Ibr 6:4-10 - “(4) Sebab
mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan
yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang
baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang
murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka
bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan
menghinaNya di muka umum. (7) Sebab tanah yang menghisap air hujan
yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang
berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; (8) tetapi
jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna
dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran. (9) Tetapi,
hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang
kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan. (10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan
pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan
kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.
III) Macam-macam pandangan tentang orang-orang yang dibicarakan dalam 6:4-6.
1) Bagian ini
tidak mempersoalkan apakah mereka orang-orang kristen asli atau KTP.
Calvin’s Commentary (hal 378, Appendix U) menyinggung
tentang pertanyaan apakah yang dibicarakan di sini adalah orang kristen sejati
atau orang kristen KTP. Ia berkata: “The question is not suitable, for the
Apostle only speaks of those who had enjoyed certain privileges, and as to
whether they were real or merely professing Christians, he does not treat of” (= Pertanyaan
ini tidak cocok, karena sang Rasul hanya berbicara tentang mereka yang telah
menikmati hak-hak tertentu, dan mengenai apakah mereka adalah orang kristen
sungguh-sungguh atau hanya mengaku sebagai orang-orang kristen, ia tidak
membahasnya).
Catatan: ini bukan pandangan Calvin.
2) Mereka
adalah orang-orang kristen sejati.
R. C. Sproul (‘Chosen
by God’, hal 184,185) mengatakan bahwa ia menganggap orang-orang ini
betul-betul Kristen. Alasannya karena adanya istilah ‘tidak mungkin
dibaharui sekali lagi sedemikian’ (ay
6).
Ay 6 (KJV):
‘to
renew them again unto repentance’ (= untuk memperbaharui mereka lagi pada
pertobatan).
Ini ia anggap menunjukkan bahwa orang-orang itu
dulunya sudah pernah betul-betul bertobat.
R. C. Sproul:
“Many Calvinists
thereby find a solution to this passage by relating it to non-believers in the
church who repudiate Christ. I am not entirely satisfied by that
interpretation. I think this passage may well be describing true Christians.
The most important phrase for me is ‘renew again to repentance.’ I know there
is a false kind of repentance that the author elsewhere calls the repentance of
Esau. But here he speaks of renewal. The new repentance, if it is renewed, must
be like the old repentance. The renewed repentance of which he speaks is
certainly the genuine kind. I assume therefore that the old was likewise
genuine” (= Banyak
Calvinist dengan cara ini menemukan suatu solusi bagi text ini dengan
menghubungkannya kepada orang-orang yang tidak percaya di dalam gereja, yang
meninggalkan / menyangkal Kristus. Saya tidak sepenuhnya puas dengan penafsiran
itu. Saya berpikir text ini bisa dengan baik / benar menggambarkan orang-orang
Kristen yang sejati. Ungkapan yang terpenting bagi saya adalah ‘memperbaharui
lagi pada pertobatan’. Saya tahu bahwa disana ada suatu jenis pertobatan yang
palsu sehingga sang pengarang di tempat lain menyebutnya pertobatan Esau.
Tetapi di sini ia berbicara tentang pembaharuan. Pertobatan yang baru, jika itu
diperbaharui, harus seperti pertobatan yang lama. Pertobatan yang diperbaharui
tentang mana ia berbicara pastilah jenis yang asli. Karena itu, saya menganggap
bahwa yang lama juga sama aslinya) - ‘Chosen by God’, hal 184-185.
Catatan: saya kira yang ia maksud dengan pertobatan Esau
adalah yang ada dalam Ibr 12:16-17 - “(16)
Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah
seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. (17) Sebab
kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab
ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia
mencarinya dengan mencucurkan air mata”.
KJV: ‘for he found no place of repentance, though he sought it carefully with
tears’ (= karena ia tidak menemukan tempat pertobatan, sekalipun ia mencarinya
dengan kesedihan dan dengan air mata).
Tetapi saya berpendapat bahwa kita bisa menafsirkan
bahwa pembaharuan yang dulu itu hanya bersifat lahiriah, atau, orang-orang itu disebut
sebagai ‘pernah bertobat’ karena dulu mereka mengaku sebagai orang Kristen,
atau kelihatannya adalah orang Kristen.
Mereka yang menganggap bahwa orang-orang ini adalah
orang-orang kristen yang sejati terbagi dalam dua golongan:
a) Yang
betul-betul menganggap bahwa orang-orang kristen sejati ini bisa murtad,
menghujat Kristus dan akhirnya binasa. Ini jelas merupakan pandangan dari orang
Arminian.
Adam Clarke, yang memang adalah seorang Arminian,
menganggap ini sebagai orang kristen sejati, yang bukan hanya mundur tetapi
murtad, dan menghujat Kristus, dan akhirnya binasa secara kekal.
Adam Clarke:
“The
design of these solemn words is evidently, First, to show the Hebrews that
apostasy from the highest degrees of grace was possible; and that those who
were highest in the favour of God might sin against him, lose it, and perish
everlastingly”
(= Tujuan dari kata-kata yang khidmat ini jelas adalah, Pertama, untuk
menunjukkan kepada orang-orang Ibrani bahwa kemurtadan dari tingkat tertinggi
dari kasih karunia adalah mungkin; dan mereka yang tertinggi dalam kebaikan /
kemurahan Allah bisa berdosa terhadap Dia, kehilangan hal itu, dan binasa
secara kekal) - hal 724.
Ibr 6:6 (KJV): ‘If they shall fall away’ (= Jika mereka murtad).
Catatan: kata ‘if’
(= jika) pada awal ay 6 itu ada dalam KJV/RSV/NIV/NKJV, sedangkan NASB/ASV
menterjemahkan ‘and then’ (= dan
lalu). Kitab Suci Indonesia
mentejemahkan ‘namun’.
Adam Clarke mengatakan (hal 725) bahwa kata ‘if’
(= jika) ini sebetulnya tidak ada, dan kata kerjanya ada dalam bentuk aorist
(lampau). Kata ‘if’ (= jika) itu ditambahkan supaya ini tidak
bertentangan dengan doktrin ‘Perseverance
of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus). Tetapi saya berpendapat
bahwa Adam Clarke dan orang-orang Arminian lainnya yang menekankan tidak adanya
kata ‘if’ (= jika) ini terlalu
melebih-lebihkan. Saya berpendapat bahwa ada atau tidak adanya kata ‘if’ (= jika) pada awal ay 6 ini tidak
terlalu berpengaruh apa-apa terhadap arti dari kalimatnya. Bandingkan dengan kata-kata
John Owen dalam ‘The Works of John Owen’,
vol 11, hal 639-640, di bawah ini.
John Owen: “To this Mr. Goodwin farther adds that weighty observation,
that the word ‘if’ is not in the original; and thence takes occasion to fall
foul upon the translators as having corrupted the passages, out of favor to the
doctrine contended for. I wish they had never worse mistaken, nor showed more
partiality in any other place. For, first, will Mr. Goodwin say that a
proposition cannot be hypothetical, nor an expression conditional, unless the
word ‘if’ be expressed? Were it worth the labor, instances might abundantly be
given him in that language whereof we speak to the contrary. He that shall say
to him as he is journeying, ‘Going the right hand way, you will meet with
thieves,’ may be doubtless said to speak conditionally, no less than he that
should expressly tell him, ‘If you go the way on the right hand, you shall meet
with thieves.’ Secondly, what clear sense and significancy can be given
the words without the supplement of the conditional conjunction, or some other
term equipollent thereunto, Mr. Goodwin hath not declared. ‘For it is impossible
for those who were once enlightened,’ etc., ‘and they falling away,’ as the
words (‘verbum de verbo’) lie in the text, is scarce in English a congruous or
significant expression; yea, kai<
parapeso>ntav, in the syntax and coherence wherein it
lies, is most properly and directly rendered, ‘If they fall away,’ as is also
the force of the expression, Hebrews 10:26. Yea, thirdly, the corruption
of the translation mentioned by Mr. Goodwin doth not in the least relieve him
as to the delivery of the words from a sense hypothetical. ‘When they fall
away’ (though his ‘when’ be no more in the text than the translators’ ‘if’),
doth either include a supposition that they shall and must fall away certainly,
and so requires the event of the thing whereof it is spoken, or it is
expressive only of the condition whereon the event is suspended. If it be taken
in the first sense, all believers must fall away; if in the latter, none may,
notwithstanding any thing in this text (so learnedly restored to its true
significancy), the words only pointing at the connection that is between
apostasy and punishment. Notwithstanding, then, any thing here offered to the
contrary, those who affirm that nothing can certainly be concluded from these
places for the apostasy of any, be they who they will that are intended in
them, because they are conditional assertions, manifesting only the connection
between the sin and punishment expressed, need not be ashamed of nor recoil
from their affirmation in the least” - ‘The Works of
John Owen’, vol 11, hal 639-640.
Ini merupakan
pembelaan John Owen terhadap terjemahan yang menggunakan kata ‘if’ (= jika) di awal ay 6, tetapi saya
tidak memberi terjemahan dari kata-kata Owen ini karena saya anggap tak terlalu
penting. Saya menganggap bahwa sekalipun kata ‘jika’ itu tidak ada, ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (=
Ketekunan orang-orang kudus) dari Calvinisme.
Pandangan bahwa orang kristen sejati bisa murtad dan
binasa secara kekal ini bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang
menunjukkan bahwa orang yang bisa murtad hanyalah orang kristen KTP, sedangkan
orang kristen sejati pasti akan terus ikut Tuhan, seperti:
1. Mat 24:24
- “Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan
orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya
mungkin’ menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi!
2. Yoh 8:31
- “Maka
kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap
dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak tetap dalam
firman (murtad), bukanlah benar-benar murid Kristus.
Adam Clarke (tentang Yoh
8:31): “It is not
enough to receive God’s truth - we must retain and walk in it. And it is only
when we receive the truth, love it, keep it, and walk in it, that we are the
genuine disciples of Christ” (= Tidak cukup
untuk menerima kebenaran Allah - kita harus mempertahankan dan berjalan di dalamnya.
Dan hanya pada waktu kita menerima kebenaran, mengasihinya, memelihara /
menyimpannya, dan berjalan di dalamnya, maka kita adalah murid-murid yang asli
/ sejati dari Kristus).
3. 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku,
waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar,
seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus.
Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk
pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka
tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi
nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Adam Clarke (tentang 1Yoh
2:19): “While,
therefore, we acknowledge that they once belonged to us, we assert that they
are not of us. ... They were not expelled from the Christian church; they were
not sent out by us; but they separated from it and us. ... their separating
from us manifested that they were not taught, as we were, by the Spirit of God.
These false teachers probably drew many sincere souls away with them; and to
this it is probable the apostle alludes when he says, they were not ALL of us.
Some were; others were not” (= Karena itu,
sementara kami mengakui bahwa mereka pernah termasuk pada kita / kami, kami
menegaskan bahwa mereka bukanlah dari kami / kita. ... Mereka tidak dikeluarkan
dari gereja Kristen; mereka tidak disuruh keluar oleh kami; tetapi mereka
memisahkan diri dari gereja dan dari kami / kita. ... pemisahan mereka dari
kami / kita menyatakan bahwa mereka tidak diajar, seperti kami, oleh Roh Allah.
Guru-guru palsu ini mungkin menarik banyak jiwa-jiwa yang tulus bersama mereka;
dan pada hal ini mungkin sang rasul menyatakan secara tak langsung ketika ia
mengatakan, tidak SEMUA mereka berasal dari kita / kami. Sebagian ya, yang lain
tidak).
4. 2Yoh 9
- “Setiap
orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak”.
Catatan: tentang Mat 24:24 Adam Clarke tak memberikan komentar
apapun, dan tentang 2Yoh 9 komentarnya ada tetapi tidak penting. Tetapi
komentarnya tentang Yoh 8:31 maupun 1Yoh 2:19 jelas menunjukkan bahwa
iapun berpandangan bahwa orang yang murtad bukanlah Kristen sejati. Ini
bertentangan dengan pandangannya tentang Ibr 6:4-6 maupun Ibr 10:26-29,
karena tentang kedua text ini ia beranggapan bahwa itu adalah orang-orang
kristen yang sejati yang lalu murtad dan terhilang!
Adanya keempat text di atas menyebabkan kita tidak bisa / tidak boleh
menafsirkan bahwa Ibr 6:4-6 berbicara tentang orang-orang kristen yang sejati
yang lalu murtad dan akhirnya binasa.
b) Yang
menganggap bahwa orang-orang ini adalah orang-orang kristen yang sejati, tetapi
pada saat yang sama menganggap bahwa bagian ini hanya merupakan suatu
pengandaian, atau suatu ancaman, yang tidak bisa betul-betul terjadi.
Ini adalah pandangan dari sebagian orang Reformed.
Barnes’ Notes:
“it
seems to me that it refers to true Christians; that the object is to keep them
from apostasy; and that it teaches that, if they should apostatize, it would be
impossible to renew them again, or to save them. ... It is not an affirmation
that any had actually fallen away, or that, in fact, they would do it; but the
statement is that on the supposition that they had fallen away, it would be
impossible to renew them again” (= bagi saya kelihatannya ini menunjuk
kepada orang-orang kristen yang sejati; dan bahwa tujuannya adalah untuk
menjaga / mencegah mereka dari kemurtadan; dan bahwa ini mengajar bahwa, jika
mereka murtad, adalah tidak mungkin untuk memperbaharui mereka lagi, atau untuk
menyelamatkan mereka. ... Ini bukan suatu penegasan bahwa ada siapapun yang
betul-betul murtad, atau bahwa mereka akan murtad; tetapi pernyataannya adalah
bahwa seandainya mereka murtad, adalah tidak mungkin untuk memperbaharui mereka
lagi) - hal 1265,1266.
R. C. Sproul juga termasuk dalam kelompok ini. Ia
menganggap orang-orang ini sebagai orang-orang kristen yang sejati, tetapi
kemurtadan yang dibicarakan dalam ay 6 itu tidak mungkin betul-betul terjadi.
R. C. Sproul:
“The key to
Hebrews 6 is found in verse 9. ‘But, beloved, we are confident of better things
concerning you, yes, things that accompany salvation, though we speak in this
manner.’ Here the author himself notes that he is speaking in an unusual
manner. His conclusion differs from those who find here a text for falling
away. He concludes with a confidence of ‘better
things’ from the beloved, ‘things that accompany salvation.’ Obviously
falling away does not accompany salvation. The author does not say that any
believer actually does fall away. In fact he says the opposite, that he is confident
they will not fall away” (= Kunci pada Ibr 6 ditemukan dalam ayat 9.
‘Tetapi, saudara-saudara yang kekasih, kami yakin tentang hal-hal yang lebih
baik berkenaan dengan kamu, ya, hal-hal yang menyertai keselamatan, sekalipun
kami berbicara dengan cara ini’. Di sini sang pengarang sendiri memberi catatan
bahwa ia sedang berbicara dengan suatu cara yang tidak biasa. Kesimpulannya
berbeda dari mereka yang mendapatkan di sini suatu text untuk murtad. Ia
menyimpulkan dengan suatu keyakinan tentang ‘hal-hal yang lebih baik’ dari
saudara-saudaranya yang kekasih, ‘hal-hal yang menyertai keselamatan’. Jelas
bahwa kemurtadan tidak menyertai keselamatan. Sang pengarang tidak mengatakan
bahwa orang percaya manapun betul-betul murtad. Dalam faktanya ia berkata sekaliknya,
bahwa ia yakin mereka tidak akan murtad)
- ‘Chosen by God’, hal 185-186.
Ibr 6:9 - “Tetapi,
hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang
kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan”.
Catatan:
Kata-kata ‘mengandung
keselamatan’ salah terjemahan.
KJV/NIV/NASB: ‘accompany salvation’ (= menyertai keselamatan).
3) Mereka
adalah orang-orang Kristen KTP.
David Dickson:
“1. The
natural man may be convinced that the church is a blessed society, and join
himself unto it. 2. Yea, change his outward conversation, and cast off his
pollutions which are in the world through lust, and take himself to be ruled
outwardly by Christ’s discipline, and cal him Lord, Lord. 3. And be so
blameless before men that he may look with his lamp like a wise virgin waiting
for the wedding, and yet be a graceless fool inwardly” (=
1. Manusia duniawi bisa diyakinkan bahwa gereja adalah suatu masyarakat
yang diberkati, dan menggabungkan dirinya dengannya. 2. Bahkan mengubah
kehidupan lahiriahnya, dan membuang kekotorannya yang ada dalam dunia melalui
nafsu, dan menyerahkan dirinya untuk diperintah / diatur secara lahiriah oleh
disiplin Kristus, dan menyebutNya ‘Tuhan, Tuhan’. 3. Dan begitu tak bercacat
di hadapan manusia sehingga ia terlihat dengan lampunya seperti seorang gadis
yang bijaksana yang menunggu pernikahan, tetapi tetap merupakan seorang tolol
tanpa kasih karunia secara batiniah)
- hal 28.
John Owen juga menyimpulkan bahwa orang-orang ini
bukanlah orang kristen sejati.
John Owen: “the persons
here intended are not true and sincere
believers, in the strict and proper sense of that name, at least they
are not described here as such; so that from hence nothing can be concluded
concerning them that are so, as to the possibility of their total and final
apostasy” (= orang-orang
yang dimaksudkan di sini bukanlah orang-orang percaya yang sejati dan
sungguh-sungguh, dalam arti kata yang ketat dan tepat / benar dari sebutan itu,
setidaknya mereka tidak digambarkan di sini seperti itu; sehingga dari sini tak
ada apapun yang bisa disimpulkan berkenaan mereka yang adalah orang-orang
kristen yang sejati, berkenaan dengan kemungkinan dari kemurtadan total dan
akhir mereka) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 84.
Owen memberikan beberapa argumentasi yang menunjukkan
bahwa orang-orang yang dibicarakan di sini adalah orang-orang kristen KTP:
a) Dalam
5 hal yang diberikan dalam Ibr 6:4-5 tak pernah dikatakan bahwa mereka itu
beriman / percaya kepada Yesus, baik secara explicit maupun dengan
istilah-istilah yang artinya sama. Mereka juga tidak digambarkan dengan
kata-kata yang biasanya digunakan untuk orang kristen, seperti:
1. Dipanggil
sesuai dengan rencana / maksud Allah.
2. Dilahir-barukan.
3. Dibenarkan,
dikuduskan.
4. Dipersatukan
dengan Kristus.
5. Diadopsi
menjadi anak Allah.
John Owen: “they are not said to be called according to God’s
purpose; to be born again, not of man, nor of the will of flesh, but of God;
nor to be justified, or sanctified, or united unto Christ, or to be the sons of
God by adoption” (= mereka tak
dikatakan dipanggil sesuai dengan rencana Allah; dilahir-barukan bukan dari
manusia, bukan dari kehendak daging, tetapi dari Allah; ataupun dibenarkan,
atau dikuduskan, atau dipersatukan dengan / kepada Kristus, atau menjadi
anak-anak Allah oleh pengadopsian) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 84.
b) Dalam
ayat-ayat selanjutnya orang-orang ini digambarkan sebagai tanah yang sekalipun
menerima hujan tetapi hanya menghasilkan semak duri dan rumput duri.
Ibr 6:7-8 - “(7)
Sebab tanah yang
menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan
tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat
dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput
duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan
pembakaran”.
‘Tanah’ itu bisa diibaratkan sebagai ‘manusia’, ‘air hujan’
diibaratkan sebagai ‘injil’. Jika seseorang bertobat / percaya Yesus dengan
sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang menghasilkan
tumbuh-tumbuhan yang berguna’
(ay 7); sedangkan sebaliknya kalau seseorang tidak bertobat / percaya
Yesus dengan sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang
menghasilkan semak duri dan rumput duri’
(ay 8a). Orang ini dikatakan ‘tidak berguna’ dan ‘sudah dekat pada kutuk, yang berakhir
dengan pembakaran’ (ay 8b).
Ibr 6:8 ini mirip dengan tanah
bersemak duri dalam perumpamaan Yesus tentang seorang penabur yang menabur di 4
golongan tanah (Mat 13:7,22), dan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang
dibicarakan dalam Ibr 6:4-6 itu hanyalah orang kristen KTP.
Calvin: “So they who
destroy the seed of the Gospel either by their indifference or by corrupt
affections, so as to manifest no sign of good progress in their life, clearly
shew themselves to be reprobates, from whom no harvest can be expected” (= Demikianlah
mereka yang menghancurkan benih Injil, baik oleh sikap acuh tak acuh ataupun
oleh perasaan yang jahat, sehingga tidak menunjukkan tanda kemajuan yang baik
dalam hidup mereka, jelas menunjukkan diri mereka sendiri sebagai orang-orang
yang ditentukan untuk binasa, dari siapa tidak ada panen yang bisa diharapkan) - hal 141.
c) Dalam
ayat-ayat selanjutnya penulis surat
Ibrani ini mengkontraskan mereka dengan orang-orang percaya.
Ibr 6:9-10 - “(9) Tetapi, hai
saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu,
kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan. (10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan
pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan
kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.
Catatan:
Kata-kata ‘mengandung
keselamatan’ salah terjemahan.
KJV: ‘accompany salvation’ (= menyertai keselamatan).
Bagian ini jelas mengkontraskan orang-orang percaya
sejati dalam ayat ini dengan orang-orang kristen KTP dalam Ibr 6:4-6.
Kontras ini ditekankan oleh kata ‘Tetapi’ pada awal dari ay 9. Owen membicarakan tentang 3
hal dalam ay 9-10 yang membedakan / mengkontraskan orang-orang dalam ay 9-10
ini dengan orang-orang kristen KTP dalam ay 4-6.
1. Adanya
hal-hal yang menyertai keselamatan (ay 9).
John Owen: “Afterwards, when he comes
to declare his hope and persuasion concerning these Hebrews, that they were not
such as those whom he had before described, nor such as would so fall away unto
perdition, he doth it upon three grounds, whereon they were differenced from
them: as, - (1.) That they had
such things as did ‘accompany salvation;’ that is, such as salvation is
inseparable from. None of these things, therefore, had he ascribed unto those
whom he describeth in this place; for if he had so done, they would not have
been unto him an argument and evidence of a contrary end, that these should not
fall away and perish as well as those. Wherefore he ascribes nothing to these
here in the text that doth peculiarly ‘accompany salvation,’ verse 9” [= Belakangan, pada waktu ia menyatakan pengharapan
dan kepercayaan / keyakinannya berkenaan dengan orang-orang Ibrani ini, bahwa
mereka (ay
9-10) bukanlah seperti mereka (ay
4-6) yang telah ia gambarkan sebelumnya,
ataupun seperti orang-orang yang murtad kepada kebinasaan, ia melakukan ini
pada tiga dasar / alasan, di atas mana mereka (ay 9-10) dibedakan dari mereka (ay 4-6):
seperti, - (1) Bahwa mereka (ay 9-10)
mempunyai hal-hal yang ‘menyertai keselamatan’; yaitu, hal-hal yang tak
terpisahkan dari keselamatan. Karena itu, tak ada dari hal-hal ini yang telah
ia anggap merupakan milik dari mereka (ay 4-6) yang ia gambarkan di tempat ini: karena seandainya ia melakukan
demikian, mereka (ay 4-6) akan
menjadi baginya suatu argumentasi dan bukti dari suatu akhir yang bertentangan,
bahwa orang-orang ini (ay 4-6) tidak
akan murtad dan binasa sama seperti mereka (ay 9-10). Karena itu ia tidak menganggap apapun dari hal-hal dalam text ini
merupakan milik dari orang-orang dalam text ini (ay 4-6), yang secara khusus ‘menyertai
keselamatan’, ay 9] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 72-73.
2. Adanya ‘pekerjaan dan kasih’ (ay 10).
John Owen: “(2.) He describes them by their ‘duties of obedience’ and fruits of faith. This was their ‘work
and labor of love’ towards the name of God, verse 10. And hereby, also, doth he
difference them from these in the text, concerning whom he supposeth that they
may perish eternally, which these fruits of saving faith and sincere love
cannot do” [= (2.)
Ia menggambarkan mereka dengan ‘kewajiban-kewajiban ketaatan’ dan buah-buah
dari iman mereka. Ini adalah ‘pekerjaan dan jerih payah kasih’ mereka bagi nama
Allah, ay 10. Dan dengan ini, juga, ia membedakan mereka (ay
9-10) dari orang-orang dalam text ini (ay
4-6), berkenaan siapa ia menganggap
bahwa mereka bisa binasa secara kekal, yang tak bisa dilakukan oleh buah-buah
dari iman yang menyelamatkan dan kasih yang sungguh-sungguh] - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 73.
3. Adanya pemeliharaan / penjagaan dari Allah
yang tidak melupakan mereka (ay 10).
John Owen: “(3.)
He adds, that in the preservation of those
there mentioned the faithfulness of
God was concerned: ‘God is not unrighteous to forget.’ For they were
such he intended as were interested in the covenant of grace, with respect
whereunto alone there is any engagement on the faithfulness or righteousness of
God to preserve men from apostasy and ruin; and there is so with an equal
respect unto all who are so taken into the covenant. But of these in the text
he supposeth no such thing; and thereupon doth not intimate that either the
righteousness or faithfulness of God was any way engaged for their
preservation, but rather the contrary” [= (3.) Ia menambahkan, bahwa dalam pemeliharaan /
penjagaan dari mereka yang disebutkan disana, kesetiaan Allah diperhatikan:
‘Allah bukannya tidak benar sehingga melupakan’ (ay 10a). Karena mereka adalah orang-orang yang ia
maksudkan sebagai berminat pada perjanjian kasih karunia, dan hanya berkenaan
dengan mereka saja ada perjanjian tentang kesetiaan
dan kebenaran Allah untuk menjaga / memelihara orang-orang dari kemurtadan dan
kehancuran; dan disana juga perjanjian dengan hubungan yang setara bagi semua
orang yang dimasukkan ke dalam perjanjian. Tetapi tentang orang-orang dalam
text ini (ay 4-6), ia tidak menganggap seperti itu; dan karena itu ia tidak
mengisyaratkan bahwa kebenaran atau kesetiaan Allah dengan cara apapun dijanjikan untuk pemeliharaan / penjagaan
mereka (ay 4-6), tetapi bahkan
sebaliknya] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 73.
David Dickson:
“in
these verses, the 4th, 5th, and 6th, he is
speaking of professors in general, conditionally; but verses 9,10,&c. he is
speaking to the true believers amongst these Hebrews particularly” (= dalam
ayat-ayat ini, ay 4,5,6, ia sedang berbicara tentang orang-orang yang mengaku
secara umum, secara bersyarat / tidak mutlak; tetapi ay 9,10,dst. ia berbicara
kepada orang-orang percaya yang sejati di antara orang-orang Ibrani ini secara
khusus) - hal 27.
Calvin menganggap (hal 141) bahwa kalau tadi penulis surat Ibrani ini berbicara
seperti petir yang menyambar, maka sekarang ia mengurangi kekerasan
kata-katanya dengan menambahkan bagian ini, supaya mereka tidak menganggap
bahwa dalam Ibr 6:4-6 tadi ia berbicara tentang mereka.
d) Seluruh
kontext membedakan orang-orang dalam ay 4-6 dengan orang-orang lain dalam
kontext ini.
Ibr 5:11-6:10 - “(5:11) Tentang
hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan,
karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab
sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi
pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari
penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (5:13)
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk
orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk
membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan
asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada
perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2)
yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan
orang-orang mati dan hukuman kekal. (6:3) Dan itulah yang akan kita perbuat, jika
Allah mengizinkannya. (6:4) Sebab mereka yang pernah
diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, (6:5) dan yang mengecap firman yang baik dari
Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6:6) namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (6:7) Sebab tanah
yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang
menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya,
menerima berkat dari Allah; (6:8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak
duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk,
yang berakhir dengan pembakaran. (6:9) Tetapi, hai saudara-saudaraku
yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu,
kami yakin, bahwa kamu
memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. (6:10) Sebab
Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan
kasihmu yang kamu
tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan kamu
kepada orang-orang kudus, yang masih kamu
lakukan sampai sekarang”.
Catatan: perhatikan kontras antara kata ‘mereka’ dalam Ibr 6:4-6, dengan kata ‘kamu’ atau ‘kita’ dalam Ibr 5:11-6:3 maupun dalam Ibr 6:9-10. Kata-kata ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (ay 9) seharusnya adalah ‘beloved’ (= yang kekasih). Ini juga jelas menunjuk kepada orang
kristen yang sejati.
Dalam Ibr 6:7-8 muncul kata-kata ganti orang ‘nya’, ‘mereka’, ‘ia’, tetapi ini adalah persoalan lain, karena ay 7-8 ini merupakan
suatu perumpamaan yang diberikan oleh penulis surat Ibrani, sehingga boleh
dikatakan terpisah / berbeda dengan seluruh kontext.
Kalau orang-orang dalam Ibr 6:4-6 ini memang
adalah orang-orang kristen KTP, maka ada beberapa pertanyaan yang timbul:
1. Mengapa
setelah mereka murtad dikatakan bahwa mereka tidak mungkin diperbaharui?
Calvin: “some take ‘impossible’ in the sense of
rare or difficult, which is wholly different from its meaning” (= beberapa
orang menganggap ‘tidak mungkin’ dalam arti ‘jarang’ atau ‘sukar’, yang sama
sekali berbeda dengan arti kata itu).
Saya setuju dengan Calvin. Jadi bagian ini tetap
mengatakan bahwa orang yang murtad itu tidak mungkin diperbaharui. Mengapa
tidak mungkin?
Karena yang dimaksud dengan ‘murtad’ di sini adalah meninggalkan kekristenan secara total,
dan kembali kepada Yudaisme (masuk agama lain), dan melakukan penyangkalan /
penghinaan terhadap Kristus. Singkatnya mereka melakukan dosa menghujat Roh
Kudus.
David Dickson mengatakan (hal 27) bahwa ini tidak
membicarakan orang kristen yang tidak mengerti apa-apa yang lalu murtad, tetapi
orang kristen yang sudah mengerti (tentang injil) dan merasakan kuasa dari
kebenaran, tetapi yang lalu murtad. Juga kemurtadan ini bukan disebabkan karena
takut, tetapi suatu tindakan sengaja / sukarela.
David Dickson:
“This
is that sin against the Holy Ghost which he here speaketh of” (= Ini adalah
dosa menghujat Roh Kudus yang di sini ia bicarakan) - hal 27.
Calvin: “For he falls
away who forsakes the word of God, who extinguishes its light, who deprives
himself of the taste of the heavenly gift, who relinquishes the participation
of the Spirit. Now this is wholly to renounce God. We now see whom he
excluded from the hope of pardon, even the apostates who alienated themselves
from the Gospel of Christ, which they had previously embraced, and from the
grace of God; and this happens to no one but to him who sins against the
Holy Spirit” (= Karena ia dianggap murtad, yaitu ia yang
meninggalkan firman Allah, yang memadamkan terangnya, yang menghilangkan
dirinya sendiri dari kecapan karunia surgawi, yang melepaskan partisipasi Roh. Jadi
ini adalah meninggalkan / menyangkal Allah sepenuhnya. Sekarang kita
melihat siapa yang ia keluarkan dari pengharapan tentang pengampunan, yaitu
orang-orang yang murtad, yang menjauhkan diri mereka sendiri dari Injil
Kristus, yang sebelumnya telah mereka mengerti / terima, dan dari kasih karunia
Allah; dan ini tidak terjadi pada siapapun kecuali pada dia yang berdosa
terhadap / menentang Roh Kudus) -
hal 136.
John Owen: “it is a
total renunciation of all the constituent principles and doctrines of
Christianity. Such was the sin of them who forsook the gospel and
returned to Judaism; this was accompanied by the open and public renunciation
of the gospel. This is the ‘falling away,’ - a voluntary resolved
relinquishment of and apostacy from the gospel, the faith, rule, and obedience
thereof, which cannot be done without casting the highest reproach and
contumely upon the Person of Christ Himself” (= ini merupakan suatu tindakan meninggalkan
secara total terhadap semua prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin pokok dari
kekristenan. Demikianlah dosa dari mereka yang meninggalkan Injil dan kembali
kepada Yudaisme; ini disertai dengan penyangkalan secara terbuka dan di depan
umum terhadap Injil. Ini adalah ‘murtad’, suatu tindakan melepaskan yang
telah diputuskan secara sukarela dan kemurtadan dari Injil, iman, pemerintahan, dan ketaatan terhadapnya, yang tidak bisa
dilakukan tanpa membuat / memberikan celaan dan penghinaan tertinggi kepada
Pribadi Kristus sendiri) - ‘Hebrews, abridged’,
hal 98.
Tentang Ibr 6:6b - “sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah
bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”, Owen berkata bahwa mereka tidak sungguh-sungguh
berbuat demikian, dan mereka tidak bisa betul-betul menyalibkan Yesus untuk
kedua-kalinya, tetapi mereka melakukannya secara moral, karena dengan
kemurtadan mereka dan kembalinya mereka ke Yudaisme, mereka menunjukkan
bahwa mereka menyetujui orang-orang Yahudi dalam menyalibkan Yesus sebagai
seorang penjahat. Ini merupakan penghinaan terbesar bagi Kristus, dan
merupakan dosa yang jauh lebih besar dari pada dosa orang-orang yang
betul-betul menyalibkan Yesus.
John Owen: “They do it not
really, they cannot do so; but they do it themselves morally. By their apostacy
they showed that they approved of the Jews in crucifying Him as a malefactor.
... no man living can attempt a higher dishonour against Jesus Christ than
this. The sin of those who forsake Christ and the gospel, after their
conviction of its truth and profession of it, is on many accounts far greater
than that of those who actually crucified Him” (= Mereka bukan sungguh-sungguh melakukan hal itu,
mereka tidak bisa melakukan hal itu; tetapi mereka melakukannya sendiri secara
moral. Oleh kemurtadan mereka, mereka menunjukkan bahwa mereka menyetujui /
merestui orang-orang Yahudi dalam menyalibkan Dia sebagai seorang penjahat. ...
tak ada orang hidup yang bisa mengusahakan suatu penghinaan yang lebih tinggi
terhadap Yesus Kristus dari pada ini. Dosa dari mereka yang meninggalkan
Kristus dan injil, setelah keyakinan mereka akan kebenarannya dan pengakuan
tentangnya, berdasarkan banyak perhitungan, adalah jauh lebih besar dari pada
dosa mereka, yang betul-betul menyalibkanNya) - ‘Hebrews, abridged’, hal
98.
Calvin: “But when any
one rises up again after falling, we may here conclude that he had not been
guilty of defection, however grievously he may have sinned” (= Tetapi pada
waktu siapapun bangkit lagi setelah jatuh, kita bisa di sini menyimpulkan bahwa
ia tidak bersalah dalam hal meninggalkan / murtad, betapapun menyedihkannya ia
telah berdosa) - hal 139.
2. Mengapa
bagian ini diceritakan kepada orang-orang kristen yang sejati, yang toh tidak
akan bisa melakukan dosa seperti itu?
Calvin: “If any one asks
why the Apostle makes mention here of such apostasy while he is addressing
believers, who were far off from a perfidy so heinous; to this I answer, that
the danger was pointed out by him in time, that they might be on their guard” (= Jika ada
yang bertanya mengapa sang Rasul menyebutkan di sini kemurtadan seperti itu
pada waktu ia sedang berbicara kepada orang-orang percaya, yang jauh dari
kedurhakaan / pengkhianatan yang begitu mengerikan; saya menjawab, bahwa bahaya
itu ditunjukkan olehnya pada waktunya, supaya mereka bisa berjaga-jaga) - hal 136.
R. C. Sproul:
“But if no one
falls away, why even bother to warn people against it? It seems frivolous to
exhort people to avoid the impossible. Here is where we must understand the
relationship of perseverance to preservation. Perseverance is both a grace and
a duty. We are to strive with all our might in our spiritual walk. Humanly
speaking, it is possible to fall away. Yet as we strive we are to look to God
who is preserving us. It is impossible that he should fail to keep us. Consider
again the analogy of the child walking with his father. It is possible that the
child will let go. If the father is God, it is not possible that he will let
go. Even given the promise of the Father not to let go, it is still the duty of
the child to hold on tightly. Thus the author of Hebrews warns believers
against falling away. ... Finally, with respect to perseverance and
preservation, we must look to the promise of God in the Old Testament. Through
the prophet Jeremiah, God promises to make a new covenant with his people, a
covenant that is everlasting. He says: ‘And
I will make an everlasting covenant with them, that I will not turn away from
doing them good; but I will put My fear in their hearts so that they will not
depart from Me.’ (Jeremiah 32:40).” [= Tetapi jika
tak seorangpun murtad, mengapa bersusah-susah untuk memperingati orang-orang
terhadapnya? Kelihatannya tolol untuk memperingati orang-orang untuk menghindari
sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Di sinilah kita harus mengerti hubungan
dari ketekunan (perseverance) dengan
pemeliharaan / penjagaan (preservation). Ketekunan (perseverance)
adalah suatu kasih karunia dan suatu kewajiban. Kita harus berjuang dengan seluruh
kekuatan kita dalam perjalanan rohani kita. Berbicara secara manusia, adalah
mungkin untuk murtad. Tetapi pada waktu kita berjuang kita harus memandang
kepada Allah yang memelihara / menjaga (preserving)
kita. Adalah tidak mungkin bahwa Ia gagal untuk menjaga kita. Pertimbangkan
lagi analogi dari anak yang berjalan dengan ayahnya. Adalah mungkin bahwa anak
itu akan melepaskan. Jika ayah itu adalah Allah, adalah tidak mungkin bahwa Ia
akan melepaskan. Sekalipun diberi janji dari Bapa untuk tidak dilepaskan, tetap
merupakan kewajiban dari anak untuk berpegang dengan kuat. Karena itu pengarang
dari surat
Ibrani memperingati orang-orang percaya terhadap kemurtadan. ... Akhirnya berkenaan
dengan ketekunan (perseverance) dan
pemeliharaan / penjagaan (preservation),
kita harus melihat pada janji Allah dalam Perjanjian Lama. Melalui nabi
Yeremia, Allah berjanji untuk membuat suatu perjanjian baru dengan umatNya,
suatu perjanjian yang kekal. Ia berkata: ‘Dan Aku akan membuat suatu perjanjian
kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan berbalik dari melakukan yang baik
bagi mereka; tetapi Aku akan menaruh rasa takutKu dalam hati mereka sehingga
mereka tidak akan meninggalkan Aku’ (Yer 32:40)] - ‘Chosen by God’, hal 186-187.
Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal
dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat
baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
Catatan:
hebatnya, berkenaan dengan Yer 32:40 ini, Adam Clarke sama sekali tidak
memberikan komentar apapun! Orang Arminian sering menutup mata terhadap, atau
mengabaikan, ayat-ayat yang jelas-jelas bertentangan dengan pandangannya!
Mungkin ini bisa disamakan dengan Kis 27, yang
pada ay 22b,24b,25b,34b menjamin keselamatan seisi kapal, tetapi
pada ay 26,31,34a mengancam bahwa mereka tidak
akan selamat, kalau tidak melakukan hal-hal tertentu. Ay 26,31,34a itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa sekalipun keselamatan mereka dijamin, mereka tetap mempunyai
tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kis 27:20-34 - “(20) Setelah beberapa hari
lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai
yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan
kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa
lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata:
‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan
berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini!
(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya
kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan
binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari
Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku,
(24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan
sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama
dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu
tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa
semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah
satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap
terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal
merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu
duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit
mereka menduga lagi dan ternyata lima
belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu
karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap
mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk
melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah
mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya:
‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu
prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33)
Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak
semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu
menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku
menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu.
Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut
kepalanya.’”.
Catatan:
1. Bagian yang saya beri garis bawah tunggal
menunjukkan jaminan keselamatan, sedangkan bagian yang saya beri garis bawah
ganda menunjukkan bahwa mereka tetap bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik!
2. Memang keselamatan yang dibicarakan dalam Kis
27 ini adalah keselamatan jasmani, tetapi dalam hal jaminan keselamatan dan
ancamannya, sama / analog dengan keselamatan rohani.
Kesimpulan / penutup.
Untuk saudara-saudara yang adalah orang kristen yang
sejati, selalulah waspada terhadap penyesatan dari setan. Khususnya berusahalah
untuk selalu bisa menjadi pendengar yang baik, yang dengan berlalunya waktu,
maju dalam kemampuan mendengar Firman Tuhan.
Sedangkan untuk saudara-saudara yang belum
sungguh-sungguh percaya, ingat bahwa kemurtadan seperti itu bisa menimpa saudara.
Hati-hati dengan kemurtadan seperti itu, karena kalau itu terjadi, tidak ada
kemungkinan saudara akan diampuni lagi. Dan sekalipun saudara tidak sampai
melakukan kemurtadan seperti itu, kalau saudara tetap tinggal sebagai orang
kristen KTP, saudara tetap akan mendapatkan hukuman kekal. Karena itu
percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar