa dengan perbuatan baik, bisa diibaratkan seperti orang
yang berkeringat, sehingga bau, lalu menutupinya dengan minyak wangi!
c) Menutupinya dengan segala macam kesenangan, kekayaan, kesibukan
dan sebagainya.
Jadi, jelaslah bahwa kalau saudara mau
memiliki damai dengan cara dan usaha saudara sendiri, maka saudara pasti gagal,
karena bagaimanapun juga, saudara tidak akan bisa membereskan dosa saudara
sendiri.
III) Cara yang Allah sendiri
berikan.
Tetapi puji Tuhan, Dia telah menyediakan cara
/ jalanNya! Pada Natal yang pertama Allah telah menjadi manusia, yaitu Yesus
Kristus, dan Ia telah menderita dan mati di salib untuk menebus / membereskan
dosa-dosa kita, yang merupakan penyebab putusnya hubungan kita dengan Allah,
dan sekaligus merupakan penyebab ketidak-damaian tersebut.
Di atas kayu salib, Yesus berseru: ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30), untuk menunjukkan bahwa
dosa-dosa kita, semuanya telah dibereskan!
Nah saudara, Yesus sudah melakukan bagianNya,
sekarang apa yang harus kita lakukan supaya damai yang telah Dia sediakan itu
bisa menjadi milik kita?
1) Kita
harus datang / percaya kepada Yesus.
Mat 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
bebanKupun ringan.’”.
Perhatikan beberapa hal:
a) Yesus mengundang orang yang letih lesu, dan berbeban berat,
orang-orang yang menderita, yang tidak bahagia, yang gelisah, yang tidak damai.
‘Marilah kepadaKu’! Dan Ia berjanji untuk memberikan kelegaan /
damai kepada mereka yang mau datang kepadaNya!
b) Ingat bahwa Ia berkata ‘Marilah
kepadaKu’. Bukan
datang kepada pendeta, penginjil, gereja, baptisan, orang Kristen dsb, tetapi
datang kepada Yesus sendiri!
c) Undangan ini berlaku untuk semua orang, karena Yesus mengatakan ‘Marilah kepadaKu, semua yang
letih lesu dan berbeban berat’.
Illustrasi: seorang gadis diundang ke pesta dansa, dan waktu mau mengambil rok
untuk pesta itu ia bertemu dengan pendetanya, yang lalu memberitakan Injil
kepadanya. Ia menjadi marah, dan tetap pergi ke pesta. Selesai pesta ia pulang,
tetapi tidak merasakan damai. Kata-kata pendetanya terus mendengung di
telinganya. Ia lalu datang kepada pendetanya, dan ia disuruh untuk percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia bertanya: Apa Yesus mau
menerima aku, aku terlalu banyak dosa. Pendeta itu berkata: Datanglah
sebagaimana adamu, Ia mau menerima kamu.
Ia pulang, lalu berdoa kepada Yesus, dan
menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan ia mendapatkan damai dari
Tuhan.
Ia lalu mengambil pena dan kertas dan menulis
syair, yang lalu menjadi lagu yang berjudul ‘Just as I am’ / ‘Sebagaimana adaku’.
Saudara yang kekasih, lakukan apa yang
dilakukan gadis itu. Datanglah kepada Kristus, dan saudara akan mendapatkan
damai yang sejati.
2) Kita
harus taat kepada Yesus.
Mat 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
bebanKupun ringan.’”.
Perhatikan ay 29nya. Memikul kuk berarti kita
harus mentaati Dia! Kalau setelah datang kepada Yesus, kita tidak mau mentaati
Dia, maka hubungan dengan Allah, sekalipun tidak putus, tetapi menjadi
renggang. Dan ini menyebabkan kita kembali tidak damai!
Yes 48:18 - “Sekiranya
engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti
sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti
gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti”.
Kesaksian: saya dulu sering merasa hati
kosong, seperti ada pisau mengiris-iris, padahal kalau dilihat hidup saya seharusnya
bahagia. Tetapi setelah saya datang kepada Yesus, saya mempunyai damai!
Maukah saudara datang / percaya kepada Yesus,
dan mentaatiNya? Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar