I. Kriteria untuk
menilai sesat atau benar
Pendahuluan:
Saat ini kita membahas tentang GBI Tiberias, khususnya Pdt. Yesaya
Pariadji. Gereja itu pasti mempunyai banyak pendeta, tetapi pembahasan saya
hanya tentang Pdt. Yesaya Pariadji, bukan tentang pendeta-pendeta yang lain
dalam gereja itu, karena saya tidak tahu bagaimana ajaran mereka (tetapi bahwa
mereka mau bergabung dengan Pdt. Yesaya Pariadji, rasanya menunjukkan bahwa
mereka pasti juga bukan hamba Tuhan yang nggenah).
GBI Tiberias dan Pdt. Yesaya Pariadji adalah gereja / pendeta yang
sedang menanjak dengan sangat hebat di Jakarta,
dan sekarang di Surabaya.
Biasanya kalau seorang pendeta menanjak, itu karena ajarannya hebat, menarik,
menunjukkan kepandaian yang tinggi, dan sebagainya. Tetapi kalau saudara
membaca tulisan maupun mendengarkan khotbah Pdt. Yesaya Pariadji, saudara sama
sekali tidak melihat hal itu. Tulisan / khotbahnya mbulet / tanpa arah,
bertele-tele, argumentasinya bodoh dan tidak meyakinkan, dan bahkan dengan
mudah bisa dipatahkan. Kasarnya, ia bicara / menulis seperti ‘orang yang tidak
sekolahan’. Lalu mengapa ia dan gerejanya bisa menjadi populer? Kelihatannya
karena mujijat-mujijat yang ia lakukan, khususnya kesembuhan. Karena itu untuk
dasar pembahasan saya sengaja memilih text Kitab Suci yang membicarakan nabi
palsu yang bisa menubuatkan tanda / melakukan mujijat.
Ul 13:1-5 - “(1)
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita
mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
(3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab
TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh
mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4)
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus
berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu
berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena
ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu
keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan
maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu,
kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu”.
I) Nabi palsu yang bisa melakukan mujijat / menubuatkan suatu tanda.
Sang nabi menubuatkan suatu tanda /
mujijat, dan nubuat itu terjadi (Ul 13:1-2a).
Kalau seorang nabi bernubuat dan nubuatnya
tidak terjadi, maka jelas bahwa nabi itu adalah nabi palsu.
Ul 18:22 - “apabila seorang nabi berkata
demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka
itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu
telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
Yang seperti ini banyak contohnya, seperti:
Charles Taze Russel (pendiri Saksi Yehovah), yang sampai 2 x menubuatkan
kedatangan Yesus yang kedua-kalinya (tahun 1874 dan 1914), dan kedua-duanya
gagal. Juga dalam kalangan Kharismatik jaman sekarang ada banyak ‘nubuat
murahan’ yang bolak balik gagal. Itu jelas menunjukkan bahwa orang yang bernubuat
tersebut adalah nabi palsu.
Tetapi bagaimana kalau nabi palsu
menubuatkan suatu tanda / mujijat dan lalu terjadi?
Pdt. Yesaya Pariadji dalam majalahnya mengclaim bahwa ia banyak kali bernubuat tentang
kesembuhan seseorang, dan nubuatnya menjadi kenyataan, karena orangnya memang
sembuh.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “...
saya menubuatkan demikian banyak orang, dan mereka disembuhkan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II,
hal 10.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
sudah menubuatkan lebih dari 1000 orang, bahwa di dalam nama Tuhan Yesus,
mereka disembuhkan, dibebaskan dari pisau operasi, dibebaskan dari penyakit,
bahkan yang lahir buta, yang divonis mati, mereka disembuhkan dengan nama Tuhan
Yesus” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 38.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bapak
Yohanes dan Ibu Yuli bersaksi bahwa pada bulan April 2000 ibu tersebut
menderita kista sewaktu hamil 5 bulan. Dokter mengatakan bahwa ibu ini harus
membuang janin yang dikandungnya. Ibu Yuli percaya bahwa Yesus bisa
menyembuhkannya dan ia pergi ke Tiberias. Masih di bulan April 2000 ibu ini
didoakan oleh Pdt. Drs. Y. Pariadji dan beliau bernubuat bahwa ibu Yuli
pasti sembuh dan anaknya akan lahir dengan selamat. Kemudian Bapak Pariadji
memberikan Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Pada bulan Desember 2000 di Dome
of Tiberias Ibu ini bersaksi bahwa ia sembuh dan dikaruniai seorang putra yang
diberi nama Daniel yang sekarang sudah berumur 4 bulan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
20.
Ia bahkan mengatakan bahwa ia pernah bernubuat
tentang krismon di Indonesia
dan naiknya kurs dolar, dan nubuatnya terjadi.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tuhan
Yesus menerangkan kepada saya, bahwa Amerika sebagai negara Kristen adalah
negara yang berkuasa di bumi. Dan dengan melalui mata uang Dollarnya akan
menggoncangkan ekonomi dunia, terlebih lagi akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia
selama tiga setengah tahun. Maka Tuhan menerangkan kepada saya tentang kenaikan
nilai tukar US
$ yang pada saat itu mencapai lebih dari Rp. 10.000 - per US $ 1. Sehingga saya
membeli US $ waktu itu dengan kurs Rp. 2.600,- pada bulan Juli 1997 dalam
bentuk deposito dan jatuh tempo pada bulan Januari 1998 dengan nilai tukar
tertinggi, kurang lebih Rp. 16.000,-. Saya telah berkhotbah pada bulan Juli
1997 hingga bulan Agustus 1997 tentang kenaikan nilai tukar Dollar. Dan luar
biasa, banyak jemaat yang diberkati dan mengerti tentang nubuat saya tentang
kenaikan nilai tukar Dollar tersebut.” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 8.
Catatan: kata-kata Pdt. Yesaya Pariadji
ini dituliskan dalam majalah ‘Tiberias’, Edisi III / Tahun I, dan kalau
dilihat dari isinya, kelihatannya majalah ini diterbitkan tahun 1998 akhir atau
1999 awal, karena di dalamnya ada ucapan ‘Selamat Hari Natal 1998 dan Tahun
Baru 1999’. Krismon di Indonesia mulai sekitar akhir 1997, sehingga pada saat
itu krismon baru berjalan sekitar 1 tahun lebih sedikit. Tetapi sekarang, pada
bulan Februari 2002, krismon di Indonesia
sudah berlangsung sekitar 4 ½ tahun, dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Jadi sebetulnya nubuat Pdt. Yesaya Pariadji ini hanya benar sebagian,
yaitu dalam persoalan naiknya kurs dollar, tetapi salah sebagian, yaitu
berkenaan dengan masa 3 ½ tahun yang ia nubuatkan tentang resesi di Indonesia
itu, karena krismon sudah berlangsung 4 ½ tahun dan Indonesia belum bebas dari
krismon! Kalau kita mau mengacu pada Ul 18:22, maka dari satu
kegagalan nubuat ini saja sudah cukup bagi kita untuk menganggapnya sebagai
nabi palsu!
Seorang nabi palsu yang bernubuat dan lalu
nubuatnya terjadi, merupakan suatu keadaan yang membahayakan, karena ini
menunjukkan bahwa ia seolah-olah adalah nabi asli. Bandingkan dengan ayat-ayat
di bawah ini:
·
Yes 45:21
- “Beritahukanlah
dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang
mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak
dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari
padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!”.
Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang
bisa bernubuat dan lalu tergenapi. Jadi kalau nabi palsu itu bernubuat dan
tergenapi, itu akan menunjukkan bahwa ia adalah nabi asli!
·
Yer 28:8-9
- “Nabi-nabi yang
ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah bernubuat kepada
banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar tentang perang dan
malapetaka dan penyakit sampar. Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat
tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan,
bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN.’”.
·
Ul 18:20-22
- “(20) Tetapi
seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang
tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah
lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22)
apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi
dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan
terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
Demikian juga kalau seorang nabi palsu bisa
melakukan mujijat; ini juga merupakan suatu keadaan yang membahayakan, karena
ini seolah-olah menunjukkan bahwa ia adalah seorang nabi asli.
2Kor 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan,
bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan
segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.
Ibr 2:3-4 - “bagaimanakah kita akan luput, jikalau
kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan
oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara
yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh
tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan
dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
Nabi palsu yang bisa melakukan mujijat
tentu akan menggunakan kemampuannya tersebut untuk mengclaim diri sebagai nabi asli, dan ini memang
dilakukan oleh Pdt. Yesaya Pariadji.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang
buta sejak lahir, yang disembuhkan dalam suatu acara KKR, dengan diolesi minyak
urapan dan didoakan dalam nama Tuhan Yesus; sedang dites oleh Pdt. Drs. Yesaya
Pariadji. Di dalam Yohanes 9:31-33, dikatakan bahwa: ‘Jikalau orang itu tidak
datang dari Allah, ia tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat memelekkan mata
orang lahir buta.’” -
‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 39.
Catatan: ayat dari Yoh 9 itu tidak dikutip kata per
kata.
Perlu dicamkan bahwa sekalipun Ul 18
mengatakan bahwa tanda yang tidak terjadi merupakan petunjuk bahwa ia adalah
nabi palsu, tetapi kalau tanda yang dinubuatkan terjadi, itu tidak harus
membuktikan bahwa ia adalah nabi asli. Demikian juga kalau ada orang yang bisa
melakukan mujijat, itu tidak memastikan bahwa ia adalah seorang nabi asli.
Mengapa? Karena ada test-test lain yang perlu diterapkan kepadanya sebelum kita
menganggapnya sebagai nabi asli. Kalau seadanya mujijat dan penggenapan nubuat
dianggap menunjukkan bahwa orang yang melakukannya adalah nabi asli, maka
pikirkan tentang tukang-tukang sihir Mesir yang bisa meniru mujijatnya Musa
(Kel 7:10-12), juga Sai Baba, dukun-dukun, peramal-peramal, dan
sebagainya.
Pulpit Commentary tentang Ul 18:20: “The failure of the
word of a prophet was decisive proof that he had not spoken by Divine
inspiration. Had his word not failed, it would not have followed that he was a
true prophet, but it showed conclusively that he was a false one when his word
did fail”
(= Kegagalan perkataan seorang nabi merupakan bukti yang meyakinkan bahwa ia
tidak berbicara oleh ilham Ilahi. Jika perkataannya tidak gagal, tidak berarti
bahwa ia adalah seorang nabi yang sejati, tetapi itu menunjukkan secara
meyakinkan bahwa ia adalah seorang nabi palsu pada saat perkataannya gagal) - hal 315.
Calvin juga mengatakan bahwa adalah sesuatu
yang mungkin bahwa Allah mengijinkan seorang nabi palsu untuk bernubuat dan
lalu terjadi.
Calvin (tentang Ul 13:1): “God’s claiming to
Himself the glory of foretelling events does not prevent Him from occasionally
conferring even on the ministers of Satan the power of prophecy respecting some
particular point. Balaam was worse than any hireling crier, wishing as he did
to frustrate the eternal decree of God, and yet we know that his tongue was
directed by the divine inspiration of the Spirit so as to be the proclaimer of
that grace which he had been hired to quench. There is, therefore, no
inconsistency in this, that a man should be a perfidious impostor, and still
endowed at the same time with a particular gift of prophecy, not so as always
to deliver true revelations, (as, for instance, Caiaphas, who prophesied
correctly once, was not always veracious,) but in so far as by God’s permission
it shall be given him to foreknow this or that, so that one example of
truth-telling may be the cloak for many falsehoods.” [= Claim Allah bagi DiriNya
sendiri kemuliaan dari peramalan peristiwa-peristiwa tidak menghalangi /
mencegah Dia untuk kadang-kadang memberikan, bahkan kepada pelayan-pelayan
setan, kuasa untuk bernubuat berkenaan dengan hal-hal tertentu. Bileam lebih
buruk dari pada penangis upahan, ingin menggagalkan ketetapan kekal dari Allah,
tetapi kita tahu bahwa lidahnya diarahkan oleh ilham ilahi dari Roh sehingga
menjadi pemberita dari kasih karunia untuk mana ia disewa untuk memadamkan.
Karena itu, tidak ada ketidak-konsistenan dalam hal ini, bahwa seseorang penipu
yang adalah seorang pengkhianat, pada saat yang sama tetap diberi karunia
khusus untuk bernubuat, bukan supaya selalu menyampaikan wahyu-wahyu yang
benar, (seperti, misalnya, Kayafas, yang bernubuat sekali secara benar, tetapi
tidak selalu benar), tetapi sejauh ijin Allah bahwa ia diberi untuk mengetahui
lebih dulu hal ini atau itu, sehingga satu contoh dari pemberitaan kebenaran
bisa menjadi jubah untuk banyak kepalsuan] - hal 441.
Bahwa nabi-nabi palsu bisa bernubuat, dan
bahkan mengusir setan, melakukan mujijat demi nama Yesus, terlihat dari:
¨ Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat
demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi
namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu
sekalian pembuat kejahatan!’”.
¨ Mat 24:23-24 - “Pada waktu itu jika orang
berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya.
Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan
mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya
mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
¨ 2Tes 2:9 - “Kedatangan si pendurhaka itu
adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib,
tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.
¨
Wah 13:11-14
- “(11) Dan aku
melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama
seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. (12) Dan seluruh kuasa
binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan
seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka
parahnya telah sembuh. (13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat,
bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14) Ia
menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan
kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh
mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati
binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu”.
¨
Wah 16:13-14
- “Dan aku
melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu
keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. Itulah roh-roh setan yang
mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan
raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari
besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa”.
James Fergusson: “As Christ did
confirm his doctrines by miracles, ... so doth Satan confirm his erroneous
doctrines in antichrist’s kingdom, by working signs and wonders” [= Seperti Kristus meneguhkan
ajaran-ajaranNya dengan mujijat-mujijat (bdk. Ibr 2:3-4), ... demikian juga
Setan meneguhkan ajaran-ajarannya yang salah dalam kerajaan anti-Kristus,
dengan mengerjakan tanda-tanda dan perbuatan-perbuatan ajaib] - hal 477.
Kesimpulan: bahwa seseorang bisa bernubuat dan
tergenapi, dan bisa melakukan mujijat / kesembuhan, mengusir setan, dsb, belum
menjamin bahwa ia adalah nabi asli. Testing yang terpenting adalah:
bagaimana ajarannya? Ini yang akan dibahas dalam point II) di bawah ini.
II) Nabi itu mengajak untuk mengikuti / berbakti kepada allah lain (Ul 13:2b).
1) Ini
merupakan pencobaan dari Tuhan (Ul 13:3).
a) Ini
tidak bertentangan dengan Yak 1:13.
Yak 1:13-15 - “(13) Apabila seorang dicobai,
janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak
dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. (14)
Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia
diseret dan dipikat olehnya. (15) Dan apabila keinginan itu telah
dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan
maut”.
Jangan menganggap bahwa ini bertentangan
dengan Yak 1:13 yang mengatakan bahwa Allah tidak mencobai siapapun,
karena ‘pencobaan’ dalam Yak 1:13 itu menunjuk pada ‘keinginan berdosa’
(Yak 1:14-15). Allah memang tidak akan memasukkan suatu keinginan berdosa
ke dalam diri manusia; keinginan berdosa itu datang dari diri orang itu sendiri
(Yak 1:14), atau dari setan. Tetapi pencobaan dalam Ul 13:3 ini
mempunyai arti yang berbeda, dan dalam arti seperti ini, Allah bisa mencobai
manusia.
b) Allah
mencobai untuk mengetahui?
Nabi yang telah melakukan tanda itu
sekarang mengajak orang-orang untuk mengikuti allah lain dan berbakti
kepadanya. Semua ini merupakan pencobaan dari Allah. Untuk apa Allah mencobai?
Ul 13:3b-4 mengatakan: ‘untuk
mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti,
kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-perintahNya,
suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut’.
Ini mungkin kedengarannya aneh. Allah
mencobai supaya Ia bisa mengetahui. Apakah tanpa itu Ia tidak tahu yang mana
yang sungguh-sungguh mengasihi Dia dan yang mana yang tidak? Perhatikan jawaban
Calvin untuk menjawab pertanyaan ini.
Calvin: “God proves men’s hearts, not
that He may learn what was before unknown, but to lay open what was before
concealed. The expression ‘to know,’ therefore, refers to experimental
knowledge only”
(= Allah mencobai hati manusia, bukan supaya Ia bisa mengetahui apa yang
sebelumnya tidak Ia ketahui, tetapi untuk membuka apa yang tadinya tersembunyi.
Karena itu, ungkapan ‘mengetahui’ menunjuk hanya pada pengetahuan yang dialami) - hal 444.
Calvin: “He designedly brings the truly
pious to the proof, in order to distinguish them from the hypocrites” (= Ia secara sengaja membawa
orang-orang saleh yang sejati pada pencobaan, untuk membedakan mereka dari
orang-orang yang munafik)
- hal 445.
c) Mujijat
dan pencobaan.
Pulpit Commentary: “This raises the
whole question of miracles. These may be ‘helps to faith,’ or they may be ‘a
trial of faith.’”
(= Ini menimbulkan seluruh persoalan tentang mujijat. Ini bisa merupakan
‘pertolongan bagi iman’, atau bisa merupakan ‘ujian / pencobaan dari iman’) - hal 234.
Ini menyebabkan kita harus waspada pada
saat terjadi suatu mujijat, karena kadang-kadang itu menolong iman kita, tetapi
kadang-kadang itu mencobai iman kita!
Pulpit Commentary: “No ‘sign,’ no
‘wonder,’ is ever to be allowed to dazzle us for a moment” (= Tidak ada ‘tanda’, tidak ada
‘perbuatan ajaib’ pernah boleh diijinkan untuk mempesonakan kita sesaatpun) - hal 231.
Orang-orang mengagung-agungkan mujijat,
atau yang terlalu gampang percaya pada mujijat, atau terlalu cepat menganggap
seseorang yang bisa melakukan mujijat sebagai nabi asli, akan jatuh dalam
pencobaan ini!
d) Apakah Allah bisa dikatakan jahat / tidak baik, karena Ia mencobai
orang dengan mujijat palsu?
Ada tuduhan yang mengatakan bahwa Allah itu tidak
baik kalau Ia membiarkan kita dicobai dengan mujijat palsu, karena kita sangat
lemah / bodoh. Calvin menjawab (hal 446), bahwa pencobaan itu tidak akan
melukai siapapun kecuali orang-orang yang brengsek. Orang-orang yang dengan
tulus mencintai dan mencari Allah, pasti dilindungi oleh kuasa Roh Kudus,
sehingga tidak akan terjerat.
Calvin: “all who, having once seemed to
embrace the doctrines of salvation, afterwards reject and deny them, had never
possessed anything more than the disguise of a false profession, because, if
they sincerely loved God, they would remain firm in heart in the midst of all
things tending to disturb them. ... whosoever in a teachable and gentle
spirit shall seek after truth, and shall give himself over and submit himself
as the disciple of God, he will never be without the spirit of judgment and
discretion”
(= semua yang kelihatannya pernah sekali mempercayai doktrin keselamatan, lalu
setelah itu menolak dan menyangkalnya, tidak pernah mempunyai apapun kecuali
suatu kepura-puraan dari suatu pengakuan yang palsu, karena jika mereka dengan
tulus mengasihi Allah, hati mereka akan tinggal teguh di tengah-tengah segala
hal yang mengganggu mereka. ... siapapun dengan suatu roh yang bisa diajar
dan lembut mencari kebenaran, dan menyerahkan dirinya sendiri dan menundukkan
dirinya sendiri sebagai murid Allah, ia tidak akan pernah dibiarkan tanpa roh
penilaian dan kebijaksaan) - hal 447.
Tentang orang-orang yang disesatkan itu,
Calvin berkata: “it must also be observed, they
pay the penalty of their negligence, or instability, because they have not been
sufficiently attentive to God’s Word, or have not sufficiently devoted
themselves to religious pursuits. ... some listen disdainfully, some supremely
despise it, some wish that God’s Word were altogether destroyed, others think
lightly of it, ... it has always been the case that God’s truth was never
hidden from anybody, except him whose mind the God of this world has blinded.
(2Cor. 4:4.) And this especially takes place when light has shone from heaven, which
suffers none to go astray but those who shut their eyes” [= juga perlu diperhatikan,
mereka membayar hukuman dari kesembronoan mereka, atau ketidak-stabilan mereka,
karena mereka tidak cukup perhatian terhadap Firman Allah, atau mereka tidak
cukup membaktikan diri mereka kepada pencarian yang bersifat agama. ...
sebagian mendengar dengan sikap tidak menghargai, sebagian sangat memandang
rendah, sebagian berharap bahwa Firman Allah seluruhnya dihancurkan, dan yang
lain meremehkannya, ... kasusnya selalu adalah bahwa kebenaran Allah tidak
pernah disembunyikan dari siapapun, kecuali dia yang pikirannya telah dibutakan
oleh allah / ilah jaman ini (2Kor 4:4). Dan ini secara khusus terjadi pada
waktu terang telah bersinar dari surga, yang tidak membiarkan siapapun untuk
tersesat kecuali mereka yang menutup mata mereka] - hal 447-448.
2Kor 4:3-4 - “Jika Injil yang kami beritakan
masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu
orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah
zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus,
yang adalah gambaran Allah”.
Dan dalam tafsirannya tentang
Mat 24:23-24, Calvin berkata: “there was great
danger arising from this temptation, that wretched men, ... would be deceived
by false pretences, would seek phantoms instead of Christ, and would embrace
the delusions of Satan, as if they were assistance from God. ... By this kind
of delusion God revenges the ingratitude of men, and that they who shut their
eyes against the light which was offered to them may be plunged deeper and
deeper in darkness”
(= ada bahaya yang besar yang muncul dari pencobaan ini, yaitu bahwa
orang-orang yang hina, ... akan ditipu oleh kepura-puraan yang palsu, akan
melihat setan / hantu dan bukannya Kristus, dan akan mempercayai
khayalan-khayalan dari setan, seakan-akan hal-hal itu merupakan pertolongan
dari Allah. ... Oleh jenis khayalan ini Allah membalas sikap tidak tahu terima
kasih dari manusia, dan supaya mereka yang menutup mata mereka terhadap terang
yang ditawarkan kepada mereka, bisa dilemparkan / ditenggelamkan makin lama
makin dalam di dalam kegelapan) - hal 139-140.
Jadi, kalau saudara adalah orang kristen yang sejati
yang betul-betul mempercayai, mencintai, mencari, dan menghormati Firman Tuhan,
saudara tidak perlu takut bahwa pencobaan yang diberikan oleh Tuhan itu akan
menyesatkan diri saudara. Tetapi kalau saudara adalah orang kristen KTP yang
memang tidak mempercayai, tidak mencintai, tidak mencari (sekalipun mau
mendengar), dan tidak menghormati Firman Tuhan, maka bagian ini merupakan suatu
peringatan bagi saudara. Kalau Tuhan memberikan pencobaan seperti ini, maka
saudara adalah orang yang bisa disesatkan dan akhirnya dihancurkan /
dibinasakan oleh pencobaan tersebut. Karena itu, usahakanlah untuk membereskan
sikap-sikap yang tidak benar terhadap Firman Tuhan.
e) Semua
ini sejalan dengan:
1. Kata-kata Yesus dalam Mat 13:12 - “Karena siapa yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Bdk. Luk 8:18 - “Karena itu, perhatikanlah cara
kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi
siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap
ada padanya.’”.
Kata-kata ‘Siapa yang mempunyai, kepadanya
akan diberi sehingga ia berkelimpahan’, artinya ‘orang
yang mempunyai kerinduan terhadap Firman Tuhan akan diberi pengertian tentang
Firman Tuhan / kebenaran’.
Kata-kata ‘Siapa yang tidak mempunyai’, artinya ‘orang yang tidak mempunyai kerinduan terhadap
Firman Tuhan’. Terhadap
orang-orang seperti ini, Tuhan akan mengambil apapun juga yang ada padanya. Ada banyak hal yang bisa
diambil oleh Tuhan dari padanya, seperti:
·
keberadaannya
dalam suatu gereja yang benar. Tadinya hal ini sebetulnya merupakan berkat
Tuhan baginya, tetapi karena ia tidak rindu Firman Tuhan, maka Tuhan
mengambilnya kembali dan memberikan gereja sesat bagi dia.
·
hamba
Tuhan yang benar yang melayani dia. Inipun tadinya merupakan berkat Tuhan,
tetapi tidak berguna baginya dengan sikapnya yang tidak rindu Firman Tuhan.
Tuhan bisa mengambil hal ini, dan memberikan nabi palsu sebagai gantinya.
·
akal
sehat / terang dari Tuhan. Kalau ini diambil, maka ia akan menjadi bodoh luar
biasa dalam persoalan rohani, sehingga akan bisa disesatkan oleh ajaran yang
bagaimanapun bodohnya / sesatnya / menggelikannya.
2. Kata-kata Paulus dalam 2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu
adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib,
tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat
terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya
Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya
akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan
kebenaran dan yang suka kejahatan”.
Orang-orang yang dibicarakan oleh Paulus
itu dikatakan tidak menerima dan mengasihi kebenaran (ay 10b), dan tidak
percaya akan kebenaran dan suka akan kejahatan (ay 12). Karena itulah
Allah mendatangkan kesesatan kepada mereka, yang akhirnya membinasakan mereka.
Tentang 2Tes 2:9-12 ini, saya akan
memberikan banyak komentar dari para penafsir.
Geoffrey B. Wilson berkata: “Those
without the love of the truth will always delight in unrighteousness, for
between these opposites affections there is no neutral ground” (= Mereka yang tidak mempunyai
kasih terhadap kebenaran akan selalu menyenangi ketidak-benaran, karena di
antara kecintaan-kecintaan yang bertentangan ini tidak ada daerah netral) - hal 106.
Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya,
orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan
guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka
akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi
dongeng”.
Calvin berkata:
·
“Lest the wicked should complain
that they perish innocently, and that they have been appointed to death rather
from cruelty on the part of God, than from any fault on their part, Paul shews
on what good grounds it is that so severe vengeance from God is to come upon
them - because they have not received in the temper of mind with which they
ought the truth which was presented to them, nay more, of their own accord
refused salvation. ... In short, Paul declares that Antichrist will be the
minister of God’s righteous vengeance against those who, being called to
salvation, have rejected the gospel, and have preferred to apply their mind to
impiety and errors. ... though the domination of Antichrist has been cruel,
none have perished but those who were deserving of it, nay more, did of their
own accord choose death. (Prov. 8:36.) And unquestionably, while the voice
of the Son of God has sounded forth everywhere, it finds the ears of men deaf,
nay obstinate, and while a profession of Christianity is common, there are,
nevertheless, few that have truly and heartily given themselves to Christ. Hence
it is not to be wondered, if similar vengeance quickly follows such a criminal
contempt”
[= Supaya orang jahat tidak mengeluh bahwa mereka binasa dengan tidak bersalah,
dan bahwa mereka telah ditetapkan pada kematian oleh kekejaman Allah, dan
bukannya oleh kesalahan apapun pada diri mereka, Paulus menunjukkan bahwa Allah
mempunyai alasan yang baik untuk memberi kepada mereka pembalasan yang keras,
yaitu karena mereka tidak menerima dengan pikiran yang tenang kebenaran yang
disajikan kepada mereka seperti seharusnya, bahkan lebih dari itu, dengan
kemauan mereka sendiri mereka menolak keselamatan. ... Singkatnya, Paulus
menyatakan bahwa Antikristus akan merupakan pelayan dari pembalasan yang benar
dari Allah terhadap mereka, yang pada saat dipanggil kepada keselamatan, telah
menolak Injil, dan lebih memilih untuk menggunakan pikiran mereka pada
kejahatan dan kesalahan. ... sekalipun penguasaan dari Antikristus adalah
kejam, tidak ada yang binasa kecuali mereka yang layak mendapatkannya, dan
bahkan yang dengan kemauan mereka sendiri memilih kematian (Amsal 8:36).
Dan tak dapat diragukan, sementara suara dari Anak Allah berkumandang di
mana-mana, tetapi suara itu menjumpai telinga-telinga dari manusia tuli, dan
bahkan keras kepala, dan sementara pengakuan terhadap kekristenan merupakan
sesuatu yang umum, tetapi hanya ada sedikit yang betul-betul dan
sungguh-sungguh telah menyerahkan diri mereka sendiri kepada Kristus. Karena
itu, tidak perlu heran, jika pembalasan yang serupa dengan cepat mengikuti
kejijikan yang bersifat kriminil seperti itu] - hal 338-339.
·
“the hearts of men are subjected
to trial, when false doctrines come abroad, inasmuch as they have no power
except among those who do not love God with a sincere heart. Let those,
then, who take pleasure in unrighteousness, reap the fruit of it” (= hati manusia menjadi sasaran
pencobaan, pada waktu ajaran-ajaran palsu / sesat datang dan tersebar, karena ajaran-ajaran
palsu / sesat itu tidak mempunyai kuasa kecuali di antara mereka yang tidak
mengasihi Allah dengan hati yang tulus. Maka, biarlah mereka, yang
menyenangi ketidak-benaran, menuai buah darinya) - hal 340.
·
“And assuredly we have a notable
specimen of this in the Papacy. No words can express how monstrous a sink of
errors there is there, how gross and shameful an absurdity of superstitions
there is, and what delusions at variance with common sense. None that have even
a moderate taste of sound doctrine, can think of such monstrous things without
the greatest horror. How, then, could the whole world be lost in astonishment
at them, were it not that men have been struck with blindness by the Lord, and
converted, as it were, into stumps?” (= Dan pasti kita mempunyai contoh yang menyolok
tentang ini dalam pemerintahan Gereja Roma Katolik. Tidak ada kata-kata yang
bisa menyatakan betapa mengerikannya kubangan kesalahan yang ada di sana, betapa besar dan memalukannya hal-hal menggelikan
tentang takhyul-takhyul yang ada di sana,
dan khayalan apa yang berbeda / bertentangan dengan akal sehat. Tidak ada orang
yang bahkan hanya mempunyai selera sedang tentang ajaran sehat, bisa berpikir
tentang hal-hal mengerikan seperti itu tanpa kengerian yang terbesar. Lalu
bagaimana seluruh dunia bisa terhilang dalam keheranan pada mereka, seandainya
orang-orang itu bukannya dibutakan oleh Tuhan, dan seakan-akan diubahkan
menjadi tunggul pohon?) -
hal 339-340.
Catatan: Calvin yang hidup pada jaman Reformasi
menerapkan pada Gereja Roma Katolik. Pada jaman sekarang, jelas bahwa selain
Gereja Roma Katolik, aliran salah / sesat yang penuh dengan ajaran / praktek
yang menggelikan ada banyak sekali, seperti: Kharismatik (khususnya yang
extrim), Toronto Blessing, Theologia Kemakmuran, Penginjilan Terhadap Orang
Mati, Gereja Sidang Jemaat Kristus, dan juga ajarannya Pdt. Yesaya Pariadji, yang
sedang kita bahas ini.
Pulpit Commentary berkata:
¨ “Being
destitute of the love of the truth, they are necessarily led to believe a lie -
their minds are open to all manner of falsehood and delusion” (= Karena mereka tidak mempunyai
kasih terhadap kebenaran, mereka pasti dibimbing untuk mempercayai suatu dusta
- pikiran mereka terbuka terhadap segala cara kepalsuan dan khayalan) - hal 26.
¨ “Sin
often in the moral government of God is punished by deeper sin. Those who care
nothing for the truth are easily seduced into the worst errors. Men will at
last become so perverse as to call ‘evil good, and good evil.’” (= Seringkali dalam pemerintahan
moral dari Allah, dosa dihukum dengan dosa yang lebih dalam. Mereka yang tidak
peduli pada kebenaran dengan mudah dibujuk kepada kesalahan-kesalahan yang
paling buruk. Manusia akhirnya akan menjadi begitu sesat / jahat sehingga
menyebut ‘jahat sebagai baik, dan baik sebagai jahat’.) - hal 31.
Bdk. Ro 1:23-28 - “(23) Mereka menggantikan
kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang
fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau
binatang-binatang yang menjalar. (24) Karena itu Allah menyerahkan mereka
kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan
tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan
memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji
selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa
nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan
yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka
balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak
merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada
pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak
pantas”.
¨ “Men
who reject the Bible are sometimes ready to believe anything except the Bible;
they will greedily accept any legend, any scientific hypothesis, though
evidently not more than a provisional hypothesis, which seems to contradict the
Bible” (=
Manusia yang menolak Alkitab kadang-kadang siap untuk mempercayai apapun
kecuali Alkitab; mereka akan dengan rakus menerima dongeng apapun, hipotesa /
dugaan ilmu pengetahuan apapun, sekalipun jelas tidak lebih dari pada hipotesa
/ dugaan yang bersifat sementara, yang kelihatannya bertentangan dengan
Alkitab) - hal 37.
Contoh yang paling menyolok dari kata-kata
di atas ini adalah bekenaan dengan teori Darwin
/ evolusi. Para ahli ilmu pengetahuan kafir, yang menolak Kitab Suci sebagai
Firman Tuhan, dengan cepat menerima teori Darwin / evolusi itu sebagai suatu
kebenaran / ilmu pengetahuan, padahal
sebetulnya teori Darwin / evolusi itu hanya merupakan suatu hipotesa / dugaan,
karena belum pernah betul-betul terbukti kebenarannya!
James Fergusson berkata:
*
“Where gospel truths are not
received in love and made use of as they ought, absurd and monstrous errors
will be ere long received, and believed for truths; for because they received
not the love of the truth, they are given up of God ‘to believe a lie.’” (= Dimana kebenaran-kebenaran
Injil tidak diterima dalam kasih dan digunakan sebagaimana seharusnya, maka
dalam waktu yang singkat kesalahan-kesalahan yang menggelikan dan mengerikan
akan diterima, dan dipercaya sebagai kebenaran; karena mereka tidak menerima
kasih terhadap kebenaran, mereka diserahkan oleh Allah untuk ‘mempercayai suatu
dusta’) - hal 479.
Bdk. 1Raja 22:7-23 - “Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak
adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat
meminta petunjuk?’ Jawab raja Israel
kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat
diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia
menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah
Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ Kemudian
raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin
Yimla dengan segera!’ Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk
masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat
pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di
depan mereka, maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu
berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai
engkau menghabiskan mereka.’ Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya:
‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya
ke dalam tangan raja.’ Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata
kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi
raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka
dan meramalkan yang baik.’ Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup,
sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan
kukatakan.’ Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha,
apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami
membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab
TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ Tetapi raja berkata kepadanya:
‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan
kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ Lalu jawabnya: ‘Telah
kulihat seluruh Israel
bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai
gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah
masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ Kemudian raja Israel berkata
kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan
yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ Kata Mikha: ‘Sebab itu
dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas
takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya
dan di sebelah kiriNya. Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab
untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang
berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu
berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya
kepadanya: Dengan apa? Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam
mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan
berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya
TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN
telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.
Bagian Kitab Suci ini menceritakan tentang
raja Ahab yang tidak mau mendengar Firman Tuhan / kebenaran dari nabi Mikha,
dan karena itu oleh Tuhan lalu diserahkan kepada penyesatan yang dilakukan oleh
roh jahat melalui nabi-nabi palsunya, sehingga akhirnya membinasakan Ahab. Bdk.
Yeh 14:7-9.
*
“When the Lord, in his holy
justice, giveth loose reins unto Satan to tempt a sinner, and withdraweth from
him his reigning grace, there is no sin so irrational or absurd to which the man so plagued of God will not run, if it
were even to receive most gross absurdities for divine truths, and to believe
them with a kind of firm assent beyond all doubt or suspicion: for their
believing lies is here foretold as the consequence of God’s sending ‘them
strong delusions,’ even that ‘they should believe a lie.’” (= Pada waktu Tuhan, dalam
keadilanNya yang kudus, melepaskan setan untuk mencobai seorang berdosa, dan
menarik dari dia kasih karuniaNya yang berkuasa, maka tidak ada dosa yang
begitu tidak masuk akal atau menggelikan, kemana manusia yang dihukum Allah seperti
itu, tidak akan lari, bahkan untuk menerima hal-hal yang paling menggelikan
sebagai kebenaran-kebenaran ilahi, dan mempercayai hal-hal itu dengan teguh
tanpa keragu-raguan atau kecurigaan: karena kepercayaan mereka terhadap
dusta-dusta itu di sini diramalkan sebagai konsekwensi dari tindakan Allah yang
mengirimkan ‘kesesatan yang kuat kepada mereka’, supaya ‘mereka percaya akan
dusta’) - hal 479.
Renungkan semua ini baik-baik! Allah
memberikan pencobaan, dan pencobaan ini hanya akan menyesatkan dan menghancurkan
orang-orang yang memang tidak mencintai kebenaran. Kira-kira saudara termasuk
dalam golongan ini atau tidak?
2) Ajakan
nabi itu untuk mengikuti allah lain dan dan berbakti kepadanya, merupakan
ajaran sesat, dan ini membuktikan bahwa nabi itu adalah nabi palsu (Ul 13:3,5).
Allah jelas telah berfirman: ‘Jangan ada padamu allah lain di
hadapanKu’
(Kel 20:3). Jadi ajakan nabi itu jelas bertentangan frontal dengan Firman
Tuhan.
Pulpit Commentary: “They had already
received God’s message; they had his word; and no teaching which contravened
that, however apparently authenticated, could be from him, or was to be
accepted by them”
(= Mereka telah menerima pesan / berita dari Allah; mereka mempunyai firmanNya;
dan tidak ada pengajaran yang bertentangan dengannya, betapapun aslinya
kelihatannya, bisa berasal dari Dia, atau harus diterima oleh mereka) - hal 228.
Keil & Delitzsch: “In opposition to
such a word, no prophets were to be received, although they rained signs and
wonders; not even an angel from heaven, as Paul says in Gal. 1:8” (= Dalam perlawanan terhadap
perkataan seperti itu, tidak ada nabi yang boleh diterima, sekalipun mereka
menghujani dengan tanda-tanda dan perbuatan-perbuatan ajaib; bahkan tidak
seorang malaikat dari surga, seperti dikatakan oleh Paulus dalam Gal 1:8) - hal 363.
Gal 1:6-9 - “Aku heran, bahwa kamu begitu
lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil
kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada
orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil
Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan
kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia”.
Kesimpulan:
Jadi jelaslah bahwa sekalipun seseorang bisa
bernubuat dan nubuatnya terjadi, dan bisa melakukan banyak mujijat, kita tidak
boleh terlalu cepat mempercayainya sebagai nabi asli. Kita harus memperhatikan
apakah ajarannya benar atau tidak, sesuai dengan Kitab Suci atau bertentangan
dengan Kitab Suci. Baru kita bisa menilai apakah ia adalah nabi asli atau nabi
palsu. Karena itu sekarang kita akan menyoroti ajaran-ajaran dari Pdt. Yesaya
Pariadji.
-o0o-
II. Ajaran-ajaran Pdt. Yesaya Pariadji
Ada banyak ajaran-ajaran sesat / salah dalam
ajaran dari Pdt. Yesaya Pariadji:
1) Doktrin / ajaran keselamatan karena perbuatan baik.
Saya akan memberikan banyak kutipan
kata-kata Pdt. Yesaya Pariadji yang menunjukkan bahwa ia memang mempercayai,
dan bahkan sangat menekankan, doktrin ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik) yang
sesat ini.
a) Ia
disayangi oleh Tuhan, karena ia membaca Alkitab.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Setelah
saya baca Alkitab maka saya disayangi Tuhan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 11.
Tanggapan saya:
1. Kalau kasih Tuhan kepada kita tergantung perbuatan baik kita, maka
jelas bahwa ini berbau ajaran keselamatan karena perbuatan baik!
2. Bukan karena apapun yang kita lakukan maka kita dikasihi oleh
Tuhan, karena Ro 5:8-10 menunjukkan bahwa kita sudah dikasihi oleh Tuhan
ketika kita masih seteru / berdosa.
Bdk. Ro 5:8-10 - “Akan tetapi Allah menunjukkan
kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika
kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika
masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih
kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidupNya!”.
Bahkan dalam Ef 1:4-5 dikatakan bahwa
dalam kasih, Allah telah memilih kita untuk menjadi anak-anakNya, sebelum dunia
dijadikan.
b) Untuk
bisa masuk surga / menjadi warga Kerajaan Surga, kita harus hidup kudus / suci.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Maka
itu dalam hal ini saya tekankan kepada Saudara harus hidup kudus jangan dosa;
apa itu dusta, apa itu curi, apa itu cabul, apa itu zinah dan yang lain
sebagainya, karena orang-orang yang demikian tidak berhak masuk ke dalam
kerajaan Sorga” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi
kalau Anda ingin masuk Sorga, Anda harus sinkron atau sejalan dengan konsep
Allah yang artinya siap menjadi kudus. Bila Anda sebagai suami harus menjadi
imam yang kudus dan sebagai istri harus mendampingi suami agar keluarga menjadi
suci dan kudus hingga masuk ke Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 17.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tuhan
Yesus memerintahkan kepada saya untuk mengatakan apa yang saya dengar di Sorga;
harus saya sampaikan. Untuk menyerukan dan menyampaikan, bahwa kita semua, Anda
semua, agar bisa melewati pintu Sorga, dituntut untuk berpikir yang kudus,
berkata yang kudus, harus kudus segala perbuatan dan tingkah laku kita” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 7.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Hanya
orang-orang yang suci dan orang-orang yang kudus yang termeterai dan tercatat
sebagai warga Kerajaan Sorga”
- ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “siapapun
yang tidak hidup di dalam kekudusan, siapapun yang tidak hidup suci, jangan berharap
untuk bisa mengerti Firman Allah, ... Lebih-lebih jangan berharap untuk dicatat
sebagai warga Kerajaan Sorga”
- ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 35.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tugasmu
untuk mempersiapkan jemaat yang kudus, untuk mempersiapkan jemaat yang menuju
Kerajaan Sorga” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “manusia
harus suci pikirannya, harus suci perkataannya, harus suci segala perbuatannya;
yaitu syarat untuk bisa memandang kemuliaan Allah di Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I,
hal 9.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Kamu
harus mempersiapkan Jemaat yang suci, Jemaat yang Kudus untuk menyambut
kedatanganNya yang kedua kali, Yesus Kristus Tuhan Allahmu akan datang kembali
untuk menghakimi seluruh umat manusia. Lakukanlah perintah-perintahnya,
lakukanlah perintah-perintah Yesus Kristus Tuhan Allahmu, bila kamu tidak
melakukan perintah-perintahnya kamu juga bisa dilempar dari hadapannya” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I,
hal 40.
c) Ia
dan istrinya tercatat sebagai warga Kerajaan Surga, karena ia (Pdt. Yesaya
Pariadji) bisa menjadi seorang imam yang kudus dalam rumah tangganya, dan
karena mereka berjanji untuk hidup suci dalam rumah tangga mereka.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “tangan
Tuhan Yesus menunjuk suatu buku yang sangat besar, ... saya mendengar kalimat,
suaraNya: Pariadji, lihat ... namamu tercacat di Sorga sebagai warga Kerajaan
Sorga ... Satu halaman dengan istrimu, Etty Darniaty ... Mengapa nama saya
dan nama istri saya tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga? Kalimat yang
kedua, Tuhan Yesus berkata kepada saya: Karena kamu bisa menjadi seorang
imam yang kudus di dalam rumah tanggamu” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
dan istri memang tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Kami memperoleh janji
yang sangat indah, kami dijanjikan akan diundang ke Sorga, karena kami berjanji
hidup yang suci di dalam rumah tangga kami” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 6.
d) Untuk
bisa menjadi warga Kerajaan Surga, kita harus melakukan sakramen-sakramen yang
benar.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Untuk
dimeteraikan sebagai warga Kerajaan Sorga, kita harus melakukan baptisan yang
benar, dan Sakramen-sakramen yang suci dan kudus, yang benar, yang benar-benar
sesuai kehendak Allah. Dan sakramen-sakramen yang benar akan diberikan
tanda-tanda yang penuh Kuasa dan Mukjizat-mukjizat Allah” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I,
hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Untuk
menjadi warga Kerajaan Sorga, anda harus dibaptis selam sesuai dengan firman
Tuhan. (Yohanes 3:5)” -
‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 38.
Tanggapan saya:
1. Yoh 3:5 - “Jawab
Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari
air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti
dari kata ‘air’ di sini. Memang ada yang menafsirkan ‘air’ di sini sebagai baptisan, tetapi saya
tidak setuju dengan penafsiran ini. Tetapi kalaupun penafsiran ini mau diterima,
itu hanya menyatakan baptisan, lalu dari mana Pdt. Yesaya Pariadji mendapatkan
keharusan ‘selam’nya?
2. Juga, bagaimana dengan penjahat yang bertobat di sisi Yesus? Ia
tidak pernah dibaptis, apalagi dibaptis selam; jadi dia tidak masuk Sorga, dan
kata-kata Yesus kepadanya dalam Luk 23:43 itu salah?
e) Orang
yang suci / saleh tidak akan takut pada saat mau mati.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang-orang
yang sudah hidup suci dan saleh, yang hidup berkenan sesuai dengan kehendak
Allah, menjelang kematiannya, menjelang masuk alam roh, pasti dengan damai,
tidak akan ada rasa takut untuk menghadapi kematian” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 5.
f) Seseorang
dimeteraikan dengan Roh Kudus pada saat ia dibaptis.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Pada
saat Anda dibaptis, Anda dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai warga Kerajaan
Sorga” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 8.
Tanggapan saya:
1. Pemeteraian dengan Roh Kudus itu merupakan jaminan keselamatan
kita.
2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah
meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang
telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah
disediakan untuk kita”.
2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru
mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita
sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
Kalau pemeteraian itu terjadi karena
baptisan, maka itu menunjukkan bahwa kita diselamatkan karena usaha / perbuatan
baik kita.
2. Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa pemeteraian dengan Roh Kudus
terjadi ketika seseorang dibaptis. Ini sama sekali tidak sesuai dengan
Kitab Suci, karena Paulus dalam Ef 1:13 mengatakan bahwa pemeteraian
dengan Roh Kudus itu terjadi ketika seseorang percaya.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena
kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia
kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikanNya itu”.
g) Pdt.
Yesaya Pariadji menggunakan Mat 5:8 dan Ibr 12:14 sebagai dasar
ajaran sesatnya ini.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bila
Tuhan Yesus berkata: ‘Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah’, maka saya dapat mengatakan; firman Allah yang
menjanjikan; asal Anda betul-betul hidup di dalam kekudusan, pasti Anda bisa
berdoa: ‘Tuhan Yesus ijinkan hamba agar mempunyai pengalaman untuk melihat
kemuliaanMu di Sorga.’ Anda harus memperhatikan firman Allah yang berkata: ‘Tanpa
kekudusan tidak seorang pun akan melihat Allah.’” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 5.
Catatan: kutipan ayat diambil dari Mat 5:8 dan Ibr
12:14.
Tanggapan saya:
1. Kita
tidak bisa menyucikan / menguduskan diri kita sendiri.
Memang orang yang tidak suci hatinya tidak
akan melihat Allah (Mat 5:8), dan memang tanpa kekudusan tidak seorangpun akan
melihat Tuhan (Ibr 12:14). Tetapi bagaimana seseorang bisa suci hatinya?
Bagaimana seseorang bisa mempunyai kekudusan? Dengan mengusahakannya dengan
kekuatannya sendiri? Kalau saudara mengatakan ‘ya’, maka coba perhatikan
gambaran Firman Tuhan di bawah ini tentang keadaan manusia di hadapan Allah.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian
seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan
mengatakan ‘segala
dosa kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Yesaya mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal
di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan
mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.
Dosa / kejahatan kita
digambarkan seperti ‘cemar
kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s
monthly uncleanness’ (= kenajisan
bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang
ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang
didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan
perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi
najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis
juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar
kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly
flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi
kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu
adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan
demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan
menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh
seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan
kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk
masuk surga!
Kalau
saudara adalah orang yang menganggap diri saudara suci atau lumayan baik, dan
saudara bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatan saudara sendiri,
renungkan bagian ini!
Keberatan: Tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang
orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain
di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman
Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
Ro 3:10-12,23 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada
yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua
tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
2. Kita
hanya bisa disucikan / dikuduskan oleh penebusan / darah Kristus, dan itu kita
terima kalau kita beriman / percaya kepada Yesus.
Tit 2:13b,14
- “Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya bagi kita
untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi
diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
Ibr 9:14
- “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal
telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak
bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang
sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.
Ibr 10:10,14
- “(10) Dan karena kehendakNya inilah kita telah
dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
... (14) Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk
selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”.
Kesimpulan: kita tidak bisa diselamatkan / melihat
Allah dengan mengusahakan sendiri kesucian itu, tetapi dengan percaya kepada
Kristus, sehingga disucikan oleh darahNya.
h) Pdt.
Yesaya Pariadji juga menggunakan Wah 21:27 untuk mendukung pandangan
sesatnya.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang-orang
yang hidup cemar, yang hidup najis, para pendusta, orang yang hidup keji dan
kejam, tidak tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Di dalam Wahyu 21:27,
dikatakan demikian: ‘Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis,
atau orang yang melakukan kekejian atau dusta tetapi hanya mereka yang
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.’” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 8.
Tanggapan saya:
1. Lagi-lagi, seseorang bisa tidak najis, hanya karena penyucian oleh
penebusan / darah Kristus, yang ia terima karena ia percaya kepada Yesus.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci (orang
kristen / orang percaya) semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang
tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati
mereka najis”.
2. Dalam Kitab Suci memang ada ayat-ayat yang seolah-olah mengajarkan
keselamatan karena perbuatan baik, seperti Wah 21:27 di atas, dan juga
ayat-ayat lain yang sejenis, seperti:
Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru
kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”.
Yoh 5:28-29 - “Janganlah kamu heran akan hal
itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan
mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit
untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit
untuk dihukum”.
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:
a. Kalau kita menafsirkan bahwa ayat-ayat ini mengajarkan keselamatan
karena perbuatan baik, maka kita akan bertentangan dengan sangat banyak
ayat-ayat yang menekankan bahwa keselamatan / pembenaran terjadi hanya karena
iman saja pada point a) di bawah. Dan kita tidak boleh menafsirkan suatu ayat
sehingga bertentangan dengan ayat lain dalam Kitab Suci.
b. Iman yang sejati / sungguh-sungguh harus diikuti oleh pertobatan
dari dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).
Mengapa demikian? Karena orang yang
betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Ef 1:13-14),
dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu (Gal 5:22-23).
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa
dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu
menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai
Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
c. Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan /
perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah
imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit --> obat --> sembuh --> olah raga / bekerja
dosa --> iman --> selamat --> taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja
obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti
bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah
minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja,
maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia
selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang
berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama
sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan
imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis waktu,
maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik,
yang menyebabkan kita diselamatkan.
Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
Perhatikan
bahwa keselamatan terjadi begitu seseorang beriman, dan baru setelah itu muncul
perbuatan baik, sebagai buah Roh Kudus dalam kehidupan orang itu. Karena itu
tidak mungkin perbuatan baik itu yang menyelamatkan, karena keselamatan itu
sudah ada sebelum perbuatan baik itu ada.
d. Kalau memang yang
menyelamatkan adalah imannya, dan bukan perbuatan baiknya, lalu mengapa
beberapa ayat dalam Kitab Suci seolah-olah menunjukkan bahwa perbuatan baiknya
yang menyelamatkan?
Jawab: karena
iman tidak terlihat, tetapi perbuatan baik terlihat. Dengan demikian
kadang-kadang perbuatan baik itulah yang dibuat patokan. Tetapi bagaimanapun,
adanya perbuatan baik / pengudusan, membuktikan adanya iman. Dan yang
menyebabkan kita diselamatkan adalah iman, bukan perbuatan baik.
Saya berpendapat bahwa doktrin ‘keselamatan karena
perbuatan baik’ ini merupakan kesesatan utama dari Pdt. Yesaya Pariadji!
Jelas bahwa Pdt. Yesaya Pariadji tidak menganut semboyan Reformasi ‘Sola
Gratia’ (= Hanya Kasih Karunia) dan ‘Sola Fide’ (= Hanya Iman). Ajaran yang alkitabiah
dan injili menyatakan bahwa kita diselamatkan semata-mata karena penebusan
Kristus yang kita terima hanya oleh / melalui iman. Dan ini sepenuhnya
merupakan anugerah dari Tuhan.
Jemaat Galatia merupakan hasil penginjilan
Paulus, dan mereka menerima doktrin keselamatan hanya karena iman. Tetapi
setelah Paulus meninggalkan Galatia,
lalu muncul nabi-nabi palsu dari kalangan Yudaisme / agama Yahudi, yang lalu
mengajarkan kepada mereka bahwa hanya iman tidaklah cukup, mereka juga harus
disunat, dan menuruti hukum Taurat. Untuk menangani kesesatan itulah Paulus
lalu menulis surat Galatia, yang sangat menekankan
keselamatan karena iman saja. Dan dalam Gal 1:6-9 Paulus berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu
lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil
kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil.
Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan
Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang
telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan
kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia”.
Saya berpendapat bahwa text ini cocok untuk Pdt.
Yesaya Pariadji, karena ia memang memberitakan ‘Injil yang lain / berbeda’,
yang sebenarnya bukan Injil!
Dasar dari doktrin ‘keselamatan hanya karena iman’:
a) Ayat-ayat Kitab Suci seperti:
Kis 15:1-2 - “Beberapa orang datang dari Yudea
ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu
tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat
diselamatkan.’ Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah
pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta
beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan
penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu”.
Ro 3:27-28 - “Jika demikian, apakah dasarnya
untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak,
melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Ro 9:30-10:3 - “Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar
kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi:
bahwa Israel,
sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai
kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena
iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,
seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak
akan dipermalukan.’ Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan
ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang
mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian
yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka
tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya
kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus
dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21)
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Gal 3:1-14 - “Hai orang-orang Galatia yang
bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang
disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak
kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan
hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu
sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di
dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan
sia-sia! Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada
kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat
demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada
pemberitaan Injil? Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka
Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat,
bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan
Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang
bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil
kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa akan diberkati.’ Jadi mereka yang
hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang
beriman itu. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat,
berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia
melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ Dan bahwa tidak
ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah
jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman.’ Tetapi dasar hukum
Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham
sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh
yang telah dijanjikan itu”.
Gal 5:1-5 - “Supaya kita sungguh-sungguh
merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata
kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan
berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan
dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari
Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di
luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan
kebenaran yang kita harapkan”.
Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri”.
Fil 3:9 - “dan berada dalam Dia bukan
dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran
karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
b) Ro 3:23-24 - “(23)
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
(24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus”.
Ro 3:24 ini menyatakan bahwa kita
dibenarkan ‘dengan
cuma-cuma’ / ‘gratis’, dan ini tidak mungkin kalau perbuatan
baik kita mempunyai andil dalam menyelamatkan diri kita.
c) Penjahat yang bertobat di sisi Yesus masuk Firdaus / surga (Luk
23:43), padahal ia nyaris tidak mempunyai perbuatan baik apapun.
d) Kata-kata ‘Sudah
selesai’ dari Tuhan Yesus
(Yoh 19:30), yang menunjukkan bahwa penebusan yang Ia lakukan adalah
penebusan yang sempurna. Ia menderita dan mati bukan hanya untuk sebagian
dosa kita, tetapi untuk semua dosa kita.
Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya
bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat
baik”.
Bandingkan pandangan Pdt. Yesaya Pariadji,
yang mempercayai ‘keselamatan
karena perbuatan baik’
itu, dengan 2 kutipan di bawah ini:
Martin Luther: “The most damnable and pernicious
heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could
make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling
terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah
gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik
sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism
Explosion’, hal 31-32.
Archbishop William Temple yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut:
“All is of
God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the
sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku
sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu
ditebus) - ‘The
Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
Ada lagi orang-orang yang menganut
ajaran ‘keselamatan
karena iman + perbuatan baik’. Ini juga merupakan ajaran sesat, dan
ajaran ini biasanya didasarkan pada Yak 1:14-26. Karena penjelasannya
cukup panjang, maka saya letakkan pembahasannya pada Apendix I di belakang
(Exposisi dari Yak 2:14-26).
2) Bertentangan dengan Sola Scriptura / Hanya Kitab Suci.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
diperintahkan untuk mempelajari kisah nabi-nabi besar yang menjadi
sahabat-sahabat Allah, yang akrab dengan Allah. Dengan sendirinya untuk
disampaikan kepada anda. Saya mempelajari bagaimana kisah nabi Henokh di angkat
ke Sorga, melalui kitab-kitab lain, atau kitab-kitab Talmud bangsa Israel.
Disebutkan, Allah memberi perintah untuk mengurapi Henokh dengan minyak urapan,
sebelum menghadap tahta Allah. Nabi Yesaya di angkat ke Sorga sebelum dipanggil
untuk melayani” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 10.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
banyak membaca buku tentang orang Yahudi seperti kitab Talmut. Disitu banyak
kisah-kisah tak ditulis dalam Alkitab yang di dalamnya ditulis pengalaman
Yesaya waktu diangkat ke sorga. Saya percaya bahwa Yesaya waktu diangkat ke
Sorga pasti mempunyai banyak pengalaman karena waktu saya dulu diangkat ke
Sorga, saya juga mempunyai banyak pengalaman. Saya dikhotbahi oleh Tuhan Yesus,
saya diajari Perjamuan Kudus, saya diajari cara membaptis yang benar dan banyak
lagi hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada saya. Maka diwaktu saya membaca
kitab Talmut, Yesaya itu menulis lebih dari 90 pasal. Misalnya, di waktu Yesaya
ketemu Henokh di Sorga kemudian bagaimana Henokh bercerita pada Yesaya bahwa
dia waktu masuk pintu Sorga maka Allah yang Mahakuasa memanggil Michael kataNya:
‘Michael, Michael, urapi hambaKu Henokh baru boleh dia menghadap kepadaKu’.
Jadi urapi dengan apa? Dengan minyak urapan. Jadi orang-orang Yahudi pada waktu
itu percaya pada minyak urapan. ... Jadi bila dulu Henokh diurapi maka saya
percaya kalau minyak urapan itu penuh kuasa. ... Maka saya mengutip dari kitab
bangsa Yahudi yaitu Henokh diurapi Tuhan dengan minyak urapan itu baru dia bisa
menghadap ke tahta Allah”
- ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Henokh
pernah bertanya kepada Tuhan, kalau orang mati itu rohnya mau kemana? Ternyata
dia diperlihatkan alam roh dimana alam roh ada Sorga, ada Nerakanya, ada banyak
Malaikat dan banyak setannya juga. Maka itu saya penasaran lagi, hingga saya
cari bukunya Henokh dan puji Tuhan, saya mendapatkannya. Disitu dikatakan,
bahwa Henokh diangkat oleh Tuhan bersama tubuhnya untuk diperlihatkan Sorga,
neraka, malaikat, dan setan. Lalu dia bertanya juga pada Tuhan: ‘Tuhan kalau
orang berdosa mati ditaruh di mana?’ Maka Henokh diperlihatkan Neraka dimana
orang-orang berdosa dimasukkan ke Neraka dan diterkam oleh setan-setan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
14.
Buku Henokh itu termasuk dalam Apocrypha,
dan Talmut / Talmud itu adalah kitab Yahudi yang sesat!
Menggunakan kitab-kitab ini sebagai dasar ajaran /
praktek merupakan sesuatu yang sesat, dan bertentangan dengan Sola Scriptura (=
only Scripture / hanya Kitab Suci), yang juga
merupakan semboyan Reformasi! Kalau dalam point no 1 di atas tadi Pdt. Yesaya
Pariadji bertentangan dengan Sola Fide dan Sola Gratia, maka sekarang dalam
point no 2 ini, ia bertentangan dengan Sola Scriptura. Jadi lengkaplah
pertentangannya dengan ketiga ‘Sola’ yang merupakan ciri khas dan semboyan dari
gereja-gereja Reformasi / gereja-gereja yang Alkitabiah dan Injili!
Pdt. Yesaya Pariadji seharusnya
memperhatikan peringatan Tuhan kepada siapapun yang menambahi ataupun
mengurangi FirmanNya.
·
Wah 22:18-19
- “Aku bersaksi
kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini:
‘Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah
akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab
ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari
kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan
dari kota
kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.
·
Amsal 30:6
- “Jangan
menambahi firmanNya, supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta”.
3) Mengajarkan ajaran sesat Sabelianisme.
Ajaran tentang Allah Tritunggal yang benar
mengatakan bahwa Allah mempunyai satu hakekat dalam 3 pribadi. Tetapi ajaran
Sabelianisme mengatakan bahwa Allah bukannya mempunyai 3 pribadi yang
berbeda, tetapi 3 perwujudan. Dalam penciptaan Allah menyatakan diri sebagai
Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka berkata bahwa di dalam Kristus, Allah Bapa sendiri telah
berinkarnasi sebagai Anak dan menderita.
Dari Yoh 1:1 yang berbunyi: “Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”, terlihat dengan jelas bahwa ‘Allah (Bapa)’ dan ‘Firman / Yesus’ dibedakan. Juga dari adanya saling mengasihi, saling utus, saling
bicara antara pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal, haruslah disimpulkan
bahwa Allah Tritunggal bukan mempunyai 3 perwujudan, tetapi 3 pribadi.
Bahwa Pdt. Yesaya Pariadji mengajarkan
ajaran ini (secara sadar atau tidak), terlihat dari kutipan-kutipan di bawah
ini.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “pada
saat itu juga saya gemetar, dan takut digandeng malaikat menuju ke awan-awan,
dan diperhadapkan dengan Tuhan Yesus sebagai Allah Bapa” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I,
hal 40.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “...
Tuhan Yesus menyatakan kemuliaanNya sebagai Allah Bapa, di mana Tuhan Yesus
berkata: barangsiapa melihat Aku, ia melihat Allah Bapa” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 9.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “...
diperlihatkan kemuliaan Tuhan Yesus, keagungan Tuhan Yesus sebagai Allah Bapa,
sebagai Allah Bapa yang Maha Kuasa, ...” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 7.
4) Tuhan Yesus mengajari dia bahwa baptisan harus selam.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Biarlah
pada saat ini juga saya dilempar ke api neraka, bila Tuhan Yesus tidak mengajar
saya, bahwa manusia harus dibaptis selam” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 38.
Banyak orang menganggap Mat 3:16
sebagai dasar baptisan selam, karena di sana
dikatakan bahwa sesudah dibaptis, Yesus ‘keluar dari air’. Juga orang-orang yang mengharuskan baptisan selam mengatakan bahwa
kata Yunani BAPTO / BAPTIZO berarti ‘merendam’ / ‘mencelup’. Tetapi ini salah, karena:
a) Kata
bahasa Yunani BAPTO / BAPTIZO tidak selalu berarti ‘mencelup’ / ‘merendam’.
Contoh dimana kata BAPTO / BAPTIZO tidak
berarti ‘mencelup’ / ‘merendam’:
1. Mark 7:4 - “dan
kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya
hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV: ‘And when they come from the
market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which
they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and
of tables’ (= Dan
pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak
makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti
pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan
meja-meja).
Kata-kata
‘and of tables’ (= dan
meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan
bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.
Kalau
kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa
pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena
bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang
dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan
air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil,
tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya
orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.
2. Luk 11:38 - “Orang
Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.
Orang mencuci tangan tidak harus merendam
tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas
bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
3. Ibr 9:10 - “karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan
untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia
yang mengatakan ‘pelbagai
macam persembahan’. Ini salah
cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (=
bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (=
bermacam-macam pembersihan / pencucian)
KJV: divers washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi
terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’.
Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9
itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan ‘selam / celup’, tetapi ‘percik’.
4. 1Kor 10:2 - “Untuk
menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (EBAPTISANTO) dalam awan dan dalam laut”.
Dua hal yang harus diperhatikan:
·
Orang Israel berjalan
di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
·
Awan
tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan
itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk
memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan
baptisan percik, bukan selam.
Jadi jelas bahwa orang Israel tidak
direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that
the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is
perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang
sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti
penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun
air tidak menyentuh mereka) - hal 745.
b) Cerita
tentang baptisan terhadap Tuhan Yesus ini merupakan bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan).
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci ada
2 bagian yang berbeda:
1. Bagian
Kitab Suci yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan).
Bagian yang bersifat Descriptive adalah bagian yang berupa cerita
yang terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada
saat itu. Ini tidak boleh dipakai sebagai rumus / hukum / norma!
Illustrasi: Dalam hal ini, membaca dan menafsirkan Kitab Suci
mempunyai persamaan dengan membaca dan menafsirkan surat kabar. Kalau saudara membaca surat kabar, dan di sana
diceritakan tentang adanya orang yang terkena serangan jantung pada waktu
nonton TV, maka hal ini tentu bukan norma / hukum. Cerita ini tentu tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan semua orang yang nonton TV pasti terkena serangan
jantung. Juga kalau di surat
kabar diceritakan adanya satu keluarga yang piknik ke Tretes dan lalu mengalami
kecelakaan, sehingga mati semua. Ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan
semua orang yang piknik sekeluarga akan mengalami kecelakaan dan mati semua.
Contoh:
a. Kel 14,
yang menceritakan peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa
Israel bisa menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive
(menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma /
hukum, artinya, kita tidak diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara
seperti itu!
b. Yos 6
yang menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari
juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh
dijadikan hukum / norma dalam peperangan.
c. Kel 16:13-16
yang menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas
juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh
dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang kristen di padang gurun.
d. Kis 5:18-19
dan Kis 12:3-11 menceritakan bahwa pada waktu rasul-rasul ditangkap dan
dipenjarakan, Tuhan membebaskannya dengan menggunakan mujijat. Ini lagi-lagi
merupakan bagian yang bersifat Descriptive, dan tidak boleh diartikan
seakan-akan setiap orang kristen yang ditangkap / dipenjarakan pasti dibebaskan
secara mujijat. Kenyataannya Yohanes Pembaptis dipenjarakan lalu dipenggal
(Mat 14:3-12); Yesus sendiri ditangkap lalu disalibkan sampai mati, dan
rasul Yakobus ditangkap lalu dipenggal (Kis 12:2).
e. Yoh 11
menceritakan bahwa Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari.
Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh
diartikan seakan-akan setiap orang kristen yang mati akan bangkit pada hari ke 4.
f. Kis 28:1-6
juga bersifat descriptive dan tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk
mengajar bahwa orang kristen tidak akan mengalami bahaya apa-apa kalau digigit
ular berbisa.
g. Ada banyak bagian yang
bersifat Descriptive dalam Kitab Suci tentang hal-hal yang dilakukan
atau yang tidak dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang bukan merupakan norma / hukum,
dan karenanya tidak harus kita lakukan. Misalnya:
·
Yesus tidak pernah menikah / pacaran. Ini tentu
tidak berarti bahwa semua orang kristen tidak boleh pacaran / menikah.
·
Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun (Mat
4:1-11 Luk 4:1-13). Ini tidak berarti
bahwa semua orang kristen harus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun.
·
Yesus dan Petrus berjalan di atas air
(Mat 14:22-29). Ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus bisa
melakukan hal itu.
·
Yesus hanya mempunyai 12 murid
(Mat 10:1-4). Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Sekolah Theologia /
gereja hanya boleh mempunyai 12 murid / jemaat.
2. Bagian Kitab Suci yang
bersifat Didactic (= bersifat pengajaran).
Bagian yang bersifat Didactic adalah bagian yang bersifat
pengajaran (Yunani: DIDACHE), dan bisa berbentuk suatu pernyataan, janji,
perintah atau larangan. Ini adalah rumus / hukum / norma bagi kita.
Contoh:
a. Kis 16:31
yang berbunyi “Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” adalah bagian
yang bersifat Didactic. Karena itu, ini merupakan hukum / norma,
artinya, setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat.
b. Fil 4:4
yang berbunyi “Bersukacitalah
senantiasa” adalah bagian yang bersifat Didactic. Ini adalah
hukum / norma bagi kita, yang menyuruh kita bersukacita senantiasa.
c. 10 Hukum
Tuhan dalam Kel 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic,
sehingga merupakan Hukum / Norma bagi kita semua.
Jadi, pada waktu mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah apakah text
yang dipakai sebagai dasar itu adalah text yang bersifat descriptive
atau didactic! Ini bisa menghindarkan saudara dari ajaran-ajaran yang
salah / sesat!
Jaman
sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya /
tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak
membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang
bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan,
karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus
/ hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Contoh:
1. Mat 12:15b
dan Mat 15:30 memang menggambarkan bahwa pada saat itu Yesus menyembuhkan semua
orang sakit. Tetapi ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga sebetulnya tidak boleh dijadikan hukum / norma. Tetapi banyak orang
menggunakan bagian yang bersifat Descriptive ini sebagai hukum / norma,
sehingga mereka berkata bahwa Yesus selalu menyembuhkan semua orang
sakit. Ini menyebabkan mereka lalu mengajarkan bahwa setiap orang kristen harus
sehat / sembuh dari penyakit, dan kalau tidak sembuh maka pasti orangnya kurang
beriman atau berdosa.
Bahwa ini salah bisa terlihat dari ayat-ayat seperti 2Kor 12:7-10 Fil 2:26-27
1Tim 5:23 2Tim 4:20
jelas menunjukkan bahwa orang kristen, yang beriman dan saleh sekalipun, bisa sakit
dan bahkan tidak disembuhkan dari penyakit itu.
2. Kis 2:1-11
menceritakan apa yang terjadi pada hari Pentakosta dimana rasul-rasul kepenuhan
Roh Kudus lalu berbahasa Roh. Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
tetapi banyak orang yang lalu menjadikan hal ini sebagai rumus / hukum / norma
dan mereka mengajar bahwa orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus harus
berbahasa Roh. Menghadapi ajaran seperti ini ada 3 hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
·
Kis 2:1-11 bersifat descriptive,
jadi tidak boleh dijadikan rumus / hukum / norma!
·
Ajaran tersebut tidak konsekwen, karena mereka
mengharuskan bahasa Rohnya saja, tetapi tidak mengharuskan adanya tiupan angin
yang keras dan lidah-lidah api, yang jelas juga ada dalam bacaan itu
(Kis 2:2-3). Memang bahasa rohnya gampang dipalsukan, tetapi tiupan angin
dan lidah api sukar / tidak dapat dipalsukan!
·
1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic
dan mengajarkan bahwa hanya sebagian orang kristen yang menerima karunia bahasa
Roh. Karena 1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic maka bagian inilah
yang harus dianggap sebagai norma / hukum / rumus!
3. Cerita
tentang tokoh-tokoh yang kaya dalam Perjanjian Lama, seperti Abraham, Daud,
Ayub, dsb merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak
boleh dijadikan norma. Tetapi para penganut Theologia Kemakmuran menggunakan
bagian-bagian ini sebagai norma, sehingga mereka lalu mengatakan bahwa orang
kristen harus kaya.
Setelah mengerti tentang prinsip
hermeneutics tentang bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive dan didactic, mari kita kembali pada peristiwa baptisan
terhadap Tuhan Yesus dalam Mat 3:16. Mat 3:16 ini jelas merupakan
bagian yang bersifat descriptive (hanya menggambarkan apa yang terjadi),
dan karena itu bukan merupakan suatu hukum / norma. Jadi, seandainya
Yesus memang dibaptis dengan baptisan selam, bagian ini tetap tidak bisa
dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa kita juga harus dibaptis dengan baptisan
selam.
Kalau ada orang yang tetap berkeras untuk
mengatakan bahwa karena Yesus dibaptis selam, maka kita juga harus
mempraktekkan baptisan selam, maka kita ikuti saja kegilaannya, dengan berkata:
‘Ya, dan karena
Yesus dibaptis di sungai Yordan, kitapun harus membaptis / dibaptis di sungai
Yordan’!
c) Yesus
sendiri belum tentu dibaptis dengan baptisan selam!
Kata-kata ‘keluar dari air’ dalam Mat 3:16, tidak harus berarti bahwa Yesus direndam dalam air,
dan lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di
sungai (hanya kakiNya yang terendam), dan dibaptis dengan baptisan percik /
tuang, dan lalu keluar dari air / sungai.
Sekarang mari bandingkan peristiwa ini
dengan baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40, yang mempunyai kemiripan
dengan baptisan terhadap Tuhan Yesus. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan dari bagian ini:
1. Kis
8:36 - ‘ada air’.
Yunani: TI HUDOR [= a certain water / some water (= sedikit
air)]. Jadi ini menunjuk pada ‘sedikit air’, sehingga tidak memungkinkan baptisan
selam.
Charles Hodge: “He
was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they
went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some
water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to
allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir
dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika
mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI
HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai
dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 535.
2. Kis
8:38-39 berkata ‘turun
ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah ini menunjuk pada baptisan selam?
Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:
·
sida-sida
itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
·
sida-sida
itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu
keluar dari air.
Untuk mengetahui yang mana yang benar dari
2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di
situ dikatakan: “dan
keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu,
dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus,
sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi
dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok
dengan point 1. di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit,
sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa
dijadikan dasar bahwa cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan baptisan
selam.
d) Disamping
itu ada banyak contoh dalam Alkitab dimana baptisan dilakukan bukan di sungai.
Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam
(Kis 2:41 Kis 9:13 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang
paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman,
karena hal itu terjadi di dalam penjara!
Kesimpulan: tidak ada dasar Kitab Suci yang
bisa dipertanggung-jawabkan yang mengharuskan baptisan selam. Kalau Kitab Suci
tidak pernah mengharuskan baptisan selam, bagaimana mungkin Tuhan Yesus bisa
mengajar kepada Pdt. Yesaya Pariadji bahwa baptisan yang benar adalah baptisan
selam? Ada 2
kemungkinan. Atau Pdt. Yesaya Pariadji cuma membual (kalau ini yang benar, ia
betul-betul nekad, karena berani membual di bawah sumpah), atau yang mengajar
kepada dia adalah ‘Yesus yang lain’, yang sebetulnya adalah setan yang
menyamar!
5) Penyalah-gunaan penyerahan anak, sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus.
Catatan: gereja-gereja yang menentang baptisan anak, menggantinya dengan
‘penyerahan anak’. Ini tentu saja tidak ada dalam gereja-gereja yang pro pada
baptisan anak. Saya sendiri pro pada baptisan anak, dan saya menganggap bahwa
‘penyerahan anak’ tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
Penyalah-gunaan yang dilakukan oleh Pdt.
Yesaya Pariadji dalam hal-hal ini:
a) Perjamuan
Kudus yang penuh kuasa / mujijat untuk membuktikan kuasa darah Yesus.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “saya
diberikan pelajaran tentang Perjamuan Kudus dengan ciri-ciri penuh kuasa dan
penuh mujijat untuk membuktikan kuasa ‘Darah Yesus’” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I,
hal 10.
Tanggapan saya:
Ini sama sekali menyimpang dari tujuan
Perjamuan Kudus, karena 1Kor 11:23-26 berkata sebagai berikut: “(23) Sebab apa yang telah
kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada
malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti (24) dan sesudah itu Ia mengucap
syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ‘Inilah tubuhKu, yang
diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!’ (25)
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini
adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’ (26) Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan
sampai Ia datang”.
Jelas bahwa Perjamuan Kudus bertujuan untuk
memperingati dan memberitakan kematian Tuhan Yesus bagi kita, bukan untuk
menunjukkan kuasa darah Yesus dalam melakukan mujijat!
Juga sepanjang yang saya ketahui dari Kitab
Suci, darah Yesus memang mempunyai kuasa dalam mengampuni dosa kita, tetapi
tidak pernah dikatakan mempunyai kuasa dalam melakukan mujijat.
b) Sakramen
(Baptisan / Perjamuan Kudus) untuk melakukan kesembuhan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi
kenapa orang sakit bisa sembuh dengan menerima Perjamuan Kudus? Karena darahku
telah diurapi dengan darah Yesus yaitu otomatis darah Yesus yang mengalir dalam
tubuh kita, itulah yang menyembuhkan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 13.
Tanggapan saya:
Anggur dalam Perjamuan Kudus bukan
betul-betul darah Kristus, tetapi hanya merupakan simbol dari darah
Kristus. Bagaimana mungkin dengan orang minum anggur itu lalu darah Yesus
betul-betul mengalir dalam tubuhnya? Setelah kenaikan Yesus ke surga, manusia
Yesus (tubuh, tulang, darah) ada di surga (Kis 3:21), tidak di dunia! Sebagai
Allah, Yesus memang maha ada, tetapi sebagai manusia, Ia tidak maha ada.
Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di
sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah
dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Ir.
Chen Ying dari Beijing,
bertobat dan dibaptis. Sejak lahir tuli sebelah. Cukup dalam Nama Tuhan Yesus
dan dibaptis langsung disembuhkan, langsung mendengar. Dia mencari Boksu di
Tiberias untuk di baptis, sebelum kembali ke Beijing” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 2.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Lukas,
dibebaskan daripada sakit Leukemia, setelah Penyerahan Anak dan Perjamuan
Kudus” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 2.
Tanggapan saya: Ini aneh, belum dibaptis, tetapi hanya
diserahkan, kok boleh ikut Perjamuan Kudus? Dalam Perjanjian Lama
(Kel 12:44,48), orang yang belum disunat (sakramen 1), tidak boleh
mengikuti Perjamuan Paskah (sakramen 2). Bukankah ini seharusnya juga berlaku
untuk jaman Perjanjian Baru?
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Vicky,
dinubuatkan Pdt. Pariadji dibebaskan daripada kutuk pisau operasi pada
perutnya, dengan diberikan Perjamuan Kudus” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 2.
Tanggapan saya:
Lagi-lagi lucu, mengapa pisau operasi
disebut sebagai kutuk? Kelihatannya Pdt. Yesaya Pariadji menganggap bahwa
penggunaan dokter dan obat merupakan dosa. Kalau saudara mau melihat bahwa
Kitab Suci tidak menentang penggunaan dokter dan obat, maka lihat Apendix II,
point B, No I di belakang.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “di
waktu ibadah Natal
yang diadakan di Stadion Utama Senayan lebih dari 20 orang kami tampilkan untuk
bersaksi. Ada dua orang yang bersaksi bangkit dari maut, ada yang dilepaskan
dari sakit alergi, sakit kanker tumor, sakit leukemia yaitu seorang ibu yang
saya perintahkan minggu ini 3-4 kali ikut perjamuan pasti tidak akan sakit lagi
dan terbukti” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 13.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Ada seorang ibu yang
anaknya menderita alergi hanya dengan Darah Yesus, dengan menerima Perjamuan Kudus
anak itu disembuhkan. Ada orang yang sudah 60 tahun sakit pernafasan, tidak
bisa niup padam api lilin, namanya pak Mathias. Saya katakan saat ini Anda bisa
meniup ratusan lilin. Jadi setelah mengikuti perjamuan, saya perintahkan satu
pekerja untuk menyediakan sepuluh buah lilin untuk siap ditiup, dan kesepuluh
lilin itu padam ditiupnya. Jadi kelihatannya sangat sederhana sekali hanya
dengan mengikuti sekali Perjamuan Kudus orang sudah bisa disembuhkan dari sakit
alergi, sakit bengek atau sesak nafas” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 18.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jelas
bahwa akal manusia tidak bisa menjangkau kuasa Allah karena penyakit yang tidak
bisa disembuhkan oleh ilmu manusia dengan hanya mengikuti sekali Perjamuan
Kudus bisa sembuh” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 18.
c) Penyerahan
anak memberikan kesembuhan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “di
waktu seorang anak menderita penyakit alergi saya buktikan bahwa anak yang
alergi itu dengan Penyerahan Anak bisa disembuhkan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
12.
d) Baptisan
yang membakar setan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Satu
contoh suasana Neraka Saudara bisa lihat dalam Baptisan. ... banyak pelepasan
setan-setan seperti dibakar. Ini bukti bahwa saya diajar Tuhan untuk
membaptis yang benar, maka bila orang yang dibaptis berisi setan, setannya
berteriak kepanasan seperti dibakar, ada juga yang lari seperti foto pada
buletin setannya lompat ke atap, ada yang lari masuk pohon, dan lain sebagainya.
Itulah orang yang masih diikat oleh setan, waktu dibaptis setannya berteriak
karena dibakar oleh Api Roh Kudus.” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 15-16.
Tanggapan saya:
·
jadi
dalam Kitab Suci tidak ada baptisan yang benar, karena tidak pernah ada terjadi
seperti itu?
·
bagaimana
orang yang dibaptis bisa masih ada setannya? Bukankah dalam kasus baptisan
dewasa hanya orang yang sudah percaya kepada Yesus yang boleh dibaptis?
Bagaimana orang yang sudah percaya bisa masih ada setannya?
e) Perjamuan
Kudus menyebabkan seseorang bisa mendapatkan jabatan di atas tingkatan manager,
yaitu tingkatan direktur ke atas.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Sesudah
itu barulah Perjamuan Kudus dilaksanakan. Hamba-Nya Pdt. Yesaya Pariadji
menantang peserta retret untuk maju ke depan untuk didoakan. Doa itu meliputi
penyempurnaan kehidupan masa depan. Hamba-Nya menjelaskan melalui Perjamuan
Kudus ada kuasa yang tiada taranya. Dengan kuasa-Nya Tuhan mampu menyiapkan
anak-anak-Nya bukan hanya dalam tingkatan manager tetapi lebih dari itu yaitu
tingkatan direktur keatas. Sebab kalau Allah sudah membuka tidak ada seorangpun
yang bisa menutupnya” -
‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 42.
Tanggapan saya:
Aneh juga bahwa rasul-rasul yang mengikuti
Perjamuan Kudus yang dipimpin Yesus sendiri ternyata tidak menjadi manager
ataupun direktur. Demikian juga dengan orang-orang kristen abad pertama yang
mengikuti Perjamuan Kudus yang dipimpin oleh rasul-rasul sendiri. Mereka tidak
menjadi manager / direktur, bahkan mayoritas orang-orang kristen abad pertama
miskin. Kelihatannya Pdt. Yesaya Pariadji lebih sakti dari pada Yesus dan
rasul-rasul sendiri! Atau, Perjamuan Kudus yang dia lakukan lebih benar dari
pada Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh Yesus maupun rasul-rasul.
f) Perjamuan
Kudus menyebabkan orang yang bodoh menjadi pandai.
Pdp. Dolf Mailangkay (team redaksi dari
majalah ‘Tiberias’): “ada seorang anak yang boleh
dikatakan ‘bodoh’ tetapi setelah dilayani dengan perjamuan kudus yang benar
anak tersebut menjadi pandai. Dan akhirnya anak tersebut menjadi dosen di Amerika.
... otak yang pas-pasan bisa menjadi cemerlang oleh karena kuasa Perjamuan
Kudus” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 39.
Tanggapan saya (untuk seluruh point 5 ini):
Kitab Suci tidak pernah mengajarkan untuk
mengajarkan bahwa penyerahan anak, Baptisan, ataupun Perjamuan Kudus harus
dilakukan untuk menyembuhkan penyakit, untuk menaikkan jabatan seseorang, atau
untuk membuat seseorang jadi pandai. Ini semua merupakan praktek / ajaran yang
sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci. Ini menunjukkan bahwa Pdt. Yesaya
Pariadji betul-betul tidak alkitabiah!
6) Penyalah-gunaan minyak urapan.
a) Ia
menggunakan minyak urapan untuk melakukan kesembuhan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi
kalau orang ingin dibebaskan dari bisu, alergi, karena alergi juga tidak bisa
disembuhkan oleh manusia maka diolesi dengan minyak urapan setiap hari” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
13.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Theresia,
ia menderita alergi terhadap gigitan nyamuk. Hal ini sangat menganggunya karena
bekas-bekas gigitan itu menimbulkan luka dan meninggalkan bekas pada kulitnya
yang sulit hilang. Dengan kuasa Yesus melalui Minyak Urapan yang selalu
dioleskannya, ia sembuh dan tidak alergi lagi terhadap nyamuk” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
21.
b) Ia
juga mengatakan bahwa penggunaan minyak urapan itu bisa menyebabkan seseorang
menjadi ‘sakti’.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “ada
beberapa orang bersaksi anaknya ditabrak mobil truk tidak mati, ada yang
diseret mobil tidak mati karena telah diurapi dengan minyak urapan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
15.
c) Ia
juga menggabungkan minyak urapan dan Perjamuan Kudus untuk memberikan
kesembuhan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bapak
Yohanes dan Ibu Yuli bersaksi bahwa pada bulan April 2000 ibu tersebut menderita
penyakit kista sewaktu hamil 5 bulan. Dokter mengatakan bahwa ibu ini harus
membuang janin yang dikandungnya. Ibu Yuli percaya bahwa Yesus bisa
menyembuhkannya dan ia pergi ke Tiberias. Masih di bulan April 200 ibu ini
didoakan oleh Pdt. Drs. Y. Pariadji dan beliau bernubuat bahwa ibu Yuli pasti
sembuh dan anaknya akan lahir dengan selamat. Kemudian Bapak Pariadji
memberikan Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Pada bulan Desember 2000 di Dome
of Tiberias ibu ini bersaksi bahwa ia sembuh dan dikaruniai seorang putra yang
diberi nama Daniel yang sekarang berumur 4 bulan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
20.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bapak
Titus Sugandi yang tidak dapat berjalan mengikuti acara Natal
GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung
pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan
diolesi Minyak Urapan pada kakinya bapak tersebut dapat berjalan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
20.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bapak
Jimmy yang tidak dapat melihat mengikuti acara Natal
GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung
pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan
diolesi Minyak Urapan pada matanya yang tidak dapat melihat (buta) bapak
tersebut langsung dapat melihat” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 20.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Lisa,
menderita tumor di bagian lehernya sewaktu ia masih berumur 16 hari. Karena
iman dari ibunya yang begitu kuat dimana ibu ini mengikuti Perjamuan Kudus dan
Minyak Urapan beberapa kali di GBI Tiberias maka sekarang pada usianya yang ke
6 bulan Lisa sembuh dari penyakitnya” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 21.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Carend
Roan Delano (19
th), bersaksi di GBI Tiberias Jakarta Theater bahwa ia menderita Hepatitis C
selama beberapa tahun. Dengan mengikuti Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta
didoakan langsung oleh Pdt. Drs. Y. Pariadji, ia sembuh total. Carend mengecek
langsung ke dokter dan dinyatakan sembuh” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 21.
d) Dasar
yang ia pakai untuk menggunakan minyak urapan.
1. Dari
kitab Talmut Yahudi.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
banyak membaca buku tentang orang Yahudi seperti kitab Talmut. Disitu banyak
kisah-kisah tak ditulis dalam Alkitab yang di dalamnya ditulis pengalaman
Yesaya waktu diangkat ke sorga. Saya percaya bahwa Yesaya waktu diangkat ke
Sorga pasti mempunyai banyak pengalaman karena waktu saya dulu diangkat ke
Sorga, saya juga mempunyai banyak pengalaman. Saya dikhotbahi oleh Tuhan Yesus,
saya diajari Perjamuan Kudus, saya diajari cara membaptis yang benar dan banyak
lagi hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada saya. Maka diwaktu saya membaca
kitab Talmut, Yesaya itu menulis lebih dari 90 pasal. Misalnya, di waktu Yesaya
ketemu Henokh di Sorga kemudian bagaimana Henokh bercerita pada Yesaya bahwa
dia waktu masuk pintu Sorga maka Allah yang Mahakuasa memanggil Michael
kataNya: ‘Michael, Michael, urapi hambaKu Henokh baru boleh dia menghadap
kepadaKu’. Jadi urapi dengan apa? Dengan minyak urapan. Jadi orang-orang
Yahudi pada waktu itu percaya pada minyak urapan. ... Jadi bila dulu Henokh
diurapi maka saya percaya kalau minyak urapan itu penuh kuasa. ... Maka saya
mengutip dari kitab bangsa Yahudi yaitu Henokh diurapi Tuhan dengan minyak
urapan itu baru dia bisa menghadap ke tahta Allah” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
14.
Tanggapan saya:
·
Kitab
Talmut Yahudi tidak kita akui sebagai Kitab Suci / Firman Allah. Karena itu
jelas tidak boleh dipakai sebagai dasar ajaran.
·
Perhatikan
kutipan di atas. Henokh masuk surga bukan karena penebusan / darah Kristus,
tetapi karena minyak urapan! Ini jelas sesat!
·
Dalam
penceritaan dari kitab Talmut dalam kutipan di atas, Henokh bukan
disembuhkan dengan minyak urapan, tetapi masuk surga / menghadap takhta
Allah karena minyak urapan. Lalu mengapa Pdt. Yesaya Pariadji
membelokkannya dan menerapkannya pada kesembuhan?
2. Dari
Kitab Suci.
a. Wah
3:18.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Di
dalam Alkitab yaitu dalam Wahyu 3:18 yang berkata: ‘Aku menasihatkan engkau,
supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar
engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar
jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas
matamu, supaya engkau dapat melihat’. Kata-kata ini diberikan kepada
orang-orang yang diprogramkan masuk keruang Maha Suci. Dan ternyata Gereja yang
membawa orang ke ruang Maha Suci diberikan ciri yaitu ada kuasa minyak
urapan, ada kuasa baptisan dan perjamuan kudus” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
14.
Tanggapan saya:
·
Ini
penafsiran yang tolol! Karena dalam Wah 3:18 itu, baik ‘emas’, ‘pakaian
putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah
/ jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal
itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani),
dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau
dihurufiahkan / diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan,
maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan!
·
Yang
dibicarakan dalam Wah 3:18 adalah ‘minyak
pelumas mata’, mengapa
tahu-tahu berubah menjadi ‘minyak
urapan’? Kalau mau tetap
memaksakan untuk menggunakan Wah 3:18 ini, seharusnya Pdt. Yesaya Pariadji
bukannya menggunakan ‘minyak
urapan’, tetapi
menggunakan obat tetes mata ‘Rohto’ / ‘Braito’.
·
Wah 3:18
hanya berbicara soal ‘minyak
pelumas mata’, lalu dari
mana tahu-tahu Pdt. Yesaya Pariadji berbicara soal ‘baptisan dan perjamuan kudus’ (lihat bagian akhir dari kutipan di atas)?
b. Hak 9:8-9 - “Sekali
peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Kata
mereka kepada pohon zaitun: Jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon zaitun
itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati
Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon?” (Catatan: bahwa
Yesaya Pariadji menggunakan ayat ini sebagai dasar, saya dapatkan dari kaset).
Tanggapan saya:
·
bacalah
seluruh kontext, yaitu dari ay 1 sampai sekitar ay 16. Kalau kita membaca
seluruh kontextnya, kita bisa melihat bahwa Hak 9:8-9 itu hanya sebagian
dari suatu cerita. Bagaimana ayat itu bisa dipakai sebagai dasar penggunaan
minyak urapan sebagai cara untuk menyembuhkan? Itu merupakan penggunaan ayat
yang out of context!
·
ayat
ini sama sekali tidak mengatakan bahwa minyak zaitun ini digunakan untuk
menyembuhkan manusia. Kalau kata ‘menghormati’ itu diartikan ‘menyembuhkan’, itu berarti minyak zaitun itu bisa
menyembuhkan Allah dan manusia.
·
dalam
penafsiran, kita tidak boleh menabrakkan satu ayat dengan ayat lainnya. Jadi
bagaimanapun kita mau menafsirkan Hak 9:8-9 itu, kita tidak boleh menabrak
Kel 30:22-33, yang saya berikan di bawah ini.
e) Ajaran
Kitab Suci yang benar tentang minyak urapan.
Kel 30:22-33 - “(22) Berfirmanlah TUHAN kepada
Musa: (23) ‘Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima
ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, (24) dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal
kudus, dan minyak zaitun satu hin. (25) Haruslah kaubuat semuanya itu
menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur
dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang
harus menjadi minyak urapan yang kudus. (26) Haruslah engkau mengurapi
dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum, (27) meja dengan segala
perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan; (28)
mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan
alasnya. (29) Haruslah kaukuduskan semuanya, sehingga menjadi maha kudus;
setiap orang yang kena kepadanya
akan menjadi kudus. (30) Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun
dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagiKu. (31) Dan
kepada orang Israel
haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang
kudus bagiKu di antara kamu turun-temurun. (32) Kepada badan orang biasa
janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu
dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah
itu kudus bagimu. (33) Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak
yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah
dilenyapkan dari antara bangsanya.’”.
Catatan: kata ‘nya’ dalam ay 29 (yang saya cetak dengan huruf besar) seharusnya
adalah ‘them’ = (mereka).
Jadi ini bukan menunjuk pada minyak urapan tersebut, tetapi pada Kemah Suci dan
perkakas-perkakasnya, yang telah dikuduskan oleh minyak urapan itu.
Jadi dalam Kel 30:22-33 ini dikatakan bahwa
membuat minyak urapan tidak boleh sembarangan. Campurannya ditentukan oleh
Tuhan (ay 23-25), dan hanya boleh diberikan pada Kemah Suci, tabut,
perkakas Kemah Suci (ay 26-28), dan kepada Harun dan anak-anaknya
(ay 30), dan tujuannya adalah untuk menguduskan, bukan untuk menyembuhkan.
Pelanggaran terhadap hal ini diancam dengan hukuman mati (ay 33).
Tetapi kabarnya Pdt. Yesaya Pariadji
menggunakan minyak zaitun sebagai minyak urapan, dan ia memberikannya kepada
sembarang orang yang sakit. Dan ia mengclaim bahwa hal ini diperintahkan oleh Tuhan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi
mengapa saya sering membagikan minyak urapan karena demikianlah perintah Tuhan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
13.
Bagaimana mungkin Tuhan mengajar dia
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Tuhan sendiri dalam Kitab Suci?
Satu hal yang saya dengar melalui kaset,
adalah bahwa ada orang yang meminum minyak urapan tersebut, dan
kelihatannya hal itu dibenarkan oleh Yesaya Pariadji. Ini lagi-lagi merupakan
suatu kegilaan!
Hal lain yang perlu ditekankan adalah:
karena dalam jaman Perjanjian Baru sudah tidak ada Kemah Suci atau Bait Allah,
dan imam-imamnya, maka jelas bahwa penggunaan minyak urapan dalam Perjanjian
Baru juga sudah tidak ada lagi!
f) Dalam Kitab Suci, pengurapan dengan minyak
urapan tak menjamin orang yang diurapi akan jadi baik, hebat dan sebagainya.
1. Allah memerintahkan kepada Musa untuk mengurapi Harun dan
anak-anak Harun dengan minyak urapan.
Kel 29:7,21 - “(7)
Sesudah itu kauambillah minyak urapan dan kautuang ke atas kepalanya, dan
kauurapilah dia. ... (21) Haruslah kauambil sedikit dari darah yang ada di atas
mezbah dan dari minyak urapan itu dan kaupercikkanlah kepada Harun dan kepada
pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan pada pakaian anak-anaknya; maka ia
akan kudus, ia dan pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya”.
2. Pelaksanaan pengurapan Harun dan anak-anaknya dengan minyak urapan
oleh Musa, sesuai dengan perintah Tuhan.
Im 8:10-13 - “(10) Musa
mengambil minyak urapan, lalu diurapinyalah Kemah Suci serta segala yang
ada di dalamnya dan dikuduskannya semuanya itu. (11) Dipercikkannyalah sedikit
dari minyak itu ke mezbah tujuh kali dan diurapinya mezbah itu serta segala
perkakasnya, dan juga bejana pembasuhan serta alasnya untuk menguduskannya.
(12) Kemudian dituangkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala
Harun dan diurapinyalah dia untuk menguduskannya. (13) Musa menyuruh anak-anak
Harun mendekat, lalu dikenakannyalah kemeja kepada mereka, diikatkannya
ikat pinggang dan dililitkannya destar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada
Musa. ... (30) Dan lagi Musa mengambil sedikit dari minyak urapan dan dari
darah yang di atas mezbah itu, lalu dipercikkannya kepada Harun, ke pakaiannya,
dan juga kepada anak-anaknya dan ke pakaian anak-anaknya. Dengan demikian
ditahbiskannyalah Harun, pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian
anak-anaknya”.
3. Tetapi sekarang kita akan melihat apa yang dilakukan oleh Nadab
dan Abihu, anak-anak Harun, yang telah diurapi dengan minyak urapan itu.
Im 10:1-2 - “(1)
Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil
perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu.
Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang
tidak diperintahkanNya kepada mereka. (2) Maka keluarlah api dari hadapan
TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN”. Bdk. Bil 3:2-4 Bil 26:60-61.
Jadi, Nadab dan Abihu, yang adalah anak-anak Harun, telah diurapi
dengan minyak urapan, dan menjadi imam-imam, tetapi mereka menjadi orang
brengsek, yang lalu dihukum mati oleh Tuhan!
Memang jelas bahwa bukan karena mereka
diurapi dengan minyak urapan itu mereka lalu menjadi brengsek dan lalu dihukum
mati oleh Tuhan! Tetapi jelas juga bahwa pengurapan dengan minyak urapan pada
diri mereka tak menjamin sedikitpun bahwa mereka akan menjadi hebat, baik
secara jasmani maupun rohani. Ini terbukti dari kebrengsekan yang mereka
lakukan, setelah mereka diurapi dengan minyak urapan, sehingga mereka akhirnya
dihukum mati oleh Tuhan. Mereka jadi juara? Ya, juara di neraka!
Pertanyaan saya: kalau anak-anak Harun yang telah diurapi dengan minyak
urapan itu bisa menjadi brengsek, bagaimana mungkin Yesaya Pariadji menjamin /
menjanjikan bahwa orang-orang / anak-anak yang ia urapi dengan minyak urapan
akan jadi hebat, juara, kepala bukan ekor, dsb?
g) Pengolesan
minyak untuk orang sakit dalam Yak 5:14.
Saya tidak pernah membaca atau mendengar
bahwa Pdt. Yesaya Pariadji pernah menggunakan ayat ini sebagai dasar penggunaan
minyak urapan. Tetapi karena text ini memungkinkan untuk digunakan sebagai
dasar dari penggunaan minyak urapan, dan karena banyak orang menggunakan ayat
ini sebagai dasar untuk mengolesi orang sakit dengan minyak (termasuk salah
seorang jemaat dari Yesaya Pariadji, yang berdebat di internet dengan saya),
maka saya membahas ayat ini di sini.
Yak 5:14-15 - “(14) Kalau ada seorang di antara
kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka
mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (15) Dan doa
yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni”.
Ayat ini mengatakan bahwa jemaat yang sakit
harus memanggil penatua. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud sakit di sini,
bukanlah seadanya penyakit yang remeh-remeh, tetapi penyakit yang cukup berat.
Bahwa yang dimaksud dengan sakit di sini
adalah penyakit yang cukup berat, terlihat dari:
1. Orang sakit itu disuruh ‘memanggil’ penatua, bukan ‘datang kepada’ penatua (Yak 5:14). Kalau orang itu
sakit yang ringan-ringan, pasti orang itu yang disuruh datang ke penatua.
2. Kata-kata ‘mendoakan dia’ (Yak 5:14), diterjemahkan oleh NIV
/ NASB / KJV / RSV sebagai ‘pray over him’ (= berdoa di atasnya),
bukan ‘pray for him’ (= berdoa untuk dia).
Dari istilah ini, kelihatannya orang sakit
itu berbaring dan penatua berdiri / duduk didekatnya sehingga posisi penatua
itu lebih tinggi dari posisi si sakit. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa si
sakit itu penyakitnya cukup berat sehingga harus berbaring.
3. Kata-kata ‘Tuhan
akan membangunkan dia’
(Yak 5:15), menunjukkan bahwa tadinya sakitnya cukup berat, sehingga ia
harus berbaring.
4. Kata ‘sakit’ dalam Yak 5:14, dalam bahasa
Yunaninya adalah ASTHENEI, dan kata itu juga digunakan dalam Yoh 5:5 untuk
menggambarkan orang yang lumpuh selama 38 tahun.
Kalau untuk seadanya penyakit yang
remeh-remeh, seperti pilek, sakit perut, pusing dsb, jemaat memanggil penatua,
maka itu akan betul-betul ‘membunuh’ penatua! Jemaat harus belajar untuk tidak
merepotkan penatua / pendeta secara tidak perlu. Dengan demikian mereka
bisa melakukan tugas yang memang perlu!
Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa ia
bukannya disuruh memanggil orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau pergi
ke kebaktian kesembuhan, dsb, tetapi disuruh memanggil penatua. Bandingkan
perintah ini dengan kecenderungan jaman ini dimana orang sakit selalu mencari
orang yang mempunyai karunia kesembuhan, atau mencari kebaktian kesembuhan.
Setelah penatua datang, apa yang harus
dilakukan oleh penatua?
a. Mendoakan
di sakit (Yak 5:14).
Si sakit memang bisa saja berdoa sendiri,
tetapi Tuhan lebih mau mendengarkan doa orang yang benar / saleh. Ini terlihat
dari Yak 5:16b - “Doa
orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.
Catatan: kata-kata ‘bila
dengan yakin didoakan’
sebetulnya salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini.
NIV: ‘The prayer of a righteous man is
powerful and effective’ (= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif).
Bandingkan ini dengan Yoh 9:31 - “Kita tahu, bahwa Allah tidak
mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang
melakukan kehendakNya”.
Penatua seharusnya adalah orang yang benar
/ saleh (bdk. 1Tim 3:1-dst
Tit 1:5-dst), maka penatua ditugaskan untuk mendoakan si sakit.
b. Mengolesnya
dengan minyak dalam nama Tuhan (Yak 5:14).
Ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu
dan dilakukan oleh murid Yesus pada saat itu dalam Mark 6:13.
Ada beberapa pandangan tentang arti dari ‘pengolesan minyak’ di sini:
·
Roma
Katolik:
Ini dijadikan dasar dari sakramen
perminyakan, yang diberikan oleh pastor kepada orang yang mau mati dan
tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang menghadapi kematian.
Pandangan ini jelas tidak cocok dengan text
ini karena Yakobus memerintahkan hal itu dengan tujuan supaya orang itu sembuh,
bukan untuk mempersiapkan orang itu menghadapi kematian.
·
Calvin:
Ini adalah sakramen sementara. Minyak
menunjuk pada karunia kesembuhan dan karena karunia kesembuhan dianggap sudah
lenyap, maka Calvin berpendapat bahwa sakramen sementara itu juga harus
dibuang.
Kelemahan pandangan ini:
*
Tidak
ada dasar untuk menganggap ini sebagai sakramen, karena tidak diperintahkan
langsung oleh Kristus.
*
Kata
bahasa Yunani yang digunakan adalah ALEIPHO, yang berarti ‘mengoles dengan minyak /
meminyaki’. A. T.
Robertson (hal 65) mengatakan bahwa kata ini digunakan kalau hal pemberian
minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau dalam upacara
agama, digunakan kata Yunani CHRIO (= to anoint / mengurapi). Jadi,
pemberian minyak ini tidak mungkin dianggap sebagai sakramen.
·
Minyak
berfungsi sebagai obat.
Adam Clarke:
“Oil was and is
frequently used in the east as a means of cure in very dangerous diseases; and
in Egypt
it is often used in the cure of the plague. Even in Europe
it has been tried with great success in the cure of dropsy. And pure olive oil
is excellent for recent wounds and bruises; and I have seen it tried in this
way with the best effects. ... it was the custom of the Jews to apply it as a
means of healing, and that St. James refers to this custom, is not only evident
from the case of the wounded man ministered to by the good Samaritan, Luke
10:34, but from the practice of the Jewish rabbins. ... here I am satisfied
that it has no other meaning than as natural means of restoring health; and
that St. James desires them to use natural means while looking to God for an
especial blessing”
(= Baik dulu maupun sekarang minyak sering digunakan di Timur sebagai cara
penyembuhan dalam penyakit-penyakit yang sangat berbahaya; dan di Mesir minyak
sering digunakan dalam penyembuhan dari wabah / penyakit pes. Bahkan di Eropah
minyak telah dicoba dengan sukses yang besar dalam penyembuhan dari penyakit
dropsy. Dan minyak zaitun murni sangat bagus untuk luka dan memar yang baru
terjadi; dan saya telah melihat bahwa minyak dicoba dengan cara ini dengan
hasil yang terbaik. ... merupakan kebiasaan dari orang-orang Yahudi untuk
menggunakan minyak sebagai cara penyembuhan, dan bahwa Santo Yakobus menunjuk
pada kebiasaan ini, bukan hanya jelas dari kasus dari orang terluka yang
dilayani oleh orang Samaria
yang baik, Lukas 10:34, tetapi juga dari praktek dari rabi-rabi Yahudi. ... di
sini saya tidak ragu-ragu bahwa minyak tidak mempunyai arti lain dari pada
sebagai cara alamiah untuk memulihkan kesehatan; dan bahwa Santo Yakobus ingin
supaya mereka menggunakan cara-cara alamiah sementara memandang kepada Allah untuk
suatu berkat yang khusus)
- hal 827.
Catatan: ‘Dropsy’ adalah penyakit yang menimbulkan
pengumpulan cairan serum yang abnormal dalam rongga-rongga atau jaringan tubuh
- Webster’s New World Dictionary.
Luk 10:34 - “Ia pergi kepadanya lalu membalut
luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia
menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke
tempat penginapan dan merawatnya”.
Yes 1:6 - “Dari telapak kaki sampai kepala
tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak
dibalut dan tidak ditaruh minyak”.
Mereka disuruh memanggil penatua, bukan
tabib, mungkin karena mereka miskin (ingat bahwa pada abad pertama hampir semua
orang kristen miskin!). Jadi, obatnya adalah bantuan dari penatua. Jadi,
penatua berdoa dan memberi obat untuk si sakit.
Saya mengambil pandangan yang terakhir. Dan
kalau ini memang merupakan pandangan yang benar, maka jelas bahwa praktek
pengolesan dengan minyak sudah tidak perlu lagi dilakukan pada jaman ini.
Penatua bisa memberi obat yang lain. Dan tentu saja kalau orangnya tidak
miskin, tidak perlu penatua yang memberi obat. Jadi, dalam menafsirkan bagian
ini kontextualisasi sangat dibutuhkan!
7) Setan sudah di neraka dan menerkam orang-orang yang dimasukkan ke neraka.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Kalau
anda ingin tahu, gudangnya setan-setan adalah di kuburan-kuburan. ...
Rumah-rumah sakit, terutama di ruang I.C.U. juga gentayangan setan-setan.
Setan-setan akan berusaha dan mencari kesempatan untuk menerkam orang-orang
yang menjelang ajal, masuk alam roh. Saya berikan contoh; pada suatu malam,
kurang lebih jam 1.00 malam, saya dengan anak saya, Aristo, pergi ke rumah
sakit Pondok Indah untuk berdoa bagi seorang Kristen, yang tidak percaya kepada
kuasa-kuasa Allah dan mujizat-mujizat Allah; bukan jemaat GBI Tiberias, yang
sedang menjelang ajalnya. Orang itu sedang dilayani oleh dokter dan para
perawat. Tiba-tiba saya mendengar suara Allah: ‘Pariadji, jangan doakan orang
itu, dia akan mati diterkam setan.’ Saya pegang tangan anak saya; ‘Aristo,
jangan takut. Kamu akan punya pengalaman melihat orang diterkam setan, masuk ke
neraka.’ Orang tersebut, yang terkulai menjelang kematiannya, tiba-tiba
bangkit, tiba-tiba ketakutan, tiba-tiba melihat setan-setan, tiba-tiba disambut
setan-setan saat menjelang masuk alam roh, artinya menghadapi setan-setan. Saya
tidak diperkenankan Tuhan untuk mengusir setan-setan tersebut” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II,
hal 40.
Tanggapan saya:
Adalah omong kosong yang berbau takhyul
untuk mengatakan bahwa kuburan merupakan gudangnya setan-setan. Memang dalam
Mark 5:2,5 dikatakan bahwa orang yang dirasuk setan itu berada di kuburan.
Tetapi dalam peristiwa ini setan berada di kuburan bersama orang yang
dirasuknya, dan karena itu tidak bisa diartikan bahwa setan senang berada di
kuburan tanpa ada orang. Memang bisa saja setan ada di kuburan, dan lalu
menakut-nakuti orang yang pergi ke kuburan, supaya manusia mempunyai gambaran
yang salah tentang aktivitasnya. Tetapi saya berpendapat bahwa pada umumnya,
setan pasti tidak akan tinggal di kuburan, tetapi ia pasti mencari tempat yang
banyak orangnya! Dasar pandangan ini adalah:
a) Tujuan
utama setan adalah menggoda manusia supaya berbuat dosa, supaya tidak percaya
kepada Kristus, dsb. Karena itu, tidak mungkin ia justru mencari kuburan
sebagai tempat tinggal, karena di sana
ia tidak bisa menggoda siapapun. Sebaliknya, gereja merupakan tempat dimana
Injil / Firman Tuhan diberitakan, dan karena itu gereja merupakan salah satu
tempat favoritnya. Ia pasti berusaha di sana untuk membuat manusia tidak mempercayai
/ mendengar Injil / Firman Tuhan tersebut (bdk. Mat 13:4,19 Mark 4:4,15 Luk 8:5,12).
b) Mat 12:43-45
- “‘Apabila roh
jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus
mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan
kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan
mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar
dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan
berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada
keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.
Perhatikan bahwa pada saat setan mengembara
ke tempat-tempat tandus untuk mencari perhentian, ia tidak mendapatkannya. Lalu
ia kembali ke orang yang pernah dihuninya. Ini menunjukkan bahwa setan senang
dengan tempat yang ada banyak orangnya!
c) Ayub 1:7-8
- “Maka
bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada
TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ Lalu bertanyalah
TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada
seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan
Allah dan menjauhi kejahatan.’”. Perhatikan bahwa waktu Tuhan bertanya: ‘Dari mana engkau?’, setan menjawab: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan
menjelajah bumi’. Dan
Tuhan lalu bertanya lagi: ‘Apakah
engkau memperhatikan hambaKu Ayub?’. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tahu bahwa kalau setan menjelajah bumi,
yang ia perhatikan pasti adalah manusia, khususnya orang-orang yang percaya dan
taat kepada Tuhan, untuk diserangnya!
d) 1Pet 5:8
- “Sadarlah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa aktivitas setan
adalah mengawasi / mengelilingi manusia, mencari kelengahan mereka, dan lalu
menyerang mereka! Bandingkan juga dengan Luk 4:13 (yang terjadi setelah ia
gagal sebanyak 3 x untuk mencobai Yesus): “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia
mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”. Ini jelas menunjukkan bahwa ia terus
mencari kesempatan untuk menyerang dan menjatuhkan Yesus. Dan tentu saja ia
juga terus mencari kesempatan untuk menyerang dan menjatuhkan kita.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Henokh
pernah bertanya kepada Tuhan, kalau orang mati itu rohnya mau kemana? Ternyata
dia diperlihatkan alam roh dimana alam roh ada Sorga, ada Nerakanya, ada banyak
Malaikat dan banyak setannya juga. Maka itu saya penasaran lagi, hingga saya
cari bukunya Henokh dan puji Tuhan, saya mendapatkannya. Disitu dikatakan,
bahwa Henokh diangkat oleh Tuhan bersama tubuhnya untuk diperlihatkan Sorga,
neraka, malaikat, dan setan. Lalu dia bertanya juga pada Tuhan: ‘Tuhan kalau
orang berdosa mati ditaruh di mana?’ Maka Henokh diperlihatkan Neraka dimana
orang-orang berdosa dimasukkan ke Neraka dan diterkam oleh setan-setan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
14.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “saya
diperlihatkan orang-orang yang masuk neraka, begitu mengerikan orang-orang yang
berdosa dicabik-cabik dan diterkam setan-setan, dibawa ke neraka. Tuhan Yesus
memandang wajah saya dan memperhatikan apa reaksi saya terhadap orang-orang
yang meraung, terhadap orang-orang yang sangat menderita, dijarah dan
dikeroyok setan-setan, dibawa ke neraka” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 7.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bila
Anda melihat alam roh saat ini akan sedih; betapa tidak; Anda akan melihat
orang-orang mati, orang-orang masuk alam roh, di mana mereka yang tidak
terdaftar sebagai warga Kerajaan Sorga akan dicabik-cabik, diterkam,
dikejar-kejar setan-setan, dan sangat mengerikan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 7-8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
juga melihat roh orang-orang yang mati masuk ke alam roh; sebagian
dikejar-kejar setan, sebagian masuk ke suatu tangga sinar bagaikan pelangi,
yang disebut oleh Dr. Collet sebagai tangga Roh Kudus. ... Tuhan Yesus
memperlihatkan proses orang-orang yang mati, langsung masuk ke alam roh, lalu
sebagian dikejar-kejar setan-setan, ditangkap setan-setan, dijarah
setan-setan; mereka meraung, mereka menjerit, setan-setan beramai-ramai membawa
mereka, menggandeng mereka, dibawa ke liang-liang neraka” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II,
hal 42.
Tanggapan saya:
a) Hampir
semua orang yang bersaksi bahwa mereka melihat neraka, termasuk Pdt. Yesaya
Pariadji, menyatakan bahwa mereka melihat setan-setan di neraka, dan
setan-setan itu menyiksa orang-orang yang masuk ke neraka. Ini sama sekali
tidak alkitabiah, karena:
1. Saat ini setan belum masuk neraka, karena setan baru masuk ke sana pada saat Yesus
datang keduakalinya.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan
mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan
nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.
Mat 8:29b - “Adakah Engkau kemari untuk menyiksa
kami sebelum waktunya?”.
2. Dan kalau nanti setan dimasukkan ke neraka, ia bukannya menghukum,
tetapi dihukum, bukannya menyiksa, tetapi disiksa! Siapa yang pernah mengangkat
setan menjadi algojo? Dia adalah terdakwa dan terhukum, bukan algojo! Kata-kata
setan dalam Mat 8:29b di atas jelas menunjukkan bahwa setan sendiri sadar
bahwa akan datang waktunya ia akan disiksa!
b) Juga
Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa setan-setanlah yang membawa orang mati
yang belum percaya itu ke neraka.
Tetapi Firman Tuhan / Kitab Suci menyatakan
bahwa yang membawa orang mati itu ke surga (bagi yang percaya) atau ke neraka
(bagi yang tidak percaya, adalah malaikat-malaikat!
Mat 13:30,39b-43 - “(30) Biarkanlah keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para
penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk
dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.’ ... (39b) para
penuai itu malaikat. (40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar
dalam api, demikian juga pada akhir zaman. (41) Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya
dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang
yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya. (42) Semuanya akan dicampakkan
ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
(43) Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam
Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’”.
c) Saya
ingin memberikan komentar tentang kata-kata Pdt. Yesaya Pariadji bahwa
setan-setan itu mencabik-cabik dan menjarah orang mati yang masuk
ke alam roh. Pada saat seseorang mati, maka jiwa / rohnya meninggalkan
tubuhnya. Bagaimana setan bisa mencabik-cabik jiwa / roh manusia? Juga jiwa /
roh itu tentu tidak membawa apa-apa; lalu apa yang dijarah oleh setan-setan
itu?
d) Kelihatannya
Pdt. Yesaya Pariadji diilhami oleh film ‘Ghost’, yang dibintangi oleh Demy
Moore, karena apa yang ia katakan lebih mirip film tersebut dari pada Kitab
Suci.
8) Hal-hal extrim yang lain.
a) Ia
mengaku bertemu dengan Yesus dan diajar langsung oleh Yesus.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “pada
saat ini juga saya siap dilempar ke neraka, bila saya tidak berkali-kali masuk
alam roh berjumpa dengan Tuhan Yesus, dan langsung diajari Firman Allah oleh
Tuhan Yesus” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi I / Tahun I, hal 5 & 6.
Tanggapan saya:
1. Jaman sekarang begitu banyak orang mengaku seperti ini, dan
sekalipun hal itu memungkinkan, tetapi juga ada kemungkinan lain, yaitu:
a. Mereka hanya membual.
b. ‘Yesus’ yang bertemu dengan mereka dan mengajar
mereka, sebetulnya hanyalah setan yang menyamar. Bandingkan dengan
2Kor 11:4 - “Hal
itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”. Kalau ia bisa menyamar sebagai malaikat
Terang, pasti ia juga bisa menyamar sebagai Yesus. Bandingkan juga dengan
Mat 24:24 yang berbicara tentang ‘Mesias
palsu’.
2. Adalah aneh bahwa orang yang mengaku diajar langsung oleh Yesus
ternyata memberikan ajaran sesat dan tidak alkitabiah.
3. Salah satu hal yang saya anggap sangat memuakkan dari Pdt. Yesaya
Pariadji ini adalah bahwa ia sangat sering bersumpah tanpa ada perlunya.
Tidak pernahkah ia membaca kata-kata Yesus dalam Mat 5:33-37 - “Kamu telah mendengar pula yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah
sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali
bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi
bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena
Yerusalem adalah kota
Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak
berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah
kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih
dari pada itu berasal dari si jahat”.
Sekalipun saya memang tidak beranggapan
bahwa sumpah dilarang secara mutlak, tetapi jelas bahwa kata-kata di atas ini
melarang kita untuk bersumpah secara sembarangan / tanpa ada perlunya!
Beberapa komentar tentang orang yang
gampang untuk bersumpah:
·
Pulpit
Commentary: “It
betrays a consciousness, too, on the swearer’s part that he is not to be
believed in his bare word”
[= Juga, itu menyingkapkan suatu kesadaran pada pihak si penyumpah bahwa ia
tidak dipercaya dalam kata-katanya semata-mata (tanpa sumpah)] - hal 205.
·
William
Hendriksen: “It
is characteristic of certain individuals who are aware that their reputation
for veracity is not exactly outstanding that the more they lie the more they
will also assert that what they are saying is ‘gospel truth.’ They are in the
habit of interlacing their conversations with oaths” (= Merupakan ciri dari
individu-individu tertentu yang sadar bahwa reputasi mereka untuk kejujuran
tidak terlalu menonjol, dimana makin mereka berdusta makin mereka menegaskan
bahwa apa yang mereka katakan adalah ‘kebenaran injil’. Mereka terbiasa untuk
menjalin percakapan mereka dengan sumpah) - hal 308.
·
Adam
Clarke: “A
common swearer is constantly perjuring himself: such a person should never be
trusted”
(= Seseorang yang biasa bersumpah secara terus menerus bersumpah palsu: orang
seperti itu tidak pernah boleh dipercaya) - hal 75.
Karena itu makin sering seseorang
bersumpah, makin saya tidak percaya kepadanya!
b) Orang
kristen / hamba Tuhan harus mempunyai kuasa.
Pdt. Yesaya Pariadji memberi judul ‘KUASA Allah harus bisa dibuktikan’ untuk
majalah Tiberias Edisi V / 2001.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Hampir
60 % pelayanan Tuhan Yesus adalah menyembuhkan berbagai penyakit dan
membebaskan manusia dari ikatan Iblis yang merasuk dalam diri manusia. Kuasa
yang dimiliki oleh Tuhan Yesus adalah kuasa yang juga diberikan oleh Tuhan
kepada murid-murid-Nya dan seluruh umat yang percaya. ... Kita sebagai
murid atau hamba Tuhan, tentunya kita mempunyai kuasa yang diberikan oleh
Tuhan. Baik itu kuasa untuk mengusir setan, kuasa untuk menyembuhkan orang
sakit, bahkan kuasa untuk membangkitkan orang mati. Kuasa-kuasa itu
diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai karunia kepada setiap hamba Tuhan. Tetapi
yang menjadi pertanyaan pula adalah hamba Tuhan yang bagaimana? Tentunya hamba
Tuhan yang mempunyai hati yang murni, hati suci, hati yang tulus dalam melayani
Tuhan. ... Kalau Allah memberikan kuasa kepada hamba Tuhan memang seharusnya
kuasa Allah itu dapat dibuktikan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 9.
Tanggapan saya: Bagaimana caranya ia mendapat bilangan 60
%? Pasti ‘orang genius’ ini bisa menunjukkan cara ia menghitung sehingga
mendapatkan hasil 60 % itu!
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Di
dalam Yoh 14:12-13 dikatakan, ‘Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang
Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab
Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan
melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.’ Dari kenyataan
mujizat-mujizat yang terjadi di gereja Tiberias adalah bukti dari kemahakuasaan
Allah yang bisa dibuktikan. ... Banyaknya kesembuhan yang terjadi dalam
pelayanan hambaNya Pdt. Yesaya Pariadji merupakan bukti jelas bahwa kuasa Allah
sampai hari ini, bisa dibuktikan. Bukti dari kuasa Allah ini bisa dilihat dari
kesembuhan-kesembuhan orang-orang yang sungguh-sungguh merindukan kelepasan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
19.
Tanggapan saya:
Tentang Yoh 14:12 ini, lihat penjelasannya
dalam Apendix III, no 5, di belakang.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “kita
mempunyai suatu tugas, untuk membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang
Mahakuasa. Bila saya, sebagai seorang pendeta, sebagai seorang Kristen tidak
bisa membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa, saya tidak akan
menjadi seorang Kristen; lebih-lebih saya tidak akan menjadi seorang pendeta.” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / thn II,
hal 38.
Tanggapan saya:
1. Saya setuju bahwa setiap orang kristen / hamba Tuhan harus bisa
membuktikan bahwa Yesus adalah Allah, tetapi pembuktian ini dilakukan dengan
menggunakan Firman Tuhan / ayat-ayat Kitab Suci! Ini berbeda dengan Pdt.
Yesaya Pariadji yang membuktikannya dengan menunjukkan kemampuannya untuk
melakukan mujijat.
Kalau seseorang bisa melakukan mujijat, itu tidak
membuktikan keilahian Yesus, karena kuasa yang ia pakai belum tentu kuasa
Yesus. Di depan sudah saya tunjukkan banyak ayat yang menunjukkan bahwa
nabi-nabi palsu bisa melakukan mujijat-mujijat dengan kuasa setan!
2. Abraham, Yesus dan Paulus tidak mau memberi tanda / mujijat.
a. Abraham.
Luk 16:27-31 - “Kata orang itu: Kalau demikian,
aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab
masih ada lima
orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar
mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham:
Ada pada mereka
kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab
orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara
orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika
mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan
mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Abraham tidak menganggap bahwa mujijat
merupakan sesuatu yang penting untuk mempertobatkan kelima saudara dari orang
kaya itu. Ia tidak beranggapan bahwa kuasa Allah harus dibuktikan! Ia
menganggap bahwa hukum Taurat / Firman Tuhan sudah cukup untuk mempertobatkan.
Kalau hukum Taurat / Firman Tuhan tidak cukup, maka penginjilan yang dilakukan
oleh orang yang bangkit dari antara orang matipun, sekalipun merupakan suatu
mujijat yang luar biasa, tidak akan bisa mempertobatkan mereka. Ingat juga
bahwa pada waktu Yesus membangkitkan Lazarus (Yoh 11), peristiwa itu tidak
mempertobatkan para tokoh Yahudi, tetapi sebaliknya mereka ingin membunuh Yesus
dan Lazarus (Yoh 11:47-53 Yoh 12:10).
b. Yesus.
Mat 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah
beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat
suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang
jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak
akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus
tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia
akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
Apa
artinya ‘tanda nabi Yunus’? Ada yang menganggap
ay 40 sebagai penekanan / inti bagian ini dan lalu berkata bahwa tanda itu
adalah kebangkitan Yesus. Tetapi kelihatannya ay 40 ini hanya merupakan
tambahan saja dan bukan merupakan inti / penekanan dari bagian ini. Alasannya:
·
Luk 11:29-30 maupun Mat 16:1-4 menyebut
tentang Yunus tetapi tidak menyebut tentang ‘3 hari dan 3
malam’.
Luk 11:27-30 - “Ketika orang banyak
mengerumuniNya, berkatalah Yesus: ‘Angkatan ini adalah angkatan yang jahat.
Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda
selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang
Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”.
Mat 16:1-4 - “Kemudian datanglah orang-orang
Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia
memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. Tetapi jawab Yesus: ‘Pada
petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi
hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu
tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan
tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan
tanda selain tanda nabi Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi”.
·
Mark 8:11-12 bahkan hanya berkata bahwa mereka
tidak akan diberi tanda. Bagian ini sama sekali tidak menyinggung tentang
Yunus!
Mark
8:11-12 - “Lalu muncullah orang-orang Farisi dan
bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya
suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: ‘Mengapa
angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada
angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.’”.
Ini semua
menunjukkan bahwa Mat 12:40 bukanlah bagian inti tetapi hanya merupakan
tambahan saja, karena kalau Mat 12:40 merupakan penekanan / inti, maka
tidak mungkin 3 bagian Kitab Suci yang lain menghapuskan bagian ini.
Kesimpulan:
arti bagian ini adalah: mereka tidak akan diberi tanda, tetapi hanya diberi
pemberitaan Firman Tuhan! Yunus sendiri juga tidak memberi mujijat apa-apa
kepada orang Niniwe; ia hanya memberitakan Firman Tuhan. Mereka harus percaya
pada Firman Tuhan tanpa tanda / mujijat.
c. Paulus.
1Kor 1:22-23 - “Orang-orang Yahudi menghendaki
tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus
yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk
orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Paulus juga seperti Abraham dan Yesus. Ia
tidak mau memberikan apa yang dituntut / diinginkan oleh para pendengarnya.
Orang Yahudi menginginkan tanda / mujijat, sedangkan orang Yunani menginginkan
hikmat, tetapi Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yang bertentangan
dengan keinginan dari orang Yahudi maupun Yunani, sehingga bagi orang Yahudi
itu merupakan batu sandungan dan bagi orang Yunani itu merupakan kebodohan.
Pertanyaan yang harus diajukan kepada Pdt.
Yesaya Pariadji adalah: mengapa Abraham, Yesus, dan Paulus tidak menunjukkan
kuasa Allah, dan melakukan mujijat, dalam text-text ini? Dan kalau Abraham,
Yesus dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah atau melakukan mujijat di sini,
mengapa orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang salah, kalau mereka hanya
memberitakan Injil / Firman Tuhan, tanpa menunjukkan kuasa Allah dalam bentuk
mujijat-mujijat?
3. Bdk. Yoh 10:41 - “Dan
banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu
tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah
benar.’”.
Ayat ini kontras dengan Ul 13:1-5,
karena ‘nabi’ dalam Ul 13:1-5 menubuatkan tanda dan
tanda itu terjadi, tetapi ia mengajarkan ajaran sesat; sedangkan Yoh 10:41
mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis tidak membuat satu tandapun, tetapi apa yang
Ia ajarkan benar.
Apakah Pdt. Yesaya Pariadji berani
mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis bukan nabi, karena tidak bisa membuktikan
kuasa Tuhan dengan melakukan tanda / mujijat?
Karena itu, kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan
/ orang kristen yang betul-betul memberitakan Injil / Firman Tuhan, jangan
kecil hati karena saudara tidak diberi karunia untuk melakukan mujijat /
kesembuhan ilahi, karena Yohanes Pembaptis juga seperti itu. Yang penting
adalah saudara memberitakan Injil / Firman Tuhan yang benar. Bukankah lebih
baik menjadi seperti Yohanes Pembaptis, dari pada menjadi seperti ‘nabi’ dalam
Ul 13:1-5 (yang mirip dengan Pdt. Yesaya Pariadji)?
4. Setan juga memperlengkapi nabi-nabi palsunya dengan kuasa-kuasa
untuk melakukan mujijat. Ini terlihat dari ahli-ahli sihir Mesir yang bisa
meniru mujijat Musa (melempar tongkat yang lalu menjadi ular) dalam
Kel 7:11-12. Juga dari ayat-ayat seperti Mat 7:21-23 Mat 24:23-24 2Tes 2:9
Wah 13:11-14
Wah 16:13-14. Jadi, bagaimana kita bisa tahu apakah seseorang
adalah nabi asli yang melakukan mujijat dengan kuasa Tuhan, atau seorang nabi
palsu yang melakukan mujijat dengan kuasa setan? Seperti yang sudah saya
katakan di depan, kita hanya bisa tahu melalui ajaran dari orang tersebut!
5. Kekristenan harus menekankan penebusan / salib Kristus.
Penekanan mujijat dan kesembuhan dalam kekristenan
merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena dalam agama-agama lain dan
sekte-sekte sesat, dan bahkan dalam kalangan orang yang mempelajari magic,
hal-hal ini juga ada. Kalau kekristenan menekankan hal-hal itu, kekristenan tidak
kelihatan istimewa. Yang istimewa dalam
kekristenan dan yang tidak dipunyai agama lain adalah keselamatan /
pengampunan karena penebusan Kristus, dan ini yang harus ditekankan!
c) Orang
kristen harus sehat / sembuh dari segala penyakit dan tidak boleh alergi
makanan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Kesembuhan
adalah hak mutlak orang percaya. Kesembuhan yang Allah berikan ini adalah hasil
tindakan iman yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
20.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi
tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak bisa makan ikan atau alergi
makanan. Saya pernah bertemu dengan seorang rekan pendeta terkenal yang sudah
ke berbagai negara, dia mengatakan bahwa dia tidak pernah masuk restoran
Padang, ... Saya sampaikan pada sekretarisnya bahwa saya akan datang membawa
kelapa muda dan saya jamin tidak akan alergi lagi, tetapi dia tidak mau. Saya
sering heran sudah melayani kok tidak bisa makan ikan, tidak bisa makan udang,
tidak bisa makan kelapa hingga saat ini dia belum bisa menikmati buah kelapa
yang diciptakan Tuhan untuk kita nikmati. Sejak Adam dan Hawa diciptakan untuk
berkuasa atas makanan dan minuman, maka aneh kalau orang Kristen alergi makanan
dan minuman apalagi dia yang sudah melayani yang kena alergi” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal
13.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Yang
saya maksudkan berkuasa di bumi adalah kita sebagai orang-orang Kristen,
berkuasa atas udara, berkuasa atas segala makanan, tidak alergi tidak makan
makanan apapun, tidak akan sakit-sakitan, ...” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I,
hal 12.
Tanggapan saya:
1. Dalam Kitab Suci ada banyak tokoh yang sakit tetapi tidak
disembuhkan:
a. Paulus tidak sembuh dari duri dalam dagingnya.
2Kor 12:7-10 - “Dan supaya aku jangan
meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku
diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh
aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali
berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab
Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah
atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di
dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah,
maka aku kuat”.
b. Timotius
sakit dan Paulus tidak menyembuhkannya.
1Tim 5:23 - “Janganlah lagi minum air saja,
melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan
tubuhmu sering lemah”.
c. Trofimus
sakit dan Paulus tidak menyembuhkannya.
2Tim 4:20 - “Erastus tinggal di Korintus dan
Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus”.
Lalu dengan alasan / dasar Kitab Suci apa
Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa kesembuhan adalah hak mutlak orang
percaya? Apakah Paulus, Timotius, dan Trofimus bukan orang percaya?
2. Pdt. Yesaya Pariadji tidak memberikan dasar Kitab Suci apapun
mengapa orang kristen harus sembuh dari penyakit, dan tidak boleh alergi
makanan.
Ia mengatakan ‘Sejak Adam dan Hawa diciptakan
untuk berkuasa atas makanan dan minuman ...’. Entah dari mana gerangan ia mendapat ayat seperti ini? Kitab Suci
mengatakan bahwa Adam dan Hawa berkuasa atas binatang-binatang
(Kej 1:28), bukan atas makanan.
Kej 1:28 - “Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”.
Ingat bahwa pada saat itu manusia hanya
boleh makan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Ini terlihat dari 2 ayat di bawah
ini:
Kej 1:29 - “Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah,
Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan
segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu”.
Kej 2:16 - “Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan
buahnya dengan bebas”.
Adam dan Hawa tidak / belum boleh makan
binatang, dan karena itu, penguasaan Adam dan Hawa atas ikan, burung, dan
binatang dalam Kej 1:28 itu tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan
bahwa mereka berkuasa atas makanan!
Baru pada saat Nuh keluar dari bahtera,
Tuhan mengijinkan manusia untuk makan binatang.
Kej 9:2-4 - “Akan takut dan akan gentar
kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang
bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya
itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku
telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.
Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan”.
3. Pdt. Yesaya Pariadji sendiri tidak sembuh dari ‘penyakit’nya!
Dalam fotonya di majalahnya, Pdt. Yesaya Pariadji
sendiri memakai kacamata. Mengapa ia tidak disembuhkan dari ‘penyakit’
tersebut? Dan apakah Pdt. Yesaya Pariadji tidak pernah sakit gigi? Apa yang ia
lakukan kalau ia sakit gigi? Membaptis dirinya sendiri? Makan Perjamuan Kudus?
Berkumur dengan minyak urapan? Atau pergi ke dokter gigi?
d) Ia
tahan berdoa sampai 4-5 bulan.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Karena
rindu sama Tuhan, saya dulu pernah doa semalam suntuk bahkan saya tahan berdoa
4-5 bulan” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 15.
Tanggapan saya: Bualan / kegilaan seperti ini tidak
membutuhkan tanggapan.
e) Ia
menjadi pandai karena menjaga kesucian hidup.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “di
dalam Daniel 1:8 dikatakan demikian: ‘Daniel berketetapan untuk tidak
menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum
raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah
menajiskan dirinya.’ Daniel dipilih Tuhan untuk tidak menajiskan dirinya, untuk
tidak melakukan hal-hal yang haram, untuk tidak foya-foya. Hasilnya, Daniel
menjadi seorang pemuda yang pandai, yang cerdas, yang bijaksana, ... Saya
teringat, sewaktu saya masih sekolah, saya selalu nomor satu, baik di SD, di
SMP dan di SMA. Karena saya selalu menjaga hidup saya, agar tiada berdosa,
sehingga saat saya belajar di Universitas, selalu tidak membayar; istilahnya
mendapat biaya siswa dan ikatan dinas dari pemerintah. Sehingga saya dikirim
pemerintah untuk belajar ke New York,
Amerika Serikat” -
‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 11.
Tanggapan saya:
1. Daniel tidak menjadi pandai karena tidak menajiskan diri dengan
makanan raja. Keputusan Daniel untuk tidak menajiskan diri dengan makanan raja
terjadi dalam Daniel 1:8, sedangkan pemilihan orang-orang yang
berpengetahuan / berpengertian banyak dan memahami berbagai-bagai hikmat
(termasuk Daniel) sudah terjadi sebelumnya, yaitu dalam
Daniel 1:3-4,6 - “Lalu
raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang
Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni
orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang
memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai
pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam
istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. ... Di
antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya,
Misael dan Azarya”.
2. Bdk. Yeh 28:1-3 - “Maka
datanglah firman TUHAN kepadaku: ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja
Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan
berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan.
Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan
diri sama dengan Allah. Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada
rahasia yang terlindung bagimu”.
Raja Tirus ini bukan orang beriman, tetapi
orang brengsek dan sombong, tetapi dikatakan bahwa hikmatnya melebihi Daniel!
Ini kelihatannya tidak cocok dengan ajaran Pdt. Yesaya Pariadji. Dan kalau
saudara menganggap bahwa ini menunjuk kepada setan / Lucifer, maka perhatikan
kata-kata ‘engkau
adalah manusia’, yang
jelas menunjukkan bahwa bagian ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
setan.
3. Pada saat Pdt. Yesaya Pariadji ada di SD, SMP, SMA ia belum
bertobat, dan masih beragama lain, karena dari kesaksiannya sendiri dikatakan
bahwa ia bertobat setelah menikah / berkeluarga. Lalu bagaimana pada saat itu
ia bisa suci / dianggap suci oleh Tuhan sehingga lalu diubahkan menjadi pandai?
Ini bertentangan dengan Tit 1:15 - “Bagi
orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak
beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati
mereka najis”.
4. Pdt. Yesaya Pariadji mengaku dirinya pernah sekolah di Cornell University
di New York.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
pernah tinggal di New York, saya pernah
belajar di Cornell
University” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II,
hal 32.
Kalau Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan
dirinya pandai, bukankah merupakan hal yang aneh kalau ia tidak mempunyai gelar
dari Cornell University itu? Gelarnya Drs., jadi
pasti bukan dari luar negeri. Memang ia mengatakan bahwa ia ‘pernah belajar’, bulan ‘lulus dari’ Cornell University. Jadi, apakah ia ‘drop out’ dari Cornell University?
Kalau ia memang pandai, mengapa drop out?
5. Mengapa ia begitu mengagungkan kepandaian? Tidak pernahkah ia
membaca 1Kor 1:25-29 - “Sebab
yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah
dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana
keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang
yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang
terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan
orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi
dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang
memegahkan diri di hadapan Allah”.
6. Kata-kata Pdt. Yesaya Pariadji ini punya persamaan dengan
kata-kata Pdp. Dolf Mailangkay (team redaksi dari majalah ‘Tiberias’): “ada seorang anak yang boleh
dikatakan ‘bodoh’ tetapi setelah dilayani dengan perjamuan kudus yang benar
anak tersebut menjadi pandai. Dan akhirnya anak tersebut menjadi dosen di
Amerika. ... otak yang pas-pasan bisa menjadi cemerlang oleh karena kuasa
Perjamuan Kudus” -
‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 39.
Memang tidak terlalu aneh, karena pepatah
mengatakan: ‘Kalau
guru kencing berdiri, murid kencing berlari’, dan ‘Buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya’.
f) Tingkat-tingkat
Kerajaan Sorga.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tuhan
Yesus memperlihatkan kepada saya tentang tingkat-tingkat Kerajaan Sorga. Pertama,
ada taman Firdaus. Ke dua, ada tingkat Ruang Suci. Ke tiga, tingkat ruang
Maha Suci, atau di depan takhta Allah.” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 9.
Tanggapan saya:
1. Saya percaya bahwa ada tingkatan-tingkatan dalam Kerajaan Surga
(bdk. Mat 5:19 Mat 20:20-28),
dalam arti pahala setiap orang akan berbeda-beda. Tetapi bahwa ada 3 tingkat,
yang pertama adalah taman Firdaus, yang kedua tingkat Ruang Suci, dan yang
ketiga tingkat Ruang Maha Suci, merupakan sesuatu yang sama sekali tidak ada
dalam Kitab Suci.
2. Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam 2Kor 12:2-4 - “Aku tahu tentang seorang
Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu,
entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu
tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia
mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.
Paulus mula-mula mengatakan ‘diangkat ke tingkat yang ketiga
dari sorga’, lalu ia
mengatakan ‘diangkat
ke Firdaus’, padahal ia
membicarakan tentang satu pengalaman yang sama. Jadi jelas bahwa ‘Firdaus’ itu identik dengan ‘tingkat ketiga dari sorga’.
Mengapa kata-kata Paulus dalam Kitab Suci
ini tidak cocok dengan ‘penglihatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus’ kepada
Pdt. Yesaya Pariadji yang menunjukkan bahwa Firdaus adalah tingkat yang
pertama?
g) Kutuk
Hawa sudah terangkat di kayu salib.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
juga diberikan pelajaran tentang pelajaran doa dan kutuk-kutuk dosa. Sebagai
contoh: Saya diberikan penglihatan, yaitu sebagaimana di dalam Kejadian 3:16, kutuk-kutuk
penyakit akibat dosa, akibat Hawa berdosa, sebagai seorang wanita. Maka
apabila ada seorang wanita yang mengalami sakit pada kandungannya, di
dalam nama Tuhan Yesus, kutuk Kejadian 3:16, kutuk atas Hawa, sudah
terangkat di atas kayu salib; lebih-lebih bila disertai dengan diolesi
minyak urapan dan menerima Perjamuan Kudus, akan disembuhkan, tidak akan
dioperasi, tidak akan mengalami pendarahan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II,
hal 10.
Tanggapan saya:
1. Kej 3:16 - “FirmanNya
kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu
mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan
anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
·
Yang
dikutuk bukan Hawa / manusia tetapi setan / ular (Kej 3:14)! Jadi ini
hanya merupakan hukuman dosa.
·
Ini
juga bukan penyakit, tetapi penderitaan / rasa sakit pada waktu mengandung /
melahirkan. Tetapi Pdt. Yesaya Pariadji menerapkannya pada penyakit kandungan,
pendarahan, dan sebagainya. Ini merupakan pembelokan ayat Kitab Suci untuk bisa
mendukung pandangannya!
2. Sekalipun memang pada kayu salib Yesus memikul kutuk bagi kita
(Gal 3:13) dan juga segala hukuman dosa kita, tetapi penghapusan
penderitaan secara total (termasuk penyakit), baru terjadi pada saat kita masuk
ke surga.
Wah 7:16-17 - “Mereka tidak akan menderita
lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka
lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan
mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus
segala air mata dari mata mereka.’”.
Wah 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air
mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi
perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama
itu telah berlalu.’”.
Ini bukan hal yang aneh, karena selama kita
hidup dalam dunia ini, kita belum dikuduskan secara sempurna, dan masih tetap
berbuat dosa. Penghapusan total dari penyakit rohani (yaitu dosa), juga baru
terjadi pada saat kita mati dan masuk ke surga.
Karena itu, bukan merupakan sesuatu yang
aneh kalau seorang perempuan, sekalipun ia orang kristen, tetap mengalami rasa
sakit pada waktu mengandung / melahirkan.
3. Kalau Pdt. Yesaya Pariadji mempercayai bahwa kutuk sudah terangkat
pada kayu salib, mengapa ia mengatakan ‘lebih-lebih
bila disertai dengan diolesi minyak urapan dan menerima Perjamuan Kudus’? Jadi Pdt. Yesaya Pariadji menganggap
bahwa pekerjaan yang Yesus lakukan di kayu salib itu kurang mujarab / tidak
cukup, sehingga harus ditambahi dengan minyak urapan dan Perjamuan Kudus! Begitu
hebatnya ia menekankan minyak urapan dan Perjamuan Kudus sehingga penebusan
Kristuspun harus ditambahi dengan minyak urapan dan Perjamuan Kudus!
Terkutuklah orang yang menganggap bahwa pekerjaan Yesus tidak cukup sehingga
harus ditambahi lagi dengan apapun! Ingat bahwa Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30).
h) Ia
menganggap dirinya mempunyai ‘roh
martir’ sehingga dipilih
untuk melihat dan menyaksikan tingkat-tingkat sorga.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Dalam
Majalah Tiberias edisi ke 5 ini akan saya sampaikan bagaimana saya langsung
dites oleh Allah, yaitu bahwa saya mempunyai roh martir, yang mau berkorban
nyawa untuk orang lain, mau berkorban nyawa untuk sesama, sehingga saya dipilih
Tuhan Yesus untuk menyampaikan tentang tingkat-tingkat Kerajaan Sorga. Jadi
syarat-syarat untuk dipilih menyaksikan dan menyampaikan tentang
tingkat-tingkat Kerajaan Sorga, sudah diatur dari Kerajaan Sorga, yaitu kepada
mereka yang mempunyai roh martir” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 10.
Tanggapan saya:
1. Adalah omong kosong kalau Tuhan memilih Pdt. Yesaya Pariadji untuk
menyaksikan dan memberitakan tentang tingkat-tingkat Kerajaan Surga karena ia
mempunyai ‘roh
martir’. Mengapa? Karena
Tuhan tidak pernah memilih kita karena kita memenuhi syarat-syarat tertentu.
a. Dalam memilih Israel
dan memberikan tanah Kanaan kepada
mereka, Allah melakukannya bukan karena Israel adalah bangsa yang besar dan
taat.
Ul 7:7 - “Bukan karena lebih banyak
jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih
kamu - bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?”.
Ul 9:4-6 - “Janganlah engkau berkata dalam
hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena
jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena
kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan
karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki
negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu,
menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang
diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan
Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu,
memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau
bangsa yang tegar tengkuk!’”.
Catatan: kata ‘jasa-jasa’ diterjemahkan ‘righteousness’ (= kebenaran) dalam KJV/RSV/NIV/NASB.
Yeh 16:1-14 juga menunjukkan
ketidak-layakan Israel
pada waktu Allah mengambil mereka (baca sendiri bagian ini dalam Kitab Suci
saudara).
b. Dalam memilih seseorang untuk diselamatkan, Allah juga tidak
tergantung kehidupan orang tersebut, tetapi hanya karena kehendakNya dan kasih
karuniaNya saja.
Ro 9:11-13,15-16,18 - “(11) Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya
rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan,
tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua
akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi
Yakub, tetapi membenci Esau.’ ... (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku
akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku
akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal
itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada
kemurahan hati Allah. ... (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa
yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.
c. Dalam memilih seseorang untuk menjadi pelayanNya, Allah juga tidak
melakukannya berdasarkan kelayakan orang tersebut, karena pemilihan itu sudah
dilakukanNya sebelum orang itu dilahirkan.
Gal 1:15-16 - “Tetapi waktu Ia, yang telah
memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih
karuniaNya, berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan
Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta
pertimbangan kepada manusia”.
Yer 1:4-5 - “Firman TUHAN datang kepadaku,
bunyinya: ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.’”.
Kalau Ia mau memilih kita untuk tugas tertentu,
maka Ia yang akan membentuk kita, sehingga kita memenuhi syarat untuk tugas
itu!
2. Kalau karena Pdt. Yesaya Pariadji memiliki ‘roh martir’, yang ia gambarkan sebagai kerelaan untuk
berkorban bagi orang-orang lain, maka ia dipilih untuk menyaksikan dan
memberitakan Kerajaan Surga, maka adalah aneh kalau rasul Paulus, yang juga
rela berkorban bagi orang-orang lain, hanya boleh menyaksikan surga, tetapi
tidak boleh memberitakan apa yang ia saksikan.
·
Bahwa
Paulus rela berkorban untuk orang-orang lain terlihat dari Ro 9:3 - “Bahkan, aku mau terkutuk dan
terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani”.
·
Bahwa
Paulus melihat surga / diangkat ke surga tetapi tidak boleh memberitakannya
terlihat dari 2Kor 12:2-4 - “Aku
tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh,
aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan
ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan
manusia”.
Karena itu Paulus tidak pernah memberitakan
kata-kata apa yang ia dengar tersebut.
Catatan: Bahwa yang Paulus maksudkan dengan ‘seorang kristen’ itu adalah dirinya sendiri, terlihat dari
kata-katanya dalam 2Kor 12:7 - “Dan
supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar
biasa itu, ...”.
i) Ia
menulis surat
di atas kertas bermeterai kepada Tuhan Yesus yang berisikan janji setia antara
suami dan istri, dan janji untuk tidak menikah lagi sekalipun pasangannya mati.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya
berdoa bersama istri dengan suatu komitmen untuk membentuk suatu keluarga yang
kudus, berjanji saling setia sampai selama-lamanya, berjanji saling mengampuni
dan saling mengasihi, menjaga apa yang disebut kasih mula-mula. Dengan
disaksikan oleh anak-anak, dengan kertas bermeterai kami menulis surat kepada Tuhan Yesus:
Di dalam nama Tuhan Yesus, bila saya sebagai suami berzinah sekali saja, saya
tidak layak melewati pintu Sorga. Saya akan terlempar ke neraka. Demikian juga
komitmen istri saya. Bila salah satu dari kami dipanggil Tuhan lebih dulu, kami
tetap saling setia, kami ingin membentuk suatu keluarga yang kudus, yang
berkumpul di bumi dan berkumpul di Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi I / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Surat Pernyataan
Membentuk suatu keluarga yang kudus.
Di dalam nama Tuhan Yesus yang
bertahta di Sorga,
Yang bertanda tangan di bawah
ini, kami:
Pertama: Pariadji, sebagai
seorang suami
Kedua: Etty Darniaty, sebagai
seorang istri
Dengan surat ini kami membuat suatu pernyataan dan
komitmen:
Kami berjanji untuk membentuk
suatu perkawinan yang kudus, keluarga yang kudus, dengan tujuan untuk berkumpul
di bumi dan di Sorga,
Saya, Pariadji, sebagai seorang
suami, berjanji akan menjadi suami yang kudus, yang setia selama-lamanya, yang
mengasihi istri selama-lamanya.
Saya, Etty Darniaty, sebagai
seorang istri, berjanji akan menjadi seorang istri yang setia selama-lamanya,
yang mengasihi suami sampai selama-lamanya.
Kami sebagai suami-istri
berjanji, akan saling mengasihi, saling mengampuni, saling setia, saling
menjaga kasih mula-mula.
Kami menolak segala percekcokan,
kami menolak roh-roh perceraian.
Kami berjanji saling sabar,
saling memberkati dan saling menyelamatkan.
Saya, Pariadji, sebagai seorang
suami harus menjadi teladan dalam rumah tangga, hidup yang suci, yang kudus,
tidak cemar, tidak berzinah.
Di dalam nama Tuhan Yesus,
sebagai seorang suami yang kudus, tidak akan berzinah, bila berzinah sekali
saja tidak layak untuk melewati pintu Sorga, bila berzinah sekali saja, saya
akan dilempar ke neraka.
Etty Darniaty sebagai seorang
istri juga berjanji yang sama, Akan hidup yang kudus, yang setia, Dan selalu
hormat kepada suami, Dengan pola membentuk perkawinan yang kudus, yang kekal:
Pariadji, sebagai seorang suami,
bila dipanggil Tuhan lebih dulu
istri berjanji tidak akan menikah
kembali
Sebaliknya, bila istri dipanggil
Tuhan terlebih dahulu, Suami juga tidak akan menikah kembali.
Kami selalu berdoa agar kami,
suami-istri, akan selalu berkumpul di bumi dan akan berkumpul di Sorga. Agar
keluarga kami, anak-anak kami akan berkumpul di bumi, akan berkumpul di Sorga.
Kami selalu berdoa agar kami,
suami-istri dan anak-anak, akan hidup kekal di Sorga, anak mempunyai rumah di
Sorga,
Kami berdoa, kami mohon:
Allah kami, Tuhan Yesus Kristus
Yang Empunya Kerajaan Sorga
Memeteraikan permohonan kami.
Yang membuat pernyataan:
Suami : Pariadji
Istri : Etty Darniaty
Anak-anak : Andira, Aristo, Argo, Arseto” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I,
hal 38.
Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah
Mat 16:19 - “Kepadamu
akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan
terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.’”, padahal kontext ayat ini berbicara
tentang keselamatan dari orang-orang yang mengaku percaya kepada Yesus, bukan
tentang pernikahan / hubungan suami-istri.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Penutup
di dalam kitab Wahyu, Tuhan Yesus memperingatkan dengan keras, bahwa dosa yang
terbesar adalah bila seorang suami kehilangan kasih mula-mula kepada istrinya.
Sebaliknya, bila seorang istri kehilangan kasih mula-mula kepada suaminya” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I,
hal 36.
Tanggapan saya:
1. Pdt. Yesaya Pariadji ini rupa-rupanya tidak pernah membaca
kata-kata Yesus dalam Mat 22:23-33, khususnya ay 30nya yang berbunyi:
“Karena pada
waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup
seperti malaikat di sorga”.
Karena itu tekadnya untuk ‘membentuk suatu perkawinan yang
kudus, keluarga yang kudus, dengan tujuan untuk berkumpul di bumi dan di Sorga’, merupakan
sesuatu yang bertentangan dengan Mat 22:30 itu, dan karena itu, tidak
mungkin bisa terjadi.
2. Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa kalau ia berzinah sekali
saja, ia tidak layak masuk surga. Pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah:
·
apakah
kalau ia tidak jatuh dalam perzinahan ia layak masuk surga? Semua orang
yang masuk surga sebetulnya tidak layak masuk surga, dan hanya bisa masuk surga
karena penebusan oleh Yesus Kristus.
·
apakah
ia tidak pernah jatuh dalam perzinahan dalam hati (bdk. Mat 5:28).
·
apakah
Daud, yang pernah jatuh dalam perzinahan, tidak masuk surga? Hampir semua
tokoh-tokoh Perjanjian Lama melakukan polygamy, dan itu sebetulnya merupakan
perzinahan (Ro 7:2-3). Jadi mereka semua tidak masuk surga?
3. Saya tidak mengerti ayat mana yang ia maksudkan dalam penutup kitab
Wahyu yang berisikan peringatan keras dari Tuhan Yesus, yang menyatakan bahwa
dosa terbesar adalah kalau seseorang kehilangan kasih yang semula kepada
pasangannya.
4. Saya berpendapat bahwa ‘kasih
yang semula’ dalam Kitab
Suci (Wah 2:4) tidak menunjuk pada kasih antara suami dengan istri,
ataupun manusia dengan manusia, tetapi menunjuk pada kasih orang kristen kepada
Tuhan.
j) Ia
menganggap jemaat Laodikia sebagai tingkat jemaat yang tertinggi.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jemaat
Laodikia adalah tingkat jemaat yang tertinggi, jemaat yang akan diundang pesta
Perjamuan Kudus di Kerajaan Sorga, mengitari tahta Allah. Juga Anda semua,
jemaat GBI Tiberias dipersiapkan untuk menjadi jemaat pada tingkat seperti
jemaat di Laodikia. ... Tuhan Yesus berkata di dalam Wahyu 3:19-20, kepada
jemaat di Laodikia, demikian: ‘Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau
ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku’.” - ‘Majalah
Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 32.
Tanggapan saya:
1. Inikah perkataan dari orang yang diajar langsung oleh Yesus
sendiri? Ia menganggap jemaat Laodikia sebagai jemaat yang tertinggi, dan yang
akan diundang ke pesta Perjamuan Kudus di surga. Ini ia dasarkan pada Wah 3:20,
padahal Wah 3:20 itu menunjukkan bahwa jemaat Laodikia itu hanyalah orang
kristen KTP sehingga Yesus mengetok pintu hati mereka, dan Ia ingin mereka
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
2. Kata-kata ‘Aku
makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku’ menunjukkan persekutuan antara
Yesus dengan mereka, kalau mereka mau menerima Dia. Kata-kata itu sama sekali
tidak ada hubungannya dengan Perjamuan Kudus di surga, karena kalau diartikan
seperti itu seluruh kontextnya menjadi kacau balau.
3. Semua penafsir beranggapan bahwa dari 7 jemaat / gereja dalam Wah
2-3, jemaat / gereja Laodikia justru adalah gereja yang paling brengsek.
Bahwa jemaat Laodikia brengsek, selain
terlihat dari Wah 3:20, yang menunjukkan bahwa mereka hanyalah orang
kristen KTP, juga terlihat dari tidak adanya pujian kepada mereka, dan
sebaliknya ada yang ada adalah teguran yang disertai ancaman keras dari Yesus
kepada mereka dalam Wah 3:15-16 - “Aku
tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah
baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan
tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu”.
Akhirnya ancaman dalam Wah 3:14-15 ini
menjadi kenyataan, dan ini terlihat dari 2 kutipan di bawah ini:
·
John
Stott: “Whether or not the Laodicean
church heeded this warning we cannot say. Certainly the city, once prosperous
and complacent, is now a miserable waste. ‘Nothing can exceed the desolation
and melancholy appearance of the site of Laodicea’,
says a recent traveller ... Archbishop Trench vividly portrays the scene: ‘All
has perished now. He who removed the candlestick of Ephesus,
has rejected Laodicea
out of His mouth. The fragments of aqueducts and theatres spread over a vast
extent of country tell of the former magnificence of this city; but of this
once famous church nothing survives’” (= Apakah gereja Laodikia memperhatikan peringatan
ini atau tidak, kita tidak bisa mengatakan. Yang jelas kota yang dahulu pernah makmur dan puas
dengan diri sendiri ini, sekarang merupakan reruntuhan yang menyedihkan. ‘Tidak
ada yang melebihi penampilan yang sunyi dan sedih dari peninggalan Laodikia’,
kata seorang pelancong baru-baru ini ... Uskup besar Trench menggambarkan
pemandangan itu secara hidup: ‘Sekarang semua telah binasa. Ia yang mengambil
kaki dian dari Efesus, telah memuntahkan Laodikia dari mulutNya. Fragmen / pecahan-pecahan
dari saluran-saluran air dan teater-teater tersebar di daerah yang luas
menceritakan tentang kemegahan kota
ini dahulu, tetapi tentang gereja yang pernah termasyhur ini, tidak ada apapun
yang tertinggal’) - hal
120.
·
Pulpit
Commentary: “The importance of this Church
continued for some time, the celebrated Council of Laodicea being held there in A.D. 361, and a
century later its bishop held a prominent position (Labbe, iv. p. 82, etc.).
But its influence gradually waned, and the Turks pressed hardly upon it; so
that at the present time it is little more than a heap of ruins. The warnings
of the Apostles SS. Paul and John, if heeded at all for a time, were forgotten,
and her candlestick was removed” [= Gereja ini tetap penting untuk waktu tertentu,
dan ini ditunjukkan dengan penyelenggaraan Sidang gereja Laodikia di sini pada
tahun 361 M., dan satu abad setelahnya uskup dari Laodikia memegang posisi
yang menonjol (Labbe, iv. hal 82, dst.). Tetapi pengaruh gereja ini
perlahan-lahan menyusut, dan orang-orang Turki menekannya dengan keras,
sehingga pada saat ini itu hanya sedikit lebih dari setumpuk reruntuhan.
Peringatan-peringatan dari rasul-rasul Paulus dan Yohanes, jika diperhatikan
untuk sementara waktu, akhirnya dilupakan, dan kaki diannya disingkirkan] - hal 114.
Betul-betul ‘hebat’ bahwa Pdt. Yesaya
Pariadji menginginkan dan mempersiapkan jemaatnya (GBI Tiberias) untuk menjadi
seperti jemaat Laodikia!
Kesimpulan:
Dari semua ini (padahal saya mengetahui ajaran Pdt. Yesaya Pariadji
hanya melalui 6 buah majalahnya), sudah terlihat dengan sangat jelas kesesatan
dari Pdt. Yesaya Pariadji. Ia bukan hamba Tuhan / nabi asli, tetapi nabi palsu!
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar