Minggu, 16 Maret 2014

FONDASI KEKRISTENAN: PEGANGAN KATEKISASI (Part 1)


Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div



Pelajaran dasar

I) Pentingnya pelajaran dasar / katekisasi yang baik


Dalam Kis 18:24-28 ada suatu cerita yang menarik yang menunjukkan betapa pentingnya pelajaran dasar yang baik bagi orang kristen, apalagi bagi seorang pelayan Tuhan / pemberita Firman Tuhan.

Kis 18:24-28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.

Cerita ini adalah cerita tentang seorang yang bernama Apolos. Ada beberapa hal yang diceritakan tentang Apolos oleh text ini:

1)   Asal usul Apolos.
Ay 24: “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.
Kota Alexandria (Mesir) mempunyai semacam sekolah theologia dan merupakan pusat ‘ahli theologia’ pada jaman itu. Mungkin sekali Apolos merupakan lulusan dari sekolah theologia itu.

2)   Pengetahuan Apolos.

a)   Ia dikatakan ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’.
Yang dimaksud dengan ‘Kitab Suci’ di sini mungkin sekali hanyalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru belum ditulis. Kalaupun ada sebagian Perjanjian Baru yang sudah ditulis, mungkin belum dianggap sebagai Kitab Suci.

b)   Juga dikatakan bahwa ia ‘telah menerima pengajaran tentang jalan Tuhan’.
Ay 25a: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.

1.   Kata-kata ‘jalan Tuhan’ (ay 25) ataupun ‘jalan Allah’ (ay 26) jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2  18:26  19:9,23  22:4  24:14,22).
Kis 9:2 - “dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem”.
Kis 19:9,23 - “(9) Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus. ... (23) Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.
Kis 22:4 - “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara”.
Kis 24:14,22 - “(14) Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi. ... (22) Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: ‘Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu.’”.

2.   Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ (ay 25) dalam bahasa Yunaninya adalah HEN KATECHEMENOS, dan dari kata KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’ (= katekisasi / pelajaran dasar).

Jadi, Apolos sudah mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar tentang kekristenan.

c)   Tetapi lalu dalam ay 25b dikatakan bahwa ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’.
Ay 25: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan tentang bagian ini:

1.   Kata-kata ‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya, atau sebaliknya).
Misalnya:
·         kalau dikatakan bahwa Washington memaklumkan perang terhadap Moskow, tentu maksudnya Amerika Serikat memaklumkan perang terhadap Rusia.
·         Kalau ada pemberitaan tentang pertandingan sepak bola dan dikatakan ‘Indonesia kalah’, yang dimaksudkan sebenarnya adalah ‘Kesebelasan Indonesia kalah’.
·         kalau dikatakan ‘mata Tuhan ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), maksudnya adalah ‘Allah ada di segala tempat’.

Pada waktu dikatakan ‘baptisan Yohanes’, tidak mungkin yang dimaksudkan betul-betul hanya baptisan Yohanes saja. Masakan Apolos yang katanya ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’, dan yang adalah seorang pengkhotbah itu, hanya tahu tentang baptisan Yohanes saja? Pasti yang dimaksudkan adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis, termasuk pengajaran Firman Tuhan yang ia lakukan.

Bdk. Mat 21:23-27 - “(23) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?’ (24) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. (25) Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? (26) Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.’ (27) Lalu mereka menjawab Yesus: ‘Kami tidak tahu.’ Dan Yesuspun berkata kepada mereka: ‘Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.’”.
Dalam text ini terjadi hal yang sama. Tidak mungkin yang dimaksudkan oleh Yesus dengan ‘baptisan Yohanes’ dalam ay 25 itu betul-betul hanya ‘baptisan Yohanes saja’. Pasti maksudnya adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis. Demikian juga dalam Kis 18:25 ini. Maksudnya, Apolos hanya mengetahui pelayanan / penga­jaran Yohanes Pembaptis.

2.   Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelas­lah bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam ajaran Yohanes Pembaptis.

Yoh 1:29-36 - “(29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (30) Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (31) Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ (32) Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. (33) Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. (34) Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’ (35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.

Yoh 3:26-30 - “(26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya. (29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. (30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.

3.   Sekalipun Apolos tahu tentang Mesias dan pasti juga mengajarkan tentang Mesias, tetapi, dari kata-kata ‘ia hanya mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos tentang dasar-dasar kekristenan / Injil. Kita tidak bisa tahu dengan pasti apa yang kurang dalam pengertian dan pengajaran Apolos itu, tetapi sesuatu yang kurang itu pastilah merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu mempersoalkannya. Tetapi kenyataannya, mereka mempersoalkannya, dan mereka membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarnya lagi (ay 26).

3)   Karunia Apolos.

a)         Ia fasih bicara.
Ay 24: “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.

b)         Ia mempunyai karunia untuk berdebat.
Ay 28: “Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Memang ay 28 ini menceritakan pelayanannya setelah pengetahuannya yang kurang itu diperbaiki oleh Priskila dan Akwila (ay 26). Tetapi jelas bahwa karunia ini sudah ada sebelum pengertiannya diperbaiki oleh Priskila dan Akwila.

4)   Apolos melakukan pelayanan (ay 25-26a).

a)   Pertama-tama kita perhatikan bagaimana ia melakukan pelayanannya.
Ay 25,26,28: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. ... (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Ada semangat, ada keberanian, dan ada ketekunan. Ini merupakan 3 hal yang sangat penting dalam pelayanan!!

b)   Apolos giat dalam memberitakan ‘Injil’.
Ay 25-26a: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26a) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.”.
Dengan pengertian yang mempunyai kekurangan yang cukup penting itu, Apolos memberitakan ‘Injil’ / mengajar tentang Yesus. Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini menyebabkan ia mengajarkan hal-hal yang salah / sesat? Kekurangan pengertian memang memungkinkan terjadinya pengajaran hal-hal yang salah / sesat, tetapi dalam kasus Apolos ini, tidak terjadi pengajaran hal-hal yang salah / sesat.
Ini terlihat dari ay 25 yang mengatakan: dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’.
Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan terjemahan yang kurang tepat. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah AKRIBOS.
KJV menterjemahkan: ‘diligently’ (= dengan rajin / tekun). Ini terjemahan yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB menterjemahkan: ‘accurately’ (= dengan akurat / tepat), dan ini terjemahan yang benar.

Jadi, Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Sebaliknya ia mengajar dengan akurat / tepat. Tetapi, ada hal-hal yang benar dan penting yang tidak dia ajarkan karena keterbatasan / kekurangan pengetahuannya.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Apollos’ message was not inaccurate or insincere; it was just incomplete” (= Berita / pesan dari Apolos bukanlah tidak akurat atau tidak tulus; tetapi hanya tidak lengkap).

c)         Hasil pelayanan Apolos.
Kalau saudara ingin tahu hasil dari pelayanan Apolos pada waktu pengertiannya masih mempunyai kekurangan yang sangat penting itu, maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh beberapa penafsir sebagai orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu.
Kis 19:1-7 - “(1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang”.

Dari Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma menghasilkan orang kristen KTP, yang akhirnya diiinjili ulang oleh Paulus sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.

Mengapa semua ini bisa terjadi pada seorang lulusan sekolah theologia / pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah: karena ia mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar yang kurang baik!

5)   Priskila dan Akwila memperbaiki kekurangan Apolos dalam pengertiannya.
Priskila dan Akwila, sekalipun mereka adalah orang Kristen biasa / awam, tetapi telah mempelajari Injil dari Paulus, karena di Korintus Paulus tinggal serumah dengan mereka.
Kis 18:1-4 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. (4) Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani”.
Catatan: Priskila dan Akwila terus menyertai Paulus sampai Kis 18:19 dimana Paulus lalu meninggalkan mereka berdua di Efesus, dan di Efesus mereka lalu bertemu dengan Apolos.

Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka, dan memperbaiki pengertiannya yang kurang itu.
Ay 26b: “Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.

Ini boleh dikatakan merupakan pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah theologia / seorang pengkhotbah! Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

a)   Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah theologia, mau diajar lagi tentang pelajaran dasar kekristenan, oleh orang-orang awam seperti Priskila dan Akwila, menunjukkan kerendahan hatinya yang luar biasa, yang patut ditiru.

Adam Clarke: “This eloquent man, and mighty in the Scriptures, who was even a public teacher, was not ashamed to be indebted to the instructions of a Christian woman, in matters that not only concerned his own salvation, but also the work of the ministry, in which he was engaged. It is disgraceful to a man to be ignorant, when he may acquire wisdom; but it is no disgrace to acquire wisdom from the meanest person or thing” (= Orang yang fasih bicara ini, yang hebat dalam Kitab Suci, yang bahkan adalah seorang pengkhotbah umum, tidak malu untuk berhutang budi pada pengajaran dari seorang perempuan Kristen, dalam hal-hal yang bukan hanya berkenaan dengan keselamatannya sendiri, tetapi juga dengan pekerjaan pelayanan, dalam mana ia terlibat. Adalah memalukan bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, pada waktu ia bisa mendapatkan hikmat; tetapi bukanlah sesuatu yang memalukan untuk mendapatkan hikmat dari orang atau hal yang paling hina).

Penerapan: apakah saudara malas belajar pelajaran dasar karena saudara adalah seorang majelis / guru Sekolah Minggu? Tirulah Apolos, yang sekalipun sudah lulus sekolah theologia, dan sudah menjadi seorang pengkhotbah, tetapi tetap mau diajar pelajaran dasar lagi.

b)   Priskila dan Akwila tidak merasa minder / takut untuk membenahi seorang pengkhotbah dalam pengetahuannya yang kurang.

c)         Sekarang mari kita memperhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos.
Ay 26b: “... setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia ay 26b ini kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam ay 25.
Ay 25-26: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.

Tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani kata yang digunakan dalam ay 26 berbeda dengan yang digunakan dalam ay 25. Kalau ay 25 menggunakan kata Yunani AKRIBOS, maka ay 26 menggunakan kata Yunani AKRIBESSERON, yang merupakan the comparative form (= bentuk pembanding) atau the comparative adverb (= kata keterangan pembanding) dari kata Yunani AKRIBOS yang diguna­kan dalam ay 25. Jadi, kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti ‘dengan akurat’, maka kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 26 seharusnya berarti ‘dengan lebih akurat’ [RSV/NASB: ‘more accurately’ (= dengan lebih akurat)].

Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya dengan akurat. Tetapi Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos dengan lebih akurat lagi!

6)   Pelayanan Apolos setelah diperbaiki pengertiannya oleh Priskila dan Akwila.
Ay 27-28: “(27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.

Jelas bahwa ia melanjutkan pelayanannya yang semula, yaitu memberitakan Injil / Yesus, dan ia melakukannya dengan cara berdebat, dan lalu dikatakan bahwa ‘oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya’ (ay 27b). Kalimat ini diterjemahkan secara berbeda boleh dikatakan oleh semua Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘who, when he was come, helped them much which had believed through grace (= yang, ketika ia datang, banyak menolong mereka, yang telah percaya melalui kasih karunia). RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV KJV.
Tetapi Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa banyak yang memperdebatkan, apakah kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) itu harus dihubungkan dengan ‘kebergunaan Apolos’ (seperti dalam terjemahan LAI), atau dengan ‘telah menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos’ (seperti dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).
Dan ia beranggapan bahwa penekanan dari text ini adalah keberhasilan pelayanan Apolos, dan karena itu aneh kalau kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) dihubungkan dengan ‘menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos. Jauh lebih cocok, kalau kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) itu dihubungkan dengan keberhasilan / kebergunaan Apolos. Vincent mempunyai pandangan yang sama dengan Jamieson, Fausset & Brown.

Albert Barnes juga beranggapan bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) bisa dihubungkan dengan Apolos atau dengan orang-orang Kristen yang telah menjadi percaya. Tetapi bertentangan dengan Jamieson, Fausset & Brown, ia menganggap bahwa yang benar adalah yang terakhir (seperti Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).

Adam Clarke malah menganggap bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) berhubungan dengan kedua hal itu. Jadi, baik kebergunaan Apolos maupun menjadi percayanya orang-orang Kristen itu, terjadi oleh kasih karunia. Saya beranggapan bahwa secara theologis Adam Clarke benar. Tetapi kalau kita menyoroti ay 27 itu, maka kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) hanya bisa menunjuk kepada salah satu dari kedua hal itu.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Who, when he was come, helped them much (was a great acquisition to the Achaian brethren), which had believed through grace.’ If this is the right way of rendering the words, it is one of those incidental expressions which show that faith is being a production of God’s grace in the heart was so current and recognized a truth that is was taken for granted, as a necessary consequence of the general system of grace, rather than expressly insisted on. In this sense the words have certainly been understood by the majority of interpreters. But Grotius, Bengel, Olshausen, Meyer, Webster and Wilkinson, and Lechler, connect the words ‘through grace’ with Apollos, not with the Corinthian converts-translating thus: ‘who, when he was come, helped them much through grace who had believed;’ and though once disinclined to this, we now judge it to be the true sense of the statement. For what the historian tells us is not that Apollos helped the believers at Corinth, by operating successfully on themselves - to the enlargement of their knowledge, the furtherance of their faith, their growth in grace: in that case it might have been quite natural to tell us that it was those whom the grace of God had first brought into subjection to Christ who were thus furthered in the divine life by Apollos. But the whole service which the historian says Apollos rendered to the Corinthian believers, ‘when he was come’ - or, on his first arrival - consisted in his adding to their numbers from without, or at least bearing down all opposition from their Jewish adversaries. And since the whole stress of the statement is laid upon the success of Apollos’ labours among the unbelieving Jews, it seems more natural to understand the historian to mean that it was ‘through grace’ that Apollos carried all before him in his discussions with them, than that he should have meant to tell us that those who were believers long before he arrived had ‘believed through grace.’” (= ).
Vincent: “‘Through grace.’ ... Expositors differ as to the connection; some joining ‘through grace with them which had believed,’ insisting on the Greek order of the words; and others with ‘helped,’ referring to grace conferred on Apollos. I prefer the latter, principally for the reason urged by Meyer, that ‘the design of the text is to characterize Apollos and his work, and not those who believed.’” (= ).
Barnes’ Notes: “‘Which had believed through grace.’ The words ‘through grace’ may either refer to Apollos, or to the Christians who had believed. If to him, it means that he was enabled by grace to strengthen the brethren there; if to them, it means that they had been led to believe by the grace or favor of God. Either interpretation makes good sense. Our translation has adopted what is most natural and obvious” (= ).
Catatan: Ketiga kutipan ini tidak saya terjemahkan karena intinya telah saya berikan di atas.

Kebergunaan Apolos yang hebat ini terjadi di Akhaya (ay 27). Korintus adalah ibu kota dari Akhaya. Hebatnya pelayanan Apolos di Akhaya / Korintus terlihat dari:

a)   Di Korintus sampai muncul ‘kelompok Apolos’.
1Kor 1:12 - “Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus”.
1Kor 3:4 - “Karena jika yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”.
Orang-orang Korintus yang suka grup-grupan sampai ada yang mendewakan dia sedemikian rupa, sehingga menganggap diri dari grup Apolos. Ini bukan kesalahan Apolos, tetapi kesalahan orang-orang Korintus itu sendiri. Ada penafsir (The Biblical Illustrator) yang menganggap bahwa Apolos tak mau datang ke Korintus dalam 1Kor 16:12, sekalipun Paulus sendiri mendesaknya untuk datang, karena ia tidak senang didewakan! Tetapi penekanan saya adalah: kalau ia tidak hebat dalam pelayanannya, tidak akan ada orang yang mau membanggakan diri dengan sebutan ‘kelompok / grup Apolos’!

b)   Paulus jelas menganggap dia sebagai pelayan Tuhan dan rekan kerjanya!
1Kor 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

Kesimpulan:
Apolos yang sudah menerima katekisasi, dan punya perngertian Kitab Suci yang hebat, sudah berkhotbah dsb, tetapi mempunyai kekurangan dalam pelajaran dasar, ternyata hanya menghasilkan orang kristen KTP dalam pelayanan yang ia lakukan dengan mati-matian. Tetapi setelah kekurangan pengertian dasarnya diperbaiki, ia menjadi orang yang sangat berguna bagi gereja / Tuhan.
Ini menunjukkan bahwa katekisasi yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal ini bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara (dan tentunya juga keselamatan saudara), tetapi juga pelayanan saudara atau iman dan keselamatan dari orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang katekisasi (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb). Saudara harus me­mentingkan mutunya!
Kalau katekisasi yang kurang baik saja bisa mengaki­batkan hal-hal seperti itu, bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut katekisasi?

II) Lamanya mengajar pelajaran dasar.


Dari Kis 18:11 kita bisa melihat bahwa di Korintus Paulus mengajar Firman Tuhan selama 18 bulan atau satu setengah tahun.
Kis 18:11 - “Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka”.
Kata ‘di situ’ itu dimana? Bdk. Kis 18:1-2,18 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. ... (18) Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar. Priskila dan Akwila menyertai dia”.
Jadi, semua ini terjadi di Korintus, karena baru dalam ay 18 Paulus meninggalkan Korintus.

Sekarang mari kita melihat beberapa ayat dalam surat Korintus untuk mengetahui apa pandangan Paulus tentang pelayanannya selama 18 bulan itu di Korintus.
1Kor 3:2,6,10 - “(2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. ... (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. ... (10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya”.
Dalam ay 2 ia mengatakan bahwa ia hanya memberi mereka susu, bukan makanan keras. Dalam ay 6 ia mengatakan ia hanya menanam (= memberitakan Injil), Apolos yang menyiram (memberi pelajaran untuk menumbuhkan). Dalam ay 10 ia mengatakan bahwa ia hanya meletakkan dasar, dan orang lain yang membangun di atas dasar yang telah ia letakkan itu.

Dalam waktu yang begitu lama (18 bulan!), ia cuma menanam, meletakkan dasar, dan memberi susu! Ini menunjukkan bahwa mengajar pelajaran dasar bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan dengan cepat-cepat!
Ini harus dicamkan oleh para pemimpin gereja (majelis dan hamba Tuhan) dan para pengurus perseku­tuan, yang selalu ingin cepat-cepat membangun jemaat­nya dengan thema yang muluk-muluk / sukar, padahal di antara jemaatnya banyak bayi kristen, bahkan banyak orang kristen KTP!
Ini juga harus dicamkan oleh banyak orang yang tidak senang dengan katekisasi yang merupakan pelajaran dasar kekristenan, atau yang menghendaki supaya katekisasi itu dilakukan secara singkat!

Memang satu hal yang paling dibutuhkan untuk belajar Alkitab / Firman Tuhan adalah ketekunan. Tidak ada jalan pintas dalam belajar Alkitab, dimana dalam waktu beberapa bulan kita bisa menguasai Alkitab. Kita harus belajar dengan tekun, sedikit demi sedikit, sampai kita mati dan bertemu muka dengan muka dengan Pengarang dari Alkitab.

Dan pertama-tama kita harus mempunyai pengertian dasar yang baik. Saya merencanakan untuk mengkhotbahkan pelajaran dasar di gereja ini setiap minggu pertama. Datanglah secara rutin, dan juga ajaklah orang-orang lain, supaya baik saudara maupun mereka juga bisa mempunyai pengertian dasar yang baik. Tuhan memberkati saudara.



KRISTEN & AGAMA LAIN


Amsal 14:12 - “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut”.
Amsal 16:25 - “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut”.
Amsal 12:15 - “Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak”.

Jalan orang berdosa bisa benar dalam anggapannya sendiri, lebih-lebih kalau ia melakukan kebaikan atau mempunyai agama secara lahiriah / sebagai kedok dari kemunafikannya, atau ia telah melakukan reformasi sebagian dalam kehidupannya, upacara-upacara agama (misalnya baptisan), dan semangat yang buta (misalnya jihad), dan sebagainya. Mereka mengkhayalkan bahwa dengan semua ini mereka akan pergi ke surga (Matthew Henry).

Keil & Delitzsch: “The rightness is present only as a phantom, for it arises wholly from a terrible self-deception; the man judges falsely and goes astray when, without regard to God and His word, he follows only his own opinions” (= Ke-benar-an hanya ada sebagai suatu khayalan, karena hal itu muncul sepenuhnya dari suatu penipuan yang buruk sekali terhadap diri sendiri; orang itu menilai secara salah dan tersesat, pada waktu, tanpa mempedulikan Allah dan FirmanNya, ia hanya mengikuti pandangannya sendiri).

Adam Clarke: “it may be his own false views of religion: he may have an imperfect repentance, a false faith, a very false creed; and he may persuade himself that he is in the direct way to heaven” (= itu bisa adalah pandangannya yang salah tentang agama: ia bisa mempunyai pertobatan yang tidak sempurna, suatu iman yang palsu, suatu pengakuan iman yang sangat salah; dan ia bisa membujuk / meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia ada dalam jalan yang langsung menuju surga).

Yang dimaksud dengan ‘jalan’ dalam Amsal 14:12 di atas tentu bukan jalan duniawi, tetapi jalan secara rohani. Dalam dunia ini ada banyak ‘jalan’, yaitu agama-agama yang beraneka ragam. Banyak orang yang berkata bahwa semua agama itu sama. Tetapi ini adalah pendapat yang salah. Memang kalau kita hanya melihat pada hukum-hukum moral / etika, atau apa yang dilarang dan apa yang diharuskan / diperintahkan, maka semua agama mempunyai banyak persamaan, dan hanya sedikit perbedaan. Misalnya: semua agama melarang berdusta, berzinah, membenci / membunuh, kurang ajar kepada orang tua, dan sebagainya.
Tetapi begitu kita melihat pada doktrin, maka semua agama berbeda, bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Dan kristen, kalau itu mau disebut sebagai suatu agama, secara doktrinal merupakan agama yang paling berbeda dibandingkan dengan agama-agama yang lain.

Penerapan: Karena itu, kalau ada orang yang tidak senang doktrin, dan hanya senang pada ajaran-ajaran yang bersifat praktis seperti moral dan etika, sebetulnya tak terlalu jadi soal bagi orang itu apakah ia beragama kristen atau beragama lain, apakah ia mengikuti gereja kristen yang benar atau yang sesat.

Dan perbedaan-perbedaan antara Kristen dan agama-agama lain itu justru merupakan perbedaan-perbedaan yang bersifat prinsip / dasar, seperti:

I) Pengakuan terhadap Yesus Kristus.


Agama kristen mempercayai Yesus Kristus sebagai:

1)   Tuhan / Allah.
Istilah ‘Tuhan’ menunjuk pada kedudukan / jabatan, sedangkan istilah ‘Allah’ menunjuk kepada ‘jenis makhluk’nya. Kristen mempercayai Yesus baik sebagai Tuhan maupun sebagai Allah!
Sedangkan agama lain / sekte paling-paling hanya menganggap Yesus sebagai orang yang baik / saleh, atau sebagai nabi.
Dalam hal ini harus diwaspadai ajaran dari sekte seperti Unitarianisme / Saksi Yehuwa, dan juga dari Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena, yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah ‘Tuhan’ tetapi ‘tuan’, bukanlah ‘Allah’ sungguh-sungguh tetapi hanya ‘allah kecil’. Ini sesat dan bukan ajaran kristen, karena kristen yang benar mempercayai Yesus betul-betul sebagai Allah dan Tuhan dalam arti kata yang setinggi-tingginya, setara dengan Bapa dan Roh Kudus.
Catatan: perlu diketahui  bahwa Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena menyimpang dalam hal ini dari Gereja Orthodox Syria yang asli.

2)   Juruselamat / Penebus dosa, yang membayar hutang dosa kita.
Jadi, Kristen mempercayai, sesuai dengan ajaran Kitab Suci, bahwa Yesus yang adalah Tuhan / Allah sendiri, karena kasihNya kepada manusia berdosa, mau menjadi manusia, dan lalu menderita dan mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Yesus rela menjadi pengganti bagi kita, dan memikul hukuman kita, sehingga kalau kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan dihukum, tetapi sebaliknya diselamatkan / diampuni.

Tidak ada agama lain yang mempunyai seorang Juruselamat / Penebus dosa. Prinsip dari semua agama-agama lain adalah:

a)   Manusia sendirilah yang harus membayar hutang dosanya sendiri.
Subhadra Bhiksu: A Buddhist Catechism: “No one can be redeemed by another. No God and no saint is able to shield a man from the consequences of evil doings. Every one of us must become his own redeemer” (= Tak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa membentengi seorang manusia dari konsekwensi dari tindakan jahat. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.

b)   Allah, karena Ia adalah maha pengasih dan penyayang, mengampuni manusia berdosa begitu saja tanpa ada penebusan ataupun penghukuman. Dari sudut pandang Kristen, ini menunjukkan Allah itu kehilangan keadilanNya.

Catatan: dalam persoalan pengakuan terhadap Yesus Kristus ini, Katolik sama dengan Kristen, karena Katolik juga mempercayai Yesus sebagai Tuhan / Allah, maupun sebagai Juruselamat / Penebus dosa.

II) Prinsip kekristenan adalah Allah mencari manusia.


Prinsip dari semua agama lain adalah manusia mencari Allah (dengan jalan membuang dosa, berbuat baik, berbakti, dsb).

Thomas Arnold: “The distinction between Christianity and all other systems of religion consists largely in this, that in these others, men are found seeking after God, while Christianity is God seeking after men” (= Perbedaan antara Kekristenan dan semua sistim agama lain sebagian besar terletak di sini, yaitu bahwa dalam agama-agama lain, manusia didapati mencari Allah, sedangkan Kekristenan adalah Allah mencari manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 95.

Untuk bisa mengetahui yang mana prinsip yang benar / yang sesuai dengan ajaran Kitab Suci kita, mari kita melihat beberapa point di bawah ini:

1)   Kej 3:6-9 - “(6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’”.

Kalau kita melihat dalam Kej 3 ini, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka mereka tidak mencari Allah (Kej 3:6-7). Sebaliknya pada waktu mereka mendengar kedatangan Allah, maka mereka justru bersembunyi (Kej 3:8). Allahlah yang mencari mereka dengan memanggil: “Di manakah engkau?” (Kej 3:9). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana mereka berada. Allah hanya mau mereka datang kepadaNya dan mengaku dosa. Tetapi bagaimanapun juga di sini kita melihat suatu prinsip yang sudah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa untuk pertama kalinya, yaitu Allahlah yang mencari manusia dan bukan sebaliknya!

2)   Dalam Luk 19:10, Yesus berkata: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.
Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada Yesus, yang juga adalah Allah sendiri. Jadi ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pada waktu manusia itu terhilang dalam dosa, Allah mencari manusia untuk menyelamatkannya.
Bdk. Yeh 34:16 - Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Tidak ada domba hilang yang mencari gembalanya, gembalanyalah yang mencari domba yang hilang itu.

3)   Dalam Ro 3:11 dikatakan bahwa: “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Ro 3:11 ini perlu dicamkan khususnya pada waktu kita melihat ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah, seperti:
·         1Taw 16:11 - Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!”.
·         Maz 27:8 - “Hatiku mengikuti firmanMu: ‘Carilah wajahKu’; maka wajahMu kucari, ya TUHAN”.
·         Maz 105:3-4 - “(3) Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! (4) Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!”.
·         Yes 55:6 - Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.
·         Amos 5:4-6 - “(4) Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup! (5) Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap.’ (6) Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel”.

Ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah ini, tidak menunjukkan bahwa manusia bisa mencari Allah, dan juga tidak menunjukkan bahwa ada manusia yang mencari Allah. Manusia mungkin sekali ikut agama tertentu untuk mencari keselamatan. Mereka bisa saja mencari berkat Tuhan. Tetapi manusia tidak mungkin mencari Allah.

Tetapi benarkah manusia tidak akan pernah mencari Allah? Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu baru bisa terjadi kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak mencari manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu tidak akan mencari Allah.
Jadi, prinsip yang benar tetap adalah ‘Allah mencari manusia’, bukan ‘manusia mencari Allah’.

III) Keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.


Dalam semua agama-agama lain, keselamatan didapatkan karena perbuatan baik, atau karena iman / percaya + perbuatan baik. Jadi, dalam semua agama-agama lain, perbuatan baik mempunyai andil untuk menyelamatkan manusia / membawa manusia ke surga.

Untuk menunjukkan hal itu, saya akan membahas secara singkat prinsip keselamatan dari agama-agama besar dalam dunia:

1)   Yudaisme / agama Yahudi.
Fritz Ridenour (tentang ajaran Yudaisme / agama Yahudi tentang ‘keselamatan’): “Anyone, Jew or not, may gain salvation through commitment to the one God and moral living” (= Siapapun, orang Yahudi atau bukan, bisa mendapatkan keselamatan melalui komitmen kepada satu Allah dan hidup yang bermoral) - ‘So What’s the Difference’, hal 63.

2)   Agama Hindu.
Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Hindu): “Man is justified through devotion, meditation, good works and self-control” (= Manusia dibenarkan melalui pembaktian, meditasi, perbuatan baik dan penguasaan diri sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 82.

3)   Agama Buddha.
Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Buddha): “Man is saved by self-effort only” (= Manusia diselamatkan hanya oleh usaha sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 92.

4)   Agama Islam.
Fritz Ridenour (tentang ajaran Islam tentang ‘keselamatan’): “Man earns his own salvation, pays for his own sins” (= Manusia memperoleh keselamatannya sendiri, membayar untuk dosa-dosanya sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 72.
Catatan: kata ‘to earn’ sebetulnya berarti ‘memperoleh karena telah melakukan sesuatu’.

5)   Dalam agama-agama lain secara umum.
Fritz Ridenour: “Many religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi solusi mereka selalu berbeda dengan solusi dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau pemeliharaan peraturan-peraturan dan hukum-hukum) - ‘So What’s the Difference’, hal 17.

6)   Agama Katolik.
Dalam persoalan ini Roma Katolik termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:

a)   Baptisan dianggap mutlak perlu untuk keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.

b)   Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin dianggap bisa menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa ketaatan seseorang punya andil dalam keselamatannya.

c)   Dipercaya adanya api penyucian, ke dalam mana semua ‘orang percaya’ yang kurang sempurna hidupnya, akan masuk; dan surga, ke dalam mana orang percaya yang kehidupannya memenuhi standard Tuhan, akan masuk.

Bahwa Katolik menekankan pentingnya perbuatan baik untuk keselamatan / masuk surga, juga bisa terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:
·         Fritz Ridenour: “Roman Catholicism teaches that faith is just the beginning of salvation, so the believer must constantly work throughout his life to complete the process” (= Roma Katolik mengajar bahwa iman hanyalah permulaan dari keselamatan, sehingga orang percaya harus terus menerus bekerja dalam sepanjang hidupnya untuk melengkapi proses itu) - ‘So What’s the Difference’, hal 41.
·         Fritz Ridenour: “The Catholic believes that good works are necessary for salvation” (= Orang Katolik percaya bahwa perbuatan baik perlu untuk keselamatan) - ‘So What’s the Difference’, hal 45.
·         Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam Roma Katolik): “Salvation is secured by faith plus good works - as channeled through the Roman Catholic Church” (= Keselamatan dipastikan oleh iman ditambah perbuatan baik - seperti yang disalurkan melalui Gereja Roma Katolik) - ‘So What’s the Difference’, hal 45-46.

Dalam agama kristen / kekristenan, kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Jadi, dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

Bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil dalam keselamatan, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
·         Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
  • Ro 3:24,27-28 - “(24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
·         Ro 9:30-32 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
  • Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
·         Gal 3:6-11 - “(6) Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. (7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. (8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa akan diberkati.’ (9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (10) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ (11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman.’”.
  • Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
·         Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
·         Bahwa perbuatan baik tidak mempunyai andil dalam keselamatan seseorang, juga bisa terlihat dari selamatnya penjahat yang bertobat di atas kayu salib, padahal ia hanya percaya kepada Kristus (pada akhir hidupnya) dan boleh dikatakan tidak mempunyai perbuatan baik.
Luk 23:42-43 - “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Catatan: point terakhir ini, bahwa manusia diselamatkan hanya melalui iman, akan saya bahas secara lebih terperinci lagi di kemudian hari.



DASAR KEKRISTENAN / INJIL


Hal-hal yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:
1)         Dosa.
2)         Hukuman bagi manusia berdosa.
3)         Penebusan oleh Yesus Kristus, melalui kematian dan kebangkitanNya.
4)         Iman / percaya dan pertobatan.
5)   Gunanya perbuatan baik / ketaatan, dan apa hubungan perbuatan baik / ketaatan dengan iman.

I) Dosa.


1)   Pentingnya kesadaran akan dosa.
Dalam point ini, yang menjadi tujuan saya bukanlah sekedar supaya saudara merasa bahwa diri saudara adalah orang yang berdosa, tetapi supaya saudara sadar bahwa diri saudara adalah orang yang penuh dengan dosa, sangat berdosa. Saya ingin menyadarkan saudara bahwa saudara bukan putih, ataupun abu-abu, ataupun putih dengan bintik-bintik hitam, tetapi hitam legam! Kesadaran akan dosa seperti itu adalah sesuatu yang sangat penting, karena kalau kita tidak menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa seperti itu, maka kita tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat. Orang yang merasa dirinya baik adalah orang yang paling jauh dari keselamatan / paling tidak bisa diselamatkan.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
·         Ro 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
·         Luk 16:15 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah”.
·         Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini:
¨       Thomas Carlyle: “The deadliest sins were the consciousness of no sin” (= Dosa-dosa yang paling mematikan adalah kesadaran terhadap tidak adanya dosa) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 605.
¨       Martin Luther: “The recognition of sin is the beginning of salvation” (= Pengenalan akan dosa adalah permulaan dari keselamatan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.
¨       Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness, or more hopeful than contrition” (= Tidak ada apapun yang lebih mematikan dari pada perasaan bahwa diri sendiri itu benar, atau yang lebih memberikan pengharapan dari pada perasaan berdosa) - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.
¨       Anonymous: “There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (= Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada harapan yang ada bagi ‘seorang kudus’ yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

Alkitab jelas mengatakan tak ada orang yang baik. Ro 3:12 - “Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.
Tetapi celakanya, ada banyak orang yang merasa dirinya baik. Ini adalah ‘orang kudus’ yang menipu dirinya sendiri. Contohnya adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus.

Kesadaran akan dosa sendiri itu begitu penting, dan karena itu kalau dalam pelajaran ini saudara sepertinya ‘ditelanjangi’ dosa-dosanya, maka:

a)   Jangan menjadi marah.
Yak 1:19-22 - “(19) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; (20) sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (21) Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. (22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”.

Kontext dari Yak 1:19 itu adalah dalam urusan mendengar Firman Tuhan. Jadi ayat itu memperingatkan kita supaya tidak cepat marah pada saat mendengar Firman Tuhan.

Barnes’ Notes (tentang Yak 1:19): “The particular point here is, however, not that we should be slow to wrath as a general habit of mind, which is indeed most true, but in reference particularly to the reception of the truth (= Tetapi hal yang khusus / terutama di sini adalah, bukan bahwa kita harus lambat untuk marah sebagai suatu kebiasaan umum dari pikiran kita, yang memang merupakan sesuatu yang benar, tetapi berkenaan secara khusus dengan penerimaan kebenaran).

Barnes’ Notes (tentang Yak 1:19): “We should lay aside all anger and wrath, and should come to the investigation of truth with a calm mind, and an imperturbed spirit. A state of wrath or anger is always unfavorable to the investigation of truth. Such an investigation demands a calm spirit, and he whose mind is excited and enraged is not in a condition to see the value of truth, or to weigh the evidence for it” (= Kita harus mengesampingkan semua kemarahan dan kemurkaan, dan harus datang pada penyelidikan kebenaran dengan pikiran yang tenang, dan suatu roh yang tenang / tak terganggu. Suatu keadaan murka atau marah selalu tidak baik / tidak menguntungkan bagi penyelidikan kebenaran. Penyelidikan seperti itu menuntut suatu roh yang tenang, dan ia yang pikirannya dikacaukan / diprovokasi atau dijadikan marah tidaklah dalam suatu keadaan untuk melihat nilai dari kebenaran, atau untuk menimbang bukti dari kebenaran itu).

Calvin (tentang Yak 1:19): “as long as wrath bears rule there is no place for the righteousness of God” (= selama kemarahan memerintah di sana tidak ada tempat untuk kebenaran Allah).

Pada waktu mendengar Firman Tuhan seseorang bisa marah karena bermacam-macam alasan:

1.   Waktu pergi ke gereja, hatinya sudah sumpek.
Ini bisa terjadi karena banyak hal. Mungkin karena di rumah bertengkar dengan istri, atau mungkin karena di jalan dipotong oleh becak / bemo, atau karena bermacam-macam hal lain yang terjadi sebelum orang itu datang ke gereja. Karena itu penting sekali kita datang ke gereja agak pagi, sekitar 15 menit sebelum kebaktian mulai, supaya bisa ada waktu untuk menenangkan diri dari kemarahan tersebut.

2.   Khotbah itu menegur kehidupan saudara.
Misalnya saudara sering korupsi dan pengkhotbahnya membicarakan hukum ‘jangan mencuri’. Atau saudara sering berzinah, dan pengkhotbah berbicara tentang hukum ‘jangan berzinah’ dan sebagainya. Saudara harus belajar untuk mau dengan senang hati mendengar teguran dari Firman Tuhan yang menyatakan dosa-dosa saudara.
Perhatikan beberapa ayat dari Amsal ini:
·         Amsal 10:17 - “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat”.
·         Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.
·         Amsal 15:5 - “Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak”.
·         Amsal 15:10 - “Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati”.
·         Amsal 15:32 - “Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi”.
Dan juga, saudara harus ingat bahwa kalau pengkhotbah memberitakan suatu teguran yang didasarkan Firman Tuhan, maka sebetulnya teguran itu datang dari Tuhan, dan bukan dari pengkhotbah itu sendiri. Jadi, kalau saudara marah, saudara marah kepada Tuhan, dan bukan kepada pengkhotbah itu saja.

3.   Khotbah itu menyerang kepercayaan / doktrin / aliran saudara.
Pada waktu saudara mendengar suatu ajaran yang bertentangan / berbeda dengan apa yang selama ini saudara percayai, jangan cepat-cepat menerima ataupun menolak / marah. Yang harus dilakukan adalah mendengar apa argumentasi / dasar Kitab Suci dari ajaran itu, lalu membandingkannya dengan argumentasi / dasar Kitab Suci dari apa yang selama itu saudara percayai. Kalau ajaran baru itu mempunyai argumentasi / dasar Kitab Suci yang lebih baik / kuat, maka saudara tidak boleh marah, atau bersikap acuh tak acuh, tetapi saudara harus menyesuaikan kepercayaan saudara dengan ajaran tersebut.

4.   Saudara merasa pengkhotbah itu cuma bisa berkhotbah tetapi dia sendiri tidak melakukan khotbahnya. Dalam kasus seperti ini, ingat bahwa:

a.   Seorang pengkhotbah harus mengkhotbahkan bukan hanya hal-hal yang bisa dia lakukan, tetapi juga hal-hal yang belum bisa ia lakukan. Kalau pengkhotbah hanya boleh mengkhotbahkan apa yang bisa ia lakukan dari Firman Tuhan, maka hanya sedikit yang bisa ia khotbahkan. Hukum terutama dalam Mat 22:37 tak bisa dikhotbahkan oleh siapapun, karena tak ada orang yang bisa melakukan hukum itu dengan sempurna! Seorang pengkhotbah harus mengkhotbahkan seluruh Firman Tuhan, dan tidak ada pengkhotbah yang bisa melakukan semua yang ia khotbahkan, kalau ia betul-betul mengkhotbahkan seluruh Firman Tuhan.
Alexander Whyte: “Only once did God choose a completely sinless preacher” (= Hanya satu kali Allah memilih seorang pengkhotbah yang sama sekali tidak berdosa) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 94.

b.   Itu urusan pengkhotbah itu sendiri dengan Tuhan.
Ro 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.

c.   Saudara tetap wajib mendengar dan berusaha mentaati ajarannya yang benar itu.
Mat 23:1-3 - “(1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya: (2) ‘Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah ‘menduduki kursi Musa’. Artinya ‘telah menjadi pengajar Firman Tuhan’. Dalam Mat 23:3b Yesus mengatakan bahwa mereka hanya ‘mengajarkannya tetapi tidak melakukannya’. Tetapi dalam Mat 23:3a, Yesus tidak menyuruh murid-muridNya supaya tidak mendengar / mentaati mereka, tetapi sebaliknya, tetap menyuruh mereka mentaati ajaran itu (selama ajaran itu benar).

Ilustrasi: kalau saudara bersama-sama teman-teman sekerja saudara sedang bicara dengan keras, bergurau, sehingga menimbulkan kegaduhan dalam tempat kerja saudara, lalu boss saudara merasa terganggu, dan ia lalu menyuruh seorang pegawai lain untuk menyuruh saudara tenang, maka saudara harus menuruti perintah itu, tak peduli pegawai yang disuruh boss itu sendiri membuat keributan! Kalau ia sendiri ribut, itu urusan dia dengan boss, tetapi urusan saudara adalah mentaati boss saudara!

Ada saat dimana seseorang bukan hanya boleh marah, tetapi harus marah, pada saat mendengar suatu khotbah, yaitu pada saat pengkhotbah memberikan ajaran sesat. Tetapi perlu diingat bahwa kalau khotbah / ajaran itu sesat, maka sebetulnya itu bukanlah Firman Tuhan. Sabar pada waktu mendengar ajaran sesat, bukanlah sabar, tetapi bodoh / blo’on.
2Kor 11:4 - Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
Wah 2:1-2 - “(1) ‘Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Perhatikan bahwa dalam 2Kor 11:4 ‘kesabaran’ seseorang pada waktu mendengar ajaran sesat justru dikecam, dan dalam Wah 2:2 ‘ketidak-sabaran’ seseorang (atau ‘kemarahan’ seseorang) terhadap nabi-nabi palsu justru dipuji.

b)   Jangan berhenti mengikuti pelajaran ini dengan alasan saudara merasa tidak damai, tidak sukacita dsb. Teguran dosa memang bisa membuat kita sedih, sumpek, gelisah dan sebagainya. Tetapi itu tetap tidak boleh membuat kita berhenti mendengar.
Bdk. 2Kor 7:8-10 - “(8) Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu - kendatipun untuk seketika saja lamanya - (9), namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. (10) Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”.
Bandingkan Yudas Iskariot, yang berdukacita lalu bunuh diri, dengan Petrus, yang berdukacita (setelah menyangkal Yesus 3x) tetapi lalu bertobat.

Sebaliknya bersyukurlah atas kesadaran terhadap dosa itu, dan bertekunlah dalam belajar Firman Tuhan, karena dengan makin menyadari dosa, saudara akan lebih mudah untuk percaya kepada Yesus dan diselamatkan.

Sekarang bagaimana dengan orang-orang yang sudah sungguh-sungguh Kristen? Apakah kesadaran akan dosa juga perlu bagi mereka? Jelas ya! Bagi saudara yang adalah orang yang sudah betul-betul percaya kepada Kristus, kesadaran akan dosa itu tetap merupakan sesuatu yang sangat penting, karena:
1.   Kesadaran terhadap dosa itu bisa memberikan kerendahan hati kepada saudara, dan menyebabkan saudara tidak sembarangan dalam menghakimi orang yang berbuat salah.
2.   Kesadaran terhadap dosa itu memungkinkan saudara menyesali dosa itu, minta ampun atasnya, bertobat darinya, dan lebih berjuang dalam pengudusan.

2)   Kitab Suci / Firman Tuhan adalah standard untuk menentukan dosa atau tidak.
Banyak orang menentukan sesuatu itu dosa atau tidak, dengan menggunakan standard yang salah. Contoh standard yang salah adalah:

a)   Apakah yang ia lakukan itu merugikan / menyakiti orang lain atau menyenangkan orang lain.
Tindakan / kata-kata yang merugikan / menyakiti orang lain ia anggap sebagai berdosa, sedangkan tindakan / kata-kata yang tidak merugikan / menyakiti orang lain ia anggap tidak berdosa. Sebaliknya, kalau tindakan / kata-katanya menyenangkan orang lain, maka ia menganggapnya sebagai suatu kebaikan.
Ini jelas merupakan omong kosong, karena orang lain itu, karena ia juga adalah orang berdosa seringkali menjadi sakit hati oleh tindakan / kata-kata kita yang benar, dan sebaliknya, seringkali menjadi senang karena tindakan / kata-kata kita yang salah.

b)         Pandangan umum / manusia.
Ini jelas salah, karena seluruh dunia adalah orang berdosa sehingga sering terjadi bahwa suatu dosa dianggap benar oleh masyarakat, dan sebaliknya, sesuatu yang benar justru dicela / dikecam.
Illustrasi: Dalam kalangan orang gila, yang waras itu yang dianggap gila! Dalam gereja yang sudah meninggalkan Alkitab, orang kristen yang Injili / Alkitabiah dianggap sebagai orang extrim, fanatik, dsb.
Penerapan: Jangan melakukan sesuatu hanya karena semua orang menyetujuinya atau juga melakukannya, dan jangan menolak melakukan sesuatu hanya karena banyak orang menentang hal itu. Bisa saja, semua orang banyak itu salah semua! Kebenaran bukan demokrasi! Suara terbanyak belum tentu merupakan sesuatu yang benar! Pada jaman Yesus, hanya sedikit orang yang setuju dengan Dia, tetapi Dia yang benar!

c)         Suara hati / hati nurani.
Memang kadang-kadang suara hati masih bisa dijadikan standard, tetapi seringkali tidak bisa. Mengapa? Karena:
1.   Perlu diingat bahwa karena manusianya berdosa, maka suara hatinyapun ikut dikotori oleh dosa.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.
Karena itu suara hati / hati nurani tidak lagi bisa menjadi standard yang benar.
2.   Suara hati akan padam kalau tidak dituruti.
Seseorang yang mencuri / menyontek / berzinah untuk pertama kalinya, biasanya mendapatkan bahwa suara hatinya mengecam dirinya, sehingga ia menjadi gelisah, takut, berdebar-debar, dsb. Tetapi kalau ia meneruskan tindakan itu, maka lama-kelamaan suara hatinya akan diam.
3.   Suara hati sangat dipengaruhi pandangan sekitar / umum.
Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang suka mencaci maki / mengeluarkan kata-kata kotor, tidak akan ditegur oleh hati nuraninya pada waktu ia mengeluarkan makian / kata-kata kotor. Seseorang yang melakukan dosa yang sudah umum dilakukan orang di sekitarnya, seperti berdusta atau ngaret (terlambat), mungkin sekali suara hatinya tidak akan menegur dia.

Jadi jelaslah bahwa suara hati ini tidak bisa dijadikan standard yang akurat untuk menentukan apakah sesuatu tindakan itu dosa atau tidak.
Penerapan: Karena itu, janganlah saudara berani melakukan sesuatu hal, hanya karena perasaan / hati saudara tetap merasa enak! Sebaliknya, janganlah saudara tidak melakukan sesuatu hal, hanya karena hati / perasaan saudara merasa tidak enak.

Standard yang benar untuk menentukan apakah sesuatu itu dosa atau tidak adalah Kitab Suci / Firman Tuhan!

Ini terlihat dari:
a)   2Tim 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.
Jadi ayat ini mengatakan bahwa salah satu fungsi Firman Tuhan adalah untuk menunjukkan kesalahan / dosa-dosa kita. Jadi Firman Tuhan itu seperti cermin bagi kita yang bisa kita pakai untuk melihat kejelekan-kejelekan kita sendiri.
b)   1Yoh 3:4 - “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah”.
c)         Ro 3:20b - “oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”.

Illustrasi: Dalam setiap negara ada undang-undang. Apakah tindakan kita salah atau benar tidak didasarkan pada apakah tindakan kita menyenangkan orang lain atau menyakiti hati orang, juga tidak pada pandangan umum ataupun pandangan pribadi, tetapi didasarkan pada undang-undang tersebut. Tidak peduli semua orang senang pada tindakan kita itu, atau hati / pikiran kita menganggap tindakan kita itu benar, ataupun seluruh masyarakat menganggap tindakan kita itu benar, tetapi kalau undang-undang menganggap tindakan itu salah, maka kita salah.
Kitab Suci / Firman Tuhan adalah undang-undang yang Allah berikan kepada kita, dan karena itu Kitab Suci / Firman Tuhan ini adalah standard hidup kita.

Jadi, kalau saudara mau melakukan sesuatu, maka jangan pedulikan orang lain menjadi senang atau tidak karena tindakan kita, dan juga jangan pedulikan pandangan umum ataupun hati nurani saudara, tetapi pikirkan lebih dulu bagaimana pandangan / ajaran Kitab Suci tentang hal itu. Kalau Kitab Suci menyetujuinya, maka lakukanlah; sebaliknya kalau Kitab Suci mengecamnya / menganggapnya sebagai dosa, maka janganlah melakukannya.

3)   Terjadinya dosa.

a)   Dosa bisa dilakukan melalui perbuatan, perkataan, ataupun hati / pikiran / motivasi yang salah.
1.   Melalui perbuatan (Kel 23:24  Im 5:18  Im 18:17,23  Im 19:20,29  Mat 23:3  Luk 23:41  Yoh 3:19  Kis 8:11  Kis 14:15  Kis 19:18  Kis 22:20  Ro 13:12). Misalnya berzinah, membunuh, dsb.
2.   Melalui perkataan (Amsal 18:8  Amsal 22:12  Pkh 5:1-6  Pkh 10:12-13  Yes 3:8  Yes 8:20  Yes 32:7  Mat 12:31-37). Misalnya dusta, fitnah, mengeluarkan kata-kata kotor / cabul, memaki-maki, membicarakan kejelekan orang tanpa ada gunanya, dsb.
3.   Melalui hati / pikiran / motivasi yang berdosa (Ul 15:9  Ayub 21:27  Yes 29:24  Mat 15:19  Luk 5:22  Luk 6:8  Luk 9:47  Luk 11:17). Misalnya iri hati, benci, pergi ke gereja untuk cari pacar, memberi persembahan supaya diberkati oleh Tuhan, dsb.

b)         Dosa bisa dilakukan secara aktif atau secara pasif.
1.   Secara aktif, dimana kita melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, misalnya kita berzinah, kita membunuh orang, dsb.
2.   Secara pasif, dimana kita tidak melakukan apa yang Allah perintahkan.
Yak 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
Bandingkan juga dengan ‘kambing-kambing’ dalam Mat 25:31-46 yang dihukum karena tidak melakukan apa yang baik.
Contoh:
·         tidak pergi ke gereja pada hari Minggu (kecuali karena sakit).
·         tidak mau belajar Firman Tuhan / berdoa / memuji Tuhan / melayani Tuhan.
·         tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, perasaan (Mat 22:37). Saya kira setiap orang senantiasa berbuat dosa karena tidak mentaati hukum ini!
·         tidak mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat 22:39).
·         tidak menolong mereka yang membutuhkan pertolongan / layak ditolong, padahal kita bisa melakukannya (Amsal 3:27  Mat 25:42-45).

c)         Dosa bisa dilakukan dengan sengaja / disadari atau dengan tidak sengaja / tidak disadari.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

1.   Sekalipun dosa yang tidak disengaja lebih ringan dari dosa yang disengaja, tetapi dosa yang tidak disengaja itu tetap adalah dosa! (Kel 21:12-13  Im 4:1,13,22,27  Im 5:2-4,14,17  Bil 35:9-25  Ul 19:4-13  Luk 12:48).
Kel 21:12-14 - “(12) ‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbahKu, supaya ia mati dibunuh”.
Bil 35:9-25 - “(9) TUHAN berfirman kepada Musa: (10) ‘Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah Kanaan, (11) maka haruslah kamu memilih beberapa kota yang menjadi kota-kota perlindungan bagimu, supaya orang pembunuh yang telah membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana. (12) Kota-kota itu akan menjadi tempat perlindungan bagimu terhadap penuntut balas, supaya pembunuh jangan mati, sebelum ia dihadapkan kepada rapat umat untuk diadili. (13) Dan kota-kota yang kamu tentukan itu haruslah enam buah kota perlindungan bagimu. (14) Tiga kota harus kamu tentukan di seberang sungai Yordan sini dan tiga kota harus kamu tentukan di tanah Kanaan; semuanya kota-kota perlindungan. (15) Keenam kota itu haruslah menjadi tempat perlindungan bagi orang Israel dan bagi orang asing dan pendatang di tengah-tengahmu, supaya setiap orang yang telah membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana. (16) Tetapi jika ia membunuh orang itu dengan benda besi, sehingga orang itu mati, maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh. (17) Dan jika ia membunuh orang itu dengan batu di tangan yang mungkin menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang itu mati, maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh. (18) Atau jika ia membunuh orang itu dengan benda kayu di tangan yang mungkin menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang itu mati, maka ia seorang pembunuh; pastilah pembunuh itu dibunuh. (19) Penuntut darahlah yang harus membunuh pembunuh itu; pada waktu bertemu dengan dia ia harus membunuh dia. (20) Juga jika ia menumbuk orang itu karena benci atau melempar dia dengan sengaja, sehingga orang itu mati, (21) atau jika ia memukul dia dengan tangannya karena perasaan permusuhan, sehingga orang itu mati, maka pastilah si pemukul itu dibunuh; ia seorang pembunuh; penuntut darah harus membunuh pembunuh itu, pada waktu bertemu dengan dia. (22) Tetapi jika ia sekonyong-konyong menumbuk orang itu dengan tidak ada perasaan permusuhan, atau dengan tidak sengaja melemparkan sesuatu benda kepadanya, (23) atau dengan kurang ingat menjatuhkan kepada orang itu sesuatu batu yang mungkin menyebabkan matinya seseorang, sehingga orang itu mati, sedangkan dia tidak merasa bermusuh dengan orang itu dan juga tidak mengikhtiarkan celakanya, (24) maka haruslah rapat umat mengadili antara orang yang membunuh itu dan penuntut darah, menurut hukum-hukum ini, (25) dan haruslah rapat umat membebaskan pembunuh dari tangan penuntut darah, dan haruslah rapat umat mengembalikan dia ke kota perlindungan, ke tempat ia telah melarikan diri; di situlah ia harus tinggal sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus”.
Ul 19:4-6,11-12 - “(4) Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup. (6) Maksudnya supaya jangan penuntut tebusan darah sementara hatinya panas dapat mengejar pembunuh itu, karena jauhnya perjalanan, menangkapnya dan membunuhnya, padahal pembunuh itu tidak patut mendapat hukuman mati, karena ia tidak membenci dia sebelumnya. ... (11) Tetapi apabila seseorang membenci sesamanya manusia, dan dengan bersembunyi menantikan dia, lalu bangun menyerang dan memukul dia, sehingga mati, kemudian melarikan diri ke salah satu kota itu, (12) maka haruslah para tua-tua kotanya menyuruh mengambil dia dari sana dan menyerahkan dia kepada penuntut tebusan darah, supaya ia mati dibunuh”.
Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

2.   Kesengajaan memperberat dosa, sehingga biarpun suatu dosa relatif kecil (seperti ngaret / terlambat, iri hati, berdusta, dsb), tetapi kalau terus menerus dilakukan dengan sengaja, ini diperhitungkan cukup berat!

d)   Semua tindakan yang bertentangan dengan Firman Tuhan, baik secara explicit maupun secara implicit, adalah dosa.
Sebagai contoh, perzinahan secara explicit bertentangan dengan hukum ‘jangan berzinah’ (Kel 20:14). Pembunuhan secara explicit bertentangan dengan hukum ‘jangan membunuh’ (Kel 20:13). Tetapi bagaimana dengan tindakan merokok? Tidak ada ayat Kitab Suci yang secara explicit bertentangan dengan tindakan ini. Tetapi ini tidak berarti bahwa orang Kristen boleh merokok. Ada hukum kasih dalam Mat 22:39 yang memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Tindakan merokok jelas merusak diri sendiri, maupun orang-orang lain di sekitar si perokok itu, dan karena itu merupakan tindakan yang tidak mengasihi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang-orang lain. Jadi, sekalipun tindakan merokok tidak bertentangan secara explicit dengan ayat manapun dalam Kitab Suci, tetapi tindakan itu bertentangan secara implicit dengan ayat Kitab Suci. Jadi itu tetap merupakan dosa.

4)   Hukum Taurat (10 Hukum Tuhan) terdapat dalam Kel 20:3-17 dan Ul 5:7-21, dan merupakan bagian Firman Tuhan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjukkan dosa-dosa kita.
Ro 3:20 - “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
1Tim 1:8-11 - “(8) Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat (11) yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku”.

Dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang, sambil mempelajari arti dari 10 Hukum Tuhan itu, marilah kita membandingkannya dengan hidup kita sendiri supaya kita bisa mengetahui / menyadari dosa-dosa kita.



10 hukum Tuhan


Kel 20:1-17 - “(1) Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: (2) ‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (3) Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu. (4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu. (7) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan. (8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. (12) Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. (13) Jangan membunuh. (14) Jangan berzinah. (15) Jangan mencuri. (16) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. (17) Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.

Wycliffe Bible Commentary: “The Law was not given as a means of salvation” (= Hukum Taurat tidak diberikan sebagai jalan keselamatan).

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: The law was never given as a way of salvation for either Jews or Gentiles, because ‘by the works of the law shall no flesh be justified’ (Gal 2:16). Salvation is not a reward for good works but the gift of God through faith in Jesus Christ (Rom 4:5; Eph 2:8-9). The Law reveals God’s righteousness and demands righteousness, but it can’t give righteousness (Gal 2:21): only Jesus Christ can do that (2 Cor 5:21). The law is a mirror that reveals where you’re dirty, but you don’t wash your face in the mirror (James 1:22-25). Only the blood of Jesus Christ can cleanse us from sin (1 John 1:7,9; Heb 10:22). God doesn’t give His Spirit to us because we obey the law (Gal 3:2) but because we trust Christ (4:1-7), nor does He give us our inheritance through the law (3:18). The one thing the dead sinner needs is life (Eph 2:1-3), but the law can’t give life (Gal 3:21). Then what’s the purpose of the law? It’s God’s way of showing us our sins and stripping us of our self-righteousness so that we cry out for the mercy and grace of God. God gives His Holy Spirit to all who believe on (in?) His Son, and the Spirit enables us to obey God’s will and therefore fulfill the righteousness of the law (Rom 8:1-3)” [= Hukum Taurat tidak pernah diberikan sebagai suatu jalan keselamatan untuk Yahudi ataupun non Yahudi, karena ‘tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat’ (Gal 2:16). Keselamatan bukanlah pahala untuk perbuatan baik tetapi karunia dari Allah melalui iman kepada Yesus Kristus (Ro 4:5; Ef 2:8-9). Hukum Taurat menyatakan kebenaran Allah dan menuntut kebenaran, tetapi hukum Taurat tidak bisa memberikan kebenaran (Gal 2:21): hanya Yesus Kristus bisa melakukan hal itu (2Kor 5:21). Hukum Taurat adalah sebuah cermin yang menyatakan dimana kamu kotor, tetapi kamu tidak mencuci wajahmu dalam cermin itu (Yak 1:22-25). Hanya darah Yesus Kristus bisa membersihkan kita dari dosa (1Yoh 1:7,9; Ibr 10:22). Allah tidak memberikan Roh KudusNya kepada kita karena kita mentaati hukum Taurat (Gal 3:2) tetapi karena kita mempercayai Kristus (4:1-7), juga Ia tidak memberi kita warisan kita melalui hukum Taurat (3:18). Satu hal yang dibutuhkan orang berdosa yang mati (rohani) adalah kehidupan (Ef 2:1-3), tetapi hukum Taurat tidak bisa memberikan kehidupan (Gal 3:21). Lalu apa tujuan dari hukum Taurat? Itu adalah jalan Allah untuk menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita dan menelanjangi kita dari perasaan bahwa diri kita sendiri benar sehingga kita berteriak untuk belas kasihan dan kasih karunia Allah. Allah memberikan Roh KudusNya kepada semua yang percaya kepada AnakNya, dan Roh memampukan kita untuk mentaati kehendak Allah dan karena itu menggenapi kebenaran dari hukum Taurat (Ro 8:1-3)].

Ro 4:5 - “Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.
Ro 8:1-3 - “(1) Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. (2) Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. (3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Gal 3:2,18,21 - “(2) Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? ... (18) Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karuniaNya kepada Abraham. ... (21) Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat”.
Gal 4:1-7 - “(1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. (3) Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. (6) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ (7) Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah”.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ibr 10:22 - “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
Yak 1:22-25 - “(22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

Pulpit Commentary: “The ten commandments form a summary of our main duties towards God, and towards man. ... According to the division adopted by the English Church, and by the reformed churches generally, the first four lay down our duty to our Maker, the last six our duty to our fellow men” (= 10 hukum Tuhan membentuk suatu ringkasan dari kewajiban-kewajiban utama kita terhadap Allah dan terhadap manusia. ... Menurut pembagian yang diambil oleh Gereja Inggris, dan oleh gereja-gereja Reformed pada umumnya, empat hukum yang pertama memberikan kewajiban kita kepada Pencipta kita, enam hukum yang terakhir memberikan kewajiban kita kepada sesama manusia kita).

Penerapan: ada banyak orang yang berkata: ‘Aku tidak pernah berbuat jahat kepada manusia’. Atau ‘Aku tidak pernah merugikan orang lain’, dan sebagainya. Orang-orang seperti itu perlu mengerti bahwa dosa bukan hanya terjadi kalau kita berbuat jahat kepada sesama manusia, atau merugikan sesama manusia, tetapi juga, bahkan khususnya, kalau kita berbuat jahat kepada Tuhan atau menyakiti hati Tuhan. Juga mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka selalu berbuat jahat kepada Tuhan atau menyakiti hati Tuhan. Bahkan kalau tindakan itu menyenangkan hati manusia atau menolong / menguntungkan sesama manusia, tetapi menyakiti hati Allah, itu adalah dosa.


HUKUM 1


Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu


 (Kel 20:3)


1)         Persoalan terjemahan dari ayat ini.
Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.

a)   Yang benar allah lain’ atau illah lain’?
Ada orang-orang kristen, seperti Bambang Noorsena, yang mengatakan bahwa dalam bahasa Arab, kata ‘Allah’ selalu menunjuk kepada Allah yang benar, dan karena itu kata-kata ‘allah lain’ harus diganti dengan ‘ilah lain’. Terhadap argumentasi ini saya menjawab bahwa Alkitab kristen tidak ditulis dalam bahasa Arab, tetapi dalam bahasa Ibrani dan Yunani, dan karena itu kita tidak boleh menafsirkannya berdasarkan bahasa Arab. Sedangkan dalam bahasa Ibrani maupun Yunani tidak dibedakan kata yang digunakan untuk Allah yang benar dan allah yang palsu. Dalam Kel 20:3 ini untuk kata ‘allah’ digunakan kata bahasa Ibrani ELOHIM, sama dengan kata yang digunakan untuk menunjuk kepada Allah yang benar. Jadi, menurut saya terjemahan ‘allah lain’ harus dipertahankan.

b)   Bentuk tunggal.
KJV: Thou shalt have no other gods before me.
Kata bahasa Inggris ‘Thou’ merupakan bentuk tunggal, dan dalam bahasa Ibraninya memang menggunakan kata ganti orang kedua tunggal laki-laki. Juga kata ‘engkau’ dalam Kel 20:2 menggunakan bentuk tunggal. Mengapa digunakan bentuk tunggal, padahal ditujukan kepada semua orang / seluruh bangsa Israel?
Pulpit Commentary: “The use of the second person singular is remarkable when a covenant was being made with the people (Ex 19:5). The form indicated that each individual of the nation was addressed severally, and was required himself to obey the law, a mere general national obedience being insufficient” [= Penggunaan dari orang kedua tunggal merupakan sesuatu yang layak diperhatikan pada waktu suatu perjanjian sedang dibuat dengan bangsa itu (Kel 19:5). Bentuk ini menunjukkan bahwa ini ditujukan kepada setiap individu dari bangsa itu secara terpisah, dan dituntut sendiri untuk mentaati hukum, semata-mata suatu ketaatan nasional yang umum tidaklah cukup].
Bdk. Ro 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.
Catatan: ini berlaku juga untuk hukum-hukum yang lain dari 10 hukum Tuhan ini.

2)   Penekanan hukum ini: obyek / tujuan penyembahan hanya satu yaitu Allah (tidak boleh ada allah lain).

a)   Kita harus menyembah Allah.
Wah 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.’”.
Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”.

b)   Tidak ada siapapun / apapun selain Allah yang boleh menjadi obyek penyembahan / ibadah kita.
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Matthew Henry: “The first commandment concerns the object of our worship, Jehovah, and him only” (= Hukum pertama bersangkutan dengan obyek / tujuan dari penyembahan kita, Yehovah, dan hanya Dia saja).

Barnes’ Notes: “The meaning is that no god should be worshipped in addition to Yahweh. Compare Ex 20:23. The polytheism which was the besetting sin of the Israelites did not in later times exclude Yahweh, but associated Him with false deities” (= Artinya adalah bahwa tidak ada allah boleh disembah sebagai tambahan terhadap Yahweh. Bandingkan dengan Kel 20:23. Polytheisme yang merupakan dosa yang terus menerus menyerang orang-orang Israel pada waktu-waktu belakangan tidaklah membuang Yahweh, tetapi menggabungkan Dia dengan allah-allah palsu).
Kel 20:23 - “Janganlah kamu membuat di sampingKu allah perak, juga allah emas janganlah kamu buat bagimu”.

Bagi Allah, dari pada seseorang menyembah Dia dan juga menyembah allah-allah lain, lebih baik tidak usah menyembah Dia sama sekali (‘Better nothing than something!’).

Calvin: “He not only repudiates all mixed worship, but testifies that He with rather be accounted nothing than not be worshipped undividedly (= Ia bukan hanya menolak semua penyembahan campuran, tetapi memberi kesaksian bahwa Ia lebih baik dianggap tidak ada dari pada disembah dengan tak sepenuhnya / dengan terbagi-bagi) - hal 420.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
·         1Raja 18:21 - “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun”.
·         Yos 24:14-15 - “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!’”.

3)   Hukum pertama ini bertentangan dengan ajaran Arianisme maupun Saksi Yehuwa, yang menganggap Yesus sebagai ‘allah kecil’ (a god / suatu allah), yang terpisah dan berbeda sama sekali dengan Bapa. Seandainya Yesus memang seperti itu, maka orang Kristen memang mempunyai ‘allah lain’. Dalam ajaran Kristen yang benar, sekalipun dipercayai bahwa Yesus memang adalah Allah, tetapi Ia mempunyai satu hakekat dengan Bapa, atau Ia satu dengan Bapa (Yoh 10:30), sehingga Ia bukan ‘allah lain’.
Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu.’”.
Calvin: “The orthodox Fathers aptly used this passage against the Arians; because, since Christ is everywhere called God, He is undoubtedly the same Jehovah who declares Himself to be the One God, and this is asserted with the same force respecting the Holy Spirit” (= Bapa-bapa Gereja yang orthodox sering menggunakan text ini terhadap pengikut Arianisme; karena, karena Kristus dimana-mana disebut Allah, tak diragukan bahwa Ia adalah Yehovah yang sama yang menyatakan diriNya sendiri sebagai satu-satunya Allah, dan ini ditegaskan dengan kekuatan yang sama berkenaan dengan Roh Kudus) - hal 420.
Pada jaman sekarang, dengan adanya Saksi Yehuwa, yang merupakan reinkarnasi dari Arianisme, maka kita bisa menggunakan ayat ini dengan cara yang sama terhadap mereka, seperti Bapa-bapa dahulu menggunakannya terhadap Arianisme.

4)         Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

a)   Menyembah banyak allah / dewa, atau melakukan syncretisme / menggabungkan 2 agama atau lebih.
1Raja 18:21 - “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun”.
Misalnya: meskipun sudah menjadi orang kristen, tetapi masih pergi ke G. Kawi, kelenteng, dsb. Atau, sudah menjadi orang kristen tetapi masih ikut kebatinan, menggunakan magic, dsb.
Ada orang kristen / hamba Tuhan yang begitu takut dengan tuduhan melakukan pengkristenan / kristenisasi, sehingga pada waktu memberitakan Injil, mereka berkata: ‘Aku tidak minta kamu pindah agama. Aku hanya minta kamu percaya kepada Kristus’. Kata-kata bodoh ini sama artinya dengan menyuruh seseorang menjadi seorang syncretist, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum pertama ini!

b)   Berdoa kepada roh-roh nenek moyang / orang tua.

c)   Berdoa kepada Maria / orang suci / malaikat.

d)   Sembahyang di kuburan (Cing Bing), memberi sesajen, dsb.

e)   Menyembah manusia, baik pai-kwie maupun sungkem.
Bdk. Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

f)    Menyimpan / mempercayai jimat, benda-benda G. Kawi / kelenteng seper­ti: Hu, Pat-kwa, kantong merah G. Kawi, dll.

g)   Pelanggaran terhadap hukum pertama ini terjadi bukan hanya kalau kita betul-betul menyembah allah / dewa lain, tetapi juga kalau kita mempunyai apapun atau siapapun yang kita utamakan / kasihi lebih dari Allah.
Matthew Henry: “The sin against this commandment which we are most in danger of is giving the glory and honour to any creature which are due to God only. Pride makes a god of self, covetousness makes a god of money, sensuality makes a god of the belly; whatever is esteemed or loved, feared or served, delighted in or depended on, more than God, that (whatever it is) we do in effect make a god of” [= Dosa terhadap hukum ini yang paling membahayakan kita adalah memberikan kemuliaan dan hormat kepada makhluk ciptaan manapun, yang seharusnya adalah hak Allah saja. Kesombongan membuat dirinya sendiri suatu allah, ketamakan membuat uang sebagai allah, hawa nafsu membuat perut menjadi suatu allah; apapun yang dinilai atau dicintai, ditakuti atau dilayani, disenangi atau dibuat bergantung, lebih dari Allah, sebetulnya hal itu (apapun adanya itu) kita jadikan suatu allah].

Contoh hal-hal yang bisa kita utamakan / kasihi lebih dari Allah, dan dengan demikian menjadi allah lain bagi kita:

1.   Diri sendiri (Luk 14:26b).
Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Perintah untuk ‘membenci’ di sini tentu tidak boleh diartikan betul-betul disuruh membenci. Maksudnya adalah ‘harus kurang mengasihi mereka / diri sendiri dibandingkan dengan Allah / Yesus’.
Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.
Kalau saudara royal dalam mengeluarkan uang untuk diri sendiri (untuk makanan, pakaian, bepergian, dsb), tetapi pelit / kikir dalam memberi persembahan kepada Tuhan, maka saudara sudah mengutamakan diri sendiri lebih dari pada Tuhan.

2.   Keluarga, seperti suami, istri, orang tua, anak, cucu, dsb (Luk 14:26a).
Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Sama seperti di atas, ini harus dibandingkan dengan Mat 10:37, dan artinya adalah: kita tidak boleh mengasihi keluarga kita lebih dari Tuhan.
Setiap orang kristen memang harus mengasihi keluarga dan mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga, dan ini tetap harus dilakukan.
1Tim 5:8 - “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”.
Tetapi kalau ia melakukan semua itu begitu rupa sehingga menyingkirkan / menggeser kedudukan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidupnya, maka semua itu menjadi allah lain.

3.   Pekerjaan / uang.
Bdk. Mat 6:24 - Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (= dewa uang).’”.
Semua orang kristen memang wajib untuk bekerja sehingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya.
2Tes 3:10-12 - “(10) Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (12) Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri”.
Tetapi kalau pekerjaan diutamakan sedemikian rupa sehingga menggeser kedudukan Allah sebagai yang terutama / terpenting dalam hidupnya, maka pekerjaan itu menjadi allah lain.
Kalau suatu pekerjaan harus dilakukan dengan melakukan dosa, baik itu dosa aktif seperti dusta atau bekerja pada hari Minggu, maupun itu dosa pasif seperti tidak bisa berbakti, tidak bisa belajar Firman Tuhan, tidak bisa melayani dsb, dan saudara tetap melakukan pekerjaan itu, maka jelas bahwa pekerjaan itu sudah menjadi ‘allah lain’ bagi saudara!

4.   Boss / rekan bisnis.

5.   Study / pelajaran sekolah.
Tentu saja pelajar / mahasiswa kristen juga harus belajar dengan baik, tetapi pelajaran itu tidak boleh menggeser kedudukan Allah. Kalau ia belajar sedemikian rupa sehingga mengabaikan / tak punya waktu untuk kebaktian, saat teduh dsb, maka pelajaran itu menjadi allah lain baginya.

6.   Pacar / teman.

7.   Hobby, seperti nonton bioskop, TV, olah raga, dsb.

8.   Undangan pernikahan / HUT.
a.   Kalau saudara membuang kebaktian, karena adanya undangan pernikahan / HUT, maka itu berarti saudara sudah mengutamakan undangan pernikahan lebih dari Tuhan.
b.   Juga kalau misalnya hujan lebat saudara tidak berbakti, tetapi dengan curah hujan yang sama, saudara tetap bisa pergi untuk memenuhi undangan pernikahan, maka itu jelas menunjukkan bahwa saudara mengutamakan undangan pernikahan itu lebih dari pada Tuhan.

9.         Handphone.
Harus diakui bahwa handphone memang merupakan sesuatu yang sangat menolong kita. Tetapi bagaimanapun handphone tidak boleh kita letakkan di atas Tuhan, misalnya dengan cara tetap menyalakan handphone pada waktu berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, dsb, dan begitu handphone berbunyi, kita langsung meninggalkan Tuhan dan menerima handphone tersebut. Atau ada sms masuk dan kita lalu membalas sms itu dalam kebaktian / acara gereja.
Bdk. Mal 1:8 - “Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam”.
Catatan: Kata ‘bupati’ seharusnya adalah ‘gubernur’.
Dalam Mal 1:8 ini Tuhan membandingkan sikap orang-orang Israel kepada Tuhan dengan sikap mereka kepada gubernur. Mereka tidak berani mempersembahkan binatang buta kepada seorang gubernur, tetapi anehnya, mereka berani melakukannya kepada Tuhan!
Dalam penggunaan handphone juga sama. Bayangkan saudara sedang berbicara dengan presiden, atau gubernur, atau walikota. Tahu-tahu handphone saudara berbunyi, atau ada sms masuk. Beranikah saudara meninggalkan presiden / gubernur / walikota itu untuk menerima handphone saudara atau membalas sms itu? Saya yakin saudara tidak akan berani! Tetapi mengapa saudara berani melakukannya kalau saudara sedang berbakti / berbicara kepada Tuhan?
Saudara harus menghormati, mementingkan dan mengutamakan Tuhan di atas handphone, atau urusan apapun yang diberikan oleh handphone tersebut, dan karena itu matikanlah (atau setidaknya silent-kan tanpa getaran) handphone pada waktu melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan! Ini juga berlaku untuk telpon rumah biasa!

10.        Gereja / aliran.
Kalau seseorang mendengar Firman Tuhan yang menyerang ajaran gerejanya / alirannya, dan ia memang tidak bisa menjawab serangan itu, karena memang serangan itu benar, tetapi ia tetap mengukuhi pandangan gereja / alirannya yang tidak bisa dipertahankan itu, maka ia sudah menempatkan gereja / alirannya di atas Tuhan dan firmanNya, dan dengan demikian menjadikan gereja / alirannya sebagai ‘allah lain’!

11.        Pendeta sendiri / pendeta tertentu yang diidolakan.
Sadari bahwa pendeta manapun tetap adalah manusia, dan karena itu bisa salah, baik dalam hidup maupun ajarannya. Kalau ada orang yang menunjukkan kesalahan pendeta saudara / pendeta yang saudara idolakan, dan sekalipun saudara tidak bisa membantahnya, tetapi saudara tetap membela pendeta itu mati-matian, dan bahkan menjadi marah, maka saudara meletakkan pendeta itu di atas kebenaran / firman, dan pada hakekatnya, di atas Allah. Jelas bahwa pendeta itu sudah menjadi ‘allah lain’ dalam kehidupan saudara.

12.        Pelayanan saudara sendiri.
Bdk. Luk 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
C. H. Spurgeon: “if you suppose that you will be nearer to Christ by entering the ministry, you are very much mistaken. ... You will find yourself cumbered with much serving, even in the service of the Lord; and it is very easy to lose the Master in the Master’s work (= jika engkau mengira bahwa engkau akan lebih dekat kepada Kristus dengan memasuki pelayanan, engkau sangat keliru. ... Engkau akan mendapati dirimu sendiri dibebani dengan banyak pelayanan, bahkan dalam melayani Tuhan; dan adalah sangat mudah untuk kehilangan Tuhan / Guru itu dalam pekerjaan Tuhan / Guru itu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 280.
Sekalipun kita melakukan pelayanan itu untuk Allah, tetapi kalau kita begitu sibuk dengan pelayanan sehingga tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan (saat teduh / doa), dan tidak ada waktu untuk belajar Firman Tuhan, maka pelayanan itu menjadi ‘allah lain’ bagi kita.

Dari contoh-contoh di atas, terlihat dengan jelas bahwa ada banyak hal-hal yang baik, seperti keluarga, pekerjaan, study, dsb, yang dalam dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang salah / berdosa, bahkan merupakan sesuatu yang baik. Tetapi pada waktu hal-hal itu diutamakan melebihi Tuhan dan menggeser / membuang Tuhan dari hidup kita, maka semua itu menjadi allah lain, dan itu adalah dosa! Setan sering berusaha supaya kita menjadikan apa yang seharusnya ‘the second best’ (= hal terbaik kedua) menjadi ‘the best’ (= hal yang terbaik) dalam hidup kita, dan dengan demikian hal itu menjadi ‘allah lain’ dalam hidup kita.

Calvin: “if God have not alone the pre-eminence, His majesty is so far obscured” (= jika Allah tidak sendirian mempunyai keutamaan, keagunganNya dikaburkan) - hal 418.

C. H. Spurgeon: “Anything becomes an idol when it keeps us away from God” (= Segala sesuatu menjadi berhala kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).

Augustine: “Christ is not valued at all unless he be valued above all” (= Kristus tidak dihargai sama sekali kecuali Ia dihargai di atas semua) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 78.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament tentang 2Sam 2:4b-7: “Augustine of Hippo said, ‘Jesus Christ will be Lord of all or He will not be Lord at all.’” (= Agustinus dari Hippo berkata, ‘Yesus Kristus akan menjadi Tuhan dari semua atau Ia tidak akan menjadi Tuhan sama sekali’.).

Saya pernah membaca cerita tentang seorang pendeta di Inggris yang memberitahu pelayannya bahwa kalau ia sedang berdoa ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Tetapi suatu hari ketika pendeta itu sedang berdoa, ada tamu datang, dan ketika si pelayan itu melihat tamu itu, ia lalu ‘membangunkan’ si pendeta dari doanya. Si pendeta memarahi pelayannya dengan berkata: ‘Bukankah sudah kuberitahu bahwa aku tidak mau diganggu kalau sedang berdoa?’. Tetapi pelayannya menjawab: ‘Tuan, tamu yang datang adalah anaknya raja’. Pendeta itu menjawab: ‘Saya tidak peduli dia anak raja. Beritahu dia untuk menunggu, karena saya sedang berbicara dengan Rajanya sendiri’.
Ini adalah contoh dimana seseorang betul-betul mengutamakan Tuhan!

5)   Ancaman hukuman terhadap pelanggaran hukum ini.
Kel 22:20 - “Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas.’”.
Ini hanya hukuman dalam dunia, dan setelah itu, dalam kekekalan masih ada hukuman neraka!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum pertama ini? Seandainya dalam Kitab Suci hanya ada satu hukum ini saja, maka dosa kita sudah bukan main banyaknya! Karena itu, setiap kita membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Kalau kita tidak mempunyai Juruselamat / Penebus dosa, maka dosa-dosa kita gara-gara melanggar hukum pertama ini saja sudah lebih dari cukup untuk membawa kita ke neraka selama-lamanya! Sudahkan saudara mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara? Kalau belum, datanglah kepada Dia, dan percayalah / terimalah Dia sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara!


HUKUM 2 (1)


Jangan membuat dan menyembah patung berhala


(Kel 20:4-6)


Kel 20:4-6 - “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.

1)         Penafsiran Kel 20:4-5.
Kel 20:4 melarang untuk membuat patung. Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan bagian ini:

a)   Kel 20:4 ditafsirkan secara terpisah dari Kel 20:5, tetapi yang dimaksud dengan ‘patung’ bukanlah patung biasa, tetapi ‘patung berhala’ [NIV/NASB: ‘an idol’ (= patung berhala)].
Calvin kelihatannya mengambil pandangan ini. Ia mengatakan bahwa hukum kedua ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama melarang pendirian / pembuatan patung, dan bagian kedua melarang penyembahan terhadap patung itu.

b)   Kel 20:4 dan Kel 20:5 tidak boleh dipisahkan sehingga berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus ditafsirkan dalam suatu kesatuan. Jadi, yang dilarang bukanlah ‘membuat patung’ dan ‘menyembah patung’, tetapi ‘membuat patung untuk disembah’.

Pulpit Commentary: “Verses 4 and 5 are to be taken together, the prohibition being intended, not to forbid the arts of sculpture and painting, or even to condemn the religious use of them, but to disallow the worship of God under material forms” (= Ayat 4 dan 5 harus diartikan bersama-sama, larangan yang dimaksudkan, bukanlah melarang seni memahat dan melukis, atau bahkan mengecam penggunaan agamawi dari mereka, tetapi tidak mengijinkan penyembahan Allah di bawah bentuk-bentuk materi).
Catatan: saya tidak mengerti mengapa Pulpit Commentary mengijinkan patung untuk penggunaan agamawi. Matthew Henry melarang hal itu (lihat kutipan dari Matthew Henry di bawah). Mungkin mereka memaksudkan ‘penggunaan agamawi’ yang berbeda.

Bdk. Im 26:1 - “‘Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu”.

Jadi, membuat patung, asal bukan patung berhala (seperti patung Buddha, Kwan Im, dsb), atau patung untuk disembah, bukanlah dosa. Bahwa membuat patung biasa, selama bukan dengan tujuan untuk menyembahnya, tidak dilarang, terlihat dari beberapa bagian Kitab Suci dimana Tuhan sendiri menyuruh membuat patung, misalnya:
1.         Patung ular tembaga.
Bil 21:8-9 - “(8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”.
Tuhan sendiri yang menyuruh membuat patung ular ini, sehingga tindakan Musa membuat patung itu jelas bukan dosa. Memang akhirnya patung ini dihancurkan, tetapi itu terjadi karena akhirnya patung ini disembah (2Raja 18:4).
2Raja 18:4 - “Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.
2.         Patung kerub di atas tutup tabut perjanjian.
Kel 25:18-20 - “(18) Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. (19) Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya. (20) Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu”.

Juga dalam Bait Allah buatan Salomo ada ukiran kerub dan hal-hal lain, dan ini tidak pernah dikecam / disalahkan.
1Raja 6:18,29,32 - “(18) Kayu aras sebelah dalam rumah itu berukirkan buah labu dan bunga mengembang; semuanya ditutupi kayu aras, tidak ada batu kelihatan. ... (29) Dan pada segala dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar. ... (32) Pada kedua daun pintu yang dari kayu minyak itu ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, kemudian dilapisinya dengan emas; juga pada kerub dan pada pohon korma itu disalutkannya emas”.

Matthew Henry: “It is certain that it forbids making any image of God (for to whom can we liken him? Isa 40:18,25), or the image of any creature for a religious use [= Adalah pasti bahwa itu melarang gambar / patung apapun dari Allah (karena dengan siapa bisa kita samakan / serupakan Dia? Yes 40:18,25), atau gambar / patung dari makhluk ciptaan apapun untuk suatu penggunaan agamawi].
Yes 40:18,25 - “(18) Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? ... (25) Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus”.

Jamieson, Fausset & Brown: “Under the auspices of Moses himself, figures of cherubim, brazen serpents, oxen, and many other things were made and never condemned. The mere making of them was no sin, it was the making with the intent to give idolatrous worship” (= Di bawah nubuat / ajaran Musa sendiri, bentuk / gambar / patung dari kerub-kerub, ular tembaga, sapi jantan, dan banyak hal-hal lain dibuat dan tidak pernah dikecam. Semata-mata membuat mereka bukanlah dosa, yang merupakan dosa adalah membuat dengan maksud / tujuan untuk memberikan penyembahan yang bersifat pemberhalaan).
Catatan: saya tak tahu dimana ada ajaran Musa tentang patung sapi jantan.

Hal seperti ini perlu diketahui karena pada jaman ini ada banyak gereja atau hamba Tuhan (biasanya dari kalangan Pentakosta / Kharismatik) yang begitu extrim dengan menyuruh menghancurkan seadanya patung, lebih-lebih kalau patungnya berbentuk naga atau orang yang matanya seperti mata setan, dsb.

2)         Penekanan hukum ini: cara penyembahan harus benar.
Kalau diperhatikan sepintas lalu, maka hukum 1 dan hukum 2 ini kelihatannya tumpang tindih (overlap). Apa sebetulnya perbedaan kedua hukum ini?

Matthew Henry: “The first commandment concerns the object of our worship, Jehovah, and him only ... The second commandment concerns the ordinances of worship, or the way in which God will be worshipped, which it is fit that he himself should have the appointing of. ... The prohibition: we are here forbidden to worship even the true God by images” (= Hukum pertama bersangkutan dengan obyek dari ibadah / penyembahan kita, Yehovah, dan hanya Dia saja ... Hukum kedua bersangkutan dengan peraturan ibadah / penyembahan, atau cara dengan mana Allah akan disembah, yang adalah cocok bahwa Dia sendiri yang menetapkannya. ... Larangannya: di sini kita dilarang untuk menyembah bahkan Allah yang benar dengan menggunakan patung-patung).

Jadi, kalau hukum 1 mempersoalkan tujuan / obyek penyembahannya harus benar, maka hukum 2 ini menekankan cara penyembahannya juga harus benar. Sekalipun kita mempunyai obyek / tujuan penyembahan yang benar, yaitu Allah, tetapi kalau kita menyembahNya dengan cara yang salah, yaitu melalui patung, maka kita berdosa. Untuk itu perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a)   Kel 32:1-6 - “(1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: ‘Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir - kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.’ (2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: ‘Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.’ (3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: ‘Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!’ (5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: ‘Besok hari raya bagi TUHAN!’ (6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria”.

Ini cerita tentang bangsa Israel yang jatuh ke dalam penyembahan anak lembu emas. Sebetulnya tujuan mereka bukanlah menyembah anak lembu emas itu sendiri, tetapi menyembah Allah. Ini terlihat dari Kel 32:5 dimana Harun berkata: ‘Besok hari raya bagi TUHAN. Tetapi penyembahan terhadap Allah itu mereka lakukan melalui anak lembu emas / berhala, dan ini menyebabkan Tuhan murka dan menghukum mereka.

b)   Ul 12:4,31 - “(4) Jangan kamu berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu. ... (31a) Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu”.
NIV: “You must not worship the LORD your God in their way” (= Kamu tidak boleh menyembah TUHAN Allahmu dengan cara mereka).
Ayat ini dengan jelas menunjukkan larangan penyembahan terhadap Allah dengan cara orang kafir / Kanaan (yaitu menyembah Allah menggunakan berhala).

c)   Hakim 8:22-27 - “(22) Kemudian berkatalah orang Israel kepada Gideon: ‘Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian.’ (23) Jawab Gideon kepada mereka: ‘Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu.’ (24) Selanjutnya kata Gideon kepada mereka: ‘Satu hal saja yang kuminta kepadamu: Baiklah kamu masing-masing memberikan anting-anting dari jarahannya.’ - Karena musuh itu beranting-anting mas, sebab mereka orang Ismael. (25) Jawab mereka: ‘Kami mau memberikannya dengan suka hati.’ Dan setelah dihamparkan sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting dari jarahannya ke atas kain itu. (26) Adapun berat anting-anting emas yang dimintanya itu ada seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung bulan-bulanan, perhiasan telinga dan pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh raja-raja Midian, dan belum terhitung kalung rantai yang ada pada leher unta mereka. (27) Kemudian Gideon membuat efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya.

d)   Hakim 17:1-13 - “(1) Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha namanya. (2) Berkatalah ia kepada ibunya: ‘Uang perak yang seribu seratus itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk - aku sendiri mendengar ucapanmu itu - memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya.’ Lalu kata ibunya: ‘Diberkatilah kiranya anakku oleh TUHAN.’ (3) Sesudah itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi ibunya berkata: ‘Aku mau menguduskan uang itu bagi TUHAN, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu.’ (4) Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha. (5) Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya. (6) Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. (7) Maka ada seorang muda dari Betlehem-Yehuda, dari kaum Yehuda; ia seorang Lewi dan tinggal di sana sebagai pendatang. (8) Lalu orang itu keluar dari kota Betlehem-Yehuda untuk menetap sebagai pendatang di mana saja ia mendapat tempat; dan dalam perjalanannya itu sampailah ia ke pegunungan Efraim di rumah Mikha. (9) Bertanyalah Mikha kepadanya: ‘Engkau dari mana?’ Jawabnya kepadanya: ‘Aku orang Lewi dari Betlehem-Yehuda, dan aku pergi untuk menetap sebagai pendatang di mana saja aku mendapat tempat.’ (10) Lalu kata Mikha kepadanya: ‘Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu.’ (11) Orang Lewi itu setuju untuk tinggal padanya. Maka orang muda itu menjadi seperti salah seorang anaknya sendiri. (12) Mikha mentahbiskan orang Lewi itu; orang muda itu menjadi imamnya dan diam di rumah Mikha. (13) Lalu kata Mikha: ‘Sekarang tahulah aku, bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku.’”.

e)   1Raja 12:25-33 - “(25) Kemudian Yerobeam memperkuat Sikhem di pegunungan Efraim, lalu diam di sana. Ia keluar dari sana, lalu memperkuat Pnuel. (26) Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. (32) Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya. (33) Ia naik tangga mezbah yang dibuatnya di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan yang telah direncanakannya dalam hatinya sendiri; ia menentukan suatu hari raya bagi orang Israel dan ia naik tangga mezbah itu untuk membakar korban”.

Thomas Manton: “It is idolatry not only to worship false gods in the place of the true God, but to worship the true God in a false manner” (= Adalah merupakan penyembahan berhala bukan hanya menyembah allah-allah palsu menggantikan tempat Allah yang benar, tetapi juga menyembah Allah yang benar dengan cara yang palsu / salah).

Bandingkan ini dengan kata-kata dari banyak orang: yang penting tujuannya benar, yaitu menyembah Allah, caranya berbeda tidak apa-apa. Ini jelas merupakan suatu omong kosong! Kitab Suci mengajar kita bahwa bukan tujuannya saja yang harus benar, tetapi caranya juga harus benar!

Karena itu, jangan menganggap bahwa Allah mau menerima seadanya penyembahan yang dilakukan manusia menurut pemikiran dan khayalannya masing-masing.
Bdk. Yoh 4:23-24 - “(23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.

Bandingkan juga dengan Kol 2:8,16-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. ... (16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.

Perhatikan penyembahan dan peraturan-peraturan dari ajaran sesat yang dibicarakan oleh Paulus dalam text di atas ini. Kelihatannya ada kerendahan hati, dan bahkan kelihatannya penuh hikmat, tetapi dikecam oleh Paulus, karena tidak sesuai dengan Kristus / Kitab Suci!

3)   Contoh pelanggaran terhadap hukum ini (Catatan: ada hal-hal yang overlap / bertumpukan antara pelanggaran terhadap hukum pertama dan pelanggaran terhadap hukum kedua):

a)   Menyembah patung berhala, atau lebih tepat, menyembah Allah melalui patung berhala.
Bagaimana kalau saudara diminta seseorang untuk mengantarkan dia pergi ke kelenteng / kuil berhala, supaya dia bisa beribadah melalui penyembahan berhala? Haruskah, atau bolehkah, saudara ‘berbuat baik’ dengan mengantarkan dia?
Dalam kontext gereja kita yang berdampingan dengan kelenteng, apakah merupakan suatu ‘perbuatan baik’ kalau kita memberi jalan bagi orang-orang yang mau menyembah berhala di kelenteng?

b)   Menyembah / menghormati / mencium Kitab Suci.
Kita memang mempercayai dan menghormati Kitab Suci sebagai Firman Allah. Tetapi bukan bendanya / bukunya itu sendiri yang kita hormati, melainkan isinya.
‘Mencium’ sering berarti ‘menyembah’, dan hal ini terlihat dari ayat-ayat ini:
1Raja 19:18 - “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.
Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!”.
Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari”.
Maz 2:11-12 - “(11) Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar, (12) supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung padaNya!”.
Ini salah terjemahan, dan RSV sama salahnya.
KJV: ‘(11) Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry, and ye perish from the way, when his wrath is kindled but a little. Blessed are all they that put their trust in him’ [= (11) Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa di jalan, pada saat murkaNya dinyalakan sedikit saja. Diberkatilah semua mereka yang meletakkan kepercayaan mereka kepadaNya]. NIV/NASB/ASV/NKJV KJV.

c)   Menyembah / menghormati / mencium salib, patung Yesus / Maria / malaikat / orang suci (Gereja Katolik).
Karena itu hati-hatilah dengan benda-benda seperti salib, patung / gambar Yesus dan sebagainya. Semua itu bukan dosa selama kita tidak menyembahnya. Tetapi kalau ada sedikit saja rasa hormat dalam hati kita terhadap benda-benda itu, maka itu menjadi penyembahan berhala, dan itu merupakan dosa!

d)   Berdoa sambil menghadap pada salib atau sambil membayangkan Yesus.
D. L. Moody: “someone says, ‘I find pictures are a great help to me, and images. I know that they are not themselves sacred, but they help me in my devotion to fix my thoughts on God.’” (= seseorang berkata: ‘Aku mendapati gambar-gambar sebagai suatu pertolongan yang besar bagiku, dan juga patung-patung. Aku tahu bahwa dalam dirinya sendiri mereka tidak kudus / keramat, tetapi mereka menolongku dalam ibadahku untuk memusatkan pikiranku kepada Allah) - ‘D. L. Moody On The Ten Commandments’, hal 34.
Terhadap kata-kata seperti ini D. L. Moody menjawab dengan kata-kata sebagai berikut: Whatever comes between my soul and my Maker is not a help to me, but a hindrance. God has given different means of grace by which we can approach Him. Let us use these, and not seek for other things that He has distinctly forbidden” (= Apapun yang datang di antara jiwaku dan Penciptaku bukanlah suatu pertolongan bagiku, tetapi suatu halangan. Allah telah memberikan cara / jalan kasih karunia yang berbeda melalui mana kita bisa mendekati Dia. Hendaklah kita menggunakan hal-hal ini, dan tidak mencari hal-hal lain yang secara jelas telah Ia larang) - ‘D. L. Moody On The Ten Commandments’, hal 34.

e)   Berdoa sambil menggunakan yosua / kemenyan.
Sekalipun dalam Perjanjian Lama ada penggunaan kemenyan (Im 2:1,15 dsb), tetapi dalam sejak sobeknya tirai Bait Allah pada saat Yesus mati (Mat 27:50-51), maka seluruh Bait Allah, imam-imam, korban-korban dan upacara-upacara (termasuk sunat dan Perjamuan Paskah), dan jelas juga penggunaan kemenyan, harus disingkirkan. Jadi pada jaman Perjanjian Baru penggunaan kemenyan tidak lagi diijinkan.

f)    Menyembah roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus.
Saya pernah pergi ke gereja dimana pada waktu mengadakan Perjamuan Kudus, pendeta dan majelisnya berlutut dan menyembah pada seluruh meja Perjamuan Kudus, dimana terletak roti dan anggur yang akan digunakan dalam Perjamuan Kudus. Ini jelas juga salah. Roti dan anggur hanyalah lambang dari tubuh dan darah Kristus, bukan Kristusnya sendiri, sehingga penyembahan terhadap hal-hal itu merupakan penyembahan berhala.
Sekalipun bukan menyembah roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus, tetapi kalau saudara mempunyai rasa hormat terhadap benda-benda itu, itu sudah merupakan penyembahan berhala!

g)   Memberhalakan minyak urapan, atau benda-benda apapun yang diberikan ‘pendeta-pendeta’ sebagai semacam jimat.
Karena itu, hati-hati dengan pendeta-pendeta yang memberi sapu tangan atau benda apapun, yang katanya telah didoakan, dan disuruh untuk diletakkan di bawah bantal dan sebagainya. Ini jelas merupakan pemberhalaan!

h)   Kepercayaan terhadap magic / sihir dan semua penggunaannya (bdk. Kel 22:18  Ul 18:10-14  2Taw 33:6  Kis 8:9-11). Magic / sihir sering dilakukan atas nama Allah (bandingkan dengan Toronto Blessing, nggeblak / tumbang dalam Roh dsb), tetapi sebetulnya magic atau sihir mendapatkan kekuatannya dari setan. Karena itu, orang yang melakukan hal ini sama saja dengan menyembah setannya sendiri. Kalau saudara adalah orang yang senang menggunakan kuasa gelap untuk mendapatkan keinginan saudara, perhatikan kata-kata dalam Yes 47:9b - “Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu.

i)    Dalam Perjanjian Baru, ini mencakup semua penyembahan terhadap Allah yang dilakukan tanpa melalui Yesus.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.

Calvin: “although Moses only speaks of idolatry, yet there is no doubt but that by synecdoche, as in all the rest of the Law, he condemns all fictitious services which men in their ingenuity have invented” (= sekalipun Musa hanya berbicara tentang penyembahan berhala, tetapi tidak diragukan bahwa oleh suatu synecdoche, seperti dalam seluruh sisa hukum Taurat, ia mengecam semua ibadah khayalan yang telah manusia temukan dalam kepintaran mereka) - hal 107.

Penerapan: sama dengan persoalan mengantar orang ke kelenteng tadi, sekarang hal itu bisa diperluas sehingga mencakup semua agama yang jelas-jelas bertentangan dengan Alkitab, yaitu tidak melalui Yesus Kristus. Apakah merupakan suatu perbuatan baik untuk mengantarkan seseorang ke gereja sesat, atau tempat ibadah agama lain (sekalipun tidak menyembah berhala, tetapi tidak menggunakan Yesus)??? Apakah merupakan suatu perbuatan baik untuk memberikan kemudahan pada orang-orang yang beragama lain sehingga mereka bisa melakukan ibadahnya, yang adalah sesat, kalau ditinjau dari Kitab Suci kita? Kita memang harus bertoleransi, tetapi kita tidak boleh berkompromi! Kita tidak boleh menghina agama lain, ataupun menghalangi orang yang beragama lain untuk melakukan ibadah mereka, tetapi kita juga tidak boleh membantu mereka dalam hal itu!

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kedua ini?



HUKUM 2 (2)


Jangan membuat dan menyembah patung berhala


(Kel 20:4-6)


Kel 20:4-6 - “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.

4)         Katolik dan hukum kedua.

a)   Perubahan hukum ke 2 dalam Gereja Roma Katolik.
Merupakan suatu fakta bahwa Gereja Roma Katolik dipenuhi dengan patung yang disembah. Bagaimana mereka bisa melakukan hal itu dengan adanya hukum kedua ini? Jawabannya adalah: dalam Katolik 10 hukum Tuhannya berbeda.

Matthew Henry: “The use of images in the church of Rome, at this day, is so plainly contrary to the letter of this command, and so impossible to be reconciled to it, that in all their catechisms and books of devotion, which they put into the hands of the people, they leave out this commandment, joining the reason of it to the first; and so the third commandment they call the second, the fourth the third, &c.; only, to make up the number ten, they divide the tenth into two. Thus have they committed two great evils, in which they persist, and from which they hate to be reformed; they take away from God’s word, and add to his worship” (= Penggunaan patung-patung dalam gereja Roma, pada jaman ini, adalah dengan begitu jelas bertentangan dengan huruf dari hukum ini, dan begitu tidak mungkin / mustahil untuk diperdamaikan / diharmoniskan dengannya, sehingga dalam semua katekisasi dan buku-buku pembaktian / ibadah mereka, yang mereka letakkan di tangan dari umat / orang-orang, mereka menghapuskan hukum ini, menggabungkan artinya dengan hukum yang pertama; dan dengan demikian hukum ketiga mereka sebut kedua, keempat mereka sebut ketiga, dst.; hanya, untuk membuat / mengejar bilangan sepuluh, mereka membagi hukum kesepuluh menjadi dua. Dengan demikian mereka telah melakukan dua kejahatan besar, dalam mana mereka berkeras, dan dari mana mereka tidak senang untuk direformasi; mereka mengambil / membuang dari firman Allah, dan menambah pada ibadah / penyembahanNya).

Adam Clarke: “To countenance its image worship, the Roman Catholic church has left the whole of this second commandment out of the decalogue, and thus lost one whole commandment out of the ten; but to keep up the number they have divided the tenth into two commandments. This is totally contrary to the faith of God’s elect and to the acknowledgment of that truth which is according to godliness. ... This corruption of the word of God by the Roman Catholic Church stamps it, as a false and heretical church, with the deepest brand of ever-enduring infamy!” (= Untuk merestui / mendukung penyembahan berhalanya, gereja Roma Katolik telah membuang seluruh hukum kedua dari 10 hukum Tuhan, dan dengan demikian kehilangan / menghilangkan satu hukum penuh dari sepuluh; tetapi untuk menjaga / mengejar bilangan 10 itu mereka telah membagi hukum ke 10 menjadi dua hukum. Ini bertentangan secara total dengan iman / ajaran dari orang-orang pilihan dan dengan pengakuan terhadap kebenaran itu yang sesuai dengan kesalehan. ... Perusakan firman Allah ini oleh Gereja Roma Katolik mencapnya sebagai gereja yang palsu / sesat dan bersifat bidat, yang merupakan cap / merk yang paling dalam dari keburukan yang bertahan selama-lamanya!).

10 Hukum Tuhan versi Katolik (ini saya ambil dari ‘Catechism of the Catholic Church’ tahun 1992):
1.   I am the LORD your God: you shall not have strange Gods before me (= Akulah TUHAN Allahmu: jangan mempunyai Allah-allah asing di hadapanKu).
2.   You shall not take the name of the LORD your God in vain (= Jangan menggunakan nama TUHAN Allahmu dengan sia-sia).
3.   Remember to keep holy the LORD’S Day (= Ingatlah untuk menguduskan Hari TUHAN).
4.         Honor your father and your mother (= Hormatilah bapa dan ibumu).
5.         You shall not kill (= Jangan membunuh).
6.         You shall not commit adultery (= Jangan berzinah).
7.         You shall not steal (= Jangan mencuri).
8.   You shall not bear false witness against your neighbor (= Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu).
9.         You shall not covet your neighbor’s wife (= Jangan menginginkan istri sesamamu).
10.  You shall not covet your neighbor’s goods (= Jangan menginginkan barang-barang / harta benda sesamamu).

Jadi, mereka menghapuskan hukum ke 2 lalu menjadikan hukum ke 3 sebagai hukum ke 2, hukum ke 4 sebagai hukum ke 3 dst. Lalu mereka memecah hukum ke 10 menjadi 2, yaitu hukum ke 9 dan ke 10, untuk tetap mendapatkan bilangan 10.

Penghapusan hukum ke 2 ini jelas merupakan suatu tindakan menginjak-injak Kitab Suci, dan menunjukkan betapa tidak Alkitabiahnya gereja Katolik! Disamping itu, merupakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak Alkitabiah untuk membagi hukum ke 10 menjadi 2, karena:
a.   Kalau ‘jangan mengingini istri sesamamu’ disebutkan sebagai hukum ke 9 seperti dalam versi Katolik, itu mungkin masih bisa disesuaikan dengan Ul 5, dimana kata-kata ‘istri sesamamu’ menduduki tempat pertama, dan lalu disusul dengan ‘rumah, ladang, hamba, lembu, keledai sesamamu’.
Ul 5:21 - “Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.
Tetapi bagaimana hal itu bisa disesuaikan dengan Kel 20:17, dimana kata-kata ‘rumah sesamamu’ menduduki tempat pertama, dan sesudah itu baru ‘istrinya’?
Kel 20:17 - “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.
b.   Pada waktu Paulus mengutip hukum ke 10 ini, ia memperlakukannya sebagai satu kesatuan.
Calvin (tentang Kel 20:12): “the prohibition of God to covet either our neighbour’s wife or his house, is foolishly separated into two parts, whereas it is quite clear that only one thing is treated of, as we gather from the words of Paul, who quotes them as a single Commandment. (Rom. 7:7.) ... the fact itself explains how one error has grown out of another; for, when they had improperly hidden the Second Commandment under the First, and consequently did not find the right number, they were forced to divide into two parts what was one and indivisible” [= larangan Allah untuk mengingini istri sesama kita atau rumahnya, secara bodoh dipisahkan menjadi 2 bagian, padahal adalah cukup jelas bahwa hanya satu hal yang dibicarakan, seperti yang bisa kita dapatkan dari kata-kata Paulus, yang mengutip mereka sebagai satu Hukum (Ro 7:7). ... fakta itu sendiri menjelaskan bagaimana satu kesalahan telah tumbuh dari kesalahan yang lain; karena, pada waktu mereka secara tidak benar telah menyembunyikan Hukum kedua di bawah Hukum pertama, dan karena itu tidak bisa mendapatkan bilangan yang benar (tak bisa mendapatkan bilangan 10), mereka terpaksa membagi menjadi 2 bagian apa yang seharusnya adalah satu dan tidak bisa dibagi-bagi] - hal 6.
Bdk. Ro 7:7 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’.

Apa yang mengejutkan adalah: susunan / urut-urutan 10 hukum versi Katolik itu didapatkan dari Agustinus, dan juga diikuti oleh Luther / gereja Lutheran.

Keil & Delitzsch: “The second view was brought forward by Augustine, and no one is known to have supported it previous to him. In his Quaest. 71 on Ex., when treating of the question how the commandments are to be divided ... He then proceeds still further to show that the commandment against images is only a fuller explanation of that against other gods, but that the commandment not to covet is divided into two commandments by the repetition of the words, ‘Thou shalt not covet,’ ... In this division Augustine generally reckons the commandment against coveting the neighbour’s wife as the ninth, according to the text of Deuteronomy; although in several instances he places it after the coveting of the house, according to the text of Exodus. Through the great respect that was felt for Augustine, this division became the usual one in the Western Church; and it was adopted even by Luther and the Lutheran Church (= Pandangan kedua diajukan oleh Agustinus, dan tak diketahui adanya seorangpun yang mendukung pandangan ini sebelum dia. Dalam buku / tulisannya Quaest. 71 tentang Ex. / Kel., pada waktu membahas pertanyaan bagaimana hukum-hukum harus dibagi ... Ia lalu melanjutkan lebih jauh lagi untuk menunjukkan bahwa hukum terhadap patung-patung hanyalah penjelasan yang lebih lengkap dari hukum terhadap allah-allah lain, tetapi bahwa hukum untuk tidak mengingini dibagi menjadi dua hukum oleh pengulangan ‘Janganlah engkau menginginkan’, ... Dalam pembagian ini Agustinus secara umum menganggap hukum terhadap menginginkan istri sesama sebagai yang kesembilan, sesuai dengan text dari Ulangan; sekalipun dalam beberapa hal ia menempatkannya setelah menginginkan rumah, sesuai dengan text dari Keluaran. Melalui rasa hormat yang besar yang dirasakan terhadap Agustinus, pembagian ini menjadi sesuatu yang biasa di Gereja Barat; dan itu diadopsi bahkan oleh Luther dan Gereja Lutheran).
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan bahwa kita harus hati-hati terhadap rasa hormat / kagum terhadap seorang hamba Tuhan, tak peduli siapapun dia adanya. Semua hamba Tuhan ada di bawah Firman Tuhan!

Keil & Delitzsch: “It must be decided from the text of the Bible alone. Now in both substance and form this speaks against the Augustinian, Catholic, and Lutheran view, and in favour of the Philonian, or Oriental and Reformed. In substance; for whereas no essential difference can be pointed out in the two clauses which prohibit coveting, so that even Luther has made but one commandment of them in his smaller catechism, there was a very essential difference between the commandment against other gods and that against making an image of God, so far as the Israelites were concerned, as we may see not only from the account of the golden calf at Sinai, but also from the image worship of Gideon (Judg 8:27), Micah (Judg 17), and Jeroboam (1 Kings 12:28ff.)” [= Itu harus ditentukan dari text Alkitab saja. Baik dalam isinya maupun bentuknya ini berbicara menentang pandangan Agustinus, Katolik, dan Lutheran, dan berpihak pada Philonian, atau Timur dan Reformed. Dalam isinya; karena sementara tidak ada perbedaan yang hakiki bisa ditunjukkan dalam kedua anak kalimat yang melarang untuk menginginkan, sehingga bahkan Luther telah membuat mereka menjadi hanya satu hukum dalam katekisasi kecilnya, ada perbedaan yang sangat hakiki antara hukum menentang allah-allah lain dan perintah / hukum menentang pembuatan patung dari Allah, sejauh berkenaan dengan bangsa Israel, seperti bisa kita lihat bukan hanya dari cerita tentang anak lembu emas di Sinai, tetapi juga dari penyembahan patung dari Gideon (Hak 8:27), Mikha (Hak 17), dan Yerobeam (1Raja 12:28-dst)].

Mungkin Keil & Delitzsch memberikan ayat-ayat referensi di atas untuk menunjukkan bahwa sekalipun orang-orang itu menyembah Allah, dan tidak menyembah allah lain, tetapi karena penyembahan itu dilakukan melalui patung, mereka tetap berdosa. Ini secara jelas membedakan hukum pertama dan hukum kedua.

Wycliffe Bible Commentary: “There are different ways of dividing the Commandments. The Lutheran and Roman Catholic churches follow Augustine in making verses 2-6 the first commandment, and then dividing verse 17, on covetousness, into two. Modern Judaism makes verse 2 the first commandment and verses 3-6 the second. The earliest division, which can be traced back at least as far as Josephus, in the first century A.D., takes Exo 20:3 as the first command and 20:4-6 as the second. This division was supported unanimously by the early church, and is held today by the Eastern Orthodox and most Protestant churches” (= Ada cara-cara yang berbeda tentang pembagian dari Hukum-hukum ini. Orang-orang Lutheran dan Roma Katolik mengikuti Agustinus dengan membuat ay 2-6 hukum pertama, dan lalu membagi ay 17, tentang keinginan / menginginkan, menjadi dua hukum. Yudaisme modern membuat ay 2 sebagai hukum pertama dan ay 3-6 hukum kedua. Pembagian yang paling awal, yang bisa ditelusuri jejaknya sejauh Yosephus, pada abad pertama Masehi, menganggap Kel 20:3 sebagai hukum pertama dan 20:4-6 sebagai hukum kedua. Pembagian ini didukung dengan suara bulat oleh gereja awal, dan dipegang / dipercayai sekarang oleh Gereja Orthodox Timur dan kebanyakan gereja-gereja Protestan).
Catatan: bagaimana Yudaisme bisa menganggap ay 2 sebagai hukum pertama, padahal ay 2 berbunyi: “‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan”? Ini suatu pernyataan, bukan hukum / perintah / larangan!

b)   Penyembahan atau penghormatan?
Calvin mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik berusaha menghindari hukum kedua ini dengan membedakan istilah LATRIA dan DULIA. Mereka mengatakan bahwa LATRIA merupakan penyembahan terhadap Allah, sedangkan DULIA hanya merupakan penghormatan, yang mereka tujukan kepada malaikat, orang-orang suci, dan patung (Catatan: untuk Maria mereka menggunakan istilah lain lagi, yaitu Hyper Dulia, yang tetap mereka anggap sebagai penghormatan, bukan penyembahan).
Mereka menganggap bahwa yang dilarang oleh hukum kedua hanyalah LATRIA, bukan DULIA. Tetapi Calvin mengatakan bahwa ini suatu penghindaran yang sia-sia, karena kalau dilihat dari Kel 20:5a, Musa melarang segala bentuk dan upacara penyembahan, dengan menggunakan istilah ‘menyembah’, lalu menggunakan istilah kedua, yaitu kata Ibrani AVAD, yang arti sebenarnya adalah ‘to serve’ (= melayani / beribadah). Calvin menganggap bahwa istilah kedua ini mencakup penghormatan.
Bdk. Kel 20:5a - “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya”.
KJV: ‘Thou shalt not bow down thyself to them, nor serve them’ (= Jangan membungkuk / menyembah mereka, ataupun melayani mereka / beribadah kepada mereka).

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
1.   Biarpun mereka membedakan istilahnya, tetapi apa yang mereka lakukan dalam melakukan penyembahan dan penghormatan, adalah persis sama. Bukankah lucu kalau istilahnya dibedakan, tetapi tindakannya persis sama?
2.   Mengapa mereka menghapus hukum kedua dari 10 hukum mereka, kalau mereka memang tidak salah dalam hal ini?

5)   Hal-hal lain tentang patung berhala.

a)   Dalam Alkitab ‘menyembah berhala’ dianggap melakukan perzinahan / persundalan rohani. Ini jelas juga berlaku untuk ‘mempunyai / menyembah allah lain’.

Yer 3:6-9 - “(6) TUHAN berfirman kepadaku dalam zaman raja Yosia: ‘Sudahkah engkau melihat apa yang dilakukan Israel, perempuan murtad itu, bagaimana dia naik ke atas setiap bukit yang menjulang dan pergi ke bawah setiap pohon yang rimbun untuk bersundal di sana? (7) PikirKu: Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepadaKu, tetapi ia tidak kembali. Hal itu telah dilihat oleh Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia. (8) Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal. (9) Dengan sundalnya yang sembrono itu maka ia mencemarkan negeri dan berzinah dengan menyembah batu dan kayu.

Ul 31:16 - “TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjianKu yang Kuikat dengan mereka”.

Kita yang percaya memang sudah dipertunangkan dengan Kristus, dan karena itu, kalau kita menyembah berhala / mempunyai allah lain maka kita dianggap berzinah secara rohani. Ini bukan melanggar hukum ke 7 tetapi hukum ke 1 dan 2.

b)   Ada dosa-dosa lain yang biasanya / seringkali menyertai penyembahan berhala.
Dosa-dosa lain yang sering menyertai penyembahan berhala pada jaman Kitab Suci adalah: penggunaan kuasa gelap / persekutuan dengan roh jahat / setan, pelacuran / perzinahan, pengorbanan manusia.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The idol worship of the pagan nations was not only illogical and unbiblical, but it was intensely immoral (temple prostitutes and fertility rites), inhuman (sacrificing children), and demonic (1 Cor 10:10-22). No wonder the Lord commanded Israel to destroy the temples, altars, and idols of the pagans when they invaded the land of Canaan (Deut 7:1-11)” [= Penyembahan berhala dari bangsa-bangsa kafir bukan hanya tidak logis dan tidak Alkitabiah, tetapi itu sangat tidak bermoral (pelacuran kuil dan upacara kesuburan), tak manusiawi (pengorbanan anak-anak), dan bersifat setan (1Kor 10:10-22). Tak heran Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menghancurkan kuil-kuil, mezbah-mezbah, dan berhala-berhala dari orang-orang kafir pada waktu mereka menyerbu tanah Kanaan (Ul 7:1-11)].

1.   Ayat-ayat yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dan pengorbanan anak, dan bahkan dengan sihir dan banyak hal yang berhubungan dengan kuasa gelap.
2Taw 33:6 - “Bahkan, ia mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api di Lebak Ben-Hinom; ia melakukan ramal, telaah dan sihir, dan menghubungi para pemanggil arwah dan para pemanggil roh peramal. Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hatiNya”.
Yeh 20:31 - “Dalam membawa persembahan-persembahanmu, yaitu mempersembahkan anak-anakmu sebagai korban dalam api, kamu menajiskan dirimu dengan segala berhala-berhalamu sampai hari ini, apakah Aku masih mau kamu minta petunjuk dari padaKu, hai kaum Israel? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak mau lagi kamu minta petunjuk dari padaKu”.

2.   Ayat yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dengan perzinahan / pelacuran.
Ul 23:17-18 - “(17) ‘Di antara anak-anak perempuan Israel janganlah ada pelacur bakti, dan di antara anak-anak lelaki Israel janganlah ada semburit bakti. (18) Janganlah kaubawa upah sundal atau uang semburit ke dalam rumah TUHAN, Allahmu, untuk menepati salah satu nazar, sebab keduanya itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.’”.
KJV: “There shall be no whore of the daughters of Israel, nor a sodomite of the sons of Israel” (= Jangan ada pelacur dari anak-anak perempuan Israel, ataupun seorang penyodomi dari anak-anak lelaki Israel).
RSV: “‘There shall be no cult prostitute of the daughters of Israel, neither shall there be a cult prostitute of the sons of Israel” (= Jangan ada pelacur penyembahan agama dari anak-anak perempuan Israel, juga jangan ada pelacur penyembahan agama dari anak-anak lelaki Israel).
NIV: “No Israelite man or woman is to become a shrine prostitute” (= Jangan ada laki-laki atau perempuan Israel yang menjadi pelacur kuil).
NASB: “‘None of the daughters of Israel shall be a cult prostitute, nor shall any of the sons of Israel be a cult prostitute” (= Jangan seorangpun dari anak-anak perempuan Israel menjadi pelacur penyembahan agama, atau dari anak-anak lelaki Israel yang menjadi pelacur penyembahan agama).
Catatan: kata ‘cult’ dalam RSV/NASB berarti ‘suatu sistim penyembahan atau upacara agamawi’ (Webster’s New World Dictionary).

Barnes’ Notes: “Prostitution was a common part of religious observances among idolatrous nations, especially in the worship of Ashtoreth or Astarte” (= Pelacuran merupakan bagian umum dari ibadah agamawi di antara bangsa-bangsa penyembah berhala, khususnya dalam penyembahan Asytoret atau Astarte).

Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa ‘pelacur bakti’ adalah perempuan-perempuan yang dibaktikan pada pelayanan / penyembahan dari Astarte / Asytarot (Venus) dan keuntungan dari pelacuran itu dimasukkan ke dalam kas dari kuil. Sedangkan ‘semburit bakti’ adalah pelacur laki-laki, yang dibaktikan kepada dewi yang sama. Mereka diberi pakaian perempuan, dan membujuk orang-orang untuk melakukan tindakan homosex.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘There shall be no whore of the daughters of Israel,’ [q­deeshaah] - a female devoted to the service of Astarte or Ashtaroth (Venus), and the profits of whose prostitution were applied to the treasury of her temples. Nor a sodomite, [qaadeesh] - a male prostitute, consecrated to the worship of the same goddess. These wretched creatures, dressed in female habiliments, frequented the streets of cities, or wandered into country villages as mendicants, exhibiting small shrines of Astarte, and enticing the populace to unnatural crime. Both of these were attaches to the temple of the Syrian goddess” (= ).

3.   Ayat-ayat / text yang menunjukkan hubungan penyembahan berhala dengan persekutuan dengan roh jahat / setan.
1Kor 10:14-22 - “(14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! (16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. (18) Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah? (19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. (21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?”.

c)   Apakah patung berhala ada roh jahatnya?
Hab 2:19 - “Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: ‘Terjagalah!’ dan kepada sebuah batu bisu: ‘Bangunlah!’ Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya.
Kelihatannya ayat ini menunjukkan bahwa patung berhala tidak ada setannya / roh jahatnya, tetapi sebetulnya bukan itu maksudnya. Pada waktu dikatakan bahwa dalam patung berhala itu tidak ada roh, maksudnya adalah bahwa patung berhala itu mati. Kata ‘roh’ dalam Hab 2:19 itu diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani RUAKH, tetapi KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkannya ‘breath’ (= nafas).
Bandingkan dengan Yak 2:26 - “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
Jadi, maksud dari ayat ini hanyalah bahwa patung berhala itu mati, dan karena itu merupakan suatu ketololan untuk menyembah kepada sesuatu yang mati. Berhala yang mati juga dikontraskan dengan Allah yang hidup.
Bdk. Yer 10:8-16 - “(8) Berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka. - (9) Perak kepingan dibawa dari Tarsis, dan emas dari Ufas; berhala itu buatan tukang dan buatan tangan pandai emas. Pakaiannya dari kain ungu tua dan kain ungu muda, semuanya buatan orang-orang ahli. - (10) Tetapi TUHAN adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murkaNya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geramNya. (11) Beginilah harus kamu katakan kepada mereka: ‘Para allah yang tidak menjadikan langit dan bumi akan lenyap dari bumi dan dari kolong langit ini.’ (12) Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatanNya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaanNya, dan yang membentangkan langit dengan akal budiNya. (13) Apabila Ia memperdengarkan suaraNya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaanNya. (14) Setiap manusia ternyata bodoh, tidak berpengetahuan, dan setiap pandai emas menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa di dalamnya, (15) semuanya adalah kesia-siaan, pekerjaan yang menjadi buah ejekan, dan yang akan binasa pada waktu dihukum. (16) Tidaklah begitu Dia yang menjadi bagian Yakub, sebab Dialah yang membentuk segala-galanya, dan Israel adalah suku milikNya; namaNya ialah TUHAN semesta alam!”.
Catatan: kata ‘nyawa’ dalam Yer 10:14 juga berasal dari kata bahasa Ibrani RUAKH, dan KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV juga menterjemahkan ‘breath’ (= nafas).
Bdk. 1Tes 1:9 - “Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar”.

Jadi, saya berpendapat bahwa Hab 2:19 itu bukan dasar untuk mengatakan bahwa patung berhala tidak ada roh jahatnya. Saya berpendapat adalah memungkinkan bahwa setan memasuki suatu patung berhala, karena ia senang disembah (bdk. Mat 4:10). Juga jelas bahwa adalah mungkin bahwa ialah yang mengabulkan doa-doa yang dinaikkan kepada / melalui patung itu.

d)   Kebodohan dari penyembahan berhala.
Penyembahan terhadap patung berhala bukan hanya merupakan dosa, tetapi juga merupakan suatu kebodohan. Mengapa? Karena orang itu membuat patung, lalu menyembah patung buatan tangannya sendiri! Disamping itu, patung berhala itu merupakan benda mati, yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana mungkin seseorang berdoa dan memohon kepadanya?

Barnes’ Notes (tentang Maz 115:8): “People who do this show that they are destitute of all the proper attributes of reason, since such gods cannot help them. It is most strange, as it appears to us, that the worshippers of idols did not themselves see this; but this is in reality no more strange than that sinners do not see the folly of their course of sin; that people do not see the folly of worshipping no God” (= Orang-orang yang melakukan hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai sifat-sifat yang benar dari akal, karena allah-allah / dewa-dewa seperti itu tidak bisa menolong mereka. Adalah paling / sangat aneh, seperti kelihatannya bagi kita, bahwa penyembah-penyembah dari berhala-berhala itu sendiri tidak melihat hal ini; tetapi ini dalam realitanya tidak lebih aneh dari pada bahwa orang-orang berdosa tidak melihat kebodohan dari jalan mereka yang berdosa; bahwa orang-orang tidak melihat kebodohan dari penyembahan terhadap yang bukan Allah).

Ada beberapa ayat Kitab Suci yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala, seperti:
1.   Ul 4:28 - “Maka di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium”.
2.   Maz 115:4-8 - “(4) Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, (5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. (8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya”.
3.   Yes 2:8 - “Negerinya penuh berhala-berhala; mereka sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri dan kepada yang dikerjakan oleh tangannya”.
4.   Yer 10:5 - “Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat.’”.
5.   Hakim 6:25-32 - “(25) Pada malam itu juga TUHAN berfirman kepadanya: ‘Ambillah seekor lembu jantan kepunyaan ayahmu, yakni lembu jantan yang kedua, berumur tujuh tahun, runtuhkanlah mezbah Baal kepunyaan ayahmu dan tebanglah tiang berhala yang di dekatnya. (26) Kemudian dirikanlah mezbah bagi TUHAN, Allahmu, di atas kubu pertahanan ini dengan disusun baik, lalu ambillah lembu jantan yang kedua dan persembahkanlah korban bakaran dengan kayu tiang berhala yang akan kautebang itu.’ (27) Kemudian Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan diperbuatnyalah seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya. Tetapi karena ia takut kepada kaum keluarganya dan kepada orang-orang kota itu untuk melakukan hal itu pada waktu siang, maka dilakukannyalah pada waktu malam. (28) Ketika orang-orang kota itu bangun pagi-pagi, tampaklah telah dirobohkan mezbah Baal itu, telah ditebang tiang berhala yang di dekatnya dan telah dikorbankan lembu jantan yang kedua di atas mezbah yang didirikan itu. (29) Berkatalah mereka seorang kepada yang lain: ‘Siapakah yang melakukan hal itu?’ Setelah diperiksa dan ditanya-tanya, maka kata orang: ‘Gideon bin Yoas, dialah yang melakukan hal itu.’ (30) Sesudah itu berkatalah orang-orang kota itu kepada Yoas: ‘Bawalah anakmu itu ke luar; dia harus mati, karena ia telah merobohkan mezbah Baal dan karena ia telah menebang tiang berhala yang di dekatnya.’ (31) Tetapi jawab Yoas kepada semua orang yang mengerumuninya itu: ‘Kamu mau berjuang membela Baal? Atau kamu mau menolong dia? Siapa yang berjuang membela Baal akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang.’ (32) Dan pada hari itu diberikan oranglah nama Yerubaal kepada Gideon, karena kata orang: ‘Biarlah Baal berjuang dengan dia, setelah dirobohkannya mezbahnya itu.’”.
Kenyataannya, Baal tidak (bisa) mengapa-apakan Gideon!
6.   Tetapi mungkin ayat / text yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala secara paling menyolok adalah Yes 44:9-20 yang berbunyi sebagai berikut: “(9) Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. (10) Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah? (11) Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah manusia belaka. Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan mendapat malu bersama-sama. (12) Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. (13) Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil. (14) Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. (15) Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. (16) Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: ‘Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ (17) Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: ‘Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ (18) Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. (19) Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: ‘Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?’ (20) Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: ‘Bukankah dusta yang menjadi peganganku?’”.

Adam Clarke (tentang Yes 44:12): “The sacred writers are generally large and eloquent upon the subject of idolatry; they treat it with great severity, and set forth the absurdity of it in the strongest light. But this passage of Isaiah, Isa 44:12-20, far exceeds anything that ever was written upon the subject, in force of argument, energy of expression, and elegance of composition” (= Penulis-penulis kudus biasanya berbicara panjang lebar dan fasih tentang pokok penyembahan berhala; mereka menanganinya dengan kekerasan yang besar, dan menunjukkan sifat menggelikannya dalam terang yang paling kuat. Tetapi text dari Yesaya ini, Yes 44:12-20, jauh melebihi apapun yang pernah ditulis tentang pokok ini, dalam kekuatan argumentasi, tenaga pengungkapan, dan keanggunan penyusunan).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 44:10): “‘Who hath formed a god?’ - sarcastic question: ‘How debased the man must be who forms a god!’ It is a contradiction in terms. A made god, worshipped by its maker! (1 Cor 8:4.)” [= ‘Siapa yang telah membentuk suatu allah?’ - pertanyaan sarkastik: ‘Betapa rendahnya derajat orang yang membentuk suatu allah!’ Itu merupakan istilah yang kontradiksi. Suatu allah yang dibuat, disembah oleh pembuatnya! (1Kor 8:4).].

D. L. Moody: “A man must be greater than anything he is able to make or manufacture. What folly then to think of worshipping such things!” (= Seseorang pasti lebih besar dari apapun yang mampu ia buat atau hasilkan. Jadi alangkah tololnya untuk berpikir tentang penyembahan terhadap hal-hal seperti itu!) - ‘D. L. Moody On The Ten Commandments’, hal 33.

Bdk. Yer 16:20 - “Dapatkah manusia membuat allah bagi dirinya sendiri? Yang demikian bukan allah!’”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar