Minggu, 16 Maret 2014

LIMITED ATONEMENT (PENEBUSAN TERBATAS) - Part 1


Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

  I) Perbandingan ajaran Arminian dan Reformed dalam persoalan penebusan.


      1)    Dalam ajaran Arminian dikatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang / setiap individu dalam dunia ini, untuk menyediakan jalan keselamatan.

A. H. Strong: “The Scripture represent the atonement as having been made for all men and as sufficient for the salvation of all. Not the atonement therefore is limited, but the application of the atonement through the work of the Holy Spirit” (= Kitab Suci menggambarkan bahwa penebusan telah dibuat bagi semua manusia dan cukup untuk keselamatan semua manusia. Karena itu, bukan penebusannya yang terbatas, tetapi penerapan dari penebusan itu melalui pekerjaan Roh Kudus) - ‘Systematic Theology’, hal 771.

A. H. Strong: “The atonement is unlimited, - the whole human race might be saved through it; the application of the atonement is limited, - only those who repent and believe are actually saved by it” (= Penebusan itu tidak terbatas, - seluruh umat manusia bisa diselamatkan melalui penebusan itu; penerapan dari penebusan itu yang terbatas, - hanya mereka yang bertobat dan percaya yang betul-betul diselamatkan) - ‘Systematic Theology’, hal 773.

Catatan:  A. H. Strong sebetulnya bukan seorang Arminian ataupun Reformed, karena dari 5 points Calvinisme, ia hanya menolak point ke 3 tentang Limited Atonement (= Penebusan terbatas) ini.

Yakobus Arminius: Christ has died for all men and for every individual. … the phrase here used possesses much ambiguity. Thus it may mean either that ‘the price of the death of Christ was given for all and for every one,’ or that ‘the redemption, which was obtained by means of that price, is applied and communicated to all men and to every one.’ … Of this latter sentiment I entirely disapprove, because God has by a peremptory decree resolved, that believers alone should be made partakers of this redemption (= Kristus telah mati untuk semua manusia dan untuk setiap individu. ... ungkapan yang digunakan di sini mempunyai banyak ke-mendua-an arti. Karena itu bisa berarti, atau bahwa ‘harga / nilai dari kematian Kristus diberikan untuk semua dan setiap orang’, atau bahwa ‘penebusan, yang didapatkan dengan memakai harga / nilai itu, diterapkan dan diberikan kepada semua orang dan kepada setiap orang’. ... Tentang pendapat yang belakangan, saya sepenuhnya tidak setuju, karena Allah telah memutuskan oleh suatu ketetapan yang pasti / tak bisa diubah, bahwa hanya orang-orang percaya yang dibuat menjadi pengambil bagian dari penebusan ini) - ‘The Works of Arminius’, vol 1, hal 316 (Libronix).
Catatan: dalam kata-kata selanjutnya jelas bahwa Yakobus Arminius menerima pernyataan yang pertama. Dengan kata lain, ia percaya bahwa Kristus mati untuk semua orang, tetapi penerapan dari penebusan itu hanya diberikan bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus.

2)    Dalam ajaran Calvinisme / Reformed dikatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan, dan ini memastikan keselamatan mereka.

Arthur W. Pink: “Christ did not die to make possible the salvation of all mankind, but to make certain the salvation of all that the Father had given to Him” (= Kristus tidak mati untuk membuat keselamatan itu memungkinkan untuk seluruh umat manusia, tetapi untuk membuat pasti keselamatan dari semua orang yang telah diberikan Bapa kepadaNya) - ‘The Sovereignty of God’, hal 57.

R. L. Dabney: “Christ’s work for the elect does not merely put them in a salvable state; but purchase for them a complete and assured salvation” (= Pekerjaan Kristus untuk orang-orang pilihan tidak semata-mata meletakkan mereka dalam keadaan yang bisa diselamatkan; tetapi membeli bagi mereka suatu keselamatan yang lengkap / sempurna dan pasti / terjamin) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 523.

Tentang Yoh 3:16, John Murray berkata:
“The design is the salvation of all who believe in Jesus. This design is infallibly achieved. The security is obvious from the terms: ‘should not perish but have everlasting life’. ... There is, after all, nothing in this text to support what it is frequently supposed to affirm, namely, universal atonement. What is actually says is akin to definite atonement. Something is made infallibly certain and secure - all believers will have eternal life. What definite or limited atonement maintains is that God gave his Son to make something infallibly secure (= Tujuan / rencananya adalah keselamatan dari semua orang yang percaya kepada Yesus. Tujuan / rencana ini dicapai secara sempurna / tidak bisa salah. Kepastian itu terlihat dengan jelas dari istilah: ‘tidak binasa tetapi mendapatkan hidup yang kekal’. ... Jadi akhirnya tidak ada sesuatu dalam text ini untuk mendukung apa yang seringkali diduga ditegaskan oleh text ini, yaitu penebusan universal. Apa yang betul-betul dikatakan oleh text ini sama dengan penebusan tertentu / terbatas. Sesuatu dibuat pasti secara tidak bisa salah - semua orang percaya akan mendapat hidup yang kekal. Apa yang dipegang / dipercaya oleh penebusan tertentu atau terbatas adalah bahwa Allah memberikan AnakNya untuk membuat sesuatu pasti secara tidak bisa salah) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 80.

Jadi, kalau Arminianisme mempercayai doktrin Conditional Election & Unlimited Atonement (= Pemilihan Bersyarat & Penebusan Tak Terbatas), maka Calvinisme / Reformed mempercayai doktrin Unconditional Election & Limited Atonement (= Pemilihan yang Tidak Bersyarat & Penebusan Terbatas)!

II) Arti Limited Atonement / Penebusan Terbatas.


1)    Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan, bukan untuk menebus semua manusia di dunia ini.

Arthur W. Pink: “For whom did Christ die? ... We answer, Christ died for ‘God’s elect.’” (= Untuk siapa Kristus mati? ... Kami menjawab, Kristus mati untuk ‘orang pilihan Allah’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 56.

John Murray: “The atonement was designed for those, and for those only, who are ultimately the beneficiaries of what it is in its proper connotation. And likewise, when we think of Christ’s ‘dying for’ in the substitutionary terms which are its proper import, we must say that he did not die for those who never become the beneficiaries of that substitution; he did not ‘die for’ the non-elect” (= Penebusan direncanakan bagi mereka, dan hanya bagi mereka, yang pada akhirnya adalah ahli-ahli waris dalam arti yang sebenarnya. Dan juga, pada waktu kita berpikir tentang Kristus ‘mati untuk / bagi’ dalam arti menggantikan yang merupakan maknanya yang benar, kita harus berkata bahwa Ia tidak mati bagi / untuk mereka yang tidak pernah menjadi ahli-ahli waris dari penggantian itu; Ia tidak ‘mati bagi / untuk’ orang-orang bukan pilihan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.

2)    Yang dibatasi adalah tujuan penebusan, bukan nilai penebusan.

Tujuan penebusan Kristus adalah untuk menebus orang-orang pilihan saja, bukan untuk menebus semua manusia di dunia. Keterbatasan penebusan ini hanya dalam tujuannya, tetapi tidak dalam kuasa / nilainya.

Loraine Boettner: “While the value of the atonement was sufficient to save all mankind, it was efficient to save only the elect” (= Sementara nilai dari penebusan cukup untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, itu hanya efisien untuk menyelamatkan orang-orang pilihan saja) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152.

Loraine Boettner: “This doctrine does not mean that any limit can be set to the value or power of the atonement which Christ made. The value of the atonement depends upon, and is measured by, the dignity of the person making it; and since Christ suffered as a Divine-human person the value of His suffering was infinite. ... The atonement, therefore, was infinitely meritorious and might have saved every member of the human race had that been God’s plan” (= Doktrin ini tidak berarti bahwa kita bisa menetapkan suatu batasan pada nilai atau kuasa dari penebusan yang dibuat oleh Kristus. Nilai dari penebusan tergantung pada, dan diukur oleh, kewibawaan dari Pribadi yang membuatnya; dan karena Kristus menderita sebagai Pribadi ilahi-manusia, maka nilai penderitaanNya adalah tidak terhingga. ... Karena itu, penebusan itu mendapatkan hasil secara tidak terhingga dan bisa menyelamatkan setiap anggota umat manusia seandainya itu adalah rencana Allah) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 151.

Charles Hodge: “the question does not concern the value of Christ’s satisfaction. That Augustinians admit to be infinite” (= pertanyaannya tidak mempersoalkan nilai dari penebusan Kristus. Itu diakui oleh penganut Agustinus sebagai tidak terhingga) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.

Charles Hodge: “It is a gross misrepresentation of the Augustinian doctrine to say that it teaches that Christ suffered so much for so many; that He would have suffered more had more been included in the purpose of salvation” (= Merupakan suatu penyalah-tafsiran dari doktrin Augustinian untuk mengatakan bahwa doktrin itu mengajarkan bahwa Kristus menderita sekian untuk sejumlah orang; bahwa Ia akan menderita lebih banyak seandainya lebih banyak orang dicakup dalam rencana keselamatan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.

Charles Hodge: “All that Christ did and suffered would have been necessary had only one human soul been the object of redemption; and nothing different and nothing more would have been required had every child of Adam been saved through his blood” (= Semua yang Kristus lakukan dan derita akan tetap perlu andaikata hanya satu jiwa manusia merupakan obyek dari penebusan; dan tidak ada perbedaan dan tidak ada tambahan yang dibutuhkan andaikata setiap keturunan Adam diselamatkan melalui darahNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.

Charles Hodge: “Christ died sufficiently for all, efficaciously only for the elect. There is a sense, therefore, in which He died for all, and there is a sense in which He died for the elect alone” (= Kristus mati secara cukup untuk semua, secara efisien hanya untuk orang pilihan. Karena itu, dalam arti tertentu Ia mati untuk semua orang, dan dalam arti tertentu yang lain Ia mati untuk orang pilihan saja) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 546.

William G. T. Shedd: Atonement must be distinguished from redemption. The latter term includes the application of the atonement. ...  Atonement is unlimited, and redemption is limited (= Atonement harus dibedakan dari redemption. Istilah yang terakhir mencakup penerapan dari atonement. ... Atonement tidak terbatas, dan redemption terbatas) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 469,470.

3)    Hubungan ‘kematian / penebusan Kristus’ dengan ‘orang non pilihan’.

Charles Hodge: “It is obvious that if there be no election of some to everlasting life, the atonement can have no special reference to the elect. ... But it does not follow from the assertion of its having a special reference to the elect that it had no reference to the non elect (= Adalah jelas bahwa andaikata tidak ada pemilihan terhadap sebagian orang kepada hidup yang kekal, maka penebusan tidak bisa mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan. ... Tetapi penegasan bahwa penebusan mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan, tidak berarti bahwa penebusan itu tidak mempunyai hubungan dengan orang yang bukan pilihan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.

Loraine Boettner: “Arminians hold that Christ died for all men alike, while Calvinists hold that in the intention and secret plan of God Christ died for the elect only, and that His death had only an incidental reference to others in so far as they are partakers of common grace” (= Orang Arminian menganggap bahwa Kristus mati secara sama untuk semua manusia, sedangkan orang-orang Calvinist menganggap bahwa dalam maksud dan rencana rahasia Allah, Kristus mati hanya untuk orang-orang pilihan, dan bahwa kematianNya hanya mempunyai efek samping dengan orang-orang lain sejauh mereka mendapat bagian dalam kasih karunia yang bersifat umum) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 150.
Catatan: ‘incidental’ = terjadi atau mungkin terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang lebih penting. Jadi bisa diartikan sebagai ‘efek samping’.

Loraine Boettner: “There is, then, a certain sense in which Christ died for all men, and we do not reply to the Arminian tenet with an unqualified negative. But what we do maintain is that the death of Christ had special reference to the elect in that it was effectual for their salvation, and that the effects which are produced in others are only incidental to this one great purpose” (= Jadi ada arti tertentu dimana Kristus mati untuk semua orang, dan kita tidak menjawab ajaran Arminian dengan penolakan total / mutlak. Tetapi apa yang kita pertahankan adalah bahwa kematian Kristus mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan dalam arti itu bersifat efektif / pasti berhasil untuk keselamatan mereka, dan bahwa akibat yang dihasilkan dalam orang lain hanyalah merupakan efek samping dari satu tujuan yang besar ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 161.

Illustrasi: seseorang bekerja untuk anak-anaknya, tetapi dengan pekerjaannya itu masyarakat juga mendapat manfaatnya. Tetapi bagaimanapun ia tidak bekerja dengan tujuan memberi manfaat kepada masyarakat, tetapi untuk anak-anaknya.

Louis Berkhof: “It is perfectly true, of course, that the design of God in the work of Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately. All that the natural man receives other than curse and death is an indirect result of the redemptive work of Christ (= Tentu saja merupakan sesuatu yang benar bahwa rencana Allah dalam pekerjaan Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan yang bersifat sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang pilihan; tetapi secara sekunder dan tak langsung itu juga mencakup berkat-berkat alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia berdosa / manusia di luar Kristus selain kutukan dan kematian merupakan akibat / hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 438-439.

John Murray: “all the good showered on this world, dispensed by Christ in the exercise of his exalted lordship, is related to the death of Christ and accrues to man in one way or another from the death of Christ. If so, it was designed to accrue from the death of Christ. Since many of these blessings fall short of salvation and are enjoyed by many who never become the possessors of salvation, we must say that the design of Christ’s death is more inclusive than the blessings that belong specifically to the atonement. That is to say that even the non-elect are embraced in the design of the atonement in respect of those blessings falling short of salvation which they enjoy in this life. This is equivalent to saying that the atonement sustains this reference to the non-elect and it would not be improper to say that, in respect of what is entailed for the non-elect, Christ died for them” [= semua yang baik yang dicurahkan pada dunia ini, disalurkan / dikeluarkan oleh Kristus dalam pelaksanaan / penggunaan dari keTuhanannya yang ditinggikan, dihubungkan dengan kematian Kristus dan datang sebagai keuntungan bagi manusia dengan cara bagaimanapun juga dari kematian Kristus. Jika demikian, itu direncanakan untuk datang sebagai keuntungan bagi manusia dari kematian Kristus. Karena banyak dari berkat-berkat ini tidak mencapai keselamatan dan dinikmati oleh banyak orang yang tidak pernah menjadi pemilik dari keselamatan, kita harus mengatakan bahwa rencana / tujuan dari kematian Kristus mencakup hal-hal yang lebih luas dari pada berkat-berkat yang menjadi milik secara spesifik dari penebusan. Maksudnya adalah bahwa bahkan orang-orang bukan pilihan dicakup dalam rencana penebusan berkenaan dengan berkat-berkat yang tidak mencapai keselamatan yang mereka nikmati dalam hidup ini. Ini sama dengan mengatakan bahwa penebusan menyokong hubungan dengan orang-orang bukan pilihan ini dan tidak salah untuk mengatakan bahwa berkenaan dengan apa yang diwarisi secara terbatas oleh orang-orang bukan pilihan, Kristus mati untuk mereka] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64.

John Murray: “Our particular interest now is that he is represented as sanctified in the blood of Christ. Whatever may be the particular complexion of the sanctification in view, there can be no question but that it is derived from the blood of Christ and, if so, it was designed to accrue from the blood of Christ. The benefit was only temporary and greater guilt devolves upon the person from the fact that he participated in it and then came to count the blood by which it was conveyed an unholy thing. But nevertheless, it was a benefit the blood of Christ procured, and procured for him. We must say that, to that extent Jesus shed his blood for his benefit. Other passages are probably in the same category. But this one suffice to show that there are benefits accruing from the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend beyond this life ” (= Perhatian khusus kami saat ini adalah bahwa orang itu digambarkan sebagai ‘dikuduskan dalam darah Kristus’. Apapun yang menjadi warna / sifat khusus dari pengudusan yang sedang dipertimbangkan, tidak diragukan bahwa itu didapatkan dari darah Kristus, dan jika demikian, itu direncanakan datang sebagai keuntungan dari darah Kristus. Keuntungan itu hanya bersifat sementara dan kesalahan yang lebih besar bergulir kepada orang itu dari fakta bahwa ia telah mengambil bagian di dalamnya dan lalu menganggap darah dengan mana itu diberikan sebagai sesuatu yang najis. Tetapi bagaimanapun, itu merupakan keuntungan yang didapatkan dari darah Kristus, dan didapatkan bagi dia. Kita harus mengatakan bahwa, sampai pada tingkat itu Yesus mencurahkan darahNya untuk keuntungannya. Text-text yang lain mungkin ada dalam kategori yang sama. Tetapi yang satu ini cukup untuk menunjukkan bahwa ada keuntungan-keuntungan yang datang sebagai keuntungan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa. Dan mengingat hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini Kristus boleh dikatakan telah mati bagi mereka yang adalah penerima / pewaris keuntungan ini. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak bisa disangkal bahwa bahkan mereka yang binasa adalah pengambil-pengambil bagian dari tak terhitung banyaknya keuntungan yang merupakan buah dari kematian Kristus dan bahwa karena itu kematian Kristus menyokong mereka dalam hubungan keuntungan ini, suatu hubungan keuntungan yang tidak menjangkau di atas kehidupan ini) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.

Dalam tafsirannya tentang Ibr 10:29, yang berbunyi Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?, John Murray memberikan komentar di bawah ini.
John Murray: “The non-elect enjoy many benefits that accrues from the atonement but they do not partake of the atonement. ... it is one thing to say that the non-elect are the recipients of many benefits that accrue from Christ’s death, it is something entirely different to say that they are partakers or were intended to be the partakers of the vicarious substitution which ‘died for’ properly connotes. To sum up, there is a radical differentiation between the benefits accruing from Christ’s death for the non-elect and the benefits accruing for the elect, and it is the latter that belong to the atonement in its biblical definition” (= Orang-orang bukan pilihan menikmati banyak keuntungan yang dihasilkan dari penebusan, tetapi mereka tidak mengambil bagian dalam penebusan itu. ... merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda untuk mengatakan bahwa orang-orang bukan pilihan merupakan penerima dari banyak keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus, dengan mengatakan bahwa mereka adalah pengambil bagian, atau direncanakan untuk menjadi pengambil bagian, dari penggantian yang merupakan arti sebenarnya dari kata-kata ‘mati untuk’. Kesimpulannya, ada suatu perbedaan yang radikal antara keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus bagi orang-orang bukan pilihan, dan keuntungan yang dihasilkan bagi orang-orang pilihan, dan yang terakhir inilah yang menjadi milik dari penebusan dalam definisi yang Alkitabiah) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.

Louis Berkhof: “The question may be raised, whether the atonement wrought by Christ for the salvation of the elect, and of the elect only, has any wider bearing. The question is often discussed in Scottish theology, whether Christ did not die, in some other than a saving sense, also for the non-elect. It was discussed by several of the older theologians, such as Rutherford, Brown, Durham, and Dickson, but was answered in the negative. ... The phrase that Christ died sufficiently for all was not approved, because the ‘for’ seemed to imply some reality of actual substitution.’ Durham denied that any mercy bestowed upon the reprobate, and enjoyed by them, could be said to be the proper fruit of, or the purchase of, Christ’s death; but at the same time maintained that certain consequences of Christ’s death of an advantageous kind must reach wicked men, though it is doubtful whether these can be regarded as a blessing for them. This was also the position of Rutherford and Gillespie. ... Several Reformed theologians hold that, though Christ suffered and died only for the purpose of saving the elect, many benefits of the cross of Christ do actually - and that also according to the plan of God - accrue to the benefit of those who do not accept Christ by faith. They believe that the blessings of common grace also result from the atoning work of Christ” (= Bisa ditanyakan, apakah penebusan yang dibuat oleh Kristus untuk keselamatan orang-orang pilihan, dan hanya untuk orang-orang pilihan, mempunyai hubungan / sangkut paut yang lebih luas. Pertanyaan itu sering didiskusikan dalam theologia Skotlandia, apakah Kristus tidak mati, dalam arti lain dari pada menyelamatkan, juga bagi orang-orang bukan pilihan. Itu didiskusikan oleh beberapa ahli theologia yang lebih tua / kuno, seperti Rutherford, Brown, Durham, dan Dickson, tetapi dijawab ‘tidak’. ... Ungkapan bahwa ‘Kristus mati secara cukup bagi semua orang’ tidak disetujui, karena kata ‘untuk’ kelihatannya secara tak langsung menunjuk pada realita dari penggantian yang sungguh-sungguh’. Durham menyangkal bahwa ada belas kasihan apapun, yang diberikan kepada orang-orang bukan pilihan, dan yang dinikmati oleh mereka, bisa dikatakan sebagai buah yang benar dari, atau merupakan pembelian dari, kematian Kristus; tetapi pada saat yang sama mempertahankan bahwa konsekwensi-konsekwensi tertentu yang menguntungkan dari kematian Kristus pasti mencapai orang-orang jahat, sekalipun merupakan sesuatu yang diragukan bahwa ini bisa dianggap sebagai suatu berkat bagi mereka. Ini juga merupakan posisi dari Rutherford dan Gillespie. ... Beberapa ahli theologia Reformed mempercayai bahwa, sekalipun Kristus menderita dan mati hanya dengan tujuan untuk menyelamatkan orang-orang pilihan, banyak keuntungan dari salib Kristus yang sungguh-sungguh menghasilkan keuntungan bagi mereka yang tidak menerima Kristus dengan iman, dan ini juga sesuai dengan rencana Allah. Mereka percaya bahwa berkat-berkat dari kasih karunia yang bersifat umum, juga dihasilkan oleh pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 398-399.


III) Dasar Kitab Suci doktrin Limited Atonement / Penebusan Terbatas.


1)    Adanya Predestinasi.

Adanya Predestinasi tidak memungkinkan Allah melakukan penebusan terhadap semua orang, karena memang bukan kehendak / rencanaNya untuk menyelamatkan semua orang.

Loraine Boettner: “It will be seen at once that this doctrine necessarily follows from the doctrine of election. If from eternity God has planned to save one portion of the human race and not another, it seems to be a contradiction to say that His work has equal reference to both portions, or that He sent His Son to die for those whom He had predetermined not to save, as truly as, and in the same sense that He was sent to die for those whom He had chosen for salvation. These two doctrines must stand or fall together. We cannot logically accept one and reject the other. If God has elected some and not others to eternal life, then plainly the primary purpose of Christ’s work was to redeem the elect” (= Akan langsung terlihat bahwa doktrin ini merupakan akibat yang pasti dari doktrin tentang pemilihan / predestinasi. Jika dari kekekalan Allah telah merencanakan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan tidak menyelamatkan sebagian yang lainnya, maka kelihatannya merupakan suatu kontradiksi untuk mengatakan bahwa pekerjaanNya mempunyai hubungan yang sama dengan kedua golongan itu, atau bahwa Ia mengirimkan AnakNya untuk mati bagi mereka yang telah Ia tentukan untuk tidak diselamatkan, sama benarnya seperti, dan dalam arti yang sama seperti, dimana Ia dikirim untuk mati untuk mereka yang telah Ia pilih untuk keselamatan. Kedua doktrin ini harus berdiri atau jatuh bersama-sama. Kita tidak bisa secara logis menerima yang satu dan menolak yang lain. Jika Allah telah memilih sebagian dan bukan yang lain untuk hidup yang kekal, maka jelaslah bahwa tujuan utama pekerjaan Kristus adalah untuk menebus orang pilihan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 151.

Charles Hodge: “The one doctrine necessarily involves the other. If God from eternity determined to save one portion of the human race and not another, it seems to be a contradiction to say that the plan of salvation had equal reference to both portions; that the Father sent his Son to die for those whom He had predetermined not to save, as truly as, and in the same sense that He gave Him up for those whom He had chosen to make the heirs of salvation” (= Doktrin yang satu pasti melibatkan yang lain. Jika dari kekekalan Allah telah menentukan untuk menyelamatkan sebagian umat manusia dan tidak menyelamatkan sebagian yang lainnya, maka kelihatannya merupakan suatu kontradiksi untuk mengatakan bahwa rencana keselamatan mempunyai hubungan yang sama dengan kedua golongan itu, atau bahwa Ia mengirimkan AnakNya untuk mati bagi mereka yang telah Ia tentukan untuk tidak diselamatkan, sama benarnya seperti, dan dalam arti yang sama seperti, bahwa Ia menyerahkanNya bagi mereka yang telah Ia pilih untuk menjadi ahli waris keselamatan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 548.

2)    Ajaran bahwa ‘Kristus mati untuk semua orang’ menimbulkan ajaran sesat / salah.

Kalau Kristus mati untuk semua orang, maka hanya ada 2 kemungkinan:

a)   Kristus / Allah berhasil mencapai tujuanNya, dan ini menghasilkan Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa pada akhirnya nanti semua orang akan selamat / masuk ke surga).

b)   Kristus / Allah gagal mencapai tujuan / rencanaNya, karena dalam faktanya nanti akan ada banyak orang yang masuk ke neraka.

Kedua kemungkinan di atas ini sama-sama tidak mungkin, karena:

1.   Universalisme jelas merupakan ajaran sesat dan bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang jelas menunjukkan adanya banyak orang yang masuk ke neraka, seperti Mat 7:13, Luk 16:23-24.

2.   Banyak ayat-ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal, seperti:

a.   Ayub 42:2 - Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.

b.   Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.

c.   Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

d.   Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.

John Murray: “it is inconceivable that the purpose for which he came was frustrated or could be frustrated” (= tak dapat dibayangkan bahwa tujuan untuk mana Ia datang digagalkan atau bisa digagalkan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 75.

Jadi seharusnya tidak ada orang kristen yang alkitabiah / injili yang boleh menerima yang manapun dari 2 kemungkinan di atas ini.

John Owen mengomentari Ro 4:25 yang berbunyi yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”, dengan komentar sebagai berikut:
“For whose offences he died, for their justification he rose; - and therefore, if he died for all, all must also be justified, or the Lord faileth in his aim and design, both in the death and resurrection of his Son; which though some have boldly affirmed, yet for my part I cannot but abhor the owning of so blasphemous a fancy” (= Untuk pelanggaran-pelanggaran siapa Ia mati, untuk pembenaran mereka Ia bangkit; - dan karena itu, jika Ia mati untuk semua, semua harus juga dibenarkan, atau Tuhan gagal dalam tujuan dan rencanaNya, baik dalam kematian dan kebangkitan AnakNya; yang sekalipun sebagian orang menegaskan secara berani, tetapi bagi saya, saya hanya bisa merasa jijik untuk mempunyai khayalan yang begitu bersifat menghujat) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 182.

Kalau kedua kemungkinan di atas sama-sama tidak mungkin, maka jelas bahwa kita harus membuang teori yang mengatakan bahwa Yesus mati untuk semua orang.

Saya ingin memberikan sedikit komentar dari seseorang tentang buku John Owen yang berjudul ‘The Death of Death in The Death of Christ’ (= Kematian dari Kematian dalam Kematian Kristus), yang lalu dimasukkan ke dalam ‘The Works of John Owen’, vol 10, dari mana saya baru saja mengambil kutipan di atas.

John  Piper: One example of a difficult but compelling book is ‘The Death of Death in the Death of Christ,’ probably his most famous and most influential book. It was published in 1647 when Owen was thirty-one years old. It is the fullest and probably the most persuasive book ever written on the doctrine sometimes called ‘limited atonement,’ or better called ‘definite atonement’ or ‘particular redemption.’ (= Satu contoh dari suatu buku yang sukar tetapi memaksa / mendesak adalah ‘Kematian dari Kematian dalam Kematian Kristus’, mungkin merupakan bukunya yang paling terkenal dan paling berpengaruh. Buku itu dipublikasikan pada tahun 1647 pada waktu Owen berusia 31 tahun. Buku itu adalah buku yang paling penuh / lengkap dan mungkin yang paling meyakinkan yang pernah ditulis tentang doktrin yang kadang-kadang disebut ‘Penebusan Terbatas’, atau lebih baik disebut ‘Penebusan Tertentu’ atau ‘Penebusan Khusus’.) - ‘Contending For Our All’, hal 77.

3)    Kalau Kristus mati untuk semua orang, maka orang yang tidak percaya yang akhirnya masuk ke neraka, dosanya dihukum 2 x. Ini tidak adil!

Loraine Boettner mengutip kata-kata Charles Haddon Spurgeon:
“If Christ has died for you, you can never be lost. God will not punish twice for one thing. If God punished Christ for your sins He will not punish you. ‘Payment God’s justice cannot twice demand; first, at the bleeding Saviour’s hand, and then again at mine.’ How can God be just if he punished Christ, the substitute, and then man himself afterwards? (= Jika Kristus telah mati untuk kamu, kamu tidak pernah bisa terhilang. Allah tidak akan menghukum dua kali untuk satu hal. Jika Allah menghukum Kristus untuk dosa-dosamu Ia tidak akan menghukummu. ‘Pembayaran keadilan Allah tidak bisa menuntut dua kali; pertama, pada tangan Kristus yang berdarah, dan lalu lagi pada tanganku’. Bagaimana Allah bisa adil jika Ia menghukum Kristus, sang Pengganti, dan lalu manusia itu sendiri setelahnya?) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 155.

Loraine Boettner: “If the suffering and death of Christ was a ransom for all men rather than for the elect only, then the merits of His work must be communicated to all alike and the penalty of eternal punishment cannot be justly inflicted on any. God would be unjust if He demanded this extreme penalty twice over, first from the substitute and then from the persons themselves” (= Jika penderitaan dan kematian Kristus merupakan penebusan untuk semua orang dan bukannya untuk orang pilihan saja, maka manfaat / jasa dari pekerjaanNya harus diberikan kepada semua dan hukuman kekal tidak bisa secara adil diberikan kepada siapapun. Allah itu tidak adil jika Ia menuntut hukuman yang hebat ini dua kali, pertama dari sang Pengganti dan lalu dari orang-orang itu sendiri) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 155.

Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be punished (= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.

Charles Haddon Spurgeon: “If Jesus paid my debt, and he did if I am a believer in him, then I am out of debt. If Jesus bore the penalty of my sin, and he did if I am a believer, then there is no penalty for me to pay, ... If Christ has borne my punishment, I shall never bear it” (= Jika Yesus membayar hutangku, dan Ia memang membayar hutangku jika aku adalah orang percaya dalam Dia, maka aku tidak mempunyai hutang. Jika Yesus memikul / menanggung hukuman dosaku, dan Ia memang memikul / menanggung dosaku jika aku adalah seorang percaya, maka di sana tidak ada hukuman bagiku yang harus aku bayar, ... Jika Kristus telah memikul / menanggung hukumanku, aku tidak akan pernah memikul / menanggungnya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 477.

Alkitab sendiri memang menggambarkan ‘dosa’ sebagai ‘hutang’, yaitu dalam:
a)         Mat 6:12 (KJV).
b)         Mat 18:21-35.
c)         Luk 7:36-50.
d)   Kata-kata ‘hutang darah’ yang menunjuk kepada ‘dosa’ sangat sering muncul dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama.

Bdk. Maz 103:10 dan 1Yoh 1:9.

Maz 103:10 - “Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita”.
Bdk. Ro 2:6 - “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”.

1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Bukankah aneh bahwa ayat ini menekankan ‘adil’ dan bukannya ‘kasih’ padahal ini mempersoalkan pengampunan dosa?

Ayat-ayat ini (Maz 103:10 dan 1Yoh 1:9) hanya bisa cocok, karena adanya penebusan Kristus untuk orang-orang pilihan. Penebusan Kristus ‘mengharuskan’ Allah untuk tidak membalas orang setimpal dengan perbuatannya, dan ‘mengharuskan’ Allah untuk mengampuni dosa orang-orang percaya (kalau tidak, Ia tidak adil).

Ada cara lain untuk menyatakan hal ini. Pada waktu menderita dan mati di salib, Yesus adalah ‘subsitute’ (= pengganti) kita. Kalau kita yang Ia gantikan tetap dihukum, maka tidak ada penggantian, atau, Ia bukan pengganti kita!

Bdk. 2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (Yunani: HUPER HUMON), supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
KJV/NIV: ‘for us’ (= untuk kita).
RSV: ‘For our sake’ (= Demi kita).
NASB: ‘on our behalf’ (= untuk / demi kepentingan kita).

Charles Hodge (tentang 2Kor 5:21): The apostle says Christ: was made sin ‘for us,’ uJpe<r hJmw~n, i.e. ‘in our stead,’ because the idea of substitution is involved in the very nature of the transaction. The victim was the substitute for the offender. It was put in his place. So Christ was our substitute, or, was put in our place. This is the more apparent from the following clause, which teaches the design of this substitution. He was made sin, that we might be made righteous. He was condemned, that we might be justified. The very idea of substitution is that what is done by one in the place of another, avails as though that other had done it himself. The victim was the substitute of the offerer, because its death took the place of his death. If both died there was no substitution. So if Christ’s being made sin does not secure our being made righteousness, he was not our substitute. [= Sang rasul berkata Kristus dibuat dosa ‘untuk kita’, uJpe<r hJmw~n (HUPER HUMON), yaitu, ‘di tempat kita / sebagai pengganti kita’, karena gagasan penggantian terlibat dari sifat dasar dari transaksi ini. Korban adalah pengganti untuk si pelanggar. Korban itu diletakkan di tempatnya. Demikianlah Kristus adalah substitute / pengganti kita, atau diletakkan di tempat kita. Ini lebih terlihat lagi dari anak kalimat selanjutnya, yang mengajarkan rancangan dari penggantian ini. Ia dibuat menjadi dosa, supaya kita bisa dibuat menjadi benar. Ia dihukum, supaya kita bisa dibenarkan. Gagasan dari penggantian adalah bahwa apa yang dilakukan oleh satu orang di tempat dari orang lain, berguna seakan-akan orang lain itu telah melakukannya sendiri. Korban adalah pengganti dari si pelanggar, karena kematian korban mengambil tempat dari kematian si pelanggar. Jika keduanya mati, di sana tidak ada penggantian. Jadi, jika dibuatnya Kristus menjadi dosa tidak memastikan dibuatnya kita menjadi benar, Ia bukan pengganti kita].

4)    Keberadaan 2 kelompok orang yang membuktikan kebenaran doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini.

2 kelompok orang itu adalah:

a)   Orang-orang yang sudah mati dalam dosa sebelum Kristus mati menebus dosa; mereka ini sudah ada di dalam neraka, pada saat Kristus mati disalib.

R. L. Dabney: “A large part of the human race were already in hell before the atonement was made” (= Suatu bagian besar dari umat manusia sudah ada dalam neraka sebelum penebusan dibuat) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 522.

Misalnya:

1.   Orang kaya dalam Luk 16:19-31.
Catatan: berkenaan dengan Luk 16:19-31, saya mengikuti pandangan Calvin yang menganggap cerita ini bukan sebagai suatu perumpamaan, tetapi cerita yang sungguh-sungguh terjadi.

2.   Orang-orang Sodom dan Gomora.
Yudas 7 - sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

Jelas bahwa Kristus tidak mati untuk menebus dosa orang-orang yang sudah ada di dalam neraka ini.

b)   Orang-orang yang mati tanpa pernah diberi kesempatan untuk mendengar Injil.
Kalau Kristus memang mati untuk mereka, mengapa Allah dalam providensiaNya membiarkan mereka mati tanpa pernah mendengar Injil?

R. L. Dabney: “Another large part never hear of it. But ‘faith cometh by hearing.’ (Rom. 10), and faith is the condition of its application. Since their condition is determined intentionally by God’s providence, it could not be His intention that the atonement should avail for them equally with those who hear and believe” [= Suatu bagian besar yang lain tidak pernah mendengarnya (tentang penebusan). Tetapi ‘iman timbul karena pendengaran’ (Ro  10), dan iman merupakan syarat dari penerapan penebusan itu. Karena keadaan mereka ditentukan secara sengaja oleh providensia Allah, maka tidak bisa merupakan maksudNya bahwa penebusan mempunyai nilai yang sama untuk mereka dibandingkan dengan orang-orang yang mendengar dan percaya] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 522.

John Owen: “If the Lord intended that he should, and [he] by his death did, procure pardon of sin and reconciliation with God for all and every one, to be actually enjoyed upon condition that they do believe, then ought this good-will and intention of God, with this purchase in their behalf by Jesus Christ, to be made known to them by the word, that they might believe; ‘for faith cometh by hearing, and hearing by the word of God,’ Romans 10:17: for if these things be not made known and revealed to all and every one that is concerned in them, namely, to whom the Lord intends, and for whom he hath procured so great a good, then one of these things will follow; - either, first, That they may be saved without faith in, and the knowledge of, Christ (which they cannot have unless he be revealed to them), which is false, and proved so; or else, secondly, That this good-will of God, and this purchase made by Jesus Christ, is plainly in vain, and frustrate in respect of them, yea, a plain mocking of them, that will neither do them any good to help them out of misery, nor serve the justice of God to leave them inexcusable, for what blame can redound to them for not embracing and well using a benefit which they never heard of in their lives? Doth it become the wisdom of God to send Christ to die for men that they might be saved, and never cause these men to hear of any such thing; and yet to purpose and declare that unless they do hear of it and believe it, they shall never be saved? What wise man would pay a ransom for the delivery of those captives which he is sure shall never come to the knowledge of any such payment made, and so never be the better for it? Is it answerable to the goodness of God, to deal thus with his poor creatures? to hold out towards them all in pretense the most intense love imaginable, beyond all compare and illustration, - as his love in sending his Son is set forth to be, - and yet never let them know of any such thing, but in the end to damn them for not believing it? Is it answerable to the love and kindness of Christ to us, to assign unto him at his death such a resolution as this: - ‘I will now, by the oblation of myself, obtain for all and every one peace and reconciliation with God, redemption and everlasting salvation, eternal glory in the high heavens, even for all those poor, miserable, wretched worms, condemned caitiffs, that every hour ought to expect the sentence of condemnation; and all these shall truly and really be communicated to them if they will believe. But yet, withal, I will so order things that innumerable souls shall never bear one word of all this that I have done for them, never be persuaded to believe, nor have the object of faith that is to be believed proposed to them, whereby they might indeed possibly partake of thesethings?’ Was this the mind and will, this the design and purpose, of our merciful high priest? God forbid. It is all one as if a prince should say and proclaim, that whereas there be a number of captives held in sore bondage in such a place, and he hath a full treasure, he is resolved to redeem them every one, so that every one of them shall come out of prison that will thank him for his goodwill, and in the meantime never take care to let these poor captives know his mind and pleasure; and yet be fully assured that unless he effect it himself it will never be done. Would not this be conceived a vain and ostentatious flourish, without any good intent indeed towards the poor captives? Or as if a physician should say that he hath a medicine that will cure all diseases, and he intends to cure the diseases of all, but lets but very few know his mind, or any thing of his medicine; and yet is assured that without his relation and particular information it will be known to very few. And shall he be supposed to desire, intend, or aim at the recovery of all? ... yet now also Scripture and experience do make it clear that many are passed by, yea, millions of souls, that never bear a word of Christ, nor of reconciliation by him; of which we can give no other reason, but, “Even so, Father, for so it seemed good in thy sight,” Matthew 11:26 (= belum diterjemahkan ) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 238-239,240.
Mat 11:25-26 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu.

John Owen: “If every one in the world be intended, why doth not the Lord, in the pursuit of this love, reveal Jesus Christ to every one whom he so loved? Strange! that the Lord should so love men as to give his only-begotten Son for them, and yet not once by any means signify this his love to them, as to innumerable he doth not! - that he should love them, and yet order things so, in his wise dispensation, that this love should be altogether in vain and fruitless! - love them, and yet determine that they shall receive no good by his love, though his love indeed be a willing of the greatest good to them!” (= Jika setiap orang dalam dunia ini yang dimaksudkan, mengapa Tuhan, dalam pengejaran dari kasih ini, tidak menyatakan Yesus Kristus kepada setiap orang yang begitu Ia kasihi? Aneh! bahwa Tuhan begitu mengasihi manusia sehingga memberikan Anak TunggalNya bagi mereka, tetapi tidak satu kalipun dengan cara apapun memberitahukan kasihNya ini kepada mereka, seperti yang tidak Ia lakukan kepada tak terhitung banyaknya orang! - bahwa Ia mengasihi mereka, tetapi mengatur hal-hal sedemikian rupa, dalam takdirNya yang bijaksana, sehingga kasih ini menjadi sia-sia dan tak berbuah sama sekali! - mengasihi mereka, tetapi menentukan bahwa mereka tidak akan menerima kebaikan dari kasihNya, sekalipun kasihNya memang menghendaki yang terbaik bagi mereka!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

John Owen menambahkan: “That he doth not give all things to them to whom he gives his Son, contrary to Rom. 8:32” (= Bahwa Ia tidak memberikan segala sesuatu kepada mereka bagi siapa Ia memberikan AnakNya, bertentangan dengan Ro 8:32) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 328.

Bdk. Ro 8:32 - Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

Catatan: ayat ini memang jelas menunjukkan bahwa kalau Allah rela memberikan AnakNya bagi seseorang, Ia pasti juga akan mau memberikan ‘segala sesuatu’ kepada orang tersebut. ‘Segala sesuatu’ itu memang tidak mungkin diartikan ‘segala sesuatu secara mutlak, karena kalau diartikan sebagai kekayaan duniawi, maka akan menjadi Theologia Kemakmuran. Tetapi jelas sangat tidak masuk akal, kalau ‘segala sesuatu’ ini tidak mencakup pemberitaan Injil dan keselamatan kekal!

Calvin (tentang Ro 8:32): And so Paul draws an argument from the greater to the less, that as he had nothing dearer, or more precious, or more excellent than his Son, he will neglect nothing of what he foresees will be profitable to us (= Dan demikianlah Paulus menarik suatu argumentasi dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa karena Ia tidak mempunyai apapun yang lebih dikasihi, atau lebih berharga, atau lebih baik / bagus dari pada AnakNya, Ia tidak akan mengabaikan apapun tentang apa yang Ia lihat lebih dulu akan bermanfaat bagi kita).

Setiap orang harus setuju dengan argumentasi ini, kecuali ia berpandangan bahwa orang mati tidak langsung masuk neraka, dan masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), dimana orang itu masih bisa diinjili setelah ia mati, baik oleh Kristus ataupun oleh siapapun juga. Tetapi pandangan sesat tentang adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua) ini jelas bertentangan dengan 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Jadi, penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti tergantung hanya pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya. Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.

Illustrasi: kalau seseorang menghadapi ujian, maka ia mempunyai waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut. Kalau ternyata ia menyia-nyiakan kesempatan itu, dan baru menyesal akan kemalasannya, dan mulai rajin belajar setelah ujian, maka penyesalan dan kerajinannya itu tidak akan mempengaruhi nilai ujiannya, karena semua itu terjadi setelah ujian. Apa yang mempengaruhi nilai ujiannya hanyalah apa yang ia lakukan sebelum ujian!
‘Masa belajar’ bagi kita adalah hidup yang sekarang ini. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini mempengaruhi hidup yang akan datang. Tetapi apapun yang kita lakukan setelah kita mati, tidak akan mempengaruhi ‘nilai ujian’ kita!

Charles Hodge: “According to the Scriptures and the faith of the Church, the probation of man ends at death” (= Menurut Kitab Suci dan iman Gereja, masa percobaan / ujian manusia berakhir pada kematian) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 725.

Louis Berkhof: “It (Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menunjukkan / menggambarkan bahwa penghakiman akhir yang mendatang itu ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara tentang hal ini sebagai tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi dalam intermediate state (keadaan antara kematian dan kebangkitan)] - ‘Systematic Theology’, hal 693.
 
 

5)    Kristus tidak mati untuk menebus dosa malaikat-malaikat yang jatuh; lalu mengapa dianggap aneh kalau Ia tidak mati untuk orang-orang non pilihan?

William G. T. Shedd: If in the mind of God the death of Christ was separate from the intention to apply it, then it would be as true that Christ died for lost angels as for lost men; because his atonement, being infinite, is sufficient in value to atone for their sin as well as that of mankind. When it is said that Christ died for the sin of the world, it is implied that he did not die for any sin but that of man. The offer of Christ’s atonement is confined to the human race and not made to the angelic world. ... As the atonement of Christ is not intended to be offered to the angels though it is sufficient for them, so it is not intended to be applied to non-elect men though it is sufficient for them (= Jika dalam pikiran Allah kematian Kristus terpisah dari maksud untuk menerapkannya, maka akan merupakan sesuatu yang benar bahwa Kristus mati untuk malaikat-malaikat yang terhilang seperti untuk orang-orang yang terhilang; karena penebusanNya, yang nilainya tak terbatas, cukup dalam nilainya untuk menebus dosa mereka maupun dosa dari umat manusia. Pada waktu dikatakan bahwa Kristus mati untuk dosa dari dunia, dinyatakan secara implicit bahwa Ia tidak mati untuk dosa siapapun kecuali dosa manusia. Penawaran penebusan Kristus dibatasi bagi umat manusia dan tidak dibuat bagi dunia malaikat. ... Sebagaimana penebusan Kristus tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada malaikat-malaikat sekalipun itu cukup untuk mereka, demikian juga itu tidak dimaksudkan untuk diterapkan kepada orang-orang non pilihan sekalipun itu cukup untuk mereka) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 477-478.

Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

Bahwa Kristus tidak menebus dosa-dosa dari malaikat-malaikat yang jatuh, merupakan hal yang pasti. Dan hal ini tidak pernah diserang, dianggap aneh, dianggap tidak kasih dan sebagainya. Lalu mengapa kalau Kristus tidak mati untuk orang-orang non pilihan, itu dianggap aneh, tidak kasih dan sebagainya?

6)    Dalam Perjanjian Lama, tak ada domba yang dikorbankan bagi semua orang tanpa kecuali; selalu ada orang tertentu bagi siapa domba itu dikorbankan.

William G. T. Shedd: The analogy of the typical atonement under the Mosaic economy shows that Christ’s atonement is intended for application only to believers. The lamb offered by the officiating priest was offered for the particular person who brought it to the priest to be offered. Each man had his own lamb, and there was no lamb that belonged to no one in particular but to everyone indiscriminately (= Analogi dari penebusan yang bersifat TYPE dalam jaman Musa menunjukkan bahwa penebusan Kristus dimaksudkan untuk penerapan hanya kepada orang-orang percaya. Domba yang dipersembahkan oleh imam yang memimpin dipersembahkan untuk orang tertentu yang membawanya kepada imam untuk dipersembahkan. Setiap orang mempunyai dombanya sendiri, dan di sana tidak ada domba yang bukan milik siapapun secara khusus tetapi milik setiap orang tanpa pandang bulu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 478.

Jelas bahwa domba korban dalam Perjanjian Lama, merupakan TYPE dari Kristus. Kalau domba korban pasti selalu punya tujuan bagi siapa ia dikorbankan, demikian juga Kristus pasti punya tujuan tertentu bagi siapa Ia dikorbankan.

7)    Ayat-ayat tertentu dari Alkitab menunjukkan bahwa penebusan Kristus dilakukan hanya untuk orang-orang tertentu saja.

Misalnya:

1)   Mat 1:21 - Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka”.

Calvin (tentang Mat 1:21): “‘He shall save his people from their sins.’ ... But he is expressly called the Savior of the Church. ... By Christ’s ‘people’ the angel unquestionably means the Jews, to whom he was appointed as Head and King; but as the Gentiles were shortly afterwards to be ingrafted into the stock of Abraham, (Romans 11:17,) this promise of salvation is extended indiscriminately to all who are incorporated by faith in the ‘one body’ (1 Corinthians 12:20) of the Church [= ‘Ia akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka’. ... Tetapi Ia disebut secara explicit / jelas sebagai Juruselamat dari Gereja. ... Dengan ‘umat Kristus’ sang malaikat dengan tak bisa diragukan memaksudkan orang-orang Yahudi, bagi siapa Ia ditetapkan sebagai Kepala dan Raja; tetapi karena orang-orang non Yahudi tak lama setelah itu dimasukkan / dicangkokkan ke dalam keturunan Abraham, (Ro 11:17), janji keselamatan ini diperluas secara tak membedakan kepada semua yang dimasukkan / digabungkan oleh iman ke dalam ‘satu tubuh’ (1Kor 12:20) dari Gereja].

Ro 11:17 - “Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,”.

1Kor 12:20 - “Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh”.

Catatan: tentang kata ‘umatNya’ dalam Mat 1:21 ini Adam Clarke sama sekali tidak memberi komentar. Albert Barnes, yang tidak mempercayai ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini, ternyata memberi komentar yang tak terlalu berbeda dengan Calvin tentang kata ‘umatNya’ dalam Mat 1:21 ini!

Barnes’ Notes (tentang Mat 1:21): “‘His people.’ Those whom the Father has given to him. The Jews were called the people of God because he had chosen them to himself, and regarded them as His special and beloved people, separate from all the nations of the earth. Christians are called the people of Christ because it was the purpose of the Father to give them to him (Isa 53:11; John 6:37); and because in due time he came to redeem them to himself, Titus 2:14; 1 Peter 1:2 [= ‘UmatNya’. Mereka yang Bapa telah berikan kepada Dia. Orang-orang Yahudi disebut umat Allah karena Ia telah memilih mereka bagi diriNya sendiri, dan menganggap mereka sebagai umatNya yang khusus dan kekasih, terpisah dari semua bangsa-bangsa dari bumi. Orang-orang Kristen disebut ‘umat Kristus’ karena merupakan rencana / tujuan dari Bapa untuk memberikan mereka kepada Dia (Yes 53:11; Yoh 6:37); dan karena pada saatnya Ia datang untuk menebus mereka bagi diriNya sendiri, Tit 2:14; 1Pet 1:2].

Yes 53:11 - “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul”.

Yoh 6:37 - Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

Tit 2:14 - yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

1Pet 1:2 - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu”.

2)   Mat 20:28 - sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Lenski: The redeemed who are bought by the ransom of Christ’s sacrifice on the cross are called ‘many’ in comparison with the one Son of man. Since we have no indication in the text that Jesus has in mind especially those who accept his redemptive price by faith, it is scarcely correct to say that ‘many’ refers to these. The price is paid for all men, 1 Tim. 2:6; compare Rom. 3:25; Eph. 1:7; 1 Pet. 1:18, 19; 1 Cor. 6:20; 7:23; Gal. 3:13; Titus 2:14; Acts 20:28 (= Orang-orang yang ditebus yang dibeli oleh penebusan korban Kristus di salib disebut ‘banyak’ dalam perbandingan dengan satu Anak Manusia. Karena kita tidak mempunyai petunjuk dalam text ini bahwa Yesus secara khusus memikirkan mereka yang menerima harga penebusanNya dengan iman, tidak bisa dibenarkan untuk mengatakan bahwa ‘banyak’ menunjuk kepada orang-orang ini. Harga itu dibayarkan untuk semua manusia, 1Tim 2:6; bandingkan dengan Ro 3:25; Ef 1:7; 1Pet 1:18,19; 1Kor 6:20; 7:23; Gal 3:13; Tit 2:14; Kis 20:28).

Tanggapan saya:
a)   Mengatakan bahwa penggunaan kata ‘banyak’ itu karena dibandingkan dengan satu Anak  Manusia, merupakan suatu penafsiran yang tidak masuk akal!
b)   Dari mana ia tahu bahwa Yesus tidak memikirkan orang-orang yang menerima penebusanNya dengan iman?
c)   Dari sederetan ayat yang ia berikan hanya 1Tim 2:6 yang cocok. Ayat ini akan saya bahas belakangan. Ayat-ayat yang lain yang ia gunakan justru menunjukkan Kristus mati bagi ‘kita’, bagi ‘kamu’, bagi ‘gereja’, dan semua kata-kata ini justru menunjuk kepada orang-orang Kristen / orang-orang pilihan.

William Hendriksen (tentang Mat 20:28): There are passages, however, which, taken out of their context, seem to teach that Jesus came to this earth in order to pay the ransom for every individual living on earth in the past, present, and future. As soon as these passages are interpreted in the light of their contexts it immediately appears that this is not the meaning. Rather, the river-bed of grace has broadened. The church has become international, and it is in that sense that ‘the grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (Titus 2:11; cf. I Tim. 2:6). For more on this point see N.T.C. on the Gospel according to John, Vol. I, pp. 98, 99; and N.T.C. on I and II Timothy and Titus, pp. 93, 94. Male and female, rich and poor, old and young, Jew and Gentile, slave and free, the Lord gathers his church from all of these classes. He is truly ‘the Savior of the world’ (John 4:42; I John 4:14; cf. I Tim. 4:10). [= Tetapi ada text-text yang diambil keluar dari kontext mereka, kelihatannya mengajarkan bahwa Yesus datang ke bumi ini untuk membayar tebusan bagi setiap individu yang hidup di bumi di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Begitu text-text ini ditafsirkan dalam terang dari kontext mereka segera terlihat bahwa ini bukanlah artinya. Lebih tepat / baik, dasar / tepi sungai dari kasih karunia telah melebar. Gereja telah menjadi internasional, dan dalam arti itu bahwa ‘kasih karunia Allah telah muncul / kelihatan, membawa keselamatan bagi semua orang’ (Tit 2:11; bdk. 1Tim 2:6). Untuk lebih jauh tentang poin ini lihat N.T.C. tentang Injil Yohanes, Vol. I, hal 98,99; dan N.T.C. tentang I dan II Timotius dan Titus, hal 93,94. Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda, Yahudi dan non Yahudi, budak dan orang merdeka, Tuhan mengumpulkan gerejaNya dari semua golongan-golongan ini. Ia benar-benar adalah ‘Juruselamat dunia’ (Yoh 4:42; 1Yoh 4:14; bdk. 1Tim 4:10).].

3)   Yoh 10:11,15 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; ... (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu.

Jadi, Yesus memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.

Tetapi Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) bahwa mereka bukanlah domba-dombaNya.

Yoh 10:26 - ‘tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu.

Jadi jelas Yesus tidak mati / memberikan nyawaNya untuk mereka.

Sekarang mari kita perhatikan penafsiran Arminian tentang ayat ini.

Lenski (tentang Yoh 10:11): When saying that he lays down his life ‘for the sheep,’ the sacrifice of Jesus, which is for the world and all men, is viewed with reference to its actual final result, which appears in the saved. This view is taken repeatedly in the Scriptures and never furnishes the least ground for the idea of a limited atonement (= Pada waktu mengatakan bahwa Ia menyerahkan nyawaNya ‘untuk domba-domba’, korban Yesus, yang adalah untuk dunia dan semua manusia, dipandang berhubungan dengan hasil akhirnya, yang tampak / muncul dalam orang-orang yang diselamatkan. Pandangan ini diambil berulang kali dalam Kitab Suci dan tidak pernah menyediakan / memberi dasar yang paling sedikit sekalipun untuk gagasan tentang suatu penebusan terbatas).
Tanggapan: Lenski membahas kata ‘bagi’ [KJV/RSV/NIV/ NASB: ‘for’ (= untuk)] dalam Yoh 10:11 ini, dan menekankan bahwa kata Yunaninya, yaitu HUPER, menunjukkan suatu substitution (= penggantian), dan itu memang arti yang benar. Lalu bagaimana mungkin kalau Yesus memang menggantikan seluruh dunia dan semua manusia, tetapi sebagian dari orang-orang yang digantikan bisa tetap binasa? Jelas bahwa tafsiran Lenski saling bertabrakan dengan kata-katanya sendiri.

4)   Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Adam Clarke menafsirkan bahwa ‘anak-anak Allah yang tercerai-berai’ menunjuk kepada ‘orang-orang Yahudi yang tersebar di antara bangsa-bangsa’.
Adam Clarke: “‘Children of God that were scatttered abroad.’ Probably John only meant the Jews who were dispersed among all nations” (= ‘Anak-anak Allah yang tercerai-berai’. Mungkin Yohanes hanya memaksudkan orang-orang Yahudi yang tersebar di antara semua bangsa-bangsa).

Ini merupakan penafsiran yang membengkokkan ayat. Coba bandingkan dengan ayat itu sekali lagi.

Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Jelas-jelas ada kata-kata ‘bukan untuk bangsa itu saja’, jadi sangat tidak mungkin untuk menafsirkan bahwa kata-kata ‘anak-anak Allah yang tercerai-berai’ menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang tersebar di antara bangsa-bangsa.

Lenski justru menganggap kata-kata ‘dan bukan untuk bangsa itu saja’ sebagai menunjuk pada ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal)!
Dan kata-kata ‘anak-anak Allah’ menurutnya hanyalah menunjuk pada pra pengetahuan dari Allah!

Calvin (tentang Yoh 11:52): But how comes it that they who, in consequence of being wretchedly scattered and wandering, became the enemies of God, are here called the children of God? I answer, as has been already said, God had in his breast children, who in themselves were wandering and lost sheep, or rather who were the farthest possible from being sheep, but, on the contrary, were wolves and wild beasts. It is therefore by election that he reckons as the children of God, even before they are called, those who at length begin to be manifested by faith both to themselves and to others (= Tetapi bagaimana mungkin bahwa mereka yang, sebagai konsekwensi dari keberadaan mereka yang tersebar dan mengembara secara buruk, menjadi musuh-musuh Allah, di sini disebut anak-anak Allah? Saya menjawab, seperti telah dikatakan, Allah mempunyai di dadaNya anak-anak, yang dalam diri mereka sendiri adalah domba-domba yang mengembara dan terhilang, atau lebih tepat, ada dalam kemungkinan yang terjauh dari keberadaan sebagai domba, tetapi sebaliknya, adalah serigala-serigala dan binatang-binatang liar. Karena itu, adalah oleh pemilihan maka Ia menganggap / memperhitungkan sebagai anak-anak Allah, bahkan sebelum mereka dipanggil, mereka yang akhirnya mulai dimanifestasikan oleh iman, baik kepada diri mereka sendiri dan kepada orang-orang lain).

Albert Barnes lagi-lagi memberi komentar yang ‘Reformed’!
Barnes’ Notes: “‘The children of God.’ This is spoken not of those who were then Christians, but of all whom God should bring to him; all who would be, in the mercy of God, called, chosen, sanctified among all nations, John 10:16 (= ‘Anak-anak Allah’. Ini diucapkan bukan tentang mereka yang pada saat itu sudah adalah orang-orang Kristen, tetapi tentang semua orang yang harus Allah bawa kepada Dia; semua orang yang akan, dalam belas kasihan Allah, dipanggil, dipilih, dikuduskan di antara semua bangsa-bangsa, Yoh 10:16).
Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.

5)   Yoh 15:13-15 - “(13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (14) Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”.

Adam Clarke (tentang Yoh 15:13): “let the affected reader turn his astonished eyes to Jesus, pouring out his blood, not for his friends, but for his ENEMIES” (= hendaklah pembaca yang terpengaruh / terharu memalingkan matanya yang terheran-heran kepada Yesus, yang mencurahkan darahNya, bukan untuk sahabat-sahabatNya, tetapi untuk musuh-musuhNya).
Komentar saya: terlihat dengan jelas bahwa ia bukan menafsirkan ayat ini, tetapi menghindari ayat ini, dan lari kepada ayat lain (Ro 5:10).
Ro 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

Calvin (tentang Yoh 15:13): But a question is put, How did Christ die for friends, since ‘we were enemies, before he reconciled us,’ (Romans 5:10;) for, by expiating our sins through the sacrifice of his death, he destroyed the enmity that was between God and us? The answer to this question will be found under the third chapter, where we said that, in reference to us, there is a state of variance between us and God, till our sins are blotted out by the death of Christ; but that the cause of this grace, which has been manifested in Christ, was the perpetual love of God, with which he loved even those who were his enemies. In this way, too, Christ laid down his life for those who were strangers, but whom, even while they were strangers, he loved, otherwise he would not have died for them [= Tetapi suatu pertanyaan diajukan, Bagaimana Kristus mati untuk sahabat-sahabat, karena ‘kita adalah musuh-musuh, sebelum Ia mendamaikan kita’, (Ro 5:10); karena, dengan menebus dosa-dosa kita melalui korban kematianNya, Ia menghancurkan permusuhan yang ada antara Allah dan kita? Jawaban bagi pertanyaan ini akan ditemukan di pasal tiga, dimana kami mengatakan bahwa, berkenaan dengan kita, di sana ada suatu keadaan yang bertentangan antara kita dan Allah, sampai dosa-dosa kita dihapuskan oleh kematian Kristus; tetapi bahwa penyebab dari kasih karunia ini, yang telah dinyatakan dalam Kristus, adalah kasih yang kekal dari Allah, dengan mana Ia mengasihi bahkan mereka yang adalah musuh-musuhNya. Dengan cara ini juga, Kristus meletakkan / menyerahkan nyawaNya untuk mereka yang adalah orang-orang asing, tetapi yang bahkan pada waktu mereka adalah orang-orang asing, Ia kasihi, atau, Ia tidak akan mati untuk mereka].

Jadi, Calvin juga membandingkan dengan Ro 5:10. Ia mengatakan bahwa memang mereka dulunya adalah musuh-musuh Allah, dan mereka bisa diperdamaikan dengan Allah karena kematian Kristus, dan semua ini disebabkan oleh kasih yang kekal dari Allah, yang telah mengasihi orang-orang itu selagi mereka adalah musuh-musuh Allah. Kristus mati untuk mereka yang adalah orang-orang asing / musuh-musuh Allah, karena Ia mengasihi mereka.
Saya menganggap Calvin kurang jelas; tetapi William Hendriksen memberi komentar yang lebih bagus dan lebih jelas.

William Hendriksen: He died for his friends. Moreover, he died for them when they were his friends only in the sense that he had made them such. In themselves and by nature (apart from God’s grace) they were ‘weak,’ ‘ungodly,’ ‘sinners,’ ‘enemies’ (cf. Rom. 5:6–10). A friend of Jesus is one: a. whom he has chosen out of this world (that is always basic); see on 15:19; and therefore b. who does what Jesus wants him to do; see on 15:14 [= Ia mati untuk sahabat-sahabatNya. Lebih lagi, Ia mati untuk mereka pada waktu mereka adalah sahabat-sahabatNya hanya dalam arti bahwa Ia telah membuat mereka seperti itu. Dalam diri mereka sendiri dan secara alamiah (terpisah dari kasih karunia Allah) mereka adalah ‘lemah’, ‘durhaka’, ‘orang-orang berdosa’, ‘musuh-musuh / seteru’ (bdk. Ro 5:6-10). Sahabat Yesus adalah seseorang: a. yang telah Ia pilih dari dunia ini (ini selalu merupakan dasarnya); lihat tentang 15:19; dan karena itu b. yang melakukan apa yang Yesus ingin ia lakukan; lihat tentang 15:14].
Ro 5:6-10 - “(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Yoh 15:14 - Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”.

Jadi William Hendriksen menekankan bahwa Kristus mati untuk sahabat-sahabatNya, dan ‘sahabat’ artinya orang pilihan Allah! Jadi, ayat ini menunjuk pada ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).



6)   Yoh 17:19 - “dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran”.

Adam Clarke: There seems to be here an allusion to the entering of the high priest into the holy of holies, when, having offered the sacrifice, he sprinkled the blood before the ark of the covenant. So Jesus entered into the holiest of all by his own blood, in order to obtain everlasting redemption for men: see Heb 9:11-13 (= Kelihatannya di sini ada suatu kiasan pada masuknya imam besar ke dalam Ruang Maha Suci, pada waktu, setelah mempersembahkan korban, ia memercikkan darah di hadapan tabut perjanjian. Demikianlah Yesus masuk ke dalam yang paling suci / kudus dari semua dengan darahNya, untuk mendapatkan penebusan kekal bagi manusia: lihat Ibr 9:11-13).
Ibr 9:11-14 - “(11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, - (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.
Perhatikan bahwa Adam Clarke mengubah kata-kata ‘bagi mereka menjadi ‘bagi manusia. Padahal kata ‘mereka’ merupakan kata kunci dalam ayat ini, dan jelas menunjuk kepada murid-muridNya yang percaya. Dengan cara ini ayat yang seharusnya menunjuk pada ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) bisa disulap oleh Clarke menjadi ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Albert Barnes tidak menjelaskan tentang kata ‘mereka’ ini.

Calvin: because he consecrated himself to the Father, that his holiness might come to us (= karena Ia menguduskan diriNya sendiri kepada Bapa, maka kekudusan / kesucianNya bisa datang kepada kita).

Kalau dilihat kalimatnya, Calvin menganggap ‘kita’ sebagai semua orang Kristen.
William Hendriksen secara explicit mengatakan bahwa kata ‘mereka’ menunjuk kepada murid-murid Yesus.

William Hendriksen: It must refer to his self-offering (cf. 1:29), more precisely, to his self-dedication to the sacred task for which he had been set apart by the Father, namely, the task of rendering active and passive obedience, thereby obtaining for his people (and here particularly, for his disciples) complete salvation [= Ini pasti / harus menunjuk pada pengorbanan diriNya sendiri (bdk. Yoh 1:29), secara lebih tepat, pada penyerahan diriNya sendiri pada tugas yang keramat untuk mana Ia telah dipisahkan oleh Bapa, yaitu, tugas untuk memberikan ketaatan aktif dan pasif, dan dengan itu mendapatkan untuk umatNya (dan di sini secara khusus, untuk murid-muridNya) keselamatan yang lengkap / penuh].

Saya harus menambahkan bahwa Yudas Iskariot tidak mungkin termasuk dalam ‘murid-murid’ ini, karena Yesus secara explicit mengatakan bahwa Ia berdoa ‘bukan untuk dunia’ (Yoh 17:9), dan Yudas Iskariot tidak bisa tidak, pasti termasuk dalam ‘dunia’.

Yoh 17:9 - “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu”.

7)   Kis 20:28 - Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri.
Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada. Dalam RSV juga ada kata ‘Son’, dan ini sama salahnya.
Dalam KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV kata itu tidak ada, karena dalam bahasa Yunaninya memang juga tidak ada.
KJV: ‘the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= gereja Allah yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).

Adam Clarke: we have here a proof that the church was purchased by the blood of Christ” (= di sini kita mempunyai suatu bukti bahwa gereja dibeli oleh darah Kristus).
Lalu, mengapa Clarke menolak ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas)?

Barnes’ Notes: The word ‘flock’ here refers particularly to the church, and not to the congregation in general, for it is represented to be what was purchased with the blood of the atonement (= Kata ‘kawanan’ di sini menunjuk secara khusus kepada gereja, dan bukan pada jemaat secara umum, karena itu digambarkan sebagai apa yang dibeli dengan darah penebusan).
Betul-betul aneh, bahwa dengan komentar seperti ini Barnes bisa menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

Lenski: The church, the sheep, the believers are often mentioned as those who were bought, etc., for the rather obvious reason that among all whom the Lord bought they are the ones, and they alone, who really become his own (= Gereja, domba-domba, orang-orang percaya sering disebutkan sebagai mereka yang telah dibeli dsb., karena alasan yang jelas bahwa di antara semua yang Tuhan beli mereka adalah orang-orang, dan hanya mereka saja, yang betul-betul menjadi milikNya).

Ini tidak mematahkan argumentasi dari pihak Calvinisme. Apakah penggunaan istilah itu karena mereka adalah orang-orang pilihan, atau hanya sekedar karena pra pengetahuan Allah, tetapi ayat ini mengatakan bahwa darah Yesus dicurahkan untuk mereka!

Calvin (tentang Kis 20:28): the Lord did declare by an evident testimony what account he doth make of the Church, seeing that he hath redeemed it with his blood. ... the Lord hath given no small pledge of his love toward the Church in shedding his own blood for it (= Tuhan menyatakan oleh suatu kesaksian yang jelas harga / nilai yang Ia buat tentang Gereja, mengingat bahwa Ia telah menebusnya dengan darahNya. ... Tuhan telah memberikan janji / jaminan yang tidak kecil tentang kasihNya terhadap Gereja dengan mencurahkan darahNya sendiri baginya).

8)   Ro 8:32-35 - “(32) Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”.
Jelas bahwa kata-kata ‘kita semua’ menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan Allah’.

Matthew Henry: Thus did he deliver him up for us all, that is, for all the elect; for us all, not only for our good, but in our stead, as a sacrifice of atonement to be a propitiation for sin (= Jadi Ia menyerahkanNya bagi kita semua, yaitu, bagi semua orang-orang pilihan; bagi kita semua, bukan hanya untuk kebaikan kita, tetapi di tempat kita, sebagai suatu korban penebusan untuk menjadi suatu penebusan dosa).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘For us all’. - i.e., for all believers alike; as nearly every good interpreter admits must be the meaning here” (= ‘Bagi kita semua’. - yaitu, untuk semua orang-orang percaya secara sama; seperti hampir setiap penafsir yang baik mengakui harus menjadi artinya di sini).

Barnes’ Notes: “‘For us all.’ For all Christians. The connection requires that this expression should be understood here with this limitation (= ‘Bagi kita semua’. Bagi semua orang-orang Kristen. Hubungannya menuntut / mengharuskan bahwa ungkapan ini harus dimengerti di sini dengan pembatasan ini).
Catatan: saya tak mengerti bagaimana dengan penafsiran seperti ini Albert Barnes tetap bisa menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas)!

Lenski: “‘For us all’ takes in every believer, not one is excepted. Yet the phrase in no way limits the atonement: the Son died for all men alike. When it is said in various connections that he died for the believers, this is due to the fact that so many men reject the atonement, that only in the believers does it become personally, savingly effective, that they thus stand out as a group by themselves (= ‘Bagi kita semua’ mencakup setiap orang percaya, tak seorangpun dikecualikan. Tetapi ungkapan ini sama sekali tidak membatasi penebusan: Anak mati untuk semua manusia secara sama. Pada waktu dikatakan dalam hubungan-hubungan yang bermacam-macam bahwa Ia mati untuk orang-orang percaya, ini disebabkan oleh fakta bahwa begitu banyak orang menolak penebusan, sehingga hanya dalam diri orang-orang percaya penebusan itu menjadi efektif secara pribadi dan menyelamatkan, dan dengan demikian mereka berdiri sebagai suatu kelompok tersendiri).

William Hendriksen (tentang Ro 8:32): “‘… for us all.’ In accordance with the immediately preceding context, the apostle must have been thinking of all those who love God (verse 28), who were foreknown and foreordained (verse 29), were (or were going to be) called, justified, and glorified (verse 30). To this can be added the similar expressions contained in the statements which follow; namely, the elect (verse 33), those for whom Christ makes intercession (verse 34), those who are ‘more than conquerors’ (verse 37). It was to these people, to them all, to them alone, that the merits of Christ’s death had been, were being, or were going to be savingly applied [= ‘... bagi kita semua’. Sesuai dengan kontext yang persis mendahuluinya, sang rasul pasti telah berpikir tentang semua yang mengasihi Allah (ayat 28), yang telah diketahui / dikenal dan ditentukan (ayat 29), telah (atau ‘akan’) dipanggil, dibenarkan, dan dimuliakan (ayat 30). Kepada hal ini bisa ditambahkan ungkapan-ungkapan yang serupa yang ada dalam pernyataan-pernyataan yang mengikutinya; yaitu, orang-orang pilihan (ayat 33), mereka untuk siapa Kristus melakukan pengantaraan (ayat 34), mereka yang ‘lebih dari pemenang’ (ayat 37). Adalah bagi orang-orang ini, bagi mereka semua, bagi mereka saja, bahwa jasa kematian Kristus telah, sedang, dan akan, diterapkan secara menyelamatkan].

9)   Ef 5:23 - “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
KJV: ‘and he is the saviour of the body’ (= dan Ia adalah Juruselamat dari tubuh).

Clarke, dalam komentarnya tentang text ini, tak menghubungkannya baik dengan ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ataupun dengan ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Barnes’ Notes: Christ gave himself to save his body, the church (= Kristus memberikan / menyerahkan diriNya sendiri untuk menyelamatkan tubuhNya, gereja).

Calvin (tentang Ef 5:24): Christ has, no doubt, this peculiar claim, that he is the Savior of the Church (= Kristus, tak diragukan, mempunyai claim yang khusus ini, bahwa Ia adalah Juruselamat dari Gereja).

10)Ef 5:25-27 - “(25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya (26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”.

Adam Clarke: “how did Christ love the church? He gave himself for it - he laid down his life for it. ... Christ gave himself for the church to save it” (= bagaimana Kristus mengasihi gereja? Ia memberikan diriNya sendiri untuknya - Ia mengorbankan nyawaNya untuknya. ... Kristus memberikan diriNya sendiri bagi gereja untuk menyelamatkannya).

Barnes’ Notes: he gave himself to suffer on the cross to save the church (= Ia memberikan diriNya sendiri untuk menderita di kayu salib untuk menyelamatkan gereja).

Lenski: “‘For her’ does not imply a limited atonement, does not cancel from the Scripture all the statements regarding the universality of the atonement. He bought also those who bring swift destruction on themselves, 2 Pet. 2:1. The Scriptures often speak of the atonement for those who receive its full effects (= ‘baginya’ tidak menunjukkan suatu penebusan terbatas, tidak membatalkan dari Kitab Suci semua pernyataan-pernyataan berkenaan dengan ke-universal-an dari penebusan. Ia juga membeli mereka yang membawa kehancuran yang cepat pada diri mereka sendiri, 2Pet 2:1. Kitab Suci sering berbicara tentang penebusan bagi mereka yang menerima hasil / akibatnya yang penuh).
Catatan: tentang 2Pet 2:1 akan saya jelaskan / bahas belakangan.

Charles Hodge: Christ loved the church so much that he died for her (= Kristus mengasihi gereja begitu besar sehingga Ia mati untuknya).

Calvin (tentang Ef 5:25): Let husbands imitate Christ in this respect, that he scrupled not to die for his church. One peculiar consequence, indeed, which resulted from his death, - that by it he redeemed his church, - is altogether beyond the power of men to imitate (= Hendaklah suami-suami meniru Kristus dalam hal ini, bahwa Ia tidak keberatan untuk mati bagi gerejaNya. Memang ada satu konsekwensi yang khas yang dihasilkan dari kematianNya, - bahwa olehnya Ia menebus gerejaNya, - yang sama sekali melampaui kuasa manusia untuk menirunya).

11)Yes 53:8,11-12 - “(8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah. ... (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.

Albert Barnes dalam tafsirannya tentang kata-kata ‘kita sekalian’ dalam Yes 53:6b menekankan Universal Atonement (= Penebusan Universal).
Yes 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Barnes’ Notes: This language is that which naturally expresses the idea that he suffered for all people. It is universal in its nature, and naturally conveys the idea that there was no limitation in respect to the number of those for whom he died (= Bahasa / kata-kata ini secara wajar menyatakan gagasan bahwa Ia menderita untuk semua orang. Itu adalah universal dalam sifat dasarnya, dan secara wajar menyampaikan gagasan bahwa di sana tidak ada pembatasan berkenaan dengan jumlah dari mereka untuk siapa Ia telah mati).
Catatan: Adam Clarke juga menafsirkan seperti Barnes tentang Yes 53:6 tetapi penekanannya tidak terlalu kuat.

Tetapi, ternyata untuk kata ‘umatKu’ dalam ay 8, baik Barnes maupun Clarke sama sekali tidak memberikan komentar dalam hubungannya dengan penebusan terbatas atau penebusan universal.

E. J. Young menekankan kata ‘umatKu’ dalam ay 8, dan mengatakan bahwa: “The stroke fell not on behalf of all men but on behalf of ‘my people’” (= Pukulan itu jatuh bukan demi semua manusia tetapi demi ‘umatKu’) - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 352.
Ini jelas menekankan Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

12)Wah 5:9-10 - “(9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’”.
Perhatikan kata-kata dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa’ yang menunjuk kepada orang-orang yang ditebus / dibeli oleh Kristus dengan darahNya. Kata yang diterjemahkan ‘dari’ adalah EK, yang artinya adalah ‘from / out of’. Ini menunjuk kepada sebagian dari keseluruhan, dan karena itu ini mendukung doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas) ini.

Lenski: the Lamb bought for God ‘some of every tribe,’ etc. But did he not buy also those who deny him and bring upon themselves swift destruction, 2 Pet. 2:1? Most certainly. The atonement is universal and not limited (Calvin). In many places the reference is made to those who actually appropriate this atonement, ‘the saints’ of v. 8 [= Anak Domba membeli bagi Allah ‘beberapa dari setiap suku’, dsb. Tetapi tidakkah Ia juga membeli mereka yang menyangkalNya dan membawa pada diri mereka sendiri kehancuran yang cepat, 2Pet 2:1? Pasti. Penebusan adalah universal dan tidak dibatasi (Calvin). Dalam banyak tempat referensinya dibuat bagi mereka yang sungguh-sungguh mengambil untuk diri mereka penebusan ini, ‘orang-orang kudus’ dari ay 8].
Wah 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
Catatan: 2Pet 2:1 akan saya jelaskan belakangan.

William Hendriksen: “Both the particular and universal aspects of the atonement are beautifully combined. The Lamb did not purchace the salvation of every single individual. No, He paid the price for His elect, that is, for men out of every tribe and tongue, etc. Yet, on the other hand, there is nothing narrow or national about this redemption. It is world-wide in its scope and embraces every group; ethnic (tribe), linguistic (tongue), political (people) and social (nation)” [= Baik aspek khusus dan universal dari penebusan dikombinasikan dengan indah. Sang Anak Domba tidak membeli keselamatan dari setiap individu. Tidak, Ia membayar harga dari orang-orang pilihanNya, yaitu, untuk orang-orang dari setiap suku dan bahasa, dst. Tetapi, di lain pihak, tidak ada apapun yang sempit atau bersifat nasional tentang penebusan ini. Itu meliputi seluruh dunia dalam jangkauannya dan merangkul / memeluk setiap kelompok; bangsa (suku), bahasa (lidah), politik (bangsa) dan sosial (bangsa)] - ‘More Than Conquerors’, hal 91-92.

13)Gal 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.

14)Gal 3:13-14 - “(13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.

15)Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

Tentang istilah-istilah ‘umat’, ‘domba’, ‘anak Allah’, ‘jemaat / gereja’, dan ‘orang pilihan’ yang digunakan oleh beberapa ayat-ayat di atas, untuk menunjuk kepada orang-orang bagi siapa Kristus telah mati, perhatikan komentar di bawah ini.

Arthur W. Pink: “One may well ask, Why such discrimination of terms if Christ died for all men indiscriminately?” (= Seseorang bisa dengan benar bertanya: Mengapa ada diskriminasi istilah-istilah seperti itu jika Kristus mati untuk semua orang tanpa pandang bulu?) - ‘The Sovereignty of God’, hal 63.


8)    Yesus berdoa hanya untuk orang percaya / pilihan (Yoh 17:9,20).

a)   ‘Doa terbatas’ dari Kristus.
Yesus berdoa hanya untuk orang-orang pilihan, dan Ia tidak berdoa untuk orang-orang yang bukan pilihan.

1.   Yoh 17:9 - Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu.
Dalam Yoh 17:9 ini jelas bahwa Yesus berdoa untuk orang-orang yang pada saat itu sudah percaya kepadaNya.

Calvin: “He openly declares that he does not pray for the world, because he has no solicitude but about his own flock, which he received from the hand of the Father” (= Ia menyatakan secara terbuka bahwa Ia tidak berdoa untuk dunia, karena Ia tidak mempunyai perhatian kecuali terhadap kawanan dombaNya, yang Ia terima dari tangan Bapa) - hal 172.

2.   Yoh 17:20 - “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka.

Leon Morris (NICNT) memberikan komentar sebagai berikut tentang kata-kata ‘orang-orang yang percaya’ dalam Yoh 17:20:
“The present participle, TON PISTEUONTON, might perhaps be held to signify those who at that moment believed on account of the disciples’ word. But this is unlikely. The future almost certainly gives the sense of it. Turner regards this as a present participle for future, perhaps under Hebrew or Aramaic influence” (= Participle bentuk present, TON PISTEUONTON, mungkin bisa dianggap menunjuk pada mereka yang pada saat itu percaya karena kata-kata murid-murid. Tetapi kemungkinannya kecil. Bentuk future / akan datang hampir pasti memberikan artinya. Turner menganggap ini sebagai suatu present participle untuk akan datang, mungkin di bawah pengaruh Ibrani atau Aramaic) - hal 733, footnote.

Jadi kata-kata ‘orang-orang yang percaya’ dalam Yoh 17:20 menunjuk kepada orang-orang yang akan percaya kepada pemberitaan orang-orang Kristen pada saat itu.
Calvin menafsirkan bahwa Yoh 17:20 ini adalah doa untuk scope / ruang lingkup yang lebih luas (dibandingkan dengan doaNya dalam Yoh 17:9), yaitu untuk ‘semua murid dari Injil, sampai akhir jaman’.

Calvin: “He now gives a wider range to his prayer, which hitherto had included the apostles alone; for he extends it to all the disciples of the Gospel, so long as there shall be any of them to the end of the world” (= Sekarang Ia memberikan jangkauan yang lebih lebar pada doaNya, yang sampai saat ini hanya mencakup rasul-rasul saja; karena Ia memperluasnya kepada semua murid dari Injil, selama mereka ada sampai akhir dunia ini) - hal 181.

Matthew Poole: “Christ did not pray for any reprobates, not for any that were and should die unbelievers: he prayed before for those who actually did believe; he prayeth here for them that should believe; but we never read that he prayed for any others” [= Kristus tidak berdoa untuk orang yang ditetapkan untuk binasa, tidak untuk siapapun yang adalah orang tak percaya dan mati sebagai orang tak percaya: tadi (dalam Yoh 17:9) Ia berdoa untuk mereka yang sungguh-sungguh sudah percaya; di sini Ia berdoa untuk mereka yang harus percaya; tetapi kita tidak pernah membaca bahwa Ia berdoa untuk orang lain] - hal 370.

Jadi kesimpulannya, dalam Yoh 17:9,20 ini Yesus berdoa untuk orang-orang yang sudah percaya dan yang akan percaya. Dengan kata lain, Ia berdoa untuk ‘orang-orang pilihan’. Sekarang perhatikan bahwa dalam Yoh 17:9, Yesus menambahkan kata-kata bukan untuk dunia Aku berdoa’. Kata ‘dunia’ di sini pasti menunjuk kepada ‘orang-orang yang bukan pilihan’ (reprobate). Semua ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa secara terbatas.

Catatan: mungkin ada yang keberatan kalau kata ‘dunia’ menunjuk kepada orang-orang yang bukan pilihan karena dalam Yoh 17:21,23 dikatakan bahwa ‘dunia’ itu percaya kepada Yesus / tahu bahwa Yesus diutus oleh Allah.
Yoh 17:21,23 - “(21) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. ... (23) Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

Bagaimana menafsirkan ayat-ayat ini?
a.   Sama seperti John Owen, Calvin tidak setuju kalau ‘dunia’ di sini diartikan ‘elect’ / ‘orang pilihan’, karena dalam seluruh kontext Yoh 17 ini kata ‘dunia’ selalu menunjuk kepada ‘reprobate’ / ‘orang yang ditetapkan untuk binasa’!
b.   Kata ‘percaya’ di sini artinya ‘tahu’, dan ini hanya menunjuk pada pengetahuan secara intelektual. Jadi mereka (dunia) diyakinkan secara intelektual bahwa Yesus diutus oleh Bapa, tetapi mereka tetap tidak mau percaya kepada Dia. Ingat bahwa iman yang sejati, harus mencakup intelek, perasaan, maupun kehendak. Kalau hanya mencakup intelek saja, itu bukan iman yang sejati!

b)   Hubungan ‘doa terbatas’ dari Kristus dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas).
Para ahli theologia Reformed menganggap sebagai sesuatu yang aneh kalau Kristus mati untuk semua orang di dunia ini, tetapi tidak mau berdoa untuk semua melainkan hanya untuk orang-orang pilihan saja.

R. C. Sproul: “Jesus’ atonement and his intercession are joint works of his high priesthood. He explicitly excludes the non-elect from his great high priestly prayer. ‘I do not pray for the world but for those whom you have given Me’ (John 17:9). Did Christ die for those for whom he would not pray? [= Penebusan dan pengantaraan / doa syafaat Yesus adalah pekerjaan gabungan dari keimam-besaranNya. Ia secara explicit mengeluarkan / tidak memasukkan orang yang bukan pilihan dari doa imam besarNya. ‘Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu’ (Yoh 17:9). Apakah Kristus mati untuk mereka bagi siapa Ia tidak berdoa?] - ‘Chosen by God’, hal 206.

William Hendriksen (tentang Yoh 17:9): The words, ‘Not for the world am I making request’ are very clear. Between the purpose of the atonement and the purpose of Christ’s Highpriestly prayer, there is perfect agreement. ... Not all were given. Jesus did not die for all. He did not pray that the saving merits of the cross might be applied to all. Here the logic is perfect (= Kata-kata ‘Bukan untuk dunia Aku berdoa’ adalah sangat jelas. Antara tujuan dari penebusan dan tujuan dari doa ke-imam-besar-an Kristus, ada persetujuan yang sempurna. ... Tidak semua orang diberikan. Yesus tidak mati untuk semua orang. Ia tidak berdoa supaya jasa penyelamatan dari salib bisa diterapkan kepada semua orang. Di sini logikanya adalah sempurna).

Matthew Poole: “Christ did not pray for any reprobates, not for any that were and should die unbelievers: he prayed before for those who actually did believe; he prayeth here for them that should believe; but we never read that he prayed for any others. Now whether he laid down his life for those for whom he would not pray, lieth upon them to consider, who are so confident that he died for all and every man [= Kristus tidak berdoa untuk orang yang ditetapkan untuk binasa, tidak untuk siapapun yang adalah orang tak percaya dan mati sebagai orang tak percaya: tadi (dalam Yoh 17:9) Ia berdoa untuk mereka yang sungguh-sungguh sudah percaya; di sini Ia berdoa untuk mereka yang harus percaya; tetapi kita tidak pernah membaca bahwa Ia berdoa untuk orang lain. Sekarang apakah Ia menyerahkan nyawaNya untuk mereka bagi siapa Ia tidak mau berdoa, terserah kepada mereka untuk mempertimbangkan, yang begitu yakin bahwa Ia mati untuk semua dan setiap orang] - hal 370.

John Owen: “He did not suffer for them, and then refuse to intercede for them; he did not do the greater, and omit the less” (= Ia tidak menderita untuk mereka, dan lalu menolak untuk berdoa syafaat bagi mereka; Ia tidak melakukan yang lebih besar dan mengabaikan yang lebih kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 176.

John Owen: “... we know that Christ refused to pray for the world, in opposition to his elect” (= ... kita tahu bahwa Kristus menolak untuk berdoa untuk dunia, dikontraskan dengan orang pilihan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

Padahal Owen mengatakan bahwa Bapa selalu mendengar doa Anak / Yesus, dan ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di bawah ini:
1.   Yoh 11:42 - Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
2.   Maz 2:7-8 - “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.

Tetapi bagaimana dengan doa Yesus di Taman Getsemani? Apakah doa itu tidak dikabulkan?
Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Mat 26:42 - “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.
Kalau kita meninjau hanya permintaan supaya ‘cawan itu berlalu’, maka memang permintaan itu tidak dikabulkan. Tetapi kalau kita meninjau doa itu secara keseluruhan, dengan mengikut-sertakan kata-kata ‘janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’, maka jelas Bapa mengabulkan doa itu, karena memang akhirnya yang terjadi adalah kehendak Bapa, yaitu Yesus harus ‘meminum cawan’ itu (Yoh 18:11).

John Owen: “therefore, if he should intercede for all, all should undoubtedly be saved” (= karena itu, jika Ia berdoa syafaat untuk semua, tidak diragukan bahwa semua akan diselamatkan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

John Owen: the oblation and intercession of Christ are of equal compass and extent in respect of their objects, or the persons for whom he once offered himself and doth continually intercede, and so are to be looked on one joint means for the attaining of a certain proposed end” (= pengorbanan dan doa syafaat Kristus mempunyai batas dan luas yang sama berkenaan dengan obyeknya, atau dengan orang-orang untuk siapa Ia sekali mengorbankan diriNya dan mendoakannya secara terus-menerus, dan dengan demikian harus dianggap sebagai satu cara gabungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 187.

A. W. Pink menggunakan Ro 8:33-34 - “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia mempunyai beberapa kesalahan, yaitu: kalimat no 2 dan no 4 (bagian yang saya garis-bawahi) sebetulnya bukan kalimat tanya. Disamping itu, kata-kata ‘menjadi Pembela’ seharusnya adalah ‘menengahi / berdoa syafaat’. Bandingkan dengan terjemahan NASB dan KJV di bawah ini.
NASB: ‘Who will bring a charge against God’s elect? God is the one who justifies; who is the one who condemns? Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who also intercedes for us’ (= Siapa yang menuduh orang pilihan Allah? Allah adalah orang yang membenarkan; siapa orang yang menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga menengahi / berdoa syafaat untuk kita).
KJV: ‘(33) Who shall lay any thing to the charge of God's elect? It is God that justifieth. (34) Who is he that condemneth? It is Christ that died, yea rather, that is risen again, who is even at the right hand of God, who also maketh intercession for us’ (= Siapa yang akan menuduh orang pilihan Allah? Allahlah yang membenarkan. Siapa yang menghukum? Adalah Kristus yang telah mati, ya bahkan yang telah bangkit kembali, yang bahkan ada di sebelah kanan Allah, yang juga menengahi / berdoa syafaat untuk kita).

Jadi bagian akhir text itu menunjukkan bahwa Kristus Yesus telah melakukan 2 hal untuk kita, yaitu:
a.   Mati (dan bangkit).
b.   Menengahi / berdoa syafaat.

Arthur W. Pink: “Note particularly that the death and intercession of Christ have one and the same object! ... If then Christ intercedes for the elect only, and ‘not for the world,’ then He dies for them only” (= Perhatikan secara khusus bahwa kematian dan tindakan menengahi / doa syafaat Kristus mempunyai satu obyek yang sama! ... Karena itu jika Kristus menengahi / berdoa syafaat hanya untuk orang pilihan, dan ‘bukan untuk dunia’, maka Ia mati hanya untuk mereka) - ‘The Sovereignty of God’, hal 60.

c)   Pandangan Arminian tentang ‘doa terbatas’ Yesus.

Adam Clarke (tentang Yoh 17:9): ‘I pray not for the world.’ I am not yet come to that part of my intercession: see John 17:20. I am now wholly employed for my disciples, that they may be properly qualified to preach my salvation to the ends of the earth. Jesus here imitates the high priest, the second part of whose prayer, on the day of expiation, was for the priests, the sons of Aaron: see the note at John 17:1. These words may also be understood as applying to the rebellions Jews. God’s wrath was about to descend upon them, and Christ prays that his own followers might be kept from the evil, John 17:15. But he does not thus pray for the world, the rebellious Jews, because the cup of their iniquity was full, and their judgment slumbered not [= ‘Aku tidak berdoa untuk dunia’. Aku belum sampai pada bagian itu dari doa syafaatKu: lihat Yoh 17:20. Aku sekarang sepenuhnya sibuk (berkonsentrasi) untuk murid-muridKu, supaya mereka bisa memenuhi syarat secara benar untuk memberitakan keselamatanKu sampai ujung-ujung bumi. Di sini Yesus meniru doa imam besar, yang di bagian kedua dari doanya, pada hari raya pendamaian, adalah untuk imam-imam, anak-anak Harun: lihat catatan pada Yoh 17:1. Kata-kata ini juga bisa dimengerti sebagai diterapkan kepada orang-orang Yahudi yang memberontak. Murka Allah hampir turun kepada mereka, dan Kristus berdoa supaya para pengikutNya dijaga dari kejahatan / bencana, Yoh 17:15. Tetapi Ia tidak berdoa demikian untuk ‘dunia’, ‘orang-orang Yahudi yang memberontak’, karena cawan kejahatan mereka sudah penuh, dan penghakiman mereka tidak akan tertidur].

Adam Clarke (tentang Yoh 17:1): The high priest addressed a solemn prayer to God: a. For himself: this Christ imitates, John 17:1-5. b. For the sons of Aaron: our Lord imitates this in praying for his disciples, John 17:9-19; c. For all the people: our Lord appears to imitate this also in praying for his church, all who should believe on him through the preaching of the apostles and their successors, John 17:20-24 (= Sang imam besar menujukan suatu doa yang khidmat kepada Allah: a. Untuk dirinya sendiri: ini ditiru oleh Kristus, Yoh 17:1-5. b. Untuk anak-anak Harun: Tuhan kita meniru ini dalam doaNya untuk murid-muridNya, Yoh 17:9-19; c. Untuk seluruh bangsa: Tuhan kita kelihatannya juga meniru ini dalam berdoa untuk gerejaNya, semua orang yang percaya kepadaNya melalui pemberitaan rasul-rasul dan pengganti-pengganti mereka, Yoh 17:20-24).

Lenski (tentang Yoh 17:9): Jesus here makes request for the disciples alone and not for the world, for those whom the Father has given to him not for the rest. On this so-called intercessio specialis see Heb. 7:25; 9:24; 1 John 2:1; Rom. 8:34. This special intercession deals with believers only inasmuch as they alone are able to receive the gifts which the Father has for his children. We must include among the disciples all those who eventually come to faith (v. 21). It is generally assumed that Jesus prays also for the entire world of men in the intercessio generalis on the basis of Isa. 53:12; Luke 23:34, even as we, too, are bidden to intercede for all men, 1 Tim. 2:1; Matt. 5:44 [= Di sini Yesus membuat permohonan untuk murid-murid saja dan bukan untuk dunia, untuk mereka yang telah Bapa berikan kepadaNya, bukan untuk sisanya. Pada apa yang disebut doa syafaat khusus ini, lihat Ibr 7:25; 9:24; 1Yoh 2:1; Ro 8:34. Doa syafaat khusus ini hanya menangani orang-orang percaya karena hanya mereka saja yang bisa menerima karunia-karunia yang Bapa miliki untuk anak-anakNya. Kita harus memasukkan / mencakup di antara murid-murid semua mereka yang akhirnya datang pada iman (ay 21). Secara umum diasumsikan bahwa Yesus berdoa juga untuk seluruh dunia manusia dalam doa syafaat umum berdasarkan Yes 53:12; Luk 23:34, sama seperti kita, yang juga disuruh berdoa syafaat untuk semua manusia, 1Tim 2:1; Mat 5:44].

Tanggapan saya:

1.   Kalau Clarke mengatakan bahwa ‘dunia’ yang tidak didoakan itu, menunjuk kepada ‘orang-orang Yahudi yang memberontak’, dan lalu dalam Yoh 17:20-24 Clarke mengatakan bahwa Yesus berdoa untuk orang-orang yang akan percaya, maka itu sama saja dengan hanya mendoakan orang-orang pilihan dan  tidak mendoakan orang-orang yang ditentukan untuk binasa.

2.   Kata-kata Lenski yang saya garis-bawahi tidak masuk akal / tidak Alkitabiah. Ini menjadikan Allah tergantung kepada manusia, dan bukan sebaliknya. Siapapun bisa menerima apapun, asalkan Bapa memang mau memberikan hal itu kepadanya.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
a.   Mat 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
b.   Ro 9:30 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman”.
c.   Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.

3.   Tentang perintah untuk berdoa syafaat bagi semua orang:
1Tim 2:1 - “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang.
Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Ada 2 hal yang saya berikan sebagai jawaban:
a.   Tuhan / Yesus tak harus mentaati perintah yang Ia berikan kepada manusia. Firman Tuhan itu bagi kita, tetapi Dia sendiri ada di atas Firman Tuhan. Misalnya kita dilarang membunuh, tetapi Tuhan ‘membunuh’ setiap hari!
b.   Kita memang harus berdoa untuk semua orang, sama seperti kita harus memberitakan Injil kepada semua orang, karena kita tak bisa membedakan orang-orang pilihan dari orang-orang yang ditentukan untuk binasa. Tetapi jelas bahwa kita tidak harus, dan bahkan tidak boleh, berdoa “Tuhan, selamatkanlah orang-orang yang Engkau tentukan untuk binasa”.
Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.

4.   Yes 53:12 merupakan nubuat, dan saya menganggap bahwa Luk 23:34 merupakan penggenapannya.
Yes 53:12 - “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Luk 23:34a - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’”.
Ini akan dibahas pada point di bawah ini.

d)   Tetapi bagaimana dengan Luk 23:34? Apakah ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa untuk orang non pilihan?
Luk 23:34 - Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’”.

1.   Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena manuscript-manuscript yang terbaik tidak mempunyai ayat ini!
NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai kalimat ini).
RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’).
NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai penambahan belakangan).
ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’” (= Beberapa otoritas kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).
KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun.

Pulpit Commentary: “These words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are undoubtedly genuine” (= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas / salinan yang paling tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts / naskah yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.

Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.

The New Bible Commentary: Revised: “34a is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan / berat dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalin-penyalin yang merasa bahwa itu (doa Yesus) tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.
Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.
Doa Stefanus ini dianggap meniru / meneladani doa Kristus yang sedang kita bahas. Kalau Kristus tidak pernah menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan bisa meneladaninya.

A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.

Bruce M. Metzger: “The absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel” (= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai penghilangan / pembuangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.
Catatan: kata ‘dominical’ diterjemahkan ‘having to do with Jesus as the Lord’ (= berurusan dengan Yesus sebagai Tuhan) dalam Webster’s New World Dictionary.

2.   Untuk siapa Yesus menaikkan doa ini?

a.   Ada yang menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita.
C. H. Spurgeon: “I believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu, adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.
C. H. Spurgeon: “for, though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.

b.         Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan.

David Gooding: “it was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal 342.
Catatan:  saya tidak setuju dengan bagian akhir dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.

A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.

Calvin: “It is probable, however, that Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= Tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang  bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk mereka) - hal 301.

Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ ditambahkan oleh Yesus kelihatannya untuk membatasi orang-orang yang didoakan oleh doa tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dan bahkan sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya kejahatan mereka. Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini:

·         Kis 3:14-17 - “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. (16) Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.
Catatan: kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpin-pemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).

·         Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.
KJV: ‘they knew him not’ (= mereka tidak mengenalNya).
RSV: ‘did not recognize him’ (= tidak mengenaliNya).
NASB: ‘recognizing neither Him’ (= tidak mengenaliNya).
NIV: ‘did not recognize Jesus’ (= tidak mengenali Yesus).

·         Ada juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat Allah’.
1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra, apakah kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah / surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson menganggap bahwa kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap kata ‘nya’ itu menunjuk kepada Yesus.
Yang mana yang benar, tak bisa dipastikan, karena sebetulnya dalam bahasa Yunaninya kata ‘nya’ itu tidak ada. KJV menterjemahkan sebagai ‘it’, tetapi mencetaknya dengan huruf miring, yang menunjukkan bahwa itu merupakan suatu penambahan.

Bahkan Lenski memberikan batasan dari doa ini.
Lenski (tentang Luk 23:34): Were Caiaphas and Pilate included? We prefer not to pass judgment on individuals, for God alone knows the hearts and to what degree they sin against better knowledge (= Apakah Kayafas dan Pilatus termasuk? Kami memilih untuk tidak memberikan penghakiman kepada individu-individu, karena hanya Allah mengetahui / mengenal lebih baik hati-hati, dan sampai pada tingkat apa mereka berdosa terhadap pengetahuan yang lebih baik).

Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Bukankah mereka tahu apa yang mereka lakukan? Kalau itu benar, maka Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.

3.   Apakah Bapa menjawab doa ini?
Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Calvin: “Nor can it be doubted that this prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.

4.   Kesimpulan: tetap ada kemungkinan bahwa dalam Luk 23:34 ini Yesus membatasi doanya untuk orang-orang pilihan dari orang-orang yang hadir saat itu, dan doa itu dikabulkan oleh Bapa dengan mempertobatkan mereka belakangan.

 

9)    Luk 2:34 - Kristus ditentukan untuk menjatuhkan sebagian orang.

Luk 2:34 - Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.
Bagian yang saya beri garis bawah ganda saya berikan terjemahannya dari KJV.
KJV: and for a sign which shall be spoken against; (= dan untuk suatu tanda yang akan ditentang).

Leon Morris (Tyndale): Then in enigmatic words he goes on to speak of Jesus as ‘set for the fall and rising of many in Israel’ (elsewhere in the New Testament the word rendered ‘rising’ is always used of the resurrection). It is not certain whether Simeon has in mind one group of people or two. If one‚ he is saying that‚ unless people lose all pride in their own spiritual achievement there is no place for them. They must fall and take the lowly place; then they can rise (cf. Mic. 7:8; cf. also the publican in the parable‚ 18:9–14). If two‚ he means that Jesus will divide people: those who reject him will in the end fall (cf. Isa. 8:14f.) and those who accept him will rise‚ they will enter into salvation. Not surprisingly‚ he will be ‘spoken against.’ [= Lalu dalam kata-kata yang kabur / membingungkan ia melanjutkan untuk berbicara tentang Yesus sebagai ‘ditentukan untuk kejatuhan dan kebangkitan dari banyak orang di Israel’ (di tempat lain dalam Perjanjian Baru kata yang diterjemahkan ‘bangkit’ selalu digunakan tentang kebangkitan). Tidak pasti apakah Simeon mempunyai satu atau dua kelompok orang dalam pikirannya. Jika satu, ia sedang berkata bahwa, kecuali orang-orang kehilangan semua kesombongan dalam pencapaian rohani mereka sendiri tidak ada tempat bagi mereka. Mereka harus / pasti jatuh dan mengambil tempat yang rendah; maka mereka bisa bangkit (bdk. Mik 7:8; bdk. juga pemungut cukai dalam perumpamaan, 18:9-14). Jika dua, ia memaksudkan bahwa Yesus akan membagi orang-orang: mereka yang menolakNya pada akhirnya akan jatuh (bdk. Yes 8:14-dst) dan mereka yang menerimaNya akan bangkit, mereka akan masuk ke dalam keselamatan. Tak mengherankan, Ia ‘akan ditentang’] - Libronix.
Catatan: kalau dilihat dari ayat-ayat yang berhubungan dengan Luk 2:34, yaitu 1Pet 2:4-8 dan Yes 8:14-15, maka rasanya kita harus memilih pandangan kedua dari dua kemungkinan yang diberikan oleh Leon Morris.

J. C. Ryle: We see, lastly, in this passage, a striking account of the results which would follow when Jesus Christ and His Gospel came into the world. Every word of old Simeon on this subject deserves private meditation. The whole forms a prophecy which is being daily fulfilled. Christ was to be ‘a sign spoken against.’ He was to be a mark for all the fiery darts of the wicked one. He was to be ‘despised and rejected of men.’ He and His people were to be a ‘city set upon a hill,’ assailed on every side, and hated by all sorts of enemies. And so it proved. Men who agreed in nothing else have agreed in hating Christ. From the very first, thousands have been persecutors and unbelievers. Christ was to be the occasion of ‘the fall of many in Israel’. He was to be a stone of stumbling and rock of offence to many proud and self-righteous Jews, who would reject Him and perish in their sins. And so it proved. To multitudes among them Christ crucified was a stumbling-block, and His Gospel ‘a savor of death.’ (1 Cor. 1:23; 2 Cor. 2:16.) Christ was to be the occasion of ‘rising again to many in Israel.’ He was to prove the Saviour of many who, at one time, rejected, blasphemed, and reviled Him, but afterwards repented and believed. And so it proved. When the thousands who crucified Him repented, and Saul who persecuted Him was converted, there was nothing less than a rising again from the dead. Christ was to be the occasion of ‘the thoughts of many hearts being revealed.’ His Gospel was to bring to light the real characters of many people. The enmity to God of some, - the inward weariness and hunger of others, would be discovered by the preaching of the cross. It would show what men really were. And so it proved. The Acts of the Apostles, in almost every chapter, bear testimony that in this, as in every other item of his prophecy, old Simeon spoke truth. And now what do we think of Christ? This is the question that ought to occupy our minds. What thoughts does He call forth in our hearts? This is the inquiry which ought to receive our attention. Are we for Him, or are we against Him? Do we love Him, or do we neglect Him? Do we stumble at His doctrine, or do we find it life from the dead? Let us never rest till these questions are satisfactorily answered [= Terakhir, kita melihat dalam text ini, suatu cerita yang menyolok tentang hasil / akibat yang akan mengikuti pada waktu Yesus Kristus dan InjilNya datang ke dalam dunia. Setiap kata dari Simeon yang tua tentang pokok ini layak mendapatkan perenungan pribadi. Seluruhnya membentuk suatu nubuat yang sedang digenapi setiap hari. Kristus harus menjadi ‘suatu tanda yang ditentang’. Ia akan menjadi sasaran dari semua anak panah berapi dari si jahat. Ia harus ‘dihina dan ditolak oleh manusia’. Ia dan umatNya harus menjadi sebuah ‘kota yang terletak di atas bukit’, diserang dari setiap sisi, dan dibenci oleh semua jenis musuh. Dan begitulah hal itu terbukti. Orang-orang yang tidak setuju dalam apapun yang lain telah setuju dalam membenci Kristus. Dari saat yang paling awal, ribuan orang telah menjadi penganiaya-penganiaya dan orang-orang yang tidak percaya. Kristus harus menjadi alasan dari ‘kejatuhan dari banyak orang di Israel’. Ia harus menjadi batu sandungan dan batu karang pelanggaran bagi banyak orang-orang Yahudi yang sombong dan merasa diri sendiri benar, yang akan menolak Dia dan binasa dalam dosa-dosa mereka. Dan begitulah hal itu terbukti. Bagi orang banyak di antara mereka, Kristus yang tersalib merupakan batu sandungan, dan InjilNya merupakan ‘bau kematian’ (1Kor 1:23; 2Kor 2:16). Kristus harus menjadi alasan dari ‘bangkitnya lagi bagi banyak orang di Israel’. Ia harus membuktikan sebagai Juruselamat dari banyak orang yang, pada satu saat, menolak, menghujat, dan mencerca Dia, tetapi belakangan bertobat dan percaya. Dan demikianlah hal itu terbukti. Pada waktu ribuan orang yang menyalibkan Dia bertobat, dan Saulus yang menganiaya Dia bertobat, yang terjadi tidak kurang dari suatu kebangkitan kembali dari orang mati. Kristus harus menjadi alasan dari ‘pikiran dari banyak hati yang disingkapkan’ (Luk 2:35, KJV). InjilNya harus membawa pada terang karakter yang sebenarnya dari banyak orang. Permusuhan terhadap Allah dari sebagian orang, - kebosanan dan rasa lapar batiniah dari orang-orang lain, akan dinyatakan oleh pemberitaan salib. Itu akan menunjukkan apa manusia itu sebenarnya. Dan demikianlah hal itu terbukti. Kisah dari Rasul-rasul, dalam hampir setiap pasal, memberikan kesaksian bahwa dalam hal ini, seperti dalam setiap hal / pokok dari nubuatnya, Simeon yang tua mengatakan kebenaran. Dan sekarang apa yang kita pikirkan tentang Kristus? Ini adalah pertanyaan yang harus memenuhi pikiran kita. Pikiran apa yang Ia timbulkan dalam hati kita? Apakah kita ada di pihakNya, atau apakah kita menentang Dia? Apakah kita mengasihi Dia, atau apakah kita mengabaikan Dia? Apakah kita tersandung pada ajaranNya, atau kita mendapatinya sebagai kehidupan dari orang mati? Hendaklah kita tidak pernah beristirahat sampai pertanyaan-pertanyaan ini dijawab dengan memuaskan] - Libronix.

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa Yesus dan InjilNya selalu memisahkan manusia menjadi dua bagian, yang percaya dan yang tidak percaya. Tidak heran Yesus mengatakan kata-kata dalam Mat 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.

Matthew Poole: That by ‘the fall and rising again’ is here meant the salvation and damnation of many is doubted by no valuable interpreters. The apostle so applies Isa. 8:14,15, where he is said to be ‘for a stone of stumbling and for a rock of offence to both the houses of Israel, for a gin and for a snare to the inhabitants of Jerusalem. And many among them shall stumble, and fall, and be broken, and be snared, and be taken.’ So doth Peter, 1Pe 2:8” (= Bahwa dengan ‘kejatuhan dan kebangkitan lagi’ di sini dimaksudkan keselamatan dan kebinasaan dari banyak orang tidak diragukan oleh seorangpun dari penafsir-penafsir yang berharga. Sang rasul menerapkan Yes 8:14,15 demikian, pada waktu Ia dikatakan sebagai ‘sebuah batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.’ Begitulah dilakukan oleh Petrus, 1Pet 2:8).

Bdk. 1Pet 2:4-8 - “(4) Dan datanglah kepadaNya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’ (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda salah terjemahan.
KJV/NASB: ‘were appointed’ (= ditetapkan).
RSV/NIV: ‘were destined’ (= ditentukan).

Jay E. Adams (tentang 1Pet 2:7-8): “Christ divides; some build on Him, others stumble over Him” (= Kristus membagi / memisahkan; sebagian membangun di atasNya, yang lain tersandung padaNya) - hal 62.

Calvin (tentang 1Pet 2:7): “For as the firmness and stability of Christ is such that it can sustain all who by faith recumb on him; so his hardness is so great that it will break and tear in pieces all who resist him. For there is no medium between these two things, - we must either build on him, or be dashed against him (= Karena keteguhan dan kestabilan Kristus adalah sedemikian rupa sehingga bisa menopang semua yang dengan iman bersandar kepadaNya; demikian pula kekerasanNya adalah begitu besar sehingga akan menghancurkan dan merobek-robek semua yang menentangNya. Karena tidak ada daerah di antara kedua hal itu, - kita harus membangun di atasNya, atau dibenturkan kepadaNya).

Calvin (tentang 1Pet 2:8): “they had been appointed to unbelief; as Pharaoh is said to have been set up for this end, that he might resist God, and all the reprobate are destined for the same purpose” (= mereka telah ditetapkan pada ketidak-percayaan; seperti dikatakan bahwa Firaun dibangkitkan untuk tujuan ini, yaitu supaya ia bisa menentang Allah, dan semua orang-orang yang ditentukan untuk binasa ditentukan untuk tujuan yang sama).

Matthew Poole (tentang 1Pet 2:8): “God appointed them to this stumbling, in his decreeing not to give them faith in Christ, but to leave them to their unbelief” (= Allah menetapkan mereka pada ketersandungan ini, dalam penetapanNya untuk tidak memberi mereka iman kepada Kristus, tetapi untuk membiarkan mereka pada ketidak-percayaan mereka).

Sekarang mari kita melihat tafsiran Arminian dari Adam Clarke dan Lenski di bawah ini.

Adam Clarke (tentang 1Pet 2:8): “The disobedient, therefore, being appointed to stumble against the word, or being prophesied of as persons that should stumble, ... there is no intimation that they were appointed or decreed to disobey, that they might stumble, and fall, and be broken. They stumbled and fell through their obstinate unbelief; and thus their stumbling and falling, as well as their unbelief, were of themselves; in consequence of this they were appointed to be broken; this was God’s work of judgment” (= Karena itu orang-orang yang tidak taat, ditetapkan untuk tersandung terhadap firman, atau dinubuatkan sebagai orang-orang yang harus tersandung, ... di sana tidak ada isyarat bahwa mereka ditetapkan untuk tidak taat, supaya mereka tersandung, dan jatuh, dan hancur. Mereka tersandung dan jatuh karena ketidak-percayaan mereka yang tegar tengkuk, dan karena itu tersandungnya mereka dan jatuhnya mereka, sama seperti ketidak-percayaan mereka, adalah dari diri mereka sendiri; sebagai akibat dari hal ini mereka ditetapkan untuk hancur; ini adalah pekerjaan penghakiman Allah) - hal 852.

Tanggapan saya:

a)   Ini membengkokkan atau memutar-balikkan ayat ini, karena ayat ini jelas mengatakan ‘ditetapkan / ditentukan’.

b)   Kata-kata Clarke ini (perhatikan bagian ketiga yang saya garisbawahi) menunjukkan bahwa Allah melakukan / membuat penetapanNya bukan dalam kekekalan, tetapi di dalam waktu. Ini jelas omong kosong yang tidak Alkitabiah lagi karena sangat banyak ayat yang menunjukkan secara jelas bahwa Allah membuat seluruh rencanaNya secara keseluruhan dalam kekekalan / minus tak terhingga.
Bdk. 2Raja 19:25  Maz 139:16  Yes 25:1  Yes 37:26  Yes 46:10  Mat 25:34  Ef 1:4-5  2Tes 2:13  2Tim 1:9.

c)   Kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal tertentu, itu disebabkan karena Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya hal itu. Ini terlihat dari:
1.   Perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.
Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.
Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.
Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu ‘sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘seperti yang telah ditetapkan’, yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam kekekalan.
2.   Perbandingan Kis 2:23  Kis 3:18 dan Kis 4:27-28.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Kis 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.
Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menggenapi apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis 2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menurut maksud dan rencanaNya’ dan Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu’, yang jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam kekekalan.
3.   Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan ‘memberitahukan’, tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’, dan ‘putusanKu’. Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama menggunakan istilah ‘mengatakannya’, yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah ‘merencanakannya’, yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.
4.   Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.
Ayat ini baru mengatakan ‘Aku telah mengatakannya’ dan lalu langsung menyambungnya dengan ‘Aku telah merancangnya’. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang / merencanakannya.
5.   Amos 3:7 - “Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah keputusanNya [NIV: ‘his plan’ (= rencanaNya)].
6.   Rat 2:17a - “TUHAN telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya.
Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang difirmankanNya / dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.
7.   Rat 3:37 - “Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?”.
NIV: ‘Who can speak and have it happen if the Lord has not decreed it’ (= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak menetapkannya?).
Ini jelas menunjukkan bahwa tidak ada nabi atau siapapun juga yang bisa menubuatkan apapun kecuali Tuhan lebih dulu menetapkan hal itu.
8.   Yes 28:22b - “sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu”.
NIV: ‘The Lord, the LORD Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land’ (= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).
Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan ketetapan Allah (decree of God).

Lenski (tentang 1Pet 2:8): It is startling to read: ‘for which they also were placed (set, appointed).’ Calvinists explain this as an eternal decree of reprobation, all Scripture to the contrary notwithstanding. They place the action of the verb in the ‘voluntas antecedens’ whereas it belongs in the ‘voluntas consequents.’ [= Adalah mengejutkan untuk membaca: ‘untuk mana mereka juga telah ditempatkan (ditentukan, ditetapkan)’. Para Calvinist menjelaskan ini sebagai suatu ketetapan kekal dari reprobation / penentuan binasa, meskipun seluruh Kitab Suci bertentangan dengannya. Mereka menempatkan tindakan dari kata kerja dalam ‘pendahulu / penyebab yang bebas’ sedangkan itu termasuk dalam ‘konsekwensi / akibat yang bebas’].

Tanggapan saya:

1.   Doktrin tentang reprobation / penentuan binasa jelas mempunyai sangat banyak dasar Alkitab, tetapi saya tidak membahasnya di sini, karena sudah dibahas dalam pembahasan tentang ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat) / Predestinasi.

2.   Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah ganda. Mari kita lihat lagi 1Pet 2:8 - Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan (ditetapkan).
Lenski menganggap bahwa kata ‘ditetapkan’ merupakan konsekwensi / akibat, dan bukan penyebab!
Coba pikirkan, antara ‘mereka tersandung / tidak taat’ dan ‘mereka ditetapkan’, yang mana yang penyebab dan yang mana yang akibat?
Bdk. Yoh 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.
Kebalikannya juga perlu diperhatikan. Bdk. Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.

Alexander Nisbet (tentang 1Pet 2:7-8): “a terror to all whose blind and carnal hearts do still find out something in the Gospel whence they take occasion to reject Christ, and refuse to take on his yoke. Thereby they do but ruin themselves, as a mad man that dashes himself against a stone in his way, or foolish mariners that run their ship against a rock, which are the similitudes here made use of, taken out of Isa. 8:14, and so do prove themselves to be reprobates. ... they who continue so to do will but run themselves upon that ruin to which they have been from eternity appointed for the rejecting of an offered Saviour (v. 8)” [= suatu rasa takut bagi semua orang yang hatinya buta dan bersifat daging tetap mendapatkan sesuatu dalam Injil dari mana mereka mendapatkan alasan untuk menolak Kristus, dan menolak untuk memikul kukNya. Dengan ini mereka hanya menghancurkan diri mereka sendiri, seperti seorang gila yang membenturkan dirinya sendiri terhadap sebuah batu dalam jalannya, atau pelaut-pelaut tolol yang menabrakkan kapal mereka terhadap sebuah batu karang, yang merupakan gambaran / kiasan yang digunakan di sini, yang diambil dari Yes 8:14, dan dengan demikian membuktikan bahwa diri mereka adalah reprobates / orang-orang yang ditentukan untuk binasa. ... Mereka yang terus menerus melakukan demikian hanya akan membawa diri mereka sendiri kepada kehancuran itu, pada mana mereka telah ditetapkan dari kekekalan untuk penolakan dari seorang Juruselamat yang ditawarkan] - hal 74.

Alexander Nisbet (tentang 1Pet 2:7-8): “Although the elect may for a long time before their conversion stumble at Jesus Christ and oppose him, Acts 9:1, and after conversion may for a time under the fit of a temptation do the same, Matt. 26:31, yet none will continue so to do but those who have been from eternity ordained for condemnation in God’s spotless decree, ... The continuance in such sin is the clearest proof and evidence of reprobation of any in the world, for the everlasting ruin and condemnation of souls ordained from eternity to the same for their wilful slighting of Jesus Christ is referred to in the last words of this verse as being thereby most clearly evidenced: ‘They stumble at the Word, being disobedient, whereunto also they were appointed.’” (= Sekalipun orang-orang pilihan bisa untuk suatu waktu yang lama sebelum pertobatan mereka tersandung pada Yesus Kristus dan menolakNya, Kis 9:1, dan setelah pertobatan bisa untuk suatu waktu, di bawah serangan tiba-tiba dari suatu pencobaan, melakukan hal yang sama, Mat 26:31, tetapi tidak seorangpun akan terus menerus melakukan demikian, kecuali mereka yang dari kekekalan telah ditentukan untuk penghukuman dalam ketetapan yang tak bercacat dari Allah, ... Terus menerus dalam dosa seperti itu merupakan bukti yang paling jelas dari reprobation / penentuan binasa dari siapapun dalam dunia, karena kehancuran dan penghukuman kekal dari jiwa-jiwa ditentukan dari kekekalan bagi orang-orang yang sama untuk peremehan mereka yang sengaja tentang Yesus Kristus ditunjukkan dalam kata-kata terakhir dari ayat ini dan dengan itu ditunjukkan dengan paling jelas: ‘Mereka tersandung pada Firman, dengan tidak taat, ke arah mana mereka juga telah ditetapkan’) - hal 78.

Yes 8:14-15 - “(14) Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. (15) Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.’”.

Memang ketiga text yang kita bahas di sini, yaitu Luk 2:34 1Pet 2:4-8 dan Yes 8:14-15 mempunyai banyak persamaan. Yesus memang ditentukan untuk menyandungi dan menjatuhkan sebagian orang, dan menjadi jerat / perangkap bagi orang-orang itu. Jadi, bagaimana mungkin Ia mati disalib untuk menebus orang-orang itu?

-

10)Darah Kristus disebut darah perjanjian baru.

Mat 26:28 / Mark 14:24 / Luk 22:20 menunjukkan bahwa darah Kristus adalah darah perjanjian (baru).
Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.
Mark 14:24 - “Dan Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang”.

Dalam Mat 26:28 dan Mark 14:24 ini KJV/NKJV menambahkan kata ‘new’ / ‘baru’ (new covenant / perjanjian baru), tetapi Kitab Suci Indonesia dan RSV/NIV/NASB/ASV tidak. Ini dianggap ditambahkan dari ayat paralelnya, yaitu Luk 22:20, dimana memang semua terjemahan mempunyai kata ‘new’ / ‘baru’ itu.
Luk 22:20 - “Demikian juga dibuatNya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu”.
Bdk. 1Kor 11:25 - “Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’”.

John Owen: Neither can any effects thereof be extended beyond the compass of this covenant. But now this covenant was not made universally with all, but particularly only with some, and therefore those alone were intended in the benefits of the death of Christ (= Tidak bisa ada hasil / akibat apapun dari itu diperluas melampaui batas dari perjanjian ini. Tetapi perjanjian ini tidak dibuat secara universal dengan semua orang, tetapi secara khusus hanya dengan sebagian / beberapa orang, dan karena itu mereka saja yang dimaksudkan dalam manfaat dari kematian Kristus) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 236.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar