pelajaran II
argumentasi Andereas Samudera
1) Yesus juga memberitakan Injil kepada orang mati, dan kita harus meneladani Dia.
a) Di antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus memberitakan Injil kepada orang-orang mati di Hades.
Andereas
Samudera: “Ketika Tuhan Yesus mati
di kayu salib, beberapa kejadian telah terjadi berturut-turut sebagai berikut:
Ketika Ia menyerahkan nyawaNya kepada Bapa, Ia dalam keadaan Roh keluar dari
tubuhnya dan turun ke Hades, disana Yesus memerdekakan orang-orang beriman
Perjanjian Lama dari tempat mereka ditawan (prisoner of war) dan memindahkan
tawanan-tawanan itu ke pangkuan Abraham (Efesus 4:8-9). Sejak saat itu
orang-orang beriman Perjanjian Baru yang mati tidak turun ke Hades tetapi
langsung dibawa malaikat ke atas, ke pangkuan Abraham (Lukas 16:22).
Mat 27:51-53
- Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan
terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah
kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan
menampakkan diri kepada banyak orang.
Sebelum
orang-orang kudus Perjanjian Lama itu dipindahkan ke surga, sempat orang-orang
tawanan yang dimerdekakan ini muncul di kuburan-kuburan dengan tubuh
kebangkitan dan dilihat banyak orang. Tuhan Yesus sendiri masih berada di
alam maut dua malam lamanya untuk mengerjakan pekerjaan lain, yaitu mengabarkan
Injil kepada orang-orang yang di dalam penjara”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 41,43.
Andereas
Samudra:
“6. Injil
dan dunia orang mati
6.1. Pekerjaan
Yesus di dunia orang mati
1Petrus
3:19-20 - ... dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada
roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada
waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu
Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang,
yang diselamatkan oleh air bah itu.
Saya
percaya tak ada aliran gereja yang menolak kebenaran ini, yaitu ketika Tuhan
Yesus menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya di atas kayu salib, Bapa Surgawi telah
mengirim Ia dalam keadaan Roh ke alam maut untuk melakukan 2 hal. Pertama-tama
melepaskan tawanan-tawanan, yaitu orang-orang kudus sebelum Tuhan Yesus, dari
tahanan mereka di alam maut dan yang kedua adalah bahwa Ia memberitakan Injil
kepada orang-orang mati, yaitu kepada orang-orang penjara di Hades.
Injil yang bagaimana yang diberitakanNya? Ada yang menginterpretasikan bahwa itu
bukan Injil yang memberi keselamatan, tetapi sekedar proklamasi kemenangan saja.
Alasannya karena dalam bahasa Grika dipakai kata ‘kerusso’, (to proclaim, to
announce, atau pengumuman) dalam ayat ini, bukan ‘evangelizo’ seperti
pemberitaan Injil untuk orang hidup.
Apa maksud
Injil proklamasi ini? Coba bayangkan kisah seperti ini:
Yesus
turun di Hades, dia mengadakan KKR selama dua malam di dunia orang mati yang
telah terpenjara disana beribu-ribu tahun, dan kira-kira Ia berkata begini:
‘Hai orang-orang mati yang berdosa! Aku datang kemari hendak memberitahu kamu
bahwa Aku telah mengalahkan si iblis dengan ketaatan-Ku kepada perintah Allah.
Sejak sekarang orang-orang di atas bumi sana yang percaya kepada-Ku akan
diselamatkan dari hukuman neraka dan bahkan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak
Allah. Tetapi ini hanya berlaku bagi mereka yang masih hidup sekarang, tidak
untuk kalian. Kalian akan tetap binasa di lautan api karena dosa-dosamu dahulu.
Sekian pengumuman-Ku, selamat tinggal!!!!’
Bila Injil
yang diberitakan tak dapat menyelamatkan orang-orang mati di alam maut,
proklamasi kemenangan Yesus disana hanya akan merupakan ejekan terhadap mereka
yang malang itu. Masakan Yesus jauh-jauh turun ke dasar alam maut hanya untuk
menyampaikan pengumuman semacam itu? Itu kurang pekerjaan namanya! Injil baru
disebut Injil bila itu menyelamatkan orang!
Roma 1:16
- Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, ..................
Petrus
menyatakan bahwa orang mati di alam roh dapat bertobat dan hidup dalam keadaan
berkenan kepada Allah walaupun mereka sudah berada di alam maut:
1Petrus
4:1-6 - Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun
harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena
barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa
-, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia,
tetapi menurut kehendak Allah. Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan
untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup
dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum
dan penyembahan berhala yang terlarang. Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak
turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan
yang sama, dan mereka memfitnah kamu. Tetapi mereka harus memberi pertanggungan
jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang
mati. Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati,
supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh
roh dapat hidup menurut kehendak Allah.
Kepada
siapa Injil diberitakan juga? Kepada orang-orang mati! Apa maksud Allah dengan
memberi kesempatan mereka mendengar Injil? Supaya kepada mereka diberi
kesempatan agar dapat hidup menurut kehendak Allah walaupun sudah tidak memiliki
badan, artinya hidup dalam keadaan roh di dunia orang mati.
Ini adalah
keadilan Allah bagi semua orang!
Roma 2:16
- Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang
kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia,
oleh Kristus Yesus.
In the day
when God shall judge the secrets of men by Jesus Christ according to my gospel
(Rom. 2:16, KJV)
Bukankah
suatu hari kelak semua orang akan diadili menurut Taurat dan Injil? (Roma 2:16;
1Pet 4:5,6). Ia tak mau disalahkan pada hari kiamat kelak bila semua orang mati
dibangkitkan dan diadili menurut Taurat dan Injil. Orang-orang mati yang belum
mendengar Injil semasa hidupnya akan memprotes Tuhan, karena bukan sepenuhnya
salah mereka bahwa mereka tak dengar Injil.
Hukum-hukum
Taurat memang telah ditulis di hati nurani setiap orang (Roma 2:14-15), tetapi
Injil adalah berita yang harus diberitakan!
Roma
10:14,15 - Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak
mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada
yang memberitakanNya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka
tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang
membawa kabar baik!’
Tingkah
laku atau perbuatan tiap orang akan dihakimi menurut hukum Taurat, baik yang
tertulis di hati orang itu atau oleh hukum yang tertulis di atas kitab Taurat,
tetapi hati nurani itu sendiri akan dihakimi menurut Injil Mereka yang belum
mendengar Injil tak mungkin diadili menurut Injil. Itu sebabnya kesempatan
mendengar berita Injil diberikan juga kepada orang-orang mati, sama seperti
kepada orang-orang hidup.
6.2. Tuhan
atas yang hidup dan yang mati
Yesus
Kristus diangkat menjadi Tuhan atas seluruh ciptaan Allah oleh BapaNya, itu
berarti semua ciptaan di alam mautpun ada di bawah pertuanan Tuhan Yesus. Ia
sama-sama menjadi Tuhan yang adil atas semua makhluk baik dalam alam materi ini
maupun di alam roh sana.
Roma
14:8-9 - Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati,
kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab
untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik
atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.
Yesus
mengalami kematian agar ia menjadi Tuhan atas orang mati dan orang hidup. Dua
dunia ini bertuhankan Yesus secara adil dan seimbang. Jadi kesempatan mendengar
Injilpun seharusnya juga seimbang. Mereka yang kukuh mengatakan bahwa Injil
hanya untuk orang hidup saja dan tak ada kesempatan lagi bagi mereka di alam
maut, tak bisa mendukung pendapatnya dengan satu ayatpun!
Ada lagi
yang kukuh berkata bahwa dalam 1Pet 3:20 yang mendengar berita Injil itu hanya
orang-orang yang mati di jaman Nuh saja, tidak kepada orang mati setelah Nuh dan
jaman kini! Coba bayangkan, ketika Tuhan Yesus turun ke alam maut dan
memberitakan Injil di sana selama dua malam sebelum Ia bangkit, kira-kira apakah
Ia membuat sensus dahulu untuk memisahkan orang-orang mati itu, siapa yang
berhak dengar Injil dan siapa yang tidak boleh? Bagaimana dengan Sem, Ham dan
Yafet dan anak-anak mereka, yang mati belakangan sesudah banjir besar itu? Apa
mereka diusir dahulu keluar dari lapangan KKR di alam maut sebelum Tuhan Yesus
berkhotbah? Apa alasannya bahwa Injil hanya untuk sebagian orang mati saja
sedang mereka-mereka yang juga sama-sama mati tapi belum sempat dengar Injil
dari jaman ke jaman tidak diberi kesempatan menerima berita penuh kuasa untuk
menyelamatkan mereka?
Mengapa
Petrus menulis tentang orang-orang mati di jaman Nuh itu, saya percaya karena
jumlah orang mati saat itulah yang merupakan mayoritas, atau karena mereka mati
dalam jumlah masal. Saya percaya milyaran manusia mati di jaman itu”
- ‘Dunia orang mati’, hal 46-51.
b)
Pada jaman sekarangpun Andereas Samudera percaya bahwa Yesus bisa diminta untuk
kembali ke Hades dan memberitakan Injil kepada orang yang sudah mati.
Andereas
Samudera: “Dalam pelayanan saya ke
Jember, di rumah seorang hamba Tuhan, suatu pagi datang seorang nona yang
menangis dengan sangat sedih karena ibunya baru saja meninggal. Ibunya ini masih
memeluk agama Islam dan hingga saat terakhir hidupnya belum sempat Injil
diberitakan kepadanya. Nona itu sendiri sudah dilahirkan baru dan kini
penyesalan yang amat dalam menguasai hatinya karena terbayang bahwa ibunya pergi
ke neraka tanpa Tuhan Yesus. Ia menangis tak terhiburkan. Saya mencoba
menolongnya dengan berbicara di dekat telinga nona ini sementara ia terus
menangis.
‘Jangan
sedih, karena ada Tuhan Yesus yang sanggup menolong anda. Memang selama ibumu
hidup di dunia seharusnya engkau memberitakan Injil kepadanya. Tetapi walaupun
ia telah meninggal dunia, kita tetap dapat meminta Tuhan Yesus memberitakan
Injilnya di dunia orang mati, sebab tertulis di dalam Surat Petrus pasal 3 bahwa
Tuhan Yesus pergi memberitakan Injil di antara orang mati. Juga Ia berkata
kepada kita agar kita meminta apa saja dalam NamaNya maka ia akan melakukannya
untuk kita. Coba ikuti doa saya sekarang.’
Dan ia
mulai mengikuti doa saya sambil menahan tangisnya.
‘Tuhan
Yesus, saya meminta ampun karena saya tidak segera memberitakan Injil kepada ibu
saya selama ia hidup. Tetapi sekarang saya meminta Engkau menjumpai ibu saya dan
Engkau yang memberitakan berita pengampunan dosa itu kepada ibu saya. Tuhan
Yesus, saya percaya Engkau mau turun ke dunia orang mati mengampuni dan menolong
ibu saya agar ia tak masuk ke dalam api neraka, Amin.’
Nona itu
menjadi tenang dan pulang dengan hati yang terhibur. Dalam hal ini saya sama
sekali tidak menjamin bahwa doa nona itu pasti menyelamatkan ibunya dari api
neraka. Yang jelas Tuhan Yesus pasti menjawab doa nona ini untuk menjumpai roh
ibunya. Tetapi bila ibunya jumpa Tuhan Yesus, apakah ia rela percaya kepadaNya
atau tidak, itu masih tergantung sikap sang ibu di alam maut.
Bila ia
percaya ia dapat diselamatkan, tetapi bila ia menolak Tuhan Yesus, tetap ia akan
ke neraka.
Seperti
saya katakan, orang mati tetap memiliki jiwa yang sama seperti waktu ia hidup.
Bila selama hidupnya ia tegar dan menolak Injil, di alam mautpun walaupun jumpa
Yesus sendiri belum tentu ia mau percaya kepadaNya.
Tetapi bila ia di dunia tidak menolak Injil namun terlanjur mati sebelum
mendengar Injil, masih ada kemungkinan besar untuk ia menjadi percaya dan
diselamatkan di alam maut” - ‘Dunia
Orang Mati’, hal 57-59.
Jawaban
saya:
a)
Siapa mengatakan bahwa tidak ada gereja yang menolak ajaran bahwa antara
kematian dan kebangkitanNya Yesus turun ke alam maut untuk membebaskan para
tawanan dan memberitakan Injil di sana? Saya menolak seluruh pernyataan itu
dengan alasan: antara kematian dan kebangkitanNya tubuh Yesus masuk ke kuburan,
tetapi jiwa / rohNya pergi ke Firdaus / surga, sesuai dengan kata-katanya
sendiri dalam Luk 23:43,46.
Luk 23:43
- “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini
juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Luk 23:46 - “Lalu
Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’”.
b)
Kalau antara kematian dan kebangkitanNya Kristus turun ke Hades, maka pada saat
kita mati, kita pasti juga akan turun ke Hades.
Apa yang
Kristus alami merupakan pola dari apa yang akan dialami oleh orang percaya. Ia
mati, dan kitapun akan mati. Ia bangkit dan kitapun akan bangkit (Ro 6:4,5,8
1Kor 6:14 1Kor 15:20-23 2Kor 4:14 Fil 3:21 Kol 2:12
1Tes 4:14). Ia naik ke surga, dan kitapun akan naik ke surga (Yoh 14:2-3
Yoh 17:24 Ef 2:6).
Kalau
ternyata setelah mati Kristus turun ke Hades, maka konsekwensinya adalah: kalau
kita mati, kita juga akan turun ke Hades. Dan ini jelas ngawur, karena
bertentangan dengan Fil 1:23 2Kor 5:1,2,8 Luk 16:22,
yang jelas menunjukkan bahwa orang yang percaya akan langsung masuk surga pada
saat mati.
c)
Orang-orang beriman pada jaman Perjanjian Lama tidak masuk ke Hades tetapi masuk
ke surga (ini saya jelaskan dalam pelajaran III, no 1).
Saya tidak
habis pikir bagaimana Andereas Samudera bisa mengatakan bahwa semua orang kudus
Perjanjian Lama, kecuali Henokh, Abraham, Musa dan Elia, masuk ke Hades dan
dijaga oleh setan. Apa dasarnya mengatakan hal ini? Apakah ke 4 orang itu lebih
hebat dari yang lain? Kalau 4 orang itu masuk ke surga, maka semua orang kudus
yang lain juga harus masuk surga.
d)
Penggunaan Ef 4:8-9 - “Itulah sebabnya kata nas: ‘Tatkala Ia naik
ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan
pemberian-pemberian kepada manusia.’ Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti,
bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.
·
Perhatikan bahwa ayat ini sama sekali tidak
mengatakan bahwa tawanan-tawanan itu adalah orang-orang beriman jaman Perjanjian
Lama yang ada di Hades.
·
Disamping itu, perhatikan bagian yang saya
garis bawahi. Kalau memang tawanan-tawanan itu mau diartikan sebagai orang-orang
beriman jaman Perjanjian Lama yang ada di Hades, maka ayat itu mengatakan bahwa saat
pembebasan mereka bersamaan dengan saat Kristus naik ke surga. Ini tidak
cocok dengan ajaran Andereas Samudera yang mengatakan bahwa orang-orang itu
dibebaskan dahulu, dan Yesus masih tertinggal selama 2 malam di Hades untuk
memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
·
Ayat ini bahkan tidak mengatakan bahwa Yesus
turun ke Hades, karena kata-kata ‘bagian bumi yang paling bawah’
tidak menunjuk kepada Hades, tetapi diartikan sekedar sebagai ‘bumi’.
Bandingkan ini dengan Maz 139:15b dimana kata-kata ‘bagian bumi yang
paling bawah’ juga muncul dan tidak mungkin diartikan sebagai Hades tetapi
harus diartikan ‘bumi’. Dengan demikian Ef 4:9 menjadi mirip dengan
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada
Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia”.
Tetapi John
Stott mengatakan bahwa mungkin kata-kata itu berhubungan dengan perendahan yang
paling rendah yang dialami oleh Kristus yaitu pada waktu Ia disalibkan.
John Stott:
“Perhaps, however, ... Christ descended to the depths of humiliation
when he came to earth. Or possibly the allusion is to the cross, and ‘to the
experience of the nethermost depths, the very agonies of hell which Christ
endured there. Such an interpretation would fit well with Philippians 2:5-11,
where ‘even death on a cross’ describes his deepest humiliation, which was
followed by his supreme exaltation” (= Tetapi mungkin, ... Kristus turun
kepada kedalaman perendahan pada waktu Ia datang ke bumi. Atau mungkin
hubungannya adalah dengan salib, dan ‘pada pengalaman tentang kedalaman yang
paling bawah, penderitaan neraka yang Kristus alami di sana. Penafsiran seperti
itu cocok dengan Filipi 2:5-11, dimana kata-kata ‘bahkan sampai mati di kayu
salib’ menggambarkan perendahannya yang terdalam, yang disusul oleh
pemuliaanNya yang tertinggi) - ‘The Message of Ephesians’, hal
158.
e)
Penggunaan Mat 27:51-53 - “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari
atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota
kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang”.
Ada 2 hal
yang ingin saya persoalkan di sini:
·
Saya pikir adalah lucu kalau ia menggunakan
text ini untuk mendukung pandangannya. Ia sendiri berkata bahwa orang-orang
beriman jaman Perjanjian Lama itu dibebaskan dan dibawa ke ‘pangkuan
Abraham’, tetapi text ini mengatakan orang-orang kudus itu bangkit dan
masuk ke kota kudus / Yerusalem yang ada di dunia ini! Yang mana yang
benar?
·
Hal lain yang aneh dalam penafsiran Andereas
Samudera tentang ayat ini adalah bahwa ia berkata bahwa orang-orang itu bangkit
dengan tubuh kebangkitan. Ini tidak mungkin, karena Kristus adalah orang yang
pertama bangkit dengan tubuh kebangkitan (1Kor 15:20,23 Kol 1:18 Wah
1:5), sedangkan semua orang baru akan mendapatkan tubuh kebangkitan pada
kedatangan Yesus yang keduakalinya (Fil 3:21 1Kor 15:23).
f)
Penggunaan 1Pet 3:18-20 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk
segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia
membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai
manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga
Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada
roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah
tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana
hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.
Ini memang
merupakan ayat yang sangat sukar, dan bahkan mungkin termasuk salah satu ayat
yang paling sukar dalam Kitab Suci, sehingga menimbulkan banyak sekali
penafsiran. Orang sesat memang senang menggunakan ayat sukar, karena bisa
diartikan kemanapun ia menginginkannya.
Menurut saya
arti dari ayat ini adalah Roh Ilahi Yesus (Logos) memberitakan Injil melalui
Nuh, pada jaman sebelum air bah, kepada orang-orang yang hidup pada saat itu.
Jadi, orang-orang itu masih hidup pada saat diinjili, tetapi pada waktu
Petrus menuliskan suratnya ini, mereka sudah mati dan karena itu disebutkan
sebagai ‘roh-roh yang di dalam penjara’. Jadi, ayat ini tidak
mengajarkan adanya penginjilan terhadap orang mati!
Catatan:
kalau mau mempelajari ayat ini secara mendetail, lihat buku saya ‘Penginjilan
Terhadap Orang Mati’, jilid 2, pada bagian pembahasan
1Pet 3:18-20, dimana saya menjelaskan secara panjang lebar
penafsiran-penafsiran yang begitu beraneka ragam tentang text ini.
g)
Penggunaan 1Pet 4:6 - “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan
juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia,
dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah”.
Sama seperti
1Pet 3:18-20, ini merupakan ayat sukar. Ada 3 penafsiran tentang arti
kata-kata ‘orang-orang mati’ dalam 1Pet 4:6 ini:
·
itu diartikan sebagai orang yang mati secara
rohani / mati dalam dosa.
·
itu diartikan betul-betul sebagai orang yang
sudah mati. Jadi terjadi pemberitaan injil kepada orang yang sudah mati. Ini
jelas arti yang diambil oleh Andereas Samudera.
·
sama seperti penafsiran yang saya ambil
tentang 1Pet 3:18-20, orang-orang itu masih hidup pada saat diinjili,
tetapi sudah mati pada waktu Petrus menulis surat ini, sehingga disebutkan
sebagai ‘orang-orang mati’.
Catatan:
kalau mau mempelajari ayat ini secara lebih mendetail, lihat buku saya ‘Penginjilan
Terhadap Orang Mati’, jilid 2, pada bagian pembahasan
1Pet 4:6, dimana ayat ini saya jelaskan panjang lebar.
h)
Apa dasar Kitab Sucinya sehingga Andereas Samudera percaya bahwa pada jaman
sekarangpun Yesus bisa diminta untuk turun ke Hades dan memberitakan Injil
di sana? Sama sekali tidak ada dasar Kitab Suci untuk mendukung pandangan ini,
bahkan 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6pun tidak bisa dipakai untuk mendukung
pandangan ini. Perlu diingat bahwa andaikatapun antara kematian dan
kebangkitanNya Yesus memang turun ke Hades untuk memberitakan Injil di sana, itu
belum tentu menunjukkan bahwa sekarang Ia pasti juga mau melakukan hal yang
sama. Allah / Yesus sering melakukan hal-hal yang tidak pernah Ia ulang,
seperti: penciptaan alam semesta, penghukuman dengan air bah pada jaman Nuh,
penebusan di kayu salib, dan sebagainya.
i)
Kalau Andereas Samudera memang percaya bahwa Yesus memberitakan Injil di Hades,
mengapa ia berkata bahwa ia tidak dengan sengaja memberitakan Injil kepada orang
mati, seperti yang dikatakannya di bawah ini?
Andereas
Samudera: “Ada orang-orang yang
menganggap saya orang yang kurang pekerjaan, sementara masih banyak orang hidup
belum diberitakan Injil, buat apa memberitakan injil kepada orang mati? Jangan
salah mengerti! Saya tidak dengan sengaja mau mengundang orang-orang mati
untuk diinjili! Itu tidak benar. Hanya bila dalam rangka menolong seseorang
keluar dari masalahnya saya melakukan pelayanan inner-healing atau pelepasan,
lalu roh-roh orang mati itu dimunculkan oleh kuasa urapan Roh Kudus, cara yang
paling cepat untuk mengeluarkan roh orang mati ini adalah dengan memberitakan
Injil kepadanya. Bila mereka sekedar diusir-usir keluar saja, biasanya memakan
waktu yang amat lama karena biasanya roh-roh orang mati itu sering bandel karena
ikatan batin dengan si hidup yang amat kuat. Dengan memberitakan Injil kepada
mereka, pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat, sekaligus roh-roh itu
diselamatkan” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 68.
Andereas
Samudera: “Banyak yang bingung
mengapa kami seolah-olah ngotot mengajarkan orang Kristen menginjili orang mati!
Baca baik-baik statement dibawah ini dan diharapkan tidak ada lagi orang yang
mengulang-ulang pertanyaan yang sama terus menerus!
1.
Kami bukan spesialis tukang menginjili orang-orang mati!
Tidak
seperti yang banyak orang bayangkan bahwa kami suka ke kuburan-kuburan dan
mengabarkan Injil disana untuk orang-orang mati. Itu belum pernah dan tak akan
pernah kami lakukan! Kami juga tidak menuntut orang Kristen maupun Gereja
Kristen untuk menginjili orang mati dan kami sendiri juga tidak secara khusus
mencari-cari orang mati untuk diinjili. Kalau ada orang-orang yang melakukan hal
seperti itu, mereka melakukan atas dorongan hati mereka sendiri, bukan karena
kami yang mengajarkannya. Kami juga tidak hanya melakukan penginjilan orang mati
terus menerus seolah-olah itu missi pelayanan kami. ...
2.
Penginjilan terhadap orang mati hanya dilakukan dalam rangka pelayanan
pelepasan.
Dalam
rangka melakukan pelayanan pelepasan terhadap seseorang atau dalam rangka
membersihkan sebuah hunian dari orang-orang mati (haunted houses), kami
menemukan roh-roh orang-orang mati. Kepada mereka sajalah kami memberitakan
Injil karena itu cara termudah menyingkirkan mereka.
...
4.
Menginjili orang mati dalam rangka menolong yang hidup.
...
Penginjilan orang mati adalah dalam rangka melepaskan orang hidup dari kuasa
mereka!!!” - ‘Internet’.
Ini adalah
sikap yang tidak konsisten! Bukankah ia percaya bahwa Yesus harus diteladani
(bdk. Yoh 13:14)? Mengapa ia tidak dengan sengaja menuruti teladan
Tuhan Yesus dalam melakukan penginjilan terhadap orang mati, dan bahkan
mengatakan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah menginjil di
kuburan-kuburan? Ia memang seharusnya mengadakan KKR di kuburan!
Disamping
itu, kalau Andereas Samudera memberitakan Injil kepada roh orang mati hanya
dalam rangka menolong orang hidup, maka sebetulnya ia memberitakan Injil
tanpa kasih kepada roh orang mati yang ia injili itu!
j)
Apa dasarnya Andereas Samudera mengatakan bahwa “orang mati tetap memiliki
jiwa yang sama seperti waktu ia hidup. Bila selama hidupnya ia tegar dan menolak
Injil, di alam mautpun walaupun jumpa Yesus sendiri belum tentu ia mau percaya
kepadaNya”? Mengapa dalam kasus orang kaya dalam Luk 16:19-31, orang
kaya itu kelihatannya menyesal sekali karena dulu ia tidak percaya kepada Yesus?
2) Kita harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada pekerjaan-pekerjaan Yesus (Yoh 14:12).
Andereas
Samudera: “Yohanes 14:12 - Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan
juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari pada itu.
Seorang
anak muda datang kepada saya hendak bertanya secara pribadi.
‘Pak,
saya banyak mendengar tentang bapak, terutama tentang penginjilan di dunia orang
mati. Bagaimana sebenarnya?’
‘Apakah
anda ikut Tuhan Yesus dan mau menjadi muridNya sungguh-sungguh?’
‘Ya,
sungguh-sungguh.’
‘Anda
percaya bahwa anda akan melakukan semua yang Yesus kerjakan, bahkan lebih besar
lagi?’
‘Ya,
saya yakin.’
‘Yesus
dahulu memberitakan Injil Kerajaan Surga. Apakah anda percaya bahwa anda akan
memberitakan Injil yang sama?’
‘Ya,
sekarangpun sudah!’
‘Yesus
dahulu menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati,
dan membuat mujizat-mujizat, apakah anda percaya bahwa anda akan menyembuhkan
orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati dan membuat
mujizat-mujizat dalam namaNya?’
‘Ya,
saya percaya!’
‘Yesus
duduk disebelah kanan Bapa surgawi dan kelak menghakimi malaikat-malaikat,
orang-orang mati dan orang-orang hidup, apakah anda akan bersama Dia duduk
disebelah kananNya dan menghakimi orang mati dan orang hidup juga?’
‘Ya,
saya percaya!’
‘Yesus
turun ke alam maut ketika Ia mati di kayu salib untuk memberitakan Injil di
antara orang mati! Apakah anda ikut juga teladan Tuhan Yesus memberitakan Injil
di antara orang mati? Anda mau ikut dalam semua hal yang dikerjakan Tuhan Yesus,
kecuali yang satu itu bukan?’
Anak muda
itu tak mampu menjawab pertanyaan saya dan hanya tersenyum saja!
Yesus
menjamin bahwa kita akan melakukan semua yang Ia lakukan. Apa yang dilakukan
Yesus? Memberitakan Kerajaan Surga, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan
orang mati, mentahirkan orang kusta, membuat mujizat-mujizat, mati disalib,
turun ke alam maut memberitakan Injil disana, bangkit, naik ke surga, duduk
disebelah kanan Allah, balik lagi memerintah di kerajaan Seribu Tahun,
menghampiri orang hidup dan mati, bertakhta di Langit baru Bumi baru. Anda
percaya bahwa anda akan bersama Yesus dalam semua itu, bukan? (Kecuali dalam hal
memberitakan Injil kepada orang mati? Mustahil!)”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 66.
Jawaban
saya:
a)
Jika Yesus memang turun ke Hades dan memberitakan Injil di sana, dan jika
kita harus melakukan hal-hal yang lebih besar dari yang Yesus lakukan,
maka bukankah sedikitnya kita juga harus memberitakan Injil kepada orang-orang
mati di Hades? Ini baru menyamai pekerjaan Yesus. Kalau mau melebihi
pekerjaan Yesus, mungkin kita harus memberitakan Injil di neraka! Mengapa
Andereas Samudera hanya memberitakan Injil kepada orang mati yang gentayangan di
dunia ini, dan tidak pergi ke Hades / Neraka untuk memberitakan Injil
di sana?
b)
Andereas Samudera berkata: “Hanya dalam beberapa jam seseorang dapat
dibebaskan dari kuasa-kuasa kegelapan lebih banyak dari pada dahulu. Kuncinya
adalah urapan dan pengetahuan tentang kebenaran Alkitab. ...” (‘Dunia
Orang Mati’, hal 12.
Apakah ini
menunjukkan bahwa Andereas Samudera melakukan pekerjaan yang lebih besar dari
pada pekerjaan Yesus? Dari penggambaran Kitab Suci kalau Yesus melakukan
pengusiran setan, jelas tidak dibutuhkan waktu berjam-jam!
c)
Andereas Samudera mengatakan: “Yesus menjamin bahwa kita akan melakukan semua
yang Ia lakukan”.
Ini
betul-betul suatu kegilaan. Yesus menciptakan seluruh alam semesta (Yoh 1:3),
dan menebus dosa kita di atas kayu salib, dan mengkiamatkan / menghancurkan
seluruh alam semesta (Ibr 1:11-12a), dan memperbaharuinya (Wah 21:5).
Apakah Yesus menjamin bahwa kita juga melakukan hal-hal itu?
d)
Arti Yoh 14:12 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku
lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu”.
Orang-orang
Kharismatik pada umumnya sangat senang dengan Yoh 14:12 ini dan mereka
menganggapnya sebagai dasar bahwa mereka bisa melakukan mujijat-mujijat yang
lebih besar dari mujijat-mujijat Yesus. Tetapi apa yang dimaksud oleh Yesus
dengan kata ‘pekerjaan-pekerjaan’? Semua penafsir yang nggenah setuju
bahwa yang dimaksud dengan ‘pekerjaan-pekerjaan’ ini tidak
menunjuk kepada mujijat-mujijat, tetapi kepada pertobatan dari orang-orang yang
dilayani / diinjili. Mengapa? Karena dalam persoalan mujijat, tidak ada
siapapun yang melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak ataupun lebih besar
dari Yesus.
Ini
dinyatakan oleh Yesus sendiri dalam Yoh 15:24 - “Sekiranya Aku tidak
melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan
orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah
melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu”.
Ayat ini
jelas menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang melakukan mujijat sebesar,
sehebat dan sebanyak yang Yesus lakukan.
Thomas
Whitelaw: “Christ claims that His
miracles were superior to any that had been performed by other heaven-sent
prophets” (= Kristus mengclaim bahwa mujijat-mujijatNya lebih besar
/ unggul dari pada mujijat apapun yang pernah dilakukan oleh nabi-nabi utusan
surga yang lain) - ‘Commentary on John’, hal 331.
Dalam
menafsirkan Yoh 14:12 kita tidak boleh menabrak Yoh 15:24! Karena
itulah maka kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ dalam Yoh 14:12 harus
ditafsirkan untuk menunjuk bukan kepada mujijat-mujijat, tetapi kepada hasil
pelayanan / penginjilan.
Perhatikan
komentar-komentar dari banyak penafsir tentang Yoh 14:12 yang saya berikan di
bawah ini:
Adam
Clarke: “Perhaps the greater
works refer to the immense multitude that were brought to God by the ministry of
the apostles. By the apostles was the doctrine of Christ spread far and wide;
while Christ confined his ministry chiefly to the precincts of Judea. It is
certainly the greater miracle of Divine grace to convert the obstinate, wicked
heart of man from sin to holiness. ... Christ only preached in Judea, and in the
language only of that country; but the apostles preached through the most of the
then known world, and in all the languages of all countries. ... I think it
still more natural to attribute the greater works to the greater number of
conversions made under the apostles’ ministry” (= Mungkin pekerjaan-pekerjaan
yang lebih besar menunjuk pada orang banyak yang dibawa kepada Allah oleh
pelayanan rasul-rasul. Oleh rasul-rasul ajaran Kristus disebarkan ke
mana-mana; sedangkan Kristus membatasi pelayananNya terutama pada daerah Yudea.
Pastilah merupakan mujijat yang lebih besar dari kasih karunia ilahi untuk
mempertobatkan hati manusia yang jahat dan tegar tengkuk, dari dosa kepada
kekudusan. ... Kristus hanya berkhotbah di Yudea, dan hanya dalam bahasa negara
itu; tetapi rasul-rasul berkhotbah di seluruh dunia yang dikenal saat itu, dan
dalam semua bahasa dari semua negara. ... Saya berpendapat bahwa adalah lebih
wajar untuk menghubungkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dengan jumlah
pertobatan yang lebih banyak yang dibuat dalam pelayanan rasul-rasul) -
hal 623.
Barnes’
Notes: “The word ‘greater’
cannot refer to that miracles themselves, for the works of the apostles did not
exceed those of Jesus in power. ... But though not greater in themselves
considered, yet they were greater in their effects. They made a deeper
impression on mankind. ... The word ‘works’ here probably denotes not merely
miracles, but all things that the apostles did that made an impression on
mankind, including their travels, their labours, their doctrine, etc.” (= Kata
‘lebih besar’ tidak bisa menunjuk pada mujijat-mujijat itu sendiri, karena
pekerjaan-pekerjaan dari rasul-rasul tidak melampaui pekerjaan-pekerjaan Yesus
dalam kuasa. ... Tetapi sekalipun tidak lebih besar kalau dipertimbangkan
dalam diri mereka sendiri, mereka tetap lebih besar dalam hasil / akibatnya.
Mereka membuat kesan yang lebih dalam pada umat manusia. Kata
‘pekerjaan-pekerjaan’ di sini mungkin tidak hanya menunjuk pada
mujijat-mujijat, tetapi semua hal yang dilakukan oleh rasul-rasul yang
memberikan kesan kepada umat manusia, termasuk perjalanan mereka, pekerjaan /
jerih payah mereka, ajaran mereka, dsb) - hal 334.
Matthew
Poole: “you shall do greater
works than I have done; not more or greater miracles: the truth of that may be
justly questioned; for what miracle was ever done by the apostles greater than
that of raising Lazarus? Much less do I think that it is to be understood of
speaking with divers tongues. It is rather to be understood of their successful
carrying the gospel to the Gentiles, by which the whole world, almost was
brought to the obedience of the faith of Christ. We never read that of Christ
which we read of Peter, viz. his converting three thousand at one sermon”
(= kamu akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang telah
Aku lakukan; bukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih besar:
kebenaran dari hal itu patut dipertanyakan; karena mujijat apa yang pernah
dilakukan oleh rasul-rasul yang lebih besar dari pembangkitan Lazarus? Saya
berpendapat lebih tidak mungkin lagi bahwa ini dimengerti sebagai berbicara
dalam bermacam-macam bahasa. Tetapi ini harus dimengerti sebagai suksesnya
mereka dalam membawa injil kepada orang-orang non Yahudi, dengan mana hampir
seluruh dunia dibawa kepada ketaatan dari iman Kristus. Kita tidak pernah
membaca tentang Kristus apa yang kita baca tentang Petrus, yaitu ketika ia
mempertobatkan 3000 orang dalam satu khotbah) - hal 355.
Leon
Morris (NICNT): “What Jesus means
we may see in the narrative of the Acts. There there are a few miracles of
healing, but the emphasis is on the mighty works of conversion. On the day of
Pentecost alone more believers were added to the little band of believers than
throughout Christ’s entire earthly life. There we see a literal fulfilment of
‘greater works than these shall he do’” (= Apa yang Yesus maksudkan
bisa kita lihat dalam cerita dari Kisah Para Rasul. Di sana ada beberapa mujijat
kesembuhan, tetapi penekanannya adalah pada pekerjaan yang hebat tentang
pertobatan. Pada hari Pentakosta saja lebih banyak orang percaya ditambahkan
kepada rombongan kecil orang percaya dari pada dalam sepanjang kehidupan duniawi
Kristus. Di sana kita melihat penggenapan hurufiah dari ‘ia akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu’) - hal 646.
Pulpit
Commentary: “by Christ’s ERGA
are meant, not merely the supernatural portents, but all the work of his life,
all the healing of souls, all the conversion of souls, all the indubitable
issues of his approach to the heart of man. The great ERGON is salvation from
sin, the gift of righteousness, and the life where before there was moral
death” (= yang dimaksudkan dengan pekerjaan Kristus bukanlah semata-mata
tanda-tanda yang bersifat supranatural, tetapi semua pekerjaan dalam hidupNya,
semua penyembuhan jiwa, semua pertobatan jiwa, semua hasil yang tidak diragukan
dari pendekatanNya pada hati manusia. Pekerjaan yang besar adalah keselamatan
dari dosa, karunia kebenaran, dan hidup dimana sebelumnya ada kematian moral)
- hal 224.
William
Hendriksen: “Christ’s work had
consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed
largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all
probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles.
Such works were of a higher character and vaster in extent. ... the greater
works are the spiritual works. The miracles in the physical realm are
subservient to those in the spiritual sphere: the former serve to prove the
genuine character of the latter. Does Jesus, perhaps, by means of this very
comparison, which places the spiritual so far above the physical, hint that
miracles in the physical sphere would gradually disappear when they would no
longer be necessary?” (= Pekerjaan Kristus terdiri dari banyak
mujijat-mujijat dalam dunia jasmani, dilakukan pada umumnya di antara orang
Yahudi. Pada waktu sekarang Ia berbicara tentang pekerjaan yang lebih besar,
mungkin sekali Ia berpikir tentang pekerjaan-pekerjaan berhubungan dengan
pertobatan dari orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu
bersifat lebih tinggi dan lebih luas. ... pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar
adalah pekerjaan-pekerjaan rohani. Mujijat-mujijat dalam dunia jasmani lebih
rendah dari pada mujijat-mujijat dalam dunia rohani: yang pertama berfungsi
untuk membuktikan keaslian dari yang terakhir. Mungkinkah Yesus, melalui
perbandingan ini, yang menempatkan hal rohani begitu jauh di atas hal jasmani,
mengisyaratkan / memberi petunjuk bahwa mujijat-mujijat dalam dunia jasmani akan
perlahan-lahan hilang pada waktu mereka tidak dibutuhkan lagi?) - hal 273.
Calvin:
“Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful
conversion of the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully
displayed than while he dwelt among men” (= Kenaikan Kristus ke surga
segera disusul oleh pertobatan yang luar biasa dari dunia, dalam mana keilahian
Kristus dinyatakan secara lebih kuat dari pada pada waktu Ia tinggal di antara
manusia) - hal 89.
William
Barclay: “It is quite certain
that in the early days the early Church possessed the power of working cures.
... But it is clear that that is by no means all that Jesus meant; for though it
could be said that the early Church did the things which Jesus did, it certainly
could not be said that it did greater things than he did” (= Adalah cukup
pasti bahwa mula-mula Gereja mula-mula memiliki kuasa untuk melakukan
penyembuhan. ... Tetapi jelas bahwa itu bukanlah semua yang Yesus maksudkan;
karena sekalipun bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula melakukan hal-hal yang
dilakukan Yesus, pastilah tidak bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula itu
melakukan hal-hal yang lebih besar dari yang Yesus lakukan) - hal 164.
William
Barclay: “Think of what Jesus in
the days of his flesh had actually done. He had never preached outside
Palestine. Within his lifetime Europe had never heard the gospel. He had never
personally met moral degradation of a city like Rome. ... It was into that world
the early Christians went; and it was that world which they won for Christ. When
it came to a matter of numbers and extent and changing power, the triumphs of
the message of the Cross were even greater than the triumphs of Jesus in the
days of his flesh. It is of moral re-creation and spiritual victory that Jesus
is speaking” (= Pikirkan tentang apa yang dilakukan oleh Yesus dalam
hidupNya dalam daging. Ia tidak pernah berkhotbah di luar Palestina. Dalam
hidupNya Eropah tidak pernah mendengar Injil. Ia tidak pernah secara pribadi
menjumpai degradasi / penurunan moral dari suatu kota seperti Roma. ... Ke dalam
dunia itulah orang-orang Kristen mula-mula pergi; dan dunia itulah yang mereka
menangkan bagi Kristus. Pada saat yang dipersoalkan adalah jumlah dan luas dan
kuasa yang mengubah, maka kemenangan dari berita tentang Salib adalah lebih
besar dari pada kemenangan Yesus pada waktu Ia hidup dalam dagingNya. Adalah
tentang penciptaan kembali secara moral dan kemenangan rohani yang Yesus
bicarakan) - hal 165.
Saya
memberikan banyak sekali kutipan untuk menunjukkan bahwa semua penafsir, bahkan
termasuk William Barclay yang termasuk penafsir nyeleneh, sependapat dalam hal
ini!
3) Kalau orang yang mati tanpa Injil dibinasakan tanpa memberi mereka kesempatan untuk mendengar Injil, maka Allah tidal adil.
Andereas
Samudera: “Pandangan lain berkenaan
dengan orang mati adalah bahwa orang mati tidak dapat lagi mendengar Injil atau
tidak ada kesempatan lagi bagi orang mati untuk diselamatkan bila semasa hidup
mereka tidak mau mendengar Injil. Tetapi bagaimana dengan mereka-mereka yang
telah mati sebelum sempat mendengar Injil itu diberitakan kepada mereka semasa
hidupnya? Misalnya orang-orang di pedalaman yang jauh dari tempat-tempat
dimana Injil diberitakan. Benarkah mereka tak punya kesempatan lagi untuk
diselamatkan? Kalau begitu Allah tidak adil karena kesempatan mendengar
Injil hanya terdapat di kota-kota yang cukup besar saja. Sampai saat ini
Injil belum juga merata diberitakan di seluruh dunia. Bagaimana kakek dan nenek
moyang anda yang pada jamannya Injil belum sempat menjangkau mereka?” -
‘Dunia Orang Mati’, hal 6-7.
Jawaban
saya:
a)
‘Adil’ tidak harus berarti ‘memperlakukan secara sama rata’.
Perlu diingat
bahwa dalam banyak hal Allah bersikap membedakan (tidak memperlakukan secara
sama rata), misalnya:
·
pada waktu menciptakan sebagai binatang,
manusia atau malaikat.
Calvin:
“Let them answer why they are men rather than oxen or asses. Although it
was in God’s power to make them dogs, he formed them to his own image”
[= Biarlah mereka menjawab mengapa mereka adalah manusia dan bukannya sapi atau
keledai. Sekalipun Allah berkuasa membuat mereka jadi anjing, Ia membentuk
mereka sesuai gambarNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book III, Chapter XXII, no 1.
·
pada waktu Ia memilih Israel dan bukannya
bangsa-bangsa lain.
·
pada saat Ia memberikan penebusan kepada
manusia yang jatuh ke dalam dosa, tetapi tidak kepada malaikat yang jatuh ke
dalam dosa (Ibr 2:16).
·
pada saat ia memberikan talenta kepada
manusia, dimana ada yang diberi 5, ada yang diberi 2, dan ada yang hanya diberi
1 talenta (Mat 25:14-30).
·
pada saat ia memberikan karunia-karunia
kepada orang kristen (1Kor 12:7-11).
Karena itu,
kalau yang dimaksud dengan ‘adil’ adalah bahwa ‘Allah harus
memperlakukan semua orang dengan sama rata’, maka jelas bahwa kita harus
menyimpulkan Allah memang tidak adil.
R. C.
Sproul: “The hue and cry the
Calvinist usually hears at this point is ‘That’s not fair!’ But what is
meant by fairness here? If by fair we mean equal, then of course the protest is
accurate. God does not treat all men equally. Nothing could be clearer from the
Bible than that. God appeared to Moses in a way that he did not appear to
Hammurabi. God gave blessings to Israel that he did not give to Persia. Christ
appeared to Paul on the road to Damascus in a way he did not manifest himself to
Pilate” (= Teriakan-teriakan yang biasanya didengar oleh orang Calvinist
pada titik ini adalah ‘Itu tidak adil!’ Tetapi apa yang dimaksud dengan
keadilan di sini? Kalau yang dimaksud dengan ‘adil’ adalah ‘sama’, maka
tentu protes itu benar. Allah tidak memperlakukan semua orang secara sama. Tidak
ada hal yang bisa lebih jelas dari Alkitab dari pada hal itu. Allah menampakkan
diri kepada Musa dalam suatu cara yang tidak Ia lakukan kepada Hammurabi. Allah
memberi berkat kepada Israel yang tidak Ia berikan kepada Persia. Kristus
menampakkan diri kepada Paulus di jalan ke Damaskus dalam suatu cara yang Ia
tidak nyatakan kepada Pilatus) - ‘Chosen By God’, hal 155.
Tetapi
siapa yang mengatakan bahwa ‘adil’ harus berarti memperlakukan semua orang
dengan sama rata? Perumpamaan dalam Mat 20:1-15 menunjukkan secara jelas bahwa
‘adil’ tidak selalu harus berarti ‘memperlakukan secara sama rata’.
Mat 20:1-15
- “Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi
benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat
dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke
kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada
lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah
kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan
merekapun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula
dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan
mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu
menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada
orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun
anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah
pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk
terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai
bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih
banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka
menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk
terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami
yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi
tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini
sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut
kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”.
Jelas bahwa
tuan itu tidak memperlakukan para pekerja itu secara sama rata, karena ia lebih
bermurah hati kepada pekerja yang masuk belakangan. Tetapi pada waktu pekerja
golongan pertama memprotesnya, ia berkata: “aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau” (Mat 20:13).
Allah mempunyai
hak untuk memberikan Injil kepada seseorang secara jelas, kepada yang lain
secara kurang jelas, dan kepada yang lain lagi sama sekali tidak. Allah tidak
mempunyai kewajiban untuk memberikan Injil kepada setiap orang, dan tidak ada
orang yang mempunyai hak untuk diberi Injil.
Bandingkan
ini dengan Mat 11:20-24 - “Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak
bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya:
‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus
dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu,
sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke
langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika
di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu,
kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada
hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.’”.
Dari text di
atas ini, bisakah saudara menyimpulkan bahwa Allah selalu memberikan perlakuan
yang sama? Kota-kota Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum diberi banyak mujijat.
Tetapi kota-kota Tirus, Sidon, dan Sodom langsung dihancurkan tanpa diberi
mujijat, padahal Yesus sendiri mengatakan bahwa seandainya kota-kota itu diberi
mujijat, mereka pasti bertobat!
Keadilan
Allah tidak ditunjukkan dengan memperlakukan semua kota-kota itu secara sama,
tetapi ditunjukkan dalam penghakiman atas kota-kota itu. Yang menerima terang
lebih banyak akan dihakimi secara lebih berat, sesuai dengan Luk 12:47-48 - “Adapun
hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan
atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak
pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa
yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap
orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan
kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi
dituntut.’”.
b)
Orang yang mati tanpa mendengar Injil akan binasa / masuk neraka.
Ajaran ini
didukung oleh ayat-ayat di bawah ini:
·
Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada
orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia
atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya
yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam
kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya
dari padamu”.
Yeh 3:18 ini
menunjukkan bahwa orang yang tidak mendengar peringatan itu tetap akan mati
dalam kesalahannya.
·
Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang
berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman
Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum
Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum Taurat’. Analoginya,
dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa
tanpa Injil’!
·
Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa
yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat
berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat
percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka
mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini
membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat,
tetapi ia tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya
kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak perneh
mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak
ada yang memberitakan Injil kepadaNya.
Jadi, kalau
tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa mendengar
tentang Dia, sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru
kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan
demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar
tentang Yesus, pasti tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari
pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
Semua
ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mendengar peringatan / injil
akan mati dalam dosanya. Ini tetap adil, karena mereka adalah orang-orang
berdosa dan mereka dihukum sesuai dengan dosa-dosa mereka. Ini tetap adil.
Apanya yang tidak adil? Kalau mereka tidak berdosa dan mereka tetap dihukum,
atau kalau mereka berdosa sedikit dan mereka dihukum seakan-akan dosa mereka
banyak, maka itu tidak adil. Tetapi Allah menghukum mereka sesuai dengan
dosa-dosa mereka. Jadi Allah tetap adil, sekalipun Ia tidak memberikan Injil
kepada seseorang.
Bandingkan
dengan Ro 9:14,15,18 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan
menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan
bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ ... Jadi Ia menaruh belas
kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang
dikehendakiNya”.
Memang text
ini sebetulnya berhubungan dengan doktrin predestinasi, tetapi saya berpendapat
intinya tetap bisa diberlakukan dalam persoalan pemberian Injil kepada
seseorang. Allah berhak untuk memberi atau tidak memberi Injil kepada seseorang!
c)
Tidak ada orang / golongan yang mendapatkan ketidak-adilan dari Tuhan.
Orang-orang
yang mendengar Injil dan bertobat, mendapatkan kemurahan dan belas kasihan
Tuhan. Orang-orang yang mendengar Injil tetapi tidak bertobat, dan
orang-orang yang tidak mendengar Injil sama sekali, mendapatkan keadilan
Tuhan. Biarlah Andereas Samudera menyebutkan orang / golongan mana yang
mendapatkan ketidak-adilan dari Tuhan!
4) Gereja tidak bisa menangani persoalan homosex, dan sebagainya.
Andereas
Samudera: “1Korintus 6:9-11 - ‘Atau
tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang
berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan
penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di
antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu
telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam
Roh Allah kita’.
Banyak
pemburit (homosex) dan banci dikuduskan dalam nama Tuhan Yesus dan dengan kuasa
Roh Kudus pada jaman Paulus. Mengapa sekarang tidak ada gereja Tuhan yang dapat
melepaskan dengan sungguh-sungguh orang banci dan homosex? Karena orang homosex,
lesbian dan banci adalah gejala orang yang kemasukan orang mati yang berlainan
jenis sex. Selama ini saya melihat usaha beberapa hamba Tuhan dalam melayani
orang-orang seperti itu hanya dengan jalan mengisi mereka banyak-banyak dengan
Firman Tuhan. Itu tentu merubah cara hidup mereka yang mau bertobat. Namun
gejala-gejala dan gerak-gerik mereka yang keperempuan-perempuanan, atau
kelaki-lakian tidak berubah sama sekali. Itu ada di dalam jiwa mereka. Ataupun
ada yang coba-coba melakukan pelayanan pelepasan terhadap mereka tetapi tak ada
hasilnya, karena yang ditengking-tengking adalah roh-roh setan saja, sedang
sebenarnya penyebabnya adalah roh orang mati! Penanganan mereka sebagai orang
mati, bukan sebagai setan, akan menghasilkan kelepasan yang sempurna”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 70-71.
Jawaban
saya:
a)
Andereas Samudera mengatakan “Banyak pemburit (homosex) dan banci
dikuduskan dalam nama Tuhan Yesus dan dengan kuasa Roh Kudus pada jaman Paulus. Mengapa
sekarang tidak ada gereja Tuhan yang dapat melepaskan dengan sungguh-sungguh
orang banci dan homosex?”.
Ada 2 hal
yang ingin saya katakan sebagai tanggapan:
·
1Kor 6:11 itu hanya mengatakan ‘beberapa’
bukan ‘banyak’. Jangan mengubah Kitab Suci!
·
Apakah Andereas Samudera sudah mengadakan
survey terhadap gereja-gereja jaman ini, sehingga bisa mengatakan bahwa ‘tidak
ada gereja Tuhan yang dapat melepaskan dengan sungguh-sungguh orang banci
dan homosex’? Atau ia asal ngomong tanpa bukti? Kalau cuma ngomong tanpa
bukti, itu namanya fitnah!
b)
Kitab Suci sendiri tidak pernah mencatat Yesus, Paulus atau rasul-rasul lain
melakukan pelayanan terhadap orang-orang yang homosex dengan cara seperti yang
Andereas Samudera lakukan!
c)
Pengudusan tidak bisa terjadi dalam sesaat, tetapi merupakan proses seumur
hidup.
Kitab Suci
menggambarkan pengudusan sebagai ‘buah Roh’ (Gal 5:22-23). ‘Buah’
pasti mula-mula kecil dan lalu membesar secara perlahan-lahan, lalu mulai matang
secara perlahan-lahan juga. Itulah penggambaran dari pengudusan. Pengudusan
merupakan proses seumur hidup. Pengudusan yang terjadi secara instant
/ seketika, yang terjadi melalui penengkingan setan / roh orang mati,
seperti dalam kasus-kasus yang diceritakan sebagai contoh oleh Andereas
Samudera, tidak sesuai dengan gambaran Kitab Suci tentang pengudusan, dan karena
itu pasti bukan merupakan ‘buah Roh Kudus’, tetapi ‘buah roh
jahat’.
5) Im 20:27 menunjukkan adanya orang yang dirasuk roh orang mati.
Andereas
Samudera: “Imamat 20:27 - Apabila
seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka
dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa
kepada mereka sendiri.
Ternyata
di jaman Musa dahulu ada orang-orang yang dirasuk arwah, yaitu roh orang mati.
Juga roh peramal. Yang kedua ini saya yakin pasti roh setan yang menyesatkan
manusia dengan ramalan-ramalan nasib di masa akan datang. Tetapi arwah adalah
roh orang mati. Dalam King James Bible kata arwah diterjemahkan sebagai
‘familiar spirit’ tetapi dalam Strong Concordance tidak ditemukan kata
Ibrani untuk ‘familiar’. Saya berpendapat bahwa kata ‘familiar’ adalah
tambahan saja oleh penterjemah King James untuk membedakannya dari jenis roh
setan yang lain. Kata ‘spirit’ berasal dari kata Ibrani ‘obe’ yang
dipakai juga pada Ulangan 18:11 dan banyak ayat lain dalam gabungannya dengan
istilah ‘familiar spirit’. Kata ‘obe’ itu sendiri berarti sama dengan
‘awb’ yang berarti ‘bapa / ayah’
Dalam masa
Perjanjian Lama tak ada pelayanan pelepasan. Bila seseorang kerasukan roh orang
mati atau roh peramal, hanya satu saja yang akan mereka alami bila kedapatan,
yaitu dirajam dengan batu sampai mati. Di dalam jaman Perjanjian Baru tak ada
lagi praktek merajam orang yang kerasukan arwah dengan batu. Sekarang Tuhan
memberikan kepada orang-orang Perjanjian Baru kuasa untuk mengusir setan-setan
dan roh-roh najis dari tubuh seseorang dengan Nama Yesus. Orang-orang yang
dirasuk arwah, bila tak dilepaskan, nasib hidupnya akan selalu seperti ditimpa
oleh batu, banyak sengsara dan penderitaan, seperti yang dialami ibu yang saya
doakan itu. Setelah pelayanan pelepasan, ibu itu dengan segera mengalami
pencurahan berkat-berkat yang luar biasa. Ia dapat membeli rumah sendiri di
Bandung untuk tempat tinggal keluarganya dan usahanya maju karena diberkati
Tuhan” - ‘Dunia Orang Mati’, hal
19-21.
Jawaban
saya:
a)
Dalam Kitab Suci ada banyak ayat yang berbicara tentang ‘pemanggil arwah’,
seperti 1Sam 28:3b,7a.
1Sam 28:3b:
“Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan
roh peramal”.
KJV: ‘those
that had familiar spirits, and the wizards’ (= mereka yang
mempunyai roh-roh yang akrab / dikenal, dan tukang-tukang sihir).
Kata Ibrani
yang diterjemahkan ‘pemanggil arwah’ adalah OB / OV (dan kata ini
juga yang digunakan dalam Im 20:27), dan di sini digunakan bentuk
jamaknya, yaitu OBOTH / OVOTH.
Keterangan:
Huruf kedua dalam abjad bahasa Ibrani, kalau diberi titik (yang disebut dengan
‘dagesh’) di tengah-tengahnya (B)
maka dibaca BETH, sedangkan kalau tidak diberi titik di tengah-tengahnya (b)
maka dibaca VETH. Jadi di sini seharusnya dibaca OV (bentuk tunggalnya) dan
OVOTH (bentuk jamaknya). Tetapi dalam penulisan (transliterasi) biasanya baik B
maupun b
tetap ditulis dengan B.
1Sam 28:7a:
“Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: ‘Carilah bagiku seorang
perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan
meminta petunjuk kepadanya.’”.
KJV: ‘a
woman that hath a familiar spirit’ (= seorang perempuan yang
mempunyai roh yang akrab / dikenal).
Terjemahan
hurufiah: ‘owner of an OB’ (= pemilik dari suatu OB).
b)
Apa artinya OB?
Kata bahasa
Ibrani OB, yang diterjemahkan ‘familiar spirit’ (= roh yang akrab /
dikenal) oleh KJV, dan ‘pemanggil arwah’ oleh Kitab Suci Indonesia
(dalam 1Sam 28:3,7), merupakan suatu kata yang kabur / bermacam-macam
artinya.
1.
Ada yang mengartikan sebagai ‘botol kulit / kirbat’.
Keil &
Delitzsch tentang Im 19:31:
“The
word is connected with OB, a skin” (=
Kata itu berhubungan dengan OB, yang berarti ‘kulit’)
- hal 425.
Bahwa kata
ini memang bisa diterjemahkan ‘botol kulit / kirbat’, terlihat dari
fakta bahwa bentuk jamak dari kata OB ini, yaitu OBOTH, muncul dalam Ayub 32:19
dan diterjemahkan ‘kirbat’.
Ayub 32:19
- “Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa,
seperti kirbat baru yang akan meletup”.
KJV: ‘bottles’
(= botol-botol).
Mungkin
saudara merasa heran dengan arti ‘botol kulit / kirbat’ ini. Apa
hubungannya dengan ‘arwah’ atau ‘pemanggil arwah’?
Perhatikan kedua kutipan di bawah ini:
·
Pulpit Commentary:
“‘Familiar spirits.’ Hebrew, OBOTH, the plural of OB, a leathern
bottle. It is generally taken to refer to the distended belly of the
conjurer, into which the summoned spirit of the dead was supposed to enter, and
thence speak; for which reason the Septuagint render the word
‘ventriloquist,’ and is followed by most modern commentators” (=
‘Roh-roh yang akrab’. Ibrani: OBOTH, bentuk jamak dari OB, yang berarti
suatu botol kulit / kirbat. Ini biasanya dianggap menunjuk pada perut
yang menggelembung dari tukang sihir, ke dalam mana dianggap roh dari orang mati
yang dipanggil masuk, dan kemudian berbicara; dan karena itu Septuaginta
menterjemahkan kata itu dengan istilah ‘pembicara perut’, dan diikuti oleh
banyak penafsir-penafsir modern) - hal 521.
·
Barnes’ Notes tentang Im 19:31:
“‘familiar
spirits.’ Literally, ‘bottles.’ This application of the word is supposed
to have been suggested by the tricks of ventriloquists, within whose bodies
(as vessels or bottles) it was fancied that spirits used to speak”
[= ‘roh yang akrab / dikenal’. Secara hurufiah: ‘botol’. Penggunaan kata
ini diduga ditimbulkan oleh trik / permainan / muslihat dari pembicara perut, di
dalam tubuh siapa (seperti bejana atau botol) dikhayalkan bahwa roh-roh biasa
berbicara] - hal 158.
2.
Ada yang mengartikan sebagai ‘pemanggil arwah’ (1Sam 28:3) atau
sebagai ‘roh orang mati’ (1Sam 28:7 - lihat KJV).
E. J.
Young: “bvx
- A necromancer who calls up the dead. The word may also refer to a ghost
itself, as in Isa. 29:4” [= bvx
(OB) - Seorang peramal yang memanggil orang mati. Kata itu juga bisa menunjuk
kepada roh orang mati itu sendiri, seperti dalam Yes 29:4]
- ‘The Book of Isaiah’, vol I, hal 318 (footnote).
3.
Ada yang menghubungkan dengan kata ‘bapa’ dalam bahasa Ibrani.
G. J.
Wenham (NICOT): “‘Spirits’
(‘obot) has been taken to refer to the woman who summoned up the spirits of
the dead, usually by digging a pit and placing various offerings in it to entice
the spirit. The method used in Israel is described in 1Sam. 28:7ff. (cf. Isa.
29:4). More probably ‘obot is a derogatory spelling of ‘abot (‘fathers’)
and means ‘spirits of ancestors’ who live on in the underworld” [=
‘Roh-roh’ (‘obot) diartikan menunjuk kepada perempuan yang memanggil
roh-roh orang mati, biasanya dengan menggali sebuah lubang dan memberikan
bermacam-macam persembahan di dalamnya untuk memikat roh tersebut. Metode yang
digunakan di Israel digambarkan dalam 1Sam 28:7dst. (bdk. Yes 29:4).
Lebih mungkin ‘obot adalah pengejaan yang bersifat menghina dari kata ‘abot
(bapa-bapa) dan berarti ‘roh-roh dari nenek moyang’ yang hidup / tinggal di
dunia orang mati] - ‘The Book of Leviticus’, hal 273.
Catatan:
Kata ‘bapa’ dalam bahasa Ibrani adalah bxA
(AB / AV), dan bentuk jamaknya adalah tObxA (ABOT / AVOT).
c)
Terlihat dengan jelas bahwa Andereas Samudera mengunakan bahasa Ibrani, tanpa
sedikitpun mengerti bahasa itu, sehingga mengeja / membacanya saja sudah salah.
Memang Strong Concordance menuliskan ‘obe’ dan ‘awb’,
tetapi itu salah, karena seharusnya adalah OB / OV dan AB / AV.
Komentarnya
tentang ‘familiar spirit’ (KJV) juga ngawur secara total. Sama sekali
tidak benar bahwa kata OB diterjemahkan ‘spirit’ dan bahwa kata ‘familiar’
merupakan tambahan saja, untuk membedakannya dengan setan. Yang benar adalah
bahwa kata OB itu oleh KJV diterjemahkan sebagai ‘familiar spirit’.
Ingat bahwa kata ‘spirit’ dalam bahasa Ibrani adalah RUACH, bukan OB.
Juga tidak
benar kalau dikatakan bahwa kata OB itu sama artinya dengan kata AB (=
bapa). Lihat penjelasan saya pada point b) no 3. di atas. Kelihatannya penafsir
di atas hanya mengatakan bahwa mungkin kata itu diturunkan dari kata AB (= bapa)
itu, tetapi bukannya berarti sama.
d)
Im 20:27 itu salah terjemahan.
Im 20:27
versi Kitab Suci Indonesia itu salah terjemahan, dan kesalahan terjemahan
tersebut justru digunakan oleh Andereas Samudera untuk mendukung ajarannya.
Im 20:27
- “Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah
atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari
dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri”.
Kata ‘dirasuk’
itu merupakan penterjemahan yang ngawur sama sekali! Bandingkan dengan
terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘that
hath a familiar spirit’ (= yang mempunyai roh yang akrab /
dikenal).
Terjemahan
hurufiah dari Im 20:27a adalah: ‘Jika seorang laki-laki atau seorang
perempuan di antara mereka adalah seorang OB, ....’.
Kelihatannya
di sini kata OB itu harus diterjemahkan ‘pemanggil arwah’.
Jelas
bahwa yang dimaksudkan oleh Im 20:27 ini adalah orang yang secara sengaja
mempunyai kuasa gelap, bukan orang yang secara tidak sengaja kerasukan
setan / roh orang mati, seperti yang ditafsirkan oleh Andereas Samudera. Adanya
hukuman mati untuk orang seperti membuktikan kata-kata saya. Tidak mungkin bahwa
hukuman mati harus diberikan kepada orang yang kerasukan secara tak sengaja!
e)
Andereas Samudera berkata bahwa dalam Perjanjian Lama tidak ada pelayanan
pelepasan dan karena itu orang seperti itu dihukum mati / dirajam. Tetapi dalam
Perjanjian Baru sudah ada pelepasan sehingga tidak perlu lagi menghukum mati
orang seperti itu. Ini juga bukan main ngawurnya, karena:
·
Dalam Perjanjian Lama bukannya tidak ada
pelepasan!
Kis 19:13
- “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di
negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh
jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang
diberitakan oleh Paulus.’”.
Dalam
tafsirannya tentang Kis 19:13 ini Pulpit Commentary berkata:
“The
words should be construed together, ‘strolling Jewish exorcists.’ That
certain Jews in our Saviour’s time exorcised evil spirits appears from Matt.
12:27; Luke 9:49. We learn also from Josephus, ‘Ant. Jud.,’ viii. 2, 5,
that forms of exorcism, said to have been invented by King Solomon, so
efficacious that the devils cast out by them could never come back, were
used with great effect in his days” (=
Kata-kata itu seharusnya ditafsirkan bersama-sama, ‘pengusir setan Yahudi
yang berjalan keliling’. Bahwa orang-orang Yahudi tertentu pada jaman
Juruselamat kita mengusir roh-roh jahat terlihat dari Mat 12:27; Luke 9:49.
Kita juga belajar / tahu dari Josephus, ‘Ant. Jud.,’ viii. 2, 5, bahwa bentuk-bentuk
pengusiran setan dikatakan telah ditemukan oleh Raja Salomo, begitu mujarab /
manjur sehingga setan-setan yang diusir oleh mereka tidak pernah bisa kembali,
digunakan dengan hasil yang besar pada jamannya)
- hal 116.
Bandingkan
juga dengan Mat 12:27 - “Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?”.
Kontex dari
ayat ini adalah bahwa pada waktu Yesus mengusir setan yang merasuk seseorang, Ia
dituduh menggunakan kuasa Beelzebul. Yesus lalu menjawab dengan kata-kata dalam
Mat 12:27 itu. Dari kata-kata itu terlihat dengan jelas bahwa dalam
kalangan Yahudi memang ada pengusir-pengusir setan, dan ini diakui oleh
orang-orang Farisi sebagai orang-orang yang menggunakan kuasa Tuhan.
Dalam
tafsirannya tentang Mat 12:27 ini William Hendriksen berkata:
“There
were others besides Jesus and his disciples who claimed to possess the power to
expel demons. That occasionally such successful conjuration of evil spirits by
the ‘sons’ or disciples of the Pharisees may actually have occurred need not
be disputed” (= Ada orang-orang lain
selain Yesus dan murid-muridNya yang mengclaim bahwa mereka mempunyai
kuasa untuk mengusir setan. Bahwa kadang-kadang pengusiran roh-roh jahat oleh
‘anak-anak’ atau murid-murid orang-orang Farisi betul-betul bisa terjadi
tidak perlu diperdebatkan) - hal 525.
Dalam
tafsirannya tentang Mat 12:27 ini Matthew Poole berkata:
“Others
think that they invocating the God of Abraham, Isaac, and Jacob, God might
honour them so far, as upon that invocation to command the devil out of persons.
Origen and Justin Martyr both tell us, that there were some that used that form
with such success” (= Orang-orang lain
berpendapat bahwa mereka menyebut / memanggil Allah Abraham, Ishak dan Yakub,
dan Allah menghormati mereka sedemikian rupa, sehingga karena penyebutan nama
itu memerintahkan setan keluar dari orang-orang. Origen dan Justin Martyr
keduanya menceritakan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggunakan formula
/ cara itu dengan sukses) - hal 56.
Dalam
tafsirannya tentang Mat 12:27 ini Calvin berkata:
“By
‘your children’ ... I have no doubt that he means the ‘Exorcists,’ who
were at that time generally employed among the Jews, as is evident from the Acts
of the Apostles, (19:19.) ... There was indeed no statute of the Law for having
Exorcists among the Jews; but we know that God, in order to maintain their
fidelity to his covenant, and their purity of worship, often testified his
presence among them by a variety of miracles. It is even possible that there
were persons who cast out devils by calling on the name of the Lord”
[= Dengan ‘anak-anakmu’ ... Saya tidak meragukan bahwa Ia memaksudkan
‘Pengusir-pengusir setan’, yang pada saat itu biasanya bekerja / melayani di
antara orang-orang Yahudi, seperti nyata dari Kisah Para Rasul (19:19). ...
Memang tidak ada undang-undang dalam hukum Taurat tentang adanya
pengusir-pengusir setan di antara orang-orang Yahudi; tetapi kita tahu bahwa
Allah, untuk menjaga kesetiaan mereka pada perjanjianNya, dan kemurnian ibadah /
penyembahan mereka, sering memberi kesaksian tentang kehadiranNya di antara
mereka dengan bermacam-macam mujijat. Bahkan merupakan sesuatu yang mungkin
bahwa di sana orang-orang yang mengusir setan dengan memanggil / menyebut nama
Tuhan] - hal 69.
Catatan:
saya kira yang Calvin maksudkan bukanlah Kis 19:19 tetapi Kis 19:13,
yang sudah saya bahas di atas.
·
Perjanjian Baru membatalkan banyak hukuman
mati dalam Perjanjian Lama, misalnya dalam kasus perzinahan (bdk. Yoh 7:53-8:11).
Ingat bahwa jaman Perjanjian Baru memang adalah jaman kasih karunia, dan
disamping itu pada jaman Perjanjian Baru, Israel ada di bawah penjajahan Romawi,
sehingga mereka tidak mempunyai hak untuk menjatuhkan hukuman mati (bdk. Yoh 18:31).
Karena itu, pada waktu mereka mau membunuh Yesus mereka membawaNya kepada
Pontius Pilatus dan mendesak dia untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus.
Pada waktu orang-orang Yahudi merajam Stefanus sampai mati, mereka melanggar
larangan ini.
Jadi,
kata-kata Andereas Samudera, bahwa dalam Perjanjian Baru hukuman mati terhadap
orang yang kerasukan itu dibatalkan karena sudah adanya kuasa untuk melakukan
pelepasan, adalah suatu omong kosong!
6) Adanya larangan untuk meminta petunjuk kepada arwah (Ul 18:9-14), menunjukkan bahwa hal itu bisa dilakukan.
Andereas
Samudera: “Ulangan 18:9-14 - Apabila
engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka
janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan
bangsa-bangsa itu. Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang
mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam
api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah,
seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah
atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati
...... dst.
Adanya
larangan untuk meminta petunjuk kepada arwah, menunjukkan bahwa praktek ini
sebenarnya dapat dilakukan. Buat apa larangan dikeluarkan bila memang yang
dilarang itu tak mungkin dilakukan? Misalnya seorang menaruh tulisan ‘Dilarang
Masuk’ di pintu, itu berarti bila ada orang yang nekad melanggarnya, pintu itu
tentu dapat dimasuki. Tetapi bila larangan itu ditempel di tembok yang rata dan
padat, itu pasti hanya lelucon orang iseng saja, sebab tak mungkin orang dapat
masuk tembus tembok. Jadi larangan mengundang arwah itu justru memberi tahu
kepada kita bahwa mengundang arwah itu sebenarnya dapat dilakukan manusia. Jadi
orang mati dapat diundang untuk memberi petunjuk. Tetapi Allah membenci dan
melarang praktek seperti ini” -
‘Dunia Orang Mati’, hal 21.
Jawaban
saya:
Larangan
meminta petunjuk kepada roh orang mati memang menunjukkan bahwa orang bisa meminta
petunjuk kepada roh orang mati, tetapi apakah ia betul-betul mendapatkan
petunjuk dari roh orang mati, atau apakah roh orang mati itu betul-betul bisa
memberi petunjuk kepada orang hidup, itu adalah persoalan yang lain. Ini sama
dengan 2 contoh yang saya berikan di bawah ini.
a)
Larangan meminta petunjuk kepada berhala.
Yes 19:3
- “semangat orang Mesir menjadi hilang, dan rancangannya akan Kukacaukan;
maka mereka akan meminta petunjuk kepada berhala-berhala dan kepada
tukang-tukang jampi, kepada arwah dan kepada roh-roh peramal”.
Yes 19:3
ini selain mengecam orang yang meminta petunjuk kepada arwah / roh orang mati,
juga mengecam orang yang meminta petunjuk kepada berhala. Jadi orang dilarang
minta petunjuk kepada berhala, dan yang melakukan dihukum mati (2Raja 1:3,6,16),
tetapi ini tidak berarti bahwa orang bisa mendapatkan petunjuk dari berhala,
karena Tuhan sendiri berkata bahwa berhala / patung itu tidak dapat berbuat
apa-apa, seperti pada ayat-ayat di bawah ini:
·
Ul 4:28 - “Maka di sana kamu akan
beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak
dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat
mencium”.
·
Maz 115:4-8 - “Berhala-berhala
mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi
tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai
telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat
mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki,
tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan
kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua
orang yang percaya kepadanya”.
·
Yes 41:21-24 - “Ajukanlah
perkaramu, firman TUHAN, kemukakanlah alasan-alasanmu, firman Raja, Allah Yakub.
Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat
yang dahulu, beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau
hal-hal yang akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui
kesudahannya! Beritahukanlah hal-hal yang akan datang kemudian, supaya kami
mengetahui, bahwa kamu ini sungguh allah; bertindak sajalah, biar secara baik
ataupun secara buruk, supaya kami bersama-sama tercengang melihatnya!
Sesungguhnya, kamu ini adalah seperti tidak ada dan perbuatan-perbuatanmu adalah
hampa; orang yang memilih kamu adalah kejijikan”.
·
Yer 10:5 - “Berhala itu sama
seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus
mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab
berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat”.
b)
Larangan mendapatkan ramalan berdasarkan posisi bintang (horoscope / Astrology).
Yes 47:13-14
- “Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan
menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang
menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan
apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang
dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api
itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang!”.
Kelihatannya
ayat ini mengecam peramal yang menggunakan posisi bintang (horoscope /
Astrology). Sebetulnya, apakah Astrology / horoscope itu?
Dr. Kurt
Koch: “Astrology is the
interpretation of human destiny, and a man’s future, by reference to the
position of the stars at the moment of his birth” (= Astrology adalah
penafsiran nasib manusia, dan masa depan manusia, berkenaan dengan posisi dari
bintang-bintang pada saat kelahirannya) - ‘Occult ABC’, hal 18.
Sekarang
pertanyaannya adalah: apakah adanya pengecaman atau larangan dalam Yes 47:13-14
ini menunjukkan bahwa seseorang memang bisa mendapat petunjuk dengan
memperhatikan posisi bintang-bintang? Ini jelas omong kosong, karena kalau nasib
seseorang memang ditentukan oleh posisi bintang-bintang pada waktu ia
dilahirkan, maka orang yang lahir pada saat yang sama nasibnya juga akan sama,
padahal fakta tentu tidaklah seperti itu.
7) Roh Samuel bisa dipanggil oleh Saul.
Andereas
Samudera: “1Samuel 28:11-15 - Sesudah
itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul
kepadamu?’ Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’ Ketika
perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu
perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku?
Engkau sendirilah Saul!’ Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut;
tetapi apakah yang kaulihat?’ Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat
sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi.’ Kemudian bertanyalah ia kepada
perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul,
berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu
berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah. Sesudah
itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan
memanggil aku muncul?’ ........
Perhatikanlah
kata-kata yang digaris bawahi di atas. Siapakah yang mengatakan bahwa roh itu
roh Samuel? Ada yang mengatakan itu adalah kata-kata si wanita En-Dor, ada yang
bilang itu kata-kata Saul. Yang berkata demikian pasti seseorang yang tak
terlalu baik pengetahuan tatabahasa Indonesianya! Jadi siapakah yang mengucapkan
kata-kata yang digaris bawahi di atas?
‘Maka
tahulah Saul, bahwa itulah Samuel’
‘Sesudah
itu berbicaralah Samuel kepada Saul’
Jelas itu
adalah penulis kitab Samuel ini. Siapakah dia? Tentu bukan Samuel atau Saul atau
perempuan En-Dor ini, tetapi jurutulis Samuel. Mungkin ia adalah seorang murid
Samuel atau bisa jadi seorang penulis sejarah yang diilhami oleh Roh Kudus. Yang
jelas ia seorang yang paham dunia roh, sebab ia tahu betul bedanya antara Roh
TUHAN dan roh jahat yang merasuk Saul. (1Sam.16:4). Penulis ini adalah
pelapor atau reporter yang berusaha memberi tahu pembacanya bahwa itu adalah roh
Samuel. Interpretasi banyak penelaah Alkitab pada umumnya mengatakan bahwa itu
bukan roh Samuel tetapi roh setan yang menyamar sebagai Samuel. Alkitab tidak
berkata demikian, tetapi mereka menambah-nambahi dengan interpretasi sendiri.
Mereka tak mau percaya dan maunya berbantah-bantah dengan si pelapor. ... Jangan
pula suka berbantah-bantah dengan penulis Alkitab dan membuat interpretasi
sendiri, anda akan tersesat sendiri! Terimalah berita yang ditulis pengarang
Alkitab itu dengan terbuka, maka anda akan mendapat pengetahuan tentang
dunia roh dengan benar. Ternyata orang mati dapat dipanggil keluar dari Hades
oleh orang hidup, terbukti di sini. Mengapa Samuel, seorang Hamba Allah mau
dipanggil seorang medium? Hampir semua orang kudus di jaman Perjanjian Lama
harus masuk ke Hades dan menjadi tawanan perang (Prisoner of War) si Iblis,
sampai mereka dimerdekakan oleh Tuhan mereka yang mengalahkan si Iblis dengan
ketaatanNya kepada kehendak Allah dengan kematian di kayu salib. Si Iblis,
penjaga penjara itu dengan senang hati mengijinkan mereka keluar bila diminta
oleh hamba-hambanya, para pemanggil arwah. Tentu saja dengan maksud agar terjadi
penyesatan dan pelanggaran larangan Allah. Ini mengakibatkan orang hidup itu
dinajiskan tubuhnya oleh hadirnya roh orang mati. ... Lebih jelas lagi bila anda
baca sebabnya Saul dibunuh Tuhan, kali ini ditulis pengarang Alkitab yang lain
yakni penulis sejarah di istana raja.
1Tawarikh
10:13-14 - Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia
terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga
karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk
TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud
bin Isai.
Pengarang
Tawarikh juga menyebutkan bahwa kematian Saul adalah karena dosa meminta
petunjuk kepada arwah, bukan kepada setan yang menyamar menjadi Samuel! Sebaiknya
anda mulai mempercayai perkataan-perkataan dalam Alkitab anda tanpa
menambah-nambahi dengan interpretasi sendiri. Kalau itu benar setan yang
menyamar seperti Samuel, tentu Alkitab akan berkata bahwa Saul telah meminta
petunjuk dari setan-setan atau setan yang menyamar menjadi Samuel. Alkitab tidak
akan menyesatkan anda dengan bahasa yang rancu dengan harus menginterpretasi
satu kata ke dalam kata yang lain dengan arti yang berbeda. Kalau tiap kata
di Alkitab harus diinterpretasi seperti itu, siapa yang mampu memahami Alkitab
ini? Dengan kata lain, bisa saja orang menginterpretasi bahwa Yesus yang
digantung di kayu salib itu sebenarnya bukan Yesus tetapi Yudas Iskariot!”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 27-30.
Jawaban
saya:
a)
Kalau penulis kitab Samuel menuliskan bahwa itu adalah Samuel (1Sam
28:12,14,15,16,20), itu tidak / belum membuktikan bahwa itu benar-benar adalah
Samuel. Mengapa? Karena para penulis Kitab Suci memang sering menuliskan
berdasarkan kelihatannya, bukan berdasarkan fakta. Saya akan
memberi beberapa contoh:
·
Kej 1:16 - “Maka Allah menjadikan kedua
benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang
dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang”.
Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan:
*
bulan disebut sebagai salah satu dari dua
benda penerang (Terjemahan hurufiah: ‘the two lights’), padahal kita
tahu bahwa sebetulnya bulan itu benda gelap, yang tidak mengeluarkan terang dari
dirinya sendiri tetapi hanya memantulkan terang dari matahari. Tetapi karena kelihatannya
bulan memberi terang, maka disebut ‘benda penerang’.
*
matahari dan bulan disebut sebagai benda
penerang yang besar, dan lalu disebutkan bintang-bintang, sehingga secara implicit
matahari dan bulan lebih besar dari bintang-bintang. Padahal kita tahu bahwa
bintang-bintang itu jauh lebih besar dari matahari, apalagi dari bulan. Tetapi
karena kelihatannya bintang-bintang itu lebih kecil dari matahari maupun
bulan, maka disebutkan demikian.
· Beberapa
ayat menunjukkan bahwa matahari mengelilingi bumi, seperti:
* Maz 19:5b-7
- “Ia memasang kemah di langit untuk matahari, yang keluar bagaikan
pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang
hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar
sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya”.
* Pengkhotbah
1:5 - “Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat
ia terbit kembali”.
Kedua ayat
ini seolah-olah mengajarkan bahwa matahari
mengelilingi bumi. Kita semua tahu bahwa sebetulnya bumi yang mengelilingi
matahari, dan bumi ini berputar pada porosnya. Tetapi karena kelihatannya
matahari yang bergerak mengelilingi bumi, maka disebutkan demikian.
Bandingkan
juga dengan Yos 10:12-13 - “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada
hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di
hadapan orang Israel: ‘Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan,
di atas lembah Ayalon!’ Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak
bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah
hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di
tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh”.
Tidak
dikatakan oleh penulis sejarah Kitab Suci ini bahwa bumi berhenti berputar pada
porosnya, tetapi dikatakan mataharinya yang berhenti. Mengapa? Karena kelihatannya
demikian.
·
Simon tukang sihir dikatakan ‘menjadi
percaya’ (Kis 8:13), tetapi dari kata-kata Petrus kepadanya dalam Kis
8:20-23 terlihat jelas bahwa Simon belum percaya. Lalu mengapa Lukas sebagai
penulis Kisah Para Rasul mengatakan Simon ‘menjadi percaya’? Karena kelihatannya
demikian, dan karena Simon mengaku demikian.
·
Dalam Yoh 2:23 dikatakan banyak orang
percaya kepada Yesus, tetapi dari Yoh 2:24-25 yang berbunyi: “Tetapi
Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal
mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya
tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”,
terlihat dengan jelas bahwa orang-orang itu sebetulnya tidak percaya. Lalu
mengapa rasul Yohanes mengatakan bahwa orang banyak itu percaya? Karena kelihatannya
demikian, dan karena mereka mengaku percaya.
Dari
contoh-contoh ini terlihat jelas bahwa Kitab Suci memang sering
menuliskan bukan berdasarkan fakta, tetapi berdasarkan kelihatannya
atau berdasarkan pengakuan dari orang yang bersangkutan. Jadi, kalau
penulis kitab Samuel menyebutkan sebagai Samuel, itu belum tentu merupakan
fakta. Bisa saja ia menulis demikian karena ‘orang’ itu mengaku sebagai
Samuel.
Saya ingin
menambahkan: kalau Andereas Samudera selalu mau menafsirkan apa adanya seperti
yang dikatakan Kitab Suci, maka saya ingin bertanya:
¨ bagaimana
ia menafsirkan kata-kata ‘sesuatu yang ilahi muncul dari dalam
bumi’ dalam 1Sam 28:13, yang dalam bahasa Ibraninya adalah ‘ELOHIM
/ Allah muncul dari dalam bumi’? Apakah ia menafsirkan seperti apa adanya,
dan menganggap bahwa perempuan / tukang sihir itu melihat Allah sendiri muncul
dari dalam bumi?
¨ bagaimana
ia menafsirkan perintah untuk mencungkil mata, memotong tangan / kaki yang
menyesatkan kita dalam Mat 5:29-30? Apakah ia menafsirkan perintah ini apa
adanya?
¨ bagaimana
ia menafsirkan perintah untuk memberikan pipi kiri kepada orang yang menampar
pipi kanan dalam Mat 5:39? Apakah ia betul-betul menafsirkan bahwa kita
harus secara hurufiah memberikan pipi kiri untuk ditampar lagi, atau sekedar
menafsirkan bahwa kita tidak boleh membalas pada waktu ditampar?
¨ bagaimana
ia menafsirkan ayat-ayat yang menunjuk kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus
Kristus, yang boleh dikatakan selalu mengatakan bahwa Ia telah menjadi daging,
misalnya:
*
Yoh 1:14 (KJV/Lit): ‘And the Word
was made flesh, and dwelt among us, ...’ (= Dan Firman itu telah
dijadikan daging, dan diam / tinggal di antara kita, ...).
*
1Yoh 4:2 (KJV/Lit): ‘Hereby know ye
the Spirit of God: Every spirit that confesseth that Jesus Christ is come in the
flesh is of God:’ (= Demikianlah kamu mengetahui Roh Allah: Setiap
roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging adalah
dari Allah).
*
2Yoh 7 (KJV/Lit): ‘For many
deceivers are entered into the world, who confess not that Jesus Christ is come
in the flesh. This is a deceiver and an antichrist’ (= Karena
banyak penipu telah masuk ke dalam dunia, yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus
telah datang dalam daging. Ini adalah seorang penipu dan anti-Kristus).
Catatan:
dalam ayat-ayat di atas ini Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘daging’
itu sebagai ‘manusia’. Tetapi ini bukan terjemahan hurufiah, tetapi
merupakan penafsiran, karena kata Yunani yang dipakai adalah SARX, yang artinya
‘daging’.
Apakah
terhadap ayat-ayat ini Andereas Samudera tetap mau menafsirkan apa adanya? Kalau
ya, itu berarti ia harus beranggapan bahwa ‘manusia Yesus’ hanya
terdiri dari tubuh, tanpa jiwa / roh manusia. Kalau memang demikian, bagaimana
ini bisa disesuaikan dengan Ibr 2:14-17 - “Karena anak-anak itu adalah
anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka
dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena
takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia
kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi
Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk
mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
Bagaimana
bisa dikatakan ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya’, kalau Ia tidak mempunyai jiwa / roh manusia? Jadi,
jelas bahwa kata ‘daging’ dalam ayat-ayat tentang inkarnasi di atas, tidak
bisa diartikan apa adanya, tetapi harus diartikan ‘manusia’,
yaitu ‘tubuh + jiwa / roh’.
¨ bagaimana
ia menafsirkan janji tentang doa yang bisa memindahkan gunung (Mark 11:24)?
Apakah ia menafsirkan kata ‘gunung’ itu secara hurufiah atau sekedar sebagai
simbol dari suatu kesukaran yang sangat besar? Perlu diingat bahwa dalam
sepanjang sejarah tidak pernah terjadi doa yang betul-betul memindahkan gunung!
Saya kira
jelas dari contoh-contoh di atas ini bahwa tidak semua bagian Kitab Suci bisa
ditafsirkan secara hurufiah / apa adanya. Kalau kita selalu menafsirkan secara
hurufiah / apa adanya, maka itu justru akan menyesatkan!
Bahwa suatu
kata dalam Alkitab bisa mempunyai arti yang berbeda dengan arti kata itu
sendiri, tidak perlu membingungkan kita, apalagi dengan menafsirkan bahwa yang
mati disalib bukanlah Yesus tetapi Yudas Iskariot, seperti yang dikatakan
Andereas Samudera di atas. Itu bisa dilakukan dengan benar tanpa menimbulkan
ke-extrim-an seperti itu asal kita mau membandingkan suatu kata / ayat dengan
seluruh Kitab Suci sebelum kita menafsirkannya.
b)
1Taw 10:13-14 tidak menunjukkan bahwa itu betul-betul adalah roh Samuel.
1Taw 10:13-14
- “Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap
TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia
telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN.
Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin
Isai”.
Andereas
Samudera menekankan kata-kata ‘ia telah meminta petunjuk dari arwah’,
dan ia menganggap bahwa ‘arwah’ di sini adalah ‘roh Samuel’.
Terhadap
argumentasi dari Andereas Samudera di atas, perlu diketahui bahwa kata ‘arwah’
dalam 1Taw 10:13b itu diterjemahkan dari kata Ibrani OB, yang sudah kita
bahas di depan, yang merupakan kata yang kabur artinya, dan bisa berarti:
·
botol kulit / kirbat, seperti dalam Ayub
32:19.
·
si pemanggil arwah, seperti dalam 1Sam 28:3.
·
arwah / roh orang mati, seperti dalam 1Sam
28:7,8.
Kalau diambil
arti kedua, bukankah argumentasi Andereas Samudera bubar? Dan kalaupun arti
ketiga yang benar, maka maka belum tentu kita bisa menafsirkan kata itu
sebagaimana adanya. Bisa saja disebut demikian karena perempuan itu mengaku
demikian.
c)
Ada 3 alasan kuat yang menunjukkan bahwa itu bukan roh Samuel, tetapi setan yang
menyamar sebagai Samuel, yaitu:
1.
Samuel digambarkan ‘muncul / naik dari dalam bumi’ (1Sam 28:13b).
KJV: ‘ascending
out of the earth’ (= naik dari bumi).
RSV/NASB: ‘coming
up out of the earth’ (= naik dari bumi).
NIV: ‘coming
up out of the ground’ (= naik dari tanah).
1Sam 28:15a:
“Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu
aku dengan memanggil aku muncul?’”.
KJV: ‘And
Samuel said to Saul, Why hast thou disquieted me, to bring me up?’
(= Dan Samuel berkata kepada Saul: Mengapa engkau telah menganggu aku, membawa
aku ke atas / menaikkan aku?).
Kata-kata ‘membawa
aku ke atas / menaikkan aku’ (1Sam 28:15a) tidak terlalu berbeda
dengan kata-kata ‘muncul / naik dari dalam bumi’ dalam 1Sam 28:13b
tadi. Perbedaannya hanyalah bahwa kalau yang pertama merupakan kata-kata
perempuan / tukang sihir itu, maka yang kedua merupakan kata-kata dari
‘Samuel’.
Secara implicit
kata-kata ini menunjukkan bahwa ‘roh Samuel’ itu tadinya ada di bawah / di
dalam tanah. Ini bertentangan dengan Kitab Suci, karena kalau itu memang adalah
roh Samuel, maka tadinya ia pasti di surga, yang biasanya digambarkan di atas
(bdk. Kej 5:24 2Raja 2:1,3b,5b,9b,11b) bukan di Hades (tempat
penantian atau neraka), yang biasanya digambarkan di bawah.
Bandingkan
dengan Mat 11:23a - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan
sampai ke langit (= sorga)? Tidak, engkau akan diturunkan sampai
ke dunia orang mati! (HADES)”.
Bandingkan
juga dengan ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini, yang menyatakan bahwa Yesus turun
dari surga (baik pada kedatangan yang pertama maupun kedua):
·
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun
yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun
dari sorga, yaitu Anak Manusia”.
·
Yoh 6:38 - “Sebab Aku telah turun
dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku”.
·
1Tes 4:16 - “Sebab pada waktu tanda
diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah
berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati
dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.
Catatan:
saya tidak percaya omong kosongnya Andereas Samudera yang mengatakan bahwa dalam
jaman Perjanjian Lama roh-roh orang benar ada di Hades dan dijaga oleh setan.
Saya berpendapat bahwa orang percaya yang mati pada jaman Perjanjian Lama, tetap
langsung masuk ke surga. Bandingkan dengan Bil 23:10b Maz 73:24,26
Yes 57:1-2 Luk 16:23,25 (yang terakhir ini masih termasuk pada jaman
Perjanjian Lama sebab Yesus belum mati dan bangkit). Ini saya jelaskan secara
lebih terperinci dalam bagian tentang dunia orang mati dan ‘intermediate
state’ (pelajaran III, no 1).
2.
Bagaimana mungkin roh orang benar yang sudah beristirahat di dalam Tuhan / di
surga, bisa dibiarkan oleh Tuhan untuk diganggu oleh tukang sihir yang
menggunakan kuasa gelap?
1Sam 28:15a:
“Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: ‘Mengapa engkau
mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.
Jadi,
‘Samuel’nya berkata bahwa ia diganggu oleh panggilan Saul, dan ini
tidak mungkin, dan ini bertentangan dengan ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan
bahwa orang benar yang mati mendapatkan istirahat, seperti:
·
Yes 57:1-2 - “Orang benar binasa,
dan tidak ada seorangpun yang memperhatikannya; orang-orang saleh tercabut
nyawanya, dan tidak ada seorangpun yang mengindahkannya; sungguh, karena
merajalelanya kejahatan, tercabutlah nyawa orang benar dan ia masuk ke tempat
damai; orang-orang yang hidup dengan lurus hati mendapat perhentian di atas
tempat tidurnya”.
·
Wah 14:13 - “Dan aku mendengar
suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati
dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka
boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka
menyertai mereka.’”.
3.
Tuhan tidak mungkin mengijinkan tukang sihir yang mengunakan kuasa gelap
memunculkan Samuel. Apalagi seluruh praktek ini dilarang oleh Tuhan. Dengan
memakai cara ini Ia memotivasi orang-orang lain untuk juga menggunakan cara ini.
Pulpit
Commentary: “In the face of such
a passage as Deut. 18:10-12 we cannot believe that the Bible would set before us
an instance of witchcraft employed with the Divine sanction for holy purposes”
(= Di hadapan text seperti Ul 18:10-12 kami tidak bisa percaya bahwa
Alkitab akan memberi di depan kita suatu contoh sihir yang digunakan dengan
persetujuan / dukungan Ilahi untuk tujuan-tujuan yang kudus / suci) - hal
523.
Catatan:
kalau saudara mau mempelajari perdebatan secara mendetail tentang apakah ini
adalah roh Samuel atau bukan, maka baca buku saya ‘Penginjilan Terhadap
Orang Mati’, jilid 2, pada bagian exposisi
1Sam 28.
8) Musa dan Elia bisa menampakkan diri (Mat 17:1-4 Luk 9:28-33).
Andereas
Samudera: “Saya bertanya kepada
seorang hamba Tuhan terkenal dari Luar negeri yang baru saja berkhotbah tentang
dunia orang mati. Seperti biasa, ia tak percaya bahwa orang mati dapat
berhubungan dengan orang hidup. Ia juga mengatakan bahwa bila seseorang melihat
kakek atau neneknya datang dalam mimpi atau penglihatan, itu pasti setan yang
menyamar sebagai orang mati.
‘Anda
tak percaya bahwa roh orang mati dapat menampakkan diri kepada orang hidup
bukan?’
‘Saya
tidak percaya. Iblis adalah Bapa Pembohong, malaikat-malaikat Iblis dapat juga
menyamar sebagai malaikat terang.’
‘Bagaimana
halnya dengan Musa dan Elia yang menampakkan diri kepada Tuhan Yesus di gunung
Tabor, waktu Tuhan Yesus dipermuliakan? Bukankah dua orang itu orang-orang
mati yang menampakkan diri, dan disaksikan oleh Petrus, Yohanes dan
Yakobus?’ (Lukas 9:30-31)
‘Oh itu
terjadi karena Tuhan punya maksud khusus!’
Cara
menjawab seperti ini sebenarnya khas bagi mereka yang tersesat dalam
interpretasi. Bila tak mampu menerangkan secara tepat, ia akan menutupi
ketidaktahuannya dengan: ‘Tuhan punya maksud khusus’.
Saya tak
menyangkal adanya roh-roh yang menyamar menjadi roh yang lain dari bentuk
aslinya, tetapi tidak dapat dikatakan juga bahwa bila seseorang melihat roh
orang mati itu selalu berarti setan yang menyamar sebagai orang mati. Siapa yang
berani mengatakan bahwa penampakan Musa dan Elia itu adalah setan yang menyamar
sebagai Musa dan Elia?” - ‘Dunia
Orang Mati’, hal 30-31.
Jawaban
saya:
a)
Pertama-tama saya ingin mengingatkan kepada Andereas Samudera bahwa berbeda
dengan Musa, Elia tidak pernah mengalami kematian. Karena itu, kata-katanya ‘Bukankah
dua orang itu orang-orang mati yang menampakkan diri, ...’ adalah
salah.
b)
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa ada suatu perdebatan tentang apakah
Musa dan Elia betul-betul datang ke gunung itu, atau apakah itu hanya merupakan
suatu penglihatan tentang mereka berdua.
Golongan yang
mengatakan bahwa itu hanya merupakan penglihatan menggunakan Mat 17:9
sebagai dasar, karena di sana dikatakan: “Pada waktu mereka turun dari
gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan
itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang
mati.’”.
Catatan:
kata ‘penglihatan’ dalam Mat 17:9 itu, diterjemahkan oleh
KJV/RSV/NASB sebagai ‘vision’.
Tasker
mengatakan bahwa terjemahan ‘the vision’ bukanlah terjemahan yang
baik. Ia menganggap bahwa ‘what you have seen’ (= apa yang telah
kaulihat) sebagai terjemahan yang lebih baik. Tetapi perlu diketahui bahwa kata
Yunani HORAMA muncul 13 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Mat 17:9
Kis 7:31 Kis 9:10,12 Kis 10:3,17,19 Kis 11:5
Kis 12:9 Kis 16:9,10 Kis 18:9 dan Wah 9:17 dan selalu
diterjemahkan ‘vision’ (= penglihatan).
Sekarang mari
kita bandingkan dengan Kis 16:9-10 - “Pada malam harinya tampaklah
oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ
dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’
Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan
untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik
kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada
orang-orang di sana”.
Catatan:
kata Yunani yang diterjemahkan ‘penglihatan’, baik dalam Mat 17:9
maupun Kis 16:9-10, adalah sama yaitu HORAMA.
Bagaimana
kita akan menafsirkan penglihatan Paulus tentang orang Makedonia ini? Tentu kita
tidak akan menafsirkan bahwa orang Makedonia itu betul-betul dibawa oleh Tuhan
ke hadapan Paulus. Itu hanya penglihatan. Bandingkan juga dengan Kis 12:9 -
“Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa
yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu
penglihatan”. Jelas bahwa ayat ini menunjukkan bahwa kalau sesuatu
hanya merupakan vision / penglihatan, maka itu tidak sungguh-sungguh
terjadi.
Demikian juga
dengan penampakan Musa dan Elia. Kalau itu memang hanya merupakan vision
/ penglihatan, maka itu berarti bahwa mereka berdua tidak betul-betul
dipindahkan dari surga ke gunung itu.
Ada yang
mengatakan bahwa penampakan Musa dan Elia tidak mungkin hanya merupakan suatu vision
/ penglihatan, karena:
·
kalau demikian maka transfigurasi / perubahan
/ pemuliaan Yesus juga tidak sungguh-sungguh terjadi. Tetapi apakah tidak
mungkin bahwa transfigurasinya betul-betul terjadi, tetapi Musa dan Elianya
hanyalah suatu penglihatan?
·
karena dalam penampakan tersebut Tuhan Yesus
bisa bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Tetapi vision / penglihatan
memang bisa berbicara, seperti dalam Kis 16:9, dimana orang Makedonia itu
berbicara kepada Paulus.
Catatan:
dalam perdebatan tentang apakah penampakan Musa dan Elia ini sungguh-sungguh
atau hanya merupakan suatu vision penglihatan, maka Andereas Samudera
seharusnya menafsirkan bahwa itu hanyalah suatu vision / penglihatan.
Mengapa? Karena dalam kasus 1Sam 28 ia mengatakan bahwa itu betul-betul
adalah Samuel karena Kitab Suci mengatakan bahwa itu adalah Samuel. Dalam
persoalan ini, kalau ia mau konsisten dengan sistim penafsiran hurufiahnya,
seharusnya ia menganggap penampakan Musa dan Elia sebagai vision / penglihatan,
karena Mat 17:9 jelas-jelas mengatakan bahwa itu adalah vision /
penglihatan!
Kalau
penampakan Musa dan Elia ini cuma merupakan suatu vision / penglihatan,
berarti argumentasi Andereas Samudera bubar secara total! Kalau ini bukan
penglihatan, tetapi betul-betul Musa dan Elia yang muncul di gunung itu, maka
baca jawaban saya selanjutnya (point c - f).
c)
Persoalan perkecualian.
Dalam Alkitab
sering ada ajaran umum, tetapi lalu ada perkecualian terhadap ajaran umum
tersebut. Misalnya:
·
semua orang berdosa (Ro 3:23), tetapi Yesus
dikecualikan (2Kor 5:21 Ibr 4:15).
·
semua orang ditentukan untuk mati hanya 1 x
(Ibr 9:27), tetapi ada yang tidak mati (Henokh, Elia, dan orang-orang yang masih
hidup pada saat Yesus datang keduakalinya), dan ada orang-orang yang mati 2 x,
yaitu orang yang mengalami kebangkitan seperti Lazarus dan sebagainya. Mereka
ini pasti suatu kali mati lagi.
Penampakan
Musa dan Elia (dan juga Yesus sendiri) jelas juga merupakan suatu perkecualian,
karena pada umumnya orang mati tidak akan bisa kembali lagi ke dunia ini.
Dari dialog
antara Andereas Samudera dengan ‘hamba Tuhan yang terkenal’ itu kelihatannya
Andereas Samudera tidak mau percaya pada perkecualian. Tetapi kalau ia
betul-betul tidak mau percaya pada perkecualian, mengapa ia berkata di bawah
ini:
¨ Andereas
Samudera: “Hampir semua orang kudus
di jaman Perjanjian Lama harus masuk ke Hades dan menjadi tawanan perang
(Prisoner of War) si Iblis, sampai mereka dimerdekakan oleh Tuhan mereka yang
mengalahkan si Iblis dengan ketaatanNya kepada kehendak Allah dengan kematian di
kayu salib. ... Saya percaya bahwa ada juga orang-orang suci Perjanjian Lama
yang langsung diangkat ke hadirat Allah dan tak mengalami berada di Hades,
seperti Henokh, Abraham, Musa dan Elia” - ‘Dunia Orang Mati’, hal
28-29.
¨ Andereas
Samudera: “rupanya tak semua roh
orang mati segera pergi ke Hades bila mati” - ‘Dunia Orang Mati’, hal
95.
Mengapa ia
sendiri mengecualikan Henokh, Abraham, Musa dan Elia? Mengapa ada roh orang mati
yang ia kecualikan dalam persoalan langsung pergi ke Hades setelah mati? Kalau
ia percaya adanya perkecualian dalam hal ini, mengapa tidak mau percaya
perkecualian dalam hal lain?
d)
Tuhan menampakkan Musa dan Elia di dunia bersama-sama dengan Yesus, memang
karena Ia mempunyai maksud khusus. Apakah maksud khusus itu? Bacalah kata-kata
Calvin di bawah ini.
Calvin:
“It is asked, Were Moses and Elijah actually present? or was it only an
apparition that was exhibited to the disciples, as the prophets frequently
beheld visions of things that were absent? Though the subject admits, as we say,
of arguments on both sides, yet I think it more probable that they were actually
brought to that place. There is no absurdity in this supposition; for God has
bodies and souls in his hand, and can restore the dead to life at his pleasure,
whenever he sees it to be necessary. ... But why did these two appear rather
than others who equally belonged to the company of the holy fathers? It was
intended to demonstrate that Christ alone is the end of the Law and of the
Prophets; ... Elijah was selected, in preference to others, as the
representative of all the Prophets; because, though he left nothing in writing,
yet next to Moses he was the most distinguished of their number, restored the
worship of God which had been corrupted, and stood unrivalled in his exertions
for vindicating the Law and true godliness, which was at that time almost
extinct” (= Dipertanyakan apakah Musa dan Elia betul-betul hadir? atau
apakah itu hanya merupakan suatu penampakan yang ditunjukkan kepada murid-murid,
seperti nabi-nabi sering melihat penglihatan tentang hal-hal yang sebetulnya
tidak berada di sana? Sekalipun persoalan ini memungkinkan argumentasi dari
kedua belah pihak, tetapi saya menganggapnya lebih mungkin bahwa mereka
betul-betul dibawa ke tempat itu. Tidak ada yang mustahil dalam anggapan ini;
karena Allah memegang tubuh dan jiwa dalam tanganNya, dan bisa menghidupkan
kembali orang yang mati sesuai kehendakNya, pada saat Ia menganggapnya perlu.
... Tetapi mengapa dua orang ini yang muncul dan bukannya orang-orang lain yang
termasuk dalam kumpulan bapa-bapa kudus? Itu dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa Kristus sendiri adalah akhir / tujuan dari hukum taurat dan kitab para
nabi; ... Elia dipilih lebih dari yang lain, sebagai wakil dari nabi-nabi,
karena sekalipun ia tidak meninggalkan tulisan apapun, tetapi setelah Musa ia
adalah yang paling terkenal dari kelompok mereka, memulihkan ibadah kepada Allah
yang telah rusak, dan tak tertandingi dalam usahanya untuk membela hukum taurat
dan kesalehan yang sejati, yang pada saat itu hampir punah) - hal 310,311.
