Wah 3:14-22 - “(14) ‘Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar,
permulaan dari ciptaan Allah: (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak
dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi
karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan
engkau dari mulutKu. (17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah
memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak
tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka
Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (19) Barangsiapa Kukasihi , ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah! (20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku. (21) Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku
di atas takhtaKu, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan
BapaKu di atas takhtaNya. (22) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa
yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.’”.
Pendahuluan:
Kalau
saudara jatuh cinta kepada seseorang maka ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi:
1) Cinta saudara diterima.
2) Cinta saudara ditolak.
3) Cinta saudara diterima tidak, ditolak
juga tidak.
Saya pernah
mempunyai seorang teman yang jatuh cinta kepada seorang gadis. Gadis itu diajak
pergi mau, diajak nonton juga mau, diajak ke pesta juga mau, diajak dansa juga
mau. Teman saya mengira gadis itu membalas / menerima cintanya. Tetapi pada
saat mereka sedang berdansa, dan ia menyatakan cintanya kepada gadis itu, gadis
itu menjawab: ‘Aku senang kepada kamu, tetapi aku tidak
cinta kepada kamu’.
Saya yakin,
bahwa semua orang paling tidak senang mendapatkan tanggapan ketiga ini! Jauh
lebih baik ditolak mentah-mentah, dari pada menerima tanggapan
setengah-setengah seperti ini.
Tuhan juga
mempunyai sikap yang sama. Ia mencintai manusia di dunia ini, termasuk saudara.
Dan Ia paling tidak senang kalau saudara membalas cintaNya setengah-setengah.
Orang
Kristen tidak boleh setengah-setengah; orang Kristen harus fanatik!
Memang
dalam dunia rohani, ataupun kekristenan, kita mengenal adanya fanatisme yang
salah / ngawur, yang seperti sapi nyeruduk tanpa otak. Orang yang seperti ini
bukannya menyenangkan atau memuliakan Tuhan, tetapi seringkali justru memalukan
Tuhan. Tetapi fanatisme yang benar, yang betul-betul memperhatikan seluruh
Kitab Suci, merupakan sesuatu yang harus ada dalam diri setiap orang kristen,
karena Tuhan paling tidak senang dengan orang kristen yang setengah-setengah!
Tuhan paling tidak senang dengan orang kristen yang tidak dingin, tidak panas,
tetapi suam-suam kuku!
Ay 15-16:
“(15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau
tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
(16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku
akan memuntahkan engkau dari mulutKu.”.
Supaya saudara
bisa mengetahui apakah saudara termasuk orang kristen yang suam-suam kuku atau
tidak, mari sekarang kita pelajari apa ciri dari orang kristen yang suam-suam
kuku.
I) Ciri-ciri dari orang
kristen yang suam-suam kuku.
1) Secara lahiriah dia ikut Tuhan, tetapi tidak ada keseriusan dalam
hatinya.
Ay 15a: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak
dingin dan tidak panas”.
Orang ‘dingin’ adalah orang yang menolak Kristus
secara total. Ini menunjuk kepada orang yang di luar gereja secara total.
Orang ‘panas’ adalah orang kristen yang
sungguh-sungguh / serius / bersemangat.
Orang ‘suam-suam kuku’ adalah orang yang secara lahiriah
adalah orang kristen, ia pergi ke gereja, sudah dibaptis, membaca Kitab Suci /
melakukan Saat Teduh, berdoa, dan bahkan melayani Tuhan. Tetapi semua itu
dilakukan tanpa semangat / secara tidak sungguh-sungguh / asal-asalan.
Contoh tentang
ketidak-sungguhannya adalah:
a) Gampang sekali membolos dari kebaktian /
Pemahaman Alkitab. Alasannya 1001 macam, seperti undangan kawin / HUT, repot,
lembur, ada teman datang, harus keluar kota ,
hujan lebat, arisan, dsb. Tetapi alasan yang sebenarnya adalah: dalam hatinya
memang tidak terlalu niat!
b) Doa hanya 5 menit sehari atau bahkan kurang dari
itu! Saat Teduhnya Senin Kamis / bogang-bogang. Juga banyak alasannya yang
menyebabkan hal ini, seperti acara TV, pulang kemalaman dsb.
c) Dalam melakukan pelayanan ia tidak terlalu
bertanggung jawab, sedikit-sedikit pelayanannya dioperkan ke orang lain /
dibatalkan, dan kalaupun ia melakukan pelayanan itu, ia melakukannya
asal-asalan, tidak dengan usaha terbaik / maximal. Mungkin ada dari saudara
yang berkata: ‘O, aku nggak pernah gitu’, soalnya nggak pernah pelayanan. Itu
tambah nemen!
d) Dalam pengudusan diri juga begitu. Baru
godaan sedikit, sudah ndelosor / jatuh tersungkur!
Tentang orang yang suam-suam kuku ini Adam Clarke berkata: “Ye
are neither heathens nor Christians - neither good nor evil - neither led
away by false doctrine, nor thoroughly addicted to that which is true. In a
word, they were listless and indifferent, and seemed to care little whether
heathenism or Christianity prevailed” (= Kamu bukannya orang kafir
ataupun Kristen - bukannya baik atau jahat - tidak disesatkan oleh ajaran
palsu maupun sepenuhnya ketagihan / kecanduan terhadap apa yang benar.
Singkatnya, mereka itu tidak bergairah dan acuh tak acuh, dan kelihatannya tak
terlalu peduli apakah kekafiran atau kekristenan yang menang) - hal 985.
Renungkan: apakah saudara begitu rindu
terhadap kebenaran, sampai bisa disebut sebagai ‘ketagihan / kecanduan’?
Adam Clarke: “If ever the words of
Mr. Erskine, in his Gospel Sonnets, were true, they were true of this Church:
‘To good and evil equal bent, I’m both a devil and a saint’” (= Seandainya
kata-kata dari Mr. Erskine, dalam Soneta Injilnya, adalah benar, maka kata-kata
itu benar untuk gereja ini: ‘Condong secara sama pada kebaikan dan kejahatan,
aku adalah baik setan maupun orang kudus’) - hal
985.
John Stott: “the church in Laodicea had now fallen on
evil days, and Jesus Christ sends to it the sternest of the seven letters,
containing much censure and no praise. The church had not been infected with
the poison of any special sin or error. We read neither of heretics nor
persecutors. But the Christians in Laodicea were
neither cold not hot (v. 15)” [= gereja di Laodikia telah
jatuh pada hari-hari yang jahat, dan Yesus Kristus mengirimkan kepada gereja
ini surat yang paling keras dari ketujuh surat , yang berisikan
banyak kritikan dan tidak ada pujian. Gereja ini tidak terpengaruh oleh racun
dari dosa atau kesalahan yang khusus. Kita tidak membaca tentang ajaran sesat
ataupun penganiaya. Tetapi orang-orang Kristen di Laodikia tidak dingin atau
panas (ay 15)] - hal 115.
Apakah ciri ini ada pada
saudara?
2) Ia mengutamakan keduniawian / hal-hal
jasmani, khususnya uang, dari pada kerohanian.
Ay 17: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku”.
Ini memaksudkan kekayaan
duniawi. Laodikia memang adalah salah satu kota yang terkaya di dunia pada saat itu, dan
penduduknya pikirannya duniawi tok!
Apakah saudara adalah
orang seperti itu? Yang dipikiri hanya uang, pekerjaan, pacar, keluarga, hobby,
kesenangan-kesenangan duniawi, tetapi tidak pernah memikirkan bagaimana bisa
lebih menyenangkan / memuliakan Tuhan?
Ingat godaan pertama yang
dialami Yesus di padang
gurun. Pada saat Ia sedang berpuasa (aktivitas rohani, menyangkal keduniawian),
setan justru menawarkan keduniawian / makanan. Dan kalau setan melakukan itu
terhadap Yesus, ia pasti juga melakukannya terhadap saudara. Ia pasti berusaha
supaya saudara lebih mementingkan keduniawian / hal-hal jasmani dari
kerohanian.
Kalau acara makan, Bazar,
pekan keluarga, gembrudug datang semua. Tetapi kalau Pemahaman Alkitab,
Seminar, sunyi senyap. Banyak gereja yang jemaatnya 1000 orang, tetapi yang
datang Pemahaman Alkitab cuma 5-10 orang.
Kalau urusan kerja bisa
datang tepat waktu, kalau urusan gereja datang terlambat.
Kalau kebaktian cari
gereja yang dekat, tetapi kalau mencari makanan di pelosok kota yang paling jauhpun tetap didatangi,
kalau diundang kemanten di Banyuwangipun mau datang.
Kalau mau kebaktian, hujan
sedikit, tidak berangkat; tetapi kalau mau pergi ke orang kawin, biarpun banjir
tetap berangkat!
Membaca Kitab Suci
jarang-jarang, dan selalu merasa mengantuk pada waktu membacanya, tetapi kalau
membaca majalah, koran, buku novel, dsb, bisa berjam-jam.
Kalau mendengar khotbah
selama 1 jam teler, tetapi kalau nonton bioskop 3 film berturut-turut bisa.
Yang mana yang lebih
saudara pentingkan: keduniawian / hal-hal jasmani atau kerohanian?
Sekarang ada gereja yang
‘pinter’. Maunya menggabungkan hal-hal rohani dan duniawi. Theologia
Kemakmuran. Tetapi ini merupakan suatu omong kosong yang bertentangan dengan
Mat 6:24!
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua
tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang
lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.
Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Saudara, ingat bahwa semua
yang duniawi akan berlalu, tetapi yang rohani yang akan menetap!
1Tim 4:8 - “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi
ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup
ini maupun untuk hidup yang akan datang”.
1Yoh 2:17 - “Dan dunia ini sedang
lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap
hidup selama-lamanya”.
J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya yang berjudul Awake
My Heart, tgl 1 Maret, memberikan suatu cerita sebagai berikut:
“There was a young man
in Lancashire who used to be anxious about
salvation as he heard the preachers in the local church. He had determined,
however, that when he grew up he would somehow become owner of a cotton mill;
and not even salvation must interfere with that. For years he worked inordinately,
until, in his forties, he owned a big mill and much money. Then he became ill
and lay dying. He died frantically muttering, ‘Over there ... Jesus ... saying
something ... but ... I cannot hear for the noise of the mill’” (= Ada
seorang muda di Lancashire yang menguatirkan
keselamatannya pada saat ia mendengar pengkhotbah-pengkhotbah di gereja lokal.
Tetapi ia telah memutuskan bahwa kalau ia dewasa ia akan menjadi pemilik dari
pemintalan kapas; dan bahkan keselamatan tidak boleh mencampuri hal itu. Selama
bertahun-tahun ia bekerja bukan main banyaknya, sampai pada usia empatpuluhan
ia memiliki pemintalan kapas yang besar dan banyak uang. Lalu ia jatuh sakit
dan terbaring dalam keadaan sekarat. Ia mati dengan sangat ketakutan sambil
berkomat-kamit: ‘Di sana ... Yesus ... berkata sesuatu ... tetapi ... saya
tidak bisa mendengarnya karena suara bising pemintalan kapas’).
a) Pemuda kaya dalam
Mat 19:16-22.
b) Pemilik babi dalam
Mark 5:1-20.
J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My
Heart’, tgl 9 Maret, memberikan puisi sebagai berikut:
“Rabbi, begone! Thy
powers
Bring loss to us and
ours.
Our ways are not as
Thine.
Thou lovest men, we,
swine.
Oh, get you hence,
Omnipotence,
And take this fool of
Thine!
His soul? What care we
for his soul?
What good to us that
Thou hast made him whole,
Since we have lost our
swine?
And Christ went sadly,
He had wrought for
them a sign
Of love, and hope, and
tenderness divine;
They wanted - swine!
Christ stands without
our door and gently knocks;
But if our gold, or
swine, the entrance blocks,
He forces no man’s
hold - He will depart,
And leaves us to the
meanness of our heart”
(= Rabi / Guru,
enyahlah! KuasaMu
Membawa kerugian /
kehilangan kepada kami dan milik kami
Jalan kami tidaklah
seperti jalanMu
Engkau mengasihi
manusia, kami mengasihi babi.
O, pergilah dari sini,
Yang mahakuasa.
Dan bawalah orang
tolol milikMu ini!
Jiwanya? Apa peduli
kami tentang jiwanya?
Apa untungnya bagi
kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh,
Karena kami telah
kehilangan babi kami?
Dan Kristus pergi
dengan sedih,
Ia telah membuat tanda
untuk mereka
Tentang kasih, dan
pengharapan, dan kelembutan ilahi;
Mereka menginginkan -
babi!
Kristus berdiri di
luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut;
Tetapi jika emas kita,
atau babi, menutup jalan masuk,
Ia tidak memaksa
penolakan manusia - Ia akan pergi,
Dan meninggalkan kita
pada kepicikan / kejahatan hati kita).
3) Sombong dan tidak merasa butuh Tuhan.
Ay 17: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa”.
Orang Laodikia memang
sombong. Pada tahun 61 M. kota
Laodikia dihancurkan oleh suatu gempa bumi yang hebat, dan pada waktu kota-kota
lain mau menolong, penduduk Laodikia menolak bantuan dari luar, dan membangun
kembali kotanya dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka merasa tidak butuh
manusia ataupun Tuhan!
Apakah saudara sombong?
Apakah saudara merasa tidak butuh Tuhan? Kalau saudara tidak merasa perlu untuk
mendekat kepada Tuhan, untuk berdoa, dsb, maka itu adalah bukti bahwa saudara
tidak merasa butuh Tuhan!
II) Mengapa Tuhan paling tidak senang dengan
orang yang suam-suam kuku?
1) Karena orang yang suam-suam kuku ini,
sekalipun ada dalam gereja, sebetulnya bukanlah orang kristen.
Ini menunjukkan bahwa
Yesus ada di luar pintu hati mereka. Mereka ada di dalam gereja, tetapi di luar
Kristus, dan Kristus ada di luar diri mereka. Jadi, jelas bahwa mereka juga
belum selamat!
Kalau saudara adalah orang
yang suam-suam kuku dan suatu hari saudara mati dan menghadap Tuhan, mungkin
saudara akan berkata: ‘Tuhan bukankah aku sudah ke gereja, sudah dibaptis, sudah ikut Pemahaman
Alkitab, sudah melayani Tuhan, dsb’? Maka Tuhan akan menjawab: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu, enyahlah
dari hadapanKu!’. Bdk. Mat 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan,
Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan
mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
2) Orang yang suam-suam kuku ini sukar diinjili.
Ay 17b: “engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat,
dan malang ,
miskin, buta dan telanjang”.
Semua kata-kata ini pasti
dalam arti rohani. Jadi secara rohani, mereka itu melarat, miskin, buta dan
telanjang, tetapi mereka tidak tahu hal itu! Mereka mengira mereka melek,
padahal mereka buta. Mereka mengira mereka kaya rohani, padahal miskin rohani.
Ketidak-tahuan ini yang membuat mereka sukar diinjili. Rasa PD terhadap
kerohanian mereka ini membuat mereka sukar diinjili.
Kalau saudara bertemu
dengan orang yang suam-suam kuku dan saudara memberitakan Injil kepada dia,
maka ia pasti akan tersinggung, dan mungkin akan berkata: ‘Sudah tahu, sudah tahu. Saya sudah Kristen
sejak lahir, kamu menginjili saya itu menghina ya?’.
Orang
yang dingin, yang sama sekali berada di luar gereja, lebih mudah untuk
diinjili. Karena itu Tuhan tidak senang dengan orang yang suam-suam kuku.
Pulpit Commentary: “Spiritual
indifferentism is a most incorrigible condition. Theoretical infidelity we
may break down by argument, but moral indifferentism cannot be touched by logic.
The spiritually indifferent man shouts out his Creed every Sunday, damns the
atheist, and yet himself is ‘without God in the world.’” (= Sikap acuh tak
acuh secara rohani merupakan kondisi yang paling tidak bisa diperbaiki. Kekafiran
teoretis bisa dihancurkan oleh argumentasi, tetapi sikap acuh tak acuh secara
moral tidak bisa disentuh oleh logika. Orang yang acuh tak acuh secara
rohani mengucapkan Pengakuan Imannya dengan keras setiap hari Minggu, mengecam
orang atheis, tetapi ia sendiri ‘tanpa Allah di dunia ini’) - hal 142.
G. R. Beasley-Murray: “So
alien to the spirit of Christ is the religious profession of the Laodiceans,
John declares that the Lord would prefer them to be outright pagans. ... An
honest atheist is more acceptable to the Lord than a self-satisfied religious
man, for such a man’s religion has blunted his conscience and blinded him to
his need for repentance. The road to the cross has always been easier for
the publican than for the Pharisee” (= Pengakuan agamawi dari orang-orang
Laodikia begitu asing bagi Roh Kristus, sehingga Yohanes menyatakan bahwa Tuhan
lebih menginginkan mereka untuk menjadi kafir secara total. ... Seorang atheis
yang jujur lebih bisa diterima oleh Tuhan dari pada seorang beragama yang puas
dengan dirinya sendiri, karena agama dari orang seperti itu telah menumpulkan
hati nuraninya dan membutakannya terhadap kebutuhan pertobatan. Jalan kepada
salib selalu lebih mudah bagi pemungut cukai dari pada bagi orang Farisi) - hal 105.
Theodore H. Epp: “Seorang yang suam-suam kuku mempunyai
indikasi kuat bahwa ia belum diselamatkan, tetapi juga bahwa ia merasa puas
dengan dirinya sendiri dan sukar untuk beralih dari keadaan rohaninya yang acuh
tak acuh. Masih lebih banyak harapan untuk keselamatan seorang yang
sungguh-sungguh atheist, yang sama sekali tidak percaya akan Allah, daripada
seorang yang mengaku beragama, yang merasa tinggi hati dan menipu dirinya
sendiri. Para pemungut cukai dan
orang sundal dapat lebih mudah dibawa masuk ke dalam kerajaan sorga daripada
orang Farisi yang merasa dirinya suci dan tinggi hati” - hal 118.
3) Orang yang suam-suam kuku itu memalukan
Tuhan.
Ay 18:
“Maka
Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan;
dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat”.
Ketelanjangan yang
memalukan itu artinya mereka ini hidup dalam dosa sedemikian rupa sehingga
menjadi saksi yang sangat jelek untuk Tuhan.
Kalau orang kafir hidup
dalam dosa, berzinah, tembak-tembakan rebutan duit, dsb, maka itu tidak
memalukan Tuhan, karena mereka kafir.
Tetapi kalau orang
kristen, apalagi dalam kalangan hamba Tuhan, mencuri, berzinah, rebutan duit
sampai tembak-tembakan, dsb, itu sangat memalukan Tuhan!
Saya pernah membaca di
koran tentang seseorang yang lapor ke polisi karena kerampokan. Waktu polisi
menyediliki, mereka curiga, karena tidak ada tanda-tanda perampokan. Orang itu
diinterogasi, dan akhirnya mengaku, bahwa uang yang hilang itu bukan hilang
dirampok, tetapi ia gunakan untuk bersenang-senang dengan pelacur, padahal itu
uang dari ‘perusahaan’ untuk tugas tertentu. Ini tentu bukan cerita yang
menghebohkan seandainya orang itu bukan pendeta. Tetapi ia adalah seorang
pendeta, yang diberi sejumlah uang oleh gereja, untuk pergi ke suatu tempat
dalam memberitakan Injil di sana .
Lalu uangnya habis untuk bersenang-senang dan ia lalu mengaku kerampokan. Ini
merupakan sesuatu yang sangat memalukan Tuhan!
Hal-hal inilah yang
menyebabkan Tuhan lebih senang orang itu dingin dari pada suam-suam kuku.
Tetapi Tuhan tentu lebih senang lagi kalau saudara panas.
III) Bagaimana caranya
supaya menjadi panas?
1) Percayalah kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Ay 18:
“Maka
Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang
telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih,
supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan;
dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat”.
a) Kata
‘membeli’ tidak menunjuk pada ‘keselamatan
karena usaha kita’.
Kata ‘membeli’ di sini, tidak boleh diartikan bahwa
keselamatan didapatkan dengan usaha kita, karena ini akan bertentangan dengan
Ro 3:24 (‘dengan
cuma-cuma’)
dan Yes 55:1 (‘tanpa
uang pembeli ... tanpa bayaran’).
John Stott: “But
why does He recommend the Laodiceans to buy from Him? Can salvation be bought?
No. Certainly not. It is a free gift to us because it was purchased by Christ
on the cross. His invitation ‘buy from me’ should not be pressed. He is
doubtless using language appropriate to the commercially-minded Laodiceans. He
likens Himself to a merchant who visits the city to sell his wares and goes
into competition with other salesmen. ... Perhaps also He is thinking of
Jehovah’s appeal: ‘Ho, every one who thirsts, come to the waters; and he who
has no money, come, buy and eat! Come, buy wine and milk without money and
without price’ (Is. 55:1)” [= Tetapi mengapa Ia menasihatkan
jemaat Laodikia untuk membeli dari padaNya? Bisakah keselamatan dibeli? Tidak.
Pasti tidak. Itu merupakan karunia cuma-cuma bagi kita karena itu dibeli oleh
Kristus pada kayu salib. UndanganNya ‘belilah dari padaKu’ tidak boleh
ditekankan. Tidak diragukan bahwa Ia menggunakan bahasa yang cocok dengan
jemaat Laodikia yang mempunyai pikiran dagang. Ia menyamakan diriNya sendiri
dengan seorang pedagang yang mengunjungi kota
itu untuk menjual barang-barangnya dan bersaing dengan penjual-penjual yang
lain. ... Mungkin ia juga memikirkan seruan Yehovah: ‘Hai, setiap orang yang
haus, datanglah kepada air; dan ia yang tidak mempunyai uang, datanglah dan
makanlah! Datanglah, belilah anggur dan susu tanpa uang dan tanpa harga’
(Yes 55:1)]
- hal 122.
Catatan: Yes 55:1 ini diambil dari RSV dan
saya terjemahkan dari RSV.
Bdk. Yes 55:1 versi Kitab Suci Indonesia : “Ayo, hai semua orang
yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang,
marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu
tanpa bayaran”.
William R. Newell: “Grace
is ever free. We buy it ‘without money and without price,’ although it cost
Christ the fire of God’s judgment to get it for us” (= Kasih
karunia selalu cuma-cuma. Kita membelinya ‘tanpa uang dan tanpa harga’,
sekalipun Kristus harus menanggung api penghakiman Allah untuk mendapatkannya bagi
kita)
- hal 77.
b) Kata ‘membeli’ ini
menunjukkan bahwa ikut Kristus membutuhkan pengorbanan dari pihak kita.
Pulpit Commentary: “Yet it was to be
bought, and would entail the sacrifice of something which, though perhaps dear
to them, would be nothing in comparison with the return they would obtain” (= Tetapi itu harus
dibeli, dan akan memerlukan pengorbanan sesuatu, yang sekalipun mereka cintai,
tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang akan mereka dapatkan sebagai
gantinya) - hal 116.
Kalau
saudara mau datang kepada Kristus, apakah Kristus mau menerima saudara? Kalau
saudara mengundang Kristus untuk masuk ke dalam hati saudara apakah Ia mau
masuk?
Ay 20:
“Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.
Ayat
ini memberikan jaminan bahwa kalau saudara betul-betul percaya dan mengundang Yesus , Ia
pasti mau masuk, mengampuni dosa saudara (bdk. ‘pakaian putih’ dalam ay
18) dan bersekutu dengan saudara!
William Barclay: “We see human
responsibility. Christ knocks and a man can answer or refuse to answer.
Christ does not break in; he must be invited in. ... Holman Hunt was right when
in his famous picture ‘The Light of the World’ he painted the door of the human
heart with no handle on the outside, for it can be opened only from within” (= Kita melihat
tanggung jawab manusia. Kristus mengetok dan manusia bisa menjawab atau
menolak untuk menjawab. Kristus tidak mendobrak; Ia harus diundang masuk.
... Holman Hunt benar ketika dalam foto / gambarnya yang terkenal ‘Terang
Dunia’ ia melukis pintu dari hati manusia tanpa gagang pintu di luarnya, karena
itu hanya bisa dibuka dari dalam) - hal 148.
Ini
adalah langkah pertama dan terutama. Kalau langkah ini belum pernah dilakukan,
maka langkah-langkah selanjutnya tidak akan ada gunanya.
2) Orang yang suam-suam kuku itu harus bertobat.
Ay 19:
“Barangsiapa Kukasihi , ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah!”.
Saya
menyoroti kata yang terakhir yaitu ‘bertobatlah’. Kalau saudara mau menjadi panas,
saudara harus bertobat dari segala dosa. Dosa yang saudara pelihara menyebabkan
saudara tidak bisa panas, tidak bisa maju dalam kerohanian, tidak bisa juga
merasakan damai dan sukacita yang penuh dari Tuhan!
Banyak
orang mendayung tetapi tidak bisa maju-maju, karena terikat oleh dosa! Karena
itu, bertobatlah dari segala dosa.
3) Orang yang suam-suam kuku ini harus bergairah
dalam mencari Tuhan.
Ay 19:
“Barangsiapa Kukasihi , ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah!”. Kata ‘relakanlah hatimu’ ini salah terjemahan!
KJV/RSV/NASB:
‘be zealous’
(= bersemangatlah).
NIV:
‘be earnest’ (=
bersungguh-sungguhlah).
Living
Bible: ‘so I must
punish you, unless you turn from your indifference and become enthusiastic
about the things of God’ (= jadi Aku harus menghukum engkau,
kecuali engkau berbalik dari sikap acuh tak acuhmu dan menjadi bergairah
tentang hal-hal / perkara-perkara dari Allah).
Bagian
ini menekankan bahwa orang kristen harus melakukan suatu komitmen yang tegas
untuk mencari Allah dengan sungguh-sungguh.
John Stott: “The idea of being on
fire for Christ will strike some people as dangerous emotionalism. ‘Surely’,
they will say, ‘we are not meant to go to extremes? You are not asking us to
become hot-gospel fanatics?’ Well, wait a minute. It depends what you mean. If
by ‘fanaticism’ you really mean ‘wholeheartedness’ then Christianity is a
fanatical religion and every Christian should be a fanatic. But fanaticism is
not wholeheartedness, nor is wholeheartedness fanaticism. Fanaticism is an
unreasoning and unintelligent wholeheartedness. It is the running away of the
heart with the head. ... ‘Commitment without reflexion is fanaticism in action;
but reflexion without commitment is the paralysis of all action.’ What Jesus
Christ desires and deserves is the reflexion which leads to commitment and the
commitment which is born of reflexion. This is the meaning of wholeheartedness,
or being aflame for God” (= Gagasan untuk ‘terbakar’ untuk Kristus akan
dianggap oleh sebagian orang sebagai emosionalisme yang berbahaya. Mereka akan
berkata: ‘Tentu saja kita tidak dimaksudkan untuk menjadi extrim, bukan? Engkau
tidak meminta kita untuk menjadi orang yang fanatik terhadap injil?’ Nah,
tunggu sebentar. Itu tergantung pada apa yang engkau maksudkan. Jika dengan
‘fanatisme’ engkau memaksudkan ‘ke-sepenuh-hati-an’ maka kekristenan adalah
agama yang fanatik, dan setiap orang kristen harus menjadi seorang yang
fanatik. Tetapi fanatisme bukanlah ‘ke-sepenuh-hati-an’ dan
‘ke-sepenuh-hati-an’ bukanlah fanatisme. Fanatisme merupakan
‘ke-sepenuh-hati-an yang tanpa akal’. Itu adalah hati yang terpisah dari
kepala. ... ‘Komitmen tanpa pemikiran adalah fanatisme yang sedang beraksi;
tetapi pemikiran tanpa komitmen merupakan pelumpuhan semua tindakan / aksi’. Apa
yang diinginkan dan layak didapatkan oleh Yesus Kristus adalah pemikiran yang
membawa kepada komitmen dan komitmen yang dilahirkan oleh pemikiran. Ini
merupakan arti dari ke-sepenuh-hati-an, atau menyala bagi Allah) - hal 116-117.
Apapun
yang terjadi, saya harus berbakti dengan rajin, ikut Pemahaman Alkitab dengan
tekun, bersaat teduh dengan setia, berdoa dengan sungguh-sungguh dan
sebagainya.
Kalau
ada saat dimana saudara paling butuh makan, mungkin itu adalah saat dimana
saudara tidak mempunyai nafsu makan. Kalau ada saat saudara paling butuh Firman
Tuhan, itu adalah saat dimana saudara tidak kepingin mendengar Firman Tuhan /
bosan terhadap Firman Tuhan.
Kalau
ada saat dimana saudara paling butuh bernafas, mungkin itu adalah saat dimana
saudara sukar bernafas. Kalau ada saat saudara paling butuh doa itu adalah saat
dimana saudara tidak kepingin berdoa / malas berdoa.
Penutup.
Maukah saudara menjadi panas? Tuhan
memberkati saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar