MENGATASI PENOLAKAN TERHADAP INJIL
Pada waktu kita memberitakan Injil, pasti ada banyak orang
yang keberatan / tidak mau menerima Injil yang kita beritakan, dan
alasan-alasan yang mereka beriman pastilah bermacam-macam. Dalam bagian ini,
saya memberikan alasan-alasan yang sering dikemukakan, dan juga cara
menjawabnya.
Macam-macam keberatan dan jawabannya:
1) Orang yang saudara injili tidak mau percaya
kepada Tuhan Yesus karena ia tahu akan adanya banyak orang kristen yang
hidupnya jahat, dan bahkan lebih jahat dari dia.
Ia mungkin bahkan memberi contoh-contoh
tentang orang kristen seperti itu, misalnya tetangganya, atau salah satu
anggota keluarganya atau kenalannya. Dan mungkin sekali orang yang dijadikan
contoh itu adalah orang sudah lama menjadi kristen, atau yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam gereja, seperti guru sekolah minggu, majelis atau bahkan
penginjil / pendeta.
Dalam menjawab serangan / keberatan
seperti ini ada 2 hal yang harus saudara hindari:
a) Membela
orang kristen yang dianggap jahat itu, kecuali kalau kita betul-betul tahu
bahwa apa yang dituduhkan itu tidak benar. Mengapa? Karena kalau saudara
membela, padahal orang Kristen yang dibicarakan itu memang salah, itu akan
menyebabkan saudara terlihat ‘tidak fair’
/ tidak adil / tidak jujur, dan ini bahkan akan menyebabkan orang yang saudara
injili itu makin tidak senang pada orang Kristen, dan makin tidak mau
mendengarkan Injil dari saudara.
b) Ikut
menjelek-jelekkan orang kristen itu.
Kalau membela orang Kristen itu
merupakan extrim kiri, maka yang ini merupakan extrim kanan. Banyak orang yang
menghindari extrim kiri, tetapi terjatuh ke extrim kanan.
Ini bisa terjadi, misalnya kalau kita
berkata: ‘O ya, orang itu memang brengsek. Aku
juga tahu hal itu. Bahkan apa yang kamu katakan tentang dia itu kurang lengkap.
Dia itu .... dst’.
Ini akan menyebabkan saudara bukannya
memberitakan Injil tetapi lalu menggosip orang.
Catatan: ingat bahwa menjelek-jelekkan /
menceritakan kejelekan orang Kristen di depan orang kafir, sering menjadi
alasan dari banyak orang kafir untuk tidak mau menjadi Kristen. Karena itu
kalau selama ini saudara sering menjelek-jelekkan / menceritakan kejelekan
orang di gereja saudara di depan keluarga / teman yang belum kristen,
bertobatlah! Ingat bahwa ‘kasih
menutupi segala sesuatu’
(1Kor 13:7). Bdk. Amsal 10:12b - “kasih
menutupi segala pelanggaran”.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
1. Ada orang kristen yang
sungguh-sungguh dan ada orang kristen yang palsu.
Saudara bisa membacakan / menceritakan
Mat 13:24-30 (perumpamaan lalang di antara gandum) sebagai dasar Kitab
Suci kata-kata saudara ini.
Jadi, mungkin sekali orang kristen yang
hidupnya jahat itu hanyalah orang kristen KTP.
Perlu juga saudara beritahukan kepada
dia bahwa orang yang sudah lama menjadi kristen, bahkan yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam gereja (seorang pendeta sekalipun), belum tentu
merupakan orang kristen yang sejati. Saudara bisa memberi contoh Yudas
Iskariot, yang sekalipun mempunyai jabatan rasul, yang merupakan jabatan
tertinggi dalam gereja, tetap hanyalah orang kristen KTP (Yoh 6:64).
2. Orang
kristen yang sungguh-sungguhpun tetap merupakan manusia yang berdosa, yang
mudah sekali jatuh dalam dosa. Dan adalah mungkin bagi orang kristen sejati
untuk jatuh ke dalam dosa yang hebat sekalipun. Daud saja bisa jatuh dalam
perzinahan dan pembunuhan (2Sam 11). Petrus jatuh dalam tindakan
penyangkalan 3 x terhadap Yesus (Mat 26:69-75), dan juga dalam tindakan
munafik (Gal 2:11-14). Karena itu kalau orang kristen jatuh ke dalam dosa,
itu merupakan hal yang manusiawi, yang bahkan tidak terhindarkan.
Bdk. 1Yoh 1:10 - “Jika
kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi
pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita”.
Justru untuk dosa-dosanya itu Kristus
telah mati.
3. Ia
(orang yang saudara injili itu) bertanggung jawab tentang dirinya sendiri
kepada Allah.
Ro 14:12 - “Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”.
Kalau ada orang kristen lain (baik yang
asli maupun palsu) yang berdosa / jahat, itu adalah urusan orang itu sendiri
dengan Allah. Tetapi dia mempunyai tanggung jawab kepada Allah tentang
kehidupannya / dosa-dosanya sendiri. Dan satu-satunya cara untuk membereskan
dosa-dosanya, adalah dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadinya.
2) Orang yang saudara injili itu menganggap
hidup saudara juga buruk, bahkan lebih buruk dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Sama seperti tadi, jangan membela diri,
kalau tuduhan orang itu memang benar.
Jawablah sebagai berikut: “Aku
memang orang berdosa, dan sekalipun aku sudah menjadi orang Kristen, tetapi aku
tetap tidak bisa hidup suci. Aku memang mempunyai kelemahan-kelemahan yang
menyebabkan semua dosa-dosa itu. Tetapi aku mempunyai Yesus sebagai
Juruselamatku. Ia sudah menderita dan mati untuk menebus dosa-dosaku itu. Itu
menyebabkan aku tetap yakin akan masuk surga, kapanpun aku mati. Tetapi
bagaimana dengan kamu? Kamu juga adalah orang berdosa. Kalau kamu tidak punya
Yesus sebagai Juruselamat, kamu harus membayar sendiri hukuman untuk
dosa-dosamu dengan masuk neraka selama-lamanya”.
3) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena ada banyak orang yang lebih banyak dosanya
dari dia.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan
akan menuntut tanggung jawabmu terhadap dosa-dosamu sendiri, bukan dosa-dosa
orang lain.
Ro 14:12 - “Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah”.
Illustrasi: kalau saudara mencuri dan lalu
diadili, saudara tidak bisa bebas dari hukuman dengan mengatakan bahwa di luar
ada perampok, pemerkosa, pembunuh, yang lebih jahat dari saudara. Kejahatan
mereka bukan tanggung jawab / urusan saudara. Tetapi kejahatan saudara sendiri
merupakan tanggung jawab saudara.
b) Sekalipun
/ andaikatapun dosamu sedikit, hukumanannya tetap adalah maut / neraka (dan
sebetulnya, tidak ada orang yang dosanya sedikit; semua orang dosanya banyak -
Ro 3:10-dst).
Ro 6:23a - “Sebab
upah dosa ialah maut”.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Illustrasi: kalau kamu mendapat nilai 4 dalam
ujian, kamu tetap tidak lulus sekalipun ada orang-orang lain yang mendapat
nilai 3 atau 2.
4) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya cukup baik.
Mungkin ia tidak secara explicit
mengatakan bahwa dirinya memang cukup baik, tetapi ia bisa menyatakan hal itu
dengan kata-kata lain, seperti:
- ‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku tidak menjahati orang’.
- ‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku sudah berusaha berbuat baik’.
- ‘Aku tidak merasa perlu menjadi kristen / percaya Tuhan Yesus, yang penting aku banyak menolong orang’, dsb.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kebaikan
manusia itu kotor dihadapan Tuhan
Yes 64:6 - “Demikianlah
kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh
kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa
/ kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Tit 1:15 - “Bagi
orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak
beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka
najis”.
Catatan: kalau orang yang saudara injili itu
bisa merasa dirinya cukup baik, maka dalam penginjilan saudara kepada dia,
jelas saudara kurang menekankan point I, yaitu tentang dosa. Saudara harus
menekankan kepada dia bukan hanya bahwa ia adalah orang berdosa, tetapi bahkan
bahwa ia sangat berdosa, dan sama sekali tidak bisa berbuat baik.
b) Tuhan
bukan menuntut supaya manusia itu baik, tetapi supaya manusia itu sempurna /
suci.
Mat 5:48 - “Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna.’”.
Illustrasi: Berbeda dengan di sekolah, dimana
kita lulus asal mendapat nilai 60, maka dengan Tuhan tidak demikian. Ia
menuntut kesempurnaan. Dengan kata lain, Ia menuntut nilai 100! Andaikatapun
saudara mendapat nilai 99, saudara tetap masuk neraka.
Mengapa demikian? Karena Allah itu
begitu suci, sehingga Ia sangat membenci dosa, sesedikit apapun dan sekecil
apapun. Dan karena Allah itu adil, Ia pasti akan menghukum dosa, sesedikit
apapun dan sekecil apapun! Atau hukuman itu diterima oleh Yesus sebagai
Penebus, atau hukuman itu diterima oleh orang itu sendiri.
c) Seandainya
kamu bisa berbuat baik, kebaikanmu itu tidak bisa menyelamatkan kamu.
Gal 2:16 - “Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun
telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman
dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Ketaatan pada hukum Taurat / Firman
Tuhan / kebaikan kita tidak bisa menutupi dosa-dosa kita, atau menyebabkan kita
dibenarkan.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini
saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim
itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat
bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
Catatan: Illustrasi ini penting sekali, karena
ingat bahwa sebagian besar manusia di muka bumi ini mempercayai keselamatan
karena perbuatan baik, atau mempercayai bahwa perbuatan baik bisa menghapuskan
dosa.
d) Kitab
Suci tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang akan masuk surga kalau perbuatan
baiknya lebih banyak dari dosanya.
Tetapi, seandainya kita mau menggunakan
prinsip / ajaran seperti itu, maka tetap saja berdasarkan ajaran itu tidak akan
ada satu orangpun bisa masuk surga. Semua akan masuk neraka. Mengapa? Karena
semua orang bukan hanya berdosa, tetapi sangat berdosa, dan sama sekali tidak
bisa berbuat baik! Karena itu, tidak mungkin perbuatan baiknya bisa lebih
banyak dari dosanya! Perbuatan baiknya tidak ada sama sekali! Sebaliknya,
dosanya luar biasa banyaknya!
5) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena merasa dirinya terlalu jahat sehingga ia
merasa bahwa Allah pasti tidak mau menerima dia.
Ini merupakan extrim yang adalah
kebalikan dari extrim pada no 4 di atas. Kalau yang tadi orangnya merasa diri
cukup baik, maka yang di sini merasa dirinya terlalu jahat.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Tuhan
Yesus memang datang ke dunia untuk mencari orang berdosa, bukan orang baik /
benar.
Luk 5:29-32 - “(29)
Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah
besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
(30) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada
murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa?’ (31) Lalu jawab Yesus kepada mereka,
kataNya: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
(32) Aku datang bukan untuk memanggil orang
benar, tetapi orang berdosa,
supaya mereka bertobat.’”.
Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa
dalam dunia ini ada orang-orang yang benar. ‘Orang
berdosa’
adalah ‘orang berdosa yang sadar akan dosanya’, dan ‘orang
benar’
adalah ‘orang berdosa yang menganggap dirinya benar / baik’.
Jadi, kalau orang yang saudara injili
itu merasa diri terlalu berdosa, Yesus justru datang untuk orang seperti itu.
Saudara bisa menambahkan
Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang
yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada
dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang
lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya
begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti
semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan
juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai
itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan
ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14)
Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri,
ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Jelaskan bahwa orang Farisi, yang
merasa diri benar itu, justru ditolak oleh Tuhan, sedangkan pemungut cukai yang
merasa diri sangat berdosa / terlalu berdosa itu, justru diterima!
b) Tuhan
Yesus sudah berjanji untuk tidak menolak seorangpun yang datang kepadaNya.
Yoh 6:37 - “Semua
yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang
kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Ada 3 hal yang perlu disoroti dari ayat
ini:
1. ‘Barangsiapa
datang kepadaKu’.
Kata
‘barangsiapa’ mencakup semua
orang, dan karena itu pasti juga mencakup orang yang sangat berdosa.
2. ‘tidak
akan Kubuang’.
Dalam
bahasa Yunaninya, kata ‘tidak’
di sini menggunakan double negatives
(2 x kata ‘tidak’), dan dalam bahasa Yunani ini menunjukkan suatu penekanan.
Jadi
maksudnya, Yesus sekali-kali tidak akan
menolak siapapun yang datang kepadaNya. Betapapun kotornya hidup saudara, asal
saudara mau datang kepada Yesus, Yesus berjanji untuk tidak menolak saudara!
Ingat bahwa Ia memang datang ke dunia untuk mencari orang berdosa, bukan orang
benar / orang berdosa yang merasa benar (Mat 9:12-13).
3. ‘Kubuang’.
NIV:
drive away (= mengusir).
NASB:
cast out (= mengusir).
Jadi,
maksud seluruh ayat ini adalah: merupakan sesuatu yang sangat tidak mungkin
bagi Yesus untuk mengusir / menolak / tidak menerima siapapun yang yang datang
kepadaNya, tak peduli betapa berdosanya hidup orang itu.
c) Tuhan
Yesus bisa / mau mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya / banyaknya, asal
orang itu percaya kepadaNya.
Yes 1:18 - “Marilah,
baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”.
d) Tunjukkan
juga ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus memang mau menerima dan mengampuni
orang-orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
·
Penjahat
di kayu salib (Luk 23:42-43).
·
Perempuan
yang terkenal sebagai orang berdosa dalam Luk 7:36-50.
·
Rahab,
yang tadinya adalah seorang pelacur, dibenarkan oleh Tuhan, karena imannya (Yak
2:25 Ibr 11:31).
·
Para pemungut cukai dan perempuan sundal diterima dan diampuni
oleh Yesus, sehingga akan masuk surga (Mat 21:31).
6) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya kepada Tuhan Yesus karena ia merasa hatinya terlalu keras, tidak bisa
diubah sehingga nanti pasti tidak bisa menjadi orang kristen yang baik.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mengganti
hati yang keras dengan hati yang taat adalah pekerjaan Tuhan.
Yeh 36:26-27 - “(26)
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan
Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati
yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
b) Orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti menerima Roh Kudus (Yoh 14:16 Ef 1:13
Gal 3:2,5 3:26 4:6), dan Roh Kudus ini akan membantunya mengubah
hidupnya ke arah yang lebih baik (Gal 5:22-23).
7) Orang yang saudara injili itu tidak merasa
perlu untuk percaya / ikut Tuhan Yesus; yang penting ia tidak memusuhi Tuhan
Yesus. Dengan kata lain, ia menganggap dirinya ‘netral’.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Kitab
Suci hanya menggolongkan manusia menjadi dua golongan:
·
kawan
atau lawan Tuhan Yesus.
Mat 12:30 - “Siapa
tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan”.
Kalau kamu adalah lawan dari Yesus maka
ingatlah bahwa lawanmu itu nanti akan menjadi Hakim yang mengadilimu pada akhir
jaman (Mat 25:31-46 Yoh 5:22,27).
·
anak
Allah atau anak setan.
1Yoh 3:10 - “Inilah
tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat
kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak
mengasihi saudaranya”.
·
domba
atau kambing.
Mat 25:31-46 - “(31)
‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari
kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya
dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata
kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh
BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
(35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36)
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang
benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
(38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi
Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39)
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi
Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan
berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
(43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing,
atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
(45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke
tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
·
‘dalam
hidup’ atau ‘dalam maut’.
Yoh 5:24 - “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum,
sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”.
·
‘dalam
Adam’ atau ‘dalam Kristus’.
1Kor 15:22 - “Karena
sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Catatan: kata-kata yang saya coret itu
seharusnya tidak ada.
Jadi kesimpulan dari text-text di atas
ini adalah bahwa daerah / golongan ‘netral’ itu tidak ada!
b) Yesus
adalah Allah sendiri. Tidak mau percaya / ikut Yesus sama dengan tidak mau percaya
/ ikut Allah (Yoh 1:1 14:1). Dan
Allah tidak menghendaki sikap ‘netral’ terhadap diriNya. Ia menghendaki kamu
mempercayai Dia (Ibr 11:6), mengasihi Dia (Mat 22:37), menghormati Dia /
takut kepadaNya (Mal 1:6), menyembah Dia (Mat 4:10), mentaati Dia
(Kis 5:29), melayani Dia (Ro 12:11), dan sebagainya. Disamping, kalau
tidak percaya Allah, bagaimana bisa masuk surga, yang adalah milik Allah?
c) Kalau
kamu tidak percaya Yesus itu berarti kamu tidak mempunyai Juruselamat / Penebus
dosa. Lalu, siapa yang menebus dosamu?
8) Orang yang saudara injili itu tidak mau
percaya Tuhan Yesus karena jalan keselamatan seperti itu dianggapnya terlalu
mudah.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Mendapat
keselamatan / masuk surga sebetulnya sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah,
karena manusia tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri (Ro 3:20 Gal 2:16).
Illustrasi: monyet yang masuk ke dalam rawa tidak
mungkin menyelamatkan dirinya sendiri.
b) Manusia
lain tidak mungkin menyelamatkan kita (Maz 49:8-9).
Maz 49:8-9 - “(8)
Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan
kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan
nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya”.
Ini salah terjemahan; RSV sama persis
salahnya. Bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini.
Psalm 49:7-8 (NIV): “No man can redeem the life of another,
or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no
payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang
lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk
suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Tuhan
Yesus sudah menyelesaikan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Yoh 19:30 - “Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia
menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
d) Karena
sudah adanya karya Kristus itulah maka sekarang untuk mendapatkan keselamatan
menjadi mudah bagi kita. Bahkan keselamatan itu sepenuhnya merupakan suatu
anugerah / pemberian.
Ef 2:8-9 - “(8)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24 - “dan
oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan
dalam Kristus Yesus”.
Ro 6:23 - “Sebab
upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Yes 55:1-2 - “(1)
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang
tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan
makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk
sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang
baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil
kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa
untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata ‘Hanya
percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana
kamu bekerja?’.
Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau
bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah,
tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak
sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya
hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau
turun’. Lalu
penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah
bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya,
demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib
untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal
gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan
Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’.
Anonymous:
“Salvation is free for you because someone else
paid”
(= Keselamatan itu gratis bagimu karena seorang lain telah membayarnya)
- ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 587.
9) Orang yang saudara injili itu sebetulnya mau
percaya kepada Yesus, tetapi tidak sekarang. Ia mau menunda untuk percaya /
ikut Tuhan Yesus.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Saudara
tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Yak 4:14 - “sedang
kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.
Amsal 27:1 - “Janganlah
memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi
hari itu”.
Kalau saudara mati mendadak, dan itu
jelas merupakan sesuatu yang bisa terjadi, saudara tidak akan sempat bertobat.
Tidak ada ‘second chance’ (=
kesempatan kedua) untuk bertobat. Begitu saudara mati kesempatan untuk bertobat
itu tertutup untuk selamanya.
Kesempatan bertobat itu tertutup bukan
hanya pada saat seseorang mati, tetapi juga kalau ia menjadi gila, pikun, idiot
(karena cedera otak).
Juga ia perlu memperhatikan
Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia
berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya
Tuhan berkenan untuk ditemui!
Bandingkan juga dengan Yoh
7:33-34: “(33) Maka kata Yesus: ‘Tinggal sedikit
waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang
telah mengutus Aku. (34) Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu
dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat dimana Aku berada”.
Kata-kata
Yesus ini menunjukkan bahwa setiap orang harus menggunakan kesempatan untuk
datang kepada Yesus dengan sebaik-baiknya, karena kalau tidak, akan datang
suatu waktu dimana mereka tidak lagi bisa menemukan Yesus.
Bandingkan
ini dengan Amsal 1:24-28 - “(24)
Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan
nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan
menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke
atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka
melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang
menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak
akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan
aku”.
Ajaran ini tidak bertentangan dengan
Yoh 6:37 yang menunjukkan bahwa Yesus tidak akan menolak orang yang datang
kepadaNya. Mengapa? Karena kalau seseorang masih bisa mau datang kepada
Kristus, itu berarti Allah memang masih berkenan untuk ditemui. Kalau Allah
sudah tidak berkenan ditemui, Ia akan mengeraskan hati orang itu, sehingga
orang itu tidak mungkin bertobat / mau percaya kepada Yesus.
Kalau orang yang saudara injili itu
menggunakan 1Pet 3:18-20
1Pet 4:6 yang seakan-akan menunjukkan adanya ‘second chance’ (=
kesempatan kedua / kesempatan bertobat sesudah kematian), maka:
1. Tunjukkan Maz 88:12, yang jelas
menunjukkan tidak adanya pemberitaan Injil di alam baka, dan katakan bahwa
ayat-ayat dalam 1Petrus itu tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan ayat
ini.
Maz 88:11-13 - “(11)
Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk
bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur,
dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah
keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.
Jelas bahwa sederetan pertanyaan dalam
text ini semuanya harus dijawab ‘Tidak’!
2. Beri penjelasan tentang 1Pet 3:18-20 dan
1Pet 4:6, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. 1Pet 3:18-20
- “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali
untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar,
supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya
sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam
Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
(20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada
Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan
bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh
air bah itu”.
Arti dari ayat ini adalah: Roh Ilahi Yesus
(Logos) memberitakan Injil melalui Nuh, pada jaman sebelum air bah,
kepada orang-orang yang masih hidup pada saat itu. Jadi, orang-orang itu
masih hidup pada saat diinjili, tetapi pada waktu Petrus menuliskan
suratnya ini, mereka sudah mati dan karena itu disebutkan sebagai ‘roh-roh
yang di dalam penjara’.
Jadi, ayat ini tidak mengajarkan adanya penginjilan terhadap orang mati!
b. 1Pet 4:6 -
“Itulah sebabnya maka Injil telah
diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti
semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut
kehendak Allah”.
Ada 3 penafsiran tentang arti kata-kata ‘orang-orang
mati’ dalam 1Pet
4:6 ini:
·
itu
diartikan sebagai orang yang mati secara rohani / mati dalam dosa.
·
itu
diartikan betul-betul sebagai orang yang sudah mati. Penafsiran ini sesat,
tetapi inilah yang diambil oleh orang-orang seperti Andereas Samudera sehingga
ia lalu mengadakan penginjilan terhadap orang mati.
·
sama
seperti penafsiran yang saya ambil tentang 1Pet 3:18-20, orang-orang itu
masih hidup pada saat diinjili, tetapi sudah mati pada waktu Petrus menulis surat ini, sehingga
disebutkan sebagai ‘orang-orang mati’. Saya berpendapat bahwa pandangan inilah
yang benar.
Catatan:
kalau mau mempelajari kedua text ini secara lebih mendetail / terperinci, baca
buku saya yang berjudul ‘Penginjilan
Terhadap Orang Mati’, jilid 2, dimana kedua text ini saya jelaskan
secara sangat terperinci / panjang lebar.
Jadi,
ayat-ayat di atas tidak bisa digunakan untuk mengatakan bahwa ada kesempatan
bertobat setelah kematian. Kesempatan bertobat hanya ada selagi kita masih
hidup. Kalau kita mati, kesempatan itu tertutup untuk selama-lamanya! Karena
itu, tindakan menunda pertobatan merupakan suatu tindakan yang sangat beresiko,
karena kalau kita mati dengan mendadak, tidak ada kesempatan untuk bertobat!
Illustrasi: Suatu hari ada seseorang yang
bermimpi tentang adanya suatu konperensi setan. Konperensi itu dipimpin oleh
Iblis sendiri dan bertujuan untuk mencari siasat yang jitu supaya manusia tidak
percaya kepada Yesus dan binasa / masuk neraka. Lalu ada seorang setan yang
mengusulkan: ‘Baiklah kita membujuk manusia supaya
tidak percaya akan adanya Tuhan’. Iblis berkata: ‘Tidak.
Manusia merasa dalam hatinya bahwa Tuhan itu ada. Siasat itu tidak akan
berhasil’.
Setan lain mengusulkan: ‘Baiklah kita mengatakan kepada
manusia bahwa mereka itu terlalu jahat untuk bisa diampuni’. Iblis menolak usul itu dengan
berkata: ‘Justru kalau manusia sadar bahwa
dirinya jahat, itu akan membawa mereka kepada Tuhan. Usul itu masih kurang baik’. Akhirnya seorang setan berkata: ‘Baiklah
kita mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu mencintai
mereka yang berdosa, dan bahwa Injil itu benar adanya’. Iblis menjawab: ‘Tetapi
bagaimana hal itu bisa membinasakan mereka?’. Setan itu melanjutkan siasatnya: ‘Kita
akan mengatakan kepada manusia bahwa sekalipun semua itu benar, dan mereka
harus percaya, tetapi masih ada cukup waktu. Mereka tidak perlu percaya
sekarang’.
Iblis senang sekali dengan usul itu, dan memerintahkan supaya usul itu
dilaksanakan.
Ini menyebabkan banyak orang yang pada
waktu mendengar Injil, lalu menunda untuk datang kepada Yesus. Tetapi tiba-tiba
mereka mendapat kecelakaan atau serangan jantung, yang membuat mereka mati
secara mendadak, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertobat. Akhirnya mereka
terhilang selama-lamanya di dalam neraka, hanya karena mereka menunda untuk
percaya kepada Yesus!
b) Orang
yang belum percaya kepada Kristus tidak berada di daerah netral, tetapi di
bawah murka Allah.
Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.
Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa dari semula
(sejak orang itu lahir, bahkan sejak orang itu ada dalam kandungan), murka
Allah itu sudah ada di atasnya. Kalau ia percaya kepada Yesus, maka murka itu
dicabut, tetapi kalau ia tidak percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap
ada di atasnya.
Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya,
karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami
hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami
yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain”.
Bagian yang saya garisbawahi itu,
terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and
were by nature children of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah
anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).
Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu
secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.
Banyak orang mengira bahwa mereka ada
di daerah netral. Kalau mereka bertobat maka mereka mendapat perkenan Allah,
sedangkan kalau mereka berbuat dosa yang hebat, maka barulah mereka mendapat
murka Allah. Seandainya keadaannya memang seperti ini, maka mungkin seseorang
boleh berlambat-lambat dalam bertobat / percaya kepada Yesus. Mereka tidak
berada dalam bahaya, dan karena itu berlambat-lambat tidak jadi soal. Tetapi
Kitab Suci mengatakan bahwa keadaan manusia bukan seperti itu! Manusia ada di
bawah murka Allah sejak dalam kandungan, dan karena itu setiap saat manusia itu
ada dalam bahaya. Mengapa? Karena setiap saat ia bisa saja mati, dan kalau itu
terjadi, maka murka Allah itu akan ditimpakan kepadanya dengan sepenuhnya, dan
ia akan masuk ke neraka selama-lamanya. Karena itu, maka kita harus berusaha secepatnya,
tanpa menunda atau berlambat-lambat, untuk menyingkirkan murka Allah itu
dari diri kita. Dan satu-satunya cara adalah dengan secepatnya percaya
dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
c) Firman
Tuhan berkata bahwa hari ini adalah hari penyelamatan.
2Kor 6:1-2 - “(1)
Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat
menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. (2) Sebab Allah
berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada
hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini
adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu”.
Barnes’ Notes (tentang 2Kor 6:1-2): “God
here speaks of there being an accepted time, a limited period, in which
petitions in favor of the world would be acceptable to him. That time Paul says
had come; and the idea which he urges is, that people should avail
themselves of that, and embrace now the offers of mercy. ... The time will
come when it will not be an acceptable time with God. The day of mercy will be
closed; the period of trial will be ended; and people will be removed to a
world where no mercy is shown, and where compassion is unknown. ... The time of
mercy will pass by, and God will not be willing to pardon the sinner who goes
unprepared to eternity. ... we cannot calculate on the future. We have no
assurance, no evidence that we shall live another day, or hour. ... the
time will come when it will not be an accepted time. Now is the accepted
time; at some future period it will NOT be. If people grieve away the Holy
Spirit; if they continue to reject the gospel; if they go unprepared to
eternity, no mercy can be found. God does not design to pardon beyond the
grave. He has made no provision for forgiveness there; and they who are not
pardoned in this life, must be unpardoned forever”
(= Di sini Allah berbicara bahwa ada ‘waktu perkenan / waktu dimana Ia
berkenan’, suatu periode yang terbatas, dalam mana permohonan-permohonan untuk
kebaikan dunia berkenan kepadaNya. Paulus berkata waktu itu telah datang; dan gagasan
yang ia desakkan adalah bahwa orang harus memanfaatkan kesempatan itu, dan
menerima sekarang juga tawaran belas kasihan. ... Saatnya akan tiba dimana
itu bukan lagi waktu yang berkenan pada Allah. Jaman belas kasihan akan
ditutup; periode pencobaan / ujian akan diakhiri; dan orang-orang akan
dipindahkan ke suatu dunia dimana tidak ada belas kasihan yang ditunjukkan, dan
dimana perasaan kasihan tidak dikenal. ...
Jaman belas kasihan akan berlalu, dan Allah tidak akan mau mengampuni
orang berdosa yang pergi menuju kekalan dengan tidak siap. ... kita tidak
bisa memperhitungkan masa yang akan datang. Kita tidak mempunyai jaminan, tidak
ada bukti bahwa kita akan hidup satu hari lagi atau satu jam lagi. ...
waktunya akan datang dimana itu bukanlah waktu yang diperkenan. Sekaranglah
waktu perkenanan itu; pada masa yang akan datang, akan tidak demikian. Jika orang-orang mendukakan Roh Kudus; jika
mereka terus menolak Injil; jika mereka pergi dengan tidak siap menuju
kekekalan, tidak ada belas kasihan yang bisa ditemukan. Allah tidak
merencanakan untuk mengampuni di balik kubur. Ia tidak membuat persediaan untuk
pengampunan di sana; dan mereka yang tidak diampuni dalam dunia ini, pasti
tidak diampuni selama-lamanya).
d) Allah
tidak mau / tidak bisa dipermainkan.
Gal 6:7-8 - “(7)
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang
ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur
dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa
menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”.
Orang menunda pertobatan biasanya
karena ia mau menikmati dosa dulu. Nanti kalau mau mati / hampir mati baru
bertobat. Tetapi ini berarti mempermainkan Tuhan. Dan ayat Kitab Suci di atas
ini mengatakan bahwa Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan!
e) Tuhan
tidak ingin kamu mengeraskan hatimu, pada saat kamu mendengar suaraNya.
Ibr 3:7-8 - “(7)
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu
mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman
pada waktu pencobaan di padang
gurun”.
Matthew Henry (tentang Ibr 3:7): “I.
What he counsels them to do - to give a speedy and present attention to the
call of Christ. ‘Hear his voice, assent to, approve of, and consider, what God
in Christ speaks unto you; apply it to yourselves with suitable affections and
endeavours, and set about it this very day, for to-morrow it may be too late.’
II. What he cautions them against - hardening their hearts, turning the deaf
ear to the calls and counsels of Christ: ‘When he tells you of the evil of sin,
the excellency of holiness, the necessity of receiving him by faith as your
Saviour, do not shut your ear and heart against such a voice as this.’”
(= I. Apa yang ia nasehatkan untuk mereka lakukan - untuk memberikan perhatian
yang cepat dan sekarang juga terhadap panggilan Kristus. ‘Dengarkan suaraNya,
setujuilah, akuilah, dan pertimbangkan, apa yang Allah dalam Kristus katakan
kepadamu; terapkan itu kepada dirimu sendiri dengan kasih dan usaha yang
sesuai, dan mulailah melakukannya, karena besok mungkin sudah terlambat’. II.
Terhadap apa ia memperingatkan mereka - mengeraskan hati mereka, menulikan
telinga mereka terhadap penggilan dan nasehat Kristus: ‘Pada waktu Ia
memberitahu kamu jahatnya dosa, keunggulan dari kekudusan, perlunya menerima
Dia dengan iman sebagai Juruselamatmu, jangan menutup telinga dan hatimu
terhadap suara seperti ini’.).
Barnes’ Notes (tentang Ibr 3:7): “‘Today.’
Now; at present. At the very time when the command is addressed to you. It is
not to be put off until tomorrow. All God’s commands relate to ‘the present’ -
to this day - to the passing moment. He gives us no commands ‘about the
future.’ He does not require us to repent and to turn to him ‘tomorrow,’ or 10
years hence. The reasons are obvious: (1) Duty pertains to the present. It is
our duty to turn from sin, and to love him now. (2) we know not that we shall
live to another day” [= ‘Hari ini’. Sekarang; pada
saat ini. Pada saat dimana perintah itu diberikan kepadamu. Itu tidak boleh ditunda
sampai besok. Semua perintah Allah berhubungan dengan ‘masa sekarang’ - pada
hari ini, pada waktu yang sedang berlalu. Ia tidak memberikan kita perintah
‘tentang masa yang akan datang’. Ia tidak menghendaki kita untuk bertobat dan
berbalik kepadaNya ‘besok’, atau 10 tahun lagi. Alasannya jelas: (1) Kewajiban
berkenaan dengan masa sekarang. Merupakan kewajiban kita untuk berbalik dari
dosa, dan untuk mengasihi Dia sekarang. (2) kita tidak tahu apakah kita akan
hidup satu har lagi].
Bdk. Amsal 1:24-33 - “(24)
Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan
nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan
menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke
atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka
melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang
menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak
akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan
aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut
akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku,
(31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh
rencana mereka. (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh
keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33) Tetapi
siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada
kedahsyatan malapetaka.’”.
f) Tuhan
tidak terus menunggu pertobatan seseorang, seakan-akan manusia bisa bertobat
kapanpun ia mau.
Yes 55:6 - “Carilah
TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia
dekat!”.
Perhatikan kata ‘selama’ yang muncul 2 x dalam ayat ini. Itu
menunjukkan bahwa ada saat dimana Tuhan tidak berkenan untuk ditemui. Ini
memang tidak berarti bahwa ada kemungkinan dimana seseorang betul-betul
bertobat dan mencari Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau menerimanya. Kalau
ditafsirkan seperti ini akan bertentangan dengan Yoh 6:37 - “Semua
yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang
kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
Jadi harus ditafsirkan bahwa artinya
adalah: kalau kita menyia-nyiakan saat dimana Tuhan memanggil kita untuk
bertobat, maka akan datang suatu saat dimana Ia mengeraskan hati kita
sedemikian rupa sehingga kita tidak akan mau / bisa bertobat.
g) Jangan
menyalah-gunakan cerita tentang penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk
23:39-43).
Cerita ini merupakan cerita yang sangat
penting, karena menunjukkan bahwa pada detik terakhirpun dari kehidupan
seseorang, kalau ia betul-betul datang / percaya kepada Kristus, ia akan
diampuni dan dijamin masuk ke surga.
Tetapi rupanya setan mengilhami banyak
orang-orang bodoh dengan menyalah-gunakan cerita ini. Penyalah-gunaan cerita
ini menyebabkan mereka merasa lebih baik hidup dalam dosa dulu, dan menunda
pertobatan mereka, sampai sesaat sebelum kematian. Kalau saudara berpikir
seperti itu, perhatikan kata-kata di bawah ini.
J.
C. Ryle: “I know that people are fond of
talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of
fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the
friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such
evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men
die just as they have lived”
(= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang
kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan
dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam
kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut /
kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan.
Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama
seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’,
hal 40.
10) Orang yang saudara injili itu menolak
menjadi kristen karena ia berpendapat bahwa Allah itu kasih, sehingga orang
yang tidak percayapun akan ke surga / tidak dihukum.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Allah
memang adalah kasih, tetapi Ia juga suci, sehingga Ia tidak bisa bersatu dengan
dosa.
Yes 59:1-2 - “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala
dosamu”.
b) Allah
memang adalah kasih, tetapi Ia juga adil, sehingga pasti akan menghukum manusia
yang berdosa.
Nahum 1:3a - “TUHAN
itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali
membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.
c) Allah
berulang-ulang berkata bahwa Ia akan menghukum manusia yang berdosa. Kalau
akhirnya, Ia tidak melakukan hal itu, maka Ia berdusta. Tetapi Alkitab
mengatakan bahwa Allah tidak mungkin berdusta.
Ibr 6:18 - “supaya
oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin
berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk
menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita”.
d) Kitab
Suci berulang-ulang berbicara tentang orang-orang yang masuk neraka.
·
Luk 16:19-31
- cerita tentang Lazarus dan orang kaya.
·
Mat 25:41,46
- “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di
sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. ... (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang
kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
·
Wah 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak
percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
11) Orang yang saudara injili itu menolak
karena ia berpendapat bahwa Allah itu kejam; mungkin ia mengatakan ini karena
hidupnya penuh dengan penderitaan.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Penderitaan
masuk ke dalam dunia karena dosa manusia sendiri (bdk. Kej 3:1-19).
Allah tidak mencipta manusia dalam
keadaan menderita. Mula-mula manusia bahagia, tanpa penderitaan. Tetapi karena
manusia berbuat dosa, maka sebagai hukuman Allah, penderitaan masuk ke dalam
dunia. Jadi, itu bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia sendiri.
b) Sekalipun
manusia berdosa, Allah tetap mengasihinya; ini ditunjukkan oleh Allah melalui
salib.
Ro 5:6-8 - “(6)
Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang
durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang
mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada
orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
c) Sekarang
kamu menderita, bahkan sangat menderita. Tetapi Allah yang maha kasih itu
menyediakan suatu tempat dimana penderitaan sama sekali tidak dikenal, dan
tempat itu adalah surga.
Wah 21:1-4 - “(1)
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama
dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. (2) Dan aku
melihat kota
yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias
bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (3) Lalu aku mendengar
suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di
tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan
menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. (4) Dan Ia akan menghapus
segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada
lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu
yang lama itu telah berlalu.’”.
Penderitaanmu hanya sementara, karena
kalau kamu mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi
ke surga, dan bebas dari semua penderitaanmu. Tetapi sebaliknya, kalau kamu
tidak mau percaya kepada Yesus, maka pada saat kamu mati, kamu akan pergi ke
neraka, dimana kamu akan menderita, dengan penderitaan yang jauh lebih hebat dari
yang sekarang kamu alami, sampai selama-lamanya.
12) Orang yang saudara injili itu percaya
kepada Kristus, tetapi tidak mau pergi ke gereja, dibaptis dsb, karena ia takut
diejek / dianiaya.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Orang
yang tidak mau mengakui Kristus, juga tidak akan diakui oleh Kristus.
Mat 10:32-33 - “(32)
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di
depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan
manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
b) Kita
tidak boleh takut kepada manusia; kita harus takut kepada Allah.
Mat 10:28 - “Dan
janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
c) Orang
penakut tercatat sebagai ranking 1 dalam daftar orang-orang yang masuk neraka.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Yang dimaksud dengan ‘orang-orang
penakut’ di
sini adalah orang-orang yang sekalipun sebetulnya mengerti tentang Kristus dan
percaya kepadaNya, tetapi tidak mengikut Dia karena takut.
d) Tuhan
Yesus sudah terlebih dulu menderita dan mati bagi kita; sekarang kita juga harus
mau menderita dan bahkan mati bagi Dia.
e) Tuhan
Yesus sendiri akan menyertai dan menolongnya, kalau kita dimusuhi manusia.
Ibr 13:5 - “Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau
dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Maz 23:1-6 - “(1)
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan
aku di padang
yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia menyegarkan
jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. (4) Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. (5) Engkau
menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak; pialaku penuh melimpah. (6) Kebajikan dan kemurahan belaka akan
mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang
masa”.
Mat 10:17-20 - “(17)
Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu
kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan
karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai
suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
(19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan
akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan
kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata,
melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”.
f) Ikut
Yesus memang bisa membuat kamu menderita, tetapi penderitaan itu hanya
sementara. Begitu mati, kamu bahagia dan bebas dari penderitaan, selama-lamanya.
Sebaliknya, kalau kamu tidak mau ikut Yesus mungkin kamu bisa enak (secara
duniawi / jasmani), tetapi itu hanya sementara dan semu. Begitu kamu mati, kamu
masuk neraka, dimana kamu akan menderita selama-lamanya.
13) Orang yang saudara injili itu menolak jadi
kristen karena ia pernah bersumpah untuk tidak menjadi orang kristen.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Melanggar
sumpah adalah dosa, tetapi kalau kamu percaya kepada Tuhan Yesus, dosa itu
tetap akan diampuni. Sebaliknya kalau kamu memegang sumpah itu, kamu memang
tidak berdosa dalam hal itu, tetapi kamu mempunyai banyak dosa-dosa
lain, yang akan membawamu ke neraka selama-lamanya, karena kamu tidak mempunyai
Juruselamat / Penebus dosa.
b) Dalam
Luk 16:27-31, orang kaya yang sudah ada dalam neraka itu, ingin sekali
keluarganya bertobat. Orang, kepada siapa kamu telah bersumpah (kalau orang itu
sudah mati), pasti juga ingin kamu bertobat / membatalkan sumpah.
14) Orang yang saudara injili itu merasa tidak
perlu mempersoalkan percaya atau tidak, karena Tuhan sudah menentukan orang
yang akan masuk neraka / surga (predestinasi).
Jawaban yang bisa saudara berikan:
Predestinasi memang ada (Ef
1:4-5,11 Ro 9:10-21), tetapi kita tidak
tahu siapa yang ditentukan masuk surga dan siapa yang ditentukan masuk neraka.
Kita tidak boleh hidup berdasarkan kehendak / Rencana Allah yang tidak kita
ketahui. Kita harus hidup berdasarkan kehendak Allah yang dinyatakan
dalam Firman Tuhan / Kitab Suci.
Ul 29:29 - “Hal-hal
yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan
ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita
melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
Dan dalam FirmanNya, Allah menghendaki
kita untuk percaya kepada Kristus.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi rumahmu.’”.
Yoh 14:1,11 - “(1)
‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.
... (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku;
atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri”.
15) Orang yang saudara injili itu menolak
untuk percaya karena ia percaya adanya reinkarnasi.
Jawaban yang bisa saudara berikan:
a) Reinkarnasi
bertentangan dengan Ibr 9:27 - “Dan sama
seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
b) Kalau
reinkarnasi itu benar, mengapa manusia di dunia bisa makin lama makin banyak,
padahal moral manusia semakin brengsek? Bukankah seharusnya makin lama makin
sedikit karena manusia yang hidup jahat itu mati dan dilahirkan lagi sebagai
binatang?
Kalau kita bisa menjawab keberatan orang
itu dengan benar, jangan menganggap bahwa orang itu pasti akan bertobat.
Pertobatan tetap merupakan pekerjaan Tuhan. Kita hanya berusaha melakukan
semaximal mungkin, tetapi hasilnya tetap ada di tangan Tuhan. Karena itu,
jangan ‘bersandar’ pada jawaban-jawaban terhadap keberatan-keberatan di atas;
sebaliknya, tetaplah banyak berdoa dan bersandar kepada Tuhan!
ORANG KRISTEN DUNIAWI
I) Ajaran di bawah ini dipopulerkan oleh Scoffield Reference Bible dan juga masuk dalam traktat “4 Hukum Rohani”.
Catatan: kabarnya, traktat tersebut sudah
direvisi.
Menurut ajaran ini, ada 3 golongan
manusia:
1) Orang
non Kristen.
Kristus ada di luar dirinya / hatinya;
si Aku bertahta dalam dalam hidupnya.
2) Orang
Kristen duniawi.
Kristus ada di dalam dirinya / hatinya,
tetapi si Aku masih tetap bertahta di dalam hidupnya, sehingga sama sekali
tidak ada perubahan di dalam hidupnya.
3) Orang
Kristen rohani.
Kristus bukan hanya ada di dalam
dirinya / hatinya, tetapi juga bertahta di dalam hidupnya, sedangkan si Aku
turun tahta.
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh
ajaran ini adalah 1Kor 2:14-3:3 dimana digunakan tiga istilah bahasa
Yunani yaitu:
a) Psuchikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam
Kitab suci bahasa Indonesia
(1Kor 2:14).
b) Sarkikos - diterjemahkan juga sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
c) Pneumatikos - diterjemahkan sebagai ‘manusia
rohani’ dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
1Kor 2:14-3:3 - “(2:14)
Tetapi manusia duniawi (PSUCHIKOS)
tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah
suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat
dinilai secara rohani. (2:15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu,
tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (2:16) Sebab: ‘Siapakah yang
mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami
memiliki pikiran Kristus. (3:1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak
dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani (PNEUMATIKOS),
tetapi hanya dengan manusia duniawi (SARKIKOS), yang belum dewasa
dalam Kristus. (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras,
sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat
menerimanya. (3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.
II) Kesalahan dari ajaran tersebut di atas.
1) Penafsiran
yang salah dari 1Kor 3.
a) Dalam 1Kor 3 itu Paulus menegur jemaat
Korintus karena mereka hidup seperti orang-orang yang tidak percaya dalam
satu segi kehidupan mereka (grup-grupan / perselisihan / iri hati -
ay 3,4). Paulus tidak memaksudkan bahwa mereka hidup seperti orang kafr
dalam seluruh segi kehidupan mereka.
b) Pada waktu Paulus berbicara tentang
golongan-golongan manusia, ia hanya mengajarkan adanya dua golongan.
1Kor 2:14-15 - “(14)
Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah,
karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani
menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain”.
2Kor 5:17 - “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
2Kor 6:14-16 - “(14)
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang
tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?
Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15)
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama
orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah
hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan
hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umatKu”.
Gal 5:17-24 - “(17)
Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh
berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga
kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi
jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah
hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran,
hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri
hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21)
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak
ada hukum yang menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia
telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya”.
Ro 8:5-9 - “(5)
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (6) Karena
keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera. (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena
ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8)
Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (9) Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam
di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus”.
c) Menyerang
ajaran tersebut dengan pertanyaan.
Kesalahan
dari ajaran tersebut di atas juga dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah golongan 3 sudah tidak bertumbuh lagi
dalam iman maupun kesucian? Kalau mereka masih bertumbuh, apakah lalu nanti
menjadi golongan 4 yang super rohani?
2. Siapa yang berhak menentukan orang Kristen
yang mana yang masuk golongan 2 dan orang Kristen yang mana yang masuk golongan
3? Apa dasarnya? Dosa-dosa apa yang menyebabkan orang Kristen masuk golongan 2?
2) Ajaran
tersebut di atas memisahkan pengampunan dosa dan hidup / hati yang diperbaharui
(Golongan ke 2 mendapat pengampunan dosa, sekalipun hidupnya / hatinya tak
diperbaharui). Tetapi Kitab Suci menunjukkan bahwa pengampunan dosa tidak bisa
terjadi tanpa adanya pembaharuan hati / hidup.
Charles Hodge (tentang 2Kor 6:1): “‘That
ye receive not the grace of God in vain.’ What is it to receive the grace of
God in vain? Some say that the meaning is to accept of the atonement of Christ,
or reconciliation with God spoken of in the preceding chapter, and yet to live
in sin. The favor of God is then accepted to no purpose. But this is an
unscriptural idea. Justification and sanctification cannot be thus
separated. A man cannot accept of reconciliation with God and live in sin;
because the renunciation of sin is involved in the acceptance of reconciliation.
Paul never assumes that men may accept one benefit of redemption, and reject
another. They cannot take pardon and refuse sanctification” [= ‘Supaya
kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu
terima’. Apa artinya menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia? Beberapa
orang mengatakan bahwa artinya adalah menerima penebusan Kristus, atau
perdamaian dengan Allah yang dibicarakan dalam pasal sebelumnya (2Kor
5), tetapi hidup dalam dosa. Dengan demikian kebaikan Allah diterima tanpa
ada gunanya. Tetapi ini merupakan pandangan / kepercayaan yang tidak
Alkitabiah. Pembenaran dan pengudusan tidak bisa dipisahkan seperti itu.
Seseorang tidak bisa menerima perdamaian dengan Allah dan hidup dalam dosa;
karena penolakan dosa tercakup dalam penerimaan perdamaian. Paulus tidak
pernah menganggap bahwa manusia bisa menerima satu manfaat dari penebusan, dan
menolak yang lainnya. Mereka tidak bisa menerima pengampunan dan menolak
pengudusan] - ‘I & II Corinthians’, hal 529.
J.
C. Ryle: “I fear it is sometimes forgotten
that God has married together justification and sanctification. They are
distinct and different things, beyond question, but one is never found without
the other. All justified people are sanctified, and all sanctified are
justified. What God has joined together let no man dare to put asunder” (= Saya takut / kuatir bahwa
kadang-kadang dilupakan bahwa Allah telah menikahkan ‘pembenaran’ dan
‘pengudusan’. Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah 2 hal yang berbeda,
tetapi yang satu tidak pernah ada / ditemukan tanpa yang lain. Semua orang yang
dibenarkan juga dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia)
- ‘Holiness’, hal 46.
Mari kita melihat beberapa ayat Kitab
Suci yang menunjukkan hal itu.
Yer 31:31-34 - “(31)
Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan
mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, (32) bukan
seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu
Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa
atas mereka, demikianlah firman TUHAN. (33) Tetapi beginilah perjanjian yang
Kuadakan dengan kaum Israel
sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam
batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar
sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN,
sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa
mereka.’”.
Yeh 36:24-27 - “(24)
Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari
semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu. (25) Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu
hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku
akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Ibr 10:15-17 - “(15)
Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab
setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka
sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam
hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak
lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi
menunjukkan hidup / hati yang diperbaharui, sedangkan bagian yang saya cetak
miring (ay 17) menunjukkan pengampunan dosa yang Tuhan berikan kepada
orang itu.
Kitab Suci mengajarkan bahwa pada saat
seseorang dibenarkan oleh Allah, maka saat itu juga pengudusan dirinya mulai
berlangsung.
Contoh:
·
Zakheus.
Luk 19:8-10 - “(8)
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku
akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari
seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.’”.
·
Penjahat
yang bertobat di kayu salib.
Mat 27:44 - “Bahkan
penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya
demikian juga”.
Mark 15:32 - “Baiklah
Mesias, Raja Israel
itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua
orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga”.
Luk 23:39-42 - “(39)
Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:
‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’ (40) Tetapi
yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak
kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang
selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan
kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’ (42) Lalu ia berkata:
‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
Dalam Mat 27:44 / Mark 15:32
dikatakan bahwa kedua penjahat itu mencela Yesus, tetapi dalam
Luk 23:39-42 dikatakan bahwa hanya satu penjahat yang menghujat Yesus,
sedangkan yang satunya justru menegur temannya itu, dan lalu menyatakan imannya
kepada Yesus.
Kelihatannya Mat 27:44 / Mark 15:32
bertentangan dengan Luk 23:39-42, tetapi kalau kita mempercayai bahwa Alkitab
adalah Firman Tuhan, maka kita tidak boleh mempercayai adanya pertentangan yang
sungguh-sungguh dalam Alkitab. Kita harus berusaha untuk mengharmoniskan
hal-hal yang kelihatannya bertentangan, dan ‘pertentangan’ ini memang bisa
dijelaskan / diharmoniskan. Bagaimana cara mengharmoniskannya? Dengan
menafsirkan bahwa Matius dan Markus hanya menceritakan bagian awalnya,
sedangkan Lukas hanya menceritakan bagian akhirnya. Jadi, mula-mula kedua
penjahat itu mencela Yesus; dan inilah yang
diceritakan oleh Matius dan Markus (Mat 27:44 / Mark 15:32). Tetapi
belakangan / akhirnya, mungkin karena melihat sikap Yesus dalam penderitaan
yang begitu berbeda dengan orang-orang lain, salah satu dari penjahat-penjahat
itu bertobat, dan yang satunya bahkan menjadi bertambah jahat sehingga lalu menghujat Yesus, dan ini menyebabkan penjahat
yang bertobat itu menegur dia. Ini yang diceritakan oleh Lukas
(Luk 23:39-42).
Jadi, penjahat yang bertobat itu
berubah. Ia baru bertobat, tetapi langsung sudah menunjukkan perubahan. Kalau
tadinya ia, bersama dengan penjahat yang satunya, mencela / menghujat Kristus,
maka sekarang ia membela Kristus dan mencela penjahat satunya, yang tetap
menghujat Kristus.
3) Ajaran-ajaran
tersebut di atas tidak membedakan ‘iman sejati’ dan ‘iman palsu’. Golongan 2
dan golongan 3 sama-sama dianggap beriman.
Kitab Suci jelas menunjukkan adanya
iman yang palsu.
Yoh 2:23-24 - “(23)
Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya
dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya.
(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena
Ia mengenal mereka semua”.
Luk 8:13 - “Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman
itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka
percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
Yak 2:14,17,20,26 - “(14)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan dia? ... (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu
tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ...
(20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman
tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa
roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
Berdasarkan Yak 2 ini maka
seharusnya kita menganggap iman dari golongan 2 itu adalah iman yang mati /
kosong / palsu. Dengan kata lain, mereka sebetulnya tidak beriman!
4) Ajaran
tersebut di atas meremehkan pertobatan / dosa, karena golongan 2 yang tidak
bertobat dari dosa-dosanya tetap dianggap selamat / masuk surga.
Ini jelas bertentangan dengan Kitab
Suci yang begitu menekankan pertobatan.
Gal 5:16-21 - “(16)
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan
daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan
- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan
tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di
bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan,
iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21)
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah”.
Ro 6:1-2,11-13 - “(1)
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam
dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah
kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
... (11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi
dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah
dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi
menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah
dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang
hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi
senjata-senjata kebenaran”.
2Kor 5:15 - “Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka”.
Kis 8:22 - “Jadi
bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia
mengampuni niat hatimu ini”.
5) Ajaran
tersebut di atas memisahkan penerimaan Yesus sebagai Juruselamat dan penerimaan
Yesus sebagai Tuhan (pemilik, penguasa) dalam hidup kita.
Kitab Suci tidak memisahkan dua hal
tersebut. Dalam pemberitaan Natal
yang pertama-kalinya, Yesus sudah diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai
Tuhan.
Luk 2:11 - “Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.
Juga penginjilan yang dilakukan oleh
rasul-rasul menekankan Yesus bukan hanya sebagai Juruselamat tetapi juga
sebagai Tuhan.
Kis 2:36 - “Jadi
seluruh kaum Israel
harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan
itu, menjadi Tuhan dan Kristus.’”.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.’”.
Ro 10:9 - “Sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka
kamu akan diselamatkan”.
2Kor 4:5 - “Sebab
bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan,
dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus”.
Dalam Kitab Kisah Rasul yang
menunjukkan penyebaran kekristenan dan pemberitaan Injil pada abad pertama,
kata ‘Juruselamat’ hanya muncul 2 x (Kis 5:31 13:23), sedangkan kata ‘Tuhan’ muncul sebanyak 92 x, kata ‘Tuhan
Yesus’ muncul
sebanyak 13 x, dan kata ‘Tuhan Yesus Kristus’ muncul sebanyak 6 x. Ini menunjukkan
dengan jelas bahwa dalam penginjilan, Yesus harus ditekankan sebagai ‘Tuhan’, dan bukan hanya sebagai ‘Juruselamat’.
Jadi, kalau seseorang hanya menerima
Yesus sebagai Juruselamat, tetapi tidak sebagai Tuhan, ia sebetulnya belum
merupakan orang kristen yang sejati.
Kesimpulan:
Sekalipun memang ada tingkatan-tingkatan kerohanian (bayi,
dewasa, dsb), tetapi Kitab Suci tidak memberikan tembok pemisah antara 2
golongan orang Kristen.
IMAN
I) Macam-macam iman.
1) Historical faith (iman yang bersifat
sejarah).
·
Orang
yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima kebenaran tentang Kristus dengan
cara yang sama seperti ia menerima fakta-fakta sejarah tentang Napoleon,
Hitler, dsb.
·
Ini
hanya merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada
tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan supaya bisa dekat pada Tuhan, dosa
diampuni, masuk surga, hidup suci, dsb).
·
Orang
yang mempunyai iman jenis ini tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus.
·
Iman
seperti ini bisa timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga
kristen.
2) Miraculous faith (iman mujijat).
·
Merupakan
kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk
kepentingannya / melalui dirinya (Mat 15:28 Mat 17:20).
·
Iman
seperti ini bukan iman yang menyelamatkan (saving
faith). Iman seperti ini memang bisa disertai oleh saving faith seperti Mat 8:10-13, tetapi bisa juga tidak,
seperti dalam Luk 17:11-19 (untuk yang 9 orang kusta).
3) Temporary faith (iman sementara).
·
Berbeda
dengan historical faith, karena di
sini emosi ikut dilibatkan.
Bdk. Mat 13:20-21 - “(20)
Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar
firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak
berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan
karena firman itu, orang itupun segera murtad”.
·
Tujuan
/ motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi, bukan kemuliaan
Allah.
·
Kadang-kadang,
atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith / iman yang menyelamatkan.
·
Kalau
dalam Kitab Suci diceritakan tentang orang-orang yang ‘murtad’ (seolah-olah
hilang keselamatannya), seperti misalnya Ibr 6:4-6, maka iman dari
orang-orang seperti itu adalah temporary
faith (iman sementara).
Ibr 6:4-6 - “(4)
Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia
sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap
firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6)
namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian,
hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri
mereka dan menghinaNya di muka umum”.
Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19 - “(18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
(19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi
hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita”.
4) True saving faith (iman yang
menyelamatkan yang benar).
a) Iman
ini harus didahului oleh regeneration
(= kelahiran kembali).
·
Kitab
Suci menggambarkan manusia sebagai mati rohani.
Yoh 10:10b - “Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan”.
Yang Yesus maksudkan dengan ‘mereka’
adalah orang-orang yang saat itu masih hidup (secara jasmani). Jadi, pada waktu
Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, maksudnya
adalah hidup secara rohani. Jadi pada saat itu mereka sedang dalam keadaan mati
secara rohani.
Ef 2:1 - “Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.
·
Karena
itu, ia tidak akan mau dan tidak akan bisa memberi tanggapan terhadap Firman
Tuhan / Injil.
1Kor 2:14 - “Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena
hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Yoh 6:44,65 - “(44)
Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh
Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65)
Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat
datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
·
Jadi
supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau percaya kepada Yesus, Roh
Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan pekerjaan Roh
Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan pentingnya doa
dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan bekerja, dan tanpa
pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan bisa / mau percaya
kepada Yesus.
b) Iman
merupakan aktivitas manusia.
Memang iman bisa ada karena pekerjaan
Roh Kudus dan iman merupakan anugerah Allah.
1Kor 12:3b - “tidak
ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh
Kudus”.
Mat 16:15-17 - “(15)
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16)
Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17)
Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan
manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Fil 1:29 - “Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
Tetapi ingat bahwa Allah tidak beriman
untuk kita. Kitalah yang beriman!
II) Elemen-elemen iman yang benar.
1) Pikiran.
a) Orang yang beriman itu harus mempunyai
pengetahuan / pengertian yang benar tentang Injil / dasar-dasar kekristenan.
Kalau dia tidak pernah mendengar Injil
yang benar dan mengertinya, dia tidak mungkin bisa mempunyai iman yang benar.
Ro 10:13-14,17 - “(13)
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14)
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya
kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak
mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak
ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus”.
Mat 13:23 - “Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat.’”.
Perhatikan bahwa ayat ini ada dalam
kontext perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah.
Tanah yang baik ini adalah satu-satunya yang dikatakan ‘mendengar
dan mengerti’.
Karena itu, saya tidak bisa menerima
penginjilan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bisa mengerti
seperti:
·
Orang
gila.
Orang yang betul-betul gila tidak bisa
mengerti pembicaraan kita dan karena itu juga tidak mungkin bisa diinjili.
Kalau gilanya bisa disembuhkan, barulah dia bisa diinjili.
·
Orang
yang idiot.
Ini berbeda dengan orang yang bodoh /
ber-IQ rendah. Kalau sekedar bodoh, mempunyai IQ rendah, masih bisa diinjili
dengan cara yang sederhana (diberi banyak illustrasi). Tetapi orang yang
betul-betul idiot, sama sekali tidak bisa diajak bicara, karena mereka tidak
bisa mengertinya. Jadi, mereka tidak mungkin bisa diinjili.
·
Anak
dibawah 3 tahun.
Sekalipun anak usia 3 tahun sudah bisa
diajak bicara, tetapi pembicaraan tentang dosa, Allah, penebusan, iman,
pertobatan dsb, merupakan hal-hal yang terlalu abstrak baginya untuk bisa
dimengerti. Mungkin ada perkecualiannya, yaitu kalau IQ anak itu sangat
tinggi sehingga pada usia itu sudah bisa mengerti. Tetapi secara umum tidak
mungkin melakukan penginjilan terhadap anak di bawah 3 tahun.
b) Orang yang beriman itu harus percaya / setuju
secara intelektual pada apa yang diketahui / dimengerti di atas.
2) Emosi
/ perasaan.
Tidak cukup kita hanya mengerti dan
percaya secara intelektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya: sedih
karena dosa (bandingkan dengan Petrus yang menangis setelah menyangkal Yesus),
merasakan kasih Allah, merasa sukacita karena penebusan Kristus, merasa yakin
akan keselamatan, dsb.
3) Kemauan
/ kehendak.
Sekalipun pikiran sudah mengerti dan
percaya, perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kita tidak mau ikut
Kristus, kita bukan orang kristen.
Bdk. Mat 19:21-22 - “(21)
Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang
muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak
hartanya”.
Seandainya pemuda kaya itu tidak
mempercayai kebenaran kata-kata Yesus, maka tidak mungkin ia pergi dengan
sedih. Bahwa ia pergi dengan sedih, jelas menunjukkan bahwa sebenarnya ia
percaya bahwa kata-kata Yesus itu benar. Tetapi ia lebih mencintai hartanya
dari pada hidup kekal itu, dan karena itu ia tetap tidak mau ikut Yesus,
dan ia pergi dengan sedih.
Dalam Luk 15:17-20, pertobatan
anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.
Luk 15:17-21 - “(17)
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan
bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
(18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku
telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20)
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya
telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa”.
Kata ‘menyadari’ dalam ay 17 menunjukkan bahwa
elemen pikiran tercakup, dan pemikirannya dalam ay 18-19 jelas menunjukkan
bahwa elemen perasaan juga tercakup. Lalu tindakan dan kata-katanya dalam
ay 20-21 menunjukkan bahwa elemen kehendak juga ada dalam dirinya.
III) ‘TO BELIEVE’ dan ‘TO TRUST’.
‘To
believe’ =
percaya.
‘To
trust’ =
mempercayakan.
Tidak adanya ‘trust’ sebetulnya menunjukkan ‘unbelief’
/ ‘ketidak-percayaan’.
Illustrasi: Seorang pemain akrobat di atas air
terjun Niagara mengatakan bahwa ia bisa
membawa seseorang di atas kereta dorong menyeberangi tambang yang melintasi air
terjun. Lalu ia bertanya kepada penonton: ‘Percayakah
kamu akan hal itu?’.
Penonton serempak menjawab: ‘Percaya!’. Lalu ia berkata kepada salah satu
dari mereka: ‘Kamu naik ke atas kereta ini’. Orang itu tersentak, dan ia menolak.
Ini menunjukkan bahwa ia tidak ‘trust’ / mempercayakan dirinya kepada si
pemain akrobat, dan juga menunjukkan bahwa sebetulnya ia tidak percaya
kata-kata si pemain akrobat itu.
Kita baru bisa disebut mempunyai iman
yang sejati kalau kita bukan sekedar percaya, tetapi kalau kita mau
mempercayakan hidup kita setelah kematian, dan juga segala dosa-dosa kita,
kepada Kristus.
IV) Object of Faith (Obyek dari iman).
Obyek dari iman adalah Yesus Kristus
sendiri. Jadi, kita harus percaya kepada Kristus.
Ada perbedaan tentang 3 hal di bawah ini:
1) Percaya
tentang Kristus (misalnya: tentang kelahiranNya, kematianNya, kebangkitanNya
dsb). Ini perlu tetapi tidak cukup!
2) Percaya
pada ajaran Kristus (misalnya: tentang mengasihi Allah dan sesama manusia). Ini
juga penting tetapi tidak cukup!
3) Percaya
kepada diri Kristus sendiri. Kalau ini ada barulah bisa timbul ‘trust’.
V) Iman dan keyakinan keselamatan.
1) Kekristenan
bisa memberikan keyakinan keselamatan.
Semua agama lain, dan juga sekte-sekte
/ aliran-aliran sesat dalam kekristenan, yang mengandalkan perbuatan baiknya
untuk selamat, tidak akan bisa mempunyai keyakinan keselamatan. Mengapa? Karena
mereka tidak mungkin bisa tahu sebanyak apa perbuatan baik mereka, dan juga
sebanyak apa dosa-dosa mereka, dan yang mana yang lebih banyak.
Tetapi kekristenan hanya mengandalkan
iman kepada Yesus Kristus untuk selamat. Kita bisa tahu kalau kita beriman, dan
karena itu kita bisa mempunyai keyakinan keselamatan.
2) Keyakinan
keselamatan harus ada!
Orang yang betul-betul percaya kepada
Kristus harus mempunyai keyakinan keselamatan, artinya mereka harus yakin masuk
surga pada saat mereka mati.
Ada orang-orang yang berkata bahwa mereka
percaya kalau Kristus sudah mati untuk semua dosa-dosa mereka, baik dosa-dosa
yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali. Tetapi
anehnya, mereka masih takut-takut bahwa kalau mereka mati akan dihukum Tuhan /
masuk neraka. Ini jelas merupakan suatu kontradiksi. Ini menunjukkan bahwa
kepercayaannya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya, tidak sungguh-sungguh.
Kalau mereka memang percaya bahwa Kristus telah mati untuk membayar semua dosa
mereka tanpa kecuali, lalu apa / dosa yang mana yang menyebabkan mereka harus
dihukum / masuk neraka? ‘Percaya bahwa Kristus mati untuk
semua dosanya’ dan ‘tidak
yakin masuk surga / masih takut-takut akan masuk neraka’ merupakan 2 hal yang bertentangan,
yang tidak bisa ada bersama-sama dalam diri satu orang. Jadi, orang kristen
yang sejati, yang betul-betul percaya bahwa Yesus telah membayar semua dosanya,
harus yakin bahwa kalau ia mati, ia pasti akan masuk surga.
1Yoh 5:13 - “Semuanya
itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Kata ‘tahu’ ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa
ia memiliki hidup kekal.
Ro 8:16 - “Roh
itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Calvin: “Paul
means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our
guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God; for our
mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not
convey to us this assurance” (= Paulus
memaksudkan bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga
pada saat Ia adalah pembimbing dan guru kita, roh kita dibuat yakin tentang
pengadopsian Allah; karena pikiran kita sendiri, tanpa kesaksian lebih dulu
dari Roh, tidak bisa memberikan keyakinan ini kepada kita) - hal 299.
Memang ayat ini, maupun penafsiran
Calvin, tidak berbicara tentang keyakinan keselamatan tetapi keyakinan tentang
keberadaan kita sebagai anak-anak Allah. Tetapi kedua hal itu pasti
berhubungan. Kalau kita yakin bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita juga
harus yakin bahwa kita akan masuk ke surga pada saat kita mati.
Ada banyak orang yang punya ‘hobby maju ke
depan’ pada waktu ada ‘altar call’ (=
pemanggilan untuk maju ke depan bagi yang mau percaya / menerima Yesus). Mereka
berulang-ulang / selalu maju ke depan untuk menerima Yesus. Itu justru
menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai keyakinan keselamatan dan jelas belum
sungguh-sungguh percaya.
3) Hanya
Calvinisme yang betul-betul memberikan keyakinan keselamatan.
Arminianisme sebetulnya tidak
memberikan keyakinan keselamatan, karena Arminianisme mempercayai bahwa
keselamatan bisa hilang. Jadi, paling-paling para pengikut Arminianisme bisa
yakin bahwa kalau saat ini mereka mati, mereka akan masuk surga. Tetapi
kalau mereka mati tahun depan, atau 10 tahun lagi, mereka tidak bisa yakin.
Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa mereka bisa saja murtad, lalu
terhilang dan masuk neraka.
Saya tidak bisa mengerti bagaimana
orang Kristen yang mengerti betapa mengerikannya neraka, bisa mempunyai damai,
dan bahkan bisa tidur, dengan kepercayaan seperti ini! Saya tidak ingin saudara
mempunyai kepercayaan seperti ini. Saya sendiri adalah seorang Calvinist, yang
mempercayai bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sehingga saya percaya bahwa kapanpun
saya mati, saya pasti masuk surga.
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan
tidak bisa hilang:
·
Yoh 6:39
- “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada
yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.
·
Yoh 10:27-30
- “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku
mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu,
yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun
tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah
satu.’”.
·
Yoh 11:25-26
- “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?’”.
·
Ro
5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan
kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih
seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita,
yang sekarang telah diperdamaikan, pasti
akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
·
Ro 8:29-30
- “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula,
mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
(30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya.
Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang
dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
·
Ro 8:38-39
- “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas,
maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan
kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
·
1Kor 1:8-9
- “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada
kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus
Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya
Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
·
2Kor 1:21-22
- “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami
bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,
(22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai jaminan
dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
·
Fil 1:6
- “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia,
yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
·
1Pet 1:5
- “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir”.
·
1Pet 5:10
- “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan
melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu
menderita seketika lamanya”.
·
Yudas 24
- “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan
kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh
kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
Beberapa serangan terhadap doktrin ini
dan jawabannya:
a) Bagaimana
dengan orang yang ‘murtad’?
Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah
sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
Yoh 8:31 - “Maka
kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap
dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Kalau seseorang murtad, maka jelas
bahwa ia tidak tetap dalam firman. Dan kalau ia tidak tetap dalam firman,
menurut kata-kata Yesus di atas ini, ia bukan benar-benar murid Yesus! Hal yang
sama ditegaskan oleh 2 text di bawah ini.
1Yoh 2:18-19 - “(18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi
hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita”.
2Yoh 9 - “Setiap
orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak”.
Mat 24:24 - “Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya
mungkin’ jelas
menunjukkan bahwa itu tidak mungkin! Setan menggunakan banyak hal untuk
menyesatkan manusia, tetapi kalau orang itu adalah orang pilihan, ia tidak
mungkin disesatkan!
b) Mat 7:21-23 menunjukkan adanya
orang-orang kristen yang tidak selamat.
Mat 7:21-23 - “(21)
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.
(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan
mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Jawab:
¨
Mat 7:21-23
tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati, tetapi menunjuk kepada orang
kristen KTP, yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena
itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak
pernah mengenal kamu’.
Seandainya orang itu pernah menjadi orang kristen yang sejati dan lalu murtad,
Yesus tidak bisa mengatakan ‘Aku tidak pernah mengenal
kamu’. Ia
seharusnya mengatakan ‘dulu Aku kenal kamu, tetapi
sekarang tidak’!
¨
Disamping
itu kalau saudara melihat seluruh kontext, yaitu Mat 7:15-23, maka saudara
bisa melihat dengan jelas bahwa dalam seluruh kontext ini Yesus membicarakan
nabi-nabi palsu (ay 15), dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang
sekalipun mempunyai jabatan tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.
Mat 7:15-23 - “(15)
‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16)
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur
dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu
menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu
menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah
yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan
mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?
(23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat
kejahatan!’”.
c) Bagaimana dengan adanya perintah untuk
bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?
Wah 2:10 - “Jangan
takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan
melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai
dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”.
Bdk. Mat 24:13 - “Tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Ayat-ayat ini diartikan sebagai berikut
oleh orang-orang Arminian: orang-orang yang setia sampai mati / bertahan sampai
pada kesudahannya akan menerima mahkota / akan selamat. Jadi, kalau seseorang
tidak setia sampai mati / tidak bertahan sampai kesudahannya, ia tidak akan
menerima mahkota / tidak akan selamat.
Jawab:
Perintah ini diberikan oleh Allah
kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita,
sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama,
Allah menghendaki kita untuk berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa
hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup seenak kita. Kita
harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan
itu bisa hilang.
Hal yang sama terjadi pada waktu Allah
menjamin untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anakNya (Mat 6:25-34). Ia
tetap mengatakan bahwa kita harus rajin bekerja seperti semut (Amsal 6:6-11),
dan kalau seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2Tes 3:10). Jadi di
satu sisi Allah memberikan jaminan supaya kita tidak perlu kuatir, tetapi di
sisi lain Allah memberikan kita tanggung jawab!
Dalam urusan keselamatan, terjadi hal
yang sama. Di satu sisi Allah memberikan jaminan bahwa keselamatan tidak bisa
hilang. Tetapi di sisi lain Ia memberikan kita tanggung jawab untuk menjaga /
memelihara keselamatan tersebut!
Illustrasi: Bacalah Kis 27:14-44 - “(14)
Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai,
yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan
menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal
kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau
kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci
kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang
alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut
terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu
terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin
badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut.
(19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan
mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun
bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus
mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan
diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah
Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya
nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti
terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam
kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak
seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena
tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah
sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus!
Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua
orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena
engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku
percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan
kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu
pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap
terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal
merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu
duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit
mereka menduga lagi dan ternyata lima
belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu
karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap
mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk
melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah
mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus
berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di
kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu
memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang
siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas
hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa.
(34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu
untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan
sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia
mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka,
memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu,
dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus
tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan
gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang,
mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal
daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke
situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di
dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar
topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka
melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan
tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat.
(42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan,
supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi
perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud
mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu
terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul
dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua
selamat naik ke darat”.
Dalam ay 22-25 (perhatikan bagian
yang saya garis-bawahi) terlihat adanya jaminan bahwa mereka semua pasti
selamat. Tetapi dalam ay 26,31,34a (perhatikan bagian yang saya cetak
miring) Paulus tetap memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan
supaya selamat. Lalu dalam ay 34b (perhatikan bagian yang saya
garis-bawahi) ia lagi-lagi memberikan jaminan bahwa mereka semua pasti selamat.
Apakah Paulus mengatakan hal-hal yang
saling bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan
keselamatan dari Allah, tetapi hal ini tidak membuang tanggung jawab mereka
untuk melakukan hal yang terbaik bagi
keselamatan mereka.
Memang cerita dalam Kis 27 ini
berurusan dengan keselamatan jasmani. Tetapi dalam urusan keselamatan rohani
berlaku hal yang sama. Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang.
Tetapi ini tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan hal yang terbaik
demi keselamatan kita!
Catatan: serangan-serangan dari pihak
Arminianisme yang saya bahas di sini hanyalah serangan-serangan yang paling
umum saja. Masih ada serangan-serangan lain yang tidak saya bahas di sini.
Kalau saudara ingin mempelajari tentang hal ini dengan lebih mendalam /
terperinci, bacalah buku saya yang berjudul ‘keselamatan tidak bisa hilang’.
4) ‘Yakin
masuk surga’ bukan merupakan suatu kesombongan!
Kita harus membedakan antara
‘kesombongan’ dan ‘keyakinan’. Kalau kita yakin bahwa kekristenan itu yang
paling benar, atau bahwa Kitab Suci kita adalah satu-satunya Kitab Suci yang
benar, atau bahwa kalau mati kita pasti masuk surga, maka itu merupakan suatu
keyakinan, bukan suatu kesombongan.
Disamping itu, kita yakin masuk surga,
bukan karena kita merasa hidup kita baik, tetapi karena kita yakin bahwa semua
dosa kita telah ditebus / dibayar oleh Kristus. Kalau kita yakin masuk surga
berdasarkan kesalehan kita sendiri, maka itu memang merupakan kesombongan.
Tetapi kalau kita yakin masuk surga karena percaya pada penebusan Kristus, maka
itu jelas bukan merupakan kesombongan.
Karena itu, pada saat saudara
menyatakan keyakinan bahwa kalau saudara mati saudara pasti masuk surga,
tambahilah pernyataan itu dengan kata-kata seperti ini: “Tetapi
saya yakin masuk surga bukan karena saya merasa diri saya baik. Saya bukan
orang baik. Saya adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa. Tetapi saya
tetap yakin bahwa kalau saya mati, saya pasti masuk surga, karena saya percaya
bahwa semua dosa saya sudah dibayar oleh Kristus, sehingga tidak ada yang harus
saya bayar sendiri”.
Apendix
PEMBAHASAN YAKOBUS 2:14-26
Yak 2:14-26 - “(14)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan
dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata:
‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia
tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang
berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia:
‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya
ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu
dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui
sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman
menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan:
‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24)
Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur
itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan
orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos
melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus,
maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya yang saya
garis-bawahi) bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
·
Ro 3:28
kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena
iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
·
Ro 4:1-3
dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham,
bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena
perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan
Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Gal 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah?”.
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa
memperdamaikan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
1) Jangan
cepat-cepat menilai bahwa dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik, atau keselamatan / pembenaran
karena iman + perbuatan baik.
Coba perhatikan bagian-bagian ini:
a) Yak 2:21,25 - “
(21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,
ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? ... (25) Dan
bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh
itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik.
b) Yak 2:22,24 - “(22)
Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh
perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. ... (24) Jadi kamu lihat,
bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya
karena iman”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.
c) Yak 2:23 - “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena
itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan
keselamatan / pembenaran karena iman. Di sini, sama seperti Paulus dalam
Ro 4:3 dan Gal 3:6, ia mengutip Kej 15:6, yang menunjukkan bahwa
Abraham diselamatkan / dibenarkan oleh iman.
Juga, kalau dalam ay 21 kelihatannya ia
mengajarkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena perbuatan baiknya
(yaitu mempersembahkan Ishak), maka di sini Yakobus menyatakan berdasarkan
Kej 15:6 bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena iman.
Sekarang, bandingkan ketiga bagian di atas ini.
Apakah Yakobus begitu bodoh sehingga bertentangan dengan dirinya sendiri,
dengan mengajarkan 3 macam ajaran yang berbeda / saling bertentangan dalam satu
text?
Hal ini harus kita renungkan dan pertimbangkan
sebelum kita terlalu cepat menyimpulkan bahwa Yakobus mengajarkan keselamatan
karena perbuatan baik, atau keselamatan karena iman + perbuatan baik.
2) Adanya
perbedaan tujuan antara Paulus dan Yakobus.
a) Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh
Yudaisme / ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik
(bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa
hanya iman, dan bukan perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Gal 3:9,11 Ef 2:8-9
Fil 3:8b-9).
Catatan: karena itu hati-hati dengan orang
yang menganggap bahwa kekristenan itu tidak terpisahkan dari Yudaisme, atau
bahwa Yudaisme adalah landasan kekristenan. Ini salah sama sekali!
b) Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku
sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen.
Karena itu ia justru menekankan pentingnya perbuatan baik sebagai bukti dari
iman yang sejati (Yak 2:14-26).
3) Adanya
perbedaan penggunaan istilah.
Artinya, sekalipun mereka berdua menggunakan
istilah-istilah yang sama, tetapi artinya berbeda.
a) Istilah
‘pekerjaan /
perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini maka ia memaksudkan ‘perbuatan baik yang digunakan untuk menyelamatkan
diri kita’. Karena itu maka
ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat
hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini, ia memaksudkan ‘perbuatan baik akibat / hasil / bukti dari
keselamatan’. Karena itu ia
mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.
b) Istilah
‘iman’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk
pada ‘iman kepada
Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka
ia memaksudkan ‘pengakuan
iman dengan mulut’ (bdk.
ay 14 - ‘seorang
mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
Catatan: saya berpendapat bahwa istilah ‘percaya’ yang digunakan oleh Yakobus dalam ay 23 harus
dikecualikan, karena dalam ay 23 itu ia mengutip Kej 15:6. Jadi, kata ‘percaya’ dalam ay 23 / Kej 15:6 betul-betul menunjuk pada ‘iman’ (sama seperti arti yang digunakan oleh Paulus).
c) Istilah
‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya
adalah ‘orangnya
dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka
maksudnya adalah ‘pengakuan
orang itu yang dibenarkan’ (artinya:
pengakuannya bahwa ia adalah orang percaya merupakan pengakuan yang benar /
tidak dusta).
Catatan:
·
kita harus
membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan
betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan
Paulus.
·
Kalau
saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu
yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus
menggunakan istilah-istilah di atas!
Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mempunyai satu tujuan pengajaran,
yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari
perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya
melalui perbuatan baik. Mengapa ia menuliskan bagian ini? Ada 2 kemungkinan:
1. Mungkin ia
menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh
iman) yang diajarkan oleh Paulus.
2. Kemungkinan
yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap
tulisannya sendiri tentang ‘hukum
yang memerdekakan’ dalam
Yak 1:25 2:12.
Yak 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna,
yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi
bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya,
ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Yak 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum
yang memerdekakan orang”.
Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan
bahwa sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada
Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk
berbuat dosa!
II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.
1) Yakobus
berkata bahwa ‘iman
/ pengakuan percaya tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam
ay 15-16: “(15)
Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan,
kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi
tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada gunanya. Demikian juga
dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai
perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa menyelamatkan siapapun.
2) Yakobus
juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada /
hidup, lalu menjadi mati. Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah
pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya
sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan.
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman
dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu
itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:
a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan
perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia
hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu
keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan
ay 18b yang mengatakan ‘aku
akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam
mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3) Yakobus
menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Ay 19: “Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah
kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu
Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan:
kepercayaan itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan,
hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi
tidak bisa membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan
setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi sama sekali
tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang
kristen!
Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak
pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya:
- ‘seorang’ (ay 14).
- ‘orang’ (ay 18).
- ‘manusia’ (ay 20).
Perhatikan juga bagaimana Yakobus menyebut iman
orang itu. Ia menyebutnya sebagai:
¨
‘iman
itu’ (ay 14b). NIV: ‘such faith’ (= iman
seperti itu).
¨
‘iman
yang mati’ (ay 17,26).
¨
‘iman
yang kosong’ (ay 20).
Dan ia juga menyamakan iman seperti itu dengan imannya
setan (ay 19)!
Penerapan: Kalau saudara mengaku sebagai orang Kristen / orang percaya, maka
renungkan hal-hal ini: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam
diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara
membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen: “I do not understand how a man can be a true
believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana
seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa
bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.
1) Abraham
(ay 21-24).
a) Ay 21: “Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham
dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1. Abraham
dibenarkan karena imannya.
Ini terlihat dari kata-kata Yakobus dalam
ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Di sini Yakobus mengutip Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” - yang menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena
iman.
Dan ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan, yaitu: pembenaran karena
iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih
kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti
iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia
dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela
mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan:
‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19)
Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun
dari antara orang mati. Dan dari sana
ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu
dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ay 21 ini adalah: tindakan Abraham
mempersembahkan Ishak itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham /
membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b) Ay 22: “Kamu
lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan
itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan iman
+ perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau
iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c) Ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu
kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d) Ay 24: “Jadi
kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak
dianggap munafik. Kalau hanya mempunyai pengakuan di mulut saja, tanpa adanya
perbuatan baik, maka itu tidak ada artinya sama sekali.
2) Rahab (ay
25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu,
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang
yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan
yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras
dengan Abraham. Kontras itu terlihat dari fakta-fakta ini:
·
Abraham
adalah seorang laki-laki; Rahab adalah seorang perempuan.
·
Abraham
adalah nenek moyang bangsa Israel;
Rahab adalah orang kafir.
·
Abraham
adalah orang yang terhormat; Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti
Rahab, yang begitu kontras dengan Abraham? Karena kalau contohnya hanya orang
seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan
Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini,
Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia
adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang
membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos 2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena
mengandung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
¨
Ia adalah
orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
¨
Ia adalah
seorang pelacur.
¨
Ia adalah
seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik
yang sempurna.
¨
Perbuatan
baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho,
mempunyai resiko tinggi.
¨
tidak ada
perbuatan baik orang Kristen manapun yang sempurna!
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta /
dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan
jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul
beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti
imannya.
Penutup.
Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya
perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang
kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum,
sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum
diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar