III. Sikap yang benar terhadap nabi palsu
Ul 13:1-5 - “(1)
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita
mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
(3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu;
sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu
sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan
Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan,
kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu
haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu,
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari
rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang
diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus
kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.
Ul 18:20-22 - “(20)
Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu
perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata
demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu
berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak
difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang
tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya,
maka janganlah gentar kepadanya.’”.
1) Jangan mendengarkan
dia.
Nabi palsu yang ajarannya benar tetapi
hidupnya tidak benar, masih boleh / bisa didengarkan, dan masih harus ditaati.
Mat 23:1-3 - “Maka berkatalah Yesus kepada
orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya: ‘Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan
lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya”.
Tetapi nabi palsu yang ajarannya sesat,
tidak boleh didengarkan (Ul 13:3).
Kalau saudara pergi ke kebaktian /
persekutuan yang ia adakan, maka perlu saudara ingat bahwa itu sudah merupakan
suatu dukungan bagi dia, karena makin banyak yang hadir, makin hal itu
membesarkan hatinya!
2) Janganlah gentar /
takut kepadanya (Ul 18:22b).
Mungkin ia akan memberikan ancaman kepada
orang-orang yang tidak mau mendengarkan dia, atau mungkin ia akan bernubuat
tentang hal-hal yang mengerikan yang akan menimpa orang-orang yang tidak mau
mendengarkan / mempercayai dia, tetapi saudara tetap tidak perlu takut!
3) Pada jaman Perjanjian Lama, nabi palsu harus dihukum mati
(Ul 13:5 Ul 18:20b).
Tentang hukuman mati dalam Ul 13:5
ini, Pulpit Commentary mengatakan (hal 232) bahwa sekarang itu sudah tidak
berlaku, karena ini termasuk dalam civil law / undang-undang negara / bangsa Israel pada saat itu, dan tidak bisa
diterapkan di tempat lain pada jaman lain, apalagi pada jaman Perjanjian Baru.
Yesus sendiri tidak menghukum mati para ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi
dan orang-orang Saduki, yang jelas-jelas adalah nabi-nabi palsu pada jaman itu.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
a) Kalau
seorang nabi palsu ada dalam gereja saudara sendiri, maka yang harus dilakukan
adalah siasat gerejani (Mat 18:15-17
1Kor 5:1-13).
Siasat gerejani tidak hanya harus dilakukan
kalau ada dosa menyolok di dalam gereja, tetapi juga kalau ada kepercayaan /
ajaran sesat di dalam gereja. Dengan demikian kita menghapuskan yang jahat itu dari
tengah-tengah kita (Ul 13:5b).
b) Kalau
nabi palsu itu ada di luaran, kita tidak boleh berteman / bersekutu dengan dia,
kita tidak boleh menerima dia di rumah kita, makan bersama-sama dengan dia
(yang menandakan suatu persekutuan dengan dia), dan bahkan kita tidak boleh
memberi salam kepadanya.
2Kor 6:14-16 - “Janganlah kamu merupakan
pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab
persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah
terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara
Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan
orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita
adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam
bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu”.
1Kor 5:11b - “dengan orang yang demikian janganlah
kamu sekali-kali makan bersama-sama”.
2Yoh 10-11 - “Jikalau seorang datang kepadamu
dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam
rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi
salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
-o0o-
IV. Mengapa banyak orang
mengikuti nabi palsu?
1) Seperti yang sudah saya jelaskan pada bab I, kebanyakan orang yang
mengaku sebagai orang kristen tidak betul-betul mencintai kebenaran / Firman
Tuhan. Itu yang menyebabkan Allah menghukum mereka dengan mendatangkan
kesesatan dan sekaligus menggelapkan pikiran mereka. Sebagai akibatnya, mereka
menjadi begitu bodoh sehingga siap mengikuti ajaran sesat yang bagaimanapun
bodohnya.
Victor Budgen mengutip kata-kata Charles
Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut: “Every now and then there comes
up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the
idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow
any impostor”
(= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan
mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya,
dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu) - ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 183.
2) Paulus sendiri sudah menubuatkan dalam 2Tim 4:3-4 - “Karena akan datang waktunya,
orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan
guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.
Karena itu jangan heran kalau orang yang
betul-betul mengajarkan Firman Tuhan / kebenaran ‘tidak laku’, sedangkan nabi-nabi palsu yang
mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang menggelikan justru ‘laku keras’.
Paulus menuliskan kata-kata ‘akan datang waktunya’ itu pada abad yang pertama. Saya sendiri
percaya bahwa saat ini kata-kata Paulus itu sudah terjadi, dan makin mendekati
akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya, hal itu akan makin parah.
Orang-orang yang mengikuti nabi-nabi palsu akan semakin banyak, sedangkan
orang-orang kristen sejati yang betul-betul mencintai kebenaran akan semakin
sedikit.
Karena itu dalam komentarnya tentang
2Tes 2:12, William Hendriksen berkata: “The true believer
must never be afraid of belonging to the minority. It is the remnant that shall
be saved. All others will be condemned” (= Orang percaya yang sejati
tidak pernah boleh takut untuk termasuk dalam golongan minoritas. Adalah sisanya
yang akan diselamatkan. Semua yang lain akan dihukum) - hal 186.
Dan kalau saudara mengikuti seorang nabi
palsu / gereja sesat yang besar, dan saudara bangga akan jumlah orang dari
gereja sesat saudara, perhatikan kata-kata Calvin yang mengomentari kata ‘semua’ dalam 2Tes 2:12, dengan kata-kata
sebagai berikut: “When he says ‘all,’ he means
that contempt of God finds no excuse in the great crowd and multitude of those
who refuse to obey the gospel, for God is the Judge of the whole world, so that
he will inflict punishment upon a hundred thousand, no less than upon one
individual”
(= Pada waktu ia berkata ‘semua’, ia memaksudkan bahwa kejijikan dari Allah
tidak mendapatkan alasan dalam kumpulan besar dari mereka yang menolak untuk
mentaati injil, karena Allah adalah Hakim dari seluruh dunia, sehingga Ia akan
memberikan hukuman kepada seratus ribu orang, tidak lebih sedikit dari pada
kepada seorang individu) -
hal 340.
Pada jaman Nuh, Allah membasmi seluruh
dunia, dan hanya menyelamatkan 8 orang. Karena itu, jangan kaget bahwa kalau
seluruh gereja saudara dengan orang-orang sesatnya yang begitu banyak, nanti
dibuang semua ke dalam neraka!
-o0o-
Apendix I
exposisi / khotbah tentang
YAKOBUS 2:14-26
Yak 2:14-26 - “(14)
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan
dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata:
‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia
tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang
berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia:
‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya
ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu
dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui
sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman
menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan:
‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24)
Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur
itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan
orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos
melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat
Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya yang saya
garis-bawahi) bertentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
·
Ro 3:28
kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia
dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
·
Ro 4:1-3
dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita
katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham
dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi
tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran.’”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita,
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak,
anaknya, di atas mezbah?”.
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk
bisa memperdamaikan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:
1) Adanya
perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk
orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan
karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan
habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan
(Gal 2:16,21 Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang
yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak
mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.
2) Adanya
perbedaan penggunaan istilah.
a) Istilah
‘pekerjaan /
perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka
ia memaksudkannya sebagai ‘sesuatu
yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita’. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan
(yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah
ini, ia memaksudkannya sebagai ‘akibat
/ hasil dari keselamatan’.
Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang
kristen.
b) Istilah
‘iman / percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka
ia menunjuk pada ‘iman
kepada Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah
ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan
percaya dengan mulut’
(bdk. ay 14 - ‘seorang
mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
c) Istilah
‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka
artinya adalah ‘orangnya
dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka
maksudnya adalah ‘pengakuan
orang itu yang dibenarkan’
(artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).
Catatan:
·
kita
harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita
akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara
Yakobus dan Paulus.
·
Kalau
saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu
yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus
menggunakan istilah-istilah di atas!
Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus
mempunyai satu tujuan pengajaran, yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh /
tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus
dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mungkin ia menuliskan bagian
ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (=
keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus. Kemungkinan yang lain
adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya
sendiri tentang ‘hukum
yang memerdekakan’
(Yak 1:25 2:12). Dengan demikian
secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan
dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang
kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.
1) Yakobus
berkata bahwa ‘iman
/ pengakuan percaya tanpa perbuatan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi
dalam ay 15-16: “(15)
Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan,
kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong
tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada gunanya.
Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi
tidak mempunyai perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa
menyelamatkan siapapun.
2) Yakobus
juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya
ada / hidup, lalu menjadi mati.
Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu
adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu
sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa
ditunjukkan (ay 18).
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang
berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia:
‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan
2 orang:
a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan
perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan
seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena
ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan
dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku
akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
Dari kata-kata dalam ay 18b itu juga
jelas bahwa orang ini bisa me-nunjukkan imannya!
b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam
mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3) Yakobus
menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah
adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya
satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan:
kepercaya-an itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan,
hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku
beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda
dengan setan!
Kesimpulan dari 3 hal di atas:
Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi
tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang
kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah
menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya ‘seorang’ (ay 14), atau ‘orang’ (ay 18), atau ‘manusia’ (ay 20).
Penerapan: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara?
Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa
dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John Owen: “I
do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the
greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa
merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban,
kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.
1) Abraham
(ay 21-24).
a) Ay 21: “Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan
Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan
Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan
Ishak.
Alasannya:
1. Abraham
dibenarkan karena imannya, dan ini terlihat dari:
·
Ay 23:
“Dengan jalan
demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
·
Kej 15:6
- “Lalu
percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran”.
Dan pembenaran karena iman terhadap Abraham
yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia
mempersembahkan Ishak (Kej 22).
2. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti
iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - “Karena iman maka Abraham,
tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji
itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah
dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut
keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan
orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya
kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada
lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.
Jadi, arti ay 21 ini adalah:
persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham /
membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.
b) Ay 22: “Kamu
lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh
perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup.
Pengakuan + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang
sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.
c) Ay 23: “Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan
Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d) Ay 24: “Jadi
kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan
bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya,
atau tidak dianggap munafik.
2) Rahab
(ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga
Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong
mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang
sangat kontras dengan Abraham. Kalau Abraham adalah seorang laki-laki, maka
Rahab adalah seorang perempuan. Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel, maka
Rahab adalah orang kafir. Kalau Abraham adalah orang yang terhormat, maka Rahab
adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang
seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin
orang akan berkata: ‘Itu kan
Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak
bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang
kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat,
ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos
2:1-7).
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna,
karena mengandung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
·
Ia
adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
·
Ia
adalah seorang pelacur.
·
Ia
adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan
baik yang sempurna.
·
Perbuatan
baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho,
mempunyai resiko tinggi.
Jadi, sekalipun perbuatan baiknya
mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang
membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat
dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang
betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah /
bukti imannya.
Penutup.
Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya
perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang
kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum,
sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum
diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!
Apendix II
Kesembuhan
A) Haruskah orang kristen sembuh dari penyakit?
Banyak orang Kharismatik yang beranggapan
bahwa orang Kristen tidak boleh sakit atau bahwa orang Kristen harus sembuh
dari semua penyakit!
Alasan-alasan dan sanggahannya:
1) Dalam
Kitab Suci, baik Yesus maupun rasul-rasul selalu menyembuhkan semua
orang sakit (Mat 4:23,24 Kis 5:15-16,
dsb).
Sanggahan:
Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun
rasul-rasul tidak selalu menyembuhkan semua orang sakit. Ada orang-orang yang
tidak disembuhkan.
·
dalam
Yoh 5:1-18 ada banyak orang sakit, tetapi hanya satu yang disembuhkan
oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun.
·
dalam
1Tim 5:23 dan 2Tim 4:20, Timotius dan
Trofimus sakit, tetapi Paulus tidak menyembuhkan mereka.
·
dalam
2Kor 12:7-10, Paulus sendiri mengalami ‘duri dalam daging’. Sekalipun tidak jelas dengan apa yang
dimaksud dengan ‘duri
dalam daging’ itu, tetapi
rasa-rasanya tidak bisa tidak istilah ini menunjuk pada suatu penyakit jasmani
yang menyakitkan. Untuk ini Paulus berdoa sebanyak tiga kali, tetapi Tuhan
tidak menyembuhkan dia!
·
dalam
Luk 5:15-16 banyak orang datang kepada Yesus untuk disembuhkan, tetapi
Yesus tidak menyembuhkan mereka, sebaliknya Yesus meninggalkan mereka.
·
dalam
Luk 4:27 Yesus berkata bahwa pada jaman nabi Elisa ada banyak orang sakit
kusta di Israel,
tetapi mereka tidak ditahirkan seperti Naaman.
2) Penyakit
itu dari setan, dan orang Kristen harus menang atas setan.
Sanggahan:
a) Penyakit pertama kali masuk ke dalam dunia sebagai hukuman dari
Tuhan (bukan dari setan!) atas dosa manusia.
b) Setan memang bisa memberi penyakit, tetapi hanya kalau Tuhan
mengijinkan (Ayub 1-2 2Kor 12:7-10).
c) Tidak semua penyakit datang dari setan. Misalnya: Kej 48:1.
Juga kalau dalam Mat 4:24 terlihat bahwa ‘orang yang menderita
pelbagai penyakit’ dibedakan
dari ‘orang yang kerasukan’.
Demikian juga dalam Mat 10:1,8. Karena itu kalau seseorang selalu
menengking setan pada waktu mendoakan orang sakit, itu sebetulnya merupakan
sesuatu yang ngawur!
d) Menang atas setan tidak harus diwujudkan melalui kesembuhan. Kalau
seseorang tetap sakit, tetapi dalam sakitnya ia tetap setia kepada Tuhan dan
hidup bagi Tuhan, apakah ia tidak menang atas setan?
3) Penyakit
itu disebabkan oleh dosa. Karena itu kalau seseorang bertobat ia pasti sembuh
dari penyakit!
Sanggahan:
a) Penyakit pertama masuk ke dalam dunia memang karena dosa Adam dan
Hawa.
b) Memang ada orang-orang yang sakit sebagai akibat langsung dari
dosa mereka (bdk. Maz 107:17-18 2Raja
5:27).
c) Tetapi tidak semua orang sakit sebagai akibat langsung dari
dosanya (Kej 48:1 Ayub 1-2 2Kor 12:7-10
Fil 2:25-27 1Raja 14;1,12,13 Yoh 9:1-3).
d) Orang percaya baru bisa bebas dari penyakit sebagai akibat dosa,
pada saat ia masuk ke surga. Bandingkan juga dengan point no 4b di bawah ini.
4) Yesus
sudah mati menebus tubuh dan jiwa / roh kita. Karena itu kalau seseorang
percaya Yesus / menjadi orang kristen, maka bukan saja dosanya diampuni, tetapi
ia juga harus sembuh dari semua penyakit jasmani.
Sanggahan:
a) Memang Yesus mati untuk menebus kita secara keseluruhan (tubuh +
jiwa / roh).
b) Memang orang yang percaya kepada Yesus langsung diampuni
dosa-dosanya pada saat ia percaya, tetapi:
·
ia
baru mengalami penyempurnaan jiwa / roh pada saat ia mati (Ibr 12:23).
Pada saat sudah mengalami penyempurnaan jiwa / roh, maka ia tidak lagi bisa
berbuat dosa. Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurnakan, sehingga masih
bisa berbuat dosa (penyakit rohani).
·
ia
baru mengalami penyempurnaan tubuh pada akhir jaman / hari kebangkitan.
Pada saat sudah mengalami penyempurnaan tubuh, maka ia tidak lagi bisa
mengalami penyakit, penderitaan, kematian, dsb (Wah 7:16 21:4). Tetapi sebelum saat itu, ia belum
disempurnakan, sehingga masih bisa sakit (penyakit jasmani). Perhatikan bahwa
dalam 2Kor 4:16 Paulus berkata bahwa “manusia lahiriah kami semakin merosot” (maksudnya tentu dalam kesehatan /
kekuatan). Dan dalam 1Kor 15:43, ia mengkontraskan tubuh jasmani kita yang
sekarang ini dengan tubuh kebangkitan nanti dengan berkata: “Ditaburkan dalam kehinaan,
dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam
kekuatan”. Semua ini jelas menunjukkan bahwa dalam hidup orang kristen penyakit
dan kelemahan tubuh tetap ada.
5) Allah
itu mahakuasa dan karena itu Ia pasti bisa menyembuhkan anakNya yang sakit!
Sanggahan:
Allah memang mahakuasa sehingga pasti bisa
menyembuhkan, tetapi Ia belum tentu mau menyembuhkan. Banyak orang
beranggapan bahwa Allah pasti mau menyembuhkan kita karena adalah sesuatu yang
baik kalau kita itu sehat. Orang-orang ini perlu mengingat bahwa pikiran Allah
dan pikiran kita berbeda seperti langit dengan bumi (Yes 55:8-9)! Dalam
2Kor 12:7-10, Paulus sendiri berdoa supaya duri dalam dagingnya diangkat,
tetapi ia tidak disembuhkan! Allah tidak mau menyembuhkan Paulus, karena
penyakit Paulus justru akan menyebabkan Paulus bersandar kepada Tuhan sehingga
kuasa Allah bisa mengalir melalui Paulus. Dengan kata lain, dari sudut Allah,
penyakit Paulus ini membawa kebaikan baginya dan bagi pelayanannya. Bagi
kitapun hal seperti ini bisa terjadi. Kadang-kadang Allah tidak mau
menyembuhkan kita karena Ia mempunyai maksud tertentu, yang tentunya berguna
untuk kemuliaanNya dan juga untuk kebaikan kita sendiri (bdk. Ro 8:28).
6) Allah
tidak menghendaki orang sakit.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Jangan Batasi
Allah Bila Ingin Bahagia-Sejahtera’, hal 33-34, Morris Cerullo berkata sebagai
berikut: “Baiklah
saya nyatakan kepada anda sekarang juga, bahwa bukanlah kehendak Allah agar
anda menderita sakit. Allah tidak menghendaki manusia itu menderita. Bukanlah
kehendak Allah anda harus menderita lapar atau dilanda kemiskinan. Kehendak
Tuhan ialah mencurahkan berkatNya atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan
anda. Tuhan menghendaki agar anda dapat hidup sehat, berbahagia dan serba
berkecukupan”.
Ia lalu mengutip 3Yoh 2 dan Mat 8:7 untuk
mendukung pandangannya ini.
3Yoh 2 - “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau
baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu
baik-baik saja”.
Mat 8:7 - “Yesus berkata kepadanya: ‘Aku
akan datang menyembuhkannya.’”.
Sanggahan:
a) Kata-kata Yesus dalam ayat-ayat seperti Mat 8:3,7 dsb tidak
berlaku umum, sama seperti kata-kataNya dalam Mat 14:29 (waktu Ia menyuruh
Petrus berjalan di atas air) dan dalam Yoh 11:23,40,43 (kata-kataNya
berhubungan dengan kebangkitan Lazarus) juga tidak berlaku umum! Jadi, untuk orang-orang
tertentu Ia memang bersedia menyembuhkan, tetapi untuk orang-orang lain bisa
saja Ia tidak bersedia menyembuhkan, karena Ia mempunyai tujuanNya sendiri!
b) 3Yoh 2 adalah suatu salam dari rasul Yohanes kepada
para pembaca / penerima suratnya, dan karena itu jelas tidak bisa diartikan
bahwa Allah tidak menghendaki seorangpun sakit!
c) Orang-orang Kharismatik sering menyalah-artikan kata ‘baik’, ‘berkat’, dsb, karena mereka menafsirkan ‘baik’ dan ‘berkat’ itu sebagai ‘baik’ dan ‘berkat’ menurut pandangan manusia. Tuhan memang pasti memberi berkat /
hal-hal yang baik kepada anak-anakNya (Mat 7:11 Yak 1:17), tetapi yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘berkat’ adalah ‘baik’ dan ‘berkat’ dalam pandangan Allah! Lagi-lagi perlu diingat bahwa pikiran /
rencana Allah berbeda seperti langit dengan bumi dibanding pikiran / rencana
kita (Yes 55:8-9). Allah bisa memberi berkat / hal yang baik melalui
hal-hal yang bagi kita kelihatannya tidak baik, seperti penyakit dan
penderitaan (2Kor 12:7-10
2Kor 1:8- 9 Fil 1:12 bdk. Ro 8:28).
Illustrasi: Kalau saudara membawa anak saudara ke
dokter, dan anak itu harus disuntik, maka saudara merelakan anak itu menderita
sakit, karena semua itu adalah untuk kebaikannya sendiri. Lalu mengapa Tuhan
tidak boleh membiarkan kita sakit / menderita, kalau semua itu adalah untuk
kebaikan kita?
7) Allah
menjanjikan kesehatan (Kel 15:26).
Sanggahan:
a) Janji itu hanya berlaku untuk bangsa Israel pada saat itu. Itupun dengan
syarat bahwa mereka harus taat (Kel 15:26).
b) Ada
perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, ada banyak janji
berkat jasmani yang berkelimpahan (Ul 28:1-14 Mal 3:10-12), tetapi dalam Perjanjian
Baru tidak! (bdk. Mat 6:11,25-34) Karena apa? Karena dalam Perjanjian Lama
belum ada salib! Jadi mereka sukar melihat kasih Allah, kecuali ada berkat
jasmani yang berkelimpahan. Tetapi bagi orang-orang Perjanjian Baru, karena
salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah sudah terjadi, maka
sekalipun tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, tetap bisa melihat kasih
Allah melalui salib itu!
Jadi, sekalipun kita sakit, kita tetap bisa
yakin bahwa Allah mengasihi kita. Buktinya
Ia mau menjadi manusia dan mati
bagi kita dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus (Ro 5:8).
8) Orang
Kristen yang sakit memalukan Tuhan.
Sanggahan:
a) Ini lagi-lagi salah pengertian tentang istilah ‘memalukan / memuliakan Tuhan’. Kalau orang Kristen sakit dikatakan
memalukan Tuhan; itu karena mereka menilai Tuhan seakan-akan Tuhan itu adalah
manusia.
b) Orang kristen yang sakit tidak memalukan Tuhan. Ini terlihat dari
Paulus yang pada waktu mengalami duri dalam daging bukan saja tidak memalukan
Tuhan, tetapi akhirnya justru membawa kemuliaan bagi Tuhan (2Kor 12:7-10).
Memang kalau ada orang yang sehat dan kaya
bisa percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, setia kepada Tuhan dsb,
maka ini tentu memuliakan Tuhan. Tetapi kalau ada orang yang sakit, miskin, dan
menderita terus menerus, dan dalam kondisi seperti itu ia bisa tetap percaya
kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, dan setia kepada Tuhan, maka tentu
peristiwa ini akan lebih memuliakan Tuhan!
c) Yang memalukan Tuhan ialah kalau kita sebagai anak-anakNya berbuat
dosa. Ini terlihat dari:
·
Mat 5:16
mengatakan bahwa perbuatan baik kita memuliakan Bapa di sorga. Secara implicit
ini menunjukkan bahwa dosa kita memalukan Allah.
·
Dalam
Wah 3:18, kata-kata ‘ketelanjanganmu
yang memalukan’ jelas
menunjuk pada dosa-dosa mereka yang memalukan Allah.
Karena itu Paulus / Kitab Suci memberi
peraturan bahwa orang Kristen yang berdosa (dosa sengaja terhadap mana ia tidak
mau bertobat) harus dikucilkan (1Kor 5:1-13).
d) Baca juga 1Kor 1:25-29 - “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya
dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat
saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut
ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang
berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang
lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang
tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak
berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada
seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.
Text Kitab Suci ini tidak mengatakan bahwa
Allah malu karena orang-orang yang lemah, bodoh, tidak terpandang, dsb! Ia
bahkan memilih mereka untuk mempermalukan orang berhikmat, kuat, dsb. Kalau
Allah tidak malu karena orang kristen yang bodoh, lemah, tak terpandang, dsb,
mungkinkah Ia malu karena orang kristen yang sakit?
9) Yesus
sering berkata ‘imanmu
telah menyembuhkan engkau’
(Mat 8:13 Mat 9:22,29). Jadi, ‘tidak sembuh’ menunjukkan ‘tidak beriman’.
Sanggahan:
a) Kadang-kadang iman memang dijadikan syarat terjadinya
mujijat / ke-sembuhan (bdk. Mat 13:58).
b) Tetapi Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menuntut iman
sebagai syarat kesembuhan!
·
Bacalah
Yoh 5:1-18, khususnya ay 13nya! Orang buta itu sudah sembuh, tapi
tidak / belum mengenal Yesus. Jelas bahwa di sini tidak dituntut iman sebagai
syarat kesembuhan.
·
Dalam
Kis 3:1-10 Petrus juga tidak bertanya kepada pengemis yang lumpuh itu
apakah ia beriman atau tidak!
·
Dalam
2Raja 5, Naaman jelas tidak beriman, dan boleh dikatakan bahwa tindakannya
untuk menuruti Elisa adalah ‘tindakan coba-coba’! Tetapi ia toh disembuhkan!
·
Dalam
Yoh 11, pada saat Lazarus dibangkitkan, baik ia maupun Maria dan Marta
jelas tidak beriman bahwa Yesus akan membangkitkannya.
Jadi, orang tidak berimanpun bisa sembuh
kalau Tuhan mau! Yang menentukan bukan iman kita, tetapi kehendak Tuhan!
c) Orang berimanpun tidak selalu sembuh (2Kor 12:7-10 1Tim 5:23 2Tim 4:20). Jadi, jelas bahwa ayat-ayat
seperti Mat 8:13 Mat 9:22,29
di atas, tidak berlaku umum!
d) Banyak orang beranggapan bahwa kalau ada orang sakit, lalu orang
itu berdoa dalam nama Yesus dengan iman, maka ia pasti disembuhkan. Ini
didasarkan pada ayat-ayat seperti Mark 11:22-24 Mat 7:7-10 Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b dsb. Tetapi perlu diingat
bahwa pada waktu menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24 Mat 7:7-10 Yoh 14:13-14 Yoh 15:7b dsb, kita juga harus
memperhatikan ayat-ayat seperti 1Yoh 5:14
Mat 7:11 Yoh 15:7a, yang
menjadi syarat pengabulan doa, yaitu:
·
permintaan
kita sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14). Ingat juga bahwa
beriman pada sesuatu yang bukan kehendak Tuhan, tidak bisa dikatakan beriman!
·
yang
kita minta itu merupakan sesuatu yang baik dalam pandangan Tuhan (Mat
7:11).
·
kita
tinggal dalam Yesus, dan firman Tuhan tinggal dalam kita (Yoh 15:7a). Dengan
kata lain, kita dekat dengan Tuhan dan tunduk pada firman Tuhan.
e) Kalau seseorang berdoa untuk kesembuhan orang sakit, dan orang
sakit itu tidak sembuh, bisa saja yang tidak / kurang beriman bukanlah di sakit
tetapi si penyembuh. Ini terjadi dalam Mat 17:14-20. Pada waktu itu ada
seseorang yang anaknya sakit ayan (ini terjadi karena kerasukan setan - bdk.
Mark 9:17-18). Ia membawa anak itu kepada murid-murid Yesus, tetapi
ternyata murid-murid itu tidak bisa menyembuhkan anak itu / mengusir setannya.
Setelah anak itu dibawa kepada Yesus, maka barulah setannya bisa diusir dan
anak itu disembuhkan. Waktu murid-murid bertanya mengapa mereka tidak bisa
mengusir setan itu, Yesus berkata: ‘Karena
kamu kurang percaya’ (Mat
17:20).
Tetapi ingat bahwa cerita ini tidak boleh
diartikan seakan-akan setiap kali seseorang gagal menyembuhkan orang sakit, itu
menunjukkan bahwa ia tidak / kurang beriman. Bisa saja orang sakit itu tidak
sembuh, bukan karena orang yang mendoakannya kurang beriman, tetapi karena
Tuhan memang tidak menghendaki kesembuhan itu.
10) Yesus
menyuruh kita menyembuhkan orang sakit (Mat 10:5-8).
Sanggahan:
Perintah ini hanya diberikan untuk
rasul-rasul pada saat itu! Ini terlihat dari:
a)
Pada
saat itu mereka disuruh memberitakan Injil hanya kepada orang Yahudi
(Mat 10:5b-6). Bandingkan dengan Mat 28:19 yang menyuruh kita menjadikan semua
bangsa murid Kristus.
b)
Mereka
disuruh ‘membangkitkan
orang mati’ (Mat 10:8).
Ini jelas bukan perintah untuk kita!
c)
Pada
saat itu mereka tidak boleh membawa bekal (Mat 10:9-10). Bandingkan ini
dengan Luk 22:35-36 dimana mereka boleh membawa bekal.
11) Mark 16:17-18
mengatakan bahwa menyembuhkan orang sakit adalah tanda orang beriman.
Sanggahan:
a) Mark 16:17-18 terletak dalam kontext Mark 16:9-20 yang
diperdebatkan keasliannya.
b) Mark 16:17-18 menyebutkan bahwa tanda orang beriman bukan
hanya menyembuhkan orang sakit, tetapi juga minum racun / memegang ular tanpa
celaka dsb. Kalau orang Kharismatik mau menggunakan ayat ini secara konsekwen,
maka mereka juga harus berani melakukan hal ini / bisa mengalami hal ini!
12) Mat
8:16-17 bdk. Yes 53:4-5.
Kesembuhan jasmani yang Yesus lakukan, oleh
Matius dihubungkan dengan nubuat nabi Yesaya yang berbunyi: “Dialah yang memikul kelemahan
kita dan menanggung penyakit kita”.
Yes 53:4-5 - “Tetapi sesungguhnya, penyakit
kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita
mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh
karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.
Sanggahan:
a) ‘Penyakit’ / ‘kesembuhan’ dalam Yes 53:4-5 itu bersifat jasmani
atau rohani? Ada
2 pandangan:
1. Jasmani
dan rohani.
Tetapi bagaimanapun, penyempurnaan jasmani
terjadi pada akhir jaman (2Kor 4:16 1Kor
15:43-44).
2. Hanya
rohani. Jadi, ‘penyakit’ menunjuk pada ‘dosa’.
·
Baca
kontex Yes 53!
*
Ay
5: ‘pemberontakan’, ‘kejahatan’.
*
Ay 6:
‘sesat seperti
domba’, ‘mengambil jalannya sendiri’, ‘kejahatan’.
*
Ay 8: ‘pemberontakan’.
*
Ay 10:
‘korban penebus
salah’.
*
Ay 11:
‘kejahatan’.
*
Ay 12:
‘dosa’.
Jadi jelas
bahwa kontex Yes 53 adalah rohani!
·
Untuk
lebih jelas tentang kontex, baca juga Yes 1:4-6!
·
Bandingkan
juga dengan 1Pet 2:22-25, dimana Petrus mengutip Yes 53 ini! Ia jelas
menerapkan pada dosa / penyakit rohani!
b) Kalau Yes 53 itu memang tentang penyakit rohani
(dosa), lalu mengapa Matius mengutip Yes 53:4 dan menerapkannya pada kesembuhan
jasmani dalam Mat 8:17?
Jawab: karena Yesus sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani untuk
mengajar suatu kebenaran rohani. Ini bukan suatu pengallegorian!
Contoh:
·
Ia
mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Ini mengilustrasikan diriNya
sebagai Terang dunia (Yoh 9:5).
·
Ia
membangkitkan orang mati / Lazarus (Yoh 11). Lalu Ia
mengajar bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25-26).
·
Ia
melipat gandakan roti (Yoh 6), lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Roti Hidup
(Yoh 6:35).
Dalam Mat 8 juga demikian. Ia menyembuhkan
secara jasmani (Mat 8:15-16) untuk menunjukkan diriNya sebagai penyembuh
rohani / dosa (Mat 8:17 bdk. Yes 53:4-5).
Jadi, sebetulnya sekalipun Mat 8:15-16
berbicara tentang kesembuhan / penyakit jasmani, tetapi Mat 8:17 berbicara
tentang kesembuhan / penyakit secara rohani, yaitu dosa. Karena itu Matius lalu
menganggap ini sebagai penggenapan dari Yes 53:4-5!
Kesimpulan:
Kesembuhan illahi itu ada, tetapi ajaran
yang mengatakan bahwa orang Kristen harus sembuh dari segala penyakit,
merupakan ajaran yang:
a) Bertentangan
dengan Alkitab.
b) Bertentangan
dengan fakta / realita. Mengapa? Karena:
·
jelas
sekali bahwa banyak orang Kristen yang sakit! Bahkan para penyembuhnya sering
memakai kaca mata. Apakah itu bukan penyakit? Apa bedanya penyakit yang
disebabkan oleh bakteri / kuman, dan penyakit yang disebabkan oleh usia tua?
Bukankah semua itu sama-sama masuk ke dalam dunia karena dosa Adam?
·
para
penyembuh itu sendiri juga pergi ke dokter / dokter gigi, sekalipun banyak yang
pergi secara diam-diam! Bukankah ini adalah kepalsuan dan kemunafikan yang
terkutuk?
B) Macam-macam kesembuhan.
I) Kesembuhan biasa.
Ciri-ciri kesembuhan biasa:
1) Kesembuhan
itu tidak terjadi seketika, tetapi melalui suatu proses.
2) Adanya penggunaan hal-hal yang secara medis memang bisa memberikan
kesembuhan seperti: dokter, obat, diet, makanan bergizi, istirahat, olah raga,
perubahan cara hidup, berhenti merokok, dsb.
Perlu diketahui bahwa berbeda dengan pandangan /
ajaran banyak orang Pentakosta / Kharismatik yang mengatakan bahwa dokter /
obat itu dilarang dan bertentangan dengan iman, Kitab Suci tidak menentang
penggunaan dokter / obat.
Ini terlihat dari:
·
Yak 5:14
yang berbunyi: “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua
jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan”.
‘Minyak’ di sini berfungsi sebagai obat (bdk.
Yes 1:6 Luk 10:34). Pemberian obat
oleh penatua ini mungkin disebabkan pada saat itu banyak orang kristen yang
miskin, sehingga tidak bisa membeli obat sendiri. Karena itu, pada jaman
sekarang, dimana sudah ada banyak obat lain yang lebih modern, maka pengolesan
dengan minyak ini sudah tidak dibutuhkan.
·
Mat 9:12
yang berbunyi: “Yesus
mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit’”.
Dari sini terlihat dengan jelas bahwa Yesus
sendiri tidak menentang penggunaan tabib / dokter untuk orang sakit.
·
1Tim 5:23
yang berbunyi: “Janganlah
lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung
pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”.
Ini merupakan nasehat dari rasul Paulus
kepada Timotius yang sakit. Aneh sekali bahwa Paulus yang jelas mempunyai
karunia kesembuhan itu, ternyata tidak menyembuhkan Timotius secara mujijat,
tetapi menyuruhnya menggunakan anggur sebagai obat!
·
Lukas
adalah tabib (Kol 4:14).
Kalau orang kristen tidak boleh menggunakan
dokter / obat, maka jelas bahwa dokter / tabib dan penjual obat semuanya harus
bertobat. Tetapi sekalipun Lukas adalah seorang tabib, ia tidak pernah dikecam
atau disuruh bertobat.
Kalaupun hal-hal yang secara medis bisa
memberikan kesembuhan tersebut di atas digabungkan dengan doa, sehingga lalu
terjadi kesem-buhan yang luar biasa cepatnya, itu tetap merupakan kesembuhan
biasa!
Kalau dikatakan bahwa ini adalah kesembuhan
biasa, itu tidak berarti bahwa itu tidak datang dari Tuhan! Kesembuhan ini
tetap datang dari Tuhan, tetapi Tuhan menggunakan hal-hal tertentu untuk
menyembuhkan. Jadi, Tuhan menyembuhkan secara tidak langsung.
Setiap kali kita sakit, selain kita harus
berdoa, kita juga harus menggunakan hal-hal tersebut di atas untuk mendapatkan
kesembuhan biasa ini!
II) Kesembuhan psikologis.
Ada banyak penyakit yang ditimbulkan /
diperparah / dikambuhkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis seperti takut,
kuatir, marah, sedih, benci / dendam, stress, dsb.
Dalam Amsal 17:22 dikatakan bahwa ‘hati yang gembira adalah obat
yang manjur’. Ini tentu
tidak berlaku untuk semua penyakit! Misalnya bagaimanapun orang yang menderita
patah tulang / gigi yang berlubang bergembira, ia tidak akan disembuhkan oleh
kegembiraannya itu! Jadi, ayat ini hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang
memang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis.
Di dalam suatu kebaktian kesembuhan, selalu
diadakan pembangkitan emosi menggunakan musik yang keras, nyanyian yang
diulang-ulang, kata-kata chairman / pengkotbah yang menggerakkan emosi,
bahasa lidah / roh, self-suggestion tentang ‘iman’ (penyugestian diri
sendiri bahwa dirinya akan sembuh / sudah sembuh), dsb. Hal-hal ini memang bisa
menyebabkan terjadinya kesembuhan secara psikologis terhadap penyakit-penyakit
yang memang disebabkan oleh hal-hal psikologis itu! Tetapi, begitu emosi turun
(kembali seperti semula), penyakitnya akan kembali / kambuh lagi. Karena itu,
ini pada hakekatnya bukan suatu kesembuhan. Ini hanya kesembuhan semu saja!
III) Kesembuhan ilahi.
1) Ada yang menggunakan
benda-benda:
a) Benda
milik si penyembuh, seperti:
1. Jubah
Yesus (Mat 9:20-22 Mat 14:34-36).
2. Sapu
tangan / kain Paulus (Kis 19:12).
Ayat-ayat Kitab Suci ini dipakai sebagai
dasar oleh sebagian orang Kharismatik untuk melakukan hal yang serupa!
Contoh:
·
Penginjil
Televisi dari Amerika Serikat, Oral Roberts, pernah membagikan 6 juta kantong
plastik berisi air kepada semua pengikutnya di seluruh Amerika, dan lalu dalam
siaran TV ia mengajak mereka bersama-sama untuk memecahkan kantong plastik itu
pada bagian tubuh yang sakit untuk menyembuhkannya.
·
John
F. MacArthur, Jr. menceritakan dalam bukunya bahwa ia pernah menerima ‘miracle
prayer cloth’ (= kain doa mujijat), dan bersama dengan kain doa mujijat itu
ada suatu pesan yang berbunyi: “Take this special miracle prayer
cloth and put it under your pillow and sleep on it tonight. Or you may want to
place it on your body or on a loved one. Use it as a release point wherever you
hurt. First thing in the morning send it back to me in the green envelope. Do
not keep this prayer cloth; return it to me. I’ll take it, pray over it all
night. Miracle power will flow like a river. God has something better for you,
a special miracle to meet your needs” (= Ambillah kain doa mujijat yang spesial ini dan
letakkanlah di bawah bantalmu dan tidurlah di atasnya malam ini. Atau engkau
dapat meletakkannya pada tubuhmu atau pada orang yang engkau cintai. Gunakanlah
untuk mengurangi rasa sakit dimanapun engkau merasa sakit. Hal pertama yang
harus engkau lakukan pada esok pagi adalah mengirimkannya kembali kepada saya
di dalam amplop hijau. Janganlah menahan / menyimpan kain doa ini;
kembalikanlah kepada saya. Saya akan mengambilnya, mendoakannya sepanjang
malam. Kuasa mujijat akan mengalir seperti sungai. Allah mempunyai sesuatu yang
lebih baik untuk engkau, suatu mujijat spesial yang sesuai untuk kebutuhanmu) - ‘The Charismatics’, p 130).
Ingat, bahwa sekalipun dalam Kitab Suci
pernah terjadi kesembuhan melalui benda seperti jubah Yesus atau sapu tangan
Paulus, tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan siapapun juga untuk
melakukan hal itu!
Hal lain yang harus diperhatikan adalah:
Kitab Suci tidak pernah menyuruh / mengijinkan untuk menggunakan benda apapun
sebagai jimat. Ini perlu diwaspadai karena adanya gereja di Indonesia yang
memberikan sapu tangan yang sudah didoakan untuk disimpan oleh jemaatnya (mirip
dengan cerita John F. MacArthur, Jr. di atas). Ini sudah termasuk jimat, dan
tentu saja tidak alkitabiah!
b) Benda-benda
yang secara medis tidak bisa menyembuhkan.
Contoh: Dalam Yoh 9:6-7 Yesus menggunakan ludahnya yang diaduk dengan
tanah untuk menyembuhkan orang buta. Secara medis ini bukan saja mustahil untuk
menyembuhkan orang buta, tetapi bahkan orang melekpun akan menjadi buta kalau
diberi ‘obat’ seperti itu!
Ini berbeda dengan penggunaan obat dalam
kesembuhan biasa, karena obat yang secara medis memang bisa memberi kesembuhan.
2) Ada yang menggunakan
perintah ‘Dalam nama Yesus....’.
Contoh: Kis 3:6 Kis 9:34 dsb.
3) Ada
yang menggunakan doa (bdk. Kis 28:8).
Ciri-ciri kesembuhan ilahi:
1. Kesembuhan
itu harus terjadi secara langsung / seketika.
Ada yang menganggap Mark 8:22-25 sebagai
dasar untuk percaya akan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi secara bertahap
(melalui suatu proses). Tetapi saya berpendapat bahwa sekalipun dalam Mark
8:22-25 itu terjadi 2 tahap kesembuhan, tetapi selang waktunya hanyalah
beberapa detik, sehingga sebetulnya tetap merupakan kesembuhan seketika (bukan
proses). Karena itu saya tetap beranggapan bahwa kesembuhan ilahi harus terjadi
secara langsung.
Jaman ini sering terdengar ada orang yang
katanya mengalami kesembuhan ilahi tetapi sembuhnya berangsur-angsur. Saya
berpendapat bahwa itu bukan kesembuhan ilahi. Dalam Kitab Suci kesembuhan ilahi
selalu terjadi langsung.
2. Kesembuhan
itu harus bersifat total (penyakitnya sembuh total).
Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi
terjadi seperti itu. Tidak ada orang lumpuh, yang setelah mengalami kesembuhan
ilahi, lalu bisa berjalan tetapi pincang! Tidak ada orang buta, yang setelah
mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa melihat tetapi harus menggunakan kaca
mata minus 15! Tidak ada orang tuli, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi,
lalu bisa mendengar tetapi harus menggunakan hearing aids (= alat bantu
untuk mendengar)!
Tetapi lihatlah ‘kesembuhan-kesembuhan
ilahi’ jaman sekarang ini! Bukan main banyaknya orang yang sembuh
setengah-setengah tetapi mengaku telah mengalami kesembuhan ilahi! Ini jelas
bukan kesembuhan ilahi!
3. Penyakitnya
tidak boleh kambuh.
Ada 3 hal yang bisa dipakai sebagai dasar
untuk mengatakan bahwa orang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh lagi
penyakitnya:
a. Dalam Kitab Suci orang-orang yang dibangkitkan dari kematian,
akhirnya akan mati lagi.
Tetapi ini tidak bisa diterima karena
kematian berbeda dengan pe-nyakit.
b. Orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, bisa kerasukan lagi
(Mat 12:43-45).
Ini juga tidak bisa diterima karena
kerasukan setan tidak bisa disamakan dengan penyakit.
c. Dalam Yoh 5:14 Yesus berkata kepada orang lumpuh yang telah
Ia sembuhkan: ‘Engkau
telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih
buruk’. Ini dijadikan
dasar untuk mengatakan bahwa penyakit seseorang yang mengalami kesembuhan ilahi
bisa kambuh kalau ia berbuat dosa.
Inipun tidak bisa diterima karena ‘lebih buruk’ tidak berarti penyakit yang sama
akan kembali. Artinya: ia akan mengalami hukuman Tuhan yang lebih berat.
Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang
yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu kambuh lagi penyakitnya! Bahkan 9
orang kusta yang tidak tahu terima kasih dalam Luk 17:11-19 juga tidak
kambuh penyakitnya.
Tetapi jaman sekarang, sering sekali ada
orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi, tetapi lalu kambuh kembali
penyakitnya. Ini omong kosong! Ini pasti bukan kesembuhan ilahi, tetapi
kesembuhan psikologis!
4. Tidak digunakan dokter / obat.
Semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci
tidak menggunakan obat / dokter.
Sedangkan ciri yang tidak harus ada dalam
kesembuhan ilahi adalah pertobatan dari orang yang disembuhkan.
Dalam suatu kesembuhan ilahi, tidak harus
terjadi pertobatan dari orang yang disembuhkan itu. Itu memang bisa terjadi,
tetapi tidak selalu terjadi.
Misalnya dalam Luk 17:11-19,
kesembilan orang kusta yang tidak tahu berterima kasih itu jelas sekali tidak
bertobat! Tetapi mereka toh mengalami kesembuhan ilahi!
IV) Kesembuhan dari setan.
1) Dasar Kitab Suci akan adanya kesembuhan dari setan:
Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12
Wah 13:13-14 Wah 16:13-14.
Semua ayat-ayat ini menyebabkan kita harus
berhati-hati pada saat suatu ‘kesembuhan’ / ‘mujijat’ terjadi. Karena Kitab
Suci sudah menubuatkan bahwa pada akhir jaman ini akan ada banyak kesembuhan /
mujijat yang palsu yang berasal dari setan.
2) Karena setan adalah seorang yang hebat sekali dalam menipu /
memalsu, maka bisa saja keempat ciri kesembuhan ilahi di atas terpenuhi semua,
tetapi itu toh merupakan kesembuhan dari setan!
3) Ciri kesembuhan dari setan.
Harus diakui bahwa memang sangat sukar
untuk bisa membedakan antara kesembuhan ilahi dengan kesembuhan dari setan.
Tetapi kadang-kadang bisa terlihat bahwa kesembuhan itu dari setan, yaitu
kalau:
a) Ada
penggunaan hal-hal yang berbau mistik / perdukunan.
Misalnya:
·
harus
berdoa pada hari / jam tertentu, supaya bisa sembuh.
·
harus
berdoa / tidur dengan telanjang.
·
menggunakan
air dan kembang tertentu.
·
disuruh
menyimpan jimat / benda-benda tertentu (bahkan salib / kitab Suci / kertas
bertuliskan ayat tertentu dari Kitab Suci!).
·
adanya
penggunaan mantera. Mantera ini bisa saja berupa doa Bapa Kami yang
diulang-ulang!
·
dsb.
Kesembuhan itu tetap bisa datang dari
setan, sekalipun hal-hal di atas ini digabungkan dengan:
¨
doa /
kata-kata ‘dalam nama Yesus’.
¨
doa
Bapa kami.
¨
penggunaan
ayat-ayat Kitab Suci.
¨
tanda
salib, dsb.
Karena itu janganlah membiarkan diri
saudara dikelabui hanya dengan penggunaan nama Yesus, doa Bapa Kami, pengutipan
ayat Kitab Suci dsb!
b) Terjadi hal-hal yang tidak Alkitabiah seperti ‘nggeblak’ /
‘tumbang dalam roh’ dsb.
Pada kasus pengusiran setan, orang memang
bisa pingsan / dibanting-banting dsb, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada
kasus kesembuhan!
-o0o-
Apendix IIi
Mujijat
Pandangan Kharismatik (pada umumnya) tentang mujijat dan tanggapan /
jawabannya:
1) Orang kristen harus terus / selalu mengalami mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.
Tanggapan saya:
1) Bahkan
dalam Kitab Suci, mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya
pada setiap saat!
Mari kita melihat
mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:
·
Mulai
Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujijat, yaitu pengangkatan Henokh
(Kej 5:24).
·
Mulai
Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujijat, yaitu peristiwa menara Babil
(Kej 11:1-9).
·
Mulai
Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujijat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada
masa ini tetap jarang sekali terjadi mujijat.
·
Selama
bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikatakan tidak ada
mujijat.
·
Jaman
Musa dan Yosua, banyak sekali mujijat.
·
Jaman
Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujijat.
·
Jaman
Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
raja-raja (setelah Israel
pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujijat.
·
Jaman
Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak sekali mujijat.
·
Jaman
Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babilonia), tidak ada
mujijat.
·
selama
400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujijat.
·
Pada
masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yoh
10:41).
·
Pada
masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujijat.
·
Pada
jaman rasul-rasul, juga ada banyak sekali mujijat.
Kesimpulannya: dalam Kitab Suci
mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:
a) Jaman
Musa dan Yosua.
b) Jaman
Elia, Elisa dan nabi-nabi.
c) Jaman
pelayanan Tuhan Yesus.
d) Jaman
rasul-rasul.
Pertanyaannya adalah: mengapa
mujijat-mujijat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai
berikut: “The major
purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= Tujuan utama dari
mujijat-mujijat adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu /
penyataan) -
‘Baptism and Fullness’, hal 97.
Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kis 14:3
2Kor 12:12 Ibr 2:3,4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang
tertentu bisa melakukan mujijat untuk membuktikan bahwa mereka adalah nabi /
rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka betul-betul
datang dari Allah.
2) Sekarang
Kitab Suci sudah lengkap; tidak ada wahyu yang baru lagi!
Memang banyak orang Kharismatik yang
percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah
ini:
“Kunci penulisan buku ini ialah
hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak
pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...”.
“Demikian pula halnya pengalaman
para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.
“Pelayanan kami mengalami
perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata
melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.
“Oleh kemurahan Tuhan, melalui
getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David
berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran
rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk
berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.
“Sewaktu penulis menulis buku ini
akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.
“Wahyu adalah perkataan Kristus
yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya
dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani.
Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang
berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh” - David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan
Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI.
Tetapi kalau memang jaman sekarang ini
masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu bisa menjadi Kitab
Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan ini
dengan ayat-ayat seperti Ul 4:2 Ul
12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19
Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi
ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.
Karena jaman sekarang tidak ada wahyu lagi,
dan karena fungsi utama dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan wahyu
Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujijat harus berkurang
frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan
golongan Liberal yang sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah
pandangan yang tidak alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa
diharapkan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun
tujuan utama dari mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap
ada tujuan yang lain.
John Stott: “What then, should be our response to miraculous
claims today? It should be neither a stubborn incredulity (‘but miracles don’t
happen today’) nor an uncritical gullibility (‘of course! miracles are
happening all the time’), but rather a spirit of open-minded enquiry: ‘I don’t
expect miracles as a common-place today, because the special revelation they
were given to authenticate is complete; but of course God is sovereign and God
is free, and there may well be particular situation in which he pleases to
perform them’”
[= Lalu apa tanggapan kita yang seharusnya terhadap claim mujijat jaman ini?
Bukan suatu ketidakpercayaan yang bandel (‘tetapi mujijat tidak terjadi pada
jaman ini’), juga bukan sikap mudah tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja!
mujijat terus terjadi setiap waktu’), tetapi suatu roh penyelidikan dengan
pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan mujijat sebagai kejadian sehari-hari,
karena wahyu khusus, terhadap mana mereka diberikan untuk mengesahkan, telah
lengkap; tetapi tentu saja Allah itu berdaulat dan Allah itu bebas, dan mungkin
saja ada suatu situasi tertentu dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - ‘Baptism and Fullness’, hal 98-99.
3) Mujijat
adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan
dengan apa yang biasanya terjadi.
Misalnya: manusia tidak bisa berjalan di
atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat
Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam
/ apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.
Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu
terjadi (terus menerus), maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi
dan mujijat itu bukan lagi mujijat!
John Stott: “... a miracle by definition is an extraordinary
event, a creative deviation from God’s normal and natural ways of working. If
miracles were to become commonplace they would cease to be miracles” (= ... definisi mujijat adalah
suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang
normal dan alamiah. Kalau mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi
sehari-hari, maka mujijat itu berhenti menjadi mujijat) - ‘Baptism and Fullness’, hal 96.
Misalnya semua orang bisa berjalan di atas
air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan
mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu
yang luar biasa / mujijat?
Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus
menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan
rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk.
Mat 26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42
Kis 7:57-60 Kis 9:23-25 Kis 12:1-2
Kis 14:19-20 Kis 27. Dalam semua
ayat-ayat ini tidak terjadi mujijat padahal bisa dikatakan ‘dibutuh-kan
mujijat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.
2) Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujijat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.
Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar
pandangan ini ialah: Mark 6:5 Mat
17:19-20 Mark 11:22-24.
Juga perhatikan kutipan di bawah ini:
“Ada begitu banyak umatKu yang menutup mata
dari setiap rencanaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih terus bekerja
hingga saat ini ...
Mereka pula bertanya-tanya
mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ...
bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya
tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu
yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah
berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...
Mereka tidak akan mengalami
mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri
yang menutup diri dari hal demikian itu” - David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal 1.
Tanggapan saya:
1) Memang
kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terjadinya mujijat seperti
pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa
sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa menuntut iman / sekalipun orangnya
tidak percaya bahwa mujijat akan terjadi.
Contoh:
·
Kebangkitan
Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun
Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya
/ mengharapkan terjadinya mujijat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati,
tetapi toh mujijat itu terjadi!
· Mat 11:20-24
menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota
itu adalah orang-orang yang tidak beriman / tidak bertobat, tetapi toh banyak
mujijat dilakukan oleh Yesus di sana.
·
Dalam
Mark 6:5 sekalipun, juga terjadi mujijat (sekalipun tidak banyak), padahal
orang-orangnya tidak percaya.
2) Sebaliknya,
ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak mengalami mujijat.
Contoh:
·
Yohanes
Pembaptis dalam Yoh 10:41 Mat 14:1-12.
·
Paulus
dalam 2Kor 12:7-10.
Kesimpulannya: mujijat terjadi atau tidak,
tergantung pada kehendak Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat seperti
Mark 11:22-24, yang menunjukkan bahwa doa yang disertai iman bisa
menghasilkan muijijat, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14
yang berbunyi: “Dan
inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau
kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
3) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibr 13:8).
Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”.
Karena Yesus tidak berubah, maka kalau
dahulu Yesus melakukan banyak mujijat, sekarang pasti juga demikian.
Tanggapan saya:
Tuhan Yesus memang tidak berubah, tetapi
dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun
selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi
memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah
lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau
melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang dahulu pernah Ia
lakukan, tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:
- peristiwa penciptaan alam semesta beserta isinya (Kej 1-2 Yoh 1:1-3). Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi.
- inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja.
- Ia pernah menyuruh Petrus berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain.
- Ia pernah menghancurkan dunia dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas merupakan mujijat), tetapi Ia bahkan berjanji untuk tidak akan melakukan hal itu lagi (Kej 9:11-17).
- Ia pernah memimpin bangsa Israel dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu. Demikian juga pemberian makan manna di padang gurun tidak pernah diulang untuk orang lain.
Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia
melakukan hanya sedikit mujijat, itu tidak berarti Ia berubah!
4) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.
Tanggapan saya:
1) Kis 2:17-18
- “(17) Akan
terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan
mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan
perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan,
dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas
hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu
dan mereka akan bernubuat”.
a) ‘Bernubuat’.
Ada 2 penafsiran tentang kata ‘bernubuat’ ini:
·
memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi
Perjanjian Lama).
· memberitakan
Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Kitab Suci (seperti pengkhotbah
jaman sekarang).
b) ‘Penglihatan dan mimpi’.
Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata
ini:
·
kata-kata
ini diartikan secara hurufiah.
·
kata-kata
ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri
kepada manusia. Bdk. Bil 12:6 - “Lalu
berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi,
maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara
dengan dia dalam mimpi”.
Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini
ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga
kalau diartikan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.
Yang manapun yang benar dari arti-arti ini,
jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.
2) Kis 2:19-20
- “(19) Dan Aku
akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di
bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. (20) Matahari akan berubah
menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari
yang besar dan mulia itu”.
Ada 2 penafsiran juga tentang bagian ini:
a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan
Yesus yang keduakalinya.
b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan Kis 2:17-18 di atas).
Calvin mengatakan bahwa:
·
‘matahari’ dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.
·
‘kegelapan’, ‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / murka Allah.
Arti kedua ini lebih cocok dengan kontexnya
karena:
¨
Kis
2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.
¨
Kis
2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman / murka Allah.
¨
Kis 2:21
- “Dan
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan”. Ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun ada
ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan selamat.
Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa
dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat.
Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujijat’ dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.
5) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.
Tanggapan saya:
Yoh 14:10-12 - “(10) Tidak percayakah engkau,
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak
Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah
yang melakukan pekerjaanNya. (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di
dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan
itu sendiri. (12) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya
kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu”.
1) Yoh 14:10,11,12
masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Harus diakui bahwa kata ini kadang-kadang
memang menunjuk pada ‘mujijat-mujijat’. Tetapi dalam Kitab Suci, suatu kata tidak
selalu sama artinya! Ada
bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut dalam Yoh 14:12:
a) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk pada mujijat-mujijat yang
Yesus lakukan.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Pada saat menafsirkan Yoh 14:12, kita
harus memperhatikan fakta bahwa, dalam Kitab Suci sekalipun, tidak ada satu
nabi / rasulpun yang bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih
hebat dari mujijat-mujijat yang Yesus lakukan! Apalagi pada jaman sekarang!
Bdk. Yoh 15:24 dimana Tuhan Yesus
sendiri berkata: “Sekiranya
Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak
pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang
walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku
maupun BapaKu”.
Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin
sekedar diartikan ‘tindakan
melakukan mujijat’.
Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci sendiri!
b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus lakukan.
Ada juga orang yang menambahkan bahwa di
dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup ‘kesembuhan jiwa’ dari orang-orang yang bertobat karena
pemberitaan Injil tersebut.
Calvin kelihatannya termasuk dalam golongan
kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata: “Now the ascension of Christ was
soon afterwards followed by a wonderful conversion in the world, in
which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt
among men. Thus, we see that the proof of his Divinity was not confined to the
person of Christ, but was diffused through the whole body of the Church” (= Kenaikan Kristus ke surga
segera disusul oleh suatu pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana
keilahian Kristus ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam /
tinggal di antara manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak
dibatasi pada pribadi Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).
William Hendriksen juga termasuk dalam
golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).
c) Gabungan a) dan b).
Kalau dilihat Yoh 14:10 maka
kelihatannya arti b) yang lebih cocok.
Kalau dilihat Yoh 14:11 maka
kelihatannya arti a) yang lebih cocok.
Karena itu ada orang yang
menggabungkan kedua arti ini.
Jadi, ‘pekerjaan’ = mujijat + kesembuhan
jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman Tuhan.
Kalau pandangan kedua atau ketiga yang benar, maka
sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari
Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa
melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau
mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman
Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.
2) Aspek
lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan
pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:
a) Lebih
besar dalam ruang lingkup.
Yesus hanya mencakup orang Yahudi di
Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di
seluruh dunia.
b) Lebih
besar dalam hal pengaruh / kwalitet.
Pekerjaan Yesus secara mayoritas terjadi
dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi tidak
bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi relatif sangat sedikit).
Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang kristen
secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya adalah:
banyak orang-orang yang bertobat.
William Hendriksen menekankan kedua hal ini
dengan berkata: “...
greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s
works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm,
performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works,
he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of
the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent” (= pekerjaan-pekerjaan yang
lebih besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian
besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia
fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu
Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia
berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non
Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih
besar dan luas yang lebih luas).
Catatan: Satu hal yang perlu diperhatikan dari kata-kata Hendriksen ini ialah
bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam dunia rohani)!
Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita
tidak melakukan mujijat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak
tergenapi!
6) Mujijat harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.
Peter Masters, pada waktu berbicara tentang
Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan: “This is his own explanation of
how he arrived at his teaching on incubating prayer answers and healing
diseases. He tells us that he was driven to finding an explanation of how
Buddhist monks in Korea
managed to perform better miracles than those which his own Pentecostalist
churches could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing
through yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a
Japanese Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many
deaf, dumb and blind people had recovered their faculties through these
religious groups. Cho was very jealous of the success which these other
religions had in attracting followers. He wrote: ‘While Christianity has been
in Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population
claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without
seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is you
(Christians) who are responsible to supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri
tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban
doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong
untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil
mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa
diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat
mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan
melalui meditasi yoga, dan melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan
Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut
Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui
grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini
dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang
selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk
mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa
melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa.
Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat
untuk orang-orang ini’] - ‘The
Healing Epidemic’, hal 26-27.
Tanggapan saya:
1) Mujijat
tidak mempertobatkan orang.
Yesus melakukan begitu banyak mujijat,
tetapi toh hanya mempertobat-kan sedikit orang.
Juga perhatikan ajaran Yesus dalam cerita
Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31). Dalam cerita itu terlihat bahwa orang
kaya yang sudah masuk neraka itu minta kepada Abraham supaya Lazarus
dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil kepada 5
saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham menjawab bahwa pada
kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu Firman Tuhan /
Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan tersebut
(Luk 16:29). Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima saudaranya
itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada
mereka (Luk 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan bahwa
Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi mujijat pasti akan
mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih mempunyai
pandangan yang sesat!). Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang jelas tidak setuju
dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan
kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun
oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati”.
2) Dalam
1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujijat,
tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka (bdk. dengan Yesus yang juga
tidak mau memberikan tanda kepada orang-orang Yahudi yang meminta tanda -
Mat 12:38-42 Mat 16:1-4)!
Sebaliknya, Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang
Yahudi itu merupakan suatu batu sandungan. Mengapa Paulus melakukan hal itu?
Karena memang Injil (bukan mujijat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya (Ro 1:16).
Penutup:
Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di antara
mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka yang bisa
mengadakan mujijat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh banyak orang.
Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:
1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak mujijat-mujijat palsu,
khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya (Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12
Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).
Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi
yang menerima seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang
sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan
mujijat!
2) Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia alami, tetapi sebaliknya
ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30 2Kor 12:1-10).
3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang
disebutnya sebagai orang yang ‘not
unfriendly to the Charismatic position’ (= orang yang bukannya tidak
bersahabat dengan posisi Kharismatik), sebagai berikut: “The
Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and
were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is
to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of
Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and
wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an
apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering,
such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling
and hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work
(1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power;
they needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet
produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka
gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas
menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah
memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang
merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus
tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda,
mujijat-mujijat, dan perbuatan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia tahu
bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang dari
sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan duri
dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan
kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya
(1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya;
mereka perlu untuk mempelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya ....
yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The
Charismatics’, hal 104. Ia mengutip dari buku karangan Michael Green yang
berjudul ‘I Believe in the Holy Spirit’, hal 208.
-o0o-