Lalu pada
waktu membahas Mat 17:8 yang berbunyi “Dan ketika mereka mengangkat
kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri”,
Calvin berkata:
“When
it is said that in the end they saw Christ alone, this means that the Law and
the Prophets had a temporary glory, that Christ alone might remain fully in
view. If we would properly avail ourselves of the aid of Moses, we must not stop
with him, but must endeavour to be conducted by his hand to Christ, of whom both
he and all the rest are ministers. This passage may also be applied to condemn
the superstitions of those who confound Christ not only with prophets and
apostles, but with saints of the lowest rank, in such a manner as to make him
nothing more than one of their number”
(= Ketika dikatakan bahwa pada akhirnya mereka hanya melihat Kristus saja, ini
berarti bahwa kitab Taurat dan nabi-nabi mempunyai kemuliaan sementara, supaya
Kristus sendiri tertinggal dalam pemandangan. Jika kita mau secara benar
membantu diri kita sendiri dengan pertolongan Musa, kita tidak boleh berhenti
pada dia, tetapi harus berusaha untuk dipimpin oleh tangannya kepada Kristus,
terhadap siapa ia dan semua nabi yang lain adalah pelayan. Text ini juga bisa
diterapkan untuk mengecam tahyul-tahyul dari mereka yang mencampur-adukkan
Kristus bukan hanya dengan nabi-nabi dan rasul-rasul, tetapi juga dengan
orang-orang kudus dari tingkat yang paling bawah, dengan cara sedemikian rupa
sehingga membuat Dia tidak lebih dari salah satu dari mereka)
- hal 316.
William
Hendriksen: “Why just these two?
Leaving aside all useless speculation, the simplest and best answer still seems
to be that Moses and Elijah represented respectively the law and the
prophets, both of which Jesus had come to fulfil (Matt. 5:17; Luke
24:27,44)” [= Mengapa hanya 2 orang ini? Mengesampingkan semua spekulasi
yang tak berguna, jawaban yang paling sederhana dan paling baik kelihatannya
adalah bahwa Musa dan Elia mewakili kitab taurat dan nabi-nabi, untuk mana
Yesus telah datang untuk menggenapi (Mat 5:17; Luk 24:27,44)]
- hal 667.
Mat 5:17 - “Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.
Luk 24:27,44
- “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam
seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. ...
Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu
ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang
ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur.’”.
Adanya
maksud khusus, bahkan luar biasa khususnya ini, sehingga Musa dan Elia
dikembalikan ke dunia ini, tentu tidak memungkinkan kita menganggap bahwa hal
semacam itu akan terjadi lagi sebagai kejadian sehari-hari, seperti yang
dipercaya oleh Andereas Samudera.
e)
Memang saya percaya bahwa kalau Tuhan bisa mengembalikan Musa dan Elia
ke dunia ini, maka Ia tentu bisa melakukannya terhadap orang lain yang sudah
mati. Tetapi persoalannya: apakah Tuhan mau melakukan hal itu? Banyak orang
menggunakan Ibr 13:8 untuk mengajarkan bahwa karena Tuhan tidak berubah,
maka Ia pasti mau melakukan apa yang dahulu pernah Ia lakukan. Ini salah, karena
sekalipun Yesus tidak berubah, itu tidak berarti bahwa Ia pasti terus
melakukan apa yang dahulu pernah Ia lakukan.
Misalnya: Ia
pernah menciptakan alam semesta, tetapi Ia tidak mengulangi hal itu. Tuhan
pernah menghukum seluruh bumi dengan air bah, tetapi Ia bahkan berjanji tidak
akan melakukannya lagi (Kej 9:9-17). Yesus pernah mati di atas kayu salib,
dan Ia tidak akan melakukan hal itu lagi (Ibr 9:27-28). Dahulu Allah
berbicara kepada umatNya dengan perantaraan nabi-nabi, tetapi pada zaman akhir
Ia berbicara kepada umatNya dengan perantaraan Yesus (Ibr 1:1). Jadi,
sekalipun Yesus tidak berubah, bisa saja Ia tidak melakukan lagi apa yang dahulu
pernah Ia lakukan!
f)
Hanya Musa dan Elia yang setelah meninggalkan dunia ini lalu bisa kembali ke
dunia ini, tanpa melalui kebangkitan (perhatikan bahwa saya tidak
menggunakan istilah ‘mati’ tetapi ‘meninggalkan dunia ini’,
karena Elia tidak mengalami kematian). Kalau Andereas Samudera tetap ngotot
untuk mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang mati bisa kembali ke dunia
ini, maka ia perlu memperhatikan dengan lebih teliti 2 orang ini. Kedua orang
ini adalah orang-orang yang beriman kepada Tuhan.
Dalam
seluruh Kitab Suci tidak pernah ada orang tidak beriman yang kembali ke dunia
ini, apalagi yang lalu diinjili dan dipertobatkan setelah kematiannya.
Dalam
khotbahnya tentang Luk 16:31 yang berjudul ‘A Preacher from the
Dead’ (= Seorang pengkhotbah dari antara Orang Mati), Charles Haddon
Spurgeon berkata:
“Suppose
a preacher should come from another world to preach to us, we must naturally
suppose that he came from heaven. Even the rich man did not ask that he
or any of his compeers in torment might go out of hell to preach. Spirits that
are lost and given up to unutterable wickedness, could not visit this earth;
and if they did, they could not preach the truth, nor lead us on the road to
heaven which they had not trodden themselves. ... The preacher from another
world, if such could come, must come from heaven”
(= Andaikata seorang pengkhotbah datang dari dunia yang lain untuk berkhotbah
kepada kita, tentu saja kita harus menganggap bahwa ia datang dari surga.
Bahkan orang kaya itu tidak meminta supaya ia atau siapapun dari
teman-temannya dalam siksaan / kesengsaraan bisa keluar dari neraka untuk
berkhotbah. Roh-roh yang terhilang dan diserahkan pada kejahatan yang tak
terkatakan, tidak bisa mengunjungi bumi ini; dan seandainya mereka
mengunjungi bumi ini, mereka tidak bisa mengkhotbahkan kebenaran, ataupun
membimbing kita pada jalan ke surga yang tidak pernah mereka tempuh sendiri. ...
Pengkhotbah dari dunia lain, seandainya yang seperti itu bisa datang, pasti
datang dari surga) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of
Our Lord’, hal 426.
9) Yoh 5:25-29.
Andereas
Samudera: “Yohanes 5:25-29 - Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya,
akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri,
demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri. Dan Ia
telah memberikan kuasa kepadaNya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak
Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua
orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, dan mereka yang telah
berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang
telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.
Tuhan
Yesus sendiri mengatakan kepada orang-orang sejamanNya bahwa orang-orang mati
akan mendengar suaranya. Orang mati yang bagaimana? Pada umumnya orang dengan
cepat menjawab: orang yang mati rohani! Dalam satu konteks yang sama Tuhan Yesus
menekankan: Jangan kamu heran ... orang mati dalam kuburan akan mendengar
suaraNya! Jadi orang mati yang bagaimana? Jelas yang mati secara badani!
Mengapa Ia
berkata: ‘Jangan heran ...’? Karena memang pengajaran dunia orang mati dan
bahwa orang mati bisa dengar Injil ini tentu mengherankan banyak orang dan akan
ditolak di mana-mana! Tapi berbahagialah mereka yang mendengar perkataan Tuhan
Yesus dan mempercayai perkataanNya serta Dia yang mengutus Yesus! Ia sudah
pindah dari alam maut ke dalam hidup dan tidak turut dihukum! (Yoh 5:24)
Saatnya
akan tiba dan sudah tiba .... (ay 25).
Perhatikan
persamaan ungkapan dengan Yoh 4:23, mengenai penyembahan dalam roh dan
kebenaran.
Yoh 4:23 -
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Kapankah
penyembah benar menyembah dengan roh dan kebenaran? Dimulai saat Tuhan berkata
demikian dan berlangsung sampai sekarang, bukan? Hal yang sama untuk orang
mati di kuburan. Sejak kapan mereka boleh mendengar suara Anak Manusia? Sejak
Tuhan Yesus berkata demikian hingga sekarang ini, mereka telah boleh mendengar
berita Injil keselamatan mereka!
Tuhan
berkata bahwa orang-orang di kuburan itu akan mendengar suaraNya, dan
mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal!
Kita percaya bahwa saat Tuhan bangkit, orang-orang baik di jaman Perjanjian Lama
telah diangkat ke pangkuan Abraham. Jadi yang ketinggalan di Hades tentu
tinggal yang jahat-jahat saja. Lalu setelah itu yang masuk Hades hanya orang
tidak beriman yang hidupnya selama di dunia selalu jahat dan tidak taat kepada
Yesus saja, sedang orang mati yang beriman dibawa malaikat ke pangkuan Abraham.
Dengan kata lain Hades isinya sekarang hanya orang-orang jahat melulu. Tapi
Tuhan berkata akan ada orang-orang berbuat baik yang akan keluar dari sana dan
bangkit untuk hidup yang kekal! Kapankah mereka berbuat baiknya? Tak salah lagi,
tentu terjadi pertobatan selama mereka ada di Hades! Bagaimana itu bisa terjadi?
Tak bisa lain, Injil pasti telah merubah mereka di dunia orang mati itu!
Percayakah anda bahwa di Hades ada pemberitaan Injil?”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 53-55.
Jawaban
saya:
a)
Perhatikan Yoh 5:24-25: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar
suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup”.
Andereas
Samudera menafsirkan bahwa karena dalam ay 28 dibicarakan ‘orang mati
dalam kuburan’, yang jelas menunjuk kepada orang yang mati secara jasmani,
maka ‘orang-orang mati’ dalam ay 25 ini pasti juga adalah orang
mati secara jasmani.
Tetapi coba
baca sekali lagi ay 28 ini: “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab
saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar
suaraNya”.
Jelas bahwa
sekalipun ay 28 memang berbicara tentang orang yang sudah mati, tetapi
sebetulnya tidak ada kata ‘mati’ dalam ay 28 tersebut. Tetapi
dalam berusaha menjelaskan ay 24-25, Andereas Samudera menambahkan kata ‘mati’
ke dalam ay 28 (perhatikan bagian yang saya garis bawahi dan cetak miring
dari kutipan di atas), supaya ia bisa mendapatkan istilah yang sama pada ay
24-25 maupun ay 28-29, dan ia lalu menyamakan jenis kematian pada ay
24-25 dan ay 28-29, yaitu sama-sama kematian secara jasmani!
Menurut
perumusan yang dibuat oleh Andereas Samudera, maka dalam ay 24-25 (perhatikan
bagian yang saya garis bawahi), kalau kata ‘mati’ diartikan secara
jasmani, maka kata ‘hidup’ juga harus diartikan secara jasmani. Itu
berarti orangnya akan bangkit secara jasmani, dan ini akan membuat ayat ini
menjadi kacau. Jadi jelaslah bahwa kata ‘mati’ di sini tidak mungkin
diartikan secara jasmani, tetapi harus diartikan secara rohani.
Jadi,
sekalipun ay 28-29 berbicara tentang orang yang mati secara jasmani,
tetapi ay 24-25 berbicara tentang orang yang mati secara rohani. Ini
tidak aneh, apalagi jarak ay 24-25 dan ay 28-29 masih agak jauh. Saya
akan memberi contoh dimana hal serupa terjadi, bahkan dengan jarak yang lebih
dekat, misalnya:
· Mat
8:22 - “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang
mati menguburkan orang-orang mati mereka.’”.
Kata-kata ‘orang-orang
mati’ yang pertama jelas menunjuk kepada orang-orang yang mati secara
jasmani, karena mereka harus dikuburkan. Tetapi kata-kata ‘orang-orang
mati’ yang kedua tidak mungkin menunjuk kepada orang-orang yang mati
secara jasmani, karena bagaimana mereka bisa menguburkan orang-orang mati yang
pertama tadi kalau mereka sendiri mati secara jasmani? Jadi pasti mereka adalah
orang-orang yang mati secara rohani!
· Yoh
6:49-50 - “Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka
telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari
padanya, ia tidak akan mati”.
Kata ‘mati’
yang pertama jelas menunjuk pada kematian secara jasmani, tetapi kata ‘mati’
yang kedua jelas menunjuk pada kematian secara rohani.
· Yoh 17:2
- “Sama seperti Engkau telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah
Engkau berikan kepadaNya”.
Kata ‘hidup’
yang pertama menunjuk pada hidup secara jasmani, tetapi kata ‘hidup’
yang kedua menunjuk pada hidup secara rohani.
b)
Saya kutip sekali lagi kata-kata Andereas Samudera sebagai berikut:
“Hal
yang sama untuk orang mati di kuburan. Sejak kapan mereka boleh mendengar suara
Anak Manusia? Sejak Tuhan Yesus berkata demikian hingga sekarang ini, mereka
telah boleh mendengar berita Injil keselamatan mereka!”.
Padahal
Andereas Samudera sendiri mengajarkan bahwa penginjilan yang Yesus lakukan di
Hades terjadi pada saat di antara kematian dan kebangkitan Yesus.
Sekarang ia berkata bahwa orang mati sudah boleh mendengar Injil pada saat
Yesus mengucapkan kata-kata itu, yang jelas terjadi sebelum Yesus mati,
bahkan pada saat Yesus baru memulai pelayananNya. Yang mana yang benar? Orang
sesat memang sering memberikan ajaran-ajaran yang saling bertentangan!
c)
Kata-kata ‘jangan heran’ ditujukan kepada apa yang akan Yesus katakan
dalam ay 28-29, yaitu tentang kebangkitan orang yang ada dalam kuburan. Ini
memang merupakan sesuatu yang mengherankan. Jadi kata ‘heran’ tidak
ada hubungannya dengan penginjilan terhadap orang mati.
d)
Ay 28-29 berbicara tentang orang yang di kuburan. Sama sekali tidak
bicara tentang orang di Hades, dalam arti tempat penantian orang jahat,
seperti yang diajarkan Andereas Samudera.
Tetapi dalam
membahas ayat tersebut, Andereas Samudera tahu-tahu mengubah dari ‘kuburan’
menjadi ‘Hades’. Untuk menunjukkan hal itu saya kutip sekali lagi
bagian akhir dari kutipan di atas:
“Tuhan
berkata bahwa orang-orang di kuburan itu akan mendengar suaraNya, dan
mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal!
Kita percaya bahwa saat Tuhan bangkit, orang-orang baik di jaman Perjanjian Lama
telah diangkat ke pangkuan Abraham. Jadi yang ketinggalan di Hades tentu
tinggal yang jahat-jahat saja. Lalu setelah itu yang masuk Hades hanya
orang tidak beriman yang hidupnya selama di dunia selalu jahat dan tidak taat
kepada Yesus saja, sedang orang mati yang beriman dibawa malaikat ke pangkuan
Abraham. Dengan kata lain Hades isinya sekarang hanya orang-orang jahat
melulu. Tapi Tuhan berkata akan ada orang-orang berbuat baik yang akan keluar dari
sana dan bangkit untuk hidup yang kekal! Kapankah mereka berbuat baiknya?
Tak salah lagi, tentu terjadi pertobatan selama mereka ada di Hades!
Bagaimana itu bisa terjadi? Tak bisa lain, Injil pasti telah merubah mereka di
dunia orang mati itu! Percayakah anda bahwa di Hades ada pemberitaan
Injil?” - ‘Dunia Orang Mati’, hal
54-55.
Perhatikan
bagian yang saya garis bawahi dari kutipan ini, dan saudara akan melihat dengan
jelas bahwa ia tahu-tahu berpindah dari ‘kuburan’ ke ‘Hades’
/ ‘dunia orang mati’. Untuk apa? Supaya ia bisa mendapatkan bahwa ada
‘pertobatan di Hades’. Kalau kita tetap membicarakan ‘kuburan’,
dan bukan berpindah ke ‘Hades’, maka yang kita dapatkan adalah: Orang
yang bangkit dari kuburan pada akhir jaman, ada yang orang beriman dan ada yang
tidak. Jadi tentu saja ada yang masuk surga dan ada yang dihukum. Jadi, tidak
ada pertobatan / penginjilan di Hades!
10)Wah 20:11-15.
Andereas
Samudera: “Wahyu 20:11-15 - Lalu
aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari
hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku
melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu
dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan.
Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada
tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang
ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang
ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu
maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian
yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis
di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Ada dua
kitab diakhir jaman, kitab Perbuatan orang-orang mati dan kitab Kehidupan.
Mereka yang dikeluarkan dari Hades dan dari dalam lautan dihakimi perbuatannya
dan diperiksa apakah nama mereka tercantum dalam kitab Kehidupan atau tidak.
Yang tak tertulis disitu akan dilemparkan ke dalam lautan api. Bukankah kita
percaya bahwa kita yang dilahirkan baru oleh Roh Kudus, nama kita telah
tercantum dalam kitab kehidupan itu dan bila mati tidak turun ke Hades? Jadi tak
ada orang benar atau orang beriman turun ke Hades sejak Injil diberitakan di
atas bumi. Semua orang-orang berdosa saja yang hidupnya tak sesuai dengan Injil
Keselamatan kita yang ada di Hades sana!
Jadi,
mengapa perlu diperiksa kitab Kehidupan itu bagi mereka yang dari Hades bila tak
ada orang diselamatkan disana? Apakah itu hanya suatu formalitas? Apakah Tuhan
pura-pura membuka buku Kehidupan bagi orang-orang mati itu satu persatu,
sementara Ia tahu pasti di bukuNya itu tak ada nama-nama mereka? Bukankah ini
adalah perbuatan sia-sia yang menghabis-habiskan waktu saja?
Lain
halnya bila memang ada penginjilan di dunia orang mati. Boleh jadi seseorang
yang mati turun ke Hades sebelum mendengar Injil dan namanya pasti belum
tercantum dalam kitab Kehidupan itu, tetapi di alam maut ia menyesal dan ketika
berita Injil disampaikan disana ia telah diselamatkan. Tentu dengan segera
namanya dicatat dalam kitab Kehidupan. Walau demikian ia tetap berada di alam
maut itu sampai hari penghakiman tiba dan ia tak turut dibuang ke dalam lautan
api karena namanya telah dicatat di dalam kitab Kehidupan”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 56-57.
Jawaban
saya:
a)
Aneh sekali bahwa di sini Andereas Samudera berpendapat bahwa orang yang sudah
bertobat di Hades itu tetap ada di Hades sampai hari penghakiman. Padahal
roh orang mati keluar dari Hades dan lalu gentayangan di dunia ini dan merasuk
orang hidup, kalau diinjili dan mau bertobat bisa langsung ke surga.
b)
Penafsiran / ajaran Andereas Samudera di sini bertentangan sekali dengan cerita
Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), dimana orang kaya itu jelas sekali
menyesal, tetapi tetap tidak diberi pengampunan.
c) Tafsiran Andereas Samudera salah, karena ia menafsirkan
bahwa Hades adalah tempat penantian orang mati. Ia bahkan menekankan bahwa
sekarang hanya orang yang tak beriman saja yang masuk ke Hades. Padahal kata
‘Hades’ artinya bisa berubah-ubah, dan di sini artinya adalah ‘kuburan’
atau ‘keadaan
kematian’. Jadi penekanan ayat ini, sama seperti Yoh 5:28-29
di atas, yaitu: semua orang akan dibangkitkan dari kubur / kematian, dan akan
dihakimi. ‘Semua orang’
ini jelas mencakup orang percaya maupun tidak percaya. Karena itu ada yang
namanya tercantum dalam kitab kehidupan dan ada yang tidak.
Herman
Hoeksema: “John writes that ‘the sea gave up the dead which
were in it; and death and hades delivered up the dead which were in them.’ In
short, all the dead are raised. They are raised from every form of death. The
vast majority, of course, are in the graves, in hades. Many of them are
literally in the sea; they have gone down to a ‘watery grave,’ which, of
course, was no grave. But also ‘death,’ that is, all kinds of violent death,
has taken many of them. They were burnt, or they were devoured by wild beasts,
or their bodies were blown to bits so that they never could be recovered and
buried. One would certainly say that their bodies are irretrievably in the power
of death and physical corruption. ... Yet they shall all be recovered and
raised. No essentially new bodies shall be created for them; but they shall be
raised in their own individual bodies. The same bodies shall be reunited with
the same souls. This is indeed a great mystery. I cannot ‘explain’ how it is
possible. ... It is a miracle! But the Lord is powerful! He is omnipotent!”
(= Yohanes menulis bahwa ‘laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di
dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di
dalamnya’. Singkatnya, semua orang mati dibangkitkan. Mereka dibangkitkan dari
segala bentuk kematian. Tentu saja, mayoritas ada dalam kubur, dalam hades.
Banyak dari mereka yang secara hurufiah ada dalam laut; mereka telah turun ke
‘kubur yang berair’, yang tentu saja sebetulnya bukan kubur. Tetapi juga
‘kematian / maut’, yaitu semua jenis kematian yang terjadi karena kekerasan,
telah membunuh banyak dari mereka. Mereka dibakar, atau mereka dimakan oleh
binatang liar, atau tubuh mereka diledakkan menjadi potongan-potongan kecil
sehingga mereka tidak bisa ditemukan kembali dan dikuburkan. Orang pasti berkata
bahwa tubuh-tubuh mereka ada dalam kuasa maut dan pembusukan fisik dan tidak
bisa didapatkan kembali. ... Tetapi mereka akan didapatkan kembali / dipulihkan
dan dibangkitkan. Secara hakiki tidak diciptakan tubuh-tubuh yang baru bagi
mereka; tetapi mereka akan dibangkitkan dalam tubuh-tubuh mereka sendiri.
Tubuh-tubuh yang sama akan dipersatukan kembali dengan jiwa-jiwa yang sama. Ini
memang merupakan suatu misteri yang besar. Saya tidak bisa ‘menjelaskan’
bagaimana itu mungkin terjadi. ... Itu adalah suatu mujijat! Tetapi Tuhan itu
berkuasa! Ia adalah Yang Mahakuasa!) - hal 661-662.
Saya mencari
penafsiran William Hendriksen, tentang kata ‘Hades’ dalam Wah 20:14
itu (diterjemahkan ‘kerajaan maut’ dalam Kitab Suci Indonesia), dan
ia hanya memberikan catatan kaki, yang menyuruh pembacanya melihat arti kata ‘Hades’
yang telah ia jelaskan dalam Wah 1:18. Dan dalam tafsirannya tentang kata ‘Hades’
dalam Wah 1:18 (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘kerajaan
maut’), William Hendriksen berkata:
“It
is evident that the term ‘Hades’ as used here cannot mean hell or the grave.
It signifies the state of disembodied existence. It refers to the state of death
which results when life ceases and when body and soul separate. Thus Hades
always follows death (Rev. 6:8)” [=
Jelaslah bahwa istilah HADES seperti yang digunakan di sini tidak bisa berarti
neraka atau kuburan. Itu berarti keadaan dari keberadaan tanpa tubuh. Itu
menunjuk pada ‘keadaan kematian’ yang diakibatkan dari kehidupan yang
berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa berpisah. Demikianlah HADES selalu
mengikuti kematian / maut (Wah 6:8)] - ‘More
than Conquerors’, hal 57.
Wah 6:8
- “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang
yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut (Hades)
mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari
bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan
binatang-binatang buas yang di bumi”.
Dan dalam
tafsirannya tentang Wah 6:8 ini, William Hendriksen berkata:
“Trotting
behind Death, as always, is Hades. Death cuts down, and Hades - symbolizing the
state of disembodied existence - gathers the slain”
(= Berlari di belakang Maut / Kematian, seperti biasa, adalah Hades. Maut /
Kematian membunuh, dan Hades - menyimbolkan keadaan tanpa tubuh - mengumpulkan
orang-orang yang dibunuh) - ‘More
than Conquerors’, hal 103.
Yang manapun
arti yang mau kita ambil dari 2 penafsiran ini, apakah diartikan ‘kuburan’
seperti kata-kata Herman Hoeksema, atau diartikan ‘keadaan kematian’
seperti kata-kata William Hendriksen, akan menghancur-leburkan argumentasi
Andereas Samudera tentang ayat ini.
11)Kitab Suci mengajar kita untuk memberitakan Injil bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga atau di alam roh.
Yang dipakai
sebagai dasar oleh Andereas Samudera adalah Ef 3:10 - “supaya sekarang
oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga”.
Andereas
Samudera: “Paulus justru hendak
menerangkan bahwa kini giliran gereja Tuhan meneruskan berita Injil dan semua
rahasia hati Allah itu kepada sekalian ciptaan, termasuk pemerintah-pemerintah
dan penguasa-penguasa di surga atau di alam roh. ... Ia tak mau bercerita
sendiri kepada makhluk-makhluk ciptaanNya itu secara langsung. Ia simpan rahasia
ini berabad-abad lamanya agar kita, kekasihNya-lah yang boleh menceritakan itu
kepada sekalian alam” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 61-62.
Ia lalu
menambahkan Ro 8:19-22 - “Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk
menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah
ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh
kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena
makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk
ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai
sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit
bersalin”.
Dan ia lalu
mengatakan:
“Injil,
berita kesukaan itu, juga dinanti-nantikan oleh sekalian makhluk yang lain,
bukan hanya manusia saja!” - ‘Dunia
Orang Mati’, hal 62.
Ia memberikan
ayat Kitab Suci lagi yaitu Mark 16:15 (TL) - “Lalu bersabdalah Yesus
kepada mereka itu: Pergilah kamu ke seluruh bumi, beritakanlah Injil itu kepada
sekalian alam”.
Dan ia
memberikan terjemahan KJV: ‘And he said unto them, Go ye into all the
world, and preach the Gospel to every creature’ (= Dan Ia berkata kepada
mereka: Pergilah ke seluruh dunia, dan beritakanlah Injil kepada semua makhluk).
Dan ia lalu
berkata:
“Injil
tidak hanya bagi orang Yahudi saja, tapi juga bagi orang kafir dan lebih luas
lagi; juga untuk segenap makhluk ciptaan Allah”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 64.
Dan ia
menyimpulkan:
“Bila makhluk-makhluk
bukan manusia itu saja boleh mendengar rahasia-rahasia hati Allah, terlebih
pula orang-orang yang telah mati yang belum sempat dengar Injil! ... Darah dan
salib Yesus adalah jalan pendamaian bagi segala pemerintah dan penguasa,
kerajaan dan singgasana baik di dunia materi maupun di alam roh. Ia hendak
memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya. Walaupun kita tak mampu mengerti
hal itu, tetapi karena Dia sendiri berkehendak demikian, kita harus rela
mengakui bahwa ada jalan damai bagi semua ciptaan Allah untuk kembali kepada
Dia. Jadi tak salahlah bila kita jumpa dengan orang-orang mati ataupun
makhluk-makhluk lain itu bila kita bercerita tentang Injil Keselamatan karena
darah dan salib Yesus itu” -
‘Dunia Orang Mati’, hal 63,64-65.
Jawaban
saya:
a)
Ibr 2:14-17 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan
daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal
Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang
menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa”.
Text Kitab
Suci ini menunjukkan secara jelas bahwa Allah hanya mengasihani manusia
yang jatuh ke dalam dosa, bukan binatang, atau malaikat, atau makhluk / ciptaan
yang lain. Karena itulah Allah lalu menjadi seorang manusia (dalam diri Tuhan
kita Yesus Kristus), bukan menjadi binatang, atau malaikat / setan. Ia mati
sebagai manusia, sehingga penebusan yang Ia lakukan hanya berlaku untuk manusia!
Ini sekaligus
menentang ajaran ‘penginjilan kepada setan’ yang menurut kabarnya
juga muncul pada jaman ini.
b)
Kalau memang Andereas Samudera percaya bahwa Injil memang harus diberitakan
kepada semua makhluk, termasuk binatang dan setan, mengapa ia tidak memberitakan
Injil kepada setan, babi, anjing, komodo, kecoak, bakteri, virus, dan bahkan
kepada jiwa / roh dari kecoak, babi, dsb? Mungkin sebaiknya ia mengadakan KKR di
kebun binatang atau di Taman Safari!
c)
Ef 3:10 - “supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai
ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di
sorga”.
Artinya
adalah sebagai berikut: Yang dimaksud dengan ‘pemerintah / penguasa’
itu adalah ‘malaikat’. Para malaikat ini tidak maha tahu dan tadinya
mereka juga tidak mengetahui hikmat Allah dalam persoalan keselamatan. Melalui
komposisi gereja yang terdiri dari orang Yahudi dan non Yahudi, maka mereka
akhirnya mengerti akan hikmat Allah itu (bahwa Allah bukan hanya mau
menyelamatkan orang Yahudi tetapi juga non Yahudi). Perlu juga diketahui bahwa
kata-kata ‘oleh jemaat’ seharusnya adalah ‘through
the church’ (= melalui gereja), karena kata yang diterjemahkan ‘oleh’
adalah dia (DIA),
yang artinya sebetulnya bukan ‘oleh’ tetapi ‘melalui’.
Jadi jelas
bahwa ayat ini tidak membicarakan penginjilan oleh gereja / jemaat kepada
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga.
d)
Kata-kata ‘segala makhluk’, ‘sekalian alam’, ‘segala
sesuatu’ dalam persoalan ini haruslah ditafsirkan sebagai ‘semua
manusia’. Penafsiran seperti ini harus diambil kalau kita memang mau
menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan memperhatikan seluruh Kitab Suci yang
memang tidak pernah mengajar untuk melakukan Pemberitaan Injil kepada siapapun
atau apapun selain manusia. Mungkin di sini digunakan suatu gaya bahasa yang
namanya ‘synecdoche’, yaitu suatu gaya bahasa yang sangat sering
dipakai baik dalam Kitab Suci maupun dalam pembicaraan sehari-hari. Gaya bahasa
ini:
·
kadang-kadang menyatakan ‘sebagian’
tetapi memaksudkan ‘seluruhnya’. Misalnya pada waktu dikatakan ‘mata
Tuhan ada di segala tempat’
(Amsal 15:3), tentu yg dimaksud bukanlah ‘mata Tuhan’ saja
tetapi ‘seluruh Tuhan’ ada di mana-mana. Contoh dalam pembicaraan
sehari-hari: kalau misalnya di koran dikatakan ‘Washington
memaklumkan perang terhadap Moscow’, maka yang dimaksud tentu saja
adalah ‘Amerika memaklumkan perang terhadap Rusia’.
· kadang-kadang
menyatakan ‘seluruhnya’ tetapi yang dimaksudkan adalah ‘sebagian’.
Contoh dalam pembicaraan sehari-hari: kalau di koran dikatakan ‘Indonesia
kalah’ padahal yang dimaksud adalah ‘kesebelasan sepak bola Indonesia
kalah’. Sedangkan contoh dalam Alkitab adalah ayat-ayat yang memerintahkan
penginjilan kepada segala makhluk seperti Mark 16:15 dan sebagainya.
e)
Kalau Andereas Samudera tetap ngotot untuk menafsirkan kata-kata ‘segala
makhluk’ dalam Mark 16:15 itu betul-betul sebagai ‘segala makhluk’,
saya ingin bertanya kepadanya: bagaimana ia menafsirkan Kej 3:20 - “Manusia
itu memberi nama Hawa kpd isterinya, sebab dialah yg menjadi ibu semua yg
hidup”? Apakah ia menafsirkan bahwa Hawa betul-betul adalah ibu dari
semua yang hidup, termasuk yang bukan manusia? Dengan demikian ia harus
menganggap dirinya sekeluarga dengan monyet, babi, kecoak dan sebagainya.
Jelas bahwa
Kej 3:20 harus diartikan bahwa Hawa adalah ibu dari semua manusia. Dan
jelas bahwa Mark 16:15 juga harus diartikan sama seperti Kej 3:20.
12)‘Hasil pelayanan’ dan dukungan ‘hamba-hamba Tuhan’ yang lain.
a)
Dengan menceritakan begitu banyak ‘hasil pelayanan’nya, kelihatannya
Andereas Samudera ingin menggunakan ‘hasil pelayanan’ ini sebagai bukti
bahwa pelayanannya diberkati oleh Tuhan.
Jawaban
saya:
‘Hasil
pelayanan’ tidak harus berasal dari Tuhan. Gereja-gereja yang sesat, seperti
Saksi Yehovah, Mormon, dsb, juga bisa berkembang. Bahkan agama-agama lain juga
bisa berkembang. Dukun-dukun yang menggunakan kuasa gelap juga bisa menyembuhkan
orang. Apakah ini berkat dari Tuhan?
Kalau
metode Andereas Samudera ini tidak sesuai Alkitab, tetapi tetap bisa memberikan
‘hasil yang baik’, maka ‘hasil’ itu pasti bukan dari Tuhan. Kalau begitu
dari siapa? Pasti ‘hasil’ itu merupakan berkat setan! Mengapa setan mau
memberkati? Supaya lebih banyak orang percaya pada ajaran dan praktek sesat ini!
Kitab Suci, dan bukan ‘hasil pelayanan’, yang harus dijadikan patokan /
standard untuk menentukan apakah suatu ajaran / praktek itu benar atau sesat.
b)
Andereas Samudera: “Bertahun-tahun saya merasa kesepian dan seorang
diri dalam pengalaman dan pengertian mengenai dunia orang mati ini, satu demi
satu sahabat-sahabat dekat saya meninggalkan saya sendiri sambil menganggap saya
telah benar-benar sesat. Mereka-mereka yang pernah saya doakan dan terbebas dari
ikatan dengan orang-orang mati itu tak ada yang berani memberi kesaksian secara
terbuka tentang apa yang mereka alami karena tentangan tentang kebenaran ini
terlalu kuat.
Walaupun
demikian akhirnya saya jumpa beberapa orang hamba Tuhan lain yang ternyata telah
menerima pernyataan yang sama seperti yang saya terima, dari Indonesia maupun
dari luar negeri.
Perjumpaan
ini melegakan hati saya karena setidak-tidaknya ternyata saya bukan satu-satunya
didunia yang menerima kebenaran ini” -
‘Dunia Orang Mati’, hal 107-108.
Jawaban
saya:
· Orang-orang
kristen yang menjauhi Andereas Samudera berbuat benar sesuai dengan ayat-ayat
Kitab Suci di bawah ini:
* Tit 3:10
- “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau
jauhi”.
* 2Yoh
10-11 - “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini,
janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam
kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam
perbuatannya yang jahat”.
· Adanya
hamba-hamba Tuhan lain yang menerima hal yang sama tidak membuktikan kebenaran
ajaran ini ataupun bahwa ajaran ini berasal dari Tuhan. Setan bisa mengilhami
banyak orang dengan ajaran sesatnya, dan setiap kali muncul ajaran sesat, selalu
ada banyak orang tolol yang mau mengikutinya, tidak peduli betapa menggelikan
dan betapa gilanya ajaran tersebut.
Victor Budgen
mengutip kata-kata Charles Haddon Spurgeon sebagai berikut:
“Every
now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or
some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always
fools ready to follow any impostor”
(= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan
mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan
selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu) - ‘The
Charismatics and the Word of God’, hal 183.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar