Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh
dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya
dalam segala kelimpahan”.
Dan jemaat
memang hadir. Kalau kebaktian mereka tidak hadir, tetapi kalau upacara
penguburan mereka hadir. Mungkin mereka takut kalau mereka tidak hadir, nanti
pada saat mereka mati tidak ada yang hadir. Jadi gereja itu penuh sesak.
Pendeta lalu naik mimbar dan mulai berbicara: ‘Saudara sekalian, saudara diberi
tahu bahwa ada jemaat yang mati, tetapi saudara belum tahu siapa yang mati itu.
Karena itu saya persilahkan satu per satu maju ke depan, untuk melihat ke dalam
peti mati (yang belum ditutup), supaya saudara tahu siapa jemaat yang mati itu’.
Maka jemaat satu
per satu maju ke depan dan melihat ke dalam peti mati. Setiap orang yang
melihat ke dalam peti itu kelihatan kaget. Mengapa? Karena peti mati itu
ternyata kosong dan pendeta itu memasang sebuah cermin di dasar peti itu,
sehingga setiap orang yang melihat ke dalam peti melihat wajah / dirinya
sendiri di dalam peti.
Setelah semua
selesai, pendeta itu lalu mulai khotbah: ‘Sekarang saudara semua pasti
tahu siapa yang mati. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah saudara sendiri.
Saudara memang hidup secara jasmani, tetapi mati secara rohani’.
Saudara-saudara
yang kekasih, bagaimana dengan diri saudara sendiri? Apakah saudara sama dengan
jemaat gereja tersebut? Apakah saudara hanya hidup secara jasmani, tetapi mati
secara rohani?
I) Kematian rohani.
Kitab
Suci memang mengajarkan bahwa manusia berdosa itu bukan hanya sekedar sakit
secara rohani, tetapi mati secara rohani, terlihat dari:
1) Yoh 10:10b
- “Aku
datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan”.
Bahwa Yesus datang dengan tujuan supaya mereka / manusia berdosa
mempunyai hidup, jelas menunjukkan bahwa manusia itu mati (secara rohani).
2) Ef 2:1-3
- “(1)
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
(2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu
mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di
antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di
antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
Mati secara rohani / mati dalam dosa artinya adalah:
a) Ia aktif berbuat dosa.
Ini terlihat dari Ef 2:1-3 di atas, yang sekalipun dalam
ay 1nya menunjukkan bahwa manusia itu mati dalam dosa, tetapi menunjukkan
dalam ay 2-3nya bahwa itu adalah kehidupan yang berdosa.
Jadi, kalau di atas telah kita lihat bahwa manusia berdosa itu tidak
bisa berbuat baik, maka sekarang kita lihat bahwa manusia berdosa itu aktif /
terus menerus berbuat dosa.
b) Ia tidak
peduli pada hal-hal rohani, baik dosanya maupun Allah, Firman Tuhan / Injil,
dsb. Ini menyebabkan ia:
1. Tidak kenal
Allah, dan tidak peduli kepada Allah.
Ro 3:10-18
- “(10)
seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
(12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang
ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut
mereka penuh dengan sumpah serapah, (15) kaki mereka cepat untuk menumpahkan
darah. (16) Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, (17)
dan jalan damai tidak mereka kenal; (18) rasa takut kepada Allah tidak ada
pada orang itu.’”.
Penerapan: bisakah saudara berkata dengan tulus dan jujur bahwa saudara peduli
Allah dan kenal Allah? Kalau tidak, saudara adalah orang yang mati secara
rohani.
Ini
membawa konsekwensi lain, yaitu orang yang mati secara rohani itu tidak akan
mempunyai damai dalam hatinya. Manusia baru bisa damai kalau mempunyai damai
dengan Allah dan persekutuan yang baik dengan Allah. Tetapi orang yang mati
rohani ini tak peduli Allah dan tak kenal Allah, sehingga ia tidak mungkin bisa
mempunyai damai. Ia boleh mempunyai banyak uang, mobil, rumah mewah, semua
kesenangan duniawi, tetapi ia tidak bisa mempunyai damai, sukacita, kebahagiaan
yang sejati. Apakah saudara seperti itu?
2. Berani berbuat dosa dan tidak
menyesal setelah tahu dirinya melakukan dosa, dan bahkan ‘krasan’ di dalam
dosa.
Dosa
merupakan suatu persoalan rohani dan karena itu orang yang mati secara rohani
tidak akan mempedulikan dosa. Tahu kalau dusta itu dosa, dia tetap berdusta.
Tahu kalau zinah itu dosa, dia tetap berzinah. Tahu kalau benci itu dosa, dia
tetap membenci dan mendendam, dsb. Apakah saudara seperti itu? Kalau ya, saudara
adalah orang yang mati secara rohani.
3. Tidak senang doa, dan tidak bisa doa.
Dosa
merupakan suatu persoalan rohani, dan karena itu orang yang mati secara rohani
tidak bisa berdoa (tak bisa konsentrasi, ngelamun, dsb), dan tidak senang
berdoa.
4. Tidak senang pada Firman Tuhan / Kitab
Suci.
Kitab
Suci / Firman Tuhan adalah hal rohani, dan karena itu orang yang mati secara
rohani tidak akan menyenanginya.
Apakah
saudara senang membaca Kitab Suci? Bersaat teduh? Belajar Firman Tuhan? Dengar
khotbah? Ingat bahwa ada beda antara senang / rindu pada Firman Tuhan,
dan sekedar mau mendengar Firman Tuhan. Juga ada beda antara senang
mendengar khotbah, dan senang kepada Firman Tuhan. Karena apa? Karena tidak
semua khotbah adalah Firman Tuhan. Jaman sekarang ada banyak khotbah yang hanya
dipenuhi dengan lelucon, cerita dan kesaksian, tetapi tidak ada pelajaran Kitab
Sucinya. Itu bukan Firman Tuhan! Orang kafirpun bisa senang khotbah seperti
itu. Juga ada orang yang senang khotbah, asal khotbahnya menyenangkan telinga,
seperti memberikan penghiburan, menjanjikan kesembuhan, kekayaan, dsb. Ini
lagi-lagi bukan senang Firman Tuhan. Kalau saudara memang senang Firman Tuhan,
harus senang semua, bahkan yang menegur dan menyingkapkan dosa-dosa saudara.
Coba
pikirkan dari sudut Firman Tuhan ini? Apakah saudara hidup atau mati secara
rohani?
Saudara-saudara
yang kekasih, apakah saudara adalah orang yang mati secara rohani? Kalau ya,
jangan anggap enteng hal itu, karena itu akan membawa saudara ke tempat
kebinasaan yang kekal, yaitu neraka!
II) Yesus datang supaya kita hidup secara rohani.
Allah
tahu bahwa penyebab kematian rohani itu adalah dosa (Kej 2:16-17). Karena
itu, kalau Allah mau membereskan kematian rohani itu, Ia harus membereskan
penyebabnya, yaitu dosa. Lalu bagaimana?
1) Diampuni begitu saja? Tidak
mungkin, karena Allah itu adil. Kalau
Ia mengampuni begitu saja, Ia
kehilangan keadilanNya!
2) Menyuruh manusia yang mati
rohani itu berbuat baik? Juga tidak mungkin, karena manusia yang mati secara
rohani itu, senang berbuat dosa, dan tidak bisa berbuat baik.
Satu-satunya
jalan yang bisa ditempuh oleh Allah adalah: Ia sendiri harus menebus dosa kita
atau menerima hukuman dosa kita. Tetapi hukuman dosa salah satunya adalah maut
/ kematian, dan Allah tidak bisa mati. Supaya bisa mati, maka Allah harus
menjadi manusia. Dan inilah yang Allah lakukan dalam diri Yesus Kristus. Karena
itu Yesus berkata dalam Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
a) Aku datang. Ini menunjukkan
Yesus sudah ada sebelum lahir, dan itu menunjukkan keilahian Yesus.
b) Ia datang untuk memberikan
hidup rohani kepada manusia yang mati secara rohani. Karena itu, Ia mendertita
dan mati di kayu salib untuk memikul hukuman dosa kita. Ia yang hidup harus
mati, supaya kita yang mati menjadi hidup.
III) Tanggapan kita.
Bahwa
Yesus sudah mati menebus dosa-dosa umat manusia tak berarti bahwa semua manusia
menjadi hidup secara rohani / mendapatkan kehidupan secara rohani.
Kita
harus percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, baru
kita akan mendapat hidup secara rohani. Tetapi bagaimana manusia bisa percaya?
Memang sebetulnya manusia yang mati secara rohani itu tidak akan mau dan tidak
akan bisa percaya kepada Yesus dengan kekuatan dan kemauannya sendiri. Injil
dan iman adalah persoalan rohani, dan karena manusia itu mati secara rohani,
maka manusia tidak bisa mengerti Injil, menghargai Injil, apalagi percaya
kepada Injil.
Jadi
Allah harus melakukan sesuatu yang lain, yaitu melahir-barukan manusia yang
mati secara rohani itu. Dalam doktrin Reformed, lahir baru tidak sama dengan
iman. Lahir baru mendahului iman. Lahir baru merupakan pekerjaan Roh Kudus
secara mutlak. Kita pasif total. Dia melahirbarukan kita, sehingga kita mulai
hidup secara rohani, dan kita mulai bisa mendengar Injil, menghargai Injil dan
mempercayainya.
Karena
kelahiran baru itu mutlak adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tak perlu / tak dapat
kita usahakan. Kalau itu belum terjadi seseorang tidak mungkin percaya. Kalau
itu sudah terjadi seseorang pasti akan percaya.
Kalau
kita percaya kepada Yesus, lalu apa yang terjadi?
Yoh 11:25-26
- “(25)
Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan
hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
Maukah
saudara percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
saudara?
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar