Jumat, 18 April 2014

PEMBAHASAN AJARAN YESAYA PARIADJI / GBI TIBERIAS (2)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div





III. Sikap yang benar terhadap nabi palsu


Ul 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.

Ul 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

1)   Jangan mendengarkan dia.
Nabi palsu yang ajarannya benar tetapi hidupnya tidak benar, masih boleh / bisa didengarkan, dan masih harus ditaati.
Mat 23:1-3 - “Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya: ‘Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya”.
Tetapi nabi palsu yang ajarannya sesat, tidak boleh didengarkan (Ul 13:3).
Kalau saudara pergi ke kebaktian / persekutuan yang ia adakan, maka perlu saudara ingat bahwa itu sudah merupakan suatu dukungan bagi dia, karena makin banyak yang hadir, makin hal itu membesarkan hatinya!

2)   Janganlah gentar / takut kepadanya (Ul 18:22b).
Mungkin ia akan memberikan ancaman kepada orang-orang yang tidak mau mendengarkan dia, atau mungkin ia akan bernubuat tentang hal-hal yang mengerikan yang akan menimpa orang-orang yang tidak mau mendengarkan / mempercayai dia, tetapi saudara tetap tidak perlu takut!

3)   Pada jaman Perjanjian Lama, nabi palsu harus dihukum mati (Ul 13:5  Ul 18:20b).
Tentang hukuman mati dalam Ul 13:5 ini, Pulpit Commentary mengatakan (hal 232) bahwa sekarang itu sudah tidak berlaku, karena ini termasuk dalam civil law / undang-undang negara / bangsa Israel pada saat itu, dan tidak bisa diterapkan di tempat lain pada jaman lain, apalagi pada jaman Perjanjian Baru. Yesus sendiri tidak menghukum mati para ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki, yang jelas-jelas adalah nabi-nabi palsu pada jaman itu. Lalu apa yang harus kita lakukan?

a)   Kalau seorang nabi palsu ada dalam gereja saudara sendiri, maka yang harus dilakukan adalah siasat gerejani (Mat 18:15-17  1Kor 5:1-13).
Siasat gerejani tidak hanya harus dilakukan kalau ada dosa menyolok di dalam gereja, tetapi juga kalau ada kepercayaan / ajaran sesat di dalam gereja. Dengan demikian kita menghapuskan yang jahat itu dari tengah-tengah kita (Ul 13:5b).

b)   Kalau nabi palsu itu ada di luaran, kita tidak boleh berteman / bersekutu dengan dia, kita tidak boleh menerima dia di rumah kita, makan bersama-sama dengan dia (yang menandakan suatu persekutuan dengan dia), dan bahkan kita tidak boleh memberi salam kepadanya.
2Kor 6:14-16 - “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu”.
1Kor 5:11b - “dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.
2Yoh 10-11 - “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.


-o0o-

IV. Mengapa banyak orang 

mengikuti nabi palsu?


1)   Seperti yang sudah saya jelaskan pada bab I, kebanyakan orang yang mengaku sebagai orang kristen tidak betul-betul mencintai kebenaran / Firman Tuhan. Itu yang menyebabkan Allah menghukum mereka dengan mendatangkan kesesatan dan sekaligus menggelapkan pikiran mereka. Sebagai akibatnya, mereka menjadi begitu bodoh sehingga siap mengikuti ajaran sesat yang bagaimanapun bodohnya.

Victor Budgen mengutip kata-kata Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut: “Every now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow any impostor (= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu) - ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 183.

2)   Paulus sendiri sudah menubuatkan dalam 2Tim 4:3-4 - “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

Karena itu jangan heran kalau orang yang betul-betul mengajarkan Firman Tuhan / kebenaran ‘tidak laku’, sedangkan nabi-nabi palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang menggelikan justru ‘laku keras’.

Paulus menuliskan kata-kata ‘akan datang waktunya’ itu pada abad yang pertama. Saya sendiri percaya bahwa saat ini kata-kata Paulus itu sudah terjadi, dan makin mendekati akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya, hal itu akan makin parah. Orang-orang yang mengikuti nabi-nabi palsu akan semakin banyak, sedangkan orang-orang kristen sejati yang betul-betul mencintai kebenaran akan semakin sedikit.

Karena itu dalam komentarnya tentang 2Tes 2:12, William Hendriksen berkata: “The true believer must never be afraid of belonging to the minority. It is the remnant that shall be saved. All others will be condemned” (= Orang percaya yang sejati tidak pernah boleh takut untuk termasuk dalam golongan minoritas. Adalah sisanya yang akan diselamatkan. Semua yang lain akan dihukum) - hal 186.

Dan kalau saudara mengikuti seorang nabi palsu / gereja sesat yang besar, dan saudara bangga akan jumlah orang dari gereja sesat saudara, perhatikan kata-kata Calvin yang mengomentari kata ‘semua’ dalam 2Tes 2:12, dengan kata-kata sebagai berikut: “When he says ‘all,’ he means that contempt of God finds no excuse in the great crowd and multitude of those who refuse to obey the gospel, for God is the Judge of the whole world, so that he will inflict punishment upon a hundred thousand, no less than upon one individual” (= Pada waktu ia berkata ‘semua’, ia memaksudkan bahwa kejijikan dari Allah tidak mendapatkan alasan dalam kumpulan besar dari mereka yang menolak untuk mentaati injil, karena Allah adalah Hakim dari seluruh dunia, sehingga Ia akan memberikan hukuman kepada seratus ribu orang, tidak lebih sedikit dari pada kepada seorang individu) - hal 340.

Pada jaman Nuh, Allah membasmi seluruh dunia, dan hanya menyelamatkan 8 orang. Karena itu, jangan kaget bahwa kalau seluruh gereja saudara dengan orang-orang sesatnya yang begitu banyak, nanti dibuang semua ke dalam neraka!



-o0o-

Apendix I

exposisi / khotbah tentang

YAKOBUS 2:14-26


Yak 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

I) ‘Pertentangan’ antara Yakobus dengan Paulus.


Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya yang saya garis-bawahi) ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:
·         Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
·         Ro 4:1-3 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
 
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

1)   Adanya perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Gal 2:16,21  Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

2)   Adanya perbedaan penggunaan istilah.

a)         Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai ‘sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita’. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksud­kannya sebagai ‘akibat / hasil dari keselamatan’. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

b)         Istilah ‘iman / percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada ‘iman kepada Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).

c)         Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

Catatan:
·         kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.
·         Kalau saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!

Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mempunyai satu tujuan pengajaran, yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus. Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25  2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

II) Iman / pengakuan tanpa perbuatan.


1)   Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbu­atan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada guna­nya. Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa menyelamatkan siapapun.

2)   Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati.
Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan (ay 18).
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.

Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:
a)   Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
Dari kata-kata dalam ay 18b itu juga jelas bahwa orang ini bisa me-nunjukkan imannya!
b)   Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!

3)   Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan: kepercaya-an itu hanya menyebabkan ia geme­tar! Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan, hanya mengha­silkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!

Kesimpulan dari 3 hal di atas:

Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya ‘seorang’ (ay 14), atau ‘orang’ (ay 18), atau ‘manusia’ (ay 20).

Penerapan: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?

John Owen: “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).

III) Orang yang membuktikan iman dengan perbuatan baik.


1)   Abraham (ay 21-24).

a)   Ay 21: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:

1.   Abraham dibenarkan karena imannya, dan ini terlihat dari:
·         Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
·         Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Dan pembenaran karena iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kej 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).

2.   Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti iman Abraham.
Ibr 11:17-19 - Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.

Jadi, arti ay 21 ini adalah: persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.

b)   Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.

c)   Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.

d)   Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik.

2)   Rahab (ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham. Kalau Abraham adalah seorang laki-laki, maka Rahab adalah seorang perempuan. Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel, maka Rahab adalah orang kafir. Kalau Abraham adalah orang yang terhormat, maka Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos 2:1-7).

Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengan­dung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
·         Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
·         Ia adalah seorang pelacur.
·         Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik yang sempurna.
·         Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi.

Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti imannya.

Penutup.


Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya perbuatan-perbu­atan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum, sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!





Apendix II

Kesembuhan

A) Haruskah orang kristen sembuh dari penyakit?


Banyak orang Kharismatik yang beranggapan bahwa orang Kristen tidak boleh sakit atau bahwa orang Kristen harus sembuh dari semua penyakit!

Alasan-alasan dan sanggahannya:

1)   Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun rasul-rasul selalu menyembuhkan semua orang sakit (Mat 4:23,24  Kis 5:15-16, dsb).

Sanggahan:

Dalam Kitab Suci, baik Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menyem­buhkan semua orang sakit. Ada orang-orang yang tidak disembuhkan.
·         dalam Yoh 5:1-18 ada banyak orang sakit, tetapi hanya satu yang disembuh­kan oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun.
·         dalam 1Tim 5:23  dan 2Tim 4:20, Timotius dan Trofimus sakit, tetapi Paulus tidak menyembuhkan mereka.
·         dalam 2Kor 12:7-10, Paulus sendiri mengalami ‘duri dalam daging’. Sekalipun tidak jelas dengan apa yang dimaksud dengan ‘duri dalam daging’ itu, tetapi rasa-rasanya tidak bisa tidak istilah ini menunjuk pada suatu penyakit jasmani yang menyakitkan. Untuk ini Paulus berdoa sebanyak tiga kali, tetapi Tuhan tidak menyembuhkan dia!
·         dalam Luk 5:15-16 banyak orang datang kepada Yesus untuk disembuhkan, tetapi Yesus tidak menyembuhkan mereka, sebaliknya Yesus meninggalkan mereka.
·         dalam Luk 4:27 Yesus berkata bahwa pada jaman nabi Elisa ada banyak orang sakit kusta di Israel, tetapi mereka tidak ditahirkan seperti Naaman.

2)   Penyakit itu dari setan, dan orang Kristen harus menang atas setan.

Sanggahan:

a)   Penyakit pertama kali masuk ke dalam dunia sebagai hukuman dari Tuhan (bukan dari setan!) atas dosa manusia.

b)   Setan memang bisa memberi penyakit, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan (Ayub 1-2  2Kor 12:7-10).

c)   Tidak semua penyakit datang dari setan. Misalnya: Kej 48:1. Juga kalau dalam Mat 4:24 terlihat bahwa ‘orang yang menderita pelbagai penyakit’ dibedakan dari ‘orang yang kerasukan’. Demikian juga dalam Mat 10:1,8. Karena itu kalau seseorang selalu menengking setan pada waktu mendoakan orang sakit, itu sebetulnya merupakan sesuatu yang ngawur!

d)   Menang atas setan tidak harus diwujudkan melalui kesembuhan. Kalau seseorang tetap sakit, tetapi dalam sakitnya ia tetap setia kepada Tuhan dan hidup bagi Tuhan, apakah ia tidak menang atas setan?

3)   Penyakit itu disebabkan oleh dosa. Karena itu kalau seseorang bertobat ia pasti sembuh dari penyakit!

Sanggahan:

a)   Penyakit pertama masuk ke dalam dunia memang karena dosa Adam dan Hawa.

b)   Memang ada orang-orang yang sakit sebagai akibat langsung dari dosa mereka (bdk. Maz 107:17-18  2Raja 5:27).

c)   Tetapi tidak semua orang sakit sebagai akibat langsung dari dosanya (Kej 48:1  Ayub 1-2  2Kor 12:7-10  Fil 2:25-27  1Raja 14;1,12,13  Yoh 9:1-3).

d)   Orang percaya baru bisa bebas dari penyakit sebagai akibat dosa, pada saat ia masuk ke surga. Bandingkan juga dengan point no 4b di bawah ini.

4)   Yesus sudah mati menebus tubuh dan jiwa / roh kita. Karena itu kalau seseorang percaya Yesus / menjadi orang kristen, maka bukan saja dosanya diampuni, tetapi ia juga harus sembuh dari semua penyakit jasmani.

Sanggahan:

a)   Memang Yesus mati untuk menebus kita secara keseluruhan (tubuh + jiwa / roh).

b)   Memang orang yang percaya kepada Yesus langsung diampuni dosa-dosanya pada saat ia percaya, tetapi:
·         ia baru mengalami penyempurnaan jiwa / roh pada saat ia mati (Ibr 12:23). Pada saat sudah mengalami penyempurnaan jiwa / roh, maka ia tidak lagi bisa berbuat dosa. Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurnakan, sehingga masih bisa berbuat dosa (penyakit rohani).
·         ia baru mengalami penyempurnaan tubuh pada akhir jaman / hari kebangkitan. Pada saat sudah mengalami penyempurnaan tubuh, maka ia tidak lagi bisa mengalami penyakit, penderitaan, kematian, dsb (Wah 7:16  21:4). Tetapi sebelum saat itu, ia belum disempurnakan, sehingga masih bisa sakit (penyakit jasmani). Perhatikan bahwa dalam 2Kor 4:16 Paulus berkata bahwa “manusia lahiriah kami semakin merosot” (maksudnya tentu dalam kesehatan / kekuatan). Dan dalam 1Kor 15:43, ia mengkontraskan tubuh jasmani kita yang sekarang ini dengan tubuh kebangkitan nanti dengan berkata: “Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Semua ini jelas menunjukkan bahwa dalam hidup orang kristen penyakit dan kelemahan tubuh tetap ada.

5)   Allah itu mahakuasa dan karena itu Ia pasti bisa menyembuhkan anakNya yang sakit!

Sanggahan:

Allah memang mahakuasa sehingga pasti bisa menyembuhkan, tetapi Ia belum tentu mau menyembuh­kan. Banyak orang beranggapan bahwa Allah pasti mau menyembuhkan kita karena adalah sesuatu yang baik kalau kita itu sehat. Orang-orang ini perlu mengingat bahwa pikiran Allah dan pikiran kita berbeda seperti langit dengan bumi (Yes 55:8-9)! Dalam 2Kor 12:7-10, Paulus sendiri berdoa supaya duri dalam dagingnya diangkat, tetapi ia tidak disembuhkan! Allah tidak mau menyembuhkan Paulus, karena penyakit Paulus justru akan menyebabkan Paulus bersandar kepada Tuhan sehingga kuasa Allah bisa mengalir melalui Paulus. Dengan kata lain, dari sudut Allah, penyakit Paulus ini membawa kebaikan baginya dan bagi pelayanannya. Bagi kitapun hal seperti ini bisa terjadi. Kadang-kadang Allah tidak mau menyembuhkan kita karena Ia mempunyai maksud tertentu, yang tentunya berguna untuk kemuliaanNya dan juga untuk kebaikan kita sendiri (bdk. Ro 8:28).

6)   Allah tidak menghendaki orang sakit.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Jangan Batasi Allah Bila Ingin Bahagia-Sejahtera’, hal 33-34, Morris Cerullo berkata sebagai berikut: “Baiklah saya nyatakan kepada anda sekarang juga, bahwa bukanlah kehendak Allah agar anda menderita sakit. Allah tidak menghendaki manusia itu menderita. Bukanlah kehendak Allah anda harus menderita lapar atau dilanda kemiskinan. Kehendak Tuhan ialah mencurahkan berkatNya atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan anda. Tuhan menghendaki agar anda dapat hidup sehat, berbahagia dan serba berkecukupan”.

Ia lalu mengutip 3Yoh 2 dan Mat 8:7 untuk mendukung pandangannya ini.
3Yoh 2 - “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja”.
Mat 8:7 - “Yesus berkata kepadanya: ‘Aku akan datang menyembuhkannya.’”.

Sanggahan:

a)   Kata-kata Yesus dalam ayat-ayat seperti Mat 8:3,7 dsb tidak berlaku umum, sama seperti kata-kataNya dalam Mat 14:29 (waktu Ia menyuruh Petrus berjalan di atas air) dan dalam Yoh 11:23,40,43 (kata-kataNya berhubungan dengan kebangkitan Lazarus) juga tidak berlaku umum! Jadi, untuk orang-orang tertentu Ia memang bersedia menyembuhkan, tetapi untuk orang-orang lain bisa saja Ia tidak bersedia menyembuhkan, karena Ia mempunyai tujuanNya sendiri!

b)   3Yoh 2 adalah suatu salam dari rasul Yohanes kepada para pembaca / penerima suratnya, dan karena itu jelas tidak bisa diartikan bahwa Allah tidak menghendaki seorangpun sakit!

c)   Orang-orang Kharismatik sering menyalah-artikan kata ‘baik’, ‘berkat’, dsb, karena mereka menafsirkan ‘baik’ dan ‘berkat’ itu sebagai ‘baik’ dan ‘berkat’ menurut pandangan manusia. Tuhan memang pasti memberi berkat / hal-hal yang baik kepada anak-anakNya (Mat 7:11  Yak 1:17), tetapi yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘berkat’ adalah ‘baik’ dan ‘berkat’ dalam pandangan Allah! Lagi-lagi perlu diingat bahwa pikiran / rencana Allah berbeda seperti langit dengan bumi dibanding piki­ran / rencana kita (Yes 55:8-9). Allah bisa memberi berkat / hal yang baik melalui hal-hal yang bagi kita kelihatannya tidak baik, seperti penyakit dan penderitaan (2Kor 12:7-10  2Kor 1:8- 9  Fil 1:12  bdk. Ro 8:28).
Illustrasi: Kalau saudara membawa anak saudara ke dokter, dan anak itu harus disuntik, maka saudara merelakan anak itu menderita sakit, karena semua itu adalah untuk kebaikannya sendiri. Lalu mengapa Tuhan tidak boleh membiarkan kita sakit / menderita, kalau semua itu adalah untuk kebaikan kita?

7)   Allah menjanjikan kesehatan (Kel 15:26).

Sanggahan:

a)   Janji itu hanya berlaku untuk bangsa Israel pada saat itu. Itupun dengan syarat bahwa mereka harus taat (Kel 15:26).

b)   Ada perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, ada banyak janji berkat jasmani yang berkelimpahan (Ul 28:1-14  Mal 3:10-12), tetapi dalam Perjanjian Baru tidak! (bdk. Mat 6:11,25-34) Karena apa? Karena dalam Perjanjian Lama belum ada salib! Jadi mereka sukar melihat kasih Allah, kecuali ada berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi bagi orang-orang Perjanjian Baru, karena salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah sudah terjadi, maka sekalipun tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, tetap bisa melihat kasih Allah melalui salib itu!
Jadi, sekalipun kita sakit, kita tetap bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Buktinya Ia mau menjadi manusia dan mati bagi kita dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus (Ro 5:8).

8)   Orang Kristen yang sakit memalukan Tuhan.

Sanggahan:

a)   Ini lagi-lagi salah pengertian tentang istilah ‘memalukan / memuliakan Tuhan’. Kalau orang Kristen sakit dikatakan memalukan Tuhan; itu karena mereka menilai Tuhan seakan-akan Tuhan itu adalah manusia.

b)   Orang kristen yang sakit tidak memalukan Tuhan. Ini terlihat dari Paulus yang pada waktu mengalami duri dalam daging bukan saja tidak memalukan Tuhan, tetapi akhirnya justru membawa kemu­liaan bagi Tuhan (2Kor 12:7-10).
Memang kalau ada orang yang sehat dan kaya bisa percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, setia kepada Tuhan dsb, maka ini tentu memuliakan Tuhan. Tetapi kalau ada orang yang sakit, miskin, dan menderita terus menerus, dan dalam kondisi seperti itu ia bisa tetap percaya kepada Tuhan, hidup sesuai kehendak Tuhan, dan setia kepada Tuhan, maka tentu peristiwa ini akan lebih memuliakan Tuhan!

c)   Yang memalukan Tuhan ialah kalau kita sebagai anak-anakNya berbuat dosa. Ini terlihat dari:
·         Mat 5:16 mengatakan bahwa perbuatan baik kita memuliakan Bapa di sorga. Secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa kita memalukan Allah.
·         Dalam Wah 3:18, kata-kata ‘ketelanjanganmu yang memalukan’ jelas menunjuk pada dosa-dosa mereka yang memalukan Allah.
Karena itu Paulus / Kitab Suci memberi peraturan bahwa orang Kristen yang berdosa (dosa sengaja terhadap mana ia tidak mau bertobat) harus dikucilkan (1Kor 5:1-13).

d)   Baca juga 1Kor 1:25-29 - “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.
Text Kitab Suci ini tidak mengatakan bahwa Allah malu karena orang-orang yang lemah, bodoh, tidak terpandang, dsb! Ia bahkan memilih mereka untuk mempermalukan orang berhikmat, kuat, dsb. Kalau Allah tidak malu karena orang kristen yang bodoh, lemah, tak terpandang, dsb, mungkinkah Ia malu karena orang kristen yang sakit?

9)   Yesus sering berkata ‘imanmu telah menyembuhkan engkau’ (Mat 8:13  Mat 9:22,29). Jadi, ‘tidak sembuh’ menunjukkan ‘tidak beriman’.

Sanggahan:

a)   Kadang-kadang iman memang dijadikan syarat terjadinya mujijat / ke-sembuhan (bdk. Mat 13:58).

b)   Tetapi Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menuntut iman sebagai syarat kesembuhan!
·         Bacalah Yoh 5:1-18, khususnya ay 13nya! Orang buta itu sudah sembuh, tapi tidak / belum menge­nal Yesus. Jelas bahwa di sini tidak dituntut iman sebagai syarat kesembuhan.
·         Dalam Kis 3:1-10 Petrus juga tidak bertanya kepada pengemis yang lumpuh itu apakah ia beriman atau tidak!
·         Dalam 2Raja 5, Naaman jelas tidak beriman, dan boleh dikatakan bahwa tindakannya untuk menuruti Elisa adalah ‘tindakan coba-coba’! Tetapi ia toh disembuhkan!
·         Dalam Yoh 11, pada saat Lazarus dibangkitkan, baik ia maupun Maria dan Marta jelas tidak beriman bahwa Yesus akan membangkitkannya.
Jadi, orang tidak berimanpun bisa sembuh kalau Tuhan mau! Yang menentukan bukan iman kita, tetapi kehendak Tuhan!

c)   Orang berimanpun tidak selalu sembuh (2Kor 12:7-10  1Tim 5:23  2Tim 4:20). Jadi, jelas bahwa ayat-ayat seperti Mat 8:13  Mat 9:22,29 di atas, tidak berlaku umum!

d)   Banyak orang beranggapan bahwa kalau ada orang sakit, lalu orang itu berdoa dalam nama Yesus dengan iman, maka ia pasti disembuhkan. Ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Mark 11:22-24  Mat 7:7-10  Yoh 14:13-14  Yoh 15:7b dsb. Tetapi perlu diingat bahwa pada waktu menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24  Mat 7:7-10  Yoh 14:13-14  Yoh 15:7b dsb, kita juga harus memperhatikan ayat-ayat seperti 1Yoh 5:14  Mat 7:11  Yoh 15:7a, yang menjadi syarat pengabulan doa, yaitu:
·         permintaan kita sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14). Ingat juga bahwa beriman pada sesuatu yang bukan kehendak Tuhan, tidak bisa dikatakan beriman!
·         yang kita minta itu merupakan sesuatu yang baik dalam pandangan Tuhan (Mat 7:11).
·         kita tinggal dalam Yesus, dan firman Tuhan tinggal dalam kita (Yoh 15:7a). Dengan kata lain, kita dekat dengan Tuhan dan tunduk pada firman Tuhan.

e)   Kalau seseorang berdoa untuk kesembuhan orang sakit, dan orang sakit itu tidak sembuh, bisa saja yang tidak / kurang beriman bukanlah di sakit tetapi si penyembuh. Ini terjadi dalam Mat 17:14-20. Pada waktu itu ada seseorang yang anaknya sakit ayan (ini terjadi karena kerasukan setan - bdk. Mark 9:17-18). Ia membawa anak itu kepada murid-murid Yesus, tetapi ternyata murid-murid itu tidak bisa menyembuhkan anak itu / mengusir setannya. Setelah anak itu dibawa kepada Yesus, maka barulah setannya bisa diusir dan anak itu disembuhkan. Waktu murid-murid bertanya mengapa mereka tidak bisa mengusir setan itu, Yesus berkata: ‘Karena kamu kurang percaya’ (Mat 17:20).
Tetapi ingat bahwa cerita ini tidak boleh diartikan seakan-akan setiap kali seseorang gagal menyembuhkan orang sakit, itu menunjukkan bahwa ia tidak / kurang beriman. Bisa saja orang sakit itu tidak sembuh, bukan karena orang yang mendoakannya kurang beriman, tetapi karena Tuhan memang tidak menghendaki kesembuhan itu.

10)            Yesus menyuruh kita menyembuhkan orang sakit (Mat 10:5-8).

Sanggahan:

Perintah ini hanya diberikan untuk rasul-rasul pada saat itu! Ini terlihat dari:

a)    Pada saat itu mereka disuruh memberitakan Injil hanya kepada orang Yahudi (Mat 10:5b-6). Bandingkan dengan Mat 28:19 yang menyuruh kita menjadikan semua bangsa murid Kristus.

b)    Mereka disuruh ‘membangkitkan orang mati’ (Mat 10:8). Ini jelas bukan perintah untuk kita!

c)    Pada saat itu mereka tidak boleh membawa bekal (Mat 10:9-10). Bandingkan ini dengan Luk 22:35-36 dimana mereka boleh membawa bekal.

11)            Mark 16:17-18 mengatakan bahwa menyembuhkan orang sakit adalah tanda orang beriman.

Sanggahan:

a)   Mark 16:17-18 terletak dalam kontext Mark 16:9-20 yang diperdebatkan keasliannya.

b)   Mark 16:17-18 menyebutkan bahwa tanda orang beriman bukan hanya menyembuhkan orang sakit, tetapi juga minum racun / memegang ular tanpa celaka dsb. Kalau orang Kharismatik mau menggunakan ayat ini secara konsekwen, maka mereka juga harus berani melakukan hal ini / bisa mengalami hal ini!

12)            Mat 8:16-17 bdk. Yes 53:4-5.
Kesembuhan jasmani yang Yesus lakukan, oleh Matius dihubungkan dengan nubuat nabi Yesaya yang berbunyi: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”.
Yes 53:4-5 - “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.

Sanggahan:

a)   ‘Penyakit’ / ‘kesembuhan’ dalam Yes 53:4-5 itu bersifat jasmani atau rohani? Ada 2 pandangan:

1.   Jasmani dan rohani.
Tetapi bagaimanapun, penyempurnaan jasmani terjadi pada akhir jaman (2Kor 4:16  1Kor 15:43-44).

2.   Hanya rohani. Jadi, ‘penyakit’ menunjuk pada ‘dosa’.
·         Baca kontex Yes 53!
*        Ay 5:  ‘pemberontakan’, ‘kejahatan’.
*        Ay 6: ‘sesat seperti domba’, ‘mengambil jalannya sendiri’, ‘kejahatan’.
*        Ay 8: ‘pemberontakan’.
*        Ay 10: ‘korban penebus salah’.
*        Ay 11: ‘kejahatan’.
*        Ay 12: ‘dosa’.
Jadi jelas bahwa kontex Yes 53 adalah rohani!
·         Untuk lebih jelas tentang kontex, baca juga Yes 1:4-6!
·         Bandingkan juga dengan 1Pet 2:22-25, dimana Petrus mengutip Yes 53 ini! Ia jelas menerapkan pada dosa / penyakit rohani!

b)   Kalau Yes 53 itu memang tentang penyakit rohani (dosa), lalu mengapa Matius mengutip Yes 53:4 dan menerapkannya pada kesem­buhan jasmani dalam Mat 8:17?
Jawab: karena Yesus sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani untuk mengajar suatu kebenaran rohani. Ini bukan suatu pengallegorian!
Contoh:
·         Ia mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Ini mengilustrasikan diriNya sebagai Terang dunia (Yoh 9:5).
·         Ia membangkitkan orang mati / Lazarus (Yoh 11). Lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25-26).
·         Ia melipat gandakan roti (Yoh 6), lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Roti Hidup (Yoh 6:35).
Dalam Mat 8 juga demikian. Ia menyembuhkan secara jasmani (Mat 8:15-16) untuk menunjukkan diriNya sebagai penyembuh rohani / dosa (Mat 8:17 bdk. Yes 53:4-5).
Jadi, sebetulnya sekalipun Mat 8:15-16 berbicara tentang kesembuhan / penyakit jasmani, tetapi Mat 8:17 berbicara tentang kesembuhan / penyakit secara rohani, yaitu dosa. Karena itu Matius lalu menganggap ini sebagai penggenapan dari Yes 53:4-5!

Kesimpulan:


Kesembuhan illahi itu ada, tetapi ajaran yang mengatakan bahwa orang Kristen harus sembuh dari segala penyakit, merupakan ajaran yang:

a)   Bertentangan dengan Alkitab.

b)   Bertentangan dengan fakta / realita. Mengapa? Karena:
·        jelas sekali bahwa banyak orang Kristen yang sakit! Bahkan para penyem­buhnya sering memakai kaca mata. Apakah itu bukan penyakit? Apa bedanya penyakit yang disebabkan oleh bakteri / kuman, dan penyakit yang disebabkan oleh usia tua? Bukankah semua itu sama-sama masuk ke dalam dunia karena dosa Adam?
·        para penyembuh itu sendiri juga pergi ke dokter / dokter gigi, sekalipun banyak yang pergi secara diam-diam! Bukankah ini adalah kepalsuan dan kemunafikan yang terkutuk?

B) Macam-macam kesembuhan.

I) Kesembuhan biasa.


Ciri-ciri kesembuhan biasa:

1)   Kesembuhan itu tidak terjadi seketika, tetapi melalui suatu proses.

2)   Adanya penggunaan hal-hal yang secara medis memang bisa memberikan kesembuhan seperti: dokter, obat, diet, makanan bergizi, istira­hat, olah raga, perubahan cara hidup, berhenti merokok, dsb.

Perlu diketahui bahwa berbeda dengan pandangan / ajaran banyak orang Pentakosta / Kharismatik yang mengatakan bahwa dokter / obat itu dilarang dan bertentangan dengan iman, Kitab Suci tidak menentang penggunaan dokter / obat.

Ini terlihat dari:
·         Yak 5:14 yang berbunyi: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”.
‘Minyak’ di sini berfungsi sebagai obat (bdk. Yes 1:6  Luk 10:34). Pemberian obat oleh penatua ini mungkin disebabkan pada saat itu banyak orang kristen yang miskin, sehingga tidak bisa membeli obat sendiri. Karena itu, pada jaman sekarang, dimana sudah ada banyak obat lain yang lebih modern, maka pengolesan dengan minyak ini sudah tidak dibutuhkan.
·         Mat 9:12 yang berbunyi: “Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit’”.
Dari sini terlihat dengan jelas bahwa Yesus sendiri tidak menentang penggunaan tabib / dokter untuk orang sakit.
·         1Tim 5:23 yang berbunyi: “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”.
Ini merupakan nasehat dari rasul Paulus kepada Timotius yang sakit. Aneh sekali bahwa Paulus yang jelas mempunyai karunia kesembuhan itu, ternyata tidak menyembuhkan Timotius secara mujijat, tetapi menyuruhnya menggunakan anggur sebagai obat!
·         Lukas adalah tabib (Kol 4:14).
Kalau orang kristen tidak boleh menggunakan dokter / obat, maka jelas bahwa dokter / tabib dan penjual obat semuanya harus bertobat. Tetapi sekalipun Lukas adalah seorang tabib, ia tidak pernah dikecam atau disuruh bertobat.

Kalaupun hal-hal yang secara medis bisa memberikan kesembuhan tersebut di atas digabungkan dengan doa, sehingga lalu terjadi kesem-buhan yang luar biasa cepatnya, itu tetap merupakan kesembu­han biasa!

Kalau dikatakan bahwa ini adalah kesembuhan biasa, itu tidak berarti bahwa itu tidak datang dari Tuhan! Kesembuhan ini tetap datang dari Tuhan, tetapi Tuhan menggunakan hal-hal tertentu untuk menyembuhkan. Jadi, Tuhan menyembuhkan secara tidak langsung.
Setiap kali kita sakit, selain kita harus berdoa, kita juga harus menggunakan hal-hal tersebut di atas untuk mendapatkan kesembuhan biasa ini!

II) Kesembuhan psikologis.


Ada banyak penyakit yang ditimbulkan / diperparah / dikambuhkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis seperti takut, kuatir, marah, sedih, benci / dendam, stress, dsb.
Dalam Amsal 17:22 dikatakan bahwa ‘hati yang gembira adalah obat yang manjur’. Ini tentu tidak berlaku untuk semua penyakit! Misalnya bagaimanapun orang yang menderita patah tulang / gigi yang berlubang bergembira, ia tidak akan disembuhkan oleh kegembiraannya itu! Jadi, ayat ini hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang memang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis.
Di dalam suatu kebaktian kesembuhan, selalu diadakan pembang­kitan emosi menggunakan musik yang keras, nyanyian yang diulang-ulang, kata-kata chairman / pengkotbah yang menggerakkan emosi, bahasa lidah / roh, self-suggestion tentang ‘iman’ (penyugestian diri sendiri bahwa dirinya akan sembuh / sudah sembuh), dsb. Hal-hal ini memang bisa menyebabkan terjadinya kesembuhan secara psikologis terhadap penyakit-penyakit yang memang disebabkan oleh hal-hal psikologis itu! Tetapi, begitu emosi turun (kembali seperti semula), penyakitnya akan kembali / kambuh lagi. Karena itu, ini pada hake­katnya bukan suatu kesembuhan. Ini hanya kesembuhan semu saja!

III) Kesembuhan ilahi.


1)   Ada yang menggunakan benda-benda:

a)   Benda milik si penyembuh, seperti:
1.  Jubah Yesus (Mat 9:20-22  Mat 14:34-36).
2.  Sapu tangan / kain Paulus (Kis 19:12).
Ayat-ayat Kitab Suci ini dipakai sebagai dasar oleh sebagian orang Kharismatik untuk melakukan hal yang serupa!
Contoh:
·         Penginjil Televisi dari Amerika Serikat, Oral Roberts, pernah membagikan 6 juta kantong plastik berisi air kepada semua pengikutnya di seluruh Amerika, dan lalu dalam siaran TV ia mengajak mereka bersama-sama untuk memecahkan kantong plastik itu pada bagian tubuh yang sakit untuk menyembuhkannya.
·         John F. MacArthur, Jr. menceritakan dalam bukunya bahwa ia pernah menerima ‘miracle prayer cloth’ (= kain doa mujijat), dan bersama dengan kain doa mujijat itu ada suatu pesan yang berbunyi: “Take this special miracle prayer cloth and put it under your pillow and sleep on it tonight. Or you may want to place it on your body or on a loved one. Use it as a release point wherever you hurt. First thing in the morning send it back to me in the green envelope. Do not keep this prayer cloth; return it to me. I’ll take it, pray over it all night. Miracle power will flow like a river. God has something better for you, a special miracle to meet your needs” (= Ambillah kain doa mujijat yang spesial ini dan letakkanlah di bawah bantalmu dan tidurlah di atasnya malam ini. Atau engkau dapat meletakkannya pada tubuhmu atau pada orang yang engkau cintai. Gunakanlah untuk mengurangi rasa sakit dimanapun engkau merasa sakit. Hal pertama yang harus engkau lakukan pada esok pagi adalah mengirimkannya kembali kepada saya di dalam amplop hijau. Janganlah menahan / menyimpan kain doa ini; kembalikanlah kepada saya. Saya akan mengambilnya, mendoakannya sepanjang malam. Kuasa mujijat akan mengalir seperti sungai. Allah mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk engkau, suatu mujijat spesial yang sesuai untuk kebutuhanmu) - ‘The Charismatics’, p 130).

Ingat, bahwa sekalipun dalam Kitab Suci pernah terjadi kesembuhan melalui benda seperti jubah Yesus atau sapu tangan Paulus, tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan siapapun juga untuk melakukan hal itu!

Hal lain yang harus diperhatikan adalah: Kitab Suci tidak pernah menyuruh / mengijinkan untuk menggunakan benda apapun sebagai jimat. Ini perlu diwaspadai karena adanya gereja di Indonesia yang memberikan sapu tangan yang sudah didoakan untuk disimpan oleh jemaatnya (mirip dengan cerita John F. MacArthur, Jr. di atas). Ini sudah termasuk jimat, dan tentu saja tidak alkitabiah!

b)   Benda-benda yang secara medis tidak bisa menyembuhkan.
Contoh: Dalam Yoh 9:6-7 Yesus menggunakan ludahnya yang diaduk dengan tanah untuk menyembuhkan orang buta. Secara medis ini bukan saja mustahil untuk menyembuhkan orang buta, tetapi bahkan orang melekpun akan menjadi buta kalau diberi ‘obat’ seperti itu!
Ini berbeda dengan penggunaan obat dalam kesembuhan biasa, karena obat yang secara medis memang bisa memberi kesembuhan.

2)         Ada yang menggunakan perintah ‘Dalam nama Yesus....’.
Contoh: Kis 3:6  Kis 9:34 dsb.

3)   Ada yang menggunakan doa (bdk. Kis 28:8).

Ciri-ciri kesembuhan ilahi:

1.         Kesembuhan itu harus terjadi secara langsung / seketika.
Ada yang menganggap Mark 8:22-25 sebagai dasar untuk percaya akan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi secara bertahap (melalui suatu proses). Tetapi saya berpendapat bahwa sekalipun dalam Mark 8:22-25 itu terjadi 2 tahap kesembuhan, tetapi selang waktunya hanyalah beberapa detik, sehingga sebetulnya tetap merupakan kesembuhan seketika (bukan proses). Karena itu saya tetap beranggapan bahwa kesembuhan ilahi harus terjadi secara langsung.
Jaman ini sering terdengar ada orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi tetapi sembuhnya berangsur-angsur. Saya berpendapat bahwa itu bukan kesembuhan ilahi. Dalam Kitab Suci kesembuhan ilahi selalu terjadi langsung.

2.         Kesembuhan itu harus bersifat total (penyakitnya sembuh total).
Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi terjadi seperti itu. Tidak ada orang lumpuh, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa berjalan tetapi pincang! Tidak ada orang buta, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa melihat tetapi harus menggunakan kaca mata minus 15! Tidak ada orang tuli, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa mendengar tetapi harus menggunakan hearing aids (= alat bantu untuk mendengar)!
Tetapi lihatlah ‘kesembuhan-kesembuhan ilahi’ jaman sekarang ini! Bukan main banyaknya orang yang sembuh setengah-setengah tetapi mengaku telah mengalami kesembuhan ilahi! Ini jelas bukan kesembuhan ilahi!

3.         Penyakitnya tidak boleh kambuh.
Ada 3 hal yang bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh lagi penyakitnya:

a.   Dalam Kitab Suci orang-orang yang dibangkitkan dari kematian, akhirnya akan mati lagi.
Tetapi ini tidak bisa diterima karena kematian berbeda dengan pe-nyakit.

b.   Orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, bisa kerasukan lagi (Mat 12:43-45).
Ini juga tidak bisa diterima karena kerasukan setan tidak bisa disamakan dengan penyakit.

c.   Dalam Yoh 5:14 Yesus berkata kepada orang lumpuh yang telah Ia sembuhkan: ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk’. Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa penyakit seseorang yang mengalami kesembuhan ilahi bisa kambuh kalau ia berbuat dosa.
Inipun tidak bisa diterima karena ‘lebih buruk’ tidak berarti penyakit yang sama akan kembali. Artinya: ia akan mengalami hukuman Tuhan yang lebih berat.

Dalam Kitab Suci tidak pernah ada orang yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu kambuh lagi penyakitnya! Bahkan 9 orang kusta yang tidak tahu terima kasih dalam Luk 17:11-19 juga tidak kambuh penyakitnya.
Tetapi jaman sekarang, sering sekali ada orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi, tetapi lalu kambuh kembali penyakitnya. Ini omong kosong! Ini pasti bukan kesembuhan ilahi, tetapi kesembuhan psikologis!

4.   Tidak digunakan dokter / obat.
Semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci tidak menggunakan obat / dokter.

Sedangkan ciri yang tidak harus ada dalam kesembuhan ilahi adalah pertobatan dari orang yang disembuhkan.
Dalam suatu kesembuhan ilahi, tidak harus terjadi pertobatan dari orang yang disembuhkan itu. Itu memang bisa terjadi, tetapi tidak selalu terjadi.
Misalnya dalam Luk 17:11-19, kesembilan orang kusta yang tidak tahu berterima kasih itu jelas sekali tidak bertobat! Tetapi mereka toh mengalami kesembuhan ilahi!

IV) Kesembuhan dari setan.


1)   Dasar Kitab Suci akan adanya kesembuhan dari setan: Mat 7:22-23  Mat 24:24  2Tes 2:9-12  Wah 13:13-14  Wah 16:13-14.
Semua ayat-ayat ini menyebabkan kita harus berhati-hati pada saat suatu ‘kesembuhan’ / ‘mujijat’ terjadi. Karena Kitab Suci sudah menubuatkan bahwa pada akhir jaman ini akan ada banyak kesembuhan / mujijat yang palsu yang berasal dari setan.

2)   Karena setan adalah seorang yang hebat sekali dalam menipu / memalsu, maka bisa saja keempat ciri kesembuhan ilahi di atas terpenuhi semua, tetapi itu toh merupakan kesembuhan dari setan!

3)   Ciri kesembuhan dari setan.
Harus diakui bahwa memang sangat sukar untuk bisa membedakan antara kesembuhan ilahi dengan kesembuhan dari setan. Tetapi kadang-kadang bisa terlihat bahwa kesembuhan itu dari setan, yaitu kalau:

a)   Ada penggunaan hal-hal yang berbau mistik / perdukunan.
Misalnya:
·         harus berdoa pada hari / jam tertentu, supaya bisa sembuh.
·         harus berdoa / tidur dengan telanjang.
·         menggunakan air dan kembang tertentu.
·         disuruh menyimpan jimat / benda-benda tertentu (bahkan salib / kitab Suci / kertas bertuliskan ayat tertentu dari Kitab Suci!).
·         adanya penggunaan mantera. Mantera ini bisa saja berupa doa Bapa Kami yang diulang-ulang!
·         dsb.

Kesembuhan itu tetap bisa datang dari setan, sekalipun hal-hal di atas ini digabungkan dengan:
¨      doa / kata-kata ‘dalam nama Yesus’.
¨      doa Bapa kami.
¨      penggunaan ayat-ayat Kitab Suci.
¨      tanda salib, dsb.
Karena itu janganlah membiarkan diri saudara dikelabui hanya dengan penggunaan nama Yesus, doa Bapa Kami, pengutipan ayat Kitab Suci dsb!

b)   Terjadi hal-hal yang tidak Alkitabiah seperti ‘nggeblak’ / ‘tumbang dalam roh’ dsb.
Pada kasus pengusiran setan, orang memang bisa pingsan / dibanting-banting dsb, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada kasus kesembuhan!


-o0o-

Apendix IIi

Mujijat


Pandangan Kharismatik (pada umumnya) tentang mujijat dan tanggapan / jawabannya:

1)  Orang kristen harus terus / selalu mengalami mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.


Tanggapan saya:

1)   Bahkan dalam Kitab Suci, mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya pada setiap saat!
Mari kita melihat mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:
·         Mulai Adam dan Hawa sampai Nuh, hanya tercatat 1 mujijat, yaitu pengangkatan Henokh (Kej 5:24).
·         Mulai Nuh sampai Abraham, juga tercatat hanya 1 mujijat, yaitu peristiwa menara Babil (Kej 11:1-9).
·         Mulai Abraham sampai Yusuf, ada beberapa mujijat, tetapi bisa dikatakan bahwa pada masa ini tetap jarang sekali terjadi mujijat.
·         Selama bangsa Israel di Mesir (lebih kurang 400 tahun), boleh dikatakan tidak ada mujijat.
·         Jaman Musa dan Yosua, banyak sekali mujijat.
·         Jaman Hakim-hakim, kadang-kadang saja ada mujijat.
·         Jaman Saul, Daud dan Salomo, jarang sekali ada mujijat.
·         Jaman raja-raja (setelah Israel pecah menjadi dua), jarang sekali ada mujijat.
·         Jaman Elia, Elisa, dan nabi-nabi, banyak sekali mujijat.
·         Jaman Ezra dan Nehemia (setelah kembali dari pembuangan Babilonia), tidak ada mujijat.
·         selama 400 tahun antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada mujijat.
·         Pada masa Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun (Yoh 10:41).
·         Pada masa tiga setengah tahun pelayanan Yesus, ada banyak sekali mujijat.
·         Pada jaman rasul-rasul, juga ada banyak sekali mujijat.

Kesimpulannya: dalam Kitab Suci mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:
a)  Jaman Musa dan Yosua.
b)  Jaman Elia, Elisa dan nabi-nabi.
c)  Jaman pelayanan Tuhan Yesus.
d)  Jaman rasul-rasul.
Pertanyaannya adalah: mengapa mujijat-mujijat itu bergerombol seperti itu? John Stott menjawab sebagai berikut: “The major purpose of miracles was to authenticate each fresh stage of revelation” (= Tujuan utama dari mujijat-mujijat adalah membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu / penyataan) - ‘Baptism and Fullness’, hal 97.

Dasar Kitab Suci: Kel 19:9  Kis 14:3  2Kor 12:12  Ibr 2:3,4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tertentu bisa melakukan mujijat untuk membuktikan bahwa mereka adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan / mengesahkan bahwa ajaran mereka betul-betul datang dari Allah.

2)   Sekarang Kitab Suci sudah lengkap; tidak ada wahyu yang baru lagi!
Memang banyak orang Kharismatik yang percaya bahwa sekarangpun masih ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah ini:
“Kunci penulisan buku ini ialah hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...”.
“Demikian pula halnya pengalaman para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami”.
“Pelayanan kami mengalami perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu”.
“Oleh kemurahan Tuhan, melalui getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam penglihatan dan pendengaran rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)”.
“Sewaktu penulis menulis buku ini akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus”.
“Wahyu adalah perkataan Kristus yang diterima secara langsung oleh roh manusia / penulis yang selanjutnya dicetuskan dalam penulisan buku ini melalui penglihatan dan pendengaran rohani. Di dalam buku ini kita dapat menemukan kata ‘Aku’ maksudnya adalah Tuhan yang berbicara kepada penulis / berdialog dalam alam roh” - David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal III,IV,VI.

Tetapi kalau memang jaman sekarang ini masih ada wahyu Tuhan, itu berarti bahwa wahyu yang baru itu bisa menjadi Kitab Suci jilid II! Ini berarti menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan ini dengan ayat-ayat seperti Ul 4:2  Ul 12:32  Amsal 30:6  Mat 5:19  Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan bahwa kita tidak boleh menambahi ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman Tuhan.

Karena jaman sekarang tidak ada wahyu lagi, dan karena fungsi utama dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan wahyu Tuhan, maka jelas bahwa pada jaman sekarang mujijat harus berkurang frekwensinya. Tetapi ingat, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan golongan Liberal yang sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah pandangan yang tidak alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa diharapkan terjadi sesering seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun tujuan utama dari mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap ada tujuan yang lain.

John Stott: “What then, should be our response to miraculous claims today? It should be neither a stubborn incredulity (‘but miracles don’t happen today’) nor an uncritical gullibility (‘of course! miracles are happening all the time’), but rather a spirit of open-minded enquiry: ‘I don’t expect miracles as a common-place today, because the special revelation they were given to authenticate is complete; but of course God is sovereign and God is free, and there may well be particular situation in which he pleases to perform them’” [= Lalu apa tanggapan kita yang seharusnya terhadap claim mujijat jaman ini? Bukan suatu ketidakpercayaan yang bandel (‘tetapi mujijat tidak terjadi pada jaman ini’), juga bukan sikap mudah tertipu yang tidak kritis (‘tentu saja! mujijat terus terjadi setiap waktu’), tetapi suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: ‘Aku tidak mengharapkan mujijat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana mereka diberikan untuk mengesahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah itu berdaulat dan Allah itu bebas, dan mungkin saja ada suatu situasi tertentu dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - ‘Baptism and Fullness’, hal 98-99.

3)   Mujijat adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan dengan apa yang biasanya terjadi.
Misalnya: manusia tidak bisa berjalan di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam / apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.
Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu terjadi (terus menerus), maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi dan mujijat itu bukan lagi mujijat!

John Stott: “... a miracle by definition is an extraordinary event, a creative deviation from God’s normal and natural ways of working. If miracles were to become commonplace they would cease to be miracles” (= ... definisi mujijat adalah suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah. Kalau mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka mujijat itu berhenti menjadi mujijat) - ‘Baptism and Fullness’, hal 96.

Misalnya semua orang bisa berjalan di atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu yang luar biasa / mujijat?
Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus menerus adalah suatu omong kosong yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi secara terus menerus! Bdk. Mat 26:53-54  Kis 4:1-22  Kis 5:26-42  Kis 7:57-60  Kis 9:23-25  Kis 12:1-2  Kis 14:19-20  Kis 27. Dalam semua ayat-ayat ini tidak terjadi mujijat padahal bisa dikatakan ‘dibutuh-kan mujijat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.

2)  Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujijat karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.


Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar pandangan ini ialah: Mark 6:5  Mat 17:19-20  Mark 11:22-24.
Juga perhatikan kutipan di bawah ini:
“Ada begitu banyak umatKu yang menutup mata dari setiap rencanaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih terus bekerja hingga saat ini ...
Mereka pula bertanya-tanya mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ... bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...
Mereka tidak akan mengalami mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala perkara karena mereka sendiri yang menutup diri dari hal demikian itu” - David dan Ribka Moningka, ‘Pernyataan Firman yang Mujizat’, hal 1.

Tanggapan saya:

1)  Memang kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terjadinya mujijat seperti pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa menuntut iman / sekalipun orangnya tidak percaya bahwa mujijat akan terjadi.
Contoh:
·         Kebangkitan Lazarus dalam Yoh 11. Tidak seorangpun, baik murid-murid Yesus, maupun Maria atau Marta, dan lebih-lebih Lazarusnya yang sudah mati itu, yang percaya / mengharapkan terjadinya mujijat kebangkitan Lazarus dari antara orang mati, tetapi toh mujijat itu terjadi!
·      Mat 11:20-24 menunjukkan bahwa orang-orang yang ada dalam kota itu adalah orang-orang yang tidak beriman / tidak bertobat, tetapi toh banyak mujijat dilakukan oleh Yesus di sana.
·       Dalam Mark 6:5 sekalipun, juga terjadi mujijat (sekalipun tidak banyak), padahal orang-orangnya tidak percaya.

2)   Sebaliknya, ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak mengalami mujijat.
Contoh:
·         Yohanes Pembaptis dalam Yoh 10:41  Mat 14:1-12.
·         Paulus dalam 2Kor 12:7-10.

Kesimpulannya: mujijat terjadi atau tidak, tergantung pada kehendak Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24, yang menunjukkan bahwa doa yang disertai iman bisa menghasilkan muijijat, kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14 yang berbunyi: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.

3) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibr 13:8).


Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”.
Karena Yesus tidak berubah, maka kalau dahulu Yesus melakukan banyak mujijat, sekarang pasti juga demikian.

Tanggapan saya:

Tuhan Yesus memang tidak berubah, tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang dahulu pernah Ia lakukan, tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:
  • peristiwa penciptaan alam semesta beserta isinya (Kej 1-2  Yoh 1:1-3). Ini pernah Ia lakukan tetapi tidak pernah Ia ulangi.
  • inkarnasi, kematian dan kebangkitanNya. Inipun Ia lakukan hanya satu kali saja.
  • Ia pernah menyuruh Petrus berjalan di atas air, tetapi Ia tidak pernah mengulang hal itu pada orang lain.
  • Ia pernah menghancurkan dunia dengan menggunakan air bah pada jaman Nuh (peristiwa dahsyat ini jelas merupakan mujijat), tetapi Ia bahkan berjanji untuk tidak akan melakukan hal itu lagi (Kej 9:11-17).
  • Ia pernah memimpin bangsa Israel dengan menggunakan tiang awan dan tiang api pada waktu mereka ada di padang gurun (Kel 13:21-22), tetapi Ia tidak pernah mengulangi hal itu. Demikian juga pemberian makan manna di padang gurun tidak pernah diulang untuk orang lain.

Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia melakukan hanya sedikit mujijat, itu tidak berarti Ia berubah!

4) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.

Tanggapan saya:

1)   Kis 2:17-18 - “(17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.

a)   ‘Bernubuat’.
Ada 2 penafsiran tentang kata ‘bernubuat’ ini:
·         memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat wahyu langsung dari Allah (seperti nabi-nabi Perjanjian Lama).
·   memberitakan Firman Tuhan setelah mendapat pengertian dari Kitab Suci (seperti pengkhotbah jaman sekarang).

b)   ‘Penglihatan dan mimpi’.
Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata ini:
·         kata-kata ini diartikan secara hurufiah.
·    kata-kata ini dianggap sebagai kiasan / simbol yang artinya: Allah akan menyatakan diri kepada manusia. Bdk. Bil 12:6 - “Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi”.
Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini ialah: pada hari Pentakosta itu, tidak ada penglihatan ataupun mimpi, sehingga kalau diartikan secara hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.

Yang manapun yang benar dari arti-arti ini, jelas bahwa semua ini sudah digenapi pada abad pertama itu.

2)  Kis 2:19-20 - “(19) Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. (20) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu”.

Ada 2 penafsiran juga tentang bagian ini:

a)   Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya.

b)   Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan Kis 2:17-18 di atas).
Calvin mengatakan bahwa:
·         ‘matahari’ dan ‘bulan’ menunjuk pada kasih Allah.
·         ‘kegelapan’, ‘api’, dan ‘darah’ menunjuk pada penghukuman / murka Allah.

Arti kedua ini lebih cocok dengan kontexnya karena:
¨      Kis 2:17-18 menunjukkan berkat Tuhan.
¨      Kis 2:19-20 menunjukkan ancaman hukuman / murka Allah.
¨      Kis 2:21 - “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan”. Ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun ada ancaman hukuman dalam Kis 2:19-20, tetapi orang yang percaya akan selamat.

Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat. Nubuat nabi Yoel itu sudah digenapi pada abad pertama, dan kata-kata ‘mujijat’ dan ‘tanda’ pada Kis 2:19 menunjuk pada ancaman hukuman.

5) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.


Tanggapan saya:

Yoh 14:10-12 - “(10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya. (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. (12) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.

1)   Yoh 14:10,11,12 masing-masing mengandung kata ‘pekerjaan-pekerjaan’. Harus diakui bahwa kata ini kadang-kadang memang menunjuk pada ‘mujijat-mujijat’. Tetapi dalam Kitab Suci, suatu kata tidak selalu sama artinya! Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut dalam Yoh 14:12:

a)   Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ hanya menunjuk pada mujijat-mujijat yang Yesus lakukan.

Keberatan terhadap penafsiran ini:
Pada saat menafsirkan Yoh 14:12, kita harus memperhatikan fakta bahwa, dalam Kitab Suci sekalipun, tidak ada satu nabi / rasulpun yang bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat dari mujijat-mujijat yang Yesus lakukan! Apalagi pada jaman sekarang!
Bdk. Yoh 15:24 dimana Tuhan Yesus sendiri berkata: “Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu”.
Jadi jelas bahwa kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ dalam Yoh 14:12 ini tidak mungkin sekedar diartikan ‘tindakan melakukan mujijat’. Penafsiran seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci sendiri!

b)   Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus lakukan.
Ada juga orang yang menambahkan bahwa di dalam kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu juga tercakup ‘kesembuhan jiwa’ dari orang-orang yang bertobat karena pemberitaan Injil tersebut.

Calvin kelihatannya termasuk dalam golongan kedua ini karena dalam tafsirannya tentang Yoh 14:12 ini ia berkata: “Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion in the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus, we see that the proof of his Divinity was not confined to the person of Christ, but was diffused through the whole body of the Church” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu pertobatan yang luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus ditunjukkan dengan lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara manusia. Jadi, kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi Kristus, tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).

William Hendriksen juga termasuk dalam golongan kedua ini. Ini terlihat dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).

c)   Gabungan a) dan b).
Kalau dilihat Yoh 14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.
Kalau dilihat Yoh 14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.
Karena itu ada orang yang menggabungkan kedua arti ini.
Jadi, ‘pekerjaan’ = mujijat + kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan karena Pemberitaan Injil / Firman Tuhan.

Kalau pandangan kedua atau ketiga yang benar, maka sekalipun rasul-rasul / orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari Yesus (atau bahkan tidak melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa melakukan ‘pekerjaan’ yang lebih besar dari ‘pekerjaan’ Yesus, yaitu kalau mereka mempertobatkan lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Yesus.

2)   Aspek lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:

a)   Lebih besar dalam ruang lingkup.
Yesus hanya mencakup orang Yahudi di Palestina, tetapi rasul-rasul dan orang-orang kristen mencakup segala bangsa di seluruh dunia.

b)   Lebih besar dalam hal pengaruh / kwalitet.
Pekerjaan Yesus secara mayoritas terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi relatif sangat sedikit).
Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang kristen secara mayoritas terjadi dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya adalah: banyak orang-orang yang bertobat.

William Hendriksen menekankan kedua hal ini dengan berkata: “... greater works than these, namely, miracles in the spiritual realm. ... Christ’s works had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent” (= pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada waktu Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat / karakter yang lebih besar dan luas yang lebih luas).

Catatan: Satu hal yang perlu diperhatikan dari kata-kata Hendriksen ini ialah bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam dunia rohani)!

Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita tidak melakukan mujijat, itu tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak tergenapi!

6) Mujijat harus banyak terjadi supaya orang kafir mau percaya kepada Yesus.


Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan: “This is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous of the success which these other religions had in attracting followers. He wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat untuk orang-orang ini’] - ‘The Healing Epidemic’, hal 26-27.

Tanggapan saya:

1)   Mujijat tidak mempertobatkan orang.
Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi toh hanya mempertobat-kan sedikit orang.
Juga perhatikan ajaran Yesus dalam cerita Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31). Dalam cerita itu terlihat bahwa orang kaya yang sudah masuk neraka itu minta kepada Abraham supaya Lazarus dibangkitkan dari antara orang mati supaya bisa memberitakan Injil kepada 5 saudaranya yang masih hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham menjawab bahwa pada kelima orang itu ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu Firman Tuhan / Perjanjian Lama), dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan tersebut (Luk 16:29). Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima saudaranya itu akan bertobat kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka (Luk 16:30). Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan bahwa Firman Tuhan saja tidak akan mempertobatkan mereka, tetapi mujijat pasti akan mempertobatkan mereka (perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih mempunyai pandangan yang sesat!). Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang jelas tidak setuju dengan pandangan orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab: “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati”.

2)   Dalam 1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda / mujijat, tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka (bdk. dengan Yesus yang juga tidak mau memberikan tanda kepada orang-orang Yahudi yang meminta tanda - Mat 12:38-42  Mat 16:1-4)! Sebaliknya, Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu sandungan. Mengapa Paulus melakukan hal itu? Karena memang Injil (bukan mujijat, tetapi Injil!) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Ro 1:16).

Penutup:


Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di antara mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka yang bisa mengadakan mujijat merasa diri mereka ‘sakti’ dan disanjung oleh banyak orang.
Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:

1)   Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak mujijat-mujijat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya (Mat 7:22-23  Mat 24:24  2Tes 2:9-12  Wah 13:13-14  Wah 16:13-14).

Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi yang menerima seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang sangat besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan mujijat!

2)   Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia alami, tetapi sebaliknya ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30  2Kor 12:1-10).

3)   John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not unfriendly to the Charismatic position’ (= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan posisi Kharismatik), sebagai berikut: “The Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda, mujijat-mujijat, dan perbuatan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya (1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya; mereka perlu untuk mempelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya .... yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, hal 104. Ia mengutip dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I Believe in the Holy Spirit’, hal 208.




-o0o-