Kamis, 17 April 2014

PEMBAHASAN AJARAN PRIA SEJATI / MAKSIMAL (1)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div



 

Pendahuluan:

Saya berulangkali diminta untuk membahas ajaran / praktek pria sejati, tetapi selalu saya tolak, karena saya tidak tahu ajaran / prakteknya. Lalu beberapa orang membiayai saya untuk ikut camp pria sejati di Tretes tanggal 15-17 Juli 2010, supaya setelah itu saya bisa membahasnya. Camp ini disebut camp pria maximal, istilahnya dibedakan karena yang ini adalah untuk kalangan protestan, dan para pembicaranya juga dari kalangan protestan.


Para pembicara dalam camp itu:
1)   Pdt. Johan Gopur dari Singapura. Dia memimpin kira-kira setengah dari seluruh acara camp.
2)   Pdt. Kaleb Kiantoro.
3)   Pdt. Hengky Setiawan dari Jakarta.
4)   Pdt. Susana, istri dari Pdt. Hengky Setiawan.

Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan:

a)   Ada hal-hal yang tidak saya catat, karena atau pengkhotbahnya berbicara secara tak terarah, atau karena saya tidak mendengar kata-katanya. Juga kadang-kadang karena saya tak keburu menulis apa yang diucapkan pengkhotbah.

b)   Sekalipun dalam camp ada hal-hal yang baik, itu bukan yang saya bahas. Saya membahas kesalahan / kesesatannya! Makanan yang baik / bergizi, kalau dicampur dengan sedikit racun akan membunuh orang yang memakannya!

c)   Dalam Seminar / Pemahaman Alkitab berseri ini, saya mula-mula membahas apa yang saya dengar dalam camp, lalu setelah itu baru saya membahas apa yang saya baca dalam buku-buku mereka (ada buku-buku yang diberikan dalam camp itu, dan ada yang saya beli sendiri dalam camp itu).

1.   Yang saya maksudkan dengan bahan di camp, hanyalah camp yang saya ikuti di Tretes, tgl 15-17 Juli 2010. Tentang camp-camp yang lain, baik pria sejati maupun pria maximal, saya tidak tahu!

2.   Dalam pembahasan ini, saya mula-mula akan membahas bahan yang diajarkan dalam camp yang saya ikuti, dan setelah itu baru saya akan membahas bahan dari buku-buku mereka. Tetapi supaya pembahasan tidak bertele-tele, kalau bahan camp yang saya bahas juga ada di bukunya, saya akan membahasnya sekaligus dalam pembahasan bahan camp.

3.   Dalam camp saya hanya menemukan hal-hal yang salah, dan konyol, tetapi tidak ada yang kesesatan yang fatal. Tetapi kalau dari buku-bukunya saya bukan hanya menemukan kesalahan, tetapi juga kekonyolan dan kesesatan!
Catatan: khotbah-khotbah dalam camp, bahannya dan garis besarnya diambil dari buku (dari buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’). Jadi, pengkhotbah dalam camp hanya menambahkan ayat-ayat sendiri, contoh-contoh dan kesaksian pribadi.

4.   Buku-buku yang saya baca adalah:
a.   ‘Hikmat Bagi Pria’. Buku ini Editornya adalah Ir. Eddy Leo M. Th. dan penulisnya adalah 4 orang petinggi dari kalangan pria sejati (kelihatannya semua dari golongan Kharismatik).
b.   ‘Kesempurnaan Seorang Pria’. Buku ini ditulis oleh Edwin Louis Cole. Banyak bahan yang diajarkan dalam camp yang berasal dari buku ini.
c.   ‘Menjadi Pria Sejati’ (Edisi Revisi). Buku ini ditulis oleh Edwin Louis Cole.
Catatan: Edwin Louis Cole adalah pendiri dari CMN (Christian Men’s Network) pada tahun 1979, dan jaringan yang ia dirikan mempunyai beban untuk melayani kaum pria, supaya bisa mengalami perubahan hidup, dipulihkan pernikahannya, pelayanannya, dan sebagainya. Di Indonesia, pelayanan ini lahir pada tahun 1997 dan baru pada tahun 1999 diresmikan secara internasional di Texas, Amerika Serikat, dengan Ir. Eddy Leo, M. Th. sebagai ketuanya.

d)   Saya berusaha mengelompokkan bahan-bahan yang saya bahas, tetapi untuk membuat sistimatika yang baik boleh dikatakan mustahil, karena baik camp maupun buku-buku itu kacau balau sistimatikanya.


I) Pembahasan tentang bahan camp.

1)   Sekalipun katanya camp pria maximal ini adalah dari dan untuk kalangan protestan, tetapi menurut saya bau dan ajaran Kharismatik tetap cukup kuat.
Contoh:
a)   Pdt. Johan Gopur dari gereja Baptis, tetapi bau kharismatik dalam ajarannya kuat, seperti: penggunaan istilah ‘inner healing’ (= penyembuhan batin), ‘Tuhan bicara kepada saya’, ‘saya merasa Roh Kudus bekerja’, ‘godaan ditolak dengan nama Yesus’, ‘semua sampah dosa dibuang dalam nama Yesus’, ‘tolak dalam nama Yesus’, ‘tutup pintu belakang dalam nama Yesus’, ‘adakah roh yang mau mengampuni’, ‘pokok kita benar semua jadi baik, sukses, dsb’.
b)   Pengkhotbah berdoa dengan berjalan-jalan dan mengangkat tangan dan menggerak-gerakkan tangan seperti sedang khotbah (Saya buka mata waktu doa!). Sekalipun yang seperti ini juga ada dalam kalangan Protestan, tetapi biasanya ini merupakan gaya dari orang-orang Kharismatik.
c)   Chairman / pemimpin pujian juga berbau kharismatik, menyuruh menyanyi dengan njoget / menari, gerak dan lagu, diselingi teriakan yes, yes, yes dsb. Juga diperintahkan untuk berteriak ‘Yes!’ kalau ada yang mengatakan ‘One, two, three!’. Ini dilakukan bahkan dalam acara pemberitaan Firman Tuhan! Bagi saya, ini bukan hanya terasa kampungan, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap Firman Tuhan / pengacauan terhadap pemberitaan Firman Tuhan!
d)   Pdt. Johan Gopur memberi cerita: Ada calon kemanten mendustai pendeta dengan mengatakan bahwa mereka tidak pernah berhubungan sex. Lalu mereka mendapat banyak persoalan. Setelah bertobat, masalah demi masalah hilang, dan Tuhan memberkati mereka. Ini merupakan typical ajaran Kharismatik.
e)   Pdt. Johan Gopur mengajar bahwa 3-4 keturunan bisa dikutuk karena zinah yang kita lakukan!!! Ini lagi-lagi merupakan typical ajaran Kharismatik. Saya tidak tahu dari mana ajaran seperti itu bisa muncul. Yang jelas Salomo tidak dikutuk karena perzinahan Daud. Ishak juga tidak dikutuk karena perzinahan Abraham (polygamy), dsb. Mungkin ia menggunakan Kel 20:4-6 sebagai dasar, tetapi text itu berbicara tentang penyembahan berhala, bukan zinah. Juga yg menurun sampai keturunan ketiga dan keempat itu bukan hukuman / kutukan, tetapi akibat dari dosa.
f)   Jemaat / peserta camp juga banyak yang berbau Kharismatik!! Mereka mengucapkan ‘amin’, dan bahkan bersorak-sorak dsb, pada saat khotbah sedang disampaikan. Bagi saya, ini juga kampungan dan merupakan penghinaan terhadap Firman Tuhan / pengacauan terhadap pemberitaan Firman Tuhan.
g)   Pada saat Altar Call, banyak yang maju, dan lalu didoakan oleh fasilitator masing-masing, sambil dirangkul. Mengapa dan untuk apa? Untuk membangkitkan emosi?
h)   Juga banyak doa dan khotbah yang dilakukan sambil menangis / setengah menangis. Dalam pandangan saya, ada yang kelihatannya tulus, tetapi ada yang terlihat dibuat-buat.

Memang dalam camp pria maximal ini tidak ada bahasa roh, nggeblak / tumbang dalam Roh, orang bernubuat, kesembuhan ilahi, dsb. Tetapi menurut saya bau Kharismatiknya sudah cukup kuat. Kalau camp yang untuk Protestan seperti ini, bagaimana yang untuk Kharismatik?

Apa yang membahayakan dari camp yang berbau Kharismatik ini adalah: ini merupakan batu loncatan ke gereja Kharismatik bagi orang-orang Protestan ini. Bagi orang Protestan murni, yang terbiasa dengan gaya Protestan, maka akan terasa aneh dan risih, kalau masuk dalam kebaktian Kharismatik, dan melihat / mendengar hal-hal seperti di atas. Tetapi kalau ia sudah terbiasa dengan bau dan gaya Kharismatik seperti di atas, maka akan lebih mudah untuk betul-betul masuk ke dalam gereja Kharismatik.

Kalau Camp Pria Maximal itu sudah punya bau Kharismatik yang kuat, apalagi buku-bukunya. Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini dari buku-buku mereka:

1.         Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
“Selain ada kematian, ada pula ‘roh kematian’. Roh kematian itu mirip dengan gejala penyakit. Orang yang baru mengalami gejala suatu penyakit belum tentu benar-benar menderita penyakit tersebut, karena sering kali gejala-gejala tersebut hanya mendorong orang merasa bahwa dirinya sakit, padahal sesungguhnya ia tidak sakit. Kalau gejala-gejala tersebut ditolak, disangkal, dan ditengking, maka gejala-gejala itu tidak akan mendatangkan pengaruh apa pun. ‘Roh kematian’ sering kali hanya berusaha menekan agar manusia tunduk dan menyerah kepada kematian, namun kalau roh itu diusir dalam nama Yesus, kematian itu pun tidak akan dapat menelan mangsanya” (hal 82-83).
“Allah tidak membiarkan Elia mati, tetapi membantunya untuk bangkit kembali. Allah membuat roh kematian menyingkir dari diri Elia, lalu memulihkan keadaan Elia sehingga ...” (hal 83-84).
Tadi katanya ‘roh kematian’ itu harus ditengking kematian itu tidak menelan mangsanya. Tetapi dalam kasus Elia tanpa penengkingan kok ‘roh kematian’ itu bisa menyingkir???

2.         Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
“Dalam hubungan antar manusia, formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut, sebab dalam hubungan yang intim tidak terdapat lagi bentuk-bentuk formalitas. Jadi, semakin formal bentuk penyembahan yang dilakukan, semakin jauh pula jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya” (hal 141).
Kelihatannya ia menyerang liturgi kebaktian dari protestan yang memang lebih formil dari dalam gereja Kharismatik, tetapi saya menganggap kata-kata ini sebagai sesuatu yang sinting! Kalau Allah sendiri memberi peraturan-peraturan tentang penyembahan, dan itu kita turuti, maka itu bukan formalitas. Justru dalam kebaktian-kebaktian Kharismatik, yang boleh dikatakan tidak punya liturgi, dan pada umumnya doa pengakuan dosa saja tidak ada, menurut saya itu merupakan sesuatu yang tidak alkitabiah!

3.         Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
“Yesus mengatakan, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup’ (Yohanes 14:6). Kebenaran merupakan titik tumpu bagi jalan dan juga kehidupan. ‘Jalan’ adalah arah kita dalam kehidupan ini, ‘kebenaran’ adalah dasar moral dan intelektual untuk kehidupan, sedangkan ‘kehidupan’ adalah buah hubungan kita dengan Yesus. Semakin banyak kita mendasarkan kehidupan ini kepada kebenaran, akan semakin baik jalan kita dan semakin luar biasa pula kehidupan kita (hal 172).
Rasanya bau ajaran Kharismatik / theologia kemakmuran.

4.         Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
“Selanjutnya hikmat Allah itu akan menjadi kunci untuk meraih kemenangan dalam hampir setiap bidang kehidupan ini” (hal 240).
Lagi-lagi bau theologia kemakmuran / Kharismatik.

5.         Dari buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’:
“Bagi beberapa hamba Tuhan, kadang-kadang pelayanan mereka bisa menjadi berhala bagi mereka. Mereka begitu bertekun terhadapnya, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk menyembah Tuhan, berdiam diri di dalam hadirat-Nya, dan menghabiskan waktu untuk melayani-Nya secara pribadi” (hal 10).
Ini bahasa Kharismatik.

6.         Dari buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’:
“Ketika saya melihat kelima dosa yang mendasar ini, terlihat dengan jelas dan mencolok bahwa kelima dosa dasar ini masih menjadi akar penyebab manusia hidup dengan potensi yang tidak maksimal. Kelima dosa inilah yang menjadi dasar bagi kegagalan seluruh umat manusia. Allah ingin kita memasuki Tanah Kanaan, tempat perhentian, berkat, keberhasilan, kemampuan, dan otoritas - Allah ingin kita berada di sana.” (hal 13).
Penafsiran salah, dan bau kharismatik, yang mengajar kalau taat semua baik / sukses.

7.         Dari buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’:
“Perkataan yang Allah berikan kepada saya ketika saya masih berada di dalam pesawat menuju retret di Oregon secara spesifik dan langsung tertuju kepada salah satu dari dosa-dosa tersebut: berbuat cabul. Hal ini sungguh memiliki kekuatan dan dampak yang fenomenal. Dua ratus enam puluh lima orang berlari menuju ke depan panggung dan ingin bertobat di hadapan Allah. Malam itu, kuasa Allah begitu kuat, tak seorang pun di antara mereka yang pulang tanpa dijamah atau diubahkan” (hal 14).
Lagi-lagi bau Kharismatik.

Juga ada banyak kesaksian Edwin Louis Cole bahwa Tuhan memberi wahyu kepadanya, Tuhan bicara / berbisik kepadanya, dan sebagainya. Ini semua juga berbau Kharismatik, tetapi ini akan saya bahas secara terpisah belakangan.

2)   Ajaran: Pdt. Kaleb Kiantoro mengajar bahwa kita harus tegas tetapi lembut.
Dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru, kata ‘lembut’ atau ‘lemah lembut’ sama sekali tidak berarti seperti kalau kita menggunakan kata-kata itu dalam percakapan sehari-hari, tetapi Pdt. Kaleb menggunakan kata itu dalam arti seperti itu.

Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’, dikatakan sebagai berikut:
“Lemah lembut adalah power under control yang berarti mempunyai kekuatan tetapi tidak mau membalas dengan kekuatannya” (hal 38).
Lembut artinya hati yang tidak mudah terluka. Kelembutan adalah kekuatan seorang pria. Bagaimana menjadi pria yang lembut? Belajarlah pada Yesus, Dia berkata: ‘Belajarlah padaKu sebab Aku lemah lembut.’ Datanglah pada salibNya ketika saudara mengalami tekanan. Taatilah FirmanNya dalam kehidupan saudara sehari-hari. Niscaya saudara akan mempunyai hati yang lembut” (hal 102).

Dan dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
Kelemahlembutan adalah salah satu buah Roh, yang juga merupakan tanda kekuatan sejati seorang pria, dan sama sekali bukan tanda kelemahan. Seorang pria yang mengenal kekuatannya akan mampu bersikap lemah lembut. Semakin kuat seorang pria, semakin lemah lembutlah ia. Pria yang merasa tidak aman akan menutupi kekurangan mereka itu dengan bertindak kasar dan menyakiti orang lain” (hal 328).

Menurut saya kedua kutipan di atas memberikan definisi yang salah tentang ‘lembut’ atau ‘lemah lembut’. Kata ‘lemah lembut’ dalam bahasa Yunaninya adalah PRAUS, yang merupakan suatu kata yang sukar sekali, atau bahkan mustahil, untuk diterjemahkan, karena baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia tidak ada kata yang sama artinya dengan PRAUS.

William Barclay memberikan 3 hal untuk menjelaskan arti dari kata Yunani PRAUS ini:

a)   Ia mengatakan bahwa Aristotle sering mendefinisikan suatu sifat di antara dua sifat yang extrim. Misalnya: murah hati terletak di antara pelit / kikir dan boros.
PRAUS terletak diantara ‘marah yang berlebih-lebihan’ dan ‘tidak pernah marah’. Jadi, orang yang PRAUS bukannya tidak pernah marah, juga bukannya marah yang berlebihan, tetapi selalu marah pada saat yang tepat. Perlu diingat bahwa marah belum tentu merupakan dosa. Musa disebut sebagai orang yang lemah lembut (Bil 12:3), tetapi ia pernah marah (Kel 32:19).
Bil 12:3 - “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut (LXX: PRAUS) hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi”.
Kel 32:19 - “Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu”.
Demikian juga dengan Tuhan Yesus. Ia menyebut diriNya lemah lembut (Mat 11:29), tetapi berulang-ulang Ia marah (Mat 23:13-36  Yoh 2:13-17  Mark 3:5).
Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.
Mark 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu”.
Yoh 2:13-17 - “(13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. (14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’ (17) Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’”.

Kemarahan yang bersifat egois / selfish anger (misalnya kalau kita marah karena ada orang berbuat salah kepada kita), jelas adalah kemarahan yang salah. Tetapi kemarahan yang terjadi pada waktu kita melihat orang lain ditindas (bdk. 1Sam 11:6), atau pada saat kita melihat suatu dosa, atau pada saat kita melihat adanya ajaran sesat (Wah 2:2  2Kor 11:4), jelas merupakan kemarahan yang benar.
1Sam 11:6 - “Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.
Perhatikan bahwa Roh Allah berkuasa atas Saul, tetapi ia menjadi sangat marah, karena ada penindasan terhadap orang-orang Yabesy-Gilead.
Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
Jemaat gereja Efesus ini dipuji oleh Tuhan, karena mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
Sebaliknya, jemaat Korintus dikecam oleh Paulus karena mereka sabar saja pada waktu ada pengajar-pengajar sesat. 

b)   Kata PRAUS juga digunakan terhadap binatang yang sudah dijinakkan / dikuasai sehingga tunduk sepenuhnya kepada pemilik / majikannya. Jadi dalam arti yang kedua ini orang yang PRAUS adalah orang dikuasai / tunduk sepenuhnya kepada Tuhan.

c)   Dalam bahasa Yunani, PRAUS sering dikontraskan dengan sombong. Jadi PRAUS mengandung arti ‘rendah hati’.
Bdk. Maz 37:11 - “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.

Mungkin sekali kata ‘lemah lembut’ dalam Yak 1:21 harus diartikan dalam arti ini.
Yak 1:21 - “Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut (PRAOTES) firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu”.
Catatan: yang jelas, kata PRAOTES (ini kata benda, kata sifatnya adalah PRAUS) di sini tidak mungkin diartikan ‘lemah lembut’ dalam arti yang biasa kita gunakan dalam percakapan sehari-hari!

Mungkin untuk menunjukkan bahwa ia mempraktekkan kelemah-lembutan dalam keluarganya, Pdt. Kaleb mengatakan bahwa ia tidak pernah satu kalipun memukul anaknya! Sebetulnya ini bertentangan dengan ajarannya sendiri pada saat itu tentang ketegasan dan kelembutan. Kalau tidak pernah memukul anak, dimana ketegasannya?
Juga ini bertentangan dengan cara yang diberikan dalam Alkitab tentang pendidikan anak. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Amsal 13:24 - “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya”.
Amsal 19:18 - “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya”.
Amsal 22:15 - “Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya”.
Amsal 23:13-14 - “(13) Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. (14) Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati”.
Amsal 29:15 - “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya”.
Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.

Jadi, saya beranggapan bahwa sharing yang diberikan oleh Pdt. Kaleb Kiantoro itu justru salah dan tidak Alkitabiah!

3)   Ajaran: Kesempurnaan seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama.
Ini dituliskan di salah satu spanduk dalam camp. Kalau tidak salah juga ada pengkhotbah yang mengatakan kata-kata ini dalam camp tetapi saya tak mencatatnya, dan kurang ingat, sehingga tidak bisa memastikannya. Tetapi dalam buku-bukunya, kata-kata ini dikutip berulang-ulang / sering sekali.

Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ (Editor Eddy Leo), pada cover buku tertulis kata-kata: “Manhood and Christlikeness are synonymous”.
Artinya: “Ke-pria-an dan keserupaan dengan Kristus adalah sama” (ini terjemahan saya sendiri).

Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ (Editor Eddy Leo), pada bagian Introduction, dikutip kata-kata dari Edwin Louis Cole sebagai berikut:
“Dia (Allah) telah menetapkan saya dengan pelayanan yang berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada keserupaan dengan Kristus dan menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi pria sejati dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L Cole)”.

Tanggapan saya:

a)         Dalam terjemahan dari kata-kata ini saya melihat ada kekacauan.
Kata ‘manhood’ diterjemahkan ‘kesempurnaan seorang pria’ atau ‘menjadi pria sejati’. Dari mana terjemahan seperti ini? Kata ‘manhood’ berarti ‘ke-pria-an’ atau ‘kejantanan’!
Kalau diambil terjemahan yang benar, maka kalimatnya menjadi seperti terjemahan saya, yaitu Ke-pria-an dan keserupaan dengan Kristus adalah sama. Ini betul-betul lucu, karena dengan demikian maka hanya dengan menjadi seorang pria maka seseorang sudah serupa dengan Kristus!

b)   Kalau demikian, lalu bagaimana dengan wanita / perempuan? Apakah mereka tak bisa menyerupai Kristus? Dalam buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’ (Edwin Louis Cole) mengatakan sebagai berikut: “Kesempurnaan seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama. Begitu juga dengan kata menyerupai Kristus dan wanita yang sempurna.” (hal 52).
Kalau begitu, maka wanita yang sempurna sama dengan pria yang sempurna????
Anehnya, dalam buku yang sama Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
“Kita bisa saja memperoleh kerohanian dari kaum wanita, tetapi kekuatan selalu datang dari kaum pria. Gereja, keluarga, dan bangsa akan menjadi kuat bila kaum prianya juga kuat” (hal 59).
Tadi, di hal 52 ia mengatakan pria yang sempurna = keserupaan dengan Kristus = wanita yang sempurna. Sekarang di hal 59 kok jadi lain???

c)   Memang setiap orang Kristen, apakah ia laki-laki atau perempuan, harus meneladani Kristus. Tetapi tidak setiap apa yang Kristus lakukan, harus kita teladani. Misalnya, Kristus berpuasa 40 hari 40 malam, Kristus tidak pernah berpacaran, menikah ataupun mendapatkan keturunan secara jasmani, ini merupakan hal-hal yang tidak harus ditiru. Apalagi kalau Kristus mati di salib menebus dosa kita, itu tentu tidak bisa dan tidak boleh ditiru.
Jadi, bukan semua yang Kristus lakukan atau tidak lakukan harus diteladani. Apapun yang Kristus lakukan atau tidak lakukan, harus dibandingkan dulu dengan seluruh ajaran Alkitab, baru kita memutuskan apakah itu harus diteladani atau tidak.

Calvin (tentang Yoh 13:14-15): “It deserves our attention that Christ says that he gave an example; for we are not at liberty to take all his actions, without reserve, as subjects of imitation” (= Harus kita perhatikan bahwa Kristus berkata bahwa Ia memberi suatu teladan / contoh; karena kita tidak boleh menjadikan semua tindakanNya, tanpa kecuali, untuk ditiru).

Charles Hodge, dalam komentarnya tentang 1Kor 11:23 (tentang Perjamuan Kudus), berkata: “Protestants, however, do not hold that the church in all ages is bound to do whatever Christ and the apostles did, but only what they designed should be afterwards done. It is not apostolic example which is obligatory, but apostolic precept, whether expressed in words or in examples declared or evinced to be preceptive. The example of Christ in celebrating the Lord’s supper is binding as to everything which enters into the nature and significancy of the institution; for those are the very things which we are commended to do” (= Tetapi orang Protestan, tidak mempercayai bahwa gereja dalam sepanjang jaman harus melakukan apapun yang diperbuat oleh Kristus dan rasul-rasul, tetapi hanya apa yang mereka maksudkan untuk harus dilakukan setelah itu. Bukanlah teladan / kehidupan rasul yang merupakan kewajiban, tetapi perintah rasul, baik yang dinyatakan dalam kata-kata atau di dalam contoh / teladan yang dinyatakan atau ditunjukkan secara jelas bahwa itu merupakan perintah. Teladan Kristus dalam merayakan Perjamuan Kudus, mengi­kat / merupakan keharusan berkenaan dengan semua hal yang termasuk dalam inti / sifat dasar dan hal-hal yang mempunyai arti dari sakramen itu, karena itu adalah hal-hal yang harus kita lakukan) - ‘I & II Corinthians’, hal 223.

Jadi dalam persoalan / urusan pernikahan, kita tidak bisa meneladani Kristus secara langsung, karena Ia tidak pernah menikah. Yang harus kita taati adalah firman Tuhan yang berkenaan dengan pernikahan seperti Ef 5:22-33  1Pet 3:17 dsb (ini sebetulnya termasuk meneladani Kristus, karena Ia taat pada firman).

Masih tentang keserupaan dengan Kristus, Edwin Louis Cole juga mengatakan dalam buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’ kata-kata sebagai berikut:
“Semakin banyak firman yang ada di dalam hati Anda, Anda akan semakin menyerupai firman, dengan kata lain semakin menyerupai Kristus” (hal 60).

Ada beberapa hal yang perlu dikomentari tentang kata-kata ini:
1.   Orang Kristen yang mempunyai banyak firman belum tentu akan menyerupai firman! Dia bisa saja hanya punya pengetahuan tetapi tidak melakukannya.
2.   Menyerupai firman = menyerupai Kristus? Ada 2 kemungkinan tentang apa yang ia maksudkan dengan kata-kata ini:
a.   Orang yang mempunyai firman dan mentaatinya akan makin serupa dengan Kristus. Kalau ia memaksudkan ini, saya setuju dengan dia.
b.   Firman = Kristus. Kalau dilihat dari ajaran-ajarannya di bagian lain buku-bukunya (yang akan saya bahas belakangan), kelihatannya inilah yang ia maksudkan. Juga dari kata-kata ‘menyerupai firman’ rasanya ini yang ia maksudkan, karena kata-kata seperti ini tak lazim. Kalau ia memaksudkan seperti pada point 1. di atas, ia seharusnya mengatakan ‘mentaati firman’ atau ‘memelihara firman’. Kalau memang ia memaksudkan seperti point 2. ini, maka ini jelas salah / sesat! Firman (kata-kata Tuhan) tidak sama dengan Kristus! Memang ada ayat yang seakan-akan mendukung hal ini, yaitu Yoh 1:1, tetapi maksudnya tidak demikian. Ini juga akan saya bahas belakangan.

4)   Ajaran: Satu ons ketaatan lebih berharga dari satu ton doa!
Salah satu spanduk di ruangan camp bertuliskan: “Satu ons ketaatan lebih berharga dari pada satu ton doa”.

Pdt. Johan Gopur mengajar: Pasir kelihatan padat tetapi sebetulnya tidak. Mendengar tetapi tidak taat, seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Dan ia lalu mengutip kata-kata “satu ons ketaatan lebih berharga dari pada satu ton doa”.
Dan ia menambahkan: Kita boleh beribu-ribu kali berdoa, tetapi 1 kali saja tidak taat, maka itu tak ada gunanya. Taat 1 x lebih berharga dari pada doa ribuan kali.
Catatan: menurut saya ajaran ini sangat extrim. Tidak ada hari / saat dimana kita tidak berbuat dosa. Kalau begitu, tidak perlu doa sama sekali saja, karena toh tidak ada gunanya.

Dalam buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’ (Edwin Louis Cole) bahkan dikatakan: Satu ton doa tidak akan pernah menghasilkan satu ons keinginan untuk hidup taat. Setelah Anda mengucapkan semua doa Anda, bila Anda tidak taat, Anda sedang menyangkal doa-doa Anda itu” (hal 86).

Tanggapan saya:
Memang kalau seseorang berdoa tetapi ia sama sekali tidak mau taat, doanya tidak akan ada gunanya, karena Allah tidak akan mendengarkannya.
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.
Yes 1:15 - “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Maz 66:18 - “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar”.
Tetapi saya yakin bahwa semua ini ditujukan bagi orang-orang yang berdosa tanpa mau bertobat (bersikap tegar tengkuk), bukan untuk orang-orang yang jatuh ke dalam dosa karena kelemahannya.

Jadi, bagaimanapun kita tidak bisa / tidak boleh mengatakan bahwa ‘satu ons ketaatan lebih berharga dari pada satu ton doa’! Kita lebih-lebih tidak bisa mengatakan Satu ton doa tidak akan pernah menghasilkan satu ons keinginan untuk hidup taat’.
Menurut saya, ini merupakan kegilaan dan merupakan suatu penghinaan terhadap doa! Justru doa menyebabkan kita diberi kekuatan untuk taat, dan tanpa doa kita tidak akan bisa taat! Kalau doa memang tidak memberi kita keinginan dan kemampuan untuk taat, lalu untuk apa dalam Alkitab ada ayat-ayat di bawah ini?
Mat 6:13 - dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.].
Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.
Luk 21:34-36 - “(34) ‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. (35) Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. (36) Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.’”.
Luk 22:40,46 - “(40) Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: ‘Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’ ... (46) KataNya kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’”.
Kis 4:29-31 - “(29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Ef 6:18b-20 - “(18b) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
KJV: ‘I can do all things through Christ which strengtheneth me’ (= Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan aku).
Juga bandingkan dengan Yoh 15:1-7 yang menunjukkan bahwa persekutuan seseorang Kristen dengan Tuhanlah yang membuatnya bisa berbuah!

Jadi, menurut saya, yang benar adalah: harus ada keseimbangan antara doa dan ketaatan. Dan kedua hal itu saling mendukung. Orang yang banyak berdoa akan diberi kekuatan untuk taat, dan orang yang taat akan menyebabkan ia bisa berdoa dengan lebih baik lagi.

5)   Penggunaan ayat Alkitab yang salah / tidak cocok, atau penafsiran ayat Alkitab yang ngawur, atau ajaran yang tidak ada dasar Alkitabnya.

a)   Ajaran: Pdt. Johan Gopur mengatakan bahwa kita harus membuka diri di hadapan Allah dan manusia.
Text Kitab Suci yang digunakan adalah Ibr 4:14-16 - “(14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.
Pdt. Johan Gopur berkata: Saya membuka diri di hadapan Tuhan, sehingga bisa banyak perubahan dalam diri saya. Akan terjadi pemulihan bagi yang mau membuka diri di hadapan Tuhan. Dulu problem keluarga saya tutup di depan jemaat. Setan senang, pelayanan tidak maju. Ia menggunakan Ibr 4:16 di atas sebagai dasar ajarannya.

Tanggapan saya: Ibr 4:16 itu merupakan suatu perintah untuk datang kepada Allah dalam doa dengan berani, karena kita mempunyai Imam Besar, yaitu Yesus Kristus (ay 14-15).
Jadi, ini tak ada hubungannya dengan keterbukaan, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia!

b)   Pdt. Johan Gopur melanjutkan ajarannya tentang ‘membuka diri’ dan menggunakan cerita tentang perempuan Samaria dalam Yoh 4. Perempuan Samaria itu tidak berani ketemu orang. Ia ke sumur pada siang hari, tidak ada orang. Tetapi dia ketemu Yesus. Setelah itu perempuan itu berani ketemu banyak orang, dan bicara tentang Yesus. Keterbukaan kita kepada Tuhan merupakan kunci.

Tanggapan saya: Dalam cerita tentang perempuan Samaria itu, Yesuslah yang membuka masalahnya / dosanya, bukan ia yang membuka diri / menceritakan dosa-dosanya. Terhadap orang banyak ia juga bukan membuka diri / menceritakan dosanya, tetapi mengarahkan mereka kepada Yesus.
Yoh 4:16-19 - “(16) Kata Yesus kepadanya: ‘Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.’ (17) Kata perempuan itu: ‘Aku tidak mempunyai suami.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, (18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.’ (19) Kata perempuan itu kepadaNya: ‘Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi”.
Di sini Yesus membuka dosa-dosa perempuan itu.

Yoh 4:28-29,39,42 - “(28) Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: (29) ‘Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?’ ... (39) Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: ‘Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.’ ... (42) dan mereka berkata kepada perempuan itu: ‘Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.’”.
Di sini perempuan itu memang menemui banyak orang, tetapi tujuannya adalah untuk menceritakan tentang Yesus kepada orang-orang Samaria.
Tak ada bagian manapun dalam text itu dimana perempuan itu membuka diri, baik kepada Yesus maupun kepada orang banyak (Samaria).

c)   Pdt. Johan Gopur juga menggunakan Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
Ia mengatakan bahwa ini merupakan ajakan bagi orang yang haus, yang berdosa, maupun yang sudah kenal Tuhan tetapi banyak dosa ditutupi.

Tanggapan saya: Kalau ayat itu dikatakan sebagai ajakan bagi orang yang haus, berdosa, untuk datang kepada Tuhan, dan menerima pengampunan, maka itu benar. Tetapi kalau dikatakan bahwa itu merupakan ajakan bagi orang yang SUDAH KENAL TUHAN, tetapi banyak menutupi dosanya, saya menganggap ayatnya sama sekali tidak cocok. Ayat di atas hanya cocok untuk orang yang belum percaya, dan ayat di atas tak ada hubungannya dengan dosa yang ditutupi.
Kalau mau menggunakan ayat yang berhubungan dengan orang percaya yang menutupi dosa maka jauh lebih baik menggunakan Maz 32:1-5 - “(1) [Dari Daud. Nyanyian pengajaran.] Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (3) Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela (5) Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Kata-kata ‘berdiam diri’ dalam ay 3a jelas maksudnya adalah ‘tidak mengaku dosa’. Ini menyebabkan tangan Tuhan menekan dia, sehingga dia sangat menderita (ay 3b-4). Tetapi lalu dalam, ay 5a ia memberitahukan / mengaku dosa / pelanggarannya, dan ini menyebabkan ia diampuni (ay 5b).

d)   Pdt. Johan Gopur mengajar: Kanaan bukan lambang dari surga tetapi hidup orang Kristen yang maximal.
Ini pasti ia dapatkan dari buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’, dimana Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
Tanah Kanaan selalu digunakan Allah sebagai simbol potensi maksimal dari umat manusia. Tanah Kanaan adalah suatu tempat Allah menggenapi janji-janji-Nya di dalam kehidupan kita - tempat Allah memaksimalkan potensi umat-Nya, baik secara pribadi maupun bersama. ... Di dalam Perjanjian Lama, Tanah Kanaan adalah tempat yang diinginkan Allah untuk ditempati oleh bangsa Israel setelah Ia membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka akan hidup dengan iman mereka di sana. Dan, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya atas mereka. Saya ingin Anda mengerti bahwa Kanaan adalah Tanah Perjanjian, tempat di mana Allah menginginkan Anda hidup dengan iman saat ini. Di tempat itu, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya atas kehidupan Anda. Di sana Anda dapat meraih potensi maksimal Anda” (hal 8).

Tanggapan saya:
Perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan merupakan TYPE (bukan lambang) dari perjalanan orang Kristen ke surga. Dan Kanaan memang merupakan TYPE dari surga, bukan dari kehidupan orang Kristen yang maximal. Apa yang ia ajarkan, menurut saya, tak punya dasar Alkitab. Tetapi apa yang saya ajarkan ada dasarnya, yaitu 2Pet 1:15 - Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.
Perhatikan kata ‘kepergianku’.
KJV/ASV/NKJV: ‘my decease’ (= kematianku).
RSV/NIV/NASB: ‘my departure’ (= keberangkatanku).
Kata ‘kepergian’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EXODON, dari mana diturunkan kata EXODUS. Dan ini memang berhubungan dengan keluarnya Israel dari Mesir (EXODUS).

Vincent (tentang 2Pet 1:15): “‘Decease’ ‎(exodon‎). ‘Exodus’ is a literal transcript of the word, and is the term used by Luke in his account of the transfiguration. ‘They spake of his decease.’ It occurs only once elsewhere, Heb 11:22, in the literal sense, the ‘departing or exodus’ of the children of Israel [= ‘Kematian’ (EXODON). ‘Exodus’ merupakan suatu salinan hurufiah dari kata itu, dan merupakan istilah yang digunakan oleh Lukas dalam cerita / laporannya tentang perubahan rupa / pemuliaan. ‘Mereka berbicara tentang kematianNya’. Kata itu hanya muncul satu kali di tempat lain, Ibr 11:22, dalam arti yang hurufiah, ‘pemberangkatan atau exodus’ dari anak-anak Israel].
Catatan: kata ‘transfiguration’ menunjuk pada pemuliaan Yesus di atas gunung, dimana Ia berubah rupa. Kata ‘transfiguration’ itu sendiri berarti ‘perubahan rupa / bentuk’.

Ibr 11:22 - “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya”.
KJV: ‘the departing’ (= keberangkatan).
RSV/NIV/NASB: ‘the exodus’ (= exodus).
ASV/NKJV: ‘the departure’ (= keberangkatan).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Pet 1:15): “The very word exodon used in the transfiguration, Moses and Elias conversing about Christ’s decease (found nowhere else in the New Testament, but Heb. 11:22, ‘the departing of Israel’ out of Egypt, to which the saints’ deliverance from the bondage of corruption answers)” [= Kata EXODON digunakan dalam perubahan rupa / pemuliaan, Musa dan Elia berbicara tentang kematian Kristus (tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, tetapi Ibr 11:22, ‘kepergian Israel’ keluar dari Mesir, yang cocok dengan pembebasan orang-orang kudus dari perbudakan kejahatan)].

Barclay (tentang 2Pet 1:15): “The picture comes from the journeying of the patriarchs in the Old Testament. They had no abiding residence but lived in tents because they were on the way to the Promised Land. The Christian knows well that his life in this world is not a permanent residence but a journey towards the world beyond. We get the same idea in verse 15. There Peter speaks of his approaching death as his EXODOS, his departure. EXODOS is, of course, the word which is used for the departure of the children of Israel from Egypt, and their setting out to the Promised Land. Peter sees death, not as the end but as the going out into the Promised Land of God” (= Gambaran itu datang dari perjalanan dari nenek moyang mereka dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal tetap tetapi hidup / tinggal di kemah karena mereka sedang dalam perjalanan ke Negeri Perjanjian. Orang Kristen tahu dengan baik bahwa kehidupannya dalam dunia ini bukanlah suatu tempat tinggal yang permanen tetapi suatu perjalanan menuju dunia yang akan datang / alam baka. Kita mendapatkan gagasan yang sama dalam ay 15. Di sana Petrus berbicara tentang kematiannya yang mendekat sebagai EXODOS-nya, keberangkatannya. Tentu saja, EXODOS adalah kata yang digunakan untuk keberangkatan dari anak-anak Israel dari Mesir, dan keberangkatan mereka ke Negeri Perjanjian. Petrus melihat kematian, bukan sebagai akhir tetapi sebagai keluar menuju Negeri Perjanjian dari Allah) - hal 308.

Kesimpulan: kata Yunani yang digunakan oleh Petrus untuk menunjuk pada kepergiannya ke surga sama dengan kata Yunani yang digunakan dalam Ibr 11:22 untuk menunjuk pada kepergian / perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, dan ini merupakan dasar untuk mengatakan bahwa perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan merupakan TYPE dari perjalanan orang Kristen di dunia ini menunju ke surga. Dan itu sekaligus juga menunjukkan bahwa Kanaan adalah TYPE dari surga!

e)   Pdt. Johan Gopur mengajar: Lazarus sudah mati 4 hari, dibangkitkan oleh Yesus. Lazarus keluar, masih terbungkus kain kapan. Sudah hidup tetapi terbungkus kain kapan. Ini sama seperti orang Kristen yang sudah hidup / diampuni, tetapi masih ada dosa-dosa yang masih mengikat kita.

Tanggapan saya: Ini merupakan suatu pengalegorian yang salah! Cerita sejarah tidak boleh dialegorikan / diartikan sebagai lambang. Disamping, kalau kain kapan itu simbol dosa, pada waktu kain kapan itu dilepaskan dari tubuh Lazarus, bagaimana kita mengartikannya? Lazarus menjadi suci? Dan kalau kain kapan itu simbol dari dosa, mengapa Yesus bukannya melepaskan sendiri kain kapan itu, tetapi menyuruh orang lain untuk melepaskannya?
Yoh 11:43-44 - “(43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’ (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: ‘Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.’.
Apakah itu berarti bahwa orang / manusia bisa melepaskan orang lain dari dosa-dosa mereka sampai orang itu menjadi suci?

f)    Pdt. Johan Gopur mengatakan bahwa suami adalah imam dalam keluarga, dan sebagai imam ia harus berdoa untuk keluarga. Sebagai dasar Kitab Suci ia memberikan 1Tim 2:8 - “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan”.

Tanggapan saya: Saya tak setuju suami harus menjadi imam. Saya setuju suami harus berdoa untuk keluarga, tetapi kalau 1Tim 2:8 dipakai sebagai dasar, itu tidak cocok, karena kontext dari ayat itu sama sekali bukan keluarga. Baca sendiri kontextnya, dan saudara akan melihat bahwa ayat ini sama sekali tidak berhubungan dengan keluarga.

g)   Pdt. Johan Gopur menggunakan 1Pet 5:8 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”. Dan ia lalu berkata Jadi, ada yang tak bisa ditelan. Yang mana yang bisa ditelan? Yang menyimpan kepahitan / dendam”.

Tanggapan saya: Ini lagi-lagi merupakan penggunaan ayat Kitab Suci seenaknya sendiri, karena ayat ini sama sekali tidak berurusan dengan kepahitan / dendam.

h)   Pdt. Kaleb Kiantoro menggunakan Luk 13:6-9 - “(6) Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ‘Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. (7) Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! (8) Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, (9) mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!’”.
Dan ia lalu mengatakan bahwa tukang kebun ini tegas tetapi lembut!

Tanggapan saya: Yang digunakan oleh Pdt. Kaleb Kiantoro adalah suatu perumpamaan, dan perumpamaan hanya boleh ditafsirkan sesuai maksud / arah / tujuan dari perumpamaan itu. Di sini maksud / arah / tujuannya jelas adalah bahwa Tuhan menghendaki adanya buah dalam kehidupan anak-anakNya, dan yang tidak berbuah, lambat atau cepat, akan ditebang. Pada waktu ditafsirkan bahwa tukang kebun itu lembut tetapi tegas, atau sebaliknya, maka ini merupakan penggunaan ayat / perumpamaan yang sama sekali tidak seharusnya.

6)   Ajaran: dalam ruangan Camp ada spanduk bertuliskan: “Katakanlah kepada istri anda setiap hari bahwa dia adalah hadiah terindah dari Tuhan untuk anda dan bahwa anda mencintainya”.
Saya kira ada pengkhotbah dalam camp yang juga mengatakan hal ini. Dan dalam buku-buku mereka hal-hal seperti ini banyak sekali.

a)         Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’:

1.   “Ketika istri anda bertanya, ‘Apakah kamu mencintaiku?Jawaban yang benar adalah: ‘Apakah langit masih biru? Apakah air masih basah? Apakah gunung masih tinggi? Begitulah cintaku padamu!!!’” (hal 17).
Kata-kata ‘jawaban yang benar’ (yang saya garis-bawahi) menunjukkan bahwa jawaban seperti itu mutlak diharuskan. Tetapi bagaimana kalau ternyata pria itu sudah luntur cintanya? Apakah tetap harus mengatakan kata-kata seperti itu? Saya merasa ajaran ini hanya bagus, kalau bisa diucapkan dengan jujur dan tulus. Dan saya yakin hanya sangat sedikit, kalau ada, pria / suami yang bisa mengucapkan kata-kata seperti ini dengan jujur dan tulus, karena pria / suami bukanlah Tuhan yang tidak bisa berubah. Tuhan tidak berubah, juga dalam cintaNya kepada kita, tetapi suami bukan Tuhan. Pria / suami bisa berubah, juga dalam hal cintanya kepada istrinya! Sekarang, bagaimana kalau sang suami sudah luntur cintanya? Apakah tetap harus mengatakan kata-kata seperti itu?
Juga, mengatakan bahwa cintanya kepada istrinya sama seperti warna biru dari langit dan ketinggian gunung, mengharuskan suami itu menjadi seorang penyair!

2.   “Katakan kepada istri anda setiap hari, bahwa dia adalah hadiah dari Tuhan buat anda, dan bahwa anda mencintainya” (hal 19).
Dan keharusan mengatakan hal seperti itu setiap hari, menyebabkan ia berdusta setiap hari juga. Bolehkah berdusta untuk kebaikan (white lie / dusta putih)???

3.   “Semakin banyak kita menabur kata-kata cinta baginya, semakin banyak pula kita akan menuai keindahan cinta darinya (2Kor 9:6)” (hal 20).
Sekalipun kata-kata di atas ini tidak salah, tetapi dasar ayat yang digunakan salah. Ayat ini berurusan dengan persembahan. Untuk mengetahui hal itu baca ayat ini sekaligus dengan ayat selanjutnya.
2Kor 9:6-7 - “(6) Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. (7) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.
Jadi, penggunaan ayat seperti ini, merupakan penggunaan yang salah (out of context). Yang dimaksud dengan ‘menabur’ sebetulnya adalah ‘menabur uang’ (memberi persembahan), bukan ‘menabur kata-kata cinta’.
Hal lain yang bisa ditekankan dari text itu adalah: apa yang kita tuai tak selalu hal yang sama dengan apa yang kita tabur. Jadi, menabur uang, belum tentu menuai uang. Tuhan bisa memberi berkat dalam hal yang lain.

4.   “Kata-kata positif dan membangun yang diberikan oleh suami bagi istrinya akan membuat sang istri bertumbuh dan berbuahkan pula hal-hal yang positif dan baik pula (Mat 12:33). (RS)” (hal 20).
Catatan: RS adalah Ronny Soedjak, Gembala GPDI Moria, Jatibening, Bekasi. Coordinator House of Blessing (Pelayanan Keluarga). Pemimpin Christian Men’s Network di Indonesia (lihat book cover di bagian depan buku ini).

a.   Mari pertama-tama kita melihat ayat yang ia gunakan sekaligus dengan kontextnya.
Mat 12:33-35 - “(33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (34) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat”.
Menurut saya text ini / ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Ronny Soedjak di atas. Ini penggunaan ayat Kitab Suci yang ngawur!

b.   Sekalipun kata-kata positif dari suami merupakan sesuatu yang baik dan penting bagi istrinya, tetapi untuk membuat istri itu bertumbuh dan berbuah, yang ia butuhkan adalah kata-kata Tuhan / Firman Tuhan.
1Pet 2:2-3 - “(2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, (3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan”.
Dan ada satu pertanyaan: kalau ada istri yang mempunyai suami yang brengsek yang tidak pernah memberikan kata-kata yang positif dan membangun, tetapi istri ini rajin belajar Firman Tuhan, tidak bisakah ia bertumbuh dan berbuah?

b)   Dalam buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’, pada bagian ‘Dedikasi’ di awal buku, DR Edwin Louis Cole juga mengatakan “Kepada istriku, Nancy, ‘Wanita tercantik di bumi ini.’”.
Dalam buku yang sama, pada bagian akhirnya, Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
“Istri saya, Nancy, masih menjadi ‘Wanita Tercantik di Bumi Ini’, dan tidak pernah kehilangan kemampuannya untuk menolong saya. ... Kami telah menikah selama lebih dari lima puluh tahun. Orang-orang bertanya kepada saya apakah saya telah menikah dengan orang yang sama selama tahun-tahun itu. Jawaban saya selalu sama, ‘TIDAK! Dia adalah seorang yang penuh kasih, lebih ramah, setia, taat kepada Allah, lebih tulus dibandingkan sebelumnya. Dia adalah seorang ibu yang luar biasa, istri seorang pelayan, kekasih, dan orang Kristen terbaik yang pernah saya temui sepanjang hidup saya.’” (hal 176).
Tulus / jujurkah kata-kata ini? Terus terang, saya meragukan adanya pria / suami yang bisa mengatakan hal ini setelah menikah lebih dari 50 tahun. Kalaupun ada, mungkin itu hanya satu dari sejuta! Apalagi kalau pria / suami itu betul-betul menganggap istri yang sudah usia 70an tahun sebagai wanita tercantik di dunia! Ini sangat tidak masuk akal!
Juga perhatikan kata-kata ‘orang Kristen terbaik yang pernah saya temui sepanjang hidup saya’. Bisakah penilaian seperti ini diterima? Obyektifkah? Jujur / tuluskah?

Sekarang, dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ ada kata-kata sebagai berikut:
1.   “Pria yang sudah ditebus oleh darah Yesus adalah pria yang hidup dalam terang. Dan ciri dari terang adalah hidup secara terang-terangan / keterbukaan. Pengakuan adalah kunci pemulihan. Jangan takut mengaku kalau memang salah. Akui dan minta maaf” (hal 8).
2.   “Kunci utama sebuah komunikasi yang berhasil adalah keterbukaan, sebaliknya ketertutupan adalah hal yang menghancurkan komunikasi. Para pria, terbukalah di hadapan Tuhan, keluarga, dan di hadapan orang lain” (hal 36).

Kalau kata-kata di atas ini saya hubungkan dengan keharusan menyatakan ‘cinta yang tidak berubah’ kepada istri, apa yang terjadi? Kata-kata di atas ini mengatakan kita harus terbuka. Kalau cinta kepada istri memang sudah berubah / luntur, haruskah tetap menyatakan cintanya tak berubah (dan dengan demikian bukan saja berdusta, tetapi juga bersikap tertutup / tidak terbuka), atau mengakui terus terang kepada istri kalau cintanya sudah luntur?

7)   Pdt. Kaleb Kiantoro mengajar: A child is not likely to find a father in God unless he finds something of God in his father” (= Seorang anak tidak akan / kecil kemungkinannya untuk mendapatkan seorang bapa dalam Allah kecuali ia mendapatkan sesuatu dari Allah dalam bapanya).

Tanggapan saya:
Kalau dikatakan seorang anak harus mendapatkan sesuatu dari Allah dalam bapa / ayahnya, maka sebetulnya kalau kita bicara secara teologis, semua anak bisa mendapatkan sesuatu dari Allah dalam diri bapa / ayahnya, karena bapa / ayahnya adalah gambar dan rupa Allah (biarpun sudah rusak tetapi tidak musnah!).
Kalau mau dikatakan bahwa anak yang memiliki bapa / ayah yang rusak / bejat itu tidak menemukan sesuatu apapun dari Allah dalam diri bapa / ayahnya, dan itu menyebabkan ia tidak bisa / kecil kemungkinannya untuk mendapatkan seorang bapa dalam Allah, maka apakah itu berarti bahwa anak dari seorang bapa yang bejat tidak akan / kecil kemungkinannya untuk percaya kepada Yesus? Menurut saya ini sangat belum tentu! Dalam Alkitabpun sangat banyak orang yang adalah anak dari orang yang bejat, tetapi bisa percaya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, ada banyak anak dari bapa yang beriman dan saleh, tetapi ternyata ia menjadi orang yang tidak percaya / orang jahat sampai mati.

8)   Ajaran yang berbau kesesatan: orang laki-laki harus menjadi imam dalam keluarga!
Pdt. Johan Gopur mengatakan: Sudahkah kita jadi imam dalam keluarga? Fungsi imam salah satunya adalah berdoa untuk keluarga. Tuhan pakai kita sebagai saluran / sumber berkat. Tetapi kalau saluran itu rusak, bagaimana? Keluarga kacau”.
Ia lalu mengutip 1Tim 2:8 - “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan”.
Catatan: ini kontextnya bukan doa untuk keluarga!

Ajaran bahwa orang laki-laki harus menjadi imam dalam keluarga juga banyak tersebar dalam buku-buku mereka.

Dalam buku ‘Kesempurnaan Seorang Pria’, Edwin Louis Cole berkata:
Di dalam keluarga Anda haruslah ada seorang imam dan Allah sudah menentukan hal itu untuk diperankan oleh kaum pria. Entah Anda seorang murid sekolah Alkitab atau tidak, bila Anda seorang pria, Anda adalah seorang imam. Anda tetaplah seorang imam, entah Anda mempercayainya, menerimanya, menghidupinya, atau tidak menghiraukannya. Tugas seorang imam bukan hanya untuk melayani Tuhan, melainkan juga orang-orang yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya. Artinya, seorang pria harus melayani istri dan anak-anaknya. ... Banyak pria yang gagal memahami bahwa mereka harus memenuhi tugas pelayanan mereka sebagai seorang imam di dalam keluarga. ... Seorang imam di dalam keluarga harus mau berdoa bagi istrinya (hal 61,63).
Catatan: Karena istri bukan imam, jadi istri tidak perlu berdoa untuk keluarganya?

Dan dalam buku yang sama Edwin Louis Cole berkata:
“Karena imam dalam Perjanjian Lama merupakan perantara antara Allah dan manusia, seorang penengah, yaitu orang yang menyatakan anugerah Allah kepada umat dan disebut ‘bapak’, maka ayah di dalam rumah bertindak sebagai ‘imam’ bagi keluarga” (hal 163).

Dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ dikatakan sebagai berikut:
“Dalam Matius 7:24-27 dijelaskan ada 2 macam rumah yang dibangun diatas dasar yang berbeda. Rumah berbicara tentang kehidupan dimana pria menjadi imamnya. Pria yang bijaksana (pintar) adalah pria yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Pria tersebut membangun kehidupannya dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kuat dari Firman Tuhan.” (hal 2).
Catatan: ini merupakan penafsiran yang ngawur. Perumpamaan ini tak ada hubungannya dengan ajaran bahwa seorang laki-laki harus menjadi imam dalam keluarganya!

Lalu, dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ juga dikatakan sebagai berikut:
“Seorang pria harus terlebih dahulu berfungsi sebagai imam, sebelum ia berfungsi sebagai nabi” (hal 48).

Lalu, lagi-lagi dalam buku ‘Hikmat Bagi Pria’ dikatakan sebagai berikut:
“Nabi, imam dan raja: jadilah seorang pria sejati. Seorang pria adalah seorang: Imam: Yaitu seorang mediator antara Allah dengan keluarganya. Anda tidak akan pernah bisa membawa Allah kepada keluarga Anda sebelum Anda membawa keluarga Anda kepada Allah. Nabi: Yaitu seorang yang menyampaikan suara Allah kepada keluarga. Dia menetapkan standar hidup keluarganya berdasarkan firman Tuhan. Raja: Yaitu seorang yang mempimpin (govern), melindungi (guard) dan menuntun (guide) keluarganya. Jika anda melakukan ketiga fungsi ini, keluarga anda akan menjadi keluarga yang diberkati Tuhan” (hal 119-120).

Dan dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
“Ketika Kristus datang ke dunia, Dia menyatakan diriNya sebagai nabi, imam, dan raja. Para ayah juga dipanggil untuk menjadi nabi, imam, dan raja bagi keluarga mereka. Nabi berbicara sebagai wakil Allah kepada umatNya; imam berbicara kepada Allah mewakili umat Allah; dan raja memerintah atas dasar kerelaannya untuk melayani. Para pria dituntut untuk menjalankan ketiga peranan ini. ... Jadi, tanggung jawab seorang pria terhadap keluarganya adalah mengarahkan, melindungi, dan memperbaiki; memelihara, menghargai, menegur; menjadi nabi, imam, dan raja. ... Seorang pria bisa saja sukses dalam mengelola usahanya, namun gagal menjadi perantara Allah bagi keluarganya (hal 130,131).

Lalu dalam buku yang sama Edwin Louis Cole berkata sebagai berikut:
“Seorang ayah harus menjadi kepala dalam keluarga sebagaimana halnya Kristus adalah kepala bagi jemaatNya. Ia juga harus melayani keluarganya seperti Kristus melayani jemaatNya, yaitu sebagai nabi, imam, dan raja. Sebagai nabi, ia menyampaikan perkataan Allah kepada anak-anaknya. Sebagai imam, ia berbicara mewakili anak-anaknya kepada Allah. Sebagai raja, ia memerintah dan memimpin dengan suatu kerelaan untuk melayani mereka” (hal 335).
Catatan: tentang nabi, apakah Allah tak bisa bicara kepada anak-anak tanpa melalui ayahnya?

Tanggapan saya:
Dalam Alkitab memang ada ayat-ayat yang seolah-olah bisa dipakai sebagai dasar ajaran oleh ajaran ini. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini.

1Pet 2:5,9 - “(5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. .... (9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”.
Wah 1:6 - “dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin”.
Wah 5:10 - “Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’”.
Wah 20:6 - “Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya”.

Hal yang pertama dan terutama dalam menafsirkan ayat-ayat ini adalah: Kata ‘imam’ dalam semua ayat di atas berlaku untuk semua orang kristen, bukan yang laki-laki / suami saja, dan karena itu jelas tidak bisa dijadikan dasar ajaran mereka bahwa pria / suami harus menjadi imam dalam keluarga!

Semua orang Kristen adalah imam, dalam arti bahwa orang Kristen bisa langsung datang kepada Allah, dan tidak membutuhkan imam manusia.

Barclay (tentang 1Pet 2:9): “this means that every Christian has the right of access to God” (= ini berarti bahwa setiap orang Kristen mempunyai hak masuk kepada Allah) - hal 199.

Bahwa dalam jaman Perjanjian Baru tidak ada lagi imam manusia biasa seperti dalam Perjanjian Lama terlihat dari:

a)         Hanya Yesus yang adalah imam.
Ibr 4:14-15 - “(14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.
Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

b)   Tirai Bait Allah sobek pada saat Yesus mati (Mat 27:50-51).
Mat 27:50-51 - “(50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. (51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,”.
Ini merupakan suatu tanda bahwa seluruh Bait Allah dengan korban-korban, upacara-upacara, dan imam-imamnya, harus dibuang!

c)   Jabatan Imam, Nabi dan Raja itu hanya untuk Yesus. Tak ada alasan untuk mengatakan bahwa ketiga jabatan itu juga berlaku untuk semua orang Kristen, apalagi untuk para pria / suami saja! Mengapa tidak sekalian mengharuskan para pria / ayah / suami menjadi Juruselamat / Penebus dosa keluarga?

9)   Pdt. Hengky Setiawan mengajar: Yang pertamakali makan buah terlarang memang Hawa, tetapi Ro 5:12 menunjuk kepada Adam, karena Kej 3:6 - Adam bersama-sama  dengan Hawa (kata Ibraninya ‘shoulder to shoulder’), tetapi ia diam saja. Juga karena perintah larangan makan diberikan kepada Adam, bukan kepada Hawa.

Tanggapan saya:

a)         Ro 5:12 jelas berbicara tentang dosa asal.
Ro 5:12 - “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Calvin: Paul distinctly affirms, that sin extends to all who suffer its punishment: and this he afterwards more fully declares, when subsequently he assigns a reason why all the posterity of Adam are subject to the dominion of death; and it is even this - because we have all, he says, sinned. But ‘to sin’ in this case, is to become corrupt and vicious; for the natural depravity which we bring from our mother’s womb, though it brings not forth immediately its own fruits, is yet sin before God, and deserves his vengeance: and this is that sin which they call original (= Paulus dengan jelas menegaskan, bahwa dosa meluas kepada semua yang mengalami hukumannya: dan sesudahnya ia dengan lebih penuh / lengkap menyatakan, pada waktu sesudah itu ia memberikan suatu alasan mengapa semua keturunan Adam tunduk pada kekuasaan dari kematian; dan itu adalah ini - katanya karena kita semua telah berdosa. Tetapi ‘berbuat dosa’ dalam kasus ini, artinya menjadi buruk dan jahat / keji; karena kebejatan alamiah yang kita bawa dari kandungan ibu kita, sekalipun itu tidak segera menghasilkan buahnya sendiri, tetap adalah dosa di hadapan Allah, dan layak mendapatkan pembalasanNya: dan ini adalah dosa yang kita sebut ‘orisinil / asal’).

b)         Kata-kata Pdt. Hengky Setiawan ini salah / ngawur entah dari mana.
Kej 3:6 - “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya”.
Pdt. Hengky Setiawan mengatakan  bahwa arti dari kata bahasa Ibraninya adalah ‘shoulder to shoulder’ (= bahu membahu / rapat-rapat). Saya tidak tahu dari mana ia mendapatkan khayalan ini, tetapi yang jelas kata bahasa Ibraninya sama sekali tidak berarti seperti itu. Kata bahasa Ibraninya adalah IMMAH, yang artinya ‘with her’ (= dengan dia). Jadi, pada waktu diterjemahkan ‘bersama-sama dengan dia’, itu merupakan terjemahan yang cukup baik / benar.
KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘with her’ (= dengan / bersama-sama dia).

c)   Pdt. Hengky Setiawan mengatakan: Adam bersama-sama dengan Hawa, tetapi ia diam saja. Jadi, ia beranggapan bahwa pada waktu setan / ular menggodanya, Adam ada bersama dengan Hawa.
Hal yang serupa juga diajarkan dalam buku mereka, yang berjudul ‘Hikmat Bagi Pria’:
“Adam tidak bertindak ketika Hawa dibujuk oleh ular untuk memakan buah pohon terlarang. Adam seharusnya mencegah Hawa memakan buah itu, tetapi tidak dilakukannya” (hal 114).

Tanggapan saya:
Coba kita perhatikan Kej 3:1-6.
Kej 3:1-6 - “(1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’ (2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’ (4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati, (5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’ (6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya”.

Kalau dilihat ay 1-6a, hanya ular dan Hawa / perempuan itu yang dibicarakan. Adam baru muncul dalam ay 6b. Jadi, Alkitab tidak mengatakan bahwa Adam ada bersama Hawa ketika Hawa digodai setan, sekalipun bisa saja diartikan demikian dari ay 6. Tetapi ay 6 bisa diartikan bahwa setelah mengambil dan memakan buah itu, baru Hawa memberikan kepada Adam ketika ia bersama / bertemu dia. Dan karena itu saya beranggapan bahwa ketika Hawa digoda, ia sendirian, Adam tidak bersama dia. Setelah ia makan, baru ia menemui Adam dan memberikan buah itu kepada Adam.

Matthew Henry (tentang Kej 3:1-5): “The person tempted was the woman, now alone, and at a distance from her husband, but near the forbidden tree. ... It was his policy to enter into discourse with her when she was alone. ... Satan tempted Eve, that by her he might tempt Adam” [= Orang yang dicobai adalah si perempuan, sekarang sendirian, dan pada suatu jarak dari suaminya, tetapi dekat dengan pohon terlarang. ... Merupakan politiknya untuk masuk ke dalam pembicaraan dengan dia (Hawa) pada waktu dia sedang sendirian. ... Iblis menggoda Hawa, supaya olehnya ia bisa menggoda Adam].

Matthew Henry (tentang Kej 3:6): “It is probable that he was not with her when she was tempted (surely, if he had, he would have interposed to prevent the sin), but came to her when she had eaten” [= Adalah mungkin bahwa ia (Adam) tidak bersama dengan dia (Hawa) pada waktu ia dicobai (pasti, seandainya ia bersamanya, ia sudah akan ikut campur untuk mencegah dosa itu), tetapi datang kepadanya pada waktu ia telah memakannya].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kej 3:6): “‘Adam was not deceived’ (1 Tim 2:14), but he ate without seeing the serpent; and after the scene of deception was past, he yielded to the arguments and solicitations of his wife” [= ‘Adam tidak ditipu’ (1Tim 2:14), tetapi ia makan tanpa melihat sang ular; dan setelah adegan penipuan itu sudah berlalu, ia menyerah pada argumentasi dan permintaan dari istrinya].
1Tim 2:14 - “Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa”.
Kata ‘tergoda’ dalam Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘deceived’ (= ditipu).

Kelihatannya, Edwin Louis Cole dalam hal ini mempunyai pandangan yang benar. Dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, ia berkata:
·         “Seekor ular - yang merupakan wujud samaran iblis - membujuk Hawa untuk melintasi satu-satunya batasan yang ditetapkan Allah baginya dan suaminya. Ia memakan buah pohon larangan itu. Kemudian, ia melakukan hal yang secara tragis diulangi terus-menerus oleh umat manusia - ia mendorong Adam mengikuti jejaknya dan melakukan kesalahan yang sama. Adam mendengarkan bujukan Hawa dan melakukannya” (hal 63).
·         “Dalam usahanya menyesatkan manusia, iblis tidak langsung mendatangi Adam. Ia mendekati Hawa dan menipunya sehingga Hawa terbujuk untuk makan buah itu” (hal 226).
Jadi, mengapa pandangan Edwin Louis Cole berbeda dengan Pdt. Hengky Setiawan dan buku ‘Hikmat Bagi Pria’?

d)   Sekarang apa sebabnya Ro 5:12 menunjuk kepada Adam, dan bukan kepada Hawa, padahal Hawa yang lebih dulu makan buah terlarang itu?
Jawabannya bukan seperti yang dikatakan oleh Pdt. Hengky Setiawan, bahwa karena Adam bersama dengan Hawa pada saat itu, ataupun karena larangan makan buah itu diberikan kepada Adam, tetapi karena:

1.   Adam adalah manusia yang pertama, dan Hawa maupun semua manusia yang lain berasal dari dia. Adam sebagai manusia pertama merupakan wakil dari umat manusia, dan karena itu pada waktu ia jatuh, semua manusia / keturunannya terseret bersama dengan dia.
Kis 17:26 - Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,”.
Ro 5:15-19 - “(15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

2.   Adanya ‘covenant’ / perjanjian antara Allah dan Adam.

a.   Ada orang-orang yang menolak adanya covenant / perjanjian antara Allah dan Adam.
Alasannya:
·         Tak ada kata ‘covenant’ / perjanjian dalam Kej 1-3.
Jawab:
Memang kata ‘covenant’ / perjanjian tidak ada, tetapi idenya ada (bdk. kata ‘Tritunggal’ yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi ide / ajarannya ada). Disamping, kata itu ada dalam ayat lain yang akan kita bahas pada point b.di bawah.
·         Tidak ada persetujuan dari pihak Adam terhadap ‘covenant’ / perjanjian ini.
Jawab:
Demikian juga waktu Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh (Kej 9) dan dengan Abraham (Kej 17). Allah dan manusia tidak mengadakan perjanjian sebagai pihak-pihak yang sederajat! Allah berdaulat, dan karena itu Ia menentukan, dan manusia harus menerima!
Ini bedanya ‘covenant’ dengan ‘agreement’. ‘Agreement’ adalah perjanjian antara 2 pihak yang sederajat, tetapi ‘covenant’ adalah perjanjian antara 2 pihak yang tidak sederajat.

b.   Ayat Kitab Suci yang menunjukkan adanya covenant antara Allah dengan Adam adalah Hos 6:7 - “Tetapi mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam. Tetapi Kitab Suci Indonesia salah terjemahannya. Terjemahan sebenarnya dari Hos 6:7 adalah: ‘But they, like Adam, have transgressed the covenant’ (= Tetapi mereka, seperti Adam, telah melanggar perjanjian).
Terjemahan ini menunjukkan bahwa Adam memang melanggar perjanjian (covenant).

Memang ada penafsiran yang berbeda tentang ayat ini:
·         Ada yang mengartikan ‘di Adam / at Adam’ (Kitab Suci Indonesia / RSV) dimana Adam adalah nama suatu tempat.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
*        Dalam bahasa Ibrani digunakan kata depan ‘KI’, dan ini tidak bisa diartikan ‘di / at’. Artinya adalah ‘like / as / seperti’.
*        Dalam Kitab Suci tidak pernah diceritakan tentang seseorang yang berbuat dosa ditempat yang bernama Adam.
·         Ada yang menterjemahkan ‘like men’ / ‘seperti manusia-manusia’ (KJV/NKJV).
Keberatannya:
*        Dalam bahasa Ibrani digunakan bentuk tunggal sedangkan ‘men’ berbentuk jamak.
*        Kalimat Hos 6:7 itu menjadi tidak ada artinya.

Jadi kedua penafsiran di atas ini salah, dan arti yang benar adalah ’like Adam’ / ‘seperti Adam’ (NIV/NASB/ASV) dan ini membuktikan bahwa ada ‘covenant’ antara Allah dengan Adam.

10) Pdt. Hengky Setiawan mengajar: Mengaku dosa kepada Tuhan dan sesama. Mengaku dosa kepada sesama tidak menyebabkan dosa diampuni, tetapi supaya kamu sembuh (bukan secara fisik, tetapi lepas dari keterikatan dosa, kebiasaan buruk)!! Juga dosa yang melukai tubuh Kristus. Ia memakai ayat Kis 9 tentang kata-kata Yesus kepada Paulus yang menganiaya gereja. Dosa yang melukai tubuh Kristus contohnya: fitnah, hutang tak dibayar. Ia juga menggunakan Amsal 28:13 - “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”. Ia juga mengatakan: Ada 2 dosa yang harus diakui: dosa yang mengikat kita, dan dosa yang melukai tubuh Kristus.

Tanggapan saya:

a)   Sama sekali tidak ada ayat Alkitab yang mengatakan bahwa kalau kita mengaku dosa kepada sesama (dosa apapun itu adanya), maka kita akan sembuh (dalam arti bukan secara fisik, tetapi lepas dari keterikatan dosa / kebiasaan buruk). Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab! Siapapun yang menghormati otoritas Alkitab sebagai Firman Tuhan, harus mengabaikan ajaran yang tidak punya dasar Alkitab seperti ini!

Tetapi bagaimana dengan Yak 5:14-16 - “(14) Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (15) Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. (16) Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.
Kesembuhan yang dibicarakan dalam Yak 5:16 itu jelas merupakan kesembuhan jasmani, karena kontextnya juga sakit secara jasmani (ay 14-15). Adanya pengakuan dosa dalam Yak 5:16a kelihatannya menunjukkan bahwa penyakit itu merupakan hajaran Tuhan karena orang itu berbuat dosa. Dalam hal ini tidak cukup mengaku dosa kepada Tuhan, tetapi harus juga kepada sesama, dan baru Tuhan akan mencabut hajaranNya dengan menyembuhkan orang itu dari penyakit jasmaninya.

Matthew Henry (tentang Yak 5:16): “Indeed, where any are conscious that their sickness is a vindictive punishment of some particular sin, and they cannot look for the removal of their sickness without particular applications to God for the pardon of such a sin, there it may be proper to acknowledge and tell his case, that those who pray over him may know how to plead rightly for him. But the confession here required is that of Christians to one another, and not, as the papists would have it, to a priest. Where persons have injured one another, acts of injustice must be confessed to those against whom they have been committed” (= Memang, dimana siapapun menyadari bahwa penyakit mereka merupakan suatu hukuman yang bersifat pembalasan terhadap dosa khusus / tertentu, dan mereka tidak bisa mencari pembersihan dari penyakit mereka tanpa permintaan khusus kepada Allah bagi pengampunan terhadap dosa seperti itu, di sana adalah benar / tepat untuk mengakui dan menceritakan kasusnya, supaya mereka yang berdoa atasnya bisa tahu bagaimana memohon dengan benar untuknya. Tetapi pengakuan yang diharuskan di sini adalah pengakuan dari orang-orang Kristen satu kepada yang lain, dan bukan, seperti para pengikut Paus melakukannya, kepada seorang imam / pastor. Dimana orang-orang telah melukai / merugikan satu sama lain, tindakan-tindakan ketidak-adilan harus diakui kepada mereka terhadap siapa hal itu telah dilakukan).

Barnes’ Notes (tentang Yak 5:16): This seems primarily to refer to those who were sick, since it is added, ‘that ye may be healed.’ The fair interpretation is, that it might be supposed that such confession would contribute to a restoration to health. The case supposed all along here (see James 5:15) is, that the sickness referred to had been brought upon the patient for his sins, apparently as a punishment for some particular transgressions. ... In such a case, it is said that if those who were sick would make confession of their sins, it would, in connection with prayer, be an important means of restoration to health. The duty inculcated, and which is equally binding on all now, is, that if we are sick, and are conscious that we have injured any persons, to make confession to them. ... The particular reason for doing it which is here specified is, that it would contribute to a restoration to health - ‘that ye may be healed.’” [= Ini kelihatannya terutama menunjuk kepada mereka yang sakit, karena ditambahkan kata-kata ‘supaya kamu disembuhkan’. Penafsiran yang adil adalah, bahwa bisa dianggap bahwa pengakuan seperti itu akan memberikan sumbangsih pada suatu pemulihan kesehatan. Kasus yang diduga / diandaikan di sini (lihat Yak 5:15) adalah, bahwa penyakit yang ditunjuk telah dibawa kepada pasien itu untuk / karena dosa-dosanya, kelihatannya sebagai suatu hukuman untuk beberapa pelanggaran-pelanggaran tertentu. ... Dalam kasus seperti itu, dikatakan bahwa jika mereka yang sakit mau membuat pengakuan tentang dosa-dosa mereka, itu akan, berhubungan dengan doa, merupakan suatu cara yang penting dari pemulihan pada kesehatan. Kewajiban yang ditanamkan, dan yang mengikat semua orang secara sama sekarang, adalah, bahwa jika kita sakit, dan kita menyadari bahwa kita telah melukai / merugikan siapapun juga, membuat pengakuan kepada mereka. ... Alasan khusus untuk melakukan ini yang dinyatakan di sini adalah, bahwa itu akan memberikan sumbangsih pada suatu pemulihan pada kesehatan - ‘supaya kamu disembuhkan’.].

b)   Amsal 28:13 memang berurusan dengan pengakuan dosa, tetapi kepada Tuhan, dan bukan kepada sesama! Hal ini terlihat dengan lebih jelas lagi kalau kita juga membaca Amsal 28:14nya.
Amsal 28:13-14 - “(13) Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. (14) Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka”.
Penghubungan dengan kata-kata ‘takut akan TUHAN’ (Amsal 28:14a) jelas menunjukkan bahwa ‘menyembunyikan pelanggaran’ (Amsal 28:13a), ‘mengakui’ (Amsal 28:13b), ataupun ‘mengeraskan hati’ (Amsal 28:14b), semuanya berurusan / berhubungan dengan Tuhan, bukan dengan manusia!

c)   Saya tidak mengerti mengapa untuk dosa melukai tubuh Kristus ia memberi contoh memfitnah dan hutang yang tidak dibayar. Ini adalah dosa yang kita lakukan hanya kepada satu dua orang dalam gereja. Itu tidak bisa disebut sebagai tubuh Kristus, paling-paling bisa disebut sebagai anggota tubuh Kristus. Ini beda dengan Paulus dalam Kis 9 yang memang mau menangkap, menyiksa, dan membunuh seadanya orang Kristen.

d)   Tentang dosa apa saja yang harus diakui, saya berpendapat bahwa kita harus mengakui seadanya dosa kepada Allah. Sedangkan kalau kepada sesama, hanya dosa-dosa yang menyakiti / merugikan sesama yang harus diakui kepada sesama. ‘Dosa yang mengikat kita’, selama itu tidak merugikan / menyakiti sesama, tak harus diakui kepada sesama.
Mat 5:23-24 - “(23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”.


II) Pembahasan tentang buku-buku.

Sebelum masuk dalam pembahasan buku-buku mereka, sekali lagi saya tekankan: dalam camp mereka ada buku-buku yang dibagikan, dan juga dalam camp mereka, mereka menjual buku-buku lain yang berhubungan dengan ‘pria sejati / maximal’. Kalaupun dalam camp tak ada kesesatan yang fatal, tetapi dalam buku-buku mereka ada banyak kesesatan yang fatal, maka itu tetap merupakan tanggung jawab dari para pengurus / panitia camp dari pria sejati / maximal! Bukankah ajaran mereka sendiri mengatakan bahwa pria harus berani bertanggung jawab?
Mat 18:6-7 - “(6) ‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (7) Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.

A)  Hal-hal yang salah dalam persoalan sejarah Alkitab, sejarah gereja, maupun fakta-fakta Alkitab.

Dari buku ‘Menjadi Pria Sejati’:

1)         “Dikandung oleh Roh Kudus, Yesus lahir ke dunia sebagai ....” (hal 64).
Seharusnya bukan ‘dikandung oleh Roh Kudus’ karena ini akan menunjukkan bahwa Roh Kudusnya yang mengandung! Yang benar adalah ‘dikandung dari pada / dari Roh Kudus’ (bandingkan dengan 12 Pengakuan Iman Rasuli).
Bdk. Mat 1:18 - “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”.

2)   “Kalau kita hanya mempedulikan makanan dan seks, saling menerkam, sepanjang hidup mengembara tanpa tujuan dan hanya untuk mencari kesenangan pribadi serta hidup hanya menuruti naluri, maka itu berarti bahwa kita benar-benar telah hidup setaraf dengan binatang. Namun, binatang pun tidak merusak lingkungannya seperti kita. Binatang juga tidak merusak dan mencemari mental, fisik, dan keadaan sosial seperti yang telah kita lakukan. Tingkah laku manusia yang semacam itulah yang akhirnya dinilai sejajar dengan perilaku binatang. Penilaian itu selanjutnya telah melahirkan teori bahwa umat manusia berasal dari binatang.” (hal 122).

Apa iya teori itu yang melahirkan teori evolusi? Saya sama sekali tidak percaya! Merupakan sesuatu yang mustahil kalau para ahli ilmu pengetahuan itu, yang hampir semuanya kafir dan bahkan anti Alkitab / Kristen, akan begitu rohani dengan memperhatikan perilaku moral manusia yang menyerupai binatang, atau bahkan lebih buruk dari binatang. Mereka hanya memperhatikan bentuk yang mirip antara manusia dengan binatang (kera), dan juga tulang-tulang / fosil-fosil yang mirip.

3)   “Pada waktu Samuel mengurapi Daud menjadi raja, Saul menjadi amat murka” (hal 126).
Ini salah, karena Saul tidak tahu akan pengurapan itu! Pengurapan Daud oleh Samuel terjadi dalam 1Sam 16, dan dengan perintah Tuhan, hal itu disembunyikan dari Saul.
1Sam 16:1-5 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.’ (2) Tetapi Samuel berkata: ‘Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.’ Firman TUHAN: ‘Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. (3) Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang yang akan Kusebut kepadamu.’ (4) Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: ‘Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?’ (5) Jawabnya: ‘Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.’ Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu”.
Setelah Daud mengalahkan Goliat dalam 1Sam 17, ia dipanggil menghadap Saul, dan dijadikan kepala prajurit (1Sam 18:5). Saul baru mulai tidak senang kepada Daud karena Daud dipuji lebih dari dirinya (1Sam 18:6-dst).

4)   “Martin Luther. ... Orang-orang yang mempercayai firman tersebut dan mengikuti Luther kemudian disebut sebagai ‘kaum Lutheran’, ...” (hal 139).
Orang ini tidak mengerti sejarah! Orang Lutheran bukan mengikuti Martin Luther, tetapi mengikuti Philip Melanchton, pengganti dari Martin Luther. Karena itu, teologia mereka bukan Calvinist (seperti Luther), tetapi Arminian (seperti Philip Melanchton)!

5)   “Usus buntu, yang menyerap bagi dirinya sendiri seluruh vitalitas yang sebenarnya dimaksudkan untuk kelangsungan hidup seluruh tubuh, adalah bagian tubuh manusia yang sering harus dihilangkan demi kesehatan tubuh. Membiarkan satu anggota tubuh menguasai fungsi anggota-anggota yang lainnya adalah tindakan yang dapat mematikan” (hal 109).
Ini ilmu kedokteran dari mana? Usus buntu menyerap bagi dirinya sendiri seluruh vitalitas yang sebenarnya dimaksudkan untuk kelangsungan hidup seluruh tubuh? Juga usus buntu (umbai cacing!) kalau dihilangkan, itu bukan demi kesehatan seluruh tubuh, tetapi karena usus buntu / umbai cacing itu bermasalah!

6)   “Kemudian dengan mengandalkan pengalaman tersebut, mereka menyerbu kota Ai, namun ternyata justru mengalami kekalahan hebat (Yosua 6-7). Penyebabnya adalah: mereka merasa sudah kuat sehingga lupa berdoa (hal 149).
Ini ngawur / salah. Mereka kalah bukan karena ‘mengandalkan pengalaman’, dan juga bukan karena ‘merasa sudah kuat sehingga lupa berdoa’! Mereka kalah karena pencurian yang dilakukan oleh Akhan! Ini dinyatakan secara explicit dalam Yos 7:10-12 - “(10) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: ‘Bangunlah! Mengapa engkau sujud demikian? (11) Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjianKu yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya. (12) Sebab itu orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan untuk ditumpas. Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu.

7)   “Nehemia bersikap loyal terhadap visi untuk membangun kembali tembok dan Bait Suci di Yerusalem ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan. Ia membangun Bait Suci itu dengan mempertaruhkan nyawanya; dengan satu tangannya memegang peralatan dan tangan yang lain memegang senjata. Meskipun bait itu kemudian dikenal sebagai Bait Zerubabel, namun penghargaan tetap diberikan kepada Nehemia dan orang-orang yang setia menyertainya” (hal 161).

Dia ngawur lagi. Nehemia tidak membangun Bait Suci, tetapi hanya tembok Yerusalem! Itu adalah dua hal yang sangat berbeda.
Neh 2:17 - “Berkatalah aku kepada mereka: ‘Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela.’”.
Neh 4:7 - “Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat marahlah mereka”.
Neh 12:27 - “Pada pentahbisan tembok Yerusalem orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk mengadakan pentahbisan yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan ceracap, gambus dan kecapi”.

Pembangunan kembali Bait Allah dilakukan oleh Zerubabel dan kawan-kawannya (baca kitab Ezra 1-6).

8)   “Nabi Natan menegur Raja Daud dengan mengatakan bahwa perzinaannya dengan Batsyeba merupakan penghujatan bagi nama Yehova” (hal 163).
Ini salah. Nabi Natan tak pernah mengatakan bahwa perzinahan Daud dengan Batsyeba merupakan penghujatan bagi nama Yehovah / TUHAN.
2Sam 12:9 - “Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon”.
KJV: ‘despised the commandment of the LORD’ (= menganggap hina / memandang rendah perintah / hukum TUHAN).
RSV/NIV/NASB: ‘despised the word of the LORD’ (= menganggap hina / memandang rendah firman TUHAN).
Yang paling benar adalah terjemahan RSV/NIV/NASB. Jadi Natan mengatakan bahwa dengan tindakannya itu Daud memandang rendah firman Tuhan.

9)   “Allah secara langsung memerintahkan Adam untuk tidak menyentuh buah pohon pengetahuan yang ada di tengah Taman Eden. ... Selanjutnya ketika Adam dan Hawa mendengar suara Allah memanggil mereka di Taman Eden untuk bersekutu denganNya, mereka pun bersembunyi. Ketika Allah bertanya kepada Adam, ia mengakui bahwa ia bersembunyi karena merasa bersalah dan ketakutan. Pertanyaan Allah selanjutnya adalah apakah Adam telah melanggar perintahNya dan memakan buah itu” (hal 226).
Ia ngawur saja dalam menceritakan. ‘Tidak menyentuh’? Itu kata-kata Hawa yang menambahi firman!
Juga Adam tidak pernah mengaku bersalah! Dan kalau Adam sudah mengaku bersalah, mengapa kemudian ditanya lagi tentang apakah ia sudah makan buah itu??
Kej 3:2-3,9-12 - “(2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’ ... (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’ (11) FirmanNya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’ (12) Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’”.

10) “Allah menghendaki Adam benar-benar menjadi seorang pria. Oleh karena itulah Dia mengajukan pertanyaan berikut ini kepada Adam, ‘Jawab pertanyaan ini: Engkau memakannya atau tidak?’ (hal 227).
Kapan dan dimana Allah bertanya seperti itu?

11) “Daud, raja Israel, memiliki seorang sahabat dan penasihat terpercaya bernama Ahitofel (2Samuel 15), yang memiliki hikmat yang luar biasa dan bertindak sebagai jurubicara Allah (hal 294)
Ahitofel adalah jurubicara Allah???
Bdk. 2Sam 16:23 - “Pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan dari pada Allah; demikianlah dinilai setiap nasihat Ahitofel, baik oleh Daud maupun oleh Absalom”.
Ini tidak berarti ia jurubicara Allah! Apalagi pada saat itu ia sedang memberikan nasehat terkutuk kepada Absalom, untuk meniduri istri-istri Daud, ayahnya.

12) “Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua di kalangan anak muda Amerika” (hal 338).
Apa iya? Kok tak masuk akal.

13) “Menurut penulis tersebut, falsafah bangsa Yunani kuno adalah, ‘Jangan terlalu membusungkan dada, nanti dewa-dewa cemburu dan memukulmu roboh.’ ... Saya lebih senang kalau kita membuang dewa-dewa Yunani kuno itu dan mencoba Allah yang lain. Allah yang tidak pernah cemburu, ... ” (hal 357).
Ini bertentangan dengan dengan:
a)   Kel 20:5 - “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku”.
b)   Kel 34:14 - “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.
c)   Ul 4:24 - “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.
d)   Ul 6:14-15 - “(14) Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, (15) sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi”.

Apa point / tujuan saya menunjukkan hal-hal ini? Tujuannya adalah: kalau orang ini begitu ceroboh dan ngawur dalam fakta-fakta Alkitab, fakta-fakta sejarah, dalam ilmu pengetahuan, dsb, bagaimana mungkin ia bisa teliti dan benar / nggenah dalam penafsiran dan pengajaran??

B)  Ajaran tanpa dasar Alkitab, penggunaan ayat-ayat yang salah / tidak cocok, penafsiran yang salah / kacau.

1)   “Keharmonisan hubungan otoritas (papa dan mama) akan menciptakan suasana rukun atau atmosfer kemesraan bagi anak-anak. Dan Tuhan akan memerintahkan berkat mengalir atasnya (Mzm 133:1-3)” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 22).

Tanggapan saya: lagi-lagi ini merupakan penggunaan ayat yang out of context.
Maz 133:1-3 - “(1) Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. (3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya”.
Kata ‘saudara-saudara’ dalam text di atas ini jelas menunjuk kepada ‘saudara-saudara seiman’, bukan kepada ‘keluarga’, tetapi penulis buku ini menerapkannya kepada keluarga.
Jamieson, Fausset & Brown: “The children of Israel, being all children of God, not only by creation, but also by national adoption, were all ‘brethren.’ The great festivals were designed to be occasions for realizing this brotherhood and communion of saints” (= Anak-anak Israel, yang adalah anak-anak Allah, bukan hanya oleh penciptaan, tetapi juga oleh pengadopsian nasional, adalah ‘saudara-saudara’. Pesta-pesta / perayaan-perayaan besar dirancang untuk menjadi peristiwa-peristiwa untuk merealisasikan persaudaraan ini dan persekutuan orang-orang kudus).

2)   “Tuhan menginginkan pria memiliki konsistensi, ketegasan dan kekuatan. Sedangkan wanita adalah utusan atau dutanya Tuhan bagi pria (Kej 2:22); Tuhan adalah bos atau penguasanya dan wanita mengemban tugas melaksanakan visi dan misi Tuannya” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 30).

Tanggapan saya: Ini ajaran gila! Kalau demikian, wanita ada di atas pria! Dan ayat yang digunakan sangat tidak cocok!
Kej 2:22 - “Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu.
Dari mana dari ayat seperti ini bisa terlihat kalau perempuan itu utusan / duta Tuhan bagi pria, ataupun bahwa wanita mengemban tugas melaksanakan visi dan misi Tuannya?

3)   “Kata ‘bapak’ dalam bahasa Aram ditulis dengan kata ‘Abba’, yang artinya ‘Source’ (sumber). Kalau sumbernya baik (Excellent), yang terjadi adalah dibawahnya (anak-anaknya) akan baik pula. Tetapi kalau sumbernya teracuni, maka yang terjadi dibawahnya (orang-orang yang dia pimpin: keluarga, masyarakat, bangsa), akan teracuni pula. Ada pepatah yang berkata: ‘Katakan siapa ayahmu (pemimpinmu) maka saya akan tahu siapa dirimu!’ Jadi anak-anak ataupun rakyat adalah cermin yang sesungguhnya dari ayah mereka atau pemimpin mereka. Dalam peristiwa Hollocaust (Nazi Jerman), karena pemimpin yang salah (pria yang jahat) yang bernama Hitler, akibatnya jutaan orang Yahudi mati dengan sia-sia di tangan para prajurit Nazi yang telah dipengaruhi oleh pemimpin mereka. Dalam bukunya yang berjudul ‘Warisan Abadi’ (terbitan Metanoia), penulis Steven J. Lawson menceritakan tentang satu pria yang bernama Jonathan Edward (pengobar kebangunan rohani di AS). Pria yang hidup dengan takut akan Tuhan ini mempunyai 1.200 keturunan dibawahnya yang menjadi orang-orang yang luar biasa. Diantara keturunannya, banyak yang menjadi misionaris-misionaris yang dipakai Tuhan luarbiasa, dokter-dokter spesialis, penulis-penulis buku yang bermutu, bahkan salah satu dari keturunan Jonathan Edward ini telah menjadi wakil presiden AS. Pria yang besar secara karakter, integritas, dan spiritnya, akan melahirkan gereja yang kuat, gereja yang kuat akan melahirkan kota dan bangsa yang kuat. Para pria, ditanganmulah terletak kekuatan dan kebesaran atas keluarga, gereja, dan bangsa.” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 34).

Tanggapan saya:

a)   Saya tak pernah tahu bahwa kata ‘Abba’ bisa berarti ‘sumber’, dan dari Bible Works 7 maupun Vine’s Expository Dictionary of New Testament Words, hal itu sama sekali tidak terlihat. Arti kata itu adalah ‘bapa’.
Dalam Alkitab, kata ini muncul 3 x, dan semuanya menunjukkan bahwa artinya adalah ‘bapa’, yaitu:
·         Mark 14:36 - “KataNya: ‘Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.’”.
·         Ro 8:15 - “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.
·         Gal 4:6 - “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

b)   Ajaran ini tidak menggunakan dasar Alkitab sama sekali! Sekarang mari kita perhatikan beberapa hal ini:
1.   Kalau bicara tentang sumber teratas / ‘bapa’ teratas kita, maka itu adalah Adam (Kej 1).
Kis 17:26 - Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,”.
Dan bukan hanya bahwa sumber / bapa teratas ini rusak karena kejatuhannya ke dalam dosa, tetapi semua orang sumber / bapa teratasnya adalah dia (Adam). Lalu mengapa orang-orang jaman sekarang ini bisa berbeda-beda, ada yang beriman maupun kafir, ada yang pandai maupun bodoh, ada yang sukses maupun gagal, ada yang kaya maupun miskin dsb?
2.   Banyak contoh sebaliknya. Abraham adalah ‘pria yang agung / hebat’, bukan? Bagaimana dengan keturunannya, khususnya yang dari Ismael ataupun dari Esau? Daud adalah pria yang hebat bukan? Bagaimana dengan Absalom, Adonia, dan Amnon? Yesus adalah ‘pria yang terhebat’, bukan? Juga, bagaimana dengan Yudas Iskariot? Pemimpinnya adalah Yesus yang maha suci, tetapi bagaimana kehidupan Yudas Iskariot?

c)   Saya ingin membahas contoh yang ia berikan tentang Jonathan Edward. Ia, sebagai seorang ahli theologia Reformed, adalah orang yang hebat dalam hal rohani, bukan? Kalau dari keturunannya ada misionaris-misionaris, maka ini cocok dengan jalan pemikiran dari penulis ini. Tetapi kalau dikatakan bahwa dari keturunannya ada dokter-dokter spesialis, penulis-penulis buku-buku yang bermutu (ini buku rohani atau sekuler?), dan wakil presiden, maka contoh-contoh ini adalah ‘hebat secara sekuler’, dan karena itu sama sekali tidak cocok dengan Jonathan Edward yang hebat secara rohani!
Jadi, kelihatannya penulis di atas mencampur-adukkan kesuksesan rohani dan sekuler / duniawi. Menganut Theologia Kemakmuran?

d)   Sekarang kita soroti kata-kata “Pria yang besar secara karakter, integritas, dan spiritnya, akan melahirkan gereja yang kuat, gereja yang kuat akan melahirkan kota dan bangsa yang kuat”.
Saya beranggapan bahwa dalam negara dimana Kristen merupakan agama minoritas, ini sangat tidak pasti. Sekalipun ada pendeta yang hebat, membentuk gereja yang hebat, tetapi pengaruhnya atas kota, bangsa dan negara akan sangat kecil!

e)   Sekarang kita soroti kalimat terakhir yaitu: “Para pria, ditanganmulah terletak kekuatan dan kebesaran atas keluarga, gereja, dan bangsa”.
Kata-kata ini tidak Alkitabiah! Tidak ada apapun yang tergantung kita, dan tidak ada apapun yang ada di tangan kita. Semua tergantung Tuhan dan penetapanNya, dan karena itu semua terletak di tangan Tuhan. Coba bandingkan dengan ayat-ayat ini:
·         Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
·         Maz 75:7-8 - “(7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain.
·         Amsal 16:9 - “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.
·         Yer 10:23 - “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya”.
·         Amsal 19:21 - “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.
·         Pkh 7:14 - “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya”.
·         Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini”.
·         Mat 10:29-30 - “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
·         Yak 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah”.

4)   “Pria yang sudah ditebus oleh darah Yesus adalah pria yang hidup dalam terang. Dan ciri dari terang adalah hidup secara terang-terangan / keterbukaan. Pengakuan adalah kunci pemulihan. Jangan takut mengaku kalau memang salah. Akui dan minta maaf” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 8).
“Kunci utama sebuah komunikasi yang berhasil adalah keterbukaan, sebaliknya ketertutupan adalah hal yang menghancurkan komunikasi. Para pria, terbukalah di hadapan Tuhan, keluarga, dan di hadapan orang lain” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 36).

Tanggapan saya: penulis ini mengatakan bahwa ‘ciri dari terang adalah hidup secara terang-terangan / keterbukaan’. Mana dasar Alkitabnya?
Kalau dalam Alkitab, orang yang adalah anak terang, diharuskan hidup dalam terang (hidup saleh), dalam arti tidak ikut dalam perbuatan kegelapan / dosa, sebaliknya menelanjangi perbuatan-perbuatan itu (menyatakan dosa). Ini berbeda dengan hidup secara terang-terangan / keterbukaan.
Ef 5:8-13 - “(8) Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (9) karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, (10) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. (11) Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. (12) Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. (13) Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang”.
Mat 5:14-16 - “(14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.’”.

Memang dalam hal-hal tertentu orang Kristen harus cukup mempunyai keterbukaan. Tetapi pertanyaannya adalah: seterbuka apa? Jujur tidak berarti harus membuka semua rahasia kita!

Contoh:

a)   1Sam 16:1-5 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.’ (2) Tetapi Samuel berkata: ‘Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.’ Firman TUHAN: ‘Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. (3) Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang yang akan Kusebut kepadamu.’ (4) Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: ‘Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?’ (5) Jawabnya: ‘Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.’ Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu”.
Tuhan sendiri tidak menyuruh Samuel bersikap terbuka! Tetapi perlu dicamkan bahwa memberitakan setengah kebenaran seperti ini hanya boleh dilakukan terhadap orang-orang jahat yang memang tidak berhak mendapatkan / mengetahui kebenaran.

b)   Yesus dari semula tahu kalau Yudas Iskariot akan mengkhianati Dia, tetapi Ia tidak pernah ‘terbuka’ dalam hal itu!
Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”.
Tetapi Ia tak pernah terbuka dalam hal itu, sehingga sampai pengkhianatan itu terjadi, tak seorang muridpun tahu akan hal itu.

Catatan: saya sering mendengar bahwa dalam camp-camp yang mereka adakan, para pria diajarkan untuk mengakui perzinahan mereka kepada istri mereka, dan bahkan harus mengakuinya di depan umum. Dalam camp pria maximal yang saya ikuti hal itu tidak pernah dinyatakan secara explicit. Memang disuruh terbuka, tetapi tidak pernah dikatakan bahwa harus mengakui perzinahan kepada istri / umum. Mungkin ada perbedaan antara camp yang saya ikuti dan camp-camp yang lain.
Saya sendiri tidak pernah setuju kalau pria harus mengakui perzinahan seperti itu. Kalau ia berzinah dan istri / umum tidak mengetahui hal itu, ia cukup mengaku dosa kepada Tuhan, dan bertobat dari perzinahannya. Mengakui kepada istri, menurut saya, hanya akan menyebabkan istri sangat sakit hati. Dan perlu diingat bahwa dalam kasus seperti itu, istri boleh menceraikan suaminya dan lalu kawin lagi. Jadi, pengakuan seperti itu membuka jalan bagi perceraian!
Mat 19:9 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”.
Mat 5:32 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah”.

5)   “Bila Tuhan memulihkan seorang pria bagi keluarganya, Dia juga menyelamatkan seluruh keluarganya. Bila keluarga terselamatkan, berarti bangsa juga telah terselamatkan” (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 77).

Tanggapan saya:
Ini ajaran sesat dan tolol, dan mana dasar Alkitabnya? Mungkinkah Kis 16:31 yang ada dalam pikirannya?
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Ayat ini sama sekali tidak cocok, karena arti ayatnya bukan demikian. Alkitab tidak pernah mengajar bahwa keselamatan bisa ‘borongan’ seperti itu! Kita tidak bisa ‘nunut’ iman dari orang tua kita! Baik iman maupun keselamatan merupakan persoalan individuil / pribadi.
Contoh: Abraham selamat, mengapa Hagar dan Ismael tidak? Ishak selamat, mengapa Esau tidak? Daud selamat, mengapa Absalom tidak?
Jadi, ayat itu harus diartikan sebagai berikut: percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan kamu akan selamat. Untuk keluargamu, mereka juga harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan mereka akan selamat.
Kalau dikatakan bahwa berdasarkan ayat ini, satu orang selamat maka keluarganya akan selamat, itu sudah salah. Lebih-lebih kalau dikatakan seluruh bangsa selamat! Ini betul-betul merupakan kegilaan!

6)   “Alkitab berkata bahwa Yesus belajar taat untuk mencapai kesempurnaanNya sebagai manusia (‘Hikmat Bagi Pria’, hal 82).
Kata-kata ini muncul berkenaan dengan Ibr 5:8-9 - “(8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, (9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”.

Tanggapan saya:
Apakah Yesus dikatakan belajar taat untuk mencapai kesempurnaanNya sebagai manusia? Ayatnya sendiri tidak mengatakan hal itu, lalu dari mana si penulis menyimpulkan hal itu?
Kontext dari ayat ini (Ibr 5) adalah Yesus sebagai Imam Besar.
Ibr 5:1-10 - “(1) Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. (2) Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, (3) yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri. (4) Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun. (5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan diriNya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepadaNya: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini’, (6) sebagaimana firmanNya dalam suatu nas lain: ‘Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.’ (7) Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan. (8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, (9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya, (10) dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Jadi, yang dimaksudkan dengan kata ‘kesempurnaan’ dalam Ibr 5:9 adalah kesempurnaanNya sebagai Imam Besar. Dengan Ia rela menderita dan mati untuk menebus dosa kita, maka Ia menjadi Imam Besar yang sempurna bagi kita! Sebaliknya, tanpa korban diriNya sendiri itu, Yesus tidak bisa menjadi Imam Besar bagi kita!

Adam Clarke: “he was made perfect as a high priest by offering himself a sacrifice for sin, Heb 8:3” (= Ia dibuat sempurna sebagai seorang Imam Besar dengan mempersembahkan diriNya sebagai suatu korban untuk dosa, Ibr 8:3).
Ibr 8:3 - “Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan”.

7)   “Pada masa pemerintahan para hakim, umat Israel pernah dipimpin oleh Gideon yang kemudian mati dan meninggalkan 70 orang anak. Salah satunya bernama Yotam (Hakim-hakim 9:7-15). Para pemuka warga saat itu menobatkan Abimelekh, saudara tiri Yotam, menjadi raja dan mendorong Abimelekh untuk membunuh semua saudaranya demi mempertahankan takhtanya. Tetapi, Yotam berhasil lolos. Setelah mendengar kabar tentang kematian saudara-saudaranya itu, Yotam pergi ke Gunung Gerizim dan berdiri di atasnya, lalu menegur tindakan warga kota Sikhem dengan cara menyampaikan perumpamaan tentang semak duri. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bahwa pohon zaitun, pohon ara, dan pohon anggur semuanya menolak untuk menjadi raja karena pohon-pohon tersebut sudah cukup puas dengan keadaan mereka. Pohon-pohon itu kemudian meminta semak duri menjadi raja mereka. Semak duri mengabulkan permintaan mereka dan dengan angkuhnya mengajukan suatu tuntutan yang jauh melampaui nilai dirinya yang sebenarnya. Ia menuntut agar pohon-pohon lain itu merendahkan diri dan datang membungkuk di bawah naungannya. Jika pohon-pohon itu tidak bersedia, maka akan keluar api dari semak duri itu dan membakar habis semua pohon itu. Yotam memakai perumpamaan di atas untuk menyampaikan nubuat atas Abimelekh dan para pendukungnya. Abimelekh yang saat itu telah dinobatkan menjadi raja dinubuatkan bahwa akhirnya ia justru akan menjadi musuh warga kota Sikhem karena ia beserta para pendukungnya tidak memiliki kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Perumpamaan tersebut menggambarkan tentang orang berkualitas tinggi yang sebenarnya pantas menjadi pemimpin ternyata tidak bersedia untuk memimpin dan mengabdi kepada masyarakat karena mereka sudah puas dengan dirinya dan ingin mempertahankan kekayaan serta kedudukan mereka. Sekarang ini pun kita banyak menjumpai orang-orang dengan kemampuan yang hebat yang tidak bersedia mengabdi kepada masyarakat. Akhirnya, kursi kepemimpinan yang kosong itu diduduki oleh orang-orang ambisius yang sebenarnya tidak memiliki kualitas apa pun, dan dengan sombongnya mereka mengajukan berbagai tuntutan kepada masyarakat yang sebenarnya harus diabdi dan dilayaninya (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 14-15).

Tanggapan saya:
Hak 9:1-20 - “(1) Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak keluarga ibunya: (2) ‘Tolong katakan kepada seluruh warga kota Sikhem: Manakah yang lebih baik bagimu: tujuh puluh orang memerintah kamu, yaitu semua anak Yerubaal, atau satu orang? Dan ingat juga, bahwa aku darah dagingmu.’ (3) Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: ‘Memang ia saudara kita.’ (4) Sesudah itu mereka memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak dari kuil Baal-Berit, lalu Abimelekh memberi perak itu sebagai upah kepada petualang-petualang dan orang-orang nekat supaya mengikuti dia. (5) Ia pergi ke rumah ayahnya di Ofra, lalu membunuh saudara-saudaranya, anak-anak Yerubaal, tujuh puluh orang, di atas satu batu. Tetapi Yotam, anak bungsu Yerubaal tinggal hidup, karena ia menyembunyikan diri. (6) Kemudian berkumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem. (7) Setelah hal itu dikabarkan kepada Yotam, pergilah ia ke gunung Gerizim dan berdiri di atasnya, lalu berserulah ia dengan suara nyaring kepada mereka: ‘Dengarkanlah aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan mendengarkan kamu juga. (8) Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah raja atas kami! (9) Tetapi jawab pohon zaitun itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? (10) Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon ara: Marilah, jadilah raja atas kami! (11) Tetapi jawab pohon ara itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? (12) Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon anggur: Marilah, jadilah raja atas kami! (13) Tetapi jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? (14) Lalu kata segala pohon itu kepada semak duri: Marilah, jadilah raja atas kami! (15) Jawab semak duri itu kepada pohon-pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon. (16) Maka sekarang, jika kamu berlaku setia dan tulus ikhlas dengan membuat Abimelekh menjadi raja, dan jika kamu berbuat yang baik kepada Yerubaal dan kepada keturunannya dan jika kamu membalaskan kepadanya seimbang dengan jasanya - (17) bukankah ayahku telah berperang membela kamu dan menyabung nyawanya, dan telah melepaskan kamu dari tangan orang Midian, (18) padahal kamu sekarang memberontak terhadap keturunan ayahku dan membunuh anak-anaknya, tujuh puluh orang banyaknya, di atas satu batu, serta membuat Abimelekh anak seorang budaknya perempuan menjadi raja atas warga kota Sikhem, karena ia saudaramu - (19) jadi jika kamu pada hari ini berlaku setia dan tulus ikhlas kepada Yerubaal dan keturunannya, maka silakanlah kamu bersukacita atas Abimelekh dan silakanlah ia bersukacita atas kamu. (20) Tetapi jika tidak demikian, maka biarlah api keluar dari pada Abimelekh dan memakan habis warga kota Sikhem dan juga Bet-Milo, dan biarlah api keluar dari pada warga kota Sikhem dan juga dari Bet-Milo dan memakan habis Abimelekh.’”.

a)   Perhatikan bahwa penceritaannya saja sudah memberikan fakta-fakta yang salah. Kesalahannya adalah:
1.   Penulis di atas mengatakan bahwa pengangkatan Abimelekh menjadi raja mendorongnya untuk membunuh saudara-saudaranya. Ini salah, karena Abimelekh sudah mempunyai rencana lebih dulu untuk membasmi saudara-saudaranya (ay 2). Lalu ay 3 menunjukkan warga Sikhem condong kepada dia. Lalu ay 5 Abimelekh membunuh saudara-saudaranya, dan baru dalam ay 6 ia dinobatkan menjadi raja.
2.   Kata-kata “Jika pohon-pohon itu tidak bersedia, maka akan keluar api dari semak duri itu dan membakar habis semua pohon itu”, kelihatannya menunjukkan bahwa api itu akan membakar pohon-pohon yang tidak mau dijadikan raja itu (zaitun, ara, anggur), padahal kalau dilihat dari text Alkitabnya, yang terbakar adalah pohon-pohon aras di gunung Lebanon (ay 15).

b)   Penafsirannya.
Pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, terlihat bahwa Edwin Louis Cole menyalahkan pohon zaitun, ara, anggur, karena mereka tidak mau dijadikan raja. Benarkah penafsirannya? Bandingkan dengan kata-kata Albert Barnes di bawah ini.
Barnes’ Notes (tentang Hak 9:14): “The application is obvious. The noble Gideon and his worthy sons had declined the proffered kingdom. The vile, base-born Abimelech had accepted it, and his act would turn out to the mutual ruin of himself and his subjects” (= Penerapannya jelas. Gideon yang mulia dan anak-anaknya yang layak / berharga telah menolak kerajaan yang diajukan. Abimelekh yang keji / hina, dilahirkan dengan hina, telah menerimanya, dan tindakannya akan menghasilkan kehancuran bersama dari dirinya sendiri dan para bawahannya).
Matthew Henry: “when the trees were disposed to choose a king the government was offered to those valuable trees the olive, the fig-tree, and the vine, but they refused it, choosing rather to serve than rule, to do good than bear sway. ... He hereby applauds the generous modesty of Gideon, and the other judges who were before him, and perhaps of the sons of Gideon, who had declined accepting the state and power of kings when they might have had them, and likewise shows that it is in general the temper of all wise and good men to decline preferment and to choose rather to be useful than to be great” (= pada waktu pohon-pohon mengatur untuk memilih seorang raja, pemerintahan ditawarkan kepada pohon-pohon yang berhrga itu, pohon zaitun, pohon ara, dan pohon anggur, tetapi mereka menolaknya, dan sebaliknya lebih memilih untuk melayani dari pada memerintah, melakukan yang baik dari pada mengemban kekuasaan. ... Dengan ini ia menghargai kesederhanaan / kerendahan hati yang banyak sekali dari Gideon, dan hakim-hakim yang lain sebelum dia, dan mungkin anak-anak Gideon, yang telah menolak untuk menerima negara dan kekuasaan dari raja-raja pada waktu mereka bisa mendapatkannya, dan juga menunjukkan bahwa itu secara umum merupakan sifat / watak dari semua orang-orang yang bijaksana dan baik untuk menolak kedudukan yang lebih tinggi dan sebaliknya lebih memilih untuk menjadi berguna dari pada untuk menjadi besar).

Saya setuju dengan kedua penafsir di atas, dan saya berpendapat bahwa mereka tidak mau karena mereka tahu bahwa mereka mempunyai tugas / kegunaan lain yang lebih mulia. Dan penolakan ini justru merupakan tindakan yang benar.
Ada orang yang mengatakan: “If God calls you to be a preacher, do not stoop down to be a king!” (= Jika Allah memanggilmu untuk menjadi seorang pengkhotbah, janganlah merendahkan diri untuk menjadi seorang raja).
Bandingkan dengan pendeta-pendeta yang mau meninggalkan kependetaan mereka karena menjadi caleg!

8)   “Ketika kami pulang malam itu, saya masih ingat bahwa saya sempat meninju setir mobil dengan perasaan kecewa dan duka. Nancy bertanya mengapa saya berbuat demikian dan saya utarakan penyebabnya, ‘Mereka semua berbicara tentang rumah baru, kapal layar, dan olahraga yang dinikmati anak-anaknya - namun tidak seorang anak pun yang mengenal Yesus sebagai Juruselamat. Mereka mengganti keselamatan dengan kebudayaan.’ Penggantian semacam ini bukanlah hal yang baru. Pada masa raja-raja Israel, anak Salomo, Raja Rehabeam, melakukan suatu kompromi yang akhirnya melemahkan bangsanya sendiri sehingga musuh-musuh berhasil menyerang Bait Allah dan menjarah semua perisai emas yang disimpan di sana. Rehabeam kemudian mengganti perisai emas itu dengan perisai tembaga (2Tawarikh 12:9-10).  Ada suatu pelajaran yang dapat kita tarik dari sini. Hal itu melambangkan penggantian keilahian dengan kemanusiawian, iman dengan perbuatan, hal-hal yang terbaik dari yang cukup baik, kebenaran dengan kehormatan (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 32).

Tanggapan saya:
Ini pengalegorian yang tidak pada tempatnya! Cerita sejarah tidak boleh diartikan secara alegoris / lambang! Dan kalau perisai emas melambangkan keilahian, pada waktu perisai emas itu dijarah oleh para musuh, itu melambangkan apa? Keilahian dijarah? Iman dijarah? Hal-hal yang terbaik dijarah? Kebenaran dijarah?

9)   “Dengan mengangkat tongkatnya, Musa memuliakan Allah dan menggenapi pekerjaanNya di muka bumi ini. Tetapi ketika ia melemparkannya, tongkat itu pun berubah menjadi ular. Demikian pula roh yang terdapat dalam diri manusia. Apabila roh tersebut berada dalam genggaman kuasa Roh Kudus dan otoritas firman Tuhan, ia akan mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Namun, apabila kita tidak dikuasai oleh Roh Kudus, maka pikiran, hati, dan kehendak kita pun akan ‘lepas kendali’, tidak terkuasai dan kita pun kembali pada tabiat lama yang keinginannya selalu bertentangan dengan keinginan Allah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 71-72).

Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi merupakan pengalegorian yang tidak pada tempatnya! Cerita sejarah tidak boleh diartikan secara alegoris / lambang! Kelihatannya ia melambangkan tongkat Musa sebagai roh manusia, dan tangan Musa sebagai genggaman kuasa Roh Kudus dan otoritas firman Tuhan. Dengan hak / otoritas apa / siapa Edwin Louis Cole melambangkan seperti itu? Menurut saya, inilah contoh dari penafsiran yang ‘lepas kendali’!

10) “Pada saat ‘Yobel’, utang-utang dihapuskan, tanah dipulihkan, dan orang-orang berkesempatan untuk memulai sesuatu dari awal kembali (Imamat 25:8-55). Pengampunan semacam itu adalah lambang kematian dan kebangkitan” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 82).

Tanggapan saya:
Tahun Yobel merupakan lambang kematian dan kebangkitan? Ini lagi-lagi merupakan suatu pengalegorian yang tidak pada tempatnya!

11) “Selain ada kematian, ada pula ‘roh kematian’. Roh kematian itu mirip dengan gejala penyakit. Orang yang baru mengalami gejala suatu penyakit belum tentu benar-benar menderita penyakit tersebut, karena sering kali gejala-gejala tersebut hanya mendorong orang merasa bahwa dirinya sakit, padahal sesungguhnya ia tidak sakit. Kalau gejala-gejala tersebut ditolak, disangkal, dan ditengking, maka gejala-gejala itu tidak akan mendatangkan pengaruh apa pun. ‘Roh kematian’ sering kali hanya berusaha menekan agar manusia tunduk dan menyerah kepada kematian, namun kalau roh itu diusir dalam nama Yesus, kematian itu pun tidak akan dapat menelan mangsanya (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 82-83).
“Allah tidak membiarkan Elia mati, tetapi membantunya untuk bangkit kembali. Allah membuat roh kematian menyingkir dari diri Elia, lalu memulihkan keadaan Elia sehingga ...” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 83-84).

Tanggapan saya:

a)   Ini betul-betul merupakan ‘ajaran baru’! ‘Roh kematian’?
b)   Ia mengatakan ‘roh kematian itu mirip dengan gejala penyakit’. Mirip berarti tidak sama. tetapi dalam pembahasan selanjutnya, ia menyamakan kedua hal itu.
c)   Ia mengatakan Orang yang baru mengalami gejala suatu penyakit belum tentu benar-benar menderita penyakit tersebut, karena sering kali gejala-gejala tersebut hanya mendorong orang merasa bahwa dirinya sakit, padahal sesungguhnya ia tidak sakit. Kalau gejala-gejala tersebut ditolak, disangkal, dan ditengking, maka gejala-gejala itu tidak akan mendatangkan pengaruh apa pun’.
Saya pikir orang ini IQnya rendah sehingga kata-katanya saling bertentangan satu sama lain. Kalau gejala itu bukan penyakit, dan orang yang mengalami gejala itu sebetulnya tidak sakit, lalu untuk apa gejala itu ditolak, disangkal, ditengking dan sebagainya? Kalau memang tidak sakit, biarkan saja!
d)   Alkitab bagian mana yang mengajar kita untuk ‘menengking penyakit’? Memang kalau setan merasuk seseorang dan menimbulkan penyakit, yang seperti itu bisa ditengking setannya. Kalau setan itu keluar, penyakitnya sembuh. Tetapi penyakit biasa, yang tidak ditimbulkan oleh setan yang merasuk, tidak bisa ditengking! Tak ada ayat Alkitab manapun yang mengajar kita menengking penyakit.
e)   Di Alkitab sebelah mana ada ajaran tentang menengking roh kematian? Dan ia mengajar untuk menengking roh kematian itu dalam nama Yesus. Itu berarti ia menganggap roh kematian itu adalah setan atau dari setan. Apakah setan bisa membunuh siapapun tanpa ijin Tuhan? Dan kalau Tuhan ijinkan ia membunuh, bisakah hal itu ditengking untuk menggagalkan hal itu? Betul-betul suatu kegilaan!
f)    Kalau semua orang menengking roh kematian, sehingga semua orang tidak mati-mati, apakah semua orang akan hidup kekal di dunia ini? Lalu bagaimana dengan Ro 6:23 yang mengatakan ‘upah dosa ialah maut’?
g)   Dalam kasus Elia, mengapa tanpa penengkingan roh kematian, Elia tetap tidak jadi mati? Juga perlu dicamkan bahwa Elia tidak sakit, ia hanya ingin mati karena merasa pelayanannya gagal (1Raja 19:1-4). Lalu untuk apa Allah membuat roh kematian menyingkir dari diri Elia?

12) “Meskipun Paulus sudah terlepas dari belenggu dosa, namun bayangan masa lalunya masih terus mengikutinya. Pada masa ia sedang gencar-gencarnya menganiaya orang Kristen, ia telah memerintahkan agar mereka dipenjarakan, dibunuh, atau dilempari batu. Setelah menjadi orang percaya, ia melakukan ibadah bersama-sama dengan kaum ibu yang menjadi janda karena kebencian Paulus dahulu terhadap orang Kristen, dan dengan bapak-bapak yang anaknya mati akibat penganiayaan yang dilakukannya. Rasa bersalah dari masa lalunya itu merupakan beban yang terlalu berat untuk ditanggungnya. Ia membandingkan dirinya dengan orang-orang yang dihakimi karena bersalah melakukan pembunuhan yang direncanakan. Pada waktu itu hukuman yang dijatuhkan bagi orang-orang yang terbukti secara sengaja merencanakan dan melakukan pembunuhan terasa tidak lazim bagi kita, namun benar-benar sepadan dengan kejahatan yang telah diperbuat, yaitu mayat korban pembunuhan akan diikatkan dengan rantai pada tubuh orang yang telah membunuhnya, sehingga ke mana pun pembunuh itu pergi, ia terpaksa menyeret-nyeret mayat itu. Dengan sendirinya pembunuh itu akan dikucilkan oleh masyarakat, sehingga akan sulit baginya untuk tetap bertahan hidup. ... Begitulah Paulus menggambarkan keadaan dirinya, di mana ia merasa seolah-olah dosa, rasa bersalah, dan aib dari masa lalunya itu diikatkan dengan rantai pada dirinya. Semuanya itu menjadi suatu beban yang terlalu berat untuk ditanggung, dan kalau tidak dilepaskan, beban itu akhirnya akan membunuhnya. Tetapi, kemudian ia mendapatkan kebebasan dari semua belenggu masa lalunya itu. Adapun kebebasan itu ia peroleh dari sumber yang juga telah memberitakan kabar keselamatan bagi dirinya. Ia ingin seluruh dunia mengetahui hal ini, maka ia menulis, ‘Syukurlah kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.’ Ia sudah bebas!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 84-85).

Tanggapan saya:

a)   Seluruh kontext sama sekali tidak berbicara tentang bayangan kesalahan masa lalu Paulus, tetapi dosa-dosa yang saat itu tetap ia perbuat. Perhatikan sendiri seluruh kontext di bawah ini, adakah sedikit saja yang berhubungan dengan dosa-dosa pada masa lalu dari Paulus?

Ro 7:13-26 - “(13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. (14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa”.

b)   Saya pernah membaca tentang hukuman seperti yang diceritakan oleh Edwin Louis Cole, dimana orang dijatuhi hukuman dengan suatu mayat yang diikatkan pada tubuhnya. Tetapi mayat itu bukan orang yang dibunuh oleh orang yang dijatuhi hukuman itu! Disamping, apakah Paulus memang memaksudkan hukuman seperti itu, merupakan sesuatu yang sedikitnya perlu disangsikan, dan menurut saya pasti salah! Bandingkan dengan kata-kata dari beberapa penafsir di bawah ini tentang hal itu.

Calvin (tentang Ro 7:24): “By the ‘body of death’ he means the whole mass of sin, or those ingredients of which the whole man is composed; except that in him there remained only relics, by the captive bonds of which he was held” (= Dengan ‘tubuh maut’ ia memaksudkan seluruh massa dosa, atau bahan-bahan / unsur-unsur yang membentuk seluruh manusia; kecuali bahwa dalam dia tersisa hanya peninggalan-peninggalan, oleh ikatan tahanan yang menahan dia).

Barnes’ Notes (tentang Ro 7:24): It indicates, ... An earnest wish to be delivered from it. Some have supposed that he refers to a custom practiced by ancient tyrants, of binding a dead body to a captive as a punishment, and compelling him to drag the cumbersome and offensive burden with him wherever he went. I do not see any evidence that the apostle had this in view. But such a fact may be used as a striking and perhaps not improper illustration of the meaning of the apostle here. No strength of words could express deeper feeling; none more feelingly indicate the necessity of the grace of God to accomplish that to which the unaided human powers are incompetent” (= Itu menunjukkan, ... Suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk dibebaskan darinya. Sebagian orang menganggap bahwa ia menunjuk pada suatu kebiasaan yang dipraktekkan oleh tiran-tiran kuno, dengan mengikatkan mayat pada seorang tahanan / tawanan sebagai suatu hukuman, dan memaksanya untuk menyeret beban yang berat / tidak mengenakkan dan menjijikkan bersamanya kemanapun ia pergi. Saya tidak melihat bukti apapun bahwa sang rasul mempunyai hal ini dalam pandangannya. Tetapi fakta seperti itu bisa digunakan sebagai ilustrasi yang menyolok dan mungkin benar tentang arti dari sang rasul di sini. Tidak ada kekuatan kata-kata yang bisa menyatakan perasaan yang lebih dalam; tidak ada yang dengan lebih berperasaan menunjukkan keperluan / kebutuhan terhadap kasih karunia Allah untuk mencapai hal itu yang tidak mampu dilakukan oleh kekuatan manusia tanpa bantuan).

William Hendriksen: “With that in mind he yearns to be rescued from ‘this body of death,’ that is, from the body in its present condition, subject to the ravages of sin and death. He knows that as long as he lives in this present ‘body of humiliation’ (Phil. 3:21) the terrible struggle will be continued. But once the life in that body ceases, the state of sinless glory will commence; first for the soul, then also for the body” [= Dengan itu dalam pikirannya ia merindukan untuk ditolong dari ‘tubuh maut ini’, artinya, dari tubuh dalam kondisi sekarang ini, yang tunduk pada kerusakan dari dosa dan kematian. Ia tahu bahwa selama ia hidup dalam ‘tubuh kehinaan’ sekarang ini (Fil 3:21) pergumulan yang dahsyat / mengerikan akan berlanjut. Tetapi sekali kehidupan dalam tubuh itu berakhir, keadaan dari kemuliaan tanpa dosa akan mulai; pertama-tama untuk jiwa, lalu juga untuk tubuh] - ‘Romans’, hal 237-238.

13) “Ketika Allah menciptakan manusia menurut gambar dan keserupaan moralnya, Dia memperlengkapi kita dengan lima kemampuan yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang serupa dengan kehidupan Kristus. Dengan demikian Allah telah mencurahkan sebagian keunggulan sorga ke bumi ini. Kelima kemampuan itu adalah:
(1)  Kemampuan untuk mengetahui kebenaran
(2)  Kemampuan untuk mengenali keutamaan moral
(3)  Kekuatan untuk melakukan kehendak kita
(4)  Daya cipta melalui perkataan kita
(5)  Hak dan kemampuan untuk berkembang biak” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 94).

Tanggapan saya:
a)   Ajaran ini tak ada dasar Alkitabnya sama sekali!
b)   Keserupaan moral? Sekalipun memang tak ada keseragaman pandangan dalam hal-hal apa saja yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri kita, tetapi jelas bahwa gambar dan rupa Allah dalam diri manusia bukan hanya keserupaan moral. Keserupaan moral mungkin memang ada, seperti kesucian / kebenaran yang ada dalam diri manusia ketika pertama diciptakan. Tetapi juga ada hal-hal lain, seperti manusia adalah makhluk berakal, makhluk rohani, dan bersifat kekal. Dan hal-hal ini jelas buka keserupaan moral dengan Allah!
c)   Apa maksudnya dengan kata-kata ‘daya cipta melalui perkataan kita’? Lagi-lagi ‘ajaran baru’.
d)   Ia mengatakan lima kemampuan ini ‘memungkinkan kita menjalani kehidupan yang serupa dengan kehidupan Kristus’. Padahal hal kelima adalah ‘Hak dan kemampuan untuk berkembang biak’. Apa urusannya hal kelima itu dengan keserupaan dengan kehidupan Kristus, yang notabene tak pernah menikah, apalagi berkembang biak?
e)   Ia juga mengatakan bahwa ‘Dengan demikian Allah telah mencurahkan sebagian keunggulan sorga ke bumi ini’.
Kalau ini dihubungkan dengan hal kelima lagi, maka akan menjadi lelucon, karena akan berarti bahwa hak dan kemampuan untuk berkembang biak merupakan keunggulan sorga! Makhluk yang mana di sorga yang berkembang biak??

14) “Yesus berkata, ‘Dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada’ (Lukas 12:34). Setelah menyadari bahwa orang yang harus membayar untuk mendapatkan sesuatu akan menjadi jauh lebih berminat pada hal yang dibayarnya daripada sekadar menjadi penonton, maka kami pun menarik biaya pendaftaran untuk kegiatan yang kami laksanakan. Hasilnya memang terlihat nyata karena kini kaum pria yang mengikuti acara kami itu dapat bertahan mengikuti seluruh kegiatan hingga selesai dan mereka tetap hadir sekalipun cuaca sangat buruk. Uang pendaftaran itu bagi mereka menjadi suatu harta yang mereka tanamkan dalam kegiatan-kegiatan kami, sehingga hati mereka pun berada dalam pertemuan itu. Prinsip itu sekaligus juga mengajarkan bahwa Anda tidak mungkin membangun sebuah jemaat apabila anggota-anggotanya tidak mau membayar persepuluhan atau menanamkan uang mereka dalam pekerjaan Allah tersebut. Karena mereka tidak menanamkan harta mereka di situ, hati mereka pun tidak berada di tempat itu” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 107).

Tanggapan saya:
a)   Kata-kata Yesus dalam Luk 12:34 hanya mengkontraskan harta yang terletak di surga atau di dunia. Lihat kontextnya!
Luk 12:33-34 - “(33) Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. (34) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.’”.
b)   Kata-kata ‘Prinsip itu sekaligus juga mengajarkan bahwa Anda tidak mungkin membangun sebuah jemaat apabila anggota-anggotanya tidak mau membayar persepuluhan atau menanamkan uang mereka dalam pekerjaan Allah tersebut. Karena mereka tidak menanamkan harta mereka di situ, hati mereka pun tidak berada di tempat itu’ merupakan ajaran baru tentang alasan memberi persembahan persepuluhan! Dari Alkitab bagian mana ini diambil?
c)   Kalau yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole di atas itu memang benar, mengapa hanya menekankan uang pendaftaran dan persembahan persepuluhan? Mengapa tidak sekalian mengharuskan orang yang mau menjadi anggota suatu gereja / dibaptis membayar uang pangkal? Bukankah lebih-lebih lagi hatinya akan ada di gereja itu untuk selama-lamanya?
d)   Bagaimana ajaran Edwin Louis Cole ini bisa diharmoniskan dengan ayat-ayat di bawah ini?
·         2Raja 5:16-17 - “(16) Tetapi Elisa menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.’ Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak. (17) Akhirnya berkatalah Naaman: ‘Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN”.
·         Mat 10:8 - “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
·         Kis 8:18-21 - “(18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah”.
·         1Kor 9:12,15,18 - “(12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. ... (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! ... (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
·         2Kor 11:7 - “Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?”.
e)   Tuhan memberikan keselamatan secara cuma-cuma kepada kita (Yes 55:1  Ro 3:24). Kalau begitu, Tuhan tidak bijaksana, karena kita pasti tidak akan menghargai keselamatan itu! Hati kita pasti tidak akan ada di sana. Seharusnya Tuhan menyuruh kita membayar, tetapi seandainya Ia melakukan hal ini, semua kita akan masuk neraka karena tidak seorangpun dari kita mempunyai apapun untuk membayar / membeli keselamatan! Atau mungkin seharusnya Tuhan merestui penjualan surat pengampunan dosa pada jaman Martin Luther. Dan bersamaan dengan itu, Tuhan harus menyatakan Martin Luther, yang mempercayai pembenaran hanya oleh iman, sebagai orang sesat / bidat!
f)    Sebetulnya saya tidak menentang adanya uang pendaftaran dalam acara seperti itu, karena memang ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk acara tersebut. Tetapi kata-kata Edwin Louis Cole bahwa ‘Uang pendaftaran itu bagi mereka menjadi suatu harta yang mereka tanamkan dalam kegiatan-kegiatan kami, sehingga hati mereka pun berada dalam pertemuan itu’ merupakan alasan yang omong kosong! Menurut saya, alasan sebenarnya adalah, karena orang-orang itu sudah membayar, maka mereka merasa rugi kalau tidak datang!

15) “Suatu keluarga seharusnya menjalani proses pemuridan berdasarkan pola yang alkitabiah, yaitu: gembala sidang memuridkan kaum pria (ayah) dan para ayah memuridkan keluarganya. Namun, selama dua generasi terakhir ini para gembala telah mengajar para ayah untuk membawa keluarganya ke gereja dan gereja kemudian mengambil alih tanggung jawab untuk memuridkan keluarga melalui sekolah Minggu, kegiatan remaja, pendalaman Alkitab kaum wanita, dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian, gembala menjadi ayah angkat bagi setiap anggota keluarga yang mengunjungi gereja. Beban ini tentu saja terlalu berat untuk ditanggung oleh satu orang saja” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 112).

Tanggapan saya:
a)   Mana dasar Alkitabnya? Tanpa dasar Alkitab, ia mengajar sedemikian rupa sehingga memberikan penekanan yang extrim terhadap kaum pria! Dan Edwin Louis Cole menyebutnya sebagai ‘pola yang Alkitabiah’!
b)   Saya tidak mengerti apa yang Edwin Louis Cole kehendaki dengan ajaran sintingnya ini. Lalu menurut dia seharusnya bagaimana? Hanya para pria yang boleh ke gereja? Lalu para pria mengajar istri dan anak-anaknya di rumah? Memang tidak salah kalau suami / ayah mengajar istri dan anak-anaknya. Tetapi kalau dikatakan bahwa istri dan anak-anak itu tidak boleh belajar langsung di gereja, itu bertentangan dengan banyak ayat Alkitab seperti:
·         Neh 8:3-4 - “(3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. (4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu”.
·         Ezra 10:1 - “Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras”.
·         Mat 14:21 - “Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
·         Mat 19:13-14 - “(13) Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-orang itu. (14) Tetapi Yesus berkata: ‘Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.’”.
·         1Tim 5:1-2 - “(1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
Catatan: bukan para suami yang disuruh menegor perempuan-perempuan itu, tetapi Timotius. Ini tidak mungkin kalau para perempuan itu tidak ke gereja.
·         2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.
Catatan: dalam keluarga Timotius, yang kristen duluan justru adalah nenek dan ibunya. Mungkinkah kakek dan ayahnya, yang adalah orang kafir, yang mengajarkan kekristenan kepada Timotius?
·         Yesus pada usia 12 tahun belajar di Bait Allah (Luk 2:41-47); apakah Yusuf tidak memuridkan keluarganya, dan apakah Yesus salah karena tidak belajar dari Yusuf?

16) “Menggali sumur melambangkan bahwa kedua keturunan Abraham tersebut perlu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan ayah mereka agar mereka dapat memenuhi persyaratan seperti yang dimiliki ayah mereka, yaitu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 127).

Tanggapan saya:
Saya bosan terhadap pengalegorian-pengalegorian tolol seperti ini. Kalau ‘menggali sumur’ bisa ditafsirkan seperti ini, itu juga bisa ditafsirkan apa saja. Dan kalau demikian, dari ayat manapun kita bisa mendapatkan ajaran yang bagaimanapun!

17) “Adapun orang yang memiliki hak untuk memberikan suaranya namun tidak menggunakan haknya itu sebenarnya sama saja dengan berbuat kejahatan. Dalam perumpamaan tentang talenta, Yesus menyebut hamba yang tidak melakukan apa-apa itu sebagai orang yang jahat, malas, lamban, dan kurang ajar (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

Tanggapan saya:

a)   Pertama-tama mari kita baca perumpamaan tentang talenta itu.
Mat 25:26-30 - “(26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Hanya menceritakan fakta-fakta Alkitab saja, Edwin Louis Cole, yang bergelar Doktor ini, tidak becus! Yesus hanya mengatakan hamba itu sebagai ‘jahat, malas, dan tidak berguna’; tidak pernah ada kata-kata ‘lamban’, apalagi ‘kurang ajar’. Menurut saya istilah ‘hamba yang kurang ajar’ itu lebih cocok untuk diterapkan terhadap diri Edwin Louis Cole sendiri!

b)   Yang ia maksudkan dengan ‘memberikan suaranya’ adalah memberikan suara dalam pemilihan umum dalam kalangan politik. Jadi, ia menggunakan text Alkitab itu untuk melarang / menyalahkan orang-orang yang masuk ‘golput’!
Dalam perumpamaan itu, ‘talenta’ menunjuk pada segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita, yang bisa kita gunakan untuk kemuliaanNya. Kalau pemberian suara yang kita lakukan memang bisa berguna untuk kemuliaan Tuhan, maka memang kita harus memberikan suara kita. Tetapi bagaimana kalau calon-calon yang ada semuanya tidak ada yang nggenah, atau semuanya tidak kita ketahui nggenah atau tidaknya? Ini merupakan kasus yang banyak terjadi di negara kita! Apakah kita harus secara membabi buta tetap memberikan suara kita untuk orang-orang yang tidak kita ketahui?

18) “Allah secara langsung menugaskan Adam untuk membimbing, mengawasi, dan memerintah bumi beserta proses perkembang-biakannya. Ketika Hawa diciptakan dan kemudian terbentuk sebuah keluarga, maka Adam pun bertugas mengurus seluruh keluarganya. Adapun tugas tersebut juga mencakup tiga tanggung jawab serupa: membimbing, mengawasi, memerintah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

Tangapan saya:
a)   Dia membalik urut-urutannya, karena dalam Kej 1:26-27 Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan / Adam dan Hawa), dan baru dalam Kej 1:28 Allah menyuruh MEREKA berdua untuk berkembang biak dan memenuhi dan menaklukkan bumi.
b)   Jadi, tak bisa ditafsirkan bahwa Adam bertugas membimbing, mengawasi, memerintah Hawa!
c)   Kata-kata ‘membimbing, mengawasi dan memerintah’ itu muncul dari mana?

19) “Dalam Efesus 5:28-29 ketiga tanggung jawab itu disebut sebagai: mengasihi, mengasuh, merawat, mengarahkan, melindungi, memperbaiki. Memelihara, menghargai, menegur” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

Tanggapan saya:
Ef 5:28-29 - “(28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat”.
Hanya tiga kata pertama yang ada, lalu kata-kata ‘mengarahkan, melindungi, memperbaiki, memelihara, menghargai, menegur’ muncul dari mana? Edwin Louis Cole dengan seenaknya menambahi Alkitab. Mungkin ia perlu membaca ayat-ayat di bawah ini:
·         Ul 4:2 - Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu”.
·         Ul 12:32 - “Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya”.
·         Amsal 30:6 - Jangan menambahi firmanNya, supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta”.
·         Wah 22:18-19 - “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: ‘Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.

20) “Sedangkan firman mengenai kuasa (Kisah Para Rasul 1:8) disampaikan kepada gerakan Pentakosta. ... Dan firman tentang pembaruan (Roma 12:1-2) diberikan kepada gerakan Kharismatik” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 139).
Catatan: sebelum bagian ini Edwin Louis Cole mengatakan bahwa Allah memberikan firman kepada Martin Luther, dan lalu juga kepada John Wesley, lalu memberikan firman yang menyulut gerakan Kekudusan (Holiness movement).

Tanggapan saya:

a)   Ini omongan apa? Orang-orang / kelompok-kelompok yang ia bicarakan semua berbeda, dan bahkan bertentangan, dalam ajaran theologianya. Misalnya, Luther bisa dianggap mempunyai ajaran Reformed / Calvinist (sekalipun Luther memang ada sebelum Calvin, tetapi maksud saya ajarannya dalam hal itu sama), sedangkan John Wesley jelas adalah seorang Arminian. Dan keduanya berbeda lagi dengan Pentakosta / Kharismatik. Mungkinkah semua ajaran yang berbeda / bertentangan itu semuanya datang dari Tuhan? Omong kosong! Dua yang berbeda, apalagi yang bertentangan, tidak mungkin keduanya datang dari Tuhan, kecuali Tuhan bicara dengan lidah bercabang. Mengapa tidak sekalian saja mengatakan bahwa agama-agama lain juga merupakan firman yang datang dari Tuhan?

b)   Dan perhatikan ayat-ayat yang ia gunakan; apa urusannya ayat-ayat itu dengan omongannya?
1.   Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
2.   Ro 12:1-2 - “(1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Hanya karena dalam Kis 1:8 ada kata ‘kuasa’, maka ia menjadikan ayat ini sebagai dasar bahwa Tuhan memberikan firman mengenai kuasa kepada golongan Pentakosta? Dan hanya karena dalam Ro 12:1-2 ada kata ‘pembaharuan’, ia mengatakan bahwa firman tentang pembaruan diberikan kepada golongan Kharismatik? Ada 3 hal yang ingin saya berikan sebagai komentar tentang bagian ini:
a.   ‘Kuasa’ dalam Kis 1:8 itu diberikan kepada semua orang kristen yang sejati pada saat itu dan selanjutnya. Bagaimana mungkin Edwin Louis Cole menerapkannya hanya kepada golongan Pentakosta?
b.   Berbeda dengan Kis 1:8 dimana ‘kuasa’ itu memang diberikan oleh Tuhan, maka dalam Ro 12:2 ‘pembaharuan’ itu diperintahkan oleh Allah untuk kita usahakan! Dan ini lagi-lagi merupakan perintah Tuhan untuk semua orang kristen yang sejati. Lalu bagaimana mungkin ini diartikan sebagai ‘firman tentang pembaruan yang diberikan kepada gerakan Kharismatik’?
c.   Lalu bagaimana dengan Yoh 13:27b dimana Yesus berkata kepada Yudas Iskariot: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”? Kalau mau mengikuti jalan pikiran yang gila dari Edwin Louis Cole, ini pasti merupakan firman dari Tuhan kepada golongan Anti Kristus atau Satanisme!

21) “Dalam hubungan antar manusia, formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut, sebab dalam hubungan yang intim tidak terdapat lagi bentuk-bentuk formalitas. Jadi, semakin formal bentuk penyembahan yang dilakukan, semakin jauh pula jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 141).

Tanggapan saya:
a)   Hubungan antar manusia, yang memang setingkat, tidak bisa dianalogikan dengan hubungan antara manusia dengan Penciptanya!!!
b)   Bahkan dalam hubungan antar manusiapun tidak bisa dimutlakkan bahwa ‘formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut’. Mengapa? Karena kalau demikian, maka hubungan yang dekat akan membuang semua kesopanan. Anak boleh saja kurang ajar terhadap orang tuanya, karena dekat dengan mereka!
c)   Apa yang ia maksud dengan ‘jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya?

22) “‘Percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (bahasa Inggris: setia) yang juga cakap mengajar orang lain’ (2 Timotius 2:2). Ini adalah suatu prinsip pemuridan yang terdapat dalam Alkitab. Namun, manusia secara salah telah memutarbalikkan prinsip itu menjadi: ‘Percayakanlah kepada orang yang cakap yang nantinya akan setia.’ Padahal, yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 153).

Tanggapan saya:

a)   Lagi-lagi ngawur! Memang karakter penting tetapi talenta (atau lebih tepat ‘karunia’) juga penting. Kata-kata ‘cakap mengajar orang lain’ dalam 2Tim 2:2b jelas menunjuk pada ‘karunia’!

Dan Edwin Louis Cole mengatakan dalam buku yang sama (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 213) sebagai berikut: “Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan untuk bergabung dengan suatu kelompok pelayanan radio Kristen. Sewaktu pertama kali dimulai, orang-orang yang berminat dan ikut bergabung dengan pelayanan itu adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun sangat kurang keahliannya dalam bidang media komunikasi baik secara tehnis maupun teoritis. Mereka adalah orang-orang rohani yang tekun berdoa, baik, penuh iman, dan sangat bergairah untuk bekerja secara sukarela. Namun, ketika sudah semakin berkembang, pelayanan itu membutuhkan ketrampilan dan kemampuan untuk berproduksi, bukan hanya kemampuan untuk berdoa. Pada saat itulah timbul suatu bahaya karena selama beberapa waktu, seiring dengan semakin berkembangnya pelayanan itu, ketekunan berdoa tersebut belum juga digantikan dengan kemampuan untuk berproduksi. Padahal sesungguhnya diperlukan suatu keseimbangan dalam hal ini.
Kata-kata Edwin Louis Cole di sini jelas bertentangan dengan kata-katanya dalam kutipan yang di atas.

b)   Edwin Louis Cole mengatakan ‘yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta’.
Allah yang maha kuasa tidak mengandalkan siapapun juga! Kalau ia membutuhkan orang yang mempunyai karakter tertentu, Ia membentuk orang itu sehingga cocok dengan kemauannya. Memang ada ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa Allah memilih orang-orang yang hidup sesuai kehendaknya, seperti misalnya Daud.
Bdk. 1Sam 16:6-7 - “(6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ‘Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapiNya.’ (7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.’”.
Tetapi siapa yang membentuk Daud menjadi orang yang seperti? Jelas Tuhan sendiri, bukan? Jadi, ayat ini hanya menceritakan dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Tuhan, Ia memilih orang itu sejak dunia belum dijadikan, lalu Ia mempersiapkan orang-orang itu untuk menjadi orang-orang yang cocok yang kehendakNya. Perhatikan 2 text di bawah ini dengan penafsiran Calvin tentangnya.

Yer 1:4-5 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’”.
Kalau Yeremia telah ditetapkan sebagai nabi sebelum ia dilahirkan, bagaimana mungkin Tuhan memilihnya berdasarkan karakternya? Bandingkan dengan kata-kata / komentar Calvin tentang ayat ini di bawah ini

Calvin (tentang Yer 1:5): “it was not in thy power to bring with thee a qualification for the prophetic office, I formed thee not only a man, but a prophet” (= bukanlah dalam kuasamu untuk membawa bersamamu suatu kwalifikasi untuk jabatan nabi, Aku membentuk engkau bukan hanya sebagai manusia, tetapi sebagai seorang nabi).

Gal 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”.
Catatan: kata ‘memilih’ dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan ‘separated’ / ‘set apart’ (= memisahkan).

Calvin (tentang Gal 1:15): “‘Who had separated me.’ This separation was the purpose of God, by which Paul was appointed to the apostolic office, before he knew that he was born. The calling followed afterwards at the proper time, when the Lord made known his will concerning him, and commanded him to proceed to the work. God had, no doubt, decreed, before the foundation of the world, what he would do with regard to every one of us, and had assigned to every one, by his secret counsel, his respective place” (= ‘Yang telah memisahkan aku’. Pemisahan ini merupakan tujuan / rencana dari Allah, dengan mana Paulus ditetapkan pada jabatan rasul, sebelum ia tahu bahwa ia dilahirkan. Panggilan menyusul belakangan pada waktu yang tepat, pada waktu Tuhan menyatakan kehendakNya berkenaan dengan dia, dan memerintahkan dia untuk memulai pekerjaan. Tak diragukan bahwa Allah menetapkan, sebelum dunia dijadikan, apa yang akan Ia lakukan berkenaan dengan setiap orang dari kita, dan telah menetapkan bagi setiap orang, oleh rencana rahasiaNya, tempatnya masing-masing).

Calvin (tentang Gal 1:15): The word of the Lord which came to Jeremiah, though expressed a little differently from this passage, has entirely the same meaning. ... Before they even existed, Jeremiah had been set apart to the office of a prophet, and Paul to that of an apostle; but he is said to separate us from the womb, because the design of our being sent into the world is, that he may accomplish, in us, what he has decreed. The calling is delayed till its proper time, when God has prepared us for the office which he commands us to undertake. ... he was ordained an apostle, not because by his own industry he had fitted himself for undertaking so high an office, or because God had accounted him worthy of having it bestowed upon him, but because, before he was born, he had been set apart by the secret purpose of God. (= Firman Tuhan yang datang kepada Yeremia, sekalipun dinyatakan secara agak berbeda dari text ini, sepenuhnya mempunyai arti yang sama. ... Bahkan sebelum mereka ada, Yeremia telah dipisahkan pada jabatan / tugas seorang nabi, dan Paulus pada jabatan / tugas seorang rasul; tetapi Ia dikatakan memisahkan kita sejak dalam kandungan, karena rancangan dari pengiriman kita ke dalam dunia adalah, supaya Ia bisa mengerjakan di dalam kita apa yang telah Ia tetapkan. Panggilan ditunda sampai waktunya yang tepat, pada waktu Allah mempersiapkan kita untuk jabatan / tugas yang Ia perintahkan kepada kita untuk dikerjakan. ... ia ditahbiskan sebagai seorang rasul, bukan karena oleh kerajinannya sendiri ia telah membuat dirinya sendiri cocok untuk mengerjakan tugas / jabatan yang begitu tinggi, atau karena Allah menganggapnya layak untuk memberikan tugas / jabatan itu kepadanya, tetapi karena sebelum ia dilahirkan, ia telah dipisahkan oleh rencana rahasia Allah).

23) “Yesus juga mengatakan, ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’ (Lukas 16:12)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 157).

Tanggapan saya:
Luk 16:12 - “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.
Dalam ayat ini ada 2 istilah yaitu ‘harta orang lain’ (yang menunjuk pada uang / harta yang ada pada kita) dan ‘hartamu sendiri’ (yang menunjuk pada kekayaan rohani / harta surgawi).
Calvin: “By the expression, ‘what belongs to another,’ he means what is not within man; for God does not bestow riches upon us on condition that we shall be attached to them, but makes us stewards of them in such a manner, that they may not bind us with their chains. And, indeed, it is impossible that our minds should be free and disengaged for dwelling in heaven, if we did not look upon every thing that is in the world as ‘belonging to another.’ ‘Who shall entrust to you what is your own?’ Spiritual riches, on the other hand, which relate to a future life, are pronounced by him to be our own, because the enjoyment of them is everlasting” (= Dengan ungkapan, ‘apa yang merupakan milik orang lain’, Ia memaksudkan apa yang tidak ada di dalam manusia; karena Allah tidak memberikan kekayaan kepada kita pada kondisi dimana kita terikat kepadanya, tetapi membuat kita pengurus dari kekayaan dengan suatu cara, sehingga kekayaan itu tidak mengikat kita dengan rantainya. Dan memang, adalah tidak mungkin bahwa pikiran kita bebas dan lepas untuk tinggal di surga, jika kita tidak memandang segala sesuatu dalam dunia sebagai ‘milik orang lain’. ‘Siapa yang akan mempercayakan kepadamu apa yang merupakan milikmu sendiri?’ Kekayaan rohani, di sisi lain, yang berhubungan dengan kehidupan yang akan datang, diumumkan / dinyatakan olehNya sebagai milik kita sendiri, karena penikmatan darinya adalah kekal).

Tetapi penerapan yang diberikan oleh Edwin Louis Cole terhadap ayat ini dalam hal 157-160 betul-betul kacau balau. Karena terlalu panjang, maka contoh-contoh ini akan saya ceritakan secara ringkas dengan kata-kata saya sendiri:
a)   Dalam contoh tentang orang bernama Stephen King (hal 157-158) ia menghurufiahkan kata-kata ‘harta orang lain’ maupun ‘hartamu sendiri’. Jadi, keduanya menunjuk pada harta duniawi.
b)   Lalu dalam contoh tentang orang bernama Bill (hal 158-159) ia menafsirkan ‘setia dalam harta orang lain’ sebagai kesetiaan Bill terhadap gembalanya, dan ‘hartamu sendiri’ sebagai kesuksesan Bill sebagai gembala sidang.
c)   Lalu dalam kasus seorang pria yang tak disebutkan namanya (hal 159) ia menafsirkan ‘harta orang lain’ sebagai anak tiri orang tersebut yang ia perlakukan secara berbeda dengan anak kandungnya sendiri, dan ini disebut sebagai ‘tidak setia dengan harta orang lain’! Sikap ini menyebabkan hubungan orang itu dengan dua anak kandungnya sendiri, yang ia anggap sebagai ‘hartamu sendiri’, menjadi berantakan.
d)   Dan dalam kasus seorang pria lain (hal 159-160), yang bekerja pada bossnya, keinginannya untuk memiliki bisnis sendiri, dianggap sebagai ‘ketidak-setiaan terhadap harta orang lain’, dan itu menyebabkan ia tidak bisa mempunyai bisnis sendiri. Pria itu lalu memutuskan untuk berusaha menjadi karyawan terbaik bagi bossnya, dan ia yakin bahwa dengan demikian, ia pasti akan mempunyai bisnis sendiri!

24) “Pendurhakaan bukanlah pekerjaan Iblis seperti anggapan sejumlah orang, melainkan perbuatan manusia yang tabiatnya lepas dari kendali Roh Kudus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 164).

Tanggapan saya:

a)   Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab.

b)   Sekarang bandingkan kata-katanya di atas dengan ceritanya di bawah ini.
“Dalam sebuah pertemuan hamba-hamba Tuhan di New York, saya berbicara tentang dosa pendurhakaan ini serta sifat dan akibatnya yang mengerikan. Sewaktu pertemuan itu berakhir, seorang pria datang mendekat, merangkul saya, lalu menangis sambil berbisik, ‘Saya tidak mengetahuinya.’ Setelah tenang kembali, ia pun menceritakan rahasianya. ‘Sekitar sepuluh bulan yang lalu, seorang saudara seiman dari gereja yang biasa saya kunjungi dulu menelpon saya dan bertanya apakah saya mau bekerja sama dengannya dalam gereja baru yang dirintisnya.’ ‘Ia adalah seorang wakil gembala sewaktu saya pertama kali mengenalnya, dan hubungan kami cukuplah akrab, maka saya pun mengatakan, saya akan datang dan membantu. Sekitar empat bulan yang lalu saya melihat adanya perubahan dalam diri anak-anak perempuan saya dan tiga bulan yang lalu saya merasakan mereka mulai sering memberontak. Sebelumnya mereka tidak pernah bersikap seperti itu, dan saya tidak bisa memperkirakan penyebabnya.’ ‘Kemudian, seminggu yang lalu istri saya mulai menyinggung tentang perceraian, padahal selama ini saya sudah berusaha semampu saya untuk menjadi suami, ayah, dan anggota gereja yang baik, tetapi ternyata hidup saya malah hancur berantakan. Hari ini, sewaktu saya mendengar Anda berbicara tentang pendurhakaan, saya benar-benar tertempelak. Gembala yang saya bantu itu sebenarnya merintis jemaatnya dengan mengumpulkan ‘pecahan’ dari jemaat tempat ia semula menjadi wakil gembala.’ ‘Waktu itu saya tidak memandangnya sebagai masalah yang penting karena kejadian seperti itu seringkali kita jumpai. Namun, sekarang saya menyadari bahwa ia menyimpan roh pendurhakaan sewaktu meninggalkan gerejanya yang semula itu. Maka, ketika saya membawa keluarga saya ke dalam jemaat itu, mereka pun terpengaruh oleh rohnya, dan sikap memberontaknya itu pun merasuk ke dalam hati keluarga saya.’ Setelah saya menyampaikan kisah pria itu, ada orang lain yang menulis, ‘Saya menulis kepada Anda karena selama empat tahun yang terasa amat panjang ini saya telah mencari-cari jawaban atas suatu persoalan. Pada tahun 1987 saya berhenti dari tugas penggembalaan saya karena istri dan keluarga saya tidak tahan lagi. Setelah kami pergi kami mendapati bahwa kami telah membawa sekelompok orang, beserta dengan wakil gembala mereka yang memisahkan diri dari jemaat lain.’ ‘Saya akhirnya bersedia menggembalakan mereka, namun berbagai persoalan mulai muncul di rumah kami. Anak perempuan saya berpisah dengan suaminya, anak lelaki tertua saya memiliki masalah dengan istrinya. Kehidupan saya sedemikian merosotnya. Saya lalu meninggalkan gereja dan pelayanan dengan perasaan gagal dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri saya.’ ‘Hari ini ketika saya mendengar Anda menceritakan tentang pria di New York yang menderita akibat roh pendurhakaan dalam diri gembala yang diikutinya itu, saya sadar bahwa saya juga mengalami hal yang sama. Saya telah menghimpun orang-orang yang memberontak dan, bukannya saya berhasil menolong mereka, justru mereka hampir menghancurkan saya.’ ‘Hari ini saya bertobat, mengampuni mereka dan wakil gembala yang telah menjerumuskan saya ke dalam kekacauan ini, dan berdoa bersama istri saya ... Sekarang saya tidak sabar lagi untuk segera melayani anggota keluarga saya yang lain. Terima kasih.’” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 167-169).

Ada 2 hal yang ingin saya soroti:
1.   Sekarang ia mengatakan roh pendurhakaan’? Jadi setan ikut campur, bukan?
2.   Tidakkah aneh kalau ayahnya yang bersalah, melakukan pendurhakaan, dan anak-anaknya yang mengalami kekacauan dalam rumah tangga mereka?

Berkenaan dengan kata-kata Edwin Louis Cole di sini, saya ingin bertanya kepada para pendukung gerakan pria sejati / maximal, yang ‘memberontak’ terhadap pendeta / gerejanya: anda setuju kata-kata Edwin Louis Cole di atas ini atau tidak?
a.   Kalau anda tidak setuju, untuk apa anda mengikuti orang yang ajarannya tidak anda setujui?
b.  Kalau anda setuju, maka itu berarti anda punya roh pendurhakaan yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole, bukan? Maukah anda bertobat?

c)   Lalu dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, hal 169, Edwin Louis Cole mengatakan “Kalau Anda telah menjadi korban pendurhakaan, terlibat di dalamnya, dan tercemari olehnya, maka dalam nama Allah, usirlah roh itu dari kehidupan Anda!”.

Lagi-lagi ada 2 hal yang ingin saya soroti dari kutipan ini:

1.   Kalau ia menyuruh untuk mengusir roh itu, maka roh itu pasti menunjuk kepada setan. Lagi-lagi bertentangan dengan apa yang ia katakan di atas bahwa ‘pendurhakaan bukanlah pekerjaan Iblis’.

2.   Usir dalam nama Allah? Dimana dalam Alkitab kita diajar untuk mengusir setan dalam nama Allah? Dan nama Allah yang mana? YHWH / Yahweh? Kita selalu mengusir ‘dalam / demi nama Yesus’ karena Alkitab mengajar demikian!
Luk 10:17 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.
Kis 16:18 - “Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu”.
Kis 19:13 - “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’”.
Catatan: dalam ayat terakhir ini memang yang mempraktekkan hal itu adalah orang-orang yang tidak percaya, tetapi mereka melakukan itu karena mereka meniru Paulus. Jadi, ini menunjukkan bahwa Paulus memang mempraktekkan pengusiran setan demi nama Yesus.

3.   Alkitab hanya mengajar kita mengusir setan yang merasuk seseorang (Kis 16:18), atau yang memanifestasikan dirinya secara supranatural (Mat 4:10). Kita tidak pernah diberi otoritas untuk mengusir / menengking setan yang menggoda kita dengan cara biasa / bukan secara supranatural. Untuk yang ini apa yang harus kita lakukan? Perhatikan 2 text Alkitab di bawah ini.
Yak 4:7 - “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”.
1Pet 5:8-10 - “(8) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. (9) Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (10) Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.
Kedua text di atas tidak menyuruh kita menengking / mengusir setan pada saat ia menggoda kita dengan cara biasa / bukan secara supranatural. Karena itu, saya tidak setuju dengan praktek pengusiran setan pada waktu ia menggoda kita untuk berzinah, marah, mencuri dan sebagainya. Bahkan saya juga tidak setuju praktek mengusir setan dari ruangan kebaktian, yang banyak dilakukan bahkan oleh orang-orang Protestan!

25) Peganglah kebenaran erat-erat, bukan sebagai milik Anda, melainkan sebagai juruselamat, tuan, dan gembala Anda. Kebenaran adalah perisai dan kekuatan Anda. Kebenaran adalah salah satu ‘perlengkapan senjata Allah’ untuk melawan ‘bapa segala dusta’. Hanya kebenaran yang dapat mengalahkan dusta. Kebenaran adalah alat untuk bertahan dan sekaligus menyerang dalam setiap pertempuran yang harus kita hadapi. Kebenaran membela dirinya sendiri, dan kebenaran itu kekal. Orang berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 185).

Tanggapan saya:

Kebenaran = juruselamat, tuan, gembala? Ini betul-betul omongan yang sangat tolol! Sekalipun Yesus adalah kebenaran (Yoh 14:6), dan Yesus juga adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, dan Gembala, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Kebenaran adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, ataupun Gembala!
Lebih-lebih mengatakan bahwa ‘Orang berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!’.
Mengacau-balaukan / mencampur-adukkan ‘Yesus’ dan ‘kebenaran’ jelas merupakan sesuatu yang salah. Semut itu binatang tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa binatang itu semut. Demikian juga sekalipun Yesus adalah kebenaran, kita tidak bisa mengatakan bahwa kebenaran adalah Yesus.

Kalau kita mau mengikuti pencampur-adukkan yang dilakukan oleh Edwin Louis Cole terhadap ‘Yesus’ dan ‘kebenaran’ ini maka bisa muncul ajaran sebagai berikut: Yesus juga mengatakan bahwa Ia adalah jalan (Yoh 14:6), dan Ia adalah pintu (Yoh 10:7), dan Ia adalah roti hidup (Yoh 6:35). Jadi, jalan, pintu dan roti, juga adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, dan Gembala! Orang juga berusaha membunuh jalan, pintu dan roti dengan menyalibkannya, namun jalan, pintu dan roti itu bangkit kembali dan hidup selama-lamanya! Ini menjadi lelucon yang konyol!

26) “Pendurhakaan itu pada mulanya terjadi di sorga, yaitu sewaktu iblis yang saat itu disebut Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin dirinya sendiri yang disembah. Dengan penuh keangkuhan ia memimpin pemberontakan untuk mendurhakai Allah sehingga kemudian ia diusir keluar dari sorga dan ditempatkan di suatu kawasan bernama neraka yang disediakan Allah bagi semua orang yang memberontak terhadap Allah. Pada mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh bersamanya. Namun ketika iblis merenggut kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 208).

Tanggapan saya:

a)   Iblis disebut Lucifer? Ini ajaran umum, dan dipercayai mayoritas orang Kristen, tetapi menurut saya ini salah. Kata ‘Lucifer’ muncul dalam Yes 14:12 versi KJV, tetapi sebetulnya tidak berbicara tentang Iblis, melainkan tentang raja Babel (Yes 14:4,22,23).

Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV: ‘O Lucifer’ (= hai Lucifer).

Yes 14:4,22,23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! ... (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam”.

Calvin: “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.

Adam Clarke: “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

Saya setuju dengan kedua penafsir ini, dan karena itu saya berpendapat, bertentangan dengan hampir semua orang Kristen, bahwa ‘Lucifer’ bukanlah nama dari komandan setan!

b)   Sekarang perhatikan kata-kata Edwin Louis Cole yang saya kutip ulang di sini.
“iblis yang saat itu disebut Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin dirinya sendiri yang disembah.

Dari mana Edwin Louis Cole tahu, percaya, dan mengajarkan bahwa Iblis dulunya memimpin penyembahan bagi Allah? Juga dari mana ia tahu bahwa dosa Iblis adalah menginginkan dirinya disembah? Perlu diketahui bahwa Alkitab memberikan sangat sedikit ayat yang bekenaan dengan kejatuhan iblis, dan dari ayat-ayat itu tidak cukup data untuk menyimpulkan apa persisnya dosa iblis itu. Inilah ayat-ayatnya:

1.   2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.
Tetapi ayat ini sama sekali tidak menunjukkan dosa atau kesalahan apa yang dilakukan olehnya.

2.   Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
Bagian ini hanya mengatakan bahwa ia tidak tinggal dalam kebenaran / berpegang pada kebenaran.

3.   1Tim 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis”.
Secara implicit ini menunjukkan bahwa Iblis jatuh karena sombong, tetapi apa persisnya kesombombongannya, tidak dijelaskan oleh ayat ini.

4.   Yudas 6: “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka”.
NASB: ‘And angels who did not keep their own domain, but abandoned their proper abode’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan daerah kekuasaan mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya).
NIV: ‘And the angels who did not keep their position of authority but abandoned their own home’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi otoritas mereka, tetapi meninggalkan rumah mereka sendiri).
KJV: ‘And the angels which kept not their first estate but left their own habitation’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan tanah milik mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka sendiri).
RSV: ‘And the angels who did not keep their own position, but left their proper dwelling’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi mereka sendiri, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya ).

Mungkin ini menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi Allah, dan kalau ini memang benar maka ini sesuai dengan godaannya kepada Hawa (Kej 3:5), dan juga keinginannya untuk disembah oleh Yesus (Mat 4:9).
Kej 3:5 - “tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’”.
Mat 4:9 - “dan berkata kepadaNya: ‘Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.’”.

Dari semua dasar Kitab Suci ini, harus diakui bahwa Kitab Suci tidak memberikan pengajaran yang jelas tentang kejatuhan setan. Banyak orang Kristen / pengkhotbah / pendeta yang mengambil Yes 14 dan Yeh 28 sebagai ayat-ayat yang menceritakan kejatuhan iblis. Tetapi kedua text ini sama sekali tidak berbicara tentang kejatuhan Iblis. Yang pertama berbicara tentang raja Babel, dan yang kedua tentang raja Tirus.

Yeh 28:2,9 - “(2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. ... (9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah.

Kesimpulan yang mungkin bisa diambil berkenaan dengan dosa dari Iblis adalah: sekalipun sudah diciptakan sebagai makhluk mulia, tetapi kesombongannya menyebabkan ia tidak puas dan ingin menjadi Allah sendiri. Tetapi tidak ada kepastian dalam persoalan ini.

c)   Edwin Louis Cole mengatakan bahwa setelah jatuh, iblis ditempatkan di neraka?
Mana dasar Alkitabnya? Dan kalau ia ada di neraka, bagaimana mungkin ia berjalan-jalan menjelajahi bumi (Ayub 1:6-7)? Bagaimana mungkin ia mencobai Yesus (Mat 4:1-11)? Bagaimana mungkin ia merasuk orang (Mat 8:28)? Dan apa gunanya Alkitab menyuruh kita waspada terhadap setan (1Pet 5:8)? Alkitab sendiri mengatakan bahwa Iblis baru akan dimasukkan ke dalam neraka pada saat Yesus datang untuk kedua-kalinya (Wah 20:10).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
·         Ayub 1:6-7 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’”.
·         Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”.
·         1Pet 5:8 - Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
·         Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

Memang ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa setan sekarang sudah di neraka, yaitu 2Pet 2:4 - Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.
Untuk menafsirkan ayat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.   Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS yang hanya dipergunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar diketahui artinya secara pasti. Biasanya dalam Perjanjian Baru kata ‘neraka’ diterjemahkan dari kata GEHENNA, tetapi bukan kata itu yang digunakan di sini.
2.   Bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Mat 8:29 dan Wah 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum waktunya masuk neraka / disiksa. Itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.
3.   Disamping itu, kalau ditafsirkan bahwa setan sudah masuk ke neraka, maka itu akan bertentangan dengan 2Pet 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.
Jadi, mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.
Catatan: ada sangat banyak pro kontra tentang arti dari ayat ini. Tetapi yang jelas, tidak mungkin ayat ini diartikan bahwa setan / iblis sudah masuk neraka.

d)   Seluruh bagian yang saya beri garis bawah ganda dalam kata-kata dari Edwin Louis Cole di atas menunjukkan bahwa ia mempercayai bahwa Allah mengubah rencana!
Untuk jelasnya, saya kutip ulang kata-kata itu.
Pada mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh bersamanya. Namun ketika iblis merenggut kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...”.

Ajaran bahwa Allah bisa mengubah rencana memang merupakan ajaran yang umum, tetapi ini Arminianisme, dan ini salah! Ajaran Reformed, sesuai dengan Alkitab, mengajarkan bahwa Allah merencanakan segala sesuatu dalam kekekalan, tidak pernah mengubah rencana, tetapi selalu melaksanakan rencanaNya, dan Ia pasti berhasil! Ini dasar Alkitabnya:
·         Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
·         Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.
·         Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?.
·         Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
·         Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
·         Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?.
·         Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.
·         Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.

27) “Allah adalah Pencipta; iblis adalah pemalsu. Iblis memalsukan segala sesuatu yang diciptakan Allah. Misalnya, ruangan bar ia pakai untuk memalsukan gereja dan penjaga bar seakan-akan berfungsi sebagai gembala; orang-orang datang ke bar untuk bersekutu, menerima nasihat, dan dipenuhi dengan berbagai macam minuman keras (Dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits, Red.) Itulah gereja palsu!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 209-210).

Tanggapan saya:

a)   Iblis memang pemalsu, tetapi adalah salah kalau ia dikatakan ‘memalsukan segala sesuatu yang diciptakan Allah’.
Iblis tidak melakukan pemalsuan tanpa tujuan, misalnya dengan memalsukan batu dan kayu. Ia hanya memalsukan, kalau pemalsuan itu bisa menipu orang-orang sehingga mereka menjadi sesat, dan mengikuti dia. Karena itu, ia memalsukan Injil, nabi, rasul, gereja, agama, dan sebagainya.

b)   Menurut saya bukannya ‘dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits’. Yang benar adalah: dalam bahasa Inggris kata ‘spirits’ bisa diartikan minuman keras.
Kalau Edwin Louis Cole mengatakan bahwa sebuah bar dipenuhi dengan ‘berbagai macam spirits, arti yang mana yang ia maksudkan dengan kata ‘spirits’ itu? Minuman keras, atau roh-roh (jahat), atau keduanya? Kelihatannya ia memaksudkan keduanya. Saya sendiri lebih cenderung untuk menganggap bahwa iblis / setan / roh jahat lebih banyak ada dalam gereja (yang benar). Di tempat yang berdosa, mereka jelas juga ada. Tetapi gereja yang benar merupakan tempat favorit mereka, karena di sanalah terdapat anak-anak Tuhan, yang merupakan tujuan / target utamanya dalam menyesatkan!

c)   Kalau iblis memalsukan gereja dengan sebuah bar, dan memalsukan pendeta dengan penjaga bar, maka itu merupakan sesuatu yang luar biasa tololnya!
Kalau iblis memalsu, ia akan membuatnya mirip, karena kalau tidak, orang tidak akan tertipu.
Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
KJV: ‘Beware of false prophets, which come to you in sheep’s clothing, but inwardly they are ravening wolves’ (= Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dalam pakaian domba, tetapi di dalam mereka adalah serigala yang rakus).

2Kor 11:13-15 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”.
KJV: Satan himself is transformed into an angel of light (= Iblis sendiri diubah bentuk menjadi seorang malaikat terang).
Catatan: merupakan sesuatu yang aneh kalau KJV menterjemahkan ke dalam bentuk pasif (‘diubah bentuk’). RSV/NIV/NASV semuanya menterjemahkan ke dalam bentuk aktif.
2Kor 11:14 ini lagi-lagi menunjukkan bahwa kalau Iblis memalsu, ia akan memalsu secara mirip, bahkan sepersis mungkin. Dan 2Kor 11:13,15 menunjukkan bahwa penyamaran yang mirip itu juga terjadi pada saat Iblis memalsukan rasul-rasul / pelayan-pelayan Tuhan.
Bandingkan juga dengan perumpamaan lalang di antara gandum dalam Mat 13. Lalang mirip dengan gandum!
Tetapi gereja sama sekali berbeda dengan bar, dan pendeta sama sekali berbeda dengan penjaga bar. Itu bukan pemalsuan, karena memang merupakan dua hal yang sangat berbeda, yang orang butapun bisa membedakannya. Jadi, tidak mungkin bahwa Iblis memalsu dengan cara sebodoh itu. Tetapi kalau Tuhan punya nabi-nabi asli, dan Iblis memberikan Edwin Louis Cole, maka itu baru merupakan pemalsuan, karena memang ada kemiripan (bagi mata yang kurang jeli dan bagi pikiran yang kurang / tidak mengerti Alkitab)!

28) “Sebagai contoh, ada suatu prinsip yang mengatakan bahwa doa membuahkan keintiman. Salah satu penyimpangan yang dilakukan iblis sehubungan dengan prinsip ini adalah menjanjikan keintiman melalui pornografi dan bukan doa” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 210).

Tanggapan saya:
a)   Rasanya dua hal ini, yaitu pornografi dan doa, adalah dua hal yang begitu jauh bedanya. Karena itu saya sama sekali tidak yakin akan kata-kata dari Edwin Louis Cole di atas ini.
b)   Saya kira juga harus dibedakan antara pornografi dan perzinahan.
Perzinahan memang bisa dianjurkan setan untuk mendatangkan keintiman. Inipun tidak selalu demikian. Banyak kali terjadi perzinahan hanya demi pemuasan nafsu, bukan demi mendapatkan keintiman.
Tetapi pornografi, seperti blue film dsb, menurut saya hanya untuk kesenangan / kepuasan / memuaskan keingin-tahuan saja, dan tidak berhubungan dengan keintiman.

29) “Allah memerintahkan manusia untuk menyenangkan hatiNya, dan selanjutnya Dia akan membereskan hubungan manusia itu dengan sesamanya (Amsal 16:7). Orang yang berusaha menyenangkan hati Allah umumnya juga akan disenangi oleh orang lain. Semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin besar pula kasihnya kepada sesamanya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 216).

Tanggapan saya:
Amsal 16:7 - “Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikanNya dengan dia”.
Sekalipun ini Firman Tuhan, dan memang bisa terjadi, tetapi ayat dalam Amsal ini tidak bisa diartikan secara mutlak, karena kalau dimutlakkan maka ayat ini akan bertentangan dengan banyak ayat-ayat lain. Edwin Louis Cole memang tidak memutlakkan, karena ia menggunakan kata ‘umumnya’. Tetapi saya menganggap bahwa ayat ini bukan saja tidak bisa diartikan secara mutlak, tetapi bahkan diartikan ‘pada umumnyapun’ sangat belum tentu!
Memang benar, bahwa ‘semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin besar pula kasihnya kepada sesamanya’. Tetapi masalahnya, apakah sesamanya itu akan memahami kasihnya dan membalas kasihnya? Itu lain persoalan!
Saya berpendapat, bagaimana sikap orang-orang lain itu, tergantung dari tindakan apa yang kita lakukan untuk menyenangkan hati Allah itu. Kalau itu berupa tindakan menolong, misalnya kita menolong orang-orang miskin / yang mempunyai problem, maka sangat besar kemungkinan kata-kata dalam Amsal 16:7 itu akan terjadi. Tetapi kalau tindakan menyenangkan Allah yang kita lakukan itu berupa tindakan menegur dosa, atau tindakan memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, maka yang seringkali terjadi justru adalah orang-orang itu akan marah / memusuhi kita! Mengapa? Karena mereka menyalah-tafsirkan tindakan kasih kita pada waktu menegur / memberitakan Injil kepadanya. Saya sendiri sering membuat seminar / menulis buku tentang kesesatan / kesalahan dari banyak ajaran (seperti Saksi Yehuwa, Yahweh-isme, Yesaya Pariadji, dsb), termasuk tentang ajaran pria sejati / maximal ini, untuk menyenangkan hati Tuhan melalui semua ini. Tetapi apakah orang-orang yang saya kritik / serang itu, termasuk dari kalangan pria sejati / maximal, semakin menyenangi saya? Saya sangat tidak yakin!
Bdk. Gal 4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”.

Dalam Alkitab sendiri, yang sering terjadi, juga adalah sebaliknya. Orang yang menyenangkan hati Allah sering dimusuhi oleh dunia! Baik Yesus, Paulus, dsb, banyak musuhnya. Kalau tidak demikian, dimana peranan setan?
Baca ayat-ayat di bawah ini:
·         Yoh 16:1-4a - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. (4a) Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’”.
·         Yoh 15:18-21 - “(18) ‘Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (20) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu. (21) Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena namaKu, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”.
·         Yoh 17:14 - “Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”.
·         Luk 6:22-23 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
·         Mat 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

30) “Orang yang hanya memperhatikan hal-hal yang ada di luar saja tentu akan mengutamakan talenta dan memusatkan dirinya pada perbuatan yang terlihat oleh mata. Tetapi Allah melihat hati (1Samuel 16:7), mengutamakan karakter, dan menghargai nilai suatu perbuatan. Ingatlah, Abraham memasang kemahnya, namun membangun mezbahnya (Kejadian 13:4). Manusia lebih sering memasang mezbah dan membangun kemahnya. Dengan cara begitu ia telah menciptakan masalah bagi dirinya sendiri. Perbuatan semacam itu tentu menghasilkan nilai yang berbeda. Anda boleh saja memasang kepribadian, namun tetap harus membangun karakter. Allah menghendaki agar di dalam gereja dibangun pilar-pilar kokoh untuk menyokong pekerjaan gereja, bukan sekedar pasak-pasak yang dipancangkan. Ketika muncul tekanan dalam gereja, orang-orang yang berdiri sebagai pilar itu akan menjaga stabilitas gereja. Bila orang-orang itu hanya berfungsi sebagai pasak, mereka akan runtuh karena tidak kuat menahan beban tanggung jawab yang harus mereka pikul. Prinsip-prinsip bersifat tetap, sedangkan kepribadian bersifat seketika. Kepribadian yang ‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh. Apabila hal yang internal bersifat ilahi, maka hal yang eksternal akan memancarkan keilahiannya itu” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 218).

Tanggapan saya:
Ini bukan hanya merupakan penafsiran alegoris yang kacau balau, tetapi juga merupakan permainan kata yang sama sekali tidak pada tempatnya.
Untuk ‘kemah’, memang Alkitab sering mengunakan istilah ‘memasang’ (Misalnya dalam Kej 12:8  26:25  31:25  33:19  35:21), sedangkan untuk ‘mezbah’, Alkitab sering menggunakan istilah ‘membangun’ (misalnya dalam 2Ki 21:3  2Ch 33:3  Ezr 3:2). Tetapi:
a)   Mengkontraskan kedua kata kerja / istilah ini secara begitu keras merupakan sesuatu yang salah, karena untuk ‘kemah’pun, Alkitab sendiri sering menggunakan kata ‘mendirikan’ (Kel 38:21  39:40  40:2  40:18  Bil 7:1  Dan 11:45  Ibr 8:5), yang tidak terlalu berbeda dengan ‘membangun’!
b)   Menghubungkan kedua kata itu, juga kata-kata ‘pilar’ dan ‘pasak’, dan kata-kata ‘dibangun’ dan ‘dipancangkan’, dengan kepribadian dan karakter, merupakan suatu pengalegorian yang tidak pada tempatnya.
Dari penggunaan istilah-istilah ‘memasang kepribadian’ dan ‘membangun karakter’, yang terasa begitu aneh, sebetulnya sudah terlihat bahwa Edwin Louis Cole sedang memaksakan suatu ajaran yang sebetulnya sama sekali tidak cocok dengan ayat yang ia pakai!
c)   Edwin Louis Cole mengatakan bahwa “Kepribadian yang ‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh”.
Apakah kepribadian seseorang memang bisa berubah? Itu sesuatu yang sangat meragukan bagi saya.

31) “Kita harus percaya bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan hal-hal yang terbaik bagi kita dan bahwa Dia selalu menepati janjiNya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 219).

Tanggapan saya:
Ini suatu kesalahan yang sangat umum. Banyak orang mengatakan bahwa Allah berjanji memberikan yang terbaik. Tetapi Allah tidak pernah berjanji seperti itu. Ia berjanji untuk turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, bukan mendatangkan yang terbaik!

Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

32) “Adam adalah manusia pertama yang diberi roh hikmat (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 236).

Tanggapan saya:
Ini omongan konyol yang tak punya dasar Alkitab!

33) Apabila ada sesuatu yang terjadi di alam jasmani, maka hal yang sepadan dengan itu terjadi pula di alam rohani, begitu pula sebaliknya. Rob Carman adalah seorang teman saya yang menjadi gembala di Albuquerque. Melalui serangkaian kejadian ia menemukan hubungan antara apa yang ada di dunia sekuler dengan yang terdapat di dunia kerohanian. Jemaat yang dipimpinnya bertumbuh dari beberapa gelintir orang hingga mencapai sekitar 1.500 orang. Namun, kemudian pertumbuhan jemaat tersebut seolah-olah terhenti. Semangat, gairah, dan keagresifan yang menandai pertumbuhan mula-mula seakan-akan kehilangan bobotnya. Bagi diri Rob Carman pribadi, waktu yang dahulu biasa digunakan untuk berdoa dan mempelajari Alkitab saat itu seperti digerogoti dengan jadwal konseling yang meningkat, isu-isu moral yang terus menerus menjadi bahan perdebatan para anggota jemaat dan masalah-masalah keluarga yang seperti tidak ada habis-habisnya. Karena merasa letih dan tertekan oleh semuanya itu serta prihatin akan situasi yang ada, suatu hari ia memutuskan untuk merenungkan ayat-ayat Alkitab ketika ia teringat pada sebuah artikel yang dibacanya di surat kabar beberapa hari sebelumnya. Ia terkesan pada suatu data statistik yang melaporkan keadaan yang terjadi pada masyarakat yang mengalami pelonjakan tingkat pengangguran. Ia menyadari bahwa apa yang terjadi pada masyarakat luas itu sama dengan yang terjadi dalam lingkungan jemaatnya. Sewaktu merenungkan gagasan itu, kesejajaran tersebut semakin tampak jelas baginya (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 252)

Tanggapan saya:

a)   Ini gila dan sesat! Perhatikan kata-kata Melalui serangkaian kejadian ia menemukan hubungan antara apa yang ada di dunia sekuler dengan yang terdapat di dunia kerohanian’. Ia bukan menemukan hal itu dari Alkitab, tetapi dari serangkaian kejadian, yang mencakup ‘sebuah artikel di surat kabar’ dan ‘suatu data statistik’! Alangkah Alkitabiahnya! Dan apa dasarnya Rob Carman tahu-tahu bisa mempercayai / menyadari bahwa ‘apa yang terjadi pada masyarakat luas itu sama dengan yang terjadi dalam lingkungan jemaatnya’? Dan apa dasarnya sehingga Edwin Louis Cole mempercayai kesimpulan dari Rob Carman ini?

b)   Kalau yang ia katakan di atas ini benar, lalu apa fungsi Roh Kudus dalam diri gereja / orang-orang Kristen? Apa fungsi Firman Tuhan yang dibaca dan didengar orang-orang Kristen, kalau ternyata apa yang terjadi di alam rohani sepadan dengan yang terjadi di alam rohani? Memang, dunia bisa saja mempengaruhi gereja (Mat 24:12), tetapi tidak harus demikian! Kalau gereja dan dunia harus sama, lalu bagaimana dengan ayat-ayat di bawah ini?
Yoh 17:15-16 - “(15)Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. (16) Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Ro 12:2 - Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Ef 5:11 - Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu”.
Mat 5:13 - “‘Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.
Kalau dilihat dari ayat terakhir ini (Mat 5:13) maka bisa disimpulkan bahwa jemaat dari Rob Carman itu semuanya adalah garam yang telah menjadi tawar!

c)   Dalam Alkitab gereja / orang Kristen disebut sebagai ‘kudus’. Arti utama dari kata ‘kudus’ bukanlah ‘suci’, tetapi ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’. Tetapi hebatnya, atau lebih tepat, gilanya, Rob Carman mencampur-adukkan gereja dan dunia, dan Edwin Louis Cole mempercayai kesimpulan sesat dan tolol itu!

34) “Itulah sebabnya Yesus sering duduk di Bait Allah sambil memperhatikan orang-orang memberikan persembahannya. ‘Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.’ (Matius 6:21)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 269).

Tanggapan saya:
Luk 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.
Yesus memang memperhatikan orang-orang yang memberikan persembahan, tetapi hal ini tak ada hubungannya dengan Mat 6:21!

35) Dia mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa, dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286).

Dia mengatakan bahwa Dia hanya melakukan hal-hal yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa (Yohanes 5:19). Jadi, berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 71).

Tanggapan saya:

a)   Jadi Yesus cuma bisa meniru Bapa? Ini jelas merupakan penafsiran sesat tentang Yoh 5:19.
Yoh 5:19 - “Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Untuk menunjukkan hal itu saya akan membahas ayat ini potong per potong.

1.   ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b  bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).
Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (dan juga menjadi ayat dasar dari ajaran Saksi Yehuwa / Unitarianisme) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya seba­gai Anak Allah, dan menyetarakan diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya.
Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.
Kata-kata ‘menyamakan diriNya’ seharusnya adalah ‘membuat diriNya setara’.

Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus dalam Yoh 5:19? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa, kebalikannya juga berlaku, yaitu, Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!

Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.

2.   ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang diker­jakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).
Bagian ini tidak berarti seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tetapi kelihatannya arti itu yang diambil oleh Edwin Louis Cole.
Kalau Yoh 5:19 itu diartikan bahwa Yesus cuma bisa meniru apa yang Bapa lakukan, bagaimana mungkin Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah melihat Bapa melakukan hal itu, lalu menirunya? Lalu pada waktu Yesus berinkarnasi, lalu menderita dan mati untuk menebus dosa kita, kapan Dia melihat Bapa melakukan hal itu, lalu menirunya? Bapa bahkan tidak bisa mati, karena berbeda dengan Yesus / Anak, Bapa tidak pernah berinkarnasi menjadi manusia.

Tentang bagian ini, Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata seo­rang yang bernama Westcott, yang memberikan komentar yang indah sebagai berikut:
“The things that the Father does that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan hakekatNya) - hal 313.

W. G. T. Shedd: “In these passages the doctrine is taught that while each person is so distinct from the others that he can speak of himself as doing acts that are peculiar to himself and not to the others, yet the distinctness is not so great as to make him another Being who does the acts a]f’ e]autou (= of himself) exclusively and apart from the others” [= Dalam text-text ini doktrin diajarkan bahwa sementara setiap pribadi berbeda (distinct) dari pribadi-pribadi yang lain sehingga Ia bisa berbicara tentang diriNya sendiri sebagai melakukan tindakan-tindakan yang khas bagi diriNya sendiri dan tidak bagi pribadi-pribadi yang lain, tetapi perbedaan (distinctness) itu tidaklah begitu besar sehingga membuatNya seorang Makhluk lain yang melakukan tindakan-tindakan itu a]f’ e]autou (= dari diriNya sendiri) secara exklusif dan terpisah dari pribadi-pribadi yang lain] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol III, hal 133.

b)   Edwin Louis Cole mengatakan ‘berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus’.

1.         Prinsipnya sudah salah, maka jelas pada waktu diterapkan, juga jadi salah.

2.   Seandainya Yesus memang meniru Bapa, apa alasannya sehingga hal itu harus berlaku untuk kita, dan kita lalu harus meniru Yesus? Sekalipun Yesus dikatakan merupakan teladan kita (Yoh 13:14-15), tetapi itu tidak berarti bahwa apapun yang Yesus lakukan atau tidak lakukan, harus kita teladani. Ada yang tidak perlu, ada yang tidak bisa, dan ada yang bahkan tidak boleh, kita teladani!
Misalnya:
a.   Yesus disunat.
b.   Yesus berpuasa 40 hari 40 malam; Yesus tidak menikah.
c.   Yesus melakukan mujijat, membangkitkan orang mati dan sebagainya.
d.   Yesus mati disalib menebus dosa kita.
Kalau mau mendapatkan ajaran / penafsiran yang benar, maka kita harus membandingkan apa yang Yesus lakukan atau tidak lakukan dengan seluruh Alkitab, untuk menentukan hal-hal mana yang harus kita teladani, dan hal-hal mana yang tidak perlu / tidak boleh kita teladani.

c)   Sekarang mari kita perhatikan kutipan pertama di atas, yang untuk jelasnya, saya kutip ulang di sini.
“Dia mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa, dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286).

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

1.   Apa hubungannya ‘peniruan’ dengan ‘kekuatan untuk melakukan peniruan’ tersebut?
Boleh dikatakan bahwa Edwin Louis Cole berkata: Karena Yesus hanya meniru Bapa, maka Ia tak harus merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Ia ditopang oleh kekuatan surgawi. Apa urusannya ‘meniru’ dengan ‘kekuatan untuk melakukan’? Kelihatannya orang ini memang tidak punya logika!

2.   Yesus tertekan kalau harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri? Kalau demikian Ia pasti bukan Allah! Kalau Dia adalah Allah, Ia pasti maha kuasa. Lalu bagaimana mungkin Ia tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri?

36) Setelah mengutip Mat 7:29 - “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”, Edwin Louis Cole lalu berkata: “Kuasa ini muncul dari pengenalanNya akan diriNya sendiri, tujuanNya dalam hidup ini dan dari identitas diri yang diterimaNya secara sempurna” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286-287).

Tanggapan saya:

Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa adanya kuasa dalam ajaran Yesus terjadi karena pengenalanNya akan diriNya sendiri, dan dari identitas diri yang diterimaNya dengan sempurna?? Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab secuilpun!

37) “Elia seharusnya belajar dari seorang nabi lain yang hidup berabad-abad kemudian. Nabi ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan menyangkal umat-Nya dalam kelemahan mereka. ‘Tetapi sekalipun pada waktu kita ini demikian lemah sehingga tidak beriman, Ia tetap setia dan menolong kita, karena Ia tidak dapat menyangkal kita yang merupakan bagian dari diri-Nya sendiri dan janji-janji-Nya kepada kita akan selalu dilaksanakan-Nya’ (2 Timotius 2:13, Alkitab versi Firman Allah yang Hidup)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 289).

Tanggapan saya:

a)   Yang menuliskan 2Tim 2:13 adalah Paulus. Ia adalah rasul, bukan nabi.

b)   2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
Edwin Louis Cole mengambil terjemahan dari FAYH / LB yang justru kacau. Alkitab bahasa Inggris pada umumnya menggunakan kata ‘faithless’, yang menurut saya di sini harus diartikan ‘tidak setia’, bukan ‘tidak beriman’, karena dikontraskan dengan sikap Allah yang ‘setia / faithful’. Dan bagian belakang dari ayat ini dalam FAYH / LB (bagian yang saya beri garis bawah ganda dalam kutipan di atas), betul-betul kacau.

c)   Kalau Allah setia kepada orang-orang yang tidak beriman, maka bagaimana mungkin orang yang tidak beriman bisa dimasukkan neraka?

38) Abraham mengambil keputusan yang salah dan seluruh dunia harus menanggung akibatnya. Ketika pada usia delapan puluh tahun ia masih juga belum dikaruniai anak, akhirnya ia menyetujui usul Sarah untuk mendapatkan anak dari budak perempuannya, Hagar. Ia lalu menghamili Hagar, dan lahirlah Ismael. Ketika menyadari kesalahannya Abraham lalu memutuskan untuk melangkah secara benar dengan percaya bahwa Allah akan membuat Sarah mengandung seorang anak. Allah yang setia itu kemudian memberi mereka Ishak, si anak perjanjian (Kej 15:18). Namun, penyelewengan iman Abraham yang dilakukannya dengan cara mengambil keputusan menurut daging dan bukan menurut roh telah menimbulkan permusuhan yang berlarut-larut hingga sekarang, antara keturunan Sarah dengan keturunan Hagar - bangsa Yahudi dengan bangsa Arab (Kej 16:11-12)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 303).

Tanggapan saya:

a)   Edwin Louis Cole lagi-lagi sangat ceroboh dan tidak akurat dalam data-data Alkitab. Ia mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada saat Abraham berusia 80 tahun. Padahal Alkitab mengatakan bahwa Abraham mendapat anak Ismael dari Hagar pada usia 86 tahun.
Kej 16:16 - “Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya”.
Jadi, waktu ia memperistri (menjadikan gundik) Hagar, usianya sekitar 85 tahun.

Juga kalau dilihat dari ayat-ayat di bawah ini, jelas saat itu usia Abraham 85 tahun.
Kej 12:4 - “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Kej 16:3 - “Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, - yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan -, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

Kelihatannya ini hanya hal kecil, tetapi ini menunjukkan betapa cerobohnya Edwin Louis Cole dalam menggunakan Alkitab. Kalau dalam hal seperti itu, yang jelas-jelas ada dalam Alkitab, ia sudah salah, apalagi dalam penafsiran ayat-ayat!

b)   Kata-kata “Ketika menyadari kesalahannya Abraham lalu memutuskan untuk melangkah secara benar dengan percaya bahwa Allah akan membuat Sarah mengandung seorang anak” itu muncul dari Alkitab sebelah mana?

c)   Edwin Louis Cole mengajar bahwa dosa Abraham juga mempunyai akibat yang harus ditanggung oleh seluruh dunia. Apa dasar Alkitabnya? Alkitab mengatakan hanya dosa Adam, yang adalah manusia pertama, yang mempunyai akibat untuk seluruh dunia, dan itupun hanya dosa pertama Adam, bukan dosa-dosanya yang lain setelah itu.

Ro 5:12-19 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (14) Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. (15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

Disamping itu dosa Adam dan akibatnya dikontraskan oleh Alkitab dengan perbuatan kebenaran Yesus dan akibatnya, yang menetralisirnya. Kalau dosa Abraham juga punya akibat universal, lalu apa kontrasnya dan apa yang menetralisirnya?

d)   Kalau di bagian atas kutipan di atas Edwin Louis Cole mengatakan bahwa dosa Abraham mempunyai akibat yang ditanggung oleh seluruh dunia, adalah aneh, bahwa dalam memberi contoh di bawah ia hanya memberikan contoh permusuhan antara bangsa Yahudi dan bangsa Arab. Ini bukan sesuatu yang bersifat universal, tetapi lokal!

39) “Dalam kedamaian ada perhentian yang berasal dari Allah (Ibrani 4:9). Perhentian ini akan mengalahkan kekhawatiran yang ada” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).
Ibr 4:9 - “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”.

Tanggapan saya:

Edwin Louis Cole menerapkan ayat ini untuk damai yang kita alami / dapatkan di dunia ini, padahal ayat ini bicara tentang perhentian di surga!

Ibr 4:1-11 - “(1) Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku. (2) Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya. (3) Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: ‘Sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu,’ sekalipun pekerjaanNya sudah selesai sejak dunia dijadikan. (4) Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: ‘Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya.’ (5) Dan dalam nas itu kita baca: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’ (6) Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka. (7) Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu ‘hari ini’, ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu!’ (8) Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. (9) Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. (10) Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaanNya. (11) Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga”.

Dalam text ini terlihat bahwa baik hari ke 7 (Sabat), yang disebut hari perhentian, maupun Kanaan (yang disebut tempat perhentian), merupakan type dari surga / istirahat di surga (bdk. Wah 14:13). Tetapi Edwin Louis Cole menerapkan Ibr 4:9 untuk kehidupan di dunia.

Wah 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.

40) “Dalam kedamaian ada perasaan telah menemukan sesuatu melalui Allah (Lukas 17:21). Ini akan mengakhiri pengembaraan jiwa kita” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).

Tanggapan saya:
Luk 17:20-21 - “(20) Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila (kapan) Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kataNya: ‘Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, (21) juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.’”.

Betul-betul gila menggunakan text seperti ini untuk pernyataannya! Sama sekali tidak ada hubungannya. Calvin mengatakan bahwa text ini menekankan bahwa kita tidak boleh mencari kerajaan Allah dengan mata lahiriah kita, karena kerajaan Allah ini bukanlah bersifat daging atau duniawi, dan yang disebut kerajaan Allah bukan lain adalah pembaharuan di dalam dan bersifat rohani dari jiwa kita. Karena itu hal itu harus dicari di dalam diri kita.

Calvin (tentang Luk 17:20-21): “He means, that they are greatly mistaken who seek with the eyes of the flesh the kingdom of God, which is in no respect carnal or earthly, for it is nothing else than the inward and spiritual renewal of the soul. From the nature of the kingdom itself he shows that they are altogether in the wrong, who look around here or there, in order to observe visible marks. ‘That restoration of the Church,’ he tells us, ‘which God has promised, must be looked for within; for, by quickening his elect into a heavenly newness of life, he establishes his kingdom within them.’ And thus he indirectly reproves the stupidity of the Pharisees, because they aimed at nothing but what was earthly and fading”.
Catatan: saya tak memberi terjemahannya, karena intinya sudah saya berikan di atas.

41) “Allah tidak menciptakan kekacauan (1 Korintus 14:33). Dia justru menyediakan damai sejahtera melalui Yesus Kristus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).

Tanggapan saya:

1Kor 14:33 berbicara tentang kekacauan dalam kebaktian / pertemuan ibadah, bukan kekacauan yang dimaksudkan oleh Edwin Louis Cole!

1Kor 14:26-40 - “(26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. (34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. (35) Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. (36) Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang? (37) Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. (38) Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia. (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

Dalam hal-hal ini Edwin Louis Cole tak terlalu berbeda dengan para Saksi Yehuwa yang menggunakan text ini untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal yang mereka anggap sebagai suatu kekacauan, dan juga dengan Pdt. Jusuf B. S. yang menggunakan text ini untuk menyerang doktrin tentang predestinasi, yang ia anggap sebagai suatu kekacauan. Semua orang-orang ini tidak mengerti bagaimana menafsirkan ayat itu sesuai dengan kontextnya. Kontextnya tidak membicarakan kekacauan dalam hati orang berdosa, ataupun kekacauan suatu ajaran, tetapi kekacauan dalam suatu ibadah!

42) Setelah menceritakan tentang raja Asa yang tidak menghancurkan ‘bukit-bukit pengorbanan’ / tempat-tempat tinggi, yang akhirnya menimbulkan kembali penyembahan berhala, Edwin Louis Cole lalu berkata sebagai berikut:
“‘Tempat-tempat tinggi’ dalam pikiran kaum pria adalah pikiran-pikiran yang tersembunyi, berupa benteng-benteng nostalgia, sentimen pribadi, dan khayalan-khayalan yang kadang-kadang dijadikan tempat menyepi untuk memuaskan hawa nafsu manusia mereka.” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 317).

Tanggapan saya:

Ini lagi-lagi merupakan pengalegorian / perohanian yang tidak pada tempatnya. Kalau hal ini diterapkan pada raja Asa sendiri, lalu artinya jadi bagaimana? Jadi, raja Asa punya khayalan-khayalan untuk memuaskan nafsunya?

43) “Biasakanlah membasuh pikiran Anda dengan air firman Allah (Efesus 5:26)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 318).

Tanggapan saya:

a)   Mengapa diterjemahkan ‘air firman Allah’? Dari terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris yang mana?
Ef 5:26 - “untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman”. Ini jelas salah terjemahan.
KJV: ‘the washing of water by the word’ (= pembasuhan air oleh firman).
RSV/NASB: ‘the washing of water with the word’ (= pembasuhan air dengan firman).
NIV: ‘the washing with water through the word’ (= pembasuhan dengan air melalui firman).
Catatan: kata Yunani yang digunakan adalah EN, yang memang bisa diterjemahkan macam-macam, tetapi tidak ada yang menterjemahkan bagian ini menjadi ‘air firman Allah’, dan rasanya memang tidak mungkin diterjemahkan seperti itu.

b)   Apa arti Ef 5:26 ini?
Saya sendiri mengikuti pandangan Calvin yang menganggap ‘air’ di sini berbeda dengan ‘firman’. ‘Air’ menunjuk pada baptisan. Ini tidak berarti bahwa Calvin mempercayai kalau baptisan bisa mengampuni dosa. Calvin sendiri mengingatkan bahwa ayat di atas itu menunjukkan bahwa yang menyucikan dan memandikan / membasuh adalah Allah sendiri (perhatikan kata ‘Ia’ dalam ayat itu), bukan baptisannya / airnya. Sedangkan kata ‘firman’ ditambahkan karena firman merupakan meterai dari sakramen, dan tanpa firman maka sakramen tidak ada gunanya.

Calvin (tentang Ef 5:26): “‘Washing it with the washing of water.’ Having mentioned the inward and hidden sanctification, he now adds the outward symbol, by which it is visibly confirmed; as if he had said, that a pledge of that sanctification is held out to us by baptism. Here it is necessary to guard against unsound interpretation, lest the wicked superstition of men, as has frequently happened, change a sacrament into an idol. When Paul says that we are washed by baptism, his meaning is, that God employs it for declaring to us that we are washed, and at the same time performs what it represents. If the truth - or, which is the same thing, the exhibition of the truth - were not connected with baptism, it would be improper to say that baptism is the washing of the soul. At the same time, we must beware of ascribing to the sign, or to the minister, what belongs to God alone. We must not imagine that washing is performed by the minister, or that water cleanses the pollutions of the soul, which nothing but the blood of Christ can accomplish. In short, we must beware of giving any portion of our confidence to the element or to man; for the true and proper use of the sacrament is to lead us directly to Christ, and to place all our dependence upon him. Others again suppose that too much importance is given to the sign, by saying that baptism is the washing of the soul. Under the influence of this fear, they labor exceedingly to lessen the force of the eulogium which is here pronounced on baptism. But they are manifestly wrong; for, in the first place, the apostle does not say that it is the sign which washes, but declares it to be exclusively the work of God. It is God who washes, and the honor of performing it cannot lawfully be taken from its Author and given to the sign. But there is no absurdity in saying that God employs a sign as the outward means. Not that the power of God is limited by the sign, but this assistance is accommodated to the weakness of our capacity. Some are offended at this view, imagining that it takes from the Holy Spirit a work which is peculiarly his own, and which is everywhere ascribed to him in Scripture. But they are mistaken; for God acts by the sign in such a manner, that its whole efficacy depends upon his Spirit. Nothing more is attributed to the sign than to be an inferior organ, utterly useless in itself, except so far as it derives its power from another source. ... ‘In the word.’ This is very far from being a superfluous addition; for, if the word is taken away, the whole power of the sacraments is gone. What else are the sacraments but seals of the word? This single consideration will drive away superstition. How comes it that superstitious men are confounded by signs, but because their minds are not directed to the ‘Word,’ which would lead them to God? Certainly, when we look to anything else than to the word, there is nothing sound, nothing pure; but one absurdity springs out of another, till at length the signs, which were appointed by God for the salvation of men, become profane, and degenerate into gross idolatry. The only difference, therefore, between the sacraments of the godly and the contrivances of unbelievers, is found in the Word. By the ‘Word’ is here meant the promise, which explains the value and use of the signs. Hence it appears, that the Papists do not at all observe the signs in a proper manner. They boast indeed, of having ‘the Word,’ but appear to regard it as a sort of enchantment; for they mutter it in an unknown tongue; as if it were addressed to dead matter, and not to men. No explanation of the mystery is made to the people; and in this respect, were there no other, the sacrament begins to be nothing more than the dead element of water. ‘In the word’ is equivalent to ‘By the word.’ (= ).
Catatan: lagi-lagi saya tidak menterjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.

c)   Untuk kata ‘menyucikannya’ dalam Ef 5:26 itu, KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkan ‘cleanse’ (= membersihkan). Dari kata yang digunakan, maupun dari kontextnya, jelas bahwa Ef 5:26 itu berbicara tentang penyucian diri kita dari dosa. Tetapi Edwin Louis Cole menerapkan Ef 5:26 dalam arti pengudusan pikiran. Ini lagi-lagi tidak cocok!
KJV: ‘That he might sanctify and cleanse it with the washing of water by the word’.
RSV: ‘that he might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word’.
NIV: ‘to make her holy, cleansing her by the washing with water through the word’.
NASB: ‘so that He might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word’.
ASV: ‘that he might sanctify it, having cleansed it by the washing of water with the word’.
NKJV: ‘that He might sanctify and cleanse her with the washing of water by the word’.

Tuhan memakai firmanNya untuk membersihkan kita, dalam arti menguduskan kita. Tetapi untuk membersihkan kita dari dosa yang sudah kita lakukan, Ia tidak pernah menggunakan firman. Untuk itu darah Kristuslah yang Ia gunakan (Mat 26:28  Ef 1:7  Ibr 9:12,14  Ibr 9:22-25  1Pet 1:18-19  1Yoh 1:7  Wah 1:5  Wah 7:14).

d)   Dari pada menggunakan ayat seperti Ef 5:26, bukankah jauh lebih baik menggunakan ayat-ayat seperti Yoh 15:3  Yoh 17:17?
Yoh 15:3 - “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yoh 17:17 - “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran”.

44) “Raja Daud adalah ayah yang buruk bagi Adonia, namun merupakan ayah yang menakjubkan bagi Salomo. Alkitab mencatat, ‘Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegur dia’ (1Raja-raja 1:6). Tidak ada koreksi dan teguran dari ayahnya telah menghancurkan Adonia” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 342).

Tanggapan saya:

a)   Ini merupakan pengutipan sebagian ayat yang menyebabkan artinya menjadi lain dari yang seharusnya.
1Raja 1:5-6 - “(5) Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: ‘Aku ini mau menjadi raja.’ Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. (6) Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: ‘Mengapa engkau berbuat begitu?’ Iapun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom”.
Kalau dilihat dari text ini, Daud hanya dinyatakan tidak pernah menegur Adonia dalam hal ia meninggikan diri dengan mengatakan ‘Aku ini mau menjadi raja’. Sama sekali tidak berarti Daud tak pernah menegur Adonia dalam segala hal.

b)   Dari pada menggunakan ayat yang dikutip sebagian seperti itu, jauh lebih baik kalau ia menggunakan ayat-ayat seperti:
·         Amsal 29:15 - “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya”.
·         Amsal 29:17 - “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”.
·         Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.
Catatan: ‘mendidik’ pasti mencakup ‘menegur’.

45) Manusia terlahir dari daging dan tidak memiliki kodrat ilahi melalui kelahiran alami. Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan kembali (Yohanes 3:3). Dia mengajarkan bahwa Allah adalah Roh, dan oleh karena itu untuk dapat menerima kodrat Allah, kita harus dilahirkan dari RohNya sebagaimana kita dilahirkan dari daging. Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan seorang manusia, terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu manusia dibuat hidup di dalam Roh” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 72).

“Dalam kemanusiaanNya, Dia mengambil bagian dalam kedagingan kita; dan oleh RohNya kita mengambil bagian dalam keilahianNya, sehingga kita menjadi kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus (2Petrus 1:4)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 73).

Tanggapan saya:

Untuk dapat menerima kodrat Allah? Mengambil bagian dalam keilahianNya? Ini mustahil bisa terjadi. Tetapi lalu bagaimana dengan 2Pet 1:4 yang digunakan oleh Edwin Louis Cole? Mari kita membaca dan membahas ayat itu.

2Pet 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Kitab Suci Indonesia: ‘kodrat ilahi’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).

Calvin: But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow [= Tetapi kata ‘nature’ di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati / melampaui ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Calvin: “we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).

Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].

46) “Campbell berbicara dari Surat Paulus yang Pertama kepada jemaat di Korintus, pasal kesepuluh, mulai dari ayat keenam sampai ayat kesepuluh. ... Inilah kelima alasan yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan perihal mengapa bangsa Israel gagal mencapai Tanah Perjanjian.
Berbuat jahat
Menyembah berhala
Berbuat cabul / berzina
Mencobai Tuhan
Bersungut-sungut
Ketika saya mencoba untuk memperhatikan daftar kelima alasan yang dikemukakan oleh Campbell tersebut, saya kira dosa yang paling menonjol adalah berbuat cabul (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 3).

Tanggapan saya:

Apa alasannya Edwin Louis Cole mengatakan seperti itu? Perhatikan hal-hal ini:

a)   Dalam Perjanjian Lama, kelihatannya dosa yang paling Tuhan benci adalah penyembahan berhala. Dosa itu sangat sering, bahkan paling sering, menyebabkan Tuhan murka kepada mereka. Baca cerita-cerita dalam kitab Hakim-hakim, dan juga Raja-raja, maka saudara akan dengan segera melihat hal itu. Dosa itu juga yang menyebabkan bangsa Israel dan Yehuda masuk ke dalam pembuangan. Sebaliknya dosa percabulan hanya sangat sedikit dibicarakan. Bahkan polygamy, yang jelas juga termasuk dalam perzinahan, kelihatannya agak ditoleransi, karena sama seperti perbudakan, itu merupakan dosa yang sangat membudaya pada saat itu.

b)   Text yang menceritakan dosa Israel yang menyebabkan banyak dari mereka dilarang untuk masuk ke Kanaan adalah text di bawah ini.

Bil 14:1-35 - “(1) Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. (2) Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: ‘Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! (3) Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?’ (4) Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.’ (5) Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. (6) Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, (7) dan berkata kepada segenap umat Israel: ‘Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. (8) Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. (9) Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.’ (10) Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. (11) TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! (12) Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka.’ (13) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: ‘Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatanMu dari tengah-tengah mereka, (14) mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diriMu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awanMu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam. (15) Jadi jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata: (16) Oleh karena TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanjikanNya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di padang gurun. (17) Jadi sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan: (18) TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setiaNya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (19) Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setiaMu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.’ (20) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu. (21) Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: (22) Semua orang yang telah melihat kemuliaanKu dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suaraKu, (23) pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya. (24) Tetapi hambaKu Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya. (25) Orang Amalek dan orang Kanaan diam di lembah. Sebab itu berpalinglah besok dan berangkatlah ke padang gurun, ke arah Laut Teberau.’ (26) Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: (27) ‘Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut kepadaKu? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepadaKu telah Kudengar. (28) Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapanKu, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. (29) Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepadaKu. (30) Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! (31) Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. (32) Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, (33) dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun. (34) Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: (35) Aku, TUHAN, yang berkata demikian. Sesungguhnya Aku akan melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini yang telah bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di sinilah mereka akan mati.’”.

Ini adalah satu-satunya kejadian / peristiwa yang menyebabkan bangsa Israel dilarang masuk Kanaan, kecuali Kaleb dan Yosua dan orang-orang yang saat itu berusia dibawah 20 tahun. Dan di sini sama sekali tidak ada dosa percabulan / perzinahan ataupun menyembah berhala.
Dari text ini terlihat bahwa dosa-dosa yang menyebabkan banyak orang dari bangsa Israel gagal mencapai tanah Kanaan adalah ketidak-percayaan / bersungut-sungut, mencobai Tuhan, menista Tuhan, tidak setia, dan memberontak / melawan Tuhan.
Kata ‘menista’ (ay 14,23) bisa diartikan ‘membuat marah’ (KJV: ‘provoke’), atau ‘memandang rendah’ (RSV: ‘despise’).


Bersambung...

3 komentar:

  1. Terima kasih telah menulis pembahasan ini. Tuhan memberkati

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. kepandainmu jgn cuma sbg tukang kritik kyk ahli2 taurat, kelas pria sejati sdh mengubah bnyk pria punya dampak untuk hidup orang lain....lha kamu sndiri apa dampaknya bagi orang lain

    BalasHapus