Luk 15:1-7 - “(1)
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk
mendengarkan Dia. (2) Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat, katanya: ‘Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
mereka.’ (3) Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: (4) ‘Siapakah di
antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor
di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi
mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? (5) Dan kalau ia telah
menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, (6) dan
setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta
berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku
yang hilang itu telah kutemukan. (7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan
ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada
sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan
pertobatan.’”.
I) Latar belakang perumpamaan.
1) Yesus menerima dan mengajar orang-orang berdosa.
Ay 1:
“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa
biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia”.
a) Dalam terjemahan KJV ada kata
‘all’ (= semua).
KJV:
‘Then drew near unto
him all the publicans and sinners for to hear him’
(= Maka mendekatlah kepadaNya semua pemungut cukai dan orang-orang
berdosa untuk mendengarkan Dia).
Kata ‘all’ (= semua) merupakan suatu gaya bahasa yang
melebih-lebihkan (hyperbole).
b) Pemungut cukai sangat direndahkan dan sering
digolongkan dengan pelacur.
Bdk. Mat 21:32 - “Sebab Yohanes datang
untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya.
Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya
kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal
dan kamu tidak juga percaya kepadanya.’”.
c) Mereka mendekat kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
Matthew Henry: “They
drew near to him, not, as some did, to solicit for cures, but to hear his
excellent doctrine. Note, in all our approaches to Christ we must have this in
our eye, to hear him; to hear the instructions he gives us, and his answers to
our prayers”
(= Mereka mendekatiNya, bukan seperti yang dilakukan sebagian orang, untuk
mencari kesembuhan, tetapi untuk mendengar ajaranNya yang sangat baik.
Perhatikan, dalam semua pendekatan kepada Kristus kita harus memperhatikan
ini, untuk mendengarkanNya; mendengarkan instruksi-instruksi yang Ia
berikan kepada kita, dan jawaban-jawabanNya terhadap doa-doa kita).
Perhatikan bahwa orang-orang
brengsek ini mau mendekati Yesus untuk mendengar Firman Tuhan dari Dia, tetapi
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mendekati untuk mencari kesalahan /
mengkritik.
2) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
menjadi marah.
Ay 2:
“Maka
bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ‘Ia
menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.’”.
a) Para ahli
Taurat dan orang Farisi sangat membenci orang-orang yang tak mengerti /
memelihara hukum Taurat.
Yoh 7:49 - “Tetapi orang banyak
ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!’”.
William Barclay: “These
parables arose out of a definite situations. It was an offence to the scribes,
and Pharisees that Jesus associated with man and women who, by the orthodox,
were labelled as sinners. The Pharisees gave to people who did not keep the law
a general classification. They called them ‘The People of the Land’; and there
was a complete barrier between the Pharisees and the People of the Land. To
marry a daughter to one of them was like exposing her bound and helpless to a
lion. The Pharisaic regulations laid it down, ‘When a man is one of the People
of the Land, entrust no money to him, take no testimony from him, trust him
with no secret, do not appoint him guardian of an orphan, do not make him the
custodian of charitable funds, do not accompany him on a journey.’ A Pharisee
was forbidden to be the guest of any such man or to have him as his guest. He
was even forbidden, so far as it was possible, to have any business dealings
with him. It was the deliberate Pharisaic aim to avoid every contact with the
people who did not observe the petty details of the law. ... the strict Jew
said, not ‘There will be joy in heaven over one sinner who repents,’ but ‘There
will be joy in heaven over one sinner who is obliterated before God.’ They
looked sadistically forward not to the saving but to the destruction of the
sinner”
(= Perumpamaan-perumpamaan ini keluar / muncul dari situasi tertentu. Merupakan
suatu batu sandungan bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa Yesus
bergaul dengan orang-orang yang, oleh orang-orang orthodox, dinamakan sebagai
‘orang-orang berdosa’. Orang-orang Farisi memberi kepada orang-orang yang tidak
memelihara hukum Taurat suatu penggolongan umum. Mereka menyebut mereka
‘Orang-orang Negeri’; dan ada tembok pemisah yang sempurna antara orang-orang
Farisi dan Orang-orang Negeri. Menikahkan seorang anak perempuan dengan satu
dari mereka adalah seperti memberikannya dalam keadaan terikat dan tak berdaya
kepada seekor singa. Peraturan orang-orang Farisi mengatakan: ‘Kalau seseorang
adalah satu dari Orang-orang Negeri, jangan mempercayakan uang kepadanya,
jangan mengambil kesaksian dari dia, jangan mempercayakan rahasia kepadanya,
jangan menjadikannya penjaga anak yatim, jangan membuat dia sebagai petugas
dari dana untuk amal, jangan menemaninya dalam suatu perjalanan’. Seorang Farisi
dilarang untuk menjadi tamu dari orang seperti itu atau mendapat tamu seperti
itu. Ia bahkan dilarang, sejauh itu memungkinkan, untuk mempunyai hubungan
bisnis dengannya. Merupakan suatu tujuan sengaja dari orang-orang Farisi untuk
menghindari setiap kontak dengan orang-orang yang tidak memelihara / mentaati detail-detail kecil dari hukum
Taurat. ... orang-orang Yahudi yang ketat berkata, bukan bahwa ‘Ada sukacita di surga atas satu orang berdosa yang
bertobat’, tetapi ‘Ada
sukacita di surga atas satu orang berdosa yang dilenyapkan di hadapan Allah’.
Mereka memandang dengan kejam ke depan, bukan pada penyelamatan tetapi pada
penghancuran dari orang berdosa) - hal 199-200.
b) Ada
kontras yang sangat besar antara sikap Yesus dan sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi terhadap orang-orang berdosa. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
mempunyai ‘a holier-than-thou attitude’ (= sikap merasa diri lebih
suci), terhadap orang-orang berdosa. Karena itu mereka mengkritik Yesus yang
mau bergaul dengan orang-orang itu. Yesus sudah pernah menjawab kritikan mereka
dalam persoalan ini.
Luk 5:29-32 - “(29) Dan Lewi
mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar
pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. (30)
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid
Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut
cukai dan orang berdosa?’ (31) Lalu jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Bukan
orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.’”.
Tetapi jelas bahwa jawaban /
ajaran Yesus ini tidak mendapat tempat dalam diri ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sehingga di sini mereka tetap mengkritik sikap Yesus yang
mau bergaul dengan orang-orang berdosa.
c) Mereka sangat jengkel melihat Kristus
mengajar orang-orang berdosa itu. Tetapi mereka tidak bisa mengecam Dia karena
mengajar mereka, dan karena itu mereka mengecam Dia karena makan bersama
mereka, yang bertentangan secara lebih explicit dengan tradisi dari tua-tua.
Matthew Henry: “They
thought it a disparagement to Christ, and inconsistent with the dignity of his
character, to make himself familiar with such sort of people, to admit them
into his company and to eat with them. They could not, for shame, condemn him
for preaching to them, though that was the thing they were most enraged at; and
therefore they reproached him for eating with them, which was more expressly contrary to the tradition of the elders.
Censure will fall, not only upon the most innocent and the most excellent
persons, but upon the most innocent and most excellent actions, and we must not
think it strange” (= Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang
merendahkan Kristus, dan tidak konsisten dengan kewibawaan dari karakterNya,
untuk membuat diriNya sendiri akrab dengan jenis orang seperti itu, untuk
menerima mereka ke dalam kumpulanNya dan makan dengan mereka. Mereka tidak
bisa, karena malu, mengecam Dia karena berkhotbah kepada mereka, sekalipun itu
adalah hal terhadap mana mereka paling marah; dan karena itu mereka mencela Dia
karena makan dengan mereka, yang secara
lebih jelas bertentangan dengan tradisi dari tua-tua. Celaan /
kecaman akan jatuh, bukan hanya pada orang-orang yang paling tidak bersalah dan
paling baik, tetapi juga pada tindakan-tindakan yang paling tidak bersalah dan
paling baik, dan kita tidak boleh mengangapnya sebagai sesuatu yang aneh).
Perhatikan juga bahwa
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ini mengecam tindakan Yesus bukan
berdasarkan Kitab Suci / Firman Tuhan, tetapi berdasarkan tradisi! Kecaman
seperti ini tak perlu dihiraukan. Kalau mau mengkritik secara benar, harus
mempunyai dasar Kitab Suci yang benar!
II) Yesus menjawab dengan perumpamaan.
1) Ada 3 perumpamaan dalam Luk 15:1-32,
dengan satu penekanan yang sama, yang terlihat dalam ay 7,10,20b-24,32.
a) Ay 7: “Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang
berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan
orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.’”.
b) Ay 10: “Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah
karena satu orang berdosa yang bertobat.’”.
c) Ay 20-24: “(20)
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya
telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa. (22) Tetapi ayah itu berkata kepada
hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu
kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. (23) Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria”.
d) Ay 32: “Kita
patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup
kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’”.
2) Saya tidak akan membahas
ketiga perumpamaan tersebut; saya hanya akan membahas yang pertama saja.
Ay 3-7: “(3) Lalu Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka: (4) ‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai
seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak
meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu
sampai ia menemukannya? (5) Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya
di atas bahunya dengan gembira, (6) dan setibanya di rumah ia memanggil
sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah
kutemukan. (7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga
karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.’”.
a) Perumpamaan tentang domba
yang hilang dalam Injil Matius.
Perumpamaan
tentang domba yang hilang ini bukan hanya ada dalam Lukas, tetapi juga dalam
Matius, tetapi yang dalam Matius tujuannya agak berbeda.
Matthew
Henry: “The
parable of the lost sheep. Something like it we had in Mt. 18:12. There it was
designed to show the care God takes for the
preservation of saints, as a reason why we should not offend them; here
it is designed to show the pleasure God takes in the conversion of sinners, as a reason why we should rejoice
in it” [= Perumpamaan tentang domba yang
hilang. Sesuatu yang serupa dengan ini kita dapati dalam Mat 18:12. Di sana (dalam Matius), itu
dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian Allah untuk pemeliharaan orang-orang kudus,
sebagai suatu alasan mengapa kita tak boleh menjadi batu sandungan bagi mereka;
di sini (dalam
Lukas), ini dimaksudkan untuk menunjukkan
kesenangan yang Allah dapatkan karena pertobatan
dari orang-orang berdosa,
sebagai suatu alasan mengapa kita harus bersukacita karenanya].
Tentang
Mat 18:11-13, Calvin berkata: “the
object of the discourse is to lead us to beware of losing what God wishes to be
saved” (= tujuan dari pembicaraan adalah untuk
membimbing kita untuk berhati-hati dari kehilangan apa yang Allah inginkan
untuk diselamatkan) - hal 341.
Mat 18:6-17
- “(6)
‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke
dalam laut. (7) Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan
harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. (8) Jika tanganmu atau
kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan
utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. (9) Dan jika
matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam
api neraka dengan bermata dua. (10) Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang
dari anak-anak kecil ini. Karena
Aku berkata kepadamu: Ada
malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga. (11)
[Karena
Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.]’ (12) ‘Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya
sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (13) Dan Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas
yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak
sesat. (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya
seorangpun dari anak-anak ini
hilang.’ (15) ‘Apabila saudaramu
berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu
engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau,
bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang
saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan
mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga
mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah
atau seorang pemungut cukai”.
Perhatikan
bahwa dalam Mat 18, perumpamaan tentang domba yang hilang itu didahului
oleh text yang mengancam orang-orang yang menyesatkan ‘anak-anak
kecil yang percaya kepadaKu’ (ay 6-7), dan juga tentang orang yang
menganggap rendah seorang ‘anak kecil’
(ay 10), lalu diakhiri dengan ay 14 yang menunjukkan bahwa Bapa tak
menghendaki ‘seorangpun dari anak-anak itu’
hilang. Dan masih ditambah lagi dengan text yang menyuruh menasehati ‘saudara’ yang
berbuat dosa, dengan tujuan mendapatkannya kembali (ay 15-17). Jadi,
kelihatannya perumpamaan ini di sini ditujukan untuk menjaga anak-anak Tuhan
supaya tidak hilang / sesat.
Penerapan:
1. Kalau saudara adalah seorang
anak Allah, Allah tak menghendaki saudara hilang. Apapun dosa yang telah
saudara lakukan, Ia tak menghendaki saudara hilang. Kembalilah kepada Dia, Dia
mau menerima saudara.
Yes 1:18
- “Marilah,
baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”.
2. Kalau saudara melihat / tahu
tentang seorang anak Tuhan yang tersesat, janganlah membiarkannya sesat dengan
alasan apapun juga. Doakan dia, dan usahakan supaya ia kembali kepada Tuhan.
b) Sekarang kita kembali kepada
perumpamaan domba yang hilang dalam Injil Lukas.
1. Arti dari domba.
Domba
di sini tak bisa dipukul rata dan diartikan sebagai orang Kristen. Satu domba
yang hilang jelas berbeda dengan 99 domba yang tidak hilang.
a. Satu domba yang hilang menunjuk kepada
orang berdosa.
Yes 53:6
- “Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya
sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Luk 19:10
- “Sebab
Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Adam
Clarke: “The
lost sheep is an emblem of a heedless, thoughtless sinner: one who follows the
corrupt dictates of his own heart, without ever reflecting upon his conduct, or
considering what will be the issue of his unholy course of life. No creature
strays more easily than a sheep; none is more heedless; and none so incapable
of finding its way back to the flock, when once gone astray: it will bleat for
the flock, and still run on in an opposite direction to the place where the
flock is; this I have often noticed. No creature is more defenseless than a
sheep, and more exposed to be devoured by dogs and wild beasts. Even the fowls
of the air seek their destruction. I have known ravens often attempt to destroy
lambs by picking out their eyes, in which, when they have succeeded, as the
creature does not see whither it is going, it soon falls an easy prey to its
destroyer” (= Domba yang hilang adalah simbol dari
orang berdosa yang tidak memperhatikan / mempedulikan dan tak memikirkan:
seseorang yang mengikuti suara hatinya yang rusak, tanpa pernah memikirkan
tingkah lakunya, atau mempertimbangkan apa yang akan merupakan hasil dari jalan
kehidupannya yang tidak kudus. Tidak ada makhluk yang lebih mudah tersesat dari
domba; tidak ada yang lebih tidak memperhatikan; dan tidak ada yang begitu
tidak mampu untuk menemukan jalannya kembali kepada kawanan pada saat mereka
tersesat: ia akan mengembik untuk kawanan itu tetapi tetap akan berlari ke arah
yang berlawanan dari tempat dimana kawanan itu berada; ini telah sering saya
perhatikan. Tidak ada makhluk yang lebih tak mempunyai pertahanan dari pada
domba, dan yang lebih terbuka untuk dimangsa oleh anjing-anjing dan
binatang-binatang liar. Bahkan burung-burung di udara mencari penghancuran
mereka. Saya tahu bahwa burung-burung gagak sering berusaha untuk menghancurkan
anak-anak domba dengan mencungkil mata mereka, dalam mana, jika mereka
berhasil, karena makhluk itu tak bisa melihat kemana ia pergi, ia dengan cepat
menjadi mangsa dari penghancurnya).
b. Ada pro dan kontra tentang apa arti dari 99
domba yang tidak hilang.
·
ingat latar belakang perumpamaan ini. Perumpamaan
ini muncul karena adanya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merasa
diri benar, yang tidak senang melihat Yesus bergaul / makan bersama dengan
orang-orang yang brengsek.
·
dalam perumpamaan ketiga, yaitu tentang anak yang
hilang, ‘anak sulung’ jelas menunjuk kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi tersebut.
2. Mengapa gembala itu
meninggalkan 99 domba di padang
gurun untuk mencari satu domba yang hilang? Apakah yang satu lebih penting dari
yang 99? Bagaimana kalau 99 yang ditinggalkan itu hilang semua?
A. T. Robertson: “‘In the
wilderness.’ Their usual pasturage, not a place of danger or peril” (= ‘di padang gurun’. Tempat penggembalaan mereka
biasanya, bukan suatu tempat yang berbahaya).
Jadi,
99 ekor domba itu bukannya ditinggalkan sembarangan.
Calvin: “Christ therefore intended to
show that a good teacher ought not to labour less to recover those that are
lost, than to preserve those which are in his possession”
(= Karena itu Kristus bermaksud untuk menunjukkan bahwa seorang guru yang baik
tidak boleh berjerih payah kurang / lebih sedikit untuk mengejar / menemukan
kembali mereka yang hilang, dari pada untuk memelihara / menjaga / melindungi
mereka yang adalah miliknya) - hal 340.
3. Bahwa gembala meninggalkan
yang 99 dan mencari seekor yang hilang, tak menunjukkan bahwa yang seekor itu
adalah yang terpenting / terbaik.
Spurgeon: “The lost one is not better than any one of the others, but it is
brought into prominence by its condition.” (= Domba yang hilang tidak lebih baik dari
yang manapun yang lain, tetapi menjadi menonjol karena kondisinya).
Illustrasi: kalau saudara
mempunyai 5 orang anak, dan suatu hari satu anak sakit keras, maka jelas
saudara akan ‘mengabaikan’ yang 4 dan berkonsentrasi pada yang satu. Anak yang
sakit ini bukan yang terpenting / terbaik; ia menjadi menonjol dan paling
diperhaikan karena kondisinya.
4. Penekanan dari perumpamaan
ini: gembala itu pergi mencari, dan pada waktu menemukan domba yang hilang, ia
bersukacita.
a. Allah mencari orang yang hilang.
Ay 3-4: “(3) Lalu Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka: (4) ‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai
seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak
meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu
sampai ia menemukannya?”.
William
Barclay: “No
Pharisee had ever dreamed of a God like that. A great Jewish scholar has
admitted that this is the one absolutely new thing which Jesus taught men about
God - that he actually searched for men. The Jew might have agreed that if a
man came crawling home to God in self-abasement and prayed for pity he might
find it; but he would never have conceived of a God who went out to search for
sinners. We believe in the seeking love of God, because we see that love
incarnate in Jesus Christ, the Son of God, who came to seek and to save that
which was lost” (= Tidak ada orang Farisi yang
pernah memimpikan Allah seperti itu. Seorang sarjana Yahudi pernah mengakui
bahwa ini merupakan satu hal yang baru secara mutlak yang Yesus ajarkan kepada
manusia tentang Allah - bahwa Ia sungguh-sungguh mencari manusia. Orang Yahudi
bisa setuju bahwa jika seseorang pulang dengan merangkak kepada Allah dalam
kerendahan diri dan berdoa untuk belas kasihan, ia mungkin akan menemukannya;
tetapi ia tidak pernah mempertimbangkan Allah yang pergi untuk mencari
orang-orang berdosa. Kita percaya dalam kasih yang mencari dari Allah, karena
kita melihat kasih itu berinkarnasi dalam Yesus Kristus, Anak Allah, yang
datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang) - hal 203.
Bdk.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Kalau
saudara adalah domba yang hilang itu, yang sedang tersesat dan sama sekali
tidak tahu saudara sedang kemana, Allah mencari saudara! Pada waktu saudara
mendengar Injil saat ini, itu merupakan pangilan Allah kepada saudara untuk
kembali kepada Dia!
2Tes 2:14
- “Untuk
itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga
kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Tanggapilah
panggilanNya melalui Injil yang diberitakan kepada saudara! Datanglah kepada
Kristus. Dia adalah Allah dan manusia, yang sudah mati di salib untuk menebus
dosa manusia. Percayalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka
saudara akan diampuni dari segala dosa saudara, dan saudara akan diperdamaikan
dengan Allah.
Sekarang,
kalau Allah itu mencari domba yang hilang, bagaimana kira-kira sikap kita
sebagai anak-anak Allah terhadap domba yang hilang?
Wesley: “‘And go after.’ - In recovering
a lost soul, God as it were labors. May we not learn hence, that to let them
alone who are in sin, is both unchristian and inhuman!”
(= ‘Pergi mencari’. Untuk mencari suatu jiwa yang terhilang, Allah seakan-akan
bekerja keras. Tidakkah kita bisa belajar dari sini, bahwa membiarkan mereka
yang ada di dalam dosa, adalah tidak kristiani dan tidak manusiawi!).
William
Hendriksen mengatakan (hal 749) bahwa sedikitnya ada 4 macam sikap terhadap
orang-orang yang berdosa / terhilang:
·
Membenci mereka.
·
Bersikap acuh tak acuh terhadap mereka.
·
Menerima / menyambut mereka kalau mereka kembali
sendiri kepada kita.
·
Mencari mereka.
Yang
mana yang menjadi sikap saudara?
b. Allah menerima dengan
sukacita orang yang kembali / ditemukan.
Ay 5-7: “(5)
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan
gembira, (6) dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya
serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab
dombaku yang hilang itu telah kutemukan. (7) Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih
dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan.’”.
Luk 15:20-24
- “(20)
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya
telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa. (22) Tetapi ayah itu berkata kepada
hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu
kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. (23) Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria”.
William
Barclay: “There
is a wondrous thought here. It is the truly tremendous truth that God is kinder
than men. The orthodox would write off the tax-collectors and the sinners as
beyond the pale and as deserving of nothing but destruction; not so God. Men
may give up hope of a sinner; not so God. God loves the folk who never stray
away; but in his heart there is the joy of joys when a lost one is found and
comes home. It is a thousand times easier to come back to God than to come
home to the bleak criticism of men” (= Ada pemikiran yang
menakjubkan di sini. Itu adalah kebenaran yang luar biasa bahwa Allah lebih
baik dari manusia. Orang orthodox mencoret para pemungut cukai dan orang
berdosa sebagai di luar batas dan tidak layak mendapat apapun kecuali
penghancuran; tidak demikian dengan Allah. Manusia bisa berhenti / menyerah
dalam pengharapan tentang seorang berdosa; tidak demikian dengan Allah. Allah
mengasihi orang-orang yang tidak pernah tersesat; tetapi dalam hatiNya ada
sukacita yang luar biasa pada waktu seorang yang terhilang ditemukan dan pulang.
Adalah 1000 x lebih mudah untuk kembali kepada Allah dari pada untuk pulang
kepada kritikan manusia yang suram) - hal 201.
Kalau
kita jatuh ke dalam dosa / menjauh dari Allah, dan suatu hari kita kembali /
bertobat, mungkin kita beranggapan bahwa Allah menerima kita dengan wajah yang
cemberut, dan Ia akan membiarkan kita berhari-hari, supaya kita kapok, dan
sebagainya. Tetapi bukan itu yang diajarkan oleh Yesus. Allah bersukacita pada
waktu ada seorang berdosa bertobat / kembali kepadaNya! Dalam perumpamaan
tentang anak yang hilang bahkan digambarkan bahwa pada waktu anak itu masih
jauh, bapanya berlari mendapatkannya, memeluknya, menciumnya, dan mengadakan
pesta karena kembalinya anak tersebut!
-AMIN-
Luar biasa, sehat selalu Pak Pendeta Tuhan berkati
BalasHapus