MENGAPA KITA HARUS MEMBERITAKAN INJIL?
I) Karena Tuhan memerintahkannya.
Tuhan menghendaki setiap orang kristen
untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh
Tuhan.
Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap
orang Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Kor 12:7-11
- “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan
penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh
yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang
seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh
itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendakiNya”.
Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap
orang Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:
- Ro 12:6-8 - “(7) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.
- 1Pet 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.
Jadi tidak setiap orang kristen harus
berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil
merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen.
Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang
memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui
pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap
orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus
sendiri, seperti dalam:
¨
Mat 28:19 - “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
¨
Kis 1:8 - “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Ini juga terlihat dari teladan jemaat
abad pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.
Kis 8:1,4
- “(1) Saulus juga setuju,
bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat
terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar
ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil”.
Perhatikan bahwa mereka yang tersebar
itu bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!
Karena Pemberitaan Injil merupakan
perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita
berdosa (dosa pasif).
Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:
1) Hak 5:23
- “‘Kutukilah kota Meros!’ firman
Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak
datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena
mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang,
mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang. Demikian
juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang
melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan
penduduk kota
Meros.
2) Yer 48:10
- “Terkutuklah
orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang
yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia
menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan
bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan
tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di
atas tentang penduduk kota
Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka,
mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!
3) Yeh 3:18
- “Kalau Aku
berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat
itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan
mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas
nyawanya dari padamu”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita
injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri
kita.
4) Mat 12:30
- “Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau
saudara adalah ‘sahabat
Tuhan’, atau saudara
adalah ‘lawan
Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap
sebagai ‘pencerai-berai
/ pengacau gereja’! Jadi,
siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau
gereja’!
II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.
Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri;
ini terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.
Kis 9:3-6 - “(3)
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari
langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu
suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya
Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang
kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota,
di sana akan
dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.
Dia juga bisa memberitakan Injil
melalui malaikat; ini terjadi pada Natal
yang pertama.
Luk 2:8-14 - “(8)
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada
waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka
dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10)
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah
lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu:
Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu
sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan
bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepadaNya.’”.
Tetapi Ia tetap mau memakai kita yang berdosa
sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh kita anggap sebagai
suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan. Dalam hal ini
rasul Paulus berulangkali memberikan kepada kita teladan yang baik seperti itu.
Perhatikan beberapa ayat di bawah ini:
1) 1Tim 1:12-13 - “(12)
Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini
kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya
dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah
kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
Perhatikan komentar-komentar dari
penafsir-penafsir ini tentang text ini:
·
Matthew Henry:
“A call to the ministry is a great
favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ”
(= Panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk
mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus
Kristus).
·
Barnes’ Notes:
“If there is anything for which a good
man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so
directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It
is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of
personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects
of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with
want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so
honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many
precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises
of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is
required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be
thankful to Christ for putting him into the office”
(= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan
bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan
sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam
pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan
diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu
menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan
duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan /
digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan
penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat,
begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak
penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu
mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang,
sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk
menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk
meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) Ro 1:5 - “Dengan
perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk
menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya”.
Ada
penafsir-penafsir yang menterjemahkan ‘grace and apostleship’ (= kasih
karunia dan kerasulan), tetapi William Hendriksen lebih setuju dengan terjemahan
‘grace of apostleship’ (= kasih karunia dari / tentang kerasulan).
Jadi,
jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih
karunia!
3) Ro 15:15-17 - “(15)
Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku
di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu,
(16) yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa
bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa
bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan
kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus. (17)
Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah”.
Jadi,
bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil yang
diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan
kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang
memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.
4) Gal 1:15-16 - “(15)
Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil
aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya
aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun
aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”.
Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk
memberitakan Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap
sebagai kasih karunia Allah!
Illustrasi: ada seorang penyanyi New Zealand
yang diminta menyanyi dalam pesta pernikahan Pangeran Charles - Lady Di
(Diana). Pada waktu diminta, ia tidak mempersoalkan besarnya honor yang harus
ia terima, atau betapa repotnya melakukan hal itu. Ia merasakan hal itu bukan
sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu kehormatan.
Penerapan: kalau saudara adalah orang kristen
yang sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil.
Apakah saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang
menakutkan, atau sebagai kasih karunia?
III) Yesus dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan
Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Mark 1:38
- “JawabNya: ‘Marilah kita
pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku
memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Kristus adalah teladan kita. Ini
terlihat dari:
Yoh 13:15 - “sebab
Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat
sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
Fil 2:5-8 - “(5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib”.
Dalam persoalan menjadikan Yesus
sebagai teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:
1) Saudara
harus menerima Dia sebagai Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh
/ bisa menjadikan Dia sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan
menjadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai
Juruselamat saudara. Mengapa? Karena:
a) Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.
Untuk bisa meneladani tindakan Yesus,
kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum
percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai
Roh Kudus.
b) Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu
tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa
itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!
2) Tidak
semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.
Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa
40 hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu
/ tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci
untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau
tidak.
Dalam persoalan memberitakan Injil,
karena adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus
disimpulkan bahwa itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena
itu, rasul-rasul, yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga
memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh
Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus
meniru teladanNya dalam memberitakan Injil.
IV) Karena hidup ini adalah perang (Ef 6:12 2Tim 2:3-4).
Konsep saudara tentang hidup ini
merupakan sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena
hidup hanya satu kali, maka saya harus menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan
pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci
adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena hidup ini adalah peperangan
rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup santai!
Dalam peperangan, pertahanan adalah
sesuatu yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan
sesuatu yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak
mungkin bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita
lakukan. Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak
belajar Firman Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan
sebagainya. Tetapi kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah
penyerangan dalam perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil
kita mengusahakan supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi
anak-anak Tuhan. Karena itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang
dengan orang Kristen yang memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang
orang-orang seperti itu!
Apakah ini harus membuat kita takut?
Tidak, karena:
1) Dalam
Ro 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu
apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita?”.
2) Dalam
Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya memberikan perintah untuk memberitakan
Injil, tetapi juga janji penyertaanNya kepada orang-orang kristen yang
memberitakan Injil.
Mat 28:19-20 - “(19)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
V) Supaya Injil bisa tersebar dengan cepat.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah
jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47 4:4
5:14 6:7). Tetapi kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa?
Karena pada abad pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan
berubah! Pada sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa
statistik menunjukkan bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen
yang memberitakan Injil!
Ada
seorang pendeta yang pernah memberikan ilustrasi sebagai berikut untuk
menekankan pentingnya setiap orang kristen untuk memberitakan Injil. Ia membandingkan
dua keadaan:
1) Keadaan I adalah dimana di dunia ini hanya
ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil yang hebat, yang setiap hari
bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang sudah
bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.
2) Keadaan II adalah dimana di dunia ini hanya
ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya bisa membawa 1 jiwa datang kepada
Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat juga memberitakan Injil dan setiap
tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.
Maka
kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:
Tahun 1000 / hari 1 / tahun
---------------------------------------------------------
1 365.000 2 = 21
2 730.000 4 = 22
3 1.095.000 8 = 23
.
.
.
32 11.680.000 232 = 4,3 milyar.
33 12.045.000 233 = 8,6 milyar.
Saudara
bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang
yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi
dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih
dari penduduk dunia saat ini!
Jadi,
kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan
Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan
I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa
tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari!
Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari
(Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua
ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau,
lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang
kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan
gereja / kekristenan akan cepat sekali!
Perlu
juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan cepat, maka ada
alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!
Seorang
yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
“If
religious books are not widely circulated among the masses in this country, I
do not know what is going to become of us as a nation. If truth be not
diffused, error will be; if God and His Word are not known and received, the
devil and his works will gain the ascendancy; if the evangelical volume does
not reach every hamlet, the pages of a corrupt and licentious literature will;
if the power of the Gospel is not felt throughout the length and breadth of the
land, anarchy and misrule, degradation and misery, corruption and darkness,
will reign without mitigation or end” (= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar
secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan
terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka
kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui /
dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan /
pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman
yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil
tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan
pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan /
kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).
Seorang
yang bernama Edmund Burke berkata: “All
that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan supaya
kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa)
- ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.
Sekarang mari kita membandingkan
kesuaman penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang
luar biasa dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang
penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini
dalam dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam
kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif
memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah
sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu
yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi
dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %!
Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu pesat?’, maka salah
satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak membedakan antara Pendeta /
pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua Saksi-Saksi Yehuwa
didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’. Dan dalam buku ‘Bagaimana
Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23, dikatakan bahwa 65 % anggota-anggota
Saksi Yehuwa aktif memberitakan ‘Injil’ (bandingkan ini dengan orang kristen di
Indonesia yang, menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja yang memberitakan
Injil). Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang paling ditekankan,
atau ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa. Dahulu pada saat mereka
dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan ‘Injil’ dengan rajin dan
berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan / diijinkan.
Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million Witnesses
spent over one billion hours spreading Bible knowledge to their neighbours.
This educational work was at the heart of the 80% growth in the number of the
Witnesses during the past decade” [= Dalam sepanjang tahun (maksudnya tahun 1994), hampir 5 juta
Saksi-Saksi menghabiskan lebih dari satu milyar jam untuk menyebarkan
pengetahuan Alkitab kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih
dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini merupakan inti / pokok dari 80 %
pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi sepanjang 10 tahun yang lalu].
Seorang
penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:
- pada saat ini (tahun 2002) ada 6 juta Saksi Yehuwa di seluruh dunia, sedangkan jemaat dalam kebaktian / pertemuan mereka ada 26 atau 36 juta (ia tidak tahu persis), tetapi saya kira ia salah, karena menurut internet hanya sekitar 16 juta. Yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil. Jadi yang memberitakan Injil ‘hanya’ 37,5 %. Ini memang jauh lebih rendah dari bilangan 65 % di atas, tetapi ini sudah sangat tinggi dibandingkan dengan persentase yang memberitakan Injil dalam kalangan orang kristen. Saya mendengar bahwa 15 % dari jemaat Gereja dari D. James Kennedy di Florida (yang memulai program penginjilan Evangelism Explosion), aktif memberitakan Injil. Ini mungkin yang tertinggi di dunia dalam kalangan gereja-gereja Kristen, tetapi ini masih kalah jauh dibandingkan dengan Saksi Yehuwa.
- ia sendiri menghabiskan 24 jam / bulan untuk memberitakan Injil dari rumah ke rumah.
Dari
internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun
2001 sebagai berikut:
¨
jumlah pengunjung biasa dalam
kebaktian 36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu
berarti presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.
¨
jumlah penginjilan yang mereka lakukan
dalam tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per
orang per tahun.
Tentang
banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001
mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak
1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan
Injil lebih dari 190 jam per tahun.
Sebetulnya
kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai
keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan,
tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan
Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!
Saya
berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terlebih
lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman
Tuhan.
VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah.
Kitab Suci berkata bahwa:
1) Semua
manusia berdosa.
Ro 3:10-12,23 - “(10)
seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12)
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
2) Karena
itu, semua orang akan dihukum.
Ro 6:23
- “Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Wah 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut,
orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh,
orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua
pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala
oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
3) Manusia
tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya /
ketaatannya.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu,
bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah
percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam
Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21)
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Ketaatan terhadap hukum Taurat sama
dengan ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal
itu tidak bisa membenarkan siapapun.
4) Kristus
sudah mati menebus dosa kita sehingga dalam Kristus ada pengampunan /
pembebasan dari hukuman Allah.
Yoh 3:16
- “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal”.
Kis 10:43
- “Tentang Dialah semua nabi
bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan
dosa oleh karena namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “(38)
Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan
kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang
percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh
dari hukum Musa”.
Ro 8:1 -
“Demikianlah sekarang tidak
ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.
5) Tetapi
orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya
kepadaNya, dan karenanya tidak bisa diselamatkan.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa
orang yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus,
pasti masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya
tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati.
Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga
akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa
masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa
kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid
Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga
pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab
Suci yang lain seperti:
a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan
binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di
luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum
Taurat’.
Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka
tetap binasa / masuk neraka, karena mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka
dihakimi berdasarkan hati nurani mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup
100 % sesuai dengan hati nuraninya!
Analoginya, dalam jaman Perjanjian
Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi
berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum
karena itu.
b) Ro 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang
berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka
dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang
yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru
kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa
percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak
akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil
kepadaNya.
Kalau kita membalik urutannya dari
belakang, maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang
yang memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia,
sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya,
sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang
yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak
selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke
tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau
pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata
apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya
ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku
akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan
bahwa orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam
kesalahannya!
Jadi merupakan tugas kita untuk
memberitakan Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu
percaya dan diselamatkan dari murka Allah.
Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya
merupakan tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan. Ada banyak
orang kristen yang melakukan tindakan kasih hanya dengan menolong secara
jasmani. Memang orang yang ditolong akan senang karena ditolong secara jasmani,
tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka
selama-lamanya untuk membayar sendiri dosa-dosanya karena mereka tidak
mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Apa gunanya tindakan kasih
yang seperti itu? Tindakan kasih yang terbesar yang bisa saudara lakukan kepada
orang yang belum percaya adalah Pemberitaan Injil! Tetapi anehnya, atau
lucunya, Pemberitaan Injil sering membuat orang yang diinjili justru menjadi
marah kepada kita. Di sini kita melihat secara jelas peranan dari setan dalam
diri orang-orang itu.
Ada orang yang berkata bahwa untuk
memenangkan jiwa seseorang kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya, tetapi
cukup menunjukkan hidup yang saleh, penuh dengan kasih dsb. Terhadap pandangan
seperti ini, yang merupakan pandangan dari banyak orang-orang Liberal, saya
menjawab bahwa sekalipun hidup saleh itu penting, tetapi itu tidak bisa
menggantikan Pemberitaan Injil! Text di bawah ini jelas menunjukkan bahwa tanpa
firman / Injil tidak mungkin seseorang bisa percaya.
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang
berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka
dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17)
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
Tetapi mungkin mereka bisa menjawab
dengan 1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “Demikian juga kamu, hai
istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang
tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh
kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup
istri mereka itu”.
Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa
memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin
menjawab pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Pet 3:1-2 itu yang
berbunyi sebagai berikut: “But it may seem strange that
Peter should say, that a husband might be gained to the Lord without a word;
for why is it said, that ‘faith cometh by hearing?’ Rom. 10:17. To this I
reply, that Peter’s words are not to be so understood as though a holy life
alone could lead the unbelieving to Christ, but that it softens and
pacifies their minds, so that they might have less dislike to religion; for as
bad examples create offences, so good ones afford no small help. Then Peter
shews that wives by a holy and pious life could do so much as to prepare their
husbands, without speaking to them on religion, to embrace the faith of Christ” (= Tetapi kelihatannya aneh
bahwa Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa
perkataan; karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari pendengaran?’ Ro
10:17. Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata Petrus tidak
boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan yang kudus saja bisa membimbing
orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi bahwa itu melunakkan dan
menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka bisa berkurang dalam
ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana teladan yang jelek
menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik memberikan
pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa istri-istri, oleh
kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak untuk
mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang agama,
untuk memeluk iman Kristus)
- hal 95-96.
Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya
memaksudkan bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa
menerima Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan
Injil supaya mereka bisa percaya.
VII) Karena Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Banyak orang berkata bahwa ada banyak
jalan ke surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya
hal ini benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi
Kitab Suci tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas
bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga.
Perhatikan ayat-ayat ini:
·
Yoh 14:6
- “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
·
Kis 4:12
- “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya
kita dapat diselamatkan”.
·
1Yoh 5:11-12
- “(11) Dan
inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita
dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
Karena itu, kita harus memberitakan
Injil.
Catatan: karena pentingnya kepercayaan
terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan
keselamatan dan penginjilan, dan karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini
dari kalangan gereja-gereja yang liberal, maka hal ini akan saya bahas secara
khusus dalam bab / pelajaran yang berikut.
VIII) Karena Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.
Pendidikan (termasuk pendidikan sex),
hukuman penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan
seringkali sama sekali tidak mengubah manusia.
Misalnya:
- sekalipun pendidikan sex di Amerika sangat hebat, tetapi kebejatan moral / free sex makin menjadi-jadi.
- orang-orang yang keluar dari penjara sering kali justru menjadi lebih jahat, atau lebih lihai dalam kejahatan.
Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu
diterima, akan menyebabkan seseorang berubah.
2Kor 5:17 - “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Berbeda dengan perubahan yang
dihasilkan oleh pendidikan, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena
seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang
itu dari dalam. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti
menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan
buah Roh (Gal 5:22-23), yang akan menguduskan kehidupan orang itu.
Contoh:
¨
Saulus
/ Paulus.
Gal 1:20-23 - “(20)
Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak
berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22)
Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23)
Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang
memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya”.
¨
Zakheus
(Luk 19:1-10).
IX) Karena rasa takut untuk PI datang dari setan.
Ada rasa takut yang datang dari Tuhan
(misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang datang dari
setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita menuruti
rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari
pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih
baik kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan
memerintahkan pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan
Injil, bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan
sesama manusia. Kasih memang merupakan dasar ketaatan yang sejati.
Yoh 14:15 - “‘Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 9:4 - “Kita
harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan
datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.
2Tim 4:2-5 - “(2)
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah
apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya
dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi kuasailah dirimu dalam
segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!”.
Saat inipun sudah banyak orang yang
hanya senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng
dsb. Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon,
kesaksian, dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam
2Tim 4:2-5 itu sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun
juga, sekarang masih ada orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan.
Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4). Saat itu
kita sudah sama sekali tidak bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi
pada saat Kristus datang kedua kalinya atau pada saat kita mati, atau
menjelang akhir jaman dimana manusia menjadi begitu bejatnya sehingga sama
sekali tidak mau mendengar Injil lagi.
Penutup.
Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat
Kitab Suci:
· Yer 20:9
- “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau
mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam
hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam
tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.
· Kis 4:20
- “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak
berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’”.
· 1Kor 9:16
- “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak
mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku.
Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.
-o0o-
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?
Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada
banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan
saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan
menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan
ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku
sebagai orang kristen, apalagi mengaku sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan
pepatah ini untuk surga. Dengan bermacam-macam alasan mereka mengatakan bahwa
Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya
kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.
Alasan-alasan yang sering dipakai
adalah:
1) Kita
tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.
2) Kita
tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain.
3) Kita
harus bertoleransi terhadap agama lain.
4) Kita
tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada
Yesus akan masuk ke neraka.
5) Mempercayai
Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan
mau menangnya sendiri.
6) Orang
yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke
neraka?
II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan ke surga:
1) Ayat-ayat
Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan ke surga.
·
Yoh 14:6
- “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
*
Kitab
Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi
Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
*
Kitab
Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya
berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa
padahal sebetulnya tidak demikian.
*
Kitab
Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah
satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan
ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua,
Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi
mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!
·
Kis 4:12
- “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan”.
·
1Yoh 5:11-12
- “Dan inilah
kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup
itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
·
1Tim 2:5
- “Karena Allah
itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,
yaitu manusia Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai
otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa
menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya
jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu
menyatakan bahwa ‘keselamatan
itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu ada di
dalam Yesus’.
Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan /
hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya
(keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya
(Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan
Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang
percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang
Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin dimaksudkan
hanya bagi orang kristen!
2) Yoh 8:24
dan Wah 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya
kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa
Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang
yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan
mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua”.
Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang
tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’!
Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau mereka tidak percaya
kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!
3) Dalam
Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk
bebas dari hukuman, yang adalah TYPE / gambaran dari Kristus.
Contoh:
a) Bahtera
Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak
mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia
bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba
naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap
mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi
sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah
satu-satunya jalan keselamatan.
b) Darah
pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30
1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang
Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana
bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah
domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana
mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita
juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan
satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE / gambaran dari
Kristus.
c) Ular
tembaga (Bil 21:4-9 Yoh 3:14-15).
Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga,
pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan
memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga
itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan
berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau
dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka
mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh.
Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak patung
ular tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
(15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga dalam
Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular
tembaga itu merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian
juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.
4) Sikap
kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu,
ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa
menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati
Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati
Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia
membenci juga BapaKu”.
Karena itu, orang tidak bisa menyembah
/ mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak
Yesus berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak
percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya
kepada Yesus masuk surga?
Illustrasi:
Kalau saudara datang ke rumah saya
bersama dengan anak saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat,
tetapi memperlakukan anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah
tidak apa-apa, yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak mungkin.
Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara, identik dengan sikap jelek
terhadap saudara sendiri.
Demikian juga, kalau ada orang yang
bersikap baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb)
tetapi bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina,
dsb), maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap seseorang terhadap Yesus,
yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang itu terhadap Allah sendiri!
5) Yesus
adalah Allah sendiri.
Ini terlihat dari banyak ayat Kitab
Suci seperti:
·
Yoh 1:1
- “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat
bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!
·
Ro 9:5
- “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala
sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
·
1Yoh
5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah
telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita
mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus
Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
·
Yoh 5:18
- “ Sebab itu
orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah
BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.
Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka
jelas bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin
orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke
surga, yang adalah milikNya?
6) Semua
manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu
semua manusia membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.
Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan
oleh Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus
dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Karena itu sebetulnya semua manusia
membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang
pernah menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar
sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus masuk ke neraka
selama-lamanya.
7) Penderitaan
yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar
biasa hebatnya. Untuk menunjukkan betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami,
maka saya mengajak saudara untuk melihat komentar-komentar dari beberapa
penafsir tentang 2 macam penderitaan yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan
penyaliban.
a) Tentang
pencambukan.
William Hendriksen: “The Roman
scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were
attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply
pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back,
bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment,
one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result
that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins
and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such
flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted
in death”
[= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa
tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau
kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan
terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2
orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari
satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging
yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga
pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi
perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti
itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk.
Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay: “Roman
scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied
behind him, and he was tied to a post
with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The
lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces
of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it
reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding
weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained
conscious to the end of it”
[= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi,
tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan
punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri
adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan
tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu
mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu
menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’.
Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya karenanya,
dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang
penyaliban.
Pulpit Commentary: “Nails were
driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these
and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet,
often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh
disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong
kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang
sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay: “When they
reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The
prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not
nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge
of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright
- otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross
was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to
die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger
and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di
tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu
direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak
dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang
hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang
disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan -
kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu
ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati
... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati
perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka
menjadi gila].
Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku
hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
·
tradisi.
Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).
·
Yoh 20:25,27
yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25)
Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’
Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya
dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27)
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu,
ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau
tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus
dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada kakiNya. Alasan saya:
¨ penulis-penulis lain ada yang
mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay.
Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang
pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku
menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨ Maz 22, yang adalah mazmur /
nubuat tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan
perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa itu
memang merupakan mazmur tentang salib.
¨ Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus
menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39)
Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan
lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat
ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan
kakiNya kepada mereka”.
Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia
betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang ditunjukkan adalah kakiNya.
Mengapa bukan bahuNya, atau sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan
bagian-bagian yang lebih mudah untuk ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya?
Tangan masih masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu
rasanya agak tidak sopan, kecuali ada alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku
di sana. Ia ingin menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia adalah Yesus yang
sama dengan Yesus yang mati di salib beberapa hari yang lalu.
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner
yang berkata sebagai berikut:
“The
criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging.
There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend
himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body
and on his bleeding wounds”
[= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh
dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar,
haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari
nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan: “It
is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly -
for us”
(= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus
Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Mengingat hebatnya penderitaan yang
Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan
keselamatan, maka:
1. Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati
dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu tambahan
jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada lagi banyak jalan lain ke surga,
betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.
Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak
saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya,
sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan
suntikan mini yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada
waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana perasaan
Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur punggungNya
dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada jalan lain untuk
menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya
mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain,
demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia rela membiarkan AnakNya mengalami
penderitaan itu.
2. Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk
memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh
dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya
ada di lantai tiga sebuah bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu
menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya
melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat
itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari lantai tiga
itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela
berkorban bagi anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak
jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya,
maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan
konyol dan bodoh.
Demikian juga dengan apa yang Yesus
lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap
rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang
tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib,
maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.
8) Perintah
Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan
bahwa:
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke
surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya
jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa
semua orang untuk datang kepada Yesus?
b) Orang yang tidak pernah mendengar tentang
Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar
Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan
Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua
bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar
Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa
bagian Kitab Suci yang lain seperti:
·
Ro 2:12a
- “Sebab semua
orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
·
Ro 10:13-14
- “Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana
mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana
mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
·
Yeh
3:18 - “Kalau
Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat
itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan
mati dalam kesalahannya, tetapi
Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di
depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.
Hal lain yang perlu diingat adalah
bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil
kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka
diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya karena memberitakan
Injil, mereka tetap memberitakan Injil!
Kis 4:1-30 - “(1)
Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka
tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak
dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
(3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya,
karena hari telah malam. (4) Tetapi di
antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga
jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. (5) Pada keesokan
harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan
sidang di Yerusalem (6) dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan
Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. (7) Lalu Petrus
dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan
pertanyaan ini: ‘Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak
demikian itu?’ (8) Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai
pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, (9) jika kami sekarang harus diperiksa
karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa
manakah orang itu disembuhkan, (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh
seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah
kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -
bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan
kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan - yaitu
kamu sendiri -, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak
ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit
ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.’ (13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan
mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan
mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (14) Tetapi karena mereka
melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka
tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. (15) Dan setelah mereka
menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka, (16)
dan berkata: ‘Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini?
Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah
mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. (17)
Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah
kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan
siapapun dalam nama itu.’ (18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka
diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam
nama Yesus. (19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan
kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu
atau taat kepada Allah. (20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak
berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’
(21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya
melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka
karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa
yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah
lebih dari empat puluh tahun umurnya. (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus
dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala
sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika
teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada
Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan
segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa
kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku
bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan
para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah
Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya
Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada
hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu
untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh
nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa,
goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu
mereka memberitakan firman Allah dengan berani”.
Kis 5:17-21a
- “(17) Akhirnya mulailah Imam Besar dan
pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab
mereka sangat iri hati. (18) Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu
memasukkan mereka ke dalam penjara kota. (19) Tetapi waktu malam seorang
malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar,
katanya: (20) ‘Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh
firman hidup itu kepada orang banyak.’ (21) Mereka mentaati pesan itu, dan
menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ”.
Kis 5:26-33,40-42
- “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta
orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak
dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari
mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah
Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras
kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi
Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu
kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya:
‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah
nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu
salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri
dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat
bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala
sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang
yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati
mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. ... (40) Mereka
memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar
dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu
meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap
layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari
mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan
memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias”.
Kis 14:19-22 - “(19)
Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka
membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus
dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia
telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi
dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya
berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. (21) Paulus dan
Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu
kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka
menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di
dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita
harus mengalami banyak sengsara”.
Kalau orang yang tidak pernah mendengar
Injil bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga,
untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus
memberitakan Injil bahkan pada saat mereka dianiaya karena pemberitaan Injil
itu?
Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan
bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang picik,
tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di ajarkan dalam
Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama dengan menolak Kitab Suci / Firman
Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan
mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!
III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.
1) Kita
sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena
tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin
bisa selamat.
Sudahkan saudara sendiri percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara? Kalau belum,
datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok mungkin sudah terlambat! Tidak
ada gunanya belajar memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.
2) Kita
harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau
percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa
supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha
yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada
Yesus.
Perhatikan bahwa hal ini dilakukan
bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang
yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada seseorang, karena
kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan dia masuk surga,
bukan masuk neraka.
3) Sebagai
orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus.
Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak
memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya
memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan
tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih
agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus
sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak
mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena
tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.
4) Orang
kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga
bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang
kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah
orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja,
injililah mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak
berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!
5) Orang
yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan
bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba, atau
nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci! Bdk.
Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas”.
6) Kalau
kita mengatakan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti masuk
neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!
7) Kalau
orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga,
itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah
rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya
beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya
itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat
genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya
saudara bisa masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak
kasih kepada saudara?
8) Orang-orang
kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak
tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak
maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati,
tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab
Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu!
9) Kita
perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan
untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini
tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak
percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga
orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga
kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!
10) Kita tidak boleh mendukung:
a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai
Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
b) Gereja-gereja
yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja
yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya
Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan
Injil.
c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang
sudah diselewengkan (bdk. Gal 1:6-9), seperti:
·
Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan
penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil.
Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat
bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai
pemberita Injil / Firman Tuhan!
·
Yesus
ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai
Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta /
Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini
merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’ (bdk. 2Kor 11:4 Gal 1:6-9).
Jangan mendukung gereja-gereja seperti
ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan
kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung
gereja sesat sama dengan mendukung setan!
Kalau mendukung gereja sesat sudah
tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus
mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil
kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka
mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh
mendukung agama mereka!
Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja /
hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik
dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak
mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan!
SYARAT-SYARAT PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK
1) Sudah sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yakin akan keselamatannya.
a) Sudah
percaya kepada Yesus.
· Mat 4:19
- “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku,
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.
Perhatikan urut-urutan dari kata-kata
Yesus ini: ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
·
Kis 1:8
- “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Kita harus menjadi ‘saksi’, dan ‘saksi’
adalah orang yang tahu / mengalami sendiri.
b) Yakin
akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul
percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri
(Ro 8:16 1Yoh 5:13). Keyakinan
ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil,
atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan
yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang
tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan
mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga.
Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu
sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘Lha
ya itu, aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
2) Yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan
Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman
Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan
terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan
neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan
‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau
kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman
Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang penginjil
pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap
menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a) Firman
Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini,
bisa saja orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak
kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap
berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik
itu tetap adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa, di hadapan
Tuhan. Mengapa? Karena standard Tuhan berbeda dengan standard manusia. Orang
itu dinyatakan sebagai ‘orang baik’ menurut standard manusia. Tetapi menurut
standard Tuhan, semua orang adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa.
b) Firman
Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja
mendebat dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu
harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan
pandangan bahwa semua manusia berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin
bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi hanya merupakan hipotesa / dugaan yang tidak
berdasar.
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu,
tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang
masih hidup”.
Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang
disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan
dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata
pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan
fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat
membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang
sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap
statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah
sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c) Firman
Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Jangan menafsirkan Mat 5:39 ini
secara hurufiah. Maksudnya bukan betul-betul harus memberikan pipi satunya
untuk ditampar lagi, tetapi hanya ‘jangan membalas’. Itupun hanya berlaku untuk
serangan yang tidak membahayakan jiwa. Karena itu Yesus menggunakan kata
‘tampar’ bukan ‘bacok’!
Tetapi inipun tidak bisa diterima oleh
banyak orang dan dianggap sebagai tidak masuk akal. Demikian juga dengan
Mat 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan
dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik
harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap
hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka
ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada
peringatan yang penting.
- Keyakinan itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
- Kalau saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci seperti 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6.
3) Yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
Ia bukan hanya perlu yakin segi
positifnya, yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga
pada segi negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya /
salehnya orang itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat,
tetapi sebaliknya akan dihukum dalam neraka. Kalaupun orang itu lalu
menunjukkan orang yang betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh
dari pada kita, kita harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu
terus ada di luar Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu:
bagaimanapun baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa,
bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus
dosa ia tetap harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya
selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini,
maka kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul
mempercayai hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13
kita bisa melihat bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia
yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yoh 14:15 1Yoh 4:20).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk
pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi
dengan dasar kasih.
Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu
memberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan.
Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu
berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air.
Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang
semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan
gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas,
ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya
kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu
memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak: ‘Siapa
yang tadi mendorong saya?’.
Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih, kita tidak akan sungguh-sungguh,
baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili
itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan
Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan
Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat
langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu mengejek, atau
bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan itu bisa juga tidak
merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu
bangkrut, kita menjadi sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu
menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa
kasih, kita tidak akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud
terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan
keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry (surat wasiat
Patrick Henry): “I
have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I wish
I could give them, and that is the Christian religion. If they had this, and I
had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not that,
and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan
semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa
memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka
mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang
kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia
kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’, hal 497.
5) Sadar dan percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus (Yoh 6:44,65 Kis 11:18 16:14).
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
a) Kita
banyak berdoa.
Tetapi kita tidak akan berdoa kalau
kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena kepandaian
kita dalam memberitakan Injil.
b) Kita
menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.
Ro 1:16 - “Sebab
aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah
terjemahan. Seharusnya adalah ‘aku tidak
malu karena Injil’.
Tetapi yang saya tekankan adalah bagian yang saya cetak miring yang menunjukkan
bahwa Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
Ef 6:17 - “dan
terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah”.
Firman Allah disebut sebagai ‘pedang
Roh’, karena itulah senjata yang Allah berikan kepada kita dalam peperangan
rohani ini. Jadi, itulah yang harus kita gunakan dalam memberitakan Injil.
Kalau kita berperang dengan cara yang Tuhan kehendaki, maka Ia pasti akan
menyertai usaha kita, dan Roh Kudus akan bekerja dalam penginjilan yang kita
lakukan.
Banyak orang Kristen ex Islam, yang
kalau memberitakan Injil kepada orang Islam lalu menggunakan Al Quran. Menurut
saya ini salah. Pertama karena orang Islam tidak akan mau menerima berita dari
Al Quran yang ditafsirkan oleh orang Kristen. Kedua, karena bagi kita pedang
Roh itu adalah Alkitab, bukan Al Quran. Jadi, kepada siapapun saudara
memberitakan Injil, beritakan Injil / Firman Tuhan dari Alkitab!
Yer 23:29 - “Bukankah
firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang
menghancurkan bukit batu?”.
Firman Tuhan digambarkan sebagai palu,
yang bisa menghancurkan batu yang keras. Kalau kita memberitakan Injil / Firman
Tuhan, maka Tuhan akan memakai FirmanNya untuk menghancurkan kekerasan hati
dari orang yang kita injili.
Banyak orang memberitakan Injil dengan
langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang
kemarahan. Disamping itu, Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil /
Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi harus diakui bahwa
kadang-kadang, kita masuk dalam pembicaraan tentang hal-hal penting dimana
Injil / kekristenan memang bertentangan frontal dengan ajaran agama lain itu.
Misalnya tentang keilahian Kristus, atau tentang keselamatan karena iman saja,
dan sebagainya. Maka dalam keadaan seperti itu, kita memang harus menjelaskan
perbedaan itu, dan bisa terpaksa ‘menyerang’ agama lain.
c) Kita
taat pada Firman Tuhan.
2Tim 2:20-21 - “(20)
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak,
melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang
mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang
menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk
maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan
disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.
Tetapi ada 3 hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan hal ini:
1. Kita tidak harus suci murni dulu baru bisa
memberitakan Injil dan dipakai oleh Tuhan. Tidak ada orang yang suci murni
kecuali Yesus sendiri. Kalau Tuhan hanya mau memakai orang yang suci murni, Ia
tidak bisa memakai siapapun juga kecuali malaikat dan Yesus sendiri. Jadi, kita
harus melakukan dua hal ini pada saat yang sama, memberitakan Injil dan
menyucikan kehidupan kita.
2. Kadang-kadang Tuhan juga memakai orang yang
berdosa secara luar biasa. Misalnya Yunus, yang memberontak terhadap Tuhan,
bisa dipakai untuk mempertobatkan seluruh Niniwe! Tetapi hal seperti ini hanya
merupakan suatu perkecualian. Rumus umumnya adalah: makin kita menyucikian
diri, makin Tuhan memakai kita.
3. Sukses dalam pandangan Tuhan seringkali
berbeda dengan sukses dalam pandangan manusia. Pelayanan Yesaya kelihatannya
gagal dalam pandangan manusia, dan demikian juga dengan pelayanan Stefanus,
tetapi dalam pandangan Tuhan mereka jelas adalah orang-orang yang sukses dalam
pelayanan. Karena itu, kalau dalam pelayanan pemberitaan Injil yang saudara
lakukan tidak ada / tidak banyak orang yang bertobat, jangan terlalu cepat
menilai bahwa Tuhan tidak bekerja / tidak memakai saudara.
6) Mau belajar cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.
Ada bermacam-macam cara untuk
memberitakan Injil dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Saya
berpendapat bahwa setiap orang Kristen sebaiknya mengikuti seadanya kader
penginjilan yang ada, dan membaca semua buku yang mengajarkan tentang cara
memberitakan Injil, lalu menggunakan yang cocok dengan kepribadian dan
karunianya sendiri. Atau, ia bisa menggabungkan beberapa cara, lalu
menggunakannya.
Contoh: banyak orang Kristen berhasil
melakukan pemberitaan Injil dengan menggunakan metode EE (Evangelism
Explosion), tetapi saya sendiri merasa cara itu tidak cocok untuk saya. Saya
tidak beranggapan bahwa cara yang digunakan EE itu jelek. Saya hanya mengatakan
bahwa caranya tidak cocok bagi saya. Mengapa? Salah satu alasan adalah: saya
adalah orang yang senang berdebat dan mempunyai karunia berdebat, sedangkan
cara yang digunakan oleh EE adalah tanpa perdebatan / menghindari perdebatan.
Juga, setelah saudara melakukan
pemberitaan Injil, saudara sebaiknya merenungkannya kembali penginjilan itu,
untuk memikirkan apa-apa yang bisa saudara perbaiki. Pikirkan apa yang tadi
dikatakan oleh orang yang saudara injili itu, dan apa jawaban yang saudara
berikan, dan bagaimana saudara bisa memberikan jawaban yang lebih baik. Dengan
demikian saudara akan maju dalam kemampuan saudara. Sekalipun kita percaya
bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa saudara
tidak perlu berusaha secara maximal.
7) Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yoh 15:1-8).
Pada saat saudara memberitakan Injil,
saudara pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana saudara bisa
menjawabnya kalau saudara mempunyai pengertian yang sangat sedikit tentang
Firman Tuhan?
Juga pengisian diri dengan Firman Tuhan
ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa lebih
berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi
harus aktif ikut Pemahaman Alkitab (yang baik!), bahkan kalau bisa ikut sekolah
theologia untuk awam seperti STRIS, dan juga membaca buku-buku rohani yang
baik! Jangan belajar Firman Tuhan hanya terbatas dalam kalangan gereja saudara
sendiri. Kalau gereja saudara bukan gereja yang terlalu baik dalam pengajaran
Firman Tuhan, carilah Firman Tuhan di tempat lain.
8) Mempunyai teladan hidup yang baik (Fil 1:27).
Makin kita memberitakan Injil, makin
hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru
akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai
hidup kita suci dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha
untuk hidup suci harus dilakukan bersama-sama.
Kadang-kadang pada waktu saudara
memberitakan Injil, saudara diserang dosa-dosanya oleh orang yang sedang
saudara injili itu. Ini khususnya sering terjadi pada waktu kita memberitakan
Injil kepada anggota keluarga kita sendiri, atau orang-orang yang dekat sekali
dengan kita, yang mengenal diri / kehidupan kita dengan baik. Itu tidak
perlu membuat saudara dengan malu berhenti memberitakan Injil kepadanya.
Juga saudara tidak perlu membantah tuduhan-tuduhan itu, kalau tuduhan-tuduhan
itu memang benar. Saudara bisa tetap memberitakan Injil dengan menjawab sebagai
berikut: “Aku memang adalah orang berdosa, tetapi
aku mempunyai Juruselamat dosa yang sudah membayar semua hutang dosaku, dan
karena itu aku pasti selamat / masuk surga. Tetapi bagaimana dengan kamu? Kamu
juga adalah orang berdosa seperti aku, dan kalau kamu tidak mempunyai
Juruselamat, maka kamu akan dihukum untuk dosa-dosamu di neraka selama-lamanya.
Karena itu, percayalah kepada Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatmu!”.
9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.
1Kor 9:19-23 - “(19)
Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari
semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (20)
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya
aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah
hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,
sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat
memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (21) Bagi orang-orang
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun
aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum
Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat. (22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang
lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua
orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin
memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (23) Segala sesuatu ini aku
lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.
Kita harus menyesuaikan diri supaya
lebih bisa diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh
menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b - perhatikan
bagian yang saya cetak dengan huruf besar).
Contoh yang benar:
- pada waktu Hudson Taylor memberitakan Injil kepada orang-orang Cina, ia menguncir rambutnya seperti orang-orang Cina pada waktu itu.
- kalau kita menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan babi. Ini tidak berarti bahwa kita terus tidak makan babi. Hanya kalau kita makan bersama orang itu, sebaiknya kita tidak makan babi, supaya tidak menimbulkan kejijikan orang itu terhadap diri saudara.
- kalau saudara menginjili orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara dsb. Sebaliknya, kalau saudara menginjili orang yang kaya, jangan datang kepadanya dengan memakai pakaian yang sudah sobek / jelek. Saudara memang tidak perlu memakai pakaian yang mewah / mahal, tetapi setidaknya saudara bisa memakai pakaian yang rapi / bagus.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan
melacur dengan dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy /
narkoba dengan cara ikut menggunakan ecstasy / narkoba.
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yak 3:1-12).
Yak 3:1-12 - “(1)
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru;
sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang
lebih berat. (2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak
bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya. (3) Kita mengenakan kekang pada mulut kuda,
sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya. (4) Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat
besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi
yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. (5) Demikian juga lidah, walaupun
suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang
besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
(6) Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil
tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai
seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan
oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa
menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh
racun yang mematikan. (9) Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan
dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, (10)
dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak
boleh demikian terjadi. (11) Adakah sumber memancarkan air tawar dan air
pahit dari mata air yang sama? (12) Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat
menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara?
Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.
Jadi, jangan menggunakan lidah sebentar
untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci
maki, kata-kata cabul / kotor, dsb.
11) Bisa dimengerti oleh orang yang diinjili.
Untuk itu kita harus mempunyai karunia
untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa yang sederhana. Jangan
menggunakan:
a) Bahasa
asing (apalagi Yunani / Ibrani) tanpa menterjemahkannya, kecuali saudara tahu
orang itu memang mengertinya. Ingat bahwa tujuan saudara adalah memenangkan
jiwanya untuk Tuhan, bukan memamerkan kepandaian saudara.
b) Istilah-istilah
theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia /
orang beragama lain, tanpa menjelaskannya (misalnya: domba / kambing, hidup
kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah
tertentu mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain.
Misalnya: kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa,
dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu,
tetapi dalam kontex penginjilan lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada
Kristus’. Contoh: Kis 2:38 - “Jawab Petrus
kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus”.
Jelas bahwa Petrus tidak menggunakan kata ‘bertobat’ di sini sebagai ‘tindakan
meninggalkan dosa’ tetapi sebagai ‘tindakan datang kepada Yesus dan percaya
kepadaNya sebagai Juruselamat dosa’.
12) Tekun / giat (Ro 12:11 1Kor 15:58).
Sama seperti dalam menjala ikan,
menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun /
tidak mudah putus asa.
Ro 12:11 - “Janganlah
hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.
1Kor 15:58 - “Karena
itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Catatan: bagian yang saya coret itu seharusnya
tidak ada.
Menyerah / putus asa bisa terjadi
karena beberapa hal:
a) Kita
memang mempunyai sifat mudah menyerah / putus asa.
Ini tentu saja harus dilawan dan
didoakan, bukannya terus dituruti.
b) Kita
merasa gagal dalam memberitakan Injil.
Atau tak ada yang bertobat, atau ada
yang ‘bertobat’, tetapi lalu murtad lagi. Ingat bahwa saudara diperintahkan
untuk memberitakan Injil, bukan untuk mempertobatkan orang itu. Kalau saudara
sudah memberitakan Injil, saudara sebetulnya sudah berhasil. Pertobatan orang
itu merupakan pekerjaan Tuhan sendiri!
c) Doktrin-doktrin
tertentu, yang sekalipun benar, tetapi bisa diterapkan secara salah. Yang
paling umum adalah doktrin tentang predestinasi.
Saya setuju dengan predestinasi; saya
percaya bahwa sebelum permulaan segala jaman, Allah sudah menetapkan
orang-orang tertentu untuk diselamatkan, dan orang-orang lain untuk dibiarkan
binasa (Ef 1:4,5,11 Ro 9:10-dst), dan rencana / ketetapan Allah ini pasti
terjadi (Ayub 42:2 Kis 13:48).
Tetapi doktrin yang benar ini bisa
membuat kita mudah menyerah dalam memberitakan Injil. Pada waktu kita
memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu menolak, kita lalu berpikir
bahwa orang itu bukanlah orang yang Allah tentukan untuk selamat. Jadi, kita
lalu merasa tidak ada gunanya terus memberitakan Injil kepadanya atau
mendoakannya. Ini merupakan penerapan yang salah dari doktrin yang benar ini!
Mengapa? Karena kita tidak tahu orang itu ditentukan selamat atau binasa, dan
kita tidak punya hak untuk menebak-nebak hal itu. Kalaupun kita sudah
memberitakan Injil 100 x kepadanya, dan ia belum bertobat, siapa tahu ia akan
bertobat pada penginjilan ke 101? Jadi, sekalipun saudara mempercayai doktrin
tentang predestinasi, tetaplah bertekun, baik dalam memberitakan Injil, maupun
dalam mendoakan orang-orang yang saudara injili.
CARA MEMBERITAKAN INJIL
Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil
adalah membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa
manusia diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus, dan bukan kalau ia
sekedar pergi ke gereja!
Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a soul? This
may be instructively answered by describing what it is not. We do not regard it
to be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we
aim rather at bringing souls to Christ. ... we do not consider soul-winning
to be accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ...
we may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons
to the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may
be a real loss”
(= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa dijawab secara mengajar dengan
menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam memenangkan jiwa. Kami tidak
menganggapnya sebagai memenangkan jiwa untuk mencuri anggota-anggota dari
gereja-gereja yang sudah mapan, ... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa
kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu
tercapai dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja,
... kita bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik
ini. Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan
dan merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan
sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul Winner’,
hal 15,16,17.
Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil ini, kita
mulai memberitakan Injil.
Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan pembicaraan
tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal yang bersifat
rohani. Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju
pembicaraan tentang dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia adalah
orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
·
pada
waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan
dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang
yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara
sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita /
saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa
lain?”.
·
pada
waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang
membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu,
pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan.
Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam
dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan Adam dan Hawa saja.
Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga sangat banyak dosanya?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya,
kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang itu memang
hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan di dalam
neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka.
Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang berdosa atau tidak”.
·
pada
waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek,
gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan
karena adanya dosa.
Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak
ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang
fasik’,
tidak harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang
belum / tidak beriman disebut sebagai ‘orang fasik’.
·
pada
waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang
giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan ada saatnya dimana giliran kita
tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah kamu siap berhadapan dengan Allah
sebagai Hakim (Ibr 9:27), mengingat kamu adalah orang yang berdosa?”.
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan
sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah
itu dihakimi”.
·
pada
waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak
adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup
enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil, tetapi
keadilanNya yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan akhir
jaman. Pada saat itu Ia akan menghakimi setiap dosa dalam diri setiap orang,
termasuk dalam dirimu. Kamu juga punya dosa, bukan?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta
memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih buruk dari buta secara
jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang sekalipun berdosa, tetapi
tidak menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?”.
·
pada
waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk
surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita bisa menghalangi kita untuk
masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang berdosa atau tidak?”.
·
pada
waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa
memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu maha suci, dosa bisa
menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan orang yang berdosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin
sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan karena dosa-dosa kita membutakan
kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara, apakah banyak dosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata:
“Dalam dunia ini tidak ada orang yang baik, semuanya
berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap jahat oleh Tuhan,
karena Tuhan punya standard yang berbeda. Kalau orang yang kelihatan baik saja
bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap jahat oleh manusia.
Kalau saudara sendiri bagaimana?”.
Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa menyadari
bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju pembicaraan
rohani / pembicaraan tentang dosa.
Setelah melalui pembicaraan seperti di atas ini, kita masuk
dalam pembicaraan tentang dosa.
I) Tentang dosa.
1) Ingat
bahwa tujuan kita di sini bukanlah untuk menghakimi dia.
Untuk menghindari timbulnya kesan
bahwa kita menghakimi dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga
adalah orang yang berdosa sama seperti dia.
2) Tujuan
kita dalam bagian ini adalah menyadarkan orang yang kita injili itu bahwa dia
adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa, bahkan kita harus menyadarkan dia
bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa.
Jangan hanya membuatnya sadar bahwa manusia secara umum
adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa ia sendiri adalah manusia
berdosa. Jadi, dalam memilih hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah
hukum-hukum yang memang bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara
mengenal dia dan tahu tentang hidupnya).
Kesadaran akan dosa ini sangat penting,
karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa butuh Yesus sebagai Juruselamat
dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa
merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin akan
berusaha untuk masuk surga dengan kebaikannya sendiri.
3) Ayat-ayat
yang bisa kita pakai untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.
a) Untuk
orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.
Kalau saudara memberitakan Injil kepada
orang yang menolak otoritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama
lain dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih
baik saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada
dalam Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan
yang kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada
dalam Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu
kan ajaran Kitab Sucimu, bukan Kitab Suciku”.
Jadi, sebaiknya saudara menggunakan
hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam agama orang yang saudara
injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
membenci / dendam, dsb.
Tetapi
jangan menggunakan
hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam
Kitab Suci Kristen! Dalam memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman
Tuhan, yang adalah pedang Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!
b) Untuk
orang-orang dalam kalangan Kristen.
1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua
manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):
·
Ro 3:10-12,23
- “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar,
seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua
tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
·
Pkh 7:20
- “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh:
yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
2. Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan
dia dari dosa-dosa tertentu:
·
Kel 20:3-17
- 10 hukum Tuhan.
·
Mat 5:28
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam
hatinya”.
·
Mat 5:44
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu
hal ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!
Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak
orang itu untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa mengutipnya luar
kepala. Tetapi untuk ini tentu diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab
Suci.
4) Ayat-ayat
yang bisa kita gunakan untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat
berdosa:
a) Mat 22:37-39 - “(37)
Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Semua orang selalu berdosa dengan
melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena tidak mungkin
ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal
budi. Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat. Dan
hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita sudah bukan main
banyaknya. Apalagi kalau kita meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.
b) Yes 64:6 - “Demikianlah
kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh
kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang
nabi, tetapi ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti
kain kotor’. Ia
bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan
kami seperti kain kotor’.
Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian kesalehan kami
seperti kain kotor’.
Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain
kotor’.
c) Kej 6:5 - “Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”.
Perhatikan kata-kata yang saya
garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan ‘segala
(bukan sebagian) kecenderungan hatinya’, ‘selalu
(bukan kadang-kadang / sering) membuahkan
kejahatan’, dan
seakan-akan itu masih belum cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.
d) Ro 6:20 - “Sebab
waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran”.
Istilah ‘hamba
dosa’
menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa oleh Yesus Kristus.
Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!
Kata-kata ‘bebas
dari kebenaran’
menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun yang
betul-betul benar di hadapan Allah!
5) Kebijaksanaan
dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini.
Saudara harus mau menggunakan banyak
waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang dosa ini, khususnya
kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya, atau yang kurang
menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga berdasarkan kebaikan /
ketaatannya sendiri.
Sebaliknya, point tentang dosa ini
mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara menghadapi seseorang yang
sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal itu. Misalnya pada waktu
saudara memberitakan Injil kepada seorang pelacur. Orang seperti ini biasanya
sudah sangat sadar akan dosanya.
II) Tentang hukuman dosa.
Kalau point tentang dosa dirasa sudah
cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman
dosa’.
Kalimat penghubung / transisinya tidak
sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan karena itu Ia
pasti menghukum manusia berdosa.
Point ini perlu ditekankan, khususnya
pada waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah,
tetapi melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan
Allah itu membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.
Bdk. Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang sabar
dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang
yang bersalah”.
Wujud hukuman dosa:
1) Penderitaan
(Ke 3:6-8,16-19).
Ini bisa merupakan penderitaan fisik
(kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan batin (gelisah, sumpek,
takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga / orang yang dicintai,
kegagalan, dsb).
2) Neraka
/ hukuman kekal.
Ini merupakan hukuman yang paling harus
ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan
hanya bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya. Yang
terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka!
Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:
Ro 6:23a - “Sebab
upah dosa ialah maut”.
Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian
jasmani, tetapi pada kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.
Wah 21:8 - “Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua.’”.
Bdk. Mat 25:46 - “Dan
mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam
hidup yang kekal.’”.
Ceritakan juga bahwa hukuman di neraka
bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung selama-lamanya.
Luk 16:19-31 - “(19)
‘Ada seorang
kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia
bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,
badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21)
dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya
itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah
orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23)
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di
alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah
aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi
Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik
sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di
antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka
yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ
kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian,
aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28)
sebab masih ada lima
orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar
mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata
Abraham: Ada
pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian
itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang
datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata
Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,
mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari
antara orang mati.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi
menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang
saya cetak miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka,
maka untuk selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga menunjukkan
bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!
Wah 14:11 - “Maka
asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan
siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang
menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima
tanda namanya.’”.
Wah 20:10 - “dan
Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang,
yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam
sampai selama-lamanya”.
Jangan sungkan menceritakan ini,
seakan-akan saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan bahwa
dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka. Itu
menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya. Tetapi saya menentang pandangan
seperti itu dengan satu alasan sederhana ini: ayat-ayat tentang neraka dalam
Kitab Suci, sebagian besar diucapkan / diajarkan oleh Yesus sendiri! Apakah
Dia tidak / kurang kasih?
Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa
pasiennya, dan mendapati bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan
bahaya dari penyakit itu kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan
hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan yang enak-enak saja justru
seringkali sebetulnya bukan kasih!
III) Salib Kristus.
Kalau saudara sudah membicarakan
tentang dosa dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang yang saudara
injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa melanjutkan pembicaraan /
penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang bisa digunakan sebagai kalimat
penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan
takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat berdosa, dan seharusnya masuk
neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih, dan Ia telah menyediakan jalan
keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka. Jalan itu adalah salib Kristus
/ Kristus yang tersalib”.
1) Salib
Kristus ada / terjadi, karena adanya kasih Allah.
Jadi, penekanan di sini adalah kasih
Allah. Kalau pada point II di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah,
maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah adil maka
Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia ingin manusia
terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia sendiri menjadi manusia (Yesus
Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.
2) Penjelasan
tentang kata / istilah ‘penebusan / menebus’.
Harus diingat bahwa kata ini merupakan
suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak yang tidak mengertinya,
apalagi orang kafir. Karena itu kata ini harus kita jelaskan.
Pada waktu menjelaskan tentang
penebusan yang Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di
kayu salib, harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia
menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa,
dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita,
artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini
seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.
Karena adanya pemikulan / pembayaran
hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas dari hukuman
dosa kita (Ro 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar hutang kita,
maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.
3) Pentingnya
menggunakan illustrasi dalam bagian ini.
Illustrasi yang baik bisa membuat
pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya makin diingat oleh
orang yang kita injili.
Ada banyak illustrasi dalam persoalan ini,
dan saudara bisa mengumpulkan illustrasi-illustrasi dari khotbah-khotbah
penginjilan yang saudara dengar. Di sini saya memberikan satu contoh saja.
Contoh illustrasi yang bisa kita
gunakan:
Ada dua saudara kembar yang wajahnya
persis, yang satu jadi hakim, yang lain jadi penjahat. Suatu hari penjahat itu
membunuh dan tertangkap, lalu diadili oleh saudara kembarnya sendiri. Hakim
mengadili dan setelah mengetahui bahwa saudara kembarnya memang bersalah, ia
menjatuhkan hukuman mati, karena sebagai hakim ia harus adil. Tetapi karena ia
mengasihi saudara kembarnya itu, maka pada malam sebelum hukuman mati itu
dilaksanakan, hakim itu mendatangi saudaranya di penjara, dan mengajaknya untuk
bertukar tempat. Besoknya sang hakim menjalani hukuman mati yang ia sendiri
jatuhkan, sementara saudara kembarnya bebas.
Hakim itu seperti Allah sendiri. Ia
melihat manusia berdosa, dan Ia harus adil, sehingga Ia harus menjatuhkan
hukuman. Tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa itu, maka Ia lalu menjadi
manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan menerima hukuman yang Ia sendiri
berikan, pada waktu Ia menderita dan mati di kayu salib. Ini menyebabkan
orang-orang yang percaya kepada Kristus bebas dari hukuman.
4) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.
Yes 53:4-6 - “(4)
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita
yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.
Mark 10:45 - “Karena
Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Ro 5:8 - “Akan
tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
Gal 3:13 - “Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.
1Pet 1:18-19 - “(18)
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang
kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula
dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.
1Pet 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah
memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati
terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.
(25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah
pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani,
bukan kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari kontextnya (baca ay 25nya).
Saudara tentu saja tidak perlu
menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu atau dua saja,
lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan Injil.
IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Sebagai kalimat penghubung / transisi,
kita bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi saudara untuk hanya
mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga percaya kepada Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat saudara”.
1) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.
Yoh 1:12 - “Tetapi
semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.
Yoh 3:16 - “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Kis 16:31 - “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.’”.
Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat ini
tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut selamat.
Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini
berarti: kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi
rumahmu juga harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan selamat.
Wah 3:20 - “Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.
Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya
kepada Yesus’, ‘datang
kepada Yesus’, dan ‘menerima
Yesus’.
Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan
pintu bagi Yesus’
atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya
kepada Yesus’.
2) Apa
/ siapa yang harus dipercaya?
a) Ia
harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan istilah
bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe
that’ (= percaya bahwa).
Contoh:
·
Yoh 20:31
- “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
·
Ro 10:9
- “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
·
1Yoh 5:1
- “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus
adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang
melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya”.
Sebetulnya ia harus percaya segala
sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang
harus ditonjolkan, yaitu:
1. Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah /
Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28
Ro 9:5 Tit 2:13 Ibr 1:8).
Bagian yang saya garisbawahi itu perlu
ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa, dan juga ajaran orang-orang
seperti Bambang Noorsena dan Jusuf Rony, yang mengatakan bahwa:
·
Yesus
adalah Allah, tetapi lebih rendah dari Bapa / Yehovah / Yahweh.
·
Yesus
bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.
2. Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:
a. Ini Ia lakukan karena sebagai Allah Ia
tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, maka Ia
bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi setelah Ia menjadi
manusia, tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan
seterusnya Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia.
b. Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin
menebus manusia. Seandainya
Ia ingin menebus malaikat, maka
Ia harus menjadi malaikat.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14)
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga
menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15)
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia
harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa”.
3. Yesus
hidup suci.
2Kor 5:21 - “Dia
yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Ibr 4:15 - “Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.
Ini merupakan sesuatu yang penting,
karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul hukuman dosa kita, tetapi
harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.
4. Yesus menderita dan disalibkan sampai mati
untuk menebus semua dosa umat manusia.
Yeh 36:25 - “Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.
Kol 2:13 - “Kamu
juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat
secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia
mengampuni segala pelanggaran kita”.
Tit 2:14 - “yang
telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala
kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri,
yang rajin berbuat baik”.
1Yoh 1:7,9 - “(7)
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang,
maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya
itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku
dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
‘Semua
dosa’
berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan
datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini mencakup dosa besar
maupun kecil, dosa aktif maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa
yang tidak disengaja / disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita
tanpa kecuali, perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia
tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.
Ada beberapa keberatan tentang ajaran
ini:
a. Ajaran ini akan menyebabkan orang itu nanti
sengaja berbuat dosa.
Jawaban saya:
Semua ajaran yang benar bisa ditanggapi
secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengajarkan ajaran yang
benar itu. Lebih-lebih, itu tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang
benar itu.
Kita bisa memberikan ajaran tambahan,
supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan yang salah.
Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka
Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi kalau setelah kita
memberitahunya seperti itu ia tetap memberikan tanggapan yang salah, itu adalah
urusannya dengan Allah sendiri.
b. Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk
dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah semua itu belum terjadi?
Jawaban saya:
·
Yesus
mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan
dosa-dosa yang lalu, belum terjadi. Kalau
Ia bisa mati untuk dosa-dosa saya
yang lalu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang?
Semua sama-sama belum terjadi pada saat Yesus mati.
·
Sekalipun
dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu
sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari
semua dosa itu pada diri Yesus.
5. Yesus bangkit secara jasmani dari antara
orang mati.
Ro 10:9 - “Sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan”.
Ada sesuatu yang perlu ditekankan dalam
hal ini. Para Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus bangkit secara rohani.
IIni kepercayaan yang sesat. Kita harus percaya bahwa Yesus bangkit secara
jasmani, bukan secara rohani. Artinya, tubuh lamaNyalah yang dipersatukan
kembali dengan roh / jiwaNya, sehingga Ia hidup kembali. Ini terbukti dari:
·
kubur
yang kosong setelah kebangkitan Yesus.
·
setelah
kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas meraba bekas paku dan tombak di tangan dan
tubuhNya (Yoh 20:27).
·
setelah
kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki dan tanganNya kepada para muridNya,
mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan ikan di depan mereka. Ia juga secara
explicit mengatakan bahwa Ia bukan hantu / roh.
Luk 24:36-43 - “(36)
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera
bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
(38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa
sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu:
Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada
daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata
demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika
mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada
mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya
sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata Yunaninya
adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.
6. Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga
(Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11,12).
Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran
di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.
b) Ia harus percaya kepada Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan kata
bahasa Yunani PISTEUO (= believe /
percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Misalnya:
·
Yoh 3:16
- “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
·
Yoh
3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak
akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.
·
Kis 10:43
- “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa
barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh
karena namaNya.’”.
·
Kis 16:31
- “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Jadi, jelas bahwa orang yang
betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang Yesus
[point a)], tetapi juga harus percaya kepada Yesus [point b)]!
Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya
memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang
saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak,
saya lahir pada tahun 1954, dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada
saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon /
bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara
percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang
saya.
3) Kita
diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan
baik’ atau ‘iman
dan perbuatan baik’.
Salah satu semboyan reformasi adalah
SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini merupakan
sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita harus
menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk
menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.
Cynddylan
Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a
paper boat as to get to heaven by your own good works”
(= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas
sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Martin
Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has
ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself
good enough to deserve to live with an all-holy God”
(= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda
pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya
sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci)
- Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism
Explosion’, hal 31-32.
Archbishop
William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai
berikut: “All is of God. The only thing of my very own which
I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah.
Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku
adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
a) Perbuatan
baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?
1. Karena manusia
di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Kita
lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan
untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
·
Kej 6:5
- “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar
di bumi dan bahwa segala (bukan
‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan
‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata”.
·
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini
lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari
sejak kecilnya”.
·
Ro 6:20
- “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas
dari kebenaran”.
·
Ro 8:7-8
- “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang
tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin
berkenan kepada Allah”.
·
Tit 1:15
- “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang
najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena
baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Ini
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman
adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti
menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a. Karena tindakan
itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15
- “Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
b. Karena tindakan itu tidak dilakukan
untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31
- “Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan
oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati
yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya
adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah.
Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2. Firman Tuhan memberikan gambaran yang
menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.
a. Kesalehan
manusia digambarkan seperti kain kotor.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan
segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti
kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami
seperti kain kotor’. Ia juga
tidak mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun
seperti kain kotor di hadapan Allah!
b. Dosa
/ kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain
kotor’ di hadapan Allah,
bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal
di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan
mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar
kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a
woman’s monthly uncleanness’
(= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga dengan
Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang
ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang
didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan
perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi
najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis
juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her
period’ (= masa datang bulannya),
sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly
flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya
yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan
darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan
demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan
menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh
seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan
kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk
masuk surga!
Siapapun yang
menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian /
kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan
perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!
Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang
yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di
sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan
/ Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
3. Seandainya
ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa
dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21
yang berbunyi: “Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... sekiranya ada
kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini
saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim
itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat
bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
b) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan
itu hanya karena iman adalah:
·
Ro 3:24
- “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Perhatikan kata ‘dengan
cuma-cuma’ di
sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak
mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.
Bandingkan dengan Yes 55:1-2 - “(1)
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang
tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan
makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk
sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang
baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
John
Henry Jowett (tentang Yes 55:1-7): “The
refreshing waters are offered to ‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters
may be ours ‘without money and without price.’ ... No, we are asked to pay
nothing, and for the simple reason that we ‘have nothing wherewith to pay.’ The
reviving grace is given to us ‘freely,’ and all that we have to present is our
thirst. And yet we spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread
of contentment, and the waters of satisfaction are far away. The satisfying
bread cannot be bought; it can only be begged” (= Air yang menyegarkan
ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik
kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta
untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu
bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih
karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua
yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan
uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan,
dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli;
itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan)
- ‘Springs of Living Water’, August
6.
·
Ro 3:27-28
- “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah?
Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan
iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan
karena ia melakukan hukum Taurat”.
·
Gal 2:16,21
- “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya
kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan
hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena
melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab
sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
·
Ef 2:8-9
- “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan
oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
·
Fil 3:8-9
- “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan
kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran
karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan”.
·
Ro 9:30-10:3
- “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah
beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel,
sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai
kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan
karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu
sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion
sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya
kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan
hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab
aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat
untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena
mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk
mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada
kebenaran Allah”.
·
Kis 15:1-11 - “(1)
Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada
saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang
diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus
dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.
Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari
jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk
membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota,
lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu
mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di
Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua,
lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan
mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi
percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan
diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul
dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu
lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan
berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak
semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku
bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah,
yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka,
sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita,
(9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka,
sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian,
mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu
suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh
kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan
Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6
- “(5) Demikian juga pada waktu ini ada
tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu
terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja
Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya
oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan
bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat
(ay 1).
·
Luk 23:42-43
- “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus.’”.
Penjahat yang boleh dikatakan tak punya
perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum
dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia
percaya kepada Yesus.
c) Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.
Yeh 18:24
- “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik -
apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan
diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang
dilakukannya”. Bdk. Yeh 3:20a Yeh 18:26 Yeh 33:13 Yeh 33:18.
Mat 7:21 - “Bukan
setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”.
Mat 25:31-46 - “(31)
‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
(33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan
kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada
mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika
Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum;
ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku
telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika
Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu
akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan
kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38)
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah
kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40)
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada
mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat
Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau
sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan
yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Kelihatannya domba-domba itu masuk
surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing masuk neraka karena
melakukan dosa pasif.
Yoh 5:28-29 - “(28)
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang
yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah
berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang
telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.
Ro 2:4-8
- “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa
maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh
kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
(6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup
kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan,
kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang
mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat
kepada kelaliman”.
Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci
sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama
sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di sini tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by
works’ (= keselamatan karena perbuatan baik).
2. Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang
di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Jadi, bagaimana mungkin ia
bisa selamat dengan berbuat baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia
bisa berbuat baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan
dosa-dosanya, sehingga ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan
baiknya.
3. Hanya orang kristen yang sejati yang bisa
berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena Allah menilai
dengan murah hati).
Jadi, ayat-ayat di atas, yang
menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga, sebetulnya
menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak
mungkin menggambarkan orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman
sama sekali tdak bisa berbuat baik.
4. Alasan mengapa
ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena
perbuatan baik.
Orang yang sungguh-sungguh beriman
pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak terlihat, tetapi perbuatan baik
mereka bisa terlihat. Karena itu, pada ayat-ayat tertentu Kitab Suci
menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.
d) Penjelasan tentang text sukar Yak 2:14-26.
Karena panjangnya dan sukarnya
pembahasan tentang text ini, maka pembahasannya saya letakkan secara terpisah
dalam bagian APENDIX di belakang.
Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah
untuk tidak mengganti doktrin ‘salvation
by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh
perbuatan baik).
Ini sering terjadi kalau orang yang
diinjili itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi
bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang itu lalu berbuat dosa
seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’ bahwa orang itu harus taat juga,
kalau tidak, ia tidak akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara
sadar atau tidak, mengajarkan doktrin sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak pernah
boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia menjadi nabi palsu / pengajar
sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena iman, bukan oleh / karena iman
dan perbuatan baik!
Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil
yang benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu adalah tanggung
jawabnya sendiri.
4) Kalau
ia mau percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia
berdoa untuk mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.
Sebelum kita melanjutkan dengan langkah
berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang keyakinan
keselamatannya.
Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di
sini adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar 2000 tahun yang
lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua
dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia percaya hal itu, ia
harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya sudah dibayar. Dosa mana
lagi yang menyebabkan ia harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan
keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!
Ayat-ayat yang bisa digunakan:
·
Ro 8:1
- “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.
·
1Yoh 5:11-13
- “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya.
(12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki
Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki
hidup yang kekal”.
Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan
saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada bab tentang ‘IMAN’, No
V (Iman dan keyakinan keselamatan).
V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan.
Sejak pemberitaan Injil pada Natal yang pertama Yesus
diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Bdk. Luk 2:11 - “Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.
Jadi jelas bahwa pemberitaan tentang
Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus
sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus
mentaati segala perintahNya.
Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa
kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku
katakan?”.
Ini berarti bahwa orang itu harus
bertobat dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa yang dilarang),
maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).
Pertobatan dari dosa merupakan bukti
iman yang sejati (Yak 2:17,26). Mengapa demikian? Karena:
1) Orang
yang percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus.
Ef 1:13 - “Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika
kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
2) Dan
Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan
dikuduskan / disucikan (Gal 5:22-23).
Karena itu, kalau ada orang yang
mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke
arah yang positif sama sekali, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak
mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia
belum percaya.
Tetapi
ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh
adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita
diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
William
Hendriksen: “Good works
have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he
is a Christian” (= Perbuatan baik tidak pernah
menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai
hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen)
- ‘Romans’, hal 114.
Illustrasi:
sakit --> obat --> sembuh --> olah raga / bekerja
dosa --> iman --> selamat --> taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja
obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti
bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau seseorang berkata bahwa ia
sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga /
bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia
selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang
berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama
sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan
imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis
waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan
baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar