LUKAS 16:19-31
Lazarus dan Orang kaya
I) Perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi?
Para penafsir
memperdebatkan apakah bagian ini merupakan suatu perumpamaan atau cerita yang
betul-betul terjadi.
Calvin: “Some look upon it as a simple
parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the
narrative of an actual fact” (= Sebagian orang memandangnya
sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya
menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi)
- hal 184.
II) Bagian yang kelihatan (ay 19-22a,23a).
Bagian yang
kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang dalam cerita ini (Lazarus dan orang
kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.
Sekarang mari
kita mempelajari beberapa hal dari bagian ini.
1) Kedua orang itu sama-sama adalah orang
Yahudi.
a) Untuk Lazarus itu terlihat
dari namanya.
Nama Lazarus
berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).
b) Untuk orang kaya ini terlihat dari:
·
ia menyebut Abraham dengan sebutan ‘bapa’
(ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan sebutan ‘anak’
(ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini tidak mungkin diartikan
dalam arti rohani (seperti misalnya dalam Luk 19:9), karena orang kaya ini
jelas bukan orang beriman. Jadi sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan
secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa orang kaya ini adalah keturunan
Abraham.
·
orang kaya ini mempunyai 5 saudara, dan Abraham
mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan
para nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk pada Perjanjian Lama.
Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan bahwa mereka adalah
orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau mereka adalah orang Yahudi, maka jelas
bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.
Catatan: para penafsir biasanya menyebut orang kaya
ini dengan sebutan ‘Dives’,
yang sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata
bahasa Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).
2) Kedua orang ini mempunyai 2 kehidupan yang
sangat kontras (ay 19-21).
a) Yang satu sangat kaya, yang
lain sangat miskin.
Dalam
terjemahan Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa Lazarus adalah seorang ‘pengemis’
(ay 20). Demikian juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis). Tetapi sebetulnya kata Yunani yang dipakai
hanyalah berarti ‘orang miskin’. Karena itu RSV/NASB yang menterjemahkan ‘a poor man’ (= seorang miskin),
merupakan terjemahan yang lebih benar.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang
miskin’ ini digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada beberapa
kata yang bisa diartikan ‘orang miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS,
tetapi artinya sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti
‘orang miskin’ tetapi ini menunjuk kepada orang miskin yang masih mempunyai
sedikit uang. Tetapi kata PTOCHOS menunjuk kepada orang miskin yang sama sekali
tidak mempunyai apa-apa.
Pulpit
Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam Mat 5:3 sebagai berikut:
·
“PTOCHOS,
in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty than
PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan
klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari
PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.
· “The
PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS
is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has nothing
superfluous, the PTOCHOS nothing at all”
(= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin sehingga ia mendapatkan
roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS
adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya
melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara
berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) -
hal 147.
Perbedaan ini
ditunjukkan secara menyolok dalam cerita tentang seorang janda miskin yang
memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam Luk 21:1-4. Dalam
Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi
dalam Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3
digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2
sekalipun janda itu miskin, tetapi ia masih mempunyai uang sedikit (2 peser),
dan karenanya digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan
semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam Luk 21:3 digunakan
kata PTOCHOS.
b) Yang satu ‘setiap
hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu’
(ay 21).
William Barclay: “In that time there were no knives, forks or
napkins. Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were
cleansed by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That
was what Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau
serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan
dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah
yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.
c) Yang satu mempunyai rumah;
yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay 20).
d) Yang satu berpakaian ‘jubah
ungu dan kain halus’ (ay 19a); yang lain bahkan tidak bisa
membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga anjing-anjing menjilati
luka-lukanya (ay 21b).
3) Kedua orang ini sama-sama mati (ay 22a,23a)!
Ditinjau dari
satu sudut, orang miskin lebih sukar mati dari orang kaya. Mengapa? Karena
orang kaya bisa membeli segala makanan yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk,
kolesterolnya naik, dan mudah terkena serangan jantung. Sedangkan orang miskin
makanannya sederhana sehingga relatif bebas dari bahaya itu.
Tetapi, ditinjau
dari sudut yang lain, orang miskin lebih mudah mati dibandingkan dengan orang
kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya sakit, ia dengan mudah membeli obat,
pergi ke dokter, bahkan kalau perlu berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan
penyakitnya. Tetapi kalau orang miskin sakit, apalagi dalam masa krismon
seperti sekarang, ia tidak bisa membeli obat atau pergi ke dokter, sehingga
cepat mati.
Tetapi apakah
seseorang itu kaya atau miskin, tua atau muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap
saja semua orang akan mati (bdk. Ibr 9:27 - “manusia ditetapkan
untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”).
Celakanya, kita
tidak tahu kapan kematian itu akan ‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada
hari ini, siapkah saudara?
4) Kedua orang ini sama-sama dikubur.
Memang untuk
orang kaya disebutkan penguburannya (ay 23a), sedangkan untuk Lazarus
tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya
pasti akan mengganggu banyak orang. Orang kaya diceritakan penguburannya
sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus dikubur secara sederhana, sedangkan
orang kaya dikubur dengan upacara yang hebat, peti mati yang mahal, kuburan
yang indah dsb.
Biasanya
manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di sini. Kematian dan penguburan
dianggap sebagai akhir segala-galanya. Andaikata cerita ini hanya berhenti
sampai sini, maka jelas bahwa semua orang menginginkan kehidupan orang kaya
itu, bukan kehidupan Lazarus. Karena itu manusia berusaha mati-matian untuk
kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam cerita ini, Yesus melanjutkan dengan
menunjukkan bagian yang tidak kelihatan, yang seringkali diabaikan orang.
III) Bagian yang tidak kelihatan / tidak diperhatikan (ay 22b,23b-31).
Bagian yang
tidak kelihatan ini diceritakan dalam ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya
jauh lebih panjang dari bagian yang kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam
hidup kita, kita harus lebih menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.
Bandingkan dengan 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam
hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.
Memang Kristus
juga berguna untuk hidup yang sekarang ini, tetapi yang terutama Ia berguna
untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau selama ini saudara mempercayaiNya
hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat jasmani, penolong dari kesukaran, dsb,
maka renungkan apa yang dikatakan oleh Paulus di sini! Percayalah kepada
Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi kehidupan saudara setelah kematian!
Dalam bagian
yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham
(ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya
adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang
diberikan oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham
seakan-akan ia adalah anak kecil. Gambarannya adalah bahwa ia ada dalam pelukan
Abraham. Ini menunjukkan ia ada di surga.
Sementara itu
orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’
(ay 23). Kata ‘alam maut’ ini menterjemahkan kata bahasa Yunani HADES, dan
di sini jelas artinya adalah ‘neraka’ [KJV/NIV: ‘hell’ (= neraka)], karena orang kaya
itu dikatakan ‘menderita sengsara’ (ay 23a), ‘sangat
kesakitan dalam nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat menderita’
(ay 25b). Orang kaya ini adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.
Apa yang bisa
kita pelajari dari semua ini?
1) Semua ini menunjukkan adanya kehidupan
setelah kematian.
Dan Kitab Suci
jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang sekarang ini singkat
(Maz 90:10 Yak 4:14),
sebaliknya hidup setelah kematian itu kekal. Karena itu bodohlah orang yang
menekankan kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan kehidupan yang akan
datang.
2) Dalam kehidupan setelah kematian itu hanya
ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Kalau saudara tidak masuk ke surga, maka
tidak ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena itu pastikan bahwa
saudara sedang menuju ke surga!
3) Setelah kematian, kita akan langsung
pergi ke surga atau ke neraka.
Ini bertentangan
dengan:
a) Pandangan yang menyatakan adanya api
pencucian (Roma Katolik).
Doktrin omong
kosong ini memang tidak pernah mempunyai dasar Kitab Suci kecuali yang
diputarbalikkan semaunya sendiri.
b) Kepercayaan tentang adanya tempat
penantian.
Orang yang
percaya akan adanya tempat penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai
kedatangan Yesus yang keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi
perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih
hidup (ay 28), dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang keduakalinya.
Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga. Jadi jelas bahwa
tidak ada tempat penantian.
Memang sebelum
kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa /
rohnya. Nanti pada saat Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging
/ orang mati dan barulah jiwa / roh dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang
itu masuk surga / neraka secara utuh (tubuh + jiwa / roh). Bdk. Mat 10:28.
c) Pandangan yang berkata bahwa
pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang
keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur
/ tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar!
4) Sekarang keadaan terbalik; dan kontrasnya
menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di dunia (ay
23-24).
5) Keadaan itu bersifat permanen / tidak bisa
berubah (ay 25-26).
Orang kaya itu
minta air (sekarang ia yang mengemis kepada Lazarus!), tetapi Abraham menolak
permintaan itu (ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak
terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa menyeberang,
baik dari surga ke neraka maupun dari neraka ke surga (ay 26). Ini
menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di surga dan sekali
masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!
Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the
unbelievers after death as a fixed state. The most important passage that comes
into consideration here is Luke 16:19-31.” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang
tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang
paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Kepermanenan di
surga / neraka ini bertentangan dengan:
a) Ajaran yang mengatakan adanya
‘second chance’ (= kesempatan kedua),
yang mengatakan bahwa kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka
nanti akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat
penantian. Juga ajaran Andereas Samudera,
yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati, rohnya bisa gentayangan dan
merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa diinjili dan bisa bertobat dan
diselamatkan. Ini semua adalah ajaran sesat, dan jelas bertentangan dengan
cerita ini, karena dalam cerita ini orang kaya itu langsung masuk ke neraka,
dan sekalipun di sana ia jelas sekali menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa
diselamatkan / diampuni!
b) Ajaran yang mengatakan bahwa
hukuman di neraka itu hanya bersifat sementara.
Saya ingin memberikan beberapa
kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26 yang diberi
judul ‘The Bridgeless Gulf’ (= Jurang
pemisah yang tidak mempunyai jembatan).
Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to
bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its
floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be
made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious
cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the
shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I
saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon
finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the
chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little
while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or
engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing
shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in
which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel
the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there
can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani
banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa
diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air
terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif
terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat
rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah
membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa
menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang
bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh
kepandaian dan teknologi man/; ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia
sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana
orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang
suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia
yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables
of Our Lord’, hal 414.
Charles Haddon Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for
ever”
(= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
‘The Parables of Our Lord’, hal 418.
Charles Haddon Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall
be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the
eternal Sabbath”
(= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya.
Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
‘The Parables of Our Lord’, hal
419-420.
Catatan:
kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.
Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so
nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to
dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the
fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm.
See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell;
it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet;
everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease,
there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is
no pause in hell’s torments”
(= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian
juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus
tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan
tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air
surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga
adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di
neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan,
tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin
topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya.
Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan,
tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan
neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work
of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables
of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with
God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are
unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity,
but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang
manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana
ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima;
ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang
menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the
celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without
relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without
end”
(= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah
penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan
tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III,
‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in
which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to
come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never
being spent”
(= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu
bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang,
murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan
dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Kalau ada saudara
yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata
Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum
terlambat!
6) Penyesalan tidak ada gunanya dalam kehidupan
setelah kematian (ay 27-31).
Kalau orang kaya
itu begitu ingin bahwa saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti
ia sendiri juga sangat ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata
aku dulu mau mempedulikan Injil yang diberitakan oleh pendeta / orang kristen
itu kepadaku ...’. Tetapi semua ‘andaikata’ ini
sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada Yesus, lakukanlah sekarang!
Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan tidak berguna!
Louis Berkhof: “It (Scripture) also
invariably represents the coming final judgment as determined by the things
that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way
on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa
penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging,
dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa
yang terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang
keduakalinya)] - ‘Systematic Theology’, hal 693.
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,
sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis
bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani memang digunakan
kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini.
Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti hanya tergantung pada apa yang
dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang
dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.
Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati
itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa
bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam
penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya
selama ia berada dalam tubuhnya.
IV) Mengapa Lazarus masuk surga dan orang kaya masuk neraka?
Apakah ini
disebabkan karena Lazarus miskin dan menderita selama hidupnya di dunia
sedangkan orang kaya hidup enak? Jadi setelah kematian keadaan lalu dibalik?
Bandingkan dengan ay 25 - “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau
telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang
buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Tidak, bukan itu alasannya. Abraham
kaya tetapi ia masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan
setelah mati lalu masuk neraka!
Kalau begitu karena apa?
1) Untuk
orang kaya.
a) Ia jelas mempunyai banyak dosa, termasuk dosa
pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.
William Barclay: “As someone said, ‘It was not what Dives did
that got him into gaol; it was what he did not do that got him into hell.’ ...
It is a terrible warning that the sin of Dives was not that he did wrong
things, but that he did nothing” (= Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang
dilakukan oleh Dives yang memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak
dilakukannya yang memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu
peringatan yang mengerikan bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal
yang salah, tetapi bahwa ia tidak melakukan apa-apa) - hal 214.
Bandingkan dengan:
·
Yak 4:17
- “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
·
Mat 25:41-45
- “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang
di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu
merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau
dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk
salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk
Aku”.
Karena itu pada saat memikirkan dosa,
jangan hanya memikirkan hal salah apa yang saudara perbuat, tetapi pikirkan
juga hal baik apa yang tidak saudara lakukan, seperti:
¨
tidak
ke gereja.
¨
tidak
belajar Firman Tuhan.
¨
tidak
berdoa.
¨
tidak
melayani Tuhan / memberitakan Injil.
¨
tidak
mengasihi Allah.
¨
tidak
menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
¨
dan
sebagainya.
b) Ia tidak percaya.
Dalam kontex
Kitab Suci maka jelaslah bahwa point b) ini harus lebih ditekankan dari pada
point a) di atas.
Semua orang
mempunyai banyak dosa, baik aktif maupun pasif. Itu tidak menghalangi mereka
masuk ke surga asal mereka mau percaya kepada Kristus. Tetapi orang yang tidak
percaya kepada Kristus, betapapun baik / saleh hidupnya dan betapapun
sedikitnya dosanya, akan masuk ke neraka, karena ia tetap adalah orang berdosa
yang harus dihukum untuk dosa-dosanya.
2) Untuk Lazarus.
Ia pasti juga
adalah orang berdosa, tetapi ia adalah orang yang percaya. Bandingkan dengan
Wah 20:15 - “Dan
setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan
itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Dalam cerita ini orang kaya itu tidak
mempunyai nama; itu menunjukkan ia bukan orang percaya. Lazarus mempunyai nama;
itu menunjukkan ia orang percaya. Sudahkah nama saudara tertulis dalam kitab
kehidupan?
V) Tanggapan kita.
1) Untuk orang yang belum percaya.
Cepatlah
bertobat dan percaya kepada Kristus. Kis 16:31. Yoh 3:16.
a) Jangan mencari mujijat dulu
baru mau percaya. Mengapa?
·
Karena Tuhan tidak selalu mau memberi mujijat.
Dalam kasus kelima saudara orang kaya itu, tidak dilakukan mujijat supaya
mereka bertobat. Bandingkan dengan 1Kor 1:22-23.
·
Ada mujijatpun tidak menjamin seseorang percaya
(ay 30-31).
Bandingkan
dengan Yoh 11:47-53 Yoh 12:9-11.
b) Kita mempunyai Kitab Suci lengkap,
bukan hanya Perjanjian Lama.
Dengan
Perjanjian Lama saja seseorang seharusnya sudah bisa percaya (ay 29-31),
dan kalau ia tidak percaya itu adalah salahnya sendiri. Apalagi bagi kita jaman
sekarang yang mempunyai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Kitab Suci ini
memberitahu kita tentang kematian Yesus untuk dosa-dosa kita dan bahwa dengan
percaya kepada Yesus kita pasti selamat. Karena itu cepatlah percaya, sebelum
terlambat.
2) Untuk saudara yang sudah percaya tetapi hidup
menderita.
Penderitaan bisa
disebabkan karena dosa. Jadi periksalah hidup saudara. Kalau memang ada dosa,
bertobatlah.
Tetapi
penderitaan belum tentu karena dosa. Bisa saja penderitaan muncul justru karena
saudara taat kepada Tuhan, seperti dalam kasus Ayub. Kalau ini kasus saudara,
maka jangan menganggap Tuhan tidal adil. Jangan hanya melihat bagian yang
kelihatan, lihatlah / renungkanlah bagian yang tidak kelihatan dalam cerita
ini.
Tetaplah ikut
Tuhan dalam suka maupun duka. Nanti saudara akan bertemu Dia dalam Kerajaan
Surga.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar