I Samuel 28:1-25
Pemanggil arwah & roh Samuel
I) Problem Saul.
1) Perang dengan Filistin (ay 4-5).
a) Ay 4: Gilboa tempat Saul
berkemah merupakan dataran tinggi (1500 kaki di atas permukaan laut), sedangkan
Sunem tempat Filistin berkemah merupakan suatu lembah yang hanya 250 kaki
tingginya dari permukaan laut, sehingga dari tempat Saul ia bisa melihat
seluruh perkemahan Filistin.
b) Melihat semua tentara
Filistin itu Saul menjadi takut (ay 5), mungkin karena ia melihat bahwa jumlah
tentara Filistin jauh lebih banyak dari yang ia perkirakan.
Tetapi bukan
hanya itu alasan rasa takutnya. Orang yang jauh dari Tuhan akan selalu takut
bahwa pada waktu tidak ada alasan untuk takut. Bandingkan dengan Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada
yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
2) Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan
tidak mau memberi petunjuk.
Ay 6: “Dan Saul bertanya kepada TUHAN,
tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim,
baik dengan perantaraan para nabi”.
a) Mengapa Tuhan tidak
menjawabnya?
·
Ada yang mengatakan sudah terlambat, tetapi saya
tidak setuju dengan ini, karena Kitab Suci tidak mengenal kata ‘terlambat’ bagi
orang yang masih hidup yang bertobat dengan sungguh-sungguh.
·
Karena
ia tidak bertanya dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Banyak orang bertanya kepada Tuhan,
tetapi sebetulnya mereka sendiri telah mengambil suatu keputusan yang pasti
akan dilaksanakannya, tak peduli apapun yang Tuhan katakan. Ini biasanya
terjadi pada kita sudah sangat menginginkan sesuatu (pacar, pekerjaan yang enak,
barang yang menyenangkan), tetapi kita tetap menanyakan kehendak Tuhan.
Bandingkan dengan Tuhan Yesus yang bergumul di taman Getsemani (Mat 26:39,42),
yang menunjukkan bahwa sekalipun Ia menginginkan sesuatu, tetapi Ia tetap
menundukkan kehendakNya pada kehendak BapaNya.
·
Karena
ia tidak mempunyai ketekunan dalam mencari kehendak Tuhan. Nanti di bawah
(point b) kita akan melihat suatu contoh dimana Saul memang pernah bertanya
secara tidak tekun.
·
Adanya dosa, yaitu iri hati dan kebencian
terhadap Daud. Bukan ini saja dosanya, tetapi juga pembunuhan terhadap
imam-imam di Nob yang dianggap menolong Daud (1Sam 22:6-dst). Terhadap
dosa-dosa ini Saul tidak pernah bertobat. Jadi ia datang kepada Tuhan untuk
meminta petunjuk dari Tuhan dalam keadaan penuh berlumuran dosa. Bagaimana
Allah yang maha suci itu bisa mau memberinya petunjuk? Bandingkan dengan Maz 66:18 - “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku,
tentulah Tuhan tidak mau mendengar”.
Pulpit Commentary: “There was no priest with the army to obtain
Divine direction by the Urim and Thummim. Saul had slain the priests. There was
no prophet to bring messages from God. By his breach with Samuel Saul had
alienated from his cause all those who had any measure of prophetic gift. We
hear the wail of a perturbed spirit - ‘I am sore distressed;’ but no confession
of sin, no accent of repentance” (= Tidak ada imam bersama dengan pasukan Saul untuk
mendapatkan petunjuk ilahi melalui Urim dan Tumim. Saul telah membunuh para
imam. Tidak ada nabi untuk membawa pesan Allah. Oleh pemutusan hubungannya
dengan Samuel, Saul telah menjauhkan dari urusannya semua mereka yang mempunyai
karunia bernubuat. Kita mendengar ratapan dari roh yang bingung / gelisah -
‘Aku sangat dalam keadaan terjepit’ (ay 15b); tetapi tidak ada pengakuan dosa, tidak ada tanda / nada pertobatan) - hal 538-539.
Karena itu, kalau mau meminta
petunjuk Tuhan, introspeksilah dan kuduskanlah diri saudara lebih dulu.
·
Karena selama ini ia sendiri tidak mau
mendengarkan suara / nasehat Tuhan, maka sekarang Tuhan tidak mau
mendengarkannya.
Bandingkan
dengan Amsal 1:24-28 - “Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak
ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, bahkan, kamu
mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, maka aku juga akan
menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke
atasmu, apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda
kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu.
Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka
akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.
Pulpit Commentary mengutip kata-kata
Starke: “If
we do not hear God’s voice when it goes well with us, God can and will refuse
to hear our voice when it goes ill with us” (= Jika kita tidak mendengar suara Allah pada waktu
semua baik-baik saja, Allah bisa dan akan menolak untuk mendengar suara kita
pada waktu semua kacau) - hal 532.
Karena itu baik pada waktu semua
baik-baik atau semua kacau, tetaplah setia dan taat kepada Tuhan.
Pulpit Commentary: “If men are forsaken by God, it is only
because he has been forsaken by them” (= Jika ada orang-orang yang ditinggalkan oleh Allah,
itu hanya karena Ia telah ditinggalkan oleh mereka) - hal 537.
Dalam persoalan hubungan yang retak
antara manusia dengan Tuhan, selalu manusia yang bikin gara-gara. Sebaliknya,
dalam persoalan perdamaian antara manusia dengan Tuhan, selalu Tuhan yang
berinisiatif!
b) Kalau memang dalam ay 6
dikatakan Saul bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab, mengapa dalam
1Taw 10:14 dikatakan bahwa ia tidak meminta petunjuk Tuhan?
1Taw 10:13-14
- “Demikianlah Saul mati karena
perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang
pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak
meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan
jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.
Jawab:
1. Mungkin karena cara-cara yang
ia gunakan tidak sesuai kehendak Tuhan.
Misalnya:
·
dalam penggunaan Urim.
Bagaimana Saul
bisa menggunakan Urim? Imam Abyatar sudah lari ke pihak Daud dengan membawa
efodnya sehingga lalu Daudlah yang meminta petunjuk Tuhan dengan efod tersebut
(bdk. 1Sam 23:6,9 30:7). Jadi
mungkin sekali Saul membuat efod yang baru dan mengangkat imam yang baru. Ini
tentu saja tidak sesuai kehendak Tuhan.
·
dalam bertanya melalui nabi-nabi.
Nabi siapa yang ia tanyai? Nabi
palsu?
Mencari kehendak Tuhan dengan cara
yang tidak sesuai kehendak Tuhan ini, oleh Tuhan dianggap sebagai ‘tidak
meminta petunjuk Tuhan’.
Karena itu hati-hati untuk tidak
mencari petunjuk Tuhan dengan cara yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan,
misalnya dengan membuka Kitab Suci secara sembarangan lalu menunjuk secara
sembarangan, dan ayat yang ditunjuk dianggap sebagai petunjuk dari Tuhan. Tuhan
tidak pernah mengajar kita untuk meminta petunjukNya dengan cara seperti ini.
2. Mungkin karena tidak adanya ketekunan dan
kesungguhan dalam meminta petunjuk Tuhan.
Matthew Poole: “Saul inquired of the Lord, in his slight
and perfunctory way, as chap. 14:19, as appears from hence, that when God did
not speedily answer him, he goes to the devil for an answer, ver. 7; for which
reason he is said, not to have inquired of the Lord, 1Chron. 10:14, i.e. not
seriously and after the right order” (= Saul bertanya kepada Tuhan, dengan cara
mengentengkan dan acuh tak acuh, seperti dalam 14:19, seperti terlihat dari
sini, dimana pada waktu Allah tidak segera menjawabnya, ia pergi kepada setan
untuk mendapatkan jawaban, ay 7; dan karena itu dikatakan bahwa ia tidak
meminta petunjuk Tuhan, 1Taw 10:14, yaitu tidak secara serius dan tidak
menuruti tata tertib yang benar) - hal 580.
Catatan: Dalam 1Sam 14:19 versi
Kitab Suci Indonesia, Saul berkata kepada imam Ahia: ‘Biarlah’.
Ini salah terjemahan!
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘Withdraw thine / your hand’ (=
Tariklah tanganmu).
Rupanya karena
keributan menjadi makin hebat, Saul yang tadinya menyuruh imam Ahia untuk
meminta pimpinan Tuhan, lalu membatalkan perintah tersebut.
Penerapan:
Karena itu hati-hati dengan minta petunjuk Tuhan. Kalau saudara tidak ada
kesungguhan / ketulusan dalam meminta, tidak ada ketekunan dalam meminta, maka
oleh Tuhan saudara dianggap sebagai tidak meminta petunjuk Tuhan!
3) Samuel sudah mati (ay 3a).
Ini sudah
diceritakan dalam 1Sam 25:1. Dengan sudah tidak adanya Samuel, maka Saul
tidak lagi bisa meminta petunjuknya. Ini melengkapi problem dari Saul.
II) Saul mencari seorang pemanggil arwah (ay 7).
1) Pembahasan
tentang ‘pemanggil arwah’.
a) Ayat-ayat
Kitab Suci yang berhubungan dengan ‘pemanggil arwah’.
Ay 3b: “Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam
negeri para pemanggil arwah dan roh peramal”.
KJV: ‘those that had familiar spirits, and the wizards’ (= mereka
yang mempunyai roh-roh yang akrab / dikenal, dan tukang-tukang sihir).
RSV: ‘the mediums and the wizards’ (= pengantara-pengantara
dan tukang-tukang sihir).
Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘pemanggil arwah’ adalah OB / OV, dan di sini
digunakan bentuk jamaknya, yaitu OBOTH / OVOTH.
Catatan: Huruf kedua dalam abjad bahasa
Ibrani, kalau diberi titik (yang disebut dengan ‘dagesh’) di tengah-tengahnya (B) maka dibaca BETH, sedangkan kalau
tidak diberi titik di tengah-tengahnya (b) maka dibaca VETH. Jadi di sini seharusnya dibaca OV (bentuk tunggalnya)
dan OVOTH (bentuk jamaknya). Tetapi dalam penulisan biasanya baik B maupun b tetap ditulis dengan B.
Ay 7a: “Lalu berkatalah Saul kepada para
pegawainya: ‘Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah;
maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.’”.
KJV: ‘a woman that hath a familiar spirit’ (= seorang perempuan
yang mempunyai roh yang akrab / dikenal).
RSV: ‘a woman who is a medium’ [= seorang perempuan yang adalah seorang
pengantara (dengan orang mati)].
Lit: ‘owner (BAALAT) of an OB’ (= pemilik
dari suatu OB).
Ay 8: “Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan
pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada
perempuan itu, berkatalah Saul: ‘Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan
arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut
kepadamu.’”.
KJV: ‘And Saul disguised himself, and put on other raiment, and he went, and
two men with him, and they came to the woman by night: and he said, I pray
thee, divine unto me by the familiar spirit, and bring me him up, whom I
shall name unto thee’ (= Dan Saul menyamarkan dirinya sendiri, dan
mengenakan pakaian lain, dan ia pergi, dan dua orang dengan dia, dan mereka
sampai kepada perempuan itu pada malam hari: dan ia berkata: Aku minta
kepadamu, tenungkan / ramalkan bagiku oleh roh yang akrab / dikenal, dan
bawalah dia naik kepadaku, yang akan kusebutkan namanya kepadamu).
Im 20:27 -
“Apabila seorang laki-laki atau
perempuan dirasuk arwah
atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari
dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri”.
Perlu diperhatikan bahwa terjemahan
Kitab Suci Indonesia salah. Entah dari mana munculnya kata ‘dirasuk’ itu. Terjemahan hurufiah dari Im 20:27a adalah: ‘Jika seorang laki-laki atau seorang
perempuan di antara mereka adalah seorang OB, ....’. Bandingkan dengan terjemahan KJV di
bawah ini.
KJV: ‘that hath a familiar spirit’ (= yang mempunyai roh yang akrab / dikenal).
RSV/NIV/NASB: ‘who is a medium’ (= yang adalah seorang pengantara).
Ul 18:9-14
- “Apabila engkau sudah masuk ke negeri
yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau belajar
berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. (10) Di
antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki
atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi
petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, (11) seorang
pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh
peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. (12) Sebab
setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh
karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari
hadapanmu. (13) Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN,
Allahmu. (14) Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini
mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan
TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian”.
Saya menyoroti bagian dari
Ul 18:11 yang saya garis-bawahi, yang dijadikan dasar ajarannya oleh
Andereas Samudera.
KJV: ‘a consulter with familiar spirits,... or a necromancer’ (= seorang
yang berkonsultasi dengan / bertanya kepada roh-roh yang akrab / dikenal, ...
atau seorang yang meramal dengan berkomunikasi dengan orang yang sudah mati).
RSV: ‘a medium, ... or a necromancer’ (= seorang pengantara, ... atau
seorang yang meramal dengan berkomunikasi dengan orang yang sudah mati).
NIV: ‘who is a medium ... or who consults the dead’ (= yang adalah
seorang pengantara ... atau yang bertanya kepada orang mati).
NASB: ‘a medium, ... or one who calls up the dead’ (= seorang pengantara,
... atau seseorang yang memanggil orang mati).
Catatan: kata ‘necro’ berasal dari kata Yunani NEKROS [= ‘a dead body’ (= mayat)].
Yes 8:19 -
“Dan apabila orang berkata kepada
kamu: ‘Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang
berbisik-bisik dan komat-kamit,’ maka jawablah: ‘Bukankah suatu bangsa patut
meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta
petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?’”.
Catatan:
kata ‘allah’
di sini seharusnya dimulai dengan huruf besar, karena memang menunjuk kepada ‘Allah’.
Yes 19:3 -
“semangat orang Mesir menjadi hilang,
dan rancangannya akan Kukacaukan; maka mereka akan meminta petunjuk kepada
berhala-berhala dan kepada tukang-tukang jampi, kepada arwah dan kepada
roh-roh peramal”.
Yes 29:4 -
“Maka engkau akan merendahkan diri dan
engkau bersuara dari dalam tanah, perkataanmu kedengaran samar-samar dari dalam
debu; suaramu akan berbunyi seperti suara arwah dari dalam tanah, dan
perkataanmu akan kedengaran seperti bisikan dari dalam debu”.
KJV: ‘and thy voice shall be, as of one that hath a familiar spirit,
out of the ground’ (= dan suaramu akan seperti suara seseorang yang
mempunyai roh yang akrab / dikenal, dari tanah).
RSV: ‘your voice shall come from the ground like the voice of a ghost’
(= suaramu akan datang dari tanah seperti suara hantu / roh).
Terjemahan
hurufiah: ‘kata-katamu akan keluar seperti OBOTH dari bumi / tanah’.
b) Ajaran Andereas Samudera dalam
persoalan ini.
Andereas
Samudera: “Imamat 20:27 - Apabila seorang laki-laki atau
perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni
mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka
sendiri.
Ternyata di jaman Musa dahulu ada
orang-orang yang dirasuk arwah, yaitu roh orang mati. Juga roh peramal. Yang
kedua ini saya yakin pasti roh setan yang menyesatkan manusia dengan
ramalan-ramalan nasib di masa akan datang. Tetapi arwah adalah roh orang mati.
Dalam King James Bible kata arwah diterjemahkan sebagai ‘familiar spirit’
tetapi dalam Strong Concordance tidak ditemukan kata Ibrani untuk ‘familiar’.
Saya berpendapat bahwa kata ‘familiar’ adalah tambahan saja oleh penterjemah
King James untuk membedakannya dari jenis roh setan yang lain. Kata ‘spirit’
berasal dari kata Ibrani ‘obe’ yang dipakai juga pada Ulangan 18:11 dan banyak
ayat lain dalam gabungannya dengan istilah ‘familiar spirit’. Kata ‘obe’ itu
sendiri berarti sama dengan ‘awb’ yang berarti ‘bapa / ayah’”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 19-20.
Komentar
saya:
·
Perhatikan bahwa Andereas Samudera menggunakan
Im 20:27, yang terjemahannya salah, sebagai dasar ajarannya, bahwa roh
orang mati bisa merasuk orang hidup. Di atas sudah saya katakan bahwa kata ‘dirasuk’
dalam Im 20:27 itu salah. Terjemahan
hurufiah dari Im 20:27a adalah: ‘Jika seorang laki-laki atau seorang perempuan di antara
mereka adalah seorang OB, ....’. Bandingkan dengan terjemahan KJV: ‘that hath a
familiar spirit’
(= yang mempunyai roh yang akrab / dikenal).
·
Terlihat dengan jelas bahwa Andereas Samudera
mengunakan bahasa Ibrani, tanpa sedikitpun mengerti bahasa itu, sehingga
mengejanya / mentransliterasikannya saja sudah salah. Memang Strong Concordance
menuliskan ‘obe’ dan ‘awb’,
tetapi itu salah, karena seharusnya adalah OB / OV dan AB / AV.
·
Komentarnya tentang ‘familiar spirit’ (KJV) juga ngawur secara total. Sama sekali tidak
benar bahwa kata OB diterjemahkan ‘spirit’
dan bahwa kata ‘familiar’ merupakan
tambahan saja, untuk membedakannya dengan setan. Yang benar adalah bahwa kata
OB itu diterjemahkan ‘familiar spirit’.
Ingat bahwa kata ‘spirit’ dalam
bahasa Ibrani adalah RUACH.
·
Juga tidak benar kalau dikatakan bahwa kata OB
itu sama artinya dengan kata AB (= bapa). Lihat penjelasan saya di bawah pada
point c) no 3.
Andereas
Samudera langsung melanjutkan dengan berkata: “Dalam masa Perjanjian Lama tak ada
pelayanan pelepasan. Bila seseorang kerasukan roh orang mati atau roh
peramal, hanya satu saja yang akan mereka alami bila kedapatan, yaitu dirajam
dengan batu sampai mati. Di dalam jaman Perjanjian Baru tak ada lagi praktek
merajam orang yang kerasukan arwah dengan batu. Sekarang Tuhan memberikan kepada
orang-orang Perjanjian Baru kuasa untuk mengusir setan-setan dan roh-roh najis
dari tubuh seseorang dengan Nama Yesus. Orang-orang yang dirasuk arwah, bila
tak dilepaskan, nasib hidupnya akan selalu seperti ditimpa oleh batu, banyak
sengsara dan penderitaan, seperti yang dialami ibu yang saya doakan itu”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 20.
Komentar
saya:
·
Perhatikan bahwa kata-kata Andereas Samudera ini
terus ia dasarkan pada kata ‘kerasukan’ yang salah
terjemahan dalam Im 20:27 tadi.
·
Dalam Perjanjian Lama bukannya tidak ada
pelepasan! Kis 19:13 - “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan
keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang
kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama
Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’”.
Dalam tafsirannya tentang
Kis 19:13 ini Pulpit Commentary berkata: “The words should be construed together, ‘strolling
Jewish exorcists.’ That certain Jews in our Saviour’s time exorcised
evil spirits appears from Matt. 12:27; Luke 9:49. We learn also from
Josephus, ‘Ant. Jud.,’ viii. 2, 5, that forms of exorcism, said to have been
invented by King Solomon, so efficacious that the devils cast out by them could
never come back, were used with great effect in his days” (= Kata-kata itu seharusnya ditafsirkan
bersama-sama, ‘pengusir setan Yahudi yang berjalan keliling’. Bahwa
orang-orang Yahudi tertentu pada jaman Juruselamat kita mengusir roh-roh jahat
terlihat dari Mat 12:27; Luke 9:49. Kita juga belajar / tahu dari
Josephus, ‘Ant. Jud.,’ viii. 2, 5, bahwa bentuk-bentuk pengusiran setan
dikatakan telah ditemukan oleh Raja Salomo, begitu mujarab / manjur sehingga
setan-setan yang diusir oleh mereka tidak pernah bisa kembali, digunakan
dengan hasil yang besar pada jamannya) - hal 116.
Bandingkan dengan Mat 12:27 - “Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?”.
Kontex dari ayat ini adalah bahwa
pada waktu Yesus mengusir setan yang merasuk seseorang, Ia dituduh menggunakan
kuasa Beelzebul. Yesus lalu menjawab dengan kata-kata dalam Mat 12:27 itu.
Dari kata-kata itu terlihat dengan jelas bahwa dalam kalangan Yahudi memang ada
pengusir-pengusir setan, dan ini diakui oleh orang-orang Farisi sebagai
orang-orang yang menggunakan kuasa Tuhan.
Dalam tafsirannya tentang
Mat 12:27 ini William Hendriksen berkata: “There were others besides Jesus and his
disciples who claimed to possess the power to expel demons. That occasionally
such successful conjuration of evil spirits by the ‘sons’ or disciples of the
Pharisees may actually have occurred need not be disputed” (= Ada orang-orang lain selain Yesus dan
murid-muridNya yang mengclaim bahwa
mereka mempunyai kuasa untuk mengusir setan. Bahwa kadang-kadang pengusiran
roh-roh jahat oleh ‘anak-anak’ atau murid-murid orang-orang Farisi betul-betul
bisa terjadi tidak perlu diperdebatkan) - hal 525.
Dalam tafsirannya tentang
Mat 12:27 ini Matthew Poole berkata: “Others think that they invocating the God
of Abraham, Isaac, and Jacob, God might honour them so far, as upon that
invocation to command the devil out of persons. Origen and Justin Martyr both
tell us, that there were some that used that form with such success” (= Orang-orang lain berpendapat bahwa
mereka menyebut / memanggil Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan Allah
menghormati mereka sedemikian rupa, sehingga karena penyebutan nama itu
memerintahkan setan keluar dari orang-orang. Origen dan Justin Martyr keduanya
menceritakan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggunakan formula / cara
itu dengan sukses) -
hal 56.
Dalam tafsirannya tentang
Mat 12:27 ini Calvin berkata: “By
‘your children’ ... I have no doubt that he means the ‘Exorcists,’ who were at
that time generally employed among the Jews, as is evident from the Acts of the
Apostles, (19:19.) ... There was indeed no statute of the Law for having
Exorcists among the Jews; but we know that God, in order to maintain their
fidelity to his covenant, and their purity of worship, often testified his
presence among them by a variety of miracles. It is even possible that there
were persons who cast out devils by calling on the name of the Lord”
[= Dengan ‘anak-anakmu’ ... Saya tidak meragukan bahwa Ia memaksudkan
‘Pengusir-pengusir setan’, yang pada saat itu biasanya bekerja / melayani di
antara orang-orang Yahudi, seperti nyata dari Kisah Para Rasul (19:19). ...
Memang tidak ada undang-undang dalam hukum Taurat tentang adanya
pengusir-pengusir setan di antara orang-orang Yahudi; tetapi kita tahu bahwa
Allah, untuk menjaga kesetiaan mereka pada perjanjianNya, dan kemurnian ibadah
/ penyembahan mereka, sering memberi kesaksian tentang kehadiranNya di antara
mereka dengan bermacam-macam mujijat. Bahkan merupakan sesuatu yang mungkin
bahwa di sana orang-orang yang mengusir setan dengan memanggil / menyebut nama
Tuhan] - hal 69.
Catatan:
saya kira yang Calvin maksudkan bukanlah Kis 19:19 tetapi Kis 19:13, yang sudah
saya bahas di atas.
·
Hukuman mati tidak pernah diberlakukan terhadap
seseorang jika ia kerasukan setan secara tidak disengaja. Orang seperti ini
harus dikasihani dan ditolong, bukan dihukum mati! Hukuman mati dijatuhkan
terhadap seseorang jika ia mempraktekkan magic
secara sengaja sehingga lalu kerasukan, atau secara sengaja meminta setan masuk
ke dalam dirinya sehingga ia bisa mempraktekkan magic.
·
Bukan hanya hukuman mati terhadap orang yang
kerasukan seperti itu saja yang dibatalkan dalam Perjanjian Baru, tetapi juga
misalnya berzinah (bdk. Yoh 7:53-8:11). Jadi pembatalan tersebut bukan
disebabkan karena dalam dalam Perjanjian Baru ada kuasa untuk mengusir setan.
Ingat bahwa jaman Perjanjian Baru memang adalah jaman kasih karunia, dan
disamping itu pada jaman Perjanjian Baru, Palestina ada dalam penjajahan
Romawi, sehingga mereka tidak mempunyai hak untuk menjatuhkan hukuman mati
(bdk. Yoh 18:31). Karena itu, pada waktu mereka mau membunuh Yesus mereka
membawaNya kepada Pontius Pilatus dan mendesak dia untuk menjatuhkan hukuman
mati kepada Yesus. Pada waktu orang-orang Yahudi merajam Stefanus sampai mati,
mereka melanggar larangan ini.
Andereas
Samudera: “Adanya larangan untuk meminta petunjuk kepada arwah,
menunjukkan bahwa praktek ini sebenarnya dapat dilakukan. Buat apa larangan
dikeluarkan bila memang yang dilarang itu tak mungkin dilakukan? Misalnya
seorang menaruh tulisan ‘Dilarang Masuk’ di pintu, itu berarti bila ada orang
yang nekad melanggarnya, pintu itu tentu dapat dimasuki. Tetapi bila larangan
itu ditempel di tembok yang rata dan padat, itu pasti hanya lelucon orang iseng
saja, sebab tak mungkin orang dapat masuk tembus tembok. Jadi larangan
mengundang arwah itu justru memberi tahu kepada kita bahwa mengundang arwah itu
sebenarnya dapat dilakukan manusia. Jadi orang mati dapat diundang untuk
memberi petunjuk. Tetapi Allah membenci dan melarang praktek seperti ini”
- ‘Dunia Orang Mati’, hal 21.
Komentar
saya: ini penjelasan yang cerdik, tetapi nanti akan saya tunjukkan di bawah
pada point d) no 2, bahwa ini salah.
Andereas
Samudera: “Saya yakin bila orang mengundang arwah lewat seorang
medium, jailangkung, ouija board atau cara-cara lain, yang datang sesungguhnya
adalah orang mati itu. Saya tidak menyangkal adanya kemungkinan penipuan
oleh setan-setan yang menyamar sebagai roh orang mati. Tapi pada umumnya
bila yang diundang adalah arwah, yang datang juga arwah, karena saya percaya setiap
perkataan itu memiliki kuasa dan tertib di alam roh. Jika seseorang panggil
arwah, yang datang tentu arwah, jika seseorang panggil setan yang datang tentu
setan. Jika seseorang mengundang Roh Kudus, tentu Roh Kudus yang hadir. Jika
seseorang mengundang Tuhan Yesus, Ia juga yang akan hadir. Jika tidak memegang
prinsip ini, bagaimana anda dapat meyakinkan seseorang yang mau mengundang
Tuhan Yesus masuk ke dalam hatinya, bahwa Tuhan Yesuslah yang akan masuk dan
bukan si Iblis! Atau mereka yang ingin dibaptis Roh Kudus, apakah Roh Kudus
yang akan memenuhi mereka atau roh setan?” - ‘Dunia Orang Mati’, hal
22.
Komentar
saya:
·
kata-kata yang saya garis bawahi itu menunjukkan
ketidak-konsistenan dengan kata-katanya sendiri. Kalau ia memang yakin bahwa
setiap perkataan mempunyai kuasa dan tertib di alam roh, mengapa kadang-kadang
bisa ada penipuan dari setan. Dengan kata lain mengapa yang diundang adalah roh
orang mati, tetapi yang datang adalah setan? Kalau hal ini memang mungkin,
bukankah bisa saja setiap kali kita mengundang roh orang mati, setanlah yang
datang?
·
Tidak selalu kalau seseorang mengundang Roh
Kudus / Yesus, maka pasti Roh Kudus / Yesus yang datang. Mengapa? Karena ada
syarat untuk kehadiran Roh Kudus / Yesus ataupun kepenuhan Roh Kudus. Misalnya
harus ada iman, harus ada ketaatan, dan sebagainya. Kalau syarat ini tidak
dipenuhi, dan orangnya tetap mengundang Roh Kudus / Yesus, maka Tuhan tetap
tidak akan hadir / datang (bdk. Amsal 1:24-28 Yes 1:13-15 1Sam 28:6), dan bahkan jangan heran
kalau yang datang adalah setan. Contoh: gereja-gereja yang mengadakan Toronto
Blessing pasti mengundang Roh Kudus, tetapi apakah memang yang hadir adalah Roh
Kudus? Dengan melihat pada kegilaan yang terjadi dalam kebaktian-kebaktian
seperti itu, saya percaya yang datang adalah roh jahat! Karena itulah saya
menganggap bahwa istilah Toronto Blessing seharusnya diubah menjadi Toronto
Curse (= Kutuk Toronto)!
Andereas
Samudera: “Arwah dan roh peramal adalah dua jenis roh yang
berbeda. Arwah adalah roh orang mati sedangkan roh peramal adalah roh setan,
tetapi pekerjaannya mirip satu dengan yang lain yaitu suka memberi
petunjuk-petunjuk bagi orang hidup. Roh orang mati tidak tahu masa depan,
sedang roh peramal menipu manusia dengan ramalan-ramalan tentang masa depan
tetapi tidak benar” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 22.
Komentar
saya:
·
berdasarkan apa ia menganggap bahwa roh orang
mati suka memberi petunjuk kepada orang hidup?
·
ramalan yang diberikan oleh setan tidak selalu
meleset. Bisa saja tepat, sekalipun kadang-kadang bisa meleset, karena setan
memang tidak maha tahu.
Andereas
Samudera: “Ulangan 18:10-14 - Di antaramu janganlah didapati
seorangpun yang ....... bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang
meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan
hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN ...........
Perhatikan
bahwa yang dilarang oleh Tuhan adalah meminta petunjuk dan bertanya
kepada arwah, jadi tidaklah menjadi masalah bila anda memberi petunjuk
atau memerintah kepada arwah. Sama halnya dengan setan-setan, kita tidak
diijinkan untuk meminta petunjuk atau bertanya / mendapat petunjuk dari setan,
tetapi tak jadi masalah bila kita mengusir, memerintah setan keluar dari tubuh
seseorang ataupun berbicara kepadanya, karena Tuhan Yesus sendiripun berbicara
dengan setan-setan, sebelum mengusir mereka, waktu ia dicobai di padang gurun
dan dalam kejadian di Gadara” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 34-35.
Komentar
saya: ini menunjukkan kelicinan Andereas Samudera dalam mencari celah dari
suatu ayat supaya ia bisa memaksakan ajaran / prakteknya. Tetapi dari cerita
Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), terlihat dengan jelas bahwa orang mati
langsung masuk ke surga atau neraka, dan hal itu tidak bisa berubah. Dan
karena itu, seandainya kita bisa memerintah / memberi petunjuk kepada
roh orang mati, itu tetap tidak akan ada gunanya bagi orang yang sudah mati
tersebut.
c) Arti yang kabur dari ‘pemanggil arwah’.
Kata bahasa Ibrani OB, yang
diterjemahkan ‘familiar spirit’ (=
roh yang akrab / dikenal) oleh KJV, dan ‘pemanggil arwah’ oleh Kitab Suci Indonesia, merupakan suatu kata yang
kabur / bermacam-macam artinya.
1. Ada
yang mengartikan sebagai botol kulit / kirbat.
Keil & Delitzsch tentang Im 19:31: “The word is connected with OB, a skin” (= Kata itu berhubungan dengan OB, yang
berarti ‘kulit’) -
hal 425.
Pulpit Commentary: “‘Familiar spirits.’ Hebrew, OBOTH, the
plural of OB, a leathern bottle. It is generally taken to refer to the
distended belly of the conjurer, into which the summoned spirit of the dead was
supposed to enter, and thence speak; for which reason the Septuagint render the
word ‘ventriloquist,’ and is followed by most modern commentators” (= ‘Roh-roh yang akrab’. Ibrani: OBOTH,
bentuk jamak dari OB, yang berarti suatu botol kulit / kirbat. Ini biasanya
dianggap menunjuk pada perut yang menggelembung dari tukang sihir, ke dalam
mana dianggap roh dari orang mati yang dipanggil masuk, dan kemudian berbicara;
dan karena itu Septuaginta menterjemahkan kata itu dengan istilah ‘pembicara
perut’, dan diikuti oleh banyak penafsir-penafsir modern) - hal 521.
Barnes’ Notes tentang Im 19:31: “‘familiar spirits.’ Literally, ‘bottles.’
This application of the word is supposed to have been suggested by the tricks
of ventriloquists, within whose bodies (as vessels or bottles) it was fancied
that spirits used to speak”
[= ‘roh yang akrab / dikenal’. Secara hurufiah: ‘botol’. Penggunaan kata ini
diduga ditimbulkan oleh trik / permainan / muslihat dari pembicara perut, di
dalam tubuh siapa (seperti bejana atau botol) dikhayalkan bahwa roh-roh biasa
berbicara] - hal
158.
Catatan:
Bentuk jamak dari kata OB ini, yaitu OBOTH, muncul dalam Ayub 32:19, yang
berbunyi sebagai berikut: “Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat
jalan hawa, seperti kirbat baru yang akan meletup”.
2. Ada yang mengartikan sebagai ‘pemanggil
arwah’ atau sebagai ‘roh orang mati’.
E. J. Young: “bvx - A necromancer who calls up the dead. The
word may also refer to a ghost itself, as in Isa. 29:4” [= bvx (OB) - Seorang peramal yang memanggil orang
mati. Kata itu juga bisa menunjuk kepada roh orang mati itu sendiri, seperti
dalam Yes 29:4] - ‘The Book of Isaiah’, vol I, hal 318
(footnote).
Pulpit Commentary: “OBOTH = spirits of the departed, supposed
to be called up from the unseen world to make disclosures concerning the
future, and dwelling in them and speaking through them in a hollow tones of
voice”
(= OBOTH = roh-roh dari orang mati, yang menurut anggapan dipanggil dari dunia
yang tidak terlihat untuk menyingkapkan / memperlihatkan masa yang akan datang,
dan tinggal di dalam mereka dan berbicara melalui mereka dengan suara yang
nadanya bergema) -
hal 532-533.
3. Ada yang menghubungkan dengan kata ‘bapa’
dalam bahasa Ibrani.
G. J. Wenham
(NICOT): “‘Spirits’ (’obot)
has been taken to refer to the woman who summoned up the spirits of the dead,
usually by digging a pit and placing various offerings in it to entice the
spirit. The method used in Israel is described in 1Sam. 28:7ff. (cf. Isa.
29:4). More probably ’obot is a derogatory spelling of ’abot (‘fathers’) and
means ‘spirits of ancestors’ who live on in the underworld”
[= ‘Roh-roh’ (’obot) diartikan menunjuk kepada perempuan yang memanggil roh-roh
orang mati, biasanya dengan menggali sebuah lubang dan memberikan
bermacam-macam persembahan di dalamnya untuk memikat roh tersebut. Metode yang
digunakan di Israel digambarkan dalam 1Sam 28:7dst. (bdk. Yes 29:4). Lebih
mungkin ’obot adalah pengejaan yang bersifat menghina dari kata ’abot
(bapa-bapa) dan berarti ‘roh-roh dari nenek moyang’ yang hidup / tinggal di
dunia orang mati] - ‘The Book
of Leviticus’, hal 273.
Catatan: Kata ‘bapa’ dalam bahasa
Ibrani adalah bxA (AB / AV), dan
bentuk jamaknya adalah tObxA (ABOT /
AVOT).
d) Bisakah
seseorang memanggil arwah atau meminta petunjuk kepada arwah?
Apakah benar bahwa dari istilah ‘pemanggil arwah’ dalam Kitab Suci kita harus
menyimpulkan bahwa seseorang memang bisa memanggil ‘roh orang mati’? Apakah benar bahwa dari adanya larangan untuk meminta
petunjuk kepada arwah bisa disimpulkan bahwa seseorang memang bisa meminta
petunjuk kepada orang mati?
Saya sendiri yakin bahwa dari istilah
‘pemanggil arwah’ dalam Kitab Suci tidak dapat
disimpulkan bahwa seseorang memang bisa memanggil roh orang mati. Juga saya
yakin bahwa dari adanya larangan untuk meminta petunjuk kepada arwah tidak bisa
disimpulkan bahwa seseorang memang bisa meminta petunjuk kepada roh orang mati.
Saya berpendapat bahwa Andereas Samudera meloncat terlalu cepat pada kesimpulan
yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan.
Alasannya:
1. Dalam Kitab Suci seseorang
sering digambarkan bukan sebagaimana adanya tetapi menurut pengakuan orang
tersebut! Misalnya seseorang disebut ‘murid’ / ‘orang
percaya’, padahal sebetulnya ia tidak percaya. Misalnya: Yoh
2:23-25 Yoh 6:66 Kis 8:13. Mengapa demikian? Karena
orang-orang itu mengaku sebagai orang percaya.
Jadi kalau
Kitab Suci menyebut orang-orang tertentu sebagai ‘pemanggil arwah’,
itu tidak harus berarti bahwa orang-orang itu betul-betul bisa memanggil arwah.
Saya berpendapat bahwa artinya hanyalah bahwa ‘orang-orang itu mengaku
bisa memanggil arwah’, atau ‘orang-orang itu mengira
bisa memanggil arwah’.
2. Larangan meminta petunjuk
kepada roh orang mati memang menunjukkan bahwa orang bisa meminta
petunjuk kepada roh orang mati, tetapi apakah ia betul-betul mendapatkan
petunjuk dari roh orang mati, atau apakah roh orang mati itu betul-betul bisa
memberi petunjuk kepada orang hidup, itu adalah persoalan yang lain. Ini sama
dengan 2 contoh yang saya berikan di bawah ini.
a. Larangan
meminta petunjuk kepada berhala.
Yes 19:3
- “semangat orang Mesir menjadi hilang,
dan rancangannya akan Kukacaukan; maka mereka akan meminta petunjuk kepada
berhala-berhala dan kepada tukang-tukang jampi, kepada arwah dan
kepada roh-roh peramal”.
Yes 19:3
ini selain mengecam orang yang meminta petunjuk kepada arwah / roh orang mati,
juga mengecam orang yang meminta petunjuk kepada berhala. Jadi orang
dilarang minta petunjuk kepada berhala, dan yang melakukan dihukum mati
(2Raja 1:3,6,16), tetapi ini tidak berarti bahwa orang betul-betul bisa
mendapatkan petunjuk dari berhala, karena Tuhan sendiri berkata bahwa
berhala / patung itu tidak dapat berbuat apa-apa, seperti pada ayat-ayat di
bawah ini:
·
Ul 4:28
- “Maka di sana kamu akan beribadah kepada
allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat,
tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium”.
·
Maz 115:4-8
- “Berhala-berhala mereka adalah perak dan
emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata,
mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak
dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai
tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat
berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah
jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya”.
·
Yes 41:21-24 - “Ajukanlah perkaramu, firman TUHAN,
kemukakanlah alasan-alasanmu, firman Raja, Allah Yakub. Biarlah mereka maju dan
memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu,
beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang
akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui kesudahannya!
Beritahukanlah hal-hal yang akan datang kemudian, supaya kami mengetahui, bahwa
kamu ini sungguh allah; bertindak sajalah, biar secara baik ataupun secara
buruk, supaya kami bersama-sama tercengang melihatnya! Sesungguhnya, kamu ini
adalah seperti tidak ada dan perbuatan-perbuatanmu adalah hampa; orang yang
memilih kamu adalah kejijikan”.
·
Yer 10:5
- “Berhala itu sama seperti orang-orangan di
kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak
dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat
jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat”.
b. Larangan mendapatkan ramalan berdasarkan
posisi bintang (horoscope / Astrology).
Yes 47:13-14 - “Engkau telah payah karena banyaknya
nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala
penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan
baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka
sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari
kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk
berdiang!”.
Kelihatannya ayat ini mengecam
peramal yang menggunakan posisi bintang (horoscope / Astrology). Sebetulnya,
apakah Astrology / horoscope itu?
Dr. Kurt Koch: “Astrology is the interpretation of human
destiny, and a man’s future, by reference to the position of the stars at the
moment of his birth”
(= Astrology adalah penafsiran nasib manusia, dan masa depan manusia, berkenaan
dengan posisi dari bintang-bintang pada saat kelahirannya) - ‘Occult ABC’, hal 18.
Sekarang pertanyaannya adalah: apakah
adanya pengecaman atau larangan dalam Yes 47:13-14 ini menunjukkan bahwa
seseorang memang bisa meramal / mendapat petunjuk dengan memperhatikan posisi
bintang-bintang? Ini jelas omong kosong, karena kalau nasib seseorang memang
ditentukan oleh posisi bintang-bintang pada waktu ia dilahirkan, maka orang
yang lahir pada saat yang sama nasibnya juga akan sama, padahal fakta tentu
tidaklah seperti itu. Jadi lagi-lagi terlihat bahwa di sini ada larangan,
tetapi tidak menunjukkan bahwa yang dilarang itu bisa dilakukan.
Kesimpulan: tidak ada bukti apapun dari Kitab
Suci bahwa kita bisa memanggil arwah / roh orang mati. Saya sendiri berpendapat
bahwa orang mati langsung masuk surga atau neraka, sehingga tidak mungkin
dipanggil. Kalau seseorang memanggil atau meminta petunjuk kepada arwah / roh
orang mati, maka sebetulnya setanlah yang datang dan memberi petunjuk. Karena
itulah Tuhan melarang hal ini, dan dalam jaman Perjanjian Lama mengancamnya
dengan hukuman mati. Karena itu kalau mau minta petunjuk, jangan minta petunjuk
kepada arwah / setan melalui jailangkung, permainan cucing, Ouija Board, dan
sebagainya, tetapi mintalah petunjuk kepada Tuhan.
Yes 8:19 -
“Dan apabila orang berkata kepada
kamu: ‘Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang
berbisik-bisik dan komat-kamit,’ maka jawablah: ‘Bukankah suatu bangsa patut
meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk
kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?’”.
2) Saul mencari seorang perempuan yang bisa
memanggil arwah (ay 7), padahal tadinya ia sendiri memusnahkan para pemanggil
arwah tersebut (ay 3).
a) Ay 3b mengatakan bahwa
Saul sudah menyingkirkan semua pemanggil arwah dan roh peramal.
Ay 3b: “Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam
negeri para pemanggil arwah dan roh peramal”.
Bandingkan dengan ay 9: “Tetapi perempuan itu menjawabnya: ‘Tentu
engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari
dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal.”.
Tindakan Saul yang melenyapkan /
membunuhi para pemanggil arwah dan tukang sihir ini tidak pernah
diceritakan sebelumnya, tetapi jelas memang terjadi, dan mungkin terjadinya
pada waktu Saul baru menjadi raja. Tindakan ini sesuai dengan hukum Taurat, karena dalam Im 20:27
dikatakan: “Apabila
seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah
mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka
tertimpa kepada mereka sendiri”.
b) Apa
yang dulu ia singkirkan, sekarang ia cari.
Ay 7a: “Lalu berkatalah Saul kepada para
pegawainya: ‘Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah;
maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.’”.
Memang pada
waktu kerohanian hancur kita bisa melakukan hal-hal berdosa yang dulunya kita
kecam! Kalau dulu saudara mengecam perzinahan, tetapi sekarang melakukannya,
atau kalau dulu saudara mengecam dusta, tetapi sekarang melakukannya, maka
sadarilah bahwa itu menunjukkan bahwa hubungan saudara dengan Tuhan sedang
merenggang! Bertobatlah sebelum apa yang dialami Saul ini menjadi pengalaman
saudara!
c) Pada waktu Tuhan tidak
menjawabnya (ay 6), seharusnya ia melakukan introspeksi dan bertobat, dan
bukannya lari kepada setan.
Barnes’ Notes: “That Saul received no answer ... was a
reason for self-abasement, and self-examination, to find out and, if possible,
remove the cause, but was no justification whatever of his sin in asking
counsels of familiar spirits” (= Bahwa Saul tidak menerima jawaban ... merupakan
alasan untuk merendahkan diri dan memeriksa diri sendiri, untuk menemukan dan,
jika mungkin, menghilangkan penyebabnya, tetapi ini sama sekali tidak
membenarkan dosanya dalam meminta nasehat kepada ‘pemanggil arwah’) - hal 65.
Penerapan: ada banyak ‘orang kristen’, yang
pada waktu tidak mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang diderita, atau jalan
keluar dari problem / kesukaran, lalu pergi ke dukun. Jangan lakukan yang
seperti ini, karena setan merupakan seorang ‘pedagang ulung’. Ia tidak pernah
memberikan sesuatu secara cuma-cuma kepada saudara. Ia bisa memberikan sesuatu
yang bersifat jasmani (kesembuhan, kekayaan, jabatan, dsb), tetapi ia pasti
akan mengambil sesuatu yang bersifat rohani dan bernilai kekal dari diri
saudara!
d) Mengapa Saul minta dicarikan seorang perempuan
yang bisa memanggil arwah? Karena yang melakukan pemanggilan arwah ini biasanya
perempuan.
e) Ini menunjukkan kebejatan dan sikap
semau sendiri dari Saul.
Pulpit Commentary: “This determination of Saul proves how
obstinate was his self-will. He wanted an answer simply that he might know what
was about to happen, not that he might receive guidance and counsel from God.
... All faith and hope are gone, and a feverish excitement, ready to catch at
any aid, however lawless and untrustworthy, had taken their place” [= Keputusan Saul membuktikan bahwa ia
adalah orang yang tegar tengkuk. Ia mengingini suatu jawaban hanya supaya ia
bisa tahu apa yang akan terjadi, bukan supaya ia bisa memperoleh bimbingan dan
nasehat dari Allah. ... Semua iman dan pengharapan hilang, dan suatu sikap
tergesa-gesa, yang siap untuk menangkap seadanya pertolongan, betapapun
bertentangannya dengan hukum dan betapapun tidak bisa dipercayanya, telah
menggantikan tempat mereka (iman dan pengharapan)] - hal 522.
Pulpit Commentary: “He was an embodiment of the heathen mind in
Israel. ‘There were three course open to him: he might sit down in quiet
hopelessness, and let the evil come; or he might in faith and penitent
submission commit the whole matter to God, even amid the awful silence; or he
might betake himself to hell for counsel, since heaven was deaf. He chooses the
last! God hast cast me off; I will betake myself to Satan. Heaven’s door is
shut; I will see if hell’s be open.’ (Bonar)” [= Ia merupakan perwujudan dari pikiran
kafir di Israel. ‘Ada 3 jalan yang terbuka baginya: ia bisa duduk dalam
keputus-asaan yang tenang, dan membiarkan bencana datang; atau ia bisa
menyerahkan seluruh persoalan kepada Allah dalam iman dan ketundukan yang
disertai penyesalan, bahkan di tengah-tengah sikap diam / tak menjawab yang
mengerikan dari Allah; atau ia bisa pergi ke neraka untuk meminta nasehat,
karena surganya tuli. Ia memilih yang terakhir! Allah telah membuang aku;
aku akan pergi kepada Setan. Pintu surga tertutup; aku akan melihat apakah
pintu neraka terbuka’. (Bonar)] - hal 533.
f) Ada juga yang mengatakan bahwa peristiwa ini
menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada perasaan beragama, dan kalau ini tidak
diarahkan kepada yang benar, pasti akan mengarah kepada yang sesat.
Pulpit Commentary: “His very folly and sin in having recourse
to a witch revealed the strength of the feeling which could not rest without
some help from the unseen world. If God cannot be found men will seek out a
substitute. Idolatry and all forms of religious superstition are evidence of
the power of the religious sentiment in man. Thousands of men have done much to
crush it out, but it has reasserted itself in seasons of distress. Because man
is formed for religion, and carries within him feelings which craves for the
unseen and the eternal, therefore he often becomes the slave of the false
systems of belief and worship” (= Kebodohan dan dosanya yang mengambil jalan kepada
seorang tukang sihir perempuan menyatakan kekuatan dari perasaan yang tidak
bisa tenang tanpa pertolongan dari dunia yang tidak kelihatan. Jika Allah tidak
bisa ditemukan, manusia akan mencari seorang pengganti. Penyembahan berhala dan
semua bentuk tahyul yang bersifat agama merupakan bukti dari kekuatan perasaan
yang bersifat agama dalam manusia. Ribuan orang telah melakukan banyak hal
untuk menghancurkannya, tetapi perasaan itu menegakkan dirinya kembali pada
masa kesukaran / kesusahan. Karena manusia dibentuk untuk agama, dan membawa
dalam dirinya perasaan-perasaan yang menginginkan hal-hal yang tidak kelihatan
dan kekal, karena itu ia sering menjadi budak dari sistim kepercayaan dan
ibadah yang palsu) -
hal 527-528.
Penerapan: karena itu banyaklah belajar Kitab
Suci dengan banyak meminta terang dari Tuhan. Karena kalau tidak dorongan
beragama dalam diri saudara itu akan mengarah kepada kesesatan.
3) Sikap para pegawai Saul terhadap permintaan
Saul.
Ay 7b: “Para pegawainya menjawab dia: ‘Di En-Dor
ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.’”.
Matthew Poole: “instead of dissuading him from this wicked
and destructive practice, which they should and would have done, if they had
either loved God or their king, they further him in it” (= bukannya memintanya untuk tidak
melakukan praktek yang jahat dan menghancurkan ini, yang seharusnya mereka
lakukan, seandainya mereka mengasihi Allah atau raja mereka, mereka membantunya
dalam persoalan itu)
- hal 580.
Penerapan:
·
kalau
saudara adalah seorang pegawai / murid / anak, beranikah saudara menasehati
boss / guru / orang tua, pada waktu mereka melakukan sesuatu yang salah? Atau
saudara terus ‘menjilat’ mereka dalam kesalahan mereka?
·
kalau
saudara adalah seorang boss / guru / orang tua, bagaimana sikap saudara
seandainya ada pegawai / murid / anak saudara yang menasehati saudara?
4) Mengapa
masih bisa ditemukan seorang perempuan yang memanggil arwah, padahal pada saat
itu hukumannya adalah hukuman mati?
Pulpit Commentary: “Divination was strictly forbidden (Deut.
18:10,14), ... it was probably a lucrative profession, or this woman
would not have been willing to incur so great a danger as was involved in its
practice”
[= Ramalan dilarang keras (Ul 18:10,14), ... itu mungkin merupakan
pekerjaan yang menguntungkan, atau perempuan ini tidak akan mau
mendatangkan bahaya yang begitu besar yang tercakup dalam praktek ini] - hal 522.
Penerapan:
kalau saudara tetap mau melakukan pekerjaan yang saudara tahu adalah
dosa atau mengandung dosa, hanya karena pekerjaan itu menguntungkan, apa
bedanya saudara dengan perempuan ini?
5) Saul mendatangi pemanggil arwah itu dan
memintanya memanggilkan seseorang.
a) Saul menyamar (ay 8a).
Pulpit Commentary: “Saul disguised himself not to escape the
Philistines, but to elude the observation of his own people, and to impose upon
the sorceress”
(= Saul menyamar bukan untuk meluputkan diri dari orang Filistin, tetapi untuk
menghindarkan diri dari pengamatan rakyatnya sendiri, dan untuk memperdayakan
si tukang sihir perempuan) - hal 534.
Ini seperti
pendeta Pentakosta / Kharismatik tertentu yang mengajar bahwa iman dan doa saja
sudah cukup untuk menyembuhkan, tidak boleh memakai dokter atau obat. Akhirnya
pada waktu mereka sendiri sakit dan tidak sembuh-sembuh karena iman dan doa,
mereka lalu pergi ke dokter secara sembunyi-sembunyi / lewat belakang atau
pergi ke dokter di luar negeri, supaya tidak ketahuan jemaatnya.
b) Ay 8b: “berkatalah Saul: ‘Cobalah engkau
menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku
orang yang akan kusebut kepadamu.’”.
Pulpit Commentary: “The fancy that we can see the spirits
of the dead is a most natural and enduring superstition, and it seems
generally assumed that they must have some knowledge not accessible to
the living. It must be said for Saul that he did not become the victim of this
folly until after his reason was disturbed, and as a punishment for heinous
sins”
(= Khayalan bahwa kita bisa melihat roh-roh orang mati merupakan suatu
tahyul yang paling alamiah dan abadi, dan kelihatannya pada umumnya dianggap
bahwa roh-roh orang mati itu pasti mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki
oleh orang hidup. Harus dikatakan tentang Saul bahwa ia tidak menjadi korban
dari kebodohan ini sampai setelah pikirannya terganggu, dan sebagai
suatu hukuman untuk dosa-dosanya yang hebat) - hal 522.
Catatan:
·
kata-kata
yang saya garis bawahi itu menunjukkan bahwa penafsir ini sama sekali tidak
percaya bahwa roh orang mati betul-betul bisa dipanggil.
·
kalimat
terakhir dari kutipan di atas sesuai dengan apa yang Paulus katakan dalam
Ro 1:28 - “Dan
karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan
mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang
tidak pantas”.
c) Mula-mula si pemanggil arwah
itu tidak mau, tetapi Saul bersumpah bahwa ia tidak akan dipersalahkan (ay
9-10).
Ay 10 (KJV): ‘And Saul sware to her by the LORD, saying, As the LORD liveth, there
shall no punishment happen to thee for this thing’ (= Dan Saul bersumpah kepadanya demi
TUHAN, katanya, Demi TUHAN yang hidup, tidak ada hukuman yang akan
menimpamu karena hal ini).
Ia bisa bersumpah bahwa perempuan itu
tidak akan dihukum padahal hukum Taurat mengancam perbuatan itu dengan hukuman
mati (Im 20:27). Bandingkan dengan Ro 1:32 - “Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan
hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut
dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju
dengan mereka yang melakukannya”.
Sumpah Saul ini menyebabkan perempuan
itu akhirnya mau menuruti permintaan Saul.
III) ‘Arwah Samuel’.
1) Ay 11a: “Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang
harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’”.
Adam Clarke (hal 296) mengatakan
bahwa para pemanggil arwah itu cuma berpura-pura bahwa mereka bisa memanggil
arwah, karena mereka tidak mempunyai kuasa atas roh-roh manusia yang ada di
surga ataupun neraka.
Saya setuju
bahwa mereka tak punya kuasa atas roh-roh yang sudah ada di surga ataupun
neraka, tetapi tentang ‘sikap berpura-pura’ ini belum tentu, karena bisa saja
mereka sendiri ditipu oleh Setan. Mereka mengira bahwa mereka betul-betul bisa
memanggil roh orang mati, dan mereka tidak tahu bahwa sebetulnya yang datang
adalah Setan.
2) Ay 11b-12 - “Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’
Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu
perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau
sendirilah Saul!’”.
Ada orang-orang
yang berpendapat bahwa perempuan itu berteriak karena ia kaget. Ia sendiri
belum memanggil siapa-siapa, tetapi tahu-tahu Samuel sudah muncul. Dengan
demikian Samuel muncul bukan karena dipanggil olehnya, tetapi karena pekerjaan
Tuhan sendiri. Tetapi tafsiran ini bertentangan dengan ay 15a, dimana
‘Samuel’ itu mengatakan bahwa ia diganggu oleh panggilan Saul.
Saya sendiri
berpendapat bahwa ia berteriak karena kaget. Pada waktu ia melihat Samuel, ia
sadar bahwa Samuel yang diminta untuk dipanggil adalah nabi Samuel. Dan
ia sadar bahwa tamunya ini adalah raja Saul, dan ia takut semua ini merupakan
jebakan untuk membunuh dia.
3) Ay 13a: “Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut;
tetapi apakah yang kaulihat?’”.
Pulpit Commentary: “Thus far Saul had seen nothing; and as the
words literally are ‘What seest thou?’ it is plain that she had not gone into
another room, as some have supposed” (= Sejauh ini Saul tidak melihat apa-apa; dan karena
kata-katanya secara hurufiah adalah: ‘Apa yang kaulihat’ (present
tense)? maka jelaslah bahwa ia tidak
pergi ke ruangan yang lain, seperti yang diduga oleh beberapa orang) - hal 523.
Jadi dalam sepanjang proses
pemanggilan arwah itu mereka berdua tetap berada dalam satu ruangan. Tetapi
bagaimanapun yang melihat ‘Samuel’ hanyalah si perempuan itu.
4) Ay 13b:
“Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu
yang ilahi muncul dari dalam bumi.’”.
KJV: ‘gods’ (= allah-allah).
RSV: ‘a god’ (= suatu allah).
NIV: ‘a spirit’ (= suatu roh).
NASB: ‘a divine being’ (= suatu makhluk yang ilahi).
Kata Ibrani yang dipakai adalah
ELOHIM.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
a) Kata
ELOHIM menunjuk kepada penampilan yang supranatural / gaib.
Barnes’ Notes: “Elohim is here used in general sense of a
supernatural appearance, either angel or spirit” (= Kata Elohim di sini digunakan dalam arti
umum yang menunjuk kepada suatu penampilan yang gaib / supranatural, malaikat
atau roh) - hal 66.
b) Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh dikatakan merupakan allah dari si dukun yang memanggilnya.
John N. Oswalt (NICOT) dalam
tafsirannya tentang Yes 8:19 berkata: “There is some difficulty in equating the
dead with the gods, but the prophet, knowing of ancestor worship, may have
intended to make the point that the dead were indeed this people’s gods (cf.
the witch of Endor, 1Sam. 28:13)” [= Ada problem dalam penyamaan orang mati dengan allah,
tetapi sang nabi (Yesaya),
yang mengetahui penyembahan nenek moyang, mungkin bermaksud untuk menunjukkan
bahwa orang mati memang merupakan allah dari bangsa ini (bdk. tukang sihir dari
En-Dor, 1Sam 28:13)]
- ‘The Book of Isaiah chapters 1-39’,
hal 237.
5) Ay 14: “Kemudian bertanyalah ia kepada
perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul,
berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah
ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah”.
Apakah ini
‘betul-betul roh Samuel’ atau bukan?
a) Argumentasi dari orang-orang yang mempercayai
bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel:
1. Dalam sepanjang cerita ini,
ia selalu disebut sebagai ‘Samuel’
(ay 12,14,15,16,20), bukan sebagai ‘setan yang menyamar sebagai Samuel’.
Andereas
Samudera: “1Samuel 28:11-15 - Sesudah itu bertanyalah
perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’
Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’ Ketika perempuan itu
melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu
berkata kepada Saul, demikian: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah
Saul!’ Maka berbicaralah raja kepadanya: ‘Janganlah takut; tetapi apakah yang
kaulihat?’ Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul
dari dalam bumi.’ Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: ‘Bagaimana
rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.’ Maka
tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya
sampai ke tanah dan sujud menyembah. Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada
Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’ ........
Perhatikanlah
kata-kata yang digaris bawahi di atas. Siapakah yang mengatakan bahwa roh itu
roh Samuel? Ada yang mengatakan itu adalah kata-kata si wanita En-Dor, ada yang
bilang itu kata-kata Saul. Yang berkata demikian pasti seseorang yang tak
terlalu baik pengetahuan tatabahasa Indonesianya! Jadi siapakah yang
mengucapkan kata-kata yang digaris bawahi di atas?
‘Maka tahulah Saul, bahwa itulah
Samuel’
‘Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada
Saul’
Jelas
itu adalah penulis kitab Samuel ini. Siapakah dia? Tentu bukan Samuel atau Saul
atau perempuan En-Dor ini, tetapi jurutulis Samuel. Mungkin ia adalah seorang
murid Samuel atau bisa jadi seorang penulis sejarah yang diilhami oleh Roh
Kudus. Yang jelas ia seorang yang paham dunia roh, sebab ia tahu betul bedanya
antara Roh TUHAN dan roh jahat yang merasuk Saul. (1.Sam.16:4). Penulis ini
adalah pelapor atau reporter yang berusaha memberi tahu pembacanya bahwa itu
adalah roh Samuel. Interpretasi banyak penelaah Alkitab pada umumnya mengatakan
bahwa itu bukan roh Samuel tetapi roh setan yang menyamar sebagai Samuel.
Alkitab tidak berkata demikian, tetapi mereka menambah-nambahi dengan interpretasi
sendiri. Mereka tak mau percaya dan maunya berbantah-bantah dengan si pelapor.
... Jangan pula suka berbantah-bantah dengan penulis Alkitab dan membuat
interpretasi sendiri, anda akan tersesat sendiri! Terimalah berita yang ditulis
pengarang Alkitab itu dengan terbuka, maka anda akan mendapat pengetahuan
tentang dunia roh dengan benar. Ternyata orang mati dapat dipanggil keluar dari
Hades oleh orang hidup, terbukti di sini. Mengapa Samuel, seorang Hamba Allah
mau dipanggil seorang medium? Hampir semua orang kudus di jaman Perjanjian Lama
harus masuk ke Hades dan menjadi tawanan perang (Prisoner of War) si Iblis,
sampai mereka dimerdekakan oleh Tuhan mereka yang mengalahkan si Iblis dengan
ketaatanNya kepada kehendak Allah dengan kematian di kayu salib. Si Iblis,
penjaga penjara itu dengan senang hati mengijinkan mereka keluar bila diminta
oleh hamba-hambanya, para pemanggil arwah. Tentu saja dengan maksud agar
terjadi penyesatan dan pelanggaran larangan Allah. Ini mengakibatkan orang
hidup itu dinajiskan tubuhnya oleh hadirnya roh orang mati. ... Sebaiknya anda mulai mempercayai
perkataan-perkataan dalam Alkitab anda tanpa menambah-nambahi dengan
interpretasi sendiri. Kalau itu benar setan yang menyamar seperti Samuel, tentu
Alkitab akan berkata bahwa Saul telah meminta petunjuk dari setan-setan atau
setan yang menyamar menjadi Samuel. Alkitab tidak akan menyesatkan anda dengan
bahasa yang rancu dengan harus menginterpretasi satu kata ke dalam kata yang
lain dengan arti yang berbeda. Kalau tiap kata di Alkitab harus diinterpretasi seperti itu, siapa yang
mampu memahami Alkitab ini? Dengan kata lain, bisa saja orang menginterpretasi
bahwa Yesus yang digantung di kayu salib itu sebenarnya bukan Yesus tetapi
Yudas Iskariot!” - ‘Dunia Orang Mati’, hal 27-30.
Jawab:
Kata-kata Andereas Samudera di atas ada benarnya. Ada orang yang melihat suatu
ayat yang jelas dalam Kitab Suci tetapi tetap tidak mau mengakui kebenarannya.
Misalnya Yoh 14:6 ditafsirkan oleh banyak orang Liberal sedemikian rupa
sehingga tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Ini jelas
salah, karena ajaran bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga yang
dikeluarkan oleh Yoh 14:6 itu sejalan dengan seluruh Kitab Suci.
Tetapi, dalam
kasus-kasus lain, keadaannya bisa berbeda. Kadang-kadang ada ayat Kitab Suci
yang kelihatannya mengajarkan sesuatu, tetapi kalau kita mengartikannya
demikian, ternyata kita menabrak ayat-ayat lain dalam Kitab Suci. Dalam kasus
seperti ini, kalau kita memang mau menghormati ayat-ayat Kitab Suci yang lain
itu, maka kita harus menafsirkan ayat itu dengan memperhatikan ayat-ayat lain
itu, sehingga Kitab Suci menjadi harmonis dan tidak bertabrakan satu dengan
yang lain.
Kalau penulis
kitab Samuel menuliskan bahwa itu adalah Samuel (ay 12,14,15,16,20), itu tidak
membuktikan bahwa itu benar-benar adalah Samuel, karena penulis Kitab Suci
memang sering menuliskan berdasarkan kelihatannya, bukan berdasarkan fakta,
seperti:
·
Kej 1:16 - “Maka Allah menjadikan kedua benda
penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan
yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang”.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
*
bulan
disebut sebagai salah satu dari dua benda penerang (Literal: ‘the two lights’), padahal kita tahu
bahwa sebetulnya bulan itu benda gelap, yang tidak mengeluarkan terang dari
dirinya sendiri tetapi hanya memantulkan terang dari matahari. Tetapi karena kelihatannya
bulan memberi terang, maka disebut ‘benda penerang’.
*
matahari
dan bulan disebut sebagai benda penerang yang besar, dan lalu disebutkan
bintang-bintang, sehingga secara implicit matahari dan bulan lebih besar dari
bintang-bintang. Padahal kita tahu bahwa bintang-bintang itu jauh lebih besar
dari matahari, apalagi dari bulan. Tetapi karena kelihatannya bintang-bintang
itu lebih kecil dari matahari maupun bulan, maka disebutkan demikian.
·
Maz 19:5b-7 - “Ia memasang kemah di langit untuk
matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya,
girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung
langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang
terlindung dari panas sinarnya”.
Ayat ini
seolah-olah mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi. Kita semua tahu bahwa
sebetulnya bumi yang mengelilingi matahari, dan bumi ini berputar pada
porosnya. Tetapi karena kelihatannya matahari yang bergerak mengelilingi
bumi, maka disebutkan demikian.
Bandingkan
juga dengan Yos 10:12-13 - “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN
menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang
Israel: ‘Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah
Ayalon!’ Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai
bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah
tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan
lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh”.
Tidak dikatakan oleh penulis sejarah
Kitab Suci ini bahwa bumi berhenti berputar pada porosnya, tetapi dikatakan
mataharinya yang berhenti. Mengapa? Karena kelihatannya demikian.
·
Simon tukang sihir dikatakan ‘menjadi
percaya’ (Kis 8:13), tetapi dari kata-kata Petrus kepadanya dalam
Kis 8:20-23 terlihat jelas bahwa Simon belum percaya. Lalu mengapa Lukas sebagai
penulis Kisah Para Rasul mengatakan Simon ‘menjadi percaya’?
Karena kelihatannya demikian, dan karena Simon mengaku demikian.
·
Dalam Yoh 2:23 dikatakan banyak orang percaya
kepada Yesus, tetapi dari Yoh 2:24-25 yang berbunyi: “Tetapi Yesus sendiri tidak
mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan
karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia,
sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”, terlihat dengan jelas bahwa
orang-orang itu sebetulnya tidak percaya. Lalu mengapa rasul Yohanes mengatakan
bahwa orang banyak itu percaya? Karena kelihatannya demikian, dan karena
mereka mengaku percaya.
Dari
contoh-contoh ini terlihat jelas bahwa Kitab Suci memang sering
menuliskan bukan berdasarkan fakta, tetapi berdasarkan kelihatannya
atau berdasarkan pengakuan dari orang yang bersangkutan. Jadi, kalau
penulis kitab Samuel menyebutkan sebagai Samuel, itu belum tentu merupakan
fakta. Bisa saja ia menulis demikian karena ‘orang’ itu mengaku sebagai Samuel.
Bisa juga
ditambahkan bahwa kalau
Andereas Samudera selalu mau menafsirkan apa adanya seperti yang dikatakan
Kitab Suci, bagaimana ia menafsirkan:
¨
kata-kata
‘sesuatu yang ilahi muncul dari dalam
bumi’ dalam
1Sam 28:13, yang dalam bahasa Ibraninya adalah ‘ELOHIM / Allah muncul dari dalam bumi’? Apakah ia menafsirkan seperti apa
adanya, dan menganggap bahwa perempuan itu melihat Allah sendiri muncul dari
dalam bumi?
¨
perintah
untuk mencungkil mata, memotong tangan / kaki yang menyesatkan kita dalam Mat
5:29-30? Apakah ia menafsirkan perintah ini apa adanya?
¨
perintah
untuk memberikan pipi kiri kepada orang yang menampar pipi kanan dalam
Mat 5:39? Apakah ia betul-betul menafsirkan bahwa kita harus secara
hurufiah memberikan pipi kiri untuk ditampar lagi, atau bahwa kita sekedar
tidak boleh membalas pada waktu ditampar?
¨
pada
waktu Yesus berkata ‘Inilah
tubuhKu’ dan ‘Inilah darahKu’ pada pelaksanaan Perjamuan Kudus
(Mat 26:26-28), apakah ia menafsirkan seperti ajaran Roma Katolik, bahwa
pada saat itu roti betul-betul berubah menjadi tubuh Kristus dan anggur
betul-betul berubah menjadi darah Kristus?
¨
Ayat-ayat
yang menunjuk kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus Kristus, yang boleh dikatakan
selalu mengatakan bahwa Ia telah menjadi daging, misalnya:
*
Yoh 1:14
(KJV/Lit): ‘And the Word was made flesh,
and dwelt among us, ...’ (= Dan Firman itu telah dijadikan daging,
dan diam / tinggal di antara kita, ...).
*
1Yoh
4:2 (KJV/Lit): ‘Hereby know ye the Spirit
of God: Every spirit that confesseth that Jesus Christ is come in the flesh
is of God:’ (= Demikianlah kamu mengetahui Roh Allah: Setiap roh yang
mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging adalah dari
Allah).
*
2Yoh
7 (KJV/Lit): ‘For many deceivers are
entered into the world, who confess not that Jesus Christ is come in the flesh.
This is a deceiver and an antichrist’ (= Karena banyak penipu telah masuk
ke dalam dunia, yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging.
Ini adalah seorang penipu dan anti-kristus).
Catatan:
dalam ayat-ayat di atas ini Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘daging’ itu sebagai ‘manusia’. Tetapi ini bukan terjemahan
hurufiah, tetapi merupakan penafsiran, karena kata Yunani yang dipakai adalah
SARX, yang artinya ‘daging’.
Apakah terhadap ayat-ayat ini
Andereas Samudera tetap mau menafsirkan apa adanya? Kalau ya, itu berarti ia
harus beranggapan bahwa ‘manusia
Yesus’ hanya terdiri
dari tubuh, tanpa jiwa / roh manusia. Kalau memang demikian, bagaimana ini bisa
disesuaikan dengan Ibr 2:14-17 - “Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi
sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan
supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.
Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan
dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”. Bagaimana bisa dikatakan ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya’,
kalau Ia tidak mempunyai jiwa / roh manusia? Jadi, jelas bahwa kata ‘daging’ dalam ayat-ayat tentang inkarnasi di atas, tidak
bisa diartikan apa adanya, tetapi harus diartikan ‘manusia’, yaitu ‘tubuh
+ jiwa / roh’.
Saya kira dari contoh-contoh di atas
ini sudah terlalu amat jelas bahwa tidak semua bagian Kitab Suci bisa
ditafsirkan secara hurufiah / apa adanya. Kalau kita selalu menafsirkan
secara hurufiah / apa adanya, maka itu justru akan menyesatkan!
Bahwa suatu kata dalam Alkitab bisa
mempunyai arti yang berbeda dengan arti kata itu sendiri, tidak perlu
membingungkan kita, apalagi dengan menafsirkan bahwa yang mati disalib bukanlah
Yesus tetapi Yudas, seperti yang dikatakan Andereas Samudera di atas. Itu bisa
dilakukan dengan benar tanpa menimbulkan ke-extrim-an seperti itu asal kita mau
membandingkan suatu kata / ayat dengan seluruh Kitab Suci sebelum kita
menafsirkannya.
2. Musa dan Elia juga bisa
muncul dalam dunia ini (Mat 17:3), mengapa Samuel tidak?
Pulpit Commentary: “the granting of the desire to see Samuel
was only to seal Saul’s doom, not to give the guidance anticipated, and which
had been hitherto refused (ver. 6). ... There is no moral principle violated in
God allowing a being from the invisible world to become visible. ... Will any
one say that God cannot cause a Samuel to appear as truly as a Moses and
Elijah? ... Is it not wiser to submit to the force of historical testimony, and
admit that his ways are not our ways? God does strange things in the earth, at
which men marvel, but never unholy things. There is nothing incredible in the
existence of departed spirits, nor in their employment when God has a fit
purpose to accomplish through them” [= pengabulan keinginan untuk melihat Samuel hanyalah
untuk memeteraikan / mengesahkan kematian Saul, bukan untuk memberikan pimpinan
yang diharapkan, dan yang sampai pada saat ini tidak diberikan (ay 6). ... Tidak
ada prinsip moral yang dilanggar pada waktu Allah mengijinkan seseorang dari
dunia yang tidak kelihatan untuk menjadi terlihat. ... Apakah ada yang
mengatakan bahwa Allah tidak bisa menyebabkan seorang Samuel untuk menampakkan
diri sama seperti seorang Musa dan Elia? ... Apakah tidak lebih bijaksana untuk
tunduk pada kekuatan dari kesaksian sejarah, dan mengakui bahwa jalanNya
bukanlah jalan kita? Allah melakukan hal-hal yang aneh di bumi, yang
mengherankan manusia, tetapi tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak kudus /
suci. Tidak ada yang luar biasa / tidak masuk akal dalam keberadaan dari
roh-roh orang mati, ataupun dalam penggunaan mereka pada waktu Allah mempunyai
tujuan yang cocok untuk dicapai melalui mereka] - hal 527.
Jawab:
Saya setuju bahwa tidak ada prinsip moral yang dilanggar pada waktu Allah
menampakkan orang yang sudah mati kepada orang yang masih hidup. Saya juga
setuju bahwa kalau Allah bisa menampakkan Musa dan Elia kepada 3 murid Tuhan
Yesus, maka Allah juga bisa menampakkan Samuel kepada Saul. Tetapi penafsir
Pulpit Commentary di atas itu sendiri mengakui bahwa ‘Allah tidak pernah
melakukan hal-hal yang tidak kudus / suci’. Apakah itu merupakan
sesuatu yang kudus / suci kalau Ia menampakkan Samuel menggunakan seorang
tukang sihir yang menggunakan kuasa setan?
Dalam
penampakan Musa dan Elia, memang tidak ada hal yang tidak kudus yang terjadi.
Tetapi dalam penampakan ‘Samuel’ itu berbeda, karena adanya tukang sihir yang
terlibat dalam pemanggilan tersebut.
3. Perempuan itu sendiri kaget dengan pemunculan
Samuel (ay 12).
Barnes’ Notes: “It is manifest both that the apparition of
Samuel was real, and also that the woman was utterly unprepared for it” (= Adalah jelas bahwa hantu / pemunculan
Samuel merupakan kenyataan, dan juga bahwa perempuan ini sama sekali tidak siap
untuk hal itu) - hal
66.
Jawab:
·
Apakah teriakan perempuan ini karena kaget
melihat Samuel yang tidak seperti yang ia harapkan, atau karena ia takut karena
sadar bahwa tamunya, yang memintanya untuk memanggilkan Samuel, adalah raja
Saul (bdk. ay 3b,9)? Menurut saya jelas yang kedualah yang benar.
·
Kata-kata Samuel dalam ay 15 jelas
menunjukkan bahwa ia muncul karena dipanggil oleh Saul melalui perempuan itu.
4. Ay 16-19 memberikan
kesan bahwa memang Samuellah yang berbicara kepada Saul.
Jawab:
Kalau dikatakan bahwa kata-kata Samuel dalam ay 16-19 memberikan kesan
bahwa yang berbicara memang adalah Samuel, maka itu tidaklah terlalu aneh atau
mengherankan. Apakah kalau setan itu berdusta ia tidak memberi kesan bahwa
dusta itu sebetulnya benar? Dan kalau ia menyamar sebagai Samuel apakah ia akan
memberi kesan bahwa sebetulnya ia bukan Samuel?
Saya pikir
orang yang memberikan argumentasi ke 4 ini sama bodohnya dengan Andereas
Samudera, yang dalam tulisannya di Internet mengatakan: “Kami menemukan
perbedaan antara roh setan dan roh orang mati didalam pelayanan pelepasan
seseorang. Setan-setan benci Nama Yesus dan marah bila nama itu disebut-sebut.
Sedang orang-orang mati umumnya tidak mengenal siapa Yesus itu!”.
Rupanya
Andereas Samudera tidak pernah membaca tentang kecerdikan setan dalam Kitab
Suci. Rupanya ia mengira bahwa setan adalah seseorang yang polos dan jujur dan
selalu bersikap dan berkata apa adanya. Dan saya berpendapat inilah problem
terbesar dari Andereas Samudera. Ia terlalu percaya pada kata-kata dari
apa yang ia sebut sebagai ‘roh orang mati’ atau setan yang merasuk seseorang.
Seharusnya ia membaca dan merenungkan 2Kor 11:13-14 - “Sebab orang-orang itu adalah
rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul
Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai
malaikat Terang”.
5. Ada nubuat dari Samuel
tentang kematian Saul dan anak-anaknya (ay 19), yang terbukti kebenarannya
(1Sam 31).
Tetapi apakah
nubuat ini memang benar atau hanya merupakan kebenaran yang dicampur dengan
dusta?
·
Nubuat dalam ay 19 itu berbunyi: ‘besok engkau serta anak-anakmu sudah ada
bersama-sama dengan daku’, dan ini bisa diartikan:
*
besok Saul dan anak-anaknya akan mati.
Kalau diambil arti ini berarti nubuat ini benar.
*
besok Saul dan anak-anaknya akan masuk surga
bersama Samuel. Kalau diambil arti ini itu berarti nubuat ini salah.
Rasa-rasanya
arti yang harus diambil adalah arti pertama, karena kata-kata ‘dikumpulkan
kepada kaum leluhurnya’ (seperti dalam Kej 25:8,17 35:29
49:33 dsb) dan juga kata-kata ‘mendapat perhentian bersama-sama
nenek moyangnya’ (seperti dalam Kej 47:30 Ul 31:16
1Raja 11:21,43 14:20 15:24
16:6 dsb) yang sering muncul dalam Perjanjian Lama, juga harus diartikan
sekedar sebagai ‘mati’.
Adam Clarke: “Does not this mean that they were to go to
paradise? I suppose it means no more than that they should all die” (= Apakah ini tidak berarti bahwa mereka akan
pergi ke Firdaus / surga? Saya menganggap bahwa artinya tidak lebih dari pada
bahwa mereka semua pasti mati) - hal 298.
·
Tentang kata ‘besok’
(MAKHAR) dalam ay 19b, Matthew Poole mengatakan bahwa kata itu bisa
diartikan betul-betul ‘besok’, seperti dalam
Kel 8:10, tetapi juga bisa diartikan ‘di kemudian hari’
seperti dalam Kel 13:14
Ul 6:20 Yos 4:6,21 (catatan:
lagi-lagi kita menjumpai suatu kata yang tidak diartikan apa adanya). Jadi
dengan meramalkan ‘besok’ ia tidak akan
disalahkan kalaupun kematian Saul dan anak-anaknya terjadi beberapa hari
setelahnya.
Jadi, tidak
terlihat adanya ketidak-benaran atau dusta dalam nubuat ini. Dan ini dipakai
sebagai argumentasi untuk membuktikan bahwa nubuat ini memang datang dari
Samuel yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan nubuat ini.
Jawab:
a. Dalam Ul 13:1-5, nabi yang menubuatkan sesuatu yang
lalu terjadi, bisa adalah nabi palsu.
b. Perlu dingat bahwa sekalipun
setan itu tidak maha tahu, tetapi kadang-kadang ia bisa meramalkan masa depan
secara tepat. Ini bisa terjadi karena:
·
ia mendapatkan pengetahuan tentang apa yang akan
terjadi itu dari Tuhan.
Keil & Delitzsch mengutip
kata-kata Calvin sebagai berikut: “God sometimes gives to devils the power of revealing
secrets to us, which they have learned from the Lord” (= Allah kadang-kadang memberikan kepada
setan-setan kuasa untuk menyatakan rahasia-rahasia kepada kita, yang mereka
dapatkan dari Tuhan)
- hal 267.
Tentang bisanya
‘Samuel’ menubuatkan secara tepat, Matthew Poole, sama seperti Calvin,
menganggap bahwa setan bisa memberi tahu masa depan dengan ijin Tuhan.
·
ia bisa memperkirakan apa yang akan terjadi
dengan melihat sikon.
Ini adalah
kemungkinan lain yang diberikan oleh Matthew Poole. Ingat bahwa setan jauh
lebih pandai dari kita / manusia. Dengan melihat banyaknya tentara Filistin,
dan juga fakta bahwa Tuhan sudah meninggalkan Saul, maka ia bisa memperkirakan
bahwa dalam perang itu pihak Israel pasti kalah, sehingga Saul dan anak-anaknya
pasti mati.
·
Dalam
kasus Saul ini mungkin setan sudah diberi ijin oleh Tuhan untuk membunuh Saul
dan anak-anaknya, dan karena itu tentu saja ia tahu bahwa Saul dan anak-anaknya
akan mati. Bandingkan ini dengan:
*
kasus
Ayub dimana setan diberi ijin untuk menghancurkan semua milik Ayub, termasuk
membunuh semua anak-anak Ayub (Ayub 1:12-19).
*
1Raja 22:19-23
- “Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman
TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap
tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya.
Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang,
supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain
berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia
berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa?
Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia
berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah
dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta
ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan
malapetaka kepadamu.’”.
Bukankah dalam
kasus ini setan juga tahu bahwa Ahab akan mati?
Kesimpulan:
nubuat yang benar tidak menjamin bahwa nubuat itu datang dari Tuhan.
6. 1Taw 10:13-14 - “Demikianlah Saul mati karena
perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang
pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah,
dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan
menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.
Ayat ini dipakai oleh kedua belah
pihak untuk mendukung pandangannya masing-masing. Golongan pertama menekankan
kata-kata ‘ia telah meminta
petunjuk arwah’,
sedangkan golongan kedua menekankan kata-kata ‘tidak meminta petunjuk Tuhan’.
Andereas
Samudera: “Lebih jelas lagi bila anda baca sebabnya Saul dibunuh
Tuhan, kali ini ditulis pengarang Alkitab yang lain yakni penulis sejarah di
istana raja.
1Tawarikh
10:13-14 - Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak
setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan
juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta
petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu
kepada Daud bin Isai.
Pengarang Tawarikh juga menyebutkan bahwa
kematian Saul adalah karena dosa meminta petunjuk kepada arwah, bukan kepada
setan yang menyamar menjadi Samuel!” - ‘Dunia
Orang Mati’, hal 29.
Jawab:
Ir Herlianto:
“Tentu
tidak akan disebut sebagai arwah begitu saja kalau itu arwah Samuel dan tentu
tidak akan disalahkan! Selanjutnya disebutkan ‘dan tidak meminta petunjuk
TUHAN’. Samuel adalah corong dan perantara firman Tuhan maka sebutan ini jelas
menunjukkan bahwa arwah itu bukan arwah Samuel yang adalah perantara petunjuk
Tuhan itu sendiri!”.
Saya
berpendapat bahwa argumentasi Ir. Herlianto ini tidak cukup kuat, karena:
·
tidak perlu menyebut sebagai ‘arwah
Samuel’, karena orang yang membaca 1Taw 10:13-14 ini
dianggap juga membaca 1Sam 28, sehingga tahu bahwa yang dimaksud dengan ‘arwah’
adalah ‘arwah
Samuel’.
·
kata-kata ‘tentu tidak akan disalahkan’
sama sekali tidak masuk akal. Sudah tentu itu tetap disalahkan, karena praktek
pemanggilan arwah itu dikecam dalam Im 20:27.
·
Kata-kata ‘tidak meminta petunjuk TUHAN’
tetap benar, sekalipun orang itu betul-betul adalah Samuel, karena cara
pemanggilan arwah ini bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Saya sendiri
berpendapat bahwa 1Taw 10:13-14 ini tidak bisa dipakai oleh pihak manapun
untuk mendukung pandangannya secara meyakinkan. Terhadap argumentasi dari
Andereas Samudera di atas, perlu diketahui bahwa kata ‘arwah’
dalam 1Taw 10:13b itu diterjemahkan dari kata OB, yang sudah kita bahas di
depan, yang merupakan kata yang kabur artinya, dan:
¨
bisa berarti botol kulit / kirbat, seperti dalam
Ayub 32:19.
¨
bisa menunjuk kepada si pemanggil arwah, seperti
dalam 1Sam 28:3.
¨
bisa menunjuk kepada arwah / roh orang mati,
seperti dalam 1Sam 28:7,8.
¨
bisa dihubungkan dengan kata ‘bapa’ / ‘nenek
moyang’.
Kalau diambil
arti kedua, bukankah argumentasi Andereas Samudera bubar? Dan kalaupun arti
ketiga yang benar, maka maka belum tentu kita bisa menafsirkan kata itu
sebagaimana adanya. Bisa saja disebut demikian karena perempuan itu mengaku
demikian.
b) Argumentasi dari orang-orang yang menganggap
bahwa ini bukanlah betul-betul roh Samuel:
1. Perempuan itu jelas cuma
pura-pura; jadi semua itu cuma trik / tipu muslihat dari perempuan itu.
Pulpit Commentary: “Her assertion that she saw Samuel was
probably false; and it was in feigned excitement that she cried out, ‘Why hast
thou deceived me? for thou art Saul.’ She could not but have noticed the tall
stature, the dignified manner, and also the intense excitement of her strange
visitor; and when he bade her call up the spirit of Samuel, she must have been
dull indeed not to know who the stranger was” (= Pernyataannya bahwa ia melihat Samuel
mungkin palsu; dan adalah dalam suatu kegembiraan yang dibuat-buat ia
berteriak: ‘Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul’. Ia tidak mungkin
tidak memperhatikan postur tubuh yang tinggi dari Saul, sikap yang berwibawa,
dan juga gairah yang kuat dari pengunjung asingnya ini; dan ketika ia
memintanya untuk memanggil roh Samuel, perempuan ini pastilah orang bodoh jika
ia tidak tahu siapa orang asing itu) - hal 523.
Jawab:
·
Saya tidak terlalu yakin bahwa perempuan itu
cuma berpura-pura, karena:
*
orang tinggi besar bukan cuma Saul.
*
sikap berwibawa belum tentu dimiliki Saul
mengingat ia berasal dari rakyat jelata. Kalaupun ia punya sikap seperti itu,
banyak orang lain juga punya sikap seperti itu.
*
nama Samuel merupakan nama yang umum, sehingga
bisa saja perempuan itu tidak memikirkan bahwa itu adalah nabi Samuel.
·
Adanya nubuat yang tergenapi tak memungkinkan
kita menafsirkan bahwa semua ini hanyalah trik / tipu muslihat dari perempuan
itu.
2. Saul sebetulnya tidak melihat
apa-apa, semua yang dikatakan adalah penggambaran dari perempuan itu.
Pulpit Commentary: “There is nothing to prove that Saul really
saw anything; all that is said is that by the woman’s description” (= Tidak ada apapun untuk membuktikan bahwa
Saul betul-betul melihat apapun; semua yang dikatakan hanyalah hal-hal yang
digambarkan oleh perempuan itu) - hal 523.
Jawab: tetapi selanjutnya ada dialog
antara Saul dan Samuel, dan kalau kata-kata Samuel ini ditafsirkan sebagai
suara perempuan itu yang berbicara dengan suara perut sebagai suatu trik / tipu
muslihat, maka kita masih harus berhadapan dengan nubuat yang terbukti
kebenarannya, yang tidak mungkin datang dari perempuan itu.
3. Samuelnya mau disembah oleh
Saul (1Sam 28:14b), sedangkan semua orang nggenah dalam Kitab Suci menolak
sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:11-18).
Jadi, ini pasti setan.
Jawab:
ini jaman Perjanjian Lama, dimana penghormatan dalam bentuk penyembahan biasa
dilakukan terhadap manusia / malaikat (bdk. Kej 19:1 Kej 23:7
Kej 33:3,6,7), karena memang kata-kata Yesus dalam Mat 4:10
belum diucapkan.
4. Tadinya Allah tidak mau
menjawab Saul (ay 6), sekarang tahu-tahu mau menjawab.
Jawab:
Allah bukannya memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh Saul,
tetapi memberikan kecaman dan menyampaikan berita kematian Saul (ay 19).
5. Pada waktu Musa dan Elia
muncul, mereka muncul dalam kemuliaan.
Luk 9:31 -
“Keduanya menampakkan diri dalam
kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya
di Yerusalem”.
Kalau yang
muncul di sini memang betul-betul Samuel, mengapa ia tidak muncul dalam
kemuliaan? Ini aneh, dan ini dijadikan argumentasi untuk mengatakan ini bukan
Samuel.
Jawab: malaikatpun kadang-kadang
menampakkan diri dalam bentuk biasa (seperti kepada Abraham dalam Kej 18
ataupun kepada Lot dalam Kej 19), dan kadang-kadang bersinar / berapi
seperti dalam kasus Elisa dan Gehazi (2Raja 6:17) atau seperti dalam kasus
gembala-gembala pada Natal yang pertama (Luk 2:9). Kalau malaikat bisa
mempunyai 2 macam penampakan, apakah tidak mungkin bahwa roh orang mati juga
demikian?
6. Samuel digambarkan ‘muncul
/ naik dari dalam bumi’ (ay 13b).
KJV: ‘ascending out of the earth’ (= naik dari bumi).
RSV/NASB: ‘coming up out of the earth’ (= naik dari bumi).
NIV: ‘coming up out of the ground’ (= naik dari tanah).
Ay 15a: “Sesudah itu berbicaralah Samuel
kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.
KJV: ‘And Samuel said to Saul, Why hast thou disquieted me, to
bring me up?’ (= Dan Samuel berkata kepada Saul: Mengapa engkau telah
menganggu aku, membawa aku ke atas / menaikkan aku?).
Kata-kata ‘membawa aku ke atas / menaikkan aku’ (ay 15a) tidak terlalu berbeda
dengan kata-kata ‘muncul
/ naik dari dalam bumi’ dalam ay 13b tadi. Perbedaan ay 13b dan ay 15a hanyalah
bahwa kalau yang pertama merupakan kata-kata perempuan / tukang sihir itu, maka
yang kedua merupakan kata-kata dari ‘Samuel’.
Secara implicit kata-kata ini menunjukkan bahwa ‘roh Samuel’ itu tadinya
ada di bawah / di dalam tanah. Ini bertentangan dengan Kitab Suci, karena kalau
itu memang adalah roh Samuel, maka tadinya ia pasti di surga, yang biasanya
digambarkan di atas (bdk. Kej 5:24
2Raja 2:1,3b,5b,9b,11b) bukan di Hades (tempat penantian atau
neraka), yang biasanya digambarkan di bawah. Bandingkan dengan:
·
Mat 11:23a
- “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan
sampai ke langit (= sorga)? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
(HADES)”.
·
Amsal 15:24
- “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke
atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati (SHEOL) di bawah”.
·
Luk 16:23
- “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan
sementara ia menderita sengsara di alam maut (HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh
dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat
Kitab Suci di bawah ini, yang menyatakan bahwa Yesus turun dari surga
(baik pada kedatangan yang pertama maupun kedua):
¨
Yoh
3:13 - “Tidak ada
seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun
dari sorga, yaitu Anak Manusia”.
¨
Yoh
6:38 - “Sebab Aku telah turun
dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan
kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
¨
1Tes 4:16
- “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada
waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan
lebih dahulu bangkit”.
Catatan: saya tidak percaya omong kosongnya
Andereas Samudera yang mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Lama roh-roh
orang benar ada di Hades dan dijaga oleh setan. Saya berpendapat bahwa orang
percaya yang mati pada jaman Perjanjian Lama, tetap langsung masuk ke surga.
Bandingkan dengan Bil 23:10b
Maz 73:24,26 Yes 57:1-2 Luk 16:23,25 (yang terakhir ini masih
termasuk pada jaman Perjanjian Lama sebab Yesus belum mati dan bangkit). Ini
sudah saya uraikan di depan dalam pelajaran tentang ‘dunia orang mati’.
7. Bagaimana mungkin roh orang
benar yang sudah beristirahat di dalam Tuhan / di surga, bisa dibiarkan oleh
Tuhan untuk diganggu oleh tukang sihir yang menggunakan kuasa gelap (bdk. ay
15)?
Ay 15a: “Sesudah itu berbicaralah Samuel
kepada Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.
Samuelnya
berkata bahwa ia diganggu oleh Saul (ay 15a), dan ini tidak mungkin, dan
dianggap bertentangan dengan:
·
Yes 57:1-2 - “Orang benar binasa, dan tidak ada
seorangpun yang memperhatikannya; orang-orang saleh tercabut nyawanya, dan
tidak ada seorangpun yang mengindahkannya; sungguh, karena merajalelanya
kejahatan, tercabutlah nyawa orang benar dan ia masuk ke tempat damai;
orang-orang yang hidup dengan lurus hati mendapat perhentian di atas tempat
tidurnya”.
·
Wah 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga
berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak
sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari
jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.
8. Tuhan tidak mungkin mengijinkan
tukang sihir / kuasa kegelapan memunculkan Samuel. Apalagi seluruh praktek ini
dilarang oleh Tuhan. Dengan memakai cara ini Ia memotivasi orang-orang lain
untuk juga menggunakan cara ini.
Pulpit Commentary: “In the face of such a passage as Deut. 18:10-12
we cannot believe that the Bible would set before us an instance of witchcraft
employed with the Divine sanction for holy purposes” (= Di hadapan text seperti Ul 18:10-12
kami tidak bisa percaya bahwa Alkitab akan memberi di depan kita suatu contoh
sihir yang digunakan dengan persetujuan / dukungan Ilahi untuk tujuan-tujuan
yang kudus / suci) -
hal 523.
Jawab:
a. Clarke beranggapan bahwa yang
datang memang betul-betul Samuel, tetapi Samuel datang bukan karena dipanggil
oleh perempuan itu, ataupun oleh kuasa setan. Jadi semua ini dilakukan oleh
Tuhan tanpa pekerjaan si perempuan, dan bahkan hal itu merupakan suatu surprise / kejutan baginya, karena ia
sendiri belum memanggil Samuel, tetapi Samuel tahu-tahu sudah datang (ay
11-12).
Jawaban
balik: saya berpendapat bahwa pandangan ini bertentangan dengan ay 15
- “Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada
Saul: ‘Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?’”.
b. Hal yang sama terjadi dalam
Yeh 14:4-8 - “Oleh sebab itu berbicaralah kepada mereka dan katakan:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Setiap orang dari kaum Israel yang menjunjung
berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadapannya batu sandungan
yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu datang menemui nabi - Aku,
TUHAN sendiri akan menjawab dia oleh karena berhala-berhalanya yang banyak itu,
(5) supaya Aku memikat hati kaum Israel, yang seluruhnya sudah menyimpang dari
padaKu dengan mengikuti segala berhala-berhala mereka. (6) Oleh karena itu
katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bertobatlah dan
berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala
perbuatan-perbuatanmu yang keji. (7) Karena setiap orang, baik dari kaum Israel
maupun dari orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah Israel, yang
menyimpang dari padaKu dan menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan
menempatkan di hadapannya batu sandungan, yang menjatuhkannya ke dalam
kesalahan, lalu datang menemui nabi untuk meminta petunjuk dari padaKu
baginya - Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia. (8) Aku sendiri akan
menentang orang itu dan Aku akan membuat dia menjadi lambang dan kiasan dan
melenyapkannya dari tengah-tengah umatKu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah
TUHAN”.
Text ini
dipakai untuk menunjukkan bahwa kalaupun orang menggunakan cara yang salah,
Tuhan sendiri bisa menjawabnya. Jadi sekalipun Saul menggunakan tukang sihir,
yang dilarang oleh Tuhan, tetap bisa saja yang menjawab adalah Tuhan sendiri.
Jawaban
balik:
·
Ini ngawur secara total, karena dalam
Yeh 14 ini, sekalipun orang-orang itu menyembah berhala, tetapi
orang-orang itu bertanya kepada nabi (nabi asli), dan Tuhan menjawab mereka.
Jadi sekalipun hidup mereka salah (menyembah berhala), tetapi mereka bukannya
mencari melalui jalan yang salah.
·
Kata-kata ‘Aku,
Tuhan sendiri akan menjawab dia oleh
karena berhala-berhalanya yang banyak itu’ (Yeh 14:4b), salah terjemahan.
NIV: ‘I the Lord will answer
him myself in keeping with his great idolatry’ (= Aku Tuhan akan menjawabnya sendiri sesuai
dengan penyembahan berhalanya yang besar / hebat).
Maksudnya:
jawaban Tuhan akan diberikan dengan mempertimbangkan penyembahan berhala yang
mereka lakukan. Dengan kata lain, jawaban Tuhan pasti merupakan sesuatu yang
tidak menyenangkan, dan mungkin berupa nubuat akan datangnya hukuman.
Beberapa komentar tentang kedua
pandangan ini:
*
Pulpit Commentary: “Whence this voice came it is difficult to say. St.
Augustine thought that the woman really conjured up a demon, who took the form
of Samuel”
(= Dari mana suara ini datang sukar dikatakan. Santo Agustinus menganggap bahwa
perempuan itu betul-betul memanggil / mendatangkan setan, yang mengambil bentuk
Samuel) - hal 523.
*
Keil & Delitzsch: “Nevertheless the fathers, reformers, and earlier
Christian theologians, with very few exceptions, assumed that there was not a
real appearance of Samuel, but only an imaginary one. According to the
explanation given by Ephraem Syrus, an apparent image of Samuel was presented
to the eye of Saul through demonical arts. Luther and Calvin adopted the same view,
and the earlier Protestant theologians followed them in regarding the
apparition as nothing but a diabolical spectre, a phantasm, or diabolical
spectre in the form of Samuel, and Samuel’s announcement as nothing but a
diabolical revelation made by divine permission, in which truth is mixed with
falsehood”
(= Meskipun demikian, bapa-bapa gereja, para tokoh reformasi, dan ahli-ahli
theologia Kristen mula-mula, dengan sangat sedikit perkecualian, menganggap
bahwa di sana tidak ada pemunculan yang sungguh-sungguh dari Samuel, tetapi
hanya khayalan saja. Menurut penjelasan yang diberikan oleh Ephraem Syrus,
suatu gambar Samuel yang nyata diberikan kepada mata Saul melalui ilmu /
keahlian setan. Luther dan Calvin mengambil pandangan yang sama, dan ahli-ahli
theologia Protestan yang mula-mula mengikuti mereka dalam menganggap pemunculan
itu sebagai tidak lain dari pada penampakan / pemunculan setan, penampakan /
pemunculan yang bersifat menipu atau dari setan dalam bentuk Samuel, dan
pengumuman Samuel tidak lain dari pada wahyu setan yang dibuat dengan ijin
ilahi, dalam mana kebenaran dicampur dengan kebohongan / dusta) - hal 265.
*
Keil & Delitzsch: “Luther says ...: ‘The raising of Samuel by a soothsayer
or witch, in 1Sam. 28:11,12, was certainly merely a spectre of the devil; not
only because the Scriptures state that it was effected by a woman who was full
of devils ..., but also because it was evidently in opposition to the command
of God that Saul and the woman inquired of the dead. The Holy Ghost cannot do anything
against this himself, nor can He help those who act in opposition to it.’
Calvin also regards the apparition as only a spectre (Hom. 100 in 1Sam.): ‘It
is certain,’ he says, ‘that it was not really Samuel, for God would never have
allowed His prophets to be subjected to such diabolical conjuring. For here is
a sorceress calling up the dead from the grave. Does any one imagine that God
wished His prophet to be exposed to such ignominy; as if the devil had power
over the bodies and souls of the saints which are in His keeping? The souls of
the saints are said to rest and live in God, waiting for their happy
resurrection. Besides, are we to believe that Samuel took his cloak with him
into the grave? For all these reasons, it appears evident that the apparition
was nothing more than a spectre, and that the senses of the woman herself were
so deceived, that she thought she saw Samuel, whereas it really was not he.’
The earlier orthodox theologians also disputed the reality of the appearance of
the departed Samuel on just the same grounds” [= Luther berkata ...: ‘Pemunculan Samuel
oleh seorang tukang tenung atau tukang sihir dalam 1Sam 28:11,12, pastilah
semata-mata merupakan pemunculan / penampakan dari setan; bukan hanya karena
Kitab Suci menyebutkan bahwa itu diadakan oleh seorang perempuan yang penuh
dengan setan ..., tetapi juga karena jelas bahwa dalam perlawanan dengan
perintah Allahlah Saul dan perempuan itu bertanya kepada orang mati. Roh Kudus
sendiri tidak bisa melakukan apapun menentang perintah Allah, juga Ia tidak
bisa menolong mereka yang bertindak menentang perintah Allah’. Calvin juga
menganggap pemunculan itu hanya sebagai kelihatannya demikian (Hom. 100 in
1Sam.): ‘Adalah pasti’, katanya, ‘bahwa itu bukanlah betul-betul Samuel, karena
Allah tidak akan pernah mengijinkan nabi-nabiNya untuk ditundukkan pada
pemanggilan roh yang datang dari setan seperti itu. Karena di sini ada seorang
tukang sihir perempuan yang memanggil orang mati dari kuburan. Apakah ada orang
yang membayangkan bahwa Allah menginginkan nabiNya terbuka terhadap hal yang
memalukan seperti itu; seakan-akan setan mempunyai kuasa atas tubuh dan jiwa
dari orang-orang kudus yang ada dalam pemeliharaanNya? Jiwa-jiwa dari
orang-orang kudus dikatakan beristirahat dan hidup dalam Allah, menunggu
kebangkitan mereka yang berbahagia. Disamping itu, apakah kita harus percaya
bahwa Samuel membawa jubahnya dengannya ke dalam kubur? Karena semua alasan ini
jelaslah bahwa pemunculan / penampakan itu hanyalah kelihatannya demikian, dan
bahwa pengertian / indera dari perempuan itu sendiri tertipu sedemikian rupa
sehingga ia mengira ia melihat Samuel, padahal itu sebetulnya bukan Samuel’.
Para ahli theologia orthodox yang mula-mula juga membantah kenyataan dari
pemunculan / penampakan dari Samuel yang sudah mati, berdasarkan hal yang sama] - hal 265-266 (footnote).
*
Keil & Delitzsch: “the more modern orthodox commentators are unanimous in
the opinion that the departed prophet did really appear and announce the
destruction of Saul, not, however, in consequence of the magical arts of the
witch, but through a miracle wrought by the omnipotence of God. This is most
decidedly favoured by the fact, that the prophetic historian speaks throughout
of the appearance, not of a ghost, but of Samuel himself. He does this not only
in ver. 12, ‘When the woman saw Samuel she cried aloud,’ but also in vers.
14,15,16, and 20. It is also sustained by the circumstance, that not only do
the words of Samuel to Saul, in vers. 16-19, create the impression that it is
Samuel himself who is speaking; but his announcement contains so distinct a
prophecy of the death of Saul and his sons, that it is impossible to imagine
that it can have proceeded from the mouth of an impostor, or have been an
inspiration of Satan”
[= para penafsir orthodox yang lebih modern sepakat dalam pandangan bahwa sang
nabi yang telah mati itu betul-betul muncul dan mengumumkan kehancuran Saul,
tetapi bukan sebagai akibat dari keahlian magic dari tukang sihir tersebut,
tetapi melalui suatu mujijat yang dilakukan oleh kemahakuasaan Allah. Pandangan
ini dipilih karena adanya fakta bahwa si ahli sejarah (penulis kitab Samuel)
berbicara dalam sepanjang pemunculan itu, bukan tentang hantu / setan, tetapi
tentang Samuel sendiri. Ia melakukan ini bukan hanya dalam ay 12, ‘Ketika
perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring’, tetapi
juga dalam ayat-ayat 14,15,16 dan 20. Itu juga didukung oleh sikon, bahwa bukan
hanya kata-kata Samuel kepada Saul dalam ay 16-19 menciptakan kesan bahwa
adalah Samuel sendiri yang berbicara; tetapi juga pengumumannya berisikan
nubuat yang begitu jelas tentang kematian Saul dan anak-anaknya, sehingga
adalah mustahil untuk membayangkan bahwa itu bisa keluar dari mulut seorang
penipu, atau merupakan ilham dari setan] - hal 266-267.
Saya sendiri berpendapat bahwa argumentasi no 6,7,8 dari
pihak yang menganggap bahwa ini bukan roh Samuel, terlalu kuat untuk dibantah.
Sedangkan semua argumentasi dari pihak yang mengatakan bahwa ini betul-betul
adalah roh Samuel, bisa dijawab dan dipatahkan. Karena itu saya sendiri
mengambil pandangan bahwa ini bukanlah betul-betul roh Samuel. Kalau begitu,
siapa dia? Pasti setan! Kalau ia bisa menyamar sebagai ‘malaikat terang’ (2Kor
11:14), maka tentu ia bisa menyamar sebagai ‘roh Samuel’.
IV) Kecaman dan nubuat ‘Samuel’.
1) ‘Samuel’ mengecam dan memberikan nubuat
tentang kekalahan Israel dan kematian Saul dan anak-anaknya (ay 16-19).
Pulpit Commentary: “instead of the hope-for guidance of what he
shall do, he meets with a declaration of his doom” (= bukannya mendapatkan pimpinan yang
diharapkan tentang apa yang akan ia lakukan, ia bertemu dengan pernyataan
kematiannya) - hal
530.
2) Reaksi Saul:
a) Saul ‘nggeblak’ (ay 20)!
Perhatikan
bahwa orang ini nggeblak karena adanya pekerjaan kuasa gelap, dan juga
perhatikan bahwa ia bisa dikatakan sebagai ‘orang kristen KTP’!
b) Saul pergi dalam keputus-asaan untuk
menemui nasibnya (ay 25).
Keil & Delitzsch: “In stolid desperation he went to meet his
fate. This was the terrible end of a man whom the Spirit of God had once taken
possession of and turned into another man, and whom he had endowed with gifts
to be the leader of the people of God” (= Dalam keputus-asaan yang diam / tanpa perasaan ia
pergi untuk menemui nasibnya. Ini merupakan suatu akhir yang mengerikan dari
seorang yang pernah dimiliki / dikuasai oleh Roh Allah dan diubahkan menjadi
seorang yang lain dan yang diberi karunia-karunia untuk menjadi pemimpin dari
umat Allah) - hal
270. Bdk. 1Sam 10:9-10.
Kesimpulan / penutup.
1) Janganlah meremehkan penurunan kerohanian!
Pulpit Commentary: “The object of the narrative is plainly to
set before us the completeness of Saul’s moral downfall and debasement. ... and
scarcely is there in the whole of Scripture anything more tragic than this
narrative, or any more intense picture of the depth of degradation to which a
noble but perverse intellect is capable of falling” (= Tujuan dari cerita ini jelas untuk
menempatkan di hadapan kita kelengkapan / kesempurnaan dari kejatuhan dan
penurunan moral Saul. ... dan dalam seluruh Kitab Suci tidak ada apapun yang
lebih tragis dari pada cerita ini, atau gambar yang lebih kuat dari ke dalaman
penurunan ke dalam mana seorang ningrat yang berpikiran jahat bisa jatuh) - hal 523,524.
Karena itu
jangan membiar-biarkan kondisi rohani yang memburuk! Juga jangan membiarkan
dosa yang ada dalam diri saudara! Sebaliknya selalulah hidup dekat dengan
Tuhan, dalam ketaatan dan pertobatan.
2) Seluruh 1Sam 28:1-25 ini
sama sekali tidak mendukung ajaran Andereas Samudera, kecuali terjadi
pemerkosaan ayat!
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar