Kisah 26:1-29 - “(1)
Kata Agripa kepada Paulus: ‘Engkau diberi kesempatan untuk membela diri.’
Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi pembelaannya seperti
berikut: (2) ‘Ya raja Agripa, aku merasa berbahagia, karena pada hari ini aku
diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu terhadap segala
tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap diriku, (3) terutama karena
engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku
minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar. (4) Semua orang
Yahudi mengetahui jalan hidupku sejak masa mudaku, sebab dari semula aku hidup
di tengah-tengah bangsaku di Yerusalem. (5) Sudah lama mereka mengenal aku dan
sekiranya mereka mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup
sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita. (6)
Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan
kegenapan janji, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita, (7) dan yang
dinantikan oleh kedua belas suku kita, sementara mereka siang malam melakukan
ibadahnya dengan tekun. Dan karena pengharapan itulah, ya raja Agripa, aku
dituduh orang-orang Yahudi. (8) Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah
membangkitkan orang mati? (9) Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka,
bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu
kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus
ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi
aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku
sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah
yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’ (12)
‘Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari
imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, (13) tiba-tiba, ya raja
Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang
lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan
teman-teman seperjalananku. (14) Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar
suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus,
mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. (15)
Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang
kauaniaya itu. (16) Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan
diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah kaulihat dari padaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan
kepadamu nanti. (17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari
bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, (18) untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan
dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan. (19) Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan
yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. (20) Tetapi mula-mula aku
memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh
tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat
dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai
dengan pertobatan itu. (21) Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di
Bait Allah, dan mencoba membunuh aku. (22) Tetapi oleh pertolongan Allah aku
dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan
orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang
sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, (23) yaitu,
bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang
akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang
kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’ (24) Sementara Paulus
mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah
Festus dengan suara keras: ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat
engkau gila.’ (25) Tetapi Paulus menjawab: ‘Aku tidak gila, Festus yang mulia!
Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat! (26) Raja juga tahu tentang
segala perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku
yakin, bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya,
karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. (27) Percayakah
engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada
mereka.’ (28) Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang
Kristen!’ (29) Kata Paulus: ‘Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau
lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di
sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali
belenggu-belenggu ini.’”.
I) Paulus dihadapkan ke pengadilan.
1) Nubuat dan perintah Tuhan
Yesus.
Mat 10:18: “Dan
karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai
suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
a) Dari ayat
di atas terlihat bahwa Yesus memang sudah menubuatkan bahwa para pengikutNya
akan dihadapkan ke hadapan penguasa-penguasa dan raja-raja, dan inilah yang
dialami oleh Paulus pada saat ini.
b) Dalam kasus
seperti ini, Yesus memberikan perintah untuk memberikan kesaksian bagi mereka!
2) Paulus taat
pada perintah Yesus ini; ia memberikan kesaksian tentang Yesus kepada penguasa
dan raja, kepada siapa ia dihadapkan, khususnya kepada Festus dan Agripa.
a) Paulus
menceritakan keadaannya sebelum ia bertobat, pada waktu ia masih menentang
kekristenan dan menangkapi, menyiksa, bahkan membunuhi orang-orang kristen
(ay 4-5,9-12).
b) Ia
menceritakan juga tentang peristiwa dimana ia melihat Yesus, yang menyebabkan
pertobatannya (ay 13-18). Dan pada peristiwa itu juga ia mendapatkan
panggilan / perintah dari Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil (ay 16-18).
Itulah sebabnya ia memberitakan Injil, dan itu menyebabkan ia ditangkap (ay
19-21).
c) Dalam
menceritakan semua ini, Paulus jelas memberitakan Injil kepada para
pendengarnya, dan ini terlihat dari:
1. Ia menyebut
Yesus sebagai ‘Tuhan’ (ay 15).
2. Ia mengutip
kata-kata Yesus yang berbicara tentang keselamatan / pengampunan dosa karena
iman kepada Yesus.
Ay 17b-18: “(17b) Dan Aku akan
mengutus engkau kepada mereka, (18) untuk membuka mata mereka, supaya mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya
mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh pengampunan dosa dan mendapat
bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan”.
Perhatikan bahwa kekristenan tidak mengajar keselamatan karena ‘perbuatan
baik’ ataupun karena ‘iman +
perbuatan baik’, tetapi hanya karena ‘iman’!
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
3. Ia berbicara tentang
keharusan untuk bertobat dari dosa.
Ay 19: “Tetapi mula-mula aku
memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah
Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan
berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
pertobatan itu”.
4. Ia
berbicara tentang penderitaan dan kebangkitan Mesias, dan bahwa Injil akan
diberitakan kepada bangsa-bangsa non Yahudi.
Ay 23: “yaitu, bahwa Mesias
harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit
dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa
ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.
Ay 8: “Mengapa kamu
menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati?”.
5. Semua yang
ia katakan tentang Mesias ini sesuai dengan kata-kata para nabi dan Musa (=
Perjanjian Lama).
Ay 22b-23: “(22b) Dan apa yang
kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh
para nabi dan juga oleh Musa, (23) yaitu, bahwa Mesias harus menderita
sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang
mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada
bangsa-bangsa lain.’”.
II) Tanggapan pendengar Paulus terhadap Injil yang ia beritakan.
1) Tanggapan
Festus.
a) Ia
menganggap Paulus gila karena ilmunya yang banyak.
Ay 24: “Sementara Paulus mengemukakan
semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus
dengan suara keras: ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau
gila.’”.
1. Orang Kristen memang bisa dimaki karena
pengetahuannya yang banyak; misalnya, dianggap sebagai ahli Taurat.
Musuh-musuh Kristus selalu bisa
menemukan sesuatu untuk mencela Dia, ataupun pelayan-pelayanNya / orang-orang
kristen.
Bdk. Mat 11:18-19a - “(18) Karena Yohanes datang, ia
tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (19a)
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah,
Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.”.
Matthew Henry: “The
apostles, who were fishermen, were despised because they had no learning; Paul,
who was a university-man, and bred a Pharisee, is despised as having too much
learning, more than did him good. Thus the enemies of Christ's ministers will
always have something or other to upbraid them with” (= Rasul-rasul, yang adalah
nelayan-nelayan, diremehkan karena mereka tidak terpelajar; Paulus, yang adalah
orang universitas, dan keturunan Farisi, diremehkan sebagai mempunyai
pengetahuan terlalu banyak, lebih dari yang bisa memberi kebaikan kepadanya.
Demikianlah musuh-musuh dari pelayan-pelayan Kristus akan selalu mempunyai satu
dan lain hal untuk mencela mereka).
2. Orang Kristen juga bisa dimaki gila pada
waktu:
a. Ia berbicara tentang hal-hal rohani, yang tak
dimengerti / tak dipercaya oleh orang dunia, seperti pada waktu ia menyatakan:
·
Yesus
sebagai Allah yang menjadi manusia.
·
Yesus
sebagai satu-satunya jalan ke surga.
·
Roh
Kudus yang adalah Allah sendiri ada dalam dirinya.
·
Tuhan
berbicara kepadanya dan menyuruh / melarang / menjanjikan / menyatakan sesuatu
kepadanya. Harus diakui bahwa pada jaman ini ada banyak orang Kristen yang
mengaku bahwa Tuhan berbicara kepadanya, tetapi itu hanya bualan belaka atau
sebetulnya setan yang berbicara kepadanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa Tuhan
tidak bisa berbicara kepada kita.
·
kepercayaannya
terhadap mujijat-mujijat dalam Kitab Suci, termasuk kebangkitan Kristus.
Mungkin salah satu hal yang menyebabkan Festus mengatakan Paulus gila adalah
karena ia mempercayai kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
·
Kitab
Suci sebagai Firman Tuhan.
b. Ia mempunyai semangat yang luar biasa untuk
mentaati / melayani Tuhan, seperti mau memberikan persembahan persepuluhan, mau
pergi ke gereja dengan rajin tiap minggu, mau rajin datang dalam Pemahaman
Alkitab, mau menjadi misionaris ke negara lain, dsb.
c. Ia
rela mengorbankan segala sesuatu untuk Tuhan.
Tetapi perhatikan apa yang
dikatakan Albert Barnes di bawah ini.
Barnes’ Notes: “The
tenants of a madhouse often think all others deranged but themselves; but there
is no madness so great, no delirium so awful, as to neglect the eternal
interest of the soul for the sake of the pleasures and honors which this life
can give”
(= Penghuni-penghuni dari suatu rumah gila sering berpikir bahwa semua orang
lain gila kecuali diri mereka sendiri; tetapi tidak ada kegilaan yang lebih
besar, tidak ada ketidak-warasan yang begitu hebat / mengerikan, sehingga
mengabaikan kepentingan kekal dari jiwa demi kesenangan dan kehormatan yang
bisa diberikan oleh hidup ini).
b) Jawaban
Paulus.
Ay 25-27: “(25) Tetapi Paulus menjawab:
‘Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran
yang sehat! (26) Raja (Agripa) juga tahu tentang segala perkara
ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa
tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara ini
tidak terjadi di tempat yang terpencil. (27) Percayakah engkau, raja Agripa,
kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.’”.
1. Jawaban Paulus kepada Festus dalam ay 25
menunjukkan penguasaan diri, kesabaran dan sopan santun yang tinggi. Ini saja
sudah menunjukkan bahwa ia tidak mungkin gila.
2. Seluruh jawaban ini juga menunjukkan strategi
/ taktik dan kebijaksanaan Paulus dalam melakukan penginjilan. Dari kata-kata
Festus tadi, ia tahu bahwa Festus akan sukar atau bahkan tidak mungkin
dipertobatkan. Karena itu, dalam ay 26-27 ia ‘meninggalkan’ Festus, dan
mengalihkan kata-katanya kepada Agripa.
Sekarang mari kita membahas
kata-kata Paulus kepada Agripa dalam ay 26-27 ini:
a. Ay 26b: “Aku
yakin, bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya,
karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil”.
·
ada
yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada pengalamannya sendiri, yang ia
ceritakan dalam kesaksiannya tadi.
·
ada
yang menganggap ini menunjuk kepada penderitaan, kematian, dan kebangkitan
Mesias.
Mengingat bahwa Paulus menyambung
kata-kata ini dengan kata-kata ‘Percayakah
engkau, raja Agripa, kepada para nabi (ini
pasti menunjuk kepada Perjanjian Lama)?’ dalam ay 27a, saya
berpendapat bahwa yang Paulus maksudkan dalam ay 26b adalah tentang
Mesias, karena itu memang ada dalam Perjanjian Lama, sedangkan pengalaman dan
pertobatan Paulus tak ada dalam Perjanjian Lama.
b. Ay 27: “Percayakah
engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada
mereka.’”.
·
Perhatikan
bahwa dalam ay 26 Paulus bicara tentang pengetahuan Agripa (‘tidak ada sesuatupun dari
semuanya ini yang belum didengarnya’), tetapi dalam ay 27 ia menanyakan
tentang iman / kepercayaan Agripa terhadap hal itu! Hanya tahu tentang Kristus
menebus dosa dsb, tidak ada gunanya, kalau tidak disertai iman kepada Kristus!
·
Tetapi
mengapa dalam ay 27 yang ditanyakan bukan iman kepada Kristus tetapi kepada
nabi-nabi?
Adam Clarke: “If he
believed the prophets, see Acts 26:22-23, and believed that Paul’s application
of their words to Christ Jesus was correct, he must acknowledge the truth of
the Christian religion”
[= Jika ia percaya kepada nabi-nabi, (lihat Kis 26:22-23), dan percaya bahwa
penerapan Paulus tentang kata-kata mereka kepada Kristus Yesus adalah benar, ia
harus mengakui kebenaran dari agama Kristen].
Barnes’ Notes: “‘Believest
thou the prophets?’ The prophecies respecting the character, the sufferings,
and the death of the Messiah”
(= ‘Percayakah engkau kepada nabi-nabi?’ Nubuat-nubuat mengenai karakter,
penderitaan, dan kematian Mesias?).
2) Tanggapan Agripa.
Ay 28: “Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir
saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!’”.
Terjemahan hurufiah dari
ay 28 adalah: ‘in a little you persuade me to make christian’
(= di dalam sedikit / kecil engkau meyakinkan aku menjadi orang
kristen).
Kata-kata ‘in a little’
ditafsirkan bermacam-macam:
a) Diartikan
‘almost’ / ‘hampir-hampir’.
Ay 28: ‘Hampir-hampir saja
kauyakinkan aku menjadi orang kristen’.
KJV: ‘Almost thou
persuadest me to be a christian’ (= Hampir saja kauyakinkan aku
menjadi orang kristen).
NKJV: ‘You almost
persuade me to become a christian’ (= Engkau hampir saja meyakinkan
aku untuk menjadi orang kristen).
John
Wesley: “‘Then
Agrippa said unto Paul, Almost thou persuadest me to be a Christian!’ - See
here, Festus altogether a heathen, Paul alogether a Christian, Agrippa halting between
both. Poor Agrippa! But almost persuaded! So near the mark, and yet fall short!
Another step, and thou art within the vail. Reader, stop not with Agrippa; but
go on with Paul” [= ‘Lalu Agripa berkata kepada
Paulus, Hampir saja engkau meyakinkan aku menjadi orang Kristen!’ - Lihatlah di
sini, Festus adalah orang kafir sepenuhnya, Paulus adalah orang Kristen
sepenuhnya, Agripa berhenti di tengah-tengah keduanya. Agripa yang malang ! Tetapi hampir
saja diyakinkan! Begitu dekat dengan tanda sasaran, tetapi gagal memenuhi
standard! Selangkah lagi, dan engkau ada di dalam kemurahan. Pembaca, jangan
berhenti bersama Agripa; tetapi teruslah bersama Paulus].
Barnes’ Notes: “‘Almost.’
... Thou hast nearly convinced me that Christianity is true, and persuaded me
to embrace it. The arguments of Paul had been so rational; the appeal which he
had made to his belief of the prophets had been so irresistible, that he had
been nearly convinced of the truth of Christianity. ... Yet, as in thousands of
other cases, he was not quite persuaded to be a Christian. What was included in
the ‘almost’; what prevented his being quite persuaded, we know not. It may
have been that the evidence was not so clear to his mind as he would profess to
desire; or that he was not willing to give up his sins; or that he was too
proud to rank himself with the followers of Jesus of Nazareth; or that, like
Felix, he was willing to defer it to a more convenient season” (= ‘Hampir saja’. ... Engkau
hampir meyakinkan aku bahwa kekristenan adalah benar, dan meyakinkan aku untuk
memeluknya. Argumentasi Paulus begitu masuk akal; desakan yang ia buat pada
kepercayaannya kepada nabi-nabi begitu tak bisa ditolak, sehingga ia hampir
diyakinkan terhadap kebenaran dari kekristenan. ... Tetapi, seperti dalam ribuan
kasus lain, ia tidak sungguh-sungguh diyakinkan untuk menjadi seorang Kristen.
Ia termasuk dalam ‘hampir saja’; apa yang menghalanginya untuk sungguh-sungguh
diyakinkan, kami tidak tahu. Itu bisa karena bukti tidak cukup jelas bagi
pikirannya seperti yang ia inginkan; atau bahwa ia tidak mau meninggalkan
dosa-dosanya; atau bahwa ia terlalu sombong untuk menggolongkan dirinya sendiri
dengan para pengikut dari Yesus dari Nazaret; atau seperti Feliks, ia mau
menundanya sampai waktu yang lebih tepat).
b) Diartikan
‘in
a short time’
/ ‘dalam
waktu yang singkat’.
RSV: ‘In a short time
you think to make me a christian’ (= Dalam waktu yang singkat engkau
berpikir untuk membuat aku jadi orang kristen).
NIV: ‘Do you think that in
such a short time you can persuade me to be a christian’ (= Apakah kamu
pikir bahwa dalam waktu yang begitu singkat kamu bisa meyakinkan /
membujuk aku untuk menjadi orang kristen).
NASB: ‘in a short time
you will persuade me to become a christian’ (= dalam waktu yang singkat
kamu akan meyakinkan aku menjadi orang kristen).
Mungkin ini adalah pandangan dari
kebanyakan penafsir. Kalau ini benar, maka Agripa perlu mengetahui bahwa
sebetulnya tidak harus membutuhkan waktu lama untuk membuat seseorang yakin dan
percaya kepada Yesus Kristus!
c) Diartikan
‘in
a small degree’
/ ‘dalam
tingkat yang kecil’.
Ay 28-29: “(28) Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir
saja (Lit: in
a little)
kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!’ (29) Kata Paulus: ‘Aku mau berdoa
kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan (Lit:
in a little or in great) bukan hanya engkau saja, tetapi
semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi
sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.’”.
J. A. Alexander menyalahkan kedua pandangan di atas, dan
mengatakan bahwa kalau diartikan ‘hampir-hampir’ / ‘almost’ maka
dalam ay 29 Paulus seharusnya berkata ‘hampir-hampir atau sepenuhnya’
/ ‘almost or altogether’.
Sedangkan
kalau diartikan ‘dalam
waktu yang singkat’
/ ‘in
a short time’, maka dalam ay 29 seharusnya Paulus
mengatakan ‘dalam
waktu yang singkat atau dalam waktu yang panjang’ / ‘in a
short time or in a long time’.
Dalam
faktanya, yang Paulus katakan dalam ay 29 adalah ‘segera atau lama-kelamaan’,
tetapi ini juga terjemahan yang salah / tak hurufiah. Secara hurufiah
terjemahannya adalah ‘in
a little or in great’ (= dalam kecil atau dalam besar).
J. A. Alexander sendiri mengatakan bahwa ‘in a little’
artinya ‘in a small degree’ / ‘dalam tingkat yang kecil’.
J. A. Alexander: “The idea then is, ‘thou persuadest me a
little (or in some degree) to become a Christian,’ i.e. I begin to feel the
force of your persuasive argument, and if I hear you longer, do not know what
the effect may be”
[= Jadi artinya adalah: ‘engkau sedikit / agak meyakinkan aku (atau dalam
tingkat tertentu) untuk menjadi orang Kristen’, yaitu ‘Aku mulai merasa
kekuatan dari argumentasimu yang meyakinkan, dan jika aku mendengarmu lebih
lama, aku tak tahu apa yang akan terjadi’] - hal 429.
Yang
manapun arti yang benar, yang jelas Agripa tidak sungguh-sungguh menjadi orang
Kristen. Ini juga terlihat dari kata ‘orang Kristen’ yang ia
gunakan, yang pada saat itu masih merupakan suatu istilah kafir yang bersifat
menghina orang Kristen.
J. A. Alexander: “This is ... not a genuine conviction of the
truth of Christianity, as may be gathered from the later history of this man, as
recorded by Josephus, and from his use of the term ‘Christian’, which had not
yet been adopted by the church itself, but was still a heathenish if not a
disrespectful designation”
(= Ini bukanlah suatu keyakinan yang sejati tentang kebenaran dari kekristenan,
seperti bisa didapatkan dari sejarah selanjutnya dari orang ini, seperti
dicatat oleh Josephus, dan dari penggunaan istilah ‘orang Kristen’
olehnya, yang belum diterima oleh gereja sendiri, tetapi tetap merupakan
suatu istilah kafir, bahkan suatu istilah yang bersifat menghina)
- hal 429.
Dengan
demikian, sekalipun ia hampir selamat, tetapi ia tidak selamat!
Barnes’ Notes: “There
is every reason to believe that he was never quite persuaded to embrace the
Lord Jesus, and that he was never nearer the kingdom of heaven than at this
moment. It was the crisis, the turning-point in Agrippa’s life, and in his
eternal destiny; and, like thousands of others, he neglected or refused to
allow the full conviction of the truth on his mind, and died in his sins” (= Ada terlalu banyak alasan
untuk percaya bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh diyakinkan untuk
mempercayai Tuhan Yesus, dan bahwa ia tidak pernah lebih dekat pada kerajaan
surga dari pada pada saat ini. Itu adalah saat kritis, titik balik dalam
kehidupan Agripa, dan dalam tujuan / nasib kekalnya; dan, seperti ribuan
orang lain, ia mengabaikan atau menolak untuk mengijinkan keyakinan penuh
terhadap kebenaran pada pikirannya, dan mati dalam dosanya).
Barnes’ Notes: “persons
are deterred from being altogether Christians by the following, among other
causes: (a) By the love of sin - the love of sin in general, or some particular
sin which they are not willing to abandon; (b) By the fear of shame,
persecution, or contempt, if they become Christians; (c) By the temptations of
the world - its cares, vanities, and allurements - which are often presented
most strongly in just this state of mind; (d) By the love of office, the pride
of rank and power, as in the case of Agrippa; (e) By a disposition, like Felix,
to delay to a more favorable time the work of religion, until life has wasted
away, and death approaches, and it is too late, and the unhappy man dies ALMOST
a Christian”
[= orang-orang dihalangi untuk menjadi orang-orang kristen sepenuhnya oleh
hal-hal berikut, antara lain: (a) Oleh kecintaan kepada dosa - cinta kepada
dosa secara umum, atau dosa tertentu yang tak mau mereka tinggalkan; (b) Oleh
rasa takut terhadap kehinaan, penganiayaan, atau kebencian, jika mereka menjadi
orang Kristen; (c) Oleh pencobaan-pencobaan dunia ini - kekuatirannya,
kesia-siaannya, dan daya tariknya - yang sering diajukan dengan paling kuat
pada keadaan pikiran pada saat seperti ini; (d) Oleh kecintaan pada jabatan,
kesombongan tentang pangkat dan kuasa, seperti dalam kasus Agripa; (e) Oleh
suatu kecondongan, seperti Feliks, untuk menunda pekerjaan agama ke suatu waktu
yang lebih baik / menyenangkan, sampai hidup disia-siakan / dihabiskan dengan
sia-sia, dan kematian mendekat, dan itu menjadi terlambat, dan orang yang
malang itu mati dalam keadaan HAMPIR Kristen].
Barnes’ Notes: “this
state of mind is one of special interest and special danger. It is not one of
safety, and it is not one that implies any certainty that the ‘almost
Christian’ will ever be saved. There is no reason to believe that Agrippa ever
became fully persuaded to become a Christian. To be almost persuaded to do a
thing which we ought to do, and yet not to do it, is the very position of guilt
and danger. And it is no wonder that many are brought to this point - the turning-point,
the crisis of life - and then lose their anxiety, and die in their sins. May
the God of grace keep us from resting in being almost persuaded to be
Christians! May every one who shall read this account of Agrippa be admonished
by his convictions, and be alarmed by the fact that he then paused, and that
his convictions there ended! And may every one resolve by the help of God to
forsake every thing that prevents his becoming an entire believer, and without
delay embrace the Son of God as his Saviour!” (= Keadaan pikiran seperti ini
adalah keadaan pikiran yang membutuhkan perhatian khusus, dan mempunyai bahaya
yang khusus. Ini bukan sesuatu yang aman, dan tak ada apapun yang secara tak
langsung menunjukkan kepastian apapun bahwa ‘orang yang hampir Kristen’ akan
pernah diselamatkan. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa Agripa pernah menjadi
yakin sepenuhnya untuk menjadi orang Kristen. Hampir diyakinkan untuk melakukan
sesuatu yang harus kita lakukan, tetapi tidak melakukannya, adalah suatu posisi
dari kesalahan dan bahaya. Dan tidak mengherankan bahwa ada banyak orang
yang dibawa pada titik ini - titik balik, krisis dari kehidupan - dan lalu
kehilangan kepedulian mereka, dan mati dalam dosa mereka. Kiranya Allah
kasih karunia menjaga kita dari berhenti dalam keadaan hampir diyakinkan
menjadi orang Kristen! Kiranya setiap orang yang membaca cerita tentang Agripa
ini diperingatkan oleh hal-hal yang meyakinkannya, dan menjadi takut oleh fakta
bahwa ia berhenti pada saat itu, dan bahwa hal-hal yang meyakinkannya itu
berakhir di sana !
Dan kiranya setiap orang memutuskan, dengan pertolongan Allah, untuk
meninggalkan segala sesuatu yang menghalanginya untuk menjadi orang percaya
sepenuhnya, dan tanpa penundaan memeluk / mempercayai Anak Allah sebagai
Juruselamatnya!).
III) Tanggapan Paulus.
Ay 29: “Kata Paulus: ‘Aku mau
berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja,
tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku
menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.’”.
Ia menghendaki, dan berdoa, supaya bukan hanya Agripa, tetapi juga
semua orang yang hadir saat itu, menjadi orang Kristen sama seperti dia, dengan
belenggu-belenggu itu sebagai perkecualian.
Matthew Henry: “he intimates that it was
the concern, and would be the unspeakable happiness, of every one of them to
become true Christians - that there is grace enough in Christ for all,
be they ever so many - enough for each, be they ever so craving”
(= ia mengisyaratkan bahwa adalah perhatiannya, dan akan merupakan
kebahagiaannya yang tak terkatakan, bahwa setiap orang dari mereka menjadi
orang Kristen yang sejati - bahwa ada kasih karunia yang cukup dalam Kristus
untuk semua, sekalipun di sana ada begitu banyak orang - cukup untuk setiap
orang, sekalipun mereka begitu sangat membutuhkannya).
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar