Pendahuluan
DOKTRIN REFORMED
I) Doktrin.
1) Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting.
Banyak orang
kristen tidak senang pada ajaran yang bersifat doktrinal karena ajaran yang
bersifat doktrinal dianggap bersifat teoritis dan tidak berhubungan dengan kehidupan
kita sehari-hari.
Seorang
Penginjil / Pendeta menulis surat
kepada seseorang, dan dalam suratnya ada kata-kata sebagai berikut: “Kita bertengkar soal ‘sedikit’ domba yang suka berpindah pindah padahal
ada ratusan juta tanpa kesaksian Injil, kita kedagingan ribut dengan ganas
soal2 doktrin yang benar dan membiarkan orang kafir, bingung dan binasa”. Kelihatannya,
Pendeta ini tidak terlalu peduli soal doktrin, dan ia rupanya beranggapan bahwa
satu-satunya yang penting adalah penginjilan.
Tetapi pandangan-pandangan
seperti ini salah sama sekali. Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting.
Mengapa?
a) Perlu
diingat bahwa ‘Injil’ itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat dok-trinal, dan
Injil merupakan fondasi yang paling dasari dari kekristenan.
Doktrin adalah
sesuatu yang sangat penting karena doktrin adalah seperti fondasi dan
tiang-tiang beton dari suatu bangunan.
b) Ajaran
doktrinal yang salah sangat mempengaruhi hidup kita.
·
Bisa membuat orang hidup dalam dosa.
Misalnya kalau
seseorang tidak percaya pada kebangkitan orang mati, ia akan hidup seenaknya
sendiri (1Kor 15:32).
· Bisa membingungkan orang kristen,
bahkan menggoncangkan imannya atau menyebabkan ia ragu-ragu apakah ia sudah
beriman atau tidak.
Misalnya ajaran
yang mengatakan bahwa orang yang mempunyai Roh Kudus harus berbahasa roh. Ini
akan menyebabkan orang yang sungguh-sungguh sudah percaya tetapi tidak
mempunyai bahasa roh menjadi ragu-ragu akan imannya sendiri.
·
Bisa menyebabkan orang kristen
menjadi gelisah, takut, kuatir.
Misalnya ajaran
Arminian yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, jelas bisa menimbulkan
kekuatiran dalam diri orang kristen yang mempercayai ajaran yang salah itu.
c) Perbedaan
antara kekristenan dan agama-agama lain, pada umumnya / hampir selalu terletak
pada perbedaan doktrinal. Dalam hal-hal yang bersifat etika / moral, sekalipun
ada perbedaan tetapi tidaklah terlalu banyak. Karena itu, kalau saudara adalah
orang kristen yang tidak senang pada doktrin, sebetulnya tidak ada bedanya bagi
saudara kalau saudara pindah ke agama lain.
d) Perbedaan
antara ajaran kristen yang alkitabiah dan injili dengan ajaran kristen yang
sesat / salah / tidak alkitabiah seperti Saksi Yehovah, Mormon, Liberalisme,
Roma Katolik, dsb, juga hampir seluruhnya terletak pada perbedaan doktrin.
Tanpa
pengertian yang baik tentang doktrin yang benar, maka kita dengan mudah bisa
disesatkan oleh berbagai macam ajaran sesat tersebut. Tetapi kalau kita
mengerti doktrin yang benar dengan baik, maka kita akan sukar sekali disesatkan
oleh ajaran-ajaran sesat itu. Karena itu doktrin adalah sesuatu yang sangat
penting, baik bagi gereja maupun bagi setiap individu kristen.
Sekalipun
pelajaran doktrinal itu penting tetapi:
a. Pengertian
doktrinal yang hanya bersifat intelektual tidak bisa menye-lamatkan siapapun
juga. Yang menyelamatkan hanyalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat!
Dalam prakata
dari buku ‘The Doctrine of God’ karya
Herman Bavinck, penterjemahnya yaitu William Hendriksen, mengutip kata-kata
Bavinck pada saat mau mati sebagai berikut:
“My learning does not help me now; neither does my
Dogmatics; faith alone saves me” (=
Pengetahuanku tidak menolongku sekarang; Dogma-ku juga tidak; hanya iman yang
menyelamatkan aku).
b. Jangan
bersikap extrim dengan hanya mau ajaran yang bersifat dok-trinal saja.
Ajaran-ajaran yang praktis, yang bersifat moral / etika, tentu juga sangat
penting!
Illustrasi: biarpun
daging itu adalah makanan yang penting dan bergizi, tetapi kalau saudara hanya
makan daging saja, tidak mau makan sayur, buah, nasi dsb, maka itu tentu tidak
baik. Demikian juga, sekalipun doktrin itu penting, tetapi kalau saudara hanya
belajar doktrin saja, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kristen
saudara. Saudara mungkin sekali akan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi pada jaman Yesus, yang hanya otaknya hebat, tetapi hidupnya
kacau balau.
2) Doktrin adalah pelajaran yang sukar.
Memang ada
doktrin yang mudah (seperti Injil), tetapi juga banyak doktrin yang sukar
(seperti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Eschatologi dsb). Ini
menyebabkan pelajaran doktrinal dalam gereja menjadi semakin jarang. Banyak
hamba Tuhan yang malas menyiapkan pelajaran doktrinal karena sukarnya pelajaran
itu. Dan ada juga hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya mau berjerih payah untuk menyiapkan
dan mengajarkan pelajaran-pelajaran doktrinal, tetapi karena jemaat tidak bisa
menerima-nya (karena tak terbiasa?), maka mereka akhirnya menuruti keinginan
jemaat dengan mengajarkan hal-hal yang sederhana / praktis saja. Tetapi ini
adalah sikap yang salah! Hamba Tuhan harus mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan
jemaatnya, bukan apa yang diinginkan oleh jemaatnya.
Illustrasi: kalau saudara
adalah orang tua yang baik, tentu saudara tidak akan selalu menuruti keinginan
anak saudara pada waktu mau makan. Saudara akan memberikan (bahkan memaksakan,
kalau perlu) apa yang dibutuhkan oleh anak saudara. Mungkin mengharuskannya
makan sayur, atau minum susu, atau minum vitamin dan bahkan obat, yang baginya
tentu saja tidak enak.
Kitab Suci jelas
menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki orang kristen mendapat pelajaran yang
sederhana terus menerus. Ini terlihat misalnya dari:
·
Mat 28:19-20 - Kata ‘murid’ dan
‘ajar’ secara implicit menunjukkan
bahwa harus ada peningkatan dalam pengajaran.
·
Ibr 5:11-6:1 Yoh 16:12 1Kor 3:2 juga menunjukkan bahwa harus
ada peningkatan pengajaran.
II) Reformed.
1) Apakah ‘Reformed’ itu?
Jangan
menyamakan / mengacau-balaukan istilah ‘Reformed’ dengan istilah ‘Reformer(s)’.
‘Reformer(s)’ menunjuk kepada tokoh-tokoh Refor-masi, seperti Martin Luther,
John Knox, Zwingli, John Calvin. Sedangkan ‘Reformed’ menunjuk pada aliran
yang mengikuti ajaran / theologia dari John Calvin. Karena itu ‘Reformed’ sebetulnya
sama dengan ‘Calvinisme’.
2) Apakah salah kalau seseorang mempunyai
aliran?
a) Banyak orang
kristen yang ‘alergi’ terhadap aliran, dimana mereka beranggapan bahwa orang
kristen / gereja tidak boleh mempunyai aliran, dan bahkan banyak yang
berpendapat bahwa kalau kita mempunyai aliran, kita adalah pengikut manusia. Karena
itu kalau ditanya alirannya, mereka akan menjawab ‘aliran Yesus Kristus’, atau
‘aliran Kitab Suci’. Jawaban seperti ini sekalipun kelihatannya saleh, tetapi
ini adalah jawaban dari orang yang tidak / kurang mengerti Kitab Suci /
Theologia.
b) Ada juga yang
berpendapat bahwa aliran menyebabkan gereja ter-pecah-pecah.
Tetapi semua
ini salah! Mengapa?
a) Harus diakui
bahwa ada orang yang memegang alirannya sedemikian rupa sehingga ia memang
mengikut manusia. Misalnya orang Cal-vinist yang secara membuta menganggap
bahwa Calvin benar dalam segala hal. Tetapi hal semacam ini tidak harus
terjadi. Orang yang mempunyai aliran tidak harus menjadi pengikut manusia. Saya
mengikuti theologia Calvin, karena saya beranggapan bahwa theologia Calvin itu
sesuai dengan ajaran Kristus / Kitab Suci (Bandingkan dengan 1Kor 11:1
dimana saudara akan melihat bahwa Paulus menyuruh orang Korintus mengikuti
dia, karena dia sendiri mengikuti Kristus). Disamping itu, menjadi seorang
Calvinist tidak berarti menerima segala sesuatu yang dipercayai / diajarkan
oleh Calvin. Tentu saja, kalau hal-hal besar dalam theologia Calvin ia tolak
(misalnya tentang Predestinasi atau Providence
of God), maka ia tidak bisa disebut sebagai seorang Calvinist). Tetapi bisa
saja seorang Calvinist menerima ajaran-ajaran pokok Calvinisme, tetapi dalam
persoalan yang kecil-kecil ia tidak setuju dengan ajaran Calvin (Misalnya:
mengapa Yunus marah dalam Yunus 4?).
b) Harus diakui
bahwa aliran memang bisa memecah gereja. Tetapi lagi-lagi hal itu sebetulnya
tidak perlu terjadi. Kita bisa berbeda aliran, dan menyadari perbedaan itu,
tetapi tetap bersatu karena kita menyadari bahwa semua orang kristen yang
sejati, dari aliran apapun ia berasal (asal bukan aliran sesat), adalah anak
Allah, sama seperti kita.
Illustrasi: suami dan
istri berbeda, tetapi bisa tetap bersatu dan saling mengasihi.
Bertentangan
dengan pandangan umum jaman sekarang yang anti aliran, saya berpendapat bahwa
orang kristen, apalagi hamba Tuhan, sebaiknya mempunyai aliran. Mengapa? Karena
kalau kita tidak mempunyai aliran, atau kita mempunyai aliran ‘gado-gado’, maka
biasanya terjadi perten-tangan dalam pandangan kita sendiri. Misalnya kalau
dari 5 pokok Calvin-isme, saudara hanya menerima 3, sedangkan yang 2 saudara
menerima pandangan Arminian, maka saya yakin akan terjadi kontradiksi /
ketidak-konsistenan antara 3 pokok yang saudara terima dan 2 pokok yang
sau-dara tolak itu.
III) Urut-urutan
belajar doktrin.
1) Theology - doktrin tentang Allah.
2) Anthropology - doktrin tentang manusia.
3) Christology - doktrin tentang Kristus.
4) Soteriology - doktrin tentang keselamatan.
5) Ecclesiology - doktrin tentang gereja.
6) Eschatology - doktrin tentang akhir jaman.
Sekalipun
urut-urutan ini tidak mutlak harus diikuti, tetapi akan sangat mem-bantu kalau
diikuti.
-o0o-
THE EXISTENCE OF GOD
(KEBERADAAN ALLAH)
I) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah.
1) Practical Atheist / Atheis praktis.
Ini adalah orang yang sekalipun
sebetulnya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak
ada (bdk. Ro 1:21). Mereka tidak berbakti kepada Allah ataupun memuliakan
Allah, sebaliknya mereka hidup untuk dunia dan dirinya sendiri. Di dalam
gerejapun ada banyak orang yang hidup seakan-akan Allah tidak ada, dan makin
mendekati akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya, makin banyak orang
‘kristen’ yang seperti ini! Bdk. 2Tim 3:1-5
Tit 1:16.
2) Theoretical Atheist / Atheis teoritis.
Ini adalah atheisme yang bersifat
intelektual dan berusaha untuk membe-narkan pernyataan bahwa Allah itu tidak
ada dengan menggunakan argu-mentasi yang bersifat rasionil. Biasanya
ketidakmampuan mereka dalam membuktikan keberadaan Allah dijadikan bukti
rasionil bahwa Allah tidak ada. Karena itu ada seseorang yang mengatakan:
“An
atheist is a man who looks through a telescope and tries to explain what he
can’t see”
(= Seorang atheis adalah seorang yang melihat melalui sebuah teleskop dan
mencoba menjelaskan apa yang tidak bisa ia lihat).
Contoh: Yuri Gagarin pergi ke ruang angkasa
dan tidak melihat Allah, lalu berkata Allah tidak ada.
Ada beberapa macam atheis teoritis:
a) Dogmatic atheist / atheis dogmatis.
Ini adalah orang yang secara
terang-terangan menyangkal adanya Allah atau sesuatu makhluk yang bersifat
ilahi.
Ini adalah atheis yang sejati /
sungguh-sungguh.
b) Sceptical atheist / atheis skeptis.
Ini adalah orang yang meragukan
kemampuan pikiran manusia untuk menentukan ada atau tidaknya Allah.
c) Critical
atheist / atheis kritis.
Ini adalah orang yang beranggapan bahwa
tidak ada bukti yang sah tentang keberadaan Allah.
Sekarang perlu dipersoalkan: adakah
orang yang betul-betul atheis (dogmatic
atheist)?
1) Ro 1:19-20 menunjukkan bahwa Allah
menanamkan dalam diri setiap orang suatu perasaan tentang keberadaannya.
Tetapi Ro 1:19-20 versi Kitab Suci
Indonesia
salah / kurang tepat ter-jemahannya, dan karena itu saya memberikan Ro 1:19-20
versi NASB di bawah ini.
Ro 1:19-20 (NASB): “because
that which is known about God is evident within them; for God made it
evident to them. For since the creation of the world His invisible attributes,
His eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood
through what has been made, so that they are without excuse” (= karena apa yang diketahui
tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah telah membuatnya nyata
bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam semesta, sifat-sifatNya yang
tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, telah terlihat dengan
jelas, dimengerti melalui apa yang telah diciptakan, sehingga mereka tidak
mempunyai alasan).
Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang
yang terlahir sebagai atheist. Ide / pemikiran tentang adanya Allah adalah
sesuatu yang bersifat universal, dan bahkan ada di antara suku-suku yang
bersifat primitif / biadab.
John
Calvin: “There is
within the human mind, and indeed by natural instinct, an awareness of
divinity. ... To prevent anyone from taking refuge in the pretense of
ignorance, God himself has implanted in all men a certain understanding of his
divine majesty. ... a sense of deity inscribed in the hearts of all”
(= Di dalam pikiran manusia, oleh suatu naluri yang bersifat alamiah, ada suatu
kesadaran tentang keilahian. ... Untuk mencegah siapapun untuk berlindung dalam
ketidaktahuan, Allah sendiri telah menanamkan dalam semua manusia suatu pengertian
tertentu tentang keagungan ilahinya. ... suatu perasaan tentang Allah
dituliskan dalam hati dari semua orang) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book I, Chapter III, no 1.
John
Calvin:
“Yet there is, as
the eminent pagan says, no nation so barbarous, no people so savage, that they
have not a deep-seated conviction that there is a God. And they who in other
aspects of life seem least to differ from brutes still continue to retain some
seed of religion. So deeply does the common conception occupy the minds of all,
so tenaciously does it inhere in the hearts of all! Therefore, since from the
beginning of the world there has been no region, no city, in short, no
household, that could do without religion, there lies in this a tacit
confession of a sense of deity inscribed in the hearts of all. Indeed, even
idolatry is ample proof of this conception. We know how man does not willingly
humble himself so as to place other creatures over himself. Since, then, he
prefers to worship wood and stone rather than to be thought of as having no
God, clearly this is a most vivid impression of a divine being. So impossible
is it to blot this from man’s mind that natural disposition would be more
easily altered, as altered indeed it is when man voluntarily sinks from his
natural haughtiness to the very depths in order to honor God!” (= ) - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book I, Chapter 3, no 1.
2) Manusia berusaha menekan perasaan yang
mengatakan bahwa Allah itu ada (Maz 10:4b
Maz 14:1 Maz 53:2).
Keadaan manusia yang rusak / sesat
secara moral dan keinginan manusia untuk menghindari Allah menyebabkan ia
membutakan dirinya dengan sengaja dan menekan naluri yang paling dasari dari
ma-nusia dan yang merupakan kebutuhan rohani yang terdalam (bdk. Yoh 3:19-20).
Seseorang mengatakan: “Fervid
atheism is usually a screen for repressed religion” (= atheisme yang sungguh-sungguh
biasanya merupakan layar dari agama yang ditekan).
Seseorang lain mengatakan: “Atheists
put on a false courage in the midst of their darkness and misappprehensions,
like children who, when they fear to go in the dark, will sing or whistle to
keep up their courage”
(= Orang atheis mengenakan / mengadakan suatu keberanian yang palsu di
tengah-tengah kegelapan dan kesalahmengertian mereka, seperti anak-anak yang
pada waktu takut berjalan dalam kegelapan, lalu menyanyi atau bersiul untuk
membangkitkan keberanian mereka).
Ini mirip seperti orang yang takut
mati, lalu tidak mau bicara tentang mati.
3) Bisakah
mereka berhasil?
a) Ada yang berkata bisa.
Louis Berkhof: “Surely, there
can be no doubt about the presence of theoretical atheists in the world. When
David Hume expressed doubt as to the existence of a dogmatic atheist, Baron
d’Holback replied: ‘My dear sir, you are at this moment sitting at table with
seventeen such persons’”
(= Jelas, tidak ada keraguan tentang adanya atheis teoretis dalam dunia ini.
Ketika David Hume menyatakan keragu-raguannya tentang adanya atheis dogmatis,
Baron d’Holback menjawab: ‘Tuan, saat ini engkau sedang duduk dengan 17 orang
seperti itu’) - ‘Systematic Theology’, hal 23.
b) Kebanyakan
berkata tidak bisa.
· John Calvin:
“Actual godlessness is impossible. Men
of sound judgment will always be sure that a sense of divinity which can
never be effaced is engraved upon men’s mind”
(= Ketidak-adaan Allah yang sungguh-sungguh adalah mustahil. Orang yang yang
mempunyai penilaian yang sehat akan selalu yakin bahwa suatu perasaan tentang
keilahian yang tidak pernah bisa dihapuskan diukirkan pada pikiran
manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book I, Chapter III, no 3.
·
Robert
L. Dabney tidak yakin ada orang / suku yang betul-betul atheist.
·
Herman
Bavinck:
“...
the Bible never makes any attempt to prove the existence of God but assumes this; and it presupposes all
along that man has an ineradicable idea of that existence” (= Alkitab tidak pernah berusaha
untuk membuktikan keberadaan Allah tetapi menganggap bahwa Allah ada; dan
Alkitab menganggap bahwa manusia mempunyai idee yang tidak dapat dihilangkan
tentang keberadaan Allah itu) - ‘The Doctrine of
God’, hal 14.
·
Sir
Francis Bacon:
“Atheism
is rather in the lip than in the heart of man” (= Atheisme lebih ada di bibir
dari pada dalam hati manusia).
·
Henry
More:
“In
agony or danger, no nature is atheist. The mind that knows not what to fly to,
flies to God”
(= Dalam penderitaan yang hebat atau bahaya, tidak ada manusia yang atheis.
Pikiran yang tidak tahu harus lari kemana, akan lari kepada Allah).
·
Seorang
lagi berkata:
“An
atheist is one who prays when he can think of no other way out of his trouble” (= Seorang atheis adalah orang
yang berdoa pada waktu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari problemnya).
·
Benjamin
Whichcote:
“Some
are atheists by neglect; others are so by affectation; they that think there is
no God at some times do not think so at all times” (= Beberapa orang adalah atheis
karena pengabaian; yang lain adalah demikian karena pura-pura; mereka yang pada
satu saat berpikir bahwa tidak ada Allah tidak selalu berpikir demikian).
·
Edward
Young:
“By
night, an atheist half believes in God” (= pada malam hari, seorang atheis setengah percaya
kepada Allah).
·
Seorang
lagi berkata:
“All
atheists are rascals, and all rascals are atheist” (= semua atheis adalah bajingan,
dan semua bajingan adalah atheis).
Karena itu kata-kata mereka tidak bisa
dipercaya!
II) Bukti-bukti rasionil tentang adanya Allah.
1) Ontological
Argument (Anselm, Descartes, Samuel Clarke).
Anselm berkata bahwa manusia mempunyai
idee tentang sesuatu makhluk yang sempurna secara mutlak. Keberadaan adalah
sifat dari kesempurnaan, dan karena itu makhluk yang sempurna secara mutlak itu
pasti ada.
Keberatan:
Kita tidak bisa menyimpulkan pikiran
yang abstrak menjadi keberadaan yang nyata. Fakta bahwa kita mempunyai ide /
gagasan / pemikiran tentang Allah belum / tidak membuktikan keberadaanNya
secara obyektif.
2) Cosmological
Argument.
Setiap benda yang ada di dunia ini
pasti mempunyai penyebab (cause), dan
karena itu alam semesta ini pasti juga mempunyai penyebab, dan penyebab itu
pastilah tidak terbatas besarnya, yaitu Allah.
Illustrasi:
·
Seorang
Rusia pergi ke USA
dan melihat alam semesta mini dan marah waktu diberi tahu bahwa semua itu tidak
ada yang membuat. Orang Amerikanya lalu berkata: ‘Kalau alam semesta mini ini
saja kamu tidak percaya bahwa tidak ada yang membuat, bagaimana mungkin kamu
percaya bahwa alam semestanya yang asli bisa ada tanpa ada yang membuat?’.
·
ada
pendeta yang bertanya: ‘Ayam dan telor, mana yang ada lebih dulu?’. Tidak
mungkin telor ada lebih dulu, karena siapa yang mengeraminya? Kalau ayamnya ada
lebih dulu, lalu dari mana ayam itu? Tidak bisa tidak, harus dijawab: ‘Dari
Allah’.
·
pendeta
yang sama bertanya: ‘Kamu asalnya dari mana?’. Dijawab: ‘Dari mama’. ‘Mamamu
dari mana?’. ‘Dari mamanya mama’. ‘Mamanya mama dari mana?’. Pertanyaan seperti
ini diteruskan sampai orangnya berkata : ‘Dari mama pertama’. Lalu ditanyakan:
‘Mama pertama dari mana?’. Kalau dia tidak mau mengakui ‘Dari Allah’, ia harus
mengakui bahwa mama pertama itu dari monyet (teori evolusi). Orang yang tidak mau
mengakui keberadaan Allah tidak bisa mempertahankan existensinya sebagai
manusia!
Keberatan:
Kant berkata bahwa kalau setiap benda
yang ada mempunyai penyebab, maka hal itu juga harus berlaku bagi Allah.
3) Teleological
Argument.
Dalam dunia / alam semesta kita melihat
adanya intelligence / kecer-dasan,
keteraturan, keharmonisan, dan tujuan.
Misalnya:
·
air
laut menguap --> jadi hujan --> menyuburkan tanah -->
kembali ke sungai --> kembali ke laut.
·
adanya
4 musim / 2 musim.
·
matahari
terbit dan terbenam.
·
peredaran
planet-planet.
·
O2 --> manusia --> CO2 --> tumbuh-tumbuhan --> O2.
Semua ini menyatakan secara tidak
langsung keberadaan dari suatu makhluk yang mempunyai intelligence untuk menciptakan dunia / alam semesta yang seperti
itu.
Illustrasi: adanya arloji menunjukkan pembuatnya
mempunyai intelligence.
Keberatan:
Kant berkata bahwa adanya tujuan dan intelligence / kecerdasan di dunia ini
menunjukkan adanya suatu makhluk yang mempunyai intelligence dan tujuan. Tetapi itu tidak / belum menunjukkan bahwa
makhluk itu adalah Allah / Pencipta.
Seorang lain berkata: Teleological
Argument ini hanya menunjukkan adanya suatu pikiran / mind yang mengontrol dunia / alam semesta.
4) Moral
Argument.
a) Suara hati / hati nurani yang bisa membedakan
baik dan jahat menun-jukkan adanya suatu hukum moral dalam hati, dan ini secara
tidak langsung menunjukkan adanya seorang Pemberi Hukum, dan Pemberi hukum ini
adalah Allah.
b) Adanya ketidakadilan dalam dunia ini, adanya
banyak dosa yang tidak dihukum, adanya orang-orang saleh yang menderita dan
orang-orang jahat yang hidup enak di dunia ini, menuntut / membutuhkan
penga-dilan. Secara tidak langsung ini menunjukkan akan adanya seorang Hakim
yang benar, yaitu Allah.
Keberatan:
Sekalipun argumentasi ini menunjukkan
keberadaan ‘seseorang’ yang suci dan adil, tetapi tidak bisa menunjukkan adanya
Allah, pencipta, atau makhluk yang sempurna secara mutlak.
5) Historical
/ Ethnological Argument.
Semua manusia mempunyai naluri tentang
adanya sesuatu yang ilahi. Karena hal itu bersifat universal, maka itu pasti merupakan sesuatu yang bersifat dasari
pada manusia. Dan kalau sifat dasar manusia itu mem-bawa manusia pada
penyembahan yang bersifat agama, maka pastilah ada suatu makhluk yang lebih
tinggi yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang religius. Makhluk yang lebih tinggi itu adalah Allah.
Keberatan:
·
kejadian
universal itu mungkin dimulai karena
kesalahan manusia yang mula-mula.
·
Sifat
beragama pada manusia itu kuat sekali pada orang primitif, tetapi jadi hilang
di kalangan orang beradab.
Kesimpulan dan evaluasi:
a) Tidak
satupun dari argumentasi tersebut di atas yang bisa memberi bukti yang
meyakinkan tentang adanya Allah.
b) Sekalipun
demikian, argumentasi-argumentasi tersebut mungkin bisa ber-guna untuk
orang-orang tertentu.
Ingat bahwa yang bisa memberi keberatan
adalah ahli-ahli filsafat, yang semuanya ‘gila’.
Contoh ke‘gila’an ahli filsafat: Saya
pernah mendengar cerita tentang Aristotle dan temannya, yang sebut saja bernama
si A. Suatu hari Aristotle pergi ke rumah temannya. Dari jendela Aristotle
sudah melihat bahwa si A ada di rumah. Lalu ia mengetok pintu dan seorang
pembantu muncul. Aristotle bertanya: ‘Si A ada?’. Pembantu masuk sebentar lalu
keluar lagi dan berkata: ‘Si A tidak ada’. Aristotle merasa dibohongi, tetapi
ia diam saja dan pergi. Suatu hari Si A pergi ke rumah Aristotle, dan setelah
mengetok pintu ternyata Aristotle sendiri yang membukakan pintunya. Si A
langsung menyapa ‘Hai Aristotle!’. Aristotle menjawab: ‘O kamu mencari
Aristotle? Aristotle tidak ada!’. Temannya menjadi marah, tetapi Aristotle lalu
menjawab: ‘Pada waktu aku pergi ke rumahmu, pembantumu mengatakan kamu tidak
ada dan aku percaya kepadanya. Bagaimana mungkin sekarang kamu tidak percaya
bahwa aku tidak ada, padahal bukan pembantuku, melainkan aku sendiri yang
mengatakan hal itu kepadamu’.
Sekarang pikirkan: gila atau tidak?
Seorang mengatakan:
“Philosophers
are people who talk about something they don’t understand and make you think it
is your fault!”
(= Ahli-ahli filsafat adalah orang-orang yang berbicara tentang sesuatu yang
tidak mereka mengerti dan membuat kamu berpikir bahwa itu adalah kesalahanmu!).
c) Orang
kristen tidak membutuhkan argumentasi-argumentasi tersebut.
Keyakinan akan adanya Allah didasarkan
pada penyataan Allah dalam Kitab Suci.
d) Orang
yang mau percaya akan adanya Allah dengan adanya bukti yang rasionil adalah
orang yang tidak menerima wibawa Kitab Suci.
-o0o-
The knowability of God
(Allah bisa dikenal)
I) Allah tidak dapat dimengerti, tetapi dapat
dikenal.
1) Kita
yang terbatas tidak dapat mengerti yang tidak terbatas.
Ayub 11:7 - “Dapatkan engkau memahami hakekat Allah, menyelami
batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?”.
2) Agnostics.
a)
Mereka
berkata bahwa pikiran manusia tidak dapat mengetahui / mengenal apapun yang melebihi
/ melampaui natural phenomena (kejadian alam) dan karena itu pikiran manusia
tidak tahu apa-apa tentang hal-hal ilahi.
b)
Sama
seperti Sceptics, mereka tidak mau disebut sebagai atheis karena mereka tidak
menyangkal keberadaan Allah.
c)
Mereka
mengatakan bahwa mereka tidak tahu apakah Allah ada atau tidak, dan kalau Allah
ada, mereka tidak tahu apakah Dia bisa dikenal atau tidak (sebagian Agnostics
berpendapat bahwa Allah tidak bisa dikenal).
II) Allah dapat dikenal karena penyataan diriNya.
1) Penyataan
umum (general revelation).
a) Melalui
hati nurani / pikiran (Ro 1:19-20).
Ro 1:19-20 (NASB): “because that
which is known about God is evident within them; for God made it evident
to them. For since the creation of the world His invisible attributes, His
eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood
through what has been made, so that they are without excuse” (= karena apa yang diketahui
tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah telah membuatnya nyata
bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam semesta, sifat-sifatNya yang
tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, telah terlihat dengan
jelas, dimengerti melalui apa yang telah diciptakan, sehingga mereka tidak
mempunyai alasan).
b) Melalui
alam semesta.
Dalam pasal pertama dari 12 Pengakuan
Iman Rasuli diakui bahwa Allah adalah Khalik / Pencipta seluruh langit dan bumi
(Kej 1:1-dst Neh 9:6 Maz 102:26
Kis 14:15b Kis 17:24a). Yang
dimaksud dengan ‘langit dan bumi’ adalah seluruh alam semesta (langit, bumi dan
segala isinya).
Apa yang bisa kita ketahui tentang
Allah dari alam semesta ini?
Pertama: Melalui alam semesta ini kita bisa melihat kemuliaan Tuhan
(Maz 19:2-3). Mengapa? Karena besarnya dan megahnya alam se-mesta yang
diciptakan oleh Tuhan menunjukkan kemahakuasaan dan kemuliaan Penciptanya.
Untuk bisa mengetahui hebatnya dan besar-nya alam semesta yang Allah ciptakan,
mari kita melihat:
1. Ukuran
dari benda-benda langit yang diciptakan oleh Allah itu.
·
bumi
punya garis tengah ± 8.000 mil (±
12.800 km).
·
matahari
punya garis tengah ± 860.000 mil (±
1.376.000 km).
·
bintang
Antares punya garis tengah ± 150 juta mil (± 240
juta km).
·
bintang
bernama IRS 5 yang mempunyai garis tengah ± 9,375 milyar mil (± 15
milyar km).
Jadi perbandingan garis tengah bumi,
matahari, Antares dan IRS 5 adalah: 1 : 108 : 18.750 : 1.171.875.
Dengan kata lain, kalau kita mau
menggambarkan bumi sebagai bola kecil dengan diameter 1 mm, maka kita harus
menggambar-kan matahari sebagai bola dengan diamater 10,8 cm, Antares se-bagai
bola dengan diameter 18,75 meter, dan IRS 5 sebagai bola dengan diameter hampir
1,2 km!
Kalau matahari dalamnya dikosongkan,
maka matahari bisa menampung sekitar 1,3 juta buah bumi! Kalau Antares
dikosong-kan, ia bisa menampung sekitar 5,26 juta buah matahari. Kalau IRS 5
dikosongkan, ia bisa menampung sekitar 244.000 Antares!
2. Memperkirakan
besarnya / luasnya alam semesta.
a. Besarnya
/ luasnya tatasurya kita.
Tatasurya kita terdiri dari 1 matahari
dengan 9 buah planet.
Jarak rata-rata Bumi - Bulan sekitar
384.400 km, atau ± 1,3 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 1,3
detik; cahaya mempunyai kecepatan 300.000 km / detik).
Jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar
150 juta km, atau ± 500 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 500
detik).
Jarak rata-rata Pluto (planet ke 9,
yang terjauh dari Matahari) - Matahari adalah 5,9 milyar km, atau sekitar
hampir 5,5 jam cahaya. Kalau bumi hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk
mengitari matahari 1 kali, maka Pluto membutuhkan waktu 284 tahun!
b. Besarnya
galaxy kita.
Dalam galaxy kita ada 200 milyar
bintang. Bintang yang terde-kat adalah Alpha Centauri yang berjarak 4-4,5 tahun
cahaya (Catatan: 1 tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya
dalam waktu 1 tahun = 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 km = 9,46 1012
km).
Galaxy berbentuk seperti cakram, yang
mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya, dengan ketebalan pada pusatnya 20.000
tahun cahaya. Volume galaxy sekitar 1 milyar kali lebih besar dari volume tata
surya.
c. Besarnya
alam semesta.
Dalam tahun 1999, diketahui sedikitnya
ada 125 milyar galaxy dalam alam semesta, dan jaraknya satu sama lain ada yang
mencapai jutaan tahun cahaya. Ini hanya yang bisa dilihat oleh manusia dengan
teleskop tercanggih manusia, yang bisa menyelidiki sampai jarak sedikitnya 5
milyar tahun cahaya. Lebih dari itu manusia tidak bisa melihat.
Catatan: data-data di atas ini diperolah dari
sumber-sumber ini:
·
Encyclopedia
Americana.
·
Halley’s
Bible Handbook.
·
Kenneth
N. Taylor, ‘Creation and Evolution’.
Setelah saudara melihat / merasakan
besarnya alam semesta, maka ketahuilah bahwa semua itu diciptakan oleh Allah
hanya dengan firmanNya.
Ibr 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa
alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah
terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (bdk. Maz 148:5).
Ini semua menunjukkan kemahakuasaan
Allah, dan karena itu tidak ada yang mustahil bagi Dia!
Yer 32:17 - “kataku: ‘Ah, Tuhan ALLAH!
Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatanMu
yang besar dan dengan lenganMu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil
untukMu’”.
Penerapan:
Kalau saudara mempunyai persoalan,
betapapun banyaknya dan beratnya persoalan itu, percayalah bahwa Allah bisa
memberes-kannya, dan bawalah persoalan itu kepada Allah dalam doa! Bdk.
2Raja 19:15 Kis 4:24.
Kedua: Melalui alam semesta ini kita bisa melihat kebaikan Allah.
Dalam Kis 14:17 dikatakan bahwa Allah menyatakan diriNya dengan
berbagai-bagai kebajikan, yaitu melalui pemberian hujan, musim-musim, dsb.
Sebetulnya ada banyak hal lain dari
alam semesta melalui mana kita bisa melihat kasih dan kebijaksanaan
Allah. Hal ini dinyatakan dengan begitu indah oleh David D. Riegle dalam
bukunya yang berjudul ‘Creation or
Evolution’, hal 18-21, dimana ia berkata:
1. Bumi (planet ke 3) terletak dalam jarak yang
tepat dari matahari, sehingga manusia bisa mendapatkan jumlah panas yang tepat
untuk mendukung kehidupannya. Mercurius (planet ke 1) dan Venus (planet ke 2)
terlalu dekat dengan matahari sehingga terlalu panas, sedangkan Mars sampai
Pluto (planet ke 4 - ke 9) terlalu jauh dari matahari sehingga terlalu dingin.
2. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan
yang tepat.
Kalau bumi berputar dengan kecepatan
sepersepuluh dari yang sekarang ini, maka waktu untuk pagi / siang dan malam
akan men-jadi sepuluh kali lebih panjang, sehingga pada pagi / siang hari
tanaman akan terbakar, dan malam hari akan menjadi begitu dingin sehingga
tanaman tidak bisa hidup.
3. Jarak
bumi bulan adalah sekitar 240.000 mil.
Andaikata bulan didekatkan sehingga
menjadi hanya 50.000 mil, maka air pasang yang sekarang tidak membahayakan ini,
akan merendam seluruh benua yang ada 2 x sehari!
4. Besarnya
bumi juga tepat.
Kalau bumi hanya sebesar bulan maka
gravitasinya hanya 1/6 dari yang sekarang, sehingga tidak bisa menahan baik
atmosfir maupun air.
Sebaliknya kalau diameter bumi
diduakalikan, maka gravitasi juga akan menjadi 2 x lipat, sehingga tekanan
atmosfir akan naik dari 15 menjadi 30 pounds / inci persegi. Ini akan
mempengaruhi secara serius semua kehidupan di bumi. Dan kalau diameter bumi
diperbesar sampai sebesar matahari, maka tekanan atmosfir akan menjadi lebih
dari 1 ton / inci persegi, sehingga tidak memungkin-kan adanya kehidupan.
5. Komposisi
atmosfir kita adalah 21 % oksigen dan 78 % nitrogen.
Kerapatan udara bisa berbeda antara di
gunung dan di pantai, tetapi perbandingan oksigen dan nitrogen itu selalu
tetap. Kalau nitrogennya atau oksigennya dinaikkan manusia akan mati.
Tidak heran dalam Amsal 3:19-20
dikatakan: “Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan
dasar bumi, dengan pengertian ditetapkanNya langit, dengan pengetahuanNya air samudera raya
berpencaran dan awan menitikkan embun”.
2) Penyataan
khusus (special revelation).
Adanya dosa menyebabkan:
a) Penyataan
umum menjadi kabur.
Misalnya:
·
adanya
bencana alam menyebabkan orang bertanya: ‘Kasihkah Allah itu?’.
·
adanya
banyak ketidakadilan menyebabkan orang bertanya: ‘Adilkah Allah itu?’.
·
adanya
banyak dosa / kebejadan moral menyebabkan orang bertanya: ‘Sucikah Allah itu?’.
b) Manusia
menjadi buta secara rohani.
Misalnya:
· pada
waktu melihat bintang, manusia bukannya melihat kemuliaan Allah, tetapi lalu
menggunakannya sebagai alat meramal.
·
manusia
menganggap dirinya berasal dari monyet.
Ini menyebabkan manusia tidak bisa
mengenal Allah melalui penyataan umum dan karena itu Allah lalu memberikan
penyataan khusus, yaitu:
¨ Kitab Suci / Firman Tuhan.
¨ Yesus Kristus.
(1Sam 3:7 Mat 11:27
Yoh 1:18 Yoh 14:7-9 Ibr 1:1-2).
Ada banyak hal yang tidak bisa diketahui
melalui penyataan umum tetapi bisa diketahui melalui penyataan khusus, misalnya
keberdosaan kita, penebusan oleh Yesus Kristus, dsb.
Penyataan umum dan penyataan khusus
tidak bisa / tidak boleh berten-tangan.
Kalau terjadi pertentangan, maka ada 2
kemungkinan:
1. Ilmu
pengetahuan tentang penyataan umum itu salah.
Misalnya: Teori evolusi bertentangan
dengan Kitab Suci. Dalam hal ini ilmu pengetahuan tentang penyataan umum itu
yang salah.
2. Penafsiran
tentang penyataan khusus itu salah.
Misalnya:
Orang kristen jaman dulu, berdasarkan Maz 19:2-7 (perhatikan khususnya ay
6-7), lalu berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi, dan ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan yang menyatakan bahwa bumilah yang mengelilingi
matahari. Dalam hal ini penafsiran dari Maz 19:2-7 itu yang salah. Perlu
dicamkan bahwa Alkitab tidak ditulis sebagai buku ilmiah, dan karenanya tidak
ditulis menurut cara ilmiah. Banyak bagian Alkitab yang ditulis menurut
pandangan mata manusia / sebagai-mana kelihatannya oleh mata manusia. Karena
dalam mata manusia kelihatannya mataharilah yang mengelilingi bumi, maka
demikianlah ditulisnya. Contoh lain dimana Kitab Suci menuliskan /
menggambarkan menurut pandangan mata manusia ialah Kej 1:14-16. Di sini
Allah menciptakan benda-benda penerang (matahari, bulan dan bintang-bintang),
dan dikatakan dalam Kej 1:16 bahwa matahari dan bulan adalah benda
penerang yang besar, dan ini secara implicit
/ tidak langsung berarti bahwa bintang-bintang adalah benda-benda penerang yang
kecil. Padahal kita tahu bahwa bintang-bintang itu jauh lebih besar dari bulan
dan bahkan dari matahari! Tetapi Kitab Suci tetap menulis begitu, karena Kitab
Suci menuliskan sebagaimana kelihatan oleh mata manusia (bintang kelihatan
kecil, matahari dan bulan kelihatan besar).
III) Fungsi Roh Kudus dalam pengenalan akan Allah.
Karena manusia itu buta rohani maka
penyataan khusus itupun belum cukup bagi manusia untuk bisa mengenal Allah. Di
sini letak peranan Roh Kudus.
1) Allah
dapat dikenal hanya dengan pertolongan Roh Kudus.
2) Roh
Kudus melahirkan kita kembali (regenerate)
dan menyucikan (sanctify) kita untuk
menghapuskan kebutaan rohani kita.
3) Roh
Kudus menerangi hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mengerti Firman Tuhan
dan melalui Firman Tuhan itu kita bisa mengenal Allah.
Karena itu kita harus banyak berdoa
(bersandar kepada Roh Kudus) untuk bisa mengerti Firman Tuhan dengan benar.
Firman Tuhan dan doa berhubungan sangat erat. Bdk. Kol 1:9-10 Fil 1:9
Maz 119:12,18,19,26, 33,34,64,68,73,124,125,135,169.
Tetapi juga perlu diwaspadai extrim
dari banyak orang yang tidak mau belajar dari manusia, dan hanya mau langsung
dari Allah. Ini salah, karena sekalipun Allah bisa mengajar langsung, tetapi Ia
juga menetap-kan hamba-hambaNya sebagai alat untuk mengajar jemaat (Ef
4:11-13).
IV) Peranan
iman dalam pengenalan akan Allah.
Allah hanya bisa dikenal oleh orang
yang mau menerima penyataan Allah tentang diriNya sendiri dengan iman. Dalam
penyataan Allah ini ada banyak hal-hal yang melampaui pengertian / akal kita,
seperti:
- doktrin Allah Tritunggal.
- Yesus Kristus yang adalah 100% Allah dan 100% manusia.
- Yesus ditinggal oleh Bapa (Mat 27:46).
- Allah tidak terbatas oleh waktu.
Hal-hal seperti itu harus diterima
dengan iman.
V) Diri Allah dan sifat-sifat Allah.
1) Diri
Allah / hakekat (essence) Allah.
Ini tidak bisa didefinisikan dan tidak
dapat dimengerti (incomprehensible).
2) Hubungan
antara diri Allah dan sifat-sifat Allah:
a) Kita tidak dapat mendapat pengetahuan tentang
diri (being) Allah ter-lepas dari
penyataan Allah tentang sifat-sifatNya (attributes).
b) Allah dan sifat-sifatNya adalah satu.
· Sifat-sifatNya
tidak boleh dianggap sebagai komponen-komponen yang membentuk Allah.
·
Kita
juga tidak boleh beranggapan bahwa hakekat Allah ada lebih dulu dari sifat-sifatNya
dan lalu sifat-sifatNya ditambahkan kepada hakekat Allah itu.
· Kita
tidak boleh memisahkan hakekat ilahi (divine
essence) dan sifat-sifat ilahi (divine
attributes).
Dalam theologia selalu dikatakan bahwa
sifat-sifat Allah adalah Allah sendiri. Karena hubungan yang begitu dekat
antara diri Allah dan sifat-sifat Allah, maka dapat dikatakan bahwa mengetahui
tentang sifat-sifat Allah berarti mengetahui hakekat Allah.
3) Sekalipun
melalui penyataan Allah kita bisa mendapat pengetahuan tentang diri Allah, pengetahuan
kita terbatas.
Mengapa?
a) Karena dalam penyataanNya, bahkan dalam
penyataan khususNya, Allah tidak menyatakan diriNya secara keseluruhan (ada
banyak yang Dia rahasiakan).
b) Karena pikiran kita terbatas sehingga tidak
bisa mengerti penyataan Allah dengan sempurna.
-o0o-
Sifat-sifat Allah
I) Sifat-sifat
yang tak dapat diberikan (Incommunicable
attributes).
A) Self existence (= ada
dari dirinya sendiri).
1) Karena Allah itu ada dari diriNya sendiri,
maka ini menunjukkan bahwa Ia mempunyai sifat independent (= tak tergantung).
Apa saja yang independent?
·
Diri
/ keberadaan Allah.
Yoh 5:26 - “Sebab
sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga
diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri”.
·
Sifat-sifatNya.
·
pikiranNya.
Ro 11:33-34 - “(33)
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!
(34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah
menjadi penasihatNya?”.
·
ketetapan-ketetapanNya
/ rencanaNya / kehendakNya.
Daniel 4:35 - “Semua
penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap
bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat
menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.
Ef 1:5 - “Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
Wah 4:11 - “‘Ya
Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa;
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu
semuanya itu ada dan diciptakan.’”.
Ro 9:10-18 - “(10)
Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari
satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya
rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan,
tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua
akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi
Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada
Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas
kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16)
Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi
kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun:
‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan
kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18)
Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia
menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.
·
tindakanNya
(Maz 115:3).
Maz 115:3 - “Allah
kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”.
2) Karena Allah adalah satu-satunya yang
mempunyai sifat self-existent, dan
segala sesuatu yang lain di luar diri Allah ada hanya melalui Dia dan
dipelihara olehNya, maka ini juga berarti bahwa segala sesuatu tergantung
kepada Dia (Maz 94:17-19 Neh 9:6
Maz 104:27-30
Kis 17:28 1Tim 6:13 Ibr 1:3).
B) Immutability (= sifat
tetap / tidak bisa berubah).
1) Kesempurnaan Allah menyebabkan Dia tidak bisa
berubah, baik diriNya (Maz 102:26-28 Mal
3:6 Yak 1:17) maupun tujuan / maksud /
janji-janjiNya (Yes 14:24,27 Yes 46:10).
Allah tidak bisa menjadi makin baik
atau makin jelek, karena hal itu menunjukkan Ia tidak sempurna.
Tetapi perlu dingat bahwa sekalipun
Allah tidak berubah, tetapi:
a) TindakanNya bisa berubah, dalam arti, bisa
saja Ia tidak mau melakukan lagi apa yang dulu pernah Ia lakukan.
Misalnya:
·
dulu
Ia pernah menghancurkan manusia dengan air bah, tetapi Ia berjanji tidak akan
mengulang hal itu (Kej 9:12-16).
·
dulu
Ia pernah memimpin Israel
menggunakan tiang awan dan tiang api, tetapi dalam sepanjang Kitab Suci, Ia
tidak pernah mengulangi tindakan itu.
b) CaraNya
bisa berubah (Ibr 1:1).
Karena itu jangan menggunakan
ketidak-bisa-berubahan Allah ini sebagai dasar untuk berkata bahwa kalau dulu
Ia membangkitkan orang mati, sekarang Ia pasti juga membangkitkan orang mati,
kalau dulu Ia berfirman dengan menggunakan mimpi, malaikat dsb, maka sekarang
Ia pasti juga melakukan hal yang sama. Ini salah!
2) Manusia bisa berubah dan hubungan antara
Allah dan manusia bisa berubah, tetapi Allah sendiri tidak bisa berubah.
C) Infinity (=
ketidakterbatasan).
Beberapa aspek
dari ketidak-terbatasan Allah:
1) KesempurnaanNya yang mutlak (His absolute perfection).
KesempurnaanNya menjadi sifat dari
semua sifat-sifat yang dapat diberikan (Communicable
attributes). Jadi, kuasa Allah, kesucian Allah, pengetahuan Allah, hikmat
Allah, kasih / kebenaran Allah itu sempurna.
KesempurnaanNya menyebabkan Ia tidak
mempunyai batas ataupun cacat cela (Ayub 11:7-9
Maz 145:3 Mat 5:48).
2) KekekalanNya
(His eternity).
Ini adalah ketidak-terbatasan Allah di
dalam hal waktu.
KekekalanNya berarti:
·
Ia
ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya (Maz 90:2 Maz 102:13
Wah 1:8,17).
·
Ia
tidak terbatas oleh waktu / Ia melampaui semua batasan waktu (2Pet 3:8). Ia
tidak mempunyai waktu lampau, sekarang, atau akan datang.
Ada orang yang mengatakan: “He
is the eternal ‘I am’”
(= Ia adalah ‘I am’ yang kekal).
Bdk. Yoh 8:58 (NIV): ‘Before Abraham was born, I am’.
3) Kebesaran
/ keluasan Allah (His immensity).
Ini adalah ketidak-terbatasan Allah di
dalam hal tempat.
Artinya:
a)
Ia
melampaui semua batasan-batasan tempat (1Raja-raja 8:27 Yes 66:1
Yer 23:24b).
b)
Ia
ada / hadir di setiap tempat dengan seluruh
keberadaanNya / seluruh diriNya (His whole being) (Kis
17:27-28 Yer 23:23 Maz 139:7-10
Mat 18:20 Mat 28:20 Yoh 1:18
Yoh 14:23).
Jadi, jangan membayangkan seakan-akan
Allah adalah seperti gas yang menyebar, sebagian ada di sini dan sebagian ada
di situ. Juga jangan membayangkan seakan-akan Allah seperti raksasa yang besar,
dimana di sini hanya ada tangannya, di situ hanya ada kakinya dsb.
Yang benar adalah: seluruh Allah ada di
mana-mana. Hati-hati dengan ajaran sesat yang mengatakan bahwa yang maha ada /
ada dimana-mana itu bukanlah Allahnya, tetapi kehendak Allah atau kuasa Allah
atau pengetahuan Allah. Ini salah / sesat! Yang maha ada adalah Allahnya
sendiri.
Kita tidak perlu merasa menghina Allah
kalau kita mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana, bahkan ditempat-tempat yang
kotor (got, tempat sampah, dsb), dan di neraka sekalipun!
Ada orang yang bertanya: ‘Where is God?’ (= dimanakah Allah?)
yang lalu dijawab dengan pertanyaan: ‘Where
is He not?’ (= dimana Ia tidak ada?).
Kalau dalam Kitab Suci dikatakan Allah
datang, pergi, turun, naik, dsb (Kej 11:5-7
Hakim-hakim 13:20), itu semua hanyalah bahasa Anthropomorphism (= bahasa
yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).
Kalau dikatakan bahwa dosa memisahkan
manusia dengan Allah, maka itu hanya menunjukkan perpisahan rohani, bukan
secara jasmani / fisik.
Dalam kemahadaaan Allah ini terlihat
sifat ‘transcendent’ dan ‘immanent’ dari Allah.
·
‘Transcendent’ artinya: ‘that exists apart from the material universe’ (= yang ada di luar
alam semesta yang bersifat materi).
Deisme hanya menekankan sifat transcendent dari Allah.
·
‘Immanent’ merupakan lawan kata dari ‘transcendent’, artinya: ‘present throughout the universe’ (= ada
/ hadir di setiap tempat dalam alam semesta).
Berlawanan dengan Deisme, maka
Pantheisme hanya menekan-kan sifat immanent
dari Allah.
Baik Deisme maupun Pantheisme adalah
salah / sesat, karena Allah mempunyai kedua sifat ini, dan ini terlihat dengan
jelas dalam Yer 23:23.
Istilah ‘immensity’ hampir sama dengan ‘omnipresence’
(= kemaha-adaan), tetapi:
¨ Immensity lebih menekankan ‘Allah tidak dibatasi
tempat’.
¨ Omnipresence lebih menekankan ‘Allah ada di
mana-mana dengan seluruh keberadaanNya / diriNya’.
Sekalipun Allah itu ada / hadir
dimana-mana, tetapi Allah tidak hadir di semua tempat dengan tingkat, arti,
dan sikap yang sama.
Louis Berkhof: “This does not
mean, however, that He is equally present and present in the same sense in all
His creatures”
(= Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia hadir secara sama dan hadir dalam arti
yang sama dalam semua makhluk ciptaanNya) - ‘Systematic
Theology’, hal 61.
Herman Bavinck: “He is not
present in the same degree and manner everywhere” (= Ia tidak hadir dalam tingkat
dan cara yang sama di mana-mana) - ‘The Doctrine of
God’, hal 157.
Misalnya:
*
KehadiranNya
di surga berbeda dengan di bumi.
*
KehadiranNya
pada benda berbeda dengan kehadiranNya pada binatang.
*
KehadiranNya
pada binatang berbeda dengan kehadiranNya pada manusia.
* KehadiranNya
pada orang kafir berbeda dengan kehadiranNya pada orang kristen.
*
KehadiranNya
pada orang kristen yang tidak memberitakan Injil berbeda dengan kehadiranNya
pada orang kristen yang mem-beritakan Injil (bdk. Mat 28:19-20).
*
KehadiranNya
pada orang kristen / gereja berbeda dengan kehadiranNya pada diri Kristus
sendiri (Bdk. Yoh 3:34 dan Kol 2:9 dengan Yoh 1:16).
Illustrasi: Polisi hadir bersama presiden maupun
bersama penjahat, tetapi waktu hadir bersama presiden, ia hadir dengan sikap
hormat dan bertujuan melindungi, sedangkan waktu hadir bersama penjahat, ia
hadir untuk mengawasi supaya penjahat itu tidak lari. Ini jelas menunjukkan
cara hadir yang berbeda.
Penerapan:
à
Kalau
kita berdoa: ‘Tuhan, hadirlah dalam kebaktian ini’, maka itu tidak berarti
bahwa kalau kita tidak berdoa Ia lalu tidak hadir. Ten-tu saja Ia sudah hadir.
Tetapi kalau Ia sudah hadir, untuk apa kita meminta Ia hadir lagi? Supaya Ia
lebih hadir, dan supaya Ia hadir dengan cara yang berbeda, yang menguntungkan
kita, yaitu hadir untuk melindungi kita dari setan, untuk menguasai dan
menerangi hati dan pikiran kita, dan untuk memberkati kita.
à
Untuk
orang kristen yang betul-betul hidup sesuai kehendak Tu-han, sifat maha ada
dari Allah ini menyenangkan dan memberi damai / sukacita. Untuk orang kristen
yang berdosa, ini tidak me-nyenangkan. Untuk orang kafir, ini mengerikan!
Karena itu setiap mau berbuat dosa, baik berdusta, menipu, ngerpek, berzinah,
dsb, pikirkan bahwa Allah itu ada di dekat saudara dan mengawasi saudara!
D) The Unity of God (=
Kesatuan Allah).
Louis Berkhof membedakan 2 macam
kesatuan:
1) Unitas
Singularitatis.
Ini menekankan:
a) Allah
itu hanya satu (Ul 6:4 1Raja-raja
8:60 1Kor 8:6 1Tim 2:5).
b) Allah
itu unik, tidak ada yang seperti Dia (Kel 15:11
Yes 46:9).
Keunikan Allah ini menyebabkan berhala
itu dilarang.
2) The
Unitas Simplicitatis.
Ini menekankan bahwa Allah itu tidak
terbagi-bagi atas komponen-komponen yang membentuk Allah. Berbeda dengan
manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, dan tubuhnya terdiri dari
daging, tulang, darah, dsb, maka Allah tidak terdiri dari komponen-komponen
seperti itu.
Ingat bahwa:
a) 3 pribadi dalam Allah Tritunggal bukanlah 3
bagian yang memben-tuk hakekat ilahi. Ke tiga pribadi ini sekalipun bisa
dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan.
b) Sifat-sifat Allah dan hakekat ilahi juga
tidak terpisahkan.
II) Sifat2
yang dapat diberikan (Communicable
attributes).
A) Personal Spirit (= Roh
yang berpribadi).
1) Kepribadian
Allah.
a) Kepribadian yang sempurna hanya ada pada diri
Allah sedangkan kepribadian manusia hanyalah suatu ‘copy’ dari kepribadian
Allah.
b) Tiga kepribadian dalam Allah tidak mempunyai
analogi dalam diri manusia.
Ada yang menganalogikan tiga kepribadian
dalam Allah itu dengan Trichotomy (doktrin yang mengatakan bahwa manusia
terdiri dari 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa, dan roh). Tetapi ini salah, karena
berten-tangan dengan banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan bah-wa manusia
terdiri hanya dari 2 bagian, yaitu ‘tubuh’ dan ‘jiwa atau roh’. Ini dibahas
dalam Anthropology (Doktrin Manusia).
2) Allah adalah Roh (Yoh 4:24).
a) Allah adalah Roh.
Malaikat dan setan juga adalah roh.
Manusia juga mempunyai roh. Tetapi semua itu berbeda, karena Allah adalah Roh
yang sem-purna.
b) Allah adalah seseorang yang tidak bersifat
materi dan karena itu Ia tidak bisa terlihat (1Tim 1:17 1Tim 6:15-16).
Tetapi pada saat Ia menghendaki, maka
Ia bisa menampakkan diri.
B) Omniscience (=
Kemahatahuan).
1) Bahwa Allah itu maha tahu dinyatakan secara
jelas dalam 1Sam 2:3 Yes 40:27-28.
2) Berbeda dengan pengetahuan pada manusia,
pengetahuan Allah tidak didapatkan dari luar diriNya, melalui pengamatan /
penyelidikan atau melalui proses berpikir (bdk. Ro 11:33-34).
3) Pengetahuan Allah sempurna, dalam arti:
a) Pengetahuan Allah tidak bisa salah.
b) Allah mengetahui segala sesuatu.
·
DiriNya
sendiri.
·
Hal-hal
di waktu lampau, sekarang, maupun yang akan datang (Yes 42:9 Mat 6:8).
·
Hal-hal
yang tersembunyi (1Sam 16:7 1Taw
28:9 Ayub 34:21-22 Maz 68:18
Maz 139:11-12 Yes 29:15).
C) Wisdom (= Hikmat /
kebijaksanaan Allah).
Hikmat Allah
adalah aspek khusus dari pengetahuan Allah.
Pengetahuan tidak sama dengan hikmat,
tetapi keduanya berhubungan sangat erat (Amsal 8 Ro 11:33-34). Baik hikmat maupun
pengetahuan Allah adalah sempurna.
Definisi hikmat:
·
H.
B. Smith: “Sifat Allah dengan mana Ia
menghasilkan hasil yang terbaik dengan menggunakan jalan yang terbaik”.
·
Louis
Berkhof: “the
perfection of God whereby He apllies His knowledge to the attainment of His
ends in a way which glorifies Him most” (= Kesempurnaan Allah dengan mana Ia menerapkan
pengetahuanNya untuk mencapai tujuanNya melalui jalan yang paling memuliakan
Allah) - ‘Systematic Theology’, hal 69.
D) Goodness (= Kebaikan
Allah).
Beberapa aspek dari kebaikan Allah:
1) Kebaikan Allah kepada ciptaanNya secara umum
(Maz 36:6-7 Maz 104:21 Maz 145:9,15,16 Mat 5:45
Mat 6:26 Luk 6:35 Kis 14:17).
2) Kasih Allah.
a)
Allah
tetap mengasihi orang berdosa sekalipun Ia membenci dosa-nya (Yoh 3:16).
b)
Allah
mengasihi orang percaya dengan kasih yang khusus (Ro 9:13). Sifat adil
tidak berarti bahwa Allah mengasihi / memberi secara sama rata (bdk.
Mat 20:1-16, perhatikan khususnya ay 13)! Ayat-ayat Kitab Suci
seperti 1Kor 10:13 Ro 8:28 Yer 29:11 berlaku hanya untuk orang
percaya / pilihan.
3) Kasih
karunia Allah (The grace of God).
a)
Kasih
karunia adalah pemberian kebaikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak
berlayak menerimanya.
b)
Kasih
karunia Allah adalah sumber segala berkat rohani yang diberikan kepada manusia
(Ef 1:6-7 Ef 2:7-9).
4) Belas
kasihan / rakhmat / kemurahan hati Allah (The
mercy of God).
a)
Ini
adalah kebaikan / kasih Allah yang ditunjukkan kepada mereka yang ada di dalam
kesukaran / kesengsaraan, sekalipun kesukar-an / kesengsaraan itu diakibatkan
oleh dosa mereka.
b)
Ini
berhubungan erat dengan kasih karunia.
5) Kepanjang-sabaran
Allah (The long suffering of God).
a)
Ini
adalah kebaikan / kasih Allah terhadap orang-orang yang terus berbuat dosa
sekalipun sudah diperingatkan.
b)
Sifat
ini dinyatakan dengan menunda penghukuman (Ro 2:4 Ro 9:22
2Pet 3:9,15). Tetapi kalau adanya penundaan hukuman itu terus tidak
mentobatkan orang yang berdosa itu, maka Allah akan melaksanakan keadilanNya
dengan menghukum orang itu (Nahum 1:3 Ro
2:5-11).
E) Holiness (= Kekudusan).
1) Kekudusan
berarti ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’.
Kalau kita mengatakan bahwa Allah itu
kudus, maka itu bisa berarti:
a) Diri Allah memang berbeda dengan seluruh
ciptaanNya (Kel 15:11
1Sam 2:2). Yang dimaksud di sini bukan hanya berbeda dalam sifat
moral, tetapi bahwa diri Allah memang berbeda dengan ciptaanNya.
b) Allah terpisah dari dosa / kejahatan moral.
Ini menyebabkan:
·
Allah
tidak bisa berhubungan dengan dosa (Ayub 34:10 Yes 59:1-2
Hab 1:13 1Yoh 1:5 1Yoh 3:5).
·
Allah
tidak bisa berbuat dosa / kejahatan moral (Tit 1:2 Ibr 6:18
2Tim 2:13).
2) Perwujudan dari kekudusan Allah.
a) Kekudusan Allah dinyatakan dalam hukum moral
yang ditanamkan dalam hati manusia / hati nurani (Ro 2:15).
b) Kekudusan Allah dinyatakan secara khusus
dalam hukum-hukum dalam Firman Tuhan / Kitab Suci. Karena itu jangan heran dan
menganggap Allah itu tidak masuk akal karena Ia memberikan hukum-hukum yang
begitu tinggi seperti Mat 5:28,44 dsb. Sebetul-nya hukum-hukum itu tidak
terlalu tinggi andaikata manusia tidak jatuh ke dalam dosa. Tetapi setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, semua manusia dikuasai oleh dosa, dan condong
kepada dosa sehingga tidak lagi mampu melakukan hukum-hukum Tuhan itu. Tetapi
melihat hal ini Tuhan tidak lalu menurunkan tingkat hukum-hukumNya, karena kalau
Ia melakukan hal ini maka itu menunjuk-kan bahwa Ia tidak kudus / kurang kudus.
c) Kekudusan Allah dinyatakan melalui pahala
yang Allah berikan kepada orang-orang yang mentaati hukum-hukumNya.
d) Kekudusan Allah dinyatakan melalui hukuman
yang Ia berikan kepada orang-orang yang melanggar hukum-hukumNya.
e) Kekudusan Allah dinyatakan oleh Yesus yang
disebut sebagai ‘Yang Kudus dan Benar’ (Kis 3:14). Yesus menyatakan kekudusan
Allah melalui hidupNya yang suci.
f) Kekudusan Allah dinyatakan dalam Gereja sebagai
tubuh Kristus (1Pet 1:15-16 1Yoh 2:6).
F) Righteousness (=
Kebenaran).
Kebenaran sebetulnya berarti suatu
ketaatan yang ketat terhadap hukum. Karena itu banyak orang yang berpendapat
bahwa kita tidak bisa berbicara tentang kebenaran dalam Allah karena tidak ada
hukum di atas Allah. Tetapi sekalipun tidak ada hukum di atas Allah, pastilah
ada hukum di dalam diri Allah sendiri (bdk. 2Tim 2:13).
G) Justice (= Keadilan).
1) Keadilan
yang menguntungkan (Remunerative justice).
Ini dinyatakan dengan memberikan pahala
kepada manusia. Hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari kasih ilahi.
Pahala diberikan, sebenarnya bukan karena kita betul-betul berjasa dan layak
meneri-manya (Luk 17:10), tetapi karena adanya janji Allah (Ul 7:9,12-13 Maz 58:12
Mat 25:21,34 Ro 2:6-7).
2) Keadilan
pembalasan (Retributive justice).
Ini berhubungan dengan pemberian
hukuman sebagai perwujudan dari murka Allah (Ro 2:8-9 Ro 12:19
2Tes 1:8-9). Perlu diperhatikan bahwa sekalipun manusia tidak berhak
/ tidak layak menerima pahala, tetapi ia betul-betul layak menerima hukuman.
Keadilan Allah ini mengerikan bagi
orang yang tidak percaya, tetapi menjamin orang percaya bahwa mereka tidak akan
bisa dihukum, karena hukuman telah dipikul oleh Kristus.
Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks
back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any
penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and
tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as
to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a
substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very
principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that
it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous
that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of
our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a
substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for
me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be
punished”
(= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang
dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang;
karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil
/ remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa
begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang,
tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke
dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah
diterangi untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa
haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi
tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa
Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan
dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa,
sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah
menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil /
benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa
dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25,
morning.
H) Sovereignty (=
Kedaulatan).
Kitab Suci menekankan kedaulatan Allah
dengan menyatakan bahwa:
·
Allah
adalah pencipta segala sesuatu.
·
Kehendak
Allah merupakan penyebab segala sesuatu.
·
Langit,
bumi dan segala isinya adalah milik Allah.
·
Allah
mempunyai hak / wewenang atas segala ciptaanNya.
·
Allah
menentukan tujuan segala sesuatu.
·
Segala
sesuatu tergantung kepada Dia dan tunduk kepada Dia.
·
Ia
memerintah sebagai raja dalam arti yang mutlak.
Dasar Kitab Suci:
Kej 14:19-20 Kej 50:20 Kel 18:11 Ul 10:14,17 1Taw 29:11-12
2Taw 20:6 Neh 9:6 Maz 22:29 Maz 47:3-5,8-9 Maz 50:10-12 Maz 95:3-5 Maz 115:3 Maz 135:5-7 Luk 1:51-53 Kis 17:24-26 Wah 19:6.
Ada 2 hal yang penting dalam hal
kedaulatan Allah ini:
1) Kehendak
Allah yang berdaulat (the sovereign will
of God).
a) Macam-macam
kehendak Allah:
1. Kehendak Allah yang menunjuk pada
prinsip-prinsip kehidupan yang Ia berikan kepada manusia, dan ini mencakup baik
pe-rintah-perintah maupun larangan-larangan dari Allah untuk manusia.
Kehendak yang ini sering tidak terjadi,
karena manusianya tidak taat.
2. Kehendak Allah yang menunjuk pada hal yang
menyenangkan Allah kalau hal itu terjadi (1Tim 2:3-4 2Pet 3:9).
3. Kehendak Allah yang menunjuk pada RencanaNya
yang telah Ia tetapkan dalam kekekalan.
Kehendak yang ini:
·
pasti
terlaksana dan tidak mungkin digagalkan oleh apapun / siapapun juga
(Ayub 23:13 Ayub 42:1-2 Maz 33:10-11 Yes 14:24-27
Yes 46:10-11 Ibr 6:17).
·
ada
yang tersembunyi, dan yang ini bukan dasar hidup kita (Ul 29:29).
Kehendak
Allah yang kita bicarakan di sini adalah kehendak Allah dalam arti yang ke 3.
b) Kehendak
Allah adalah penyebab dari segala sesuatu:
·
penciptaan
dan pemeliharaan (Maz 135:6-7 Wah
4:11).
·
pemerintah
(Amsal 21:1 Daniel 4:35 Ro 13:1).
·
penderitaan
Kristus (Luk 22:22 Kis 2:23 Kis 4:27-28 1Pet 1:20).
·
regeneration / kelahiran baru (Yak 1:18 Yoh 3:8).
·
pengudusan
(Fil 2:13).
·
penderitaan
orang percaya (1Pet 2:19 3:17 4:19).
·
kehidupan
dan nasib manusia (Ro 15:32 Kis
4:27-28 Kis 17:26 Yak 4:15).
·
hal-hal
yang terkecil dalam kehidupan kita (Mat 10:29-30).
·
Predestinasi,
yang mencakup:
*
Election / Pemilihan (Mat 24:22,24,31 Mat 25:34
Yoh 5:21 Kis 13:48 Kis 18:10
Ro 8:29-30,33 Ro 9:6-26 Ro 11:5-7,25 Ef 1:4,5,11
2Tes 2:13 2Tim 1:9 1Pet 1:1-2).
* Reprobation / penentuan binasa
[Amsal 16:4 Yes 6:9-10 (bdk.
Mat 13:10-15 Mark 4:12 Luk 8:10
Yoh 12:39-40 Kis 28:26-27 Ro 11:8) Mat 11:25 Yoh 17:12 Ro 9:13,17-18,22 1Pet 2:8
Yudas 4].
1Pet 2:8 - “Mereka tersandung padanya, karena
mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah
disediakan”.
Kitab Suci Indonesia ini salah terjemahan.
Perhatikan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini:
Þ
NASB: “for they
stumble because they are disobedient to the word, and to this doom they were
also appointed”
(= karena mereka tersandung karena mereka tidak taat kepada firman, dan pada
tujuan / nasib ini mereka juga telah ditetapkan).
Þ
NIV: “They stumble
because they disobey the message - which is also what they were destined for” (= Mereka
tersandung karena mereka tidak mentaati pesan / firman - yang juga merupakan
apa yang telah ditentukan untuk mereka).
Þ
KJV: “even to them
which stumble at the word, being disobedient: whereunto also they were
appointed”
(= bahkan bagi mereka yang tersandung pada firman, karena tidak taat: untuk
mana mereka juga telah ditetapkan).
Þ
RSV: “for they
stumble because they disobey the word, as they were destined to do” (= karena
mereka tersandung karena mereka tidak mentaati firman, sebagaimana mereka
telah ditentukan untuk melakukannya).
c) Kebebasan
kehendak Allah (the freedom of God’s will).
Kebebasan Allah tidak boleh diartikan
bahwa Ia menentukan se-gala sesuatu dengan sikap acuh tak acuh. Ia mempunyai
alasan-alasan yang menyebabkanNya menghendaki sesuatu terjadi.
Allah tidak bisa menghendaki sesuatu
yang bertentangan dengan sifat dasarNya (His
nature), kebijaksanaanNya, kasihNya, kebenar-anNya, keadilanNya dan
kesucianNya.
d) Kehendak
Allah dalam hubungannya dengan dosa.
1. Dalam Rencana Allah yang kekal juga terdapat
dosa; jadi Allah juga menentukan adanya dosa (Kis 2:23 Kis 4:27-28).
2. Allah bukan pencipta dosa (God is not the author of sin).
3. Ada
orang-orang yang menggunakan istilah ‘Allah mengijinkan adanya / terjadinya
dosa’. Istilah ini boleh digunakan tetapi harus disertai dengan pengertian yang
benar.
‘Allah mengijinkan dosa’ tidak berarti
bahwa dosa itu mungkin terjadi, atau terjadi secara kebetulan, tetapi
berarti bahwa dosa itu pasti terjadi. Kata ‘mengijinkan’ berarti bahwa dalam
pelak-sanaan terjadinya dosa, Allah bekerja secara pasif.
4. Kehendak Allah untuk mengijinkan / menentukan
adanya dosa tidak berarti bahwa Ia senang melihat adanya / terjadinya dosa.
2) Kuasa Allah yang berdaulat (The sovereign power of God).
Schleirmacher dan Strauss berkata bahwa
kuasa Allah terbatas pada hal-hal yang sungguh-sungguh Ia lakukan.
Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kuasa
Allah melampaui apa yang betul-betul Ia lakukan (Yer 32:27 Mat 3:9
Mat 26:53). Jadi jelas bahwa Ia mempunyai kuasa untuk melakukan hal-hal
yang dalam kenyataanNya tidak Ia lakukan.
Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa
ada banyak hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh Allah. Ia tidak bisa
berdusta, berdosa, berubah, maupun menyangkal diriNya sendiri
(Bil 23:19 1Sam 15:29 2Tim 2:13
Ibr 6:18 Tit 1:2 Yak 1:17).
-o0o-
ALLAH TRITUNGGAL
I)
Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.
1) Dalam
diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak
& Roh Kudus.
a) Adanya 3 pribadi tidak berarti bahwa orang
kristen mempercayai 3 Allah!
Calvin: “Three are
spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God” (= Tiga yang dibicarakan,
masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
b) Tetapi orang kristen juga tidak mempercayai
Allah itu tunggal secara mutlak. Orang kristen mempercayai Allah Tritunggal.
Calvin mengutip kata-kata Gregory
Nazianzus sebagai berikut:
“I
cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the
three; nor can I discern the three without being straightway carried back to
the one”
(= Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh
kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat yang tiga tanpa segera
dibawa kembali kepada yang satu) - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.
c) Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi
bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah
demikian.
Louis Berkhof: “This
tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense
the result of a choice of God. He could not exist in any other than the
tri-personal form”
(= Keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam diri
Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada
dalam sesuatu yang lain dari pada bentuk tiga pribadi) - ‘Systematic
Theology’, hal 84.
2) Ketiga
pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.
Allah Bapa adalah yang pertama; Allah
Anak yang ke 2; dan Allah Roh Kudus yang ke 3. Urut-urutan ini tidak
berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal
mula mereka secara logika.
Louis Berkhof: “It need
hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of
essential dignity, but only to the logical order of derivation (= Hampir tidak perlu dikatakan
bahwa urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau
kewibawaan hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal mula secara logika) - ‘Systematic
Theology’, hal 88-89.
3) Doktrin
Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.
a) Manusia tidak dapat mengertinya atau
membuatnya bisa dimengerti.
Otak kita yang terbatas tidak mungkin
bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah
berkata bahwa kalau ada seseorang yang bisa mengajarkan Doktrin Allah
Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran
sesat.
b) Kesulitan yang terbesar terletak pada
hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah dengan hakekat illahi dan
hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kesulitan-kesulitan
ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.
Kita berusaha untuk menyatakan doktrin
Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, bukan supaya semua ini bisa dimengerti
dengan jelas, tetapi hanya supaya kita terhindar / terlindung dari
ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.
II) Istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.
Mengapa digunakan istilah-istilah
seperti person (= pribadi) dan essence (= hakekat), padahal
istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia berbicara tentang
Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai
berikut:
“And
yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they
could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to
the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to
invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in
the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or
Persons, in the one and simple essence of God” (= dan penulis-penulis kuno dari
gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan
lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang
penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka
mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai
arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa
ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, p 322) mengatakan sebagai berikut:
“It
is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility.
The terms of which the church and its theology make use, such as person,
nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are
the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this
mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the
heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of
it. All those expressions and statements which are employed in the confession
of the church and in the language of theology are not designed to explain the
mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and
unviolated over against those who would weaken or deny it” (= Jelaslah bahwa pengakuan
iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh
gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan
sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran
yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada
misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini
oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam
maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam
pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk
menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni
dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya).
Bavinck melanjutkan lagi:
“There
have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of
the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other
words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying,
whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves
possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward
confession. But before long these same persons begin introducing words and
terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept.
... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine
of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often,
indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to
us”
(= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang
dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah
doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata
dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya
apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami
memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini.
Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata
dan istilah-istilah untuk menggambarkan
pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah
dari para penyerang doktrin tentang 2
hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka
bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi
seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita).
Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini
memang tepat. Orang yang menolak istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu
menciptakan istilah sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah ‘pribadi’
dan ‘hakekat’ ini.
Contoh:
Pdt.
Yohanes Bambang dari GKI dalam buku sesatnya yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’ berkata sebagai berikut: “Jadi
karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewartaan iman maka dalam
kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang
Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA,
TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir
Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketimbang cara berpikir
teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian
ZAT ILAHI yang memiliki kepribadian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal
atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI”
(hal 131).
Jadi,
Pdt. Yohanes Bambang menolak ajaran Tertullian ini tentang satu hakekat dan
tiga pribadi ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam
Kitab Suci. Tetapi anehnya, dalam buku yang sama:
·
di hal 109 ia berkata: “Secara
matematis memang berjumlah tiga. Tetapi dari penghayatan iman dan materi
Allah: ketigaNya adalah YANG TUNG-GAL”.
·
di hal 110 ia berkata: “Jadi
Allah dan Yesus adalah satu, tapi bukan satu dalam arti matematis, juga bukan
dalam arti satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam ciri hakiki ilahi
dan karya (pekerjaan)Nya”.
·
di hal 135 ia berkata: “...
sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri hakiki Allah
sendiri”.
Yang
ingin saya tanyakan adalah: dari mana ia mendapatkan istilah ‘ciri hakiki Allah
/ ilahi’ dan ‘materi’ itu? Apakah istilah itu ada dalam Kitab Suci? Kalau tidak
ada, mengapa ia mau menggunakannya tetapi pada saat yang sama menolak
penggunaan istilah ‘zat ilahi’, karena tidak ada dalam Kitab Suci? Bukankah
semua ini menunjukkan ketidak-konsekwenannya?
III) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.
A) Kitab Suci menunjukkan
ketunggalan Allah.
1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu
(Ul 6:4 1Kor 8:4 1Tim 2:5
Yak 2:19).
2) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk
Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:
a) Penggunaan
kata ganti orang bentuk tunggal.
Contoh:
· kalau
Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umumnya Ia menggunakan kata
’Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).
·
kalau
orang lain berbicara tentang Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Dia’
(bahasa Inggris: ‘He’).
·
kalau
orang berbicara kepada Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa
Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani
maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal.
b) Penggunaan
kata kerja bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata
‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal.
c) Penggunaan
kata sifat bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata-kata
‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal.
3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari
satu makhluk seperti Dia.
a) Sifat self-existent
(= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri) dari Allah, jelas
merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala
sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31
Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang
terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah
diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.
b) Sifat
self-existent ini mempunyai 2
perwujudan:
· Allah
adalah makhluk yang independent (=
bebas / tak tergantung) secara mutlak.
*
diriNya
/ keberadaanNya / hidupNya independent
(Yoh 5:26).
* pikiranNya
/ rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent
(Ro 11:33-34 9:10-24 Daniel 4:35
Ef 1:5 Maz 115:3 1Yoh 5:14).
· Segala
sesuatu ada hanya melalui Dia, dan Ia membuat segala sesuatu tergantung kepada
Dia (Neh 9:6
Maz 104:27-30
Yoh 1:3 Kis 17:28 Ibr 1:3
1Tim 6:13a).
c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak
mungkin ada lebih dari satu makhluk yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa
ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang
membuat segala sesuatu tergantung dirinya.
B) Kitab Suci menunjukkan adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’.
Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut
adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya
tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu
terdapat suatu kejamakan tertentu.
1) Dalam Perjanjian Lama.
a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah
(Kej 1:1 dll) yang merupakan kata bentuk jamak / plural.
Ada 2 hal yang ingin saya bahas di sini:
1. Dalam membahas tentang kata ELOHIM ini, Pdt.
Stephen Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada
bentuk singular (= tunggal), bentuk dual (= ganda / dobel), dan bentuk plural (= jamak). Dan ia lalu berkata,
bahwa penggunaan bentuk singular
berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga
atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual,
tetapi ada dalam plural, dan ini
menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih
dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.
Pembahasan
ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan
grama-tika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani:
·
tidak
ada kata benda yang mempunyai bentuk singular,
dual dan plural. Kalau kata benda mempunyai bentuk singular dan dual, maka
kata itu tidak mempunyai bentuk plural,
dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular
dan plural, maka kata itu tidak
mempunyai bentuk dual.
·
bentuk
dual adalah bentuk plural dari kata benda yang biasanya ada
dalam bentuk ganda / dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada, mata, dsb. Karena
itu, kalau kita ingin mengatakan ‘tiga tangan’, maka kita tetap
menggunakan bentuk dual, bukan bentuk
plural, karena kata ‘tangan’ tidak
mempunyai bentuk plural!
· sebaliknya
kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural, bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’ tidak mempunyai
bentuk dual. Demikian juga kalau kita
mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang
tidak mempunyai bentuk dual.
Kesimpulan: tidak beralasan untuk
mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM
berarti tiga atau lebih!
2. Kata ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan
antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Tetapi dalam Perjanjian Lama kata
‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar
2500 x. Penggunaan kata bentuk jamak / plural
yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering
dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau
memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digu-nakan ELOAH saja
terus menerus? Mengapa digunakan ELO-HIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan
ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?
Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehovah yang ber-judul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’
membe-rikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:
“‘ELOHIM’ bukan berarti
‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa
kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis,
penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah
dalam Tritunggal” (hal
13).
Untuk menjawab serangan ini bisa
dijelaskan sebagai berikut:
·
ELOHIM
tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan
ayat-ayat yang menggunakan ELO-AH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan ‘Allah
yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang
menggunakan ELOHIM. Jadi untuk meng-harmoniskan ayat-ayat yang menggunakan
ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah
itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.
·
Allah
itu begitu besar, ajaib, dan ada diluar jangkauan akal manusia. Karena itu
jelaslah bahwa tidak ada bahasa manu-sia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa
menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa
Ibrani (atau bahasa lain apapun) tidak bisa meng-gambarkan bahwa Allah itu
satu hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu digunakan kata bentuk tunggal
(ELOAH), maka akan menunjuk pada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedangkan
kalau selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM), maka akan menunjuk pada banyak
Allah. Karena itu maka ayat-ayat tertentu menggunakan ELOAH dan ayat-ayat
ter-tentu menggunakan ELOHIM.
b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau
dalam hubungan-nya dengan Allah:
·
Kata
ganti orang bentuk jamak.
Contoh: Kej 1:26 3:22
11:7.
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah
menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para
malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau
dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu menunjuk kepada Allah dan para
malaikat, maka haruslah disimpulkan bahwa:
*
manusia
juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.
*
Allah
mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau
Allah adalah pencipta / creator, maka
malaikat adalah co-creator (= rekan
pencipta).
Disamping itu, kata ganti orang bentuk
tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat,
yaitu dalam Yes 6:8 yang dalam versi NASB menterjemahkan: “Whom shall I send and who
will go for Us?”
(= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).
Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci
bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan!
·
Kata
kerja dalam bentuk jamak.
Contoh:
*
Kej 20:13
- kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja
bentuk jamak.
*
Kej 35:7
- kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
*
2Sam 7:23
- kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
Pulpit Commentary
(tentang 2Sam 7:23):
“It is remarkable that in this place the word for ‘God,’ Elohim,
is followed by a verb plural, the almost invariable rule in Hebrew being that,
though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it refers to
the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the
singular” (= ).
Pulpit Commentary
(tentang 2Sam 7:23):
“No
adequate reason has been given for this deviation, but probably the usage in
these early times was not so strict as it became subsequently. It is the
influence of writing, and of the eye becoming conversant with writing, that
makes men correct in their use of language and in the spelling of words. In the
Syriac Church, God the Word and God the Holy Ghost were at first spoken of in
the feminine gender, because ‘Word’ and ‘Spirit’ are both feminine nouns; but
grammar soon gave way to soundness of thought and feeling. So probably in
colloquial language Elohim was often used with a verb plural, but correct
thinking forbade and overruled grammar. We may regard this, then, as one of
the few passages in which the colloquial usage has escaped correction, and
attach no further importance to it”
(= ).
Catatan: penjelasan ini tak
masuk akal. Karena penggunaan kata kerja bentuk jamak dengan kata ELOHIM sangat
jarang, dan masih terjadi lagi bahkan dalam kitab Mazmur.
Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala
bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di
bumi.’”.
Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam
bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Sedangkan penggunaan
ELOHIM dengan kata kerja bentuk tunggal sudah ada bahkan dalam Kej 1:1
(Kata ‘menciptakan’ / BARA adalah kata
kerja bentuk tunggal).
*
Maz 58:12
- kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak
(sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Padahal dalam ayat-ayat di atas ini,
subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.
·
Kata-kata
bentuk jamak lainnya seperti dalam:
*
Pengkhotbah 12:1
- kata ‘pencipta’ (creator), dalam
bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahannya
adalah ‘creators’ (=
pencipta-pencipta).
*
Maz 149:2
- kata-kata ‘yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak.
*
Yos 24:19
- dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak, tetapi kata
‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal.
Jadi, kalau dalam Yes 6:8
digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada
Allah, maka di sini digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri
Allah.
c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan
Allah yang satu de-ngan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu
Allah).
·
Maz 45:7-8.
Karena dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia
kurang tepat terjemahannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 45:6-7 (NASB): “Thy
throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has
anointed Thee”
(= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. Karena itu, Allah,
AllahMu telah mengurapi Engkau).
Bandingkan dengan Ibr 1:8-9.
·
Maz 110:1.
Juga untuk ayat ini perhatikan
terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 110:1 (NASB): “The
LORD says to my Lord ...” (= TUHAN berkata kepada Tuhanku).
Bandingkan dengan Mat 22:44-45.
·
Hos 1:7 (NASB):
“But I will have compassion on the house of
Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliver them
by bow, sword, battle, horses, or horseman” (= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada
kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan / oleh TUHAN Allah mereka,
dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran,
kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda).
·
Kej 19:24
- “Kemudian TUHAN
menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom
dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit”.
·
Amsal 8
berbicara tentang ‘hikmat Allah’. Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat
Allah’ [the wisdom of God (=
hikmat dari / milik Allah)], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama
dengan Allah.
Tetapi Amsal 8 ini lalu
mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang
pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga
adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24 - “Kristus
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”).
·
Penampilan
dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16
Kel 3:2,4,5 Hak 13:20-22).
Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di
atas, maka istilah ‘Malaikat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat
TUHAN’ (the Angel of the LORD)
ini tidak sama dengan Allah.
Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian
tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian
lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.
Contoh:
*
dalam
Kej 16:7 - disebut sebagai Malaikat TUHAN.
*
dalam
Kej 16:13 - disebut sebagai TUHAN sendiri.
*
dalam
Kej 22:11 - disebut sebagai Malaikat TUHAN.
*
dalam
Kej 22:12 - disebut sebagai Allah sendiri.
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat
TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat
TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.
d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH / YEHOVAH)
3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah
3 x berturut-turut dalam Yes 6:3.
Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu
menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5
kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Tritunggal!
e) Kata ‘esa / satu’ yang digunakan dalam
Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah ECHAD.
Orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa kata ECHAD ini berarti ‘satu yang
mutlak’ dan tidak mengandung kejamakan.
Untuk itu perhatikan kutipan dari buku
mereka yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’, hal 13, di
bawah ini:
“Kata-kata tersebut terdapat
dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible
(NJB) Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah
esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak
mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang
lain, yaitu bukan satu pribadi”.
Tetapi pandangan Saksi Yehovah ini
justru salah, dan mereka mendukung kesalahannya itu dengan mengutip suatu versi
Alkitab yang justru salah terjemahan! (Catatan: taktik menggunakan versi Kitab
Suci yang terjemahannya salah sehingga sesuai dengan pandangan mereka adalah
taktik yang sering sekali dipakai oleh orang-orang Saksi Yehovah).
Bahwa kata ECHAD ini sering berarti
‘satu gabungan / a compound one’,
bukan ‘satu yang mutlak / an absolute
one’, bisa terlihat dari contoh-contoh di bawah ini:
·
Kej 1:5
- gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (ECHAD) hari.
·
Kej 2:24
- Adam dan Hawa menjadi satu (ECHAD) daging.
·
Ezra 2:64
- seluruh jemaat itu satu (ECHAD) tapi terdiri dari banyak orang (Catatan:
ini hanya bisa terlihat dalam bahasa Ibraninya).
·
Yeh
37:17 - dua papan digabung menjadi satu (ECHAD) papan.
Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam
bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu
adalah YACHID. Contoh: Kej 22:2,16.
Kalau Musa memang mau menekankan
tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam
Ul 6:4 itu ia pasti menggunakan kata YACHID dan bukannya ECHAD. Tetapi
ternyata Musa menggunakan kata ECHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak
satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.
f) Pdt Stephen Tong dalam seminar dan buku
‘Allah Tritunggal’ (hal 82), menggunakan Kej 1:1-3 sebagai dasar dari
Tritunggal, karena dalam Kej 1:1 ada ‘Allah’ (Bapa), dalam Kej 1:2
ada ‘Roh Allah’ (Roh Kudus), dan dalam Kej 1:3 ada kata ‘berfirmanlah’
dan kata ‘firman’ ini diartikan sebagai Yesus (bdk. Yoh 1:1,14).
Tetapi saya tidak setuju dengan
penafsiran ini, karena saya ber-pendapat bahwa sekalipun kata ‘Firman’ dalam
Yoh 1:1,14 menun-juk kepada Yesus, tetapi tidak setiap kata ‘firman’ dalam
Kitab Suci menunjuk kepada Yesus. Biasanya kata ‘firman’ menunjuk kepada ‘kata-kata
Allah’, termasuk dalam Kej 1:3.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari
berhubung dengan sebutan ‘Firman’ bagi Yesus:
·
Kata
‘Firman’ hanya menunjuk kepada Yesus dalam Yoh 1:1,14 1Yoh 1:1
Wah 19:13 (Catatan: ada yang berpendapat bahwa Luk 1:2 juga
termasuk, tetapi saya tidak sependapat dengan ini). Dalam bagian-bagian Kitab
Suci yang lain, kata ‘Firman’ menunjuk pada ‘kata-kata Allah’, dan tidak
menunjuk kepada Yesus!
·
Mengapa
Yesus disebut ‘Firman / Word’?
*
karena
‘Word / Kata’ berfungsi untuk menyatakan
diri kita, pikiran kita, kehendak kita, dan apa yang ada dalam diri kita kepada
orang lain. Yesus disebut ‘Word /
Kata’, karena Ia menyatakan Allah, pikiran Allah, kehendak Allah kepada kita
(bdk. Yoh 1:18 Mat 11:27 Ibr 1:1).
*
karena
Yesus merupakan subyek utama dalam Kitab Suci, yang merupakan Firman yang
tertulis.
2) Dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru memberikan pernyataan
yang lebih jelas tentang pri-badi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.
a) Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH
disebut seba-gai Penebus dan Juruselamat (Maz 19:15 78:35
Yes 43:3,11,14 47:4 49:7,26 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak
Allah / Yesuslah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79 Luk 2:11
Yoh 4:42 Gal 3:13 4:5
Tit 2:13).
b) Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa
YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang
yang takut akan Dia (Maz 74:2
Maz 135:21 Yes 8:18 Yes 57:15
Yeh 43:7,9 Yoel 3:17,21 Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami
Gereja / orang percaya (Kis 2:4 Ro
8:9,11 1Kor 3:16 Gal 4:6
Ef 2:22 Yak 4:5).
c) Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang
jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4
Ibr 1:6 1Yoh 4:9), dan
tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26 15:26
16:7 Gal 4:6).
d) Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa
berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa
(Mat 11:25-26 26:39 Yoh 11:41 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah
dalam hati orang percaya (Ro 8:26).
e) Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga
pribadi dalam diri Allah disebut dalam satu bagian Kitab Suci
(Mat 3:16-17 Mat 28:19 1Kor 12:4-6 2Kor 13:13
1Pet 1:2 Wah 1:4-5).
Untuk ini ada komentar / serangan dari
orang Saksi Yehovah dalam buku
‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:
·
“Apakah
ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu
Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan?
Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi
dan Bambang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).
·
“Ketika
Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks yang
sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’ (Matius
3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak,
dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat
mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama,
tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).
Kita bisa menjawab serangan ini dengan
berkata:
¨ Jelas bahwa doktrin Allah Tritunggal
tidak bisa didapatkan selu-ruhnya hanya dari ayat-ayat tersebut.
Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, sehingga
kalau kita hanya menyoroti ayat-ayat itu saja, maka mungkin sekali memang tidak
bisa dihasilkan doktrin Allah Tritunggal!
¨ Memang adanya tiga nama yang disebutkan
bersama-sama tidak membuktikan bahwa mereka itu satu. Bahkan tidak selalu
membuktikan / menunjukkan bahwa mereka setingkat. Tetapi kadang-kadang hal itu
memang bisa menunjukkan bahwa mereka itu setingkat. Itu tergantung dari
kontexnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa
ketiga orang itu disebutkan bersama-sama?
Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak,
dan Roh Kudus disebutkan dalam kontex yang sakral, seperti formula
baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2Kor 13:13),
baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai
sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.
¨ Dalam Mat 28:19 dikatakan ‘dalam
nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus’.
Sesuatu yang menarik adalah: sekalipun
disini disebutkan 3 buah nama, tetapi kata ‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal,
bukan bentuk jamak! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name, bukan names. Karena
itu ayat ini bukan hanya menun-jukkan bahwa ketiga Pribadi itu setingkat,
tetapi juga menun-jukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu!
Catatan:
Ada satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru
yang berbicara tentang kesatuan dari tiga pribadi Allah itu, yaitu
1Yoh 5:7-8 yang berbunyi: “Sebab
ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus;
dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh
dan air dan darah dan ketiganya adalah satu”.
Tetapi perlu diketahui bahwa ayat ini,
pada bagian yang ada dalam tanda kurung, sangat diragukan keasliannya dan
dianggap sebagai suatu penambahan pada text asli Kitab Suci. Persoalannya, ada banyak manuscript
yang tidak mempunyai bagian ini. Dan manuscript-manuscript yang mempunyai
bagian ini hanyalah manuscript-manuscript yang kurang bisa dipercaya. Karena
itu, dalam beberapa Kitab Suci Bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB, bagian ini
bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada footnote (= catatan kaki).
Dalam berdebat / berdiskusi dengan
orang-orang Saksi Yehovah ten-tang
Allah Tritunggal, jangan menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah
Tritunggal, karena:
·
Pada
umumnya orang-orang Saksi Yehovah,
yang terkenal ‘ahli’ dalam hal menyerang doktrin Allah Tritunggal, mengetahui
bahwa ayat itu sangat diragukan keasliannya. Jadi kalau saudara meng-gunakan
ayat itu, itu bisa justru menjadi bumerang bagi saudara!
·
Tidak
fair bagi kita untuk menggunakan ayat
yang kita tahu ke-tidak-orisinilannya.
·
Dalam
perang melawan setan, Firman Tuhan adalah senjata (pedang Roh) bagi kita
(Ef 6:17). Kalau bagian ini sebetulnya tidak termasuk dalam Kitab Suci,
maka itu berarti bahwa bagian itu juga bukan merupakan Firman Tuhan, dan
karenanya tidak cocok untuk kita gunakan sebagai senjata.
·
Ada cukup banyak dasar Kitab Suci yang
lain yang mendukung doktrin Allah Tritunggal.
3) Keilahian Yesus dan Roh Kudus.
Bukti-bukti keilahian Yesus:
a) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1
Roma 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibr 1:8
2Pet 1:1 1Yoh 5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya
jelaskan di bawah ini:
1. Yoh 1:1.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS)
disini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang
mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b
yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus
itu adalah Allah.
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah
mengatakan bahwa kata ‘God / Allah’
yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mempunyai definite article / kata sandang (bahasa
Inggris: ‘the’) dan karena itu harus
diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’ yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang
adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran orang-orang Saksi
Yehovah ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Tit 2:13 dan Ibr 1:8
kata ‘Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya mengguna-kan definite article / kata sandang.
2. Tit 2:13 (NIV): ‘while
we wait for the blessed hope - the
glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan
pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa disini
Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our
great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).
3. Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut: “... Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’
dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah
Allah. Tetapi disini akan dijelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini menjadi
dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.
·
Kata-kata
‘walaupun dalam rupa Allah’ dalam Fil 2:6 diterjemahkan ‘being in the form of God’ oleh KJV.
Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini
menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa
berubah (‘It describes that which a man
is in his very essence and which cannot be changed’).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan
oleh bentuk present participle
dari kata HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan
bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata
setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance
of being’ (= keberadaan yang terus-menerus).
Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus
itu ‘being in the form of God’, maka
itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa
berubah (Mal 3:6
Maz 102:26-28
Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak
sempurna!
·
Juga
kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba’ diartikan bahwa
Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya, ay 6 yang
mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus
betul-betul adalah Allah.
·
Disamping
itu kata ‘rupa’ dalam ay 6 itu (KJV: form)
dalam bahasa Yunaninya adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa
kata MORPHE ini adalah “not a mere external
resemblance, but a deep, real, inner conformity” (= bukan semata-mata suatu
kemiripan lahiriah / luar, tetapi suatu persesuaian / kecocokan di dalam yang
mendalam dan sungguh-sungguh).
4. 2Pet 1:1 (NASB): “...
by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” (= oleh kebenaran Allah dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus).
b) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk
Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Yer 33:14-16
Mat 1:23 2Tim 1:10 Ibr 1:8,10).
1. Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat
tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’
(Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah
menyerang ayat ini dengan berkata bahwa Kristus hanya disebut ‘Allah yang
perkasa’, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai ‘Allah yang mahakuasa’
(Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Kel 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa
melihat Yes 10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan
‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
2. Yer 23:5-6 dan Yer 33:14-16 juga
jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut
sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa
Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting
dalam menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus
Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci
kata Ibrani ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord)
bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8).
Demikian juga dengan kata Ibrani ‘EL / ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau kata Yunani THEOS, bisa digunakan untuk menunjuk
kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1
Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim-hakim 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Maz 82:1,6
Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk
siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah
YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
3. Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan
istilah Immanuel, yang artinya
adalah ‘God with us’ (= Allah dengan
kita).
4. Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’
dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan kepada Allah (Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8
Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan
kepada Yesus (2Tim 1:10
Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6
2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18).
5. Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus /
Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
c) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai
sifat-sifat ilahi seperti:
1. Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1
Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5
Ibr 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wah 22:13).
·
Mikha 5:1b,
yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala’.
·
Yoh 1:1
mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.
·
Yoh 8:58
mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih
dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.
·
Yoh 10:10,
dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’. Ini
menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi
‘datang’, karena ‘datang’ menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
·
Yoh 17:5
mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum
dunia ada.
·
Ibr 1:11-12.
Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi
Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak
berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus
adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari
Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan
Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.
·
Wah 1:8
dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega (huruf pertama dan
terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan
bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wah 22:13 juga mengata-kan
bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemu-dian’, dan semua ini jelas
menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu
Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sampai selama-lamanya.
2. Suci
/ tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).
3. Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan,
seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000
orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi
anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan
kemahakuasaannya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul
tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
·
Tak
ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehendaknya sendiri, tetapi
Kristus bisa (Yoh 5:21).
·
Nabi
melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Allah,
sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan
menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan kuasaNya sendiri
(bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk
melakukan mujijat.
·
Tidak
ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehebat yang Yesus lakukan
(Yoh 15:24).
4. Mahatahu
(Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh 2:24-25
Yoh 6:64).
5. Mahaada.
·
Ini
terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu
pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan
bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita
(Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus
itu masih ada di pangkuan Bapa. Ini dinyatakan oleh bentuk present tense. Yoh 1:18 (NIV): “... but God the only Son, who is
at the Father’s side ...”.
·
Kemahaadaan
Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan
Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka
Ia pasti adalah seorang pendusta!
6. Tidak
berubah (Ibr 13:8).
d) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan
pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
1. Penciptaan (Yoh 1:3,10 Kol 1:16
Ibr 1:2,10).
2. Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).
3. Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).
4. Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
5. Penghakiman pada akhir jaman (Mat
25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada
akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
·
Jumlah
manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai
kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak.
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri,
bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?
·
Karena
ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan
hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam
‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama), seperti:
*
banyaknya
dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya sedikit tentu tak bisa disamakan
hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
*
tingkat
dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri
tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12
dan Kel 22:1).
*
tingkat
pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan
yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk
12:47-48).
*
kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu
juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-14).
*
pengaruh
dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan
akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena
itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus
yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
*
apa
yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada
pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang
mencuri karena membutuhkan uang untuk meng-obati anaknya yang hampir mati. Hal
ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang
melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19 Maz 69:5
Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang
yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.
·
Demikian
juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada
banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti:
*
banyaknya
perbuatan baik yang dilakukan.
*
jenis
perbuatan baik yang dilakukan.
*
besarnya
pengorbanan pada waktu melakukan perbuat-an baik. Yesus berkata bahwa janda
yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi
persembahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya
(Luk 21:1-4).
*
motivasinya
dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.
Untuk bisa melakukan semua ini dengan
benar, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan
maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!
Karena itu adalah sesuatu yang aneh
kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir
jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
e) Kitab
Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
1. Penghormatan (Yoh 5:23).
2. Kepercayaan (Yoh 14:1).
3. Pengharapan (1Kor 15:19).
4. Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi
lain dari Allah Tritunggal (Mat 28:19
2Kor 13:13).
f) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang
dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan
keilahian Yesus.
Dalam tafsirannya tentang
Yoh 17:10 (“dan segala milikKu adalah milikMu dan
milikMu adalah milikKu”), Calvin memberikan suatu penerapan yang indah tentang
kesatuan Bapa dan Anak dalam hidup / iman kita.
Calvin: “All these
things are spoken for the confirmation of our faith. We must not seek salvation
anywhere else than in Christ. But we shall not be satisfied with having Christ,
if we do not know that we possess God in him. We must therefore believe that
there is such unity between The Father and the Son as makes it impossible that
they shall have anything separate from each other” (= Semua hal-hal ini dikatakan
untuk meneguhkan iman kita. Kita tidak boleh mencari keselamatan di tempat lain
manapun juga selain di dalam Kristus. Tetapi kita tidak akan puas dengan
memiliki Kristus, jika kita tidak mengetahui bahwa kita memiliki Allah dalam
Dia. Karena itu kita harus percaya bahwa ada suatu kesatuan sedemikian rupa
antara Bapa dan Anak sehingga membuatnya mustahil bahwa yang satu mempunyai
apapun terpisah dari yang lainnya) - hal 174.
g) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah
/ Anak Allah (Yoh 5:23
Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23
Mat 26:63-64).
Catatan: pengakuan sebagai Anak Allah, tidak
perlu dibedakan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18
yang berbunyi: “Sebab
itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena
Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah
adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Memang kalau seseorang mengaku bahwa
dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang
betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi
Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia
juga rela mati demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan
hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:
Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak
Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu. Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu:
TIDAK BENAR atau BENAR. Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan
lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa penga-kuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU
bahwa pengaku-anNya tidak benar. Kalau Yesus tahu
bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan
ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta). Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak
benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak
mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah
BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.
Jadi sekarang, hanya ada beberapa
pilihan untuk saudara:
·
Yesus
adalah pendusta / orang tolol.
·
Yesus
adalah orang gila.
·
Yesus
betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C.S. Lewis berkata:
“A
man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a
great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of
Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God,
or else a madman or something worse” (= seseorang yang adalah semata-mata seorang
manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang
guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis
dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik
dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek
lagi).
h) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak
Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).
i) Kitab Suci memerintahkan penyembahan
terhadap Yesus.
Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri
berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut
Tuhan / Allah (Mat 14:33 Mat
28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri
berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).
Perhatikan juga bahwa:
·
rasul-rasul
menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis
14:14-18).
·
malaikatpun
menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
·
Herodes
dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).
Karena itu, kalau Yesus menerima
sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada
2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah
Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
Bukti-bukti keilahian Roh Kudus:
a) Kitab Suci menggunakan sebutan Roh Kudus dan
Allah / Tuhan (ADONAI) / TUHAN (Yahweh) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).
Contoh:
1. Bandingkan
Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27:
Yes 6:8-10 - “Lalu aku mendengar suara
Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. Kemudian firman-Nya:
‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi
mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Buatlah
hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah
matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan
mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan
menjadi sembuh’”.
Kis 28:25-27 - “Maka bubarlah pertemuan itu
dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan
perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus
kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa
ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti,
kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini
telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup;
supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.
Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab
Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam
Kis 28:25-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi dalam
Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi
Yesaya, sedangkan dalam Kis 28:25-27 itu Paulus berkata bahwa ‘firman itu
disampaikan oleh Roh Kudus’ dengan per-antaraan nabi Yesaya. Ini menunjukkan
bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!
2. Bandingkan
Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7:
Ibr 3:7-11 - “Sebab itu, seperti yang
dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya,
janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di
padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji
Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun
lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu
mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, sehingga Aku bersumpah
dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu’”.
Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11
ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti
‘mencobai Roh Kudus’.
Kalau sekarang kita melihat dalam
Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 tadi, maka
bisa kita dapatkan dari Maz 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi
di Masa dan Meriba. Dan peristiwa Masa dan Meriba itu diceritakan dalam
Kel 17:1-7. Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi:
“Dinamailah tempat itu Masa dan
Meriba, oleh karena orang Israel
telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan
mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.
Jadi disini dipakai istilah ‘mencobai
TUHAN (Yahweh)’, padahal tadi
dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini
menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN (Yahweh)!
3. Bandingkan
Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.
Ibr 10:15-17 - “Dan tentang hal itu Roh Kudus
juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah
perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia
berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan
menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa
dan kesalahan mereka.’”
Yer 31:33-34 - “Tetapi beginilah perjanjian yang
Kuadakan dengan kaum Israel
sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu
dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan tidak usah lagi orang
mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!
Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN,
sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa
mereka”.
Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17
merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi
dalam Yer 31 dikatakan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / Yahweh
(perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam
Ibr 10:15-17 dikatakan bah-wa itu merupakan ‘kesaksian / firman Roh Kudus’
(Ibr 10:15b,16b).
Disamping itu, dalam Yer 31 itu,
yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang
mengam-puni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / Yahweh sendiri.
Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh
hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.
Juga perlu diperhatikan bahwa Roh Kudus
dikatakan ‘tidak mengingat dosa’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempu-nyai
kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus
adalah TUHAN / Yahweh sendiri!
4. Sekarang mari kita melihat pada
Kis 5:3-4,9 yang berbunyi sebagai berikut:
“Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias,
mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan
menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual,
bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu
tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencana-kan perbuatan itu dalam hatimu?
Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’ ... Kata
Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?”.
Perhatikan bahwa kalau dalam
Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka
dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’. Lalu
dalam Kis 5:9 Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan’. Ini
lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!
5. Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa
tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia
melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu’.
Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seha-rusnya
berarti bahwa Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus
mengatakan Roh Allah (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita.
Dan kalau kita melihat dalam
1Kor 6:19 maka di sana
Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Roh Kudus’.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus
itu adalah Allah!
6. Dengan cara yang sama, kalau kita
membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan
bahwa ‘Roh TU-HAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ dalam
Yes 40:14.
b) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus
mempunyai sifat-sifat Allah seperti:
1. Kekal (Ibr 9:14).
2. Mahaada (Maz 139:7-10).
3. Mahatahu (1Kor 2:10-11 Yes 40:13).
1Kor 2:10-11 yang menunjukkan
bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa
Roh Kudus itu mahatahu!
4. Mahakuasa (Mat 12:28).
5. Suci.
Ini terlihat dari sebutan ‘kudus’, dan
juga terlihat dari Ef 4:30 yang menunjukkan bahwa dosa kita mendukakan Roh
Kudus.
c) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus
melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
1. Penciptaan
(Kej 1:2 Ayub 33:4).
2. Melahirbarukan
(Yoh 3:5-6 Tit 3:5).
3. Membangkitkan
Yesus (Ro 8:11).
d) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang
sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam Mat 28:19 dan
2Kor 13:13.
Perlu saudara ingat bahwa dalam
Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang
peristiwa, tetapi dalam formula baptisan. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal,
kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang
adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah,
bahkan bukan pribadi).
Demikian juga dalam 2Kor 13:13
Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa
sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus.
Karena itu bisa disimpulkan bahwa dalam
2 ayat tersebut, penyejajaran Bapa, Anak dan Roh Kudus menunjukkan bahwa 3
pribadi itu setingkat! Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah
sendiri!
Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah
Allah, sebagaimana Bapa adalah Allah, jelas menunjukkan adanya kejamakan dalam
diri Allah.
Kesimpulan:
Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang
menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang menunjukkan
‘kejamakan Allah’. Inilah yang menye-babkan munculnya doktrin Allah Tritunggal,
yang merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat
tersebut.
Sekarang, bagi kita hanya ada 2
pilihan:
a) Menerima
doktrin Allah Tritunggal yang mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut.
b) Menolak
doktrin Allah Tritunggal, dan ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi
yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci!
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
IV) Ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.
1) Monarchianism.
a) Dynamic
Monarchianism.
Mengajarkan bahwa Kristus hanyalah
manusia biasa yang diberi kuasa illahi dan diangkat ke posisi illahi. Jadi, Ia
mengalami kemajuan dari manusia biasa menjadi ‘semacam Allah’. Pandangan ini
juga disebut Adoptionism. Tentang Roh Kudus mereka berpendapat bahwa Ia
hanyalah suatu pengaruh illahi.
b) Modalistic
monarchianism (Sabellianism).
Mengajarkan bahwa di dalam diri Allah
tidak ada perbedaan-perbedaan. Allah bukannya mempunyai 3 pribadi yang
berbeda, tetapi 3 perwujudan.
Dalam penciptaan Allah menyatakan diri
sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak,
dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka berkata bahwa di dalam Kristus,
Allah Bapa sendiri telah berinkarnasi sebagai Anak dan menderita. Karena itu
pandangan ini juga disebut Patripassianism.
2) Arianism.
Ajaran ini menyangkal keillahian Anak
dan Roh Kudus. Anak adalah ciptaan yang pertama dari Bapa, jadi Anak mempunyai awal, berbeda hakekat dengan
Bapa dan lebih rendah tingkatnya daripada Bapa (dalam hal hakekatnya!).
Roh Kudus adalah ciptaan yang pertama
dari Anak dan lebih rendah tingkatnya daripada Anak.
Ini ajaran yang sekarang menjadi Saksi Yehovah!
3) Tritheism.
Ajaran ini menekankan kejamakan /
ketigaan Allah dengan mengorban-kan kesatuanNya, sehingga menimbulkan adanya 3
Allah.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar