Senin, 31 Maret 2014

MORTIFICATION (ROMA 8:13)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

Pendahuluan:


Kita semua tentu pernah merasakan adanya dosa-dosa yang terus melekat dalam diri kita, di dalam dosa mana kita sering jatuh bangun, sehingga tidak jarang kita mengalami perasaan frustrasi karena hal ini.
Karena itulah maka hari ini saya akan membahas tentang mortification.

I) Apakah mortification itu?


Dalam Ro 8:13 ini istilah mortification ini digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuh’.

1)   ‘Perbuatan-perbuatan tubuh’.
Kata ‘tubuh’ dalam ay 13b artinya sama dengan kata ‘daging’ dalam ay 13a. Jadi, ‘perbuatan tubuh / daging’ ini bisa disamakan dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk pada semua dosa dalam hidup kita.

2)   ‘Mematikan’ (= to mortify).

a)   ‘To mortify sin’  (= mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa, berpura-pura saleh, kesalehan lahiriah dsb.

John Owen: “When a man on some outward respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath got another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is more holy” (= Pada waktu seseorang kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu dosa, mungkin orang akan melihatnya sebagai orang yang telah berubah. Tetapi Allah tahu bahwa terhadap dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan yang terkutuk, dan ia telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari pada sebelumnya. Ia telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari hatinya semula, bukan hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 25.

Mortification bukan cuma kesalehan di luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang tenang, tidak mudah marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian, iri hati, percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.

Penerapan: Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah (seperti pergi ke gereja, dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak percaya dan jahat?

b)   Artinya sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’ / membuang dosa / semua yang tak sesuai dengan Firman Tuhan / kehendak Allah, bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga di dalam hati.
Memang manusia lama ini sudah disalibkan dengan Kristus (Ro 6:6). Ini dimulai pada saat kelahiran baru (Ro 6:3-5). Tetapi ini harus dilanjutkan / ditingkatkan sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam dunia ini kita tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi tujuan kita.

II) Siapa yang harus melakukan mortification?


1)   Orang yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Ro 8:13), yaitu orang kristen di Roma kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari Kol 3:5, karena kalau dilihat Kol 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada orang percaya.

2)   Ada bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification, yaitu ia tidak akan datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan perbaikan hidup. Dan pada saat ia gagal melakukan mortification itu, ia bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu sia-sia dsb. Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.
Karena itu, terhadap orang yang belum percaya, kita hanya menginjilinya menyuruh­nya datang kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya kita menyuruhnya melakukan mortification.

III) Mengapa kita harus terus melakukan mortification?


1)   Karena dosa terus bertindak dalam diri kita menghasilkan perbuatan daging.

John Owen: “When sin lets us alone we may let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions, even where there is least suspicion” (= Kalau dosa membiarkan kita / tak mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi karena dosa itu tidak pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang tenang, maka usaha kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam setiap kondisi, bahkan pada saat ada kecurigaan yang paling kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 11.

2)  Dosa bukan hanya akan terus bekerja / bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau tidak terus dimatikan, dosa itu akan melahir­kan dosa-dosa yang hebat, yang oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (= dosa-dosa terkutuk, memalukan, menghancurkan jiwa).

John Owen: “Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head” (= Setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidak-percayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Bandingkan dengan:
·      Ibr 3:13 - “Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
·        Gal 5:19-21 - “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
·         2Sam 11 - Daud mula-mula hanya melihat Batsyeba, tetapi lalu berzinah dengannya, membunuh Uria, dsb.

John Owen: “It is modest, as it were, in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in the same kind” (= Pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu merperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Penerapan:

a)   Kalau perzinahan itu mau menguasai saudara bisa saja mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak saudara untuk ‘mengagumi keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara ke dalam perzinahan dalam hati (Mat 5:28), dan akhirnya ke dalam perzinahan fisik. Karena itu hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada waktu ia pertama kali datang kepada saudara!

b)   Kalau ketamakan mau menguasai saudara, mungkin mula-mula ia datang berjubahkan ayat Kitab Suci, seperti:
·         2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.
·   Amsal 6:6-8 - “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen”.
Tetapi lama-kelamaan ia akan mendesak saudara untuk mendapatkan uang makin lama makin banyak, dan membuat saudara tidak puas dengan berapapun banyaknya uang yang saudara miliki, dan mendorong saudara untuk mendapatkannya tanpa peduli caranya halal atau tidak.

John Owen menambahkan sebagai berikut:
“One lust, or a lust in one man, may receive many accidental improvements, heightenings, and strengthenings, which may give it life, power, and vigour, exceedingly above what another lust hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature) in another man” [= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima kemajuan, peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan semangat yang jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang sama (yaitu, nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 29.

Maksudnya adalah: satu dosa tertentu, misalnya ketamakan bisa mengalami kemajuan sedemikian rupa dalam diri seseorang, sehingga melebihi dosa-dosa lain dalam diri orang tersebut, misalnya kesombongan, perzinahan, dan sebagainya. Juga bisa melebihi dosa yang sama, yaitu ketamakan, dalam diri orang lain.

John Owen juga memberi petunjuk tentang dosa yang sudah berkembang sampai pada taraf berbahaya:

a)   Kalau dosa itu sudah mendarah daging untuk waktu yang lama.
Renungkan: apa dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta? Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?

b)   Kalau kita menyetujui dosa itu, dan kita tidak berusaha untuk membunuhnya, atau sebaliknya, kita berusaha untuk membenarkan diri sekalipun ada dosa.
Misalnya:
·       dapat pacar yang tidak seiman, dan kita berkata: yang penting orangnya baik, dan kadang-kadang dia juga mau pergi ke gereja.
·         bisnis yang kotor tetap dipertahankan, dengan alasan semua orang juga begitu.

c)   Kalau kita menghibur diri dengan mengatakan / berpikir bahwa Kristus sudah mati dan menebus dosa itu, lalu kita terus melakukan dosa itu.
·       2Raja 5:18 - “Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.’”.
Naaman mau meneruskan kebiasaannya untuk masuk ke kuil Rimon bersama rajanya, dan minta Tuhan mengampuni hal tersebut. Bahwa Elisa menyetujui, tidak berarti bahwa itu merupakan hal yang benar. Nabi juga bisa salah dan berkompromi!
·         Yudas 4 - ‘menya­lahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu’!
·   Ro 6:1-2 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

d)   Kalau kita senang / mencintai dosa itu (sekalipun kita tak melakukannya).

3)   Dosa memberikan banyak hal negatif, yaitu:

a)   Merusak kerohanian, menghancurkan semangat dan damai.
John Owen: “Every unmortified sin will certainly do two things: - [1] It will weaken the soul, and deprive it of its vigour. [2] It wil darken the soul, and deprive it of its comfort and peace” [= Setiap dosa yang tidak dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu akan melemahkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya. (2) Dosa itu akan menggelapkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan damai darinya] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 22.
Contoh:
·     Maz 38:5,9 - “(5) sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. ... (9) aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku”.
·         Maz 40:13 - “Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak terbilang banyaknya. Aku telah terkejar oleh kesalahanku, sehingga aku tidak sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di kepalaku, sehingga hatiku menyerah”.
KJV: I am not able to look up’ (= Aku tidak bisa memandang ke atas).
·   1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
·   1Yoh 3:17 - “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”.
·         Tentang ‘kehilangan damai’ lihat:
*    Im 26:17b,36-37a - “(17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. ... (36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu”.
*     Amsal 28:1 - Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
*        1Raja 8:38 - “lalu seseorang atau segenap umatMu Israel ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya - karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri - ”.
Kontext dari doa Salomo di sini adalah bahwa kalau orang Israel berbuat dosa kepada Tuhan. Kata-kata ‘apa yang merisaukan hatinya sendiri’, jelas menunjukkan bahwa dosa menghancurkan damai / sukacita.

Illustrasi: Ini seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh banyak semak, rumput dsb disekeliling­nya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap hidup, tetapi tidak akan bagus / sehat.

Sebaliknya, ada janji yang diberikan kalau kita melakukan kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’ (Ro 8:13).
Hidup disini dikontraskan dengan ‘mati’ dalam ay 13a atau ‘kebinasaan’ dalam Gal 6:8.
Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak hanya menunjuk pada hidup yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang kuat, penuh semangat dan sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Tes 3:8 - ‘Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud Paulus bukan sekedar ‘hidup kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.
Jadi yang dijanjikan di dalam Ro 8:13 ini adalah: ‘Kamu akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.

b)   Tidak dilepaskan dari penderitaan, doa yang tidak dijawab.
Hos 5:13-15 - “Ketika Efraim melihat penyakitnya, dan Yehuda melihat bisulnya, maka pergilah Efraim ke Asyur dan mengutus orang kepada Raja ‘Agung’. Tetapi iapun tidak dapat menyembuhkan kamu dan tidak dapat melenyapkan bisul itu dari padamu. Sebab Aku ini seperti singa bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda. Aku, Aku ini akan menerkam, lalu pergi, Aku akan membawa lari dan tidak ada yang melepaskan. Aku akan pergi pulang ke tempatKu, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajahKu. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku”.
Zakh 7:8-14 - “(8) Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya: (9) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! (10) Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.’ (11) Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. (12) Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui rohNya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN. (13) ‘Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam. (14) Oleh sebab itu Aku meniupkan mereka seperti angin badai ke antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka, dan sesudahnya tanah itu menjadi sunyi sepi, sehingga tidak ada yang lalu lalang di sana; demikianlah mereka membuat negeri yang indah itu menjadi tempat yang sunyi sepi.’”.
Bdk. Yoh 9:31  Yes 59:1-2  Yes 1:15  Amsal 1:24-28.

c)   Dosa sebabkan pelayanan kita tak diberkati / sia-sia.
Pelayanan tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no b) di atas, maka jelas pelayanan akan sia-sia.
Bdk. juga dengan:
·      1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
·         2Tim 2:20-22 - “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”.

d)   Dosa menyebabkan kita dikeraskan hatinya.
Ibr 3:12-13 - “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
Kekerasan hati ini menyebabkan kita menjadi tak takut kepada Allah, meremehkan / mengecilkan dosa itu, dsb.

e)   Adanya hukuman / hajaran Tuhan.
Maz 89:32-33 - “(32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan”.
Bandingkan dengan Yunus yang ditelan ikan.
Bagaimana kalau ada orang kristen yang berbuat dosa tetapi dibiarkan oleh Tuhan? Mungkin belum waktunya (Tuhan masih sabar), atau mungkin ia bukan anak Tuhan, dan Tuhan tidak merasa perlu menghajar anaknya setan!

4)   Dosa menyedihkan / mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).

IV) Bagaimana caranya melakukan mortification?


1)   Cara melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.

John Owen: “Mortification from a self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a self-righteousness, is the soul and substance of all false religion in the world” (= Tindakan mematikan dosa dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri, menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama palsu dalam dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 7.

Dalam melakukan mortification ini harus ada kesadaran yang mendalam bahwa kita tidak mampu untuk melakukannya, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat kita harus bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus yang menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa kita tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic, yaitu suatu hal yang terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh Kudus dan manusia!

John Owen: “He works in us and with us, not against us or without us” (= Ia bekerja di dalam kita dan bersama kita, bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 20.

2)   Kita tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa itu. Kita harus mempunyai pengertian yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa itu. Contoh:
·         2Raja 5:18 - Naaman adalah contoh orang yang meremehkan dosa.
·     Amsal 7:23b - “sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam.
Orang ini terus mengikuti perempuan jalang, karena ia tidak sadar bahwa hidupnya terancam.

Bandingkan juga dengan ajaran Gereja Roma Katolik tentang venial sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.
Kita memang percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi kita tidak percaya adanya dosa yang boleh diremehkan! Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan manusia dari Allah. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus harus mati di atas kayu salib.

3) Kita tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu saja, tetapi harus melakukannya pada semua dosa (bdk. 2Kor 7:1b - “marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani”). Mengapa?

a)   Biasanya orang memilih untuk membunuh dosa yang menyebabkan hidupnya tidak damai, tidak enak, dsb, tetapi membiarkan dosa yang tidak menyebabkan hal-hal itu. Ini menunjukkan bahwa morti­fication yang ia lakukan didasarkan pada self-love (= kasih pada diri sendiri)!

b)   Bisa saja dosa-dosa yang mau kita buang itu tidak bisa mati, justru karena adanya dosa-dosa yang kita biarkan.

c)   Allah sering menghukum satu dosa dengan membiarkan orang itu jatuh ke dalam dosa-dosa lain.
Maz 81:12-13 - “(12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!”.
Ro 1:24,26,28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.
Jadi, dosa yang satu bisa berhubungan dengan dosa yang lain.

d)   Dosa yang dibiarkan itu akan merusak persekutuan kita dengan Allah, dan rusaknya persekutuan dengan Allah ini menyebabkan kita tidak punya kekuatan untuk membuang dosa yang ingin kita buang.

Renungkan: dosa apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?

4)   Mortification harus dilakukan dengan terus menerus memerangi / melemahkan dosa itu. Jangan hanya kadang-kadang, karena pada saat kita berhenti memerangi dosa itu, maka ia bertumbuh / menguat.

John Owen: “Cease not a day from this work; be killing sin or it will be killing you” (= Jangan berhenti satu haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 9.

Tujuannya supaya dosa terus berkurang dalam kekuatannya, maupun dalam seringnya muncul dalam diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama dipelihara dan menjadi kuat, harus dilemahkan / diperangi terus menerus. Inilah yang disebut dengan menyalib­kan daging dengan segala keinginannya’ (Gal 5:24).
Perlu juga diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan, maka mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan melemah dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering terjadi bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.
Catatan: Makin hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita putus asa, merasa gagal / sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu, tetapi kalau penyaliban itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.

5)   Melakukan hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ / bertentangan dengan dosa itu.
Contoh:
·    kalau saudara suka ngaret / datang terlambat, maka janganlah sekedar datang persis pada waktunya, tetapi datanglah kepagian, bahkan sangat kepagian. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi sifat ngaret itu!
·         kalau saudara medit / kikir, justru keluarkan uang, tetapi harus dengan cara yang benar, misalnya dengan memberikan uang kepada gereja / orang yang layak dibantu.
·     kalau saudara tamak, justru tolak tawaran bisnis, sekalipun sebetulnya memungkinkan untuk menerimanya!
·         kalau saudara sering tidak memberikan persembahan persepuluhan, justru berikan persembahan perlimaan, sekaligus untuk membayar hutang saudara kepada Tuhan!
·     kalau saudara selalu hidup / berjalan dengan penglihatan / logika, justru saudara harus berani untuk mengambil resiko untuk hidup / berjalan dengan iman (bdk. 2Kor 5:7).
·    kalau saudara sombong / senang dianggap hebat / disanjung, justru buatlah supaya saudara direndahkan. Misalnya: pada waktu berkumpul kumpul dengan teman-teman yang kaya, saudara pakai pakaian sederhana / murah, tanpa perhiasan. Atau dengan berani bertanya (sekalipun akan dianggap bodoh) pada waktu ada sesuatu yang tidak saudara mengerti dalam pembicaraan.
·     kalau TV menjadi ‘allah lain’ dalam hidup saudara, maka saudara harus dengan sengaja tidak menonton acara yang saudara senangi sekalipun sebetulnya ada waktu untuk menontonnya.
·     kalau saudara malas / tidak senang bersekutu dengan sesama saudara seiman, saudara justru harus mengadakan banyak waktu untuk bersekutu.
·         kalau saudara malas melayani, justru saudara harus meminta pelayanan yang merepotkan!
·         kalau saudara membenci  / mendendam kepada seseorang, saudara justru harus mendoakan dia dan melakukan sesuatu yang baik kepadanya (Mat 5:44).
·   kalau saudara senang memfitnah / menjelekkan orang, saudara justru harus membicarakan kebaikan orang.
·         kalau saudara senang bersungut-sungut, saudara justru harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.
·         kalau pikiran saudara sering kotor / cabul, saudara justru harus mengisinya dengan hal-hal yang baik, seperti Firman Tuhan (bdk. Fil 4:8).
·      kalau saudara mempunyai keinginan menyeleweng, saudara justru harus mendekat kepada istri saudara dan menunjukkan kasih saudara kepadanya.

Bagian ini membutuhkan perenungan! Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa yang bertentangan dengannya yang harus saudara lakukan?

6)   Menjauhi pencobaan yang membawa kita pada dosa itu.
Perlu juga diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan seperti tanaman yang menghasilkan buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup bagi kita untuk menghancurkan buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!
Pertama-tama kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam diri kita, lalu kita harus mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai dalam mengalahkan kita, situasi apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita betul-betul seperti perang, dimana kita harus menyeli­diki kekuatan dan kelemahan dan taktik dari musuh kita.

John Owen: “This is a folly that possesses many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible of their sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter fruit, but cherish the poisonous root” (= Ini adalah kebodohan yang merasuk / menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan / pengertian yang cepat dan hidup tentang dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap pencobaan mereka; tidak senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi / memelihara / memberi makan akar yang beracun) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 118.

Adalah sesuatu yang kurang ajar kalau kita berdoa ‘jangan membawa kami ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a), tetapi kita terus menerus menyenangi dan mendatangi pencobaan!

Penerapan:
·       kalau kelemahan saudara adalah perzinahan, maka saudara harus menjauhi film yang merangsang, buku / bacaan yang porno / membangkitkan nafsu, dan juga teman-teman yang omongannya erotis / cabul / membangkitkan nafsu, lebih-lebih teman yang mengajak untuk berzinah.
·         kalau kelemahan saudara adalah dalam hal menonton TV, sumbangkan TV saudara ke gereja!
·         kalau kelemahan saudara adalah merokok, jauhi teman yang merokok.

Renungkan: Apa kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?

7)   Menghidupkan manusia baru (vivification).
Kalau mortification adalah mematikan manusia lama, maka vivification adalah menghidupkan manusia baru. Kalau mortification adalah sesuatu yang negatif, maka vivification adalah sesuatu yang positif. Kalau mortification adalah berusaha untuk berhenti berbuat dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik. Kedua hal ini harus dilakukan secara serentak!
Contoh dari vivification:
·         berbakti dengan rajin.
Saudara hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau saudara sakit, atau hujan begitu lebat sampai banjir 3 meter!
·         belajar Firman Tuhan melalui Pemahaman Alkitab, cassette khotbah, buku makalah!.
·         Berdoa, secara pribadi maupun dalam Persekutuan Doa di gereja.
·         Melayani / memberitakan Injil.
·     Melakukan semua hal yang baik / sesuai dengan Firman Tuhan, seperti menolong orang, mengasihi istri, mentaati suami, dsb.



-AMIN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar