HARUSKAH KITA SEMBUH DARI SAKIT?
Banyak orang Kharismatik yang beranggapan bahwa orang
Kristen tidak boleh sakit atau bahwa orang Kristen harus sembuh dari semua
penyakit!
Alasan-alasan dan Sanggahannya:
1) Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun
rasul-rasul selalu menyembuhkan semua orang sakit (Mat 4:23,24 Kis 5:15-16, dsb).
Sanggahan:
Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun
rasul-rasul tidak selalu menyembuhkan semua orang sakit. Ada orang-orang yang
tidak disembuhkan.
- dalam Yoh 5:1-18 ada banyak orang sakit, tetapi hanya satu yang disem-buhkan oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun.
- dalam 1Tim 5:23 dan 2Tim 4:20, Timotius dan Trofimus sakit, tetapi Pau-lus tidak menyembuhkan mereka.
- dalam 2Kor 12:7-10, Paulus sendiri mengalami ‘duri dalam daging’. Seka-lipun tidak jelas dengan apa yang dimaksud dengan ‘duri dalam daging’ itu, tetapi rasa-rasanya tidak bisa tidak istilah ini menunjuk pada suatu penyakit jasmani yang menyakitkan. Untuk ini Paulus berdoa sebanyak tiga kali, tetapi Tuhan tidak menyembuhkan dia!
- dalam Luk 5:15-16 banyak orang datang kepada Yesus untuk disembuh-kan, tetapi Yesus tidak menyembuhkan mereka, sebaliknya Yesus me-ninggalkan mereka.
- dalam Luk 4:27 Yesus berkata bahwa pada jaman nabi Elisa ada banyak orang sakit kusta di Israel, tetapi mereka tidak ditahirkan seperti Naaman.
2) Penyakit itu
dari setan, dan orang Kristen harus menang atas setan.
Sanggahan:
a) Penyakit
pertama kali masuk ke dalam dunia sebagai hukuman dari Tuhan (bukan dari
setan!) atas dosa manusia.
b) Setan
memang bisa memberi penyakit, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan (Ayub
1-2 2Kor 12:7-10).
c) Tidak
semua penyakit datang dari setan. Misalnya: Kej 48:1. Juga kalau dalam
Mat 4:24 terlihat bahwa ‘orang yang menderita pelbagai penyakit’ dibedakan
dari ‘orang yang kerasukan’. Demikian juga dalam Mat 10:1,8.
d) Menang
atas setan tidak harus diwujudkan melalui kesembuhan. Kalau seseorang tetap
sakit, tetapi dalam sakitnya ia tetap setia kepada Tuhan dan hidup bagi Tuhan,
apakah ia tidak menang atas setan?
3) Penyakit itu disebabkan oleh dosa. Karena itu
kalau seseorang bertobat ia pasti sembuh dari penyakit!
Sanggahan:
a) Penyakit
pertama masuk ke dalam dunia memang karena dosa Adam dan Hawa.
b) Memang
ada orang-orang yang sakit sebagai akibat langsung dari dosa mereka (bdk. Maz
107:17-18 2Raja 5:27).
c) Tetapi
tidak semua orang sakit sebagai akibat langsung dari dosanya (Kej 48:1 Ayub 1-2
2Kor 12:7-10 Fil 2:25-27 1Raja 14;1,12,13 Yoh 9:1-3).
d) Orang
percaya baru bisa bebas dari penyakit sebagai akibat dosa, pada saat ia masuk
ke surga.
4) Yesus sudah mati menebus tubuh dan
jiwa / roh kita. Karena itu kalau seseorang percaya Yesus / menjadi orang
kristen, maka bukan saja dosanya diampuni, tetapi ia juga harus sembuh dari
semua penyakit jasmani.
Sanggahan:
a) Memang
Yesus mati untuk menebus kita secara keseluruhan (tubuh + jiwa / roh).
b) Memang
orang yang percaya kepada Yesus langsung diampuni dosa-dosanya pada saat ia
percaya, tetapi:
· ia
baru mengalami penyempurnaan jiwa / roh pada saat ia mati (Ibr 12:23).
Pada saat sudah mengalami penyempurnaan jiwa / roh, maka ia tidak lagi bisa
berbuat dosa. Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurnakan, sehingga masih
bisa berbuat dosa (penyakit rohani).
·
ia
baru mengalami penyempurnaan tubuh pada akhir jaman / hari kebangkitan.
Pada saat sudah mengalami penyempurnaan tubuh, maka ia tidak lagi bisa
mengalami penyakit, penderitaan, kematian, dsb (Wah 7:16 21:4). Tetapi sebelum saat itu, ia belum
disempurna-kan, sehingga masih bisa sakit (penyakit jasmani). Perhatikan bahwa
dalam 2Kor 4:16 Paulus berkata bahwa “manusia
lahiriah kami semakin merosot” (maksudnya tentu dalam kesehatan / kekuatan). Dan dalam
1Kor 15:43, ia mengkontraskan tubuh jasmani kita yang sekarang ini dengan
tubuh kebangkitan nanti dengan berkata: “Ditaburkan
dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan,
dibangkitkan dalam kekuatan”.
5) Allah itu Mahakuasa dan karena itu Ia pasti
bisa menyembuhkan anakNya yang sakit!
Sanggahan:
Allah memang mahakuasa sehingga pasti bisa
menyembuhkan, tetapi Ia belum tentu mau menyembuhkan. Banyak orang
beranggapan bahwa Allah pasti mau menyembuhkan kita karena adalah sesuatu yang
baik kalau kita itu sehat. Orang-orang ini perlu mengingat bahwa pikiran Allah
dan pikiran kita berbeda seperti langit dengan bumi (Yes 55:8-9)! Dalam
2Kor 12:7-10, Paulus sendiri berdoa supaya duri dalam dagingnya diangkat,
tetapi ia tidak disembuhkan! Allah tidak mau menyembuhkan Paulus, karena
penyakit Paulus justru akan menyebabkan Paulus bersandar kepada Tuhan sehingga
kuasa Allah bisa mengalir melalui Paulus. Dengan kata lain, dari sudut Allah,
penyakit Paulus ini membawa kebaikan baginya dan bagi pelayanannya. Bagi
kitapun hal seperti ini bisa terjadi. Kadang-kadang Allah tidak mau
menyembuhkan kita karena Ia mempunyai maksud tertentu, yang tentunya berguna
untuk kemuliaanNya dan juga untuk kebaikan kita sendiri (bdk. Ro 8:28).
6) Allah tidak
menghendaki orang sakit.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Jangan
Batasi Allah Bila Ingin Bahagia-Sejahtera’, hal 33-34, Morris Cerullo berkata
sebagai berikut:
“Baiklah saya nyatakan kepada
anda sekarang juga, bahwa bukanlah kehendak Allah agar anda menderita sakit.
Allah tidak menghendaki manusia itu menderita. Bukanlah kehendak Allah anda
harus menderita lapar atau dilanda kemiskinan. Kehendak Tuhan ialah mencurahkan
berkatNya atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan anda. Tuhan menghendaki
agar anda dapat hidup sehat, berbahagia dan serba berkecukupan”.
Ia lalu mengutip 3Yoh 2 dan Mat 8:7
untuk mendukung pandangannya ini.
Sanggahan:
a) Kata-kata
Yesus dalam ayat-ayat seperti Mat 8:3,7 dsb tidak berlaku umum, sama
seperti kata-kataNya dalam Mat 14:29 (waktu Ia menyuruh Petrus berjalan di
atas air) dan dalam Yoh 11:23,40,43 (kata-kataNya berhubungan dengan
kebangkitan Lazarus) juga tidak berlaku umum!. Jadi, untuk orang-orang tertentu
Ia memang bersedia menyembuhkan, tetapi untuk orang-orang lain bisa saja Ia
tidak bersedia menyembuhkan, karena Ia mempunyai tujuanNya sendiri!
b) 3Yoh 2
adalah suatu salam yang jelas tidak bisa diartikan bahwa Allah tidak
menghendaki seorangpun sakit!
c) Orang-orang
Kharismatik sering menyalahartikan kata ‘baik’, ‘berkat’, dsb, karena mereka
menafsirkan ‘baik’ dan ‘berkat’ itu sebagai ‘baik’ dan ‘berkat’ menurut
pandangan manusia. Tuhan memang pasti memberi berkat / hal-hal yang baik
kepada anak-anakNya (Mat 7:11
Yak 1:17), tetapi yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘berkat’ adalah
‘baik’ dan ‘berkat’ dalam pandangan Allah! Lagi-lagi perlu diingat bahwa
pikiran / rencana Allah berbeda seperti langit dengan bumi dibanding pikiran /
rencana kita (Yes 55:8-9). Allah bisa memberi berkat / hal yang baik
melalui hal-hal yang bagi kita kelihatannya tidak baik, seperti penyakit dan
penderitaan (2Kor 12:7-10
2Kor 1:8- 9 Fil 1:12 bdk. Ro 8:28).
Illustrasi:
Kalau saudara membawa anak saudara ke
dokter, dan anak itu harus disuntik, maka saudara merelakan anak itu menderita
sakit, karena semua itu adalah untuk kebaikannya sendiri. Lalu mengapa Tuhan
tidak boleh membiarkan kita sakit / menderita, kalau semua itu adalah untuk
kebaikan kita?
7) Allah
menjanjikan kesehatan (Kel 15:26).
Sanggahan:
a) Janji
itu hanya berlaku untuk bangsa Israel
pada saat itu. Itupun dengan syarat, mereka taat total (Kel 15:26).
b) Ada perbedaan antara
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, ada banyak janji
berkat jasmani yang berkelim-pahan (Ul 28:1-14 Mal 3:10-12), tetapi dalam Perjanjian
Baru tidak! (bdk. Mat 6:11,25-34) Karena apa? Karena dalam Perjanjian Lama
belum ada salib! Jadi mereka sukar melihat kasih Allah, kecuali ada berkat
jasmani yang berkelimpahan. Tetapi bagi orang-orang Perjanjian Baru, karena
salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah sudah terjadi, maka
sekalipun tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, tetap bisa melihat kasih
Allah melalui salib itu!
Jadi, sekalipun kita sakit, kita tetap
bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Buktinya
Ia mau menjadi manusia dan mati
bagi kita dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus (Ro 5:8).
8) Orang
Kristen yang sakit memalukan Tuhan.
Sanggahan:
a) Ini
lagi-lagi salah pengertian tentang istilah ‘memalukan / memuliakan Tuhan’.
Kalau orang Kristen sakit dikatakan memalukan Tuhan; itu karena mereka menilai
Tuhan seakan-akan Tuhan itu adalah manusia.
b) Orang
kristen yang sakit tidak memalukan Tuhan. Ini terlihat dari Paulus yang pada
waktu mengalami duri dalam daging bukan saja tidak memalukan Tuhan, tetapi
akhirnya justru membawa kemuliaan bagi Tuhan (2Kor 12:7-10).
Memang kalau ada orang yang sehat dan
kaya bisa percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, setia kepada Tuhan
dsb, maka ini tentu memuliakan Tuhan. Tetapi kalau ada orang yang sakit,
miskin, dan menderita terus menerus, dan dalam kondisi seperti itu ia bisa
tetap percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, dan setia kepada
Tuhan, maka tentu peristiwa ini akan lebih memuliakan Tuhan!
c) Yang
memalukan Tuhan ialah kalau kita sebagai anak-anakNya berbuat dosa. Ini
terlihat dari:
·
Mat 5:16
mengatakan bahwa perbuatan baik kita memuliakan Bapa di sorga. Secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa kita
memalukan Allah.
·
Dalam
Wah 3:18, kata-kata ‘ketelanjanganmu yang memalukan’ jelas menunjuk pada
dosa-dosa mereka yang memalukan Allah.
Karena itu Paulus / Kitab Suci memberi
peraturan bahwa orang Kristen yang berdosa (dosa sengaja terhadap mana ia tidak
mau bertobat) harus dikucilkan (1Kor 5:1-13).
d) Baca
juga 1Kor 1:25-29 - “Sebab yang bodoh dari Allah
lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat
dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika
kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak
banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi
apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa
yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih
Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di
hadapan Allah”.
Text Kitab Suci ini tidak mengatakan
bahwa Allah malu karena orang-orang yang lemah, bodoh, tidak terpandang, dsb!
Ia bahkan memilih mereka untuk mempermalukan orang berhikmat, kuat, dsb. Kalau
Allah tidak malu karena orang kristen yang bodoh, lemah, tak terpandang, dsb,
mungkinkah Ia malu karena orang kristen yang sakit?
9) Yesus sering berkata ‘imanmu telah
menyembuhkan engkau’ (Mat 8:13 Mat
9:22,29). Jadi, ‘tidak sembuh’ menunjukkan ‘tidak beriman’.
Sanggahan:
a) Kadang-kadang
iman memang dijadikan syarat terjadinya mujijat / ke-sembuhan (Mat 13:58).
b) Tetapi
Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menuntut iman sebagai syarat
kesembuhan!
· Bacalah
Yoh 5:1-18, khususnya ay 13! Orang buta itu sudah sembuh, tapi tidak / belum
mengenal Yesus. Jelas bahwa disini tidak dituntut iman sebagai syarat
kesembuhan.
·
Kis 3:1-10
Petrus juga tidak bertanya kepada pengemis yang lumpuh itu apakah ia beriman
atau tidak!
·
Dalam
2Raja 5, Naaman jelas tidak beriman, dan boleh dikatakan bahwa tindakannya
untuk menuruti Elisa adalah tindakan coba-coba! Tetapi ia toh disembuhkan!
·
Dalam
Yoh 11, pada saat Lazarus dibangkitkan, baik ia maupun Maria dan Marta
jelas tidak beriman bahwa Yesus akan membangkitkannya.
Jadi, orang tidak berimanpun bisa sembuh
kalau Tuhan mau! Yang menentukan bukan iman kita, tetapi kehendak Tuhan!
c) Orang
berimanpun tidak selalu sembuh (2Kor 12:7-10 1Tim 5:23 2Tim 4:20). Jadi, jelas bahwa ayat-ayat
seperti Mat 8:13 Mat 9:22,29
tidak berlaku umum!
d) Banyak
orang beranggapan bahwa kalau ada orang sakit, lalu orang itu berdoa dalam nama
Yesus dengan iman, maka ia pasti disembuhkan. Ini didasarkan pada ayat-ayat
seperti Mark 11:22-24
Mat 7:7-10
Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b
dsb. Tetapi perlu diingat bahwa pada waktu menafsirkan ayat-ayat seperti
Mark 11:22-24 Mat 7:7-10 Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b dsb, kita juga harus
memperhatikan ayat-ayat seperti 1Yoh 5:14
Mat 7:11 Yoh 15:7a, yang menjadi
syarat pengabulan doa, yaitu:
· permintaan
kita sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14). Ingat juga bahwa
beriman pada sesuatu yang bukan kehendak Tuhan, tidak bisa dikatakan beriman!
·
yang
kita minta itu merupakan sesuatu yang baik dalam pandangan Tuhan (Mat
7:11).
·
kita
tinggal dalam Yesus, dan firman Tuhan tinggal dalam kita (Yoh 15:7a). Dengan
kata lain, kita dekat dengan Tuhan dan tunduk pada firman Tuhan.
e) Kalau
seseorang berdoa untuk kesembuhan orang sakit, dan orang sakit itu tidak
sembuh, bisa saja yang tidak / kurang beriman bukanlah si sakit tetapi si
penyembuh. Ini terjadi dalam Mat 17:14-20. Pada waktu itu ada seseorang
yang anaknya sakit ayan (ini terjadi karena kerasukan setan - bdk.
Mark 9:17-18). Ia membawa anak itu kepada murid-murid Yesus, tetapi
ternyata murid-murid itu tidak bisa menyembuhkan anak itu / mengusir setannya.
Setelah anak itu dibawa kepada Yesus, maka barulah setannya bisa diusir dan
anak itu disembuhkan. Waktu murid-murid bertanya mengapa mereka tidak bisa
mengusir setan itu, Yesus berkata: ‘Karena kamu
kurang percaya’
(Mat 17:20).
Tetapi ingat bahwa cerita ini tidak
boleh diartikan seakan-akan setiap kali seseorang gagal menyembuhkan orang
sakit, itu menunjukkan bahwa ia tidak / kurang beriman. Bisa saja orang sakit
itu tidak sembuh, bukan karena orang yang mendoakannya kurang beriman, tetapi
karena Tuhan memang tidak menghendaki kesembuhan itu.
10) Yesus menyuruh
kita menyembuhkan orang sakit (Mat 10:5-8).
Sanggahan:
Perintah ini hanya diberikan untuk
rasul-rasul pada saat itu! Ini terlihat dari:
a)
Mereka
disuruh memberitakan Injil hanya kepada orang Yahudi. Banding-kan dengan
Mat 28:19 yang menyuruh kita menjadikan semua bangsa murid Kristus.
b)
Mereka
disuruh ‘membangkitkan orang mati’ (Mat 10:8). Ini jelas bukan perintah
untuk kita!
c)
Pada
saat itu mereka tidak boleh membawa bekal (Mat 10:9-10). Ban-dingkan ini
dengan Luk 22:35-36 dimana mereka boleh membawa bekal.
11) Mark 16:17-18 mengatakan bahwa
menyembuhkan orang sakit adalah tanda orang beriman.
Sanggahan:
a) Mark 16:17-18
terletak dalam kontext Mark 16:9-20 yang diperdebatkan keasliannya. Untuk
jelasnya lihat pelajaran Kharismatik 6 (‘Haruskah kita berbahasa Roh?’) - pada no 12 (hal 51-52).
b) Mark 16:17-18
menyebutkan bahwa tanda orang beriman bukan hanya menyembuhkan orang sakit,
tetapi juga minum racun / memegang ular tanpa celaka dsb. Kalau orang
Kharismatik mau menggunakan ayat ini secara konsekwen, maka mereka juga harus
berani melakukan hal ini / bisa mengalami hal ini!
12) Mat 8:16-17
bdk. Yes 53:4-5.
Kesembuhan jasmani yang Yesus lakukan,
oleh Matius dihubungkan dengan nubuat nabi Yesaya yang berbunyi: “Dialah
yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”.
Yes 53:4-5 - “Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.
Sanggahan:
a) ‘Penyakit’
/ ‘kesembuhan’ dalam Yes 53:4-5 itu bersifat jasmani atau rohani? Ada 2 pandangan:
1. Jasmani
dan rohani.
Tetapi bagaimanapun, penyempurnaan
jasmani terjadi pada akhir jaman (2Kor 4:16
1Kor 15:43-44).
2. Hanya
rohani. Jadi, ‘penyakit’ menunjuk pada dosa.
·
Baca
kontex Yes 53!
*
Ay
5: ‘pemberontakan’, ‘kejahatan’.
*
Ay 6:
‘sesat seperti domba’, ‘mengambil jalannya sendiri’, ‘kejahatan’.
*
Ay
8: ‘pemberontakan’.
*
Ay
10: ‘korban penebus salah’.
*
Ay
11: ‘kejahatan’.
*
Ay
12: ‘dosa’.
Jadi
jelas bahwa kontex Yes 53 adalah rohani!
·
Untuk
lebih jelas tentang kontex, baca juga Yes 1:4-6!
· Bandingkan
juga dengan 1Pet 2:22-25, dimana Petrus mengutip Yes 53 ini! Ia jelas
menerapkan pada dosa / penyakit rohani!
b) Kalau
Yes 53 itu memang tentang penyakit rohani (dosa), lalu mengapa Matius
mengutip Yes 53:4 dan menerapkannya pada kesembuhan jas-mani dalam Mat
8:17?
Jawabnya: karena Yesus sering melakukan
sesuatu yang bersifat jasmani untuk mengajar suatu kebenaran rohani. Ini bukan
suatu pengallegorian!
Contoh:
·
Ia
mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Ini mengilustrasikan diriNya
sebagai Terang dunia (Yoh 9:5).
·
Ia
membangkitkan orang mati / Lazarus (Yoh 11). Lalu Ia
mengajar bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25-26).
·
Ia
melipat gandakan roti (Yoh 6), lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Roti Hidup
(Yoh 6:35).
Dalam Mat 8 juga demikian. Ia
menyembuhkan secara jasmani (Mat 8:15-16) untuk menunjukkan diriNya
sebagai penyembuh rohani / dosa (Mat 8:17 bdk. Yes 53:4-5).
Jadi, sebetulnya sekalipun
Mat 8:15-16 berbicara tentang kesembuhan / penyakit jasmani, tetapi
Mat 8:17 berbicara tentang kesembuhan / penyakit secara rohani, yaitu
dosa. Karena itu Matius lalu menganggap ini sebagai penggenapan dari Yes
53:4-5!
Kesimpulan:
1)
Kesembuhan
illahi itu ada!
2)
Tetapi
ajaran yang mengatakan bahwa orang Kristen harus sembuh:
a) Bertentangan
dengan Alkitab.
Saya
ingin menambahkan satu text Kitab Suci di sini.
Yes 56:4-5
- “(4) Sebab beginilah firman TUHAN: ‘Kepada orang-orang
kebiri yang memelihara hari-hari SabatKu dan yang memilih apa yang Kukehendaki
dan yang berpegang kepada perjanjianKu, (5) kepada mereka akan Kuberikan dalam
rumahKu dan di lingkungan tembok-tembok kediamanKu suatu tanda peringatan dan
nama - itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan - , suatu
nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka”.
Orang-orang
kebiri ini tentu tidak bisa mempunyai anak. Pada saat mereka bertobat, dan taat
kepada Tuhan, mereka diberi janji berkat, tetapi bukan dalam arti akan
mempunyai anak! Jadi, mereka tidak disembuhkan dari keadaan tidak bisa
mempunyai anak itu!
b) Bertentangan
dengan fakta / realita.
·
Jelas
sekali bahwa banyak orang Kristen yang sakit! Bahkan para penyembuhnya sering
memakai kaca mata. Apakah itu bukan pe-nyakit? Apa bedanya penyakit yang
disebabkan oleh bakteri / kuman dan penyakit yang disebabkan oleh usia tua?
Bukankah semua itu sama-sama masuk ke dalam dunia karena dosa Adam?
·
Para penyembuh itu sendiri juga pergi ke dokter / dokter gigi,
sekali-pun banyak yang pergi secara diam-diam! Bukankah ini adalah ke-palsuan
dan kemunafikan yang terkutuk?
Tetapi perlu saya tekankan di sini,
supaya orang-orang kristen tidak jatuh pada extrim sebaliknya, yang juga salah
dan merugikan, yaitu ‘terlalu cepat menyerah dalam mengharapkan kesembuhan /
berdoa untuk suatu kesembuhan’.
MACAM-MACAM KESEMBUHAN
I) Kesembuhan biasa.
Ciri-ciri kesembuhan biasa:
1) Kesembuhan
itu tidak terjadi seketika, tetapi melalui suatu proses.
2) Adanya
penggunaan hal-hal yang secara medis memang bisa memberi-kan kesembuhan
seperti: dokter, obat, diet, makanan bergizi, istirahat, olah raga, perubahan
cara hidup, berhenti merokok, dsb.
Perlu diketahui bahwa berbeda dengan
pandangan / ajaran banyak orang Pentakosta / Kharismatik yang mengatakan bahwa
dokter / obat itu dilarang dan bertentangan dengan iman, Kitab Suci tidak
menentang penggunaan dokter / obat. Ini terlihat dari:
·
Yak 5:14
yang berbunyi: “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua
jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan”.
‘Minyak’ di sini mungkin sekali
berfungsi sebagai obat (bdk. Yes 1:6
Luk 10:34). Pemberian obat oleh penatua ini mungkin disebabkan pada
saat itu banyak orang kristen yang miskin, sehingga tidak bisa membeli obat
sendiri.
·
Mat 9:12
yang berbunyi: “Yesus
mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit’”.
Dari sini terlihat dengan jelas bahwa
Yesus sendiri tidak menentang penggunaan tabib / dokter untuk orang sakit.
·
1Tim 5:23
yang berbunyi: “Janganlah
lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung
pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”.
Ini merupakan nasehat dari rasul Paulus
kepada Timotius yang sakit. Aneh sekali bahwa Paulus yang jelas mempunyai
karunia kesembuh-an itu, ternyata tidak menyembuhkan Timotius secara mujijat,
tetapi menyuruhnya menggunakan anggur sebagai obat!
·
Lukas
adalah tabib (Kol 4:14).
Kalau orang kristen tidak boleh
menggunakan dokter / obat, maka jelas bahwa dokter / tabib dan penjual obat
semuanya harus bertobat. Tetapi sekalipun Lukas adalah seorang tabib, ia tidak
pernah dikecam atau disuruh bertobat.
Kalaupun hal-hal yang secara medis bisa
memberikan kesembuhan tersebut di atas digabungkan dengan doa, sehingga lalu
terjadi kesem-buhan yang luar biasa cepatnya, itu tetap merupakan kesembuhan
biasa!
Kalau dikatakan bahwa ini adalah
kesembuhan biasa, itu tidak berarti bahwa itu tidak datang dari Tuhan!
Kesembuhan ini tetap datang dari Tuhan, tetapi Tuhan menggunakan hal-hal
tertentu untuk menyembuhkan. Jadi, Tuhan menyembuhkan secara tidak langsung.
Setiap kali kita sakit, selain kita
harus berdoa, kita juga harus menggunakan hal-hal tersebut di atas untuk
mendapatkan kesembuhan biasa ini!
II) Kesembuhan psikologis.
Ada banyak penyakit yang ditimbulkan /
diperparah / dikambuhkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis seperti takut,
kuatir, marah, sedih, benci / dendam, stress, dsb.
Dalam Amsal 17:22 dikatakan bahwa ‘hati
yang gembira adalah obat yang manjur’. Ini tentu tidak berlaku untuk semua penyakit! Misalnya
bagaimanapun orang yang menderita patah tulang bergembira, ia tidak akan
disembuhkan oleh kegembiraannya itu! Jadi, ayat ini hanya berlaku untuk
penyakit-penyakit yang memang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis.
Di dalam suatu kebaktian kesembuhan,
selalu diadakan pembangkitan emosi menggunakan musik yang keras, nyanyian yang
diulang-ulang, kata-kata chairman /
pengkotbah yang menggerakkan emosi, bahasa lidah, self-suggestion tentang ‘iman’ (penyugestian diri sendiri bahwa
dirinya akan sembuh / sudah sembuh), dsb. Hal-hal ini memang bisa menyebabkan
terjadinya kesembuhan secara psikologis terhadap penyakit-penyakit yang memang
disebabkan oleh hal-hal psikologis itu! Tetapi, begitu emosi turun (kembali
seperti semula), penyakitnya akan kembali / kambuh lagi. Karena itu, ini pada
hakekatnya bukan suatu kesembuhan. Ini hanya kesembuhan semu saja!
III) Kesembuhan ilahi.
A) Ada yang menggunakan
benda-benda:
1) Benda
milik si penyembuh, seperti:
a)
Jubah
Yesus (Mat 9:20-22 Mat 14:34-36).
b)
Sapu
tangan / kain Paulus (Kis 19:12).
Ayat-ayat Kitab Suci ini dipakai
sebagai dasar oleh sebagian orang Kharismatik untuk melakukan hal yang serupa!
Contoh:
·
Penginjil
Televisi dari Amerika Serikat, Oral Roberts, pernah mem-bagikan 6 juta kantong
plastik berisi air kepada semua pengikut-nya di seluruh Amerika, dan lalu dalam
siaran TV ia mengajak mereka bersama-sama untuk memecahkan kantong plastik itu
pada bagian tubuh yang sakit untuk menyembuhkannya.
·
John
F. MacArthur, Jr. menceritakan dalam bukunya bahwa ia pernah menerima ‘miracle prayer cloth’ (= kain doa
mujijat), dan bersama dengan kain doa mujijat itu ada suatu pesan yang
berbunyi:
“Take this
special miracle prayer cloth and put it under your pillow and sleep on it
tonight. Or you may want to place it on your body or on a loved one. Use it as
a release point wherever you hurt. First thing in the morning send it back to
me in the green envelope. Do not keep this prayer cloth; return it to me. I’ll
take it, pray over it all night. Miracle power will flow like a river. God has
something better for you, a special miracle to meet your needs” (= Ambillah kain doa mujijat
yang spesial ini dan letakkanlah di bawah bantalmu dan tidurlah di atasnya
malam ini. Atau engkau dapat meletakkannya pada tubuhmu atau pada orang yang
engkau cintai. Gunakanlah untuk mengurangi rasa sakit dimanapun engkau merasa
sakit. Hal pertama yang harus engkau lakukan pada esok pagi adalah
mengi-rimkannya kembali kepada saya di dalam amplop hijau. Janganlah menahan /
menyimpan kain doa ini; kembalikanlah kepada saya. Saya akan mengambilnya,
mendoakannya sepanjang malam. Kuasa mujijat akan mengalir seperti sungai. Allah
mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk engkau, suatu mujijat spesial yang sesuai
untuk kebutuhanmu)
- ‘The Charismatics’, p 130.
Ingat, bahwa sekalipun dalam Kitab Suci
pernah terjadi kesembuhan melalui benda seperti jubah Yesus atau sapu tangan
Paulus, tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan siapapun juga untuk
melaku-kan hal itu!
Hal yang harus diperhatikan adalah:
Kitab Suci tidak pernah menyuruh / mengijinkan untuk menggunakan benda apapun
sebagai jimat. Ini perlu diwaspadai karena adanya gereja di Indonesia yang
memberikan sapu tangan yang sudah didoakan untuk disimpan oleh jemaatnya (mirip
dengan cerita John F. MacArthur, Jr. di atas). Ini sudah termasuk jimat, dan
tentu saja tidak alkitabiah!
2) Benda-benda
yang secara medis tidak bisa menyembuhkan.
Contoh:
Dalam Yoh 9:6-7 Yesus menggunakan
ludahnya yang diaduk dengan tanah untuk menyembuhkan orang buta. Secara medis
ini bukan saja mustahil untuk menyembuhkan orang buta, tetapi bahkan orang
melekpun akan menjadi buta kalau diberi ‘obat’ seperti itu!
Ini berbeda dengan penggunaan obat
dalam kesembuhan biasa, karena obat memang bisa memberi kesembuhan (secara
medis).
B) Ada yang menggunakan
perintah ‘Dalam nama Yesus....’.
Contoh: Kis 3:6 Kis 9:34 dsb.
Orang-orang anti Kharismatik menganggap
ini sebagai karunia kesem-buhan dan mereka beranggapan bahwa hal ini tidak ada
lagi jaman ini.
Dasar anggapan ini:
1) Itu adalah karunia untuk membuktikan kenabian
/ kerasulan dan juga membuktikan bahwa mereka betul-betul menyampaikan Firman
Tuhan (Kel 19:9 2Raja-raja 5:8 Maz 74:9
Mat 9:6 Yoh 3:2 Yoh 6:14
Yoh 11:47 Kis 4:16 Kis 14:3
2Kor 12:12 Ibr 2:3-4).
Karena itulah mereka beranggapan bahwa
hal itu tidak ada lagi pada saat ini.
Tanggapan saya:
a) Tidak ada satupun ayat Kitab Suci yang
mengatakan bahwa karu-nia kesembuhan sudah tidak ada lagi.
b) Ayat-ayat seperti Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3,4 tidak berkata bah-wa itu
adalah satu-satunya tujuan pemberian karunia itu.
John Stott mengatakan: “The
major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of
revelation”
(= Tujuan utama dari mujijat adalah untuk membuktikan / mengesahkan
setiap tahap wahyu yang baru) - ‘Baptism and
Fullness’, p 97.
Ini jelas menunjukkan bahwa ada tujuan
sekunder dari mujijat.
Dan Thomas R. Edgar mengatakan:
“It
is also clear that miracles were performed primarily to confirm the gospel and
only secondarily for the benefit of the recepients” (= Juga jelas bahwa mujijat
dilakukan pertama-tama untuk meneguhkan Injil dan hanya secara sekunder untuk
keuntungan si penerima mujijat) - ‘Miraculous Gifts’,
p 99.
Jadi, bisa saja bahwa pada jaman ini
karunia itu diberikan dengan tujuan lain.
c) Kalau dulu Allah memberikan karunia itu
dengan tujuan membukti-kan kerasulan / kenabian, itu tidak berarti bahwa
sekarang Allah tidak bisa memberikan dengan tujuan yang lain.
Yesus sering menyembuhkan karena
belas kasihan (Mat 14:14
Mark 1:41-42
Luk 7:13-14); juga Ia pernah menyembuhkan karena itu adalah
perbuatan baik (Mat 12:9-13).
Jadi, tidak mungkinkah pada jaman ini
Allah memberikan karunia kesembuhan dengan tujuan yang seperti itu?
d) Dalam 1Kor 12:9,30 tidak kelihatan bahwa
karunia ini hanya untuk rasul saja, karena kata ‘seorang’ / ‘yang lain’ dalam
1Kor 12:9 tidak mesti menunjuk kepada seorang rasul. Jadi jelas bahwa karunia
ini tidak dimonopoli oleh rasul-rasul saja!
e) Misionaris-misionaris yang melayani di
daerah-daerah dimana ke-kristenan sama sekali tidak dikenal, bisa saja diberi
karunia ke-sembuhan oleh Tuhan untuk membuktikan bahwa mereka memang utusan
Tuhan.
2) Dalam Yak 5:14-16, Tuhan sudah
memberitahu apa yang Ia kehen-daki untuk kita lakukan pada waktu kita sakit.
Kita harus memanggil tua-tua, yang akan berdoa dan memberi obat (minyak).
Mengapa Tuhan tidak menyuruh kita untuk pergi kepada orang yang mempunyai
karunia kesembuhan? Karena karunia kesembuhan sudah tidak ada lagi.
Tanggapan saya:
Ini hanya cara yang umum. Ini tidak
berarti bahwa tidak ada cara yang khusus, dan ini tidak berarti bahwa karunia
kesembuhan sudah tidak ada lagi.
3) Dalam Kitab Suci, yang melakukan kesembuhan
hanyalah rasul-rasul dan orang-orang di sekitarnya / orang dalam kalangan
rasul, seperti Barnabas (Kis 14:3), Stefanus (Kis 6:8), dan Filipus (Kis
8:6-7).
Tanggapan saya:
a) Tidak
diceritakan tidak berarti tidak ada.
b) 1Kor 12:9,30 menunjukkan bahwa karunia
itu tidak hanya untuk rasul-rasul (kata ‘seorang’ / ‘yang lain’ tidak berarti
rasul).
Kesimpulan:
Saya beranggapan bahwa karunia
kesembuhan masih tetap ada. Tetapi perlu juga diingat bahwa sama seperti bahasa
Roh, jaman sekarang ada banyak karunia kesembuhan yang sekalipun menggunakan
nama Yesus tetapi merupakan karunia kesembuhan yang palsu (bdk. Mat 7:22-23).
C) Ada
yang menggunakan doa (bdk. Kis 28:8).
Orang-orang anti Kharismatik membedakan
kesembuhan mujijat yang terjadi karena doa dengan kesembuhan mujijat yang
terjadi karena karunia kesembuhan. Kesembuhan mujijat yang terjadi karena
karunia kesembuhan, itu seperti dalam Kis 3:6, dimana si penyembuh
langsung memerintahkan dalam nama Yesus supaya orang yang sakit itu sembuh. Ini
dianggap tidak ada lagi. Sedangkan kalau kesembuhan mujijat yang terjadi karena
doa, itu seperti dalam Kis 28:8, dan ini dianggap masih ada sampai jaman
sekarang.
Jadi, orang-orang anti Kharismatikpun
percaya bahwa kesembuhan mujijat yang terjadi melalui doa masih ada sampai
jaman sekarang, dan karena itu hal ini tidak menjadi bahan perdebatan.
Ciri-ciri kesembuhan ilahi:
1) Kesembuhan
itu harus terjadi secara langsung / seketika.
Ada yang menganggap Mark 8:22-25
sebagai dasar untuk percaya akan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi secara
bertahap (melalui suatu proses). Tetapi saya berpendapat bahwa sekalipun dalam
Mark 8:22-25 itu terjadi 2 tahap kesembuhan, tetapi selang waktunya
hanyalah bebe-rapa detik, sehingga sebetulnya tetap merupakan kesembuhan
seketika (bukan proses). Karena itu saya tetap beranggapan bahwa kesembuhan
ilahi harus terjadi secara langsung.
Jaman ini sering terdengar ada orang
yang katanya mengalami kesem-buhan ilahi tetapi sembuhnya berangsur-angsur.
Saya berpendapat bahwa itu bukan kesembuhan ilahi. Dalam Kitab Suci kesembuhan
ilahi selalu terjadi langsung.
2) Kesembuhan
itu harus bersifat total (penyakitnya sembuh total).
Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi
terjadi seperti itu. Tidak ada orang lumpuh, yang setelah mengalami kesembuhan
ilahi, lalu bisa berjalan tetapi pincang! Tidak ada orang buta, yang setelah
mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa melihat tetapi harus menggunakan kaca
mata minus 15! Tidak ada orang tuli, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi,
lalu bisa mendengar tetapi harus menggunakan hearing aids (= alat bantu untuk mendengar)!
Tetapi lihatlah ‘kesembuhan-kesembuhan
ilahi’ jaman sekarang ini! Bukan main banyaknya orang yang sembuh
setengah-setengah tetapi mengaku telah mengalami kesembuhan ilahi! Ini jelas
bukan kesembuhan ilahi!
3) Penyakitnya
tidak boleh kambuh.
Ada 3 hal yang bisa dipakai sebagai dasar
untuk mengatakan bahwa orang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh lagi
penyakitnya:
a)
Dalam
Kitab Suci orang-orang yang dibangkitkan dari kematian, akhir-nya akan mati
lagi.
Tetapi ini tidak bisa diterima karena
kematian berbeda dengan pe-nyakit.
b)
Orang
yang disembuhkan dari kerasukan setan, bisa kerasukan lagi (Mat 12:43-45).
Ini juga tidak bisa diterima karena
kerasukan setan tidak bisa disama-kan dengan penyakit.
c)
Dalam
Yoh 5:14 Yesus berkata kepada orang lumpuh yang telah Ia sembuhkan: ‘Engkau
telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih
buruk’. Ini
dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa penyakit seseorang yang mengalami
kesembuhan ilahi bisa kambuh kalau ia berbuat dosa.
Inipun tidak bisa diterima karena ‘lebih
buruk’ tidak
berarti penyakit yang sama akan kembali. Artinya: ia akan mengalami
hukuman Tuhan yang lebih berat.
Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang
yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu kambuh lagi penyakitnya! Bahkan 9
orang kusta yang tidak tahu terima kasih dalam Luk 17:11-19 juga tidak
kambuh penyakitnya.
Tetapi jaman sekarang, sering sekali
ada orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi, tetapi lalu kambuh kembali
penyakitnya. Ini omong kosong! Ini pasti bukan kesembuhan ilahi, tetapi
kesembuhan psikologis!
4) Tidak
digunakan dokter / obat.
Semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci
tidak menggunakan obat / dokter.
Ciri yang tidak harus ada dalam kesembuhan ilahi:
Dalam suatu kesembuhan ilahi, tidak
harus terjadi pertobatan dari orang yang disembuhkan itu. Itu memang bisa
terjadi, tetapi tidak selalu terjadi.
Misalnya dalam Luk 17:11-19,
kesembilan orang kusta yang tidak tahu berterima kasih itu jelas sekali tidak
bertobat! Tetapi mereka toh mengalami kesembuhan ilahi!
IV) Kesembuhan dari setan.
1) Dasar
Kitab Suci akan adanya kesembuhan dari setan: Mat 7:22-23 Mat 24:24
2Tes 2:9-12 Wah 13:13-14 Wah 16:13-14.
Semua ayat-ayat ini menyebabkan kita
harus berhati-hati pada saat suatu ‘kesembuhan’ / ‘mujijat’ terjadi. Karena
Kitab Suci sudah menubuatkan bahwa pada akhir jaman ini akan ada banyak
kesembuhan / mujijat yang palsu yang berasal dari setan.
2) Karena
setan adalah seorang yang hebat sekali dalam menipu / memalsu, maka bisa saja
keempat ciri kesembuhan ilahi di atas terpenuhi semua, tetapi itu toh merupakan
kesembuhan dari setan!
3) Harus
diakui bahwa memang sangat sukar untuk bisa membedakan an-tara kesembuhan ilahi
dengan kesembuhan dari setan. Tetapi kadang-kadang bisa terlihat bahwa
kesembuhan itu dari setan kalau:
a) Ada penggunaan hal-hal yang berbau mistik /
perdukunan.
Misalnya:
·
harus
berdoa pada hari / jam tertentu, supaya bisa sembuh.
·
harus
berdoa / tidur dengan telanjang.
·
menggunakan
air dan kembang tertentu.
·
disuruh
menyimpan jimat / benda-benda tertentu (bahkan salib / kitab Suci / kertas
bertuliskan ayat tertentu dari Kitab Suci!).
·
adanya
penggunaan mantera.
·
dsb.
Sekalipun hal-hal di atas ini
digabungkan dengan:
¨ doa / kata-kata ‘dalam nama Yesus’.
¨ doa Bapa kami.
¨ penggunaan ayat-ayat Kitab Suci.
¨ tanda salib, dsb.
itu tetap dari setan.
Karena itu janganlah membiarkan diri
saudara dikelabui hanya dengan penggunaan nama Yesus, doa Bapa Kami, pengutipan
ayat Kitab Suci dsb!
b) Kalau terjadi hal-hal yang tidak Alkitabiah
seperti ‘nggeblak’ dsb.
Pada kasus pengusiran setan, orang
memang bisa pingsan / diban-ting-banting dsb, tetapi hal itu tidak mungkin
terjadi pada kasus ke-sembuhan!
Mujijat
Pandangan Kharismatik tentang mujijat dan tanggapan /
jawabannya:
I) Orang kristen harus terus / selalu mengalami mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.
Tanggapan saya:
1) Dalam
Kitab Suci sekalipun mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya
pada setiap saat!
Mari kita melihat
mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:
·
Mulai
Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujijat, yaitu pengangkatan Henokh
(Kej 5:24).
·
Mulai
Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujijat, yaitu peristiwa menara Babil
(Kej 11:1-9).
·
Mulai
Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujijat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada
masa ini tetap jarang sekali terjadi mujijat.
·
Selama
bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikata-kan tidak ada
mujijat.
·
Jaman
Musa dan Yosua, banyak sekali mujijat.
·
Jaman
Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujijat.
·
Jaman
Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
raja-raja (setelah Israel pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak
sekali mujijat.
·
Jaman
Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babil-onia), tidak ada
mujijat.
·
selama
400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujijat.
·
Pada
masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yoh
10:41).
·
Pada
masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujijat.
·
Pada
jaman rasul-rasul, juga ada banyak
sekali mujijat.
Kesimpulannya: dalam Kitab Suci
mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:
a) Jaman
Musa dan Yosua.
b) Jaman
Elia, Elisa dan nabi-nabi.
c) Jaman
pelayanan Tuhan Yesus.
d) Jaman
rasul-rasul.
Pertanyaannya adalah: mengapa
mujijat-mujijat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai
berikut:
“The
major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= tujuan utama dari mujijat-mujijat
adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu / penyataan) - John R. W. Stott, ‘Baptism and Fullness’, p 97.
Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kis 14:3
2Kor 12:12 Ibr 2:3,4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
orang-orang tertentu bisa melakukan mujijat untuk membuktikan bahwa mereka
adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka
betul-betul datang dari Allah.
2) Sekarang
Kitab Suci sudah lengkap. Tidak ada wahyu yang baru lagi!
Memang banyak orang Kharismatik yang
percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah
ini:
“Kunci penulisan buku ini ialah
hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak
pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...”.
“Demikian pula halnya pengalaman
para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.
“Pelayanan kami mengalami
perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata
melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.
“Oleh kemurahan Tuhan, melalui
getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David
berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran
rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk
berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.
“Sewaktu penulis menulis buku ini
akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.
“Wahyu adalah perkataan Kristus
yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya
dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani.
Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang
berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh” - (David dan Ribka Moningka,
‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI).
Tetapi kalau memang jaman sekarang ini
masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu harus dijadikan
Kitab Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan
ini dengan ayat-ayat seperti Ul 4:2 Ul
12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19
Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi
ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.
Karena jaman sekarang tidak ada wahyu
lagi, dan karena fungsi utama dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan
wahyu Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujijat harus berkurang
frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan
golong-an Liberal yang sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah
pan-dangan yang tidak alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa
diharap-kan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun
tujuan utama dari mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap
ada tujuan yang lain.
John Stott:
“What
then, should be our response to miraculous claims today? It should be neither a
stubborn incredulity (‘but miracles don’t happen today’) nor an uncritical
gullibility (‘of course! miracles are happening all the time’), but rather a spirit
of open-minded enquiry: ‘I don’t expect miracles as a common-place today,
because the special revelation they were given to authenticate is complete; but
of course God is sovereign and God is free, and there may well be particular
situation in which he pleases to perform them’” [= Lalu apa tanggapan kita yang
seharusnya terhadap claim mujijat jaman ini? Bukan suatu ketidakpercayaan yang
bandel (‘tetapi mujijat tidak terjadi pada jaman ini’), juga bukan sikap mudah
tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja! mujijat terus terjadi setiap waktu’),
tetapi suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan
mujijat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana mereka
diberikan untuk menge-sahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah itu
berdaulat dan Allah itu be-bas, dan mungkin saja ada suatu situasi tertentu
dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - John R. W. Stott, ‘Baptism
and Fullness’, p 98-99.
3) Mujijat
adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan
dengan apa yang biasanya terjadi.
Misalnya: manusia tidak bisa berjalan
di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat
Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam
/ apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.
Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu
terjadi (terus menerus), maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi
dan mujijat itu bukan lagi mujijat!
John Stott berkata:
“...
a miracle by definition is an extraordinary event, a creative deviation from
God’s normal and natural ways of working. If miracles were to become
commonplace they would cease to be miracles” (= ... definisi mujijat adalah suatu kejadian yang
luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah.
Kalau mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka
mujijat itu berhenti menjadi mujijat) - John R. W. Stott, ‘Baptism
and Fullness’, p 96.
Misalnya semua orang bisa berjalan di
atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan
mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu
yang luar biasa / mujijat?
Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus
menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan
rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk. Mat
26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42
Kis 7:57-60 Kis 9:23-25 Kis 12:1-2
Kis 14:19-20 Kis 27. Dalam semua
ayat-ayat ini tidak terjadi mujijat padahal bisa dikatakan ‘dibutuh-kan
mujijat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.
II) Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujijat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.
Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar
pandangan ini ialah: Mark 6:5 Mat
17:19-20 Mark 11:22-24.
Juga perhatikan kutipan di bawah ini:
“Ada begitu banyak umatKu yang
menutup mata dari setiap ren-canaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih
terus bekerja hingga saat ini ...
Mereka pula bertanya-tanya
mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ...
bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya
tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan
kuasaKu yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan
pernah berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...
Mereka tidak akan mengalami
mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri
yang menutup diri dari hal demikian itu” - (David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang
Mujizat’, hal 1).
Tanggapan saya:
1) Memang
kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terja-dinya mujijat seperti
pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa
sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa me-nuntut iman / sekalipun orangnya
tidak percaya bahwa mujijat akan ter-jadi.
Contoh:
·
Kebangkitan
Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun
Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya
/ mengharapkan terjadinya mujijat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati,
tetapi toh mujijat itu ter-jadi!
·
Mat
11:20-24 menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota itu adalah
orang-orang yang tak beriman / tak bertobat, tetapi toh banyak mujijat
dilakukan oleh Yesus di sana.
·
Dalam
Mark 6:5 sekalipun, juga terjadi mujijat (sekalipun tidak ba-nyak),
padahal orang-orangnya tidak percaya.
2) Sebaliknya,
ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak meng-alami mujijat.
Contoh:
·
Yohanes
Pembaptis dalam Yoh 10:41 Mat 14:1-12.
·
Paulus
dalam 2Kor 12:7-10.
Kesimpulannya: mujijat terjadi atau
tidak, tergantung pada kehendak Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat
seperti Mark 11:22-24, yang menun-jukkan bahwa doa yang disertai iman bisa
menghasilkan muijijat, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14
yang berbunyi: “Dan
inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau
kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
III) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibr 13:8).
Karena Yesus tidak berubah, maka kalau
dahulu Yesus melakukan banyak mujijat, sekarang pasti juga demikian.
Tanggapan saya:
Tuhan Yesus memang tidak berubah,
tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun
selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi
memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah
lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau
melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang pernah Ia lakukan
tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:
- peristiwa penciptaan alam semesta beserta isinya (Kej 1-2 Yoh 1:1-3). Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi.
- inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja.
- Ia pernah menyuruh Petrus berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain.
- Ia pernah menghancurkan dunia dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas merupakan mujijat), tetapi Ia bah-kan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi (Kej 9:11-17).
- Ia pernah memimpin bangsa Israel dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu.
Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia
melakukan hanya sedikit mujijat, itu tidak berarti Ia berubah!
IV) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.
Tanggapan saya:
1) Kis
2:17-18:
a) ‘Bernubuat’.
Ada 2 penafsiran tentang kata
‘bernubuat’ ini:
·
memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi
Perjanjian Lama).
· memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Ki-tab Suci (seperti pengkhotbah
jaman sekarang).
b) ‘Penglihatan
dan mimpi’.
Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata
ini:
·
kata-kata
ini diartikan secara hurufiah.
· kata-kata
ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri
kepada manusia (bdk. Bil 12:6).
Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini
ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga
kalau diarti-kan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.
Yang manapun yang benar dari arti-arti
ini, jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.
2) Kis
2:19-20.
Ada 2 penafsiran juga tentang bagian
ini:
a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi
menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya.
b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan
Kis 2:17-18 di atas).
Calvin mengatakan
bahwa:
·
‘matahari’
dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.
·
‘kegelapan’,
‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / mur-ka Allah.
Arti kedua ini lebih cocok dengan
kontexnya karena:
¨ Kis 2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.
¨ Kis 2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman
/ murka Allah.
¨ Kis 2:21 menunjukkan bahwa
sekalipun ada ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan
selamat.
Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa
dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat.
Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujijat’
dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.
V) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.
Tanggapan saya:
1) Yoh
14:10,11,12 masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Ada
bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut:
a) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk
pada mujijat-mujijat yang Yesus lakukan.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Pada saat menafsirkan Yoh 14:12,
kita harus memperhatikan fakta bahwa dalam Kitab Suci sekalipun tidak ada satu
rasulpun yang bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat
dari mujijat-mujijat yang Yesus lakukan! Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan’
dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin sekedar diartikan ‘tindakan melakukan
mujijat’. Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci
sendiri!
b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus
lakukan.
Ada juga orang yang menambahkan bahwa
di dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup kesembuhan jiwa dari
orang-orang yang bertobat karena pemberitaan Injil tersebut.
Calvin kelihatannya termasuk dalam
golongan kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata:
“Now
the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful
conversion in the world, in which the Divinity of Christ was more
powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus, we see that the proof
of his Divinity was not confined to the person of Christ, but was diffused
through the whole body of the Church” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu
pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus
ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara
manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi
Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).
William Hendriksen juga termasuk dalam
golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).
c) Gabungan a) dan b).
Kalau dilihat Yoh
14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.
Kalau dilihat Yoh
14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.
Karena itu ada
orang yang menggabungkan kedua arti ini.
Jadi, ‘pekerjaan’ = mujijat +
kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman
Tuhan.
Kalau pandangan ketiga ini yang benar,
maka sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari
Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa
melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau
mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman
Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.
2) Aspek
lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan
pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:
a) Lebih
besar dalam ruang lingkup.
Yesus hanya mencakup orang Yahudi di
Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di
seluruh dunia.
b) Lebih
besar dalam hal pengaruh / kwalitet.
Pekerjaan Yesus secara mayoritas
terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi
tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi sangat sedikit).
Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang
kristen secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya
adalah: banyak orang-orang yang bertobat.
William Hendriksen menekankan kedua hal
ini dengan berkata:
“...
greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s
works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm,
performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works,
he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of
the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent” (= pekerjaan-pekerjaan yang
lebih besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian
besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia
fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu
Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia
berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non
Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih
besar dan luas yang lebih luas).
Catatan:
Satu hal yang perlu diperhatikan dari
kata-kata Hendriksen ini ialah bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam
dunia rohani)!
Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita
tidak melakukan mujijat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak
tergenapi!
VI) Mujijat harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.
Peter Masters, pada waktu berbicara
tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan:
“This
is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer
answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an
explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles
than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him
greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through
attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty
millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had
recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous
of the success which these other religions had in attracting followers. He
wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years,
with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka
Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be
satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to
supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang
bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan
penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk
menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil
mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa
diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat
mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan
melalui meditasi yoga, dan melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan
Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut
Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui
grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini
dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang
selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk
mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa
melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa.
Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat
untuk orang-orang ini’]
- Peter Masters, ‘The Healing Epidemic’,
pp 26-27.
Tanggapan saya:
1) Mujijat
tidak mempertobatkan orang.
a) Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi
toh hanya mempertobatkan sedikit orang.
Pada waktu Yesus membangkitkan Lazarus,
tidak ada tokoh-tokoh agama Yahudi yang bisa menyangkal hal itu. Tetapi apa
tanggapan mereka? Mereka ingin membunuh baik Yesus maupun Lazarus (Yoh
11:49-53 Yoh 12:10-11).
b) Juga perhatikan sikap Abraham terhadap
permintaan orang kaya dalam cerita Yesus tentang Lazarus dan orang kaya (Luk
16:19-31).
Dalam cerita itu terlihat bahwa orang
kaya yang sudah masuk neraka itu meminta mujijat kepada Abraham, yaitu supaya
Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil
kepada 5 saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham
menjawab bahwa pada kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu
Firman Tuhan / Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan
tersebut (Luk 16:29). Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima
saudaranya itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati
kepada mereka (Luk 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan
bahwa Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi mujijat pasti
akan mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih punya
pandangan yang sesat!). Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang jelas tidak
setuju dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan
kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun
oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati”.
2) Yesus
tidak mau memberi tanda.
Mat 12:38-40 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari
padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak
setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan
tanda selain tanda nabi Yunus. (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam
perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di
dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
Apa artinya ‘tanda
nabi Yunus’? Ada yang menganggap ay 40 sebagai penekanan / inti bagian ini dan
lalu berkata bahwa tanda itu adalah kebangkitan Yesus. Tetapi kelihatannya
ay 40 ini hanya merupakan tambahan saja dan bukan merupakan inti /
penekanan dari bagian ini. Alasannya:
·
Luk 11:29-30 maupun Mat 16:1-4 menyebut
tentang Yunus tetapi tidak menyebut tentang ‘3 hari dan 3
malam’.
Luk 11:27-30 - “Ketika orang banyak mengerumuniNya, berkatalah
Yesus: ‘Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu
tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah
Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”.
Mat 16:1-4 - “Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki
hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari
sorga kepada mereka. Tetapi jawab Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah,
kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan
redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi
tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu
tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus.’ Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi”.
·
Mark 8:11-12 bahkan hanya berkata bahwa mereka tidak
akan diberi tanda. Bagian ini sama sekali tidak menyinggung tentang Yunus!
Mark 8:11-12 - “Lalu
muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia
mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam
hatiNya dan berkata: ‘Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.’”.
Ini semua
menunjukkan bahwa Mat 12:40 bukanlah bagian inti tetapi hanya merupakan
tambahan saja, karena kalau Mat 12:40 merupakan penekanan / inti, maka
tidak mungkin 3 bagian Kitab Suci yang lain menghapuskan bagian ini.
Kesimpulan: arti
bagian ini adalah: mereka tidak akan diberi tanda, tetapi hanya diberi
pemberitaan Firman Tuhan! Yunus sendiri juga tidak memberi mujijat apa-apa
kepada orang Niniwe; ia hanya memberitakan Firman Tuhan. Mereka harus percaya
pada Firman Tuhan tanpa tanda / mujijat.
3) Dalam
1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujijat,
tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka! Sebaliknya, Paulus memberitakan
Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu
sandungan. Mengapa Paulus melakukan hal itu? Karena memang Injil (bukan
mujijat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya (Ro 1:16).
Memang sebetulnya, penekanan mujijat dan kesembuhan
dalam kekristenan merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena dalam agama-agama
lain dan sekte-sekte sesat, dan bahkan dalam kalangan orang yang mempelajari
magic, tenaga dalam, kebatinan, dsb, hal-hal ini juga banyak. Kalau kekristenan
menekankan hal-hal itu, kekristenan tidak kelihatan istimewa. Yang istimewa
dalam kekristenan dan yang tidak
dipunyai agama lain adalah keselamatan / pengampunan karena penebusan Kristus
(Injil), dan ini yang harus ditekankan!
4) Pertanyaan
yang harus diajukan kepada Pdt. Paul Yonggi Cho adalah: mengapa Abraham, Yesus,
dan Paulus tidak menunjukkan kuasa Allah, dan menyuplai mujijat, dalam
text-text ini? Dan kalau Abraham, Yesus dan Paulus tidak menunjukkan kuasa
Allah atau menyuplai mujijat di sini, mengapa orang kristen / hamba Tuhan jaman
sekarang salah, kalau mereka hanya memberitakan Injil / Firman Tuhan, tanpa
menunjukkan kuasa Allah dalam bentuk mujijat-mujijat?
Penutup:
Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di
antara mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka
yang bisa mengada-kan mujijat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh
banyak orang.
Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:
1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak
mujijat-mujijat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya
(Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12
Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).
Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi
yang menerima seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang
sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan
mujijat!
2) Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia
alami, tetapi sebaliknya ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor
11:30 2Kor 12:1-10).
3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata
dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not
unfriendly to the Charismatic position’ (= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan
posisi Kharismatik),
sebagai berikut:
“The
Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and
were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is
to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of
Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and
wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an
apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of
suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance
of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his
missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection
and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its
shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu
mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu
mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban
Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya,
yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar.
Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda,
mujijat-mujijat, dan perbu-atan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia
tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang
dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan
duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan
kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya
(1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya;
mereka perlu untuk mem-pelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya ....
yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 104. Ia mengutip
dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’, p 208.
Roh jahat
I) Roh jahat dan benda.
Banyak orang Kharismatik yang
beranggapan bahwa seadanya patung, gam-bar / lukisan (apalagi yang
menggambarkan naga / ular, orang yang matanya menyeramkan, dsb), bahkan
souvenir-souvenir sekalipun adalah benda-benda yang mengandung roh jahat dan
karena itu harus ditengking dan bahkan dimusnahkan.
Tanggapan saya:
1) Kitab
Suci memerintahkan pemusnahan berhala / benda-benda yang berhubungan dengan
kuasa gelap, bukan seadanya patung (Ul 7:1-5 Ul 12:3
Kel 32:20 Kis 19:19).
Mengapa
benda-benda itu harus dimusnahkan?
·
Apakah
karena benda-benda itu ‘ada isinya’ sehingga bisa ‘meng-ganggu’?
Pertanyaan ini sukar dijawab, karena
Kitab Suci tidak pernah menga-takan tentang adanya benda yang ‘ada isinya’
sehingga bisa ‘meng-ganggu’. Tetapi Kitab Suci juga tidak pernah mengatakan
bahwa hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Jadi kemungkinan ini masih tetap
terbuka.
· Supaya
benda-benda itu tidak disembah, baik oleh mereka sendiri maupun oleh orang lain
(Ul 7:4-5).
Jadi, patung / benda yang termasuk
berhala (patung Maria / Yesus / orang suci yang disembah, keris, jimat,
hu, patkwa, cincin / batu pusa-ka, dsb) harus dihancurkan sekalipun benda-benda
itu terbuat dari emas dsb (Kel 32:20 Ul
7:25). Kalau dalam keristenan ada orang yang extrim kiri dengan menyuruh
menghancurkan seadanya patung, maka perlu diingat akan adanya orang yang extrim
kanan, yang de-ngan mengandalkan ‘iman’ atau kuasa Tuhan, lalu tetap menyimpan
benda-benda yang seharusnya dihancurkan. Lebih-lebih kalau benda-benda itu
terbuat dari emas / perak, maka ada orang tamak yang menggunakan ‘iman’ sebagai
kedok, dan tetap menyimpan benda-benda seperti itu. Kalau saudara adalah orang
seperti itu, perhatikan-lah Ul 7:25-26 yang berbunyi: “Patung-patung allah mereka
haruslah kamu bakar habis; perak dan emas yang ada pada mereka janganlah
kauingini dan kauambil bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau terjerat
karenanya, sebab hal itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allah-mu. Dan janganlah
engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkaupun
di-tumpas seperti itu; haruslah engkau benar-benar merasa jijik dan keji
terhadap hal itu, sebab semuanya itu dikhususkan untuk dimusnahkan”.
2) Kitab
Suci tidak melarang pembuatan seadanya patung! Yang dilarang adalah pembuatan
patung untuk disembah (Kel 20:4-5). Perlu diketahui bahwa Kel 20:4 dan
Kel 20:5 tidak boleh dipisahkan, seakan-akan Kel 20:4 melarang pembuatan
patung dan Kel 20:5 melarang penyembahan patung. Ini penafsiran yang salah!
Kel 20:4 dan Kel 20:5 harus digabung-kan sehingga artinya adalah:
dilarang membuat patung untuk disembah.
Bahwa membuat patung (yang tidak untuk
disembah) tidak dilarang oleh Kitab Suci terlihat dari:
a) Tuhan sendiri menyuruh membuat patung ular
tembaga (Bil 21:4-9). Patung ini nantinya memang dihancurkan, tetapi itu
terjadi karena akhirnya patung itu disembah (2Raja-raja 18:4).
b) Tuhan menyuruh membuat patung kerub /
malaikat pada tutup tabut perjanjian (Kel 25:18-20).
Karena itu jelas bahwa kita tidak perlu
menghancurkan seadanya patung, lukisan, souvenir, dsb. Tetapi juga harus
diingat bahwa ada daerah-daerah, seperti pulau Bali, dimana pembuatan patung /
souvenir dilakukan dengan menggunakan kuasa gelap.
Dr. Kurt Koch, dalam bukunya yang
berjudul ‘Occult ABC’, berkata:
“Objects
carved from new wood and those which were not consecrated to any deity are not
dangerous. Unfortunately, it is the custom in some areas, like the island of
Bali, to consecrate even the newly carved figures of gods to some demon” (= Benda yang dipahat dari kayu
yang baru dan yang tidak pernah dipersembahkan kepada dewa manapun, tidaklah
berbahaya. Sayangnya, ada daerah-daerah, seperti pulau Bali, yang
mempunyai kebiasaan untuk mempersembahkan bahkan patung-patung dewa yang baru
dipahat kepada setan / roh jahat) - ‘Occult ABC’,
p290.
3) Kita
memang tidak boleh bersikap gegabah terhadap benda-benda yang ada kuasa
gelapnya (misalnya dengan sengaja menyimpan benda-benda seperti itu), tetapi
kita juga tidak boleh terlalu takut terhadap benda-benda itu. Kita percaya
bahwa Yesus sudah menang atas setan dan Ia me-lindungi kita (Maz 23:4).
Perlu diketahui
bahwa:
·
di
Indonesia, padi dipersembahkan kepada Dewi Sri.
·
banyak
restoran, toko, dsb yang menggunakan kuasa gelap untuk membuat dagangannya
laris.
·
banyak
cassette-cassette rock yang masternya dipersembahkan ke-pada setan.
Hal-hal ini tidak mungkin bisa kita
hindari, sehingga kalau Tuhan tidak menjaga kita dan Ia mengijinkan hal-hal itu
dipakai oleh setan untuk me-nyerang / merasuk kita, maka pasti semua orang
kristen sudah kerasukan setan.
Jadi jelaslah bahwa kita tidak boleh
terlalu takut, seakan-akan seadanya barang bisa menyebabkan kita dirasuk setan.
Kita mempunyai Tuhan yang maha kuasa yang melindungi kita! Tanpa ijinNya, setan
tidak bisa mengganggu / merugikan kita sama sekali!
II) Roh jahat dan manusia.
A) Roh
jahat dan orang sakit:
Banyak orang Kharismatik yang
berpendapat bahwa orang bisa sakit disebabkan oleh pekerjaan setan, sehingga
setiap kali mereka meng-hadapi orang sakit, mereka menengking setan.
Tanggapan saya:
1) Kitab Suci memang mengajarkan adanya orang
yang sakit karena kerasukan setan, misalnya dalam Luk 11:14.
2) Kitab Suci juga mengatakan bahwa setan juga
bisa memberi penyakit tanpa merasuk, misalnya dalam kasus Ayub (Ayub 2:7-8) dan
Paulus (2Kor 12:7).
3) Tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa ada
penyakit biasa yang tidak berhubungan dengan setan, misalnya dalam Kej 48:1.
Hal ini juga terlihat dari
Mat 4:24 yang membedakan ‘orang yang menderita penyakit’ dengan ‘orang
yang kerasukan setan’.
Kesimpulannya: Orang menjadi sakit
tidak selalu disebabkan oleh peker-jaan setan / kerasukan setan. Ini perlu
saudara ingat baik pada saat sau-dara sendiri sakit maupun pada saat saudara
menghadapi orang lain yang sakit.
B) Roh
jahat dan orang yang berbuat dosa:
Banyak orang Kharismatik yang
berpendapat bahwa seseorang berbuat dosa karena adanya roh jahat dalam diri
orang itu (roh zinah, roh dusta, dsb). Ini bahkan bisa terjadi pada diri orang
kristen / anak Allah. Supaya dosa itu bisa dihilangkan, maka roh jahat itu
harus ditengking. Ada penulis buku yang bersaksi bahwa dari dirinya pernah
ditengking 99 ma-cam roh jahat, dan lalu tinggal 1 roh jahat, yang lalu juga
ditengking dan akhirnya semua roh jahat dalam dirinya (jadi suci mendadak?).
Bahkan ada yang percaya bahwa suatu
keadaan yang tidak menyenang-kan (misalnya menjadi perawan tua) bisa terjadi
karena adanya roh jahat (roh perawan tua) dalam diri orang itu.
Dan ada juga yang percaya bahwa pada
waktu kita berbuat baik, itu terjadi karena ada roh yang baik (roh kasih, roh
kesabaran, dsb).
Dasar-dasar Kitab Suci yang mereka
pakai:
a) Tentang
roh yang baik:
·
Kel
28:3 - ‘roh keahlian’.
·
Ul
34:9 - ‘roh kebijaksanaan’.
·
Maz
51:14 - ‘roh yang rela’.
·
Yes
28:6 - ‘roh keadilan’.
·
Ro
8:15 (NASB) - ‘a spirit of adoption’
(= roh adopsi).
·
1Kor
4:21 (NIV) - ‘a gentle spirit’ (= roh
yang lembut).
·
2Kor
4:13 - ‘roh iman’.
·
2Tim
1:7 - ‘roh kekuatan, kasih, ketertiban’.
·
1Pet
3:4 - ‘roh yang lemah lembut dan tenteram’.
b) Tentang
roh yang jahat:
·
Bil
5:14,30 - ‘roh cemburu’.
·
1Raja-raja
22:21-23 - ‘roh dusta’.
·
Yes
19:14 - ‘roh kekacauan’.
·
Hos
4:12 & 5:4 - ‘roh perzinahan’.
·
Zakh
13:2 - ‘roh najis’.
·
Ro
8:15 (NASB) - ‘a spirit of slavery’
(= roh perbudakan).
·
Ro
11:8 (NIV) - ‘a spirit of stupor’ (=
roh tidur / pingsan / teler).
·
Gal
5:20 - ‘roh pemecah’.
·
2Tim
1:7 - ‘roh ketakutan’.
·
1Yoh
4:6 - ‘roh yang menyesatkan’.
Tanggapan saya:
1) Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa
keadaan yang tidak menyenangkan seperti menjadi perawan tua / tidak menikah
dsb, disebabkan oleh suatu dosa ataupun disebabkan oleh roh jahat. Jangan lupa
bahwa Yesus sendiri tidak pernah menikah.
Memang ada orang yang karena dosanya
(hidupnya jahat) akhirnya tidak ada yang mau menikah dengannya, sehingga ia
menjadi pera-wan tua. Tetapi ini tentu tidak berlaku umum!
2) Hal-hal yang baik dalam diri kita (kasih,
kesabaran, dsb) terjadi karena pekerjaan Roh Kudus (Gal 5:22-23). Bandingkan
juga Kel 28:3 dan Kel 31:3, maka akan terlihat bahwa keahlian itu datang dari
Allah.
Kitab Suci tidak pernah mengajar akan
adanya roh-roh (selain dari Roh Kudus) yang membuat kita menjadi baik! Kita
memang percaya akan adanya malaikat, tetapi malaikat tidak menolong kita untuk
menjadi baik. Hanya Roh Kudus yang menolong kita untuk menjadi baik.
3) Kata ‘roh’ dalam bahasa Ibraninya adalah
RUACH dan dalam bahasa Yunaninya adalah PNEUMA. Kedua kata ini artinya bisa
bermacam-macam:
a) Roh.
Ini bisa menunjuk pada roh manusia,
malaikat, setan / roh jahat, maupun Roh Allah.
b) Angin (Kej 8:1 Yoh 3:8).
c) Nafas (Ayub 19:17 2Tes 2:8).
d) Pikiran / kecondongan pikiran / sikap.
Contoh:
·
kata
‘jiwa’ dalam Bil 14:24 seharusnya adalah ‘roh’ (Ibrani: RUACH), dan ini
menunjuk pada cara berpikir / sikap.
·
kata
‘hati’ dalam 1Raja-raja 21:5 seharusnya juga adalah ‘roh (Ibrani: RUACH), dan
ini menunjuk pada pikiran / hati.
·
Yes
57:15 (NIV): ‘but also with him who is
contrite and lowly in spirit to revive the spirit of the lowly’
(= tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk
menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati).
Di sini kata ‘spirit’ yang pertama jelas menunjuk pada sikap hati.
·
Amsal 17:27
- ‘berkepala dingin’ (NIV: is even
tempered). Dalam bahasa Ibraninya sebetulnya ayat ini mengandung kata
RUACH, dan ini tentu juga menunjuk pada sikap hati.
·
kata
‘hati’ dalam Kej 41:8 [NIV: mind (=
pikiran)] dalam bahasa Ibraninya adalah RUACH dan ini menunjuk pada hati /
pikiran.
·
kata
‘jiwa’ dalam Maz 32:2 dalam bahasa Ibraninya adalah RUACH dan ini menunjuk
pada kecondongan hati / pikiran.
·
kata
‘roh’ dalam 2Kor 12:18 (Yunani: PNEUMA) menunjuk pada hati / pikiran / tujuan.
·
kata
‘roh’ dalam Fil 1:27 (Yunani: PNEUMA) menunjuk pada hati / pikiran /
tujuan.
e) Semangat
(Yos 2:11 Yos 5:1 Yes 19:3
Luk 1:17).
Sebetulnya ini juga termasuk dalam no
d) di atas, karena sema-ngat juga merupakan kecondongan hati / pikiran.
Kesimpulan:
Setelah melihat banyaknya arti dari
kata RUACH / PNEUMA maka jelas bahwa: kata-kata
‘roh dusta’ belum tentu menunjuk, atau bahkan tidak menunjuk, pada setan yang
mempunyai keahlian mendorong manusia pada dusta. Orang yang mempunyai roh dusta
adalah orang yang hati / pikirannya condong pada dusta! Hal yang sama berlaku
untuk roh zinah, roh pemecah, dsb.
Problem:
·
Hakim-hakim
9:23 (NIV/NASB): ‘God sent an evil
spirit’ (= Allah mengirimkan roh jahat).
Kata ‘roh’ di sini berasal dari kata
Ibrani RUACH dan bisa diartikan roh jahat, tetapi bisa juga sekedar diartikan
‘pikiran’.
·
2Raja-raja
19:7.
Ini juga sama. Kata RUACH bisa
diartikan roh jahat atau sekedar ‘pikiran’.
·
1Raja-raja
22:21-23.
Ada macam-macam penafsiran:
*
ada
yang mengatakan bahwa ini cuma penglihatan / perumpa-maan.
*
ada
yang mengatakan bahwa ‘roh’ ini adalah malaikat.
*
ada
yang menafsir ‘roh’ itu adalah setan.
Bagaimanapun, ketiga bagian Kitab Suci
ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa orang kristen bisa
mempunyai roh jahat, karena ketiga orang yang diceritakan di sini bukanlah
orang percaya.
4) Kita
harus membedakan antara ‘dikuasai setan’ dan ‘dirasuk setan’.
a) ‘Dikuasai setan’ adalah suatu keadaan dimana
setan membujuk seseorang sehingga orang itu tunduk dengan kemauannya, dan
mengikuti setan dengan sukarela.
Contoh: Kis 5:3 1Tim 4:1
2Tim 2:26 menunjukkan orang-orang yang dikuasai setan.
b) ‘Dirasuk setan’ adalah suatu keadaan dimana
setan menguasai secara paksa. Orang itu belum tentu menyerahkan kemauannya
kepada setan, tetapi ia terpaksa tunduk.
Kalau tidak ada hal-hal yang luar biasa
yang jelas menunjukkan kerasukan setan, maka kita tidak boleh sembarangan
berkata bahwa seseorang itu dirasuk setan.
Orang kristen bisa dikuasai setan,
tetapi tidak bisa dirasuk setan. Dan menghadapi orang yang dikuasai setan,
Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk menengking setan.
5) Orang kristen yang sejati tidak mungkin bisa
tetap mempunyai kuasa gelap atau dirasuk setan, dan karenanya tidak membutuhkan
doa pe-lepasan / penengkingan.
Dasar pandangan ini:
a) Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang
setelah jadi kristen yang sungguh-sungguh lalu bisa dirasuk setan atau
tetap mempu-nyai roh jahat dalam dirinya, sehingga membutuhkan penengking-an /
doa pelepasan dsb!
Raja Saul dan Yudas Iskariot sering
dianggap sebagai orang yang sudah percaya yang lalu dirasuk setan, tetapi ini
jelas salah karena mereka berdua jelas bukan orang yang sungguh-sungguh
percaya!
Juga Mat 16:23 sering ditafsirkan
seakan-akan Petrus saat itu dirasuk setan. Tetapi ini merupakan penafsiran yang
salah.
Kata-kata Yesus pada saat itu secara
hurufiah berbunyi: ‘Go behind me satan’
(= pergilah ke belakangKu setan). Pada waktu itu Petrus sedang menghalangi
Yesus yang mau pergi ke Yerusalem dan karena itu Yesus menegur Petrus dengan
keras (bukan menegur / menengking setan; hanya saja Petrus disebut ‘setan’) dan
menyuruhnya pergi ke belakangNya (mengikut Dia, bukan memimpin Dia).
b) Yesus adalah Terang dunia (Yoh 8:12 Yoh 9:5). Kalau Yesus masuk ke dalam
diri kita, bagaimana mungkin setan yang adalah kegelapan / penguasa kegelapan
bisa bertahan dalam diri kita? Pada waktu terang masuk, gelapnya otomatis
pergi!
c) Sebagai orang percaya, kita adalah Bait Roh
Kudus (1Kor 6:19), bukan bait setan (Catatan: kata ‘bait’ artinya ‘rumah’).
Jadi tidak mungkin setan tetap menghuni diri kita bersama-sama dengan Roh
Kudus.
d) Kalau Allah mengijinkan orang kristen dirasuk
setan, maka 1Kor 10:13, yang mengajarkan bahwa Allah berjanji menyensor
penco-baan yang kita alami supaya tidak lebih dari kekuatan kita, sudah
dilanggar.
6) Ajaran tentang adanya roh zinah, roh dusta
dsb ini mengkambing-hitamkan setan / mengoper kesalahan kepada setan,
seakan-akan yang salah bukanlah orang yang berzinah, tetapi roh zinahnya.
Pengoperan kesalahan seperti ini sama
seperti yang dilakukan oleh Hawa dalam Kej 3:13. Tetapi sebagaimana saat
itu Allah tetap meng-hukum Hawa, demikian juga kita tidak akan terlepas dari
hukuman dengan jalan mengkambing-hitamkan setan! Sekalipun kita berbuat dosa /
jatuh ke dalam dosa karena bujukan setan, tetapi kitalah yang berbuat
dosa dan kitalah yang bertanggung jawab! Jadi jangan meng-operkan
kesalahan saudara kepada setan!
7) Pengudusan
adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup.
a) Pengudusan tentu berhubungan dengan ‘buah Roh
Kudus’ dalam Gal 5:22-23. Tidak ada buah yang langsung besar dan matang. Semua
buah mula-mula kecil, lalu menjadi makin besar dan makin matang melalui suatu
proses. Padahal kalau ajaran Kharismatik tentang penengkingan roh dusta, roh
zinah dsb itu memang benar, maka kita bisa menengking semua roh jahat dalam
diri kita dan menjadi suci dalam sekejap mata! Ini jelas tidak mungkin!
b) Pengudusan kilat dengan cara menengking setan
itu juga berten-tangan dengan:
·
ayat-ayat
seperti Mat 26:41 Ro 7:15-19 Gal 5:17, yang me-nunjukkan bahwa dalam hidup
orang kristen yang salehpun selalu ada konflik antara baik dan jahat.
·
Ibr 12:23b
yang menunjukkan bahwa penyempurnaan pengu-dusan terjadi pada saat / setelah
kita mati.
c) Pengudusan kita terjadi melalui Firman Tuhan,
doa / bersandar ke-pada Roh Kudus, usaha menguduskan diri, iman, menjauhi
penco-baan dsb. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan cara pengudusan dengan
penengkingan setan / roh jahat!
d) Pengudusan tentu juga berhubungan dengan cara
menghadapi godaan setan yang ada dalam Yak 4:7-8 dan 1Pet 5:8-9. Mengapa dalam
kedua bagian itu Tuhan tidak menyuruh menengking setan yang menggoda kita?
e) Saya sering mendengar adanya orang / pendeta
/ pengkhotbah yang bersaksi bahwa setelah roh jahat diusir dari diri mereka, mendadak
mereka yang tadinya senang berzinah lalu menjadi sama sekali tidak tertarik
kepada perempuan lain dan hanya mencintai dan tertarik kepada istrinya sendiri.
Menurut saya ini adalah sekedar suatu
bualan / omong kosong dari orang yang ingin meninggikan / menyombongkan
kesucian dirinya sendiri dengan menggunakan cerita dusta! Mengapa saya
berpendapat demikian? Alasannya adalah:
·
seperti
sudah saya katakan di atas, pengudusan adalah suatu proses, sehingga tidak bisa
terjadi secara mendadak!
·
dalam
Gal 5:22-23 dikatakan bahwa hal yang ke sembilan dari buah Roh Kudus adalah
‘penguasaan diri’. Kalau orangnya sudah tidak tertarik kepada perempuan lain,
dan hanya men-cintai dan tertarik kepada istrinya sendiri, maka jelas bahwa
penguasaan diri tidak dibutuhkan!
·
Mat
26:41 Ro 7:15-19 Gal 5:17 jelas menunjukkan bahwa daya tarik
dosa terus ada dalam diri kita.
Karena itu dalam diri orang kristen
seharusnya tetap ada keinginan berbuat dosa, tetapi karena pertolongan Roh
Kudus, ia bisa me-nguasai dirinya sehingga tidak melakukan dosa itu.
RHEMA / LOGOS DAN PENUMPANGAN TANGAN
I) Rhema vs Logos.
Baik Rhema
maupun logos adalah kata-kata
dalam bahasa Yunani yang dalam Kitab Suci biasanya diterjemahkan secara sama
yaitu ‘firman / kata / perkataan’ (Inggris: word).
Penggunaan kata RHEMA dan LOGOS oleh
orang-orang Kharismatik:
1) John
F. MacArthur, Jr. dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics’ p 69, berkata bahwa Charles Farah, seorang
profesor di Oral Roberts University mengatakan bahwa:
“LOGOS
is the objective, historic word and RHEMA is the personal, subjective word” (= LOGOS adalah firman yang
bersifat sejarah dan obyektif dan RHEMA adalah firman yang bersifat pribadi dan
subyektif).
Dan dalam buku yang sama hal 70 John F.
MacArthur, Jr. berkata bahwa Charles Farah juga berkata bahwa:
·
“The
LOGOS becomes RHEMA when it speaks to you” (= LOGOS menjadi RHEMA kalau itu
berbicara kepadamu).
·
“The
LOGOS is legal while the RHEMA is experiential” [= LOGOS itu bersifat hukum (?)
sedangkan RHEMA adalah sesuatu yang dialami].
·
“The LOGOS does not always become
the RHEMA, God’s word to you’”(= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah
bagimu).
2) Orang
Kharismatik juga sering berkata: ‘Kalau RHEMAnya turun ...’.
Ini berarti bahwa ia mendapat suatu
pimpinan / perintah secara pribadi dari Tuhan, langsung kepada hati /
pikirannya. Dan RHEMA yang turun itu bisa berupa ayat Kitab Suci ataupun tidak.
Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh
orang-orang Kharismatik:
- Luk 3:2 - ‘datanglah firman (RHEMA) Allah kepada Yohanes’.
- Mark 14:72 dan Mat 26:75 (dua ayat ini paralel) - Petrus teringat akan kata-kata (RHEMA) Tuhan Yesus.
- Juga Luk 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA.
Tanggapan saya:
1) Mark 14:72
dan Mat 26:75 mempunyai ayat paralel yang lain yaitu Luk 22:61. Tetapi
anehnya, kalau Mark 14:72 dan Mat 26:75 menggunakan kata Yunani
RHEMA, maka Luk 22:61 ternyata menggunakan kata Yunani LOGOS!
Demikian juga, kalau Luk 24:8 dan
Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA, maka Kis 20:35 menggunakan kata
LOGOS, padahal ketiga ayat ini sama-sama berbicara tentang seseorang yang
teringat akan kata-kata Yesus!
Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa
LOGOS dan RHEMA digunakan secara interchangeable
(= bisa dibolak-balik) dan tidak ada batasan yang terlalu jelas antara RHEMA
dan LOGOS!
Karena itu membedakan RHEMA dan LOGOS
seperti yang dilakukan oleh orang-orang Kharismatik, adalah sesuatu yang tidak
berdasar!
2) Orang-orang
Kharismatik berkata bahwa kalau firman itu berbicara kepada kita, maka LOGOS
itu berubah menjadi RHEMA.
Tetapi dalam Kis 2:41 4:4
8:14 11:1 13:48 sekalipun firman itu jelas berbicara
kepada orang-orang itu (karena mereka bertobat), tetapi toh digunakan kata
LOGOS dan bukannya RHEMA!
Demikian juga 1Pet 1:23
menggunakan kata LOGOS, padahal firman di sini adalah firman yang
melahirbarukan!
3) Ajaran
yang berkata “The LOGOS does not always become the RHEMA,
God’s word to you” (= LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah
bagimu),
jelas sekali berbau ajaran sesat Neo Orthodox, karena ajaran Neo Orthodox juga
berkata bahwa kata-kata dalam Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau
berbicara kepada kita.
Ini jelas merupakan ajaran salah /
sesat, karena kita harus percaya bahwa seluruh Kitab Suci adalah firman Allah
secara obyektif! Jadi, apakah kita membaca / mendengarnya atau tidak, mengerti
atau tidak, merasa Tuhan berbicara kepada kita atau tidak, mentaati atau tidak,
Kitab Suci itu tetap adalah firman Allah!
Kalau Kitab Suci hanya menjadi firman
Allah kalau berbicara kepada kita, maka orang-orang yang tidak mau bertobat
karena tidak merasa Allah berbicara kepada mereka tidak bersalah karena mereka
memang belum pernah mendapatkan firman Allah yang menegur / memperingati
mereka.
4) Ajaran
Kharismatik tentang RHEMA ini berbahaya, karena ini menyebab-kan banyak orang
lalu mencari RHEMA tersebut dalam hati mereka, sehingga lalu mengabaikan Kitab
Suci! Lihat kutipan kata-kata Jonathan Edwards di depan (hal 20-21).
Memang Roh Kudus bisa mengingatkan kita
akan Firman Tuhan (Yoh 14:26), tetapi kalau kita tidak pernah belajar /
mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, maka tidak ada sesuatu yang bisa Ia
ingatkan kepada kita!
Karena itu, belajar Kitab Suci dengan
sungguh-sungguh dan tekun haruslah menjadi prioritas dalam hidup kita!
II) Penumpangan tangan.
Dalam Kitab Suci penumpangan tangan
dilakukan terhadap:
1) Binatang
(Im 1:4 3:2 4:15
16:21).
2) Manusia.
a) Pada
pentahbisan (Bil 8:10 Bil 27:18-23 Ul 34:9
Kis 6:6 Kis 13:3).
b) Pada
pemberkatan (Kej 48:14 Mat 19:15).
c) Pada penyembuhan (Mark 6:5 Mark 7:32
Luk 4:40 Luk 13:13 Kis 28:8).
d) Pada waktu memberikan Roh Kudus /
karunia-karunia Roh Kudus (Kis 8:17 Kis
19:6 1Tim 4:14 2Tim 1:6).
e) Dalam penjatuhan hukuman mati (Im 24:14).
Tetapi, sepanjang yang saya ketahui,
dalam seluruh Kitab Suci tidak ada penumpangan tangan terhadap benda.
Jadi, praktek-praktek orang Kharismatik
di mana mereka menumpang-tangani seadanya benda, seperti dompet, mobil, rumah,
dsb, adalah tindakan yang tidak punya dasar kitab Suci!
APENDIX 1
THEOLOGIA KEMAKMURAN
Sekarang banyak gereja / pendeta / orang kristen yang percaya
/ mengajarkan Theologia Kemakmuran, dimana mereka percaya / mengajarkan bahwa
orang kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengikut Tuhan, pasti akan kaya atau harus kaya.
Banyak orang kristen yang hanya bisa merasakan bahwa ajaran semacam itu adalah ajaran yang salah / sesat,
tetapi pada waktu para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran itu memberikan
argumentasi-argumentasi mereka, baik
berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan ‘fakta’, maka banyak sekali orang
kristen yang tidak bisa menjawab argumentasi-argumentasi itu.
Karena
itu disini saya ingin mengajak saudara untuk:
1) Mempelajari argumentasi-argumentasi, baik
berdasarkan Kitab Suci maupun berdasarkan ‘fakta’, yang digunakan oleh para
penganut Theologia Kemak-muran itu.
2) Mempelajari kesalahan-kesalahan dari
argumentasi-argumentasi mereka, dan sekaligus melihat / mempelajari ayat-ayat
Kitab Suci yang sengaja dihindari / diabaikan oleh para penganut Theologia
Kemakmuran.
3) Mempelajari ajaran Kitab Suci yang benar
tentang kekayaan dan sikap yang benar terhadap kekayaan.
I) Argumentasi-argumentasi Theologia Kemakmuran.
A) Argumentasi
berdasarkan Kitab Suci.
1) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah
(Yoh 1:12 Roma 8:14-17 Gal 3:26
dsb).
Mereka mengatakan bahwa karena kita
adalah anak Allah, sedangkan Allah itu maha kaya, maka kita juga harus kaya.
Mengaku diri sebagai anak Allah, tetapi hidup dalam kemiskinan, adalah suatu
kontradiksi.
Mereka bahkan berani mengatakan bahwa
Allah malu mempunyai anak-anak yang miskin!
2) Ayat-ayat Kitab Suci yang menceritakan
tentang orang beriman yang diberkati oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Dalam
hal ini biasanya mereka mengambil cerita-cerita tentang tokoh-tokoh Perjanjian
Lama yang adalah orang beriman dan sekaligus adalah orang kaya. Misalnya:
Daud, Salomo, Ayub, Abraham, Ishak, Yakub dsb.
Mereka lalu mengatakan bahwa
orang-orang itu beriman dan taat kepada Tuhan, dan karena itu mereka diberkati
oleh Tuhan sehingga menjadi kaya. Jadi, kalau kita beriman dan taat kepada
Tuhan, kita pasti juga menjadi kaya. Mereka bahkan berani mengatakan bahwa
kalau kita tidak kaya, itu berarti kita tidak / kurang beriman, dan / atau kita
tidak / kurang taat kepada Tuhan.
3) Ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan
bahwa Tuhan berjanji akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan
kepada orang yang mentaati Dia, yang memberikan persembahan perpuluhan dsb.
Misalnya: Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12.
Mereka berkata bahwa Firman Tuhan
berlaku kekal dan Tuhan tidak pernah berdusta / melanggar janjiNya, sehingga
pada jaman inipun janji-janji itu berlaku dan pasti akan Tuhan genapi, asal
kita beriman dan taat kepadaNya!
4) Ayat-ayat
Perjanjian Baru seperti:
·
Mat 6:33
yang menjanjikan bahwa Tuhan akan menambahkan / memberikan ‘semuanya’ (yang mereka artikan
sebagai ‘kekayaan’) kepada kita, asal
kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya.
·
Yoh 10:10
yang mengatakan bahwa Yesus datang supaya kita mempunyai ‘hidup yang
berkelimpahan’ (yang mereka artikan sebagai ‘hidup kaya’!).
·
2Kor 8:9
yang mengatakan bahwa Yesus itu rela menjadi miskin, supaya kita yang miskin
menjadi kaya (ini mereka artikan ‘kaya secara jasmani’).
·
2Kor 9:6
yang mengatakan bahwa orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit dan orang
yang menabur banyak akan menuai banyak. Ini dipakai untuk mendorong jemaat
untuk memberi per-sembahan sebanyak mungkin, supaya menjadi kaya!
B) Argumentasi
berdasarkan ‘fakta’.
Kalau kita bisa menunjukkan ayat-ayat
KItab Suci yang menentang ajaran Theologia Kemakmuran, maka para penganut Theologia Kemakmuran ini
sering menggunakan argumentasi yang berdasarkan ‘fakta’, dimana me-reka lalu
berkata bahwa ‘fakta’ menunjukkan bahwa:
1) Gereja yang mengajarkan Theologia Kemakmuran
ternyata berkem-bang pesat, yang jelas menunjukkan berkat Tuhan atas gereja
itu. Kalau memang ajarannya salah / sesat, mengapa gerejanya bisa begitu
diberkati oleh Tuhan?
2) Jemaat dari gereja itu memang betul-betul
makmur / kaya. Bukankah ini menunjukkan bahwa dengan beriman kepada Tuhan, taat
kepada-Nya dan memberikan persembahan persepuluhan, mereka betul-betul
dijadikan makmur / kaya oleh Tuhan?
Pdt. Dr. Paul Yonggi Cho bahkan pernah
bersaksi bahwa dulu jemaat-nya sedikit dan semuanya miskin. Lalu ia mulai
mengajar mereka bagaimana menjadi kaya, dan sekarang tidak ada orang miskin di
dalam gerejanya.
Bukankah kedua ‘fakta’ ini menunjukkan
bahwa ajaran Theologia Kemak-muran memang benar?
II) Tanggapan / jawaban saya.
A) Tentang
argumentasi berdasarkan Kitab Suci.
1) Kalau kita mau menafsirkan Kitab Suci dengan
benar, maka kita harus menafsirkan suatu bagian Kitab Suci dengan memperhatikan
semua bagian-bagian lain dalam Kitab
Suci yang berhubungan dengan ba-gian yang akan kita tafsirkan itu. Dan kita
harus menafsirkan bagian itu sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan
bagian-bagian lain dari Kitab Suci.
Mengapa harus demikian? Karena Allah
itu bukan pendusta, dan karena itu kata-kataNya tidak mungkin bisa
bertentangan satu sama lain! Kitab Suci adalah firman / kata-kata Allah,
sehingga tidak mungkin bertentangan satu sama lain.
Tetapi, para penganut Theologia
Kemakmuran ini hanya melihat / menyoroti bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci
yang mendukung pandangan mereka, dan mereka mengabaikan bagian-bagian lain dari
Kitab Suci yang jelas-jelas menentang penafsiran mereka.
Catatan:
Ingatlah bahwa cara penafsiran seperti
ini adalah sumber timbulnya semua ajaran sesat, dan juga bahwa cara penafsiran
seperti ini merupakan cara dari hampir semua nabi palsu dalam mempertahan-kan
ajaran sesat mereka!
Contoh:
a) Kitab Suci memang menggambarkan hubungan
Allah dengan kita sebagai Bapa dengan anakNya. Tetapi Kitab Suci juga
menggam-barkan hubungan Allah dengan kita sebagai Tuan dengan hamba (Misalnya:
Yoh 13:16), dan juga sebagai Komandan dan prajurit / tentara (2Tim 2:3-4).
Gambaran bahwa kita adalah anak memang
bisa menimbulkan pemikiran bahwa hidup kristen itu enak, kaya dsb. Tetapi
gam-baran bahwa kita adalah hamba / tentara jelas menimbulkan kesan yang jauh
berbeda. Seharusnya, kita meninjau semua gambaran-gambaran itu dan bukan salah
satu saja. Itu akan menunjukkan bahwa di dalam hidup kristen itu bukan hanya
terdapat hal-hal yang enak saja, tetapi juga ada ketundukan mutlak,
pelayanan, peperangan, penderitaan, bahkan kemiskinan!
Hal-hal seperti ini tidak pernah mereka
perhatikan / soroti, atau bahkan sengaja mereka abaikan!
b) Allah memang adalah Bapa kita, tetapi Ia
adalah Bapa kita secara rohani (Yoh 1:12-13)! Dan Ia adalah Bapa yang
bijaksana (Ro 11:33)! Kitab Suci bahkan
berkata bahwa Ia menghajar kita pada saat diperlukan (Ibr 12:5-11), dan
ini menunjukkan bahwa Ia bukanlah seorang Bapa yang memanjakan anak-anakNya!
Kalau seorang bapa duniawi / jasmani
yang bijaksana saja pasti tidak akan memanjakan anaknya dengan memberikan uang
sebe-rapa dia kehendaki, maka jelas bahwa Allah, sebagai Bapa rohani kita yang
bijaksana, juga tidak akan melakukan hal itu!
Lagi-lagi ini merupakan bagian yang
sengaja diabaikan oleh para penganut Theologia Kemakmuran!
Terhadap orang yang mengatakan bahwa
Allah itu malu kalau mempunyai seorang anak yang miskin, saya ingin tanyakan:
di bagian mana dari Kitab Suci ada ajaran seperti itu? Dalam Kitab Suci
disebutkan ada banyak orang percaya yang miskin. Tetapi tidak pernah dikatakan
bahwa Allah malu karena kemiskinan mereka!
Orang yang mengajarkan hal seperti ini
memandang Allah secara jasmani / duniawi, seakan-akan Ia adalah seorang manusia
seperti kita! Manusia yang kaya memang akan malu kalau anaknya miskin! Tetapi
Allah tidak demikian! Allah tidak malu
mempunyai anak yang miskin, sakit dsb. Ia bahkan akan senang kalau mempu-nyai
anak yang dalam kemiskinan, kesakitan dan penderitaan, tetap beriman kepadaNya,
mengasihiNya, dan mentaatiNya! Hal yang memalukan Allah ialah kalau kita
sebagai anak-anakNya hidup dalam dosa (Wah 3:18 bdk. juga Mat 5:16)! Juga kalau kita
menekankan keduniawian dan kekayaan lebih dari pada keroha-nian, seperti yang
dilakukan oleh para penganut / pengajar Theologia Kemakmuran!
c) Dalam Kitab Suci memang ada banyak orang
beriman yang kaya, tetapi juga ada banyak yang tidak kaya, bahkan yang miskin.
Misalnya: Yesus sendiri
(Luk 9:58), rasul-rasul (Kis 3:6), jemaat kristen abad pertama
(Kis 2:45b Kis 4:35b Kis 6:1
Roma 15:26
2Kor 8:2 Wah 2:9).
Memang ada orang Kharismatik yang
berkata sebaliknya:
·
Frederick
K. C. Price berkata bahwa Yesus itu kaya pada waktu hidup di dunia. Buktinya Ia
sampai membutuhkan bendahara (Yoh 12:6) - ‘Christianity in Crisis’, p 25, 382.
·
John
Avanzini berkata bahwa Paulus juga kaya. Buktinya seorang pejabat pemerintah
sampai menginginkan suap dari dia (Kis 24:26) - ‘Christianity in Crisis’, p 25, 382.
Tetapi penafsiran-penafsiran tolol
semacam ini jelas tidak perlu dipedulikan! Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan
bahwa Yesus, rasul-rasul, dan banyak jemaat kristen abad pertama adalah
orang-orang yang miskin!
Lalu mengapa hanya bagian-bagian Kitab
Suci yang menceritakan tentang orang beriman yang kaya saja yang diperhatikan
dan disoroti? Mengapa bagian-bagian Kitab Suci yang menceritakan tentang orang
beriman yang miskin diabaikan?
Beranikah mereka mengatakan bahwa Yesus
dan rasul-rasul dan jemaat gereja abad pertama itu miskin karena mereka kurang
beriman dan kurang taat? Untuk Yesusnya mungkin mereka akan berkata bahwa Yesus
memang rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya
(2Kor 8:9). Tetapi bagai-mana dengan rasul-rasul dan jemaat gereja abad
pertama yang miskin?
d) Kitab Suci sering mengajar tentang
orang-orang jahat yang kaya dan orang saleh yang miskin.
Contoh:
·
Maz
73 (bacalah seluruh Maz 73!).
·
cerita
orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31).
·
Wah 2:9
menunjukkan bahwa jemaat Smirna yang kaya secara rohani justru miskin secara
jasmani, dan sebaliknya, Wah 3:17 menunjukkan bahwa jemaat Laodikia yang
miskin secara rohani justru kaya secara jasmani.
·
Pengkhotbah 8:14
berbunyi:
“Ada suatu kesia-siaan yang
terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang layak
untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala
yang layak untuk perbuatan orang benar”.
Ini jelas memungkinkan adanya orang
saleh yang miskin dan orang jahat yang
kaya!
Mengapa para penganut Theologia
Kemakmuran mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci seperti ini?
e) Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
menunjukkan sukarnya / beratnya kehidupan orang kristen.
Contoh:
·
Mat 7:13-14
yang berbunyi:
“Masuklah melalui pintu yang
sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada
kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan
sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang
mendapatinya”.
·
Luk 9:58
dimana Yesus berkata kepada seseorang yang mau mengikut Dia:
“Serigala mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepalaNya”.
·
Yoh 15:20
dimana Yesus sendiri berkata:
“Seorang hamba tidaklah lebih
dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya
kamu”.
·
Kis 14:22b
dimana Paulus dan Barnabas memperingati orang-orang kristen bahwa “untuk masuk ke dalam Kerajaan
Allah kita harus mengalami banyak sengsara”.
·
Fil 1:29
yang berbunyi:
“Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk
Dia”.
·
2Tim 3:12
yang berbunyi:
“Memang setiap orang yang mau
hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”.
Pernahkah para penganut Theologia
Kemakmuran itu menyoroti dan merenungkan ayat-ayat ini? Atau apakah mereka
sengaja mengabaikan ayat-ayat itu karena tidak sesuai dengan ajaran sesat
mereka?
Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
hidup kristen bukanlah hidup yang enak terus!
Sebaliknya, hidup kristen adalah hidup yang penuh dengan penderitaan,
kesukaran dan tantangan!
Karena itu ada satu orang yang pernah
berkata:
“Allah punya satu anak yang tidak
pernah berbuat dosa (yaitu Yesus), tetapi Ia tidak punya anak yang tidak pernah
menderita!”
Kalau kita melihat hidup Yesus sendiri,
maka kita melihat bahwa hidupNya ‘turun’ dahulu (menjadi manusia, menderita dan
mati, dikuburkan), dan setelah itu baru ‘naik’ (bangkit dari antara orang mati,
naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, dan akan da-tang keduakalinya
sebagai Hakim).
Karena itu, kalau kita adalah pengikut
Kristus, hidup kita juga akan ‘turun’ dulu (mengalami banyak penderitaan,
kesukaran dan tan-tangan di dunia ini), dan setelah itu baru ‘naik’ (mengalami
ke-muliaan di surga). Bdk. Ro 8:18 2Kor
4:17.
Tetapi, para penganut Theologia
Kemakmuran itu mem-by-pass jalan yang
menurun itu. Mereka mengajarkan bahwa hidup kristen itu enak dan kaya di dunia,
dan juga mulia di surga. Hidup mereka
adalah hidup tanpa salib! Tetapi bahwa ini bukanlah hidup Kristen, terlihat
dengan jelas dari deretan ayat-ayat di atas!
Kalau memang hidup kristen itu penuh
dengan penderitaan dan kesukaran, maka
itu berarti bahwa orang kristen bisa saja menjadi miskin, justru karena ia menjadi kristen dan karena
ia hidup sesuai dengan firman Tuhan!
f) Kitab Suci mengandung banyak ayat yang
memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan / keinginan untuk menjadi kaya,
seperti: Ul 6:10-12 Ul 8:10-18 Amsal 23:4-5
Pengkhotbah 5:9-16 Yer
9:23-24 Yeh 7:19 Mat 6:19-24
Mat 13:22 Mat 19:21-24 Luk 6:24
Luk 12:16-21 Luk 21:34-36 1Tim 6:6-10
1Tim 6:17-19 Yak 1:9-11 Yak 5:1-3 dsb.
Untuk bisa mendapatkan gambaran yang
jelas tentang kerasnya peringatan Kitab Suci terhadap kekayaan, bacalah semua
ayat-ayat tersebut di atas!
Ayat-ayat Kitab Suci ini jelas
memberikan gambaran yang sangat berbeda, bahkan bertentangan, dengan ajaran
Theologia Kemak-muran! Mengapa mereka
tidak pernah menyoroti ayat-ayat ini?
Jelas bahwa mereka memang sengaja mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci
yang tidak sesuai dengan ajaran sesat mereka!
2) Penafsiran mereka melanggar prinsip
Hermeneutics (ilmu penafsiran Kitab Suci) yang penting, yang sekalipun sudah
saya jelaskan dalam pelajaran Kharismatik 1 di depan, tetapi akan saya ulangi
di sini.
Dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang
bersifat Descriptive (= bersifat
menggambarkan). Bagian seperti ini hanya menggambarkan apa yang betul-betul
terjadi pada saat itu, tetapi tidak dimaksudkan untuk dijadikan rumus / norma /
pedoman dalam kehidupan kita.
Contoh:
·
Dalam
Mat 14:22-33, diceritakan tentang Yesus dan Petrus yang berjalan di atas
air. Ini adalah penggambaran dari sesuatu yang betul-betul terjadi, tetapi
cerita ini tentu tidak berarti bahwa setiap orang yang beriman pasti bisa
berjalan di atas air!
·
Dalam
Yoh 11 kita melihat Yesus membangkitkan Lazarus. Ini memang betul-betul
terjadi, tetapi tentu tidak berarti bahwa setiap orang kristen yang mati akan
dibangkitkan kembali setelah 4 hari!
·
Dalam
Kis 5:17-25 dan Kis 12:1-19, rasul-rasul dimasukkan ke penjara, tetapi lalu dibebaskan oleh Tuhan secara
mujijat. Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa semua orang kristen yang
dimasukkan ke penjara demi Tuhan, juga akan dibebaskan secara mujijat!
Kenyataannya, banyak orang beriman dimasukkan ke penjara demi Tuhan dan
akhirnya mati di bunuh / mati syahid, termasuk Yohanes Pembaptis
(Mat 14:1-12), dan rasul Yakobus (Kis 12:1-2), dan rasul-rasul yang
lain.
Tetapi dalam Kitab Suci juga ada
bagian-bagian yang bersifat Didactic
(= bersifat mengajar). Ini adalah bagian-bagian yang betul-betul dimaksudkan
untuk mengajar, dan harus dijadikan norma / hukum dalam kehidupan kita.
Contoh:
¨ Yoh 3:16 mengajarkan bahwa setiap
orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa, tetapi akan mendapat hidup
yang kekal. Ini adalah hukum / norma
yang berlaku untuk setiap orang!
¨ Fil 4:4 dan 1Tes 5:16-18
mengajarkan bahwa orang kristen harus selalu bersukacita, berdoa dan bersyukur
kepada Tuhan.
Kalau kita berhadapan dengan bagian
yang bersifat Descriptive, tetapi
kita memperlakukannya sebagai bagian yang bersifat Didactic, dan menafsirkannya sebagai hukum / norma, maka akan
timbul ajaran-ajaran yang salah, seperti:
Ã
Orang
kristen harus berbahasa roh, karena dalam Kis 2:1-11, rasul-rasul
berbahasa roh.
Ã
Orang
kristen harus sembuh dari penyakit, karena dalam Mat 4:23-24 /
Luk 6:17-19 semua orang yang minta kesembuhan, disem-buhkan oleh Tuhan
Yesus.
Ajaran Theologia Kemakmuran mendasarkan
ajarannya pada bagian-bagian Kitab Suci yang menunjukkan adanya orang-orang
beriman yang kaya seperti Salomo, Ayub dsb. Itu berarti bahwa mereka
mem-perlakukan bagian-bagian yang bersifat Descriptive
sebagai rumus / hukum, dan ini adalah cara penafsiran yang salah!
3) Terhadap ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang
menunjukkan bahwa Tuhan akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan
kepada orang yang beriman dan taat kepadaNya / orang yang memberikan
persembahan persepuluhan, ada 2 hal yang akan saya berikan seba-gai tanggapan:
a) Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian
Baru dalam persoalan berkat Tuhan!
C.
H. Spurgeon: “The promise of the old covenant
was prosperity, but the promise of the new covenant is adversity” (= Janji dari perjanjian lama
adalah kemakmuran, tetapi janji dari perjanjian baru adalah kesengsaraan)
- ‘Morning and Evening’, Jan 22,
evening.
Dalam Perjanjian Lama memang ada banyak
ayat yang menun-jukkan janji berkat jasmani yang berkelimpahan, seperti
Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Maleakhi 3:10-12 dsb.
Tetapi dalam Perjanjian Baru, terlihat
bahwa Allah hanya menjanji-kan berkat jasmani secara cukup saja (tidak
berkelimpahan). Ini terlihat dari:
·
Mat 6:25-34.
Bagian ini berbicara tentang makanan,
minuman dan pakaian, dan karena itu jelas bahwa bagian ini hanya menekankan
kebutuhan-kebutuhan pokok saja, bukan kemewahan!
·
Doa
Bapa Kami, dimana Yesus tidak mengajar supaya kita meminta kekayaan yang
berlimpah-limpah, tetapi: “Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya”
(Mat 6:11).
·
1Tim
6:6,8 dimana Rasul Paulus berkata: “Memang ibadah itu kalau disertai
rasa cukup, memberi keuntungan yang besar ... Asal ada makanan dan pakaian
cukuplah”.
Hal yang perlu kita tanyakan adalah:
mengapa ada perbedaan seperti ini antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?
Ada 2 jawaban:
¨ Karena dalam jaman Perjanjian Baru,
salib Kristus sudah terjadi, sedangkan dalam Perjanjian Lama belum.
Dalam jaman Perjanjian Baru, karena
salib (yang merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Allah kepada kita) itu
sudah terjadi, maka sekalipun kita tidak kaya, bahkan sekalipun kita miskin,
kita tetap bisa memandang ke belakang, kepada salib, dan kita bisa yakin bahwa
Allah mengasihi kita.
Tetapi dalam jaman Perjanjian Lama,
kalau tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, agak sukar bagi seseorang
untuk bisa percaya bahwa Allah mengasihi dia, karena saat itu salib belum terjadi!
Karena itulah, untuk menunjukkan
kasihNya kepada orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama, maka pada saat itu
Allah lalu memberikan banyak janji berkat jasmani yang berke-limpahan.
Catatan:
Perlu saudara ketahui bahwa ini adalah
ajaran dari John Calvin, yang hidup pada abad ke 16, jauh sebelum ajaran
Theologia Kemakmuran muncul.
¨ Ayat-ayat yang menunjukkan janji-janji
berkat jasmani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Lama, merupakan TYPE (ini
adalah istilah Hermeneutics / ilmu penafsiran Alkitab) atau bayangan dari janji
berkat rohani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Baru. Setelah
ANTI-TYPEnya (penggenapannya da-lam Perjanjian Baru) datang, maka TYPEnya tidak berlaku lagi!
b) Cara para pengajar Theologia Kemakmuran
mengajar jemaatnya untuk memberikan persembahan (baik persembahan persepuluhan
maupun persembahan biasa) dengan menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama seperti
Maleakhi 3:10-12 dan Amsal 3:9-10
atau-pun ayat Perjanjian Baru seperti 2Kor 9:6, adalah cara yang
salah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan! Mengapa? Karena de-ngan demikian
mereka mengajar jemaat untuk memberikan per-sembahan kepada Tuhan dengan
pamrih, karena jemaat memberi dengan tujuan supaya Tuhan membalasnya dengan
berkat yang lebih besar! Saya memang percaya bahwa ada pahala untuk setiap
ketaatan / persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, asalkan kita melakukan /
memberikan dengan motivasi yang benar, yaitu dengan hati yang betul-betul
mencintai Tuhan dan dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan (Yoh 14:15 1Kor 10:31).
Tetapi ketaatan ataupun persembahan
dengan motivasi supaya kita diberkati, jelas merupakan ketaatan yang dilandasi
oleh egoisme, dan pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu ke-taatan kepada
Tuhan!
4) Mat 6:33
Yoh 10:10 2Kor 8:9 2Kor
9:6 mereka tafsirkan tanpa mem-pedulikan kontexnya, sehingga apa yang
seharusnya bersifat rohani mereka tafsirkan sebagai hal yang bersifat jasmani.
a) Dalam menafsirkan Mat 6:33, kita harus
memperhatikan dan mem-baca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34. Maka akan
terlihat dengan jelas bahwa bagian itu berbicara tentang kekuatiran terhadap
tidak adanya makanan, minuman dan pakaian (kebutuhan-kebutuhan pokok). Karena
itu, kata ‘semuanya’ dalam Mat 6:33 haruslah diartikan
‘kebutuhan-kebutuhan pokok’, dan bukannya kekayaan yang berlimpah-limpah!
b) Dalam Yoh 10:10, Yesus berkata:
“Aku
datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Yesus pasti tidak memaksudkan hidup
jasmani, tetapi hidup rohani, karena orang-orang yang Ia maksudkan dengan
‘mereka’, saat itu sedang hidup secara jasmani!
Kalau Yesus memaksudkan hidup rohani, maka jelaslah bahwa kelimpahan
yang Ia maksudkan, juga adalah kelimpahan rohani!
c) 2Kor 8:9 juga harus kita teliti
kontexnya, supaya kita bisa mengerti apakah ayat itu memaksudkan kaya secara
jasmani atau secara rohani. Bacalah mulai 2Kor 8:1-9! Maka dalam ay 7
saudara akan melihat bahwa Paulus berkata bahwa sekarang mereka kaya dalam segala
sesuatu. Tetapi apa yang ia maksudkan dengan ‘segala sesuatu’ itu? Baca terus ay 7! Paulus berkata “dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan,
dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu kepada kami”.
Ini semua jelas menunjuk pada hal
rohani, bukan jasmani! Karena itu
jelaslah bahwa ‘kaya’ dalam 2Kor 8:9 tidak menunjuk pada kekayaan jasmani,
tetapi pada kekayaan rohani!
d) 2Kor 9:6
juga harus diperhatikan kontexnya.
Apakah ‘menuai banyak’ dalam
2Kor 9:6 itu harus diartikan berkat jasmani / uang yang banyak? Saya
berpendapat bahwa bisa saja orang yang memberi persembahan uang lalu dibalas
oleh Allah juga dengan uang. Tetapi tentu saja tidak harus demikian. Ia bisa
membalas dengan cara lain. Ini bisa kita lihat dalam 2Kor 9:8 dimana
dikatakan:
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala
kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di
dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”.
Jelas ini menunjukkan bahwa orang yang
menabur banyak itu memang menuai banyak, tetapi ia menuai bukan berkat jasmani,
tetapi berkat rohani!
B) Tentang Argumentasi berdasarkan ‘fakta’.
1) Jemaat yang bertambah banyak, tidak
membuktikan bahwa ajaran mereka benar, ataupun bahwa mereka diberkati oleh
Tuhan.
Sebagai contoh, dalam waktu 10 tahun
(1942-1952), jumlah orang Saksi Yehovah di Amerika Serikat berkembang 2 x
lipat, di Asia 5 x lipat, di Eropa 7 x lipat, dan di Amerika Latin 15 x lipat.
Apakah itu membuktikan bahwa ajaran mereka itu benar dan gereja mereka
diberkati oleh Tuhan?
Ingatlah bahwa kebenaran bukanlah
persoalan demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Pada saat
Yesus melayani secara jasmani dalam dunia ini, hanya sedikit orang yang
sungguh-sungguh percaya dan mengikuti Dia. Apakah ini berarti ajaranNya salah
dan pelayananNya tidak diberkati Tuhan?
Ingatlah juga bahwa Tuhan Yesus sendiri
sudah menubuatkan bahwa makin mendekati akhir jaman, makin banyak ajaran
sesat, dan makin banyak orang yang tersesat (Mat 18:7 Mat 24:5,11).
Juga ingatlah bahwa Paulus juga
menubuatkan bahwa akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran
yang benar dan mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya. Juga bahwa mereka akan menutup telinganya
bagi kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2Tim 4:3-4). Jadi, kalau
banyak orang senang mendengar ajaran Theologia Kemakmuran, itu hanyalah
penggenapan dari nubuat ini!
2) Kalau mereka mengatakan bahwa jemaat dalam
gereja mereka kaya-kaya, maka ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:
a) Benarkah
bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulunya miskin?
Saya lebih condong untuk percaya bahwa
jemaat yang miskin itu hilang, lalu digantikan oleh jemaat yang kaya. Mengapa
bisa demi-kian? Karena kalau setiap kali jemaat mendengar bahwa miskin
menunjukkan dosa, tidak beriman dsb, maka lama kelamaan pasti jemaat yang
miskin akan minggat dari gereja itu,
sedangkan jemaat yang kaya akan tetap tinggal, karena senang dibuai oleh segala
omong kosong itu (bandingkan dengan 2Tim 4:3-4).
b) Kalau memang benar bahwa mereka yang sekarang
kaya itu dulu-nya miskin, maka perlu dipertanyakan lagi:
·
Dengan
cara bagaimana mereka menjadi kaya? Apakah betul-betul dengan cara yang benar /
cara yang kristiani, seperti jujur, kasih dsb? Atau dengan ‘seadanya cara’? Ada
banyak orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara duniawi yang kotor tetapi
lalu bersaksi bahwa Tuhan memberkatinya dengan keka-yaan!
Ingat bahwa ajaran yang mengatakan
bahwa orang kristen harus kaya itu bisa membuat orang berusaha mati-matian
untuk menjadi kaya, tanpa mempedulikan caranya halal atau tidak!
·
Siapa
yang memberi kekayaan itu? Tuhan atau setan? Memang agak sukar untuk mengetahui
hal ini, tetapi perlu diingat bahwa setanpun bisa memberi kekayaan kepada orang-orang
itu, dengan tujuan supaya mereka tetap
percaya pada ajaran sesat itu! Dan kalau kekayaan itu didapatkan dengan
cara-cara yang kotor, sudah pasti itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!
III) KESIMPULAN:
1) Semua
ini menunjukkan bahwa sekalipun para penganut Theologia Kemakmuran itu bisa
memberikan ayat-ayat Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka, tetapi jelas bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu
sudah ditafsir-kan secara salah!
Dengan kata lain, kita harus
menyimpulkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu adalah suatu ajaran sesat
yang sama sekali tidak Alkitabiah!
Selain dari itu, ajaran Theologia Kemakmuran ini menyebabkan
ajaran Kristen dihina / dipandang rendah oleh orang-orang non Kristen (dinilai
sebagai agama yang duniawi)! Dengan demikian, ajaran Theologia Kemakmuran ini
menjadi batu sandungan bagi banyak orang!
2) Kalau
ajarannya adalah ajaran yang sesat / tidak alkitabiah, maka jelaslah bahwa para
pengajar Theologia Kemakmuran itu adalah nabi-nabi palsu!
Karena itu para pengajar Theologia
Kemakmuran itu sebaiknya memper-hatikan peringatan Tuhan Yesus dalam Mat 18:7
yang berbunyi:
“Celakalah dunia dengan segala
penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya!”.
Ada banyak orang yang menanyakan pertanyaan
ini: apakah para pengajar Theologia Kemakmuran itu sendiri tahu bahwa ajaran
mereka adalah ajaran sesat yang bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci?
Dari begitu banyaknya bagian-bagian
Kitab Suci yang bertentangan secara sangat jelas dengan ajaran Theologia
Kemakmuran, saya yakin bahwa mereka tahu kalau ajaran mereka itu bertentangan /
tidak sesuai dengan Kitab Suci.
Kalau demikian, mengapa mereka tetap
mengajarkannya? Jelas sekali supaya mereka mendapat untung dan menjadi
kaya! Memang, didalam mereka mengajar
mereka menekankan keharusan untuk memberikan persembahan sebanyak-banyaknya
(baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa), supaya jemaat
diberkati berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tetapi apa motivasi mereka yang
sebenarnya? Bukankah su-paya mereka sendiri yang menjadi kaya oleh
semua persembahan itu? Memang salah satu
ciri nabi palsu adalah ‘mengajar demi keuntungan diri sendiri’
(Yer 8:10 Tit 1:11 2Pet 2:3)!
3) Kitab
Suci memang tidak pernah melarang orang kristen untuk kaya (Catatan: saya tidak
menganut Theologia Kemelaratan!). Tetapi Kitab Suci tidak mengharuskan orang
kristen menjadi kaya!
4) Sekalipun
kekayaan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi kekayaan itu bisa membahayakan
kita, kalau kita tidak bersikap benar terhadap
kekayaan.
Karena itu, janganlah menginginkan
kekayaan duniawi (Amsal 23:4 Mat
6:19 1Tim 6:9-10); sebaliknya
carilah harta yang kekal di surga (Mat 6:20), supaya saudara jangan menjadi
seperti orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).
Karena itu, kalau saudara berdoa dalam
persoalan uang, tirulah doa dalam Amsal 30:8-9, yang berbunyi:
“Jangan berikan kepadaku
kemiskinan atau kekayaan. Biarkan-lah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu?
Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemar-kan nama Allahku”.
APENDIX 2
Exposisi I Korintus 14
Baik golongan Kharismatik, maupun golongan anti Kharismatik
sering menggu-nakan ayat-ayat dari 1Kor 14 untuk mendukung pandangannya
masing-masing. Tetapi sering sekali terjadi bahwa dalam penggunaan ayat-ayat
dalam 1Kor 14 ini, kontexnya tidak dipedulikan. Dengan kata lain, banyak orang
menggunakan ayat-ayat dalam 1Kor 14 terlepas dari kontexnya. Ini tentu
saja merupakan penggunaan / cara penafsiran yang keliru! Ayat Kitab Suci tidak pernah boleh ditafsirkan terlepas dari kontexnya!
Karena itu perlu sekali kita mempelajari exposisi dari seluruh 1Kor 14
supaya kita bisa menafsirkan setiap ayat sesuai dengan kontexnya! Untuk itu, sebelum
saudara membaca exposisi ayat per ayat di bawah ini, bacalah seluruh 1Kor 14
sedikitnya satu atau dua kali.
Ay 1-5:
1) Ay 1a: ‘kejarlah
kasih itu’.
Setelah menjelaskan tentang kasih dalam
1Kor 13, maka sekarang Paulus berkata ‘kejarlah
kasih itu’.
a) Ini menunjukkan
bahwa kasih adalah hal yang sangat penting.
Dalam 1Kor 12 dan 1Kor 14
Paulus sebetulnya membahas tentang karu-nia-karunia untuk melayani Tuhan,
tetapi toh ia menyelipi kedua pasal itu dengan 1Kor 13 yang membicarakan
tentang kasih, dan lalu berkata bahwa kita harus mengejar kasih. Ini
menunjukkan bahwa kasih adalah sesuatu yang mutlak harus ada dalam pelayanan.
Tanpa kasih (baik ke-pada Tuhan maupun kepada sesama manusia), pelayanan akan
dilaku-kan tanpa beban dan kesungguhan.
Karena itu renungkan: apakah ada kasih dalam diri saudara?
b) Kasih
memang adalah buah Roh Kudus (Gal 5:22), tetapi itu tidak berarti bahwa
dengan berdiam diri / bersikap pasif kita bisa menjadi orang yang penuh kasih.
Karena itu Paulus berkata ‘kejarlah kasih itu’!
Penerapan:
Boleh jadi saudara mengejar Firman
Tuhan, tetapi apakah saudara mengejar kasih?
c) Ada
beberapa hal yang harus saudara lakukan kalau saudara mau menjadi orang yang
penuh kasih:
·
mendekatlah
dan banyaklah bersekutu dengan Tuhan. Ini akan me-nyebabkan saudara
‘ketularan’ kasih Tuhan. Alegori pokok anggur dengan rantingnya dalam
Yoh 15:1-8 menunjukkan bahwa kalau kita mempunyai persekutuan yang baik
dengan Yesus, barulah kita bisa berbuah banyak! Karena itu banyaklah bersekutu
dengan Tuhan!
·
buanglah
segala dosa, baik besar maupun kecil, karena dosa me-misahkan /
menjauhkan saudara dari Tuhan, dan membuat kasih saudara kepada Tuhan menjadi
hambar! Terhadap jemaat Efesus yang kehilangan kasih yang semula, Tuhan
memerintahkan supaya mereka bertobat (Wah 2:5).
·
janganlah
mengasihi uang / dunia, karena itu akan menyebabkan saudara tidak mungkin
mengasihi Tuhan (Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15).
·
seringlah
merenungkan cinta Tuhan bagi saudara, khususnya yang Ia tunjukkan dengan mati
di atas kayu salib bagi saudara! Saudara tidak akan bisa mengasihi Tuhan kalau
saudara tidak lebih dahulu me-nyadari bahwa Tuhan betul-betul mengasihi
saudara.
2) Ay 1b: ‘usahakanlah
dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat’.
a) ‘Usahakanlah
... memperoleh’
(bdk. ay 39 dan 12:31 yang menggunakan kata Yunani yang sama).
Kata Yunani yang digunakan adalah
ZELOUTE yang arti sebenarnya adalah ‘be
zealous for’ (= bersemangatlah / berkobar-kobarlah untuk).
Ada beberapa penafsiran tentang bagian
ini:
·
Ini
diartikan ‘desire eagerly’ (=
inginkanlah dengan sungguh-sungguh), dan ini ditujukan kepada setiap orang
kristen.
Jadi, setiap orang kristen harus
berusaha mendapatkan karunia- karunia rohani. Ini lalu dijadikan dasar untuk
berusaha mendapatkan karunia bahasa Roh.
Tetapi ada
keberatan yang serius terhadap ajaran / penafsiran ini:
*
dari
1Kor 12:11,18 jelas terlihat bahwa pemberian karunia dilaku-kan sesuai
kehendak Tuhan, bukan kehendak kita. Jadi kita tidak bisa berusaha mendapatkan
karunia sesuai keinginan kita!
*
kalaupun
bagian ini diartikan bahwa orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia,
jelaslah dari ay 1 ini bahwa karunia yang harus dicari / didapatkan
bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat!
·
Ini
diartikan ‘desire eagerly’ (= inginkanlah
dengan sungguh-sungguh), tetapi ini tidak ditujukan kepada setiap orang kristen,
tetapi kepada setiap gereja lokal.
Dasar dari pandangan ini: kata ZELOUTE
ini merupakan kata perintah bentuk jamak (kata perintah yang ditujukan
kepada banyak orang)!
Jadi artinya ialah: gereja lokal harus
mencari orang-orang yang mempunyai karunia-karunia rohani, terutama karunia
bernubuat.
Penerapan:
Kalau suatu gereja mencari seorang
hamba Tuhan, maka yang ter-penting adalah bahwa hamba Tuhan itu mempunyai
karunia membe-ritakan Firman Tuhan (berkhotbah / mengajar)! Demikian juga guru
sekolah minggu haruslah orang yang betul-betul bisa mengajar!
·
Ini
diartikan ‘value highly’ (= hargailah
/ nilailah tinggi).
Kalau diartikan seperti ini, maka jelas
bahwa mereka bukan harus berusaha mendapatkan, tetapi hanya harus menghargai
karunia- karunia Roh, khususnya karunia bernubuat.
Rupa-rupanya orang Korintus jaman itu,
sama seperti kebanyakan orang Kharismatik jaman ini, terlalu mengagungkan /
menghargai karunia bahasa Roh, sehingga dalam ay 1 ini Paulus lalu
menyuruh mereka menghargai karunia untuk bernubuat. Dan memang pene-kanan utama dari seluruh 1Kor 14 ini adalah bahwa
karunia ber-nubuat jauh lebih berharga dari pada karunia bahasa Roh. Kalau
dalam membaca seluruh 1Kor 14 tadi saudara belum melihat pene-kanan utama
ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sekali lagi!
b) ‘Terutama
karunia untuk bernubuat’.
·
Ini
menunjukkan secara jelas bahwa karunia yang terpenting / ter-hebat bukanlah
karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat.
Penerapan:
*
kalau
selama ini saudara menganggap karunia bahasa Roh seba-gai karunia yang terutama
dan terpenting / terhebat, baca dan renungkan seluruh 1Kor 14 ini,
dan janganlah bersikap tegar teng-kuk, tetapi sesuaikanlah pikiran / pengertian
saudara yang salah itu dengan Firman Tuhan!
*
kalau
saudara berjumpa dengan orang yang menganggap / meng-ajarkan bahwa karunia
bahasa Roh adalah karunia yang ter-penting, ajaklah orang itu membaca seluruh
1Kor 14 ini, supaya ia melihat sendiri bahwa apa yang ia percayai /
ajarkan itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
·
Apakah
artinya karunia bernubuat itu? Ada 2 pandangan:
*
karunia
yang ada pada pengkhotbah, dimana ia membaca dan mempelajari Firman Tuhan /
Kitab Suci, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.
*
karunia
yang ada pada seorang nabi, dimana ia mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan,
dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.
Kalau kita membaca seluruh 1Kor 14
maka terlihat bahwa karunia nubuat ini dipentingkan bukan karena melihat cara
orang itu menda-patkan beritanya (dengan belajar Kitab Suci atau mendapatkan
lang-sung dari Tuhan), tetapi karena melihat penyampaian Firman Tuhan yang ia
lakukan, karena inilah yang membangun jemaat.
Jadi saya berpendapat bahwa semua
karunia pemberitaan Firman Tuhan adalah karunia yang terutama / terpenting.
3) Ay 2:
a) ‘Berkata-kata
dengan bahasa Roh’
(ay 2a).
KJV: ‘unknown tongue’ (= bahasa Roh / lidah yang tidak dikenal).
Hal yang sama terjadi pada ay 4,14,19,27.
Mungkin terjemahan KJV inilah yang
mengilhami pemikiran / kepercayaan adanya bahasa Roh yang bukan merupakan
bahasa manusia. Tetapi sebenarnya kata ‘unknown’
(= tidak dikenal) ini tidak ada dalam bahasa Yunaninya. NKJV yang merevisi KJV,
dan juga semua versi bahasa Inggris yang lain, menghapuskan / tidak menggunakan
kata ‘unknown’ (= tidak dikenal) ini.
b) ‘Tidak
berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah’ (ay 2b).
·
Bagian
ini seringkali dijadikan dasar dari doa menggunakan bahasa Roh.
Keberatan: kalimat ay 2b ini jelas tidak
bisa diartikan seperti itu, karena banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan
bahwa pada saat seseorang berbahasa Roh, ia bukan berbicara kepada Allah,
tetapi ia menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan kita tidak boleh
menafsirkan satu ayat Kitab Suci sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci
yang lain.
Contoh:
*
Kis 2:4-13
jelas menunjukkan bahwa pada waktu rasul-rasul berba-hasa Roh pada hari
Pentakosta, mereka menyampaikan berita dari Allah untuk manusia.
*
Ay 5
menunjukkan bahwa bahasa Roh yang disertai penafsiran / penterjemahan, menjadi
sama seperti nubuat. Sedangkan bernu-buat adalah menyampaikan sesuatu dari
Allah kepada manusia.
*
Ay 6
mengatakan bahwa bahasa Roh tidak berguna kalau tidak menyampaikan penyataan
Allah, pengetahuan, nubuat, atau ajaran. Jadi jelas bahwa bahasa Roh harus
ditujukan kepada ma-nusia.
*
Ay 13,27,28
menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan. Ini
jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau
ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?
·
Arti
sebenarnya dari kalimat ini adalah: tidak ada orang yang mengerti kata-katamu
kecuali Allah.
Ada yang menganggap bahwa ini adalah
suatu sindiran bagi mereka. Jadi Paulus menyindir mereka: apakah kamu mau
berkhotbah kepada Allah?
c) ‘Sebab
tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’ (ay 2c).
·
Ini
lagi-lagi sering dijadikan dasar untuk mengatakan adanya bahasa Roh yang bukan
bahasa manusia.
Keberatan:
*
kata
‘bahasa’ dalam ay 2c itu sebetulnya tidak ada.
NIV: ‘no one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).
NASB: ‘no one understands’ (= tidak seorangpun mengerti).
*
kata
‘tidak seorangpun’ dalam ay 2c ini jelas bukan menunjuk pada semua orang
di dunia, tetapi pada orang-orang yang hadir dalam kebaktian.
·
Ay 2c
ini hanya memperjelas ay 2b.
d) ‘Oleh
Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia’ (ay 2d).
·
Ada
penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Roh’ menunjuk pada ‘roh manusia’ (Catatan:
ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Roh’ ini tidak dimulai dengan huruf besar),
tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa kata ‘Roh’ ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.
·
‘hal-hal yang rahasia’.
Banyak orang Kharismatik yang
berdasarkan bagian ini lalu berang-gapan bahwa doa menggunakan bahasa Roh
adalah doa yang terbaik, karena doa bahasa Roh menggunakan bahasa rahasia,
yang hanya dimengerti oleh Allah. Begitu rahasianya bahasa ini sehingga
setanpun tidak mengertinya, sehingga ia tidak bisa menyabot / meng-gagalkan doa
tersebut.
Tetapi kata ‘hal-hal
yang rahasia’ ini
(dalam bahasa Inggrisnya: ‘mysteries’)
berasal dari kata bahasa Yunani MUSTERION. Dan dalam Kitab Suci, kata MUSTERION
itu hanya muncul dalam ayat-ayat di bawah ini:
*
Mat
13:11 / Mark 4:11 / Luk 8:10.
*
Roma
11:25 16:25.
*
1Kor
2:7 4:1
13:2 14:2 15:51.
*
Ef
1:9 3:3,4,9 5:32
6:19.
*
Kol
1:26-27 2:2 4:3.
*
2Tes
2:7.
*
1Tim
3:9,16.
*
Wah
1:20 10:7 17:5-7.
Bacalah semua ayat-ayat tersebut di
atas, dan saudara akan melihat bahwa kata ‘rahasia’ (MUSTERION) ini pada
umumnya bukan menun-juk pada sesuatu yang tidak dapat diketahui / tidak
dapat dimengerti, tetapi sebaliknya menunjuk pada:
¨ suatu kebenaran yang bisa diketahui.
¨ suatu kebenaran yang dulunya
tersembunyi, tetapi sekarang sudah dinyatakan / diberitakan sehingga bisa
diketahui / dimengerti.
Dengan demikian, kalau ay 2 ini
mengatakan bahwa orang yang ber-bahasa Roh itu mengucapkan hal-hal yang
rahasia, maka artinya ada-lah: orang yang berbahasa Roh itu menyampaikan
kebenaran ilahi (yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dibukakan).
Bisa juga kata MUSTERION ini diartikan
‘hal yang tidak dimengerti’ (tetapi ini tetap tidak bisa dijadikan dasar untuk
melakukan doa dengan bahasa Roh). Lalu ay 2 digabungkan dengan ay 3,
maka kelihatan dengan jelas bahwa di sini dikontraskan antara bahasa Roh (ay 2)
dan nubuat (ay 3). Sehingga mungkin saja artinya hanyalah: bahasa Roh itu tidak
dimengerti manusia, dan karena itu sia-sia; sedangkan nubuat itu dimengerti
manusia sehingga bisa membangun, menasehati dan menghibur.
4) Ay 3:
Ay 3 ini menunjukkan alasan
mengapa karunia bernubuat itu adalah karunia yang terpenting, yaitu karena
karunia itu berguna untuk membangun, me-nasehati, dan menghibur jemaat.
5) Ay 4:
a) Ay 4a:
‘siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia
membangun dirinya sendiri’.
Ada bermacam-macam tafsiran tentang
bagian ini:
·
Banyak
orang Kharismatik menafsirkan bahwa dengan menggunakan bahasa Roh, orang
kristen bisa menguatkan imannya sendiri. Itu se-babnya mereka menganjurkan
setiap orang kristen untuk sesering mungkin menggunakan bahasa Roh.
Keberatan terhadap pandangan ini:
*
Kitab
Suci mengatakan bahwa iman tumbuh karena Firman Tuhan (ay 4b,5,31 Ro 10:17
1Pet 2:2). Kalau seseorang menggunakan bahasa Roh yang ia sendiri
tidak mengerti, maka jelas ia tidak mendapatkan Firman Tuhan, sehingga tidak
mungkin imannya di-bangun!
*
semua
karunia diberikan untuk membangun jemaat (1Kor 12:7 - ‘untuk
kepentingan bersama’),
bukan untuk membangun diri sendiri!
·
Orang
yang berbahasa Roh itu sendiri mengerti apa yang ia katakan, tetapi orang lain
tidak. Karena itu hanya ia sendiri yang dibangun imannya.
·
Ini
cuma suatu irony (= sindiran /
ejekan).
Ingat bahwa surat Korintus mengandung
banyak irony, misalnya:
1Kor 4:8,10 2Kor 10:1,12 11:1,5b
12:12-13.
Alasan penafsiran ini: suatu karunia
diberikan oleh Tuhan kepada seseorang, selalu dengan tujuan untuk membangun
jemaat / gereja, bukan diri orang itu sendiri (ay 5b,12,17,26 12:7),
sehingga tidak mungkin karunia bahasa Roh itu membangun iman sendiri.
Kalau memang ay 4 ini adalah suatu
irony, maka ay 4 ini menunjukkan
betapa rendahnya karunia bahasa Roh itu dibandingkan dengan karunia bernubuat.
Karunia bernubuat membangun jemaat, tetapi ka-runia bahasa Roh membangun dirimu
sendiri (artinya: tidak memba-ngun siapa-siapa).
b) Ay
4b: ‘tetapi siapa bernubuat ia membangun
jemaat’.
Jadi terlihat bahwa lagi-lagi dikontraskan
antara karunia bahasa Roh (ay 4a) dengan karunia bernubuat (ay 4b).
6) Ay 5:
a) Ay
5a: ‘Aku suka supaya kamu semua berkata-kata
dengan bahasa Roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat’.
Orang Kharismatik sering memotong
bagian ini dan hanya melihat kata-kata ‘Aku suka
supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu menggunakannya sebagai dasar
untuk mengharuskan orang kristen berbahasa Roh.
Keberatan terhadap pandangan ini:
·
kalau
bagian ini diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan keha-rusan berbahasa roh,
maka jelaslah bahwa ay 5a ini (baca seluruh ay 5a!) juga
mengharuskan, atau bahkan lebih mengharuskan, orang kristen bernubuat! Bdk.
Bil 11:29 (baca mulai Bil 11:26).
Tetapi kenyataannya, saya tidak pernah
mendengar ada orang Kharismatik yang mengharuskan orang kristen bernubuat. Ini
menunjukkan penafsiran yang tidak konsekwen!
·
Keharusan
mempunyai suatu karunia tertentu jelas bertentangan dengan
1Kor 12:7,8-10,28-30, yang jelas menunjukkan bahwa tiap orang kristen
menerima karunia yang berbeda-beda, ada yang menerima karunia ini dan ada yang
menerima karunia itu. Jelas bahwa tidak ada karunia apapun yang harus dimiliki
oleh setiap orang kristen.
b) Ay
5b: ‘Sebab orang yang bernubuat lebih
berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh, kecuali kalau
orang itu dapat menafsirkannya’.
·
‘Sebab’.
Kata ‘sebab’ pada awal ay 5b ini menunjukkan bahwa
ay 5b ini adalah alasan dari kata-kata Paulus dalam ay 5a. Jadi, Paulus lebih
senang orang bernubuat dari pada berbahasa Roh karena orang yang bernubuat
lebih berharga dari pada orang yang berbahasa Roh.
·
‘kecuali orang itu dapat
menafsirkannya’.
Kalau orang yang berbahasa Roh itu bisa
menafsirkan bahasa Roh-nya, maka bahasa Roh itu menjadi sesuatu yang bisa
dimengerti, sehingga menjadi sama berharganya dengan nubuat.
Tetapi kalau ada seorang yang berbahasa
Roh, lalu ada seorang lain yang menafsirkannya, kita tetap harus hati-hati,
karena bagaimana kita tahu bahwa itu memang penafsiran yang benar? Bagaimana
kalau 2 orang itu ternyata cuma bersandiwara supaya dianggap hebat / rohani /
penuh Roh Kudus dsb? Ingat bahwa pada akhir jaman ada banyak nabi-nabi palsu
yang tidak akan segan-segan menipu jemaat supaya diikuti banyak orang!
c) Ay
5c: ‘Sehingga jemaat dapat dibangun’.
·
Bagian
ini menunjukkan bahwa tujuan karunia / pelayanan adalah supaya jemaat dapat
dibangun!
Memang tujuan utama / tertinggi kita
dalam hidup / pelayanan kita adalah untuk memuliakan Allah (1Kor 10:31),
tetapi untuk mencapai hal itu, maka kita harus membangun jemaat / gereja, yaitu
dengan:
*
mempertobatkan
orang yang belum percaya.
*
menumbuhkan
iman orang yang sudah percaya.
Penerapan:
Apapun pelayanan saudara saat ini,
renungkanlah: apakah pelayanan itu saudara maksudkan untuk membangun jemaat /
gereja? Atau saudara melayani hanya karena dipaksa oleh orang lain, atau hanya
untuk ramai-ramai saja? Atau saudara punya tujuan yang lebih egois lagi, yaitu
untuk kepentingan diri saudara sendiri?
·
Ini
juga menunjukkan bahwa jemaat / gereja bisa dibangun hanya dengan menambah
pengertian Firman Tuhan.
Bahasa Roh yang tidak diterjemahkan
tidak bisa memberikan penger-tian, sehingga tidak bisa membangun jemaat. Tetapi
nubuat, ataupun bahasa Roh yang diterjemahkan, memberikan pengertian Firman
Tuhan kepada jemaat, sehingga jemaat bisa dibangun.
Penerapan:
*
Dalam
pelayanan, usahakanlah supaya seluruh jemaat bisa dibangun dalam pengertian
Firman Tuhan. Kalau saudara sekedar mengajak jemaat untuk memasang pohon Natal
/ menghias gereja, atau datang dalam pesta-pesta yang diadakan oleh gereja,
tetapi saudara tidak pernah mengajak / mendorong jemaat untuk rajin ke
Kebaktian / Pemahaman Alkitab, maka mungkin sekali saudara sedang giat menuju
ke arah yang salah!
*
Kalau
saudara melayani Tuhan dalam bentuk puji-pujian, guna-kanlah nyanyian dalam
bahasa yang bisa dimengerti jemaat. Kalau toh harus menyanyikan lagu dalam
bahasa asing, jelaskan lebih dulu arti kata-kata lagu itu. Kalau tidak
demikian, pada hakekatnya saudara tidak berbeda dengan orang yang menggunakan
bahasa Roh tanpa penterjemahan.
*
Jaman
sekarang juga sering ada pengkhotbah yang menggunakan bahasa asing di mimbar,
tanpa menterjemahkannya. Apa tujuan-nya? Untuk pamer kepandaian? Lagi-lagi hal
ini sebetulnya tidak berbeda dengan orang yang menggunakan bahasa Roh tanpa
penterjemahan.
Ay 6-12:
1) Ay 6:
a) Ayat
ini menunjukkan juga bahwa bahasa Roh seharusnya menyam-paikan berita dari
Allah kepada manusia, dan bukan dari manusia kepada Allah (doa dengan bahasa
Roh).
Alasannya:
·
adanya
kata ‘kepadamu’ dalam ay 6 ini.
·
keempat
hal yang disebutkan dalam ay 6 ini, yaitu penyataan Allah / revelation, pengetahuan, nubuat,
pengajaran, merupakan hal-hal yang berguna bagi manusia dan diberikan oleh
Allah kepada manusia, bukan sebaliknya.
b) Ayat
ini juga menunjukkan bahwa bahasa Roh yang tidak bisa dime- ngerti adalah
sia-sia (perhatikan kata-kata ‘apakah gunanya itu bagimu’). Bahasa Roh
seharusnya menyampaikan penyataan Allah / revelation,
pengetahuan (dalam hal rohani / Firman Tuhan), nubuat, pengajaran, dan jelas
bahwa kalau hal-hal itu disampaikan dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti,
maka semua itu akan sia-sia belaka.
2) Ay 7-9:
Dengan menggunakan bermacam-macam
penggambaran, bagian ini mengu-atkan ay 6 dalam menunjukkan kesia-siaan
bahasa Roh yang tidak dime-ngerti.
a) Ay 7
menggambarkan bahasa Roh yang tidak dimengerti itu sebagai alat musik yang
tidak bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda. Kalau suatu alat
musik bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda, maka alat musik
itu bisa digunakan untuk mengeluarkan suatu lagu. Tetapi kalau tidak, alat
musik itu hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak berguna.
b) Ay 8
menggambarkannya sebagai nafiri / terompet yang tidak ‘mengeluarkan bunyi yang
terang’.
Dalam ketentaraan pada saat itu,
digunakan nafiri untuk memberikan perintah kepada tentara. Nafiri itu bisa
mengeluarkan bermacam-macam bunyi, dan setiap bunyi mempunyai arti tertentu.
Kalau nafiri itu ternyata tidak bisa memberikan bunyi-bunyi seperti itu,
sekalipun sebetulnya berita yang disampaikan itu penting (misalnya: ada musuh
menyerang!), maka nafiri itu sama sekali tak berguna.
Ini gambaran orang yang berbicara dalam
bahasa Roh yang tidak dimengerti. Sekalipun berita yang ia sampaikan itu sangat
penting, tetapi kalau bahasa Rohnya tidak bisa dimengerti oleh para
pendengarnya, maka semua itu akan sia-sia belaka.
c) Ay 9b
menggambarkannya sebagai orang yang mengucapkan kata-kata di udara. ‘Mengucapkan
kata-kata di udara’,
jelas menunjukkan suatu tindakan yang sia-sia. Bandingkan dengan 1Kor 9:26
dimana tindakan yang sia-sia digambarkan sebagai ‘sembarangan
saja memukul’ [NIV:
‘beating the air’ (= memukul udara)].
3) Ay 10:
Ayat ini menunjukkan kemustahilan
adanya suatu bahasa yang mengguna-kan bunyi-bunyi yang tidak ada artinya. Semua
bahasa di dunia pasti menggunakan bunyi-bunyi / kata-kata yang ada artinya.
Karena itu, bahasa Rohpun harus demikian!
Kesimpulannya: bahasa Roh itu haruslah
betul-betul suatu bahasa, yang mempunyai grammar
(= tatabahasa), dan perbendaharaan kata / kata-kata yang berbeda-beda.
Ayat ini jelas bertentangan dengan
praktek bahasa Roh yang jaman ini banyak terdapat, dimana orangnya hanya
menggunakan satu atau dua kata yang tidak ada artinya dan yang diulang
terus-menerus. Ini jelas bukan bahasa (karena tidak adanya tatabahasa maupun
perbendaharaan kata), dan juga bukan bahasa Roh!
Orang Kharismatik memberikan penjelasan
dengan mengibaratkan bahasa Roh seperti itu sebagai suatu telegram, yang
sekalipun pada pihak pengirim mengeluarkan bunyi-bunyi yang sama, tetapi pada
pihak penerima men-dapatkan pesan dalam bentuk kata-kata yang bisa dimengerti.
Tanggapan terhadap penjelasan ini:
- tidak ada satupun dasar Kitab Suci yang bisa dipakai untuk mendukung penjelasan tersebut. Penjelasan yang hanya menggunakan logika / illustrasi, tetapi tidak punya dasar Kitab Suci harus ditolak!
- harus diingat bahwa bahasa Roh itu seharusnya ditujukan kepada manu-sia dan bukan kepada Allah. Jadi, penerima ‘telegram’ itu bukan Allah tetapi manusia. Sedangkan kenyataannya penerima ‘telegram’ itupun cuma mendengar bunyi-bunyi yang sama terus-menerus. Jadi, jelas tak cocok dengan penjelasan mereka.
4) Ay 11-12a:
Ay 11 menunjukkan bahwa pembicara
dan pendengar menjadi seperti orang asing satu terhadap yang lain, kalau mereka
tidak saling mengerti.
Kata-kata ‘demikian pula dengan kamu’
(ay 12a) menerapkan hal itu dalam dunia bahasa Roh. Jadi, pembicara bahasa
Roh itu menjadi seperti orang asing bagi pendengarnya, kalau bahasa Rohnya
tidak dimengerti. Ini lagi-lagi menekankan kesia-siaan bahasa Roh yang tidak
bisa dimengerti oleh pen-dengarnya.
5) Ay 12b,c:
a) Ay 12b:
‘kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh’.
NASB: ‘you are zealous of spiritual gifts’ (= kamu bersemangat /
berkobar-kobar tentang karunia-karunia rohani).
Catatan:
Kata yang diterjemahkan ‘zealous’ (= bersemangat /
berkobar-kobar) itu, dalam bahasa Yunaninya mempunyai kata dasar yang sama
dengan ZELOUTE dalam ay 1, ay 39 dan 12:31 (lihat pembahasan tentang
kata ZELOUTE dalam pembahasan ay 1 di atas).
Karena itu jelaslah bahwa ayat ini
tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa karunia adalah sesuatu yang
bisa dicari / diusaha-kan.
b) Ay 12c:
‘hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk
membangun jemaat’.
NASB / Literal: ‘seek to abound for the edification of the church’ (= berusahalah
untuk berlimpah-limpah untuk pendidikan gereja).
c) Jadi,
kalau ay 12b dan ay 12c dihubungkan, maka artinya adalah: adalah
sesuatu yang bagus kalau kamu bersemangat / berkobar-kobar dalam hal
karunia-karunia rohani, tetapi arahmu harus benar, yaitu untuk pendidik-an
gereja.
Dari sini bisa didapatkan beberapa hal:
·
bahasa
Roh tidak boleh dipakai untuk sombong-sombongan, pamer dsb! Ini bukan mendidik
gereja!
·
pendidikan
gereja adalah sesuatu yang harus diutamakan dalam gereja.
Penerapan:
*
gereja
yang tidak mempunyai Pemahaman Alkitab, atau yang mempunyai Pemahaman Alkitab
yang ‘hidup segan mati tak mau’, adalah gereja yang tidak beres!
*
dalam
gereja, acara Pemahaman Alkitab tidak boleh ditabrak oleh acara-acara lain
seperti rapat, bezoek, latihan koor / vocal group dsb! Mengapa? Supaya jemaat
bisa hadir semua dalam acara Pemahaman Alkitab itu, sehingga gereja betul-betul
maju dalam pendidikan!
·
semangat
yang berkobar-kobar itu hanya baik kalau arahnya benar, dan arah seseorang
tidak mungkin benar kalau ia tidak mempunyai pengetahuan Firman Tuhan! Bdk.
Amsal 19:2 yang berkata: ‘tanpa
pengetahuan, kerajinanpun tidak baik’. Dalam terjemahan NIV bunyinya adalah: “It is not good to have zeal without knowledge” (= adalah tidak
baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).
Ay 13-17:
1) Ay 13:
Kata-kata ‘karena
itu’ pada
awal dari ay 13, menunjuk pada ay 12c di atas.
Jadi maksud dari ay 13 adalah:
karena kamu harus berlimpah-limpah dalam hal pendidikan gereja (ay 12c),
sedangkan bahasa Roh yang tidak dimenger-ti tidak ada gunanya (bdk.
ay 6-9), maka orang yang berbahasa Roh harus meminta karunia untuk
menafsirkannya / menterjemahkannya (ay 13).
Catatan:
Karunia penafsiran / penterjemahan
bahasa Roh adalah satu-satunya karunia yang bisa diminta dalam doa; itupun
hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai karunia bahasa Roh. Ini
disebabkan karena 2 karunia ini (karunia berbahasa Roh dan karunia
menterjemahkan bahasa Roh) memang harus berpasangan (bdk. 12:10b,30b).
2) Ay 14: ‘Sebab
jika aku berdoa dengan bahasa Roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal
budiku tidak turut berdoa’.
a) Terjemahan
ay 14 ini kurang tepat. Bandingkan dengan terjemahan di bawah ini.
NIV/NASB: ‘For if I pray in a tongue, my spirit prays, but my mind is
unfruitful’ (= karena jika aku berdoa dalam bahasa Roh, rohku berdoa,
tetapi pikiranku tidak berbuah).
b) Kata
‘jika’ pada awal ay 14 menunjukkan bahwa ini adalah suatu
pengandaian. Jadi ay 14 ini tidak berarti bahwa Paulus betul-betul pernah
berdoa dalam bahasa Roh.
Bahkan dari ay 15a terlihat bahwa
Paulus tidak senang dengan suatu doa dimana pikiran tidak terlibat, dan ini
menunjukkan bahwa ia tidak mau dan tidak pernah berdoa dalam
bahasa Roh.
c) Ada
bermacam-macam penafsiran / arti yang diberikan oleh para penafsir tentang kata
‘my spirit / rohku’:
·
itu
menunjuk pada ‘Roh Kudus’.
Keberatan: dalam Kitab Suci, Roh Kudus tidak
pernah disebut ‘rohku’.
·
kata
‘roh’ bisa diterjemahkan ‘nafas’. Jadi bagian ini menjadi
‘nafasku berdoa’. Maksudnya, pada saat ia berdoa, maka hanya nafas dan organ
yang berhubungan dengan suaralah yang bekerja (sedangkan otaknya tidak).
·
itu
menunjuk pada ‘karunia rohani’.
·
itu
menunjuk pada ‘perasaan dan kehendak’, yang dikontraskan dengan pikiran /
pengertian.
d) Kata-kata
‘my mind is unfruitful / pikiranku
tidak berbuah’ juga ditafsirkan secara beraneka ragam:
·
otakku
tidak mengerti apa yang aku doakan.
·
otakku
tidak bekerja / tidak berdoa (seperti Kitab Suci Indonesia).
·
doa
itu tidak berbuah dalam diri orang yang mendengar.
e) Dari
semua ini terlihat dengan jelas bahwa ay 14 ini adalah ayat yang sangat
sukar. Tetapi sebetulnya penekanan dari ay 14 ini jelas yaitu: doa bahasa
Roh adalah doa tanpa menggunakan otak, dan itu adalah salah!
3) Ay 15:
ayat ini terjemahannya kurang tepat.
NASB / Lit: ‘I shall pray with the spirit and I shall pray with the mind
also; I shall sing with the spirit and I shall sing with the mind also’
(= Aku akan ber-doa dengan roh dan aku akan berdoa dengan pikiranku; aku
akan menyanyi dengan roh dan aku akan menyanyi dengan pikiranku juga).
Jadi, kalau dalam ay 14 memang
dikatakan ‘my spirit / rohku’, maka
pada ay 15 dikatakan ‘the spirit
/ roh’.
Ada 2 penafsiran tentang kata ‘the spirit / roh’ dalam ay 15 ini:
a) Ini
menunjuk kepada ‘rohku’ (ini seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia maupun
NIV).
b) Ini
menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.
Jadi, artinya: pada waktu Paulus berdoa
dipimpin oleh Roh Kudus sekali-pun, tetap saja ia memakai otaknya dalam berdoa.
Ayat ini jelas sekali menunjukkan
perlunya penggunaan otak, baik dalam berdoa maupun dalam menyanyi! Otak harus
betul-betul mengikuti kata-kata dalam doa / nyanyian yang dinaikkan. Hal ini
jelas tidak mungkin terjadi pada waktu orang berdoa atau menyanyi dalam bahasa
Roh, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.
Penerapan:
Jaman sekarang kita bisa melihat dengan
jelas bahwa ada banyak pemimpin liturgi, orang yang melakukan sharing, pemimpin doa, dan bahkan
pengkhotbah yang sama sekali tidak menggunakan otak. Dari cara bicaranya dan
apa yang mereka katakan, terlihat dengan jelas bahwa mereka hanya menuruti
perasaannya dan mereka membuang pikirannya. Ini jelas tidak sesuai dengan
ajaran Paulus dalam bagian ini!
4) Ay 16-17:
a) Ay 16a:
‘mengucap syukur’ [NIV: praise (=
memuji); NASB: bless (= memberkati)].
Ay 16b: ‘pengucapan
syukur’ [NIV:
thanksgiving (= pengucapan syukur);
NASB: giving of thanks (= mengucap
syukur)].
Memang istilah ‘mengucap syukur’ dan
‘memuji / memberkati’ sering bisa dibolak-balik (interchangeable).
b) Ay 16-17
ini menunjukkan alasan mengapa orang memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan
dengan bahasa Roh itu adalah salah.
Catatan: pada saat itu orang itu berfungsi
sebagai pemimpin doa dalam gereja.
Alasan 1:
·
Tradisi
saat itu dalam melakukan persekutuan doa adalah: satu orang saja yang berdoa
dengan suara yang keras, sedangkan jemaat men-dengar dan mengikuti doa itu
dalam hati / pikiran, lalu pada akhirnya mengaminkan doa itu.
Calvin: “Paul’s
expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or
pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in
their minds the words of that one person, until he had come to a close, and
they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person
was that of all of them in common” (= Ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang
pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti
dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka
semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang
itu adalah doa mereka semua).
Hal ini juga terlihat dari:
*
1Taw 16:7-36.
Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa
beberapa orang memimpin nyanyi-an (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang
menyanyi bersama-sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam
ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.
*
Maz 106:1-48.
Sekalipun tidak disebutkan, tetapi dari
kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada
ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.
*
Ul 27:14-26.
Ini adalah pembacaan Firman Tuhan /
ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat
ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.
Penerapan:
Ã
ini
menunjukkan bahwa ‘doa bersuara’ (‘persekutuan’ doa dimana semua orang berdoa
sendiri-sendiri dengan suara keras) adalah sesuatu yang bukan merupakan ajaran
Kitab Suci!
Ã
Dalam
memilih orang yang berdoa, kita harus memilih orang yang mempunyai suara cukup
keras, dan juga orang yang bisa berdoa dengan terarah (bukan yang doanya mbulet
tidak karuan), supaya doanya bisa diikuti oleh semua jemaat.
·
Dengan
tradisi seperti ini, maka kalau pemimpin doa menaikkan doa dengan menggunakan
bahasa Roh, maka jemaat jelas tidak bisa mengaminkan, karena mereka tidak
mengerti apa yang didoakan.
Penerapan:
*
jangan
menyuruh misionaris / orang asing yang tidak bisa menggunakan bahasa setempat
untuk memimpin doa dalam gereja! Ini menyebabkan jemaat tidak bisa mengikuti
doanya.
*
penggunaan
doa dalam bahasa Latin dalam gereja Katolik juga merupakan sesuatu yang salah.
*
gereja-gereja
yang khotbahnya diterjemahkan (Tionghoa-Indonesia atau Jawa-Indonesia dsb)
seringkali tidak menterjemahkan doanya, sehingga doa dalam kebaktian dinaikkan
dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh banyak jemaat. Ini jelas juga salah.
Alasan 2:
Ay 17 menunjukkan bahwa sekalipun
pengucapan syukur dari orang yang berdoa itu sangat baik, tetapi itu tidak
membangun jemaat, karena mereka tidak mengerti.
Ay 18-19:
1) Ay 18:
Ayat ini sering dipakai oleh
orang-orang Kharismatik untuk mengatakan bah-wa bahasa Roh adalah karunia yang
sangat penting / istimewa. Buktinya Paulus bersyukur karena ia berbahasa Roh
lebih dari semua orang Korintus.
Keberatan terhadap penafsiran /
pandangan ini:
Penafsiran ini bertentangan dengan arah
dari seluruh pasal, karena pene-kanan utama dari 1Kor 14 adalah
meninggikan karunia bernubuat dibanding-kan dengan karunia bahasa Roh, atau
merendahkan karunia bahasa Roh dibandingkan karunia bernubuat. Penafsiran dari
satu ayat yang bertentang-an dengan arah seluruh pasal, adalah penafsiran yang out of context, yang jelas merupakan
penafsiran yang salah!
Arti yang benar adalah: Dalam ayat-ayat
sebelum ay 18 ini, Paulus sudah banyak kali merendahkan karunia bahasa
Roh dibandingkan dengan karunia bernubuat. Andaikata Paulus sendiri tidak
pernah bisa berbahasa Roh, maka besar kemungkinannya orang-orang Korintus akan
menganggap bahwa Paulus ‘menyerang’ karunia bahasa Roh karena ia sendiri tidak
mempunyai karunia itu, dan ia iri kepada orang-orang Korintus yang mempunyai
karunia itu. Tetapi karena Paulus sendiri mempunyai karunia bahasa Roh, bahkan
ia lebih banyak berbahasa Roh dari pada semua orang Korintus, maka tentu tidak
ada alasan bagi orang-orang Korintus untuk mengatakan bahwa Paulus iri hati
kepada mereka. Karena itulah maka Paulus bersyukur bahwa ia mempunyai karunia
itu.
Hal yang sama terjadi dalam Fil 3:
- dalam Fil 3:2-3 Paulus menyerang sunat dan hal-hal lahiriah yang lain.
- dalam Fil 3:4-6 Paulus menunjukkan bahwa ia sendiri disunat dan mem-punyai hal-hal lahiriah itu secara berlimpah-limpah. Dengan menunjukkan hal ini maka orang-orang Yahudi tidak mungkin menuduh bahwa Paulus menyerang sunat / hal-hal lahiriah itu karena iri hati.
2) Ay 19:
a) Ini
merupakan sambungan dari ay 18.
b) Kata
‘beribu-ribu’ dalam ay 19b seharusnya adalah ‘sepuluh
ribu’.
c) Ayat
ini menunjukkan bahwa sekalipun Paulus sendiri banyak berbahasa Roh, tetapi
dalam kebaktian / gereja ia lebih suka mengucapkan 5 kata yang bisa dimengerti
untuk mengajar orang, dari pada 10.000 kata dalam bahasa Roh yang tidak
dimengerti orang.
Mengapa? Karena mengucapkan 5 kata yang
bisa dimengerti (bahkan kurang dari 5 kata sekalipun) bisa mempertobatkan /
membangun / me-nguatkan / menasehati orang, misalnya:
·
Bertobatlah,
Kerajaan Surga sudah dekat!
·
Allah
mengasihi orang berdosa.
·
Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus.
·
Yesus
mati untuk menebus dosamu!
Sebaliknya, mengucapkan 10.000 kata
(Catatan: perlu saudara ketahui bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu
kira-kira 90 menit untuk mengucapkan 10.000 kata!) dalam bahasa Roh yang tidak
dimengerti, tidak akan berguna / membangun siapapun juga!
Karena itu adalah sesuatu yang aneh dan
tidak alkitabiah kalau ada:
¨ pengkhotbah atau pemimpin liturgi (chairman) yang sebentar-sebentar
menggunakan bahasa Roh di mimbar!
¨ pendeta / pengkhotbah yang sering
menggunakan bahasa asing (Inggris, bahkan Ibrani / Yunani), tanpa
diterjemahkan! Ini tidak berbe-da dengan mengajar menggunakan bahasa Roh!
Ay 20:
1) Pembetulan
terjemahan:
Dalam Kitab Suci Indonesia ada 2 x kata
‘anak-anak’ (sama seperti KJV menggunakan 2 x kata ‘children’). Tetapi kata ‘anak-anak’ yang ke 2 seharusnya adalah ‘bayi’.
NIV: ‘Brothers, stop thinking like children. In regard to evil be infants,
but in your thinking be adults’ (= Saudara-saudara, berhentilah berpikir
seperti anak-anak. Dalam hal kejahatan jadilah bayi, tetapi dalam
pemikiranmu jadilah dewasa).
2) Arti /
penjelasan:
a) Dalam
hal kejahatan, kita tidak boleh menjadi dewasa (karena orang dewasa banyak
berbuat jahat), bahkan tidak seperti anak-anak (karena anak-anakpun sudah bisa
berbuat jahat), tetapi seperti bayi.
Ada beberapa hal yang bisa dibahas
disini:
·
Ini
tidak bertentangan dengan Mat 18:3 dimana Yesus menyuruh kita menjadi
seperti anak-anak, karena:
*
ini
merupakan ilustrasi / perumpamaan yang berbeda / terpisah.
*
Dua
perumpamaan ini punya arah yang sama
Contoh:
Kalau saya melihat sesuatu yang terang,
lalu saya mengatakan bahwa benda itu seperti lampu halogen, dan sebentar lagi
saya mengatakan bahwa benda itu bersinar seperti matahari, maka itu tentu tidak
bertentangan.
·
Kata
‘bayi’ itu dalam bahasa Yunaninya adalah NEPIAZETE, yang berasal
dari 2 kata bahasa Yunani yaitu:
*
NE,
yang berarti ‘not’ (= tidak).
*
EIPO,
yang berarti ‘I speak’ (= aku berkata
/ berbicara).
Jadi, kata NEPIAZETE itu menunjuk pada ‘one that can not speak’ (= orang yang
tidak / belum bisa berbicara).
Jadi, Paulus memaksudkan bayi berusia
di bawah 6 bulan.
·
Ini
sama sekali tidak berarti bahwa bayi itu suci. Kitab Suci jelas mengajarkan
adanya dosa asal yang menyebabkan semua orang dilahirkan, bahkan dikandung, di
dalam dosa (Kej 6:5 8:21 Ayub 25:4 Maz 51:7
58:4). Tetapi, bagaimanapun juga, bayi itu dianggap ber-dosa karena dosa
turunan, bukan karena dosanya sendiri. Sekalipun kecondongan pada dosa sudah
ada padanya, tetapi ia sendiri belum berbuat dosa. Karena itulah dalam hal
kejahatan kita harus seperti bayi.
Penerapan:
Apakah saudara berusaha menyucikan diri
saudara sampai hal yang sekecil-kecilnya? Kalau saudara hanya membuang
dosa-dosa besar dari hidup saudara, dan membiarkan dosa-dosa kecil / tertentu
dalam hidup saudara, atau kalau saudara mengabaikan bagian tertentu dari Firman
Tuhan, maka paling-paling saudara menjadi seperti anak-anak, bukan seperti
bayi, dalam hal kejahatan.
b) Dalam
pemikiran, kita justru tidak boleh seperti bayi (tidak berpikir dan tidak
berpengetahuan), tidak juga seperti anak-anak (kurang bisa berpikir dan kurang
berpengetahuan), tetapi harus seperti orang dewasa (banyak pengetahuan dan bisa
berpikir dengan baik).
Ini perlu direnungkan oleh orang-orang
kristen yang sekalipun tidak ba-nyak mengerti tentang Firman Tuhan, tetapi
tetap tidak mau berusaha untuk belajar Firman Tuhan!
Ciri-ciri pemikiran anak:
·
Tidak
berpikir panjang.
Kalau saudara sering melakukan sesuatu
tanpa berpikir panjang, maka saudara mempunyai pikiran anak-anak!
·
Mudah
terombang-ambing (bdk. Ef 4:14).
Kalau saudara selalu mengaminkan /
mengiyakan seadanya ajaran yang saudara dengar / baca, maka saudara mempunyai
pikiran anak-anak.
·
Mengutamakan
/ mengagungkan hal-hal yang spektakuler.
Dalam kontex 1Kor 14 ini maka
jelaslah bahwa hal yang ke 3 inilah yang paling ditekankan. Mujijat dan bahasa
Roh adalah hal-hal yang spektakuler, sehingga sering dianggap sebagai hal-hal
yang hebat. Tetapi bagian ini menunjukkan bahwa orang yang mengagungkan /
mengutamakan hal-hal yang spektakuler seperti ini adalah orang yang childish (= kekanak-kanakan)!
Supaya kita bisa menjadi dewasa dalam
pemikiran, maka jelas bahwa kita harus belajar Firman Tuhan dengan rajin dan
tekun (bdk. Ef 4:11-14), termasuk bagian-bagian yang adalah ‘makanan keras’
(bdk. 1Kor 3:1-2 Ibr 5:11-14).
Ay 21-25:
1) Ay 21:
a) Ini
merupakan kutipan dari Yes 28:11,12b (bdk. Ul 28:47-49).
b) Kontex
Yesaya 28:
Mula-mula Tuhan berfirman dengan bahasa
biasa, tetapi Israel tidak menghiraukan firman itu dan menganggap bahwa firman
itu hanya cocok untuk bayi (bdk. Yes 28:9-10). Karena itu Tuhan lalu
menghukum mereka dengan menggunakan orang-orang yang berbicara dalam bahasa
asing, yaitu bangsa Babilonia (Yes 28:11-12a). Tetapi sekalipun demikian,
Israel tetap tidak mau taat (Yes 28:12b).
c) Maksud
Paulus mengutip Yes 28:11-12 ialah:
·
Menunjukkan
bahwa mendapat guru yang berbicara dalam bahasa asing bukanlah sesuatu yang
patut dibanggakan, karena itu merupakan suatu bentuk penghukuman akibat dosa
yang mereka lakukan.
Karena itu janganlah terlalu bangga
dengan bahasa Rohmu!
·
Penggunaan
bahasa asing / bahasa Roh tidak menyebabkan ke-taatan.
2) Ay 22:
Calvin memberikan 2 kemungkinan arti
untuk ayat ini:
a) Ay 22
ini dihubungkan dengan ay 21.
Jadi, ‘orang yang tidak beriman’ dalam
ay 22 menunjuk kepada orang- orang Israel yang tidak percaya, yang
akhirnya dihukum oleh Tuhan dengan menggunakan orang asing / bangsa Babilonia
(ay 21).
b) Ay
22 dipisahkan dari ay 21.
Bahasa Roh dikatakannya merupakan tanda
untuk orang yang tidak beriman, karena dalam Kis 2:1-13 rasul-rasul
memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya dengan menggunakan
bahasa Roh. Sifat mujijat dari bahasa Roh itu menyebabkan orang-orang yang
tidak beriman itu mau mendengar Injil itu.
Tetapi orang yang percaya tidak
membutuhkan pemberitaan Firman Tuhan yang bersifat mujijat, dan karena itu
untuk mereka tidak dibutuhkan bahasa Roh. Jadi nubuatlah yang cocok untuk
mereka.
Saya lebih condong pada arti yang ke 2.
3) Ay 23-25:
a) Ay
23 (bdk. Kis 2:13):
Kalau tadi dalam ay 22a dikatakan
bahwa bahasa Roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman, lalu mengapa
ay 23 mengatakan bahwa pada waktu orang-orang tidak beriman itu melihat
orang-orang kristen berbahasa Roh, mereka menganggap orang-orang kristen itu
gila?
Ada 2 kemungkinan jawaban:
·
Sekalipun
bahasa Roh merupakan tanda untuk orang tidak beriman, tetapi itu tidak berarti
bahwa bahasa Roh itu akan mempertobatkan mereka (bdk. ay 21b yang
menunjukkan penggunaan bahasa asing ternyata sia-sia).
·
Sekalipun
bahasa Roh itu adalah tanda untuk orang tidak beriman, tetapi karena orang
Korintus menggunakan bahasa Roh itu secara salah (tanpa penterjemahan), maka
orang tidak beriman itu akhirnya menganggap mereka gila.
Catatan: satu hal yang menarik dari ay 23 ini
ialah: kalau ada suatu gere-ja penuh dengan bahasa roh, lalu ada orang luar
yang masuk dan meng-anggap mereka gila, maka yang disalahkan oleh Paulus
bukanlah orang luar itu, tetapi gerejanya! Tetapi anehnya, jaman sekarang kalau
hal itu terjadi, maka orang Kharismatik menganggap bahwa orang luar itu yang
salah karena ia menghujat Roh Kudus!
b) Ay
24-25:
·
‘semua bernubuat’ (ay 24a) tentu tidak berarti
bahwa semua bernubuat pada saat yang sama (bdk. ay 29-31).
·
‘orang baru’ (ay 24). Ini salah terjemahan.
NIV: ‘someone who does not understand’ (= seseorang yang tidak
mengerti).
Footnote NIV: ‘some inquirer’ (= orang yang bertanya-tanya).
NASB: ‘ungifted man’ (= orang yang tidak berkarunia).
RSV: ‘outsider’ (= orang luar).
KJV: ‘one unlearned’ (= orang yang tidak terpelajar).
NKJV: ‘an uninformed person’ (= orang yang belum diberi informasi).
Kata bahasa Yunaninya adalah IDIOTES
(kata yang diterjemahkan ‘orang-orang luar’ dalam ay 23 dalam bahasa
Yunaninya adalah IDIOTAI, yang merupakan bentuk jamak dari IDIOTES).
Adalah sesuatu yang menarik bahwa kata
bahasa Inggris ‘idiot’ (= orang yang
mempunyai I.Q. dibawah 20) diturunkan dari kata Yunani ini. Memang, orang tidak
percaya / orang yang secara rohani tidak mengerti apa-apa adalah orang yang
idiot!
·
kata-kata
dalam ay 24-25 seperti ‘diyakinkan oleh semua’, ‘diselidiki
oleh semua’ dsb,
tidak perlu diartikan satu per satu. Seluruhnya jelas menunjukkan bahwa orang
itu lalu menjadi sadar dan bertobat.
Catatan: tentu Paulus tidak memaksudkan bahwa
pertobatan ini selalu terjadi! Maksudnya: ini adalah hal yang seharusnya
terjadi, atau hal yang diharapkan untuk terjadi.
·
kalau
tadi dalam ay 22b dikatakan bahwa nubuat bukanlah tanda un-tuk orang tak
beriman, mengapa sekarang dalam ay 24-25 nubuat itu justru berguna dan
mempertobatkan orang yang tidak beriman? Mungkin yang dimaksud dengan ‘orang
tak beriman’ dalam
ay 22b adalah ‘orang tak beriman yang bukan termasuk
orang pilihan’,
sedangkan ‘orang tak beriman’ dalam ay 24-25 adalah ‘orang tak
ber-iman yang adalah orang pilihan’ (orang pilihan yang belum bertobat).
c) Sekalipun
ay 23-25 ini adalah bagian yang sangat sukar, tetapi tetap ada satu hal
yang sangat jelas disini, yaitu: dalam bagian ini Paulus lagi-lagi merendahkan
karunia berbahasa Roh dan meninggikan karunia ber-nubuat.
·
ay 23
- bahasa Roh hanya menyebabkan orang kristen dianggap gila. Ini jelas
merendahkan bahasa Roh!
Catatan: kalau suatu gereja dimana semua
orangnya berkata-kata dalam bahasa Roh saja sudah dianggap gila, apalagi kalau
seluruh gereja terkena Toronto Blessing!
·
ay 24-25
- nubuat mempertobatkan orang. Ini jelas meninggikan nubuat.
Dalam ay 2-5 sudah ditunjukkan
bahwa nubuat lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh, tapi dalam
ay 2-5 hal itu ditekankan untuk orang-orang yang sudah percaya. Sekarang
dalam ay 23-25 hal itu dite-kankan untuk orang yang belum percaya.
Jadi kesimpulannya: baik untuk orang
percaya maupun tidak percaya, orang yang ada didalam atau di luar gereja,
nubuat tetap lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh!
d) Banyak
orang-orang Kharismatik menganggap bahwa bahasa Roh merupakan bukti bahwa
Allah itu hadir. Jadi, karena dalam gereja mereka banyak orang berbahasa Roh
dalam kebaktian, maka mereka mengang-gap gereja mereka penuh dengan Roh Kudus.
Sedangkan karena dalam gereja-gereja Protestan tidak ada orang berbahasa Roh
dalam kebaktian, maka mereka menganggapnya sebagai gereja yang tidak mempunyai
Roh Kudus!
Tetapi benarkah pandangan seperti itu?
Ay 23 menunjukkan bahwa gereja yang
penuh bahasa Roh (bukankah ini seperti gereja Kharismatik?) hanya menyebabkan
orang kafir mengang-gap mereka gila.
Dan ay 24-25 menunjukkan bahwa
gereja yang penuh nubuat / tanpa ba-hasa Roh (bukankah ini seperti gereja
Protestan?) menyebabkan orang kafir sadar akan dosanya dan bertobat, sehingga
mereka menyadari, me-rasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam gereja itu
(perhatikan kata-kata ‘sungguh, Allah ada di
tengah-tengah kamu’
dalam akhir ay 25).
Pikirkan sendiri, gereja seperti apa
yang saudara inginkan? Seperti dalam ay 23 atau seperti dalam
ay 24-25?
Ay 26-28:
1) Ay 26:
a) Kata-kata ‘bilamana
kamu berkumpul’
menunjukkan bahwa hal-hal ini hanya berlaku untuk suatu kebaktian /
persekutuan.
b) Sekalipun
kata ‘hendaklah’ dalam ay 26 ini sebetulnya tidak
ada, tetapi ayat ini tetap menunjukkan bahwa dalam kebaktian, tiap orang
kristen ha-rus menggunakan karunianya untuk untuk memberikan suatu sumbangsih /
pelayanan yang ditujukan untuk membangun gereja / jemaat (bdk. 1Pet 4:10).
Penerapan:
·
Apakah
sampai saat ini saudara datang ke gereja hanya untuk menerima Firman
Tuhan saja? Memang, keinginan untuk menerima Firman Tuhan adalah sesuatu yang
baik dan harus dipertahankan, tetapi juga harus ditambah dengan keinginan memberi
dan keinginan untuk bisa berguna bagi gereja / jemaat. Janganlah puas
menjadi orang kristen yang tidak bisa berguna untuk gereja / jemaat.
·
Juga
jangan merasa puas kalau saudara sudah memberikan persem-bahan dalam kebaktian,
karena hal itu belum cukup. Ay 26 ini me-nunjukkan bahwa setiap orang
harus memberikan sesuatu dalam hal penggunaan karunia untuk melayani! Jadi,
carilah karunia apa yang saudara miliki, dan gunakanlah untuk membangun gereja
saudara!
c) Ay 26
ini jelas menunjukkan bahwa tidak setiap / semua orang kristen harus mempunyai
karunia bahasa Roh, karena ayat ini mengatakan bah-wa yang seorang memberikan
mazmur, yang lain memberikan pengajar-an, yang lain lagi memberikan bahasa Roh
dst. Jadi jelas bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang mempunyai karunia
bahasa Roh itu! Yang tidak punya karunia itu pasti mempunyai karunia yang lain
sehingga tetap bisa berguna untuk gereja.
2) Ay 27:
a) Kata
‘jika’ di sini menunjukkan bahwa dalam suatu kebaktian /
perseku-tuan, tidak selalu harus ada orang yang berbahasa Roh!
b) Ay 27
ini memberikan syarat berbahasa Roh dalam kebaktian / persekutuan yaitu:
·
yang
berbahasa Roh hanya boleh 2-3 orang.
·
mereka
harus bergiliran dalam berbahasa Roh.
·
harus
ada penafsiran.
Penggunaan bahasa Roh dalam gereja /
persekutuan Pentakosta / Kharismatik pada jaman ini, dimana puluhan / ratusan /
ribuan orang berbahasa Roh secara bersama-sama dan tanpa ada penafsiran, jelas
bertentangan dengan syarat yang ditetapkan oleh Paulus di sini! Tetapi kalau
mereka dihadapkan pada ayat ini maka mereka berkata bahwa ada 2 jenis bahasa
Roh; untuk jenis yang pertama berlaku syarat-syarat ini, tetapi untuk jenis
yang kedua tidak. Dan mereka menggunakan jenis yang kedua ini. Tetapi
penjelasan atau jawaban ini sama sekali tidak mempu-nyai dasar Kitab Suci!
3) Ay 28:
Ayat ini mengatakan bahwa kalau tidak
ada orang yang bisa menafsirkan bahasa Roh itu (artinya: dalam kebaktian itu
tidak ada orang yang telah diketahui mempunyai karunia penafsiran bahasa Roh),
maka orang yang mau berbahasa Roh itu harus diam, dan ‘hanya boleh berkata-kata
kepada dirinya sendiri dan kepada Allah’. Apa artinya kalimat ini? Ada 2
penafsiran:
a) Mereka
boleh berdoa dengan bahasa Roh, secara pribadi.
b) Mereka
boleh berbahasa Roh (bukan berdoa dengan bahasa Roh) pada waktu mereka sendirian.
Jadi mereka harus menunggu sampai mereka sendirian, barulah mereka boleh
berbahasa Roh.
Saya setuju dengan arti kedua ini.
Ay 29-33:
1) Ay 29:
a) Sama
seperti dalam menggunakan bahasa Roh, maka orang yang bernubuatpun juga
dibatasi sebanyak 2-3 orang.
b) Ay 29b:
‘yang lain menanggapi apa yang mereka
katakan’.
·
kata
‘menanggapi’ ini merupakan terjemahan yang salah.
RSV: weigh (= menimbang).
NIV: weigh carefully (= menimbang dengan hati-hati).
NASB: pass judgment (= memberikan penghakiman).
KJV/NKJV: judge (= menghakimi).
Kata Yunaninya adalah DIAKRINETOSAN,
yang sebetulnya berarti discern (=
membedakan / melihat perbedaan).
·
kata
‘yang lain’ ditafsirkan bermacam-macam:
*
orang
yang mempunyai karunia membedakan roh (bdk. 1Kor 12:10).
Dasarnya: kata Yunani DIAKRISEIS, yang
diterjemahkan ‘membedakan’ dalam 1Kor 12:10, mempunyai akar
kata yang sama dengan kata DIAKRINETOSAN dalam ay 29b ini.
*
orang-orang
lain yang juga mempunyai karunia bernubuat.
*
semua
jemaat yang lain.
Saya setuju dengan arti ke 3. Ini menunjukkan
bahwa semua orang kristen mempunyai kewajiban untuk menilai apakah suatu nubuat
/ ajaran itu betul-betul adalah firman
Tuhan atau bukan (bdk. Kis 17:11 1Tes
5:20-21 1Yoh 4:1-3).
2) Ay 30:
Ayat ini menunjukkan bahwa sama seperti
dalam penggunaan karunia ba- hasa Roh, maka karunia nubuatpun harus digunakan
secara bergiliran. Jadi, orang yang mau bernubuat harus menunggu sampai yang
sedang bernubuat selesai.
Ini sebetulnya bukan hanya berlaku
untuk orang bernubuat dalam kebaktian, tetapi juga kalau orang berbicara dalam
rapat! Jangan bicara selagi ada orang yang sedang bicara! Mengapa? Demi
menghargai orang yang sedang berbicara itu, dan juga demi keteraturan (bdk. ay
33,40).
3) Ay 31:
a) ‘Kamu
semua’:
·
Ini
hanya menunjuk kepada orang-orang yang mempunyai karunia bernubuat. Hanya
merekalah yang boleh bernubuat dalam gereja!
Dalam persoalan menentukan siapa yang
boleh berkhotbah dalam gereja, maka banyak gereja jatuh dalam salah satu dari 2
extrim yang salah di bawah ini:
*
seadanya
orang boleh berkhotbah.
Extrim ini banyak terdapat dalam
kalangan gereja Pentakosta / Kharismatik.
Dasarnya: setiap orang bisa dipimpin
oleh Roh Kudus dalam me- nyampaikan firman Tuhan.
Keberatan: kalau Tuhan mau memakai seseorang
untuk berkhot-bah, maka Tuhan pasti akan memberikan karunia untuk berkhot-bah
kepada orang itu. Jadi, kalau Tuhan tidak memberikan karunia berkhotbah kepada
orang itu, maka itu berarti bahwa Tuhan tidak menghendaki orang itu berkhotbah!
*
hanya
orang yang mempunyai gelar Sarjana Theologia (atau lebih tinggi dari itu) yang
boleh berkhotbah. Extrim ini banyak terdapat dalam gereja Protestan.
Terhadap extrim ini perlu dikatakan
bahwa ada orang-orang yang mempunyai karunia berkhotbah, tetapi tidak mempunyai
kesem-patan untuk sekolah theologia, atau mempunyai kesempatan sekolah hanya
sebentar saja, atau mempunyai kesempatan sekolah di sekolah theologia yang
tidak mengeluarkan gelar, sehingga orang itu tidak mempunyai gelar. Kalau kita
melarang orang seperti ini berkhotbah, maka itu berarti kita ‘mengubur talenta’
orang itu (bdk. Mat 25:18)!
·
Ini
tentu tidak berarti bahwa semua orang yang mempunyai karunia bernubuat boleh
bernubuat dalam satu kebaktian.
Dalam ay 29 tadi telah kita
pelajari bahwa dalam satu kebaktian hanya boleh 2-3 orang saja yang bernubuat.
Jadi, kalau dalam suatu gereja ada 10 orang yang mempunyai karunia bernubuat,
maka bisa saja dalam kebaktian minggu ini 3 diantaranya bernubuat, dan minggu
depan 3 orang yang lain dst.
b) ‘Sehingga
kamu semua dapat belajar’.
Ini menunjukkan bahwa nabipun harus mau
belajar dari nabi yang lain. Nabi yang hanya mau belajar langsung dari Allah
(anti buku tafsiran dsb), adalah nabi yang sombong, yang mungkin sekali justru
adalah nabi palsu!
c) ‘Beroleh
kekuatan’.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kekuatan’ mempunyai arti yang luas yang
mencakup:
·
exhortation (= desakan).
·
encouragement (= pengobaran semangat).
·
consolation (= penghiburan).
·
admonition (= nasehat).
4) Ay 32:
Ini salah terjemahan. Bandingkan dengan
terjemahan-terjemahan di bawah ini:
NIV: the spirits of prophets are subject to the control of prophets (=
roh nabi-nabi tunduk pada kontrol nabi-nabi).
NASB: the spirits of prophets are subject to prophets (= roh nabi-nabi
tunduk pada nabi-nabi).
Artinya adalah: seorang nabi harus bisa
menguasai diri dalam bernubuat dan ini harus diwujudkan dengan tidak menyela /
memotong nabi lain yang sedang bernubuat.
Jadi, baik bagi orang yang bernubuat
maupun bagi orang yang berbahasa Roh (ay 27-28), penguasaan diri harus
tetap ada! Orang yang bernubuat ataupun yang berbahasa Roh tidak boleh out of control (= tak terkontrol),
menjadi histeris, berteriak-teriak tanpa terkendali dsb.
Tetapi pada jaman ini justru ada banyak
orang yang kalau berbahasa Roh lalu betul-betul menjadi tidak terkendali.
Matanya terbeliak, mulutnya ber-buih, teriakan-teriakannya tidak karuan,
tangisannya histeris, badannya ber-getar tanpa terkendali dsb. Lebih-lebih
dengan adanya Toronto Blessing, maka
sikap tak terkontrol itu makin menjadi-jadi. Dan anehnya, ini sering dianggap
sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus dan dikuasai oleh Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus
tidak mungkin bekerja dengan cara yang berten-tangan dengan firmanNya sendiri!
Bdk. juga dengan Ef 5:18 yang mengkon-traskan orang yang penuh Roh Kudus
(ada penguasaan diri yang baik) dengan orang yang mabuk oleh anggur (tak ada
penguasaan diri)!
Karena itu kalau ada orang yang
bernubuat / berbahasa Roh dalam keadaan tak terkontrol seperti itu, maka hanya
ada 2 kemungkinan:
- Ia sedang kepenuhan roh jahat, bukan Roh Kudus.
Setan memang sering membuat orang
menjadi kehilangan kontrol seperti itu (Mark 9:18,20,22,26).
- Ia memang kepenuhan Roh Kudus, dan semua itu adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi pastilah ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup orang itu, sehingga Roh Kudus melakukan hal itu dengan tujuan untuk meng-hajar orang itu.
Contoh: Saul bernubuat dengan telanjang
semalam-malaman (1Sam 19:23-24).
5) Ay 33: ini merupakan dasar dari semua
peraturan di atas! Tuhan memberi peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dan
nubuat itu, demi keter-aturan. Ia tidak menghendaki kebaktian dikacaukan oleh
bahasa Roh, apa-lagi oleh hal-hal seperti Toronto
Blessing, yang banyak terdapat pada jaman ini.
Catatan: kalau saudara ingin tahu lebih banyak
tentang pandangan saya tentang Toronto
Blessing, bacalah buku saya yang berjudul ‘Toronto Blessing, Alkitabiahkah?’.
Ay 34-35:
1) Kata-kata ‘sama
seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus’ (ay 34a), dalam Kitab Suci bahasa Inggris ditempatkan
pada ay 33b. Di samping itu:
- Oleh NASB/KJV/NKJV bagian ini dihubungkan dengan ay 33.
NASB: ‘for God is not a God of confusion but of peace, as in all the churches
of the saints’ (= karena Allah bukanlah Allah dari kekacauan tetapi dari
damai, seperti dalam semua gereja orang-orang kudus).
- Oleh NIV/RSV bagian ini dihubungkan dengan ay 34 (ini sama seperti Kitab Suci bahasa Indonesia).
Saya menganggap inilah yang benar.
Kalau memang demikian, maka ini menunjukkan bahwa peraturan tentang perempuan
dalam ibadah ini, dimana orang perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan jemaat,
adalah sesuatu yang bersifat tradisi dan karena itu tidak harus dilaksana-kan
pada saat ini.
2) Dalam bagian ini dikatakan bahwa dalam
kebaktian, perempuan harus diam, tidak boleh berbicara, harus tunduk (kepada
pria / suami), bahkan tidak bo-leh bertanya (kalau mau bertanya, harus bertanya
kepada suami di rumah). Juga dikatakan bahwa perempuan berbicara dalam
kebaktian adalah se-suatu yang tidak sopan.
Kata ‘tidak sopan’ itu sebetulnya
kurang tepat terjemahannya.
KJV: a shame (= sesuatu yang memalukan).
NASB: improper (= tidak benar).
NIV: disgraceful (= memalukan).
RSV/NKJV: shameful (= memalukan).
Kata Yunani yang dipakai adalah
AISCHROS yang digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang menimbulkan
kejijikan.
3) Bagian ini digunakan untuk mengatakan bahwa
perempuan tidak boleh mengajar dalam gereja, karena mengajar berarti berbicara,
dan juga berarti perempuan itu menjadi superior dan mempunyai otoritas.
Tentang hal ini ada orang yang pro dan
kontra karena ayat-ayat Kitab Suci kelihatannya memang juga ada yang pro dan
kontra.
Ayat yang pro: 1Tim 2:11-12 yang
berbunyi: “Seharusnya perempuan berdiam diri dan
menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga
tidak mengizinkannya memerintah laki-laki”.
Ayat yang kontra:
- Kel 15:20 - Miryam, kakak Musa, adalah seorang perempuan, tetapi ia bernubuat / memberitakan Firman Tuhan.
- Hakim-hakim 4:4 - Debora juga adalah seorang perempuan, tetapi ia adalah seorang nabiah dan hakim!
- 2Raja-raja 22:14-15 / 2Taw 34:22 - Hulda juga adalah seorang perem-puan, tetapi ia memberitakan Firman Tuhan kepada seorang raja.
- Kis 21:9 - Filipus mempunyai 4 orang anak perempuan yang mempunyai karunia bernubuat..
4) ‘Seperti
yang dikatakan juga oleh hukum Taurat’ (ay 34b).
Ini hanya berhubungan dengan ketundukan
perempuan kepada laki-laki, dan ini memang ada dalam hukum Taurat. Misalnya:
Kej 3:16.
Ay 36:
1) Ini terpisah dari ay 34-35, jadi tidak
lagi berhubungan dengan perempuan dalam ibadah.
Dasarnya: tadi dalam ay 34-35
Paulus menggunakan kata ganti orang ‘mereka’, tetapi sekarang dalam ay 36
Paulus menggunakan kata ganti orang ‘kamu’, yang jelas tidak lagi menunjuk kepada
‘perempuan’ tetapi kepada ‘orang Korintus’.
2) Ini diucapkan oleh Paulus karena orang
Korintus ‘aneh’ sendirian.
Arti pertanyaannya adalah:
- Apakah kamu adalah gereja induk? (ay 36a).
- Apakah kamu adalah satu-satunya gereja? (ay 36b).
Tentu saja jawabannya seharusnya adalah
‘tidak’. Tetapi kalau memang tidak, lalu mengapa kamu aneh sendirian / lain
dari pada yang lain?
Ini menunjukkan bahwa membandingkan
gereja kita dengan gereja-gereja yang lain, adalah sesuatu yang penting. Perlu
juga diperhatikan bahwa pada akhir jaman ini ada begitu banyak gereja yang
menyimpang dari Kitab Suci, sehingga kita tidak bisa asal meniru seadanya gereja
pada jaman ini! Kita juga harus membandingkan:
a) Dengan
gereja-gereja dalam sepanjang sejarah.
Sekalipun pada jaman sekarang ada
begitu banyak penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian, tetapi kalau kita melihat
dalam sepanjang sejarah gereja, tentu tidak demikian halnya!
b) Dengan
Kitab Suci sendiri!
Ingatlah selalu untuk tidak sembarangan
meniru gereja lain. Kitab Suci adalah standard bagi kita!
Ay 37-38:
1) Ay 37: ‘ia
harus sadar’.
Ini salah terjemahan.
KJV/NKJV/RSV/NIV: acknowledge (= mengakui).
NASB: recognize (= mengakui).
Jadi ay 37 ini menunjukkan bahwa
orang yang menganggap dirinya adalah nabi atau orang yang mempunyai karunia
rohani, harus mengakui bahwa ajaran / kata-kata Paulus ini adalah Firman Tuhan!
bdk. 1Yoh 4:6.
2) Ay 38: ada bermacam-macam terjemahan.
NIV: if he ignores this, he himself will be ignored (= kalau ia
mengabaikan hal ini, ia sendiri akan diabaikan).
RSV/NASB: if anyone does not recognize this, he is not recognized (= kalau
seseorang tidak mengakui ini, ia tidak diakui).
KJV/NKJV: if anyman be ignorant, let him be ignorant (= kalau ada orang yang
tidak tahu, biarlah ia tidak tahu).
Ay 39-40:
Ini menunjukkan kesimpulan dari seluruh 1Kor 14!
1) Ay 39:
Ayat ini sering hanya dikutip sebagian
oleh orang-orang Kharismatik, yaitu bagian yang berbunyi: ‘Janganlah
melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu dijadikan dasar untuk
menyerang orang-orang Protes-tan yang menyerang bahasa Roh. Tetapi ini adalah
penggunaan ayat yang tidak sesuai dengan kontexnya, karena dalam seluruh ay 39 ini sebetulnya Paulus lagi-lagi mengkontraskan
karunia bernubuat dengan karunia berbahasa Roh, dengan tujuan untuk
menunjukkan bahwa karunia bernubuat lebih penting dari karunia bahasa Roh.
Perhatikanlah kontras itu di bawah ini:
a) Ay 39a:
‘Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk
bernu-buat’.
Ini menunjukkan bahwa kalau untuk
karunia bernubuat maka Paulus berkata bahwa itu harus ‘diusahakan untuk diperoleh’ (ini mem-pergunakan kata
Yunani ZELOUTE yang telah dibahas dalam ay 1).
b) Ay 39b:
‘Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan
bahasa Roh’.
Ini menunjukkan bahwa kalau untuk
karunia bahasa Roh, Paulus hanya berkata bahwa itu jangan dilarang. Itupun tentu saja kalau penggunaan-nya benar
(sesuai dengan ay 27-28).
Jadi seluruh ay 39 ini jelas
menunjukkan bahwa Paulus jauh lebih memen-tingkan karunia bernubuat
dibandingkan dengan karunia bahasa Roh!
2) Ay 40 (bdk. ay 33) menunjukkan bahwa
kita harus mengatur sedemikian rupa sehingga suatu kebaktian berjalan dengan
tertib dan teratur.
Ini bukan hanya kewajiban pendeta saja,
tetapi juga majelis, pengurus dan jemaat!
Penerapan:
- penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian dengan mengabaikan per-aturan penggunaan bahasa Roh dalam ay 27-28, jelas merupakan suatu praktek yang bertentangan dengan ay 40 ini.
- Toronto Blessing jelas juga bertentangan dengan ay 40 ini.
- pemilihan pengkhotbah dan chairman yang jelek bisa membuat kebaktian jadi kacau dan karena itu hal ini harus dihindarkan.
- adanya anak-anak kecil yang berlari-lari dan ribut dalam kebaktian jelas merupakan sesuatu yang tidak bisa dibiarkan!
- doa yang dilakukan bersama dengan alat musik / puji-pujian, jelas merupakan suatu kekacauan. Pikirkan: dalam Kitab Suci bagian mana ada doa yang diiringi alat musik? Pada waktu Yesus berdoa Ia mencari ketenangan (Mark 1:35), lalu bagaimana mungkin orang kristen jaman sekarang sengaja membuat musik dalam doa? Disamping itu hal ini membuat pemain musik itu tidak bisa ikut berdoa!
- ‘doa bersuara’ (doa dimana semua orang sama-sama berdoa dengan me-ngeluarkan suara) jelas juga merupakan suatu kekacauan! Kalau Paulus melarang lebih dari satu orang berbahasa Roh / bernubuat dalam waktu bersamaan, maka adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang boleh berdoa bersama-sama (Catatan: sekalipun thema yang didoakan sama, tetapi kata-katanya jelas berbeda satu sama lain!).
- seruan keras ‘Amin’, ‘Haleluyah’, dsb dari orang-orang tertentu di tengah-tengah doa / khotbah, jelas juga bertentangan dengan ay 40 ini! Kalau mau mengaminkan, lakukan itu dalam hati saudara, supaya tidak meng-ganggu orang lain / mengacaukan ketertiban!
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar