Yoh 12:20-36 - “(20)
Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat
beberapa orang Yunani. (21) Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal
dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: ‘Tuan, kami ingin bertemu
dengan Yesus.’ (22) Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan
Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. (23) Tetapi Yesus menjawab mereka,
kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
(25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk
hidup yang kekal. (26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di
mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia
akan dihormati Bapa. (27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan
Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku
datang ke dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah
suara dari sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’
(29) Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu
bunyi guntur . Ada pula yang berkata:
‘Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.’ (30) Jawab Yesus: ‘Suara itu
telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu. (31)
Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia
ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi,
Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. (34) Lalu jawab orang banyak itu:
‘Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup
selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus
ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?’ (35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya
sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu,
percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa
berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah
kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak
terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.
I) Upah dosa adalah maut.
Kej 2:16-17 - “(16)
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman
ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (17) tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.
Kej 3:19 - “dengan
berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi
tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan
kembali menjadi debu.’”.
Ro 6:23a - “Sebab
upah dosa ialah maut”.
Yeh 18:4b - “Dan
orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”.
Kalau Allah mau memikul upah dosa / hukuman
dosa ini maka Allah harus mati. Tetapi sebagai Allah Ia
tidak bisa menderita ataupun mati. Karena itu, Ia harus lebih dulu menjadi
manusia, supaya Ia bisa menderita dan mati untuk memikul hukuman dosa manusia.
II) Yesus datang untuk mati.
1) Aku
datang.
Ay 27: “Sekarang
jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.
Kata-kata ‘Aku
datang’ berulangkali keluar
dari mulut Yesus, dan menunjuk pada inkarnasiNya pada saat Ia menjadi manusia.
Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:
a) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran
menunjukkan pada tindakan pasif.
Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Luk 19:10 Yoh 9:39
Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif. Memang
dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk
itulah Aku lahir’,
tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata ‘dan
untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar
manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa
yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.
b) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence /
keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1
6:38 8:58 2Kor 8:9
Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus
dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada.
Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan
tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan
hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.
2) Aku
datang untuk mati.
Dalam dongeng-dongeng sering diceritakan
tentang dewa yang menjadi manusia. Apa tujuannya? Biasanya tujuannya bersifat
egois, yaitu demi kesenangan mereka sendiri. Tetapi bagaimana dengan Kristus?
Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Apa tujuannya?
Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan
Yesus, seperti:
a) Memberitakan Injil (Mark 1:38).
b) Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).
c) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15
Fil 2:5-8
Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).
Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka
bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia,
karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia,
maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.
d) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami
oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang
menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
Tetapi tujuan utama Yesus datang ke dunia
adalah untuk mati. Benarkah demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah
ini dengan penjelasannya.
1. Ay 23-24: “(23)
Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati,
ia akan menghasilkan banyak buah.”.
Dalam ay 23 Ia berbicara tentang
‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas
bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.
William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in
Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two
are inextricably connected. The one could not have happened without the other.
For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it,
had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would
have been no glory for him” (= Ada peninggian dobel dalam
kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan
keduanya berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang satu tidak akan bisa
terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan;
andaikata Ia menolaknya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya,
yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia).
Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan
Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam
nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi
dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus
adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Catatan: hati-hati dengan teori yang disebut teori Kenosis / teori pengosongan
diri, yang didasarkan pada penafsiran yang salah dari text ini. Teori itu
mengatakan bahwa dalam pengosongan diri itu Yesus yang adalah Allah, mengesampingkan
sebagian / seluruh sifat-sifat ilahinya untuk bisa menjadi manusia yang
terbatas. Ini salah / sesat, karena Allah tidak bisa mengesampingkan sebagian /
seluruh sifat-sifatNya. Itu akan membuat Ia berhenti menjadi Allah, dan Allah
tidak bisa berhenti menjadi Allah.
Tetapi penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa
text ini menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan
untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!
2. Ay 27: “Sekarang
jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.
a. ‘Apakah
yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.
Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus,
mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42). Ia bergumul
apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus
segera terjadi.
b. ‘Tidak, sebab untuk itulah Aku
datang ke dalam saat ini’.
Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar
adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku
datang ke dalam saat ini’.
Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa
sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada
kehendak BapaNya.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang
untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal !
Bdk. Mat 20:28 - “Anak
manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”.
·
“Anak Allah menjadi manusia, supaya
manusia bisa menjadi anak Allah”.
·
“Yesus mati supaya kita bisa hidup”.
Jadi, Yesus datang ke dunia pada Natal
yang pertama itu dengan tujuan utama untuk mati. Untuk manusia yang lain:
karena lahir, maka mereka harus mati. Untuk Yesus: karena mau mati, maka Ia
harus lahir. Natal harus ada supaya Jum’at Agung bisa ada. Natal dan Jum’at
Agung memang tidak terpisahkan.
3) Cara
kematian Yesus.
Ay 32-33: “(32)
dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang
datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana
caranya Ia akan mati.”.
Text ini jelas menunjukkan bahwa istilah ‘ditinggikan dari bumi’ menunjuk pada salib. Dan ay 32
menunjukkan bahwa melalui cara itulah Yesus menarik semua orang datang
kepadaNya.
Dalam Mat 4:8-10 Yesus menolak cara
mudah (dengan menyembah setan) yang ditawarkan setan untuk mendapatkan seluruh
dunia, tetapi sekarang Ia memilih cara yang sukar (melalui kematian di salib),
melalui mana Ia akan menarik semua orang datang kepadaNya.
4) Tujuan
kematian Kristus.
Ay 24: Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.”.
Ay 24 ini menunjuk kepada Kristus
sendiri. Ia harus mati, supaya bisa menghasilkan banyak buah (orang yang
diselamatkan). Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus merupakan satu-satunya
jalan melalui mana Yesus bisa menyelamatkan kita, karena tanpa itu Ia akan
tetap sendirian saja (tidak berbuah).
Pulpit Commentary: “Over and over again our Lord has
declared himself to be ‘the Life’ and ‘the Source of life’ for men; but he here
lays down the principle that this life-giving power of his is conditioned by
his death” (= Berulangkali Tuhan kita menyatakan diriNya
sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’ untuk manusia; tetapi di sini Ia
memberikan suatu prinsip bahwa kuasa memberi hidupNya ini disyaratkan oleh
kematianNya).
Bdk. Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
III) Tanggapan kita.
1) Datang
kepada Yesus / percaya kepada Yesus.
Ay 35-36: “(35)
Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu.
Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan
menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia
pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu,
supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus
pergi bersembunyi dari antara mereka”.
Catatan: ay 35 salah terjemahan. Seharusnya
dalam ay 35 itu terjemahannya bukan ‘percayalah
kepadanya’ tetapi ‘berjalanlah’. NIV: ‘Walk,
while you have the light, before the darkness overtakes you’ (=
Berjalanlah, sementara kamu mempunyai terang, sebelum kegelapan itu
menguasaimu).
a) Kata ‘percayalah’ (ay 36a) ada dalam bentuk present
imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan bahwa
kita harus terus menerus percaya. Tetapi kata ‘menjadi’ (ay 36b) ada dalam bentuk aorist
/ lampau dan menunjukkan kejadian sesaat.
Leon Morris (NICNT): “‘Believe’ in the present tense
gives the thought of a continuous belief, whereas ‘become’ in the aorist points
us to a once-for all becoming sons of light. While faith is an activity to be
practised without ceasing one does not become a son of light by degrees. One
passes decisively out of death into life (5:24)” [=
‘Percayalah’ dalam bentuk present memberikan pemikiran tentang kepercayaan yang
terus-menerus, sedangkan ‘menjadi’ dalam bentuk lampau menunjukkan kita pada
saat menjadi anak terang yang terjadi sekali untuk selamanya. Sekalipun iman
adalah suatu aktifitas untuk dipraktekkan tanpa henti-hentinya, seseorang tidak
menjadi anak terang secara bertahap. Seseorang berpindah secara tegas dari maut
ke dalam hidup (5:24)].
b) Ay 35-36 ini menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus bukanlah
sesuatu yang bisa ditunda-tunda (bdk. Yes 55:6).
Ay 35-36: “(35)
Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara
kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak
tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu
ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata
demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.
Bdk. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan
ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
Leon Morris (NICNT): “The light is there only for
‘little while’. This applies primarily to Jesus’ presence. He is about to be
taken from the earth. But it also points to the timeless truth that if we do
not use the light we lose it” (= Terang itu ada di sana hanya untuk ‘sedikit
waktu’. Ini terutama menunjuk pada kehadiran Yesus. Ia akan diambil dari dunia.
Tetapi ini juga menunjuk pada kebenaran kekal bahwa kalau kita tidak
menggunakan terang itu kita kehilangan terang itu).
William Barclay: “... this is an eternal truth. It
is a statistical fact that there is a steep rise in the number of conversion up
to the age of seventeen and an equally steep fall afterwards. The more a man
lets himself become fixed in his ways the harder it is to jerk himself out of
them”
(= ... ini adalah kebenaran yang kekal. Merupakan fakta statistik bahwa ada
kenaikan yang curam dalam jumlah orang yang bertobat sampai pada usia 17 tahun
dan lalu turun dengan kecuraman yang sama setelah itu. Makin seseorang
membiarkan dirinya menetap / menancap dalam jalannya makin sukar untuk menarik
ia keluar dari situ).
Kalau kita mau datang kepada Kristus dan
percaya kepadaNya, maka kita bukan hanya akan hidup, tetapi kita akan hidup
selama-lamanya.
Ro 6:23 - “Sebab
upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan
dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
(26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati
selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
Yoh 6:40,48-50,53-58 - “(40) Sebab inilah kehendak BapaKu,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’ ...
(48) Akulah roti hidup. (49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka
telah mati. (50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari
padanya, ia tidak akan mati. ... (53) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia
dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. (54)
Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal
dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (55) Sebab dagingKu adalah
benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman. (56) Barangsiapa
makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
(57) Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa,
demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. (58)
Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya.’”.
2) Meneladani
Yesus yang rela menderita dan mati.
Ay 24-25: “(24)
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”.
a) Tanpa salib tidak ada makhkota.
Tadi saya katakan bahwa ay 24 itu
menunjuk kepada Kristus sendiri. Tetapi dari ay 25-26 terlihat bahwa
ay 24 ini juga bisa diberlakukan untuk orang Kristen.
Saya ingin mengulangi kata kata-kata William
Barclay tadi, tetapi saya beri sambungannya: “There
was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the
lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not
have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had
he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might
so easily have done, there would have been no glory for him. It is the same
for us. We can, if we like, choose the easy way; we can, if we like, refuse the
cross that every Christian is called to bear; but if we do, we lose the glory.
It is an unalterable law of life that if there is no cross, there is no crown” (= Ada peninggian dobel
dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam
kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang satu
tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju
kemuliaan; andaikata Ia menolaknya, andaikata ia mengambil langkah untuk
menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada
kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau,
memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak salib yang harus
dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita melakukan hal itu, kita
kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah
bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota).
Penerapan: Adakah salib yang seharusnya saudara pikul, tetapi saudara hindari?
Misalnya harus menderita karena bekerja secara jujur, atau harus menderita
karena memberitakan Injil kepada orang kafir. Ingat bahwa kalau tidak ada
salib, tidak ada mahkota!
b) Kematian orang Kristen bagi dirinya sendiri membuat dirinya bisa
berguna bagi Tuhan.
Pulpit Commentary menghubungkan ay 25
dengan ay 24, dan lalu mengatakan: Jika hidup dianggap sebagai tujuan
akhir, jika orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika
orang mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka
hidup / nyawa itu akan sendirian saja. Tetapi sebaliknya jika orangnya mau
berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan
sendirian, tetapi akan berbuah banyak.
Pulpit Commentary: “The only true enrichment is through
giving, the only true gain is through loss, the only true victory is through
suffering and humiliation, the only true life is through death” (=
Satu-satunya pengayaan yang sejati adalah melalui memberi, satu-satunya
keuntungan yang sejati adalah melalui kerugian / kehilangan, satu-satunya
kemenangan yang sejati adalah melalui penderitaan dan perendahan, satu-satunya
kehidupan yang sejati adalah melalui kematian).
William Barclay: “It was by the death of the
martyrs that the Church grew. ... But it becomes more personal than that. It is
sometimes only when a man buries his personal aims and ambitions that he begins
to be of real use to God. ... By the death of personal desire and personal
ambition a man becomes a servant of God” (=
Oleh kematian dari para martirlah Gereja bertumbuh. ... Tetapi hal itu menjadi
bersifat lebih pribadi dari itu. Kadang-kadang hanya pada saat seseorang
mengubur tujuan dan ambisi pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi
Allah. ... Melalui kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang
menjadi seorang pelayan Allah).
Penerapan: Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa yang ada dalam diri saudara?
Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan tinggi? Untuk dikagumi banyak
orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah? Untuk selalu menjadi yang nomor
satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak saudara kuburkan, saudara tidak
bisa berbuah / berguna bagi Tuhan.
Penutup.
Maukah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
saudara? Maukah saudara mati bagi diri saudara sendiri dan hidup untuk Tuhan?
Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar