Minggu, 13 April 2014

HERMENEUTICS (3)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div



ARTI KATA

I) Nama (tempat, kota, gunung, orang).


Sekalipun suatu nama ada artinya, tetapi tidak selalu ada hubungannya dengan kontext. Jadi, kadang-kadang perlu / bisa dibahas (misalnya nama ‘Yesus’ dalam Mat 1:21); tetapi kadang-kadang tidak boleh dibahas karena memang tidak ada hubungannya dengan kontext [misalnya nama ‘Teofilus’ yang berarti ‘a friend of God’ (= sahabat Allah) dalam Kis 1:1 dan Luk 1:3].

II) Kata biasa (kata kerja, kata benda, kata sifat).


1)   Suatu kata tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Suatu kata sering mempunyai beberapa arti dan bisa saja pada suatu bagian diambil arti yang pertama dan pada bagian yang lain diambil arti yang kedua.
Misalnya kata ‘pencobaan / mencobai’, ‘iman’, ‘percaya’, ‘selamat’, ‘jiwa’, tidak selalu sama artinya.

Contoh: baca Yak 2:14-26.
Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus (Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24; Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21).
Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

a)   Mereka mempunyai perbedaan tujuan.
Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28  Gal 2:16,21  Ef 2:8-9).
Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

b)   Mereka menggunakan kata-kata yang sama tetapi dengan arti yang berbeda.

1.   Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksudkannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

2.   Istilah ‘iman / percaya’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus (saving faith / iman yang menyela-matkan).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia me-maksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. Yak 2:14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).

3.   Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orang-nya dibenarkan oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

Kesimpulan:
Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.
Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus, atau mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25  2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

2)   Kadang-kadang suatu kata mengalami perkembangan dalam artinya.
Baik sekali untuk membahas perkembangan arti tersebut, tetapi kita harus membahas dalam bahasa aslinya, bukan bahasa Inggris / Indonesianya.
Contoh yang benar: membahas perkembangan kata ‘mamon’ dalam Mat 6:24.
Wiliam Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia mengatakan bahwa ‘mamon’ berarti ‘milik secara materi’ / ’material possessions’ dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang mengandung arti buruk.
Tetapi dalam sejarah ada perkembangan arti dari kata ‘mamon’ itu.
·         mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ (= mempercayakan). Jadi, mula-mula mamon diartikan sebagai harta yang dipercayakan kepada bank / orang lain.
·    lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan tetapi menjadi sesuatu yang dipercayai.
·         akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup manusia dan lalu ditulis dengan huruf besar (Mamon).
Jadi, dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini terlihat bahwa mamon yang mula-mula tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia.

Contoh yang salah: membahas kata ‘kekuatan / power’ dalam Ro 1:16. Banyak orang yang membahas kata bahasa Inggris ‘dynamite’ (= dinamit) yang diturunkan dari kata bahasa Yunani DUNAMIS (yang diterjemahkan kekuatan / power dalam Ro 1:16 tersebut), padahal kata Yunani DUNAMIS belum tentu mengandung arti seperti dynamite. Ini dilakukan oleh sebuah buku Saat Teduh (‘Streams in the Desert’, vol I, April 8), yang menterjemahkan 2Kor 12:10, dengan mengubah kata-kata ‘maka aku kuat’ menjadi ‘then I am dynamite’ (= maka aku adalah dinamit).

III) Macam-macam arti kata.


Suatu kata bisa diartikan secara:
1)    Literal / hurufiah.
2)    Figurative / kiasan.
3)    Symbolic / lambang.
Kalau salah pilih, tentu saja artinya jadi kacau. Misalnya seperti dalam Mat 16:5-12  Yoh 2:18-21  Yoh 11:11-13.

Contoh:

1)   Kata ‘pedang’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dalam arti betul-betul menunjuk pada pedang biasa.
Contoh:
·         Mat 26:51 - Petrus membacok telinga hamba imam besar dengan pedang.
·         Bil 22:29 - Bileam tidak mempunyai pedang untuk membunuh keledainya.

b)         Bisa diartikan sebagai kiasan, dan menunjuk pada:
·         hukuman / hak menghukum (Ro 13:4 - “Tidak percuma pemerintah menyandang pedang).
·         peperangan / pertengkaran / perpisahan (Mat 10:34 - “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang).
·         peperangan / pertumpahan darah (2Sam 12:10 - karena Daud berzinah dan membunuh, maka Tuhan memberi hukuman yaitu: pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya”).

c)   Bisa diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada Firman Tuhan.
Contoh:
·         Ef 6:17 - pedang Roh, yaitu Firman Allah”.
·         Ibr 4:12 - “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”.

Kadang-kadang tidak mudah untuk mengatakan apakah suatu kata termasuk hurufiah, kiasan atau lambang. Contohnya kata ‘pedang’ dalam Luk 22:35-38, yang akan saya jelaskan di bawah ini.

a.   Dalam Luk 22:35-36a, Yesus dan murid-muridNya membicarakan peristiwa dalam:
·         Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15.
·         Luk 10:1-12,17-20.
Saat itu orang-orang yang diutus oleh Yesus tidak kekurangan apa-apa sekalipun mereka pergi tanpa membawa apa-apa.

b.   Luk 22:35-36 ini menunjukkan bahwa akan terjadi kontras yang sangat besar antara dulu dan sekarang. Dulu mereka enak, banyak orang mau menerima mereka, menjamu mereka dsb. Tetapi sekarang / sebentar lagi, keadaan akan berubah, dan hidup maupun pelayanan mereka akan menjadi sukar dan berat.
Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:
·         Text-text seperti Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 tidak boleh dijadikan dasar untuk mengutus seorang hamba Tuhan / misionaris tanpa bekal apa-apa.
Luk 22:35-36 ini menunjukkan secara jelas bahwa Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 itu berlaku untuk sementara saja!
·         Tuhan tidak selalu mau melakukan mujijat. Kalau misalnya Tuhan itu mau selalu melakukan mujijat seperti:
*        gagak yang memberi makan Elia.
*        5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang.
maka jelas bahwa murid-murid itu tetap tidak perlu membawa bekal, uang dsb.!

c.   Luk 22:37 menunjukkan alasan mengapa kontras dulu dan sekarang itu akan terjadi.
·         Luk 22:37 ini merupakan kutipan dari Yes 53:12.
Kristus yang adalah orang benar itu, harus dianggap sebagai ‘pemberontak’ [NIV/NASB: ‘transgressors’ (= pelanggar hukum)] supaya kita yang adalah pemberontak / pelanggar hukum (bdk. Yes 53:5) bisa dianggap sebagai orang benar! Bdk. 2Kor 5:21.
·         Yesus mengutip Yes 53:12 ini untuk menunjukkan bahwa Firman Tuhan sudah menubuatkan bahwa Ia akan dianggap sebagai pemberon­tak / pelanggar hukum, dan sebentar lagi nubuat itu akan terge­napi:
*        Mat 26:47,55 - Ia ditangkap seperti penyamun.
*        Mat 26:65 - Ia dianggap sebagai penghujat.
*        Mat 27:63 - Ia dianggap sebagai penyesat [NIV: deceiver (= penipu)].
*        Salib adalah hukuman untuk orang yang sangat jahat dan terkutuk (Gal 3:13  Ul 21:23).
*        Ia mati di antara 2 penjahat (bdk. Yes 53:9,12  Mark 15:27-28).
Karena Ia dianggap sebagai orang jahat, maka jelas bahwa murid-muridNya juga tidak akan diterima seperti dulu! Inilah yang menyebabkan hidup dan pelayanan murid-murid akan menjadi berat dan sukar.

d.         Apa arti ‘pedang’ dalam Luk 22:36?

Adam Clarke: “I must confess that the matter about the swords appears to me very obscure. I am afraid I do not understand it, and I know of none who does” (= Saya harus mengakui bahwa persoalan tentang pedang ini kelihatan sangat kabur bagi saya. Saya tidak mengertinya dan saya tidak tahu ada orang yang mengerti hal ini).

Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata ‘pedang’ dalam Luk 22:36 ini:

·         Kata ini diallegorikan, dan diartikan sebagai Firman Tuhan (bdk. Ef 6:17). Bahkan ada orang yang menambahkan bahwa ‘2 pedang’ dalam Luk 22:38 menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!
Keberatan terhadap pandangan ini:
*        Tidak ada alasan yang menyebabkan bagian ini boleh dialegorikan seperti itu. Dan kalaupun mau dialegorikan, apa dasarnya untuk mengatakan bahwa pedang melambangkan Firman Tuhan? Bahwa dalam Ef 6:17 pedang menggambarkan Firman Tuhan, itu tidak berarti bahwa disini juga harus begitu! Disamping itu, kalau pedang diartikan sebagai Firman Tuhan, lalu apa artinya ‘menjual jubah’ di sini?
*        Saat itu belum ada Perjanjian Baru!
*        Pedang yang digunakan oleh Petrus dalam Mat 26:51 jelas adalah salah satu dari 2 pedang dalam Luk 22:38! Jadi jelas bahwa itu adalah pedang sungguhan!
·         Ada yang menghurufiahkan kata pedang dalam Luk 22:36 ini. Jadi mereka mengartikan bahwa Yesus betul-betul menyuruh mereka yang tidak mempunyai pedang untuk menjual jubahnya dan membeli pedang.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau memang Yesus menyu-ruh membeli pedang sungguhan, mengapa waktu Petrus meng-gunakan pedang itu, Yesus justru mene­gurnya (Mat 26:51-52)?
Jawab terhadap keberatan ini: Yesus memaksudkan pedang itu untuk melindungi diri mereka sendiri, bukan untuk melindungi Yesus.
Keberatan terhadap jawaban ini:
*        bahwa orang kristen harus menjaga diri dengan pedang pada waktu mengalami masa sukar dalam pelayanan, adalah sesuatu yang bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Kekristenan tidak pernah boleh dipertahankan / disebarkan dengan kekerasan.
*        setelah Yesus naik ke surga sekalipun tidak pernah ada murid yang betul-betul membawa pedang untuk menjaga diri.

·         Di sini Yesus berbicara secara figurative (= dalam arti kiasan).
Ia tidak memaksudkan mereka betul-betul harus menjual jubah untuk membeli pedang. Seluruh ay 36 hanya menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan akan menjadi sukar dan berat, dan karena itu mereka perlu untuk lebih berjaga-jaga / berhati-hati.
Ini adalah pandangan dari mayoritas penafsir, dan inilah pan-dangan yang saya terima.

e.   Luk 22:38 menunjukkan bahwa murid-murid itu salah mengerti kata-kata Yesus. Mereka menghurufiahkan kata-kata Yesus itu!
Tetapi, kalau memang mereka salah mengerti, mengapa Yesus lalu berkata ‘sudah cukup’ (Luk 22:38b)?
Kata-kata ‘sudah cukup’ ini jelas tidak menunjuk pada 2 pedang yang ditunjukkan oleh murid-murid kepada Yesus, karena:
·         Kalau kata-kata ini memang menunjuk pada 2 pedang itu, maka jelas bahwa ‘pedang’ dalam Luk 22:36 mempunyai arti hurufiah. Tetapi kalau ‘pedang’ dalam Luk 22:36 itu mempunyai arti hurufiah, maka jelas bahwa 2 pedang itu tidak mungkin cukup untuk 11 orang. Dengan demikian, kata-kata ‘sudah cukup’ dalam Luk 22:38 itu akan ber­tentangan dengan kata-kata ‘dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang’ dalam Luk 22:36.
·         Terjemahan hurufiah dari kata-kata itu adalah It is enough’ (bentuk tunggal), bukan they are enough’ (bentuk jamak), sehingga tidak mungkin menunjuk pada dua buah pedang!
Kalau memang kata-kata ‘sudah cukup’ itu tidak menunjuk pada 2 pedang, lalu menunjuk kepada apa? Jelas menunjuk pada pembicaraan mereka. Jadi, Yesus menghentikan pembicaraan tentang hal itu, mungkin karena Ia merasa jengkel dengan kebodohan murid-murid yang selalu tidak mengerti apa yang Ia katakan, atau karena memang saat itu sudah tidak ada waktu bagiNya untuk menjelaskan hal itu.

2)   Kata ‘api’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dimana kata ‘api’ betul-betul menunjuk pada ‘api biasa’.
Contoh:
Bil 11:1-2 - karena Israel bersungut-sungut, Tuhan menjadi murka dan menghukum mereka dengan api.
Yoh 21:9 - “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ada ikan dan roti”.

b)   Bisa diartikan secara kiasan, dan menunjuk pada:
·         hukuman (Mat 3:12 - “debu jerami itu akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”).
·         penderitaan / kesukaran (Maz 66:12 - “... kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas”).
·         perlindungan (Zakh 2:5 - “Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya”).

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·         Firman Tuhan (Yer 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN”).
·         Roh Kudus (Kis 2:3 - ada lidah api yang hinggap pada orang-orang kristen dan mereka lalu penuh dengan Roh Kudus).
Sebetulnya api di sini adalah api biasa, tetapi ada yang menganggap bahwa api di sini juga merupakan simbol kehadiran Roh Kudus.

3)   Kata ‘air’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada air biasa, seperti dalam Kej 21:14-19  Mat 17:15  Mat 14:29.

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada kesukaran / penderitaan, seperti dalam Maz 66:12.

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·         Roh Kudus (Yeh 47:1-5).
·         Firman Tuhan (Maz 1:2-3).

4)   Kata ‘anggur’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah dan menunjuk pada anggur biasa, seperti dalam Yoh 2:1-11  Luk 10:34.

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada cinta, seperti dalam Kidung Agung 1:2.

c)   Bisa diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada darah Kristus (Mat 26:26-28).
Catatan: di sini anggur juga ada arti hurufiahnya, karena mereka juga minum anggur sungguh-sungguh, tetapi sekaligus juga melambangkan darah Kristus.

5)   Kata ‘merpati’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada merpati biasa, seperti dalam Kej 8:8  Yoh 2:16.

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada ketulusan / innocency (= keadaan tidak bersalah), seperti dalam Mat 10:16.

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus seperti dalam Mat 3:16.

6)   Kata ‘terang’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada terang biasa, seperti dalam Kej 1:3,14-18.

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada keadaan enak / diberkati, seperti dalam Amsal 4:18.

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·         Firman Tuhan (Maz 119:105).
·         Yesus (Yoh 1:5,9  Yoh 8:12  Yoh 9:5).
·         Orang kristen (Mat 5:14  Ef 5:8).

7)   Kata ‘angin / badai’.

a)   Bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada angin biasa, seperti dalam Kej 8:1b  Mat 8:24.

b)   Bisa diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada problem / penderitaan, seperti dalam Mat 7:25-27.

c)   Bisa diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus, seperti dalam Yoh 3:8  Yeh 37:9,10,14.

Kesalahan yang banyak terjadi pada jaman sekarang adalah menafsirkan suatu kata yang sebetulnya berarti hurufiah sebagai simbol / lambang.
Contoh:
·         Yoh 2:1-11 - ‘anggur’ ditafsirkan sebagai cinta. Orang yang kehabisan cinta dalam pernikahan, dipulihkan oleh Yesus.
·         Mat 14:29 - ‘air’ ditafsirkan sebagai Firman Tuhan; jadi Petrus berjalan di atas Firman Tuhan.
·         Mat 17:15 - ‘air dan api’ ditafsirkan sebagai dosa satu dan dosa lain; jadi setan membanting orang itu dari satu dosa ke dosa lain.
·         Bil 22:29 - Bileam tidak punya pedang, ditafsirkan: Bileam tidak punya Firman Tuhan.
·         Kej 2:10-14 - ‘sungai’ ditafsirkan sebagai karunia.
·         Yoh 21:1-14 -  ‘ikan’ ditafsirkan sebagai bangsa.
·         Kel 3:5 - ‘kasut’ ditafsirkan sebagai dosa. Orang yang mau datang kepada Tuhan harus meninggalkan dosa.
·         Kis 20:7-12 - ‘jendela’ ditafsirkan sebagai perbatasan antara gereja dan dunia.
·         2Raja 5 - ‘kusta’ ditafsirkan sebagai dosa.
·         Yoel 2:23 - ‘hujan awal’ ditafsirkan sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada hari Pentakosta, sedangkan ‘hujan akhir’ ditafsirkan sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada jaman ini (abad 20).
·         Kej 3:7,21 - ‘daun-daun’ ditafsirkan sebagai agama-agama, sedangkan ‘kulit binatang’ ditafsirkan sebagai Kristus.
·         Yoh 13:30 - kata ‘malam’ diartikan secara kiasan / lambang.
Wiliam Barclay: “Judas went out - and it was night. John has a way of using words in the most pregnant way. It was night for the day was late; but there was another night there. It is always night when a man goes from Christ to follow his own purposes. It is always night when a man listens to the call of evil rather than the summons of good. It is always night when hate puts out the light of love. It is always night when a man turns his back on Jesus” (= Yudas keluar - dan saat itu sudah malam. Yohanes mempunyai cara menggunakan kata-kata sehingga sarat dengan arti. Itu sudah malam karena hari itu sudah larut; tetapi ada ‘malam’ yang lain di sini. Selalu merupakan ‘malam’ kalau seseorang meninggalkan Kristus untuk mengikuti tujuan / rencananya sendiri. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang lebih mendengarkan panggilan kejahatan dari pada panggilan kebaikan. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu kebencian memadamkan terang dari kasih. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang menghadapkan punggungnya terhadap Yesus) - hal 147.
Thomas Whitelaw: “Perhaps also symbolical of the spiritual condition of the traitor, within whom, as well as round whom, it was night” (= Mungkin juga merupakan simbol dari kondisi rohani dari si pengkhianat, di dalam siapa, dan juga di sekitar siapa, itu adalah malam) - hal 295.
Pulpit Commentary: “The night into which Judas stepped forth was but a faint figure of the deeper night of a soul into which Satan had entered” (= Malam ke dalam mana Yudas melangkah merupakan suatu gambaran yang samar-samar dari malam yang lebih dalam dari sebuah jiwa ke dalam mana Setan telah masuk) - hal 200.
Leon Morris (NICNT): “‘Night’ is more than a time note. In view of the teaching of this Gospel as a whole it must be held to point us to the strife between light and darkness and to the night, the black night, that was in the soul of Judas (cf. 11:10). He had cut himself off from the light of the world and accordingly shut himself up to night” [= ‘Malam’ merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar petunjuk waktu. Dari sudut pandang pengajaran dari Injil ini secara keseluruhan, itu harus dianggap sebagai menunjukkan kepada kita peperangan antara terang dan kegelapan dan pada malam, malam yang gelap, yang ada dalam jiwa Yudas (bdk. 11:10). Ia telah memotong dirinya sendiri dari terang dunia dan karena itu mengurung dirinya pada malam] - hal 628.
John G. Mitchell: “Not to have Jesus Christ in your heart and life means night. ... Here is Judas who spent three and a half years with his wonderful Savior. And when he left, he not only went out into the darkness at midnight, but he went out into impenetrable darkness” (= Tidak mempunyai Yesus dalam hati dan hidupmu berarti ‘malam’. ... Di sinilah Yudas yang melewatkan 3 1/2 tahun bersama dengan Juruselamatnya yang ajaib / luar biasa. Dan ketika ia pergi, ia tidak hanya pergi ke dalam kegelapan pada tengah malam, tetapi ia pergi keluar ke dalam kegelapan yang tak dapat ditembus) - hal 259.
William Hendriksen: “It was night when Judas left that room, night outside; night also inside the heart of Judas” (= Waktu itu hari sudah malam ketika Yudas meninggalkan ruangan itu, malam di luar; malam juga di dalam hati Yudas) - hal 250.
Bagaimanapun menariknya penafsiran yang alegoris ini, saya tetap menganggapnya sebagai salah. ‘Malam’ di sini bersifat hurufiah, seperti yang dikatakan oleh Barnes’ Notes.
Barnes’ Notes: “It was in the evening, or early part of the night. What is recorded in the following chapters took place the same night” (= Itu terjadi pada malam, atau bagian awal dari malam itu. Apa yang dicatat dalam pasal-pasal selanjutnya terjadi pada malam yang sama) - hal 331.

Hati-hati untuk tidak meniru kesalahan dalam contoh-contoh yang salah di atas! Yang hurufiah harus ditafsirkan sebagai hurufiah, bukan sebagai kiasan / lambang!

Suatu kesalahan yang juga sangat sering terjadi adalah dimana orang merohanikan sesuatu yang bersifat jasmani.
Contoh:
·         Peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta, diterapkan pada kebutaan rohani.
·         Peristiwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh, diterapkan pada kelumpuhan rohani.
·         Peristiwa Yesus menyembuhkan orang mati, diterapkan pada kematian rohani.

Sebagai patokan perlu diketahui bahwa:
¨      Cerita sejarah (Historical Narrative) harus diartikan secara hurufiah.
¨      Syair mengandung banyak kiasan / figurative.
¨      Allegory / Apocaliptic literature mengandung banyak lambang / symbol.



SIMILE & METAPHOR

PARABLE & ALLEGORY

I) Simile & Metaphor.


A) Simile.

Ciri-ciri Simile:

1)    Ini adalah perbandingan yang dinyatakan (expressed comparison) antara 2 hal.

2)    Selalu menggunakan kata ‘seperti’ (‘like / as’).
Contoh:
Yer 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”.

3)    Dalam membandingkan, maka 2 hal yang diperbandingkan itu tetap dipisah (tidak dicampur aduk).
Contoh:
Yes 55:10-11 - “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”.
Ay 10 membicarakan hal pertama (hujan dan salju), sedangkan ay 11 membicarakan hal ke 2 (firman Tuhan).

B) Metaphor.

Ciri-ciri Metaphor:

1)    Ini juga merupakan suatu perbandingan antara 2 hal, tetapi perbandingannya tidak dinyatakan (‘unexpressed / implied comparison’).

2)    Tidak ada kata ‘seperti’.

3)    2 hal yang diperbandingkan itu dicampur.
Contoh: Yoh 8:12 - ‘Akulah Terang Dunia’.
Di sini pencampuran itu tidak terlalu kelihatan, tetapi pencampuran itu akan lebih terlihat dalam Allegory yang merupakan ‘extended Metaphor’ (= Metaphor yang panjang).

C) Penafsiran Simile & Metaphor.

Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penafsiran Simile dan Metaphor adalah: baik Simile maupun Metaphor hanya menekan-kan adanya persamaan-persamaan tertentu antara 2 hal yang diper-bandingkan itu (jadi bukan segala sesuatunya sama!).
Ini sama seperti kalau dalam pembicaraan sehari-hari saya berkata: ‘orang itu seperti keledai’, maka itu tentu tidak berarti bahwa orang itu berkaki empat, mempunyai ekor, berwarna abu-abu, dsb. Saya hanya memaksudkan adanya persamaan tertentu antara keledai dan orang itu, yaitu sama-sama bodoh.

Contoh:
Mat 5:13 - ‘kamu adalah garam dunia’.
Metaphor ini menunjukkan adanya persamaan tertentu antara garam dan orang kristen. Misalnya: garam mencegah kebusukan, mengenakkan makanan, mengasinkan / mempengaruhi makanan. Orang kristen juga harus demikian. Ini semua adalah persamaan-persamaan yang dapat diambil. Tetapi ada hal-hal yang tidak cocok antara orang Kristen dan garam. Misalnya:
·         Garam berfungsi untuk membunuh bekicot; kita tentu tidak bisa berkata bahwa orang Kristen harus memusuhi / membunuh bekicot.
·         Makanan yang terlalu banyak garam, rasanya justru jadi tidak enak; ini tentu tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa dalam dunia sebaiknya hanya ada sedikit orang Kristen.

Kalau hal ini tidak diperhatikan, dan kita menganggap bahwa 2 hal yang diperbandingkan itu sama dalam segala hal, maka sudah pasti akan terjadi ajaran yang kacau.
Contoh:
Salah satu ayat yang dipakai oleh orang yang pro Toronto Blessing adalah Yer 23:9 yang berbunyi: “Mengenai nabi-nabi. Hatiku hancur dalam dadaku, segala tulangku goyah. Keadaanku seperti orang mabuk, seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur, oleh karena TUHAN dan oleh karena firmanNya yang kudus”.

Adanya kata-kata ‘seperti orang mabuk’ dan ‘seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur’, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa pada saat itu nabi Yeremia mengalami hal-hal seperti yang dialami oleh orang-orang yang terkena Toronto Blessing, seperti terhuyung-huyung, bergerak seperti orang sakit ayan, roboh dan berguling-guling di lantai, muntah-muntah, ngomong ngelantur tidak karuan, dsb.
Jadi, terlihat bahwa di sini orang yang pro Toronto Blessing ini menyamakan 2 hal yang diperbandingkan itu dalam segala hal (atau setidaknya mereka mengambil terlalu banyak persamaan), padahal ayat itu hanya memaksudkan persamaan tertentu saja antara Yeremia dan orang mabuk. Mungkin maksudnya hanya: Yeremia merasa lemas, sama seperti orang mabuk.

Harus diakui bahwa tidak selalu gampang diketahui persamaan yang mana yang boleh diambil, dan persamaan yang mana yang tidak boleh diambil. Untuk bisa mengetahui hal itu, tentu kita harus melihat:
¨      kontexnya.
¨      seluruh Kitab Suci.
Kalau kita mengambil persamaan yang ternyata menghasilkan ajaran yang out of context, atau ajaran yang menentang bagian lain dari Kitab Suci, maka itu berarti kita mengambil persamaan yang salah.

II) Parable (= perumpamaan).


A) Ciri-ciri Parable / perumpamaan.

1)    Parable / perumpamaan adalah Simile yang panjang (extended Simile).

2)    Dalam Parable / perumpamaan sering (tapi tidak selalu) digunakan kata ‘seperti’.
Contoh:
Mat 13:24 - “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya”.
Kata ‘seumpama’ di sini seharusnya adalah ‘seperti’.

Tetapi pada waktu Yesus menceritakan perumpamaan dalam Mat 13:3-dst, Ia  tidak menggunakan kata ‘seperti’.

3)    2 hal yang diperbandingkan (perumpamaan dan arti / penerapannya) tetap dipisahkan (tidak dicampur).
Contoh:
Dalam Mat 13:47-50, ay 47-48 adalah perumpamaannya, sedangkan penerapan / artinya ada pada ay 49-50.

4)    Biasanya hanya menekankan 1 kebenaran rohani dan biasanya fokus / arah dari perumpamaan itu terlihat dengan jelas.
Contoh:
·         Luk 15:4-7 - Allah senang kalau orang berdosa bertobat.
·         Luk 18:1-8 - kita harus berdoa dengan tekun.
·         Luk 18:9-14 - harus berdoa / menghadap Tuhan dengan rendah hati / sadar akan keberdosaannya.
Tetapi kadang-kadang toh ada perumpamaan yang mengandung banyak kebenaran rohani dan yang fokus / arahnya tidak terlihat dengan jelas.
Contoh: Luk 16:19-31 (cerita tentang Lazarus dan orang kaya).
Catatan: apakah Luk 16:19-31 itu adalah suatu perumpamaan atau bukan, adalah suatu hal yang banyak diperdebatkan.

B) Tujuan Parable.

1)   Memperjelas suatu kebenaran sehingga lebih mudah dimengerti dan lebih mudah untuk diingat.
Contoh:
·         Kalau Yesus hanya sekedar mengatakan: ‘Tekunlah berdoa’, maka murid-murid akan melupakannya dalam waktu yang singkat. Tetapi dengan memberikan Luk 18:1-8, ajaran itu akan menancap dalam diri setiap murid.
·         Kalau Yesus hanya mengajar: ‘Ampunilah sesamamu’, maka mungkin sekali murid-murid akan segera lupa. Tetapi dengan memberikan Mat 18:21-35 maka ajaran itu akan lebih mudah diingat.

2)   Kebalikan dari yang no 1 tadi, kadang-kadang Parable / perumpamaan digunakan justru untuk menyembunyikan arti dari suatu ajaran.
Contoh:
Mat 13:10-15 - “Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.  Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.

Dari tanya jawab ini terlihat bahwa Yesus menggunakan perumpamaan supaya orang lain tidak mengerti apa yang Ia ajarkan, sehingga nubuat Yesaya tergenapi. Tetapi pada waktu Ia sendirian dengan murid-muridNya, Ia lalu menjelaskan arti perumpamaan itu kepada mereka (Mat 13:18-dst).

3)   Untuk menegur.
Contoh:
·         2Sam 12:1-7.
Ini adalah cerita tentang nabi Natan yang ingin menegur Daud. Kalau dari semula Natan langsung menyatakan kesalahan Daud, mungkin sekali Daud tidak mau mendengarnya. Karena itu Natan lalu menggunakan suatu perumpamaan / cerita, dan setelah Daud bereaksi terhadap perumpamaan / cerita itu, barulah Natan menerapkan perumpamaan itu kepada diri Daud sendiri.
·         Mat 21:33-45.
Di sini Yesus ingin menegur imam-imam dan orang-orang Farisi. Kalau Ia langsung menegur kesalahan mereka, pasti mereka akan langsung marah, sehingga mungkin Yesus tidak bisa menyelesaikan teguranNya. Karena itu Ia menceritakan suatu perumpamaan, dan setelah itu baru menerapkannya kepada diri mereka.

C) Menafsirkan Parable / perumpamaan.

1)   Seringkali sebelum atau sesudah Parable / perumpamaan sudah diberikan artinya atau petunjuk yang jelas mengenai arti / arah / fokus / tujuan perumpamaan itu.
Contoh:
·      Mat 18:21-35 - arti / petunjuknya ada pada ay 21,22,35.
·      Mat 22:1-14 - arti / petunjuknya ada pada ay 14.
·      Mat 25:1-13 - arti / petunjuknya ada pada ay 13.

Kalau arti / fokus sudah diberikan, maka kita tidak boleh memberikan arti / arah / fokus yang lain.
Contoh:
¨      Dalam Luk 8:11, kata ‘benih’ menunjuk pada ‘Firman Allah’. Kita boleh menerapkan ‘benih’ ini pada ‘Injil’ karena ‘Injil’ adalah sebagian dari ‘Firman Allah’. Tetapi kalau kita mengartikannya sebagai ‘perbuatan baik’, atau ‘doa’, maka ini tentu salah.
¨      Perumpamaan dalam Mat 7:24-27, sudah diberi arti / fokus, yaitu setelah mendengar firman kita harus melaksanakannya.
Tetapi ada banyak pengkhotbah yang menguraikan bahwa batu yang dijadikan dasar / fondasi rumah itu adalah Kristus. Dengan demikian, perumpamaan ini bukan lagi mengkontraskan ‘orang yang mendengar tetapi tidak mentaati firman’ (ay 26a) dengan ‘orang yang mendengar firman dan mentaatinya’ (ay 24a), tetapi mengkontraskan ‘orang yang percaya kepada Kristus’ dengan ‘orang yang tidak percaya kepada Kristus’. Ini tentu saja salah, karena tidak sesuai dengan arah / fokus / tujuan perumpamaan yang sebenarnya.
¨      Luk 15:1-32 penekanan kontexnya adalah: Tuhan mau menerima orang berdosa yang bertobat. Ada beberapa ajaran yang ‘aneh / lucu’ yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak memperhatikan penekanan kontex ini, misalnya:
*        William Barclay memberikan komentar bahwa Yesus tidak percaya ‘total depravity’ (= doktrin Calvinisme yang mengatakan bahwa manusia itu bejad total), karena dalam ay 17, anak bungsu itu sadar sendiri.
*        Domba yang hilang menggambarkan orang yang tersesat karena kebodohannya, dan ia dicari oleh Tuhan. Mata uang yang hilang menggambarkan orang yang tersesat bukan karena kesalahannya, dan ia juga dicari oleh Tuhan. Anak yang hilang menggambarkan orang yang sesat secara sengaja, dan ia tidak dicari oleh Tuhan.
*        Pelagianisme mengatakan bahwa anak bungsu kembali pada bapanya tanpa perantara; jadi, manusia bisa kembali kepada Allah tanpa melalui Kristus.
*        Seorang pendeta menafsirkan ‘jubah’ dalam Luk 15:22 sebagai ‘pengudusan’. Padahal penekanan kontex adalah penerimaan kembali sebagai anak, bukan pengudusan.

Tetapi ada perumpamaan yang tidak diberi arti / petunjuk, mungkin karena dianggap sudah cukup jelas.
Contoh: Luk 16:19-31  Mat 13:31-32  Mat 13:33  Mat 13:44  Mat 13:45-46.

2)   Dalam suatu perumpamaan ada fokus dan detail-detail.
Ada 2 pandangan yang bertentangan tentang penafsiran fokus dan detail-detail ini.
·         Chrysostom mengatakan bahwa hanya fokusnya yang penting dan harus diperhatikan, sedangkan detail-detailnya hanya merupakan hiasan belaka, sehingga sama sekali tidak boleh dipedulikan.
·         Cocceius mengatakan bahwa semua detail-detail adalah penting dan harus diperhatikan / dibahas.

Kedua pandangan ini sama-sama extrim dan salah. Pandangan yang pertama menimbulkan kerugian-kerugian tertentu, karena dengan mengabaikan detail-detail tertentu yang sebetulnya cukup penting, kita mengurangi apa yang bisa kita dapatkan dari Kitab Suci. Pandangan kedua adalah pandangan yang berbahaya karena dengan memperhatikan semua detail, mungkin sekali kita akan membahas detail yang sebetulnya tidak penting sehingga pembahasan akan keluar dari fokus.

Yang benar adalah: fokus dari parable harus diketahui lebih dulu. Detail-detail hanya ada artinya dan dianggap penting kalau detail-detail itu sesuai dengan arah fokus. Detail-detail yang tidak sesuai dengan arah fokus harus diabaikan.

Contoh:
Mat 13:24-30 fokusnya adalah: dalam kerajaan Allah, orang kristen asli dan orang kristen palsu terus ada bersama-sama sampai akhir jaman.
Ada detail-detail yang perlu diperhatikan karena sesuai dengan arah fokus, misalnya:
¨      orang kristen asli dan palsu itu mirip (gandum mirip dengan lalang).
¨      orang kristen palsu sengaja disusupkan oleh setan.
Tetapi ada detail-detail yang tidak sesuai dengan fokus dan harus diabaikan seperti: musuh menabur benih lalang pada waktu semua tidur (ay 25). Kalau detail yang tidak sesuai dengan fokus ini kita bahas dan kita lalu mengatakan bahwa Tuhan tidak tahu pada waktu setan bekerja, maka jelas timbul ajaran yang salah!

Contoh-contoh lain tentang detail-detail yang tidak sesuai dengan fokus perumpamaan:
à        Luk 18:1-8 fokusnya adalah berdoalah dengan tekun. Bahwa Allah digambarkan sebagai seorang hakim yang lalim, ini adalah detail yang tidak sesuai dengan fokus. Ini harus diabaikan!
à        Luk 15:11-32 fokusnya adalah Tuhan senang orang berdosa itu bertobat. Bahwa anak bungsu itu kembali sendiri (tidak dicari / dibantu oleh ayahnya), itu adalah detail yang tidak sesuai dengan fokus. Karena itu tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa manusia bisa bertobat dengan kekuatannya sendiri (bdk. Yoh 6:44,65 yang secara explicit mengatakan bahwa manusia tidak bisa datang kepada Yesus kalau bukan karena pekerjaan Bapa yang menarik dia / mengaruniakan iman kepadanya).

3)   Biasanya kata-kata dalam perumpamaan diartikan secara hurufiah dan biasanya tidak diartikan per kata / per bagian, tetapi secara keseluruhan.

Contoh:
Luk 15 menekankan bahwa Allah senang kalau ada orang yang bertobat.

Contoh yang salah:
Ada orang menafsirkan Luk 10:25-37 (Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati) sebagai berikut:
·         ‘turun’ (ay 30) = turun secara rohani.
·         ‘orang’ (ay 30) = orang berdosa.
·         ‘penyamun’ (ay 30) = setan.
·         ‘imam dan orang Lewi’ (ay 31,32) = agama dan perbuatan-perbuatan baik.
·         ‘orang Samaria’ (ay 33) = Yesus.
·         ‘minyak’ (ay 34) = Roh Kudus.
·         ‘penginapan’ (ay 34) = gereja.
·         ‘pemilik penginapan’ (ay 35) = pendeta / hamba Tuhan.
·         ‘2 dinar’ (ay 35) = Kitab Suci (Perjanjian Lama + Perjanjian Baru).
Ini jelas adalah sesuatu yang salah karena perumpamaan tidak dimaksudkan untuk dibahas kata per kata. Disamping itu, pemba-hasan seperti itu jelas keluar dari fokus. Perhatikan bahwa perum-pamaan ini diceritakan oleh Yesus untuk menjawab pertanyaan dalam Luk 10:29 - “Dan siapakah sesamaku manusia?”. Kalau perumpamaan yang merupakan jawaban Yesus itu diartikan seperti itu, maka jelas bahwa jawaban itu sama sekali tidak cocok dengan pertanyaannya.

Tetapi kadang-kadang ada perumpamaan yang diartikan kata per kata. Tetapi dalam hal ini Kitab Suci sendiri memberikan artinya.
Contoh:
¨      Mat 13:18-23 - arti dari perumpamaan tentang penabur yang menabur di empat golongan tanah.
¨      Mat 13:36-43 - arti dari perumpamaan tentang lalang di antara gandum.

III) Allegory.


A) Ciri-ciri Allegory.

1)   Allegory adalah metaphor yang panjang (extended metaphor).
2)   Pada Allegory, 2 hal yang diperbandingkan (kiasan dan arti / pene-rapannya) dicampur-baurkan.

B) Contoh allegory.

1)         Yoh 15:1-8.
Kalau bagian ini diceritakan dalam bentuk Parable / perumpamaan, maka Yesus akan bercerita tentang hal pertama, yaitu pokok anggur, pengusaha kebun anggur, ranting-ranting anggur, daun-daun anggur yang perlu dibersihkan, buah anggur dsb sampai semua selesai, lalu barulah Ia akan bercerita tentang hal kedua yaitu arti / penerapannya.
Tetapi karena Ia menceritakannya sebagai suatu Allegory, maka bukan hal itu yang kita jumpai. Ia berpindah dari hal 1 ke hal 2 , lalu ke hal 1 lagi, lalu ke hal 2 lagi dst. Jadi jelas kedua hal yang diper-bandingkan itu tidak dipisahkan tetapi justru dicampur aduk. Inilah Allegory!

2)   Yeh 23:1-dst.
Ay 1-4a merupakan kiasannya, tetapi ay 4b memberikan arti / penerapannya. Lalu ay 5a melanjutkan kiasannya, tetapi pada akhir ay 5 (‘Asyur’) dan ay 6 kembali pada arti / penerapannya. Ay 7a merupakan kiasannya, ay 7b merupakan arti / penerapannya, dst.

3)   Yeh 13:10-15 - Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umatKu dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera - mereka itu mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya - katakanlah kepada mereka yang mengapur tembok itu: Hujan lebat akan membanjir, rambun akan jatuh dan angin tofan akan bertiup! Kalau tembok itu sudah runtuh, apakah orang tidak akan berkata kepadamu: Di mana sekarang kapur, yang kamu oleskan itu? Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Di dalam amarahKu Aku akan membuat angin tofan bertiup dan di dalam murkaKu hujan lebat akan membanjir, dan di dalam amarahKu rambun yang membinasakan akan jatuh. Dan Aku akan meruntuhkan tembok yang kamu kapur itu dan merobohkannya ke tanah, supaya dasarnya menjadi kelihatan; tembok kota itu akan runtuh dan kamu akan tewas di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. Begitulah Aku akan melampiaskan amarahKu atas tembok itu dan kepada mereka yang mengapurnya dan Aku akan berkata kepadamu: Lenyap temboknya dan lenyap orang-orang yang mengapurnya.
Catatan: yang saya garis-bawahi merupakan kiasannya, sedangkan yang saya cetak miring merupakan arti / penerapannya.

4)   Yeh 19:1-9.

5)   Maz 80:9-16.

6)   1Kor 3:10-15.

7)   1Kor 5:6-8.

8)   Ef 6:11-17.

C) Menafsirkan allegory.

Arti dari Allegory sudah ada pada Allegory itu sendiri. Memang kadang-kadang artinya tidak diberikan secara explicit, tetapi seluruh bagian itu bisa menunjukkan arti yang benar secara implicit.
Arti yang sudah ada ini tidak boleh diubah!

D) Beberapa hal penting berhubungan dengan Allegory.

1)   Kitab Wahyu bukan Allegory karena tidak memberikan arti.

2)   Suatu historical narrative (cerita sejarah) tidak boleh diallegorikan!

3)   Type berbeda dengan Allegory.
Contoh Type: ular tembaga (Bil 21:4-9  Yoh 3:14-15).
Tentang Type ini kita akan membahasnya dalam pelajaran yang akan datang.

4)   Kitab Kidung Agung banyak diperdebatkan. Banyak orang yang menganggap kitab ini sebagai suatu Allegory yang menggambarkan percintaan antara Kristus dengan orang percaya. Tetapi Kidung Agung tidak memberikan arti. Jadi saya condong untuk mengambil kesimpulan bahwa Kidung Agung bukanlah suatu Allegory.




TYPE


Pendahuluan:


Pada pelajaran tentang ‘Arti Kata’, saya mengatakan bahwa pada jaman sekarang banyak orang yang melambangkan / mengallegorikan bagian-bagian Kitab Suci yang bersifat hurufiah.
Contoh: kasut Musa dalam Kel 3:5 ditafsirkan sebagai lambang dari dosa. Ini salah! Salah satu cara untuk mengetahui bahwa suatu bagian itu bersifat hurufiah dan tidak boleh ditafsirkan sebagai lambang adalah kalau bagian Kitab Suci itu adalah suatu cerita sejarah (historical narative). Kel 3 itu jelas adalah cerita sejarah, sehingga pasti bersifat hurufiah, bukan lambang.
Tetapi bagaimana misalnya dengan Bil 21:4-9? Itu jelas adalah peristiwa sejarah! Tetapi mengapa Yoh 3:14-15 seakan-akan menganggapnya sebagai lambang? Ini sebetulnya bukan lambang tetapi TYPE!

I) Apakah Type itu?


A)  Type adalah hal-hal dalam Kitab Suci yang ditentukan Allah sebagai bayangan dari hal-hal lain yang terjadi sesudahnya.
Jadi, ada 2 hal yang berhubungan, dimana hal pertama terjadi lebih dulu dan merupakan bayangan / Type dari hal kedua yang terjadi belakangan. Hal pertamanya disebut Type; dan hal keduanya disebut Anti-Type.

B)  Macam-macam Type:

1)   Orang.
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus (Ro 5:14).

2)   Binatang.
Contoh: domba untuk korban pengampunan dosa adalah Type dari Kristus yang dikorbankan untuk dosa kita (Yoh 1:29  1Pet 1:19  Wah 5:6,7).

3)   Benda.
Contoh: tirai yang memisahkan Ruang Suci dan Ruang Maha Suci dalam Kemah Suci / Bait Allah, yang sobek waktu Kristus mati (Bdk. Kel 26:31-33  Mat 27:51  Ibr 9:3,8  Ibr 10:19-20). Ini merupakan Type dari keterpisahan Allah dan manusia, yang diperdamaikan oleh kematian Kristus.
Tetapi di sini ada sesuatu yang agak aneh, karena Type dan Anti-Typenya terjadinya bersamaan. Karena itu mungkin kita harus meninjaunya secara keseluruhan. Dalam Bait Allah ada tirai yang memisahkan Allah dan manusia, dan hanya Imam Besar boleh masuk ke Ruang Maha Suci, sebagai pengantara antara Allah dan manusia. Kematian Kristus merupakan Anti Type dari semua itu, karena dengan kematianNya Ia membereskan dosa dan memperdamaikan Allah dan manusia sehingga tidak ada lagi tirai ataupun imam besar.

4)   Peristiwa.
Contoh: peristiwa ular tembaga (Bil 21:4-9  Yoh 3:14,15).

5)   Jabatan.
Contoh: imam / imam besar (Ibr 2:17  Ibr 4:14,15).

6)   Ketentuan.
Contoh: dalam Perjanjian Lama ada ketentuan dimana semua harus disucikan dengan darah, dan ini merupakan Type dari ketentuan dalam Perjanjian Baru dimana orang hanya bisa mendapat pengampunan dosa oleh darah Kristus (Ibr 9:19-22).

II) Ciri-ciri Type.


1)   Baik Type maupun Anti-Typenya haruslah merupakan fakta dalam Kitab Suci!
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus. Baik Adam maupun Kristus adalah fakta dalam Kitab Suci. Jadi ini memenuhi syarat Type yang pertama.
Syarat pertama ini memungkinkan kita membedakan Type dengan:

a)   Allegory, karena dalam Allegory, bagian yang bersifat lambang itu bukanlah fakta.
Contoh: dalam Yoh 15:1-8 tanaman anggur itu bukanlah fakta, tetapi sekedar suatu cerita!

b)   Parable / Perumpamaan, karena dalam Perumpamaan / Parable cerita yang dipakai tidak sungguh-sungguh terjadi.
Contoh: perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32) jelas bukan merupakan fakta, tetapi sekedar suatu cerita.

2)   Harus ada bukti / dasar bahwa suatu Type memang ditentukan / dimaksudkan Allah untuk menjadi bayangan dari Anti-Typenya. Tetapi, ada perbedaan pendapat tentang seberapa jelas bukti itu harus ada.
Ada 3 pendapat:

a)   Bukti / dasar itu harus tertulis secara explicit dalam Kitab Suci.
Misalnya:
1.   Bil 21:4-9 bdk. Yoh 3:14-15
2.   Ro 5:14 secara explicit mengatakan bahwa Adam adalah Type dari Kristus.
3.   1Kor 5:7 - Anak Domba Paskah adalah Type dari Kristus.

b)   Asal ada persamaan / analogi antara hal pertama dan hal kedua, maka hal pertama boleh dianggap sebagai Type dari hal kedua.
Misalnya:
1.   Elia / Henokh adalah Type dari Kristus, karena sama-sama diangkat ke surga.
Tidak satu bagian Kitab Sucipun yang mengatakan bahwa Elia / Henokh adalah gambaran dari Kristus, tetapi karena persamaannya, maka Elia / Henokh dianggap sebagai Type dari Kristus.
2.   Semua nabi adalah Type dari Kristus, karena sama-sama mengajar Firman Tuhan.
3.   Semua raja adalah Type dari Kristus, karena sama-sama raja.
4.   Pengorbanan Ishak adalah Type dari pengorbanan Kristus, karena sama-sama anak tunggal.

c)   Harus ada dasar Kitab Suci, tetapi tidak perlu secara explicit.
Misalnya:
1.   Bahtera Nuh adalah Type dari Kristus (Mat 24:37-39).
2.   Darah pada ambang pintu (Kel 12:12,13) adalah Type dari darah Yesus (1Kor 5:7).

Sukar dipastikan yang mana yang benar dari ketiga pandangan ini. Pandangan yang kedua jelas adalah pandangan yang berbahaya karena dengan mudah kita bisa berkata bahwa seadanya orang dalam Perjanjian Lama adalah Type dari Kristus karena sama-sama keturunan Adam. Ini jelas merupakan sesuatu yang salah!

Petunjuk: kalau ingin tahu apakah suatu bagian Kitab Suci adalah suatu Type atau bukan, saudara harus membaca semua bagian Kitab Suci yang berhubungan dengan bagian tersebut. Untuk ini saudara bisa menggunakan footnote dari Alkitab, atau menggunakan buku-buku seperti Konkordansi, Nave's Topical Bible, Thompson Bible, dsb.

3)   Harus ada persamaan / analogi antara Type dan Anti-Typenya.
Contoh: Bil 21:4-9 dan Yoh 3:14-15.
a)   Ular tembaga ditinggikan; Yesus disalib / diberitakan.
Catatan: dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa peninggian ular analog dengan penyaliban Yesus, karena melalui penyaliban Yesus juga ditinggikan. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa dengan peninggian ular dimaksudkan supaya semua orang bisa melihatnya, dan dengan demikian analoginya bukan penyaliban Yesus tetapi pemberitaan tentang Yesus.
b)   Yang memandang ular tembaga akan sembuh; yang percaya kepada Yesus akan selamat.
c)   Ular tembaga adalah satu-satunya jalan kesembuhan; Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan.

4)   Kadang-kadang sekalipun antara Type dan Anti-Type ada persamaannya, tetapi yang ditekankan bukannya persamaannya tetapi pertentangannya (dikontraskan).
Contoh: Adam adalah Type dari Kristus (Ro 5:14).
Memang ada persamaannya, yaitu kedua-duanya adalah wakil / kepala manusia. Tetapi Ro 5:15-19 dan 1Kor 15:21,22,45-47 lebih menunjukkan kontras antara Yesus dan Adam.

5)   Type selalu mendahului Anti-Type, dan Typenya tidak berlaku lagi setelah Anti-Typenya datang.
Contoh:
a)   Hukum-hukum yang berhubungan dengan upacara-upacara agama Yahudi (ceremonial law). Ini menunjuk kepada Kristus (Kol 2:16-17), dan digenapi dengan kedatangan Kristus, sehingga setelah Kristus datang, tidak perlu dilakukan lagi.
Kol 2:16-17 - “(16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus”.
b)   Imam adalah Type dari Kristus. Setelah Kristus datang, imam tak diperlukan lagi. Kita tidak perlu mengaku dosa kepada imam / pendeta, tetapi kepada Allah melalui Kristus. Gereja Roma Katolik tetap mempunyai imam (pastor) dan jemaatnya mengaku dosa kepada pastor. Jadi mereka tetap berpegang pada Typenya sekalipun penggenapannya / Anti-Typenya sudah datang. Ini salah.
c)   Domba untuk korban dosa adalah Type dari Kristus, sehingga setelah Kristus datang, kita tidak lagi perlu mempersembahkan domba kalau kita berbuat dosa.
d)   Kemah Suci / Bait Allah merupakan Type dari gereja. Karena itu jaman sekarang (setelah kematian dan kebangkitan Yesus) tidak boleh ada Bait Allah lagi.
e)   Bangsa Israel adalah Type dari gereja / orang kristen. Setelah adanya gereja / orang kristen, maka bangsa Israel tidak lagi bisa disebut sebagai bangsa pilihan Allah. Gereja / orang kristenlah yang merupakan orang pilihan Allah (1Pet 2:9).
Catatan: hal ini menimbulkan pro kontra, karena ada yang berpendapat bahwa Israel tetap merupakan bangsa pilihan.

Syarat dimana ‘Type selalu mendahului Anti-Type’ ini menyebabkan bahwa kejatuhan ‘Bintang Timur / Putera Fajar’ dalam Yes 14:12-15 dan juga raja Tirus dalam Yeh 28:1-19 tidak mungkin merupakan Type dari kejatuhan setan. Dan karena kedua peristiwa itu merupakan fakta sejarah, maka keduanya juga tidak boleh dianggap sebagai perum-pamaan atau allegory yang menyimbolkan kejatuhan setan. Saya ber-pendapat bahwa kedua peristiwa itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejatuhan setan.

III) Contoh-contoh Type.


1)   Melkizedek (Kej 14:17-20) adalah Type dari Kristus (Ibr 5:6  Ibr 7:1-17).
2)   Batu karang yang mengeluarkan air (Kel 17:6) adalah Type dari Kristus (1Kor 10:3,4).
3)   Ceremonial law (= hukum-hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan) adalah Type dari Kristus (Kol 2:16-17).
4)   Hukum Taurat adalah Type dari keselamatan yang akan datang (Ibr 10:1).
5)   Yunus adalah Type dari Kristus (Mat 12:38-41).
6)   Sabat adalah Type dari istirahat kekal di surga (Ibr 4:1-11).
7)   Daud adalah Type dari Kristus (ini banyak terlihat dalam Kitab Mazmur).
8)   Salomo adalah Type dari Kristus (Mat 12:42).
9)   Israel melewati Laut Merah adalah Type daripada baptisan (1Kor 10:1,2).

IV) Penafsiran Type.


1)   Harus diperhatikan:

a)   Hal-hal yang sama (analog) antara Type dan Anti-Type. Tetapi tidak boleh terlalu dicari-cari / dibuat-buat.
Contoh:
1. Dalam menafsirkan peristiwa ular tembaga (Bil 21:4-9), ada orang yang menafsirkan bahwa:
a. Tembaga lebih rendah dari emas. Ini dianggap menunjuk kepada kesederhanaan Kristus.
b.   Tembaga mempunyai cahaya suram. Ini dianggap sebagai keilahian Kristus yang diselubungi kemanusiaanNya.
c.   Tembaga yang padat menunjuk kepada kekuatan ilahi Yesus.
2.   Kayu penaga dan emas dalam Kemah Suci (Kel 25:10-11) dianggap sebagai Type dari kemanusiaan dan keilahian Kristus.
Ini semua adalah persamaan yang terlalu dicari-cari.

b)   Hal-hal yang berbeda antara Type dan Anti-Type, dimana Anti-Typenya selalu lebih mulia / agung / hebat dari Typenya.
Misalnya: Mat 12:41-42  Ibr 3:3-6  Ibr 10:11-14.

c)   Hal-hal yang bertentangan antara Type dan Anti-Type.
Misalnya: Ro 5:14-19  1Kor 15:21,22,45-47.

2)   Anti-Type menunjukkan kebenaran secara lebih jelas / lengkap daripada Typenya.
Kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari peristiwa ular tembaga atau batu karang yang mengeluarkan air, sebelum Anti-Typenya (yaitu Kristus) datang.

3)   Hanya sebagian dari sesuatu hal yang adalah Type.
Jadi, sama seperti pada waktu menafsirkan Simile dan Metaphor, dimana hanya hal-hal tertentu saja yang disamakan, maka dalam penafsiran Type dan Anti-Typenya hanya hal-hal tertentu yang disamakan atau dikontraskan.
Misalnya: Daud adalah Type dari Kristus. Tetapi perzinahan Daud jelas bukan Type!

-o0o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar