47) “Ketika saya
melihat kelima dosa yang mendasar ini, terlihat dengan jelas dan mencolok bahwa
kelima dosa dasar ini masih menjadi akar penyebab manusia hidup dengan potensi
yang tidak maksimal. Kelima dosa inilah yang menjadi dasar bagi kegagalan
seluruh umat manusia. Allah ingin kita memasuki Tanah Kanaan, tempat
perhentian, berkat, keberhasilan, kemampuan, dan otoritas - Allah ingin kita
berada di sana.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 13).
Tanggapan saya:
a) Saya
tidak percaya bahwa kelima dosa yang disebutkan Edwin Louis Cole di atas,
sebagai penyebab gagalnya bangsa Israel masuk ke Kanaan, ‘masih tetap menjadi akar penyebab manusia hidup
dengan potensi yang tidak maksimal’,
dan juga ‘menjadi dasar bagi kegagalan
seluruh umat manusia’. Apa dasarnya
mengatakan seperti itu? Dalam daftar dosa itu tak ada dosa-dosa tertentu yang
juga sangat hebat seperti cinta uang, dan juga kemunafikan / merasa diri
sendiri benar (self-righteous), yang boleh dikatakan merupakan dosa yang paling
dikecam dalam Perjanjian Baru (dosa-dosa para tokoh agama pada jaman Yesus).
b) Cole
mengatakan bahwa Kanaan merupakan simbol dari tempat perhentian, berkat,
keberhasilan, kemampuan, dan otoritas. Kelihatannya yang dimaksudkan dengan
hal-hal ini adalah dalam persoalan jasmani, setidaknya dalam hidup sekarang
ini. Ini jelas salah. Kanaan adalah type dari surga (ini sudah saya bahas dalam
pelajaran di depan, dan tidak akan saya ulang di sini).
c) Ajaran
Edwin Louis Cole pada bagian akhir kutipan di atas (bagian yang saya
garis-bawahi), berbau kharismatik, yang mengajar kalau taat semua baik / sukses
(Theologia kemakmuran / sukses).
48)“Beberapa
waktu yang lalu, saya diundang menjadi salah seorang tamu di dalam acara
talkshow Kristen. Selama pertunjukkan saya mengatakan kepada pembawa acara dan
asistennya bahwa Tuhan menuntun saya untuk memerintahkan kaum pria untuk
bertobat. Ada
selang waktu untuk beristirahat selama acara berlangsung. Pembawa acara
memiringkan badannya ke arah saya dan dengan corong mikrofon yang terpasang
mati ia berkata: ‘Tidak, tidak, tidak! Kita tidak memerintahkan orang
Kristen, tetapi mengundang orang yang berdosa.’ ‘Tidak, tidak, tidak,’
saya memberikan respons balik dengan bisikan. ‘Kisah Para Rasul 17:30
mengatakan bahwa ‘Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang
Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus
bertobat.’ Ada
kunci perbedaan antara memerintahkan dan mengundang. Bila saya memberi undangan kepada Anda, Anda mempunyai kebebasan untuk
memilih. Anda bisa saja menerima atau menolak undangan saya itu. Tetapi, bila
saya memerintahkan Anda, Anda tidak punya pilihan. Anda harus mentaatinya atau
menolaknya. ... Di zaman modern ini, dalam mempsikologikan pekabaran Injil
di atas mimbar, kita sering ‘mengundang’ orang-orang untuk menerima Yesus. Kita
memberi mereka pilihan, dan mereka menolaknya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 28).
Tanggapan saya:
a) Perhatikan kata-kata Edwin Louis Cole yang saya beri garis bawah
ganda.
“Ada kunci
perbedaan antara memerintahkan dan mengundang. Bila saya memberi undangan
kepada Anda, Anda mempunyai kebebasan untuk memilih. Anda bisa saja menerima
atau menolak undangan saya itu. Tetapi, bila saya memerintahkan Anda, Anda
tidak punya pilihan. Anda harus mentaatinya atau menolaknya”.
Dari kata-kata Edwin Louis Cole saya tidak
mengerti perbedaannya. Mula-mula ia mengatakan ada kunci perbedaan antara kedua
hal itu, tetapi dalam penjabarannya tidak terlihat perbedaan!
b) Secara prinsip / arti tidak ada perbedaan antara ‘memerintahkan’ dan ‘mengundang’
seseorang untuk percaya kepada Yesus. Kalau Tuhan mengundang dan kita tidak
menerimanya, itu merupakan penghinaan, dan membuat murka Allah. Dan tidak ada
perbedaan antara ‘menolak
undangan’ dan ‘menolak untuk mentaati suatu perintah’. Dalam persoalan ini kelihatannya ada 3
kelompok ayat:
1. Ayat-ayat yang sekedar menunjukkan undangan.
Contoh: Mat 11:28 - “Marilah
kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu”.
2. Ayat-ayat menunjukkan undangan tetapi mengandung suatu ‘paksaan’,
sehingga boleh dikatakan merupakan perintah.
Contoh:
Mat 22:1-14 - “(1)
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: (2) ‘Hal Kerajaan
Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk
anaknya. (3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah
diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.
(4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang
yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan
dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke
perjamuan kawin ini. (5) Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak
mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus
usahanya, (6) dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan
membunuhnya. (7) Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar
kota mereka.
(8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah
tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.
(9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah
setiap orang yang kamu jumpai di sana
ke perjamuan kawin itu. (10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka
mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat
dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan
tamu. (11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara,
bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi
orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah
kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling
gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. (14) Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.
Luk 14:15-24 - “(15)
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus:
‘Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.’ (16) Tetapi Yesus
berkata kepadanya: ‘Ada
seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. (17)
Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para
undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. (18) Tetapi
mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah
membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. (19) Yang
lain berkata: Aku telah membeli lima
pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. (20)
Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.
(21) Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu
murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera
ke segala jalan dan lorong kota
dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang
buta dan orang-orang lumpuh. (22) Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa
yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih
ada tempat. (23) Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan
dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena
rumahku harus penuh. (24) Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada
seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu.’”.
3. Ayat-ayat yang betul-betul memerintahkan orang untuk percaya kepada
Yesus.
Kis 17:30 - “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan,
maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua
mereka harus bertobat”.
Kis 16:31
- “Jawab mereka: ‘Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
49) “Ketidaktaatan
menghancurkan kedamaian. Karena itu, tidak pernah ada roh ketidaktaatan yang
masuk ke dalam sorga. Hanya dengan satu roh ketidaktaatan, kedamaian akan
menjadi rusak berantakan. Hanya pernah terjadi sekali - Lucifer. Allah langsung
memaksa Lucifer angkat kaki dari sorga. Tidak akan pernah ada lagi” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 30).
Tanggapan saya:
a) Lucifer
bukan nama dari komandan setan. Ini sudah saya bahas di no 26 di atas, dan
tidak akan saya ulangi di sini.
b) Istilah ‘roh
ketidak-taatan’ itu muncul dari mana?
c) Apakah
‘Lucifer’ yang ia bicarakan itu bisa merusak kedamaian dari Allah?
50) “Yesus
menyatakan kelembutan-Nya dengan penuh kasih di dalam pesan-pesan-Nya,
karya-Nya, di dalam kesembuhan dan penghiburan, dan melalui kematian-Nya di
atas kayu salib. Tetapi, Yesus juga ingin mengusap dan membelai anak kecil, dan
merangkul mereka ke lengan-Nya dengan erat. Di sisi lain, Yesus juga
menunggangbalikkan meja-meja penukar uang dan orang-orang yang berdagang di
dalam Bait Allah. Dari hal ini kita bisa melihat suatu gambaran bahwa Yesus
adalah Anak Manusia, sekaligus juga Anak
Allah” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’,
hal 51).
Tanggapan saya:
Yang mana yang menunjukkan Yesus sebagai Anak Manusia dan
yang mana yang menunjukkan Yesus sebagai Anak Allah? Kata-kata Edwin Louis Cole
ini betul-betul gila, karena baik kelembutanNya maupun kekerasan / ketegasanNya
tidak menunjukkan kemanusiaan (Anak
Manusia) maupun keilahianNya (Anak Allah)! Baik Yesus ditinjau sebagai
Allah, ataupun sebagai manusia, Ia tetap bisa melakukan kedua-duanya!
51) “Yesus berkata
di dalam Yohanes 10:10, ‘Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan
membinasakan.’ Televisi bertindak seperti seorang pencuri” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 117).
Tanggapan saya:
a) Coba baca
Yoh 10:10 secara keseluruhan.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya
untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Jelas bahwa Yesus mengkontraskan pencuri itu dengan
diriNya sendiri. Jadi, tidak mungkin bahwa pencuri itu adalah televisi! Pencuri
itu pastilah seorang nabi palsu, atau seorang pelayan Tuhan yang tidak
bertanggung jawab. Dan Edwin Louis Cole adalah salah satu contohnya!
Untuk menunjukkan bahwa penafsir-penafsir
menghubungkan Yoh 10:10 dengan nabi-nabi palsu, saya memberikan komentar
beberapa penafsir tentang ayat itu.
Calvin: “Not without reason, therefore, does
Christ testify that false teachers, whatever may be the mildness and
plausibility of their demeanour, always carry about a deadly poison, that we
may be more careful to drive them away from us” (= Karena itu,
bukan tanpa alasan Kristus menyaksikan bahwa guru-guru palsu,
bagaimanapun lembut / halus dan masuk akalnya sikap / kelakuan mereka, selalu
membawa racun yang mematikan, supaya kita bisa lebih hati-hati untuk mengusir
mereka dari kita).
Barnes’ Notes:
“The
thief has no other design in coming but to plunder. So false teachers
have no other end in view but to enrich or aggrandize themselves” (= Pencuri tidak mempunyai rancangan lain dalam
kedatangannya kecuali untuk merampas / menjarah. Demikian juga guru-guru
palsu tidak mempunyai tujuan yang kelihatan kecuali untuk memperkaya atau
memperbesar kekayaan / memperluas kekuasaan / meninggikan diri mereka sendiri).
Adam Clarke:
“Their
doctrine is deadly; they are not commissioned by Christ, and therefore they
cannot profit the people. Their character is well pointed out by the Prophet
Ezekiel, Ezek 34:2, etc” (= Doktrin
mereka mematikan; mereka tidak ditugaskan / diberi otoritas oleh Kristus, dan
karena itu mereka tidak bisa memberi manfaat kepada orang-orang. Karakter
mereka ditunjukkan dengan baik oleh Nabi Yehezkiel, Yeh 34:2-dst).
Bdk. Yeh 34:1-6 - “(1) Lalu
datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan
gembala-gembala Israel,
bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang
menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya
digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari
bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu
sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit
tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa
pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan
kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena
gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan.
Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang
tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang
memperhatikan atau yang mencarinya”.
Jadi, kalau Edwin Louis Cole menafsirkan TV sebagai
‘pencuri’ dalam Yoh 10:10, itu jelas merupakan kegilaan! Harus diakui bahwa TV
memang bisa merugikan kalau disalah-gunakan. Tetapi kalau mau mengajar tentang
hal itu, jangan menggunakan Yoh 10:10! Mungkin bisa menggunakan Kel 20:3,
karena kalau TV diutamakan lebih dari Tuhan, TV itu menjadi ‘allah lain’ dalam
kehidupan kita.
52) “Berjuta anak
tanpa orang tua akan menjadi masalah, seperti yang telah dinubuatkan oleh
Yesaya: ‘penguasa mereka ialah anak-anak’.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 139-140).
Tanggapan saya:
Edwin Louis Cole tidak menyebutkan dimana Yesaya
mengatakan hal itu. Tetapi kata-kata ‘penguasa
mereka ialah anak-anak’ ada dalam Yes
3:12.
Yes 3:12 - “Adapun umatKu, penguasa mereka ialah
anak-anak, dan perempuan-perempuan memerintah atasnya. Hai umatKu,
pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan yang kamu tempuh mereka
kacaukan!”.
KJV/RSV: ‘children
are their oppressors’ (= anak-anak adalah penindas-penindas mereka).
NIV: ‘Youths
oppress my people’ (= Anak-anak muda menindas umatKu / bangsaKu).
NASB: ‘Their
oppressors are children’ (= Penindas-penindas mereka adalah anak-anak).
Ini lagi-lagi merupakan penggunaan ayat yang sama
sekali tidak pada tempatnya!
Jamieson, Fausset & Brown: “Oppressors - literally, exactors; i.e., exacting
princes (Isa 60:17). They who ought to be protectors are exactors: as
unqualified for rule as ‘children,’ as effeminate as ‘women.’” [= Penindas-penindas - secara hurufiah,
pemeras-pemeras; yaitu pangeran-pangeran / raja-raja yang memeras (Yes 60:17).
Mereka yang seharusnya menjadi pelindung-pelindung adalah pemeras-pemeras: sama
tidak memenuhi syaratnya untuk memerintah seperti ‘anak-anak’, sama
bersifat kewanitaannya seperti ‘perempuan-perempuan’].
Barnes’ Notes: “‘As for my
people, children are their oppressors.’ This refers, doubtless, to their civil
rulers. They who ‘ought’ to have been their ‘protectors,’ oppressed them by
grievous taxes and burdens. But whether this means that the rulers of the
people were ‘literally’ minors, or that they were so in ‘disposition and
character,’ has been a question. ... Or it may mean that the ‘character’ of the
princes and rulers was that of inexperienced children, unqualified for
government” (= ‘Berkenaan
dengan bangsaKu, anak-anak adalah penindas-penindas mereka’. Ini tak diragukan,
menunjuk pada pemerintah / penguasa-penguasa sipil mereka. Mereka yang
seharusnya menjadi pelindung-pelindung mereka, menindas mereka dengan
pajak-pajak dan beban-beban yang menyedihkan. Tetapi apakah ini berarti
bahwa pemerintah / penguasa-penguasa dari bangsa itu secara hurufiah adalah
orang-orang yang belum dewasa, atau bahwa mereka adalah demikian dalam
kecondongan dan karakter, telah menjadi suatu pertanyaan / persoalan. ... Atau
itu bisa berarti bahwa karakter dari pangeran-pangeran / raja-raja dan
penguasa-penguasa adalah karakter dari anak-anak yang tidak berpengalaman,
tidak memenuhi syarat untuk pemerintahan).
Dari penjelasan ini terlihat bahwa Yes 3:12 tak ada hubungannya
dengan anak-anak yang menjadi masalah karena tak ada orang tua. Ini sama sekali
bukan nubuat tentang hal itu. Ini merupakan penafsiran dari Edwin Louis Cole yang
membengkokkan ayat semaunya sendiri.
53) “Allah
menginginkan keadaan seperti kanak-kanak, tetapi Ia membenci kekanak-kanakan” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 140).
Tanggapan saya:
a) Apakah
memang Allah membenci kekanak-kanakan? Mana dasar ayatnya?
b) Apakah
memang Allah menginginkan keadaan seperti kanak-kanak? Mari kita baca ayat di
bawah ini.
1Kor 14:20 - “Saudara-saudara, janganlah sama
seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi
orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Jadi, tidak selalu Allah menginginkan keadaan seperti
kanak-kanak! Dalam kejahatan kita harus seperti kanak-kanak (Lit:
‘bayi’), tetapi dalam pemikiran / pengertian kita justru tidak boleh
seperti kanak-kanak, tetapi harus seperti orang dewasa!
Dalam hal pengertian, menurut saya, baik Edwin Louis
Cole maupun tokoh-tokoh / pengajar-pengajar dalam gerakan pria sejati / maximal
ini, betul-betul seperti bayi-bayi, bahkan seperti orang kafir!
54) “Salah satu
sifat umum kekanak-kanakan dalam diri pria masa kini adalah kecanduan terhadap
pornografi” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 140).
Tanggapan saya:
Saya tak bisa melihat bahwa ini kekanak-kanakan. Ini
dosa!
55) “Setiap pria
mempunyai pilihan untuk menjadi seorang pria yang kekanak-kanakan, seorang pria
dewasa atau seorang pria perjanjian. Yesus bertanya, ‘Dengan apakah akan
Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?’
Kemudian Yesus menjawab sendiri pertanyaan itu, ‘Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu,
tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak
menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum
anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua
orang yang menerimanya’ (Luk 7:32-35). Dalam bahasa kontemporer, ‘Jika aku
tidak bermain menurut peraturanmu, kau akan mengambil bola dan pulang!’ Pria
yang sedang bertumbuh berkata kepada istrinya, ‘Ikuti cara saya.’
Kekanak-kanakan!” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 141-142).
Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi penggunaan text secara out of context,
dan sekaligus suatu penafsiran yang ngawur tidak karuan! Luk 7:32-35 tidak ada
hubungannya dengan orang yang berkata ‘Jika aku tidak bermain menurut peraturanmu,
kau akan mengambil bola dan pulang!’. Juga tidak ada hubungannya dengan pria yang menuntut istrinya
mengikuti caranya. Ini juga bukan kekanak-kanakan!
Lalu apa arti dari Luk 7:32-35? Ini merupakan
kata-kata Yesus terhadap orang-orang yang menolak (ay 31-35).
a) Dalam
ayat-ayat ini Yesus berbicara tentang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
yang menolak Yohanes Pembaptis maupun diriNya sendiri.
b) Dalam
ay 32 Yesus memberikan suatu perumpamaan. Perumpamaan itu tentang dua grup
anak, dimana grup pertama mengajak bermain tapi grup kedua tidak mau.
1. Ay 32a:
grup pertama mengajak bermain pesta-pestaan, tetapi grup kedua tidak mau.
2. Ay 32b:
grup pertama mengajak bermain tentang suatu perkabungan (sesuatu yang kontras
dengan suatu ajakan yang pertama ), tetapi grup kedua lagi-lagi tidak mau .
Grup kedua yang tidak responsive / tidak tanggap ini
persis seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
a. Pada
waktu Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan dan tidak minum (ay 33a).
Artinya, Yohanes Pembaptis makan / minum hal-hal tertentu saja
(Luk 7:33 Mat 3:4). Tanggapan
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: ia kerasukan setan (ay 33b).
b. Pada
waktu Yesus datang, Ia datang dengan cara yang kontras dengan Yohanes
Pembaptis. Ia makan dan minum (ay 34a). Artinya, Yesus makan dan minum seperti
orang biasa.
Tanggapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: Ia
pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa
(ay 34b bdk. Luk 7:36-50,
khususnya ay 39nya).
Jadi memang Yohanes Pembaptis kontras dengan Yesus,
tetapi para tokoh agama itu menolak kedua-duanya. Hal apa yang bisa kita
pelajari dari sini?
·
Hamba Tuhan /
orang kristen selalu serba salah.
Hidup seperti Yohanes Pembaptis salah, hidup seperti
Yesus (kontrasnya) juga salah. Setiap orang kristen yang sungguh-sungguh
(apalagi seorang hamba Tuhan), harus ‘siap untuk selalu disalahkan’! Kita harus
belajar menulikan telinga kita terhadap kritik-kritik yang tidak berdasar (ini
tidak berarti bahwa kita harus menolak seadanya kritik!).
Adam Clarke:
“Whatever
measures the followers of God may take, they will not escape the censure of the
world: the best way is not to be concerned at them” (= Tindakan /
langkah apapun yang dilakukan oleh pengikut-pengikut Allah, mereka tidak akan
lolos dari kritikan dunia: jalan / cara yang terbaik adalah dengan tidak
memperhatikan / mempedulikannya) -
hal 130.
·
Kalau seorang
tidak mau mendengar kebenaran Firman
Tuhan, ia selalu bisa
mendapatkan alasan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak Yohanes
Pembaptis maupun Yesus dengan alasan-alasan tadi (ay 33b,34b).
Contoh alasan yang sering dipakai untuk menolak Firman
Tuhan:
*
Khotbah terlalu
panjang atau terlalu pendek.
*
Khotbah terlalu
gampang atau terlalu sukar.
*
Khotbah terlalu
lunak atau terlalu keras.
*
Khotbah terlalu
sukar atau terlalu mudah.
*
dan sebagainya.
Pertanyaan yang harus ditanyakan kepada orang-orang
yang menolak Firman Tuhan dengan berbagai alasan itu, adalah: sebetulnya, kamu
itu rindu pada kebenaran Firman Tuhan atau tidak?
Adam Clarke:
“There
are some to whom every thing is useful in leading them to God; others, to whom
nothing is sufficient. Every thing is good to an upright mind, every thing is
bad to a vicious heart” (= Ada orang-orang bagi siapa segala sesuatu
berguna dalam membimbing mereka kepada Allah; dan orang-orang lain bagi siapa
tidak ada apapun yang cukup. Segala sesuatu adalah baik bagi pikiran yang
lurus, segala sesuatu adalah jelek bagi hati yang jahat) - hal 129.
·
Orang yang
menolak Yohanes Pembaptis, juga menolak Yesus.
Kalau saudara menolak seorang hamba Tuhan yang benar,
jangan terlalu berharap bahwa saudara bisa mendapatkan berkat dari hamba Tuhan
yang lain. Orang yang menolak seorang hamba Tuhan, biasanya juga akan menolak
semua hamba Tuhan yang lain.
56) “Dr. Pearsall
datang kepada seorang dokter dan menyatakan bahwa ia sedang sakit dan
membutuhkan perawatan. Selama enam bulan para dokter mengatakan kepadanya bahwa
ia tidak menderita sakit sampai akhirnya salah seorang
dokter setuju melakukan MRI untuk membuktikannya. Hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya sebuah tumor, yang bisa menjadi kanker, di daerah panggul, tepat di tempat
yang dirasakan sakit oleh Dr. Pearsall. Ia percaya bahwa hatinya
mengatakan suatu hal yang tidak bisa dipahami oleh orang lain. Termasuk
dalam temuannya adalah keyakinannya bahwa hati berbicara lebih dulu daripada
pikiran dalam mengatakan kepada kita tentang tubuh kita, dan hidup kita. Hal
yang menarik! Dalam kandungan, hati dibentuk lebih dahulu sebelum otak.
Kita harus lebih banyak mendengarkan hati kita daripada pikiran kita, demikian
kata Dr. Pearsall. Ketika ia memberikan kuliah tentang topik ini, seorang
psikiater yang hadir dalam kuliah itu bercerita tentang pasiennya. Seorang
gadis berusia delapan tahun adalah penerima jantung transplantasi dari seorang
donor berusia sepuluh tahun yang juga adalah seorang anak gadis. Gadis donor
itu sebelumnya telah diperkosa dan dibunuh. Ibu dari gadis berusia delapan tahun
itu mulai berpikir keras ketika anak gadisnya itu menceritakan mimpi-mimpi yang
ia alami. Ibu itu membawa putrinya itu ke seorang psikiater untuk
mengkonsultasikan tentang masalah itu, dan mereka akhirnya memutuskan untuk
melaporkan kepada polisi perihal mimpi-mimpi anak gadis itu. Berdasarkan
laporan itu, polisi menangkap tetangga dari anak gadis yang diperkosa dan
dibunuh itu. Gadis penerima jantung transplantasi itu melukiskan secara
terperinci tentang rumah di mana pembunuhan itu terjadi, bentuk kamarnya,
percakapan yang terjadi antara korban dan pembunuh itu, dan semua gambaran yang
diberikan oleh gadis itu tepat dan benar sehingga akhirnya si tetangga itu
dinyatakan sebagai pembunuh gadis berusia sepuluh tahun itu. Coba pikirkan,
seorang gadis berusia delapan tahun penerima jantung transplantasi dari gadis
donor berusia sepuluh tahun bisa menceritakan secara terperinci tentang
pembunuhan yang telah terjadi. Hati (jantung menurut pengertian Bahasa Inggris)
mengetahui semua yang terjadi. Hati tetap hidup. Tubuh dan otak dari gadis
donor itu telah tiada, tetapi hatinya tetap hidup karena transplantasi itu dan
semua ingatan tentang pembunuhan itu tersimpan di dalam hatinya. ... Hati
Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya bahwa ia menderita sakit, tetapi
pikiran manusia tidak bisa memahami pengetahuan yang berasal dari hati. Hati
mengenal apa yang tidak dapat dipahami oleh pikiran. Dalam hal inilah kita
terlalu banyak kehilangan. Mengapa? Karena kita terlalu banyak mendengar dengan
pikiran kita sehingga kita kehilangan apa yang dikatakan oleh hati kita” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 146-147,148).
Tanggapan saya:
Lagi-lagi ajaran gila tanpa dasar Alkitab, tetapi
hanya didasarkan atas pengalaman seseorang, dan pengalaman inipun dianalisa
secara acak-acakan.
Ada beberapa hal yang saya soroti:
a) Dr.
Pearsall merasakan sakit di tempat tertentu dari tubuhnya. Jadi jelas
bahwa itu bukan urusan hati! Tetapi Edwin Louis Cole mengatakan ‘hatinya mengatakan’, ‘hati Dr.
Pearsall berbicara kepada dirinya ...’.
Ini omong kosong!
b) Orang
ini mengacau-balaukan hati (heart)
sebagai pusat manusia, dan jantung (heart)
sebagai organ tubuh! Dan ini terus ia lakukan dalam buku ini hal 146-149.
Kalau kata ‘heart’
(= hati) disoroti sebagai pusat dari manusia maka bisa dikatakan bahwa ‘heart’ (= hati) itu bisa berpikir.
Kata-kata ‘berpikir dalam hatinya’ sedikitnya muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu
dalam Mark 2:6 dan Luk 5:21.
Mark 2:6 - “Tetapi di situ
ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:”.
Luk 5:21 - “Tetapi
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya:
‘Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah sendiri?’”.
Tetapi kalau kata ‘heart’
diartikan sebagai organ tubuh, yaitu jantung, adalah mustahil jantung bisa
berpikir!
c) Merupakan
kegilaan dan bahkan kesesatan untuk mengatakan bahwa hati gadis itu hidup terus
karena ditransplantasikan ke gadis lain! Dan apakah pengetahuan lain, seperti
misalnya yang dipelajari di sekolah, juga ditransfer ke gadis penerima jantung
itu? Kalau demikian, ia bisa naik dua tingkat / kelas dalam sekolahnya! Saya
berpendapat ada kemungkinan-kemungkinan penjelasan lain untuk cerita ini (kalau
ceritanya memang benar):
1. Allah
yang memberikan mimpi-mimpi itu untuk memberikan petunjuk.
2. Gadis
yang mati itu tadinya kerasukan setan, dan setelah ia mati setannya pindah ke
gadis penerima jantung itu, dan mentransfer (sebagian) pengetahuan gadis
pertama. Ini mirip seperti kasus anak yang tahu tentang masa lalunya, dan
setelah diselidiki ternyata semua benar.
d) Apakah
semua orang lain yang menerima transplantasi jantung juga mendapat pengetahuan
dari pendonornya? Kalau ya, mengapa tidak pernah ada pemberitaan tentang hal
itu, kecuali oleh Edwin Louis Cole? Dan kalau memang kata-kata Cole ini benar,
orang Kristen awam yang menerima jantung dari seorang ahli theologia, bisa
langsung mempunyai pengetahuan Alkitab yang hebat (hanya pengetahuannya atau
juga iman dan kekudusannya?). Kalau ini benar, kalau saya mati, saya mau
mendonorkan jantung saya, supaya pengetahuan Alkitab yang telah saya dapatkan
tidak hilang. Kalau bisa saya donorkan kepada tokoh-tokoh / pengajar-pengajar
dari gerakan pria sejati / maximal, supaya mereka mempunyai pengertian Alkitab
yang baik dan berhenti dari penyesatan yang mereka lakukan!
e) Mari
kita soroti cerita tentang Lazarus dan orang kaya dalam Luk 16:19-31.
1. Setelah
mati dan masuk alam maut / neraka, orang kaya tetap ingat bahwa ia mempunyai 5
saudara yang masih hidup, yang juga sama tidak berimannya dengan dirinya
sendiri pada saat ia masih hidup di dunia. Ini menyebabkan ia minta supaya
Lazarus dibangkitkan untuk memberitakan Injil kepada kelima saudaranya itu.
Luk 16:27-28 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta
kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih
ada lima orang
saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka
jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini”.
2. Abraham,
yang pada saat itu juga sudah mati, juga tetap ingat bahwa dalam kehidupan
mereka, orang kaya itu hidup enak, sedangkan Lazarus hidup menderita.
Luk 16:25 - “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah,
bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus
segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Apakah sebelum mati mereka berdua mendonorkan
jantungnya, sehingga setelah mati, jantung mereka masih hidup di dunia,
sehingga setelah mati mereka bisa mengingat hal-hal itu? Tetapi saat itu adalah
jaman primitif, sehingga jelas belum ada transplantasi jantung. Lalu bagaimana
mereka mendonorkan jantungnya?
f) Saya
sangat meragukan bahwa dalam kandungan, hati (heart - jantung) dibentuk lebih dulu dari otak! Tetapi ini merupakan
urusan kedokteran, bukan urusan theologia. Tetapi, kalaupun apa yang dikatakan
Edwin Louis Cole dalam hal ini benar, lalu apa hubungannya dengan seluruh
cerita ini? Apakah karena hati itu ada lebih dulu, lalu hati (heart - jantung) itu bisa menyimpan pengetahuan
lebih lama dari otak? Apa dasarnya beranggapan seperti ini?
57) “Melanggar satu perintah sama dengan melanggar semuanya.
Tidak ada seorang manusia pun yang dapat taat tanpa cacat kepada
perintah-perintah itu, kebanyakan kita
sudah pernah melanggar perintah-perintah itu” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 152).
Tanggapan saya:
a) Perhatikan
kata ‘kebanyakan’ dalam kutipan dari kata-kata Edwin Louis Cole di
atas. Kebanyakan? Alkitab mengatakan ‘semua’. Yang dikecualikan hanya Yesus
Kristus!
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada
orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Ro 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah”.
b) Lagi-lagi
Edwin Louis Cole mengajar tanpa dasar ayat. Ayat yang mungkin ada dalam
pikirannya adalah Yak 2:10-11.
Yak 2:10-11 - “(10) Sebab barangsiapa menuruti
seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah
terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: ‘Jangan berzinah’, Ia mengatakan
juga: ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka
kamu menjadi pelanggar hukum juga”.
Tetapi apa arti dari ayat ini? Apakah memang seperti
yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
Calvin memberikan komentar tentang ayat ini, yaitu
tentang apa yang diajarkan dan yang tidak diajarkan oleh ayat ini.
1. Ayat
ini memaksudkan bahwa Allah tidak akan dihormati dengan memperkecualikan
ayat-ayat tertentu dari Alkitab.
2. Ayat
ini memaksudkan bahwa Allah tidak mengijinkan kita untuk memotong / membuang
bagian-bagian Alkitab yang tidak / kurang menyenangkan bagi kita.
3. Ayat
ini tidak berarti bahwa semua dosa itu sama berat.
4. Ayat
ini tidak berarti bahwa orang yang bersalah terhadap satu hukum harus dihukum
setara dengan dia yang seluruh hidupnya berdosa dan jahat.
Calvin: “What alone he
means is, that God will not be honored with exceptions, nor will he allow us
to cut off from his law what is less pleasing to us. At the first view,
this sentence seems hard to some, as though the apostle countenanced the
paradox of the Stoics, which makes all sins equal, and as though he
asserted that he who offends in one thing ought to be punished equally with him
whose whole life has been sinful and wicked. But it is evident from the
context that no such thing entered into his mind. ... We now, then,
understand the design of James, that is, that if we cut off from God’s law what
is less agreeable to us, though in other parts we may be obedient, yet we be
come guilty of all, because in one particular thing we violate the whole law.
And though he accommodates what is said to the subject in hand, it is yet taken
from a general principle, - that God has prescribed to us a rule of life, which
it is not lawful for us to mutilate. For it is not said of a part of the law,
‘This is the way, walk ye in it;’ nor does the law promise a reward except to
universal obedience”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
58) “Catatan firman
Tuhan tentang Musa dalam perjalanannya menuju kepemimpinan atas Israel
mengatakan bahwa ia sakit sampai hampir mati. Istrinya, Zipora,
menyunatkan anak sulungnya, dan Musa menjadi sembuh, lalu melanjutkan
perjalanannya ” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 159).
“Adalah tanggung
jawab Musa untuk menyunatkan anaknya, namun ia gagal melakukan tanggung
jawab itu. Mengapa? Saya tidak tahu. Dari pengalaman praktis saya bisa
membayangkan betapa sibuknya dia dengan panggilan Allah di dalam hidupnya
sehingga ia menyerahkan tanggung jawabnya itu kepada istrinya untuk
memperhatikan keluarganya. Istrinya, Zipora, tidak memiliki kesamaan dalam
hal didikan, warisan budaya atau pengertian tentang Yehovah; oleh karena itu
ketika ia dipaksa melakukan tugas itu,
ia marah. Dosa Musa karena mengabaikan aspek yang terpenting dalam hidupnya ini
- yaitu membapai - kemungkinan disebabkan oleh
keterikatannya dengan seorang Midian, yang terlalu baik kepada anaknya,
sementara Musa terlalu baik kepada perempuan itu” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 160).
Tanggapan saya:
a) Sekalipun
mungkin, tetapi Alkitab tidak pernah mengatakan / menuliskan bahwa ‘Musa sakit sampai hampir mati’. Alkitab hanya menuliskan bahwa Tuhan ‘berikhtiar untuk membunuhnya’. Alkitab juga tidak pernah menuliskan bahwa setelah
penyunatan itu ‘Musa menjadi
sembuh’ (sekalipun ini mungkin saja).
Alkitab hanya menuliskan ‘Lalu TUHAN
membiarkan Musa’.
Kel 4:24-26 - “(24) Tetapi di tengah jalan, di
suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk
membunuhnya. (25) Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit
khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata:
‘Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.’ (26) Lalu TUHAN membiarkan
Musa. ‘Pengantin darah,’ kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu”.
Calvin sendiri juga menganggap bahwa pernyataan bahwa
Musa dihajar dengan penyakit yang berat merupakan sesuatu yang terlalu berani.
Calvin: “Certain Rabbins,
then, are unwise in their conjecture, that Moses had provoked God’s vengeance
on this occasion against himself, because he took his wife and children with
him as being a useless charge, which would be likely to encumber him. They
pronounce also, too boldly, on the nature of his scourge, viz., that he was
afflicted by a severe disease, which endangered his life. Be it sufficient
for us to know that he was terrified by the approach of certain destruction,
and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn him, so that
he hastened to seek for a remedy”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
b) ‘Anak
sulungnya’?
Biarpun tidak dikatakan secara explicit tetapi
kelihatannya anak yang disunat oleh Zipora itu bukan anak sulung tetapi anak
kedua / bungsu.
Kel 2:21-22 - “(21) Musa bersedia tinggal di
rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. (22)
Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom,
sebab katanya: ‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.’”.
Kel 4:20 - “Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya
lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah
Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya”.
Anak sulung Musa adalah Gersom (Kel 2:22), dan dalam
Kel 4:20 ia sudah mempunyai anak-anak (bentuk jamak). Bdk. Kel 18:3-4 dan
1Taw 23:15 yang mengatakan bahwa anak-anak Musa adalah Gersom dan Eliezer.
Kel 18:3-4 - “(3) dan kedua anak laki-laki Zipora;
yang seorang bernama Gersom, sebab kata Musa: ‘Aku telah menjadi seorang
pendatang di negeri asing,’ (4) dan yang seorang lagi bernama Eliezer,
sebab katanya: ‘Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari
pedang Firaun.’”.
1Taw 23:15 - “Anak-anak Musa ialah Gersom dan
Eliezer”.
Yang disunat oleh Zipora dalam Kel 4:25 adalah
‘anak’nya (bentuk tunggal), dan kelihatannya ini adalah anak yang kedua /
bungsu.
Keil & Delitzsch (tentang Kel 4:24-26): “From the word ‘her son,’ it is evident that
Zipporah only circumcised one of the two sons of Moses (v. 20); so that the
other, not doubt the elder, had already been circumcised in accordance with the
law” [= Dari kata
‘anaknya’, adalah jelas bahwa Zipora hanya menyunatkan satu dari dua anak
laki-laki dari Musa (ay 20); sehingga yang satunya, tak diragukan yang lebih
tua, telah disunat sesuai dengan hukum Taurat].
c) Dalam
kutipan kedua (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 160) itu, mula-mula Edwin Louis
Cole mengatakan ia tidak tahu mengapa Musa tidak menyunatkan anaknya, tetapi
mungkin karena kesibukannya, ia lalu melemparkan tugas itu kepada istrinya.
Tetapi pada bagian bawah dari kata-katanya (yang saya beri garis bawah ganda)
mengatakan bahwa penyebab tidak disunatnya anak itu adalah: Zipora terlalu baik
kepada anak itu, dan Musa terlalu baik kepada Zipora. Ini dua hal yang
bertentangan!
Menurut saya adalah tidak mungkin Musa melalaikan
penyunatan anak itu karena kesibukannya. Penyunatan tidak membutuhkan banyak
waktu, dan ia tidak harus menyunat anak itu dengan tangannya sendiri, tetapi
bisa menyuruh orang untuk menyunatkan anak itu.
Ada kemungkinan bahwa Musa dan / atau Zipora merasa
kasihan kepada anak sulungnya, yaitu Gersom, ketika ia disunat. Karena itu,
anak kedua, yaitu Eliezer (Kel 18:4), ditunda penyunatannya.
Atau, seperti dikatakan oleh Calvin, Musa tidak
menyunatkan anaknya karena mertua / istrinya tidak menyetujuinya, dan ia lebih
ingin menyenangkan orang dari pada Tuhan.
Calvin: “Be it sufficient
for us to know that he was terrified by the approach of certain destruction,
and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn him, so that
he hastened to seek for a remedy. For, as we have just said, it would never
have otherwise occurred to himself or his wife to circumcise the child to
appease God’s wrath; and it will appear a little further on, that God was, as
it were, propitiated by this offering, since he withdrew his hand, and took
away the tokens of his wrath. I therefore unhesitatingly conclude, that
vengeance was declared against Moses for his negligence, which was connected
with still heavier sins; for he had not omitted his son’s circumcision from
forgetfulness, or ignorance, or carelessness only, but because he was aware
that it was disagreeable either to his wife or to his father-in-law. Therefore,
lest. his wife should quarrel with him, or his father-in-law trouble him, he
preferred to gratify them than to give occasion for divisions, or enmity, or
disturbance. In the meantime, however, for the sake of the favour of men he
neglected to obey God. This false dealing was no light offense, since nothing
is more intolerable than to defraud God of his due obedience, in order to
please men”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
59) “Abraham adalah
bapa segala orang percaya di bumi ini. ... Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang
Abraham turunkan kepada keturunannya? Pertama, ia dibenarkan karena iman;
kedua, ia taat memberikan persepuluhan; ketiga, ia menyelamatkan Lot; keempat,
ia memimpin keluarganya. Allah mengangkat Abraham sebagai pemimpin atas
keluarga sorgawi yang ada di atas bumi ini melalui kepemimpinannya atas
keluarga duniawinya” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 159-160).
Tanggapan saya:
a) Dari
mana tahu-tahu muncul persepuluhan? Abraham memang memberikan 1/10 hasil
rampasan kepada Melkisedek (Kej 14:20), tetapi ini tidak bisa dianggap
sebagai ketaatan, karena pada saat itu hal itu belum diwajibkan. Memberikan
persembahan persepuluhan baru diwajibkan pada jaman Musa.
b) Penyelamatan
Lot juga tidak pernah ditekankan oleh Alkitab sebagai ketaatan Abraham.
c) Abraham
memimpin keluarganya? Inipun tak pernah ditekankan sebagai ketaatan Abraham.
Perlu diingat bahwa Abraham melakukan polygamy, karena mengambil Hagar menjadi
istri / gundik, biarpun itu ia lakukan atas saran dari Sarai.
d) Abraham
tidak diangkat menjadi pemimpin atas keluarga sorgawi yang ada di atas bumi melalui
kepemimpinannya atas keluarga duniawinya! Abraham disebut sebagai ‘bapa orang beriman’ bukan karena keberhasilannya memimpin keluarga
duniawinya, tetapi karena imannya!
Ro 4:9-13 - “(9) Adakah ucapan bahagia ini hanya
berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah
kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai
kebenaran. (10) Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau
sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. (11) Dan tanda
sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang
ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua
orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka,
(12) dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya
bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita,
pada masa ia belum disunat. (13) Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan
janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi
karena kebenaran, berdasarkan iman”.
Ro 4:16-25 - “(16) Karena itulah kebenaran berdasarkan
iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua
keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab
Abraham adalah bapa kita semua, - (17) seperti ada tertulis: ‘Engkau telah
Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa’ - di hadapan Allah yang kepadaNya ia
percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan
dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada. (18) Sebab sekalipun tidak
ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia
akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun
ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah
kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap
janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam
imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa
Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (22) Karena itu
hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (23) Kata-kata ini, yaitu
‘hal ini diperhitungkan kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham saja, (24)
tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya,
karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan
kita, dari antara orang mati, (25) yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.
60) “Pikirkan
pekerjaan-pekerjaan seorang ayah sejati, seorang anak Abraham yang sejati,
seorang anak Allah yang sejati. Pertama, sunatkan
anak laki-lakimu. Dalam Perjanjian Baru pekerjaan penyunatan anak ini (secara
rohani) sama dengan memastikan bahwa anak-anak Anda adalah orang-orang
Kristen yang sejati, yang lahir dari Roh Allah” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 161).
Tanggapan saya:
a) Lagi-lagi
ajaran tanpa dasar Alkitab. Mana dasar Alkitabnya untuk mengatakan bahwa
menyunatkan anak (secara rohani) merupakan pekerjaan dari ayah saja (bukan dari
ibu)?
b) Menyunatkan
anak (secara rohani) adalah sama dengan memastikan kekristenan anak? Rasanya
lebih cocok kalau disamakan dengan penginjilan terhadap anak.
c) Dan
kalau mau mengikuti ajaran Edwin Louis Cole, itu berarti kita hanya perlu
memastikan bahwa anak laki-laki kita adalah orang-orang Kristen sejati.
Lalu bagaimana dengan anak-anak perempuan kita?
Dari
banyaknya bagian-bagian dimana ajaran-ajaran diberikan atau tanpa dasar Alkitab
sama sekali, atau dengan dasar Alkitab yang ditafsirkan secara kacau balau,
jelas bahwa adalah tidak mungkin / sukar untuk menyebut gerakan pria sejati /
maximal ini sebagai gerakan yang Alkitabiah!
Penerapan: bagi semua saudara, belajarlah untuk hanya menerima
ajaran yang mempunyai dasar Alkitab yang ditafsirkan secara benar. Kalau ada orang
mengajar tanpa dasar Alkitab, atau menggunakan ayat Alkitab yang ditafsirkan
secara kacau balau, tak peduli siapa pengajar itu, jangan pedulikan ajarannya!
Sebaliknya, siapapun mengajar dengan menggunakan dasar Alkitab yang benar,
terimalah ajarannya. Ini merupakan suatu sikap meninggikan / menghormati
otoritas dari Alkitab / Firman Tuhan!
C) Hal-hal yang
salah dalam hal-hal praktis, moral, etika.
1) Ajaran
yang berbau Theologia Kemakmuran / Sukses.
“Yesus
mengatakan, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup’ (Yohanes 14:6). Kebenaran
merupakan titik tumpu bagi jalan dan juga kehidupan. ‘Jalan’ adalah arah kita
dalam kehidupan ini, ‘kebenaran’ adalah dasar moral dan intelektual untuk
kehidupan, sedangkan ‘kehidupan’ adalah buah hubungan kita dengan Yesus. Semakin banyak kita mendasarkan kehidupan ini kepada
kebenaran, akan semakin baik jalan kita dan semakin luar biasa pula kehidupan
kita” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 172).
“Selanjutnya
hikmat Allah itu akan menjadi kunci untuk meraih kemenangan dalam hampir
setiap bidang kehidupan ini”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 240).
“Jadi,
apakah tujuan hidup kita adalah menjadi serupa dengan Kristus atau sukses
mencari kekayaan semata? Apabila kita menjadi serupa dengan Kristus maka
kekayaan sejati akan mengikuti kita. Sebaliknya apabila kita mencari
kekayaan tanpa keserupaan dengan Kristus hal itu adalah kekayaan yang palsu. Di
dalam kekayaan belum tentu ada keserupaan dengan Kristus, tetapi di dalam
keserupaan dengan Kristus pasti ada kekayaan sejati. Untuk menjadi sukses kita
harus terus-menerus berjalan di dalam keserupaan dengan Kristus” (Eddy Leo, ‘Seri Penuntun Saat Teduh
Pria’, hal 7).
Tanggapan saya:
Ketiga kutipan di atas ini berbau ajaran Kharismatik /
theologia kemakmuran / theologia sukses. Kata-kata ‘dalam
hampir setiap bidang kehidupan ini’ (kutipan
kedua) tidak mungkin diartikan sukses secara rohani saja, tetapi pasti mencakup
hal-hal sekuler / duniawi. Ini tidak cocok dengan Alkitab.
2) Harus
percaya diri (PD)?
“Mereka
semua, gembala dan jemaat, secara jasmani mulai menuai hasil kerja mereka,
yaitu rasa percaya diri dan harga diri. Kedua hal tersebut
merupakan hasil yang mereka peroleh setelah mereka melakukan rencana Allah
dengan cara menjadi kreatif” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 263).
Tanggapan saya:
a) Tentang
percaya diri.
Alkitab justru mengecam PD!
Yak 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu
yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota
anu, dan di sana
kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang
kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu
harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan
itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua
kemegahan yang demikian adalah salah”.
Yer 9:23-24 - “(23) Beginilah firman TUHAN:
‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang
kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena
kekayaannya, (24) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang
berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang
menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai,
demikianlah firman TUHAN.’”.
Yer 17:5,7 - “(5) Beginilah firman TUHAN:
‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! ... (7) Diberkatilah orang
yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”.
1Kor 1:31 - “Karena
itu seperti ada tertulis: ‘Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di
dalam Tuhan.’”.
b) Tentang
harga diri.
Saya tidak terlalu mengerti apa yang ia maksudkan
dengan ‘harga diri’ dan saya juga tak mengerti mengapa hal yang satu ini
ditonjolkan sebagai sesuatu yang positif. Tetapi yang jelas Alkitab / Yesus
menyuruh kita untuk menyangkal diri!
Mat 16:24 - “Lalu Yesus berkata kepada
murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
Memang orang yang tidak punya harga diri, misalnya
yang kerjanya hutang lalu tidak membayar, atau makan dari keringat orang lain,
atau mengemis dsb, adalah salah. Tetapi punya harga diri yang terlalu tinggi,
sehingga sedikit-sedikit gengsi, itu jelas adalah kesombongan! Rendah hati,
yang merupakan sikap yang benar / saleh, terletak di antara kedua extrim ini,
yaitu ‘tak punya harga diri’ dan ‘kesombongan’.
3) Sikap
tidak bertanggung jawab dari Edwin Louis Cole.
a) Dalam
memberikan persembahan.
“Sejak saat itu
saya tidak pernah mengkhawatirkan segala sumbangan yang saya berikan. Saya
tidak mempersoalkan apa yang dilakukan orang dengan pemberian saya.
Kadang-kadang berdasarkan dorongan yang paling lemah sekalipun saya bahkan
memberi juga kepada orang-orang yang saya rasa tidak akan memperlakukan
pemberian saya secara benar. Tetapi,
bukankah mereka sendiri kelak yang harus bertanggung jawab kepada Allah atas
sikap mereka terhadap uang itu, dan bukan saya?” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 271).
Menurut saya, kata-kata ini:
1. Bertentangan
dengan Amsal 3:27-28 - “(27) Janganlah menahan kebaikan dari pada
orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.
(28) Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: ‘Pergilah dan kembalilah, besok
akan kuberi,’ sedangkan yang diminta ada padamu”.
2. Juga
menunjukkan suatu sikap tidak bertanggung jawab, dan melemparkan tanggung jawab
kepada orang lain! Ini juga merupakan pemberian yang merusak orang, dan karena
itu bukan tindakan kasih!
Anehnya, selanjutnya Edwin Louis Cole berkata:
“Penggelapan
uang yang dilakukan beberapa pegawai bank tidak membuat saya berhenti menabung
di bank. Sebagian uang pajak yang saya bayar mungkin menyelinap ke saku
seseorang, namun demikian saya tetap membayar pajak. Dan, meskipun ada hamba
Tuhan yang menggunakan pemberian umat Tuhan secara egois, untuk memuaskan hawa
nafsu dan kepentingan mereka sendiri, saya tetap tidak akan berhenti memberi
untuk Tuhan. Tanggung jawab saya kepada Allah tidak berdasarkan kepada hubungan
orang lain dengan Dia. Meskipun demikian, bukan berarti saya sengaja memberi
dengan tidak bertanggung jawab, tidak teratur, atau sembrono. Saya berusaha
semaksimal mungkin untuk selalu memberi dengan penuh tanggung jawab dan dengan
murah hati agar menyenangkan hati Allah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 271).
Ini kok bertentangan dengan kata-katanya di atas???
Juga Edwin Louis Cole menyalahkan orang yang tidak
menggunakan hak pilihnya dalam pemilu dengan mengatakan bahwa mereka adalah
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
“Orang yang
tidak memberi persepuluhan sama dengan orang yang tidak menggunakan hak
pilihnya dalam pemilihan umum. Keduanya sama-sama tidak bertanggung jawab” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 272).
Anehnya, mengapa dalam memberikan persembahan kita
tidak perlu memilih orang / gereja yang benar yang memang berhak mendapatkan
persembahan kita?
b) Dalam
mempersiapkan khotbah.
“Berkhotbah dan
mengajar merupakan kerja keras yang mulia. Ringkasan rencana khotbah sering
harus saya persiapkan di antara deretan kursi-kursi di dalam pesawat.
Kebanyakan persiapan pelayanan saya di ruangan yang sempit itu, yakni di atas
meja sandaran kursi yang ada di dalam pesawat terbang” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 1).
“Mesin jet
menderu di belakang badan pesawat. Alkitab dan buku catatan saya terbuka di
atas meja lipat yang ada di hadapan saya. Tetapi, di dalam perenungan ini, saya
seperti kehilangan kesadaran akan keadaan di sekitar saya. Sesuatu sedang
bergejolak di dalam roh saya. Saya sadar, hadirat Allah hadir” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 2).
Apakah ini pelayanan yang bertanggung jawab? Tidak
heran khotbahnya tak karuan, persiapannya pasti tanpa buku tafsiran /
theologia, mungkin karena ia ‘mendapat wahyu’!
c) Dalam
persoalan mengundurkan diri dari jabatan gembala sidang.
“Selama tiga
bulan pertama tahun 1981, saya sibuk luar biasa. Saya melayani di dua jaringan
televisi, menjadi rektor sekolah Alkitab, menjadi pendeta senior di sebuah
gereja, ditambah lagi sebagai pemimpin pertemuan-pertemuan kaum pria. Semua ini
sudah lebih dari cukup bagi saya. ... George Otis mengatakan bahwa ia punya
‘pesan’ untuk kami, ... Sekarang saya dipanggil untuk melayani seluruh dunia.
... Dalam dua puluh empat jam, saya menulis surat-surat pengunduran diri dari
posisi-posisi yang sedang saya jabat, membebaskan diri saya dari
komitmen-komitmen saya yang lain. Sekarang waktunya untuk mengutamakan kaum
pria” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’,
hal 173).
“Dalam waktu dua
puluh empat jam kemudian saya segera mengundurkan diri dari tugas penggembalaan
di gereja dan dari semua jabatan organisasi yang saya pegang. Empat puluh
delapan jam kemudian, di garasi rumah saya, saya memulai tugas pelayanan saya
yang baru. Mulai saat itu saya menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu yang khusus
melayani kaum pria” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 135).
Apakah ini pria yang bertanggung jawab? Meninggalkan
pelayanan gembala sidang dalam 24 jam pasti mengacaukan gereja! Dan itu datang
dari Tuhan?
Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ dikatakan sebagai
berikut: “Kedewasaan
seorang pria tidak diukur dari umur tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab.
... Apabila pria tidak mau menerima dan melakukan tanggung jawab yang Tuhan
taruh dalam kehidupannya, dan jika pria tidak mau bertanggung jawab sebagai
kepala di dalam keluarganya, maka keluarganya akan mengalami kehancuran” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 67,68).
Kalau begitu menurut buku ini, big boss-nya sendiri
orang yang tidak dewasa, karena bukan hanya tidak tanggung jawab, tetapi juga
melemparkan tanggung jawab itu kepada orang lain, sama seperti Adam dan Hawa.
4) Dalam
persoalan persembahan persepuluhan.
a) Persembahan
persepuluhan disamakan dengan buah sulung.
“Persepuluhan
adalah ‘buah sulung’ dari penghasilan atau kekayaan seseorang, ...” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 271).
Buah sulung (first fruits) berbeda dengan persembahan
persepuluhan!
International Standard Bible Encyclopedia (Revised
Edition) dengan topik ‘Tithe’: “The
relationship of the first fruits to the tithe is unclear. A. S. Peake
distinguished between them (HDB, IV, 780), but Guthrie maintained that they had
a common origin. The tithe is not mentioned in the book of the covenant, though
the two are mentioned together in Deut 26:1-15. Deut 18:4 complicates the issue
by demanding that the first fruits be given to the priests; no such command is
asserted about the tithe (McConville, pp. 68-123)” [= Hubungan buah sulung dengan persembahan
persepuluhan tidak jelas. A. S. Peake membedakan mereka (HDB, IV, 780), tetapi
Guthrie mempertahankan / menyatakan bahwa mereka mempunyai asal usul yang sama.
Persembahan persepuluhan tidak disebutkan dalam kitab perjanjian, sekalipun
keduanya disebutkan bersama-sama dalam Ul 26:1-15. Ul 18:4 memperumit persoalan
dengan menuntut bahwa buah sulung diberikan kepada imam-imam; tak ada perintah
seperti itu ditegaskan tentang persembahan persepuluhan (McConville, hal
68-123)].
Ul 26:1-15 - “(1) ‘Apabila engkau telah masuk ke
negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, dan
engkau telah mendudukinya dan diam di sana, (2) maka haruslah engkau membawa hasil
pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan
kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul,
kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat
namaNya diam di sana. (3) Dan sesampainya kepada imam yang ada pada waktu
itu, haruslah engkau berkata kepadanya: Aku memberitahukan pada hari ini
kepada TUHAN, Allahmu, bahwa aku telah masuk ke negeri yang dijanjikan TUHAN
dengan sumpah kepada nenek moyang kita untuk memberikannya kepada kita. (4)
Maka imam harus menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di
depan mezbah TUHAN, Allahmu. (5) Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan
TUHAN, Allahmu, demikian: Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi
ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing,
tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya.
(6) Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan
pekerjaan yang berat, (7) maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang
kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran
kami dan penindasan terhadap kami. (8) Lalu TUHAN membawa kami keluar dari
Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang
besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. (9) Ia membawa kami ke
tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah
susu dan madunya. (10) Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama
dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN. Kemudian engkau harus
meletakkannya di hadapan TUHAN, Allahmu; engkau harus sujud di hadapan TUHAN,
Allahmu, (11) dan haruslah engkau, orang Lewi dan orang asing yang ada di
tengah-tengahmu bersukaria karena segala yang baik yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu dan kepada seisi rumahmu.’ (12) ‘Apabila dalam tahun yang
ketiga, tahun persembahan persepuluhan,
engkau sudah selesai mengambil segala persembahan
persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada
orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan
di dalam tempatmu dan menjadi kenyang. (13) Dan haruslah engkau berkata di
hadapan TUHAN, Allahmu: Telah kupindahkan persembahan
kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada orang Lewi, dan kepada
orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti perintah yang telah
Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan sesuatu dari perintahMu
itu. (14) Pada waktu aku berkabung sesuatu tidak kumakan dari persembahan kudus itu, pada waktu aku najis
sesuatu tidak kujauhkan dari padanya, juga sesuatu tidak kupersembahkan dari
padanya kepada orang mati, tetapi aku mendengarkan suara TUHAN, Allahku, aku
berbuat sesuai dengan segala yang Kauperintahkan kepadaku. (15) Jenguklah dari
tempat kediamanMu yang kudus, dari dalam sorga, dan berkatilah umatMu Israel,
dan tanah yang telah Kauberikan kepada kami, seperti yang telah Kaujanjikan
dengan sumpah kepada nenek moyang kami - suatu negeri yang berlimpah-limpah
susu dan madunya.’”.
Ul 18:3-4 - “(3) Inilah hak imam
terhadap kaum awam, terhadap mereka yang mempersembahkan korban sembelihan,
baik lembu maupun domba: kepada imam haruslah diberikan paha depan, kedua
rahang dan perut besar. (4) Hasil pertama dari gandummu, dari anggurmu dan
minyakmu, dan bulu guntingan pertama dari dombamu haruslah kauberikan kepadanya”.
Saya berpendapat bahwa buah sulung / pertama jelas berbeda
dengan persembahan persepuluhan.
b) Tidak
memberi persembahan persepuluhan disamakan dengan tidak menggunakan hak pilih
dalam pemilu.
“Orang yang
tidak memberi persepuluhan sama dengan orang yang tidak menggunakan hak
pilihnya dalam pemilihan umum. Keduanya sama-sama tidak bertanggung jawab” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 272).
Menurut saya, kedua hal ini tidak bisa disamakan.
Tidak memberikan persembahan persepuluhan jelas merupakan dosa yang dikecam di
banyak tempat dalam Alkitab, sedangkan tidak memberikan suara dalam pemilu sama
sekali tidak pernah dibicarakan!
5) Ajarannya
tentang stres.
Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
“Stres
merupakan hal yang normal dan bahkan diperlukan dalam kehidupan ini” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 287).
Lalu ia menceritakan tentang seseorang
yang mengalami beberapa hal positif dari stress, dan inilah beberapa hal itu.
a) “Stres
diperlukan untuk terjadinya pertumbuhan rohani (Yakobus 1:2-4)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 287).
Yak 1:2-4 - “(2)
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke
dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap
imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh
buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan
suatu apapun”.
Apakah pencobaan sama dengan stres???
b) “Stres
membuahkan kasih yang semakin besar dalam diri orang-orang yang setia (Roma
5:3-5)” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 287).
Ro 5:3-5 - “(3)
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita,
karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (4) dan
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (5) Dan
pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam
hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Apa urusan text ini dengan stres? Apakah
kesengsaraan sama dengan stres?
c) “Stres
menghasilkan kehidupan yang semakin kudus (1 Petrus 4:1)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 288).
1Pet 4:1 - “Jadi,
karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga
mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah
menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -,”.
Stres tidak = penderitaan badani!
d) “Ujian
mempersiapkan Anda untuk menghadapi pekerjaan yang lebih besar (Wahyu 3:12)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 288).
Wah 3:12 - “Barangsiapa
menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak
akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu
Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru”.
Ayat ini tentang sorga, dan tak ada
urusannya dengan stres. Tetapi Edwin Louis Cole menghapuskan kata ‘stres’ dalam
kalimat ini, padahal di awal ia membicarakan ‘aspek positif dari stres’ (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 287).
e) “Stres
memperbesar kebutuhan akan doa (Filipi 4:6)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 288).
Fil 4:6 - “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
Ini juga tak bicara tentang stres.
f) “Stres
timbul pada saat kita melawan iblis (1 Petrus 5:9)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 288).
1Pet 5:9 - “Lawanlah
dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh
dunia menanggung penderitaan yang sama”.
Apa urusan ayat ini dengan stres? Dan apa
aspek positif dari stres dari kalimat ini?
g) “Ujian
harus dijalani untuk seperti memperoleh kemenangan (Yakobus 1:12; Roma
8:35-37)” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 288).
Yak 1:12 - “Berbahagialah
orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan
menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi
Dia”.
Ro 8:35-37 - “(35)
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau
kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya,
atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam
bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan.’ (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang
yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”.
Lagi-lagi ia tidak bicara tentang stres
tetapi tentang ujian / pencobaan. Ini 2 hal yang berbeda.
h) “Stres
mendorong kita mencari Allah, dan dengan cara itu kita akan memuliakan Dia (1
Petrus 4:12-13)”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 288).
1Pet 4:12-13 - “(12)
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang
datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi
atas kamu. (13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu
dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita
pada waktu Ia menyatakan kemuliaanNya”.
Apa urusannya text ini dengan apa yang ia
katakan?
6) Penekanan
keluarga (istri dan anak-anak) yang kelewat batas.
“Perkara terbesar
yang bisa dilakukan oleh seorang ayah bagi anak-anaknya adalah dengan mengasihi
ibu mereka” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 113).
“Hal
yang terbesar yang bisa dilakukan seorang ayah bagi anak-anaknya
adalah mencintai ibu mereka” (‘Hikmat
Bagi Pria’, hal 21).
“Istri dan
keluarga harus lebih didahulukan daripada bisnis, pelayanan, atau karier.
Sedangkan Allah harus didahulukan daripada istri dan keluarga” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 184).
Tanggapan saya:
Menurut saya ini merupakan suatu peng-extrim-an kasih
kepada istri / keluarga! Hal yang terbesar bukan mengasihi Tuhan, bukan memberitakan
Injil kepada anak-anak itu, tetapi mengasihi ibu mereka???
Memang Allah dan pelayanan tidak bisa diidentikkan,
tetapi kalau pelayanan itu memang diperintahkan oleh Allah, maka pelayanan itu
harus diutamakan dari keluarga!
Kej 12:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah
dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang
akan Kutunjukkan kepadamu”.
Kej 22:1-12 - “(1) Setelah semuanya itu Allah
mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: ‘Abraham,’ lalu sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’
(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni
Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ (3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah
Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya
beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu
berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (4) Ketika
pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat
itu dari jauh. (5) Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: ‘Tinggallah kamu di
sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami
kembali kepadamu.’ (6) Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan
memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api
dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (7) Lalu berkatalah
Ishak kepada Abraham, ayahnya: ‘Bapa.’ Sahut Abraham: ‘Ya, anakku.’ Bertanyalah
ia: ‘Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban
bakaran itu?’ (8) Sahut Abraham: ‘Allah yang akan menyediakan anak domba untuk
korban bakaran bagiNya, anakku.’ Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (9)
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham
mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu,
dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (10) Sesudah itu Abraham
mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (11) Tetapi
berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya,
Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan
dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau
tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’”.
Mat 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri”.
Mat 10:34-37 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk
membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang
dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
(36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. (37) Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia
tidak layak bagiKu”.
Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu
dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak
dapat menjadi muridKu”.
Mark 10:28-30 - “(28) Berkatalah Petrus kepada Yesus: ‘Kami
ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!’ (29) Jawab Yesus: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya
atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, (30) orang itu sekarang pada masa
ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki,
saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai
penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal”.
Luk 18:28-30 - “(28) Petrus berkata: ‘Kami ini
telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut Engkau.’ (29) Kata Yesus
kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena
Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya,
orang tuanya atau anak-anaknya, (30) akan menerima kembali lipat ganda pada
masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal.’”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Luk 18:29): “Observe how our Lord identifies the interests of
the kingdom of God with the Gospel’s and with His own - saying alternatively,
‘For the kingdom of God’s sake,’ and ‘for My sake and the Gospel’s.’” (= Perhatikan bagaimana Tuhan kita mengidentikkan
kepentingan dari kerajaan Allah dengan kepentingan dari Injil dan dengan
diriNya sendiri - dengan mengatakan secara bergantian, ‘Karena Kerajaan Allah’,
dan ‘karena Aku dan karena Injil’).
D) Pernyataan-pernyataan
yang ngawur / tanpa dipikir / konyol.
1) “Kedewasaan
seorang pria tidak diukur dari umur tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab.
... Apabila pria tidak mau menerima dan melakukan tanggung jawab yang Tuhan
taruh dalam kehidupannya, dan jika pria tidak mau bertanggung jawab sebagai
kepala di dalam keluarganya, maka keluarganya akan mengalami kehancuran” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 67,68).
“Itulah Yesus
sang pria sejati” (‘Hikmat Bagi
Pria’, hal 70).
Tanggapan saya:
Yesus tidak menikah. Lalu tanggung jawab sebagai
kepala keluarga dimana?
2) Mirip dengan no 1) tadi, Edwin Louis Cole berkata:
“Kristus
tidak hanya memiliki ketiga ciri yang dinamis ini, namun juga keenam syarat
yang ditetapkan Allah bagi pemimpin sejati. Dalam suratnya kepada Timotius,
Paulus berdasarkan ilham Roh Kudus memberikan persyaratan bagi penilik jemaat
yang sesungguhnya berlaku juga bagi setiap pemimpin di muka bumi ini. Dalam
persyaratan itu disebutkan bahwa seorang pemimpin harus tidak bercacat (tidak
tercela), suami dari satu istri, dapat menahan diri, ....” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 309).
Tanggapan saya:
Bagaimana Yesus bisa memiliki syarat ‘suami dari satu
istri’???
3) “Satu-satunya
yang tidak pernah berubah di dalam kehidupan adalah perubahan itu sendiri” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 80).
Tanggapan saya:
Hanya Allah yang tidak berubah! ‘Perubahan’ bisa
berubah, yaitu menjadi makin cepat atau makin lambat, menjadi makin baik atau
makin buruk!
4) “Yesus adalah kebenaran! Karena itu, Yesus adalah juga
kesejatian!” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 27).
Tanggapan saya:
Apa maksudnya??
5) “Tuhan Yesus
adalah imam besar (Mediator kita) atas perkataan-perkataan kita” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 42).
Tanggapan saya:
Ini omongan apa? Tuhan Yesus adalah mediator antara
kita dengan Allah (1Tim 2:5), bukan mediator atas perkataan-perkataan kita! Mediator
/ pengantara, harus ada di antara dua pihak! Mana pihak ke 2? Antara
perkataan-perkataan kita dengan apa / siapa?
6) “Sebelum manusia
sepakat dengan penilaian Allah atas kesalahan mereka dan dengan persediaanNya bagi kepentingan kekal mereka, maka manusia
akan berada di luar wewenang dan kemampuan Allah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 78).
Tanggapan saya:
Lucu sekali!!!! Bagaimana dengan Yunus??? Pada waktu
ia menolak perintah Allah, dan pergi ke tempat yang lain, apakah ia berada di
luar wewenang Allah?
Bdk. Maz 139:5-12 - “(5) Dari belakang dan dari depan
Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tanganMu ke atasku. (6) Terlalu ajaib
bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. (7) Ke
mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? (8)
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. (9)
Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10)
juga di sana
tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku. (11) Jika aku
berkata: ‘Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku
menjadi malam,’ (12) maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagiMu, dan malam
menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang”.
7) “Anugerah
keselamatan dari Allah telah memungkinkan Roh Allah bersaksi kepada roh
manusia, sehingga kita dapat mengatakan, ‘Ya Abba, ya Bapa’. ... Roh kita
selanjutnya juga akan bersaksi kepada Allah dan kepada orang lain” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 137).
Tanggapan saya:
Kata-kata pada bagian awal dari kutipan di atas
berasal dari Ro 8:15-16 - “(15) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang
membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan
kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ (16) Roh itu
bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Calvin menafsirkan bahwa arti dari ay 16nya adalah
bahwa Roh Kudus itu meyakinkan kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Tetapi kata-kata Cole pada bagian akhir dari kutipan
di atas itu didapatkan dari mana, dan artinya apa? Bagaimana roh kita bersaksi
kepada Allah? Ini merupakan suatu ajaran asing / liar!
8) “nasihat
Gamaliel yang berasal dari Allah ...” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 137).
Tanggapan saya:
Kis 5:26-40 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal
serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi
tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari
mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah
Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami
melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi
Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada
kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus
lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita
telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
(31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya
menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima
pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan
Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33)
Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud
membunuh rasul-rasul itu. (34) Tetapi seorang
Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat
yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya
orang-orang itu disuruh keluar sebentar. (35) Sesudah itu ia berkata kepada
sidang: ‘Hai orang-orang Israel,
pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang
ini! (36) Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang
istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia
dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia,
pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia
menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan
cerai-berailah seluruh pengikutnya. (38) Karena itu aku berkata kepadamu:
Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika
maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, (39)
tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang
ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.’ Nasihat
itu diterima. (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan
melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan”.
Paling-paling kita bisa memuji kebijaksanaan Gamaliel,
yang dengan nasehatnya itu bisa meredam kemarahan dari Mahkamah Agama Yahudi,
sehingga tidak membunuh Paulus. Tetapi kalau kita menilai kata-kata Gamaliel
itu sendiri, kata-kata itu jelas salah. Mengapa? Karena kalau kata-kata itu
kita turuti, itu berarti kita harus membiarkan kejahatan / kesalahan, dan
‘menyerahkannya’ ke tangan Tuhan saja.
Barnes’ Notes (tentang Kis 5:38): “It
will be remembered that this is the mere advice of Gamaliel, who was not
inspired, and that this opinion should not be adduced to guide us, except as it
was an instance of great shrewdness and prudence. It is doubtless right to
oppose error in the proper way and with the proper temper, not with arms, or
vituperation, or with the civil power, but with argument and kind entreaty” (= Akan diingat bahwa ini adalah semata-mata
nasehat dari Gamaliel, yang tidak diilhami, dan bahwa pandangan ini tidak boleh
dikemukakan untuk membimbing kita, kecuali itu merupakan suatu contoh dari
kelicinan dan kebijaksanaan yang besar. Tak diragukan bahwa adalah benar untuk
menentang kesalahan dengan cara yang benar dan dengan watak / temperamen yang
benar, bukan dengan kekuasaan, atau makian / kata-kata kasar, atau dengan
kekuasaan sipil, tetapi dengan argumentasi dan doa yang baik).
Calvin (tentang Kis
5:34): “if we consider all things well, this judgment and opinion
is unmeet for a wise man. I know that many count it as an oracle, but it
appeareth sufficiently hereby that they judge amiss, because by this means men
should abstain from all punishments, neither were any wicked fact any longer to
be corrected” (= jika kita mempertimbangkan segala sesuatu dengan
baik, penilaian dan pandangan ini tidak cocok bagi seorang yang bijaksana. Saya
tahu bahwa banyak orang menganggapnya sebagai suatu sabda / firman, tetapi
terlihat secara cukup dengan ini bahwa mereka salah menilai, karena dengan cara
ini manusia akan menjauhkan diri dari semua hukuman, dan juga tidak ada fakta
kejahatan apapun yang akan dibetulkan).
Calvin lalu menambahkan bahwa karena itu Tuhan
memberikan pemerintah hak untuk menggunakan pedang, dan juga memberikan penatua-penatua
untuk menertibkan orang-orang yang tegar tengkuk.
Juga kata-kata Gamaliel dalam Kis 5:38b - “jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia,
tentu akan lenyap”, menurut
saya adalah salah. Ada
banyak agama / sekte yang jelas salah / sesat dan tidak berasal dari Allah,
tetapi bertahan ratusan / ribuan tahun sampai saat ini!
9) Setelah
menceritakan hal-hal yang bagus tentang Winston Churchill, Edwin Louis Cole
lalu berkata:
“Ketiga ciri di
atas sebenarnya diteladani dari Yesus Kristus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 308).
Tanggapan saya:
Winston Churchill memang adalah negarawan yang sangat
hebat, pejuang yang berani, pemimpin yang luar biasa. Tetapi semua ini hanya
dalam hal sekuler. Boleh dikatakan ia sama sekali tak pernah dibicarakan orang
dalam urusan rohani. Saya sama sekali tidak yakin bahwa tokoh ini adalah orang
kristen yang sejati! Dan karena itu, adalah mustahil bahwa ia meneladani
Kristus!
10) “Etika bukanlah
sekedar mata kuliah bagi mahasiswa yang menekuni jurusan filsafat” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 311).
Tanggapan saya:
Saya tak mengerti apa hubungan etika dan filsafat!
11) “Kaum Saduki
adalah orang yang gemar mengubah hal-hal yang mutlak menjadi bersifat relatif” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 312).
Tanggapan saya:
Apa iya? Apa dasarnya mengatakan hal ini?
12) “Kemampuan untuk
mengakui keunikan orang lain merupakan suatu kekuatan tersendiri. Kaum wanita diciptakan dengan suatu keunikan yang berasal
dari Allah sendiri. Apabila seorang
suami mampu menerima dan menghargai keunikan itu, maka istrinya akan menjadi
istri dan sahabat terbaik baginya, dan akan menyempurnakan kehidupannya. Kalau
keunikan seorang wanita diabaikan, dipadamkan, atau hanya dipandang sebagai
pembangkit hawa nafsu, maka ia akan menjadi wanita yang tidak utuh dan tidak
pernah dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 330-331).
Tanggapan saya:
a) Keunikan
apa yang ia maksudkan? Hanya kaum wanita punya keunikan itu? Menurut saya
setiap orang, pria atau wanita, adalah unik!
b) Bagian
bawah kutipan itu (yang saya beri garis bawah ganda) menunjukkan bahwa kebahagiaan
seorang istri secara mutlak tergantung dari sikap suaminya terhadap dia. Ini
omong kosong! Tidak peduli bagaimana sikap suaminya terhadap dia, kalau ia
menghadapinya dengan benar, ia bisa bahagia!
13) “Hati dan
pikiran para veteran perang Vietnam
yang sebelumnya selalu dihantui mimpi buruk, kepahitan, kedengkian, permusuhan,
dan kebencian saat itu dibasuh oleh firman dan Roh Yesus Kristus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 359).
Tanggapan saya:
Bukan darah Kristus yang membasuh? Tetapi firman dan
Roh Yesus Kristus? Ini ngawur / sesat! Dosa hanya bisa dihapus oleh darah
Kristus (1Pet 1:18-19). Kalau untuk pengudusan, baru itu berurusan dengan
Firman Tuhan dan Roh Kudus (Yoh 15:3 Yoh
17:17 Gal 5:22-23).
1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu
bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan
dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba
yang tak bernoda dan tak bercacat”.
Yoh 15:3 - “Kamu memang sudah bersih karena firman
yang telah Kukatakan kepadamu”.
Gal 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23)
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”.
14) “Minggu lalu
saya menerima surat
dari seorang hamba Tuhan yang menulis tentang ‘hari-hari akhir’ dan penghakiman
yang akan Allah lakukan terhadap dunia ini. Memang kita perlu memikirkan
hal-hal tersebut. Namun, jangan sampai berita negatif itu menghimpit berita
yang positif, yaitu bahwa manusia juga dapat menyenangkan hati Allah!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 359).
Tanggapan saya:
Berita tentang akhir jaman dan penghakiman ia sebut ‘berita
negatif’?? Apa yang ia sebut ‘berita yang positif’ itu tidak akan terjadi kalau
tidak ada ‘berita negatif’ itu!
Luk 21:34-36 - “(34) ‘Jagalah dirimu, supaya
hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan
duniawi dan supaya hari Tuhan jangan
dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. (35) Sebab ia akan
menimpa semua penduduk bumi ini. (36) Berjaga-jagalah senantiasa sambil
berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan
terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di
hadapan Anak Manusia.’”.
1Tes 5:1-10 - “(1) Tetapi tentang zaman dan masa,
saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (2) karena kamu sendiri tahu
benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti
pencuri pada malam. (3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman
- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang
hamil ditimpa oleh sakit bersalin - mereka pasti tidak akan luput. (4) Tetapi
kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti
pencuri, (5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang.
Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. (6) Sebab itu
baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan
sadar. (7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang
mabuk, mabuk waktu malam. (8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah
kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan
keselamatan. (9) Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka,
tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, (10) yang
sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita
hidup bersama-sama dengan Dia”.
Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
Catatan: yang saya beri garis bawah tunggal adalah ‘berita
positif’, sedangkan yang saya beri garis bawah ganda adalah ‘berita negatif’.
Keduanya jelas berhubungan, dan ‘berita negatif’ itu yang menyebabkan kita mentaati
‘berita positif’!
15) “Allah berkenan
tidak hanya kepada keilahian Yesus, tetapi juga kepada kemanusiaan yang
diperlihatkanNya” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 361).
Tanggapan saya:
Ini omongan apa???
16) “Dalam diri
Yesus, Allah mewujudkan secara nyata apa yang telah difirmankanNya, yaitu bahwa
Ia menciptakan pria ‘menurut gambarNya’ ... Bagaimana kita dapat menghampiri
Allah-manusia, Yesus Kristus ini? Bahkan bagaimana
mungkin kita dapat menyamai sifat-sifat ilahi dari Allah yang Mahakudus yang
menyatakan diri di bumi sebagai seorang Pria? Saya mengakui bahwa
saya belum mendapatkan seluruh jawabannya.” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 8).
Tanggapan saya:
a) Gila, siapa
yang menyuruh kita menyamai sifat ilahi dari Yesus?
b) Ia
mengatakan ‘Saya mengakui
bahwa saya belum mendapatkan seluruh jawabannya’. Jadi ia sudah mendapatkan sebagian jawabannya?
Mengapa ia tidak memberitahukan apa yang sebagian itu?
17) “Kepriaan ada di
dalam roh” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 112).
Tanggapan saya:
Lagi-lagi, kata-kata gila dari orang yang asal mangap
/ buka mulut!
18) “Anda bisa
memperoleh kerohanian di dalam gereja dari kaum wanita, tetapi Anda hanya
mendapatkan kekuatan dari kaum pria”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 136).
Tanggapan saya:
Apa bisa ada kekuatan tanpa kerohanian?
19) “Apa yang Anda
percaya tentang Allah menunjukkan apa yang Anda percaya tentang diri Anda
sendiri” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 151).
Tanggapan saya:
Lagi-lagi suatu kegilaan! Kalau saya mempercayai bahwa
Allah itu maha kuasa, apakah saya percaya bahwa diri saya juga maha kuasa?
Kalau saya percaya bahwa Allah itu kekal, dan ada tanpa diciptakan, dan tidak
ada saat dimana Dia tidak ada atau belum ada, apakah saya mempercayai bahwa
diri saya juga seperti itu??
20) “Yang menjadi topik
saat ini adalah pesan dari kisah penginjilan dan kebenaran utamanya. Kebenaran
ini adalah tentang salib, simbol kekristenan. Simbol itu bukanlah palungan atau
kubur kosong, tetapi salib di Golgota. Yesus lahir dalam sebuah palungan dan
bangkit dari dalam kubur, tetapi penebusan manusia dilakukan di atas kayu
salib. ... Salib merupakan topik utama dari Alkitab. ... Salib adalah puncak penyembahan; pertama adalah altar, lalu
tabernakel, rumah ibadah dan akhirnya Golgota” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 151,152).
Tanggapan saya:
Omongan konyol! Sebelum pendirian Kemah Suci,
orang-orang yang beriman memang mendirikan mezbah (pada jaman Abraham dsb).
Lalu muncul Kemah Suci / tabernakel (jaman Musa). Seharusnya lalu muncul Bait
Allah (jaman Salomo), dan akhirnya gereja. Tetapi Edwin Louis Cole tahu-tahu
mengatakan ‘rumah ibadah’, dan akhirnya Golgota. Apa ini dan dari mana?
21) “Mengapa pria itu begitu penting? Lima kitab pertama dalam Alkitab
adalah kisah tentang tujuh orang pria. Kisah Allah tersingkap melalui
manusia (pria???). Allah
menyingkapkan Diri-Nya sebagai Bapa kita” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 163).
Tanggapan saya:
a) Lima kitab pertama adalah
Kejadian - Ulangan. Siapa tujuh orang pria itu???? Ada banyak pria dalam 5 kitab itu, jauh lebih
banyak dari 7! Anak-anak Yakub saja ada 12 pria!
b) Kisah
Allah?? Tersingkap melalui manusia (pria)???
c) Allah
menyingkapkan DiriNya sebagai Bapa kita?? Ini bukan sesuatu yang bisa dipilih
oleh Allah. Ia memang adalah Bapa, dan tidak bisa menyatakan diri sebagai
sesuatu yang lain. Ia harus menyatakan diriNya sebagaimana adanya Dia, yaitu
sebagai Bapa!
22) “Rohnya terlihat
sangat lapar” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 35).
Tanggapan saya:
Bagaimana kelihatannya roh yang sangat lapar???
23) “Allah menghendaki
Adam benar-benar menjadi seorang pria. Oleh karena itulah Dia mengajukan
pertanyaan berikut ini kepada Adam, ‘Jawab pertanyaan
ini: Engkau memakannya atau tidak?’ Namun, Adam ternyata menjawabnya
demikian, ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah
pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Adam telah
gagal dalam menghadapi ujian jati diri pria yang diajukan Allah. ... Jawaban Adam tersebut menentukan jalan kehidupan
seluruh kaum pria sejak saat itu” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 227).
Tanggapan saya:
a) Allah
tidak pernah bertanya / berkata kepada Adam ‘Jawab pertanyaan
ini: Engkau memakannya atau tidak?’.
Bdk. Kej 3:11-12 - “(11) FirmanNya:
‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau
makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’ (12) Manusia itu
menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah
pohon itu kepadaku, maka kumakan.’”.
Jadi, yang Allah tanyakan adalah: “FirmanNya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu,
bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang
engkau makan itu?’” (Kej 3:11). Dan
Ia menanyakan pertanyaan ini supaya Adam mau mengakui dosanya, bukan karena Ia ‘menghendaki Adam benar-benar menjadi seorang pria’ atau untuk memberikan ‘ujian
jati diri pria’ kepada Adam!
Juga pada waktu Adam mengatakan / menjawab ‘Perempuan yang
Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka
kumakan.’ (Kej 3:12), ia bukannya ‘gagal dalam
menghadapi ujian jati diri pria’, tetapi sekedar tidak mengakui dosanya tetapi melemparkan tanggung
jawab kepada Hawa.
b) Apa
yang Cole maksudkan dengan kata-kata ‘Yang
menentukan jalan kehidupan seluruh kaum pria sejak saat itu’? Kalau yang Cole maksudkan adalah bahwa sejak saat
itu manusia semuanya menjadi berdosa, maka itu disebabkan karena dosa Adam,
bukan karena jawaban Adam terhadap pertanyaan Allah!
c) Kalau
Kej 3:11b dianggap sebagai ujian jati diri pria, dan Kej 3:12 sebagai kegagalan
Adam dalam ujian tersebut, lalu bagaimana pandangan Edwin Louis Cole terhadap
Kej 3:13 - “Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kauperbuat
ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.’”? Apakah ini juga merupakan ujian jati diri pria? Atau
ujian jati diri wanita? Dam Hawa juga gagal dalam ujian tersebut?
24) “Begitu juga sikap Allah
terhadap anak-anakNya. Ia mengharapkan kita menjadi pria yang bersedia memikul
tanggung jawab. Adam adalah pria pertama yang tidak mau bertanggung jawab dan
ternyata ia bukan pria yang terakhir yang berlaku demikian” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 229).
Tanggapan saya:
Saya setuju dengan kata-kata ini, dan Edwin Louis Cole
sendiri termasuk salah satu di antara pria-pria yang tidak bertanggung jawab
itu, khususnya pada waktu ia membuang semua tugasnya dalam waktu 24 jam!
E) Cerita-cerita
konyol yang dijadikan ajaran / dasar ajaran.
1) “Jack King
adalah perwakilan ladang misi bagi Christian Men’s Network. Kami sering
bekerja, berdoa, mengadakan perjalanan, dan melayani bersama-sama ke seluruh
dunia. Ia masuk ke dalam lembaga pelayanan ini dengan suatu kesaksian yang
mengesankan. ‘Pembunuhan Bergaya Hukuman Mati’, begitulah bunyi kepala berita
di surat kabar
ketika ayah Jack ditemukan terbunuh dengan luka tembakan di wajahnya. Selama
bertahun-tahun kemudian Jack selalu menenteng pistol ke mana pun ia pergi dan
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk merencanakan pembalasan yang setimpal
bagi orang yang telah membunuh ayahnya. Sebagai mantan sersan pelatih di
Angkatan Darat Amerika Serikat, Jack memiliki tabiat yang keras dan kasar yang
kini berubah menjadi kebencian yang mendalam terhadap si pembunuh dan kehausan
untuk membalas dendam. Lebih buruk lagi, ia merasa tahu pasti orang yang
membunuh ayahnya - seorang rekan bisnis ayahnya. Suatu hari Jack bertobat
dan Yesus Kristus mengubah kehidupannya sehingga seketika itu juga ia terlepas
dari kebenciannya yang mendarah daging itu. Namun, sekalipun ia sudah lahir
baru, perasaan terluka akibat kematian ayahnya itu masih menggores di hatinya.
Suatu malam dalam kebaktian di gereja, firman Allah seakan-akan berbicara
secara langsung kepadanya bahwa kalau ia tidak mengampuni, Allah juga tidak
akan mengampuninya. Pada saat itu juga ia berdoa dan meminta pengampunan
Allah atas kebencian dan usaha pembunuhan yang pernah direncanakannya itu. Ia
percaya Allah mendengar dan menjawab doanya, namun ia sama sekali belum siap
sewaktu Allah langsung memberinya ujian. Beberapa malam kemudian istrinya
memintanya pergi ke toko daging untuk membeli daging sapi. Ketika sedang
mengendarai mobilnya menembus kegelapan malam, ia melihat sekumpulan orang
banyak sedang menyaksikan kebakaran yang terjadi di seberang jalan. Setelah
makin dekat, Jack segera mengenali daerah itu sebagai kompleks gudang tempat ia
menemukan mayat ayahnya. Gudang itu sekarang dimiliki oleh pria yang diyakini
Jack bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Sambil menggumam, ‘Rasain kamu,’
Jack terus melanjutkan perjalanannya ke toko daging. Namun, ada ‘suara kecil’
dalam hatinya yang mengatakan bahwa ia perlu menemui pria itu dan meminta ampun
kepadanya. Ketika meninggalkan toko dan bersiap pulang, suara itu masih tetap
berbicara dan membuat Jack tiba-tiba berbelok ke jalan itu untuk mencari bekas
musuhnya. Jack turun dari mobil tepat di tempat ayahnya ditemukan tewas. Ia
lalu berjalan menyusuri gang yang gelap sambil mengamati keributan akibat
kebakaran itu dan matanya sibuk mencari rekan bisnis ayahnya itu. Dalam kilasan
lampu-lampu mobil pemadam kebakaran Jack melihat ada seseorang yang juga
berdiri di gang yang gelap itu. Dengan menajamkan pandangan matanya menembus
kegelapan dan gumpalan asap, Jack melihat bahwa itu adalah orang yang
dicarinya. Dikumpulkannya segenap kekuatannya, lalu ia melangkah mendekati orang
itu dan bertanya, ‘Anda kenal saya?’ ‘Rasanya saya kenal,’ jawab orang itu
tercekat. ‘Saya Jack King.’ Meskipun keadaan di tempat itu cukup gelap, Jack
dapat melihat wajah orang itu pucat pasi karena ketakutan. Belakangan Jack baru
mengetahui bahwa orang itu mengira Jack telah sengaja membakar gudang itu dan
kini hendak menuntaskan pembalasannya. ‘Allah telah mengubah kehidupan saya,’
kata Jack kepadanya ‘dan saya datang untuk meminta Anda mengampuni saya karena
saya telah menuduh Anda membunuh ayah saya. Saya mau membereskan
kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan sebelum bertobat. Salah satunya
adalah meminta Anda mengampuni saya karena saya telah membenci Anda dan
mengejar-ngejar Anda selama beberapa tahun belakangan ini. Juga karena saya pernah
berusaha menghancurkan kehidupan Anda, keluarga Anda, dan karier Anda.’ ‘Yah,
baik,’ jawab orang itu. ‘Saya ingin Anda mengampuni saya atas semua kejahatan
yang telah saya lakukan pada Anda,’ desak Jack. ‘Ampunilah saya.’ ‘Baiklah.
Anda sudah saya ampuni,’ kata orang itu cepat-cepat. Jelas terlihat bahwa ia
ingin percakapan itu segera berakhir saja. ‘Tidak,’ desak Jack dengan nada yang
semakin tegas. ‘Saya ingin Anda benar-benar mengampuni saya, bukan sekadar
dengan perkataan, namun juga dengan sikap yang nyata. Saya tidak mau lagi
melukai Anda atau berniat buruk terhadap Anda. Saya ingin Anda tahu itu.’
Keduanya terdiam untuk sesaat lamanya. Akhirnya orang itu menarik napas
dalam-dalam, kemudian dengan sikap mantap ia mengampuni Jack. Jack meraih
tangan orang itu dan mereka bersalaman”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 231-233).
“Jack
bersukacita karena menyadari dirinya telah bertindak sebagai ‘pria sejati’.
Sejak saat itu Jack King telah benar-benar berubah menjadi pria yang baru. ...
Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa kesediaan memikul tanggung jawab atas
perbuatannya sendiri serta kerelaan untuk mengampuni orang lain membuatnya
menemukan jati dirinya sebagai pria sejati yang tidak mungkin diperolehnya
dengan cara lain” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 234).
Tanggapan saya:
a) Jack
belum menyakiti orang itu, dan Allah menyuruh ia minta ampun kepada orang itu?
Menurut saya ini merupakan kegilaan! Lalu pembunuhan itu dibiarkan begitu saja?
Setelah cerita ini (‘Menjadi Pria Sejati’ hal 234), Edwin Louis Cole mengutip
Ro 12:19 (‘pembalasan adalah hakKu’). Apakah ia tidak menyadari bahwa Allah juga yang
mengangkat pemerintah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat
jahat?
Ro 13:4 - “Karena pemerintah adalah hamba Allah
untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena
tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk
membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”.
b) Perhatikan
kalimat yang saya garis-bawahi dalam kutipan di atas. Untuk jelasnya, saya
kutip ulang di sini.
“Suatu hari
Jack bertobat dan Yesus Kristus mengubah kehidupannya sehingga seketika itu
juga ia terlepas dari kebenciannya yang mendarah daging itu. Namun, sekalipun
ia sudah lahir baru, perasaan terluka akibat kematian ayahnya itu masih
menggores di hatinya. Suatu malam dalam kebaktian di gereja, firman Allah
seakan-akan berbicara secara langsung kepadanya bahwa kalau ia tidak
mengampuni, Allah juga tidak akan mengampuninya”.
Bagaimana mungkin Allah bisa tidak mengampuni kalau
Jack betul-betul sudah bertobat / lahir baru? Kalau pengampunan Allah
didasarkan pada pengampunan kita kepada orang-orang yang bersalah kepada kita,
maka itu berarti kita percaya pada keselamatan karena perbuatan baik, yang
merupakan ajaran sesat.
Tetapi lalu bagaimana dengan ayat-ayat di bawah ini?
Mat 6:12,14-15 - “(12) dan
ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bersalah kepada kami; ... (14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan
orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau
kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’”.
Mat 18:21-35 - “(21) Kemudian datanglah Petrus
dan berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni
saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?’ (22) Yesus
berkata kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (23) Sebab hal Kerajaan Sorga
seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
(24) Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya
seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. (25) Tetapi karena orang itu tidak
mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta
anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. (26) Maka sujudlah
hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan
kulunaskan. (27) Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba
itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. (28) Tetapi ketika
hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus
dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar
hutangmu! (29) Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah
dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. (30) Tetapi ia menolak dan menyerahkan
kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. (31) Melihat itu
kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi
kepada tuan mereka. (32) Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata
kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena
engkau memohonkannya kepadaku. (33) Bukankah engkaupun harus mengasihani
kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (34) Maka marahlah tuannya itu
dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh
hutangnya. (35) Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan
segenap hatimu.’”.
Kata-kata Yesus dalam ayat-ayat di atas
ini tidak boleh diartikan bahwa pengampunan yang kita berikan menyebabkan kita
diampuni. Mengapa? Karena kalau diartikan seperti ini akan menjadi ajaran
‘keselamatan karena perbuatan baik’ yang merupakan ajaran sesat yang
bertentangan dengan banyak ayat-ayat Kitab Suci seperti Ef 2:8-9 dan
sebagainya. Jadi, bagaimana artinya? Iman kita yang menyebabkan kita diampuni,
tetapi iman harus dibuktikan dengan maunya kita mengampuni orang lain.
Calvin: “This condition is added, that no one
may presume to approach God and ask forgiveness, who is not pure and free from
all resentment. And yet the forgiveness, which we ask that God would give
us, does not depend on the forgiveness which we grant to others: ... Christ
did not intend to point out the cause, but only to remind us of the feelings
which we ought to cherish towards brethren, when we desire to be reconciled to
God”
(= Syarat ini ditambahkan, supaya tak seorangpun berani mendekati Allah dan
meminta pengampunan, jika ia tidak murni dan bebas dari semua kemarahan /
kebencian. Tetapi pengampunan yang kita minta Allah berikan kepada kita,
tidak tergantung pada pengampunan yang kita berikan kepada orang-orang lain:
... Kristus tidak bermaksud untuk menunjukkan penyebabnya, tetapi hanya
mengingatkan kita tentang perasaan yang harus kita pelihara terhadap
saudara-saudara kita, pada waktu kita ingin diperdamaikan dengan Allah) - hal 327.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 6:12): “After what has been said on Matt 5:7, it will
not be thought that our Lord here teaches that our exercise of forgiveness
toward our offending fellow-men absolutely precedes and is the proper ground of
God’s forgiveness of us. His whole teaching, indeed - as of all Scripture -
is the reverse of this. But as no one can reasonably imagine himself to be the
object of divine forgiveness who is deliberately and habitually unforgiving
toward his fellow-men, so it is a beautiful provision to make our right to ask
and expect daily forgiveness ... dependent upon our consciousness of a
forgiving disposition toward our fellows”
(= Setelah apa yang telah dikatakan tentang Mat 5:7, tidak akan dipikirkan
bahwa Tuhan kita di sini mengajar bahwa tindakan pengampunan kita terhadap sesama
kita yang bersalah kepada kita secara mutlak mendahului dan merupakan dasar
yang benar / tepat dari pengampunan Allah kepada kita. Seluruh
pengajarannya, bahkan - seperti seluruh pengajaran Kitab Suci - adalah
kebalikan dari ini. Tetapi karena tidak seorangpun bisa secara masuk akal
membayangkan dirinya sendiri sebagai obyek dari pengampunan ilahi yang secara
sengaja dan terus menerus bersikap tidak mengampuni terhadap sesamanya,
demikianlah itu merupakan suatu ketetapan / syarat yang indah untuk membuat hak
kita untuk meminta dan mengharapkan pengampunan harian ... tergantung pada
kesadaran kita tentang suatu kecenderungan mengampuni terhadap sesama kita).
Matthew Henry (tentang Mat 6:12): “if there be in us this gracious disposition, it is
wrought of God, ... it will be an evidence to us that he has forgiven us,
having wrought in us the condition of forgiveness” (= jika di dalam kita ada kecenderungan yang murah
hati / bersifat kasih karunia, itu dibuat oleh Allah, ... itu akan merupakan
suatu bukti bagi kita bahwa Ia telah mengampuni kita, setelah membuat di dalam
kita syarat dari pengampunan).
2) “Seorang pria
bernama Hal pernah merasa begitu terancam oleh orang-orang di sekelilingnya. Ia
sebenarnya bertanggung jawab untuk memimpin sekelompok besar kaum pria di
kotanya dan harus banyak berurusan dengan orang-orang yang terkenal, kaya,
berkuasa dan berprestise. Ia sendiri belum pernah mengalami keberhasilan
semacam itu sehingga merasa rendah diri. Perasaan rendah dirinya itu semakin
menjadi-jadi dan ia mulai meragukan kemampuannya sebagai seorang pemimpin. Kami
bertiga, yaitu Hal, pendetanya, dan saya kemudian
meluangkan waktu khusus untuk berdoa bersama-sama. Pada waktu berdoa, pendeta
Hal itu mengucapkan kata-kata hikmat yang luar biasa dan akhirnya menjadi
kata-kata kesembuhan bagi Hal. ‘Tuhan, ajarkanlah kepada Hal, bahwa ia tidak
perlu menjadi sejajar dengan orang-orang yang dilayaninya itu,’ begitulah kata-kata
hikmat dari pendeta itu. Kata-kata tersebut segera melepaskan Hal
dari segala rasa takut dan rendah dirinya terhadap orang-orang yang dipimpinnya
dan memberinya kepercayaan diri untuk melanjutkan kepemimpinannya itu.
Masalah yang dialami Hal ini juga sering menimpa banyak gembala sidang yang
dipanggil untuk menggembalakan orang-orang yang sukses dan terkemuka. Untuk
mengatasinya, mereka tentu saja juga memerlukan kata-kata hikmat yang
telah menyembuhkan penyakit rendah diri dari Hal itu” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 314).
Tanggapan saya:
Banyak kesalahan / keanehan dalam cerita di atas ini:
a) Pendeta
itu berdoa untuk Hal, tetapi penceritaan dari Edwin Louis Cole ini menunjukkan
bahwa bukan jawaban doa dari Tuhan yang menyembuhkan Hal, tetapi ‘kata-kata
hikmat’ dari pendeta itu. Karena itu Cole bukannya memuji Tuhan tetapi memuji
kata-kata hikmat itu!
b) Pendeta
itu berdoa supaya Hal diajar oleh Tuhan untuk tidak perlu menjadi sejajar
dengan orang-orang yang dilayaninya. Tetapi apa yang dialami oleh Hal adalah
bahwa ia segera terlepas dari segala rasa takut dan rendah dirinya terhadap
orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, doa pendeta itu dan apa yang terjadi dalam
diri Hal sangat berbeda!
c) Edwin Louis
Cole mengatakan ‘kata-kata hikmat yang luar biasa’.
Bdk. 1Kor 2:1-5 - “(1)
Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak
datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan
kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak
mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan. (3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan
sangat takut dan gentar. (4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak
kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan
keyakinan akan kekuatan Roh, (5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat
manusia, tetapi pada kekuatan Allah”.
d) Hal
segera lepas dari rasa rendah diri. Ini tidak masuk akal. Perubahan
hidup / pengudusan selalu merupakan suatu proses yang berjalan / maju sedikit
demi sedikit. Karena itu digambarkan sebagai ‘buah’ (Gal 5:22-23), yang membesar dan matang secara
bertahap.
e) Setelah
sembuh Hal menjadi percaya diri. PD justru dikecam / dikutuk oleh Alkitab (Yer 9:23-24 Yer 17:5,7).
f) Apa
yang mujarab untuk Hal, diharuskan terjadi untuk orang-orang lain. Ini
lagi-lagi salah, karena pengalaman seseorang, kecuali itu didukung oleh
Alkitab, tidak harus menjadi pengalaman orang lain.
g) Semua
ini dinyatakan oleh Edwin Louis Cole tanpa dasar Alkitab. Ini ajaran yang hanya
didasarkan pada pengalaman.
3) “Pada tahun 1987
di Harare, Zimbabwe, tiga orang wanita
menyampaikan ‘suatu perkataan dari Allah’
kepada saya. Pada mulanya seorang mantan inspektur polisi yang membantu
mempersiapkan kebaktian kaum pria yang akan kami adakan di negeri itu suatu
sore mengatakan kepada saya bahwa ada tiga wanita yang merasa yakin bahwa saya
perlu mendengar perkataan mereka. Jadwal saya yang demikian ketat membuat saya
tidak dapat bertemu langsung dengan mereka, sehingga inspektur polisi itu
menjadi perantara yang menyampaikan pesan tersebut kepada saya. Sebelum
menyampaikan pesan itu, sebagai seorang mantan pejabat milter, ia terlebih
dahulu membeberkan secara singkat latar belakang negaranya. Negara yang
sebelumnya bernama Rhodesia
ini dilanda bencana peperangan selama 14 tahun hingga akhirnya berganti nama menjadi
Zimbabwe.
Pada masa perang itu kaum pria Zimbabwe
berjuang di medan tempur selama enam minggu
penuh lalu selama enam minggu berikutnya berada di rumah untuk mencari nafkah
dan kemudian kembali lagi ke medan
perang. Dapat dibayangkan betapa besar ketegangan dan kecemasan yang
dirasakan oleh para keluarga dan seluruh bangsa di negeri itu. Wanita-wanita
saleh yang ada di negeri itu mulai bangkit dan melakukan doa syafaat bagi kaum
pria dan negeri mereka. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka mulai menyadari
bahwa diri mereka telah berperan sebagai ‘Ester’. Alkitab mencatat Ester
sebagai ratu yang bersyafaat demi keselamatan bangsa dan negerinya dan
memohonkan semuanya itu kepada raja yang merupakan suaminya sendiri. .... Kaum
wanita Rhodesia
yang berdoa bagi bangsanya itu menjadi yakin bahwa mereka bertindak demi
bangsanya untuk menghadapi masa perang itu. Akhirnya perang itu pun selesai. Rhodesia berubah menjadi Zimbabwe. Kaum pria pun kembali ke
keluarganya. Tetapi, kini muncul persoalan baru yang juga memerlukan perhatian
dan doa syafaat mereka seperti yang mereka lakukan di masa perang. Di mata
mereka, kaum pria itu telah berubah menjadi pasif, mudah berpuas diri, dan
patah semangat. Para ‘Ester’ ini melihat bahwa
di masa damai itu dibutuhkan juga doa syafaat yang
sama banyaknya dengan yang dibutuhkan pada masa perang. Selama 7 tahun
berikutnya mereka terus menaikkan doa syafaat tanpa berkeputusan. Suatu hari
ketika sedang berdoa, ketiga wanita ini terkesan dengan sesuatu yang mereka
yakini sebagai ‘firman’ yang ditujukan bagi kaum pria di negeri mereka.
Mereka terus memelihara ‘firman’ itu dan ‘menanti saatnya’ yang tepat untuk
menyampaikannya (Habakuk 2:3). Setahun kemudian mereka mendengar bahwa
‘kesempurnaan seorang pria itu sama dengan keserupaan dengan Kristus’. Ini
adalah pengajaran yang kami sampaikan di negeri mereka. Setelah mendengar
pengajaran itu, mereka yakin bahwa ‘firman’ yang mereka terima itu perlu
disampaikan kepada saya dan lembaga pelayanan kami, Christian Men’s Network.
‘Firman’ yang mereka sampaikan itu begitu sederhana hingga hampir saya
mengabaikannya. Namun, selang beberapa lama, ‘firman’ itu bertumbuh terus
dalam roh saya dan saat ini saya merasa yakin bahwa ‘firman’ itu
sesungguhnya berlaku bukan saja bagi kaum pria Zimbabwe, melainkan juga bagi
seluruh pria yang hidup di dunia saat ini - khususnya kaum pria yang telah
membiarkan wanita memegang tampuk kepemimpinan di gereja, rumah tangga, dan
negara. Firman yang disampaikan ketiga wanita itu adalah ‘Dahulu adalah waktu
bagi para Ester, namun kini adalah waktu bagi para Daniel’. Sungguh suatu
firman yang penuh kuasa. Para Ester itu adalah kaum wanita yang harus
menanggung beban dalam teriknya sengatan kehidupan ini dan harus memikul
tanggung jawab yang ditinggalkan kaum pria ketika mereka pergi berperang, yang
kemudian tidak mereka ambil alih kembali setelah perang usai. Para wanita Zimbabwe
itu melihat bahwa keadaan itulah yang menimpa kehidupan bangsa mereka; tetapi
saya melihatnya sebagai suatu masalah yang melanda kaum pria di seluruh
dunia. Sudah tiba waktunya bagi kaum pria untuk mau memegang kepemimpinan
rohani dan moral dalam keluarga, gereja, serta masyarakat. Kaum pria diharapkan
menjadi para Daniel masa kini yang memimpin keluarga, gereja, dan negaranya.
Ini merupakan panggilan dari Allah, bukan sekadar seruan kaum wanita” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 319-321).
Tanggapan saya:
a) Ini cerita
yang konyol dan tidak karuan!
Dalam penceritaan waktu perang itu terjadi, dikatakan
bahwa ‘Pada masa perang itu kaum pria Zimbabwe
berjuang di medan tempur selama enam minggu
penuh lalu selama enam minggu berikutnya berada di rumah untuk mencari nafkah
dan kemudian kembali lagi ke medan
perang’, sedangkan para perempuan / istri hanya
berdoa.
Tetapi
pada bagian akhir dikatakan bahwa ‘Para
Ester itu adalah kaum wanita yang harus menanggung beban dalam teriknya
sengatan kehidupan ini dan harus memikul tanggung jawab yang ditinggalkan kaum
pria ketika mereka pergi berperang, yang kemudian tidak mereka ambil alih
kembali setelah perang usai’.
Mengapa tidak cocok?
b) Ayat Habakuk
yang digunakan itu tidak cocok.
Hab 2:3 - “Sebab penglihatan itu masih menanti
saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila
berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan
tidak akan bertangguh”.
Ini membicarakan penggenapan dari suatu penglihatan,
bukan membicarakan tindakan menunggu penyampaian dari ‘firman’ yang diterima
seseorang kepada orang lain!
4) “Di lain
pihak, beberapa orang takut untuk mengatakan kebenaran. Mereka takut melukai
hati orang lain, atau mereka takut kehilangan kasih dari mereka. Mereka
sesungguhnya tidak menyadari bahwa hal itu merupakan kebenaran, yakni
membicarakannya di dalam kasih merupakan satu-satunya cara untuk menyatakan kasih
yang sebenarnya. Saya menyebut bentuk kasih yang terakhir ini sebagai kasih
sayang terbaik. Izinkanlah saya memberikan sebuah ilustrasi. Ketika saya
sedang berkhotbah, di tengah-tengah acara kebaktian, seseorang mengangkat
tangannya sambil menggenggam sebuah catatan yang mengatakan bahwa rumah salah
seorang dari jemaat yang hadir dalam kebaktian baru saja terbakar. Apa yang
harus saya perbuat? Orang tersebut berada dalam situasi berbahaya dan ia segera
akan kehilangan segala sesuatu yang ia miliki. Tetapi, bila saya menyela acara
kebaktian itu dan mengatakan hal itu kepadanya, saya akan membuatnya bingung
dan mungkin pula akan merasa sedih, atau malah mungkin akan membuat hatinya
terluka. Karena itu, saya tidak ingin ia mengalami banyak kesulitan, kesedihan,
atau kebingungan. Dan, saya akhirnya memutuskan untuk tidak memberitakan
informasi itu. Kemudian, setelah kebaktian, dalam keadaan ketakutan seorang
anggota jemaat datang sambil menangis, ‘Rumah saya hangus terbakar!’ ‘Ya, saya
sudah tahu,’ respons saya. Anggota jemaat yang mengalami musibah itu menatap
saya dengan mata terbelalak. ‘Anda sudah tahu?’ ‘Betul,’ saya menegaskan.
‘Masih ingatkah Anda dengan tangan yang teracung ke atas sambil memegang
catatan ketika acara kebaktian sedang berlangsung? Catatan itu mengatakan,
bahwa rumah Anda terbakar.’ ‘Mengapa Anda tidak mengatakannya kepada saya?’
Dan, jawaban saya sederhana saja: ‘Saya tidak ingin mengatakannya kepada Anda
karena saya tahu hal itu akan membuat Anda sedih.’” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 33).
Tanggapan saya:
Saya tidak mengerti omongan kacau balau ini. Apa yang Edwin
Louis Cole lakukan bertentangan dengan apa yang ia katakan. Apakah ilustrasi
itu bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, dan hanya mengilustrasikan suatu
ketololan seandainya ia melakukannya? Tetapi dari penceritaannya rasanya tidak
demikian. Rasanya itu sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.
Jadi, pada bagian awal Edwin Louis Cole mengatakan
dengan nada mengecam, orang-orang yang takut untuk mengatakan kebenaran. Tetapi
dalam ilustrasi yang ia ceritakan, ia sedang berkhotbah, pada waktu seseorang
menunjukkan suatu catatan bahwa rumah dari seorang jemaat baru saja terbakar.
Tetapi Cole ternyata tidak memberitakan hal itu kepada jemaat itu, karena takut
bahwa jemaat itu akan menjadi sedih! Betul-betul lucu!
5) “Ketika saya
masih kanak-kanak, dan ibu saya bertugas di sebuah Sekolah Alkitab di Los Angeles, saya pergi
bersamanya dengan murid-murid yang lain ke suatu daerah yang runtuh akibat
keributan yang terjadi. Di tempat itulah mereka melakukan pemberitaan Injil.
Ibu, Annie, dan mereka semua mengambil gitar, tamborin, dan drum besar. Di
sudut jalan itu, mereka bermain musik dan bernyanyi sambil memberitakan Injil.
Mereka melayani masyarakat yang mengalami penderitaan yang sangat dalam itu.
Suatu sore, setiap orang sedang menyanyikan lagu rohani lama: ‘Dosa dapat di
hapus, hanya oleh darah Yesus ...’ Seseorang yang tidak termasuk dalam kelompok
kami, dengan tubuh yang tidak terawat, tampaknya ia seorang pecandu berat alkohol
datang mendekati Annie. Orang-orang di sekitar daerah itu menyebut dia ‘winos’.
Sama seperti yang lainnya, sepotong rokok lusuh menempal di celah-celah jarinya
yang kuning dengan kukunya yang kotor. Ia menggunakan kaca mata bergagang
tipis, Kulitnya penuh daki, pakaiannya terbuat dari karung, dan napasnya
mengeluarkan aroma anggur murahan. Ia menarik lengan Annie, tetapi Annie segera
menepisnya. Beberapa kali ia melakukan hal yang sama, sampai akhirnya ia
menarik Annie ke arahnya, sehingga pria itu bisa berbicara kepada Annie
sementara teman-teman yang lain masih tetap bernyanyi. ‘Saya tahu, apa yang
Anda katakan itu benar,’ ia berkata perlahan dan berbisik, dengan suara aneh,
janggal, dan parau. ‘Tidak ada yang bisa membasuh dosa kita selain darah Yesus.’
Saya berdiri di sana, mendengar, mengamati, serta merenungkannya. ‘Saya pernah
memimpin sebuah seminari,’ ia meneruskan kata-katanya. ‘Saya tahu semua itu.
Tetapi, perlu Anda camkan dan ketahui, ada
perbedaan, perbedaan yang besar antara dibasuh menjadi putih dengan membasuh
menjadi putih.’ Kemudian, ia melengos pergi sambil terhuyung-huyung.
Sementara ia berlalu kata-katanya tetap membekas, dan tetap ada dalam ingatan
saya sampai saat ini. Allah telah membasuh menjadi putih. Dosa yang tidak
diakui adalah dosa yang tidak diampuni. Hikmat manusia menghalangi. Hikmat
Allah menyingkapnya. Manusia dibasuh menjadi putih. Allah membasuh menjadi
putih.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’,
hal 36-37).
Tanggapan saya:
Cerita ini konyol dan tak bisa saya mengerti apa maksudnya.
Sama sekali tidak ada apa-apanya, tetapi diceritakan sedemikian rupa
seakan-akan ini merupakan cerita yang luar biasa.
6) “Selama berada
di pekarangan, ia mendengar suara dari dalam dirinya yang berkata, ‘Pergilah.’
Pada kesempatan lain, suara yang sama mengatakan hal yang sama lagi. ... Ia
ingin tahu, ‘Apakah Roh Kudus yang berbicara kepada saya, ataukah setan - atau
yang lain?’ Semakin kami banyak bercakap-cakap, semakin saya menyadari bahwa
Allah sedang bekerja di dalam kehidupannya. Tetapi, Rick belum menyadari hal
itu. ... Dan kemudian, saya masih tetap mendengar suara ini berkata di dalam
diri saya, pergilah.’’. Rick sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat
pribadinya beberapa tahun yang lalu. Tetapi, ia belum pernah membuat sebuah komitmen
secara menyeluruh. Beberapa bagian dari kehidupannya masih berada di bawah
pengawasan pribadi, bukan di bawah pengawasan Allah. Setelah kami
berbincang-bincang, kami berdoa bersama. Sinar terang mulai menyeruak di dalam
hati Rick. Suara yang ada di dalam diri Rick sesungguhnya adalah suara Allah
yang berbicara melalui Roh Kudus. ‘Pergilah’ berarti, pergilah, bebaskan
dirimu dan kemudian serahkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam genggaman tangan
Tuhan, percaya penuh kepada-Nya. Rick memahami perkataan Allah yang sederhana itu, ‘Tinggalkan semua caramu
sendiri, dan bergantung sepenuhnya di dalam Aku.’” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 84-85).
Tanggapan saya:
Kok aneh, kata ‘pergilah’ di artikan seperti itu???
Dan itu disebut ‘sederhana’?
7) “Tim dan Alice
datang kepada saya untuk melakukan konseling. Mereka mengalami penderitaan di
dalam pernikahan mereka, padahal Tim adalah seorang hamba Tuhan. Karena hal
itu, Tim merasa takut untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menyangkut
tentang dirinya, takut terhadap tanggapan istrinya terhadap dia. Ada kepedihan di dalam hati dan roh Alice. Juga, ada kegelisahan di dalam diri
Tim. Tim berasal dari keluarga pria ‘macho’, di mana kaum prialah yang
menguasai segala sesuatunya. Ayah dan saudara laki-lakinya adalah seorang yang
tidak beradat, kasar, dan kebanyakan dari mereka bertingkah laku yang tidak
bermoral dan juga tidak senonoh. Akan tetapi Tim sudah dipengaruhi oleh firman
Allah dan kepada pewahyuan dari jiwanya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat
pribadinya. Ia sudah bertobat dari dosa-dosanya, percaya kepada Tuhan dan
menjadi manusia baru ketika Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya di dalam kuasa
penyelamatan. Karena anugerah Allah yang besar yang ia saksikan, sukacita
karena dosanya sudah diampuni, dan kerinduan untuk memberitakan Injil kepada
sebanyak mungkin orang, ia kemudian memutuskan untuk mengikuti sekolah Alkitab.
Alice ialah
seorang guru Sekolah Minggu. Ia dibesarkan di lingkungan gereja, ia belum
pernah mengenal lingkungan lain selain kehidupan dan budaya kristiani. Alice,
sama seperti Tim, ingin pula menyaksikan kasihnya kepada Yesus kepada seluruh
dunia, dan untuk memperlengkapi dirinya dalam misi tersebut, ia mendaftarkan
dirinya di sebuah sekolah Alkitab. Tim dan Alice bertemu dan berkenalan di sekolah
Alkitab. Mereka berpacaran selama setahun. Saat yang dinanti-nantikan Alice pun datang, ia
menerima lamaran Tim, dan mereka segera mengumumkan pertunangan mereka. Tiga
minggu sebelum pernikahan dilangsungkan, mereka pergi ke suatu tempat yang
tersembunyi. Memeluk Alice membuat gairah Tim meningkat, dan Alice pun
menjadi lebih terlena, dan kelihatannya ia sudah tidak mampu lagi untuk
menghentikan cumbuan Tim. Tim tidak pernah punya standar kerohanian dan standar
alkitabiah untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pikir Tim:
mereka akan menikah tiga minggu lagi - kenapa harus menunggu? Alice tahu
lebih banyak mengenai kebenaran, tetapi ia tidak ingin mengecewakan Tim.
Akhirnya, ia pasrah. Mereka melakukan hubungan sex di ruang belakang sebuah
gedung tua. Enam tahun setelah itu, mereka ada di kantor saya. Di depan
umum kehidupan mereka tampaknya penuh kasih sayang, tetapi sesungguhnya mereka
mudah mengubah pendirian, mengeluarkan kata-kata kasar, menuduh dengan sengit,
termasuk kekejaman fisik yang dilakukan akibat persoalan yang tidak bisa
dipecahkan, perbuatan yang tidak mengampuni, dan kasih yang tidak sepenuhnya.
Tim mengeluhkan permusuhan tersembunyi yang dilakukan Alice. Alice
mengecam rasa tidak bertanggung jawab Tim terhadap dirinya. Berjam-jam saya
mengarahkan mereka dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain, dan dari satu
perasaan ke perasaan yang lain. Akhirnya, kami menemukan batuan keras yang
merupakan penghalang hubungan mereka selama ini. Setelah enam tahun pernikahan
mereka, Alice
mengatakan dengan terus terang tentang apa yang membuat ia tertekan selama ini.
Ia sangat membenci Tim karena tidak membiarkan dirinya untuk tetap perawan
sampai mereka menuju pernikahan. Dihadapkan dengan masalah itu, Tim
memandang Alice
dengan perasaan heran bercampur marah. ‘Maksudmu, kau menyalahkan aku atas
semua masalah yang pernah kita lakukan? Menyalahkanku karena satu perkara itu?
Aku sama sekali tidak pernah mengetahui bahwa hal itu sangat mempengaruhimu!’
Kemarahannya pun meledak. Saya memotong pembicaraan mereka. ‘Tuan, sebenarnya
masalah itu ada pada diri Anda - di pihak Anda. Kecuali, kalau Anda mau
menerima tanggung jawab Anda atas istri Anda yang sudah merasakan kehilangan
dan malu, kecuali kalau Anda mau memohon pengampunan atas tindakan itu, Anda
tidak akan pernah mempunyai hubungan yang sehat dengan istri Anda.’ Ia seperti
sedang dilanda badai topan yang dahsyat. Wajahnya pucat pasi. Tetapi, setelah
ia memikirkannya di rumah, is mulai melihat betapa pentingnya keperawanan itu.
Ia merampas apa yang oleh Alice
dianggap sebagai pemberian yang paling berharga yang kelak akan diberikan
kepadanya. Perbuatan kotor yang mereka lakukan di ruangan belakang gedung tua
itu tidak lebih dari sekadar pemerkosaan atas dirinya dibandingkan
aktivitas biologis atas dasar kasih yang tertinggi antara seorang pria dengan
seorang wanita. Akhirnya, waktu itu datang juga ketika ia harus mengakuinya,
bahwa gairah birahinyalah, bukan kasihnya yang telah menyebabkan persoalan. Itu
merupakan kesalahannya, dosanya, dan ia bertobat dari hal itu, memohon
pengampunan kepada istrinya dan mengadakan pemulihan kepada istrinya.
Istrinya sungguh-sungguh mengampuninya. Permusuhan terhadap dirinya tidak ada
lagi, dan kehidupan mereka berubah secara dramatis” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal
126-128).
Tanggapan saya:
Cerita ini merupakan suatu omong kosong dan salah. Dua
orang yang pacaran menjadi begitu bernafsu sehingga akhirnya melakukan hubungan
sex. Dikatakan Alice pun ‘menjadi lebih
terlena’ dan ‘tidak mampu lagi untuk menghentikan cumbuan Tim’. Juga dikatakan ‘ia
tidak ingin mengecewakan Tim. Akhirnya ia pasrah’. Lalu mengapa wanitanya marah? Dan mengapa Tim yang
disalahkan dan harus minta maaf? Mengapa disebut sebagai ‘pemerkosaan’?
Tidak ada pemerkosaan! Mereka melakukan atas dasar mau sama mau! Jadi, keduanya
sama-sama salah, dan sama-sama harus minta ampun kepada Tuhan, dan bukan
satu kepada yang lain!
Dan dalam cerita ini juga ada kejanggalan-kejanggalan
theologis:
a) Mula-mula
dikatakan Tim ‘sudah
dipengaruhi oleh firman Allah dan kepada pewahyuan dari jiwanya bahwa Yesus
Kristus adalah Juruselamat pribadinya. Ia sudah
bertobat dari dosa-dosanya, percaya kepada Tuhan dan menjadi manusia baru
ketika Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya di dalam kuasa penyelamatan’.
Tetapi di bagian bawah dikatakan ‘Tim
tidak pernah punya standar kerohanian dan standar alkitabiah untuk membedakan
mana yang benar dan mana yang salah’.
Tidakkah kedua pernyataan ini saling bertentangan?
b) Kata-kata
‘Ia sudah bertobat dari dosa-dosanya, percaya kepada Tuhan dan menjadi
manusia baru ketika Roh Kudus masuk ke dalam hidupnya di dalam kuasa
penyelamatan’ juga salah /
sesat secara theologis, karena:
1. Menunjukkan
bahwa pertobatan dari dosa terjadi lebih dulu dari masuknya Roh Kudus ke dalam
hidupnya.
2. Edwin
Louis Cole mengatakan bahwa ‘Roh Kudus masuk
di dalam hidupnya di dalam kuasa penyelamatan’.
Setelah ia bertobat dari dosa, Roh Kudus masuk, dan
menyelamatkan? Ini terbalik tidak karuan! Mestinya percaya Yesus dulu, lalu
diselamatkan, dan Roh Kudus masuk (Ef 1:13), lalu terjadi perubahan /
pertobatan dari dosa (Gal 5:22-23).
F) Doktrin-doktrin
yang salah / sesat.
1) Ajaran
Arminian.
a) “Di Kis 13:22
dikatakan, setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja
mereka. Tentang Daud, Allah telah menyatakan: ‘Aku telah mendapat Daud bin
Isai, seorang yang berkenan di hatiKu dan yang melakukan segala kehendakKu.’
Tuhan mencari seorang yang taat untuk melakukan kehendak Tuhan. ... Perhatikanlah,
di dalam Firman Tuhan, setiap kali Tuhan ingin melakukan sesuatu untuk
kepentingan kerajaan atau umatNya, Tuhan selalu mencari seorang pria terlebih
dahulu untuk dapat melakukannya. Setelah Tuhan menemukan pria yang tepat
seperti yang Dia inginkan, barulah Tuhan memberitahukan metode apa yang harus dipakainya
untuk menyelesaikan semua rencana Tuhan tersebut.” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 74).
Tanggapan saya:
1. Ini
ajaran Arminian! Dalam Reformed, Tuhan memilih dulu (dalam kekekalan), baru
menjadikan orang itu sesuai kehendakNya (dalam waktu). Bandingkan dengan:
·
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi
bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu
orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya
rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan,
tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua
akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi
Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
·
Ef 1:4,5 - “(4) Sebab di
dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita
kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya,
sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
·
Paulus maupun
Yeremia dipilih oleh Tuhan sejak dari dalam kandungan.
Yer 1:5 - “‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam
rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi
nabi bagi bangsa-bangsa.’”.
Gal 1:15 - “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih
aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya”.
2. Pada
waktu Allah mau AnakNya lahir sebagai manusia, mengapa Ia mencari Maria, yang
adalah seorang wanita?
b) “... dapat
menghapuskan keselamatan jiwa Anda”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 30).
Tanggapan saya:
Ini pandangan Arminian! Dalam theologia Reformed /
Calvinisme, orang kristen yang sejati tidak bisa kehilangan keselamatan.
Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan
suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29)
BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan
seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
c) “Segala sesuatu dalam hidup ini ada dalam kekuasaan pilihan
kita, dan begitu suatu pilihan kita tentukan, kita akan menjadi hamba dari
pilihan tersebut”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 302).
Tanggapan saya:
1. Jangankan
memilih segala sesuatu, bahkan memilih percaya Yesus atau tidak, tidak ada
dalam kekuasaan kita!
Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat
datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia
akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah
Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.’”.
2. Dalam
bagian akhir dari kutipan itu mungkin Cole ‘ada benarnya’. Begitu seseorang
memilih untuk memihak gerakan pria sejati ini, ia menjadi hamba dari gerakan
ini. Begitu fanatiknya orang-orang ini sehingga sekalipun diserang dengan
menggunakan ayat-ayat Alkitab, dan mereka sama sekali tidak bisa menjawab,
tetapi mereka sama sekali tidak peduli, dan bahkan menyatakan ingin
memperkarakan / menuntut secara hukum orang-orang yang menuduh gerakan mereka
sebagai sesat (bdk. 1Kor 6:1-8). Begitu tegar tengkuk, keras kepala, dan tidak
tunduk pada Firman Tuhan / Alkitab. Dalam hal-hal ini mereka tidak terlalu
berbeda dengan Saksi-Saksi Yehuwa, para pengikut Yahweh-isme, dan sebagainya.
d) “Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan seorang manusia,
terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu manusia dibuat hidup
di dalam Roh” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 72).
“Dosa
karena kelalaian - tidak percaya dan tidak menerima Yesus - itu adalah
dasar perpisahan kekal umat manusia dari Allah. Dengan tidak dilahirkan
kembali - dan dengan itu manusia tidak menerima Roh Yesus Kristus di
dalam hidupnya - sebenarnya manusia sedang mengerjakan semua bentuk
pelanggaran dan dosa secara berulang” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 123).
Tanggapan saya:
Kelihatannya ia mengidentikkan kelahiran baru dan
berimannya seseorang kepada Kristus. Suatu kesalahan yang umum, dan merupakan
ajaran Arminianisme, tetapi ini tetap salah. Ajaran Reformed mengatakan manusia
itu mati secara rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1),
dan karena itu tidak akan bisa memahami ataupun menghargai Injil
(1Kor 2:14), dan karena itu harus dilahir-barukan dulu, baru bisa
mengerti, menghargai Injil, dan setelah itupun iman masih harus dianugerahkan
oleh Allah (Kis 16:14-15 Fil 1:29).
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Ef 2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak
menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu
kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat
dinilai secara rohani”.
Kis 16:14-15 - “(14) Seorang dari
perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang
penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan
membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15)
Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami,
katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada
Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya”.
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia”.
e) “Hidup dan mati
merupakan keputusan kita”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 114).
Tanggapan saya:
Bahkan orang Arminianpun biasanya tidak mempercayai
seperti ini. Hidup mati kita ada di tangan Tuhan, bukan di tangan siapapun /
apapun.
Mat 10:28-30 - “(28) Dan janganlah kamu takut
kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh
jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun
tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun
seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.
(30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
Maz 39:5-6 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah
kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa
fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku;
bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah
kesia-siaan! Sela”.
Ayub 2:6 - “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia
dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’”.
Dari ayat dalam kitab Ayub ini terlihat bahwa setanpun
tidak mungkin bisa membunuh seseorang, kalau itu bukan kehendak Tuhan.
f) “Jika hukum itu
tidak dipahami sepenuhnya, maka orang berdosa tidak akan menghargai kasih
karunia Allah yang terpancar dari salib. Mengkhotbahkan tentang anugerah tanpa
pengetahuan tentang hukum sama dengan memberikan obat kepada seseorang
sementara ia sendiri tidak tahu bahwa ia menderita sakit. Orang tidak
dapat menghargai suatu pengobatan jika ia tidak tahu bahwa ia menderita sakit.
Hukum menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sakit karena dosa.
Kita membutuhkan pengobatan. Pengobatan itu adalah pemberian cuma-cuma, yaitu
keselamatan di dalam Kristus Yesus, tetapi jika kita tidak mengakui bahwa kita
menderita sakit, maka pengobatan itu tidak ada artinya bagi kita” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 153).
Tanggapan saya:
Alkitab tidak mengatakan bahwa orang berdosa itu
sakit, tetapi mati dalam dosa (Yoh 10:10
Ef 2:1). Karena itu, kita membutuhkan kelahiran baru, bukan pengobatan.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Ef 2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.
Sekalipun memberikan banyak ajaran Arminian, tetapi di
bagian lain dari bukunya, Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut: “Jadi,
keselamatan itu kita peroleh bukan karena kebaikan kita, melainkan dianugerahkan
Allah berdasarkan kemurahan dan kasihNya yang tidak bersyarat” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 33).
Tanggapan saya:
Ini Reformed! Jadi, Edwin Louis Cole mencampur hal-hal
yang Reformed dengan yang Arminian!!! Theologia gado-gado?
2) Setuju
dengan Katolik?
“Ada perbedaan yang sangat
besar antara Madonna dan Ibu Teresa. Tenar merupakan istilah yang tepat untuk
Madona, sedangkan kata Besar layak disandang oleh Ibu Teresa” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 226).
Tanggapan saya:
Orang ini tidak bisa melihat kesesatan dari Ibu Teresa
yang adalah orang Katolik! Jangan terlalu dipesonakan oleh ‘kesalehan /
kebaikan’ dari Ibu Teresa. Ia tidak pernah memberitakan Injil, lalu bagaimana
nasib orang-orang yang ia layani? Juga, bagaimanapun baik / salehnya Ibu
Teresa, Alkitab mengatakan bahwa segala kesalehannya seperti kain kotor (Yes
64:6)!
3) Ajaran
tentang iblis / setan / roh jahat.
Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
a) Yeh 28:14-16
menunjuk pada kejatuhan iblis??? (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 239).
Tanggapan saya:
Memang ada banyak orang yang berpendapat demikian,
tetapi ayat-ayat di bawah ini tidak memungkinkan pandangan itu.
Yeh 28:1-2,7-12 - “(1)
Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja
Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan
berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal
engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama
dengan Allah. ... (7) maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau,
yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan
hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8) Engkau diturunkannya ke
lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan.
(9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah
Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah
Allah. (10) Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang
asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’ (11)
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu
ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.”.
b) “Iblis adalah
makhluk yang paling gila karena ia tidak henti-hentinya percaya bahwa dirinya
sanggup mengalahkan Allah” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 239).
Tanggapan saya:
Mana dasar ayatnya???? Bukan hanya tidak ada dasar
ayatnya, tetapi Alkitab justru memberikan gambaran yang bertentangan dengan apa
yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole berkenaan dengan Iblis. Perhatikan
ayat-ayat di bawah ini:
1. Ayub 1:8-12
- “(8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada
Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di
bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak
mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar
sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang
dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di
negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang
dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (12) Maka firman TUHAN
kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah
engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari
hadapan TUHAN.”.
Text ini menunjukkan betapa sadarnya setan / Iblis
bahwa ia begitu dibatasi dan tergantung kepada Tuhan. Kalau Tuhan memagari /
melindungi Ayub, maka ia tidak bisa berbuat apapun terhadap Ayub. Dan kalau
Tuhan mengijinkan ia untuk menyerang Ayub, maka serangannya hanya bisa ia
lakukan sebatas yang Tuhan ijinkan. Apakah ini menunjukkan bahwa ia ‘percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
2. Bdk.
Yak 2:19 - “Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.
Kata ‘mereka gemetar’ jelas menunjukkan bahwa setan sangat takut kepada
Allah, dan bukannya ‘percaya bahwa
dirinya sanggup mengalahkan Allah’
seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole.
3. Mark 3:11
- “Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka
jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’”.
Apakah sikap ‘jatuh
tersungkur di hadapanNya’ ini
menunjukkan bahwa mereka ‘percaya bahwa
dirinya sanggup mengalahkan Allah’
seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
4. Mat
8:29 - “Dan
mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah?
Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
Jelas ia tahu bahwa akan datang waktunya ia akan
disiksa oleh Yesus / Allah. Apakah ini menunjukkan bahwa ia ‘percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
Bdk. Luk 8:30-33 - “(30)
Dan Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya: ‘Legion,’ karena ia
kerasukan banyak setan. (31) Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus,
supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. (32)
Adalah di sana
sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan
itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi
itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka. (33) Lalu keluarlah setan-setan
itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari
tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas.”.
Perhatikan kata-kata ‘memohon’ dan ‘meminta’ kepada Yesus. Apakah ini menunjukkan bahwa mereka ‘percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
4) Ajaran
tentang Adam dan Hawa, dosa makan buah, dan dosa asal.
a) “Pada bab terdahulu kita telah berbicara tentang Hawa yang
menyerah pada tiga pencobaan dasar yang disebut ‘dosa asal’. Sekarang kita
akan melihat peranan Adam dalam hal ini. Allah secara langsung memerintahkan
Adam untuk tidak menyentuh buah pohon pengetahuan yang ada di tengah
Taman Eden” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 226).
Tanggapan saya:
Hawa tidak ada urusannya dengan dosa asal!
Dosa asal bukanlah tiga pencobaan dasar, tetapi dosa yang ada pada semua
manusia (kecuali Yesus Kristus) sejak lahir, karena dosa pertama dari Adam.
Juga Allah melarang untuk memakan buah, bukan menyentuh buah!
Hawalah yang melebih-lebihkan kata-kata Allah itu.
Kej 2:16-17 - “(16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah
ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, (17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.
Kej 3:1-3 - “(1) Adapun ular ialah yang paling
cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu
berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam
taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’ (2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah
pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3) tetapi tentang buah pohon
yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba
buah itu, nanti kamu mati.’”.
b) “Beberapa ahli
Alkitab berpendapat bahwa Adam diusir dari Taman Eden bukan karena ia berbuat dosa, melainkan
karena ia menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Alasan para ahli
itu adalah karena Allah tentu akan mengampuni Adam kalau saja ia mau mengakui
dosanya, bertobat, dan meminta ampun dengan hati yang tulus. Tetapi, Adam tidak
berbuat demikian sehingga Allah tidak dapat membiarkannya tetap tinggal di
Taman Eden” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 227).
Tanggapan saya:
Ahli Alkitab yang mana? Ini theologia gila dari orang
yang kacau theologianya! Apakah Allah bisa mengampuni tanpa penebusan?
Bdk. Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan
menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan”.
c) “Dakwaan Adam terhadap Allah yang bertujuan untuk membenarkan
dirinya sendiri itu menunjukkan kerja sama Adam dengan iblis yang
disebut sebagai pendakwa saudara-saudara (Wahyu 12:10). Dengan mendakwa Allah,
itu berarti Adam telah menyangkal kemahakuasaan Allah. Kemahakuasaan Allah
terletak pada hak mutlak yang dimilikiNya untuk menentukan apa yang benar dan
yang salah bagi manusia ciptaanNya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 228).
Tanggapan saya:
1. Adam
memang berdosa, tetapi itu berbeda dengan mengatakan bahwa ia bekerja sama
dengan Iblis. Edwin Louis Cole-lah yang bekerja sama dengan Iblis, atau mungkin
lebih tepat, dipakai oleh Iblis, sehingga menciptakan buku dan gerakannya yang
sesat ini!
2. Adam
memang berdosa dengan tidak mau mengakui dosanya tetapi melemparkan tanggung
jawab kepada Hawa dan kepada Allah, tetapi itu berbeda dengan menyangkal
kemaha-kuasaan Allah. Kalau ia memang menyangkal kemaha-kuasaan Allah, mengapa
ia menjadi takut ketika Allah datang?
Kej 3:8-10 - “(8) Ketika mereka mendengar bunyi
langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara
pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan
berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku
mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena
aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’”.
3. Kemaha-kuasaan
Allah ditunjukkan dengan kemampuan melakukan segala sesuatu, dan tak ada
hubungannya dengan menentukan mana yang salah dan mana yang benar. Yang
terakhir ini mungkin lebih berhubungan dengan kesucian dan kedaulatan Allah.
5) Tentang
pengampunan / pertobatan.
a) Tanpa
pengakuan dosa tidak ada pengampunan.
“Dosa yang tidak
diakui adalah dosa yang tidak dimaafkan. Dosa hanya bisa hilang dari dalam
kehidupan manusia melalui mulut.”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 32).
Tanggapan saya:
1. Di
depan saya sudah membahas bahwa pengampunan kita dapatkan karena iman kepada
Kristus, bukan karena pengakuan dosa.
2. Penjahat
yang bertobat di kayu salib tak pernah mengaku dosa, tetapi ia diampuni!
3. Pengakuan
dosa merupakan perbuatan baik kita. Kalau hal ini dimutlakkan untuk bisa
menerima pengampunan, itu mengajarkan keselamatan karena iman + perbuatan baik,
yang adalah ajaran sesat!
4. Ada berapa orang kristen
yang sejati yang sempat mengaku dosa sebelum mati? Lalu yang tidak sempat
mengaku dosa, semuanya tidak diampuni, dan masuk neraka?
5. Yang
penting bukan pengakuan dari mulut, tetapi dari hati!
Mat 15:7-8 - “(7)
Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa
ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu”.
Maz 51:19 - “Korban sembelihan kepada Allah
ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang
hina, ya Allah”.
Ro 10:9-10 - “(9) Sebab jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan. (10) Karena dengan
hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku
dan diselamatkan”.
Jelas bahwa ‘mulut’ tanpa ‘hati’ tak ada gunanya!
b) “Saya sering
melihat kaum pria yang bertobat dari dosa mereka, dan mereka sungguh-sungguh
merasakan pengampunan itu. Mereka meninggalkan ruang doa dengan rasa puas atas
kondisi kerohanian mereka, meskipun mereka menemukan diri mereka memohon
pengampunan untuk dosa yang sama, dan kemudian membutuhkan pengampunan yang
sama. Kehendak Allah adalah mengampuni kita, kemudian membasuh kita agar kita
tidak melanjutkan kebiasaan untuk berbuat dosa. Bebaskanlah diri Anda dari
berbuat dosa” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 32).
Tanggapan saya:
Ini kemunafikan dari orang yang ‘self-righteous’ (= merasa diri sendiri benar). Tidak ada orang
yang tidak mengulang dosa, dan darah Yesus tercurah untuk dosa-dosa yang
diulangi itu. Memang ini bukan hal ideal, tetapi ini fakta! Tidak berarti bahwa
kita boleh membiarkan fakta itu berlangsung terus. Kita memang harus berusaha
menghentikan dosa, tetapi tidak seorangpun bisa tidak mengulang dosa yang sudah
ia akui.
Pengudusan digambarkan sebagai ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22-23), dan ini menunjukkan suatu proses
seumur hidup, yang baru disempurnakan pada saat kita mati, atau sesaat
setelah kita mati (Ibr 12:23).
Ibr 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung,
yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang,
dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.
6) Tentang
mengampuni orang dan diampuni orang.
a) “Saya sedang
berada di Cleveland
saat saya sedang membuat kesimpulan khotbah yang baru saja saya sampaikan,
ketika seorang pria meminta saya bersama-sama dengan dia berdoa untuk
keselamatan kedua anaknya. Ketika kami mulai berdoa, ia berkata: ‘Kedua anak
saya pecandu berat alkohol, dan saya tahu, bila Allah menyelamatkan mereka,
mereka akan terbebas dari hal itu. ... ‘Apakah Anda pernah menjadi pecandu
alkohol juga?’ saya bertanya kepadanya. ... ‘Ya,’ ia menjawab dengan sangat
perlahan, bahkan hampir seperti berbisik. ‘Apakah ketika itu anak-anakmu ada di
rumah?’ ‘Ya.’ ‘Pernahkah Anda mendatangi anak-anak Anda di rumah dan meminta
maaf kepada mereka karena ketika mereka masih kanak-kanak, Anda sudah menjadi
seorang pecandu alkohol?’ ... Pria itu menunduk,
‘Belum pernah.’ ... ‘Datangi anak-anak Anda, meminta maaf kepada mereka karena
Anda pernah menjadi pecandu alkohol,’ saya mengatakan hal itu, dan kemudian
menatapnya dengan sungguh-sungguh, menanti jawabannya. Dia menatap saya
kembali, kemudian setuju. ... Dengan memaafkan dosa seseorang, kita
sesungguhnya sedang membebaskan mereka, tetapi bila kita tidak memaafkan
mereka, dosa yang sudah ia lakukan itu akan tetap mengikatnya. Inilah
prinsip Kerajaan Allah. Anak laki-lakinya
sangat membenci kebiasaan ayahnya yang kecanduan alkohol. Anak-anaknya tidak pernah memaafkan ayahnya untuk perkara itu. Karena
mereka tidak pernah memaafkan hal itu, mereka menyimpan dosa ayah mereka di
dalam hati mereka, dan perkara itu menjadi sesuatu yang akhirnya membuat mereka
benci terhadap ayahnya. Kebencian akan mengikat dosa tetap berada di dalam diri
mereka. Mereka mengikat diri mereka kepada dosa ayahnya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 41-43).
Tanggapan saya:
1. Pertama-tama,
mana ayat dasar dari ajaran ini?
2. Ini
tolol dan salah, karena berarti bahwa pengudusan kita tergantung pada orang
kepada siapa kita berbuat salah! Bagaimana kalau kita sudah minta maaf tetapi
orang itu tidak mau memaafkan?
3. Dan
cerita ini membingungkan, karena contohnya tidak cocok dengan pernyataannya.
Karena tidak adanya pemaafan, yang terikat dosa itu ayahnya atau anak-anaknya?
Kalau dilihat dari bagian yang saya beri garis bawah tunggal maka yang terikat
adalah orang yang tidak dimaafkan (ayahnya), tetapi kalau dilihat dari kalimat
yang saya beri garis bawah ganda, maka yang terikat adalah orang yang tidak mau
memaafkan (anaknya). Jelas bahwa ini adalah omongan kontradiksi dari orang yang
IQnya rendah!
b) “Bila Anda tidak
memaafkan dosa yang sudah diperbuat oleh seseorang terhadap Anda, sesungguhnya
Anda sedang menanggung dosa tersebut; menahannya. Akibatnya Anda akan membuat
kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 44).
Tanggapan saya:
Lagi-lagi suatu kegilaan yang diberikan tanpa dasar
Alkitabnya! Memang ‘tidak memaafkan / mengampuni’ merupakan dosa. Tetapi itu
tidak menjadikan kita melakukan kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya.
Sebagai contoh: kalau seorang gadis diperkosa oleh seorang pemuda, dan ia tidak
mau mengampuni pemuda itu, apakah nanti ia akan memperkosa pemuda itu atau
menjadi seorang pemerkosa?
c) “Di Charlotte, North
Carolina, ada seorang pria yang tidak pernah
memaafkan rekan bisnisnya yang terdahulu. Rekan bisnisnya ini membawa kabur
semua uangnya. Akibatnya, ia membayar sendiri semua utang-utangnya. Pria yang
marah ini terus mengalami masalah di dalam bisnisnya, sebelum ia memaafkan
rekan bisnisnya tersebut pada malam itu. Sekarang ini, ia sungguh-sungguh
mengalami keberhasilan yang belum pernah ia alami sebelumnya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 44-45).
Tanggapan saya:
Sama dengan yang di atas.
d) “Seorang ahli
ilmu pengetahuan ruang angkasa di California
mendengar prinsip memaafkan yang saya ajarkan, dan perkara itu mengubah
kehidupannya. Ia dan ayahnya tidak pernah lagi berbicara hampir lima belas tahun ketika
ayahnya masih hidup. Ayahnya sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu. Ini
berarti, sudah ada tiga puluh lima
tahun ia hidup tanpa pengampunan. Masalahnya, sekarang ahli ilmu pengetahuan
ini juga sudah tidak berbicara lagi dengan putrinya selama hampir dua tahun.
Sekarang ini, putrinya sudah pindah ke Hawai untuk menghindari dirinya. Malam
itu dia sadar, bahwa ia menanggung konsekwensi yang sama pula sebagaimana
yang sudah dilakukan ayahnya terhadapnya. Ayahnya sudah meninggal, sekarang
apa yang harus ia perbuat? Adalah penting baginya untuk memaafkan ayahnya,
meskipun peristiwa itu sudah berlalu. Kami berdoa bersama dan ia mendapatkan
pembebasan yang sungguh-sungguh ia butuhkan itu. Malam itu, setelah pertemuan,
ia menulis sepucuk surat yang panjang kepada putrinya yang tinggal di Hawai,
memohon maaf dan mengatakan kepada putrinya suatu perkara yang belum pernah ia
pahami sebelumnya. Beberapa minggu kemudian, saya berjumpa lagi dengannya.
Mereka sudah berdamai, dan merencanakan suatu perjalanan ke Hawai untuk
mengunjungi putri dan cucunya. Banyak ayah yang meyakini bahwa ketika mereka
mengakui kegagalan atau kesalahan mereka kepada anak-anak mereka, atau mengakui
dosa-dosa mereka, dan meminta pengampunan, hal ini akan melemahkan diri mereka.
Tidak ada perkara yang lebih besar daripada
kebenaran ini. Ini adalah bagian yang maximal dari kepriaan Anda. Memberi dan menerima pengampunan adalah tindakan
yang menyerupai Kristus. Ini adalah bukti nyata bahwa kebanyakan orangtua
yang saat ini memperlakukan anak-anak mereka dengan kejam, mereka juga adalah
anak-anak yang dahulunya pernah mendapatkan perlakuan kejam. Banyak orang yang
bekerja di dinas-dinas sosial, badan penyuluhan sekolah, dan kepolisian yang
tidak memahami perkara yang sudah diajarkan
oleh Yesus ini” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 45).
Tanggapan saya:
1. Kata-kata
‘Tidak
ada perkara yang lebih besar daripada kebenaran ini’ apa tidak salah?
2. Kata-kata
‘Memberi
dan menerima pengampunan adalah tindakan yang menyerupai Kristus’
berarti bahwa Kristus juga menerima pengampunan! Ini sesat!
3. Cerita
ini tidak jelas tujuannya. Ayahnya bersalah kepada dia, dan dia tidak
memaafkannya sampai ayahnya mati. Lalu dia tidak berbicara dengan putrinya, itu
salah siapa? Orang itu lalu meminta maaf kepada putrinya dan mereka berdamai.
Apakah karena tadinya ia tidak memaafkan ayahnya maka sekarang setelah ia
bersalah kepada putrinya, putrinya tidak mau memaafkan dia? Kalau begitu,
dosanya menurun kepada putrinya! Ini salah dan sesat. Alkitab tidak pernah
mengajarkan ada dosa menurun dengan cara seperti itu.
4. Seluruh
pelajaran / bab ini penuh dengan contoh-contoh, tetapi tidak ada dasar Alkitab.
Tetapi lucunya pada bagian akhirnya Edwin Louis Cole berkata “Banyak orang
yang bekerja di dinas-dinas sosial, badan penyuluhan sekolah, dan kepolisian
yang tidak memahami prinsip yang sudah diajarkan oleh Yesus ini”. Diajarkan oleh Yesus dimana? Oh, pasti diajarkan
oleh Yesus langsung kepada Edwin Louis Cole melalui pemberian wahyu!
e) “Wanita yang merasa bahwa suaminya adalah pria yang tidak percaya
- atau seorang suami Kristen yang kurang memaksimalkan potensinya sebagai
seorang pria sejati - ada dua langkah kunci yang terdapat dalam Alkitab.
Pertama, yakinkanlah diri Anda bahwa Anda sudah mengampuni semua dosa suami
Anda. Banyak istri yang tidak mengampuni suami mereka. Tanpa pengampunan,
sesungguhnya seorang istri sedang menahan dosa suaminya dan mengikat dosa
tersebut di dalam diri sang suami. Pengampunan membuka; tidak adanya
pengampunan menutup. Pengampunan membebaskan, tidak adanya pengampunan
mengikat. Banyak pria yang sungguh-sungguh ingin menjadi pria sejati seperti
yang Allah inginkan atas hidup mereka, dan sering menjumpai diri mereka sedang
berjuang untuk terbebas dari perbudakan karena tidak adanya pengampunan dari
istri mereka. Kedua, cintailah suami Anda.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 66).
Tanggapan saya:
1. Ini
sesat! Orang yang berbuat salah kepada seseorang membutuhkan pengampunan dari
Tuhan, bukan dari orang kepada siapa ia bersalah!
2. Dan
lucunya, wanita / istri itu tidak disuruh memberitakan Injil kepada suami yang
belum Kristen itu.
Tanggapan saya tentang seluruh point ini
(tentang pengampunan dosa):
Seluruh ajaran Edwin Louis Cole tentang
pengampunan ini (a-e) sesat!
7) Kelahiran
baru mengidentikkan kita kembali dengan Yesus Kristus.
“Tetapi, melalui
kelahiran baru, kita diidentikkan kembali dengan Yesus Kristus dan
kebenaranNya, dan karena itu tidak ada lagi murka, yang ada adalah anugerah” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 35).
Tanggapan saya:
Melalui kelahiran baru kita diidentikkan dengan Yesus?
Apa artinya ‘diidentikkan kembali
dengan Yesus Kristus dan kebenaranNya’???
Kapan manusia pernah identik dengan Yesus, kok bisa digunakan kata ‘kembali’?
Sampai kapanpun kita tidak akan pernah identik dengan Yesus, yang adalah Allah
dan manusia dalam satu pribadi itu!
8) Kelompok
pria sejati / Edwin Louis Cole percaya adanya wahyu dan pengilhaman pada jaman
sekarang, dan ia sendiri mengatakan dirinya menerima wahyu, menjadi nabi dan
sebagainya.
a) Pada
bagian intro dari buku ‘Hikmat Bagi Pria’: “Apakah Christian Men’s Network?
Christian Men’s Network adalah sebuah jaringan pelayanan pria, yang didirikan
oleh DR Edwin Louis Cole pada tahun 1979. “Saya percaya Allah telah memanggil
saya untuk berbicara dengan suara kenabian
kepada pria-pria generasi ini. Dia telah menetapkan saya dengan pelayanan yang
berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada keserupaan dengan Kristus dan
menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi pria sejati dan keserupaan
dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L Cole)”.
Tanggapan saya:
Terlihat bahwa gerakan pria sejati ini (Eddy Leo
adalah editor buku ‘Hikmat Bagi Pria’ ini) menyetujui claim dari Edwin Louis Cole bahwa ia adalah seorang nabi! Saya
sendiri tidak percaya bahwa pada jaman sekarang ini masih ada nabi. Tetapi
kalau nabi palsu banyak sekali, dan Edwin Louis Cole adalah salah satu di
antaranya!
b) “Kalau hati kita
berbalik kepada Tuhan, maka selubung (penghalang) kita diambil, sehingga
komunikasi kita dengan Tuhan kembali tercipta, dan pewahyuan
dari Tuhan menjadi nyata atas kita, sehingga kita tidak berjalan
dalam kehendak kita sendiri tetapi berjalan di dalam kehendak Tuhan” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 88).
Tanggapan saya:
Bdk. 2Kor 3:14-16 - “(14) Tetapi pikiran mereka telah
menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap
menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa
disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. (15) Bahkan
sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang
menutupi hati mereka. (16) Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan,
maka selubung itu diambil dari padanya”.
Dari text di atas ini terlihat bahwa kalau seseorang
berbalik kepada Tuhan, maka selubung yang menghalanginya untuk mengerti Firman
Tuhan / Perjanjian Lama itu akan diambil, sehingga ia bisa mengerti Firman
Tuhan / Alkitab / Perjanjian Lama itu. Jadi, sama sekali tidak berarti ia akan
mendapatkan wahyu yang baru!
c) “Dari nada
bicaranya saya segera dapat merasakan bahwa Allah sendiri yang telah
mengilhaminya untuk berbicara demikian” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 134).
Tanggapan saya:
1. Ini
lagi-lagi sesat. Kalau ada ilham, maka apa yang dikatakan orang itu harus jadi
Alkitab jilid 2! Mengapa? Karena ilham itu yang menjadikan Alkitab adalah
Firman Tuhan yang tak ada salahnya.
2Tim 3:16 - “Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.
RSV/NASB: ‘All
Scripture is inspired by God’ (= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah).
2. Dari
mana / bagaimana Edwin Louis Cole bisa ‘merasakan’ ilham itu dalam diri
orang lain? Penulis-penulis Alkitab sendiri belum tentu merasakan kalau
Allah mengilhaminya dalam menuliskan Alkitab.
d) “Bertahun-tahun
kemudian, Tuhan kembali menyampaikan firmanNya secara khusus kepada saya.
Ketika itu saya sedang berpuasa dan seperti biasa, pagi itu saya juga
berjalan-jalan menyusuri pantai seorang diri di tengah-tengah udara yang masih
terasa begitu dingin dan berkabut. Saya kemudian berseru kepada Allah dan RohNya
menyampaikan kelima ‘firman’ ini kepada roh saya:
‘Kuduskanlah
dirimu.’
‘Beritakanlah
Firman Tuhan.’
‘Jangan ragu
akan apapun.’
‘Gunakanlah
emas, namun jangan jamah kemuliaannya.’
‘Naikkanlah doa
yang terdapat dalam Kisah Rasul 4:24.’”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 135).
e) “Tiba-tiba anak
perempuan kami, Joann, berkata: ‘Pa, tahukah Papa kalau dosa seksual akan
merupakan masalah yang melanda gereja pada dasa warsa delapan puluhan nanti?
Pada akhir minggu pertama bulan Februari 1980 dalam sebuah retreat kaum pria di
Oregon, saya mengutarakan hal itu. Saat itu saya tidak menyadari nubuat yang terkandung dalam pernyataan
tersebut” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal
135,136).
f) “Itu sebabnya
kita harus memperhatikan perkataan para nabi” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 137).
Nabi Perjanjian Lama atau nabi jaman sekarang?
Kelihatannya ia percaya jaman sekarang masih ada nabi.
g) “Anda harus
dapat menjadi wahyu Allah yang dinyatakan bagi
orang-orang tersebut. Sebagaimana dahulu Yesus menjadi wahyu Allah yang dinyatakan
di atas bumi, demikian pula kaum pria harus berdiri mewakili Kristus dan
menjadi wahyu Allah bagi sesamanya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 138).
h) “Apabila orang
menolak wahyu yang baru, maka ia akan terjerumus ke dalam proses
kristalisasi. Padahal, Tuhan adalah Allah yang tidak mengenal kemandekan. Dia
terus menerus menyatakan diriNya untuk memulihkan segala sesuatu sebelum
kedatangan Kristus yang keduakalinya”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 142-143).
Tanggapan saya:
Jadi, tak ada henti-hentinya Ia memberi wahyu? Lalu
mengapa tak keluar Alkitab jilid 2,3 dst? Allah tidak mengenal kemandekan? Hari
ketujuh Allah ‘mandek’ dari pekerjaan penciptaanNya (Kej 2:2-3)!
i) “... semuanya
itu hendaknya tidak membuat manusia lupa untuk kembali kepada Allah guna mendapatkan
lagi wahyu yang baru. Bangsa Israel harus mengumpulkan manna
segar setiap hari (Keluaran 16:16-21) sebab jika lewat dari satu hari, manna
itu akan membusuk. Kalau kita berusaha memuaskan diri
dengan wahyu mula-mula saja dan tidak berusaha mencari wahyu baru dari Allah,
kita akan mengalami kemerosotan dan menjadi orang yang ‘setengah-setengah’ saja
atau bahkan ke tingkat yang lebih rendah lagi” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 148-149).
Tanggapan saya:
1. Ini
lagi-lagi suatu pengalegorian yang ngawur. Kalau ‘manna’ diartikan sebagai ‘wahyu’,
maka pada hari Sabat mereka tidak mendapat wahyu, karena Tuhan tidak beri manna
pada hari Sabat!
2. Ini
jelas merupakan ajaran yang bertentangan dengan SOLA SCRIPTURA, (hanya Kitab
Suci), dan karena itu harus dianggap sebagai ajaran sesat!
3. Kata-kata
Edwin Louis Cole ini secara implicit merendahkan Firman Tuhan yang tertulis
dalam Alkitab. Dan anehnya, nabi palsu yang menghina Firman Tuhan / Alkitab ini
disanjung dan diikuti oleh banyak orang yang mengaku diri Kristen dan bahkan
mengaku diri hamba Tuhan!
j) “Pada minggu
terakhir dari masa puasa selama empat puluh hari yang saya lakukan, saya
merasa begitu peka terhadap Roh Allah. Pada saat itulah saya mendapat
dorongan yang kuat untuk ..... Ketika akhirnya saya merenungkan kejadian itu, saya
mendengar suara lembut Roh Kudus berbicara dalam hati dan pikiran saya dan
menyampaikan perkataan Yesus”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 270).
Lalu ada dialog dia dan Roh Kudus (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 271).
k) “Roh Kudus berbicara
kepada saya, ...” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 274).
l) “Saya juga telah
menambahkan beberapa bab yang tidak hanya menguatkan apa yang telah ditulis
pada awalnya, tetapi juga memberikan pewahyuan
yang luas dan makna yang lebih dalam pada kebenaran bahwa ‘Kesempurnaan seorang
pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama.’” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 0 / prakata untuk
edisi baru).
m) “Mesin jet
menderu di belakang badan pesawat. Alkitab dan buku catatan saya terbuka di
atas meja lipat yang ada di hadapan saya. Tetapi, di dalam perenungan ini, saya
seperti kehilangan kesadaran akan keadaan di sekitar saya. Sesuatu sedang
bergejolak di dalam roh saya. Saya sadar, hadirat Allah hadir” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 2).
Catatan: saat ini Edwin Louis Cole sedang mempersiapkan bahan
khotbahnya dalam pesawat.
n) “Pesawat United
Airlines membawa saya semakin mendekati tujuan. Momen demi momen mendekatkan
saya pada retret yang harus saya layani. Tiba-tiba saya ingin menulis. Saya
sadar bahwa Roh Allah di dalam diri saya
mengilhami dan menuntun pena saya untuk menuliskan sesuatu di dalam buku
catatan” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 5).
Catatan: terlihat bahwa Edwin Louis Cole mempersiapkan
khotbahnya tanpa buku-buku yang dipelajari, tetapi hanya bergantung pada
pimpinan Roh Kudus. Perhatikan khususnya kata ‘mengilhami’! Catatannya
seharusnya menjadi Alkitab jilid 2!
o) “Sebenarnya
perkara ini terlalu keras, terlalu tajam - bahkan untuk seorang nabi-pengkhotbah seperti saya, yang
sudah berkhotbah di hadapan ribuan orang” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 5).
Tanggapan saya:
Perhatikan bagaimana orang narsis ini meninggikan
dirinya sendiri. Betul-betul memuakkan!
p) “Perkataan
yang Allah berikan kepada saya ketika saya masih berada di dalam pesawat
menuju retret di Oregon
secara spesifik dan langsung tertuju kepada salah satu dari dosa-dosa tersebut:
berbuat cabul. Hal ini sungguh memiliki kekuatan dan dampak yang fenomenal. Dua
ratus enam puluh lima
orang berlari menuju ke depan panggung dan ingin bertobat di hadapan Allah.
Malam itu, kuasa Allah begitu kuat, tak seorang pun di antara mereka yang
pulang tanpa dijamah atau diubahkan” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 14).
q) “Dan, ketika
saya berdoa bersama orang-orang tersebut di kapel kecil di Oregon tersebut, saya
merasakan Roh Kudus membisikkan kepada saya untuk juga menjangkau
yang lain” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 15).
r) “Akan
tetapi Tim sudah dipengaruhi oleh firman Allah dan kepada pewahyuan dari
jiwanya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat pribadinya” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 126).
Apa yang orang ini maksudkan dengan
‘pewahyuan dari jiwanya’??? Apa yang ia maksudkan dengan istilah ‘wahyu’????
s) “Suatu ketika
saya sedang melayani seorang pendeta di Chicago, tiba-tiba Roh Kudus mengambil alih ‘saat-saat Allah’ itu.
Sambil memandang jemaatnya, saya berkata bahwa ada beberapa orang anggota
jemaat yang sedang mencari kesalahan pendeta, mereka mengeluh karena tidak bisa
bertemu dengan pendeta atau tidak ada lagi hubungan seperti yang mereka rasakan
beberapa tahun sebelumnya. Persoalannya adalah bahwa ia telah bertumbuh ke
tingkat-tingkat yang baru, tetapi jemaatnya tidak bertumbuh” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 168).
t) ‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 39-40, Edwin Louis Cole bercerita tentang anaknya yang mau
meminjam mobilnya, dan lalu bersikap kurang ajar pada waktu permintaannya
ditolak. Dia mau marah tetapi Roh Kudus melarangnya!
“Saya akan
mengajarnya. Tetapi, Roh Kudus melangkah masuk, dengan tenang, dan hening,
Ia membisikkan sebuah kalimat di dalam hati saya: ‘Bapa-bapa, janganlah
bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu.’” (hal 40).
Ia lalu minta ampun kepada Tuhan, bertobat, mengakui
kesalahannya kepada anaknya, dan meminjamkan mobil itu kepada anaknya.
Tanggapan saya:
1. Perhatikan
kata-kata ‘Roh Kudus melangkah masuk,
dengan tenang, dan hening, ...’.
2. Apakah
Roh Kudus mengajar kita untuk tidak mendisiplin anak tetapi justru malah memanjakan
anak? Ini bertentangan dengan Ibr 12:5-11!
Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat
yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah
anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia
menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung
ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang
tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang
harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
(9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa
segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam
waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.
Betul-betul aneh bahwa ajaran langsung (wahyu) dari
Roh Kudus ini bisa bertentangan dengan Alkitab / Firman Tuhan yang tertulis!
u) Dalam
buku ‘Menjadi Pria Sejati’, hal 140-148 - istilah ‘wahyu’ maupun ‘inspirasi’
digunakan dalam arti yang ngawur! Dan dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, hal
141,142,143,145,146,147,148 Cole menggunakan istilah-istilah ‘wahyu yang baru’
dan ‘inspirasi yang baru’.
Orang ini memang sinting dan sesat. Bandingkan dengan
kata-kata 2 orang di bawah ini.
Dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 138, Victor Budgen
mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia Reformed yang hidup pada
tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut tentang ‘revelations’ (= wahyu):
“They are of two
sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether they
contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional thereunto, or
seemingly confirmatory thereof, they are universally to be rejected, the
former being absolutely false, the latter useless. ... By subjective
revelations, nothing is intended but that work of spiritual illumination
whereby we are enabled to discern and understand the mind of God in the
Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers
(Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan
subyektif. Yang tergolong jenis pertama (wahyu obyektif), apakah itu berisikan ajaran yang
bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci,
atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab Suci, harus ditolak secara
universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir karena tidak berguna. ...
Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah pekerjaan pencerahan
rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan mengerti pikiran Allah
dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi orang percaya
(Ef 1:16-19) ...].
Lalu dalam buku yang sama, hal 183, Victor Budgen
mengutip lagi dari Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut:
“Every now and
then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some
lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools
ready to follow any impostor”
(= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan
mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya,
dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu).
9) Peremehan
terhadap Alkitab dan peninggian terhadap ajarannya sendiri.
a) “Saya bahagia
sekali menjadi seorang pria. ... Namun demikian, saya belum menjadi manusia
yang benar-benar sesuai dengan potensi diri saya yang sesungguhnya sebagai
seorang pria. Saat ini saya dapat melangkah dengan mantap dalam perjalanan saya
mencapai kepenuhan sebagai seorang pria. Sebelumnya, dalam usaha saya menjadi
seorang pria yang sejati, selama bertahun-tahun saya hanya terombang-ambing ke sana kemari tanpa arah
yang pasti. Itu disebabkan karena saya tidak
pernah diajari cara-cara untuk menjadi pria yang sesungguhnya. Melalui berbagai
pergumulan dan kesukaran, keberhasilan serta penghargaan, akhirnya saya belajar
banyak hal mengenai hakikat serta cara yang sebenarnya untuk menjadi pria.
Sekarang saya dapat mengatakan bahwa hidup sebagai seorang pria adalah suatu
kehidupan yang indah” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 3).
Tanggapan saya:
Dia menjadi seperti itu bukan karena belajar Firman
Tuhan, tetapi karena melalui banyak pergumulan, kesukaran, keberhasilan,
serta penghargaan, ia akhirnya banyak belajar tentang hakikat dan cara
sebenarnya untuk menjadi pria!
Bdk. Ef 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan
baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka
yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam
kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah
Kepala”.
Perhatikan bahwa lima
jabatan dalam Ef 4:11 itu semuanya adalah jabatan dari orang-orang yang memberitakan
Firman Tuhan! Dan pemberitaan Firman Tuhan yang mereka lakukan itulah yang bisa
membuat seseorang menjadi teguh dan tidak lagi terombang-ambing.
b) “Pengajarannya
tentang ‘Sembilan Prinsip Syafaat’ itulah yang mengubah kehidupan pernikahan
saya dan Nancy.
... Kami menerima tantangan tersebut dan mulai mempraktekkan sembilan langkah
dalam bersyafaat yang diajarkan Joy. Hasilnya sungguh luar biasa” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 134).
Tanggapan saya:
Kalau begitu seluruh sisa Alkitab yang begitu banyak
dibuang saja. Toh yang sembilan langkah sudah cukup!
Kata-kata saya ini juga berlaku untuk orang-orang dari
kalangan pria sejati yang mengatakan bahwa mereka bisa maju secara rohani, dan
maju dalam pengudusan, hanya dengan mempelajari buku Eddy Leo yang berjudul ‘Seri Penuntun Saat Teduh Pria’, yang merupakan sebuah buku tipis yang membimbing
orang melakukan Saat Teduh hanya dalam 49 hari! Kalau ini benar, tolollah orang
yang membuang bertahun-tahun dan jerih payah yang sangat banyak dengan masuk
sekolah theologia dsb dalam usaha mereka untuk mempelajari Kitab Suci.
10) Keselamatan
/ masuk surga karena usaha / persiapan kita?
a) “Yesus
memberikan keseimbangan antara pertobatan dan iman yang membuat pintu sorga
terbuka” (‘Menjadi Pria Sejati’,
hal 79).
Tanggapan saya:
1. Apa
arti dari ‘keseimbangan’? Kalimat ini mengarah pada keselamatan karena iman +
perbuatan baik???
2. Yang
membuat pintu surga terbuka bukan iman ataupun pertobatan kita tetapi Yesus,
melalui kematian dan kebangkitanNya.
Ef 2:18 - “karena oleh
Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa”.
Ef 3:12 - “Di dalam Dia
kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
kepercayaan oleh iman kita kepadaNya”.
Ibr 10:20 - “karena
Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diriNya sendiri”.
Masuknya kita ke sana, itu karena iman kita.
b) “Yang mula-mula
diinginkan dalam kehidupan ini adalah masuk sorga, namun hal itu baru akan
terlaksana di akhir kehidupan. Sebelum keinginan itu terlaksana, kita harus
melakukan berbagai persiapan untuk menghadapinya. Mulai sekarang kita harus
menyusun suatu rencana dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan rencana
tersebut agar keinginan mula-mula kita itu dapat tercapai” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 238).
Tanggapan saya:
Jadi, bisanya kita masuk surga terjadi karena
persiapan-persiapan / pelaksanaan rencana kita? Perhatikan bahwa di sini Cole
sama sekali tidak membicarakan iman kepada Kristus! Jadi, ini ajaran
keselamatan semata-mata karena perbuatan baik, dan ini adalah ajaran sesat!
D. James Kennedy mengutip kata-kata Martin Luther
sebagai berikut:
“The
most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was
the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with
an all-holy God”
(= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda
pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya
sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.
c) “Percaya
ditambah dengan perbuatan sama dengan iman” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 86).
Tanggapan saya:
Definisi konyol dan bodoh. Percaya sama dengan
beriman. Lalu bagaimana ia bisa berkata bahwa ‘percaya
ditambah dengan perbuatan sama dengan iman’???
d) “‘Bawalah
hidupmu kepada salib’ adalah judul dan tema di mana terjadi perubahan kekal
dalam hidup kita. Kita membawa:
Kesalahan
- dan mendapatkan pengampunan
Pertobatan
- dan kita mendapatkan iman” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 152).
Tanggapan saya:
Ini omongan apa? Membawa hidup ke salib kan sudah menunjukkan
iman? Tetapi Cole mengatakan bahwa kita membawa pertobatan - dan kita
mendapatkan iman???
e) “Allah berjanji
bahwa orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan akan duduk bersama-sama
dengan Dia di takhta-Nya. Orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan tersebut
adalah orang yang akan sanggup mencapai kekudusan” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 12).
Tanggapan saya:
1. Kalimat
pertama berbau ajaran sesat keselamatan karena perbuatan baik!
Edwin Louis Cole tidak memberi dasar Alkitab untuk
ajarannya ini, tetapi sebetulnya memang ada ayat yang seakan-akan mendukung
pandangan Edwin Louis Cole, yaitu 1Kor 6:9-10. Mari kita membaca dan membahas
text itu.
1Kor 6:9-11 - “(9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa
orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah,
banci, orang pemburit, (10) pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (11) Dan beberapa orang di
antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan,
kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan
dalam Roh Allah kita”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Text
ini bukan hanya berbicara tentang orang cabul, tetapi juga orang yang tidak
adil, penyembah berhala, pencuri, orang kikir (seharusnya ‘tamak’), pemabuk,
pemfitnah, penipu.
b. Text
ini tidak mengatakan bahwa orang yang bisa mengalahkan dosa-dosa itu
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah atau duduk bersama-sama dengan Dia di
takhtaNya. Kalau orang yang mengalahkan dosa bisa
masuk Kerajaan Allah, itu menunjuk pada ajaran keselamatan karena perbuatan
baik, dan itu sesat!
c. Ay 11-nya
menunjukkan bahwa dahulu jemaat Korintus melakukan dosa-dosa tersebut, tetapi
sekarang mereka telah dibenarkan karena iman kepada Kristus, dan karena itu
mereka mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Sedangkan ay 9-10 menunjuk
kepada orang-orang yang melakukan dosa itu dan tidak pernah bertobat / percaya
kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya!
2. Edwin
Louis Cole mengatakan bahwa “Orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan tersebut
adalah orang yang akan sanggup mencapai kekudusan”.
Ini sama sekali tidak punya dasar Alkitab, dan memang
tidak Alkitabiah!
Bagaimana kalau seseorang bisa mengalahkan dosa
percabulan, tetapi ia suka berdusta, mencuri, tidak disiplin dsb? Yang benar
adalah: setiap orang kristen punya kelemahan! Bisa dalam percabulan, dusta,
pelit, sombong, munafik, dan sebagainya.
11) Penekanan
‘kepriaan’ yang kelewat batas sampai menjadi suatu ajaran sesat!
a) “Jati diri Daud
sebagai pria sejati telah terbukti melalui
sikap yang diambilnya dalam menghadapi krisis. ... Paulus mau menerima tanggung
jawab untuk menjadi teladan bagi setiap kaum pria
yang percaya pada zamannya, dengan mengatakan, ‘Jadilah pengikutku, sama
seperti aku juga menjadi pengikut Kristus’ (1Korintus 11:1)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 230).
Tanggapan saya:
Baik Daud maupun Paulus tidak pernah ditekankan
kepriaannya!
b) “Keberanian
moral merupakan suatu kebajikan dalam diri seorang pria,
sedangkan kepengecutan moral akan menghancurkan sifat kepriaannya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 312).
Tanggapan saya:
Tak berlaku untuk perempuan?
c) “Dalam suatu
kebaktian, lebih dari dua ribu pria memadati sebuah auditorium di Boston. Banyak di antara
hadirin itu yang menerima prinsip dan kebenaran yang akan saya ajarkan,
menganutnya, kemudian mengajarkannya kepada pria lain, yang selanjutnya
mengajar pria yang lain lagi, dan dengan demikian kebenaran itu pun menyebar
luas. Pada hari itu, ketika saya berbicara kepada kumpulan orang banyak tersebut, pengungkapan tentang Pribadi Yesus yang
sesungguhnya dan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukanNya bagi manusia, khususnya kaum pria,
seakan-akan menghunjam ke dalam pikiran dan hati setiap pria yang hadir di
sana. Bobot kebenaran itu menciptakan suatu kesenyapan yang begitu hening di
antara mereka. Beberapa saat kemudian, keheningan itu pun pecah menjadi
ungkapan sukacita yang penuh gairah. Saya berhenti berbicara dan memberi
kesempatan bagi para pria yang belum pernah mengambil keputusan untuk menjadi
‘pria sejati’ agar maju dan menyatakan sikap mereka. Sewaktu ratusan pria
beringsut maju ke depan, pria-pria yang lain bersorak gemuruh, ‘Yesus, Yesus,
Yesus!’ Sewaktu mereka berseru demikian, keyakinan yang terbentuk terasa begitu
nyata. Para pria tersebut tiba-tiba menyadari
bahwa menjadi pria sejati artinya adalah menjadi seperti Yesus, satu-satunya
Pria yang pernah hidup tepat sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah dalam
menciptakan diriNya” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 8-9).
Catatan: kalau perlu baca terus hal 9nya.
Tanggapan saya:
1. Kata-kata
‘khususnya kaum pria’ adalah omong kosong. Perbuatan apa yang Yesus lakukan
hanya bagi pria, dan tidak bagi wanita?
2. Ia
menulis seakan-akan yang ia adakan adalah suatu KKR penginjilan. Kalau memang
KKR penginjilan maka ini bisa saja. Tetapi kalau hanya ajaran tentang ‘pria
yang sejati’, itu omong kosong!
3. Kalau
ajaran pria yang sejati menekankan hubungan suami istri dengan anak-anak,
bagaimana Yesus bisa mereka teladani mengingat Yesus tidak pernah kawin / punya
anak jasmani?
4. Bagaimana
orang-orang yang maju ke depan dalam kebaktian itu bisa membuang botol-botol
minumannya (hal 9)? Apakah mereka datang ke kebaktian dengan membawa
botol-botol minuman mereka? Atau mereka pulang dulu mengambil botol-botol itu
dan lalu membuangnya ke altar gereja?
d) Buku
‘Menjadi Pria Sejati’, hal 53-61,64,66,69,70,71,72,74,98 - Yesus ditekankan
kepriaanNya! Semua kata ‘orang’ atau ‘manusia’ yang ditujukan kepada Yesus,
diubah menjadi ‘pria’!
Tanggapan saya:
Sekalipun Yesus memang adalah seorang pria, tetapi
dalam kelahiranNya, penderitaanNya, pengadilan terhadapNya, kematianNya dsb,
yang ditekankan dari Dia adalah bahwa Ia adalah manusia sama seperti kita
(Ibr 2:14-17), bukan kepriaanNya. Apa bahayanya menekankan kepriaan
Yesus? Bahayanya: ini bisa mengarah pada ajaran bahwa Ia tidak mati untuk
wanita!
Ibr 2:14-17 - “(14)
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga
menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15)
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus
disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Alkitab memang membedakan pria dan wanita dalam rumah
tangga, karena kepala keluarga harus yang pria. Tetapi dalam persoalan
penebusan, keselamatan, pengudusan dsb, tidak ada perbedaan!
e) “Allah bermegah
dalam diri pria yang mau datang
kepadaNya dengan rendah hati, yang dengan jujur berusaha berubah untuk menjadi
semakin serupa dengan citra seorang pria
yang terdapat dalam diri Yesus Kristus, yaitu menjadi seorang ‘pria sejati’” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 74).
f) “Dia
memerintahkan murid-muridNya agar melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang
telah dilakukanNya, berdasarkan iman (Yohanes 14:12). Dengan berbuat demikian, para pria akan memuliakan Allah seperti Dia juga
telah memuliakan Allah. Hanya dengan cara itulah harapan akan menjadi kenyataan.
Kaum pria akan mendapatkan penggenapan
dan kepuasan dalam menjalani proses pendewasaan menjadi pria yang sesungguhnya, dan pada saat itulah seorang pria akan dapat bersikap sama, baik
terhadap orang lain, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap Allah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 74-75).
Tanggapan saya:
Tak berlaku untuk wanita??
g) “Apa kaitan
hal-hal di atas dengan pernikahan? Sederhana saja: Allah,
Pria yang paling sempurna itu berkepentingan untuk membentuk para
suami menjadi pria yang memiliki nilai-nilai kepriaan yang sejati” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 327).
Tanggapan saya:
Allah adalah seorang pria? Ini bertentangan dengan Yoh
4:24 yang menyatakan bahwa Allah adalah Roh. Kalau Roh, maka tak ada jenis
kelamin.
Yoh 4:24 - “Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan
kebenaran.’”.
h) Setelah
membicarakan Luk 13 yang menunjukkan seorang petani yang mengharapkan buah
pohon ara, sama seperti Allah mengharapkan buah dari kehidupan kita, ia lalu
berkata:
“Buah itu adalah
‘karakter kepriaan kita yang sempurna’.
... Hai para pria, Allah menciptakan kita sebagai pria dan menanamkan
roh-Nya di dalam diri kita; Ia berharap dapat memperoleh buah kepriaan dari kita.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 52,53).
Tanggapan saya:
Lalu bagaimana dengan perempuan?
i) “Adam diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, ia merupakan
contoh dari pria yang sempurna. Ketika kepriaan tersebut dirusak oleh dosa, Yesus Kristus datang memulihkan citra kaum pria sebagai
Adam yang kedua. Kristus datang sebagai ‘pengungkap citra’ Allah, yang
mengatakan kepada kita, bahwa kita harus terlebih dahulu ‘dilahirkan kembali’
dan menerima sifat-sifat Allah ke dalam roh kita. Kita harus mempunyai pikiran
dan hati yang sudah diperbaharui kembali. Baru kehidupan kita diubahkan, ‘yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.’ Tanpa Yesus Kristus, kaum pria tidak akan pernah bisa dipulihkan ke
dalam citra Allah sebagai ‘buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan yang baik.’ Hanya bersama dengan Yesus hal itu bisa
dilakukan saat ini. Dengan gambaran baru tentang kepriaan
ini - yang sudah diberikan oleh Yesus - dimeteraikan di dalam pikiran kita,
perilaku kita, sikap, dan keinginan kita, semuanya akan menjadi baru” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 106).
Tanggapan saya:
1. Adam
bukan pria yang sempurna. Kalau sempurna, ia tidak akan bisa jatuh ke dalam
dosa!
2. Dosa
merusak kepriaan Adam? Jadi, sejak jatuh ke dalam dosa, Adam bukan pria, tetapi
wanita / banci?
3. Yesus
datang memulihkan citra kaum pria? Lalu bagaimana dengan perempuan?
j) “Kaum prialah
yang menghasilkan suatu bangsa. Suatu bangsa akan besar bila kaum prianya
besar. Suatu bangsa akan kuat bila kaum prianya kuat” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 111).
Tanggapan saya:
Ini penghinaan terhadap kaum wanita! Kaum pria tidak
bisa berkembang biak kalau tidak ada wanita. Jadi bagaimana Cole bisa
mengatakan ‘Kaum
prialah yang menghasilkan suatu bangsa’?
k) “E. M. Bounds menulis, ‘Kaum pria adalah metode-metode
Allah.’ Ketika kaum pria mencari metode yang lebih baik, Allah mencari kaum
pria yang lebih baik”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 112).
Tanggapan saya:
1. Bagaimana
dengan kaum wanita?
2. Allah
tergantung manusia / kaum pria?
l) Perubahan
harus dimulai dari kaum pria.
“Karena kaum
pria adalah kepala rumah tangga, perubahan harus dimulai dari kaum pria!” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 83).
“Dengan
pemahaman itulah kami berdoa. Kami bersepakat dengan Allah. Rick, menanggalkan
caranya yang lama, menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sejak
saat itu, Rick menjadi seorang pria yang lebih berpotensial daripada
waktu-waktu sebelumnya. ... Perubahan sudah terjadi. Apakah yang terjadi dengan
keluarganya? Beberapa bulan kemudian, Rick dan Joan duduk bersama kami di ruang
tamu dengan beberapa orang lain. Tiba-tiba, saya menyadari bahwa ternyata Joan
menangis. Saya menanyakan sebabnya. ‘Saya tidak sedang menangisi diri saya,’ ia
berkata. ‘Saya sesungguhnya sedang menangisi kaum wanita lainnya yang akan
mengalami hal yang sama seperti yang sudah saya alami. Sesudah Rick mengalami
perubahan itu di dalam kehidupannya, ia kembali ke rumah dan segera segala
sesuatunya pun berubah.’ Kemudian, Joan menjelaskan dampak yang luar biasa
akibat perubahan yang sudah dialami Rick. ‘Kami tidak mengatakan kepada
anak-anak apa yang sudah dialami Rick. Kami hanya ingin membiarkan segala
sesuatunya terjadi secara wajar.’ Tetapi, tiga hari setelah Rick datang ke
rumah, anak perempuan saya menghampiri saya dan berkata, ‘Mama, apa yang
terjadi dengan papa? Papa kelihatannya berubah.’ Rick, Joan, dan anak-anak
mereka menemukan bahwa perubahan selalu datangnya dari kepala keluarga” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 85).
“Banyak
kaum pria saat ini yang sanggup mengubah istri, anak-anak, bisnis, dan segala
sesuatu yang ada di sekitarnya, sedangkan diri mereka sendiri tidak diubahkan.
... Anda adalah seorang pria - Jika Anda berubah, keluarga Anda juga akan
berubah. Jika Anda diubahkan, maka bisnis Anda pun akan diubahkan. Hai kaum
pria, perubahan harus dimulai pertama-tama di dalam diri Anda” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 89-90).
Tanggapan saya:
1. Katanya
perubahan harus dimulai dari kaum pria, tetapi kok bisa ada pria yang mengubah
keluarga, tetapi dirinya sendiri tidak berubah??
2. Kata-kata
‘Jika Anda diubahkan, maka bisnis Anda pun akan diubahkan’ berbau theologia Kemakmuran.
“Di dalam Kitab
Efesus 5:23 disebutkan bahwa dalam rumah tangga, kaum pria setara dengan
Kristus sebagai Kepala gereja.
Perkara ini memiliki makna yang dahsyat di dalam diri kaum pria. Kebenaran: Sebagaimana
Kristus adalah Juruselamat gereja,
yang menyediakan jalan keluar terhadap masalah-masalah jemaat, demikian pula
dengan kaum pria. Kaum pria mengambil tugas yang sama di dalam keluarga
mereka. Jalan keluar terhadap masalah keluarga tetap diprakarsai oleh kaum
pria” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’,
hal 91).
Catatan: cetak miring dari saya.
Tanggapan saya:
1. Ef 5:23
mengatakan bahwa suami adalah kepala istri, dan jelas juga kepala keluarga.
Ef 5:23 - “karena suami adalah kepala isteri sama
seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”.
Tetapi Edwin Louis Cole tahu-tahu membelokkan ‘kepala’
menjadi ‘Juruselamat’ (perhatikan kata-kata yang saya cetak miring), dan ini
menjadi suatu kegilaan / kesesatan!
2. Kalau
suami memang adalah kepala keluarga bukankah ia boleh mengatur sehingga
persoalan-persoalan tertentu dibereskan oleh istri?
3. Ada cerita-cerita Alkitab
yang bertentangan dengan ajaran Edwin Louis Cole ini.
a. Zipora
pada waktu ‘menyelamatkan Musa’ dengan menyunatkan anaknya (Kel 4:24-26).
b. Debora
(Hakim 4-5)!
Hak 4:4-9 - “(4) Pada waktu itu Debora,
seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. (5)
Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan
Efraim, dan orang Israel
menghadap dia untuk berhakim kepadanya. (6) Ia menyuruh memanggil Barak bin
Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: ‘Bukankah
TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung
Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon
bersama-sama dengan engkau, (7) dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima
tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke
sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu.’ (8) Jawab Barak
kepada Debora: ‘Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak
turut maju akupun tidak maju.’ (9) Kata Debora: ‘Baik, aku turut! Hanya,
engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini,
sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.’
Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh”.
Siapa yang memulai inisiatif? Debora, dan ia adalah
seorang perempuan!
4. Bagaimana
kalau suami tidak Kristen, sedangkan istrinya Kristen?
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
1Kor 7:16a - “Sebab bagaimanakah engkau
mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu?
Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan
menyelamatkan isterimu?”.
1Pet 3:1-2 - “(1) Demikian juga kamu, hai
isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang
tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan
isterinya, (2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri
mereka itu”.
2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu yang
tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois
dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.
Catatan: dalam keluarga Timotius, yang kristen duluan justru
adalah nenek dan ibunya. Mungkinkah kakek dan ayahnya, yang adalah orang kafir,
yang mengajarkan kekristenan kepada Timotius?
12) Wanita,
pria, dan fungsi / pekerjaan Roh Kudus.
“Hal yang sama
juga terjadi atas diri wanita Kristen. Mereka menginginkan suami mereka yang
belum diselamatkan mendengarkan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Dan, mereka
begitu menginginkan hal ini dan sering juga mereka berbuat salah. Mereka
kelihatannya percaya bahwa ‘tidak ada laki-laki yang datang kepada Bapa kecuali
istri mereka menarik mereka.’ Tidak ada seorang wanita pun yang mampu menarik
seorang pria datang kepada Allah - hanya Roh Kudus yang mampu melakukannya.
Tidak terkira banyaknya wanita yang sudah menyerahkan tubuh, pikiran, dan jiwa
mereka terhadap maksud gila-gilaan ini, mereka mencoba menggantikan tugas Allah
Roh Kudus. Berkali-kali para konselor mengatakan kepada
para wanita, ‘Jangan mempermainkan Allah.’” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 65).
“Yakinlah
bahwa kaum pria adalah imam, dan Allah sudah mengarahkan mereka untuk masuk ke
dalam posisi itu. Seorang wanita tidak bisa mendorong seorang pria. Dorongan
seorang wanita akan membantu hanya ketika seorang pria memang sudah siap
ditarik atau dipimpin oleh Roh Allah menjadi seperti yang Allah inginkan. Kaum
pria dapat mengubah kebiasaannya. Tetapi, hanya Allah yang mampu mengubah sifat
alamiahnya. Para wanita, janganlah mempermainkan Allah!” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 65-66).
Tanggapan saya:
Apa urusannya ini dengan ‘mempermainkan Allah’? Dan,
kalau pria yang melakukan hal itu, apakah mereka juga mempermainkan Allah?
Dan anehnya dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ dikatakan
sebagai berikut: “Setiap
wanita memiliki peranan yang sangat besar untuk mendorong suaminya ke arah
yang benar, dan tidak membutakan matanya terhadap langkah-langkah
menyimpang yang dilakukan suaminya, sebab wanita mempunyai dua kemungkinan, ia
dapat menjadi alat pemicu kejahatan bagi suaminya, atau ia menjadi alat
kebenaran yang dipakai Tuhan bagi suaminya” (hal 50).
Hebat sekali buku ini bisa menentang big boss-nya
sendiri!
Edwin Louis Cole meninggikan pria secara sangat
berlebihan (dan dengan cara yang salah), dan sebaliknya, merendahkan wanita,
juga secara sangat berlebihan!
Saya setuju bahwa pertobatan seseorang merupakan
pekerjaan Allah / Roh Kudus, tetapi itu tidak berarti bahwa kita boleh pasif
total kalau kita ingin seseorang bertobat. Kita harus memberitakan Injil,
mendoakannya, memberikan teladan yang baik kepadanya, mengajaknya ke gereja,
dan sebagainya. Dan ini berlaku baik untuk pria maupun wanita!
Bdk. 1Kor 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah
Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing
menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram,
tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah
yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik
yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima
upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan
sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.
13) Ajaran
sesat tentang kebapaan Allah.
“Kehormatan
tertinggi yang Tuhan taruh di dalam kehidupan seorang pria adalah menjadi ayah.
Karena itu, Tuhan juga memilih untuk menyebut dan memanggil diriNya sebagai
Bapa. Kebapaan adalah pekerjaan yang terutama bagi para pria. Tidak ada yang
lebih lengkap bagi seorang pria untuk mencapai kepenuhan kecuali menjadi ayah” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 78).
Tanggapan saya:
Ini betul-betul gila dan tolol.
a) Allah
bukan memilih untuk menyebut diriNya sebagai Bapa, tetapi Ia memang adalah
Bapa, dan Yesus adalah AnakNya. Kalau
Ia memilih untuk menyebut
/ memanggil diriNya sebagai Bapa, berarti kebapaanNya tidak kekal. Dan
mungkinkah suatu waktu kelak, Ia memilih menjadi Ibu? Dan Yesus lalu menjadi
PutriNya?
b) Bukan
kebapaan manusia yang menjadi pola dari kebapaan Allah, tetapi sebaliknya!
c) Bagaimana
dengan Yesus, yang tidak pernah menjadi bapa, karena tak pernah menikah? Jadi, Ia
tidak lengkap untuk mencapai kepenuhan?
14) Ajaran
sesat tentang doktrin Allah Tritunggal.
“Para teolog
menjelaskan tentang kedudukan Allah, Anak, dan Roh Kudus dalam Tritunggal
Allah, sebagai berikut:
Anak = Visioner
(pemegang visi)
Roh Kudus =
Administrator (pengelola)
Bapa = penguasa” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129-130).
Tanggapan saya:
Teolog tolol yang mana yang mengatakan ini? Ini teori
sinting / sesat tentang Allah Tritunggal. Juga ini dinyatakan tanpa dasar
Alkitab!
Disamping itu, dalam apa yang ia bahas pada bagian ini,
sebetulnya ia sama sekali tidak perlu berbicara tentang Allah Tritunggal,
tetapi ia tahu-tahu nyelonong ke Allah Tritunggal tanpa ada perlunya, dan
memasukkan ajaran sesat ini!
15) Tentang
Yesus.
a) Yesus adalah
hamba manusia.
“Sifat
dasar Allah adalah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain,
dan Dialah Juruselamat yang menjadi hamba bagi semua orang. Roh yang
memampukan Yesus menjadi demikian itu juga bekerja di dalam diri kita untuk ...
menciptakan hati seorang hamba” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 326).
Dalam hubungan Yesus dengan kita, Dia adalah Tuhan dan kita yang adalah
hamba-hambaNya!
Tetapi bagaimana dengan ayat di bawah ini?
Fil 2:7 - “melainkan telah
mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia”.
Ini hanya menunjukkan perendahan yang Yesus alami pada
waktu berinkarnasi. Allah menjadi manusia, Tuhan menjadi hamba. Tetapi hamba siapa?
Tak pernah dikatakan Yesus menjadi hamba kita! Ia menjadi hamba Allah!
Bdk. Yes 52:13 - “Sesungguhnya, hambaKu
akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan”.
Terhadap kita, Ia adalah Tuhan kita!
Yoh 13:13 - “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan
katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”.
b) Tentang
penebusan yang Yesus lakukan.
“Kalvari adalah
tempat Kristus menukar kebenaranNya
dengan keadaan kita yang berdosa, supaya kita dapat menyerahkan keberdosaan
kita dan menerima kebenaranNya”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 79).
Tanggapan saya:
Jadi, Ia
menjadi berdosa?
“Allah mengasihi
orang berdosa, meskipun Allah sendiri membenci dosa. Tujuan kekal Yesus di atas
Golgota adalah memisahkan kita dari dosa kita. Allah murka terhadap
dosa. Selama kita masih identik dengan dosa, kita tetap menjadi sasaran murka
Allah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal
35).
Tanggapan saya:
‘Tujuan
kekal Yesus di atas Golgota adalah memisahkan kita dari dosa kita’? Bukannya menebus dosa kita atau memikul hukuman dosa
kita?
c) Yesus
sama dengan Bapa.
“Dia menyamakan
diriNya sepenuhnya dengan Bapa (Yohanes 10:30)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 308).
Tanggapan saya:
‘Satu dengan Bapa’ (Yoh 10:30), atau ‘setara dengan
Bapa’ (Yoh 5:18 Fil 2:6) berbeda dengan
‘menyamakan diri sepenuhnya dengan Bapa’. Yang terakhir ini menjadi ajaran
Sabelianisme.
Catatan: Yoh 5:18 versi Kitab Suci Indonesia salah
terjemahan. Seharusnya bukan ‘menyamakan diri’ tetapi ‘membuat diri setara’.
Yoh 5:18 - “Sebab itu
orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah
BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘making
himself equal with God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).
d) Yesus
dan firman / kata-kata Allah.
“Semakin banyak
firman yang ada di dalam hati Anda, Anda akan semakin menyerupai firman, dengan
kata lain semakin menyerupai Kristus. Firman harus diperoleh di dalam roh” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 60).
Tanggapan saya:
Jadi, firman = Kristus? Dan bagaimana cara memperoleh
firman di dalam roh? Apa maksudnya?
“Tutur kata
adalah ungkapan sifat manusia, sebagaimana firman Allah juga mengungkapkan
sifat-sifat Allah. ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yohanes 1:1). Kristus datang sebagai
penjelmaan Firman Allah” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 47-48).
“Pola kerja
Allah secara garis besar adalah sebagai berikut: Allah menyampaikan suatu
firman, memberi firman tersebut wujud berupa suatu ‘tubuh’, dan
menyembuhkan seluruh dunia.
·
Pola tersebut terlihat nyata dalam kehidupan Yesus.
Yesus datang sebagai ‘Firman’, Dia datang dalam wujud tubuh manusia (yang
terdiri dari darah dan daging), dan menyampaikan kabar anugerah serta penebusan
yang membawa kesembuhan bagi dunia.
·
Allah menyampaikan berita Injil kepada para murid,
yang kemudian menjadi tubuh Kristus, dan selanjutnya mereka membawa kesembuhan
bagi seluruh dunia” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 138-139).
Dari buku ‘Hikmat Bagi Pria’:
“Isilah otak
(pikiran) kita dengan Firman Tuhan dan hiduplah di dalamnya, karena Firman Allah adalah pribadi Allah. Allah adalah Firman, dan
Firman adalah Allah, Yoh 1:1. (RO)” (hal 2).
Catatan: RO rupanya adalah Rubin Ong, Youth Minister
Fellowship Pemimpin Christian Men’s Network di Indonesia (lihat book cover
bagian depan buku ini).
Tanggapan saya:
Ini ajaran sesat dan tolol! ‘Firman’
dalam Yoh 1:1,14 merupakan gelar dari Yesus, dan tidak menunjuk pada kata-kata
Allah!
Bandingkan
dengan “tetapi
berpikiran seperti Firman Tuhan berpikir” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 14).
Ini lagi-lagi ketololan yang searah dengan ajaran di
atas! Firman Tuhan tidak bisa berpikir! Kalau ia mengatakan Firman Tuhan
berpikir, lagi-lagi ia menganggap Firman Tuhan sebagai pribadi!
Orang ini mengacau-balaukan ‘Firman’
dan ‘Allah’ dalam Yoh 1:1, karena ia mengatakan ‘Allah
adalah Firman, dan Firman adalah Allah, Yoh 1:1’. Ini salah
sama sekali, dan menunjukkan ketidak-mengertian sama sekali tentang gramatika
bahasa Yunani.
Kata-kata ‘Firman itu
adalah Allah’ dalam bahaya Yunani
adalah THEOS EN HO LOGOS, dan karena kata ‘Firman’ (LOGOS) menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), yaitu HO, dan kata
‘Allah’ (THEOS) tidak, maka LOGOS-lah subyeknya dan THEOS-lah predikatnya.
Karena itu, harus diterjemahkan ‘Firman itu
adalah Allah’, dan tidak bisa / tidak
boleh diterjemahkan ‘Allah adalah
Firman’! Seandainya kedua kata itu
menggunakan definite article (= kata
sandang tertentu), maka bisa dibolak-balik. Jadi bisa diterjemahkan ‘Allah adalah Firman’ maupun ‘Firman adalah
Allah’. Contoh-contoh lain:
·
Yoh 4:24 - PNEUMA
HO THEOS harus diterjemahkan ‘Allah adalah
Roh’, bukan ‘Roh adalah Allah’.
·
1Yoh 4:16 - HO
THEOS AGAPE ESTIN harus diterjemahkan ‘Allah
adalah kasih’ dan bukan ‘kasih adalah Allah’.
·
Yoh 1:14 - HO
LOGOS SARX EGENETO harus diterjemahkan ‘Allah
menjadi daging’ dan bukan ‘daging menjadi Allah’.
A. T. Robertson: “‘And the Word
was God.’ kai Theos een ho
logos. By exact and careful language John denied Sabellianism by not
saying ho Theos een ho logos.
That would mean that all of God was expressed in ho logos and the terms would
be interchangeable, each having the article. The subject is made plain by
the article ho logos and the
predicate without it Theos
just as in John 4:24 pneuma ho
Theos can only mean ‘God is spirit,’ not ‘spirit is God.’ So in 1
John 4:16 ho Theos agapee estin
can only mean ‘God is love,’ not ‘love is God’ ... So in John 1:14 ho Logos sarx egeneto, ‘the
Word became flesh,’ not ‘the flesh became Word.’”.
Catatan: saya
tak memberikan terjemahannya karena di atas intinya sudah saya berikan dengan
kata-kata saya sendiri.
e) Yesus
dilahir-barukan?
“Allah
menciptakan Adam sebagai seorang anak. Allah juga memperlakukan Adam
sebagai seorang anak. Namun, Adam kemudian jatuh ke dalam dosa. Akibatnya sifat
Allah sebagai Bapa sorgawi baru dapat disingkapkan secara sempurna pada saat
kedatangan Adam yang lain yang disebut ‘Anak tunggal’ Allah. Yesus sebagai
‘Adam yang akhir’ telah menyingkapkan kebenaran tentang Allah sebagai Bapa. Oleh
karena kedudukannya sebagai Anak Allah, Yesus memampukan manusia menjadi
anak-anak Allah, yaitu dengan cara manusia harus dilahirkan kembali oleh
Roh Allah seperti yang telah dialami Yesus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 228).
Ada banyak kesalahan yang besar / kesesatan di sini:
1. Siapa
mengatakan Adam adalah anak Allah? Kalau ia memang anak Allah, ia tak akan
dibuang! Kalau dalam Luk 3:38 Adam disebut ‘anak Allah’, itu dalam arti
‘ciptaan Allah’. Kata ‘Bapa’ bisa berarti Pencipta, dan kata ‘anak’ bisa
berarti ‘yang dicipta’. Misalnya:
Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh
hidup?”.
Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu
ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta”.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di
atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Kata-kata ‘Bapa yang kekal’ oleh para penafsir
dikatakan seharusnya adalah ‘bapa dari kekekalan’, dan ini menunjukkan bahwa
Yesus adalah ‘pencipta / sumber dari kekekalan’!
‘Bapa yang
kekal’.
KJV/RSV/NIV: ‘everlasting
Father’ (= Bapa yang kekal).
NASB: ‘eternal
Father’ (= Bapa yang kekal).
Apa arti istilah ‘Bapa yang kekal’ ini?
Barnes’ Notes:
“Literally,
it is the Father of eternity”
(= Secara hurufiah, ini adalah Bapa dari kekekalan) - hal 193.
Barnes’ Notes:
“He
is not merely represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure,
as even ‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself
to his paternity” (= Ia tidak
semata-mata digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu
penggambaran yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan
kekekalan berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) - hal 193.
Calvin mengartikan istilah ini sebagai ‘Bapa dari
kekekalan’, dimana ‘Bapa’ diartikan ‘author’ / ‘pencipta’ atau ‘sumber’.
Calvin:
“The name Father is put for Author,
because Christ preserves the existence of his Church through all ages, and
bestows immortality on the body and on the individual members. Hence we
conclude how transitory our condition is, apart from him; for, granting that we
were to live for a very long period after the ordinary manner of men, what
after all will be the value of our long life? We ought, therefore, to elevate
our minds to that blessed and everlasting life, which as yet we see not, but which we possess by hope and faith. (Romans 8:25.)” (=
).
2. “Oleh karena
kedudukannya sebagai Anak Allah, Yesus memampukan manusia menjadi anak-anak
Allah”.
Tanggapan saya:
Yesus memampukan manusia jadi anak-anak Allah bukan
karena Ia adalah Anak Allah, tetapi karena Ia yang adalah Allah, sudah menjadi
manusia, dan mati di salib untuk menebus dosa kita. Itupun harus ditambahi
pekerjaan Roh Kudus yang membuat kita beriman, karena tanpa percaya / beriman
kepada Kristus, kita bukan anak-anak Allah (Yoh 1:12).
3. “manusia harus
dilahirkan kembali oleh Roh Allah seperti yang telah dialami Yesus”.
Tanggapan saya:
Ini puncak dari kegilaan dan kesesatan orang ini!
Kalau Yesus dilahirkan kembali, berarti tadinya Ia mati dalam dosa, seperti
kita! Dan kalau demikian, Ia tidak bisa menjadi Juruselamat / Penebus kita!
f) Yesus
menjadi serupa dengan manusia.
“Yesus
menanggalkan segala kemuliaan yang dimilikiNya di sorga, merendahkan diriNya
hingga menjadi sedikit lebih rendah dari malaikat, menjadi serupa dengan
manusia, .... ” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal
74).
Tanggapan saya:
Ini merupakan ajaran sesat tentang kemanusiaan Yesus,
karena seharusnya bukan ‘serupa’ tetapi ‘sama / sama
dengan’!! Ibr 2:14-17 Fil 2:7.
Ibr 2:14,17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah
anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka
dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; ... (17) Itulah
sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya,
supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada
Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Tetapi bagaimana dengan Ro 8:3 - “Sebab apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang
serupa dengan daging yang
dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam
daging”?
Matthew Henry (tentang Ro 8:3): “How Christ appeared: ‘In the likeness of sinful
flesh.’ Not sinful, for he was holy, harmless, undefiled; but in the
likeness of that flesh which was sinful” (= Bagaimana Kristus nampak: ‘Dalam keserupaan
dengan daging yang berdosa’. Bukan berdosa, karena Ia adalah kudus / suci,
tidak jahat, tidak kotor / rusak; tetapi dalam keserupaan dengan daging yang
berdosa itu).
Jangan anggap enteng ajaran sesat tentang kemanusiaan
Yesus!
Herschel H. Hobbs: “It
is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya
dengan menyangkal keilahianNya) - ‘The Epistles of John’, hal 21.
Kalau Yesus hanya serupa dengan kita, Dia tidak bisa
menebus dosa kita. Untuk bisa menebus dosa kita Dia harus betul-betul menjadi
sama dengan kita (Ibr 2:14-17).
g) Dalam
hidupNya, Yesus bergantung kepada Roh Kudus, supaya kita dapat menerima Roh
Kudus yang sama.
“Dalam menjalani
kehidupanNya, Dia bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus, agar kita dapat
menerima Roh Kudus yang sama, sehingga kita dapat hidup sama seperti ketika
Dia hidup di muka bumi ini” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 74).
Tanggapan saya:
Yesus hidup suci, bukan supaya kita dapat menerima
Roh Kudus! Apa urusan dua hal ini kok bisa dihubungkan?
Yesus hidup suci, karena kalau tidak, Ia tidak bisa
mati menebus dosa kita, tetapi mati untuk dosaNya sendiri. Juga kalau Ia tidak
suci, pada waktu kita percaya kepada Dia, kita tidak bisa dipakaiani dengan
jubah kebenaran / pakaian putih! (Yes 61:10
Wah 3:18). Dengan kata lain, kita tidak bisa dibenarkan!
Tetapi antara kesucian hidup Yesus dan kita menerima
Roh Kudus yang sama, tidak ada hubungannya!
Alkitab hanya mengatakan kalau Yesus tidak naik ke
surga, maka Roh Kudus tidak akan turun (Yoh 16:7).
G) Penonjolan
diri sendiri / gerakan pria sejati.
“Sejak
diperkenalkan, Christian Men’s Network (CMN) telah melayani para pria di 210
negara, membangun 70 kantor nasional dan melayani jutaan pria melalui pertemuan
pria Kristen, retreat, pelayanan gereja, video, radio, televisi, buku, kaset,
dan siaran satelit. Ribuan pria mengalami perubahan hidup, perkawinan
dipulihkan, hubungan dipulihkan, pelayan-pelayan Tuhan bangkit dan dikuatkan,
serta lebih dari seratus pelayanan pria dilahirkan. ... Sejak berdiri sampai
tahun 2002, CMN Indonesia telah memuridkan lebih dari 1500 pria yang berasal
dari berbagai gereja, denominasi, lembaga Kristen, perusahaan, badan
pemerintahan. Saat ini, pemuridan pria telah ada di 7 kota:
Jakarta, Cirebon,
Medan, Semarang, Manado, Samarinda dan
Denpasar” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal
0).
“Ketika saya
menulis bagian pertama dari buku ini, kuasa Allah hadir dan mempercepat apa
yang saya tulis, dan saya merasakan bahwa apa yang ditulis itu begitu baik.
Saya sadar bahwa urapan Allah hadir, dan kebenaran dalam buku ini telah
mengubah hidup banyak pria di seluruh dunia. Di Zimbabwe, ketika saya sedang
berbicara dalam sebuah konferensi, seorang pria yang takut akan Allah menantang
saya. Pendeta Perkins telah menjadi seorang utusan Injil lebih dari tiga puluh
tahun di Zambia
dan ia dihormati dan dikasihi. Ia pernah dianiaya dan ditinggalkan di tepi
jalan, tubuhnya dibungkus dengan kawat berduri dan dibiarkan agar dia mati. Ia
tidak hanya bisa hidup, tetapi menikmati umur yang panjang sampai ia bisa
menyaksikan orang-orang yang telah menyiksa dia itu dibawa kepada Kristus.
Itulah keadilan yang ia rindukan. Pertama kali saya melihat dia ketika ia
diperkenalkan untuk berbicara dalam konferensi itu, dan ia berjalan ke podium
dengan perlahan, tetapi penuh empati. Ia berdiri dan menatap para hadirin
selama beberapa menit. Lalu, ia mengamati saya di deretan kursi depan. Apa yang
kemudian terjadi sungguh mengejutkan semua hadirin dan saya terpana. ‘Di
manakah Anda ketika saya membutuhkan Anda?’ ia berteriak kepada saya. ‘Saya
telah menghabiskan waktu untuk berkhotbah kepada kaum wanita dan anak-anak, dan
baru sekarang ini saya membaca buku Anda, Maximized
Manhood. Seandainya saya menghabiskan waktu hidup saya untuk belajar tentang
pria, maka pasti saya sudah menyelamatkan bangsa saya. Anda harus masuk ke
hutan di mana Anda dibutuhkan di sana.’” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 165,166).
“Setelah hampir
lima puluh tahun dalam pelayanan dan lima puluh empat tahun pernikahan, saya
masih selalu bepergian, menulis, mengajar dan berkhotbah. Hidup bagi Kristus
adalah satu-satunya petualangan terbesar di muka bumi ini. Tidak ada
bandingannya. ... Saya ingin berkobar-kobar bagi Allah sampai akhir hidup saya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 166,170).
Tanggapan saya:
1) Semua
kata-kata di atas ini, menurut saya, merupakan penonjolan diri sendiri dan
gerakan pria sejati!
2) Kalau
Cole mau berkobar-kobar bagi Allah sampai mati, itu bagus sekali hanya
kalau Ia mempunyai kebenaran! Tetapi dalam faktanya ia sesat, maka sikap
berkobar-kobarnya justru sangat membahayakan!
Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak
baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.
NIV: ‘It
is not good to have zeal without knowledge, nor to be hasty and miss the
way’ (= Adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan,
ataupun tergesa-gesa dan sesat dari jalan).
Juga bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Ro 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku
dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat
memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk
Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka
tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan
kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
Kis 26:9 - “Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus
keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret”.
Yoh 16:1-3 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu,
supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan
akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka
bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena
mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku”.
Penutup.
Selesai camp yang saya ikuti, saya
berbicara dengan semua mereka (panitia camp, termasuk Kaleb Kiantoro), dan saya
mengatakan kepada mereka tentang ajaran kacau dan sesat dan ajaran tanpa dasar
Alkitab, atau dengan dasar Alkitab yang ditafsirkan salah, dan saya mau
membetulkan mereka. Mereka bilang mau, lalu saya dirangkul dsb, tetapi saya
merasa kalau itu hanya kemunafikan saja. Kenyataannya sama sekali tidak ada kelanjutannya.
Jadi akhirnya saya membuat seminar dan tulisan untuk menyerang ajaran ini.
Berkenaan dengan hal baik yang
digembar-gemborkan banyak orang berkenaan dengan pria sejati / maximal, yaitu
bahwa camp / seminar ini berhasil memperbaiki banyak pernikahan dan kehidupan
keluarga (orang tua - anak), ini pendapat saya:
1) Tak ada metode yang selalu berhasil, atau
bahkan, yang pada umumnya berhasil. Ini berlaku baik untuk penginjilan, maupun
counseling.
2) Baik Edwin Louis Cole, maupun Eddy Leo,
maupun para pengkhotbah dalam Camp, dan juga fasilitator (pemimpin kelompok)
dalam camp, semuanya adalah orang-orang awam dalam urusan keluarga /
pernikahan. Mereka tidak punya keahlian khusus, pendidikan khusus berkenaan
dengan hal itu! Dari mana saya menyimpulkan hal ini?
a) Saya sendiri diajar berkenaan dengan hal-hal
seperti itu pada saat saya sekolah theologia.
b) Saya pernah di-counsel dosen saya (seorang
Ph. D., dan orang top di RTS dalam urusan counseling), dan itu merupakan suatu
seri counseling, bukan satu kali saja.
c) Saya juga sering ikut acara-acara tentang
pernikahan / keluarga yang dipimpin orang-orang yang memang memenuhi syarat,
dan mempunyai pendidikan khusus dalam hal itu.
d) Saya sendiri pernah di-counsel dalam urusan
hubungan suami istri oleh orang-orang yang memang memenuhi syarat dan mempunyai
pendidikan khusus dalam hal itu.
Dari semua ini
saya bisa membedakan orang-orang yang memang memenuhi syarat dan yang tidak,
dalam persoalan counseling, pernikahan, keluarga dan sebagainya. Apa yang
mereka berikan, baik dalam camp
maupun buku-buku mereka,
hanyalah hal-hal remeh, sehingga kalau dikatakan bisa mendapatkan hasil yang
luar biasa, menurut saya itu adalah omong kosong. Kalau problem keluarga yang
kecil-kecil, mungkin bisa. Tetapi untuk problem besar, saya tidak percaya kalau
pria sejati ini bisa menolong. Mungkin juga ‘pemulihan’ itu sifatnya semu dan
sementara.
Memang Tuhan itu bisa saja
menggunakan ‘orang-orang bodoh’, tetapi Tuhan tidak bakal memakai orang-orang,
yang ajarannya penuh dengan kesalahan dan kesesatan!
Catatan: bahaya lain
dari counsellor awam adalah: biasanya mereka tidak bisa memegang rahasia!
Sangat berbahaya kalau pengakuan yang sifatnya sangat pribadi / rahasia,
diberikan kepada orang-orang yang tidak bisa memegang rahasia!
Edwin Louis Cole memang mengatakan
kata-kata ini: “Orang yang loyal tidak suka membocorkan rahasia. Mereka menjaga
rahasia tanpa mengenal kompromi. ... Orang yang loyal tidak pernah mengumbar
perkataannya, ‘Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia,
menutupi perkara’ (Amsal 11:13). Pemerintahan di seluruh dunia ini tidak ada
yang terluput dari masalah yang disebut dengan ‘kebocoran’, yang menimbulkan
kesulitan bagi pemerintah maupun rakyat. ‘Kebocoran’ ini disebabkan oleh
orang-orang yang menyebarluaskan hal-hal yang seharusnya mereka jaga kerahasiaannya.
Orang yang suka ‘membocorkan’ rahasia atau menggerutu adalah orang yang hanya
loyal kepada peraturan mereka sendiri, namun tidak loyal kepada peraturan
atasan mereka. Anggota jemaat yang setia tidak akan menyebarkan gosip,
mencari-cari kesalahan, atau pun menggerutu tentang gembala mereka. Mereka juga
tidak bersedia mendengarkan kabar burung. Kemampuan menjaga rahasia adalah
kebaikan yang dimiliki oleh orang yang loyal, sebagaimana loyalitas adalah
kebaikan yang ada pada orang yang dapat dipercaya. Gembala yang mendengar
sesuatu secara pribadi dan kemudian menceritakannya di muka umum adalah gembala
yang tidak loyal dan oleh karenanya juga tidak dapat dipercaya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 161,162).
Tetapi
persoalannya, apakah orang-orang di bawah menurutinya?
Hal terakhir yang ingin saya
berikan adalah ini: sekalipun dalam camp
itu ada penginjilan dan
hal-hal yang ‘baik’, tetapi dengan dicampur dengan ajaran-ajaran yang kacau /
sesat, ini menjadi sangat membahayakan. Ingat, tak ada ajaran sesat yang
tidak mengandung kebaikan. Setan tak setolol itu. Dia berikan hal-hal yang
baik, dicampur dengan ajaran-ajaran sesat, dan itu akan ‘membunuh’ saudara!
Kalau saudara mau meracun seseorang, apakah memberikan sepiring racun 100 %
kepada dia? Tidak! Saudara beri makan yang banyak zat-zat yang baik / berguna,
tetapi berikan sedikit racun, dan itu akan membunuh dia! Jadi, bodohlah orang /
pendeta yang menganggap camp
ini baik / berguna,
karena mengandung hal-hal yang baik!
Juga ada orang yang berkata:
Tetapi pria sejati kan
tak sesesat Saksi Yehuwa? Saya jawab: Ya, Saksi Yehuwa lebih sesat. Tetapi
kalau ada 2 piring makanan, yang pertama saya beri 2 sendok racun, dan yang
kedua hanya ½ sendok racun, apakah saudara mau memilih makanan di piring yang
kedua?
Saran saya: jangan ikut camp
ini ataupun
mempopulerkannya! Kalau saudara melakukannya, saudara mendukung penyesatan, dan
pada hakekatnya saudara mengikuti / melayani setan!
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar