Prinsip-prinsip Hermeneutics
I) Jangan melepas ayat dari kontexnya (Out of context).
Supaya
kita tidak melepas ayat dari kontexnya, maka kita harus:
1) Memperhatikan seluruh kontex, dan
kadang-kadang kita bahkan harus memperhatikan juga kontex sebelum dan sesudah
kontex yang kita bahas. Ini penting sekali kita lakukan pada waktu mendengar
suatu pelajaran atau membaca buku. Pada saat pengajar / penulis mengajarkan
sesuatu dan memberikan satu ayat Kitab Suci sebagai dasar, maka kita perlu
melihat kontex dari ayat itu untuk melihat apakah ayat itu ditafsirkan secara out of context atau tidak. Perlu diingat
bahwa banyak sekali orang menggunakan / menafsirkan ayat tanpa mempedulikan
kontexnya.
Contoh:
a) Mat 28:20b - “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman”, sering dikutip oleh pendeta dalam upacara pemberkatan
nikah untuk memberikan janji penyertaan Tuhan bagi orang-orang yang menikah.
Tetapi kalau kita lihat dari kontexnya (baca mulai Mat 28:18), maka
jelaslah bahwa janji penyertaan Tuhan dalam Mat 28:20b itu hanya berlaku
bagi orang-orang kristen yang mengabarkan Injil. Ini tidak berarti bahwa Yesus
tidak menyertai orang kristen yang tidak memberitakan Injil. Yesus memang
menyertai semua orang kristen, tetapi untuk itu harus digunakan ayat yang
sesuai seperti Ibr 13:5b atau Yoh 14:16.
b) Mat 5:37a,
yang berbunyi: “Jika ya, hendaklah kamu
katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak”, sering dikutip untuk menekankan
kejujuran / melarang dusta, tetapi kalau kita lihat kontexnya (baca mulai
Mat 5:33), maka jelaslah bahwa Mat 5:37a sama sekali tidak
berhubungan dengan kejujuran, tetapi berhubungan dengan sumpah (demikian juga
dengan Yak 5:12).
c) Mat 15:24
(Yesus berkata: “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel”) dan Kis 11:2-3,19 (dimana
orang-orang kristen hanya memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja) dikutip
dalam pembukaan suatu Kitab Suci agama lain, untuk menyerang kekristenan dan
menunjukkan bahwa Yesus sebetulnya datang hanya untuk bangsa Yahudi saja.
Tetapi, kalau kita membaca seluruh kontexnya, yaitu Mat 15:21-28 dan
Kis 11:1-20, maka jelaslah bahwa bagian-bagian itu sama sekali tidak
mengajarkan demikian.
d) 1Kor 14:33,40
sering dikutip oleh banyak orang untuk menyerang aliran lawannya, yang
dianggapnya sebagai ajaran yang kacau.
Contoh:
· Saksi Yehuwa menggunakan ayat ini untuk menyerang doktrin
tentang Allah Tritunggal yang dianggapnya sebagai suatu kekacauan.
“Tetapi, dengan berkukuh
bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal dari
wahyu ilahi, mereka menciptakan problem besar lain. Mengapa? Karena dalam wahyu
ilahi itu sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Allah: ‘Allah ... bukan
Allah yang suka pada kekacauan,’ - 1 Korintus 14:33” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 4-5.
·
Pdt. dr. Yusuf B. S. menggunakan ayat ini untuk menyerang
ajaran Calvinisme / Predestinasi yang dianggapnya sebagai kekacauan.
“Itu (doktrin Predestinasi) bertentangan dengan tawaran yang sudah diberikanNya
kepada manusia misalnya: Yoh 1:12 / 3:16 dan sebagainya. Ia selalu
berkata: ‘Barangsiapa yang mau percaya ...’, ‘Siapa yang mau ...’ Kalau
ternyata sudah ditentukan lebih dahulu, itu berarti Allah bohong, ini tidak
mungkin! Allah itu tidak kusut (1Kor 14:33), dan tidak mungkin berdusta
(Tit 1:2 / Ibr 6:18 / Bil 23:19)” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 42.
Padahal
kalau dilihat kontexnya (seluruh 1Kor 14), maka jelas terlihat bahwa yang
dimaksud dengan ‘kekacauan’ dalam 1Kor 14:33 adalah ‘kekacauan dalam
kebaktian’ [misalnya kalau semua orang berbahasa Roh (1Kor 14:27-28)
atau semua orang bernubuat (1Kor 14:29-32)], dan yang dimaksud dengan
‘Allah menghendaki damai sejahtera dan keteraturan’ adalah ‘Allah menghendaki
keteraturan / ketertiban dalam kebaktian’. Jadi ayat-ayat tersebut tidak
berhubungan dengan ajaran yang kacau atau hidup seseorang yang kacau, atau
rumah tangga yang kacau, tetapi dengan kebaktian yang kacau dan tidak
tertib. Menggunakan ayat ini untuk menyerang ajaran yang dianggap kacau,
merupakan suatu penafsiran / penggunaan ayat yang out of context!
e) 2Kor 8:9
sering dipakai oleh para pengajar Theologia Kemakmuran untuk mengatakan bahwa
orang kristen harus kaya secara jasmani. Tetapi kalau saudara membaca kontexnya
mulai 2Kor 8:1, maka saudara akan melihat bahwa yang Paulus maksudkan
dengan ‘supaya kamu menjadi kaya’ dalam 2Kor 8:9 adalah kaya secara
rohani.
f) Mat 6:33
juga sering digunakan oleh para pengajar Theologia Kemakmuran untuk mendukung
ajaran mereka. Mereka menafsirkan bahwa kata-kata ‘semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu’ dalam Mat 6:33 itu menunjukkan bahwa Allah akan
memberikan segala sesuatu kepada mereka sehingga mereka akan menjadi kaya.
Tetapi ini lagi-lagi merupakan suatu penafsiran yang tidak mempedulikan
kontexnya / out of context, karena
kalau saudara membaca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34, saudara akan melihat
bahwa yang dibicarakan adalah kebutuhan pokok manusia, seperti makanan,
minuman, dan pakaian. Jadi, berdasarkan kontex, haruslah ditafsirkan bahwa kata
‘semuanya’ dalam Mat 6:33 itu menunjuk pada kebutuhan pokok manusia.
g) Banyak orang
menggunakan Mat 10:19-20 untuk mengatakan bahwa kalau pendeta mau
berkhotbah ia tidak perlu mempersiapkan khotbah, karena Tuhan berjanji akan
memberikan pimpinan dalam berkhotbah. Ini lagi-lagi merupakan penafsiran yang out of context, karena kalau kita
membaca Mat 10:17-18 maka kita akan melihat dengan jelas bahwa janji itu
diberikan oleh Tuhan pada saat kita ditangkap dan diadili karena iman kita
kepada Yesus. Jadi jelas bahwa janji ini tak berlaku untuk pendeta yang mau
berkhotbah dalam kebaktian biasa.
h) Dalam bukunya yang
berjudul ‘Jangan Batasi Allah Bila Ingin Bahagia Sejahtera’, Morris Cerullo
berkata:
“Kehendak Tuhan ialah mencurahkan berkatNya
atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan anda. Tuhan menghendaki agar anda
dapat hidup sehat, berbahagia dan serba berkelimpahan” (hal 34).
Sebagai
dasar Kitab Sucinya, Morris Cerullo lalu mengutip 3Yoh 2 (terjemahan
lama), yang berbunyi: “Hai kekasihku,
aku berdoa supaya engkau selamat dan sehat walafiat di dalam segala sesuatu,
sebagaimana jiwamupun selamat”.
Padahal
kalau saudara melihat ayat itu dalam surat 3
Yohanes, maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah salam yang
diberikan oleh rasul Yohanes kepada Gayus, kepada siapa surat itu sebetulnya ditujukan.
Menggunakan
salam yang ditujukan kepada individu tertentu, sebagai suatu dasar dari ajaran
yang berlaku untuk semua orang / umum, jelas merupakan suatu penafsiran yang out of context.
2) Memperhatikan fokus / arah / tujuan dari
kontex itu.
Dalam
menafsirkan suatu ayat, kita harus menafsirkannya sesuai / searah dengan fokus
/ arah / tujuan kontex, contohnya:
a) 1Kor 6:19
penekanan kontexnya adalah bahwa kita harus suci karena Allah diam di dalam
tubuh kita. Tetapi orang yang tidak mempedulikan fokus dari kontex ini lalu
bisa mendapatkan ajaran Trichotomy dari ayat ini, dengan menafsirkan bahwa Bait
Allah terdiri dari 3 bagian, yaitu: Pelataran / halaman, Ruang Suci, Ruang Maha
Suci. Jadi manusia yang adalah Bait Allah juga terdiri dari 3 bagian: tubuh,
jiwa, dan roh.
Penafsiran
seperti ini bukan hanya tidak sesuai dengan arah kontex yang berbicara tentang
keharusan menguduskan diri, tetapi juga tidak sesuai dengan arti kata
Yunaninya, karena dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang bisa diartikan Bait Allah.
Kata yang pertama adalah HIERON dan kata yang kedua adalah NAOS. Kata HIERON
menunjuk pada seluruh Bait Allah beserta pelatarannya, dan kata ini digunakan
misalnya dalam Yoh 2:14,15 (orang-orang itu berjualan di Pelataran /
halaman Bait Allah, bukan dalam Ruang Suci atau Ruang Maha Suci). Tetapi kata
NAOS hanya menunjuk pada Ruang Suci dan Ruang Maha Suci, dan tidak mencakup
Pelataran / halamannya, dan kata inilah yang digunakan dalam 1Kor 6:19
(juga dalam 1Kor 3:16), sehingga sebetulnya ‘Bait Allah’ di sini hanya
terdiri dari 2 bagian, bukan 3 bagian!
b) Yoh 15:1-7
penekanan kontexnya adalah: kita harus terus bersekutu dengan Tuhan. Ada ajaran sesat, yang
tanpa mempedulikan fokus ini, lalu berkata: Bapa adalah pengusaha dan Yesus
adalah pokok anggur, maka jelaslah bahwa Yesus diciptakan oleh Bapa.
II) Jangan menafsirkan ayat sehingga menentang ayat lain.
1) Calvin: “Scripture
interprets Scripture” (= Kitab Suci menafsirkan Kitab Suci). Jadi kita
harus membanding-bandingkan semua bagian-bagian Kitab Suci yang berhubungan
dengan ayat yang sedang kita tafsirkan, untuk bisa mendapatkan arti yang
benar dari ayat tersebut.
Contoh:
a) Banyak orang yang
menggunakan ayat-ayat seperti Mat 7:7
Mark 11:23-24 Yoh 15:7b
untuk mengajarkan bahwa asal kita betul-betul berdoa dengan iman, maka Tuhan
pasti akan mengabulkan semua permintaan kita, apapun adanya permintaan itu.
Tetapi
penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat seperti:
·
Mat 7:11 yang mengatakan bahwa Tuhan hanya memberi yang
baik kepada kita. Jelas bahwa yang dimaksud ‘baik’ adalah dari sudut Tuhan,
bukan dari sudut kita.
·
1Yoh 5:14 yang mengatakan bahwa Tuhan hanya mengabulkan
permintaan kita kalau hal itu sesuai dengan kehendakNya / rencanaNya.
Bdk. Mat 6:10 Mat 26:39b
dimana Yesus mengajar kita supaya menundukkan doa kita kepada kehendak Allah.
·
2Kor 12:7-10 yang menunjukkan bahwa orang seperti rasul
Pauluspun doanya bisa tidak dikabulkan.
b) Banyak orang
menyoroti ayat-ayat seperti Mat 12:15b
Mat 14:36 Mat 15:30 (yang
menunjukkan bahwa Yesus menyembuhkan semua orang), lalu mengatakan bahwa Tuhan
selalu mau menyembuhkan semua orang, dan karena itu orang kristen harus sembuh
dari penyakit. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat
seperti:
· 2Kor 12:7-10 yang menunjukkan bahwa Paulus tidak
disembuhkan dari duri dalam dagingnya.
·
Yoh 5:1-9 dimana sekalipun ada banyak orang yang
sakit (Yoh 5:3), tetapi hanya satu orang yang disembuhkan oleh Yesus,
yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun.
·
Luk 5:15-16 dimana pada waktu ada banyak orang datang
kepadaNya untuk disembuhkan, Yesus justru meninggalkan mereka dan mengundurkan
diri ke tempat-tempat yang sunyi.
c) Banyak orang
berdasarkan Mat 19:6 dan Mal 2:16 mengatakan bahwa orang kristen mutlak tidak
boleh bercerai. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat
seperti Mat 5:32 dan Mat 19:9 yang mengatakan secara jelas bahwa ada
satu keadaan dimana seorang kristen boleh menceraikan pasangannya, yaitu kalau
pasangannya berzinah (perzinahan fisik). Bdk. Yer 3:8.
d) Dalam Perjanjian
Lama ada banyak tokoh saleh, seperti Daud, Salomo, Abraham, dsb yang menganut
polygamy. Dan Tuhan tidak mengapa-apakan mereka, bahkan memberkati mereka.
Berdasarkan hal ini banyak orang lalu berkata bahwa polygamy memang diijinkan
oleh Tuhan. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat
seperti Ro 7:2-3 yang mengatakan bahwa pernikahan kedua merupakan suatu
perzinahan, kecuali kalau pasangannya telah mati..
e) Banyak orang
berdasarkan Mat 7:1-2 mengatakan bahwa kita sama sekali tidak boleh
menyalahkan orang, menganggapnya sesat dsb, karena ini semua adalah menghakimi.
Tetapi penafsiran seperti ini bertentangan dengan:
·
Mat 7:6,15-dst, karena kita tidak akan dapat mentaati
ayat-ayat ini kecuali kita lebih dulu menilai (menghakimi) siapa yang termasuk
dalam golongan babi, anjing, dan nabi palsu.
· Yoh 7:24 dimana Yesus berkata: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak,
tetapi hakimilah dengan adil”.
· bagian-bagian dimana Yesus, rasul-rasul, nabi-nabi
menyalahkan orang, menganggapnya sesat dsb.
f) Banyak orang yang
secara extrim mengharuskan untuk menghan-curkan semua patung, tak peduli itu
adalah patung berhala atau patung seni. Ini mereka dasarkan pada Kel 20:4.
Tetapi penafsiran seperti ini bertentangan dengan Kel 25:18-20 dan Bil 21:4-9
dimana Tuhan sendiri menyuruh membuat patung.
g) Banyak orang
berdasarkan Mat 5:34 melarang sumpah secara mutlak. Tetapi penafsiran ini
bertentangan dengan:
·
ayat-ayat dimana Paulus berulangkali bersumpah
(Ro 1:9 Ro 9:1 2Kor 1:23 dsb).
·
Kel 22:10-11 dimana dalam kasus tertentu Tuhan justru
mengha-ruskan sumpah.
·
Ibr 6:16 - “Sebab manusia bersumpah demi orang yang
lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri
segala bantahan”.
h) Banyak orang
berdasarkan Mat 18:15-17 mengatakan bahwa semua peneguran harus dilakukan
di bawah 4 mata. Tetapi ini bertentangan dengan:
·
Gal 2:11-14 dimana Paulus menegur Petrus di depan
banyak orang.
·
1Tim 5:20 yang jelas menunjukkan bahwa ada kasus dimana
penegurannya harus dilakukan di depan orang banyak.
Charles
Hodge:
“The
Bible, however, is the word of God and therefore self-consistent. Consequently
if a passage admits of one interpretation inconsistent with the teaching of the
Bible in other places, and of another interpretation consistent with that
teaching, we are bound to accept the latter. This rule, simple and obvious as
it is, is frequently violated, not only by those who deny the inspiration of
the Scriptures, but even by men professing to recognize their infallible
authority” (= Bagaimanapun
juga Alkitab adalah Firman Allah dan karena itu konsisten dengan dirinya
sendiri. Sebagai konsekwensinya jika suatu text memungkinkan satu penafsiran
yang tidak konsisten dengan ajaran Alkitab di tempat-tempat lain, dan suatu
penafsiran lain yang konsisten dengan ajaran itu, kita harus menerima
penafsiran yang terakhir. Peraturan ini, sekalipun kelihatannya sederhana dan
jelas, sering dilanggar, bukan hanya oleh mereka yang menyangkal pengilhaman
Kitab Suci, tetapi bahkan oleh mereka yang mengaku mengenali otoritasnya yang
tidak bisa salah) - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 167.
2) Dari semua ini jelas sekali terlihat bahwa
hafalan ayat Kitab Suci adalah sesuatu yang penting! Karena itu berusahalah
untuk bisa menghafal banyak ayat Kitab Suci. Satu kunci dalam kesuksesan
menghafal ayat adalah banyak menggunakannya / memberitakannya. Kalau saudara
menjadi pengkhotbah, guru sekolah minggu, atau penginjil pribadi dan saudara
banyak menggunakan ayat Kitab Suci dalam mengajar / menyampaikannya kepada orang
lain, maka saudara pasti akan bisa mengingat / menghafal banyak ayat Kitab
Suci.
3) Hal-hal yang bisa menolong kalau kita belum
banyak hafal ayat Kitab Suci:
a) Menggunakan headnote atau footnote dalam Kitab Suci untuk melihat bagian paralel dari bagian
yang kita bahas.
Contoh: Apa artinya kata ‘benci’ dalam
Luk 14:26? Kita bisa melihat pada footnote
(di bawah Luk 14:35) tertulis Mat 10:37-38, yang menjelaskan arti
kata ‘benci’ dalam Luk 14:26.
Catatan:
·
Dalam hal ini ada keuntungannya kalau saudara menggunakan
Kitab Suci bahasa Inggris, karena footnotenya
lebih lengkap, dengan catatan saudara memilih Kitab Suci bahasa Inggris yang
mempunyai footnote (ada Kitab Suci
bahasa Inggris yang sama sekali tidak mempunyai footnote).
·
headnote dan footnote bukan termasuk Firman Tuhan, dan karenanya tidak mutlak
benar.
Contoh
pemberian headnote yang salah:
*
Mat 25:14-30 (perumpamaan tentang talenta), pada headnotenya tertulis Luk 19:12-27
(perumpamaan tentang uang mina), padahal 2 perumpamaan itu berbeda.
*
Yoh 2:13-25 (Yesus menyucikan Bait Allah), pada headnotenya tertulis
Mat 21:12-13
Mark 11:15-17
Luk 19:45-46, padahal penyucian Bait Allah dalam Injil Yohanes
berbeda dengan penyucian Bait Allah dalam Matius, Markus dan Lukas, karena yang
dalam Yohanes terjadi pada awal pelayanan Yesus, sedangkan yang dalam Matius,
Markus dan Lukas terjadi pada akhir pelayanan Yesus.
b) Menggunakan Concordance (= konkordansi) / Nave’s Topical Bible, Thompson Bible, dsb.
Misalnya:
kita mendengar khotbah tentang persembahan persepu-luhan. Kita bisa mengechek
pada Nave’s Topical Bible dengan
melihat pada bagian ‘TITHES’ (= persembahan persepuluhan) dimana tertulis:
“TITHES.
Paid by Abraham to Melchizedek, Gen 14:20; Heb 7:2-6. Jacob vows a
tenth of all his property to God, Gen 28:22. Mosaic laws instituting,
Lev 27:30-33; Num 18:21-24; Deut 12:6,7,17,19; 14:22-29;
26:12-15. Customs relating to, Neh 10:37-38; Amos 4:4;
Heb 7:5-9. Tithe of tithes for priests, Num 18:26; Neh 10:38.
Stored in the temple, Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Chro 31:11,12;
Mal 3:10. Payment of, resumed in Hezekiah's reign, 2Chro 31:5-10.
Under Nehemiah, Neh 13:12. Withheld, Neh 13;10; Mal 3:8.
Customary in later times, Matt 23:23; Luke 11:42; 18:12. Observed by
idolators, Amos 4:4,5.” (= Persembahan
persepuluhan. Dibayarkan oleh Abraham kepada Melkisedek, Kej 14:20;
Ibr 7:2-6. Yakub menazarkan sepersepuluh dari semua miliknya kepada Allah,
Kej 28:22. Hukum Musa menetapkannya, Im 27:30-33; Bil 18:21-24; Ul
12:6,7,17,19; 14:22-29; 26:12-15. Kebiasaan yang berhubungan dengan,
Neh 10:37-38; Amos 4:4; Ibr 7:5-9. Persembahan persepuluhan dari
persembahan persepuluhan untuk imam, Bil 18:26; Neh 10:38. Disimpan
di Bait Allah, Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Taw 31:11,12;
Mal 3:10. Pembayaran dari, dilanjutkan dalam pemerintahan Hizkia,
2Taw 31:5-10. Di bawah Nehemia, Neh 13:12. Ditahan, Neh 13;10;
Mal 3:8. Kebiasaan pada masa belakangan, Mat 23:23; Luk 11:42;
18:12. Ditaati oleh penyembah berhala, Amos 4:4,5).
Dengan
melihat bagian ini kita bisa melihat semua ayat-ayat dalam Kitab Suci tentang tithe / persembahan persepuluhan,
sehingga kita dengan mudah bisa mengecheck apakah khotbah itu bertentangan
dengan bagian lain dari Kitab Suci atau tidak.
c) Menggunakan
buku-buku tafsiran, tetapi tentu saja harus memilih buku tafsiran yang baik.
Disamping itu, kalau menggunakan buku tafsiran, sedapat mungkin gunakan
beberapa buku tafsiran, bahkan sebanyak mungkin buku tafsiran, karena dengan
demikian kalau ada satu yang memberi penafsiran yang salah, maka yang lain bisa
mengoreksi.
III) Telitilah siapa yang berbicara dalam suatu ayat.
Kalau
Tuhan yang berbicara, itu pasti betul. Kalau manusia yang berbicara, bisa
betul, bisa salah. Kalau setan yang berbicara, bisa betul, bisa salah.
Contoh:
·
dalam Ayub 22:4-dst, kata-kata Elifas salah.
·
dalam Ayub 4:17, kata-kata Elifas betul.
·
dalam Luk 4:6, kata-kata setan salah.
·
dalam Luk 4:41, kata-kata setan betul.
IV) Telitilah untuk siapa firman itu ditujukan.
Ada orang kristen yang berkata bahwa semua
janji Tuhan adalah Ya dan Amin untuk dirinya. Kelihatannya hebat dan beriman,
tetapi sebetulnya salah! Mengapa? Karena tidak semua perintah maupun janji
Tuhan berlaku untuk setiap orang.
1) Ada
bagian-bagian yang memang ditujukan untuk semua orang, misalnya: Kel 20:3-17
(10 Hukum Tuhan), Yoh 3:16, dsb.
2) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk bangsa Israel pada masa itu saja, atau
pada jaman Perjanjian Lama saja, misalnya:
·
perintah untuk menumpas habis suatu bangsa (Ul 7:1-2). Holy War (= Perang suci) seperti ini
tidak mungkin ada lagi dalam jaman sekarang.
·
bagian-bagian seperti Kel 23:20-33 Im 26:1-46 (berkat dan kutuk).
·
perintah untuk mendirikan Kemah Suci (Kel 25-dst). Kalau
pada jaman Perjanjian Baru orang Yahudi mendirikan lagi Kemah Suci / Bait
Allah, maka itu justru adalah dosa.
·
perintah untuk sunat dan mengadakan Perjamuan Paskah (Kej
17:10-dst Kel 12-13).
·
perintah untuk mengorbankan binatang pada waktu berbuat dosa
(Im 4-5).
·
perintah untuk menggunakan abu lembu merah untuk penyucian
dosa (Bil 19:1-10).
Ef 2:15 merupakan dasar
penghapusan ceremonial law (= hukum
yang berhubungan dengan upacara keagamaan). Kalau ini masih kurang meyakinkan,
bacalah Ibr 10:1-18, yang membandingkan korban binatang dalam Perjanjian
Lama, dan korban Kristus dalam Perjanjian Baru. Lalu perhatikan secara khusus:
*
Ibr 10:9b yang berbunyi: “Yang
pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua”.
‘Yang pertama’ jelas menunjuk pada
korban binatang dalam Perjanjian Lama, sedangkan ‘yang kedua’ jelas menunjuk
pada korban Kristus.
*
Ibr 10:18 yang berbunyi: “Jadi
apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan
korban karena dosa”.
Kalau saudara masih juga belum puas,
bacalah Ibr 8-9, dan perhatikan khususnya:
*
Ibr 8:7 - “Sebab, sekiranya
perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk
yang kedua”.
*
Ibr 8:13 - “Oleh karena Ia
berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama
sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan
usang, telah dekat kepada kemusnahannya”.
*
Ibr 9:9-10 - “(9)
Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan
persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya
menurut hati nurani mereka, (10) karena semuanya itu, di samping makanan dan
minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup
insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Semua ini jelas menunjukkan bahwa ceremonial law, termasuk korban dan
penyucian Perjanjian Lama sudah tidak berlaku lagi pada jaman Perjanjian Baru
sekarang ini.
Karena itu, kalau pada jaman sekarang
(jaman Perjanjian Baru) orang melakukan kembali ceremonial law seperti itu, maka itu merupakan penghinaan terhadap
pengorbanan Kristus. Kalau hal ini dilakukan oleh bangsa Yahudi yang non kristen,
maka sekalipun ini tetap salah, tetapi ini tidak mengherankan, karena mereka
memang hidup dalam jaman Perjanjian Lama dan tidak mengakui Perjanjian Baru.
Tetapi kalau ada orang kristen, lebih-lebih pendeta kristen, yang menyetujui
hal itu, ini betul-betul kegilaan dan kesesatan! Tidak ada orang / bangsa
manapun dalam jaman Perjanjian Baru ini yang bisa disucikan dengan apapun
(termasuk dengan ‘lembu merah’) selain dengan darah Kristus. Dengan kata lain,
supaya seseorang atau suatu bangsa (termasuk bangsa Israel / Yahudi) bisa disucikan,
maka ia / mereka harus percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan!
Mungkin ada orang yang menggunakan
Bil 19:10, yang menunjukkan bahwa itu adalah ‘ketetapan
untuk selama-lamanya’, untuk menentang apa yang saya katakan di sini.
Untuk menjawab ini saya ingin
mengingatkan bahwa dalam Kej 17:13 sunat juga disebut sebagai ‘perjanjian yang kekal’! Apakah saudara mau mengatakan bahwa
jaman sekarang kita juga harus disunat? Ini jelas tidak mungkin (bdk.
Gal 5:2-6 Gal 6:12-15). Calvin
menganggap bahwa yang kekal bukan pelaksanaan sunat itu, tetapi artinya. Juga
sunat merupakan TYPE / gambaran / bayangan dari baptisan, dan karena itu pada
waktu baptisan tiba maka sunat harus disingkirkan.
Demikian juga dengan perayaan Paskah
Perjanjian Lama (Passover), yang
dalam Kel 12:14 disebutkan sebagai ‘ketetapan untuk
selamanya’.
Ini merupakan TYPE / gambaran / bayangan dari Kristus (1Kor 5:7 - “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih,
yaitu Kristus”),
dan karena itu pada waktu Kristusnya datang, mati dan bangkit, maka hal ini
harus disingkirkan.
Jadi, sekalipun sunat dan Paskah
disebut ‘perjanjian yang kekal’ / ‘ketetapan untuk
selamanya’,
itu tidak berarti pelaksanaan sunat dan Paskah itu kekal. Maka demikian juga dengan
persoalan lembu merah!
3) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk orang kristen / percaya saja, seperti:
Ro 8:28 1Kor 10:13 Yer 29:11 (bdk. Yer 21:10).
Karena
itu, dalam menghibur atau mengcounsel
orang kafir / kristen KTP, jangan menggunakan ayat-ayat ini dan menerapkannya
bagi mereka.
4) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk orang-orang tertentu saja, misalnya:
·
Mat 28:20b, ditujukan hanya untuk orang yang
memberitakan Injil.
·
Mat 10:16-20, ditujukan hanya untuk orang-orang kristen
yang dihadapkan kepada penguasa-penguasa. Bagian ini tidak berlaku untuk
pengkhotbah yang mau berkhotbah dalam kebaktian biasa!
5) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk 1 individu saja, mis:
·
Luk 1:26-35 - untuk Maria saja.
·
Mat 1:20,21 - untuk Yusuf saja.
·
Mat 14:28,29 - untuk Petrus saja.
·
Mat 19:21 - untuk pemuda kaya itu saja.
Catatan: Ini bukan berarti bahwa bagian-bagian
yang bukan untuk kita itu tidak ada artinya sama sekali. Kita bisa menarik
‘pelajaran’ yang berharga dari bagian-bagian itu, misalnya:
¨
Mat 14:28-29 memang tidak berarti bahwa kita boleh
mencoba untuk berjalan di atas air, tetapi bagian itu mengajar kita untuk tetap
percaya dan memandang pada Yesus dalam setiap keadaan.
¨
Mat 19:21 memang tidak berarti bahwa kita harus menjual
semua harta kita dan membagi-bagikannya pada orang miskin. Tetapi bagian ini
mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Kristus lebih dari harta kita.
6) Ada
bagian-bagian yang hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu pada
satu saat saja.
Misalnya
kata-kata Yesus dalam Mat 10:5-10. Orang-orang kristen yang extrim sering
menggunakan bagian ini sebagai dasar untuk mengatakan bahwa kitapun
diperintahkan oleh Yesus untuk membangkitkan orang mati. Ini salah, karena
kata-kata ini hanya berlaku untuk para murid pada saat itu saja. Apa alasannya
untuk mengatakan bahwa kata-kata ini hanya berlaku untuk para murid pada saat
itu saja? Alasannya: pada saat itu mereka hanya boleh memberitakan Injil kepada
orang-orang Israel / Yahudi saja, sedangkan Mat 28:19 menyuruh untuk
memberitakan Injil kepada segala bangsa. Juga pada saat itu mereka dilarang
membawa bekal, tetapi dalam Luk 22:36 mereka disuruh membawa bekal. Jadi
jelas bahwa perintah dalam Mat 10:5-dst itu sudah dianulir / dihapuskan
oleh Yesus sendiri!
V) Ayat mudah dan ayat sukar.
Dalam
Kitab Suci ada ayat-ayat yang mudah / jelas, tetapi ada juga ayat-ayat yang
sukar. Adanya ayat-ayat yang sukar dalam Kitab Suci diakui oleh Kitab Suci
sendiri (2Pet 3:15-16). Ada
banyak pengajar sesat yang senang menggunakan ayat-ayat yang sukar (misalnya
dari kitab Wahyu), supaya mereka bisa menafsirkannya semau mereka. Harus kita
ingat bahwa kalau kita menafsirkan ayat yang sukar, maka kemungkinan untuk
salah adalah besar. Sedangkan kalau kita menafsirkan ayat yang mudah,
kemungkinan untuk salah adalah kecil. Jadi kita harus menggunakan ayat-ayat
yang mudah / jelas dalam Kitab Suci untuk mengecheck penafsiran ayat-ayat sukar
dalam Kitab Suci.
Contoh:
1) Wah 7:4-8 adalah ayat / bagian yang
sukar. Ini dipakai oleh Saksi Yehuwa untuk mengajar bahwa nanti hanya ada
144.000 orang yang akan masuk surga. Tetapi dalam Kitab Suci, ada ayat-ayat
yang lebih jelas, yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran itu. Wah 7:9
mengatakan “tak terhitung banyaknya”. Yoh 3:16 mengatakan bahwa setiap orang yang percaya
kepada Kristus akan mendapat hidup kekal, dan mustahil bahwa dalam sepanjang
jaman hanya ada 144.000 orang yang percaya kepada Kristus.
2) Mat 5:5 adalah ayat yang sukar, dan ayat
ini dipakai oleh Saksi Yehuwa untuk mengajar bahwa manusia (selain yang 144.000
orang yang masuk surga) akan tinggal di bumi. Tetapi 2Pet 3:10-12 (bdk.
Wah 21:1b) secara jelas mengatakan bahwa pada hari kedatangan Kristus yang
kedua-kalinya, semua (termasuk bumi) akan dihancurkan.
3) 1Pet 3:19-20 dan 1Pet 4:6 adalah
ayat-ayat sukar.
Ini dipakai
oleh orang-orang tertentu untuk mengajarkan bahwa setelah kematian masih ada
harapan bagi orang-orang yang tidak percaya [adanya penginjilan terhadap orang
yang sudah mati, adanya ‘second chance’
(= kesempatan kedua) bagi mereka dsb]. Tetapi Luk 16:19-31 (cerita Lazarus
dan orang kaya) secara jelas menunjukkan bahwa tidak ada lagi harapan bagi
orang yang tidak percaya setelah mereka mati. Dan Maz 88:12-13 juga secara
jelas menunjukkan bahwa kasih Tuhan tidak bisa diberitakan setelah kematian!
Jadi,
supaya kita bisa menghindari ajaran-ajaran sesat / salah yang menggunakan
ayat-ayat sukar sebagai dasar, maka kita perlu belajar Kitab Suci kita dan
menghafalkan ayat-ayat yang mudah / jelas. Dengan demikian kita bisa mengecheck
ajaran-ajaran yang menggunakan ayat sukar sebagai dasar. Awas! Ini tidak
berarti, kita harus menghindari ayat-ayat sukar! Kita tidak menghindarinya!
Tetapi kita mempelajari yang mudah lebih dahulu dan lalu menggunakan pengertian
dari ayat-ayat yang mudah itu untuk menafsirkan ayat-ayat yang sukar.
VI) Bagian yang bersifat explicit dan implicit.
Kata explicit berarti ‘tersurat’, sedangkan
kata implicit berarti ‘tersirat’.
Bagian
yang bersifat explicit adalah bagian
yang memberikan pernyataan / ajaran langsung, sedangkan bagian yang bersifat implicit adalah bagian yang memberikan
pernyataan / ajaran tidak langsung.
Contoh:
1) Dalam pembicaraan sehari-hari:
Kalau
si A berkata kepada si B: ‘Saya lapar’, maka si B dengan yakin bisa tahu bahwa
si A sedang lapar, karena itu dikatakannya secara explicit. Tetapi si B juga bisa menduga-duga / menyimpulkan apa
yang si A maksudkan secara implicit
dengan kata-kata itu. Mungkin si A mengatakan dirinya lapar, dengan maksud
supaya si B mengajaknya makan. Tetapi penafsiran implicit ini tentu tidak pasti benar, karena si B bisa saja salah
dalam menarik kesimpulan seperti itu.
2) Dalam penafsiran Kitab Suci:
Yoh 3:16
secara explicit mengajarkan bahwa:
·
Allah mencintai dunia.
·
Allah telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal.
·
Yang percaya kepada Anak Allah tidak akan binasa tetapi akan
mendapat hidup kekal.
Sedangkan
secara implicit Yoh 3:16
mengajarkan bahwa: Yang tidak percaya kepada Anak Allah / Yesus akan binasa /
masuk neraka.
Jelas
bahwa penafsiran yang explicit lebih
kuat dari pada penafsiran implicit,
dan karenanya, kalau sesuatu yang implicit
bertentangan dengan sesuatu yang explicit,
maka yang implicitlah yang harus
dibuang.
Tetapi
bagaimanapun juga, mengambil pengajaran / arti secara implicit dari suatu ayat adalah penting dan sah. Tuhan Yesus sendiri
menggunakan bagian yang implicit dari
suatu ayat untuk mengajar. Dalam Mat 22:23-33, Ia menggunakan bagian yang implicit dari Kel 3:6 untuk
membuktikan adanya kebangkitan / kehidupan setelah kematian.
Dan
pada waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus mengutip Ul 6:13, tetapi kalau
dalam Ul 6:13 secara explicit
tidak ada kata ‘hanya’
(tetapi jelas ada secara implicit),
maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata ‘hanya’ secara explicit.
Catatan: dalam NIV dan NASB, Ul 6:13
menggunakan kata ‘only’ (= hanya), tetapi ini sebetulnya tidak ada. Dan
NASB mencetaknya dengan huruf miring untuk menunjukkan bahwa kata itu tidak ada
dalam bahasa aslinya.
Bolehnya
menarik ajaran implicit ini
menyebabkan adanya tindakan-tindakan yang bisa dinyatakan sebagai salah, sekalipun
tidak ada dasar secara explicit.
Contoh yang jelas adalah tentang merokok, menjadi morfinist, menggunakan ecstasy dsb. Sekalipun secara explicit tidak ada ayat yang melarang
hal-hal itu, tetapi secara implicit
ada, seperti:
¨
Mat 22:39 selain menyuruh kita mengasihi sesama, juga
menyuruh kita mengasihi diri sendiri. Merokok, menjadi morfinist, menggunakan ecstasy, dsb jelas merusak tubuh /
kesehatan kita sendiri, dan karenanya jelas bertentangan dengan ayat ini.
Bahkan merokok juga merusak kesehatan orang-orang di sekitar si perokok dengan
memaksa mereka menjadi perokok pasif. Jadi tindakan merokok ini juga tidak
mengasihi sesama.
¨
1Kor 10:23 yang berbunyi: “‘Segala
sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala
sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”.
Berdasarkan 1Kor 10:23 ini, maka
merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena merokok itu bukan saja tidak
berguna dan tidak membangun, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si
perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya, dan juga merupakan penghamburan
uang secara tidak perlu / tidak ada gunanya!
¨
1Kor 6:12 yang berbunyi: “Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal
bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
Ayat
ini mempunyai kemiripan dengan 1Kor 10:23 di atas, tetapi ada tambahannya
yang berbunyi ‘aku tidak membiarkan diriku
diperhamba oleh suatu apapun’. Ini lebih-lebih lagi menentang tindakan merokok, menjadi
morfinist dsb, karena hal-hal itu jelas memperbudak orangnya.
Sekalipun
mengambil pengajaran secara implicit
adalah suatu tindakan yang sah, tetapi ada juga bahayanya, yaitu kalau
mengambilnya salah.
Contoh:
·
Mat 22:23-33 digunakan oleh banyak orang untuk mengajar
bahwa nanti di surga kita tidak punya jenis kelamin. Tetapi bagian itu hanya
mengatakan ‘tidak kawin dan tidak dikawinkan’, bukannya ‘tidak punya jenis
kelamin’. Bandingkan dengan Luk 16:19-31, dimana Abraham disebut ‘Bapa’
(laki-laki).
·
1Tim 3:2,12 secara explicit
mengajar bahwa penilik jemaat / diaken tidak boleh beristri lebih dari satu.
Lalu ada orang yang menafsirkan secara implicit
bahwa jemaat biasa boleh mempunyai istri lebih dari satu. Bandingkan ini dengan
Ro 7:2-3 yang secara explicit
melarang polygamy / polyandry.
·
Yoh 12:6 secara explicit
mengatakan bahwa rombongan Tuhan Yesus mempunyai bendahara. Lalu para penganut
Theologia Kemakmuran menafsirkan secara implicit
dengan mengatakan bahwa Yesus itu kaya sehingga membutuhkan bendahara. Bandingkan
ini dengan Luk 9:58 yang jelas menunjukkan kemiskinan Yesus.
·
Ul 18:22 mengatakan bahwa kalau seorang nabi
menubuatkan suatu tanda, dan lalu tanda itu tidak terjadi, maka itu menunjukkan
bahwa ia adalah seorang nabi palsu. Itu dinyatakan secara explicit, dan
karenanya itu pasti benar. Tetapi kalau kita mengambil arti secara implicit,
yaitu: kalau nubuat dari nabi itu terjadi, berarti ia pasti adalah nabi asli,
maka ini bertentangan dengan Ul 13:1-5 dan juga Mat 7:22-23. Karena
itu arti implicit itu tidak boleh diambil!
Pulpit
Commentary tentang Ul 18:20: “The failure of
the word of a prophet was decisive proof that he had not spoken by Divine
inspiration. Had his word not failed, it would not have followed that he was a
true prophet, but it showed conclusively that he was a false one when his word
did fail” (= Kegagalan perkataan seorang nabi merupakan bukti yang meyakinkan
bahwa ia tidak berbicara oleh ilham Ilahi. Jika perkataannya tidak gagal, tidak
berarti bahwa ia adalah seorang nabi yang sejati, tetapi itu menunjukkan secara
meyakinkan bahwa ia adalah seorang nabi palsu pada saat perkataannya gagal)
- hal 315.
Supaya
terhindar dari penafsiran implicit
yang salah, maka sesuatu yang implicit
harus dicheck dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci, kalau bisa yang
bersifat explicit.
Contoh:
¨
Dalam Yoh 3:16, kata-kata ‘... setiap orang yang
percaya kepadaNya’ ditafsirkan secara implicit
untuk mengajar bahwa setiap orang mampu datang kepada Kristus. Tetapi
Yoh 6:44,65 menyatakan secara explicit
bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk datang kepada Kristus (bdk.
1Kor 12:3). Manusia hanya bisa datang kepada Kristus, kalau Allah menarik
dia / mengaruniakan kepadanya. Jadi, di dalam hal ini, penafsiran secara implicit dari Yoh 3:16 tadi harus
dibuang!
¨
Fil 2:12 dan Wah 2:10 ditafsirkan secara implicit untuk mengajarkan bahwa
keselamatan bisa hilang. Tetapi Yoh 10:27-29 secara explicit menyatakan bahwa kita tidak
mungkin kehilangan keselamatan. Jadi, di sini penafsiran implicit dari Fil 2:12 dan Wah 2:10 itu harus dibuang!
¨
Ro 7:18-19 ditafsirkan secara implicit untuk mengajarkan bahwa manusia bisa mempunyai kemauan
yang baik, tetapi tetap tidak mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kemauan
yang baik itu. Tetapi bandingkan dengan Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik
kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas.
Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of
his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk
menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his
good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk
menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work
for His good pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik
untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to
his good purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk
menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Jadi Fil 2:13 secara explicit mengatakan bahwa bukan
hanya kekuatan, tetapi juga kemauan, untuk melakukan yang baik, harus diberikan
oleh Allah.
VII) Bagian yang bersifat Descriptive dan Didactic.
1) Bagian Kitab Suci yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan).
Bagian
yang bersifat Descriptive adalah bagian
yang berupa cerita yang terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan
apa yang terjadi pada saat itu. Ini tidak boleh dipakai sebagai rumus / hukum /
norma!
Illustrasi: Dalam hal ini, membaca dan
menafsirkan Kitab Suci mempunyai persamaan dengan membaca dan menafsirkan surat kabar. Kalau saudara
membaca surat kabar, dan di sana diceritakan tentang adanya orang yang
terkena serangan jantung pada waktu nonton TV, maka hal ini tentu bukan norma /
hukum. Cerita ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang
nonton TV pasti terkena serangan jantung. Juga kalau di surat kabar diceritakan adanya satu keluarga
yang piknik ke Tretes dan lalu mengalami kecelakaan, sehingga mati semua. Ini
tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang piknik sekeluarga
akan mengalami kecelakaan dan mati semua.
Contoh:
a) Kel 14, yang
menceritakan peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa
Israel bisa menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive (menggambarkan apa yang
terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma / hukum, artinya, kita tidak
diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara seperti itu!
b) Yos 6 yang
menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari juga
merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma dalam peperangan.
c) Kel 16:13-16
yang menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas
juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang
kristen di padang gurun.
d) Kis 5:18-19
dan Kis 12:3-11 menceritakan bahwa pada waktu rasul-rasul ditangkap dan
dipenjarakan, Tuhan membebaskannya dengan menggunakan mujijat. Ini lagi-lagi
merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
dan tidak boleh diartikan seakan-akan setiap orang kristen yang ditangkap /
dipenjarakan pasti dibebaskan secara mujijat. Kenyataannya Yohanes Pembaptis
dipenjarakan lalu dipenggal (Mat 14:3-12); Yesus sendiri ditangkap lalu
disalibkan sampai mati, dan rasul Yakobus ditangkap lalu dipenggal (Kis 12:2).
e) Yoh 11
menceritakan bahwa Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari.
Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh diartikan seakan-akan setiap orang kristen yang mati akan
bangkit pada hari ke 4.
f) Kis 28:1-6
juga bersifat descriptive dan tidak
dapat dipakai sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang kristen tidak akan
mengalami bahaya apa-apa kalau digigit ular berbisa.
g) Ada banyak bagian yang bersifat Descriptive dalam Kitab Suci tentang
hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang bukan merupakan norma / hukum,
dan karenanya tidak harus kita lakukan. Misalnya:
·
Yesus tidak pernah menikah / pacaran. Ini tentu tidak
berarti bahwa semua orang kristen tidak boleh pacaran / menikah.
·
Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun (Mat 4:1-11 Luk 4:1-13). Ini tidak berarti bahwa
semua orang kristen harus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun.
·
Yesus dan Petrus berjalan di atas air (Mat 14:22-29).
Ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus bisa melakukan hal itu.
·
Yesus hanya mempunyai 12 murid (Mat 10:1-4). Ini tidak
boleh diartikan seakan-akan Sekolah Theologia / gereja hanya boleh mempunyai 12
murid / jemaat.
2) Bagian Kitab Suci yang bersifat Didactic (= bersifat pengajaran).
Bagian
yang bersifat Didactic adalah bagian
yang bersifat pengajaran (Yunani: DIDACHE), dan bisa berbentuk suatu
pernyataan, janji, perintah atau larangan. Ini adalah rumus / hukum / norma
bagi kita.
Contoh:
a) Kis 16:31
yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat” adalah bagian yang bersifat Didactic. Karena itu, ini merupakan
hukum / norma, artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat.
b) Fil 4:4 yang
berbunyi “Bersukacitalah senantiasa” adalah bagian yang bersifat Didactic. Ini adalah hukum / norma bagi
kita, yang menyuruh kita bersukacita senantiasa.
c) 10 Hukum Tuhan
dalam Kel 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic, sehingga merupakan Hukum / Norma bagi kita semua.
Jadi,
pada waktu mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah apakah text yang dipakai
sebagai dasar itu adalah text yang bersifat descriptive
atau didactic! Ini bisa menghindarkan
saudara dari ajaran-ajaran yang salah / sesat!
Jaman
sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya /
tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak
membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive
dan bagian yang bersifat Didactic,
maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan karena mereka menggunakan
bagian yang bersifat descriptive
sebagai rumus / hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Contoh:
1. Mat 12:15b dan Mat 15:30 memang
menggambarkan bahwa pada saat itu Yesus menyembuhkan semua orang sakit.
Tetapi ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga sebetulnya tidak boleh dijadikan hukum / norma. Tetapi banyak orang
menggunakan bagian yang bersifat Descriptive
ini sebagai hukum / norma, sehingga mereka berkata bahwa Yesus selalu
menyembuhkan semua orang sakit. Ini menyebabkan mereka lalu mengajarkan bahwa
setiap orang kristen harus sehat / sembuh dari penyakit, dan kalau tidak sembuh
maka pasti orangnya kurang beriman atau berdosa.
Bahwa
ini salah bisa terlihat dari ayat-ayat seperti 2Kor 12:7-10 Fil 2:26-27 1Tim 5:23 2Tim 4:20 jelas menunjukkan bahwa orang
kristen, yang beriman dan saleh sekalipun, bisa sakit dan bahkan tidak
disembuhkan dari penyakit itu.
2. Kis 2:1-11 menceritakan apa yang terjadi
pada hari Pentakosta dimana rasul-rasul kepenuhan Roh Kudus lalu berbahasa Roh
/ lidah. Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
tetapi banyak orang yang lalu menjadikan hal ini sebagai rumus / hukum / norma
dan mereka mengajar bahwa orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus harus
berbahasa Roh / lidah. Menghadapi ajaran seperti ini ada 3 hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
·
Kis 2:1-11 bersifat descriptive,
jadi tidak boleh dijadikan rumus / hukum / norma!
·
Ajaran tersebut tidak konsekwen karena mereka mengharuskan
bahasa Roh / lidahnya saja, tetapi tidak mengharuskan adanya tiupan angin yang
keras dan lidah-lidah api, yang jelas juga ada dalam bacaan itu (Kis 2:2-3).
Memang bahasa rohnya gampang dipalsukan, tetapi tiupan angin dan lidah api
sukar / tidak dapat dipalsukan!
·
1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic dan mengajarkan bahwa hanya sebagian orang kristen yang
menerima karunia bahasa Roh. Karena 1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic maka bagian inilah yang harus
dianggap sebagai norma / hukum / rumus!
3. Cerita tentang tokoh-tokoh yang kaya dalam
Perjanjian Lama, seperti Abraham, Daud, Ayub, dsb merupakan bagian yang
bersifat Descriptive, sehingga tidak
boleh dijadikan norma. Tetapi para penganut Theologia Kemakmuran menggunakan
bagian-bagian ini sebagai norma, sehingga mereka lalu mengatakan bahwa orang
kristen harus kaya.
Ada 2 hal penting yang perlu diketahui:
1) Bagian yang bersifat Descriptive juga mengandung pengajaran, karena kalau tidak, tentu
tidak akan ditulis dalam Kitab Suci.
Contoh:
a) Peristiwa Petrus
berjalan di atas air (Mat 14:28-31) mengajar bahwa:
·
Yesus / Allah berkuasa atas hukum alam, sehingga pada saat
tertentu bisa saja ‘melindas’ hukum alam itu.
·
Dalam menghadapi persoalan / bahaya, mata kita harus
ditujukan kepada Yesus, supaya kita tetap beriman dan tidak takut / kuatir.
b) Peristiwa
pemberian makan kepada 5000 orang (Yoh 6:1-14), mengajar kita bahwa:
·
Allah sering tidak bisa diukur dengan matematik!
·
sesuatu yang tidak berarti (5 roti dan 2 ikan), pada waktu
dipersembahkan kepada Tuhan dengan hati yang tulus, bisa menjadi berkat bagi
banyak orang.
c) Kita bisa
menggunakan orang-orang saleh sebagai teladan hidup, asal tidak bertentangan
dengan bagian Kitab Suci yang lain.
Misalnya
kita boleh menjadikan iman Abraham dalam menantikan janji Tuhan sebagai teladan
dalam hidup kita. Juga keberanian Daud, kesalehan Ayub, dsb. Tetapi polygamy
yang dilakukan tokoh-tokoh saleh dalam Perjanjian Lama (1Raja 11:3), dan
juga dusta Abraham dan Ishak (Kej 12:11-13
Kej 20:2 Kej 26:7),
perzinahan Daud (2Sam 11), dsb, jelas tidak boleh dijadikan teladan karena
bertentangan dengan Kitab Suci.
2) Kalau sesuatu yang bersifat Descriptive terjadi terus menerus tanpa kecuali, maka itu memungkinkan kita
untuk menjadikan bagian itu sebagai rumus / hukum / norma.
Contoh:
a) Dalam Kitab Suci
baptisan selalu dilakukan dengan air, dan karena itu maka hal ini
menjadi rumus / norma.
b) Dalam Kitab Suci
Perjamuan Kudus selalu dilakukan menggunakan roti dan anggur, dan karena
itu maka hal ini menjadi rumus / norma.
c) Dalam Kitab Suci semua
kesembuhan ilahi:
·
terjadi secara sempurna (sembuh total).
·
terjadi secara langsung / pada ketika itu juga (bukan secara
proses perlahan-lahan).
Karena
itu hal ini harus dijadikan norma / hukum.
VIII) Ayat dari sudut Allah dan dari sudut manusia.
Kalau
kita tidak bisa membedakan kedua hal itu dalam Kitab Suci, maka kita tidak bisa
terhindar dari kontradiksi. Kalau kita bisa membedakan kedua hal tersebut, maka
kita bisa mengharmoniskan kedua bagian tersebut.
Contoh:
1) Dalam Kej 6:5,6 Kel 32:10-14 1Sam 15:11,35 Yes 38:1,5 Yer 18:8
Yun 3:10 dikatakan bahwa Allah itu menyesal dan mengubah keputusanNya.
Ini merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari sudut manusia!
Khususnya
perhatikan Kel 32:10-14 dimana Allah menyesal / bertobat setelah
dinasehati oleh Musa! Ini tentu tidak bisa diartikan secara hurufiah, tetapi
harus dianggap sebagai sesuatu yang ditinjau dari sudut pandang manusia.
Perhatikan juga
bahwa sekalipun kata-kata itu diucapkan oleh Allah sendiri, seperti
dalam 1Sam 15:11, tetapi itu tetap merupakan ayat yang ditinjau dari sudut
pandang manusia!
Dalam
Bil 23:19 1Sam 15:29 &
Yer 4:28 jelas dikatakan bahwa Allah tidak akan menyesal dan tidak akan
mengubah rencanaNya. Ini peninjauan dari sudut Allah!
Catatan: perhatikan bahwa dalam satu pasal,
yaitu dalam 1Sam 15, mula-mula dikatakan bahwa Allah menyesal (ay 11),
lalu dikatakan Allah tidak menyesal (ay 29), dan akhirnya dikatakan Allah
menyesal lagi (ay 35b). Kalau kita tidak membedakan dua sudut pandang ini,
bagaimana kita bisa menafsirkan bagian-bagian tersebut?
Jadi
ditinjau dari sudut manusia, Allah memang kelihatannya bisa menyesal dan
mengubah RencanaNya, tetapi ditinjau dari sudut Allah, hal itu tidak mungkin.
Illustrasi: Seorang sutradara menyusun naskah
untuk sandiwara, dan ia juga sekaligus menjadi salah satu pemain sandiwara
tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau makan, tetapi tiba-tiba
ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari sudut penonton, pemain
sandiwara itu berubah pikiran / rencana. Tetapi kalau ditinjau dari sudut
naskah / sutradara, ia sama sekali tidak berubah dari rencana semula,
karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia mau makan, lalu ada telpon,
lalu ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.
Pada waktu Kitab Suci berkata ‘Allah menyesal’ maka memang dari sudut manusia,
Allahnya menyesal / mengubah rencanaNya. Tetapi dari sudut Allah / Rencana
Allah, sebetulnya tidak ada perubahan, karena semua perubahan / penyesalan itu
sudah direncanakan oleh Allah.
2) Kalau kita melihat Yoh 10:26-29 1Kor 1:8-9 Fil 1:6
1Yoh 2:18-19 Yudas 24 maka jelas
sekali bahwa orang kristen tidak mungkin murtad atau dengan kata lain, sekali
seseorang selamat ia akan tetap selamat. Ini peninjauan dari sudut Allah!
Tetapi:
a) Dalam
Yoh 6:60-66 1Tim 1:19-20 2Tim 2:17-18 ada orang-orang yang
murtad. Ini peninjauan dari sudut manusia. Dari sudut manusia, orang-orang itu kelihatannya
sudah percaya tetapi lalu murtad.
Kalau
kita mau mengharmoniskan bagian ini dengan ayat-ayat yang meninjau dari sudut
Allah, haruslah kita katakan bahwa orang-orang yang dari sudut manusia itu
kelihatannya sudah percaya, sebetulnya belum sungguh-sungguh percaya. Karena
itulah maka mereka bisa murtad.
b) Dalam
Kol 1:23 Ibr 2:1 Ibr 3:14
Wah 2:10b ada peringatan supaya tidak murtad dan ada perintah untuk
terus ikut Tuhan. Ini peninjauan dari sudut manusia!
Illustrasi: Bacalah Kis 27:22-25,34b lalu
Kis 27:31,33-34a. Jelas bahwa Paulus bukan menentang kata-katanya sendiri.
Tetapi mula-mula ia berbicara dari sudut pandang Allah (ay 22-25), dan
sesudah itu ia berbicara dari sudut pandang manusia, untuk menekankan tanggung
jawab mereka (ay 31,33-34a), lalu ia berbicara dari sudut pandang Allah
lagi (ay 34b).
Kesimpulan
dari semua ini: sekalipun keselamatan dijamin tidak bisa hilang, manusia tetap
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara keselamatannya / melakukan yang
terbaik.
3) Dalam Kej 6:9 Luk 1:6
Luk 2:25 Ayub 1:1,8 kita
melihat adanya orang-orang yang saleh. Ini dari sudut pandang manusia (manusia
memandang mereka sebagai orang yang saleh, atau, dibandingkan manusia yang lain
mereka adalah orang yang saleh).
Dalam
Ro 3:10-12,23 Yes 64:6 jelas
dikatakan bahwa semua manusia adalah orang berdosa, dan segala kesalehannya
seperti kain kotor. Ini dari sudut pandangan Allah. Di hadapan Allah yang maha
suci, bagaimanapun salehnya seseorang, ia tetap penuh dengan dosa!
4) Ada
banyak ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan kemahatahuan Allah. Ini jelas
merupakan ayat-ayat dari sudut pandang Allah.
Tetapi
ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak maha tahu, dan
bahkan salah dalam memperkirakan. Misalnya
·
Yer 3:7a - “PikirKu: Sesudah melakukan semuanya ini, ia
akan kembali kepadaKu, tetapi ia tidak kembali”.
·
Yer 3:19-20 - “(19) Tadinya
pikirKu: ‘Sungguh Aku mau menempatkan engkau di tengah-tengah anak-anakKu dan
memberikan kepadamu negeri yang indah, milik pusaka yang paling permai dari
bangsa-bangsa. PikirKu, engkau akan memanggil Aku: Bapaku, dan tidak akan
berbalik dari mengikuti Aku. (20) Tetapi sesungguhnya, seperti seorang isteri
tidak setia terhadap temannya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai
kaum Israel,
demikianlah firman TUHAN”.
Ini
jelas merupakan ayat-ayat dari sudut pandang manusia, atau ayat-ayat dimana
Allah menyatakan diriNya sesuai dengan kapasitas pengertian manusia yang
terbatas.
-o0o-
MANTAP PAK BUDI
BalasHapus